optimalisasi investasi dana biaya...
TRANSCRIPT
OPTIMALISASI INVESTASI DANA BIAYA
PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2016
OLEH DITJEN PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Alwi Rahman
NIM : 1113053000041
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1439 H
i
ABSTRAK
Alwi Rahman, 1113053000041
OPTIMALISASI INVESTASI DANA BPIH TAHUN 2016 OLEH DITJEN
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA
REPUBLIK INDONESIA, di bawah bimbingan Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si.
Peningkatan jumlah calon jamaah haji yang setiap harinya bertambah
membuat penumpukan calon jamaah haji, atau yang biasa disebut waiting list lebih
kurang mencapai tiga juta orang pendaftar pada tahun 2016. Hal ini berdampak bagi
setoran dana jamaah haji (BPIH) yang bertambah besar jumlahnya dari tahun-
ketahun. Banyak sekali anggapan bahwa pengendapan dana setoran calon jamaah haji
menjadi pertanyaan publik, digunakan untuk apakah dana tersebut dan bagaimana
cara Kementerian Agama mengelola dana yang perkiraannya mencapai 79 trilliun
rupiah. Oleh karena itu, Direktorat Pengelolaan Dana Haji Ditjen Penyelenggaraan
Haji dan Umrah melalui Subdirektorat Pengelolaan dan Pengembangan Dana Haji
mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting bagi upaya peningkatan
optimalisasi investasi dana setoran jamaah haji dalam rangka meningkatkan
pelayanan terhadap jamaah haji.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis membatasi pada masalah dana setoran
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dengan rumusan masalah bagaimana
mekanisme penempatan dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan
bagaimana sistem investasi dan pengelolaan Biaya penyelenggaraan ibadah Haji
(BPIH), serta mengetahui apa manfaat dana optimalisasi setoran Biaya
penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif,
yang menghasilkan data deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data
berupa observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Peneliti mengamati langsung
subjek yang diteliti dengan melakukan wawancara oleh pihak Subdit pengelolaan
dan pengembangan dana haji Kementerian Agama dan bersumber pula pada buku-
buku yang dapat menunjang kelengkapan data.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa optimalisasi dana BPIH meningkat
dan dapat digunakan untuk pelayanan jamaah haji yang lebih baik kedepannya sesuai
dengan ketentuan yang sudah dibuat dan disetuji oleh Menteri Agama
Kata Kunci : Optimalisasi, Pengeloaaan, Dana Haji.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan kemudahan serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
memberikan kemampuan untuk terus belajar memahami berbagai ilmu pengetahuan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad
saw. beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir
zaman.
Rasa syukur yang tak terhingga karena penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan melalui berbagai macam tantangan. Skripsi dengan judul
“Optimalisasi Investasi Dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2016
Oleh Diretorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Kementerian
Agama Republik Indonesia” dibawah bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak
tentunya sangat membantu, sehingga penulis menjadi lebih semangat dalam
menyelesaikan skripsi dengan baik. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih terutama kepada Ayahanda Huzail Abd. Halim dan Ibunda Mutmainah Hj
Hafsah yang telah mendidik dengan penuh kasih sayang dan selalu memberikan
motivasi demi masa depan anaknya baik secara materil dan juga moril dan semoga
dari hasil karya penelitian ini dapat mengangkat derajat keluarga di dunia dan di
akhirat.
iii
Penelitian ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Sosial jurusan Manajemen Dakwah Konsentersi
Manajemen Haji dan Umrah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu
tercapainya sebuah penelitian yang menjadi sebuah skripsi ini. Oleh karena itu,
dengan segala rasa hormat dan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang tiada terhingga kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah,
dan bapak Drs Sugiharto, MM selaku sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.
3. Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak membantu dan memberikan ilmu juga informasi dikala penulis
kesulitan dalam menemukan ide, juga berkonsultasi, serta membimbing dan
mengarahkan agar menghasilkan skripsi yang baik dan benar.
4. Beasiswa Bidik Misi Angkatan ke-3 yang telah mengizinkan saya menerima
beasiswa full Delapan Semester, dan teman-teman Ma’had ‘Ali UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh Tim Penguji Sidang Munaqosyah baik Ketua Sidang, Penguji I dan II,
Sekretaris, dan Pembimbing.
iv
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang selama ini
memberikan ilmunya dengan tulus, semoga segala ilmu yang telah diberikan
menjadi bermanfaat dan terbalaskan oleh kebaikan di dunia serta di akhirat
kelak. Amin
7. Seluruh staf Tata Usaha serta Karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu mempermudah syarat administrasi, dll.
8. Seluruh staf Perpustakaan, baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
9. Ibu Hj. Rofiqoh S.E, Bapak H. Sugih S.E, Bapak Erik S.Kom.I, dan Staf
Subdit Pengelolaan dan Pengembangan Dana Haji yang telah memberikan
penulis banyak informasi dan pemahaman tentang tata kelola pengembangan
dan penggunaan dana haji untuk penulisan skripsi.
10. Sahabat-sahabat “Baper DiaZ” teman angkatan setia Tahun 2013 yang selalu
setia men-support.
11. Yusuf Ahmadi S.Pd selaku abang tersayang yang selalu setia memberikan
motivasi untuk segera menyelesaikan skripsinya agar kelak dapat mencapai
tujuannya.
12. Keluarga Besar UIN Jakarta Basketball dan Keluarga Besar Fidkom UIN
Jakarta Basketball.
13. Yang terkasih Sarah Khoirunnisa yang selalu men-support dan memberi
semangat untuk melanjutkan impian kedepannya.
v
14. Teman-teman seperjuangan di Manajemen Dakwah (Manajemen Haji dan
Umroh) angkatan 2013 yang senantiasa memberi motivasi dan waktu
kebersamaannya.
Penulis berdo’a agar sebuah penelitian ini bermanfaat, dan semoga seluruh
bantuan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini akan dibalas
dengan segala kebaikan oleh Allah SWT.
Jakarta, 27 September 2017
Alwi Rahman
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………...…… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………….……………………………...… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………...….... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………...….. 8
D. Metodologi Penelitian …………………………………………....... 9
1. Metode Penelitian ……………………………………………… 9
2. Jenis Data Penelitian ………………………………………….. 10
3. Teknik Penngumpulan Data …...……………………...……….10
4. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data …………………... 12
5. Objek dan Subjek Penelitian ……………………………...…... 12
6. Teknik Penulisan ……………………………………………... 12
E. Tinjauan Pustaka ……………………...…………………………... 13
F. Sistematika Penulisan ………………………………...…………... 15
vii
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG OPTIMALISASI INVESTASI
DANA BIAYA PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
A. Optimalisasi Investasi ………......................................................... 16
1. Pengertian Optimalisasi ………..……………………………... 16
2. Investasi …………...…………………..……………….…...… 17
B. Dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) ……….....……. 27
1. Pengertian Dana…..…………………………………………… 27
2. Pengertian Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji ……………… 29
3. Pengertian Dana BPIH ……….. ……………………………… 29
C. Penyelenggaraan Ibadah Haji …………………………………….. 29
1. Pengertian Penyelenggaraan ………………………………….. 29
2. Pengertian Ibadah ……………………………………………. 29
3. Pengertian Haji ……………………………………………….. 30
BAB III. TINJAUAN UMUM TENTANG DIREKTORAT JENDRAL
PENYELENGGARA HAJI UMRAH KEMENTRIAN AGAMA RI
A. Sejarah Berdiri Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji Umrah … 33
B. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji
Umrah ……………………………………………………………. 41
C. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji Umrah
…………………………………………………………………….. 43
D. Kebijakan Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji Umrah Dalam
Pengelolaan Dana Setoran BPIH ……………………………….... 44
viii
BAB IV. PEMBAHASAN OPTIMALISASI INVESTASI DANA BIAYA
PENYELENGGARAAN HAJI UMRAH
A. Mekanisme Penempatan Dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
1. Pendaftaran …………………………………………………… 48
2. Penyetoran Biaya ……………………………………………... 49
3. Input data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu ………………. 51
4. Proses Pnerimaan BPIH Oleh BPS …………………………… 52
B. Sistem Pengelolaan Investasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
1. Investasi Pada SBSN ……………………………………….... 57
2. Investasi Pada SUN …………………………………….……. 68
3. Investasi Pada Deposito Berjangka ………… …………..….. 70
C. Manfaat Dana Optimalisasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji ...76
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………..... 71
B. Saran ……………………………………………........................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sruktur Organisasi Ditjen PHU …………………………….. 38
Tabel 2 Grafik Hasil Optimalisasi Investasi SBSN …………………. 59
Tabel 3 Grafik Investasi Surat Utang Negara (SUN) ………………. 62
Tabel. 4 Contoh Gambaran Investasi Deposito Berjangka ………….. 64
Tabel 5 Grafik Hasil Optimalisasi Investasi Deposito Berjangka …… 66
Tabel 6 Grafik Hasil Optimalisasi 3 Instrumen Investasi BPIH …….. 67
Tabel 7 Kesimpulan Hasil Optimalisasi Tahun 2013-2016 ………….. 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Ditjen PHU …………………………….. 44
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011
Lampiran 2 Undang-Undang No. 34 Tahun 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang harus
dilakukan oleh seorang muslim yang mampu. Penduduk Indonesia
sebagian besar beragama Islam yang kebanyakan warganya belum semua
tergolong masyarakat yang mampu. Umat Islam yang ingin melaksanakan
ibadah haji harus terlebih dahulu menabung untuk terkumpulnya biaya
ibadah haji. Pada tahun 2010 tepatnya tanggal 3 Mei 2010, Kementrian
Agama menaikkan setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
(BPIH) yang awalnya Rp. 20 juta menjadi Rp. 25 juta per calon jamaah
haji untuk reguler, dan untuk jamaah haji khusus (ONH plus) naik dari
3.000 menjadi $ 4.000 US.1
Perkembangan ekonomi Islam atau yang dikenal dengan istilah
syariah saat ini cukup pesat, ditandai dengan adanya lembaga keuangan
syariah. Sejak tahun 1992, perkembangan lembaga keuangan syariah
terutama perbankan syariah cukup luas hingga sekarang. Hal ini karena
undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan yang telah
memberikan peluang untuk berdirinya bank dengan sistem syariah, dan
sekarang berganti dengan Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS)
nomor 21 tahun 2008, yang berdampak pada kebijakan sistem penyetoran
1 Media Informasi Haji dan Umroh Ditjen Bimas dan Haji Kementrian Agama RI,
Setoran Awal BPIH Naik Untuk Menekan Waiting List (Jakarta: Ditjen Bimas dan Haji
Kementrian Agama RI, 2010). Artikel ini diakses 27 Maret 2011. http://haji.kemenag.go.id.
2
awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sebesar 25 juta kepada
bank penerima setoran (BPS), dan sudah merupakan kewajiban bagi bank-
bank syariah menerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji sebagai
salah satu wujud pangsa pasar Indonesia yang masyarakatnya mayoritas
beragama Islam.
Sebagaimana telah diundangkannya dasar hukum penyelenggaraan
ibadah haji Indonesia yaitu Undang-Undang 13 tahun 2008 tentang
penyelenggaraan ibadah haji yang berbunyi bahwa tujuan
penyelenggaraan ibadah haji adalah memberikan pembinaan, pelayanan
dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji sehingga mereka
dapat melaksanakan ibadahnya sesuai ketentuan syariat Islam berdasarkan
asas keadilan, profesionalitas, akuntabilitas dengan prinsip nirlaba.2 Untuk
melaksanakan Undang-Undang 13 tahun 2008, maka perlu adanya
pengaturan dan pengelolaan maajemen penyelenggaran haji dan umroh
secara menyeluruh dan spesifik, mencakup manajemen pengelolaan dan
pengembangan keuangan haji, transportasi dan akomodasi haji, organisasi
haji, pelayanan haji, serta kesehatan haji, sehingga dapat diketahui kinerja
dan pelayanan apa saja yang harus dibenahi oleh pemerintah agar bisa
diperbaiki kembali untuk peningkatan kualitas penyelenggaraan haji dan
umroh kedepan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penumpukan dan pengendapan dana haji dalam jumlah yang sangat
besar, merupakan dampak semakin meningkatnya keinginan masyarakat
2 Ahmad Kartono, Manajemen Haji dan Umroh, Cetakan ke-1, (Ciputat Tangerang
Selatan: Cendikiamuda, 2016), h.1.
3
untuk menunaikan ibadah haji dan jadwal tunggu (waiting list)
keberangkatan yang semakin panjang karena ketersediaan kuota haji
sangat terbatas.
Belakangan ini isu pengelolaan dan pengembangan dana haji menjadi
bahan pembicaraan publik sejak awal tahun 2010 an. Seiring dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, jumlah pendaftar yang terus
bertambah dari tahun ke tahun. Pada Maret 2016, jumlah pendaftar calon
jamaah haji Indonesia telah mencapai 3 juta orang.3
Peningkatan dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
yang ada di Kementrian Agama mendorong pembuatan kebijakan
penempatan dana setoran haji di arahkan untuk tiga instrument investasi,
yaitu: deposito, pembelian Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/ sukuk,
dan Surat Utang Negara (SUN). Data Kementrian Agama menyebutkan
bahwa saldo dana setoran awal tersebut pada Juli 2017 mencapai 98
Triliun dan sedikit lagi akan menembus angka 100 Triliun.4 Kementrian
Agama sejauh ini menempatkan dana haji pada tiga instrument keuangan,
yaitu Surat Utang Negara (SUN), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
dan deposito berjangka berbasis syariah.5
Jika melihat kepada investasi yang telah dilakukan oleh Negara
Malaysia yang dimulai pada tahun 1963, investasi tersebut tidak hanya
3 Peningkatan Jumlah Calon Pendaftar Semakin Terus Bertambah. Jawa Pos, 9 Juni
2016, artikel ini di unduh pada tanggal 28 September 2017, pada pukul 02.30. 4 Laporan Keuangan Kementrian Agama. Laporan ini di akses pada tanggal 28 Juni 2016
pada pukul 02.45 dari www.kemenag.org.id 5 “Investasi Dana Haji, Setoran Jemaah atau Dana Abadi Umat?”, artikel ini diambil
pada 25 april 2107 dari http://nasional.news.viva.co.id
4
diinvestasikan di dalam negeri saja, namun sudah merambah ke sejumlah
negara lain yaitu Australia, Singapura, Hongkong, Indonesia, hingga
Korea Selatan. Lembaga Tabung Haji Malaysia (LTHM) menyasar
investasi dana haji Malaysia di sektor-sektor yang menguntungkan,
berkelanjutan, kompetitif dan memiliki resiko yang wajar dilihat dari
kondisi pasar. Didalam negerinya misalnya, dana haji diinvestasikan ke
berbagai sektor mulai perkebunan, kelistrikan, hingga perumahan, bahkan
LTHM sudah memiliki beberapa anak perusahaan. Diperkirakan aset
bersih LHTM sudah mencapai 59,5 milliar Ringgit Malaysia, atau sekitar
Rp. 180 triliun. Setiap tahun, keuntungan investasi dana hajinya mencapai
Rp. 8 triliun. Berkat investasi dana haji , Malaysia mmpu meringankan
separuh biaya haji yang wajib dibayar oleh jamaah hajinya dari 19.550
ringgit (Rp 60 juta) menjadi 9.980 ringgit (Rp 30 juta).6 Lembaga tabung
haji Malaysia mampu mentranformasikan dana haji untuk diinvestasikan
kembali. Besarnya saldo dana setoran haji membuat tantangan yang cukup
besar dalam pengelolaan keuangan haji. Apabila dana setoran haji yang
banyak seperti yang tersebut di atas dipergunakan secara produktif maka
akan menghasilkan keuntungan bagi jamaah berupa berkurangnya ongkos
naik haji dan akan menigkatkan peningkatan pelayanan haji.
Hal ini memberikan suatu gambaran akan kenyataan mengenai potensi
pengelolaan keuangan apabila dilakukan pada prinsip dan sesuai jalur dan
6 http:// amp.kompas.com, Diinvestasikan Sejak 1963 Dana Haji Malaysa Rambah
Beberapa Negara, Artikel ini diambil dari website kompas pada tanggal 28 September 2017,
pukul 23.30.
5
mengelola dengan baik oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)
nantinya sesuai Undang-undang 34 Tahun 2014 tentang pengelolaan
keuangan haji, yang mengamanahkan kepada BPKH bertugas mengelola
penerimaan, pengembangan, pengeluaran, dan pertanggung jawaban
keuangan haji.
Kementerian Agama dengan Komisi VIII DPR RI telah
mempertimbangkan Undang-Undang RI nomor 34 tahun 2014 tentang
pengelolaan keuagan haji yaitu:
1. Bertambahnya jumlah jamaah muslim Indonesia yang mendaftar untuk
menunaikan ibadah haji terus meningkat, sedangkan kuota haji terbatas
dan jumlah jamaah haji yang menunggu semakin banyak.
2. Mengakibatkan terjadinya penumpukan akumulasi dana haji yang
berpotensi ditingkatkan nilai kemanfaatannya, guna mendukung
penyelenggaraan ibadah haji yang lebih berkualitas melalui
pengelolaan keuangan haji yang efektif, efisien, transparan, akuntabel,
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Bahwa untuk menjamin pengelolaan keuangan haji yang efektif,
efisien, transparan dan akuntabel memerlukan payung hukum yang
kuat.7
Undang-undang tentang pengelolaan keuangan haji resmi
diterbitkan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
7 Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2014 Pengelolaan Keuangan Haji. Diakses dari
www.paripurnaruu , tanggal 8 Juni 2017.
6
Indonesia (DPR RI) yang ditandatangani oleh Susilo Bambang
Yudhoyono (Presiden RI) pada tanggal 17 Oktober 2014.
Jika dikaitkan dengan investasi dana setoran haji yang
kenyataannya telah mengendap puluhan triliun bahkan akan mendekati
seratus triliun, maka sayang sekali apabila tidak di investasikan sesuai
dengan ketentuan syariat, dan dikelola dengan manajemen professional
dibidang keuangan syariah. Pada kenyataannya sekarang dana setoran
jamaah haji Indonesia telah dimanfaatkan atau di investasikan ke berbagai
instrument investasi berbasis syariah seperti Surat Utang Negara (SUN),
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dan Deposito Berjangka Berbasis
Syariah.
Oleh karena itu, optimalisasi investasi ketiga instrumen tersebut
menjadi prioritas bagi penulis. Tujuan hakikat dana haji itu sebenarnya
adalah untuk penyelenggaraan ibadah haji. Kalau pengelolaan dan tata
kelola dana haji itu bisa menghasilkan tambahan penghasilan, dan untuk
meningkatkan pelayanan haji tentu dengan senang hati.8 Karena data dari
data yang telah tercatat bahwa nilai manfaat dari ke tiga instrument diatas
8 Muhammad Arief, “Kajian Publik pembentukan Badan Pengelola Keuangan Haji”,
Tanggapan anggota komisi XI DPR RI Johnny G. Plate di gedung Bursa Efek Indonesia, Sabtu 18
Maret 2017. h. 15. Tulisan ini diambil pada 25 April 2017 di
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/895464-dpr-belum-dukung-dana-haji-dipakai-untuk-
infrastruktur.
7
kurang lebih per tiga bulan menghasilkan 1,4 triliun dan pertahunnya
mendapatkan 5,3 triliun.9
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, penulis
tertarik untuk mengangkat tema tersebut kedalam bentuk skripsi dengan
judul “Optimalisasi Investasi Dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji (BPIH) Oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dan agar penelitian yang
dilakukan lebih terarah dan spesifik maka permasalahan dalam
penelitian ini dibatasi pada “Pembahasan tentang mekanisme dana
setoran BPIH, pembahasan tentang sistem investasi dana BPIH, dan
pembahasan tentang apa manfaat optimalisasi dana BPIH bagi jamaah
haji.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah di jabarkan di atas maka
permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana mekanisme penempatan dana setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)?
9 Hasil Optimalisasi Tiga Instrumen yang Dilakukan oleh Menag Semakin Berkembang,
artikel ini diambil dari www.kompas.com pada tanggal 28 September 2017.
8
b. Bagaimana optimalisasi investasi dan pengelolaan Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji?
c. Apa manfaat dana optimalisasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji bagi jamaah haji?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah:
a. Untuk mengetahui mekanisme penempatan dana setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).
b. Untuk mengetahui optimalisasi investasi dan pengelolaan Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).
c. Untuk mengetahui mafaat dana optimalisasi Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penulis berharap penyusunan skripsi ini dapat memberikan
manfaat yang bersifat teoritis dan pragmatis yaitu dapat bermanfaat
bagi akademis diantaranya:
1) Dapat megetahui pengembangan ilmu pengetahuan bidang
manajemen haji khususnya, yang berfokus pada bidang studi
manajemen, serta menjadi refrensi bagi jurusan manajemen haji
dan umroh Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
9
2) Dapat memberikan manfaat bagi nilai-nilai keilmuan bagi
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Konsentrasi
Manajamen Haji Umroh.
b. Manfaat Praktis
Pengembangan wawasan ilmu pengetahuan dan khususnya
untuk jurusan manajemen haji dan umrah, Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang kelak nantinya akan turun ke
lapangan untuk ikut mensukseskan pelaksanaan ibadah haji.
1) Dapat mengetahui sejauh mana dana haji Indonesia yang
telah di inventasikan dan sebagai masukanuntuk
menjalankan secara professional sesuai prinsip syariah.
2) Sebagai bahan pertimbagan agar lebih selektif dalam
melakukan investasi agar menghasilkan keuntungan dan
manfaat bagi kepentingan jamaah haji.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan dan
prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.
1. Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
mengumpulkan dan menganalilis data kualitatif, yaitu kata-kata dan
perbuatan manusia.10 Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
10 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kulaitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016) h.
31.
10
lapangan, karena yang diteliti adalah sesuai dengan yang ada di
lapangan secara langsung. Menurut Meleong penelitian kualitatif
adalah penelitia yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian.11
Jadi kesimpulannya metode kualitatif adalah suatu cara yang
dilakukan dalam hal mencari dan mendefinisikan suatu penelitian
dengan cara melakukan mengumpulkan data dari beberapa cara yaitu
wawancara, observasi dan dari buku-buku yang dapat menunjang
kelengkapan data skripsi tersebut.
2. Jenis Data Penelitian
a. Data Primer
Sumber pertama yang berupa hasil wawancara dan observasi
langsung mengenai objek penelitian.
b. Data Sekunder
Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan
oleh pihak pengumpul data primer. Data yang telah didapat dari
hasil observasi, wawancara, jurnal dan dokumentasi yang berkaitan
dengan materi penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dengan cara yang
mempermudah mendapatkan data dan tidak menjadi suatu masalah
bagi narasumber atau objek yang akan dimintai data, diantaranya:
11 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika,
2010), h. 9.
11
a. Observasi
Observasi merupakan pencatatan pola perilaku subjek (orang),
objek (benda), atau kejadian yang sistematis tanpa adanya
pertanyaan aytau komunikasi dengan individu-individu yang
diteliti.12
Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara lansun agar
data yang didapatka menjadi lebih akurat dan bebas terhadap objek
yaitu Kantor Kementrian Agama Republik Indonesia.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan dalam metode survey
yang menggunakan pelayanan secara lisan kepada subjek
peneliti.13 Dalam hal ini yang dilakukan penulis yaitu untuk
mengetahui lebih dalam tentang penempatan dana investasi haji
pada Obligasi Berjangka Berbasis Syariah dari pihak yang
bersangkutan.
c. Studi Kepustakaan
Mempelajari dan memahami secara sistematis dari berbagai
sumber seperti buku, tulisan, surat kabar, makalah ilmiah, dan lain-
lain.
12 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&S, (Bandung: Alfabeta,
2005), h. 171.
13 Sangadji Etta dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian
(Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2010), hal. 171.
12
4. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, hasil pengumpulan data
harus diolah agar menghasilkan sebuah kesimpulan. Pada dasarnya ada
tiga unsure utama penelitian kualitatif. Pertama, data yang berasal dari
berbagai macam sumber. Kedua, berbagai prosedur analisis dan
interpretasi yang digunakan untuk mendapatkan temuan atau teori.
Ketiga adalah laporan tertulis atau lisan. Kemudian dilakukan analisis
data berdasarkan teknik analisa deskriptif yang dilakukan dengan: a.
Reduksi data; b. Penyajian data; c. Kesimpulan dari hasil
pengelompokan, perhitungan dan analisis data yang didapatkan.
5. Obyek dan Subjek Penelitian
a. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah Optimalisasi Investasi Dana
Setoran Jamaah Haji.
b. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian pada skripsi ini adalah Direktorat
Jendral Penyelenggara Haji Umroh sub Direktorat Pengembangan
dan Pengelolaan Dana Haji.
6. Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini mengacu pada Buku Pedoman Akademik
Program Strata 1 tahun 2013/2014 yang diterbitkan oleh tim penyusun
UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta.
13
E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa skripsi yang penulis baca dan amati, banyak pendapat
yang harus diperhatikan dan menjadi perbandingan serta acuan
selanjutnya, maka dari itu penilis melakukan tinjauan pustaka oleh karya:
1. Muhammad Arief Rahman yang berjudul “Proses Pembentukan
Badan Pengelola Keuangan Haji: Sebuah Analisis Kebijakan Publik”.
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Tahun 2010.
Pada penelitian ini Muhammad Arief Rahman mengatakan isu otentik
pembentukan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) adalah
optimalisasi pengelolaan dan pengembangan dana haji yang selama ini
dianggap oleh beberapa pihak belum optimal, walupun sudah efisien
dan efektif. Akan tetapi secara teoritis, pembentukan BPKH sudah
memenuhi tahap-tahap pembentukan kebijakan public yang ideal
dengan catatan-catatan khusus.
2. Ade Haura yang berjudul ”Pengelolaan Dana Haji Pada Sukuk Dana
Haji Indonesia (SDHI)”. Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2010.
Ade Haura beranggapan bahwa penempatan dana haji pada SDHI
menguntungkan bagi Kementerian Agama karena bebas default risk
dari sisi Kementerian Keuangan akan menambah investor baru dalam
pengelolaan anggaran negara.
3. Mohammad Yahdi: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengelolaan
Dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji”.
14
Membahas tentang unsure BPIH yaitu penerimaan, pengelolaan dan
pengeluaran. Dana BPIH diterima oleh bank syariah, namun pada
daerah yang belum terdapat bank syariah atau bank unit syariah dapat
diterima melalui bank transito konvensional.
4. Lukman Hidayat: “Evaluasi Penetapan Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji (BPIH) Oleh Ditjen PHU dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji di
Indonesia tahun 2012”.
Pada pembahasannya membahas bahwa mekanisme penetapan BPIH
dilakuka melalui kegiatan sesuai tahapan SOP yang dimiliki Dijren
PHU, dan evaluasi penetapan BPIH dilakukan setelah operasional haji
selesai, dengan melakukan metode studi kasus lapangan dengan
melakukan pengamatan dan mengumpulkan data tentang berbagai
masalah yang ada dalam penetapan BPIH dengan membuat hasil
laporan evaluasi sesuai dengan ketetapan yag berlaku.
Perbedaan dari skripsi tersebut dengan skripsi ini tidak adanya
yang membahas mengenai Optimalisasi Investasi Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2016 Oleh Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama Republik
Indonesia. Pada kesempatan ini penulis membahas tentang pengelolaan
dana haji. Untuk selanjutnya melakukan analisis pengelolaan dana
investasi haji pada Ditjen PHU Kementerian Agama.
15
F. Sistematika Penulisan
Supaya lebih memudahkan penelitian ini, maka penulis membagi
topic ke dalam 5 (lima) bab, adapun rinciannya sebagai berikut:
BAB I. Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan dalam
membahas masalah ini.
BAB II. Dalam bab ini membahas tentang landasan teoritis, bab ini
menguraikan tentang pengertian optimalisasi investasi dana biaya
penyelenggaraan ibadah haji dan optimalisasi dana BPIH.
BAB III. Dalam bab ini membahas tentang tinjauan umum Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Kementerian Agama RI.
BAB IV. Pada bab ini membahas tentang pembahasan optimalisasi
investasi dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji, menguraikan dan
menganalisa tentang mekanisme penempatan dana BPIH, sistem
pengelolaan investasi BPIH, dan manfaat optimalisasi dana BPIH.
BAB V. Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran. Pada bab
ini, penulis menyimpulkan dan merangkum hasil penelitian serta
menyampaikan saran perbaikan dalam rangka meningkatkan pengelolaan
dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang lebih transparan
dan akuntabel.
16
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG OPTIMALISASI INVESTASI DANA
BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI (BPIH)
A. Optimalisasi Investasi
a. Pengertian Optimalisasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, optimal adalah terbaik,
tertinggi dan paling menguntungkan. Optimalisasi adalah upaya
pengoptimalan yang artinya proses, cara, dan perbuatan yang
menjadikan paling baik.1 Menurut Sisdijatmo, optimal adalah berusaha
untuk memaksimumkan sesuatu yang diinginkan, namun dalam suber
lain dikatakan bahwa optimum tidak berarti maksimum, karena
optimum mempertimbangkan juga faktor-faktor batasan. Kata
optimum biasanya mengacu kepada kualitas bukan kuantitas, ini
berarti yang terbaik bukan yang terbaik bukan yang terbesar.2 Jadi
dapat kita pahami dari kedua pengertian diatas bahwasanya
optimalisasi merupakan sebuah upaya untuk mengoptimalkan atau
memaksimumkan sesuatu yang diinginkan, dengan berbagai cara dan
upaya agar mendapatkan yang terbaik.
Optimalisasi adalah proses pencarian solusi yang terbaik, tidak
selalu keuntungan paling tinggi, yang tinggi yang bisa dicapai jika
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pengertian Optimalisasi, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 705.
2 Adi Ilham Akbar, “Aset”, Artikel diakses pada 29 Mei 2017 dari website
http://investasipadaaset.
17
tujuan pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau tidak
selalu biaya paling kecil yang bisa ditekan jika tujuan pengoptimalan
adalah meminimumkan biaya.3 Pengertian optimalisasi ini menunjukan
bahwa dalam mencari solusi terbaik pada suatu masalah tertentu tidak
selalu melibatkan keuntungan paling tinggi yang dicapai tetapi
bagaimana meminimumkan biaya-biaya yang ada, agar terkelola
dengan baik dan optimal. Jadi kesimpulan penulis bahwa optimalisasi
adalah suatu proses dalam melakukan perbuatan/pekerjaan dan bernilai
paling baik dengan melakukan perencanaan dan pekerjaan sebelumnya
b. Investasi
a. Pengertian Investasi
Pada dasarnya, investasi adalah memanfaatkan sumber
daya (uang atau barang) untuk memperoleh keuntungan atau
tambahan manfaat darinya, dan pada umumnya investasi
dibedakan dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset
keuangan dan investasi pada aset riil. Aset keuangan dikelola
pada lembaga keuanga, seperti perbankan dan pasar modal,
deposito, saham, dan sukuk. Sementara tanah, property, logam
mulia, dan pabrik atau perusahaan adalah contoh-contoh
investasi pada aset riil.4
3 Hotniar Siringringo, Pemograman Linier: Seri Teknik Riset Operasi, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2005), h.4.
4 Suryomurti Wiku, Super Cerdas Investasi Syariah, (Jakarta: Qultum Media), h.6.
18
Pendapat lainnya investasi diartikan sebagai komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada
saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa yang akan datang.5
Kamus lengkap ekonomi mendefinisikan bahwa investasi
yaitu penanaman modal dalam periode tertentu untuk
menghasilkan pendapatan di masa yang akan datang dan
memiliki peran penting dalam perekonomian baik dalam negeri
maupun luar negeri. Dalam persepektif Islam, investasi adalah
kegiatan yang sangat dianjurkan karena dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan menigkatnya jual
beli, simpan-pinjam, sewa-menyewa, gadai, dan kegiatan
ekonomi lainnya. kesimpulan penulis tentang investasi ialah
suatu usaha dengan cara menitipkan atau membelanjakan
berupa uang atau barang untuk dikelola dan dimanfaatkan nilai
hasil dari tabungan tersebut kedepannya.
Kegiatan investasi keuangan syariah pada prinsipnya harus
terkait secara langsung dengan suatu aset atau usaha yang
spesifik dan menghasilkan manfaat, karena hanya atas manfaat
tersebut dapat dilakukan bagi hasil.6 Berikut ini adalah
5 Nurul Huda dan Mustafa E. Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta:
Kencana, 2008), h.7.
6 Yuke Rahmawati Resosialisasi Investasi Keuangan Syari’ah (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h. 107
19
landasan syar’i yang mendasari investasi, Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 275:
با ... م الر البيع وحر … وأحل للا
Artinya: “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,”
(QS. Al-Baqarah:275).
Didalam kaidah fiqih untuk mereka yang ingin berinvestasi
juga telah ditetapkan kaidah-kaidahnya yaitu: a. hukum asal dalam
muamalah adalah halal; b. hukum dasar yang ditetapkan dalam
syarat-sarat muamalat adalah halal; c. pada prnsipnya setiap
kegiatan muamalah harus dijalankan secara adil; d. muamalah
dibangunatas kejujuran dan amanah.7
b. Jenis-jenis Investasi
Pada pengelolaannya waktunya investasi memiliki banyak
macamnya dan berdasarkan kurun waktunya investasi dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1) Menurut Jangka Waktunya
a) Investasi jangka pendek
Adalah investasi yang keuntungannya sudah bisa
dinikmati kurang dari satu tahun. Ciri lain investasi jangka
pendek adalah likuiditas atau kemampuan produk investasi
untuk dicairkannya yang tinggi. Kapan pun kita
membutuhkan uang tunai, kita bisa menguangkan investasi
7 Suryomurti Wiku, Super Cerdas Investasi Syariah, h. 47.
20
tersebut. Resiko dari investasi jangka pendek cenderung
rendah, namun keuntungan yang dijanjikan juga tidak
besar. Investasi jangka pendek mungkin cocok untuk
dipilih bagi investor yang takut akan resiko dan memiliki
uang yang tidak cukup banyak untuk investasi.
b) Investasi jangka menengah
Sesuai dengan namanya, investasi jangka menengah
adalah investasi yang keuntungannya baru bisa dinikmati
setelah satu tahun namun kurang dari tiga tahun. Tingkat
likuiditas dari investasi jangka menengah adalah sedang.
Namun keuntungan dari investasi jangka menengah lebih
besar daripada investasi jangka pendek.
c) Investasi jangka panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang
memiliki keuntungan paling besar dibandingkan dengan
investasi sebelumnya yaitu investasi jangka pendek dan
menengah. Namun, tingkat likuiditas dari investasai jagka
pajang adalah yang paling rendah. Membutuhkan waktu
yang lama bagi seseorang yang menginvestasikan
uangnya pada investasi jangka panjang.8
2) Investasi Berdasarkan Resiko dan Tingkat Keuntungan
8 Ryan Ariefiansyah dan Miyosi Ariefiansyah, Investasi Emas, Cara Kaya untuk Semua
Umur dan Semua Kalangan, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2011), h. 29-31.
21
a) Investasi high risk high return
High risk high return adalah investasi dengan resiko
kerugian yang tinggi namun menjanjikan keuntungan
yang tinggi pula. Investasi ini bisa menghasilkan
keuntunga yang banyak dan bisa juga mengalami
kemunduran atau kerugian saat itu juga.
b) Investasi middle risk middle return
Middle risk middle return adalah investasi dengan
resiko kerugian yang sedang namun menjanjikan namun
dengan keuntungan yang sedang pula. Investasi jenis ini
memungkinkan investor untuk bisa menikmati
keuntungan dalam jumlah yang sedang dengan resiko
yang tidak terlalu membuat sang investor was-was.
c) Investasi low risk low return
Low risk low return adalah investasi dengan resiko
kerugian rendah dan menjanjikan keuntungan yang
rendah juga. Konsekuensinya adalah investor tidak
perlu was-wasakan resiko kehilangan, namu perlu
diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh juga tidak
akan besar.9
3) Menurut Sektornya
9 . Ryan Ariefiansyah dan Miyosi Ariefiansyah, Investasi Emas, Cara Kaya untuk
Semua Umur dan Semua Kalangan, h. 32-33.
22
Menurut Sektornya investasi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu: Pertama investasi sektor riil, yaitu investasi
yang berupa aset fisik, beberapa produk sektor rill adalah
logam mulia, tanah, dan properti. Kedua, investasi sektor
non-riil yaitu investasi yang berupa aset non fisik seperti
produk produk di sektor keuangan atau pasar modal.10
4) Menurut Polanya
Menurut Wiku Suryomurti investasi sesuai polanya dibagi
menjadi dua:
a) Investasi Langsung yaitu investasi yan mana pemilik
modal dan pengelola bisnis langsung melakukan
kesepakatan kerjasama investasi.
b) Investasi Tak Langsung, yaitu investasi yang mana
pemilik modal dan pengelola bisnis tidak langsung
berhubungan dalam melakukan kesepakatan kerjasama
investasi, biasanya pola ini menggunakan jasa pihak
ketiga sebagai perantara misalnya instusi perbankan.11
c. Proses Manajemen Investasi
10 Wiku Suryomurti, Super Cerdas Investasi Syariah Hidup Kaya Raya, Mati Masuk
Surga, h. 81.
11 Wiku Suryomurti, Super Cerdas Investasi Syariah Hidup Kaya Raya, Mati Masuk
Surga, h. 83.
23
Ekspektasi pengembalian dan resiko yang akan dihadapi pasti akan
turut dipertimbangkan dalam suatu proses pengembalian dalam
kepusan investasi, hal tersebut dilakukan untuk mencapai investasi.
Salah satu informasi yang diperoleh dari keputusan investasi yakni
berapa jumlah dana yang diperlukan untuk investasi tersebut. Oleh
karena itu melalui keputusan pendanaan ini akan dibahas mengenai
sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu investasi
yang sudah dianggap layak.
Penjelasan tentang investasi di atas merupakan gambaran investasi
yang telah di ambil oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian
Agama sejauh ini menempatkan kepada instrument investasi keuangan
yaitu Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Surat Utang Negara
(SUN), dan deposito berjangka berbasis syariah
Beberapa ahli dalam bidang investasi memiliki pandangan yang
berbeda mengenai investasi. Dalam kamus istilah pasar modal dan
keuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal
dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan.12 Fitgeral mengartikan investasi sebagai “aktivitas yang
berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai
untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan barang
modal tersebut akan dihasilkan aliran produk baru dimasa yang akan
12 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h.7.
24
datang”.13 Menurut Hendry Faisal Noor, Investasi adalah mengorbakan
peluang konsumsi saat ini, untuk memperoleh manfaat dimasa yag
akan mendatang.14
Pendapat lainnya investasi diartikan sebagai komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan
datang.15
Menurut Muhammad Syafi’I Antonio, investasi merupakan bagian
penting dalam perekonomian. Investasi adalah kegiatan usaha yang
mengandung resiko karena berhadapan dengan unsure ketidakpastian.
Dengan demikian, perolehan kembalinya (return) tidak pasti dan tidak
tetap. Investasi berbeda dengan menabungkan uang, karena
menabungkan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung
resiko karena perolehan kembalinya berupa bunga yang relative pasti
dan tetap.16
Ahmad Rodoni mengatakan, investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini,
13 Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 183.
14 Hendry Faisal Noor, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan
Ekonomi Masyarakat, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), h.4.
15 Nurul Huda dan Mustafa E. Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, h.7. 16 Muhamad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,
2001), Cet. ke-1, h. 150
25
dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang
akan datang sesuai dengan syariat Islam.17
Pada dasarnya, investasi adalah memanfaatkan sumber daya (uang
atau barang) untuk memperoleh keuntungan atau tambahan manfaat
darinya dimasa yang akan datang, dan pada umumnya investasi
dibedakan dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset keuangan
dan investasi pada aset riil. Aset keuangan dikelola pada lembaga
keuangan, seperti perbankan dan pasar modal, deposito, saham, dan
sukuk. Sementara tanah, property, logam mulia, dan pabrik atau
perusahaan adalah contoh-contoh investasi pada aset riil.18
Menurut Iwan Pontjowinoto ada beberapa Prinsip dasar transaksi
menurut syariah yang ditawarkan19, yaitu ; a). Transaksi dilakukan atas
harta yang memberikan nilai manfaat dan menghindari setiap transaksi
yang zalim. Setiap transaksi yang memberi nilai manfaat akan
dilakukan bagi hasil. b.) Uang sebagai alat pertukaran bukan sebagai
komoditas perdagangan, dimana fungsinya adalah sebagai alat
pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau
harta. c). Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan
kerugian atau unsure penipuan dari salah satu pihak, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja. d). Resiko yang mungkin timbul harus
17 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),
Cet. ke-1, h.46
18 Suryomurti Wiku, Super Cerdas Investasi Syariah, h. 3.
19 Iwan P. Ptjowinoto, Kaya & Bahagia Cara Syariah, (Bandung: Misan Publika, 2010),
h. 23.
26
dikelola sehingga tidak menimbulkan risiko yang lebih besar atau
melebihi kemampuan menanggung risiko. e). Dalam Islam tansaksi
yang mengharapkan hasil harus bersedia menanggung resiko. f).
Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak
mengandung unsure spekulatif dan menghormati hak asasi manusia
serta menjaga lestarinya lingkungan hidup.
Konsep investasi dalam ajaran Islam tersebut tertuang dalam Al-
Quran surat An-Nisa ayat 29 :
ل إ ال أن تكون ت جارة عن يا أ ين آمنوا ال تأكلوا أموالكم بينكم ب الباط يها الذ
يما كان ب كم رح نكم وال تقتلوا أنفسكم إ ن للا تراض م
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa: 29).
Dalam ayat lain Allah juga berfirman dalam surat An-Nisa ayat 9;
ين وليخش ن تركوا لو الذ م م ية خلف ه عافا ذر م خافوا ض قوا عليه فليت للا
يدا قوال وليقولوا سد
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa: 9).
27
Ayat tersebut menganjurkan untuk berinvestasi dengan
mempersiapkan generasi yang kuat, baik aspek intelektualitas, fisik,
maupun aspek keimanan, sehingga terbentuklah sebuah kepribadian
yang utuh dengan kapasitas sebagai berikut; memiliki akidah yang
benar, beribadah dengan cara yang benar, memiliki akhlak yang mulia,
intelektualitas yang memadai, mampu bekerja/mandiri, disiplin atas
waktu, dan bermanfaat bagi orang lain. Jadi pengertian manajemen
investasi menurut penulis adalah suatu pengelolaan investasi berupa
apapun yang di kelola dengan baik dan benar sesuai aturan sehingga
menimbulkan nilai lebih untuk investor.
B. Dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
1. Pengertian Dana
Menurut beberapa ahli pengertian tentang dana memiliki banyak
perbedaan antara satu dengan yang lain. Dana sering diartikan sebagai
kas, sedangkan kas merupakan uang tunai yang dimiliki oleh suatu
perusahaan atau lembaga. Dalam hal ini, uang yang disediakan untuk
biaya kebutuhan, keperluan dan operasi kebutuhan sehari-hari. Dana
atau kas adalah bentuk aktivitas yang paling likuid yang bisa
digunakan segera untuk memenuhi kewajiban keuangan dalam suatu
organisasi. Karena sifat likuidnya tersebut, kas memberikan
keuntungan yang paling rendah. Jika organisasi menyimpan kas, uang,
dana dalam bentuk rekening giro, maka jasa giro yang diterima oleh
organisasi prosentasinya akan lebih rendah dari pada jika disimpan
28
dalam bentuk deposito berjangka20. Beberapa pengertian tentang dana
menurut beberapa ahli diantaranya:
a. Menurut Drs. Kustadi Arinta
“Yang dimaksud dengan dana adalah sejumlah uang atau sumber
lain yang disisihkan buat tujuan penyelenggaraan kegiatan tertentu/
mendapatkan objek tertentu yang sesuai dengan ketentuan dan
pembatasan khusus dan yang disusun sebagai satuan keuangan
pembukuan sendiri”.
b. Menurut Drs. Munawir:
“Pengertian pertama diartikan sama dengan kas, dengan demikian
laporan sumber dan penggunaan dana menggambarkan suatu
ringkasan sumber dan penggunaan kas selama periode
bersangkutan”. Pengertian yang kedua sama denga modal kerja,
baik dalam arti modal kerja bruto maupun modal kerja netto,
sehingga dengan demikian laporan sumber dan penggunaan dana
menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penggunaan modal
kerja dan perubahan-perubahan unsure-unsur modal kerja selama
periode bersangkutan”.
c. Menurut Prof. Drs. Bambang Riyanto:
“Dana dalam artian sempit yaitu kas dalam artian yang lebih luas
yaitu modal kerja”.
d. Menurut Drs. Syafarudin Alwi, MS berpendapat:
20 Padji Anoraga, Manajemen Bisnis (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 244
29
“Dana yang dibedakan dalam dua kategori yaitu dalam pengertia
kas dan dana dalam pengertian working kapital”.
Kesimpulan menurut penulis tentang dana adalah uang yang
dikeluarkan seseorang untuk sesuatu yang lebih.
2. Pengertian Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
Pengertian BPIH adalah Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji21
3. Pengertian Dana Biaya Penyelenggraan Ibadah Haji (BPIH)
Dana BPIH adalah uang yang disediakan untuk keperluan semua
kegiatan Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Kesimpulan tentang dana BPIH menurut penulis adalah suatu biaya
lebih yang disetorkan oleh jamaah kepada bank penerima setoran
untuk penyelenggaraa ibadah haji.
C. Penyelenggaraan Ibadah Haji
1. Pengertian Penyelenggaraan
Penyelenggaraan adalah mengurus dan mengusahakan sesuatu22
2. Pengertian Ibadah
Ibadah menurut bahasa berarti merendahkan diri serta tunduk.
Sedangkan menurut istilah adalah merendahkan diri kepada Allah
dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.23
21 Padji Anoraga, Manajemen Bisnis, h. 247.
22 Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia , dari http://Alkitab.sabda.org. Pengertian
Penyelenggaraan, pada tanggal 2 Oktober 2017 pukul 18.00.
23 Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, pada artikel diwebsite https://almanhaj.org.
Pengertian Ibadah Dalam Islam. Pada tanggl 2 Oktober 2017, pukul 18.05
30
3. Pengertian Haji
Secara etimologis, haji bermakna menyengaja, menahan, datang
atau menuju ke Mekkah untuk ibadah. Pelakunya disebut haajj, dan
hajjij, bentuk muannats (betina) hajjaj, jamaknya hujjaj dan hajij.24
Haji menurut pengertian kamus Bahasa Indonesia adalah rukun
islam yang kelima kewajiban ibadah yang harus dilakukan oleh orang
Islam yang mampu dengan mengunjungi ka’bah di Masjidil Haram
pada bulan haji dan mengamalkan amalan-amalan haji seperti ihram,
tawaf, sai, dan wukuf.25
Haji dalam pengertian istilah para ulama, ialah menuju ke ka’bah
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, atau dengan perkataan
lain bahwa haji adalah mengunjungi suatu tempat tertentu pada waktu
tertentu dengan melakukan suatu pekerjaan tertentu. Yang dimaksud
dengan “mengunjungi” itu ialah mendatangi, yang dimaksud dengan
tempat tertentu itu ialah Ka’bah dan Arafah.
Maksud dari “waktu tertentu” itu ialah bulan-bulan haji, yaitu
bulan Syawal, Zulqaidah, dan Zulhijjah dan 10 pertama bulan
Zulhijjah. Yang dimaksud dengan “perbuatan tertentu” itu ialah
berihram, wukuf di Arafah, mabit di Muzdaliffah, mabit di Mina,
melontar jamrah, mencukur, tawaf, dan sai.
24 Abu Umar An-Nadwi, Panduan Lengkap Ibadah Haji dan Umroh, (Jakarta: Robbani
Press, 2010) h.11.
25 Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel ini diambil dari https://kbbi.we.id Haji.
31
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian haji
adalah suatu perbuatan yang diawali oleh diri sendiri untuk pergi ke
tanah suci untuk melakukan rukun dan sunnah yang telah ditetapkan.
4. Pengertian Penyelenggaraan Ibadah Haji
Undang-undang nomor 13 tahun 2008 ayat (2) menyebutkan
pengertian penyelenggaran ibadah haji adalah: rangkaian kegiatan
pengelolaan pelaksanaan ibadah haji yang meliputi pembinaan,
pelayanan dan perlindungan jamaah haji.26
Pasal 1 ayat (11) Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
nomor 396 tahun 2003 tentang perubahan atas Keputusan Menteri
Agama Republik Indonesia nomor 371 tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah menyatakan bahwa:
penyelenggaraan ibadah haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan jamaah haji di tanah air, dan
di Arab Saudi.27
Taufik Kamil menyatakan bahwa penyelenggaraan haji adalah:
suatu sistem kegiatan dengan sub-sub sistemnya yaitu Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), pendaftaran, Pembinaan,
kesehatan, keimigrasian, transportasi, akomodasi, penyelenggaraan
haji khusus dan umrah.
26 Romaza, Makalah pada mata kuliah, Sejarah Penyelenggaraan Haji dan Umroh,
(Ciputat), h.3.
27 Peraturan Menteri Agama RI Nomor371 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umrah, Pasal 1 ayat 11. Diambil dari website www.kementerianagama.com
pada tanggal 8 Juni 2017.
32
Pada dasarnya pengertian Penyelenggaraan Ibadah Haji adalah
rangkaian kegiatan yang meliputi pembinaan, pelayanan, dan
perlindungan dalam pelaksanaan ibadah haji kepada calon jamaah haji,
baik di tanah air maupun di Arab Saudi yang terdiri dari pendaftaran,
penetapan Biaya penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), pengurusan
Paspor, dan pemvisaan, pembinaan kepada calon jamaah haji,
recruitment dan pengorganisasian petugas haji, Penyelenggaran Ibadah
Haji Khusus (PIHK), konsumsi, trsnportasi, pelayanan kesehatan,
sampai pembinaan pasca haji.
33
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMROH KEMENTRIAN
AGAMA REPUBLIK INDONESIA
A. Sejarah Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh
Sejarah penyelanggaraan haji di Indonesia telah mengalami waktu
yang sangat lama. Bermula dari masuknya agama Islam hingga masuknya
pada masa reformasi. Menurut sejarah umat Islam Nusantara Indonesia
menunaikan ibadah haji sejak Islam masuk Nusantara pada abad ke-10
pada saat itu ibadah haji dilakukan secara massal seperti saat ini.1
Sejarah penyelenggaraan haji memiliki dinamika yang bermuara
pada persoalan pokok yaitu peraturan menyangkut hubungan bilateral
atara dua negara yang memiliki perbedaan sosio-budaya, bentuk
pemerintahan, dan status kenegaraan. Indonesia menganut sistem
pemerintahan, sementara Arab Saudi menganut sistem kerajaan.
1. Penyelenggaraan Haji Masa Penjajahan
Faktor dominan dalam masalah perjalanan haji pada masa ini
(penjajahan) yaitu faktor keamanan di perjalanan dan fasilitas
angkutan jamaah haji yang masih sangat minim. Akan tetapi, kendala
itu tidak mengurangi keinginan umat Islam untuk melaksanakan
ibadah haji, bahkan jumlahnya mulai meningkat cepat yang
diperkirakan mulai pada tahun 1910 dengan melihat beberapa faktor
1 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta:
Direktorat Penyelenggara Haji dan Umroh, 2012), h. 8
34
tersebut, maka penguasa pada saat itu perlu mengadakan ketentuan
yang mengatur pelaksanaan ibadah haji.2
2. Penyelenggaraan Haji Pasca Kemeredekaan
Penyelenggaraan pada masa ini dilakukan sepenuhnya oleh
Penyelenggara Haji Indonesia (PHI) yang berada di setiap
Karesidenan, karena saat itu karesidenan merupakan pemerintahan
daerah yang mengatur dan mengelola serta mengadministrasikan
segala urusan permasyarakatan, termasuk didalamnya memudahkan
semua urusan yang berhubungan dengan calon jamaah haji.
Dalam perkembangan selanjutnya, untuk lebih memberikan
kekuatan legalitas penyelenggaraan haji, pada tanggal 21 Januaari
1950 Badan Kongres Muslimin Indonesia (BKMI) mendirikan sebuah
yayasan yang secara khusus menangani kegiatan penyelenggaraan haji,
yaitu Panitia Perbaikan Penyelenggaraan Haji (PPHI) yang diketahui
oleh KHM Sudjak. Kedudukan PPHI lebih dikuatkan lagi dengan
dikeluarkannya surat Kementerian Agama yang ditanda tangani oleh
Menteri Agama RIS K.H. Wahid Hasyim No. 3170, tanggal 6 Februari
1950, kemudian disusul dengan surat edaran Menteri Agama di
Yogyakarta Nomor A.III/I/648 tanggal 9 Februari 1950 yang
menunjukan Panitia Perbaikan Penyelenggaraan Haji Indonesia (PPHI)
sebagai satu-satunya wadah sah disamping pemerintah untuk
mengurus dan menyelenggarakan perjalanan haji Indonesia.
2 Achmad Nijam Alatif Hanan, Manajemen Hajji, (Jakarta: Nizam Press, 2004), h.20
35
3. Penyelenggaraan Haji Masa Reformasi
Era reformasi yang mulai menggema pada tahun 1999 merupakan
awal dari sistem keterbukaan dan transparansi, menuntut setiap bentuk
kebijakan. Setiap kebijakan yang menimbulkan ketidakpuasan
masyarakat akan mendapat respond dan kritik yang gencar.
Pemerintah di tuntut untuk menyempurnakan sistem penyelenggaraan
haji dengan menekankan pada pelayanan, perlindungan dan pembinaan
secara optimal.
Perubahan lingkungan baik eksternal maupun sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan teknologi memacu pemerintah untuk melakukan
perubahan dalam manajemen birokrasi tradisional yang
diimplementasikan selama ini. Seperti penerapan sistem komputerisasi
haji (pendaftaran online dan real time) serta informasi yang
memanfaatkan media internet.
Setelah 54 tahun payung hukum tentang penyelenggaraan ibadah
haji adalah keputusan Presiden, maka pada tahun 1999 diterapkan
undang-undang No. 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji. Isi dari undang-undang tersebut menekanka kepada pelayanan,
pembinaan dan perlindungan kepada jamaah haji serta mengarah
kepada sistem yang lebih professional.3
Pada tahun 2008 pemerintah menerbitkan undang-undang No. 13
tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang baru sebagai
3 Achmad Nijam Alatif Hanan, Manajemen Hajji., h. 53
36
pengganti UU No. 17 tahun 1999. Penyempurnaan kebijakan paling
mendasar dalam undag-undang yang baru adalah penyelenggaraan
haji. ada 4 hal yang baru dalam undang-undang No. 13 tahun 2008
tersebut, yaitu:4
1. Adanya komisi pengawas khusus dalam penyelenggaraan ibadah
haji. Pemerintah yang dipresentasikan melalui Departemen Agama
sebagai penyelnggara ibadah haji harus didampingi oleh suatu
lembaga independen yang bertugaas untuk mengawasi
penyelenggaraan mulai dari pernecanaan, pengorganisasian,
pelaksaaan, sampai selesai operasional haji. lembaga yang harus
mendampingi adalah Komisi Pengawas Haji Indonesia. (KPHI)
2. Meningkatnya peran masyarakat dalam keuangan hasil dari
efisiensi dari biaya penyelenggaraan ibadah haji. Sehingga adanya
pembentukan Badan Pengelola Dana Abadi Umat (BPDAU).
Pengelola DAU harus dilakukan oleh badan pengelola yang terdiri
dari dua dewan pengelolaan, yaitu Dewan Pengawas dan Dewan
Pelaksana.
3. Adanya penguatan Hirarkis Kebijakan dalam undang-undang yang
baru sehingga perlunya Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan
Presiden (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan
Menteri Agama (PMA) dan Peraturan Daerah yang mengatur
transportasi di daerah.
4 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, h. 86
37
4. Semakin Menguatkan perlindungan kepada jamaah haji dan umrah.
Hal ini merupakan bentuk komitmen dari undang-undang No. 13
tahun 2008 yang menyebutkan, bagi penyelenggara haji khusus
dan perjalanan umroh yang tidak bisa memenuhi ketentuan sesuai
undang-undang no. 13 tahun 2008 dan peraturan pemerintah maka
akan dikenakan sanksi administrative.
Selanjutnya undang-undang No. 13 tahun 2008 menyatakan bahwa
Menteri Agama sebagai koorinator terhadap penyelenggaraan ibadah
haji. dalam pelaksanaan teknis sehari-hari, Menteri Agama dibantu
oleh Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (DPHU), gubernur dibantu
oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi selaku kepala staf
penyelenggara haji di tingkat Provinsi, Bupati/Walikota dibantu oleh
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten/Kota selaku kepala staf
penyelenggara haji di tingkat kabupaten/kota. Sementara Duta Besar
dibantu oleh Konjen RI selaku coordinator harian dan Konsul haji
selaku Kepala Staf Penyelenggara Haji di Arab Saudi.5
Akan tetapi undang-undang tahun 2008 diubah setelah ada
kebijakan dari Pemerintah Arab Saudi yang menetapkan bahwa sejak
tahun 1430 H jamaah haji dari seluruh negara yang akan menunaikan
ibadah haji harus menggunakan passport biasa. Maka dari itu beberapa
point pada undang-undang No. 13 tahun 2008 diubah dan ditetapkan
5 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, h. 180.
38
undang-undang baru no. 34 tahun 2009 untuk mengakomodir dan
menghormati peraturan yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi.
Pengelolaan haji dikelola Kementrian Agama sudah berdiri sejak
tahun 1964 dan sudah mengalami 11 kali pergantian pemimpin sebagai
berikut:
Tabel 1.
Struktur Organisasi Ditjen PHU6
Nama Jabatan Masa Bakti
Prof. KH. Farid Ma’ruf Menteri Urusan Haji
Dirjen Urusan Haji
1964-1965
1965-1973
H.Burhani Tjokrohandoko Dirjen Urusan Haji
Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1973-1979
1979-1984
H.A. Qadir Basalamah Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1984-1989
H. Andi lolo Tonang, SH Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1989-1991
Drs. H. Amidhan Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1991-1995
Drs. H. A. Ghazali Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
1995-1996
Drs. H. Mubarok, M.Si Dirjen Bimas Islam 1996-200
6 Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa Ke Masa, h. 8.
39
dan Urusan Haji
Drs. H. Taufiq Kamil Dirjen Bimas Islam
dan Urusan Haji
2000-2005
Drs. H. Slamet Riyanto,
M.Si
Dirjen Bimas Islam
dan urusan Haji
Dirjen Penyelenggara
Haji dan Umroh
2005-2006
2006-2012
Dr. H. Anggito Abimanyu Dirjen Penyelenggara
Haji dan Umrah
2012-2014
Prof. Dr. H. Abdul Djamil,
MA
Dirjen Penyelengga
Haji dan Umrah
2014-sekarang
Sumber: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa Ke
Masa, (Jakarta: Direktorat Penyelenggara Haji dan Umrah, 2012), h. 8.
Demi tercapainya peningkatan kualitas dan perbaikan pencapaian
penyelenggaraan haji dan umrah di Indonesia maka DITJEN PHU
menetapkan visi yaitu: terwujudnya pembinaan, pelayanan, dan perlindungan
kepada jamaah haji dan umrah berdasarkan asas keadilan, transparansi,
akuntabel, dengan prinsip nirlaba, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Pembinaan diwujudkan dalam bentuk pembimbingan, penyuluhan, dan
penerangan kepada masyarakat dan jamaah haji. Sedangkan pembinaan
petugas diarahkan pada profesionalisme dan dedikasinya.
b. Pelayanan diwujudkan dalam bentuk pemberian pelayanan administrasi
dan dokumen, transportasi, kesehatan serta akomodasi dan konsumsi.
40
c. Perlindungan diwujudkan dalam bentuk jaminan keselamatan dan
keamanan jamaah haji dari mendapat Surat Pemanggilan Masuk Asrama
(SPMA), di Arab Saudi sampai pulang kembali ke tanah air.
d. Asas Keadilan tergambar dari penyelenggaraan ibadah haji yang harus
berpegang teguh pada kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan
tidak sewenang-wenang dalam penyelenggaraannya.
e. Transparan yaitu segala sesatu yang dilakukan selama proses
penyelenggaraan ibadah haji dapat diketahui oleh masyarakat dan jamaah
haji.
f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, adalah rangkaian penyelenggaraan
ibadah haji dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan
secara etik dan hukum dengan prinsip tidak mencari keuntungan atau
laba.7
Untuk tercapainya visi tersebut perlu diciptakan kualitas sistem
penyelenggaraan ibadah haji dan pembinaan ibadah haji dan umroh yang
taat asas dan menciptakan kemandirian terampil, serta akhlak mulia.
Untuk mencapai visi maka perlu adanya misi untuk lebih terarah,
maka misi dari Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah adalah:
a. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi petugas haji.
b. Maningkatkan kualitas penyuluhan, bimbingan, dan pemahaman
manasik haji.
7 Keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, D/54 Tahun 2010
tentang Visi dan Misi Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
41
c. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah haji
melalui pembinaan haji khusus, umrah, dan kelompok bimbingan
ibadah haji.
d. Meningkatkan kualitas dukungan manajemen dan dukungan teknis
lainnya dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.
e. Meningkatkan pelayanan pendaftaran, dokumen, akomodasi,
transportasi, dan catering sesuai standar pelayanan minimal
penyelenggaraan ibadah haji.
f. Memberikan perlindungan kepada jamaah sehingga mendapatkan rasa
aman, adil, dan kepastian melaksanakan ibadah haji.
g. Meningkatkan akuntabilitas dana haji serta pengembangan sistem
informasi haji.8
B. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umroh
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU)
menganut sistem kerja yang teratur dengan beberapa rencana strategis sebagai
berikut:
1. Tugas : Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah ( Ditjen
PHU) mempunyai tugas untuk merumuskan sertas melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis dibidang penyelenggaraan haji dan
pembinaan umroh berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri.
2. Fungsi :
8 Keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, D/54 Tahun 2010
tentang Visi dan Misi Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
42
a. Perumusan dan penetapan visi, misi dan kebijakan teknis di bidang
penyelenggaraan haji dan umroh.
b. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di
bidang penyelenggaraan haji dan pembinaan umroh.
c. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan
pembinaan umroh.
d. Pemberian pembinaan teknis dan evaluasi pelaksana tugas.
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.9
Adapun Jenis fungsi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
antara lain sebagai berikut:
a. Merencanakan dan memastikan keberangkatan jamaah haji seluruh
Indonesia.
b. Memastikan jumlah jamaah haji yang akan diberangkatkan
berdasarkan jumlah kuota jamaah haji Indonesia.
c. Memastikan bahwa seluruh embarkasi telah siap untuk
melaksanakan operasional pemberangkatan jamaah haji dengan
segala sarana dan prasarana.
d. Memastikan sarana transportasi udara yang akan menerbangkan
jemaah haji ke Arab Saudi telah siap di seluruh bandara embarkasi.
e. Memastikan bahwa seluruh dokumen haji (paspor) seluruh jemaah
sudah siap.
9 Peraturan Menteri Agama RI No. 10 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Laksana
Pasal 224. Diunduh pada tanggal 8 Juni 2017. Diunduh dari website https://haji.kemenag.go.id
pada tanggal 8 Juni 2017.
43
f. Memastikan bahwa pemondokan jemaah haji di Madinah dan di
Makkah sudah siap, termasuk bus salawat antar jemput jamaah haji
dari pondok ke Masjidil Haram pulang pergi.
g. Memastikan kesiapan catering sudah siap di Bandara Arab Saudi ,
di Madinah, di Makkah dan di Armina.
h. Memastikan sarana prasarana pelayanan jemaah haji, yaitu
pelayanan umum, pelayaan kesehatan, pelayanan bimbingan
ibadah dan manasik haji haji serta pengamanan jemaah selama di
Arab Saudi.
i. Melakukan koordinasi dengan Kementerian dan lembaga terkait
dalam rangka kelancaran operasional penyelenggaraan ibadah haji,
baik dalam negeri maupun luar negeri.
j. Memantau operasional penyelenggaraan ibadah haji sejak
keberangkatan jamaah dari masing-masing embarkasi, selama di
Arab Saudi sampai kembali pulang di tanah air.10
C. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah (Ditjen
PHU) dalam pelaksanaan teknis penyelenggaraan ibadah haji didasarkan
atas Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 92 tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementrian Negara, serta Susunan
10 Ahmad Kartono, Manajemen Haji dan Umroh, Cetakan ke-1, (Ciputat Tangerang
Selatan: Cendikiamuda, 2016), h.44-45.
44
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementrian Negara serta Peraturan
Mentri Agama (PMA) No. 10 tahun 2010 tentang organisasi Organisasi
dan Tata Kerja Kementrian Agama.
Sesuai Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 10 tahun 2010, Ditjen
PHU terdiri dari secretariat, Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah,
Direktorat Pelayanan Haji, dan Direktorat Pengelolaan Dana Haji.
Gambar. 1
Struktur Organisasi Ditjen PHU
Sumber: www.kemenag.go.id , gambar ini di akses pada tanggal 8 juni 2017 pukul 14.30
D. Kebijakan Direktorat Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah dalam
Pengelolaan Dana Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen
PHU) dalam pelaksanaan teknis pengelolaan dana setoran biaya
penyelenggaraan haji didasarkan atas Peraturan Menteri Agama (PMA)
No. 30 tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran (BPS) Biaya
45
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).11 Beberapa ketentuan dalam
Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 30 tahun 2013 diantara lain:
Pasal 2
1. Menteri menetapkan Badan Penerima Setoran (BPS) Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
2. BPS BPIH sitetapkan setelah memenuhi pesyaratan sebagai
berikut:
1. Berbadan hukum Perseroan Terbatas;
2. Berbentuk bank syariah atau bank umum nasional yang
memiliki layanan syariah;
3. Memiliki layanan bersifat nasional;
4. Memiliki sarana, prasarana, dan kapasitas untuk berintegrasi
dengan sistem layanan haji Kementrian Agama.
5. Memiliki kondisi kesehatanbank sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ketentuan
peraturan lainnya;
6. Menunjukan keterangan menjadi anggota Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) dn surat kesanggupan meaksankan program
penjamin LPS atas dana setoran awal.
Pasal 6A
11 Peraturan Menteri Agama RI No. 30 tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran
(BPS) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Di unduh dari website
https://haji.kemenag.go.id pada tanggal 8 Juni 2017.
46
Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
dilarang memberikan layanan dana talangan haji baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Pasal 12 A
1. Dana talangan haji yang telah diberikan oleh BPS BPIH
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, harus diselesaikan
oleh BPS BPIH dengan jamaah haji.
2. Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
lambat tanggal 31 Desember 2020 terhitung sejak tanggal
pengundangan Peraturan Menteri ini.
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen
PHU) melalui Direktorat Pengelolaan Dana Haji memiliki tugas pokok
dan fungsi sebagai berikut12:
Pasal 306
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 305,
Direktorat Pengelolaan Dana Haji menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang biaya penyelenggara ibadah, anggaran
operasional, pengembangan dan pengelolaan dana haji, serta fasilitasi
badan pengelola dana abadi umat;
12 Peraturan Menteri Agama RI No. 30 tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran
(BPS) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Di unduh dari website
https://haji.kemenag.go.id pada tanggal 8 Juni 2017. Pasal 306.
47
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang biaya penyelenggara ibadah,
anggaran operasional, pengembangan dan pengelolaan dana haji, serta
fasilitasi badan pengelola dana abadi umat;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang biaya
penyelenggara ibadah, anggaran operasional, pengembangan dan
pengelolaan dana haji, serta fasilitasi badan pengelola dana abadi
umat;
d. Pemberian bimbingan teknis evaluasi di bidang biaya penyelenggaraan
ibadah, anggaran operasional, pengembangan dan pengelolaan dana
haji, serta fasilitasi badan pengelola dana abadi umat;
e. Pelaksanaan usrusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.13
13 Peraturan Menteri Agama RI No. 30 tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran
(BPS) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Di unduh dari website
https://haji.kemenag.go.id pada tanggal 8 Juni 2017, Pasal 306.
48
BAB IV
PEMBAHASAN OPTIMALISASI INVESTASI DANA BIAYA
PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
A. Mekanisme Penempatan Dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
Mekanisme penempatan BPIH dilakukan dengan prosedur yang
sistematis untuk memudahkan calon jamaah haji yang ingin mendaftarkan
dirinya, setiap masyarakat Indonesia yang ingin berangkat untuk
menunaikan ibadah haji wajib menyetorkan Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPIH) kepada Bank Penerima Setoran (BPS). Berikut ini
merupakan prosedur pendaftaran jamaah haji Indonesia1:
1. Pendaftaran
a. Calon jamaah haji membuka rekening tabungan haji pada BPS
BPIH.
b. Calon jamaah haji memeriksakan kesehatan ke Puskesmas
domisili untuk memperoleh surat keterangan sehat.
c. Calon jamaah haji datang ke Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota untuk mengisi SPPH (Surat Pendaftaran Pergi
Haji), dengan membawa:
1 Wawancara dengan Kepala Seksi Akutansi dan Pelaporan Aset Haji Subdit
Pengelolaan dan Pengembangan Dana Haji, Hj Rofiqoh S.E, tanggal 28 Agustus 2017 di
Kementerian Agama.
49
1) Pas Foto terbaru berwarna ukuran 3x4 10 lembar
dengan latar belakang putih dan tampakwajah 70% -
80%;
2) Buku tabungan haji pada BPS BPIH minimal Rp.
25.000.000 per orang;
3) Surat keterangan sehat dari Puskesmas;
4) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu
Keluarga (KK) yang masih berlaku; ijazah/Akte
Kelahiran/Akte Nikah.
2. Penyetoran Biaya
Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama (PMA) No.24 tahun 2016
kedalam beberapa pasal yaitu yang berbunyi2:
Pasal 2
a. Menteri menetapkan Badan Penerima Setoran (BPS) Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
b. BPS BPIH sitetapkan setelah memenuhi pesyaratan sebagai
berikut:
c. Berbadan hukum Perseroan Terbatas;
d. Berbentuk bank syariah atau bank umum nasional yang
memiliki layanan syariah;
e. Memiliki layanan bersifat nasional;
2 Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2016 tentang Bank Penerima Setoran. Pasal 2,
di unduh dari https://Haji.kemenag.go.id.
50
f. Memiliki sarana, prasarana, dan kapasitas untuk berintegrasi
dengan sistem layanan haji Kementrian Agama.
g. Memiliki kondisi kesehatanbank sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ketentuan
peraturan lainnya;
h. Menunjukan keterangan menjadi anggota Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) dan surat kesanggupan meaksankan program
penjamin LPS atas dana setoran awal.
Pasal 6A
Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
dilarang memberikan layanan dana talangan haji baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk selanjutnya dikelola
dengan dipertimbangkan mulai manfaat yang didapat untuk
membiayai belanja operasional penyelenggaraan ibadah haji.
Dalam rangka pembenahan penyelenggaraan ibadah haji, maka
pengelolaan dan pengembagan dana haji diarahkan lebih akuntable
dan transparan. Untuk itu Kementerian Agama memutuskan dana
haji ke beberapa instrument yang bekerja sama dengan bank dan
Kementerian Keuangan.3
Selama ini Kementerian Agama umumnya dan khususnya
Dirjen PHU sudah melaksanakan dan menjalankan sesuai dengan
3 Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2016 tentang Bank Penerima Setoran. Pasal
6A, di unduh dari https://Haji.kemenag.go.id.
51
standar operasional yang tertera pada Undang-Undang. Seperti
prosedur penyetoran dibawah ini:
1) Calon jamaah haji melakukan setoran awal ke BPS BPIH
sebesar Rp. 25.000.000 dengan membawa SPPH yang telah
disahkan oleh pejabat Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan nomor porsi.
2) Tempat penyetoran BPIH dilakukan di seluruh Kantor Cabang
BPS BPIH yang tersambung dengan SISKOHAT dalam satu
provinsi domisili calon jamaah haji, yaitu Bank Rakyat
Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank
Tabungan Negara, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri, Bank Bukopin, Bank Mega Syariah, BPD Jawa Barat.
BPD Jawa Timur, BPD Sulawesi Selatan, BPD DKI Jakarta,
BPD NTB, BPD Riau, BPD Kaltim, BPD Yogyakarta, BPD
Sumsel, BPD Sumbar, BPD Sulteng, BPD Kalsel, BPD Aceh,
BPD Sumatera Utara.4
3. Input data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT)
a. Setelah jamaah menyetorkan uang BPIH, petugas BPS BPIH
memindahbukukan setoran BPIH jamaah yang bersangkutan ke
rekening Menteri Agama atas nama cq. Dirjenphu.qq.calon
jamaahhaji pada Kantor Pusat BPS BPIH.
4 Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Jakarta: Ditjen PHU, 2011) h. 9
52
b. Dengan berpedoman pada SPPH yang sah, petugas BPS BPIH
memasukkan data calon jamaah haji ke SISKOHAT beserta
nomor bukti pemindahbukuan untuk memperoleh nomor porsi.
c. Setelah mendapatkan nomor porsi petugas BPS BPIH menctak
lembar bukti setoran awal BPIH yang telah di legalisasi dan
masing-masing diberi foto 3x4 meliputi:
1) Lembar pertama asli untuk calon jamaah haji
2) Lembar kedua untuk BPS BPIH
3) Lembar ketiga untuk administrasi pendaftaran pada Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota
4) Lembar kelima untuk administrasi pendaftaran pada Kantor
Kemeterian Agama Pusat cq. Ditjen Penyelenggaraan Haji
dan Umrah.
d. Calon jamaah haji melapor ke Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota dengan menyerahkan bukti setoran awal BPIH
lembar ketiga, keempat dan kelima paling lambat 7 hari setelah
menerima bukti setoran awal BPIH.
e. Selanjutnya calon jamaah haji menunggu masa pelunasan.5
4. Proses Penerimaan BPIH oleh Bank Penerima Setoran (BPS)
BPS BPIH memproses setoran awal BPIH calon jamaah dan
memindahbukukan setoran BPIH jamaah yang bersangkutan ke
5 Hasil Wawancara Pribadi dengan Pelaksana Sub Direktorat Pengembangan dan
Pengelolaan Dana Haji., H. Sugih S.EI, tanggal 8 Juni 2017 Pukul 13.00-15.00 di Kantor
Kementerian Agama RI.
53
rekening Menteri Agama atas nama cq. Dirjenphu.qq.calon jamaah
haji pada Kantor Pusat BPS BPIH. Selanjutnya BPS BPIH
memproses kedalam Giro dan Deposito, ketika setoran awal BPIH
calon jamaah haji sebesar Rp. 25.000.000 terkumpul selama
kurang lebih satu bulan, lalu ditempatkan kedalam investasi
deposito dan giro. Selanjutnya semua dana setoran awal BPIH
calon jamaah haji di investasikan kedalam tiga instrument
investasi.
B. Sistem Optimalisasi Pengelolaan Investasi Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji
Sistem pengelolaan investasi dana setoran BPIH diatur dalam Undang-
Undang No. 34 tahun 2014 pasal 1, yaitu Keuangan haji adalah semua hak dan
kewajiban pemerintah yang dapat dinilai dengan uang terkait dengan
penyelenggaraan ibadah haji, serta semua kekayaan dalam bentuk uang atau
barang yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat pelaksanaan hak dan
kewajban tersebut, hak yang bersumber dari jamaah haji maupun sumber lain
yang sah dan tidak mengikat.6 Pengelolaan Keuangan Haji berdasarkan:
1. Prinsip syariah;
2. Prinsip kehati-hatian;
3. Manfaat;
4. Nirlaba;
6 Peraturan Menteri Agama No. 34 Tahun 2014 tentang Sistem Pengelolaa Dana Haji.
Pasal 1, di unduh dari https://Haji.kemenag.go.id.
54
5. Transparan; dan
6. Akuntabel.7
Sebagai penyelenggara utama ibadah haji, pemerintah memiliki wewenang
yang tinggi dan tanggung jawab yang tidak ringan terhadap penyelenggaraan
ibadah haji secara keseluruhan, baik dalam pengelolaan catering, kenyamanan,
keamanan jemaah haji dan pengelolaan dan pengembagan dana haji.
Problematka diatas merupakan tugas utama Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Berdasarkan pengawasan di 33 provinsi, Komite III DPD menemukan
beberapa permasalahan yang menyangkut penyelenggaraan ibadah haji.8
Masalah penyelenggaraan ibadah haji meliputi transparansi pemanfaatan dana
setoran awal, penetapan kuota, administrasi kelengkapan yang rumit dan
membutuhkan waktu yang lama, serta masalah pemondokan yang jauh di
Tanah Suci.
Dari berbagai macam masalah pengelolaan haji di Indonesia, ada
permasalahan yang perlu di selesaikan, salah satu masalah yang menjadi
bahan agenda public yaitu transparansi dana BPIH yang ditujukan untuk lebih
baiknya pengelolaan layanan haji di Indonesia. Semakin banyaknya
masyarakat Indonesia yang mendaftarkan diri untuk pergi haji dengan
7 Pasal 2 Undang-Undang No.34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji.
diundung dari https://haji.kemenag.go.id.
8 Muhammad Arief Rahman, Proses Pembentukan Badan Pengelola Keuangan Haji:
Sebuah Kajian Kebijakan Publik, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016) h.50.
55
terbatasnya kuota yang diberikan pemerintah, mengakibatkan penumpukan
akumulasi dana haji yang berpotensi ditambah nilai manfaatnya.
Pengelolaan Keuagan Haji bertujuan meningkatkan:
1. Kualitas Penyelenggaraan Ibadah Haji;
2. Rasionalitas dan efisiensi penggunaan BPIH; dan
3. Manfaat bagi kemaslahatan umat Islam.9
Maka dari itu perlu dilakukan investasi yang tepat pada bidangnya yang
sesuai dengan syariah agama Islam yang bermanfaat hasilnya kembali bagi
calon jemaah haji di Indonesia. Keuangan Haji meliputi; penerimaan,
pengeluaran, dan kekayaan.
Penerimaan Keuangan Haji sebagaimana dimaksud diatas meliputi:
1. Setoran BPIH dan/atau BPIH Khusus;
2. Nilai Manfaat Keuangan Haji;
3. Dana efisiensi Penyelenggaraan Ibadah Haji;
4. DAU dan/atau;
5. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.10
Nilai manfaat Keuagan Haji yang tertera pada Undang-Undang No.34
Tahun 2014 Pasal 8 adalah;
9 Undang-Undang No.34 Tahun 2014 Pasal 3 tentang Pengelolaan Keuangan Haji,
https://haji.kemenag.go.id.
10 Undang-Undang No.34 tahun 2014 Pasal 5 tentang Pengelolaan Keuangan Haji,
https://Haji.kemenag.go.id.
56
1. Nilai manfaat Keuangan Haji diperoleh dari hasil pengembangan
Keuangan Haji
2. Nilai manfaat Keuangan Haji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditempatkan pada Kas Haji.
Seperti yang dikatakan oleh akademisi ekonomi syariah Universitas
Indonesia, Banu Muhammad yaitu:
“Dana haji yang sangat banyak itu bisa digunakan untuk menguatka
ekonomi syariah di Indonesia karena prinsip ekonomi syariah sangat
selaras dengan prinsip pengelolaan dan pngembagan dana haji, yang
pertama adalah prinsip At-Ta’awun, saling tolong menolong diantara
anggota masyarakat untuk kebaikan. Kedua, prinsip menghindari Al-
iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya manganggur atau
tidak berputar untuk transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat”.11
Pasal 10 Undang-Undang No.34 Tahun 2014 menyebutkan bahwa
Pengeluaran Keuangan Haji salah satunya meliputi penempatan dan/atau
investasi Keuangan Haji. Pengeluaran penempata dan/atau investasi Keuangan
Haji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan dewan pengawas. Dibawah ini merupakan investasi yang sudah di
lakukan Kementerian Agama ke dalam 3 instrumen investasi;
11 Wawancara Muhammad Arief Rahman dengan Akademisi Ekonomi Syariah
Universitas Indonesia, Banu Muhammad, tanggal 26 Mei 2016 I Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
57
1. Investasi pada Surat Berharga Syariah Negara/obligasi Syariah (Sukuk)
a. Obligasi (SBSN)
Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh emiten (dapat
berupa badan hukum/perusahaan atau pemerintah yang memerlukan
dana untuk kebutuhan operasi maupun ekspansi mereka. Investasi pada
obligasi memiliki keuntungan lebih besar daripada produk perbankan.
Obligasi merupakan instrument utang jangka panjang, yang pada
umumnya diterbitkan dalam jangka berkisar antara lima sampai
sepuluh tahun lamanya. Pada saat jatuh tempo, pihak penerbit
obligasi berkewajiban untuk melunasi pokok investasi di dalam
obligasi tersebut. Obligasi jangka panjang merupakan investasi lebih
beresiko dibanding investasi dalam surat utang pemerintah jangka
pendek dan bahwa investasi saham jauh lebih beresiko.12
b. Obligasi Syariah
Sukuk berasal dari bahasa Arab sakk yang artinya ‘ikatan’ atau
sertifikat. Dalam bahasa sehari-hari sukuk sering diidentifikasikan
dengan obligasi yang berbasis syariah. Pengertian sukuk menurut
istilah adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh emiten kepada
pemegang obligasi syariah, yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
12 Suryomurti Wiku, Super Cerdas Investasi Syariah (Jakarta: Qultum Media, 2011), h.
144.
58
bagi hasil atau margin serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
c. Dasar Hukum Investasi Sukuk
Sukuk sudah berkembang di Indonesa sejak tahun 2002 yang
diawali dengan penerbitan obligasi ijarah oleh PT. Indosat.
Sementara itu penerbitan oleh pemerintah baru dilakukan setelah
terbit undang-undang tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) pada tahun 2008. Sukuk yang diterbitkan oleh negara
mengacu pada peraturan perundang-undangan berikut:13
1) Undang-undang No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN);
2) Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 2008 tentang Perusahaan
Penerbit SBSN;
3) Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2008 tentang Pendirian
Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara Idonesia.
Dalam laporan dana haji yang didapatkan dari hasil
wawancara dengan Kepala seksi Akutansi dan Pelaporan Haji
Ibu Hj. Rofiqoh S.E, bahwa investasi pada instrument Surat
Berharga Syariah pada tahun 2015 dan 2016 mengalami
stabilitas pada hasil optimalisasi investasi sebesar Rp.
13 Suryomurti Wiku, Super Cerdas Investasi Syariah, h. 146.
59
400.000.000.000 dari investasi sebesar 35.250.000.000.000,
seperti yang telah di gabarkan pada tabel 1.14
Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk) merupakan investasi jangka
panjang. Kelebihan dana haji yang di investasikan ke dalam sukuk yaitu
aman karena dana investasi ini di jamin oleh negara yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 19 tahun 2008 dan Undang-undang setiap tahunnya.
Direktur Pengelolaan Dana Haji Kemeterian Agama mengatakan per 31
Desember 2016 penempaan dana haji di SBSN sebesar Rp 35,65 triliun.15
Tabel. 1
Grafik Hasil Optimalisasi Investasi Surat Berharga Syariah Negara
Tahun 2013-2016
*Dalam Nominal Ratusan Juta Sumber: Data Kepala Seksi Akutansi dan Pelaporan Aset Haji
14 Wawancara dengan Ibu H. Rofiqoh SE Kepala Seksi Akutansi dan Pelaporan tanggal
18 Mei di Kantor Kementerian Agama
15 Artikel ini diakses pada tanggal 3 oktober 2017 dari
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/894378-kemenag-tak-pernah-kelola-dana-haji-untuk-
investasi
0
100
200
300
400
500
600
2013 2014 2015 2016
SBSN
.
..
60
2. Investasi Pada Surat Utang Negara (SUN)
Surat Utang negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat
pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik
Indonesia, sesuai engan masa berlakunya.
a. Dasar Hukum Penerbitan Surat Hutang Negara
Surat Utang Negara (SUN) dan pengelolaannya diatur dalam Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2002 memberi kepastian bahwa:
1) Penerbitan SUN hanya untuk tujuan-tujuan tertentu;
2) Pemerintah wajib membayar bunga dan pokok SUN yang jatuh
tempo;
3) Jumlah SUN yang akan diterbitkan setiap tahun anggaran harus
memperoleh persetujuan DPR dan dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan Bank Indonesia;
4) Perdagangan SUN diatu dan diawasi oleh instansi berwenang;
5) Memberikan sanksi hukum yang berat dan jelas terhadap
penerbitan oleh pihak yang tidak berwenang dan atau
pemalsuan SUN.
b. Tujuan Penerbitan
Pemerintah pusat berwenang menerbitkan Surat Utang Negara
(SUN) setelah mendapat persetujuan DPR yang disahkan dalam
61
kerangka pengesahan APBN dan setelah berkonsultasi dengan Bank
Indonesia. Atas penerbitan tersebut, pemerintah berkewajiban
membayar bunga dan pokok pada saat jatuh tempo. Dana untuk
pembayaran bunga dan pokok SUN disediakan di dalam APBN.
Tujuan penerbitan SUN adalah untuk:
1) Membiayai defisit Anggaran Pengeluaran dan Belanja
Negara.
2) Menutup kekurangan kas jangka pendek.
3) Mengelola portofolio utang negara.16
Apabila dilihat dari segi berpegang teguh pada prinsip syariah,
maka investasi pada instrument ini belum bisa dikatakan syariah, karena
bercampur antara halal dan haram akibat unsure ribawi hasil
pengembangan melalui SUN. Didalam laporan pengelolaan keuangan dana
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 2015 yang dikeluarkan
Kemenerian Agama melalui websitenya, dana setoran awal BPIH khusus
SUN Valas menginvestasikan sebanyak $10.000.000.
16 Direktorat Surat Utang Negara, Mengenal Surat Utang Negara, Artikel ini diambil
pada 27 Mei 2017 di website www.dmo.or.id
62
Tabel. 2
Grafik Investasi Surat Utang Negara (SUN)
Tahun 2013-2016
Sumber: Data Kepala Seksi Akutansi dan Pelaporan Aset Haji
*Dalam nominal ratusan juta
Pada instrument investasi Surat Utang Negara (SUN) terbilang
sangat sedikit investasinya dari instrument SBSN dan Deposito berjangka
berbasis syariah.
3. Investasi Pada Deposito Berjangka Berbasis Syariah
Istilah deposito sangat berhubungan erat dunia perbankan. Menurut
Undang-Undang No. 10/1998, Pasal 1 ayat 7 (1998:7) yang memberikan
pengertian deposito adalah sebagai berikut: Deposito adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.17 Sedangkan yang dimaksud
dengan deposito syariah dalam pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008, deposito didefinisikan sebagai investasi dana berdasarkan
akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
17 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.151.
110
115
120
125
130
135
140
2013 2014 2015 2016
SUN
.
..
63
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan atau
UUS.18
Deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran
kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito diganti
dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba atau rugi bank. Oleh
karena itu, bank syariah menyebutnya sebagai rekening investasi atau
simpanan investasi. Rekening-rekening iu dapat mempunyai tanggal jatuh
tempo yang berbeda-beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan menjadi
satu dengan rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana
utama bagi kegiatan pembiayaan. Ada juga simpanan investasi khusus
yang dipakai untuk membiayai proyek tertentu dan hasilnya tergantung
pada keuntungan yang dihasilkan oleh proyek bersangkutan dan nisbah
bagi hasil atau mudharabah fee disetujui bersama antara bank dan
depositor.19
Pada kenyataannya terkait dengan penempatan setoran calon
jamaah haji se-Indonesia yang masuk ke Bank Penerima Setoran (BPS),
terdapat sebuah aturan yang disepakati antara bank dengan Kementerian
Agama, sebagaimana yang dijelaskan oleh Pelaksana Subdit Pengelolaan
18 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009), hal. 99. 19 Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Azkia Publisher,
2009), h. 50-51.
64
dan Pengembangan Dana Haji H. Sugih Waluya Romdlon S.EI dalam
wawancara sebagai berikut: Penempatan deposito dan giro diperoleh dari
setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Penempatan deposito
tersebut berbeda antara Bank Penerima Setoran (BPS) yang satu dengan
yang lainnya, seperti contoh20: Bank X memliki kesepakatan 6:3,
sedangkan di rekening giro Bank X pada hari itu 10 milliyar lalu yang
diletakkan di giro sebanyak 3 milliar dan didepositokan sebanyak 7
milliyar. Sebagaimana penjelasan tabel berikut:
Tabel. 3
Contoh Gambaran Investasi Deposito Berjangka Berbasis Syariah
Bank Syariah Mandiri
Aturan yang di sepakati 6:3
Tanggal Jumlah setoran
BPIH yang ada di
rekening
Jumlah yang
didepositokan
Jatuh
tempo
(3 bulan)
Hasil
optimalisasi
7/6/2016 10 Milliyar 7 Milliyar 7/7/2016 700 Juta
9/6/2016 11 Milliyar 8 Milliyar 9/7/2016 750 Juta
11/6/2016 4 Milliyar - 11/7/2016 -
15/6/2016 12 Milliyar 9 Milliyar 15/7/2016 800 Juta
30/6/2016 9 Milliyar 6 Milliyar 30/7/2016 400 Juta
Sumber: Wawancara Pelaksana Sub Direktorat PPDH
20 Wawancara Pribadi dengan Pelaksana Sub Direktorat Pengembangan dan Pengelolaan
Dana Haji., H. Sugih S.EI, tanggal 8 Juni 2017, pukul 13.00-15.00 di kantor Kementerian Agama
Republik Indonesia.
65
Dari tabel diatas , dapat dijelaskan bahwa tanggal 7 Juni 2016 adalah
waktu awal untuk memasukkan saldo rekening setoran Biaya Perjalanan
Ibadah Haji (BPIH) untuk di didepositokan pada bank X, jumlah rekening
yang ada di setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) calon jemaah
pada bank tersebut adalah 10 Milliyar, lalu karena aturan awal yang disepakati
antara Bank penerima setoran dengan Kementeian Agama adalah 6:3, maka 6
dan 3 dari 10 Milliyar di depositokan dan di girokan. Seperti contoh diatas
bahwa 6 dari 10 Milliyar yang didepositokan setoran awal adalah 7 Milliyar
sedangkan nominal yang tetap di girokan sebesar 3 milliyar, Akan tetapi
berbeda dengan contoh seperti diatas, saldo di rekening berjumlah 4 mlliyar,
lalu dengan ketentuan 6:3, maka bank X tidak wajib mendepositokan uang
tersebut. Setelah di depositokan di bank syariah mandiri tersebut selama 3
bulan pastinya mengalami bagi hasil atau yang biasa disebut bunga yaitu
sebesar 2 milliyar, dan bisa kita simpulkan 2 milliyar tersebut adalah hasil
optimaslisasi deposito pada bank X selama kurun waktu 6 juli 2017 sampai 6
agustus 2017. Lalu hasil optimalisasi di depositokan kembali atau biasa
disebut deposito optimalisasi ke bank optimalisasi yang ditentukan oleh
Subdiretktorat Pengelolaan dan Pengembangan Dana Haji.
Pada kenyataannya dalam investasi isntrumen deposito ini merupakan
investasi yang cukup sukses dikarenakan adanya defiden atau keuntungan
yang bisa menambah peningkatan pelayanan haji untuk berbagai aspek,
jumlah yang tercatat di dalam laporan keuangan dana haji yang disampaikan
pada kesempatan wawancara dengan kepala seksi pengelolaan dana dan aset
66
haji, bahwasanya Deposito berjangka merupakan penghasil dana optimaslisasi
terbesar.
Dari tahun 2013 hasil optimalisasi sebesar Rp. 549.000.000.000 lalu pada
tahun 2014 hasil optimalisasi menjadi Rp. 2.734.253.191.005 dan pada tahun
2015 instrumen investasi ini menghasilkan dana optimalisasi sebesar Rp.
4.941.868.567.005, terakhir mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar
Rp. 2. 915.399.728.670.
Tabel. 4
Grafik Hasil Optimalisasi Investasi Deposito Berjangka Berbasis Syariah
Tahun 2013-2016
Sumber: Data Kepala Seksi Akutansi dan Pelaporan Aset Haji
*Dalam nominal ratusan juta-milliyaran
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2013 2014 2015 2016
Deposito
..
.
67
Tabel. 5
Grafik investasi dan hasil Optimalisasi 3 Instrumen Investasi BPIH
*Dalam Nominal Ratusan Juta-Milliyaran
Sumber: Data Kepala Seksi Akutansi dan Pelaporan Aset Haji
Dari grafik diatas mengggambarkan bagaimana hasil optimalisasi
dari ketiga instrument investasi dana haji dari tahun 2013 sampai 2016.
Optimalisasi terbesar adalah instrument deposito berjangka berbasis
syariah mencapai trliunan rupiah, dan instrument kedua adalah surat
berharga syariah negara dengan hasil optimalisasi dibawah 600 juta
rupiah, dan terakhir surat utang negara.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2013 2014 2015 2016
SBSN
SUN
Deposito
68
Tabel 6
Kesimpulan Hasil Optimalisasi Tahun 2013-2016
No
Instrumen
Investasi
2013 2014 2015 2016
1 Deposito Berjangka 549 M 2.734 T 4.941 T 2.915 T
2 SBSN 199 M 525 M 400 M 400 M
3 SUN 121 M 124 M 137 M 134 M
Sumber: Data Kepala Seksi Akutansi dan Pelaporan Aset Haji
C. Manfaat Dana Optimalisasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
Manfaat dana optimalisasi BPIH dapat diraskan oleh jamaah haji. Sebelum
terbitnya Undang-Undang nomor 34 tahun 2014, optimalisasi dana setoran
(BPIH) terbatas pada produk perbankan syariah sesuai peraturan Menteri
Agama no. 23 tahun 2011 dalam pasal 2 yaitu pengelolaan Biaya
penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) harus berasaskan syariat islam, manfaat,
keadilan, professional dan akuntabel. Membeli produk perbankan syariah
dalam pasal 11, yaitu didalam pengembangan BPIH sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan cara: membeli Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN), membeli Surat Utang Negara (SUN); dan/atau menempatkan dalam
deposito berjangka.
Selanjutnya Kementerian Agama berupaya mengoptimalisasi manfaat bagi
hasil dari pengelolaan setoran awal BPIH dalam berbagai instrument
keuangan syariah seperti bentuk deposito, giro, dan sukuk, sehingga membuat
69
ongkos haji lebih murah. Optimalisasi BPIH ini diharapkan dapat
meningkatkan manfaat bagi kualitas manfaat bagi jemaah seiring telah
terbentuknya Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sesuai Undang-
Undang No. 34 Tahun 2014.
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 2016 perseorang jamaah
sebesar Rp. 34.641.304.00 (direct cost). Jumlah itu untuk membiayai biaya
pesawat pergi pulang Arab Saudi, serta uang living cost untuk biaya hidup
jamaah haji selama di Arab Saudi.21
Sedangkan dana opimalisasi (indirect cost) tahun 2016 sebesar Rp.
3.941.988.381.348 dengan kuota 153.200 jamaah dan realisasi keberangkatan
sebanyak 154.441. Masing-masing jamaah mendapatkan Rp. 25.254.235.000
per jamaah, seperti tabel pada lampiran. Indirect cost ini digunakan untuk
menanggung komponen biaya diluar biaya BPIH (direct cost), diantara biaya
yang di tanggung dari hasil dana optimalisasi antara lain:
1. Biaya catering di embarkasi jaaah haji
2. Biaya identitas jamaah haji
3. Biaya bimbingan manasik di Kementerian Agama Kabupaten/kota
dan kecamatan,
4. Biaya cetak buku manasik
5. General service fee di Arab Saudi
6. Biaya pemondokan di Madinah,
21 Wawancara Pribadi dengan Kepala Seksi Pelaporan dan Akutansi BPIH. H. Agus S.E,
Tanggal 8 Juni 2017 Pukul 13.00-15.00 di Kantor Kementerian Agama .
70
7. Akomodasi/hotel di Mekkah
8. Operasional didalam negeri.
9. Catering jamaah haji di Madinah, Mekkah, Arafah, Muzdalifah
dan di Mina.
10. Insentif petugas
11. Biaya perjalanan dinas.
12. Pemeliharaan ambulance dan kendaraan lainnya.
13. Sewa kantor daerah kerja
Manfaat yang dirasakan dari hasil investasi bagi pemerintah umumnya
khususnya oleh Kementerian Keuangan adalah dana haji diperuntukan untuk
biaya Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara, sebagai sumber pendanaan
baru, efisiensi keuangan, tambahan investor.22
22 Arie Haura, Pengelolaan Dana Haji Pada Sukuk Dana Haji Indosia (SDHI), (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 62.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasi penelitian yang penulis lakukan mengenai Pembahasan
Optimalisasi Invstasi Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji yang
telah dikemukakan diatas, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
1. Mekanisme penempatan dana BPIH yang dikelola Direktur
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dilakukan Melalui
proses setoran awal BPIH sebesar Rp. 25.000.000 untuk jamaah
haji reguler perorang dan $ 4000 Dollar untuk jamaah haji khusus
perorang melalui Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPS BPIH) yang telah ditentukan oleh Kementerian
Agama. Selanjutnya melalui tahap sebagai berikut: pendaftaran,
penyetoran BPIH, input data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu
(SISKOHAT), dan terakhir proses penerimaan BPIH oleh BPS.
Hasil tersebut sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 13
tahun 2008 BAB IV tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
2. Sistem pengelolaan investasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah haji di
bagi tiga instrumen yaitu :
a. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk
b. Surat Utang Negara (SUN)
c. Deposito Berjangka Berbasis Syariah
72
Pada kenyataannya, instrument investasi yang sudah
dikelola selama ini oleh Kementerian Agama yang bernilai positif
optimalisasinya adalah instrument investasi deposito berjangka
berbasis syariah yang dari tahun 2013 mengalami kenaikan hingga
2015 an mengalami penurunan di tahun 2016.
3. Dana optimalisasi memiliki manfaat yang sangat besar untuk
jamaah haji diantara lain:
a. Biaya catering jamaah haji di embarkasi.
b. Biaya identitas jamaah haji.
c. Biaya bimbingan manasik di Kementerian Agama
Kabupaten/Kota dan kecamatan.
d. Biaya mencetak buku manasik.
e. General Service Fee di Arab Saudi.
f. Biaya akomodasi/ hotel dan transportasi di Madinah dan
Mekkah.
g. Catering jamaah haji di Madinah, di bandara Arab Saudi,
di Arafah, Mudzdalifah dan Mina.
Keuntungan yang didapat oleh jamaah haji adalah:
a. Jamaah membayar ongkos naik haji hanya kurang dari Rp.
35.000.000, jika tidak ada dana optimalisasi diperkirakan
jamaah harus membayar Rp. 60-65 juta per orang
b. Jamaah haji mendapatkan layanan prima di Tanah Air, di
Arab Saudi hingga kembali lagi ke Tanah Air.
73
c. Jamaah dapat merasakan menggunakan fasilitas di
embarkasi, seperti: bus, pemondokan di embarkasi,
kesehatan di embarkasi, dan catering jamaah selama di
embarkasi.
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Agama (PMA) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka saran penulis adalah:
1. Mengenai penempatan dana BPIH sebaiknya pemerintah
menambah unit bank syariah ke beberapa daerah yang belum
terjangkau oleh sistem syariah di berbagai plosok. hal ini bertujuan
agar mempermudah jamaah haji untuk menyetorkan BPIH tanpa
harus transaksi dengan bang transit konvensional. Serta melakukan
penyuluhan atau sosialisasi kepada warga untuk menyetorkan dana
BPIH ke bank penerima setoran di masing-masing daerah
terdekatnya, selanjutnya mempermudah calon jamaah dalam
mengurus administrasi baik itu di BPS maupun di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota, agar masyarakat bisa
mendapatkan nomor antrian/waiting list mengingat sangat lamanya
daftar tunggu untuk berangkat haji saat ini,
2. Kementerian Agama harus lebih berani dalam investasi di bidang
lain seperti pemondokan atau hotel jamaah Indonesia di Arab
74
Saudi, Pesawat terbang untuk jamaah haji Indonesia, agar jamaah
ongkos naik haji Jamaah Indonesia bisa lebih murah, dan tetap
berpegang teguh kepada prinsip syariah dan akuntabel selanjutnya
segera menjalankan tugas pokok dan fungsi Badan Pengelolaan
Keuangan Haji (BPKH) yang telang di sahkan Dewan Perwakilan
Rakyat.
3. Sebaiknya Kementerian Agama lebih transparan dalam memakai
dan mengelola dana jamaah haji yang sudah disetorkan melalui
BPS, dengan cara mempublikasikan semua pendapatan dan
pengeluaran serta hasil optimalisasi yang telah dilakukan atau yang
sedang berlangsung prosesnya di Kantor Pusat BPS dan Kantor
Kementerian Agama Pusat, Kabupaten/Kota agar tidak timbul
kesalah pahaman antara calon jamaah haji dengan Kemeterian
Agama yang mengelola dana haji.
Oleh karena itu Kementerian Agama Republik Indonesia
dalam hal ini Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
perlu melakukan sosialisasi kepada jamaah khususnya, dan
masyarakat Indonesia umumnya, melalui media elektronik dan
penjelasan secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kulaitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2016)
Ali, Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008)
An-Nadwi, Umar, Abu. , Panduan Lengkap Ibadah Haji dan Umroh, (Jakarta:
Robbani Press, 2010)
Anoraga, Padji. Manajemen Bisnis (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997)
Antonio, Muhamad Syafi’I,. Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), Cet. ke-1
Ariefiansyah Ryan dan Ariefiansyah, Miyosi. Cara Kaya untuk Semua Kalangan
dan Semua Umur, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2011)
Arifin, Zainal, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Azkia Publisher,
2009)
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji dari Masa ke Masa, (Jakarta:
Direktorat Penyelenggara Haji dan Umroh, 2012)
Etta, Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam
Penelitian, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2010)
Ghofur Abdul Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2009)
Haura, Arie, Pengelolaan Dana Haji Pada Sukuk Dana Haji Indosia (SDHI),
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010)
Herdiansyah Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010)
Huda, Nurul, dan Nasution E. Mustafa. Investasi pada Pasar Modal Syariah
(Jakarta: Kencana, 2008)
Kartono, Ahmad. Manajemen Haji dan Umroh (Ciputat Tangerang Selatan:
Cendikiamuda, 2016)
Manan, Abdul. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009)
Nijam, Achmad, Alatif Hanan. Manajemen Hajji, (Jakarta: Nizam Press, 2004)
Noor, Faisal, Hendry, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Jakarta: PT. Indeks, 2009)
Ptjowinoto, Iwan P, Kaya & Bahagia Cara Syariah, (Bandung: Misan Publika,
2010)
Rahman Muhammad Arief, Proses Pembentukan Badan Pengelola Keuangan
Haji: Sebuah Kajian Kebijakan Publik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Jakarta: 2016)
Rahmawati, Yuke. Resosialisasi Investasi Keuangan Syari’ah, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001)
Rochaety, Etty, dkk. Metode Penelitian Bisnis, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2007)
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009)
Romaza, Makalah pada mata kuliah Sejarah Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
(Ciputat)
Siringgringo, Hotniar. Pemograman Linier: Seri Teknik Riset Operasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005)
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&S, (Bandung: Alfabeta
2015)
Suryabrata, Sumadi. Metodologi penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2002)
Wiku. Suryomurti. Super Cerdas Investasi Syariah Hidup Kaya Raya, Mati
Masuk Surga, (Jakarta: Qultum Media, 2011)
Internet
Adi Ilham Akbar, “Aset”, Artikel diakses pada 29 Mei 2017 dari website
http://investasipadaaset.
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, pada artikel diwebsite
https://almanhaj.org. Pengertian Ibadah Dalam Islam. Pada tanggl 2 Oktober
2017, pukul 18.05
Besar Bahasa Indonesia, artikel ini diambil dari https://kbbi.we.id Haji.
Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia , dari http://Alkitab.sabda.org.
Pengertian Penyelenggaraan, pada tanggal 2 Oktober 2017 pukul 18.00.
Hasil Optimalisasi Tiga Instrumen yang Dilakukan oleh Menag Semakin
Berkembang, artikel ini diambil dari www.kompas.com pada tanggal 28
September 2017
http://amp.kompas.com, Diinvestasikan Sejak 1963 Dana Haji Malaysia Rambah
Beberapa Negara, Artikel ini diambil dari website kompas pada tanggal 28
September 2017, pukul 23.30.
http://haji.kemenag.go.id. Media Informasi Haji dan Umroh Ditjen Bimas dan
Haji Kementrian Agama RI, Setoran Awal BPIH Naik Untuk Menekan
Waiting List (Jakarta: Ditjen Bimas dan Haji Kementrian Agama RI,
2010). Artikel ini diakses 27 Maret 2011.
http://kbbi.web.id. Diakses pada Tanggal 8 Juni 2017 pukul. 02.30
http://nasional.news.viva.co.id. “Investasi Dana Haji, Setoran Jemaah atau Dana
Abadi Umat?”, artikel ini diambil pada 25 april 2017.
http://newsokezone.com. Artikel ini diakses pada 18 Juli 2017.
http://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/load/1823/investasi-dana-haji-pada-
sukuk-infrastruktur, artikel ini diambil pada 25 april 2107
https://nurulfatimah96.wordpress.com.
https://www.google.com/search?Hl=in-ID&Browser&q=investasi+haji+Malaysia.
Artikel ini diambil pada 19 April 2017
Laporan Keuangan Kementrian Agama.Artikel ini diambil dari
www.kemenaggo.id
Peningkatan Jumlah Calon Pendaftar Semakin Terus Bertambah. Jawa
Pos, 9 Juni 2016, artikel ini di unduh pada tanggal 28 September 2017, pada pukul
02.30. di www.beritajawapos.com
Peraturan Menteri Agama Nomor 10 tahun 2010, Pasal 308, Pasal 309. Diunduh
dari www.kemenag.go.id
Peraturan Menteri Agama RI No. 30 tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran
(BPS) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Di unduh dari website
https://haji.kemenag.go.id pada tanggal 8 Juni 2017.
Tanggapan anggota komisi XI DPR RI Johnny G. Plate di gedung Bursa Efek
Indonesia, Sabtu 18 Maret 2017.Artikel ini diambil pada 25 April 2017 di
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/895464-dpr-belum-dukung-dana-
haji-dipakai-untuk-infrastruktur
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 pada tanggal 17 Juni
2017 di https://haji.kemenag.go.id
Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji.
Diakses dari www.paripurnaruu, tanggal 8 Juni 2017.
Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji
diunduh pada tanggal 17 Juni 2017 di https://haji.kemenag.go.id
Laporan
Hasil wawancara dengan Pelaksana Sub Direktorat Pengembangan dan
Pengelolaan Dana Haji., H. Sugih S.EI, tanggal 8 Juni 2017 di Kantor
Kementerian Agama RI.
Keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, D/54 Tahun
2010 tentang Visi dan Misi Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995)
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Rofiqoh S.E, Kepala Seksi Akutansi dan
Pelaporan Subdit PPDH Tanggal 8 Juni 2017 pukul 13.00-15.00 di Kantor
Kementerian Agama.