opini [ civil islam, bela negara, dan lingkungan]

3
Civil Islam: Bela Negara, Bangsa, dan Lingkungan Oleh : Sobih Adnan* Berkaca pada Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2006 tentang ditetapkannya hari ini sebagai Hari Bela Negara, maka setiap warga Indonesia dituntut sekaligus berhak untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Sikap Bela negara mencakup spektrum yang sangat luas, mulai dari tindakan yang paling halus seperti menjaga kerukunan bangsa, sampai gerakan yang keras dalam suatu keadaan negara ketika terdapat ancaman nyata musuh bersenjata. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, dan Inggris, penanaman sikap bela negara biasanya diwujudkan dalam suatu bentuk pelatihan militer. Tidak berbeda juga di negara-negara wilayah benua Asia, banyak negara yang memanfaatkan hak dan kewajiban bela negara ini untuk diimplementasikan sebagai bentuk sumbangsih rakyat terhadap pembelaan negara melalui bahasa militer dan senjata. Di Indonesia-pun yang melatar-belakangi hari bela negara ini adalah tentang berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi sebagai suatu bentuk pembelaan negara di saat Pemerintah Pusat memiliki masalah serius dalam menjalankan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan hal tersebut mau tidak mau adalah perbincangan pembelaan secara fisik dan senjata. Ketika bela negara ditarik dalam wacana sekarang ini, penjagaan negara secara militer memang masih penting dan sangat penting, meski tidak dalam keadaan perang. Namun dalam wacana keseluruhan rakyat Indonesia tentu tidak pas untuk melulu dibicarakan dan dibahas dalam obrolan-obrolan pembelaan secara militer. Dalam arti banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat sipil untuk menunaikan hak dan kewajiban pembelaan terhadap negara. Bukan Lagi Masalah Perang Fisik Sekarang ini terdapat dua wacana yang menggeliat dalam kehidupan bangsa Indonesia ketika mencoba dihubung-hubungkan dengan peringatan hari bela negara ini. Tentunya yang lebih serius, dekat, dan nyata bila dibandingkan dengan hak dan kewajiban mengangkat senjata untuk mempertahankan kedaulatan negara. Pertama, munculnya doktrin-doktrin yang mengancam keutuhan NKRI di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Melalui penebaran bibit-bibit terorisme oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, lunturnya semangat nasionalisme, dan terdapatnya gerakan kelompok-kelompok yang meragukan ideologi Pancasila. Sedangkan yang kedua adalah masalah keterancaman lingkungan dan alam Civil Islam: Bela Negara, Bangsa, dan Lingkungan 1

Upload: sobih-adnan

Post on 29-Jun-2015

135 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Opini [ Civil Islam, Bela Negara, dan Lingkungan]

Civil Islam: Bela Negara, Bangsa, dan Lingkungan

Oleh : Sobih Adnan*

Berkaca pada Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2006 tentang ditetapkannya hari ini sebagai Hari Bela Negara, maka setiap warga Indonesia dituntut sekaligus berhak untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Sikap Bela negara mencakup spektrum yang sangat luas, mulai dari tindakan yang paling halus seperti menjaga kerukunan bangsa, sampai gerakan yang keras dalam suatu keadaan negara ketika terdapat ancaman nyata musuh bersenjata.

Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, dan Inggris, penanaman sikap bela negara biasanya diwujudkan dalam suatu bentuk pelatihan militer. Tidak berbeda juga di negara-negara wilayah benua Asia, banyak negara yang memanfaatkan hak dan kewajiban bela negara ini untuk diimplementasikan sebagai bentuk sumbangsih rakyat terhadap pembelaan negara melalui bahasa militer dan senjata. Di Indonesia-pun yang melatar-belakangi hari bela negara ini adalah tentang berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi sebagai suatu bentuk pembelaan negara di saat Pemerintah Pusat memiliki masalah serius dalam menjalankan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan hal tersebut mau tidak mau adalah perbincangan pembelaan secara fisik dan senjata. Ketika bela negara ditarik dalam wacana sekarang ini, penjagaan negara secara militer memang masih penting dan sangat penting, meski tidak dalam keadaan perang. Namun dalam wacana keseluruhan rakyat Indonesia tentu tidak pas untuk melulu dibicarakan dan dibahas dalam obrolan-obrolan pembelaan secara militer. Dalam arti banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat sipil untuk menunaikan hak dan kewajiban pembelaan terhadap negara.

Bukan Lagi Masalah Perang Fisik Sekarang ini terdapat dua wacana yang menggeliat dalam kehidupan bangsa Indonesia ketika mencoba dihubung-hubungkan dengan peringatan hari bela negara ini. Tentunya yang lebih serius, dekat, dan nyata bila dibandingkan dengan hak dan kewajiban mengangkat senjata untuk mempertahankan kedaulatan negara. Pertama, munculnya doktrin-doktrin yang mengancam keutuhan NKRI di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Melalui penebaran bibit-bibit terorisme oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, lunturnya semangat nasionalisme, dan terdapatnya gerakan kelompok-kelompok yang meragukan ideologi Pancasila. Sedangkan yang kedua adalah masalah keterancaman lingkungan dan alam Indonesia. Baru bebrapa bulan kemarin rentetan bencana alam kategori besar seperti banjir bandang yang terjadi di Wasior, tsunami di Mentawai, dan Letusan Merapi di Jogjakarta, terrekam dalam suasana duka Indonesia. Tidak hanya itu, bahkan secara menyeluruh dalam kurun tahun 2010 ini, WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) berhasil menghimpun data ribuan bencana alam yang telah menimpa Indonesia. Bencana-bencana tersebut 38 persen berupa banjir, 15 persen kekeringan, 14 persen kebakaran hutan.

Turut serta dalam kerukunan bangsa sekaligus peduli terhadap kelangsungan lingkungan hidup Indonesia sekarang ini dapat dimasukkan sebagai bentuk penunaian hak dan kewajiban bela negara.

Civil Islam: Bela Negara, Bangsa, dan Lingkungan 1

Page 2: Opini [ Civil Islam, Bela Negara, dan Lingkungan]

Civil Islam : Sebagai Salah Satu KunciSudah jelas, Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Ada dua alasan mengapa Islam diajukan dalam masalah tuntutan dan hak bela negara ini. Yang Pertama, gairah nasionalisme yang merupakan dasar penguat keutuhan NKRI selalu berhadapan dengan kepentingan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan). Sedangka agama menempati posisi paling sensitif dalam wacana sosial di Indonesia. Islam sebagai agama terbesar di Indonesia terlalu sering muncul ke permukaan dan ikut mewarnai permasalahan ini. Untuk itulah, Islam sebagai masyarakat umum harus bisa menanamkan sikap nasionalisme yang baik terhadap negara. Melepas impian negara Islam misalnya, karena akan menjadi pertimbangan terbesar dalam masalah keutuhan NKRI.Kedua, untuk masalah keterancaman lingkungan dan alam Indonesia. Islam sebagai mayoritas dan melalui individunya sangat memiliki kwantitas yang besar dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Di samping itu, kajian keislaman sudah seharusnya lebih banyak dialih-paparkan pada masalah kelestarian alam. Bukan lagi hanya berkaitan pada masalah akidah, ideologi, dan doktrin.

Umat Muslim dapat memerankan dua arah perjuangan pembelaan negara tersebut dengan harus membumikan secara mendalam sikap diri sebagai Civil Islam. Robert W. Hefner dalam buku Civil Islam: Muslims and Democratizations in Indonesia banyak mengungkapkan tentang pentingnya membumikan sikap Civil Islam. Salah satu karakteristik yang khas dalam masyarakat Muslim seperti itu adalah watak Pro-Perubahan Sosial, di antaranya adalah turut sekuat tenaga melestarikan lingkungan hidup ketika menghadapi masalah perubahan iklim seperti sekarang ini. Atau masyarakat Muslim yang mampu memahami keberagaman secara dinamis ketika dihadapkan dengan masalah pentingnya keutuhan Negara kesatuan Indonesia.

Melalui masyarakat Muslim yang terbuka dan pro perubahan inilah sebuah pembelaan negara mesti diwujudkan. Islam yang terbuka dan saling menghargai, serta Islam yang tidak justru menyalahkan korban dengan dalih “azab” ketika terjadi bencana.

* Penulis adalah Mahasiswa Institut Studi Islam Fahmina (ISIF)

Cirebon

Makalah ini dipresentasikan dalam acara: Pekan Ilmiah Nasional (PIN) III dan Temu BEM Se-Indonesia, Tema:

“Islam dan Perubahan Iklim”. Wisma PU Kotagede-Yogyakarta, 19-21 Desember 2010.

Civil Islam: Bela Negara, Bangsa, dan Lingkungan 2