oosit

10
Nama : Elsa Mariane Ramadani Nim :140101020048 KOLEKSI DAN EVALUASI OOSIT Tujuan Kegiatan koleksi oosit dari ovarium bertujuan untuk mengetahui cara mengoleksi oosit sekaligus mengidentifikasi kualitas oosit yang dikoleksi dari overium dengan metode yang berbeda. Frekuensi Kegiatan koleksi dan evaluasi oosit dilakukan pada tanggal 9 oktober 2014 di Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Prinsip Dengan metode koleksi oosit yang berbeda akan diperoleh oosit dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda-beda. Langkah Kerja Ovarium yang diperoleh dari RPH dimasukkan ke dalam larutan NaCl fisiologis. Pengoleksian oosit dilakukan dengan 3 metode, yaitu: 1. Metode Aspirasi

Upload: elsa-mariane-ramadani-sikumbang

Post on 14-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kegiatan koleksi oosit dari ovarium bertujuan untuk mengetahui cara mengoleksi oosit sekaligus mengidentifikasi kualitas oosit yang dikoleksi dari overium dengan metode yang berbeda.

TRANSCRIPT

Page 1: Oosit

Nama : Elsa Mariane Ramadani

Nim :140101020048

KOLEKSI DAN EVALUASI OOSIT

Tujuan

Kegiatan koleksi oosit dari ovarium bertujuan untuk mengetahui cara

mengoleksi oosit sekaligus mengidentifikasi kualitas oosit yang dikoleksi dari

overium dengan metode yang berbeda.

Frekuensi

Kegiatan koleksi dan evaluasi oosit dilakukan pada tanggal 9 oktober 2014

di Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah

Kuala.

Prinsip

Dengan metode koleksi oosit yang berbeda akan diperoleh oosit dengan

kualitas dan kuantitas yang berbeda-beda.

Langkah Kerja

Ovarium yang diperoleh dari RPH dimasukkan ke dalam larutan NaCl

fisiologis. Pengoleksian oosit dilakukan dengan 3 metode, yaitu:

1. Metode Aspirasi

Cairan folikel permukaan (berukuran 2-6 mm) diaspirasi dengan jarum

suntik ukuran 18 G atau 20 G dan spuit 2,5 cc yang mengandung larutan

NaCl fisiologis steril. Cairan folikel yang dihisap kemudian ditumpahkan ke

dalam cawan petri yang mengandung larutan NaCl fisiologis steril.

Kemudian dilakukan pengamatan dan identifikasi oosit di bawah

mikroskop.

2. Metode Slicing

Ovarium ditempatkan di dalam cawan petri yang mengandung larutan

NaCl fisiologis steril dan dicincang hingga halus dengan menggunakan

Page 2: Oosit

scalpel. Potongan jaringan tersebut kemudian dikeluarkan dari cawan petri.

Larutan yang tertinggal di dalam cawan petri kemudian diperiksa di bawah

mikroskop stereo untuk pengamatan dan identifikasi oosit.

3. Metode Puncture

Ovarium diletakkan di dalam cawan petri berisi NaCl fisiologis. Semua

folikel permukaan ditusuk dengan knal spuit steril hingga liquor folliculi

(cairan folikel) keluar dari dalam folikel. Kemudian dilakukan pengamatan

dan identifikasi oosit di bawah mikroskop.

Hasil Pengamatan

Berdasarkan kegiatan koleksi oosit yang telah dilakukan diperoleh oosit

dengan kategori sebagai berikut :

1. Metode Aspirasi

Gambar Oosit kategori complex

2. Metode Slicing

Oosit kategori ekspanded (tengah)

Page 3: Oosit

3. Metode puncture

Gambar Oosit kategori complex

Diskusi

Oosit adalah sel terbesar pada tubuh makhluk hidup. Oosit dihasilkan di

ovarium yang merupakan organ reproduksi primer yang memiliki fungsi utama

menghasilkan sel gamet betina dan juga berfungsi memproduksi hormon

reproduksi. Ovarium terdiri dari dua bagian yaitu korteks (bagian lateral) dan

medula (bagian medial). Bagian korteks ovarium dilapisi oleh satu lapis epitelium

kuboid dan stroma yang terdiri dari jaringan ikat longgar. Sedangkan pada bagian

medula terdapat pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat (Senger 1999).

Oosit berada di dalam folikel yang terdapat pada bagian korteks ovarium.

Perkembangan folikel di dalam ovarium dikenal dengan folikulogenesis. Folikel

mengalami berbagai tahap perkembangan yang berawal dari terbentuknya folikel

primordial sampai berkembang menjadi folikel matang dan oosit siap

diovulasikan. Berdasarkan morfologinya perkembangan folikel dibedakan

menjadi dua yaitu folikel preantral dan folikel antral. Folikel prentral merupakan

tahapan folikel yang belum memiliki antrum sedangkan folikel antral merupakan

tahapan folikel yang telah memiliki antrum. Folikel primordial merupakan bentuk

awal dari folikel dan ditemukan pada hewan setelah lahir dengan jumlah oosit

tertentu pada setiap spesies. Folikel ini mengandung oosit yang diselaputi oleh

selapis sel somatis berbentuk pipih (Hafez & Hafez, 2000).

Prosedur koleksi oosit ovarium dari rumah potong hewan (RPH) telah

banyak dilakukan di Laboratorium penghasil embrio secara in vitro. Ada beberapa

Page 4: Oosit

metode koleksi oosit yang telah diterapkan, yaitu: metode aspirasi, metode

puncture dan metode slicing. Kriteria penilaian oosit:

- Complete: terdapat sel-sel cumulus oophorus, terdapat lebih dari 3 lapisan

tebal (5 lapisan tebal), oosit kelihatan kompak

- Partital: terdapat sel-sel cumulus oophorus, terdiri dari 3 lapisan tebal, oosit

kelihatan kompak, oosit kelihatan kompak

- Expanded: terdapat sel-sel cumulus oophorus, sel-sel cumulus meunjukan

ekspansi (meluas), sel-sel cumulus kelihatan dalam bentuk kumpulan hitam

terpencar-pencar

Page 5: Oosit

- Nude: tidak ada kumpulan sel-sel yang mengelilingi oosit, oosit hanya

dikelilingi zona pelucida secara merata. (Tim Laboratorium Reproduksi,

2009).

Penentuan kualitas oosit secara morfologis menurut Monk (1987), dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu kualitas baik (kriteria A dan B), kriteria A adalah oosit

yang tampak jelas, berbentuk bulat dan dikelilingi oleh sel granulosa secara

utuhlebih dari 2 lapis. Kriteria B adalah oosit yang tampak jelas, berbentuk bulat

dan dikelilingi oleh sel granulosa tidak penuh kurang dari 2 lapis. Kualitas jelek

(Kriteria C dan D), kriteria C adalah oosit yang tampak jelas berbentuk bulat

tetapi tidak dikelilingi oleh sel granulosa. Kriteria D adalah oosit yang bentuknya

tidak bulat dan tidak dikelilingi oleh sel granulosa. Oosit dengan kualitas jelek

biasanya tidak diikutkan dalam proses kultur selanjutnya.

Page 6: Oosit

Penentuan kualitas oosit dapat dilakukan dengan melakukan beberapa

evaluasi terhadap oosit yang akan digunakan pada proses FIV. Seleksi oosit yang

banyak digunakan adalah pemilihan oosit berdasarkan morfologi sel kumulus

yang berada di sekitar oosit (Lonergan dkk 1994). Wood dan Wildt (1997)

melaporkan bahwa teknik grading dengan mengevaluasi sel-sel kumulus oosit

yang kompleks dapat mengindetifikasi kualitas oosit dengan lebih mudah dan

objektif. Keberadaan sel kumulus mendukung pematangan oosit sampai pada

tahap metafase II dan berkaitan dengan pematangan sitoplasma yang diperlukan

untuk kemampuan perkembangan setelah fertilisasi. Mennurut Austin dan Short

(1984), umumnya oosit dengan kumulus yang multilayer digunakan dalam

produksi embrio secara in vitro. Kriteria pemilihan oosit yang berkualitas baik

dapat dilihat dari bagian ooplasma yang homogen, sel kumulus yang kompak

mengelilingi zona pelusida.

Pada kegiatan koleksi oosit dari ovarium kali ini ditemukan oosit dengan

kategori complete, ekspanded, Adanya perbedaan pada kualitas oosit ini

mempengaruhi kemampuan oosit dalam melakukan fertilisasi dengan

spermatozoa. Meskipun penyebab dari perbedaan kualitas ini belum diketahui

secara rinci, namun oosit yang tergolong dalam tipe complete dan ekspanded

adalah oosit dengan kualitas yang paling baik dan lebih baik untuk digunakan

pada fertilisasi in vitro. Embrio yang dihasilkan dari hasil fertilisasi oosit ini juga

akan berkualitas lebih baik daripada embrio yang dihasilkan dari oosit tipe partial

dan nude . Pernyataan ini didukung oleh Lonergan dkk., (1992) yang

membuktikan hubungan yang kuat antara morfologi oosit dan embrio yang

dihasilkan. Oosit dengan tipe kompak mempunyai angka fertilisasi yang lebih

tinggi dibanding oosit dengan tingkat lapisan kumulus yang lebih rendah. Crozet

dkk., (1994) membuktikan hanya kumulus-oosit yang kompak yang dapat

digunakan untuk fertilisasi in vitro.

Page 7: Oosit

Daftar Pustaka

Austin, C.R., dan R.V. Short. 1984. Reproduction and Mammals, 3 Hormonal Control of Reproduction, 2nd . Cambridge University Press.

Crozet, N., M. Ahmet-Ali, dan M.P. Dubos. 1994. Developmental Competence Of Goat Oocytes From Follicle Of Different Size Categories Following Maturation, Fertilization And Culture In Vitro. J. Reprod. And Fert. 103:293-298.

Hafez, E.S.E dan Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm Animal 7 th ed. Lippincott Williams and walkins. South Carolina.

Lonergan, P., H. Sharif, dan I. Gordon. 1992. Effect Of Time To Transfer To Granulosa Cells Monolayer On Bovine Oocyte Developmental Following IVM/ IVF/IVC. Proceeding Of The 8th Conference Of The European Embryo Transfer Association. 178.

Monk M. 1987. Mammalian Development a Practical Approach. IRL PRESS; Washington.

Senger, P.L. 1999. Pathways to Pregnancy and Parturition. Washington State University Research and Technology Park. Washington.

Tim Reproduksi. 2011. Penuntun Praktikum Ilmu Kebidanan dan Kemajiran. Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Wood, T. C., dan Wildt, D. E. 1997. Effect Of The Quality Of The Cumulus-Oocyte Complex In The Domestic Cat On The Ability Of Oocytes To Mature, Fertilize And Develop Into Blastocysts In Vitro. J Reprod Fertil 110: 355-360.