@oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde...

22

Upload: lyngoc

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih
Page 2: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

JurnalILMU HUKUM LITIGASI@oo

I. PENDAHULUAN

Krisis moral saat ini sudah merambah di mana-mana tidak

hanya di kahngan para penegak hukum tetapi sudah merambah di

berbagai lapisan masyarakat. Ketika krisis moral melanda lndonesia yang sangat

mengkhawatirkan krisis moral tersebut nrampir di lingkungan pelaksana peradilan,

mendung pasti akan tiba, dan akhirnya banjirpun menjadi bencananya. Banjir

yang akan membawa serta tatanan peradilan yang selama ini telah ada, sehinga

porak poranda akibat krisis moral yang teriadi, itulah kondisi saat ini yang dapat

diilustrasikan untuk para pelakana peradilan yang mengplami krisis nroral.

Tidak dlpungkiri dan sudah br.rkan menjadi rahasia lag, kondisi di atas

berkembang per{ahan-lahan menuju suatu kondisi yang membahayalan citra

hukunr, dan sekaligus citra penegk hukum di Indonesia. Sungguh sangat tidak

dapat dibenarkan ketka para penegak hukum khususnya selaku pelaksana

peradilan kemudian mereka sendiri yang merusaknya karena di ragukan dari sisi

moralnya.

sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era

"orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya

dan politik saia, tetapi yang lebih penting adalah merefomrasi moral dari seluruh

maryarakat Indonesia, terutama kepada peniaga gawang keadilan dan kepastian

hukum, serta para pejabat negara selaku pelaksana negara. Lebih lanjut bahwa

merefonnasi tatanan hukum, seharusnya dapat pula sekaligus mereformasi

Page 3: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

r

a

It

Volume 14No. 1 April 2013 @O@

peniaga gawang keadilan, namun ternyata sudah bertahun'tahun belum juga

berhasil menuiu cita-cita konstitusi (Pasal 27 ayat (1 dan 3) UUD Nepra RI

Tahun 1945).

Muncul suatu pertanyaan yang nakal, mengapa sampai teriadi l*itit

moral? Apakah hukrm sudah tak lagi bergi$, sehingga krisis moral te$adi

dikalangan orang-orang yang seharus menjaga gawang keadilan dan kepastian

hukum itu sendiri, atau kah memang ini suatu keadaan yang diciptakan oleh

beberapa oknum sehingga dapat mengotori seluruh peniap gawang tercebut.

Karena saat ini penciptaan keadaan menjadi tren, agar orang yang menciptakan

suatu keadaan tersebut dapat menjadi tren pula, atau bahkan menjadi isu politik

yang menyegarkan.

Kalau keadaannya mernang demikian, artinya hukum sebagai tunggangan

mereka yang demikian, maka saya berpendapat bahwa hukum belum mampu

berfungsi melindungi maqyarakat, memberi keadilan dan meningkatkan

kesejahteraan rakyat, malah justru terdapat kesan kehidupan hukum yang

menyeramkan dan menakutkan karena ia berada dan menjadi alat kekuasaan yang

penuh dengan penindasan tanpa mengenal keadilan, kemanusiaan kecuali

mengabdi pada kekuasaan penguasa.

Entah bagaimana caranya kita mengembalikan krisis moral yang konon

katanya sudah mengalar dan bahkan telah menular keberbagai lini. Perlukah

hukum diformat kembali? Berbagai cara dan proses sudah kita lalui sepefti proses

k

I

is

a

k

a

;i

a

h

Page 4: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

JurnalILMU HUKUM LITIGASI@oo

reformasi, yang ternyata hinga saat ini konon lobamya (lagi) iuga belum

dijalankan secara benar dan maksimal. Khususnya fungsi hukum sebagai sarana

kontrol yang mampu berkembang dan terbinanya kehidupan berbangsa yang

sehat, berkeadilan dan sederetan fungsi hukum lainnya yang konon kabamya

(lag) dapat menjadikan kehidupan bermasyaralot yang tentram dan damai,

terbebas dari berbagi bentuk konflik dalam negeri maupun yang bisa mengancam

dis-integrasi bangsa.

Sesunguhnya, dalam perjalanan sejarah kehidupan manusia, apa yang

dinamakan hukum selalu mengalami transformasi, beralih-alih dari formatnya

yang satu ke format yang lain. Teriadinya transformasi itu mungkin saja

disebabkan oleh proses-proses adaptasi yang penuh dengan fakta ,,trial and

error", atau mungkin pula karena upaya-upaya sengaja yang bermula dari proses-

proses rekonsepu.ralisasi kaum pemikir sampai ke proses-proses yang berupa

restrukturisasi oleh para politbi (Ahyar dalam Himpunan Karya Tulis Bidang

Hukum Tahun 1999,1999 : 279).

Dalam kaitannya hal tersebut, lalu bagimana dengan ketentuan Pasal 1

ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2OO9 tentang Kekuasan Kehakiman

yang menyebutkan "Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang

merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan

keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

lndonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik

Page 5: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih
Page 6: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

Volume 14No. 1 April 2013

Indonesia" apabila kemudian dipelesetkan nretriadi sernerdeka"merdekanya

"(sesuka hati)" karena adanya degfaulasi mor;l radi. Padahal, rnaksudnya adalah

"penyelenggaraan Lekuasaan kehrkinran adalah kei(ursr.ln yang merdeka (Aidul,

Fitrieiada Azhari, 2005 : 96). Kenrerdeltaan yudisial ad,ilah rner rlel(a atau b,ebas

dari segala lnacall-l bentuk pelrgaruh dan cantpirr tang;rr'l keltLrasaatt lembaga Iain,

baik elaekLrtif nidupun legislatif. Artiiry; ul.ur;t"l kenrandirian adalah

dibersihkarrrrya dunia peradilan dari pengaruh-pertgar'uh Lrisnis (iual beli hukunt)

dan politik, sebagaimana diajarl<an oleh Mantesqrtieu tentang pemisahan

kekuasaan yang bertujuan untuk nrenjanrin kenrandiri;ri nrasing'masing lembaga

negara (Montesquieu, dalam Bagir Manan, 1995 : 2-3). Maka secara prinsip

kemerdekaan yudisial (hakim) tersebut untuk nremfasilitasi 3 (tiga) nilai yaitu:

peftama/ untuk nrenegakkan negara lndonesia sebagai negara hukunt demi

tegaknya supremasi hukum. Kedua, tercipUnya denrokrasi dan sekaligtts

menjamin bahwa setiap warga negara sama di nruka hukum" Ketiga, mengegakkan

aturan hukum yang telah disepakati bersama (M. Fairul, Falakh dalant Himpunan

Karya Tulis Bidang Hukum Tahun 1999, 1999 : 4)" Untuk itu harus

bertanggung jawab kepada publik (masyarakat), negara, institusi, dan pribadi

selaku orang yang beraganta.

Bagi nrasyarakat awanlr menjalankan furrgsi scc'fal eantralt bukanlah hal

mudah, terutama dalam melaltukan penilaian apakah putusan-putusan yang

dikeluarkan oleh lembaga peradilan (harcirn) telah benar dan dilalaanakan secara

Page 7: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih
Page 8: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

JurnalILMU HUKUM L]TIGASI(@oo

profesional (httw/lbukuicw.files.wordpress.com ), artinya secara jujur, terbuka

dengan berlandaskan hukum formil dan hukum materiil, maka peran publik

(masyarakat) nreniadi sangat penting. Namun demikian tidak setiap orang

memiliki pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan eksaminasi (tegal

annotation) yang benar dan bai( karena tidak setiap orang memahami hukum

formil, hukum materiil, dan memiliki kearifan serta keahlian untuk melakukan

penilaian terhadap putusan hakim. Hal ini, baru dimiliki oleh kalangan terbatas,

terutama kalangan para penegak hukum sendiri maupun para akademisi. Maka,

muncul suatu permasalahan siapakah yang tepat untuk melakukan legat

annotation publik ?. Apakah peran akademisi selaku masyarakat intelektual tidak

dapat menyelesaika n persoa lan tersebut?

Pandangan sementara, bahwa keterlibatan perguruan tingg yang memiliki

fafultas hukum sangat diperlukan untuk metakukan legal annotation. produk

ilmiah yang dilahirkan oleh perguruan tinggi (masyarakat akademis) inilah yang

nantinya akan digunakan untuk melakukan pengujian produk pengadilan dan juga

produk kejaksaan.

Namun saat ini kaiian ilmiah terhadap produk peradilan tidak pernah

atau jarang dilakukan. Kalaupun dilakukan, hanya menjadi rutinitas dari mata-

mata kuliah yang berkaitan dengan hukum formil dalam metode ,,bedah kasus,,,

atau dalam penulisan hukrm sebagai tugas akhir sebagan kecil mahasiswa yang

diistilahkan dengan Studi Kasus. Akibatnya kajian ilmiah atas putusan pengadilan

Page 9: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih
Page 10: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

-sosord Upp plnulaq 8ue{ e[e8uas er(edn-e{edn Pualel epd u;48unu ne}B ',,Jo)Ja

pue p4tt, gIIPJ uefiuop qnuod 6ue{ lseldepe seso;d-saso.td tlslo uelqeqeslp

p[es uppunu n]! lsptuloJsupll erfu;pe[-ra1 'ulPt Suer( ErIlIoJ a) nles 8ue(

e{u1eu.ro; uep qlle,qllpnq ';seulo;suell lruep8uau nleles umlnq ue)nueulp

fiue{ ede ,e;snueu uednplllal qglplas uPuPIP[Dd uelep 'e{uqntSunsa5

uPllpP8uad uPp uPeqB[aI

'ue1s;;oda1 erIIBlnJA n1;e{ 'ulel Pues mes }P.le u4pryaq tue( lnsun'lnsun

pndlleu Suer( runlnq uqetauad qe;epe sen; 6ue,( lue UBIPp uellpelad

NVSVHVSNId'II

'qppseulaq nplas U! llqle'rlq4e Eue{

ue;pe.rad 6eqrual uPsnlnd depeq.rat IDIe-re/$Bru '(emqseqeu) 1s;uapelP e.ted

spUI dD;ls e{ufiuequo4raq Sues8ue;au 1edep ue)e ueryluap ueppay 'sl6arls

l6ues ;pe[uau e66u1qas 'un4nq 4e8euad Pred dPpeqla] uesP^Ae8uad uqnlelau"-.1

Inlun uen[nr-raq snfi;p4as 'pqoual qqul! ue;fe4 ue>;6uequa6uau n;lad (eqe[

ueluptu undneu ful>leq ueluetu 'un4nq ;qqeld 'ODN) ulel lqelPfueu uaue;a

eupsraq FEup uerun8;ad e{es pdepuod lrunuau lnll PualP) qalo

' ( uolssar dp'rorvusa; g'MlFIn q// :d11U )

IoJtuc: IeuJa:tu! P^uqPual ue46uequlgaduau ue8uop BJas '!u!s euPs

;p Suequa>1.raq 6ue{ uqnq pueu e{ulpe[.ru 'eLuue;eos;ad loqoq '1u1 ]ees (;uotu

;sepe$ap) sru4 le8eqroq e^uepe leqllau uefiuap '1eqepe6 'e>pue1 6ue'leq pefuotu

0I0z ludv t'oN?L ounlon

Page 11: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih
Page 12: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

JurnalILMU HUKUM LITIGASI(@oo

kenaikan pangkat bagi para hakim yang tentunya yang diuji adalah putusan-

putusan yang menguntungkan bagi para hakim yang mengaiukan kenaikan

pangkat (chandera, dk., 2oo4 : 12), atau ketika para hakim hendak

mendaftarkan sebagai Hakim Agung, sebagaimana yang dilakukan lembaga

Komisi Yudisial saat ini.

Dikeluarkannya sEMA No. 1 Tahun 1967 ternyata belum secara

tegas mendorong tradisi ekaminasi putusan pengadilan, dan surat edaran ini

hanya memberikan acuan bagi adanya ekaminasi internal, bukan dimaksudkan

sebagai kontrol publik (Chandera, dkk., 2OO4 :12).

Dorongan untuk melakukan eksaminasi putusan pengdilan kemudian

mulai mendapatkan acuan formal, antara Iain diatur dalam Undang-Undang

No. 51 Tahun 2@9 (sebagai revisi undang-undang No. 5 Tahun 1gg6 lo.

undang-undang No. 9 Tahun 2oo4 tentang peradilan Tata usaha Negara).

Adanya tindakan eksaminasi terhadap setiap putrsan pengdilan yang

dijatuhkan sangat diperlukan, sehingga lama kelamaan akan menjadi suatu

kebiasaan atau suatu tradisi. Hal ini beruujuan tidak Iain adalah eksaminasi

sebagai upaya kontrol sosial, namun demikian bukan berarti mempengaruhi

kebebasan hakim dalam melaksanakan tugasnya, atau lebih jauhnya dapat

merubah isi putusan yang di eksaminasi atau yang diberikan legal annotation.

ladi, dengan demikian SEMA No. 1 Tahun 1967 memperkenalkan

eksaminasi dilingkungan internalsaja. Oleh karena itu, eksaminasi terhadap

Page 13: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih
Page 14: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

Volume 14No. 1 April 2013

putusan pengadilan yang harus dikembangkan, adalah eksaminasi yang

dimaksudkan sebagai social control terhadap lembaga peradilan, bukan

eksaminasi yang sengaia dibuat untuk mempengaruhi putusan hakim

selaniutnya (Banding, Kasasi, Perlawanan dan Peniniauan kembali), aEu hanya

diperuntu kka n kepentin gan interen.

Dunia peradilan iuga seharusnya mau mempeftanggungiawabkan

putusannya kepada publik, tidak hanya bertanggung iawab secara intemal yang

pada gilirannya saling menutupi apabila putusan yang dieksaminasi tersebut

terdapat keianggalan.

Lembaga eksaminasi publik sangat diperlukan, bersifat independen,

melalui kajian akademisi yang didalamnya memuat unsur Ngo. (masyarakat

luas), serua dilakukan terus menerus melalui perguruan-perguruan tinggi, untuk

dapat diiadikan kegiatan rutin bagi para dosen dan mahasiswa.

Lebih lanjut, kegiatan eksaminasi publik tercebut tidak saia hanya

dijadilon suatu kaiian rutinitas akademik semata, tetapi iustru lebih ke hasil dari

eksiminasi publik tersebut dapat dimaksimalkan untuk tuiuan control social

terhadap kinerja para penegak hukum di Indonesia, maka hasil dari ekaminasi

tersebut waiib untuk dipublikasikan, kegiatan tersebut dapat pula membantu

peran pengawasan terhadap pelaksanaan penegakan hukum dalam sistem

peradilan di Indonesia.

Page 15: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih
Page 16: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

Volume 14No.'t April 2013

masyarakat pemerhati terhadap banyaknya putusan pengadilan yang kian

menjauhkan diri dari rasa keadilan, kepastian, kepatutan dan kearifan.

Hanya beberapa perguruan tinggi negeri dan lembaga kemasyarakatan

yang telah respek terhadap gagasan ICW tersebut. Kehadiran lembaga yang

tergolong baru tersebut masih belum teruii peran dan kiprahnya dalam

mengawal perilaku yudisial dalam rangka turut sefta mewuiudkan peradilan

yang bersih dan benvibawa.

Selain itu, hingga saat ini gagasan ICW tersebut belum banyak

direspon oleh pihak-pihak yang sifatnya independen, berkesinambungan dan

terkontrol. Dalam peruoalan ini, sesungguhnya gagasan ICW tersebut dapat

membantu upaya percepatan reformasi di lingkungan peradilan, dan sekaligus

dapat membantu keberadaan Komisi Yudisial dalam mengemban tugas dan

wewenang tentang prosedur pengaduan terkait perilaku hakim yang melanggar

kode etik, kiteria pengaduan tersebut dapat ditindak-lanjuti atau tidak, sefta

peran ieiaring Komisi Yudisial (http://komisiyudisial.go.id). Lebih lanjut lmam

Ansori Saleh menielaskan bahwa kehadiran Komisi Yudisial (KY) sebagai

lembaga amanat reformasi menjadi penting dalam rangka menjaga dan

menegakkan kehormatan dan keluhuran maftabat serta perilaku hakim untuk

mewu jud ka n p erad ilan be rsih ( h ttp:// komisiyud isial. go. id ).

Untuk itu Komisi Yudisial menyikapi setiap adanya pengaduan dari

masyarakat tentang adanya dugaan penyimpangan terhadap perilaku para

Page 17: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

JurnalILMU HUKUM LITIGASI(@oo

mengharapkan hasil yang efektif. oleh Karena itu, eksaminasi putusan

pengadilan msti dilakukan oleh pihak-pihak ekstemal (disamping intemal) dan

dalam ini fakultas hukum merupakan salah satu pihak yang relevan untuk

melakukan ekaminasi.

Eksaminasi ini mesti dilakukan oleh pihak yang independen, dalam arti

tidak mempunyai kepentingn dengan kasus yang diperiksa. Oleh karena itu,

dapatlah dipahami iika pendidikan tinggi hukum (fakultas hukum) merupakan

institusi yang relevan untuk melakukan eksaminasi putusan pengadilan. Karena

fakultas hukum merupakan institusi yang secara rutin melakukan dan

mengajarkan kajian hukum termasuk kajian putusan pengadilan.

Kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat menjadi eksaminator,

terletak pada kualitas dan integritas pribadinya. Secara ilmiah belum ditemukan

tentang syarat apa yang harus dipenuhi oleh seorang eksaminator itu sendiri

selain yang telah disebutkan di atas. Sesungguhnya tidak ada persyararatan

yang ketat untuk menjadi eksaminator, seperti syarat batas minimal atau

maksimal usia, harus memiliki pengalaman sekian tahun bukan anggpta paryol,

tidak sedang menjadi terdakwa atau teruangka dan sebaginya. Tetapi pada

dasarnya sebagai eksaminator harus memiliki keahlian di bidang hukum formil

(Hukrm Acara) dan berpengalaman di bidang praktisi hukum, serta keahlian

Iainnya yang erat hubungannya dengan putusan yang akan diekaminasi, dan

tidak kalah penting, adalah integritas dan kredibilias dari eksaminator.

Page 18: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih
Page 19: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih
Page 20: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih
Page 21: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih

@ooJurnalILMU HUKUM LlTtcASt

DAFTAR PUSTAKA

Bagir, Manan, 2oo2, Kekuanan Kehakiman yang Merdeka dan Bertanggung Jawab,

lakarta, LelP.

Bambang Sutiyoso, dan Sri Hastuti Puspita Sari, 2005 , Aspekaspek perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia,yogyakarta, ull press.

Chandera, Endro Susilo, Sundari E. 2@4, Modul l4ata Kutiah Elsaminasi, Fakultas

Hukum Un iversitas Katolik Atmajaya, yogyaka rta.

Himpunan Karya Tutis Bidang Hukum Tahun lggg,lakarta, Badan pembinaan

Hukum Nasionar Departemen Kehakiman N, lakarta.

M' Yahya, Harahap, 2Oo4, Huktm Acara Perdata Tentang Gugatan, persidangan,

Penyitaan, pembuktian dan putusan pengadilan, Jal<arta, sinar Grafika.

Siraiudin dan Zulkarnain, 2006, Komisi Yudisial dan Eksaminasi pubti;<, Bandung

Citra Adirya Bakti.

IURNAL

Aidul, Fitriciada fuhari, 2005. Kekuasaan Kehakiman

Bertanggung jawab di Mahkamah Konstitusi, lurnal

Yol. 2.

yang Merdeka dan

Mahkamah Konstitusi,

Bagir, Manan, 1995, Kekuasaan Kehakiman Republik lndonesia, lurnal LppM

Universitas Islam Bandung, Bandung.

Page 22: @oo · sesunguhnya dalam era "reformasi", sebagai pengganti tatacara era "orde baru", tidak saja mereformasi tentang tatanan hukum, ekonomi, budaya dan politik saia, tetapi yang lebih