omm
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Mentimun ( Cucumis sativus L.) merupakan tanaman
sayuran yang dipanen dalam bentuk segar, mentimun
banyak ditanam di Asia dan Afrika, sedangkan di Indonesia
banyak ditanam berbagai jenis mentimun seperti mentimun
biasa (lokal), misal: mentimun krai, mentimun wuku dan
mentimun poan. Mentimun banak ditanam orang karena
tanaman ini satu satunya tanaman sayuran buah yang paling
cepat dapat dipanen hasilnya, dan tidak banyak
membutuhkan perawatan, maka tidak heranlah bagi kita bila
tanaman mentimun ini terbesar di tiap-tipa daerah. (soewito,
1990).
Budidaya mentimun pada umumnya di dataran
rendah dan dari tahun ke tahun areal tanaman mentimun
semakin meningkat. Di indonesia pusat peranakan
mentimun adalah Jawa Barat, D.I Aceh, Bengkulu, Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Pada tahun 1991, semua Provinsi
di Indonesia kecuali Timor Timor membudidayakan
mentimun. Pada tahun 1991, luas areal panen mentimun
nasional 53.438 ha dengan produksi 268.201 ton dan pada
tahun 1994, luas panen meningkat menjadi 55.792 ha
dengan peningkatan produksi menjadi 280.934 ton. 65,75%
mentimun diproduksi di Pulau Jawa (Reginawati,1991).
Tanaman mentimun sangat digemari masyarakat
karena buahnya segar dan banyak mengandung mineral
seperti: kalsium, fosfor, kalium dan besi disamping vitamin A,
B, C. Mentimun muda dijadikan sayuran mentah atau bahan
makanan yang diawetkan. Selain itu buah mentimun juga
bisa dimanfaatkan untuk perawatan kecantikan, pengobatan
tradisional dan juga untuk menurunkan darah tinggi.
Pertumbuhan tanaman mentimun dipengaruhi oleh faktor
lingkungan salah satunya adalah pentingnya ketersediaan
unsur hara bagi tanaman. (Soedirdjo admojo, 1986).
Untuk memperoleh hasil yang baik salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan pemangkasan daun,
dengan pemangkasan daun akan dapat diperoleh hasil yang
lebih banyak dan mutu buah yang baik. Namun
pemangkasan daun masih jarang dilakukan petani karena
mereka masih meningkatkan kuantitas daripada kualitas.
I.2 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemangkasan dan pemnambahan Giberelin terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun.
I.3 Manfaat Penelitian
Sebagai rekomendasi bagi petani holtikultura
terutama mentimun untuk selanjutnya dipergunakan sebagai
pedoman dan petunjuk dalam budidaya tanaman mentimun
pada lahannya.
I.4 hipotesa
1. Diduga dengan pemangkasan daun, akan
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman mentimun.
2. Diduga dengan penambahan Giberelin, akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman mentimun
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1Morfologi Tanaman Mentimun
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman
semusim yang bersifat menjalar dan merambat dengan
perantara alat pemegang yang berbentuk spiral. Tanaman
mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, lunak dan
berbulu, dengan panjang bisa mencapai 1,5 meter.
Daun mentimun berbentuk bulat lebar, dengan
bagian ujung yang meruncing menyerupai bentuk jantung.
Kedudukan daun pada batang tanaman berselang-selang
antara satu daun denga daun diatasnya.
Buah mentimun tumbuh dari ketiak daun dengan
posisi menggantung, bila tanaman dirambatkan ada turus
bambu. Buah mentimun berbentuk bulat pendek hingga
panjang dengan kulit buah yang berwarna hijau keputihan
hingga hijau gelap, ada yang berbintil dan ada yang tidak.
(Budi Samadi, 2002).
Bentuk bunga mentimun mirip terompet yang
mahkota buganya berwarna putih atau kuning cerah. Bunga
jantan dicirikan tidak mempunyai bagian membengkak
dibawah mahkota bunga jumlah lebih banyak dan keluar
beberapa hari lebih dulu dibandingkan bakal buah yang
membengkak terletak dibawah mahkota bunga dan
umumnya muncul pada ruas keenam setelah bunga jantan.
Bunga betina yang mampu berkembang menjadi bakal buah
kurang lebih 60%, sisanya berguguran sebelum menjadi
buah (Anonimous, 1994).
Kedudukan tanaman mentimun dalam tata nama
tumbuhan diklasifikasikan kedalam:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitaceae
Famili : Cucurbitae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
II.2 Syarat Tumbuh Tanaman Mentimun
II.2.1 Iklim
Di daerah tropis, mentimun dapat ditanam di
dataran rendah sampai dataran tinggi karena daya
adaptasi cukup luas terhadap lingkungan
tumbuhnya dan tidak membutuhkan perawatan
khusus. Untuk pertumbuhan yang optimum
diperlukan iklim kering, sinar matahari yang cukup
(tidak ternaungi), temperatur 21,1 sampai 26,70 C
dan tidak banyak hujan. (Reginawati, 1999).
Berbagai mentimun hibrida, umumnya ditanam
di dataran tinggi antara 1000-1200 meter diatas
permukaan laut namun sekarang telah banyak
mentimun yang mampu ditanam mulai dataran
rendah hingga 1200 meter diatas permukaan laut.
Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah
hujan yang tinggi. Hal ini akan mengakibatkan
bunga-bunga yang terbentuk berguguran,
sehingga gagal membentuk buah. Demikian pula
daerah yang temperatur siang dan malam harinya
berbeda sangat mencolok sering memudahkan
serangan penyakit tepung atau powdery mildaw
maupun busuk daun atau downy mildaw. (Abdi
tani, edisi 5, 2000).
II.2.2 Media Tanam
Hampir semua jenis tanah cock untuk ditanami
mentimun. Untuk tujuan komersial sebaiknya
lahan yang dipilih adalah lahan yang subur,
gembur, banyak mengandung humus, tata air
baik, tanah mudah meresap air, ph tanah antara 6-
7.
II.3 Pengaruh Pemangkasan Daun
Bagi tanaman holtikultura, ukuran buah merupakan
faktor yang penting, karena buah yang besar lebih laku
dipasaran dibandingkan dengan buah yang kecil. Untuk
memperoleh ukuran buah yang diinginkan dapat ditempuh
dengan jalan pengairan, pemupukan, pemangkasan dan
penjarangan buah.
Untuk memperoleh varietas unggul baru diharapkan
memperoleh varietas yang berproduksi tinggi, mutu buah
baik, tahan terhadap curah hujan dan shu yang tinggi, serta
tahan terhadap serangan hama penyakit. Mutu buah yang
baik meliputi buah, warna, kehalusan kulit, rasa, kehalusan
dan kadungan gizi (Nazarudin, 2000).
Pemangkasan daun pada tanaman mentimun yang
tumbuh subur dan berdaun lebat, perlu dilakukan
secepatnya. Tanpa perlakuan tersebut, tanaman akan
cenderung mengalami pertumbuhan vegetatif saja. Hal
tersebut, akan mengakibatkan menurunnya pembentukan
bunga dan buah. Pemangkasan daun terutama dilakukan
pada daun yang sudah tua dan tumbuh atau berkedudukan
saling menutupi (Overlap). Dengan pengurangan daun
diharapkan proses fotosintesi terhadap masing-masing dau
terjadi secara lebih baik. Disamping itu, pengurangan daun
juga dapat mengurangi kelembaban udara di sekitar
pertanaman, sehingga bisa mengurangi kemungkinan
terjadinya serangan jamur. (Budi Samadi, 2002).
II.4Giberelin
Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang memiliki
kemampuan unik untuk memacu pertumbuhan yang
ekstensif bagi tumbuhan utuh. Giberelin memacu
pertumbuhan batang pada tanaman lebih dari pengaruhnya
terhadap pemanjangan potongan batang. Dalam hal ini
pengaruhnya berbeda dengan hormon aukisn yang lebih
memacu pertumbuhan potongan batang. (Hedi, Suwasono,
1983).
Pengaruh lain penggunaan giberelin yaitu mempunyai fungsi
bagi tumbuhan :
1. Meningkatkan pembungaan
2. Mematahkan dormansi/hambatan pertumbuhan tanaman
sehingga tanaman dapat tumbuh normal dengan cara
mempercepat proses pembelahan sel.
3. Memacu perkecambahan biji.
4. Berperan pada pemanjangan sel.
5. Berperan pada proses partenokarpi. Pada beberapa
kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa ada
fertilisasi atau pembuahan.
III. BAHAN DAN METODE
III.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Njenes Kecamatan
Kauman, Kabupaten Ponorogo dengan ketinggian tempat
130 meter diatas permukaan laut, suhu rata-rata 260 C
dengan pH tanah 5,75-6. Penelitian dilakukan pada bulan
mei sampai juni 2005.
III.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Benih mentimun varietas hercules 50 gram
Giberelin
Alat yang digunakan :
Cangkul untuk menglah tanah dan mencampur pupuk
kandang
Papan nama
Sprayer untuk menyemprotkan pestisida dan
fungisida pada tanaman mentimun agar terhindar dari
hama dan penyakit
Penggaris
Timbangan
Sabit
Pisau
Tali rapia
Bambu (lanjaran)
Gembor
III.3 Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan rancangan acak
kelompok (RAK). Faktorial terdiri dari 2 faktor dan diulang 3
kali. Faktor pertama adalah pemangkasan daun terdiri dari 3
level :
B0 : Tanpa pemangkasan
B1 : pemangkasan 6 daun
B2 : pemangkasan 12 daun
Faktor kedua adalah pemberian Giberelin terdiri dari 2 level :
H0 : tanpa penambahan Giberelin
H1 : Penambahan giberelin
Dari kedua faktor tersebut diperoleh enam kombinasi
perlakuan yaitu :
1. B0H0 : tanpa pemangkasan, tanpa penambahan
giberelin
2. B0H1 : tanpa pemangkasan, penambahan giberelin
3. B1H0 : pemangkasan 6 daun tanpa penambahan
giberelin
4. B1H1 : pemangkasan 6 daun, penambahan giberelin
5. B2H1 : pemangkasan 12 daun, tanpa penambahan
giberelin
6. B2H0 : pemangkasan 12 daun tanpa penambahan
giberelin
7. B2H1 : pemangkasan 12 daun dan penambahan
giberelin.
III.4 Pelaksanaa Penelitian
III.4.1 Persiapan Lahan
Tanah diolah dengan cangkul dan dicampur
dengan pupuk kandang agar gtercampur rata
dengan tanah dan dibersihkan dari rumput supaya
tidak terdapat bibit penyakit. Pengilahan tanah
dilakukan agar aerasi tanah berlangsung dengan
baik dan bibit penyakit dalam tanah mati karena
panas sinar matahari. Setelah itu tanah
dimasukkan ke dalam polibag sebagai media
tanam.
III.4.2 Persemaian
Sebelum penanaman, benih disemai dengan
direndam kedalam air hangat denga suhu 55-60 C
selama 30 menit dan setelah itu dibungkus
dengan handuk basah selama 12 jam. Media
tumbuh berupa tanah halus dan pupuk kandang.
Setelah bakal akar keluar, benih dapat langsung
ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
III.4.3 Penanaman
Penanaman bibit dilakukan jika bibit telah berumur
10-14 hari atau telah memiliki 2 daun. Sebelum
ditanam terlebih dahulu dibuat lubang tanam pada
medi tanam, setelah itu diisi 2-3 benih dan ditutup
dengan tanah tipis, kemudian disirami permukaan
media tanam. Benih akan tumbuh setelah 3-5 hari.
III.4.4 Pemeliharaan
Setelah tanaman berumur 2 minggu mulai
diadakan pemilihan tanaman, yaitu apabila dalam
satu lubang tanam tumbuh 2 atau 3 tanaman
maka akan disisakan 1. Pemeliharaan berikutnya
yang harus dilakukan yaitu penyiraman,
pengajiran, penyiangan, pemupukan,
pemangkasan dan pemberantasan hama penyakit
III.4.4.1 Penyiraman
Tanaman mentimun merupakan tanaman
yang peka terhadap kekurangan maupun
kelebihan air, maka dalam pemberian air
prlu diperhitungkan yaitu agar tanah tetap
basah, tetapi tidak sampai menggenang.
Penyiraman dengan menggunakan gembor
dilaksanakan pagi hari.
III.4.4.2 Pengajiran
Tanaman mentimun bersifat memanjat
sehingga diperlukan lanjaran atau ajir yang
dilakukan pada waktu tanaman berumur 3
minggu. Ajir dipasang pada setiap tanaman
untuk memperkuat tanaman dari
guncangan angin.
III.4.4.3 Penyiangan
Penyiangan dilaksanakan 2 minggu sekali
untuk membersihkan rumput disekitar
tanaman agar tidak mengganggu tanaman
mentimun.
III.4.4.4 Pemupukan
Pemupukan menggunakan pupuk organik
bokhasi, ZA, SP-36 dan KCl disesuaikan
dengan anjuran, serta untuk mempercepat
proses pertumbuhan, pembungaan dan
pembuahan, tanaman disemprot dengan
pupuk pelengkap cair yang diberikan saat
tanam.
III.4.4.5 Pemangkasan
Pemangkasan daun dilakukan sesuai
dengan perlakuan yang diberikan.perlakuan
tanpa pemangkasan (B0), daun yang
terbentuk dibiarkan tumbuh semua, B1
dipangkas 6 daun per tanaman, B2
dipangkas 12 daun per tanaman. Kriteria
pemangkasan daun yaitu apabila daun
yang terbentuk dalam satu pohon tersebut
melebihi yang dilakukan maka kelebihan
tersebut dibuang saat jumlah daun semakin
lebat.
III.5 Pemberantasan Hama Penyakit
Sehari sebelum tanam, media tanam diberi furadan dengan
dosis 2gram/tanaman untuk mengendalikan hama yang
berada dalam tanah. Untuk mengendalikan hama dan
penyakit yang berada diatas tanah dipergunakan dithane M-
45, Sevin dan curacron dengan interval disesuaikan dengan
populasi hama yang ada.
III.6 Panen
Pemanenan buah pertama dilakukan saat tanaman berumur
1,5 bulan. Buah yang dipetik adalah buah yang besar tetapi
belum tua dan pemetikan berikutnya dilakukan 5-10 hari
sekali. Saat panen yang baik adalah pada pagi hari atau
sore hari.
III.7 Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada parameter pertumbuhan
vegetatif dan generatif sebagaimana yang ditentukan untuk
mengetahui engaruh dari perlakuan yang diberikan.
Pengamatan dilakukan secara rutin, sejak tanaman berumur
15 hari setelah tanam hingga panen dengan interval 7 hari
sekali. Sedangkan parameter pertumbuhan generatif
dilakukan pada saat periode penen. Pengamatan parameter
pertumbuhan meliputi :
a. Panjang total tanaman.
b. Diameter batang.
c. Jumlah daun
d. Panjang buah
e. Diameter buah
f. Berat rata-rata per buah
g. Berat buah per tanaman
h. Jumlah buah
B1HO
B1H1
B1H2
B0H1
B0H2
B2H1
B1H1
B2H0
B0H0
B2H1
B2H1
B0H1
B1H0
B0H0
B1H1
B2H0
B0H1
B1H0
Perlakuan 6 kombinasi
Ada 3 blok : Denah Percobaan
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Panjang Total Tanaman
Hasil analisa statistika menunjukan tidak terdapat
interaksi antara perlakuan penambahan giberelin
dan pemangkasan daun terhadap panjang total
tanaman (lampiran 1).
Perlakuan pemangkasan daun berpengaruh
sangat nyata terhadap panjang total tanaman,
demikian halnya dengan penambahan giberelin.
Tabel 1 menunjukkan hasil uji beda nyata terkecil
terhadap panjang total tanaman berpengaruh
pemangkasan daun dan penambahan giberelin.
Tabel 1. Rata – rata panjang total pada berbagai umur pengamatan
PERLAKUANPANJANG TOTAL TANAMAN
15 HST 30 HST 45 HST 60 HSTB0B1B2
9,69 a 9,60 a10,50 a
116,24 a 97,52 a129,79 a
322,93 b291,57 a339,68 b
315,69 b263,90 a327,65 b
BNT 5% 2,178 50,701 24,852 39,386H0H1
14,31 a15,48 a
160,78 a182,71 a
445,78 a508,40 b
401,71 a505,53 b
BNT 5% 2,219 41,397 20,292 32,159
Keterangan : angka – angka yang didampingi huruf yang sama pada perlakuan yang sama berarti tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5%
Dari tabel terlihat bahwa penambahan giberelin mempunyai panjang total tanaman yang besar dibanding tanaman yang lain sedangkan pengaruh pemangkasan daun, tinggi tanaman terbesar terlihat pada perlakuan pemangkasan 12 daun per tanaman.
IV.1.2 Diameter batangHasi analisis statistika menunjukan tidak adanya interaksi antara kedua perlakuan yang diberikan terhadap diameter batang pada semua umur pengamatan. Penambahan giberelin tidak berpengaruh nyata pada setiap umur pengamatan begitu halnya dengan pemangkasan daun tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang pada semua umur pengamatan, namun ada perbedaan nilai pada setiap umur pengamatan. (lampiran 2)Tabel 2 berikut menunjukkan rata – rata diameter batang pada setiap umur pengamatan
Tabel 2. Rata – rata diameter batang pada berbagai umur pengamatan.
PERLAKUAN
DIAMETER BATANG15 HST 30 HST 45 HST 60 HST
B0B1B2
0,51 a 0,45 a 0,45 a
0,77 a 0,78 a 0,86 a
322,93 b291,57 a339,68 b
315,69 b263,90 a327,65 b
BNT 5% 0,107 0,109 24,852 39,386H0H1
0,69 a 0,72 a
1,20 a 1,22 a
445,78 a508,40 b
401,71 a505,53 b
BNT 5% 0,088 0,089 20,292 32,159