oleh prajna metta 160521130001 karya ilmiah...

78
ANALISIS KADAR PROTEIN FORMYL PEPTIDE RECEPTOR 1 (FPR1) SEBAGAI INDIKATOR KERUSAKAN FUNGSI KEMOTAKSIS NEUTROFIL PADA PERIODONTITIS AGRESIF Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIR Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Dokter Gigi Spesialis Periodonsia Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Program Studi Periodonsia UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2016

Upload: truongdieu

Post on 29-Jul-2018

278 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

ANALISIS KADAR PROTEIN FORMYL PEPTIDE RECEPTOR 1

(FPR1) SEBAGAI INDIKATOR KERUSAKAN FUNGSI

KEMOTAKSIS NEUTROFIL PADA PERIODONTITIS AGRESIF

Oleh

Prajna Metta

160521130001

KARYA ILMIAH AKHIR

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Dokter Gigi Spesialis Periodonsia

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Program Studi Periodonsia

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2016

Page 2: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

ii

ANALISIS KADAR PROTEIN FORMYL PEPTIDE RECEPTOR 1

(FPR1) SEBAGAI INDIKATOR KERUSAKAN FUNGSI

KEMOTAKSIS NEUTROFIL PADA PERIODONTITIS AGRESIF

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh

Prajna Metta

160521130001

KARYA ILMIAH AKHIR

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Dokter Gigi Spesialis Periodonsia

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Program Studi Periodonsia ini

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal

Seperti tertera di bawah ini

Bandung, Juli 2016

Page 3: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

iii

PERNYATAAN

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di

Universitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim

Penelaah/Tim Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang

dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, Juli 2016

Yang membuat pernyataan,

Prajna Metta

NPM :160521130001

Page 4: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

iv

Analisis Kadar Protein Formyl Peptide Receptor 1 (FPR1) sebagai

Indikator Kerusakan Fungsi Kemotaksis Neutrofil pada Periodontitis

Agresif - Prajna Metta - 160521130001

ABSTRAK

Penurunan fungsi kemotaksis neutrofil menyebabkan peningkatan kerentanan

terhadap penyakit periodontitis agresif (PA). Kemotaksis neutrofil dipengaruhi

oleh formyl peptide receptor 1 (FPR1) yang dalam aktivasinya merespon peptida

kemotaktik bakteri formyl methionyl leusyl phenylalanine (FMLP). Ekspresi

protein FPR1 menurun terhadap respon stimulus inflamasi pada penderita PA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar protein FPR1 pada

penderita PA dan mengetahui apakah kadar protein FPR1 dapat dijadikan

indikator kerusakan fungsi kemotaksis neutrofil pada PA.

Penelitian rancangan kasus kontrol ini dilakukan pada 20 penderita PA dan 20

kontrol. Tiga milliliter darah vena diambil untuk pemeriksaan kadar protein FPR1

dengan metode ELISA. Data diolah dengan uji Mann-Whitney (p>0.05).

Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar protein FPR1 kelompok PA sebesar

0,353 pg/mL (0,11-1,18 pg/mL) dan rerata kadar protein FPR1 pada kelompok

kontrol sebesar 0,296 pg/mL (0,05-0,88 pg/mL). Nilai p (0,787) > 0,05 berarti

tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar protein FPR1 kedua

kelompok.

Simpulan penelitian ini menunjukkan kadar protein FPR1 pada penderita PA

tidak mengalami perubahan yang bermakna dan tidak dapat dijadikan indikator

kerusakan fungsi kemotaksis neutrofil.

Kata Kunci: Kadar protein FPR1, periodontitis agresif, fungsi kemotaksis

neutrofil

Page 5: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

v

Analysis of Formyl Peptide Receptor 1 (FPR1) Protein Value as an Indicator of

Neutrophil Chemotaxis Dysfunction in Aggressive Periodontitis - Prajna Metta

- 160521130001

ABSTRACT

The decrease of neutrophil chemotaxis function may cause increased

susceptibility to aggressive periodontitis (PA). Neutrophil chemotaxis is affected

by formyl peptide receptor 1 (FPR1), which when activated will respond to

bacterial chemotactic peptide formyl methionyl leusyl phenylalanine (FMLP).

FPR1 protein value is decreased in response to a wide number of inflammatory

stimuli in PA patients. This study was aimed to assess the alteration of FPR1

protein value in PA patients and if FPR1 protein value could be used as an

indicator of neutrophil chemotaxis dysfunction in PA.

This is a case control study with 20 PA patients and 20 control subjects. Three

mililiter of peripheral blood was drawn and analized for FPR1 protein value with

ELISA. The data was statistically analized with Mann-Whitney test (p>0,05).

Results showed the mean value of FPR1 protein value in PA group is 0,353

pg/mL (0,11 to 1,18 pg/mL) and the mean value of FPR1 protein value in control

group is 0,296 pg/mL (0,05 to 0,88 pg/mL). P value 0,787 > 0,05 suggested that

there is no significant difference of FPR1 protein value in both groups.

We concluded that FPR1 protein value has no significance alteration in PA

patients and could not be used as an indicator of neutrophil chemotaxis

dysfunction.

Key words: FPR1 protein value, aggressive periodontitis, neutrophil chemotaxis

dysfunction

Page 6: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan YME sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah akhir berjudul “Analisis Kadar Protein Formyl Peptide Receptor

(FPR!) sebagai Indikator Kerusakan Fungsi Neutrofil pada Periodontitis Agresif”

sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Dokter Gigi

Spesialis, Program Studi Periodonsia di Universitas Padjadjaran.

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Dr. drg. Nina Djustiana, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyelesaikan studi spesialis di Program Studi Periodonsia

FKG UNPAD.

2. Prof. Dr. drg. Harmas Yazid Yusuf, Sp.BM (K), selaku Koordinator

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Padjadjaran.

3. Dr. drg. Ira Komara, Sp. Perio (K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter Gigi Spesialis Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas

Padjadjaran.

4. Dr. drg. Yanti Rusyanti, M.Kes., Sp. Perio (K) selaku pembimbing utama

yang telah membimbing dan memberi motivasi dalam penyusunan karya

ilmiah akhir ini.

5. drg. Nunung Rusminah, Sp. Perio (K) selaku Kepala Departemen

Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran dan

selaku pembimbing pendamping yang selalu memberi semangat untuk

penyusunan karya ilmiah akhir ini.

6. drg. Bremmy Laksono, M.Si. Med. selaku pembimbing pendamping yang

telah membimbing penyusunan karya ilmiah akhir ini.

Page 7: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

vii

7. Prof. Dr. drg. Hj. Mieke Hemiawati Satari, M.S. sebagai motivator.

8. Seluruh staf pengajar Departemen dan Program Studi Periodonsia,

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran khususnya drg. Dede

Hadidjah, M.S., drg. Ina Hendiani, Sp. Perio (K), Dr. drg. Amaliya, M.Sc.,

PhD, drg. Agus Susanto, Sp. Perio, dan drg. Indra Mustika, Sp. Perio.

9. Drs. Sutrisno, drg. Utami Pangestu, Prajna Mudita, S.Ars. dan Prajna

Melitta Karuna atas doa, dukungan moril dan materil yang tidak ternilai.

10. Rekan-rekan residen Periodonsia khususnya kakak-kakak tersayang drg.

Fajar Octaviani, drg. Aldilla Miranda dan drg. Rini Zoraya yang telah

berjuang bersama 3 tahun ini. Terima kasih juga kepada rekan sejawat dan

sahabat-sahabat drg. Frita Ferlita Shafri Djohan, drg, Indra Gunawan, drg.

Snataka Pribadi, drg. Ida Bagus Nyoman Dhedy Widyabawa, Afifah

Nurulah, S.Ked., dan Endrou D Perkasa, SKG, MM.

Akhir kata semoga Tuhan melimpahkan rahmatNya atas kebaikan semua pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.

Semoga bermanfaat bagi perkembangan ilmu kedokteran gigi pada umumnya dan

ilmu periodonsia pada khususnya.

Bandung, Juli 2016

Penulis

Prajna Metta

Page 8: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

viii

DAFTAR ISI

Hal.

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS ........ 6

2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................ 6

2.1.1 Periodontitis Agresif............................................................................. 6

2.1.1.1 Epidemiologi .................................................................................. 7

2.1.1.2 Kriteria Diagnosis .......................................................................... 8

2.1.1.3 Klasifikasi, Gambaran Klinis dan Radiografis ............................ 11

2.1.1.4 Etiologi dan Patogenesis .............................................................. 14

2.1.1.5 Peran Genetik dalam Periodontitis Agresif.................................. 16

2.1.2 Neutrofil ............................................................................................. 18

2.1.3 Formyl Peptide Receptor 1 (FPR1).................................................... 19

2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 21

2.3 Hipotesis ................................................................................................... 23

Page 9: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

ix

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 24

3.1 Populasi Penelitian .................................................................................... 24

3.2 Subjek Penelitian ...................................................................................... 24

3.3 Besar Sampel ............................................................................................ 25

3.4 Rancangan Penelitian ................................................................................ 26

3.5 Identifikasi Variabel ................................................................................. 26

3.6 Definisi Operasional ................................................................................. 26

3.7 Alat Penelitian........................................................................................... 27

3.8 Bahan Penelitian ....................................................................................... 29

3.9 Etika Penelitian ......................................................................................... 29

3.10 Prosedur Pengambilan Sampel ............................................................... 29

3.11 Prosedur Laboratorium ........................................................................... 30

3.11.1 Pengambilan dan Penyimpanan Sampel ........................................... 30

3.11.2 Prosedur Persiapan Reagen .............................................................. 31

3.11.3 Prosedur Pemeriksaan dengan ELISA .............................................. 31

3.12 Analisis Data ........................................................................................... 33

3.13 Alur Penelitian ........................................................................................ 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 35

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 35

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian .......................................................... 35

4.1.2 Kadar Protein FPR1 Kelompok PA dan Kontrol ............................... 36

4.2 Pembahasan .............................................................................................. 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 44

5.1 Simpulan ................................................................................................... 44

5.2 Saran ......................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 53

LAMPIRAN ......................................................................................................... 54

Page 10: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

x

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

2.1 Periodontitis agresif lokalisata. ....................................................................... 13

2.2 Gambaran radiografis periodontitis agresif lokalisata .................................... 13

2.3 Gambaran radiografis periodontitis agresif generalisata................................ 13

2.4 Gambaran radiografis pada penderita periodontitis agresif generalisata ........ 14

2.5 Struktur reseptor FPR1 ................................................................................... 20

3.1 Alat dan bahan penelitian ................................................................................ 28

3.2 Contoh penempatan sampel untuk pemeriksaan duplo…...………………….32

Page 11: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

xi

DAFTAR TABEL

No. Hal.

4.1 Karakteristik Subjek pada Kedua Kelompok Penelitian ................................. 35

4.2 Kadar Protein FPR1 Kelompok PA dan Kelompok Kontrol ......................... 36

Page 12: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit periodontal menurut American Academy of Periodontology tahun

1999 diklasifikasikan menjadi periodontitis kronis, periodontitis agresif, dan

periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik. Periodontitis merupakan

penyakit yang bersifat multifaktorial, umumnya terjadi karena ketidakseimbangan

host dan mikroorganisme. Terjadinya periodontitis agresif berlangsung lebih cepat

dibandingkan dengan periodontitis kronis.1,2 Prevalensi periodontitis agresif

lokalisata bervariasi pada tiap benua, perbedaan ras dan suku bangsa dianggap

sebagai faktor utama yang mempengaruhi variasi tersebut. Perkiraan prevalensi

penyakit pada populasi orang Afrika dan keturunannya adalah 1-5%, sedangkan

pada orang kulit hitam di luar Afrika sebesar 2.6%. Ras Hispanik di Amerika

Utara menunjukkan angka sebesar 0.3-2.0%, Amerika Selatan sebesar 0.3-2.0%,

dan Asia sebesar 0.2-1.0%. Prevalensi penyakit periodontitis agresif pada ras

Kaukasia sebesar 0.1% di daerah Eropa Utara dan Tengah, 0.5% di Eropa Selatan,

dan 0.1-0.2% di Amerika Utara.3 Menurut penelitian Timmerman et al. tahun

1998, prevalensi periodontitis agresif di Indonesia termasuk tinggi sebesar 3-

10%.4,5 Data di FKG UNPAD selama 3 bulan tahun 2010 ditemukan sebanyak

3.13% kasus periodontitis agresif.6

Page 13: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

2

Keparahan penyakit periodontitis agresif tidak sebanding dengan adanya

akumulasi plak dan kalkulus, tetapi bakteri tetap berperan dalam penyakit

tersebut. Bakteri patogen dominan pada periodontitis agresif berbeda dengan

periodontitis kronis. Riwayat penyakit periodontitis agresif dalam keluarga

penderita diduga merupakan faktor keturunan, dikarenakan adanya kelainan pada

sistem imun.7 Periodontitis agresif terjadi dapat terjadi pada segala usia.

Penegakkan diagnosis periodontitis agresif pada pasien usia lanjut lebih sulit

karena memiliki tanda-tanda klinis yang menyerupai periodontitis kronis. Hal

tersebut dipersulit dengan adanya penyakit sistemik yang menyertai penyakit

periodontitis.1

Bakteri penyebab periodontitis agresif didominasi oleh Aggregatibacter

actinomycetemcomitans (Aa).7,8 Jumlah deposit mikrobial tidak berpengaruh

terhadap keparahan kerusakan jaringan periodontal yang terjadi pada periodontitis

agresif. Penurunan fungsi kemotaksis neutrofil menyebabkan respon pertahanan

tubuh host untuk menetralisasi bakteri berkurang. Hal ini mengakibatkan

kerentanan terhadap timbulnya periodontitis agresif, yang pada akhirnya dapat

merusak jaringan periodontal.1,9

Kemotaksis neutrofil dipengaruhi oleh formyl peptide receptor 1 (FPR1) yang

dalam aktivasinya merespon peptida kemotaktik bakteri formyl methionyl leusyl

phenylalanine (FMLP). Berdasarkan kemampuannya untuk mengenal FMLP

bakteri, FPR1 dipercaya berperan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi

bakteri.10

Page 14: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

3

Respon inflamasi yang disebabkan oleh lipopolisakarida (LPS) bakteri memicu

aktivasi neutrofil dan pada akhirnya akan meningkatkan sintesis protein FPR1

pada permukaan sel neutrofil. Hal ini terjadi secara berulang ketika ada inflamasi,

mengakibatkan peningkatan jumlah FPR1 pada tiap sel.11 Protein FPR1 secara

basal (konstitutif) diekspresikan pada permukaan sel neutrofil, ekspresi protein

FPR1 akan meningkat jika terdapat respon terhadap stimulus inflamasi.11–13 Hal

yang sama dikemukakan oleh Anderson et al. (1987) dan Tennenberg et al. (1988)

bahwa jumlah reseptor pada neutrofil meningkat setelah distimulasi dengan agen

kemotaktik.14–16

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sel neutrofil pada beberapa

penderita periodontitis agresif memiliki respon kemotaksis abnormal terhadap

FMLP.17–19 Perez et al. (1994) mengemukakan bahwa penderita dengan respon

kemotaksis abnormal berhubungan dengan kerusakan reseptor (FPR) pada

permukaan sel neutrofil.20 Kondisi tersebut menjelaskan bahwa kejadian penyakit

periodontal dapat meningkat karena adanya penurunan aktivitas kemotaksis

neutrofil atau berkurangnya kemampuan pembunuhan bakteri.11,20

Van Dyke et al. (1990) melaporkan dalam penelitian in vitronya bahwa

sebanyak 70-80% penderita dengan gambaran klinis periodontitis agresif

menunjukkan gangguan kemotaksis neutrofil dan adanya penurunan ekspresi dua

biomarker pada permukaan sel neutrofil yaitu glycoprotein 110 (GP110) dan

FPR1.21

Page 15: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

4

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas maka penulis bermaksud melakukan

penelitian untuk mengetahui kadar protein FPR1 pada penderita periodontitis

agresif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat diidentifikasi

adalah:

1) Apakah terdapat perubahan kadar protein FPR1 pada periodontitis agresif?

2) Apakah kadar protein FPR1 dapat menjadi indikator kerusakan fungsi

kemotaksis neutrofil pada penderita periodontitis agresif?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui perubahan kadar protein FPR1 pada penderita periodontitis

agresif.

2) Mengetahui apakah kadar protein FPR1 dapat dijadikan indikator

kerusakan fungsi kemotaksis neutrofil pada penyakit periodontitis agresif.

Page 16: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

5

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna untuk:

1) Manfaat teoritis

Kadar protein FPR1 dapat dijadikan indikator kerusakan fungsi

kemotaksis neutrofil pada penyakit periodontitis agresif.

2) Manfaat praktis

Pemeriksaan kadar protein FPR1 dapat dijadikan penunjang dalam

menegakkan diagnosis periodontitis agresif.

Page 17: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini akan menjelaskan tentang periodontitis agresif, sel neutrofil

dan formyl peptide receptor 1 (FPR1).

2.1.1 Periodontitis Agresif

Klasifikasi penyakit periodontal direvisi pada tahun 1999 di International

Workshop for a Classification of Periodontal Diseases and Conditions menjadi

kronis, agresif, dan necrotizing, serta penyakit periodontal sebagai manifestasi

penyakit sistemik.22

Terminologi “periodontitis agresif” tidak merujuk kepada sebuah penyakit

baru, akan tetapi menunjukkan bentuk periodontitis yang jarang dan progresif,

kebanyakan kasus bermanifestasi pada usia muda. Hal ini menggantikan

terminologi “juvenile” atau “early onset periodontitis”. Penyakit periodontal yang

parah dan kehilangan gigi juga dapat disebabkan oleh kerusakan sistem imun yang

diakibatkan oleh penyakit sistemik, oleh karena itu kehadiran penyakit sistemik

harus dieksklusikan dari terminologi periodontitis agresif.22

Baer pada tahun 1971 mendefinisikan periodontitis agresif sebagai penyakit

jaringan periodontal yang terjadi pada remaja sehat, dengan karakteristik

Page 18: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

7

kehilangan tulang alveolar yang progresif di sekitar lebih dari satu gigi permanen.

Jumlah kerusakan tidak sesuai dengan jumlah iritan lokal.3

2.1.1.1 Epidemiologi

Prevalensi periodontitis agresif lokalisata bervariasi bergantung kepada benua,

dan perbedaan ras atau etnis ternyata merupakan faktor yang cukup berkontribusi.

Estimasi prevalensi pada populasi Afrika dan kelompok keturunan Afrika adalah

sebesar 1-5%, 2.6% pada etnis Afrika-Amerika, 0.5-1.0% pada Hispanik di

Amerika Utara, 0.3-2.0% pada Amerika Selatan, dan 0.2-1.0% pada orang Asia.

Pada ras Kaukasia, prevalensinya sebesar 0.1% di Eropa Utara dan Eropa Tengah,

0.5% di Eropa Selatan, dan 0.1-0.2% di Amerika Utara. Prevalensi periodontitis

agresif lokalisata kurang dari 1% dan pada kasus generalisata sebesar 0.13%.

Orang kulit hitam lebih berisiko daripada orang kulit putih, pria lebih berisiko

terkena periodontitis agresif generalisata daripada wanita. Prevalensi periodontitis

agresif lokalisata di Asia adalah 1.2%, Prevalensi periodontitis agresif generalisata

di populasi Baghdad dan Iran sebesar 0.6% dan di Jepang sebesar 0.47%.3

Menurut penelitian Timmerman et al. tahun 1998, prevalensi periodontitis

agresif di Indonesia termasuk tinggi sebesar 3-10%4,5 dan data di FKG UNPAD

selama 3 bulan tahun 2010 ditemukan sebanyak 3.13% kasus periodontitis

agresif.6

Page 19: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

8

2.1.1.2 Kriteria Diagnosis

Setiap bentuk penyakit periodontal didiagnosis terutama berdasarkan

kedalaman poket dan kehilangan perlekatan, serta berdasarkan gambaran

radiografis dan jika memungkinkan data mikrobiologis. Pemeriksaan poket

dengan probe periodontal pada seluruh regio gigi anak-anak dan dewasa muda

merupakan sebuah keharusan untuk mengenali kasus periodontitis agresif sedini

mungkin; Periodontal Screening Index (PSI) merupakan alat diagnostik yang

efisien untuk hal ini.22

Penegakkan diagnosis banding untuk periodontitis agresif dilakukan

berdasarkan perbedaannya dengan bentuk-bentuk periodontitis lainnya. Diagnosis

banding untuk periodontitis agresif adalah periodontitis kronis dengan trauma

oklusi, periodontitis kronis yang disertai penyakit sistemik, dan periodontitis

necrotizing. Periodontitis necrotizing lebih mudah untuk diidentifikasi karena

memiliki gambaran klinis yang khas. 22

Riwayat medis yang lengkap diperlukan untuk mengidentifikasi adanya kondisi

sistemik yang menyertai periodontitis. Hal tersebut diperlukan untuk menghindari

bias pada saat penegakkan diagnosis. Apabila terdapat kondisi sistemik yang

menyertai periodontitis maka perlu dipertimbangkan periodontitis kronis sebagai

diagnosisnya.22

Karakteristik utama periodontitis agresif adalah bentuk kerusakan jaringan

yang sangat progresif. Klasifikasi periodontitis agresif sekarang tidak lagi

berdasarkan usia, namun dari banyaknya kehilangan jaringan pendukung

Page 20: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

9

periodontal. Distribusi yang spesifik dari lesi periodontal (gigi molar/ insisif atau

menyebar) dapat menjadi penentu diagnosis periodontitis agresif lokalisata atau

generalisata. 22

Kriteria diagnostik untuk periodontitis agresif termasuk keberadaan

mikroorganisme spesifik, khususnya Aggregatibacter actinomycetemcomitans

(Aa). Bakteri periopatogen ini dapat diidentifikasi menggunakan metode biologi

molekuler modern seperti PCR dan DNA-probes.22

Kriteria diagnosis penyakit periodontitis agresif menurut Land et al. (1999) dan

Joshipura et al. (2015) adalah sebagai berikut3,22:

1) Onset pada usia muda

2) Keterlibatan beberapa gigi dengan pola kehilangan perlekatan klinis dan

kehilangan tulang secara radiografis yang khas.

3) Perjalanan penyakit yang cepat tanpa keterlibatan penyakit sistemik yang

mengganggu respon tubuh terhadap infeksi.

4) Walaupun pada sebagian kasus penyakit muncul sebelum pubertas, pada

sebagian besar kasus muncul saat atau setelah periode pubertas. Seseorang

dapat terkena kasus ini pada usia yang muda (misalnya sebelum usia 25

tahun), walaupun gejalanya baru bisa dirasakan setelah penyakit tersebut

terlihat secara klinis.

5) Awalnya, lesi-lesi periodontal menunjukkan pola yang spesifik, secara

radiografis tampak kehilangan tulang vertikal pada permukaan proksimal

gigi-gigi posterior yang biasa terjadi secara bilateral. Gambaran radiografis

Page 21: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

10

pada kasus-kasus periodontitis agresif yang parah tampak seperti

kehilangan tulang horizontal. Lesi periodontal yang agresif juga dapat

mengenai gigi sulung, walaupun kehilangan dini gigi sulung sangat jarang.

6) Periodontitis agresif dapat bersifat lokal atau menyebar. Pada kasus yang

lokal, kehilangan perlekatan jaringan periodontal dan tulang alveolar

biasanya dimulai pada gigi-gigi insisif dan gigi-gigi molar pertama

permanen, dengan bertambahnya usia maka lesi tersebut dapat menyebar

ke gigi-gigi sebelahnya. Bentuk yang menyebar dapat mengenai hampir

seluruh gigi permanen.

7) Terdapat agregasi familial.

Karakteristik yang tidak tetap dari penyakit ini adalah:

1) Jumlah deposit mikroba tidak sesuai dengan derajat kerusakan jaringan

periodontal

2) Peningkatan jumlah bakteri Aa, dan pada beberapa populasi juga terjadi

peningkatan Porphyromonas gingivalis (Pg).

3) Abnormalitas fagosit

4) Fenotip makrofag yang hiper-responsif termasuk peningkatan kadar PGE2

dan IL-1β

5) Progresi kehilangan tulang dan perlekatan jaringan periodontal dapat

terhenti sendiri tanpa medikasi

Page 22: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

11

2.1.1.3 Klasifikasi, Gambaran Klinis dan Radiografis

World Workshop for the Classification of Periodontal Disease and Conditions

pada tahun 1999 telah mengidentifikasi gambaran klinis yang khas dari penyakit

periodontitis agresif dan menyimpulkan subklasifikasi dari penyakit ini menjadi

bentuk lokal (periodontitis agresif lokalisata) dan menyebar (periodontitis agresif

generalisata).22,23

Periodontitis agresif lokalisata dimulai pada usia periode pubertas, meliputi

kehilangan perlekatan interproksimal pada gigi molar pertama dan atau gigi-gigi

insisif, inflamasi jarang atau sedikit terlihat namun adanya poket periodontal yang

dalam disertai kerusakan tulang yang parah. Jumlah deposit plak sedikit, tidak

sesuai dengan jumlah kerusakan jaringan periodontal. Mineralisasi pembentukan

kalkulus jarang terjadi, namun kerusakan jaringan periodontal disebabkan oleh

adanya peningkatan jumlah bakteri Aa dan Pg.3,22

Periodontitis agresif generalisata memiliki ciri khas adanya kehilangan

perlekatan interproksimal pada sedikitnya tiga gigi permanen selain gigi insisif

dan molar pertama permanen pada individu berusia dibawah 30 tahun, dan

kerusakannya terjadi secara episodik. Jumlah plak minimal dan tidak sesuai

dengan derajat kerusakannya karena terdapat bakteri berupa Aa, Pg, dan

Tannerella forsythia (Tf) yang bersifat patogen.3,22

Gambaran klinis sekunder seperti migrasi gigi insisif ke arah distolabial dan

adanya diastema, kegoyangan gigi pada gigi yang terlibat, sensitifitas gigi karena

terbukanya permukaan akar, nyeri yang tumpul dan dalam hingga ke rahang, serta

Page 23: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

12

abses periodontal dan dapat juga terjadi pembesaran kelenjar limfe. 3,22

Penderita periodontitis agresif generalisata mempunyai dua respon gingiva

yang berbeda. Respon pertama yaitu adanya inflamasi jaringan yang akut dengan

gambaran klinis gusi berwarna merah, ulseratif, dan perdarahan spontan yang

mengindikasikan fase destruktif yang parah. Respon kedua yaitu gambaran klinis

gingiva yang sehat tanpa inflamasi, berwarna merah muda dengan sedikit

stippling namun tetap terdapat poket periodontal yang dalam. Bentuk ini

menggambarkan fase penyakit yang statis.3

Penderita periodontitis agresif lokalisata biasanya menunjukkan gambaran

radiografis (Gambar 2.1 dan 2.2) berupa radiolusensi pada regio molar pertama

yang menunjukkan resorpsi tulang alveolar berbentuk kawah yang berawal dari

aspek distal gigi premolar kedua sampai aspek mesial gigi molar kedua.

Kerusakan ini disebabkan oleh kombinasi antara resorpsi vertikal dan horizontal.

Gambaran ini terjadi bilateral sehingga tampak seperti cermin. Penderita

periodontitis agresif generalisata menunjukkan gambaran radiografis kerusakan

tulang alveolar yang menyeluruh mulai dari resorpsi puncak tulang alveolar

ringan sampai parah, bergantung pada keparahan penyakitnya (Gambar 2.3 dan

2.4).24,25

Page 24: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

13

Gambar 2.1 Periodontitis agresif lokalisata pada pasien 14 tahun dengan

kehilangan perlekatan di gigi 11 sampai 22, sedikit tanda-tanda inflamasi

gingiva.22

Gambar 2.2 Gambaran radiografis periodontitis agresif lokalisata

pada pasien 30 tahun, melibatkan gigi insisif dan molar pertama.22

Gambar 2.3 Gambaran radiografis periodontitis agresif generalisata

pada pasien wanita 23 tahun.22

Page 25: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

14

2.1.1.4 Etiologi dan Patogenesis

Penyakit periodontitis agresif memiliki ciri khas kerusakan jaringan

periodontal yang relatif parah dan cepat. Hal ini disebabkan salah satunya oleh

virulensi patogen dan hal lainnya adalah peningkatan kerentanan secara genetis.

Keterlibatan bakteri periopatogen sudah dipastikan signifikan terhadap etiologi

periodontitis agresif, walaupun jumlah deposit mikrobial seringkali tidak sesuai

dengan derajat keparahan jaringan periodontal.22

Spesies-spesies bakteri yang berhubungan dengan lesi-lesi periodontal adalah

Aa, Pg, Tf, dan Treponema denticola (Td).22,26 Penelitian Mandell et al. (1987),

Socransky dan Haffajee (1992), dan Zambon et al. (1983) mengindikasikan Aa

sebagai faktor utama terjadinya periodontitis agresif lokalisata.22,27–29 Bakteri

berperan secara langsung dan tidak langsung dalam mempengaruhi sistem imun

tubuh pada kerusakan struktur periodontal pada kasus periodontitis kronis dan

Gambar 2.4 Gambaran radiografis pada penderita periodontitis

agresif generalisata berusia 19 tahun.25

Page 26: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

15

agresif. Respon inflamasi lokal yang dipicu oleh bakteri berperan penting dalam

etiologi dan patogenesis periodontitis agresif, khususnya pada periodontitis

agresif lokalisata. Penelitian klinis menunjukkan korelasi antara hasil perawatan

dan persistensi Aa setelah perawatan. Periodontitis agresif generalisata terutama

berhubungan dengan adanya keterlibatan bakteri Pg dan Tf juga Aa. Bakteri

obligat anaerob Pg dan Tf memiliki faktor-faktor virulensi sama dengan Aa seperti

enzim-enzim bakteri, endotoksin dan fimbria yang berkontribusi dalam

patogenesis periodontitis agresif.22,30,31 Temuan mikrobiologis tersebut diatas

tidak dapat menentukan penegakkan diagnosis dan diagnosis banding

periodontitis agresif dari periodontitis kronis.22,32

Periodontitis agresif lokalisata memiliki karakteristik adanya akumulasi sel-sel

leukosit polimorfonuklear (PMNL) pada lesi periodontal. Patogenesis

periodontitis agresif lokalisata tidak hanya dipengaruhi oleh tidak aktif atau

rusaknya fungsi PMNL, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa terdapat

hiperaktivasi sel-sel imun secara kronis yang berperan penting dalam pelepasan

zat-zat toksik secara terus-menerus, sehingga akhirnya bertanggung jawab

terhadap kerusakan jaringan periodontal.22,33,34

Perubahan reaksi antibodi terhadap mikroorganisme yang berhubungan dengan

periodontitis merupakan ciri khas pada periodontitis agresif generalisata.22,35–37

Sitokin dan mediator-mediator inflamasi lainnya juga memiliki peran dalam

patogenesis baik pada periodontitis agresif atau periodontitis kronis. Meski

demikian, respon tubuh pada pasien-pasien periodontitis agresif dapat beragam.22

Page 27: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

16

Penelitian yang berlangsung selama kurang lebih 10 tahun terakhir mendukung

teori bahwa respon tubuh sebagai contohnya kualitas dan kuantitas respon

inflamasi lokal setidaknya ditentukan sebagian secara genetis. Jumlah kejadian

rata-rata early onset periodontitis di dalam keluarga telah dilaporkan sebanyak 20-

50%.22,38,39 Hal ini sejalan dengan teori bahwa faktor predisposisi untuk

periodontitis agresif salah satunya adalah faktor genetik dan terdapat hubungan

antara single nucleotide polymorphism (SNP) dengan jumlah kejadian

periodontitis agresif.22

2.1.1.5 Peran Genetik dalam Periodontitis Agresif

Gambaran klinis periodontitis akibat bakteri plak dapat berbeda pada setiap

individu. Beberapa individu yang rentan akan terkena bentuk agresif dari

periodontitis pada usia yang masih muda, sedangkan individu lain mungkin saja

tidak terkena sama sekali.40,41 Beberapa tipe periodontitis agresif mungkin

diturunkan menurut pola Mendelian. Meng et al. (2007) meneliti pada dua

generasi atau lebih dan menyatakan predisposisi genetik untuk periodontitis

agresif dapat disebabkan oleh pola autosomal dominan, autosomal resesif, dan X-

linked dominan. Karakteristik pola autosomal dominan adalah seluruh generasi

dapat terkena periodontitis agresif. Saudara kandung dari individu yang terkena

juga menderita periodontitis agresif, berbeda dengan pola autosomal resesif, tidak

semua generasi terkena. Orang tuanya tidak menderita periodontitis, namun anak

kandungnya kemungkinan menderita periodontitis agresif. Meningkatnya

Page 28: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

17

prevalensi periodontitis agresif pada perempuan mendukung hipotesis adanya pola

X-linked dominan. 42

Faktor-faktor genetik telah diketahui mengatur sistem pertahanan tubuh non

spesifik dan SNP genetik tertentu dapat menurunkan sistem imun sehingga tidak

mampu menahan infeksi mikroorganisme.42–45 Faktor genetik memiliki peran

penting pada patogenesis periodontitis agresif dibanding periodontitis kronis dan

hal ini mungkin disebabkan peran sistem pertahanan tubuh non spesifik dalam

patogenesis penyakit. 3,46–48 Beberapa SNP pada gen IL-1, IL-10, TNF-, Fc-

receptor, human leukocyte antigen (HLA), reseptor vitamin D dan reseptor N-

formylpeptide telah diteliti sebagai kemungkinan biomarker peningkatan

kerentanan individu terhadap PA.42 Polimorfisme atau SNP pada gen FPR1 dapat

mempengaruhi fungsi kemotaksis neutrofil dengan menurunkan ekspresi protein

tersebut, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya PA.49 Polimorfisme

(SNP) yang telah dilaporkan antara lain pada nukleotida 310, 568 dan 576 gen

FPR1 menyebabkan perubahan kode asam amino dan telah terbukti berhubungan

erat dengan PA.50,51 Penelitian lain dengan subjek orang Jepang menemukan

adanya hubungan antara PA dengan SNP pada 5 jenis FPR1 (_12915C>T,

_10056T>C, _8430A>G, 301G>C and 546C>A) dan satu haplotipe (-12915T-

301G-546C).52,53 Perubahan dua kodon pada domain transmembran kedua

(329T>C) dan loop intraseluler kedua (378C>G) gen FPR1 berhubungan erat

dengan PA lokalisata pada ras kulit hitam di Amerika. Kedua SNP tersebut

terbukti mempengaruhi G-protein coupling dan fungsi kemotaksis neutrofil.54,55

Page 29: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

18

Perubahan asam amino yang telah disebutkan juga dapat mempengaruhi ligand

binding dan transduksi sinyal sehingga mempengaruhi aktivitas kemotaksis

neutrofil.56

2.1.2 Neutrofil

Empat puluh sampai 70% dari total leukosit yang bersirkulasi adalah neutrofil.

Sebagai sel fagosit utama, neutrofil (PMN) berperan penting dalam sistem

pertahanan tubuh melawan bakteri ekstraseluler dan dalam reaksi inflamasi akut.

Neutrofil bersirkulasi di dalam darah dan dapat bermigrasi ke jaringan yang

terinfeksi dan sedang mengalami inflamasi dengan bantuan kemoatraktan, yaitu

suatu zat yang dikeluarkan oleh bakteri sendiri atau dari reaksi inflamasi oleh sel-

sel yang terinfeksi.

Neutrofil memiliki beberapa mekanisme selektif dalam pengendalian bakteri,

termasuk intraseluler dan ekstraseluler, mekanisme oksidatif dan non-oksidatif,

yang dipicu oleh interaksi antara reseptor dengan ligand endogen seperti ikatan

antibodi atau komplemen, atau faktor eksogen bakteri. Respon normal neutrofil

terhadap invasi bakteri pada daerah infeksi meliputi beberapa proses yaitu

perkembangan neutrofil dari sel puncah dalam sumsum tulang, pelepasan sel

neutrofil matang dari sumsum tulang ke aliran darah, pergerakan dan perlekatan

sel neutrofil ke endotelium pembuluh darah, pergerakan sel neutrofil dari

pembuluh darah ke jaringan ikat, pergerakan sel neutrofil ke lokasi jejas,

Page 30: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

19

identifikasi benda asing atau mikroorganisme, penempelan dan fagosit benda

asing. 57,58

Rekrutmen dan aktivasi sel neutrofil ke lokasi infeksi atau inflamasi lebih

banyak bergantung kepada ekspresi reseptor di permukaan sel terhadap

kemoatraktan. Beberapa zat kemotaktik neutrofil yaitu komponen fragmen

komplemen C5a, peptida N-formylmethionyl atau formilpeptida yaitu formyl

methionyl leusyl isoalanine (FMLP) yang merupakan analog dari produk

bakteri56,59 atau protein mitokondria yang dihasilkan dari jaringan yang rusak51,

faktor aktivasi platelet (platelet activating factor / PAF) dan leukotriene B4

(LTB4). Walaupun memiliki struktur berbeda, namun zat-zat tersebut memiliki

aktivitas biologis yang sama yaitu merangsang sel neutrofil dengan berikatan pada

reseptor spesifik dengan afinitas tinggi di permukaan sel.57,58

2.1.3 Formyl Peptide Receptor 1 (FPR1)

Satu sel neutrofil mengekspresikan sekitar 55.000 sampai 70.000 formyl

peptide receptor yang merupakan kelompok kecil domain transmembran G-

protein-coupled dan diekspresikan terutama oleh leukosit fagositik dan berperan

penting dalam pertahanan tubuh dan reaksi inflamasi. Reseptor ini mampu

mengikat formilpeptida seperti N-formylmethionyl yang diproduksi oleh degradasi

bakteri maupun sel inang. Reseptor ini juga terlibat sebagai perantara respon sel

imun terhadap infeksi tetapi juga dapat menekan sistem imun pada kondisi

tertentu. 49,60,61 Reseptor FPR1 ketika diaktifkan berperan dalam berbagai fungsi

Page 31: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

20

antara lain kemotaksis, degranulasi, produksi reactive oxygen species (ROS) dan

fagositosis.11,62

Formyl peptide receptor (FPR) manusia terdiri dari tiga jenis yaitu FPR1,

FPR2/ALX dan FPR3, ketiganya memiliki homologi sequence yang signifikan dan

dikode dari beberapa kluster gen. Hanya FPR1 yang dapat berikatan dengan

FMLP dengan afinitas tinggi. FPR2/ALX merupakan reseptor dengan 351 asam

amino dan memiliki 69% asam amino yang sama dengan FPR1 manusia. Reseptor

ini berikatan dengan FMLP dengan afinitas yang rendah. FPR3 memiliki

kesamaan protein sebesar 56% dengan FPR1, tidak dapat berikatan dengan FMLP

tetapi memiliki sifat agonis terhadap protein mitokondria. Ketiga anggota FPR

tersebut terdapat pada kromosom lengan panjang 19q13.3 – 19q13.4 dekat dengan

gen reseptor C5a.49

Gambar 2.5 Struktur reseptor FPR111

Page 32: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

21

Protein reseptor FPR1 secara basal diekspresikan pada permukaan sel neutrofil,

dan akan meningkat ekspresinya jika terdapat stimulus inflamasi. Secara in vitro,

stimulus ini dapat berupa lipopolisakarida (LPS), platelet-activating factor,

unmethylated CpG oligodinucleotides, dan tumor necrosis factor α (TNF- α)11,16

Peningkatan kadar FPR1 akibat inflamasi juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Ben-Baruch et al. (1995) bahwa LPS memicu peningkatan ekspresi

reseptor FMLP pada neutrofil dengan meningkatkan transkripsi gen reseptor

tersebut.12 Pernyataan yang sama dikemukakan oleh Mandal et al (2005) bahwa

kadar protein FPR1 meningkat pada makrofag dan neutrofil karena terpapar oleh

LPS dan hal ini terjadi karena meningkatnya transkripsi pada mRNA FPR1.

Lipopolisakarida juga dapat merangsang proses komunikasi intra dan inter seluler

secara langsung yang pada akhirnya akan meningkatkan ekspresi gen FPR1.13

Peningkatan kadar FPR1 juga telah dibuktikan terjadi pada penderita emfisema,

penyakit Chron, dan sepsis.11,63–65

2.2 Kerangka Pemikiran

Periodontitis agresif merupakan bentuk penyakit periodontal yang

menunjukkan kerusakan jaringan periodontal progresif dan berhubungan dengan

beberapa abnormalitas fungsi sel, salah satunya adalah sel neutrofil. Neutrofil

adalah sel yang berperan penting dalam respon inflamasi dan memiliki berbagai

fungsi antara lain: adhesi, kemotaksis, fagositosis, dan aktivitas mikrobisidal. Sel

neutrofil dari pembuluh darah bermigrasi ke lokasi inflamasi diperantarai oleh

Page 33: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

22

beberapa faktor antara lain adalah komplemen (C5a), interleukin-8 (IL-8),

leukotriene, dan antigen bakteri.34

Neutrofil memiliki 55.000-70.000 reseptor pada permukaannya disebut sebagai

formyl peptide receptor (FPR), yang tergolong ke dalam G-protein-coupled-

receptor berperan penting dalam aktivitas kemotaksis. Formyl peptide seperti N-

formylmethionyl (FMLP) yang diproduksi oleh degradasi bakteri maupun sel

inang berikatan dengan FPR1 berafinitas tinggi.49,61,66,67

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sel neutrofil pada beberapa

penderita PA memiliki respon kemotaksis abnormal terhadap FMLP dan adanya

penurunan biomarker pada reseptor FMLP.17–19,21 Perez et al. (1994)

mengemukakan bahwa pasien dengan respon kemotaksis abnormal berhubungan

dengan kerusakan reseptor FPR1 pada permukaan sel neutrofil.20 Kondisi tersebut

menjelaskan bahwa penyakit periodontitis agresif dapat terjadi karena adanya

penurunan aktivitas kemotaksis neutrofil atau berkurangnya kemampuan

pembunuhan bakteri.11,20

Periodontitis agresif

Abnormalitas kemotaksis neutrofil

Kerusakan FPR1 Kadar protein FPR1 Struktur protein FPR1

Page 34: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

23

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat diperoleh premis-premis

sebagai berikut:

Premis 1 : Periodontitis agresif berhubungan dengan abnormalitas fungsi

kemotaksis neutrofil.17–19

Premis 2 : Fungsi kemotaksis neutrofil berhubungan dengan aktivitas protein

FPR1.20

Premis 3 : Aktivitas protein FPR1 berhubungan dengan kadar dan struktur

protein FPR1.21

2.3 Hipotesis

Berdasarkan premis-premis yang dikemukakan diatas, maka dapat ditarik

hipotesis: terdapat perubahan kadar protein FPR1 pada penderita periodontitis

agresif.

Page 35: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang datang ke Klinik Periodontik

RSGM FKG UNPAD pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek kelompok kasus penelitian adalah pasien periodontitis agresif dan

kelompok kontrol adalah subjek dengan gingiva sehat yang memenuhi kriteria

penelitian, yaitu:

1) Kriteria inklusi:

(1) Pasien dengan diagnosis periodontitis agresif

(2) Pasien dengan gingiva sehat

(3) Bersedia menjadi subjek penelitian

2) Kriteria eksklusi:

(1) Pasien penderita penyakit sistemik

(2) Hamil, menyusui, atau menopause

(3) Mengonsumsi obat-obatan (antibiotik dan antiinflamasi) selama 6 bulan

terakhir

(4) Perokok

Page 36: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

25

3.3 Besar Sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus untuk menguji perbedaan dua

rerata, yaitu68:

Keterangan:

n = besar sampel kedua kelompok

Z = nilai deviat z pada distribusi normal untuk tingkat kemaknaan

(untuk = 0,05 adalah 1,96)

Z = nilai deviat z pada distribusi normal standar untuk power test 1- yang

dihitung (untuk power test 80% sesuai dengan 0,84)

s = standar deviasi FPR1 gabungan

d = besarnya perbedaan rata-rata FPR1 pada kedua kelompok penelitian

Berhubung nilai standar deviasi dan d belum diketahui maka besarnya s dan d

ditentukan berdasarkan Standardized Range = d/sd = 1. Jadi berdasarkan rumus

diatas diperoleh:

Maka dengan rumus tersebut diperlukan minimal n = 16 per kelompok.

n = 2s2 (Z + Z)2

d2

n = 2 (1,96 + 0,84) 2 = 16

12

Page 37: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

26

Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan cara consecutive sampling yaitu

berdasarkan urutan datang pasien PA yang berobat ke klinik Periodontik RSGM

FKG UNPAD. Berdasarkan kriteria inklusi diperlukan 16 orang subjek pasien

penderita PA sebagai subjek kasus, dan 16 orang subjek dengan gingiva sehat

sebagai kontrol.68

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kasus kontrol.

3.5 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian yang digunakan adalah:

1) Variabel bebas yaitu kadar protein FPR1

2) Variabel terikat yaitu periodontitis agresif

3) Variabel perancu yaitu usia dan jenis kelamin

3.6 Definisi Operasional

1) Protein FPR1, merupakan protein formyl peptide receptor 1 dalam darah yang

diperiksa dengan ELISA menggunakan Cloud-Clone Corp. ELISA Kit. 49,60

2) Periodontitis agresif (PA), penyakit periodontal yang memiliki tanda-tanda

klinis kedalaman poket periodontal ≥ 4mm minimal pada gigi M1 dan I,

dengan gambaran radiografis terdapat kerusakan tulang berbentuk kawah

(crater atau angular) pada gigi-gigi yang terlibat dan kerusakan bersifat

bilateral.7,22

Page 38: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

27

3) Kelompok kontrol yaitu kelompok orang dengan keadaan gingiva sehat secara

klinis berdasarkan Gingival Index (Löe and Silness, 1963). Kelompok ini

memiliki karakteristik gingiva warna merah muda (coral pink), tanpa edema

dan tanpa bleeding on probing.7,22,69

3.7 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi Cloud-Clone Corp. ELISA

Kit yang terdiri dari (Gambar 3.1) :

1) Pre-coated, 96-well strip plate

2) Plate sealer untuk 96 wells

3) Standard

4) Standard Diluent: 1×20 mL

5) Detection Reagent A: 1×120 µL

6) Assay Diluent: A 1×12 mL

7) Detection Reagent B: 1×120 µL

8) Assay Diluent B: 1×12 mL

9) Substrate A: 1×10 mL

10) Substrate B: 1×2 mL

11) Akuades

12) Microplate reader dengan filter 450nm

13) Single atau multi-channel pipettes dan disposable tips.

14) Eppendorf tubes untuk melarutkan sampel

15) Wash Buffer (konsentrasi 30 ×): 1×20 mL dan botol untuk Wash Solution

Page 39: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

28

Alat pendukung penelitian meliputi:

1) Kaca mulut

2) Sonde

3) Probe (Osung UNC 15)

4) Pinset

5) Gelas kumur

6) Spuit 3 cc

7) Masker dan sarung tangan

8) Alat tulis

9) Baki instrumen

Gambar 3.1 Alat dan bahan penelitian (dari kiri

ke kanan): ELISA Reader, ELISA Kit Cloud

Clone Corp., 96 well plate, larutan standar,

aquades, multi-channel pipettes, plate sealer

Page 40: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

29

3.8 Bahan Penelitian

Bahan penelitian adalah darah sejumlah 3 mL yang diambil oleh perawat dari

subjek penelitian, kemudian disentrifugasi selama 10 menit pada 3000 rpm.

Sebanyak 100µL serum darah digunakan untuk pemeriksaan protein FPR1.

Semua kegiatan laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler -

Lembaga Penelitian Kedokteran UNPAD Bandung.

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah disetujui oleh Komite Etik Penelitian

Kesehatan FK-Unpad / RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Lembar persetujuan

(informed consent) dibuat dan diberikan kepada semua calon subjek penelitian

yang memenuhi kriteria inklusi. Calon subjek penelitian yang bersedia harus

menandatangani lembar persetujuan dan tidak ada paksaan untuk menjadi subjek

penelitian.

3.10 Prosedur Pengambilan Sampel

Prosedur pengambilan sampel meliputi tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

1) Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(1) Data yang dicatat meliputi nama, usia, jenis kelamin, nomor rekam

medis, alamat, kapan mulai timbulnya keluhan, ada tidaknya gigi yang

terlepas sendiri karena goyang, ada tidak riwayat keluarga dengan

keluhan yang sama, dan riwayat penyakit sistemik.

Page 41: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

30

(2) Sampel penelitian diambil berdasarkan urutan kedatangan pasien

(consecutive sampling from admissions) sampai ukuran sampel

terpenuhi, kemudian dibagi kedalam dua kelompok yaitu:

Kelompok I: Subjek dengan periodontitis agresif

Kelompok II: Subjek dengan keadaan gingiva sehat

2) Tahap Pelaksanaan

Darah subjek penelitian diambil sebanyak 3 mL digunakan untuk analisis kadar

protein FPR1 dengan ELISA, kemudian dibawa ke laboratorium Genetika

Molekuler - Lembaga Penelitian Fakultas Kedokteran UNPAD.

3.11 Prosedur Laboratorium

Darah subjek penelitian diambil sebanyak 3 mL digunakan untuk analisis kadar

protein FPR1 dengan ELISA, kemudian dibawa ke Laboratorium Genetika

Molekuler - Lembaga Penelitian Fakultas Kedokteran UNPAD.

3.11.1 Pengambilan dan Penyimpanan Sampel

Teknik pengambilan dan penyimpanan sampel adalah sebagai berikut:

1) Darah subjek penelitian sebanyak 3 mL disentrifugasi selama 10 menit pada

kecepatan 3000 rpm.

2) Serum diambil dan tempatkan di tabung steril yang baru.

3) Serum disimpan pada suhu -20oC

Page 42: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

31

3.11.2 Prosedur Persiapan Reagen

Teknik persiapan reagen untuk pemeriksaan ELISA adalah sebagai berikut:

1) Kit disimpan pada suhu ruangan (18-25oC) sebelum digunakan.

2) Standard – Dibuat standard dengan konsentrasi 10ng/mL, 5ng/mL, 2.5 ng/mL,

1.25 ng/mL, 0.625 ng/mL, 0.312 ng/mL, 0.156 ng/mL, dan Blank 0 ng/mL.

3) Detection Reagent A - Dilarutkan dengan penambahan Assay Diluent A

dengan perbandingan 1:100.

4) Detection Reagent B – Dilarutkan dengan penambahan Assay Diluent B,

dengan perbandingan 1:100.

5) Wash Solution – Dilarutkan 20mL Wash Solution 30x dengan 580mL akuades.

3.11.3 Prosedur Pemeriksaan dengan ELISA

Prosedur pemeriksaan kadar protein FPR1 dengan ELISA adalah sebagai

berikut:

1) Plate, larutan Standard, Blank, dan Sampel disiapkan. Satu sampel dilakukan

dua kali pemeriksan (duplo) untuk mengurangi bias penelitian (Gambar 3.2).

2) Larutan Standard, Blank, dan Sampel sebanyak masing-masing 100 µL

ditambahkan pada well kemudian ditutup dengan plate sealer dan diinkubasi

selama 2 jam pada suhu 37oC.

3) Plate sealer dibuka kemudian seluruh cairan di dalam well dibuang tetapi well

jangan dicuci.

4) Detection Reagent A sebanyak 100µL ditambahkan pada setiap well kemudian

ditutup dengan plate sealer dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37oC.

Page 43: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

32

5) Plate sealer dibuka dan larutan di dalamnya dibuang kemudian well dibilas

dengan Wash Solution 1x sebanyak 350 µL. Pembilasan dilakukan sebanyak 3

kali.

6) Detection Reagent B sebanyak 100µL ditambahkan pada setiap well kemudian

tutup dengan plate sealer dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC.

7) Plate sealer dibuka dan larutannya dibuang kemudian well dicuci sebanyak 5

kali dengan Wash Solution 1x 350 µL.

8) Substrate Solution sebanyak 90 µL ditambahkan pada setiap well, kemudian

ditutup kembali dengan plate sealer yang baru dan diinkubasi selama 15-20

menit pada suhu 37oC. Larutan akan berubah menjadi warna biru.

9) Stop Solution sebanyak 50µL ditambahkan pada setiap well. Larutan akan

berubah menjadi warna kuning.

10) Well siap diukur menggunakan ELISA Reader pada 450 nm.

Sampel 1

Larutan

standar

Gambar 3.2 Contoh penempatan sampel untuk pemeriksaan

duplo pada 96 well-plate

Page 44: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

33

3.12 Analisis Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara statistik. Data karakteristik

yang bersifat kategorik diuji dengan menggunakan uji Chi Kuadrat. Data yang

bersifat numerik diuji dengan uji t atau uji Mann-Whitney jika data tidak

berdistribusi normal. Kemaknaan hasil uji ditentukan berdasarkan nilai p < 0.05.68

Pengujian hipotesis yaitu menguji perbedaan kadar protein FPR1 digunakan uji

t atau Mann-Whitney, selanjutnya jika bermakna akan ditentukan nilai cut off

dengan menggunakan kurva ROC (Receiver Operating Characteristic).68

Page 45: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

34

3.13 Alur Penelitian

n SAMPEL

PERIODONTITIS AGRESIF KONTROL

PENGAMBILAN DARAH SEBANYAK 3 ML

SENTRIFUGASI 10 MENIT 3000 RPM

DIAMBIL 100 L SERUM

ANALISA KADAR PROTEIN FPR1 DENGAN ELISA

ANALISIS DATA

SIMPULAN

Page 46: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Jumlah subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi terdiri dari 20 orang

penderita periodontitis agresif (PA) sebagai kelompok uji dan 20 orang subjek

dengan gingiva sehat sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian ini adalah

menilai perbedaan kadar protein FPR1 antara penderita PA dan kontrol.

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik seluruh subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin

diperlihatkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

KELOMPOK

NILAI p PA KONTROL

(n= 20) (n=20)

1. Usia (th)

0,000

Rerata (SD) 39,8 (8,93) 27,65 (5,59)

Median 39 27

Rentang 24-55 21-40

2. JenisKelamin

0,204

Laki-laki 11 7

Perempuan 9 13

Keterangan :

Usia dihitung berdasarkan uji Mann-Whitney dan jenis kelamin dengan uji Chi Kuadrat.

Page 47: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

36

Rerata usia kelompok PA dari 20 subjek penelitian sebesar 39,8 tahun dengan

median 39 tahun dan rentang 24-55 tahun. Rerata usia kelompok kontrol dari 20

subjek penelitian sebesar 27,65 tahun dengan median 27 tahun dan rentang 21-40

tahun. Kelompok PA terdiri dari 11 subjek laki-laki dan 9 subjek perempuan.

Kelompok kontrol terdiri dari 7 subjek laki-laki dan 13 subjek perempuan.

4.1.2 Kadar Protein FPR1 Kelompok PA dan Kontrol

Uji Mann-Whitney dilakukan untuk melihat perbedaan kadar protein FPR1

antara kelompok PA dan kontrol seperti terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kadar Protein FPR1 Kelompok PA dan Kontrol

KELOMPOK

NILAI p PA

(pg/mL)

KONTROL

(pg/mL)

(n= 20) (n=20)

Rerata (SD) 0,353 (0,29) 0,296 (0,22) 0,787

Median 0,223 0,26

Rentang 0,11-1,18 0,05-0,88

Rerata kadar protein FPR1 pada kelompok PA sebesar 0,353 pg/mL (SD=0,29)

dengan median 0,223 pg/mL dan rentang dari 0,11-1,18 pg/mL. Rerata kadar

protein FPR1 pada kelompok kontrol sebesar 0,296 pg/mL (SD=0,22) dengan

median 0,26 pg/mL dan rentang dari 0,05-0,88 pg/mL. Berdasarkan pengujian

dengan Mann-Whitney diperoleh nilai p sebesar 0,787, oleh karena nilai p (0,787)

> 0,05 maka pada tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kekeliruan 5% dinyatakan

Page 48: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

37

tidak bermakna, artinya tidak terdapat perbedaan kadar protein FPR1 yang

signifikan antara kelompok PA dan kontrol.

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan rentang usia pada kelompok PA adalah antara

24-55 tahun dengan rerata 39,6 tahun. Hal ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan Albandar et al. tahun 1997 pada populasi orang kulit hitam Afrika-

Amerika, Hispanik dan ras kulit putih Amerika Serikat menunjukkan bahwa

rentang usia penderita PA adalah antara 13-17 tahun70 dan Kowashi tahun 1988

melaporkan rentang usia 19-28 tahun.71 Perbedaan ini kemungkinan berasal dari

beberapa faktor, antara lain: perbedaan cara pengambilan sampel, kriteria inklusi

dan eksklusi, desain penelitian, metode analisis dan subjek penelitian yang datang

adalah penderita PA yang sudah terganggu dengan keadaan klinis penyakit.4,70,71

Penegakkan diagnosis PA akan sulit apabila pasien yang datang berusia lebih dari

30 tahun. Hasil penelitian yang tidak signifikan mungkin disebabkan oleh kriteria

sampel yang tidak sesuai dengan teori bahwa PA terjadi pada usia muda.3,22 Usia

tidak akan menjadi bias penelitian apabila setiap sampel diperiksa gen yang

terlibat dalam penyakit PA, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lanjut

dengan pemilihan sampel menggunakan DNA sequencing untuk mengetahui letak

SNP yang berhubungan dengan PA atau microbiology PCR dan DNA probes

untuk mengidentifikasi bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.22

Page 49: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

38

Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin antara

kedua kelompok (p=0.204, p > 0.05) sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada

kecenderungan pengaruh jenis kelamin terhadap penyakit PA. Penelitian-

penelitian telah menunjukkan bahwa prevalensi penyakit periodontal lebih tinggi

terjadi pada perempuan. Nassar et al. (1994) menyebutkan rasio PA pada

perempuan dibandingkan dengan laki-laki adalah 1,88:1 pada subjek Saudi dan

perbedaan jenis kelamin tersebut signifikan (x= 5.490, P < .05).72 Penelitian

Melvin et al. (1991) menunjukkan jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan

laki-laki dengan rasio sebesar 4,3:1 pada ras Kaukasia dan 1,1:1 pada keseluruhan

subjek penelitian.73 Penelitian saat ini menunjukkan jumlah perempuan lebih

sedikit dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 1:1,2, sesuai dengan penelitian

yang telah dilakukan Cho et al. (2011) di Korea yang menunjukkan rasio

perempuan lebih sedikit sebesar 1:2,5 dan penelitian Albandar di Uganda yaitu

sebesar 1:1,52.4 Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui perbandingan

jumlah penderita PA pada perempuan dan laki-laki di Indonesia secara global.

Penelitian-penelitian yang telah disebutkan menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan rasio jenis kelamin penderita PA pada setiap etnis, sehingga ada

tidaknya pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian PA masih belum pasti.

Hasil penelitian menunjukkan kadar protein FPR1 pada kelompok PA tidak

mengalami perubahan yang bermakna. Hal tersebut sesuai dengan penelitian De

Nardin et al. (1990) dan Perez et al. (1991) yang menyatakan tidak ada perbedaan

kadar protein reseptor formyl peptide receptor (FMLP) antara penderita

Page 50: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

39

periodontitis agresif lokalisata (PAL) dengan kontrol. Penelitian tersebut juga

menyebutkan penurunan kemotaksis pada penderita PAL diduga tidak sepenuhnya

disebabkan oleh penurunan kadar protein reseptor, namun dapat berasal dari

perubahan atau kerusakan dari dalam reseptor itu sendiri.19,74,75

Penelitian tersebut di atas bertentangan dengan beberapa penelitian lain yang

menyebutkan bahwa pada penderita PA terjadi penurunan ekspresi protein

reseptor FMLP. Van Dyke et al. (1981, 1983) dan De Nardin et al. (1990)

menyebutkan bahwa penderita PAL memperlihatkan penurunan ekspresi reseptor

FMLP, C5a, dan LTB4 sebesar 50%.74,76–78

Penelitian yang telah dilakukan oleh Van Dyke et al. (1981) memperlihatkan

ekspresi protein FPR pada permukaan sel neutrofil lebih rendah pada penderita

PAL daripada individu normal, namun jumlah reseptor tiap individu tidak

disebutkan.76 Penelitiannya pada tahun 1985 menunjukkan jumlah binding site

untuk FMLP pada sel neutrofil penderita PAL sebanyak 9200 dan pada yang

normal sebanyak 20.000.79 Hal ini berarti jumlah kadar protein FPR1 terhadap

FMLP pada penderita PAL lebih rendah daripada normal.

Penelitian yang serupa juga dikemukakan oleh Sigusch et al. (2001) bahwa

kemotaksis terhadap FMLP menurun pada kelompok penderita PAL dibandingkan

dengan kelompok periodontitis kronis dan kontrol.80 Kemotaksis abnormal

berhubungan dengan perubahan aktivitas FPR terhadap FMLP pada penderita

PAL.55

Page 51: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

40

Kadar protein FPR1 pada penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian

Van Dyke et al. (1981 dan 1985), De Nardin et al. (1990), dan Sigusch et al.

(2001) yang menyatakan adanya penurunan kadar protein FPR1 pada periodontitis

agresif.54,76,79,80 Hal ini diduga disebabkan oleh (i) penurunan jumlah reseptor

pada membran sel, (ii) kerusakan pada reseptor FMLP di membran sel atau co-

reseptor untuk FMLP seperti GP110 (glycoprotein 110) atau CD38 yang

memfasilitasi dan meningkatkan respon kemotaksis, atau (iii) kombinasi antara

keduanya.47 De Nardin (1994) menyebutkan kerusakan secara genetik pada

reseptor terhadap kemoatraktan dapat terjadi karena (i) pengaturan struktur dalam

membran plasma dan/atau efeknya terhadap aktivasi sel (contohnya pada

kemotaksis, respiratory burst, dan lain-lain) dan (ii) mekanisme transmembrane

signaling. Perubahan fungsi sel dapat terjadi apabila terdapat kerusakan pada

salah satu reseptor. Kerusakan pada salah satu reseptor mungkin dapat

menyebabkan kerusakan pada reseptor lain yang memiliki fungsi.81

Penelitian-penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa gen FPR1 sangatlah

polimorfik.54,50–52 Periodontitis agresif berhubungan erat dengan single nucleotide

polymorphism (SNP) pada gen FPR1 di beberapa populasi,.54,51,52 Single

nucleotide polymorphism yang terjadi pada satu atau lebih basa nukleotida gen

FPR1 dapat mengubah sintesis asam amino, yang kemudian dapat mengubah

jumlah dan fungsi protein. Asam amino yang berubah akibat SNP adalah bentuk

SNP non-sinonim, sedangkan apabila asam amino yang dihasilkan tidak berubah

walaupun terdapat SNP maka disebut SNP sinonim. Bentuk SNP sinonim tidak

Page 52: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

41

mengubah suatu fungsi protein, namun bentuk non-sinonim dapat mengubah

fungsi karena perbedaan susunan asam amino bisa saja tidak berpengaruh pada

fungsi protein.49,50

Fungsi reseptor FPR1 dipengaruhi oleh transkripsi pada coding region gen

FPR1 dan jumlahnya dipengaruhi oleh transkripsi pada daerah promoter. Mutasi

atau SNP yang terjadi pada promoter atau coding region gen FPR1

mempengaruhi transkripsi protein dan akhirnya dapat mengubah sintesis asam

amino, sehingga dapat mempengaruhi jumlah atau fungsi protein. 49,51,61,82

Kadar protein FPR1 kelompok PA tidak mengalami perubahan yang bermakna

karena jumlahnya pada permukaan sel tidak berkurang, hal ini diduga karena tidak

adanya gangguan pada daerah promoter.51,61 Kerusakan jaringan yang tampak

secara klinis pada penderita PA diduga disebabkan oleh (i) gangguan transkripsi

pada coding region gen FPR1, (ii) gangguan transduction signaling pathway, (iii)

penurunan afinitas binding reseptor, (iv) atau ketiga-tiganya yang berhubungan

dengan fungsi kemotaksis reseptor tersebut.83 Penurunan fungsi reseptor akibat

gangguan signaling dapat terjadi karena abnormalitas peredaran intraseluler Ca2+,

peningkatan kadar diacylglycerol dengan penurunan aktivitas diglyceride kinase,

dan penurunan aktivitas calcium-dependent protein kinase C. Penelitian biokimia

terhadap kerusakan neutrofil pada PAL telah memperlihatkan penurunan reseptor

terhadap peptida kemotaktik C5a dan FMLP tanpa perubahan yang bermakna

pada afinitas binding.76,33 Perez et al. (1991) menemukan satu penderita PAL yang

memiliki jumlah reseptor yang normal tetapi terdapat penurunan jumlah reseptor

Page 53: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

42

yang berafinitas tinggi.19,55 Penelitian lain oleh Daniel et al. tahun 1993

menyebutkan afinitas reseptor FMLP tidak berbeda antara penderita PAL dengan

normal,17 sehingga pengaruh afinitas binding reseptor terhadap kadar protein

FPR1 pada PA belum diketahui secara pasti.

Penelitian-penelitian di Amerika, Afrika, Eropa, dan Jepang telah

membuktikan adanya hubungan antara beberapa SNP dengan penurunan kadar

protein FPR1 pada penderita PA49–55. Richard et al. (2009) mencatat terdapat 30

lebih varian gen FPR149, namun belum ada penelitian yang mencatat varian gen

FPR1 pada populasi di Indonesia, sehingga belum dapat diketahui lokasi SNP gen

FPR1 pada orang Indonesia yang berhubungan dengan kadar proteinnya. Fungsi

kemotaksis neutrofil dipengaruhi oleh beberapa kemoatraktan antara lain C5a,

LTB4, IL-8 dan FMLP dari bakteri.34 Kadar protein FPR1 yang tidak berubah

pada kelompok PA bukan berarti fungsi kemotaksis neutrofilnya normal,

melainkan diduga adanya gangguan pada reseptor lain (reseptor terhadap C5a,

LTB4, dan IL-8) yang dapat mempengaruhi aktivitas kemotaksisnya.

Polimorfisme pada daerah promoter atau coding region dan perbedaan afinitas

reseptor tidak diteliti saat ini, oleh karena itu pengaruh SNP terhadap jumlah dan

fungsi protein FPR1, pengaruh afinitas reseptor, serta kemotaksis neutrofil belum

dapat disimpulkan. Beberapa penelitian mendukung adanya gangguan kemotaksis

neutrofil pada penderita PA akibat beberapa SNP pada gen FPR1. 49–51,82,61,79

Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam menegakkan diagnosis, sehingga

dapat mempengaruhi hasil penelitian. Faktor anamnesis dan kebersihan rongga

Page 54: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

43

mulut penderita harus dipertimbangkan dalam pemilihan subjek penelitian.

Pemeriksaan klinis rongga mulut dan pemeriksaan radiografis pada keluarga

kandung subjek penelitian yaitu: saudara kandung dan dua generasi di atas, dapat

menjadi faktor yang memperkuat diagnosis periodontitis agresif pada subjek

penelitian. Pembatasan usia penderita juga menjadi hal yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan subjek penelitian sehingga subjek yang diteliti

lebih homogen.

Page 55: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

44

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar protein FPR1

pada penderita periodontitis agresif tidak mengalami perubahan yang bermakna.

Kadar protein FPR1 tidak dapat dijadikan indikator kerusakan fungsi kemotaksis

neutrofil pada periodontitis agresif.

5.2 Saran

1) Perlu dilakukan penelitian pendahuluan tentang SNP pada daerah

promoter dan coding region gen FPR1 untuk mengetahui perubahan

struktur dan ekspresi protein FPR1.

2) Perlu pemilihan sampel periodontitis agresif yang lebih spesifik dengan

pemeriksaan microbiology PCR untuk mengidentifikasi bakteri

Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang dominan pada periodontitis

agresif.

3) Perlu pemeriksaan klinis dan radiografis pada keluarga kandung subjek

penelitian (saudara kandung dan dua generasi di atas subjek) untuk

memastikan diagnosis periodontitis agresif.

4) Perlu penelitian pada subjek usia muda di bawah 30 tahun.

Page 56: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

45

DAFTAR PUSTAKA

1. Lindhe J, Lang N, Karring T. Clinical Periodontology and Implant

Dentistry. 5th ed. Oxford: Blackwell Munksgaard; 2008. 428-458 p.

2. Wolf H, Rateitschak E, Rateitschak K, Hassell T. Color Atlas of Dental

Medicine: Periodontology. 3rd ed. Stuttgart: Thieme; 2004.

3. Joshipura V, Yadalam U, Brahmavar B. Aggressive periodontitis: A

review. J Int Clin Dent Res Organ [Internet]. 2015;7(1):11. Available from:

http://www.jicdro.org/text.asp?2015/7/1/11/153489

4. Cho C-M, You H-K, Jeong S-N. The clinical assessment of aggressive

periodontitis patients. J Periodontal Implant Sci. 2011;41(3):143–8.

5. Timmerman MF, Van der Weijden G a, Armand S, Abbas F, Winkel EG,

Van Winkelhoff a J, et al. Untreated periodontal disease in Indonesian

adolescents. Clinical and microbiological baseline data. J Clin Periodontol.

1998;25(3):215–24.

6. Rusyanti Y. Gambaran Periodontitis Agresif di Klinik Kerja Mahasiswa

FKG UNPAD. Universitas Padjadjaran; 2010.

7. Newman M, Takei H, Klokkevold P, Carranza F. Carranza’s Clinical

Periodontology. 10th ed. St. Louis: Elsevier Saunders; 2006.

8. Ezzo P, Cutler C. Microorganisms as risk indicators for periodontal

disease. Periodontol 2000. 2003;32:24–35.

9. Prakash S, Kumar Rs. Impaired neutrophil and monocyte chemotaxis in

chronic and aggressive periodontitis and effects of periodontal therapy.

Indian J Dent Res [Internet]. 2012;23(1):69–74. Available from:

http://www.ijdr.in/printarticle.asp?issn=0970-

9290;year=2012;volume=23;issue=1;spage=69;epage=74;aulast=Kumar

10. Liu M, Zhao J, Chen K, Bian X, Wang C, Shi Y, et al. G protein-coupled

receptor FPR1 as a pharmacologic target in inflammation and human

glioblastoma. Int Immunopharmacol. 2012;14(3):283–8.

11. Dorward D a, Lucas CD, Chapman GB, Haslett C, Dhaliwal K, Rossi AG.

The Role of Formylated Peptides and Formyl Peptide Receptor 1 in

Page 57: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

46

Governing Neutrophil Function during Acute Inflammation. Am J Pathol

[Internet]. 2015;185(5):1172–84. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25791526

12. Ben-Baruch a., Michiel DF, Oppenheim JJ. Signals and receptors involved

in recruitment of inflammatory cells. J Biol Chem. 1995;270(20):11703–6.

13. Mandal P, Novotny M, Hamilton T a. Lipopolysaccharide induces formyl

peptide receptor 1 gene expression in macrophages and neutrophils via

transcriptional and posttranscriptional mechanisms. J Immunol.

2005;175(9):6085–91.

14. Andersson T, Dahlgren C, Lew PD, Stendahl O. Cell surface expression of

fMet-Leu-Phe receptors on human neutrophils. Correlation to changes in

the cytosolic free Ca2+ level and action of phorbol myristate acetate. J Clin

Invest [Internet]. 1987;79(4):1226–33. Available from:

http://www.jci.org/articles/view/112941

15. Tennenberg SD, Zemlan FP, Solomkin JS. Characterization of N-formyl-

methionyl-leucyl-phenylalanine receptors on human neutrophils. Effects of

isolation and temperature on receptor expression and functional activity. J

Immunol. 1988;141(11):3937–44.

16. Sengeløv H, Boulay F, Kjeldsen L, Borregaard N. Subcellular localization

and translocation of the receptor for N-formylmethionyl-leucyl-

phenylalanine in human neutrophils. Biochem J [Internet]. 1994;299 ( Pt

2:473–9. Available from:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1138296&tool=

pmcentrez&rendertype=abstract

17. Daniel M a, McDonald G, Offenbacher S, Van Dyke TE. Defective

chemotaxis and calcium response in localized juvenile periodontitis

neutrophils. J Periodontol [Internet]. 1993;64(7):617–21. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8396175

18. Herrmann JM, Kantarci A, Long H, Bernardo J, Hasturk H, Wray L V, et

al. Simultaneous measurements of cytoplasmic Ca2+ responses and

intracellular pH in neutrophils of localized aggressive periodontitis (LAP)

patients. J Leukoc Biol. 2005;78(3):612–9.

19. Perez HD, Kelly E, Elfman F, Armitage G, Winkler J. Defective

polymorphonuclear leukocyte formyl peptide receptor(s) in Juvenile

periodontitis. J Clin Invest. 1991;87(3):971–6.

Page 58: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

47

20. Perez HD, Vilander L, Andrews WH, Holmes R. Human Formyl Peptide

Receptor Ligand Binding Domain(s). J Biol Chem. 1994;269(36):22485–7.

21. Van Dyke TE, Warbington M, Gardner M, Offenbacher S. Neutrophil

surface protein markers as indicators of defective chemotaxis in LJP. J

Periodontol [Internet]. 1990;61(3):180–4. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2319438

22. Noack B, Hoffmann T. Aggressive periodontitis. Perio 2004 [Internet].

2004;1(4):335–44. Available from:

http://perio.quintessenz.de/perio0404_s335.pdf

23. Demmer RT, Papapanou PN. Epidemiologic paterns of chronic and

aggressive periodontitis. Periodontol 2000 [Internet]. 2010;53(1):28–44.

Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3406186/pdf/nihms392949.

pdf

24. Newman M, Takei H, Klokkevold P, Carranza F. Carranza’s Clinical

Periodontology. 12th ed. St. Louis: Saunders; 2015. 50-51 p.

25. Roshna T, Nandakumar K. Generalized Aggressive Periodontitis and Its

Treatment Options: Case Reports and Review of the Literature. Vol. 2012,

Case Reports in Medicine. 2012. p. 1–17.

26. Zambon J. Periodontal disease: microbial factors. Ann Periodontol.

1996;1:879–925.

27. Mandell R, Ebersole J, Socransky S. Clinical immunologic and

microbiologic features of active disease sites in juvenile periodontitis. J

Clin Periodontol. 1987;14(534-540).

28. Socransky S, Haffajee A. The bacterial etiology of destructive periodontal

disease: current concepts. J Periodontol. 1992;63:322–31.

29. Zambon J, Christersson L, Slots J. Actinobacillus actinomycetemcomitans

in human periodontal disease. Prevalence in patient groups and distribution

of biotypes and serotypes within families. J Periodontol. 1983;54:707–11.

30. Amano A. Molecular interaction of Porphyromonas gingivalis with host

cells: implication for the microbial pathogenesis of periodontal disease. J

Periodontol. 2003;74:90–6.

Page 59: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

48

31. Travis J, Pike R, Imamura T, Potempa J. Porphyromonas gingivalis

proteinases as virulence factors in the development of periodontitis. J

Periodontal Res. 1997;32:120–5.

32. Mombelli A, Casagni F, Madianos P. Can presence or absence of

periodontal pathogens distinguish between subjects with chronic and

aggressive periodontitis? A systematic review. J Clin Periodontol.

2002;29(Suppl 3):10–21.

33. Van Dyke T, Horoszewicz H, Cianciola L, Genco R. Neutrophil

Chemotaxis dysfunction Periodontitis. Infect Immun. 1980;27:124–32.

34. Kantarci A, Oyaizu K, Van Dyke TE. Neutrophil-mediated tissue injury in

periodontal disease pathogenesis: findings from localized aggressive

periodontitis. J Periodontol. 2003;74(1):66–75.

35. Lu H, Wang M, Gunsolley J, Schenkein H, Tew J. Serum immunoglobulin

G subclass concentrations in periodontally healthy and diseased

individuals. Infect Immun. 1994;62:1677–82.

36. Takahashi K, Ohyama H, Kitanaka M, Sawa T, Mineshiba J, et al.

Heterogenity of host immunological risk factors in patients with aggressive

periodontitis. J Periodontol. 2001;72:425–37.

37. Quinn S, Zhang J, Gunsolley J, Schenkein J, Schenkein H, et al. Influence

of smoking and race on immunoglobulin G subclass concentrations in

early-onset periodontitis patients. Infect Immun. 1996;64:2500–5.

38. Beaty T, Boughman J, Yang P, Astemborski J, Suzuki J. Genetic analysis

of juvenile periodontitis in families ascertained through an affected

proband. J Hum Genet. 1987;40:443–52.

39. Hart T. Genetic risk factors for early-onset periodontitis. J Periodontol.

1996;67:355–66.

40. Kinane DF. Genes and Gene Polymorphisms Associated With Periodontal

Disease. Crit Rev Oral Biol Med. 2003;14(6):430–49.

41. Kinane D, Demuth D, Gorr S, Hajishengallis G, Martin M. Human

variability in innate immunity. Periodontol 2000. 2007;45:14–34.

42. Meng H, Xu L, Li Q, Han J, Zhao Y. Determinants of host susceptibility in

aggressive periodontitis. Periodontol 2000. 2007;43:133–59.

Page 60: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

49

43. Yang I, Wade C, Kang H, Alper S, Rutledge H, Lack- ford B, et al.

Identification of novel genes that mediate innate immunity using inbred

mice. Genetics. 2009;183:1535–44.

44. Alper S, Laws R, Lackford B, Boyd W, Dunlap P, Freed- man J, et al.

Identification of innate immunity genes and pathways using a comparative

genomics approach. Proc Natl Acad Sci USA. 2008;105:7016–21.

45. Schenkein H, Barbour S, Tew J. Cytokines and inflam- matory factors

regulating immunoglobulin production in aggressive periodontitis.

Periodontol 2000. 2007;45:113–27.

46. Stabholz A, Soskolne W, Shapira L. Genetic and environmental risk factors

for chronic periodontitis and aggressive periodontitis. Periodontol 2000.

2010;53:138–53.

47. Ryder M. Commparison of neutrophil functions in aggressive and chronic

periodontitis. Periodontol 2000. 2010;53:124–37.

48. Kulkarni C, Kinane DF. Host response in aggressive peri- odontitis.

Periodontol 2000. 2014;65:79–91.

49. Richard DY, Wang J, Dahlgern C, Gerard C, Parmentier M, Serhan C, et al.

International Union of Basic and Clinical Pharmacology LXXIII.

Nomenclature for the Formyl Peptide Receptor (FPR) Family. Pharmacol

Rev. 2009;61(2):119–61.

50. Sahagun-Ruiz A, Colla JS, Juhn J, Gao JL, Murphy PM, McDermott DH.

Contrasting evolution of the human leukocyte N-formylpeptide receptor

subtypes FPR and FPRL1R. Genes Immun. 2001;335–42.

51. Zhang Y, Syed R, Uygar C, Pallos D, Gorry MC, Firatli E, et al. Evaluation

of human leukocyte N-formylpeptide receptor (FPR1) SNPs in aggressive

periodontitis patients. Genes Immun [Internet]. 2003;4(1):22–9. Available

from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12595898

52. Gunji T, Onouchi Y, Nagasawa T. Functional polymorphisms of the FPR1

gene and aggressive periodontitis in Japanese. Biochem Biophys Res

Commun. 2007;364(7-13).

53. Vieira AR, Albandar JM. Role of genetic factors in the pathogenesis of

aggressive periodontitis. Periodontol 2000. 2014;65(1):92–106.

Page 61: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

50

54. Gwinn M, Sharma A, De Nardin E. Single nucleotide polymorphism of the

N-formyl peptide receptor in localized juvenile periodontitis. J Periodontol.

1999;70:1194–201.

55. Jones BE, Miettinen HM, Jesaitis a J, Mills JS. Mutations of F110 and

C126 of the formyl peptide receptor interfere with G-protein coupling and

chemotaxis. J Periodontol [Internet]. 2003;74(4):475–84. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12747452

56. Nares S. The genetic relationship to periodontal disease. Periodontol 2000.

2003;32:36–49.

57. Genco R, Hamada S, Lehner T, McGhee J, Mergenhagen S. Neutrophyl

Receptors: N-Formyl-l-Methionyl-l-Leucyl-l-Phenylalanine and

Interleukin-8. In: Molecular Pathogenesis of Periodontal Disease.

Washington DC: American Society for Microbiology; 1994. p. 351–61.

58. Daniel MA, Van Dyke TE. Alterations in phagocyte function and

periodontal infection. J Periodontol. 1996;67(10, Supplement):1070–5.

59. Dahlgren C, Gabl M, Holdfeldt A, Winther M, Forsman H. Basic

characteristics of the neutrophil receptors that recognize formylated

peptides, a danger-associated molecular pattern generated by bacteria and

mitochondria. Biochem Pharmacol. 2016;S0006-2952.

60. Cicchetti GA, Glogauer. Chemotactic signaling pathways in neutrophils:

from receptor to actin assembly. Int Am Assoc Dent Res. 2002;1(13):220.

61. Maney P, Walters JD. Formylpeptide Receptor Single Nucleotide

Polymorphism 348T>C and Its Relationship to Polymorphonuclear

Leukocyte Chemotaxis in Aggressive Periodontitis. J Periodontol.

2009;80(9):1498–505.

62. McDonald B, Pittman K, Menezes GB, Hirota S a, Slaba I, Waterhouse

CC, et al. Intravascular danger signals guide neutrophils to sites of sterile

inflammation. Science (80- ) [Internet]. 2010;330(6002):362–6. Available

from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov.ezp-

prod1.hul.harvard.edu/pubmed/20947763

63. Anton P.A., Targan S.R. SF. Increased neutrophil receptors for and

response to the proinflammatory bacterial peptide formyl-methionyl-leucyl-

phenylalanine in Crohn’s disease. Gastroenterology. 1989;97:20–8.

Page 62: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

51

64. Stockley R, Grant R, Llewellyn-JoneS C, Hil S, Burnett D. Neutrophil

formyl-peptide receptors. Relationship to peptide-induced responses and

emphysema. Am J Respir Crit Care Med. 1994;149:464–8.

65. Tennenberg S, Solomkin J. Neutrophil activation in sepsis: The relationship

between fmet-leu-phe receptor mobilization and oxidative activity. Arch

Surg. 1988;123:171–5.

66. Cicchetti G, Allen PG, Glogauer M. Chemotactic Signaling Pathways in

Neutrophils: From Receptor To Actin Assembly. Crit Rev Oral Biol Med

[Internet]. 2002;13(3):220–8. Available from:

http://cro.sagepub.com/cgi/doi/10.1177/154411130201300302

67. Rabiet MJ, Huet E, Boulay F. The N-formyl peptide receptors and the

anaphylatoxin C5a receptors: An overview. Biochimie. 2007;89(9):1089–

106.

68. Woolson R. Statistical Methods for the Analysis of Biomedical Data.

Canada: John WIley & Sons, Inc.; 1987. 353 p.

69. Augusta M, Rebelo B, Queiroz AC De. Gingival Indices : State of Art. In:

Gingival diseases - Their Aetiology, Prevention and Treatment [Internet].

Rijeka: InTech; 2011. p. 41–54. Available from:

http://www.intechopen.com/books/gingival-diseases-their-aetiology-

prevention-and- treatment/gingival-indices-state-of-art

70. Albandar JM, Brown LJ, Loe H. Clinical features of early-onset

periodontitis. J Am Dent Assoc. 1997;128(10):1393–9.

71. Kowashi Y. Prevalence of Juvenile Periodontitis Among Students at

Nagasaki University (kowashi). Adv Dent Res. 1988;2(2):395–6.

72. Nassar MM, Afifi O, Deprez RD. The prevalence of localized juvenile

periodontitis in Saudi subjects. J Periodontol [Internet]. 1994;65(7):698–

701. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7608847

73. Melvin WL, Sandifer JB, Gray JL. The prevalence and sex ratio of juvenile

periodontitis in a young racially mixed population. J Periodontol.

1991;62(5):330–4.

74. DeNardin E, DeLuca C, Levine MJ, Genco RJ. Antibodies directed to the

chemotactic factor receptor detect differences between chemotactically

normal and defective neutrophils from LJP patients. J Periodontol

Page 63: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

52

[Internet]. 1990;61(10):609–17. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2231227

75. Genco R, Hamada S, Lehner T, McGhee J, Mergenhagen S. Molecular

Pathogenesis of Periodontal Disease. Washington DC: ASM Press; 1994.

76. Van Dyke T, Levine M, Tabak L, Genco R. Reduced chemotactic peptide

binding in juvenile periodontitis. Biochem Biophys Res Commun.

1981;100(3):1278–84.

77. Van Dyke T, Levine M, Tabak L, Genco R. Juvenile periodontitis as a

model for neutrophil function : reduced binding of the complement

chemotactic fragment , C5a . PubMed Commons Juvenile periodontitis as a

model for neutrophil function : reduced binding of the complement

chemotactic fragment ,. J Dent Rest. 1983;62(8):870–2.

78. Van Dyke T, Offenbacher S, Kalmar J, Arnold R. Neutrophil defects and

host-parasite interactions in the pathogenesis of localized juvenile

periodontitis. Adv Dent Res. 1988;2(2):354–8.

79. Van Dyke TE. Role of the neutrophil in oral disease: Receptor deficiency in

leukocytes from patients with juvenile periodontitis. Rev Infect Dis.

1985;7(3):419–25.

80. Sigusch B, Eick S, Pfister S, Klinger G, Glockmann E. Altered chemotactic

behavior of crevicular PMNs in different forms of periodontitis. J Clin

Periodontol. 2001;28:162–7.

81. De Nardin E. Neutrophil Receptors: N-Formyl-l-Methionyl-l-Leucyl-l-

Phenylalanine and Interleukin-8. In: Genco R, Hamada S, Lehner T,

McGhee J, Mergenhagen S, editors. Molecular Pathogenesis of Periodontal

Disease. Washington DC: ASM Press; 1994. p. 351–61.

82. Maney P, Emecen P, Mills J, Walters J. Neutrophil formylpeptide receptor

single nucleotide polymorphism 348T>C in aggressive periodontitis.

2009;80(3):492–8.

83. Kalmar J. Antimicrobial Dysfunction in Localized Juvenile Periodontitis

Neutrophils. In: Genco R, Hamada S, Lehner T, McGhee J, Mergenhagen

S, editors. Molecular Pathogenesis of Periodontal Disease. Washington

DC: ASM Press; 1994. p. 337–49.

BAB VI

Page 64: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

53

RIWAYAT HIDUP

Nama : Prajna Metta

Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 4 Agustus 1988

Riwayat Pendidikan

Tahun 1994 – 1995 : Kelas I SD Ganesha, Tangerang

Tahun 1995 – 2000 : Kelas II – VI SD Harapan Bangsa,

Tangerang

Tahun 2000 – 2003 : SMP Dian Harapan, Tangerang

Tahun 2003 – 2006 : SMU Dian Harapan, Tangerang

Tahun 2006 – 2012 : FKG Universitas Padjadjaran, Bandung

Tahun 2013 – sekarang : PPDGS Periodonsia

FKG Universitas Padjadjaran, Bandung

Page 65: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

54

Lampiran 1. Permohonan Ethical Approval

LAMPIRAN

Page 66: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

55

Lampiran 2. Keterangan Persetujuan Etik

Page 67: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

56

Lampiran 3. Formulir Persetujuan

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (PSP) UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari, mengerti,

dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin timbul dalam

penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah dijawab dengan

memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya,

maka saya setuju/tidak setuju*) ikut dalam penelitian ini, yang berjudul:

ANALISIS KADAR PROTEIN FORMYL PEPTIDE RECEPTOR 1 (FPR1) SEBAGAI

INDIKATOR KERUSAKAN FUNGSI NEUTROFIL PADA PERIODONTITIS AGRESIF

Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa

tekanan/paksaan siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan formulir

persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya.

Saya setuju:

Ya/Tidak*)

Tgl.:

Tanda tangan (bila tidak

bisa dapat digunakan cap

jempol)

Nama Peserta: Usia: Alamat:

Nama Peneliti:

Nama Saksi:

*) coret yang tidak perlu

Page 68: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

57

Lampiran 4. Lembar Penjelasan

INFORMASI

“Analisis Kadar Protein Reseptor Formil Peptida (FPR 1) sebagai Indikator Kerusakan

Fungsi Neutrofil pada Pasien Periodontitis Agresif”

Peneliti di Bagian Periodontik Fakultas Kedokteran Gigi Unpad/Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG

Unpad Bandung, sedang melakukan penelitian untuk mengetahui kadar protein yang terdapat pada

permukaan sel darah putih sebagai indikator kerusakan fungsi sel darah putih pada pasien

penderita penyakit gusi dan tulang rahang yang agresif (periodontitis agresif) dan penyakit

peradangan gusi (gingivitis).

Tujuan:

Periodontitis merupakan penyakit gusi yang disebabkan oleh banyak faktor, umumnya terjadi

karena ketidakseimbangan tubuh dan bakteri. Periodontitis agresif adalah penyakit gusi yang

muncul sejak usia dini (14-30 tahun), namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia dewasa

(lebih dari 30 tahun). Terjadinya penyakit periodontitis agresif tergantung dari kerentanan individu

terhadap penyakit tersebut yang dipengaruhi oleh kerusakan fungsi sel darah putih untuk bergerak

menuju tempat radang sehingga menyebabkan berubahnya respon pertahanan tubuh terhadap

bakteri, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan gusi dan tulang rahang. Kerusakan fungsi

sel darah putih untuk bergerak menuju tempat radang dapat terjadi karena faktor genetik (turunan),

yaitu adanya perubahan pada gen penerima rangsangan dari bakteri yang terdapat pada

permukaan sel darah putih. Jika penerima rangsangan bakteri yang terdapat pada permukaan sel

darah putih tersebut rusak, maka fungsi sel darah putih untuk menyerang bakteri juga terganggu.

Perubahan pada gen tersebut telah terbukti berhubungan dengan kejadian periodontitis agresif,

namun belum diketahui apakah teori perubahan gen tersebut mempengaruhi kadar protein yang

dihasilkan oleh penerima rangsangan bakteri yang terdapat pada permukaan sel darah putih.

Peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kadar

protein yang dihasilkan oleh penerima rangsangan bakteri yang terdapat pada permukaan sel

darah putih antara penderita periodontitis agresif dan gingivitis, serta mengetahui apakah kadar

protein tersebut dapat dijadikan indikator kerusakan fungsi sel darah putih pada penyakit

periodontitis agresif

Mengapa ibu terpilih:

Bapak/Ibu terpilih untuk diikutkan dalam penelitian ini oleh karena Bapak/Ibu sedang menderita

penyakit periodontitis agresif (penyakit yang menyerang jaringan pendukung gigi seperti gusi dan

tulang rahang, dan keparahannya berlangsung sangat cepat), serta sebagai pembanding

Bapak/Ibu juga mungkin terpilih oleh karena keadaan gusi yang sedikit radang tapi tidak mengenai

tulang rahang (gingivitis marginalis kronis ringan).

Page 69: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

58

Tata Cara/Prosedur:

Bapak/Ibu akan diwawancara seputar penyakit yang diderita dan riwayat keluarga mengenai

penyakit yang diderita. Kemudian bila Bapak/Ibu bersedia, dokter akan memeriksa kedalaman

saku gusi (menggunakan alat pengukur kedalaman saku gusi dan kaca mulut) dan hasilnya dicatat.

Dilanjutkan dengan pengambilan darah dari pembuluh darah di lengan kanan sebanyak 3 cc. Tentu

saja Bapak/Ibu akan merasakan sedikit nyeri seperti biasanya bila disuntik.

Risiko dan ketidaknyamanan:

Risiko dan ketidaknyamanan fisik secara langsung yang pertama adalah pada saat dilakukan

pemeriksaan saku gusi dan yang kedua pada saat pengambulan darah. Bapak/Ibu akan

merasakan sedikit nyeri seperti biasanya jika disuntik, dan kemungkinan ada sedikit lebam satu

sampai tiga hari setelah pengambilan darah dan hal tersebut wajar. Bapak/Ibu tidak perlu khawatir

karena seluruh proses pemeriksaan kedalaman saku gusi dan pengambilan darah dilakukan oleh

tenaga ahli di RSGM FKG UNPAD.

Manfaat:

Keuntungan yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah kadar protein yang dihasilkan oleh

penerima rangsangan bakteri yang terdapat pada permukaan sel darah putih dapat dijadikan

sebagai indikator kerusakan fungsi neutrofil pada penyakit periodontitis agresif dan pemeriksaan

kadar protein tersebut merupakan penunjang dalam menegakkan diagnosis periodontitis agresif.

Kerahasiaan data:

Selama anda ikut dalam penelitian ini, setiap informasi dan data penelitian ini akan diperlakukan

secara rahasia sehingga tidak memungkinkan untuk diketahui oleh orang lain. Identitas akan

disamarkan dalam formulir data dan diganti dengan kode yang hanya diketahui oleh peneliti.

Perkiraan jumlah subyek yang akan diikut sertakan:

Jumlah subyek yang akan diikutsertakan adalah pria dan wanita minimal 16 orang per kelompok

(kelompok periodontitis agresif generalisata dan kelompok gingivitis marginalis kronis ringan).

Maka, jumlah minimal adalah 32 orang.

Kesukarelaan:

Keikut sertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela disertai tanggung jawab sampai

selesainya penelitian ini.

Subyek dapat dikeluarkan/mengundurkan diri dari penelitian:

Bapak/Ibu bebas menolak ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya memerlukan satu kali

pengambilan darah, sehingga tidak terpengaruh oleh perubahan keputusan dari pasien

Page 70: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

59

Kemungkinan timbulnya biaya dari perusahaan asuransi kesehatan:

Apabila terjadi efek samping dan harus ada perawatan maka Bapak/Ibu akan dijamin semua biaya

perawatan maupun obat-obatan dari peneliti.

Penyulit dan kompensasi:

Semua biaya pemeriksaan laboratorium yang terkait dengan penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti. Apabila terjadi penyulit atau komplikasi yang berhubungan dengan penelitian ini, maka Bapak/Ibu akan diberi pertolongan dengan prosedur yang telah baku dan biayanya akan ditanggung oleh penelitian ini.

Pertanyaan:

Jika ada pertanyaan sehubungan dengan penelitian ini silakan menghubungi saya, drg. Prajna Metta, Residen Periodontik, Departemen Periodontik, RSGM FKG UNPAD, Jalan Sekeloa Selatan No. 1, Bandung. No. HP 081380899884.

Page 71: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

60

Lampiran 5. Formulir Data Sampel

Page 72: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

61

Lampiran 6. Data Sampel Hasil Uji ELISA

No Kode Sampel

OD 450 nm Konsentrasi FPR1 (pg/mL)

Umur (thn) Jenis Kel.

1 Blank 0.078 0.000

2 Standar 1 2.551 16.769

3 Standar 2 1.575 4.549

4 Standar 3 0.783 2.500

5 Standar 4 0.400 1.598

6 Standar 5 0.246 1.114

7 Standar 6 0.156 0.688

8 Standar 7 0.11 0.244

9 K-01 0.261 0.045 24 P

10 K-02 0.334 0.508 26 L

11 K-03 0.296 0.269 31 L

12 K-04 0.310 0.315 28 P

13 K-05 0.274 0.125 32 P

14 K-06 0.318 0.303 29 P

15 K-07 0.367 0.757 27 P

16 K-08 0.290 0.228 40 L

17 K-09 0.272 0.113 38 P

18 K-10 0.393 0.884 37 L

19 K-11 0.301 0.181 23 L

20 K-12 0.275 0.131 27 L

21 K-14 0.338 0.536 29 L

22 K-15 0.286 0.202 22 P

23 K-16 0.295 0.26 27 P

24 K-17 0.263 0.058 26 P

25 K-18 0.272 0.116 22 P

26 K-19 0.297 0.273 22 P

27 K-20 0.296 0.267 21 P

28 K-21 0.309 0.356 22 P

29 M-01 0.272 0.112 24 P

30 M-02 0.348 0.628 38 L

Page 73: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

62

No Kode Sampel

OD 450 nm Konsentrasi FPR1 (pg/mL)

Umur (thn) Jenis Kel.

31 M-03 0.392 0.882 31 L

32 M-04 0.314 0.207 45 L

33 M-05 0.283 0.186 53 L

34 M-06 0.301 0.302 45 P

35 M-07 0.280 0.167 38 L

36 M-08 0.324 0.446 51 P

37 M-09 0.281 0.173 31 P

38 M-10 0.289 0.221 39 P

39 M-11 0.364 0.706 55 L

40 M-12 0.274 0.125 26 L

41 M-14 0.277 0.148 38 L

42 M-15 0.438 1.177 46 P

43 M-16 0.297 0.273 39 P

44 M-17 0.289 0.225 30 L

45 M-18 0.292 0.244 51 P

46 M-19 0.332 0.501 33 L

47 M-20 0.286 0.205 39 P

48 M-21 0.274 0.129 44 L

Page 74: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

63

Lampiran 7. Hasil Uji Protein FPR1 dengan ELISA

Page 75: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

64

Hasil pemeriksaan kadar protein FPR1 dengan ELISA

Curve Formula A B R2

Log(Y)=A*Log(X)+B 0.11 0,254 0,999

-2

0

2

4

6

8

10

12

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Co

nce

ntr

atio

n

Absorbance

Page 76: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

65

Lampiran 8. Hasil Uji Statistik

Jenis Kelamin* Kelompok Crosstabulation

Kelompok Total Kontrol Kasus (PA)

Jenis Kelamin Laki-laki Count 7 11 18

% within Kelompok 35,0% 55,0% 45,0%

Perempuan Count 13 9 22 % within Kelompok 65,0% 45,0% 55,0%

Total Count 20 20 40 % within Kelompok 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Test

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,616b 1 ,204 Continuity Correctiona

,909 1 ,340

Likelihood Ratio 1,628 1 ,202 Fisher’s Exact Test ,341 ,170 Linear-by-Linear Association

1,576 1 ,209

N of Valid Cases 40

a. Computed only for a 2x2 table

b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

9,00.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,197 ,204 N of Valid Cases 40

a. Not assuming the null hypothesis

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypotheis

Page 77: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

66

Risk Estimate

Means

Kelompok Konsentrasi FPR1 (pg/mL)

Umur

Kontrol N 20 20 Mean ,2964 27,6500 Std. Deviation ,22206 5,59393 Minimum ,05 21,00 Maximum ,88 40,00

Kasus (PA) N 20 20 Mean ,3529 39,8000 Std. Deviation ,28880 8,93014 Minimum ,11 24,00 Maximum 1,18 55,00

Total N 40 40 Mean ,3246 33,7250 Std. Deviation ,25588 9,58896 Minimum ,05 21,00 Maximum 1,18 55,00

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smimova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Konsentrasi FPR1 (pg/mL)

Kontrol ,217 20 ,015 ,854 20 ,006

Kasus (PA) ,270 20 ,001 ,772 20 ,000

Umur Kontrol ,155 20 ,200* ,895 20 ,034

Kasus (PA) ,136 20 ,200* ,964 20 ,617

*This is a lower bound of the true significance a. Lilliefors Significance Correction

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Jenis Kelamin (Laki-laki/Perempuan)

,441 ,123 1,573

For cohort Kelompok = Kontrol ,658 ,335 1,293 For cohort Kelompok = Kasus (PA)

1,494 ,801 2,785

N of Valid Cases 40

Page 78: Oleh Prajna Metta 160521130001 KARYA ILMIAH AKHIRmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811114108_4298.pdf · analisis kadar protein formyl peptide receptor 1 (fpr1) sebagai

67

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic

df1 df2 Sig.

Konsentrasi FPR1 (pg/mL)

Based on Mean 1,502 1 38 ,228

Based on Median ,269 1 38 ,607

Based on Median and adjust df ,269 1 32,340 ,607

Based on trimmed mean 1,005 1 38 ,322

Umur Based on Mean 4,389 1 38 ,043

Based on Median 3,827 1 38 ,058

Based on Median and adjust df 3,827 1 33,664 ,059

Based on trimmed mean 4,537 1 38 ,040

Mann-Whitney Test

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Konsentrasi FPR1 (pg/mL)

Kontrol 20 20,00 400,00

Kasus (PA) 20 21,00 420,00

Total 40

Umur Kontrol 20 13,00 260,00

Kasus (PA) 20 28,00 560,00

Total 40

Test Statisticsb

Konsentrasi FPR1 (pg/mL) Umur

Mann-Whitneyy U 190,000 50,000 Wilcoxon W 400,000 260,000 Z -,271 -4,065 Asymp. Sig. (2-tailed) ,787 ,000 Exact Sig. [2&(1-tailed Sig.)] ,799a ,000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok