oleh: ikhwan sugiono...

149
ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK REKLAME DAN PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1434 H / 2013 M

Upload: hoanghanh

Post on 05-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK

REKLAME DAN PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH

PEMEKARAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN

KABUPATEN TANGERANG

Oleh:

IKHWAN SUGIONO

106082002617

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1434 H / 2013 M

Page 2: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK REKLAME DAN

PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI

DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN DAERAH PADA

PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

IKHWAN SUGIONO

106082002617

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1434 H / 2013 M

Page 3: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

i

Page 4: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

ii

Page 5: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

iii

Page 6: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

iv

Page 7: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ikhwan Sugiono

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Lamongan, 25 Februari 1985

3. Alamat : Jl. Raya Keben No. 124, Keben RT. 04

RW. 02 Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan, Jawa Timur 62252

4. Telepon : 08567297989

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Al-Jinan : 1990 - 1992

2. Madrasah Ibtidaiyyah Keben Turi Lamongan : 1992 – 1997

3. SLTPN 1 Turi Lamongan : 1997 - 2000

4. Pondok Modern DARUSSALAM GONTOR Ponorogo : 2000 - 2004

5. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta : 2006 – 2013

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Nursalim

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Lamongan, 15 September 1962

3. Alamat : Jl. Raya Keben No. 124, Keben RT. 04

RW. 02 Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan, Jawa Timur 62252

4. Telepon : 085732938923

5. Ibu : Artini

6. Tempat/ Tanggal Lahir : Lamongan, 24 Juli 1968

7. Alamat : Jl. Raya Keben No. 124, Keben RT. 04

RW. 02 Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan, Jawa Timur 62252

8. Telepon : 085708010698

9. Anak ke : 1 dari 2 Bersaudara

Page 8: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

vi

COMPARATIVE ANALYSIS OF REVENUE OF ADVERTISING TAX AND STREET LIGHTNING TAX ON LOCAL OWN REVENUE (PAD)

BEFORE AND AFTER THE REGIONAL EXPANSION ON TANGERANG REGENCY

ABSTRACT

The aim of this research is to know the comparison revenue of

advertisement tax and street lighting tax on Local Own Revenue (PAD) before and after the regional expansion on Tangerang Regency. This research used primary and secondary data obtained from Tangerang regency Revenue Office in the form of financial statements and interviews. Methods of research using descriptive analysis method, the data are expressed in the form of words, sentences and image. Determination of the sample is done by using non-probability sampling with acidental sampling method. While analyzing data to test the hypothesis test used Descriptive Statistic and Mann-Whitney U Test.

After the regional expansion, revenue of advertisement tax fell by Rp. 9.893.210.612 and street lighting tax increase of Rp. 21.028.786.415. The results using descriptive statistics and Mann-Whitney U Test showed that the difference of revenue of advertisement tax and street lighting tax is not significant on Local Own Revenue (PAD) before and after the regional expansion on Tangerang Regency. Each year the revenue target of advertisement tax and street lighting tax unstable. Although it had declined, but the Tangerang Regency Government can bounce back and make efforts to increase local tax revenues.

Key Words: Advertisement Tax, Street Lighting Tax and Local Own Revenue

(PAD)

Page 9: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

vii

ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK REKLAME DAN PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI

DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan

penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum dan sesudah pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dan primer yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan dan hasil wawancara. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan juga gambar. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan non-probability sampling dengan cara acidental sampling. Sedangkan penganalisaan data untuk menguji hipotesis digunakan statistik deskriptif dan uji Mann-Whitney U Test.

Setelah pemekaran daerah, penerimaan pajak reklame turun sebesar Rp. 9.893.210.612 dan pajak penerangan jalan naik sebesar Rp. 21.028.786.415. Hasil penelitian dengan menggunakan statistik deskriptif dan uji Mann-Whitney U Test menunjukan bahwa perbedaan penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum dan sesudah pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang. Setiap tahunnya target penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan tidak stabil. Walaupun sempat mengalami penurunan, namun Pemerintah Kabupaten Tangerang dapat bangkit kembali dan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak daerahnya.

Kata Kunci: Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Page 10: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

viii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis selalu panjatkan kehadirat Allah SWT,

Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-

Nya berupa iman, islam dam kesehatan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita selalu mendapatkan hidayah-Nya sehingga

kita tergolong dalam orang-orang yang berada dalam jalan, jalan yang diridhoi

bukan jalan yang dimurkai.

Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Junjungan kita Nabi Besar

Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah

menyiarkan Agama Islam dan membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman

yang terang benerang seperti pada saat ini.

Alhamdulillah berkat kesabaran dan petunjuk yang telah Allah SWT

berikan kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Analisis Perbandingan

Penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Sebelum dan Sesudah Pemekaran Daerah Pada

Pemerintahan Kabupaten Tangerang” dapat penulis selesaikan dengan baik.

Disamping itu, penulis skripsi tidak mungkin selesai sebagaimana mestinya tanpa

bantuan dan dorongan dari pihak-pihak yang membantu baik berupa materi,

pengetahuan, tenaga, waktu, dan doa, sehingga skripsi ini terlaksana dengan baik.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan apresiasi yang mendalam dan tak terbatas

khususnya kepada:

1. Keluarga terutama kedua orang tua tercinta (Bapak Nursalim dan Emak

Artini). Terima kasih atas kasih sayang, dorongan baik materiil maupun non

materiil serta pengorbanannya sehingga saya dapat melanjutkan studi hingga

perguruan tinggi dan menyelesaikan studi ini. Adikku Irna Sugianti dan

suami (Adik Dzulfa) yang jauh di sana, terima kasih atas suntikan dana dan

moralnya selama ini.

2. Ibu DR. Rini, SE, Ak, M.Si selaku dosen pembimbing I yang selalu sabar

membimbing, mengarahkan, memberikan solusi, dan selalu menyemangati

Page 11: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

ix

serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku dosen pembimbing II yang selalu

meluangkan waktu dan memberikan semangat, ide-ide, motivasi, arahan, dan

bimbingan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. DR. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Rahmawati, SE, MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Yessi Fitri, SE, M.Si., Ak selaku sekretaris jurusan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh Dosen dan Staff yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada

penulis.

8. Teman spesial terutama Ratna Sari Ningsih yang telah banyak membantu

dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya terutama

suntikan semangatnya.

9. Semua teman-teman Angkatan 2006, terutama teman-teman kelas C: Reza,

Jamal, Tompra, Fuad, Haidar, Fajar, Asmi, Hatya dll yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang selama ini telah berjuang bersama dan saling

memberikan dukungan.

10. Teman-teman dari Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI).

Rizal, Wahyu, Sule, Bagus, Didi, Ipung, mamet, Bunga dll. Tetap semangat

kawan untuk memperjuangkan Indonesia tercinta.

11. Teman-teman dari Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UIN Syarif Hidayatullah

yang telah memberikan semangat, do'a, dukungan serta canda tawanya dalam

penyusunan skripsi ini.

12. Teman-teman yang ada di HIMABI, terutama Cak Ragil Baidowi, Cak Amir,

Cak Ainul, Aam, dll.

13. Teman-teman kost Kampung Utan, Amar, Ucil, Haikal, Ulil dan Eko.

Page 12: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

x

14. Sahabat Alumni GONTOR Angkatan 2004 yang tidak bisa disebutin satu-

satu, terima kasih buat motivasinya juga selama ini. Keep contact dan tetap

semangat.

15. Terima kasih kepada seluruh pihak yang ada di PT. BUMI DIPA (Pak JS, Pak

Imam, Pak Towil, Pak Erwo, Mas Agus, Mas Amin) yang telah memberikan

do'a, bantuan, semangat dan perhatiannya semua dan kesempatan yang telah

diberikan kepada penulis untuk dapat bekerja disana.

16. Dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang tak bisa

penulis sebutkan satu per satu atas bantuannya dalam terselasainya

penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan kalian semua dapat dibalas

oleh Allah SWT

Penulis sangat menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,

penulis menerima segala jenis kritik dan saran yang dapat membangun dari

berbagain pihak. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak.

Jakarta, Mei 2013

Ikhwan Sugiono

Page 13: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. i

LEMBAR KELENGKAPAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iii

LEMBAR SURAT PERNYATAAN ............................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... v

ABSTACT ....................................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12

A. Tinjauan Teoritis .............................................................................. 12

1. Otonomi Daerah dan Desentralisasi ............................................. 12

Page 14: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

xii

2. Pengertian Pajak .......................................................................... 18

3. Pengklasifikasian Pajak ............................................................... 19

4. Fungsi Pajak ................................................................................ 21

5. Pajak Daerah ............................................................................... 22

a. Definisi Pajak Daerah ............................................................. 22

b. Jenis Pajak Daerah .................................................................. 23

c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah ..................................... 26

d. Objek Pajak Daerah ................................................................ 29

e. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Daerah ....................... 32

f. Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan ............................ 35

1. Pajak Reklame .................................................................... 35

2. Pajak Penerangan Jalan ....................................................... 41

6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ................................................... 44

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu .......................................................... 47

C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 53

D. Hipotesis .......................................................................................... 55

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 57

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 57

B. Metode Menentukan Sampel ............................................................ 57

C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 58

D. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 59

F. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis ........................................... 60

Page 15: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

xiii

1. Efektivitas Pajak Daerah .............................................................. 60

2. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD ...................................... 62

3. Laju Pertumbuhan ....................................................................... 63

4. Statistik Non Parametrik .............................................................. 63

5. Uji Mann-Whitney (U Test) ......................................................... 64

6. Analisi Statistik Deskriptif .......................................................... 66

7. Uji Spss Menggunakan Mann Whitney Test Statisticsb ................. 66

G. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 69

A. Tinjauan Umum Kabupaten Tangerang ............................................ 69

1. Gambaran Umum Profil Daerah KabupatEn Tangerang ............... 69

2. Struktur Pemerintahan ................................................................. 72

3. Kependudukan ............................................................................. 76

4. Kondisi Sosial Ekonomi .............................................................. 77

5. Keuangan Daerah, Pendapatan Domestik Bruto

(PDRB),dan Inflasi ...................................................................... 84

B. Gambaran Umum DISPENDA Kabupaten Tangerang ...................... 87

1. Kedudukan .................................................................................. 87

2. Tugas Pokok ................................................................................ 87

3. Struktur Organisasi ...................................................................... 88

C. Hasil Penelitian ................................................................................ 89

1. Penerimaan Pajak Reklame .......................................................... 89

a. Efektifitas Penerimaan Pajak Reklame .................................... 89

Page 16: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

xiv

b. Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame Terhadap

Pendapatan Asli Daerah .......................................................... 92

2. Penerimaan Pajak Penerangan Jalan ............................................. 95

a. Efektifitas Pajak Penerangan Jalan .......................................... 95

b. Kontribusi penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Terhadap Pendapatan Asli Daerah ........................................... 99

D. Hasil Uji Penelitian ........................................................................ 102

1. Uji Mann-Whitney (U Test) ...................................................... 102

a. Penerimaan Pajak Reklame Terhadap

Pendapatan Asli Daerah ........................................................ 102

b. penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Terhadap Pendapatan Asli Daerah ......................................... 103

c. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah ..................................... 105

2. Uji SPSS .................................................................................... 107

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................. 118

A. Kesimpulan .................................................................................... 118

B. Implikasi ........................................................................................ 120

C. Saran .............................................................................................. 120

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 123

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 125

Page 17: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

xv

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................................. 51

3.1 Interpretasi Kriteria Efektivitas ................................................................ 61

3.2 Interpretasi Kriteria Efektivitas ................................................................ 62

3.3 Defenisi Operasional Variabel ................................................................. 67

4.1 Jumlah Kecamatan, kelurahan dan Desa Kabupaten Tangerang ............. 72

4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Tangerang

Tahun 2010 .............................................................................................. 76

4.3 Pendapatan Daerah dan Realisasi Kab. Tangerang Tahun 2006-2011 .... 84

4.4 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Tangerang Tahun 2006-2011 ................................................. 86

4.5 Inflasi Kab. Tangerang Tahun 2006-2011 ............................................... 86

4.6 Tingkat Efektivitas Pajak Reklame di Kabupaten Tangerang

Sebelum Pemekaran (2006-2008) ............................................................ 89

4.7 Tingkat Efektivitas Pajak Reklame di Kabupaten Tangerang

Setelah Pemekaran (2009-2011) .............................................................. 90

4.8 Kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD di Kabupaten Tangerang

Sebelum Pemekaran (2006-2008) ............................................................ 93

4.9 Kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD di Kabupaten Tangerang

Setelah Pemekaran (2009-2011) .............................................................. 93

Page 18: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

xvi

4.10 Tingkat Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Tangerang

Sebelum Pemekaran (2006-2008) ............................................................ 96

4.11 Tingkat Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Tangerang

Setelah Pemekaran (2009-2011) .............................................................. 96

4.12 Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap PAD

di Kabupaten Tangerang Sebelum Pemekaran (2006-2008) ................... 99

4.13 Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap PAD

di Kabupaten Tangerang Setelah Pemekaran (2009-2011) .................... 100

4.14 Penerimaan Pajak Reklame Kab. Tangerang ......................................... 102

4.15 Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Kab. Tangerang ........................... 104

4.16 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kab. Tangerang .......................... 105

4.17 Descriptive Statistic Pajak Reklame ...................................................... 107

4.18 Descriptive Statistic Pajak Penerangan Jalan ......................................... 108

4.19 Descriptive Statistic Pendapatan Asli Daerah ........................................ 108

4.20 Rank Pajak Reklame .............................................................................. 109

4.21 Rank Pajak Penerangan Jalan ................................................................. 110

4.22 Rank Pendapatan Asli Daerah ................................................................ 110

4.23 Test Statisticsb Pajak Reklame ............................................................... 111

4.24 Test Statisticsb Pajak Penerangan Jalan .................................................. 113

4.25 Test Statisticsb Pendapatan Asli Daerah ................................................. 115

Page 19: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

xvii

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 54

4.1 Diagram Tingkat Efektivitas Pajak Reklame di Kab. Tangerang

Sebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011) ....................................... 92

4.2 Diagram Tingkat kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD

di Kab. Tangerang Sebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011) ......... 95

4.3 Diagram Tingkat Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di

Kab. Tangerang Sebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011) ............. 98

4.4 Diagram Tingkat kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap PAD

di Kab. TangerangSebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011) ........ 101

Page 20: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1 Target dan Realisasi Pajak Reklame .................................................... 125

2 Target dan Realisasi Pajak Penerangan Jalan ....................................... 125

3 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) ........................... 125

4 Descriptive Statistics Pajak Reklame ................................................... 126

5 Ranks Pajak Reklame .......................................................................... 126

6 Test Statisticsb Pajak Reklame ............................................................. 126

7 Descriptive Statistics Pajak Penerangan Jalan ...................................... 127

8 Ranks Pajak Penerangan Jalan ............................................................. 127

9 Test Statisticsb Pajak Penerangan Jalan ................................................ 127

10 Descriptive Statistics Pendapatan Asli Daerah (PAD) .......................... 128

11 Ranks Pendapatan Asli Daerah (PAD) ................................................. 128

12 Test Statisticsb Pendapatan Asli Daerah (PAD) .................................... 128

13 Critical Values of the Mann-Whitney U .............................................. 129

Page 21: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia, tidak henti-hentinya melakukan pembangunan di segala

bidang. Pembangunan-pembangunan ini dilaksanakan di segala lapisan baik di

tingkat pusat maupun daerah, hal ini bertujuan meningkatkan taraf hidup bangsa

Indonesia dan mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa yang lain, terutama

bangsa-bangsa yang sudah maju terlebih dahulu.

Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

pembangunan nasional. Pengertian pembangunan adalah suatu proses yang

multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan yang mendasar dalam

struktur sosial, setiap masyarakat dan kelembagaan nasional, pengurangan

kesenjangan sosial dan pemberantasan kemiskinan absolut. Untuk itu, pemerintah

harus berusaha meningkatkan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan yang telah dicanangkan.

Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah akan meningkatkan

kebutuhan penerimaan dana untuk membiayai pembangunan tersebut. Dana ini

diambil dari penerimaan yang kuat, dimana sumber pembiayaan diusahakan tetap

bertumpu pada penerimaan dalam negeri, sedangkan penerimaan dari sumber-

sumber luar negeri hanya digunakan sebagai pelengkap. Salah satu sumber

penerimaan negara adalah pajak. Pajak merupakan sumber untuk meningkatkan

pendapatan untuk membiayai pengeluaran pemerintah atas barang dan jasa.

Page 22: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

2

Tidak ketinggalan, dalam menunjang keberhasilan pembangunan,

kemandirian pembangunan sangat diperlukan baik ditingkat pusat maupun daerah.

Hal ini sangatlah penting karena keberhasilan penyelenggaraan pemerintah

propinsi maupun kabupaten/kota merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pemerintah pusat dengan kebijaksanaannya. Pemerintah pusat menetapkan

kebijakan-kebijakan tentang keuangan daerah agar pemerintah daerah mampu

membiayai pembangunan daerahnya sesuai dengan prinsip daerah otonomi yang

telah ada.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, yang selanjutnya telah diganti dengan Undang-

Undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 merupakan landasan bagi daerah untuk

membangun daerahnya secara mandiri dengan lebih mengandalkan kemampuan

dan potensi yang dimiliki daerah. Dengan diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah antara pusat

dan daerah yang dapat dijadikan dasar berpijak bagi kegiatan pembangunan yang

mencerminkan rencana-rencana investasi yang memerlukan biaya didalam

pelaksanaannya. Substansi dari undang-undang diatas adalah adanya pembagian

kekuasaan (political sharing) dan pembagian keuangan (financial sharing) antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Basri dan Hamidi, 2010:2). Dalam

menjalankan kewenangan tersebut diatas pemerintah daerah mendapatkan dana

dari pemerintah pusat yakni Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus (DAK) serta sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

Page 23: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

3

Pendapatan Daerah sah lainnya. Implikasinya adalah bagi daerah kabupaten dan

kota, untuk tidak hanya terfokus pada dana perimbangan keuangan, namun lebih

kepada penggalian dan mengembangkan potensi ekonomi daerahnya sehingga

sumber dana pembangunan bagi daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli

daerah dapat lebih dioptimalkan serta menjadi kontributor dana pembangunan

daerah kedepan.

Dalam upaya merealisasikan tujuan pembangunan daerah, diperlukan

sumber-sumber pembiayaan yang memadai (Darmono, 2010:84). Untuk mencapai

itu, pemerintah pusat mengeluarkan kebijaksanaan dibidang penerimaan daerah

yang berorientasi pada peningkatan kemampuan daerah untuk membiayai urusan

rumah tangganya sendiri dan diprioritaskan pada penggalian dana mobilisasi

sumber-sumber daerah. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

Dan Pemerintahan Daerah adalah:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari:

a. Hasil pajak daerah.

b. Hasil retribusi daerah.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. Lain-lain Pendapatan asli daerah yang sah.

2. Dana perimbangan.

3. Lain-lain pendapatan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebenarnya merupakan sumber

penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan di suatu

Page 24: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

4

daerah otonom. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi daerah

sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang

ditetapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang terkait dengan

penerimaan kedua komponen tersebut (Riduansyah, 2003:49). PAD diharapkan

dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan

pembangunan di daerah, oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat

mengupayakan peningkatan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Dengan

demikian akan memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan

untuk berbagai kegiatan pembangunan yang bersifat mandiri. Akan tetapi di

beberapa daerah kontribusi PAD terhadap pendapatan dan belanja daerah masih

kecil. Selama ini dominasi sumbangan pemerintah pusat kepada daerah-daerah

tersebut masih besar, maka untuk mengurangi ketergantungan kepada pemerintah

pusat, pemerintah daerah perlu berusaha meningkatkan PAD yang salah satunya

dengan penggalian potensi daerah.

Kabupaten Tangerang sebagai bagian dari Propinsi Banten, salah satu

Daerah yang mempunyai Daerah Pemekaran atau disebut juga dengan Daerah

Otonom Baru (DOB) yaitu Kota Tangerang Selatan, maka DOB baru tersebut

juga akan berusaha untuk meningkatkan pembangunan daerahnya selepas dari

induknya yaitu Kabupaten Tangerang. Sejak disahkan oleh Menteri Dalam Negeri

sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) pada 29 Oktober 2008, dan diperkuat

dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 pada tanggal 29

September 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan Selatan, maka

Kabupaten Tangerang selaku induk dari Kota Tangerang Selatan melimpahkan

Page 25: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

5

semua semua hal yang berkaitan/bersumber dari Pendapatan Daerah khususnya

yang ada wilayah Kota Tangerang Selatan.

Sebagai salah satu daerah otonom yang baru, Kota Tangerang Selatan

tentunya dalam menyelenggarakan pembangunan daerah juga memerlukan

sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Dana pembangunan tersebut

diusahakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah dan bersumber dari penerimaan

pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan itu sendiri. Sumber pembiayaan

kebutuhan pemerintah yang mana biasa dikenal dengan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) berasal dari pengolahan sumber daya yang dimiliki daerah di samping

penerimaan dari pemerintah propinsi, pemerintah pusat serta penerimaan daerah

lainnya. Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah diharapkan

untuk dapat lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk

memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya

melalui Pendapatan Asli Daerah (Hakki, 2008:1).

Dengan adanya daerah otonom yang baru di wilayah Kabupaten

Tangerang, mau tidak mau maka pendapatan dari Kabupaten Tangerang yang

sebelumnya berada di Wilayah Kota Tangerang Selatan harus diserahkan kepada

pemerintah baru yang ada Kota Tangerang Selatan untuk dikelola pemerintah baru

tersebut. Hal ini tentu akan berdampak kepada penerimaan pendapatan yang

diperoleh oleh Kabupaten Tangerang.

Pendapatan suatu daerah termasuk Kabupaten Tangerang terangkum

dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu komponen Pendapatan Asli

Daerah (PAD) ini adalah pajak daerah. Pajak Daerah inilah yang bisa

Page 26: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

6

dioptimalkan oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pendapatan asli

daerahnya. Jenis-jenis pajak Kabupaten/Kota menurut Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah adalah:

1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran

3. Pajak Hiburan

4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Pajak Parkir

7. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

8. Pajak Air Tanah

9. Pajak Sarang Burung Walet

10. PBB Pedesaan & Perkotaan

11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya pajak merupakan iuran wajib

rakyat kepada negara. Berdasarkan pada perkembangan realisasi pajak sebenarnya

pemerintah kabupaten/kota dapat meningkatkan target penerimaan pajaknya, hal

ini dapat dikatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota tidak mengetahui potensi

yang dimiliki oleh daerahnya tersebut. Kemampuan keuangan daerah di dalam

membiayai kegiatan pembangunan di daerah merupakan pencerminan dari

pelaksanaan otonomi di daerah. Desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat ke

pemerintah daerah ini dipandang sebagai bagian dari paket reformasi untuk

meningkatkan efisiensi di sektor publik, untuk meningkatkan persaingan antar

Page 27: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

7

pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik (Davoodi dan Heng-fu,

1998:224)

Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam

pemberian otonomi daerah adalah terwujudnya otonomi daerah yang nyata,

dinamis dan bertanggung jawab. Otonomi yang nyata mengandung arti bahwa

pemberian otonomi kepada daerah adalah didasarkan pada faktor-faktor,

perhitungan dan tindakan-tindakan atau kebijakan yang benar-benar menjamin

daerah bersangkutan untuk mengelola rumah tangga di daerahnya.

Beberapa penelitian tentang analisis perbandingan penerimaan pajak

terhadap pendapatan asli daerah sebelum dan sesudah otonomi daerah telah

dilakukan. Penelitian Riduansyah (2000) dengan judul ”Kontribusi Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi

Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor)” hasilnya kontribusi

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan penerimaan

Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan kemampuannya

untuk melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik. Penelitain lain dilakukan

oleh Darmono (2010) dengan judul “Analisis Dana Bagi Hasil Pajak Sebelum

Dan Sesudah Otonomi Daerah Di Kabupaten Berau” dengan hasil otonomi daerah

memberikan pengaruh bagi penerimaan Daerah Kabupaten Berau pada pos

penerimaan dana bagi hasil pajak. Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Basri

dan Hamidi (2010) dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran

Kabupaten Bengkalis Pasca Otonomi Daerah” dengan hasil masih rendahnya

Page 28: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

8

realisasi penerimaan pajak restoran dan rumah makan dibandingkan potensinya

setelah adanya otonomi daerah di Kabupaten Bengkalis. Penelitian lain juga telah

dilakukan oleh Hakki (2008) dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Dan

Retribusi Daerah Sebelum Dan Pada Masa Otonomi Daerah Di Kota Bogor”,

penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kebijakan otonomi daerah tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi

daerah di Kota Bogor pada periode tahun 2001-2005.

Berdasarkan temuan dari penelitian-penelitian diatas, peneliti tertarik

untuk meneliti ulang. Adapun yang menjadi perbedaan dari penelitian sebelumnya

adalah:

1. Periode penelitian

Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2000, 2008, dan 2010 sedangkan

penelitian ini dilakukan pada tahun 2013.

2. Tempat penelitian

Penelitian sebelumnya melakukan riset diberbagai daerah kabupaten/kota yang

berbeda sedangkan pada penelitian ini mengambil tempat di Kabupaten

Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

3. Variabel yang digunakan

Penelitian sebelumnya meenggunakan pajak daerah, retribusi daerah, dana

bagi hasil pajak, pajak hotel, dan pajak restoran sebagai variabelnya.

Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pajak reklame dan pajak

penerangan jalan serta pendapatan asli daerah sebagai variabelnya.

Page 29: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

9

Berdasarkan penjelasan hal tersebut di atas maka penulis ingin mengetahui

sebenarnya “Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak Reklame Dan Pajak

Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sebelum Dan Sesudah

Pemekaran Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Tangerang”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas pajak reklame di Kabupaten Tangerang sebelum dan

sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah?

2. Bagaimana kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah?

3. Bagaimana efektivitas pajak penerangan Jalan di Kabupaten Tangerang

sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah?

4. Bagaimana kontribusi pajak penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran

Daerah?

5. Apakah terdapat perbedaan penerimaan pajak reklame terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya

Pemekaran Daerah?

6. Apakah terdapat perbedaan penerimaan pajak penerangan Jalan terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah

dilakukannya Pemekaran Daerah?

Page 30: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

10

7. Apakah terdapat perbedaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang

sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis efektivitas pajak reklame di Kabupaten Tangerang

sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah.

2. Untuk menganalisis kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran

Daerah.

3. Untuk menganalisis efektivitas pajak penerangan jalan di Kabupaten

Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah.

4. Untuk menganalisis kontribusi pajak penerangan jalan terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya

Pemekaran Daerah

5. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan pajak reklame terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah

dilakukannya Pemekaran Daerah.

6. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan pajak penerangan Jalan terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah

dilakukannya Pemekaran Daerah.

7. Untuk menganalisis perbedaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah.

Page 31: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

11

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi penulis, namun juga

bagi Pemerintah Daerah dan peneliti lainnya. Manfaat yang diperoleh dari

penelitian ini adalah:

1. Bagi Akademik

Dapat menambah kepustakaan dan dapat memberikan masukan di

bidang perpajakan, khususnya mengenai penerimaan pajak reklame dan

pajak penerangan jalan sebagai salah satu sumber pajak daerah yang

pemungutanya merupakan hak kewenangan daerah terhadap peningkatan

Pendapatan Asli Daerah.

2. Bagi Instansi atau Pemerintah

Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam

mengambil kebijakan dalam usahanya untuk meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) guna membiayai pembangunan daerah khususnya

penerimaan yang berasal dari pajak daerah. Diharapkan sebagai bahan dan

informasi bagi peneliti selanjutnya terhadap masalah dan tempat yang

sama dengan kajian yang lebih mendalam untuk meningkatkan

penerimaan pajak.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk mencapai

studi program strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, serta untuk

memperluas dan memperdalam pengetahuan penulis.

Page 32: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Otonomi Daerah dan Desentralisasi

Dasar pelaksanaan otonomi daerah Indonesia adalah pasal 18

Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi sebagai berikut: pembagian

daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan

pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang dengan memandang

dan mengingat dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara

dan hak-hak urus daerah yang bersifat istimewa.

Dalam penjelasan pasal tersebut dirumuskan: Daerah Indonesia akan

dibagi dalam daerah propinsi dan propinsi akan dibagi pula dalam daerah

yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat daerah

administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan

dengan Undang-undang.

Secara etimologis kata otonomi berasal dari bahasa Latin, “Autos”

yang berarti “sendiri” dan “Nomos” aturan. Muslimin mengatakan otonomi

itu termasuk salah satu sari azas-azas pemerintahan negara, dimana

pemerintah suatu negara dalam pelaksanaan kepentingan umum untuk

mencapai tujuan. Disamping itu, Syafruddin mengemukakan bahwa

otonomi mempunyai makna kebebasan atas kemandirian tetapi bukan

Page 33: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

13

kemerdekaan. Kemerdekaan terbatas atau kemandirian itu adalah wujud

pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.

Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk

penyelenggaraan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang

luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama

serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan

pemerintah. Selain itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan

yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan,

penggerakan dan evaluasi.

Jadi otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas

meliputi kewenangan lintas kabupaten dan kota, dan kewenangan dibidang

pemerintahan lainnya. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah

berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan

aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan

keanekaragaman.

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas dan

bertanggung jawab.

c. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah

kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan

otonomi yang terbatas.

Page 34: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

14

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara

sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah,

serta antar daerah.

e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian

daerah otonomi dan karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota

tidak ada lagi wilayah administratif.

f. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibangun oleh

pemerintah atau pihak lain, seperti badan otorita, kawasan industri,

kawasan perumahan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan,

kawasan perkotaan baru, kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku

ketentuan daerah otonomi.

g. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan

fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi

pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

h. Pelaksanaan asas desentralisasi diletakkan pada daerah propinsi dalam

kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan

kewenangan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan

pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil

pemerintah.

i. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari

pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah

kepada desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana,

Page 35: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

15

serta sumberdaya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan

dan pertanggungjawaban kepada yang menugaskan.

Agar pelaksanaan tugas otonomi dapat berjalan dengan baik perlu

memperhatikan: sumber pendapatan daerah, teknologi, struktur organisasi

pemerintah daerah, dukungan hukum, perilaku masyarakat, faktor

kemimpinan. Disamping itu hal-hal yang mempengaruhi pengembangan

otonomi daerah menurut Kaho sebagai berikut:

a. Faktor manusia pelaksana yang baik

b. Faktor keuangan daerah yang cukup dan baik

c. Faktor peralatan yang cukup dan baik

d. Faktor organisasi dan manajemen yang baik

Menurut Undang-Undang dan beberapa pendapat para ahli tentang

Otonomi Daerah:

a. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 1 ayat 5. “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.” (Undang-undang Otonomi Daerah

2004:4).

b. Menurut kamus Webster’s Third New International Dictionary.

Kata autonomy berasal dari bahasa Yunani (Greek), yakni dari kata

autonomia, yang artinya: The quality or state being independent, free,

and self directing. Atau The degree of self determination or political

Page 36: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

16

control possed by a minority group, territorial division or political unit

in its relations to the state or political community of which it forms a

part and extending from local to full independence. (Saragih, 2003:9

dan 40).

c. Menurut Encyclopedia of Social Science.

Dalam pengertiannya yang orisinil, otonomi adalah The legal self

suffiency of social body and its actual independence (Yani, 2002:5).

d. Menurut Black’s Law Dictionary.

Definisikan autonomy adalah The political independence of a nation,

the right (and condition) of power of self government. The negation of a

state of political influence from without or from foreign powers

(Ibid:2000:5).

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 1 butir 7, menyebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan

wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sitem Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini berarti pengelolaan daerah

lebih dititik beratkan kepada kabupaten/kota. Mengenai sistem hubungan

pusat dan daerah, berdasarkan undang-undang yang berlaku dapat

dirangkum dalam tiga prinsip, yaitu:

1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dalam sistem NKRI.

Page 37: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

17

2. Dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada

gubernur sebagai wakil pemerintah.

3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah

dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan

mempertanggung-jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

Prinsip pemberian otonomi kepada pemerintah daerah pada

dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah. Pada masa sekarang ini titik berat ekonomi daerah

diberikan kepada daerah tingkat II yaitu pemerintah kabupaten/kota. Hal ini

erat kaitannya dengan fungsi utama pemerintah daerah sebagai penyedia

pelayanan kepada masyarakat dan pelaksana pembangunan disamping

sebagai pembina kestabilan politik, sosial, ekonomi dan kesatuan bangsa.

Dengan adanya desentralisasi daerah, pemerintah daerah mempunyai

beberapa keuntungan, antara lain:

1. Dengan adanya desentralisasi, pemerintah daerah dapat lebih

mengetahui keinginan masyarakatnya.

2. Dengan desentralisasi diharapkan pembuatan keputusan dapat lebih

efektif.

3. Daerah akan dapat melakukan pendekatan dengan cara yang berbeda-

beda dalam menggali potensi di daerahnya masing-masing.

Dalam melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip money should

follow function merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan dan

dilaksanakan. Prinsip tersebut berarti setiap penyerahan atau pelimpahan

Page 38: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

18

wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang

diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut (Saragih, 2003:83).

Kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan derivatif

dari kebijakan otonomi daerah. Artinya, semakin banyak wewenang yang

dilimpahkan, maka kecenderungan semakin besar biaya yang dibutuhkan

oleh daerah

2. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2009:1) adalah:

“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”

Soemahamidjaja dalam bukunya Santoso (2003:34) dalam

desertasinya yang berjudul pajak berdasarkan asas gotong royong, Pajak

adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh

penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya

produksi barang-barang jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan

umum.

Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2007:

“Kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang

melekat pada pajak adalah:

Page 39: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

19

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya

yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, maka akan digunakan

untuk membiayai public investment.

3. Pengklasifikasian Pajak

Mardiasmo (2009:5) menulis, ”Pajak dapat dikelompokkan tiga

kelompok besar menurut golongan, sifat, dan lembaga pemungutnya”.

Berikut ini adalah pengelompokkannya:

a. Menurut Golongan

Menurut golongan pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu pajak

langsung dan pajak tidak langsung.

1) Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung

sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan atau

dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi

beban sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan.

Contoh: pajak penghasilan (PPh), Pajak Bumi Dan Bangunan

(PBB)

Page 40: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

20

2) Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa,

perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misal terjadi

penyerahan barang atau jasa.

Contoh: pajak pertambahan nilai (PPN)

b. Menurut Sifat

Menurut sifatnya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

pajak subjektif dan pajak objektif.

1) Pajak subjektif pajak yang pengenaannya memperhatikan pada

keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang

memperhatikan keadaan subjeknya.

Contoh: pajak penghasilan (PPh)

2) Pajak obyektif pajak yang pengenaannya memperhatikan pada

objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa

yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak)

maupun tempat tinggal

Contoh: pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas

barang mewah (PPnBM)

c. Menurut Lembaga Pemungut

Menurut lembaga pemungutnya, pajak dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu:

Page 41: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

21

1) Pajak Negara atau Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

negara.

Contoh: Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)

2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Contoh: Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Kendaraan

Bermotor

4. Fungsi Pajak

Pembangunan yang ada selama ini tidak terlepas dari peran serta

masyarakat dalam membayar pajak, karena hasil dari penerimaan pajak

tersebut digunakan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan bagi

kesejahteraan rakyat. Dengan demikian pajak mempunyai beberapa fungsi,

menurut Mardiasmo (2009:1), fungsi pajak antara lain:

a. Fungsi Penerimaan (Budgetar)

Dalam fungsinya sebagai penerimaan, pajak dipergunakan

sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan

pemerintah, terutama kegiatan- kegiatan rutin.

b. Fungsi Mengatur (Regular)

Pajak berfungsi sebagai alat pengatur untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan perekonomian guna

Page 42: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

22

menujupertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, mengadakan distribusi

pendapatan serta stabilitas ekonomi.

4. Pajak Daerah

a. Definisi Pajak Daerah

Menurut Pasal 1 ayat 6 undang-undang Nomor 34 Tahun 2004

tentang perubahan atas undang-undang No.18 Tahun 1997 tentang

Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah yang mengatakan Pajak

Daerah sebagai berikut.

“Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah”.

Pajak daerah sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah

diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan

memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah

mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri. Meskipun beberapa jenis pajak daerah sudah

ditetapkan dalam undang-undang Nomor 34 tahun 2004, daerah

kabupaten/kota diberi peluang dalam mengali potensi sumber-sumber

keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah

ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan

sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Page 43: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

23

b. Jenis Pajak Daerah

Jenis pajak propinsi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah antara lain:

1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air.

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraaan di atas Air.

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraaan Bermotor.

4) Pajak Air Permukaan.

5) Pajak Rokok.

Kabupaten/kota memungut pajak berdasarkan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

antara lain:

1) Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh

hotel.

2) Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran.

3) Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan,

sedangkan yang dimaksud dengan hiburan adalah semua jenis

tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang

dinikmati dengan dipungut bayaran.

4) Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame,

sedangkan yang dimaksud dengan reklame reklame adalah

benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak

ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,

menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian

Page 44: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

24

umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat

dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh

umum.

5) Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga

listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah derah tersebut tersedia

penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah

Daerah.

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari

sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk

dimanfaatkan. Sedangkan yang dimaksud dengan Mineral Bukan

Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan

sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan

di bidang mineral dan batubara.

7) Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir

di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan

pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

Sedangkan yang dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak

bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara

8) Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau

pemanfaatan air tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan Air

Page 45: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

25

Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau

batuan di bawah permukaan tanah.

9) Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan

pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

Sedangkan yang dimaksud dengan Burung Walet adalah satwa

yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga,

collocalia maxina, collocalia esculanta, dancollocalia linchi.

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah

pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,

dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali

kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan. Sedangkan yang dimaksud dengan

Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan

perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan

adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara

tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas

perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa

hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah

dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan.

Page 46: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

26

c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah

Adapun bagian dari subjek pajak dan wajib pajak daerah adalah:

1) Subjek kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah

orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai

kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. Wajib pajaknya

adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan

bermotor dan kendaraan di atas air. Subjek pajak bea balik nama

kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah orang

pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan

bermotor dan kendaraan di atas air. Wajib pajaknya adalah orang

pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan

bermotor dan kendaraan di atasair.

2) Subjek pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah konsumen

bahan bakar kendaraan bermotor. Wajib pajaknya adalah orang

pribadi atau badan yang menggunakan kendaraan bermotor.

3) Subjek pajak air permukaan adalah orang pribadi atau badan

yang dapat melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air

permukaan. Wajib pajak air permukaan adalah orang pribadi

atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan

air permukaan.

4) Subjek pajak rokok adalah konsumen rokok. Wajib pajak rokok

adalah pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok

Page 47: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

27

yang memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang

Kena Cukai.

5) Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang

melakukan pembayaran kepada hotel. Wajib pajaknya adalah

pengusaha hotel.

6) Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang

melakukan pembayaran kepada restoran. Wajib pajaknya adalah

pengusaha restoran.

7) Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang

menonton dan/atau menikmati hiburan. Wajib pajaknya adalah

orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.

8) Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Wajib

pajaknya adalah orang pribadi.

9) Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan

yang menggunakan tenaga listrik. Wajib pajaknya adalah orang

pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau

pengguna tenaga listrik.

10) Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang

melakukan pembayaran atas tempat parkir. Wajib pajaknya

adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat

parkir

Page 48: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

28

11) Subjek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah orang

pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan

logam dan batuan. Wajib pajak mineral bukan logam dan

batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil

mineral bukan logam dan batuan.

12) Subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang

melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Wajib

pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang

melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

13) Subjek pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau

badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan

sarang burung walet. Wajib pajak sarang burung walet adalah

orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan

dan/atau mengusahakan sarang burung walet.

14) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh

manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau

memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau

badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi

dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki,

menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Page 49: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

29

15) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas

tanah dan/atau bangunan. Wajib pajak bea perolehan hak atas

tanah dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang

memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan.

d. Objek Pajak Daerah

1) Objek pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah

kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor dan

kendaraan di atas air.

2) Objek pajak bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di

atas air adalah penyerahaan kendaraan bermotor dan kendaraan di

atas air.

3) Objek pajak bahan kendaraan bermotor adalah bahan bakar

kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan

untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan

untuk kendaraan di atas air.

4) Objek Pajak Air Permukaan adalah pengambilan dan/atau

pemanfaatan Air Permukaan.

5) Objek Pajak Rokok adalah konsumsi rokok. Rokok sebagaimana

yang dimaksud meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun.

6) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel

dengan pembayaran termasuk:

Page 50: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

30

a) Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.

b) Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan

atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan

kemudahan dan kenyamanan.

c) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di

hotel.

6) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran

dengan pembayaran.

7) Objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan

dipungut bayaran.

8) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.

9) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik,

di wilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang

rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

10) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di

luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk

penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

11) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah

kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan

yang meliputi: asbes; batu tulis; batu setengah permata; batu

kapur; batu apung; batu permata; bentonit; dolomit; feldspar;

garam batu (halite); grafit; granit/andesit; gips; kalsit; kaolin;

Page 51: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

31

leusit; magnesit; mika; marmer; nitrat; opsidien; oker; pasir dan

kerikil; pasir kuarsa; perlit; phospat; talk; tanah serap (fullers

earth); tanah diatome; tanah liat; tawas (alum); tras; yarosif;

zeolit; basal; trakkit; dan Mineral Bukan Logam dan Batuan

lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau

pemanfaatan Air Tanah. Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah

adalah:

a. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untuk

keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan

perikanan rakyat, serta peribadatan;

b. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnya yang

diatur dengan Peraturan Daerah.

13) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan

dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.

14) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah

Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan

yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,

dan pertambangan.

15) Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah

Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Page 52: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

32

e. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Daerah

1) Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dihitung sebagai

perkalian dari 2 (dua) unsur pokok, yaitu:

a) Nilai Jual Kendaraan Bermotor

b) Bobot yang mencerminkan secara relative kadar kerusakan

jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan

kendaraan bermotor.

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan sebesar 1,5%

untuk kendaraan bermotor bukan umum, 1% untuk kendaraan

bermotor umum, dan 0,5% untuk kendaraan bermotor alat-alat

berat dan besar.

2) Dasar pengenaan Pajak Kendaraan di Atas Air dihitung

berdasarkan nilai jual kendaraan di atas air. Tarif ditetapkan

sebesar 1,5%.

3) Dasar pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan

Kendaraan di Atas Air adalah nilai jual kendaraan bermotor.

Tarifnya ditetapkan sebagai berikut:

a) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan

pertama 10% untuk kendaraan bermotor bukan umum, 10%

untuk kendaraan bermotor umum, dan 3% untuk kendaraan

bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.

b) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan

kedua dan selanjutnya: 1% untuk kendaraan bermotor bukan

Page 53: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

33

umum, 1% untuk kendaraan bermotor umum, dan 0,3% untuk

kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.

c) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan

karena warisan: 0,1% untuk kendaraan bermotor bukan

umum, 1% untuk kendaraan bermotor umum, dan 0,3% untuk

kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.

Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas

penyerahan pertama ditetapkan 5% untuk penyerahan kedua dan

selanjutnya sebesar 1%, dan untuk penyerahan karena warisan

ditetapkan sebesar 0,1%.

4) Dasar Pengenaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah

nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor. Tarifnya ditetapkan

sebesar 5%.

5) Dasar pengenaan Pajak Air Permukaan adalah Nilai Perolehan

Air Permukaan. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling

tinggi sebesar 10%.

6) Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan

oleh Pemerintah terhadap rokok.Tarif Pajak Rokok ditetapkan

sebesar 10% dari cukai rokok.

7) Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang

dilakukan kepada hotel. Tarifnya ditetapkan paling tinggi 10%.

8) Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang

dilakukan kepada restoran. Tarifnya ditetapkan paling tinggi 10%.

Page 54: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

34

9) Dasar Pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah pembayaran atau

yang seharusnya dibayar untuk menonton dan/atau menikmati

hiburan. Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 35%.

10) Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa reklame.

Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.

11) Dasar Pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah nilai jual tenaga

listrik. Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.

12) Dasar Pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau

yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir. Tarifnya

ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.

13) Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah

Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan.

Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan

paling tinggi sebesar 25%.

14) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air

Tanah. Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.

15) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai

Jual Sarang Burung Walet. Tarif Pajak Sarang Burung Walet

ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.

16) Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan adalah NJOP. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3.

Page 55: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

35

17) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak. Tarif Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling

tinggi sebesar 5%.

f. Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan

1. Pajak Reklame

a. Pengertian Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame,

sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat,

perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak

ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk

memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang,

jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada

suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat

dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum

kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.

b. Sangsi atas Pelanggaran Pajak Reklame

Sangsi yang dikenakan pada wajib pajak berupa denda

atau pidana bila kewajiban perpajakannya tidak ditaati

sepenuhnya. Sangsi tersebut berupa:

1. Pencabutan izin pemasangan reklame

Page 56: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

36

2. Dikenakan denda sebesar 25% apabila angsuran yang

dibayar tidak tepat waktu.

3. Selain pidana dikenakan juga hukuman kurungan selama-

lamanya tiga bulan.

c. Macam-macam Bentuk Reklame

Dalam Peraturan Daerah No.10 Tahun 1998 tentang

Pajak Reklame disebutkan macam-macam bentuk reklame

adalah:

1. Reklame billboard adalah papan iklan yang ditempatkan di

ruang luar (ruang terbuka) yang terbuat dari

papan/kayu/besi/seng/bahan lain yang dipasang dengan

tiang.

2. Reklame megatron adalah papan iklan yang ditempatkan

di ruang luar (ruang terbuka) yang terbuat dari

papan/besi/seng/bahan lain yang dipasang dengan tiang

dan ditambah peralatan mekanik elektronik sehingga

menampilkan gambar atau pesan yang bervariasi.

3. Reklame kain dan sejenisnya adalah reklame yang dibuat

dari kain atau bahan yang dipersamakan dengan kain.

Yang termasuk reklame kain antara lain spanduk, banner,

umbul-umbul, rontek yang mengandung pesan.

Page 57: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

37

4. Reklame neonbox adalah papan reklame iklan yang

ditempatkan di ruang luar (ruang terbuka) atau di dalam

ruangan yang terbuat dari box yang bersinar.

5. Reklame selebaran dan sejenisnya adalah reklame yang

terbuat dari kertas, plastik, atau bahan yang

sejenis/dipersamakan dalam bentuk selebaran.

6. Reklame berjalan adalah reklame yang ditulis atau

ditempatkan (dipasang) pada kendaraan antara lain roda

dua, tiga, empat atau kendaraan lain yang dipersamakan.

7. Reklame udara adalah reklame yang melayang di udara

antara lain balon.

8. Reklame suara adalah reklame dengan kata-kata yang

diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan oleh

perantaraan alat.

9. Reklame film/slide adalah reklame yang menggunakan

klise berupa kaca film atau bahan-bahan lain yang

diproyeksikan pada layar putih atau benda lain.

10. Reklame peragaan adalah sejenis reklame yang dalam

bentuk peragaan atau demonstrasi dari suatu hasil produksi

barang yang diadakan khusus untuk tujuan promosi.

11. Reklame dengan cahaya adalah reklame yang berbentuk

tulisan dan atau gambar yang terdiri dari atau dibentuk dari

cahaya pijar atau alat lain yang bersinar.

Page 58: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

38

12. Reklame tine plate adalah papan iklan yang ditempatkan di

ruang luar (ruang terbuka) yang terbuat dari plate/seng

atau bahan yang dipersamakan dipasang dengan tiang

ataupun menempel dalam bentuk yang sederhana

13. Reklame baliho adalah papan iklan yang ditempatkan di

ruang luar (ruang terbuka) yang terbuat dari papan atau

triplek atau bahan yang dipersamakan.

14. Reklame shopsign adalah papan reklame yang terbuat dari

kayu/besi/seng atau bahan lain yang dipersamakan yang

menempel/melekat pada bidang bangunan.

d. Subjek, Objek dan Wajib Pajak Reklame serta Tarif Pajak

Yang dimaksud dengan subjek Pajak Reklame adalah:

1. Orang dan atau badan hukum yang memasang reklame

dalam wilayah daerah pemungutan pajak.

2. Orang dan atau badan hukum yang ditunjuk untuk

dipungut pajak reklame atau sebagai wajib pajak

pengganti.

3. Pemegang izin pemasang iklan

Sedangkan yang menjadi objek pajak reklame adalah

reklame yang diijinkan untuk dipasang di wilayah daerah

pemungut pajak berdasarkan jenis-jenis pajak yang ditentukan.

Wajib pajaknya adalah orang pribadi dengan dasar pengenaan

Page 59: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

39

pajak reklame adalah nilai sewa reklame yang tarifnya

ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.

e. Dasar Perhitungan Pajak Reklame

Besarnya pajak ditetapkan berdasarkan:

1. Tarif yang berlaku

2. Jenis reklame

3. Luas reklame

4. Masa berlakunya reklamee. Lokasi pemasangan reklame

f. Pembebasan dan Pengecualian Pajak Reklame

Pengecualian dari pengenaan Pajak Reklame adalah:

1. Reklame yang diadakan dan dibuat oleh Pemerintah

2. Reklame yang semata-mata mengenai pemilikan dan atau

peruntukan tanah, dengan ketentuan luasnya tidak

melebihi ¼ m2 dan diselenggarakan di atas tanah tersebut.

3. Reklame yang semata-mata memuat nama dan atau

pekerjaan orang atau badan yang menempati tanah/

bangunan dimana reklame, tersebut diselenggarakan

dengan ketentuan luasnya tidak melebihi ¼ m2.

4. Reklame yang semata-mata memuat nama atau sebutan

dari pekerjaan atau perusahaan yang diselenggarakan

diatas tanah/bangunan dimana reklame tersebut luasnya

tidak melebihi ¼ m2.

Page 60: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

40

5. Reklame yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan

pada kendaraan milik perusahaan tersebut, yang semata-

mata memuat nama dan atau sebutan umum perusahaan

yang bersangkutan dengan luasnya tidak melebihi ¼ m2.

6. Reklame yang merupakan jenis reklame suara apabila

menurut pendapat Kepala Daerah penyelenggaraannya

termasuk golongan penjaja atau pengusaha kecil.

7. Reklame yang menurut pertimbangan dibuat untuk

maksud amal dan untuk kepentingan umum untuk jangka

waktu tertentu

g. Perijinan dalam Pemasangan Reklame

Pemasangan reklame harus mendapatkan ijin dari

Kepala Daerah yang dimohonkan secara tertulis melalui Dinas

Cipta Karya, dengan mengisi blangko permohonan yang

berisi: nama dan alamat pemohon; bentuk, ukuran dan jenis

reklame; perihal yang akan dikemukakan pada reklame;

jangka waktu pemasangan reklame; jumlah reklame yang

dipasang; tempat pemasangan reklame, Ijin Reklame berlaku

selama-lamanya 1 (satu) tahun.

h. Kewajiban, Larangan dan Pencabutan Ijin Reklame

Pemasangan reklame diwajibkan: memasang stiker

atau tanda yang diberikan oleh Dinas Cipta Karya dan

membubuhkan tulisan tentang nomor ijin reklame serta saat

Page 61: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

41

berlakunya pada reklame yang dipasang; mengupayakan dan

menjaga reklamenya agar tidak menganggu keindahan dan

ketertiban umum, keamanan, kesusilaan dan kesehatan.

Ijin reklame dapat dicabut apabila: pemegang ijin tidak

memenuhi kewajiban-kewajiban mengenai tempat

pemasangan reklame yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah

setelah pemegang ijin reklame atau kuasanya diberi

peringatan; pemasangan reklame mengubah bentuk reklame

yang dipasang sehingga perubahan tersebut tidak sesuai

dengan data pada permohonan ijin reklame yang diajukan;

reklame yang dipasang tidak sesuai dengan keindahan dan

ketertiban umum,keamanan, kesusilaan dan kesehatan.

2. Pajak Penerangan Jalan

a. Pengertian Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan

tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah

tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar

oleh pemerintah daerah.

b. Dasar Pengenaan Tarif

Dasar pengenaan tarif pajak penerangan jalan serta

subyek pajak penerangan jalan adalah:

1. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual tenaga listrik.

Page 62: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

42

2. Nilai jual tenaga listrik adalah dalam hal tenaga listrik

dari PLN dengan pembayar, nilai jual tenaga listrik

adalah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya

pemakaian kwh yang ditetapkan dalam rekening listrik.

Sedangkan dalam hal tenaga listrik bukan dari PLN

dengan tidak dipungut bayaran, nilai jual tenaga listrik

dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, penggunaan

tenaga listrik atau taksiran penggunaan listrik, dan harga

satuan listrik yang berlaku di wilayah daerah yang

bersangkutan.

3. Khusus untuk kegiatan industri, pertambangan minyak

bumi dan gas alam, nilai jual tenaga listrik ditetapkan

sebesar 30% (tiga puluh persen).

4. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN bukan

untuk industri sebesar 9% (sembilan persen).

5. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN untuk

tenaga industri sebesar 9% (sembilan persen).

6. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN

untuk industri sebesar 9% (sembilan persen).

7. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN

untuk industrisebesar 5% ( lima persen).

Page 63: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

43

c. Subjek, Wajib serta Tarif Pajak Penerangan Jalan

Subyek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi

atau badan yang menggunakan tenaga listrik yang menjadi

pungutan daerah atas penggunaan tersebut dan diatur sesuai

perundang-undangan. Wajib pajaknya adalah orang pribadi

atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau pengguna

tenaga listrik dengan dasar pengenaan pajak adalah nilai jual

tenaga listrik yang tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar

20%.

d. Objek Pajak Penerangan Jalan

Adalah penggunaan tenaga listrik di wilayah daerah

yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar

oleh Pemerintah Daerah, dikecualikan dari objek pajak

penerangan jalan yang dimaksud jika:

1. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah pusat

dan daerah, penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat

yang digunakan oleh kedutaan, konsulat perwakilan asing

dan lembaga-lembaga international dengan asas timbal

balik.

2. Penggunaan tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan

kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dan

instansi terkait.

Page 64: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

44

3. Penggunaan tenaga listrik lainya diatur dengan peraturan

daerah.

e. Sistem Pemungutan Pajak Penerangan Jalan

Pemungutan pajak penerangan jalan sesuai dengan

peraturan daerah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang

Selatan, menggunakan with holding system yaitu sistem

pengenaan pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pada

sumbernya, dan pejabat atau badan yang ditunjuk atas tugas

tersebut adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN).

5. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a. Defenisi Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 15,

pengertian Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut:

“Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai

penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan”.

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dari

sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh

pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah merupakan tulang

punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan

melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan

oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD, semakin besar kontribusi

Page 65: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

45

yang dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD

berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap

bantuan merupakan indikasi keuangan suatu pemerintah daerah.

Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-

sumber keuangan secara maksimal, namun tentu saja dalam koridor

perundang-ungangan yang berlaku khususnya untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan didaerahnya

melalui pendapatan asli daerah. Tuntutan peningkatan PAD semakin

besar seiring dengan semakin banyakanya kewenagan pemerintah yang

dilimpahkan kepada daerah itu sendiri.

b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah

Menurut Mardiasmo (2009:132), " pendapatan asli daerah adalah

penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, hasil perusahaan milik

daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah".

Menurut undang-undang No.33 tahun 2004 pasal 6, sumber-

sumber pendapatan asli daerah terdiri dari:

1) Pajak daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi

atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang

yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan yang digunakan untuk membiayai

Page 66: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

46

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah.

2) Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi

atau badan.

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan

merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci

menurut objek pendapatan yang mencakup:

a) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD.

b) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

Negara/BUMN.

c) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

swasta/kelompok.

4) Lain-lain pendapatan yang sah

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari

lain-lain milik pemerintah daerah. Rekening ini disediakan untuk

mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang disebut diatas.

Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan sebagai berikut:

Page 67: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

47

a) Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan.

b) Jasa giro.

c) Pendapatan bunga.

d) Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.

e) Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai

akibat dari penjualan, pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

f) Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap

mata uang asing.

g) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

h) Pendapatan denda pajak.

i) Pendapatan denda retribusi.

j) Pendapatan eksekusi atas jaminan.

k) Pendapatan dari pengembalian.

l) Fasilitas sosial dan umum.

m) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

n) Pendapatan dari anggaran/cicilan penjualan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil-hasil penelitian terdahulu adalah:

1. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riduansyah (2000) dengan

judul ”Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintah

Page 68: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

48

Daerah Kota Bogor)”. Penelitian ini menunjukkan bahwa Penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan yang

signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan di suatu daerah

otonom. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi daerah

sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi daerah

yang diterapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang

terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut. Kontribusi

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap perolehan PAD

Pemerintah Kota Bogor dalam kurun waktu Tahun Anggaran (TA)

1993/1994 – 2000 cukup signifikan dengan rata-rata kontribusi sebesar

27,78% per tahun. Kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah

terhadap total perolehan penerimaan Pemda Bogor tercermin dalam APBD-

nya, dikaitkan dengan kemampuannya untuk melaksanakan otonomi daerah

terlihat cukup baik. Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA

1993/1994 – 2000 rata-rata pertahunnya memberikan kontribusi sebesar

7,81% per tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 22,89%

pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang berasal dari komponen retribusi

daerah, pada kurun waktu yang sama, memberikan kontribusi rata-rata

pertahunnya sebesar 15,61% dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya

sebesar 5,08% per tahun. Untuk meningkatkan kontribusi penerimaan pajak

daerah dan retribusi daerah terhadap total penerimaan PAD dan sekaligus

memperbesar kontribusinya terhadap APBD Pemda Kota Bogor perlu

dilakukan beberapa langkah di antaranya perlu dilakukan peningkatan

Page 69: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

49

intensifikasi pemungutan jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah,

kemudian dilakukan ekstensifikasi dengan jalan memberlakukan jenis pajak

dan retribusi baru sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada.

2. Hasil penelitian sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan oleh

Darmono (2010) dengan judul “Analisis Dana Bagi Hasil Pajak Sebelum

Dan Sesudah Otonomi Daerah Di Kabupaten Berau”. Penelitian ini

menghasilkan kesimpulan bahwa otonomi daerah memberikan pengaruh

bagi penerimaan daerah Kabupaten Berau pada pos penerimaan dana bagi

hasil pajak, dimana penerimaan dana bagi hasil pajak semakin tinggi

setelah terjadi otonomi daerah dan diharapkan besarnya rentang

peningkatan dana bagi hasil pajak lebih besar dibandingkan dengan

keadaan yang ada saat ini. Oleh karena itu untuk meningkatkan penerimaan

dana bagi hasil pajak maka sebaiknya dilakukan ektensifikasi dan

intensifikasi sumber-sumber penerimaan yang dapat mempengaruhi

perolehan dana bagi hasil pajak tersebut, misalnya pencarian sumber-

sumber penerimaan baru yang selama ini belum tergali dan intensifkan

sumber penerimaan yang telah ada sehingga hasilnya lebih optimal, atau

melalui himbauan kepada masyarakat untuk selalu taat membayar

kewajibannya demi peningkatan penerimaan daerah karena akan dapat

digunakan demi kemajuan pembangunan daerah mereka.

3. Hasil penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Basri dan Hamidi (2010)

dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran Kabupaten

Bengkalis Pasca Otonomi Daerah”. Penelitian ini menunjukkan bahwa

Page 70: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

50

efektivitas pemungutan pajak hotel dan restoran untuk seluruh komponen

perlu ditingkatkan. Tahun 2008 diperkirakan hasil pungutan pajak untuk

dua komponen tersebut biasa mencapai 2,5 miliar. Masih rendahnya

realisasi penerimaan pajak restoran dan rumah makan dibandingkan

potensinya disebabkan pemungutan pajak tidak berdasarkan jumlah

makanan yang terjual, melainkan hanya berdasarkan perhitungan sesaat

atau perkiraan saja, karena juga disebabkan tidak adanya catatan dari beban

pajak. Pihak restoran dan rumah makan sangat jarang mencantumkan beban

pajak yang harus ditanggung konsumen, karena adanya kekhawatiran

kehilangan pelanggan, karena menyebabkan harga menjadi mahal.

4. Penelitian terdahulu selanjutnya yang dilakukan oleh Hakki (2008) dengan

judul “Analisis Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Sebelum Dan Pada

Masa Otonomi Daerah Di Kota Bogor”, hasilnya adalah dalam periode

anggaran 2001-2005 struktur sisi penerimaan APBD Kota Bogor lebih

didominasi oleh bagian dana perimbangan, padahal hal tersebut tidak

mencerminkan kemandirian suatu daerah dalam pembangunannya pada

masa otonomi daerah sekarang ini. Penerimaan pajak daerah di Kota Bogor

sangat dipengaruhi oleh variabel tingkat inflasi. Tingkat inflasi berbanding

terbalik terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bogor yang berarti apabila

tingkat inflasi mengalami peningkatan, maka penerimaan pajak daerah akan

menurun Hal ini dapat ditanggulangi dengan dengan cara membuat

kebijakan baru atau mengoptimalkan kebijakan yang telah ada untuk

mengimbangi tingkat inflasi yang sifatnya fluktuatif. Sehingga dapat

Page 71: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

51

disimpulkan bahwa kebijakan otonomi daerah tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi daerah di Kota

Bogor.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama dan

Judul Variabel

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Muhammad Riduansyah (2000) Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor)

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)(X1)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)(X2)

Otonomi Daerah (Y)

Analisis Deskriptif

memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif

Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA 1993/1994 – 2000 rata-rata pertahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81% per tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 22,89% pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang berasal dari komponen retribusi daerah, pada kurun waktu yang sama, memberikan kontribusi rata-rata pertahunnya sebesar 15,61% dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya sebesar 5,08% per tahun

Dio Hakki (2008) Analisis Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Sebelum Dan

Pajak Daerah (X1)

Retrebusi Daerah (X2)

Pendapatan Asli Daerah (Y)

peubah ganda (multivariate analysis)

Dalam periode anggaran 2001-2005 struktur sisi penerimaan APBD Kota Bogor lebih didominasi oleh bagian dana perimbangan. Penerimaan pajak daerah di Kota Bogor sangat dipengaruhi oleh variabel

Berlanjut ke halaman berikutnya

Page 72: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

52

Pada Masa Otonomi Daerah Di Kota Bogor

tingkat inflasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan otonomi daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi daerah di Kota Bogor.

Darmono (2010) Analisis Dana Bagi Hasil Pajak Sebelum Dan Sesudah Otonomi Daerah Di Kabupaten Berau

Dana Bagi Hasil Pajak (X)

Pendapatan Asli Daerah (Y)

Analisis uji beda dengan menggunakan uji t

Otonomi daerah memberikan pengaruh bagi penerimaan Daerah Kabupaten Berau pada pos penerimaan dana bagi hasil pajak, dimana penerimaan dana bagi hasil pajak semakin tinggi setelah terjadi otonomi daerah dan diharapkan besarnya rentang peningkatan dana bagi hasil pajak lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang ada saat ini

Syafril Basri Dan Wahyu Hamidi (2010) Analisis Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran Kabupaten Bengkalis Pasca Otonomi Daerah)

Pajak Hotel (X1)

Pajak Restoran (X2)

Pendapatan Asli Daerah (Y)

Metode survey Perpaduan

antara metode analisis kuantitatif dan kualitatif

Efektivitas pemungutan pajak hotel dan restoran untuk seluruh komponen perlu ditingkatkan. Masih rendahnya realisasi penerimaan pajak restoran dan rumah makan dibandingkan potensinya disebabkan pemungutan pajak tidak berdasarkan jumlah makanan yang terjual, melainkan hanya berdasarkan perhitungan sesaat atau perkiraan saja, karena juga disebabkan tidak adanya catatan dari beban pajak

Lanjutan

Page 73: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

53

C. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan langkah kerja pelaksanaan dimulainya

penelitian ini sampai dengan terselesaikannya suatu penelitian. Penelitian ini

menggunakan dua variabel independen yaitu pajak reklame dan pajak

penerangan jalan, serta satu variabel dependen yaitu PAD. Pemberlakuan

otonomi daerah yang dilandasi oleh UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan

kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah

tangga daerahnya termasuk pemberian kewenangan untuk memanfaatkan

sumber keuangan daerahnya sendiri. Oleh karena itu, pemerintah daerah

dituntut untuk meningkatkan penerimaan daerah dalam rangka untuk

membiayai jalannya roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

kemasyarakatan di daerahnya. Salah satu sumber penerimaan daerah yang

merefleksikan kualitas ekonomi daerah adalah PAD.

PAD merupakan penerimaan daerah dari berbagai komponen seperti

pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain PAD yang

sah. Potensi PAD dan komponen PAD dapat diketahui dengan menganalisis

kontribusi penerimaan PAD terhadap total penerimaan daerah dan kontribusi

komponen PAD terhadap penerimaan PAD yang dilakukan dengan analisis

secara deskriptif. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, tinjauan teoritis,

tinjauan penelitian terdahulu dan keterangan di atas maka dapat digambarkan

sebuah kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Page 74: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

54

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Sebelum Pemekaran

Sesudah Pemekaran

Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Y)

Pajak Penerangan jalan

(X2)

Pajak Rekalame

(X1)

Analisis Deskriptif

Uji Mann-Whitney (U Test)

Interpretasi

Kesimpulan dan Saran

Dinas Pendapatan Kabupaten Tangerang

Page 75: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

55

D. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2004 : 10) "hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian". Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban

sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis

data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan

penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan

sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian bahwa:

H1: Pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang berdampak menurunnya

efektifitas pajak reklame di Kabupaten Tangerang

H2: Pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang berdampak menurunnya

kontribusi rata-rata pendapatan pajak reklame terhadap PAD Kabupaten

Tangerang

H3: Pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang berdampak menurunnya

efektifitas pajak penerangan jalan di Kabupaten Tangerang

H4: Pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang berdampak menurunnya

kontribusi rata-rata pendapatan pajak penerangan jalan terhadap PAD

Kabupaten Tangerang

H5: Terdapat perbedaan yang signifikan penerimaan pajak reklame terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tangerang antara

sebelum dan sesudah Pemekaran daerah

H6: Terdapat perbedaan yang signifikan penerimaan Pajak Penerangan

Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten

Tangerang antara sebelum dan sesudah Pemekaran daerah

Page 76: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

56

H7: Terdapat perbedaan yang signifikan penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) di Kabupaten Tangerang antara sebelum dan sesudah

Pemekaran daerah

Page 77: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

57

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam melakukan studi penelitian yang berhubungan dengan judul

skripsi peneliti yang berhubungan dengan penerimaan Pajak Reklame dan

Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), peneliti memilih

kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)

yang berada di Kabupaten Tangerang beralamat Komplek Perkantoran Tiga

Raksa – Tangerang 15720. Riset dengan perencanaan dan jadwal penelitian

yang disesuaikan dengan kodisi lapangan.

B. Metode Menentukan Sampel

Menurut Kuncoro (2009:118) "Populasi adalah kelompok elemen yang

lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana

kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian". Populasi

dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi APBD dan Laporan Realisasi

Pajak Daerah Tahun 2006-2011 di daerah Kabupaten Tangerang, dimana pada

tahun-tahun tersebut Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan sudah

dikelompokkan secara terpisah dan menjadi bagian dari pajak daerah.

Menurut Kuncoro (2009:118) "Sampel adalah suatu himpunan bagian

(subset) dari unit populasi". Sampel dalam penelitian ini adalah Laporan

Realisasi APBD dan Laporan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2006-2011 di

Page 78: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

58

daerah Kabupaten Tangerang. Dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengambilan sampel non-probability sampling dengan cara acidental

sampling yaitu penulis menggunakan sampel yang dapat diakses dengan baik

dan diperoleh dengan lengkap.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Diskriptis Analitif

Yaitu metode yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya berdasarkan

apa yang tampak kemudian digunakan untuk memecahkan masalah dengan

cara mengumpulkan, menyusun, menganalisis dan menginterpretasikan

data sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

2. Metode Historis

Yaitu metode berdasarkan data historis yang ada pada organisasi yang

dilakukan dengan cara membaca arsip-arsip yang terdapat dalam organisasi

yang diteliti.

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau

sumber sekunder. Menurut Sugiyono (2004:129), sumber sekunder yang

secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pengertian

tersebut dapat dijelaskan bahwa data sekunder adalah data yang diperoleh dari

bahan-bahan yang tersedia di buku-buku, jurnal, majalah dan sumber lainnya

Page 79: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

59

yang secara tidak langsung berhubungan dengan penelitian. Jenis data yang

digunakan dalam penilitian ini adalah:

1. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema dan gambar. Jenis

data kualitatif ini ialah data sekunder yaitu data yang telah mengalami

proses pengolahan oleh sumbernya.

2. Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka atau data

kualitatif yang disajikan dalam bentuk angka. Data ini meunjukkan nilai

terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Sifat data ini adalah

rentet waktu yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan dalam suatu

periode tertentu.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk keperluan analisis data, maka penulis memerlukan sejumlah

data pendukung yang bersumber dari dalam maupun luar organisasi. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data yang berkaitan

dan menunjang penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya.

(Arikunto, 2000:106). Metode dokumentasi ini digunakan untuk

Page 80: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

60

mengumpulkan data tentang penerimaan pajak reklame dan

penerangan jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Tangerang.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung suatu objek yang akan diteliti

dalam waktu singkat dan bertujuan untuk mendapatkan gambaran

mengenai objek penelitian. Observasi dilakukan penulis dengan

mengamati bagaimana sistem pemungutan serta penerimaan Pajak

Reklame dan Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kabupaten Tangerang.

2. Penelitian Pustaka

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang

diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, internet dan perangkat lain yang

berkaitan dengan penelitian ini

F. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis

1. Efektivitas Pajak Daerah

Efektivitas adalah perbandingan atau rasio antara penerimaan

dengan target penerimaan yang telah ditetapkan setiap tahunnya

berdasarkan potensi yang sesungguhnya. Adapun rumus perhitungan

efektivitas menurut Halim (2001:164) adalah sebagai berikut:

Sumber: Halim (2001:164)

Realisasi Penerimaan

Target Penerimaan X 100 % Efektivitas Penerimaan =

Page 81: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

61

Dalam perhitungan efektivitas menurut Halim, apabila yang

dicapai minimal satu atau 100%, maka rasio efektivitas semakin baik,

artinya semakin efektif penerimaan tersebut. Demikian pula sebaliknya,

semakin kecil persentasenya, maka menunjukkan penerimaan tersebut

semakin tidak efektif. Untuk mengukur nilai efektivitas secara lebih rinci

digunakan kriteria berdasarkan Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun

1996 tentang pedoman kriteria efektivitas yang disusun dalam tabel

berikut ini:

Tabel 3.1 Interpretasi Kriteria Efektivitas

Presentase Kriteria

>100% Sangat Efektif

90% – 100% Efektif

80% - 90% Cukup Efektif

60% – 80% Kurang Efektif

< 60% Tidak Efektif

Sumber: Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006

Page 82: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

62

2. Kontribusi Penerimaan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli

Daerah.

Untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar suatu

Penerimaan pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka

digunakan rumus sebagai berikut:

Dalam perhitungan kontribusi menurut Halim, apabila yang dicapai

50%, maka rasio kontribusi semakin baik, artinya semakin baik kontribusi

penerimaan pajak tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil

persentasenya, maka menunjukkan penerimaan pajak tersebut semakin

kurang. Untuk mengukur rasio kontribusi secara lebih rinci digunakan

kriteria Tim Litbang Degdagri - Fisipol UGM tahun 1991 tentang

klasifikasi kriteria kontribusi yang disusun dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Interpretasi Kriteria Efektivitas

Persentase Kriteria

0,00%-10% Sangat Kurang

10,10%-20% Kurang

20,10%-30% Sedang

30,10%-40% Cukup baik

40,10%-50% Baik

Diatas 50% Sangat baik

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

Realisasi Penerimaan PAD

X 100 % Kontibusi Pajak Daerah Terhadap PAD =

Sumber: Halim (2001:164)

Sumber: Tim Litbang Degdagri-Fisipol UGM tahun 1991

Page 83: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

63

3. Laju Pertumbuhan

Laju petumbuhan suatu pendapatan daerah menunjukkan

kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan

pendapatan daerahnya. Laju pertumbuhan penerimaan daerah dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Gy = Laju Pertumbuhan Penerimaan Pertahun

Yt = Realisasi Penerimaan Tahun Tertentu

Y (t-1) = Realisasi Penerimaan Pada Tahun Sebelumnya

4. Statistik Non Parametrik

Pengujian hipotesis statistik non parametrik pada dasarnya sama

dengan pengujian hipotesis statistik parametrik. Asumsi yang digunakan

pada pengujian hipotesisi statistik non parametrik hanyalah bahwa

observasi-observasi independen dan variabel yang diteliti memiliki

kontinuitas. Asumsi bahwa variabel yang diteliti memiliki kontinuitas juga

diperlukan dalam uji parametrik, namun dalam uji non parametrik, asumsi

tersebut lebih longgar (Hasan, 2008:301 ).

Langkah-langkah pengujian hipotesis statistik non parametrik ialah

sebagai berikut:

a. Menentukan formulasi hipotesis.

Sumber: Halim (2001:155)

Yt –Y (t-1) X 100 Gy =

Y (t-1)

Page 84: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

64

b. Menentukan taraf nyata dan nilai tabel.

c. Menentukan kriterian pengujian.

d. Menentukan nilai uji statistik.

e. Membuat kesimpulan.

Sehubungan dengan penggunaan statistik non parametrik pada

skripsi ini dalam menentukan perbandingan angka tahun sebelum dan

sesudah otonomi, maka peneliti menggunakan uji MU Test (Mean Whitney

Test).

2. Uji Mann-Whitney (U Test)

Uji Mann Whitney merupakan alternatif bagi uji-t. Uji Mann

Whitney merupakan uji nonparametrik yang digunakan untuk

membandingkan dua mean populasi yang berasal dari populasi yang sama.

Uji Mann Whitney juga digunakan untuk menguji apakah dua mean

populasi sama atau tidak. Uji Mann-Whitney disebut juga pengujian U,

dikembangkan oleh H.B. Mann dan D.R. Whitney pada tahun 1947.

Langkah-langkah Pengujiannya ialah sebagai berikut:

a. Menentukan formulasi hipotesis

H0: dua sempel independen memiliki rata-rata yang sama (N1 = N2)

H1: dua sempel independen memiliki rata-rata yang berbeda.

b. Menentukan taraf nyata (α) dan nilai U tabel

Uα(n1)(n2) = …

Pengujiannya dapat berbentuk satu sisi atau dua sisi.

Page 85: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

65

c. Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima apabila U ≥ Uα(n1)(n2)

H0 ditolak apabila U < Uα(n1)(n2)

d. Menentukan nilai uji statistik

Nilai uji statistik ditentukan dengan tahap-tahap berikut.

1) Menggabungkan kedua sempel dan memberi urutan tiap-tiap

anggota, dimulai dari pengamatan terkecil sampai terbesar.

2) Menjumlahkan urutan masing-masing (R1 dan R2)

3) Menghitung statistik U dengan rumus:

Atau:

Nilai U yang diambil adalah nilai U yang terkecil. Untuk memeriksa

ketelitian perhitungan dipergunakan rumus:

e. Membuat kesimpulan

Menyimpulkan H0 diterima atau ditolak. H0 diterima bila test statistik

U ≥ nilai kritis dan H0 ditolak jika test statistik U < nilai kritis.

Uterkecil = n1.n2 - Uterbesar

U1 = n1n2 + n1(n1+1) – R1

2

U2 = n1n2 + n2(n2+1) – R2

2

Page 86: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

66

3. Analisis Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan

statistik deskriptif yaitu memberikan gambaran mengenai suatu data yang

dilihat dari range, mean, sum, dan standart deviation dari jumlah

penerimaan sebelum dan sesudah otonomi daerah. Jadi metode ini

digunakan untuk mengetahui kondisi atau keadaan dari perbedaan

penerimaan tersebut (Ghozali, 2009:19).

4. Uji SPSS menggunakan Mann Whitney Test Statisticsb

Pengujian SPSS menggunakan Mann Whitney Test Statisticsb.

Santoso (2009:425) untuk memperkuat hasil uji statistik U di awal secara

manual dengan menggunakan rumus. Adapun hipotesis dan pengambilan

keputusannya:

1. Hipotesis:

H0: Kedua populasi tidak berbeda atau sama

H1: Kedua populasi tidak identik atau berbeda

2. Pengambilan keputusan:

Dasar pengambilan keputusan:

Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Page 87: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

67

G. Defenisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah penjelasan dari variable-variabel

yang digunakan sebagai objek pengamatan dalam penelitian ini.

Operasionalisasi variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi

variabel yang dapat diukur. Sesuai dengan judul yang penulis ajukan “Analisis

Perbandingan Penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah

pada Kabupaten Tangerang”, maka variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian dan definisinya akan dijelaskan melalui tabel.

Tabel 3.3

Defenisi Operasional Variabel

Jenis Variabel

Nama Variabel

Definisi

Independen

(X1)

Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame, sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial,dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikansuatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah dengan objek pajak berupa semua penyelenggaraan reklame, subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Wajib pajaknya adalah orang pribadi dan dasarpengenaan pajaknya adalah nilai sewa reklameyang tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.

Berlanjut ke halaman berikutnya

Page 88: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

68

Independen

(X2)

Pajak Penerangan Jalan

Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah derah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Dengan objek pajak penggunaan tenaga listrik, di wilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah, subjek pajak orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau pengguna tenaga listrik dan dasar Pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah nilai jual tenaga listrik yang tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.

Dependen

(Y)

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang benar-benar diperoleh dan digali dari potensi pendapatan yang ada di suatu daerah.

Lanjutan

Page 89: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

69

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinjaun Umum Kabupaten Tangerang

1. Gambaran Umum Profil Daerah Kabupaten Tangerang

a. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Tangerang.

Merunut kepada legenda rakyat dapat disimpulkan bahwa cikal-

bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksa. Nama Tigaraksa itu

sendiri berarti Tiang Tiga atau Tilu Tanglu, sebuah pemberian nama

sebagai wujud penghormatan kepada tiga Tumenggung yang menjadi

tiga pimpinan ketika itu. Seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari

Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian Barat Sungai

Cisadane, saat ini diyakini berada di Kampung Gerendeng. Waktu itu,

tugu yang dibangun Pangeran Soegri dinamakan sebagai Tangerang,

yang dalam bahasa Sunda berarti tanda.

Prasasti yang tertera di tugu tersebut ditulis dalam huruf Arab

”gundul” berbahasa Jawa kuno yang berbunyi ”Bismillah paget Ingkang

Gusti/Diningsun juput parenah kala Sabtu/Ping Gangsal Sapar Tahun

Wau/Rengsena perang netek Nangaran/Bungas wetan Cipamugas kilen

Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang”. Sebutan ”Tangeran”

yang berarti ”tanda” itu lama-kelamaan berubah sebutan menjadi

Tangerang sebagaimana yang dikenal sekarang ini.

Page 90: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

70

Para bupati yang pernah memimpinan Kabupaten Tangerang di

era pemerintahan Belanda pada periode tahun 1682-1809

adalah Kyai Aria Soetadilaga I-VII. Setelah keturunan Aria Soetadilaga

dinilai tidak mampu lagi memerintah Kabupaten Tangerang, Belanda

menghapus pemerintahan ini dan memindahkannya ke Batavia.

Pada akhir 1943, jumlah kabupaten di Jawa Barat mengalami

perubahan, dari 18 menjadi 19 kabupaten. Hal ini disebabkan,

pemerintah Jepang telah mengubah status Tangerang dari kewedanaan

menjadi kabupaten. Perubahan status ini didasarkan pada dua hal:

pertama, Kota Jakarta ditetapkan sebagai Tokubetsusi (Kota Praja), dan

kedua, Pemerintah Kabupaten Jakarta dinilai tidak efektif membawahi

Tangerang yang wilayahnya luas.

Seiring dengan pemekaran wilayah dengan terbentuknya

pemerintah Kota Tangerang tanggal 27 Februari 1993 berdasarkan

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993, maka pusat pemerintahan

Kabupaten Tangerang pindah ke Tigaraksa. Pemindahan ibu kota ke

Tigaraksa dinilai strategis, karena menggugah kembali cita-cita dan

semangat para pendiri untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan

masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan (kemiskinan,

kebodohan dan ketertinggalan) menuju masyarakat yang mandiri, maju

dan sejahtera.

Page 91: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

71

b. Kondisi Geografis

Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten

pada koordinat 106°20′-106°43′ Bujur Timur dan 6°00′-6°20′ Lintang

Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 959,6 km2 atau 9,93 %

dari seluruh luas wila-yah Propinsi Banten dengan batas wilayah utara

berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kota

Tangerang Selatan dan Kota Tangerang, sebelah selatan berbatasan

dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.

Secara administratif Kabupaten Tangerang terdiri dari yaitu 29

kecamatan, 28 kelurahan, dan 246 desa. Secara Topografi, Sebagian

besar wilayah Tangerang merupakan dataran rendah, dimana sebagian

besar wilayah Kabupaten Tangerang memiliki topografi yang relatif

datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% dengan ketinggian

wilayah antara 0-85 m di atas permukaan laut. Dataran rendah di

Bagian Utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter di atas

permukaan laut, yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri,

Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pasarkemis, dan Sepatan. Dataran tinggi

dari bagian tengah kearah selatan dengan ketinggian lebih dari 25

meter di atas permukaan laut. Kemiringan tanah rata-rata 0-3%

menurun ke utara. Ketinggian wilayah berkisar antara 25-85 m di

atas permukaan laut.

Page 92: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

72

2. Struktur Pemerintahan

Kabupaten Tangerang mempunyai pemerintahan yang sama

dengan kabupaten lainnya. Unit pemerintahan di bawah kabupaten adalah

kecamatan, masing-masing kecamatan terdiri atas beberapa kelurahan dan

desa. Sebelum Kota Tangerang Selatan memisahkan diri, tercatat jumlah

Kecamatan di Kabupaten Tangerang ada 36 Kecamatan, 77 Kelurahan

dan 251 Desa. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, terhitung sejak

Kota Tangerang Selatan memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang,

jumlah kecamatan, kelurahan maupun desa di Kabupaten Tangerang tetap

yaitu 29 kecamatan, 28 kelurahan, dan 246 desa. Tabel berikut

memperlihatkan jumlah kecamatan, kelurahan dan desa dengan luas

wilayahnya.

Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan, kelurahan dan Desa

No KECAMATAN LUAS WILAYAH

KELURAHAN DESA KM2

1 Cisoka 26,98 - 10

2 Solear 29,01 - 7

3 Tigaraksa 48,74 2 12

4 Jambe 26,02 - 10

5 C i k u p a 42,68 2 12

6 Panongan 34,93 1 7

7 C u r u g 27,41 3 4

8 Kelapa Dua 24,38 5 1

9 L e g o k 35,13 1 10

10 Pagedangan 45,69 1 10

11 Cisauk 27,77 1 5

12 Pasar Kemis 25,92 4 5

13 Sindang Jaya 37,15 - 7

14 Balaraja 33,56 1 8

Berlanjut ke halaman berikutnya

Page 93: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

73

Lanjutan

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 08 Tahun 2010

tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang maka

susunan organisasi perangkat daerah Kabupaten Tangerang terdiri dari:

1. Sekretariat Daerah

2. Sekretariat DPRD

3. Inspektorat Kabupaten

4. Badan Kepegawaian Daerah

5. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

6. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BP2T)

7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

8. Dinas Pendapatan Daerah

9. Satuan Polisi Pamong Praja

10. Dinas Daerah, yang meliputi:

15 Jayanti 23,89 - 8

16 Sukamulya 26,94 - 8

17 Kresek 25,97 - 9

18 Gunung Kaler 29,63 - 9

19 Kronjo 44,23 - 10

20 Mekar Baru 23,82 - 8

21 M a u k 51,42 1 11

22 Kemiri 32,7 - 7

23 Sukadiri 24,14 - 8

24 R a j e g 53,7 1 12

25 Sepatan 17,32 1 7

26 Sepatan Timur 18,27 - 8

27 Pakuhaji 51,87 1 13

28 Teluknaga 40,58 - 13

29 Kosambi 29,76 3 7

J u m l a h 959,61 28 246

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang Data Tahun 2011

Page 94: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

74

a. Dinas Pendidikan

b. Dinas Kesehatan

c. Dinas Kesejahteraan Sosial

d. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata

e. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

f. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

g. Dinas Bina Marga dan Pengairan

h. Dinas Tata Ruang

i. Dinas Cipta Karya

j. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

k. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

l. Dinas Perikanan dan Kelautan

m. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

n. Dinas Pertanian dan Peternakan

o. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman

p. Dinas Penanggulangan Bencana dan Kebakaran

11. Lembaga Teknis Daerah yang meliputi:

a. Badan Lingkungan Hidup Daerah

b. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

c. Badan Penanaman Modal Daerah

d. Badan Ketahanan Pangan, Penyuluhan Dan Pemberdayaan

Masyarakat

e. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

Page 95: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

75

f. Kantor Perpustakaan Daerah

g. Kantor Arsip Daerah

h. Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang

i. Rumah Sakit Umum Daerah Balaraja Kabupaten Tangerang

12. Kecamatan

13. Kelurahan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor

01 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Tangerang

dengan mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007,

maka urusan pemerintah Kabupaten Tangerang terdiri dari 26 urusan

wajib dan 8 urusan pilihan yang sepenuhnya menjadi kewajiban

pemerintah daerah untuk pelaksanaannya sesuai azas desentralisasi

kewenangan dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna

penyelenggaraan pemerintahan.

Dalam rangka keselarasan pertumbuhan antar daerah,

pemerintah juga menyerahkan sebagian atau beberapa kekuasaan kepada

alat pemerintah pusat yang ada di daerah yang pada hakekatnya alat

pemerintahan pusat ini melakukan pemerintahan sentral di daerah (azas

dekonsentrasi). Implementasi penyerahan urusan dengan azas

dekonsentrasi ini pada prinsipnya disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

Dalam rangka pelaksanaan azas dekonsentrasi ini, Pemerintah

Kabupaten Tangerang telah melaksanakan beberapa urusan

Page 96: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

76

pemerintahan, antara lain di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan

hidup, dan pekerjaan umum.

3. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Tangerang berdasarkan hasil Sensus

Penduduk pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk

Kabupaten Tangerang mencapai 2,83 juta orang yang terdiri dari 1,45

juta laki-laki dan 1,38 juta perempuan. Kecenderungan penduduk

yang terus bertambah dari tahun ke tahun di Kabupaten Tangerang

selain disebabkan faktor pertumbuhan penduduk secara alamiah juga

tidak terlepas dari kecenderungan migran masuk yang disebabkan oleh

daya tarik Kabupaten Tangerang yang merupakan daerah tujuan pencari

kerja dengan adanya sentra-sentra industri, perdagangan maupun jasa.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan

Kabupaten Tangerang Tahun 2010

No KECAMATAN LUAS WILAYAH JUMLAH PENDUDUK

(KM2) (JIWA)

1 Cisoka 26,98 78,854 2 Solear 29,01 73,888 3 Tigaraksa 48,74 119,245 4 Jambe 26,02 40,187 5 C i k u p a 42,68 224,678 6 Panongan 34,93 96,383 7 C u r u g 27,41 165,812 8 Kelapa Dua 24,38 178,035 9 L e g o k 35,13 98,171

10 Pagedangan 45,69 95,194 11 Cisauk 27,77 64,083 12 Pasar Kemis 25,92 238,377 13 Sindang Jaya 37,15 77,025 14 Balaraja 33,56 111,475

Berlanjut ke halaman berikutnya

Page 97: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

77

15 Jayanti 23,89 63,494 16 Sukamulya 26,94 59,027 17 Kresek 25,97 60,735 18 Gunung Kaler 29,63 47,699 19 Kronjo 44,23 55,152 20 Mekar Baru 23,82 35,417 21 M a u k 51,42 77,599 22 Kemiri 32,7 40,605 23 Sukadiri 24,14 53,100 24 R a j e g 53,7 133,274 25 Sepatan 17,32 92,353 26 Sepatan Timur 18,27 81,667 27 Pakuhaji 51,87 103,506 28 Teluknaga 40,58 138,330 29 Kosambi 29,76 131,011

J u m l a h 959,61 2,834,376

Penduduk di Kabupaten Tangerang terdiri dari berbagai suku

atau etnis diantaranya Suku Sunda, Suku Jawa, Suku Betawi dan

lainnya. Dominasi penduduk di Kabupaten Tangerang berdasarkan

suku terbesar adalah Suku Sunda, kemudian disusul Suku Betawi dan

Suku Jawa serta yang lainnya

4. Kondisi Sosial Ekonomi

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam menentukan maju

tidaknya suatu negara, sehingga di usia negara kita yang telah

mencapai 66 tahun seharusnya kualitas pendidikan yang baik sudah

dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan dapat

mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

merupakan indikator gabungan dari beberapa indikator, yaitu

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, hasil SP 2010

Lanjutan

Page 98: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

78

kesehatan (indeks harapan hidup), indikator pendidikan (angka

melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan indikator ekonomi

(tingkat daya beli penduduk/purchasing power parity/PPP).

Berdasarkan data BPS, IPM Kabupaten Tangerang tahun 2010

berada pada kategori menengah dengan nilai 74,45 menempati

posisi keempat di Provinsi Banten setelah Kota Tangerang Selatan

75,89, Kota Tangerang 74,99 dan Kota Cilegon nilai 74,99.

Pada tahun 2010, secara umum jumlah sarana pendidikan

meningkat khususnya untuk tingkat Taman Kanak-Kanak (TK),

Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan

Tingkat pertama (SLTP). Sarana yang dapat dimanfaatkan masyarakat

disektor pendidikan ini berupa Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak

372 unit, dimana TK Swasta 364 unit, dan TK Negeri 8 unit, SD

Negeri 750 unit dan SD Swasta 147 unit, SLTP Negeri 73 unit dan

SLTP Swasta berjumlah 190 unit dan SLTA Negeri 27 unit dan

SLTA Swasta 73 unit. Sementara untuk sarana pendidikan

keagamaan terdiri dari 253 Roudlatul Athfal, 256 unit MI, 171 unit

MTs, dan 57 unit MA. Selain itu Kabupaten Tangerang mempunyai

Perguruan Tinggi dengan kualitas dan reputasi nasional dan

internasional, diantaranya Universitas Pelita Harapan di Lippo

Karawaci, Unversitas Multimedia Nusantara (UMN) di Kelapa Dua

dan lembaga pendidikan lainnya yang dilengkapi fasilitas modern yang

tersebar diberbagai wilayah di Kabupaten Tangerang.

Page 99: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

79

b. Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu komponen utama pembangunan

selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga merupakan

investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki

peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Indikator

keberhasilan bidang pembangunan kesehatan tercermin dari derajat

kesehatan masyarakat yang merupakan salah satu faktor untuk

menunjang peningkatan sumberdaya manusia. Angka Harapan Hidup

(AHH) mencerminkan lamanya bayi dilahirkan, diharapkan hidup.

Tinggi rendahnya AHH dan angka menggambarkan kesejahteraan

hidup suatu negara.

Angka harapan hidup Kabupaten Tangerang pada tahun 2010

mencapai 65,79 relatif meningkat tipis dibandingkan tahun 2009 yang

sebesar 65,61. Ini berarti rata-rata usia penduduk umumnya

diperkirakan bertambah panjang, lebih tinggi jika dibandingkan

dengan Angka Harapan Hidup di Provinsi Banten sebesar 64,90.

Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Tangerang

sampai tahun 2010, yaitu rumah sakit sebanyak 13 buah, terdiri 1

tipe B milik pemerintah daerah, yaitu RSUD Tangerang , terdiri 1

tipe C milik pemerintah daerah yaitu RSUD Balaraja, dan 12 unit

milik swasta, 437 unit balai pengobatan, 42 unit puskesmas dan 39

unit puskesmas pembantu, serta puskesmas keliling roda 4 dan

roda 2 yang menyebar di 29 kecamatan, klinik dokter yang

Page 100: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

80

semakin meningkat tersebar di tiap kecamatan. Untuk tenaga

kesehatan yang tersedia adalah 1.279 orang dokter umum, 301

orang dokter gigi, 425 orang dokter spesialis, tenaga bidan

sebanyak 714 orang, perawat sebanyak 654 orang, radigrafter

sebanyak 14 orang, asisten apoteker sebanyak 127 orang dan fisioterapi

sebanyak 11 orang.

c. Agama

Kerukunan hidup beragama merupakan salah satu piranti

dalam proses pembangunan yang perlu terus dijaga dan dipelihara

dalam tatanan berbangsa dan bernegara. Dari jumlah penduduk yang

ada di Kabupaten Tangerang mayoritas penduduk beragama islam

sekitar 94,48%, agama protestan sebanyak 2,65% dan yang memeluk

kepercayaan lainnya yaitu sebanyak sebesar 2,87%.

Jumlah masjid yang ada sebanyak 1.422 unit, 5.656 mushola, 70

unit gereja, 42 vihara/pura dan pondok pesantren tersebar di

beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan Kresek, Kronjo, Cikupa,

Cisoka, Panongan, dan Balaraja.

d. Ketenagakerjaan

Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu faktor penting

bagi pembangunan ekonomi daerah yang pada akhirnya mengurangi

angka pengangguran berdampak memperkecil tingkat kemiskinan

pada masyarakat. Indikator ketenagakerjaan yang dapat memberikan

gambaran tentang seberapa besar keterlibatan penduduk dalam

Page 101: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

81

kegiatan ekonomi produktif adalah Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK).

TPAK Kabupaten Tangerang tahun 2010 pada level 65,9%

yang berarti sekitar 65,9 persen penduduk usia 15 tahun ke atas

melakukan aktivitas bekerja dan mencari pekerjaan atau yang

tergolong dalam angkatan kerja sehingga terdapat 34,1 persen dari

jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang bukan

tergolong dalam Bukan Angkatan Kerja, seperti bersekolah,

mengurus rumah tangga dan lainnya.

Sebagai daerah sentra industri, keterlibatan penduduk dalam sektor

ekonomi di Kabupaten Tangerang sebagian besar bekerja pada

sektor industri. Sektor industri sebagai sektor yang paling dominan

dalam menyerap lapangan pekerjaan di Kabupaten Tangerang yaitu

sebesar 35,01 persen dari seluruh penduduk yang berusia 15 tahun

ke atas, disusul sektor perdagangan sebesar 25,74 persen lalu

sektor lainnya 18,77 persen dan sektor jasa kemasyarakatan 15,45

persen sedangkan sektor pertanian hanya menyerap 5,03 persen.

e. Industri

Kabupaten Tangerang disebut sebagai salah satu kantung

industri, terutama karena keberadaannya juga memperkuat

pertumbuhan ekonomi daerah. Kegiatan industri yang menyita lebih

dari 50% potensi ekonomi daerah setempat, memberi peran

ekonomi yang tidak sedikit terhadap daerah lain, terutama yang

Page 102: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

82

menyangkut distribusi manusia dan barang serta sektor lain yang

terkait dengan dua hal tersebut.

Sebaran daerah industri meliputi Kecamatan Balaraja, Cikupa,

Pasar Kemis, Legok dan Curug dengan beragam jenis industri

pengolahan seperti aneka industri, industri logam dasar, elektronik,

alas kaki dan kimia. Selain itu kegiatan industri yang berada di

Kabupaten Tangerang memiliki kemudahan antara lain kemudahan

dalam mendistribusikan hasil pengolahannya ke daerah lain

termasuk ekspor ke luar negeri melalui pelabuhan Tanjung Priok

karena kedekatan dengan jalan tol Jakarta-Merak. Dari 4.690

perusahaan di Kabupaten Tangerang, 2.885 diantaranya perusahaan

swasta nasional, 716 perusahaan PMA, 605 Perusahaan PMDN dan

484 perusahaan perorangan. Jumlah tenaga kerja yang dapat

ditampung oleh perusahaan tersebut berjumlah 356.083 orang yang

terdiri dari WNI sebanyak 353.762 orang dan WNA sebanyak

2.321 orang.

Terlepas dari sektor industri formal, Kabupaten Tangerang

pun memiliki potensi Industri Kecil non-formal yang cukup besar.

Berikut adalah beberapa potensi industri kecil yang tersebar di

beberapa kecamatan di Kabupaten Tangerang meliputi kerajinan

bambu, kerajinan rotan, anyaman pandan, tas kulit reptil, alas kaki,

dodol, tahu/tempe.

Page 103: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

83

f. Perdagangan dan Pengembangan Usaha

Kegairahan dunia usaha sektor perdagangan di Kabupaten

Tangerang dapat dilihat dari jumlah Tanda Daftar Perusahaan

(TDP) yang diterbitkan. Tercatat jumlah TDP yang diterbitkan

sampai dengan saat ini sebanyak 3.070 buah. Jumlah TDP yang

diterbitkan usaha bentuk Perseroan Terbatas (PT), sebanyak 1.246

perusahaan, perusahaan yang berbentuk CV, yaitu dari sebanyak

700 perusahaan sedangkan perusahaan yang berbentuk PO sebanyak

484 perusahaan.

Sementara itu Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang

diajukan ke Pemda Kabupaten Tangerang mencapai 5.178 buah.

Dilihat menurut klasifikasi usaha peningkatan cukup besar pada

penerbitan SIUP untuk klasifikasi barang sebanyak 3.572 buah, dan

klasifikasi jasa sebesar 1.606 buah. Sarana perdagangan pada tahun

2010 diantaranya pasar sebanyak 45 lokasi pasar tradisional, 155

minimarket dan 2 hipermarket.

g. Lembaga Keuangan dan Koperasi

Lembaga keuangan perbankan yang dimiliki pemerintah daerah

pada tahun 2010 sebanyak 4 unit. Sementara itu lembaga keuangan

mikro yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang pada

tahun 2010 sebanyak 23 lembaga yang terdiri dari Lembaga

Perkreditan Kecamatan (LPK) 10 lembaga dan Lembaga

Page 104: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

84

Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (LPP UMKM)

sebanyak 13 lembaga.

Dalam tata perekonomian Indonesia, koperasi merupakan alat

perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat dan

sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa dan alat

pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi

bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana

perekonomian rakyat. Perkembangan koperasi pada pemerintahan

Kabupaten Tangerang selama 2009-2010 menunjukkan peningkatan,

dan tercatat pada tahun 2010 sebanyak 532 unit koperasi aktif,

koperasi non aktif sebanyak 425 unit dan koperasi primer sebanyak

953 unit. Sedangkan Koperasi Unit Desa tercatat sebanyak 21 unit.

5. Keuangan Daerah, Pendapatan Domestik Bruto (PDRB), dan Inflasi

a. Keuangan Daerah

Tabel 4.3 Pendapatan Daerah dan Realisasi

( Dalam Rupiah)

Tahun

Anggaran Pendapatan

Daerah (Rp)

Realisasi Pendapatan

Daerah (Rp)

Persentase (%)

2006 1.199.742.682.381 1.261.750.836.799 105,17 2007 1.481.126.786.000 1.532.411.945.309 112,29 2008 1.680.196.071.000 1.906.196.738.614 113,48 2009 1.745.093.634.719 1.920.402.615.206 110,05

2010 1.533.658.027.481 1.634.236.485.836 106,56 2011 1.981.941.015.923 2.224.307.766.291 112,23

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kab. Tangerang

Page 105: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

85

Dengan melihat perincian angka-angka dalam tabel 4.3 dapat

dikatakan bahwa pada tahun Anggaran 2006 realisasi pendapatan

terlihat lebih besar dari anggarannya. Persentasenya mencapai 105,17

dari anggaran. Pada tahun 2007 dalam, realisasinya mengalami

peningkatan dengan persentase 112,29%, pada tahun 2008 juga

mengalami peningkatan yang begitu pesat jika bandingkan tahun 2008,

realisasi tahun 2009 dari hasil Pendapatan Daerah yang direlisasikan

Rp. 1.906.196.738.614.531 dengan persentase 113,48%,

Sedangkan pada tahun 2009 relisasi dari pendapatan daerah

tersebut meskipun juga telah mencapai anggaran, namun persentasenya

menurun dari 113,48% menjadi hanya 110,05%. Ada penurunan sekitar

3,43%. Penurunan ini disebabkan adanya pemekaran Daerah Otonomi

Baru Kota Tangerang selatan yang sebelumnya masuk ke dalam

wilayah Kabupaten Tangerang. Menurut peraturan dan perundang-

undangan mengenai pemekaran daerah dalam hal ini tersebut sesuai

dengan keputusan pemerintah pusat. Penurunan ini terus berlanjut di

tahun anggaran 2010. Meskipun juga mencapai target pendapatan,

namun persentasenya hanya 106,56%, lebih kecil dari tahun 2009. Baru

pada tahun 2011, persentasinya kembali naik mencapai 112,23%.

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di Kabupaten

Tangerang adalah diukur dengan menggunakan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) dan pada tahun 2006 Kabupaten Tangerang

Page 106: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

86

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, Data Tahun 2012

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, Data Tahun 2012

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar 23.100.149 (jutaan Rp)

dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar 14.907.051 (jutaan

RP). Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh perkembangan

PDRB, pada tahun 2006, ADHB sebesar 13,65% dan ADHK sebesar

6,02%.

Tabel 4.4 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

dan Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Tangerang Tahun 2006-2011

TAHUN

PDRB ADHB PDRB ADHK

Jumlah (jutaan RP)

Laju Pertumbuhan

(%)

Jumlah (jutaan RP)

Laju Pertumbuhan

(%)

2006 23.100.149 13,65 14.907.051 6,02 2007 25.412.268,79 9,55 15.805.589,85 6,48 2008 28.437.349,10 11,90 16.647.358,27 5,33 2009 30.884.647,87 8,61 17.382.090,66 4,41 2010 34.802.038,10 12,68 18.549.118,62 6,71 2011 39.993.019 14,92 19.912.417 7,35

Dari tabel 4.4 tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa salah satu

indikasi bahwa pembangunan di bidang perekonomian di

Kabupaten Tangerang memang terjadi peningkatan yang belum

cukup signifikan, akan tetapi terdapat potensi untuk mengarah

pada perbaikan perekonomian Kabupaten Tangerang.

c. Inflasi

Tabel 4.5 Inflasi Kab. Tangerang

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Inflasi (%) 7,18 3,25 6,25 4,02 5,59 3,78

Page 107: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

87

Selama tahun 2006 inflasi di Kabupaten Tangerang

mencapai 7,18%, ini adalah tingkat inflasi tertinggi selama 6 tahun

terakhir (2006-2011). Penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok

Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 11.98%. Sedangkan

penyumbang terendah adalah kelompok Listrik, Gas dan Air Bersih

sebesar 3.15%. Perkembangan sektor riil dan berbagai dampaknya

pada kesejahteraan masyarakat, tidak lepas dari peran investasi baik

dalam bidang usaha besar, kecil maupun menengah. Peran

pemerintah sebagai regulator perekonomian daerah, menyediakan

fasillitas terutama perdagangan bagi masyarakat menengah kebawah.

B. Gambaran Umum DISPENDA Kabupaten Tangerang

1. Kedudukan

a) Dinas Pendapatan Daerah adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang

menyelenggarakan pelayanan bidang pendapatan;

b) Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui

Sekretaris Daerah.

2. Tugas Pokok

Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok merencanakan,

melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan di bidang

pendapatan sesuai kebijakan pemerintah daerah.

Page 108: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

88

3. Susunan Organisasi

a). Susunan Organisasi DPPKAD dan DISPENDA terdiri dari:

1). Kepala Dinas

2). Sekretariat

Sub. Bagian Perencanaan

Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub. Bagian Keuangan

3). Bidang Pajak

Seksi Pendaftaran dan Pendataan

Seksi Penetapan

Seksi Penagihan

4). Bidang Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan

Seksi Dana Perimbangan

Seksi PBB dan Biaya Peralihan Hak Tanah dan Bangunan

Seksi Lain-lain Pendapatan

5). Bidang Akuntansi dan Pelaporan

Seksi Penerimaan Daerah dan Pembiayaan

Seksi Akuntansi dan Pelaporan

Seksi Benda Berharga dan Quasi

6). Bidang Perencanaan dan Pengendalian Pendapatan

Seksi Perencanaan Pendapatan

Seksi Pengawasan dan Evaluasi

Seksi Kebijakan Pendapatan

Page 109: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

89

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (Data diolah)

7). Unit Pelaksana Teknis

8). Kelompok Jabatan Fungsional

C. Hasil Penelitian

1. Penerimaan Pajak Reklame

a. Efektivitas Peneriman Pajak Reklame

Tingkat efektivitas pajak reklame di Kabupaten Tangerang

dapat dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan

pajak reklame dengan target pajak reklame. Dalam penelitian ini yang

dipertimbangkan dalam menentukan efektivitas hanya pencapaian

target. Dibawah ini disajikan tabel hasil perhitungan efektivitas pajak

reklame Kabupaten Tangerang tahun anggaran 2006-2011.

Tabel 4.6

Tingkat Efektivitas Pajak Reklame di Kabupaten Tangerang Sebelum Pemekaran (2006-2008)

Tahun Target Realiasasi (%) Pertumbuhan Laju

Pertumbuhan

(Rp) (Rp) (Rp) (%) 2006 7.500.000.000 7.589.474.249 101,81

2007 8.500.000.000 6.026.498.163 70,9 -1.562.976.086 -20,59

2008 8.000.000.000 6.065.458.779 82,96 38.960.616 0,65

Jumlah 19.681.431.191 255,67 -19,94

Rata-Rata 6.560.477.064 85,22 -9,97

Dari data tersebut di atas penerimaan terbesar terjadi pada tahun

2006, kemudian tahun 2007 mengalami penurunan sebeasr 20,59%.

Kemudian pada tahun 2008 mengalami kenaikan kembali walaupun

Page 110: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

90

kenaikannya tidak besar yaitu hanya 0,65%. Jadi kalau dirata-ratakan,

pertumbuhan Pajak Reklame sebelum adanya pemekaran adalah -9,97%

dan efektivitasnya adalah 85,22%. Untuk rata-rata efektivitas pajak

reklamenya menurut kriteria berarti cukup efektif.

Tabel 4.7

Tingkat Efektivitas Pajak Reklame di Kabupaten Tangerang Setelah Pemekaran (2009-2011)

Setelah adanya pemekaran di Kabupaten Tangerang yang

dimekarkan menjadi Daerah Otonom Baru yaitu Kota Tangerang

Selatan, tahun 2009 realisasi pendapatan pajak reklame hanya

Rp..3.722.812.362 turun 38,62% dari tahun sebelumnya. Begitu juga

tahun 2010 bahkan lebih parah dari tahun sebelumnya, realisasi

pendapatan pajak reklame kembali menurun yaitu Rp. 2.292.390.402

atau turun 38,42% dari tahun sebelumnya. Tahun 2011, realisasi

pendapatan pajak reklame baru mengalami pertumbuhan.

Pertumbuhannya lumayan besar yakni 64,59%. Jadi kalau dirata-

ratakan, pertumbuhan pajak reklame setelah adanya pemekaran adalah

-4,15% dan efektivitasnya adalah 98,84%. Secara keseluruhan,

Tahun Target Realiasasi (%) Pertumbuhan Laju

Pertumbuhan

(Rp) (Rp) (Rp) (%)

2009 6.600.000.000 3.722.812.362 56,41 -2.342.646.417 -38,62

2010 1.984.000.000 2.292.390.402 115,54 -1.430.421.960 -38,42

2011 3.028.681.250 3.773.017.815 124,58 1.480.627.413 64,59

Jumlah 9.788.220.579 296,53 -12,45

Rata-Rata 3.262.740.193 98,8433 -4,15

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 111: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

91

efektivitas rata-rata penerimaan pajak reklame di Kabupaten Tangerang

baik sebelum maupun sesudah pemekaran adalah 92,03% dan rata-rata

pertumbuhannya adalah -7,06%. Untuk rata-rata efektivitas pajak

reklamenya menurut kriteria berarti efektif.

Efektifitas pajak reklame di Kabupaten Tangerang setelah

pemekaran lebih baik daripada sebelum pemekaran. Hal ini dikarenakan

adanya perubahan target penerimaan pajak reklame di Kabupaten

Tangerang. Dapat kita lihat di tabel 4.6 dan 4.7 diatas, pada tahun 2008

(sebelum pemekaran) target penerimaan Pajak Reklame adalah

Rp..8.000.000.000 dan pada tahun 2009 (setelah pemekaran) target

penerimaannya hanya Rp. 6.600.000.000. Tahun 2010, target

penerimaan malah diturunkan jauh lebih kecil hanya Rp. 1.984.000.000

dan tahun 2011 targetnya Rp. 3.028.681.250. Hal inilah yang

menyebabkan kenapa efektifitas penerimaan pajak reklame di

Kabupaten Tangerang setelah pemekaran lebih baik daripada sebelum

pemekaran. Meskipun efektivitasnya lebih baik akan tetapi jumlah

penerimaan pajak reklame menurun. Sebelum pemekaran, total

penerimaan pajak reklame adalah Rp. 19.681.431.191 sedangkan

setelah pemekaran totalnya hanya Rp. 9.788.220.579 turun sebesar

Rp..9.893.210.612. Untuk mempermudah dalam memahami kenaikan

dan penurunan tingkat efektivitas pajak reklame bisa digambarkan

dalam bentuk grafik berikut ini:

Page 112: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

92

0

1,000,000,000

2,000,000,000

3,000,000,000

4,000,000,000

5,000,000,000

6,000,000,000

7,000,000,000

8,000,000,000

9,000,000,000

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Target

Realiasasi

Gambar 4.1 Diagram Tingkat Efektivitas Pajak Reklame

di Kabupaten Tangerang Sebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011)

b. Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan pajak reklame

pada DISPENDA (Dinas Pendapatan Daerah) Kabupaten Tangerang

terhadap Pendapatan Asli Daerah, dapat dihitung dengan

membandingkan realisasi penerimaan pajak reklame dengan realisasi

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan memperhatikan tabel berikut

ini dapat dilihat besarnya persentase (%) pajak reklame terhadap

Pendapatan Asli Daerah.

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 113: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

93

Tabel 4.8 Kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD

di Kabupaten Tangerang Sebelum Pemekaran (2006-2008)

Dari data diatas bisa kita lihat, kontribusi paling besar terjadi pada

tahun 2006 yakni sebesar 3,02%, disusul tahun 2007 sebsar 2,11% dan

tahun 2008 sebesar 1,80%. Kalau dirata-ratakan, kontribusi pajak

reklame terhadap PAD sebelum pemekaran adalah 2,31%. Untuk rata-

rata kontribusi pajak reklamenya menurut kriteria berarti sangat

kurang.

Tabel 4.9 Kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD

di Kabupaten Tangerang Setelah Pemekaran (2009-2011)

Tahun Realiasasi Realisasi Persentase

PAD Pajak Reklame Kontribusi Pajak

Reklame atas PAD (RP) (RP) (%)

2006 251.241.734.728 7.589.474.249 3,02 2007 285.899.513.074 6.026.498.163 2,11 2008 336.921.813.888 6.065.458.779 1,80

Jumlah 6,93

Rata-Rata 2,31

Tahun Realiasasi Realisasi Persentase

PAD Pajak Reklame Kontribusi Pajak

Reklame atas PAD (RP) (RP) (%)

2009 370.433.361.278 3.722.812.362 1,00 2010 350.295.789.693 2.292.390.402 0,65 2011 665.231.223.713 3.773.017.815 0,57

Jumlah 2,23

Rata-Rata 0,74

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 114: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

94

Dari tabel 4.8 dan 4.9 tampak seperti di atas dapat diketahui bahwa

kontribusi pajak reklame terhadap PAD dari tahun anggaran 2006

sampai dengan 2011 secara terus menerus mengalami penurunan.

Kontribusinyapun bisa dikatakan relatif kecil, apalagi setelah

diadakannya pemekaran di Kabupaten Tangerang. Kontribusi paling

besar terjadi pada tahun 2006 yakni sebesar 3,02%, kemudian terus

menurun dan kontribusi terkecil terjadi pada tahun 2011 yaitu hanya

sebesar 0,57%. Setelah adanya pemekaran, rata-rata kontribusinya

adalah 0,74%. Untuk rata-rata kontribusi pajak reklamenya menurut

kriteria berarti sangat kurang. Hal ini berarti pemekaran daerah di

Kabupaten Tangerang berdampak menurunnya pendapatan pajak

reklame atau pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang berdampak

menurunnya kontribusi rata-rata pendapatan pajak reklame terhadap

PAD Kabupaten Tangerang dari 2,31% menjadi 0,74%. atau turun

sebesar 1,57%.

Secara keseluruhan, kontribusi rata-rata pajak reklame terhadap

PAD baik sebelum maupun sesudah pemekaran adalah 1,53%. Untuk

rata-rata kontribusi pajak reklamenya menurut kriteria berarti sangat

kurang. Untuk mempermudah dalam memahami kenaikan dan

penurunan tingkat kontribusi pajak reklame terhadap PAD bisa

digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini:

Page 115: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

95

0

100,000,000,000

200,000,000,000

300,000,000,000

400,000,000,000

500,000,000,000

600,000,000,000

700,000,000,000

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Realiasasi PAD

Realisasi Pajak Reklame

Gambar 4.2 Diagram Tingkat kontribusi Pajak Reklame

Terhadap PAD di Kabupaten Tangerang Sebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011)

2. Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

a. Efektivitas Peneriman Pajak Penerangan Jalan

Tingkat efektivitas pajak penerangan jalan di Kabupaten

Tangerang dapat dihitung dengan membandingkan antara realisasi

penerimaan pajak penerangan jalan dengan target pajak penerangan

jalan. Dibawah ini disajikan tabel hasil perhitungan efektivitas pajak

penerangan jalan Kabupaten Tangerang tahun anggaran 2006-2011.

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 116: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

96

Tabel 4.10 Tingkat Efektivitas Pajak Penerangan Jalan

di Kabupaten Tangerang Sebelum Pemekaran (2006-2008)

Tahun Target Realiasasi (%) Pertumbuhan Laju

Pertumbuhan

(Rp) (Rp) (Rp) (%)

2006 59.000.000.000 67.350.753.317 114,15

2007 62.000.000.000 83.382.351.407 134,49 16.031.598.090 23,80%

2008 83.100.000.000 85.582.625.343 102,99 2.200.273.936 2,64%

Jumlah 236.315.730.067 351,63 26,44%

Rata-Rata 78.771.910.022 117,21 13,22%

Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2006

Rp..67.350.753.317 kemudian tahun 2007 mengalami peningkatan

sebesar 23,80%. Kemudian pada tahun 2008 mengalami kenaikan

kembali walaupun kenaikannya tidak besar yaitu hanya 2,64%. Jadi

kalau dirata-ratakan, pertumbuhan pajak penerangan jalan sebelum

adanya pemekaran (tahun 2006-2009) adalah 13,22% dan

efektivitasnya adalah 117,21%. Untuk rata-rata efektivitas pajak

penerangan jalannnya menurut kriteria berarti sangat efektif.

Tabel 4.11 Tingkat Efektivitas Pajak Penerangan Jalan

di Kabupaten Tangerang Setelah Pemekaran (2009-2011)

Tahun Target Realiasasi (%) Pertumbuhan Laju

Pertumbuhan

(Rp) (Rp) (Rp) (%)

2009 87.500.000.000 90.796.661.615 103,77 5.214.036.272 6,09%

2010 62.321.000.000 72.358.335.730 116,15 -18.438.325.885 -20,31%

2011 74.900.477.550 94.189.519.137 124,58 21.831.183.407 30,17% Jumlah 257.344.516.482 344,50 15,96%

Rata-Rata 85.781.505.494 114,83 5,32%

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 117: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

97

Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa efektivitas pajak

penerangan jalan mengalami fluktuasi. Penerimaan terbesar terjadi pada

tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 94.189.519.137, dan realisasi penerimaan

terkecil terjadi pada tahun 2006 Rp. 67.350.753.317. Setelah adanya

pemekaran di Kabupaten Tangerang yang dimekarkan menjadi Daerah

Otonom Baru yaitu Kota Tangerang Selatan, dapat kita lihat di

tabel.4.11 realisasi penerimaan pajak penerangan jalan telah melampaui

target. Tahun 2009 realisasi pendapatan pajak penerangan jalan

Rp..90.796.661.615 hanya naik 6,09% dari tahun sebelumnya.

Tahun.2010 terjadi penurunan yang lumayan besar dari tahun

sebelumnya, realisasi pendapatan pajak penerangan jalan hanya

Rp..72.358.335.730 atau turun 20,31% dari tahun sebelumnya.

Tahun.2011, realisasi pendapatan pajak penerangan jalan baru

mengalami pertumbuhan. Pertumbuhannya lumayan besar yakni

30,17%. Jadi kalau dirata-ratakan, pertumbuhan pajak penerangan jalan

setelah adanya pemekaran adalah 7,98% dan efektivitasnya adalah

114,83%. Untuk rata-rata efektivitas pajak penerangan jalannnya

menurut kriteria berarti sangat efektif. Hal ini menunjukkan bahwa

dengan adanya pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang berakibat

turunnya efektivitas pajak penerangan jalan dari 117,21% menjadi

114,83% atau turun sebesar 2,38%. Meskipun rata-rata efektivitasnya

turun, tetapi jumlah penerimaan pajak penerangan jalan setelah

Page 118: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

98

0

10,000,000,000

20,000,000,000

30,000,000,000

40,000,000,000

50,000,000,000

60,000,000,000

70,000,000,000

80,000,000,000

90,000,000,000

100,000,000,000

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Target

Realiasasi

pemekaran menjadi lebih besar dari Rp. 236.315.730.067 menjadi

Rp..257.344.516.482 atau naik sebesar Rp. 21.028.786.415

Secara keseluruhan, efektivitas rata-rata penerimaan pajak

penerangan jalan di Kabupaten Tangerang baik sebelum maupun

sesudah pemekaran adalah 116,02% dan rata-rata pertumbuhannya

adalah 9,27%. Untuk rata-rata efektivitas pajak penerangan jalannnya

menurut kriteria berarti sangat efektif. Untuk mempermudah dalam

memahami kenaikan dan penurunan tingkat efektivitas pajak

penerangan jalan bisa digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini:

Gambar 4.3 Diagram Tingkat Efektivitas

Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Tangerang Sebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011)

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 119: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

99

b. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli

Daerah

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan pajak penerangan

jalan pada DISPENDA (Dinas Pendapatan Daerah) Kabupaten

Tangerang terhadap Pendapatan Asli Daerah, dapat dihitung dengan

membandingkan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan dengan

realisasi Pendapatan Asli Daerah. Dengan memperhatikan tabel berikut

ini dapat dilihat besarnya persentase (%) pajak penerangan jalan

terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Tabel 4.12 Kontribusi Pajak Penerangan Jalan

Terhadap PAD di Kabupaten Tangerang Sebelum Pemekaran (2006-2008)

Dari tabel 4.12 Pada tahun 2007 mengalami kenaikan dari 26,81%

di tahun 2006 menjadi 29,16%, kemudian mengalami penurunan

kembali pada tahun 2008. Kontribusinya pada tahun 2008 hanya

25,40%. Kalau dirata-ratakan, kontribusi pajak penerangan jalan

Tahun Realiasasi Realisasi Persentase

PAD Pajak

Penerangan Kontribusi Pajak

Reklame Jalan atas PAD

(Rp) (Rp) (%)

2006 251.241.734.728 67.350.753.317 26,81% 2007 285.899.513.074 83.382.351.407 29,16% 2008 336.921.813.888 85.582.625.343 25,40%

Jumlah 81,37%

Rata-Rata 27,12%

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 120: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

100

terhadap PAD sebelum pemekaran adalah 27,12%. Untuk rata-rata

kontribusi pajak penerangan jalannnya menurut kriteria berarti sedang.

Tabel 4.13 Kontribusi Pajak Penerangan Jalan

Terhadap PAD di Kabupaten Tangerang Setelah Pemekaran (2009-2011)

Dari tabel 4.12 dan 4.13 tampak seperti di atas dapat diketahui

bahwa kontribusi pajak penerangan jalan terhadap PAD dari tahun

anggaran 2006 sampai dengan 2011 rata-rata mengalami penurunan.

Pada tahun 2007 memang mengalami kenaikan dari 26,81% di tahun

2006 menjadi 29,16%, tetapi setelah itu terus mengalami penurunan

sampai di tahun 2011.

Setelah diadakannya pemekaran di Kabupaten Tangerang,

kontribusi penerimaannya semakin menurun. Kontribusi paling besar

terjadi pada tahun 2007 yakni sebesar 29,16%, dan kontribusi terkecil

terjadi pada tahun 2011 yaitu hanya sebesar 14,16%. Setelah pemekaran

rata-rata kontribusinya 19,78%. Untuk rata-rata kontribusi pajak

penerangan jalannnya menurut kriteria berarti kurang. Hal ini berarti

Tahun Realiasasi Realisasi Persentase

PAD Pajak

Penerangan Kontribusi Pajak

Reklame Jalan atas PAD

(Rp) (Rp) (%)

2009 370.433.361.278 90.796.661.615 24,51% 2010 350.295.789.693 72.358.335.730 20,66% 2011 665.231.223.713 94.189.519.137 14,16%

Jumlah 59,33%

Rata-Rata 19,78%

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 121: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

101

0

100,000,000,000

200,000,000,000

300,000,000,000

400,000,000,000

500,000,000,000

600,000,000,000

700,000,000,000

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Realiasasi PAD

Realiasasi Pajak Penerangan Jalan

pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang berdampak menurunnya

kontribusi rata-rata pendapatan pajak penerangan jalan terhadap PAD

Kabupaten Tangerang dari 27,12% menjadi 19,78% atau turun sebesar

7,34%.

Secara keseluruhan, kontribusi rata-rata pajak penerangan jalan

terhadap PAD baik sebelum maupun sesudah pemekaran adalah

23,45%. Untuk rata-rata kontribusi pajak penerangan jalannnya

menurut kriteria berarti sedang. Untuk mempermudah dalam

memahami kenaikan dan penurunan tingkat kontribusi pajak reklame

terhadap PAD bisa digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini:

Gambar 4.4 Diagram Tingkat kontribusi Pajak Penerangan Jalan

Terhadap PAD di Kabupaten Tangerang Sebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011)

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 122: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

102

D. Hasil Uji Penelitian

1. Uji Mann Whitney U Test

a. Penerimaan Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Dalam pengujian ini digunakan dua variabel independen yang

berbeda antara sebelum dan sesudah otonomi daerah, maka diperlukan

adanya pengukuran dengan menggunakan ranking dari urutan

penerimaan dari mulai rangking 1 yang terkecil sampai dengan

rangking 6 yang terbesar dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.14 Penerimaan Pajak Reklame

Tahun Sebelum

Otonom Daerah Sampel

I Urutan Tahun Sesudah

Otonomi Daerah Sampel

2 Urutan

2006 7.589.474.249 3 6 2009 3.722.812.362 2 2

2007 6.026.498.163 1 4 2010 2.292.390.402 1 1

2008 6.065.458.779 2 5 2011 3.773.017.815 3 3

19.681.431.191 R1=15 9.788.220.579 R2=6

Dari tabel diatas, maka dapat dirumuskan dengan:

U1 = 111

212

)1(R

nnnn

= 152

)13(3)3)(3(

= 9 + 6 -15

= 0

U2 = 222

212

)1(R

nnnn

= 62

)13(3)3)(3(

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 123: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

103

= 9 + 6 - 6

= 9

Nilai U yang dipilih untuk menguji hipotesis nol adalah nilai U yang

lebih kecil yaitu 0.

Jadi U = 0

Pemeriksaan U: Uterkecil = n1.n2 - Uterbesar

0 = 3(3) - 9

= 0

Taraf nyata (ά) dan nilai U tabelnya:

Menggunakan asumsi ά = 5% = 0,05 dengan n1 = 3 dan n2 = 3

Maka Uά(n1)(n2) = 0

Maka H0 diterima karena, U = 0 = Uά(n1)(n2) = 0

Jadi, kesimpulannya adalah rata-rata sampel I tidak berbeda dengan

rata-rata sampel II atau keduanya tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara sebelum dan sesudah adanya otonomi daerah.

b. Penerimaan Pajak Penerangan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Sama dengan pajak reklame, untuk pengujian pajak penerangan

jalan dengan Uji Mann Whitney U Test maka diperlukan adanya

pengukuran dengan menggunakan ranking dari urutan penerimaan dari

mulai rangking 1 yang terkecil sampai dengan rangking 6 yang terbesar

dengan tabel sebagai berikut:

Page 124: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

104

Tabel 4.15 Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Tahun Sebelum

Otonom Daerah Sampel

I Urutan Tahun Sesudah

Otonomi Daerah Sampel

2 Urutan

2006 67.350.753.317 1 1 2009 90.796.661.615 2 5 2007 83.382.351.407 2 3 2010 72.358.335.730 1 2 2008 85.582.625.343 3 4 2011 94.189.519.137 3 6

236.315.730.067 R1=8 257.344.516.482 R2=13

Dari tabel diatas, maka dapat dirumuskan dengan:

U1 = 111

212

)1(R

nnnn

= 82

)13(3)3)(3(

= 9 + 6 - 8

= 7

U2 = 222

212

)1(R

nnnn

= 132

)13(3)3)(3(

= 9 + 6 - 13

= 2

Nilai U yang dipilih untuk menguji hipotesis nol adalah nilai U yang

lebih kecil yaitu 2.

Jadi U = 2

Pemeriksaan U: Uterkecil = n1.n2 - Uterbesar

2 = 3(3) - 7

= 2

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (data diolah)

Page 125: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

105

Taraf nyata (ά) dan nilai U tabelnya:

Menggunakan asumsi ά = 5% = 0,05 dengan n1 = 3 dan n2 = 3

Maka Uά(n1)(n2) = 0,

Maka H0 diterima karena, U = 2 > Uά(n1)(n2) = 0

Jadi, kesimpulannya adalah rata-rata sampel I tidak berbeda dengan

rata-rata sampel II atau keduanya tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara sebelum dan sesudah adanya otonomi daerah.

c. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Sama dengan pajak reklame dan pajak penerangan jalan, untuk

pengujian Penerimaan Pendapatan Asli daerah dengan Uji Mann

Whitney U Test maka diperlukan adanya pengukuran dengan

menggunakan ranking dari urutan penerimaan dari mulai rangking 1

yang terkecil sampai dengan rangking 6 yang terbesar dengan tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.16 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Tahun Sebelum

Otonom Daerah Sampel

I Urutan Tahun Sesudah

Otonomi Daerah Samp

el 2

Urutan

2006 251.241.734.728 1 1 2009 370.433.361.278 2 5 2007 285.899.513.074 2 2 2010 350.295.789.693 1 4 2008 336.921.813.888 3 3 2011 665.231.223.713 3 6

874.063.061.690 R1=6 1.385.960.374.684 R2=15

Sumber: DISPENDA Kab. Tangerang (Data diolah)

Page 126: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

106

Dari tabel diatas, maka dapat dirumuskan dengan:

U1 = 111

212

)1(R

nnnn

= 62

)13(3)3)(3(

= 9 + 6 - 6

= 9

U2 = 222

212

)1(R

nnnn

= 152

)13(3)3)(3(

= 9 + 6 - 15

= 0

Nilai U yang dipilih untuk menguji hipotesis nol adalah nilai U yang

lebih kecil yaitu 0.

Jadi U = 0

Pemeriksaan U: Uterkecil = n1.n2 - Uterbesar

0 = 3(3) - 9

= 0

Taraf nyata (ά) dan nilai U tabelnya:

Menggunakan asumsi ά = 5% = 0,05 dengan n1 = 3 dan n2 = 3

Maka Uά(n1)(n2) = 0,

Maka H0 diterima karena, U = 0 = Uά(n1)(n2) = 0

Jadi, kesimpulannya adalah rata-rata sampel I tidak berbeda dengan

rata-rata sampel II atau keduanya tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara sebelum dan sesudah adanya otonomi daerah.

Page 127: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

107

Dari ketiga tabel diatas dan perhitungan dengan menggunakan Uji

Mann Whitney U Test dapat kita simpulkan bahwa adanya pemekaran

daerah di Kabupaten Tangerang tidak mempengaruhi secara signifikan

pendapatan di Kabupaten Tangerang baik dari pajak reklame, pajak

penerangan jalan maupun terhadap Pendapatan Asli Daerah.

2. Uji SPSS

Descriptive Statistic

Tabel 4.17 Pajak Reklame

Hasil Uji Descriptive Statistic Tabel 4.17 rata-rata pendapatan

pajak reklame sebelum pemekaran adalah 3.26 dan standar deviasinya

adalah 8.40. Pendapatan pajak reklame tertinggi adalah 3.77 dan terendah

adalah 2.29. Sedangkan rata-rata pendapatan pajak reklame setelah

pemekaran adalah 6.56 dan standar deviasinya adalah 8.91. Pendapatan

pajak reklame tertinggi adalah 7.58 dan terendah adalah 6.02.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 3 2.2923 3.77301 3.26E9 8.407E8

Sesudah 3 6.0264 7.5894 6.56E9 8.914E8

Valid N (listwise) 3

Page 128: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

108

Tabel 4.18 Pajak Penerangan Jalan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 3 6.735 8.5582 7.88E10 9.952E9

Sesudah 3 7.235 9.418 8.58E10 1.175E10

Valid N (listwise) 3

Hasil Uji Descriptive Statistic Tabel 4.18 rata-rata pendapatan

pajak penerangan jalan sebelum pemekaran adalah 7.88 dan standar

deviasinya adalah 9.95. Pendapatan pajak penerangan jalan tertinggi

adalah 8.55 dan terendah adalah 6.73. Sedangkan rata-rata pendapatan

pajak penerangan jalan setelah pemekaran adalah 8.58 dan standar

deviasinya adalah 1.17. Pendapatan pajak penerangan jalan tertinggi

adalah 9.41 dan terendah adalah 7.23.

Tabel 4.19

Pendapatan Asli Daerah

Hasil Uji Descriptive Statistic Tabel 4.19 rata-rata Pendapatan Asli

Daerah sebelum pemekaran adalah 7.87 dan standar deviasinya adalah

9.95. Pendapatan Asli Daerah tertinggi adalah 8.56 dan terendah adalah

6.74. Sedangkan rata-rata Pendapatan Asli Daerah setelah pemekaran

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 3 6.74E10 8.56E10 7.8772E10 9.95201E9

Sesudah 3 7.24E10 9.42E10 8.5782E10 1.17479E10

Valid N (listwise) 3

Page 129: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

109

adalah 8.57 dan standar deviasinya adalah 1.17. Pendapatan Asli Daerah

tertinggi adalah 9.41 dan terendah adalah 7.24

Dalam penelitian ini statistik deskriptif dibagi menjadi dua bagian

yaitu sebelum dan sesudah pemekaran daerah yang dihitung dalam jumlah

angka tahun sesuai penerimaan pajak reklame, pajak penerangan jalan

dan Pendapatan Asli Daerah. Sebelum pemekaran daerah diambil sempel

selama 3 tahun yaitu periode 2006-2008 sedangkan Untuk

membandingkannya diambil sempel selama 3 tahun periode setelah

pemekaran yaitu tahun 2009-2011.

Mann-Whitney Test

Tabel 4.20 Pajak Reklame

Dari output ranks di atas, dapat kita lihat bahwa nilai mean untuk

pajak reklame sesudah pemekaran di Kabupaten Tangerang lebih besar

dari pada nilai mean sebelum pemekaran di Kabupaten Tangerang (2.00

< 5.00)

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Reklame Sebelum 3 2.00 6.00

Sesudah 3 5.00 15.00

Total 6

Page 130: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

110

Tabel 4.21 Pajak Penerangan Jalan

.

Dari output ranks di atas, dapat kita lihat bahwa nilai mean untuk

pajak penerangan jalan sesudah pemekaran di Kabupaten Tangerang lebih

besar dari pada nilai mean sebelum pemekaran di Kabupaten Tangerang

(2.67 < 4.33)

Tabel 4.22 Pendapatan Asli Daerah

Dari output ranks di atas, dapat kita lihat bahwa nilai mean untuk

Pendapatn asli Daerah sesudah pemekaran di Kabupaten Tangerang lebih

besar dari pada nilai mean sebelum pemekaran di Kabupaten Tangerang

(2.00 < 5.00)

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

PJU Sebelum 3 2.67 8.00

Sesudah 3 4.33 13.00

Total 6

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

PAD Sebelum 3 2.00 6.00

Sesudah 3 5.00 15.00

Total 6

Page 131: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

111

Tabel 4.23 Pajak Reklame

Test Statistics

b

Realisasi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -1.964

Asymp. Sig. (2-tailed) .050

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Terlihat pada Tabel 4.23, dari nilai uji Mann Whitney U, dapat kita

lihat output "Test statisticsb" untuk pajak reklame dimana Kolom Asymp.

Sig (2-tailed) adalah 0.50 dan Mann-Whitney U adalah 0.000, maka

didapat probabilitasnya di atas 0.05 maka tidak terdapat perbedaan yang

signifikan terhadap penerimaan Pajak Reklame sebelum dan sesudah

pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang. Dengan kata lain penerimaan

pajak reklame di Kabupaten Tangerang antara sebelum dan sesudah

pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang tidak mengalami perubahan

yang signifikan atau tidak mengalami banyak perubahan.

Tidak bisa dipungkiri, dengan lepasnya Kota Tangerang Selatan

yang menjadi daerah otonom baru dari Kabupaten Tangerang akan

berdampak pada penerimaan daerah Kabupaten Tangerang termasuk pajak

reklame. Dari pembahasan sebelumya bahwa efektifitas pajak reklame di

Kabupaten Tangerang setelah pemekaran lebih baik daripada sebelum

pemekaran. Hal ini dikarenakan adanya perubahan dan penyesuaian target

Page 132: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

112

penerimaan pajak reklame di Kabupaten Tangerang. Meskipun

efektivitasnya lebih baik akan tetapi jumlah penerimaan pajak reklame

menurun. Sebelum pemekaran, total penerimaan pajak reklame adalah

Rp..19.681.431.191 sedangkan setelah pemekaran totalnya hanya

Rp..9.788.220.579 atau turun sebesar Rp. 9.893.210.612.

Untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah melalui sektor pajak

reklame, pemerintah Kabupaten Tangerang memiliki strategi tertentu.

Diantaranya melalui kegiatan intensifikasi yang meliputi pendataan pajak

reklame dan potensi pajak reklame di Kabupaten Tangerang, melakukan

pemanggilan terhadap wajib pajak yang reklamenya terpasang atau yang

telah habis masa berlakunya, serta mengadakan sosialisasi dengan wajib

pajak. Selain itu juga ada kegiatan ekstensifikasi yang meliputi

melaksanakan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 dan Peraturan

Bupati Nomor 33 tahun 2010 dan pembaruan dengan Peraturan Bupati

Nomor 10 Tahun 2011, berkoordinasi dengan dinas terkait khususnya

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) terkait dengan penerbitan ijin

reklame, dan melaksanakan penertiban reklame yang belum membayar

pajaknya.. Program-program tersebut baru benar-benar terlaksana dengan

baik setelah pemekaran. Jadi, walaupun penerimaan pajak reklame di

Kabupaten Tangerang mengalami perubahan atau penurunan setelah

adanya pemekaran, tetapi perubahan atau penurunannya tidak berdampak

signifikan.

Page 133: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

113

Tabel 4.24 Pajak Penerangan Jalan

Test Statistics

b

Realisasi

Mann-Whitney U 2.000

Wilcoxon W 8.000

Z -1.091

Asymp. Sig. (2-tailed) .275

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .400a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Terlihat pada Tabel 4.24, dari nilai uji Mann Whitney U, dapat kita

lihat output "Test statisticsb" untuk pajak penerangan jalan dimana Kolom

Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0.275 dan Mann-Whitney U adalah 2.000,

maka didapat probabilitasnya di atas 0.05 maka tidak terdapat perbedaan

yang signifikan terhadap penerimaan pajak penerangan jalan sebelum dan

sesudah pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang. Dengan kata lain

penerimaan pajak penerangan jalan di Kabupaten Tangerang antara

sebelum dan sesudah pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang tidak

mengalami perubahan yang signifikan atau tidak mengalami banyak

perubahan.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa dengan adanya

pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang dengan terbentuknya Kota

Tangerang Selatan berakibat turunnya efektivitas pajak penerangan jalan.

Untuk tetap mendapatkan pendapatan daerah yang besar khususnya dari

pajak penerangan jalan, maka setelah adanya pemekaran daerah, Pemda

Page 134: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

114

Kabupaten Tangerang segera membuat strategi dan kebijakan yang

dianggap perlu baik yang bersifat intensifikasi maupun ekstensifikasi.

Strategi dan kebijakan tersebut diantaranya koordinasi data wajib pajak

penerangan jalan dan pemutakhiran data wajib pajak penerangan jalan.

Pemda Kabupaten Tangerang juga mulai menambah Penerangan Jalan

Umum (PJU) di Kabupaten Tangerang. Penerangan jalan umum di

Kabupaten Tangerang yang selama ini hanya berfokus di daerah-daerah

yang dianggap ramai kini mulai dipasang di wilayah yang selama ini

masih minim PJU. Ada 2 dampak yang didapat dari hal ini, selain akan

membuat wilayah Kabupaten Tangerang lebih terang dan memudahkan

masyarakat untuk beraktifitas, hal ini juga berdampak pada penambahan

pemasukan daerah melalui pajak penerangan jalan. Strategi dan tindakan

ini ternyata berdampak luar biasa dalam peningkatan pendapatan pajak

penerangan jalan. Hal ini terbukti pada tahun 2010 hasil pajak daerah

terbesar disumbangkan dari pajak penerangan jalan mencapai

Rp..72.385.335.730 dan terus meningkat di tahun berikutnya yang

mencapai Rp. 94.189.519.137. Hal-hal inilah yang membuat penerimaan

pendapatan pajak penerangan jalan di Kabupaten Tangerang antara

sebelum dan sesudah pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang tidak

mengalami perubahan yang signifikan atau tidak mengalami banyak

perubahan.

Page 135: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

115

Tabel 4.25 Pendapatan Asli Daerah

Test Statisticsb

Realisasi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -1.964

Asymp. Sig. (2-tailed) .050

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Terlihat pada Tabel 4.23, dari nilai uji Mann Whitney U, dapat kita

lihat output "Test statisticsb" untuk Pendapatan Asli Daerah dimana Kolom

Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0.50 dan Mann-Whitney U adalah 0.000,

maka didapat probabilitasnya di atas 0.05 maka tidak terdapat perbedaan

yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah sebelum dan sesudah

pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang. Dengan kata lain penerimaan

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tangerang antara sebelum dan

sesudah pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang tidak mengalami

perubahan yang signifikan atau tidak mengalami banyak perubahan.

Kota Tangerang Selatan yang sebelumnya masuk ke dalam wilayah

Kabupaten Tangerang adalah penyumbang terbesar bagi PAD Kabupaten

Tangerang. Dengan terbentuknya Kota Tangerang Selatan tentu akan

mengurangi PAD Kabupaten Tangerang. Sadar akan hal ini, Pemerintah

Daerah Kabupaten Tangerang berusaha untuk meningkatkan pendapatan

daerahnya. Dalam peningkatan pendapatan daerah, pemerintah

Page 136: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

116

Kabupaten Tangerang melakukan berbagai kebijakan melalui kebijakan

intensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha-usaha untuk menggali sumber-

sumber pendapatan daerah khususnya yang bersumber dari pajak

daerah dan retribusi daerah tidak boleh bertentangan dengan

kebijaksanaan pokok nasional yakni pungutan pajak dan retribusi

daerah yang dilaksanakan tidak semata-mata untuk menggali

pendapatan daerah yang berupa sumber penerimaan yang memadai,

tetapi juga untuk melaksanakan fungsi fiskal lainnya agar tidak

memberatkan masyarakat.

Kegiatan intensifikasi tersebut meliputi pendataan pajak dan

potensi pajak yang ada di Kabupaten Tangerang, serta mengadakan

sosialisasi dengan wajib pajak. Sedangkan ekstensifikasi seperti

pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pajak

Daerah. Setelah adanya pemisahan, intensifikasi dan ekstensifikasi

ternyata benar-benar terlaksana dengan baik dan dapat meningkatkan

penerimaan Kabupaten Tangerang, terbukti Kabupaten Tangerang dapat

bangkit dan menaikan penerimaan pajaknya.

Selain dana perimbangan yang menjadi penyumbang terbesar

PAD, pajak daerah juga berperan penting dalam peningkatan PAD

Kabupaten Tangerang. Selama tahun 2009 dan 2010, Pemda Tangerang

berhasil meningkatkan pendapatan dari Pajak Restoran. Lain-lain

Pendapatan Asli Daerah yang sah juga mengalami pertumbuhan yang

signifikan. Tercatat pada tahun 2010 mencapai Rp. 129.888.420.481 dan

Page 137: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

117

2011 mencapai Rp. 145.693.935.554. Sangat jauh berbeda dibandingkan

sebelum pemekaran, misalnya tahun 2008 yang hanya mencapai

Rp..18.130.632.213 ataupun tahun 2007 yang hanya Rp. 4.000.000.000.

Ditambah lagi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah yang

menambahkan objek baru dalam Pajak Daerah yaitu Pajak Air Tanah,

Pajak Sarang Burung Walet, PBB Pedesaan & Perkotaan dan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Khusus untuk Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), pada tahun 2011 telah

memberikan kontribusi pendapatan yang luar biasa untuk Kabupaten

Tangerang yang mencapai Rp. 114.624.680.823. atau berkontribusi

sebesar 17.23% terhadap PAD Kabupaten Tangerang tahun 2011. Hal-hal

inilah yang membuat penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Tangerang antara sebelum dan sesudah pemekaran daerah di Kabupaten

Tangerang tidak mengalami perubahan yang signifikan atau tidak

mengalami banyak perubahan.

Page 138: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

118

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini mengambil sempel di DISPENDA Kabupaten Tangerang

periode tahun 2006 –2011. Berdasarkan hasil dari analisis dan uraian pada

bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Efektifitas pajak reklame di Kabupaten Tangerang setelah pemekaran

lebih baik daripada sebelum pemekaran dan masuk kriteria efektif. Hal

ini dikarenakan adanya perubahan target penerimaan pajak reklame di

Kabupaten Tangerang.

2. Kontribusi pajak reklame terhadap PAD dari tahun anggaran 2006-2011

masuk kriteria sangat kurang. Pemekaran daerah di Kabupaten

Tangerang berdampak menurunnya pendapatan pajak reklame atau

pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang berdampak menurunnya

kontribusi rata-rata pendapatan pajak reklame terhadap PAD Kabupaten

Tangerang.

3. Efektivitas pajak penerangan jalan sebelum dan setelah pemekaran

Tangerang masuk kriteria sangat efektif. Pemekaran daerah di

Kabupaten Tangerang berakibat turunnya efektivitas pajak penerangan

jalan.

4. Kontribusi pajak penerangan jalan terhadap PAD sebelum pemekaran

masuk kriteria sedang. Setelah diadakannya pemekaran di Kabupaten

Page 139: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

119

Tangerang terjadi penurunan kontribusi penerimaannya sehingga masuk

kriteria kurang.

5. Hasil Uji Mann-Whitney ditemukan penerimaan pajak reklame terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum dan sesudah pemekaran daerah

keduanya tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Dengan kata lain

penerimaan pajak reklame di Kabupaten Tangerang antara sebelum dan

sesudah pemekaran daerah periode tahun 2006-2011 di Kabupaten

Tangerang tidak mengalami perubahan yang signifikan atau tidak

mengalami banyak perubahan.

6. Hasil Uji Mann-Whitney ditemukan penerimaan pajak penerangan jalan

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum dan sesudah

pemekaran daerah keduanya tidak terdapat perbedaan secara signifikan.

Dengan kata lain penerimaan pajak penerangan jalan di Kabupaten

Tangerang antara sebelum dan sesudah pemekaran daerah periode tahun

2006-2011 di Kabupaten Tangerang tidak mengalami perubahan yang

signifikan atau tidak mengalami banyak perubahan.

7. Hasil Uji Mann-Whitney ditemukan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

sebelum dan sesudah pemekaran daerah keduanya tidak terdapat

perbedaan secara signifikan. Dengan kata lain Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di Kabupaten Tangerang antara sebelum dan sesudah pemekaran

periode daerah tahun 2006-2011 di Kabupaten Tangerang tidak

mengalami perubahan yang signifikan atau tidak mengalami banyak

perubahan.

Page 140: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

120

B. Implikasi

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, khususnya pajak reklame dan

pajak penerangan jalan antara sebelum dan sesudah pemekaran di Kabupaten

Tangerang. Setelah adanya pemekaran, terjadi penyesuaian target

penerimaan pendapatan di Kabupaten Tangerang. Untuk meningkatkan

penerimaan Pendapatan Asli Daerah khususnya setelah terjadi pemekaran,

Pemerintah Kabupaten Tangerang mempunyai upaya-upaya tertentu yaitu

dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak yang ada di Kabupaten

Tangerang.

Seperti kita ketahui bahwa Pajak daerah merupakan sumber PAD yang

pemungutanya berada didaerah sesuai dengan UU mengenai perda tersebut,

dan yang melakukan pemungutan pajak daerah tersebut adalah instansi

pemerintah yang diberi kewenangan khusus untuk memungut dan mengelola

sumber PAD tersebut, instansi pemerintah tersebut adalah DISPENDA atau

DPPKAD, guna untuk memaksimalkan pajak daerah dan retribusi daerah

tersebut, maka diperlukan adanya pendataan mengenai apa saja yang menjadi

objek dan subjek pajak sehingga dapat diketahui dari mana saja sumber pajak

dan retribusi daerah tersebut.

C. Saran

Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dapat

memberikan saran, dan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Tangerang

Page 141: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

121

dalam meningkatkan penerimaan PAD melalui pos pajak reklame dan pajak

penerangan jalan .

1. Menjadikan tingkat pertumbuhan realisasi pemungutan pajak reklame

dan pajak penerangan jalan sebagai sebuah ukuran untuk menilai kinerja

sehingga tidak hanya target APBD saja yang menjadi perhatian.

2. Meningkatkan efektivitas pendataan terhadap WP yang tidak memiliki

NPWP dengan cara observasi lapangan secara berkala.

3. Penerapan sanksi secara efektif dan adil, seharusnya bagi mereka yang

melakukan penunggakan tanpa alasan yang jelas atau bahkan berupaya

untuk menghindari pembayaran pajak dikenakan sanksi yang hendaknya

tidak hanya berupa denda namun sanksi lain yang dapat menimbulkan

efek jera.

4. Memperbaiki cara penagihan khususnya pada sistem official, hendaknya

petugas melakukan perhitungan dan penagihan secara rutin langsung ke

tempat usaha WP.

5. Menetapkan jumlah terutang untuk pajak reklame dan penerangan jalan

yang bersifat official bagi usaha yang tidak melakukan pencatatan

maupun pembukuan dengan dasar omset penjualan atau laba aktual

bukan data historis bulan-bulan sebelumnya sehingga hasilnya lebih

akurat dan tidak ada yang merasa dirugikan.

6. Peningkatan pengawasan dan pengendalian baik secara teknis maupun

penatausahaan.

Page 142: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

122

7. Meningkatkan kemampuan SDM dengan cara melakukan pelatihan dan

program-program pendidikan yang berkaitan dengan pengelolaam pajak

dan PAD.

8. Meningkatkan kegiatan peyuluhan pada masyarakat yang dapat

membuka cakrawala berpikir masyarakat tentang betapa pentingnya

pajak yang mereka bayar untuk kelangsungan kegiatan di Kabupaten

Tangerang sehingga mereka tergugah untuk taat pajak.

9. Penulis menyarankan agar tidak menggunakan hasil penelitian ini

sebagai satu-satunya alat analitis untuk meningkatkan penerimaan pajak

reklame dan pajak penerangan jalan serta PAD bagi Dispenda Kabupaten

Tangerang, hendaknya dilakukan analisis dengan metode lainnya sebagai

bahan perbandingan demi keakuratan hasil.

Penulis telah berusaha menyajikan skripsi ini sebaik mungkin sesuai

dengan kemampuan penulis, namun masih terdapat beberapa kelemahan dan

kekurangan. Penulis memberikan saran untuk melakukan penelitian dengan

jangka waktu pengamatan yang lebih lama minimal diatas 10 tahun agar hasil

yang diperoleh lebih akurat, dan menggunakan variabel yang lebih banyak.

Variabel independen dapat menggunakan 3 (tiga) atau lebih jenis pajak

daerah dan dapat memasukkan jenis retribusi daerah karena restribusi daerah

juga memiliki kontribusi besar terhadap PAD.

Page 143: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

123

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. “Manajemen Penelitian”, Rineke Cipta, Jakarta, 2007. Bambang Prakoso, Kesit. “Pajak dan Retribusi Daerah”, Cetakan Pertama,UII

Press, Yogyakarta, 2003. Basri, Syafril Dan Hamidi, Wahyu. “Analisis Penerimaan Pajak Hotel Dan

Restoran Kabupaten Bengkalis Pasca Otonomi Daerah”, Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru, 2010.

Darmono. “Analisis Dana Bagi Hasil Pajak Sebelum Dan Sesudah Otonomi

Daerah Di Kabupaten Berau”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah, Tanjung Redeb, 2010.

Davoodi, Hamid dan Zou, Heng-fu. “Fiscal Decentralization and Economic

Growth: A Cross-Country Study”. JOURNAL OF URBAN ECONOMICS 43, 1998.

Ghazali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Hakki, Dio. “Analisis Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Sebelum dan

Pada Masa Otonomi Daerah Di Kota Bogor”, Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2008.

Halim, Abdul. “Manajemen Keuangan Daerah”,UPP AMP YKPN, Yogyakarta

2001. -------------------. “Akuntansi Keuangan Daerah”, Edisi Revisi, Salemba Empat,

Jakarta, 2004. Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi”, Erlangga,

Jakarta, 2003. Mardiasmo. “Akuntansi Sektor Publik”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2002. Pemerintah Kabupaten Tangerang. http://tangerangkab.go.id/ Peraturan Bupati Tangerang Nomor 33 Tahun 2010 Tentang “Tugas Pokok,

Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kabupaten Tangerang” Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 Tentang “Pajak Daerah”

Page 144: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

124

Resmi, Siti. “Perpajakan Teori dan Kasus”, Salemba Empat, Jakarta, 2003. Riduansyah, Muhammad. “Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonom Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor)”, Sosial Humaniora, Vol.7 No. 2, Desember jurnal Makara, 2003.

Santoso, Singgih. “Mengatasi Masalah Statistik Dengan SPSS Versi 11.5”, Elex

Media Komputindo, Jakarta, 2009.

Saragih, Juli Panglima, “Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi”, PT Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.

Suandi, Erly. “Hukum Pajak”, Edisi 2 Revisi, Salemba Empat, Jakarta, 2002. Sugiono. “Metodologi Penelitian Bisnis”, Cetakan Kesembilan, CV Alfabeta,

Bandung, 2004. Tim Penyusun Panduan Penulisan Skripsi. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010. UUD RI 1945 Pasal 1 ayat 3 Perubahan ketiga Tentang “Negara Hukum” Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun1999 Tentang “Pemerintah

Daerah”. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang “Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah”. Undang-undang Republik Indonesia 33 tahun 2004 Tentang “Pendapatan Asli

Daerah dan Perimbangan Keuangn Pemerintah Pusat dan Daerah”. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2000 Tentang “Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah”. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

“Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah”. Waluyo, “Perpajakan Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Widarjono, Agus. “Analisis Statistika Multivariat Terapan” , Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2010.

Page 145: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

125

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2006-2011

Tahun Target Realiasasi (Rp) (Rp)

2006 7,500,000,000 7,589,474,249

2007 8,500,000,000 6,026,498,163

2008 8,000,000,000 6,065,458,779

2009 6,600,000,000 3,722,812,362

2010 1,984,000,000 2,292,390,402

2011 3,028,681,250 3,773,017,815

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2006-2011

Tahun Target Realiasasi

(Rp) (Rp)

2006 59,000,000,000 67,350,753,317

2007 62,000,000,000 83,382,351,407

2008 83,100,000,000 85,582,625,343

2009 87,500,000,000 90,796,661,615

2010 62,321,000,000 72,358,335,730

2011 74,900,477,550 94,189,519,137

Target dan Realisasi Penerimaan Asli Daerah Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2006-2011

Tahun Target Realiasasi

(Rp) (Rp)

2006 246,846,682,381 251,241,734,728

2007 239,911,906,000 285,899,513,074

2008 294,773,029,000 336,921,813,888

2009 344,922,634,719 370,433,361,278

2010 295,930,495,481 350,295,789,693

2011 448,064,721,762 665,231,223,713

Page 146: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

126

Hasil Uji Mann Whitney NPar Tests

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 3 2292390402 3773017815 3.26E9 8.407E8

Sesudah 3 6026498163 7589474249 6.56E9 8.914E8

Valid N (listwise) 3

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Realisasi Sebelum 3 2.00 6.00

Sesudah 3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsb

Realisasi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -1.964

Asymp. Sig. (2-tailed) .050

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Page 147: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

127

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 3 67350753317 85582625343 7.88E10 9.952E9

Sesudah 3 72358335730 94189519137 8.58E10 1.175E10

Valid N (listwise) 3

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Realisasi Sebelum 3 2.67 8.00

Sesudah 3 4.33 13.00

Total 6

Test Statisticsb

Realisasi

Mann-Whitney U 2.000

Wilcoxon W 8.000

Z -1.091

Asymp. Sig. (2-tailed) .275

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .400a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Page 148: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

128

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 3 6.74E10 8.56E10 7.8772E10 9.95201E9

Sesudah 3 7.24E10 9.42E10 8.5782E10 1.17479E10

Valid N (listwise) 3

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Realisasi Sebelum 3 2.00 6.00

Sesudah 3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsb

Realisasi

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -1.964

Asymp. Sig. (2-tailed) .050

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Page 149: Oleh: IKHWAN SUGIONO 106082002617repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23872/1/IKHWAN... · Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan

129