ok2

20
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel. Metamorfosis biasanya terjadi pada fase berbeda-beda, dimulai dari larva atau nimfa, kadang- kadang melewati fase pupa, dan berakhir sebagai spesies dewasa. Ada dua macam metamorfosis utama pada serangga, hemimetabolisme dan holometabolisme. Kecoa merupakan anggota dari kelas insecta yang mengalami metamorfosis tidak sempurna pada daur hidupnya. Kecoa sangat kuat dalam masalah bertahan hidup. Hal itu dikarenakan mereka mampu beradaptasi pada kondisi atau lingkungan apapun. Jumlah spesies kecoa cukup beragam, hingga kini tercatat lebih dari 4.500 spesies kecoa telah diidentifikasi. Hewan ini hidup di darat dan mereka suka hidup di tempat-tempat yang berkondisi lembab. Umur kecoa berkisar antara 3 bulan sampai 1 tahunan. Dalam proses metamorfosisnya, kecoa hanya hanya melewati tiga fase, yaitu fase telur; fase nimfa, biasanya nimfa kecoa berwarna khas yaitu berwarna putih; dan fase yang terakhir adalah fase kecoa dewasa. Ilmu apapun jika hanya teori saja dan tidak disertai praktiknya, akan sangat kurang difahami, oleh karena itu

Upload: azuar-corps

Post on 06-Aug-2015

59 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

bmnk

TRANSCRIPT

Page 1: ok2

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara fisik

mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Proses ini

melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi

sel. Metamorfosis biasanya terjadi pada fase berbeda-beda, dimulai dari larva atau

nimfa, kadang-kadang melewati fase pupa, dan berakhir sebagai spesies dewasa. Ada

dua macam metamorfosis utama pada serangga, hemimetabolisme dan

holometabolisme.

Kecoa merupakan anggota dari kelas insecta yang mengalami metamorfosis

tidak sempurna pada daur hidupnya. Kecoa sangat kuat dalam masalah bertahan

hidup. Hal itu dikarenakan mereka mampu beradaptasi pada kondisi atau lingkungan

apapun. Jumlah spesies kecoa cukup beragam, hingga kini tercatat lebih dari 4.500

spesies kecoa telah diidentifikasi. Hewan ini hidup di darat dan mereka suka hidup di

tempat-tempat yang berkondisi lembab. Umur kecoa berkisar antara 3 bulan sampai 1

tahunan.

Dalam proses metamorfosisnya, kecoa hanya hanya melewati tiga fase, yaitu

fase telur; fase nimfa, biasanya nimfa kecoa berwarna khas yaitu berwarna putih; dan

fase yang terakhir adalah fase kecoa dewasa.

Ilmu apapun jika hanya teori saja dan tidak disertai praktiknya, akan sangat

kurang difahami, oleh karena itu dilakukan praktikum tentang metamorfosis tidak

sempurna ini untuk menyempurnakan teori yyang didapat.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Metamorfosis?

2. Sebutkan dan Jelaskan Macam-macam Metamorfosis!

3. Sejenis zat kimia apa yang berperan terhadap reproduksi serangga?

4. Jelaskan Tahap Metamorfosis pada Kecoa!

5. Apa saja Metode pengendalian kecoa?

Page 2: ok2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Metamorfosis

Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara fisik

mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas, melibatkan

perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel.

Metamorphosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek = meta (diantara, sekitar,

setelah), morphe` ( bentuk), osis (bagian dari), jadi metamorphosis merupakan

perubahan bentuk selama perkembangan post-embrionik. Hewan yang mengalami

metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah katak, kupu-kupu dan serangga.

Pengertian metamorfosis secara sederhana adalah perubahan dari bentuk yang

sederhana menjadi bentuk yang kompleks dan sempurna. Pada beberapa jenis hewan,

dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami proses metamorfosis.

Metamorfosis merupakan proses perubahan bentuk tubuh secara bertahap yang

dimulai dari larva sampai dewasa. Metamorfosis pada umumnya terjadi pada serangga

dan amphibi. Metamorfosis adalah peristiwa perubahan bentuk tubuh secara bertahap

yang dimulai dari larva sampai dewasa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metamorfosis adalah adanya hormon tiroid.

Hasil-hasil penelitian sementara menyimpulkan bahwa hormon tiroid menyebabkan

inti mensintesis atau menginduksi aktivitas enzim hidrolitik, yaitu enzim yang

menyebabkan jaringan atau sel menjadi lisis atau pecah. Faktor eksternal yang

mempengaruhi metamorfosis adalah ada tidaknya sumber makanan dan adanya

pemangsa.

Organisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel

agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksterna

dan interna yang selalu berubah.

Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ

tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis

dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain

disebut sebagai fungsi Endokrin

Ini bisa dilihat dari sekresi hormon Insulin oleh pulau Langerhans Pankreas

yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya sel-sel hepar. Sekarang

diakui hormon dapat bertindak setempat di sekitar mana mereka

dilepaskan tanpa melalui sirkulasi dalam plasma di sebut sebagai fungsi Parakrin,

Page 3: ok2

digambarkan oleh kerja Steroid seks dalam ovarium, Angiotensin II dalam ginjal,

Insulin pada sel pulau Langerhans.Hormon juga dapat bekerja pada sel dimana dia

disintesa disebut sebagai fungsi Autokrin. Secara khusus kerja autokrin pada sel

kanker yang mensintesis berbagai produk onkogen yang bertindak dalam sel yang

sama untuk merangsang pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan kanker

secara keseluruhan.

2.2. Macam-macam Metamorfosis

Menurut Rikky Firmansyah, dkk (2005: 139) pada umumnya, Insecta mengalami

metamorfosis selama pertumbuhannya menjadi dewasa. Metamorfosis pada insecta

dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Ametamorfosis

Ametamorfosis atau tidak mengalami metamorfosis, biasa disebut ametabola.

Bentuk tubuh serangga ini tetap sejak menetas hingga dewasa. Contoh spesies

yang termasuk ametamorfosis adalah kutu buku (Lepisma saccharina).

b. Metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola)

Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya disebut larva. Tapi

pada metamorfosis kompleks pada kebanyakan spesies serangga, hanya fase

pertama yang disebut larva dan kadang-kadang memiliki nama yang berbeda.

Pada hemimetabola, perkembangan larva berlangsung pada fase pertumbuhan

berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar. Bentuk serangga

yang baru menetas (nimfa) tidak jauh berbeda dengan bentuk serangga dewasa

(imago). Nimfa memiliki kemiripan dengan bentuk dewasa (imago), kecuali organ

reproduksi dan sayap. Organ reproduksi dan sayap pada nimfa belum

berkembang. Pada metamorfosis tidak sempurna, bentuk tubuh kelompok

serangga ini mengalami sedikit perubahan, yaitu pada saat tumbuhnya sayap.

Perbedaan yang mencolok adalah nimfa tidak memiliki sayap. Sayap akan tumbuh

secara bertahap sehingga menyerupai bentuk dewasa. Secara umum nimfa dan

serangga dewasa memiliki sifat yang sama. Contoh insecta yang mengalami

metamorfosis tidak sempurna adalah kecoa, belalang, capung, dan walang sangit.

c. Metamorfosis Sempurna (holometabola)

Pada metamorfosis sempurna, insecta mengalami beberapa fase, yaitu fase telur,

larva, pupa, dan insecta dewasa. Pada fase larva, insecta akan makan terus-

menerus untuk mengumpulkan energi sebanyak-banyaknya untuk menghadapi

Page 4: ok2

fase pupa (kepompong). Pada fase pupa, insecta tidak melakukan aktifitas apapun.

Setelah fase pupa, insecta akan menjadi insecta muda yang akan berkembang

menjadi insecta dewasa. Contoh spesies yang mengalami metamorfosis sempurna

adalah kupu-kupu, lalat dan kumbang. Pada holometabolisme, larva sangat

berbeda dengan dewasanya. Serangga yang melakukan holometabolisme melalui

fase larva, kemudian memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis,

dan akhirnya menjadi dewasa. Pada tahap pupa, serangga tidak aktif makan

(periode puasa), tetapi proses metabolisme tetap terus berlangsung. Serangga akan

mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan

sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa

menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses kematian sel disebut

histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis. Selama metamorfosis,

terjadi pengulangan proses seperti halnya pada pertumbuhan dari perkembangan

embrionik hingga akhirnya larva berubah menjadi bentuk dewasa.

2.3. Adanya suatu zat kimia yang berperan dalam reproduksi Serangga

Hormon sangat berperan penting dalam pelaksanaan reproduksi makhluk

hidup. Pada serangga, adanya suatu zat kimia yang dinamakan feromon,

merupakan suatu zat kimia yang berperan dalam pelaksanaan reproduksinya.

Menurut Prof. Dr. Edhi Martono (2009), Feromon merupakan bahan kimia yang

disekresi keluar tubuh serangga oleh kelenjar eksokrin sehingga bereaksi di luar

tubuh (antar individu). Feromon menjembatani komunikasi individu dalam satu

spesies. Kegunaannya beragam mulai dari daya tarik antar kelamin, mencari

pasangan, mengisyaratkan bahaya, menandai jejak dan wilayah, serta berbagai

interaksi intraspesifik lainnya, berbeda dengan hormon, yang merupakan isyarat

internal bagi serangga secara individual. Wilson dan Bosert, peneliti dari Harvard,

membagi feromon menjadi dua subklas:

1. releaser, yang beraksi cepat menimbulkan rangsang perilaku, dan

2. primer, yang bekerja mengubah kondisi fisiologis.

Dari beragam rangsang khemis yang terdapat di luar tubuh serangga, feromon

harus mampu muncul dengan sifat khas dan menyampaikan pesan tertentu bagi

serangga yang menerimanya. Tidak semua molekul dapat bersifat feromon. Isyarat

yang dikirimkannya harus jelas, dan dalam lingkungan terestrial senyawanya harus

Page 5: ok2

bersifat volatil. Glukose dan glikogen sulit dipergunakan sebagai feromon. Secara

teoritis, semakin besar molekulnya, semakin besar pula kemungkinannya menjadi

struktur yang unik dengan sifat khas. Tetapi pada prakteknya molekul tersebut

harus pula volatil, sehingga rantai karbonnya terbatasi paling banyak hanya sampai

20 saja. Kebanyakan molekul feromon berasal dari senyawa biokhemis biasa

seperti asam lemak atau asam amino.

Kalau jenis-jenis hormon pada subklas Insekta tak banyak bervariasi, lain

halnya dengan feromon. Jenisnya demikian banyak karena masing-masing khas

untuk spesies tertentu saja. Keragaman ini gunanya untuk menghindarkan

terjadinya kekeliruan antara satu spesies dengan spesies lain. Agar nilai

komunikasinya semakin khas, feromon kebanyakan merupakan campuran beberapa

senyawa kimia, sehingga isyarat yang terkirim sebenarnya datang dari daya kerja

total kumpulan senyawa tersebut. Ada feromon yang mampu menarik serangga

jenis kelamin lain pada jarak yang cukup jauh, ada pula yang bekerja pada jarak

dekat dan penerima menanggapinya dengan serangkaian perilaku "courtship" atau

mencari pasangan. Feromon seperti ini tidak diproduksi terus menerus, tetapi

hanya ketika serangga telah mencapai usia cukup dewasa untuk kawin, dan bahkan

itu pun pada saat tertentu saja.

Pada mulanya diduga bahwa masing-masing spesies memiliki kekhasan

molekul feromon seks yang dipergunakan untuk memikat lawan jenisnya. Molekul

ini diduga khas, unik dan menimbulkan rangsang bagi lawan jenis dalam spesies

yang sama, tidak pada serangga lain. Pada kenyataannya yang terdapat di alam

ternyata jauh lebih menarik dan lebih kompleks dari dugaan tersebut. Kebanyakan

feromon merupakan campuran kompleks dari beberapa senyawa penimbul bau, dan

campuran aroma demikian memiliki perbedaan arti yang dapat cukup luas hanya

karena sedikit perbedaan kadar campurannya.

Dalam perkembangan hidupnya, sebagian besar insecta mengalami

metamorfosis, hanya sebagian kecil saja yang tidak mengalami metamorfosis

(ametabola), yaitu perkembangan insecta muda menjadi insecta dewasa dengan

pertambahan ukuran tubuh tidak mengalami perubahan bentuk. Pada umumnya,

tahap metamorfosis pada serangga memiliki tahapan-tahapan yang sama, yaitu dari

telur, larva, pupa, dan insecta dewasa. Tahapan-tahapan tersebut tentunya terjadi

pada metamorfosis sempurna pada serangga. Sedangkan pada metamorfosis tidak

Page 6: ok2

sempurna pada serangga hanya melewati tahapan nimpa setelah telur menetas,

hingga menjadi insecta dewasa.

Perkembangan dimulai setelah telur insecta menetas. Telur dihasilkan dari

hasil fertilisasi, fertilisasi umumnya terjadi secara internal. Setelah terjadi fertilisasi,

maka insecta betina akan meletakkan telurnya pada sumber makanan yang tepat. Hal

ini dilakukan agar setelah menetas, nimpa kecoa dapat dengan mudah mendapatkan

mendapatkan makanan. Kebanyakan insecta mengalami perkawinan sekali dalam

seumur hidupnya..

Pada proses metamorfosis terjadi proses fisik, yaitu pergantian kulit yang

disebut molting. Pada serangga biasanya terjadi 4x. Pada proses ini, terjadi

Pembentukan kulit baru dan tambahan alat-alat tubuh baru yang diperluka menjelang

dewasa. Molting dipengaruhi oleh faktor internal seperti adanya hormon ekdison,

yaitu hormon yang dibutuhkan pada saat berganti kulit/ekdisis. Prosesnya diawali

dengan apolisis (lepasnya epidermis dari kutikula lama) dan sebagian besar kutikula

lama ini didegradasi oleh enzim, kutikula baru untuk sementara waktu bersifat

lunak, sampai akhirnya menjadi keras sesudah proses sklerotisasi. Hormon ekdison

disekresi dan disintesis oleh kelenjar prothoracic, yang merupakan kelenjar yang

panjang, berpasangan terletak di dalam thorax atau di belakang kepala; pada

cyclorrhaphous Diptera mereka adalah bagian dari kelenjar cincin, yang padanya

juga terdapat corpora cardiaca dan corpora allata.. Pada bentuk dewasa (imago) telah

terjadi perkembangan organ reproduksi sehingga sudah mampu bereproduksi. Lama

serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya

tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase

dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah

selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan metamorfosis tidak

sempurna. (Anonim. 2010).

2.4. Tahap Metamorfosis pada Kecoa

Kecoa merupakan anggota dari kelas insecta yang mengalami metamorfosis

tidak sempurna pada daur hidupnya. Kecoa sangat kuat dalam masalah bertahan

hidup. Hal itu dikarenakan mereka mampu beradaptasi pada kondisi atau

lingkungan apapun. Jumlah spesies kecoa cukup beragam, hingga kini tercatat

lebih dari 4.500 spesies kecoa telah diidentifikasi. Hewan ini hidup di darat dan

mereka suka hidup di tempat-tempat yang berkondisi lembab. Umur kecoa berkisar

antara 3 bulan sampai 1 tahunan. Sesuai dengan pengelompokkannya kedalam

Page 7: ok2

kelas insekta maka kecoa memiliki kaki berjumlah tiga pasang kaki (hexapoda).

Morfologi kecoa meliputi cephalo (kepala), thoraks (dada), dan abdomen (perut).

Seperti serangga lainnya kecoa memiliki eksoskeleton yang melapisi permukaan

tubuhnya untuk membentuk dan menopang tubuhnya. Pada kepala terdapat antenna

yang lebih penting dari mata majemuknya. Antenna berperan sebagai penyeimbang

gerak dan pengenal lingkungan termasuk rasa, bau, dan bahkan mengetahui letak

sumber air. Abdomen sebagai bagian terbesar, terdiri dari beberapa plate yang

saling tumpang tindih sehingga nampak seperti perisai tubuh. Kecoa memiliki

indra perasa pada kedua ujung perut sehingga dapat mengetahui adanya gerakan

sekecil apapun. Otak kecoa bukanlah organ tunggal, melainkan seperti simpul saraf

tunggal yang memanjang sepanjang tubuhnya (system sarang tangga tali). kecoa

bernafas melalui sepuluh pasang lubang yang terdapat di bagian atas toraks. Kecoa

memiliki sifat scavenger (pemakan bangkai) dan omnifora (pemakan hewan dan

tumbuhan. Kemampuan reproduksi kecoa cukup tinggi. Spesies Periplaneta

americana misalnya, sanggup bertelur sebanyak kurang lebih 700 butir per tahun

(Nandito. 2009). Dalam sekali bertelur, kecoa bisa menghasilkan 5 sampai 6 telur

sekali bertelur. Kecoa adalah insekta dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri

dari 3.500 spesies dalam 6 famili. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi,

kecuali di wilayah kutub.

Di antara spesies yang paling terkenal adalah kecoa Amerika, Periplaneta

americana, yang memiliki panjang 3 cm, kecoa Jerman, Blattella germanica,

dengan panjang ±1½ cm, dan kecoa Asia, Blattella asahinai, dengan panjang juga

sekitar 1½ cm. Kecoa sering dianggap sebagai hama dalam bangunan, walaupun

hanya sedikit dari ribuan spesies spesies yang termasuk dalam kategori ini. Kecoa,

termasuk kecoa Asia adalah hama rumahan yang oleh masyarakat dinilai tidak

berguna bahkan menjijikkan. Tetapi hasil penelitian di Amerika Serikat

menunjukkan kecoa Asia (Blattella asahinai) bisa bermanfaat bagi petani kapas

untuk digunakan sebagai pengendali biologis terhadap hama perusak. Petunjuk

tersebut merupakan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert S.

Pfannenstiel, pakar entomologi pada unit Lembaga Penelitian Pertanian (ARS)

Departemen Pertanian Amerika Serikat di Weslaco, Texas. Kecoa Asia termasuk

hewan nokturnal, yakni aktif pada malam hari. Kegiatan memangsa telur-telur

hama serangga lepidoptera berlangsung pada waktu malam. Pada waktu siang,

kecoa bersembunyi di sampah dedaunan.

Page 8: ok2

Siklus hidup kecoa terbagi menjadi 3 fase, yaitu (Sulaiman. 2004: 54) :

-Fase Telur

Telur kecoa dilindungi oleh kantong yang sangat keras yang disebut

ootheca atau kapsul yang berwarna coklat kekuningan dengan panjang 6-9 mm.

Telur yang terdapat pada setiap kapsul berkisar antara 36-40 butir. Bila terkena

insektisida, kapsul ini akan terlepas sehingga jumlah telur yang menetas lebih

sedikit. Untuk stadium telur, kecoa membutuhkan waktu 30 – 40 hari sampai telur

menetas. Sebelumnya, kapsul ini akan dibawa oleh kecoa betina selama beberapa

jam sebelum telur menetas. Satu kecoa betina mampu menghasilkan kurang lebih 6

kapsul selama hidupnya. Namun pada kondisi ideal, sepasang kecoa mampu

menghasilkan telur sebanyak 35.000 butir per tahun. ada beberapa jenis kecoa yang

kapsul telurnya menempel pada ujung abdomen induknya sampai menetas.

Peletakan kapsul kecoa bisa mencapai 30 – 86 kapsul per kecoa dengan interval 3 –

5 hari.

-Fase Nimfa

Sebuah kapsul telur yang telah dibuahi oleh kecoa jantan akan

menghasilkan nimfa. Nimfa hidup bebas dan bergerak aktif. Nimfa yang baru

keluar dari kapsul telur biasanya berwarna putih. Dengan bertambahnya umur,

warna ini akan berubah warna menjadi cokelat. Seekor nimfa akan mengalami

pergantian kulit beberapa kali sampai nimfa menjadi stadium dewasa. Ninfa

memerlukan waktu enam minggu sampai enam bulan dengan 5-7 kali ganti kulit

sebelum menjadi kecoa dewasa.

Page 9: ok2

Sumber:http://kangepot.blogspot.com/2010/12/macam-macam-daur-hidup-pada-

binatang.html.

-Fase Dewasa

Kecoa Jerman dewasa mempunyai ukuran panjang 12-15 mm dan lebar 4-5 mm,

berwarna coklat muda kekuningan. Warna kecoa betina sedikit lebih gelap bila

dibandingkan kecoa jantan. Pada bagian kepala terdapat dua garis berwarna

gelap. Sayap kecoa jantan panjangnya sama dengan panjang badan, sedangkan

kecoa betina mempunyai sayap yang sedikit lebih panjang dari tubuhnya. Umur

kecoa dewasa ini bisa mencapai 200 hari.

2.5. Untuk mengendalikan populasi kecoa, dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai

berikut:

Page 10: ok2

a. Cracks and crevices treatment, dilakukan dengan cara menyemprotkan bahan

kimia pada retakan dinding dan lantai, atau pada celah meja, kursi, dan lemari.

b. Void treatment, dilakukan dengan cara memberikan cairan atau bubuk bahan

kimia  pada area berongga, seperti pada celah antara dua dinding, dan di belakang

serta bawah lemari.

c. Spot treatment, yang juga merupakan penyemprotan bahan kimia, namun hanya

terbatas pada area ditemukannya sarang kecoa atau tempat yang diduga sebagai

sarang kecoa. Contohnya saluran pembuangan atau bak kontrol.

d. Pengumpanan (baiting), umpan yang digunakan di sini adalah yang sudah

mengandung bahan kimia tertentu sehingga dapat mengurangi populasi kecoa.

Cara ini dilakukan bila teknik yang lain tak mungkin digunakan, dan dilakukan

misalnya pada tempat penyimpanan makanan.

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

1. Metamorfosis merupakan suatu tahapan yang pasti dilewati setiap makhluk

hidup.

2. Metamorfosis dibagi menjadi 3 macam, yaitu ametamorfosis, metamorfosis

tidak sempurna dan metamorfosis sempurna.

3. Kecoa melewati tahapan metamorfosis tidak sempurna selama masa

hidupnya karena kecoa hanya melewati 3 fase, yaitu fase telur, fase nimfa

dan fase kecoa dewasa. Antara nimfa dan kecoa dewasa tidak memiliki

perbedaan bentuk yang menonjol, sehingga kecoa dikatakan melewati

metamorfosis tidak sempurna.

4. Feromon merupakan bahan kimia yang disekresi keluar tubuh serangga oleh

kelenjar eksokrin yang berperan dalam proses reproduksi serangga.

Page 11: ok2

5. Pada kondisi ideal, sepasang kecoa mampu menghasilkan telur sebanyak

35.000 butir per tahun.

6. Nimfa memiliki kemiripan dengan bentuk dewasa (imago), kecuali organ

reproduksi dan sayap.

7. Peletakan kapsul kecoa bisa mencapai 30 – 86 kapsul per kecoa dengan

interval 3 – 5 hari.

Page 12: ok2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan. Diakses dari

http://chelbryden.wordpress.com/2010/03/26/d-pertumbuhan-dan-perkembangan-

pada-hewan/. Diakses tanggal 10 mei 2011.

Firmansyah, R. 2005. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: setia purna inves.

Martono, E. 2009. Feromon pada serangga. Diakses dari

http://www.edmart.staff.ugm.ac.id/?

satoewarna=index&winoto=base&action=listmenu&skins=2&id=317&tkt=4.

Diakses tanggal 10 mei 2011.

Nandito. 2009. Metamorfosis kecoa. Diaksese dari

http://kangepot.blogspot.com/2010/12/macam-macam-daur-hidup-pada-

binatang.html. diakses tanggal 10 mei 2011.

Sulaeman, M. 2004. Lebih Dekat dengan Alam. Jakarta: setia Purna Inves.

Page 13: ok2

MAKALAH PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

“METAMORFOSIS KECOA”

DISUSUN OLEH:

AAN ANI ELENA (G1A 009 024 )

MARIYATUL QIBTIYAH (G1A 009 031)

HARLINDA ASDIANI (G1A 009 042 )

SRI SUYATNI (G1A 008 036 )

TITIS DESTIANI K (G1A 009 )

DEWI RATNA (G1A 009 )

LALE YUSMILA C (G1A 009 020 )

WIDIA ASTUTI (G1A 009 014 )

TAUFIQ RIZAL (G1A 009 )

INDRA SUKENDRA (G1A 009 )

FIFI KURNIATI (G1A )

FUJI’AH (G1A 008 )

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2011