ok2
DESCRIPTION
bmnkTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara fisik
mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Proses ini
melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi
sel. Metamorfosis biasanya terjadi pada fase berbeda-beda, dimulai dari larva atau
nimfa, kadang-kadang melewati fase pupa, dan berakhir sebagai spesies dewasa. Ada
dua macam metamorfosis utama pada serangga, hemimetabolisme dan
holometabolisme.
Kecoa merupakan anggota dari kelas insecta yang mengalami metamorfosis
tidak sempurna pada daur hidupnya. Kecoa sangat kuat dalam masalah bertahan
hidup. Hal itu dikarenakan mereka mampu beradaptasi pada kondisi atau lingkungan
apapun. Jumlah spesies kecoa cukup beragam, hingga kini tercatat lebih dari 4.500
spesies kecoa telah diidentifikasi. Hewan ini hidup di darat dan mereka suka hidup di
tempat-tempat yang berkondisi lembab. Umur kecoa berkisar antara 3 bulan sampai 1
tahunan.
Dalam proses metamorfosisnya, kecoa hanya hanya melewati tiga fase, yaitu
fase telur; fase nimfa, biasanya nimfa kecoa berwarna khas yaitu berwarna putih; dan
fase yang terakhir adalah fase kecoa dewasa.
Ilmu apapun jika hanya teori saja dan tidak disertai praktiknya, akan sangat
kurang difahami, oleh karena itu dilakukan praktikum tentang metamorfosis tidak
sempurna ini untuk menyempurnakan teori yyang didapat.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Metamorfosis?
2. Sebutkan dan Jelaskan Macam-macam Metamorfosis!
3. Sejenis zat kimia apa yang berperan terhadap reproduksi serangga?
4. Jelaskan Tahap Metamorfosis pada Kecoa!
5. Apa saja Metode pengendalian kecoa?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Metamorfosis
Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara fisik
mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas, melibatkan
perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel.
Metamorphosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek = meta (diantara, sekitar,
setelah), morphe` ( bentuk), osis (bagian dari), jadi metamorphosis merupakan
perubahan bentuk selama perkembangan post-embrionik. Hewan yang mengalami
metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah katak, kupu-kupu dan serangga.
Pengertian metamorfosis secara sederhana adalah perubahan dari bentuk yang
sederhana menjadi bentuk yang kompleks dan sempurna. Pada beberapa jenis hewan,
dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami proses metamorfosis.
Metamorfosis merupakan proses perubahan bentuk tubuh secara bertahap yang
dimulai dari larva sampai dewasa. Metamorfosis pada umumnya terjadi pada serangga
dan amphibi. Metamorfosis adalah peristiwa perubahan bentuk tubuh secara bertahap
yang dimulai dari larva sampai dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metamorfosis adalah adanya hormon tiroid.
Hasil-hasil penelitian sementara menyimpulkan bahwa hormon tiroid menyebabkan
inti mensintesis atau menginduksi aktivitas enzim hidrolitik, yaitu enzim yang
menyebabkan jaringan atau sel menjadi lisis atau pecah. Faktor eksternal yang
mempengaruhi metamorfosis adalah ada tidaknya sumber makanan dan adanya
pemangsa.
Organisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel
agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksterna
dan interna yang selalu berubah.
Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ
tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis
dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain
disebut sebagai fungsi Endokrin
Ini bisa dilihat dari sekresi hormon Insulin oleh pulau Langerhans Pankreas
yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya sel-sel hepar. Sekarang
diakui hormon dapat bertindak setempat di sekitar mana mereka
dilepaskan tanpa melalui sirkulasi dalam plasma di sebut sebagai fungsi Parakrin,
digambarkan oleh kerja Steroid seks dalam ovarium, Angiotensin II dalam ginjal,
Insulin pada sel pulau Langerhans.Hormon juga dapat bekerja pada sel dimana dia
disintesa disebut sebagai fungsi Autokrin. Secara khusus kerja autokrin pada sel
kanker yang mensintesis berbagai produk onkogen yang bertindak dalam sel yang
sama untuk merangsang pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan kanker
secara keseluruhan.
2.2. Macam-macam Metamorfosis
Menurut Rikky Firmansyah, dkk (2005: 139) pada umumnya, Insecta mengalami
metamorfosis selama pertumbuhannya menjadi dewasa. Metamorfosis pada insecta
dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a. Ametamorfosis
Ametamorfosis atau tidak mengalami metamorfosis, biasa disebut ametabola.
Bentuk tubuh serangga ini tetap sejak menetas hingga dewasa. Contoh spesies
yang termasuk ametamorfosis adalah kutu buku (Lepisma saccharina).
b. Metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola)
Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya disebut larva. Tapi
pada metamorfosis kompleks pada kebanyakan spesies serangga, hanya fase
pertama yang disebut larva dan kadang-kadang memiliki nama yang berbeda.
Pada hemimetabola, perkembangan larva berlangsung pada fase pertumbuhan
berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar. Bentuk serangga
yang baru menetas (nimfa) tidak jauh berbeda dengan bentuk serangga dewasa
(imago). Nimfa memiliki kemiripan dengan bentuk dewasa (imago), kecuali organ
reproduksi dan sayap. Organ reproduksi dan sayap pada nimfa belum
berkembang. Pada metamorfosis tidak sempurna, bentuk tubuh kelompok
serangga ini mengalami sedikit perubahan, yaitu pada saat tumbuhnya sayap.
Perbedaan yang mencolok adalah nimfa tidak memiliki sayap. Sayap akan tumbuh
secara bertahap sehingga menyerupai bentuk dewasa. Secara umum nimfa dan
serangga dewasa memiliki sifat yang sama. Contoh insecta yang mengalami
metamorfosis tidak sempurna adalah kecoa, belalang, capung, dan walang sangit.
c. Metamorfosis Sempurna (holometabola)
Pada metamorfosis sempurna, insecta mengalami beberapa fase, yaitu fase telur,
larva, pupa, dan insecta dewasa. Pada fase larva, insecta akan makan terus-
menerus untuk mengumpulkan energi sebanyak-banyaknya untuk menghadapi
fase pupa (kepompong). Pada fase pupa, insecta tidak melakukan aktifitas apapun.
Setelah fase pupa, insecta akan menjadi insecta muda yang akan berkembang
menjadi insecta dewasa. Contoh spesies yang mengalami metamorfosis sempurna
adalah kupu-kupu, lalat dan kumbang. Pada holometabolisme, larva sangat
berbeda dengan dewasanya. Serangga yang melakukan holometabolisme melalui
fase larva, kemudian memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis,
dan akhirnya menjadi dewasa. Pada tahap pupa, serangga tidak aktif makan
(periode puasa), tetapi proses metabolisme tetap terus berlangsung. Serangga akan
mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan
sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa
menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses kematian sel disebut
histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis. Selama metamorfosis,
terjadi pengulangan proses seperti halnya pada pertumbuhan dari perkembangan
embrionik hingga akhirnya larva berubah menjadi bentuk dewasa.
2.3. Adanya suatu zat kimia yang berperan dalam reproduksi Serangga
Hormon sangat berperan penting dalam pelaksanaan reproduksi makhluk
hidup. Pada serangga, adanya suatu zat kimia yang dinamakan feromon,
merupakan suatu zat kimia yang berperan dalam pelaksanaan reproduksinya.
Menurut Prof. Dr. Edhi Martono (2009), Feromon merupakan bahan kimia yang
disekresi keluar tubuh serangga oleh kelenjar eksokrin sehingga bereaksi di luar
tubuh (antar individu). Feromon menjembatani komunikasi individu dalam satu
spesies. Kegunaannya beragam mulai dari daya tarik antar kelamin, mencari
pasangan, mengisyaratkan bahaya, menandai jejak dan wilayah, serta berbagai
interaksi intraspesifik lainnya, berbeda dengan hormon, yang merupakan isyarat
internal bagi serangga secara individual. Wilson dan Bosert, peneliti dari Harvard,
membagi feromon menjadi dua subklas:
1. releaser, yang beraksi cepat menimbulkan rangsang perilaku, dan
2. primer, yang bekerja mengubah kondisi fisiologis.
Dari beragam rangsang khemis yang terdapat di luar tubuh serangga, feromon
harus mampu muncul dengan sifat khas dan menyampaikan pesan tertentu bagi
serangga yang menerimanya. Tidak semua molekul dapat bersifat feromon. Isyarat
yang dikirimkannya harus jelas, dan dalam lingkungan terestrial senyawanya harus
bersifat volatil. Glukose dan glikogen sulit dipergunakan sebagai feromon. Secara
teoritis, semakin besar molekulnya, semakin besar pula kemungkinannya menjadi
struktur yang unik dengan sifat khas. Tetapi pada prakteknya molekul tersebut
harus pula volatil, sehingga rantai karbonnya terbatasi paling banyak hanya sampai
20 saja. Kebanyakan molekul feromon berasal dari senyawa biokhemis biasa
seperti asam lemak atau asam amino.
Kalau jenis-jenis hormon pada subklas Insekta tak banyak bervariasi, lain
halnya dengan feromon. Jenisnya demikian banyak karena masing-masing khas
untuk spesies tertentu saja. Keragaman ini gunanya untuk menghindarkan
terjadinya kekeliruan antara satu spesies dengan spesies lain. Agar nilai
komunikasinya semakin khas, feromon kebanyakan merupakan campuran beberapa
senyawa kimia, sehingga isyarat yang terkirim sebenarnya datang dari daya kerja
total kumpulan senyawa tersebut. Ada feromon yang mampu menarik serangga
jenis kelamin lain pada jarak yang cukup jauh, ada pula yang bekerja pada jarak
dekat dan penerima menanggapinya dengan serangkaian perilaku "courtship" atau
mencari pasangan. Feromon seperti ini tidak diproduksi terus menerus, tetapi
hanya ketika serangga telah mencapai usia cukup dewasa untuk kawin, dan bahkan
itu pun pada saat tertentu saja.
Pada mulanya diduga bahwa masing-masing spesies memiliki kekhasan
molekul feromon seks yang dipergunakan untuk memikat lawan jenisnya. Molekul
ini diduga khas, unik dan menimbulkan rangsang bagi lawan jenis dalam spesies
yang sama, tidak pada serangga lain. Pada kenyataannya yang terdapat di alam
ternyata jauh lebih menarik dan lebih kompleks dari dugaan tersebut. Kebanyakan
feromon merupakan campuran kompleks dari beberapa senyawa penimbul bau, dan
campuran aroma demikian memiliki perbedaan arti yang dapat cukup luas hanya
karena sedikit perbedaan kadar campurannya.
Dalam perkembangan hidupnya, sebagian besar insecta mengalami
metamorfosis, hanya sebagian kecil saja yang tidak mengalami metamorfosis
(ametabola), yaitu perkembangan insecta muda menjadi insecta dewasa dengan
pertambahan ukuran tubuh tidak mengalami perubahan bentuk. Pada umumnya,
tahap metamorfosis pada serangga memiliki tahapan-tahapan yang sama, yaitu dari
telur, larva, pupa, dan insecta dewasa. Tahapan-tahapan tersebut tentunya terjadi
pada metamorfosis sempurna pada serangga. Sedangkan pada metamorfosis tidak
sempurna pada serangga hanya melewati tahapan nimpa setelah telur menetas,
hingga menjadi insecta dewasa.
Perkembangan dimulai setelah telur insecta menetas. Telur dihasilkan dari
hasil fertilisasi, fertilisasi umumnya terjadi secara internal. Setelah terjadi fertilisasi,
maka insecta betina akan meletakkan telurnya pada sumber makanan yang tepat. Hal
ini dilakukan agar setelah menetas, nimpa kecoa dapat dengan mudah mendapatkan
mendapatkan makanan. Kebanyakan insecta mengalami perkawinan sekali dalam
seumur hidupnya..
Pada proses metamorfosis terjadi proses fisik, yaitu pergantian kulit yang
disebut molting. Pada serangga biasanya terjadi 4x. Pada proses ini, terjadi
Pembentukan kulit baru dan tambahan alat-alat tubuh baru yang diperluka menjelang
dewasa. Molting dipengaruhi oleh faktor internal seperti adanya hormon ekdison,
yaitu hormon yang dibutuhkan pada saat berganti kulit/ekdisis. Prosesnya diawali
dengan apolisis (lepasnya epidermis dari kutikula lama) dan sebagian besar kutikula
lama ini didegradasi oleh enzim, kutikula baru untuk sementara waktu bersifat
lunak, sampai akhirnya menjadi keras sesudah proses sklerotisasi. Hormon ekdison
disekresi dan disintesis oleh kelenjar prothoracic, yang merupakan kelenjar yang
panjang, berpasangan terletak di dalam thorax atau di belakang kepala; pada
cyclorrhaphous Diptera mereka adalah bagian dari kelenjar cincin, yang padanya
juga terdapat corpora cardiaca dan corpora allata.. Pada bentuk dewasa (imago) telah
terjadi perkembangan organ reproduksi sehingga sudah mampu bereproduksi. Lama
serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya
tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase
dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah
selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan metamorfosis tidak
sempurna. (Anonim. 2010).
2.4. Tahap Metamorfosis pada Kecoa
Kecoa merupakan anggota dari kelas insecta yang mengalami metamorfosis
tidak sempurna pada daur hidupnya. Kecoa sangat kuat dalam masalah bertahan
hidup. Hal itu dikarenakan mereka mampu beradaptasi pada kondisi atau
lingkungan apapun. Jumlah spesies kecoa cukup beragam, hingga kini tercatat
lebih dari 4.500 spesies kecoa telah diidentifikasi. Hewan ini hidup di darat dan
mereka suka hidup di tempat-tempat yang berkondisi lembab. Umur kecoa berkisar
antara 3 bulan sampai 1 tahunan. Sesuai dengan pengelompokkannya kedalam
kelas insekta maka kecoa memiliki kaki berjumlah tiga pasang kaki (hexapoda).
Morfologi kecoa meliputi cephalo (kepala), thoraks (dada), dan abdomen (perut).
Seperti serangga lainnya kecoa memiliki eksoskeleton yang melapisi permukaan
tubuhnya untuk membentuk dan menopang tubuhnya. Pada kepala terdapat antenna
yang lebih penting dari mata majemuknya. Antenna berperan sebagai penyeimbang
gerak dan pengenal lingkungan termasuk rasa, bau, dan bahkan mengetahui letak
sumber air. Abdomen sebagai bagian terbesar, terdiri dari beberapa plate yang
saling tumpang tindih sehingga nampak seperti perisai tubuh. Kecoa memiliki
indra perasa pada kedua ujung perut sehingga dapat mengetahui adanya gerakan
sekecil apapun. Otak kecoa bukanlah organ tunggal, melainkan seperti simpul saraf
tunggal yang memanjang sepanjang tubuhnya (system sarang tangga tali). kecoa
bernafas melalui sepuluh pasang lubang yang terdapat di bagian atas toraks. Kecoa
memiliki sifat scavenger (pemakan bangkai) dan omnifora (pemakan hewan dan
tumbuhan. Kemampuan reproduksi kecoa cukup tinggi. Spesies Periplaneta
americana misalnya, sanggup bertelur sebanyak kurang lebih 700 butir per tahun
(Nandito. 2009). Dalam sekali bertelur, kecoa bisa menghasilkan 5 sampai 6 telur
sekali bertelur. Kecoa adalah insekta dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri
dari 3.500 spesies dalam 6 famili. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi,
kecuali di wilayah kutub.
Di antara spesies yang paling terkenal adalah kecoa Amerika, Periplaneta
americana, yang memiliki panjang 3 cm, kecoa Jerman, Blattella germanica,
dengan panjang ±1½ cm, dan kecoa Asia, Blattella asahinai, dengan panjang juga
sekitar 1½ cm. Kecoa sering dianggap sebagai hama dalam bangunan, walaupun
hanya sedikit dari ribuan spesies spesies yang termasuk dalam kategori ini. Kecoa,
termasuk kecoa Asia adalah hama rumahan yang oleh masyarakat dinilai tidak
berguna bahkan menjijikkan. Tetapi hasil penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan kecoa Asia (Blattella asahinai) bisa bermanfaat bagi petani kapas
untuk digunakan sebagai pengendali biologis terhadap hama perusak. Petunjuk
tersebut merupakan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert S.
Pfannenstiel, pakar entomologi pada unit Lembaga Penelitian Pertanian (ARS)
Departemen Pertanian Amerika Serikat di Weslaco, Texas. Kecoa Asia termasuk
hewan nokturnal, yakni aktif pada malam hari. Kegiatan memangsa telur-telur
hama serangga lepidoptera berlangsung pada waktu malam. Pada waktu siang,
kecoa bersembunyi di sampah dedaunan.
Siklus hidup kecoa terbagi menjadi 3 fase, yaitu (Sulaiman. 2004: 54) :
-Fase Telur
Telur kecoa dilindungi oleh kantong yang sangat keras yang disebut
ootheca atau kapsul yang berwarna coklat kekuningan dengan panjang 6-9 mm.
Telur yang terdapat pada setiap kapsul berkisar antara 36-40 butir. Bila terkena
insektisida, kapsul ini akan terlepas sehingga jumlah telur yang menetas lebih
sedikit. Untuk stadium telur, kecoa membutuhkan waktu 30 – 40 hari sampai telur
menetas. Sebelumnya, kapsul ini akan dibawa oleh kecoa betina selama beberapa
jam sebelum telur menetas. Satu kecoa betina mampu menghasilkan kurang lebih 6
kapsul selama hidupnya. Namun pada kondisi ideal, sepasang kecoa mampu
menghasilkan telur sebanyak 35.000 butir per tahun. ada beberapa jenis kecoa yang
kapsul telurnya menempel pada ujung abdomen induknya sampai menetas.
Peletakan kapsul kecoa bisa mencapai 30 – 86 kapsul per kecoa dengan interval 3 –
5 hari.
-Fase Nimfa
Sebuah kapsul telur yang telah dibuahi oleh kecoa jantan akan
menghasilkan nimfa. Nimfa hidup bebas dan bergerak aktif. Nimfa yang baru
keluar dari kapsul telur biasanya berwarna putih. Dengan bertambahnya umur,
warna ini akan berubah warna menjadi cokelat. Seekor nimfa akan mengalami
pergantian kulit beberapa kali sampai nimfa menjadi stadium dewasa. Ninfa
memerlukan waktu enam minggu sampai enam bulan dengan 5-7 kali ganti kulit
sebelum menjadi kecoa dewasa.
Sumber:http://kangepot.blogspot.com/2010/12/macam-macam-daur-hidup-pada-
binatang.html.
-Fase Dewasa
Kecoa Jerman dewasa mempunyai ukuran panjang 12-15 mm dan lebar 4-5 mm,
berwarna coklat muda kekuningan. Warna kecoa betina sedikit lebih gelap bila
dibandingkan kecoa jantan. Pada bagian kepala terdapat dua garis berwarna
gelap. Sayap kecoa jantan panjangnya sama dengan panjang badan, sedangkan
kecoa betina mempunyai sayap yang sedikit lebih panjang dari tubuhnya. Umur
kecoa dewasa ini bisa mencapai 200 hari.
2.5. Untuk mengendalikan populasi kecoa, dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
a. Cracks and crevices treatment, dilakukan dengan cara menyemprotkan bahan
kimia pada retakan dinding dan lantai, atau pada celah meja, kursi, dan lemari.
b. Void treatment, dilakukan dengan cara memberikan cairan atau bubuk bahan
kimia pada area berongga, seperti pada celah antara dua dinding, dan di belakang
serta bawah lemari.
c. Spot treatment, yang juga merupakan penyemprotan bahan kimia, namun hanya
terbatas pada area ditemukannya sarang kecoa atau tempat yang diduga sebagai
sarang kecoa. Contohnya saluran pembuangan atau bak kontrol.
d. Pengumpanan (baiting), umpan yang digunakan di sini adalah yang sudah
mengandung bahan kimia tertentu sehingga dapat mengurangi populasi kecoa.
Cara ini dilakukan bila teknik yang lain tak mungkin digunakan, dan dilakukan
misalnya pada tempat penyimpanan makanan.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
1. Metamorfosis merupakan suatu tahapan yang pasti dilewati setiap makhluk
hidup.
2. Metamorfosis dibagi menjadi 3 macam, yaitu ametamorfosis, metamorfosis
tidak sempurna dan metamorfosis sempurna.
3. Kecoa melewati tahapan metamorfosis tidak sempurna selama masa
hidupnya karena kecoa hanya melewati 3 fase, yaitu fase telur, fase nimfa
dan fase kecoa dewasa. Antara nimfa dan kecoa dewasa tidak memiliki
perbedaan bentuk yang menonjol, sehingga kecoa dikatakan melewati
metamorfosis tidak sempurna.
4. Feromon merupakan bahan kimia yang disekresi keluar tubuh serangga oleh
kelenjar eksokrin yang berperan dalam proses reproduksi serangga.
5. Pada kondisi ideal, sepasang kecoa mampu menghasilkan telur sebanyak
35.000 butir per tahun.
6. Nimfa memiliki kemiripan dengan bentuk dewasa (imago), kecuali organ
reproduksi dan sayap.
7. Peletakan kapsul kecoa bisa mencapai 30 – 86 kapsul per kecoa dengan
interval 3 – 5 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan. Diakses dari
http://chelbryden.wordpress.com/2010/03/26/d-pertumbuhan-dan-perkembangan-
pada-hewan/. Diakses tanggal 10 mei 2011.
Firmansyah, R. 2005. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: setia purna inves.
Martono, E. 2009. Feromon pada serangga. Diakses dari
http://www.edmart.staff.ugm.ac.id/?
satoewarna=index&winoto=base&action=listmenu&skins=2&id=317&tkt=4.
Diakses tanggal 10 mei 2011.
Nandito. 2009. Metamorfosis kecoa. Diaksese dari
http://kangepot.blogspot.com/2010/12/macam-macam-daur-hidup-pada-
binatang.html. diakses tanggal 10 mei 2011.
Sulaeman, M. 2004. Lebih Dekat dengan Alam. Jakarta: setia Purna Inves.
MAKALAH PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN
“METAMORFOSIS KECOA”
DISUSUN OLEH:
AAN ANI ELENA (G1A 009 024 )
MARIYATUL QIBTIYAH (G1A 009 031)
HARLINDA ASDIANI (G1A 009 042 )
SRI SUYATNI (G1A 008 036 )
TITIS DESTIANI K (G1A 009 )
DEWI RATNA (G1A 009 )
LALE YUSMILA C (G1A 009 020 )
WIDIA ASTUTI (G1A 009 014 )
TAUFIQ RIZAL (G1A 009 )
INDRA SUKENDRA (G1A 009 )
FIFI KURNIATI (G1A )
FUJI’AH (G1A 008 )
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2011