objek ii

10

Click here to load reader

Upload: ndh-azwendah

Post on 28-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OBJEK II

OBJEK II

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

Tujuan :

Mampu melakukan penetapan rhesus dengan benar

Mampu melaksanakan pengambilan darah kapiler dengan baik

Tinjauan pustaka

Golongan darah manusia dibagi menjadi beberapa macam. Hal ini dapat dilihat dari

aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi ) yang terkandung dalam darah seseorang.

Penggolongan darah ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Lendsteiner dan Donath. Di dalam

darah manusia terdapat aglutinogen (antigen) pada eritrosit dan aglutinin (antibodi ) yang

terdapat di dalam plasma darah.

Penemuan Karl Landsteiner diawali dari penelitiannya, yaitu ketika eritrosit seseorang

dicampur dengan serum darah orang lain, maka terjadi penggumpalan (aglutinasi). Tetapi pada

orang selanjutnya, campuran itu tidak menyebabkan penggumpalan darah. Aglutinogen

(aglutinin) yang terdapat pada eritrosit orang tertentu dapat bereaksi dengan zat aglutinin

(antibodi) yang terdapat pada serum darah. Aglutinogen dibedakan menjadi dua yaitu:

Aglutinogen A : memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin

pada rangka glikoproteinnya.

Aglutinogen B : memiliki enzim galaktose pada rangka glikoproteinnya. Aglutinin dibedakan

menjadi aglutinin α dan β .

Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A saja atau aglutinogen

B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung aglutinogen A dan B. Ada juga yang tidak

mengandung aglutinogen sama sekali. Adanya aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi

dasar penggolongan darah manusia berdasarkan sistem ABO.

Page 2: OBJEK II

Penggolongan darah pada manusia maupun hewan selain dengan sistem ABO, juga dapat

digolongkan berdasarkan sistem MN. Hal ini didasarkan pada hasil penemuan antigen baru oleh

K. Landsteiner dan P. Levine pada tahun 1927 pada eritrosit. Antigen ini oleh Landsteiner dan

Levin diberi nama antigen M dan antigen N. Sama halnya dengan sistem ABO, apabila di dalam

eritrosit seseorang terdapat antigen M maka golongan darah orang tersebut disebut golongan

darah M, apabila di dalam eritrosit seseorang yang lain terdapat antigen N maka golongan darah

orang tersebut disebut golongan darah N, dan apabila sesorang yang lain lagi memiliki kedua

antigen tersebut (MN) maka orang tersebut bergolongan darah MN.

Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen yang memiliki alela

ganda, yaitu alela LM yang mengendalikan antigen M dan alela LN yang mengendalikan antigen

N. Pada penggolongan darah MN ini tidak terdapat dominansi antara alela LM dan alela LN,

artinya apabila seseorang memiliki kedua antigen tersebut (M dan N) maka orang itu

bergolongan darah MN.

Untuk pewarisan golongan darah MN parental kepada filiusnya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :

Landsteiner dan A.S. Weiner pada tahun 1946 menemukan antigen tertentu dalam

darah Maccacus rhesus, yang diberi nama antigen rhesus (Rh). Antigen ini juga ditemukan

dalam sel darah merah manusia, sehingga darah manusia di golongka nmenjadi 2 yaitu Rh+ dan

Rh- :

Page 3: OBJEK II

Orang bergolongan Rh+ : Bila di dalam eritrositnya terkandung aglutinogen Rhesus, yang

85% dimiliki orang berkulit berwarna.

Orang bergolongan Rh- : Bila dalam eritrositnya tidak terdapat aglutinogen Rhesus, yang

85% dimiliki orang berkulit putih.

Adanya antigen Rh di dalam darah dikendalikan oleh gen IRh, yang dominan terhadap Irh.

Sehingga genotif orang menurut sistem Rh ini dapat dibedakan atas :

Seorang ibu yang Rh+ mengandung embrio bergolongan Rh- atau Rh+, kemungkinan

anaknya akan lahir dengan selamat, dalam arti tidak terjadi gangguan darah karena faktor Rh,

tetapi pada ibu yang bergolongan darah Rh- :

bila mengandung embrio Rh-, embrio tidak akan mengalami gangguan apapun dan

mungkin lahir dengan selamat

bila mengandung embrio Rh+, kemungkinan kandungan pertama akan lahir dengan

selamat, artinya tidak mengalami gangguan karena sistem Rh ini. Tetapi pada waktu bayi

ini lahir dalam rahim ibu kemungkinan akan tertinggal antigen Rh yang dapat ikut

peredaran darah ibu, sehingga dalam tubuh ibu akan terbentuk zat anti Rh.

Apabila bayi bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan RH-, dimana

darah ibu sudah terbentuk zat anti Rh+, maka tubuh bayi akan kemasukan zat anti Rh+, dan anak

itu akan menderita penyakit kuning atau anemia berat sejak lahir yang disebut erythroblastosis

foetalis (sel darah merahnya tidak dapat dewasa) yang ditandai dengan :

Page 4: OBJEK II

tubuh menggembung oleh cairan

hati dan limpha membengkak

dalam darah banyak erithroblast (eritrosit yang belum masak yang dya ikatanya terhadap

oksigen berkurang )

kulit berwarna kuning keemasan

Hal ini dapat terjadi karena zat anti Rh dari ibu masuk ke sistem peredaran darah anak,

sehingga zat anti Rh tersebut bertemu dengan antigen Rh. Bayi yangmengalami gangguan ini

biasanya tidak berumur panjang. Tetapi kondisi ini sekarang dapat ditolong dengan jalan

mengganti seluruh darahnya dengan darahyang normal.

Bahan dan Alat

Alat : pipet tetes, tusuk gigi, kapas, lanset, kertas uji golongan darah,

Bahan : alcohol 70 % (antiseptic), kit rhesus, darah kapiler

Cara kerja

1. Bersihkan jari manis sebelah kiri dengan kapas yang telah dibasahi dengan alcohol

2. Tusuk dengan lanset denga satu kali tusukan, tetes pertama dibuang dan tetes selanjutnya

diteteskan pada kolom terakhir kertas uji golongan darah

3. Teteskan diatas tetesan darah pada kolom kertas uji golongan darah tersebut kit Rhesus

4. Aduk dengan tususk gigi dengan cara melingkar, amati reaksi aglutinasi yang terjadi

Hasil dan Pembahasan

Page 5: OBJEK II

Hasil

Hasil pengamatan golongan darah kelompok

Nama Rhesus

Azwendah

Desi Afriani

Devi Purnama Sari

Dona Alisa Purnama

Dwita Maestri Hasin

Merviana

+

+

+

+

+

+

Hasil keseluruhan

kelompok Golongan darah Rhesus

A B AB O + -

1

2

3

4

5

1

1

2

1

1

2

1

1

2

1

-

-

1

1

1

3

1

2

4

3

6

3

6

8

6

-

-

-

-

-

Jumlah (n) 6 7 3 13 29 -

Persentase

(%)

20,69% 24,14% 10,34% 44,83% 100%

Persentase (%) ¿jumlah (n)

jumlah praktikan (29)x100 %

Rhesus

Persentase (%) ¿2929

x100 %

= 100%

Page 6: OBJEK II

Pembahasan

seseorang dikatakan bergolongan Rh+ : Bila di dalam eritrositnya terkandung

aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki orang berkulit berwarna. Orang bergolongan Rh - : Bila

dalam eritrositnya tidak terdapat aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki orang berkulit putih.

Untuk alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan rhesus Sama halnya pada

pemeriksaan golongan darah ABO, hanya saja pada pemeriksaan rhesus anti kid yang digunakan

yaitu anti D, begitu juga dengan prosedur yang dilakukan, dimana ujung jari yang akan

digunakan untuk pengambilan darah dibersihkan dengan kapas antiseptic tujuannya agar

terhindar dari kuman-kuman yang dapat menyebabkan infeksi, setelah ujung jari dibersihkan

tusuk dengan lanset dengan satu kali tususkan tetes pertama dibuang dan tetes selanjutnya

diteteskan pada kolom terakhir yang terdapat pada kertas uji golongan darah. Kemudian teteskan

diatas tetesan darah pada kolom kertas uji golongan darah tersebut kit D lalu Aduk dengan

tususk gigi dengan cara melingkar, lalu amati reaksi aglutinasi yang terjadi. Pada pengamatan

yang dilakukan semua praktikan memiliki rhesus positif yang ditrandai dengan terjadinya

aglutinasi pada kertas uji penggolongan darah setelah diteteskan kit D sehingga persentase rhesus

yang didapat yaitu 100% seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada umumnya orang Asia

memiliki rhesus positif

Kesimpulan

o sistem rhesus merupakan suatu system yang sangat kompleks seseorang dikatakan

bergolongan Rh+ : Bila di dalam eritrositnya terkandung aglutinogen Rhesus. Orang

bergolongan Rh- : Bila dalam eritrositnya tidak terdapat aglutinogen Rhesus

o pada pemeriksaan golongan darah rhesus digunakan kit rhesus (anti D)

o dari hasil persentase rhesus yang didapat,dari 29 orang praktikan hasilnya 100 % yang

berarti semua praktikan memiliki rhesus positif.

Page 7: OBJEK II

Daftar pustaka

Markum AH, Ismail S, Alatas H. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Bagian IKA FKUI, 1991: 332-334

Prawirohardjo S, Winkjosastro H. ilmu kebidanan. Ed.II. Jakarta: Yayasan bina Pustaka. 1986: 426-444

Mochtar R. Sinopsis obstetri, 1.jakarta: EGC, 1995: 164-171

Cunningham FG, MacDonald PC, et al. Williams Obstetrics. 18th edition 1995. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: 706-721