obat antidiare singkat

2
Obat Antidiare Kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah: 1.Kemoterapeutik untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika, sulfonamida, kinolon, dan funazolidon. 2. Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni: a. Zat-zat penekan peristaltik (antimotilitas) sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus: candu dan alkaloidnya, derivat- derivat petidin (difenoksilat dan loperamida), dan antikolinergik (atropin, ekstra belladonna). Adapun mekanisme kerja obat-obatan ini adalah menstimulasi aktivasi reseptor μ pada neuron menterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus. Loperamid merupakan opioid yang paling tepat untuk efek lokal usus karena tidak menembus sawar otak. Oleh karena itu loperamid hanya menimbulkan sedikit efek sentral dan tidak menimbulkan efek ketergantungan. b. Asstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam semak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan aluminium. c. Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun

Upload: syukri-la-ranti

Post on 14-Jun-2015

1.958 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Penjelasan Yang kurang lengkap tentang obat antidiare.Nikmati saja

TRANSCRIPT

Page 1: Obat Antidiare Singkat

Obat Antidiare

Kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah:

1.Kemoterapeutik untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika, sulfonamida, kinolon, dan funazolidon.

2. Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara,

yakni:

a. Zat-zat penekan peristaltik (antimotilitas) sehingga memberikan lebih banyak waktu

untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus: candu dan alkaloidnya, derivat-derivat

petidin (difenoksilat dan loperamida), dan antikolinergik (atropin, ekstra belladonna).

Adapun mekanisme kerja obat-obatan ini adalah menstimulasi aktivasi reseptor μ pada neuron menterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus. Loperamid merupakan opioid yang paling tepat untuk efek lokal usus karena tidak menembus sawar otak. Oleh karena itu loperamid hanya menimbulkan sedikit efek sentral dan tidak menimbulkan efek ketergantungan.

b. Asstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam semak (tanin) dan

tannalbumin, garam-garam bismut, dan aluminium.

c. Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya dapat menyerap

(adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal

dari makanan (udang, ikan).

3. Spasmolitika,yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang sering

kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin dan oksifenonium (Tjay,

2002).