o b s e r v a t o r i a...sedangkan planet venus atau dikenal dengan bintang fajar akan terlihat...
TRANSCRIPT
Mawar Merah
di Angkasa
Gerhana Bulan
17 Juli 2019
Wawancara Tokoh Dr. H. M. Ma’rifat Iman KH., M.A.
Syawal- Zulkaidah 1440 H
Edisi 06 Juli 2019
O B S E R V A T O R I A M a j a l a h
Majalah OIF UMSU Redaksi : Jl. Denai, No 217 Medan 20226.
Telp/WA : 0853 6116 2933
E-mail : [email protected]
Fb : Observatorium Ilmu Falak UMSU
Website : www.oif.umsu.ac.id
Penasehat Ahli : Agussani (Rektor UMSU)
Badan Pembina : Nawir Yuslem
Gunawan
Sulidar
Muhammad Qorib
Pimpinan Umum : Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
Dewan Redaksi : Marataon Ritonga
Hariyadi Putraga
Khairul Bariah Ritonga Nova Anggraini
Riskiyan Hadi
Leo Hermawan
Editor : Niki Alma Febriana Fauzi
Desain & Layout : Muhammad Hidayat
Majalah OIF UMSU menerima kiriman tulisan dari para pembaca. Panjang tulisan maksimal 5000
karakter dikirim via email disertai alamat lengkap, no. Telp/hp. Semua naskah masuk menjadi
milik Majalah OIF UMSU dan tidak dikembalikan.
Susunan Redaksi
Daftar Isi :
OIF UMSU
Memotret Semesta Demi Iman
dan Peradaban
Gerhana Bulan Sebagian Tahun 2019_1 Hisab dan Aspek Astronomi Penentuan Awal Bulan _ 3 Bulan Yang Terbelah_ 7 Mengenal Tiang Keliling bumi_ 9 Sejarah Baru Astromomi – Gambar Lubang Hitam Pertama_ 11 Kriteria 29 dan RHI SUMUT _ 13 Beberapa Literatur Tentang Kalender Islam Global_ 15 Wawancara Tokoh _ 17 Mawar Merah Di Angkasa_ 21
Mengenal Nova Dan Supernova_ 23 Ayo Menghitung Percepatan Gravitasi Bumi dengan Ayunan Matematis_ 25 Beberapa Kegiatan Tim OIF UMSU Menjelang Ramadhan 1440 H_ 27
ZULKAIDAH
Zulkaidah (Arab: Dzu al-Qa’dah) adalah bulan ke-11 dalam Kalender
Islam. Dinamakan demikian karena bangsa Arab ketika itu memilih duduk santai di rumah-rumah mereka karena ketika itu dilarang berperang karena sedang berada dalam bulan-bulan haram.
Beberapa peristiwa penting di bulan Zulkaidah: 1. Nabi Musa bermunajat kepada Allah selama 30 hari 2. Nabi Ibrahim dan putranya Ismail mendirikan pondasi bangunan
Ka’bah
3. Terbelahnya laut oleh Nabi Musa 4. Keluarnya Nabi Nuh dari perut ikan.
Zulkaidah 1440 H
Ijtima’ : Rabu, 03 Juli 2019 Pk 02:16 WIB
Tinggi Hilal (di Medan) : +07°12'24"
1 Zulkaidah : Kamis, 04 Juli 2019 M
Sumber: Al-Qazwainy, ‘Ajā’ib al-Makhlūqāt wa Gharā’ib al-Maujūdāt, Tahkik:
Muhammad bin Yusuf al-Qadhi (Cairo: Maktabah ats-Tsaqāfah ad-Dīniyyah, t.t.)
T A J U K
Kutipan
“ Astronomi adalah miniatur majunya peradaban sebuah bangsa” (Prof. M. A. Sulaiman)
UMSU Unggul, Cerdas, Terpercaya
Gambar Gerhana Bulan Sebagian (Sumber : dokumentasi OIF UMSU)
P
S A J I A NUTAMA
Gerhana Bulan Sebagian Tahun 2019
Setelah terjadi gerhana matahari, pada 14 hari berikutnya atau pada saat bulan
memasuki fase purnama akan terjadi fenomena alam yang lain, yaitu gerhana bulan.
Gerhana bulan kali ini akan terjadi pada tanggal 17 Juli 2019. Penduduk Indonesia
akan dapat mengamati fenomena ini secara penuh. Berbeda dengan gerhana bulan
pada Januari lalu, gerhana bulan kali ini hanya akan terjadi sebagian, sehingga
puncaknya hanya akan menutupi sebagian dari piringan bulan.
Gerhana bulan sebagian terjadi karena pada saat bumi berpindah, ia berada di
antara matahari dan bulan, namun tidak membentuk satu garis lurus. Saat hal ini
terjadi, sebagian dari permukaan bulan akan tertutupi oleh gelap, yang merupakan
bagian pusat dari bayangan bumi yang disebut umbra. Sementara bagian permukaan
bulan lainnya akan tertutupi oleh bagian luar bayangan bumi yang disebut bayangan
penumbra.
ada bulan Juli tahun 2019 kali ini akan ada gerhana matahari yang akan terjadi pada tanggal 2 Juli 2019, namun gerhana matahari ini hanya dapat terlihat pada
bagian Amerika Selatan dengan lintasan total gerhana berada pada daerah Chili dan Argentina.
Oleh : Hariyadi Putraga
Juli 2019 | 1
Gambar Predksi Gerhana Bulan (Atas)
dan Peta Lintasan Gerhana Bulan
(Bawah)
Juli 2019| 2
S A J I A NUTAMA
Tahapan Waktu Keterlihatan
Awal Gerhana Penumbra
17 Juli, 01:43:51 Terlihat
Awal Gerhana Bulan Sebagian
17 Juli, 03:01:43 Terlihat
Puncak Gerhana Bulan Sebagian
17 Juli, 04:30:44 Terlihat
Akhir Gerhana Bulan Sebagian
17 Juli, 05:59:39 Terlihat
Akhir Gerhana Penumbra
17 Juli, 07:17:38 Dibawah Horizon
Pada gambar di atas menunjukkan jalur
pergerakan bulan dalam mengelilingi bumi
yang termasuk ke bayangan umbra dan
penumbra pada 17 Juli 2019 dengan
permukaan bulan akan tertutupi sebesar 65
%. Gambar di atas, yaitu pada bagian yang
berwarna abu-abu adalah peta daerah yang
mengalami gerhana.
Gerhana bulan biasanya dapat terlihat pada
berbagai belahan dunia yang sedang
mengalami waktu malam hari dengan kondisi
langit bersih dan cerah. Adapun tahapan
gerhana yang akan terjadi pada kota medan
akan dapat ditampilkan pada tabel di bawah
ini:
Untuk mengamati gerhana bulan penumbra tidak diperlukan peralatan khusus. Anda
dapat mengamatinya secara langsung atau mendokumentasikannya menggunakan
kamera yang dapat mengatur rentang bukaan dan ISO gambar, serta menggunakan
alat bantu optik seperti binokuler, teropong dan teleskop. Karena posisi bulan saat
gerhana berada pada langit belahan Barat dengan posisi yang sudah menuju ke arah
terbenam, disarankan melakukan pengamatan pada daerah yang bagian Baratnya
masih dapat melihat ufuk secara jelas agar dapat menghindari kumpulan kabut atau
awan tebal di langit Barat.
Selama proses gerhana bulan sebagian bulan Juli ini, anda hanya akan dapat
melihat sebuah planet, yaitu planet Saturnus. Terdapat pula planet Uranus yang
berada di puncak bagian atas langit malam, namun akan sulit terlihat bahkan dengan
menggunakan alat bantu optik sederhana seperti teleskop kecil. Sedangkan planet
Venus atau dikenal dengan Bintang Fajar akan terlihat sesaat sebelum matahari terbit.
Bagi para pengamat dan masyarakat yang berada di pinggir pantai, diharapkan
untuk berhati-hati dengan gelombang laut yang akan pasang. Fenomena gerhana bulan
pada umumnya memiliki kaitan dengan pasangnya air laut. Air laut yang pasang dapat
mencapai ketinggian 1,5 meter. Menurut kepala BMKG, peristiwa ini dapat terjadi pada
pesisir laut utara Jawa, Sumatera bagian Barat, Kalimantan selatan, Sulawesi dan
Kalimantan Barat yang pesisirnya mengarah ke laut Jawa.
Juli 2019 | 3
S A J I A NUTAMA
Hisab dan Aspek Astronomi
Penentuan Awal Bulan
Gambar Langit Kota Medan (Sumber Dokumentasi OIF UMSU)
Hilal adalah bagian dari permukaan bulan yang tampak dari arah bumi. Hilal
merupakan benda gelap yang tidak memiliki cahaya sendiri, cahaya yang didapat bulan
dan terlihat dari bumi berasal dari sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Dalam peredarannya bulan mengelilingi bumi, disaat yang sama bumi mengelilingi
matahari, benda-benda angkasa yang lain juga mengelilingi matahari (Q. 36: 39-40).
Akibat dari peredaran bulan mengelilingi bumi ini posisi (kedudukan) bulan dalam
pergerakan hariannya senantiasa berubah-ubah, fenomena ini disebut fase-fase bulan
(aujuh al-qamar).
Secara fikih, hilal adalah bulan sabit yang terlihat pada hari pertama dan hari kedua.
Secara astronomis, hilal adalah bulan sabit yang muncul sejak hari pertama sampai hari
ketujuh, dan hilal merupakan satu bagian dari fase-fase bulan. Baik menggunakan hisab
maupun rukyat, syariat menjadikan hilal (bulan sabit) sebagai standar acuan dalam
penentuan awal bulan (Q. 02: 189).
Dalam Islam, waktu-waktu ibadah didasarkan pada pergerakan (peredaran) bulan
dan matahari. Bulan dan matahari adalah dua benda angkasa yang paling mudah diketahui
dan disaksikan oleh manusia posisi dan kedudukannya setiap hari dari bumi. Matahari
dijadikan dasar dalam penentuan waktu salat (Q. 17: 78), sementara dalam penentuan
awal bulan, Islam mendasarkannya pada peredaran faktual bulan (Q. 02: 189).
Oleh : Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
S A J I A NUTAMA
Gambar Hilal (Sumber Dokumentasi OIF UMSU)
Dalam siklusnya bulan
mengalami perubahan setiap
harinya bila dilihat dari arah
bumi. Perubahan-perubahan ini
disebut dengan fase-fase bulan
(aujuh al-qamar, phases of the
moon). Fase-fase tersebut
adalah:Al-hilāl (crescent),At-
tarbī' al-awwal (first quarter),
Al-ahdab al-awwal (first
gibbous), al-badar (full
moon),al-ahdab ats-tsāni
(second gibbous),At-tarbī' ats-
tsānī (second quarter),Al-hilāl
ats-tsāni (second crescent), dan
Al-mahāq (wane).
Secara astronomis, ijtimak (konjungsi, al-iqtirān, fase al-mahāq) merupakan syarat
terjadinya awal bulan kamariah, yaitu pada saat bulan berada diantara matahari dan bumi
(fase wane, al-mahāq), dimana wajah bulan tidak tampak dari bumi. Ijtimak merupakan
suatu peristiwa saat bulan dan matahari terletak pada posisi garis bujur yang sama bila
dilihat dari arah timur ataupun arah barat. Para ulama astronomi sepakat bahwa peristiwa
ijtimak merupakan batas penentuan secara astronomis antara bulan kamariah yang sedang
berlangsung dengan bulan kamariah berikutnya.Secara garis besar, metode penentuan
awal bulan ada dua yaitu rukyat dan hisab. Rukyat secara sederhana bermakna melihat.
Rukyat dalam kaitannya dengan
penentuan awal bulan adalah aktifitas
melihat hilal (bulan sabit) di akhir
bulan kamariah, khususnya akhir bulan
Syakban, Ramadan, dan Zulkaidah
untuk menentukan tanggal satu.
Hukum melakukan rukyatulhilal
dikalangan fukaha adalah satu
keharusan kolektif (fardu kifayah).
Dalam praktiknya, menurut sebagian
kalangan ulama, rukyat bersifat
tunduk patuh atau ta'abbudī dan
mendapat penegasan langsung dari
Nabi Saw. Bahkan mayoritas fukaha
menyatakan rukyat sebagai satu-
satunya tata cara sah dalam
menentukan awal bulan.
Juli 2019 | 4
Gambar Hilal (Sumber Dokumentasi OIF UMSU)
S A J I A NUTAMA
Dalam tataran praktiknya, ada tiga faktor kunci keberhasilan rukyat secara
ilmiah: (1) Faktor astronomis: yaitu bulan telah (1) ijtimak, (2) hilal telah wujud
diatas ufuk, dan (3) hilal telah mencapai ketinggian minimal untuk dapat terlihat.
Faktor pertama ini dapat diperhitungkan (hisab). (2) Kondisi lapangan dan perukyat
dalam keadaan baik: yaitu pengamat dalam keadaan sehat, tidak memiliki gangguan
penglihatan, sudah terlatih dalam melihat hilal. Sementara itu lingkungan pengamatan
(ufuk barat) tidak terhalang oleh pepohonan, gedung, gunung atau sumber cahaya
(lampu taman, dan lainnya). Faktor kedua ini dapat dipersiapkan. (3) Cuaca dalam
keadaan baik. Jika cuaca dalam keadaan tidak baik, berapapun tinggi dan umur hilal
maka hilal tidak akan terlihat. Faktor ketiga ini tidak dapat diperhitungkan maupun
dipersiapkan, ia bersifat alami.
Sementara itu hisab, secara etimologi berarti perhitungan. Hisab dimaksud
disini adalah metode perhitungan gerak faktual bulan dan matahari untuk menentukan
tanggal satu. Di Indonesia, ilmu hisab disebut juga dengan “falak syar‟ī” yaitu ilmu
yang berkaitan dengan perhitungan waktu-waktu ibadah, diantaranya hisab
(perhitungan) awal bulan. Kerja hisab dalam penentuan awal bulan adalah
memperhitungkan posisi dan pergerakan bulan dan matahari dalam gerak hakikinya.
Khususnya memperkirakan terbit dan tenggelam matahari, menghitung terjadinya
konjungsi, menghitung posisi bulan apakah sudah berada di atas ufuk atau belum dan
seberapa besar posisinya di atas ufuk atau dibawah ufuk. Perhitungan ini biasanya
tertuang dalam rumus-rumus astronomis-matematis yang sudah disederhanakan oleh
para ahli dan tertera dalam buku-buku astronomi modern. Hisab cenderung bersifat
rasional atau ta‟aqqulī, dan isyarat hisab terakomodir dalam al-Qur‟an, antara lain Q.
10: 05 dan Q. 36: 39-40.
Juli 2019 | 5
Gambar Pengamatan Hilal (Sumber Dokumentasi OIF UMSU)
S A J I A NUTAMA
Secara umum, kriteria awal bulan secara astronomis dengan parameter visibilitas
(imkan rukyat) apabila memenuhi empat hal: (1) telah terjadi ijtimak (konjungsi), (2)
ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, (3) pada saat terbenamnya matahari, hilal
(piringan atas bulan) berada diatas ufuk (wujud), (4) hilal berada pada ambang batas
untuk dapat terlihat.
Dalam praktiknya lagi, secara umum ada dua sistem hisab yang berkembang di
tengah masyarakat yaitu hisab urfi dan hisab hakiki. Hisab Urfi (disebut juga hisab
isthilāhī dan hisab 'adadī), konon dicetus oleh khalifah Umar bin Khatab pada tahun 17
H. Sedangkan hisab hakiki terbagai kepada beberapa bagian: (1)Hisāb Taqribi. Masuk
dalam kategori ini antara lain kitab “Sullam an-Nayyīrain” karya Muhammad Mansur
bin Abdul Hamid Betawi dan “Fath ar-Ra‟uf al-Manān” karya Abu Hamdan Abdul
Jalil.(2) Hisab Taqribi Hakiki.Masuk dalam kategori ini antara lain kitab “Badī‟ah al-
Mītsāl” karya KH. Ma‟sum Jombang, “Al-Khulāshah al-Wāfiyah” karya KH. Zubair Umar
Jailani. (3) Hisab Hakiki Tahkiki (Kontemporer). Masuk dalam kategori ini antara lain:
Accurate Times, Win Hisab, Mon Calc, Jean Meeus, VSOP87, ELP2000 Chapront-Touse,
New Comb, EW Brown, Almanac Nautica, Astronomical Almanac, Mawaqit, Ascript,
Astro Info, Starrynight.[]
Juli 2019 | 6
Gambar Sunset (Sumber Dokumentasi OIF UMSU)
Orionids
Aktif sejak 23 September hingga 27 september.
Orionids
Aktif sejak 23 September hingga 27 september.
Juli 2019 | 7
K h a z a n a h
Bulan Yang Terbelah
Oleh : Mara Taon Ritonga
Peristiwa terbelahnya Bulan
banyak dijumpai dalam Al-Quran, kitab
hadis dan penjelasan dari sahabat-
sahabat Nabi saw.“Imam al-Bukhari
meriwayatkan dari Anas ibn Malik bahwa
penduduk Makkah pernah meminta
Rasulullah saw untuk menunjukkan satu
tanda kerasulan. Lalu Rasulullah saw
memperlihatkan kepada mereka Bulan
yang terbelah. Merekapun melihatnya
terbelah menjadi dua bagian”.Pada
zaman Nabi Muhammad saw, Bulan
pernah terbelah menjadi dua keping.
Bulan tersebut bisa terpecah menjadi dua pecahan adalah sebagai salah satu
dari sekian banyak mukjizat Nabi Muhammad saw. Peristiwa terbelahnya Bulan ini
merupakan representasi dari salah satu kemukjizatan indriawi yang muncul sebagai
penguat bagi Rasulullah saw dalam menghadapi kaum kafir dan musyrik Mekkah, dan
pengingkaran mereka atas Kenabian Nabi Muhammad saw.
Kemukjizatan adalah peristiwa adikodrati yang keluar dari ketentuan sunnatullah. Oleh
karena itu aturan-aturan duniawi ini tidak mungkin bisa memahami mekanisme
terjadinya mukjizat.
Pada peritiwa terbelahnya Bulan orang-orang kafir pada saat itu mengatakan
bahwa Nabi Muhammad saw telah melakukan sihir kepada mereka. Karena orang kafir
pada saat itu belum bisa percaya apa yang mereka saksikan, mereka kemudian
menunggu rombongan para musafir yang baru datang dari perjalanan, dengan
bergegas menuju luar Makkah. Pada saat itu rombongan musafir datang, mereka
bertanya,”apakah kalian melihat ada yang aneh dengan Bulan itu?” mereka menjawab
kami melihat Bulan itu terbelah dua. Kedua belahannya saling berjauhan dan
kemudian menyatu kembali.
Para penelit i ruang angkasa melakukan penelitian terkait dengan hadis Nabi
Muhammad saw yang mengatakan Bulan pernah terbelah. Para penelit i menemukan
adanya rekahan-rekahan yang panjang. Diperkirakan dalamnya rekahan-rekahan
tersebut mencapai ratusan hingga ribuan meter, sementara lebar rekahannya
mencapai lima ribu meter. Para ilmuwan juga menemukan celah pada permukaan
Bulan dan celah tersebut sampai hingga kedalam perut Bulan. Beberapa alat
digunakan untuk meneliti dan memeriksa keadaan celah yang ada pada Bulan
tersebut.
Juli 2019 | 8
K h a z a n a h
Para ilmuwan dari Nasa juga melakukan penelitian dan mereka menemukan
keadaan di dalam permukaan Bulan tersebut dan melihat terdapat celah pada
bagian permukaan Bulan. Ilmuan Nasa menyebut fenomena ini sebagai: `rilles are
still a topic of research` yang berarti fenomena celah ini masih dalam proses
penelitian, Bahkan hingga sekarang pun celah ini masih membingungkan para
ilmuwan dalam menjelasan penyebabnya, dan semua teori yang mereka kemukakan
jauh dari kenyataan gambar yang diperoleh oleh Nasa.
Allah swt berfirman
Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah Bulan. Dan jika mereka melihat
suatu tanda, mereka berpaling dan berkata; sihir yang terus menerus”.(Qs. Al-
Qamar:1-2).
Kesimpulan pembahasan ini secara ilmiah adalah bahwa ada beberapa
mukjizat yang tidak bisa kita tafsirkan secara logika dan bahkah walaupun didukung
dengan kemajuan sains yang begitu canggih, yaitu Allah swt memberikan mukjizat
kepada Nabi Muhammad saw bisa membelah Bulan. Akan tetapi dengan kemajuan
sains dan teknologi manusia diharapkan bisa mencari petunjuk mengenai Bulan yang
pernah terbelah. Dalam Al Qur‟an Allah swtmenjelaskan bahwa Bulan pernah terbelah
dengan jelas dan rinci. Yang kemudian dibuktikan kebenarannya dengan ilmu
pengetahuan modern. Al-Qur‟an lah disamping juga Sunnah- satu satunya sumber
otentik yang bisa dipercaya. Adapun teori-teori yang dicetuskan oleh ilmuan-ilmuan,
maka semuanya dikembalikan kepada Al Qur‟an. Jika sesuai maka diambil, namun
jika berbeda maka Al Qur‟an lebih di dahulukan. Seperti inilah prinsip seorang
muslim dalam meneliti ciptaan Allah swt tersebut.
Gambar: Dokumentasi Tim OIF
Juli 2019 | 9
Sajian Khusus
Mengenal Tiang Keliling bumi
Apa itu Tiang Keliling Bumi?
Tiang Keliling bumi adalah alat yang digunakan untuk mengukur keliling bumi
dengan memanfaatkan sinar matahari. Tiang Keliling bumi terdiri dari sebuah tiang yang
berdiri tegak ke titik zenith serta bidang derajat. Pencetus dari pengukuran keliling bumi
ini adalah Eratosthenes. Ia adalah seorang ilmuwan Mesir yang hidup pada abad ke-3
sebelum Masehi. Ia hidup di kota Alexandria di muara Sungai Nil. Di kota itu
terdapat Perpustakaan Besar Alexandria (salah satu perpustakaan paling penting di dunia)
dan Eratosthenes merupakan kepala perpustakaan tersebut. Melalui laporan-laporan dari
berbagai tempat di kerajaan Mesir, ia kemudian tahu bahwa pada suatu hari di kota Siena
(sekarang kota Aswan), persis pada tengah hari, masyarakat akan bisa melihat pantulan
Matahari di dalam sumur. Setelah itu, ia memanfaatkan fenomena tersebut untuk
mengukur keliling bumi. Pengukuran keliling bumi oleh Eratosthenes didasarkan pada
perbedaan panjang bayangan yang terjadi pada dua tempat di waktu yang sama serta
memanfaatkan pengetahuan tentang trigonometri. Saat bayangan sebuah benda tidak
terlihat, maka inilah yang kemudian dikenal sebagai fenomena hari tanpa bayangan.
Fenomena ini terjadi jika deklinasi matahari sama dengan lintang tempat. Pada saat itu
matahari tepat berada di atas tempat tersebut sehingga bayangan dari benda menjadi
tidak terlihat.
Bagaimana Prinsip Kerja Tiang Keliling Bumi?
Pada prinsipnya cara kerja Tiang Keliling bumi ini sama dengan prinsip yang
dilakukan oleh Erastothenes di mana tiang ini digunakan pada saat sebuah tempat atau
kota mengalami fenomena hari tanpa bayangan. Pada saat itu Matahari tepat berada di
atas tempat tersebut sehingga bayangan dari benda menjadi tidak terlihat. Kapan
fenomena ini terjadi tergantung pada deklinasi tempat.
Oleh : Riskiyan Hadi
Gambar: Dokumentasi Tim OIF
Sajian Khusus
Juli 2019 | 10
Untuk wilayah Medan sendiri yang
memiliki nilai lintang 3o 34‟ LU, fenomena
ini terjadi dua kali dalam setahun yaitu
pada tanggal 29 Maret dan 14
September. Pada saat itu benda-benda
yang berada di tempat atau kota tersebut
tidak memiliki bayangan. Namun, benda-
benda yang ada di kota Medan memiliki
bayangan. Dengan membandingkan
panjang tiang dan bayangan tiang serta
jarak kota Medan terhadap kota yang
terjadi fenomena hari tanpa bayangan,
maka nilai keliling bumi dapat diketahui
dengan tingkat kesalahan sekitar 5% .
Bagaimana Prosedur Penggunaan
Tiang Keliling Bumi?
Dalam prosedur penggunaan Tiang Keliling Bumi, kita memerlukan beberapa
alat tambahan dalam penggunaannya. Yang pertama mistar atau meteran dan
aplikasi Google Earth untuk mengetahui jarak tempat yang mengalami hari tanpa
bayangan. Kami juga telah membuat aplikasi perhitungan untuk mempermudah
dalam menghitung keliling bumi.
Adapun prosedur penggunaan Tiang Keliling Bumi sebagai berikut:
1. Letakkan tiang di tempat terbuka sehingga tiang terkena cahaya Matahari dan
usahakan tempat tersebut datar serta sesuaikan bidang derajat ke arah utara
menggunakan kompas.
2. Ukur tinggi tiang dengan menggunakan penggaris ataupun meteran dan cari
jarak lokasi pengamatan dengan kota yang mengalami hari tanpa bayangan
dengan Google Earth.
3. Setelah mendapatkan semua data yang diperlukan, kita masuk ke dalam proses
perhitungan. Kami telah membuat aplikasi sederhana dalam menghitung keliling
bumi sehingga memudahkan dalam menentukan hasiknya. Adapun cara
perhitungannya adalah sebagai berikut :
a) Buka file Keliling Matahari.xlsm
b) Kemudian masukkan nilai dari tinggi tiang pada kolom tinggi tongkat/tiang
c) Masukkan nilai dari panjang bayangan tiang pada kolom panjang bayangan
d) Masukkan jarak lokasi pengamatan dengan kota yang mengalami hari tanpa
bayangan dengan Google Earth dan masukkan nilainya ke kolom jarak
lokasi.
e) Klik tombol “Hasil” untuk melihat keliling bumi berdasarkan eksperimen.
Hasil akan muncul pada kolom keliling bumi dan untuk menghapus klik
tombol “Hapus” selesai.
Sejarah Baru Astromomi : Gambar Lubang Hitam Pertama
Cahaya halo yang
terang ini disebabkan
oleh gas super panas
yang jatuh ke dalam
Lubang Hitam tersebut.
Sinar terang ini bahkan
lebih terang daripada
cahaya miliaran bintang
di galaksi yang
digabungkan menjadi
satu.
Juli 2019 | 11
S
Oleh : Hariyadi Putraga
Sajian Utama
Gambar Galaksi M87
Lubang Hitam merupakan bagian dari ruang dan waktu yang memiliki gravitasi
yang sangat kuat. Bahkan cahaya tidak dapat kabur dari kekuatan tersebut. Ia juga
menyebabkan suatu objek terlihat “hitam” karena menyerap apapun yang ada di
sekitarnya. Teori relativitas umum memprediksi dibutuhkan massa yang sangat besar
untuk menciptakan Lubang Hitam yang berada di ruang waktu/luar angkasa. Di
sekitar Lubang Hitam terdapat permukaan yang disebut peristiwa horizon (Event
Horizon). Hanya pada bagian inilah sesuatu dapat teramati, karena daerah ini masih
mengandung panjang gelombang cahaya.
etelah beberapa dekade berteori tentang kemungkinan mendapatkan
gambaran Lubang Hitam, astronom akhirnya berhasil mendapatkannya.
Hasilnya memberikan insight baru dalam pengamatan objek misterius.
Astronom merilis gambaran dekat dari sebuah Lubang Hitam, sebuah
penanda yang memperkuat dari teori – teori relativitas dan teori Lubang
Hitam di Luar Angkasa.
Gambar Pertama Lubang Hitam pada Galaksi M87
Pada awalnya, bintang terbentuk dengan kondisi
di mana tingkat radiasi dan gravitasinya seimbang. Saat
bintang kehabisan bahan bakar untuk melakukan fusi
(menghasilkan energi), t ingkat radiasi yang keluar
semakin melemah dibanding dengan gaya gravitasi ke
dalam. Setelah itu, bintang mengalami keruntuhan, dan
kemudian mengalami ledakan supernova. Dalam ledakan
ini ada dua kemungkinan hasilnya, dan salah satunya
adalah lubang hitam.Pengamatan menggunakan teleskop
terhadap Peristiwa Horizon (Event Horizon Telescope)
pada pusat galaksi M87 yang berjarak 53,49 tahun
cahaya
dari Bumi menunjukkan adanya lingkaran cincin terang yang terbentuk dari cahaya
yangdibelokkan oleh gravitasi yang kuat di sekeliling Lubang Hitam.
Juli 2019 | 12
Gambar ini merupakan hasil kerja yang dilakukan lebih dari 10 tahun berkat
kolaborasi Teleskop Event Horizon. Teleskop Radio yang berada di sekeliling dunia
digunakan untuk mendapatkan gambaran tersebut. Hal ini sendiri dideskripsikan sebagai
“Loncatan Besar untuk Peradaban Manusia”.
Sajian Utama
Gambaran yang dihasilkan
mendekati bentuk Model yang
dikerjakan bersama-sama
menggunakan Model GRMHD.
Target utama dari observasi ini
adalah Lubang Hitam pada pusat
galaksi Bima Sakti, Sagitarius A*
yang ukurannya 1000 kali lebih
kecil daripada yang berada pada
galaksi M87. Lubang Hitam pada
M87 diambil berulang kali dengan
mengamati bagaimana Lubang
Hitam berubah atau tidak.
Seiring perjalanan waktu,
astronom dapat mempelajari fitur
stabil dari Lubang Hitam dan
mengamati bagaimana material
menghilang melintasi Horizon
Peristiwa.
Proyek ini sendiri diperkirakan menggunakan lebih dari 1000 harddisk yang isinya
sekitar sekitar 5 petabyte data dalam pengolahannya. Gambaran Lubang Hitam pada
M87 lebih dekat ke salah satu kutubnya, bukan dari depan. Lubang Hitam ini memiliki
bentuk mirip bulan sabit yang jauh lebih terang di kiri bawah, yang menunjukkan
kemungkinan ia sedang dalam keadaan berputar. Materi yang mengorbit di Lubang
Hitam ini juga akan berputar, dan ruang waktu itu sendiri akan melengkung di sekitaran
Lubang hitam. Hal ini berarti material yang bergerak ke arah pengamat akan tampak
lebih cerah. Sementara material yang menjauh dari kita akan tampak lebih redup,
seperti yang dilihat dalam gambar M87.
Profesor dari Universitas Hawaii, Larry Kimura menjadi sosok yang mengadopsi
nama untuk Lubang Hitam. Pada gambar diberikan nama “Powehi” yang diambil dari
frasa Hawaii yang memiliki arti sumber gelap ciptaan yang tak berkesudahan. Powehi
juga dikenal sebagai nyanyian Hawaii abad ke-18 yang mengisahkan tentang
penciptaan.
Kriteria 29 dan RHI SUMUT
Juli 2019 | 13
S A J I A N KHUSUS
Oleh : Muhammad Hidayat
Bulan Syawal baru saja kita lewati dan kita akan menyambut bulan Dzulhijjah.
Dalam penentuan awal bulan hijriah yang terkait dengan pelaksanaan ibadah seperti
bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah terkadang kita harus dapat memahaminya
secara utuh agar dapat memahaminya lebih dewasa jika terjadi perbedaan dalam
penetapannya.
Pada tulisan ini penulis akan mencoba mengenalkan beberapa metode
penentuan awal bulan yang ada di Indonesia, diantaranya metode yang cukup
menarik untuk dikaji lebih dalam yang semakin populer akhir-akhir ini yakni Kriteria
29 dan Kriteria RHI SUMUT (Rukyatul Hilal Indonesia). Dua kriteria ini berbeda
dengan Kriteria Hisab Wujudul Hilal oleh Muhammadiyah, Imkanur Rukyat 2 3 8 oleh
Pemerintah dan Rukyatul Hilal oleh Nahdlatul Ulama.
Kriteria 29 merupakan salah satu usulan dalam merumuskan pembuatan
sistem penanggalan Hijriah yang didasarkan pada waktu pelaksanaan rukyat hilal
yang digagas oleh K.H. Hendro Setyanto, M.Si. Beliau adalah Direktur Imaah Noong
Observatory yang berada di Bandung. Dasar dari kriteria ini adalah menetapkan
waktu rukyat sebagai tanggal 29 setiap bulannya. Keberadaan hilal atau peristiwa
konjungsi (ijtimak) merupakan syarat sebagai tanggal 29 pada bulan Hijriah. Kriteria
yang digunakan RHI SUMUT juga hampir sama halnya dengan kriteria 29 yaitu
memastikan hilal berada di atas ufuk ketika pelaksanaan rukyat pada tanggal 29. RHI
SUMUT diketuai oleh Bambang Eko Lasmadi dan sekretariatnya berada di Jl. Tanah
600 Marelan Raya Gg. Keluarga no. 30 Medan. RHI merupakan sebuah wadah
kelembagaan bagi para penggiat ilmu falak dan memiliki jaringan angota yang
tersebar di seluruh Indonesia bahkan beberapa di antaranya berdomisili di luar
negeri.
Dengan menggunakan dua kriteria di atas dapat dipastikan tidak akan terjadi
pelaksanaan rukyat maupun penggunaan hisab dengan posisi hilal berada di bawah
ufuk ketika tanggal 29 hijriah pada tiap-tiap bulan, sebagaimana yang terjadi pada
kriteria lain yang digunakan pada saat ini.
K h a z a n a h
(Sumber Gambar : Liputan6.com)
Adapun perbedaan dari dua kriteria di atas terletak pada penetapan tanggal 1
Hijriah. Jika menggunakan kriteria 29 maka penetapan tanggal 1 hijriah akan
ditentukan dengan perhitungan mundur dari tanggal 29 yang telah ditetapkan maka
hari sebelumnya tanggal 28 seterusnya hingga mendapatkan tanggal satu dan begitu
juga untuk tanggal 30 ditentukan dengan perhitungan mundur dari bulan setelahnya,
dengan kata lain tanggal 30 boleh ada dan boleh tidak, sebagaimana kita ketahui umur
bulan hijriah yaitu berkisar 29-30 hari.
Jika menggunakan Kriteria RHI SUMUT maka penetapan tanggal 1 hijriah akan
ditentukan berdasarkan hasil pengamatan rukyat pada tanggal 29. Jadi untuk
menetapkan tanggal 1 dari bulan baru kita harus menetapkan tanggal 29 dari bulan
sebelumnya secara benar. Tanggal 1 benar harus memperhatikan kemungkinan
kesalahan, kemungkinan kesalahan diantaranya peluang istikmal terjadi karena di
tempat rukyat tidak terlihat dan di tempat lain terlihat. Seandainya hilal tidak terlihat
lalu melakukan istikmal, maka harus merukyat tanggal 28 nanti pada bulan berikutnya
untuk mengetahui benarkah istikmal yang dilakukan, mungkin ada orang di tempat lain
yang melihat hilal tersebut, jadi ada peluang memperbaiki. Penggunaan Kriteria RHI
SUMUT juga memperhatikan matlak untuk suatu daerah, dan tidak berlaku untuk
wilayah Indonesia secara keseluruhan.
Fokus dari dua kriteria di atas adalah menetapkan tanggal 29 hijriah ketika hilal
sudah berada di atas ufuk. Permasalahan ini muncul karena sering kali dijumpai hilal
berada di bawah ufuk ketika kegiatan rukyat berlangsung pada tanggal tersebut
dilaksanakan maupun pada hasil hisab. Pada mulanya, hal tersebut tampak wajar dalam
penanggalan hijriah. Namun, jika direnungkan hal tersebut tampak kurang tepat karena
rukyat hilal menjadi tidak mempunyai fungsi dan terasa aneh bagi yang berpaham
rukyat sebagai penentuan awal bulan hijriah. Sebab, masyarakat Muslim atau kelompok
yang berpaham rukyat tetap melaksanakan rukyat ketika mengetahui hilal diyakini
dengan pasti tidak akan ada. Padahal tidak mungkin Rasulullah saw membuat sesuatu
yang bertentangan dengan ilmu alam, sehingga karena itu kriteria yang menjadikan
hilal harus di bawah ufuk perlu dikaji ulang. Ini adalah beberapa argumentasi yang
dijelaskan oleh pentingnya penggunaan dua kriteria di atas. Semoga tulisan ini dapat
memacu kita untuk lebih banyak mengkaji, menelaah, memahami dari berbagai metode
penentuan Awal Bulan yang ada di Indonesia semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Wallahu A‟lam.
Juli 2019 | 14
Gambar Hilal (Sumber : Dokumentasi Tim OIF UMSU)
K h a z a n a h
S A J I A N KHUSUS
Beberapa Literatur Tentang
Kalender Islam Global
Juli 2019 | 15
“at-Taqwim al-Qamary al-Islamy al-
Muwahhad” (Kalender Kamariah Islam.
Sang penulisnya adalah seorang insinyur
pos dan telekomunikasi asal Maroko.
Judul bukunya ini sekaligus menjadi
nama usulan kalendernya. Konsep besar
Jamaluddin dalam buku ini adalah hendak
menyatukan seluruh dunia dalam satu
sistem penjadwalan waktu yang terpadu
(unifikatif). Poin penting dalam buku ini
Jamaluddin mengemukakan tiga prinsip
dan tujuh syarat. Selain itu, dalam buku
ini Jamaluddin juga mengonsepsi dan
menginisiasi apa yang disebut dengan
„hari universal‟.
Kedua, “Kaifa Nuwahhid at-Taqwim
al-Hijry fi al-„Alam al-Islamy” Karya
Husain Fathi.Buku ini diterbitkan di Cairo
oleh Mathba‟ah Muhammad Ali Shabih wa
Auladuhu (cet. I, 1389/1970). Buku ini
terdiri dari enam pembahasan. Dalam
konsepsi kalender globalnya, Husain Fathi
berpandangan bahwa kota Mekah
(Kakbah) mesti dijadikan sebagai marjak
dengan sejumlah alasan diantaranya
karena kesakralan kota mulia ini. Selain
itu, Mekah (Kakbah) lebih mudah
diterima umat Muslim di seluruh dunia
karena kesuciannya dan ia menjadi kiblat
umat Muslim di seluruh dunia.
Oleh : Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
Dengan alasan ini, menurut Husain
Fathi, kita bisa menyeragamkan rukyat
yaitu tatkala hilal teramati setelah gurub
di salah satu kota Mekah atau Madinah.
Adapun jika hilal terhalang awan maka ia
tidak menjadi penghalang sehingga kita
bisa menetapkan keesokan harinya
sebagai awal bulan dan berlaku bagi
seluruh dunia Islam (hal 34).
Konsepsi global ini ia kemukakan
mengingat semakin meluasnya wilayah-
wilayah Islam baik di Timur maupun di
Barat dengan durasi perbedaan waktu
sekitar 10 jam (h. 33). Oleh karena itu
diperlukan penetapan posisi definitif
untuk dijadikan standar perhitungan
astronomi. Dalam hal ini dipilih bujur 40
derajat Timur yang mana melewati kota
Mekah dan Madinah dimana Kakbah ada
di dalamnya. Juga, karena garis itu
berada dipertengahan wilayah-wilayah
(negara) Muslim dunia, kecuali
Indonesia. Indonesia berada di ujung
Timur dengan perbedaan waktu sekitar 5
jam.
Ketiga, “Itsbat asy-Syuhur al-
Hilaliyyah wa Musykilah at-Tauqit al-
Islamy” Karya Nidlal Qassum,
Muhammad al-„Atby, dan Karim
Mizyan.Buku ini diterbitkan oleh Dar ath-
Thali‟ah, Beirut, cet. II, 1997. Buku ini
terdiri dari tujuh pembahasan (fasal),
dimana pada masing-masing fasal
terdapat banyak sub-sub pembahasan.
ertama,“At-Taqwim al-Qamary
al-Islamy al-Muwahhad” karya
Jamaluddin „Abd ar-Raziq.Buku
P
Juli 2019 | 16
S A J I A N KHUSUS
Fasal pertama tentang metode
penetapan bulan dalam fikih Islam klasik.
Disini diuraikan pendapat-pendapat mazhab
fikih beserta kritik dan komparasinya. Fasal
kedua, penetapan awal bulan di kalangan
astrononom era Islam. Disini dibahas
tentang ilmu falak era klasik, konsepsi
ptolemeus tentang bulan, dan rukyatul hilal
dikalangan astronom Muslim. Fasal ketiga,
penetapan awal bulan menurut astronomi
modern. Disini dibahas tentang pergerakan
bulan di langit, standar astronomi sesudah
era Islam, sumbangan di bidang observasi,
garis tanggal, dan lain-lain. Fasal keempat,
rincian fikih terhadap aspek-aspek ilmiah
yang diusulkan. Fasal kelima, aspek syar‟i
tentang berpegang pada hisab astronomi
dalam menetapkan awal bulan. Fasal
keenam, unifikasi penjadwalan waktu dalam
Islam. Fasal ketujuh, kesimpulan dan saran.
Pembahasan kalender Islam (zonal)
dalam buku ini terdapat pada bab keeam
dimana menurut para penulisnya kawasan
dunia dibagi menjadi empat zona tanggal
(hal 119-120). Menurut mereka lagi, buku ini
terhitung sebagai karya pertama (dalam
bahasa Arab) secara kritis dan rinci yang
berbicara tentang kalender Islam.
Keempat, “Tathbiqat al-Hisabat al-
Falakiyyah fi al-Masa‟il al-Islamiyyah”ditulis
olehMuhammad Syaukat Audah dan Nidlal
Qassum.Buku ini merupakan kumpulan
makalah hasil seminar pada tanggal 13-14
Desember 2006 di Abu Dhabi, Uni Emirat
Arab. Makalah-makalah dalam seminar ini
ditulis dan disusun ulang oleh Muhammad
Syaukat Audah dan Nidlal Qassum. Secara
keseluruhan makalah-makalah itu terdiri
dari 27 makalah, 16 diantaranya makalah
berbahasa Arab, dan 11 makalah
berbahasa Inggris.
Dari 27 artikel itu, ada 3 artikel yang
secara khusus membahas tentang kalender
Islam, yaitu: (1) Al-Hilal wa at-Taqwim al-
Hijry bi al-Mamlakah al-Maghribiyyah oleh
Ali Umrawi (hal 29-34). (2) At-Taqwim al-
Qamary al-Islamy al-Muwahhad oleh
Jamaluddin „Abd ar-Raziq (hal 73-82). (3)
Akhir al-Muqtarahat li Hall Musykilah at-
Taqwim al-Islamy oleh Nidlal Qassum (hal
83-96).Sementara itu makalah-makalah
selebihnya berbicara tentang aplikasi
astronomi dalam ibadah seperti masalah
hilal dan rukyat, waktu salat, arah kiblat,
dan ilmu falak secara umum.[]
(Sumber gambar : Internet )
Juli 2019 | 17
WAWANCARA TOKOH
Dr. H.M. Ma’rifat Iman KH., M.A. Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah
Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI
Bagaimana sejarah perjalanan ustaz belajar ilmu falak ?
Saya belajar ilmu falak pertama kali di tingkat „Aliyah kepada seorang guru yang
mengajarkan ilmu falak.Tapi waktu itu beliau belum mengajarkan ilmu falak secara formal
dan terstruktur.Lalu kemudian, di tingkat perguruan tinggi. Ketika itu karena saya sudah
memiliki dasar yang baik tentang ilmu itu falak, maka ketika di IAIN saat saya kuliah
semester 2, saya mulai mengajar ilmu falak.
Pada saat itu saya yang dikatakan paling menonjol dalam pengetahuan falak sering
kali menjadi asisten untuk memberikan tambahan penjelasan kepada teman-teman
mahasiswa.Selesai kuliah di IAIN, saya mendapatkan gelar sarjana muda dengan gelar BA
(Bachelor of Arts).Saya ketika itu membahas kitab Sullam al-Nayyiran, kitab yang
berkenaan dengan Ilmu Falak yang sifatnya tradisional, tetapi sangat banyak manfaatnya
karena kita dapat mengetahui perhitungan dengan bahasa Arab basic, yaitu dengan
angkaabajadun hawajun
Edisi Wawancara kali ini bersama Bapak Dr. KH. M. Ma‟rifat Iman, M.A. yang
dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2019 / 19 Ramadan 1440 H. Beliau merupakan wakil
ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan juga wakil sekretaris
Komisi Fatwa MUI yang berdomisili di Jakarta. Wawancara ini dilakukan ketika beliau
datang ke kota Medan untuk mengisi kegiatan di Kantor MUI Sumatera Utara. Setelah
menghadiri kegiatan di MUI SUMUT, beliau singgah di OIF UMSU untuk melihat dan
berdiskusi ringan dengan para Tim OIF UMSU seputar ilmu falak. Kegiatan wawancara
dan temu ramah tersebut ditutup dengan buka puasa bersama. Berikut ini adalah hasil
wawancara bersama beliau.
Memandang Tim Hisab Rukyat sangat erat kaitannya dengan penentuan awal Bulan
Kamariah, bagaimana pandangan Bapak terhadap kedua metode yakni hisab dan rukyat dalam penentuan awal bulan, apa kelebihan dan kelemahan kedua metode
ini, serta mana yang lebih dapat dijadikan patokan? Keduanya digunakan secara berimbang, namun dalam pandangan saya, adanya ilmu
hisab yang kita pelajari saat ini tentu merupakan hasil dari pengamatan terdahulu kemudian dilakukan pencatatan hingga pola pergerakan benda langit bisa kita perhitungkan untuk
selanjutnya. Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama RI selaku pihak pemerintah berupaya merangkul kedua metode ini dalam bentuk menerima metode hisab untuk penentuan awal bulan diikuti dengan kegiatan rukyat sebagai bentuk pengamalan sunnah Rasul.
Menanggapi tema pembahasan yang belakangan ini menjadi sering diangkat oleh penggiat ilmu falak di Indonesia yaitu tentang revitalisasi ilmu falak baik berupa teknologi yang digunakan, simulasi, kalkulasi dan sebagainya. Bagaimana Bapak menanggapi hal ini? Perlukah revitalisasi ini dilakukan?
Perlu dilakukan dan saat ini revitalisasi itu telah berjalan dan kita juga telah mengikutinya, baik dari segi perkembangan teknologi yang digunakan maupun peningkatan
kemampuan sumber daya manusianya. Dalam pandangan saya OIF UMSU juga telah turut berkontribusi dengan pengadaan alat-alat yang canggih. Sedangkan dari Tim Hisab Rukyat
telah mengembangkan sayapnya dengan merekrut anggota hingga ke daerah-daerah untuk memudahkan kegiatan hisab rukyat di daerah.
Bagaimana suka duka Bapak selama menggeluti bidang Rukyat ini ? Sepertinya cenderung lebih banyak duka dibandingkan dengan suka seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya. Beberapa waktu yang lalu, Kemenag RI Kanwil Sumut
berinisiatif mengirimkan delegasi untuk turun hingga ke daerah-daerah yang jarang tersentuh seperti Nias. Disana kita melakukan sosialisasi ilmu falak terutama dalam hal pengukuran arah kiblat. Sayangnya, setelah kita berhasil mengakurasi arah kiblat di sana, sekembalinya
kami dari sana arah kiblat dikembalikan lagi seperti semula, ini tentu men
WAWANCARA TOKOH
Jadi abaja itu 1234. 4 itu dal, jim itu 3, dan seterusnya. Alhamdulillah saya dapat
menyelesaikan dengan baik gelar sarjana muda saya.Kemudian ketika saya mengambil
sarjana penuh (dengan gelar Drs), saya membahas perbandingan pendapat ulama tentang
menentukan awal bulan. Ketika ujian, sayadiuji oleh dosen sampai dua jam dan
mendapatkan nilai baik.
Ketika mengambil master, tesis saya membahas metode falak Saadoeddin Djambek.
Saya membahas bagaimana pak Saadoeddin - yang merupakan ahli astronomi Islam -
mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu falak dalam beberapa bukunya yang
tipis.Saya pelajari semua, lalu saya analisis pemahaman falaknya, dan kemudian
Alhamdulilah saya bisa mendapatkan gelar master.Terakhir, saya mengambil doktoral
dengan disertasi yang membahas kalender islam internasional. Saya membahas berbagai
hal pandangan dunia tentang kalender,lalu saya bukukan dengan judul Kalender
Pemersatu Dunia Islam.
Nah, itu merupakan riwayat pendidikan yang saya pelajari secara formal. Sementara
yang informal,dari tahun 90-an saya menjadi perwakilan Muhammadiyah di badan hisab-
rukyat, yang belakangan ini bernama tim hisab dan rukyat.
Juli 2019 | 18
Menurut pandangan ustaz apa sisi lain dari Ilmu falak yang menarik untuk
kita ketahui ?
Ilmu falak sesungguhnya adalah ilmu yang luas. Selain masalah penentuan waktu-
waktu ibadah, ilmu falak juga membahas tentang penentuan arah kiblat, penentuan awal
bulan kamariyah, dan perhitungan mengenai gerhana bulan dan matahari. Aspek lain yang
perlu kita ketahui adalah bahwa ilmu falak ini memiliki dimensi lain dalam tata ruang.Di
China, ada yang bernama feng shui, suatu keyakinan tentang bagaimana seseorang harus
menghadapkan rumahnya yang akan dibangun kearah mana. Kalau didalam ilmu falak
dipelajari bahwa untuk membangun rumah sebaiknya diarahkan ke arah terbit matahari.
WAWANCARA TOKOH
Juli 2019 | 19
Tanggapan ustaz terhadap OIF UMSU, ataupun saran kritik, dan juga nasehat
untuk kami generasi muda agar lebih semangat dalam mempelajari ilmu falak?
Sebagai orang Muhammadiyah saya bangga adanya OIF dan saya bahagia, gembira,
senang bahwa ternyata unsur kelembagaan amal usaha Muhammadiyah ada yang sudah
melakukan hal-hal baik. Tentu untuk sampai pada sesuatu yang terbaik tidak boleh putus
asa, harus selalu berusaha meningkatkan diri, baik dari sarana-prasarana maupun kajian-
kajian berkaitan dengan pengembangan OIF.Kalaupun ada kritik, saran, dan sebagainya
diterima dengan hati yang jernih dan legowo, karena itu menjadi pembejaran motivasi
bagi kita untuk selalu memperbaiki diri.
Kemudian di ilmu fikih juga dibahas tentang buang air itu jangan menghadap kearah
kiblat. Hal itu juga sebetulnya didasarkan pada ilmu falak, di mana seseorang ketika buang
air kecil dan besar itu memang tidak baik jika menghadap kearah kiblat. Saya memang
tidak menjelaskan secara detail tidak baiknya itu seperti apa. Demikian halnya mengenai
bagaimana membangun rumah jangan dipinggir sungai, laut atau dibawah pohon besar.
Semua itu ternyata ada argumentasi dan alasan logis dalam ilmu falak. Maksudnya
mungkin sederhana saja orang tidak boleh membangun rumah dipinggir laut dan sungai
dikhawatirkan terjadi sesuatu yang membahayakan jiwa orang tersebut.Misalkan kalau
buat rumah di pinggir laut bisa terkena tsunami, kalau di pinggir sungai bisaterkena banjir,
kalau dibawah pohon dikhwatirkan pohonnya akan roboh dan menimpa rumah kita.
Ada juga model-model pengembangan pengobatan melalui ilmu falak, doa-doa khusus,dan
praktek-prektek tertentu.Dengan semua obat itu, orang dapat sembuh dari penyakitnya.
Demikian pula dengan persoalan mencari seseorang yang hilang, masalah rejeki, jodoh,
dan lain sebagainya. Semua itu dibahas dalam ilmu falak.Namun kita sebagai orang
Muhammadiyah tentu menghindarkan diri dari hal-hal seperti itu, karena sifatnya tidak
syar‟i apalagi dikaitkan dengan rezeki dan jodoh yang merupakan hak preogratif dari Allah
swt .
WAWANCARA TOKOH
Juli 2019 | 20
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. H. M. Ma‟rifat Iman KH., M.A. yang
telah berkunjung ke OIF UMSU dan membagi ilmu dan pengetahuannya kepada kami
Tim OIF UMSU yang belum pernah kami dapatkan sebelumnya semoga bapak selalu
diberikan kesehatan.
Sebagai penutup kepala OIF UMSU Bapak Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar,
MA memberikan cindera mata yaitu sebuah buku terbaru beliau yang berjudul
Astronom Muslim.
Penyerahan hadiah buku dari Kepala OIF UMSU kepada Bapak Dr. H. M. Ma‟rifat Iman KH., M.A.
(Sumber Dokumentasi OIF UMSU)
K A J I A N
MawarMerahDi Angkasa
Nebula adalah awan antar bintang
dengan kumpulan debu, gas, hidrogen,
helium dan plasma. Nebula merupakan
sebagai tempat pembibitan atau
kelahiran bintang-bintang baru. Nebula
adalah salah satu penting bagi kelahiran
bintang-bintang baru. Tanpa adanya
Nebula, tidak akan pernah lahir bintang-
bintang baru. Nebula sendiri seperti
bagaikan kabut yang sangat gelap yang
memenuhi ruang-ruang di dalam satu
Galaksi. Pada bagian Nebula tersebut
terdapat beberapa zat yang dikira
sebagai zat pembentuk sebuah bintang
baru.
Juli 2019 | 21
Oleh : Marataon Ritonga
Allah swt berfirman
“maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti minyak”.
(Qs. Ar-Rahman:37)
Di luar angkasa terdapat beberapa benda langit seperti; Planet, Galaksi, Bintang, Lubang
Hitam dan Nebula. Di alam semesta yang sangat luas ini banyak bertaburan Nebula
seperti; Nebula Orion, Nebula Kepala Kuda, Nebula Mata Kucing dan Nebula yang
lainnya.
Zat yang ada di dalam Nebula itu sering juga disebut dengan nama protobintang.
Nebula sendiri memiliki suhu yang sangat tinggi yang mengakibatkan adanya kelahiran
bintang-bintang baru. Ketika sebuah Nebula diamati menggunakan teleskop atau dengan
alat lainnya;seperti kamera, maka akan terlihat bentuk Nebula tersebut sangat unik dan
bentuknya berbeda dengan Nebula yang lainnya. Pembentukan Nebula sendiri terbentuk
saat dari bagian medium antar bintang mengalami keruntuhan gravitasi. Dengan daya
tarikan gravitasi menyebabkan gas pada medium antar bintang mengumpal, dan
membentuk daerah dengan kepadatan yang lebih besar. Beberapa Nebula ada yang
terbentuk dari hasil ledakan supernova, sebuah pergolakan kematian bintang-bintang
raksasa yang tidak memiliki umur yang panjang. Material yang terlempar dari ledakan
supernova kemudian terionisasi oleh energi pada intinya, yang biasanya adalah sebuah
bintang Neutron.
Gambar: Dokumentasi TIM OIF
K A J I A N
Juli 2019 | 22
Seperti Nebula Orion yang berhasil didokumentasikan oleh Observatorium Ilmu Falak
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara atau biasa disingkat dengan (OIF UMSU).
Nebula yang lebih mudah diamati dengan teleskop yaitu; Nebula Orion atau
sering juga disebut Messier 42. Disingkat M42. Nebula Orion adalah objek ke-42 dalam
daftar yang disusun oleh ahli astronomi legendaries Charles Messier.
Nebula yang berhasil didokumentasikan oleh tim OIF UMSU dengan
menggunakan teleskop dan kamera lainnya adalah Nebula Orion. Nebula Orion sendiri
merupakan Nebula yang paling sering kita amati ketika di malam hari dan dapat dilihat
walaupun hanya menggunakan mata telanjang asalkan suasan pengamatan Nebula
tersebut jauh dari perkotaan atau minim dari cahaya. Hal tersebut disebabkan karena
faktor jaraknya yang relative dekat dengan Bumi. Jarak Nebula Orion dengan Bumi
diperkirakan sekitar 24 tahun cahaya di konstelasi Orion. Foto Nebula Orion yang
berhasil didokumentasikan oleh tim OIF UMSU di atas, merupakan potretan perdana
setelah beberapa kali mencoba mengamatinya, baik menggunakan mata telanjang
ataupun dibantu dengan teleskop dan kamera lainnya.
Gambar: Dokumentasi TIM OIF
Juli 2019 | 23
K A J I A N
Oleh : Nova Anggraini
MENGENAL NOVA DAN SUPERNOVA
Alam semesta tidak hanya berisi
bintang, planet dan galaksi, tetapi ada
juga benda-benda atau reaksi kosmik
seperti nova dan supernova. Perlu
diketahui bersama bahwa nova dan
supernova itu berbeda. Berikut
penjelasannya:
Nova
Nova dalam bahasa latin artinya
bintang baru. Ini merupakan sebuah
ledakan bintang yang terjadi akibat
adanya interaksi dua sistem bintang
ganda. Kedua bintang ini tidak
bertubrukan dan tidak juga saling
menjauh. Nova merupakan ledakan
bintang yang terjadi di katai putih dengan
terang maksimum -1,1 magnitudo dan
minimum hanya 10.5 magnitudo. Peristiwa
nova terjadi sebagai akibat dari bintang
yang kembali menyala setelah bertahun-
tahun mati.
Supernova
Supernova adalah ledakan dari
suatu bintang di galaksi yang
memancarkan energi yang teramat besar.
Peristiwa supernova ini menandai
berakhirnya riwayat suatu bintang.
Bintang yang mengalami supernova akan
tampak sangat cermerlang dan bahkan
kecermerlangannya bisa mencapai ratusan
kali cahaya bintang tersebut semula.
Pancaran energi yang dipancarkan saat
supernova terjadi dalam beberapa detik
saja dapat menyamai pancaran energi
sebuah bintang dalam kurun waktu jutaan
hingga milyaran tahun. Pancaran energi
supernova dapat dihitung berdasarkan
sifat-sifat pancaran radiasinya.
Supernova biasa terjadi dikarenakan
habisnya usia suatu bintang saat bahan-
bahan nuklir pada inti bintang telah habis,
di mana tidak akan dapat terjadi reaksi
fusi nuklir yang merupakan penyokong
hidup suatu bintang.
Sumber foto : internet
Sumber foto : internet
K A J I A N
Juli 2019 | 24
Berdasarkan pada garis spektrum yang ada pada supernova, maka akan didapatkan
beberapa jenis supernova:
Supernova tipe Ia dan tipe Ib/c. Pada supernova ini tidak ditemukan adanya
garis spektrum hidrogen.
Supernova tipe II. Pada supernova ini ditemukan adanya garis spektrum
hidrogen.
Hipernova. Energi ini jauh lebih besar dibandingkan energi saat supernova tipe
lain terjadi.
Proses Terjadinya Supernova
Proses ini diawali dengan pembengkakan pada bintang. Suatu bintang membengkak
karena mengirimkan inti helium ke permukaan, sehingga bintang tersebut menjadi
bintang raksasa yang amat besar dan berwarna merah. Di bagian dalamnya, inti
bintang akan menyusut. Karena penyusutan ini bintang semakin panas dan padat.
Saat semua inti bintang telah hilang dan yang tertinggal di dalam hanyalah unsur
besi, maka kurang dari satu detik kemudian suatu bintang memasuki tahap akhir dari
kehancurannya. Setelah itu suhu pada inti bintang bertambah hingga mencapai 100
milyar derajat celcius. Kemudian meledak dan menyebarkan gelombang kejut.
Dampak dari Supernova
Supernova memiliki dampak bagi kehidupan di luar bintang tersebut,
diantaranya ialah menghasilkan logam. Pada reaksi ini dilahirkan unsur-unsur yang
lebih berat dari hidrogen dan helium. Diasumsikan unsur atau materi tersebut
kemudian bergabung membentuk suatu bintang baru atau bahkan planet di alam
semesta. Jutaan bintang yang mati dengan cara meledak dalam jarak yang cukup
dekat ke bumi akan membawa perubahan pada atmosfer bumi. Salah satu perubahan
yang terjadi adalah penipisan lapisan ozon.
Supernova yang Telah Diamati
Ledakan supernova 1994D seperti sebuah titik terang yang terjadi di bagian
luar galaksi NGC 4526. Sinar yang dipancarkannya selama beberapa minggu setelah
ledakan tersebut menunjukkan bahwa supernova tersebut merupakan supernova tipe
Ia.
Supernova 1987Aditampilkan dalam gambar teleskop luar angkasa Hubble
NASA / ESA. Sisa supernova dikelilingi oleh cincin material luar dan dalam. Para
astronom di belahan bumi Selatan menyaksikan ledakan cemerlang bintang ini pada
23 Februari 1987.
Setelah peristiwa supernova terjadi ternyata menyisakan beberapa bintang berdenyut
dengan ukuran yang sangat kecil dengan massa yang sangat berat. Bintang ini
dinamakan Pulsar atau Binyut (Bintang Berdenyut). Proses ini akan berakhir pada
sebuah bintang netron. Bintang netron ini berasal dari supernova. Ledakannya jauh
lebih besar dan padat daripada matahari yang menghasilkan bintang netron cebol
hitam yang tidak tampak. Cebol hitam inilah yang disebut dengan Lubang Hitam
(Black-Hole).
Juli 2019 | 25
Sajian Khusus
Ayo Menghitung Percepatan Gravitasi Bumi dengan
Ayunan Matematis
Ayunan Matematis merupakan suatu partikel massa yang
tergantung oleh suatu titik tetap pada seutas tali, di mana massa
tali dapat diabaikan dan tali tidak dapat bertambah panjang.
Ayunan Matematis merupakan salah satu contoh gerak isolasi.
Gerak isolasi adalah gerakan yang berulang-ulang seperti maju-
mundur, atas-bawah, dan kanan-kiri yang berulang pada selang
waktu dan lintasan yang sama.
Ayunan Matematis terdiri dari seutas tali yang dianggap tidak
mempunyai massa dan sebuah beban di ikat di ujung bawah tali.
Ujung atas tali diikatkan pada posisi tetap. Beban bergantung
bebas dan bergerak bolak-balik akibat pengaruh gravitasi bumi.
Sifat bandul matematis sederhana adalah simpangan tidak boleh
terlalu besar. Jika simpangan sangat besar maka gaya yang
bekerja pada benda tidak lagi berbanding lurus dengan
simpangan. Gaya berbanding lurus simpangan hanya untuk
simpangan kecil. Ayunan Matematis dapat digunakan untuk
menghitung percepatan gravitasi bumi di suatu tempat.
Oleh : Leo Hermawan
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Gravitasi mempunyai percepatan yang disimbolkan
sebagai (g) di mana ia menunjukan rata-rata percepatan yang dihasilkan medan
gravitasi bumi. Nilai percepatan gravitasi bumi berbeda dari suatu tempat ke tempat lain
tergantung ketinggian dan kondisi geologi. Ayunan Matematis dapat digunakan untuk
menghitung percepatan gravitasi bumi di tempat mana saja kita berada, baik kita berada
di daerah pengunungan, lembah ataupun pantai serta penggunaannya juga sangat
praktis dan sederhana.
Ayunan Matematis dapat kita buat sendiri dari bahan-bahan yang ada di sekitar
kita serta perhitungan percepatan gravitasi juga dapat dilakukan sendiri, pada kali ini
kita akan menghitung percepatan gravitasi bumi dengan menggunakan perhitungan
Microsoft Excel yang sudah kami susun agar memudahkan dalam menghitung gravitasi
bumi di suatu tempat. Berikut ini adalah cara pembuatan Ayunan Matematis dan cara
penggunaan Ayunan Matematis untuk menghitung percepatan gravitasi bumi di suatu
tempat.
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan Ayunan Matematis adalah
sebagai berikut:
1. Bandul, digunakan sebagai pemberat.
2. Statif, digunakan sebagai penjepit tali dan meletakan busur derajat.
3. Busur, digunakan untuk mengukur sudut pengayunan tali.
4. Tali, digunakan untuk pengayun dan meletakan bandul.
5. Papan berukuran 25 cm x 40 cm, digunakan untuk membuat dudukan pada Ayunan
Matematis
Sumber foto : Tim OIF
Alat ini dapat kita gunakan untuk
mengukur besar percepatan gravitasi bumi
di daerah mana saja, serta penggunaannya
6. Mistar/penggaris, digunakan sebagi pengukur panjang tali.
7. Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu saat bandul Ayunan Matematis
mengayun ketika dilakukan praktikum penghitungan percepatan gravitasi dalam
pengambilan data waktu periode bandul pengayun (getaran).
Cara pembuatan Ayunan Matematis dapat dilakukan dengan merangkai bahan-bahan
yang sudah kita sediakan menjadi bentuk seperti berikut ini:
Setelah bahan-bahan untuk membuat Ayunan Matematis selesai dirangkai seperti
pada gambar di atas maka hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah cara
menggunakan Ayunan Matematis untuk menghitung percepatan gravitasi suatu tempat.
Cara penggunaannya adalah sebagai berikut:
Sajian Khusus
1. Buka file perhitungan Ayunan Matematis
yang berbentuk Microsoft Excel yang
sudah diprogram (dibuat)
2. Pertama, kita akan mengukur panjang
tali Ayunan Matematis untuk percobaan
pertama. Contoh percobaan pertama
ialah dengan panjang tali 70 cm. Setelah
tali kita ukur dengan mistar sepanjang
70 cm kemudian kita masukkan panjang
tali pada kolom “Panjang Tali” seperti
pada gambar di bawah ini:
3. Kemudian simpangkan bandul sebesar
10 derajat - besar sudut dapat diukur
dengan mengunakan busur yang
terletak pada Ayunan Matematis -
seperti gambar berikut:
4. Siapkan stopwatch dan lepaskan bandul,
lalu ukur waktu menggunakan stopwatch
untuk mengetahui berapa waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan 10 kali
getaran pada bandul Ayunan Matematis.
5. Masukan waktu yang diperoleh dari 10
kali getaran bandul Ayunan Matematis
ke kolom “waktu”
6. Ulangi langkah ke-2 sampai dengan
langkah ke-5 tersebut dengan
mengubah panjang tali menjadi 60 cm,
50 cm, 40 cm, dan 30 cm.
7. Setelah waktu untuk semua panjang tali
sudah diketahui, kemudian klik tombol
“Hasil” untuk melihat nilai gravitasi dan
ralatnya pada kolom “Gravitasi” dan
“Ralat”, maka didapatlah besar
percepatan gravitasi bumi di suatu
tempat tersebut.
8. Untuk menghapus semua nilai kita dapat
menekan tombol “Hapus”. Setelah itu
semua data akan terhapus.
Juli 2019 | 26
juga sangat praktis dan srhaa.Selamat mencoba !!
BEBERAPA KEGIATAN TIM OIF UMSU MENJELANG RAMADHAN 1440 H
Berikut adalah acara Gebyar Milad
OIF UMSU Ke- 4 yang diselenggaran
Rabu, 20 Maret 2019. Beberapa
kegiatan di antaranya adalah
seminar dan Pekan Ilmiah Astronomi
untuk pelajar dan mahasiswa, lomba
cerdas cermat astronomi tingkat
SMA/MA, lomba mewarnai t ingkat
SD/MI. Narasumber pada acara
seminar tersebut diisi oleh bapak
Mutoha Arkanuddin.
Juli 2019 | 27
O I F INSIDE
Berikut adalah kegiatan
pelatihan BMKG mengenai
pengoperasian Teropong Hilal dengan
TIM OIF UMSU di markas OIF, pada
tanggal 09 April 2019.
Berikut adalah seminar
menyambut Ramadan 1440 H yang
bertema: Garis Batas Tanggal Hisab
Wujudul Hilal, yang di narasumberi oleh
bapak Dr. H. SriyatinShodiq. M.Ag., MH.
Beliau adalah Anggota Majelis Tarjih
dan Tajdid PP Muhammadiyah, wakil
ketua pengadilan Agama Probolinggo,
ketua Yayasan Al-Falakiyah Surabaya
dan Dosen FAI S1 & S2 UNMUH
Surabaya. Acara ini diselenggarakan
pada tanggal 29 April 2019 M/ 24
Syakban 1440 H.
O I F INSIDE
Juli 2019 | 28
Berikut Adalah Beberapa Dokumentasi Kegiatan Tim OIF UMSU
Berikut adalah kegiatan Syuting
menyambut Ramadan bersama TVRI di ruangan
Planetarium. OIF UMSU kedatangan tamu dari
TVRI untuk mengisi acara salah satu program di
TVRI. Turut hadir Prof. Dr. Syahrin Harahap MA,
Pengurus dari MUI SUMUT, BPH UMSU,
sekretaris universitas, dua qori nasional
(Mahasiswa UMSU), serta dosen UMSU yang
mendampingi selama acara berlangsung.
Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 04
Mei 2019
Pengamatan hilal Ramadan 1440 H
bersama Pemerintah Kota(pemko) Medan.
Kegiatan ini selalu dilakukan setiap tahunnya di
OIF UMSU bersama pemko Kota Medan. Hal ini
merupakan salah bukti apresiasi Pemko Kota
Medan yang telah mempercayakan pengamatan
hilal dilakukan di UMSU yaitu di Observatorium
Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Dalam kegiatan ini hadir juga Ketua MUI
SUMUT,BHR SUMUT, BMKG SUMUT, ormas
Islam dan tokoh masyarakat. Kegiatan ini juga
kami lakukan live steaming pada akun Youtube
OIF UMSU. Kegiatan ini diselenggarakan pada
tanggal 05 Mei 2019.
Kunjungan TK IT Nurul Ilmi. 16 April 2019.
Kunjungan Mahasiswa IAIDU Asahan.
09 April 2019.
Kunjungan Mahasiswa UMN Al-Wasliyah. 22 April 2019.
Kunjungan Al-Azhar Centre. 24 April 2019.
B. Asesoris Teleskop _
40. Eyepiece _ 41. Finder Scope _ 42. Diagonal Prism _
43. Barlow Lens 44. Counterweight
45. Filter Matahari _ 46. Buffle
47. Adapter Eyepieces _ 48. Flip Mirror _ 49. T-Ring Kamera
50. Hand Control Telescope
51. Tripod
52. Dudukan Kamera
53. Field Flattener Ioptron (T - Ring Mounted) 54. Focuser Mounted
55. Focuser Mounted 56. Startracker
57.PLANETARIUM
58.MOMEN ASTRONOMI G. Rashdul Kiblat _
H. Astronomy Day _ I. Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan _
J. Hujan Meteor _ K. InOMN _ L. Milad OIF
36. AKTIFITAS OIF E. Observasi Benda-Benda Langit _
F. Diskusi Rutin G. Pengukuran Arah Kiblat _ H. Menerima Kunjungan Sekolah dan Masyarakat _
D. Penyuluhan dan Pelatihan _ E. Kursus Ilmu Falak
F. Kunjungan ke Instansi Luar 37. PRODUK OIF _
Buku Jurnal Al-Marshad Kalender
Jadwal Waktu Shalat Ja
A. Asesoris Teleskop _
8. Eyepiece _
9. Finder Scope _
10. Diagonal Prism _ 11. Barlow Lens
12. Counterweight 13. Filter Matahari _
14. Buffle 15. Adapter Eyepieces _ 16. Flip Mirror _
17. T-Ring
18.
19.
20. Kamera
21. Hand Control Telescope
22. Tripod
ada hari Senin, 08 Jumadil Awal 1440/14 Januari 2019, sehari pasca mengikuti pelatihan pembuatan teleskop (Telescope Handmade) di Markas Jogja Astro Club
(JAC) Yogyakarta, tim OIF UMSU yang terdiri dari kepala OIF
Kedatangan tim OIF disambut langsung oleh Direktur observatorium UAD Yudhiakto Pramudya, Ph.D (yang merupakan doktor fisika lulusan Amerika) dan beberapa staf
(tim) Observatorium UAD. Setelah berbincang-bincang sejenak di sebuah ruangan, tim OIF diajak meninjau kubah observatorium yang terletak persis di atas ruang kendali
observatorium. Kubah observatorium yang telah terpasang tampak kokoh dan indah. Seperti diketahui Observatorium UAD saat ini masih dalam tahap pembangunan sehingga tampak beberapa bagiannya belum selesai.
Tim OIF juga diajak meninjau beberapa sarana dan kelengkapan Observatorium UAD seperti instrumen lubang transit Matahari dari puncak gedung (lantai 10), lalu
menyaksikan area sekitar kampus UAD yang masih tampak dikelilingi pepohonan nan hijau dan diitari pegunungan nan indah. Tim OIF juga diajak meninjau ruang yang akan dijadikan tempat menyimpan dan memajang alat-alat astronomi. Tim OIF juga
berkesempatan melihat sejenak ruang planetarium yang bukan hanya digunakan untuk mensimulasikan langit, namun juga digunakan untuk ruang presentasi, rapat, dll.
Kunjungan tim OIF kali tidak semata kunjungan biasa namun merupakan bagian dari tindak lanjut kerjasama antara OIF UMSU dengan Observatorium UAD yang sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Beberapa agenda penelitian yang sudah berjalan
diantaranya adalah: observas fajar sadik, observasi hilal, dan penelitian Matahari. Semoga pembangunan Observatorium UAD segera selesai tepat waktu dan bermanfaat
untuk umat dan peradaban. (Leo-Rizki)
Kedatangan tim OIF disambut langsung oleh Direktur observatorium UAD Yudhiakto Pramudya, Ph.D (yang merupakan doktor fisika lulusan Amerika) dan beberapa staf
(tim) Observatorium UAD. Setelah berbincang-bincang sejenak di sebuah ruangan, tim OIF diajak meninjau kubah observatorium yang terletak persis di atas ruang kendali
observatorium. Kubah observatorium yang telah terpasang tampak kokoh dan indah. Seperti diketahui Observatorium UAD saat ini masih dalam tahap pembangunan sehingga tampak beberapa bagiannya belum selesai.
Tim OIF juga diajak meninjau beberapa sarana dan kelengkapan Observatorium UAD seperti instrumen lubang transit Matahari dari puncak gedung (lantai 10), lalu
menyaksikan area sekitar kampus UAD yang masih tampak dikelilingi pepohonan nan hijau dan diitari pegunungan nan indah. Tim OIF juga diajak meninjau ruang yang akan dijadikan tempat menyimpan dan memajang alat-alat astronomi. Tim OIF juga
berkesempatan melihat sejenak ruang planetarium yang bukan hanya digunakan untuk mensimulasikan langit, namun juga digunakan untuk ruang presentasi, rapat, dll.
Kunjungan tim OIF kali tidak semata kunjungan biasa namun merupakan bagian dari tindak lanjut kerjasama antara OIF UMSU dengan Observatorium UAD yang sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Beberapa agenda penelitian yang sudah berjalan
diantaranya adalah: observas fajar sadik, observasi hilal, dan penelitian Matahari. Semoga pembangunan Observatorium UAD segera selesai tepat waktu dan bermanfaat
untuk umat dan peradaban. (Leo-Rizki)
4. AKTIFITAS OIF A. Observasi Benda-Benda Langit _
B. Diskusi Rutin C. Pengukuran Arah Kiblat _ D. Menerima Kunjungan Sekolah dan Masyarakat _
A. Penyuluhan dan Pelatihan _ B. Kursus Ilmu Falak
C. Kunjungan ke Instansi Luar 5. PRODUK OIF _
Buku Jurnal Al-Marshad Kalender
Jadwal Waktu Shalat Ja
dwal Imsakiyah
6. PERPUSTAKAAN OIF 7. GALERI POTO
A. Galeri Diskusi Tim OIF
B. Galeri Kunjungan Tokoh _ C. Galeri Kunjungan Sekolah-Sekolah _
D. Galeri Kunjungan Masyarakat Umum _ E. Galeri Pengukuran Arah Kiblat _ F. Galeri Seminar _
Memberi Kesempatan Kepada Para
Pelajar,Mahasiswa, dan Masyarakat Umum Untuk
Berkunjung Ke OIF UMSU Guna Menyaksikan :
Simulasi Alam Semesta & Pemutaran Film Astronomi
Praktek & Pengenalan Instrumen- Instrumen Astronomi
Observasi Menggunakan Teleskop
Permainan Roket Air
Dan lain-lain
Paket Kunjungan
Pelajar (TK/SD/SMP/SMA) = Rp. 15.000 / org
Mahasiswa = Rp. 25.000 /org
Umum = Rp. 35.000 /org
Tarif
Syarat : Mengisi formulir dan membayar
tarif sebelum melakukan kunjungan
NB : Min 20 Orang, Max 150 Orang
Khairul Bariah R, S.Pd 0822 7660 3847
Nova Anggraini, S.Pd 0823 0446 2180
Marataon Ritonga, SPd.I 0853 5803 3907
*Jam Operasional 08:00 - 16:00 WIB
Contact Person (Wajib)
Jadwal Kunjungan Senin - Selasa - Rabu – Kamis
- Pagi (Jam 09.00 s.d 11.00 WIB)
- Sore (Jam 14.00 s.d 16.00 WIB)
Alamat : Kampus Pascasarjana UMSU Jl. Denai No. 217 Medan
OIF UMSU
OBSERVATORIUM ILMU FALAK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
Website : www.umsu.oif.ac.id | Facebook : Observatorium Ilmu Falak UMSU | Instagram : Oif Umsu
UMSU
Unggul | Cerdas | Terpercaya