nur tri harjanto

16
Seminar Tahunan Pengawas,n Pemanfaatan Tenaga Nuklir • Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902 IMPLEMENT ASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14001) DALAM MANAJEMEN OPERASI INST ALAS I NUKLIR Nur Tri Harjanto Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang (P2TBDU) - BATAN ABSTRAK IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14001) DALAM MANAJEMEN OPERASI INSTALASI NUKLIR. Instalasi nuklir disamping mempunyai potensi bahaya radiasi juga menghasilkan limbah yang berdampak pada lingkungan, sehingga dalam pembangunan, operasi, & perawatannya perlu memperhatikan aspek yang ada dan harus mengikuti persyaratan yang ditentukan. Salah satu persyaratan yang mutlak diperlukan adalah adanya kewajiban untuk melaksanakan fungsi jaminan mutu. Dalam Program Jaminan Mutu (PJM) operasi instalasi nuklir sesuai standar IAEA SS 50 C-QA ditekankan pentingnya aspek keselamatan dalam operasi instalasi nuklir, namun aspek penting lingkungan belum dipersyaratkan secara nyata. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang kompaktibel terhadap manajemen yang lain dapat diimplementasikan dalam manajemen operasi instalasi nuklir dengan mengembangkan dan memasukkan persyaratan SML pada Program Jaminan Mutu. Beberapa persyaratan SML seperti : Kebijakan , Perencanaan, Organisasi, Struktur dan tanggung jawab, Pelatihan, Komunikasi, Dokumentasi, Pengendalian Dokumen, Pengendalian Operasi/proses, Pengecekan dan Tindakan perbaikan, Pengendalian Ketidaksesuaian, Rekaman, dan Audit serta Kajian Manajemen sudah ada dalam PJM, hanya perlu pengembangan lingkup substansinya. Selain itu perlu ditambahkan persyaratan yang belum ada dalam PJM yakni Program Lingkungan serta Kesiagaan dan Tanggap Darurat. Dengan mengimplementasikan SML dalam PJM akan menunjukkan bahwa ada komitmen manajemen untuk memenuhi persyaratan kebijakan lingkungan, adanya penekanan pada tindakan pencegahan yang lebih dari pada tindakan koreksi, serta sistem memasukkan dan memadukan proses penyempurnaan berkelanjutan. Kata kunci : Manajemen Lingkungan ABSTRACT IMPLEMENTASTION OF THE ENVIROMENTAL MANAGEMENT SYSTEM (ISO 14001) IN THE OPERATION MANAGEMENT OF NUCLEAR INSTALLATION. Beside possesses radiation danger potential, nuclear installation also produces waste substances effecting to the environment, so that in the construction, operation, and maintenance, it shall consider the existing aspects and comply with the specified requirements. One requirement that unconditionally needed is the duty to perform the quality assurance function. In the Quality Assurance Program (QAP), the nuclear installation operation pursuant to IAEA SS 50 C-QA standar shall be stressed on the importance of the safety aspect in the nuclear installation operation, however the important aspect of environment has not been actually required. The Environmental 50

Upload: lekhanh

Post on 14-Jan-2017

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Seminar Tahunan Pengawas,n Pemanfaatan Tenaga Nuklir • Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

IMPLEMENT ASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14001)DALAM MANAJEMEN OPERASI INST ALAS I NUKLIR

Nur Tri HarjantoPusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir

dan Daur Ulang (P2TBDU) - BATAN

ABSTRAKIMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14001)DALAM MANAJEMEN OPERASI INSTALASI NUKLIR. Instalasi nuklir

disamping mempunyai potensi bahaya radiasi juga menghasilkan limbah yangberdampak pada lingkungan, sehingga dalam pembangunan, operasi, & perawatannyaperlu memperhatikan aspek yang ada dan harus mengikuti persyaratan yang ditentukan.Salah satu persyaratan yang mutlak diperlukan adalah adanya kewajiban untukmelaksanakan fungsi jaminan mutu. Dalam Program Jaminan Mutu (PJM) operasiinstalasi nuklir sesuai standar IAEA SS 50 C-QA ditekankan pentingnya aspekkeselamatan dalam operasi instalasi nuklir, namun aspek penting lingkungan belumdipersyaratkan secara nyata. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang kompaktibelterhadap manajemen yang lain dapat diimplementasikan dalam manajemen operasiinstalasi nuklir dengan mengembangkan dan memasukkan persyaratan SML padaProgram Jaminan Mutu. Beberapa persyaratan SML seperti : Kebijakan , Perencanaan,Organisasi, Struktur dan tanggung jawab, Pelatihan, Komunikasi, Dokumentasi,Pengendalian Dokumen, Pengendalian Operasi/proses, Pengecekan dan Tindakanperbaikan, Pengendalian Ketidaksesuaian, Rekaman, dan Audit serta Kajian Manajemensudah ada dalam PJM, hanya perlu pengembangan lingkup substansinya. Selain ituperlu ditambahkan persyaratan yang belum ada dalam PJM yakni Program Lingkunganserta Kesiagaan dan Tanggap Darurat. Dengan mengimplementasikan SML dalam PJMakan menunjukkan bahwa ada komitmen manajemen untuk memenuhi persyaratankebijakan lingkungan, adanya penekanan pada tindakan pencegahan yang lebih daripada tindakan koreksi, serta sistem memasukkan dan memadukan prosespenyempurnaan berkelanjutan.Kata kunci : Manajemen Lingkungan

ABSTRACTIMPLEMENTASTION OF THE ENVIROMENTAL MANAGEMENT SYSTEM

(ISO 14001) IN THE OPERATION MANAGEMENT OF NUCLEARINSTALLATION. Beside possesses radiation danger potential, nuclear installationalso produces waste substances effecting to the environment, so that in the construction,operation, and maintenance, it shall consider the existing aspects and comply with thespecified requirements. One requirement that unconditionally needed is the duty toperform the quality assurance function. In the Quality Assurance Program (QAP), thenuclear installation operation pursuant to IAEA SS 50 C-QA standar shall be stressedon the importance of the safety aspect in the nuclear installation operation, however theimportant aspect of environment has not been actually required. The Environmental

50

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

Management System (EMS) compactible to other management may be implementedinto the nuclear installation operational management by developing and taking the theEMS requirements to the Quality Assurance Program. Some requirements of EMS suchas : Policy, Planning, Organization, Structure and Responsibility, Training,Communication, Documentation, Documentation control, Operational! processingcontrol, Examination and Repair Action, Unconformity Control, Record and Audit, andManagement Review have been contained in QAP, and it shall only necessary todevelop their subtantial scopes. In addition, it is necessary to add the requirements arenot contained in QAP, they are the Environmental Program as well as the Readiness andEmergency Perceptive. The implementation of EMS in the QAP shall that there aremanagement commitment to comply with the policy requirements, an emphasizing onthe preventive action more than a correction action, and the system of taking andcombining the continuous improvement process.Keywords: Enviromental Management

"-

~

51

Seminar Ta/lUnan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003

PENDAHULUAN

ISSN 1693 - 7902

Dunia industri saat ini terus berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu dan

teknologi serta tuntutan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, masyarakat mulai kritis dalam mensikapi, memilih dan menilai

suatu produk yang dihasilkan oleh suatu industri baik itu industri kebutuhan rumah

tangga yang merupakan industri kecil, industri menengahJbesar dan bahkan industri

nuklir yang memiliki teknologi tinggi.

lnstalasi nuklir yang meliputi reaktor nuklir, instalasi konversi dan pemumian,

fabrikasi bahan bakar nuklir danJatau pengolahan ulang bahan bakar bekas, instalasi

radioisotop, instalasi radiometalurgi, instalasi iradiator, instalasi akselerator, siklotron

dan instalasi pengelolaan limbah radio aktif, disamping memiliki teknologi yang cukup

tinggi juga mempunyai potensi bahaya radiasi. Oleh sebab itu mulai dari pembangunan

hingga operasi dan perawatannya harus memenuhi ketentuanJpersyaratan keselamatan

yang ditentukan.

Sesuai Surat Keputusan Kepala BAPETEN Nomor 07/Ka-BAPETENN-99

Tentang Jaminan Kualitas lnstalasi Nuklir, maka setiap organisasi pengelola instalasi

nuklir wajib melaksanakan fungsi jaminan mutu. Fungsi-fungsi jaminan mutu(l) tersebut

meliputi :

• Penyusunan program jaminan mutu.

• Organisasi dan tata kerja jaminan mutu.

• Pengawasan jaminan mutu.

Program Jaminan Mutu untuk operasi instalasi nuklir disusun berdasarkan Safety

Series No 50 C-QA yang merupakan bagian dari program IAEA yang disebut Standar

Keselamatan Nuklir (NUSS Program) yang menekankan pentingnya aspek keselamatan

dalam manajemen operasi instalasi nuklir.

LA TAR BELAKANG MASALAH.

lnstalasi/industri Nuklir seperti PLTN sampai saat ini masih menimbulkan pro dan

kontra sehingga belum bisa diterima oleh masyarakat sepenuhnya. Hal ini disebabkan

karena masyarakat masih khawatir akan bahaya potensi radiasi dan limbah yang

dihasilkan oleh industri nuklir yang cukup berbahaya, disamping faktor non teknis

52

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

seperti investasi yang tinggi. Seiring dengan hal tersebut di atas, dalam era globalisasi

kita juga akan dihadapkan dengan beberapa isue/masalah yang meliputi :

• Hak Asasi ManusiaIHAM

• Demokrasi

• ~Hak Atas Kekayaan Intelektual

• Standarisasi dan

• Lingkungan

Semua isue tersebut bermuara pada transparasi/keterbukaan. Untuk itu maka

manajemen instalasi nuklir hams dapat meyakinkan kepada masyarakat bahwa

disamping instalasi nuklir terse but memiliki teknologi sistem keamanan yang tinggi dan

berwawasan lingkungan juga memiliki sistem pengelolaan yang memenuhi persyaratan

manajemen keselamatan dan manajemen lingkungan sesuai standar internasional.

Untuk mendapatkan dukungan dalam menentukan kebijakan dibidang industri

nuklir maka perlu adanya transparasi dalam menginformasikan kepada masyarakat

bahwa suatu instalasi nuklir memiliki sistem pengelolaan yang menjamin tingkat

keamanan dan keselamatan yang tinggi dengan menerapkan program jaminan mutu

sesuai dengan standar SS 50 C-QA yang mendapatkan pengawasan baik internal (oleh

organisasi itu sendiri) maupun eksternal oleh badan pengawas independen (BAPETEN).

Selain itu juga perlu adanya pembuktian bahwa pengelolaan operasi instalasi nuklir

telah memenuhi standar pengelolaan lingkungan yang baik yang ramah terhadap

lingkungan sesuai standar ISO 14001, yang dapat dibuktikan dengan pernyataan diri

untuk siap dilakukan audit lingkungan atau dengan sertifikasi lingkungan (sertifikat ISO

14001).

Kompaksibilitas SML (ISO 14001) Terhadap Manajemen Mutu Lainnya

Sistem Manajemen Lingkungan menurut ISO 14001 adalah bagian dari

keseluruhan sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan,

tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumberdaya untuk mengembangkan,

menerapkan, mencapai, mengkaji dan memelihara kebijakkan lingkungan(2). Model

sistem manajemen lingkungan dalam standar SNI 14001 (adopsi dari ISO 14001) dapat

digambarkan seperti terlihat pada gambar 1.

Standar sistem manajemen lingkungan dimaksudkan untuk memberikan unsur­

unsur sistem manajemen lingkungan yang dapat dipadukan dengan persyaratan

53

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir • Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

manajemen lainnya di dalam organisasi guna membantu organisasi mencapai tujuan

mutu, keselarnatan, ekonomi dan lingkungan(3).

Standar ISO 14001 memiliki sistem manajemen dasar yang sarna dengan standar

sistem manajemen mutu yang lain seperti ISO 9000 (Sistem manajemen mutu prod uk),

ISO 17025 (Sistem manajemen mutu laboratorium uji dan kalibrasi), atau IAEA SS 50

C-QA (Sistem manajemen/jaminan mutu untuk kearnanan dan keselarnatan instalasi

nuklir).

Penyempurnaan Berkelanjutan

Pengkajian Manajemen

rPemeriksaan danTindakan Koreksi

Kebijakan Lingkungan

Perencanaan

Penerapan dan Operasi

Gambar 1. Model sistem manajemen lingkungan ISO 14001 (2)

Organisasi dapat memilih untuk menggunakan sistem manajemen yang berlaku

diorganisasi yang konsisten dengan standar tersebut sebagai dasar untuk sistem

manajemen lingkungannya. Narnun perlu dipaharni bahwa penerapan berbagai unsur

sistem manajemen ini mungkin berbeda karena tujuannya yang berbeda dan karena

pihak-pihak yang terkait juga berbeda. Sistem manajemen mutu produk (ISO 9000)

misalnya berkaitan dengan kebutuhan pelanggan atau konsurnen, sistem

manajemen/jarninan mutu keselarnatan instalasi nuklir (IAEA SS 50 C-QA) berkaitan

dengan kearnananlkeselarnatan pembangunan, dan operasi instalasi nuklir, sedangkan

sistem manajemen lingkungan (ISO 14001) mengarah pada kebutuhan dari berbagai

pihak yang terkait dan adanya kebutuhan masyarakat akan perlindungan lingkungan

yang semakin berkembang.

Persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan yang ditetapkan dalarn standar ISO

14001 tidak perlu dirumuskan secara terpisah dari unsur-unsur sistem manajemen yang

berlaku di dalarn suatu organisasi. Dalarn beberapa hal dimungkinkan untuk memenuhi

54

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

semua persyaratan melalui penyesuaian terhadap unsur-unsur sistem manajemen yang

sedang berlaku.

Manajemen MutuProd uk (ISO 9000)

Manajemen MutuLab. (ISO 17025)

I INST ALASI NUKLIR I

Program JaminanMutu Keselamatan (SS

IAEA 50 C-QA)

SML / Mutu Lingkungan(ISO 14001)

Gambar 2. Penerapan Sistem Manajemen dalam Instalasi Nuklir

STRUKTUR SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001

Struktur (elemen-elemen) dalam Sistem Manajemen Lingkungan meliputi (2) :

Kebijakan Lingkungan

Kebijakan ini ditetapkan oleh manajemen puncak yang berisi pernyataan

mengenai maksud dan prinsip-prinsip dalam peningkatan kinerja lingkungan.

Kebijakkan ini sesuai dengan jenis kegiatan, skala dan dampak lingkungan akibat

kegiatan, produk atau jasa yang dihasilkan, yang mencakup komitmen untuk perbaikan

secara terus menerus dan pencegahan pencemaran, serta mencakup komitmen pentaatan

terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan yang relevan dan ketentuan lainnya

yang terkait.

Perencanaan

1. Aspek Lingkungan

Organisasi perlu membuat prosedur untuk mengidentifikasi aspek-aspek

lingkungan sehingga organisasi dapat mengendalikan atau mengantisipasinya

Menentukan aspek mana yang mempunyai dampak penting terhadap

lingkungan dan menjamin bahwa aspek-aspek yang berkaitan dengan dampak\

55

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

penting telah dipertimbangkan dalam penentuan tujuan dan sasaran

pengelolaan lingkungan

2. Persyaratan Hukum dan Persyaratan lainnya

Organisasi hams menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk

mengidentifikasi dan mendapatkan akses pada peraturan dan ketentuan­

ketentuan lain yang berhubungan dengan organisasi terutama yang berkaitan

dengan aspek lingkungan dari kegiatan, produk maupun jasa yang dihasilkan.

3. Tujuan dan Sasaran.

Organisasi hams menetapkan dan memelihara tujuan dan sasaran yang

terdokumentasi pada setiap fungsi dan tingkatan manajemen organisasi.

Tujuan dan sasaran harus konsisten dengan kebijakan lingkungan, termasuk

merefleksikan komitmen terhadap pencegahan pencemaran.

4. Program Manajemen lingkungan

Organisasi menetapkan dan memelihara program untuk mencapai tujuan dan

sasaran lingkungan. Program berisi perencanaan kegiatan yang meliputi

arahan dan tanggungjawab dalam pencapaian tujuan dan sasaran pada setiap

tingkatan dan fungsi yang relevan serta cara bagaimana sasaran dan tujuan

tersebut dapat dicapai dan jangka waktu pencapaiannya.

Penerapan dan Operasi

1. Struktur dan Tanggung jawab

Peran/fungsi, tanggungjawab dan kewenangan harus ditetapkan, didokumenta­

sikan dan disampaikan untuk menunjang terciptanya manajemen lingkungan

yang efektif. Manajemen harus menyediakan sumber daya yang diperlukan

dalam implementasi dan pengendalian SML.

2. Pelatihan, kepedulian, dan kompetensi.

Organisasi harus mengkaji kebutuhan pelatihan. Selain itu, semua karyawan

yang bekerja pada area yang berpotensi mengakibatkan dampak penting

lingkungan, hams telah menerima pelatihan yang memadai.

Karyawan yang melakukan tugas-tugas yang dapat menyebabkan timbulnya

dampak penting terhadap lingkungan, hams memiliki kompetensi pendidikan

pelatihan, danl atau pengalaman yang sesuai.

56

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003 ISSN 1693 - 7902

3. Komunikasi.

Dengan berlandaskan pada aspek-aspek lingkungan dan SML, organisasi perlu

menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk melakukan komunikasi

internal pada setiap tingkatan dan fungsi dalam organisasi. Selain itu juga

prosedur penerimaan dan dokumentasi tanggapan atas komunikasi dari pihak­

pihak eksternalyang berkepentingan.

4. Dokumentasi SML

Organisasi perlu menetapkan dan memelihara informasi secara tertulis ataupun

di dalam data elektronik untuk menjelaskan elemen-elemen inti dari sistem

manajemen lingkungan dan interaksi antara elemen-elemen tersebut, serta

memberikan arahan atas dokumen yang terkait. Ada 4 tingkatan sistem

dokumentasi SML yakni : Manual, Prosedur, Instruksi kerja, dan

Rekaman/ catatan.

5. Pengendalian Dokumen

Organisasi perlu menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk mengenda­

likan seluruh dokumen yang dipersyaratkan oleh standar internasional ini

untuk memastikan bahwa : Dokumen-dokumen secara periodik ditinjau kem­

bali, direvisi, dan versi terbaru dari dokumen yang relevan tersedia, Dokumen

kadaluwarsa segera ditarik dari setiap lokasi penyimpanan dan penggunaan

atau diamankan dari pemakaian yang tidak sengaja.

6. Pengendalian Operasi

Orgimisasi harus mengetahui operasi dan kegiatan yang berhubungan dengan

aspek-aspek penting lingkungan yang telah teridentifikasi, agar dilaksanakan

sejalan dengan kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan organisasi.

Menetapkan dan memelihara prosedur operasi agar tidak terjadi penyimpangan

terhadap kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan.

7. Kesiagaan dan Tanggap Darurat

Organisasi harus menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk

mengidentifikasi dan tanggap terhadap kecelakaan dan keadaan darurat yang

mungkin terjadi, serta prosedur untuk menghindari dan mengatasi dampak

lingkungan yang mungkin terjadi akibat kecelakaan atau keadaan darurat

terse but. Organisasi perlu mengkaji dan memperbaiki prosedur kesiagaan,

57

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

selain itu perlu menguji secara berkala prosedur-prosedur yang memungkinkan

untuk diuji.

Pengecekan dan Tindakan Perbaikan

1. Pemantauan dan Pengukuran

Organisasi perlu membuat dan memberlakukan proseaur tertulis untuk secara

berkala memantau dan mengukur karakteristik kunci dari operasi dan kegiatan

yang dapat menimbulkan dampak penting pada lingkungan. Alat-alat

pemantau lingkungan harus dikalibrasi dan disimpan sesuai dengan ketentuan.

Organisasi perlu membuat dan memberlakukan prosedur tertulis untuk secara

berkala melakukan evaluasi tentang kesesuaian dengan peraturan dan

perundang-undangan lingkungan hidup.

2. Ketidaksesuaian, Perbaikan dan Tindakan Pencegahan.

Organisasi perlu membuat dan memberlakukan prosedur dalam menetapkan

tanggung jawab dan wewenang untuk menangani dan menyelidiki kasus-kasus

ketidaksesuaian, pengambilan tindakan untuk mengatasi dampak lingkungan

akibat ketidaksesuaian terse but, dan untuk memulai dan menyelesaikan

tindakan koreksi dan pencegahan. Organisasi harus menetapkan dan

mendokumentasikan semua perubahan dalam prosedur tertulis yang

diakibatkan oleh tindakan koreksi dan pencegahan.

3. Rekaman

Organisasi perlu membuat dan memberlakukan prosedur untuk identifikasi,

pemeliharaan, dan pendistribusian rekaman lingkungan. Rekaman harus jelas,

dapat diidentifikasi dan dilacak hubungannya dengan aktivitas tertentu, hasil

atau jasa. Rekaman lingkungan harus disimpan dan dipelihara sehingga

rekaman tersebut siap digunakan dan terjaga dari kerusakan atau· hilang.

Waktu penyimpanan hams ditetapkan dan dicatat.

4. Audit Sistem Manajemen Lingkungan

Organisasi hams menetapkan dan memberlakukan suatu program dan prosedur

untuk melaksanakan audit sistem manajemen lingkungan secara periodik.

Tujuan dari audit adalah agar dapat menetapkan apakah sistem manajemen

lingkungan telah diterapkan dan diberlakukan dengan benar sesuai dengan

58

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

aturan atau ketetapan yang direncanakan termasuk ketetapan-ketetapan standar

ini serta memberikan informasi atas hasil audit kepada manajemen puncak.

Pengkajian Manajemen

Manajemen puncak organisasi harus mengkaji sistem manajemen lingkungan

sesuai dengan jadwal/interval waktu yang ditetapkan untuk memastikan kesesuaian,

ketepatan, dan keefektifan sistem terse but. Proses kajian manajemen ini harus

memastikan bahwa informasi penting telah dikumpulkan sehingga dapat dievaluasi.

Kaji ulang pelaksanaan SML secara berkala oleh manajemen puncak diperlukan untuk

memastikan keberlanjutan dan ketepatan serta keef~ktifal1:::p~aksanaan yang meliputi

fi S"AK4~

pengkaj ian terhadap : ~\) h41-~ 1'" i<~, ,,' \

• Tujuan dan sasaran lingkungan :, .~r'!} ~• Kinerja lingkungan secara keseluruhan ~ '~if1.J !

~ -za; ~

• Temuan hasil audit SML '+/J~NGAW"''i:>'\~~

Kajian manajemen harus terbuka terhadap kemungkinan adanya perubahan

kebijakan, tujuan dan elemen-elemen lain dalam sistem manajemen lingkungan sejalan

dengan hasil audit sistem manajemen lingkungan, perubahan situasi, dan adanya

komitmen terhadap perbaikan secara terus menerus.

IMPLEMENT ASI SML DALAM MANAJEMEN PENGELOLAAN INST ALAS I

NUKLIR

Suatu Instalasi Nuklir dalam operasinya harns menerapkan program jaminan mutu

untuk keselamatan sesuai dengan IAEA SS 50 C-QA. Hal ini sesuai dengan SK Ka

BAPETEN Nomor 07/Ka-BAPETENN-99 tentangjaminan mutu untuk instalasi nuklir.

Kode/Aturan ini sifatnya wajib, sehingga suatu instalasi nuklir yang tidak melaksanakan

ketentuan tersebut akan mendapatkan sangsi dari Bapeten yang dapat berupa

pencabutan ijin operasi atau penutupan/denda atas pelanggaran aturan ini.

Sistem Manajemen Lingkungan sesuai standar ISO 14001 (SNI 14001) sampai

saat ini masih bersifat sukarela, namun tidak menutup kemungkinan pada suatu saat

akan berubah menjadi wajib sesuai dengan perkembangan hukurn/undang-undang dan

tuntutan masyarakat. Suatu instalasi nuklir sebaiknya menerapkan sistem manajemen

lingkungan secara efektif agar membantu melindungi kesehatan manusia dan

59

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 -7902

lingkungan dari dampak penting kegiatan, produk atau jasanya, dan untuk membantu

memelihara serta memperbaiki mutu lingkungan. Dengan menerapkan SML dapat

membantu organisasi untuk memberikan kepercayaan kepada pihak terkait bahwa :

a). ada komitmen manajemen untuk memenuhi persyaratan kebijakan, tujuan, dan

sasaran lingkungan.

b). adanya penekanan pada tindakan pencegahan yang lebih dari pada tindakan

koreksi.

c). dapat memberikan bukti adanya perhatian yang cukup dan kesesuaian dengan

perundang -undangan.

d). Sistem memasukkan dan memadukan proses penyempumaan berkelanjutan.

Penerapan SML dalam manajemen operasi instalasi nuklir dapat dilakukan dengan

mengembangkan manajemen yang sudah ada dalam hal penekanan aspek dan ruang

lingkup serta menambahkan elemen-elemen yang belum diatur dalam program jaminan

mutu instalasi nuklir.

Tabel 1. Perbandingan Elemen-elemen IAEA SS 50 C-QA dengan Elemen elemen SML

Struktur SML (ISO 14001)

Struktur PJM sesuai IAEA SS

50 CQ (1996)50 C-QA (8)I. Kebijakan Lingkungan

I.PendahuluanI. Pendahuluan

1.1. Umum (Kebijakan)II. Perencanaan

II. Program Jaminan MutuII. Managemen

1. Aspek Lingkungan

1.2. Ruang Lingkup-

2. Persyaratan Hk & Persyara-

11.1.UmumIII. 1. I

tan lainnya 3. Tujuan & Sasaran

1.2. Ruang LingkupI., II.I.3

-4. Program Lingkungan (11.1.)

IILImplementasi & Operasi

III. OrganisasiIII.Kinerja

1.Struktur & Tanggung jawab III. 1. Tanggung Jwb, Wewenang,11.1.1

Komunikasi 1.3. Tanggungjawab2. Pelatihan

KepeduliandanIII.3. Penstafan dan PelatihanII.2.1

Kompetensi

60

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

3.Komunikasi I(III. 1)

I 11.1.14.

Dokumentasi SML III.2. Prosedur, Instruksi, dan 11.1.5

gambar.5.

Pengendalian Dokumen I IV. Pengendalian DokumenI 11.4.1

JI: Pengendalian DesainVI. Pengendalian PengadaanVII. Pengendalian Bahan

I 111.1.1

6. Pengendalian Operasi I VIII. Pengendalian Proses

I -7. Kesiagaan & Tanggap darurat -IV. Pengecekan & Tindakan

IX. Inspeksi dan PengendalianI IIIA.l

Perbaikan

Pengujian

1.

Pemantauan & Pengukuran IX.l. Program InspeksiI IIIA.2

IX.2. Program Pengujian IX.3. Pengendalian alat pengu-jian/pengukuran & kali-brasi2.

Ketidak sesuaian,PerbaikanX. Pengendalian Ketidaksesuai-I II.3.1

& Tindakan Pencegahan

an

XI. Tindakan Koreksi

11.3.2

3.

Rekaman XII.Rekaman11.4.2

4. Audit SML

XIII. AuditIV. Penilaian

V. Kajian Manajemen II.3. Review Manajemen

PENYESUAIAN SML DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM JAMINAN

MUTU INST ALAS I NUKLIR.

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dapat diterapkan pada seluruh

kegiatan/manajemen lain selain dari manajemen tersebut, termasuk manajemen

keselamatan operasi instalasi nuklir. Program Jaminan Mutu Instalasi Nuklir yang

mengacu pad a Pedoman IAEA SS 50 C-QA menekankan manajemen operasi instalasi

nuklir terhadap keselamatan operasi instalasi nuklir. Untuk menyesuaikan SML dalam

manajemen tersebut harus dilakukan revisi terhadap PJM sehingga dapat

61

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 -7902

mengakomodir persyaratan-persyaratan yang ada dalam SML tersebut. Penerapan SML

dalam manajemen operasi instalasi nuklir dapat dilakukan dengan mengembangkan

manajemen yang sudah ada dalam hal penekanan aspek dan ruang lingkup serta

menambahkan elemen-elemen yang belum diatur dalam program jaminan mutu instalasi

nuklir.

Tabel 2. Penyesuaian PJM Operasi Instalasi Nuklir dengan persyaratan dalam SML

No

PJM Operasi IAEA SS 50 C-QAPenyesuaian dengan SML(10) I

Kebijakan Mutu Ruanglingkupkebijakandiperluasyaknidengan : Tujuan dan sasaran lingkungan perlu ditambahkanKomitmen terhadap Aturan IAEA SS 50 C-QAKomitmen terhadap persyaratan ISO 14000

II

Program Jaminan Mutu Perlu ditambahkan dalam PJM :

*) Aspek lingkungan disamping aspek kesela-matan*) Persyaratan hukum & persyaratan lainnya~berkaitan dengan lingkungan seperti :

SK Ka BAPETEN No 02 & 03 tentan~Baku tingkat radioaktivitas lingkungan 4),Keselamatan untuk pengelolaan limbah (5),dll *) Program Manajemen Lingkungan*) Program kesiagaan dan tanggap darurat

III

Organisasi *) Struktur organisasi, tanggung jawab, we-wenang dan komunikasi.Sesuai SK Ka BAT AN 73/99 tugas yangrelevan dengan limbah dan lingkungan adadi BKK. (Sub Keselamatan & pengelolaanlimbah)*) Garis komunikasi eksternal selain denganBAPETEN perlu ditambahkan yakni denganP2PLR dan Bapedal.*) Penstafan dan Pelatihan.Pelatihan mengenai kemampuan dan kepe-dulian lingkungan perlu ditambahkan.IV

Pengendalian Dokumen Sudah sesuai dengan SML

V

Pengendalian Desain Tidak dipersyaratkan dalam SML

VI

Pengendalian Pengadaan Tidak dipersyaratkan dalam SML

VII

Pengendalian Bahan Tidak dipersyaratkan dalam SML

62

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir • Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

NoPJM Operasi IAEA SS 50 C-QA

Penyesuaian dengan SML(10)VIII

Pengendalian Proses Prosedurproses/operasiyangberhubungan

denganaspekpentinglingkunganharns

ditetapkan, dipelihara dan dilaksanakan agartidakterj adipenyimpanganthdkebijakan,

tujuan dan sasaran lingkungan.IX

PengendalianPengujian&*) InspeksiInspeksi

Prosedur inspeksi harus meliputi inspeksiterhadap kegiatan dan operasi yang dapatmenimbulkan dampak penting lingkungan.*) Program Pengendalian PengujianDitambahkan pengujian/ pengukuran untukmemantau kondisi lingkungan*) Kalibrasi alat ukur dan alat uji

X

Pengendalian Ketidaksesuaian ProsedurKetidaksesuaianyangberkaitan

dengan dampak lingkungan perlu ditetapkanuntuk identifikasi.XI

Tindakan Koreksi Prosedurpengambilantindakanuntuk

mengatasidampaklingkunganakibat

ketidaksesuaian terse but, dan untuk memulaidanmenyelesaikantindakankoreksidan

pencegahanterulangnyakembali

ketidaksesuaian

XII

Rekaman (Record) Sudah sesuai dengan SML

XIII

Audit Perluditambahkandalamprogramaudit

dengan

AuditSMLyaitukesesuaian

manajemen terhadap persyaratan SML

Program kesiagaan dan tanggap darurat dalam instalasi nuklir sudah ada hanya belum

ditetapkan dalam PJM oprerasi sehingga dengan penerapan SML ini maka program

tersebut dapat dimasukan dalam kebijakan PJM.

63

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003

KESIMPULAN

ISSN 1693 - 7902

1. Instalasi Nuklir disamping memiliki potensi bahaya radiasi juga menghasilkan

limbah yang memberikan dampak pada lingkungan sehingga dalam pembangunan,

operasi maupun perawatannya harus memperhatikan aspek keselamatan dan aspek

penting lingkungan.

2. Adanya pro dan kontra dalam masyarakat berkaitan dengan instalasi nuklir harus

di hadapi secara transparan bahwa instalasi nuklir disamping memiliki teknologi

keselamatan yang tinggi dan bersih lingkungan juga dalam pengelolaannya sesuai

dengan standar manajemen intemasional

3. Untuk menjamin bahwa instalasi nuklir beroperasi dengan tingkat keamanan yang

memadai serta ramah terhadap lingkungan maka perlu pengelolaanlmanajemen

yang memenuhi persyaratan standar keamanan dan standar manajemen lingkungan

yang dituangkan dalam suatu Program Jaminan Mutu.

4. Untuk mengimplementasikan SML ISO 14001 dalam manajemen operasi instalasi

nuklir dapat dilakukan penyesuaian dengan mengembangkan manajemen yang

sudah ada yaitu aspek aspek yang perlu diperhatikan, ruang lingkup serta

menambahkan elemen-elemen yang belum diatur dalam program jaminan mutu

instalasi nuklir.

5. Dengan penerapan SML dalam PJM Instalasi nuklir maka ada komitmen

manajemen untuk memenuhi persyaratan kebijakan lingkungan, adanya

penekanan pada tindakan pencegahan yang lebih dari pada tindakan koreksi, serta

sistem memasukkan dan memadukan proses penyempumaan berkelanjutan.

DAFTARPUSTAKA

1. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 07/Ka-BAPETENN­

99 Tentang Jaminan Kualitas Instalasi Nuklir;

2. ISO 14001 Environmental Managemen Standars (EMS), 1996;

3. SNI 19-14001-1997 : Sistem Manajemen Lingkungan (SML) - Spesifikasi dengan

panduan penggunaan, Dewan Standarisasi Nasional, 1997;

4. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 02/Ka-BAPETENN­

99 Tentang Baku Tingkat Radioaktivitas di Lingkungan;

64

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003 ISSN 1693 -7902

5. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 03/Ka-BAPETENN­

99 Tentang Ketentuan Keselamatan untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif;

6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1997 Tentang

Ketenaganukliran;

7. Safety Series No.50-C-QA : Quality Assurance for Safety in Nuclear Power Plants

IAEA Safety Standars, International Atomic Energy Agency, Vienna 1978;

8. Keputusan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor

564/DJ1X111993 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Kualitas Instalasi Nuklir;

9. Program Jaminan Mutu P2TBDU Revisi : 1 No : JM 10 F01 002 Pusat

Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir Dan Daur Ulang, 1999.

DISKUSI

Pertanyaan (Priyanto M Joyosukarto - INDUS)

Sejaumana kompabilitas jaminan mutu nuklir dengan SML 14001?

Jawaban (Nur Tri Harjanto, P2TBDU - BATAN)

Jaminan mutu instalasi nuklir yang mengacu pada SS.50-C-QA menekankan aspek1

keselamatan dan belum secara nyata untuk aspek lingkungan sehingga dengan

mengkombinasikan klausul-klausul yang ada seperti dibahas didalam paper ini

diharapkan kedua aspek tersebut terpenuhi, masing-masing klausul dalam SML maupun

PJM ada yang sudah sesuai dan ada yang saling melengkapi.

65