no. 8532/tahun-lvlll jum'at, 21maret2014 fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/bn...
TRANSCRIPT
NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014
• • Fakta Analisa Penerangan
Khusus untuk para · Pengusaha · Manager . Pejabat . Politikus . Teknokrat . Sarjana
INDUK KARANGAN : Siapkan 21 Unit Simulator Air Bus ..... 22
• Konsep Ecoporr untuk Indonesia ....... 1 " Pelabuhan Tg Priok Siapkan
(Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia
EKONOMI & BISNIS : Sistem Klasterisasi Dermaga dan Nomor 12/KM. 11 /2014) ............ 31
• Menyongsong Pemimpin Baru. ~ ....... 2 Tata Letak Yang Baru ............. 23 * Penyesuaian Akun PFK IWP untuk
" Monopoli Pertamina
Tidak Rugikan Negara .•............ 4
• Sektor Lo91stik Hadap1 Tantangan
Berat di Pasar Bebas ASEAN ......... 6
• Gel1at Wask1ta dalam Persaingan
Bisnis Konstruksi .................. 7
" Fokus ke Bisnis Batubara
* Penerbitan Sukuk Masih
Didominasi oleh Pemerintah ......... 24
• Asia Timur Masih Menjadi
Tempat Terbaik untuk lnvestasi ....... 25
• Waktu Bagi Indonesia
Sebelum Akhir 201 5,
Memperbaiki lnfrastruktur SNI. ....... 26
CMPP Jual Anak Usahanya .......... 8 * Penguatan Rupiah
Jaminan Kesehatan, Tabungan Hari Tua,
dan luran Pensiun pada Sistem MPN
(Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan
Direktorat Pengelolaan Kas Negara
Nomor S-708/PB.3/201 4) ....•...... 33
" Tarif Layanan Parkir
(Peraturan Gubernur Provinsi Daerah
Khusus lbukota Jakart a
* Harga Satu Kursi DPR Sangat Mahal. . . . 9 Turunkan Utang Pemerintah ......... 27 Nomor 179 Tahun 2013) ........... 35
• Penjualan/Peredaran Daging Babi PASAR MODAL & KEUANGAN :
di Jakarta Nihil . . ....•....•..... 1 O • Kurs Beli - Jual Uang Kertas Asing •.•.. 28
• DPK Per Desember 2013 CATATAN HARGA-HARGA : Masih Melonjak. . . • ...••...••..• 1 1 * Macam-Macam Nepal,
Kinerja lndustri Semen Nasional Perlengkapan Sanitair .............. 29
Terus Bertumbuh. . . ............. 13 * Harga Koas. Roller Cover
• IKM Pangan Indonesia
Mulai Diminati Mancanegara ......... 14
• Menyikapi Pandangan Bank Dunia. . . . . 15
• Februari 2014 OKI Jakarta
Mengalami lnflasi 0,50 Persen •..•.... 18
• Anggaran Kesehatan Jauh dari
Amanah UU Kesehatan ..•....•..... 20
• Pembangunan Pariw1sata
Harus Berkelanjutan. . . . . . . . ... 21
• Perusahaan Penerbangan Lion Air
untuk Pengecatan ................ 30
PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINT AH :
* Nilai Kurs Sebagai Dasar Pelunasan
Bea Masuk. Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah, Pajak Ekspor,
dan PaJak Penghasilan Yang Berlaku
Tanggal 19 Maret 2014 sampai
dengan 25 Maret 2014
" Tata Cara Penggunaan
Tenaga Kerja Asing
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI
Nomor 12 Tahun 2013) ........... 43
* Penegasan Ketentuan Perpajakan
Atas Transaksi £-Commerce
(Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-62/PJ/2013) ............ 53
• Pedoman Pengelolaan Kerjasama
Dalam Negeri di Bidang Penyuluhan
dan Pertambangan Sumber Daya
Manusia Pertanian
(Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia
No.1 20/Permentan/OT. 140/1/2013) ... 58
2/51931/1 ~~32 PS- RTNERS PERSEK. WIDYAW9ANS~Bi;:LOT 11-A (BELAKANG THE ENERGY LT. · GRAHA NIAGA) AN KAV 59 _JAKARTA 12190 JL. JENO. SUDIRM ·
Alamat : Komplek P & K JI. Taman Pendidikan Ill No. 12 Jakarta Selatan 12430 - Tip (021) 759 20 118
- . www.b.usinessnews.co.id ;;;;;;;;;; ______ ---·-;;,·-···;;:";;;;;;;;;;;;,;r43:r91t.ttlfij·)~h Qj;f,iilJ;t.,:•aa.J.1j;!l~i£.)li
NILAI KURS SEBAGAI DASAR PELUNASAN BEA MASUK, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH, PAJAK EKSPOR, DAN PAJAK PENGHASILAN YANG
BERLAKU UNTUK TANGGAL 19 MARET 2014 SAMPAI DENGAN 25 MARET 2014
(Keputusan Menteri Keuangan R.I Nomor 12/KM.11/2014, tanggal 17 Maret 2014)
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa untuk keperluan pelunasan Bea Masuk,
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas . Barang Mewah, Pajak
Ekspor, dan Pajak Penghasilan atas pemasukan
barang, hutang Pajak yang berhubungan den
gan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak ,
Ekspor, dan penghasilan yang diterima atau di
peroleh berupa uang asing, harus terlebih dahulu
· dinilai ke dalam uang rupiah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di
maksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputu
san Menteri Keuangan tentang Nilai Kurs sebagai
Dasar Pelunasan Bea Masuk, Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Ba
rang Mewah, Pajak Ekspor, dan Pajak Penghasilan
yang berlaku untuk tanggal 19 Maret 2014 sam
pai dengan 25 Maret 2014.
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 (BN No.
3995 Hal. 18-318) tentang Pajak Penghasilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Ta.hun
1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Re
publik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 (8N No.
3996 Hal. 18-138) tentang Pajak Pertambahan Ni
lai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Ba
rang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Neg
ara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No
mor 42 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 150);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 (8N No.
5806 Hal. 58-198) tentang Kepabeanan (Lem
baran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah di
ubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 1 7
Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indone
sia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara .Republik Indonesia Nomor 4661);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 (8N
No. 5807 Hal. 38-178) tentang Cukai (Lem
baran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Re
publik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2007 (lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndone-
IN! www.businessnews.co.id
sia Nomor 4755);
5. Keputusan Presiden Nomor 5.6/P Tahun 201 O;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/
PMK.01 /2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan;
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 34 7 I
KMK:o1 /2008 tentang Pelimpahan Wewenang
Kepada Pejabat Eselon I Di Lingkungan Kemen
terian Keuangan Untuk dan Atas Nama Menteri
Keuangan Menandatangani Surat dan atau Kepu
tusan Menteri Keuangan;
Memperhatikan:
Surat Perintah Nomor PRIN-374/MK.01 /2011.;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG NILAI
KURS SEBAGAI DASAR PELUNASAN BEA MASUK,
PAJAK PERTAMBA.HAN NILAI BARANG DAN JASA
DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH,
PAJAK EKSPOR, DAN PAJAK PENGHASILAN YANG
BERLAKU UNTUK TANGGAL 19 MARET 2014 SAM
PAI DENGAN 25 MARET 2014.
PERTAMA:
Menetapkan Nilai Kurs sebagai Dasar Pelu
nasan Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
Bea Keluar, dan Pajak Penghasilan yang berlaku un
tuk tanggal 19 Maret 2014 sampai dengan 25 Ma-
ret 2014, ditetapkao sebagai berikut:
1 . Rp 11.393,00 Untuk Dolar Amerika Serikat (USDJ 1-
2 Rp 10.271,02 Untuk Dolar Australia (AUDI 1-
3 Rp 10.260,37 Untuk Dolar Canada (CADJ 1-
4 Rp 2.121,20 Untuk Kroner Denmark (DKK) 1-
5 Rp 1.467,14 Untuk Dolar Hongkong (HKDJ 1-
6 Rp 3.472,62 Untuk Ringgit Malaysia (MYRi 1-
7 Rp 9.702,31 Untuk Dolar Selandia Baru INZDJ 1-
8 Rp 1.911,00 Untuk Kroner Norwegia INOKJ 1-
9 Rp 18.946,64 Untuk Poundsterling lnggris (GBPJ 1-
'M¥Utji!&llG*;f,HHµj;!»ill;t·U•M=t2!1;Uht.,;1
10 Rp 8.996, 11 Untuk Dolar Singapura ISGDJ 1-
11 Rp 1.785,65 Untuk Kroner Swedia (SEK) 1-
12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1-
13 Rp 11.140,28 Untuk Yen Jepang (JPYJ 100-
14 Rp 11.77 Untuk Kyat Burma (BUKJ 1-
15 Rp 186,35 Untuk Rupee India (INRI 1-
16 Rp 40.475,01 Untuk Dinar Kuwait IKWDJ 1-
17 Rp 115,24 Untuk Rupee Pakistan (PKR) 1-
18 Rp 255,54 Untuk Peso Philipina (PHPJ 1-
19 Rp 3.037,72 Untuk Riyal Saudi Arabia (SARI 1-
20 Rp 87,23 Untuk Rupee Sri Lanka (LKRJ 1-
21 Rp 352,31 Untuk Baht Thailand ITHBJ 1-
22 Rp 8.998,96 Untuk Dolar Brunei Darussalam (BND) 1-
23 Rp 15.830,56 Untuk Euro Euro (EUR) 1-
24 Rp 1.854,48 Untuk Yuan China (CNY) 1-
25 Rp 10,65 Untuk Won Korea (KRWJ 1-
KEDUA:
Dalam hal kurs valuta asing lainnya tidak
tercantum dalam diktum PERTAMA maka nilai kurs
yang digunakan sebagai dasar pelunasan adalah kurs
spot harian valuta asing yang bersangkutan di pasar
internasional terhadap dolar Amerika Serikat yang
berlaku pada penutupan hari kerja sebelumnya dan
dikalikan kurs rupiah terhadap dolar Ame.rika Serikat
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan ini.
KETIGA:
Keputusan Menteri Keuangan ini berlaku un
tuk tanggal 19 Maret 2014 sampai dengan 25 Ma
ret 2014.
Ditetapkan di Jakarta
Pad a tanggal 1 7 Maret 2014
An. MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Pit KEPALA BADAN KEBIJAKAN FISKAL
ttd
ANDIN HADIY ANTO
( BN I
,., www.bus1'nessnews.co.1·d· iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiliillml!lli!!IZlll!WlW!!IUJliWlmlmla Jt 1µ3~1r11g11rt,t·'Uiµ:l;t»111;:t.n•QiM:liJ10'·!:•
PENYESUAIAN AKUN PFK IWP UNTUK JAMINAN KESEHATAN, TABUNGAN HARi TUA, DAN IURAN
PENSIUN PADA SISTEM MPN (Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Direktorat Pengelolaan Kas Negara
Nomor S-708/PB.3/2014, tanggal 4 Februari 2014)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Yth. Para Direksi Bank/Pos Persepsi
Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 12 Tah.un 2013 tentang Jaminan Kese
hatan, dengan ini diberitahukan bahwa terdapat penyesuaian akun yang digunakan untuk pencatatan Perhitu
ngan Fihak Ketiga (PFK), berupa penonaktifan akun (lampiran I) dan penambahan akun (lampiran II). Berkenaan
dengan hal tersebut, Saudara agar melakukan update referensi akun pada sistem penerimaan negara bank/pas
Saudara sesuai perubahan akun tersebut.
Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasama Saudara diucapkan terima kasih.
Tembusan:
Direktur,
ttd.
Rudy Widodo
NIP 195901241985011001
1. Direktur Jenderal Perbendaharaan;
2. Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan;
3. Direktur Sistem Perbendaharaan;
4. Direktur Transformasi Perbendaharaan;
LAMPIRAN I
AKUN-AKUN YANG TIDAK DIGUNAKAN LAGI
NO. KODE URAIAN AKUN AKUN
1 811111 Penerimaan Setoran/Potongan PFk 10% Gaji PNS Pusat
2 811113 Penerimaan Setoran/Potongan PFK 1 0% Gaji Polri dan PNS Polri
3 811114 Penerimaan Setoran/Potongan PFK 10% Gaji TNI dan PNS Dephan
4 811211 Penerimaan Setoran/Potongart PFK 2% Pembayaran Gaji Terusan PNS Pusat ' 5 811213 Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Gaji Terusan Polri dan PNS Polri ~ ..
6 811214 Penerimaan Setoran/Potangan PFK 2% Gaji Terusan TNI dan PNS Dephan
7 821111 Pengembalian Penerimaan Dana Penstin PNS (4,75%)
·-
·-
www.businessnews.co.id iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiilliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii;;;;j'~ij[!#{l!il(iaJl!/;UJl!Jll;'jjf!~·l:i!lUiiii!il;l~·li!illlllit~·H:lliiAA#!.l.!J1'3•il131::1a/.li·1!ll:I
8 821112
9 821113
10 821114
11 821115
12 821116
13 821117
14 82 118 -15 821119
-16 821211
-17 821213
18 821214
19 821411
20 821412
LAMPIRAN II
NO KODE AKUN 1 811131
2 811132
3 811133
4 811134
5 811141
6 811142
7 811151
8 811152
9 811161
Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua PNS (3,25%)
Penaembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan (2%)
Penaembalian Penerimaan Dana Pensiun Polri & PNS Polri 14,75%! -··-··---Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua Polri dan PNS Polri (3,25%)
Pengembalian Penerimaan Dana Pemeliharaan Dana Kesehatan Polri dan PNS Polri (2%)
Pengembalian Penerimaan Dana Pensiun Person ii }NI dan PNS Dephan (4, 75%) --
Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua TNI dan PNS Dephan (3,25%) ------Pengembalian Penerimaan Dana Pemeliharaan dan Kesehatan TNI dan PNS Dephan (2%)
Pengembaliart Penerimaan Asuransi Kesehatan PNS (2 %)
Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan Polri dan PNS Polri (2%)
Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan TNI dan PNS Dephan 12%)
Pengeluaran PFK 3% luran Jaminan Kesehatan Pemerintah Provinsi
Pengeluaran PFK 3%. Juran Jaminan Kesehatan Pemerintah Kabupaten/Kota
a_n Direktur Pengelolaan Kas Negara
Kasubdit Rekening Kas Negara
ttd.
Arief Rahman Hakim
NIP 196704091988021001
AKUN-AKUN BARU
URAIAN AKUN Penerimaan Setoran/Potongan PFk 2 % Juran Jami nan
Kesehatan BPJS Kesehatan
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 8 % Gaji PNS Pu sat
Penerimaan Setoran/Patongan PFK 8% Gaji POLRI dan
PNS POLRI
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 8% Gaji TNI dan
PNS Kemhan TNI ·
Penerim~an PFK 2% Juran Jaminan Kesehatan Pegawai
Pemerintah Non PNS yang berasai dari APBN
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 3% luran Jaminan
Kesehatan dari Pemberi Kerja Pegawai Pemerintah Non
PNS-APBN
Penerimaan PFK 2% Juran Jaminan Kesehatan Pegawai
Pemerintah Non PNS-APBD
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 3 % Juran Jaminan
Kesehatan dari Pemberi Kerja Pegawai Pemerintah Non PNS-APBD
Penerimaan PFK 2% Juran Jaminan Kesehatan Pejabat
Negara
KETERANGAN Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
(IN) www.businessnews.co.id
10 811162
11 811411
12 811412
13 821131
14 821132
15 821133
16 821134
17 82 1135
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 3 % luran Jaminan
Kesehatan dari Pemberi Kerja Pejabat Negara
Penerimaan Setoran PFK 3% luran Jaminan Kesehatan
Pemerintah Provinsi
Penerimaan Setoran PFK 3% luran Jaminan Kesehatan
Pemerintah Kabupaten/Kota
Pengeluaroo Perhitungan Fihak Ketiga 2 % Gaji untuk
Penyaluran kepada BPJS Kesehatan
Pengeluaran PFK 325% Gaji untuk Tabungan Hari tua
PT Taspen .(Persero)
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga 4,75% Gaji untuk
luran Dana Pensiun PT. T aspen
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga 3,25% Gaji untuk
Tunjangan Hari Tua PT. Asabri
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga 4,75% Gaji untuk
luran Dana Pensiun PT. Asabri
a.n Direktur Pengelolaan Kas Negara
Kasubdit Rakening Kas Negara
ttd.
Ariel Rahman Hakim
NIP 196704091988021001
( BN)
Kade Akun dan Uratan
Akun Banu
Kade Akun Lama dan
Uraian Akun Baru
Kade Akun Lama dan
Uraian Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
Kade A~un dan Uraian
Akun Baru
Kade Akun dan Uraian
Akun Baru
......................................... ~~-u-~~~!_ru/_PE~A--T~-~A-N-PE-MER-IN-T~H)li ..... llil!ll ........................... ...
TARIF LAYANAN PARKIR (Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 179 Tahun 2013, tanggal 31 Desember 2013)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR PROVINS! DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
Menimbang:
a. bahwa sesuai Keputusan Gubernur Nomor 916
Tahun 2013, Unit Pengelola Perparkiran telah
ditetapkan sebagai Unit Kerja Dinas Perhubungan
yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah Secara Penuh;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 57 dan Pa
sal 58 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelo
laan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah,
BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat
berupa tarif layanan yang besarannya ditetapkan
dengan Peratuvan Gubernur;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk
meningkatkan pelayanan UP Perparkiran, perlu
menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tarif
Layanan Parkir;
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah bebe
rapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
36
- ;..ww.businessnews.co.id
Nomor 12 Tahun 2008;
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus lbukota
Jakarta sebagai lbukota Negara Kesatuan Re
publik;
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993
tentang Angkutan Jalan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993
tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
11 . Peraturan Pemerintah Norn or 7 4 Tahun 201 2
tentang Pengelolaan Keuangan Sadan Layanan
Urn um;
12. Peraturan Menteri Dalarn Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Ta
hun 2007 tentang Pedoman Te~nis Pengelolaan
Keuangan Sadan Layanan Umum Daerah;
14. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Lain Lintas dan Angkutan Jalan, Kereta Api, Su
ngai dan Danau serta Penyeberangan di Provinsi
Daerah Khusus lbukota Jakarta;
15. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
1 6. Peraturan Daer ah Nomor 1 0 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah;
17. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Pajak Parkir;
18. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Perparkiran;
19. Peraturan Gubernur Nomor 110 Tahun 2010 ten
tang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pengelola Perparkiran;
20. Peraturan Gubernur Nomor 165 Tahun 2012 ten
tang Pola Pengelolaan Keuang"an Badan Layanan
Umum Daerah;
21. Keputusan Gubernur Nomor 916 Tahun 2013
PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERJNTAH
tentang Penetapan Unit Pengelola Perparkiran se
bagai Unit Kerja Perangkat Daerah Untuk Melak
sanakan Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah Secara Penuh;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : ·
PERATURAN GUBERNUR TENTANG TARIF LAYAN
AN PARKIR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud
dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus lbukota
Jakarta.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perang
kat Daerah sehagai unsur penyelenggara Peme
rintahan Daerah.
3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah
Khusus lbukota Jakarta.
4. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan
Provinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta.
5. Unit Pengelola Perparkiran yang seianjutnya dise
but dengan UP Perparkinan adalah Unit Pengelola
Perparkiran Dinas Perhubungan Provinsi Daerah
Khusus lbukota 'Jakarta.
6. Kepala Unit Pengelola Perparkiran adalah Kepala
Unit Pengeioia Perparkiran Dinas Perhubungan
Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta.
7. Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau
tidak bergerak untuk beberapa saat baik diting
galkan atau tidak ditinggalkan pengemudinya.
8. Rambu Parkir adalah bagian perlengkapan parkir
berupa lambang huruf, angka, kalimat dan/atau
perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,
larangan, perintah atau petunjuk bagi pengguna
jasa parkir.
9. Marka Parkir adalah suatu tanda yang berada di
permukaan jalan atau di atas permukaan tanah
atau permukaan lantai yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong serta
lambang yang berfungsi kepentingan pengguna
jasa parkir.
10. lzin adalah izin penyelengganaan fasilitas parkir di
luar ruang milik jalan.
1 1. Satuan Ruang Parkir yang selanjutnya disingkat
SAP adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan
suatu kendaraan termasuk ruang bebas dan lebar
bukaan pintu.
12. Tarif Layanan adalah imbalan atas jasa layanan
yang dijual dan ditetapkan dalam bentuk tarif
yang disusun atas dasar perhitungan biaya per
unit layanan atau hasil per investasi dana.
13. Penitipan Kendaraan adalah area atau kawasan
yang khusus diperuntukkan bagi penitipan kenda
raan dalam jangka waktu tententu yang terpisah
dan areal parkir um um.
14. Fasilitas Parkir di Luar Ruang Milik Jalan yang
Terintegrasi dengan Mada Angkutan Massal yang
selanjutnya disebut Fasilitas Park and Ride adalah
fasilitas masing parkir yang terintegrasi dengan
angkutan massal seperti di stasiun, terminal
dalam kota dan terminal luar kota serta pusat ke
giatan lainnya.
BAB II
TARIF LAYANAN PARKIR
Bagian Kesatu
Jasa Layanan Parkir
Pasal 2
Jasa layanan parkir terdiri dari :
a. pemakaian fasilitas parkir di ruang milik jalan milik
Pemerintah Daerah;
b. pemakaian fasilitas parkir di lingkungan parkir mi
lik Pemerintah Daerah;
c. pemakaian fasilitas parkir di pelataran parkir milik
Pemerintah Daerah;
d. pemakaian fasilitas parkir di gedung parkir milik
Pemerintah Daerah;
e. penitipan kendaraan dan Fasilitas Park and Ride;
f. administrasi izin;
g. parkir vallet pada fasilitas parkir milik Pemerintah
Daerah;
h. kerja sama dengan pihak ketiga dalam bentuk
sewa menyewa;
1. penggunaan ruang milik jalan dan lingkungan/
peiataran/gedung parkir milik Pemerintah Daerah;
j, pembuatan stiker izin; dan
k. penggunaan seragam UP Perparkiran untuk film,
sinetron dan iklan.
Bagian Kedua
Objek, Nama dan Subjek
Pasal 3
Jasa layanan parkir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 merupakan objek yang dikenakan tarif.
Pasal 4
I 1 I Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf a dipungut tarif dengan nama Tarif
Layanan Parkir di Ruang Milik Jalan.
121 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf b, huruf c dan huruf d, dipungut
tarif dengan nama Tarif Layanan Pemakaian Ling
kungan/Pelataran/Gedung Parkir.
131 Atas jasa layanan sebagaimam:i dimaksud dalam
Pasal 2 huruf a, dipungut tarif dengan nama Tarif
Layanan Penitipan Kendaraan dan Fasilitas Park
an,d Ride.
141 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf f, dipungut tarif dengan nama Tarif
Layanan Administrasi Perizinan Penyelenggaraan
Fasilitas Parkir di Luar Ruang Milik Jalan.
151 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf g, dipungut tarif dengan nama Tarif
layanan Parkir Vallet pada fasilitas parkir milik
Pemerintah Daerah.
161 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf 6, dipungut tarif dengan nama Tarif
Layanan Kerja Sama dengan Pihak Ketiga dalam
bentuk sewa menyewa.
171 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf i, dipungut tarif dengan nama Tarif
Layanan Penggunaan Ruang Milik Jalan dan Ling
ku ngan/Pelataran/Gedung Parkir Milik Pemerin
tah Daerah untuk kegiatan tertentu.
181 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat huruf j, dipungut tarif dengan nama
Tari! Layanan Pembuatan Stiker lzin.
191 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat huruf k, dipungut tarif dengan nama
Tari! Layanan Penggunaan Seragam UP Perparki
ran untuk film, sinetron dan iklan.
Pasal 5
I 1 I Subjek tarif layanan parkir di ruang milik jalan
adalah orang pribadi atau badan yang menggu
nakan dan/atau menikmati pelayanan sebagaima
na dimaksud dala"m Pasal 2 huruf a dan huruf b.
121 Subjek tarif layanan pemakaian lingkungan/pe
lataran/gedung parkir adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan dan(atau menikmati
IN) www.businessnews.co.;d
pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf c dan huruf d.
131 Subjek tarif layanan penitipan kendaraan dan
Fasilitas Park and Ride adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan dan/atau menikmati
jasa layanan parkir sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf a.
141 Subjek tarif layanan administrasi izin adalah
badan yang melakukan jasa layanan parkir seba
gaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f.
151 Subjek tarif layanan parkir vallet pada fasilitas
parkir milik P~merintah Daerah adalah orang prib
adi atau badan yang menggunakan dan/atau me
nikmati jasa layanan parkir sebagaimana dimak
snd dalam Pasal 2 huruf g.
161 Subjek tarif layanan kerja sama dengan pihak ke
tiga dalam bentuk sewa menyewa adalah badan
yang melakukan jasa layanan parkir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf h.
171 Subjek tarif layanan penggunaan ruang milik ja
lan dan lingkungan/pelataran/gedung parkir mi
lik Pemerintah Daerah untuk kegiatan tertentu
adalah badan yang melakukan pelayanan seba
gaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf i.
181 Subjek tarif layanan pembuatan stiker izin adalah
badan yang melakukan jasa layanan parkir seba
gaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf j.
191 Subjek tarif penggunaan seragam UP Perparkiran
untuk film, sinetron dan iklan adalah badan yang
melakukan jasa layanan parkir sebagaimana di
maks ud dalam Pasa 2 huruf k.
Pasal 6
Subjek tarif layanan parkir sabagaimana di
maksud dalam Pasal 5 adalah wajib tarif jasa layanan
parkir.
Bagian Ketiga
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Layanan
Pasal 7
I 11 Tingkat penggunaan jasa layanan parkir di ruang
milik jalan sehagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat I 11 diukur berdasarkan golongan jalan, jenis
kendaraan dan jangka waktu parkir.
121 Tingkat penggunaan jasa layanan pemakaian
lingkungan/pelataran/gedung parkir sebagaima
na dimaksud dalam Pasal 4 ayat 121 diukur ber
dasarkan tatif atas pemakaian jam pertama ltarif
dasarl ditambah dengan tarif jam berikutnya atas
pemakaian SRP dengan mempertimbangkan jenis
kendaraan.
131 Tingkat penggunaan jasa layanan penitipan ken
daraan dan Fasilitas Park and Ride sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (31 diukur ber
dasarkan jenis kendaraan dan jangka waktu
parkir.
(41 Tingkat penggunaan jasa layanan administrasi
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(41 diukur berdasarkan kapasitas/jumlah SRP.
(51 Tingkat penggunaan jasa layanan parkir vallet
pada fasilitas parkir milik Pemerintah Daerah seb
agaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 151 diukLir
berdasarkan penggunaan jasa layanan untuk 1
(satul kali parkir.
(61 Tingkat penggunaan jasa layanan kerja sama de
ngan pihak ketiga dalam bentuk sewa menyewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (61 diukur berdasarkan penggunaan kapasitas/jumlah
per meter persegi untuk 1 lsatul bulan.
(71 Tingkat penggunaan jasa layanan penggunaan
tempat parkir umurn untuk kegiatan tertentu se
bagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (71 diu
kur berdasarkan. penggunaan jumlah SRP yang
digunakan dikalikan jam penggunaan dalam 1
lsatu) hari.
(81 Tingkat penggunaan jasa layanan pembuatan
stiker izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (81 diukur berdasarkan penggunaan jasa la
yanan untuk 1 lsatul kali pembuatan.
191 Tingkat penggunaan jasa layanan penggunaan
seragam UP Penpankiran untuk film, sinetron dan
iklan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
19) diukur berdasarkan penggunaan jasa untuk 1
lsatul kali penggunaan seragam parkir.
Bagian Keempat
Prinsip Penetapan Tari!
Pasal 8
I 1) Prinsip penetapan tarif layanan jasa parkir di
ruang milik jalan milik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat I 1) memperlihatkan hal se
bagai berikut :
a. biaya penyediaan marka parkir dan rambu
parkir;
b. biaya pengawasan dan pengendalian:
c. biaya operasional dan pemeliharaan;
(IN) www.businessnews.co.;d
d. kemampuan masyarakat; dan
e. Keadilan.
(2) Prinsip penetapan tarif jasa layanan pemakaian
lingkungan/pelataran/gedung parkir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) memperhatikan
ha! sebagai berikut:
a. biaya penyediaan mark.a parkir dan rambu
parkir;
b. biaya pengawasan dan pengendalian;
c. biaya operasional dan pemeliharaan;
d. kemampuan masyarakat; dan
e. keadilan.
(3) Prinsip penetapan tarif jasa layanan penitipan
kendaraan dan Fasilitas Park and Ride sebagaima
na dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) memperhati
kan ha! sebagai berikut :
a. biaya investasi;
b. biaya perawatan/pemeliharaan;
c. biaya penyusutan;
d. biaya asuransi;
e. angsuran bung a pinjaman,
f. biaya rutin/periodik yang berkaitan Jangsung
dengan penyediaan jasa untuk mernperoleh
keuntungan yang Jayak sebagaimana keun
tungan yang pantas diterima oleh pengusaha
swasta sejenis;
g. beroperasi secara efisien dengan orientasi
pada harga pasar; dan
h. mendorong peningkatan penggunaan kenda
raan rriassal atau mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi di pusat kota (khusus Fasili
tas Park and Ridel.
(4) Prinsip penetapan tarif jasa Jayanan administrasi
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(4) memgerhatikan hal sebagai berikut :
a. biaya administrasi perizinan;
b. biaya penelitian; dan
c. biaya pembinaan pengawasan dan pengenda
lian.
(5) Prinsip penetapan tarif jasa Jayanan parkir vallet
pada fasilitas parkir milik Pemerintah Daerah seb
agaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) mem
perhatikan ha! sebagai berikut :
a. biaya tenaga kerja,
b. biaya investasi;
c. biaya pe111elihanaan;
d. biaya rutin/periodik yang berkaitan Jangsung
dengan penyediaan jasa untuk memperoleh
keuntungan yang Jayak sebagaimana keun
tungan yang pantas diterima oleh pengusaha
swasta sejenis; dan e. beroperasi secara efisien dengan orientasi
pada harga pasar.
(6) Prinsip penetapan tarif jasa Jayanan kerja sama
dengan pihak ketiga dalam bentuk sewa menye
wa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(6) memperhatikan ha! sebagai berikut :
a. biaya tenaga kerja;
b. biaya investasi;
c. biaya pemeliharaan;
d. biaya rutin/periodik yang berkaitan langsung
dengan penyediaan jasa untuk memperoleh
keuntungan yang Jayak sebagaimana keun
tungan yang pantas diterima oleh pengusaha
swasta sejenis; dan
e. beroperasi secara efisien dengan orientasi
pada harga pasar.
(7) Prinsip penetapan tarif jasa Jayanan penggunaan
ruang milik jalan dan lingkungan/pelataran/ge
dung parkir milik Pemerintah Daerah untuk ke
giatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (7) memperhatikan ha! sebagai ber
rikut :
a. biaya tenaga kerja;
b. biaya investasi; dan
c. biaya operasional.
(8) Prinsip penetapan tarif jasa layanan pembuatan
stiker izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (8) memperhatikan ha! sebagai berikut :
a. biaya penyediaan material/bahan stiker;
b. biaya operasional/pemeliharaan;
c. kemampuan masyarakat; dan
d. keadilan.
(9) Prinsip penetapan tarif jasa layanan penggunaan
seragam UP Perparkiran untuk film, sinetron dan
iklan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(9) memperhatikan hal sebagai berikut :
a. biaya penyediaan material/bahan;
b. biaya operasional/pemeliharaan;
c. kemampuan masyarakat; dan
d. aspek keadilan.
BAB Ill
BESARAN DAN PEMUNGUTAN TARIF
Pasal 9
Struktur dan besarnya tarif layanan terhadap
- www.businessnews.co.;d -iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii;;iiiii;;;iiiiiiiiii~!~M~•~1~!§~1~''2JEll~&t~·!~1~tJ)jijl!:l;~!~·'llii[lj~!'.·~H3!~ij~#~.1~!:1~;tlll~~l~r.~nll! pelayanan perparkiran sebagaimana dimaksud dalam
Pas al 2 adalah:
a. Tarif layanan pamakaian tempat parkir di Ruang
Milik Jalan
No. Uraian Tarif
I. Golong'an Jasan KPP
Jenis Kendaraan:
a. Sedan, Jeep, Minibus Rp 3.000,00 s.d. Rp 8.000,00/jam,
Pickup dan sejenisnya kurang dari satu jam dihitung satu jam
b. Bus, Truk dan Rp 4.000,00 s.d. Rp 12.000,00/jam
sejenisnya kurang dari satu jam dihitung satu jam
c. Sepeda Motor Rp 2.000,00 s.d. Rp 4.000,00/jam,
kurang dari satu jam dihitung satu jam
d. Sepeda Rp 1 ~000,00 untuk satu kali parkir
II. Golongan Jalan A
Jenis Kendaraan :
a. Sedan, Jeep, Minibus Rp 3.000,00 s.d. Rp 6.000,00/jam,
Pickup dan sejenisnya kurang daci satu jam dihitung satu jam
b. Bus Truk dan Rp 4.000,00 s.d. Rp 9.000,00/jam,
sejenisnya kurang dari satu jam dihitung satu jam
c. Sepeda Motor Rp 2.000,00 s.d. Rp 3.000,00/jam,
kurang dari satu jam dihitung satu jam
d. Sepeda Rp 1 .000,00 untuk satu kali parkir
Ill. Golongan Jalan B
Jenis Kendaraan :
a. Sedan, Jeep, Minibus Rp 2.000,00 s.d. Rp 4.000,00/jam,
Pickup dan sejenisnya kurang dari satu jam dihitung satu jam
b. Bus, Truk dan Rp 4.000,00 s.d. Rp 6.000,00/jam,
sejenisnya kurang dari satu jam dihitung satu jam
c. Sepeda Motor Rp 2.000,00 kurang dari satu jam
dihitung satu jam
d. Sepeda Rp 1.000,00 untuk satu kali parkir
b. Tarif jasa layanan pemakaian Lingkungan/Pelataran/Gedung Parkir 1. Tarif jasa layanan pemakaian Lingkungan
Parkir
No. Uraian Tarif
1. Sedan, Jeep, Minibus Rp 4.000,00 s.d. Rp 5.000,00 untuk
Pickup dan sejenisnya jam pertama
Rp 2.000,00 s.d Rp 4.000,00 untuk
setiap jam berikutnya kurang dari satu
jam dihitung satu jam
2. Bus, Truk dan Rp 6.000,00 s.d. Rp 7 .000,00 untuk
sejenisnya jam pertama
Rp 3.000,00 untuk setiap jam
berikutnya kurang dari satu jam
dihitung satu jam
3. Sepeda Motor Rp. 1.000,00 s.d. Rp 2.000,00/jam
4. Sepeda Rp 1.000,00 untuk satu kali parkir
2. Tarif jasa layanan pamakaian Pelataran Parkir
No. Uraian Tarif
1.
2.
3.
4.
Sedan, Jeep, Minibus Rp 4.000,00 s.d. Rp 5.000,00 urituk
Pickup dan sejenisnya jam pertama
Rp 2.000,00 s.d Rp 4.000,00 untuk
setiap jam berikutnya kurang dari satu
jam dihitung satu jam
Bus, Truk dan Rp 6.000,00 s.d. Rp 7 .000,00 untuk
sejenisnya jam pertama
Rp 3.000,00 untuk setiap jam
berikutnya kurang dari satu jam
dihitung satu jam
Sepeda Motor Rp 1.000,00 s.d. Rp 2.000,00/jam
Sepeda Rp 1.000,00 untuk satu kali parkir
3. Tempat jasa layanan pemakaian Gedung
Parkir
No. Uraian Tarif
1. Sedan, Jeep, Minibus Rp 4.000,00 s.d. Rp 5.000,00 untuk
Pickup dan sejenisnya jam pertama
Rp 2.000,00 s.d Rp 4.000,00 untuk
setiap jam berikutnya kurang dari satu
jam dihitung satu jam
2. Bus, Truk dan Rp 6.000,00 s.d. Rp 7 .000,00 untuk
sejenisnya jam pertama
Rp 3.000,00 untuk setiap jam
berikutnya kurang dari satu jam
dihitung satu jam
3. Sepeda Motor Rp 1.000,00 s.d. Rp·2.000,00/jam
4. Sepeda Rp 1 .000,00 untuk satu kali parkir
c. Tarif layanan penitipan kendaraan dan Fasilitas
Park and Ride
1. Penitipan Kendaraan
No Uraian Tarif
1 Sedan, Jeep, Minibus, Rp 45.000,00 (empat puluh lima
Pick-up dan sejenisnya ribu rupiah) per hari
2 Bus, Truk dan sejenisnya Rp 85.000,00 (delapan puluh lima ribu
rupiah) per hari
3 Sepeda Motor Rp 25.000,00 (dua puluh lima
ribu rupiah) per hari
4. Sepeda Rp 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
per hari
2. Park and Ride
: . L '1 • ,
D www.businessnews.co.id '!"ll!tji!IJl!.ll!l!@i!'..jjil;m!ij#/,!*!111!·!:1
No Uraian Tarif ~ -·
1 Kendaraan Roda Emapat Rp 5.000,00 {lima ribu rupiah
atau lebih untuk satu kali parkir
2 Kendaraan Roda Dua Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah)
untuk satu kali parkir
3 Sepeda Rp 1 .000,00 (seribu rupiah)
untuk satu kali parkir ~~.
d. Tarif Layanan administrasi izin
1. dangan memungut biaya parkir.
a) besarnya tar if layanan izin ada\ah:
1) untuk kapasitas mobil dan motor kurang/
sama dengan 100 (seratus) SRP dengan
rumus SRP dikalikan tarif dasar layanan
atau minimal sebesar Rp 300.000,00
(tiga ratus ribu rupiah); dan
2) untuk kapasitas mobil dan motor lebih
dari 100 (seratus) SRF dan seterusnya
berlaku rumus jumlah SRP tersedia di
kalikan dengan tarif dasar layanan yang
berlaku saat izin dikeluarkan.
b) besarnya tarif layanan perubahan izin
adalah 100% (seratus · persen) dari be
sarnya tarif layanan izin penyelenggaraan
fasilitas parkir untuk umum di luar ruang
milik jalan.
c) besarnya tarif layanan atas daftar ulang
izin tanpa adanya perubahan da\am izin
ada\ah 50% (\ima pu\uh persen) kas SRP x tarif dasar layanan.
2. dengan tidak memungut biaya parkir.
a) besarnya tarif layanan izin sebesar Rp
200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
b) besarnya tarif layanan perubahan izin
adalah 100% (seratus persen) dari be
sarnya tarif layanan izin penyelenggaraan
fasilitas parkir untuk umum di luar ruang
milik jalan.
c) besarnya tarif \ayanan· atas daftar ulang
izin tanpa adanya perubahan dalam izin Rp
150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupi
ah).
e. Tarif Jasa Layanan Parkir Vallet se.besar Rp
20.000,00 (dua puluh ribu rupiah).
f. Tarif Jasa tayanan Kerja Sama dengan Pihak Keti
ga dalam bentuk sewa menyewa untuk penunjang
. kegiatan perparkiran sebesar Rp 200.000,00/m'
(dua ratus ribu rupiah per meter persegi) dalam
satu bulan.
g. Tarif Jasa Layanan bagi penggunaan Reang Mi
lik Jalan dan Lingkungan/Pelataran/Gedung Parkir
Milik Pemerintah Daerah untuk kegiatan tertentu
berlaku rumlJs: (N + 2) x SRP x Tarif Golongan x 8 (delapan) jam
per hari.
*N = jum\ah SRP yang digunakan o\eh kegiatan
·yang akan dilaksanakan.
h. Tarif Jasa Layanan Pembuatan Stiker lzin Rp
50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per \embar.
i. Tarif Jasa Layanan Penggunaan Seragam UP Per
parkiran untuk film, sinetron dan iklan dengan ke
tentuan sebagai berikut:
r. Sinetron/cerita pendek
2. Sinetron kejar tayang
3. lklan
Pasa\ 10
Rp 2.000.000,00
(dua juta rupiah)
Rp 1. 500.000,00
(satu juta lima
ratus ribu rupiah)
Rp 2.500.000,00
(dua juta lima
ratus ribu rupiah)
( 1) Besarnya tarif layanan sebaga.imana dimaksud
dalam Pasa\ 9 huruf 6 dan huruf c sudah termasuk
pembayaran premi asuransi kehilangan dan keru
sakan kendaraan kepada perusahaan asuransi.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan pembayaran
premi asuransi dan tata cara penggantian ke
hilangan dan kerusakan kendaraan sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) diatur dengan Peraturan
Gubernur.
Pasa\ 11
(1) Tarif progresif tempat parkir di ruang milik jalan
pada jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 huruf a dikenakan apabila pada jalan tersebut
tersedia alat ukur parkir atau a\at pembuktian
lain.
(2) Untuk berlangganan bulanan pemakaran fasilitas
parkir di pelataran/gadung parkir milik Pemerintah
Daerah dengan ketentuan sebagai berikut:
a. bagi kendaraan bermotor roda empat atau
lebih berlaku rumus:
25 (dua puluh lima) hari x 3 (tiga) kali parkir x
tarif parkir dasar layanan sesuai jenis kendaraan.
b. bagi kendaraan bermotor roda dua berlaku ru-
IN) www.businessnews.co.id
mus:
25 (dua puluh lima) h.ari x 2 (dua) kali parkir x
tarif parkir dasar layanan sesuai jenis kenda
raan.
BAB IV
PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN
Pasal 12
( 1) UP Perparkiran .melaksanakan penatausahaan pe
nerimaan den pendayagunaan tarif layanan parkir
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
(2) Untuk melaksanakan penatausahaan penerimaan
dan pendayagunaan tarif layanan parkir, UP Per
parkiran wajib menerapkan sistem alat ukur parkir
secara elektronik untuk mengenakan tarif di selu
ruh lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e.
Pasal 13
( 1) UP Perparkiran melaporkan penerimaan dan pen
dayagunaan tarif layanan parkir sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(21 Untuk mendukung transparansi dan akuntabili
tas penerimaan dan pendayagunaan tarif layanan
parkir, UP Perparkiran wajib menerapkan sistem
pelaporan online untuk tingkat penggunaan,
pendapatan dan jangka waktu penggunaan lahan
parkir di ruang milik jalan.
BAB V
EVALUASI
Pasal 14
( 1) Jenis layanan parkir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dan besaran tarif sebagaimana di
maksud dalam Pasal 9 dan Pasal 11 dievaluasi
.satiap 2 (dua) tahun atau sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan.
(2) Tarif layanan parkir sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf a, evaluasi untuk kenaikan besaran
tarif layanan parkir wajib dilakukan jika tingkat
penggunaan SRP melebihi dari 90% (sembilan
puluh persen) selama jam operasi.
(3) Pelaksanaan e.valuasi sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) dilaksanakan oleh Tim Penilai Pener
apan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan
Umum Daerah berdasarkan hasil pelaporan seb
agaimana dimaksud dalam Pasal 13
BAB VI
PEMBIAYAAN
Pasal 15
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan pe
mungutan taril layanan parkir dibebankan pada be
lanja operasional layanan umum UP Perparkiran.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 16
( 1) lzin yang telah diterbitkan sebelum ditetapkan
Peraturan Gubernur ini tetap berlaku sampai de
ngan berakhir masa berlakunya izin.
(2) lzin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disesuaikan dengan Peraturan Gubernur ini pada
saat perpanjangan.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
Agar setiap orang ·dapat mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini
dengan penempatannya dalam Serita Daerah Provinsi
Daerah Khusus lbukota Jakarta.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggai 31 Desember 2013
GUBERNUR PROVINS! DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
Ttd. JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2013
Pit. SEKRETARIS DAERAH PROVINS! DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
ttd.
WIRIY A TMOKO
NIP 195803121986101001
SERITA DAERAH PROVINS! DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013 NOMOR 51033
( BN)
INl www.businessnews.co.id
TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Nomor 12 Tahun 2013,
tanggal 27 Desember 2013)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor PER.02/MEN/111/2008 ten
tang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing
sudah tidak sesuai lagi dengan perkeinbangan
ketenagakerjaan, sehingga perlu disempur
nakan; b. bahwa tata cara penggunaan tenaga kerja asing
sebagaimana dimaksud dalam huruf a merupakan
pelaksanaan Pasal 42 ayat ( 1), Pasal 43 ayat (4),
dan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
c. bahwa tata cara penggunaan tenaga kerja asing
sebagaimana dimaksud dalam huruf a merupak
an norma, standar, prosedur, dan kriteria seb
agaimana diamanatkan Pasal 9 ayat ( 1) Peraturan
Pemerintah Nemer 38 Tahun 2007 tentang Pem
bagian Urusan Pemerintahan Antara Peme~intah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c
perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 3. Tahun 1951 tentang
berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perbu
ruhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indo
nesia untuk seluruh Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang
Wajib Lapar Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Namer 39, Tam.
bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Na
mer 3201 );
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik In-
donesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lem
baran Negara Republik Indonesia Nomor 42791;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
ten_tang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 .Nemer
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo
nesia Nomor 4737);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2012
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara· Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kemen
terian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nemer
154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo
nesia Nomor 5333);
6. Peraturan Penierintah Nomor 97 Tahun 2012
ten.tang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan
Retribusi Perpanjangan lzin Mempekerjakan
Tenaga Kerja Asing (Lembaran Negara Repub
lik Indonesia Tahun 2012 Nomor 216, Tamba
han Lembaran Negara Republik Indonesia Nemer
5358); '
7. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANS
MIGRASI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN
TENAGA KERJA ASING.
, BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan. Menteri ini yang dimaksud
dengan:
1. Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat
TKA, adalah warga negara asing pemegang visa
dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.
2. Tenaga Kerja Indonesia pendamping yang selan-
jutnya disebut TKI pendamping, adalah tenaga
kerja warga negara Indonesia yang ditunjuk seb
agai pendamping TKA dalam rangka alih teknolo
gi dan alih keahlian.
3. Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing yang selanjut
nya disebut Pemberi Kerja TKA, adalah badan hu
kum atau badan-badan lainnya yang mempeker
jakan TKA dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
4. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang
selanjutnya disingkat RPTKA, adalah rencana
penggunaan TKA pada jabatan tertentu yang
dibuat oleh pemberi kerja TKA untuk jangka wak
tu tertentu yang disahkan oleh Menteri atau peja
bat yang ditunjuk.
5. lzin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing yang
selanjutnya disingkat IMT A, adalah izin tertulis
yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang di
tunjuk kepada pemberi kerja TKA.
6. Kompensasi adalah dana yang harus dibayar oleh
pemberi kerja TKA kepada negara atas penggu
naan TKA.
7. Pekerjaan yang bersifat darurat adalah peker
jaan yang mendesak dan apabila tidak ditangani
secara langsung dapat mengakibatkan kerugian
fatal bagi perusahaan dan/atau masyarakat
um urn.
8. Pekerjaan yang bersifat sementara adalah peker
jaan yang dapat diselesaikan dalam waktu sing
kat dan tidak dapat diperpanjang.
9. Usaha jasa impresariat adalah kegiatan penguru
san penyelenggaraan hiburan di Indonesia, baik
yang mendatangkan maupun memulangkan TKA
di bidang seni dan olah raga yang bersifat semen
tara.
1 O. Kawasan ekonomi khusus adalah kawasan dalam
wilayah hukum negara kesatuan Republik Indo
nesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
fungsi-fungsi perekonomian yang bersifat khusus
dan memperoleh fasilitas tertentu.
11. Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Trans
migrasi.
12. Direktur Jenderal yang selanjutnya disebut Dir
jen, adalah Direktur Jenderal Pembinaan Penem
patan Tenaga Kerja.
13. Direktur adalah Di.rektur Pengendalian Penggu
naan Tenaga Kerja Asing.
14. Dinas provinsi adalah instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi.
15. Dinas kabupaten/kota adalah instansi yang ber
tanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabu
paten/kota.
Pasal 2
Pemberi kerja TKA hanya dapat mempeker
jakan TKA dalam hubungan kerja untuk jabatan ter
tentu dan waktu tertentu. Pasal 3 Pemberi Kerja TKA
meliputi:
a. instansi pemerintah, badan-badan internasional,
perwakilan negara asing;
b. kantor perwakilan dagang asing, kantor per
wakilan perusahaan asing, kantor perwakilan
berita asing;
c. perusahaan swasta asing;
d. badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum
Indonesia atau badan usaha asing yang terdaftar
di instansi berwenang di Indonesia;
e. lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan ke
budayaan;
f. usaha jasa impresariat.
Pasal4
Pemberi kerja TKA yang berbentuk persekutu
an perdata, Firma (Fa), Persekutuan Komanditer (CV)
dan Usaha Dagang (UD) dilarang mempekerjakan TKA
kecuali diatur dalam uridang-undang.
Pasal 5
( 11 Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA ha
rus memiliki RPTKA.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (11
tidak berlaku bagi pemberi kerja TKA sebagaima
na dimaksud dalam Pasal 3 huruf a.
(3) Pemberi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan pemberi kerja yang mempeker
jakan TKA di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
(4) RPTKA sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan
IMTA.
BAB II
TATA CARA PENGESAHAN RPTKA
Bagian Kesatu
RPTKA
Pasal 6
(IN) www.businessnews.co.id
Pemberi kerja TKA yang menggunakan TKA
harus memiliki RPTKA yang disahkan oleh Menteri
atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 7
(1) Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA, pem
beri kerja TKA harus mengajukan permohonan
secara tertulis atau online kepada Dirjen melalui
Direktur dengan ~elampirkan:
a. alasan penggunaan TKA;
b. formulir RPTKA yang sudah diisi;
c. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;
d. akte pendirian sebagai badan hukum yang su
dah disahkan oleh instansi yang berwenang;
e. keterangan domisili perusahaan dari pemerin
tah daerah setempat;
f. bagan struktur organisasi perusahaan;
g. surat penunjukan TKI sebagai pendamping
TKA dan rencana program pendampingan;
h. surat pernyataan kesanggupan untuk melak
sanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi
tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifi
kasi jabatan yang diduduki TKA;
i. copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang
masih berlaku sesuai Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1981; dan
j. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh
TKA dari instansi teknis apabila diperlukan:
(2) Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) huruf b memuat:
a. nama pemberi kerja TKA;
b. alamat pemberi kerja TKA;
c. nama pimpinan perusahaan;
d. nama jabatan TKA;
e. uraian jabatan TKA;
f. jumlah TKA yang akan dipekerjakan;
g. lokasi kerja TKA;
h. · jangka waktu penggunaan TKA;
i. upah/gaji TKA;
j. tanggal mulai dipekerjakan;
k. jumlah tenaga kerja Indonesia yang dipeker
jakan dan peluang kesempatan kerja yang
diciptakan;
I. penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai
pendamping TKA;
m. rencana progam pendidikan dan pelatihan
tenaga kerja Indonesia.
(3) Bentuk formulir RPTKA sebagaimana dimaksud
pad a ayat (2) tercantum dalam Formulir 1 a sam
pai dengan 1 d Lampiran Peraturan Ment9ri ini.
Bagian Kedua
RPTKA untuk Pekerjaan yang Bersifat Sementara
Pasal 8
RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat semen
tara diberikan untuk:
a. pekerjaan yang sekali selesai;
b. pekerjaan yang berhubungan dengan pemasan
gan mesin, elektrikal, layanan purna jual, atau
produk dalam masa penjajakan usaha.
Pasal 9
(1) Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA untuk
pekerjaan yang bersifat sementara, pemberi kerja
TKA harus mengajukan permohonan secara tertu
lis kepada Dirjen melalui Direktur dengan melam
pirkan:
a. alasan penggunaan TKA;
b. formulir RPTKA yang sudah diisi;
c. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;
d. akte pendirian sebagai badan hukum yang
disahkan oleh instansi yang berwenang;
e. keterangan domisili perusahaan dari pemerin
tah daerah setempat;
f. bagan struktur organisasi perusahaan;
g. surat penunjukan tenaga kerja Indonesia seb
agai pendamping TKA;
h. copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang
masih berlaku berdasarkan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1981; dan
i. copy kontrak pekerjaan.
(2) Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) huruf b memuat:
a. identitas pemberi kerja TKA;
b. jabatan, uraian jabatan dan persyaratan ja
batan TKA;
c. jumlah TKA; dan
d. jangka waktu penggunaan TKA.
(3) Bentuk formulir RPTKA untuk pekerjaan yang
bersifat sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tercantum dalam Formulir 2 Lampiran
Peraturan Menteri ini.
Pasal 1 O
Keputusan pengesahan RPTKA yang bersifat
sementara memuat:
D www.businessnews.co.id
a. alasan penggunaan TKA;
b. jabatan dan/atau kedudukan TKA;
c. jumlah TKA;
d. lokasi kerja TKA; dan
e. jangka waktu penggunaan TKA.
Pasal 11
RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat se
mentara diberikan untuk jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan dan tidak dapat diperpanjang.
Bagian Ketiga
RPTKA untuk Pekerjaan yang Bersifat Darurat
Pasal 12
( 1) Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA untuk
pekerjaan yang bersifat darurat, pemberi kerja
TKA harus mengajukan permohonan secara tertu
lis kepada Dirjen melalui Direktur dengan melam
pirkan:
a. alasan penggunaan TKA;
b. formulir RPTKA yang sudah dilengkapi;
c. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;
d. surat pernyataan kondisi darurat dari pemberi
kerja TKA.
(2) Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) huruf b memuat:
a. identitas pemberi kerja TKA;
b. jabatan, uraian jabatan dan persyaratan ja
batan TKA;
c. jumlah TKA; dan
d. jangka waktu penggunaan TKA.
(3) Bentuk formulir RPTKA untuk pekerjaan yang
bersifat darurat sebagaimana dimaksud pa\Ja
ayat (2) tercantum dalam Formulir 3 Lampiran
Peraturan Menteri ini.
Pasal 13
Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 telah dipenuhi, Direktur menerbitkan
keputusan pengesahan RPTKA selambat-lambatnya 1
(satu) hari kerja sejak permohonan dinyatakan leng
kap.
Pasal 14
Keputusan pengesahan RPTKA yang bersifat
darurat memuat:
a. alasan penggunaan TKA;
b. jabatan dan/atau kedudukan TKA;
c. jumlah TKA;
d. lokasi kerja TKA; dan
e. jangka waktu penggunaan TKA.
Pasal 15
RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat darurat
diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) bu
Ian dan tidak dapat diperpanjang.
Bagian Keempat
RPTKA untuk Kawasan Ekonomi Khusus
Pasal 16
Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA di
Kawasan Ekonomi Khusus, pemberi kerja TKA harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada peja
bat yang ditunjuk di Kawasan Ekonomi Khusus, den
gan melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7.
Bagian Kelima
RPTKA untuk Usaha Jasa lmpresariat
Pasal 17
( 1) Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA jasa im
presariat, pemberi kerja TKA harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Dirjen melalui
Direktur, dengan melampirkan:
a. alasan penggunaan TKA;
b. formulir RPTKA yang sudah diisi;
c. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;
d. akte pendirian sebagai badan hukum yang su
dah disahkan oleh instansi yang berwenang;
e. keterangan doniisili perusahaan dari pemerin
tah daerah setempat;
I. bagan struktur organisasi perusahaan;
g. surat pernyataan kesanggupan untuk melak
sanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi
tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifi
kasi jabatan yang diduduki TKA;
h. copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang
masih' berlaku sesuai Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1981; dan
· i. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh
TKA dari instansi teknis apabila diperlukan.
(2) Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) huruf b memuat:
a. nama pemberi kerja TKA;
b. alamat pemberi kerja TKA;
c. nama pimpinan perusahaan;
IN) www.businessnews.co.id
d. jumlah TKA yang akan dipekerjakan;
e. lokasi kerja TKA;
f. jangka waktu penggunaan TKA;
g. tanggal mulai dipekerjakan.
(3) Bentuk formulir RPTKA untuk usaha jasa impre
sariat sebagaimana dimaksud pada ayat 12) ter
cantum dalam Formulir 4 Lampiran Peraturan
Menteri ini.
Bagian Keenam
Penilaian Kelayakan RPTKA
Pasal 18
11) Permohonan pengesahan RPTKA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat ( 1) dan Pasal 9 ayat
(1) dilakukan penelitian kelengkapan dokumen.
(2) Dalam hal dokumen permohonan belum lengkap,
maka petugas Direktorat Pe~gendalian Penggu
naan TKA harus mengembalikan kepada pemo
hon dengan memberitahukan kekurangan per
syaratan yang harus dilengkapi.
131 Dalam hal dokumen permohonan telah lengkap,
dilakukan penilaian kelayakan dengan berpedo
man pada daftar jabatan yang ditetapkan oleh
Menteri dengan mempertimbangkan kebutuhan
pasar kerja nasional.
(41 Penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) apabila diperlukan dapat dilakukan verifi
kasi lapangan.
151 Tata cara penilaian kelayakan RPTKA ditetapkan
dengan Keputusan Dirjen.
Bagian Ketujuh
Pengesahan RPTKA
Pasal 19
Dalam hal hasil penilaian kelayakan RPTKA
telah sesuai, dalam waktu paling lama 4 (empatl hari
kerja, Dirjen atau Direktar harus menerbitkan keputu
san pengesahan RPTKA.
Pasal 20
Penerbitan keputusan pengesahan RPTKA se
bagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dilakukan oleh:
a. Dirjen untuk permohonan penggunaan TKA se
banyak 50 (lima puluhl orang atau lebih;
b. Direktur untuk permohonan penggunaan TKA
yang kurang dari 50 (lima puluhl orang.
Pasal 21
Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 tidak berlaku bagi pengesahan RPTKA
di Kawasan Ekonomi Khusus.
Pasal 22
( 1) Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 1T1emuat:
a. alasan penggunaan TKA;
b. jabatan dan/atau kedudukan TKA;
c. besarnya upah TKA;
d. jumlah TKA;
e. lokasi kerja TKA;
f. jangka waktu penggunaan TKA;
g. jumlah tenaga kerja Indonesia yang ditunjuk
sebagai pendamping; dan
h. jumlah tenaga kerja Indonesia yang dipeker
jakan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat 11)
huruf g tidak berlaku untuk usaha jasa impresari
at.
Pasal 23
RPTKA dapat diberikan untuk jangka waktu
paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
untuk jangka waktu yang sama dengan mempertim
bangkan kondisi pasar kerja dalam negeri.
BAB Ill
PERPANJANGAN RPTKA
Pasal 24
( 1) Permohonan perpanjangan RPTKA diajukan oleh
pemberi kerja TKA secara tertulis sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
(21 Permohonan perpanjangan RPTKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (11 diajukan kepada:
a. Dirjen untuk perpanjangan RPTKA lintas
provinsi.
b. Kepala Dinas Provinsi untuk perpanjangan
RPTKA dalam 1 (satul wilayah provinsi.
c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota untuk perpan
jangan RPTKA dalam 1 (satul wilayah kabu
paten/kota.
131 Permohonan perpanjangan RPTKA sebagaimana
dimaksud pad a ayat ( 11 harus dilengkapi:
a. laporan realisasi pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan dengan melampirkan sertifikat pela
tihan;
b. copy keputusan RPTKA yang masih berlaku;
llfl www.busincssnews.co.id iiii1;;.;;;,;;;,;;;;;;;;iiiiiiii;;.;-;;;;;;iiiiiiii;.;;;iii11-iiiiiii;;;;-,;;;;iiiiiij;;;;ip!iij13i3::I!IC!l!i!/l!,~!l!!ll:.Jt&mM:UtJµijl•!lJ;l!ii·lii!lli.lli''1i·H:llijlij#!il?lf3•illi!llia~r.!!Dlll
c. copy IMTA yang masih berlaku;
d. copy bukti pembayaran dana kompensasi
penggunaan TKA melalui bank pemerintah
yang ditunjuk oleh Menter.i; dan
e. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh
TKA dari instansi teknis apabila diperlukan.
(4) Bentuk laporan pelaksanaan pendidikan dan pela
tihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a tercantum dalam Formulir 5 Lampiran Peraturan
Menteri ini.
BAB IV
PERUBAHAN RPTKA
Pasal 25 ( 1) Pemberi kerja TKA dapat mengajukan permo
honan perubahan RPTKA secara tertulis sebelum
berakhirnya jangka waktu RPTKA.
(2) Pengajuan permohonan perubahan RPTKA seb
agaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan ke
pada:
(3)
( 1 )
a. Dirjen, dalam hal pengesahan RPTKA terdapat
perubahan jumlah TKA, jabatan TKA, lokasi
kerja lintas provinsi, nama perusahaan dan/
atau alamat perusahaan.
b. Kepala Dinas Provinsi, dalam hal pengesahan
RPTKA perpanjangan yang terdapat peruba
han lokasi kerja lintas kabupaten/kota dalam
1 (satu) wilayah provinsi.
c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota, dalam hal
pengesahan RPTKA perpanjangan yang ter
dapat perubahan lokasi kerja dalam 1 (satu)
wilayah kabupaten/kota.
Perubahan RPTKA sebagaimana dimaksud pad a
ayat ( 1 ) meliputi:
a. perubahan alamat perusahaan;
b. perubahan nama perusahaan;
c. perubahan jabatan;
d. perubahan lokasi ~erja; dan/atau
e. perubahan jumlah TKA.
BAB V
PERSYARATAN TKA
Pasal 26
TKA yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki pendidikan yang sesuai dengan
syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA;
b. memiliki kompetensi yang dibuktikan d.engan
sertifikat kompetensi atau pengalaman kerja
sesuai dengan jabatan yang akan diduduki
TKA paling kurang 5 (lima) tahun;
c. bersedia membuat pernyataan untuk mengali
hkan keahliannya kepada tenaga kerja Indone
sia pendamping; dan
d. dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1) dikecualikan bagi jabatan Komisaris, Direksi,
usaha jasa impresariat, dan pekerjaan yang bersi
fat sementara.
(3) Tenaga kerja Indonesia pendamping sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c harus memiliki
latar belakang bidang pendidikan yang sesuai
dengan jabatan yang akan diduduki TKA.
Pasal 27 Sertifikasi kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat ( 1) huruf b dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
TATA CARA MEl\!IPEROLEH IMTA
Bagian Kesatu.
Um urn
Pasal 28
I 1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan TKA
wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau peja
bat yang ditunjuk.
(2) Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimak
sud pad a ayat ( 1) tidak berlaku bagi perwakilan
negara asing yang mempergunakan TKA sebagai
pegawai diplomatik dan k.onsuler.
Bagian Kedua
Penerbitan IMTA
Pasal 29
(1) IMTA awal diterbitkan oleh Direktur.
(2) IMTA perpanjangan diterbitkan oleh:
a. Direktur;
b. Kepala Dinas Provinsi; atau
c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota.
Bagian Ketiga
Tata Cara Permohonan IMTA
Pasal 30
( 1) Pemberi kerja TKA yang akan mengurus IMTA,
terlebih dahulu harus mengajukan permohonan
IN) www.businessnews.co.id
secara tertulis kepada Direktur untuk mendapat
kan rekomendasi kawat persetujuan visa (TA-01)
dengan melampirkan:
a. copy .keputusan pengesahan RPTKA;
b. copy paspor TKA yang akan dipekerjakan;
c. daftar riwayat hidup TKA y9ng akan dipeker
jakan;
d. copy ijazah Sarjana atau keterangan pengala
man kerja TKA atau sertifikat kompetensi ses
uai dengan jabatan yang akan diduduki;
e. copy surat penunjukan tenaga kerja Indonesia
pendamping; dan
f. pas photo berwarna ukuran 4 x 6 cm seban
yak 1 (satul lembar.
(2l Dalam hal permohonan telah memenuhi per
syaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 l,
Direktur harus menerbitkan rekomendasi kawat
persetujuan visa (TA-01 l dan menyampaikan ke
pada Direktur Lalu Lintas Keimigrasian (Lantas
kiml, Direktorat Jenderal lmigrasi dalam waktu
selambat-lambatnya pada hari berikutnya dengan
ditembuskan kepada pemberi kerja TKA.
(3l Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 l
dan ayat (2l dikecualikan bagi pemberi kerja yang
mempekerjakan TKA yang berstatus kawin cam
puran: (4) Rekomendasi kawat persetujuan visa (TA-011 se
bagaimana dimaksud pada ayat (2l berlaku untuk
jangka waktu 2 (dual bulan sejak diterbitkan.
(5l Bentuk formulir permohonan IMTA .sebagaimana
tercantum dalam Formulir 6 Lampiran Peraturan
Menteri ini.
Pasal 31
( 1 l Dal am hal Ditjen lmigrasi telah mengabulkan per
mohonan visa untuk dapat bekerja atas nama
TKA yang bersangkutan dan menerbitkan surat
pemberitahuan tentang persetujuan pemberian
visa, maka pemberi kerja TKA mengajukan per
mohonan IMTA dengan melampirkan:
a. copy draft perjanjian kerja;
b. bukti pembayaran dana kompensasi penggu
naan TKA melalui bank pemerintah yang di
tunjuk oleh Menteri;
c. copy polis asuransi;
d. copy surat pemberitahuan tentang persetu
juan pemberian visa; dan
e. foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dual
I em bar.
(2) Dalam hal persyaratan sebagaimana .dimaksud
pad a ayat ( 1 l telah dipenuhi, Direktur menerbit
kan IMT A selambat-lambatnya 4 (empatl hari
kerja.
(3l Jangka waktu berlakunya IMT A- sebagaimana
dimaksud pada ayat (2l diberikan paling lama 1
(satul tahun dan dapat diperpanjang.
Pasal 32
( 1 l Dana kompensasi penggunaan TKA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1 l huruf b ditetap
kan sebesar US $ 100 (seratus dollar Amerikal
perjabatan dan perbulan untuk setiap TKA dan
dibayarkan dimuka.
(2l Pemberi kerja yang mempekerjakan TKA kurang
dari 1 (satul bulan wajib membayar dana kom
pensasi sebesar 1 (satul bulan penuh.
(31 Pembayaran dana kompensasi sebagaimana di
maksud pad a ayat ( 1) dan ayat (2) dilakukan oleh
pemberi kerja TKA dan disetorkan pada rekening
Dana Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja As
ing (DKPTKAI pada Bank Pemerintah yang ditun
juk oleh Menteri.
(4) Dana kompensasi penggunaan TKA sebagaimana
dimaksud pad a ayat ( 1 l merupakan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
Pasal 33
( 11 Pemberi kerja TKA dilarang mempekerjakan TKA
pada lebih dari 1 (satu) jabatan dalam perusahaan
yang sama.
(2) Pemberi kerja TKA dilarang mempekerjakan TKA
yang sedang dipekerjakan oleh pemberi kerja TKA
yang lain.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikecualikan bagi TKA yang menduduki jabatan
Direktur atau Komisaris berdasarkan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Pasal 34
Permohonan dan pelayanan penggunaan TKA
yang meliputi pengesahan RPTKA, rekomendasi per
setujuan kawat visa bekerja, dan IMTA harus dilaku
kan secara online melalui website Kementerian Tena
ga Kerja dan Transmigrasi.
Bagian Keempat
+';
Perpanjangan IMTA
Pasal 35
111 Pemberi kerja TKA yang akan melakukan perpan
jangan IMTA, harus mengajukan permohonan se
cara tertulis kepada Direktur atau Kepala Dinas
Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota.
121 Perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud pada
111 diterbitkan oleh:
a. Direktur, untuk TKA yang lokasi kerjanya leb
.ih dari 1 (satu) wilayah provinsi.
b. Kepala Dinas Provinsi, untuk TKA yang lokasi
kerjanya lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu)
provinsi.
c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota, untuk TKA
yang lokasi kerjanya dalam 1 (satu) wilayah
ka bupaten/kota.
131 Permohonan sebagaimana dimaksud P,ada ayat
111 diajukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kerja sebelum jangka waktu berlakunya IMTA
berakhir.
Pasal 36
111 Permohonan perpanjangan IMTA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dilakukan den
gan mengisi formulir perpanjangan IMTA dengan
melampirkan:
a. copy IMTA yang masih berlaku;
b. bukti pembayaran dana kompensasi penggu
naan TKA melalui bank pemerintah yang di
tunjuk oleh Menteri atau retribusi melalui bank
yang ditunjuk oleh Gubernur atau Bupati/Wa
likota;
c. copy polis asuransi;
d. laporan realisasi pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan tenaga kerja Indonesia pendamping;
e. copy keputusan RPTKA yang masih berlaku;
f. foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dual
lembar; dan
g. rekomendasi dari instansi terkait untuk sektor.
tertentu.
121 Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) tidak terpenuhi maka permohonan
perpanjangan ditolak.
(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat 111 telah lengkap, maka Direktur atau
Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupat
en/Kota menerbitkan IMTA paling lama 4 (empat)
hari kerja.
(4) Bentuk formulir permohonan perpanjangan IMTA
sebagaimana tercantum dalam Formulir 7 Lampi
ran Peraturan Menteri ini.
Pasal 37
111 IMTA dapat diperpanjang sesuai jangka waktu
berlakunya RPTKA dengan ketentuan setiap kali
perpanjangan paling lama 1 lsatu) tahun.
121 Jangka waktu perpanjangan IMT A sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 11 dikecualikan untuk ja
batan Komisaris dan Direksi.
131 Jangka waktu perpanjangan IMTA untuk jabatan
Komisaris dan Direksi paling l_ama 2 (dua) tahun.
(4) IMTA perpanjangan sebagaimana dimaksud ayat
( 1 ) digunakan sebagai dasar untuk memperpan
j ang KITAS.
Bagian Kelima
IMTA untuk Pekerjaan Sementara
Pasal 38
111 Pember! kerja yang akan mempekerjakan TKA
untuk pekerjaan yang bersifat sementara wajib
mengajukan permohonan IMTA secara tertulis
kepada Direktur, dengan melampi;kan:
a. copy keputusan pengesahan RPTKA;
b. copy polis asuransi;
c. copy paspor TKA yang bersangkutan;
d. pas photo TKA ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3
(tiga) lembar; dan
e. bukti, pembayaran dana kompensasi penggu
naan TKA melalui bank pemerintah yang di
tunjuk oleh Menteri.
(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimak
sud pad a ayat ( 1) telah lengkap, Direktur harus
menerbitkan IMTA dalam waktu paling lama 4
(empat) hari kerja.
Pasal 39
IMTA untuk pekerjaan yang bersifat sementa
ra diberikan untuk jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan.
Bagian Keenam
IMT A untuk Pekerjaan Darurat
Pasal 40
( 1) Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA
untuk pekerjaan yang bersifat darurat wajib men
gajukan permohonan IMTA secara tertulis kepada
IN) www.businessnews.co.id
Direktur, dengan melampirkan:
a. surat pernyataan dari pemberi kerja TKA ten
tang kondisi darurat;
b. copy paspor TKA yang bersangkutan;
c. pas photo TKA ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3
ltiga) lembar;
d. bukti pembayaran dana kompensasi penggu
naan TKA melalui bank pemerintah yang di
tunjuk oleh Menteri.
12) Dalam hal permohonan sebagaimana dimak
sud pada ayat 11) telah lengkap, Direktur harus
menerbitkan IMT A dalam Waktu paling lama 1
lsatu) hari kerja.
Pasal 41
IMTA untuk pekerjaan yang bersifat darurat
diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 lsatu) bu
Ian.
Bagian Ketujuh
IMTA untuk Kawasan Ekonomi Khusus
Pasal 42
11) Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA
di Kawasan Ekonomi Khusus wajib mengajukan
permohonan IMTA secara tertulis kepada pejabat
yang ditunjuk di Kawasan Ekonomi Khusus.
(2) Tata cara memperoleh IMTA di Kawasan Eko
nomi Khusus mengikuti ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal 32.
Bagian Kedelapan
IMT A untuk Pemandu Nyanyi/Karaoke
Pasal 43
Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA
sebagai pemandu nyanyi/karaoke wajib mengajukan
permohonan IMTA kepada Direktur, dengan melampirkan:
a. copy izin tempat usaha yang memiliki fasilitas karaoke;
b. RPTKA yang telah disahkan oleh Direktur;
c. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan
TKA melalui bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri;
d. copy polis asuransi; dan
e. perjanjian kerja TKA dengan pemberi kerja.
Pasal 44
-ll'l!Jf!11
IMTA untuk pemandu nyanyi/karaoke diberi
kan paling lama 6 lena.m) bulan dan tidak dapat diper
panjang.
Pasal 45
Pemberi kerja yang mempekerjakan TKA seb
agai pemandu nyanyi/karaoke, harus mempekerjakan
pemandu nyanyi/karaoke tenaga kerja Indonesia yang
jumlahnya 5 llima) kali jumlah pemandu nyanyi/kara
oke TKA.
Bagian Kesembilan
IMTA Untuk Pemegang Kartu lzih
Tinggal Tetap (KITAP)
Pasal 46
( 1) Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA
pemegang ijin tinggal tetap wajib mengajukan
permohonan kepada Direktur dengan melampir
kan:
a. copy RPTKA yang masih berlaku ;
b. copy ijin tinggal tetap yang masih berlaku ;
c. daftar riwayat hidup TKA yang akan dipeker
jakan ;
d. copy ijasah atau pengalaman kerja ;
e. bukti pembayaran dana kompensasi peng
gunaan TKA melalui Bank yang ditunjuk oleh
Menteri;
f. copy polis asuransi ; dan
g. pas photo berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak
3 ltiga) lembar.
(2) Dalam hal dokumen permohonan sebagaimana
dimaksud pad a ayat 11 I telah lengkap dan me
menuhi persyaratan, Direktur menerbitkan IMTA.
BAB VII
PERUBAHAN NAMA PEMBERI KERJA
Pasal 47
11 I Dal am hal pemberi kerja TKA berg anti nama, Di
rektur menerbitkan rekomendasi kepada Direktur
Jenderal lmigrasi untuk mengubah KIT AS/KIT AP.
121 Pemberi kerja TKA sebagaimana dimaksud pada
ayat 11 I, menyampaikan perm oho nan secara ter
tulis kepada Direktur dengan melampirkan:
a. copy RPTKA perubahan;
b. copy KIT AS/KIT AP yang masih berlaku;
c. copy IMTA yang masih berlaku;
d. copy bukti perubahan nama perusahaan yang
tel ah disahkan oleh instansi yang berwenang.
. 52
IN) www.businessnews.co.id
BAB VIII
PERUBAHAN LOKASI KERJA
Pasal 48
Dalam hal masa berlakunya IMTA perpanjangan be
lum berakhir dan terjadi perubahan lokasi kerja, pem
beri kerja wajib mengajukan perubahan IMTA dan
membayar dana kompensasi/retribusi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IX
PELAPORAN
Pasal 49
( 1) Pemberi kerja TKA wajib melaporkan penggunaan
TKA dan laporan realisasi pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan tenaga kerja Indonesia pendamp
ing di perusahaan secara periodik 6 (enam) bulan
sekali kepada Direktur atau Kepala Dinas Provinsi
atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan tem
busan kepada Dirjen.
(2) Direktur atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala
Dinas Kabupaten/Kota melaporkan penerbitan
IMTA s.ecara periodik setiap 3 (tiga) bulan kepada
Menteri dengan tembusan kepada Dirjen_
BAB X
PENGAWASAN
Pasal 50
Pengawasan terhadap pemberi kerja TKA di
lakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan ses
uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XI
PENCABUTAN !ZIN
Pasal 51
Dalam hal pemberi kerja mempekerjakan TKA
tidak sesuai dengan IMT A, Direktur atau Kepala Dinas
Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota berwenang
mencabut IMTA sesuai dengan kewenangannya.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 52
Pemberi kerja TKA dapa~ memerintahkan TKA
untuk melakukan alih teknologi dan keahlian di lemba
ga pendidikan dan pelatihan sesuai dengan perjanjian
yang tel ah disepakati.
-
PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH
Pasal 53
Pemberi kerja yang mempekerjakan TKA yang
menggunakan fasilitas kemudahan khusus keimigra
sian wajib memiliki RPTKA dan IMTA.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Pada saat Peraturan Menteri mulai berlaku,
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No
mor PER.02/MEN/111/2008 tentang Tata Cara Mempe
kerjakan Tenaga Kerja Asing, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 55
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tang- ·
gal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerin
tahkan pengimdangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Serita Negara Republik Indo
nesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2013
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Drs. H.A. MUHAIMIN ISKANDAR, M.Si.
Diundangkan cji Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2013 NOMOR 1565
Catatan Redaksi :
- Karena alasan teknis, Lampiran tidak dimuat.
( BN)
Bu;,ifiess N1?ws 8532121~3-2014
IN) www.businessnews.co.id ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;jj11lRl3•l1Uli!l!'fllV'D1il!/l.t;tr.1:·U3tfll1#3i!l2fil·liilli!Jll3fil·)llJ:•lil#!l:tl*llldil!l!i1ll:1¢1if·illUll
PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSIE-COMMERCE
(Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2013, tanggal 27 Desember 2013)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
A. Um um Perkembangan teknologi informasi dan ko
munikasi telah menyebabkan transformasi model
dan strategi bisnis yang perlu ditegaskan aspek perpajakannya. Pada prinsipnya, transaksi perda
gangan barang dan/atau jasa melalui sistem elektronik, yang selanjutnya disebut e-commerce sama dengan transaksi perdagangan barang dan/
atau jasa lainnya, tetapi berbeda dalam hal cara
atau alat yang digunakan. Oleh karena itu, tidak
ada perbedaan perlakuan perpajakan antara transaksi e-commerce dan transaksi perdagangan ba
rang dan/atau jasa lainnya.
B. Maksud dan Tujuan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini dis
usun dalam rangka mewujudkan keseragaman dalam memahami aspek perpajakan atas trans
aksi e-commerce yang bertujuan untuk mengop'timalkan potensi penerimaan pajak dari transaksi
e-commerce sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
C. Ruang Lingkup
Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
ini diberikan penegasan mengenai aspek Ketentu
an Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak Peng
hasilan, dan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas transaksi e
commerce.
D. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 ten
tang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpa
jakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009 dan peraturan pelaksanaannya.
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 ten-
tang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang
Undang Nomor 36 Tahun 2008 dan peraturan
pelaksanaannya. 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 ten
tang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah tera
khir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009 dan peraturan pelaksanaannya.
E. Definisi 1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan adalah Undapg-Undang No
mor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang
Undang Nomor 16 Tahun 2009. 2. Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 ten
tang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang
Undang Nomor 36 Tahun 2008. 3. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah tera
khir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009.
4. e-commerce adalah perdagangan barang dan/ atau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha
dan konsumen melah.ii sistem elektronik.
F. Ketentuan· Umum dan Tata Cara Perpajakan atas
Transaksi e-commerce Ketentuan dalam Undang
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpa
jakan dan peraturan pelaksanaannya juga berlaku
bagi Wajib Pajak yang melakukan transaksi ecommerce. Ketentuan tersebut antara lain:
Business News 8532121-3-2014 53
54
IN) www.businessnews.co.id
1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ke
tentuan peraturan perundang-undangan per
pajakan.
2. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi per
syaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan per~turan perundang-undangan
perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberi
kan Nomor Pokok Wajib Pajak.
3. Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang
dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai, wajib melaporkan
usahanya pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha,
dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
4. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan/atau mengukuhkan
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan apabila
Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak
melaksanakan kewajibannya sebagaimana di
maksud pada angka 2 dan/atau angka 3.
5. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan ke
giatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib
Pajak badan di Indonesia wajib menyelengga
rakan pembukuan. Khusus bagi Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung peng
hasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pa
jak orang pribadi yang tidak melakukan keg
iatan usaha atau pekerjaan bebas, tidak wajib
menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib
melakukan pencatatan.
6. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pem
beritah4an dengan benar, lengkap, dan jelas,
dalam bahasa Indonesia dengan menggunak
an· hurut Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan menandatangani serta menyam
paikan Surat Pemberitahuan ke kantor Direk-
PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH
torat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak ter
daftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
7. Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan Su
rat Pemberitahuan sepanjang belum dilaku- ·
kan verifikasi dalam rangka penerbitan surat
ketetapan pajak, pemeriksaan, atau pemerik
saan bukti permulaan.
8. Direktur Jenderal Pajak berwenang melaku
kan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pa
jak dan untuk tujuan lain dalam rangka melak
sanakan ketentuan peraturan perundang-un
dangan perpajakan.
9. Wajib Pajak dapat mengajuJ<an keberatan ke
pada Direktur Jenderal Pajak atas suatu surat
ketetapan pajak atau pemotongan atau pe
mungutan pajak paling lama 3 (tiga) bulan se
jak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau
tanggal pemotongan atau pemungutan pajak.
10. Wajib Paj";k dengan kriteria tertentu atau den
gan persyaratan tertentu yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pem
bayaran pajak kepada Direktur Jenderal Pajak,
cliterbitkan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3
(tiga) bulan sejak permohonan diterima secara
Jengkap untuk Pajak Penghasilan dan paling
lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diteri
ma secara lengkap untuk Pajak Pertambahan
Nilai. 11. Setiap orang yang dengan sengaja tidak ,
mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Po
kok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usa
hanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dipidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
sedikit 2 (dual kali dan paling banyak 4 (em
pat) kali jumlah pajakterutang yang tidak atau
kurang dibayar.
G. Ketentuan Pajak atas Penghasilan yang Diterima
atau Diperoleh dari Transaksi E-commerce Keten
tuim dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan
dan peraturan pelaksanaannya juga berlaku bagi
Wajib Pajak yang melakukan transaksi e-com-
IN) www.businessnews.co.id
merce. Ketentuan tersebut antara lain: 1. Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang be
rasal dari Indonesia maupun dari luar Indone
sia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam ben
tuk apa pun, antara lain tapi tidak terbatas
pad a: a. penghasilan dari pekerjaan dalam hubun
gan kerja dan pekerjaan bebas; b. penghasilan dari usaha dan kegiatan; c. penghasilan dari modal, yang berupa harta
gerak ataupun harta tak gerak, seperti bun
ga, divide!), royalti, sewa, dan keuntungan
penjualan harta atau hak yang tidak diper
gunakan untuk usaha; dan
d. penghasilan lain-lain. 2. •Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto di
kurangi biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan serta untuk Wajib Pajak orang pribadi dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak, sedangkan biaya
yang tidak boleh dikurangkan adalah biaya
biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
3. Atas objek pajak sebagaimana di m.aksud dalam angka 1, pelunasan Pajak Penghasilan
dapat dilakukan melalui penyetoran sendiri,
yaitu sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2). Pasal 15,
Pasal 25, dan/atau Pasal 29 Undang-Undang Pajak Penghasilan, atau melalui mekanisme
pemotongan/pemungutan, yaitu sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (2). Pasal 1 5,
Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan/atau Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
4. Dalam hal penghasilan dikenai Pajak Peng'
hasilan yang bersifat final berdasarkan keten
tuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan, atas penghasilan tersebut dikenai
Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan per
aturan perundang-undangan di bidang perpa
jakan tersebut.
'F; \ ,,·.,.-
'Uia"•i111.r.t.1:naa2·•••1;1.1~1µvJa;'H''"''
H. Ketentuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Transaksi
E-commerce Ketentuan dalam Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai dan peraturan pelak
sanaannya juga berlaku bagi Wajib Pajak yang '
melakukan transaksi e-commerce. Ketentuan
terse but antara lain: 1. Pengusaha yang me_lakukan penyerahan se
bagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1 )
huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan/atau
huruf h Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai, kecuali pengusaha kecil yang batasan
nya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan seb
agai Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha yang sejak semula ber
maksud melakukan penyerahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1) huruf a, hur
uf c, hurut f, huruf g, dan/atau huruf h Un
dang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dapat melaporkan usahanya untuk dikukuhkan seb
agai Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha yang sudah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib memun
gut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pert
ambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
terutang.
Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai
oleh Pengusaha Kena Pajak harus dilakukan
paling lama ak,hir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
disampaikan. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Per
tambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak. 2. Objek Pajak Pertambahan Nilai atau objek
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
a. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
1) penyerahan Barang Kena Pajak dan/
atau penyerahan Jasa Kena Pajak di
dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh pengusaha yang telah dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak maupun pengusaha yang seharusnya diku-
cc JJ
56
(IM) www.businessnews.co.id
kuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi belum dikukuhkan;
21 imper Barang Kena Pajak;
31 pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean; dan 41 eksper Barang Kena Pajak Berwujud,
eksper Barang Kena Pajak Tidak Berwu
jud, dan/atau eksper Jasa Kena Pajak eleh Pengusaha Kena Pajak.
b. Di samping pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai sebagaimana dimaksud pada huruf a,
dikenai juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap:
11 penyerahan Barang Kena Pajak yang
tergeleng mewah yang dilakukan eleh
Pengusaha yang menghasilkan barang
tersebut di dalam Daerah Pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya; dan 21 imper Barang Kena Pajak yang ter
geleng mewah.
3. Jenis barang dan/atau jenis jasa yang tidak
dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 4A Undang-Un
dang Pajak Pertambahan Nilai.
4. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Imper, Nilai Ekspor,
atau Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar un
tuk menghitung pajak yang terutang.
a. Harga Jual adalah nilai berupa uang, terma
suk semua biaya yang dirn.inta atau seha
rusnya diminta eleh penjual karena peny
erahan Barang Kena Pajak, tida.k termasuk
Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut me~urut Undang-Undang Pajak Pertamba
han Nilai dan petengan harga yang dican
tumkan dalam Faktur Pajak. b. Penggantian adalah nilai berupa uang, ter
masuk semua biaya yang diminta atau se
harusnya diminta eleh pengusaha karena
penyerahan Jasa Kena Pajak, eksper Jasa
Kena Pajak, atau eksper Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut
menurut Undang-Undang Pajak Pertam
bahan Nilai dan petengan harga yang di
cantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai
PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH
berupa uang yang dibayar atau seharusnya
dibayar eleh Penerima Jasa karena peman- ,
faatan Jasa Kena Pajak dan/atau eleh pe
nerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Dae
rah Pabean di dalam Daerah Pabean.
c. Nilai Imper adalah nilai berupa uang yang
menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai kepabeanan dan
cukai untuk imper Barang Kena Pajak, ti
dak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
dipungut menurut Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai.
d. Nilai Eksper adalah nilai berupa uang, ter
masuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta eleh ekspertir.
e. Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang
ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Ketentuan mengenai Nilai Lain diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
5. Sa at dan tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.
a. Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai ter
jadi pada saat:
1) penyerahan Barang Kena Pajak dan/
atau penyerahan Jasa Kena Pajak;
21 imper Barang Kena Pajak; 31 pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;
41 eksper Barang Kena Pajak Berwujud, eksper Barang Kena Pajak Tidak Berwu
jud, dan/atau eksper Jasa Kena Pajak;
a tau 51 pembayaran, dalam hal pembayaran
diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan
Jasa Kena Pajak atau dalam hal pem
bayaran dilakukan sebelum dimulainya , pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean. b. Tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang:
lfll www.businessnews.co.id
1) Pengusaha Kena Pajak yang melaku
kan penyerahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat ( 1) huruf a, huruf
c, huruf f, huruf g, dan/atau huruf h
Undang-Undang Pajak Pertambahan Ni-·
lai terutang pajak di tempat tinggal atau
tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat
lain selain tempat tinggal atau tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan
usaha dilakukan yang diatur dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak. 2) Dalam hal impor, terutangnya pajak ter
jadi di tempat Barang Kena Pajak dima
sukkan dan dipungut melalui Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
3) Orang pribadi atau badan yang meman
faatkan Barang Kena Pajak tidak ber
wujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1) huruf d dan huruf e Undang-Undang Pajak Pertambahan Ni
lai terutang pajak di tempat tinggal atau
tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.
6. Kewajiban pembuatan Faktur Pajak bagi Pen
gusaha Kena Pajak yang melakukan:
a. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaima
na dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1 ) huruf
a atau huruf f dan/atau Pasal 16D UndangUndang Pajak Pertambahan Nilai;
b. penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1) huruf c
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; c. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
I 1) huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; dan/atau
d. ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana di
maksud dalam Pasal 4 ayat ( 1) huruf h
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai,
dan ketentuan mengenai Faktur Pajak menga
cu pada ketentuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 13 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan peraturan pelaksanaannya.
I. Lain-Lain
PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH
1. Contoh penerapan ketentuan-ketentuan se
bagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ' Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Undang-Undang Pajak Penghasilan, dan Un
dang-Undang Pajak Pertambahan Nilai terkait
dengan transaksi e-commerce adalah seb
agaimana dimaksud dalam Lampiran Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak yang merupak
an bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak ini. 2. Dengan diterbitkannya Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak ini maka diminta agar seluruh
unit terkait di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak untuk melakukan sosialisasi, penggalian
potensi penerimaan, dan pengawasan terkait
dengan pelaksanaan Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak ini.
Demikian disampaikan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2013
DIREKTRU JENDERAL PAJAK,
ttd.
Tembusan:
A. FUAD RAHMANY
NIP 195411111981121001
1 . Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak
2. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
3. Para Tenaga. Pengkaji di lingkungan Direktorat J.enderal Pajak
4. Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumentasi ·Perpajakan
5. Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan
6. Kepala Kantor Pengolahan Data Eksternal
7. Kepala Kantor Layanan lnformasi dan Pengaduan Direktorat Jenderal Pajak
Catatan Redaksi :
- Karena alasan teknis, Lampiran tidak dimuat.
( BN)
57
58
II www.businessnews.co.id PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERlNTAH
PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA DALAM NEGERI DI BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN
SUM BER DAY A MANUS IA PERTANIAN (Peraturan Menteri Pertanian R.I Nomor 120/Permentan/OT .140/1/2013,
tanggal 26 November 2013)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan pe
nyuluhan dan pengembangan Sumber Daya Manusia dibutuhkan sumberdaya eksternal dengan
melakukan kerjasama dengan lembaga lain agar
tercapai peningkatan kapasitas peran dan fungsi
Sumber Daya Manusia maupun kelembagaan pertanian;
b. bahwa dalam rangka menyamakan persepsi, me
ningkatkan pemahaman, koordinasi dan sinkro
nisasi dalam pengelolaan kerjasama dalam negeri serta meningkatkan efektivitas, efisiensi dan
kualitas perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan perlu menetapkan Pe
doman Pengelolaan Kerjasama Dalam Negeri di
Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pertanian;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik In
donesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lem
baran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Re
publik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tamba
han Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4355); 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Ke
hutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4660);
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lemba-
ran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 No
mor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5433); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 ten
tang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran N!lgara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4609);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2012
tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indo
nesia Tahun 2012 Nomor 94, Tambahan Lemba
ran Negara Republik Indonesia Nomor 5307); 7. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2001 ten
tang Pendirian Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogar dan Sekolah Tinggi Penyuluhan Perta
nian Malang; 8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2.002 ten
tang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah tera
khir dengan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun
2010; 9. Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun 2002 ten
tang Pendirian Sekolah Tinggi Penyuluhan Perta
nian Medan, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Magelang, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Gowa, dan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Manokwari; 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/
PMK.06/2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 27 /Permen
tan/ OT.140/5/2008 tentang Pedoman Tugas Be-
'" www.businessnews.co.id iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiil'liµl!:l::li1flil!ll/jllJl!lltl'iJ.f!!l.li·1 ~11lMili4:1!l;!~.)i!ii!il!;!r;l·lll~1iliW'illt·li1 :11i!;UlllOj1't·llllll lajar Bagi Pegawai Negeri Sipil Lingkup Pertanian;
12. Keputusan Presiden Norn or 84/P Tahun 2009 ten
tang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;
13. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Negara sebagaimana telah diubah terakhir den
gan Peraturan Presiden Norn or 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011Nomor141); 14. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten
tang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indo
nesia Tahun 2011 Norn or 142); 1 5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61 /Permen
tan/ OT.140/2/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pertanian; 16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permen
tan/ OT.140/9/2011 tentang Pedoman Pendidi
kan dan Pelatihan Pertanian Aparatur dan Non Aparatur;
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 4/Permentan/ OT.140/10/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Dalam Negeri dan Luar Negeri;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA DALAM NEGERI
DI BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN.
Pasal 1
Pedoman Pengelolaan Kerjasama Dalam Neg
eri di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sum
ber Daya Manusia Pertanian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak ter
pisahkan dari l?eraturan ini.
Pasal 2
Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 sebagai dasar hukum dan acuan dalam pengelolaan kerjasama dalam negeri lingkup Sadan Penyuluhan
dan Pengembangah Sumber Daya Manusia Pertanian.
Pasal 3
Peiaturan ini mulai berlaku pada tanggal diun
dangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerin
tahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Serita Negara Republik Indo
nesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 November 2013
MENTERI PERT ANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSWONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 November 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
SERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2013 NOMOR 1406
LAMPI RAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dal~m rangka menghadapi lingkungan yang semakin dinamis dan kompleks, Sadan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian (BPPSDMPI menetapkan suatu program yang difokuskan pada pengembangan SDM dan
kelembagaan petani. Program tersebut bertujuan untuk mewujudkan SDM pertanian yang kreatif,
inovatif, dan berwawasan global melalui pening
katan kemandirian petani, profesionalisme aparat
pertanian, serta pengembangan kelembagaan
pertanian yang modern, dan peningkatan kualitas
kemitraan petani yang saling menguntungkan. Segala kegiatan pemberdayaan yang telah
diselenggarakan oleh BPPSDMP dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas · dan kompetensi
SDM pertanian serta terciptanya pelayanan prima dari kelembagaan pertanian. Kegiatan-kegiatan
,•
59
60
D www.bus;nessnews.co.;d
tersebut diwujudkan melalui. penyuluhan, pela
tihan, pendidikan, standardisasi dan sertifikasi
profesi pertanian, baik yang diselenggarakan
oleh pusat maupun Unit Pelaksana Teknis IUPT)
lingkup BPPSDMP dengan memanfaatkan segala
sumber daya yang dimiliki yang mencakup SOM,
prasarana dan sarana, serta teknologi dan infor
masi. Berbagai kegiatan terkait penyuluhan dan
pengembangan SOM yang telah diselenggara
kan oleh pusat dan UPT lingkup BPPSDMP belum
sepenuhnya memanfaatkan segala sumber daya
internal secara maksimal dan optimal. Selain itu,
dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ter
tentu juga dibutuhkan sumberdaya eksternal.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pemanfaatan sekaligus memenuhi kekurangan
sumber daya adalah dengan melakukan kerjasa
ma dengan lembaga lain, baik secara teknis mau
pun non teknis, dalam lingkup regional, nasional
maupun internasional. Melalui kerjasama tersebut
diharapkan akan tercapai peningkatan kapasitas
peran dan fungsi SOM maupun kelembagaan per
tanian.
Kerjasama dengan berbagai lembaga telah
dilakukan BPPSDMP baik berdasarkan inisiatif
BPPSDMP maupun mitra kerjasama. Kerjasa
ma dilakukan dengan mengacu pada perjanjian
yang telah disepakati antara unit kerja/UPT ling
kup BPPSDMP dengan mitra kerjasama. Dengan
• mempertimbangkan kegiatan kerjasama yang
semakin beragam, maka diperlukan payung hu
kum dan pedoman yang dapat menjadi acuan
pelaksanaan kerjasama. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka perlu disusun Pedoman Pengelo
laan Kerjasama Dalam Negeri di Bidang Penyulu
han dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian yang dapat menj.adi dasar hukum seka
ligus acuan dalam pelaksanaan kerjasama bidang
penyuluhan, pelatihan, pendidikan, standardisasi
dan sertifikasi profesi pertanian.
B. Maksud dan Tujuan Pedoman ini dimaksudkan sebagai dasar hu
kum dan acuan untuk mengelola kegiatan kerjasa
ma dalam negeri di bidang penyuluhan, pelatihan,
pendidikan, standardisasi dan sertifikasi profesi
pertanian dengan lembaga/instansi/ badan/organ-
PENGUMUMANIPERATURAN PEMERINTAH
isasi bidang pertanian.
Pedoman ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan
kerjasama bagi pembuat kebijakan, peren
cana, unit kerja/UPT dan pengelola kegiatan;
2. Meningkatkan efektivitas, efisiensi dan kuali
tas kerjasama dalam negeri;
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan ke
tenagaan unit kerja/UPT lingkup BPPSDMP.
C. Ruang Lingkup Pedoman
Ruang. lingkup Pedoman Kerjasama Dalam
Negeri di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan
SOM Pertanian meliputi jenis dan bentuk kerjasa
ma, pengelolaan kerjasama dan pembinaan, pen
. gendalian dan pelaporan.
D. Kebijakan
BPPSDMP mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan sumber daya manusia ISDM) per
tanian, dan menjalan fungsi: .1) penyusunan ke
bijakan teknis, rencana, dan program di bidang
pengembangan penyuluhan, pelatihan, pendidi
kan, standarisasi dan sertifikasi SOM pertanian;
2) pelaksanaan penyusunan, pelatihan, pendidi
kan, standarisasi dan sertifikasi SOM pertani~n; 3)
pemantauan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan,
penyuluhan, pelatihan, pendidikan, standarisasi
dan sertifikasi SOM Pertanian; dan 4) pelaksa
naan administrasi BPPSDMP. Penyelenggaraan 1
kerjasama dalam negeri secara terus menerus
diupayakan dan dikembangkan dengan tetap
memperhatikan tugas fungsi dan mengutamakan
kebijakan program dan kegiatan BPPSDMP, serta
meningkatkan efektifikas pemanfaatannya sesuai
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Peman
faatan kerjasama dalam negeri merupakan sarana
bertukar informasi dan pembelajaran untuk mec
ningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber
daya manusia dalam pencapaian target program
dan kegiatan BPPSDMP. Selain itu, penyeleng
garaan kerjasama dalam negeri juga dapat mem
bantu menyempurnakan sistem perencanaan,
anggaran, pengadaan, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di bidang penyuluhan dan pengemban
gan sumber day a manusia pertanian.
E. Sasaran
D www.businessnews.co.id ;;;;iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiil'llij[ij:ll!ltii!!ll]jt'Jl!Jl!Z!&t/.ll·Uillhiliijjii!;!!:j·li!lillll;!!ll·U31iliijj£.1~!ji2!;Ulli#iill1•3Gl11
Terwujudnya persamaan persepsi dalam pen
gelolaan kerjasama dalam negeri oleh unit kerja
dan UPT lingkup BPPSDMP.
F. Pengertian Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Badari Penyuluhan dan Pengembangan Sum
ber Daya Manusia Pertanian yang selanjutnya
disebut BPPSDMP adalah unit kerja eselon I
lingkup Kementerian Pertanian. 2. Unit kerja adalah unit kerja eselon II pusat
lingkup BPPSDMP. 3. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah satuan
kerja lingkup BPPSDMP yang melaksanakan
tugas teknis pada wilayah tertentu dan pem
bentukannya ditetapkan oleh Ment<;>ri Perta
nian.
4. Kerjasama dalam negeri adalah kerjasama an
tara BPPSDMP baik pusat maupun UPT dengan mitra kerjasama yang dilakukan secara
terpadu yang diarahkan untu!< pengembangan
sumber day a manusia pertanian. 5. Mitra Kerjasama adalah instansi atau lembaga
pemerintah, swasta, dan perorangan yang terkait dalam pelaksanaan kerjasama di bidang
penyuluhan dan pengembangan sumberdaya manusia pertanian.
6. Bentuk kerjasama adalah kerjasama peny
elenggaraan, pendayagunaan ketenagaan,
pemanfaatan prasarana dan sarana, serta teknologi dan informasi.
7. Perjanjian Kerjasama adalah naskah perjan
jian yang dibuat bersama antara BPPSDMP
dan mitra kerjasama yang berisikan maksud, tujuan, ruang lingkup, dasar pelaksanaan,
hak dan kewajiban, jangka waktu pelaksanaan, tempat/lokasi kegiatan, pembiayaan, pengawasan dan pengendalian, dan keadaan
memaksa, perselisihan dan lain-lain sebagai
suatu dokumen pengikat resmi dalam peny
elenggaraan kerjasama. 8. Prasarana adalah fasilitas penunjang utama
baik berupa lahan dan bangunan fisik maupun
fasilitas penunjang lainnya yang merupakan
barang tidak bergerak dan digunakan untuk
memperlancar pelaksanaan tugas dan tungsi. 9. Sarana adalah peralatan dan/atau media yang
merupakan benda bergerak dan digunakan
untuk memfasilitasi pelaksanaan tugas dan
tungsi.
BAB II
CAKUPAN DAN BENTUK KERJASAMA
A. Cakupan Kerjasama Kerjasama ditujukan untuk mengembangkan
sistem dan metode penyelenggaraan, kelem
bagaan, kapasitas ketenagaan di bidang penyulu
han, pelatihan, pendidikan, standardisasi dan
sertifikasi profesi pertanian.
B. Bentuk Kerjasama 1. Penyelenggaraan
Kerjasama penyelenggaraan berupa
kerjasama pengelolaan kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, moni
toring dan evaluasi, yang bertujuan untuk me
ningkatkan kapasitas dan kualitas penyeleng
garaan kegiatan dengan memanfaatan SOM
serta prasarana dan sarana unit kerja/UPT.
2. Pendayagunaan ketenagaan
Kerjasama pendayagunaan ketena
gaan berupa kerjasama penyediaan ketenagaan di bidang penyuluhan, pelatihan, pen
didikan, standardisasi dan sertifikasi profesi
pertanian oleh unit kerja/UPT atau mitra kerja
sama yang berupa layanan dan/atau fasilitasi
dan/atau konsultasi teknis dan/atau manajemen.
3. Pemanfaatan teknologi dan informasi
Bentuk kerjasama pemanfaatan
teknologi dan informasi berupa kegiatan yang
memanfaatkan teknologi dan informasi dari unit kerja/UPT atau mitra kerjasama yang di
tujukan untuk meningkatkan kompetensi SOM dan kelembagaan penyuluhan, pelatihan, pendidikan, stahdardisasi dan sertifikasi profesi
pertanian.
4. Pemanfaatan prasarana dan sarana
Bentuk kerjasama pemanfaatan prasarana dan sarana berupa layanan penyediaan
prasarana dan sarana oleh unit kerja/UPT
yang ditujukan untuk optimalisasi prasarana
dan sarana yang dimiliki unit kerja/UPT.
BAB Ill
PENGELOLAAN KERJASAMA
61
62
1 (IM) www.businessnews.co.id
Prinsip pengelolaan kerjasama: (1) kejelasan
tujuan dan hasil yang diperoleh dari kerjasama;
(2) saling mempercayai, membutuhkan, menghor
mati, dan menguntungkan; (3) dilaksanakan oleh
tim/petugas yang ditetapkan; (4) dapat diper
tanggungjawabkan; (5) sesuai tugas dan fungsi,
efektif dan efisien; dan (6) bersifat kelembagaan.
Pengelolaan kerjasama dapat dilihat pada
Bagan Alur Pengelolaan Kerjasama Dalam Negeri
di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian, sebagaimana terlampir.
A. Perencanaan
1 . Penjajakan
Penjajakan dilakukan untuk menilai
kelayakan rencana kerjasama. Kegiatan di
awali dengan identifikasi potensi· dan peluang
kerjasama yang dimiliki unit kerja/UPT melalui
in.ventarisasi aset yang dimiliki, baik SDM,
prasarana dan sarana serta teknologi dan in
formasi. Penjajakan dilakukan terhadap calon
mitra kerjasama yang didasarkan pada tugas
dan fungsi BPPSDMP untuk memastikan ter
penuhinya persyaratan calon mitra kerjasama
sebagai berikut:
a. kejelasan status hukum;
b. kualifikasi yang baik;
c. dukungan manajemen;
d. ketersediaan sumberdaya yang memadai;
e. kesediaan dan komitmen untuk menja
lin kerjasama yang baik dan menanggung
risiko bersama;
f. kesediaan bertukar dan berbagi informasi;
g. kesediaan mematuhi a tu ran dan kebijakan
yang berlaku.
Penjajakan dilakukan oleh bidang
yang menangani kerjasama pada unit kerja/
UPT ataupun petugas lain yang ditetapkan
oleh pimpinan kelembagaan unit kerja/UPT
yang hasilnya dilaporkan secara tertulis ke
pada pimpinan kelembagaan unit kerja/UPT
untuk dipelajari dan dinilai kelayakannya.
Rencana kerjasama yang dinilai layak
untuk dilaksanakan, selanjutnya dibahas antar
pejabat terkait/berwenang dan ditindaklanjuti
oleh pihak-pihak pelaksana teknis.
2. Pengusulan Usulan kerjasama dapat berasal dari
unit kerja/UPT BPPSDMP maupun dari calon
PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH
mitra kerjasama.
a. Pengusulan kerjasama dari unit kerja/UPT
BPPSDMP dilakukan dengan:
1) menginventarisasi program unggulan/ 1
utama peningkatan kompetensi SDM
pertanian dan kapasitas kelembagaan
petani maupun kelembagaan BPPSD
MP;
2) menyusun dan menyebarluaskan infor
masi terkait dengan profil kelembagaan
unit kerja/UPT yang memuat pengala
man dan keberhasilan, pengetahuan,
teknologi, sumberdaya manusia, prasa
rana dan sarana yang dibutuhkan mitra 1
kerjasama;
3) menyusun proposal yang mencakup
latar belakang, tujuan, output, outcome, benefit, sasaran, metode, tahapan keg
iatan, organisasi pelaksana, waktu dan
tempat pelaksanaan serta rincian ang
garan biaya;
4) merumuskan persyaratan perjanjian ker
jasama;
5) memverifikasi proposal kerjasama be
serta kelengkapan lainnya oleh pimpi
nan unitkerja/UPT;
6) menyampaikan usulan kerjasama kepa
da calon mitra kerja.
b. Pengusulan kerjasama dari calon mitra ker
jasama, maka unit kerja/UPT melakukan:
1) menyampaikan usulan kerjasa,ma dari
calon mitra kerjasama kepada pimpinan
unit kerja/UPT;
2) pimpinan unit kerja/UPT memutuskan
apakah usulan kerjasama dapat diteri
ma, perlu perbaikan ataupun ditolak
dengan berbagai pertimbangan;
3) menyampaikan dan mengkoordinasi
kan keputusan kesediaan untuk melak
sanakan kerjasama iq,pada calon mitra
kerjasama.
3. Penetapan Perjanjian Kerjasama
Unit kerja/UPT bersama-sama dengan
calon mitra kerjasama melakukan:
a. merumuskan sasaran kerjasama dan peran
masing-masing dengan jelas;
b. pembahasan substansi isi Pe~janjian Ker
jasama antara unit kerja/UPT dengan calon
64
IN) www.businessnews.co.id
rana pada unit kerja/UPT dari hasil kerjasama
tersebut dicatat sebagai barang inventaris
unit kerja/UPT, dilengkapi dengan berita acara
serah terima barang;
5. Pembiayaan kegiatan kerjasama diadministra
sikan dan dikelola dengan baik sesuai dengan
Perjanjian Kerjasama.
Unit kerja/UPT dalam melaksanakan kegiatan
kerjasama harus memperhatikan dan mempertim
bangkan jangka waktu pelaksanaan kerjasama,
sebagai berikut:
1. Jangka waktu pelaksanaan kegiatan kerjasa
ma dimulai dan berakhir sesuai dengan kes
epahaman Perjanjian Kerjasama;
2. Perpanjangan kerjasama dapat dilakukan den
gan menyusun kembali kesepahaman Perjan
jian Kerjasama yang baru sebelum kesepa
haman Perjanjian Kerjasama berakhir jangka
waktunya.
BAB IV
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PELAPORAN
Agar pelaksanaan kerjasama mencapai sasa
ran sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kerjasa
ma, diperlukan pembinaan dan pengendalian secara
berkala oleh Kepala BPPSDMP melalui eselon II Pusat
lingkup BPPSDMP.
A. Pembinaan
1. Pembinaan teknis mencakup pembinaan as
pek administrasi dan proses pengelolaan ker
jasama untuk meningkatkan kinerja, kualitas,
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kerjasa-
ma;
2. Pembinaan dilakukan secara periodik dari per
encanaan sampai dengan berakhirnya pelak
sanaan kerjasama sesuai dengan Perjanjian
Kerjasama;
3. Hasil pembinaan digunakan sebagai bahan un
tuk penyempurnaan peningkatan kualitas pen
gelolaan kerjasama yang akan datang.
B. Pengendalian 1. Pengendalian kerjasama dilakukan terhadap
aspek administrasi dan. proses pengelolaan
kerjasama;
2. Pengendalian pengelolaan kerjasama dapat
dibantu pelaksanaannya oleh satuan pelaksa
na pengendalian internal pada masing-masing
• PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH
satuan pelaksana pada tingkat Pusat maupun
UPT pengelola kerjasama;
3. Pelaksanaan pengendalian pengelolaan ker
jasama dilakukan berdasarkan Perjanjian Ker
jasama.
C. Pelaporan
Pelaporan dimaksudkan untuk melihat efekti
vitas pemanfaatan sumberdaya/input yang digu
nakan, proses dan pencapaian tujuan dan sasa
ran, keluaran, hasil, manfaat, serta dampak dari
pelaksanaan kegiatan kerjasama dalam rangka
mewujudkan akuntabilitas kinerja instansi lingkup
BPPSDMP, Kementerian Pertanian.
Pelaporan terkait kerjasama terdiri atas Lapo
ran Pelaksanaan Kerjasama yang disusun oleh tim
pelaksana kerjasama dan Laporan Rekapitulasi
Triwulan Pelaksanaan Kerjasama yang disusun
oleh UPT. Kedua laporan tersebut diteruskan ke
eselon II Pusat, sesuai Form 3 dan 4.
BAB V
PENUTUP
Pedoman Pengelolaan Kerjasama Dalam Neg
eri di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pertanian disusun dengan mengacu
pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan
yang berlaku yang terkait dengan pengelolaan ker
jasama.
Pedoman ini diterbitkan sebagai dasar hukum
dan acuan bagi setiap pengelola kegiatan kerjasama
dalam negeri lingkup BPPSDMP Kementerian Perta
nian untuk dapat mengelola kerjasa.ma dalam negeri
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku sehingga diperoleh hasil ker
jasama yang optimal.
Hal lain yang belum diatur dalam Pedoman ini
akan diatur lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis oleh masing-masing Eselon II Pu
sat dan/atau UPT lingkup BPPSDMP.
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSWONO
I BN l