no. 8532/tahun-lvlll jum'at, 21maret2014 fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/bn...

35
NO. 8532/TAHUN- LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta Analisa Penerangan Khusus untuk para · Pengusaha · Manager . Pejabat . Politikus . Teknokrat . Sarjana INDUK KA RA NGAN : Siapkan 21 Unit Simulator Air Bus ..... 22 • Konsep Ecoporr untuk Indonesia ....... 1 " Pelabuhan Tg Priok Siapkan (Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia EKONOMI & BISNIS : Sistem Klasterisasi Dermaga dan Nomor 12/KM. 11 /2014) ............ 31 • Menyongsong Pemimpin Baru. ....... 2 Tata Letak Yang Baru ............. 23 * Penyesuaian Akun PFK IWP untuk " Monopoli Pertamina Tidak Rugikan Negara .• ............ 4 • Sektor Lo91stik Hadap1 Tantangan Berat di Pasar Bebas ASEAN ......... 6 Gel1at Wask1ta dalam Persaingan Bisnis Konstruksi .................. 7 " Fokus ke Bisnis Batubara * Penerbitan Sukuk Masih Didominasi oleh Pemerintah ......... 24 • Asia Timur Masih Menjadi Tempat Terbaik untuk lnvestasi ....... 25 Waktu Bagi Indonesia Sebelum Akhir 201 5, Memperbaiki lnfrastruktur SNI. ....... 26 CMPP Jual Anak Usahanya .......... 8 * Penguatan Rupiah Jaminan Kesehatan, Tabungan Hari Tua, dan luran Pensiun pada Sistem MPN (Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Direktorat Pengelolaan Kas Negara Nomor S-708/PB.3/2014) .... ...... 33 " Tarif Layanan Parkir (Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta * Harga Satu Kursi DPR Sangat Mahal. . . . 9 Turunkan Utang Pemerintah ......... 27 Nomor 179 Tahun 2013) ........... 35 • Penjualan/Peredaran Daging Babi PASAR MODAL & KEUANGAN : di Jakarta Nihil . . .... .... ..... 1O • Kurs Beli - Jual Uang Kertas Asing •.•.. 28 DPK Per Desember 2013 CATATAN HARGA-HARGA : Masih Melonjak. . . ...••...••..• 1 1 * Macam-Macam Nepal, Kinerja lndustri Semen Nasional Perlengkapan Sanitair .............. 29 Terus Bertumbuh. . . ............. 13 * Harga Koas. Roller Cover • IKM Pangan Indonesia Mulai Diminati Mancanegara ......... 14 • Menyikapi Pandangan Bank Dunia. . . . . 15 • Februari 2014 OKI Jakarta Mengalami lnflasi 0,50 Persen •..• .... 18 • Anggaran Kesehatan Jauh dari Amanah UU Kesehatan ..• .... ..... 20 • Pembangunan Pariw1sata Harus Berkelanjutan. . . . . . . . ... 21 • Perusahaan Penerbangan Lion Air untuk Pengecatan ................ 30 PENGUMUMAN /PERATURAN PEMERINT AH : * Nilai Kurs Sebagai Dasar Pelunasan Bea Masuk. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Ekspor, dan PaJak Penghasilan Yang Berlaku Tanggal 19 Maret 2014 sampai dengan 25 Maret 2014 " Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 12 Tahun 2013) ........... 43 * Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi £-Commerce (Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2013) ............ 53 • Pedoman Pengelolaan Kerjasama Dalam Negeri di Bidang Penyuluhan dan Pertambangan Sumber Daya Manusia Pertanian (Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.1 20/Permentan/ OT. 140/1/20 13) ... 58 2/ 51931/1 PS- RTNERS PERSEK. 11-A ( BELAKANG THE ENERGY LT . · GRAHA NIAGA) AN KAV 59 _JAKARTA 12190 JL. JENO. SUDIRM · Alamat : Komplek P & K JI. Taman Pendidikan Ill No. 12 Jakarta Selatan 12430 - Tip (021) 759 20 118

Upload: dothien

Post on 29-Jun-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014

• • Fakta Analisa Penerangan

Khusus untuk para · Pengusaha · Manager . Pejabat . Politikus . Teknokrat . Sarjana

INDUK KARANGAN : Siapkan 21 Unit Simulator Air Bus ..... 22

• Konsep Ecoporr untuk Indonesia ....... 1 " Pelabuhan Tg Priok Siapkan

(Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia

EKONOMI & BISNIS : Sistem Klasterisasi Dermaga dan Nomor 12/KM. 11 /2014) ............ 31

• Menyongsong Pemimpin Baru. ~ ....... 2 Tata Letak Yang Baru ............. 23 * Penyesuaian Akun PFK IWP untuk

" Monopoli Pertamina

Tidak Rugikan Negara .•............ 4

• Sektor Lo91stik Hadap1 Tantangan

Berat di Pasar Bebas ASEAN ......... 6

• Gel1at Wask1ta dalam Persaingan

Bisnis Konstruksi .................. 7

" Fokus ke Bisnis Batubara

* Penerbitan Sukuk Masih

Didominasi oleh Pemerintah ......... 24

• Asia Timur Masih Menjadi

Tempat Terbaik untuk lnvestasi ....... 25

• Waktu Bagi Indonesia

Sebelum Akhir 201 5,

Memperbaiki lnfrastruktur SNI. ....... 26

CMPP Jual Anak Usahanya .......... 8 * Penguatan Rupiah

Jaminan Kesehatan, Tabungan Hari Tua,

dan luran Pensiun pada Sistem MPN

(Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan

Direktorat Pengelolaan Kas Negara

Nomor S-708/PB.3/201 4) ....•...... 33

" Tarif Layanan Parkir

(Peraturan Gubernur Provinsi Daerah

Khusus lbukota Jakart a

* Harga Satu Kursi DPR Sangat Mahal. . . . 9 Turunkan Utang Pemerintah ......... 27 Nomor 179 Tahun 2013) ........... 35

• Penjualan/Peredaran Daging Babi PASAR MODAL & KEUANGAN :

di Jakarta Nihil . . ....•....•..... 1 O • Kurs Beli - Jual Uang Kertas Asing •.•.. 28

• DPK Per Desember 2013 CATATAN HARGA-HARGA : Masih Melonjak. . . • ...••...••..• 1 1 * Macam-Macam Nepal,

Kinerja lndustri Semen Nasional Perlengkapan Sanitair .............. 29

Terus Bertumbuh. . . ............. 13 * Harga Koas. Roller Cover

• IKM Pangan Indonesia

Mulai Diminati Mancanegara ......... 14

• Menyikapi Pandangan Bank Dunia. . . . . 15

• Februari 2014 OKI Jakarta

Mengalami lnflasi 0,50 Persen •..•.... 18

• Anggaran Kesehatan Jauh dari

Amanah UU Kesehatan ..•....•..... 20

• Pembangunan Pariw1sata

Harus Berkelanjutan. . . . . . . . ... 21

• Perusahaan Penerbangan Lion Air

untuk Pengecatan ................ 30

PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINT AH :

* Nilai Kurs Sebagai Dasar Pelunasan

Bea Masuk. Pajak Pertambahan Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan

Atas Barang Mewah, Pajak Ekspor,

dan PaJak Penghasilan Yang Berlaku

Tanggal 19 Maret 2014 sampai

dengan 25 Maret 2014

" Tata Cara Penggunaan

Tenaga Kerja Asing

(Peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi RI

Nomor 12 Tahun 2013) ........... 43

* Penegasan Ketentuan Perpajakan

Atas Transaksi £-Commerce

(Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

Nomor SE-62/PJ/2013) ............ 53

• Pedoman Pengelolaan Kerjasama

Dalam Negeri di Bidang Penyuluhan

dan Pertambangan Sumber Daya

Manusia Pertanian

(Peraturan Menteri Pertanian

Republik Indonesia

No.1 20/Permentan/OT. 140/1/2013) ... 58

2/51931/1 ~~32 PS- RTNERS PERSEK. WIDYAW9ANS~Bi;:LOT 11-A (BELAKANG THE ENERGY LT. · GRAHA NIAGA) AN KAV 59 _JAKARTA 12190 JL. JENO. SUDIRM ·

Alamat : Komplek P & K JI. Taman Pendidikan Ill No. 12 Jakarta Selatan 12430 - Tip (021) 759 20 118

Page 2: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

- . www.b.usinessnews.co.id ;;;;;;;;;; ______ ---·-;;,·-···;;:";;;;;;;;;;;;,;r43:r91t.ttlfij·)~h Qj;f,iilJ;t.,:•aa.J.1j;!l~i£.)li

NILAI KURS SEBAGAI DASAR PELUNASAN BEA MASUK, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH, PAJAK EKSPOR, DAN PAJAK PENGHASILAN YANG

BERLAKU UNTUK TANGGAL 19 MARET 2014 SAMPAI DENGAN 25 MARET 2014

(Keputusan Menteri Keuangan R.I Nomor 12/KM.11/2014, tanggal 17 Maret 2014)

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa untuk keperluan pelunasan Bea Masuk,

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

Pajak Penjualan atas . Barang Mewah, Pajak

Ekspor, dan Pajak Penghasilan atas pemasukan

barang, hutang Pajak yang berhubungan den­

gan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak ,

Ekspor, dan penghasilan yang diterima atau di­

peroleh berupa uang asing, harus terlebih dahulu

· dinilai ke dalam uang rupiah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di­

maksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputu­

san Menteri Keuangan tentang Nilai Kurs sebagai

Dasar Pelunasan Bea Masuk, Pajak Pertambahan

Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Ba­

rang Mewah, Pajak Ekspor, dan Pajak Penghasilan

yang berlaku untuk tanggal 19 Maret 2014 sam­

pai dengan 25 Maret 2014.

Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 (BN No.

3995 Hal. 18-318) tentang Pajak Penghasilan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Ta.hun

1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Re­

publik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 (8N No.

3996 Hal. 18-138) tentang Pajak Pertambahan Ni­

lai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Ba­

rang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Neg­

ara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No­

mor 42 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 150);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 (8N No.

5806 Hal. 58-198) tentang Kepabeanan (Lem­

baran Negara Republik Indonesia Tahun 1995

Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah di­

ubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 1 7

Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indone­

sia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran

Negara .Republik Indonesia Nomor 4661);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 (8N

No. 5807 Hal. 38-178) tentang Cukai (Lem­

baran Negara Republik Indonesia Tahun 1995

Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Re­

publik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 2007 (lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndone-

Page 3: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

IN! www.businessnews.co.id

sia Nomor 4755);

5. Keputusan Presiden Nomor 5.6/P Tahun 201 O;

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/

PMK.01 /2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Keuangan;

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 34 7 I

KMK:o1 /2008 tentang Pelimpahan Wewenang

Kepada Pejabat Eselon I Di Lingkungan Kemen­

terian Keuangan Untuk dan Atas Nama Menteri

Keuangan Menandatangani Surat dan atau Kepu­

tusan Menteri Keuangan;

Memperhatikan:

Surat Perintah Nomor PRIN-374/MK.01 /2011.;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG NILAI

KURS SEBAGAI DASAR PELUNASAN BEA MASUK,

PAJAK PERTAMBA.HAN NILAI BARANG DAN JASA

DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH,

PAJAK EKSPOR, DAN PAJAK PENGHASILAN YANG

BERLAKU UNTUK TANGGAL 19 MARET 2014 SAM­

PAI DENGAN 25 MARET 2014.

PERTAMA:

Menetapkan Nilai Kurs sebagai Dasar Pelu­

nasan Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai Barang

dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,

Bea Keluar, dan Pajak Penghasilan yang berlaku un­

tuk tanggal 19 Maret 2014 sampai dengan 25 Ma-

ret 2014, ditetapkao sebagai berikut:

1 . Rp 11.393,00 Untuk Dolar Amerika Serikat (USDJ 1-

2 Rp 10.271,02 Untuk Dolar Australia (AUDI 1-

3 Rp 10.260,37 Untuk Dolar Canada (CADJ 1-

4 Rp 2.121,20 Untuk Kroner Denmark (DKK) 1-

5 Rp 1.467,14 Untuk Dolar Hongkong (HKDJ 1-

6 Rp 3.472,62 Untuk Ringgit Malaysia (MYRi 1-

7 Rp 9.702,31 Untuk Dolar Selandia Baru INZDJ 1-

8 Rp 1.911,00 Untuk Kroner Norwegia INOKJ 1-

9 Rp 18.946,64 Untuk Poundsterling lnggris (GBPJ 1-

'M¥Utji!&llG*;f,HHµj;!»ill;t·U•M=t2!1;Uht.,;1

10 Rp 8.996, 11 Untuk Dolar Singapura ISGDJ 1-

11 Rp 1.785,65 Untuk Kroner Swedia (SEK) 1-

12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1-

13 Rp 11.140,28 Untuk Yen Jepang (JPYJ 100-

14 Rp 11.77 Untuk Kyat Burma (BUKJ 1-

15 Rp 186,35 Untuk Rupee India (INRI 1-

16 Rp 40.475,01 Untuk Dinar Kuwait IKWDJ 1-

17 Rp 115,24 Untuk Rupee Pakistan (PKR) 1-

18 Rp 255,54 Untuk Peso Philipina (PHPJ 1-

19 Rp 3.037,72 Untuk Riyal Saudi Arabia (SARI 1-

20 Rp 87,23 Untuk Rupee Sri Lanka (LKRJ 1-

21 Rp 352,31 Untuk Baht Thailand ITHBJ 1-

22 Rp 8.998,96 Untuk Dolar Brunei Darussalam (BND) 1-

23 Rp 15.830,56 Untuk Euro Euro (EUR) 1-

24 Rp 1.854,48 Untuk Yuan China (CNY) 1-

25 Rp 10,65 Untuk Won Korea (KRWJ 1-

KEDUA:

Dalam hal kurs valuta asing lainnya tidak

tercantum dalam diktum PERTAMA maka nilai kurs

yang digunakan sebagai dasar pelunasan adalah kurs

spot harian valuta asing yang bersangkutan di pasar

internasional terhadap dolar Amerika Serikat yang

berlaku pada penutupan hari kerja sebelumnya dan

dikalikan kurs rupiah terhadap dolar Ame.rika Serikat

sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri

Keuangan ini.

KETIGA:

Keputusan Menteri Keuangan ini berlaku un­

tuk tanggal 19 Maret 2014 sampai dengan 25 Ma­

ret 2014.

Ditetapkan di Jakarta

Pad a tanggal 1 7 Maret 2014

An. MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Pit KEPALA BADAN KEBIJAKAN FISKAL

ttd

ANDIN HADIY ANTO

( BN I

Page 4: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

,., www.bus1'nessnews.co.1·d· iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiliillml!lli!!IZlll!WlW!!IUJliWlmlmla Jt 1µ3~1r11g11rt,t·'Uiµ:l;t»111;:t.n•QiM:liJ10'·!:•

PENYESUAIAN AKUN PFK IWP UNTUK JAMINAN KESEHATAN, TABUNGAN HARi TUA, DAN IURAN

PENSIUN PADA SISTEM MPN (Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Direktorat Pengelolaan Kas Negara

Nomor S-708/PB.3/2014, tanggal 4 Februari 2014)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Yth. Para Direksi Bank/Pos Persepsi

Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 12 Tah.un 2013 tentang Jaminan Kese­

hatan, dengan ini diberitahukan bahwa terdapat penyesuaian akun yang digunakan untuk pencatatan Perhitu­

ngan Fihak Ketiga (PFK), berupa penonaktifan akun (lampiran I) dan penambahan akun (lampiran II). Berkenaan

dengan hal tersebut, Saudara agar melakukan update referensi akun pada sistem penerimaan negara bank/pas

Saudara sesuai perubahan akun tersebut.

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasama Saudara diucapkan terima kasih.

Tembusan:

Direktur,

ttd.

Rudy Widodo

NIP 195901241985011001

1. Direktur Jenderal Perbendaharaan;

2. Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan;

3. Direktur Sistem Perbendaharaan;

4. Direktur Transformasi Perbendaharaan;

LAMPIRAN I

AKUN-AKUN YANG TIDAK DIGUNAKAN LAGI

NO. KODE URAIAN AKUN AKUN

1 811111 Penerimaan Setoran/Potongan PFk 10% Gaji PNS Pusat

2 811113 Penerimaan Setoran/Potongan PFK 1 0% Gaji Polri dan PNS Polri

3 811114 Penerimaan Setoran/Potongan PFK 10% Gaji TNI dan PNS Dephan

4 811211 Penerimaan Setoran/Potongart PFK 2% Pembayaran Gaji Terusan PNS Pusat ' 5 811213 Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Gaji Terusan Polri dan PNS Polri ~ ..

6 811214 Penerimaan Setoran/Potangan PFK 2% Gaji Terusan TNI dan PNS Dephan

7 821111 Pengembalian Penerimaan Dana Penstin PNS (4,75%)

·-

·-

Page 5: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

www.businessnews.co.id iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiilliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii;;;;j'~ij[!#{l!il(iaJl!/;UJl!Jll;'jjf!~·l:i!lUiiii!il;l~·li!illlllit~·H:lliiAA#!.l.!J1'3•il131::1a/.li·1!ll:I

8 821112

9 821113

10 821114

11 821115

12 821116

13 821117

14 82 118 -15 821119

-16 821211

-17 821213

18 821214

19 821411

20 821412

LAMPIRAN II

NO KODE AKUN 1 811131

2 811132

3 811133

4 811134

5 811141

6 811142

7 811151

8 811152

9 811161

Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua PNS (3,25%)

Penaembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan (2%)

Penaembalian Penerimaan Dana Pensiun Polri & PNS Polri 14,75%! -··-··---Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua Polri dan PNS Polri (3,25%)

Pengembalian Penerimaan Dana Pemeliharaan Dana Kesehatan Polri dan PNS Polri (2%)

Pengembalian Penerimaan Dana Pensiun Person ii }NI dan PNS Dephan (4, 75%) --

Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua TNI dan PNS Dephan (3,25%) ------Pengembalian Penerimaan Dana Pemeliharaan dan Kesehatan TNI dan PNS Dephan (2%)

Pengembaliart Penerimaan Asuransi Kesehatan PNS (2 %)

Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan Polri dan PNS Polri (2%)

Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan TNI dan PNS Dephan 12%)

Pengeluaran PFK 3% luran Jaminan Kesehatan Pemerintah Provinsi

Pengeluaran PFK 3%. Juran Jaminan Kesehatan Pemerintah Kabupaten/Kota

a_n Direktur Pengelolaan Kas Negara

Kasubdit Rekening Kas Negara

ttd.

Arief Rahman Hakim

NIP 196704091988021001

AKUN-AKUN BARU

URAIAN AKUN Penerimaan Setoran/Potongan PFk 2 % Juran Jami nan

Kesehatan BPJS Kesehatan

Penerimaan Setoran/Potongan PFK 8 % Gaji PNS Pu sat

Penerimaan Setoran/Patongan PFK 8% Gaji POLRI dan

PNS POLRI

Penerimaan Setoran/Potongan PFK 8% Gaji TNI dan

PNS Kemhan TNI ·

Penerim~an PFK 2% Juran Jaminan Kesehatan Pegawai

Pemerintah Non PNS yang berasai dari APBN

Penerimaan Setoran/Potongan PFK 3% luran Jaminan

Kesehatan dari Pemberi Kerja Pegawai Pemerintah Non

PNS-APBN

Penerimaan PFK 2% Juran Jaminan Kesehatan Pegawai

Pemerintah Non PNS-APBD

Penerimaan Setoran/Potongan PFK 3 % Juran Jaminan

Kesehatan dari Pemberi Kerja Pegawai Pemerintah Non PNS-APBD

Penerimaan PFK 2% Juran Jaminan Kesehatan Pejabat

Negara

KETERANGAN Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Page 6: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

(IN) www.businessnews.co.id

10 811162

11 811411

12 811412

13 821131

14 821132

15 821133

16 821134

17 82 1135

Penerimaan Setoran/Potongan PFK 3 % luran Jaminan

Kesehatan dari Pemberi Kerja Pejabat Negara

Penerimaan Setoran PFK 3% luran Jaminan Kesehatan

Pemerintah Provinsi

Penerimaan Setoran PFK 3% luran Jaminan Kesehatan

Pemerintah Kabupaten/Kota

Pengeluaroo Perhitungan Fihak Ketiga 2 % Gaji untuk

Penyaluran kepada BPJS Kesehatan

Pengeluaran PFK 325% Gaji untuk Tabungan Hari tua

PT Taspen .(Persero)

Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga 4,75% Gaji untuk

luran Dana Pensiun PT. T aspen

Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga 3,25% Gaji untuk

Tunjangan Hari Tua PT. Asabri

Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga 4,75% Gaji untuk

luran Dana Pensiun PT. Asabri

a.n Direktur Pengelolaan Kas Negara

Kasubdit Rakening Kas Negara

ttd.

Ariel Rahman Hakim

NIP 196704091988021001

( BN)

Kade Akun dan Uratan

Akun Banu

Kade Akun Lama dan

Uraian Akun Baru

Kade Akun Lama dan

Uraian Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

Kade A~un dan Uraian

Akun Baru

Kade Akun dan Uraian

Akun Baru

......................................... ~~-u-~~~!_ru/_PE~A--T~-~A-N-PE-MER-IN-T~H)li ..... llil!ll ........................... ...

TARIF LAYANAN PARKIR (Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta

Nomor 179 Tahun 2013, tanggal 31 Desember 2013)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINS! DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang:

a. bahwa sesuai Keputusan Gubernur Nomor 916

Tahun 2013, Unit Pengelola Perparkiran telah

ditetapkan sebagai Unit Kerja Dinas Perhubungan

yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum Daerah Secara Penuh;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 57 dan Pa­

sal 58 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelo­

laan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah,

BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat

berupa tarif layanan yang besarannya ditetapkan

dengan Peratuvan Gubernur;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk

meningkatkan pelayanan UP Perparkiran, perlu

menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tarif

Layanan Parkir;

Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah bebe­

rapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

Page 7: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

36

- ;..ww.businessnews.co.id

Nomor 12 Tahun 2008;

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang

Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus lbukota

Jakarta sebagai lbukota Negara Kesatuan Re­

publik;

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993

tentang Angkutan Jalan;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993

tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

11 . Peraturan Pemerintah Norn or 7 4 Tahun 201 2

tentang Pengelolaan Keuangan Sadan Layanan

Urn um;

12. Peraturan Menteri Dalarn Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 21 Tahun 2011;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Ta­

hun 2007 tentang Pedoman Te~nis Pengelolaan

Keuangan Sadan Layanan Umum Daerah;

14. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Lain Lintas dan Angkutan Jalan, Kereta Api, Su­

ngai dan Danau serta Penyeberangan di Provinsi

Daerah Khusus lbukota Jakarta;

15. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang

Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

1 6. Peraturan Daer ah Nomor 1 0 Tahun 2008 tentang

Organisasi Perangkat Daerah;

17. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2010 tentang

Pajak Parkir;

18. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang

Perparkiran;

19. Peraturan Gubernur Nomor 110 Tahun 2010 ten­

tang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pengelola Perparkiran;

20. Peraturan Gubernur Nomor 165 Tahun 2012 ten­

tang Pola Pengelolaan Keuang"an Badan Layanan

Umum Daerah;

21. Keputusan Gubernur Nomor 916 Tahun 2013

PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERJNTAH

tentang Penetapan Unit Pengelola Perparkiran se­

bagai Unit Kerja Perangkat Daerah Untuk Melak­

sanakan Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum Daerah Secara Penuh;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : ·

PERATURAN GUBERNUR TENTANG TARIF LAYAN­

AN PARKIR.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud

dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus lbukota

Jakarta.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perang­

kat Daerah sehagai unsur penyelenggara Peme­

rintahan Daerah.

3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah

Khusus lbukota Jakarta.

4. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan

Provinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta.

5. Unit Pengelola Perparkiran yang seianjutnya dise­

but dengan UP Perparkinan adalah Unit Pengelola

Perparkiran Dinas Perhubungan Provinsi Daerah

Khusus lbukota 'Jakarta.

6. Kepala Unit Pengelola Perparkiran adalah Kepala

Unit Pengeioia Perparkiran Dinas Perhubungan

Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta.

7. Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau

tidak bergerak untuk beberapa saat baik diting­

galkan atau tidak ditinggalkan pengemudinya.

8. Rambu Parkir adalah bagian perlengkapan parkir

berupa lambang huruf, angka, kalimat dan/atau

perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,

larangan, perintah atau petunjuk bagi pengguna

jasa parkir.

9. Marka Parkir adalah suatu tanda yang berada di

permukaan jalan atau di atas permukaan tanah

atau permukaan lantai yang membentuk garis

membujur, garis melintang, garis serong serta

lambang yang berfungsi kepentingan pengguna

jasa parkir.

10. lzin adalah izin penyelengganaan fasilitas parkir di

luar ruang milik jalan.

1 1. Satuan Ruang Parkir yang selanjutnya disingkat

Page 8: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

SAP adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan

suatu kendaraan termasuk ruang bebas dan lebar

bukaan pintu.

12. Tarif Layanan adalah imbalan atas jasa layanan

yang dijual dan ditetapkan dalam bentuk tarif

yang disusun atas dasar perhitungan biaya per

unit layanan atau hasil per investasi dana.

13. Penitipan Kendaraan adalah area atau kawasan

yang khusus diperuntukkan bagi penitipan kenda­

raan dalam jangka waktu tententu yang terpisah

dan areal parkir um um.

14. Fasilitas Parkir di Luar Ruang Milik Jalan yang

Terintegrasi dengan Mada Angkutan Massal yang

selanjutnya disebut Fasilitas Park and Ride adalah

fasilitas masing parkir yang terintegrasi dengan

angkutan massal seperti di stasiun, terminal

dalam kota dan terminal luar kota serta pusat ke­

giatan lainnya.

BAB II

TARIF LAYANAN PARKIR

Bagian Kesatu

Jasa Layanan Parkir

Pasal 2

Jasa layanan parkir terdiri dari :

a. pemakaian fasilitas parkir di ruang milik jalan milik

Pemerintah Daerah;

b. pemakaian fasilitas parkir di lingkungan parkir mi­

lik Pemerintah Daerah;

c. pemakaian fasilitas parkir di pelataran parkir milik

Pemerintah Daerah;

d. pemakaian fasilitas parkir di gedung parkir milik

Pemerintah Daerah;

e. penitipan kendaraan dan Fasilitas Park and Ride;

f. administrasi izin;

g. parkir vallet pada fasilitas parkir milik Pemerintah

Daerah;

h. kerja sama dengan pihak ketiga dalam bentuk

sewa menyewa;

1. penggunaan ruang milik jalan dan lingkungan/

peiataran/gedung parkir milik Pemerintah Daerah;

j, pembuatan stiker izin; dan

k. penggunaan seragam UP Perparkiran untuk film,

sinetron dan iklan.

Bagian Kedua

Objek, Nama dan Subjek

Pasal 3

Jasa layanan parkir sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 merupakan objek yang dikenakan tarif.

Pasal 4

I 1 I Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 huruf a dipungut tarif dengan nama Tarif

Layanan Parkir di Ruang Milik Jalan.

121 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 huruf b, huruf c dan huruf d, dipungut

tarif dengan nama Tarif Layanan Pemakaian Ling­

kungan/Pelataran/Gedung Parkir.

131 Atas jasa layanan sebagaimam:i dimaksud dalam

Pasal 2 huruf a, dipungut tarif dengan nama Tarif

Layanan Penitipan Kendaraan dan Fasilitas Park

an,d Ride.

141 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 huruf f, dipungut tarif dengan nama Tarif

Layanan Administrasi Perizinan Penyelenggaraan

Fasilitas Parkir di Luar Ruang Milik Jalan.

151 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 huruf g, dipungut tarif dengan nama Tarif

layanan Parkir Vallet pada fasilitas parkir milik

Pemerintah Daerah.

161 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 huruf 6, dipungut tarif dengan nama Tarif

Layanan Kerja Sama dengan Pihak Ketiga dalam

bentuk sewa menyewa.

171 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 huruf i, dipungut tarif dengan nama Tarif

Layanan Penggunaan Ruang Milik Jalan dan Ling­

ku ngan/Pelataran/Gedung Parkir Milik Pemerin­

tah Daerah untuk kegiatan tertentu.

181 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat huruf j, dipungut tarif dengan nama

Tari! Layanan Pembuatan Stiker lzin.

191 Atas jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat huruf k, dipungut tarif dengan nama

Tari! Layanan Penggunaan Seragam UP Perparki­

ran untuk film, sinetron dan iklan.

Pasal 5

I 1 I Subjek tarif layanan parkir di ruang milik jalan

adalah orang pribadi atau badan yang menggu­

nakan dan/atau menikmati pelayanan sebagaima­

na dimaksud dala"m Pasal 2 huruf a dan huruf b.

121 Subjek tarif layanan pemakaian lingkungan/pe­

lataran/gedung parkir adalah orang pribadi atau

badan yang menggunakan dan(atau menikmati

Page 9: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

IN) www.businessnews.co.;d

pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

huruf c dan huruf d.

131 Subjek tarif layanan penitipan kendaraan dan

Fasilitas Park and Ride adalah orang pribadi atau

badan yang menggunakan dan/atau menikmati

jasa layanan parkir sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 huruf a.

141 Subjek tarif layanan administrasi izin adalah

badan yang melakukan jasa layanan parkir seba­

gaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f.

151 Subjek tarif layanan parkir vallet pada fasilitas

parkir milik P~merintah Daerah adalah orang prib­

adi atau badan yang menggunakan dan/atau me­

nikmati jasa layanan parkir sebagaimana dimak­

snd dalam Pasal 2 huruf g.

161 Subjek tarif layanan kerja sama dengan pihak ke­

tiga dalam bentuk sewa menyewa adalah badan

yang melakukan jasa layanan parkir sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 huruf h.

171 Subjek tarif layanan penggunaan ruang milik ja­

lan dan lingkungan/pelataran/gedung parkir mi­

lik Pemerintah Daerah untuk kegiatan tertentu

adalah badan yang melakukan pelayanan seba­

gaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf i.

181 Subjek tarif layanan pembuatan stiker izin adalah

badan yang melakukan jasa layanan parkir seba­

gaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf j.

191 Subjek tarif penggunaan seragam UP Perparkiran

untuk film, sinetron dan iklan adalah badan yang

melakukan jasa layanan parkir sebagaimana di­

maks ud dalam Pasa 2 huruf k.

Pasal 6

Subjek tarif layanan parkir sabagaimana di­

maksud dalam Pasal 5 adalah wajib tarif jasa layanan

parkir.

Bagian Ketiga

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Layanan

Pasal 7

I 11 Tingkat penggunaan jasa layanan parkir di ruang

milik jalan sehagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat I 11 diukur berdasarkan golongan jalan, jenis

kendaraan dan jangka waktu parkir.

121 Tingkat penggunaan jasa layanan pemakaian

lingkungan/pelataran/gedung parkir sebagaima­

na dimaksud dalam Pasal 4 ayat 121 diukur ber­

dasarkan tatif atas pemakaian jam pertama ltarif

dasarl ditambah dengan tarif jam berikutnya atas

pemakaian SRP dengan mempertimbangkan jenis

kendaraan.

131 Tingkat penggunaan jasa layanan penitipan ken­

daraan dan Fasilitas Park and Ride sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (31 diukur ber­

dasarkan jenis kendaraan dan jangka waktu

parkir.

(41 Tingkat penggunaan jasa layanan administrasi

izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

(41 diukur berdasarkan kapasitas/jumlah SRP.

(51 Tingkat penggunaan jasa layanan parkir vallet

pada fasilitas parkir milik Pemerintah Daerah seb­

agaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 151 diukLir

berdasarkan penggunaan jasa layanan untuk 1

(satul kali parkir.

(61 Tingkat penggunaan jasa layanan kerja sama de­

ngan pihak ketiga dalam bentuk sewa menyewa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (61 diukur berdasarkan penggunaan kapasitas/jumlah

per meter persegi untuk 1 lsatul bulan.

(71 Tingkat penggunaan jasa layanan penggunaan

tempat parkir umurn untuk kegiatan tertentu se­

bagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (71 diu­

kur berdasarkan. penggunaan jumlah SRP yang

digunakan dikalikan jam penggunaan dalam 1

lsatu) hari.

(81 Tingkat penggunaan jasa layanan pembuatan

stiker izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (81 diukur berdasarkan penggunaan jasa la­

yanan untuk 1 lsatul kali pembuatan.

191 Tingkat penggunaan jasa layanan penggunaan

seragam UP Penpankiran untuk film, sinetron dan

iklan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

19) diukur berdasarkan penggunaan jasa untuk 1

lsatul kali penggunaan seragam parkir.

Bagian Keempat

Prinsip Penetapan Tari!

Pasal 8

I 1) Prinsip penetapan tarif layanan jasa parkir di

ruang milik jalan milik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat I 1) memperlihatkan hal se­

bagai berikut :

a. biaya penyediaan marka parkir dan rambu

parkir;

b. biaya pengawasan dan pengendalian:

c. biaya operasional dan pemeliharaan;

Page 10: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

(IN) www.businessnews.co.;d

d. kemampuan masyarakat; dan

e. Keadilan.

(2) Prinsip penetapan tarif jasa layanan pemakaian

lingkungan/pelataran/gedung parkir sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) memperhatikan

ha! sebagai berikut:

a. biaya penyediaan mark.a parkir dan rambu

parkir;

b. biaya pengawasan dan pengendalian;

c. biaya operasional dan pemeliharaan;

d. kemampuan masyarakat; dan

e. keadilan.

(3) Prinsip penetapan tarif jasa layanan penitipan

kendaraan dan Fasilitas Park and Ride sebagaima­

na dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) memperhati­

kan ha! sebagai berikut :

a. biaya investasi;

b. biaya perawatan/pemeliharaan;

c. biaya penyusutan;

d. biaya asuransi;

e. angsuran bung a pinjaman,

f. biaya rutin/periodik yang berkaitan Jangsung

dengan penyediaan jasa untuk mernperoleh

keuntungan yang Jayak sebagaimana keun­

tungan yang pantas diterima oleh pengusaha

swasta sejenis;

g. beroperasi secara efisien dengan orientasi

pada harga pasar; dan

h. mendorong peningkatan penggunaan kenda­

raan rriassal atau mengurangi penggunaan

kendaraan pribadi di pusat kota (khusus Fasili­

tas Park and Ridel.

(4) Prinsip penetapan tarif jasa Jayanan administrasi

izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

(4) memgerhatikan hal sebagai berikut :

a. biaya administrasi perizinan;

b. biaya penelitian; dan

c. biaya pembinaan pengawasan dan pengenda­

lian.

(5) Prinsip penetapan tarif jasa Jayanan parkir vallet

pada fasilitas parkir milik Pemerintah Daerah seb­

agaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) mem­

perhatikan ha! sebagai berikut :

a. biaya tenaga kerja,

b. biaya investasi;

c. biaya pe111elihanaan;

d. biaya rutin/periodik yang berkaitan Jangsung

dengan penyediaan jasa untuk memperoleh

keuntungan yang Jayak sebagaimana keun­

tungan yang pantas diterima oleh pengusaha

swasta sejenis; dan e. beroperasi secara efisien dengan orientasi

pada harga pasar.

(6) Prinsip penetapan tarif jasa Jayanan kerja sama

dengan pihak ketiga dalam bentuk sewa menye­

wa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

(6) memperhatikan ha! sebagai berikut :

a. biaya tenaga kerja;

b. biaya investasi;

c. biaya pemeliharaan;

d. biaya rutin/periodik yang berkaitan langsung

dengan penyediaan jasa untuk memperoleh

keuntungan yang Jayak sebagaimana keun­

tungan yang pantas diterima oleh pengusaha

swasta sejenis; dan

e. beroperasi secara efisien dengan orientasi

pada harga pasar.

(7) Prinsip penetapan tarif jasa Jayanan penggunaan

ruang milik jalan dan lingkungan/pelataran/ge­

dung parkir milik Pemerintah Daerah untuk ke­

giatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (7) memperhatikan ha! sebagai ber­

rikut :

a. biaya tenaga kerja;

b. biaya investasi; dan

c. biaya operasional.

(8) Prinsip penetapan tarif jasa layanan pembuatan

stiker izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (8) memperhatikan ha! sebagai berikut :

a. biaya penyediaan material/bahan stiker;

b. biaya operasional/pemeliharaan;

c. kemampuan masyarakat; dan

d. keadilan.

(9) Prinsip penetapan tarif jasa layanan penggunaan

seragam UP Perparkiran untuk film, sinetron dan

iklan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

(9) memperhatikan hal sebagai berikut :

a. biaya penyediaan material/bahan;

b. biaya operasional/pemeliharaan;

c. kemampuan masyarakat; dan

d. aspek keadilan.

BAB Ill

BESARAN DAN PEMUNGUTAN TARIF

Pasal 9

Struktur dan besarnya tarif layanan terhadap

Page 11: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

- www.businessnews.co.;d -iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii;;iiiii;;;iiiiiiiiii~!~M~•~1~!§~1~''2JEll~&t~·!~1~tJ)jijl!:l;~!~·'llii[lj~!'.·~H3!~ij~#~.1~!:1~;tlll~~l~r.~nll! pelayanan perparkiran sebagaimana dimaksud dalam

Pas al 2 adalah:

a. Tarif layanan pamakaian tempat parkir di Ruang

Milik Jalan

No. Uraian Tarif

I. Golong'an Jasan KPP

Jenis Kendaraan:

a. Sedan, Jeep, Minibus Rp 3.000,00 s.d. Rp 8.000,00/jam,

Pickup dan sejenisnya kurang dari satu jam dihitung satu jam

b. Bus, Truk dan Rp 4.000,00 s.d. Rp 12.000,00/jam

sejenisnya kurang dari satu jam dihitung satu jam

c. Sepeda Motor Rp 2.000,00 s.d. Rp 4.000,00/jam,

kurang dari satu jam dihitung satu jam

d. Sepeda Rp 1 ~000,00 untuk satu kali parkir

II. Golongan Jalan A

Jenis Kendaraan :

a. Sedan, Jeep, Minibus Rp 3.000,00 s.d. Rp 6.000,00/jam,

Pickup dan sejenisnya kurang daci satu jam dihitung satu jam

b. Bus Truk dan Rp 4.000,00 s.d. Rp 9.000,00/jam,

sejenisnya kurang dari satu jam dihitung satu jam

c. Sepeda Motor Rp 2.000,00 s.d. Rp 3.000,00/jam,

kurang dari satu jam dihitung satu jam

d. Sepeda Rp 1 .000,00 untuk satu kali parkir

Ill. Golongan Jalan B

Jenis Kendaraan :

a. Sedan, Jeep, Minibus Rp 2.000,00 s.d. Rp 4.000,00/jam,

Pickup dan sejenisnya kurang dari satu jam dihitung satu jam

b. Bus, Truk dan Rp 4.000,00 s.d. Rp 6.000,00/jam,

sejenisnya kurang dari satu jam dihitung satu jam

c. Sepeda Motor Rp 2.000,00 kurang dari satu jam

dihitung satu jam

d. Sepeda Rp 1.000,00 untuk satu kali parkir

b. Tarif jasa layanan pemakaian Lingkungan/Pelata­ran/Gedung Parkir 1. Tarif jasa layanan pemakaian Lingkungan

Parkir

No. Uraian Tarif

1. Sedan, Jeep, Minibus Rp 4.000,00 s.d. Rp 5.000,00 untuk

Pickup dan sejenisnya jam pertama

Rp 2.000,00 s.d Rp 4.000,00 untuk

setiap jam berikutnya kurang dari satu

jam dihitung satu jam

2. Bus, Truk dan Rp 6.000,00 s.d. Rp 7 .000,00 untuk

sejenisnya jam pertama

Rp 3.000,00 untuk setiap jam

berikutnya kurang dari satu jam

dihitung satu jam

3. Sepeda Motor Rp. 1.000,00 s.d. Rp 2.000,00/jam

4. Sepeda Rp 1.000,00 untuk satu kali parkir

2. Tarif jasa layanan pamakaian Pelataran Parkir

No. Uraian Tarif

1.

2.

3.

4.

Sedan, Jeep, Minibus Rp 4.000,00 s.d. Rp 5.000,00 urituk

Pickup dan sejenisnya jam pertama

Rp 2.000,00 s.d Rp 4.000,00 untuk

setiap jam berikutnya kurang dari satu

jam dihitung satu jam

Bus, Truk dan Rp 6.000,00 s.d. Rp 7 .000,00 untuk

sejenisnya jam pertama

Rp 3.000,00 untuk setiap jam

berikutnya kurang dari satu jam

dihitung satu jam

Sepeda Motor Rp 1.000,00 s.d. Rp 2.000,00/jam

Sepeda Rp 1.000,00 untuk satu kali parkir

3. Tempat jasa layanan pemakaian Gedung

Parkir

No. Uraian Tarif

1. Sedan, Jeep, Minibus Rp 4.000,00 s.d. Rp 5.000,00 untuk

Pickup dan sejenisnya jam pertama

Rp 2.000,00 s.d Rp 4.000,00 untuk

setiap jam berikutnya kurang dari satu

jam dihitung satu jam

2. Bus, Truk dan Rp 6.000,00 s.d. Rp 7 .000,00 untuk

sejenisnya jam pertama

Rp 3.000,00 untuk setiap jam

berikutnya kurang dari satu jam

dihitung satu jam

3. Sepeda Motor Rp 1.000,00 s.d. Rp·2.000,00/jam

4. Sepeda Rp 1 .000,00 untuk satu kali parkir

c. Tarif layanan penitipan kendaraan dan Fasilitas

Park and Ride

1. Penitipan Kendaraan

No Uraian Tarif

1 Sedan, Jeep, Minibus, Rp 45.000,00 (empat puluh lima

Pick-up dan sejenisnya ribu rupiah) per hari

2 Bus, Truk dan sejenisnya Rp 85.000,00 (delapan puluh lima ribu

rupiah) per hari

3 Sepeda Motor Rp 25.000,00 (dua puluh lima

ribu rupiah) per hari

4. Sepeda Rp 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)

per hari

2. Park and Ride

: . L '1 • ,

Page 12: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

D www.businessnews.co.id '!"ll!tji!IJl!.ll!l!@i!'..jjil;m!ij#/,!*!111!·!:1

No Uraian Tarif ~ -·

1 Kendaraan Roda Emapat Rp 5.000,00 {lima ribu rupiah

atau lebih untuk satu kali parkir

2 Kendaraan Roda Dua Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah)

untuk satu kali parkir

3 Sepeda Rp 1 .000,00 (seribu rupiah)

untuk satu kali parkir ~~.

d. Tarif Layanan administrasi izin

1. dangan memungut biaya parkir.

a) besarnya tar if layanan izin ada\ah:

1) untuk kapasitas mobil dan motor kurang/

sama dengan 100 (seratus) SRP dengan

rumus SRP dikalikan tarif dasar layanan

atau minimal sebesar Rp 300.000,00

(tiga ratus ribu rupiah); dan

2) untuk kapasitas mobil dan motor lebih

dari 100 (seratus) SRF dan seterusnya

berlaku rumus jumlah SRP tersedia di­

kalikan dengan tarif dasar layanan yang

berlaku saat izin dikeluarkan.

b) besarnya tarif layanan perubahan izin

adalah 100% (seratus · persen) dari be­

sarnya tarif layanan izin penyelenggaraan

fasilitas parkir untuk umum di luar ruang

milik jalan.

c) besarnya tarif layanan atas daftar ulang

izin tanpa adanya perubahan da\am izin

ada\ah 50% (\ima pu\uh persen) kas SRP x tarif dasar layanan.

2. dengan tidak memungut biaya parkir.

a) besarnya tarif layanan izin sebesar Rp

200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).

b) besarnya tarif layanan perubahan izin

adalah 100% (seratus persen) dari be­

sarnya tarif layanan izin penyelenggaraan

fasilitas parkir untuk umum di luar ruang

milik jalan.

c) besarnya tarif \ayanan· atas daftar ulang

izin tanpa adanya perubahan dalam izin Rp

150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupi­

ah).

e. Tarif Jasa Layanan Parkir Vallet se.besar Rp

20.000,00 (dua puluh ribu rupiah).

f. Tarif Jasa tayanan Kerja Sama dengan Pihak Keti­

ga dalam bentuk sewa menyewa untuk penunjang

. kegiatan perparkiran sebesar Rp 200.000,00/m'

(dua ratus ribu rupiah per meter persegi) dalam

satu bulan.

g. Tarif Jasa Layanan bagi penggunaan Reang Mi­

lik Jalan dan Lingkungan/Pelataran/Gedung Parkir

Milik Pemerintah Daerah untuk kegiatan tertentu

berlaku rumlJs: (N + 2) x SRP x Tarif Golongan x 8 (delapan) jam

per hari.

*N = jum\ah SRP yang digunakan o\eh kegiatan

·yang akan dilaksanakan.

h. Tarif Jasa Layanan Pembuatan Stiker lzin Rp

50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per \embar.

i. Tarif Jasa Layanan Penggunaan Seragam UP Per­

parkiran untuk film, sinetron dan iklan dengan ke­

tentuan sebagai berikut:

r. Sinetron/cerita pendek

2. Sinetron kejar tayang

3. lklan

Pasa\ 10

Rp 2.000.000,00

(dua juta rupiah)

Rp 1. 500.000,00

(satu juta lima

ratus ribu rupiah)

Rp 2.500.000,00

(dua juta lima

ratus ribu rupiah)

( 1) Besarnya tarif layanan sebaga.imana dimaksud

dalam Pasa\ 9 huruf 6 dan huruf c sudah termasuk

pembayaran premi asuransi kehilangan dan keru­

sakan kendaraan kepada perusahaan asuransi.

(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan pembayaran

premi asuransi dan tata cara penggantian ke­

hilangan dan kerusakan kendaraan sebagaimana

dimaksud pada ayat ( 1) diatur dengan Peraturan

Gubernur.

Pasa\ 11

(1) Tarif progresif tempat parkir di ruang milik jalan

pada jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

9 huruf a dikenakan apabila pada jalan tersebut

tersedia alat ukur parkir atau a\at pembuktian

lain.

(2) Untuk berlangganan bulanan pemakaran fasilitas

parkir di pelataran/gadung parkir milik Pemerintah

Daerah dengan ketentuan sebagai berikut:

a. bagi kendaraan bermotor roda empat atau

lebih berlaku rumus:

25 (dua puluh lima) hari x 3 (tiga) kali parkir x

tarif parkir dasar layanan sesuai jenis kendaraan.

b. bagi kendaraan bermotor roda dua berlaku ru-

Page 13: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

IN) www.businessnews.co.id

mus:

25 (dua puluh lima) h.ari x 2 (dua) kali parkir x

tarif parkir dasar layanan sesuai jenis kenda­

raan.

BAB IV

PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN

Pasal 12

( 1) UP Perparkiran .melaksanakan penatausahaan pe­

nerimaan den pendayagunaan tarif layanan parkir

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­

undangan.

(2) Untuk melaksanakan penatausahaan penerimaan

dan pendayagunaan tarif layanan parkir, UP Per­

parkiran wajib menerapkan sistem alat ukur parkir

secara elektronik untuk mengenakan tarif di selu­

ruh lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e.

Pasal 13

( 1) UP Perparkiran melaporkan penerimaan dan pen­

dayagunaan tarif layanan parkir sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(21 Untuk mendukung transparansi dan akuntabili­

tas penerimaan dan pendayagunaan tarif layanan

parkir, UP Perparkiran wajib menerapkan sistem

pelaporan online untuk tingkat penggunaan,

pendapatan dan jangka waktu penggunaan lahan

parkir di ruang milik jalan.

BAB V

EVALUASI

Pasal 14

( 1) Jenis layanan parkir sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 dan besaran tarif sebagaimana di­

maksud dalam Pasal 9 dan Pasal 11 dievaluasi

.satiap 2 (dua) tahun atau sewaktu-waktu sesuai

kebutuhan.

(2) Tarif layanan parkir sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 huruf a, evaluasi untuk kenaikan besaran

tarif layanan parkir wajib dilakukan jika tingkat

penggunaan SRP melebihi dari 90% (sembilan

puluh persen) selama jam operasi.

(3) Pelaksanaan e.valuasi sebagaimana dimaksud

pada ayat ( 1) dilaksanakan oleh Tim Penilai Pener­

apan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan

Umum Daerah berdasarkan hasil pelaporan seb­

agaimana dimaksud dalam Pasal 13

BAB VI

PEMBIAYAAN

Pasal 15

Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan pe­

mungutan taril layanan parkir dibebankan pada be­

lanja operasional layanan umum UP Perparkiran.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 16

( 1) lzin yang telah diterbitkan sebelum ditetapkan

Peraturan Gubernur ini tetap berlaku sampai de­

ngan berakhir masa berlakunya izin.

(2) lzin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

disesuaikan dengan Peraturan Gubernur ini pada

saat perpanjangan.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada

tanggal diundangkan.

Agar setiap orang ·dapat mengetahuinya,

memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini

dengan penempatannya dalam Serita Daerah Provinsi

Daerah Khusus lbukota Jakarta.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggai 31 Desember 2013

GUBERNUR PROVINS! DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA,

Ttd. JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 31 Desember 2013

Pit. SEKRETARIS DAERAH PROVINS! DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA,

ttd.

WIRIY A TMOKO

NIP 195803121986101001

SERITA DAERAH PROVINS! DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013 NOMOR 51033

( BN)

Page 14: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

INl www.businessnews.co.id

TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Nomor 12 Tahun 2013,

tanggal 27 Desember 2013)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor PER.02/MEN/111/2008 ten­

tang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing

sudah tidak sesuai lagi dengan perkeinbangan

ketenagakerjaan, sehingga perlu disempur­

nakan; b. bahwa tata cara penggunaan tenaga kerja asing

sebagaimana dimaksud dalam huruf a merupakan

pelaksanaan Pasal 42 ayat ( 1), Pasal 43 ayat (4),

dan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

c. bahwa tata cara penggunaan tenaga kerja asing

sebagaimana dimaksud dalam huruf a merupak­

an norma, standar, prosedur, dan kriteria seb­

agaimana diamanatkan Pasal 9 ayat ( 1) Peraturan

Pemerintah Nemer 38 Tahun 2007 tentang Pem­

bagian Urusan Pemerintahan Antara Peme~intah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c

perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;

Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 3. Tahun 1951 tentang

berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perbu­

ruhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indo­

nesia untuk seluruh Indonesia (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang

Wajib Lapar Ketenagakerjaan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1981 Namer 39, Tam.­

bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Na­

mer 3201 );

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik In-

donesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lem­

baran Negara Republik Indonesia Nomor 42791;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

ten_tang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 .Nemer

82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo­

nesia Nomor 4737);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2012

tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan

Negara· Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kemen­

terian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nemer

154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo­

nesia Nomor 5333);

6. Peraturan Penierintah Nomor 97 Tahun 2012

ten.tang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan

Retribusi Perpanjangan lzin Mempekerjakan

Tenaga Kerja Asing (Lembaran Negara Repub­

lik Indonesia Tahun 2012 Nomor 216, Tamba­

han Lembaran Negara Republik Indonesia Nemer

5358); '

7. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANS­

MIGRASI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN

TENAGA KERJA ASING.

, BABI

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan. Menteri ini yang dimaksud

dengan:

1. Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat

TKA, adalah warga negara asing pemegang visa

dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.

2. Tenaga Kerja Indonesia pendamping yang selan-

Page 15: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

jutnya disebut TKI pendamping, adalah tenaga

kerja warga negara Indonesia yang ditunjuk seb­

agai pendamping TKA dalam rangka alih teknolo­

gi dan alih keahlian.

3. Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing yang selanjut­

nya disebut Pemberi Kerja TKA, adalah badan hu­

kum atau badan-badan lainnya yang mempeker­

jakan TKA dengan membayar upah atau imbalan

dalam bentuk lain.

4. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang

selanjutnya disingkat RPTKA, adalah rencana

penggunaan TKA pada jabatan tertentu yang

dibuat oleh pemberi kerja TKA untuk jangka wak­

tu tertentu yang disahkan oleh Menteri atau peja­

bat yang ditunjuk.

5. lzin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing yang

selanjutnya disingkat IMT A, adalah izin tertulis

yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang di­

tunjuk kepada pemberi kerja TKA.

6. Kompensasi adalah dana yang harus dibayar oleh

pemberi kerja TKA kepada negara atas penggu­

naan TKA.

7. Pekerjaan yang bersifat darurat adalah peker­

jaan yang mendesak dan apabila tidak ditangani

secara langsung dapat mengakibatkan kerugian

fatal bagi perusahaan dan/atau masyarakat

um urn.

8. Pekerjaan yang bersifat sementara adalah peker­

jaan yang dapat diselesaikan dalam waktu sing­

kat dan tidak dapat diperpanjang.

9. Usaha jasa impresariat adalah kegiatan penguru­

san penyelenggaraan hiburan di Indonesia, baik

yang mendatangkan maupun memulangkan TKA

di bidang seni dan olah raga yang bersifat semen­

tara.

1 O. Kawasan ekonomi khusus adalah kawasan dalam

wilayah hukum negara kesatuan Republik Indo­

nesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan

fungsi-fungsi perekonomian yang bersifat khusus

dan memperoleh fasilitas tertentu.

11. Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Trans­

migrasi.

12. Direktur Jenderal yang selanjutnya disebut Dir­

jen, adalah Direktur Jenderal Pembinaan Penem­

patan Tenaga Kerja.

13. Direktur adalah Di.rektur Pengendalian Penggu­

naan Tenaga Kerja Asing.

14. Dinas provinsi adalah instansi yang bertanggung

jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi.

15. Dinas kabupaten/kota adalah instansi yang ber­

tanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabu­

paten/kota.

Pasal 2

Pemberi kerja TKA hanya dapat mempeker­

jakan TKA dalam hubungan kerja untuk jabatan ter­

tentu dan waktu tertentu. Pasal 3 Pemberi Kerja TKA

meliputi:

a. instansi pemerintah, badan-badan internasional,

perwakilan negara asing;

b. kantor perwakilan dagang asing, kantor per­

wakilan perusahaan asing, kantor perwakilan

berita asing;

c. perusahaan swasta asing;

d. badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum

Indonesia atau badan usaha asing yang terdaftar

di instansi berwenang di Indonesia;

e. lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan ke­

budayaan;

f. usaha jasa impresariat.

Pasal4

Pemberi kerja TKA yang berbentuk persekutu­

an perdata, Firma (Fa), Persekutuan Komanditer (CV)

dan Usaha Dagang (UD) dilarang mempekerjakan TKA

kecuali diatur dalam uridang-undang.

Pasal 5

( 11 Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA ha­

rus memiliki RPTKA.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (11

tidak berlaku bagi pemberi kerja TKA sebagaima­

na dimaksud dalam Pasal 3 huruf a.

(3) Pemberi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan pemberi kerja yang mempeker­

jakan TKA di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

(4) RPTKA sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)

digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan

IMTA.

BAB II

TATA CARA PENGESAHAN RPTKA

Bagian Kesatu

RPTKA

Pasal 6

Page 16: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

(IN) www.businessnews.co.id

Pemberi kerja TKA yang menggunakan TKA

harus memiliki RPTKA yang disahkan oleh Menteri

atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 7

(1) Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA, pem­

beri kerja TKA harus mengajukan permohonan

secara tertulis atau online kepada Dirjen melalui

Direktur dengan ~elampirkan:

a. alasan penggunaan TKA;

b. formulir RPTKA yang sudah diisi;

c. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;

d. akte pendirian sebagai badan hukum yang su­

dah disahkan oleh instansi yang berwenang;

e. keterangan domisili perusahaan dari pemerin­

tah daerah setempat;

f. bagan struktur organisasi perusahaan;

g. surat penunjukan TKI sebagai pendamping

TKA dan rencana program pendampingan;

h. surat pernyataan kesanggupan untuk melak­

sanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi

tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifi­

kasi jabatan yang diduduki TKA;

i. copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang

masih berlaku sesuai Undang-Undang Nomor

7 Tahun 1981; dan

j. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh

TKA dari instansi teknis apabila diperlukan:

(2) Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud pada

ayat ( 1) huruf b memuat:

a. nama pemberi kerja TKA;

b. alamat pemberi kerja TKA;

c. nama pimpinan perusahaan;

d. nama jabatan TKA;

e. uraian jabatan TKA;

f. jumlah TKA yang akan dipekerjakan;

g. lokasi kerja TKA;

h. · jangka waktu penggunaan TKA;

i. upah/gaji TKA;

j. tanggal mulai dipekerjakan;

k. jumlah tenaga kerja Indonesia yang dipeker­

jakan dan peluang kesempatan kerja yang

diciptakan;

I. penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai

pendamping TKA;

m. rencana progam pendidikan dan pelatihan

tenaga kerja Indonesia.

(3) Bentuk formulir RPTKA sebagaimana dimaksud

pad a ayat (2) tercantum dalam Formulir 1 a sam­

pai dengan 1 d Lampiran Peraturan Ment9ri ini.

Bagian Kedua

RPTKA untuk Pekerjaan yang Bersifat Sementara

Pasal 8

RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat semen­

tara diberikan untuk:

a. pekerjaan yang sekali selesai;

b. pekerjaan yang berhubungan dengan pemasan­

gan mesin, elektrikal, layanan purna jual, atau

produk dalam masa penjajakan usaha.

Pasal 9

(1) Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA untuk

pekerjaan yang bersifat sementara, pemberi kerja

TKA harus mengajukan permohonan secara tertu­

lis kepada Dirjen melalui Direktur dengan melam­

pirkan:

a. alasan penggunaan TKA;

b. formulir RPTKA yang sudah diisi;

c. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;

d. akte pendirian sebagai badan hukum yang

disahkan oleh instansi yang berwenang;

e. keterangan domisili perusahaan dari pemerin­

tah daerah setempat;

f. bagan struktur organisasi perusahaan;

g. surat penunjukan tenaga kerja Indonesia seb­

agai pendamping TKA;

h. copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang

masih berlaku berdasarkan Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1981; dan

i. copy kontrak pekerjaan.

(2) Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud pada

ayat ( 1) huruf b memuat:

a. identitas pemberi kerja TKA;

b. jabatan, uraian jabatan dan persyaratan ja­

batan TKA;

c. jumlah TKA; dan

d. jangka waktu penggunaan TKA.

(3) Bentuk formulir RPTKA untuk pekerjaan yang

bersifat sementara sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) tercantum dalam Formulir 2 Lampiran

Peraturan Menteri ini.

Pasal 1 O

Keputusan pengesahan RPTKA yang bersifat

sementara memuat:

Page 17: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

D www.businessnews.co.id

a. alasan penggunaan TKA;

b. jabatan dan/atau kedudukan TKA;

c. jumlah TKA;

d. lokasi kerja TKA; dan

e. jangka waktu penggunaan TKA.

Pasal 11

RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat se­

mentara diberikan untuk jangka waktu paling lama 6

(enam) bulan dan tidak dapat diperpanjang.

Bagian Ketiga

RPTKA untuk Pekerjaan yang Bersifat Darurat

Pasal 12

( 1) Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA untuk

pekerjaan yang bersifat darurat, pemberi kerja

TKA harus mengajukan permohonan secara tertu­

lis kepada Dirjen melalui Direktur dengan melam­

pirkan:

a. alasan penggunaan TKA;

b. formulir RPTKA yang sudah dilengkapi;

c. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;

d. surat pernyataan kondisi darurat dari pemberi

kerja TKA.

(2) Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud pada

ayat ( 1) huruf b memuat:

a. identitas pemberi kerja TKA;

b. jabatan, uraian jabatan dan persyaratan ja­

batan TKA;

c. jumlah TKA; dan

d. jangka waktu penggunaan TKA.

(3) Bentuk formulir RPTKA untuk pekerjaan yang

bersifat darurat sebagaimana dimaksud pa\Ja

ayat (2) tercantum dalam Formulir 3 Lampiran

Peraturan Menteri ini.

Pasal 13

Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 telah dipenuhi, Direktur menerbitkan

keputusan pengesahan RPTKA selambat-lambatnya 1

(satu) hari kerja sejak permohonan dinyatakan leng­

kap.

Pasal 14

Keputusan pengesahan RPTKA yang bersifat

darurat memuat:

a. alasan penggunaan TKA;

b. jabatan dan/atau kedudukan TKA;

c. jumlah TKA;

d. lokasi kerja TKA; dan

e. jangka waktu penggunaan TKA.

Pasal 15

RPTKA untuk pekerjaan yang bersifat darurat

diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) bu­

Ian dan tidak dapat diperpanjang.

Bagian Keempat

RPTKA untuk Kawasan Ekonomi Khusus

Pasal 16

Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA di

Kawasan Ekonomi Khusus, pemberi kerja TKA harus

mengajukan permohonan secara tertulis kepada peja­

bat yang ditunjuk di Kawasan Ekonomi Khusus, den­

gan melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7.

Bagian Kelima

RPTKA untuk Usaha Jasa lmpresariat

Pasal 17

( 1) Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA jasa im­

presariat, pemberi kerja TKA harus mengajukan

permohonan secara tertulis kepada Dirjen melalui

Direktur, dengan melampirkan:

a. alasan penggunaan TKA;

b. formulir RPTKA yang sudah diisi;

c. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;

d. akte pendirian sebagai badan hukum yang su­

dah disahkan oleh instansi yang berwenang;

e. keterangan doniisili perusahaan dari pemerin­

tah daerah setempat;

I. bagan struktur organisasi perusahaan;

g. surat pernyataan kesanggupan untuk melak­

sanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi

tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifi­

kasi jabatan yang diduduki TKA;

h. copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang

masih' berlaku sesuai Undang-Undang Nomor

7 Tahun 1981; dan

· i. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh

TKA dari instansi teknis apabila diperlukan.

(2) Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud pada

ayat ( 1 ) huruf b memuat:

a. nama pemberi kerja TKA;

b. alamat pemberi kerja TKA;

c. nama pimpinan perusahaan;

Page 18: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

IN) www.businessnews.co.id

d. jumlah TKA yang akan dipekerjakan;

e. lokasi kerja TKA;

f. jangka waktu penggunaan TKA;

g. tanggal mulai dipekerjakan.

(3) Bentuk formulir RPTKA untuk usaha jasa impre­

sariat sebagaimana dimaksud pada ayat 12) ter­

cantum dalam Formulir 4 Lampiran Peraturan

Menteri ini.

Bagian Keenam

Penilaian Kelayakan RPTKA

Pasal 18

11) Permohonan pengesahan RPTKA sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat ( 1) dan Pasal 9 ayat

(1) dilakukan penelitian kelengkapan dokumen.

(2) Dalam hal dokumen permohonan belum lengkap,

maka petugas Direktorat Pe~gendalian Penggu­

naan TKA harus mengembalikan kepada pemo­

hon dengan memberitahukan kekurangan per­

syaratan yang harus dilengkapi.

131 Dalam hal dokumen permohonan telah lengkap,

dilakukan penilaian kelayakan dengan berpedo­

man pada daftar jabatan yang ditetapkan oleh

Menteri dengan mempertimbangkan kebutuhan

pasar kerja nasional.

(41 Penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) apabila diperlukan dapat dilakukan verifi­

kasi lapangan.

151 Tata cara penilaian kelayakan RPTKA ditetapkan

dengan Keputusan Dirjen.

Bagian Ketujuh

Pengesahan RPTKA

Pasal 19

Dalam hal hasil penilaian kelayakan RPTKA

telah sesuai, dalam waktu paling lama 4 (empatl hari

kerja, Dirjen atau Direktar harus menerbitkan keputu­

san pengesahan RPTKA.

Pasal 20

Penerbitan keputusan pengesahan RPTKA se­

bagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dilakukan oleh:

a. Dirjen untuk permohonan penggunaan TKA se­

banyak 50 (lima puluhl orang atau lebih;

b. Direktur untuk permohonan penggunaan TKA

yang kurang dari 50 (lima puluhl orang.

Pasal 21

Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 tidak berlaku bagi pengesahan RPTKA

di Kawasan Ekonomi Khusus.

Pasal 22

( 1) Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 1T1emuat:

a. alasan penggunaan TKA;

b. jabatan dan/atau kedudukan TKA;

c. besarnya upah TKA;

d. jumlah TKA;

e. lokasi kerja TKA;

f. jangka waktu penggunaan TKA;

g. jumlah tenaga kerja Indonesia yang ditunjuk

sebagai pendamping; dan

h. jumlah tenaga kerja Indonesia yang dipeker­

jakan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat 11)

huruf g tidak berlaku untuk usaha jasa impresari­

at.

Pasal 23

RPTKA dapat diberikan untuk jangka waktu

paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang

untuk jangka waktu yang sama dengan mempertim­

bangkan kondisi pasar kerja dalam negeri.

BAB Ill

PERPANJANGAN RPTKA

Pasal 24

( 1) Permohonan perpanjangan RPTKA diajukan oleh

pemberi kerja TKA secara tertulis sesuai dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

(21 Permohonan perpanjangan RPTKA sebagaimana

dimaksud pada ayat (11 diajukan kepada:

a. Dirjen untuk perpanjangan RPTKA lintas

provinsi.

b. Kepala Dinas Provinsi untuk perpanjangan

RPTKA dalam 1 (satul wilayah provinsi.

c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota untuk perpan­

jangan RPTKA dalam 1 (satul wilayah kabu­

paten/kota.

131 Permohonan perpanjangan RPTKA sebagaimana

dimaksud pad a ayat ( 11 harus dilengkapi:

a. laporan realisasi pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan dengan melampirkan sertifikat pela­

tihan;

b. copy keputusan RPTKA yang masih berlaku;

Page 19: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

llfl www.busincssnews.co.id iiii1;;.;;;,;;;,;;;;;;;;iiiiiiii;;.;-;;;;;;iiiiiiii;.;;;iii11-iiiiiii;;;;-,;;;;iiiiiij;;;;ip!iij13i3::I!IC!l!i!/l!,~!l!!ll:.Jt&mM:UtJµijl•!lJ;l!ii·lii!lli.lli''1i·H:llijlij#!il?lf3•illi!llia~r.!!Dlll

c. copy IMTA yang masih berlaku;

d. copy bukti pembayaran dana kompensasi

penggunaan TKA melalui bank pemerintah

yang ditunjuk oleh Menter.i; dan

e. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh

TKA dari instansi teknis apabila diperlukan.

(4) Bentuk laporan pelaksanaan pendidikan dan pela­

tihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf

a tercantum dalam Formulir 5 Lampiran Peraturan

Menteri ini.

BAB IV

PERUBAHAN RPTKA

Pasal 25 ( 1) Pemberi kerja TKA dapat mengajukan permo­

honan perubahan RPTKA secara tertulis sebelum

berakhirnya jangka waktu RPTKA.

(2) Pengajuan permohonan perubahan RPTKA seb­

agaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan ke­

pada:

(3)

( 1 )

a. Dirjen, dalam hal pengesahan RPTKA terdapat

perubahan jumlah TKA, jabatan TKA, lokasi

kerja lintas provinsi, nama perusahaan dan/

atau alamat perusahaan.

b. Kepala Dinas Provinsi, dalam hal pengesahan

RPTKA perpanjangan yang terdapat peruba­

han lokasi kerja lintas kabupaten/kota dalam

1 (satu) wilayah provinsi.

c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota, dalam hal

pengesahan RPTKA perpanjangan yang ter­

dapat perubahan lokasi kerja dalam 1 (satu)

wilayah kabupaten/kota.

Perubahan RPTKA sebagaimana dimaksud pad a

ayat ( 1 ) meliputi:

a. perubahan alamat perusahaan;

b. perubahan nama perusahaan;

c. perubahan jabatan;

d. perubahan lokasi ~erja; dan/atau

e. perubahan jumlah TKA.

BAB V

PERSYARATAN TKA

Pasal 26

TKA yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki pendidikan yang sesuai dengan

syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA;

b. memiliki kompetensi yang dibuktikan d.engan

sertifikat kompetensi atau pengalaman kerja

sesuai dengan jabatan yang akan diduduki

TKA paling kurang 5 (lima) tahun;

c. bersedia membuat pernyataan untuk mengali­

hkan keahliannya kepada tenaga kerja Indone­

sia pendamping; dan

d. dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

( 1) dikecualikan bagi jabatan Komisaris, Direksi,

usaha jasa impresariat, dan pekerjaan yang bersi­

fat sementara.

(3) Tenaga kerja Indonesia pendamping sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c harus memiliki

latar belakang bidang pendidikan yang sesuai

dengan jabatan yang akan diduduki TKA.

Pasal 27 Sertifikasi kompetensi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 26 ayat ( 1) huruf b dilaksanakan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI

TATA CARA MEl\!IPEROLEH IMTA

Bagian Kesatu.

Um urn

Pasal 28

I 1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan TKA

wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau peja­

bat yang ditunjuk.

(2) Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimak­

sud pad a ayat ( 1) tidak berlaku bagi perwakilan

negara asing yang mempergunakan TKA sebagai

pegawai diplomatik dan k.onsuler.

Bagian Kedua

Penerbitan IMTA

Pasal 29

(1) IMTA awal diterbitkan oleh Direktur.

(2) IMTA perpanjangan diterbitkan oleh:

a. Direktur;

b. Kepala Dinas Provinsi; atau

c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

Bagian Ketiga

Tata Cara Permohonan IMTA

Pasal 30

( 1) Pemberi kerja TKA yang akan mengurus IMTA,

terlebih dahulu harus mengajukan permohonan

Page 20: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

IN) www.businessnews.co.id

secara tertulis kepada Direktur untuk mendapat­

kan rekomendasi kawat persetujuan visa (TA-01)

dengan melampirkan:

a. copy .keputusan pengesahan RPTKA;

b. copy paspor TKA yang akan dipekerjakan;

c. daftar riwayat hidup TKA y9ng akan dipeker­

jakan;

d. copy ijazah Sarjana atau keterangan pengala­

man kerja TKA atau sertifikat kompetensi ses­

uai dengan jabatan yang akan diduduki;

e. copy surat penunjukan tenaga kerja Indonesia

pendamping; dan

f. pas photo berwarna ukuran 4 x 6 cm seban­

yak 1 (satul lembar.

(2l Dalam hal permohonan telah memenuhi per­

syaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 l,

Direktur harus menerbitkan rekomendasi kawat

persetujuan visa (TA-01 l dan menyampaikan ke­

pada Direktur Lalu Lintas Keimigrasian (Lantas­

kiml, Direktorat Jenderal lmigrasi dalam waktu

selambat-lambatnya pada hari berikutnya dengan

ditembuskan kepada pemberi kerja TKA.

(3l Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 l

dan ayat (2l dikecualikan bagi pemberi kerja yang

mempekerjakan TKA yang berstatus kawin cam­

puran: (4) Rekomendasi kawat persetujuan visa (TA-011 se­

bagaimana dimaksud pada ayat (2l berlaku untuk

jangka waktu 2 (dual bulan sejak diterbitkan.

(5l Bentuk formulir permohonan IMTA .sebagaimana

tercantum dalam Formulir 6 Lampiran Peraturan

Menteri ini.

Pasal 31

( 1 l Dal am hal Ditjen lmigrasi telah mengabulkan per­

mohonan visa untuk dapat bekerja atas nama

TKA yang bersangkutan dan menerbitkan surat

pemberitahuan tentang persetujuan pemberian

visa, maka pemberi kerja TKA mengajukan per­

mohonan IMTA dengan melampirkan:

a. copy draft perjanjian kerja;

b. bukti pembayaran dana kompensasi penggu­

naan TKA melalui bank pemerintah yang di­

tunjuk oleh Menteri;

c. copy polis asuransi;

d. copy surat pemberitahuan tentang persetu­

juan pemberian visa; dan

e. foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dual

I em bar.

(2) Dalam hal persyaratan sebagaimana .dimaksud

pad a ayat ( 1 l telah dipenuhi, Direktur menerbit­

kan IMT A selambat-lambatnya 4 (empatl hari

kerja.

(3l Jangka waktu berlakunya IMT A- sebagaimana

dimaksud pada ayat (2l diberikan paling lama 1

(satul tahun dan dapat diperpanjang.

Pasal 32

( 1 l Dana kompensasi penggunaan TKA sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1 l huruf b ditetap­

kan sebesar US $ 100 (seratus dollar Amerikal

perjabatan dan perbulan untuk setiap TKA dan

dibayarkan dimuka.

(2l Pemberi kerja yang mempekerjakan TKA kurang

dari 1 (satul bulan wajib membayar dana kom­

pensasi sebesar 1 (satul bulan penuh.

(31 Pembayaran dana kompensasi sebagaimana di­

maksud pad a ayat ( 1) dan ayat (2) dilakukan oleh

pemberi kerja TKA dan disetorkan pada rekening

Dana Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja As­

ing (DKPTKAI pada Bank Pemerintah yang ditun­

juk oleh Menteri.

(4) Dana kompensasi penggunaan TKA sebagaimana

dimaksud pad a ayat ( 1 l merupakan Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP).

Pasal 33

( 11 Pemberi kerja TKA dilarang mempekerjakan TKA

pada lebih dari 1 (satu) jabatan dalam perusahaan

yang sama.

(2) Pemberi kerja TKA dilarang mempekerjakan TKA

yang sedang dipekerjakan oleh pemberi kerja TKA

yang lain.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dikecualikan bagi TKA yang menduduki jabatan

Direktur atau Komisaris berdasarkan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS).

Pasal 34

Permohonan dan pelayanan penggunaan TKA

yang meliputi pengesahan RPTKA, rekomendasi per­

setujuan kawat visa bekerja, dan IMTA harus dilaku­

kan secara online melalui website Kementerian Tena­

ga Kerja dan Transmigrasi.

Bagian Keempat

+';

Page 21: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

Perpanjangan IMTA

Pasal 35

111 Pemberi kerja TKA yang akan melakukan perpan­

jangan IMTA, harus mengajukan permohonan se­

cara tertulis kepada Direktur atau Kepala Dinas

Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

121 Perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud pada

111 diterbitkan oleh:

a. Direktur, untuk TKA yang lokasi kerjanya leb­

.ih dari 1 (satu) wilayah provinsi.

b. Kepala Dinas Provinsi, untuk TKA yang lokasi

kerjanya lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu)

provinsi.

c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota, untuk TKA

yang lokasi kerjanya dalam 1 (satu) wilayah

ka bupaten/kota.

131 Permohonan sebagaimana dimaksud P,ada ayat

111 diajukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)

hari kerja sebelum jangka waktu berlakunya IMTA

berakhir.

Pasal 36

111 Permohonan perpanjangan IMTA sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dilakukan den­

gan mengisi formulir perpanjangan IMTA dengan

melampirkan:

a. copy IMTA yang masih berlaku;

b. bukti pembayaran dana kompensasi penggu­

naan TKA melalui bank pemerintah yang di­

tunjuk oleh Menteri atau retribusi melalui bank

yang ditunjuk oleh Gubernur atau Bupati/Wa­

likota;

c. copy polis asuransi;

d. laporan realisasi pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan tenaga kerja Indonesia pendamping;

e. copy keputusan RPTKA yang masih berlaku;

f. foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dual

lembar; dan

g. rekomendasi dari instansi terkait untuk sektor.

tertentu.

121 Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud

pada ayat ( 1) tidak terpenuhi maka permohonan

perpanjangan ditolak.

(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud

pada ayat 111 telah lengkap, maka Direktur atau

Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupat­

en/Kota menerbitkan IMTA paling lama 4 (empat)

hari kerja.

(4) Bentuk formulir permohonan perpanjangan IMTA

sebagaimana tercantum dalam Formulir 7 Lampi­

ran Peraturan Menteri ini.

Pasal 37

111 IMTA dapat diperpanjang sesuai jangka waktu

berlakunya RPTKA dengan ketentuan setiap kali

perpanjangan paling lama 1 lsatu) tahun.

121 Jangka waktu perpanjangan IMT A sebagaimana

dimaksud pada ayat ( 11 dikecualikan untuk ja­

batan Komisaris dan Direksi.

131 Jangka waktu perpanjangan IMTA untuk jabatan

Komisaris dan Direksi paling l_ama 2 (dua) tahun.

(4) IMTA perpanjangan sebagaimana dimaksud ayat

( 1 ) digunakan sebagai dasar untuk memperpan­

j ang KITAS.

Bagian Kelima

IMTA untuk Pekerjaan Sementara

Pasal 38

111 Pember! kerja yang akan mempekerjakan TKA

untuk pekerjaan yang bersifat sementara wajib

mengajukan permohonan IMTA secara tertulis

kepada Direktur, dengan melampi;kan:

a. copy keputusan pengesahan RPTKA;

b. copy polis asuransi;

c. copy paspor TKA yang bersangkutan;

d. pas photo TKA ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3

(tiga) lembar; dan

e. bukti, pembayaran dana kompensasi penggu­

naan TKA melalui bank pemerintah yang di­

tunjuk oleh Menteri.

(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimak­

sud pad a ayat ( 1) telah lengkap, Direktur harus

menerbitkan IMTA dalam waktu paling lama 4

(empat) hari kerja.

Pasal 39

IMTA untuk pekerjaan yang bersifat sementa­

ra diberikan untuk jangka waktu paling lama 6 (enam)

bulan.

Bagian Keenam

IMT A untuk Pekerjaan Darurat

Pasal 40

( 1) Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA

untuk pekerjaan yang bersifat darurat wajib men­

gajukan permohonan IMTA secara tertulis kepada

Page 22: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

IN) www.businessnews.co.id

Direktur, dengan melampirkan:

a. surat pernyataan dari pemberi kerja TKA ten­

tang kondisi darurat;

b. copy paspor TKA yang bersangkutan;

c. pas photo TKA ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3

ltiga) lembar;

d. bukti pembayaran dana kompensasi penggu­

naan TKA melalui bank pemerintah yang di­

tunjuk oleh Menteri.

12) Dalam hal permohonan sebagaimana dimak­

sud pada ayat 11) telah lengkap, Direktur harus

menerbitkan IMT A dalam Waktu paling lama 1

lsatu) hari kerja.

Pasal 41

IMTA untuk pekerjaan yang bersifat darurat

diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 lsatu) bu­

Ian.

Bagian Ketujuh

IMTA untuk Kawasan Ekonomi Khusus

Pasal 42

11) Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA

di Kawasan Ekonomi Khusus wajib mengajukan

permohonan IMTA secara tertulis kepada pejabat

yang ditunjuk di Kawasan Ekonomi Khusus.

(2) Tata cara memperoleh IMTA di Kawasan Eko­

nomi Khusus mengikuti ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal 32.

Bagian Kedelapan

IMT A untuk Pemandu Nyanyi/Karaoke

Pasal 43

Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA

sebagai pemandu nyanyi/karaoke wajib mengajukan

permohonan IMTA kepada Direktur, dengan melam­pirkan:

a. copy izin tempat usaha yang memiliki fasilitas ka­raoke;

b. RPTKA yang telah disahkan oleh Direktur;

c. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan

TKA melalui bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri;

d. copy polis asuransi; dan

e. perjanjian kerja TKA dengan pemberi kerja.

Pasal 44

-ll'l!Jf!11

IMTA untuk pemandu nyanyi/karaoke diberi­

kan paling lama 6 lena.m) bulan dan tidak dapat diper­

panjang.

Pasal 45

Pemberi kerja yang mempekerjakan TKA seb­

agai pemandu nyanyi/karaoke, harus mempekerjakan

pemandu nyanyi/karaoke tenaga kerja Indonesia yang

jumlahnya 5 llima) kali jumlah pemandu nyanyi/kara­

oke TKA.

Bagian Kesembilan

IMTA Untuk Pemegang Kartu lzih

Tinggal Tetap (KITAP)

Pasal 46

( 1) Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA

pemegang ijin tinggal tetap wajib mengajukan

permohonan kepada Direktur dengan melampir­

kan:

a. copy RPTKA yang masih berlaku ;

b. copy ijin tinggal tetap yang masih berlaku ;

c. daftar riwayat hidup TKA yang akan dipeker­

jakan ;

d. copy ijasah atau pengalaman kerja ;

e. bukti pembayaran dana kompensasi peng­

gunaan TKA melalui Bank yang ditunjuk oleh

Menteri;

f. copy polis asuransi ; dan

g. pas photo berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak

3 ltiga) lembar.

(2) Dalam hal dokumen permohonan sebagaimana

dimaksud pad a ayat 11 I telah lengkap dan me­

menuhi persyaratan, Direktur menerbitkan IMTA.

BAB VII

PERUBAHAN NAMA PEMBERI KERJA

Pasal 47

11 I Dal am hal pemberi kerja TKA berg anti nama, Di­

rektur menerbitkan rekomendasi kepada Direktur

Jenderal lmigrasi untuk mengubah KIT AS/KIT AP.

121 Pemberi kerja TKA sebagaimana dimaksud pada

ayat 11 I, menyampaikan perm oho nan secara ter­

tulis kepada Direktur dengan melampirkan:

a. copy RPTKA perubahan;

b. copy KIT AS/KIT AP yang masih berlaku;

c. copy IMTA yang masih berlaku;

d. copy bukti perubahan nama perusahaan yang

tel ah disahkan oleh instansi yang berwenang.

Page 23: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

. 52

IN) www.businessnews.co.id

BAB VIII

PERUBAHAN LOKASI KERJA

Pasal 48

Dalam hal masa berlakunya IMTA perpanjangan be­

lum berakhir dan terjadi perubahan lokasi kerja, pem­

beri kerja wajib mengajukan perubahan IMTA dan

membayar dana kompensasi/retribusi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX

PELAPORAN

Pasal 49

( 1) Pemberi kerja TKA wajib melaporkan penggunaan

TKA dan laporan realisasi pelaksanaan pendidikan

dan pelatihan tenaga kerja Indonesia pendamp­

ing di perusahaan secara periodik 6 (enam) bulan

sekali kepada Direktur atau Kepala Dinas Provinsi

atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan tem­

busan kepada Dirjen.

(2) Direktur atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala

Dinas Kabupaten/Kota melaporkan penerbitan

IMTA s.ecara periodik setiap 3 (tiga) bulan kepada

Menteri dengan tembusan kepada Dirjen_

BAB X

PENGAWASAN

Pasal 50

Pengawasan terhadap pemberi kerja TKA di­

lakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan ses­

uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XI

PENCABUTAN !ZIN

Pasal 51

Dalam hal pemberi kerja mempekerjakan TKA

tidak sesuai dengan IMT A, Direktur atau Kepala Dinas

Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota berwenang

mencabut IMTA sesuai dengan kewenangannya.

BAB XII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 52

Pemberi kerja TKA dapa~ memerintahkan TKA

untuk melakukan alih teknologi dan keahlian di lemba­

ga pendidikan dan pelatihan sesuai dengan perjanjian

yang tel ah disepakati.

-

PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH

Pasal 53

Pemberi kerja yang mempekerjakan TKA yang

menggunakan fasilitas kemudahan khusus keimigra­

sian wajib memiliki RPTKA dan IMTA.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 54

Pada saat Peraturan Menteri mulai berlaku,

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No­

mor PER.02/MEN/111/2008 tentang Tata Cara Mempe­

kerjakan Tenaga Kerja Asing, dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

Pasal 55

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tang- ·

gal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerin­

tahkan pengimdangan Peraturan Menteri ini dengan

penempatannya dalam Serita Negara Republik Indo­

nesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 27 Desember 2013

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Drs. H.A. MUHAIMIN ISKANDAR, M.Si.

Diundangkan cji Jakarta

pada tanggal 30 Desember 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2013 NOMOR 1565

Catatan Redaksi :

- Karena alasan teknis, Lampiran tidak dimuat.

( BN)

Bu;,ifiess N1?ws 8532121~3-2014

Page 24: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

IN) www.businessnews.co.id ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;jj11lRl3•l1Uli!l!'fllV'D1il!/l.t;tr.1:·U3tfll1#3i!l2fil·liilli!Jll3fil·)llJ:•lil#!l:tl*llldil!l!i1ll:1¢1if·illUll

PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSIE-COMMERCE

(Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2013, tanggal 27 Desember 2013)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

A. Um um Perkembangan teknologi informasi dan ko­

munikasi telah menyebabkan transformasi model

dan strategi bisnis yang perlu ditegaskan aspek perpajakannya. Pada prinsipnya, transaksi perda­

gangan barang dan/atau jasa melalui sistem elek­tronik, yang selanjutnya disebut e-commerce sama dengan transaksi perdagangan barang dan/

atau jasa lainnya, tetapi berbeda dalam hal cara

atau alat yang digunakan. Oleh karena itu, tidak

ada perbedaan perlakuan perpajakan antara tran­saksi e-commerce dan transaksi perdagangan ba­

rang dan/atau jasa lainnya.

B. Maksud dan Tujuan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini dis­

usun dalam rangka mewujudkan keseragaman dalam memahami aspek perpajakan atas trans­

aksi e-commerce yang bertujuan untuk mengop­'timalkan potensi penerimaan pajak dari transaksi

e-commerce sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

C. Ruang Lingkup

Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

ini diberikan penegasan mengenai aspek Ketentu­

an Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak Peng­

hasilan, dan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas transaksi e­

commerce.

D. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 ten­

tang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpa­

jakan sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2009 dan peraturan pelaksanaannya.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 ten-

tang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang­

Undang Nomor 36 Tahun 2008 dan peraturan

pelaksanaannya. 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 ten­

tang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan

Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

sebagaimana telah beberapa kali diubah tera­

khir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun

2009 dan peraturan pelaksanaannya.

E. Definisi 1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan adalah Undapg-Undang No­

mor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang­

Undang Nomor 16 Tahun 2009. 2. Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 ten­

tang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang­

Undang Nomor 36 Tahun 2008. 3. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai

adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983

tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan

Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah tera­

khir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun

2009.

4. e-commerce adalah perdagangan barang dan/ atau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha

dan konsumen melah.ii sistem elektronik.

F. Ketentuan· Umum dan Tata Cara Perpajakan atas

Transaksi e-commerce Ketentuan dalam Undang­

Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpa­

jakan dan peraturan pelaksanaannya juga berlaku

bagi Wajib Pajak yang melakukan transaksi e­commerce. Ketentuan tersebut antara lain:

Business News 8532121-3-2014 53

Page 25: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

54

IN) www.businessnews.co.id

1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,

meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,

dan pemungut pajak, yang mempunyai hak

dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ke­

tentuan peraturan perundang-undangan per­

pajakan.

2. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi per­

syaratan subjektif dan objektif sesuai dengan

ketentuan per~turan perundang-undangan

perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada

kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat

kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberi­

kan Nomor Pokok Wajib Pajak.

3. Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang

dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang

Pajak Pertambahan Nilai, wajib melaporkan

usahanya pada kantor Direktorat Jenderal

Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat

tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha,

dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk

dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

4. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor

Pokok Wajib Pajak dan/atau mengukuhkan

Pengusaha Kena Pajak secara jabatan apabila

Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak

melaksanakan kewajibannya sebagaimana di­

maksud pada angka 2 dan/atau angka 3.

5. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan ke­

giatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib

Pajak badan di Indonesia wajib menyelengga­

rakan pembukuan. Khusus bagi Wajib Pajak

orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha

atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan diperbolehkan menghitung peng­

hasilan neto dengan menggunakan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pa­

jak orang pribadi yang tidak melakukan keg­

iatan usaha atau pekerjaan bebas, tidak wajib

menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib

melakukan pencatatan.

6. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pem­

beritah4an dengan benar, lengkap, dan jelas,

dalam bahasa Indonesia dengan menggunak­

an· hurut Latin, angka Arab, satuan mata uang

Rupiah, dan menandatangani serta menyam­

paikan Surat Pemberitahuan ke kantor Direk-

PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH

torat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak ter­

daftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang

ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

7. Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan Su­

rat Pemberitahuan sepanjang belum dilaku- ·

kan verifikasi dalam rangka penerbitan surat

ketetapan pajak, pemeriksaan, atau pemerik­

saan bukti permulaan.

8. Direktur Jenderal Pajak berwenang melaku­

kan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pa­

jak dan untuk tujuan lain dalam rangka melak­

sanakan ketentuan peraturan perundang-un­

dangan perpajakan.

9. Wajib Pajak dapat mengajuJ<an keberatan ke­

pada Direktur Jenderal Pajak atas suatu surat

ketetapan pajak atau pemotongan atau pe­

mungutan pajak paling lama 3 (tiga) bulan se­

jak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau

tanggal pemotongan atau pemungutan pajak.

10. Wajib Paj";k dengan kriteria tertentu atau den­

gan persyaratan tertentu yang mengajukan

permohonan pengembalian kelebihan pem­

bayaran pajak kepada Direktur Jenderal Pajak,

cliterbitkan Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3

(tiga) bulan sejak permohonan diterima secara

Jengkap untuk Pajak Penghasilan dan paling

lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diteri­

ma secara lengkap untuk Pajak Pertambahan

Nilai. 11. Setiap orang yang dengan sengaja tidak ,

mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Po­

kok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usa­

hanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak sehingga dapat menimbulkan

kerugian pada pendapatan negara dipidana

penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan

paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling

sedikit 2 (dual kali dan paling banyak 4 (em­

pat) kali jumlah pajakterutang yang tidak atau

kurang dibayar.

G. Ketentuan Pajak atas Penghasilan yang Diterima

atau Diperoleh dari Transaksi E-commerce Keten­

tuim dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan

dan peraturan pelaksanaannya juga berlaku bagi

Wajib Pajak yang melakukan transaksi e-com-

Page 26: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

IN) www.businessnews.co.id

merce. Ketentuan tersebut antara lain: 1. Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diteri­ma atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang be­

rasal dari Indonesia maupun dari luar Indone­

sia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau

untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam ben­

tuk apa pun, antara lain tapi tidak terbatas

pad a: a. penghasilan dari pekerjaan dalam hubun­

gan kerja dan pekerjaan bebas; b. penghasilan dari usaha dan kegiatan; c. penghasilan dari modal, yang berupa harta

gerak ataupun harta tak gerak, seperti bun­

ga, divide!), royalti, sewa, dan keuntungan

penjualan harta atau hak yang tidak diper­

gunakan untuk usaha; dan

d. penghasilan lain-lain. 2. •Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib

Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto di­

kurangi biaya untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan serta untuk Wa­jib Pajak orang pribadi dikurangi dengan Peng­hasilan Tidak Kena Pajak, sedangkan biaya

yang tidak boleh dikurangkan adalah biaya­

biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

3. Atas objek pajak sebagaimana di m.aksud dalam angka 1, pelunasan Pajak Penghasilan

dapat dilakukan melalui penyetoran sendiri,

yaitu sesuai dengan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2). Pasal 15,

Pasal 25, dan/atau Pasal 29 Undang-Undang Pajak Penghasilan, atau melalui mekanisme

pemotongan/pemungutan, yaitu sesuai den­gan ketentuan Pasal 4 ayat (2). Pasal 1 5,

Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan/atau Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

4. Dalam hal penghasilan dikenai Pajak Peng'

hasilan yang bersifat final berdasarkan keten­

tuan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan, atas penghasilan tersebut dikenai

Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan per­

aturan perundang-undangan di bidang perpa­

jakan tersebut.

'F; \ ,,·.,.-

'Uia"•i111.r.t.1:naa2·•••1;1.1~1µvJa;'H''"''

H. Ketentuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah atas Transaksi

E-commerce Ketentuan dalam Undang-Undang

Pajak Pertambahan Nilai dan peraturan pelak­

sanaannya juga berlaku bagi Wajib Pajak yang '

melakukan transaksi e-commerce. Ketentuan

terse but antara lain: 1. Pengusaha yang me_lakukan penyerahan se­

bagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1 )

huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan/atau

huruf h Undang-Undang Pajak Pertambahan

Nilai, kecuali pengusaha kecil yang batasan­

nya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan seb­

agai Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha yang sejak semula ber­

maksud melakukan penyerahan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1) huruf a, hur­

uf c, hurut f, huruf g, dan/atau huruf h Un­

dang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dapat melaporkan usahanya untuk dikukuhkan seb­

agai Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha yang sudah dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib memun­

gut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pert­

ambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang

terutang.

Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai

oleh Pengusaha Kena Pajak harus dilakukan

paling lama ak,hir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai

disampaikan. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Per­

tambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa

Pajak. 2. Objek Pajak Pertambahan Nilai atau objek

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

a. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:

1) penyerahan Barang Kena Pajak dan/

atau penyerahan Jasa Kena Pajak di

dalam Daerah Pabean yang dilakukan

oleh pengusaha yang telah dikukuhkan

menjadi Pengusaha Kena Pajak mau­pun pengusaha yang seharusnya diku-

cc JJ

Page 27: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

56

(IM) www.businessnews.co.id

kuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi belum dikukuhkan;

21 imper Barang Kena Pajak;

31 pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa

Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean; dan 41 eksper Barang Kena Pajak Berwujud,

eksper Barang Kena Pajak Tidak Berwu­

jud, dan/atau eksper Jasa Kena Pajak eleh Pengusaha Kena Pajak.

b. Di samping pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai sebagaimana dimaksud pada huruf a,

dikenai juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap:

11 penyerahan Barang Kena Pajak yang

tergeleng mewah yang dilakukan eleh

Pengusaha yang menghasilkan barang

tersebut di dalam Daerah Pabean dalam

kegiatan usaha atau pekerjaannya; dan 21 imper Barang Kena Pajak yang ter­

geleng mewah.

3. Jenis barang dan/atau jenis jasa yang tidak

dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah seb­agaimana diatur dalam Pasal 4A Undang-Un­

dang Pajak Pertambahan Nilai.

4. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Imper, Nilai Ekspor,

atau Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar un­

tuk menghitung pajak yang terutang.

a. Harga Jual adalah nilai berupa uang, terma­

suk semua biaya yang dirn.inta atau seha­

rusnya diminta eleh penjual karena peny­

erahan Barang Kena Pajak, tida.k termasuk

Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut me~urut Undang-Undang Pajak Pertamba­

han Nilai dan petengan harga yang dican­

tumkan dalam Faktur Pajak. b. Penggantian adalah nilai berupa uang, ter­

masuk semua biaya yang diminta atau se­

harusnya diminta eleh pengusaha karena

penyerahan Jasa Kena Pajak, eksper Jasa

Kena Pajak, atau eksper Barang Kena Pa­jak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk

Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut

menurut Undang-Undang Pajak Pertam­

bahan Nilai dan petengan harga yang di­

cantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai

PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH

berupa uang yang dibayar atau seharusnya

dibayar eleh Penerima Jasa karena peman- ,

faatan Jasa Kena Pajak dan/atau eleh pe­

nerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Dae­

rah Pabean di dalam Daerah Pabean.

c. Nilai Imper adalah nilai berupa uang yang

menjadi dasar penghitungan bea masuk

ditambah pungutan berdasarkan ketentu­an dalam peraturan perundang-undangan

yang mengatur mengenai kepabeanan dan

cukai untuk imper Barang Kena Pajak, ti­

dak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang

dipungut menurut Undang-Undang Pajak

Pertambahan Nilai.

d. Nilai Eksper adalah nilai berupa uang, ter­

masuk semua biaya yang diminta atau se­harusnya diminta eleh ekspertir.

e. Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang

ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pa­jak. Ketentuan mengenai Nilai Lain diatur

dengan atau berdasarkan Peraturan Men­teri Keuangan.

5. Sa at dan tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai.

a. Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai ter­

jadi pada saat:

1) penyerahan Barang Kena Pajak dan/

atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

21 imper Barang Kena Pajak; 31 pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;

41 eksper Barang Kena Pajak Berwujud, eksper Barang Kena Pajak Tidak Berwu­

jud, dan/atau eksper Jasa Kena Pajak;

a tau 51 pembayaran, dalam hal pembayaran

diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan

Jasa Kena Pajak atau dalam hal pem­

bayaran dilakukan sebelum dimulainya , pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar

Daerah Pabean. b. Tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang:

Page 28: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

lfll www.businessnews.co.id

1) Pengusaha Kena Pajak yang melaku­

kan penyerahan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat ( 1) huruf a, huruf

c, huruf f, huruf g, dan/atau huruf h

Undang-Undang Pajak Pertambahan Ni-·

lai terutang pajak di tempat tinggal atau

tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat

lain selain tempat tinggal atau tempat

kedudukan dan/atau tempat kegiatan

usaha dilakukan yang diatur dengan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak. 2) Dalam hal impor, terutangnya pajak ter­

jadi di tempat Barang Kena Pajak dima­

sukkan dan dipungut melalui Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai.

3) Orang pribadi atau badan yang meman­

faatkan Barang Kena Pajak tidak ber­

wujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1) huruf d dan huruf e Undang-Undang Pajak Pertambahan Ni­

lai terutang pajak di tempat tinggal atau

tempat kedudukan dan/atau tempat ke­giatan usaha.

6. Kewajiban pembuatan Faktur Pajak bagi Pen­

gusaha Kena Pajak yang melakukan:

a. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaima­

na dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1 ) huruf

a atau huruf f dan/atau Pasal 16D Undang­Undang Pajak Pertambahan Nilai;

b. penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1) huruf c

Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; c. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

I 1) huruf g Undang-Undang Pajak Pertam­bahan Nilai; dan/atau

d. ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana di­

maksud dalam Pasal 4 ayat ( 1) huruf h

Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai,

dan ketentuan mengenai Faktur Pajak menga­

cu pada ketentuan sebagaimana diatur dalam

Pasal 13 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan peraturan pelaksanaannya.

I. Lain-Lain

PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH

1. Contoh penerapan ketentuan-ketentuan se­

bagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ' Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

Undang-Undang Pajak Penghasilan, dan Un­

dang-Undang Pajak Pertambahan Nilai terkait

dengan transaksi e-commerce adalah seb­

agaimana dimaksud dalam Lampiran Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak yang merupak­

an bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran

Direktur Jenderal Pajak ini. 2. Dengan diterbitkannya Surat Edaran Direktur

Jenderal Pajak ini maka diminta agar seluruh

unit terkait di lingkungan Direktorat Jenderal

Pajak untuk melakukan sosialisasi, penggalian

potensi penerimaan, dan pengawasan terkait

dengan pelaksanaan Surat Edaran Direktur

Jenderal Pajak ini.

Demikian disampaikan untuk diketahui dan di­laksanakan dengan sebaik-baiknya.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 27 Desember 2013

DIREKTRU JENDERAL PAJAK,

ttd.

Tembusan:

A. FUAD RAHMANY

NIP 195411111981121001

1 . Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak

2. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak

3. Para Tenaga. Pengkaji di lingkungan Direktorat J.enderal Pajak

4. Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumentasi ·Perpajakan

5. Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan

6. Kepala Kantor Pengolahan Data Eksternal

7. Kepala Kantor Layanan lnformasi dan Pengaduan Direktorat Jenderal Pajak

Catatan Redaksi :

- Karena alasan teknis, Lampiran tidak dimuat.

( BN)

57

Page 29: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

58

II www.businessnews.co.id PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERlNTAH

PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA DALAM NEGERI DI BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN

SUM BER DAY A MANUS IA PERTANIAN (Peraturan Menteri Pertanian R.I Nomor 120/Permentan/OT .140/1/2013,

tanggal 26 November 2013)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan pe­

nyuluhan dan pengembangan Sumber Daya Ma­nusia dibutuhkan sumberdaya eksternal dengan

melakukan kerjasama dengan lembaga lain agar

tercapai peningkatan kapasitas peran dan fungsi

Sumber Daya Manusia maupun kelembagaan per­tanian;

b. bahwa dalam rangka menyamakan persepsi, me­

ningkatkan pemahaman, koordinasi dan sinkro­

nisasi dalam pengelolaan kerjasama dalam neg­eri serta meningkatkan efektivitas, efisiensi dan

kualitas perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan perlu menetapkan Pe­

doman Pengelolaan Kerjasama Dalam Negeri di

Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Pertanian;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik In­

donesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lem­

baran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Re­

publik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tamba­

han Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4355); 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang

Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Ke­

hutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4660);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lemba-

ran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 No­

mor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5433); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 ten­

tang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran N!lgara Republik Indonesia Tahun

2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4609);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2012

tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kement­erian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indo­

nesia Tahun 2012 Nomor 94, Tambahan Lemba­

ran Negara Republik Indonesia Nomor 5307); 7. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2001 ten­

tang Pendirian Sekolah Tinggi Penyuluhan Perta­nian Bogar dan Sekolah Tinggi Penyuluhan Perta­

nian Malang; 8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2.002 ten­

tang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapa­tan dan Belanja Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah tera­

khir dengan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun

2010; 9. Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun 2002 ten­

tang Pendirian Sekolah Tinggi Penyuluhan Perta­

nian Medan, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Magelang, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Gowa, dan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Manokwari; 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/

PMK.06/2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan

Pemindahtanganan Barang Milik Negara;

11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 27 /Permen­

tan/ OT.140/5/2008 tentang Pedoman Tugas Be-

Page 30: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

'" www.businessnews.co.id iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiil'liµl!:l::li1flil!ll/jllJl!lltl'iJ.f!!l.li·1 ~11lMili4:1!l;!~.)i!ii!il!;!r;l·lll~1iliW'illt·li1 :11i!;UlllOj1't·llllll lajar Bagi Pegawai Negeri Sipil Lingkup Pertanian;

12. Keputusan Presiden Norn or 84/P Tahun 2009 ten­

tang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

13. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 ten­tang Pembentukan dan Organisasi Kementerian

Negara sebagaimana telah diubah terakhir den­

gan Peraturan Presiden Norn or 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011Nomor141); 14. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten­

tang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian

Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan

Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indo­

nesia Tahun 2011 Norn or 142); 1 5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61 /Permen­

tan/ OT.140/2/2010 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Pertanian; 16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permen­

tan/ OT.140/9/2011 tentang Pedoman Pendidi­

kan dan Pelatihan Pertanian Aparatur dan Non Aparatur;

17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 4/Permentan/ OT.140/10/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Dalam Negeri dan Luar Negeri;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDO­MAN PENGELOLAAN KERJASAMA DALAM NEGERI

DI BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN.

Pasal 1

Pedoman Pengelolaan Kerjasama Dalam Neg­

eri di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sum­

ber Daya Manusia Pertanian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak ter­

pisahkan dari l?eraturan ini.

Pasal 2

Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal

1 sebagai dasar hukum dan acuan dalam pengelolaan kerjasama dalam negeri lingkup Sadan Penyuluhan

dan Pengembangah Sumber Daya Manusia Pertanian.

Pasal 3

Peiaturan ini mulai berlaku pada tanggal diun­

dangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerin­

tahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan

penempatannya dalam Serita Negara Republik Indo­

nesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 26 November 2013

MENTERI PERT ANIAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SUSWONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 29 November 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

SERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2013 NOMOR 1406

LAMPI RAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dal~m rangka menghadapi lingkungan yang semakin dinamis dan kompleks, Sadan Penyulu­han dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pertanian (BPPSDMPI menetapkan suatu program yang difokuskan pada pengembangan SDM dan

kelembagaan petani. Program tersebut bertujuan untuk mewujudkan SDM pertanian yang kreatif,

inovatif, dan berwawasan global melalui pening­

katan kemandirian petani, profesionalisme aparat

pertanian, serta pengembangan kelembagaan

pertanian yang modern, dan peningkatan kualitas

kemitraan petani yang saling menguntungkan. Segala kegiatan pemberdayaan yang telah

diselenggarakan oleh BPPSDMP dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas · dan kompetensi

SDM pertanian serta terciptanya pelayanan prima dari kelembagaan pertanian. Kegiatan-kegiatan

,•

59

Page 31: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

60

D www.bus;nessnews.co.;d

tersebut diwujudkan melalui. penyuluhan, pela­

tihan, pendidikan, standardisasi dan sertifikasi

profesi pertanian, baik yang diselenggarakan

oleh pusat maupun Unit Pelaksana Teknis IUPT)

lingkup BPPSDMP dengan memanfaatkan segala

sumber daya yang dimiliki yang mencakup SOM,

prasarana dan sarana, serta teknologi dan infor­

masi. Berbagai kegiatan terkait penyuluhan dan

pengembangan SOM yang telah diselenggara­

kan oleh pusat dan UPT lingkup BPPSDMP belum

sepenuhnya memanfaatkan segala sumber daya

internal secara maksimal dan optimal. Selain itu,

dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ter­

tentu juga dibutuhkan sumberdaya eksternal.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

pemanfaatan sekaligus memenuhi kekurangan

sumber daya adalah dengan melakukan kerjasa­

ma dengan lembaga lain, baik secara teknis mau­

pun non teknis, dalam lingkup regional, nasional

maupun internasional. Melalui kerjasama tersebut

diharapkan akan tercapai peningkatan kapasitas

peran dan fungsi SOM maupun kelembagaan per­

tanian.

Kerjasama dengan berbagai lembaga telah

dilakukan BPPSDMP baik berdasarkan inisiatif

BPPSDMP maupun mitra kerjasama. Kerjasa­

ma dilakukan dengan mengacu pada perjanjian

yang telah disepakati antara unit kerja/UPT ling­

kup BPPSDMP dengan mitra kerjasama. Dengan

• mempertimbangkan kegiatan kerjasama yang

semakin beragam, maka diperlukan payung hu­

kum dan pedoman yang dapat menjadi acuan

pelaksanaan kerjasama. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka perlu disusun Pedoman Pengelo­

laan Kerjasama Dalam Negeri di Bidang Penyulu­

han dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pertanian yang dapat menj.adi dasar hukum seka­

ligus acuan dalam pelaksanaan kerjasama bidang

penyuluhan, pelatihan, pendidikan, standardisasi

dan sertifikasi profesi pertanian.

B. Maksud dan Tujuan Pedoman ini dimaksudkan sebagai dasar hu­

kum dan acuan untuk mengelola kegiatan kerjasa­

ma dalam negeri di bidang penyuluhan, pelatihan,

pendidikan, standardisasi dan sertifikasi profesi

pertanian dengan lembaga/instansi/ badan/organ-

PENGUMUMANIPERATURAN PEMERINTAH

isasi bidang pertanian.

Pedoman ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan

kerjasama bagi pembuat kebijakan, peren­

cana, unit kerja/UPT dan pengelola kegiatan;

2. Meningkatkan efektivitas, efisiensi dan kuali­

tas kerjasama dalam negeri;

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan ke­

tenagaan unit kerja/UPT lingkup BPPSDMP.

C. Ruang Lingkup Pedoman

Ruang. lingkup Pedoman Kerjasama Dalam

Negeri di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan

SOM Pertanian meliputi jenis dan bentuk kerjasa­

ma, pengelolaan kerjasama dan pembinaan, pen­

. gendalian dan pelaporan.

D. Kebijakan

BPPSDMP mempunyai tugas melaksanakan

pengembangan sumber daya manusia ISDM) per­

tanian, dan menjalan fungsi: .1) penyusunan ke­

bijakan teknis, rencana, dan program di bidang

pengembangan penyuluhan, pelatihan, pendidi­

kan, standarisasi dan sertifikasi SOM pertanian;

2) pelaksanaan penyusunan, pelatihan, pendidi­

kan, standarisasi dan sertifikasi SOM pertani~n; 3)

pemantauan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan,

penyuluhan, pelatihan, pendidikan, standarisasi

dan sertifikasi SOM Pertanian; dan 4) pelaksa­

naan administrasi BPPSDMP. Penyelenggaraan 1

kerjasama dalam negeri secara terus menerus

diupayakan dan dikembangkan dengan tetap

memperhatikan tugas fungsi dan mengutamakan

kebijakan program dan kegiatan BPPSDMP, serta

meningkatkan efektifikas pemanfaatannya sesuai

peraturan dan ketentuan yang berlaku. Peman­

faatan kerjasama dalam negeri merupakan sarana

bertukar informasi dan pembelajaran untuk mec

ningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber

daya manusia dalam pencapaian target program

dan kegiatan BPPSDMP. Selain itu, penyeleng­

garaan kerjasama dalam negeri juga dapat mem­

bantu menyempurnakan sistem perencanaan,

anggaran, pengadaan, pemantauan, evaluasi dan

pelaporan di bidang penyuluhan dan pengemban­

gan sumber day a manusia pertanian.

E. Sasaran

Page 32: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

D www.businessnews.co.id ;;;;iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiil'llij[ij:ll!ltii!!ll]jt'Jl!Jl!Z!&t/.ll·Uillhiliijjii!;!!:j·li!lillll;!!ll·U31iliijj£.1~!ji2!;Ulli#iill1•3Gl11

Terwujudnya persamaan persepsi dalam pen­

gelolaan kerjasama dalam negeri oleh unit kerja

dan UPT lingkup BPPSDMP.

F. Pengertian Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Badari Penyuluhan dan Pengembangan Sum­

ber Daya Manusia Pertanian yang selanjutnya

disebut BPPSDMP adalah unit kerja eselon I

lingkup Kementerian Pertanian. 2. Unit kerja adalah unit kerja eselon II pusat

lingkup BPPSDMP. 3. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah satuan

kerja lingkup BPPSDMP yang melaksanakan

tugas teknis pada wilayah tertentu dan pem­

bentukannya ditetapkan oleh Ment<;>ri Perta­

nian.

4. Kerjasama dalam negeri adalah kerjasama an­

tara BPPSDMP baik pusat maupun UPT den­gan mitra kerjasama yang dilakukan secara

terpadu yang diarahkan untu!< pengembangan

sumber day a manusia pertanian. 5. Mitra Kerjasama adalah instansi atau lembaga

pemerintah, swasta, dan perorangan yang ter­kait dalam pelaksanaan kerjasama di bidang

penyuluhan dan pengembangan sumberdaya manusia pertanian.

6. Bentuk kerjasama adalah kerjasama peny­

elenggaraan, pendayagunaan ketenagaan,

pemanfaatan prasarana dan sarana, serta teknologi dan informasi.

7. Perjanjian Kerjasama adalah naskah perjan­

jian yang dibuat bersama antara BPPSDMP

dan mitra kerjasama yang berisikan maksud, tujuan, ruang lingkup, dasar pelaksanaan,

hak dan kewajiban, jangka waktu pelaksa­naan, tempat/lokasi kegiatan, pembiayaan, pengawasan dan pengendalian, dan keadaan

memaksa, perselisihan dan lain-lain sebagai

suatu dokumen pengikat resmi dalam peny­

elenggaraan kerjasama. 8. Prasarana adalah fasilitas penunjang utama

baik berupa lahan dan bangunan fisik maupun

fasilitas penunjang lainnya yang merupakan

barang tidak bergerak dan digunakan untuk

memperlancar pelaksanaan tugas dan tungsi. 9. Sarana adalah peralatan dan/atau media yang

merupakan benda bergerak dan digunakan

untuk memfasilitasi pelaksanaan tugas dan

tungsi.

BAB II

CAKUPAN DAN BENTUK KERJASAMA

A. Cakupan Kerjasama Kerjasama ditujukan untuk mengembangkan

sistem dan metode penyelenggaraan, kelem­

bagaan, kapasitas ketenagaan di bidang penyulu­

han, pelatihan, pendidikan, standardisasi dan

sertifikasi profesi pertanian.

B. Bentuk Kerjasama 1. Penyelenggaraan

Kerjasama penyelenggaraan berupa

kerjasama pengelolaan kegiatan mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, moni­

toring dan evaluasi, yang bertujuan untuk me­

ningkatkan kapasitas dan kualitas penyeleng­

garaan kegiatan dengan memanfaatan SOM

serta prasarana dan sarana unit kerja/UPT.

2. Pendayagunaan ketenagaan

Kerjasama pendayagunaan ketena­

gaan berupa kerjasama penyediaan ketena­gaan di bidang penyuluhan, pelatihan, pen­

didikan, standardisasi dan sertifikasi profesi

pertanian oleh unit kerja/UPT atau mitra kerja

sama yang berupa layanan dan/atau fasilitasi

dan/atau konsultasi teknis dan/atau manaje­men.

3. Pemanfaatan teknologi dan informasi

Bentuk kerjasama pemanfaatan

teknologi dan informasi berupa kegiatan yang

memanfaatkan teknologi dan informasi dari unit kerja/UPT atau mitra kerjasama yang di­

tujukan untuk meningkatkan kompetensi SOM dan kelembagaan penyuluhan, pelatihan, pen­didikan, stahdardisasi dan sertifikasi profesi

pertanian.

4. Pemanfaatan prasarana dan sarana

Bentuk kerjasama pemanfaatan prasa­rana dan sarana berupa layanan penyediaan

prasarana dan sarana oleh unit kerja/UPT

yang ditujukan untuk optimalisasi prasarana

dan sarana yang dimiliki unit kerja/UPT.

BAB Ill

PENGELOLAAN KERJASAMA

61

Page 33: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

62

1 (IM) www.businessnews.co.id

Prinsip pengelolaan kerjasama: (1) kejelasan

tujuan dan hasil yang diperoleh dari kerjasama;

(2) saling mempercayai, membutuhkan, menghor­

mati, dan menguntungkan; (3) dilaksanakan oleh

tim/petugas yang ditetapkan; (4) dapat diper­

tanggungjawabkan; (5) sesuai tugas dan fungsi,

efektif dan efisien; dan (6) bersifat kelembagaan.

Pengelolaan kerjasama dapat dilihat pada

Bagan Alur Pengelolaan Kerjasama Dalam Negeri

di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM

Pertanian, sebagaimana terlampir.

A. Perencanaan

1 . Penjajakan

Penjajakan dilakukan untuk menilai

kelayakan rencana kerjasama. Kegiatan di­

awali dengan identifikasi potensi· dan peluang

kerjasama yang dimiliki unit kerja/UPT melalui

in.ventarisasi aset yang dimiliki, baik SDM,

prasarana dan sarana serta teknologi dan in­

formasi. Penjajakan dilakukan terhadap calon

mitra kerjasama yang didasarkan pada tugas

dan fungsi BPPSDMP untuk memastikan ter­

penuhinya persyaratan calon mitra kerjasama

sebagai berikut:

a. kejelasan status hukum;

b. kualifikasi yang baik;

c. dukungan manajemen;

d. ketersediaan sumberdaya yang memadai;

e. kesediaan dan komitmen untuk menja­

lin kerjasama yang baik dan menanggung

risiko bersama;

f. kesediaan bertukar dan berbagi informasi;

g. kesediaan mematuhi a tu ran dan kebijakan

yang berlaku.

Penjajakan dilakukan oleh bidang

yang menangani kerjasama pada unit kerja/

UPT ataupun petugas lain yang ditetapkan

oleh pimpinan kelembagaan unit kerja/UPT

yang hasilnya dilaporkan secara tertulis ke­

pada pimpinan kelembagaan unit kerja/UPT

untuk dipelajari dan dinilai kelayakannya.

Rencana kerjasama yang dinilai layak

untuk dilaksanakan, selanjutnya dibahas antar

pejabat terkait/berwenang dan ditindaklanjuti

oleh pihak-pihak pelaksana teknis.

2. Pengusulan Usulan kerjasama dapat berasal dari

unit kerja/UPT BPPSDMP maupun dari calon

PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH

mitra kerjasama.

a. Pengusulan kerjasama dari unit kerja/UPT

BPPSDMP dilakukan dengan:

1) menginventarisasi program unggulan/ 1

utama peningkatan kompetensi SDM

pertanian dan kapasitas kelembagaan

petani maupun kelembagaan BPPSD­

MP;

2) menyusun dan menyebarluaskan infor­

masi terkait dengan profil kelembagaan

unit kerja/UPT yang memuat pengala­

man dan keberhasilan, pengetahuan,

teknologi, sumberdaya manusia, prasa­

rana dan sarana yang dibutuhkan mitra 1

kerjasama;

3) menyusun proposal yang mencakup

latar belakang, tujuan, output, outcome, benefit, sasaran, metode, tahapan keg­

iatan, organisasi pelaksana, waktu dan

tempat pelaksanaan serta rincian ang­

garan biaya;

4) merumuskan persyaratan perjanjian ker­

jasama;

5) memverifikasi proposal kerjasama be­

serta kelengkapan lainnya oleh pimpi­

nan unitkerja/UPT;

6) menyampaikan usulan kerjasama kepa­

da calon mitra kerja.

b. Pengusulan kerjasama dari calon mitra ker­

jasama, maka unit kerja/UPT melakukan:

1) menyampaikan usulan kerjasa,ma dari

calon mitra kerjasama kepada pimpinan

unit kerja/UPT;

2) pimpinan unit kerja/UPT memutuskan

apakah usulan kerjasama dapat diteri­

ma, perlu perbaikan ataupun ditolak

dengan berbagai pertimbangan;

3) menyampaikan dan mengkoordinasi­

kan keputusan kesediaan untuk melak­

sanakan kerjasama iq,pada calon mitra

kerjasama.

3. Penetapan Perjanjian Kerjasama

Unit kerja/UPT bersama-sama dengan

calon mitra kerjasama melakukan:

a. merumuskan sasaran kerjasama dan peran

masing-masing dengan jelas;

b. pembahasan substansi isi Pe~janjian Ker­

jasama antara unit kerja/UPT dengan calon

Page 34: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap
Page 35: NO. 8532/TAHUN-LVlll JUM'AT, 21MARET2014 Fakta …wplibrary.co.id/sites/default/files/BN 8532_21032014.pdf · 12 Rp 13.025,95 Untuk Franc Swiss ICHFJ 1- ... internasional terhadap

64

IN) www.businessnews.co.id

rana pada unit kerja/UPT dari hasil kerjasama

tersebut dicatat sebagai barang inventaris

unit kerja/UPT, dilengkapi dengan berita acara

serah terima barang;

5. Pembiayaan kegiatan kerjasama diadministra­

sikan dan dikelola dengan baik sesuai dengan

Perjanjian Kerjasama.

Unit kerja/UPT dalam melaksanakan kegiatan

kerjasama harus memperhatikan dan mempertim­

bangkan jangka waktu pelaksanaan kerjasama,

sebagai berikut:

1. Jangka waktu pelaksanaan kegiatan kerjasa­

ma dimulai dan berakhir sesuai dengan kes­

epahaman Perjanjian Kerjasama;

2. Perpanjangan kerjasama dapat dilakukan den­

gan menyusun kembali kesepahaman Perjan­

jian Kerjasama yang baru sebelum kesepa­

haman Perjanjian Kerjasama berakhir jangka

waktunya.

BAB IV

PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PELAPORAN

Agar pelaksanaan kerjasama mencapai sasa­

ran sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kerjasa­

ma, diperlukan pembinaan dan pengendalian secara

berkala oleh Kepala BPPSDMP melalui eselon II Pusat

lingkup BPPSDMP.

A. Pembinaan

1. Pembinaan teknis mencakup pembinaan as­

pek administrasi dan proses pengelolaan ker­

jasama untuk meningkatkan kinerja, kualitas,

efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kerjasa-

ma;

2. Pembinaan dilakukan secara periodik dari per­

encanaan sampai dengan berakhirnya pelak­

sanaan kerjasama sesuai dengan Perjanjian

Kerjasama;

3. Hasil pembinaan digunakan sebagai bahan un­

tuk penyempurnaan peningkatan kualitas pen­

gelolaan kerjasama yang akan datang.

B. Pengendalian 1. Pengendalian kerjasama dilakukan terhadap

aspek administrasi dan. proses pengelolaan

kerjasama;

2. Pengendalian pengelolaan kerjasama dapat

dibantu pelaksanaannya oleh satuan pelaksa­

na pengendalian internal pada masing-masing

• PENGUMUMAN/PERATURAN PEMERINTAH

satuan pelaksana pada tingkat Pusat maupun

UPT pengelola kerjasama;

3. Pelaksanaan pengendalian pengelolaan ker­

jasama dilakukan berdasarkan Perjanjian Ker­

jasama.

C. Pelaporan

Pelaporan dimaksudkan untuk melihat efekti­

vitas pemanfaatan sumberdaya/input yang digu­

nakan, proses dan pencapaian tujuan dan sasa­

ran, keluaran, hasil, manfaat, serta dampak dari

pelaksanaan kegiatan kerjasama dalam rangka

mewujudkan akuntabilitas kinerja instansi lingkup

BPPSDMP, Kementerian Pertanian.

Pelaporan terkait kerjasama terdiri atas Lapo­

ran Pelaksanaan Kerjasama yang disusun oleh tim

pelaksana kerjasama dan Laporan Rekapitulasi

Triwulan Pelaksanaan Kerjasama yang disusun

oleh UPT. Kedua laporan tersebut diteruskan ke

eselon II Pusat, sesuai Form 3 dan 4.

BAB V

PENUTUP

Pedoman Pengelolaan Kerjasama Dalam Neg­

eri di Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Pertanian disusun dengan mengacu

pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan

yang berlaku yang terkait dengan pengelolaan ker­

jasama.

Pedoman ini diterbitkan sebagai dasar hukum

dan acuan bagi setiap pengelola kegiatan kerjasama

dalam negeri lingkup BPPSDMP Kementerian Perta­

nian untuk dapat mengelola kerjasa.ma dalam negeri

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

ketentuan yang berlaku sehingga diperoleh hasil ker­

jasama yang optimal.

Hal lain yang belum diatur dalam Pedoman ini

akan diatur lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaan

dan petunjuk teknis oleh masing-masing Eselon II Pu­

sat dan/atau UPT lingkup BPPSDMP.

MENTERI PERTANIAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SUSWONO

I BN l