no : 339c /un14.1.31.1.4/tu.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st...

23
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN Kampus Bukit Jimbaran Telp/Faks: 0361-703321, Email: [email protected] SURAT KETERANGAN No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 Yang bertanda tangan dibawah ini, Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana, menerangkan bahwa memang benar laporan penelitian dengan judul: ANALISA TEMPERATUR PEMOTONGAN BAJA ST42 TERHADAP KEHALUSAN PERMUKAAN, dengan penulis: Nama : I GUSTI KOMANG DWIJANA , ST., MT. Telah tersimpan di Ruang Baca Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana . Demikian surat tugas ini dibuat, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Bukit Jimbaran, 18 Nopember 2015 Ketua Jurusan Prof. I Nym. Suprapta Winaya, PhD. NIP 19691231 199412 1 001 Tembusan : 1. Yang Bersangkuatan 2. Arsip

Upload: buicong

Post on 19-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

Kampus Bukit Jimbaran Telp/Faks: 0361-703321, Email: [email protected]

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015

Yang bertanda tangan dibawah ini, Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Udayana, menerangkan bahwa memang benar laporan penelitian dengan judul: ANALISA

TEMPERATUR PEMOTONGAN BAJA ST42 TERHADAP KEHALUSAN PERMUKAAN,

dengan penulis:

Nama : I GUSTI KOMANG DWIJANA , ST., MT.

Telah tersimpan di Ruang Baca Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana .

Demikian surat tugas ini dibuat, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bukit Jimbaran, 18 Nopember 2015

Ketua Jurusan

Prof. I Nym. Suprapta Winaya, PhD. NIP 19691231 199412 1 001

Tembusan :

1. Yang Bersangkuatan 2. Arsip

Page 2: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

LAPORAN

PENELITIAN

ANALISA TEMPERATUR PEMOTONGAN BAJA ST 42

TERHADAP KEHALUSAN PERMUKAAN

Oleh:

I Gusti Komang Dwijana, ST., MT (0028097004)

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Page 3: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

RINGKASAN

Proses pembentukan bentuk benda kerja pada proses pembubutan

konvensional dapat dilakukan dengan mengencangkan dan mengendurkan baut

pengikat eretan atas dan dengan penggeseran kepala lepas. Keterampilan operator

sangat diperlukan dalam hal ini. Akan tetapi selain faktor manusia juga terdapat

faktor mesin salah satunya adalah parameter-parameter proses permesinan. Secara

umum tolak ukur kualitas permesinan yang baik dalam proses bubut adalah tingkat

kehalusan permukaan yang tinggi, maka perlu diketahui besar parameter

pembubutan yang diberikan pada proses bubut. Untuk itu dilakukan percobaan

dengan memvariasikan besar kedalaman potong dan gerak makan.

Percobaan ini dilakukan dengan membuat beberapa variasi kedalaman potong

dan gerak makan pada proses pembuatan poros bertingkat dengan mesin bubut

tipe Leadwell Turning Center 6 (LTC-6). Digunakan sembilan variasi dengan

mengkombinasikan tiga variasi kedalaman potong (a); 0,5 mm; 0,75 mm; dan 1,00

mm serta tiga variasi gerak makan (f); 0,05 mm/putaran; 0,1 mm/putaran; dan 0,15

mm/putaran. Setelah itu dilakukan pengukuran tingkat kehalusan permukaan rata-

rata (Ra) untuk mengetahui variasi yang menghasilkan Ra terendah.

Semakin tinggi gerak makan dan kedalaman potong yang diberikan pada

proses pembubutan akan menghasilkan Ra yang semakin tinggi. Ra yang paling

rendah terdapat pada poros dengan kedalaman potong 0,5 mm dan gerak makan

0,05 mm/putaran sedangkan nilai Ra yang paling tinggi terdapat pada poros dengan

kedalaman potong 0,75 mm dan gerak makan 0,15 mm/putaran.

Kata Kunci : Proses Bubut, Kehalusan Permukaan, Kedalaman

Potong, Gerak Makan

Page 4: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

DAFTAR ISI

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN 2

RINGKASAN 3

PRAKATA 4

DAFTAR ISI 5

DAFTAR TABEL 6

DAFTAR GAMBAR 7

DAFTAR LAMPIRAN 8

BAB 1. PENDAHULUAN 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 12

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT 27

BAB 4. METODE PENELITIAN 29

BAB 5. HASIL YANG DICAPAI 30

BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN 43

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN

Page 5: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bentuk hasil dari proses pembubutan dimana terdapat perbedaan dimensi pada

kedua ujung sisi pada benda yang memiliki bentuk silindris . Pada mesin bubut

konvensional terdapat beberapa metode untuk melakukan proses pembubutan yaitu

dengan mengencangkan dan mengendurkan baut pengikat eretan atas dan dengan

penggeseran kepala lepas. Pembubutan untuk menghasilkan produk bentuk yang

diinginkan dengan metode tersebut sangat membutuhkan keahlian dari operator

mesin bubut dan untuk melakukan proses yang berulang-ulang atau untuk

menghasilkan produksi masal dengan bentuk produk yang sama membutuhkan waktu

lama dan akan sangat sulit karena berbagai macam faktor khusunya faktor dari

operator itu sendiri.

Maka untuk mengatasi kesulitan dalam pembuatan bentuk lurus dan bentuk-

bentuk lainnya dalam proses pembubutan maupun permesinan lainnya para peneliti

mengembangkan proses permesinan.

Dengan seiring perkembangan proses permesinan, para konsumen selalu

menuntut kualitas tinggi dari produk yang dihasilkan produsen. Salah satu tolak ukur

kualitas dari suatu proses pembubutan adalah tingkat kehalusan permukaan. Tingkat

kehalusan suatu permukaan memang peranan yang sangat penting dalam

perencanaan suatu komponen mesin khususnya yang menyangkut masalah gesekan

pelumasan, keausan, tahanan terhadap kelelahan dan sebagainya.

Dalam prakteknya memang tidak mungkin untuk mendapatkan suatu

komponen dengan kehalusan permukaan yang sempurna. Hal ini dikarenakan

beberapa faktor, misalnya faktor manusia (operator) dan faktor-faktor dari mesin-

mesin yang digunakan untuk membuatnya.

Dari faktor-faktor mesin tersebut salah satu hal yang mempengaruhi kualitas

permukaan adalah penentuan besaran dari parameter-parameter yang diatur pada

mesin. Secara umum tiga parameter utama pada proses bubut adalah kecepatan putar

spindel, gerak makan dan kedalaman potong. Faktor yang lain seperti bahan benda

kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki pengaruh yang cukup besar, tetapi

tiga parameter di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada

Mesin Bubut.

Page 6: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Maka dari itu untuk mendapatkan tingkat kehalusan yang tinggi pada permukaan

benda kerja hasil proses pembubutan penulis melakukan sebuah penelitian dengan

judul “ANALISA TEMPERATUR PEMOTONGAN BAJA ST 42 TERHADAP

KEHALUSAN PERMUKAAN

Pengaruh Variasi Gerak Makan dan Kedalaman Potong Terhadap Kekasaran

Permukaan Poros Bertingkat Pada Proses Bubut Dengan Mesin Leadwell Turning

Center”. Pada penelitian ini penulis memvariasikan besaran dari parameter-parameter

proses pembubutan dalam hal ini diambil dua jenis parameter untuk divariasikan

dalam percobaan, yaitu gerak makan (feeding) dan kedalaman potong (depth of cut).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Bubut (Turning)

Proses bubut merupakan salah satu dari berbagai macam proses permesinan

dimana proses permesinan sendiri adalah proses pemotongan logam yang bertujuan

untuk mengubah bentuk suatu benda kerja dengan pahat potong yang dipasang pada

mesin perkakas. Jadi proses bubut dapat didefinisikan sebagai proses permesinan

yang biasa dilakukan pada mesin bubut dimana pahat bermata potong tunggal pada

mesin bubut bergerak memakan benda kerja yang berputar, dalam hal ini pahat

bermata potong tunggal adalah gerak potong dan gerak translasi pahat adalah gerak

makan.

Secara umum terdapat beberapa gerakan utama pada mesin bubut. Yang

pertama yaitu gerakan pemakanan dengan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja

pada jarak tertentu sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja atau biasa

disebut dengan proses bubut rata. Lalu terdapat pemakanan yang identik dengan

proses bubut rata, tetapi arah gerakan pemakanan tegak lurus terhadap sumbu benda

kerja atau gerak pemakanannya menuju ke sumbu benda kerja, gerak pemakanan ini

biasa disebut proses bubut permukaan (surface turning). Dan yang terakhir adalah

proses bubut tirus (taper turning), proses bubut ini sebenarnya identik dengan proses

bubut rata di atas, hanya jalannya pahat membentuk sudut tertentu terhadap sumbu

benda kerja.

Page 7: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Gambar 2 . 1 Proses Bubut Rata, Bubut Permukaan dan Bubut Tirus

Dari proses-proses gerakan pembubutan diatas, secara umum mesin bubut

dapat melakukan beberapa proses permesinan, yaitu bubut dalam (internal turning),

proses pembuatan lubang dengan mata bor (drilling), proses memperbesar lubang

(boring), pembuatan ulir (thread cutting), dan pembuatan alur (grooving/partingoff).

Proses tersebut dilakukan di Mesin Bubut dengan bantuan/tambahan peralatan lain

agar proses pemesinan bisa dilakukan (Gambar 2.2) .

Gambar 2 . 2 Proses Permesinan yang dapat dilakukan pada Mesin Bubut (a) Pembubutan

Pinggul (Chamfering), (b) Pembubutan Alur (Parting-off), (c) Pembubutan Ulir (Threading) ,

(d) Pembuatan Lubang (Boring), (e) Pembuatan Lubang (Drilling), (f) Pembuatan Kartel

(Knurling).

2.1.1 Parameter Proses Pembubutan

Page 8: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Gambar 2 . 3 Parameter Proses Pembubutan

Dalam Teori dan Teknologi Proses Permesinan secara umum pada proses

bubut terdapat tiga parameter utama yaitu kecepatan potong (v), pemakanan (f), dan

kedalaman potong (a). Elemen dasar pada proses bubut dapat diketahui

menggunakan rumus yang dapat diturunkan berdasarkan gambar 2.3 di atas dimana

kondisi pemotongan ditentukan sebagai berikut :

Benda kerja ; do = diameter awal ; mm,

dm = diameter akhir ; mm,

lt = panjang permesinan ; mm,

Pahat ; Kr = sudut potong utama ; o,

γo = sudut geram ; o,

Mesin bubut ; a = kedalaman potong ; mm,

a =

; mm, .......................................(2.1)

f = gerak makan ; mm/r,

n = putaran poros utama (benda kerja) ; r/min.

Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut :

Kecepatan potong :

; m/min, .........................................................................(2.2)

dimana, d = diameter rata-rata ; mm, yaitu,

Page 9: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

; mm, ..............................................................(2.3)

Kecepatan makan :

vf = f.n ; mm/min, ............................................................................(2.4)

Waktu pemotongan :

tc =

; min, .....................................................................................(2.5)

Kecepatan penghasil geram :

Z = A . v ; cm3/menit, .......................................................................(2.6)

dimana, A = a . f ; mm2, ....................................................................(2.7)

Dari parameter yang disebutkan diatas, parameter utama yang secara umum

dapat diatur pada mesin bubut yaitu kecepatan putar spindel (speed), gerak makan

(feeding) dan kedalaman. Potong (depth of cut). Faktor yang lain seperti bahan benda

kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki pengaruh yang cukup besar, tetapi

tiga parameter di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada

Mesin Bubut.

Kecepatan putar, n (speed), selalu dihubungkan dengan sumbu utama (spindel)

dan benda kerja. Kecepatan putar dinotasikan sebagai putaran per menit (rotations

per minute, rpm). Akan tetapi yang diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan

potong (cutting speed atau v) atau kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/keliling

bend kerja (Gambar 2.4). Secara sederhana kecepatan potong dapat digambarkan

sebagai keliling benda kerja dikalikan dengan kecepatan putar atau seperti yang

ditunjukan pada persamaan 2.2 .

Gambar 2 . 4 Panjang Permukaan Benda Kerja yang Dilalui Pahat Setiap Putaran

(Sumber : Widarto, dkk., 2008)

Page 10: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja.

Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja faktor bahan benda

kerja dan bahan pahat sangat menentukan harga kecepatan potong. Pada dasarnya

pada waktu proses bubut kecepatan potong ditentukan berdasarkan bahan benda

kerja dan pahat.

Gerak makan, f (feed), adalah jarak yang ditempuh pahat pada setiap putaran

benda kerja, dengan gerakan ini maka akan mengalir geram yang dihasilkan (Gambar

2.5), sehingga satuan f adalah mm/putaran (Farizi Z., dkk., 2014). Gerak makan

ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja, material pahat, bentuk

pahat, dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan. Gerak makan biasanya

ditentukan dalam hubungannya dengan kedalaman potong (a).

Gambar 2 . 5 Gerak Makan (f) dan Kedalaman Potong (a)

(Sumber : Farizi Z., 2014)

Kedalaman potong (a) (depth of cut), adalah dalamnya pahat menusuk benda

kerja saat penyayatan atau tebalnya tatal bekas pembubutan (Gambar 2.5). Ketika

pahat memotong sedalam a, maka diameter benda kerja akan berkurang dua kali

kedalaman a, karena bagian permukaan benda kerja yang dipotong ada di dua sisi,

akibat dari benda kerja yang berputar .

Selain dari penurunan rumus parameter proses pembubutan juga dapat

ditentukan dari material benda kerja dan diameter benda kerja serta material pahat.

Berikut adalah tabel pengaruh material terhadap parameter proses pembubutan.

Page 11: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi besar gerak

makan dan kedalaman potong yang menghasilkan tingkat kehalusan paling tinggi

pada permukaan hasil proses pembubutan dengan mesin Leadwell Turning Center.

3.2 Manfaat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.Mendapatkan hasil proses pembubutan yang tingkat kehalusan permukaan tinggi

dari pengaruh parameter yang divariasikan.

2.Hasil penelitian ini diharapkan nantinya memberikan sumbangan pemikiran

terhadap penggunaan variasi parameter pemotongan untuk mendapatkan kehalusan

permukaan yang lebih baik.

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1. Alat dan Bahan

4.1.1 Alat

Selain perangkat mesin bubut dalam penelitian ini juga diperlukan peralatan

dan bahan pendukung. Alat dan bahan pendukung tersebut antara lain :

Jangka Sorong

Dalam simulasi dan pembuatan poros bertingkat ini jangka sorong

digunakan untuk mengukur dimensi produk setelah dilakukan proses

pembubutan.

Ultrasonic Cleaner

Pada penelitian ini ultrasonic cleaner digunakan untuk membersihkan

benda uji sebelum dilakukan pengukuran kekasaran permukaan.

Page 12: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Gambar 3. 4 Ultrasonic Cleaner

Hairdrier

Hairdrier digunaan untuk membantu proses pengeringan setelah benda

uji melewati proses pembersihan.

Gambar 3. 5 Hairdrier

Dudukan Benda Uji

Untuk mengukur kekasaran permukaan pada permukaan tirus poros

bertingkat diperlukan dudukan pada benda uji agar jarum pada alat ukur

dapat ngukur kekasaran dalam keadaan datar.

Gambar 3. 6 Dudukan Benda Uji

Alkohol

Page 13: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Alkohol digunakan sebagai cairan pembersih benda uji sebelum

dilakukan pengukuran kekasaran permukaan.

Gambar 3. 7 Alkohol 70%

4.1.2 Bahan Penelitian

Material yang akan digunakan sebagai benda uji sekaligus yang akan diukur

tingkat kekasarannya pada penelitian ini adalah baja St 42 dengan diameter 25,4mm.

Baja jenis ini yang sering digunakan dilapangan untuk membuat poros.

Gambar 3. 8 Bahan Pembuatan Poros

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari seluruh variasi kedalaman potong dan gerak makan sesuai variasi variabel

sebelumnya dilakukan proses pembubutan untuk menghasilkan poros bertingkat.

Dari sembilan variasi dibuat tiga buah benda uji jadi jumlah total seluruh poros

bertingkat adalah dua puluh tujuh buah poros bertingkat.

Page 14: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Gambar 4.4 Poros bertingkat hasil pembubutan dengan mesin bubut

Selanjutnya dilakukan pengukuran kehalusan permukaan dimana dari dua

puluh tujuh spesimen tersebut dilakukan tiga kali pengukuran kehalusan permukaan

pada tiga permukaan tirus yang dipilih secara acak. Berikut adalah data hasil

kehalusan rata-rata (Ra) pada permukaan tirus poros bertingkat.

Tabel 4.6 Data Harga Rata-rata Kekasaran Permukaan (Ra) Tirus Poros Bertingkat

Page 15: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

4.4 Pembahasan

Dari data Ra sembilan variasi diatas didapat rata-rata keseluruhan Ra pada

permukaan tirus poros bertingkat yang didapat dari pengukuran Ra pada tiga

Sisi A Sisi B Sisi CRata-

RataSisi A Sisi B Sisi C

Rata-

RataSisi A Sisi B Sisi C

Rata-

Rata

Variasi I 0,565 0,52 0,517 0,534 0,462 0,47 0,497 0,476 0,534 0,525 0,568 0,542 0,518

Variasi

II1,604 1,582 1,614 1,600 1,694 1,396 1,446 1,512 1,689 1,764 1,36 1,604 1,572

Variasi

III2,517 2,387 2,415 2,440 2,566 2,361 2,547 2,491 2,442 2,531 2,613 2,529 2,487

Variasi

IV0,545 0,624 0,594 0,588 0,597 0,535 0,528 0,553 0,563 0,584 0,58 0,576 0,572

Variasi

V1,991 1,808 1,761 1,853 1,751 1,78 1,747 1,759 2,319 2,378 2,307 2,335 1,982

Variasi

VI3,136 2,787 2,773 2,899 3,002 3,139 2,913 3,018 2,899 2,842 2,803 2,848 2,922

Variasi

VII0,655 0,694 0,642 0,664 0,746 0,752 0,727 0,742 0,603 0,615 0,631 0,616 0,674

Variasi

VIII2,774 2,886 2,803 2,821 2,664 2,711 2,65 2,675 2,781 2,842 2,768 2,797 2,764

Variasi

IX3,489 3,416 3,41 3,438 3,564 3,433 3,697 3,565 3,514 3,121 3,311 3,315 3,439

Variasi

Variabel

Data Percobaan

Harga Kekasaran Rata-rata (Ra) (µm)

Spesimen Uji I Spesimen Uji II Spesimen Uji IIIRata-

rata

Foto Spesimen ( Berturut-turut :

Spesimen Uji 1, Spesimen Uji II

dan Spesimen Uji III)

Page 16: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

spesimen ditiap variasi dan tiga kali pengukuran pada permukaan tirus yang berbeda

tiap spesimennya.

Pengamatan dibagi menjadi tiga bagian yaitu pengamatan nilai Ra berdasarkan

kedalaman potong, nilai Ra berdasarkan gerak makan, dan nilai Ra berdasarkan

kehalusan permukaan dan kedalaman potong.

4.4.1 Pengaruh Kedalaman Potong Terhadap Kekasaran Permukaan

Untuk nilai pengaruh kedalaman potong terhadap Ra dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.7 Data Harga Rata-rata Kekasaran

Permukaan Berdasarkan Kedalaman Potong

Dari data pada tabel diatas diplotkan menjadi grafik sebagai berikut.

Gambar 4.5 Grafik Ra terhadap Kedalaman Potong.

Pada grafik dan tabel diatas dikelompokkan nilai kehalusan rata-rata

permukaan tirus dari poros bertingkat berdasarkan gerak makannya. Untuk gerak

makan 0,05 mm/r , poros yang memiliki nilai Ra tertinggi terdapat pada poros

Gerak

Makan

(mm/r)

Kedalaman

Potong (mm )

Ra Rata-rata

(µm )

0,05 0,25 0,518

0,5 0,572

0,75 0,674

0,1 0,25 1,572

0,5 1,982

0,75 2,764

0,15 0,25 2,487

0,5 2,922

0,75 3,439

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

0.05 0.1 0.15

Ra

m)

Gerak Makan (mm/r)

0,25 mm 0,5 mm 0,75 mm

Page 17: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

dengan kedalaman potong 1,00 mm dan yang terendah terdapat pada poros dengan

kedalaman potong 0,25 mm. Untuk gerak makan 0,1 mm/r , poros yang memiliki

nilai Ra tertinggi terdapat pada poros dengan kedalaman potong 1,00 mm dan yang

terendah terdapat pada poros dengan kedalaman potong 0,25 mm. Dan untuk gerak

makan 0,15 mm/r poros yang memiliki nilai Ra tertinggi terdapat pada poros dengan

kedalaman potong 1,00 mm dan yang terendah terdapat pada poros dengan

kedalaman potong 0,25 mm.

Dari data tersebut terjadi peningkatan nilai kekasaran yang diikuti dengan

peningkatan penggunaan kedalaman potong baik pada grafik dengan gerak makan

0,05 mm/r, 0,1 mm/r. Jadi dalam pembubutan tirus poros bertingkat semakin tinggi

kedalaman potong yang diberikan akan membuat permukaannya semakin kasar.

Kedalaman potong yang besar akan membuat beban pahat semakin berat karena

dengan kedalaman potong yg besar luasan permukaan yang ditabrak oleh pahat akan

semakin besar dan akan memperkecil gaya tekan pahat. Dengan hal tersebut juga

beban yang berat akan membuat getaran antara cekam, material, dan pahat yang

mengakibatkan tingkat kekasaran yang tinggi.

4.4.2 Pengaruh Gerak Makan Terhadap Kehalusan Permukaan

Untuk nilai pengaruh gerak makan terhadap Ra dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8 Data Harga Rata-rata Kekasaran Permukaan

Berdasarkan Gerak Makan.

Dari data pada tabel diatas diplotkan menjadi grafik sebagai berikut.

Kedalaman

Potong (mm )

Gerak Makan

(mm/putaran )

Ra Rata-rata

(µm )

0,25 0,05 0,518

0,1 1,572

0,15 2,487

0,5 0,05 0,572

0,1 1,982

0,15 2,922

0,75 0,05 0,674

0,1 2,764

0,15 3,439

Page 18: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Gambar 4.6 Grafik Ra Berdasarkan Gerak Makan.

Pada grafik dan tabel diatas dikelompokkan nilai kehalusan rata-rata

permukaan tirus dari poros bertingkat berdasarkan gerak makan. Untuk kedalaman

potong 0,50 mm , poros yang memiliki nilai Ra tertinggi terdapat pada poros dengan

gerak makan 0,15 mm/r dan yang terendah terdapat pada poros dengan kedalaman

potong 0,50 mm/r. Untuk kedalaman potong 0,5 mm , poros yang memiliki nilai Ra

tertinggi terdapat pada poros dengan gerak makan 0,15 mm/r dan yang terendah

terdapat pada poros dengan kedalaman potong 0,05 mm/r. Untuk kedalaman potong

0,75 mm , poros yang memiliki nilai Ra tertinggi terdapat pada poros dengan gerak

makan 0,15 mm/r dan yang terendah terdapat pada poros dengan kedalaman potong

0,05 mm/r.

Dari data diatas pada setiap pengelompokan grafik, baik pada kedalaman

potong 0,25 mm ; 0,5 mm maupun 0,75 mm mengalami peningkatan dengan kata

lain semakin tinggi pemberian gerak makan pada proses pembubutan tirus

menghasilkan permukaan dengan nilai kehalusan rata-rata yang tinggi juga. Gerak

makan yang tinggi pada proses pembubutan akan membuat beban pahat menjadi

lebih berat karena dengan gerak makan yang semakin tinggi luasan yang ditekan

oleh pahat saat pemakanan akan semakin besar. Selain itu juga dengan beban yang

berat akan membuat getaran yang lebih besar pada cekam, material, dan pahat.

4.4.3 Pengaruh Hubungan Interaksi Gerak Makan dan Kedalaman Potong

Terhadap Kehalusan Permukaan

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

0.25 0.5 0.75

Ra (

µm

)

Kedalaman Potong (mm)

Gerak Makan 0,05 mm/r Gerak Makan 0,1 mm/r Gerak Makan 0,15 mm/r

Page 19: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Dari data hubungan gerak makan terhadap kekasaran permukaan dan hubungan

kedalaman potong terhadap kehalusan permukaan didapat dua buah grafik sebagai

berikut :

Gambar 4.7 Grafik hubungan gerak makan terhadap kekasaran permukaan dan hubungan kedalaman

potong terhadap kekasaran permukaan

Dari kedua grafik diatas, peningkatan kedalaman potong dan gerak makan

masing-masing akan meningkatkan nilai kekasaran permukaannya. Selain itu,

perubahan nilai Ra berdasarkan gerak makan lebih signifikan dibandingkan

perubahan nilai Ra berdasarkan kedalaman potong.

Untuk data keseluruhan dari rata-rata Ra seluruh variasi yang diurutkan

berdasarkan nilai Ra dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Data Harga Rata-rata Kekasaran Permukaan

Secara berurutan.

Page 20: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Dari data Ra terhadap interaksi gerak makan dan kedalaman potong, nilai Ra

yang paling rendah terdapat pada poros dengan kedalaman potong 0,25 mm dan

gerak makan 0,05 mm/putaran sedangkan nilai Ra yang paling tinggi terdapat pada

poros dengan kedalaman potong 0,75 mm dan gerak makan. Perubahan yang terjadi

pada interaksi gerak makan dan kedalaman potong yang diberikan pada poros

terhadap kekasaran permukannya terlihat pada grafik bahwa semakin tinggi gerak

makan dan kedalaman potong yang diberikan pada proses pembubutan poros akan

membuat permukaan semakin kasar.

Dari gerak makan dan kedalaman potong yang tinggi pada proses pembubutan

akan memberikan beban ganda baik pada spindel, material, dan pahat. Karena gerak

makan yang tinggi akan memberikan beban yang tinggi searah pemakanannya, selain

itu gerak makan juga mempengaruhi kecepatan makan dari proses bubut tersebut.

Jika putaran spindel yang diberikan tinggi kecepatan makan akan sangat dipengaruhi

dari gerak makan. Sedangkan pada kedalaman potong yang tinggi pahat akan

mengalami pembebanan ke arah titik pusat material.

Gambar 4.9 Skema Proses Bubut

Kedalaman

Potong (mm)

Gerak Makan

(mm/r)

Ra Rata-rata

(µm )

0,25 0,05 0,518

0,5 0,05 0,572

0,75 0,05 0,674

0,25 0,1 1,572

0,5 0,1 1,982

0,25 0,15 2,487

0,75 0,1 2,764

0,5 0,15 2,922

0,75 0,15 3,439

Page 21: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Selain itu juga seperti yang disebutkan sebelumnya, perubahan nilai Ra

berdasarkan gerak makan lebih signifikan dibandingkan perubahan nilai Ra

berdasarkan kedalaman potong. Pada penggunaan nilai feeding yang besar secara

teoritis akan berpengaruh terhadap besarnya penempan geram sebelum terpotong

sehingga akan membutuhkan gaya potong yang semakin besar . Selain dengan beban

potong yang tinggi, gerak makan juga berpengaruh langsung terhadap kecepatan

makan. Gerak makan yang tinggi akan menghasilkan kecepatan makan yang tinggi

seiring pengaruh putaran spindel. Dengan kecepatan makan yang tinggi pahat

bergerak jauh panjang proses pembubutan (lt) dengan cepat atau dengan waktu yang

lebih singkat.

Gambar 4.10 Gerak makan dan kedalaman potong

(

Mekanismenya seperti pada gambar diatas, kedalaman potong yang diberikan

pengaruhnya hanya ke pembebanan pahat, jika kekuatan pahat yang digunakan sudah

memenuhi persyaratan untuk pembubutan material tersebut dengan besar gerak

makan yang sesuai akan menghasilkan kekasaran permukaan yang rendah. Akan

tetapi jika pada gerak makan sangat mempengaruhi tingkat kekarasan permukaan,

dengan kedalaman potong yang tinggi jika digunakan gerak makan yang rendah akan

menghasilkan kekasaran permukaan yang kecil. Begitu sebaliknya dengan gerak

makan yang tinggi meskipun dengan kedalaman potong yang kecil akan

menghasilkan nilai kekasaran permukaan yang tinggi. Hal tersebut karena gerak

makan yang tinggi menyebabkan langkah makan gerak pahat pada setiap putaran

semakin tinggi.

Page 22: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil data dan pembahasan pengaruh variasi gerak makan dan

kedalaman potong terhadap kehalusan permukaan poros bertingkat pada proses

pembubutan dengan mesin bubut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Perubahan yang terjadi pada interaksi gerak makan dan kedalaman potong

yang diberikan pada poros terhadap kehalusan permukannya terlihat pada

data bahwa semakin tinggi gerak makan dan kedalaman potong yang

diberikan pada proses pembubutan poros akan membuat permukaan

semakin kasar.

Untuk data hasil pengaruh interaksi kedalaman potong dan gerak makan

terhadap Ra permukaan poros bertingkat pada proses bubut dengan mesin

didapat nilai Ra yang paling rendah terdapat pada poros dengan kedalaman

potong 0,5 mm dan gerak makan 0,05 mm/putaran sedangkan nilai Ra

yang paling tinggi terdapat pada poros dengan kedalaman potong 0,75 mm

dan gerak makan 0,15 mm/putaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ardinta, S. D., 2011. Pengaruh Gerak Makan dan Sudut Potong Utama Terhadap

Hasil Kesilindrisan Permukaan Benda Kerja ST 42 Pada Proses Bubut

Silindris, Surakarta: Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret.

Azhar, M. C., 2014. Analisa Kekasaran Permukaan Benda Kerja dengan Variasi

Jenis Material dan Pahat Potong. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Boenasir, Sumbodo, W. & Karsono, 2010. Pembuatan Benda Kerja Menggunakan

Mesin Bubut CNC Fanuc Seriies Oi Mate TC Berbasis Software AutoCAD.

Jurnal Kompetensi Teknik, 2(1), hal. 39-45.

Flowers, J., 2015. Procedures for Basic NC Turning Using a ProLight 3000

Computer Numerically Controlled Lathe. [Online]

Tersedia: http://jcflowers1.iweb.bsu.edu/rlo/cncturning.htm#Verify

[Diakses 9 Maret 2015].

Page 23: No : 339C /UN14.1.31.1.4/TU.00.00/2015 filelaporan penelitian analisa temperatur pemotongan baja st 42 terhadap kehalusan permukaan oleh: i gusti komang dwijana, st., mt (0028097004)

Hasrin, 2013. Pengaurh Tebal Pemakanan dan Kecepatan Potong pada Pembubutan

kering Menggunakan Pahat Karbida Terhadap Kekasaran Permukaan Material

ST-60. Jurnal Teknologi, 13(2).

JMitutoyo, 2014. Portable Surface Roughness Tester : SURFTEST SJ-210 Series.

Bulletin No. 2140 ed. Aurora IL: Mitutoyo America Corporation.

Rochim, T., 1993. Proses Permesinan. Bandung: Higher Education Development

Project.

S., B. A. & S., A. M., 2013. Pengaruh Kedalaman dan Cairan Pendingin Terhadap

Kekasaran Permukaan Pada Proses Bubut Konvensional. JTM, 01(02), hal. 10-

19.

Surdia, T. & Saito, S., 1995. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT. Pradnya

Paramita.

niversity Of South Florida, 2008. VirtualMDLab - Facilities. [Online]

Tersedia: http://virtualmdlab.eng.usf.edu/facilitieshardware.html [Diakses 18

Agustus 2015].

Widarto, Wijanarka, B. S., Sutopo & Paryanto, 2008. Teknik Permesinan. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Z., A. F., Sutikno, E. & Sulistyo, E., n.d. Pengaruh Variasi Sudut Potong Mayor dan

Feeding Terhadap Kekasaran Permukaan Hasil Proses Bubut Tirus Aluminium

6061. Jurnal Mahasiswa Mesin FT Universitas Brawijaya, 2( 92.29.VII.367).