nim: 101070023073 q.(j.j -...
TRANSCRIPT
1J1ijf51 /P HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
KENAKALAN REMAJA
); ' . '" i '""" ;-;.;_;
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Imam Fahrni Umami
NIM: 101070023073
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana fi~~~P.J?9i ~ .. -. _, •iari . ........-~'WW@*1'w:u-iqv,'R-~
fgl. ; It:::cz;:~:~~"'''"'HH\HH~ No. lnduk : Q.(J.J - t 1..::::-2t'TG'o" klasifikasi • ................................... __
. ·············································· FAKULTAS PSIKOLOGI •
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009. M
HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh:
Imam Fahrni Umami
NIM: 101070023073
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing II
S. Evangeline I. Suaidy, M.Si.. Psi NIP: 5150411217
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA Jl.fif!iRPUSTAKAAN UTAMA ··1 UIN SYAHID JAKARTA
Skripsi yang berjudul Hubungan Keharmonisan Keluarga dengan
Kenakalan remaja telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada: Senin, 7
Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 7 Desember 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D
NIP. 130 885 522 NIP. 195661223 198303 2001
Anggota:
Penguji I
~---Ors. Rachmat Mulyono, M.Si., Psi
NIP. 150 293 240
Pembimbing I
Dr . Fadhilah Sura a a M.Si
NIP. 195661223 198303 2001
Penguji II
NIP. 195661223 198303 2001
S. Evangeline I. Suaidy, M.Si., Psi
NIP. 5150411217
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan
Karya sederhanaku ini untuk kedua orang tuaku tercinta
Yang tidak pernah lelah untuk mendorong dan
mendoakan penulis dalam menyelesaikan kuliah ini,
keringat dan cucuran air matanya takkan kusia-siakan lagi.
Untuk keponakan dan kakak-kakakku
yang sangat kusayangi,
Terima kasih alas semua pengorbanannya.
Dan untuk Furi lndriyani yang sangat kucintai
(A) Fakultas Psikologi (B) November 2009 (C) Imam Fahrni Umami
ABSTRAK
(D) Hubungan Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja (E) xiv + 95 halaman (F) Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan karena belum
diperolehnya status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi dalam status anak-anak. Secara umum usia remaja berkisar antara 12 sampai 22 tahun yang ditandai dengan terjadinya berbagai perubahan baik dalam bentuk fisik emosi maupun psikologisnya. Masa transisi tersebut kemungkinan dapat menjadi masa krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku yang menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi tersebut, apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai perilaku menyimpang dan tingkah laku negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat atau yang biasanya disebut dengan istilah kenakalan remaja atau juvenile delinquency.
Kenakalan remaja adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut melanggar aturan atau norma (baik norma agama, norma hukum maupun norma-norma lainnya yang berlaku di masyarakat) yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Keharmonisan keluarga adalah situasi dan kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai oleh kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan negatif yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i SMP DUA MEI Ciputat berjumlah 234 orang. Sampel yang digunakan berjumlah 39 orang yang diambil dari kelas VII, VIII dan IX. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik pengambilan data
menggunakan skala model Likert, skala yang digunakan adalah skala kenakalan remaja dan skala keharmonisan kelurga.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel penelitian berdasarkan analisa koefisien korelasi.
Setelah kedua skala diuji validitasnya dengan korelasi Product Moment dari Pearson dan diuji reliabilitasnya dengan Alpha Cronbach, untuk skala kenakalan remaja diperoleh 31 item valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0, 9110, sedangkan untuk skala keharmonisan keluarga diperoleh 26 item valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,8908, semua item yang valid dalam kedua skala ini digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 15 for Windows dengan teknik uji korelasi Product Moment dari Pearson. Dari hasil penelitian diperoleh rhitung sebesar -0.159 lebih kecil dari r1abe1 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0.316. Dengan demikian, maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja diterima. Arah hubungan yang dihasilkan menunjukkan arah yang negatif, yang bermakna ada kecenderungan semakin tinggi keharmonisan keluarga maka semakin berkurang kenakalan remaja meskipun hubungan tersebut tidak signifikan.
Bagi peneliti selanjutnya penulis berharap dapat menggali masalah ini lebih dalam dan sebaiknya responden yang diambil lebih bervariasi atau bila memungkinkan dapat digunakan kombinasi dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan jumlah responden yang lebih besar, sehingga dapat diperoleh sebuah gambaran menyeluruh mengenai keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja. Selain itu, adanya variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap kenakalan remaja seperti kontrol diri, prestasi di sekolah, status sosial ekonomi, kondisi lingkungan, konformitas, identitas, kepribadian dan lainlainnya adalah beberapa faktor yang dapat dijadikan variabel bebas.
(G) Daftar Pustaka: 29 (1977 - 2008)
KAT A PENGANT AR
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kekuatan
lahir dan batin kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah untuk Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan yang sempurna untuk seluruh umat manusia di muka
bumi ini hingga akhir zaman, serta kepada keluarga dan para sahabatnya
yang senantiasa mendampinginya dalam menyebaran ajaran kebenaran.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dedikasi dari
berbagai pihak yang telah membantu kelancarannya sehingga penulis dapat
menyelesaikannya. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis akan
memberikan rasa terima kasih kepada semua pihak tersebut, diantaranya:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja
Umar, Ph.D beserta jajaran pimpinan lainnya.
2. lbu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Dosen Pembimbing I dan lbu S.
Evangeline I. Suaidy, M.Si, Dosen Pembimbing II, yang di tengah
kesibukannya telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan,
bimbingan dan saran dalam penulisan skrispsi ini.
3. lbu solicha, M.Si, Dosen Penasehat Akademik penulis serta seluruh
dosen Fakultas Psikologi yang teiah banyak memberikan ilmu dan
arahannya.
4. Orang tua tercinta, Hasan Djayadi dan Didoh Hidayatulmilah yang telah
memberikan kasih sayang dan doa yang tiada henti-hentinya dipanjatkan
kepada Allah SWT guna keberhasilan dan kebahagiaan anak-anaknya.
Terima kasih yang tak terhingga ananda ucapkan dari hati yang paling
dalam. Ya Allah, Berikanlah kemuliaan untuk kedua orang tuaku ini, Amin.
5. Untuk kakak-kakak tercinta; Neneng Fatimatu Zahra, Nunung Nurlaela,
Asep Muhamad Iqbal dan Rina Khaerunnisa yang telah memberikan
bantuan baik moral maupun materiil serta fasilitas yang penulis butuhkan
dalam penulisan skripsi ini, kebaikan dan kemurahan hatinya akan selalu
penulis ingat.
6. Semua keponakanku tersayang: Ulfa, Fikri, Syahla, Salwa, Nabiel dan
Najwa serta calon adiknya yang masih dalam kandungan, senyum kalian
selalu membuat penulis rindu dan bahagia.
7. Teruntuk Furi lndriyani, orang yang sangat istimewa yang selalu
mendampingi penulis baik suka maupun duka, terutama dalam penulisan
skripsi ini. Terima kasih alas kepedulian, kasih sayang, bantuan moral dan
materiil, saran serta kesetiaannya mendampingi dan menunggu penulis
selama ini.
8. Untuk sahabatku Abdul kholiq, teman-teman Fakultas Psikologi angkatan
2001, Aan, Sibul, Rahmat, Akbar yang udah mau berbagi tinta printernya,
saudaraku Dadang, Azis, Fikri, Mang Arif, Badrus, lntan dan Ros yang
udah minjemin kartu perpustakaannya. Serta teman-teman yang tidak
dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan support serta kritik
yang mernbangun.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya. Amin
Jakarta, November 2009
Penulis
DAFTAR ISi
Lembar Persetujuan ..................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ................................................................................... iii
Persembahan ............................................................................................... iv
Abstrak ........................................................................................................ v
Kata Pengantar ........................................................................................... vii
Daftar lsi ...................................................................................................... ix
Daftar Tabel ................................................................................................. xiii
Daftar Skema .............................................................................................. xiv
BABIPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2. ldentifikasi Masalah ...................................................................... 8
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8
1.3.1. Pembatasan masalah ........................................................ 8
1.3.2. Perumusan masalah ......................................................... 9
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9
1.4.1. Tujuan penelitian ............................................................... 9
1.4.2. Manfaat penelitian ............................................................. 1 O
1. Manfaat teoritis ............................................................. 1 O
2. Manfaat praktis ............................................................. 1 o
1.5. Sistematika Penulisan .................................................................. 1 O
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kenakalan Remaja ...................................................................... 12
2.1.1. Definisi Remaja ..... .... .. .. .. .......................................... 12
2.1.2. Ciri - ciri masa remaja ....................................................... 16
2.13. Tugas-tugas perkembangan remaja ................................... 19
2.1.4. Definisi kenakalan remaja ................................................. 20
2.1.5. Bentuk dan aspek kenakalan remaja ................................ 21
2.1.6. Latar belakang kenakalan remaja ..................................... 24
2.1.7. Karakteristik kenakalan remaja ......................................... 25
2.1.8. faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja ........ 28
2.1.9. Upaya-upaya mengatasi kenakalan remaja ...................... 33
2.2. Keharmonisan Keluarga ............................................................... 36
2.2.1. Pengertian keluarga .......................................................... 36
2.2.2. Ciri-ciri keluarga ................................................................ 40
2.2.3. Peran dan fungsi keluarga ................................................ 40
2.2.4. Pengertian keharmonisan keluarga ................................... 41
2.2.5. Aspek-aspek keharmonisan keluarga ............................... 43
2.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keharmonisan keluarga ..................................................... 46
2.3. Kerangka Berpikir ......................................................................... 48
2.4. Hipotesis ...................................................................................... 52
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jen is Penelitian ............................................................................ 53
3.1.1. Pendekatan dan metodologi penelitian ............................. 53
3.2. Definisi variabel dan operasional variabel .................................... 53
3.3. Pengambilan sampel .................................................................... 54
3.3.1. Populasi dan sampel ......................................................... 54
3.3.2. Teknik pengambilan sampel .............................................. 55
3.4. Teknik pengumpulan data ............................................................ 55
3.4.1. Metode dan instrumen pengumpulan data ........................ 55
3.4.2. Teknik uji instumen penelitian ........................................... 60
1. Uji validitas ...................................................................... 60
2. Uji reliabilitas ................................................................... 64
3.5. Teknik analisa data ...................................................................... 65
3.6. Prosedur penelitian ...................................................................... 66
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gamba ran Um um Subjek Peneliti ................................................ 68
4.1.1 Gamba ran subjek berdasarkan jenis kelamin .................... 68
4.1.2. Gambaran subjek berdasarkan penyebaran skor .............. 68
1. Kategorisasi skor kenakalan remaja ............................... 68
2. Kategori skor keharmonisan keluarga ............................. 71
4 2 P .. H. t . . . enguj1an 1po es1s ...................................................................... 73
4.3. Hasil Tambahan ........................................................................... 74
4.3.1. Keharmonisan keluarga __ ...... _ .... _ ..... _ ................................ 7 4
4.3.2. kenakalan remaja .............................................................. 78
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ····································································-··-··-··-··--· 81
5.2. Diskusi .......................................................................................... 81
5.3. Saran ............................................................................................ 86
DAFT AR PUST AKA ................................................................................... 88
LAMPI RAN ................................................................................................. 91
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Bobot Nilai ----------------------------------------------------------------------------- 56
Table 3.2 Blue Print Kenakalan Remaja ------------------------------------------------ 57
Table 3.3 Blue Print Keharmonisan Keluarga ---------------------------------------- 58
Table 3.4 Blue Print Hasil Try Out Skala Kenakalan Remaja ---------------- 61
Tabel 3.5 Blue Print Hasil Try Out Skala Keharmonisan Keluarga -------- 63
Tabel 3.6 Tingkat reliabilitas ------------------------------------------------------------------ 64
Tabel 4.1 Jenis kelamin ------------------------------------------------------------------------- 68
Tabel 4.2 Kategorisasi Skor Kenakalan Remaja ----------------------------------- 69
Tabel 4.3 Tingkat kenakalan remaja berdasarkan jenis kelamin ------------ 70
Tabel 4.4 Tingkat keharmonisan keluarga berdasarkan jenis kelamin ___ 71
Tabel 4.5 Perbandingan antara kenakalan remaja dengan
keharmonisan keluarga ...... ____ ----------------- _____ ------------ _______________ 72
Tabel 4.6 Hasil uji korelasi ---------------------------------------------------------------------- 74
Tabel 4.7 Nilai R square keharmonisan keluarga ___________________________________ 76
Tabel 4.8 Uji konstanta aspek keharmonisan keluarga -------------------------- 76
Tabel 4.9 Nilai R Square kenakalan remaja ------------------------------------------- 79
Tabel 4.10 Uji konstanta aspek kenakalan remaja ___________________________________ 80
DAFTAR SKEMA
Tabel 2.1 Skema Kerangka Berpikir ...................................................... 51
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan karena belum
diperolehnya status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi dalam status
anak-anak. Secara umum usia remaja berkisar antara 10 sampai 22 tahun
yang ditandai dengan terjadinya berbagai perubahan baik dalam bentuk fisik
emosi maupun psikologisnya (Santrock, 2003). Para ahli membagi rentangan
usia remaja ini berdasarkan sudut pandang masing-masing sehingga terjadi
perbedaan antara permulaan dan berakhirnya masa remaja.
Masa transisi tersebut kemungkinan dapat menjadi masa krisis yang ditandai
dengan kecenderungan munculnya perilaku yang menyimpang. Pada kondisi
tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang
mengganggu. Melihat kondisi tersebut, apabila didukung oleh lingkungan
yang kurang kondusif dan kepribadian yang kurang baik akan menjadi
pemicu timbulnya berbagai perilaku menyimpang dan tingkah laku negatif
yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat atau yang
biasanya dist:ibut dengan istilah kenakalan remaja atau juvenile delinquency.
1
2
Secara mayoritas pelaku kenakalan remaja berusia di bawah 21 tahun.
Angka tertinggi kejahatan pada usia 15 - 19 tahun, dan sesudah usia 22
tahun kasus kejahatan menurun (dalam Kartono, 2006). Hal ini disebabkan
karena mulainya proses pendewasaan, sehingga remaja mulai bisa
mempertimbangkan setiap perilaku agar tidak menyimpang dari norma-norma
yang ada di masyarakat.
Secara umum kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang bertentangan dengan norma-norma yang ada di dalam
masyarakat di mana ia hidup dan terkandungnya unsur-unsur anti-normatif.
Kartini Kartono (2006) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula
sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat sosial disebabkan oleh
pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat, sehingga perilaku mereka
dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut kenakalan. lstilah
kenakalan remaja atau juvenile delinquency mengacu pada suatu rentang
yang luas, mulai dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2006).
Dewasa ini sering terjadi seorang remaja digolongkan sebagai anak yang
nakal jika pada remaja tersebut menunjukkan kecenderungan anti-sosial
yang dapat menimbulkan gangguan keamanan, ketentraman dan ketertiban.
pencurian, pembunuhan, penganiayaan, pemerasan dan perbuatan
perbuatan Jainnya yang bisa meresahkan masyarakat.
Jika dilihat dari aspek sikap dan jenis perbuatan, maka Johnson (dalam
Monks, 1999) membagi kenakalan remaja ke dalam dua jenis, yaitu
kenakalan sosiologis dan kenakalan individual. Kenakalan sosiologis terjadi
jika seorang remaja menentang seluruh konteks (termasuk norma, adat,
budaya dan lain-lainnya) sosial kecuali konteks sosialnya sendiri. Dalam
kondisi tersebut kebanyakan remaja yang nakal tidak merasa bersalah bila
melakukan kejahatan yang merugikan orang lain asal bukan dari
kelompoknya sendiri. Sedangkan kenakalan individual, remaja tersebut
memusuhi semua orang, baik tetangga, kawan bahkan kedua orang tuanya
sendiri.
3
Mengenai masalah kenakalan remaja, telah banyak pendapat dan penelitian
yang mengungkapkan berbagai faktor-faktor yang melatarbelakangi
munculnya kenakalan remaja ini. Bila dihubungkan dengan kondisi
masyarakat Indonesia saat ini, terlihat bahwa remaja menghadapi pergeseran
dalam sistem nilai, terutama dalam etika pergaulan serta gaya hidup. Hal ini
dipengaruhi oleh banyaknya tayangan di media televisi yang memperlihatkan
pergaulan yang lebih permisif dan memperlihatkan budaya hedonis.
Sementara gaya hidup yang lebih banyak hura-hura dan terlalu menekan sisi
tertentu dari perkembangan di masa remaja telah menjadi model berperilaku
bagi sebagian remaja Indonesia. Akibatnya remaja mengalami kebingungan
dan kekaburan dalam dirinya, hal yang beresiko menimbulkan perilaku yang
tidak sesuai/ma/adaptive (Elfida, 2005).
4
Remaja yang melakukan perilaku menyimpang atau kenakalan biasanya
kurang memiliki kontrol diri atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut,
dan suka menegakkan standar tingkah laku sendiri disamping meremehkan
keberadaan orang lain. Kejahatan yang mereka lakukan itu pada umumnya
disertai unsur-unsur mental dengan motif subjektif, yaitu keinginan untuk
mencapai sesuatu dengan disertai kekerasan dan agresi. Pada umumnya
mereka sangat egoistis dan suka menyalahgunakan atau melebih-lebihkan
harga dirinya.
Pengaruh sosial dan kultur di masyarakat memiliki peranan yang besar dalam
pembentukan atau pengondisian tingkah laku kriminal remaja. Perilaku
menyimpang yang dilakukan remaja ini menunjukkan tanda-tanda kurangnya
bahkan tidak adanya konformitas terhadap norma-norma, baik norma sosial
maupun norma agama (Kartono, 2006).
Kenakalan yang dilakukan oleh remaja sangat beragam mulai dari perbuatan
yang amoral dan anti-sosial dan tidak dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran hukum sampai dengan perbuatan yang melanggar hukum.
Bentuk kenakalan remaja tersebut seperti: kabur dari rumah, membawa
senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang
sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar
hukum seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas,
pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering
diberitakan media masa (Gunarsa, 1989).
5
Salah satu bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi adalah perkelahian
yang melibatkan pelajar pada usia muda. Kenakalan remaja dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam dua jenis delikuensi, yaitu
situasional dan sistematik. Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi
karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk berkelahi.
Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian
itu berada dalam satu geng atau organisasi yang norma, aturan, dan
kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggota termasuk berkelahi. Sebagai
anggota, mereka bangga melakukan apa yang diharapkan (Tambunan,
2008). Kejadian itu berkaitan dengan emosinya yang dikenal dengan masa
"strom dan stress", yaitu perasaan frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis
penyesuaian, mimpi dan melamun cinta, dan perasaan teralienasi (Lustin
Pikunas dalam Yusuf, 2002). Selain itu, tingkah laku menyimpang tersebut
dipengaruhi oleh faktor internal, lingkungan tempat tinggal, keluarga, dan
sekolah.
Menurut Dadang Hawari (1999) bahwa remaja hidup dalam tiga kutub yang
saling mempengaruhi satu sama lain, baik pengaruh yang positif maupun
negatif. Ketiga kutub tersebut adalah keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat. Secara umum mekanisme penyimpangan perilaku pada masa
remaja dipengaruhi oleh ketiga kutub ini.
6
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi
menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga
mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan
seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya.
Keluarga yang gaga! memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk
kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya.
Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan,
maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat
jalannya. Kondisi keluarga yang nyaman adalah kondisi yang mampu
memberikan rasa aman, merasa dihargai dan adanya sikap saling pengertian
terhadap berbagai perbedaan (Gunarsa, 2007).
7
Berdasarkan hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor
penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orang tua
sebagai figur teladan bagi anak (Hawari, 1999). Selain itu suasana keluarga
yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap
usia terutama pada masa remaja.
Banyak penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang
berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis
mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik
dengan lingkungan di sekitarnya (Hurlock, 1973).
Kondisi keluarga yang harmonis yang di dalamnya terdapat rasa saling
pengertian, saling menerima satu sama lain, saling menghargai, saling
mempercayai, dan saling mencintai, akan memberikan pengaruh yang positif
bagi perkembangan kepribadian remaja yang termasuk dalam masa transisi
tersebut (Gunarsa, 2007). Sehingga remaja akan memersepsikan rumahnya
sebagai tempat yang menyenangkan dan tidak akan mencari kesenangan
ditempat lain. Orang tua menganggap anaknya sebagai manusia yang patut
diberikan kasih sayang dan memahami berbagai kebutuhan sesuai dengan
perkembangannya, anakpun akan menganggap orang tuanya sebagai figur
yang patut ditiru dan menjadi cerminan dalam berperilaku.
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kenakalan remaja?
2. Faktor-faktor apakah yang mendukung terbentuknya keharmonisan
keluarga?
8
3. Apakah ada hubungan antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan
remaja?
4. Seberapa besarkah peranan keharmonisan keluarga dalam
mempengaruhi kenakalan remaja?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka penelitian ini akan
diberi batasan sebagai berikut:
1. Remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan
orang dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosio
emosional; Dengan rentangan usia antara 12 - 21 tahun.
2. Kenakalan remaja adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja,
dimana tindakan tersebut melanggar aturan atau norma (baik norma
agama, norma hukum maupun norma-norma lainnya yang berlaku di
masyarakat) yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
9
3. Keharmonisan keluarga adalah situasi dan kondisi dalam keluarga
dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana
yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling
menjaga dan diwarnai oleh kasih sayang dan rasa saling percaya
sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara
seimbang. Dalam hal ini yang dimaksud dengan keharmonisan keluarga
adalah apa yang dirasa oleh remaja itu sendiri.
1.3.2. Perumusan masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara keharmonisan
keluarga dengan kenakalan remaja?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara
keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja.
1.4.2. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
10
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana
perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan, psikologi
keluarga, dan psikologi sosial terutama yang berhubungan dengan kenakalan
remaja.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua, pendidik
dan remaja mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja,
serta menambah pengetahuan yang bisa digunakan sebagai langkah
preventif dalam menghadapi masalah kenakalan remaja.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Terdiri dari: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB 2 KAJIAN PUST AKA
Terdiri dari: Kenakalan remaja, meliputi: pengertian remaja, ciri-ciri masa
remaja, tugas-tugas perkembangan remaja. Definisi kenakalan remaja,
11
bentuk dan aspek-aspek kenakalan remaja, latar belakang kenakalan remaja,
karakteristik kenakalan remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan
remaja, upaya-upaya mengatasi kenakalan remaja.
Keharmonisan keluarga meliputi: Pengertian keluarga, Pengertian
keharmonisan keluarga, aspek-aspek keharmonisan keluarga, faktor-faktor
yang mempengaruhi keharmonisan keluarga; Kerangka berpikir dan
hipotesis.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Terdiri dari: Jenis penelitian meliputi: Pendekatan dan metodologi penelitian.
Definisi variabel dan operasional variabel. Pengambilan sampel meliputi:
populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel. Teknik pengumpulan data
meliputi: metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen; dan diakhiri
dengan uraian tentang teknik analisa data.
BAB 4 PRESENT ASI DAN ANALISA DAT A
Terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, presentasi data dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
DAFT AR PUST AKA
LAMPIRAN
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kenakalan Remaja
2.1.1. Definisi remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik dan seksual
sehingga mampu bereproduksi. Salzman (dalam Yusuf, 2002)
mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan dari sikap
tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian
(independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian
terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Ausubel (dalam Mi.inks, 1999) mengatakan bahwa remaja berada dalam
status interim sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh orang
tua dan sebagian diperoleh melalui usaha se11diri yang selanjutnya
memberikan prestise tertentu kepadanya. Status ini berhubungan dengan
masa peralihan yang timbul sesudah kematangan seksual atau masa
pubertas.
12
13
Berdasarkan perspektif relasi interpersonal, remaja merupakan suatu periode
yang mengalami perubahan dalam hubungan sosial, yang ditandai dengan
berkembangnya minat terhadap lawan jenis ataupun pengalaman pertama
dalam mengapresiasikan cintanya. Kegagalan dalam menjalin hubungan
sosial kemungkinan besar akan menjadi penghambat bagi perkembangan
sosial selanjutnya, baik dalam persahabatan, pernikahan ataupun dalam
berkeluarga.
WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat
konseptual, dengan adanya tiga krieria yaitu biologis, psikologis, dan sosial
ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, secara lengkap definisi
tersebut sebagai berikut:
a. lndividu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. lndividu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Mengenai batasan usia remaja, para ahli memberikan batasan yang
bervariasi. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang harus
dipertimbangkan yang sedikit banyak mempengaruhi perkembangan remaja,
seperti kondisi sosio-kultural, kondisi ekonomi bahkan pengetahuan
lingkungan tempat remaja tinggal. Sehingga terdapat perbedaan rentangan
usia antara satu daerah dengan yang lainnya.
14
Santrock (2003) mengatakan bahwa periode remaja dimulai pad a usia 10-13
tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun. Sedangkan Monks (1999)
memberikan batasan usia masa remaja adalah masa diantara 12-21 tahun
dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja
pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.
Sumadi Suryabrata (1981) membagi rentang masa remaja menjadi tiga,
masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan
masa remaja akhir 18-21 tahun. Berbeda dengan pendapat Hurlock (1999)
yang membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal 13-
16 tahun, dan masa remaja akhir 17-18 tahun. Hal ini berdasarkan tanda
tanda fisik yang menunjukkan kematangan seksual dengan timbulnya gejala
gejala biologis.
Menurut Zakiah Daradjat (1977) bahwa batasan usia remaja jika dilihat dari
segi psikologis akan lebih banyak bergantung pada keadaan masyarakat di
mana remaja itu tinggal. Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah
permulaannya yaitu puber pertama atau mulainya perubahan jasmani dari
15
anak-anak menjadi dewasa kira-kira umur akhir 12 atau permulaan 13 tahun.
Akan tetapi untuk akhir masa remaja tidak sama, pada masyarakat pedesaan
jika seorang anak pertumbuhan jasmaninya telah tampak sempurna maka ia
akan diberi kepercayaan dan tanggung jawab sebagai orang dewasa, pada
remaja perempuan sudah bisa dinikahkan dan dengan demikian masa
remajanya berakhir. Sedangkan di masyarakat perkotaan yang lebih maju
pola pikirnya biasanya banyak persyaratan yang diperlukan agar seseorang
dapat diterima sebagai orang dewasa yang mampu diberi tanggung jawab.
Untuk itu perlu diperpanjang usia remaja sampai kira-kira 21 tahun.
Sarlito W. Sarwono (2001) membuat batasan mengenai remaja Indonesia.
Menurutnya remaja Indonesia adalah individu yang berada pada usia 11-24
tahun dan belum menikah. Usia 11 tahun adalah saat seseorang mulai
mengalami perubahan seksualnya, yang umumnya berakhir pada usia 24
tahun. Seseorang yang sudah menikah biarpun usianya masih muda (di
bawah 18 tahun) akan tetap dianggap dan diperlakukan sebagai orang
dewasa.
Berdasarkan pendapat di atas, jika ditinjau secara teoritis dan empiris, dari
segi psikologis remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak
kanak dan dewasa, yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosio
emosional dengan rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun
16
sampai dengan 21 tahun bagi perempuan dan 13-22 tahun bagi laki-laki, hal
ini disebabkan karena pada perempuan usia matangnya lebih cepat
dibandingkan dengan laki-laki. Jika dibagi menjadi remaja awal dan remaja
akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13-17/18 tahun, sedangkan
remaja akhir berada pada usia 17/18-21/22 tahun
2.1.2. Ciri - ciri masa remaja
Pappalia (dalam Suroyah, 2003) mengungkapkan bahwa masa remaja
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terjadinya perubahan-perubahan besar dalam diri remaja yang
membutuhkan penyesuaian diri baik dari pihak remaja maupun dari pihak
orang tua. Perubahan tersebut adalah:
a. Perubahan fisik yang meliputi perubahan biologis yang terjadi begitu
cepat dan kematangan organ seksual yang memungkinkan untuk
melakukan reproduksi.
b. Perubahan kognitif, ditandai dengan berkembangnya kemampuan
untuk berpikir abstrak, memanipulasi dan mengoperasikan informasi,
menggunakan konsep dan membuat hipotesa.
c. Perubahan psikologis yang paling menonjol pada remaja adalah emosi
yang masih labil, kemampuan untuk mandiri, mengembangkan nilai
nilai kehidupan dan kemampuan untuk menjalin hubungan
persahabatan dan cinta.
17
2. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Erikson (dalam
Gunarsa, 1989) berpendapat bahwa pada masa remaja tujuan utama
seluruh perkembangannya adalah pembentukan identitas diri. Menurut
Singgih D. Gunarsa (1989) identitas diri merupakan suatu persatuan yang
terbentuk dari azas-azaz, cara hidup dan pandangan-pandangan yang
menentukan cara hidup selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti pada
seseorang yang menentukan cara melihat diri sendiri dalam pergaulannya
dengan orang lain. Remaja yang berhasil mengatasi konflik identitas ini
akan merasa bahwa dirinya menyenangkan dan diterima sedangkan
remaja yang tidak berhasil mengatasinya akan menderita krisis identitas.
3. Masa remaja merupakan masa yang menyenangkan sekaligus membawa
masalah, baik bagi remaja sendiri maupun bagi orang tua. Di satu pihak ia
mempunyai keinginan kuat untuk bebas dari orang tua, namun di pihak
lain ia membutuhkan orang tua untuk memberikan dukungan dan
bimbingan.
4. Awareness of sexuality merupakan aspek penting dalam pembentukan
identitas diri yang berhubungan dengan self-image dalam menjalin
hubungan terutama dengan lawan jenis. Proses ini bermula pada masa
remaja dan terus berlangsung sampai masa dewasa.
5. Remaja mulai mengembangkan kemampuannya untuk mengemukakan
argumentasi dalam memandang berbagai isu atau informasi.
18
6. Karakteristik lain dari remaja adalah kesadaran diri (self-consciousness)
yang berlebihan atau terlalu ekstrim. Mereka berasumsi bahwa apa yang
orang lain pikirkan sama dengan apa yang ia pikirkan tentang dirinya.
Begitu pula dengan se/f-centeredness, dimana remaja memiliki keyakinan
bahwa dirinya spesial, memiliki pengalaman unik dan berbeda dengan
orang lain.
Menurut Singgih D. Gunarsa (1983) bahwa remaja memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Adanya kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan
sebagai akibat dari perkembangan fisik yang bisa menyebabkan timbulnya
perasaan rendah diri.
2. Sikap menentang dan menantang orang tua maupun orang dewasa
lainnya, hal ini merupakan ciri yang menunjukkan keinginan remaja untuk
merenggangkan ikatannya dengan orang tua dan menunjukkan
ketidaktergantungannya kepada orang tua ataupun kepada orang lain.
3. Kegelisahan. Perasaan tidak tenang menguasai remaja, hal ini terjadi
karena begitu banyaknya keinginan remaja tetapi dia sendiri tidak
sanggup memenuhinya.
4. Banyaknya fantasi, khayalan dan bualan.
5. Kecenderungan untuk membentuk kelompok.
Dari dua pendapat di alas, rumusan ciri-ciri perkembangan masa remaja
dalam penelitian ini meliputi:
1. Terjadinya perubahan besar yang membutuhkan pnyesuaian diri,
perubahan tersebut meliputi: perubahan fisik yang pesat, perubahan
kognitif yang ditandai dengan kemampuan berpikir abstrak, terjadinya
perubahan psikologis yang ditandai dengan kondisi emosi yang labil.
2. Masa pencarian identitas diri.
3. Sikap menentang terhadap orang tua atau orang dewasa lainnya, hal ini
mengindikasikan adanya keinginan untuk mandiri (independence) dari
ketergantungan terhadap orang lain.
4. Kegelisahan. Perasaan tidak tenang menguasai remaja, hal ini terjadi
karena begitu banyaknya keinginan remaja tetapi dia sendiri tidak
sanggup memenuhinya.
5. Adanya kecenderungan membentuk kelompok atau bergaul dengan
golongan yang sebaya.
2.1.3. Tugas-tugas perkembangan remaja
Menurut Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan remaja itu adalah:
19
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
2. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
6. Mempersiapkan karir ekonomi.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keuangan.
8. Memperoleh pangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku dalam mengembangkan ideologi.
Sedangkan untuk tugas-tugas perkembangan remaja awal, Mar'at
Samsunuwijati (dalam Nihayah, 2006) mengemukakan lebih spesifik tugas
tugas perkembangannya, yaitu sebagai berikut:
1. Menerima perubahan tubuh yang dialaminya.
2. Dapat berinteraksi dengan teman sebayanya.
20
3. Menerima peran sesuai jenis kelamin yang akan menuju ke arah dewasa.
2.1.4. Definisi kenakalan remaja
kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda
yang merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga
mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang (Kartono, 2005).
Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada
ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat
sebagai suatu kelainan dan disebut "kenakalan".
Simanjuntak memberikan pengertian berdasarkan tinjauan sosiokultural,
bahwa juvenile delinquency adalah suatu perbuatan apabila bertentangan
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup atau
suatu perbuatan yang anti-sosial dimana di dalamnya terkandung unsur
unsur anti-normatif (dalam Sudarsono, 2004).
Bimo Walgito dan Fuad Hasan memberikan pengertian kenakalan remaja
sebagai perbuatan anti sosial yang melawan hukum yang dilakukan oleh
anak-anak khususnya remaja, dan jika dilakukan oleh orang dewasa
dikualifikasikan sebagai tindakan kejahatan (dalam Sudarsono, 2004).
Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut
dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.
21
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja
adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut
melanggar aturan atau norma (baik norma agama, norma hukum maupun
norma-norma lainnya yang berlaku di masyarakat) yang dapat
22
mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun
orang lain. Jika perbuatan melanggar hukum ini dilakukan oleh orang
dewasa, maka dinamakan tindakan kejahatan. Namun apabila dilakukan oleh
anak-anak tidak termasuk ke dalam tindakan kriminal, sehingga tidak
dikenakan sangsi hukum formal dan tindakan tersebut hanya disebut dengan
kenakalan bukan kejahatan.
2.1.5. Bentuk dan aspek kenakalan remaja
Singgih D. Gunarsa (1989), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja
digolongkan dalam dua kelompok, yaitu:
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan sebagai pelanggaran
hukum. Seperti:
a. Berbohong
b. Membolos
c. Kabur dari rumah
d. Keluyuran
e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain
f. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk
g. Berpesta pora semalaman tanpa ada pengawasan
h. Membaca buku porno dan kebiasaan menggunakan bahasa tidak
sopan/kasar
23
1. Secara berkelompok makan di rumah makan tanpa bayar atau naik bis
tanpa membeli karcis
J. Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri dengan berbagai tujuan
k. Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau
menggunakan narkoba.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum atau kejahatan dengan
penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku,
sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Kejahatan ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran tersebut, seperti:
a. Perjudian dan segala macam bentuknya yang menggunakan uang.
b. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan, seperti
pencopetan, perampasan, penjambretan.
c. Penggelapan barang.
d. Penipuan dan pemalsuan.
e. Pelanggaran norma susila, menjual gambar dan film porno.
f. Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan resmi.
g. Tindakan-tindakan anti sosial, seperti perbuatan yang merugikan orang
lain.
h. Percobaan pembunuhan.
i. Menyebabkan kematian orang lain.
J. Pembunuhan.
k. Menggugurkan kandungan.
I. Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.
Jensen (dalam Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat
bentuk yaitu:
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti:
perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti: perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain- lain.
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain,
seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah,
membantah perintah.
24
Berdasarkan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dikemukakan oleh
Singgih D. Gunarsa dan Jensen, maka bentuk-bentuk kenakalan remaja yang
digunakan dalam penelitian ini adalah semua tindakan yang melanggar
aturan atau norma yang berlaku yang dapat mengakibatkan kerugian
terhadap orang lain maupun pelakunya sendiri, dengan bentuk-bentuk
kenakalan remaja sebagai berikut:
25
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan sebagai pelanggaran
hukum. Seperti: berbohong, membolos, kabur dari rumah, keluyuran,
memiliki dan memba Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial dan
tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan
sebagai pelanggaran hukum. Seperti: membawa senjata tajam, bergaul
dengan teman yang memberikan pengaruh buruk, berpesta pora, makan
dan naik kendaraan umum tanpa bayar, membaca buku porno,
berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan undang-undang dan
hukum yang berlaku. Kejahatan ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan
berat ringannya pelanggaran tersebut, seperti: berjudi, pencurian,
penggelapan barang, penipuan, pelanggaran norma susila, pembunuhan,
menggugurkan kandungan, penganiayaan berat.
1.1.6. Latar belakang kenakalan remaja
Singgih D. Gunarsa (1989) mengungkapkan latar belakang terbentuknya
kenakalan remaja dilihat dari berbagai kondisi, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi remaja yang bersangkutan:
a. Kekurangan penampungan emosional. Mencapai kematangan
emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi
remaja. Proses pencapaiannya dipengaruhi oleh kondisi sosio-
26
emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok
teman sebayanya. Apabila lingkungan keluarga cukup kondusif yang
diwarnai dengan keharmonisan, saling mempercayai, saling
menghargai dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung
dapat mencapai kematang emosionalnya. Dalam menghadapi
perubahan emosional tersebut tidak sedikit remaja bersifat defensif,
reaksi ini berupa tingkah laku agresif dan melarikan diri dari kenyataan
(Yusuf, 2002).
b. Kelemahan dalam mengendalikan dorongan dan kecenderungan.
c. Kegagalan prestasi sekolah atau pergaulan.
d. Kekurangan dalam pembentukan hati nurani
2. Kondisi lingkungan:
a. Lingkungan keluarga. Kondisi keluarga yang tidak nyaman seperti
seringnya terjadi pertengkaran antara orang tua (tension), kehilangan
kehangatan (warmth less), hubungan buruk antara orang tua dan anak
(bad parent-child relationship), dan seringnya orang tua "absen" di
rumah, kesemuanya ini bisa memberikan kemungkinan terjadinya
penyimpangan perilaku pada remaja (Hawari, 1999).
b. Lingkungan masyarakat:
1. Perkembangan teknologi yang menimbulkan kegoncangan pada
remaja yang belum memiliki kekuatan mental untuk menerima
perubahan-perubahan baru.
27
2. Faktor sosial politik, sosial ekonomi, dengan mobilisasi-mobilisasi
yang sesuai dengan kondisi secara keseluruhan atau kondisi-kondisi
setempat, seperti di kota-kota besar dengan ciri-ciri khasnya.
3. Kepadatan penduduk yang menimbulkan persoalan demografis dan
bermacam-macam kenakalan remaja.
2.1. 7. Karakteristik kenakalan remaja
Singgih D. Gunarsa (1989) mengungkapkan beberapa ciri-ciri pokok dari
kenakalan remaja, yaitu:
1. Dalam pengertian nakal, harus terlihat adanya perbuatan yang bersifat
melanggar hukum yang berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral.
2. Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang asosial yaitu bertentangan
dengan norma sosial yang ada di lingkungannya.
3. Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh remaja
yang berusia antara 13-17 tahun. Mengingat di Indonesia pengertian
dewasa selain ditentukan oleh batas-batas umur, juga ditentukan oleh
status perkawinan. Maka dapat ditambahkan bahwa kenakalan remaja
adalah perbuatan yang dilakukan oleh remaja yang berumur antara 13-17
tahun dan belum menikah.
4. Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh perorangan maupun secara
berkelompok.
PER PUST AKAAN UT AMA UIN SYAHtO JAKARTA
Sedangkan untuk karakteristik remaja yang nakal, Kartini kartono (2006),
mengungkapkan beberapa karakteristik umum yang sangat berbeda dengan
remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :
1. Perbedaan struktur intelektual
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rahayu Haditono menunjukkan bahwa
kebanyakan dari jumlah anak-anak delinkuen yang diteliti mempunyai skor
inteligensi di bawah rata-rata (69,59%) dan sebagian kecil mempunyai
skor yang tinggi (6,9%) (Monks, 1999).
2. Perbedaan fisik dan psikis
Remaja yang nakal memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah
sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka
lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif.
3. Ciri karakteristik individual
Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang
menyimpang, seperti :
1. Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,
bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa
depan.
2. Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.
3. Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga
tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak
bertanggung jawab secara sosial.
4. Mereka senang menceburkan diri dalam kegialan lanpa berpikir yang
merangsang rasa kejanlanan, walaupun mereka menyadari besarnya
resiko dan bahaya yang lerkandung di dalamnya.
5. Pada umumnya mereka sangal impulsif dan suka lanlangan dan
bahaya.
6. Hali nurani lidak alau kurang lancar fungsinya.
7. Kurang memiliki disiplin dan konlrol diri sehingga mereka menjadi liar
danjahat.
29
Conger (dalam Monks, 1999) menyalakan bahwa remaja nakal biasanya
mempunyai ciri-ciri seperti kepercayaan diri yang linggi, sifat memberonlak,
ambivalen lerhadap olorilas, mendendam, curiga, destruktrif, implusif dan
menunjukan konlrol balin yang kurang.
Dari beberapa karaklerislik kenakalan remaja di alas, yang dijadikan
landasan dalam penelilian ini adalah:
1. Kenakalan remaja merupakan semua perbuatan yang melanggar hukum
dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dan moral oleh remaja berusia
sekilar 13-17 lahun, baik secara berkelompok maupun perorangan.
2. Secara inleleklual, remaja nakal biasanya memiliki skor inleligensi di
bawah rala-rata dan sebagian kecil mempunyai skor yang linggi.
3. Rata-rata remaja yang nakal hnya berorientasi pada masa sekarang
tanpa memikirkan masa depan dan pada umumnya mereka sangat
implusif dan menyukai tantangan yang berbahaya untuk merangsang
kejantanannya.
30
4. selain itu, mereka memiliki tingkat kepercayan diri yang tinggi, cenderung
untuk memberontak dengan sikap ambivalen terhadap otoritas,
mendendam, curiga dan cenderung destruktifyang menunjukkan kontrol
batin yang sangat rendah.
2.1.8. Faktor - faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja
Dalam bukunya, Sudarsono (2004) mengungkapkan bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja adalah kondisi keluarga.
Adapun kondisi keluarga yang dapat menimbulkan kenakalan adalah:
1. Keluarga yang broken home. Pada dasarnya kenakalan remaja yang
disebabkan karena broken home dapat diatasi dengan cara-cara tertentu.
Dalam keluarga yang broken home cara mengatasinya adalah orang tua
hendaklah mampu memberikan kasih sayang sepenuhnya sehingga anak
merasa tidak pernah kehilangan ayah dan ibunya. Di samping itu
keperluan anak secara jasmani (sandang, pangan dan papan) harus
dipenuhi sebagaimana layaknya.
Pada prinsipnya struktur keluarga dalam broken home sudah tidak lengkap
lagi yang disebabkan oleh adanya hal-hal:
32
masyarakat. Jika kondisi ketiga kutub itu tidak kondusif, maka akan memicu
timbulnya penyimpangan perilaku.
1. Kutub Keluarga
Kriteria kondisi keluarga yang tidak sehat yang dapat memicu timbulnya
perilaku menyimpang pada remaja:
a) Keluarga yang tidak utuh (broken home by death, separation, divorce).
b) Kesibukan orang tua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua
dan anak di rumah.
c) Hubungan interpersonal antara anggota keluarga yang tidak harmonis.
d) Substitusi ungkapan kasih sayang orang tua kepada anak hanya dalam
bentuk materi bukan dari pada kejiwaan.
2. Kutub Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu proses belajar mengajar
yang pada saatnya dapat memberikan peluang pada anak didiknya untuk
berperilaku menyimpang. Kondisi tersebut antara lain:
a) Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai.
b) Kuantitas dan kualitas tenaga pengajar yang tidak memadai.
c) Kuantitas dan kualitas Tenaga non guru yang tidak memadai
d) Kesejahteraan guru yang tidak memadai.
e) Kurikulum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama kurang.
f) Lokasi sekolah di daerah yang rawan
33
3. Kutub Masyarakat
Kutub rnasyarakat ini dibagi rnenjadi dua faktor, yaitu:
a. Faktor kerawanan rnasyarakat (lingkungan), terdiri dari:
1) Ternpat-ternpat hiburan yang dibuka hingga larut rnalarn bahkan sarnpai
dini hari.
2) Peredaran alkohol, narkotika dan obat-obatan terlarang.
3) Pengangguran.
4) Anak-anak putus sekolah/anak jalanan.
5) Wanita tuna susila
6) Beredarnya bacaan dan tontonan yang sifatnya porno dan rnengandung
kekerasan.
7) Perurnahan kurnuh dan padat.
8) Pencernaran lingkungan.
9) Tindak kekerasan dan krirninalitas.
10) Kesenjangan sosial.
b. Faktor daerah rawan (gangguan kearnanan), terdiri dari:
1) Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat adiktif lainnya.
2) Perkelahian perorangan ataupun rnassal.
3) Kebut-kebutan.
4) Pencurian, perarnpasan, penodongan, perarnpokan.
5) Perkosaan
6) Pernbunuhan
35
dimengerti bila remaja membutuhkan kesempatan untuk dapat berkomunikasi
secara terbuka dengan orang yang mereka anggap dewasa, yang pada
umumnya adalah orang tua mereka. Kehidupan keluarga yang harmonis
itulah yang sangat mendukung perkembangan remaja yang baik, dimana
orang tua bisa berperan sebagai figur yang penuh perhatian, memperhatikan
kebutuhan secara fisik dan psikisnya, adanya komunikasi yang harmonis,
serta saling menyayangi dan menghargai, sehingga remaja akan mempunyai
persepsi interpersonal yang positif tentang keluarganya.
Menurut Syamsu Yusuf (2002), Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
menyimpang pada remaja adalah:
1. Kelalaian orang tua dalam mendidik anak terutama dalam memberikan
ajaran dan bimbingan tentang nilai-nilai agama
2. Sikap atau perlakuan orang tua yang buruk terhadap anak
3. Perselisihan atau konflik orang tua (antar anggota keluarga)
4. Kondisi ekonomi keluarga yang morat-marit (miskin)
5. Perceraian orang tua
6. Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang
memperhatikan nilai moral)
7. Diperjualbelikannya minuman dan obat terlarang secara bebas
8. Penjualan alat-alat kontrasepsi yang tidak terkontrol
9. Hidup menganggur
36
10. Beredarnya film atau bacaan porno secara bebas
11. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok
12. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang
2.1.9. Upaya - upaya mengatasi kenakalan remaja
Menurut Singgih D. Gunarsa (1989) usaha penanggulangan masalah
kenakalan remaja dapat dibagi dalam tindakan preventif, represif dan kuratif.
1. Tidakan preventif yaitu usaha yang bertujuan untuk mencegah timbulnya
kenakalan-kenakalan. Tindakan ini terbagi kedalam dua bidang, yaitu:
1) Usaha pencegahan secara umum, meliputi:
a. Usaha mengenal dan mengetahui ciri-ciri umum maupun yang khas
pada perkembangan remaja.
b. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para
remaja. Terutama yang bisa menyebabkan timbulnya kenakalan
remaJa.
c. Usaha pembinaan remaja, usaha ini terdiri dari:
a) Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan
persoalan yang dihadapinya.
b) Memberikan pendidikan mental dan pribadi melalui pelajaran
agama, budi pekerti dan etika.
c) Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang
optimal demi perkembangan kepribadian yang wajar.
37
d) Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial
keluarga maupun masyarakat dimana terjadi banyaknya
kenakalan remaja.
2) Usaha pencegahan secara khusus yang dilakukan oleh para pendidik
terhadap kelainan perilaku remaja, baik itu orang tua maupun guru di
sekolah dengan memberikan pelayanan bimbingan dan konseling
dengan tujuan:
a. Pengenalan diri sendiri
b. Penyesuaian diri: Mengenal dan menerima tuntutan dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.
c. Orientasi diri: Mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan
antara diri pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada
kesadaran nilai-nilai sosial, moral dan etika.
2. Tindakan represif. Usaha ini dilakukan dengan memberikan hukuman
terhadap berbagai pelanggaran terhadap norma-norma yang disepakati,
baik dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Hal ini
dilakukan untuk menimbulkan efek jera terhadap pelaku kenakalan remaja.
3. Tindakan kuratif dan rehabilitasi. Tindakan ini dilakukan setelah tindakan
pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu untuk mengubah
tingkah laku terhadap remaja yang nakal dengan memberikan pembinaan.
Sedangkan menurut Sudarsono (2004) upaya penanggulangan kenakalan
remaja dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Upaya menumbuhkan kesadaran hukum. Dengan memberikan
38
penjelasan secara luas dan rinci kepada para remaja tentang beberapa
aspek yuridis yang relevan dengan perbuatan-perbuatan nakal yang
dilakukan oleh mereka. Dengan demikian, para remaja akan dapat
memiliki pemahaman, penghayatan dan berperilaku hukum yang sehat.
Usaha untuk mencapai kesadaran hukum ini dapat dilakukan melalui
penyuluhan hukum yang dapat divisualisasikan dalam beragam bentuk
dan jenisnya. Tolak ukur indikasi tersebut dapat dilihat dari pengetahuan
tentang hukum, pemahaman kaidah-kaidah hukum, sikap terhadap
norma-norma hukum dan berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku.
2. lnternalisasi nilai-nilai kaidah sosial. Dalam setiap masyarakat pasti
memiliki norma-norma sosial yang harus dihormati dan dipatuhi oleh
setiap anggotanya. Usaha untuk memahami norma-norma yang berlaku
di masyarakat hampir sama dengan internalisasi norma agama.
3. lnternalisasi nilai-nilai norma agama. Hal ini dilakukan dengan
melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangannya.
Dalam upaya menanggulangi kenakalan remaja tidak bisa hanya dibebankan
kepada satu pihak saja, misalkan orang tua, akan tetapi harus adanya kerja
sama dan pemahaman yang sama sehingga timbul kesadaran akan
39
pentingnya upaya penanggulangan kenakalan remaja. Karena remaja tinggal
dalam tiga lingkungan dasar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat, maka
ketiga elemen ini harus mampu melakukan perannya masing-masing dengan
baik dengan menciptakan kondisi yang kondusif yang bisa mendukung
perkembangan remaja menuju yang lebih positif. Terlebih lagi kondisi
keluarga yang harmonis dengan adanya hubungan yang ideal antar sesama
anggota keluarga dan usaha-usaha untuk menanamkan nilai moral yang
positif akan mampu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kenakalan
pada remaja.
2.2. KEHARMONISAN KELUARGA
2.2.1. Pengertian keluarga
Keluarga merupakan satu organisasi sosial yang paling penting dalam
kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat
yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial
dan kelestarian biologis anak manusia.
Sebagian besar manusia tumbuh dan berkembang dan didewasakan dalam
lingkungan keluarga dan sejak masa bayi mereka sudah menghirup iklim
kasih sayang dan loyalitas terhadap ideologi keluarga. ldeologi ini dimuati
dengan kebiasaan, tradisi, emosi, sentimen-sentimen, nilai dan norma-norma
tertentu yang mengikat setiap anggota menjadi satu kesatuan (Kartono,
1986).
40
Mengenai pengertian keluarga, menurut Gunarsa dan Ny. Gunarsa (1995)
bahwa keluarga adalah tempat yang penting dimana anak memperoleh
keterampilan dalam membentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang
yang berhasil di dalam masyarakat, dan keluargapun sangat penting dalam
pembentukan kepribadian seseorang, karena suasana dalam keluarga
mempunyai pengaruh dalam perkembangan emosi, respons reaktif anggota
keluarganya terutama anak-anak.
Sedangkan menurut F.J. Brown (dalam Yusuf, 2002) jika dipandang secara
sosiologis bahwa keluarga dapat diartikan menjadi dua macam, yaitu: a)
dalam arti luas keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau
keturunan yang dapat dibandingkan dengan klan atau marga; b) dalam arti
sempit keluarga meliputi orang tua dan anak. Hal ini senada dengan definsi
keluarga yang terdapat dalam Kamus Lengkap Psikologi, yang menyatakan
bahwa keluarga dapat diartikan sebagai satu kelompok individu yang terikat
oleh ikatan pernikahan atau darah yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak
(Chaplin, 2002).
Begitu juga dengan Dadang Hawari (1999), yang mendefinisikan keluarga
sebagai suatu matriks sosial atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spritual,
dimana seluruh anggota keluarga terikat oleh status ikatan yang khusus
untuk hidup bersama dalam ikatan pernikahan.
41
Dari beberapa pendapat di atas hampir semuanya memiliki kesamaan bahwa
yang namanya keluarga merupakan suatu kelompok individu yang di
dalamnya terdapat beberapa faktor penentu seperti adanya ikatan dan
adanya hubungan darah yang secara emosional memiliki ikatan yang sangat
kuat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Sedangkan untuk bentuk dan pola keluarga sendiri terbagi menjadi dua
bentuk, yaitu 1) keluarga inti (nuclear family) atau keluarga kecil, yang terdiri
dari suami/ayah, istri/ibu, dan anak-anak yang lahir dari pernikahan termasuk
juga anak tiri Qika ada). 2) Keluarga luas (extended family) atau keluarga
besar, yang keanggotaannya tidak hanya meliputi suami, istri dan anak-anak
yang belum berkeluarga, tetapi juga termasuk kerabat lain yang biasanya
tinggal dalam sebuah rumah tangga besama, seperti mertua, adik, kakak ipar
atau yang lainnya, bahkan mungkin pembantu rumah tangga atau orang lain
yang tinggal menumpang (Yusuf, 2002).
43
2.2.2. Ciri-ciri keluarga
Maciver (dalam Yusuf, 2002) menyebutkan secara rinci ciri khas dari keluarga
yang umum terdapat dimana-mana, yaitu:
1. Hubungan berpasangan kedua jenis.
2. Adanya perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengokohkan
hubungan tersebut.
3. Adanya pengakuan akan keturunan.
4. Kehidupan ekonomis yang dinikmati bersama.
5. Terciptanya kehidupan berumah tangga.
2.2.3. Peran dan fungsi keluarga
Keluarga memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Peranan orang tua yang penuh dengan kasih
sayang dan disertai dengan internalisasi nilai-nilai kehidupan, baik agama
maupun nilai sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang
menukung untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota
masyarakat yang bermanfaat.
Keluarga yang penuh dengan kebahagiaan merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya. Kebahagiaan ini
diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Dalam
bukunya, Syamsu Yusuf (2002) menjelaskan bahwa fungsi dasar dari
45
unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi dan berperan sebagimana mestinya
dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama, sehingga interaksi sosial
yang harmonis antar unsur dalam keluarga dapat diciptakan.
Menurut Singgih D. Gunarsa (2007) bahwa suatu keluarga akan dikatakan
harmonis jika setiap anggota keluarga memiliki kemauan baik, toleransi, dan
adanya kasih sayang. Adanya kemauan baik adalah adanya usaha untuk
menciptakan kondisi keluarga yang harmonis yang nyaman. Memiliki
toleransi dalam menyikapi berbagai perbedaan, disamping sikap orang tua
yang memi\iki kesatuan dan keserasian dalam pikiran terutama dalam
masalah po\a pengasuhan anak. Sedangkan menanamkan cinta kasih atau
kasih sayang berarti dalam kehidupan setiap hari antara orang tua dan anak
saling mencurahkan kasih sayang.
Selanjutnya Hurlock (1973) menyatakan bahwa anak yang hubungan
perkawinan orang tuanya bahagia akan memersepsikan rumah mereka
sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup karena makin sedikit
masalah antar orang tua, semakin sedikit masa\ah yang dihadapi anak, dan
sebaliknya hubungan keluarga yang buruk akan berpengaruh kepada seluruh
anggota keluarga, sehingga anak ingin keluar dari rumah sesering mungkin
karena secara emosional suasana tersebut akan mempengaruhi masing
masing anggota keluarga untuk bertengkar dengan yang lainnya.
46
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan keharmonisan keluarga
adalah situasi dan kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya tercipta
kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai,
saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih sayang
dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan
berkembang secara seimbang.
2.2.5. Aspek-aspek keharmonisan keluarga
Nick Stinnet dan John DeFrain (dalam Hawari, 1999) mengemukakan enam
aspek sebagai suatu pegangan menuju hubungan perkawinan/keluarga
harmonis yang di dalamnya terdapat kebahagiaan.
Aspek-aspek tersebut adalah:
1. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.
Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya kehidupan
beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam agama
terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan Berdasarkan beberapa
penelitian ditemukan bahwa keluarga yang tidak religius yang penanaman
komitmen agamanya rendah atau tanpa nilai agama sama sekali
cenderung terjadi konflik dan percekcokan dalam keluarga, dengan
suasana yang seperti ini, maka anak akan merasa tidak betah di rumah
dan kemungkinan besar anak akan mencari lingkungan lain yang dapat
menerimanya.
47
2. Mempunyai waktu bersama dalam keluarga
Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama
keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama,
menemani anak bermain dan mendengarkan masalah dan keluhan
keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa dirinya
dibutuhkan dan diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga anak akan betah
untuk tinggal di rumah.
3. Adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga
Komunikasi yang baik, demokratis, dan tidak mementingkan keinginan
sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam menjalin hubungan
yang harmonis. Sering kali keluarga yang disebabkan karena adanya
kesenjangan komunikasi antar anggotanya. Sebab komunikasi tidak hanya
sekedar menyampaikan pesan tetapi komunikasi juga menentukan kondisi
hubungan interpersonal seseorang (Rakhmat, 2002).
4. Saling menghargai satu sama lain
Dalam sebuah keluarga terdapat berbagai perbedaan antar satu sama
lain, baik dalam sikap. kepribadian maupun pola pikir. Untuk itulah sebuah
keluarga akan bahagia jika anggota keluaganya berusaha saling
memahami dan menghargai berbagai perbedaan yang ada. Singgih D.
Gunarsa (2007) mengatakan bahwa keluarga yang harmonis adalah
keluarga yang setiap anggotanya memiliki sikap toleransi yang tinggi
terhadap berbagai perbedaan yang ada pada setiap anggotanya sehingga
memperkecil kemungkinan terjadinya konflik yang bisa menimbulkan
keretakkan hubungan antar anggota keluarga.
5. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.
48
Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan
harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak
memiliki hubungan yang erat maka antar anggota keluarga tidak ada lagi
rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan akan kurang. Hubungan yang
erat antar anggota keluarga ini dapat diwujudkan dengan adanya
kebersamaan, komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan saling
menghargai.
6. Mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan konflik secara positif dan
konstruktif
Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha
menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari penyelesaian
terbaik dari setiap permasalahan.
Keenam aspek tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang
lainnya. Proses tumbuh kembang anak sangat ditentukan dari berfungsi
tidaknya keenam aspek di atas, untuk menciptakan keluarga harmonis peran
dan fungsi orang tua sangat menentukan, keluarga yang tidak bahagia atau
tidak harmonis akan mengakibatkan persentase anak menjadi nakal semakin
tinggi.
49
2.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga
Zakiah Daradjat (dalam Uswatusolihah, 2008) mengungkapkan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya keluarga yang harmonis atau
sakinah, faktor-faktor tersebut adalah:
1. Sikap saling mengerti antara suami dan istri
Maksudnya masing-masing saling memahami dan dapat mengerti
pasangannya masing-masing. Paham bagaimana harus bersikap dalam
menghadapi berbagai perbedaan dengan menghormatinya, sehingga
dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik atau kesalah
pahaman.
2. Saling menerima
Maksudnya adalah menerima kondisi apapun terhadap semua anggota
keluarga, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Tidak
mempermasalahkan berbagai perbedaan yang ada, seperti, kondisi
jasmani. kondisi ekonomi maupun terhadap prestasi-prestasi yang telah
diraih oleh anggota keluarga.
3. Saling menghargai
Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk ucapan maupun perbuatan,
hal ini akan memberikan dampak yang positif seperti timbulnya perasaan
diterima, merasa dibutuhkan, dan menumbuhkan citra diri yang baik.
Penghargaan dapat meliputi penghargaan terhadap perkataan dan
perbuatan, bakat masing-masing, prestasi, keinginan dan lain-lainnya.
51
Mengenai masalah kenakalan remaja, telah banyak pendapat dan penelitian
yang mengungkapkan berbagai faktor yang melatarbelakangi munculnya
kenakalan remaja. Jika dilihat dari beberapa faktor yang menimbulkan
kenakalan pada remaja diantaranya faktor keluarga, lingkungan, maupun
lingkungan sekolah, semuanya memiliki ikatan yang kuat untuk bisa saling
mempengaruhi dan bisa menimbulkan perilaku yang menyimpang (Hawari,
1999). Sudarsono (2004) mengungkapkan dengan jelas bahwa kondisi
keluarga memberikan kontribusi yang besar dalam terciptanya kenakalan
pada remaja, seperti keluarga broken home.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor
penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orang tua
sebagai figur tauladan bagi anak (Hawari, 1999) Selain itu suasana keluarga
yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap
usia terutama pada masa remaja.
Permasalahan keharmonisan keluarga sebenarnya terletak pada erat
tidaknya hubungan antar anggota keluarga, baik hubungan dalam bentuk
komunikasi verbal maupun secara emosional. Menurut Dadang Hawari
(1999) keharmonisan keluarga itu akan terwujud apabila masing-masing
unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi dan berperan sebagaimana
52
mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama, sehingga
interaksi sosial yang harmonis antar unsur dalam keluarga dapat diciptakan.
Hurlock (1973) menyatakan bahwa anak yang hubungan perkawinan orang
tuanya bahagia akan memersepsikan rumah mereka sebagai tempat yang
membahagiakan untuk hidup karena makin sedikit masalah antar orang tua,
semakin sedikit masa\ah yang dihadapi anak, dan sebaliknya hubungan
keluarga yang buruk akan berpengaruh kepada seluruh anggota keluarga,
sehingga anak ingin keluar dari rumah sesering mungkin. Dan secara
emosional suasana tersebut akan mempengaruhi rnasing-masing anggota
keluarga untuk bertengkar dengan yang lainnya.
Aspek-aspek yang dijadikan landasan teoritis terhadap harmonis atau
tidaknya suatu keluarga berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan
oleh Nick Stinnet dan John DeFrain. yang menyatakan beberapa aspek
seperti: Kehidupan beragarna dalam keluarga. rnemiliki waktu bersama dalam
keluarga. terciptanya komunikasi yang baik. saling menghargai, adanya
keterikatan, memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan
positif dan konstruktif (dalam Hawari, 1999).
53
Sedangkan aspek kenakalan remaja didasarkan pada aspek-aspek
kenakalan remaja yang dikemukakan oleh Singgih D. Gunarsa (1989), yang
terdiri dari aspek:
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial. Dengan indikator:
Berbohong, membolos, kabur dan keluyuran dari rumah, memiliki dan
membawa benda yang membahayakan orang lain, pergaulan negatif,
berpesta para, membaca buku porno dan kebiasaan menggunakan
bahasa tidak sopan/kasar, makan/naik bis tanpa bayar dan minum
minuman keras.
2. Kenakalan yang bersifal melanggar hukum. Dengan indikalor: Perjudian,
pencurian, pelanggaran norma susila, menggugurkan kandungan,
penganiayaan beral dan terlibal narkoba.
Berdasarkan landasan leori di alas, mekanisme yang lerjadi pada
permasalahan di alas adalah bagaimana remaja yang merasakan bersama
keluarganya yang harmonis cenderung mempunyai perilaku positif. Hal ini
tentu berdampak semakin berkurangnya kecenderungan berperilaku nakal
alau negalif, karena di dalam keluarga harmonis anak diajarkan apa ilu
langgung jawab dan kewajiban, mengajarkan berbagai norma yang berlaku di
masyarakat dan keterampilan lainnya agar anak dapal menyesuaikan diri
dengan lingkungan serta dapal mencapai kematangan secara keseluruhan
baik emosi maupun kemalangan secara sosial.
54
Table 2.1
Skema Kerangka Berpikir
Keluarga harmonis Kenakalan remaja tinggi
Keluarga tidak harmonis J Kenakalan remaja rendah
2.4. HIPOTESIS
Dalam penelitian ini penulis menetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0 : Tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara keharmonisan
keluarga dengan kenakalan remaja.
Ha : Ada hubungan negatif yang signifikan antara keharmonisan keluarga
dengan kenakalan remaja.
BAB3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan dan metodologi penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif karena analisa data akhir dilakukan dengan perhitungan secara
statistik. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan
antar variabel penelitian.
3.2. Definisi variabel dan operasional variabel
Variabel adalah suatu karakteristik yang mempunyai dua atau lebih nilai atau
sifat yang satu sama lain terpisah (Sevilla, et al, 1993). Variabel terbagi dua
macam, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas
(independent variable).
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
1. Variabel terikat (DV): Kenakalan remaja
2. Variabel bebas (IV): Keharmonisan keluarga
55
56
Dalam penelitian ini dirumuskan definisi operasional variabel sebagai berikut:
1. Kenakalan remaja dalam penelitian ini adalah skor yang dihasilkan dari
skala kenakalan remaja yang meliputi tindakan melanggar aturan atau
norma (baik norma agama, norma hukum maupun norma-norma lainnya
yang berlaku di masyarakat) yang dapat mengakibatkan kerugian dan
kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
2. Keharmonisan keluarga dalam penelitian ini adalah skor yang dihasilkan
dari skala keharmonisan keluarga yang meliputi adanya kehidupan
beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling
pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai oleh kasih
sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk
tumbuh dan berkembang secara seimbang.
3.3. Pengambilan sampel
3.3.1. Populasi dan sampel
Populasi adalah kelompok objek dengan ukurannya tidak terhingga yang
karakteristiknya dikaji atau diuji melalui sampling (Reksoatmodjo, 2007).
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP
DUA MEI Ciputat yang berjumlah 234 siswa, dengan rincian kelas VII
berjumlah 73 siswa, kelas VIII berjumlah 78 siswa, kelas IX berjumlah 83
siswa.
57
Dalam menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan persentase 10-
15% seperti yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2002). Hal ini
dilakukan atas dasar pertimbangan kemampuan peneliti dilihat dari waktu,
tenaga dan dana. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 15% yang diambil
dari kelas VII, VIII dan IX.
3.3.2. Teknik pengambilan sampel
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random
sampling, artinya setiap subjek dalam populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih menjadi sampel (Arikunto, 2002).
3.4. Teknik pengumpulan data
3.4.1. Metode dan instrumen pengumpulan data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode angket. Angket adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari subjek (Arikunto, 2002).
58
Adapun alat pengumpul data yang dipakai adalah skala. Menurut Kerlinger
(dalam Kuncono, 2004) skala adalah seperangkat lambang atau angka yang
dibuat melalui aturan, lambang atau angka tersebut dapat ditempatkan pada
individu yang menjadi sasaran penggunaan skala. Kedua skala ini
menggunakan bentuk skala model Liker!, dengan variasi jawaban sebanyak
empat pilihan, yaitu sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S)
dan sangat sesuai (SS) dengan menghilangkan pilihan jawaban ragu-ragu
(R), hal ini dilakukan untuk menghindari jawaban responden yang berada di
tengah-tengah/netral yang mengindikasikan untuk menghindari jawaban yang
seharusnya. Masing-masing alternatif jawaban menunjukkan kesesuaian
pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan responden
sendiri. Setiap kategori memiliki nilai tertentu sebagai berikut:
Jawaban
Favorable
Unfavorable
Tabel 3.1
Bobot Nilai
SS s 4 3
1 2
TS STS
2 1
3 4
Skala yang digunakan terdiri dari: (1) skala kenakalan remaja yang mengacu
pada teori yang dikemukakan oleh Singgih D. Gunarsa (1989). (2) Skala
persepsi keharmonisan keluarga disusun berdasarkan konsep teori yang
dikemukakan oleh Stinnet dan DeFrain (dalam Hawari, 1999).
1. Skala kenakalan remaja
Tabel 3.2
Blue Print Kenakalan Remaja
No Aspek lndikator
1. Kenakalan yang Berbohong
bersifat amoral Membolos
59
PERPUSTAKAAN UTAMA UIN SYAHID JAKART,J,
No. Item Jumlah
Fav Unfav
1,2 3, 16 4
4,19 9 3
dan asosial Kabur dan keluyuran dari rumah 5, 10 7,8,12 5
Memiliki dan membawa benda
tajam yang membahayakan 11 1
orang lain
Pergaulan negatif 6,25 13, 14 4
Berpesta pora 20 15 2
Membaca buku porno dan 26,27, 21,22,2
kebiasaan menggunakan 6 29 4
bahasa tidak sopan/kasar
Makan/naik bis tanpa bayar 18 23 2
Minum-minuman keras 28 30 2
2. Kenakalan yang Perjudian 37,38 31 3
bersifat melanggar Pencurian 34 39,40 3
hukum Pelanggaran norma susila 35 32,41 3
--
60
Menggugurkan kandungan 33
Penganiayaan berat 36 42,43
Terlibat narkoba 17 44
Jumlah 20 24
Semakin tinggi skor yang diperoleh dalam skala kenakalan remaja, berarti
semakin tinggi kenakalan pada remaja tersebut, demikian juga sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh skala kenakalan remaja, berarti semakin
rendah kenakalan pada remaja tersebut.
2. Skala keharmonisan keluarga
Tabel 3.3
Blue print Keharmonisan Keluarga
No. Item No Aspek lndikator
Fav Unfav
Terciptanya kehidupan Tertanamnya nilai etika dan
1. beragama dalam moral, melakukan ibadah 1,2,3 8,9
keluarga dengan rutin
Mengisi waktu luang Mempunyai waktu 10, 11
2. bersama, liburan bersama, 4,5,7 bersama '12
makan bersama
-· -
1
3
2
44
Jumlah
5
6
--
61
Saling terbuka, tidak
Mempunyai mementingkan keinginan 13,14
3. komunikasi yang baik sendiri, bersedia '15, 1 6,18,19
antar anggota keluarga mendengarkan keluhan 7
orang lain
Saling menghargai 16,21 Bertindak adil, tidak iri hati, 20,26,2
4. antar sesama anggota ,22,2 saling menghargai 9
keluarga 4
Adanya hubungan Rasa saling memiliki, akrab 23,25 30,33,3
5. atau ikatan yang erat satu sama lain ,27 4
antar anggota keluarga
Mempunyai Lebih mengutamakan 28,31 35,36,3
6. kemampuan untuk keutuhan keluarga, tidak ,32 7,38
menyelesaikan konflik emosional
Jumlah 20 18
Semakin tinggi skor yang diperoleh dalam skala keharmonisan keluarga
berarti semakin harmonis keluarganya, demikian juga sebaliknya semakin
rendah skor yang diperoleh dalam skala keharmonisan keluarga berarti
semakin tidak harmonis keadaan keluarganya.
7
7
6
7
38
62
3.4.2. Teknik uji instumen penelitian
1. Uji validitas
Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya, suatu alat ukur akan memiliki validitas yang
tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukur sesuai dengan
tujuan ukur (Kuncono, 2004).
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan korelasi
Product Moment dari Pearson. Dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
r xv : Koefisien Korelasi
n : Jumlah sampel
l:XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
L X : Jumlah seluruh skor X
:LY : Jumlah seluruh skor Y
63
Hasil pengujian validitas skala kenakalan remaja
Data uji coba skala kenakalan remaja diperoleh dengan melibatkan 40 orang
responden siswa-siswi SMP Dharma Karya UT kelas 1, 2, dan 3. Skala uji
coba ini terdiri dari 44 item, setelah dilakukan pengujian indeks daya beda
item (validitas) terhadap skala ini dihasilkan 31 item yang memiliki indek
daya beda (validitas) yang baik dan 13 item gugur. Ke-31 item ini dikatakan
memiliki validitas yang baik karena memiliki nilai r hitung > r tabel (0,316)
(taraf signifikansi 5%). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabet 3.4
Blue Print Hasil Try Out Skala Kenakalan Remaja
No. Item No Aspek lndikator
Fav Unfav
1. Kenakalan yang Berbohong 1,2* 3, 16*
bersifat amoral Membolos 4*, 19* 9*
dan asosial Kabur dan keluyuran dari rumah 5, 10* 7*,8*, 12*
Memiliki dan membawa benda
tajam yang membahayakan 11*
orang lain
Pergaulan negatif 6*,25* 13*, 14*
Berpesta pora 20 15*
Membaca buku porno dan 26,27, 21*,22*,
Jumlah
4
3
5
1
4
2
~
64
kebiasaan menggunakan 29 24*
bahasa tidak sopan/kasar
Makan/naik bis tanpa bayar 18 23*
Minum-minuman keras 28* 30*
2. Kenakalan yang Perjudian 37,38 31*
bersifat melanggar Pencurian 34 39*,40*
hukum Pelanggaran norma susila 35* 32*,41 *
Menggugurkan kandungan 33
Penganiayaan berat 36* 42*,43*
Terlibat narkoba 17 44*
Jumlah 20 24
Keterangan: * : Item yang valid
Hasil pengujian validitas skala keharmonisan keluarga
Data uji coba skala keharmonisan keluarga diperoleh dengan melibatkan 40
orang responden siswa-siswi SMP Dharma Karya UT kelas VII, VIII, dan IX.
Skala uji coba ini terdiri dari 38 item, setelah dilakukan pengujian indeks daya
beda item (validitas) terhadap skala ini dihasilkan 26 item yang memiliki
indek daya beda (validitas) yang baik dan 12 item gugur. Ke-26 item ini
dikatakan memiliki validitas yang baik karena memiliki nilai r hitung > r label
(0,316) (taraf signifikansi 5%). Data selengkapnya dapat dilihat pada label
berikut ini:
2
2
3
3
3
1
3
2
44
65
Tabel 3.5
Blue Print Hasil Try Out Skala Keharmonisan Keluarga
No. Item No Aspek lndikator Jumlah
Fav Unfav
Terciptanya Tertanamnya nilai etika dan
1. kehidupan beragama moral, melakukan ibadah 1 *,2*,3* 8*,9* 5
dalam keluarga dengan rutin
Mempunyai waktu Mengisi waktu luang 10*,11*,
2. bersama bersama, liburan bersama, 4,5,7* 6 12*
makan bersama
Mempunyai Saling terbuka, tidak
komunikasi yang baik mementingkan keinginan 13, 14*, 6*, 18,
3. antar anggota sendiri, bersedia 7 15, 17* 19*
keluarga mendengarkan keluhan
orang lain
Saling menghargai Bertindak adil, tidak iri hati, 16,21*, 20,26,
4. antar sesama saling menghargai 7 22*,24* 29*
anggota keluarga
Adanya hubungan Rasa saling memiliki, akrab
atau ikatan yang erat satu sama lain 23*,25*, 30*,33, 5. 6
antar anggota 27* 34*
keluarga
Mempunyai Lebih mengutamakan 28,31, 35*,36,
6. kemampuan untuk keutuhan keluarga, tidak 7 32* 37*,38*
menyelesaikan konflik emosional
Jumlah 20 18 38
Keterangan: * : Item yang valid
66
2. Uji reliabilitas
Reliabilitas biasa disebut juga keajegan atau konsistensi suatu a lat ukur.
Suatu alat ukur akan dikatakan reliabel jika dilakukan beberapa kali
pengukuran terhadap kelompok sumber yang sama akan diperoleh hasil yang
relatif sama juga (Arikunto, 2002). Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus
Alpha Cronbach, dengan rumus:
:LSJ2] Sx2
Keterangan:
a : Koefisien reliabilitas alpha
Sj2 : Uraian belahan
K : Jumlah belahan tes
Sx : Varian skor tes
Hasil analisa reliabilitas kedua skala ini dibandingkan dengan keidah
reliabilitas menurut Guilford - Frutcher berikut (Kuncono, 2004):
Tabel 3.6.
Tingkat reliabilitas
Kriteria Koefisien Reliabilitas Sangat Reliabel > 0,9
Reliabel 0,7 - 0,9 Cukup Reliabel 0,4-0,7 Kurang Reliabel 0,2-0.4 Tidak Reliabel < 0,2
L;x : Jumlah seluruh skor X
L;r : Jumlah seluruh skor Y
68
3.6. Prosedur penelitian
Berkaitan dengan jalannya penelitian ini, peneliti membuat langkah-langkah
prosedur penelitian yang diharapkan dapat menunjang kelancaran serta
keberhasilan penelitian ini. Langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan ini dimulai dengan mimilih judul penelitian, perumusan
masalah, menentukan variabel yang akan diteliti, merumuskan hipotesis
penelitian, mencari serta menyusun teori yang berkaitan dengan variabel
penelitian, menyusun dan menentukan instrumen penelitian, menentukan
subjek dan lokasi penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini dimulai dengan menentukan subjek penelitian
dengan teknik simple random sampling, artinya setiap subjek dalam
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Kemudian melakukan uji coba (try out) intrumen penelitian berupa skala,
yang dilakukan untuk melihat tingkat validitas dan reliabilitas dari alat ukur.
Uji coba dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2009 di SMP Dharma
Karya UT, Pondok Cabe. Baru setelah itu dilakukan penelitian yang
73
orang (17,9%) dari mereka memiliki tingkat kenakalan remaja rendah, dan 11
orang (28,2%) memiliki tingkat kenakalan remaja yang sedang. Sedangkan
untuk jenis kelamin perempuan terdapat 2 orang responden (5, 1 %) memiliki
tingkat kenakalan remaja yang tinggi, 12 orang (30,8%) memiliki tingkat
kenakalan remaja yang sedang, dan 3 orang (7,7%) memiliki tingkat
kenakalan remaja yang rendah. Jika di lihat secara keseluruhan, ternyata
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kecenderungan
untuk berperilaku nakal pada kategori sedang. lni menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam tingkat
kenakalan remaja.
2. Kategori skor keharmonisan keluarga
Sedangkan untuk keharmonisan keluarga dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
harmonis, cukup harmonis, dan kurang harmonis. Tabel 4.4 di bawah ini
menggambarkan kategori keharmonisan keluarga berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.4.
Tingkat keharmonisan keluarga berdasarkan jenis kelamin
Kategori Keharmonisan Keluarga
Cukup Ku rang Total Harmon is
Harmon is Harmon is
Jen is 7 11 4 22 Laki-laki
Kela min 17.9% 28.2% 10.3% 56.4%
Perempuan 1 13 3 17
74
I 2.6% 33.3% 7.7% 43.6%
8 24 7 39 Total
20.5% 61.5% 17.9% 100.0%
Berdasarkan label di alas, dikelahui bahwa jenis kelamin hanya 7 orang
responden laki-laki (17,9%) dan 1 orang responden perempuan (2,6%) yang
lermasuk dalam kalegori harmonis. Unluk kalegori cukup harmonis lerdapal
11 orang responden laki-laki (28,2%) dan 13 orang responden perempuan
(33,3%). Sedangkan unluk kalegori kurang harmonis lerdapal 4 orang
responden laki-laki (10,3%) dan 3 orang responden perempuan (7,7%). Jika
di lihal secara keseluruhan, lernyala anlara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan memiliki lingkal keharmonisan keluarga pada kalegori cukup
harmonis.
Selanjulnya unluk melihal perbandingan anlara kenakalan remaja dengan
keharmonisan keluarga dapal dilihat pada label 4.5 di bawah ini
Tabel 4.5.
Perbandingan antara kenakalan remaja
dengan keharmonisan keluarga
Kateqori Keharmonisan Keluarqa
Harmonis Cukup Ku rang Total
Harmonis Harmon is Kategori
Tinggi 1 5 0 6
Kenakalan 2.6% 12.8% .0% 15.4% Remaja Sedang 5 12 6 23
75
12.8% 30.8% 15.4% 59.0%
Rendah 2 7 1 10
5.1% 17.9% 2.6% 25.6%
Total 8 24 7 39
20.5% 61.5% 17.9% 100.0%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya responden
memiliki tingkat kenakalan remaja yang sedang dengan kategori
keharmonisan keluarga yang cukup harmonis, hal ini dapat dilihat dari
prosentase yang didapat pada kategori tingkat kenakalan sedang dengan
kategori cukup harmonis dengan jumlah 30,8 % untuk 12 orang responden.
Bahkan tidak terdapat sama tingkat kenakalan yang tinggi pada kategori
keluarga yang kurang harmonis, secara umum reponden menunjukkan
tingkat kenakalan yang sedang dengan kategori keluarga yang cukup
harmonis.
4.2. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini hendak menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja pada siswa SMP
DUA MEI Ciputat. Hipotesis kerja yang diajukan adalah hipotesis nihil (Ho)
yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja pada siswa SMP
DUA MEI, Ciputat. Hasil penghitungannya dirangkum dalam Tabel 4.6.
berikut;
76
Tabel 4.6.
Hasil uji korelasi
antara keharmonisan keluarga dan kenakalan remaja
Rhi R (N 39; 5%) Keputusan
-0, 159 0,316 Terima Ho
Hasil uji korelasi dengan menggunakan teknik Pearson's Product Moment
dihasilkan nilai korelasi (r) hitung sebesar -0, 159. Sementara nilai r tabel pada
taraf signifikansi 5% dengan N 39 adalah sebesar 0,316. Karena nilai rhitung
yang didapat (-0,159) < r1abel (Sig. 5%; N 39 = 0,316), maka hipotesis nihil
(Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja diterima. Arah
hubungan yang dihasilkan menunjukkan arah yang negatif, yang bermakna
ada kecenderungan semakin tinggi keharmonisan keluarga maka semakin
berkurang kenakalan remaja, meskipun hubungan tersebut tidak signifikan.
4.3. Hasil Tambahan
4.3.1. Keharmonisan keluarga
Hasil uji korelasi antara enam aspek Keharmonisan Keluarga dan Kenakalan
Remaja dengan menggunakan teknik Pearson's product moment dihasilkan
nilai korelasi (r) hitung sebesar:
a. 0,207 pada aspek Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga
b. -0,090 pada aspek Mempunyai waktu bersama
c. -0, 121 pada aspek Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota
keluarga
77
d. -0,300 pada aspek Saling menghargai antar sesama anggota keluarga
e. -0,314 pada aspek Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar
anggota keluarga
f. -0,097 Mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan konflik
Sementara nilai r tabe1 pada taraf signifikansi 5% dengan N 39 adalah sebesar
0,316.
Keputusan:Ho diterima jika rhitung < rtabel
Karena nilai rhitung yang didapat < r1abe1, maka keenam variabel Keharmonisan
Keluarga di alas tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan Kenakalan
Remaja.
Setelah dilakukan uji korelasi kemudian dilakukan penghitungan nilai R
Square untuk mengetahui seberapa besar sumbangsih keenam variabel
keharmonisan keluarga terhadap variabel kenakalan remaja. Hasilnya
disajikan pada label berikut;
78
Tabel 4.7.
Nilai R Square keharmonisan keluarga
Model R I R Square I Adjusted R Std. Error of Square the Estimate
1 .618(a) I .382 I .266 11.82509
a Predictors: (Constant), Mempunya1 kemampuan untuk menyelesa1kan konflik, Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga, Saling menghargai antar sesama anggota keluarga, Mempunyai waktu bersama, Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga, Adanya hubungan atau ikatan yang era! antar anggota keluarga
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai R Square yang didapat
adalah sebesar 0.382. Hal ini berarti bahwa keenam aspek keharmonisan
keluarga memberikan sumbangsih sebesar 38.2% bagi perubahan variabel
kenakalan remaja. Dengan demikian terdapat 61.8% aspek lain selain
keenam aspek di atas yang tidak terukur dalam penelitian ini, yang dapat
memberikan perubahan variabel kenakalan remaja.
Kemudian dilakukan penghitungan uji signifikansi konstanta dari keenam
aspek variabel independen yang diukur. Hasilnya disajikan pada tabel
coefficients(a) berikut;
Tabel 4.8.
Uji konstanta aspek keharmonisan keluarga
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Siq. 1 (Constant) 97.930 17.258 5.674 .000
Terciptanya kehidupan
3.241 1.053 .538 3.078 .004 beragama dalam keluarqa
79
Mempunyai .490 1.234 .085 .397 .694 waktu bersama
Mempunyai komunikasi yang baik antar -.091 1.284 -.015 -.071 .944 anggota keluaraa Saling menghargai antar sesama -2.169 1.280 -.333 -1.695 .100 anggota . keluaraa Adanya hubungan atau ikatan yang erat -3.365 1.156 -.644 -2.912 .006 antar anggota keluarQa Mempunyai kemampuan untuk 1.596 1.187 .268 1.345 .188 menyelesaikan konflik
a Dependent Vanabel: Kenakalan Remaia
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t hitung yang didapat pada
keenam aspek variabel keharmonisan keluarga adalah sebesar
a. 3.078 pada aspek Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga
b. 0.397 pada aspek Mempunyai waktu bersama
c. -0.071 pada aspek Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota
keluarga
d. -1.695 pada aspek Saling menghargai antar sesama anggota keluarga
e. -2.912 pada aspek Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar
anggota keluarga
f. 1.345 Mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan konflik
80
Nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df 37 (n - 2 = 39 - 2) adalah
sebesar 2.042. Nilai t hitung yang didapat aspek Terciptanya Kehidupan
Beragama dalam Keluarga > t tabet. maka dapat disimpulkan bahwa hanya
satu aspek keharmonisan keluarga tersebut yang benar-benar memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kenakalan remaja. Sementara kelima
aspek lainnya tidak memberikan dampak perubahan yang signifikan terhadap
kenakalan remaja.
4.3.2. Kenakalan remaja
Hasil uji korelasi antara dua aspek kenakalan remaja dan keharmonisan
keluarga dengan menggunakan teknik Pearson's product moment dihasilkan
nilai korelasi (r) hitung sebesar:
a. -0.214 pada aspek Kenakalan Moral dan Asosial
b. -0.026 pada aspek Kenakalan Melanggar Hukum
Sementara nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% dengan N 39 adalah sebesar
0.316.
Keputusan: Ho diterima jika rhrrung < rtabel
Karena nilai rhrrung < rtabet. maka kedua variabel kenakalan remaja di atas tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan keharmonisan keluarga.
82
Tabel 4.10
Uji konstanta aspek kenakalan remaja
Unstandardized t Sig. Model Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 96.546 12.379 7.79
.000 9
Kenakalan Amoral -dan Asosial -.406 .243 -.367 1.67 .103
5 Kenakalan 1.02 Melanggar Hukum .455 .443 .225
6 .312
a Dependent Vanabel: Keharrnonisan Keluarga
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t hitung yang didapat pada
keenam aspek variabel keharmonisan keluarga adalah sebesar
a. -1.675 pada aspek Kenakalan Amoral dan Asosial
b. 1.026 pada aspek Kenakalan Melanggar Hukum
Nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df 37 (n - 2 = 39 - 2) adalah
sebesar 2.042. Nilai t hitung yang didapat dua aspek variabel kenakalan remaja
< t tabe1, maka dapat disimpulkan bahwa kedua aspek Kenakalan Remaja
tersebut tidak memberikan dampak perubahan yang signifikan terhadap
keharmonisan keluarga.
BABS
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis, maka dapat
dikemukakan kesimpulan bahwa tidak ada hubungan negatif yang signifikan
antara keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja, arah hubungan
yang dihasilkan menunjukkan arah yang negatif yang bermakna ada
kecenderungan semakin tinggi keharmonisan keluarga maka semakin
rendah kenakalan remaja. Meskipun tidak ada hubungan antara
keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja, bukan berarti keluarga
tidak memiliki pengaruh dalam membentuk perilaku menyimpang remaja,
tetap ada hubungan antar keharmonisan keuarga dengan kenakalan remaja
meskipun hubungan tersebut tidak signifikan.
5.2. Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara keharmonisan
keluarga dengan kenakalan remaja. Adapun hasil yang diperoleh adalah
tidak terdapatnya hubungan antara keharmonisan keluarga dengan
kenakalan remaja.
83
84
Dengan demikian hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kondisi keluarga terutama
keluarga yang harmonis yang didalamnya jarang dan hampir tidak terdapat
konflik dan lain sebagainya, memiliki korelasi yang signifikan terhadap
kenakalan remaja. Seperti halnya pendapat yang diungkapkan oleh Nick
Stinnet dan John Defrain (dalam Hawari, 1999) tentang keluarga yang sehat
dan harmonis yang menyatakan bahwa keluarga memiliki peranan yang
besar dalam membentuk perilaku dan kepribadian anggota keluarganya,
dalam hal ini remaja.
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Rachmat
Mulyono (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara persepsi interpersonal remaja terhadap perceraian orang tua dengan
kecenderungan perilaku menyimpang pada remaja, dalam hal ini berarti
bahwa semakin tinggi persepsi interpersonal remaja terhadap perceraian
orang tua semakin tinggi pula kecenderungan perilaku menyimpang pada
remaja.
Dengan tidak adanya hubungan antara variabel dalam penelitian ini bukan
berarti keluarga tidak memiliki pengaruh atau peran dalam membentuk
kerpribadian dan perilaku anggota keluarganya. Seperti halnya pendapat
yang diungkapkan oleh Hurlock (1973) bahwa anak yang hubungan
85
perkawinan orang tuanya bahagia akan memersepsikan rumah mereka
sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup karena makin sedikit
masalah antar orang tua, semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan
sebaliknya hubungan keluarga yang buruk akan berpengaruh kepada seluruh
anggota keluarga, sehingga anak ingin keluar dari rumah sesering mungkin.
Dan secara emosional suasana tersebut akan mempengaruhi masing-masing
anggota keluarga untuk bertengkar dengan yang lainnya.
Dari enam aspek kaharmonisan keluarga yang dijadikan indikator dalam
skala keharmonisan keluarga, hanya satu aspek saja yang memberikan
pengaruh yang signifikan terhadp kenakaln remaja, yaitu aspek Terciptanya
Kehidupan Beragama dalam Keluarga, dengan t h~ung sebesar 3.078 dengan
nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df 37 (n - 2 = 39 - 2) adalah
sebesar 2.042.
Aspek terciptanya kehidupan beragama berarti adanya kesadaran akan
beragama, kesadaran akan adanya Tuhan. Pada masa remaja mulai tumbuh
kemampuan untuk berpikir abstrak sehingga memungkinkannya untuk
mentransformasikan keyakinan beragamanya. Remaja mulai bisa
mengapresiasikan kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha adil,
Maha Kasih Sayang dan lain sebagainya, selain itu juga mulai menanyakan
atau mempermasalahkan sumber-sumber otoritas dalam kehidupan, seperti
87
perkembangan masa remaja, terutama dalam lingkungan keluarga. Karena
dalam ajaran agama terdapat nilai-nilai yang mengatur setiap orang untuk
melakukan yang seharusnya dilakukan dan menjauhi semua hal yang
dilarang ataupun tidak baik. Kondisi keluarga yang di dalamnya tertanam
nilai-nilai keagamaan yang kuat akan menimbulkan tingkat kenakalan remaja
yang rendah. Akan tetapi tertanamnya nilai-nilai agama bukanlah satu
satunya faktor penentu berkurangkan tingkat kenakalan remaja, masih
banyak faktor lain seperti pengawasan pihak sekolah maupun adanya
program dari pemerintah dalam menangani kenakalan remaja.
Sedangkan untuk variabel kenakalan remaja diperoleh nilai ltabel pada taraf
signifikansi 5% dengan df 37 (n - 2 = 39 - 2) adalah sebesar 2.042. Dengan
nilai lMung:
a. -1.675 pada aspek Kenakalan Amoral dan Asosial
b. 1.026 pada aspek Kenakalan Melanggar Hukum
Nilai t hitung yang didapat dua aspek variabel kenakalan remaja lebih kecil dari
t tabei. maka dapat disimpulkan bahwa kedua aspek kenakalan remaja
tersebut tidak memberikan dampak perubahan yang signifikan terhadap
keharmonisan keluarga. Yang mengindikasikan bahwa yang menjadi pemicu
timbulnya kenakalan remaja bukan hanya kondisi keluarga saja, tetapi masih
89
hendak diukur baik pada skala keharmonisan keluarga maupun pada skala
kenakalan remaja. Pada saat menyebarkan angket, situasi yang kurang
kondusif dalam pengisian angket dikarenakan waktu yang terlalu singkat
sehingga mengakibatkan siswa tidak optimal dalam membaca dan mengisi
angket yang diberikan oleh peneliti. Selain itu juga pada keterbatasan jumlah
sampel yang mungkin kurang representatif serta tidak disertakannya usia dan
karakteristik sampel yang sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap
tingkat kenakalan remaja tersebut. Hal ini pula yang mungkin menyebabkan
tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara keharmonisan keluarga
dengan kenakalan remaja.
5.3. Saran
1. Saran teoritis
Sebagai penutup bab ini, penulis mengajukan beberapa saran terkait dengan
adanya kekurangan dalam penelitian ini:
Bagi peneliti selanjutnya penulis berharap dapat menggali masalah ini
lebih dalam dan sebaiknya responden yang diambil lebih bervariasi atau
bila memungkinkan dapat digunakan kombinasi dua pendekatan, yaitu
pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan jumlah responden yang lebih
besar, sehingga dapat diperoleh sebuah gambaran menyeluruh mengenai
keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja.
.-----~~,-·90··"'""'"""""~.,·f
PER PUST AKAAN UT AMA ' UIN SYAHIO JAKART~-'
- Adanya variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap
kenakalan remaja seperti kontrol diri, prestasi di sekolah, status sosial
ekonomi, kondisi lingkungan, konformitas, identitas, kepribadian dan lain-
lainnya adalah beberapa faktor yang dapat dijadikan variabel bebas.
2. Saran praktis
Berdasarkan penelitian ini, diharapkan agar:
Para remaja mengontrol diri dan emosi agar tidak terjerumus dalam
pergaulan negatif dengan lebih selektif dalam memilih teman dan
bergaul.
Para orang tua mengerti dan memahami bahwa masa remaja adalah
masa transisi yang sangat rentan, dengan memberikan bimbingan dan
arahan perilaku yang positif dalam bergaul. Seperti: memberikan
gambaran perilaku dan konsekuensinya, sehingga remaja dapat
bertindak lebih hati-hati dan tidak terjerumus pada kenakalan remaja
yang dapat merusak cita-cita dan masa depan, serta adanya usaha
untuk lebih meningkatkan pemahaman dan penanaman nilai-nilai
keagamaan yang diharapkan dapat menekan tingkat kenakalan
remaja.
Bagi pihak guru dan sekolah tempat remaja belajar hendaklah selalu
mengawasi siswa yang memiliki kecenderungan untuk berperilaku
menyimpang yang mengarah pada kenakalan remaja dengan
memberikan layanan bimbingan dan konseling pada waktu khusus.
Sedangkan untuk siswa yang telah melakukan kenakalan remaja,
sekolah diharuskan melakukan tindakan yang sesuai dengan tidak
menghakiminya tetapi berikanlah teguran dengan cara yang baik,
diperlakukan dengan adil, memahami keadaannya dan membantu
mengembalikannya untuk berperilaku baik.
91
92
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan) Jakarta: Raja Grafindo Persada
Daradjat, Z. (1977). Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang
Depdikbud (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Elfida, D. (2005) Hubungan antara Kemampuan Mengontrol Diri dengan Delinkuen pada Remaja. Jurnal Psikologi, Vol. 1, No.2,78- 86
Gunarsa, S.D. dan Gunarsa, S.D. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia
---------------, (1983). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia
---------------. (2007). Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia
Hawari, D. (1999). Al-Quran llmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta: Dana Bhakti Yasa
Hurlock, E.B. (1973). Adolescent Development (4th ed). Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha Ltd
---------------, ( 1999). Developmental Psycology: Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. lstiwidayanti (terj). Jakarta: Erlangga
Kartono, K. (1986). Psikologi Wanita (Wanita Sebagai lbu dan nenek). Jilid 2. Bandung: Alumni
-------------. (2005). Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Kuncono, (2004). Analisa Butir. Teknik Analisa dan Aplikasi pada Mata Ku/iah: Penyusunan Skala Psikologi, Konstruksi Tes,
Uswatusolihah, U. (2008). Keluarga Sakinah dalam Media Cetak Islam: Analisa Wacana pada Rubrik "Ayah Bunda" Harian Umum REPUBLIKA. Tesis (tidak diterbitkan). Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hldayatullah Jakarta
Yusuf, S. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya
94
ampiran 1
:epada Yth,
,jswa/siswi SMP DUA MEI
Ii
'em pat
1dik-adik yang saya homati, dalam rangka penelitian tentang Hubungan Keharmonisan
Celuarga dengan Kenakalan Remaja, saya mohon kesediaan adik-adik untuk mengisi
;kala yang saya buat ini. Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan
lengan peristiwa yang adik-adik alami dalam kehidupan sehari-hari
\dik-adik diminta untuk mengisi biodata dan memberikan jawaban sesuai dengan
<eadaan atau pengalaman sendiri. Sebelum mengisi mohon membaca pemyataan
:lengan seksama. Semua jawaban adik-adik adalah BENAR, asalkan sesuai dengan
pengalaman dan keadaan adik-adik. Saya sangat menghargai kesungguhan dan kejujuran
adik-adik, kerahasiaan identitas dan jawaban adik-adik saya jamin sesuai dengan kode
etik psikologi.
Terima kasih atas kesediaan dan kesungguhan adik-adik dalam mengisi skala ini.
Hormat saya
Ttd.
Imam Fahrni Umami
1ma (boleh inisial) : .L
nur nis kelamin ~las
IDENTITAS PRIBADI
bawah ini terdapat beberapa pernyataan, bacalah setiap pernyataan dan berikan .vaban dengan cara memberi tanda centang (---1) pada kolom yang tersedia yang sesuai mgan keadaan atau kondisi yang adik-adik alami.
S : Sangat Sesuai : Sesuai
S : Tidak Sesuai TS : Sangat Tidak Sesuai
ontoh: 0 Pernyataan
I Saya selalu merasa bosan tinggal di rumah
kala Kenakalan Remaja lo Pernyataan
I. Saya akan tetap berusaha untuk berkata jujur ) Saya tidak pernah bolos sekolah
l. Meskipun saya bergaul dengan anak-anak yang nakal tapi saya tidak mengikuti tingkah laku mereka
i. Saya lebih baik kabur dari kelas dari pada harus mengikuti pelajaran yang sulit
). Habis keluyuran, biasanya saya pulang ke rumah larut malam
l. Dalam seminggu saya bolos sekolah minimal sekali r. Selesai sekolah saya langsung pulang ke rumah
3. Kemana-mana saya selalu membawa benda tajam untuk melindungi diri
~- Pulang sekolah saya tidak langsung ke rumah tapi keluyuran dulu bareng teman-teman ataupun sendirian
10. Saya biasa nongkrong di jalan bareng teman-teman 11. Bagi saya berciuman dengan pacar adalah hal yang biasa 12. Moment istimewa seperti ulang tahun atau malam tahun baru biasa
kami rayakan dengan berpesta pora
13. Saya biasa berbohong untuk menutupi kesalahan saya
14. Saya rajin mengikuti pe\ajaran sekolah
SS s TS
" SS s TS
STS
STS
5. Kadang-kadang saya membaca buku atau cerita porno
6. Jika sedang marah saya biasa mengungkapkannya dengan kata-kata kasar
7. Jika naik angkutan umum atau bis rame-rame saya tidak pernah bayar
8. Saya biasa berbicara kasar dengan teman-teman biar terlihat akrab
9. Meskipun berpacaran saya akan tetap menjaga diri dan tidak melanggar norma-norma
'0. Saya tidak minum minuman keras karena tidak baik untuk kesehatan
!1. Saya pernah minum minuman keras
!2. Saya pernah main judi meskipun kecil-kecilan ~3. Selama berpacaran saya pernah melakukan hubungan seksual
dengan pacar saya
24. Saya tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar susila
25. Biasanya saya menyelesaikan masalah secara damai 26. Kadang-kadang saya suka mengambil uang simpanan orang tua
secara diam-diam
27. Saya pernah mengambil barang orang lain hanya karena ingin memilikinya
28. Melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan merupakan hal yang wajar bagi saya
29. Kadang-kadang saya memukul orang yang membuat saya kesal
30. Karena dendam saya pernah menganiaya teman sampai babak belur
31. Saya pernah menggunakan narkoba
:ala Keharmonisan Keluarga
::> Pernyataan SS s TS STS Orang tua biasa mengingatkan saya untuk menja\ankan perintah agama Orang tua saya mengajarkan beribadah sejak kecil Orang tua senantiasa menanamkan nilai-nilai etika dan moral Orang tua saya kurang bisa menghargai pendapat anak-anaknya karena masih dianggap anak kecil
Kami lebih banyak melakukan kegiatan sendiri-sendiri Orang tua saya jarang beribadah Keluarga saya tidak pernah berdiskusi tentang masalah-masalah agama Orang tua saya menyediakan waktu untuk berkumpul bersama
' anak-anaknya walaupun sedang sibuk I. Biasanya keluarga kami makan bersama
0. Setiap ada waktu luang, orang tua mengajak kami untuk berjalan-jalan bersama
1. Orang tua saya menghargai pendapat anak-anaknya
12. Orang tua saya terbuka dalam banyak hat
13. Saya paling malas mendengarkan keluhan orang lain
14. Orang tua saya bersikap adil, terutama dalam perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya
15. Saya menghargai orang tua walaupun mereka berbeda pendapat dengan saya
16. Saya dan saudara saya memiliki hubungan yang akrab
17. Meskipun kami sekeluarga memiliki perbedaan tetapi kami tetap sating menghargai
18. Saya merasa dekat dengan orang tua
19. Jika ada masalah, kami biasa mendiskusikannya dengan keluarga untuk mencari solusinya
20. Kami sering berselisih paham hanya karena masalah kecil
21. Orang tua kaku sehingga saya tidak dekat
22. Ayah terlihat tenang dalam menghadapi masa\ah
23. Hubungan kedua orang tua saya tidak harmonis
24. Orang tua saya bertengkar tanpa alasan yang jelas
25. Jika bertengkar saya tidak pernah mau mengalah
26. Kedua orang tua saya jarang berdiskusi untuk menyelesaikan masalah
La~inm 2
Korelasi Keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja
Mempunya Adanya i Saling hubungan
Terciptanya komunikasi menghar atau ikatan Mempunyai kehidupan yang balk gai antar yang erat kernampuan beragama Mempunya antar sesama an tar untuk
Kenakalan da!am iwaktu anggota anggota anggota menyelesaikan Remaia keluar~a bersama keluarna ke!uarna keluarr a konflik
Pearson Kenakalan 1.000 .207 -.090 ·.121 -.300 -.314 -.097
Correlation Remaia Terciptanya kehidupan 207 1.000 .553 .324 .365 .530 .336 beragama da!am keluaroa Mempunyai waktu bersama -.090 .553 1.000 .584 .551 .598 .394
Mempunyai komunikasi yang balk antar -.121 .324 .584 1.000 .641 .396 .520 anggota keluarga
Saling menghargai antar sesama -.300 .365 .551 .641 1.000 .511 .482 anggota keluarga
Adanya hubungan, alau ikatan yang erat -.314 .530 .598 .396 .511 1.000 .637 antar anggota keluarQa Mempunyai kemampuan untuk -.097 .336 .394 .520 .482 .637 1.000 menyelesalkan konflik
Sig. (1-tailed) Kenakalan .103 .293 .232 .032 .026 .279 Remaia
Terciptanya kehidupan beragama dalam .103 .000 .022 .011 .000 .018
ke!uarga
Mempunyai waktu bersama .293 .000 .000 .000 .000 .007
Mempunyai komunikasi yang baik antar .232 .022 .000 000 .006 .000
anggota keluarga
Saling menghargai
032 antar sesama .011 .000 .000 .000 .001
anggota keluarga
Adanya hubungan atau ikatan yang erat .026 .000 .000 .006 .000 .000 antar anggota keluaraa Mempunyai kemampuan untuk .279 .018 .007 .000 .001 .000 menyelesaikan konnik
N Kenaka!an 39 39 39 39 39 Remaia 39 39
Terciptanya kehidupan beragama dalam 39 39 39 39 39 39 39 ke!uarga
Mempunyai waktu bersama 39 39 39 39 39 39 39
Mempunyai komunikasi yang baik antar 39 39 39 39 39 39 39 anggota keluarga
Sallng menghargai
39 39 39 39 39 39 39 antar sesama anggota ke!uarga
Adan ya hubungan atau lkatan yang era! 39 39 39 39 39 39 39 antar anggota keluaraa Mempunyai kemampuan untuk 39 39 39 39 39 39 39 menyelesaikan konflik
Lampiran Korelasi antara dua aspek Kenakalan Remaja dan Keharmonisan Keluarga
Kenakalan Kenakalan Keharmonisa Amoral dan Melanggar n Keluaroa Asosial Hukum
Pearson Correlation Keharmonisan Keluarga 1.000 -.214 -.026 Kenakalan Amoral dan Asosial -.214 1.000 .682
Kenakalan Melanggar -.026 .682 1.000 Hukum
Sig. (Hailed) Keharmonisan Keluarga .095 .439 Kenakalan Amoral dan Asosial .095 .000
Kenakalan Melanggar .439 .000 Hukum
N Keharmonisan Keluarga 39 39 39 Kenakalan Amoral dan Asosial 39 39 39
Kenakalan Melanggar 39 39 39 Hukum
VAR00038 136.8205 241.6248 .1441 .8881 VAR00039 136.9487 229. 8920 .5467 .8806 VAR00040 136.5128 229.8354 .5876 .8801 VAR00041 136.2051 237.1147 .4744 .8827 VAR00042 137.4872 234.0985 .4333 .8827 VAR00043 136.4615 231.5182 .6099 .8802 VAR00044 136.1538 237.8704 . 4864 .8828
Reliability Coefficients N of Cases 39.0 N of Items 44 Alpha .8862
Lampiran 5
Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
Statistics for SCALE
Mean 98.7436
Item-total Statistics
VAROOOOl VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAROOOll VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031
Reliability N of Cases Alpha
Scale Mean
if Item Deleted
95.4103 95.6923 95. 4872 95.5385 95.5385 95.3333 95.4615 95.1282 95.7179 95.8205 96. 1538 96.4615 96.2564 95.2308 95.3590 96.5897 95.4103 95.8974 95.2051 95.5897 95.1026 95.4103 95. 0513 95.5128 95.4103 95.7436 95.3077 95.0000 96. 2821 95.2564 94.9487
Coefficients 39.0
= . 9110
A N A L Y S I S S C A L E
Variance 190.4588
Scale Variance if Item Deleted
182.8799 175.6397 179. 0985 180.9919 176.5182 181.0702 178.4130 182.5884 173.8920 169.2038 170.6599 177.7287 181. 7220 182.2874 180.2888 182.2483 177.4062 183.7787 183.3252 180.5641 179.0945 179.1957 181.8394 180.1511 180.6167 174. 7220 174.2713 180.5263 178.5762 175.1430 181.4184
N Of Std Dev Variables 13.8007 31
Corrected ItemTotal
Correlation
. 3527
.5070
. 4 678
.3915
.5533
. 4366
. 5961
. 3831
. 6863
.7700
. 6512
.4701
. 3476
.4463
.4788
.3290
. 5779
.2391
. 3862
.2744
. 57 4 5
. 4 048
. 4 636
.3528
.4691
.5574
. 6165
.5205
.4369
. 6719
.5231
N of Items 31
(A L P H A)
Alpha if Item Deleted
.9100
.9078
. 9084
. 9095
. 9070
.9089
.9067
. 9096
.9048
.9028
.9050
. 9084
.9103
. 9088
.9083
.9105
. 9068
. 9121
.9095
.9130
.9071
. 9096
.9086
. 9106
. 9084
.9069
.9059
. 9079
.9090
.9053
. 9080
Lampiran 6
Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y ANALYSIS S C A L E (A L P H A)
N Of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 88.3077 118.6397 10.8922 27
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
VAROOOOl 84.4872 113. 8880 . 4720 .8878 VAR00002 84.6154 112. 7166 . 4 633 .8873 VAR00003 84.4872 114. 8354 .3722 .8890 VAR00004 85.5385 110. 5709 . 3679 .8894 VAR00005 85.4872 107.8880 . 4870 .8864 VAR00006 84.7179 110.4710 .5794 .8850 VAR00007 85.0513 109.1552 .5156 .8856 VAR00008 84.9744 110. 8677 . 4 654 .8868 VAR00009 85.0000 108.6842 .5339 .8852 VAROOOlO 85.0256 109.2362 .5293 .8853 VAROOOll 85.1026 111. 8313 . 4303 .8876 VAR00012 85.2308 107.9717 .5712 .8843 VAR00013 85.2308 110. 6032 .3977 .8885 VAR00014 85.0000 106.4737 .6983 .8814 VAR00015 85.0000 110.5263 .5579 .8853 VAR00016 84.9487 110. 8394 . 4 633 .8869 VAR00017 84.7179 113.8920 .4230 .8882 VAR00018 85.0513 110.2605 .4707 .8867 VAR00019 85.2051 108. 2726 . 624 7 .8834 VAR00020 85.4359 109. 9366 . 4 057 .8884 VAR00021 85.0000 110. 0000 . 4027 .8885 VAR00022 85 .1026 112. 3050 .3534 .8892 VAR00023 84. 9231 110. 3887 .3620 .8898 VAR00024 84.8974 109.3576 .5033 .8859 VAR00025 85.3077 110.7976 . 4111 .8880 VAR00026 85.1795 107.3617 . 4 932 .8863
Reliability Coefficients N of Cases 39.0 N of Items 26 Alpha ~ .8908
impiran 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 4 4 4 1 1 1 1 4 2
2 4 3 3 1 2 4 3 3 1
3 4 3 3 1 2 1 3 4 2
4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
5 4 4 4 1 1 2 3 4 4
6 4 4 4 2 3 3 3 4 4
7 3 3 3 2 2 4 4 3 3
8 3 3 3 1 4 4 2 3 3
9 4 4 4 3 3 4 4 3 3
10 4 4 4 2 2 4 3 4 3
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3
12 4 3 4 3 2 3 4 3 3
13 4 4 4 4 3 4 3 4 3
14 4 4 4 2 2 3 4 2 2
15 4 4 4 4 3 4 4 4 4
16 4 4 4 3 4 3 3 4 4
s 17 4 4 4 3 3 3 3 4 3
u 18 4 3 3 3 3 4 3 3 3 b j
19 4 4 4 2 3 4 4 3 3
e 20 4 4 4 2 4 4 4 4 3 k 21 3 4 4 1 1 1 3 2 1
22 3 3 4 3 3 4 4 3 2
23 4 4 4 3 4 4 4 2 2
24 4 4 4 3 4 3 2 4 4
25 4 2 3 4 2 4 3 3 3
26 4 3 4 3 3 2 3 3 3
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 4 4 3 3 3 4 3 3 3
29 4 4 3 3 2 4 4 1 3
30 4 4 4 3 1 3 3 2 4
31 4 4 4 3 3 4 4 4 3
32 4 4 4 3 3 4 4 3 3
33 4 4 4 2 3 3 4 4 4
34 4 4 4 3 2 3 4 4 4
35 4 3 3 4 2 3 3 4 3
36 4 3 3 4 3 4 3 2 3
37 4 4 4 4 2 4 3 4 4
38 4 4 4 1 2 4 3 3 2
39 4 4 4 3 3 4 4 4 4
Analisa Butir Keharmonisan Keluarga
Item
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
2 2 3 3 2 2 4 4 2 2
1 2 2 3 2 2 2 3 2 1
3 4 2 2 4 2 4 2 4 4
4 4 3 4 4 3 4 4 4 4
4 2 4 4 2 4 1 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
3 3 3 2 3 1 2 4 2 3
4 3 3 2 4 3 4 4 4 3
3 2 2 3 2 3 3 3 3 2
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
4 3 3 3 4 4 3 3 3 3
4 3 2 3 3 3 1 4 3 2
2 3 2 3 2 2 4 4 3 2
4 4 1 3 4 4 3 3 3 2
4 4 3 3 4 4 4 3 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 4 3 4 3 3 2
3 4 4 2 4 3 4 3 4 3
4 3 4 1 4 4 4 4 4 3
1 1 1 4 2 2 2 1 2 1
3 3 2 2 3 4 3 3 4 4
2 2 2 1 4 3 2 3 4 3
4 3 4 1 4 3 3 4 4 3
4 3 3 3 4 3 2 3 3 3
2 3 3 4 3 4 3 3 3 2
4 1 1 4 4 4 4 4 4 1
4 3 3 4 4 4 3 3 4 3
3 4 3 3 4 4 3 4 4 3
4 4 4 1 4 4 4 4 4 4
4 4 3 3 4 3 4 4 4 4
3 3 2 3 3 3' 2 3 4 4
4 4 4 4 3 2 4 4 1 4
3 3 1 3 4 4 4 4 3 4
3 4 2 2 4 4 4 3 4 4
2 4 3 4 4 4 4 4 4 3
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3
3 3 4 4 4 3 3 3 4 4
4 3 3 3 4 3 3 3 4 4
20 21 22
1 1 2
2 2 2
1 3 4
2 4 3
1 4 4
3 3 4
2 2 3
2 2 3
2 3 3
2 4 3
3 3 3
2 3 3
3 2 3
2 2 3
3 3 4
3 4 2
4 4 4
4 3 3
3 4 4
1 4 2
2 1 1
4 3 4
2 4 4
2 2 3
4 4 4
3 1 2
4 4 4
3 3 3
2 3 3
2 2 4
3 3 4
3 3 4
4 4 2
4 4 4
3 3 4
4 1 4
4 3 4
3 4 4
4 4 4
.. .........,~ .... '"''"••'
PE~PUSTAKAA UIN SYAHID ,,
23 24 25 26 Jumlah
1 1 1 1 56
4 4 1 3 62
3 1 1 3 70
4 4 4 4 98
4 4 4 4 85
4 4 3 3 93
2 2 2 2 71
2 2 2 2 67
4 4 4 4 90
3 4 4 3 79
3 3 3 3 77
2 4 3 4 83
3 4 3 3 82
2 1 3 2 69
1 4 4 4 89
4 4 3 4 94
4 4 4 4 97
4 3 3 3 83
4 4 4 4 92
4 3 2 4 88
1 1 1 1 45
3 3 2 2 81
4 4 2 4 81
4 4 2 2 84
2 3 2 2 80
3 3 2 4 76
4 4 4 4 95
4 4 3 3 88
3 3 3 3 83
3 3 3 3 BS
4 4 3 4 95
3 4 1 1 81
1 4 1 2 84
4 4 4 4 93
4 4 2 2 85
4 4 4 2 88
4 3 2 1 92
3 1 2 3 82
4 4 4 4 96
UTA/c\A KART;\
1mpiran 8
Analisa Butir Kenakalan Rernaja
Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah
1 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 1 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 106
2 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 1 1 1 4 4 1 4 2 2 4 4 4 2 2 4 2 4 3 2 4 4 94
3 4 3 2 1 2 3 3 1 1 4 2 1 4 3 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 3 1 1 1 2 1 3 81
4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 2 2 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 2 3 4 101
5 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 1 4 4 107
6 4 4 3 2 2 2 4 4 3 3 3 1 3 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 4 100
7 4 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 3 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 1 3 3 3 4 77
8 4 2 2 4 1 3 2 4 2 1 1 1 2 4 3 2 4 4 4 4 1 1 2 3 3 2 2 2 1 1 1 73
9 4 3 4 2 2 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 2 4 4 102
10 3 4 3 2 4 4 3 4 3 3 2 3 2 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 105
11 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 75
12 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 1 4 2 4 1 3 4 3 4 2 3 4 97
13 4 2 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 4 2 4 4 103
14 3 2 2 4 2 1 2 4 2 1 1 2 2 2 3 1 3 2 4 3 3 4 4 2 3 2 3 4 2 2 4 79
15 2 1 2 3 4 2 3 4 2 1 1 3 2 3 1 1 2 4 3 3 4 1 4 3 1 3 4 4 1 3 4 79
16 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 109
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 119
18 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 97
19 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 114
20 3 1 3 4 4 3 4 3 4 3 1 3 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 103
21 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 1 1 2 2 1 3 1 2 3 2 4 4 3 4 2 4 4 3 4 2 78
22 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 3 4 2 4 4 92
23 2 3 4 2 3 3 4 4 3 2 1 1 3 2 3 1 4 2 2 1 4 4 4 1 2 2 4 4 1 3 4 83
24 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 1 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 110
25 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 1 3 2 3 4 1 3 4 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 2 4 4 98
26 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 1 4 4 112
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 122
28 4 4 1 4 3 3 4 4 4 4 3 2 2 4 3 2 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 107
29 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 105
30 4 2 2 4 3 2 4 4 4 3 3 1 2 4 3 3 3 1 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 102
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 118
32 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 2 4 3 3 4 4 4 3 4 4 106
33 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 114
34 2 1 4 3 1 4 3 3 3 1 2 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 1 1 3 1 3 3 80
35 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 2 4 1 4 2 4 3 4 3 3 4 3 4 4 104
36 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120
37 4 4 4 3 3 3 4 2 3 2 3 3 2 4 2 2 3 2 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 99
38 2 2 3 3 3 4 3 4 2 1 1 1 1 4 4 1 2 2 4 1 4 2 4 4 3 2 2 4 2 3 4 82
39 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 1 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 98
lomor .amp.
DEPARTEMEN AGAMA UNlVERSIT AS ISLAM NEGERI (UIN) SY ARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA
FAKULTAS PSIKOLOGI .JI. Kerta Mukti No.5 Circndcu .Jakarta Sclatan 15419 Telp. (021) 7433060 Fax. 74714714
Un.O l/F7/KM.O 1.31;296 / /2009 Jakarta, 20 Oktober 2009
!al : Permolzonan fzin Penelitian
Kepada Yth. Kepala Sekolah SMP Dua Mei Ciputat
Assalamu 'a/aikum Wr. Wb.
Dengan hormat, kami sampaikan bahwa :
Nam a Nomor Pokok Tahun Akademik Program
Imam Fahmi Umami 101070023073 2009/2010 Strata I (S-1)
Mahasiswa tersebut sedang menulis skripsi yang betjudul : "Hubungan Keharmonisan Keluarga Dengan Kenakalan Remaja", yang bersangkutan perlu melakukan penelitian di lembaga yang Bapak/lbu/Saudara pimpin.
Sehubungan dengan itu kami rncngharapkan kesediaan bapak/ibu untuk memberikan data maupun inforrnasi yang diperlukan oleh mahasiswa tersebut.
Dernikian atas perhatian dan kerja sama yang baik kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.
YAYASAN PENDIDIKAN DUA MEI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
(Disarnakan) JI. H. Abdul Gani No. 135 Cempaka Putih, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Telp. (021) 7490034, 74707557
SURAT KETERANGAN Nomor : 066/SMP/YPDM/XII/2009
Yang bertanda tangan di bawab ini: Nama : ENJANG SUPY AN, S.Pd. Jabatan : Kepala Sekolab Unit Kerja : MP Dua Mei Alamat : JI. H. Abdul Gani No. 135 Cempaka Putih Kee. Ciputat Timur
Kota Tangerang Selatan - Banten 15412
Menerangkan babwa : Nama : IMAM F AHMI UMAMI Tempat, Tgl. Labir : Sukaburni, 03 Mei 1983 Fakultas : Psikologi UIN SyarifHidayatullah, Jakarta Alamat : Komplek Dosen UIN SyarifHidayatullab, Jakarta
JI. H. Ibnu Rusyd II No. 195 Kee. Ciputat, Kota Tangerang Selatan
Adalab benar nama yang tersebut diatas telah melakukan penelitian di sekolab kami, dengan judul "HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA".
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.