nilai-nilai pendidikan moral dalam novel mahkota...
TRANSCRIPT
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL
DALAM NOVEL MAHKOTA CINTA
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
OLEH
NURIYA WAFIROH
NIM: 111-12-189
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
IMAM MAS ARUM, M. Pd.
DOSEN IAIN SALATIGA
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Nuriya Wafiroh
Kepada :
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikumWr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,
kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Nuriya Wafiroh
NIM : 111-12-189
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Moral dalam Novel Mahkota Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy.
Dengan ini kami mohon skripsi mahasiswa tersebut di atas supaya segera
dimunaqasyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Salatiga, 6 September 2016
Pembimbing
Imam Mas Arum, M.Pd
NIP. 197905072011011008
iv
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JL. TentaraPelajar 02 Telp.( 0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website :www.iainsalatiga.ac.id E-mail :
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM NOVEL MAHKOTA CINTA
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
DISUSUN OLEH:
NURIYA WAFIROH
NIM : 111 12 189
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal ................... 2016 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : ___________________
Sekretaris Penguji : ____________________
Penguji I : ____________________
Penguji II : ____________________
Salatiga, .....................2016
Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd
NIP. 19670121 199903 1002
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nuriya Wafiroh
NIM : 111-12-189
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
JudulSkripsi : Nilai-Nilai Pendidikan Moral dalam Novel Mahkota
Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.
Menyatakan bahwa di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya tulis saya bukan
jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian atupun keseluruhan. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skirpsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Salatiga, 6 September 2016
Penulis
Nuriya Wafiroh
111-12-189
vi
MOTTO
ا لا ن ا ي لا ي ي ووا لا ا إ لا و ي إ إ وا ا لا ا إ لا و م لاا لاا ي لا ي ي ا الله إ ن
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’du: 11)
vii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan
kepada:
1. Orang tuaku tercinta bapak Saefudin dan ibu Riwayati, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do‟a yang
tak pernah putus untuk putra-putrinya.
2. Saudaraku tercinta A. Rifki ubaidillah, Tsurayya Maulida dan M. Rizal
Muttaqin yang selalu mendukung dan memberikan semangat.
3. Pengasuh PP. Al-Hasan (KH. Ichsanuddin dan Ibu Kamala Isom) serta para
Ustadz-Ustadz yang senantiasa mendo‟akan dan membimbing dalam
menuntut ilmu.
4. Teman-temanku angkatan 2012 yang sama-sama berjuang dan belajar di IAIN
Salatiga.
5. Temen-temen PP. Al-Hasan yang senantiasa memberi dukungan dan
mendo‟akan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya hingga penulis dapat menyelesikan skripsi ini yang berjudul “Nilai-Nilai
Pendidikan Moral dalam Novel Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.”
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Agung
Muhammad SAW yang menjadi suri teladan serta tokoh inspirasi bagi semua umat
khususnya bagi penulis.
Dengan selesainya skripsi ini, merupakan satu bentuk tanggung jawab penulis
sebagai mahasiswa terhadap akademiknya dalam menempuh pendidikan strata 1 dan
tanda bakti kepada keluarga tercinta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan
partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang dengan ikhlas
membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
ix
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang selalu
memberi semangat, bimbingan, arahan dan kesabaran kepada penulis.
5. Bapak Joko sutopo, M.Pd., alm selaku pembimbing akademik yang selalu
memberi semangat dan bimbingan kepada penulis.
6. Bapak Sutrisna, M.Pd., selaku pembimbing akademik yang selalu memberi
semangat dan bimbingan kepada penulis.
7. Bapak dan ibu dosen, karyawan/karyawati Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
8. Ayah dan ibu yang selalu memberikan materi, doa, restu dan bimbingan
kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
9. Bapak Habiburrahman El Shirazy, penulis novel Mahkota Cinta yang sudah
banyak membantu, memberikan waktu untuk wawancara, memberikan saran
dan masukan dalam skripsi dan memperbolehkan meneliti karya novelnya.
10. Saudaraku tercinta yang selalu memberikan semangat, doa dan bimbingan
kepada penulis.
11. Keluarga Pondok Pesantren Al-Hasan yang telah memberikan semangat, doa
dan dorongan kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan yang kita selalu menyemangati satu sama lain.
13. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
x
Tiada kata yang dapat penulis sampaikan kepada mereka semua kecuali
ucapan teimakasih serta iringan doa semoga Allah SWT membalasnya dengan
balasan yang lebih baik. Amin
Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan. Besar harapan
penulis atas kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan-penulisan selanjutnya. Walaupun demikian semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Salatiga, 6 September 2016
Penulis,
Nuriya Wafiroh
111-12-189
xi
ABSTRAK
Wafiroh, Nuriya. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Moral dalam Novel Mahkota Cinta
Karya Habiburrahman El Shirazy. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Moral
Di era modern, dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat
seperti sekarang, kualitas pendidikan sangat diutamakan. Seorang sastrawan melalui karya-
karya yang berkualitas menyampaikan ajarannya lewat sajian cerita yang menarik dan
dikemas dengan bahasa yang menarik dan mudah dipahami serta tidak membosankan
dan bersifat menghibur. Pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah karya fiksi
diharapkan dapat dihayati dan kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan khususnya nilai
ajaran moral. Peneliti tertarik meneliti mengenai nilai-nilai pendidikan moral yang
terkandung dalam novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah bagi peneliti
yaitu tentang nilai-nilai pendidikan moral serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.
Serta bertujuan untuk mengetahui tentang nilai-nilai pendidikan moral serta relevansinya
dalam kehidupan sehari-hari dari novel tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepustakaan (library research).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati pada novel Mahkota Cinta dan sumber-sumber lainnya, mencari, menelaah buku-
buku, artikel atau lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi
menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder yang digunakan peneliti yaitu
kepustakaan (library research). Sedangkan analisis data dalam penelitian ini adalah metode
analisis isi (content analisys).
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan moral yang ada
pada novel Mahkota Cinta diantaranya, percaya diri, menjaga kesucian, tolong Menolong,
empati, kesederhanaan, ketaatan, mencintai ilmu, tanggung jawab, kedisiplinan, kerja keras,
keikhlasan, kejujuran. Sedangkan relevansi dari nilai-nilai pendidikan moral dalam novel
Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dapat menjadi gambaran perbaikan perilaku
moral di zaman sekarang.
xii
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v
MOTTO ....................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
E. Metode Penelitian .......................................................................... 5
F. Penegasan Istilah ............................................................................ 8
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 11
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan ................................................................... 12
B. Pengertian Nilai Moral ................................... ............................... 13
BAB III BIOGRAFI NASKAH
A. Unsur intrinsik Novel...................................................................... 18
B. Karakteristik Novel Habiburrahman El Shirazy.............................. 30
C. Sinopsis Novel Mahkota Cinta....................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai pendidikan moral ......................................................... 39
B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam novel Mahkota
Cinta dalam kehidupan sehari-hari........................................ ...... 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 77
B. Saran ............................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Riwayat hidup penulis
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Lembar konsultasi
4. Surat Keterangan Kegiatan
5. Surat Penelitian
6. Naskah wawancara
7. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga
prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya.
(Ensiklopedi Pendidikan, 2009: 106).
Segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam hidupnya yang
terlihat akan ternilai, baik dari tingkah laku, sikap, dan kepribadian.
Penilaian yang diberikan oleh sekelompok masyarakat berbagai macam
bentuk, salah satu yang sering kita jumpai dalam masyarakat yaitu bentuk
pujian.
Nilai yang diberikan oleh masyarakat atas perilaku yang baik tidak
lepas dari kualitas diri manusia yang mencerminkan perilaku yang sesuai
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Segala sikap yang
mencerminkan kepribadian yang berkualitas tidak bisa lepas oleh peran
serta adanya pendidikan.
Dalam (Ensiklopedi Pendidikan, 2009: 130), Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara.
2
Moral berasal dari perkataan mores yang berarti kebiasaan. Dan
moral juga berasal dari kata latin mos (moris) yang berarti adaptasi
istiadat, kebiasaan, tatacara kehidupan. Lebih jelas moral adalah
kebiasaan-kebiasaan hidup yang didasari oleh tuntunan agama sebagai
sesuatu kebenaran yang datang dari illahi. (Ensiklopedi Pendidikan, 2009:
105)
Kebiasaan secara tidak sadar akan mempengaruhi pola pikir.
Kebiasaan berbuat baik, pola pikirnya akan berjalan kearah yang baik.
Kebiasaan berbuat licik, pola pikirnya tanpa disadari akan berbuat licik.
Begitu juga dalam kebiasaan membaca sebuah novel, bila yang dibaca
tidak ada unsur pendidikannya maka hanya berada pada taraf terhibur
saja, tidak ada unsur kebaikan yang dapat dicontoh. Jadi, bahwa tidak
semua jenis novel dapat difungsikan sebagai media pendidikan. Hal ini
dapat terlihat oleh bagaimana latar belakang dari pengarangnya,
pengetahuan beserta pengalaman pribadinya.
Sejalan dengan hal di atas, seorang novelis Habiburrahman El
Shirazy menyampaikan pesan-pesan melalui karya salah satunya yaitu
dalam novel mahkota cinta. Banyak nilai pendidikan yang dituangkan
dalam cerita tersebut, salah satunya yaitu nilai pendidikan moral.
Pendidikan moral bisa diartikan sebagai pendidikan budi pekerti.
Pendidikan moral merupakan pendidikan nilai-nilai luhur yang berakar
dari agama, adat-istiadat dan budaya, munculnya nilai tersebut dalam
rangka upaya untuk membangun serta mengembangkan kepribadian
3
manusia agar mempunyai sikap, tingkah laku dan budi pekerti yang baik.
Sebagaimana dalam ajaran Islam yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
beliau adalah sebaik-baik panutan atau suri tauladan hingga akhir zaman,
yang mempunyai kesempuraan akhlak, baik dalam hal hubungannya
dengan Allah dan sesama manusia.
Jadi, penerapan sistem ajaran pendidikan dalam Islam tidak hanya
sampai pada tataran transfer of knowledge (transfer ilmu) semata,
melainkan lebih dari itu, islam menjadikan pendidikan sebagai basis
transfer of value (transfer nilai), sehingga ilmu yang didapat tidak hanya
dijadikan sebagai teori, sebatas pengetahuan yang tersimpan dalam otak,
melainkan menjadi ilmu praktis yang dapat diterapkan dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Mahkota Cinta adalah salah satu novel yang bergenre pendidikan.
Sebuah karya sastrawan muda Habiburrahman El Shirazy. Novel yang
mengisahkan mengenai remaja yang bernama Ahmad Zul dalam mencari
jati diri, kehidupan, dan cinta. Seorang Zul memulai perjalanan dari
Semarang sebagai tempat lahirnya, menuju ke Jakarta, dari Jakarta menuju
Batam, dari Batam menuju Malaysia dan kembali ke Indonesia dengan
menjadi dosen di Universitas yang cukup ternama di Yogyakarta.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengeksplorasi
lebih jauh tentang isi dari novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El
Shirazy yang berkaitan dengan nilai pendidikan khususnya nilai
pendidikan moral, yang ingin dituangkan dalam sebuah tulisan berbentuk
4
skripsi yang berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL
DALAM NOVEL MAHKOTA CINTA KARYA
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY ”.
B. Fokus Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis memfokuskan masalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan moral apa saja yang terkandung di dalam novel
Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?
2. Bagaimanakah relevansi nilai pendidikan moral yang terkandung
dalam novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy pada
kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui Nilai-nilai pendidikan moral apa saja dalam novel
Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Mengetahui relevansi nilai pendidikan moral yang terkandung dalam
novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy pada
kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara
lain:
1. Secara Teoritis
a. Menambah wawasan bagi pembaca tentang keberadaan karya-
karya sastra khususnya novel yang memuat nilai-nilai positif.
5
b. Menambah dan memperkaya keilmuan media sebagai sarana
pendidikan.
c. Bagi peminat sastra pada umumnya diharapkan akan lebih mudah
dalam memahami nilai-nilai atau pesan-pesan yang terkandung
dalam sebuah karya sastra.
2. Secara praktis
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui nilai-
nilai pendidikan moral dalam novel Mahkota Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy.
b. Memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi
penulis sendiri.
E. Metode Penelitian
Pengertian metode, berasal dari kata mothodos (Yunani) yang
dimaksud adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah
yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu
objek atau subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban
yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk
keabsahannya (Ruslan, 2014:24).
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan
deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskriptif analisis
ini mengenai blibliografi yaitu pencarian fakta, hasil dan ide pemikiran
6
seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interprestasi
serta melekukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang di lakukan
(Moleong, 2005: 29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk
menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis setelah
dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks (Robert
B & Steven J, dalam Moleong, 1995: 31).
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode
dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan
untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan,
buku, surat kabar, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya.
(Arikunto, 2002: 206).
Penelusuran dokumentasi ini penting untuk mengumpulkan data
guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini. Melalui
dokumentasi ini juga dapat ditemukan teori-teori yang bisa dijadikan
bahan pertimbangan berkenaan dengan judul penelitian ini.
3. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. (arikunto, 2006: 129)
a. Data primer diambil dari novel Mahkota Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy.
7
b. Data sekunder diambil dari sumber-sumber yang lain dengan cara
mencari, menganalisis buku-buku, internet, dan informasi lainnya
yang berhubungan dengan judul penelitian skripsi ini.
4. Teknik analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis isi (content analys). Dalam metode ini terdapat dua inti
yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung
dalam dokumen atau naskah. Sedangkan isi komunikasi adalah pesan
yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:
48).
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode
analisis adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode
kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar
penafsiran dalam metode analisis isi memberikan isi pesan. Oleh
karena itu metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen
yang padat isi. Maksudnya, peneliti menekankan bagaimana memaknai
isi komunikasi dan isi interaksi secara simbolik yang terjadi pada
peristiwa komunikasi. (Ratna, 2009: 49)
Selain itu penulis juga menggunakan metode deskriptif analisis
yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Milles &
Huberman, 1992: 16). Pertama setelah pengumpulan data selesai,
maka tahap selanjutnya mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu
8
dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data, dengan demikian maka dapat ditarik
kesimpulan.
F. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan pembaca memperoleh pemahaman dan
gambaran yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan
menjabarkan terlebih dahulu yaitu:
1. Nilai
Nilai menurut (Rokeach, dikutip dalam Darmiyati Zuchdi,
2011:195) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan,
tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan dianggap jelek.
Nilai menurut (Tyler, dikutip dalam dikutip dalam Darmiyati
Zuchdi, 2011: 195) nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang
dinyatakan oleh inividu yang mengendalikan pendidikan dalam
mengarahkan minat, sikap dan kepuasan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai adalah suatu objek, ide, tindakan dari suatu keyakinan atau
kepercayaan tentang perbuatan baik ataupun jelek untuk memperoleh
kepuasan .
2. Pendidikan moral
Menurut John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional ke
arah alam dan sesama manusia. (Ahmadi, 2001: 69)
9
Pendidikan menurut Zaim Almubarok, adalah usaha pembinaan
pribadi agar dapat mencapai pribadi yang mampu melakukan
hubungan baik antara diri sendiri dengan Tuhan, antara kepentingan
diri sendiri dan masyarakat, serta perilaku diri sendiri dengan keluarga,
masyarakat dan alam sekitar. (Suparlan, 2015: 207)
Secara leksikal, kata “moral” adalah susila, adat istiadat, batin.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “moral” diartikan dengan
baik atau buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dan lain sebagainya. Sedangkan F. Gabrielle (1960) dalam
Incyclopedia of islam menyebutkan bahwa kata “moral” sering disebut
dengan “adab” berasal dari sebuah terminologi Arab yang bermakna
adat istiadat, kebiasaan, etika dan sopan santun. (Khozin, 2013:51)
Dari definisi diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa
pendidikan moral adalah proses membimbing manusia dari kegelapan,
kebodohan menuju tingkat pengetahuan yang lebih luas, mengenai
ajaran apa yang seharusnya dilakukan dan dijalaninya dalam
kehidupan.
3. Novel
Novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita
pendek dan menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih
mendalam dengan menggunakan bahasa sehari-hari serta banyak
membahas aspek kehidupan manusia. Hal ini mengacu pada pendapat
Santoso dan Wahyuningtiyas (2010: 46).
10
Menurut Sumarjo (dalam Santosa dan Wahyuningtiyas, 2010:
47), “Novel” diartikan sebagai “Novel adalah produk masyarakat,
Novel berada dimasyarakat karena novel dibentuk oleh anggota
masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional
dalam masyarakat.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996 (dalam Siswanto
2008: 141), “Novel” diartikan sebagai “karangan prosa yang panjang,
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-
orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.
4. Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy
Mahkota cinta adalah salah satu karya sastra berbentuk novel
yang berkualitas, bermutu, dan sangat menginspirasi. Novel ini karya
Habiburrahman El Shirazy. Sastrawan muda yang sangat fenomenal
baik dalam tingkat nasional maupun internasional. Novel ini
menceritakan perjalanan panjang seorang Ahmad Zul dalam mencari
jati diri, kehidupan, dan cinta. Seorang Zul memulai perjalanan dari
Semarang sebagai tempat lahirnya menuju Jakarta, dari Jakarta menuju
Batam, dari Batam menuju Malaysia dan kembali lagi ke Yogyakarta.
Dari penegasan istilah-istilah di atas, Nilai Pendidikan Moral
dalam Novel Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy adalah
tindakan atau perbuatan yang dapat membimbing manusia menuju
perilaku dan tingkah laku yang dibenarkan dalam norma atau
kepercayaan masyarakat, yang ditunjukkan dalam sebuah novel karya
11
sastrawan muda yang sangat menginspirasi yaitu Habiburrahman El
Shirazy dalam novel yang berjudul Mahkota Cinta.
G. Sistematika penulisan skripsi
Untuk mempermudah dalam memahami isi dari skripsi ini, maka
penulis akan menguraikan secara singkat mengenai sistematika
pembahasannya, yang akan penulis bagi menjadi lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan tentang tinjauan teoritik tentang
pengertian pendidikan, dan nilai moral.
BAB III BIOGRAFI NOVEL
Dalam bab ini akan diuraikan tentang biografi penulis, karakteristik
novel, unsur intrinsik, dan sinopsis novel Mahkota Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan bahasan dari novel Mahkota Cinta
karya Habiburrahman El Shirazy beserta relevansinya.
BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi simpulan dan saran.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan
Dalam buku Uyoh Sadullah (Pengantar filsafat Pendidikan),
Pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan secara luas.
Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Sedangkan pendidikan dalam arti
luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson,
pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai
hasil interaksi individu dengan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang
hayat sejak manusia lahir. (Rahmaniyah, 2010: 51)
Menurut Undang-undang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
(Rahmaniyah, 2010: 54)
Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung
sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan
berlangsung disegala jenis, bentuk dan tingkat lingkungan hidup, yang
13
kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada didalam diri
individu. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu
mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas dan
matang. (Suhartono, 2008:79)
Dalam arti luas, pendidikan dapat diidentifikasi karakteristiknya
sebagai berikut:
Pendidikan berlangsung sepanjang zaman (life long education)
artinya dari generasi kegenerasi pendidikan berproses tanpa pernah
berhenti.
Pendidikan berlangsung disetiap bidang kehidupan manusia.
Pendidikan berlangsung disegala tempat dimanapun, dan disegala
waktu kapanpun.
Objek utama pendidikan adalah pembudayaan manusia dalam
memanusiawikan diri dan kehidupannya. (Suhartono, 2008: 84)
B. Pengertian Nilai Moral
Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang
lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau
menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak
pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercaya. (Mawardi, 2009: 16)
Kata moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mos. Kata mos
adalah bentuk kata tunggal, sedangkan bentuk jamaknya adalah morse
yang berarti kebiasaan, susila. Adat kebiasaan adalah tindakan manusia
14
yang sesuai dengan ide-ide umum tentang yang baik atau yang buruk
dalam masyarakat. Oleh karena itu moral adalah prilaku yang sesuai
dengan ukuran-ukuran tindakan sosial atau lingkungan tertentu yang
diterima oleh masyarakat. (Zainuddin Ali, 2007: 29).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2008: 929) adalah “ajaran
baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
akhlak dan budi pekerti.” Menurut Daud Ali, (2008: 353) Moral adalah
istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan banar, salah,
baik, buruk.
Istilah moral seringkali digunakan secara silih berganti dengan
akhlak, dan etika. Persamaan moral akhlak dan etika, ketiganya berbicara
tentang nilai perbuatan manusia, sedangkan bedanya akhlak menilai
perbuatan manusia dengan tolak ukur Qur‟an dan Sunnah, etika dengan
pertimbangan akal pikiran, sedangkan moral menggunakan tolak ukur adat
istiadat yang berlaku dalam masyarakat tertentu. (Umiarso, 2010:70)
Disinyalir oleh Abdul Rahman Aroff bahwa salah satu ajaran islam
yang sangat penting adalah moral dan akhlak. Moral merupakan
pergantian atau transformasi dari yang baik menjadi sesuatu yang lebih
baik. Artinya, kehidupan manusia dalam tatanan kehidupan akan menjadi
lebih baik dengan moral yang merupakan aspek pentransformasi
(pengganti) dari stadium satu ke stadium lain namun yang lebih baik.
15
Nilai-nilai moral sebagai lambang jati diri manusia dalam islam,
memang tidak dapat dipisahkan apalagi ditelantarkan dalam setiap
aktivitas kehidupan umat manusia yang mengaku muslim, mukmin, dan
muttaqin. Oleh karena itu dalam konteks pendidikan, nilai-nilai moral
telah menjadi bagian yang integral dalam setiap usaha pendidikan yang
secara struktural-formal tidak hanya tercantum dalam tujuan pendidikan
saja, akan tetapi juga semestinya terjalin erat dalam setiap denyut nafas
aktifitas kependidikan itu sendiri.
Manusia sebagai agen perubahan selalu bersandar pada pola dan
sistem kependidikan yang ada. Berbagai krisis kemanusiaanpun senantiasa
dikembalikan kepada corak kependidikan adalah institusi pembentukan
humanitas manusia yang secara formal didalamnya terjadi proses
pentransferan berbagai nilai sebagai pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
kemanusiaan manusia itu sendiri. Alfred Nort Whitehead menyebutkan
bahwa pembentukan perilaku moral merupakan tujuan hakiki dan
pendidikan itu sendiri. Hal ini mengingat karena untuk moralitas itulah
manusia diciptakan pemiliknya, sehingga memanusiakan manusia itu tidak
lain adalah memoralitaskan manusia. (Muhmidayeli, 2007: 8)
Dalam The advanced of Learner’s Dictionary of Current English,
dalam bukunya (Umiarso, 2010: 68) dijelaskan tentang pengertian moral
16
dalam empat arti yang saling terkait dan berhubungan satu sama lain,
yaitu:
1. Prinsip- prinsip yang berkenaan dengan benar salah.
2. Baik dan Buruk
3. kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan
salah.
4. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
Menurut (Suseno, 1987: 142-150) sikap dan tindakan yang
berkaitan dengan nilai moral antara lain:
1. Kejujuran
Bersikap tetapi tidak pernah bertentangan dengan suara hati dan
keyakinannya. Keselarasan yang berdasarkan kepalsuan, ketidak
adilan dan kebohongan akan disobeknya.
2. Nilai-nilai otentik
Otentik berarti asli. Manusia otentik adalah manusia yang
menghayati, menunjukkan dirinya sesuai dengan keasliannya,
dengan kepribadian yang sebenarnya. (Suseno, 1987: 143)
3. Kesediaan untuk bertanggung jawab.
Kesediaan untuk bertanggung jawab yang pertama, kesediaan
untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik
mungkin. Kedua, bertanggung jawab mengatasi segala etika
peraturan.
17
4. Kemandirian Moral
Kemandirian adalah kekuatan batin untuk memahami sikap moral
sendiri dan bertindak sesuai dengannya.
5. Keberanian Moral
Ketekatan dan bertindak untuk bersikap mandiri. Kesetiaan
terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk
mengambil resiko konflik. (Suseno, 1987: 147)
6. Kerendahan Hati
Kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataannya.
7. Realitas dan kritis.
Realitas dan kritis yaitu menjamin keadilan dan menciptakan
sesuatu keadaan masyarakat yang membuka kemungkinan lebih
besar dari anggota-anggota untuk membangun hidup lebih tegas
dari penderitaan dan lebih bahagia. (Suseno, 1987: 150)
18
BAB III
HASIL TEMUAN
A. Unsur Intrinsik Novel
Setiap karya sastra mengandung unsur-unsur intrinsik. Unsur
intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari
dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Mahkota Cinta
adalah sebagai berikut:
1. Tema
Tema novel ini adalah pengembaraan seorang pemuda
untuk mengubah takdir, mengubah nasib, berhijrah dari satu takdir
Allah ke takdir Allah yang lain yang lebih baik.
2. Penokohan
Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam Novel Mahkota Cinta:
a. Ahmad Zul
Zul adalah seorang pemuda yang sedang melakukan
pengembaraan untuk mengubah takdinya. Sejak lulus SMA di
Sayung Demak. Ia merantau ke Semarang, membanting tulang
di Semarang dengan berusaha untuk tetap kuliah Universitas
IKIP PGRI. Dari Semarang ia berusaha mengubah nasib
dengan pergi ke Jakarta. Dari Jakarta ia hijrah menuju Batam.
Di Batam, ia merasakan takdir yang tak jauh berbeda. Ia
merasa tak boleh berhenti untuk mengubah nasib. Ia harus
19
terus berusaha. Dan dengan modal seadanya, dengan nekat
disertai sebuah tekad ia merantau ke negeri Jiran. Dari hasil
kerja kerasnya, membawa ia menjadi Dosen di Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY). Ia seorang yang jujur dan tidak
mengada-ada, pekerja keras, pantang menyerah, pemberani
dan menghargai prestasi.
Seperti dalam kutipan berikut ini:
“Mari mengamati dengan seksama, anak muda
yang duduk disampingnya itu. Wajah polos khas Jawa.
Wajah yang tampak begitu muda. Ada guratan derita
disana. Namun ada juga gurat keberanian dan
kenekatan.” (El Shirazy, 2008: 171).
b. Pak Hasan
Pak Hasan adalah sosok yang tulus. Dialah orang yang
mengarahkan Zul untuk merantau ke Negeri Jiran dan
menyemangatinya untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi.
Seperti percakapannya dengan Zul ketika memberikan
semangat untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi, berikut ini:
“Kamu masih muda, seberangilah lautan ini. Dan
tuntutlah ilmu kejenjang yang lebih tinggi disana. Hanya
dengan ilmulah seseorang akan lebih mudah memperbaiki
nasibnya. Jangan kuatir, Alloh akan membuka pintu
rahmat-Nya untukmu. Disana asal adik gigih dan terus
ingat Allah, kamu akan tetap survive. Percayalah kamu
akan sukses. Percayalah dengan ilmu derajatmu akan
diangkat oleh Allah! Dan dalam setiap langkahmu,
berpegangteguhlah kamu pada Al-Quran, niscaya kamu
akan sukses!” (El Shirazy, 2008: 290-291).
c. Siti Martini
20
Siti Martini adalah seorang perempuan yang sempat
menaruh rasa jijik pada seorang lelaki dan trauma menjalani
pernikahan akibat perilaku bejat mantan suaminya. Dia juga
menghadapi perjalanan hidup yang tak kalah rumit dan sulit
seperti yang dialami oleh Zul. Merantau mulai dari Jakarta
dengan bekerja dan sempat nyambung kuliah menyelesaikan
S1 di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Jakarta. Pindah
ke Bandung, dan ikut agen pengiriman tenaga kerja ke
Malaysia. Di Malaysia mengadu nasib dengan bekerja di
kilang kertas dan dapat menyelesaikan Master Ekonominya di
Universiti Malaya.
Seperti dalam kutipan di bawah ini:
“Zul merasakan ketegasan itu. Kalimat dan intonasi
perempuan itu seolah juga memberitahukan kepadanya
agar ia jangan mencoba bersikap meremehkannya. Dari
ketegasan itu, Zul mengerti bahwa perempuan muda
disampingnya adalah perempuan yang memiliki karakter
kuat. Dan tidak mau diremehkan.” (El Shirazy, 2008:
160).
Sejak pertama bertemu denganya, Zul sebetulnya telah
terpikat oleh kehalusan tutur katanya. Juga perhatian,
kepekaan dan jiwa sosialnya. Rasa itu kian membekas dalam
hati Zul. Setelah dirinya mengetahui bahwa Mari adalah sosok
perempuan yang teguh menjaga kesuciannya. Dan pada
akhirnya takdir mempertemukan mereka berdua dalam bingkai
21
mahkota cinta yang terbangun indah diatas mahligai iman dan
takwa.
d. Warkum
Warkum adalah manta suami Mari. Dia lelaki yang sangat
bejat. Bahkan paling bejat sedunia, dia tega memperkosa kakak
kandungnya ketika sedang sakau. Beberapa hari setelah
menikah dengan Mari, dia tertangkap polisi dalam keadaan
over dosis dengan seorang pelacur di Jakarta.
e. Linda, Watik, Iin dan Sumiyati
Mereka semua adalah teman Mari yang tinggal satu rumah
dengan Mari saat di Malaysia.
Linda, Dulunya ia adalah seorang karyawati sebuah kantor
maskapai penerbangan di Kuala Lumpur. Belum bersuami,
Cantik, pintar, masih muda dan berpenghasilan tinggi. Bermula
dari menanggapi SMS iseng seorang teman kerja asal
Singapura, sehingga membawanya hidup kedalam lembah
kehinaan. Rela menjual kehormatan diri dan kesucian diri
hanya untuk menjadi budak nafsu dan setan.
Watik, ia berasal dari Kendal. Dia bekerja sebagai pelacur
seperti Linda.
Selanjutnya Mbak Iin, nama Aslinya adalah Mutmainah. Ia
berasal dari Pati. Sudah bersuami dan punya anak dua. Dia
orang desa yang hanya lulusan MTS. Sayang kepada keluarga.
Ia bekerja hanya agar dapat uang untuk bisa membiayai
22
suaminya yang sedang sakit, membiayai anaknya yang masih
kecil, juga agar punya tabungan untuk buka warung di
kampung.
Sumiyati. Orang asli Blitar, Sudah bersuami. Sosok yang
ramah, perhatian, peduli, pandai menjaga diri dari godaan laki-
laki. Berawal dari kejadian yang menimpanya saat digrebek
dengan tuduhan dianggap pelacur, ia belajar untuk memaknai
hidup diatas jalan yang diridhai Allah.
f. Pak Rusli
Pak Rusli adalah seorang murid Pak Hasan saat belajar di
Padang. Ia yang memperkenalkan Zul dengan sekelompok
mahasiswa asli Indonesia. Sosok yang bijaksana, penasehat,
menanamkan arti kerja keras, dan memberikan semangat
kepada Zul. Seperti dalam kutipan berikut ini:
“Yang jelas optimislah, bahwa Allah itu maha kaya.
Allah sudah mengatur jatah rejeki hamba-Nya. tergantung
bagaimana hambanya itu memungutnya.” (El Shirazy,
2008: 209).
g. Sugeng, Yahya, Arif, Rizal dan Pak Muslim
Mereka adalah penghuni flat apartemen lantai 10.
Sugeng. Ia berasal dari daerah Purworejo Jawa Tengah. Ia
menawarkan diri untuk membantu Zul mengurus pendaftaran
di UM. Ia juga bersedia mentalangi uang pendaftaran kuliah
sebesar 30 dollar. Sosok yang sabar, setia, suka menolong,
peduli, cinta sahabat, Perhatian, selalu memberi semangat.
23
Setelah menyelesaikan pendidikan masternya, kini ia mengajar
di STAIN Kendari.
Arif. selain menjadi mahasiwa di UM, ia juga pekerja
keras, mengajak Zul bekerja sebagai pelayan Jamaliah Cafe.
Setelah menyelesaikan pendidikan masternya, kini ia bekerja
di sebuah Bank Syariah di Semarang.
Rizal. Sosok pekerja keras. pantang menyerah, semangat,
qonaah. Ia mengajak Zul kerja lembur di restoran sebuah hotel,
juga mencarikan kerja. Setelah selesai studinya, ia mendirikan
penerbitan di Bandung.
Yahya, ia datang dari Malang. Dulu ia kuliah di Pakistan
jurusan sejarah dan peradaban. Sepulang dari Pakistan ia
diterima jadi dosen di UIN Malang. Dan melanjutkan S.2 di
UM, Dan sebentar lagi hampir selesai. ia adalah sosok yang
paham agama. Seperti dalam kutipan novel berikut ini:
“Hidup setengah tahun lebih bersama Yahya
membuatnya lebih banyak tahu tentang ajaran agamanya.
Ia yang selama ini tidak mendapat pengajaran agama
secara mendalam, banyak mendapat masukan-masukan
tentang keindahan Islam. Sedikit demi sedikit Yahya
memberikan pencerahan, tanpa terasa. Tidak ada waktu
khusus mengaji pada Yahya. Cukuplah interaksi harian
menjadi tempatnya menimba ilmu.” (El Shirazy, 2008:
228).
Pak Muslim adalah pakar menejemen pendidikan, juga
dosen UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) yang sedang
menyelesaikan gelar doktornya di Universiti Malaya. Orang
24
sederhana dan bersahaja yang selalu memberikan dorongan,
semangat serta nasehat kepada Zul. Seperti dalam kutipan
novel berikut ini:
“Ilmu tidak bisa kau raih dengan tiduran dan malas-
malasan. Prestasi dan kesuksesan tidak akan kau raih
kecuali dengan pengorbanan penuh pikiran, tenaga, dan
perasaan. Kalau perlu bahakan nyawa. Tak ada dalam
catatan sejarah ada orang sukses hanya dengan
melamun, tidur, dan banyak angan-angan seperti yang
kau lakukan tiga bulan ini. Tak ada seorang juara
dibidang apapun kecuali ia pasti seorang pejuang yang
ulung. Kalau ingin mendapatkan ilmu yang cukup,
berprestasi dan hidup sukses kau harus bangkit,
bersemangat, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan
gigih berjuang. Itulah jalannya orang-orang yang
sukses.” (El Shirazy, 2008: 271).
3. Alur/Plot
Alur dalam cerita novel ini adalah alur maju (progresif)
yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan
urutan kronologis menuju alur cerita. Dan juga alur mundur
(progresive) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang
sedang berlangsung. Jadi alur dalam novel ini adalah alur
campuran.
Kutipan novel:
“Malam itu, untuk pertama kalinya ia tidur dalam
keadaan lebih nyaman dan tentram. Dadanya terisi cahaya
optimisme dan semangat. Bertahun-tahun sebelumnya ia
selalu tidur dalam bayang kekuatiran, rasa takut dan
ketidakpastian hidup. Ia mengalami itu sejak Pakdenya,
orang yang merawatnya sejak kecil meninggal saat ia
masih di bangku kelas 3 SMA.” (El Shirazy, 2008: 212).
25
4. Sudut pandang
Dalam novel ini, penulis (Habiburrahman El Shirazy)
menggunakan sudut pandang orang ketiga. Hal ini dikarenakan
tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata “ia”.
Kutipan novel:
“Ia kembali menegaskan niat, bahwa ia sedang
melakukan pengembaraan untuk mengubah takdir.
Mengubah nasib.” (El Shirazy, 2008: 148).
5. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini
sederhana, inspiratif, dan sarat dengan makna. Sehingga dari setiap
kata-katanya, pembaca dapat merasakan kekuatan pandangan hidup
yang dapat memotivasi dan membangkitkan semangat.
Kutipan novel:
“Sementara ilmu dan prestasi juga amal ibadah. Jika
tidak kau usahakan secara serius tidak akan kau raih. Ilmu
tidak bisa kau raih dengan tiduran dan malas-malasan.
Prestasi dan kesuksesan tidak akan kau raih kecuali dengan
pengorbanan penuh pikiran, tenaga dan perasaan. Kalau
perlu bahkan nyawa. Tak ada dalam catatan sejarah ada
orang sukseshanya dengan melamun, tidur, dan banyak
angan-angan seperti yang kau lakukan tiga bulan ini. Tak
ada seorang juara dibidang apapun kecuali ia pasti
seorang pejuang yang ulung. Kalau ingin mendapatkan
ilmu yang cukup, berprestasi dan hidup sukses kau harus
bangkit, bersemangat, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
dan gigih berjuang. Itulah jalannya orang-orang yang
sukses.” (El Shirazy, 2008: 271).
6. Latar atau setting
26
Latar atau setting adalah segala sesuatu keterangan
mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya
sastra (Melani dkk, 2002:86). Adapun lattar atau setting dalam
novel ini adalah:
a. Pelabuhan
Kutipan novel:
“Mata pemuda itu memandang ke luar jendela. Lautan
terhampar didepan mata. Ombak seolah-olah menari-nari
riang. Sinar matahari memantul-mantul keperakan. dari karcis
yang ia pegang, ia tau bahwa feri yang ia tumpangi bernama
lintas samudra. Tujuan feri yang bertolak dari pelabuhan
Batam itu adalah pelabuhan Johor Bahru.” (El Shirazy, 2008:
147).
b. Bus Trans Nasional
Kutipan novel:
“Menjelang maghrib bus Trans Nasional memasuki kota Kuala
Lumpur. Zul menikmati pemandangan senja di Kuala Lumpur
dengan seksama. Jalan tol yang lebar dan melingkar. Gedung-
gedung tinggi. Hutan kota masih terjaga. Ia mengakui, Kuala
Lumpur jauh lebih rapi dari Jakarta.” (El Shirazy, 2008: 163).
c. Terminal Purduraya
Kutipan novel:
“Mereka berdua lalu turun dari bus. Lalu naik ke lantai dua.
Tempat dimana para penumpang berkumpul menunggu bus.
Tempat dimana penumpang datang dan pergi. Di lantai dualah
puluhan warung penjual oleh-oleh dan makanan dibuka. Juga
dilantai dualah puluhan agen bus membuka konter.” (El
Shirazy, 2008: 166).
d. Kawasan taman subang permai- rumah No 8A
Kutipan novel:
27
“Pukul tujuh pagi, Zul bangun tidur. Ia kaget karena bangun
terlalu siang. Sinar matahari telah menerobos jendela dan
masuk kedalam kamarnya. Ia langsung bangkit dan mengambil
air wudhu dengan tergesa-gesa.” (El Shirazy, 2008: 177).
.
e. Stesyen Mad Valley
Kutipan novel:
“Siang itu, ia merasa bahagia, sebab disambut dengan hangat
oleh Pak Rusli, yang tak lainva adalah seorang murid Pak
Hasan saat belajar di Padang.” (El Shirazy, 2008: 202).
f. Kampus Universiti Malaya
Kutipan novel:
“Setelah mengelilingi kampus Universiti Malaya, Pak Rusli
mengajak Zul salat ashar di Masjid Akademi Pengajian Islam.”
(El Shirazy, 2008: 205).
g. Kawasan Pantai Dalam
Kutipan novel:
“Tak ada keraguan bagi Zul untuk memutuskan tinggal di flat
itu bersama Yahya, Sugeng, dan teman-temannya. Sore itu ia
memutuskan untuk langsung menginap disitu dan tidak kembali
ke subang jaya.” (El Shirazy, 2008: 209).
h. Hotel Grand Season
Kutipan novel:
“Mereka berdua akhirnya sampai di Hotel Grand Season yang
berada di kawasan Chow Kit tepat pukul 19.15. Mereka
langsung shalat maghrib. Selesai shalat Maghrib mereka
mendapat briefing dari penanggung jawab restoran. Dan
malam itu Zul bekerja dengan penuh hati-hati dan dedikasi. Ia
begitu semangat, seolah tidak terasa lelah.” (El Shirazy, 2008:
218).
i. Kantin kolej 12
Kutipan novel:
28
“Sore itu kantin kolej 12 padat pengunjung. Kantin yang
dikenal paling murah di seluruh kawasan Universiti Malaya itu
begitu hidup, padat, bergairah namun tetap rapi dan bersih.”
(El Shirazy, 2008: 285).
j. Sigambut- Rumah Yahya
Kutipan novel:
“Hari itu jam tiga siang ia merasa harus silaturrahmi ke
rumah Yahya. Ia ingin mendiskusikan kegelisahannya, ia harus
mengakui terkadang ia merasa sangat jauh dari dewasa. Ia
merasa belum bisa berpikir tenang dan jauh ke depan seperti
Yahya.” (El Shirazy, 2008: 301).
k. UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia)
Kutipan novel:
“Kalau begitu kau besok datanglah ke masjid kampus UKM
Bangi jam 3 sore. Kau akan aku temukan dengannya insya
Allah.” (El Shirazy, 2008: 303).
l. Hentiang Kajang- Sore
Kutipan novel:
“Zul naik bus mini kuning ke Hentian Kajang. Ongkosnya
cuma tujuh puluh sen. Sepuluh menit kemudian bus itu sedah
sampai di Hentian Kajang. Zul berjalan ke kanan menuju
tempat duduk para penumpang.” (El Shirazy, 2008: 306)
m. Bandara Adi Sucipto
Kutipan novel:
“Tiga hari kemudian, Zul terbang ke Yogyakarta. Di Bandara
Adi Sucipto ia dijemput ileh Pak Muslim. Begitu bertemu
mereka berangkulan erat sekali. Pak Muslim tampak bahagia
sekali bertemu dengan Zul. Begitu juga Zul.” (El Shirazy, 2008:
313).
n. Perumahan Maguwoharjo- Rumah Pak Muslim- Jogja
Kutipan novel:
29
“Siang itu setelah selesai memasukkan berkasnya ke UNY ia
diantar pak Muslim pulang. Ia memang harus istirahat. Sebab
sebelumnya ia begadang bersama Pak Muslim di sebuah
warung angkring sampai larut malam. Pak Muslim sendiri juga
istirahat di kamarnya. Ia telah diberi izin oleh Pak Muslim
kalau mau membaca-baca koleksi perpustakaan pribadinya.”
(El Shirazy, 2008: 321).
o. Masjid
Kutipan novel:
“Azan Isya dikumandangkan. Jamaah berdatangan. Shalat
Sunnah didirikan. Lalu iqamat disuarakan. Shaf-shaf
dirapikan. Dan sang imam mengucapkan takbiratul ihram. Zul
mengikuti takbir imam dengan hati bergetar. Shalat jamaah
didirikan dengan kekhusyukan. Dalam sujud Zul berdoa agar
dilimpahkan kebaikan dunia dan akhirat, serta diberi pasangan
hidup yang menjadi penyejuk hati, teman sejati dalam
mengarungi hidup beribadah kepada Allah Azza wa Jalla.” (El
Shirazy, 2008: 323).
7. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan dalam Novel Mahkota
Cinta ini adalah menjadi manusia yang berilmu, mencintai ilmu,
menghargai prestasi, serta mempunyai jiwa semangat yang tinggi
untuk hijrah dari satu takdir Allah ke takdir Allah lain yang lebih
baik, optimis, dan berusaha secara maksimal.
Kutipan novel:
“Kamu masih muda, seberangilah lautan ini. Dan
tuntutlah ilmu kejenjang yang lebih tinggi disana. Hanya
dengan ilmulah seseorang akan lebih mudah memperbaiki
nasibnya. Jangan kuatir, Alloh akan membuka pintu
rahmat-Nya untukmu. Disana asal adik gigih dan terus
ingat Allah, kamu akan tetap survive. Percayalah kamu
akan sukses. Percayalah dengan ilmu derajatmu akan
diangkat oleh Allah! Dan dalam setiap langkahmu,
berpegangteguhlah kamu pada Al-Quran, niscaya kamu
akan sukses!” (El Shirazy, 2008: 290-291).
30
B. Karakteristik Novel Habiburrahman El shirazy
Ciri khas penulis Habiburrahman El Shirazy adalah bahasa
penulisannya yang sederhana sehingga mudah dimengerti. Sederhana
namun sarat pesan dan makna. Ceritanya yang selalu menginspirasi,
sehingga membangun jiwa semangat yang luar biasa kepada pembaca.
Semangat untuk berprestasi, mencintai ilmu, menghargai ilmu. Menggapai
hidup berlandaskan agama, iman dan kebaikan akhlak.
“Ilmu. Hanya orang-orang berilmu yang akan diangkat
derajatnya oleh Allah. Banyak orang yang tidak berilmu kaya,
namun derajatnya tidak diangkat oleh Allah. Tidak sedikit orang
kaya yang jadi hina karena kekayaannya. Sebab ia tidak memiliki
ilmu bagaimana menjadikan kekayaannya sebagai jalan beribadah
dan menggapai kemuliaan.” (El Shirazy, 2008: 204).
Dari karya-karyanya, seorang Habiburrahman El Shirazy membagi
pemahaman bahwa cerita fiksi tidak hanya semata-mata menghadirkan
sebuah bangunan cerita fiksi yang harapannya dapat menjadi salah satu
hiburan bagi kegairahan intelektual. Lebih dari itu, tujuannya adalah untuk
menunjukkan dan mengajak para pembaca untuk berhijrah ke takdir Allah
lain yang lebih baik. Bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum,
melainkan mereka mengubah keadaan mereka sendiri.
Begitulah karakteristik novel karya Habiburrahman El Shirazy.
Sederhana, berkualitas, bermutu dan sangat menginspirasi, sehingga
mudah dipahami oleh pembaca serta pesan yang ingin disampaikan dalam
31
novel dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Sehingga dapat
memberikan manfaat yang besar setelah membaca karya-karyanya.
Salah satunya adalah novel mahkota cinta yang menjadi bahan
penelitian ini. Novel ketiga dari trilogi novel Dalam Mihrab Cinta ini
diceritakan secara sederhana, mudah dicerna namun tidak instan, penuh
hikmah, diperkuat dengan dalil-dalil al-Qur‟an, mengharukan, penuh
keteladanan, dan menginspirasi yang dikemas dalam novel spiritual
pembangun jiwa.
C. Sinopsis Novel Mahkota Cinta
Cerita dalam novel ini dimulai dari seorang pemuda bernama
Ahmad Zulhadi Jaelani yang sedang melakukan pengembaraan untuk
mengubah takdir. mengubah nasib. Seorang Zul, memulai perjalanan dari
Demak merantau ke Semarang, dari Semarang menuju Jakarta, dari Jakarta
menuju Batam, dari Batam menuju Malaysia, dan singgah di Yogyakarta.
Dalam perjalanan ke Malaysia, Zul bertemu dengan Siti Martini. Siti
Martini menceritakan pada Zul tentang perjalanan pahit dalam hidupnya
ketika dia tau bahwa mantan suaminya adalah seorang yang sangat bejat
dan menipu dia. Selama perjalanan Zul seakan mendapat petunjuk dan
pertolongan akan hadirnya Mari, sebagai teman dalam perjalanannya awal
di Malaysia.
Sesampainya di Malaysia, Zul menerima tawaran Mari untuk
menginap di rumahnya satu atau dua malam sambil menunggu jawaban
telepon dari Pak Rusli, orang yang disarankan oleh Pak hasan untuk
32
ditemui Zul saat tiba di Malaysia. Sesampainya dirumah mari, Zul
disambut oleh teman-teman Mari. Pada siang harinya Zul memutuskan
untuk pergi keluar rumah menghindari berduaan dengan Linda dirumah
tersebut. Zul pergi hanya membawa tas cangklong hitam berisi map
dokumen-dokumennya, sepotong sarung dan kaos panjang. Dari Subang
Jaya ia naik bus Rapid KL ke terminal KL Sentral. Di KL Sentral ia
sempat bingung dan mencoba menghubungi lagi Pak Rusli kembali. Dan
akhirnya teleponnya dapat tersambung dengan Pak Rusli, Zul pun
mengutarakan maksud dan tujuan dia datang ke Malaysia kepada Pak
Rusli. Setelah bertemu dengan Pak Rusli, Zul diberi pengarahan oleh Pak
Rusli untuk bisa melanjutkan sekolah S2 di Universitas Malaya. Pak Rusli
juga membawa Zul masuk ke kampus University Malaya, Zul sangat
bahagia dan semakin bersemangat dalam menjemput masa depannya.
Setelah mengelilingi Universiti Malaya, Pak Rusli mengajak Zul shalat
Ashar di Masjid Akademik Pengajian Islam. Setelah itu langsung memacu
mobilnya ke kawasan Pantai Dalam, tepatnya disalah satu sebuah
apartemen lantai 10. Sesampainya disana Zul dan Pak Rusli disambut
ramah oleh penghuni rumah yaitu Sugeng, Yahya, Arif, Rizal dan Pak
Muslim. Semuanya memberikan semangat dan dukungan yang besar pada
Zul untuk melanjutkan kuliahnya, bahkan Yahya menawarkan Zul untuk
tinggal disana dan sekamar bareng dengannya, tak ada alasan bagi Zul
untuk menolak tawaran tersebut. Karena Zul sudah diterima baik oleh
teman-temannya, maka pak Rusli memutuskan untuk berpamitan.
33
Malamnya Zul mendapat saran dan dorongan dari teman-temannya untuk
bisa menentukan langkah selanjutnya. Semua yang ada dirumah itu ingin
memberikan bantuan semampunya.
Dua hari pertama di Pantai Dalam Kuala Lumpur, Zul sibuk
mengurus berkas-berkas pendaftarannya ke Universiti Malaya dengan
ditemani Sugeng. Dan hari ketiganya berkas itu berhasil dimasukkan ke
Institude Postgraduate Program(IPS). Zul mengambil program kerja
khusus dan tesis di Fakultas Pendidikan Jurusan Sosiologi Pendidikan.
Selama menunggu panggilan dari UM, Zul bekerja dengan semangat
supaya bisa mendapatkan uang untuk membayar biaya kuliah jika dia bisa
diterima di UM. Setelah itu Rizal mengajak Zul untuk bekerja, mulai saat
itu Zul bekerja penuh dengan semangat.
Suatu hari ia ingat bahwa barang-barang yang dibawanya dari
Indonesia masih tertinggal di rumah Mari, dan Zul hanya bisa mengirim
SMS kepada Mari:
“Assalamu’alaikum Mbak Mari, maaf ya, saya belum bisa ke
tempat Mbak. Juga maaf pada waktu itu belum sempat pamitan.
Alhamdulillah saya sudah dapat kerja. Dan sudah dapat tempat
tinggal yang nyaman. Terus terang saya sedang sangat sibuk. Nanti
jika sudah agak longgar saya ke tempat Mbak untuk ambil barang
insyaa Allah. Terimakasih atas segala kebaikannya ya. Dari adikmu:
Zul.”
Dalam SMS itu ia mengatakan sebagai adik Mari. Karena ia merasa
Mari memang tepat dijadikan kakaknya. Dan saat bertemu untuk pertama
kali ia merasakan Mari begitu baik. Dan seolah Mari menganggap dirinya
sebagai adik.
34
SMSnya itu langsung dibalas oleh Mari,
“Wassalamu’alaikum wr wb. Alhamdulillah kau ternyata
masih hidup. Aku sempat khawatir karena kau pergi dan dua bulan
tidak ada kabarnya, Ya semoga sehat dan sukses. Barang-barangmu
masih terjaga dengan baik disini. Oh ya sekedar informasi, jika
nanti kesini mungkin tak akan bertemu mbak Iin lagi. Dia sudah
pulang ke Indonesia tiga hari yang lalu. Dan kemungkinan besar
tidak akan kembali lagi kesini. Terima kasih telah menganggapku
sebagai kakak. Selamat bekerja. O ya apakah ini nomer HPmu?
Salam sayang dari kakakmu: Mari.”
Ia bahagia sekali membaca SMS itu. Ia merasakan bahwa Mari
memang orang yang tulus. Menolong dirinya tanpa pamrih apapun.
terkadang terbesit dalam pikirannya andai saja Mari masih gadis dan
umurnya lebih muda darinya. Ia merasa bisa jatuh cinta padanya. Cepat-
cepat ia menepis pikiran yang tidak-tidak itu. Ia lalu menjawab pertanyaan
Mari,
“Mbak ini bukan nomor HP saya. Tapi nomor teman saya.
Tapi saya punya alamat email. Jika ingin mengabarkan sesuatu
kepada saya, kabari saja lewat email, ini alamatnya:
[email protected]. Terimakasih.”
Ia lalu menerima jawaban singkat dari Mari,
“Ya. Baik.”
Suatu hari datanglah surat keterangan dari Universitas Malaya yang
menyatakan bahwa Zul benar-benar diterima di perguruan tinggi tertua di
Malaysia itu. Selama tiga bulan Zul bekerja mati-matian untuk dapat
menghidupi kehidupan dan dapat membayar uang registrasi kuliah.
Perkuliahanpun dimulai, Zul sudah mendapatkan jadwal aktif
kuliah. Dia mulai memastikan jadwal kuliah untuk bisa membagi waktu
antara kuliah, belajar dan bekerja. Tak terasa satu semester telah dilewati
35
Zul dengan penuh semangat dan harapan. Malam itu Kuala Lumpur hujan
deras. Zul bangun dan shalat tahajut. Dikeheningan malam itu ia
memuhasabahi dirinya sendiri. Ia merenungi perjalanan hidupnya selama
ini.
Pagi harinya entah kenapa ia merasa ingin bersilaturrahmi ke rumah
Mari di Subang Jaya. Pagi itu tepat jam delapan ia berangkat, sampai di
Subang Jaya pukul sepuluh siang. Sesampainya dirumah Mari, Zul kaget
karena melihat Mari sedang mau diperkosa oleh Warkum yang merupakan
mantan suami Mari. Dengan segera Zul memukul Warkum sampai
Warkum merasa kesakitan dan minta maaf. Warkum langsung pergi
setelah diancam oleh Zul. Setelah kejadian itu, Mari sangat berterima kasih
dan merasa berhutang budi pada Zul yang telah berhasil menyelamatkan
mahkota kesuciannya yang hampir dinodai oleh mantan suaminya. Setelah
saling menenangkan, akhirnya Zul pun berpamitan dengan membawa
barang-barangnya.
Zul mondar-mandir di ruang tamu, semua penghuni flat itu sudah
tidur. Zul selalu membayangkan kejadian tadi siang yang dia alami, wajah
Mari selalu terbayang di ingatan Zul. Ia sadar bahwa dia sudah dewasa tapi
ia bingung harus berbuat apa, seandainya ia menikahi Mari, ia takut
kuliahnya tidak beres, tapi kalau tidak begitu dia tidak tahu harus berbuat
apa. Dia mencoba bertanya pada yahya dan yahyapun memberi saran pada
dia, kalau Zul memang sangat mencintainya, lebih baik Zul menikahinya,
dengan catatan kuliah harus sampai beres.
36
Dua bulan berlalu, setelah itu Yahya mengajak Zul berbicara dari
hati kehati dengan harapan semangat Zul kembali pulih, tetapi sayangnya
Zul masih saja murung dan banyak melamun, dia tidak semangat dalam
bekerja, berusaha dan belajar. Melihat sikap Zul yang seperti itu, Pak
Muslim selaku orang yang paling tua di flat itu memanggil Zul dan
memberikan tiga pilihan pada Zul. Yang pertama, Zul harus melupakan
Mari dan konsentrasi pada kuliahnya. Kedua, Zul harus menikahi Mari
tetapi kuliah harus tetap jalan. Dan yang ketiga, Pak Muslim
membebaskan Zul untuk hidup sesukanya dengan syarat tidak boleh
tinggal di flat itu. Akhirnya Zul memilih saran yang kedua, keesokan
harinya Zul yang ditemani Pak Muslim siap untuk berangkat ke rumah
Mari, dengan tujuan untuk melamar Mari.
Sesampainya di rumah Mari, Zul sangat terkejut karena rumah itu
telah kosong, Zul dan Pak Muslim bertanya pada tetangga rumah itu, dan
tetangga itu menunjukkan koran yang memberitakan bahwa penghuni
rumah itu semuanya ditangkap polisi karena melakukan praktek prostitusi,
Zul sangat kecewa dengan berita itu dan akhirnya mereka pulang lagi ke
flat dengan hati Zul yang sakit.
Dengan kejadian itu Zul semangat lagi untuk melanjutkan kuliah
dan bekerja, sampai akhirnya sebentar lagi ia akan menyandang gelar
M.ED. atau Master of Education dalam bidang Sosiologi Pendidikan.
Waktu terus berjalan, dan Zul pun mendapat kebingungan antara
melanjutkan kuliah S3 atau pulang ke Indonesia untuk mencari kerja, ia
37
pergi ke rumah Yahya dan menceritakan kegelisahannya kepada Yahya.
Dengan penuh kesabaran Yahya selalu menasehati Zul dan memberikan
arahan-arahan kepada Zul untuk mengambil keputusan yang terbaik.
Yahya menyarankan Zul untuk segera menikah, dan Yahya
mengenalkan Zul pada seorang wanita teman istrinya yang merupakan
seorang dosen, namanya Prof. Madya Datin Laila Abdul Majid, Ph.D. Dia
menyelesaikan S.2 dan S.3-nya di Birmingham. Zul sangat terkejut dan
senang seandainya jadi menikah dengan wanita itu.
Setelah itu Zul pulang dengan naik bus mini kuning ke Hentian
Kajang. Ketika itu ia bertemu dengan Mbak Sumiyati. Teman Mari di
Subang Jaya, Sumiyati menceritakan apa yang terjadi pada mereka ketika
penggrebekan di rumah itu, bahwa tidak semua penghuni rumah itu
bersalah, yang melakukan aksi prostitusi itu hanyalah Linda dan Watik.
Dan akhirnya Zul mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Zul merasa
sangat bahagia mendengar cerita itu.
Keesokan harinya Yahya menghubungi Zul dan ngasih tau bahwa
Datin Laila sudah dijodohkan dengan orang lain. Zul sangat kecewa. Tapi
dibalik itu Yahya memberikan kabar yang cukup menggembirakan, bahwa
di Indonesia tepatnya UNY (Universitas Yogyakarta) ada lowongan jadi
dosen, yang dicari lulusan S.2 jurusan Sosiologi Pendidikan. Zul
memutuskan untuk langsung pulang dan melamar pekerjaan disana.
Tiga hari kemudian, Zul terbang ke Yogyakarta. Di Bandara Adi
Sucipto ia dijemput oleh Pak Muslim, beliau langsung membawa Zul ke
38
rumahnya di sebuah perumahan di daerah Maguwoharjo. Dirumah pak
Muslim ia menceritakan perjalanan hidupnya setelah pak Muslim pulang
ke Indonesia, menyinggung soal nikah, pak Muslim akan memperkenalkan
Zul dengan teman istrinya yang bernama Agustina Siti Mariana Maulida,
M.Ec.
Pada hari Besoknya Pak Muslim mengantarkan Zul untuk
memasukkan lamaran pekerjaan ke UNY. Waktu cepat berlalu, akhirnya
yang dinanti akan segera datang, yaitu pertemuan antara Zul dengan
Agustina Siti Mariana Maulida, M.Ec.
Setelah jamaah shalat isya, Pak Muslim dan Zul langsung pulang
ke rumah, istrinya Pak Muslim dan Agustina, orang yang akan dikenalkan
dengan Zul sudah ada di rumah. Waktu itu Zul sangat terkejut karena yang
dia lihat adalah Mari. Orang yang ia cintai waktu di Subang Jaya Malaysia.
Malam itu adalah menjadi malam yang sangat bersejarah dan
membahagiakan bagi Zul dan Mari. Mereka sepakat untuk menikah
secepatnya. Dan dua minggu setelah itu mereka mengikrarkan akad nikah
di Sragen. Selanjutnya mereka hidup bersama dalam kesucian. Dan
beribadah bersama, saling mendukung dan menguatkan, sujud bersama
dalam bingkai mahkota cinta yang terbangun indah diatas mahligai iman
dan takwa.
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Berikut di bawah ini nilai-nilai pendidikan moral dalam novel
Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
1. Percaya diri
a) Ia meyakinkan dirinya harus kuat. (El Shirazy, 2008: 148)
Keyakinan adalah sebuah penetapan sikap yang jelas,
pembeda, dan sesuatu yang memiliki batas yang tegas. Tidak
pernah bisa bertemu dengan keragu-raguan, karena keyakinan
mampu menepis dan mengalahkan keragu-raguan. Keyakinan
adalah sebuah kekuatan yang mendorong seseorang untuk
melakukan yang terbaik dan mencapai yang terbaik pula.
Seseorang yang menginginkan sukses, maka dia harus memiliki
keyakinan yang kuat untuk berhasil. Otak manusia akan merespon
dan mengintruksikan, serta mendorong seluruh raga dan jiwanya
untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang ada di dalam
benaknya. Inilah biasanya yang dikenal dengan sugesti. (Saleh,
2011: 156)
Karena sikap keputus-asaan adalah wujud dari lemahnya
keyakinan atau keimanan kepada Allah SWT. Padahal rahmat
Allah sangat luas dan banyak, rahmat-rahmat tersebut bertebaran
memenuhi seluruh rongga kehidupan. Tinggal apakah manusia
mau berusaha dengan keras dan sungguh-sungguh untuk
40
mendapatkannya atau hanyalah berpura-pura saja. (Saleh, 2011:
44)
Realitas sukses kadang melewati banyak ujian berat bahkan
mungkin kegagalan. Namun semua itu adalah sunnatullah yang
memang harus dilalui. Karena hidup adalah ujian, dan setiap kita
pasti diuji dengan realitas yang mungkin tidak sesuai dengan
harapan, dengan satu tujuan yaitu untuk mengetahui siapa diantara
kita yang terbaik (sukses/berhasil) dalam menjalani kehidupan.
Demikian Allah berfirman,
اا ا ا ا ا ا اا ا ا
ااااا
“Dialah (Allah) yang menciptakan kematian dan
kehidupan, untuk menguji kalian siapa diantara kalian yang
terbaik amalnya. Dan Dia Maha perkasa lagi Maha Pengampun.”
(QS. Al-Mulk: 2).
Karena itu, mereka yang berhasil adalah mereka yang terus
berusaha dengan sekuat tenaga tanpa berputus asa dan menyerah.
Sebuah ungkapan bijak mengatakan, kebanyakan orang gagal tidak
menyadari, betapa dekatnya mereka ke titik sukses saat mereka
menyatakan menyerah. (Saleh, 2011:44)
Berdasarkan kutipan novel di atas, Habiburrahman El
Shirazy mengambarkan bahwa ciri dari orang yang berhasil adalah
mereka yang mempunyai semangat dan rasa percaya diri yang
kuat.
41
b) la kembali menegaskan niat, bahwa ia sedang melakukan
pengembaraan untuk mengubah takdir. (El Shirazy, 2008:148)
Niat, adalah sengaja melakukan sesuatu bersamaan dengan
perbuatan. Sebagaimana dikatakan oleh Epictetus, filsuf Yunani
Kuno (dalam Marwah Daud: 2007) “First say to your self what you
would be and then do what you have to do.” Pertama-tama katakan
pada dirimu: engkau akan menjadi apa, kemudian lakukan apa yang
harus kamu lakukan. Pada akhirnya semua tergantung kepadamu.”
(Saleh, 2011: 14)
Artinya, bahwa realitas hasil (takdir), apakah keberhasilan
atau kegagalan merupakan hasil dari sebuah proses panjang.
Dalam setiap proses, disitulah takdir itu Allah tetapkan, dan hasil
akhir (takdir) adalah hasil dari proses atau upaya yang dilakukan
secara terus menerus dan maksimal. Namun ada kalanya sudah
berusaha maksimal, namun masih juga gagal. Ini artinya belum
melaksanakan suatu hal secara sempurna, atau masih ada hal yang
kurang, atau bisa juga salah dalam menyikapinya. Karena bisa jadi
antara “upaya” yang dilakukan dengan “harga” dari sebuah
keberhasilan yang ditetapkan oleh Allah atas apa yang diharapkan
itu masih dianggap belum cukup (menurut Allah). Sebab yang
menetapkan “harga keberhasilan” adalah Allah. Oleh karena itu
maka bergeraklah terus jangan pernah berhenti, disaat telah sampai
di langkag yang ke 99, dan terasa mulai jenuh serta memutuskan
untuk berhenti, maka ingatlah bisa jadi satu langkah kedepan
42
setelah itu (langkah ke 100) adalah langkah sukses. Begitu pula
jika satu langkah dan beberapa langkah kedepan itupun juga belum
menampakkan hasil, hingga sampai di langkah ke 999, kemudian
ingin kembali memutuskan untuk berhenti, maka ingatlah bisa jadi
satu langkah kedepan (langkah yang ke 1000) adalah titik sukses.
Demikian seterusnya, inilah takdir, sebuah konsep hidup untuk
menjadikan pribadi yang dinamis. Kuncinya bahwa sukses adalah
sebuah pilihan. Apakah akan berhenti sebelum mencapainya atau
akan terus melangkah hingga tercapai apa yang diinginkan.
Kutipan novel di atas menggambarkan arti bahwa kadang
semangat, rasa percaya diri itu bisa melemah. Namun jangan
sampai patah semangat dan tetap fokus pada tujuan yang ingin
dicapai. Harus sering dipupuk keyakinannya, semangatnya, dan
tetap percaya diri.
c) Saya tidak akan menyerah. Saya akan terus berusaha dan bertahan
sampai Tuhan memutuskan takdir finalnya untuk saya. (El Shirazy,
2008: 158)
Takdir adalah ujung dari sebuah usaha maksimal dan
optimal. Kebanyakan orang biasanya terlalu cepat menyerahkan
semuanya pada takdir sehingga cenderung menjadi fatalis. Padahal
sesungguhnya, di setiap ujung usaha itu barulah ada takdir. Takdir
adalah hasil dari sebuah proses maksimal yang dilakukan. Jangan
pernah mengatakan bahwa itu adalah takdir Allah, sementara usaha
yang dilakukan belum optimal dan maksimal.(Saleh, 2011: 13)
43
Sukses adalah sebuah jalan yang dibuat oleh mereka-
mereka yang berketetapan untuk sukses melalui sikap dan perilaku
yang positif yang ditampilkan dalam menjalani kehidupan dan
mewujudkan apa-apa yang diharapkan. Sebagaimana misalnya
dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa terdapat 20 karakter
sukses yang ditampilkan oleh mereka-mereka yang berhasil dalam
manjalani hidup dalam hal dunia bisnis, para CEO (Chief Executive
Officer), para pemimpin tertinggi perusahaan. Kedua puluh
karakter sukses misalnya antara lain jujur, berpandangan jauh ke
depan, inspiratif, kompeten, adil, mendukung, berpikiran luas,
cerdas, terus terang, berani, bisa diandalkan, bisa bekerja sama,
kreatif, peduli orang lain, tegas, matang berambisi, loyal, mampu
mengendalikan diri, independen. Hal tersebut menandakan bahwa
sukses adalah sebuah jalan yang telah dibuat oleh mereka yang
telah menggapai sukses. Hal ini sebagaimana Allah SWT
berfirman dalam surat Ar-Ra‟du ayat 11.
ا اا ا ا ا ا ا ا اااا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.” (Saleh, 2011: 12)
Penggalan kutipan novel di atas menggambarkan seorang
yang optimis dalam menjalani hidup, tidak mudah menyerah dan
putus asa, semangat mengejar impian, semangat mencapai
keberhasilan dan ikhlas terhadap skenario (proses) hidup yang
44
ditakdirkan Tuhan. Dengan demikian penulis novel Mahkota Cinta
mengajarkan kepada pembaca bahwa hidup itu harus semangat,
dan terus diperjuangkan.
d) “Intinya tidak boleh malu. Tidak boleh menyerah. (El Shirazy,
2008: 208)
Percaya diri adalah cara pandang seseorang dalam menilai
dan mempersepsikan dirinya sendiri. Keyakinan, optimisme dan
percaya diri (self confidence) ibarat dua sisi keping mata uang. Ia
menjadi dasar perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan
realitas kehidupan. Kesuksesan dan kegagalan yang dialami
seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri
(convidence) dan tingkat optimismenya. Optimisme adalah cara
pandang seseorang dalam mempersepsikan sesuatu tentang masa
depan yang akan dihadapinya. Disinilah maka konsepsi keimanan
yang ke-6 dalam rukun islam (iman kepada takdir: baik dan buruk
dari Allah) menjadi sebuah landasan utama dan sangat strategis
dalam membangiun optimisme hidup ini. (Saleh, 2011: 158)
Dari kutipan tersebut, secara jelas bahwa Habiburrahman El
Shirazy ingin mengajak kepada pembaca novel Mahkota Cinta
untuk tampil percaya diri, dan selalu mempunyai jiwa semangat.
Tidak boleh menyerah dengan takdir. Karena pada hakekatnya
takdir merupakan hasil dari sebuah proses panjang. Dalam setiap
proses, disitulah takdir itu Allah tetapkan, dan hasil akhir (takdir)
adalah hasil dari proses atau upaya yang kita lakukan secara terus
45
menerus dan maksimal. Sebagaimana Firman Allah dalam surat
Al-„Ankabuut ayat 2:
ا اا اا ا ااا ااااا
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan begitu saja
(disaat) mereka mengatakan “kami beriman” dan mereka tidak
diuji?.” (Saleh, 2011:8)
e) Ia yakin dengan usaha yang gigih Allah akan merubah takdirnya.
(El Shirazy, 2008: 289)
Yakin, satu kata yang memiliki makna yang dalam.
Menggambarkan apa yang menggelora dalam diri kita tentang
sesuatu yang diharapkan dan ingin diwujudkan. Kata “yakin” dapat
berkembang menjadi “keyakinan”, yang juga bermakna “iman”,
yaitu pemikiran yang teguh dan kuat akan sesuatu. Kebalikan dari
kata-kata ini adalah pesimis atau ragu-ragu. (Saleh, 2011: 157)
Kutipan novel di atas mengajarkan kepada pembaca untuk
senantiasa berfikir positif, baik sesama manusia terlebih terhadap
Allah Swt. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman: “Aku menurut
dugaan hamba-hambaKu terhadap Aku.” (diriwayatkan Bukhari
dan Muslim dari Abu Hurairah). (Muchtar, 2005: 28)
Demikianlah bahwa prasangka atau persepsi kita terhadap
sesuatu akan mengantarkan terwujudnya suatu realitas berdasarkan
apa yang dipersepsikan sebelumnya. (Saleh, 2011: 26)
Untuk itu berfikirlah positif pada setiap ketetapan Allah
SWT, agar seluruh energi kita mengarah pada perilaku-perilaku
46
positif yang mampu mengantarkan perilaku sukses dengan
mendorong optimalisasi potensi secara luar biasa. Tindakan-
tindakan positif kita tentunya akan mengetuk pintu rahmat Allah
SWT terhadap diri kita.
Pikiran-pikiran positif pada Allah SWT akan melahirkan
semangat luar biasa dalam dari kita dan keyakinan akan
tercapainya setiap hal yang dicita-citakan. Semangat dan keyakinan
yang menggelora dalam diri pada saat menghadapi ujian (masalah)
tentunya menjadi modal utama yang akan mendorong jiwa kita
menjadi merasa lebih bahagia, santai, rileks, dan tenang dalam
menghadapi suatu persoalan.
2. Keberanian
a) "Saya nekat merantau ke Jakarta untuk mencari kerja. (El Shirazy,
2008: 158)
Hidup adalah sebuah masalah, dunia ini memang menjadi
medan ujian bagi setiap insan. Tidak satupun manusia yang hidup
bebas dari masalah, ujian dan cobaan. Kesuksesan dan kegagalan
dalam menjalani setiap ujian pada setiap orang memiliki derajat
berbeda-beda. Hanya dengan keadilanNya, semua itu terwujud.
Tidak ada sebuah beban apapun yang tidak sesuai dengan kadar
masing-masing. Hal ini semata-mata karena Allah Maha adil, Dia
yang menciptakan sehingga tau kadar masing-masing ciptaannya.
(Saleh, 2011: 16)
47
Kutipan novel diatas menggambarkan arti sebuah
keberanian, adanya kenekatan dalam menghadapi tantangan hidup.
Habiburrahman El Shirazy mengajarkan kepada pembaca bahwa
untuk mencapai keberhasilan memerlukan keberanian, kenekatan.
Nekat dalam melakukan kebaikan yaitu dengan adanya usaha dan
kerja keras untuk mencapainya.
b) Orang Demak tidak boleh gentar berhadapan dengan situasi
apapun juga. (El Shirazy, 2008: 201)
Tetap tenang, bicara yang tepat, rendah hati dan santun.
Itulah senjata para pemenang. (El Shirazy, 2008: 19)
Dalam kutipan novel Mahkota Cinta diatas Habiburrahman
El Shirazy mengajarkan kepada pembaca untuk bersikap tenang
dalam keadaan apapun. meyusun strategi yang tepat, sehingga
hasilnya akan pas dan tetap sasaran.
c) Inilah untuk kedua kalinya ia bertarung dengan penjahat. (El
Shirazy, 2008: 241)
Kutipan novel Mahkota Cinta diatas menggambarkan
keberanian dalam mencegah kemungkaran. Zul yang sedang
membantu siti martini dalam menghadapi mantan suaminya yang
berusaha untuk menodai kesuciasnnya.
Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Mahkota Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy tersebut dapat disimpulkan bahwa
keberanian bukan diukur dari seberapa kuat ototnya, ataupun
48
pandainya dalam berkelahi. Akan tetapi keberanian itu adalah
seberapa besar usaha yang dilakukan untuk mencapai kebaikan yang
maksimal.
3. Menjaga Kesucian
a) Untuk itulah menurut saya kenapa kaum lelaki diminta oleh Tuhan
untuk menjaga pandangan. (El Shirazy, 2008: 161)
Dalam petikan dialog tersebut penulis mengajak kepada
para kaum lelaki untuk menjaga pandangannya. Sebagaimana
firman Allah dalam surat An-Nur ayat 30.
ا ا ا ا ا ا اا ا
ا اا اا ا ا ااااا
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya,
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Makbuloh, 2013:
148)
Di zaman modern seperti sekarang, semakin majunya
kecanggihan teknologi, memudahkan masyarakat untuk melakukan
hal yang baik, begitu juga dengan melakukan hal yang buruk.
Dengan adanya fasilitas yang hanya dengan menggunakan ponsel
berlebel android dari mulai anak-anak hingga orang dewasa sudah
bisa menjelajahi dunia maya, dengan membuka berbagai situs
akses yang diinginkan. Karena minimnya pendidikan dan
pengetahuan serta tidak adanya pengawasan, mereka banyak yang
menyalah gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan
49
sekedar untuk memenuhi hawa nafsunya. Mulai dari adanya iseng,
mulai dari adanya rasa penasaran, hingga kecanduan dan
menjadikan kebiasaan membuka situs gambar, video, yang tidak
layak dipertontonkan.
Menjaga pandangan tidaklah dimaknai hanya menjaga
mata. Akan tetapi, mulai dari tangan yang digunakan untuk
memegang, yang menyebakan adanya reaksi mata untuk melihat,
hati dan jiwa yang mulai terkotori, begitu juga akal yang sudah
mulai rusak.
b) Maka sebaiknya memang keduanya saling menjaga. (El Shirazy,
2008: 161)
Dalam kutipan novel Mahkota Cinta tersebut, penulis
menjelaskan bahwa sebaiknya laki-laki dan perempuan sama-sama
menjaga. Untuk para wanita muslimah hendaknya menahan
pandangannya. Seperti firman Allah dalam surat An-Nur ayat 31.
ا ا ا ا ا ا ا ا
ا اا ا ا اا ا ا ا اا
ا ا اا اا
\ “Katakanlah kepada perempuan yang beriman, hendaklah
mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa
tampak daripadanya.” (Makbuloh, 2013: 148)
50
c) Baginya, sebagai wanita, kehormatan diri dan kesucian diri
adalah harta paling berharga setelah iman kepada Tuhan Yang
Mahakuasa. (El Shirazy, 2008: 185)
Kutipan novel Mahkota Cinta di atas menggambarkan
kegigihan seorang wanita yang teguh menjaga sesuciannya. Wanita
seperti ini tidak akan pernah dipermainkan dan diremehkan oleh
siapapun. Dan inilah janji Allah buat hambanya yang taat pada
ajarannya, telah tertulis dalam Qur‟an surat An-Nur ayat 26.
ا ا ا اا ا ا
ا اا ا ا ا اااا
ا ااااا
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula),
sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang
baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang
baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang.
Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”
d) la merasa imannya tidak kuat jika di rumah itu terus, dan
berduaan dengan Linda. (El Shirazy, 2008: 199).
Melalui kutipan novel di atas, Habiburrahman El Shirazy
menggambarkan bahayanya berduaan dengan lawan jenis yang
bukan mahrom. Banyak kita dijumpai dalam fenomena masyarakat
akibat dari berduaan dengan lawan jenis. Salah satunya kasus yang
pernah ramai menjadi perbincangan di media sosial, yaitu kasusnya
Eno Parinah. Remaja yang diperkosa secara sadis dengan 3 orang
51
pelaku dan salah satunya adalah pacarnya sendiri, yang baru
dipacarinya satu bulan lalu, kenalan melalui jejaring facebook.
Dengan adanya kejadian yang seperti itu, hendaklah kita
menjaga kesucian sesuai apa yang diperintahkan Alloh Swt dalam
Qur‟an surat An Nur ayat 33.
ااا ا ا ا اا ا ااا
“Dan hendaklah orang yang belum mampu untuk menikah
hendaklah menjaga kesucian diri sampai Allah menjadikan mereka
mampu denganva karunia-Nya.” (QS. An Nur: 33)
e) Tidak halal berasyik-masyuk dengan perempuan yang bukan
isterinya. (El Shirazy, 2008: 229).
Melalui kutipan novel di atas, pesan yang disampaikan
Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan firman Allah QS. Al-
Isro‟ ayat 32:
ا ا اا ا ا ا ا ااااا
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu
suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.” (Reysyahri,
2001: 474)
Dari awal mulanya yang hanya berduaan, berpegangan
tangan, hingga bepelukan. Yang awalnya hanya pacaran. Dan dari
pacaran itulah akan berlangsungnya dosa-dosa yang berkelanjutan.
Karena pacaran adalah cara setan menggiring umat manusia agar
jatuh pada perbuatan nista yang dikutuk semua agama, yaitu zina.
Banyak orang melakukan pacaran yang—karena masih disayang
52
Allah—diselamatkan oleh Allah dari dosa besar itu. Namun tidak
terhitung jumlahnya manusia yang melakukan pacaran dan
akhirnya jatuh ke lembah nista itu, yaitu melakukan perzinahan
berulang-ulang kali. (El Shirazy, 2008: 229)
f) Selanjutnya mereka hidup bersama dalam kesucian. (El Shirazy,
2008: 328)
Dari kutipan novel Mahkota Cinta diatas, Habiburrahman
El Shirazy menggambarkan bahwa hubungan cinta yang dijalin
sesuai dengan ketentuan dan aturan syariat akan berbuah
kebahagiaan. seperti dalam firman Allah Qur‟an surat Ar Rum: 21
ا اا ا ااا ا ا ا ا
ا ااااا ا ا ا ااااا
“Dan diantara tanda kekuasaanNya adalah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa
tenteram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa cinta dan
kasih saying. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir.” (Muchtar, 2005: 44)
Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Mahkota Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy tersebut dapat disimpulkan bahwa menjaga
kesucian dengan dimulai dari menjaga pandangan antar lawan jenis,
menghindari berdua-duan dengan lawan jenis yang bukan mahrom.
Diperintahkan dalam firman Allah QS. An Nur: 30-31.
53
ا ا ا ا ا ا اا ا
ا اا اا ا ا اااا ا ا ا
ا ا ا اا
“Katakanlah pada laki-laki yang beriman agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang
demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha
mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada
perempuan-perempuan yang beriman agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya.”
4. Tolong Menolong
a) Kita ini sebagai manusia sudah semestinya saling tolong
menolong. (El Shirazy, 2008: 229).
Saling tolong menolong dan membantu antar sesama
merupakan puncak kehidupan masyarakat muslim. Sungguh Allah
telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk saling menolong
dalam kebaikan dan membantu beban saudara seiman.
Kutipan novel Mahkota Cinta di atas secara jelas
Habiburrahman El Shirazy mengajak kepada pembaca untuk saling
tolong menolong, bantu membantu. Dalam hidup bermasyarakat
kita tidak bisa terlepas dari memerlukan bantuan orang lain.
Sebagaimana seperti dalam firman Allah Qur‟an surat Al-Maidah
ayat 2.
ا ا ا ااا ا اا اا
ا اااا ا ااااا
54
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat berat siuksaanNya.” (QS. Al-Maidah: 2)
b) "Sudah menjadi kewajiban saya untuk membantu Saudara. (El
Shirazy, 2008: 202)
Kutipan dialog novel tersebut mengajarkan tentang
kewajiban manusia untuk saling tolong menolong. Manusia
memiliki tiga predikat dalam hidupnya yaitu sebagai insan Tuhan,
insan sosial, dan insan politik. Sebagai insan Tuhan harus
melaksanakan tugas yakni beribadah. Sebagai insan sosial maka
harus bermasyarakat atau hidup rukun dengan sesamanya.
Sedangkan sebagai insan politik harus menjadi warga negara yang
baik.
Dalam ajaran Islam penjabarannya bisa lebih luas lagi:
yakni manusia khususnya umat islam harus melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah (hablumminallah), kemudian
terhadap sesama manusia (hablumminannas) dan terhadap alam
semesta (hablumminal alam).
Saling tolong menolong tanpa memandang (membedakan)
ras, suku bangsa, agama, keturunan, status sosial, dan pendidikan
merupakan kewajiban manusia dalam hidupnya.
55
c) Semua yang ada di rumah itu ingin memberikan bantuan
semampunya. (El Shirazy, 2008: 210)
Habiburrahman El Shirazy melalui kutipan dialog di atas
menerangkan kepada pembaca bahwa dalam membantu seseorang
disesuaikan dengan batas kemampuannya. Rasulullah bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang membawa manfaat bagi
orang-orang di sekitarnya.” (Muchtar, 2005:40)
5. Empati
a) Kalau adik mau, saya bisa bantu. (El Shirazy, 2008: 149)
Kutipan dialog di atas menggambarkan bentuk empati
seseorang ketika melihat kesulitan yang sedang dialami orang lain.
Habiburrahman El Shirazy mengajarkan kepada pembaca novel
Mahkota Cinta untuk menumbuhkan rasa empati ketika melihat
orang lain kesulitan. Yang dicontohkan diatas dengan menawarkan
bantuan untuk meringankan masalah yang dihadapinya.
b) Jika ada apa-apa. Perlu bantuan apaapa, telpon saya saja. (El
Shirazy, 2008: 209)
Kutipan dialog di atas masih menggambarkan bentuk
empati, Habiburrahman El Shirazy mengajarkan kepada pembaca
novel Mahkota Cinta untuk menumbuhkan rasa hubungan saling
percaya, saling merasakan.
Dalam pergaulan hidup sehari-hari sangat diperlukan sikap
lemah lembut dan sopan santun. Hal ini perlu dilakukan tanpa
memandang (membedakan) suku bangsa, ras, keturunan, agama,
golongan, kedudukan, tingkat sosial, maupun tingkat pendidikan.
56
c) Jika nanti masih kurang, saya akan bantu mencarikan pinjaman
dulu. (El Shirazy, 2008: 216)
Kutipan novel tersebut masih mengajarkan tentang empati.
Habiburrahman El Shirazy memperkenalkan bentuk empati dengan
membantu meringankan masalah seorang teman setelah ada usaha
keras dengan apa yang dilakukannya.
d) Mari kita petakan apa yang kau hadapi satu per satu. (El Shirazy,
2008: 222)
Kutipan dialog tersebut masih tentang bentuk empati.
Kepedulian seorang terhadap apa yang dialami sahabatnya. Dengan
ikhlas membantu mengulas satu-persatu masalah yang menjadi
kendalanya, untuk menemukan jalan keluar dan titik terang atas
permasalahannya.
e) Dengan ketulusan seorang sahabat ia mengajak Zul bicara. (El
Shirazy, 2008: 257)
Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa satu sifat utama orang
muslim dan orang mukmin adalah bersifat tegas kepada orang kafir
dan berkasih sayang dengan sesamanya (sesama muslim/mu‟min).
(Muchtar, 2005: 38)
Dialog tersebut juga masih tentang empati. Dalam kutipan
novel tersebut dicontohkan ketulusan seorang sahabat yang
meluangkan waktunya untuk memberikan solusi dan jalan keluar
atas permasalahan yang dihadapi oleh sahabatnya.
57
f) Jika kau ingin tetap lanjut kuliah kau harus bangkit dan
mengembalikan semangatmu. (El Shirazy, 2008: 270)
Saling menasehati merupakan perbuatan moral (akhlak)
terpuji yang menyiratkan indahnya persaudaraan diantara kaum
muslim sekaligus menuntut sikap amanah serta kejujuran
seseorang yang memahami masalah kebaikan dalam memberi
masukan kepada saudaranya. (Shihab, 2007: 89)
Kutipan dialog diatas masih menggambarkan bentuk
empati. Kepedulian seseorang terhadap perubahan yang dialami
oleh sahabatnya. Dengan membantu mengembalikan semangat dan
mendorong untuk bangkit dari keterpurukan.
g) Aku akan membantumu semampuku. (El Shirazy, 2008: 270)
Penggalan dialog di atas masih menggambarkan bentuk
tentang empati. Menumbuhkan sikap empati dengan saling tolong
menolong, berbagi, membantu sesuai dengan batas kemampuan
yang dimiliki.
Dapat disimpulkan dari beberapa kutipan di atas yang terdapat
dalam novel Mahkota Cinta tersebut. Habiburrahman El Shirazy
mengajarkan dan mengajak pembacanya untuk berperilaku baik
terhadap sesama manusia, dengan menumbuhkan sikap empati. peduli
dan berbagi.
58
6. Kesederhanaan
a) Sikap Pak Rusli yang low profile membuatnya seolah sudah lama
mengenal lelaki berumur empat puluhan itu. Padahal belum ada
tiga jam ia bertemu dengannya. (El Shirazy, 2008: 204)
Kutipan novel Mahkota Cinta diatas menggambarkan sikap
kesederhanaan. Habiburrahman El Shirazy mengajarkan kepada
pembaca untuk bersikap sederhana, rendah hati.
b) Kesahajaan dan kesederhanaan Pak Muslim sama sekali tidak
berubah, meskipun ia telah menyandang gelar doktor. (El Shirazy,
2008: 313)
Kutipan dialog dalam novel Mahkota Cinta tersebut masih
mengajarkan tentang kesederhanaan. Habiburrahman El Shirazy
menggambarkan tokoh Pak Muslim dengan sikap kesederhanaan.
rendah hati, namun penuh dengan potensi. Dengan gelar doktor
yang dimiliki, tidak membuatnya sombong. Belajar dari pohon
padi, yang semakin berisi maka semakin merunduk.
7. Ketaatan
a) Sopirnya berwajah Indonesia, dan tampaknya ia seorang Muslim,
sebab sebelum menjalankan bus ia membaca basmalah. (El
Shirazy, 2008: 152)
Ketaatan adalah wujud dari ketakwaan seseorang. sikap
takwa adalah password untuk membuka jalan kemudahan dan
mendapatkan rezeki (jawaban atas persoalan) yang tak disangka-
sangka. Sehingga dengan demikian, sikap ketaatan akan membuka
jalan keluar dan kemudahan atas setiap persoalan yang dihadapi.
Taqwa dan taat akan mendatangkan keajaiban pada diri kita, lebih-
59
lebih disaat kita sedang menghadapi ujian. Dengan ketaatan, akan
mendatangkan keajaiban pada saat kita sedang menghadapi ujian
yaitu jawaban benar dan terbaik yang datang tak disangka-sangka.
(Saleh, 2011:125)
Sebagaimana firman Allah.
اا ا ا ا اااا اا اا اا
ا ا اا ا اااا ا ااا اا
ا اااااا
"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia
akan memberikan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki
dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barang siapa yang
bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluannya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketetapan
bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At-Tholaq 65: 2-3).
Membaca basmalah adalah sikap atau perbuatan yang baik.
Perbuatan baik adalah implementasi dari nilai-nilai kebaikan yang
diyakini, yang bersemayam di dalam alam bawah sadar,
seseorang. Nilai-nilai itulah yang kemudian melahirkan sikap-sikap
positif yang ditampilkan dalam alam sadar, alam realitas. (Saleh,
2011: 124)
Ketaatan akan melahirkan kedamaian dan ketenangan
dalam diri setiap insan. Ketaatan adalah wujud dari sikap baik.
Wujud penerimaan terhadap suara hati yang bersifat fitrah, yaitu
suara hati yang selalu mengajak kepada perbuatan baik.
60
Dari kutipan novel Mahkota Cinta di atas Habiburrahman
El Shirazy mengajak kepada pembaca untuk mengawali segala
perbuatan yang dilakukan dengan mengucapkan “basmalah”.
Firman Allah Qur‟an surat Al Baqarah ayat 152:
ا ا ااا اااا
“Maka berzikirlah (ingatlah) kepada-Ku, niscaya Aku ingat
pula kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah
kamu mengingkari nikmat-Ku.” (Muchtar, 2005: 27)
b) Yahya memasukkannya sebagai bagian dari ibadah dan
pengabdian. (El Shirazy, 2008: 213)
Kutipan novel Mahkota Cinta tersebut menggambarkan
bahwa segala amal perbuatan itu tergantung niat. Habiburrahman
El Shirazy ingin mengajak pembacanya untuk mengawali niat yang
baik dalam melakukan sesuatu. Selain untuk mengharap ridha
Allah, juga bernilai ibadah dan mendapat pahala dari Allah atas
ketaatan karena perbuatan yang dilakukan. Janji Allah atas orang
yang taat kepada perintah-Nya difirmankan dalam surat At Talaq
ayat 2.
ااا ا ا ااااا
“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, Ia akan
memberikan jalan keluar.” (QS. At Talaq: 2)
61
c) Jika kita ingin dapat banyak barakah ya berarti kita harus
menghidupkan waktu pagi kita. (El Shirazy, 2008: 225)
ketaatan adalah wujud penerimaan kita terhadap suara hati
yang bersifat fitrah, yaitu suara hati yang selalu mengajak kepada
perbuatan baik.
Kutipan novel tersebut secara jelas menerangkan tentang
barakahnya waktu subuh dan setelah subuh. Baginda Nabi sudah
menjelaskan bahwa barakah untuk umatnya diturunkan pada waktu
pagi. Habiburrahman El Shirazy mengajak kepada pembaca novel
Mahkota Cinta untuk mengikuti ajaran Rasulullah, salah satunya
dengan menghidupkan waktu pagi. Bangun pagi lalu beraktifitas
lebih awal mencerminkan orang yang mempunyai jiwa semangat,
dan itulah sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang berhasil dalam
hidupnya. Tidak dapat dijumpai sifat tersebut dalam jiwa orang
pemalas. Dan orang yang berjiwa pemalas itulah yang akan rugi di
dunia juga akhirat.
Barang siapa yang mengikuti ajaran Rasulullah pasti akan
berhasil. Karena Rasulullah adalah sebaik-baik figur teladan dan
acuan atau pedoman dalam segala pendidikan. Dijelaskan dalam
Qur‟an Surat Al Ahzab ayat 21.
ا ا اا اا ااا ا ا ا ا
ا ا ا ااااا
62
“Sungguh pada diri Rasulullah (Muhammad SAW) itu
terdapat suri teladan yang baik bagi kamu sekalian.” (Muchtar,
2005: 24)
Dari beberapa kutipan novel Mahkota Cinta di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam setiap melakukan suatu perbuatan yang
baik, diniatkan untuk mengharap Ridho Allah. Firman Allah surat An
Nuur ayat 51.
ا ا ا ا ا ااا ا ا اا
ا ا اا اا ااااا
“Sesungguhnya jawaban orang-orang beriman; bila mereka diseru
kepada Allah dan Rasulnya diantara mereka ialah ucapan, “Kami
mendengar dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Muchtar, 2005: 26)
8. Mencintai Ilmu
a) Hanya orang-orang berilmulah yang akan diangkat derajatnya
oleh Allah. (El Shirazy, 2008: 204)
Kutipan dialog di atas menggambarkan bahwa begitu
cintanya Allah terhadap orang yang berilmu. Sesuai dengan firman
Allah dalam Qur‟an surat Al Mujadilah ayat 11:
ا ا ا اا اا ااا ا ا
ا ااااا
“Allah tinggikan kedudukan mereka yang beriman diantaramu
dan mereka yang mendapat ilmu pengetahuan beberapa derajat
(lebih tinggi).” (Muchtar, 2005:14)
b) Setelah itu akan langsung melanjutkan S.3. (El Shirazy, 2008: 207)
63
Melalui kutipan dalam novel Mahkota Cinta di atas,
Habiburrahman El Shirazy ingin mengajak kepada pembaca untuk
mempunyai pendidikan yang tinggi. Menuntut ilmu tiada mengenal
batas dimensi waktu.
c) Sudah sepuluh jam Zul di Perpustakaan Akademi Pengajian Islam
Universiti Malaya. (El Shirazy, 2008: 283)
Dalam kutipan novel tersebut, Habiburrahman El Shirazy
ingin mengajak pembacanya untuk mencintai ilmu. Salah satunya
sikap sebagai seorang pelajar yaitu dengan sering meluangkan
waktu untuk mengunjungi perpustakaan sebagai wujud dari adanya
gemar membaca. Sebagaimana sesuai dengan yang diperintahkan
oleh Allah dalam surat Al-„Alaq: 1-5 yang artinya:
ا ا ا ا ااااا اا اااا ا
ا اااااا اااا ا ا ااا
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah,
Dan Tuhanmu yang Maha Pemurah Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.” (Muchtar, 2005:12)
Karena dengan membaca, kita bisa mengetahui mana yang
baik dan mana yang buruk, serta mana yang bermanfaat dan mana
yang tidak. Bisa di jadikan sumber yang menyirami akal dengan
ilmu pengetahuan dan mensuplai makanan yang mengantarkan
pada keterbukaan pikiran, kedewasaan pengembangan diri, dan
kesuksesan. Juga mengisi akalnya dengan pengetahuan baru yang
64
dicetuskan oleh para ulama, cendekiawan, sastrawan, dan ilmuan
yang terkait dengan kajian pemikiran, sosial, sastra, dan
intelekktual yang akan meluaskan cakrawala berfikir dan
mengembangkan intelektual serta mengembangkan khazanah
keilmuan.
d) Dan tuntutlah ilmu ke jenjang yang lebih tinggi di sana. (El
Shirazy, 2008: 290)
Kutipan dialog di atas mengajarkan kepada pembaca bahwa
menuntut ilmu, mencari pengetahuan tidak mengenal batas ruang
dan waktu. seperti dalam sebuah falsafah-falsafah kehidupan
(mahfudhot) yang diriwayatkan oleh Ibnu Barri. “Tuntutlah ilmu
walaupun sampai ke negeri Cina.” (Muchtar, 2005:13)
e) Setiap ia mendapatkan tambahan ilmu agama, ia berusaha
mengamalkan sebaik-baiknya. (El Shirazy, 2008: 266)
Kutipan dialog di atas mengajarkan kepada pembaca bahwa
dalam mencintai ilmu tidak hanya mengerti secara teori saja
melainkan ilmu itu harus diamalkan dalam kehidupan. Setiap ilmu
yang telah dimiliki, dipahami, dan diyakini kebenarannya haruslah
diamalkan. Orang yang mempunyai banyak ilmu tapi tak pernah
diamalkan itu seperti pohon rindang tapi tak berbuah.
9. Tanggung Jawab
a) la langsung bangkit dan mengambil air wudhu dengan tergesa-
gesa. la belum shalat Subuh. (El Shirazy, 2008: 177)
65
Shalat menurut bahasa adalah berdoa. sedangkan menurut
istilah ialah perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam.
Kutipan dialog di atas menggambarkan nilai tanggung
jawab pada diri sendiri. Shalat adalah kewajiban masing-masing
individu yang tidak bisa diwakilkan. Bukti ketaatan seorang
muslim terhadap perintah Allah.
b) Ia harus mengembalikan kunci itu segera. (El Shirazy, 2008: 230)
Kutipan novel Mahkota Cinta di atas menggambarkan sikap
tanggung jawab. Habiburrahman El Shirazy mengajarkan kepada
pembaca untuk memiliki sikap tanggung jawab. Sebagaimana salah
satu sifat wajib yang dimiliki Rasulullah yaitu amanah. Dapat
dipercaya. Amanah terhadap apa yang menjadi tanggung
jawabnya. Tanggung jawab terhadap apa yang diucapkan dan
dilakukan. Kalau hutang maka wajib membayar, kalau pinjam
maka wajib mengembalikan, kalau berjanji maka wajib untuk
memenuhi.
c) Saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. (El
Shirazy, 2008: 243)
Kutipan dialog diatas mengajarkan untuk berbuat sesuai
apa yang menjadi tugas dan tanggunga jawab. Firman Allah surat
Ali-Imran ayat 104:
66
ا ا ا اا ا ا ا اا
اا اا ااااا
“Dan hendaklah ada diantaramu segolongan umat yang
menyeru kepada kebaikan (Islam), menyuruh melaksanakan
kebaikan, dan melarang berbuat kemungkaran, maka mereka
itulah yang memperoleh kemenangan.”(Muchtar, 2005:173)
10. Kedisiplinan
a) Ia sudah bangun sejak jam empat tadi. (El Shirazy, 2008: 178)
Kutipan novel Mahkota Cinta di atas menggambarkan sikap
kedisiplinan. Habiburrahman mengajak kepada pembaca untuk
membiasakan bangun pagi. menghidupkan waktu pagi. Dan
ketahuilah bahwa Barokah Allah turun diwaktu pagi.
b) Mereka berdua akhirnya sampai di Hotel Grand Season yang
berada di kawasan Chow Kit tepat pukul 19.15. (El Shirazy, 2008:
218)
Kutipan novel di atas masih menjelaskan tentang
kedisiplinan. Habiburrahman El Shirazy mengajak kepada
pembaca untuk menanamkan sikap disiplin. Disiplin, tepat waktu,
memanfaatkan waktu. itulah yang akan berhasil meraih hidup
dengan cemerlang diwaktu mendatang.
c) "Saya belajar setelah shalat Subuh ini sejak di SD. (El Shirazy,
2008: 225)
Kutipan dialog di atas juga menjelaskan tentang
kedisiplinan. Kebiasaan yang baik akan membawa kebaikan dalam
hidup dan masa depan. Membawa kebaikan untuk dirinya dan
hidupnya.
67
11. Kerja Keras
a) Di sini banyak kok mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. (El
Shirazy, 2008: 203)
Kutipan dialog di atas menggambarkan kerja keras seorang
mahasiswa dalam belajar yang juga sambil bekerja.
Habiburrahman El Shirazy mengajarkan sikap kerja keras kepada
pembaca novel Mahkota Cinta baik dalam belajar maupun bekerja.
Untuk mencapai keberhasilan tidak akan pernah lepas dari usaha
dan kerja keras. Firman Allah surat Al Insyirah ayat 7-8.
ا ا اااا ا ا اااا
“Maka apabila engkau telah selesai (dari satu urusan), tetaplah
bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap.”
b) "Apa saja saya lakukan untuk bisa hidup dan membayar uang
kuliah. (El Shirazy, 2008: 208)
Kutipan novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El
Shirazy di atas menggambarkan semangat seorang Mahasiswa
untuk bisa bertahan hidup dan tetap kuliah dengan disertai kerja
keras. Janji Allah dalam Al Quran surat Al Insyirah ayat 5-6.
اا ااااااا اااااا
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
Ayat Alquran diatas memberikan kesan bahwa didalam
setiap kesulitan, Allah pasti menyertakan pula pada saat itu
68
kemudahan yang berjalan beriringan. Setiap ujian, cobaan
kesulitan yang kita hadapi memberikan sebuah pelajaran berharga
untuk diri kita agar menjadfi lebih kuat, memiliki sikap tahan
banting, memiliki daya juang, dan daya tahan yang hebat. Sebagai
modal menghadapi realita hidup dimasa yang akan datang, yang
tentunya lebih berat. (Saleh,2011:19)
c) Tadi pagi setelah shalat Subuh Mas Rizal mengajak saya untuk
kerja lembur di restoran sebuah hotel nanti malam." (El Shirazy,
2008: 216)
Kutipan novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El
Shirazy diatas menggambarkan sikap semangat dan kerja keras.
Untuk mencapai sebuah kesuksesan dibutuhkan usaha dan kerja
keras. Dan itulah jalan orang-orang yang akan berhasil.
d) Sore itu menjelang Maghrib, Zul telah siap-siap untuk mulai kerja
pertama kalinya di negeri Jiran. Ia begitu bersemangat. (El
Shirazy, 2008: 217)
Kutipan novel di atas Habiburrahman mengajarkan kepada
pembaca bahwa dalam bekerja harus semangat. Sikap semangat
inilah faktor utama yang akan memudahkan dalam melakukan
segala perbuatan.
e) Zul terus berjuang dan bekerja. (El Shirazy, 2008: 222)
Kutipan novel di atas mengajarkan tentang kerja keras,
dengan berusaha dan bekerja. Dalam menjalani hidup tidak lepas
dari yang mananya usaha dan kerja keras untuk mencapai sebuah
keberhasilan. Tidak ada orang berhasil dengan hanya berpangku
69
tangan. Orang ingin kaya dan berkecukupan ada usahanya dengan
bekerja. Orang ingin pintar, cerdas dan berilmu, ada usahanya
dengan belajar.
f) Itulah jalannya orang-orang yang sukses. (El Shirazy, 2008: 271)
Kutipan dalam novel di atas menggambarkan bahwa kerja
keras adalah jalannya orang-orang yang sukses. Ilmu tidak bisa
diraih dengan tiduran dan malas-malasan. Prestasi dan kesuksesan
tidak akan diraih kecuali dengan pengorbanan penuh pikiran,
tenaga dan perasaan.
Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Mahkota Cinta dapat
disimpulkan bahwa Habiburrahman El Shirazy mengajak kepada
pembaca untuk mencapai keberhasilan dengan usaha kerja keras dan
bekerja. “Barang siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil
(mendapatkan).”
Firman Allah surat Ar-Ra‟du ayat 11:
ا اا ا ا ا ا ا ا اااا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri.” (Saleh, 2011:14)
12. Keikhlasan
a) Aku tidak minta apa-apa Mbak. (El Shirazy, 2008: 249)
Ikhlas yaitu melaksanakan hukum Allah semata-mata hanya
mengharap Ridha-Nya. Jadi, ikhlas itu bukan tanpa pamrih. Tetapi
70
pamrih hanya diharapkan dari Allah berupa dari Allah berupa
keridha-Nya. (Makbuloh, 2013: 145)
Firman Allah surat Al-Kahfi ayat 110.
ا ا ا ا ا ا ا ااا ا
ا ااااا
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada
Tuhannya.”(Abdul Aziz, 2008: 79)
Kutipan dialog di atas mengajarkan tentang nilai
keikhlasan. Habiburrahman El Shirazy mengajak kepada pembaca
novel Mahkota Cinta untuk tidak pamrih terhadap apa yang kita
lakukan kepada sesama manusia. Dan pamrihlah hanya kepada
Allah, berharaplah hanya kepada Allah.
b) Keikhlasan seseorang hanya Allah yang tahu. (El Shirazy, 2008:
259)
Kutipan novel di atas menggambarkan tentang nilai
keikhlasan. Habiburrahman El Shirazy menerangkan bahwa baik
buruknya seseorang tidak ada yang tau kecuali Allah, Rasulullah
Saw bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
“Sesungguhnya Allah tidak akan melihat pada bentuk fisik dan
harta kalian, melainkan Allah akan melihat pada hati kalian dan
perbuatan kalian.” (Suparlan, 2015:206)
71
c) Saya bersyukur bertemu dengan orang seperti Bapak dan teman-
teman yang masih mau mengingatkan dan menasihati. (El Shirazy,
2008: 275)
Kutipan novel di atas mengajarkan tentang syukur, ikhlas.
Habiburrahman El Shirazy menggambarkan seseorang yang
bersyukur mempunyai teman yang perhatian, serta ikhlas dan
senang ketika diingatkan dan dinasehati dalam kebaikan.
d) Percayalah Allah akan memberimu ganti yang lebih baik. (El
Shirazy, 2008: 281)
Dari kutipan dialog di atas menggambarkan seseorang yang
kecewa terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Habiburrahman El Shirazy mengajarkan kepada
pembaca novel Mahkota Cinta untuk menerima dengan ikhlas
terhadap pemberian Allah. Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 216
ا ا ا اااا اا ا ا ا
ااا اا ا ا اااااا اا
ااااا
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui.” (Saleh, 2011:30)
e) Syukurilah apa pun karunia yang dilimpahkan oleh Allah. (El
Shirazy, 2008: 301)
Kutipan novel di atas mengajarkan tentang syukur.
Habiburrahman El Shirazy mengajak kepada pembaca novel
72
Mahkota Cinta untuk mensyukuri apapun karunia yang diberikan
Allah. Janji Allah terhadap orang yang bersyukur dijelaskan dalam
Al Qur‟an surat Ibrahim ayat 7.
ا اا ا ا اا ا اا
ا ااااا
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami (Allah) akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmatKu), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.”
(Muchtar, 2005: 28)
13. Kejujuran
a) Sejak kecil ia dididik oleh Pakdenya untuk jujur dan bertanggung
jawab.
Kutipan dialog dalam novel Mahkota Cinta di atas
mengajarkan tentang menanamkan sifat jujur mulai dari kecil.
Habiburrahman El Shirazy mengajarkan kepada pembaca betapa
pentingnya sifat kejujuran. Sifat jujur adalah salah satu sifat wajib
yang dimiliki Rasulullah. Rasulullah mempunyai empat sifat wajib
dalam dirinya antara lain jujur, amanah, tabligh (menyampaikan
wahyu), dan cerdas. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Turmudzi dijelaskan “Tidak ada pemberian orang tua kepada
anaknya yang lebih baik dari pada budi (pendidikan) yang baik.”
(Muchtar, 2005: 86)
73
b) Jujur itulah sifat yang mutlak harus dimiliki seorang pendidik di
negeri ini. (El Shirazy, 2008: 301)
Kutipan dialog dalam novel Mahkota Cinta di atas
menjelaskan bahwa kejujuran merupakan sifat mutlak yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik. Penddidik harus memberikan suri
teladan yang baik bagi peserta didiknya. Sebagai umat islam Nabi
Muhammad adalah sebai-baik teladan. dijelaskan dalam surat Al-
Ahzab ayat 21.
ا ا اا اا ااا ا ا ا ا
ا ا ا ااااا
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allahl” (Muchtar, 2005: 213)
A. Relevansi Nilai Pendidikan Moral dalam kehidupan sehari-hari
Dalam Zuhdi, (2008: 22) Michele Borba menawarkan pola atau
model untuk pembudayaan karakter mulia. Ia menggunakan istilah
“membangun kecerdasan moral.” Dalam bukunya, (Membangun
Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi,
2008), Borba menguraikan berbagai cara untuk membangun kecerdasan
moral. Menurut Borba, (2008: 4) kecerdasan moral adalah kemampuan
seseorang untuk memahami hal-hal yang benar dan salah, yakni memiliki
keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut,
sehingga dapat bersikap benar dan terhormat. Borba menawarkan cara
74
untuk menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak, yakni dengan
menanamkan tujuh kebajikan utama (karakter mulia): empati, hati nurani,
kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan. Ketujuh
macam kebajikan inilah yang dapat membentuk manusia berkualitas
dimanapun dan kapanpun.
Empati merupakan inti emosi moral yang membantu anak
memahami perasaaan orang lain. Kebajikan ini membuatnya menjadi peka
terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya menolong
orang yang kesusahan atau kesakitan, serta menuntutnya memperlakukan
orang dengan kasih sayang. Hati nurani adalah suara hati yang membantu
anak memilih jalan yang benar dari pada jalan yang salah serta tetap
berada dijalur yang bermoral. Kontrol diri, sifat ini membangkitkan sikap
moral dan baik hati, karena mampu menyingkirkan keinginan memuaskan
diri serta merangsang kesadaran mementingkan keperluan orang lain.
Nilai-nilai pendidikan moral dalam novel Mahkota Cinta sesuai
dengan nilai-nilai yang ada pada kehidupan sehari-hari diantaranya:
percaya diri, menjaga kesucian, tolong Menolong, empati, kesederhanaan,
ketaatan, mencintai ilmu, tanggung jawab, kedisiplinan, kerja keras,
keikhlasan, kejujuran. Nilai-nilai tersebut sangat cocok/sesuai untuk
diterapkan dalam kehidupan dan meningkatkan kebaikan moral.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengkajian yang telah penulis lakukan,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung di dalam novel Mahkota
Cinta karya Habiburrahman El Shirazy meliputi beberapa nilai kebaikan
diantaranya: percaya diri, menjaga kesucian, tolong Menolong, empati,
kesederhanaan, ketaatan, mencintai ilmu, tanggung jawab, kedisiplinan,
kerja keras, keikhlasan, kejujuran.
2. Relevansi nilai pendidikan moral yang terkandung dalam novel Mahkota
Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan sikap yang ada pada
kehidupan sehari-hari diantaranya: percaya diri, menjaga kesucian, tolong
Menolong, empati, kesederhanaan, ketaatan, mencintai ilmu, tanggung
jawab, kedisiplinan, kerja keras, keikhlasan, kejujuran.
B. Saran
1) Orang tua sebagai pendidik pertama dalam keluarga, menanamkan
moral yang baik menjadi pendidikan dasar dalam membentuk karakter
dan kepribadian anak..
2) Keluarga adalah pondasi awal yang menjadi contoh anak dalam
bersikap dan berperilaku, dan pentingnya figur orang tua sebagai
pendidik harus memberikan contoh yang baik.
76
3) Lingkungan sekolah yang juga menjadi penunjang bagi anak untuk
meraih masa depan, tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, akan
tetapi juga harus memberikan pengertian tentang pentingnya nilai
pendidikan moral supaya dapat tertanam dan menyatu dalam jiwa
peserta didik.
4) Semakin majunya berkembangan teknologi, maka sebagai orang tua,
guru, pendidik, harus bisa lebih memperhatikan perkembangan anak,
agar anak terarah dengan benar. Pendidikan moral dalam keluarga,
harus ditanamkan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ari Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 165 1
Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga.
Ali, Mohammad. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Imperial Bhakti Utama.
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Aminudin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru.
Arifin. M. 1988, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Dilingkungan
Sekolah dan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azra, Azyumardi. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan
tinggi Umum. Jakarta: Direktur Perguruan Tinggi agama Islam.
Aziz, Jum‟ah Amin Abdul. 2008. Fiqih Dakwah. Solo: Era Intermedia.
Daud Ali, Mohammad. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Departemen Pendidikan Nasional RI.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
El Shirazy, Habiburrahman. 2008. Dalam Mihrab Cinta. Jakarta: Republika.
Karman. Supiana. 2001. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Khozin. 2013. Khazanah Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Kusuma, Doni. 2007. Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: Grasindo.
Makbuloh, Deden. 2013. Pendidikan Agama Islam: Arah Baru Pengembangan
Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Maslikhah, 2009. Ensiklopedia Pendidikan. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Milles, M.B dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press.
Muhaimin. 2012.Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam,
Jakarta: Rajawali Pers.
Muhmidayeli.2007.Membangun Paradigma Pendidikan Islam. PekanBaru:
Program Pascasarjana UIN Suka Riau.
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak
Dari Rumah. Yogyakarta:Pedagogia.
Murad,Musthafa. 2009. 1001 Kesalahan dalam Ibadah dan Muamalah. Jakarta:
Cakrawala Pubilising.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution, Ahmad Taufik. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna
Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa ndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahmaniyah, Istighfarotur. 2010. Pendidikan Etika. Malang: AdityaMedia.
Ranuwiyaja,Utang. 2007. Pustaka Pengetahuan Al-Qur’an. Jakarta: Rehal
Publika.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode Penelitian Pendidikan Sastra (Dari
Strukturalistik Hingga Postrukturalisme, Perspektif Wacana Naratif).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Reysyahri, Muhammad M. 2001. Ensiklopedia Minanul Hikmah. Jakarta: Nur Al-
Huda.
Ruslan, Rosay.2010. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Saleh,Muwafik. 2011. Belajar dengan Hati Nurani. Erlangga.
Santosa, Wijaya Heru dan Wahyuningtyas, Sri. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa,
Surakarta: Yuma Pustaka.
Siswanto,Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Suhartono,Suparlan. 2015.Mendidik Hati Membentuk Karakter. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Sohib T, Muhammad. 2008. Al-Qur’anul Karim. Semarang: Bin Syu‟aib Putra.
Umiarso,Haris Fantoni Makmur. 2010. Pendidikan Islam dan Krisis Moralitas
Masyarakat Modern. Jogjakarta: IRCiSoD.
Zainuddin, Ali. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Zuchdi, Darmiyati. Dkk. 2009. Pendidikan Karakter Grand Design dan Nilai-
nilai Target. Yogyakarta: UNY Press.
Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan
Praktik. Yogyakarta: UNY Press.
Zuchdi, Darmiyati. dkk, 2013. Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan
Implementasi di PerguruanTinggi. Yogyakarta: UNY Press.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : NuriyaWafiroh
Tempat, TanggalLahir : Magelang, 27 Mei 1994
NIM : 111-12-189
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat : Punduh Sari, Tempurejo, Tempuran, Magelang.
Pendidikan
TK : RaudhotulAthfal 2001
SD : MI Abdusssalam lulus 2006
SLTP : MTs Abdusssalam lulus 2009
SLTA : MAN 1 Magelang lulus 2012
PerguruanTinggi : IAIN Salatiga lulus 2016
PengalamanOrganisasi
1. Pengurus LDK bidangNisa‟ 2013/2014
2. LurahPutriPondokPesantren Al-Hasan 2015/2016
NaskahWawancara
1. Biografisingkatpenulis.
Habiburrahman El shirazyadalahsarjana Al-Azhar University Cairo.
Ketua Komisi Pembinaan Senidan Budaya Islam, MUI Pusat. Ia dikenal
secara nasional sebagai dai, novelis, dan penyair. Beberapa penghargaan
bergengsi berhasil diraihnya, antara lain, Pena Award 2005 , The Most
Favorite Book and Writer 2005, dan IBF Award 2006. Tak jarang ia diundang
untuk berbicara di forum-forum nasional maupun internasional, baik dalam
kapasitasnya sebagai dai, novelis maupun penyair.
2. KesibukanPenulis
Dosen di UMS.
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIA) di Jogja.
Mubaligh.
Pembicara di beberapa Seminar.
3. Karya yang telah dibukukan atau diterbitkan selain novel.
Tulisan Ilmiah wacana islam
Puisi
Nulis Skenario, baiku ntuk FTV, sinetron.
4. Alasan Novel ini belum difilmkan.
Karena belum ada yang tawaran yang berminat untuk memfilmkannya.
5. Latar belakang novel.
Ditulis ketika berada di Malaysia tahun 2007. Terinspirasi oleh
beberapa perjuangan teman-teman mahasiswa di Malaysia. Sehingga
menginspirasinya untuk menulis novel Mahkota Cinta.
6. Nilai pendidikan moral dalam novel Mahkota Cinta.
Diantaranya; Empati, menolong orang lain, kerjakeras, moral
sederhana, menjagakesucian, mencintaiilmu.
7. Pesan yang disampaikan penulis dalam Novel Mahkota Cinta.
Menjadianakmudadananakmuslimharus yang kuat.
Mengajakuntukmengejarcita-cita.
Janganmudahmenyerah.
Janganmenjadi orang yang sombong.
Siapa yang sungguh-sungguh diaakan mendapatkan.
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Nuriya Wafiroh
Fakultas/ Jurusan : FTIK / PAI
NIM : 111-11-189
Dosen Pembimbing : Imam Mas Arum, M.Pd.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Status Skor
1. Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) STAIN
Salatiga “Progresifitas Kaum Muda,
Kunci Perubahan Indonesia”.
05-07 September
2012
Peserta 3
2. Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan
Tarbiyah STAIN Salatiga
“Mewujudkan Gerakan Mahasiswa
Tarbiyah sebagai Tonggak
Kebangkitan Pendidikan Indonesia”.
08-09 September
2012
Peserta 3
3. Orientasi Dasar Islam (ODK) STAIN
Salatiga “Membangun Karakter
Keislaman Bertaraf Internasional di Era
Globalisasi Bahasa”.
10 September 2012 Peserta 2
4. Seminar Entrepreneurship dan
Perkoperasian 2012 “Explore Your
Entrepreneurship Talent”.
11 September 2012 Peserta 2
5. Achievement Motivation Training
(AMT) “Dengan AMT, Bangun
Karakter Raih Prestasi”.
12 September 2012 Peserta 2
6. Library User Education (Pendidikan
Pemakai Perpustakaan)
13 September 2012 Peserta 2
7. Seminar Nasional Mahasiswa “Urgensi 29 September 2012 Peserta 8
Media Dalam Pergulatan Politik”.4
8. Pra Youth Leadership Training “2Surat
Cinta Pembasmi Galau”.
03 Oktober 2012 Peserta
9. MTQ Umum IV Mahasiswa, Pesantren,
SMA sederajat se-Salatiga dan
sekitarnya “Melalui MTQ tingkatkan
prestasi, syi‟arkan akhlak Qur‟ani”.
03 Oktober 2012 Peserta 2
10. IBTIDA‟ Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) Darul Amal “Intelektul Muda
Muslim, Genggam Dunia Gapai
Akhirat”.
20-21 Oktober 2012 Peserta 2
11. Diskusi Publik dan Rujak Party
“Merefleksikan Hari Pahlawan bagi
Para Perempuan Muda (Pemudi)”.
09 November 2012 Peserta 4
12. Seminar Nasional “Ahlussunnah
Waljamaah dalam Perspektif Islam
Indonesia”.
26 Maret 2013 Peserta 8
13. Training Kader I Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Darul Amal STAIN
Salatiga “Satukan Tekad untuk
membangun Karakter Umat”.
06-07 April 2013 Peserta 3
14. Seminar Nasional dan Dialog Publik
“Minimnya Pasokan Energi Dalam
Negeri; Pembatasan Subsidi BBM Dan
Peran Masyarakat Dalam Penghematan
Energi”.
20 April 2013 Peserta 8
15. Seminar Pendidikan HMJ Tarbiyah
STAIN Salatiga “Menimbang Mutu
dan Kualitas Pendidikan di Indonesia”.
02 Mei 2013 Peserta 2
16. Bedah Buku Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Darul Amal STAIN
Salatiga “Sang Maha Segalanya
Mencintai Sang Mahasiswa”.
25 Mei 2013 Panitia 3
17. MILAD XI Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) Darul Amal STAIN Salatiga
“Satukan Cinta dalam Dekapan
Ukhuwah Menuju Umat Madani”.
14 Juni 2013 Panitia 3
18. Akhirussanah Ma‟had STAIN Salatiga
“Pesantren sebagai Wadah
Perkembangan Karakter Pemuda Islam
yang Berakhlaqul Karimah dan
Bernalar Ilmiah”.
30 Juni 2013 Peserta 2
19. Seminar Nasional “Mengawal
pengendalian BBM Bersubsidi,
kebijakan BLSM yang tepat sasaran
Serta pengendalian inflasi dalam negeri
sebagai dampak kenaikan harga BBM
Bersubsidi”.
08 Juli 2013 Peserta 8
20. GARDIKA (Gema Ramadhan di
Kampus) Pesanttren Kilat di SMPN 10
Salatiga.
22-25 Juli 2013 Pemateri 4
21. Sie Kesehatan Pondok Pesantren Putri
Al-Hasan
27 September 2013 Pengurus 4
22. MAPABA (Masa Penerimaan Anggota
Baru) PMII Joko Tingkir Salatiga 2012
“Menemukan Jati Diri Menuju
Mahasiswa Yang Peka Dan Peduli”.
04-06 Oktober 2013 Peserta 4
23. Ibtida‟ Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) Darul Amal “Mahasiswa
Rabbani Pembangun Peradaban
Negeri”.
19-20 Oktober 2013 Panitia 3
24. Training Kader I Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Darul Amal STAIN
Salatiga “Mengembangkan Diri Untuk
Menjadi Mahasiswa Muslim
Berprestasi”.
15-16 Maret 2014 Panitia 4
25. MILAD XII Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Darul Amal STAIN
Salatiga “Membumikan Cinta Allah
Dalam Bingkai Dakwah”.
14 Juni 2014 Panitia 3
26. Panitia Khotmil Qur‟an Pondok
Pesantren Al-Hasan
15 Juni 2014 Panitia 3
27. GARDIKA (Gema Ramadhan di
Kampus) Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) Darul Amal STAIN Salatiga.
19 Juli 2014 Panitia 3
28. Panitia Masa Orientasi Santri (MOS)
Pondok Pesantren Al-Hasan
02 Agustus 2014 Panitia 3
29. Seminar Regional wawasan Magelang
“Rekonstruksi karakter mahasiswa
dalam upaya pembangunan menuju
Magelang yang beretika dan
berpendidikan”.
13-14 September
2014
Panitia 4
30. Training Pembuatan Makalah Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal
STAIN Salatiga.
17 September 2014 Panitia 3
31. Seminar Nasional “Peran Mahasiswa
dalam Mengawal Masa Depan
Indonesia Pasca Pilpres 2014”
29 September 2014 Peserta 8
32. Bedah Buku Membidik Bintang
Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
Darul Amal STAIN Salatiga.
01 Oktober 2014 Panitia 3
33. Sie Kebersihan Pondok Pesantren Putri
Al-Hasan
02 Oktober 2014 Pengurus 4
34. Ibtida‟ 2014 “Ikatan Bingkai Cinta
dalam Titian Dakwah Menuju Insan
Kamil”.
18-19 Oktober 2014 Panitia 3
35. Panitia Wisata Religi dan Tadabur
Alam Pondok Pesantren Al-Hasan
02 November 2014 Panitia 3
36. Training Personality Plus Regional 23 November 2014 Peserta 4
Jawa Tengah Karima Learning &
Training Center
37. Panitia Maulid Nabi Pondok Pesantren
Al-Hasan
14 Januari 2015 Panitia 3
38. Syahadah Khotmil Qur‟an Pondok
Pesantren Al-Hasan
31 Mei 2015 Peserta 4
39. Panitia Khotmil Qur‟an Pondok
Pesantren Al-Hasan
30 Juni 2015 Panitia 3
40. Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan
Siswa SMP Negeri 10 Salatiga
Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
Darul Amal STAIN Salatiga.
10-11 Juli 2015 Pemateri 4
41. Panitia Masa Orientasi Santri (MOS)
Pondok Pesantren Al-Hasan
06 Agustus 2015 Panitia 3
42. Seminar Nasional “Pemuda, Peradaban
Islam, dan Kemandirian”
02 September 2015 Peserta 8
43. Lurah Pondok Pesantren Putri Al-
Hasan
08 Oktober 2015 Pengurus 4
44. Panitia Wisata Religi dan Tadabur
Alam Pondok Pesantren Al-Hasan
18 Oktober 2015 Panitia 3
45. IAIN Salatiga Bersholawat dan Orasi
Kebangsaan “Menyemai Nilai-nilai
Islam Indonesia Untuk Memperkokoh
NKRI dalam Mewujudkan Baldatun
Toyyibatun Warobbun Ghour”.
06 November 2015 Peserta 2
46. Panitia Maulid Nabi Pondok Pesantren
Al-Hasan
30 Januari 2016 Panitia 3
47. Seminar Nasional “Penguatan
Wawasan Kebangsaan dan
Nasinalisme”
28 April 2016 Peserta 8
48. Piagam Penghargaan Festival Anak
Sholeh Indonesia (FASI) Tingkat Kota
Salatiga
29 April 2016 Panitera 6
49. Nusantara Mengaji 300.000 Khataman
Al Qur‟an “Serentak Se-Indonesia
untuk Keselamatan dan Kesejahteraan
Bangsa”
08 Mei 2016 Peserta 8
50. Panitia Khotmil Qur‟an Pondok
Pesantren Al-Hasan
01 Juni 2016 Panitia 3
51. Panitia Masa Orientasi Santri (MOS)
Pondok Pesantren Al-Hasan
30 Agustus 2016 Panitia 3
Jumlah Point
195
Salatiga, 8 Agustus 2016
Mengetahui,
Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag.
NIP. 19700510 199803 1 003