nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi...

83
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN TINGKEBAN PERTANIAN DI DESA WONOKERTO KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Jurusan Tarbiyah Disusun Oleh MUHAMMAD TAUFIQUR RIYADI NIM. 111 10 042 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT

    DAN TINGKEBAN PERTANIAN DI DESA WONOKERTO

    KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN

    2014

    SKRIPSI

    Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

    Pada Jurusan Tarbiyah

    Disusun Oleh

    MUHAMMAD TAUFIQUR RIYADI

    NIM. 111 10 042

    JURUSAN TARBIYAH

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

    SALATIGA

    2015

  • ii

    NOTA PEMBIMBING

    Lamp : 5 Eks

    Hal : Naskah Skripsi

    Saudara Muhammad Taufiqur Riyadi

    Kepada

    Yth: Ketua STAIN Salatiga

    Di Salatiga

    ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB

    Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami

    kirimkan naskah skripsi saudara :

    Nama : Muhammad Taufiqur Riyadi

    NIM : 11110042

    Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam

    Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI

    WIWIT DAN TINGKEBAN PERTANIAN DESA

    WONOKERTO KECAMATAN BANCAK KABUPATEN

    SEMARANG TAHUN 2014

    Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan.

    Demikian agar menjadi perhatian.

    WASSALAMU’ALAIKUM, WR.WB

    Salatiga, Nopember 2014

    Pembimbing

    Drs. Juz'an, M.Hum

    NIP 19611024 198903 1 002

  • iii

    SKRIPSI

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN

    TINGKEBAN PERTANIAN DI DESA WONOKERTO KECAMATAN

    BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

    DISUSUN OLEH

    MUHAMMAD TAUFIQUR RIYADI

    NIM. 11110042

    Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah

    Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal

    ...................... dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

    sarjana S1 Kependidikan Islam

    Susunan Panitia Penguji

    Ketua Penguji : ________________

    Sekretaris Penguji : ________________

    Penguji I : ________________

    Penguji II : ________________

    Penguji III : ________________

    Salatiga,

    Ketua STAIN Salatiga

    Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 196701121992031005

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : MUHAMMAD TAUFIQUR RIYADI

    NIM : 11110042

    Judul Skripsi : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

    TRADISI WIWIT DAN TINGKEBAN PERTANIAN

    DESA WONOKERTO KECAMATAN BANCAK

    KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah

    diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

    sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau

    diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut

    dalam daftar pustaka.

    Salatiga,

    Yang Menyatakan

    Muhammad Taufiqur R.

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    …… Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan

    bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

    (QS Al Baqarah: 197)

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

    1. Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu mendukung, mendo'akan

    dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi

    kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

    2. Sahabat terdekatku Helmi dan Amalia yang selalu membantu dan

    mendorong belajar bersama selama masa kuliah.

    3. Teman hatiku Venia dan Sekeluarga yang setiap saat mendoakan

    dan memberi semangat dalam pembuatan skripsi sampai dengan

    selesai, semoga Allah memberi sesuatu yang terbaik untuk

    semuanya baik dunia maupun akhirat nanti.

    4. Rekan-rekan Mahasiswa STAIN Salatiga

  • vi

    KATA PENGANTAR

    بسم اهلل الرحمن الرحيم

    Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang

    Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai

    keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis

    mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa

    terselesaikan.

    Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi

    Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin.

    Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah

    merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya

    dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka

    terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “NILAI-NILAI

    PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT DAN TINGKEBAN

    PERTANIAN DESA WONOKERTO KECAMATAN BANCAK KABUPATEN

    SEMARANG TAHUN 2014” Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan

    terima kasih yang tiada taranya kepada :

    1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Ketua STAIN Salatiga.

    2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

    3. Bapak Rasimin, S.PdI, M.Pd, selaku Kaprodi PAI Jurusan Tarbiyah STAIN

    Salatiga.

    4. Bapak Drs. Juz'an, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing, yang dengan

    keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.

    5. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya.

  • vii

    Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo‟a, semoga Allah SWT

    mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat

    ganda. Amin.

    Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki

    keterbatasan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk

    kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka.

    Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada

    umumnya.

    Amin – amin yarobbal ‘alamin

    Salatiga, 10 November 2014

    Penulis

    Muhammad Taufiqur R.

  • viii

    ABSTRAK

    Muhammad Taufiqur R. 2014. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Wiwit

    Dan Tingkeban Pertanian Desa Wonokerto Kecamatan Bancak

    Kabupaten Semarang Tahun 2014. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program

    Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

    Salatiga. Pembimbing. Drs. Juz‟an, M.Hum

    Kata Kunci : Nilai Pendidikan Islam, Wiwit dan Tingkeban

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan

    Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak

    Kabupaten Semarang Tahun 2014? Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap

    pelaksanaan Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto

    Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014? Apa sajakah Nilai-nilai

    Pendidikan Islam dalam Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa

    Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014?

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Tradisi Wiwit

    dan Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten

    Semarang Tahun 2014. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap

    pelaksanaan Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto

    Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014. Untuk mengetahui Nilai-

    nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa

    Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian

    yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk mengkaji masalah yang

    diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di Dusun Wonokerto

    Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Pengumpulan data menggunakan

    wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan. Analisis datanya

    menggunakan deskriptif kualitatif.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi wiwit dan tingkeban

    pertanian merupakan wujud syukur kepada Sang Rabbi Illahi yang merupakan

    bentuk warisan budaya yang sampai saat ini masih dilaksanakan dan dilestarikan

    oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa tradisi wiwit dan

    tingkeban pertanian menganggap penting akan dilaksanakannya tradisi tersebut

    karena merupakan kegiatan untuk memanjatkan doa agar tanaman padi

    menghasilkan panen berlimpah ruah. Nilai pendidikan Islam yang terkandung

    dalam adat wiwit dan tingkeban pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak

    Kabupaten Semarang adalah: Nilai aqidah, yaitu meyakini bahwa Allah SWT

    merupakan satu-satunya dzat yang memberikan keselamatan kepada manusia,

    Nilai ibadah, yaitu dilakukan upacara berdo‟a untuk mendoakan keselamatan

    warga dan arwah sebagai wujud ibadah; Nilai syukur yaitu masyarakat bisa

    terbebas dari pagebluk dan seluruh desa akan merasa aman. Namun demikian

    dalam tradisi wiwit dan tingkeban pertanian juga masih terdapat beberapa hal

    negatif seperti adanya sesaji yang masih ada, menunjukkan budaya leluhur yang

    masih mempercayai kekuatan di luar Allah dan budaya pemborosan.

  • ix

    Saran yang dapat disampaikan adalah pentingnya nilai pendidikan Islam

    yang ada dalam acara wiwit dan tingkeban pertanian tersebut perlu adanya

    pelestarian dari generasi penerus, terutama dalam memahami aspek-aspek nilai

    pendidikan Islam yang ada di dalam acara tersebut, sehingga tidak akan mudah

    tergerus oleh perkembangan zaman. Dalam melestarikan harus memperhatikan

    kaidah- kaidah tauhid supaya tidak terkena unsur syirik.

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    NOTA PEMBIMBING ................................................................................ ii

    PENGESAHAN ........................................................................................... iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

    KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

    ABSTRAK ................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6

    D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 6

    E. Definisi Operasional ............................................................... 7

    F. Metode Penelitian ................................................................... 8

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Nilai Pendidikan Islam ........................................................... 14

    B. Wiwit dan Tingkeban ............................................................. 28

    BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

    A. Letak Geografis ...................................................................... 32

    B. Upacara Wiwit dan Tingkeban ............................................... 36

    C. Tanggapan Masyarakat terhadap Wiwit dan Tingkeban ........ 47

  • xi

    BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 49

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................ 60

    B. Saran ....................................................................................... 61

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 62

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Umur ....................................... 32

    Tabel 3.2 Data Pemeluk Agama .......................................................... 33

    Tabel 3.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat .......................................... 34

    Tabel 3.4 Data Sarana Pendidikan ...................................................... 34

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Daftar Pertanyaan

    2. Surat Ijin Penelitian

    3. Surat Keterangan Penelitian

    4. Daftar Riwayat Hidup

    5. Transkrip Wawancara

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan dalam Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan istilah

    al-tarbiyah, al-ta`lim, al-ta`dib dan al-riyadlah. Setiap terminologi tersebut

    mempunyai makna yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan teks dan

    kontek kalimatnya dan pendidikan Islam memiliki beberapa karakteristik yang

    berbeda dengan pengertian pendidikan secara umum (Widodo, 2007: 170).

    Beberapa pakar pendidikan Islam memberikan rumusan pendidikan Islam,

    di antaranya Yusuf Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan

    manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan

    ketrampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik

    dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi

    masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya

    (Saebani, 2009: 14).

    Salah satu upaya untuk membentuk kepribadian adalah melalui sarana

    kebudayaan. Kebudayaan yang diwariskan dengan baik akan memberikan dampak

    terhadap perilaku anak. Pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka membentuk

    perilaku yang baik dapat dilakukan dengan melalui berbagai cara. Umpamanya

    adalah dengan menggunakan kebudayaan atau tradisi yang isinya berupa petuah

    atau ajaran yang baik, sehingga siapa yang memahami makna tradisi atau

    kebudayaan itu dapat mengambil hikmah sebagai sebuah bentuk pendidikan.

  • 2

    Suatu tradisi merupakan pewarisan serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai

    yang diwariskan dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Nilai-nilai yang

    diwariskan berupa nilai-nilai yang oleh masyarakat pendukungnya masih

    dianggap baik, serta relevan dengan kebutuhan kelompok. Dalam suatu tradisi

    selalu ada hubungannya dengan upacara tradisional. Oleh karena itu upacara

    tradisional merupakan warisan budaya leluhur yang dipandang sebagai usaha

    manusia untuk dapat berhubungan dengan arwah para leluhur. Pada umumnya

    mereka masih mempunyai anggapan bahwa roh para leluhur dianggap masih

    dapat memberikan keselamatan dan perlindungan kepada keluarga yang

    ditinggalkan.

    Agar tujuannya dapat tercapai maka mereka mengadakan pendekatan

    melalui berbagai bentuk upacara. Dalam upacara ini dapat dipakai untuk

    mengukuhkan kembali nilai-nilai dan keyakinan yang berlaku dalam

    masyarakat. Oleh karena itu upacara merupakan salah satu kegiatan social yang

    sangat diperhatikan, dalam rangka menggali tradisi atau kebudayaan daerah dan

    pengembangankebudayaan nasional. Dengan demikian dalam setiap kebudayaan

    terdapat norma-norma atau nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi masing-masing

    warga masyarakat pendukungnya dalam bertingkah laku atau bergaul dengan

    sesamanya.

    Norma-norma atau nilai-nilai dapat dimengerti oleh warga masyarakat

    selaku pendukung kebudayaan tersebut melalui belajar, baik secara formal

    maupun non formal. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Peursen (2004: 4)

    bahwa kebudayaan merupakan semacam sekolah di mana manusia belajar.

  • 3

    Sumber-sumber informasi yang tak tertulis dapat diperoleh misalnya dengan

    memperhatikan tingkah laku yang ditujukan untuk kegiatan teknis sehari-hari

    mempunyai kaitan dengan kepercayaan tertentu ataupun dalam bentuk hasil karya

    masyarakat pendukungnya. Kebudayaan yang merupakan warisan leluhur,

    sebenarnya oleh warga masyarakat masih ada yang memegang teguh serta terikat

    adanya tradisi yang berlaku dalam kelompoknya. Kunci penting dalam pelestarian

    kebudayaan adalah tidak menyimpang dari ajaran Islam, sebagaimana perintah

    Allah dalam Surat Luqman ayat 13

    Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi

    pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,

    Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

    besar".

    Seringkali ada banyak asumsi masyarakat yang keliru mengenai

    peringatan atau kegiatan tradisi budaya tersebut. Ada yang menganggap sebagai

    bentuk mempersekutukan Allah, ada juga yang menilai sebagai bid‟ah yang

    melanggar ajaran rosulullah Muhammad saw. Namun demikian, tidak semua

    orang yang memahami kegiatan tradisi tersebut sebagai bentuk yang melanggar

    ajaran Islam, sehingga banyak di kalangan masyarakat yang masih melestarikan

    kebudayaan yang turun-temurun dalam masyarakat.

    Demikian pula kebudayaan yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia

    masih banyak yang disampaikan secara lisan maupun masih diakui oleh

  • 4

    masyarakat pendukungnya, sehingga perlu dipertahankan. Menurut Peursen

    (2004: 12) upacara tradisional lebih dari sebuah mitos di mana fungsinya tidak

    hanya sekedar memberikan hiburan tetapi yang penting upacara itu dapat

    mengukuhkan nilai-nilai tradisi tentang kebaikan, kehidupan, kesuburan, juga

    penyucian.

    Selain itu upacara berfungsi pula untuk mengukuhkan ikatan solidaritas.

    Sehingga upacara tradisional mempunyai fungsi sosial, kultural dan religi. Dalam

    masyarakat agraris dapat dijumpai beberapa tradisi yang masih dilakukan dan

    dilestarikan oleh pendukungnya sampai saat ini. Salah satu tradisi yang masih

    dilakukan sampai saat ini adalah tradisi wiwit dan tingkeban. Tradisi ini digelar

    masyarakat sebagai wujud rasa percaya kepada Tuhan agar tanaman padi yang

    akan ditanam selamat dari serangan hama hingga musim panen tiba.

    Tradisi wiwit dan tingkeban pertanian berkaitan dengan kepercayaan dan

    merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai sekarang masih

    tetap dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat, termasuk masyarakat di Desa

    Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Pada hakekatnya tradisi

    tersebut merupakan kegiatan wujud syukur dan harapan agar tanaman yang akan

    ditanam terbebas dari gangguan hama dan wujud permohonan agar mendapatkan

    keselamatan, ketenteraman bersama yang biasanya dilakukan setelah panen tiba.

    Namun demikian, perkembangan peradaban serta tingkat pengetahuan

    serta perekonomian saat ini telah banyak mengikis sedikit demi sedikit tradisi

    bahkan kebudayaan yang dahulu berkembang dalam masyarakat. Bahkan karena

    ketidaktahuan tentang budayanya menganggap bahwa tradisi atau budaya tersebut

  • 5

    sebagai bagian yang tidak perlu dilestarikan dengan berbagai macam alasan.

    Demikian halnya dengan tradisi wiwit dan tingkeban di Desa Wonokerto

    Kecamatan Bancak. Dahulu semua warga setiap akan memulai musim tanam

    maupun akan panen selalu mengadakan kegiatan upacara wiwit dan tingkeban.

    Namun akhir-akhir ini peringatan tersebut jarang sekali yang mengadakan.

    Bahkan para pemuda sendiri banyak yang tidak mengetahui makna peringatan

    tradisi tersebut.

    Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti mengajukan penelitian

    berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI WIWIT

    DAN TINGKEBAN PERTANIAN DI DESA WONOKERTO KECAMATAN

    BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014”

    B. Rumusan Masalah

    Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

    berikut:

    1. Bagaimana pelaksanaan Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa

    Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014?

    2. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan Tradisi Wiwit dan

    Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten

    Semarang Tahun 2014?

    3. Apa sajakah Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Wiwit dan Tingkeban

    Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun

    2014?

  • 6

    C. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini

    adalah:

    1. Untuk mengetahui pelaksanaan Tradisi Wiwit dan Tingkeban Pertanian di

    Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014.

    2. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan Tradisi

    Wiwit dan Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak

    Kabupaten Semarang Tahun 2014.

    3. Untuk mengetahui Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Wiwit dan

    Tingkeban Pertanian di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten

    Semarang Tahun 2014.

    D. Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

    akademik maupun manfaat praktis sebagai berikut:

    1. Manfaat teoritis

    Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi

    pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pendidikan Islam terkait

    dengan strategi pendidikan Islam melalui kebudayaan.

    2. Manfaat praktis

    Sebagai masukan bagi orang tua untuk memberikan perhatian kepada anak-

    anaknya, terutama dalam hal pendidikan.

  • 7

    E. Definisi Operasional

    Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian yang

    sebenarnya dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertian istilah-istilah yang ada

    di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai berikut :

    1. Nilai Pendidikan Islam

    Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda

    atau hal untuk memuaskan manusia (Surayin, 2007: 374). Nilai juga diartikan

    kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna,

    dihargai dan dapat menjadi objek kepentingan (Sjarkawi, 2009: 29).

    Prof. Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan

    pendidikan islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada

    kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran

    sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi

    dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 2009: 399). Pengertian tersebut

    memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada

    pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-

    aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya dalam

    kehidupan masyarakat dan alam semesta.

    2. Wiwit dan Tingkeban

    Upaca wiwit merupakan upacara ritual yaitu rasa terima kasih kepada

    Tuhan, karena tanaman padi yang akan dipanen tampak sangat

    membanggakan hati. Dengan harapan setiap penanaman padi sampai waktu

  • 8

    panen selalu diberikan panen yang banyak dijauhkan dari penyakit atau hama

    (Hadiwiyono, 2004: 22)

    Tingkeban merupakan upacara tradisi yang dilakukan dalam pertanian

    saat tanaman padi yang ditanam sudah akan berbuah (meteng = Jawa) dengan

    harapan tanaman padinya dapat menghasilkan buah yang lebat sehingga hasil

    panennya bagus (Hadiwiyono, 2004: 22).

    F. Metode Penelitian

    1. Pendekatan Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

    penelitian yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk

    mengkaji masalah yang diteliti (Sugiyono, 2009: 4).

    2. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Desa Wonokerto

    Kecamatan BancakKabupaten Semarang. Waktu

    penelitian dimulai bulan Maret 2014 sampai dengan

    September 2014.

    3. Subjek Penelitian

    Dalam penelitian ini dipilih sebanyak 10 orang warga, 2 orang

    perangkat desa, yaitu kepala dusun dan modin, serta 4 orang tokoh

    masyarakat sebagai subjek penelitian. Subjek yang telah dipilih tersebut

    diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

    4. Metode Pengumpulan Data

  • 9

    Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif,

    tergantung beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh faktor kejelasan

    tujuan dan permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/

    metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri. Dalam

    penelitian yang mendasarkan pada pendekatan kualitatif ini dipergunakan

    beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan studi

    dokumentasi. Kedua teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan peneliti

    dalam rangka memperoleh informasi saling melengkapi.

    a. Wawancara; yaitu dengan melakukan tanya jawab atau

    mengkonfirmasikan kepada subjek penelitian dengan sistematis

    (wawancara terstruktur). Dalam wawancara ini, pertanyaan dan

    jawaban akan bersifat verbal atau semacam percakapan yang

    bertujuan memperoleh data atau informasi. Dalam penelitian ini,

    yang menjadi sasaran dari wawancara adalah warga, kepala desa,

    tokoh masyarakat dan sumber lainnya yang relevan.

    b. Studi dokumentasi; yaitu suatu alat penelitian yang bertujuan untuk

    melengkapi data (sebagai bukti pendukung), yang bersumber bukan

    dari manusia yang memungkinkan dilakukannya pengecekan untuk

    mengetahui kesesuiannya. Sumber data yang menjadi fokus dalam

    penelitian ini adalah dokumentasi pelaksanaan tingkeban.

    c. Selain dengan wawancara dan dokumentasi juga menggunakan

    observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap proses/

  • 10

    tahapan dalam pelaksanaan wiwit dan tingkeban di Dusun

    Wonokerto Kecamatan Bancak.

    Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat prosedur pengumpulan

    data yang memiliki pola yang pasti. Rianse (2009:6) mengatakan

    “masing- masing peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran

    berdasarkan pengalaman masing-masing”, namun demikian Lincoln dan

    Guba (Rianse, 2009) mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar

    yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi

    tahap orientasi, explorasi, dan member check. Pelaksanaan

    pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut:

    1) Tahap Orientasi

    Pada saat ini peneliti melakukan kegiatan: Pendekatan kelembaga-

    lembaga yang menjadi lokasi penelitian, dengan tujuan untuk

    memperoleh gambaran tentang lokasi dan fokus masalah penelitian,

    serta memilih jumlah informan awal yang memadai untuk

    memperoleh informan yang tepat. Melakukan pendalaman terhadap

    sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah

    penelitian, guna menyusun kerangka penelitian dan teori-teori.

    Melakukan wawancara awal untuk memperoleh informasi yang

    bersifat umum yang berkenaan dengan ruang lingkup penelitian ini.

    2) Tahap Eksplorasi

    Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Mengadakan wawancara

    secara intensif dengan subjek penelitian, yaitu kepala desa, tokoh

  • 11

    masyarakat, dan masyarakat yang mengetahui tradisi wiwit dan

    tingkeban yang dilaksanakan secara turun temurun.

    3) Tahap Member check

    Pada tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan

    dan dicek ulang dengan metode triangulasi, untuk melihat

    kelengkapan atau kesempurnaan serta validitas data. Pengecekan

    data-data ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: Mengecek

    ulang data-data yang sudah terkumpul, baik data yang terkumpul

    dari wawancara, hasil observasi maupun dokumen. Meminta data

    atau informasi ulang kepada subjek penelitian apabila ternyata data

    yang terkumpul tersebut belum lengkap.

    Meminta penjelasan kepada pihak terkait tentang data siswa yang

    melanjutkan serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.

    5. Teknik Analisis Data

    Tujuan utama penelitian ini adalah memahami perilaku manusia

    dalam konteks tertentu. Sebagai konsekuensi dari tujuan, sifat dan

    pendekatan penelitian kualitatif tersebut, maka proses dan teknik analisa

    data yang ditempuh peneliti cenderung beragam. Kualitas konseptual,

    kreativitas dan intuisi peneliti menentukan keberhasilan analisanya. Sesuai

    dengan sifat penelitian yang naturalistic-fenomenologis kualitatif, tentunya

    semua informasi yang dijaring dengan berbagai macam alat dalam studi ini

    berupa uraian yang penuh deskripsi mengenai subjek yang diteliti, pendapat,

    pengetahuan, pengalaman dan aspek lainya yang berkaitan. Tentu tidak

  • 12

    semua data itu dipindahkan dalam laporan penelitian, melainkan dianalisis

    dengan menggunakan prosedur menurut Sugiyono (2009) yaitu: (1) reduksi

    data, (2) display data, (3) mengambil keputusan dan verifikasi. Analisis data

    dalam penelitian naturalisti kualitatif menurut Rianse (2009) adalah proses

    mengatur data untuk ditafsirkan dan diketahui maknanya.

    a) Reduksi Data

    Tahap ini dilakukan dengan menelah seluruh data yang tersedia dari

    berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan

    dokumen, sehingga dapat ditemukan hal- hal pokok dari proyek yang

    diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian.

    b) Display Data

    Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum hal- hal pokok yang

    ditemukan dalam susunan yang sismatis, yaitu data disusun dengan cara

    menggolongkannya ke dalam pola, tema, unit atau katagori, sehingga

    tema sentral dapat diketahui dengan mudah, kemudian diberi makna

    sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan

    analisis dan interpretasi data adalah merupakan proses penyederhanaan

    dan trasformasi timbunan data mentah, sehingga menjadi kesimpulan-

    kesimpulan yang singkat, padat dan bermakna (Sugiyono, 2009: 16).

    2. Verifikasi

    Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang telah diambil

    dengan data pembandingan yang bersumber dari hasil pengumpulan data

    dan penunjang lainnya. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat

  • 13

    kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang diambil

    dilakukan dengan menghubungkan atau mengkomunikasikan hasil- hasil

    penelitian dengan teori- teori para ahli (Sugiyono, 2009: 17). Terutama

    teori yang menjadi kerangka acuan peneliti dan keterkaitannya dengan

    temuan- temuan dari penelitian lainnya yang relevan, melakukan proses

    member-chek mulai dari tahap orientasi sampai dengan kebenaran data

    terakhir, dan akhirnya membuat kesimpulan untuk dilaporkan sebagai hasil

    penelitian.

  • 14

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Nilai Pendidikan Islam

    Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan

    kualitas, dan berguna bagi manusia (Koentjaraningrat, 2004: 12). Sesuatu itu

    bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

    Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila

    sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan

    UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya

    sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah

    lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan

    UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat

    menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan

    UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan

    hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam

    pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran

    itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian

    dinamakan nilai instrumental.

    Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian

    pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta

    mengajak manusia untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang

    tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih

  • 15

    sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan

    (Widodo, 2007: 46).

    Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada

    hamba-Nya melalui para Rasul. Dalam Islam memuat sejumlah ajaran, yang

    tidak sebatas pada aspek ritual, tetapi juga mencakup aspek peradaban.

    Dengan misi utamanya adalah sebagai rahmatan lil ‘alamin, Islam hadir

    dengan menyuguhkan tata nilai yang bersifat plural dan inklusif yang

    merambah ke dalam semua ranah kehidupan.

    Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah ilmu

    pendidikan yang berdasarkan Islam. Pendidikan Islam menurut Tadjab

    secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidikan yang dilaksanakan

    dengan bersumber dan berdasar atas ajaran agama Islam. Menurut Hery

    Noer Aly (2009: 18), pendidikan Islam adalah pendidikan manusia

    seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan

    keterampilannya. Sedangkan menurut Endang Saipuddin Anshari, ia

    mendefinisikan pendidikan Islam menjadi dua bagian; pertama dalam arti

    yang luas adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, dan asuhan) oleh

    subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan,

    intuisi, dan lain sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan-bahan

    materi tertentu dan dengan metode tertentu. Dilakukan dalam jangka waktu

    tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke

    arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.

    Kedua, pendidikan Islam dalam arti khusus adalah pendidikan yang materi

  • 16

    didiknya adalah Al-Islam, akidah, syari‟ah (ibadah dan muamalah) dan

    akhlak Islam, seperti pendidikan agama Islam di perguruan tinggi.

    Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli,

    namun dari beberapa pengertian tersebut yang dapat kita petik, pada

    dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada

    tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia

    berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan

    kamil) yang berkepribadian Muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada

    Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan

    Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam

    yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup, yaitu

    mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak

    sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa yang tepat untuk

    menanamkan kebiasaan yang baik padanya.

    Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan

    sosial yang membawa penganutnya pada pengaplikasian Islam dan ajaran-

    ajarannya ke dalam tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan sumber

    dan landasan pendidikan Islam harus sama dengan sumber Islam itu sendiri,

    yaitu Al-Qur‟an dan As-Sunah. Pandangan hidup yang mendasari seluruh

    kegiatan pendidikan Islam ialah pandangan hidup muslim yang merupakan

    nilai-nilai luhur yang bersifat universal yakni Al-Qur‟an dan As-Sunnah

  • 17

    yang sahih juga pendapat para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Nilai-

    nilai luhur tersebut diuraikan sebagai berikut: (Aly, 2009: 26)

    1. Al-Qur‟an

    Di dalam Al-Qur‟an terdapat ajaran yang berisi prinsip-prinsip yang

    berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh

    dapat dibaca dalam kisah Luqman yang mengajari anaknya dalam surat

    Luqman. Al-Qur‟an adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan

    membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman

    berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan diamalkan menjadi

    pikiran rasa dan karsa mengarah pada realitas keimanan yang

    dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan

    masyarakat.

    2. As-Sunah

    Setelah Al-Qur‟an, pendidikan Islam menjadikan As-Sunnah sebagai

    dasar dan sumber kurikulumnya. Secara harfiah ‟sunnah‟ berarti jalan,

    metode dan program. Secara istilah ‟sunnah‟ adalah perkara yang

    dijelaskan melalui sanad yang sahih baik itu berupa perkataan,

    perbuatan atau sifat Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Al-Qur‟an,

    sunnah berisi petunjuk-petunjuk untuk kemaslahatan manusia dalam

    segala aspeknya yang membina manusia menjadi Muslim yang

    bertaqwa. Dalam dunia pendidikan sunnah memiliki dua faedah yang

    sangat besar, yakni:

  • 18

    a. Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-

    Qur‟an atau menerangkan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya.

    b. Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah

    SAW bersama anak-anaknya dan penanaman keimanan ke dalam

    jiwa yang dilakukannya.

    Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan

    selesai dan memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Secara umum

    menurut Hery Noer Aly, tujuan adalah batas akhir yang dicita-citakan

    seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha.

    Pengertian tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada

    subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku

    individu dan kehidupan pribadinya, maupun kehidupan masyarakat dan

    alam sekitarnya dimana individu hidup.

    Adapun tujuan pendidikan Islam menurut Imam Al-Ghazali, ialah

    kesempurnaan insani di dunia dan akhirat. Manusia akan mencapai

    kesempurnaan melalui pencarian keutamaan dengan menggunakan ilmu.

    Keutamaan itu akan memberinya kebahagiaan di dunia serta

    mendekatkannya kepada Allah SWT, sehingga dia juga akan mendapatkan

    kebahagiaan di akhirat. Sedangkan menurut Muhammad Munir Mursa,

    tujuan terpenting pendidikan Islam adalah tercapainya kesempurnaan

    insani, karena Islam sendiri merupakan manifestasi tercapainya

    kesempurnaan agamawi. Dan menurut pendapat Abdul Fattah Jalal, tujuan

    akhir pendidikan Islam adalah menjadikan manusia sebagai abdi atau

  • 19

    hamba Allah SWT. Di dalam Al-Qur‟an dijelaskan bahwa tujuan

    pendidikan adalah ”membina manusia secara pribadi dan kelompok

    sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT dan

    khalifah-Nya, untuk membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang

    ditetapkan Allah (untuk bertaqwa kepada-Nya).” Firman Allah SWT dalam

    Al-Qur‟an surat Adz-Dzariyat ayat 56:

    َوَما َخلَْقُت اْلِجنَّ َواإِلنَس إاِلَّ لِيَْعبُُدونِ

    Artinya: Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

    mereka menyembah-Ku (QS. Adz-Dzariyat: 56)

    Berdasarkan penjelasan dan rincian tentang tujuan pendidikan di

    atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan nilai pendidikan Islam

    adalah sebagai berikut: (Saebani, 2009: 59)

    a) Menyiapkan dan membiasakan anak dengan ajaran Islam sejak kecil

    agar menjadi hamba Allah SWT yang beriman.

    b) Membentuk anak Muslim dengan perawatan, bimbingan, asuhan, dan

    pendidikan pra natal sehingga dalam dirinya tertanam kuat nilai-nilai

    keislaman yang sesuai dengan fitrahnya.

    3. Mengembangkan potensi, bakat, dan kecerdasan anak sehingga mereka

    dapat merealisasikan dirinya sebagai pribadi Muslim.

    2. Memperluas pandangan hidup dan wawasan keilmuan bagi anak

    sebagai makhluk individu dan social

    Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai, dan nilai itu

    selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui

  • 20

    upaya pendidikan. Pada hakikatnya pendidikan adalah proses transformasi

    dan internalisasi nilai, baik sebagai proses pembiasaan terhadap nilai, proses

    rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai. Lebih dari itu

    fungsi pendidikan Islam adalah pewarisan dan pengembangan nilai-nilai

    dienul Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga di

    semua tingkat dan bidang pembangunan bagi terwujudnya kesejahteraan

    masyarakat. Nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak kecil

    agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Dalam pendidikan

    Islam terdapat bermacam-macam nilai islami yang mendukung dalam

    pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem di

    dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa anak sehingga

    bisa memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan

    masyarakat luas.

    Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan mengemukakan

    nilai-nilai pendidikan Islam secara umum menurut yang dikemukakan oleh

    Dr. Zulkarnain (2008: 38), yakni; nilai tauhid/aqidah, ibadah (‟ubudiyah),

    Akhlak, dan nilai kemasyarakatan, yang merupakan dasar pokok dan harus

    ditanamkan pada anak sejak dini.

    a) Nilai Tauhid/Aqidah (Keimanan)

    Tauhid atau aqidah (iman) adalah kepercayaan yang terhujam ke dalam

    hati dengan penuh keyakinan, tidak ada perasaan syak (ragu-ragu),

    serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktivitas

    keseharian. Al-Ghazali mengatakan iman adalah megucapkan dengan

  • 21

    lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan

    anggota badan. Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang

    patut mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang tua.

    Memberikan pendidikan ini pada anak merupakan sebuah keharusan

    yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya iman merupakan pilar yang

    mendasari keislaman seseorang.

    Aqidah (iman) yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang

    merupakan hal yang penting dalam perkembangan pendidikan. Salah

    satu yang bisa menguatkan aqidah adalah memiliki nilai pengorbanan

    dalam dirinya demi membela aqidah yang diyakini kebenarannya.

    Semakin kuat nilai pengorbanannnya akan semakin kokoh aqidah yang

    ia miliki.Keimanan merupakan landasan pokok bagi kehidupan yang

    sesuai dengan fitrah manusia, karena manusia mempunyai sifat dan

    kecenderungan untuk mengalami dan mempercayai adanya Tuhan.

    Oleh karena itu penanaman keimanan harus diperhatikan dan tidak

    boleh dilupakan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar-Rum

    ayat 30:

    Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;

    (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

  • 22

    fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

    lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

    Dengan fitrah manusia yang telah ditetapkan oleh Allah SWT

    sebagaimana dalam ayat di atas, maka manusia mempunyai kewajiban

    untuk memelihara fitrah dan mengembangkannya.

    b) Nilai Ibadah

    Ibadah yang dimaksud adalah pengabdian ritual sebagaimana

    diperintahkan dan diatur di dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Aspek

    ibadah ini di samping bermanfaat bagi kehidupan duniawi, tetapi yang

    paling utama adalah sebagai bukti dari kepatuhan manusia memenuhi

    perintah-perintah Allah SWT. Ibadah merupakan bukti nyata bagi

    seorang Muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah.

    Pedidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang

    perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam Islam bertujuan membawa

    manusia supaya selalu ingat kepada Allah SWT. Oleh karena itu

    ibadah merupakan tujuan hidup manusia diciptakan-Nya di muka

    bumi. Ibadah yang dimaksud bukan ibadah ritual saja tetapi ibadah

    yang dimaksud di sini adalah ibadah dalam arti umum dan khusus.

    Ibadah umum yaitu segala amalan yang dizinkan Allah SWT,

    sedangan ibadah khusus yaitu segala sesuatu (apa) yang telah

    ditetapkan Allah SWT dengan perincian-perinciannya, tingkat, dan

    cara-caranya yang tertentu. Usia balig merupakan batas Taklif

    (pembebanan hukum syar‟i) apa yang diwajibkan syari‟at pada seorang

  • 23

    Muslim maka wajib dilakukannya, sedang yang diharamkan wajib

    menjauhinya. Salah satu kewajiban yang dapat dilihat dalam

    kehidupan sehari-hari adalah shalat lima waktu. Orang tua wajib

    mendidik anak-anaknya untuk melaksanakan shalat, apabila ia tidak

    melaksanakan maka orang tua wajib memukulnya.

    Luqman menanamkan nilai-nilai ibadah kepada anak-anaknya sejak

    dini. Dia bermaksud agar anak-anaknya mengenal tujuan hidup

    manusia, yaitu menghambakan diri kepada Allah SWT bahwa

    sesungguhnya tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah SWT.

    Apa yang dilakukan Luqman kepada anak-anaknya bisa dicontoh

    orang tua zaman sekarang ini. Oleh karena itu, nilai ibadah yang

    benar-benar Islamiyyah mesti dijadikan salah satu pokok dalam

    pendidikan, khususnya pendidikan anak. Orang tua dapat menanamkan

    nilai-nilai ibadah pada anak dan berharap nantinya ia akan tumbuh

    menjadi insan yang tekun beribadah secara benar sesuai dengan ajaran

    Islam.

    Muatan ibadah dalam pendidikan Islam diorientasikan kepada

    bagaimana manusia mampu memenuhi hal-hal sebagai berikut:

    ”Pertama, menjalin hubungan utuh dan langsung dengan Allah SWT.

    Kedua, menjaga hubungan dengan sesama insan. Ketiga, kemampuan

    menjaga dan menyerahkan dirinya sendiri.” Dengan demikian, aspek

    ibadah dapat dikatakan sebagai alat untuk digunakan oleh manusia

  • 24

    dalam rangka memperbaiki akhlak dan mendekatkan diri kepada Allah

    SWT.

    c) Nilai Akhlak

    Tidak dapat diragukan lagi bahwa akhlak yang baik dan tingkah laku

    yang bagus merupakan buah dari iman yang mantap dan pertumbuhan

    agama yang benar. Akhlak menjadi masalah yang penting dalam

    perjalanan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Sebab akhlak

    memberi norma-norma atau aturan baik dan buruk yang menentukan

    kualitas pribadi manusia dalam menjalani kehidupan.

    Dalam akhlak Islam, norma-norma atau aturan baik dan buruk telah

    ditentukan oleh Al-Qur‟an dan Hadits. Oleh karena itu, Islam tidak

    merekomendasikan kebebasan manusia untuk menentukan norma-

    norma akhlak secara otonom (pribadi). Islam menegaskan bahwa hati

    nurani senantiasa mengajak manusia mengikuti yang baik dan

    menjauhkan yang buruk. Dengan demikian, hati dapat menjadi ukuran

    baik dan buruk pribadi manusia.

    Pentingnya akhlak, dalam hal ini tidak terbatas pada perseorangan saja,

    melainkan penting untuk masyarakat, umat, dan kemanusiaan

    seluruhnya. Akhlak dalam diri manusia timbul dan tumbuh dari dalam

    jiwa, kemudian berbuah ke segenap anggota yang menggerakkan amal-

    amal serta menghasilkan sifat-sifat yang baik serta menjauhi segala

    larangan terhadap sesuatu yang buruk yang membawa manusia ke

    dalam kesesatan. Puncak dari akhlak tersebut adalah pencapaian; 1)

  • 25

    Irsyad, yakni kemampuan membedakan antara amal yang baik dan

    buruk; 2) Taufiq, yaitu perbuatan yang sesuai dengan tuntunan

    Rasulullah SAW dengan akal sehat; dan 3) Hidayah, yakni gemar

    melakukan perbuatan baik dan terpuji serta menghindari yang buruk

    dan tercela.

    d) Nilai Kemasyarakatan

    Bidang kemasyarakatan ini mencakup pengaturan pergaulan hidup

    manusia di atas bumi, misalnya pengaturan tentang benda,

    ketatanegaraan, hubungan antarnegara, hubungan antarmanusia dalam

    dimensi sosial, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, dapat dikatakan

    sebagai kaidah muamalah, sebagaimana telah dijelaskan oleh Endang

    Saifuddin Anshari di atas, mencakup dua bagian; a) Al-Qanunul Khas

    ‟hukum perdata‟ yang meliputi; (1) muamalah dalam arti sempit sama

    dengan hukum niaga, (2) munakahah (hukum nikah), (3) waratsah

    (hukum waris), dan lain sebagainya. b) Al-Qanunul ‟Am ‟hukum

    publik‟ yang meliputi; (1) jinayah (hukum pidana), (2) khilafah

    (hukum kenegaraan), (3) jihad (hukum perang dan damai), dan lain

    sebagainya.

    Dengan demikian, sesungguhnya pendidikan islam tidak saja fokus

    pada education for the brain, tetapi juga pada education for the heart. Dalam

    pandangan islam, karena salah satu misi utama pendidikan islam adalah dalam

    rangka membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin, maka ia

    harus seimbang, sebab bila ia hanya focus pada pengembangan kreatifiats

  • 26

    rasional semata tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional, maka manusia

    tidak akan dapat menikmati nilai kemajuan itu sendiri, bahkan yang terjadi

    adalah demartabatisasi yang menyebabkan manusia kehilangan identitasnya

    dan mengalami kegersangan psikologis, dia hanya meraksasa dalam tehnik

    tapi merayap dalam etik.

    Demikian pula pendidikan islam mesti bersifat integralitik, artinya ia

    harus memandang manusia sebagai satu kesatuan utuh, kesatuan jasmani

    rohani, kesatuan intelektual, emosional dan spiritual, kesatuan pribadi dan

    sosial dan kesatuan dalam melangsungkan, mempertahankan dan

    mengembangkan hidup dan kehidupannya.

    Ruang lingkup pendidikan Islam meliputi keserasian, keselarasan

    dan keseimbangan antara (Saebani, 2009: 46):

    a) Hubungan manusia dengan Allah SWT

    b) Hubungan manusia dengan sesama manusia

    c) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

    d) Hubungan manusia dengan mahluk lain dan lingkungannya.

    Adapun ruang lingkup pendidikan Islam meliputi lima unsur pokok

    yaitu: Al-Qur‟an, Aqidah, Syari‟ah, Akhlak, dan Tarikh (sejarah). Ruang

    lingkup ajaran Islam mencakup tiga domain yaitu (Saebani, 2009: 47):

    1. Kepercayaan (i’tiqadiyah), yang berhubungan dengan rukun iman,

    sepert iman kepada Allah SWT, malaikat, kitabullah, Rasulullah, hari

    kebangkitan dan takdir;

  • 27

    2. Perbuatan (‘amaliyah), yang terbagi dalam dua bagian: (1) masalah

    Ibadah, berkaitan dengan rukun Islam, seperti syahadat, shalat, zakat,

    puasa, haji, dan ibadah-ibadah lain yang mengatur hubungan manusia

    dengan Allah SWT.; (2) masalah Mu‟amalah, berkaitan dengan interaksi

    manusia dengan sesamanya, baik perseorangan maupun kelompok

    seperti akad, pembelajaran, hukuman, hukum jinayah (hukum pidana

    dan perdata);

    3. Etika (khulukiyah), berkaitan dengan kesusilaan, budi pekerti, adab atau

    sopan santun yang menjadi perhiasan bagi seseorang dalam rangka

    mencapai kutamaan. Nilai-nilai seperti jujur (siddiq), terpercaya

    (amanah), adil, sabar, syukur, pemaaf, tidak tergantung pada materi

    (zuhud), menerima apa adanya (qana’ah), berserah diri kepada Allah

    (tawakal), malu berbuat buruk (haya), persaudaraan (ukhuwah),

    toleransi (tasamuh), tolong menolong (ta’awun), dan saling

    menanggung (akaful), adalah serangkaian bentuk dari budi pekerti yang

    luhur (akhlaq al karimah).

    Materi merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran.

    Dalam konteks tertentu, materi merupakan inti dalam proses pembelajaran.

    Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses

    penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama

    pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran (subject centered

    teaching). Dalam kondisi semacam ini, maka penguasaan materi pelajaran

    oleh guru mutlak diperlukan. Guru perlu memahami secara detail isi materi

  • 28

    pelajaran yang harus dikuasai siswa, sebab peran dan tugas guru adalah

    sebagai sumber belajar.

    B. Wiwit dan Tingkeban dalam Pertanian Masyarakat Jawa

    Dalam siklus pertanian Sejak berabad-abad yang lampau

    masyarakat pedesaan Jawa sudah mengenal kehidupan agraris. Pada

    umumnya mata pencaharian pokok masyarakat Jawa adalah bercocok tanam.

    Jadi masyarakat Jawa sangat paham bagaimana memperlakukan tanah

    garapannya yaitu dalam mengolah, memelihara, dan memanen. Demikian

    juga usaha-usaha bagaimana agar hasil sawah dapat melimpah, dan

    membasmi hama-hama penyakit yang menyerang tanaman mereka dengan

    cara melakukan kegiatan-kegiatan ritual. Berkaitan dengan hal itu mitologi

    mengenai Dewi Sri mengungkapkan mengenai asal-usul padi, memelihara,

    melindungi, dan menjaga kesuburan padi, yang semuanya itu menjadi

    kekuasaan Dewi Sri. Untuk menjaga hubungan ini pada umumnya petani

    melakukan ritus-ritus pemujaan terhadap Dewi Sri.

    Cara hidup bertani pada masyarakat Jawa sejak dahulu sampai

    sekarang pada umumnya masih menggunakan cara-cara tradisional baik

    dalam hal pelaksanaan teknis mengolah pertanian maupun yang berkaitan

    dengan sistem kepercayaan mereka yaitu penyelenggaraan upacara-upacara

    yang berkaitan dengan pertanian. Sampai sekarang proses tahap-tahap

    penanaman padi di Jawa belum kehilangan sifat religiusnya dan masih

    dirayakan dengan disertai slametan. Kepekaan orang Jawa terhadap dimensi

    empiris dunia gaib menemukan ungkapannya dalam berbagai cara misalnya

  • 29

    dalam upacara-upacara adat. Dalam tradisi itu termuat bagaimana harus

    bersikap untuk tetap dalam keselarasan dengan alam raya dan dengan roh-

    roh yang mengelilinginya. Walaupun ritus-ritus atau upacara

    tersebut sekarang ini semakin berkurang tetapi petani dalam manifestasi

    penghormatan terhadap Dewi Padi masih dilakukan dengan membuat sesaji

    secara sederhana. Upacara ritual atau slametan yang masih dilaksanakan

    terkait dengan penghormatan kepada Dewi Sri antara lain adalah Tingkeb

    Tandur dan Methik. Ritual yang dilakukan ketika padi berumur dua bulan

    oleh sebagian masyarakat petani adalah slametan Tingkeb Tandur

    (Hadiwiyono. 2004: 25).

    Secara harafiah kata tingkeb berarti slametan mitoni. Istilah mitoni

    adalah upacara yang dilakukan pada saat usia kandungan seorang wanita

    genap tujuh bulan. Slametan ini bertujuan agar bayi lahir dengan selamat.

    Jadi kata „tingkeb‟ yang artinya slametan mitoni, dan kata tandur yang

    artinya menanam dimaksudkan sebagai upacara yang terkait dengan usia

    hamil tanaman padi. Upacara Tingkeb Tandur dilaksanakan oleh masyarakat

    petani dilatarbelakangi oleh kondisi lahan di desa tersebut yang rawan

    terhadap bencana banjir dan kekeringan.

    Oleh kondisi lahan seperti itu, petani di dalam mengolah sawahnya

    harus telaten dan selalu berharap alam lingkungan memihak kepadanya.

    Oleh sebab itu keberhasilan petani di dalam mengolah sawahnya, dari proses

    menanam padi sampai padi akan mrekatak (keluar malainya secara bersama-

    sama) dan kemudian meteng atau hamil, dianggap merupakan anugerah dari

  • 30

    Yang Di Atas dan perlindungan dari Dewi Sri. Atas dasar itu kemudian

    ditingkebi supaya padi yang hamil selamat sampai panen nanti. Jadi upacara

    Tingkeb Tandur merupakan ungkapan rasa syukur petani kepada Yang Di

    Atas, pencipta alam semesta yang telah memberikan rezeki dan

    perlindungan kepada petani. Ungkapan rasa syukur karena tanaman padi

    mereka sudah berbuah juga ditujukan kepada Dewi Sri, dewi padi. Dewi Sri

    adalah tokoh mitos yang lekat dengan kehidupan petani, yang diyakini

    sebagai pelindung dan penjaga padi milik petani. Oleh karenanya

    masyarakat petani meyakini bahwa melaksanakan upacara ini merupakan

    syarat untuk keberhasilan panen (Hadiwiyono, 2004: 26).

    Dalam prosesi upacara tersebut disertakan sesaji dan perlengkapan

    upacara. Upacara methik atau panen padi pertama dilakukan sebagai

    penghormatan kepada Dewi Sri yang telah menjaga padi sampai lahir atau

    panen. Upacara menuai padi yang pertama kali (atau disebut wiwit atau

    methik) ini, dilakukan dengan prosesi upacara memotong tangkai padi dan

    kemudian dibalut dengan kain putih seperti pengantin. Padi yang dipotong

    tersebut dinamakan parijatha. Tangkai padi kemudian dibawa ke empat

    sudut petak sawah yang akan dituai setelah itu padi dibawa pulang dan

    disimpan ke dalam lumbung. Ritual methik pada umumnya dilaksanakan

    dengan pola umum yang hampir sama dari daerah ke daerah. Satu atau dua

    hari sebelum panen dimulai, dhukun methik membawa sesajian ke sawah

    dan mengitari sawah tersebut satu kali putaran searah jarum jam, lalu

    menuju ke bagian tengah di mana dipilih suatu tempat sebagai titik fokus

  • 31

    ritus methik. Setelah membaca suatu mantra ia segera memotong beberapa

    tangkai padi dan menganyamnya. Kepangan atau anyaman tangkai padi

    tersebut lalu digendong oleh dhukun, dipayungi layaknya seperti bayi.

  • 32

    BAB III

    LAPORAN HASIL PENELITIAN

    A. Letak Geografis Dusun Wonokerto Desa Wonokerto

    Dusun Wonokerto Desa Wonokerto merupakan salah satu desa yang

    terletak di Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang ± 15 km arah utara dari

    Kota Salatiga.

    Adapun desa-desa yang berbatasan dengan Desa Wonokerto sebagai

    berikut.

    1. Sebelah utara berbatasan dengan Dusun Pelem Desa Wiru Kec. Bringin.

    2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan.

    3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Boto.

    4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sendang Kecamatan Bringin.

    Luas Desa Wonokerto ± 1237 ha yang terdiri dari tanah sawah, tanah

    pekarangan, tanah pemukiman, jalan serta sungai. Dilihat dari kondisi

    geografis, Desa Wonokerto merupakan desa yang berada pada ketinggian ±

    224 meter dari permukaan laut, sehingga desa ini termasuk dataran sedang.

    Berdasarkan data di Kantor Kepala Desa Wonokerto pada bulan

    April 2012, Desa Wonokerto terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Wonokerto,

    Dusun Santren, Dusun Galeh, Dusun Jetis, dan Dusun Jumbleng.

  • 33

    Menurut Data monografi bulan April 2012, penduduk Desa

    Wonokerto terdiri dari 880 Kepala Keluarga dengan jumlah 3190 jiwa,

    dikelompokkan berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin sebagai berikut:

    Tabel 3.1.

    Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

    No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    0-1 tahun

    1-5 tahun

    6-10 tahun

    11-15 tahun

    16-20 tahun

    21-25 tahun

    26-30 tahun

    31-40 tahun

    41-50 tahun

    51-60 tahun

    60 tahun ke atas

    69

    74

    179

    132

    264

    157

    116

    264

    121

    134

    30

    65

    158

    175

    237

    190

    232

    118

    110

    127

    160

    70

    134

    232

    354

    369

    454

    389

    234

    374

    248

    294

    108

    Jumlah 1548 1642 3190

    Sumber: Kepala Desa Wonokerto

    Agama yang dianut oleh masyarakat Desa Wonokerto adalah sebagai

    berikut:

  • 34

    Tabel 3.2

    Data Pemeluk Agama

    No Agama Jumlah Prosentase

    1

    2

    3

    4

    5

    Islam

    Kristen

    Katholik

    Budha

    Hindu

    3190

    -

    -

    -

    -

    100%

    -

    -

    -

    -

    Sumber: Kepala Desa Wonokerto

    Taraf pendidikan dan mata pencaharian warga Desa Wonokerto

    Walaupun letaknya cukup jauh dari ibu kota kabupaten dan

    berdekatan dengan kota Salatiga, namun masyarakat Desa Wonokerto

    memiliki motivasi untuk memperoleh pendidikan sangat besar, hal ini

    terbukti bahwa masyarakat Desa Wonokerto telah dinyatakan Bebas dari

    Tiga Buta sejak 1990. Hal ini berarti bahwa para orang tua memiliki

    kemauan yang tinggi untuk memasukkan anak-anaknya ke jenjang

    pendidikan yang lebih tinggi walaupun harus ke luar kota.

    Menurut tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk Desa

    Wonokerto dapat digambarkan sebagai berikut.

  • 35

    Tabel 3.3.

    Pendidikan Masyarakat Desa Wonokerto

    No Jenis Pendidikan Jumlah

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    Tamat Perguruan Tinggi

    Tamat SMA

    Tamat SMP

    Tamat SD

    Belum Tamat SD

    Tidak Tamat SD

    Tidak Sekolah

    80

    654

    780

    502

    584

    319

    271

    Sumber: Kepala Desa Wonokerto

    Adapun Sarana Pendidikan yang Ada di Desa Wonokerto.

    Tabel 3.4.

    Sarana Pendidikan

    No Jenis Sarana Jumlah Jumlah Murid

    1

    2

    3

    4

    PAUD

    Taman Kanak-Kanak

    Sekolah Dasar/MI

    SMP

    1

    3

    3

    -

    32

    78

    270

    -

    Sumber: Kepala Desa Wonokerto

    Perekonomian masyarakat Desa Wonokerto dapat digolongkan

    maju, terbukti sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai

    petani, pegawai negeri, pedagang, buruh dan pengemudi.

  • 36

    Melihat dari letak geografis Desa Wonokerto masih jauh dari pusat

    kota dan mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar petani, maka

    pola pikir masyarakat Desa Wonokerto masih dipengaruhi oleh budaya dan

    kepercayaan Jawa yang sudah turun temurun, antara lain mereka masih

    melaksanakan budaya wiwit dan tingkeban yang dilaksanakan secara rutin

    tiap akan menanam padi dan saat padi akan mulai berisi.

    B. Upacara Wiwit dan Tingkeban di Dusun Wonokerto Desa Wonokerto

    Upacara wiwit dan tingkeban, dalam pengertian sebagai sebuah

    upacara yang mempunyai makna rasa syukur atas panen yang diberikan dan

    bagaimana masa tanam yang akan datang diberi keselamatan dengan

    berjalan waktu memberikan dampak terjadinya akulturasi dari masa Hindu

    Budha dan beralih ke Islam, dimana bentuk ritual semacam wiwit dan

    tingkeban, tetap namun maknanya sebagai ucapan rasa syukur itu kepada

    Allah SWT. Ini merupakan perpaduan alam dan Hindu Jawa.

    Kebiasaan yang dilaksanakan masyarakat terutama berkaitan

    dengan ritual semacam itu memang berasal dari kebudayaan Hindu Jawa

    yang masih dilaksanakan mengingat saat pengaruh Islam masuk ke wilayah

    Jawa Tengah, khususnya ke Desa Wonokerto, tidak semua adat kebiasaan

    yang ada dihilangkan, namun memakai filosofinya Sunan Kalijaga dan

    Walisongo yang lain dengan tetap melestarikan budaya yang tidak

    bertentangan dengan ajaran Islam yang didalamnya dilakukan dengan cara-

    cara yang bersifat islami.

  • 37

    Seiring dengan banyaknya warga Desa Wonokerto yang

    menempuh pendidikan di pondok pesantren, tradisi wiwit dan tingkeban

    yang dahulunya rutin dilaksanakan, bagi sebagian masyarakat sudah tidak

    dilakukan lagi. Selain karena factor pertimbangan masalah biaya, juga ada

    factor kalau hal tersebut dilakukan kurang sesuai dengan ajaran Islam.

    Namun demikian, masyarakat Desa Wonokerto yang merupakan nahdliyin

    atau warga Nahdlatul „Ulama, masih ada yang melaksanakan tradisi wiwit

    dan tingkeban sampai dengan sekarang.

    Desa Wonokerto era modernisasi dalam dunia petani baik segi

    penanaman, pengolahan dan pemanenan serba praktis cepat dan tidak

    memerlukan banyak tenaga. Seperti adanya mesin-mesin pertanian untuk

    lebih mempermudah seperti traktor yang bertenaga, penggilingan padi

    mencetak beras dan bertenaga masih dengan kelebihan mempermudah dan

    mempercepat pekerjaan. Tidak banyak memakai orang dalam pekerja ini.

    Dalam modernisasi pendidikan sangat dibutuhkan dalam masyarakat dan

    pendidikan ini petani didesa Wonokerto memanfaatkan alat-alat tani yang

    bertenaga mesin, yang sebelum alat-alat bertenaga hewan untuk pengolah

    tanahnya. Dipasang pada bajak biasa, karena bisa dipakai pada tanah agak

    lunak dan ringan karena mengandung abu gunung berapi. Sehingga kurang

    cocok untuk dikerjakan dengan bajak biasa. Hasil wawancara dengan Kepala

    Desa Wonokerto Bapak Muh Zuhdi

    “Alat yang dipakai petani waktu derep (panen padi) mulai dari ani-

    ani berkembang menjadi sabit didalam panen sendiri banyak nilai-nilai

    kebersamaan seperti gotong-royong dimana ini ada karena masyarakat

    agraris dengan berkembangnya dan di era modernisasi nilai-nilai inipun

  • 38

    pudar di desa Wonokerto. Dituntut harus lebih efisien mungkin menghemat

    tenaga yang dipakai dan hasil lebih banyak karena tidak memakan tenaga.

    Bibit unggul pun dipakai petani dimana petani bisa panen setahun 2 kali dan

    padi yang dihasilkan lebih banyak.”

    Petani di Jawa, namun dalam fakta bertani dalam era modern di

    desa Wonokerto justru ketergantungan pada pupuk kimia. Belum musim

    yang mulai tidak dapat diperhitungkan. Petani dituntut lebih inovatif

    mengatasi segala hal dalam masalah yang ada. Pembentukan kelompok tani

    di desa Wonokerto untuk mengatasi satu masalah kelangkaan pupuk.

    Namun dalam era modernisasi gejolak para petani semakin banyak

    dimana musim hujan dan musim kemarau mulai tidak menentu, bahkan

    ketika hujan lebat terlalu banyak air melimpah dan adanya angin merusak

    tanam padi. Belum faktor pupuk, hama dan factor paling krusial adalah

    harga pasar yang mendukung. Petani semakin terhimpit dimana tanah yang

    subur belum tentu menjadi jaminan petani desa bertahan, makin lama lahan

    pertanian desa Wonokerto dengan bertambah penduduk yang pesat

    pembangunan rumah-rumah tinggal semakin banyak. Tekanan petani

    semakin komplek. Banyak peralihan profesi dimana dia akan kerja diluar

    kota dimana ketika bekerja menjadi petani sebagai mata pencaharian pokok

    hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok saja. Terjadi urbanisasi desa

    Wonokerto, salah satu dampak dunia pertanian mengalami tekanan.

    Tekanan yang ada diantaranya adalah masalah lapangan pekerjaan

    yang ada di Desa Wonokerto, yang menyebabkan banyak penduduk yang

    mengadu nasib dengan meninggalkan pekerjaan sebagai petani dan buruh

    tani. Masyarakat sebagian urbanisasi ke wilayah perkotaan dengan menjadi

  • 39

    buruh bangunan atau transmigrasi ke Pulau Sumatra. Hal tersebut

    menjadikan tradisi yang secara turun menurun menjadi terputus karena

    banyak yang meninggalkan Desa Wonokerto.

    Dimulai dari banyak tekanan ini dilihat dari makna upacara wiwit

    dan tingkeban dalam dunia pertanian dimana di era modernisasi ini upacara

    wiwit dan tingkeban. Di desa Wonokerto dari segi pola bahasa masih tetap

    menggunakan bahasa Jawa dalam segi makna mulai bergeser dimana dalam

    kemajuan teknologi ini petani menggunakan mesin yang mulanya dari

    tenaga hewan dimana masyarakat Wonokerto mengadakan ritual hanya

    sebagai bentuk upacara yang makna, agar nanti musim tanam sampai panen

    tidak ada halangan.

    Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang)

    yang masih dijalankan dalam masyarakat. Wiwit adalah tradisi leluhur

    keluarga petani, yang dilaksanakan menjelang panen atau di awal musim

    panen padi. Secara etimologi wiwit artinya memulai, maksudnya memulai

    panen. Disebut sebagai „wiwitan‟ karena arti „wiwit‟ adalah „mulai‟, jadi

    memulai memotong padi sebelum panen diselenggarakan.Sejatinya wiwit

    bermakna ungkapan doa dan syukur atas limpahan hasil panen yang telah

    diberikan oleh Tuhan Sang Rabbi Illahi (SRI). Dari kaca mata yang berbeda,

    dari sisi sosiologis dalam prosesi wiwit terdapat interaksi sosial. Wiwit

    merupakan simbol hubungan yang harmonis sebagai wujud interaksi sosial

    antarapara petani, serta hubungan keselarasan antara petani pemilik lahan

    dengan alam yang telah menyediakan dan mencukupi kebutuhan petani padi.

  • 40

    Hal yang sama juga bisa dilihat dalam konteks orang Jawa memaknai

    tradisi wiwit sebagai wujud terimakasih dan wujud syukur kepada bumi

    sebagai sedulur sikep dan Dewi Sri ( Dewi Padi ) yang telah menumbuhkan

    padi yang ditanam sebelum panen.

    Dewi Sri (Sinansari) sendiri merupakan tokoh dalam kepercayaan

    umat Hindu / Jawa yang dipercaya memberika kenikmatan berupa tanaman

    padi / beras, dikenal dengan Dewi Padi. Maka tak heran jika terdapat

    varietas padi, merk kemasa beras, nama usaha penggilingan padi maupun

    usaha dagang toko sembako memberi nama dengan “ SRI” atau “Dewi Sri”.

    SRI sendiri bisa dimaknai sebagai “Sang Rabbi Illahi”, sehingga niat untuk

    memanjatkan wujud syukur atas limpahan nikmat panen padi yang sudah di

    depan mata tetap lurus, hanya untuk Tuhan Yang Maha Esa.

    Yang disebut bumi adalah sedulur sikep bagi orang Jawa karena

    bumi dianggap sebagai saudara manusia yang harus dihormati dan dijaga

    kelestariannya untuk kehidupan. Dalam tradisi Jawa, konsep meminta

    kepada sedulur sikep tidak ada atau tidak sopan, kepada sedulur sikep

    kita harus memberi sekaligus menerima, bukan meminta. Jika hormat kita

    berkurang kepada bumi, atau kita tidak menjaga kelestarian alam, maka

    bumi akan memberi balasan dengan situasi yang buruk yang disebut

    pagebluk, ditandai dengan hasil panen yang buruk, padi tidak berisi (gabug)

    kekeringan, cuaca tak menentu, dll. Hasil wawancara dengan Bapak Modin

    Miftahudin

    “Tradisi Wiwit merupakan wujud kebudayaan turun temurun

    leluhur masyarakat Jawa. Wiwit adalah adalah tradisi petani yang diadakan

  • 41

    menjelang panen padi saat bulir padi menguning dan siap panen (Jawa :

    mekatak). Dalam tradisi wiwit dan tingkeban terdapat ubarampe

    (perlengkapan) yang harus disiapkan (biasa disebut sesaji / sajen). Sesaji

    atau orang Jawa menyebutnya dengan sajen adalah sarana/ perlengkapan

    yang ditujukan dalam rangka permohonan kepada Sang Pencipta Yang

    Maha Pemberi atas dasar kepercayaan kepada “Yang Berkuasa“ di tempat

    tersebut atau “Yang Menjaga” dan yang menguasai daerah tersebut”

    Sedangkan menurut R.Suwardanijaya (2009), bagi kita sebagai

    makhluk yang percaya dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    sebenarnya ada hubungan dan interaksi antara Kula ( Saya, manusia), Alam

    Donya (Dunia) dan Allah. Hubungan tersebut diwujudkan oleh masyarakat

    Jawa dengan sarana / perlengkapan berupa sesaji tersebut. Sehingga orang

    – orang memperbanyak sesaji sebagai salah satu sarana penghubung

    kepada Sang Pangeran yang tidak terlihat mata ( ghaib). Dengan kata lain,

    sesaji bertujuan untuk memohon pertolongan supaya apa yang diharapkan

    lancar dan berhasil tanpa ada gangguan maupun hambatan.

    Sarana / sesaji tersebut pun berbeda – beda tergantung tujuannya

    untuk apa. Dalam hal wiwit dan tingkeban ini, sesaji / persembahan kepada

    Yang Maha Kuasa berbeda dengan sesaji dalam gamelan, prosesi

    pernikahan, dll. Adapun wujud sesaji antara lain berwujud tumpeng, nasi,

    jenang ( bubur ), jajan pasar, makanan kecil, buah – buahan, bahkan

    binatang ternak. Sesaji dalam tradisi wiwit dan tingkeban berupa makanan

    dan lauk pauk serta ubarampe lainnya yang ditujukan kepada Dewi Sri.

    Prosesi wiwit dan tingkeban biasanya diawali dengan membuat sesaji yang

    nantinya dibawa ke sawah yang siap panen. Berikut ubarampe/sesaji

    didominasi oleh makanan antara lain :

  • 42

    1. Makanan dalam pelaksanaan wiwit dan tingkeban

    a. Nasi Gudhangan Bumbu Megono

    Nasi dicampur gudhangan bumbu megono (campuran sayur-

    sayuran yang direbus) yang dibumbui. Sayur- sayurannya terdiri

    dari kacang panjang, wortel, kubis, bayam, kangkung dan tauge.

    Sedangkan bumbu megono terdiri dari parutan kelapa muda, cabai,

    bawang merah, bawang putih, garam, terese ( campuran petai dan

    rese), dan sedikit gula, serta ikan asin/ gereh/teri. Bumbu – bumbu

    tersebut dihaluskan, dibungkus daun pisang kemudian dikukus.

    Setelah matang, bumbu dicampurkan dengan sayur rebus tadi.

    Gudhang adalah tempat menaruh beraneka barang, sehingga karena

    banyaknya sayur dan bumbu, maka disebut dengan gudhangan. Ada

    sebagian nasi yang dibentuk menjadi tumpeng / gunungan. Tumpeng

    bermakna tumekaning penggayuh, yang artinya keinginan yang

    ingin diraih. Tumpeng berbentuk kerucut / piramida, dengan puncak

    seperti gunung. Hal ini bermakna keinginan yang memuncak/tinggi

    tadi yang harus diraih.

    b. Lauknya terdiri dari telur rebus dan gereh ( ikan asin atau teri).

    Biasanya nasi gudhangan dan lauk ditempatkan pada suatu wadah /

    bejana yang disebut dengan basi. Kemudian ditutup dengan daun

    pisang.

    c. Sambel Gepeng, merupakan campuran kacang tholo (kacang

    tanaman lembayung) yang digoreng, kemudian dihaluskan bersama

  • 43

    kencur dan sedikit gula jawa. Sambel Gepeng ditempatkan dalam

    wadah bernama suru (dari daun pisang).

    d. Ubarampe lainnya yaitu dedak ( bubuk kulit padi sisa hasil

    penggilingan padi yang masih kasar dan biasanya dimanfaatkan

    untuk ternak ), cabai merah, bawang merah dan bawang putih serta

    uang receh yang ditempatkan dalam bathok ( tempurung kelapa).

    e. Keris yang terbuat dari cabai merah panjang, bawang putih, telur

    rebus. Bahan – bahan tersebut disusun dan ditusuk menggunakan lidi

    sedemikian rupa sehingga menyerupai keris. Lebih mirip dengan

    sate cabai, bawang putih dan telur. Keris tersebut diletakkan jadi

    satu dengan nasi gudhangan.

    f. Dedaunan yang teridiri dari daun pulutan, daun turi, daun janur

    kuning (daun kelapa), daun salak, daun dadap sirep. Dedaunan

    tersebut diuntai/diikat jadi satu seperti untaian bunga.

    g. Jadah jenang (makanan khas terbuat dari ketan).

    h. Kembang setaman (mawar merah, mawar putih, kenangan, melati,

    kanthil)

    i. Kemenyan, cempol ( serabut kelapa), korek api.

    j. Air dadap sirep yang ditempatkan dalam kendhi.

    k. Untuk sawah plungguh (sawah milik Kas Desa/Kelurahan yang

    dikelola oleh perangkat desa/pamong/dukuh, Carik (Sekretaris Desa)

    dan Kepala Desa / Lurah, biasanya ditambah dengan tukon pasar

    yaitu makanan seperti buah- buahan misal pisang, jambu, salak atau

  • 44

    yang lainnya dan makanan kecil/snack. Selain itu nasi ditambah

    sega gurih (nasi uduk) dan ingkung (olahan daging ayam). Dalam

    kembang setaman ditambah injet.

    2. Waktu Pelaksanaan Wiwit dan Tingkeban

    Pelaksanaan wiwit untuk memulai menanam atau pun memulai

    memanen dilaksanakan pada hari Minggu Legi. Dipilih hari tersebut

    dikarenakan hari Minggu di Desa Wonokerto dimaknai hari dimana

    masyarakat dapat berkumpul. Hasil wawancara dengan Bapak Modin

    Miftahudin

    “Wiwit biasanya dilaksanakan tiap Minggu legi saat akan tandur

    atau menanam padi dan saat akan memanen hasil panenan. Namun,

    sekarang ini yang masih banyak dan sering dilakukan masyarakat adalah

    untuk upacara wiwit nya menjelang musim tanam, sedangkan untuk wiwit

    saat akan panen sudah jarang sekali dilaksanakan masyarakat Desa

    Wonokerto”

    Wiwit biasanya diselenggarakan menjelang panen padi saat sore

    hari (sebelum petang). Jadi, ketika hari ini wiwit dilaksanakan, keesokan

    harinya atau beberapa hari kemudian padi dipanen. Namun, seiring

    perkembangan pola perilaku masyarakat karena kepraktisannya, tradisi

    wiwit sering dibarengkan dengan beberapa saat sebelum panen.

    Tingkeban biasa dilaksanakan ketika umur padi sudah mulai aka

    nada buahnya (meteng). Pelaksanaan tingkeban ini merupakan upaya

    wujud syukur bahwa tanamannya sudah mulai berisi dengan harapan

    isinya berbulir banyak sehingga hasil panennya melimpah ruah. Hasil

    wawancara dengan Bapak Miftahudin

  • 45

    Tingkeban dilaksanakan saat padi sudah akan berbuah, istilah

    jawanya meteng yang dimaksudkan agar buah yang dihasilkan berkualitas.

    Masyarakat Desa Wonokerto berharap dengan adanya tingkeban ini hasil

    panen dapat melimpah ruah dan dapat menjadi rezeki bagi warga yang

    menanam padi

    3. Prosesi Wiwit dan Tingkeban

    Ubarampe yang telah disiapkan dibawa ke sawah. Rombongan

    keluarga petani dan anak–anak biasanya mendominasi dan ikut serta

    dalam wiwit. Biasanya dipilih tempat dipinggir sawah/di pinggir batas

    sawah (Jawa : galengan). Beberapa tanaman padi dibuka untuk

    menempatkan ubarampe dan ada yang dijadikan satu. Di sini terdapat

    prosesi kenduri dalam skala kecil. Kenduri diartikan kekendelan

    ingkang diudhari (keberanian yang dibuka, disampaikan). Pemilik sawah

    duduk bersila atau lenggah kenduri (duduk bersila, posisi duduk saat

    prosesi kenduri dan berdoa).

    “Amit pasang paliman tabik, Ilo-ilo dino linepatno saking siku

    Gusti kang hakaryo bhawono Danyang Sri Semara Bumi kang mbaureksi

    sabin … (nama sawah atau desa)

    Mbok Dewi Sri pepitu, Kang lumpuh gendongen, kang wuto

    tuntunen, kulo aturi nglempak saklebeting sabin, ingak sampun kulo

    ancer-anceri sak pucuking blarak. Sak sampunipun nglempak, kulo caosi

    daharan ngabekti; sekul petak gandha arum, gereh pethek sambel gepeng,

    untub-untub lan sak panunggalanipun. Gandeng anggen kulo titip wiji

    gugut sewu, wonten ing tegal kabenteran sampun wancinipun sepuh,

    badhe kulo boyong wonten soko domas bale kencono.

    Kaki markukuhan, Nyai markukuhan, kukuhana kang dadi

    rejekiku. Nyai pakeh lan kaki Pakeh, akehono kang dadi rejekiku, yen ana

    kekurangane, tukuo neng pasar, lan seksenono ing dino … (nama hari)

    minggu legi punika” (Wawancara dengan Bapak Asmui)

    Setelah memanjatkan doa, tanaman padi disiram air kendhi yang

    dicampur daun dari pohon dadap sirep sebagai simbol untuk menenangkan

  • 46

    hati dan pikiran setelah sekian lama berjuang menumbuhkan padi. Rep

    kedhep dadap sirep. Juga menyebar beberapa makanan ke tengah sawah.

    sebagian nasi gudhangan dan lauk diambil kemudian ditempatkan dalam

    wadah/dibungkus dari daun pisang atau dipincuk sebanyak empat

    buah.Bungkusan empat bungkusan hidangan yang akan ditaruh di empat

    sudut sawah, itu adalah simbol kiblat papat siji pancer; kakang kawah, adi

    ari-ari, getih, lan puser, kang nyawiji dadi siji.

    Setelah itu, beberapa helai padi dipotong dengan ani-ani untuk

    dibawa pulang. Biasanya potongan padi tadi digantung di atas pintu. Nasi

    gudhangan dan lainnya pun dibagi-bagikan ke rombongan keluarga petani

    yang ikut tadi beserta anak– anak yang ikut serta dalam wiwit dan

    tingkeban. Piring daun pisang menjadi wadah untuk tempat nasi

    gudhangan. Secara bersama–sama menikmati hidangan wiwit dan

    tingkeban di pematang sawah.

    Sedangkan dalam acara tingkeban dilaksanakan hampir sama

    dengan acara wiwit, namun untuk di Desa Wonokerto untuk tingkeban

    hanya lebih menekankan pada berdoa di sawah kepada Allah, mendoakan

    leluhur dan tanamannya agar dijaga dari serangan hama dan ucapan rasa

    syukur atas tanamannya yang mulai berbuah agar panennya dapat

    berlimpah ruah.

  • 47

    C. Tanggapan Masyarakat Desa Wonokerto terhadap tradisi Wiwit dan

    Tingkeban

    Seiring dengan berkembangnya keadaan, baik informasi maupun

    teknologi, pelaksanaan tradisi wiwit dan tingkeban mendapatkan berbagai

    penilaian dari masyarakat. Hasil wawancara dengan Bapak Miftahudin

    misalnya

    “Wiwit dan tingkeban sekarang berbeda dengan wiwit dan

    tingkeban sewaktu saya kecil dulu. Dahulu wiwit dan tingkeban

    dilaksanakan oleh setiap pemilik atau penggarap sawah dan tidak

    dilakukan bersama-sama, karena tanam maupun panennya tidak pada hari

    yang sama. Namun karena perubahan zaman, maka untuk menghemat

    waktu dan biaya dilaksanakan secara bersama-sama, namun tidak

    mengurangi maksud dan tujuan diadakannya selametan wiwit dan

    tingkeban tersebut”.

    Hasil wawancara lainnya dengan Bapak Sukandar menyatakan

    bahwa

    “Untuk wiwit dan tingkeban di Wonokerto masih dilaksanakan

    dan terjaga dengan baik, namun masalah pelaksanaannya lebih banyak

    mempertimbangkan factor biaya pelaksanaan, sehingga sekarang

    dilaksanakan secara bersama-sama, karena apa-apa sekarang biayanya

    lebih mahal sedangkan harga jual beras atau gabah dari petani masih

    rendah”

    Hasil wawancara dengan Bapak Miftahudin mengenai pelaksanaan

    tradisi wiwit dan tingkeban masih ada dalam masyarakat Wonokerto

    “tradisi ini masih ada dalam masyarakat Wonokerto karena nilai

    aqidahnya adalah meyakini kekuatan do‟a. Perbedaan yang paling

    mencolok yaitu pada doanya, jika pada masa Hindu-Budha doa ditujukan

    kepada tokoh Sri atau Dewi Sri, maka setelah Islam menjadi agama

    masyarakat Jawa, doa tersebut berubah menjadi doa syukur kepada Allah

    SWT. Dan ditambah juga dengan membagi-bagikan nasi wiwit yang

    diberikan kepada para petani lainnya, yang itu merupakan bentuk rasa

    kesosialan antar petani dan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah SWT

    yang telah memberikan rizqi berlimpah.”

  • 48

    Namun dengan berubahnya pelaksanaan wiwit pada masa Hindu-

    Budha dibanding dengan setelah Islam masuk ke wilayah Nusantara, tujuan

    wiwit itu tetap sama, yaitu agar mendapatkan hasil panen yang baik dan

    banyak. Oleh karena itu upacara ritual wiwit tetap berlangsung sampai saat

    ini di masyarakat Wonokerto.

    Berdasarkan hal tersebut dapat dimaknai bahwa pelaksanaan tradisi

    wiwit dan tingkeban pertanian masih dilestarikan oleh masyarakat

    Wonokerto dan diyakini sebagai sebuah ucapan permohonan atau syukur

    terhadap tanaman yang akan ditanam maupun yang akan dipanen, hanya

    dalam pelaksanaanya sudah mengalami perbedaan baik dari segi jenis

    makanan maupun tatacara pelaksanaannya.

  • 49

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Pelaksanaan tradisi wiwit dan tingkeban di Desa Wonokerto Kecamatan

    Bancak Kabupaten Semarang berdasarkan hasil penelitian dapat dilakukan

    pembahasan sebagai berikut:

    1. Pelaksanaan Tradisi Wiwit dan Tingkeban di Desa Wonokerto Kecamatan

    Bancak

    Dalam era modernisasi gejolak para petani semakin banyak dimana

    musim hujan dan musim kemarau mulai tidak menentu, bahkan ketika hujan

    lebat terlalu banyak air melimpah dan adanya angin merusak tanam padi.

    Belum faktor pupuk, hama dan faktor paling krusial adalah harga pasar yang

    mendukung. Petani semakin terhimpit dimana tanah yang subur belum tentu

    menjadi jaminan petani desa bertahan, makin lama lahan pertanian desa

    Wonokerto dengan bertambah penduduk yang pesat pembangunan rumah-

    rumah tinggal semakin banyak. Tekanan petani semakin komplek. Banyak

    peralihan profesi dimana dia akan kerja diluar kota dimana ketika bekerja

    menjadi petani sebagai mata pencaharian pokok hanya bisa memenuhi

    kebutuhan pokok saja. Terjadi urbanisasi desa Jarit, salah satu dampak dunia

    pertanian mengalami tekanan.

    Dimulai dari banyak tekanan ini dilihat dari makna upacara wiwit

    dalam dunia pertanian dimana di era modernisasi ini upacara wiwit tidak

    selengkap pelaksanaan saat-saat belum adanya pengaruh modernisasi. Di desa

  • 50

    Wonokerto dari segi pola bahasa masih tetap menggunakan bahasa Jawa

    dalam segi makna mulai bergeser dimana dalam kemajuan teknologi ini petani

    menggunakan mesin yang mulanya dari tenaga hewan dimana masyarakat

    mengadakan ritual hanya sebagai bentuk upacara yang penuh makna, agar

    nanti musim tanam sampai panen tidak ada halangan. Hanya sebagai ritual

    yang terus berulang tapi makna didalam masyarakat, jika tidak melakukan

    upacara dirasa tabu, tidak memberikan keterangan pada sang petani.

    Sementara jika dilihat dari sebuah mitos Dewi Sri sebagai ular dan Raden

    Sendana sebagai burung. Ini merupakan bentuk dari sebuah ekosistem

    pengontrol alam seperti ular sebagai pemakan tikus, tikus merupakan hama

    dari tanaman padi dan ulat. Belalang sebagai makanan burung. Dari mitos ini

    bahwa makna wiwit sebagai penghormatan Dewi Sri dan dimaknai lebih

    dalam kita sebentar harus menjaga ekosistem yang ada dimana ular sawah

    pemakan tikus mulai jarang ditemukan dan burung mulai dipelihara dirumah

    sebagai ocehan. Pergeseran nilai makna terhadap upacara wiwit dikarenakan

    beberapa faktor dari kemajuan teknologi, masalah yang komplek dalam

    masyarakat petani.

    2. Tanggapan masyarakat terhadap Tradisi Wiwit dan Tingkeban di Desa

    Wonokerto Kecamatan Bancak

    Modernisasi dan pembangunan berasal dari paradigma yang sama

    yaitu fungsionalisme dan positivisme, serta menggunakan kerangka teoritis

    dan ideologis yang sama sebagaimana digunakan oleh modernisasi. Asumsi

  • 51

    dasar modernisasi dikaitkan dengan proses perubahan dari struktur yang

    disebut tradisional menuju modern (Fakih, 2000: 72). Bias lain dari

    modernisasi adalah metaphor pertumbuhan, dengan suatu filosofi bahwa

    modrnisasi dianggap sebagai tubuh atau organism yang senantiasa

    berkembang, yang seakan-akan secara linier bergerak dari masyarakat

    tradisional itu buruk dan harus diganti dengan yang modern.

    Modernisasi pada hakekatnya merupakan serangkaian perkembangan

    dan perubahan nilai-nilai dasar, meliputi nilai teori, nilai social, ekonomi,

    kekuasaan, atau politik, nilai estetika dan nilai agama.secara harafiah, kata

    modern berartisesuatu yang baru menggantikan sesuatu yang lama berlak