nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab...
TRANSCRIPT
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
KITAB AL-BARZANJI KARANGAN SYAIKH JA’FAR
AL-BARZANJI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
NURUL AMIRA
23010150233
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
KITAB AL-BARZANJI KARANGAN SYAIKH JA’FAR
AL-BARZANJI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
NURUL AMIRA
23010150233
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
أخلصناهم بخالصة ذكرى الدار انا
"Sesungguhnya kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingat (manusia) kepada
negeri akhirat".
(Q.S. Shad 38: 46)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi yang sederhana ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tersayang bapak dan ibu, bapak Jumingan dan ibu
Sutirah yang selalu mendoakan serta selalu mensuport penulis. Kakak
saya beserta suami, kakak Uswatun Khasanah dan bang Pika. Adek-adek
saya Siti Aminah dan Khusnul Khotimah. Kakang saya beserta istri dan
anak, Eko Susanto, mbak Nurmah dan Yahya Irsya Dillah.
2. Tak lupa orang yang spesial bagi saya setelah ibu bapak yakni Ahmad
Izuddin Lutfi beserta keluarga yang selalu memberikan suport kepada
penulis sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.
3. Abah Cholid Ulfi F, Abah As’ad Haris N.F, Abah Taufiqurrahman (Alm),
Ibunda Nyai.Fatichah Ulfah Dan Ibunda Khusnul Halimah serta segenap
keluarga besar kepengasuhan Yayasan Pondok Pesantren Putra-Putri Al-
Manar yang senantiasa memberikan tempat bagi saya dalam mencari
ilmu.
4. Dosen pembimbing skripsi ini bapak Muhammad Aji Nugroho, Lc,
M.Pd.I.
5. Dosen PA bapak Faizal Risdianto, S.S., M. Hum yang selama ini membimbing
penulis dalam mengurusi mata kuliah serta telah memberikan motivasi
terhadap penulis.
6. Teman-teman ku Umi Ulfiatun Afifah, Zulia Fitriani, Mbak Heni, Isti, Hani,
Mbak Diana, Hakim, Aniko, Emi, Liana, Erin, Tiyas, Puput, Salma, Novi,
Hilmi, dan Anam.
7. Teman-teman seperjuangan jurusan PAI angkatan 2015.
8. Semua yang telah memberikan doa beserta suport yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua yang selalu membantu,
menemani, memberikan semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
ix
x
Abstrak
Amira, Nurul. 2019. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Barzanji Karya
Syaikh Ja’far Al-Barzanji, Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dosen Pembimbing : Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I.
Kata kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak.
Kitab Al-Barzanji adalah kitab yang membahas akhlak Nabi Muhammad SAW
serta kehidupan Nabi Muhammad SAW. Menurut peneliti kitab ini bisa memperbaiki
nilai akhlak yang merosot pada saat ini, maka dari itu peneliti meneliti kitab Al-Barzanji.
Penelitian ini dilatar belakangi: a). Rendahnya kualitas akhlak seorang muslim yang
mengaku mencintai Nabi dan mengikuti Rasulullah., b). Stigma negatif terhadap kegiatan
berjanjen dianggap bid’ah atau melanggar syariat., c). Tingkat pemahaman terhadap isi
materi Al-Barzanji yang kurang sehingga tidak bisa melaksanakan isi di dalam kitab Al-
Barzanji. Peneliti ini mengkaji: pertama, nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-
Barzanji., kedua, relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Al-Barzanji dengan
pendidikan Islam yang bertujuan untuk: a). Mengetahui konsep dasar yang digambarkan
dalam kitab Al-Barzanji., b). Mengetahui isi kitab Al-Barzanji., c). Mengkaji stigma
negatif tentang tuduhan syirik atau menuhankan Nabi., d). Menumbuhkan rasa cinta
kepada Nabi Muhammad sebagai bentuk perintah Allah untuk mencintai Allah dan
utusan-Nya.
Metode yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian kepustakaan (library
research), yaitu: metode penelitian yang berdasarkan study kepustakaan, sedangkan
dalam menganalisis data, penulis menggunakan content analisis yang berorientasi
menilai isi muantan konten, dalam kajian peneliti, sumber yang diteliti adalah kitab
Al-Barzanji karangan Syaikh Ja’far Al-Barzanji sebagai sumber primer dan
kemudian dipadukan dengan sumber sekunder yang mendukung dengan judul skripsi
ini yaitu Al-Qur’an, Al-Hadits, kitab dan buku-buku lainnya.
Hasil peneliti ini adalah: 1). Perintah untuk menjaga keimanan dengan taat
pada perintah Allah dan menjauhi larangannya., 2). Berbakti kepada orang tua
dengan jalan menghormati, mematuhi, sebagai bagian dari mengharap ridho Allah.
3).Menjaga akhlak dalam setiap pergaulan yang dijalaninya diantaranya dalam
keluarga, kepada anak, istri, dan orang lain, dengan indikator sopan dalam bertutur
kata, berperilaku, dan amanah dalam setiap tugas yang diberikan. 4). Menjadikan
Rasul sebagai uswah khasanah (suri tauladan) dalam kehidupan sehari-hari, terutama
didalam bidang aqidah, syariah, ibadah, dan muamalah. Relevansi yang bisa diambil
dari nilai-nilai pendidikan akhlak didalam kitab ini dengan pendidikan Islam: 1).
Menjadikan perilaku Islam tidak berhenti pada ranah kognitif saja, namun juga
pada sisi afektif, dan psikomotorik., 2). Mencetak generasi insan kamil (pari purna)
karena pengetahuan yang dimiliki berbanding lurus dengan akhlak yang terpuji
(mahmudah) sebagaimana yang digambarkan dalam kitab Al-Barzanji.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO .................................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................... iv
PENGESAHAN PENGESAHAN .................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................................ vi
MOTTO ............................................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN .............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ix
ABSTRAK ......................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 10
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................................. 10
E. Kajian Pustaka ...................................................................................................... 12
F. Metode Penelitian .................................................................................................. 14
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 15
BAB II BIOGRAFI NASKAH
A. Nisbat Kitab Al-Barzanji ...................................................................................... 17
xii
B. Biografi Pengarang Kitab Al-Barzanji ............................................................... 19
1. Silsilah Dan Nama Lengkap Pengarang Kitab Al-Barzanji ................. 19
2. Riwayat Hidup Pengarang Kitab Al-Barzanji ....................................... 19
3. Pendidikan Syaikh Ja’far Al-Barzanji .................................................... 20
4. Pengabdian Syaikh Ja’far Al-Barzanji Semasa Hidupnya ................... 22
5. Karya-Karya Syaikh Ja’far Al-Barzanji ................................................ 23
BAB III DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH
A. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak ............................................................................. 28
B. Isi Kitab Al-Barzanji ............................................................................................ 33
1. Silsilah Nabi Muhammad Saw ................................................................. 33
2. Kejadian Luar Biasa ................................................................................. 34
3. Bersabar Ketika Dilanda Musibah .......................................................... 34
4. Bersikap Jujur (Shidiq) Dalam Penyampaian ....................................... 35
5. Bijaksana .................................................................................................... 35
6. Menyiarkan Agama Islam Dengan Terus Terang ................................. 36
7. Isro’ Mi’roj ................................................................................................ 36
8. Dakwah Rasulullah ................................................................................... 37
9. Nabi Pilihan Yang Sempurna .................................................................. 38
C. Pemikiran Syaikh Ja’far Al-Barzanji Tentang Pendidikan Akhlak ................ 39
1. Akhlak Terhadap Allah ............................................................................ 41
2. Akhlak Terhadap Orang Tua .................................................................. 44
3. Akhlak Terhadap Keluarga ..................................................................... 46
4. Akhlak Terhadap Anak ............................................................................ 47
5. Akhlak Terhadap Pergaulan .................................................................... 48
6. Akhlak Terhadap Rasulullah ................................................................... 48
7. Akhlak Memilih Guru Dan Lingkungan ................................................ 50
8. Akhlak Terhadap Diri Sendiri ................................................................. 50
BAB IV ANALISIS DISKRIPTIF KITAB AL-BARZANJI TENTANG
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
xiii
A. Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Barzanji .......................................... 54
B. Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Barzanji ................................................... 56
1. Akhlak Terhadap Allah Swt .................................................................... 56
2. Akhlak Terhadap Orang Tua .................................................................. 58
3. Akhlak Terhadap Keluarga ..................................................................... 60
4. Akhlak Terhadap Anak ............................................................................ 62
5. Akhlak Terhadap Pergaulan ................................................................... 64
6. Akhlak Terhadap Rasulullah Saw ........................................................... 66
7. Akhlak Dalam Mencari Pasangan ........................................................... 69
C. RELEVANSI NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-
BARZANJI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM ............................................ 78
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 83
B. SARAN ................................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Rasulullah SAW, diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak
manusia. Perilaku nabi Rasulullah SAW memberikan teladan dan
contoh akhlak yang mulia. Sebagaimana pada hadis yang berbunyi:
م إنما مكارم االخلق بعثت لتم yang berarti sesungguhnya Nabi diutus
untuk menyempurnakan akhlak (Shihab, 2005: 6). Oleh sebab itu,
akhlak merupakan bagian dari ajaran agama Islam, karena seseorang
dapat dikatakan berakhlak, apabila seseorang tersebut mendasarkan
prilakunya pada ajaran Islam, yang bersumber pada wahyu. Wahyu
Allah menunjukan kesadaran terhadap keberadaan Tuhan disetiap
saat, menyadari bahwa Tuhan mengetahui segala perbuatannya,
sehingga segala aktivitas hidupnya adalah untuk beribadah kepada
Allah. Keimanan dalam Islam, pada dasarnya merupakan kesadaran
untuk menjadi pribadi yang baik (Al-Ghazali, 2003:3).
Akhlak merupakan bagian dari ibadah. Seorang muslim
melakukan ibadah secara otomatis akhlak seorang muslim telah
berkembang, seperti melakukan rukun Islam. Berpegang teguh pada
syahadat, maksudnya seorang muslim telah berkomitmen untuk taat
kepada Allah. Implikasinya seorang muslim akan menunjukan
kejujuran, amanah dan sebagainya. Dengan shalat, seorang muslim
2
akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar, sederhana dan ramah
(Al-Ghazali, 2003: 1).
حس ف :قال م تكن فان ل اان ترا تعبد للا ان! قال: ان اخبرنى عن اال
فانه يراك ترا
Artinya:
“Jibril berkata: “ Beritahukan kepadaku tentangIhsan. Rasulullah
SAW menjawab, engkau beribadah kepada Allah seakan-akan
engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya,(yakinlah)
sesungguhnya Dia pasti melihatmu (Imam Nawawi, 2011: 22).
Dalam QS.Al-Ankabut 29: 45 yang dijelaskan yakni:
لة تنهى عن الفحشاء ا لة إن الص تل ما أوحي إلي من الكتاب وأقم الص
يعلم ما تصنعون ذار للا أابر وللا والمنكر ول
Artinya:
“Bacalah kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakan shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbutan) keji dan munkar. Dan (ketahuilah)
mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari
ibadah yang lainnya). Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Rasulullah adalah suri tauladan yang baik sehingga sangat patut
ditiru oleh umat Islam, sifat ke arifan, tawadu’, pemaaf, serta
menghormati orang lain lah yang paling utama dilakukan oleh
Rasulullah. Implikasinya seorang anak yang selalu menghormati
orang tuanya dimanapun dan kapanpun itu, sebab orang tua lah yang
selalu memberikan apapun untuk anaknya dengan cara yang halal.
3
Keluhuran akhlak Nabi SAW telah mendorong umatnya untuk
mengenang dan mengkaji kembali tentang kelahiran, perjuangan serta
akhlaknya. Dalam tradisi religious sebagian besar umat Islam di
dunia melakukan tradisi dalam rangka memperingati hari lahirnya
Rasulullah yang dikenal “Perayaan Maulid Nabi menggunakan kitab
Al-Barzanji”. Hal ini dilakukan bukan karena hanya untuk
memperingati hari lahirnya Nabi saja, umat Islam juga sekaligus
mengenal, mengenang, dan memuliakan Rasulullah yang sangat agung
serta sangat berjasa dalam menyebarkan agama Islam. Agar orang
muslim bisa mencontoh akhlak Nabi Muhammad, maka kita
dianjurkan untuk mempelajari kitab Al-Barzanji.
Al-Barzanji adalah sebuah karya tulis seni sastra (kitab) yang
memuat kehidupan Nabi Muhammad SAW. Tradisi membaca Al-
Barzanji dinamakan muludan atau diba’an. Muludan dan diba’an ini
biasanya hanya pembacaan Al- Barzanji, yang isinya tidak lain adalah
biografi dan sejarah kehidupan Rasulullah SAW. Bisa juga ditambah
dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti menampilkan kesenian
hadrah atau pengumuman hasil berbagai lomba, sedangkan puncaknya
acara ialah mau’izhah hasanah dari muballigh (Fattah, 2011: 293-294).
Kitab Al-Barzanji diambil dari nama pengarangnya, seorang sufi
yang bernama Syaikh Ja’far bin Husain bin Abdul Karim bin
Muhammad Al-Barzanji. Kitab Al-Barzanji adalah sebutan lain dari
kitab ‘Iqd Al-Jawahir (kalung permata) atau ‘Iqd Al-Jawhar fi
4
Mawlid An-Nabiyyil Azhar, sebuah karya tulis seni sastra yang
memuat kehidupan Nabi Muhammad SAW. Syaikh Ja’far Al-Barzanji
menjadi terkenal karena kumpulan syairnya yang menggambarkan
kecintaan Syaikh Ja’far Al-Barzanji pada Nabi melalu sejarah
kehidupanya Nabi Muhammad SAW.
Sebagai umat Nabi Muhammad SAW haruslah kita selalu
bershalawat untuk Nabi Muhammad karena itu semua adalah perintah
Allah SWT. Selbagaimana dijelaskan dalam QS. Ali-‘Imran, 3: 31 yang
berbunyi:
ففور اتبعوني يحببكم للا ف نتم تحبون للا ل إن ا ق ويففر لكم ننوبكم وللا
حيم ر
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.”
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Sebagai umat Islam, bukan saatnya umat Islam saling bertarung
dengan sesama saudara muslim, seharusnya umat Islam harus saling
membela, menguatkan, membantu dan mengisi kekurangan antara satu
dan yang lainnya.
Menurut Munawir Fattah (2011: 294-295) dalam bukunya Tradisi
Orang NU, amaliah ini berdasarkan pada hadis-hadis berikut:
ألقيامة عليه وسلم من عظم مولدى انت شفيعا له يوم ا قال صل ى للا
5
“Rasulullah bersabda: barangsiapa menghormati hari lahir
ku, tentu aku akan memberikan syafaat kepadanya dihari
kiamat”.
عليه وسلم فقد للا عنه من عظم مولد الن بي صلى ر رضي لل وقال عم
سلم ل ا ءاأحي
“Umar mengatakan: barang siapa menghormati hari
lahirnya Rasulullah sama artinya meghidupkan Islam”.
Adapun dalil Al-Qur’an yang menunjukan dasar untuk
bershalawat serta salam atas nabi Muhammad SAW, menurut Quraish
Sihab (2009: 507), terdapat dalam QS. Al-Ahzab 33: 56 berikut:
عليه وسلموا وملككته يصلون على النبي يا أيها الذين منوا صلواإن للا
اتسليم
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi.Wahai orang-orang yang beriman!, bershalawatlah kamu
untuk Nabi dan ucapkanlahsalam dengan penuh penghormatan
kepadanya”.
Menurut Muhammad Quraish Sihab (2009: 526) ayat dan perintah
Allah ini sungguh unik. Hal ini tidak ada satu perintahpun yang
diperintahkan Allah SWT, akan tetapi sebelum memerintahkan Allah
menyampaikan bahwa Dia (Allah) pun melakukan apa yang
diperintahkan-Nya itu. Tidak ada satu yang demikian, kecuali shalawat
kepada Nabi Muhammad SAW. Perintah Allah SWT kepada orang-
orang yang beriman ini yang sebelumnya menyatakan bahwa diri-
6
Nya dan para malaikat bershalawat, adalah untuk menggambarkan
bahwa penghuni langit dari para malaikat mengagungkan Nabi
Muhammad SAW, maka, hendaknya kaum muslimin penghuni bumi
mengagungkan beliau SAW pula.
Menurut ayat di atas seorang muslim bukan dituntut untuk tidak
merendahkan Nabi Muhmmad SAW, lebih dari itu dia dituntut
mengagungkan Nabi Muhmmad SAW dan mengakui jasa-jasanya,
karena kalau kita tidak mampu mengakui dan memberi penghormatan
kepada para tokoh, kepada siapa lagi penghormatan itu kita berikan?
Kalau kita enggan memberi hak-hak manusia agung, mungkinkah kita
bersedia memberi hak orang-orang kecil? Karena jasa dan
penghormatan Rasullah SAW serta atas dasar pemberian hak
penghormatan itulah sehingga Allah SWT, mencurahkan rahmat dan
para malaikat memohon magfiroh untuk Beliau serta menganjurkan
umat islam untuk menyampaikan shalawat dan salam sejahtera
kepada Nabi Muhammad dan segenap keluarga Beliau.
Perintah Allah ini juga diamalkan oleh Rasulullah SAW
walaupun ini berkaitan dengan diri Beliau. Putri yang paling mirip
wajahnya dengan beliau lagi paling dicintai beliau menginformasikan
bahwa Rasulullah, apabila masuk ke masjid beliau bershalawat dan
bersalam sambil berucap, رحمت ب فتح لى ابواننوبى و اللهم اففرلى
7
“Ya Allah, ampunilah dosaku dan bukakanlah bagiku pintu-pintu
Rahmat-Mu”.
Berdasarkan dalil Hadits dan Al-Qur’an di atas maka jelaslah
bahwa memperingati hari lahir Rasulullah SAW dan bershalawat
atas-Nya merupakan perkara yang sangat dianjurkan, maka dari itu
kita sebagai umat Nabi Muhammad harus senantiasa bershalawat
kepada beliau SAW dalam keadaan apapun dan selalu bergembira
ketika datang hari kelahiran beliau Nabi Muhammad SAW. Banyak
sekali cara untuk kita memperingati hari kelahiran Beliau SAW, salah
satunya yaitu memperingati hari kelahiran Beliau SAW, salah satunya
yaitu dengan cara membaca kitab Al-Barzanji baik secara individu
maupun berjamaah di masjid ataupun di mushola (Shihab, 2009: 527).
Perayaan maulid Nabi Muhammad SAW ini dianggap sangat
penting oleh umat Islam, selain untuk mengenang jasa-jasa Nabi
Muhammad dalam menyebarkan ajaran agama Islam, juga sebagai
upaya untuk menjadikan Nabi Muhammad suri tauladan yang baik.
Maulid Nabi biasanya dirayakan pada tanggal 12 rabi’ul-Awwal
(Jawa: Mulud) yang diyakini sebagian besar umat Islam sebagai hari
kelahiran Nabi SAW. Akan tetapi, ada juga yang
menyelenggarakannya diluar tanggal tersebut, yang penting masih
dalam bulan Rabi’ul-Awwal.
8
Warga nahdliyyin yang mempunyai tradisi tersendiri dalam
merayakan maulid Nabi, selain menggunakan tradisi pengajian akbar,
biasanya mereka juga membaca teks-teks puitis yang berisi sejarah
dan puji-pujian atas keutamaan Nabi Muhammad SAW. Teks-teks
puitis ini yang pada umumnya dibaca sejak tanggal 1 sampai 12
rabi’ul awwal, tetapi ada juga yang membacanya pada setiap malam
jumat dan malam senin sepanjang tahun.Teks-teks puitis yang dibaca
itu adalah kitab Maulid Ad-Diba’i, Maulid Syaraf Al-Anam, ataupun
Maulid Al-Barzanji, yang merupakan kutipan dari kitab ‘Iqd Al-
Jawahir karya Syaikh Ja’far ibn Hasan Al-Barzanji. Tampaknya, kitab
maulid yang disebut paling akhir inilah yang paling banyak dibaca
oleh umat Islam di Indonesia (Muthohar, 2011: 1-4).
Memperingati hari lahir Nabi sangat lekat dengan kehidupan
warga NU. Hari Senin, 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihafal luar
kepala oleh anak-anak warga NU. Acara yang terdapat dalam
peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan diselenggarakan
sampai hari-hari bulan Rabi’ As-Tsany (Bakdo Mulud). Biasanya, ada
yang hanya mengirimkan masakan-masakan sepesial untuk dikirimkan
ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan
acara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar
seperti yang diselenggarakan di mushola dan masjid-masjid, bahkan
ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri
puluhan ratusan bahkan ribuan umat Islam.
9
Hal yang sangat disayangkan dalam upacara pembacaan kitab Al-
Barzanji, pada realita yang berjalan banyak sebagian besar umat
muslim yang turut hadir acara diba’an tidak mengetahui nilai-nilai
pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Al-Barzanji. Padahal
di dalam kitab Al-Barzanji terdapat nilai-nilai pendidikan akhlak
yang dapat dijadikan rujukan bagi umat Islam, agar umat muslim
yang ikut andil dalam acara pembacaan kitab Al-Barzanji tersebut
dapat dengan mudah mengambil nilai-nilai pendidikan akhlak yang
ada di dalam kitab Al-Barzanji tersebut dan dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, penulis berinisiatif untuk melakukan
suatu penelitian terhadap Karya Syaikh Ja’far Al-Barzanji ini dengan
judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-
BARZANJI KARANGAN SYAIKH JA’FAR AL-BARZANJI”.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas, akhirnya penulis merumuskan
permasalahan dalam beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung
dalam kitab Al-Barzanji karya Syaikh Ja’far Al-Barzanji?.
2. Bagaimana relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang
terkandung dalam kitab Al-Barzanji karya Syaikh Ja’far Al-
Barjanji dengan pendidikan Islam?.
10
C. Tujuan Penelitian.
1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung
dalam kitab Al-Barzanji karya Syaikh Ja’far Al-Barzanji.
2. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak yang
terkandung dalam kitab Al-Barzanji karya Syaikh Ja’far Al-
Barzanji dengan pendidikan Islam.
D. Kegunaan Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
dalam upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan pembenahan akhlak
yang pada era sekarang ini sangat jauh dari ajaran Islam. Kegunaan
dari penelitian ini dapat dikemukakan dua bagian:
1. Manfaat teoretis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis, berupa pengetahuan tentang nilai-nilai
pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Al-Barzanji
serta bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran bagi dunia
pendididkan khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
2. Manfaat praktis.
a. Bagi penulis.
Penelitian ini merupakan salah bentuk pelatihan bagi
peneliti dalam menganalisis isi kandungan khususnya nilai-
nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Al-
Barzanji untuk dijadikan salah satu karya ilmiah.
11
Menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai
nilai pendidikan untuk selanjutnya dijadikan sebagai
pedoman dalam kehidupan sehari-hari supaya bisa
meneladani akhlaknya Rasulullah yakni menjadi suri
tauladan yang baik.
b. Bagi Akademis.
1. Sebagai referensi dalam ilmu pendidikan terutama ilmu
pendidikan Islam. Sehingga dapat memperkaya dan
menambah wawasan dibidang tersebut khususnya dan
bidang Ilmu pengetahuan yang lain pada umumnya.
Skripsi ini juga bisa dijadikan bahan acuan bagi para
remaja muslim yang cinta dengan Nabi Muhammad
SAW dan senang dengan kegiatan berjanjian.
2. Dengan penelitian ini dapat menambah wawasan atau
pelajaran mengenai nilai pendidikan akhlak yang terdapat
dalam kitab Al-Barzanji sehingga mengetahui betapa
pentingnya pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengetahui akhlak di dalam kitab Al-Barzanji,
maka setiap orang berusaha memperbaiki diri agar selalu
meningkatkan mutu dan kualitas diri dalam kehidupan
sehari-hari untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Dengan demikian setiap individu dalam keadaan tertentu dapat
mengambil pelajaran disetiap aktivitasnya. Kemudian akan menjadikan
12
pribadi berfikir matang sebelum melakukan suatu tindakan dan
menentukannya kejalan yang benar serta mengurangi tingkat
kesalahan, baik itu merugikan diri sendiri, kelompok, maupun orang
lain serta menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
E. Kajian Pustaka.
Setelah melakukan pencarian tentang pembahasan nilai-nilai
pendidikan akhlak, penulis menemukan skripsi yang mempunyai
kesamaan atau relevansi pembahasan dengan skripsi yang dilakukan oleh
penulis, yaitu:
1. Skripsi dengan penulis Ali Ashadi mahasiswa jurusan pendidikan
agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2019
yang berjudul ”Nilai-Nilai Akhlak Dalam Kitab Al-Barzanji karya
Syaikh Ja’far Al-Barzanji”. Kejayaan seseorang terletak pada
akhlaknya, akhlak yang baik selalu membuat seseorang
disekitarnya menjadi tenang, aman, dan terhindar dari perbuatan
tercela. Seorang yang berakhlak buruk menjadi sorotan bagi
sesamanya, keluarga, masyarakat dan negara.
2. Skripsi dengan penulis Muhammad Miftahuddin mahasiswa jurusan
pendidikan agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga
tahun 2016 yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Moral Menurut
Syaikh Ja’far Al-Barzanji (study kasus tentang kitab Al-Barzanji”.
Nilai-Nilai Pendidikan Moral yang terkandung dalam kitab Al-
Barzanji karya Syaikh Ja’far Al-Barzanji adalah sebagai berikut:
13
kanaah, pemalu, tawaduk, mendamaikan orang yang bersengketa,
pemaaf, marah karena allah, berbicara seperlunya.
3. Penelitian saya tentang “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam
Kitab Al-Barzanji Karangan Syaikh Ja’far Al-Barzanji” adalah
pendidikan akhlak dalam kitab Al-Barzanji ini sesuai dengan
pendidikan akhlak secara umum. Kitab Al-Barzanji adalah sebuah
karya yang lahir karena wujud kecintaan Syaikh Ja’far Al-Barzanji
terhadap baginda Rasulullah SAW dan dibaca dalam majlis-majlis
sebagai wujud kecintaannya terhadap Beliau yang mengandung
pendidikan akhlak diantaranya: akhlak terhadap Allah, akhlak
terhadap Rasulullah, akhlak terhadap makhluk yang meliputi: akhlak
dalam pergaulan, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap orang
tua, akhlak terhadap anak, akhlak mencari pasangan hidup.
Pendidikan akhlak sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan penelitian saya terdapat
perbedaan dan persamaan. Persamaannya peneliti kita sama-sama
meneliti tentang kitab Al-Barzanji. Sedangkan perbedaannya adalah
peneliti saya meneliti tentang isi Al-Barzanji tetapi peneliti terdahulu
meneliti tentang study kasus dan meneliti tentang kegiatan maulid Nabi
(berjanjen).
14
F. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian .
Jenis penelitian adalah penelitian kepustakaan (library research),
metode pengumpulan data dilalkukan dengan konten analisis kitab
Al-Barzanji dan kemudian dipadukan dengan sumber-sumber yang
mendukung, karena sumber-sumber tersebut adalah hasil karya tulis
hasil pemikiran kemudian dikumpulkan untuk dimasukan kedalam
penelitian ini (Muhyar Fanani, 2010: 11).
2. Sumber Data.
Karena jenis penelitian kepustakaan (library research), maka
data yang diperoleh bersumber literature. Adapun referensi yang
menjadi sumber data primer adalah kitab Al-Barzanji Majmu’
Semarang yang sering dipakai masyarakat umum dalam
pembacaan Al-Barzanji. Disamping itu juga didukung dengan
sumber-sumber lain yakni Al-Qur’an, Hadits, dan buku-buku yang
dapat menyempurnakan skripsi ini.
3. Analisi data-data.
Analisis data yang dilakukan conten analisis setelah proses
pengumpulan data selesai. Di awali dengan reduksi (seleksi data
dan buku-buku serta kitab) yang relevan lainnya supaya
mendapatkan informasi atau data yang lebih fakus pada rumusan
persoalan yang dibahas oleh peneliti. Setelah itu disusul dengan
proses deskripsi yakni mengumpulkan data, maka dilakukan
15
penelaah secara sistematis dalam hubungannya dengan masalah
yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan
penelitian (Muhyar Fanani, 2010: 12).
G. Sistematika Penulisan.
Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah
sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini
menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari
maksud penulisan skripsi ini.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan menguraikan tentang: Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Kajian Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan sebagai
gambaran awal dalam memahami skripi ini.
BAB II : Biografi Naskah yang memuat: Biografi Kitab Al-
Barzanji, Biografi Syaikh Ja’far Al-Barzanji, Karya-Karyanya, isi Kitab
Al-Barzanji.
BAB III : Deskrpsi Anatomi Muatan Naskah yang memuat: Nilai-
Nilai Pendidikan akhlak, Isi kitab Al-Barzanji, Pemikiran Syaikh Ja’far
Al-Barzanji Tentang Pendidikan Akhlak.
BAB IV : Analisis Diskriptif Kitab Al-Barzanji Tentang Nilai-Nilai
Pendidikan Islam: Nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab Al-Barzanji,
Nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab Al-Barzanji dan Relevansinya.
16
BAB V : Penutup, mengakhiri penulisan skripsi pada bab ke V
akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-
saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subjek
penelitian.
17
BAB II
BIOGRAFI NASKAH
A. Nisbat Kitab Al-Barzanji.
Nama Al-Barzanji diambil dari tempat asal keturunannya yakni
daerah Barzinj (Kurdistan). Nama tersebut menjadi popular didunia
Islam pada tahun 1920 ketika Syaikh Ja’far Al-Barzanji memimpin
pemberontak Nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu
menguasai Irak (Aziz, 2001: 241). Kitab Al-Barzanji ditulis dengan
tujuan untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad
SAW dan agar umat Islam meneladani kepribadianya, sehingga kita
menjadikan orang yang mampu memahami dan diharapkan bisa
meneladani sifat-sifat, prilaku, serta Akhlak Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Ahzab 33: 21 yang berbunyi:
ليوم الخر وانة لمن اان يرجو للا أسوة حس د اان لكم في رسول للا لق
اثيرا ونار للا
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah Suri Teladan
dan yang Baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak meng-ingat Allah”.
Dalil yang menjelaskan tentang pentingnya menyanjungkan Nabi
Muhammad SAW dalam QS. Al-A’raf 7: 157 yang berbunyi:
18
ي ال سول النبي الم ذي يجدونه مكتوبا عندهم في التوراة الذين يتبعون الر
م والنجيل يأمرهم بالمعروف وينهاهم عن المنكر ويحل لهم الطيبات ويحر
هم فالذين منوا عليهم الخبآكث ويضع عنهم إصرهم والفلل التي اانت علي
رو ونصرو واتبعوا النور الذي أنزل معه أولـئ هم المفلحون به وعز
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang Ummi (tidak
bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis didalam
taurat dan injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka
berbuat yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, dan yang
menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan
segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban
dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-
orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepada (Al-
Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Dalam ayat tersebut dinyatakan dengan tegas bahwa orang yang
memuliakan Nabi Muhammad SAW adalah orang yang beruntung.
Merayakan Maulid Nabi termasuk dalam rangka memuliakannya. Ayat
di atas sangat umum dan luas. Artinya, apa saja yang dikerjakan
kalau diniatkan untuk memuliakan Nabi maka akan mendapat pahala.
Yang dikecualikan ialah kalau memuliakan Nabi dengan suatu yang
setelah nyata haramnya dilarang oleh Nabi seperti merayakan Maulid
Nabi dengan judi, mabuk-mabukan dan lainnya (Sirajudin Abbas, 2004:
183-184).
Syaikh Ja’far Al-Barzanji adalah pengarang kitab Maulid yang
termashur dan terkenal dengan nama Maulid Al-Barzanji. Sebagaian
19
ulama menyatakan nama karangannya tersebut dengan ‘Iqd Al-Jawhar
Fi Maulid An-Nabiyyil Azhar. Kitab Maulid karangan beliau ini
termasuk salah satu kitab Maulid yang paling popular dan paling
luas tersebar ke pelosok Negeri Arab dan Islam baik di timur dan di
barat (Muhyiddin dan Abdusshomad, 2004: 299).
B. Biografi Pengarang Kitab Al-Barzanji.
1. Silsilah Dan Nama Lengkap Pengarang Kitab Al-Barzanji.
Syaikh Ja’far Al-Barzanji ibn Abdul Karim ibn Muhammad
ibn Sayid Rasul ibn Abdul Syed ibn Abdul Rasul ibn Qalandar
ibn Abdul Syed ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim
ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn
Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam
Ja’far As-sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam
Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain anak dari Sayidina Ali r.a
dan Sayidatina Fatimah binti Rasulullah SAW (Azyumardi dan
Azra, 2007: 109).
2. Riwayat Hidup Pengarang Kitab Al-Barzanji.
Syaikh Ja’far Al-Barzanji lahir di Madinah Al-Munawaroh
pada hari kamis awal bulan Dzulhijjah tahun 1126 H (1690 M).
Al-‘Alamah Al-Muhaddits Al-Musnid As-Sayyid Ja’far bin Hasan
Al-Barzanji adalah Mufti Asy-Syafi’iyah dikota Madinah Al-
Munawarah. Banyak perbedaan tentang tahun wafatnya Beliau,
sebagian menyebut Beliau telah kembali ke rahmatullah pada hari
20
selasa, setelah asar 4 Sya’ban tahun 1177 H. Imam Az-Zubaidi
dalam “Mu’jam Al-Mukhtash” menulis bahwa Syaikh Ja’far Al-
Barzanji wafat tahun 1184 H, Dimana Imam Az-Zubaidi pernah
berjumpa dengan Syaikh Ja’far Al-Barzanji dan menghadiri majelis
pengajiannya di Masjid Nabawi yang mulia.
Pendapat lain mengatakan bahwasannya Beliau Syaikh Ja’far
Al-Barzanji lahir di Madinah tahun (1103-1180 H/1690-1766 M). M.
Mufti Syafi’i Madinah dan khatib Masjid Nabawi di Madinah.
Dimana seluruh hidupnya dipersembahkan untuk kota suci Nabi
ini. Jasad Syaikh Ja’far Al-Barzanji dimakamkan di Baqi’ bersama
keluarga Rasulullah. Syaikh Ja’far Al-Barzanji menghabiskan
seluruh usianya di Madinah (Azyumardi dan Azra, 2007: 109).
Dari dua perbedaan pendapat tentang tahun wafatnya Syaikh
Ja’far Al-Barzanji, penulis dapat menyimpulkan bahwasanya banyak
ulama’ yang mengemukakan Beliau Syaikh Ja’far Al-Barzanji
wafat pada tahun 1180 H (1766 M).
3. Pendidikan Pengarang Kitab Al-Barzanji.
Syaikh Ja’far Al-Barzanji hidup dilingkungan yang sangat
bagus. Kegigiha Syaikh Ja’far Al-Barzanji menuntut ilmu semasa
kecilnya yakni Syaikh Ja’far Al-Barzanji telah belajar Al-Qur’an
dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar tajwid serta memperbaiki
bacaan dengan Syaikh Yusuf As-Su’udi dan Syaikh Syamsudin Al-
21
Misri. Kemudian Syaikh Ja’far Al-Barzanji melanjutkan untuk
mencari ilmu-ilmu akal (logika) dan ilmu-ilmu naqli (riwayah)
kepada beberapa guru yang merupakan ulama di Masjid Nabawi
sehingga Syaikh Ja’far Al-Barzanji bisa menguasai banyak ilmu
bahkan dikatakan lebih mendalam dari pada guru-gurunya. diantara
guru-guru Syaikh Ja’far Al-Barzanji dalam ilmu agama dan syariat:
Syaikh Abdul Kari Haidar AL-Barzanji, Syaikh Yusuf Al-Kurdi,
Syaikh Athiyatullah Al-Hindi (Al-Muhaddits Al-‘Alim, 2005: 99).
Syaikh Ja’far Al-Barzanji kemudian berhijrah dan menetap di
Makkah selama lima tahun. Disana Beliau belajar kepada para
ulama terkenal, diantaranya: Syaikh Athaallah Ibn Ahmad Al-
Azhari, Syaikh Abdul Wahab At-Tanthowi Al-Ahmadi, Syaikh
Ahmad Al-Asybuli (Al-Muhaddits Al-‘Alim, 2005: 99).
Menurut Al-Muhaddits (2005: 99) Syaikh Ja’far juga telah di
ijazahkan oleh sebagian ulama, diantaranya: Syaikh Muhammad At-
Thotib Al-Fasi, Sayyid Muhammad Al-Thobari, Syaikh Muhammad
Ibn Hasan Al-A’jimi, Sayyid Musthofa Al-Bakri, dan Syaikh
Abdullah As-Syubrawi Al-Misri (Al-Muhaddits Al-‘Alim, 2005: 99).
Ilmu-ilmu yang dikuasai Syaikh Ja’far Al-Barzanji telah
menguasai banyak cabang ilmu, diantaranya: Shorof, Nahwu, Mantiq,
Ma’ani, Bayan, Adab, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Sirah
Qiraat, Suluk, Tasawwuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah. Menurut
22
Muhammad Tsabit dalam bukunya Taarikhul Ihtifaal An-Naby
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam Wa Madhaahirihu Fii Al-‘Aalam
(2013: 145), karangan Imam Ja’far Al-Barzanji yang paling terkenal
secara umum yaitu kitab Maulid yang beliau tulis dengan “Iqd Al-
Jawahir Fi Mawlidi Al-Nabii Al-Azhar” yaitu kitab Maulid yang
dibaca oleh orang-orang muslim diberbagai penjuru dunia yang
mana sangat sulit mencari kitab yang tingkatanya menyamai kitab
itu kecuali kitab Maulid Al-Habsyii.
4. Pengabdian Pengarang Kitab Al-Barzanji Semasa Hidupnya.
Syaikh Ja’far Al-Barzanji memberikan pelajaran di Masjid
Nabawi pada saat umurnya baru tiga puluh satu tahun yaitu pada
tahun 1159 H. Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga seorang Imam, Guru
Besar di Masjid Nabawi serta merupakan satu diantara pembaharu
Islam di abad XII (Miridi, 1988: 9). Syaikh Ja’far Al-Barzanji
mengajarkan tentang Hadis, Tafsir, Fiqih, Ushul Fiqih, Hukum,
Sejarah Rasulullah, Nahwu Shorof, Mantiq, Ilmu Ma’ani, Ilmu
Bayan, Ilmu Badi’, Ilmu Faraiq, Ilmu Tulis Menulis, Ilmu Berhitung,
Filsafat, Ilmu Hikmah, Ilmu Social, Teknologi atau Pembangunan
dan Ilmu Bahasa.
Beliau Syaikh Ja’far Al-Barzanji adalah orang yang sangat
luas pandanganya dalam berbagai macam ilmu yaitu Syaikh Ja’far
Al-Barzanji sangat pandai berdebat, bermusyawarah, mengetahui
23
banyak bahasa, dan masyarakat pun mengetahui tentang
keilmuannya. Dengan ketenaran tentang kepandaian Syaikh Ja’far
Al-Barzanji, sehingga masyarakat berkumpul untuk belajar
kepadanya. Dan Syaikh Ja’far Al-Barzanji termasuk ulama yang
berfatwa di Madinah terhadap semua mazhab (Tsabit, 2013: 143-
144).
Dari biografi di atas dapat disimpulkan bahwa Beliau Syaikh
Ja’far Al-Barzanji adalah orang yang sangat luas pandanganya
dalam berbagai macam ilmu selain pelajaran yaitu Syaikh Ja’far
Al-Barzanji sangat pandai berdebat, bermusyawarah, berpandangan,
mengetahui banyak bahasa, dan masyarakat pun mengetahui tentang
keilmuannya. Selain itu Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga memiliki
nasab yang sangat mulia, memiliki keutamaan ilmu, ahli ibadah,
ahli fatwa, serta Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga sosok yang
memiliki kewaraan akan hausnya ilmu, Syaikh Ja’far Al-Barzanji
mempunyai ilmu yang sangat tinggi walaupun Syaikh Ja’far Al-
Barzanji wafat dalam keadaan masih muda. Nama Al-Barzanji
sebenarnya diambil dari tempat asal keturunannya Syaikh Ja’far
Al-Barzanji yakni daerah Barzij (Kurdistan).
5. Karya-karya Pengarang Kitab Al-Barzanji.
Imam Ja’far Al-Barzanji mengarang beberapa kitab yang
sangat bermanfaat diantaranya Syawahid Al-Ghufran ‘Ala Jaliy Al-
24
Ahzan Fi Fadhail Ramadhan, Mashabihul Ghurur ‘Ala Jaliyyil
Qadr, Dan Taj Al-Ibtihaj ‘Ala Dhau’ Al-Wahhaj Fi Al-Isra’ Wa
Al-Mi’raj. Syaikh Ja’far Al-Barzanji menulis kitab manaqib yang
menceritakan perjalanan hidup Syaikh Ja’far Al-Barzanji dalam
kitabnya Ar-Raudh Al-Athar Fi Manaqib As-Sayyid Ja’far.
Kesufian Al-Barzanji nampak ketika Beliau Syaikh Ja’far Al-
Barzanji ungkapkan bahwa penulisan manaqib juga dimaksudkan
untuk mendapatkan turunnya keberkahan dari langit, dan
mengundang pula turunnya kemurahan sang Hadrat Al–Arsy (Allah
SWT) (Muhammad Sholikin, 2009: 60).
Selain kitab-kitab maulid tersebut, Syaikh Ja’far Al-Barzanji
juga menulis kitab risalah yang dinamakan “Jaliyah Al-Karbi Bin
Ashabi Sayyid Al-Karbi Wa Al-Ajm” yang mana dalam kitab
tersebut ditulis didalamnya tentang nama-nama para ahli badar dan
para ahli perang uhud. Selain itu Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga
mengarang kitab manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, dengan
tujuan memperkenalkan substansi amalan, ajaran, dan fatwa Al-
Jailani, yang diperuntukan bagi para pengikut dan masyarakat
kebanyakan. Penulis kitab tersebut didasarkan pada penuturan para
ulama tarekat Qadariyah, dengan semangat rasa cinta penulisannya
mencoba untuk membeberkan keteladanan Syaikh Abdul Qadir Al-
Jailani kepada masyarakat umum (Murodi, 1988: 9).
25
Menurut Muhammad Kholid Tsabit dalam bukunya Taarikhul
Ihtifaal Bi Maulidi An-Naby Shalallahu Alaihi Wassalam Wa
Madhaahirihu Fii Al-‘Alam (2013:144-145) Imam Ja’far Al-Barzanji
juga mempunyai beberapa kitab diantaranya: Mukhtasharu Al-
Dhaw-A Al-Wahaaj Fi Qishati Al-Israa-A Wa Al-Mi’raaj, Al-
Ghusnu Al-Wardii Fi Akhbaari Al-Sayid Al-Mahdii, Al-Nafhu Al-
Fajri Fi Al-Fathi Al-Jatatijii, Ithaafu Al-Baraayaa Lo’idati Al-
Ghazawaat Wa Al-Sarayaa, Idhaa-Atu Al-Daraarii Li-Irsyaadu Al-
Syaarii ‘Ala Shahihi Al-Bukhaarii, Al-Rawdhu Al-Ma’thaar Fimaa
Lisayid Muhammad Bin Rasuuli Al-Barzanji yang merupakan kitab
terjemah.
Ilmu-ilmu yang dikuasai Syaikh Ja’far Al-Barzanji telah
menguasai banyak cabang ilmu, diantaranya: Shorof, Nahwu, Mantiq,
Ma’ani, Bayan, Adab, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Sirah
Qiraat, Suluk, Tasawwuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah. Menurut
Muhammad Tsabit dalam bukunya Taarikhul Ihtifaal An-Naby
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam Wa Madhaahirihu Fii Al-‘Aalam
(2013: 145), karangan Imam Ja’far Al-Barzanji yang paling terkenal
secara umum yaitu kitab Maulid yang beliau tulis dengan “Iqd Al-
Jawahir Fi Mawlidi Al-Nabii Al-Azhar” yaitu kitab Maulid yang
dibaca oleh orang-orang muslim diberbagai penjuru dunia yang
mana sangat sulit mencari kitab yang tingkatanya menyamai kitab
itu kecuali kitab Maulid Al-Habsyii.
26
Setiap tulisan yang dihasilkan oleh Syaikh Ja’far Al-Barzanji
bukanlah sekedar tulisan biasa, melainkan tulisan yang lahir dari
hati yang ikhlas kepada Allah SWT, tulisan yang mempunyai nilai
tarbiyah yang sangat tinggi. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa
Syaikh Ja’far Al-Barzanji adalah seorang ulama yang sangat
dikagumi dari sudut perjuangan dan tulisannya, apa yang ditulis
menggambarkan pribadinya yang sangat luhur dan murni. Di dalam
kitab Al-Barzanji dilukiskan riwayat hidup Nabi SAW dengan
bahasa yang indah, berbentuk puisi serta prosa dan kasidah yang
sangat menarik perhatian orang yang membaca (Sayyid Ja’far Ibn
Al-Barzanji, 1899: 647-650).
Dalam Ensiklopedi Islam (1994: 242) diterangkan bahwa kitab
Al-Barzanji yang merupakan teks yang sering dihafalkan dan
oleh beberapa ulama di Indonesia telah dikomentari dalam bahasa
Jawa, Arab, Indonesia antara lain:
1. Muhammad Nadzir di dalam kitab Al-Qoul Al-Munji ‘Ala
Ma’ani Al-Barzanji (Ucapan Yang Menyelamatkan dalam
Makna-Makna Al-Barzanji), terjemahan atau komentar bahasa
Jawa, diterbitkan Sa’ad bin Nashir bin Habhan, Surabaya.
2. Asrari Ahmad di dalam kitab Munyat Ak-Martaji Fi
Tarjamah Mauild Al-Barzanji (Harapan Bagi Pengharap
Dalam Riwayat Hidup Nabi dalam Al-Barzanji). Terjemah
atau komentar dalam bahasa Jawa diterbitkan Menara Kudus.
27
3. Abdul Ahmad Abdul-Hamid Al-Kandali/Kendal di dalam
kitab Sabil Al-Munji (Jalan Bagi Penyelamat), terjemahan atau
komentar dalam bahasa Jawa diterbitkan oleh Menara Kudus.
4. Nawawi Al-Bantani (1813-1897) di dalam kitab Madarij As-
Su’ud Ila Iktisa’ Al-Burud (Jalan Naik Untuk Memakai Kain
Yang Bagus), komentar atau terjemahan dalam bahasa Arab
diterbitkan beberapa kali.
5. Ahmad Subki Masyhadi di dalam kitab Nur Al-Lail Ad-Daji
Wa Miftah bab Al-Yasar (Cahaya di Malam Gelap dan Kunci
Pintu Kemuliaan), Terjemahan atau komentar dalam bahasa
Jawa diterbitkan Hasan Attas Pekalongan
6. M. Mizan Asrani Muhammad di dalam kitab Badr Ad-Daji
Fi Tarjamah Maulid Al-barzanji (Purrnama Gelap Gulita
Dalam Sejarah Nabi yang ditulis Al-Barzanji), terjemahan atau
komentar bahasa Indonesia diterbitkan karya Utama Surabaya
(Ensiklopedi, 1994: 242).
Jika kita lihat dari banyaknya ulama Indonesia yang
menghafal kitab Al-Barzanji, maka tidak bisa diragukan lagi
kemasyhuran kitab Al-Barzanji serta tidak ada larangan dalam
Islam ketika kita umat Islam membaca Al-Barzanji ini karena di
dalam kitab Al-Barzanji ini isinya menceritakan silsilah Nabi
sebagai Suri Tauladan yang Baik.
28
BAB III
DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH
A. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak
Didalam (KBBI: 690) Nilai adalah sifat-sifat yang berguna bagi
kemanusiaan. Nilai juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat
memberikan manfaat, sesuatu yang terdapat unsur lebih dari pemikiran
manusia dan apabila direalisasikan akan membawa suatu kebaikan
dan kehidupan manusia. Dalam praktiknya nilai ideal akan
memberikan arah pada nilai kejujuran, kesetian, serta kebijaksanaan
(Poerbakawatja, 1982: 339).
Menurut Spranger nilai diartikan sebagai suatu taatan yang
dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu (Asrori, 2008: 153).
Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau
kelompok sosial untuk memnuat keputusan mengenai apa yang
dibutuhkan atau sebagai sesuatu yang ingin dicapai. Secara dinamis,
nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan
diinternalisasikan oleh individu ke dalam dirinya serta diterima
sebagai milik bersama dengan kelompoknya. Nilai merupakan standar
konseptual yang relatif stabil yang secara eksplisit atau implisit
membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai
29
serta aktivitas dalam memenuhi kebutuhan psikologis (Asrori, 2008:
153).
Pendidikan adalah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk
mendatangkan perubahan sikap dan prilaku seseorang melalui
pengajaran dan pelatihan (Ensiklopesdi, 1990: 365). Dalam bahasa
Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki
moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006: 19). Artinya pendidikan
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Al-Qur’an juga menjelaskan tentang pendidikan dalam (QS. Al-
Baqarah 2:31) yang berbunyi:
اء هئلءان ة فقال انبئني باسم كك وعلم ادم االسماء الها ثم عرضهم على المل
تم صدقين ان
Artinya:
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya,
kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya
berfirman, “sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini jika
kamu yang benar.”
Pendidikan adalah perbaikan, perawatan, dan pengurusan terhadap
pihak yang di didik dengan menggabungkan unsur-unsur pendidikan
di dalam jiwa, sehingga ia menjadi matang dn mencapai tingkat
sempurna yang sesuai dengan tingkat kemampuan (Ali Abdul Halim,
2004: 23).
30
Pendidikan bagi kaum muslimin merupakan hal yang wajib,
sebagaimana dikatakan Imam Ghozali bahwa mendidik anak adalah
suatu kewajiban bagi kedua orang tuanya, sebab anak adalah amanah
bagi kedua orang tuanya, hati anak yang bersih itu merupakan hal
yang paling berharga dibanding berlian, karena anak yang dididik dan
terbiasa berbudi baik dan ia menjadi ahli kebaikan, maka orang yang
mendidik dan kedua orang tuanya dapat pahala dari amal yang akan
dikerjakan oleh anak terebut (Al-Ghalayaini, 2009: 70).
Mendidik anak adalah menanam pekerti yang baik dihatinya para
pemuda, sehingga dapat menciptakan generasi yang ikhlas beramal,
lebih mementingkan masalah umat, dan akan menjadikan negara yang
makmur dan diridhoi oleh Allah SWT (Al-Ghalayaini, 2009: 70).
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu Jaama’ dari kata
“khulukun” yang artinya dengan budi pekerti, perangai, adab, tingkah
laku, tata krama, sopan santun, dan tindakan. Kata Akhlak juga berasal
dari kata “khalaqa” atau “khalqun” yang artinya kejadian serta erta
hubungannya dengan “khaliq”, artinya menciptakan, tindakan atau
perbuatan, sebagaimana terdapat kata”Al-Khaliq” artinya pencipta, dan
“mahluq” yang berarti diciptakan (Saebani, 2010: 13).
Ibnu Maskawih dalam Saebani (2010: 14) berpendapat bahwa
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlikan pemikiran dan pertimbangan.
31
Sedangkan menurut Al-Ghazali mengatakan bahwa Akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gamblang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
Di kutip oleh Abudin Nata dalam buku Akhlak Tasawuf dengan
mendenifikasikan akhlak sebagai keadaan dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Artinya bahwa perbuatan itu dilakukan
dengan reflex dan spontan tanpa dipikirkan terlebih dahulu, jika sifat
yang tertanam itu darinya muncul perbuatan-perbuatan terpuji
menurut rasio dalam syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak
terpuji (baik) sedangkan jika yang terlahir perbuatan-perbuatan buruk,
maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak tercela (buruk) (Tafsir,
2008: 24 ).
Rasulullah SAW, sebagai utusan yang menyempurnakan akhlak
manusia, karena Nabi semasa hidupnya penuh akhlak-akhlak yang
mulia dan sifat-sifat yang baik. Para sahabat dan keluarga menjadikan
perjalanan Nabi Muhammad SAW, sebagai pelita untuk menyiarkan
ajaran agama Islam. Hal ini digambarkan oleh Allah SWT didalam
QS. Al-Qalam 68: 4 yang berbunyi:
32
ى خلق عظيم وإن لعل
Artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
baik.”
Rasulullah adalah perumpamaan Al-Qur’an yang berjalan, karena
perilaku, perkataan dan kehidupan kesehariannya mencerminkan apa
yang diajarkan di dalam Al-Qur’an. Dalam syiar Islam Rasulullah
mengutamakan memberikan contoh nyata melalui perilaku-perilaku
Rasulullah disetiap harinya. Walaupun Rasulullah dicaci maki
dicemooh, dihina, dan bahkan nyawanya terancam oleh orang-orang
kafir, tetapi Rasulullah membalas perbuatan tersebut dengan budi
pekerti yang luhur tiada rasa dendam, marah, putus asa, justru Nabi
membalas dengan hal kebaikan dan ternyata perbuatan itu dapat
mengalahkan mereka, dan akhirnya mereka orang-orang kafir
berbondong-bondong masuk Islam tanpa adanya ajakan secara
langsung (Hermawan, 2015: 32).
Pendidikan Akhlak adalah usaha secara sadar membiasakan diri
dari suatu kehendak dalam wujud perbuatan yang mengarahkan
seseorang kearah kesempurnaan dalam berprilaku terpuji dengan
tanpa adanya suatu pencernaan. Artinya bahwa dalam mewujudkan
diri seseorang menjadi prilaku yang berakhlak berawal dari keinginan
mengimplementasikan kehendak-kehendak yang ada didalam hati
dalam bentuk perbuatan meskipun masih terdapat perencanaan.
33
Jadi dapat penulis simpulkan, Nilai Pendidikan Akhlak adalah
suatu usaha mengembangkan diri sesuai kebutuhan yang diyakini
benar oleh seseorang atau kelompok sehingga menjadi kebiasaan
yang terbentuk dengan sendirinya tanpa dipikirkan dan tanpa
direncanakan terlebih dahulu (spontan). Dengan demikian akan tercapai
tatanan kehidupan dunia serta akhirat yang damai dan sejahtera
antara penghuninya saling mengasihi, menghormati, juga melindungi
serta mengajak kearah perilaku yang diridhoi Allah dan utusannya.
B. Isi Kitab Al-Barzanji.
Kitab Al-Barzanji terdiri dari delapan puluh halaman yang
mencakup silsilah keturunannaya, masa kanak-kanak, remaja, hingga
diangkat menjadi Rasul paparan sebagaiman diambil dari kitab
Majmu’ adalah sebagai berikut:
1. Silsilah Nabi Muhammad SAW.
د ابن عب ب واسمه شيبت الحمد د للا بن عبد المطل فأقول هو سيدنا محم
نية حمدت خصاله الس
Artinya:
"Maka saya mengatakan: Beliau adalah Muhammad Ibn Abdullah Ibn Abdul Muthallib, dan disebut orang juga
dengan Syaibatul Hamdi, Yang terpuji budi pekertinya yang
luhur "(Majmu’, tt: 29).
Silsilah Nabi Muhammad SAW: Muhammad ibn Abdullah ibn
Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusaiy bin
Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Fihr bin Malik bin Nadir bin
34
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudar bin
Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
2. Kejadian luar biasa.
ريف لديها واخرجا منه علقة دموية وشق الملكان صدر الش
Artinya: “Dan pada suatu ketika beliau di datangi dua malaikat yang membelah dadanya dan membuang darah-darah hitamnya”
(Majmu’, tt: 38).
Pada masa kanak-kanaknya banyak kelihatan hal luar biasa
pada diri Nabi Muhammad SAW. Seperti pada saat Beliau
didatangi dua malaikat yang membelah dadanya dan membuang
darah-darah hitam (Muhammad Mukhlas Noer, 2014: 13).
3. Bersabar ketika dilanda musibah.
لوفاة فوا فتها بالبواء أوبشعب الحجون ا م عادت ث
Artinya:
“Ketika dalam perjalanan pulang, lalu ibunya wafat di kota
Abwak atau Hajun”( Majmu’, tt: 39).
Baru beberapa hari yang lalu ia mendengar dari ibundanya
tentang keluh kesah ketika kehilangan ayahanda semasa ia masih
dalam kandungan, kini Rasulullah melihat sendriri dihadapannya
sang ibunda pergi untuk tidak kembali lagi seperti ayahanda.
Tubuh yang masih kecil itu kini memikul beban hidup yang berat
sebagai yatim piatu. Walaupun kecintaan Abdul Muthalib
35
kepadanya sungguh mendalam, perasaan sedih sebagai anak yatim
piatu masih mendalam jiwanya (Sayyid Ja’far Al-Barzanji, 1899: 14).
4. Bersikap Jujur (Shidiq) Dalam Penyampaian.
ا بلغ صلى للا امية عليه وسلم اثنتى عشر ولم د الش ة سنة رحل به الى البل
Artinya: “Ketika Rasulullah SAW berumur dua belas tahun, maka beliau diajak pamannya berangkat ke negari Syam”
(Majmu’, tt: 40).
Seperti disaat Rasulullah remaja berumur 12 tahun, Rasulullah
berdagang dengan pamannya (Abu Thalib) yakni berdagang ke
Negara Syam (Suriah) (Sayyid Ja’far ibn Al-Barzanji, 1899: 16).
Dalam perjalanan pulang seorang pendeta melihat tanda-tanda
kenabian pada dirinya.
5. Bijaksana.
فوضع الحجر في ثوب ثم أمر انترفعه القباكل جميعاالى مرتقا
Artinya: “Akhirnya beliau meletakkan Hajar Aswad pada kain,
kemudian mereka di suruh mengangkatnya bersama-sama
menuju tempat asalnya” (Majmu’, tt: 44).
Kejadian ini berlangsung saat Rasulullah SAW berusia 35
tahun. Keputusannya mengambil batu (Hajar Aswad) dan
meletakkannya ditempatnya dalam Ka’bah menunjukkan betapa
tingginya kedudukannya di mata penduduk. Makkah, betapa
besarnya penghargaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai orang yang berjiwa besar. Nabi pilihan yang sempurna
36
karena Akhlak Beliau yang mempunyai sifat yang luhur (Sayyid
Ja’far ibn Al-Barzanji, 1899: 73).
6. Menyiarkan Agama Islam Dengan Terus-Terang.
في اليام الموسمية باكل بانه رسول للا ثم عرض نفسه على الق
Artinya:
“Kemudian Rasulullah SAW menyatakan dengan terus
terang tentang kerasulannya kepada seluruh suku Quraisy
pada hari-hari orang melakukan ibadah haji” (Majmu’, tt:
50).
Setelah Isra’ Mi’raj, perkembangan besar bagi kemajuan
dakwah Islam mulai muncul. Perkembangan itu datang dari
sejumlah penduduk Yatsrib (Madinah) yang berhaji ke Makkah.
Mereka yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj masuk Islam
(Muhammad Muklas Noer, 2014: 50).
7. Isro’ dan Mi’roj Nabi Muhammad.
االقصى الحرام الى المسجد ثم اسري بروحه وجسد يقظة من المسجد
ورحابه الق دسية
Artinya:
“Kemudian Rasulullah SAW di isra’kan dengan jiwa dan
raganya dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsa” (Majmu’, tt:
48).
Isro’ dan Mi’roj terjadi pada periode akhir kenabian di
Makkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Dan
peristiwa ini adalah motivasi batin yang diberikan oleh Allah
kepada Rasulullah SAW setelah mengalami berbagai macam
37
ujian dalam mendakwahkan agama Islam (Sayyid Ja’far ibn Al-
Barzanji, 1899: 62).
Peristiwa Isra' merupakan salah satu mu'jizat terbesar bagi
rasul Allah (yaitu Nabi Muhammad Saw.) dan sekaligus berfungsi
sebagai batu ujian bagi keimanan kaum muslimin, terutama
mereka yang hidup ketika peristiwa itu terjadi sehingga ada yang
kembali menjadi kafir akibat peristiwa Isra' Mi'raj. Sebaliknya
mereka yang kuat imannya semakin meyakini sepenuhnya akan
kebenaran Nabi Muhammad SAW seperti Abu Bakar, dan sahabat
yang lain (Nasruddin Baidan, 2001: 249-240).
8. Dakwah Rasulullah SAW.
ل من امن يقية واو جال ابوبكر صاحب الفار وصد به من الر
Artinya:
“Orang lelaki yang pertama yang beriman kepada Nabi
Muhammad SAW adalah Abu Bakar As-Shidiq, orang
yang menemani beliau bersembunyi di gua Tsur. Ia di gelari
As-Shidiq, karena merupakan orang pertama yang
membenarkan peristiwa Isra” (Majmu’, tt: 46).
Rasulullah Menyampaikan dakwah pertama kalinya secara
sembunyi-sembunyi yakni kepada keluarganya sendiri serta
sahabat-sahabat Rasulullah. Maka dari itu orang yang pertamakali
masuk Islam adalah dari keluarga Rasulullah yaitu istri
Rasulullah Siti Khadijah. Setelah istri Rasulullah orang yang
masuk Islam dari kerabat dekat Rasulullah yaitu saudara sepupu
Rasulullah Ali Ibn Abi Thalib yang masih berumur 10 tahun.
38
Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masih kanak-
kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak
angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad SAW sejak
ibunya Aminah masih hidup. Bilal Ibn Robah yang mana karena
imannya kepada Allah SWT, ia disiksa oleh tuannya yang
bernama Umayyah, yang kemudian ditebus oleh Abu Bakar As-
Shiddiq untuk dimerdekakan (Sayyid Ja’far ibn Al-Barzanji, 1899:
48).
9. Nabi Pilihan Yang Sempurna.
نات وصفات سنية عليه وسلم اامل النا خلقا وخلقا ناواان صلى للا
Artinya: “Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling sempurna
kejadiannya dan akhlaknya, yang mempunyai sikap dan sifat
yang luhur” (Majmu’, tt: 53).
Di dalam QS. Al-Ahzab 33: 40 yang berbunyi:
ن ر د أبا أحد م ا اان محم سول للا جالكم م وخاتم النبيين واان للا ولكن ر
بكل شيء عليما
Artinya:
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara
kamu, tetapi dia adalah utusan Allah SWT dan penutup para
Nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Karena kecintaanya kepada baginda Rasulullah Saw, Syaikh
Ja’far Al-Barzanji menyajikan kisahnya dalam kitab Al-Barzanji
menggunakan bahasa dengan syair indah untuk menyatakan rasa
santunnya kepada Rasulullah Saw disamping melaksanakan seruan
39
Allah SWT didalam Al-Qur’an. Juga dengan bersholawat itu yang
berarti kejiwaan seorang mukmin kepada Nabinya yang
dimuliakannya, dan mencerminkan ketaatan dan kesetiaannya.
Dijelaskan juga dalam syair yang berbunyi:
ة المولد وأنشر عبقرية حسانا النبوي برودا من قص
Artinya: “Dan saya menyajikan kisah masa kelahiran Nabi ini,
bagaikan bagus lagi indah )Majmu’, tt: 28).
Karya Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga mengisahkan sifat-sifat
mulia yang dimiliki Nabi Muhmmad SAW, serta berbagai
peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. Sekian banyak
kitab Al-Barzanji hanya untuk menjadi pedoman kita akan
keutamaan dan kemuliaan Maulid Nabi.
C. Pemikiran Syaikh Ja’far Al-Barzanji tentang Pendidikan Akhlak.
Nilai Akhlak dalam kitab Al-Barzanji dimulai dengan kerendahan
atau tawadhu’an dari sang penyair. Syaikh Ja’far Al-Barzanji ketika
mengawali penulisan tentang syairnya dengan menundukan diri
kepada sang pencipta dengan pujian-pujian yang indah.
Mengagungkan Rasulullah SAW sebagai Nabi akhir zaman yang
selalu disebut tiap waktu tanpa henti oleh pengikutnya dengan
sebutan shalawat. Berdo’a atas keluarga Rasulullah SAW, sahabat-
sahabatnya serta kaum muslimin yang selalu mengikuti ajarannya.
Dalam syair :
40
اهله بسيرة شاته ويسير في خدمة التواضع يخصف نعله ويرقع ثوبه ويحلب
سرية
Artinya: “tawaduk, mau memperbaiki terompahnya sendiri, dan mau
menambal pakaiannya sendiri, mau memerah kambingnya dan
mau membantu keperluan dalam rumah tangganya” (Majmu’, tt:
54).
Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya, akhlak yang baik
selalu membuat seseorang disekitarnya menjadi menjadi tenang, aman,
dan terhindar dari perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak
buruk menjadi sorotan bagi sesamanya, bagi keluarga, masyarakat dan
Negara, seperti: tindakan melanggar norma-norma yang berlaku
dikehidupan, tindakan dengan menampilkan sifat-sifat tercela serta
tidak melaksanakan kewajiban yang seharusnya dikerjakan secara
objektif, maka yang demikian akan menyebabkan kerusakan susunan
sistem lingkungan.
Kebesaran Syaikh Ja’far Al-Barzanji sebagai imam, khatib dan
guru besar di Masjid Nabawi serta pengarang yang menerbitkan
bermacam-macam buku tidaklah menjadikan pengarang bangga atas
dirinya bahkan tiada menyebutkan sebait kata pun tentang kebesaran
Syaikh Ja’far Al-Barzanji dalam syair kitab Al-Barzanji.
Akhlak yang terdapat di dalam kitab Al-Barzanji karangan
Syaikh Ja’far Al-Barzanji adalah sebagai berikut:
41
1. Akhlak terhadap Allah SWT.
حيمللا بسم حمن الر الر
ات العلية * مستدرا فيض البراات على ما أناله أبتدئ الملء باسم الذ
وأوال
كرالجميل مط وأثني بحمد يا اموا رد ساكفة هنية * ممتطيا من الش
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah yang maha Pemurah lagi
maha Penyayang”. “Saya mulai menulis kitab (kisah Mulid
Nabi) ini dengan nama Allah yang maha Agung, seraya
memohon limpahkan berkah atas apa yang telah diberikan-
Nya. Dan juga memanjatkan puja dan puji, dengan pujian
yang tak ada henti-hentinya. Dan seraya mempersembahkan
sedalam-dalamnya rasa syukur” (Majmu’, tt: 28).
Iman secara bahasa yakin. Iman secara istilah adalah
menyakini sepenuh hati yang diucapkan dengan lisan dan
diamalkan dengan perbuatan. Jadi iman kepada Allah adalah
meyakini sepenuh hati bahwasanya Allah itu ada dan merupakan
Tuhan satu-satunya yang wajib disembah, mengucapkan dengan
lisan dan mengamalkan apapun yang diperintahkan oleh Allah dan
menjauhi larangannya dengan perbuatan (Taqwa). Seperti contohnya
yaitu segala apapun yang kita lakukan itu semua dikaitkan dengan
nama Allah SWT, diantaranya adalah melalui pekerjaan dengan
menyebut nama Allah SWT.
42
Hubungan manusia dengan Allah adalah menjaga hak Allah,
yaitu disembah oleh semua mahluk, bahwasanya tidak ada Rabb
maupun Illahi selain Dia yakni Allah (Hajjaj, 2013:227). Seorang
muslim harus menjaga dirinya dari berbagai kenistaan dan dosa,
sebab Allah maha melihat segala sesuatu dalam keadaan apapun,
bahkan apa yang ada dalam hati sekalipun. Sebagaimana
ditampakkan dalam Q.S. Al-Baqarah 2: 284 yang berbunyi:
تخفو ما في أنفسكم أو ما في الرض وإن تبدوالسماوات و ا في ا م لل
على ال شيء يحاسبكم به للا ب من يشاء وللا فيففر لمن يشاء ويعذ
قدير
Artinya:
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi dan jika kamu melahirkan apa yang ada
didalam hatimu atau kamu menyembunyikan niscaya Allah
akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu
itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah maha Kuasa
atas segala sesuatu.”
Ketika kita orang muslim ingin mengetahui betapa besarnya
kebesaran Allah SWT maka cukup dengan menyadari betapa
besarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita setiap hari yakni
mulai dari kita bisa bernafas, bisa melihat, bisa mendengar, makan
43
dan minum mulai dari kita belum lahir masih didalam kandungan
sampai lahir hingga kita semua menjadi tua. Nikmat itu semua
Allah berikan tanpa mengharapkan balasan dari mahluk-Nya.
Oleh karena itu patutlah kita sebagai hamba Allah untuk selalu
bersyukur atas apa yang diberikan Allah untuk hambanya berupa
kesehatan (jasmani dan rohani), nikmat makan, minum, bernafas dan
lainnya.kita harus selalu bersyukur didalam setiap awal permulaan
amal kita kita yakni dengan selalu menyebut nama Allah SWT.
Itulah yang Syaikh Ja’far Al-Barzanji gambarkan dalam bait
tersebut dengan Syaikh Ja’far Al-Barzanji selalu bersyukur kepada-
Nya atas nikmat-nikmat tersebut dengan tulisannya memuji-Nya
dan menyanjung tinggi Rasulullah karena Rasulullah yang berhak
mendapatkan sanjungan dan Syaikh Ja’far Al-Barzanji selalu
bersyukur dengan menggunakan anggota badan untuk beribadah
kepada Allah SWT.
Orang Islam ketika membaca dan mengamalkan syair Al-
Barzanji bahwa segala suatu amal sholeh harus dikaitkan dengan
Allah sebagai Dzat yang maha tinggi sehingga tidak menjadi hal
atau amal yang tertolak, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda
dalam salah satu haditsnya:
44
نيات وانما لكل امري ء مانوىلاالعمال با انما
Artinya:
”Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan
sesungguhnya seseorang hanya mendapatkan apa yang dia
niatkan” (Imam Nawawi, 2011: 19).
Sesungguhnya Allah SWT mengetahui isi hati setiap mahluk
ciptaan-Nya, mengetahui ucapan mahluk-Nya, dan mengawasi
semua perbuatan mahluk-Nya. Maka bertaqwalah kepada Allah
SWT dan usahakanlah jngan sampai Allah melihat kita melakukan
perbuatana yang tidak disukai-Nya.
2. Akhlak terhadap Orang Tua.
وقدمت عليه يوم حنين فقام إليها وأخذته االريحية * وبسط لها منرداكه
وندا ريف بساط بر الش
Artinya:
“Dan ketika terjadi peristiwa perang Humain, Halimah sempat
berkunjung lagi kepada Beliau. Kedatangan Halimah disambut
oleh Beliau SAW dengan segala rasa hormat dan penuh
gembira. Lalu Beliau SAW membentangkan tikar kambalnya
yang bagus kepadanya” (Majmu’, tt: 39).
Orang tua adalah pengertian umum dari seseorang yang
melahirkan kita. Namun orang tua bukan saja yang melahirkan
kita. Orang Tua adalah dua insan yang telah memberikan arti
kehidupan bagi kita yang penuh makna. Orang tua yang telah
memelihara kita sejak sedari kecil serta menyayangi kita tanpa ada
batas dan perbedaan.
45
Berbakti, taat dan berbuat baik kepada orang tua adalah suatu
kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap anak. Berbakti kepada
orag tua merupakan faktor utama diterimanya do’a seseorang, juga
merupakan amal sholeh yang paling utama yang harus dilakukan
oleh seorang muslim (Anwar, 2010: 107). Tidak dipungkiri kita
hidup didunia ini tidak lain karena perantara kedua orang tua kita.
Pengorbanan orang tua saat anaknya masih kecil, khususnya ibu
dari mulai masa mengandung dan setelah beranjak kanak-kanak
sampai dewasa dan ayah yang ikhlas mencari nafkah untuk
menghidupi keluarga.
Dalam QS. Al-Luqman 31: 14 dijelaskan untuk merendahkan
diri terhadap keduanya, yakni memperlakukannya dengan lemah
lembut dan penuh kasih sayang yaitu:
نسان بوالديه حملته ينا ال ه وهنا على وهن وفصاله في عامين ووص أم
أن اشكر لي ولوالدي إلي المصير
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.”
Didalam kitab wahoya ada bab yang menjelaskan tentang hak
dan kewajiban terhadap orang tua yaitu:
“wahai anakku,ketika engkau merasa benar dalam berbakti
pada Ayah dan Ibu mu, maka sesungguhnya kewajiban kedua
46
orang tuamu terhadap dirimu lebih berat dari itu semua, yang
kewajiban itu nanti akan dilipat gandakan atas dirimu” maka
janganlah kamu katakan pada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka, ucapkanlah pada mereka
perkataan yang mulia, rendahkan lah dirimu terhadap
keduanya serta berdoo’a lah: “wahai Robb ku, kasihanilah
kedua orang tuaku sebagaimana keduanya mengasihiku
diwaktu kecil ” (Q.S Al-Isro’ 17: 23-24) (Muhammad Syakir,
2011: 31-32).
“Wahai anakku, taatilah perintah ayah dan ibu mu,
janganlah sekali-kali membantahnya, kecuali bila mereka
memerintahkanmu untuk ingkar pada Robb mu” (Muhammad
Syakir, 2011: 36).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya
berakhlak baik serta menghormati orang tua, karena Allah telah
memerintahkan kepada hambanya untuk selalu berbakti kepada
orang tua. Murka orang tua merupakan murka Allah.
3. Akhlak terhadap Keluarga.
ع يحصف نع واان صلى للا ض له ويرفع عليه وسلم شديد الحياء والتو
سيرة سرية يسير فى خدمة أهله ب ثوبه ويحلب شاته و
Artinya:
“Beliau Rasulullah SAW, adalah seorang yang sangat pemalu
dan tawadhu’, mau memperbaiki teropahnya sendiri, dan mau
47
menambal pakaianya sendiri, mau memerah kambingnya dan
mau membantu keperluan dalam rumah tangganya” (majmu’,
tt: 54).
Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat
terkecil yang terdiri atas suami-isteri-anak. Pengertian demikian
mengandung dimensi hubungan darah dan juga hubungan sosial.
Dalam hubungan darah keluarga bisa dibedakan menjadi keluarga
besar dan keluarga inti, sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga
merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh saling
berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun
antara satu dengan lainnya tidak terdapat hubungan darah (Atang
ABD Hakim dan Jaih Mubarok, 1999: 213).
4. Akhlak terhadap Anak.
يه إنا دا النه ستحمد عقبا وضعته م وسم حم
Artinya: “Apabila engkau telah melahirkannya, berilah ia nama
Muhammad karena kelak ia akan terpuji”(Majmu’,tt: 32).
Pemberian nama yang baik kepada anak merupakan kewajiban
kedua orang tua. Anak akan bahagia apabila memiliki nama yang
bagus sehingga dalam pergaulannya anak tidak merasa canggung
dan tersisih dengan yang lainnya. Dalam adama Islam terdapat
tuntuna dalam memberi nama anak, karena nama lafadz yang
diberikan kepada suatu benda untuk membedakan dari yang lain
48
serta nama yang di berikan kepada anak merupakan doa untuk
anak tersebut.
Sebuah hadist yag diriwayatkan oleh H.R Baihaqi tentang hak
anak terhadap orang tuanya yang artinya: “Hak anak terhadap
orang tuanya adalah agar orang tuanya membaguskan namanya,
memperindah tempatnya, dan memperbaiki pendidikanya”.
5. Akhlak dalam Pergaulan.
فاح فلم يصبهم عا ه ر * من تراوالس أدم وإلى أبيه وأم
Artinya:
“Mereka tinggalkan perzinaan, maka senantiasa tidak tercela
sejal Nabi Adam as hingga ibu bapaknya”(majmu’, tt: 31).
Bait tersebut menjelaskan bahwa meninggalkan perzinaan
adalah tindakan yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam.
Sebagaiman kita ketahui baersama bahwasannya kondisi atau
situasi masyarakat sebelum datangnya ajaran Nabi Muhammad
masyarakat Arab berada dalam masa kelam yakni masa Jahiliyyah.
Menurut Serat Wuruk Respati banyak hal yang harus diperhatikan
dalam bergaul dengan seseorang. Beliau juga mengajarkan agar di
dalam pergaulan jangan bertindak yang kurang pantas (Abu Bakar
Jabir Al-Jazair, 2004: 692).
49
6. Akhlak terhadap Rasulullah.
يا نبى سلم علي * يا رسول سلم علي
علي يب سلم علي * صلواياحب ت للا
Artinya: “Wahai Nabi, salam sejahtera bagimu, Wahai Rasul salam
sejahtera bagimu. Wahai kekasih salam sejahtera bagimu,
Shalawat Allah bagimu” (Majmu’, tt: 70).
م مكارم إنما االخلق بعثت لتم
Artinya:
“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya aku di utus menjadi Rasul tidak lain adalah
untuk menyempurnakan akhlak” (Al-Haitsimi, 1992:61).
“Wahai anakku, tidak sempurna iman seseorang sebelum
cintanya pada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaanya terhadap
segala sesuatu selain Allah daan Rasul-Nya. Rasulullah SAW
bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kamu
sekalian, sehingga diriku lebih dicintainya dari orang tua dan
anak kandungnya serta umat manusia seluruhnya” (Muhammad
Syakir, 2011: 30).
Rasulullah merupakan kekasih Allah SWT. Rasulullah
merupakan Nabi dan Rasul yang terakhir, serta Allah mengutus
Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang belum baik. Rasulullah
merupakan suru tauladan yang baik yang patut kita tiru, karena
walaupun Rasulullah merupakan Rasul Allah tetapi Rasulullah
tidak pernah sombong sedikit pun kepada siapa pun.
50
7. Akhlak Memilih Guru dan Lingkungan.
عدية ثم أرضعته الفتا حليمة الس
Artinya:
“kemudian, Beliau disusui oleh Halimah Sa’diyah” (Majmu’, tt:
37).
Aspek tersebut tergambarkan dalam syair Al-Barzanji yang
dilukiskan tentang kehidupan Rasulullah SAW yang mana
terjadilah berbagai hal yang luar biasa, dan keanehan-keanehan
yang bersifat ghaib. Sebagai pertanda ketetapan kenabianya, dan
pemberitahuan bahwa beliau adalah sebagai Nabi pilihan Allah
SWT. Maka pada waktu itu langit diringkatkan penjaganya dan
semua pendurhaka dan pengacu dari mahluk-mahluk halus bangsa
jin dan syaitan diusir dari langit. Bintang-bintang berapi
menghantam syaitan-syaitan yang memaksakan diri hendak naik ke
atas. Bintang-bintang zuhroh merendah ikut menghormati
Rasulullah dan memancarkan sinarnya yang terang benderang
sampai dataran rendah bumi haram dan dataran tingginya
(Muhammad Muklas Noer, 2014: 35-37).
8. Akhlak terhadap Diri Sendiri.
Seseorang haruslah memiliki akhlak yang baik sejak usia
kecilnya, agar hidup dicintai pada waktu besarnya, diridhoi
Tuhannya, dicintai keluarganya dan semuua orang. Setiap orang
juga harus menjauhi akhlak yang buruk, agar tidak menjadi orang
51
yang dibenci, tidak dimurkai Tuhannya, tidak dibenci keluarganya
dan tidak dibenci siapapun (Al-Ustadz Umar, 1992: 10).
Jujur merupakan hal dasar supaya bisa bergaul kepada
siapapun. Dalam kitab Washoya terdapat bab keutamaan berbuat
jujur yaitu: “Wahai anakku, berusahalah engkau untuk menjadi
seorang yang selalu jujur dalam segala pembicaraan. Sebab
sesungguhnya dusta itu adalah perbuatan buruk dan tercela.
Janganlah aengkau berdusta untuk memperoleh nama baik
dikalangan teman-teman dan guru-gurumu. Bila engkau sudah
terbiasa berdusta, maka teman-temanmu tidak akan
mempercayaimu, sekalipun apa yang engkau sampaikan itu adalah
benar” (Muhammad Syakir, 2011: 87-88).
Selain jujur sifat yang harus dimilik setiap orang yaitu:
a. Qonaah.
Qonaah, artinya mencukupkan apa yang ada. Tidak merasa
gelisah bila terdapat kekurangan. Rela makan nasi dengan
garam asal halal. Tidak perlu berhutang, menggadai atau
menjual barang miliknya. Dengan pendapat sekecilpun, asal itu
didapat dengan cara halal, seseorang akan berlapang dada.
Itulah gambaran seorang yang bersikap Kanaah (Ibrahim,
1990: 114-115). Dalam syair:
قط نفسه البية والعطشا جوعا ولم يس في صبا
52
Artinya:
"Semasa kecilnya, Beliau SAW tidak pernah mengeluh
lapar dan dahaga kepada orang lain "(Majmu’, tt: 40).
b. Tawadhu’
Tawadhu’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:
1150), adalah rendah hati. Adapun yang menjelaskan tentang
sifat tawadu’ Rasulullah SAW dalam syair:
ويسير في خدمة شاته التواضع يخصف نعله ويرقع ثوبه ويحلب
اهله بسيرة سرية
Artinya: “tawadhuk’ mau memperbaiki terompahnya sendiri, dan
mau menambal pakaiannya sendiri, mau memerah
kambingnya dan mau membantu keperluan dalam rumah
tangganya” (Majmu’, tt: 54).
c. Berbicara Seperlunya.
Adapun perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW berbicara seperlunya dalam syair:
عليه وسلم يقل اللفو واان صلى للا
Artinya:
“Beliau tidak suka bicara, melainkan seperlunya saja”
(Majmu’, tt: 55).
d. Menghormati Orang Yang Utama.
Adapun perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW menghormati orang yang utama
dalam syair:
ويكرم اهل الفضل
Artinya:
Menghormati orang yang utama (Majmu’, tt: 55).
53
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwasanya setiap
manusia diperintahkan untuk mempunyai akhlak yang baik, karena
akhlak yang baik merupakan hal yang paling dasar yang harus kita
miliki. Manusia yang berakhlak baik pasti hidupnya akan selalu
bahagia karena disetiap kita mendapatkan musibah maka kita akan
selalu menerima itu musibah tersebut. Manusia yang baik maka akan
disayangi Allah SWT serta akan disayangi banyak orang terutama
keluarga dan sanak saudara. Ruang lingkup akhlak secara garis besar
berupa akhlak kepada Allah SWT (sang maha Esa) dan kepada
mahluk-Nya (ciptaan Allah).
Jadi manusia wajib dan juga harus selalu bersyukur atas nikmat
yang Allah berikan kepada kita. Dengan demikian akan tercipta hidup
yang bahagia, tentram dan damai, ketika manusia tidak pernah
bersikap sombong, tetapi manusia harus merasa apapun yang
dimilikinya itu semua hanya merupakan titipan dari yang Maha
Kuasa serta merasa setara dengan yang lainnya dan selalu lah rendah
hati kepada siapapun terutama ibu bapak dan orang yang lebih tua
dari kita. Karena tanpa Allah SWT kita tidak akan bisa apa-apa,
Allah adalah Dzat yang Maha sempurna lagi Maha segalanya.
54
BAB IV
ANALISIS DISKRIPTIF KITAB AL-BARZANJI TENTANG NILAI-NILAI
PENDIDIKAN ISLAM
A. Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Barzanji.
Islam merupakan agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW yang berpedoman dengan kitab suci Al-Qur’an dan Hadits.
Islam sebagai salah satu agama samawi (agama yang datang dari
langit) mengandung nilai-nilai sehingga proses pendidikan dapat
berlangsung secara konsisten dan tentunya untuk mencapai sebuah
tujuan yang telah ditentukan. Islam sebagai petunjuk Illahi
mengandung tentang implikasi kependidikan yang mampu
membimbing dan mengarahkan manusia untuk menjadi pribadi
muslim yang sempurna melalui tahapan-tahapan sesuai dengan
ajaranya.
Sebagai umat Nabi Muhammad tentu harus dengan semaksimal
mungkin meniru perilaku beliau dalam hal keilmuan dan akhlak.
Manusia diberi keutamaan lebih daripada makhluk lain. Manusia
dilantik menjadi khalifah di muka bumi untuk memakmurkannya. Untuk
itu dibebankan kepada manusia amanah. Diberikan pula kebebasan dan
tanggung jawab memiliki serta memelihara nilai-nilai keutamaan.
Keutamaan yang diberikan bukan karena bangsanya, bukan juga
karena warna, kecantikna perwatakan, harta, derajat, jenis profesi dan
kasta sosial atau ekonominya. Tetapi semata-mata karena iman,
55
takwa, akhlak, ketinggian akal dan amalnya. Selain itu karena kesediaan
insan menimba ilmu pengetahuan yang berbagai jenis (Al-Syaibany,
1983: 107).
Pendidikan adalah perbaikan, perawatan, dan pengurusan terhadap
pihak yang di didik dengan menggabungkan unsur-unsur pendidikan
di dalam jiwa, sehingga ia menjadi matang dn mencapai tingkat
sempurna yang sesuai dengan tingkat kemampuan (Ali Abdul Halim,
2004: 23).
Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang bertujuan
membekali seseorang dengan pengetahuan dan keterampilan. Dengan
bekal dan keterampilan tersebut memungkinkan mereka hidup dengan
memuaskan, terus belajar dan mengejar karir,maka dengan adanya
pendidikan hidup mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba
Allah dan khalifahnya (Shihab, 1994: 173).
Nabi Muhammad merupakan Nabi dan Rasul yang terakhir dan
tidak ada keraguan sedikitpun perihal keimannya, tetapi Rasulullah
tetap terus berusaha menambah keimanan setiap harinya, walaupun
kehidupan akhiratnya telah dijamin masuk surga oleh Allah. Banyak
para sahabat sampai ulama’ yang mengikuti Beliau baik dalam hal
keilmuan maupun akhlaknya, karena Nabi Muhammad merupakan
uswatun hasanah. Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga merupakan umat
Rasulullah yang mengikuti jejaknya, maka dari itu inilah alasan
56
mengapa Syaikh Ja’far Al-Barzanji membuat kitab Al-Barzanji
supaya umat muslim mengerti seperti apa sosok Nabi panutan umat
Islam serta ketika kita membaca kitab Al-Barzanji akan selalu
mengingat perjuangan-perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Prof. Dr. Ahmad Amin, mengemukakan bahwa akhlak merupakan
kehendak yang dibiasakan, artinya bila membiasakan suatu kebiasaan
dinamakan akhlak (Zahruddin, 2004: 4). Akhlak adalah sesuatu keadaan
jiwa seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan-perbuatan
seseorang dengan mudah, dengan demikian, bilamana perbuatannya
baik maka jiwanya juga akan baik. Mendidik akhlak anak adalah
menanam pekerti yang baik dihatinya para pemuda, sehingga dapat
menciptakan generasi yang ikhlas beramal, lebih mementingkan
masalah umat, dan akan menjadikan negara yang makmur dan
diridhoi oleh Allah SWT.
B. Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Barzanji.
1. Akhlak terhadap Allah SWT.
حيم بسم للا حمن الر الر
نا له وأوال * فيض البراات على ما ا ا ستدر ملء باسم الذات العلية * م أبتدئ ال
كر الجميل مط بحمد موارد ساكفة هنية وأثني يا ا* ممتطيا من الش
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah yang maha Pemurah lagi
maha Penyayang ”. “Saya mulai menulis kitab (kisah Mulid
Nabi) ini dengan nama Allah yang maha Agung, seraya
memohon limpahkan berkah atas apa yang telah diberikan-
Nya. Dan juga memanjatkan puja dan puji, dengan pujian
57
yang tak ada henti-hentinya. Dan seraya mempersembahkan
sedalam-dalamnya rasa syukur” (Majmu’, tt: 28).
Dalam Q.S An-Nahl 16: 78 menjelaskan tentang kebesaran
Allah SWT, yang berbunyi:
هاتكم ال تعلمون شيئا وجعل ل ن بطون أم مع والبصار كم وللا أخرجكم م الس
فئدة لعلكم تشكرون وال
Artinya:
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui apa-apa dan Dia memberi kamu
pen-dengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.”
Sesungguhnya Allah SWT. Yang banyak berkahnya lagi Maha
Luhur, Allah menciptakanmu dan menyempurnakan berbagai
nikmatnya padamu baik lahir maupun batin. Tidaklah kau sadari,
sesungguhnya awal darimu hanyalah setetes (mani) yang memancar
ke rahim ibumu dari atas curahan nikmat serta rahmat Rabbmu
engkau lahir dari kandungan ibumu sebagai anak manusia yang
sempurna. Allah menganugerahi dirimu dengan lisan sehingga
engkau dapat berbicara, telinga sehingga dapat mendengar, mata
sehingga dapat melihat dan akal sehingga engkau dapat
membedakan yang baik dan yang buruk. Bukankah Allah SWT.
Yang telah memberimu berbagai nikmat dan anugerah serta
kebaikan dari sisi-Nya dan Dia pula yang berkuasa mencabut
kembali segala nikmat, anugerah dan kebaikan itu dari sisimu bila
58
engkau melakukan perbuatan yang menyebabkan murka-Nya
(Muhammad Syakir, 2011: 25-26).
Menurut Abah Haris As’ad Nasution dalam acara halal bi
halal 1439 H di pondok pesantren Al-Manar pada tanggal ahad 17
juni 2018 M jam 10.45 yaitu: kewajiban seorang muslim terhadap
sang pencipta yaitu bersungguh-sungguh dalam menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangan Allah (taqwa). Hendaklah
yakin dan mantab dengan apa yang menjadi pilihan hidup setiap
orang. Jangan mengikuti hawa nafsu mengerjakan suatu hal yang
tidak bermanfaat untuk dirimu serta untuk orang lain. Ketika kita
taat pada Allah serta mendapatkan ridho-Nya maka hidup kita
akan tentram dan damai. Bersyukur, tawadhu’ merupakan kunci
utama untuk mendapatkan ridho-Nya.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan nilai pendidikan
akhlak terhadap Allah yaitu hanya saja manusia selalu
menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan Allah yakni
Taqwa. Seorang muslim dianjurkan untuk selalu bersyukur dan
selalu tawadhu’ kepada Allah SWT.
2. Akhlak terhadap Orang Tua.
فقام إليها وأخذته االريحية * وبسط لها منرداكه وقدمت عليه يوم حنين
وندا ريف بساط بر الش
59
Artinya:
“Dan ketika terjadi peristiwa perang Humain, Halimah sempat
berkunjung lagi kepada Beliau. Kedatangan Halimah disambut
oleh Beliau SAW dengan segala rasa hormat dan penuh
gembira. Lalu Beliau SAW membentangkan tikar kambalnya
yang bagus kepadanya” (Majmu’, tt: 39).
Didalam terjemahan kitab Al-Akhlaq Lil Baniin dijelakan
bahwa: “Hendaknya engkau mematuhi perintah-perintah ibumu
disertai kecintaan dan penghormatan. Engkau kerjakan segala
sesuatu yang menggembirakan hatinya. Engkau selalu tersenyum di
hadapannya dan menjabat tanganya setiap hari serta
mendoa’akannya panjang umur dalam keadaan sehat walafiat.
Hendaklah engkau waspada terhadap segala sesuatu yang
menyakitkan hatinya. Janganlah berwajah cemberut bila ia
menyuruhmu melakukan sesuatu atau marah kepadamu. Jangan
berdusta kepadanya atau memakinya atau berbicara dengan
perkataan yang buruk dihadapanya, atau melihat padanya dengan
pandangan yang tajam dan janganlah mengeraskan suaramu
melebihi suaranya (Al-Ustadz Umar Baradja, 1992: 21).
Wahai anak yang tercinta engkau harus bersikap sopan
santun terhadap ayahmu sebagaiman engkau bersikap sopan
santun terhadap ibumu, mematuhi perintah-perintahnya dan
mendengarkan nasihat-nasihatnya, karena ayah tidak menyuruhmu
kecuali dengan sesuatu yang berguna untukmu, dan ayah tidak
60
melarangmu, kecuali dari sesuatu yang merugikanmu. Apabila
engkau menyenangkan kedua orang tuamu, maka tuhanmu akan
meridhoimu dan engkau akan hidup bahagia di dunia dan
akhirat” (Al-Ustadz Umar Baradja, 1992: 25).
Oleh karena itu tidak ada dalil apapun dari anak untuk
berbuat, berlaku yang bersifat melawan, menyakiti atau memurkai
orang tuanya. Namun ketika kita tidak sependapat dengan kedua
orang tua kita karena itu melanggar agama, maka sebaiknya kita
mengalah mundur teratur sambil membela diri dengan jawaban
dan argumentasi yang konkrit, singkat, mudah dimengerti oleh
mereka sehingga nantinya mereka menyadari dan bahkan
merekalah yang akan keliru tanpa kecewa.
Maka dapat penulis simpulkan bahwasannya seorang haruslah
selalu menyayangi kedua orang tua dan janganlah membuat orang
tua murka, karena sesungguhnya murka orang tua adalah murka
Allah juga, dan barang siapa membuat Allah murka (karena
membuat kemarahan orang tua) maka anak tersebut akan merugi
selama di dunia dan akhirat.
3. Akhlak terhadap Keluarga.
ضع يخصف نعله ويرقع ثوبه عليه وسلم شديد الحياء وال واان صلى للا تو
سيرة سرية يسير فى خدمة أهله ب ويحلب شاته و
61
Artinya:
“Beliau Rasulullah SAW, adalah seorang yang sangat pemalu
dan tawadhu’, mau memperbaiki teropahnya sendiri, dan mau
menambal pakaianya sendiri, mau memerah kambingnya dan
mau membantu keperluan dalam rumah tangganya” (Majmu’,
tt: 54).
Diceritakan bahwasanya Nabi Muhammad sangat mencintai
istrinya, yakni Sayyidah Khadijah ra Rasulullah SAW, sering kali
memuji Khadijah yang mendampingi Rasulullah selama dua puluh
enam tahun, yakni enam belas tahun sebelum Nabi Muhammad
diangkat menjadi Nabi dan sepuluh tahun setelah masa kenabian.
Khadijah adalah orang pertama yang beriman kepada Allah ketika
wahyu pertama turun dari langit dan tidak ada yang
mendahuluinya yakni surah Al-Alaq ayat 1-5 yang dibawakan oleh
malaikat Jibril dan disampaikan kepada Nabi Muhammad.
Ketika Nabi Muhammad menceritakan pengalamannya pada
peristiwa turunya wahyu pertama yang disampaikan malaikat Jibril,
dimana Nabi Muhammad merasa ketakutan dan menggigil
menyaksikan bentuk malaikat Jibril dalam rupa aslinya, maka
Khadijah orang pertama yang dapat mengerti makna peristiwa
tersebut. Khadijah menghibur Nabi sambil berkata: “Bergembiralah
dan tentramkanlah hatimu. Demi Allah engkau ini benar-benar
akan menjadi Nabi utusan Allah bagi umat.” Sambil menyelimuti
Nabi Muhammad SAW. Layaklah Rasulullah selalu memberikan
kesetiaan dan kasih sayang yang tulus kepada istrinya Khadijah
karena Khadijah memiliki keistimewaan-keistimewaan tersendiri.
62
Dapat penulis simpulkan bahwasannya di dalam keluarga
sudah sepantasnya orang tua serta anak memberikan kasih sayang
yang tulus kepada keluarga. Mengawasi tingkah laku anak-anaknya,
menanamkan tingkah laku yang luhur dihati mereka, bertanggung
jawab, dan selalu memberikan suport serta semangat kepada
keluarga serta selalu menutupi aib keluarga di depan orang lain.
4. Akhlak terhadap Anak.
يه إنا دا النه ستحمد عق وضعته م وسم با حم
Artinya:
“Apabila engkau telah melahirkannya, berilah ia nama
Muhammad karena kelak ia akan terpuji”(Majmu’,tt: 32).
ضاعة والوالدات يرضعن أوالدهن حولين ااملين لمن أراد أن يتم الر
لود له رزقهن واسوتهن بالمعروف ال تكلف نفس إال وسعها وعلى المو
ال تضآر والدة بولدها وال مولود له بولد وعلى الوارث مثل نل فإن
نهما وتشاور فل جناح عليهما وإن أردتم أن أرادا فصاال عن تراض م
ا تيتم بالمعروف واتقوا تسترضعوا أوالدام فل جناح عليكم إنا سلمتم م
بما تعملون بصير للا واعلموا أن للا
Artinya:
“Dan ibu-ibu hendaknya menyusui anak-anaknya selama dua
tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna, dan
kewajiban ayah mencari nafkah dn pakaian mereka dengan
cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena
63
karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita)
karena anaknya. Ahli wari pun (berkewajiban) seperti itu pula.
Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan
permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan abakmu kepada
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertaqwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah 2: 233).
Berkaca pada beberapa uraian di atas, tentu tradisi yang
diadakan oleh beberapa umat Islam di Nusantara memiliki dasar
yang kuat. Acara yang dimaksud adalah mauludiyah (acara syukuran
akan kelahiran anak), khitanan yang diselingi dengan pembacaan Al-
Barzanji. Apabila dikaitkan dengan paparan di awal tentang pemilihan
guru dan lingkungan yang baik, maka pesan itulah yang ingin
disampaikan oleh para ulama terdahulu dalam mewarnai acara
maulidiyah atau khitanan.
Pada acara maulidiyah seyogyanya para orang tua
memperhatikan betul makna yang terkandung dalam kitab Al-
Barzanji, diantaranya : a) Memberikan nama yang terbaik
mengandung nilai akhlak yang nantinya menjadi kebanggaan bagi
anak ketika dewasa kela, b) Mendidik anak dengan akhlakul karimah, c)
Mencarikan tempat belajar (lingkungan) yang baik, yang mendukung
pertumbuhan anak, d) Mencarikan guru pembimbing yang
berakhlakul karimah sehingga anak tumbuh dengan pendidikan
yang bagus (Umar bin Ahmad Baradja, 2015: 10).
64
5. Akhlak dalam Pergaulan.
ه فاح فلم يصبهم عار * من ادم وإلى أبيه وأم تراوالس
Artinya:
“Mereka tinggalkan perzinaan, maka mereka senantiasa tidak
tercela sejak Nabi Adam as hingga ibu bapaknya” (Majmu’, tt:
31).
Berbicara tentang zina pada zaman modern seperti saat ini
sudahlah tidak dirisaukan lagi bahkan dianggap sepele dan sudah
biasa. Zina ini merupakan salah satu dosa yang dianggap biasa
oleh kebanyakan kaum Hawa dan kaum Adam. Mereka tidak
memperdulikan dosa dan ancaman Allah terhadap para pelaku
zina. Di zaman sekarang ini, segala pintu-pintu kemaksiatan terbuka
lebar. Syaitan mempermudah dengan segala tipu daya dan akal
bulusnya. Para pemaksiat dan ahli kemungkaran membeo syaitan.
Imam Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Syi’ah Imaniyah,
dan Syi’ah Zaidiyah berpendapat bahwa persetubuhan yang
diharamkan, baik dalam kubul maupun dubur, pada laki-laki maupun
perempuan hukumnya sama. Pendapat ini disepakati oleh
Muhammad dan Abu Yusuf, murid Imam Abu Hanifah. Alasan
mereka menyamakan persetubuhan dubur dan zina dalam satu
makna. Sehingga mewajibkan hukuman hudud adalah dengan
adanya persetubuhan yang diharamkan. Ini termasuk zina, terutama
Al-Qur’an telah menyamakan keduanya (Abdul Qodir Audah, 2007:
156).
65
Dalam Al-Qur’an surah Al-Nur 24: 2 yang berbunyi:
نهما مئة جلدة وال تأخذام اني فاجلدوا ال واحد م انية والز بهما رأفة الز
يشهد عذابهما طاكفة واليوم الخر ول إن انتم تؤمنون بالل في دين للا
ن المؤمنين م
Artinya:
“Pezina perempuan dan laki-laki hendaklah dicambuk seratus
kali dan janganlah merasa belas kasihan kepada keduanya
sehingga mencegah kamu dalam menjelaskan hukum Allah, hal
ini jika kamu beriman kepada Allah dan akhirat. Dan
hendaklah dalam menjatuhkan sanksi (mencambuk) mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman (Fauzan
Al-Anshari, 2002: 6).
Zina ada dua macam yakni zina muhsan (pezina yang sudah
menikah) dan ghoiru muhsan (pezina yang belum menikah).
Berkaitan dengan hukuman bagi pezina itu, imam Syafi’i juga
berpendapat hukuman rajam (stoning to death), yang berarti
hukuman mati bagi pezina muhsan sudah seharusnya dibebankan
atas pelaku zina apabila perbuatan zina itu diketahui oleh empat
orang saksi. Bagi imam Syafi’i hukuman dera sangat pantas
diberikan kepada pelaku zina Muhsan karena si pelaku zina
seharusnya (wajib) menjaga loyalitas dan nama baik keluarga, dan
lagi perbuatan zina itu mengandung bahaya-bahaya yang besar
bagi keluarganya, masyarakat, dan Negara (Zuhdi masdjfuq, 1997: 35-
36).
66
Seseorang yang melakukan zina bukan “muhsan” baik laki-laki
atau perempuan wajib dikenakan ke atas mereka hukuman cambuk
seratus kali dan di buang keluar negeri atau diasingkan selama
setahun (Fauzan Al-Anshari abdurrahman Madirie, 2002: 6).
Sangat berbeda dengan orang yang tidak mengenal pesantren,
karena mereka yang tidak dipondok sangat kurang ilmu agama
sehingga jarang memperhatikan hal-hal yang dilarang agama,
mereka kurangnya kasih sayang dari orang-orang yang disayang,
keseharian yang tidak dipesantren kurang terkontrol, mereka
bergaul dengan bebas dan mereka terpengaruh dengan pergaulan
tersebut, sehingga mereka bisa sangat mudah terpancing untuk
melakukan perzinaan tersebut.
Dapat penulis simpulkan akhlak pergaulan pada zaman
sekarang haruslah selalu memperhatikan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan Allah. Selalu
berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits. Memilih teman yang baik
akhlaknya, agar mempengaruhi kita untuk menjadi orang yang
lebih baik lagi serta bertambah ilmu yang positif.
6. Akhlak Terhadap Rasulullah SAW.
يا نبى سلم علي * يا رسول سلم علي
علي ياحبيب سلم علي * صلوا ت للا
67
Artinya: “Wahai Nabi, salam sejahtera bagimu, Wahai Rasul salam
sejahtera bagimu. Wahai kekasih salam sejahtera bagimu,
Shalawat Allah bagimu” (Majmu’, tt: 70).
كم لقد جا ءام رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص علي
ؤمنين ركوف رحيم بالم
Artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari
kamummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”
(Majmu’, tt: 3).
Pertama-tama wajib bagi setiap hambanya mencintai Allah
SWT, dan ini merupakan bentuk ibadah yang paling agung. Allah
berfirman dalam (QS. Al-Baqarah 2: 165) yang berbunyi:
والذين منوا ادا يحبونهم احب للا أند ون للا النا من يتخذ من د ومن
ولو يرى الذين ظلموا إن يرون أشد حب ا لل ة لل جميعا العذاب أن القو
شديد العذاب وأن للا
Artinya:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah
Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.
Karena Dialah Rabb yang memberi anugerah kepada segenap
hamba-Nya dengan berbagai nikmat, baik lahir maupun batin.
68
Selanjutnya, setelah mencintai Allah SWT, kita wajib pula
mencintai Rasul-Nya, sebab Rasulullah adalah orang yang menyeru
kepada Allah, yang mengenalkan manusia kepada-Nya,
menyampaikan syari’at-Nya dan yang menjelaskan hukum-hukum-
Nya.
Karena itu, kebaikannya yang diperoleh kaum mukmuin, baik
dunia maupun akhirat, adalah dari usaha Rasulullahu alaihi wa
sallam. Dan tidaklah seseorang masuk surga kecuali mentaati dan
mengikuti Rasulullah SAW. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa
ada tiga perkara yang jika seseorang memilikinya akan merasakan
manisnya iman, yaitu bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cinta
daripada selain keduanya, dan tidak mencintai seseorang kecuali
karena Allah serta benci kembali kepada kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya daripadanya, sebagaimana ia benci untuk
dilemparkan ke Neraka” (Fauzan Abdullah, 1999: 97).
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman.
Semua orang Islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba
Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran Rasulullah SAW
adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum
dengannya. Ahlus sunnah mencintai Rasulullah SAW dan
mengagungkannya sebagaimana para sahabat Rasulullah mencintai
Rasulullah lebih dari kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan
keluarga mereka, sebagimana sabda Rasulullah saw, yang artinya:
69
“Tidak beriman salah seorang diantara kamu, sehingga aku lebih
dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan
manusia semuanya” (HR. Bukhari Muslim) (Jawas Yazid bin Abdul
Qodir, 2013: 249).
Berikut akhlak terhadap Rasulullah SAW yaitu: a)
Membenarkan apa yang disampaikan (dikabarkan), b) Mengikuti
syariatnya, c) Mencintai Rasulullah SAW, dan mengikuti jejak
langkahnya, d) Memperbanyak shalawat kepada Rasulullah, e)
Mewarisi risalahnya (Kasmuri dkk, 2012: 71-72).
Jadi dapat penulis simpulkan akhlak terhadap Rasulullah
sangat diperlukan, karena Rasulullah merupakan kekasih Allah
yang menyebarkan agama Islam, yang bisa memberikan syafa’atnya
kelak dihari kiamat. Mencintai Rasulullah secara tulus dengan
mengikuti semua sunnahnya. Menjadikannya sebagai panutan, suri
tauladan dalam hidup dan kehidupan. Menjalankan apa yang
diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya.
7. Akhlak dalam Mencari Pasangan.
يمان به طيب ريا فخطبته لنفسها لتشم من اال
Artinya: “Kemudian Khadijah melamar dirinya dengan maksud agar ia
dapat merasakan bau iman dan kesegarannya”. Maka beliau
SAW memberitahukan maksud Khadijah kepada paman-
pamannya untuk dimintai perimbangan” (Majmu’, tt: 42).
Pernikahan menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
70
seorang wanita ebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan yang Maha Esa.
Islam menggariskan kriteria yang harus diperhatikan dalam
proses menuju sebuah perkawinan sebagai suatu acuan untuk
memilih pasangan yang nantinya akan dijadikannya sebagai
pendamping calon suami-istri. Pasangan hidup yang terbaik adalah
suatu impian bagi semua kalangan manusia yang akan
melaksanakan perkawinan. Akan tetapi, untuk menemukan pasangan
yang sekufu bukan hal mudah dalam kehidupan yang semakin
pesat sekarang ini. Adil Abdul Mun’im Abu Abbas dalam bukunya
menjelaskan tentang beberapa kriteria dalam memilih calon
pasangan agar tidak terjadi kesalahan atau tersesat nantinya.
Carilah wanita yang mempunyai agama, niscaya engkau akan
beruntung. Jika memalingkan kepentingan agama dan lebih
mementingkan kecantikan, kekayaan, dan keturunanya pasti merugi
(Adil Abdul Mun’im Abu Abbas, 2008: 57). Sebagaimana dalam kitab
Bulughul Maram hadis Nabi SAW:
رةرضيللاوعن صلع أبيهري بي هولل ا ىللاهعنال علي
بذات فر ه،فز بع:لمله،ولحلبه،ولجمله،ولدي أةلر كحال مر ت
عة( ب ةالل همعبقي يداك)متفقعلي نتربت ي الد
71
Artinya:
Dari Abu Hurairoh radliyallahu’anhu bahwa ىabi SAW
bersabda: “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu:
harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah
wanita yang taat beragama, engkau akan bahagia” (Muttafaq
Alaih dan Imam Lima) (Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘asqalani, 2013:
257).
صلى للا وعنه قال: عليه وسلم يأمر بالباءةو وينهى عن اان رسوللا
بكم االنبياء جوا الودودالولودإنى مكاثر التبتل نهيا شديداو ويقول : تزو
لقيامة )روا احمدو وصححه ابن حبان(يوم ا
Artinya:
Anas ibnu malik radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah SAW
memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang kami
mebujang. Beliau bersabda: “Nikahilah perempuan yang subur
dan penyayang, sebab dengan jumlahmu yang banyak aku
akan berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat”
(Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban) (Al-Hafizh
Ibnu Hajar Al-‘asqalani, 2013: 256-257).
شراة وال تنكحوا المشراا ن م ؤمنة خير م ت حتى يؤمن ولمة م
ؤمن خير ولو أعجبتكم وال تنكحوا المشراين حتى يؤمنوا ولعبد م
شرك ولو أعجبكم أولـئ يدعون إلى النار ن م إلى يدعو وللا م
رون الجنة والمففرة بإننه ويبين ياته للنا لعلهم يتذا
Artinya:
“Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik sebelum
mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan beriman
lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik
hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik
(dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman.
Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik
72
daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil
pelajaran” (QS. Al-Baqarah 2: 221).
Pada suatu ketika, Abu Thalib berbincang-bincang dengan
saudara perempuannya yang bernama ‘Atiqoh mengenai diri Nabi
Muhammad SAW. Abu Thalib berkata: “Muhammad sudah berusia
dua puluh empat tahun. Sudah saatnya dia menikah. Tapi kita tak
mampu menyiapkan kebutuhankebutuhan yang diperlukan untuk
pernikahan dan tidak tahu apa yang harus di perbuat” (Muhammad
Mukhlis Noer, 2011: 22).
Setelah memikirkan segala upaya, Atiqah pun berkata: “Saudaraku,
aku mendengar berita bahwa Khadijah akan memberangkatkan
kafilah niaga ke negeri Syam dalam waktu dekat ini. Orang yang
bisa bekerja dengannya biasanya mendapatkan imbalan yang banyak
dan diberkahi Allah SWT. Bagaimana kalau kita pekerjakan
Muhammad kepadanya?. Aku kira inilah jalan terbaik untuk
memperoleh nafkah, kemudian dicarikan istri” (Muhammad Mukhlis
Noer, 2011: 23) .
Ketika mendengar nama Muhammad, Khadijah berfikir dalam
hatinya, “Oh, inilah tafsir mimpiku sebagaimana yang diramalkan
oleh Waraqah Ibn Naufal, bahwa Muhammad dari suku Quraiys,
dari keluarga bani Hasyim dan namanya Muhammad, orang terpuji,
berbudi pekerti tinggi dan Nabi akhir zaman.” Seketika itu juga
73
timbullah keinginan di dalam hati Khadijah untuk segera menikah
dengan Muhammad, tetapi tidak ditampakkan keinginan tersebut,
karena untuk menghindari fitnah. “Baiklah, saya terima tawaranmu dan
saya berterima kasih atas kesediaan Muhammad. Semoga Allah
SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita.” Wajah Khadijah berseri,
tersenyum sopan, menyembunyikan gejolak bahagia dalam hatinya.
Tatkala kafilah niaga milik Khadijah siap berangkat, Maisarah
berkata, “Hai Muhammad, pakailah baju bulu itu dan peganglah
bendera kafilah. Engkau berjalan di depan menuju ke negeri Syam!”
Nabi Muhammad SAW turun dari untanya, pergi melepas lelah di
bawah pohon yang rindang. Rahib keluar dari tempat pertapaanya.
Rahib terheran-heran melihat gumpulan awan yang menaungi kafilah
dari Makkah itu, padahal tidak pernah terjadi selama ini. Ia tahu apa arti
tanda itu, karena pernah dibacanya di dalam kitab Taurat (Muhammad
Mukhlis Noer, 2011: 24-25).
Rahib menyiapkan suatu penjamuan bagi kafilah itu dengan
maksud untuk mengetahui siapa pemilik kebahagiaan tersebut. Semua
anggota rombongan kafilah hadir dalam penjamuan itu, kecuali Nabi
Muhammad SAW seorang diri untuk menjaga barang-barang dan
kendaraan. Ketika melihat awan itu tidak bergerak tetap di atas
kafilah, Rahib bertanya, “apakah ada di antara kalian masih ada
74
yang belum hadir disini?”. Maisarah menjawab, “Hanya satu orang
yang tidak ikut kesini, untuk menjaga barang-barang”.
Rahib menatap wajah Nabi Muhammad SAW dengan perasaan
takjub seraya bertanya, “Sudikah engkau memperlihatkan tanda di
badanmu agar jiwaku tentram dan keyakinanku lebih mantap?”.
“Tanda apakah yang kau maksudkan?” Tanya Nabi Muhammad
SAW.
“Silahkan buka bajumu supaya kulihat tanda kenabian antara kedua
bahumu!”. “Ya, ya, tertolong, tertolong!” seru Rahib.
“Pergilah kemana engkau hendak pergi. Engkau harus ditolong!”
Jawab Nabi Muhammad SAW.
Rahib itu mengusap wajah Nabi Muhammad SAW sambil berkata,
“Hai hiasan di hari kemudian, hai pemberi syafaat di akhirat, hai
pribadi yang mulia, hai pembawa nikmat, hai Nabi rahmat bagi
seluruh alam!”. Dengan pengakuan demikian, Rahib dari ahli kitab
itu telah menajadi seorang muslim sebelum Nabi Muhammad SAW
resmi menerima wahyu kerasulan (Muhammad Mukhlis Noer, 2011:
26-27).
Ketika Nabi Muhammad SAW menuntun untanya dan sudah hilang
dari pandangan mata, maka Allah SWT memerintahkan kepada
75
malaikat Jibril as, “Hai Jibril, lipatlah bumi di bawah kaki unta
yang di naiki Muhammad!” (Muhammad Mukhlis Noer, 2011: 28).
Kemudian Allah SWT mendatangkan kantuk kepada baginda
Muhammad SAW, sehingga Nabi tertidur nyenyak dan tiba-tiba
telah sampai di Makkah dalam waktu yang sangat singkat. Saat
terbangun, ia heran mendapati dirinya telah berada di depan pintu
gerbang kota kelahirannya. Baginda Rasul SAW sadar ini adalah
mukjizat Allah SAW kepadanya, lalu bersyukur dan memuji Dzat
yang Maha Kuasa (Muhammad Mukhlis Noer, 2011: 29).
Sementara Nabi Muhammad SAW mengarahkan untanya
menuju rumah Khadijah ra. Dan secara kebetulan saat itu Khadijah
ra, sedang duduk sambil kepalanya keluar jendela memandangi jalan
ke arah Syam. Tiba-tiba dilihatnya Nabi Muhammad SAW di atas
unta dari arah berlawanan di bawah naungan awan yang bergerak
perlahan-lahan di atas kepalanya.
Nabi Muhammad SAW datang ke rumah Khadijah ra dan
Khadijah itu berkata, “Hai Al-Amin, katakanlah apa keperluanmu!”
suaranya ramah bernada lembut.
Dengan sikap rendah diri tpi tau harga diri, Nabi Muhammad SAW
berbicara dengan jelas dan terus terang, meskipun agak malu-malu,
“Kami sekeluarga memerlukan nafkah dari bayaranku dalam
rombongan niaga. Keluarga kami memerlukannya.” Kepalanya
76
tertunduk dan Khadijah ra itu memandang dengan penuh
ketakjuban.
Kemudian Khadijah secara terus terang meskipun dengan
tekanan suara yang memikat dan mengandung isyarat, ”Aku hendak
menikahkanmu dengan seorang wanita bangsawan Arab. Orangnya
baik, kaya, diinginkan oleh banyak raja dan pembesar Arab, akan
tetapi ditolaknya. Kepadanya aku hendak membawamu.Tetapi sayang,
wanita tersebut ada aibnya. Dia dulu sudah pernah bersuami. Kalau
engkau mau, maka dia akan menjadi pelayanmu dan mengabdi
kepadamu”.
Nabi Muhammad SAW tidak menjawab. Mereka berdua sama-
sama terdiam, sama-sama terpaku dalam pemikirannya masing-
masing. Yang satu memerlukan jawaban, yang lainya tak tahu apa
jawabnya.
Lalu Nabi Muhammad SAW pamit pulang dan menceritakan
pernyataan Khadijah kepada Abu Thalib, dan paman-pamannya.
Mereka pun juga ikut menyetujuinya karena keutamaannya,
agamanya, kecantikannya, hartanya, dan nasabnya. Seluruh golongan
beliau sendiri juga mendukungnya. Abu Thalib yang pada acara
pinangan itu berkhutbah memuji Nabi SAW setelah memuja kepada
Allah SWT dengan pujian-pujian. Abu Thalib berkata, “Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah SWT yang menciptakan kita sebagai
77
keturunan Ibrahim, benih Ismail, anak cucu Ma’ad, dari keturunan
Mudhar”.
“Sesungguhnuya anak saudaraku ini, Muhammad Ibn Abdullah,
kalau ditimbang dengan lelaki manapun, niscaya ia lebih tinggi
derajatnya dibanding mereka semua. Ia memang tidak berharta,
namun ketahuilah bahwa harta benda itu hanyalah bayang-bayang
yang akan hilang dan sesuatu yang akan cepat perginya. Dan
terhadap Muhammad, tuan-tuan semua mengenalinya siapa dia
sebenarnya. Dia telah melamar Khadijah binti Khuwailid. Dia akan
memberikan mas kawin lima ratus dirham yang akan segera
dibayarnya dengan tunai dari hartaku dan saudara-saudaraku”.
“Demi Allah SWT, sesungguhnya aku mempunyai firasat
tentang dirinya, bahwa sesudah ini, yakni di saat-saat mendatang, ia
akan memperoleh berita gembira serta pengalaman-pengalaman
hebat. Dan semoga Allah SWT memberkahi pernikahan ini”.
Beliau Rasulullah SAW memperoleh anak yang cukup banyak.
Kesemuanya anak dari Nabi dan Siti Khadijah kecuali seorang anak
yang bernama Ibrahim. Adapun Ibrahim adalah anak dari Nabi Siti
Mariyah, seorang istri Rasulullah SAW yang berasal dari Negara Mesir
(Muhammad Mukhlis Noer, 2011: 62-69).
Dapat penulis simpulkan bahwa ketika mencari calon pasangan
hidup baik laki-laki maupun perempuan haruslah memperhatikan
78
empat hal yaitu: harta, kecantikan, keturunan, dan agamanya. Namun,
hal pokok yang perlu diperhatikan yakni agamanya, apabila
agamanya sudah melekat pada dirinya maka kehidupan keluarganya
kelak sebab semua diserahkan kepada Allah serta sudah tertata
hidupnya. Janganlah menikahi orang musyrik karena cara berfikrinya
tidak akan pernah selaras dengan orang muslim.
C. Relevansi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Kitab Al-Barzanji Dengan
Pendidikan Islam.
1. Nilai pendidikan akhlak terhadap Allah.
Dikaitkan relevansi nilai pendidikan akhlak dalam Al-Barzanji
terhadap pendidikan agama Islam, kita setiap manusia mempunyai
keterbatasan dalam hal apapun, setiap manusia mempunyai
kekurangan serta kelebihan tidak ada yang sempurna di dunia ini
karena yang sempurna hanyalah Allah SWT. Alangkah baiknya
seorang muslim tetap tawadhu’ dan selalu bersyukur atas nikmat
yang Allah berikan kepada kita. Hidup ini murah seperti ketika
menghirup udara di dunia itu gratis, meminum air gratis, bisa
melihat, mendengar, berjalan dan masih banyak lagi hal yang
diberikan Allah kepada manuisa secara gratis tanpa Allah meminta
imbalan, tetapi kenapa banyak orang yang tidak bersyukur atas apa
yang Allah berikan kepada manusia selama ini. Kebanyakan orang
di dunia ini terlalu sombong dengan apa yang di miliki saat ini
79
padahal itu semua hanyalah titipan dari Allah kepada manusia saat
hidup di dunia ini.
2. Nilai akhlak terhadap orang tua.
Dikaitkan dengan relevansi nilai pendidikan akhlak dalam Al-
Barzanji terhadap pendidikan agama Islam yakni sebagai anak
seharusnya dan wajib untuk selalu menghormati orang tua serta
selalu menjaga akhlaknya terhadap orang tua, janganlah pernah
membuat sakit hati orang tua terutama ibu. Ibu yang selama
sembilan bulan mengandung dalam keadaan lemah, menyapihnya
selama dua tahun serta membesarkan kita dengan susah payah.
Ayah yang selama ini bekerja mencari uang untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya setiap hari. Ayah juga yang selalu
memberikan kita nasihat-nasihat supaya anaknya kelak menjadi
orang yang berguna.
3. Nilai pendidikan akhlak terhadap keluarga.
Dikaitkan dengan relevansi nilai pendidikan akhlak dalam Al-
Barzanji terhadap pendidikan agama Islam yakni patutlah setiap
orang harus kokoh di dalam keluarga, karena disetiap orang itu
mempunyai pertanggung jawaban di akhirat nanti. Seorang suami
akan dimintai pertanggung jawabannya tentang keluarganya,
seorang istri akan dimintai pertanggung jawabanya atas suami dan
anak-anaknya, seorang pembantu akan dimintai pertanggung
80
jawabanya tentang harta majikannya. Maka dari itu semua orang
itu adalah pemimpin.
4. Nilai pemdidikan akhlak terhadap anak.
Dikaitkan dengan relevansi nilai pendidikan akhlak dalam Al-
Barzanji terhadap pendidikan agama Islam yakni bahwasannya
pendidikan akhlak kepada anak sangatlah penting agar anak
mengetahui tentang mana yang benar dan mana yang salah,
bertanggung jawab pada dirinya sendiri, mengetahui halal haram, baik
itu dalam kaitan kehidupan sehari-hari. Melaksanakan semua
perintah Allah SWT dengan penuh ke ikhlasan dan menjauhi segala
larangan Allah SWT.
5. Nilai akhlak terhadap pergaulan.
Dikaitkan dengan relevansi nilai pendidikan akhlak dalam Al-
Barzanji terhadap pendidikan agama Islam yakni Relenvansinya
akhlak dalam pergaulan dengan kehidupan sekarang adalah: anak
yang hidup kehidupan pesantren dengan yang tidak pernah
dipesantren sangatlah berbeda. Kebanyakan anak yang di pondokkan
oleh orang tuanya kehidupan sehari-hari akan terjamin, karena
selama dua puluh empat jam anak yang dipesantren selalu bergaul
dengan orang-orang muslim baik ukhti maupun akhi, selalu
diajarkan ilmu-ilmu yang ada sumbernya, selalu diatur
kehidupannya selama dipondok, waktunya selalu digunakan untuk
81
mengaji dan hal-hal yang bermanfaat lainnya, maka dari itu kecil
kemungkinan untuk anak-anak yang dipondok untuk melakukan
perzinaan.
Berusaha untuk menahan amarah dengan berfikir kembali
apakah yang dilakukan itu benar dan bermanfaat bagi diri sendiri
dan orang lain atau malah sebaliknya. Selalu menanamkan budi
pekerti pada diri sendiri merupakan modal untuk bergaul dengan
orang lain.
6. Nilai akhlak terhadap Rasulullah SAW.
Dikaitkan dengan relevansi nilai pendidikan akhlak dalam Al-
Barzanji terhadap pendidikan agama Islam yakni bagi seorang
mukmin, sudah seharusnya dan sepantasnya kita mencintai
Rasulullah melebihi cinta kita kepada siapapun selain Allah SWT.
Bila iman kita tulus, lahir dari lubuk hati yang paling dalam,
tentulah kita akan mencintai Rasulullah, karena cinta itulah yang
membuktikan kita betul-betul beriman atau tidak kepada
Rasulullah. Kasih sayang dan kecintaan terhadap Rasulullah dapat
kita wujudkan dengan memperingati hari lahirnya Nabi
Muhammad yakni dengan membaca Al-Barzanji.
7. Nilai akhlak dalam mencari pasangan.
Dikaitkan dengan relevansi nilai pendidikan akhlak dalam Al-
Barzanji terhadap pendidikan agama Islam yakni ada zaman
82
sekarang banyak orang yang menikah antara orang muslim dengan
non-muslim. Di dalam Al-Qur’an serta hadist juga sudah dijelaskan
mengenai dilarangnya menikah antara muslim dengan non-muslim
bahkan di negara Indonesia sendiri juga tidak membolehkan
menikah beda agama. Orang-orang yang menikah dengan non
muslim kebanyakan hanya memandang karena kecantikan, harta
serta buta karena cinta. Padahal di dalam Islam sudah dilarang
kerang menikah dengan non-muslim.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwasannya di
dalam kitab Al-Barzanji karangan Syaikh Ja’far Al-Barzanji sangat
banyak sekali nilai-nilai pendidikan akhlak yang dapat terapkan
dalam kehidupan sehari-hari, supaya kita bisa hidup tenang, damai,
dan tentram. Oleh karena nilai-nilai akhlak tersebut merupakan
akhlak yang selalu dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, serta kita
melantunkan isi syair yang terdapat dalam kitab Al-Barzanji, karena
isi di dalamnya merupakan sanjungan untuk Nabi Muhammad
SAW.
83
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Berdasarkan hasil dari pembahasan penelitian yang dilakukan oleh
penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab Al-
Barzanji karya Syaikh Ja’far Al-Barzanji: (a). Perintah untuk
menjaga keimanan dengan taat pada perintah Allah dan menjauhi
larangannya., (b). Berbakti kepada orang tua dengan jalan
menghormati, mematuhi, sebagai bagian dari mengharap ridho
Allah., (c). Menjaga akhlak dalam setiap pergaulan yang dijalaninya
diantaranya dalam keluarga, kepada anak, istri, dan orang lain,
dengan indikator sopan dalam bertutur kata, berperilaku, dan
amanah dalam setiap tugas yang idberikan., (d). Menjadikan Rasul
sebagai uswah khasanah (suri tauladan) dalam kehidupan sehari-hari,
terutama didalam bidang aqidah, syariah, ibadah, dan muamalah.
2. Relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam
kitab Al-Barzanji dengan pendidikan Islam adalah: (a). Menjadikan
perilaku Islam tidak berhenti pada ranah kognitif saja, namun juga
pada sisi afektif, dan psikomotorik., (b). Mencetak generasi insan
kamil (pari purna) karena pengetahuan yang dimiliki berbanding
84
lurus dengan akhlak yang terpuji (mahmudah) sebagaimana yang
digambarkan dalam kitab Al-Barzanji.
B. Saran
Pendidikan dan akhlak menjadi sangat penting dalam sendi agama dan
kehidupan manusia. Baik dalam hubungannya kepada sang pencipta
alam yaitu Allah swt maupun hubungannya kepada manusia. Seseorang
akan mendapatkan derajat yang tinggi apabila dia berilmu pengetahuan
banyak dan mengamalkannya. Dalam hal beribadah misalnya, sholat, kita
harus mengetahui ilmunya rukun dan syarat agar ibadah kita tidak sia-sia dan
diterima oleh Allah. Maka dari itu marilah pendidikan di utamakan
supaya menjadi orang yang memiliki kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani.
85
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Agama RI. (2013). Ar-Rahim Al-Qur’an Dan Terjemahan. Jakarta:
Mikraj Khasanah Ilmu.
Abbas, S. (2004). 40 masalah agama 2. Jakarta: Pusaka Tarbiyah
Al-Ghalayini, M. (2009). ‘Idhatun Nasy’in. Terj. Siroj Zaenuri, Hadi Nur. Jil 2.
Jakarta: PT Albama.
Aini, A., H., F dan Mutaqin, K. (1992). Menerabas Krisis pendidikan Dunia
Islam Malang. Jakarta: PT. Megatama Sofwa Pressindo Al-jamil. Golden
Terayon Press.
Al-‘Asqalany, A., I., H. (2013). Terjemah Bulughul Maram. Jogjakarta: Hikam
Pustaka.
Al-Jazairi, A., B., J. ( Tt). Minhajul Muslim. Terjemah oleh Mustofa.
Al-Maliki, M., B., A., B., A. (2005). Haul Ihtifaal bi Dzikra Al-Maulid An-
Nabawiy Asy-Syarif. Bairut : Al-Fithrah.
Al-Syaibany, O., M., A. (1992). Falsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan
Bintang.
Asrori, M. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: CV. Wacana Prima.
Atang, ABD. H dan Mubarok. J. (1999). Metodologi study islam. Bandung:
Remaja Posda Karya.
Aziz, D., A. (2001). Ensiklopedi Hukum Islam JIlid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve.
Baradja, A., U., B., A. (1992). Bimbingan Akhlak Bagi Anak Putra-Putri Anda.
Cet. Ke-40. Surabaya: Yayasan Perguruan Islam.
Darwisy, M., F., D. (1899). Al-Kawakib Al-Anwar Syarh Al-Maulid Al-Nabawiy.
Kairo: Markaz Ibnu Al-Athar Li At-Turats
Fattah, M., A. (2011). Tradisi Orang-orang NU. Yogyakarta: PT LKIS Printing
Cemerlang
Fanani, M. (2010). Metode Studi Islam Aplikasi Sosiologi Pengetahuan Sebagai
Cara Pandang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
86
Ibrahim, M. (1990). Seratus Delapan puluh Sifat Tercela dan Terpuji. Jakarta:
CV Haji Masagung.
Jabir, A., A., B. (2004)Ensiklopedia Muslim. Cet 7. Jakarta Timur : PT Darul
Falah.
Mukhlas, N., M. (2014). Setetes Lautan Kisah Sang Rasul. Kediri : Lirboyo
Press.
Muthohar, A. (2011). Maulid Nabi Menggapai Keteladanan Rasulullah SAW.
Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang.
Nawawi, I. (2011). Terjemahan Arba’in Nawawiyah Makna Gandul Jawa Dan
Terjemah Indoneisa. Surabaya: Al-Miftah Surabaya.
Paisun. (2010). Dinamika Islam Kultural. Banjarmasin: annual Converence On
Islamic Studies (ACIS).
Poerbakawatja, S. (1979). Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
Sakir, M. (2011). Nasihat Orang Tua Kepada Anaknya. Surabaya: Al-Miftah.
Sarwono, S. 2012. Psikologi Remaja. Cet:XV. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sihab, M., Q. (2009). Tafsir Al-Misbah jilid 10: pesan, kesan, dan keserasian Al-
Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati.
Tanpa Nama. (1994). Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Tanpa Nama. (1990). Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka
Tanpa Nama. (tt). Majmu’. Semarang: Pustaka Al-‘alawiyyah.
Tsabit, M., K. (2013). Taarikhul Ihtifaal bi Maulidi an-Naby Shalallahu
Alaihi Wasallam wa Madhaahiruhu fii Al-„Aalam. Mesir: Darul Muqtam
li Nasr Wat Tauzi.
Zahruddin A., R., M. (2004). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
87
88
89
90
91
92