bab ii kti -...

37
BAB II KONSEP DASAR A. Konsep Dasar Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Friedman (1998) keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Menurut Bailon dan Maglaya (1978) yang dikutip oleh Murwani (2007) keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing - masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal di satu tempat/rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan. 2. Struktur Keluarga Menurut Friedman (1998) yang dikutip dalam Murwani (2007) struktur keluarga terdiri atas : pola komunikasi keluarga, struktur peran, struktur kekuatan, dan nilai-nilai keluarga. Pola komunikasi keluarga, yang pertama yaitu pola interaksi keluarga yang berfungsi : bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan

Upload: phungphuc

Post on 10-Jul-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut Friedman (1998) keluarga adalah dua orang atau lebih

yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan

yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Menurut Bailon dan Maglaya (1978) yang dikutip oleh Murwani

(2007) keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu

rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran

masing - masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih

yang tinggal di satu tempat/rumah, saling berinteraksi satu sama lain,

mempunyai peran masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1998) yang dikutip dalam Murwani (2007)

struktur keluarga terdiri atas : pola komunikasi keluarga, struktur peran,

struktur kekuatan, dan nilai-nilai keluarga.

Pola komunikasi keluarga, yang pertama yaitu pola interaksi

keluarga yang berfungsi : bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan

Page 2: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

konflik keluarga, berfikiran positif dan tidak mengulang-ulang isu dan

pendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

berfungsi untuk : karakteristik pengirim (yakin dalam mengemukakan

sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu

meminta dan menerima umpan balik), karakteristik penerima (siap

mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan validasi).

Struktur peran, dalam hal ini peran adalah serangkaian perilaku

yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang

dimaksud dengan peran formal adalah posisi individu dalam masyarakat

misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Sedangkan peran

informal misalnya anak membantu tugas ibu di rumah, suami merangkap

tugasnya sebagai ibu rumah tangga karena dia seorang single parent, dan

sebagainya.

Struktur kekuatan, dalam hal ini kekuatan merupakan kemampuan

(potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau

mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif.

Ada beberapa macam tipe kekuatan struktur kekuatan, yaitu : legitimate

power (kekuasaan/hak untuk mengontrol), referent power (kekuasaan

seseorang untuk ditiru), reward power (kekuasaan penghargaan karena

kepatuhan seseorang), coercive power (kekuasan paksaan yang mampu

untuk menghukum bila tidak taat), affective power (kekuasaan afektif).

Nilai-nilai keluarga, nilai merupakan suatu sistem, sikap dan

kepercayaan yang secara sadar atau tidak mempersatukan anggota

Page 3: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu

pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah perilaku

yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

3. Tipe/Bentuk Keluarga

Menurut Effendy ( 1998 ) tipe dan bentuk keluarga diantaranya adalah :

a. Keluarga Inti (Nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak.

b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah

dengan sanak saudara, misalnya, nenek, kakek, keponakan, sepupu,

paman, bibi, dan sebagainya.

c. Keluarga Berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari 1 kali dan merupakan satu

keluarga inti.

d. Keluarga Duda/Janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

e. Keluarga Berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang yang menjadi satu

tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga

4. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Murwani (2007)

mengidentifikasi lima fungsi keluarga, yang terdiri dari fungsi afektif,

Page 4: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

fungsi sosialisai dan penempatan sosial, fungsi reproduksi, fungsi

ekonomi, dan fungsi perawatan kesehatan.

Fungsi afektif, berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,

yang merupakan basis kekuatan keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi

oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : saling

mengasuh, misalnya : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan

dukungan dari anggota yang lain. Saling menghargai, misalnya : bila

anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak

setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif,

maka fungsi afektif akan tercapai.

Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial, sosialisasi adalah proses

perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan

interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi

dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk

belajar bersosialisasi. misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap

ayah, ibu, dan orang – orang yang disekitarnya, kemudian beranjak balita

dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun

demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.

Fungsi reproduksi, keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan

dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada

Page 5: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan

keturunan.

Fungsi ekonomi, merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan

makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Fungsi perawatan kesehatan, keluarga juga berperan atau berfungsi

untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, tugas kesehatan keluarga

adalah sebagai berikut : mengenal masalah kesehatan, mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, memberikan

perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau

menciptakan suasana rumah yang sehat, mempertahankan hubungan

dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat. (Friedmann 1998)

Mengenal masalah kesehatan, yaitu keluarga mengetahui mengenai

fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan

gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta peresepsi

keluarga terhadap masalah.

Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat,

yaitu keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah kesehatan

yang dirasakan keluarga, sehingga dapat mengambil keputusan yang

terbaik untuk angota keluarga yang sakit.

Page 6: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, yaitu

keluarga mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi,

prognosa dan cara perawatannya), mengetahui tentang sikap dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui keberadaan

fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, mengetahui sumber-sumber

yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,

sumber keuangan/financial, fasilitas fisik, psikososial).

Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,

yaitu keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,

keluarga meluhat keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan,

mengetahui upaya pencegahan penyakit, sikap/pandangan keluarga yang

positif terhadap hygiene sanitasi, kekompakan antar anggota keluarga yang

selalu terjaga.

Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas

kesehatan masyarakat, yaitu keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan, memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari

fasilitas kesehatan, dan mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan akan

memberikan yang terbaik. (Friedmann 1998 yang dikutip oleh Murwani

2007)

5. Tugas Perkembangan Keluarga

Pada tahap ini, keluarga Tn. S menduduki tahap VI, yaitu:

keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda, permulaan dari fase

Page 7: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah

orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”, ketika anak terkhir

meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang,

tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa

banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah setelah

tamat dari SMA dan perguruan tinggi. Tugas-tugas perkembangan pada

tahap ini adalah: memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru yang didapkan melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan

untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan,

membantu orang tua lanjut usia yang sakit-sakitan dari suami maupun istri.

6. Alasan Keluarga Menjadi Fokus Asuhan

Alasan mengapa keluarga menjadi fokus setra dari perawatan, yaitu :

Dalam Sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera,

perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga, dan

dalam hal tertentu seringkali akan mempengaruhi anggota keluarga yang

lain dan unit ini secara keseluruhan. Keluarga mempunyai hubungan erat

dan bersifat mandiri, dimana maslah-masalah seorang individu

“menyusup” dan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan seluruh

sistem.

Page 8: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status

kesehatan anggotanya, bahwa peran dari anggota keluarga sangat penting

bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu,

mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Mengkaji atau menilai

dan memberikan perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam

membantu setiap anggota keluarga untuk mencapai suatu keadaan sehat

(wellness) hingga tingkat optimum.

Melalui perawatan kesehatan yang berfokus pada peningkatan,

perawatan diri (self-care), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga,

serta upaya-upaya dari lingkungan. Tujuan utamanya adalah untuk

mengangkat derjat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang mana

secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota

keluarga.

Upaya menemukan kasus merupakan satu alasan bagus lainnya

untuk memberikan perawatan kesehatan. Adanya masalah pada salah satu

anggota keluarga dapat menyebabkan ditemukannya faktor-faktor resiko

pada yang lain. Ini sering menjadi masalah ketika mengunjungi keluarga

yang memiliki masalah-masalah kesehatan yang kronis atau penyakit-

penyakit yang dapat menular. Perawat keluarga bekerja lewat keluarga

agar dapat menyentuh seluruh anggota keluarga.

Mengingat keluarga merupakan sistempendukung yang vital bagi

individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai dan

Page 9: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

disatukan kedalam perencanaan tindakan bagi individu-individu.

(Friedmann 1998 yang dikutip oleh Murwani 2007)

B. Konsep Dasar Diabetes Melitus (DM)

1. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekolompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi.

Glokusa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.

Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner dan

Suddarth, 2002).

Diabetes mellitus adalah suatu sindroma yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah disebabkan oleh karena adanya

kelainan pada sel beta pada pulau Langerhans kelenjar pankreas

(Soegondo, 2005).

Diabetes mellitus pada lansia merupakan patofisiologis akibat

proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa

gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering

Page 10: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa

kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka

pada tungkai yang sukar sembuh (http://www.IlmuKeperawatan.

Com/online 23 juli 2011).

Dari kedua definisi diatas tentang DM diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan

oleh pankreas) dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat dimana

seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik, karena proses

autoimmune.

Tipe Diabetes : Menurut (Smeltzer&Bare, 2002) ada beberapa tipe

diabetes mellitus. Klasifikasi diabetes yang utama adalah :

a. Tipe I : Diabetes melitus tergantung insulin (insulin dependent

diabetes mellitus) (IDDM).

b. Tipe 2 : Diabetes melitus tidak tergantung insulin (non insulin

dependent diabetes mellitus) (NIDDM).

c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom

lainnya.

d. Diabetes melitus gestasional (gestational diabetes mellitus) (GDM).

2. Anatomi dan Fisiologi

Page 11: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

Gambar 2.1 Anatomi Pankreas

Sumber : http://upload.wikimedia.org

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-

kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan

beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan

2 di belakang lumbung.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu : (1). Asini sekresi

getah pencemaran kedalam duodenum. (2). pulau langerhans yang tidak

mengeluarkan skretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon

langsung ke darah.

Pulau-pulau langerhans yang menjadi system endokrinologis dari

pankreas terbesar dari seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari

berat total pankreas. pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar

masing-masing pulau berbeda. besar plau langerhans yang terkecil aalah

50μ, sedangkan yang terbesar 300μ, terbanyak adalah yang besarnya 100-

Page 12: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

225μ. jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-

2 juta.

Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu:

a. Sel-sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi

glikagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormone yang

mempunyai “anti insulin like activity”.

b. Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80 %, membuat insulin.

c. Sel-sel D (delta), jumlanya sekitar 5-15 %, membuat samatostatin.

Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur

dan sifat pewarnaan. di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini

nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah

kapiler. pada penderita DM, sel beta sering ada tetapi berbeda dengan sel

beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukan reaksi pewarnaan

untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk

insulin manusia. molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang

tidak sama, yaitu rantai A dan B. kedua rantai ini dihubungkan oleh dua

jembatan (perangkai), yang terdiri dari disulfida. rantai A terdiri dari 21

asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. insulin dapat larut

pada pH 4-7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. sebelum insulin dapat

Page 13: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar didalam

membrane sel.

Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan

dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan

sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada

pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100mg/100ml

darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau

rendah, produksi insulin akan menurun.

Selain kadar glukosa darah, faktor lain selain asam amino, asam

lemak, dan hormon gastrointestinal merangsang sekresi insulin dalam

derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk

meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membrane sel ke

jaringan terutama sel-sel otot, fibroblas dan sel lemak. (Hidayat 2, 2009).

3. Etiologi dan Presdiposisi

Menurut (Brunner & Suddarth, 2002) etiologi diabetes mellitus

adalah : Penghancuran sel-sel beta pancreas, faktor-faktor genetik,

faktor-faktor imunologi, faktor-faktor lingkungan, usia (resistensi insulin

cenderung meningkat pada usia diatas 60 tahun), obesitas dan riwayat

keluarga.

Page 14: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

4. Patofisiologi

Insulin dan glukagon diproduksi dalam pankreas, yang merupakan

kelenjar eksokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau-pulau sel

terletak alpha yang memproduksi glukagon ; sel beta, yang mensekresi

insulin, sel delta yang mensekresi gastrin dan sumatostatin pankreas.

Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik.

Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang

melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel

hati dan otot yang disebut proses glikogenesis. Proses ini mencegah

terjadinya hiperglikemik. Jika terjadi kekurangan insulin maka

menyebabkan perubahan metabolisme yang menyebabkan hiperglikemi,

antara lain: Transpor gula yang melewati membran sel berkurang,

glukogenesis berkurang, dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam

darah, glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang

dan glukosa hati akan dicurahkan secara terus-menerus, glukogenesis

meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dari hasil

pemecahan asam amino dan lemak.

Ketosis menyebabkan asidosis dan terjadi koma. Hiperglikemia

meningkatkan osmolaritas darah, jika konsentrasi kerja dalam darah

meningkat dan melebihi ambang ginjal, maka pada penyaringan di

glomerulus dan reabsorpsi glukosa pada tubulus pun berkurang sehingga

terjadi glukosurya. Karena glukosa dalam larutan, maka pengeluaran

Page 15: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

urinepun banyak sebanding dengan pengeluaran glukosa. hal ini

dinamakan poliuri. Banyak garam mineral tubuhpun ikut keluar bersama

urine sehingga menyebabkan kekurangan kadar garam dan terjadi

penarikan cairan dari intra seluler dan extra seluler dan merangsang rasa

haus berkepanjangan (polidipsi), starvasi seluler dan kehilangan kalori

akan merangsang rasa lapar yang berkepanjangan (polifagi). (Price dan

Wilson, 2006)

5. Manifestasi Klinis

Gejala klasik pada DM (Brunner & Suddarth, 2002) adalah :

Poliuri (banyak buang air kecil/frekuensi buang air kecil meningkat

termasuk pada malam hari), Polidipsi (banyak minum/rasa haus

meningkat), dan Polifagi(banyak makan/rasa makan meningkat).

Gejala lain yang dirasakan penderita, antara lain : kelemahan atau

rasa lemah sepanjang hari, keletihan, penglihatan/pandangan kabur, pada

keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah, dan penurunan

kesadaran

Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah : kehilangan

berat badan, luka dan goresan lama sembuh, kaki kesemutan/mati rasa,

infeksi kulit.

6. Penatalaksanaan

Page 16: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

Penatalaksanaan untuk diabetes mellitus terdiri dari penatalaksanaan

medis dan penatalaksanaan keperawatan. Penatalaksanaan medis, terdiri dari

obat hipoglikemik oral dan penambah sensitivitas terhadap insulin. Obat

hipoglikemik oral yang gunanya sebagai pemicu sekresi Insulin, yaitu :

Golongan sulfonilurea / sulfonyl Ureas, obat ini paling banyak

digunakan dan dapat dikombinasikan obat golongan lain, yaitu biguanid,

inhibitor alfa glukosidase atau insulin.Obat golongan ini mempunyai efek

utama meningkatkan produksi insulin oleh sel-sel beta pankreas, karena itu

menjadi pilihan utama para penderita DM type 2 dengan berat badan yang

berlebihan. Obat-obat yang beredar dari kelompok ini adalah : Glibenklomida

(5mg/tablet), Glibenklomida micronized (5mg/tablet), Glukoidon

(30mg/tablet).

Glinid, merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan

sulfonylurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan

ini terdiri dari 2 macam obat yaitu : Repaglinid (derivate asam benzoat) dan

Nateglinid (derifat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah

pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.

Sedangkan obat penambah sensitivitas terhadap insulin terdiri dari :

Biguanid, Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metamorfin.

Metamorfin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga

menurunkan glukosa darah dan juga disangka menghambat absorbsi glukosa

Page 17: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

dari usus pada keadaan sesudah makan selain itu dapat menurunkan produksi

glukosa hati.

Tiazolidindion, adalah golongan obat baru yang mempunyai efek

farmakologis meningkatkan sensitivitas insulin. Dapat diberikan secara oral.

Golongan obat ini bekerja meningkatkan glukosa disponsal pada sel dan

mengurangi produksi glukosa di hati.

Penghambat glukosidase alfa, obat ini bekerja secara kompetitif

menghambat kerja enzim glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga

dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia

postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan

hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin. (Soegondo,

2005)

Insulin, hormon insulin disekresikan oleh sel-sel beta pulau

Langerhans. Hormon ini bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah

postprandial dengan mempermudah pengambilan serta penggunaan lukosa

oleh sel-sel otot, lemak dan hati. Penyuntikan insulin sering dilakukan 2 kali

per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan kenaikan kadar

glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari. (Smeltzer&Bare, 2002)

Penatalaksanaan secara keperawatan, terdiri dari diet, olah raga dan

penyuluhan. Diet, merupakan salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah

perencanaan makan. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet

seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak

Page 18: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

dan 12% protein. Diet disesuaikan dengan keadaan penderita. Prinsip umum :

diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan

diabetes dengan cara kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat

komplek, hindari makanan yang manis, dan perbanyak konsumsi serat.

Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai

tujuan berikut ini: memberikan semua unsur makanan esensial ( misal :

vitamin dan mineral), mencapai dan mempertahankan berat badan yang

sesuai, memenuhi kebutuhan energy, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah

setiap harinya dengan mengupanyakan kadar glukosa darah mendekati

normal melalui cara – cara yang aman dan praktis, menurunkan makan pada

penderita DM. (Smeltzer&Bare, 2002)

Olah raga, selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat

insulin bekerja lebih efektif juga dapat membantu menurunkan berat badan,

memperkuat jantung, dan mengurangi stres. Penderita diabetes sebaiknya

berolahraga dengan berjalan,joging, berenang dan bersepeda. Olah raga

sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5 kali perminggu dan dengan waktu

sekitar 30-60 menit.

Penyuluhan tentang diabetes, adalah pendidikan dan pelatihan

mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan

menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan

penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan

penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik.

(Soegondo, 2005)

Page 19: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

7. Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi

akut dan komplikasi kronik jangka panjang (Price&Wilson, 2006).

Menurut (Smeltzer&Bare, 2002) komplikasi akut, ada 3 meliputi :

hypoglikemia, diabetes ketoasedosis (DKA) dan sindrom KHHN (juga

disebut koma hiperglikemik hiperosmoler non ketotik) atau HONK

(hiperosmoler non ketotik).

Hypoglikemia (kadar gula darah abnormal yang rendah), terjadi

kalau kadar glukosa dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/DL.

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau

pereparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit

atau karena aktivitas fisik yang berat.

Diabetes ketoasedosis (DKA), merupakan defisiensi insulin berat

dan akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetes

ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya

jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada 3 gambaran klinis yang

penting pada diabetes ketoasidosis : dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan

asidosis.

Sindrom KHHN (juga disebut koma hiperglikemik hiperosmoler

non ketotik) atau HONK (hiperosmoler non ketotik), merupakan keadaan

Page 20: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai

perubahan tingkat kesadaran. Gambaran klinis HHNK : hipotensi,

dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor kulit jelek), takikardi

dan tanda-tanda neurologis yang bervariasi (perubahan sensori, kejang-

kejang, hemiparesis)

Menurut (Smeltzer&Bare, 2002) komplikasi kronik jangka panjang

diabetes mellitus dikategorikan menjadi 2, yaitu : komplikasi

makrovaskuler dan mikrovaskuler

Komplikasi Makrovaskuler meliputi : penyakit arteri koroner

(jantung koroner), penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak),

penyakit vaskuler perifer (pembuluh darah kaki)

Penyakit arteri koroner (jantung koroner), merupakan perubahan

aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan peningkatan

insidens infark miokard pada penderita diabetes (dua kali lebih sering

pada laki-laki dan tiga kali lebih sering pada wanita).

Penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak), merupakan

perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau

pembentukan embolus di tempat lain dalam system pembuluh darah yang

kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah

serebral dapat menimbulkan serangan iskemia sepintas dan stroke.

Gejalanya mencakup keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,

bicara pelo, dan kelemahan.

Page 21: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

Penyakit vaskuler perifer (pembuluh darah kaki), gejalanya dapat

mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan klaudikasio intermiten

(nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan), neuropati dan gangguan

kesembuhan luka. Bentuk penyakit oklusif arteri yang parah pada

ekstremitas bawah ini merupakan penyebab utama meningkatnya

insidens gangren dan amputasi pada pasien-pasien diabetes.

Penyakit Mikrovaskuler, terdiri dari : retinopati diabetik (penyakit

mata/katarak), nefropati (penyakit ginjal) , neuropati diabetes.

Retinopati diabetik (penyakit mata/katarak, disebabkan oleh

perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata.

Katarak : Opasitas lensa mata; katarak terjadi pada usia yang lebih muda

diantara pasien-pasien diabetes.

Nefropati (penyakit ginjal), merupakan salah satu akibat utama dari

perubahan-perubahan mikrovaskuler adalah perubahan struktural dan

fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat maka mekanisme

filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran

protein darah dalam urine. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh

darah ginjal meningkat. Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan berperan

sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati.

Neuropati diabetes, mengacu kepada sekelompok penyakit yang

menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor),

otonom dan spinal. Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya perasaan

Page 22: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

nyeri dan sensibilitas tekanan, sedangkan neuropati otonom

menimbulkan peningkatan kekeringan dan pembentuka fisura pada kulit

(yang terjadi akibat penurunan respirasi).

C. Proses Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga menurut (Mubarak, 2006) merupakan

proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk

bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Tahapan

dari proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut: (1) pengkajian

keluarga dan individu didalam keluarga, (2) perumusan diagnosa keperawatan,

(3) penyusunan perencanaan, (4) pelaksanaan asuhan keperawatan, (5)

evaluasi.

Tujuan perawatan kesehatan keluarga adalah memungkinkan keluarga

untuk mengelola masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi keluarga

dan melindungi serta memperkuat pelayanan masyarakat tentang perawatan

kesehatan.

1. Pengkajian Keluarga

(Friedman, 1998) membagi proses pengkajian keperawatan

keluarga kedalam tahap - tahap meliputi mengidetifikasi data, tahap dan

riwayat perkembangan , data lingkungan, struktur keluarga, fungsi

keluarga dan koping keluarga.

a. Mengidentifikasi data

Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur

keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluarga maupun

Page 23: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

sosial yang merupakan system integritas dan kesanggupan untuk

mengatasinya Pengumpulan data dengan diabetes mellitus difokuskan

pada komponen-komponen yang berkaitan dengan diabetes mellitus.

b. Data Identifikasi

1) Umur

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara

drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering

muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama

mereka yang berat badannya berlebih karena tubuh tidak peka

terhadap insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi resiko

diabetes (Setiono, 2005).

2) Jenis Kelamin

Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang diabetes

Mellitus bila dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita

lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya DM

seperti obesitas saat kehamilan, stees, kelelahan, serta makanan yaag

tidak terkontrol.

3) Pekerjaan

Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga

dalam melakukan perawatan dan pengobatan pada anggota kluarga

yang menderita Diabetes Mellitus. Salah satu penyebab

ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan

Page 24: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

dan perawatan adalah tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada

dalan keluarga, misalnya keuangan (Effendy, 1998).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsai kognitif karena

dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan

psikomotorik dalam pengelolaan penderita Diabetes Mellitus dan

akibatnya serta pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan

(Friedmann, 1998).

5) Hubungan (genogram)

Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau

faktor bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya

diabetes melitus. Dan diketahui bahwa diabetes melitus adalah

penyakit autoimun yang ditentukan secara genetik. (Price, 2006)

6) Tipe atau Bentuk Keluarga

Bentuk keluarga extendedfamily yang mempunyai riwayat

penyakit DM lebih cenderung menderita DM dari pada keluarga

yang ukurannya lebih kecil dan tidak mempunayai riwayat DM

(Friedmann,1998).

7) Latar Belakang atau Kebiasaan Keluarga

a) Kebiasan Makan

Page 25: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan

tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari

sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang terlalu

banyak mengndung protein, gula, lemak, garam, dan

mengandung sedikit serat. Pola makan seperti inilah yang

beresiko terjadinya penyakit diabetes mellitus (Noer, 1998).

b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang terjangkau memberikan

pengaruh yang besar terhadap perawatan dan pengobatan pada

keluarga yang anggota keluarganya menderita diabetes

Mellitus. Pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan

pelayanan fasilitas kesehatan, maka keluarga hanya

memeriksakan kesehatan apabila sakit saja, termasuk ketika

merasakan adanya gejala-gejala yang terkait dengan diabetes

mellitus (Effendy, 1998).

c) Pengobatan Tradisional

Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu

tradisional. Pengobatan tradisional dapat dilakukan dengan

menggunakan: Daun salam 10 lembar, daun sambiloto 1

genggam, Air 2 gelas. Cara pembuatan & pemakaiannya:

Campur seluruh bahan dan rebus sampai tersisa 1 gelas

kemudian ramuan tersebut diminum pagi dan sore masing-

Page 26: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

masing 1 gelas. Cara yang kedua menggunakan bawang merah

(dirajang) 4 gram,buncis (dirajang) 15 gram, daun salam

(dirajang) 10 helai dan air 120 ml. Bahan-bahan tersebut

direbus kemudian diminum sekali minum 100 ml. Diminum

selama 2 minggu (http://www.kedaiobat.co.cc/2010/10/5-obat-

tradisional-asli-indonesia-untuk.html).

8) Status Sosial Ekonomi

Diabetes Militus sering terjadi pada keluarga yang

mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena faktor

lingkungan dan gaya hidup yang sehat, seperti makan berlebihan,

berlemak, kurang aktivitas fisik, dan strees berperan penting

sebagai pemicu diabetes (Friedmann, 1998)

c. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga

Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga menurut (Friedman,

1998)

1) Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami

masalah Diabetes Millitus adalah tahap perkembangan keluarga

dengan usia pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi

proses degenerative yaitu suatu kemunduran fungsi system organ

tubuh, termasuk penurunan fungsi dari sel beta pankreas.

Page 27: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

2) Riwayat Kesehatan Keluarga

Yang perlu dikaji mengenai riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga dan apakah dari anggota keluarga tersebut ada

yang mempunyai penyakit keturunan. Karena sebagaimana telah

diketahui bahwa diabetes melitus juga merupakan salah satu dari

penyakit keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang

perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit, sumber

pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta

pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

d. Data Lingkup

1) Karakteristik Rumah

Yang pelu dikaji dari karakteristik lingkungan adalah karakteristik

rumah, tetangga dan komunitas, geografis keluarga, sistem

pendukung keluarga dimana karakteristik rumah dan penataan

lingkungan yang kurang pas dapat menimbulkan suatu cidera,

karena pada penderita diabetes melitus bila mengalami suatu cidera

atau luka biasanya sulit sembuh.

2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang

karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat

a) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

Page 28: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh

mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat setempat.

b) Fasilitas pelayanan kesehatan

Adanya pelayanan kesehatan sangat menentukan pemulihan

kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan. Tapi jalan

yang rusak,lokasi tempat pelayanan kesehatan yang jauh dari

rumah dan tidak adanya alat transfortasi menuju tempat

pelayanan kesehatan akan menghambat keluarga menuju tempat

pelayanan kesehatan.

c) Fasilitas transportasi

Trasportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap

kemampuan keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan

kesehatan. Bila pada anggota keluarga yang menderita DM

merasakan lemas-lemas bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan

terdekat dengan memanfaatkan sarana transportasi yang ada.

d) System pendukung

Pengelolaan pasien yang menderita Diabetes Millitus di

keluarga sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota

keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan yang ada di

masyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi,

Page 29: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

motivasi dan monitor atau mengontrol perkembangan kesehatan

anggota keluarga yang menderita Diabetes Millitus.

e. Struktur keluarga

Struktur keluarga menurut Friedmann (1998) meliputi :

1) Pola komunikasi

Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan menimbulkan

saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan

keharmonisan dalam keluarga dan merupakan tugas anggota

keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress yang menjadi

pemicu terjadinya suatu masalah kesehatan

2) Struktur kekuasaan

Pada masyarakat Indonesia kebanyakan pemegang kekuasaan yang

lebih dominant adalah patrikal yaitu pemegang kekuasaan yang

tertinggi di pihak ayah

3) Struktur peran

Peran atau status seseorang dalam keluarga dan masyarakat

mempengaruhi gaya hidupnya, peran dalam keluarga terbagi dalam

peran sebagai suami, ayah, istri, ibu, anak, kaka, adik, cucu, dan

lain-lain

4) Nilai – nilai dalam keluarga

Page 30: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga adalah yang

bertentangan dengan masalah DM seperti halnya pergi ke dukun

dan bukan pada petugas fasilitas kesehatan

f.Fungsi keluarga

1) Fungsi Afektif

Bagaimana keluarga, merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh

individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang

memparhatikan keluarga yang menderita DM akan menimbulkan

komplikasi lebih lanjut ( Noer, 1996 )

2) Fungsi sosialisasi

Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga

yang menderita DM untuk berinteraksi dengan lingkungan akan

mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya penderita DM akan

kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh dengan pengobatan

yang berlaku seumur hidup (Friedmann, 1998).

3) Fungsi perawatan kesehatan

Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan masalah

Diabetes Millitus menurut (Friedman, 1998) :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga, sejauh mana keluarga

mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi

Page 31: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala serta yang

mempengaruhi keluarga terhadap masalah, diabetes melitus

memerlukan perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan

makannya. Jadi disini keluarga perlu tahu bagaimana cara

pengaturan makan yang benar pada diabetes melitus.

b) Mengambil keputusan yang tepat bagi keluarga yang sakit. Yang

perlu dikaji adalah bagaimana keluarga mengambil keputusan

apabila anggota keluarga terserang diabetes melitus. Kemampuan

keluarga mengambil keputusan yang tepat akan mendukung

kesembuhan.

c) Merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji

sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya dan cara

merawat anggota keluarga yang sakit diabetes melitus.

d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji

bagaimana keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat

pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk

memodifikasi lingkungan akan dapat mencegah kekambuhan dari

pasien diabetes mellitus.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung

terhadap kesehatan seseorang.

g. Koping keluarga

Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota keluarga,

sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress

Page 32: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

pada anggota keluarga yang menderita diabetes, karena salah satu

cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang teratur,

dan mengurangi stress (Friedmann, 1998).

2. Pathways Keperawatan

Page 33: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

Resiko terjadinyakomplikasi lebih lanjut

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tentang penyakit diabetes melitus2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dan tindakan yang tepat diabetes melitus3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita diabetes melitus4. Ketidakmampuan memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah diabetes melitus5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memelihara diabetes

melitus

Gambar 2.2 Pathways Diabetes Mellitus

(Price dan Wilson, 2006)

Page 34: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

1. Diagnosa Keperawatan Keluarga

a. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi diet

usia lanjut pada anggota keluarga yang mengalami diabetes mellitus.

b. Resiko injury berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang mengalami penurunan fungsi

penglihatan.

2. Rencana Keperawatan

a. Penyusunan tujuan

Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada klien,

penyusunan tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan sumber-

sumber, menggambarkan pendekatan alternative untuk memenuhi

tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang spesifik dan

mengoprasionalkan perencanaan ( menyusun prioritas dan menulis

bagaimana rencana tersebut dilaksanakan dalam fasenya ).

1) Tujuan umum

Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai diabetes

mellitus, maka keluarga mampu mengenal masalah diabetes

Page 35: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

mellitus, mampu mengambil keputusan tindakan yang tepat bagi

anggota keluarga yang mengalami diabetes mellitus.

2) Tujuan khusus

Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat teratasi

atau tidak tambah buruk keadaanya.

3) Menentukan kriteria evaluasi

kriteria yang akan dicapai adalah :

a) Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan tentang

masalah kesehatan diabetes mellitus, yaitu pengertian penyebab,

tipe, tanda dan gejala, dan perawatan diabetes mellitus.

b) Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan secara

verbal akan mengmbil tindakan yang tepat bagi anggota

keluarga yang menderita diabetes mellitus.

c) Respon motorik keluarga dan evaluasi prilaku yaitu keluarga

mampu melakukan perawatan diabetes mellitus dan mencegah

terjadinya komplikasi diabetes mellitus.

4) Menentukan standart evaluasi:

Pengertian tipe-tipe, penyebab, tanda dan gejala, perawatan

diabetes mellitus.

b. Fokus Intervensi

Page 36: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

1) Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi diet

usia lanjut pada anggota keluarga yang mengalami diabetes

mellitus

a) Afektif / pengetahuan

(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien

tentang pengertian pentingnya gizi bagi penderita Diabetes

Mellitus.

(2) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara

diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus.

b) Kognitif / sikap

(1) Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya

resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pda penderita

Diabetes Mellitus.

(2) Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan kelurga.

c) Psikomotor / ketrampilan

(1) Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara

diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus.

(2) Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi

penderita Diabetes Mellitus.

Page 37: BAB II KTI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-mustafirin-6274-2-babiik-i.pdfpendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga

2) Resiko injury berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang mengalami penurunan fungsi

penglihatan.

a) Afektif / pengetahuan

(1) Berikan pendididkan kesehatan pada klien dan keluarga

tentang faktor-faktor penyebab injuri bagi penderita

Diabetes Mellitus.

(2) Berikan penjelasan pada keluarga akibat dari injuri (cedera)

bagi penderita Diabetes Mellitus.

b) Kognitif / sikap

(1) Ajarkan pada klien dan keluarga cara untuk menghindari

injuri (cedera)

(2) Motivasi klien dan keluarga cara menghindari injuri pada

penderita Diabetes Mellitus.

c) Psikomotor / ketrampilan

(1) Anjurkan keluarga untuk lebih merawat lingkungan

rumahnya baik di dalam maupun di luar rumah agar tidak

terjadi injuri (cedera).

Motivasi klien untuk lebih berhati-hati agar tidak terjadi injuri (cedera). (Effendy,

1998)