nilai – nilai dalam menghadapi pengaruh budaya asing

Upload: nurhati-indah-permatasary

Post on 15-Jul-2015

1.597 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Peran Nilai Nilai Pancasila Dalam Menghadapi Pengaruh Asing A. Aspek Globalisasi Era globalisai telah menimbulkan perubahan-perubahan penting dalam berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, teknologi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik. Proses globalisasi disebabkan kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi. Kita dapat mengidentifikasi aspek-aspek positif dan negatif globalisasi sebagai berikut : 1. Aspek positif globalisasi : a. Aspek positif globalisasi teknologi Perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang semakin pesat telah memudahkan seseorang berkomunikasi melewati batas-batas negara , misalnya informasi bisa dibaca di internet. b. Aspek positif globalisasi perdagangan Aspek positif globalisasi perdagangan yaitu kerja sama perdagangan antar negara semakin meningkat. Perkembangan industri memungkinkan seorang produsen dalam suatu negara tidak lagi membatasi produk sendirian , melainkan dapat mengimpor komponen-komponen lain yang diperlukan dari negara lain. c. Aspek positif globalisasi industri dan jasa Setiap Negara sangat terbuka untuk membuka peluang industri dan jasa sehingga ahli di suatau Negara dapat bekerja di Negara lain atau sebaliknya. d. Aspek positif globalisasi sosial budaya Meningkatnya transportasi memungkinkan setiap manusia mampu bergerak dinamis dalam bermigrasi, meskipun kadang-kadang terjadi benturan budaya. e. Aspek positif globalisasi lingkungan hidup LSM atau Negara lain semakin kritis menyoroti lingkungan hidup dalam suatu Negara. Contoh waktu kebakaran hutan di Indonesia, Negara-negara tetangga melakukan protes terbuka karena asapnya sangat mengganggu penerbangan. Selain itu, Negara sedang mengalami pemanasan global akibat makin lebarnya lubang ozon sehingga terjadi perubahan iklim. f. Aspek politik globalisasi politik

Meskipun setiap Negara berhak atas kedaulatannya, Negara lain bisa menuntut penyelenggaraan pemerintahan suatu Negara agar bersifat transparan, demokratis, dan menghargai hak asasi manusia.

2. Aspek negatif globalisasi a. Terjadinya kesenjangan ekonomi sebagai akibat kekalahan berkompetisi dalam penguasaan teknologi, mereka yang tidak mampu, miskin, dan tak punya ketrampilan akan semakin terpinggirkan. b. Negara-negara yang kuat ekonominya akan bersekongkol dalam rangka mencari keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini seringkali merugikan Negara-negara miskin yang ketahanan ekonominya lemah. c. Tibulnya fanatisme rasional, etnis, dan agama sebagai upaya untuk menunjukkan kehadirannya melalui berbagai peran dan organisasinya. d. Kadar dan kualitas kejahatan semakin canggih dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi. e. Semakin menurunnya sumber daya alam vital seperti air, hutan, dan pemanasan global.

B.

Pengaruh Globalisasi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Pengaruh globalisasi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, pertahanan dan keamanan.

1. Pengaruh globalisasi terhadap bidang ideologi Era globalisasi membuka peluang bagi masuknya berbagai ideologi asing dari luar Indonesia. Ada gejala mulai meniggalkan atau tak menaruh kepedulian terhadap Pancasila menjadi bukti betapa kuatnya pengaruh arus globalisasi di bidang ideologi. Berkembangnya liberalisme di Indonesia membuktikan adanya penysupan ideologi di luar Pancasila. 2. Pengaruh globalisasi terhadap bidang politik Globalisasi telah menimbulkan perubahan system politik yang diterapkan di Indonesia cenderung bersifat liberal yang telah mengakibatkan system penyelenggaraan

pemerintahan di Indonesia seperti : a. Demokrasi berkembang tanpa tentu arah dan diartikan kebebasan tanpa batas

b. HAM diterjemahkan secara tulisan dengan boleh berbuat semaunya tanpa memedulikan hak orang lain. c. Selalu terjadi kekisruhan politik, terutama saat menjelang dan pasca pemilu d. Setiap kegiatan politik selalu dibumbui dengan kecurigaan tentang kemungkinan adanya permainan uang, suap yang jelas amat menurunkan citra bangsa Indonesia yang konon terkenal sangat religius dan berbudi pekerti luhur. 3. Pengaruh globalisasi terhadap bidang ekonomi Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi meliputi peristiwa sebagai berikut : a. Iklim liberalisasi perdagangan dan keterbukaan ekonomi dunia telah mengakibatkan kian ketatnya persaingan dan dibutuhkan kerjasama dalam posisi kesetaraan b. Revisi Negara berkembang semakin tidak berdaya dalam menghadapi krisis moneter. Kekuatan ekonomi Indonesia yang dijuluki sebagai salah satu dari deretan macan ekonomi Asia dapat serentak karena apresiasi nilai tukar mata uang c. Negara-negara maju semakin berusaha kuat mempertahankan dominasi dan hegemoni ekonomi melalui regulasi (kebijakan yang digulirkannya). Kebijakan ekonomi Negara maju telah merugikan perekonomian Indonesia. Komoditas Indonesia tidak dapat masuk ke Negara maju karena Negara maju memiliki kemampuan untuk mengimpor komoditas dari Negara lain yang lebih murah dan berkualitas d. Negara maju dapat memaksimalkan komoditasnya agar dapat diterima oleh Indonesia, karena Negara maju memberikan ancaman kepada Indonesia yang dikaitkan dengan utang. 4. Pengaruh globalisasi terhadap bidang sosial budaya Kuatnya arus pengaruh budaya dan gaya hidup dari luar melalui teknologi informasi, komunikasi dan transportasi telah mengakibatkan kekurang pedulian para penyelenggara Negara dan tokoh masyarakat dalam memelihara dan mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa. Kehidupan masyarakat Indonesia terutama generasi muda tak lepas dari penyalahgunaan narkoba, peredaran pornografi, pelanggaran asusila, tindak kejahatan di kalangan anak-anak dan remaja, praktik perjudian yang dilindungi aparat, gaya hidup bebas tanpa peduli norma agama dan norma budaya. Serta kepribadian bangsa Indonesia bangsa Indonesia yang berkiblat pada materialisme, konsentivisme, hedonisme dan permoisivisme, individualism dan priordialisme.

5. Pengaruh globalisasi terhadap bidang hukum, pertahanan dan keamanan a. Pengaruh globalisasi terhadap hukum yaitu semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi dan tuntutan terhadap dilaksnakannya hak asasi manusia b. Pengaruh globalisasi terhadap pertahanan dan keamanan , globalisasi telah berpengaruh terhadap pertahanan dan keamanan Negara. Negara Indonesia telah menjadi salah satu sasaran kegiatan terorganisasi kelas internasional. Jaringan terorisme internasional telah melakukan aksinya di Indonesia yaitu pemboman terhadap hotel Sary Club dan Paddys Caf di Bali dan hotel JW Mariot di Jakarta. Globalisasi telah menurunkan semangat bangsa Indonesia dalam

mempertahankan dan menjaga keamanan Negara. Bangsa Indonesia juga mulai kehilangan kesadaran untuk mematuhi hukum, hidup berdisiplin, membiasakan keteraturan dan ketertiban, rasa solidaritas dan kepedulian bangsa, semangat untuk belajar atau kesungguhan dalam bekerja. Bangsa Indonesia sekarang lebih cenderung mengutamakan kepentingan sendiri dengan cara-cara yang merusak persatuan dan kesatuan. Misalnya, memilih jalan kekerasan daripada musyawarah.

C.

Menentukan Sikap terhadap Pengaruh dan Implikasi Globalisasi terhadap Bangsa dan Negara Indonesia 1. Implikasi globalisasi terhadap bangsa dan Negara Indonesia menentukan posissi terhadap implikasi globalisasi Pengaruh globalisasi dengan muatan globalisme, liberalisme, materialisme, kapitalisme dan hedonism telah membuahkan dampak yang kurang menguntungkan terhadap perkembangan kebangsaaan Indonesia. Secara realisasi operasional, bangsa Indonesia belum memiliki kesiapan yang cukup untuk menghadapi derasnya arus pengaruh global. Bangsa Indonesia belum memiliki kekuatan yang memadai untuk menyaring, memilah, dan memilih nilai dari luar yang harus diakulturasikan guna lebih memperluas system nasional dan nilai yang harus ditolak karena membahayakan kepentingan nasional. Negara Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam justru lebih siap untuk menghadapi globalisasi karena telah mempunyai kadar ketahanan nasional yang

mantab, system ekonomi yang kuat, system politik yang stabil, system social budaya yang kukuh, system pertahanan solid dengan dukungan penuh dari rakyat dalam bentuk konsepsi system pertahanan territorial (The Total Defence Councept). Bangsa Indonesia disebut globalisasi mengalir semakin deras, justru semakin melupakan Pancasila, mengabaikan ketahanan nasional, meninggalkan wawasan nusantara, mencabik-cabik persatuan kesatuan, meremukkan kewaspadaan nasional, merobak secara drastic system politik nasional, meliberalisasikan system ekonomi, melepaskan siste social budaya, serta mengesakmpingkan upaya penerapan konkret

sishankamrata. Kenyataan tersebut lebih diperburuk lagi dengan kurangnya perhatian dan kepedulian para pemimpin nasional terhadap perkembangan kondisi kebangsaan Indonesia. Maka tak heran jika tuntas sudah segala kekurangan dan kelemahan yang menyertai bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi. a. Dilupakannya Pancasila Bangsa Indonesia termasuk pemimpin, para tokoh, cendekiawan, ilmuwan, pendidik, media massa sudah melupakan Pancasila, padahal Pancasila merupakan jati diri bangsa dan kepribadian bangsa, dasar dan ideologi Negara serta dasar filsafat dan pandangan hidup bangsa. b. Ditinggalkanya Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara yang telah diperjuangkan bangsa Indonesia sejak Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 hingga ratifikasi oleh kampus seluruh Negara yang ada di dunia dalam konferensi hulum laut internasional PBB. c. Diabaikannya ketahanan nasional Hakikat ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa yang berisi kekuatan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan potensi nasional menjadi kekuatan nasional guna menghadapi ancaman,

tantangan, hambatan dan gangguan yang membahayakan dan mengancam integritas, identitas eksistensi bangsa, serta perjuangan bangsa dalam mencapai cita dan tujuan nasional saat ini ketahanan nasional sudah diabaikan. d. Diremehkannya kewaspadaan nasional Lemahnya kewaspadaan nasional semakin membuka peluang bagi masuknya aksi-aksi ancaman perang modern yang dilancarkan oleh kekuatan-kekuatan besar dunia dengan strategi, taktik dan teknik yang canggih. e. Tercabik-cabiknya persatuan dan kesatuan nasional

Fanatisme promodial sempit yang keluar dari bingkai persatuan dan kesatuan nasional dengan latar belakang kepentingan berdasarkan SARA, aliran, mazhab, pertubuhan partai, organisasi, profesi atau latar belakang pendidikan teleh mencederai persatuan dan kesatuan nasional. f. Perombakan secara drastis system politik nasional Perobakan system politik secara drastis seperti penetapan UU otonomi daerah, dan UU kepartaian secara kurang cermat dan tidak hati-hati yang dilakukan secara tergesa-gesa berdampak buruk bagi kemantapan tatanan kehidupan nasional dapat memperendah kemampuan Indonesia dalam menghadapi globalisasi. g. Diliberalisasikannya system ekonomi nasional System ekonomi nasional yang bertumpu pada kapitalisme dan liberalisme menumbuhkan kemerosotan etika bisnis dan efisiensi keuangan seperti KKN, pungli penggelapan pajak, system ekonomi yang rusak dan menghalangi upaya Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi. h. Dilepaskannya system sosial budaya nasional Akibat dari dilepaskannya system social budaya nasional sehingga tumbuh gaya hidup materialism, konsumtif yang sangat besar pengaruhnya bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi. i. Dikesampingkannya sishankamrata Sishankamrata merupakan konsepsi pertahanan rakyat bersenjata sebagai system penyangga kekuatan angkatan perang yang terbatas kekuatannya secara universal. Konsep rakyat bersenjata telah dikembangkan sejak zaman Napoleon Bonaparti, konsep ini dikenal dengan The Total Defence Concept. Negara yang menganut konsep rakyat bersenjata adalah Malaysia, Singapura, Amerika Serikat. j. Kurangnya perhatian dan kepedulian kepemimpinan nasional Sesuai dengan budaya paternalistic kurangnya perhatian dan kepedulian pemimpin nasional akan berdampak luas pada perhatian dan kepedulian para pemimpin dan tokoh masyarakat di tingkat pusat dan daerah, sehingga menurunkan kualitas bangsa dalam proses globalisasi. 2. Sikap Selektif terhadap Pengaruh Globalisasi Bangsa Indonesia memiliki kendala dan tantangan dalam menghadapi globalisasi yaitu sebagai berikut :

a. Tigkat pendidikan mayoritas penduduk Indonesia masih rendah sehingga mudah terpengaruh pikiran-pikiran destruktif dari luar. b. Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia mayoritas miskin dan angka pengangguran tinggi sehingga berbagai koponen bangsa sangat mudah diperalat demi uang. c. Tigkat pemahaman pengetahuan agama masih terbatas sehingga sangat mudah diadu domba dengan dalih agama. d. Pendidikan akhlak dan budi pekerti di sekolah semakin kurang karena hanya menekankan aspek pengajaran dan mengabaikan aspek pendidikan.

Akibatnya, lembaga pendidikan hanya mampu menghasilkan generasi muda yang cerdas secara intelektual, namun kurang cerdas dari sisi emosional dan sisi spiritual. e. Kurangnya keteladanan dari para pemimpin dan tokoh informal masyarakat, termasuk media massa, dalam pembangunan akhlak bangsa sehingga proses perusakan akhlak bangsa menjadi lebih cepat. f. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat dan lemahnya penegakan hukum sehingga sulit hidup tertip dan disiplin. g. Kurangnya kesadaran belajar dan berlatih dengan tekun, sehingga sulit menghadapi persaingan dengan bangsa lain.

Dengan berbagai kendala dan tantangan ke depan yang dihadapi bangsa Indonesia, maka tanggung jawab semua komponen bangsa, harus

menunjukkan sikap selektif dalam menghadapi globalisasi, ditunjukkan dengan melakukan tindakan yang didasari Pancasila.

D.

Pancasila Menjawab Tantangan Global Secara positif globalisasi berarti kemajuan, pengajaran, kemakmuran dan modernisasi ekonomi yang terkait erat dengan investasi dan alih teknologi, tetapi patut disadari globalisasi dapat merusak tatanan social, politik dan budaya, serta bangkrutnya perusahaan dan petani local yang tidak mampu bersaing di pasar internasional. Namun suka atau tidak, mau atau tidak mau Indonesia harus masuk dalam pusaran tersebut. Kendati demikian pengaruh globalisasi cenderung memiliki kesamaan dengan kapitalisme. Globalisasi tidak bisa disamakan dengan gotong

royong tetapi sebgai sebuah keterbukaan. Pancasila dapat menggiring globalisasi dalam pusaran system ekonomi Pancasila. Dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bangsa Indonesia dapat menciptakan SDM sekaligus menghasilkan produk terbaik yang mendatang akan keuntungan sehingga mampu bersaing dalam pasaran global. Dalam praktik kerap kali terjadi ketidakseimbangan antara kepentingan Negara maju dan industry besar dengan negara berkembang. Dalam situasi seperti itu Pancasila memiliki peran dan fungsi strategis guna menyaring nilai yang memiliki kesamaan untuk disesuaikan dengan nilai Pancasila. Misalnya, nilai perekonomian berasaskan kekeluargaan, pengawasan oleh DPR, cabang produksi dikuasai oleh negara. Dari nilai dasar ekonomi tersebut bangsa Indonesia dapat mengarahkan perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia ntuk bersama-sama meikul tanggungjawab guna mendidik dan melatih rakyat Indonesia dalam peningkatan daya kerja dan pengetahuannya. Nilai-nilai Pancasila harus dijadikan nilai dasar dalam menghadapi kerja sama global dengan perusahaan-perusahaan besar. Tanpa menjunjung nilai-nilai dasar Pancasila bangsa Indonesia tidak mungkin dapat melakukan kerja sama dan memperjuangkan kepentingan nasional dala kesetaraan. Bangsa Indonesia harus dapat mencontoh pengalaman negara lain, misal Jepang dalam meletakkan jati diri. Kendati mengalami keruntuhan akibat kekalahan dala Perang Dunia II, namun Jepang mampu segera bangkit dengan memanfaatkan keahlian dan teknologi barat untuk mengembangkan industry mereka, tanpa harus meninggalkan nilai-nilai perilaku budaya dan kebiasaan rakyat disana. E. Perubahan dan Kebaharuan Dinamika Aktualisasi Nilai Pancasila Dinamika aktualisasi Pancasila bersumber pada aktivitas di dalam menyerap atau menerima dan menyingkirkan atau menolak nilai-nilai atau unsur-unsur dari luar (asing). Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi, terjadilah perubahan pola hidup masyarakat yang begitu cepat. Tidak satupun bangsa dan negara mampu mengisolir diri dan menutup rapat dari pengaruh budaya asing. Demikian juga terhadap masalah ideologi. Dalam kaitan imi, M.Habib Mustopo (1992: 11 -12) menyatakan, bahwa pergeseran dan perubahan nilai-nilai akan menimbulkan kebimbangan, terutama didukung oleh kenyataan masuknya arus

budaya asing dengan berbagai aspeknya. Kemajuan di bidang ilmu dan teknologi komunikasi & transportasi ikut mendorong hubungan antar bangsa semakin erat dan luas. Kondisi ini di satu pihak akan menyadarkan bahwa kehidupan yang mengikat kepentingan nasional tidak luput dari pengaruhnya dan dapat menyinggung kepentingan bangsa lain. Ada semacam kearifan yang harus dipahami, bahwa dalam kehidupan dewasa ini, teknologi sebagai bagian budaya manusia telah jauh mempengaruhi tata kehidupan manusia secara menyeluruh. Dalam keadaan semacam ini, tidak mustahil tumbuh suatu pandangan kosmopolitan yang tidak selalu sejalan dengan tumbuhnya faham kebangsaan. Beberapa informasi dalam berbagai ragam bentuk dan isinya tidak dapat selalu diawasi atau dicegah begitu saja. Mengingkari dan tidak mau tahu tawaran atau pengaruh nilai-nilai asing merupakan kesesatan berpikir, yang seolah-olah menganggap bahwa ada eksistens yang bisa berdiri sendiri. Kesalahan berpiklir demikian oleh Whitehead disebut sebagai the fallacy of misplace concretness (Damardjati Supadjar, 1990: 68). Jika pengaruh itu tidak sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, atau tidak mendukung bagi terciptanya kondisi yang sesuai dengan Pancasila, maka perlu dikembangkan sikap yang kritis terutama terhadap gagasan-gagasan, ide-ide yang datang dari luar. Dalam konteks budaya, masalah pertemuan kebudayaan bukan masalah memfilter atau menyaring budaya asing, tetapi mengolah dan mengkreasi dalam interaksi dinamik sehingga tercipta sesuatu yang baru. Jati diri bangsa, budaya politik adalah sesuatu yang harus terus menerus dikonstruksikan, karena bukan kenyataan yang mandeg (Sastrapratedja, 1996: 11). Kalau ideologi-ideologi besar di dunia sekarang ini diperhatikan dengan seksama, maka terlihat mereka bergeser secara dinamik. Para penyangga ideologi itu telah melakukan revisi, pembaharuan, dan pemantapan-pemantapan dalam

mengaktualisasikan ideologinya. Perkembangan zaman menuntut bahwa ideologi harus memiliki nafas baru, semangat baru dengan corak nilai, ajaran dan konsep kunci mengenai kehidupan yang memiliki perspektif baru. Ideologi Pancasilapun dituntut demikian. Pancasila harus mampu menghadapi pengaruh budaya asing, khususnya ilmu dan teknologi modern dan latar belakang filsafatnya yang berasal dari luar. Prof. Notonagoro telah menemukan cara untuk memanfaatkan pengaruh dari luar tersebut, yaitu secara eklektif mengambil ilmu pengetahuan dan ajaran kefilsafatan dari luar tersebut, tetapi dengan melepaskan diri dari sistem filsafat yang bersangkutan dan selanjutnya diinkorporasikan dalam struktur filsafat Pancasila.

Dengan demikian, terhadap pengaruh baru dari luar, maka Pancasila bersifat terbuka dengan syarat dilepaskan dari sistem filsafatnya, kemudian dijadikan unsur yang serangkai dan memperkaya struktur filsafat Pancasila (Sri Soeprapto, 1995: 34). Sepaham dengan Notonagoro, Dibyasuharda (1990: 229) mengkualifikasikan Pancasila sebagai struktur atau sistem yang terbuka dinamik, yang dapat menggarap apa yang datang dari luar, dalam arti luas, menjadi miliknya tanpa mengubah identitasnya, malah mempunyai daya ke luar, mempengaruhi dan mengkreasi. Dinamika Pancasila dimungkinkan apabila ada daya refleksi yang mendalam dan keterbukaan yang matang untuk menyerap, menghargai, dan memilih nilai-nilai hidup yang tepat dan baik untuk menjadi pandangan hidup bangsa bagi kelestarian hidupnya di masa mendatang. Sedangkan penerapan atau penolakan terhadap nilainilai budaya luar tersebut berdasar pada relevansinya. Dalam konteks hubungan internasional dan pengembangan ideologi, bukan hanya Pancasila yang menyerap atau dipengaruhi oleh nilai-nilai asing, namun nilai-nilai Pancasila bisa ditawarkan dan berpengaruh, serta menyokong kepada kebudayaan atau ideologi lain. Bahkan Soerjanto Poespowardojo (1989: 14) menjelaskan, bahwa dinamika yang ada pada aktualisasi Pancasila memungkinkan bahwa Pancasila juga tampil sebagai alternatif untuk melandasi tata kehidupan internasional, baik untuk memberikan orientasi kepada negara-negara berkembang pada khususnya, maupun mewarnai pola komunikasi antar negara pada umumnya. Ideologi Pancasila bukanlah pseudo religi. Oleh karena itu, Pancasila perlu dijabarkan secara rasional dan kritis agar membuka iklim hidup yang bebas dan rasional pula. Konsekuensinya, bahwa Pancasila harus bersifat terbuka. Artinya, peka terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan tidak menutup diri terhadap nilai dan pemikiran dari luar yang memang diakui menunjukkan arti dan makna yang positif bagi pembinaan budaya bangsa, sehingga dengan demikian menganggap proses akulturasi sebagai gejala wajar. Dengan begitu ideologi Pancasila akan menunjukkan sifatnya yang dinamik, yaitu memiliki kesediaan untuk mengadakan pembaharuan yang berguna bagi perkembangan pribadi manusia dan masyarakat. Untuk menghadapi tantangan masa depan perlu didorong pengembangan nilainilai Pancasila secara kreatif dan dinamik. Kreativitas dalam konteks ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyeleksi nilai-nilai baru dan mencari alternatif bagi pemecahan masalah-masalah politik, sosial, budaya, ekonomi, dan pertahanan

keamanan. Ideologi Pancasila tidak a priori menolak bahan-bahan baru dan kebudayaan asing, melainkan mampu menyerap nilai-nilai yang dipertimbangkan dapat memperkaya dan memperkembangkan kebudayaan sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Menurut Hardono Hadi (1994: 57), bangsa Indonesia, sebagai pengemban ideeologi Pancasila, tidak defensif dan tertutup sehingga sesuatu yang berbau asing harus ditangkal dan dihindari karena dianggap bersifat negatif. Sebaliknya tidak diharapkan bahwa bangsa Indonesia menjadi begitu amorf, sehingga segala sesuatu yang menimpa dirinya diterima secara buta tanpa pedoman untuk menentukan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas untuk diintegrasikan dalam pengembangan dirinya. Bangsa Indonesia mau tidak mau harus terlibat dalam dialog dengan bangsabangsa lain, namun tidak tenggelam dan hilang di dalamnya. Proses akulturasi tidak dapat dihindari. Bangsa Indonesia juga dituntut berperan aktif dalam pergaulan dunia. Bangsa Indonesia harus mampu ikut bermain dalam interaksi mondial dalam menentukan arah kehidupan manusia seluruhnya. Untuk bisa menjalankan peran itu, bangsa Indonesia sendiri harus mempunyai kesatuan nilai yang menjadi keunikan bangsa, sehingga mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam percaturan internasional. Identitas diri bukan sesuatu yang tertutup tetapi sesuatu yang terus dibentuk dalam interaksi dengan kelompok masyarakat bangsa, negara, manusia, sistem masyarakat dunia (Sastrapratedja, 1996: 3). Semuanya itu mengharuskan adanya strategi kebudayaan yang mampu neneruskan dan mengembangkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam segala aspek kehidupan bangsa. Abdulkadir Besar (1994: 35) menawarkan pelaksanaan strategi dialogi antar budaya dalam menghadapi gejala penyeragaman atau globalisasi dewasa ini. Artinya, membiarkan budaya asing yang mengglobal berdampingan dengan budaya asli. Melalui interaksi yang terus menerus, masing-masing budaya akan mendapatkan pelajaran yang berharga. Hasil akhir yang diharapkan dari interaksi itu adalah terpeliharanya cukup diferensiasi, sekaligus tercegahnya penyeragaman universal. Ideologi Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia tidak mandeg, melainkan harus diperbaharui secara terus menerus, sehingga mampu memberikan pedoman, inspirasi, dan dukungan pada setiap anggota bangsa Indonesia dalam memperkembangkan dirinya sebagai bangsa Indonesia.

Daftar Pustaka : y Wijaya, Juhana E.Drs.2004. Memahami Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah. Bandung. Armilo. y y Modul Pendidikan Kewarganegaraan, Karangan Dra. Suginem Dinamika Aktualisasi Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara. Mulyono. Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Disusun oleh : Setyono Lithur dhenanda Nurhati Indah Permatasari Harisno liputro Nopa Widiyanto ( 13336 ) ( 13395 ) ( 13410 ) ( 13435 ) ( 13434 )