ngaben
TRANSCRIPT
Ngaben – Bali
Ngaben adalah upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu di Bali.
Dalam prosesi Ngaben, ketika api mulai disulut, perlahan-lahan kobaran api akan
membesar dan mulai berkobar menyulut sosok jenazah. Lama-kelamaan kobaran api
mulai menghanguskan jazadnya yang dipercaya akan melepaskan segala ikatan
keduniawian dari orang yang meninggal itu. Bila ikatan keduniawian telah terlepas,
maka semakin terbukalah kesempatan untuk melihat kebenaran dan keabadian
kesucian Illahi di alam sana.
Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga dari orang yang
meninggal dibantu oleh masyarakat membuat "Bade" dan "Lembu" yang sangat megah
yang terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. "Bade" dan "Lembu" ini
merupakan tempat jenazah yang nantinya dibakar.
Tabuik – Pariaman
Berasal dari kata ‘tabut’ dari bahasa Arab yang berarti mengarak. Upacara Tabuik
merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang
diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asyura yang jatuh
pada tanggal 10 Muharram.
Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman sebagai
peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi rasa
duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi
Muhammad SAW.
Dua minggu menjelang pelaksanaan upacara Tabuik, warga Pariaman sudah sibuk
melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat serta aneka penganan, kue-kue khas
dan Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga yang menjalankan ritual khusus, yakni
puasa.
Pada hari yang telah ditentukan, sejak pukul 06.00, seluruh peserta dan kelengkapan
upacara bersiap di alun-alun kota. Para pejabat pemerintahan pun turut hadir dalam
pelaksanaan upacara paling kolosal di Sumatera Barat ini.
Selain sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang
menjadi komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari
bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia,
yang tegap dan bersayap. Oleh umat Islam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap
sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak setinggi sekitar 15
m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna lainnya dan akan di arak
nantinya.
Satu Tabuik diangkat oleh para pemikul yang jumlahnya mencapai 40 orang. Di
belakang Tabuik, rombongan orang berbusana tradisional yang membawa alat musik
perkusi berupa aneka gendang, turut mengisi barisan. Sesekali arak-arakan berhenti
dan puluhan orang yang memainkan silat khas Minang mulai beraksi sambil diiringi
tetabuhan.
Saat matahari terbenam, arak-arakan pun berakhir. Kedua Tabuik dibawa ke pantai dan
selanjutnya dilarung ke laut. Hal ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa
dibuangnya Tabuik ini ke laut, dapat membuang sial. Di samping itu, momen ini juga
dipercaya sebagai waktunya Buraq terbang ke langit, dengan membawa segala jenis
arakannya.
Dugderan – Semarang
Dugderan adalah sebuah upacara yang menandai bahwa bulan puasa telah datang.
Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Kata Dugder diambil dari
perpaduan bunyi dugdug dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan
dengan derr.Kegiatan ini meliputi pasar rakyat yang dimulai sepekan sebelum
dugderan. Karnaval yang diikuti oleh pasukan merah-putih, drumband, pasukan
pakaian adat “BHINNEKA TUNGGAL IKA” , meriam , warak ngendok dan berbagai
potensi kesenian yang ada di Kota Semarang. Ciri Khas acara ini adalah warak
ngendok, sejenis binatang rekaan yang bertubuh kambing berkepala naga serta kulit
sisik emas. Visualisasi warak ngendok dibuat dari kertas warna – warni. Acara ini
dimulai dari jam 08.00 sampai dengan maghrib di hari yang sama juga diselenggarakan
festival warak dan Jipin Blantenan.
Pasola – Sumba
Ini adalah bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang
Sumba. Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret serangkaian upacara adat
dilakukan dalam rangka memohon restu para dewa agar panen tahun tersebut berhasil
dengan baik. Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan beberapa hari
sebelumnya adalah apa yang disebut Pasola. Pasola adalah ‘perang-perangan’ yang
dilakukan oleh dua kelompok berkuda. Setiap kelompok teridiri dari lebih dari 100
pemuda bersenjakan tombak yang dibuat dari kayu berdiameter kira-kira 1,5 cm yang
ujungnya dibiarkan tumpul.
Rambu Solo – Toraja
Rambu Solo adalah pesta atau upacara kedukaan /kematian. Bagi keluarga yang
ditinggal wajib membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada
mendiang yang telah pergi.
Setelah melewati serangkaian acara, si mendiang di usung menggunakan Tongkonan
(sejenis rumah adat khas Toraja) menuju makam yang berada di tebing-tebing dalam
goa. Nama makamnya adalah pekuburan Londa.
Yang unik dari upacara rambu solo adalah pembuatan boneka kayu yang dibuat sangat
mirip dengan yang meninggal dan diletakkan di tebing.Uniknya lagi… konon katanya,
wajah boneka itu kian hari kian mirip sama yang meninggal.
Kebo-keboan – Banyuwangi
Prosesi upacara adat Kebo-keboan dilaksanakan setiap tahun oleh warga Desa
Alasmalang. Awalnya upacara adat ini dilaksanakan untuk memohon turunya hujan
saat kemarau panjang. Dengan turunnya hujan berarti petani dapat segera bercocok
tanam.
Puncak prosesi adalah membajak sawah dan menanam bibit padi di persawahan.
Orang-orang yang bertingkah seperti kerbau tadi dapat kesurupan dan mengejar siapa
saja yang mencoba mengambil bibit padi yang ditanam. Warga masyarakat Desa
Alasmalang berusaha berebut bibit padi tersebut karena dipercaya dapat digunakan
sebagai tolak-balak maupun untuk keuntungan.
Rambu Solo, Sulawesi Selatan (17,5 %)
Tana Toraja yang terletak di Sulawesi Selatan sangat populer di kalangan turis karena
tradisi pemakaman Rambu Solo. Saat ini masyarakat Toraja banyak yang sudah
memeluk agama Protestan maupun Katolik, tapi tradisi leluhur masih sangat dijunjung
tinggi. Setiap tahunnya, tradisi Rambu Solo berpuncak pada bulan Juli dan Agustus.
Tradisi Rambu Solo menempati peringkat pertama, dipilih oleh 17,5 persen responden.
Rambu Solo sendiri merupakan upacara pemakaman arwah anggota keluarga yang
telah meninggal. Apabila seseorang yang meninggal tidak diupacarakan, maka arwah
orang tersebut akan membawa kemalangan bagi orang yang ditinggalkannya. Upacara
Rambu Solo memakan waktu persiapan yang lama, dan dana yang tidak sedikit.
Pemotongan kerbau memakan dana yang tidak sedikit jumlahnya.
)-PDAM" href="https://vdokumen.com/l0r-informasinya-akan-ada-upacara-ngaben-masal-pada-akhir-bulan-uline4-alggl1ga.html">l0RihuPelanggandenpasar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/08/Radar-Bali-8-Juli...juga informasinya akan ada upacara ngaben masal pada akhir bulan ]uli.ne!4 alg"gl!{1ga snya. (hen/>)-PDAM