new microsoft word document
DESCRIPTION
ms word baruTRANSCRIPT
1. a. Indikasi SC
Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi:
1. Indikasi Medis Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :a) Power Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga. b) Passanger Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak lintang, primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah). c) Passage Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C.
2. Indikasi Ibu a) Usia Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea. b) Tulang Panggul Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan. c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan. d) Faktor Hambatan Jalan Lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
e) Kelainan Kontraksi Rahim Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.f) Ketuban Pecah DiniRobeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim. g) Rasa Takut Kesakitan Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung. 3. Indikasi Janin a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress) Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin. b) Bayi Besar (makrosemia) (Cendika, dkk. 2007, hal. 126)c) Letak SungsangLetak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain. d) Faktor Plasenta i. Plasenta previa Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh jalan lahir. ii. Plasenta lepas (Solution placenta) Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban. iii. Plasenta accreta Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta. e) Kelainan Tali Pusat i prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini,
tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayiii Terlilit tali pusat Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.
Sumber:Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo. Jakarta.
1e. Makna keluhan ibu IraJawab:Kriteria PEB:
Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring.
Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali.
Oliguria < 400 ml / 24 jam. Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala persisten, skotoma, dan
pandangan kabur. Dan dari kriteria tersebut, maknanya Ibu Ira sudah mengaalami PEB
Sumber:Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
2a. Dosis MgSO4Jawab:
A. Perawatan Konservatif:
1) Bila umur kehamilan kurang dari 37 mg tanpa adanya keluhan subyektif dengan keadaan janin baik.
2) Pengobatan dilakukan di kamar bersalin (selama 24 jam).a. Tirah baring.b. Infus ringer laktat yang mengandung Dekstrose 5%, 60-125 cc/jam.c. Pemberian MgSO4:
Dosis awal MgSO4 40%, 10gr (i.m.), dilanjutkan dengan MgSO4 40% 5 gr (i.m.) tiap 6 jam s/d 24 jam.
Dosis pemeliharaan: MgSO4 40%, 5 gr tiap 6 jam sampai 24 jam. Ingat harus selalu tersedia Ca glukonas 10% sebagai antidotum.
B. Perawatan Aktif:
1) Indikasia. Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek.b. Adanya keluhan subyektifc. Adanya sindroma HELLP
d. Kehamilan aterm ( UK 37 mg )e. Apabila perawatan konservatif gagal
2) Pengobatan medisinal:a. Tirah baring miring ke satu sisi.b. Infus ringer laktat yang mengandung Dekstrose 5%, 60-125 cc/jamc. Pemberian MgSO4:
Dosis awal MgS04 20% 4 gr (i.v.) dan MgSO4 40% 10 gr (i.m.) Dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan, MgSO4 40% 5 gr (i.m.) setiap 6
jam s/d 24 jam pasca persalinan. Pemberian anti hipertensi berupa Clonidine hanya diberikan bila sistolik
180 mmHg atau diastolik 110 mmHg dengan cara pemberian:- Satu ampul (1 ml) Clonidine dilarutkan menjadi 10 cc. - Mula-mula disuntikkan 5 cc (i.v.) perlahan-lahan selama 5 menit. 5
menit kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada penurunan maka diberikan lagi 5 cc (i.v.) dalam 5 menit sampai tekanan darah diastolik normal, dilanjutkan dengan Nifedipine 3 x 10 mg. atau metil dopa 3 x 250 mg.
Cat:
Kemasan MgSO4 :
- inj. i.v. 20%, amp 25 ml.- inj. i.v. 40%, amp 25 ml
PEMBERIAN MgSO4
SECARA INFUS:
Loading dose 4 - 6 gr MgSO dalam 100 ml cairan diberikan dalam waktu 15 - 20 mnt.
Maintenance secara infus diberikan 2 gr/jam dalam 100 ml. Pengukuran kadar serum dilakukan setelah 4 – 6 jam pemberian Pemberian infus dipertahankan pada kadar 4 – 7 mEq/L (4,8 – 8,4 mg.dL) Pemberian dilanjutkan sampai 24 jam post partum.
2e. Indikasi terminasi kehamilanJawab:Secara umum terminasi kehamilan dapat dibagi atas 2 macam, yaitu :
Terminasi kehamilan yang bersifat spontan, merupakan 10-12% dari semua kasus
terminasi kehamilan.
1. Terminasi kehamilan buatan (provocation) yang merupakan 80% dari semua kasus
terminasi kehamilan.
Selanjutnya dikenal dua bentuk terminasi kehamilan provokatus yaitu:
1. Terminasi kehamilan provokatus medicinalis yaitu pengguguran kandungan yang
dilakukan berdasarkan alasan atau pertimbangan medis.
2. Terminasi kehamilan provokatus kriminalis yaitu pengguguran kandungan yang
dilakukan dengan sengaja dengan melanggar berbagai ketentuan hukum yang berlaku.
Misalnya kasus yang paling sering didapatkan,perempuan yang hamil anak luar nikah
yang mau menggugurkan kandungannya kerna takut mendapat malu dengan ahli
keluarga dan masyarakat setempat.
2.2.1. Terminasi Kehamilan Provokatus Medicinalis
Di klinik, untuk menolong nyawa si ibu, kadang-kadang kandungan perlu diakhiri.
Indikasi untuk terminasi kehamilan ini harus ditentukan oleh ahli tenaga kesehatan sendiri
yaitu dokter. Dalam hal ini sangat diperlukan persetujuan tertulis daripada ibu hamil dan
suami atau keluarga.
Dalam melakukan abortus terapeutik dokter tidak dipidanakan karena alasan
kemanusiaan tersebut dalam UU No.23 pada tahun 1992 tentang kesehatan pasal 15.
Di luar negeri indikasi dilakukan aborsi terapeutika antara lain:
(i) Indikasi obstetri:
a. Eklampsia berat, kelainan hipertensi (konvulsi dan koma)
(ii) Kondisi keganasan: karsinoma serviks yang invasif, karsinoma ovarium dan
kanker payudara dengan metastasis,
(iii) Kondisi kardiovaskular: penyakit katub jantung, gagal jantung, penyakit jantung
kongenital, fibrilasi atrium dan hipertensi,
(iv) Kondisi respiratorik: insufisiensi respiratorik pada penyakit paru seperti bronkitis
kronis dan asma,
(v) Kondisi psikologis dan emosional:
a. Ketika anak tersebut tidak diinginkan dan merupakan hasil dari pemerkosaan.
(vi) Kondisi yang menyebabkan abnormalitas fetal:
a. Kondisi infeksi (Rubella, Mumps)
b. Ibu yang terpapar obat-obatan berbahaya (Thalidomide, androgens dan
estrogen)
c. Inkompatibilitas rhesus
2.2.2. Terminasi Kehamilan Provokatus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja dilakukan untuk
kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu tanpa adanya indikasi terapeutik.
Secara hukum tindakan ini melanggar ketentuan yang berlaku.
Abortus kriminal dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau dengan bantuan orang
lain (dokter, bidan, perawat, dukun beranak dan lain-lain). Tindakan ini biasanya dilakukan
sejak yang bersangkutan terlambat datang bulan dan curiga akibat hamil. Biasanya
kecurigaan ini datang pada minggu ke-5 sampai minggu ke-10 sejak dari hari pertama haid
terakhir. Pada waktu ini mungkin disertai gejala mual pagi hari (morning sickness). Sekarang
kecurigaan adanya kehamilan dapat diketahui lebih dini karena sudah ada alat tes kehamilan
yang dapat mendiagnosa kehamilan secara pasti misalnya plano test.
Sumber:
1. Nurdiyana Tadjuddin SH. Praktik Aborsi Ditinjau dari Sisi Hukum dan Reproduksi.
Jurnal Hukum FH-Unhas. Vol 1 No.1 September Tahun 2011.
2. Dr. Azhari Sp.OG. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan.
Palembang: Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI. 1-19
Kontraindikasi terminasi kehamilan
Akseptor IUD
Penyakit kardiovaskular
Anemia berat
Koagulopati
Active liver disease
Uncontrolled seizure disorder
4c. Hubungan bayi tidak langsung menangis dan skor APGAR
Jawab:
Interpretasi skor APGAR:
Pada 1’= 4 bayi dalam keadaan asfiksia sedang membutuhkan pertolongan segera
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya
Pada 5’=8 bayi dalam keadaan baik
Kemungkinan, bayi tidak langsung menangis setelah dilahirkan merupakan tanda-tanda
asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
5a. Interpretasi pemeriksaan fisik abnormal+ mekanisme
Samo yang 6b jugo sekalian
Jawab:
• Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi
Berat badan 1800 g 2500-4000 g (aterm)
32 minggu = 1200-
2200 g
34 minggu = 1500-
2700 g
BBLSR
<2500 = BBLR
<1500 = BBLSR
<1000 = Extremely
low birth weight
Sesuai dengan usia
kehamilan = AGA
(kurva 1. persentile
BB,PB, lingkar
kepala)
prematuritas murni.
Panjang badan 42 cm 30 minggu = 37.5
cm
32 minggu = 40 cm
34 minggu = 42.5
cm
36 minggu = 45 cm
40 minggu = 50 cm
Sesuai dengan usia
kehamilan = AGA
(kurva 1. persentile
BB,PB, lingkar
kepala)
Lingkar kepala 30cm 31-36 cm (aterm) Sesuai dengan usia
32 minggu = 27-32
cm
34 minggu = 29-34
cm
kehamilan = AGA
(kurva 1. persentile
BB,PB, lingkar
kepala)
Tonus otot Menurun Prematur
Ekstrimitas Poorly
flexed
Prematur
Skor Ballard = 1
Setelah 10 menit
Grunting terdapat grunting
dan tidak tedapat
sianosis
Gangguan
pernapasan
• BBLSR,
prematuritas murni
(AGA) bayi lahir
dengan kondisi
paru belum matang
asfiksia
neonatorum bayi
melakukan usaha
bernafas (gasping)
yang terdengar
sebagai rintihan
(grunting)
• Asfiksia
neonatorum
kurangnya kadar
oksigen pada
seluruh tubuh
sianosis
Mekanisme :
• Preterm perkembangan organ & pembentukan otot belum sempurna BBLSR
• Preterm paru belum sempurna bayi berusaha memenuhi kebutuhan oksigennya
energy yg dibutuhkan banyak cadangan energy bayi akan makin berkurang tonus otot
melemah.
• Perkembangan motorik terjadi dari proksimal ke distal karena bayi masih preterm
Flexi extrimitas kurang
Keterangan :
• BB
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir
• PB
Rumus HAASE
Taksiran usia janin atau neonatus : 32 minggu panjang fetus = usia (bulan) x 5cm = 8 x
5 = 40 cm
• Lingkar Kepala
Pengukuran PB dan lingkar kepala dilakukan setengah jam setelah kelahiran. Kepala
bayi biasanya mengecil saat melewati jalan lahir dan akan kembali normal beberapa
waktu kemudian. Bahkan pada bayi yang lahir dengan bantuan vakum, pengukuran ini
perlu ditunggu setelah 24 jam kemudian sampai kepala bayi normal
Lubchenco chart : untuk menilai ukuran sesuai usia gestasi
Kurva 1. Persentile BB, PB, dan lingkar kepala
• Tonus otot
Normal pada bayi aterm : mampu melakukan gerakan aktif
• Ekstremitas
Normal : mampu memflexikan sampai mencapai sudut terkecilnya. Makin aterm,
makin kecil sudut yang bisa dibentuk.
Pada 10 menit setelah kelahiran, masih merintih tetapi tidak mengalami sianosis
di seluruh tubuh
• Sianosis
Adalah diskolorasi kebiruan dari kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi
hemoglobin tereduksi yang berlebihan dalam darah.
Sianosis pada seluruh tubuh menunjukkan bahwa tubuh kekurangan oksigen. Pada
neonatus merupakan salah satu indikator terjadinya asfiksia neonatorum.
• Grunting
Adalah suara rintihan saat inspirasi yang terdengar pada bayi yang mengalami asfiksia
neonatorum.
Interpretasi : terjadi kesulitan bernafas pada bayi sehingga bayi melakukan usaha
bernafas dan terdengar sebagai suara rintihan.
7. Cara mendiagnosisJawab:
• Penegakkan Diagnosis
• ANAMNESIS
Pada kasus:
• Usia ibu (-)
• Hamil anak ke dua
• Usia kandungan sekitar 32 minggu
• Kondisi Ibu
• Umur ibu
• Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
• Riwayat HPHT
• Riwayat Antepartum
• Status social ekonomi, prenatal care tidak adekuat, nutrisi buruk
• Apakah ada DM, hipotensi, perdarahan?
• Apakah ada faktor risiko HDK, PEB, KPD, hemorhage antepartum?
• Riwayat Inpartu
• Ketuban jernih / mekonium
• Melahirkan premature
• Terpajan hipotermia
• Faktor Risiko
• Hamil usia muda
• Infeksi seperti TORCH
• Hamil ganda
• Multigravida
• Kondisi seperti toksemia, prematur rupture membran, abruptio placenta
dan prolaps umbilicus
• Serviks inkompetens
• Riwayat keluarga
• Riwayat pengobatan
• Pengguanaan Steroid
• Penyalahgunaaan obat, merokok, konsumsi kafeine dan alcohol
• Riwayat resusitasi bayi
• Golongan darah, faktor Rh, amniosentesis.
• Kondisi Bayi
• Apakah ada rintihan saat menghela napas?
• Apakah bayi gemeli?
• Apakah ada abnormalitas kongenital?
• Apakah ada infeksi?
• PEMERIKSAAN FISIK
Pada kasus:
• Berat badan 1450 gram
• Panjang badan 42 cm
• Lingkar kepala 32 cm
• Tonus otot menurun
• poorly flexed at the limbs
• Kulit tipis
• Lanugo lebih banyak
• Plantar creases kurang dari 1/3 anterior
• APGAR skor 1’=4, 5’=8
• 10 menit setelah lahir masih grunting dan sianosis
Pemeriksaan tanda vital, khususnya respiratory rate dan denyut jantung
Pemeriksaan fisik pada Respiratory Distress Syndrome, dapat dijumpai tanda-tanda
sbb :
• Takhipneu (> 60 -80 x/mnt ),
• Pernafasan mendengkur / merintih ( grunting )
• Retraksi subkostal/interkostal,
• Pernafasan cuping hidung,
• Sianosis ( menetap / progresif > 24-48 jam I ) dan pucat,
• Hipotonus,
• Apneu,
• Gerakan tubuh berirama,
• Sentakan dagu
• Pada awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan menurunnya
pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernafasan dalam (Dispnea)
• Bradikardia (PMH berat)
• Hipotensi
• Hipotermi
• Tonus otot menurun
• Edem dorsal tangan/kaki
• Kardiomegali
7. DDJawab:
Hialin
membrane
TTN Meconium
aspiration
Grunting + + -
Cyanosis + - +
Breathing
problem
+ + +
Premature
baby
+ -/+ -
9. Pemeriksaan PenunjangJawab:
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Px. Laboratorium
• Px. Jumlah darah
• Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, CRP
• Bs t’.: polisitemia krn hipoksemia kronik
• Elektrolit / Kimia darah
• Me↑nya asam laktat dan asam organik lain >45 mg/dl (prognosis buruk)
• Serum bikarbonat ↑ krn kompensasi metabolik untuk hiperkapnia kronik
• Hipokalsemia, hipokalemia, hipofosfatemia menyebabkan gangguan kontraksi
otot.
• Hipoglikemia
• Kadar bilirubin ↑
• Lesitin/spingomielin rasio 2:1 mengindikasikan bahwa paru sudah matur,
pemeriksaan dekstrostik dan fosfatidigliserol meningkat pada usia kehamilan
33 minggu
• Analisis Gas Darah
u/ menilai adanya hipoksia, asidosis respiratorik & asidosis metabolik
• PaO2 ↓ (oksigenasi turun dan pirau arteri- vena)
• PaCO2 ↑
• pH darah < 7,2 (asidosis respiratorik dan metabolik)
• PaO2 < 60 mmHg, PaCO2 > 50 mmHg, atau saturasi O2 arterial < 90% gagal
nafas akut.
• Kultur darah ( sepsis, pneumonia )
• Px. Radiologi
Foto Toraks
menunjukkan gambaran retikulogranular (a unique ground glass / "tanah kaca
unik" ) yg difus bilateral atau gambaran bronkhogram udara & pau yg tidak
mengembang.
• terlihat bercak difus berupa infiltrat retikulogranular disertai adanya tabung-
tabung udara bronkus (air bronhcogram).
• Gambaran retikulogranular merupakan manifestasi adanya kolaps alveolus
sehingga apabila penyakit semakin berat gambaran ini akan semakin jelas.
• Gambaran bronkhogram yg menonjol menunjukkan bronkiolus yg meutup latar
belakang alveoli yang kolaps.
• Untuk melihat atelektasis, menyingkirkan pneumotoraks, hernia diafragmatika,
dll.
• Kadang rontgen awal normal hanya berkembang gambaran khas pada 6-12 jam
• Gambaran jantung yang samara mungkin normal/ membesar
• Pemeriksaan Fungsi Paru
Tidal volume ↓ , lung compliance berkurang , kapasitas residu fungsional ↓ , vital
capacity terbatas , ↓ fungsi ventilasi dan perfusi paru
• Pemeriksaan Fungsi Jantung
Dengan katerisasi jantung memerlihatkan bebebrapa perubahan dalam fungsi
kardiovaskular, ex : paten duktus arteriosus, pirau dari kiri ke kanan / sebaliknya,
menurunnya tekanan arteri paru & sistemik.
• Elektrokardiografi (EKG)
Kadang-kadang digunakan untuk menyingkirkan masalah jantung yang mungkin menyebabkan gejala mirip RDS. Sebuah elektrokardiogram merupakan tes yang mencatat aktivitas listrik jantung, menunjukkan irama yang abnormal (aritmia atau disritmia), dan mendeteksi kerusakan otot jantung
Sumber:1. Martondang, Corry. 2003. Diagnosis Fisik pada Anak, ed.2. Jakarta : CV Sagung Seto2. Manuaba, Chandranita, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC