new microsoft word document

20
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas kini telah menjadi pembunuh urutan ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. Berdasarkan data dari Ditjen Perhubungan Darat kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan, sepanjang tahun tersebut terjadi sedikitnya 57.726 kasus kecelakaan di jalan raya. Artinya, dalam setiap 9,1 menit sekali terjadi satu kasus kecelakaan (Departemen Perhubungan, 2010). Data statistik Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) atau WHO menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas pada 1998 menduduki peringkat ke-9 sebagai penyebab kematian atau setara dengan penyakit malaria. Diperkirakan pada 2020, kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian ke-3 tertinggi di dunia di bawah penyakit jantung koroner dan depresi berat (Media Raharja, 2010). Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 2010, dari 31.234 nyawa yang hilang akibat kecelakaan lalu lintas di tanah air, lebih dari

Upload: chia-ithu-mey

Post on 11-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

13

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKecelakaan lalu lintas kini telah menjadi pembunuh urutan ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. Berdasarkan data dari Ditjen Perhubungan Darat kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan, sepanjang tahun tersebut terjadi sedikitnya 57.726 kasus kecelakaan di jalan raya. Artinya, dalam setiap 9,1 menit sekali terjadi satu kasus kecelakaan (Departemen Perhubungan, 2010). Data statistik Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) atau WHO menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas pada 1998 menduduki peringkat ke-9 sebagai penyebab kematian atau setara dengan penyakit malaria. Diperkirakan pada 2020, kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian ke-3 tertinggi di dunia di bawah penyakit jantung koroner dan depresi berat (Media Raharja, 2010). Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 2010, dari 31.234 nyawa yang hilang akibat kecelakaan lalu lintas di tanah air, lebih dari 4.500 korban tewas di Jawa Timur. Sedangkan data yang dihimpun dari Satlantas Polres Kediri Kota, pada rentang periode tersebut telah terjadi 232 peristiwa kecelakaan yang melibatkan mulai jenis sepeda motor hingga kendaraan angkutan umum dengan jumlah korban luka ringan mencapai 298 orang dan luka berat nihil. Kerugian materiil mencapai Rp 101.750.000.Mengingat besarnya jumlah korban tingkat fatalitas kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut sehingga Pemerintah, Guru, Orang Tua, Masyarakat dan Individu agar selau sadar akan ketertiban berkendara lalulintas. Departemen Perhubungan dalam hal ini Direktorat Keselamatan Transportasi Darat telah merencanakan serangkaian progam kerja yang salah satu sasarannya Meningkatkan Ketertiban dan Keselamatan dalam Berlalu lintas serta Menciptakan Masyarakat yang Sadar dan Menghargai Keselamatan di jalam melalui pendidikan yang salah satu upayanya yaiut melalui Kegiatan Kampanye Keselamatan yang secara rutin diselenggarakan setiap tahunnya (Perhubungaan Darat Dalam Angka 2009, 2010: ktd12). Berkaitan dengan kegiatan kampanye keselamatan tersebut Departemen Perhubungan melalui Direktorat Keselamatan Transportasi Darat setiap tahunnya juga telah melaksanakan kegiatan Pemilihan Siswa Pelopor Keselamatan LLAJ (Infohubdat, 2009). Namun dalam pelaksanaan di lapangan sebagian besar Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota di Jawa Timur maupun di Kediri belum melaksanakan kegiatan penyuluhan kampanye cara berkendara dengan selamat (safety riding) kepada para siswa secara rutin. Sehingga kinerja kampanye tersebut kurang intensif serta hanya terbatas pada daerah-daerah tertentu saja.Berdasarkan pernyataan diatas peneliti tertarik untuk meneliti Penerapan Metode Safety Riding Terhadap Keselamatan Ketertiban Dan Ketertiban Pada Anak Usia Dini. 1.2 Perumusan MasalahAdapun permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini sebagai yaitu metode penerapan safety riding pada anak usia dini ?1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui adakah Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Lansia Dengan Gout Di Kelurahan Pojok Kediri 2015.1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui penerapan safety riding pada anak usia dini2. Untuk mengetahui keselamatan dan ketertiban berlalu lintas pada anak usia dini3. Untuk menganalisa penerapan metode safety riding terhadap keselamatan dan ketertiban berlalu lintas pada anak usia dini

1.4 Manfaat 1. Bagi PenelitiPenelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang Penerapan Metode Safety Riding Terhadap Keselamatan Ketertiban Dan Ketertiban Pada Anak Usia Dini.2. Bagi Lahan PenelitianSebagai bahan dan data tentang Penerapan Metode Safety Riding Terhadap Keselamatan Ketertiban Dan Ketertiban Pada Anak Usia Dini.3. Bagi RespondenSebagai langkah guna mengurangi kecelakaan lalu lintas.4. Bagi Institusi PendidikanHasil penelitian ini dapat dijadikan referensi, dokumentasi dalam pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya yang diharapkan jauh lebih baik dan dapat bermanfaat bagi siapa saja.

BAB 2KAJIAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Dini2.1.1 Pengertian Anak Usia DiniAnak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah golden age atau masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik. Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional,kemampuan fisik dan lain sebagainya.

2.1.2 Karakteristik Anak Usia DiniAnak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk (2010) karakteristik anak usia dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari makhluk sosial, penjelasannya adalah sebagai berikut. Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling peka dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak sering bertanya tentang apa yang mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak.Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka membayangkan dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang nyata. Salah satu khayalan anak misalnya kardus, dapat dijadikan anak sebagai mobil-mobilan. Menurut Berg, rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-hal yang biasa membuatnya senang. Anak sering merasa bosan dengan satu kegiatan saja. Bahkan anak mudah sekali mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih menarik. Anak yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya, misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering bermain dengan teman-teman di lingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi. Apabila anak belum dapat beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka anak anak akan dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia membutuhkan orang lain di sekitarnya.Pendidik perlu memahami karakteristik anak untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Pendidik dapat memberikan materi pembelajaran sesuai dengan perkembangan anak. Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini (Hibama S Rahman, 2002) adalah sebagai berikut.a. Usia 01 tahunPerkembangan fisik pada masa bayi mengalami pertumbuhan yang paling cepat dibanding dengan usia selanjutnya karena kemampuan dan keterampilan dasar dipelajari pada usia ini. Kemampuan dan keterampilan dasar tersebut merupakan modal bagi anak untuk proses perkembangan selanjutnya. Karakteristik anak usia bayi adalah sebagai berikut: 1) keterampilan motorik antara lain anak mulai berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan, 2) keterampilan menggunakan panca indera yaitu anak melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulut, 3) komunikasi sosial anak yaitu komunikasi dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.b. Anak Usia 23 tahunUsia ini anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat pada perkembangan fisiknya. Karakteristik yang dilalui anak usia 2-3 tahun antara lain: 1) anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif, 2) anak mulai belajar mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu dengan berceloteh. Anak belajar berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran, 3) anak belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada faktor lingkungan karena emosi lebih banyak ditemui pada lingkungan.c. Anak usia 46 tahunAnak pada usia ini kebanyakan sudah memasuki Taman Kanakkanak. Karakteristik anak 4-6 tahun adalah: 1) perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan sehingga dapat membantu mengembangkan otot-otot anak, 2) perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya, 3) perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan dengan rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya. Anak sering bertanya tentang apa yang dilihatnya, 4) bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun dilakukan anak secara bersama-sama.d. Anak usia 78 tahunKarakteristik anak usia 7-8 tahun adalah: 1) dalam perkembangan kognitif, anak mampu berpikir secara analisis dan sintesis, deduktif dan induktif (mampu berpikir bagian per bagian), 2) perkembangan sosial, anak mulai ingin melepaskan diri dari orangtuanya. Anak sering bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebayanya, 3) anak mulai menyukai permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi, 4) perkembangan emosi anak mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak.Karakteristik anak usia dini merupakan individu yang memiliki tingkat perkembangan yang relatif cepat merespon (menangkap) segala sesuatu dari berbagai aspek perkembangan yang ada. Sedangkan karakteristik anak usia dini menurut Richard D.Kellough (Kuntjojo, 2010) adalah sebagai berikut: a) egosentris, b) memiliki curiosity yang tinggi, c) makhluk sosial, d) the unique person, e) kaya dengan fantasi, f) daya konsentrasi yang pendek, g) masa belajar yang paling potensial.Egosentris adalah salah satu sifat seorang anak dalam melihat dan memahami sesuatu cenderung dari sudut pandang dan kepentingan diri sendiri. Anak mengira bahwa semuanya penuh dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Melalui interaksi dengan orang lain anak membangun konsep diri sehingga anak dikatakan sebagai makhluk sosial. Anak memiliki daya imajinasi yang berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Anak juga memiliki daya perhatian yang pendek kecuali terhadap hal-hal yang bersifat menyenangkan bagi anak. Berbagai perbedaan yang dimiliki anak penanganan yang berbeda mendorong pada setiap anak. Pada masa belajar yang potensial ini, anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang dengan cepat. Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai aspek perkembangan yaitu masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial emosional, serta kognitif. Menurut Piaget (Slamet Suyanto, 2003), anak memiliki 4 tingkat perkembangan kognitif yaitu tahapan sensori motorik (0-2 tahun), pra operasional konkrit (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas).Dalam tahap sensori motorik (0-2 tahun), anak mengembangkan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan dengan gerakan dan tindakan fisik. Anak lebih banyak menggunakan gerak reflek dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Pada perkembangan pra operasional, proses berpikir anak mulai lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Pada tahap operasional konkrit, anak sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana yang bersifat konkrit dan dapat memahami suatu pernyataan, mengklasifikasikan serta mengurutkan. Pada tahap operasional formal, pikiran anak tidak lagi terbatas pada benda-benda dan kejadian di depan matanya. Pikiran anak terbebas dari kejadian langsung.Dilihat dari perkembangan kognitif, anak usia dini berada pada tahap pra operasional. Anak mulai proses berpikir yang lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Anak mampu mempertimbangkan tentang besar, jumlah, bentuk dan benda-benda melalui pengalaman konkrit. Kemampuan berfikir ini berada saat anak sedang bermain.

2.2 Safety Riding2.2.1 Pengertian Safety RidingSafety riding merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan dampak akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah global seiring dengan terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Berdasarkan laporan WHO (2004), saat ini kecelakaan transportasi jalan di dunia telah mencapai 1.5 juta korban meninggal dan 35 juta korban luka-luka/cacat akibat kecelakaan lalu lintas pertahun. Sebanyak 85% korban meninggal akibat kecelakaan terjadi di negara-negara berkembang ( Russeng, 2011).2.2.2 Tujuan Safety RidingMenumbuhkan kesadaran para pengguna jalan baik itu pengendara roda dua dan pengendara roda empat untuk selalu mematuhi peraturan lalu lintas sehingga angka kecelakaan di jalan raya dapat ditekan,kemacetan dapat dikurangi dan yang terpenting terciptanya keamanan dan kenyamanan serta keselamatan berkendara dialan raya.2.2.3 Faktor yang MempengaruhiTerdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku aman berkendara (safety riding), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan yang meliputi pengetahuan, motivasi, dan sikap sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan yang meliputi penggunaan alat pelindung diri, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan fasilitas rambu dan marka jalan.

BAB 3METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah buku pelajaran kedokteran, jurnal imiah edisi cetak maupun edisi online, dan artikel ilmiah yang bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variatif, bersifat kualitatif maupun kuantitatif. 3.2 Pengumpulan Data Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai dengan topik yang dibahas. 3.3 Analisis Data Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian. Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptif argumentatif. 3.4 Penarikan Kesimpulan Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah, tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.

BAB 4PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pembahasan mengenai intensi safety riding, diperoleh simpulan sebgaai berikut:a. Secara keseluruhan, lebih dari setengahnya siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki intensi yang kuat untuk menampilkan perilkau safety riding. Artinya, mayoritas siswa bersedia dan siap untuk melakukan safety riding atau dengan kata lain, sebagian besar siswa sudah memiliki niat yang kuat untuk melakukan safety riding.b. Perilaku safety riding secara nyata dipengaruhi oleh intensi siswa untuk melakukan perilaku safety riding. Semakin besar niat dan kesediaan siswa untuk melakukan safety riding maka peluang munculnya tingkah laku untuk berperilaku safety riding semakin besar.

BAB 5PENUTUP

1.1 Kesimpulan1. Sebelum dilakukan penerapan metode safety riding pada siswa TK sebagian besar siswa belum mengetahui dan menerpakan safety riding.2. Setealah dilakukan penerapan metode safety riding pada siswa TK sebagian besar siswa sudah mengerti dan menerapkannya.1.2 Saran1. Bagi Instansi Disarankan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai tambahan referensi dan wacana di lingkungan pendidikan serta sebagai bahan kajian lebih lanjut khususnya untuk penelitian yang sejenis dan diharapkan institusi lebih banyak menyediakan referensi tentang penerapan metode safety riding dan metode penelitian, sehingga dapat mempermudah pada penelitian selanjutnya.2. Bagi Lahan atau Tempat PenelitianDiharapkan instansi terkait antara lain Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan maupun Pihak Kepolisian dapat meningkatkan upaya lainnya yang perlu dilakukan meliputi peningkatan pengetahuan, penjangkauan (outreach) berkesinambungan. 3. Bagi RespondenDiharapkan dapat lebih meningkatkan perilaku safety riding serta memberikan edukasi pada siswa karena apabila siswa kurang memperoleh informasi maka tidak dapat di ketahui dan ditangani secara cepat dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Augusta. (2012). Pengertian Anak Usia Dini. Diambil dari http://infoini.com/pengertian anak usia dini diakses tanggal 15 April 2015.Elshinta (2015). Angka Kecelakan Meningkat, Pemkot Kediri Gratiskan Pelajar Naik Angkot. Diambil dari http://elshinta.com diakses pada tanggal 15 April 2015.Irwan Setiawan (2013) Angka Kecelakaan Lalu Linntas Di Jatim Semakin Tinggi. Diambil dari http://dprd.jatimprov.go.id/ diakeses pada tanggal 15 April 2015.Kuntjojo. (2010). Konsep-konsep Dasar pendidikan Anak Usia Dini 3. Diambil dari http://ebekunt.wordpress.com/karakteristik_anak_usia_dini diakses tanggal 15 April 2015.Media Raharja (2010). Mengutamakan Keselamatan. Diambil dari http://www.jasaraharja.co.id diakses pada tanggal 15 April 2015.Sofia Hartati. (2005). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.