new microsoft word document

40
 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, DUKUNGAN KELUARGA, DUKUNGAN TEMAN DAN DUKUNGAN IKLAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP ROKOK DI SLTP KARYA PEMBANGUNAN (KP) 10 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Masalah Masalah rokok saat ini menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan. Telah banyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara baik di radio maupun televisi serta penyuluhan mengenai bahaya merokok dan kerugian yang ditimbulkan akibat rokok. Berbagai kebijakan dan aturan yang memuat sanksi bagi para perokok dipublikasikan secara terus-menerus. Bahkan setiap tanggal 31 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Melalui per ingatan hari tanpa rokok sedunia ini, diharapkan menjadi kesempatan bagi kita untuk berfikir kembali dan menyadari akan bahaya dan dampak rokok baik bagi perokok itu sendiri maupun lingkungan disekitarnya. 1Rokok merupakan zat aditif yang mengancam kesehatan karena did alamnya mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap kepulan asap rokok terkandung ± 4000 racun kimia ber bahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya tersebut diantaranya tar, karbonmonoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2005). Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekitar 90 % kanker paru-paru tidak dapat diselamatkan. (Basyir, 2005). Selain itu r okok dapat menyebabkan kanker mulut, bibir, kerongkongan, penyakit jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia. Menurut perhitungan Fakultas kedokteran di Inggris, rata- rata setiap perokok kehilangan 5 ½ menit umurnya setiap menghisap sebatang rokok (Nainggolan, 2000). Dalam sebuah study yang dilakukan di Jepang, seperti yang diberitakan The Asahi Shimbun terbitan 23 April 2004, didapatkan hasil bahwa 29 % (80.000 orang) pada pria dan 4 persen (5000 orang) pada wanita penderita kanker di jepang disebabkan oleh rokok (Basyir, 2005). Di Indonesia sendiri angka kejadian penyakit akibat rokok menurut mantan menteri kesehatan Achmad Sujudi, tercatat sebanyak 6,5 juta jiwa menderita penyakit akut akibat merokok. Antara lain berupa kanker paru-paru, jantung, dan gangguan peredaran darah. Achmad sujudi menambahkan bahwa ''Bayi yang lahir dari ibu yang merokok juga memiliki berat badan yang rendah serta bisa menimbulkan sindroma bayi meninggal mendadak (Sudden Death).'' (www.republikaonline.com, 2003) . Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 1,2 miliar penduduk dun ia merupakan

Upload: erfina-nur

Post on 10-Jul-2015

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 1/40

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES,DUKUNGAN KELUARGA, DUKUNGAN TEMAN DAN DUKUNGAN IKLAN DENGAN

PERILAKU REMAJA TERHADAP ROKOK DI SLTP KARYA PEMBANGUNAN (KP) 10 BANDUNG

BAB IPENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang MasalahMasalah rokok saat ini menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan. Telahbanyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancarabaik di radio maupun televisi serta penyuluhan mengenai bahaya merokok dankerugian yang ditimbulkan akibat rokok. Berbagai kebijakan dan aturan yang

memuat sanksi bagi para perokok dipublikasikan secara terus-menerus. Bahkansetiap tanggal 31 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai HariTanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Melalui peringatan haritanpa rokok sedunia ini, diharapkan menjadi kesempatan bagi kita untukberfikir kembali dan menyadari akan bahaya dan dampak rokok baik bagiperokok itu sendiri maupun lingkungan disekitarnya.1Rokok merupakan zat aditif yang mengancam kesehatan karena didalamnyamengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO)dan beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap kepulan asaprokok terkandung ± 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifatkarsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya

tersebut diantaranya tar, karbonmonoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2005).Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekitar 90 % kanker paru-parutidak dapat diselamatkan. (Basyir, 2005). Selain itu rokok dapat menyebabkankanker mulut, bibir, kerongkongan, penyakit jantung, bahkan disinyalir dapatmemperpendek usia. Menurut perhitungan Fakultas kedokteran di Inggris, rata-rata setiap perokok kehilangan 5 ½ menit umurnya setiap menghisap sebatangrokok (Nainggolan, 2000).Dalam sebuah study yang dilakukan di Jepang, seperti yang diberitakan TheAsahi Shimbun terbitan 23 April 2004, didapatkan hasil bahwa 29 % (80.000orang) pada pria dan 4 persen (5000 orang) pada wanita penderita kanker dijepang disebabkan oleh rokok (Basyir, 2005).

Di Indonesia sendiri angka kejadian penyakit akibat rokok menurut mantanmenteri kesehatan Achmad Sujudi, tercatat sebanyak 6,5 juta jiwa menderitapenyakit akut akibat merokok. Antara lain berupa kanker paru-paru, jantung,dan gangguan peredaran darah. Achmad sujudi menambahkan bahwa ''Bayi yanglahir dari ibu yang merokok juga memiliki berat badan yang rendah serta bisamenimbulkan sindroma bayi meninggal mendadak (Sudden Death).''(www.republikaonline.com, 2003) .Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 1,2 miliar penduduk dunia merupakan

Page 2: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 2/40

perokok, dan 800 juta di antaranya terdapat di negara berkembang. Besarnyajumlah perokok tersebut menyebabkan angka kematian akibat merokok saat iniadalah 4 juta jiwa setiap tahun, yang berarti terdapat sekitar satu kematiandalam setiap 8 menit (Burhan, 2004).Melihat dari data akibat yang disebabkan oleh bahaya merokok tersebut, tidak

heran bahwa di negara maju aktivitas merokok mulai dibatasi, dan jumlahperokok semakin berkurang. Menurut badan kesehatan WHO dinegara majuprevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap tahunnya, akan tetapi dinegaraberkembang seperti Indonesia jumlah perokok ini 2,1% meningkat setiaptahunnya (A.F Muchtar, 2005). Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trenddi Indonesia. Riset WHO 1998 menunjukan, kelompok perokok aktif usia 10tahun ke atas di Indonesia tercatat 59,04% untuk pria dan 4,85%untuk wanita.Dari kelompok usia tersebut 12,8%-27,7% pria berusia muda (young males) dan0,64%-1% adalah wanita muda (young females) (Syahrir, 2003).Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan terbesar keempat dunia dengankekerapannya sekitar 60% pada laki-laki dan 4% pada perempuan yang berumur

lebih dari 15 tahun (Burhan, 2004). Sedangkan di Asia Indonesia menempatiurutan kedua terbesar setelah Kamboja dengan prosentasi perokok pria;Kamboja 54%, Indonesia 53%, Vietnam 50%, Malaysia 49% dan Thailand 39%(Basyir, 2005).Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi, bahwa kebiasaan merokok justrudimulai pada usia yang sangat muda. Psikolog A Kasandra Oemarjoedi (2004)mengatakan, jika dua puluh tahun yang lalu umur rata-rata seseorang mulaimerokok adalah pada usia 16 tahun (remaja tingkat SLTA), estimasi sekarangseseorang mulai merokok pada usia remaja 12-14 tahun (remaja tingkat SLTP).Oemarjoedi menambahkan, berdasarkan data Survei Yayasan Pelita Ilmu lebihdari tiga juta remaja menggunakan rokok tembakau, dan dari keseluruhan

jumlah tersebut, hampir 20 persen adalah siswa SLTP. Bahkan data dari tigatahun terakhir, 30 persen dari jumlah anak SLTP adalah perokok aktif. Satu daritiga siswa menjadi perokok permanen sampai dia dewasa dan meninggal padausia yang sangat muda yang diakibatkan oleh penyakit yang disebabkan karenamerokok (Daryanto,2004).Secara psikologis remaja SLTP (usia 12-16 tahun) berada pada tahapanperkembangan remaja awal. Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masatransisi dimana jiwa anak masih labil. Hal ini disebabkan karena anak belummenemukan pegangan hidup yang mantap. Akibat labilnya jiwa anak,menjadikan mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baikyang bersifat positif maupun negatif (Kartono, 1995). Hurlock (1993)

mengungkapkan bahwa masa remaja awal memiliki beberapa ciri tahapanperkembangan yaitu tahap periode peralihan, periode perubahan, periodebermasalah dan periode pencarian identitas. Pada periode pencarian identitas,remaja cenderung meniru tingkah laku orang dewasa yang dianggapmenunjukan kematangan dan kemapanan dalam hal identitas diri. Prosesidentifikasi remaja terhadap orang dewasa menyebabkan mereka mengadopsiperilaku yang ada pada orang dewasa, salah satunya adalah perilaku merokok.Merokok menjadi perilaku negatif yang umum dan bersifat legal bagi para

Page 3: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 3/40

remaja.Merokok pada remaja perlu mendapatkan perhatian besar. Penurunan sumber-daya manusia dimasa yang akan datang menjadi sesuatu hal yang tidak mustahilterjadi yang disebabkan karena remaja terbiasa dengan perilaku yang tidaksehat. Taylor (Syahrir 2003) menyatakan bahwa perilaku merokok pada remaja

dapat menjadi bagian dari serangkaian sindrom perilaku bermasalah secaraumum, misalnya: penggunaan obat-obatan terlarang, alkoholik dan perilaku sexbebas.SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 merupakan instansi pendidikan yang beradadi wilayah Bandung Timur, tepatnya di Jl. Raya A.H. Nasution No 25A. Sekolahini merupakan sekolah gabungan antara SLTP, SMU dan SMK KaryaPembangunan. Instansi pendidikan ini merupakan sekolah swasta yang banyakdiminati di wilayah Bandung Timur. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yangterdaftar di SLTP KP 10. Jumlah siswa secara keseluruhan di SLTP KP berjumlah985 siswa (488 siswa laki-laki dan 497 siswa perempuan). Dari 985 siswatersebut terbagi menjadi 320 siswa kelas I, 376 siswa kelas II dan 289 siswa

kelas III.Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2006,didapatkan informasi dari guru bimbingan konseling SLTP KP 10 Bandung,bahwa di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang berkaitandengan perilaku merokok siswa. Padahal dari beberapa permasalahan mengenaikenakalan remaja di SLTP KP 10, merokok menjadi masalah dengan tingkatprosentase tertinggi (25-30%) dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan,perkelahian / tawuran dan, perkumpulan remaja atau gangster, yang hanyatercatat (< 10%). Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orangsiswa kelas III didapatkan data bahwa semua siswa tersebut merokok, bahkanmereka mengatakan, hampir seluruh anak laki-laki di kelasnya sudah pernah

merokok. Adapun untuk kelas II mereka mengatakan hanya sekitar (30-35%)yang merokok, dan kelas I (±10%). Kebanyakan siswa di SLTP KP merokok diluarlingkungan sekolah, mereka bergerombol disuatu tempat yang memangmemudahkan mereka mendapatkan rokok. Padahal SLTP KP sendiri memilikikebijakan yang tertulis dalam perjanjian antara pihak sekolah dengan calonsiswa mengenai larangan membawa ataupun merokok didalam maupun diluarlingkungan sekolah, termasuk sanksi tegas yang menjerat apabila larangan inidi langgar oleh siswa.Adapun informasi yang penulis dapatkan dari Badan Musyawarah GuruPembimbing (MGP) kota Bandung perilaku merokok termasuk kedalam 6 bentukperilaku bermasalah yang ada pada remaja SMP. Munculnya perilaku

bermasalah terutama merokok terjadi pada sekolah-sekolah dengan kriteriasebagai berikut: 1) sekolah yang menerima siswa tanpa testing, 2) sekolah yangberada di daerah pinggiran kota, 3) sekolah yang kurang komitmen terhadappenerapan disiplin, dan 4) sekolah yang berada dekat keramaian.Banyak hal yang dapat menjadi resiko timbulnya perilaku merokok pada anakusia remaja. Subanada (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa faktorresiko munculnya perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh berberapafaktor diantaranya: 1). Faktor psikologis/kepribadian yang terdiri dari faktor

Page 4: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 4/40

psikososial yang meliputi stress, rasa bosan, rasa ingin tahu, ingin terlihatgagah, rendah diri dan perilaku yang menunjukan pemberontakan menjadi halyang mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. Selain itu, secara psikologisperilaku merokok pada remaja diasosiasikan juga dengan gangguan psikiatrik.2). Faktor biologis, meliputi fungsi kognisi, etnik, genetik dan jenis kelamin. 3).

Faktor lingkungan, yakni orangtua, saudara kandung, teman sebaya danreklame atau iklan menampilkan sang idola remaja, 4). Faktor regulatori yakniadanya pajak atau bea cukai yang tinggi terhadap rokok dengan maksud untukmenurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok, dan pembatasan fasilitas /lokasi untuk merokok.Faktor psikologis dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja lingkungan,artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor dalam di, Eriksonmengatakan bahwa setiap remaja akan mengalami fase krisis dalam prosespencarian jati dirinya yang disebabkan karena adanya perubahan fisik danpsikososial. Ketidaksesuaian antara perkembangan fisik, psikis dan sosialmenyebabkan remaja berada dalam kondisi dibawah tekanan atau stress.

Merokok menjadi alternatif yang mereka pilih karena dianggap dapatmengurangi ketegangan dan membantu relaksasi terhadap stress (Helmi &Komalasari, 2006).Selain itu, perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari, sehinggaperlu ada agen sosialisasi dalam proses munculnya perilaku tersebut, danlingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkanremaja terhadap perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada di lingkunganmenstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama agar dapat diterimasebagai anggota dari lingkungan tersebut (A.F Muchtar 2005). Orangtua,saudara kandung, teman sebaya dan iklan merupakan faktor lingkungan yangmendorong remaja untuk merokok.

Berdasarkan faktor biologi, merokok merupakan perilaku yang diturunkansecara genetik, dan perilaku ini lebih banyak terjadi pada mereka keturunanras kulit putih. Sedangkan berdasarkan faktor regulatori, perilaku merokokberkaitan dengan daya beli masyarakat terhadap rokok yang akan terpengaruholeh kebijakan pemerintah melalui pajak atau bea cukai rokok. Selain ituadanya kebijakan penentuan daerah bebas rokok, menjadi upaya yangdiharapkan dapat mengurangi konsumsi mayarakat akan rokok dan sekolahmenjadi salah satu tempat yang ditetapkan sebagai kawasan bebas rokok(Soetjiningsih, 2004).Melihat dari faktor-faktor tersebut, dalam kesempatan ini penulis hanyamemfokuskan penelitian pada dua faktor yakni psikologis (stress) dan faktor

lingkungan yang meliputi dukungan keluarga, dukungan teman, dan dukunganiklan. Adapun faktor biologi dan regulatori tidak menjadi lingkup penelitiandengan pertimbangan; faktor biologis akan sangat sulit untuk diteliti,sedangkan berkaitan dengan faktor regulatori, SLTP KP sendiri telah memilikiaturan mengenai larangan membawa maupun melakukan aktivitas merokok baikdi dalam maupun di luar lingkungan pendidikan.1. 2 Perumusan MasalahBerdasarkan pada uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan

Page 5: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 5/40

permasalahan sebagai berikut: apakah terdapat hubungan antara tingkat stress,dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan iklan dengan perilakuremaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung.I. 3 TujuanI.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara tingkatstress, dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan iklan denganperilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung.I.3.2 Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:1. Untuk mengidentifikasi gambaran perilaku merokok pada remaja SLTP KP 10Bandung.2. Untuk mengidentifikasi gambaran tingkat stres pada remaja di SLTP KP 10Bandung.3. Untuk mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga untuk merokok padaremaja di SLTP KP 10 Bandung.

4. Untuk mengidentifikasi gambaran dukungan teman untuk merokok padaremaja di SLTP KP 10 Bandung.5. Untuk mengidentifikasi gambaran dukungan iklan untuk merokok padaremaja di SLTP KP 10 Bandung.6. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Stress denganperilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung.7. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Dukungan keluargadengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10Bandung.8. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Dukungan temandengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10

Bandung.9. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Dukungan Iklan dimedia dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP)10 Bandung.

I. 4. KegunaanMelalui identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku remajaterhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung., diharapkandapat berguna bagi ;I.4.1 Instansi Pendidikan (SLTP KP 10 Bandung)

1. Sebagai gambaran bagi instansi mengenai perilaku merokok yang terjadipada siswa.2. Sebagai bahan acuan untuk penegakan disiplin bagi siswa selanjutnya3. Sebagai bahan pemikiran untuk evaluasi kebijakan yang telah diterapkansekolah bagi para siswa.4. Sebagai landasan untuk pelaksanaan program incidental/ program extra yangmembahas mengenai masalah yang berhubungan dengan perilaku remaja.I.4.2 Petugas Kesehatan (Instansi Puskesmas)

Page 6: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 6/40

Menjadi masukan penting bagi instansi puskesmas setempat sebagai bahanpokok untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok sesuai denganprogram UKS di SLTP Karya Pembangunan 10.I.4.3 Peneliti dan Penelitian selanjutnyaPenelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian atau data awal untuk

melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan perilaku merokokpada anak remaja SLTP.1.5 Kerangka konsepSubanada dalam Soetjiningsih 2004 mengemukakan bahwa terdapat beberapafaktor resiko timbulnya perilaku merokok pada remaja, yakni :1. Faktor psikologis/kepribadian yang terdiri dari faktor psikososial yangmeliputi stress, rasa bosan, rasa ingin tahu, ingin terlihat gagah, rendah diridan perilaku yang menunjukan pemberontakan. Selain itu perilaku merokokpada remaja diasosiasikan dengan gangguan psikiatrik seperti depresi danskizofrenia.2. Faktor biologis, meliputi fungsi kognisi dimana para perokok menganggap

bahwa merokok dapat meningkatkan konsentrasi mereka. Faktor etnik, dimanaremaja yang berasal dari keturunan ras kulit putih di Amerika akan mempunyaikecenderungan lebih besar untuk menjadi seorang perokok dibandingkandengan keturunan lain. Selanjutnya faktor genetik, yang menyatakan bahwadalam suatu penelitian, seorang perokok mempunyai gen yang akan diturunkanyang dapat mempengaruhi munculnya perilaku merokok pada generasiselanjutnya. Adapun yang terakhir adalah faktor jenis kelamin, dimana padasaat ini perilaku merokok tidak hanya muncul pada kaum pria tetapi juga padawanita.3. Faktor lingkungan yang meliputi perilaku merokok orangtua, saudarakandung, teman sebaya dan reklame atau iklan rokok yang menampilkan sang

idola remaja sebagai role model mereka.4. Faktor regulatori yakni adanya pajak atau bea cukai yang tinggi terhadaprokok dengan maksud untuk menurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok.Selain itu, yang temasuk kedalam faktor ini adalah adanya pembatasan fasilitasuntuk merokok dengan diberlakukan kawasan bebas asap rokok.Hasil konsensus FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) tahun 2000tentang opiat, masalah media dan penatalaksanaannya menyatakan, terdapatdua hal yang menjadi faktor pendukung bagi seseorang untuk menggunakan zataditif termasuk rokok yaitu faktor psikologis dan lingkungan (Oktariani, 2006).Erikson (Helmi & Komalasari 2006) mengungkapkan bahwa munculnya perilakumerokok pada remaja dikarenakan adanya krisis aspek psikososial yang dialami

dalam masa proses mencari jati diri. Ketidaksesuaian antara perkembanganfisik, psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi dibawahtekanan atau stress. Merokok menjadi alternatif yang mereka pilih karenamereka menganggap merokok dapat mengurangi ketegangan dan membanturelaksasi terhadap stress.Aktivitas merokok disaat stress menjadi upaya kompensatoris dari kecemasanyang dialihkan, yang pada akhirnya merokok menjadi aktivitas yang dapatmemberikan kepuasan psikologis dan bukan semata-mata untuk mewujudkan

Page 7: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 7/40

simbolisasi kejantanan atau kedewasaan (A.F Muchtar 2005).Atkinson 1991 dalam bukunya psikologi perkembangan mengungkapkan bahwa,dalam kondisi stress remaja cenderung mengulang perilakunya. Semakin seringremaja berada dalam kondisi stress semakin mungkin merokok mereka lakukanyang akhirnya berdampak pada ketergantungan.

Stress itu sendiri merupakan respon individu dimana terjadi ketidaksesuaianantara harapan dan pencapaian yang ditampilkan melalui perasaan secaraemosional. Banyak hal yang dapat menyebabkan stress, terlambat dalamperjalanan, kecemasan akan kondisi diri dan keluarga, ataupun tugas yangsudah ditunggu pada batas waktu akhir. Ketidakmampuan mengatasi haltersebut dengan baik akan direfleksikan melalui perasaan emosional sepertimarah, tegang, cemas bahkan agresi. Padahal Earle mengungkapkan bahwastress ini merupakan pergerakan energi “mobilized energy” yang diperlukanagar seseorang dapat berfikir lebih baik, sehingga dari ketidaksesuaian yangada, seseorang dapat menganalisa masalah dan memperbaikinya (Groenewald2006).

Sedangkan berhubungan dengan faktor lingkungan, perilaku merokok munculdisebabkan karena lingkungan merupakan faktor yang pertama kalimengenalkan mereka pada perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada dilingkungan menstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama agar dapatditerima sebagai anggota kelompok dari lingkungan tersebut. Denganlingkungan yang baik, remaja akan menjadi tampak berkembang baik.Sebaliknya, lingkungan yang tidak baik dapat menjerumuskan remaja kedalamperilaku yang tidak baik pula. Orangtua, saudara kandung dan teman sebayamerupakan faktor lingkungan yang menjadi agen sosialisasi perilaku merokokpada remaja. Orangtua yang merokok akan berpengaruh besar terhadappenularan perilaku merokok pada anaknya (A.F Muchtar 2005).

Pola interaksi remaja yang lebih banyak dihabiskan dengan teman sebaya jugaakan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku remaja. Fenomena yang adaadalah sebagian besar dari anggota kelompok remaja memiliki kebiasaanmerokok. Fakta yang diperoleh diantara remaja perokok dan nonperokok, 87%mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang merokok.Semakin banyak remaja merokok, semakin besar kemungkinan teman-temannyamerokok pula. Faktor lingkungan lain yang tidak dapat dipisahkan adalahpengaruh iklan. Iklan rokok yang menampilkan gambaran bahwa merokokmerupakan lambang kejantanan dan glamour, memicu remaja untuk mengikutiperilaku tersebut, terlebih apabila iklan tersebut menampilkan sosok idola sangremaja (Basyir 2005).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dalam penelitian ini penulis mencobamemfokuskan penelitian mengenai faktor stress, dukungan keluarga, dukunganteman sebaya dan dukungan iklan yang akan dihubungkan dengan perilakuremaja terhadap rokok.

1.6 HipotesaHipotesa adalah jawaban sementara atau dalil sementara dari suatu penelitian

Page 8: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 8/40

yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo,72, 2002). Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah :a. Hipotesa 1H0 : Tidak terdapat hubungan antara stress dengan perilaku remaja terhadaprokok di SLTP KP 10 Bandung.

H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara stress dengan perilaku remajaterhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.b. Hipotesa 2 :H0 : Tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan perilakuremaja terhadap rokok di SLTP di SLTP KP 10 Bandung.H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga denganperilaku remaja terhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.c. Hipotesa 3 :H0 : Tidak terdapat hubungan antara dukungan teman dengan perilaku remajaterhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan teman dengan

perilaku remaja terhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.d. Hipotesa 4 :H0 : Tidak terdapat hubungan antara dukungan iklan rokok dengan perilakuremaja terhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan iklan rokok denganperilaku remaja terhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.1.7 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. StressStress merupakan respon individu dimana terjadi ketidaksesuaian anataraharapan dan pencapaian yang ditampilkan melalui perasaan secara emosional

(Groenewald 2006). Tingkat stress menurut gronewald dibagi menjadi : stressringan, stress sedang dan stress berat.Stress dalam penelitian ini suatu kondisi dimana remaja berada dalam tekanan,suasana hati yang tidak menyenangkan, atau menggalami gangguan prosesberfikir/mengambil keputusan.Instrument baku dari Groenewaldang telah di alih-bahasakan kedalam bahasa Indonesia.Ordinal· Stress ringan· Stress sedang· Stress berat

2. DukunganKeluarga

Pada lingkungan keluarga menurut A.F Muchtar, remaja cenderung merokokapabila orangtua (terutama ayah) atau kakak kandung merokok atau bersikap

Page 9: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 9/40

tidak melarang.

3. DukunganTeman

Remaja untuk dapat diterima menjadi anggota kelompok sebaya harus dapatmenjalankan peran dan tingkah laku sesuai dengan harapan dan tuntutankelompok, dimana mayoritas anggota kelompok memiliki kebiasaan merokok.Maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan merekasendiri akibatnya (Hurlock 1993).Dukungan keluarga dalam penelitian ini adalah ada tidaknya anggota keluargayang merokok. Serta ada tidaknya larangan.Dukungan teman dalam penelitian ini adalah dorongan atau stimulus yangdiberikan oleh anggota kelompok sepermainan kepada siswa untuk melakukankegiatan merokok.

4.DukunganIklanBerita atau promosi baik di media cetak maupun elektronik yang bertujuanmempengaruhi masa (remaja) untuk membeli atau mengikuti berita tersebut.Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaranbahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remajaseringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklantersebut, terlebih jika jika iklan tersebut dibawakan oleh para model populer(artis) yang akan menarik remaja untuk menjadi seperti idolanya (Basyir,

2005).Dukungan iklan dalam penelitian ini adalah ada tidaknya pengaruh iklan danpengidolaan artis dalam iklan rokok yang mendorong remaja untuk mengikutigaya sang idola.

5. PerilakuRemajaterhadapRokokMedical Research Council on Respiratory Symptoms 1986, membagi perilaku

remaja terhadap rokok menjadi 2 kriteria yakni : Seseorang dikatakan sebagaiperokok adalah mereka yang merokok sedikitnya 1 batang perhari sekurang-kurangnya selama 1 tahun. Sedangkan bukan perokok merupakan orang yangtidak pernah merokok paling banyak 1 batang perhari selama 1 tahun(Kurniawati, 2003). /hari).Perilaku remaja terhadap rokok dalam penelitian ini dikategorikan menjadiremaja perokok (merokok ≥ 1 batang / hari), dan remaja bukan perokok

Page 10: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 10/40

(remaja yang tidak pernah merokok/ merokok < 1 batang / hari)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Rokok bukan lagi menjadi barang aneh untuk saat ini, ketika disebut kata“rokok”, yang terbayang adalah sebuah komoditi terlaris yang paling gampangdi undang untuk menjadi sponsor pada berbagai event olahraga ataupunpertunjunkan besar. Sampai saat ini jarang sekali toko atau warung yang tidakmenjual rokok, bahkan dalam setiap toko grosir makanan rokok bisa mengisi40–50 % barang yang laris terjual setiap harinya. Melihat fenomena inisepertinya rokok telah menjelma menjadi kebutuhan pokok layaknya sembako.Seandainya rokok itu sarat manfaat, mengandung unsur gizi yang dibutuhkantubuh, tentunya tidak masalah. Tetapi rokok sudah diakui sebagai komoditiyang berbahaya bagi kesehatan (Basyir 2005).

2.1. Rokok dan Masalahnya2.1.1 Sejarah rokok22Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu ataubentuk lainnya, yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabaccum, nicotinarustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tardengan atau tanpa bahan tambahan. Nikotin merupakan zat atau bahansenyawa pirolidin yang terdapat dalam nicotina tabaccum, nicotina rustica danspesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat menyebabkanketergantungan. Sedangkan tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatisyang bersifat karsinogenik (PP No. 19 tahun 2003).

Tembakau itu sendiri, yang merupakan bahan utama untuk rokok ini telahdikenal lama sebelum tahun 1492. Pada saat itu, pelaut Eropa yangmenemukan benua Amerika “Colombus” melihat orang-orang Indian menghisaptembakau dengan menggunakan pipa dalam sebuah upacara tertentu sebagailambang tata cara ramah tamah. Penggunaan pipa berbentuk “Y” yang disebut“tobacco” yang digunakan untuk menghisap tanaman yang cukup banyakmengandung racun ini menjadi dasar mengapa tanaman tersebut dinamakantembakau (Basyir 2005).Istilah botanical tembakau itu sendiri, berasal dari kata “nicotiana”, istilah inidiberikan dalam menghormati Duta Besar Perancis untuk Portugal yakni JeanNicot yang telah mengirim bibit tembakau kepada permaisuri Prancis,

Catherine de Medici. Penyebaran tembakau sendiri mulai diperkenalkan keseluruh Asia dan Afrika pada abad ke-17 oleh para ahli perdagangan Eropa(Nainggolan, 2000).

2.1.2 Zat yang Terkandung dalam RokokSeperti yang telah di ulas diatas, terdapat dua bahan utama zat yangterkandung dalam setiap batang rokok yakni nikotin dan tar. Nikotin, didalamtubuh menyebabkan perangsangan sistem saraf simpatis. Perangsangan saraf 

Page 11: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 11/40

simpatis (pelepasan adrenalin), berdampak pada peningkatan denyut jantung,tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan iramajantung. Selain itu nikotin mengaktifkan trombosit yang beresiko padatimbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darahtermasuk pembuluh darah jantung. Adapun tar, disebut sebagai zat

karsinogenik, karena ampas tar yang tersimpan terutama dalam saluran nafasakan mengubah struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru. Padasaluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucusbertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radangringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.Sedangkan pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dankerusakan alveoli. Hal ini yang memungkinkan terjadinya pembentukan selkanker.Selain kedua zat tersebut, masih terdapat zat-zat lain yang terkandung dalamrokok dan berakibat buruk terhadap sistem tubuh. Nainggolan (2000)mengungkapkan zat lain tersebut diantaranya :

Karbonmonoksida : merupakan sejenis gas yang tidak berbau yang dihasilkandari pembakaran zat arang atau karbon yang tidak sempurna. Gas ini memilikisifat racun yang dapat mengurangi kemampuan darah membawa oksigen. Halini disebabkan karena unsur ini memiliki kemampuan yang cepat untukbersenyawa dengan haemoglobin, sehingga menggangu ikatan oksigen denganhaemoglobin, yang pada akhirnya menyebabkan suplai oksigen ke seluruh organtubuh berkurang.Arsenic : sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga.Nitrogen oksida : Unsur kimia ini dapat mengganggu saluran pernafasan bahkanmerangsang kerusakan dan perubahan kulit tubuh.Ammonium karbonat : zat ini membentuk plak kuning pada permukaan lidah

dan menggangu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat dipermukaanlidah.Ammonia : merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen danhidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Ammonia inisangat mudah memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapatdalam zat ini sehingga jika disuntikan sedikit saja kedalam tubuh bisamenyebabkan seseorang pingsan.Formic acid : jenis cairan yang tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapatmengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk. Zat inidapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut. Bertambahnya zatini dalam peredaran darah akan mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.

Acrolein : sejenis zat tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini diperoleh denganmengambil cairan dari gliserol dengan metode pengeringan. Zat ini seduikitbanyak mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat menganggu bagikesehatan.Hydrogen cyanide : sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidakmemiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dansangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide adalah salah satu zatyang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide

Page 12: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 12/40

dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.Nitrous oksida : sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terisap dapatmenyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit.Formaldehyde : zat yang banyak digunakan sebagai pengawet dalamlaboratorium (formalin).

Phenol : merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan daridestilasi beberapa zat organic seperti kayu dan arang, selain diperoleh dari terarang. Phenol terikat dengan protein dan menghalangi aktivitas enzim.Acetol : hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat yang tidak berwarna yang bebasbergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.Hydrogen sulfide : sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bauyang keras. Zat ini menghalangi oxidasi enxym (zat besi yang berisi pigmen).Pyridine : cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapatdigunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.Methyl chloride : adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dimana hidrogendan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah merupakan

compound organic yang dapat beracun.Methanol : sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan mudah terbakar.Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkankematian.

2.1.3 Masalah yang Ditimbulkan Akibat MerokokMelihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokoktersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahayabagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan pada sistemyang ada dalam tubuh manusia. Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan

diatas hanya merupakan sebagian kecil zat yang terkandung dalam setiapbatang rokok, yang sebenarnya mengandung ± 4000 racun kima berbahaya. Halini menjelaskan bahwa rokok benar-benar sangat berbahaya bagi tubuh.Berbagai penyakit mulai dari rusaknya selaput lendir sampai penyakitkeganasan seperti kanker dapat ditimbulkan bari perilaku merokok. Beberapapenyakit tersebut antara lain :a. Penyakit paruMerokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas danjaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar(hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Pada salurannapas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel

dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlahsel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas,pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segalamacam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit paruobstruksi menahun (PPOM) (Sianturi 2003). Bahkan kanker paru merupakanjenis penyakit paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematiankarena kanker paru terjadi pada perokok (Basyir 2005)b. Penyakit jantung koroner

Page 13: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 13/40

Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zta yang terkandung dalamrorok. Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama disebakan oleh duabahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni nikotin dankarbonmonoksida. Dimana nikotin dapat mengganggu irama jantung danmenyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan CO

menyebabkan supply oksigen untuk jantung berkurang karena berikatan denganHb darah. Hal inilah yang menyebabkan gangguan pada jantung, termasuktimbulnya penyakit jantung koroner.c. ImpotensiTjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas Indonesiamengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah akan dibawakeseluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan menggangu prosesspermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk. Sedangkan Tahermenambahkan, selain merusak kualitas sperma, rokok juga menjadi faktorresiko gangguan fungsi seksual terutama gangguan disfungsi ereksi (DE). Dalampenelitiannya, sekitar seperlima dari penderita DE disebabkan oleh karena

kebiasaan merokok.d. Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkonganTar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir dimulut, bibirdan kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normalmenjadi sel ganas yang menyebakan kanker. Selain itu, kanker mulut dan bibirini juga dapat disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan untuk kankerkerongkongan, didapatkan data bahwa pada perokok kemungkinan terjadinyakanker kerongkongan dan usus adalah 5-10 kali lebih banyak daripada bukanperokok (Basyir 2005).e. Merusak otak dan inderaSama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan

karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan karena efek nikotinterhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang menurun terhadap organtermasuk otak dan organ tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya nikotin ini dapatmengganggu seluruh system tubuh.f. Mengancam kehamilan.Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil penelitian yangmenggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok meiliki resiko melahirkanbayi dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayimeninggal saat dilahirkan.

2.1.4 Perilaku terhadap Rokok

Merokok merupakan istilah yang digunakan untuk aktivitas menghisap rokokatau tembakau dalam berbagai cara. Merokok itu sendiri ditujukan untukperbuatan menyalakan api pada rokok sigaret atau cerutu, atau tembakaudalam pipa rokok yang kemudian dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yangada dalam rokok tersebut (Basyir, 2005). Menurut Leventhal dan Clearlyterdapat 4 tahap seseorang menjadi perokok, diantaranya :Tahap preparatory : seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkanmengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan.

Page 14: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 14/40

Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.Tahap initiation : tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akanmeneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.Tahap becoming a smoker : apabila seseorang telah mengkonsumsi rokoksebanyak 4 batang perhari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

Tahap maintenance of smoking : tahap ini perokok sudah menjadi salah satubagian dari cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untukmemperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.Medical Research Council on Respiratory Symptoms 1986 dalam Kurniawati(2000), mengungkapkan bahwa:“Seseorang dikatakan sebagai perokok adalah mereka yang merokok sedikitnya1 batang perhari sekurang-kurangnya selama 1 tahun. Sedangkan bukanperokok merupakan orang yang tidak pernah merokok paling banyak 1 batangperhari selama 1 tahun”.

2.1.5 Tipe Perokok

Secara umum tipe perokok di bagi menjadi beberapa kategori yakni tipeperokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup, tipe perokokberdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari, dan tipe perokok yangdipengaruhi oleh perasaan diri.Berdasarkan udara atau asap yang dihirup, perokok dikategorikan menjadi:Perokok pasif yakni mereka yang tidak merokok, tetapi berada di sekelilingperokok dan menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh perokok. Perokokaktif, yakni mereka yang menghisap rokok secara langsung (www.kppk.com).Adapun berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi, tipe perokok dikategorikanmenjadi ; Perokok sangat berat, adalah jika mengkonsumsi rokok lebih dari 31batang perhari, Perokok berat yakni mereka yang merokok sekitar 21-30 batang

perhari, Perokok sedang adalah perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batangperhari, dan Perokok ringan yang merokok sekitar 10 batang/hari (Basyir 2005).Sedangkan berdasarkan pengaruh perasaan diri, Tomkins mengkategorikanperokok menjadi ; Pertama, perokok yang dipengaruhi perasaan positif, dimanadengan merokok seseorang merasakan bertambahnya rasa positif. Green dalampsychological factor in smoking (1978) menambahkan, ada tiga sub pada tipeperokok ini : pleasure relaxation, yakni perilaku merokok hanya untukmenambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah diperoleh, misalnyamerokok setelah minum kopi atau makan. Stimulant to pick them up, yakniperilaku merokok dilakukan hanya sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.Pleasure of handling the cigarette, yakni kenikmatan yang diperoleh dengan

memegang rokok, khususnya pada perokok pipa. Kedua, perokok yangdipengaruhi oleh perasaan negatif, dimana merokok dilakukan seseorang untukmengurangi perasaan negatif seperti stress, marah, gelisah dan cemas. Makarokok dianggap sebagai penenang, mereka menggunakan rokok untukmengurangi perasaan tidak enak yang dirasakan. Ketiga, perilaku merokok yangadiktif (kecanduan), dimana mereka yang akan menambah dosis rokok yangdigunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.Mereka umumnya akan mencari rokok kapan pun mereka inginkan. Keempat,

Page 15: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 15/40

perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka merokok sama sekalibukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka. Tapi karena benar-benarsudah menjadi kebiasaan rutinnya. Merokok menjadi perilaku yang bersifatotomatis tanpa disadari (Basyir 2005).

2.2. Remaja dan Rokok2.2.1 Batasan RemajaIstilah remaja atau adolesccene berasal dari bahasa latin adolescere yangberarti ”tumbuh” atau tumbuh dewasa. Istilah adolescene yang digunakansampai sekarang ini mempunyai arti luas mencakup kematangan mental,emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1993)Santoso, (1993) mendefinisikan remaja sebagai individu yang sedang mengalamiperkembangan menuju kedewasaan. Mereka adalah anak-anak yang telahmeninggalkan usia 11 tahun dan akan menuju usia 21 tahun. Usia remajamerupakan usia dimana individu mulai berinteraksi dengan masyarakat danmerasa berada sama dalam satu tingkat dengan orang yang lebih tua darinya

termasuk dalam hal intelektualnya.Secara umum masa remaja dibagi kedalam 3 tahap yang dilihat dari rentangusia. Sampai saat ini masih banyak perbedaan mengenai klasifikasi remajatersebut. Gunarsa (2001) membagi tahapan masa remaja tersebut menjadi :remaja awal (12-14 tahun), remaja pertengahan (15-17 tahun) dan remajaakhir (18-21 tahun).2.2.2 Karakteristik RemajaMasa remaja mempunyai karakteristik yang khas, dimana semua tugaspekembangan pada masa ini dipusatkan pada penanggulangan sikap dan polaperilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapimasa dewasa. Oleh sebab itu, masa remaja disebut juga sebagai periode

peralihan, periode perubahan, periode bermasalah, periode pencarianidentitas, dan periode tidak realistik. Pada periode pencarian identitas, remajayang tidak ingin lagi disebut sebagai anak-anak, berusaha menampilkan ataumengidentifikasi perilaku yang menjadi simbol status kedewasaan. Salah satuperilaku yang muncul adalah perilaku merokok yang mereka anggap sebagaisimbol kematangan, dimana perilaku ini seringkali dimulai pada usia sekolahmenengah pertama (Hurlock 1993).Handayani (2006) mengungkapkan bahwa secara umum, remaja memiliki tugasperkembangan yang harus dilaluinya dengan baik. tugas perkembangantersebut antara lain :1. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya

secara efektif Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebutterlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lainatau tokoh tertentu.2. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtuaUsaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku"pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembanganini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat

Page 16: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 16/40

diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangandi luar rumah. Hal tersebut tentunya akan membuat remaja memilikikebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percayapada teman-temannya yang senasib dengannya.3. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin

Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnyapergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harusdilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasukremaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini.4. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiriBanyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanyamengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepatmenjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihanyang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belummengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan padamasa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan

selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).5. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan normaSkala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasidengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun daribintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yangdiperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti“siapakah aku"?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalammengendalikan gejolak dalam dirinya.Secara psikososial, remaja mulai memisahkan diri dari orangtua. Kebutuhanmereka akan kebebasan menyebabkan remaja lebih banyak menghabiskanwaktu di luar rumah dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya,

sehingga keterikatan mereka dengan orangtua berkurang. Pada umumnyaremaja menjadi anggota kelompok sebaya (peer group). Kelompok sebayamenjadi sangat berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja.Melalui kelompok sebaya, remaja bisa melatih kecakapan sosial, karena melaluikelompok sebaya, remaja dapat mengambil berbagai peran (Mahreni dalamSoetjiningsih 2004).Sangat besarnya pengaruh teman sebaya, maka dapat dimengerti bahwa temansebaya sangat berpengaruh pada pembentukan sikap, pembicaraan, minat,penampilan dan perilaku dibandingkan dengan keluarga (Hurlock, 1993).Sedangkan secara emosional, telah diketahui bahwa masa remaja dianggapsebagai masa “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi

meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal. Hal ini dikuatkandengan tekanan sosial yang menuntut remaja menampilkan pola kehidupansosial yang baru. Untuk menghadapi hal tersebut sebagian besar remaja akanmengalami ketidakstabilan demi penyesuaian. Kondisi tersebut menurut Erikson(Edelman, 1990) diistilahkan sebagai kondisi stress pada remaja yangdisebabkan perubahan fisik dan psikologis yang terjadi secara bersamaan.2.3. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Remaja terhadap RokokSama halnya dengan penggunaan zat-zat (substance) lainnya, terdapat

Page 17: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 17/40

beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap penggunaan rokok atauperilaku merokok pada remaja.Subanada (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa terdapat empat faktorresiko bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok. Keempat faktor tersebutantara lain :

1. Faktor Psikologika. Faktor PsikososialAspek perkembangan sosial remaja antara lain: menetapkan kebebasab danotonomi, membentuk identitas diri dan penyesuaian perubahan psikososialberhubungan dengan maturasi fisik. Merokok menjadi sebuah cara agar merekatampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan temansebayanya. Istirahat, santai dan kesenangan, penampilan diri rasa ingin tahurasa bosan, sikap menentang dan stress mengkontribusi remaja untuk mulaimerokok. Selain itu rasa rendah diri, hubungan interpersonal yang kurang baik,putus sekolah sosial ekonomi yang rendah dan tingkat pendidikan orangtua yangrendah serta tahun-tahun pertama transisi antara sekolah dasar dan sekolah

menengah juga menjadi faktor resiko lain yang mendorong remaja mulaimerokok.b. Faktor psikiatrikStudi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi antara merokok dengangangguan psikiatrik seperti skizofrenia, depresi, cemas dan penyalahgunaanzat-zat tertentu. Pada remaja, didapatkan asosiasi antara merokok dengandepresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada remaja perokok daripadabukan perokok. Merokok berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresimayor dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Remaja yang menperlihatkangejala depresi dan cemas mempunyai resiko lebih besar untuk merokok daripada remaja yang asimtomatik. Remaja dengan gangguan cemas menggunakan

rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami.2. Faktor Biologika. Faktor Kognitif Kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok akibat dari kecanduannikotin disebabkan karena perokok merasakan efek bermanfaat dari nikotin.Beberapa perokok dewasa mengungkapkan bahwa merokok memperbaikikonsentarsi. Telah dibuktikan bahwa deprivasi nikotin menganggu perhatiandan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberinikotin atau rokok. Studi yang dilakukan pada dewasa perokok dan bukanperokok, memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan finger-tappingrate, respon motorik dalam tes fokus perhatian, dan pengenalan memori.

b. Jenis kelaminPada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi pada remajalaki-laki. Begitupun dengan wanita, wanita yang merokok dilaporkan menjadipercaya diri, suka menentang dan secara social cakap.c. Faktor EtnikKejadian merokok di Amerika Serikat cenderung lebih tinggi terjadi pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli Amerika, serta terendah pada orangAmerika keturunan Afrika dan Asia. Laporan tersebut memberi kesan bahwa

Page 18: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 18/40

perbedaan asupan nikotin dan tembakau serta waktu paruh kotinin antaraperokok dewasa Amerika keturunan Afrika dengan orang kulit putih adalahsubstansial. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan resiko padabeberapa etnik dalam hal penyakit yang berhubungan dengan merokok.d. Faktor genetik

Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yangmemetabolisme nikotin. Kensekuensinya adalah meningkatnya resikokecanduan nikotin pada beberapa individu. Variasi efek nikotin dapatdiperantarai oleh polimorfisme gen dopamin yang mengakibatkan lebih besaratau lebih kecilnya reward dan mudah kecanduan obat. Pada studi genetikmolekular beberapa tahun terakhir, individu dengan alela TaqIA (A1 dan A2)dan TaqIB (B1 dan B2) dari reseptor dopamin D2 lebih mungkin merokok 100kali atau lebih dalam hidupnya dan mereka lebih awal memulai merokok danlebih sedikit meninggalkannya.3. Faktor LingkunganFaktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara

lain orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok. Selain itujuga karena paparan iklan rokok dimedia. Orangtua sepertinya memegangperanan penting, dalam pembentukan perilaku merokok remaja. Sebuah studikohort terhadap siswa SMU didapatkan bahwa prediktor bermakna dalamperalihan dari kadang-kadang merokok menjadi merokok secara teratur adalahorangtua perokok dan konflik keluarga.4. Faktor RegulatoriPeningkatan harga jual atau diberlakukannya cukai yang tinggi, diharapkandapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok. Selain itu pembatasanfasilitas merokok dengan menetapkan ruang atau daerah bebas rokokdiharapkan dapat mengurangi konsumsi. Akan tetapi kenyataannya masih

terdapat peningkatan kejadian mulainya merokok pada remaja, walaupun telahbanyak dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya.Hasil konsensus FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) tahun 2000tentang opiat, masalah media dan penatalaksanaannya, menyatakan terdapatdua hal yang menjadi faktor pendukung bagi seseorang untuk menggunakan zataditif termasuk rokok yaitu faktor individu dan lingkungan (Oktariani, 2006).Faktor individu, merupakan faktor yang muncul dari dalam diri remaja.Berkaitan dengan faktor individu, perilaku merokok remaja selalu diasosiasikandengan ciri perkembangan mereka yakni rasa ingin tahu, proses identifikasiagar telihat seperti dewasa dan ingin terlihat gagah (Hurlock 1993). SedangkanErikson (Helmi&Komalasari 2006) mengungkapkan bahwa remaja mulai merokok

karena adanya krisis aspek psikososial yang dialami dalam masa proses mencarijati diri. Ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial menyebabkanremaja berada dalam kondisi dibawah tekanan atau stress. Hal ini sejalandengan apa yang diungkapkan oleh Mu’tadin (2002) yang mengatakan bahwamasa remaja dikenal sebagai masa storm and stress (masa badai dan penuhstress) dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisikyang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Merokok menjadialternatif pilihan mereka karena dianggap dapat mengurangi ketegangan dan

Page 19: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 19/40

membantu relaksasi terhadap stress. Aktivitas merokok disaat stress menjadiupaya kompensatoris dari kecemasan yang dialihkan, yang pada akhirnyamerokok menjadi aktivitas yang dapat memberikan kepuasan psikologis danbukan semata-mata untuk mewujudkan simbolisasi kejantanan ataukedewasaan (A.F Muchtar 2005).

Adapun faktor lingkungan, merupakan faktor eksternal yang berasal dariperilaku merokok seseorang, terutama perilaku merokok yang ada di keluargakeluarga (orangtua atau saudara kandung yang merokok), dan perilaku merokokteman sebaya. Selain itu, berbagai upaya dilakukan oleh para produsen rokokuntuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap rokok yang ditampilkan melaluiiklan baik di media cetak maupun elektronik.Berdasarkan teori-teori yang berhubungan dengan perilaku remaja terhadaprokok tersebut, bahasan akan dipersempit dengan hanya memfokuskan padafaktor stress, dukungan keluarga, dukungan teman dan iklan.2.3.1 StressStress merupakan respon individu dimana terjadi ketidaksesuaian antara

harapan dan pencapaian yang ditampilkan melalui perasaan secara emosional.Banyak hal yang dapat menyebabkan stress, terlambat dalam perjalanan,kecemasan akan kondisi keluarga, ataupun tugas yang sudah ditunggu padabatas waktu akhir. Ketidakmampuan mengatasi hal tersebut dengan baik akandirefleksikan melalui perasaan emosional seperti marah, tegang, cemas bahkanagresi. Padahal Earle mengungkapkan bahwa stress ini merupakan pergerakanenergi “mobilized energy” yang diperlukan agar seseorang dapat berfikir lebihbaik, sehingga dari ketidaksesuaian yang ada, seseorang dapat menganalisamasalah dan memperbaikinya (Groenewald 2006).Kesulitan mencari alternatif pemecahan masalah dengan baik menjadi kendalayang sering dihadapi remaja. Kompensasi dari ketidakmampuan menyelesaikan

masalah tersebut dialihkan dengan melakukan aktivitas yang mereka anggapdapat mengurangi ketegangan yang terjadi. Merokok menjadi pilihan karenaefek relaksasi yang mereka dapatkan dari rokok, yang pada akhirnyaberdampak pada kepuasan psikologis remaja (A.F Muchtar 2005). Kepuasanpsikologis yang mereka dapatkan mendorong untuk mengulangi perilakumerokok tersebut setiap kali remaja berada dalam tekanan (stress). Hal inisenada dengan apa yang diungkapkan oleh Atkinson (1991) dalam bukunya“Psikologi Perkembangan” bahwa dalam kondisi stress remaja akan cenderunguntuk mengulangi perilakuknya.Seseorang yang berada dalam tekanan (stress) mempunyai kemungkinan 2 kalilebih besar untuk menjadi perokok dan akan sulit untuk berhenti bahkan untuk

mengatakan ingin berhenti dari aktivitas merokok tersebut. (Brandon 2000).Brandon menambahkan bahwa terdapat beberapa cara manajemen stress yangdapat diterapkan pada remaja sehingga dapat mengurangi kemungkinan remajauntuk merokok yang disebabkan demi mendapatkan ketenangan akibat dalammengahdapi stres. Beberapa cara tersebut diantaranya, a). Remaja tidakmenghindar dari permasalahan yang sedang dihadapi. b). Remaja lebihmemperbanyak aktivitas yang positif. c) Membicarakan masalah dengan orangyang bisa membantu dalam penyelesaian. d) Menyadari bahwa stress

Page 20: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 20/40

merupakan bagian dari kehidupan.2.3.2 Dukungan KeluargaAnak-anak dengan orangtua perokok cenderung akan merokok dikemudian hari,hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena dua hal: Pertama, karenaanak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan dewasa saat

merokok. Kedua, ialah karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah,dengan kata lain disaat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudahremaja anak gampang saja beralih menjadi perokok aktif (Nainggolan, 2000).Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa 75%salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih2004).Aditama mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali lebih banyakpada mereka yang orangtuanya merokok dibandingkan dengan orangtua yangtidak merokok (Basyir, 2005). Resiko munculnya perilaku merokok remajadidukung pula oleh perilaku merokok saudara kandung meraka. Remaja denganorangtua dan saudara kandung perokok memiliki kemungkinan 4 kali lipat untuk

menjadi perokok, apalagi jika mereka bersikap tidak melarang remaja untukmerokok (A.F Muchtar 2005).Hasil penelitian Kurniawati (2003) mengenai perilaku merokok remaja diCimahi, menerangkan bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yangberhubungan dengan perilaku merokok remaja. Faktor keluarga memberikankontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja sebesar 96,6%. Menurutnyaperilaku merokok yang ditampilkan keluarga menjadikan remaja meniruperilaku tersebut, terlebih bila merokok sudah menjadi kebiasaan dalamkeluarga.2.3.3 Dukungan TemanPada masa remaja, pola interaksi mereka lebih banyak dihabiskan dengan

teman-teman sebayanya. Teman sebaya mempunyai peran yang sangat berartikarena pada masa tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orangtua danmulai bergabung dengan teman sebaya. Kebutuhan untuk dapat diterima seringkali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh kelompoknya.Sehingga dapatlah dimengerti bahwa remaja harus dapat menjalankan perandan tingkah lakunya sesuai dengan harapan kelompok agar dapat tetapbergabung menjadi anggota kelompok. Mulai dari sikap, pembicaraan, minatdan penampilan remaja dituntut untuk sesuai dengan kelompoknya. Demikianpula jika mayoritas kelompok memiliki kebiasaan merokok, maka setiapanggotanya mau tidak mau akan dan harus mengikuti aktivitas tersebut tanpamemperdulikan perasaan mereka sendiri (Hurlock 1993).

Friedman dkk dalam hurlock 1993 mengungkapkan :“Kekuasaan yang mempengaruhi anggota kelompok hampir menuntutpengawasan mutlak dari anggota kelompok terhadap perilaku seseorang. Hanyadiperlukan sedikit contoh untuk meyakinkan setiap anggota kelompok bahwamereka harus mengikuti keputusan kelompok, atau kalau tidak, mereka harusmenghadapi akibat yang lebih parah”.

Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak remaja merokok, maka akan

Page 21: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 21/40

semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga. Faktatersebut menyatakan 2 kemungkinan, yakni remaja yang terpengaruh olehteman-temannya, atau teman-teman remaja tersebut dipengaruhi olehnya.Diantara remaja baik perokok maupun yang tidak merokok, 87 % memiliki satuatau lebih sahabat yang merokok (Basyir, 2005).

Kurniawati (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa lingkunganteman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 93,8% terhadapmunculnya perilaku merokok pada remaja. Dalam penelitiannya dikatakanbahwa semakin banyak dukungan teman untuk merokok dapat mendorongseseorang untuk semakin menjadi perokok.2.3.4 Dukungan IklanUntuk menjaring konsumen yang lebih banyak, para produsen rokok mempunyaicara yang handal. Berbagai iklan baik dalam bentuk reklame, poster maupuniklan dalam media elektronik ditampilkan dengan maksud untuk merangsangpara konsumen mencoba produk yang mereka iklankan.Berbagai istilah seperti low, light, mild pun digunakan produsen sehingga

seolah-olah rokok itu aman dan jumlah kandungan zatnya lebih rendah.Akibatnya, para perokok merasa boleh merokok bahkan kemungkinan akanmengkonsumsi lebih banyak karena mereka menganggap rokok yangdikonsumsinya hanya mengandung sedikit zat. Padahal sebuah studi dalamJournal of The National Cancer Institute menyebutkan bahwa kandungan zatdalam rokok tersebut tidak berkurang sedikitpun. Bahkan jumlah tar dannikotin yang dihisap dalam rokok tersebut ternyata 8 kali lebih tinggi daripadayang diiklankan (Basyir 2005).Gambaran bahwa perokok merupakan lambang kejantanan dan glamour dengandiperankan oleh sosok idola remaja, menarik remaja untuk menjadi sepertiidolanya dan diharapkan dapat mempengaruhi persepsi remaja tentang rokok

(Kompas 2001). Bahkan Subanada (Soetjiningsih, 2004) memperkuat pendapattersebut dengan menyatakan bahwa reklame atau iklan tembakau diperkirakanmempunyai pengaruh lebih kuat daripada pengaruh orangtua dan teman.Selain berperan terhadap perubahan persepsi, iklan menjadi media pentingbagi remaja dalam memperolah informasi seputar rokok. Syahrir (2004) dalampenelitiannya menegaskan bahwa sekitar 52,6% remaja mendapatkan informasitentang rokok dari iklan terutama iklan di media elektronik.. syahrir gi adapperubahan persepsi, iklan menjadi media remaja dalam memperolah informasitentang rokok yang kurang komitmen t2.4. Peran PerawatBerdasarkan hasil konsesus keperawatan tahun 1983 dalam gafar (2000).

“Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang merupakanbagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiatkeperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupunsehat yang mencakup seluruh siklus manusia. Keperawatan berupa bantuanyang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan atau mental, keterbatasanpengetahuan serta kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan sehari-harisecara mandiri. Bantuan yang diberikan ditujukan kepada penyediaan

Page 22: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 22/40

pelayanan kesehatan utama (primary health care) dalam upaya mengadakanperbaikan pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan setiap orang mencapaikemampuan hidup sehat dan produktif“.

Dari definisi tersebut, dapat dilihat bahwa perawat memiliki peran yang sangat

luas dalam menjalankan prakteknya. Dalam hal perilaku merokok, peranperawat berkaitan dengan upaya pencegahan perilaku merokok yang sedangbergulir dewasa ini. Program pencegahan tersebut didasarkan pada pendekatanpsikososial yaitu; 1). Pendekatan pengaruh sosial dan 2). Pendekatan melatihcara menghadapi kehidupan.. Pendekatan pengaruh sosial didasarkan padaasumsi bahwa model tersebut adalah faktor utama dalam memulai perilakumerokok dan bahwa anak-anak dan remaja perlu diajarkan cara menahantekanan sosial terhadap merokok.program yang didasarkan pada pendekatan inimemfokuskan pada; a). Membantu individu menjadi waspada terhadappengaruh social yang mepromosikan penggunaan tembakau, dan b).Mengajarkan tehnik khusus agar tahan terhadap pengaruh tersebut seperi peran

bermain, perilaku latihan dan peer leader. Sedangkan pedekatan melatih caramenghadapi kehidupan didasarkan pada asumsi bahwa yang menyebabkanmerokok dan penggunaan zat-zat tertentu adalah kurangnya intelegensipersonal dan sosial. Beberapa deficit personal yang bisa membuat seseorangmenjadi peka terhadap penggunaan zat-zat tertentu adalah rasa rendah diri,kurang komunikasi dan sosialisasi, kurangnya motivasi untuk berprestasi dankurangnya strategi untuk menghadapi stress. Program berdasarkan pedekatanini memberikan pelatihan pada bidang; peningkatan rasa percaya diri,ketegasan, cara bekomunikasi, interaksi sosial, santai dalam menghadapistress, pemecahan masalah dan membuat keputusan. Dengan bertumpu padaprogram tersebut perawat dapat menjalankan peran dan fungsinya baik sebagai

health educator, provider, conselor dan fungsi lainnya.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis PenelitianJenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yakni jenispenelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan danapabila ada, seberapa eratnya hubungan tersebut, serta berarti atau tidaknyahubungan itu (Arikunto,2002). Adapun tehnik pengambilan data dilakukanmelalui pendekatan cross sectional melalui instrumen kuisioner.

3.2 VariabelVariabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yangdimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konseppengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002). Dibagi menjadi dua yaitu variabeldependen (yang terpengaruh) dan variabel independen (variabel bebas / yangmempengaruhi).Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah stress pada remaja,dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan iklan di mana kesemua item

Page 23: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 23/40

tersebut merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku remajaterhadap rokok sebagai variabel dependen (Y) dalam penelitian ini.

473.3 Populasi dan Sample3.3.1 PopulasiPopulasi adalah sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian/ penelitian,yang daripadanya terkandung informasi yang ingin diketahui (Gulo, 2002).Perilaku merokok dikalangan remaja terutama terjadi pada remaja pria,sehingga penulis menetapkan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah siswalaki-laki di SLTP KP 10 yang berjumlah 488 orang siswa.3.3.2 SampleSample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).Menurut Soekidjo Notoatmodjo, untuk populasi yang berjumlah kurang dari

10.000, maka besar jumlah sample dapat ditentukan dengan menggunakanrumus sebagai berikut :Keterangan :n : besar sample N : jumlah populasi d : tingkat kekeliruan (5 %)Jadi besar sample adalah := 219,8 dibulatkan menjadi 220 orang.47 Adapun tehnik sampling yang digunakan adalah proportionate stratifiedrandom sampling yaitu tehnik yang digunakan untuk menyempurnakan tehniksampling berstrata dengan pengambilan sampelnya seimbang atau sebandingdengan jumlah subjek masing-masing strata, dengan menggunakan rumusmenurut Notoatmodjo 2002 sebagai berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas didapatkan sample untuk tiapangkatan sebanyak :Sample kelas I : 75 orangSample kelas II : 79 orangSample kelas III : 66 orangSetelah didapatkan jumlah sample masing-masing angkatan, pengambilansample dilakukan secara acak (random) melalui sistem pengundian.3.4 Tehnik Pengumpulan Data3.4.1 Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data (Arikunto, 2005). Adapun metode pengumpulan datadalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuisioner.Langkah awal dalam proses pengumpulan data adalah menentukan respondenatau subjek yang akan diteliti. Berdasarkan tehnik sampling yang digunakan,subjek penelitian diambil dengan cara acak (random), yakni dengan mengundiresponden berdasarkan data absensi siswa yang dikeluarkan instansi sekolah(SMP Karya Pembangunan). Setelah di undi dan diperoleh data siswa sesuaidengan jumlah sampel yang diperlukan tiap angkatan, siswa yang telah terpilih

Page 24: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 24/40

tersebut dikumpulkan dalam suatu tempat terpisah untuk kemudian menjadiresponden dalam penelitian.3.4.2 Instrumen penelitianInstrument penelitian, merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan olehpeneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data (Arikunto, 2005). Untuk

variable stress instrument pengumpulan data dilakukan dengan menggunakaninstrument berbentuk skala, yakni sebuah pengumpul data yang berbentukseperti daftar cocok dengan alternative jawaban yang disediakan merupakansesuatu yang berjenjang. Pengkajian stress dilakukan dengan membuatpertanyaan dengan jawaban berbentuk gradasi dari satu jenis kualitas (tingkatkualitas keseringan), dari mulai selalu, sering, jarang dan tidak pernah.Instrument untuk mengkaji variable stress yang digunakan dalam penelitian ini,merupakan instrument baku yang dikembangkan oleh Andrea Groenwald, yangtelah di alih bahasakan kedalam bahasa Indonesia.Sedangkan untuk variabel dukungan keluarga, dukungan teman dukungan iklandan perilaku remaja terhadap rokok, instrument yang digunakan adalah angket

tertutup dalam bentuk checklist, yakni angket yang disajikan dalam bentuksedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang /checklist (√) pada kolom jawaban yang sesuai (Arikunto 2005).3.5 Rancangan Analisis Hasil Data PenelitianAnalisa data dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yanglebih mudah dibaca dan diinterpretasikan serta untuk menguji secara statistikkebenaran dari hipotesis yang telah ditetapkan. Adapun untuk melakukananalisis data diperlukan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap antaralain :1. Pengkodean Data (data coding)Pengkodean dapat merupakan suatu penyusunan data mentah (yang ada dalam

kuisioner) kedalam bentuk yang mudah dibaca oleh komputer.2. Pemindahan Data ke Komputer (data entering)Data entering adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kodekedalam mesin pengolah data. Caranya adalah dengan membuat coding sheet(lembar kode), direct entry ataupun optical scan sheet.3. Pembersihan Data (data cleaning)Data cleaning adalah memastikan bahwa data yang telah masuk sesuai denganyang sebenarnya. Prosesnya dilakukan dengan cara possible code cleaning(melakukan perbaikan kesalahan pada kode yang tidak jelas/ tidak munghkinada akibat salah memasukan kode, contingency cleaning dan modifikasi(melakukan pengkodean kembali / recode data yang asli.

4. Penyajian Data (data output)Data output merupakan data hasil pengolahan, yang disajikan baik dalambentuk numeric maupun grafik.5. Penganalisisan Data (data analyzing)Langkah selanjutnya adalah analisis data, yakni proses pengolahan data untukmelihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data darihasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. Adapun analisis yangdigunakan dalam penelitian ini antara lain :

Page 25: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 25/40

3.5.1 Analisa UnivariatUntuk variable stress, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skalalikert, yakni dengan menganalisa seberapa sering remaja mengalami situasi /gejala yang menunjukan stress, dengan point penilaian (3) selalu (2) sering (1)kadang-kadang (0) tidak pernah. Kemudian setelah ditabulasikan, hasil

dikategorikan berdasarkan kategori stress menurut Groenewald (2006)menjadi :Skor antara 0 – 20 : stress ringanSkor antara 20 – 40 : stress sedangSkor antara 40 – 60 : stress beratSedangkan angket yang digunakan untuk mengukur tentang dukungan keluarga,dukungan teman dan dukungan iklan setiap jawaban Ya diberi nilai 1 (satu),dan jawaban Tidak diberi nilai 0 (nol). Tiap responden akan memperoleh nilaisesuai pedoman penilaian tersebut.Analisa data untuk variable dukungan keluarga, dukungan teman dan iklan,dimana hasil ukur dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ada dan tidak ada,

dilakukan dengan menggunakan rumus T skor median. Adapun rumus tersebutadalah sebagai berikut :Keterangan :X = Skor responden pada varibel yang hendak diubah menjadi skor TX = Mean skor kelompokS = Deviasi standar skor kelompokKemudian hasil perhitungan di tafsirkan dengan kriteria :Apabila : T ³ 50 skor T = ada dukunganT < 50 skor T = tidak ada dukungan3.5.2 Analisa BivariatAnalisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variable yaitu

variabel independent dan dependen. Sesuai dengan tujuan penelitian makaanalisa bivariat ini meliputi hubungan antara stress pada remaja, dukungankeluarga, dukungan teman dan dukungan iklan dengan perilaku remajaterhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung. Dalam hal inianalisa data masing-masing variabel menggunakan uji chi square, adapun rumusuji ini adalah :Keterangan : X Chi Squaref = Frekuensi Observasif = Frekuensi HarapanKemudian hasil X2 hitungan dibandingkan dengan X2 tabel dengan tarapsignifikan 5 % dan dk = 1 dan 2 (X2 tabel = 3,481 dan 5,591). Bila hasil X2

hitungan lebih besar dari X2 tabel berarti didapatkan hubungan signifikan. Jadidapat disimpulkan bahwa H1 diterima (berarti ada hubungan antara stress padaremaja, dukungan keluarga, dukungan teman dan iklan dengan perilakumerokok pada siswa).Selain itu bisa juga dengan menggunakan cara probabilistic, yakni denganmenggunakan SPSS for windows 13,0 dapat dihitung nilai P (P value), dengantaraf kesalahan 5% (α = 0.05). Jika P value < dari 0,05, maka dapat dinyatakanbahwa H1 diterima yang berarti terdapat hubungan antara variable dependen

Page 26: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 26/40

dan variable independent.Selanjutnya untuk mengetahui derajat hubungan antara variable stress padaremaja, dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan iklan denganperilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung,digunakan analisa contingensi coefficient (nilai C), bila nilai C mendekati nilai

C maksimal maka keeratan hubungan bersifat erat. Adapun rumus contingensycoefficient adalah :C =Keterangan :C = Koefisien kontingensiX2 = Harga dari kontingensi yang diperolehN = Jumlah sampelInterpretasi makin dekat harga C kepada C maksimal, maka makin besarderajat kontribusi antara variable. Dengan kata lain, variable yang satu makinberkaitan dengan variable yang lain. Sugiyono 2005 mengkategorikan tingkathubungan atau keeratan antara kedua variabel sebagai berikut :

Tabel : Pengkategorian Tingkat HubunganKorelasiKriteria0,00 – 0,1990,20 - 0,3990,40 - 0,5990,60 - 0,7990,80 - 1,000Hubungan sangat tidak erat / bisa diabaikanHubungan tidak eratHubungan sedang

Hubungan eratHubungan sangat erat

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian3.6.1 Uji validitasUji validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat kesahihan suatuinstrumen. Uji validitas ini dilakukan terhadap setiap item pertanyaan yangdiajukan. Tehnik uji validitas terdiri dari 2 bentuk yakni validitas logis danvaklditas empiris. Adapun validitas logis terbagi lagi menjadi 2 bentuk yaknivaliditas isi / contens validity (instrumen yang dibuat sesuai dengan isi yangakan diungkap) dan validitas konstruksi / construct validity (instrumen dibuat

dalam bentuk yang mudah dipahami disesuaikan dengan aspek yang akan diungkap). Sedangkan validitas empiris, yakni tehnik uji validitas dimana setelahinstrumen dibuat, kemudian di uji dan diolah melalui rumusan perhitungan(Arikunto, 2005).Untuk mengukur tingkat stress instrumen yang digunakan merupakan instrumenbaku yang dikembangkan oleh Andrea Groenewald yang kemudian di alihbahasakan ke bahasa Indonesia, tehnik uji valitidas empiris untuk veriabel stresyang memiliki skala ordinal dengan skor berupa tingkatan, digunakan rumus

Page 27: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 27/40

koefisien validitas dengan korelasi item total (Azwar, 2001) dengan rumussebagai berikut ;Keterangan :Koefisien korelasi skor item-total sebelum dikoreksiDeviasi standar skor suatu item

Deviasi standar skor tes.

Adapun untuk instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dukungankeluarga, teman, dan dukungan iklan, tehnik uji validitas empiris yangdigunakan adalah tehnik koefisien “Korelasi Point Biserial”, karena tipejawaban setiap item pertanyaan berupa 2 alternatif jawaban (dikotomis yangdiberi nilai 1 & 0) dengan skala nominal (Arikunto, 2005).Masrun (Sugiyono 2005) mengungkapkan bahwa item pertanyaan yang dikatakanvalid jika r minimum = 0,30. semakin positif dan semakin besar nilai r, makaitem tersebut dikatakan semakin valid.Dalam penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan sebanyak 2 kali. Pertama,

uji coba dilakukan di SMP Karya Pembangunan 10 dengan jumlah respondensebanyak 30 orang. Adapun hasil perhitungan terlampir. Untuk instrumen yangkedua, dilakukan karena hasil uji coba instrumen yang pertama menunjukanbahwa instrumen yang di buat belum layak untuk dijadikan alat penelitian.Untuk itu dilakukan revisi atau perbaikan terhadap instrumen yang tidak valid,dan kemudian instrumen tersebut di uji coba-kan kembali di tempat yangberbeda yakni di SMP Gunadharma, dengan jumlah responden sebanyak 20orang. Adapun data hasil uji coba instrumen terlampir.

3.6.2 Uji reliabilitasReliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari

suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh manapertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasidalam pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untukmengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabelyang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,700(Kaplan & Saccuzo, 1993). Uji reliabilitas dilakukan setelah setiap item dalamalat ukur terbukti valid atau setelah item yang tidak valid dihilangkan.Untuk menguji reliabilitas instrumen stres, digunakan formulasi Alpha CrounchBach (Azwar, 2001)

Sedangkan untuk instrumen dukungan keluarga, dukungan teman sebaya, dan

dukungan iklan, dimana tipe jawaban berbentuk dikotomis dengan skor itemjawaban Ya bernilai (1) dan skor item jawaban Tidak bernilai (0). Tehnik ujireliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus koefisien”Reliabilitas Kuder dan Ricarhdson” (K-R 20) (Arikunto 2005).

Kriteria reliabilitasnya adalah jika KR-20 ³ 0,70 maka dimensi kuesioner reliabel(konsisten) dan jika KR-20 < 0,70 maka dimensi kuesioner tidak reliabel.Hasil uji reliabilitas untuk instrumen stres diperoleh nilai koefisien reliabilitas

Page 28: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 28/40

sebesar 0,820 untuk uji coba pertama dan 0,868 untuk uji coba yang kedua.Untuk instrumen dukungan keluarga menunjukkan koefisien korelasi sebesar0,708, sedangkan untuk instrumen dukungan teman menunjukan koefisienkorelasi sebesar 0,837, dan untuk instrumen dukungan iklan menunjukkankoefisien korelasi sebesar 0,714. Dengan demikian, maka instrumen penelitian

ini dikatakan reliabel (hasil lengkap dapat dilihat pada lampiran).3.7 Langkah-Langkah Penelitian3.7.1 Tahap PersiapanProses yang dilalui dalam tahap ini adalah mengadakan studi pendahuluan,studi kepustakaan, memilih topik penelitian, penentuan lahan, penyusunanproposal penelitian, seminar proposal, ujicoba dan perbaikan instrumen.

3.7.2 Tahap PelaksanaanDalam tahap ini dilakukan proses mendapatkan ijin penelitian, mendapatkaninformed consent dari responden, melakukan pengumpulan data dan melakukanpengolahan dan analisa data.

3.7.3 Tahap AkhirPada tahap akhir penelitian ini dilakukan penyusunan laporan penelitian danpenyajian hasil penelitian.3.7.4 Perlindungan terhadap Subyek PenelitianHak-hak subyek penelitian harus dilindungi dan mengacu pada :1. Kesediaan menjadi responden2. Kebebasan pribadi, tidak ada paksaan3. Tanpa indentitas serta dijaga kerahasiaan4. Perlakuan yang wajar5. Terlindung dari ketidak-nyamanan dan hal yang membahayakan.3.8 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di institusi sekolah {SLTP Karya Pembangunan(KP) 10 Bandung}, dengan rencana penelititian dilaksanakan tanggal 14 – 16Agustus 2006.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress pada remaja,dukungan keluarga, dukungan teman, dan dukungan Iklan dengan perilakuremaja terhadap rokok di SLTP Karya pembangunan (KP) 10 Bandung yangdilaksanaka pada bulan Agustus 2006, dengan jumlah responden sebanyak 220

responden yang terbagi menjadi : sebanyak 75 responden kelas satu, 79responden kelas dua, dan 66 responden kelas tiga. Dalam pembahasan ini akandibahas dua bagian yaitu hasil penelitian dengan analisis univariat, dan hasilpenelitian dengan analisis bivariat, yang selanjutnya dibagi dalam sub Bab 4.1,dan sub Bab 4.2 sebagai berikut.

4.1 Hasil penelitian dengan analisis univariatDalam sub Bab ini, akan dijelaskan dalam tabel secara rinci untuk tiap variabel,

Page 29: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 29/40

dimana terdiri dari lima variabel, yaitu variabel perilaku remaja terhadaprokok, dukungan keluarga, dukungan teman dekat, dukungan iklan, dan stress.

4.1.1 Ditribusi Perilaku Respoden terhadap RokokHasil analisis mengenai perilaku responden terhadap rokok di SLTP KP 10

Bandung dapat dilihat dalam tabel berikut:4761Tabel 4.1.1 Distribusi Perilaku Responden terhadap rokokKategoriJumlah Responden (orang)Persentase (%)Merokok6027,27Tidak Merokok

16072,73Total220100,00Sumber : Olah Data

Berdasarkan data tabel 4.1 tentang perilaku responden terhadap rokok, bahwasebagian besar responden (72,73%) tergolong ke dalam kategori bukan perokok.

4.1.2 Distribusi Stress Responden

Hasil analisis mengenai tingkat stress responden di SLTP KP 10 Bandung dapatdilihat dalam tabel berikut:Tabel 4.1.2 Distribusi Stress RespondenKategoriJumlah Responden (orang)Persentase (%)Ringan41,82Sedang70

31,82Berat14666,36Total220100,00Sumber : Olah Data

Page 30: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 30/40

Berdasarkan data tabel 4.2 tentang distribusi tingkat stres pada responden,terdapat kecenderungan remaja mengalami stres berat. Hal ini ditunjukandengan sebagian besar remaja (66,36%) berada dalam kategori stres berat.

4.1.3 Distribusi Dukungan Keluarga, Dukungan Teman dan Dukungan Iklan PadaRespondenHasil analisis mengenai dukungan keluarga, dukungan teman dan dukunganiklan untuk merokok di SLTP KP 10 Bandung dapat dilihat dalam tabel berikut:Tabel 4.1.3 Distribusi Dukungan Keluarga, Dukungan Teman dan Iklan PadaResponden

Kategori

Variabel

AdaTidak adaf %f %Dukungan keluarga16374,095725,91

Dukungan teman8438,1813661,82Dukungan iklan2812,7319287,27Sumber : Olah Data

Berdasarkan data tabel 4.3 tentang dukungan keluarga, dukungan teman dandukungan iklan pada responden, dapat dilihat bahwa pada variabel dukungankeluarga 163 responden (74,09%) tergolong ke dalam responden yang memilikikeluarga yang mendukung untuk merokok, dan 57 responden (25,91%) sisanyatergolong ke dalam responden yang memiliki keluarga yang tidak mendukunguntuk merokok. Sedangkan untuk variabel dukungan teman, 84 responden(38,18%) tergolong ke dalam responden yang memiliki Teman Dekat yangmendukung untuk merokok, dan 136 responden (61,82%) sisanya tergolong ke

Page 31: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 31/40

dalam responden yang memiliki Teman Dekat yang tidak mendukung untukmerokok. Adapun untuk variabel dukungan iklan, 28 responden (12,73%)tergolong ke dalam responden yang mendapatkan dukungan iklan untukmerokok, dan 192 responden (87,27%) sisanya tergolong ke dalam respondenyang tidak mendapatkan dukungan iklan untuk merokok.

4.2 Hasil penelitian dengan analisis BivariatDalam sub Bab ini, akan dijelaskan dalam tabel secara rinci “Hubungan antaratingkat Stress, Dukungan Keluarga, Dukungan Teman, dan Dukungan Iklandengan Perilaku Remaja terhadap Rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10Bandung.

4.2.1 Analisis Hubungan Tingkat Stres dengan Perilaku Remaja terhadap Rokokdi SLTP KP 10 Bandung Tahun 2006.Hasil analisis mengenai hubungan tingkat stres dengan perilaku remajaterhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung dapat dilihat dalam tabel berikut:Tabel 4.2.1 Analisis Hubungan tingkat Stres dengan Perilaku Remaja terhadap

Rokok di SLTP KP 10 Bandung Tahun 2006.StresPerilaku Remaja Terhadap RokokTotalX2P valueCCMerokokTidak MerokokF%

f %F%8,2320,0000,27Ringan20,912

0,9141,82Sedang2712,274319,55

Page 32: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 32/40

7031,82Berat3114,09

11552,2714666,36Total6027,2716072,73220100,00

Berdasarkan tabel tabulasi silang mengenai hubungan antara tingkat stresdengan perilaku remaja terhadap rokok di atas, didapatkan informasi bahwahasil uji chi-square sebesar 8,232. Adapun χ2 tabel dengan db = 2 dan α = 0,05yakni sebesar 5,591. Hal ini menujukan bahwa nilai χ2 hitung > χ2 tabel, yangberarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa “Terdapat Hubunganantara tingkat stres dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP KP”. Selainitu, untuk menolak Ho, dapat pula dilihat dari hasil perhitungan P value,dimana P value (0,000) < α (0,05). Adapun untuk melihat tingkat keeratanhubungan tersebut, dapat dilihat dari nilai koefisien kontingensi yakni sebesar0,27 yang berarti hubungan tidak erat tapi pasti.

Data perhitungan chi-square, P value dan koefisien kontingensi terlampir.

4.2.2 Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Remaja terhadapRokok di SLTP KP 10 Bandung Tahun 2006.Hasil analisis mengenai hubungan dukungan keluarga, dengan perilaku remajaterhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung dapat dilihat dalam tabel berikut:Tabel 4.2.2 Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Remajaterhadap Rokok di SLTP KP 10 Bandung Tahun 2006.Kategori Dukungan KeluargaPerilaku Remaja Terhadap RokokTotal

X2P valueCCMerokokTidak MerokokF%f 

Page 33: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 33/40

%F%2,4670,124

0,15Ada4922,2711451,8216374,09Tidak Ada115,00

4620,915725,91Total6027,2716072,73220100,00

Berdasarkan tabel tabulasi silang mengenai hubungan dukungan keluargadengan perilaku remaja terhadap rokok di atas dapat diketahui bahwa, hasil ujichi-square (χ2 hitung) sebesar 2,467. Adapun nilai χ2 tabel dengan db 1 dan α =0,05 adalah 3,841. Hal ini menunjukan bahwa χ2 hitung < χ2 tabel, yang berarti“Tidak Terdapat Hubungan yang Signifikan antara dukungan keluarga denganperilaku remaja terhadap rokok”. Nilai chi-square tersebut diperkuat denganhasil perhitungan P value (0,124 ) > α (0,05).Data perhitungan chi-square, P value dan koefisien kontingensi terlampir.4.2.3 Analisis Hubungan Dukungan Teman dengan Perilaku Remaja terhadapRokok di SLTP KP 10 Bandung Tahun 2006.

Hasil analisis mengenai hubungan dukungan teman, dengan perilaku remajaterhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung dapat dilihat dalam tabel berikut:Tabel 4.2.3 Analisis Hubungan Dukungan Teman dengan Perilaku Remajaterhadap Rokok di SLTP KP 10 Bandung Tahun 2006.Kategori Dukungan TemanPerilaku Remaja Terhadap RokokTotalX2

Page 34: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 34/40

P valueCCMerokokTidak Merokokf 

%f %f %39,190,0000,55Ada4319,55

4118,648438,18Tidak Ada177,7311954,0913661,82

Total6027,2716072,73220100,00

Berdasarkan data tabulasi silang mengenai hubungan dukungan teman denganperilaku remaja terhadap rokok di atas dapat diketahui bahwa, hasil uji chi-square (χ2 hitung) sebesar 39,19. Adapun nilai χ2 tabel dengan db = 1 dan α

(0,05) adalah 3,841. Hal ini menunjukan bahwa χ2 hitung > χ2 tabel, yangberarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa “Terdapat Hubungan yangSignifikan antara dukungan teman dengan perilaku remaja terhadap rokok”.Nilai chi square tersebut diperkuat dengan hasil perhitungan P value (0,000 ) <α (0,05). Adapun untuk melihat kuatnya hubungan tersebut, dapat dilihat darinilai koefisien kontingensi yakni sebesar 0,55 yang berarti hubungan sedang.Data perhitungan chi square, P value dan koefisien kontingensi terlampir.

Page 35: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 35/40

4.2.4 Analisis Hubungan Dukungan Iklan dengan Perilaku Remaja terhadapRokok di SLTP KP 10 Bandung Tahun 2006.Hasil analisis mengenai hubungan dukungan iklan, dengan perilaku remajaterhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung dapat dilihat dalam tabel berikut:Tabel 4.2.4 Analisis Hubungan Dukungan Iklan dengan Perilaku Remajaterhadap Rokok di SLTP KP 10 Bandung Tahun 2006.Kategori Dukungan IklanPerilaku Remaja Terhadap RokokTotalX2P value

CCMerokokTidak Merokokf %f %f %31,5380,000

0,50Ada209,0983,642812,73Tidak Ada4018,18

15269,0919287,27Total6027,27160

Page 36: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 36/40

72,73220100,00

Berdasarkan tabulasi silang di atas mengenai hubungan dukungan iklan dengan

perilaku remaja terhadap rokok dapat diketahui bahwa, hasil uji chi-square (χ2hitung) sebesar 31, 583. Adapun χ2 tabel dengan db = 1 dan α = 0,05 yaknisebesar 3,841. Dengan demikian terlihat bahwa nilai χ2 hitung > χ2 tabel, yangberarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa “Terdapat Hubunganantara dukungan iklan dengan perilaku remaja terhadap rokok”. Selain itu,untuk menolak Ho, dapat pula dilihat dari hasil perhitungan P value, dimana Pvalue (0,000) < α (0,05). Adapun untuk melihat kuatnya hubungan tersebut,dapat dilihat dari nilai koefisien kontingensi yakni sebesar 0,55 yang berartihubungan sedang.Data perhitungan chi square, P value dan koefisien kontingensi terlampir.

4.3 Pembahasan4.3.1 Pembahasan Hubungan Tingkat Stres dengan Perilaku Remaja terhadapRokok di SLTP KP 10 Bandung.Berdasarkan hasil penelitian mengenai stres, diperoleh hasil bahwa, “Terdapathubungan antara tingkat stres dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTPKP 10 Bandung”. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Brandon(2000), bahwa seseorang yang berada dalam kondisi stress mempunyaikemungkinan lebih besar untuk menjadi perokok, bahkan akan mengalamikesulitan untuk berhenti dari perilakunya tersebut. Dikatakan A.F Muchtar

(2005) dalam bukunya bahwa aktivitas merokok disaat stress menjadi upayakompensatoris dari kecemasan yang dialihkan, yang pada akhirnya merokokmenjadi aktivitas yang dapat memberikan kepuasan psikologis dan bukansemata-mata untuk mewujudkan simbolisasi kejantanan atau kedewasaan.Aktivitas merokok menjadi penyeimbang mereka dalam kondisi stress. Dengankata lain berdasarkan pandangan Leventhal dan Clearly (Helmi & Komalasari,2006), kemungkinan remaja telah masuk kedalam tahap bukan saja sebagaibecome a smoker tetapi telah masuk pada tahap maintenance of smoking,dimana merokok sudah menjadi salah satu cara dalam pengaturan hidup.Seorang ahli (Brandon, 2000) mengatakan terdapat beberapa cara yang dapatdilakukan remaja untuk bisa mengalihkan kebiasaan merokok disaat stres

diantaranya, a). Remaja tidak menghindar dari permasalahan yang sedangdihadapi. b). Memperbanyak aktivitas yang positif. c) Membicarakan masalahdengan orang yang bisa membantu dalam penyelesaian. d) Menyadari bahwastress merupakan bagian dari kehidupan.4.3.2 Pembahasan Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Remajaterhadap Rokok di SLTP KP 10 Bandung.Berdasarkan hasil penelitian mengenai dukungan keluarga, didapatkan hasilbahwa “Tidak Terdapat Hubungan yang Signifikan antara Dukungan Keluarga

Page 37: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 37/40

dengan Perilaku Remaja terhadap Rokok di SLTP Karya Pembangunan 10Bandung”. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yangmengungkapkan bahwa keluarga merupakan salah satu faktor yangberhubungan dengan perilaku merokok pada remaja. Dalam penelitian iniwalaupun didapatkan bahwa sebagian besar remaja mendapatkan dukungan

keluarga untuk merokok, akan tetapi tidak terdapat hubungan antara dukungankeluarga denga perilaku remaja terhadap rokok. Begitu pula dengan apa yangdiungkapkan oleh A.F Muchtar (2005) yang mengatakan bahwa perilakumerokok remaja berkaitan dengan dukungan dari keluarga, dimana keluargaperokok akan menyebabkan anak memiliki kemungkinan lebih besar untukmenjadi perokok pula.Dalam hal ini kemungkinan yang terjadi adalah terdapat faktor lain yang lebihpenting yang mendukung remaja untuk merokok. Karena, secara psikososialMahreni (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa pada periode masaremaja keterikatan remaja dengan keluarga terutama orangtua mulaimelemah.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemungkinan keluarga bukan lagimenjadi role model yang utama bagi remaja. Mereka lebih banyakmenghabiskan waktunya di luar lingkungan rumah, dan nilai-nilai yang merekaanut lebih tertuju pada nilai yang mereka anggap ideal yang sesuai denganlingkungan dimana mereka biasa berkumpul.4.3.3 Pembahasan Hubungan Dukungan Teman dengan Perilaku Remajaterhadap Rokok di SLTP KP 10 Bandung.Berdasarkan penelitian mengenai dukungan teman didapatkan bahwa“Terdapat Hubungan yang Signifikant antara Dukungan Teman dengan PerilakuRemaja terhadap Rokok di SLTP Karya Pembangunan 10 Bandung”. Hal inisejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa dukungan

teman memberikan sumbangan efektif terhadap munculnya perilaku merokokpada remaja sebesar (93,8%) (Kurniawati, 2003). Teman sebaya menjadisesuatu yang sangat penting bagi remaja. Adanya kebutuhan untuk dapatditerima dan diakui sebagai anggota kelompok menjadi alasan mereka untukmengikuti perilaku yang ada pada kelompok, termasuk perilaku merokok.Friedman dalam Hurlock (1993) mengatakan bahwa “Kekuasaan yangmempengaruhi anggota kelompok hampir menuntut pengawasan mutlak darianggota kelompok terhadap perilaku seseorang. Hanya diperlukan sedikitcontoh untuk meyakinkan setiap anggota kelompok bahwa mereka harusmengikuti keputusan kelompok, atau kalau tidak, mereka harus menghadapiakibat yang lebih parah”.

Dengan kata lain dapat digambarkan bahwa adaptasi atau penyesuaian perilakuremaja dengan perilaku yang umum ada pada kelompok merupakan suatu caraagar remaja tidak berada dalam tekanan. Karena adanya penyimpakan nilaiantara remaja dengan nilai yang dianut kelompok bisa menyebabkan remajatidak lagi mendapatkan pengakuan sebagia anggota kelompok.4.3.4 Pembahasan Hubungan Dukungan Iklan dengan Perilaku Remaja terhadapRokok di SLTP KP 10 Bandung.Berdasarkan hasil penelitian mengenai dukungan iklan diketahui bahwa

Page 38: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 38/40

“Terdapat hubungan antara dukungan iklan dengan perilaku remaja terhadaprokok di SLTP Karya Pembangunan 10 Bandung”. Hal ini sesuai dengan apa yangdiungkapkan oleh Subanada (Soetjiningsih, 2004) yang menjelaskan bahwa iklanrokok mempengaruhi persepsi siswa tentang rokok. Gambaran glamour,lambang kejantanan yang ditampilkan oleh sosok idola remaja merangsang

remaja untuk mengikuti perilaku yang diperankan sosok idola remaja tersebutyakni perilaku merokok. Handayani (2000) menjelaskan bahwa salah satu tugasperkembangan remaja adalah memperkuat penguasaan diri atas dasar skalanilai, dimana skala nilai tersebut diperoleh remaja melalui indentifikasi dariorang yang diidolakan olehnya. Sehingga perilaku sang idola sangat mudahdiadopsi oleh remaja, salah satunya adalah perilaku merokok yang ditampilkansang idola dalam iklan.Selain itu, iklan merupakan media informasi yang baik bagi remaja. Akantetapi, tidak semua informasi yang remaja dapatkan memiliki nilai yang positif.sala satunya adalah istilah yang digunakan dalam iklan ataupun kemasan rokokyang mengambarkan seolah-olah rokok merupakan produk yang aman karena

kandungan zat yang terdapat dalam rokok tersebut lebih rendah. Sehingga padaakhirnya remaja merasa boleh untuk merokok bahkan kemungkinanmengkonsumsi lebih banyak yang akan berdampak pada ketergantungan.

4.4 Keterbatasan PenelitianDalam penelitian ini peneliti memiliki beberapa keterbatasan antara lain;Instrumen dalam peneltian berupa kuisioner, sehingga terdapat kemungkinananak akan menjawab tidak berdasarakan apa yang terjadi sesungguhnya,karena anak akan merasa takut apa yang mereka isi diketahui pihak sekolah.Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti sudah melakukan antisipasi dengan

melakukan pendekatan pada siswa dan melakukan informed concent untukmeyakinkan siswa bahwa identitas mereka dirahasiakan.Tidak ada instrumen yang khusus untuk mengungkap variabel yang akan diteliti.Penulis hanya mengembangkan teori yang ada. Untuk mengantisipasi adanyainstrumen yang kurang baik, penulis mencoba membuat kisi-kisi instrumenterlebih dahulu, dan melakukan pengujian terhadap instrumen yang dibuat,untuk melihat layak tidaknya istrumen digunakan dalam penelitian.Untuk instrumen stres, dimana instrumen diadopsi dari instrumen yangdikembangkan oleh Groenewald (dalam bentuk bahasa inggris), idealnyainstrumen tersebut dikonsultasikan dengan ahli bahasa. Sedangkan penulishanya melakukan proses translasi sendiri oleh penulis. Akan tetapi untuk

mengurangi kemungkinan adanya ketidak cocokan penggunaan instrumentersebut, penulis mencoba mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan ujiinstrumen dan mengkonsultasikan instrumen tersebut kepada pembimbing.akan menjawab tidak berdasarakan apa yang terjadi sesungguinstruBAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Page 39: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 39/40

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 14 – 16 Agustus 2006mengenai Hubungan antara Tingkat Stress Dukungan Keluarga, Dukungan Temandan Iklan dengan Perilaku Remaja terhadap Rokok di SLTP Karya Pembangunan(KP) 10 Bandung, dapat ditarik kesimpulan;1. Hanya sebagian kecil remaja SLTP KP 10 Bandung yang teridentifikasi sebagai

perokok.2. Sebagian besar remaja SLTP KP 10 Bandung berada pada kategori strestingkat berat.3. Sebagian besar remaja SLTP KP 10 Bandung mendapatkan dukungan darikeluarga untuk merokok.4. Hampir setengahnya remaja SLTP KP 10 Bandung mendapatkan dukungandari teman untuk merokok.5. Hanya sebagian kecil dari remaja SLTP KP 10 Bandung yang mendapatkandukungan iklan untuk merokok6. Tidak terdapat Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Perilaku Remajaterhadap Rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung. Akan tetapi

sebagian besar keluarga mendukung remaja untuk merokok.7.73Terdapat Hubungan yang signifikan (positif) antara Stress dengan PerilakuRemaja terhadap Rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung, dengankeeratan hubungan tidak erat tetapi pasti.8. Terdapat Hubungan yang signifikan (positif) antara Dukungan Teman denganPerilaku Remaja terhadap Rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung,dengan keeratan hubungan atau cukup berarti,9. Terdapat Hubungan yang signifikan (positif) antara Dukungan Iklan denganPerilaku Remaja terhadap Rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung,dengan keeratan hubungan atau cukup berarti.

5.2 SaranBerdasarkan hasil penelitian, agen sosialisasi perilaku merokok dalampenelitian ini adalah lingkungan teman sebaya dan iklan. Selain itu perilakumerokok berkaitan juga dengan aspek emosional yakni stress. Untuk itu sarandari penelitian ini :5.2.1 Untuk Instansi Pendidikan (SLTP KP 10 Bandung)Sekolah sebagai tempat remaja menghabiskan sebagian besar waktunyamenjadi tempat yang baik untuk proses transfer perilaku dari masing-masinganggota masyarakat didalamnya termasuk remaja sebagai bagian darimasyarakat sekolah. Untuk mengantisipasi transfer perilaku negatif termasuk

perilaku merokok, salah satunya diperlukan kegiatan positif yang bersifatkelompok yang dapat mengalihkan remaja dari perilaku merokok, misalnyadengan mengadakan kegiatan ekstrakulikuler olahraga. Selain itu diperlukanperan dari dewan guru, terutama bagian bimbingan konseling untukmemberikan bimbingan agar remaja bisa lebih disiplin dalam bergaul danmemilih teman.Adapun dilihat dari segi emosional, remaja merokok berkaitan dengan stres,untuk itu diperlukan adanya pembinaan suatu hubungan yang baik antara guru

Page 40: New Microsoft Word Document

5/11/2018 New Microsoft Word Document - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-microsoft-word-document-55a0c7cc007b3 40/40

dan remaja, dengan harapan remaja bisa lebih terbuka akan masalah yangdihadapinya dan guru bisa membantu remaja dalam mencari penyelesaian darimasalah yang menimbulkan stres pada remaja. .5.2.2 Untuk Petugas KesehatanPetugas kesehatan mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi maupun

pelayanan kesehatan yang komprehensif baik bio-psiko-sosial dan spiritual.Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan suatu kondisi dimana terdapatkecenderungan remaja mengalami stres, yang pada akhirnya dapat berujungpada upaya kompensatoris remaja menanangi stres tersebut dengan merokok.Sehingga, itu diperlukan upaya preventif maupun kuratif yang lebihmenekankan pada pendekatan emosional / afeksional, dengan memberikanpenyuluhan maupun pelatihan mengenai manajemen stres pada remaja, selainpendekatan kognitif berupa pemberian informasi akan bahaya atau dampaknegatif dari merokok.5.2.3 Untuk Peneliti dan Penelitian SelanjutnyaDalam penelitian ini tidak didapatkan faktor mana yang paling dominan yang

berhubungan dengan perilaku remaja, untuk itu diperlukan penelitian lanjutanyang mengkaji hal tersebut. Selain itu, ditemukan bahwa tingkat stres padaremaja di SLTP KP 10 sebagian besar berada pada tingkat stres yang berat,untuk itu diperlukan penelitian lanjutan mengenai faktor apa yangmenyebabkan tingginya tingkat stres pada remaja tersebut.