new media and citizen journalism

Upload: kang-arul

Post on 21-Jul-2015

750 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

699

NEW MEDIA, CITIZEN JOURNALISM, DAN PENGARUHNYA TERHADAP MEDIA TRADISIONAL1

Rulli Nasrullah1 Dosen Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta [email protected]

Abstrak Kemajuan teknologi komunikasi yang ditandai dengan internet dan munculnya media baru tidak hanya mengubah pola dan transmisi pesan, melainkan pula mengaburkan batasbatas geografis sampai pendefenisian ulang terhadap media massa yang selama ini dianggap menjadi satu-satunya sumber (media) informasi yang bisa menjangkau massa secara luas. Kehadiran media baru (new media) seperti blog, milis, wiki, dan portal memberikan kesempatan bagi warga (audiences) yang selama ini menjadi konsumen cum berposisi pasif kemudian bertransformasi menjadi produsen sekaligus aktif dalam membangun sebuah informasi berita; hal ini dibuktikan dengan user-generated-content dimana sebuah konten berita bisa diproduksi oleh siapa saja dan berasal dari mana saja. Fenomena ini pada akhirnya menghasilkan gerakan citizen journalism yang tidak hanya memunculkan pertanyaan besar tentang defenisi konten berita dan siapa yang berhak memproduksinya, melainkan juga pada suatu taraf seolah-olah mengancam (salah satunya) ekonomi media tradisional yang ada. Kondisi ini kiranya diperlukan sumbangsih penelitian komunikasi untuk memajukan media di Indonesia sehingga keberadaan media dan perkembangan citizen journalism bisa saling melengkapi sebagai sebuah perkembangan studi media di Indonesia. Kata kunci : jurnalisme warga, media massa, berita, media baru Pendahuluan Makalah ini merupakan upaya kritis terhadap posisi audiences (warga) di media citizen journalism (jurnalisme warga) dalam jaringan (online) dan pengaruhnya terhadap media tradisional. Mengapa hal ini perlu dikritisi? Pertama, karena di media citizen journalism online warga tidak hanya sebagai konsumen dari produksi konten seperti posisi yang selama ini terjadi di media tradisional, melainkan juga warga memposisikan diri sebagai (alat) produksi hingga mendistribusikan konten; bahkan dalam kondisi tertentu warga menjadi bagian dalam membangun konten. Kedua, apa yang dilakukan oleh warga ketika memroduksi konten dan menyebarkannya di media citizen journalism tersebut selama ini

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

700 dipahami sebagai tindakan sukarela dan tanpa dilandasi oleh motif untuk mendapatkan keuntungan pribadi seperti uang atau pengaruh atau yang disebut sebagai latarbelakang ekonomi-politik. Hal ini dipertegas oleh Curt Chandler, dosen komunikasi dari Penn State University, yang menyatakan bahwa maraknya warga yang berpartisipasi dalam melaporkan peristiwa di citizen journalism dikarenakan ada ketertarikan mereka terhadap sebuah peristiwa dan juga kontribusi yang diberikan semata-mata hanya untuk menyebarkan informasi tanpa ada motif ekonomi maupun politik di baliknya."Citizen-journalists are regular people who contribute to news reporting, not for monetary reward, but because they have a particular interest in a topic," said Curt Chandler, senior lecturer in communications at Penn State. Chandler teaches future journalists how to adapt to a changing media environment, where the audience doesn't just read the news, but helps make it (dalam Hicks, 2008).

Ketiga, karakteristik media baru (new media) secara langsung maupun tidak akan menjadi pesaing, jika tidak dikatakan sebagai menggerus, posisi media tradisional. Media massa seperti koran, radio, televisi, dan sebagainya tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi. Warga, dengan adanya fenomena citizen journalism, bisa mendapatkan informasi tersebut secara langsung, dari berbagai sumber, dan yang paling utama lepas dari konstruksi realitas sebagaimana yang dilakukan oleh institusi media tradisional. Pada tataran praktis selanjutnya, warga yang terlibat di dalam media citizen journalim tidak hanya sebagai konsumen dari produk, melainkan juga sudah menjadi produsen, pengembang cum distributor. Fenomena ini yang berbeda jika melihat posisi warga di dalam media tradisional seperti koran, televisi, maupun radio. Konten, baik yang bersifat informasi maupun hiburan di media tradisional pada dasarnya diproduksi oleh korporasi media yang bersangkutan. Posisi warga hanya sebatas pada konsumen yang mengonsumsi produk konten yang dihasilkan. Tentu saja dalam perspektif kritis bahwa konten yang didistribusikan di media tradisional merupakan hasil produksi pekerja industri, dalam hal ini redaksi, tanpa melibatkan warga. Kondisi ini memungkinkan terjadinya pemilahan, penonjolan, atau

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

701 penyembunyian fakta-fakta sebuah peristiwa yang diproduksi. Warga dalam skema kerja produksi konten (berita) ini menjadi pasif sehingga apapun produk berita yang dihasilkan oleh redaksi itulah yang dikonsumsi oleh warga. Issues surrounding audiences tend to focus on the impact of media practices upon people & perceptions; how audiences shape media practices; how media practices function in the commodification of knowledge, epistemology, and communication more generally;and how the work of audiences is appropriated and sold by media corporations. (Phil Graham dalam Albarran (.ed) 2006, 494). Sementara itu, kehadiran jurnalisme warga atau citizen journalism di internet tidak hanya sebagai penanda bagaimana teknologi mentransformasi pola konsumsi informasi dari media tradisional ke media baru, melainkan juga bagaimana internet mempengaruhi mekanisme produksi, penyebaran, pertukaran nilai, dan konsumsi informasi yang selama ini terpusat pada media tradisional. Karakteristik interaksi yang dimiliki internet memungkinkan proses komunikasi yang terjadi tidak bersifat satu arah selayaknya yang terjadi di media tradisional, melainkan menjadi lebih interaktif melalui media baru (new media). Selanjutnya, era teknologi digital dan teknologi komunikasi telah mengubah arah komunikasi yang selama ini menganut pola broadcast. Jika model broadcast adalah komunikai satu arah, maka dengan kehadiran teknologi komunikasi itu bisa menjadi dua arah bahkan lebih atraktif. Komunikasi terjadi tidak lagi memakai pola dari sumber yang satu menyebar ke banyak (broadcast), berpusat, khalayak bersifat pasif, dan penerima berada dalam posisi terisolasi (Levy, 2001:223), melainkan lebih dinamis, tidak tersentral, sampai pada melibatkan khalayak.

Menelisik Definisi Citizen Journalism Kata Citizen Journalism, atau variannya, berasal dari istilah jurnalistik yang selama digunakan untuk menyebutkan bagaimana aktivitas warga yang terlibat dalam pelaporan dan penulisan sebuah peristiwa untuk dipublikasikan. Kata ini merupakan penggambaran bagaimana adanya perubahan di dalam jurnalisme termasuk di dalam media massa sebagai

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

702 sumber media informasi itu sendiri yang selama ini sebuah peristiwa diberitakan melalui sumber media tradisional hasil kerja jurnalis yang tergabung dalam sebuah institusi media. Curt Chandler dari Penn State University bahwa defenisi citizen journalism sebagai aktivitas warga biasa, terkadang melibatkan jurnalis profesional, yang berkontribusi dalam pemberitaan dengan tidak berdasarkan motif ekonomi."Citizen-journalists are regular people who contribute to news reporting, not for monetary reward, but because they have a particular interest in a topic," said Curt Chandler, senior lecturer in communications at Penn State. Chandler teaches future journalists how to adapt to a changing media environment, where the audience doesn't just read the news, but helps make it. "Sometimes they write stories for blogs, tweet on Twitter, upload photos to Flickr and post video on YouTube. Or they can simply contact a reporter with a tip or a correction," Chandler said. "Citizen journalists care about news and want to help make it better, and the explosion of ever-smaller and affordable mobile devices for recording and communicating gives everyone the power to capture and relay news as it happen" (Hicks, 2008).

Lewis Friedland dan Nakho Kim dalam Encyclopedia of Journalism menjelaskan tentang pengertian citizen journalism sebagaimana berikut ini: citizen journalists can be individuals making a single contribution (a fact, correction, photo, etc.), bloggers, or professionals editing citizen content for professionalamateur (pro-am) sites which integrates the works of professional staff and citizen contributors (2009, 297). Selain dari kata citizen journalism, ada pula kata public journalism atau civic journalism. Beberapa tokoh, seperti Marcel Danesi dalam Dictionary of Media and Communications (2009, 62), menyatakan bahwa kata tersebut memiliki makna yang sama. Namun, Aaron Barlow (2007, 140) membedakan antara public journalism dan citizen journalism. Bahwa dalam public journalism melibatkan jurnalis profesional sementara dalam citizen journalism dibatasi pada mereka yang memublikasikan konten dalam blog dan dinyatakan bahwa mereka tidaklah secara profesional bekerja layaknya jurnalis media massa, baik dalam pengertian secara latar belakang pendidikan kejurnalistikan dan bagaimana cara menulis produk-produk jurnalistik. Di bagian lain Barlow menegaskan bahwa gerakan public journalism maupun citizen journalism pada praktisnya tidaklah sama. Bagi Barlow citizen

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

703 journalism lebih menekankan pada isu-isu apa yang akan dipublikasikan dan setiap isu memiliki arti penting bagi warga/komunitas; tidak seperti kerja media massa dimana setiap jurnalis memiliki framing berbeda dalam melihat isu sesuai dengan kepentingan ekonomipolitik, sebagai salah satu contoh kekuatan yang ada di media massa. Unlike many journalists, who believe that the decline in their profession isnt their fault at all, but comes from an increasingly and willfully ignorant population, the citizen journalists believe there is a desire in the public for information that allows careful consideration of the issuesexactly as the public journalism advocates argued a decade before the rise of citizen journalism. The citizen journalists, for the most part, do not see themselves allied with the public journalists. The citizen journalists believe that, through utilization of Internet possibilities both for research and for publication, they can sidestep the journalism profession altogether, at the same time getting around the commercial considerations that drive so much of contemporary news media and that encroach on the public spher (h.141). Dari defenisi yang dipaparkan Barlow jelas menegaskan bahwa gerakan public journalism berarti jurnalis profesional, baik sebagai individu maupun institusi media massa, melibatkan publik (audience) dalam pemberitaan (2009, 302) yang selanjutnya memunculkan gerakan citizen journalism dengan memakai media-media baru, seperti internet. Selanjutnya, Shayne Bowman dan Chris Willis (2003) We Media, How audiences are shaping the future of news and information menggunakan kata participatory journalism dibandingkan kata citizen journalism. The term we use participatory journalism is meant to describe the content and the intent of online communication that often occurs in collaborative and social media. Heres the working definition that we have adopted: Participatory journalism: The act of a citizen, or group of citizens, playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing and disseminating news and information. The intent of this participation is to provide independent, reliable, accurate, wide-ranging and relevant information that a democracy requires (h.9). Meski beberapa kali dalam karyanya Dan Gillmor menggunakan citizen journalism, akan tetapi dalam karyanta We the Media, Grassroots Journalism By The People, For The

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

704 People Dan Gilmor memperkenalkan istilah Grassroots Journalism (2004) untuk menjelaskan bagaimana keterlibatan warga dalam kegiatan jurnalistik. news was being produced by regular people who had something to say and show, and not solely by the official news organizations that had traditionally decided how the first draft of history would look. This time, the first draft of history was being written, in part, by the former audience. It was possibleit was inevitablebecause of new publishing tools available on the Internet. Another kind of reporting emerged during those appalling hours and days. Via emails, mailing lists, chat groups, personal web journalsall nonstandard news sourceswe received valuable context that the major American media couldnt, or wouldnt, provide (h.x). Istilah lain juga digunakan oleh Cris Atton menyebut citizen journalism dengan Alternative Journalism : ...journalism that is produced not by professionals but by those outside mainstream media organizations. Amateur media producers typically have little or no training or professional qualifi cations as journalists; they write and report from their position as citizens, as members of communities, as activists, as fans (2009, 265). Sementara Stuart Allan dalam Citizen Journalism, Global Perspective (2009)

menyebutkan bahwa varian kata citizen journalism yang sering disebut adalah grassroots journalism, open source journalism, participatory journalism, hyperlocal journalism, distributed journalism atau networked journalism. Selanjutnya Allan mendefiniskan citizen journalism sebagai berikut: Citizen journalism to capture something of the countervailing ethos of the ordinary persons capacity to bear witness, thereby providing commentators with useful label to characterize an ostensibly new genre of reporting (h.18). Namun, pernyataan bahwa citizen journalism dilakukan oleh warga yang tidak

profesionalsebagaimana terdapat dalam defenisi Barlow maupun Attondalam hal pemahaman kejurnalistikan setidaknya telah dibantah oleh defenisi sebelumnya yang dijelaskan oleh Lewis Friedland dan Nakho Kim dalam Encyclopedia of Journalism (2009: 297) yang menegaskan bahwa setiap warga, baik itu amatir maupun profesional, bisa terlibat dalam citizen journalism. Keterlibatan BBC dan atau CNN dalam memberitakan laporan

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

705 warga baik berupa foto, video, maupun teks merupakan salah satu contoh untuk menjelaskan keterlibatan profesionajurnalis maupun mediadalam citizen journalism. Dari beragam pengertian dan penggunaan istilah di atas, peneliti akhirnya sampai pada sebuah formula defenisi tentang citizen journalism, yakni sebagai aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga, baik amatir maupun profesional, dalam memublikasikan berita dan atau menginformasikan sesuatu secara interaktif melalui media baru media baru maupun media tradisional. Penambahan kata interaktif dari defenisi tersebut bukan tanpa alasan; bahwa media citizen journalism terutama di internet, bisa berupa portal atau situs jejaring sosial, memungkinkan proses interaksi antarwarga ini terjadi. Sebuah berita yang diunggah oleh warga bukanlah berita tunggal dan berhenti. Berita menjadi semakin berkembang melalui penambahan-pengurangan dan juga komentar maupun diskusi yang terjadi terhadap publikasi tersebut. Aktivitas warga dalam pengembangan berita cum informasi di media citizen journalism ini merupakan salah satu karakteristik media baru sebagaimana dijelaskan David Holmes (2005).

Fenomena Citizen Journalism Keterlibatan warga dalam citizen journalism memberikan implikasi tidak hanya telah mengubah eksistensi media tradisional, otoritas sumber dalam memroduksi, memeroleh, dan mendistribusi berita semata, melainkan juga mendefenisikan ulang kajian jurnalisme; khususnya terhadap kriteria dan struktur berita sebagai unsur utama produk jurnalistik (Bowman and Willis, 2003: 47-52). Kehadiran media dan gerakan citizen journalism secara langsung maupun tidak membawa dampak pada media yang selama ini dianggap sebagai penguasa atas produksi dan distribusi informasi. Sebab, internet memberi kemudahan akses warga dalam membuat akun di milis, situs jejaring sosial, weblog, hingga membuat situs sendiri pada kenyataannya

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

706 menambah sumber-sumber untuk memroduksi dan mendistribusikan media. Freedom of the press is guaranteed only to those who own one. Now, millions do. (A.J. Liebling dalam Bowman and Willis, 2003, 47). Pemilihan topik berita, sebagai salah satu contoh, bisa dilakukan lebih cepat dan lebih banyak perspektif. Setiap audience yang memiliki akses internet dengan fasilitas mesin pencarian (search engine) bisa langsung menentukan topik apa saja yang ingin dibaca dibandingkan ketika membeli koran yang menyuguhkan beragam rubrikasi yang belum tentu rubrikasi-rubrikasi tersebut sesuai dengan minat pembaca. Audience melalui internet juga bisa mengumpulkan dan memilah perspektif berita yang ingin dibaca sekaligus bisa terlibat dalam merekonstruksi peristiwa yang dipublikasikan dalam citizen journalism. ...but Web communities and even search engines are becoming valued outlets of news, which guide and direct their readers to information of interest. The role these sites play as filters, simplifiers and clarifiers of news is adding a new intermediary layer. They might not be the ultimate authority, but the new intermediaries forums, weblogs, search engines, hoax-debunking sites are helping audiences sort through the abundance of information available today (Bowman and Willis, 2003, 47-48). Media tradisional juga dicurigai memiliki agenda tertentu terhadap semua informasi yang diproduksi dan didistribusikan; bahwa seringkali media menganggap apa yang dianggap penting oleh redaksi media juga dianggap sebagai sesuatu yang dianggap penting oleh khalayak (Vivian, 2008, 495, Baran and Davis, 2010, 346). Juga, ditingkat media massa itu sendiri terjadi perbedaan antarinstitusi media massa. Perbedaan tersebut berkaitan dengan bagaimana suatu realitas atau peristiwa dipandang dan diberitakan oleh masing-masing media massa. Bahwa apa yang dianggap memiliki nilai berita yang tinggi oleh satu intitusi media massa belum tentu akan dipandang sama oleh institusi media massa yang lain. Jika realitas sosial itu sama-sama diberitakan oleh semua media massa, maka tetap saja akan ada perbedaan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhinya.

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

707 ..., boleh jadi sebuah media dipengaruhi oleh berbagai faktor internal berupa kebijakan redaksional tertentu mengenai suatu kekuatan politik, kepentingan politik para pengelola media, relasi media dengan sebuah kekuatan politik tertentu, dan faktor eksternal seperti tekanan pasar pembaca atau pemirsa, sistem politik yang berlaku, dan kekuatan-kekuatan luar lainnya (Ibnu Hamad, 2004, 2-3). Contoh lain, bagaimana gerakan citizen journalism di internet bisa menjadi penentang laporan-laporan media tradisional terlihat pada kebijakan invasi Irak oleh Presiden George W. Bush. Menurut Graham Meikle dalam Future Active: Media Activism and the Internet (2002) bahwa internet menjadi medium yang sangat efektif digunakan para aktifis pergerakan terutama untuk terlibat dalam proses demokrasi maupun penegakan hukum terhadap pelaku korupsi. Bahkan di awal tahun 2003, gerakan antiperang di Amerika semakin memberikan tekanan terhadap kebijakan pemerintahan George W. Bush yang melakukan invasi terhadap Irak secara membabi buta. Gerakan politik di dunia maya seperti MoveOn

(www.moveon.org), ANSWER (www.interbationalanswer.org), atau United for Peace & Justice (www.unitedforpeace.org) menggunakan internet untuk mendistribusikan kampanyekampanye antiperang, mengorganisasikan gerakan demonstrasi di beberapa wilayah, dan mempromosikan beragam gerakan antiperang lainnya dengan cara memublikasikan informasi tentang berapa banyak wanita dan anak-anak yang terbunuh dalam invasi tersebut. Tidak berhenti pada kegiatan online semata, gerakan ini menyebabkan ribuan orang melakukan demonstrasi besa-besaran pada tanggal 15 Februari 2003 untuk menentang kebijakan pemerintahan dalam invasi Irak. Pada tataran selanjutnya kondisi ini bisa menjadi semacam bumerang bagi audience terhadap kredibilitas media itu sendiri. Dalam survei yang dilakukan oleh YouGov untuk Prospect Magazine, sebagaimana dilaporkan Guardian edisi 23 September 2010, menemukan bahwa kepercayaan terhadap laporan jurnalis TV dan koran di tahun 2003 mencapai 80% dan di tahun 2010 menjadi 33%, kepercayaan terhadap BBC menurun dari 81% ke 60%, kemudian terhadap tiga suratkabar The Times, Daily Telegraph,dan The Guardian menurun Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi 2012

708 24% menjadi 40%. Hal yang sama juga terjadi pada Daily Mail dan Daily Express turun dari 35% tingkat kepercayaan menjadi tinggal 21% serta terhadap The Sun, Daily Mirror dan Daily Star yang di tahun 2003 mendapat 14% menjadi 10%.Many newspapers and TV stations have had years to establish the trust of their audiences. Yet participatory news sites, with their transparent and more intimate nature, are attracting legions of fans who contribute and collaborate with one another. In addition, recent surveys suggest people are beginning to place more trust in online sources and are seeking increasingly diverse news sources and perspectives (Bill Kovach and Tom Rosenstiel, 2001, 191-192).

Namun, kehadiran internet membawa pengaruh terhadap proses produksi berita, bagaimana peran institusi media tradisional, dan tak kalah pentingnya adalah bagaimana khalayak mereposisi dirinya tidak sekadar menjadi konsumen an sich, melainkan juga telah menjelma menjadi produsen. Internet tidak hanya menyebabkan institusi media massa tradisional melakukan konvergensi, baik secara teknologi maupun medium, dalam proses produksi berita, melainkan juga sudah melibatkan khalayak yang selama ini diposisikan secara pasif sebagai konsumen. Keterbatasan jumlah jurnalis dan momentum peristiwa ditambah letak geografis jangkauan liputan media menjadi salah satu alasan mengapa keterlibatan warga dalam citizen journalism dianggap penting oleh institusi media. Terjadinya bom di London, Inggris pada tahun 2007 merupakan salah satu contoh bagaimana institusi media tradisional juga memanfaatkan keterlibatan warga dalam memroduksi sebuah berita. Sesaat setelah bom meledak, dalam waktu singkat informasi, foto, dan video peristiwa yang diproduksi dari warga menyebar dengan cepatnya di internet dan juga memenui surat elektronik media tradisional seperti BBC. Menurut Jesse Hicks (2009) peneliti dari Penn State University menyebutkan institusi berita nasional BBC menerima ratusan pesan singkat (text messages), foro, video, dan email yang menginformasikan kejadian tersebut yang tidak dapat diliput oleh BBC.

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

709 Dalam citizen journalism, berita yang dihasilkan warga pada dasarnya merupakan hasil kerja individual frame. Peristiwa yang terjadi di lapangan juga dikonstruksi menurut pandangan dan hasil seleksi. Namun, perbedaan yang lebih tegas antara jurnalis di media tradisional dengan citizen journalism adalah hasil konstruksi terhadap realitas bisa dikatakan secara independen dilakukan oleh warga sendiri tanpa campur tangan birokrasi redaksi sebagaimana terjadi di institusi media. Sebuah opini atau pemihakan jurnalis, sebagai contoh, tidaklah bisa dimasukkan sekenanya saja di dalam tubuh berita yang ditulis. Berbeda dengan warga, dalam citizen journalism setiap warga bebas mengungkapkan ekspresinya, opininya, pendapatnya, bahkan kritik pedasnya yang diselipkan di dalam tubuh berita yang dibuat. Dengan mengambil konsep framing ini, citizen journalism dan jurnalisme pada umumnya menjadi dua posisi yang berbeda dalam melihat sebuah peristiwa. Perbedaan ini menurut Jan Schaffer (2010), dalam Civic and Citizen Journalisms Distinction, bahwa berita dalam citizen journalism berasal dari apa yang disebut sebagai inside-out yang berbeda dengan liputan yang memakai pola outside-in.So-called citizen journalism involves citizens engaging in the community by using media as a form of civic participation... But they cover communities from the inside-out, not from outsidein. and Id suggest that we are already seeing that they do their journalism much differently than traditional journalists (Schaffer dalam Rosenberry and John III, 2010, 178).

Media citizen journalism juga memungkinkan keterlibatan warga atau khalayak lain untuk mengembangkan opini yang ada di berita (Bruns, 2010a, 3); proses diskusi melalui kolom komentar menjadikan berita bukanlah hasil akhir yang tidak bisa diutak-atik sebagaimana berita yang telah tercetak di surat kabar. Audiences atau pengguna menjadi bagian dari proses konstruksi berita dalam citizen journalism. ...the axis of distributed versus fully crafted narrative. In a distributed narrative, the story emerges in bits and pieces, from the sum of reader contributions in the form of a hyper-linked story. Even self-contained articles can acquire new meaning and context in the network. Traditional journalism synthesizes primary documents or interviews into a coherent story with little or no audience contribution (Friedland dan Kim, 2009, 298).

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

710 Secara struktur berita juga menjadi bagian penting yang membedakan citizen journalism dengan jurnalis di media tradisional. Sebuah berita, misalnya straight news atau berita keras (hard news), merupakan laporan jurnalis yang berdasarkan struktur piramida terbalik; bahwa semakin ke bawah dalam struktur berita berarti semakin tidak penting informasi yang akan disampaikan. Selain itu, sebuah berita pada umumnya yang dipublikasikan di media cetak, terdiri dari judul, lead, tubuh berita, dan penutup berita. Namun, dalam kenyataannya citizen journalism tidak mematuhi struktur sebuah berita. Peristiwa yang terjadi di lapangan bisa saja hanya dipublikasikan oleh warga hanya dalam satu kalimat yang terdiri dari 3 atau 4 kata saja. Perincian sebagaimana yang diformulasikan dalam Formula Laswell tentang kelengkapan berita takni 5W+1H menjadi kabur dalam citizen journalism. Sebuah berita bisa saja hanya memuat what dan atau how dalam media citizen journalism dengan sisanya memuat opini warga. Namun, kondisi ini menurut Burns (2010a, 7-8) merupakan salah satu dari karakteristik citizen journalism. Dengan menggunakan istilah Pro-Am Journalism, penggabungan dari kerja profesional serta amatir dalam jurnalistik, Burns menyatakan bahwa, pertama, kehadiran laporan citizen journalism merupakan laporan dari pihak pertama yang menjadi saksi langsung dari sebuah peristiwa. Laporan ini bisa jadi terlewatkan oleh institusi media dikarenakan isu yang terjadi bukan menjadi minat ekonomi-politik media yang bersangkutan, keterbatasan sumber daya manusia, dan jangkauan media terhadap peristiwa tersebut. Kedua, liputan warga dalam citizen journalism menurut Burns pada dasarnya bisa menjadi bahan, masukan, atau data awal yang digunakan untuk melengkapi berita yang dipublikasikan; di sisi lain konten tersebut bisa juga menjadi sumber alternatif lain audiences dari sekadar, yang salama ini terjadi, hanya bersandar pada media tradisional. Karakteristik terakhir, media citizen journalism dan warga merupakan sumber yang bisa mengakses informasi dan peristiwa selama 24 jam nonstop. Berbeda dengan keterbatasan media

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

711 tradisional yang penayangannya sesuai dengan jadwal, citizen journalism bekerja dengan melibatkan seluruh warga yang ada di dunia dan terhubung dengan jaringan komputer melalui internet. Beragam media citizen journalism, dengan karakteristiknya masing-masing, selalu hidup tanpa henti. Juga, dengan karakteristik konten dalam citizen journalism yang terusmenerus berkembang, sebuah peristiwa yang diberitakan akan semakin bertambah informasi, data, kritikan, opini, dan sebagainya.

Kontestasi Media Tradisional dan Media Citizen Journalism Institusi media tradisional pada umumnya menerapkan kebijakan seleksi yang ketat dan berkriteria terhadap siapapun yang akan bekerja sebagai jurnalis di media. Mulai dari minimal jenjang pendidikan yang harus dipenuhi hingga pada penguasaan bahasa asing tertentu oleh kandidat. Kualifikasi ini diharapkan menjadi standar bagi institusi media untuk mendapatkan tenaga profesional. Tidak berhenti pada proses seleksi, kandidat jurnalis setelah lolos seleksi penerimaan akan mendapatkan sejumlah pelatihan yang diadakan oleh institusi media yang bersangkutan; pelatihan tersebut beragam, akan tetapi biasanya memuat materi tentang keterampilan menulis, melakukan investigasi, teknik wawancara, hingga pengenalan terahdap aspek bisnis institusi media bersangkutan. Dengan seleksi dan pelatihan yang diberikan ini tak heran apabila jurnalis dikatakan sebagai pekerjaan yang profesional. Kemunculan citizen journalism pada akhirnya membenturkan jurnalis antara profesional dan amatir. Di satu sisi media tradisional mensyaratkan pekerja (jurnalis)

profesional, di sisi lain media citizen journalism hampir tidak mensyaratkan profesionalitas di dalamnya. Sebuah foto atau video yang resolusinya rendah atau gambarnya kabur bisa tayang di media citizen journalism oleh warga yang bahkan baru saja duduk di sekolah menengah dan baru beberapa jam lalu memegang kamera video. Juga, struktur berita yang dibuat oleh pelaku citizen journalism juga tidak mensyaratkan perlunya kelengkapan unsur-

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

712 unsur berita dalam 5W+1H, perlunya keberimbangan dalam menyajikan fakta, dan konfirmasi terhadap sumber yang sedang diberitakan. Meski dalam beberapa kasus ada warga dan media citizen journalism yang menerapkan profesionalterutama untuk pola citizen journalism dimana warga berkontribusi dan jurnalis (editor) melakukan penyuntingan sebelum namun pada praktiknya defenisi profesional

dipublikasikan di media tradisional--,

sebagaimana yang ada di media tradisional dalam citizen journalism seakan-akan menjadi kabur. ... the degree of training of professionals and amateurs. Although some people have a professional background, citizen journalism involves journalistic amateurs by definition. However, there are degrees of training for citizen journalists, ranging from none, to web-based guidelines, to local training courses. In some instances citizen journalists are paid through distributed methods or advertisements, but still most remain unpaid. (Friedland dan Kim, 2009, 298) Gilmor juga menjelaskan bahwa citizen journalism pada dasarnya menghasilkan berita oleh warga biasa dan lepas dari aturan-aturan yang ada di organisasi media pada umumnya. ...news was being produced by regular people who had something to say and show, and not solely by the official news organizations that had traditionally decided how the first draft of history would look. This time, the first draft of history was being written, in part, by the former audience. It was possibleit was inevitablebecause of new publishing tools available on the Internet. (Gillmor, 2004, x) Terlepas dari nilai dan etika dalam citizen journalism, kontestasi antara (perusahaan) media tradisional dengan media citizen journalism tampak menjadi satu bahan pertimbangan bagi eksistensi media tradisional itu sendiri. Sebab, media tradisional memiliki target audiences yang sangat spesifik. Spesifikasi audiences setidaknya terjadi karena 1) tipe dari konten media, 2) keluasan jangkauan distribusi media, 3) jumlah produk yang dihasilkan, dan 4) batasan geografis tenpat media itu berada. Keterbatasan ini menyebabkan jangakuan media tradisional tidak bisa menjangkau lebih luas pada media citizen journalism, terutama dalam konteks ini pada media citizen journalism dalam jaringan daring) atau online.

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

713 Pola internet yang menghubungkan (network) entitas baik berupa perangkat komputer maupun pengguna (user) secara global di seluruh dunia menyebabkan akses audiences terhadap media citizen journalism menjadi jauh lebih luas dan tanpa batas. .... there is the variation in the size of the intended audience. Though any online content can potentially reach a worldwide audience, traditional journalism targets a mass audience. On the other hand, citizen journalism sites can be (and often are) as small as one writer talking to a very small (Friedland dan Kim, 2009, 298). Jangkauan global ini juga memengaruhi bagaimana informasi itu bisa lebih terdistribusi dibandingkan dengan media tradisional. Menilik sistem pers di masing-masing negara sebagaimana dijelaskan oleh Siebert, Peterson, dan Schramm (1986) bahwa kebebasan media untuk menampilakn informasi sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah negara bersangkutan. Misalnya dalam sistem otoritarian yang hanya membolehkan institusi berizin dan dikontrol dari negara saja yang boleh terjun dalam industri media. Kenyataan ini berdampak pada bila suatu peristiwa bisa menjatuhkan atau dianggap mempermalukan negara, maka intitusi media seringkali dilarang untuk memberitakan peristiwa tersebut. Namun, citizen journalism memiliki pendekatan yang berbeda. Meski di negara yang bersangkutan memiliki sistem pers yang otoriter dan media sangat dikontrol oleh pemerintah dalam menyiarkan informasi, tetapi melalui beragam media warga bisa memublikasikan apa yang terjadi dan audiences yang tidak hanya berasal dari neagar tersebut melainkan dari seluruh dunia bisa mengetahuinya. Laporan warga dalam tragedi penembakan tentara terahdap protes yang dilakukan oleh kalangan biksu di Myanmar pada tahun 2010 bisa dijadikan contoh bagaimana laporan citizen journalism memperoleh akses warga secara global.

Diskusi

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

714 Fenomena yang terjadi di citizen journalism ini jika dilihat berbeda dengan yang terjadi di institusi media tradisional. Perusahaan media seperti koran atau televisi menyediakan media citizen journalism tentu memiliki motif ekonomi-politik. Asumsi ini bisa diketahui dari keputusan perusahaan media dalam menyediakan media citizen journalism, terutama secara online di internet, pihak perusahaan harus mengeluarkan finansial, misalnya untuk membayar biaya hosting atau menyewa perangkat penempatan data, membuat desain situs, hingga membayar tagihan rutin seperti sambungan internet dan upah karyawan. Tidak hanya secara finansial, perusahaan media juga harus menyediakan sumber daya manusia yang tidak hanya mengelola situs citizen journalism semata, melainkan juga mengurusi persoalan administratif. Selain motif ekonomi, korporasi media juga memiliki alasan politik untuk menyebarkan pengaruh hingga memperkuat posisi media massa yang selama ini menjadi produk perusahaan media bersangkutan. Pengakses internet yang jauh lebih banyak daripada melihat jumlah pelanggan koran, sebagai misal, dan juga keterbatasan halaman yang ada merupakan peluang yang bisa dimasuki oleh perusahaan media tersebut. Alasan-alasan ini bagi peneliti cukup menjadi dasar bahwa ada motif ekonomi-politik perusahaan media saat memutuskan membuat media baru berupa citizen journalism; bahwa ada investasi yang harus dikembalikan dan juga ada pengaruh yang akan disebarkan melalui media baru (newmedia) serta fenomena citizen journalism tersebut. Kehadiran media tradisional yang menyediakan medium citizen journalism, sebagaimana dijelaskan Scott dan Meyer (1994) ketika membahas institusi dalam media massa, merupakan upaya yang dilakukan institusi media tradisional tersebut dengan dalih menyediakan ruang bagi kebebasan berekspresi. Journalists are also members of trade unions in most media organisations and can bargain for better termsand conditions of service. Free-lance journalists many of whom are joining the so-called cadre of citizenjournalists are not as organised. This leaves them open to all forms of labour abuse by media organisations. Indeed, even those who do not really consider themselves to be trained journalists but nevertheless contribute user-generated-content (UGC) to media organisations can be similarly Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi 2012

715 abused. For example, it is not clearwhether or not CNNs iReporters are remunerated in any way. Now,CNN and other organisations like it is providing a public space fthe counter argument might be thatt or citizens o express themselves, thereby enhancing the enjoyment of freedom of expression. But these are issues potentially bordering on economic exploitation which the notion of citizen journalism is engendering across the globe (Scott and Meyer, 1994 dalam Banda, 2010, 22-23). Yang menjadi pertanyaan, benarkah warga memroduksi, mengembangkan, dan mendistribusikan konten dilakukan secara sukarela tanpa adanya motif ekonomi-politik sebagaimana motif perusahaan media dalam menyediakan media citizen journalism?

Kesimpulan Kontestasi dan atau negoisasi pasar antara perusahaan media tradisional dengan media citizen journalism pada akhirnya tidak dapat dihindarkan. Perkembangan media baru (new media) yang ditopang dengan kemajuan teknologi informasi dianggap telah mendesak hegemoni media tradisional. Jika hal ini tidak diantisipasi secara cerdas, maka lonceng kematian perusahaan media tradisional hanya menunggu waktu. Namun, dibalik itu semua fenomena citizen journalism tidaklah menjadi semacam virus yang mesti dijauhi oleh perusahaan media tradisional, melainkan harus ada upaya serius melibatkan warga dan gerakan citizen journalism ini dalam kerangka sumber yang tidak terbatas serta distribusi informasi. Salah satunya dengan menyediakan ruang citizen journalism di produk media. Berkaitan dengan keterlibatan (institusi) media tradisional dalam citizen journalism khususnya di media online, dalam pengamatan penulis terdapat dua model pelibatan warga dalam citizen journalism di Indonesia. Model pertama dengan menyediakan fasilitas khusus bagi warga untuk menyampaikan informasi di portal berita media tradisional yang bersangkutan. Fasilitas ini berupa informasi yang disampaikan oleh warga setelah sebelumnya mereka mengisi daftar isian yang, pada umumnya, terdiri dari nama, email atau website, dan informasi apa yang diberikan. Mekanisme berita warga dalam pola ini bisanya menggunakan pemberitaan yang singkat atauh flash news, berada dalam satu paragraf atau kalimat-kalimat Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi 2012

716 singkat, dan berkaitan dengan kejadian di sekitar warga, misalnya laporan tentang kemacetan jalan, kecelakaan, atau kebakaran. Beberapa situs media tradisional yang memuat fasilitas citizen journalism antara lain ruang Citizen Info di portal Harian (wartakotalive.com), Citizen Journalism di portal Harian Media Warta Kota Indonesia

(wediaindonesia.com), Info Anda di portal berita Detik (detik.com), atau Citizen Reporter di portal berita jaringan media Tribunnews (tribunnews.com).

Gambar 1 Ruang Citizen Info di portal Harian Warta Kota Sumber: www.wartakotalive.com

Model selanjutnya adalah institusi media tradisional menyiapkan perangkat/media citizen journalism. Model ini bisa ditemui dalam media Kompasiana (kompasiana.com) yang dibuat oleh Kompas Cyber Media sebagai unit bisnis online Kelompok Kompas-Gramedia dan Vlog (ureport.vivanews.com/blog) yang dibuat oleh kelompok media Viva Media Baru yang memiliki bisnis TvOne dan portal berita Vivanews.com. Berbeda dengan model pertama, dalam media citizen journalism kedua media tersebut lebih mendekati media blog, sebagaimana dijelaskan oleh dalam tipe media citizen journalism sebelumnya, dimana setiap user memiliki keleluasaan dalam menulis yang tidak dibatasi oleh ruang menulis, memiliki fasilitas untuk menambahkan foto atau tautan, tersedia kolom untuk dikomentari oleh pihak lain, memuat profil warga di dalamnya, dan menjadi lebih interaktif. Model kedua ini juga Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi 2012

717 memuat kategori-kategori dalam informasi, seperti kategori bisnis, pendidikan, teknologi, dan sebagainya. Selain itu, setiap artikel/berita yang dipublikasikan dalam media model kedua ini bisa diketahui mana yang Terpopuler atau artikel/berita mana yang Terekomendasi.

Gambar 2 Media Warga dalam Vlog yang disediakan oleh Vivanews.com

Meski baik model pertama dan model kedua warga memiliki hak penuh dalam menginformasikan sebuah berita, akan tetapi peran administrator yang mengelola media warga tersebut juga terlihat. Bahwa administrator berhak untuk menghapus atau menghilangkan informasi atau berita yang dianggap menyalahi ketentuan, seperti menyinggung umat agama tertentu.

Daftar Pustaka Albarran, Alan B. (1996). Media Economics. Iowa: Iowa State University Press Albarran, Alan B, Chan-Olmsted, Sylvia, and Wirth, Michael O. (ed.). (2006). Handbook of Media Management and Economics. London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers Atton, Chris. (2009). Alternative and Citizen Journalism dalam Karin Wahl-Jorgensen and Thomas Hanitzsch (ed.), The Handbook of Journalism Studies. New York: Routledge Allan, Stuart. News Culture. New York: Open University Press Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi 2012

718 Allan, Stuart and Thorsen, Einar (ed.). (2009). Citizen Journalism, A Global Perspectives. New York: Peter Lang Barlow, Aaron. (2007). The Rise of The Blogosphere. London: Praeger Bell, David. (2001). An Introduction to Cybercultures. London and New York: Routledge Berger, Peter L. dan Thomas Luckman. (1967). The Social Construction of Reality, A Treatise in the Sociology of Knowledge. New York: Anchor Books Bruns, Axel. (2010a). News Produsage in a Pro-Am Mediasphere: Why Citizen Journalism Matters dalam Graham Meikle and Guy Redden. News Online: Transformations and Continuities. London: Palgrave Macmillan Bruns, Axel. (2010b). From Reader to Writer: Citizen Journalism as News Produsage dalam Jeremy Hunsinger, Lisbeth Klastrup, and Matthew Allen. Internet Research Handbook. Dordrecht, NL: Springer. 119-134. Bruns, Axel. (2008a). News Blogs and Citizen Journalism dalam Kiran Prasad (ed.). eJournalism: New Directions in Electronic News Media. New Delhi: BR Publishing Bruns, Axel. (2008b). Gatewatching, Gatecrashing: Futures for Tactical News Media dalam Megan Boler (ed.). Digital Media and Democracy: Tactics in Hard Times. Cambridge, Mass.: MIT P Bruns, Axel. (2005). Gatewatching: Collaborative Online News Production. New York: Peter Lang Dahlgren, Peter and Sparks, Colin. (1999). Communication and Citizenship: Journalism and the Public Sphere. London and New York: Routledge Fenton, Natalie (ed). (2010). New Media, Old News: Journalism and Democracy in The Digital Age, Los Angeles: SAGE Publications Friedland, Lewis and Nakho Kim. (2009). Citizen Journalis dalam Christopher H. Sterling (ed.). Encyclopedia of Journalism. California: Sage Publications, Inc. Gans, Herbert J., Multiperspectival News, dalam Elliot D. Cohen (ed.). (1992). Philosophical Issues in Journalism, New York: Oxford University Press Gillmor, Dan. (2004). We The Media. California: OReilly Media, Inc Gunter, Barrie. (2003). News and the Net. Mahwah, New Jersey, Lawrence Erlbaum Associates Hall, Stuart dan Einar Thorsen (ed.). (2009). Citizen Journalism, Global Perspectives. Mew York: Peter Lang Hass, Tanni. (2009). Civic Journalism dalam Christopher H. Sterling (ed.). Encyclopedia of Journalism. California: Sage Publications, Inc. Holmes, David. (2005). Communication Theory: Media, Technology and Society. London, Thousand Oaks, New Dehli: SAGE Publications Jordan, Tim. (1999). Cyberpower: The Culture and Politics of Cyberspace and The Internet. London and New York: Routledge Kovach, Bill and Rosenstiel, Tom. (2001). The Elements of Journalism. New York: Three Rivers Press Laswell, Harold D. (1972). Politics: Who Gets What, When, How, New York: The World Publishing Company Levy, P. (2001). Cyberculture. Minnesota: University of Minnesota Press Lichy, Patrice. (2007). The Internet Imagenary. Cambridge, Massachusetts: The MIT Press Merril, John C. et.all. (2001). Twilight of Press Freedom, The Rise of Peoples Journalism. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Miller, Charles (ed.). (2009). The Future of Journalism. London: BBC College of Journalism Miller, Daniel and Don Slater. (2000). The Internet an Ethnographic Approach. New York: Berg

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012

719 McNamus, John H. (1994). Market Driven Journalism: Let The Citizen Beware?.California: Sage Publication OECD. (2010). News in the Internet Age, New Trends in New Publishing. Paris: OECD Publishing Palfrey, John and Urs Gasser. (2008). Born Digital, Understanding The First Generation of Digital Natives. New York: Basic Book Perlmutter, David D. dan John Maxwell Hamilton (ed). (2007). From Pigeons to News Portals: Foreign Reporting and The Challenge of New Technology. Louisiana: Louisiana state University Press Porter, D. (ed.) (1997). Internet Culture. London: Routledge. Poster, M. (1995). The Second Media Age. Cambridge: Polity. Rosenberry, Jack dan Burton St. John III (Ed.).(2010). Public Journalism 2.0, The Promise and Realty of a Citizen-engaged Press. New York: Routledge Schaffer, Jan. (2010). Civic and Citizen Journalisms Distinction dalam Rosenberry, Jack and St.John III, Burton (ed.). Public Journalism 2.0, Rosenberry, Jack and St.John III, Burton (ed.). Public Journalism 2.0. New York: Routlegde Schramm, Wilbur. (1960). Mass Communication, Urban: University of Illinois Press Schutz, Alfred. (1970). On Phenomenology and Social Relations, Chicago: Chicago Press Tuchman, G. (1978). Making News: A Study in the Construction of Reality, New York: Free Press Wayne, Mike. (2003). Marxis and Media Studies. London: Pluto Press Wellman, Barry and Caroline Haythornthwaite. (2002). The Internet in Everyday Life. Malden: Balckwell Publishers Young, Chang Woo. (2009). OhmyNews: Citizen Journalism in South Korea dalam Allan, Stuart and Thorsen, Einar (ed.). Citizen Journalism, A Global Perspectives. New York: Peter Lang

Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi

2012