nety rhohmayantirepository.radenintan.ac.id/4756/1/skripsi.pdftinggal bersama dan belajar di bawah...
TRANSCRIPT
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1439 H/2018 M
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
S k r i p s i
IMPLEMENTASI DEMOKRASI DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA
PADA PEMILUKADA LAMPUNG BARAT TAHUN 2017
Jurusan : Pemikiran Politik Islam
Oleh :
NPM: 1331040096
NETY RHOHMAYANTI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG1439 H/2018 M
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
S k r i p s i
IMPLEMENTASI DEMOKRASI DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA
PADA PEMILUKADA LAMPUNG BARAT TAHUN 2017
Jurusan : Pemikiran Politik Islam
Oleh :
NPM: 1331040096
NETY RHOHMAYANTI
Pembimbing I : Dr. Arsyad Sobby Kesuma, Lc. M.Ag
Pembimbing II : Drs. Agustamsyah, M.IP
ABSTRAK
IMPLEMENTASI DEMOKRASI DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL
HUDA PADA PEMILUKADA LAMPUNG BARAT TAHUN 2017
Oleh
Nety Rhohmayanti
Demokrasi adalah sebuah system pemerintahan yang berasal dari Yunani
Kuno yang tidak beragama Islam dan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
berbasis Islam yang ada di Indonesia. Sebagai unsure Negara yang berada dibawah
naungan Negara demokrasi, pondok pesantren harus mengikuti kebijakan-kebijakan
demokrasi, terlepas dari kebijakan itu berasal dari ajaran Islam atau bukan.
Perbedaan basis dari demokrasi dan pondok pesantren menghasilkan
kerancuan dalam prakteknya. Disatu sisi pondok pesantren harus menjalankan
praktek berbasis agama Islam, disisi lain Negara juga harus menjalankan praktek
berbasis demokrasi. Kerancuan yang timbul kemudian kerap menjadikan pondok
pesantren tidak mengikuti kebijakan pemerintah terkait dengan demokrasi tersebut.
Terutama pada kebijakan mengenai pergantian pemimpin yang dalam Negara
demokrasi dilakukan melalui pemilihan Umum. Salah satu pemilihan umu yang
dilakukan dinegara Republik Indonesia adalah pemilihan umum kepala daerah yang
dilakukan pemerintah kabupaten Lampung Barat pada tahun 2017. Pondok pesantren
Miftahul Huda 06, yang secara administrasi berdiri di daerah Lampung Barat pun
harus mengikuti kebijakan Negara demokrasi berupa pemilihan umum kepala daerah
tersebut. Namun, tidak seperti yang disajikan teori bahwa pondok pesantren dan
demokrasi sulit bersatu, pondok pesantren Miftahul Huda justru menunjukkan bahwa
pondok pesantren dapat tetap menjalankan praktek keagamaannya tanpa melawan
pemerintah negaranya. Bahkan pondok pesantren dapat membantu mewujudkan
penyelenggaraan Negara menjadi lebih tertib dan damai. Berdasarkan hal tersebut,
yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana
penerapan nilai Demokrasi di pondok pesantren Miftahul Huda 06 dalam Pelaksanaan
Pemilukada tahun 2017 kabupaten Lampung Barat? 2. Apa yang telah dilakukan
oleh pondok pesantren Miftahul Huda 06 mengenai pelaksanaan demokrasi pada
santri-santrinya?
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan
objek penelitian lapangan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik non random sampling sehingga diperoleh 7 orang sampel . Sedangkan
alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah interview dan dokumentasi.
Dari penelitian yang telah dilakukan penulis mendapatkan temuan sebagai
berikut:
1. Sebagai upaya penerapan nilai demokrasi di pondok pesantren Miftahul Huda
06 pada pemilukada 2017 di Lampung Barat, pondok pesantren Miftahul
Huda 06 memberikan kesempatan yang sama kepada santri untuk mengikuti
berbagai rangkaian kegiatan pesta demokrasi tersebut. Mulai dari masa
pemilihan hingga masa perhitungan hasil pemilihan. Partisipasi tersebut
merupakan upaya pondrok pesantren Miftahul Huda 06 dalam menerapkan
nilai demokrasi yang berupa persamaan hak bagi setiap warga Negara.
2. Pada saat pelaksanaan demokrasi tahun 2017, pondok pesantren Miftahul
Huda 06 melakukan upaya pemberian hak memilih kepada para santrinya
dalam mengikuti pelaksanaan demokrasi dengan cara memberikan izin untuk
mengikuti pemilu dan memberikan izin cuti bagi para santri yang ingin
memilih di daerah asalnya.
MOTTO
Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang
urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang
Kami berikan kepada mereka. (QS. Asysyura:38)
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini ku persembahkan sebagai wujud ungkapan terimakasih kepada
yang terkasih :
1. Kedua orang tuaku : Bapak Dedi Suherman dan Ibu Siti Nurainun, atas
pengorbanan selama ini sejak masih dalam kandungan sampai usia
sekarang, yang tidak pernah lelah dan bosan dalam bekerja dan berdo’a
untuk anak-anaknya, hanya Allah yang dapat membalasnya.
2. Kakakku Tatang Nuryadin dan Lydia Sari, kakakku Aan Syaiful Anwar
serta adikku Wilda Nur Inayah, dan Keponakan ku M. Aqil Akbar, M.
Azis Alfahrizi, Zafira Rana Nabaha yang selalu memberikan dorongan
dan semangat demi keberhasilanku.
RIWAYAT HIDUP
Nety Rhohmayanti dilahirkan di desa Liman Sari, Kecamatan Blitang
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,Ssumatera Selatan pada tanggal 06 april 1995.
Anak ke tiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Dedi Suherman dan Ibu
Siti Nurainun.
Jenjang Pendidikan Formal yang penulis jalani adalah:
1. SD Muhammadiyah Tanjung Mas, kecamatan Blitang, Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur, tamat pada tahun 2007.
2. SMP Negeri 1 Buay Madang Timur kecamatan Ogan Komering Ulu Timur,
tamat pada tahun 2010.
3. MA YAPSI Sumber Jaya Lampung Barat, tamat pada tahun 2013.
Selanjutnya pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama, Jurusan Pemikiran Politik Islam Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung.
Pengalaman kerja dan organisasi:
1. Penulis pernah aktif sebagai kader dari UKM BAPINDA (Seni Budaya Islam)
pada tahun 2013-2014
2. Menjadi anggota organisasi IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) pada
tahun 2014-2016.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirohmaanirrohiim
Dengan segala kerendahan hati sebagai hamba Allah SWT yang harus
mengabdi sekaligus bertafakur dihadapannya, kiranya suatu tuntunan illahi yang
harus dilaksanakan, dimana seorang hamba mempunyai tanggungjawab untuk
mengemban amanah sekaligus kewajiban yang bersifat mutlak, maka dalam
kesempatan ini merupakan ungkapan rasa syukur penulis sehingga dapat
merealisasikan gagasan-gagasan dalam wujudnyata, berupa karya ilmiah (skripsi)
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana sosial dalam fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
juga menggali ilmu-ilmu yang ada baik yang diperoleh di bangku perkuliahan
maupun dari yang lainnya, khususnya yang menyangkut masalah Pemikiran Politik
Islam.
Sehubungan dengan terwujudnya karya ilmiah ini yang merupakan upaya
penulis secara optimal dengan wujud: “Implementasi Demokrasi Di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Pada Pemilukada Lampung Barat Tahun 2017”
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua
pihak, kiranya tidak berlebihan dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama kepada :
1. Dr. H. Arsyad Sobby Kesuma, Lc.,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan nasehat dan
motivasi tidak henti-hentinya kepada mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung
2. Dr. Nadirsah Hawari, M.A dan Tin Amalia Fitri, M. Si selaku ketua dan sekretaris
jurusan Pemikiran Politik Islam yang telah memberi nasehat, arahan, serta
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. H. Arsyad Sobby Kesuma, Lc., M.Ag sebagai Pembimbing I yang telah
memberikan nasehat dan pengarahan serta motivasi yang berharga dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Drs.Agustamsyah, M.Ip sebagai Pembimbing II yang telah memberikan nasehat
dan pengarahan serta motivasi yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis.
6. Keluarga besar UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, UPTD Perpustakaan Kota Bandar Lampung, dan UPTD Perpustakaan
Daerah Provinsi Lampung atas diperkenankannya penulis meminjam buku
literature yang dibutuhkan.
7. Kyai Babussalam Asysya’roni selaku pengasuh pondok esantren Miftahul Huda
06 yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk mengadakan penelitian
demi tersusunnya skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan di jurusan Pemikiran Politik Islam angkatan 2013.
9. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril, materil maupun
spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga atas bantuan dan jerih payah dari semua pihak menjadi satu catatan
ibadah disisi Allah SWT, Amin
Bandar Lampung, juni 2018
Penulis
Nety Rhohmayanti
NPM : 1331040096
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
ABSTRAK.............................................................................................................. i
PERSETUJUAN .................................................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
MOTTO.................................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN .................................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Penegasan Judul ...................................................................................... 1
B. Alasan memilih Judul ............................................................................. 3
C. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 6
F. Metode Penelitian ................................................................................... 7
G. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 12
BAB II PEMILU DAN DEMOKRASI DI PONDOK PESANTREN .............. 14 A. Demokrasi ............................................................................................... 14
1. Pengertian Demokrasi ....................................................................... 14
2. Sejarah Demokrasi ............................................................................ 15
3. Nilai-nilai Demokrasi........................................................................ 16
B. Pondok Pesantren .................................................................................... 21
1. Definisi Pondok Pesantren ................................................................ 21
2. Klasifikasi Pondok Pesantren ........................................................... 29
3. Peran dan Fungsi Pondok Pesantren ................................................. 32
4. Peran Kyai dalam Pondok Pesantren ................................................ 36
C. Pemilihan Umum .................................................................................... 39
1. Pengertian Pemilihan Umum ............................................................ 39
2. Tujuan Pemilihan Umum .................................................................. 40
3. Kampanye dalam Pemilihan Umum ................................................. 42
BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA 06 DAN
PENERAPAN DEMOKRASI ....................................................................... 44
A. Pondok Pesantren Miftahul Huda ........................................................... 44
B. Nilai demokrasi di pondok pesantren Miftahul Huda 06 ........................ 55
C. Penerapan demokrasi pada pemilukada 2017 di pondok pesantren
miftahul huda .......................................................................................... 63
BAB IV IMPLEMENTASI DEMOKRASI DI PONDOK
PESANTRENMIFTAHUL HUDA LAMPUNG BARAT PEMILUKADA
TAHUN 2017 ................................................................................................... 70
A. Penerapan Nilai Demokrasi di Pondok Pesantren Miftahul Huda 06 ..... 70
B. Implementasi demokrasi di Pondok Pesantren Miftahul Huda 06 lampung
barat pada pemilukada tahun 2017. ........................................................ 77
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 88
A. Kesimpulan ............................................................................................. 88
B. Saran – Saran .......................................................................................... 89
C. Penutup ................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
Lampiran-lampiran ............................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Judul proposal skripsi ini adalah “Implementasi Demokrasi Di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Pada Pemilukada Lampung Barat Tahun 2017”.
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul proposal skripsi ini, maka
perlu diberikan penjelasan mengenai istilah–istilah yang terdapat di dalamnya.
Istilah-istilah yang dianggap penting dalam judu proposal ini adalah sebagai
berikut.
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
sebagai pelaksanaan atau penerapan.1 Sedangkan menurut Arifin, implementasi
diartikan sebagai tindakan untuk melaksanakan dan menerapkan suatu ide atau
gagasan. Didalam implementasi terdapat beberapa tahapan, diantaranya
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.2
Sedangkan menurut penulis yang dimaksud dengan implementasi dari judul
skripsi ini adalah penerapan system yaitu system demokrasi yang ada dipondok
pesantren Miftahul Huda
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi berarti sebagai
berikut:
1 Depdiknas, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm 432
2Arifin, Ahmad, Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi Dan Aktualisasi Pendidikan
Islam Ditengah Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm 42
2
1. bentuk pemerintahan di mana segenap rakyat turut serta memerintah
dengan perantaraan wakilnya (partisipasi);
2. gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban, kebebasan serta perlakuan yang sama bagi semua warga
Negara.3
Dari akar kata diatas, kita bisa mengatakan bahwa demokrasi memiliki dua arti,
yaitu:
1. Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan. Hal ini sesuai dengan akar kata
demokrasi itu sendiri (demos: rakyat, dan cratein: memerintah). Maka
secara harafiah, demokrasi berarti rakyat memerintah.
2. Demokrasi sebagai sebuah nilai atau pandangan hidup. Demokrasi
sebagai sebuah nilai tidak hanya berkaitan dengan urusan kepentingan
saja, tetapi juga bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat4
Pondok Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya
tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan
sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri5 menurut
mastuhu, Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam yang berfokus
untuk memahami menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam (tafaqquh
3Depdiknas, Op.Cit, hlm 115.
4Winanti, S. Poppy dan Titok Hariyanto, Demokrasi dan Civil Society. (Yogyakarta: IRE
Press, 2004), hlm. 14. 5Depdiknas, Op.Cit, hlm 684
3
fiddiin) dengan menekankan pentingnya moral agama islam sebagai pedoman
hidup bermasyarakat sehari-hari. 6
Berdasarkan uraian tersebut, maka maksud dari judul ini adalah
melakukan penyelidikan mengenai penerapan asas demokrasi (pandangan hidup
yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban warga negaranya) yang
dilakukan di pondok pesantren miftahul huda pada Pemilihan bupati di Lampung
Barat pada tahun 2017.
B. Alasan Memilih Judul
Beberapa hal yang mendorong dan memotivasi penulis untuk memilih dan
membahas judul proposal skripsi ini antara lain, yaitu :
1. Implementasi demokrasi di pondok pesantren Miftahul Huda menarik
untuk diteliti karena budaya yang biasa hidup di pondok pesantren adalah
tergantung pada otoritas pilihan kiyai nya namun dipondok pesantren
Miftahul Huda menjunjug tinggi nilai Demokrasi.
2. Pondok pesantren merupakan salah satu sarana pembelajaran yang
menurut penulis cocok untuk pengembangan demokrasi.
3. Implementasi demokrasi merupakan judul yang sesuai dengan bidang
ilmu yang dikaji penulis pada Prodi Pemikiran Politik Islam Fakultas
Ushuludin
4. Terdapat sarana dan prasarana yang mendukung dalam proses penulisan
skripsi ini.
6 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hlm 5.
4
C. Latar Belakang Masalah
Sebagai sebuah negara yang menganut sistem pemerintahan demokratis,
Indonesia senantiasa berupaya untuk benar-benar mewujudkan sistem yang
menjunjung tinggi peran serta masyarakatnya dalam menentukan laju
pemerintahan. Disetiap kelompok masyarakat selalu diupayakan untuk
menentukan keputusan dengan mencari suara terbanyak. Terlebih untuk
permasalahan yang menyangkut pemerintahan atau politik.
Sistem pemerintahan demokrasi memang selalu mengutamakan
musyawarah dari masyarakatnya dalam menentukan sebuah keputusan. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat menentukan sendiri bagaimana dan siapa
pemimpin yang akan memimpin mereka.
Namun nyatanya, tidak semua kelompok masyarakat yang benar-benar
merealisasikan kebebasan memilih bagi anggota kelompoknya, ada banyak sekali
kelompok masyarakat yang melakukan penyimpangan dalam menyelenggarakan
demokrasi. Penyimpangan yang sering terjadi pada sistem demokrasi adalah
adanya pemaksaan dari fihak calon pemimpin langsung terhadap warganya.
Pemaksaan ini misalnya dilakukan dengan praktek money politik sehingga
masyarakat memilih mereka bukan karena hati nurani melainkan karena telah
diberikan sejumlah uang dan biasanya juga telah dijanjikan hal lain pasca pemilu.
Praktek ini sepintas memang tidak menampakkan adanya pemaksaan terhadap
warga masyarakat, namun pada hakikatnya masyarakat diberikan tekanan sehinga
mereka memilih bukan karena memikirkan pemerintahan yang akan berlangsung
5
ditangan pemimpin pilihan mereka, namun mereka memilih karena digiring
dengan uang.
Penyimpangan lain yang sering terjadi Misalnya berjalannya sistem
pembelian suara terhadap warga. transaksi suara ini dilakukan oleh calon
pemimpin dengan stakeholder daerah tersebut. Misalnya transaksi suara dilakukan
oleh calon bupati dengan kepala desa, dengan ketua pemuda atau yang
semisalnya, hal ini biasanya terjadi pada daerah pedalaman yang warganya masih
terbatas dalam mengakses informasi dari luar. Sehingga warganya ikut dengan apa
yang dikatakan oleh stakeholder daerah tersebut. Hal ini mengakibatkan hak
berpendapat dan menentukan pilihan bagi warga daerah tersebut seakan dirampas
oleh para pemimpin mereka. Pondok pesantren sebagai sebuah kelompok
masyarakat pun mengalami penyimpangan yang seperti ini. Para santri dan ustad
yang berada di pondok pesantren akan tunduk dengan apa yang sudah ditentukan
oleh kiyai atau pengasuh pondok pesantren tersebut. Jika sang pengasuh pondok
pesantren mengatakan mereka harus memilih calon A, maka semua suara akan
diarahkan ke calon tersebut. Namun hal ini nampaknya tidak berlaku pada Pondok
Pesantren Miftahul Huda yang terletak di pekon Sukapura kecamatan Sumberjaya
kabupaten Lampung Barat.
Pondok pesantren yang mengutamakan pendidikan berbasis Salafi/kajian
kitab-kitab klasik dengan sistim kelas/tingkatan dan mengusung 3 program
pesantren ini menerapkan sistem pembelajaran yang mendukung terselenggaranya
demokrasi yang seutuhnya. Hal ini terlihat dari terbaginya suara anggota pondok
pesantren tersebut pada setiap pesta demokrasi didaerah tersebut. Terutama pada
6
pemilihan bupati kabupaten lampung barat pada tahun 2017. Pemilu yang
mengedepankan dua pasang calon tersebut berlangsung dengan tertib pada daerah
sukapura kecamatan sumberjaya yang merupakan lokasi berdirinya pondok
pesantren Miftahul Huda.
Perbedaan sistem pada pondok pesantren inilah yang kemudian menarik
penulis untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana pondok pesantren
Miftahul Huda dalam menerapkan demokrasi pada anggota pondok pesantren
tersebut dalam pemilihan umum kepala daerah Lampung Barat tahun 2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang telah dilakukan oleh pondok pesantren Miftahul Huda 06
mengenai pelaksanaan demokrasi pada santri-santrinya?
2. Bagaimana penerapan nilai Demokrasi di pondok pesantren Miftahul Huda
06 dalam Pelaksanaan Pemilukada tahun 2017 kabupaten Lampung
Barat?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Apa yang telah dilakukan oleh pondok pesantren
Miftahul Huda 06 mengenai pelaksanaan demokrasi pada santri-santrinya
7
b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai demokrasi di pondok
pesantren miftahul huda 06 pada pemilukada lampung barat tahun
2017.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan memperkaya wawasan mengenai
implementasi demokrasi.
b. Secara praktis, bagi masyarakat luas dapat memahami ataupun
dapatmengetahui terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan
implementasi demokrasi.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field Research), yaitu
penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala.7Guna mencari
sumber data yang dibutuhkan mengenai implementasi demokrasi di pondok
pesantren miftahul huda pada pemilukada Lampung Barat tahun 2017, penulis
akan secara langsung melakukan penelitian di Pondok Pesantren Miftahul Huda
Lampung Barat.
2. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat
deskriptif. Yaitu penelitian yang menjadi prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat
7M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11.
8
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.8 Dalam
hal ini penulis akan mengungkapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penerapan demokrasi di pondok pesantren miftahul huda pada pemilukada
dikabupaten Lampung Barat. Menurut Irawan Soehartono penelitian yang bersifat
deskriptif ialah penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat
atau suatu kelompok orang tertentu.9
Jalaludin Rahmat dalam musa mengatakan bahwa penelitian deskriptif tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesi atau membuat
prediksi, penelitian deskriptif dilakukan untuk:
1) Mengumpulkan informasi atual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada.
2) Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku
3) Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari mereka untuk menentukan rencana
dan keputusan pada waktu yang akan datang.10
Penelitian ini akan menggambarkan dan mengungkap data-data dan juga
menganalisis data untuk memperoleh kejelasan dan kebenaran tindakan, aksi
maupun kegiatan-kegiatan di pondok pesantren miftahul huda dalam menerapkan
demokrasi pada pemilukada kabupaten Lampung Barat.
8Hadar Nawawi, Metode Penelitian Bidang Social, (Yogyakarta: Gama Press, 1987), hlm.63.
9Muhammad Musa, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Fajar Agung,1998), hlm.8
10Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1984),
hlm. 34
9
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.11
Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah seluruh pengurus pondok pesantren miftahul huda, yang
berjumlah 107 orang terdiri dari 86 orang santriwan/santriwati yang sudah
memiliki hak pilih, 20 orang ustadz dan satu orang kiyai atau pengasuh pondok
pesantren.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.12
Dalam pemilihan
sampel, penulis menggunakan teknik purposive sample. Teknik ini dilakukan
dengan cara mengambil subjek berda sarkan atas adanya tujuan tertentu.
Pengambilan sampel juga harus didasarkan atas ciri - ciri, sifat – sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri – ciri pokok populasi.13
Adapun ciri-ciri
populasi yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah:
1) Kiyai/pimpinan pondok pesantren
2) Ustadz yang sudah mengabdi selama lebih dari 5 tahun
3) Santriwan/santriwati yang sudah berumur 17 tahun pada tahun 2017 atau
sudah memiliki hak pilih pada tahun 2017.
4) Santriwan/santriwati yang telah menjadi santri selama lebih dari 3 tahun
5) Santriwan/santriwati yang menjadi pengurus pesantren.
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (ed. revisi V, cet.
XII), (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 108. 12
Ibid, hlm.109. 13
Ibid. hlm. 117.
10
Dari kriteria tersebut diperoleh sampel sebanyak 3 orang santri, 2 orang santri
pengurus, 2 orang ustadz dan 1 orang pimpinan pondok pesantren atau kiyai.
Sehingga keseluruhan sampel dari penelitian ini berjumlah 8 orang
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat
berupa opini subyek (orang) secara individu atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.14
Dalam
hal ini penulis akan mengumpulkan data primer dari pondok pesantren miftahul
huda.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan hasil historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun
tidak dipublikasikan.15
Penulis akan mengumpulkan data sekunder yang berkaitan
implementasi demokrasi di Pondok Pesantren Miftahul Huda
5. Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya– jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
14
Etta Mamang Sangaji dan Sopiah, Metodelogi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam
Penelitian, (ed. I), (Yogyakarta : ANDI, 2010), hlm. 44. 15
Ibid.
11
langsung informasi – informasi atau keterangan –keterangan.16
Penulis akan
melakukan wawancara mengenai imlementasi demokrasi yang dilakukan Pondok
Pesantren Miftahul Huda pada pemilkada Lampung barat.
b. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal–hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, berita-berita tentang pesantren, isu-isu yang berkaitan dengan
dmokrasi yang ada dipondok pesantren dan sebagainya.17
Pelaksanaan metode ini
dengan mengadakan pencatatan baik berupa arsip–arsip atau dokumen maupun
keterangan yang berhubungan masalah yang ada.
6. Analisis Data
Setelah data terkumpul sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan,
maka langkah selanjutnya adalah menghimpun dan mengelola data yang sudah
terkumpul dengan cara mengklarifikasikan semua jawaban untuk dianalisa. Data
yang diperoleh di lapangan dianalisa dengan menggunakan teknik analisis
kualitatif.Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan
terus-menerus. Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka.
Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi
data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.18
16
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian (cet. XIII), (Jakarta : Bumi
Aksara, 2013), hlm. 83. 17
Suharsimi Arikunto, Op.Cit. hlm. 206. 18
Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, Analiis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 2001), hlm.15.
12
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari
catatan-catatan lapangan. Sebagaiamana kita ketahui reduksi data berlangsung
terus menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan
melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi
dan apa yang harus dilakukan
Penarikan kesimpulan dan verivikasi, dari permulaan pengumpulan data,
seorang penganalisis kualitatif mulai mencara arti benda-benda mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur
sebab akibat, dan proporsi. Kemudian akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu
dengan longgar, tetap terbuka, kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung, verivikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas
dalam fikiran penganalisis selama ia menulis.
G. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan studi kepustakaan yang telah peneliti lakukan, terdapat beberapa
penelitian yang mirip dengan tema penelitian dalam proposal ini sebagai berikut.
1. Skripsi yang berjudul : “ Implementasi Nilai-Nilai Tasawuf di Pondok
Pesantren Dalam Upaya Menghadapai Era Globalisasi ( Studi kasus di Pondok
Pesantren Al- Fatah Temboro Magetan)“ oleh Subhan Murtodo jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Skripsi tersebut menjelaskan tentang
13
Implementasi nilai-nilai tasawuf di pondok pesantren Al-Fatah Temboro Malang
dilakukan dengan cara Takhali, Tahalli, dan Tajjali. Faktor yang mendukung proses
Implementasi Nilai Tasawuf di Pondok Pesantren Al-Fatah yaitu adanya tharekat
Naqsabandiyah Qholidiyah yang Muktabaraoh.
2. Skripsi yang berjudul : “Implementasi Nilai – Nilai Demokrasi Dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Smp Negeri 3 Gringsing Batang”
Oleh Rini Yuliana, Jurusan Politik Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang 2013. Skripsi diatas menjelaskan tentang
implementasi nilai nilai demokrasi pembelajaran PKn di SMP Negeri 3 Gringsing
Batang telah dilaksanakan dengan baik berkat kerjasama antara siswa dengan
pendidik yang diwujudkan dalam nilai-nilai demokrasi, yaitu: (1) Toleransi, (2)
kerjasama (3)kebebasan berpendapat, (4) kebebasan berkelompok, (5) menghormati
orang lain, (6) kepercayaan diri dan (7) kesadaran akan perbedaan. Faktor
pendorong implementasi nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran Pendidikan
kewarganegaraan di SMP Negeri 3 Gringsing Batang diantaranya : (1) Kurikulum,
(2) Sarana dan Prasarana, (3) Budaya Sekolah yang menganut pada budaya disiplin
dan (4) Kepemimpinan. Faktor penghambat implementasi nilai-nilai demokrasi
dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan di SMP Negeri 3 Gringsing
Batang diantaranya : (1) Dukungan orangtua, (2) Lingkungan masyarakat, (3)
Keterbatasan biaya dan (4) Perbedaan individual.
3. Skripsi yang ditulis oleh Romsi “Kontribusi KH. Moh. Khazin Ilyas
Syarqawi dalam Membina Sistem Pendidikan di lingkungan Pondok Pesantren
Annuqayah.” Skripsi tersebut menjelaskan tentang Pemikiran KH. Khazin Ilyas
14
tentang pendidikan formal di Annuqayah. Selain itu, skripsi tersebut juga
menjelaskan mengenai kontribusi KH. Khazin terhadap sistem pendidian di
lingkungan Pondok Pesantren Annuqayah dalam bidang kelembagaan, yaitu
membuat silabi terendiri, yang diberikan pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah
Salafiyah.
Penelitian yang akan peneliti bahas berbeda dengan karya yang telah
disebutkan diatas. Peneliti memfokuskan pada implementasi demokrasi di Pondok
Pesantren Miftahul Huda dalam pemilukada di Lampung barat tahun 2017.
14
BAB II
PEMILU DAN DEMOKRASI D1 PONDOK PESANTREN
A. Demokrasi
1. Pengertian demokrasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi berarti sebagai
berikut:
a. bentuk pemerintahan di mana segenap rakyat turut serta memerintah dengan
perantaraan wakilnya (partisipasi);
b. gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban, kebebasan serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.1
Dari akar kata diatas, kita bisa mengatakan bahwa demokrasi memiliki dua arti, yaitu:
a. Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan. Hal ini sesuai dengan akar kata
demokrasi itu sendiri (demos: rakyat, dan cratein: memerintah). Maka secara
harafiah, demokrasi berarti rakyat memerintah.
b. Demokrasi sebagai sebuah nilai atau pandangan hidup. Demokrasi sebagai
sebuah nilai tidak hanya berkaitan dengan urusan kepentingan saja, tetapi
juga bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga,
sekolah, maupun dalam masyarakat2
1Depdiknas, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm 115.
2Winanti, S. Poppy dan Titok Hariyanto, Demokrasi dan Civil Society. (Yogyakarta: IRE Press,
2004), hlm. 14.
15
2. Sejarah demokrasi
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang menganut pemerintahan
tertinggi oleh rakyat diklaim sudah mulai muncul sejak zaman yunani kuno. Pericles
seperti yang dikutip oleh Abu Bakar Ebyhara, menyatakan bahwa pemerintahan
athena pada abad ke-5 SM sudah menggunakan sistem pemerintahan demokrasi
karena adminstrasinya berada ditangan banyak fihak.3
Demokrasi berasal dari kata demos yang berarti rakyat dan kratos yang
berarti pemerintahan.4 demokrasi yang sering diartikan sebagai kekuasaan rakyat
adalah kekuasaan yang tertinggi dapat berarti bahwa keputusan-keputusan penting
pemerintahan atau garis kebijaksanaan dibelakang keputusan tersebut secara langsung
ataupun tidak langsung, hanya dapat dijalankan jika disetujui secara bebas oleh
mayoritas masyarakat dewasa yang berada dalam posisi diperintah (masyarakat
umum selain pemerintah)5
3. Nilai-nilai demokrasi
Nilai adalah takaran, harga, banyak sedikitnya isi dan mutu6. Demokrasi
mempunyai arti gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak
dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara7. Jadi yang
dimaksud nilai-nilai demokrasi adalah takaran, harga sebuah gagasan atau pandangan
3Ebyhara, Abu Bakar, Pengantar Ilmu Politik, (Ar-Ruzz Media, 2016), cet III, hlm. 261.
4Ibid.
5Mujar Ibnu Syarif, Fiqh Siyasah, Doktrin Dan Pemikiran Politik Islam, (Jakarta:
Erlangga, 2008), hlm.216. 6 Depdiknas, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm 783.
7 Ibid, hlm 249.
16
hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, menghargai kebebasan
berpendapat, memahami dan menyadari keanekaragaman dalam masyarakat, serta
perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Lebih lanjut John Dewey dalam
Zamroni menyatakan bahwa nilai-nilai demokrasi adalah: kebebasan, toleransi,
menghormati perbedaan pendapat, memahami dan menyadari keanekaragaman
masyarakat, terbuka dalam menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat manusia,
mampu mengendalikan diri sehingga tidak mengganggu orang lain, kebersamaan dan
kemanusiaan, percaya diri tidak menggantungkan diri pada orang lain dan taat pada
peraturan yang berlaku.8selain nilai-nilai tersebut, Budi Hardiman juga menambahkan
bahwa nilai yang harus ada dalam sebuah pemerinyahan demokrasi adalah nilai
persamaan hak.9
1) kebebasan
Demokrasi harus didukung oleh kebebasan individu dalam mengekpresikan
gagasan dan kreativitasnya. Karena demokrasi menuntut kebebasan berpendapat,
maka tidak akan ada sensor terhadap pendapat seorang warga masyarakat10
. jika
dicermati tentang kebebasan seorang individu, ada dua hal yang patut di perhatikan
yaitu bebas liar dan bebas bertanggung jawab. Bebas liar dengan semaunya sendiri,
seperti kebut-kebutan di jalan umum, main music sampai tengah malam di
lingkungan perumahan dan lainnya bukanlah perbuatan yang dibenarkan. Kebebasan
8Zamroni, Pendidikan Untuk Demokrasi, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001), hlm
201 9Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif Menimbang Negara Hukum dan Ruang Publik
dalam Teori Jurgen habermas, (Jakarta: Yogyakarta: 2009), hlm. 66 10
Harjono, Negara Hukum, Demokrasi. Dan Makamah Konstitusi, Jurnal Ilmu Hukum
Inovatif (Universitas Jambi Program Magister Ilmu Hukum, volume II Nomor III, 2010,) hlm. 7
17
yang menjadi nilai dari demokrasi tentunya bukan bebas yang liar, yang sewenang-
wenang, namun yang menjadi nilai demokrasi adalah bebas yang bertanggung jawab.
Bebas yang bertanggung jawab adalah kebebasan untuk mengekpresikan dirinya
dengan tidak menganggu orang lain. Kebebasan yang dimiliki adalah juga terbatas,
yaitu dibatasi oleh kebebasan orang lain. Selain kebebasan untuk melakukan
kehendak dan mengekpresikan diri, juga perlu diperhatikan tentang kebebasan dari
penindasan. Pihak yang kuat tidak boleh melakukan penindasan terhadap pihak yang
lemah. Pihak yang mayoritas tidak boleh menindas pihak yang minoritas. Pihak
penguasa tidak boleh menindas rakya jelata. Pemilik modal besar tidak boleh
melakukan monopoli sebuah bisnis
Ada beberapa kelompok kebebasan, yaitu Kebebasan social-politik dan
Kebebasan individual.11
Pembedaan kelompok tersebut didasarkan kepada subyek
dari kebebasan itu sendiri. Kebebasan social-politik memberi kebebasan kepada suatu
bangsa dan Negara untuk menentukan ideologi bangsa dan negaranya. Kebebasan
individual memberikan kebebasan kepada manusia perorangan.
2) Toleransi
Toleransi merupakan suatu sikap yang menghargai dan menjunjung tinggi hak-
hak setiap individu, baik hak beribadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-
masing, hak untuk mengemukakan pendapat, hak menjalin hubungan sosial
dimasyarakat maupun hak-hak yang lain.
11
K. Bertam, Etika, cetakan kedelapan, (Jakarta: Gramedia, 2004), hlm 92
18
Dalam masyarakat demokratis seseorang berhak memiliki pandangan nya
sendiri , tetapi ia akan memegang teguh pendiriannya itu dengan cara yang toleran
terhadap pandangan orang lain yang berbeda atau balikan bertentangan dengan
pendiriannya. Toleransi berbeda dengan sikap permisif, yaitu sikap serba
membolehkan sesuatu. Sebagai nilai, toleransi dapat mendorong tumbuh nya sikap
toleran terhadap keanekaragaman, sikap saling percaya dan kesediaan untuk bekerja
sama antar pihak yang berbeda–beda keyakinan, prinsip, pandangan dan
kepentingannya.
Toleransi pada dasarnya adalah rasa saling menghargai perbedaan dan
membiarkan keagamaan sebagai sifat alamiah. Toleransi juga merupakan implikasi
dari kebebasan manusia dalam tataran sosial. Toleransi merupakan konsekuensi dari
realitas masyarakat yang bertujuan membentuk dinamika sosial yang harmonis.
2) Menghargai perbedaan pendapat.
Ciri dari kehidupan berdemokrasi adalah adanya kebebasan untuk berpendapat.
Oleh karena itu dalam kehidupan berdemokrasi harus mampu menjunjung tinggi
adanya keragaman pendapat dari masing-masing individu. Sikap menjunjung tinggi
adanya perbedaan pendapat dalam kehidupan berdemokrasi ini ditunjukkan dari
adanya nilai untuk menghargai setiap pendapat yang dikemukakan orang lain.
3) Memahami dan menyadari keanekaragaman masyarakat
Nilai yang perlu dijunjung tinggi dalam kehidupan berdemokrasi adalah
adanya keanekaragaman yang ada pada masyarakat, baik keanekaragaman ras, suku,
19
maupun agama. Tanpa adanya kesadaran adanya keanekaragaman yang ada pada
masyarakat maka tidak mungkin nilai demokrasi dapat dijunjung setinggi-tingginya
dan bahkan apabila adanya keragaman tersebut tidak diakui oleh anggota masyarakat
maka yang timbul dimasyarakat adalah perpecahan.
4) Terbuka dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat manusia
Sikap terbuka dan kemauan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat
manusia merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam kehidupan berdemokrasi.
Tanpa adanya kemauan untuk terbuka dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat
manusia maka yang ada dalam kehidupan bermasyarakat adalah saling menghina,
merendahkan, dan menjatuhkan satu dengan yang lain.
5) Pengendalian diri
Nilai pengendalian diri dalam kehidupan berdemokrasi mutlak diperlukan
agar setiap perbuatan yang dilakukan tidak merugikan orang lain.
6) Kemanusiaan dan kebersamaan
Sikap kemanusiaan dan kebersamaan sudah menjadi salah satu nilai yang harus
dijunjung tinggi dalam kehidupan berdemokrasi sebab sudah menjadi kodratnya
manusia diciptakan sebagai mahluk individu dan sekaligus mahluk sosial. Dalam
kehidupan sosial tanpa adanya kebersamaan dalam menyelesaikan setiap persoalan
yang timbul maka segala sesuatunya akan terasa sangat berat untuk diselesaikan.
7) Kepercayaan diri
Sikap percaya diri dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting dimiliki
oleh setiap anggota masyarakat guna mengurangi adanya sikap selalu
20
menggantungkan diri kepada orang lain. Dengan adanya kepercayaan diri yang
mantap dalam diri setiap individu pada mereka cenderung akan terlebih dahulu
berusaha menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi sebelum pada akhirnya
meminta pertolongan orang lain.
8) persamaan hak
Menurut Budi Hardiman, demokrasi menuntut adanya persamaan hak,
keadilan semua agama, keadilan antara laki-laki dan perempuan, hamonisasi
pemerintah dan rakyat, orang dewasa dan anak-anak, dan semua individu yang
terlibat dalam negara12
Persamaan hak ini dimaksudkan agar semua masyarakat yang berada dibawah
naungan Negara penganut system demokrasi dapat mengatur sendiri apa yang
menjadi keinginannya tanpa membedakan dari kalangan mana masyarakat tersebut
berasal.
9) Ketaatan pada peraturan yang berlaku
Taat dan patuh memiliki arti selalu melaksanakan segala peraturan yang
ditetapkan. Ketaatan dan kepatuhan yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan
mewujudkan ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat. Peraturan
yang dibuat harus dilaksanakan secara bersama-sama sebab peraturan tersebut
merupakan hasil kesepakatan bersama. Ketaatan dan kepatuhan juga merupakan modal
yang utama bagi setiap orang untuk mewujudkan keadilan masyarakat secara
keseluruhan. Wujud ketaatan dalam kehidupan bermasyarakat:
12
Budi Hardiman, Op.Cit, hlm 66
21
a) Pengendalian tutur kata
b) Tidak melukai perasaan orang lain
c) Keluhuran nilai kemanusiaan
d) Pengakuan adanya kelebihan manusia dan makhluk yanglain
e) Perbuatan tidak merendahkan nilai kemanusiaan
Dengan demikian, nilai demokrasi secara individu hendaknya dimaknai
sebagai cermin perilaku hidup sehari-hari yang terwujud dalam cara bersikap dan
bertindak. Nilai yang dikemukakan diatas sesuai dengan apa yang menjadi nilai
demokrasi dan perilaku yang ditanamkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu
perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama
diatas kepentingan perorangan atau golongan sehingga perbedaan pemikiran,
pendapat, ataupun kepentingan dapat diatasi melalui musyawarah dan mufakat diliputi
oleh semangat kekeluargaan yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Keputusan-
keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan, demi
kepentingan bersama.
B. Pondok Pesantren
1. Definisi Pondok Pesantren
Pada dasarnya Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang
dilaksanakan dengan sistem asrama (Pondok) dengan kyai sebagai tokoh sentralnya
22
dan masjid sebagai pusat lembaganya. Sejak awal pertumbuhannya, Pesantren
memiliki bentuk yang beragam sehingga tidak ada suatu standarisasi yang berlaku
bagi semua pesantren. Namun demikian dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan Pesantren tampak adanya pola umum, yang diambil dari makna
peristilahan Pesantren itu sendiri yang menunjukkan adanya suatu pola tertentu.13
Perkataan Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran
an, berarti tempat tinggal para santri. A.H. Johns berpendapat bahwa kata santri
berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Sedangkan C.C. Berg
berpendapat bahwa kata tersebut berasal dari kata shastri yang diambil dari bahasa
India yang berarti orang yang mengetahui kitab suci agama Hindu atau seorang sarjana
ahli kitab suci agama Hindu. Chatuverdi dan Tiwari mengatakan bahwa kata santri
berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci (buku-buku agama) atau buku-
buku tentang ilmu pengetahuan.14
Adanya kaitan istilah santri yang dipergunakan setelah datangnya agama
Islam dengan istilah yang dipergunakan sebelum kedatangan Islam adalah suatu hal
yang wajar terjadi. Sebab seperti telah dimaklumi bahwa sebelum Islam masuk ke
Indonesia, masyarakat Indonesia telah menganut beraneka ragam agama dan
kepercayaan, termasuk di antaranya agama Hindu. Dengan demikian dapat saja terjadi
istilah santri itu telah dikenal di kalangan masyarakat Indonesia sebelum kedatangan
13
Imron Arifin, Kepemimpinan Kyai: Pondok Pesantren Tebuireng (Malang:
Kalimasahada Press, 1993), hlm. 3 14
Dhofier, Zamakhsyari Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai
(Jakarta: LP3ES, 1994), hlm. 18.
23
Islam. Bahkan sebagian ada juga yang menyamakan tempat pendidikan itu dengan
agama Budha dari segi bentuk asrama.15
M. Qamar mendefinisikan Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan agama
Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek)
di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau
madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari Leadership seorang atau
beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independent
dalam segala hal.16
Biasanya seorang tamatan pesantren tertentu dan ia berhasil menjadi tokoh di
daerah asalnya, akan berperan sebagai perantara aktif antara masyarakat yang
dipimpinnya dengan pesantren tempat dahulu ia belajar. Misalnya sambil
bersilaturrahmi kepada kyai yang telah mendewasakan ilmunya, seringkali bekas
santri tersebut membawa serta calon santri baru, bahkan dana atau sumbangan
material yang lain. Dengan hubungan yang seerat ini, lagi-lagi akan menjadi
pendukung yang tangguh bagi kelanjutan hidup pesantren tersebut
Sebagai lembaga pendidikan yang dikelola seutuhnya oleh kyai dan santri,
keberadaan Pesantren pada dasarnya berbeda di berbagai tempat dalam kegiatan
maupun bentuknya. Meski demikian, secara umum dapat dilihat adanya pola yang
sama pada Pesantren. Zamakhsyari Dhofier menyebutkan lima elemen dasar yang
15
Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah, dan Madrasah,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), hlm. 8 16
Mujamil Qamar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 2
24
harus ada dalam Pesantren, yaitu : pondok, masjid, santri, kyai, kitab pokok
pengajaran17
a) Pondok,
Pondok sebagai asrama santri merupakan syarat pokok suatu pesantren, oleh
karena itu sebutan untuk lembaga semacam ini terkenal dengan nama “pondok
pesantren’’. Ada beberapa alasan pokok pentingnya unsur pondok dalam suatu
pesantren:
pertama,banyaknya santri yang berasal dari daerah yang jauh untuk menuntut
ilmu kepada seorang kyai yang termashur. Kedua, adanya hubungan timbal balik
antara kyai dan santri. Ketiga,suasana belajar santri dan perilaku kehidupan santri
dapat diawasi dan dibimbing oleh kyai. Sehingga penanaman nilai-nilai pengamalan
terhadap ilmu-ilmu yang diperoleh dalam setiap proses belajar yang diikutinya. Santri
dapat dikondisikan dalam suasana belajar sepanjang hari dan malam, sehingga waktu-
waktu yang dipergunakan santri tidak ada yang terbuang secara percuma
b) masjid, sebagai sentral peribadatan dan pendidikan Islam
Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan
dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama
dalam praktik shalat, khutbah, dan shalat jum’at, dan juga pengajaran kitab-kitab
islam klasik. Dalam konteks pesantren, masjid dan kyai adalah dua hal yang memiliki
17
Dhofier, Zamakhsyari, Op.Cit., hlm. 68.
25
keterkaitan erat satu dengan yang lainnya. Masjid digunakan oleh kyai sebagai pusat
kegiatan.
Secara historis, masjid adalah lembaga pendidikan islam yang telah ada sejak
zaman Nabi Muhammad Saw. Di masa itu, masjid bukan saja sebagai pusat
pendidikan dan pengajaran, tetapi juga sebagai pusat kegiatan lainnya
c) santri, sebagai peserta didik
Santri juga sebagai unsur penting dalam pesantren, kyai tanpa santri ibarat raja
tanpa rakyat. Santri adalah orang yang sedang mengeyam pendidikan agama di
pesantren. Selama menimba ilmu di pesantren, ia juga akan ditanamkan nilai-nilai
yang akan membentuk karakter santri, nilai-nilai itu tercermin dalam panca jiwa yang
dimiliki semua santri yaitu: keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah
islamiyah dan kebebasan.
Dalam tradisi pesantren dapat ditemukan dua macam status santri, yaitu santri
mukim dan santri kalong. Yang dimaksud dengan santri mukim adalah murid-murid
yang berasal dari daerah yang jauh dan karena itu memiliki probabilitas yang tinggi
untuk menetap didalam kompleks pesantren. Biasanya santri mukim inilah yang akan
tinggal di pesantren dalam waktu yang lama. Adapun yang dimaksud dengan santri
kalong adalah mereka yang berasal dari sekeliling pesantren. Mereka ini memiliki
rumah yang letaknya tidak jauh dari pesantren.
Santri di pesantren mengemban amanah untuk belajar mendalami ajaran
agama (tafaqquh fiddin) guna memperoleh bekal ilmu yang mencukupi sebagai
modal untuk berjuang menyebarkan ajaran agama islam
26
d) kyai, sebagai pemimpin dan pengajar di Pesantren; dan
Kyai menduduki posisi strategis dan peran sentral dalam kehidupan suatu
pesantren. Posisi sentral mereka terkait dengan kedudukannya sebagai orang yang
terdidik, alim, dan memiliki kemampuan mengenai agama dan ekonomi yang
memadai di tengah pondok pesantren. Kyai tidak hanya mengajar dan mendidik
santri, lebih dari itu ia mengatur kehidupan ekonomi, rohani, mobilitas dan seluruh
lalu lintas kegiatan dalam pesantren.
Keberadaan pesantren tidak bisa dilepaskan dari kyai, ia yang memberi
landasan system, tempat dimana ia mengembangkan ajaran dan pengaruhnya melalui
pengajaran. Kyai hanya bertugas sebagai dewan penasehat pesantren atau juga
mengajar kepada santri dalam mata pelajaran tertentu dalam alokasi waktu yang
terbatas.
e) pengajaran kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning).
Secara sederhana kitab-kitab islam klasik yang berbahasa Arab dan ditulis
menggunakan aksara arab, dan dapat dipahami sebagai kitab kuning atau kitab
gundul. Kitab-kitab ini biasanya mempunyai format tersendiri yang di tulis diatas
kertas berwarna kekuning-kuningan. Akan tetapi, Azra menambahkan bahwa kitab
kuning tidak hanya menggunakan bahasa Arab, tetapi juga bahasa lokal (daerah),
seperti: melayu, jawa, dan bahasa lokal lainnya di Indonesia dengan menggunakan
aksara arab. Dengan demikian, selain ditulis oleh ulama di timur tengah, juga ditulis
oleh ulama Indonesia sendiri. Kitab kuning ini sering kali dijadikan pembeda antara
kaum tradisionalis dengan modernis.
27
Saat ini, meskipun pesantren kebanyakan meng-akomodasi sejumlah mata
pelajaran umum untuk diajarkan di pesantren, tetapi pengajaran kitab-kitab islam
klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu
mendidik calon-calon ulama yang setia kepada paham islam tradisional. Yang
dimaksud paham tradisional disini merujuk kepada kitab-kitab islam klasik karangan
ulama yang beraliran syafi’iyah. Dalam kaitan ini, kitab-kitab islam klasik yang
diajarkan di pesantren dapat di golongkan kedalam delapan kelompok, yaitu: nahwu
dan shorrof, fiqih, ushul fiqh, hadist, tafsir, tauhid, tasawwuf, serta cabang-cabang
lain seperti tarikh dan balaghah
Saat sekarang pengertian yang populer dari Pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan Islam di Indonesia yang bertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam
dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (tafaqquh fi al-din) dengan
menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Orientasi dan tujuan
didirikannya Pesantren adalah memberikan pendidikan dan pengajaran keagamaan.
Pengajaran-pengajaran yang diberikan di Pesantren itu mengenai ilmuilmu agama
dalam segala macam bidangnya, seperti tauhid, fiqh, ushul fiqh, tafsir, hadits, akhlak,
tasawuf, bahasa Arab, dan sebagainya. Diharapkan seorang santri yang keluar dari
Pesantren telah memahami beraneka ragam mata pelajaran agama dengan
kemampuan merujuk kepada kitab-kitab Islam klasik.18
18
Haidar Putra Daulay, Op.Cit., hlm. 9
28
Jadi, yang dimaksud dengan Pondok Pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan Islam dengan menetap dalam asrama (Pondok) dengan seorang kyai, tuan
guru sebagai tokoh utama dan masjid sebagai pusat lembaga dan menampung peserta
didik (santri), yang belajar untuk memperdalami suatu ilmu agama Islam.
Selanjutnya beberapa karakteristik Pesantren secara umum dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a) Pesantren tidak menggunakan batasan umur bagi santri-santri;
b) Pesantren tidak menerapkan batas waktu pendidikan, karena sistem
pendidikan di Pesantren bersifat pendidikan seumur hidup (life-long
education);
c) santri di Pesantren tidak diklasifikasikan dalam jenjang-jenjang menurut
kelompok usia, sehingga siapa pun di antara masyarakat yang ingin belajar
dapat menjadi santri;
d) santri boleh bermukim di Pesantren sampai kapan pun atau bahkan
bermukim di situ selamanya; dan
e) Pesantren pun tidak memiliki peraturan administrasi yang tetap. Kyai
mempunyai wewenang penuh untuk menentukan kebijaksanaan dalam
Pesantren, baik mengenai tata tertib maupun sistem pendidikannya, termasuk
menentukan materi/silabus pendidikan dan metode pengajarannya.19
Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa Pondok Pesantren memiliki
program pendidikan yang disusun sendiri (mandiri) di mana program ini mengandung
proses pendidikan formal, maupun non formal yang berlangsung sepanjang hari dalam
satu pengkondisian di asrama. Sehingga dari sini dapat dipahami bahwa Pondok
Pesantren secara institusi atau kelembagaan dikembangkan untuk mengefektifkan
dampaknya, Pondok Pesantren bukan saja sebagai tempat belajar melainkan
19
Imron Arifin, op.cit., hlm. 4
29
merupakan proses hidup itu sendiri, pembentukan watak dan pengembangan sumber
daya.20
2. Klasifikasi Pondok Pesantren Berdasarkan perkembangannya,
Pesantren dapat diklasifikasikan kepada empat jenis, yaitu:21
Pertama;
Pesantren Salafi (tradisional), yaitu Pesantren yang hanya memberikan materi agama
kepada para santrinya. Tujuan pokok dari Pesantren ini adalah mencetak kader-kader
dai yang akan menyebarkan islam di tengah masyarakatnya. Hal ini sesuai dengan
latar belakang kemunculan Pesantren dalam masyarakat. Sebagaimana dijelaskan
dalam QS. At-Taubah ayat 122 sebagai berikut:
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah :122)
20
Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 83 21
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan islam (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi
Aksara), 1995, hlm. 243
30
Pada Pesantren ini, seorang santri hanya dididik dengan ilmu-ilmu agama dan
tidak diperkenankan mengikuti pendidikan formal. Kalaupun ilmu-ilmu itu
diberikan, maka hal itu hanya sebatas pada ilmu yang berhubungan dengan
keterampilan hidup.
Kedua; Pesantren Ribathi, yaitu Pesantren yang mengkombinasikan pemberian
materi agama dengan materi umum. Biasanya, selain tempat pengajian, pada pesntren
ini juga disediakan pendidikan formal yang dapat ditempuh oleh para santrinya.
Tujuan pokok dari Pesantren ini, selain untuk mempersiapkan kader dai, juga
memberikan peluang kepada para santrinya untuk mengikuti pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Dengan demikian, kelak mereka diharapkan dapat mengisi posisi-
posisi strategis, baik didalam pemerintahan ataupun di tengah masyarakat.
Ketiga; Pesantren Khalafi (modern), yaitu Pesantren yang didesain dengan
kurikulum yang disusun secara baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Disebut
khalafi, karena adanya berbagai perubahan yang dilakukan baik pada metode maupun
materi pembelajaran. Para santri tidak hanya diberikan materi agama dan umum, tetapi
juga berbagai materi yang berkaitan dengan skill atau vocational (keterampilan).
Keempat; Pesantren Jami‟ i (asrama pelajar dan mahasiswa), yaitu Pesantren
yang memberikan pengajian kepada pelajar atau mahasiswa sebagai suplemen bagi
mereka. Dalam perspektif Pesantren ini, keberhasilan santri dalam belajar di sekolah
31
formal lebih diutamakan. Oleh karena itu, materi dan waktu pembelajaran di
Pesantren disesuaikan dengan luang waktu pembelajaran disekolah formal.
Keempat jenis Pesantren tersebut, sudah barang tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Proses pembelajaran Pesantren salafi lebih menonjol
dalam penguasaan ilmu-ilmu tanzil tetapi lemah dalam penguasaan ilmu-ilmu kauni;
Pesantren ribathi membuka peluang kepada para santrinya untuk menjadi dai dan
penguasaan ilmu kauni dengan mengikuti sekolah formal tetapi frekuensi waktu untuk
penguasaan ilmu-ilmu tanzili menjadi berkurang; Pesantren khalafi lebih menekankan
pembaharuan bagi para santrinya dan berorientasi pada peningkatan skill sehingga
frekuensi waktu untuk penguasaan ilmu-ilmu tanzili menjadi lebih berkurang;
sedangkan proses pembelajaran Pesantren pelajar/mahasiswa sangat tergantung
dengan keluangan dan batas waktu mereka dalam mengikuti pendidikan formal.
Dengan demikian, setiap jenis Pesantren tersebut di atas pada akhirnya akan
menimbulkan kesenjangan dalam penguasaan ilmu, baik ilmu yang bersumber kepada
teks-teks tanziliyyah maupun ilmu yang bersumber kepada teks-teks kauniyyah.
Kesenjangan tersebut dapat dipahami, karena timbul dari orientasi tujuan Pesantren
yang berbeda serta frekuensi waktu yang dialokasikan dalam proses pembelajaran.
3. Peran dan fungsi Pondok Pesantren
32
Pondok Pesantren memiliki fungsi sebagai lembaga pendidikan dan dakwah
serta lembaga kemasyarakatan yang telah memberikan warna pada daerah pedesaan. Ia
tumbuh dan berkembang bersama warga masyarakatnya sejak berabad-abad. Oleh
karena itu, tidak hanya secara kultural bisa diterima, tapi bahkan telah ikut serta
membentuk dan memberikan gerak serta nilai kehidupan pada masyarakat yang
senantiasa tumbuh dan berkembang, figur kyai dan santri serta perangkat fisik yang
memadai sebuah Pesantren senantiasa dikelilingi oleh sebuah kultur yang bersifat
keagamaan. Kultur tersebut mengatur hubungan antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Latar belakang Pesantren yang paling penting diperhatikan
adalah peranannya sebagai transformasi kultural yang menyeluruh dalam kehidupan
masyarakat yang agamis. Jadi, Pesantren sabagai jawaban terhadap panggilan
keagamaan, untuk menegakkan ajaran dan nilai-nilai agama melalui pendidikan
keagamaan dan pengayoman serta dukungan kepada kelompok-kelompok yang
bersedia menjalankan perintah agama dan mengatur hubungan mereka secara pelan-
pelan. Pesantren berupaya merubah dan mengembangkan tatanan, cara hidup yang
mampu menampilkan sebuah pola kehidupan yang menarik untuk diikuti, meskipun
hal itu sulit untuk diterapkan secara praktis ke dalam masyarakat yang heterogen. Cara
memandang kehidupan sebagai peribadatan, baik meliputi kultur keagamaan murni
maupun kegairahan untuk melakukan pengabdian pada masyarakat. Kecintaan
mendalam dan penghormatan terhadap peribadatan dan pengabdian untuk masyarakat
itu diletakkan. Kesanggupan untuk memberikan pengorbanan apapu bagi kepentingan
masyarakat pendukungnya. Dari penjabaran di atas, fungsi Pesantren jelas tidak hanya
33
sebagai lembaga pendidikan saja, melainkan juga berfungsi sebagai lembaga sosial
dan penyiaran agama.22
Secara rinci fungsi Pesantren dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Sebagai Lembaga Pendidikan
Sebagai lembaga pendidikan Pesantren ikut bertanggung jawab terhadap
proses pencerdasan kehidupan bangsa secara integral. Sedangkan secara khusus
Pesantren bertanggung jawab terhadap kelangsungan tardisi keagamaan dalam
kehidupan masyarakat. Dalam kaitannya dengan dua hal tersebut Pesantren memilih
model tersendiri yang dirasa mendukung secara penuh tujuan dan hakekat pendidikan
manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia mukmin sejati yang memiliki kualitas
moral dan intelektual secara seimbang. Untuk mewujudkan hal tersebut Pesantren
menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah, sekolah umum, dan perguruan
tinggi), dan pendidikan formal yang secara khusus mengajarkan agama yang sangat
kuat dipengaruhi oleh pikiran ulama‟ fiqih, hadits, tafsir, tauhid, dan tasawuf,
bahasa Aran (nahwu, sharaf, balaqhod dan tajwid), mantik dan akhlaq. Sebagai
lembaga pendidikan, Pesantren ikut bertanggung jawab terhadap proses pencerdasan
bangsa secara keseluruhan, sedangkan secara khusus Pesantren bertanggung jawab
atas tradisi keagamaan (Islam) dalam arti yang seluas-luasnya. Dari titik pandang ini,
Pesantren memilih model tersendiri yang dirasa mendukung secara penuh tujuan dan
22
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: Indonesia-Netherlands
Cooperation in Islamic Studies, 1994), hlm. 59
34
hakekat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia mukmin sejati
yang memiliki kualitas moral dan intelektual.
(b) Sebagai Lembaga Sosial
Sebagai lembaga sosial, Pesantren menampung anak dari segala lapisan
masyarakat muslim tanpa membedak-bedakan tingkat sosial ekonomi orang tuanya.
Biaya hidup di Pesantren relatif lebih murah daripada di luar Pesantren, sebab
biasanya para santri mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dengan jalan patungan
atau masak bersama, bahkan ada diantara mereka yang gratis, terutama bagi anak-anak
yang kurang mampu atau yatim piatu. Beberapa di antara calon santri sengaja datang
ke Pesantren untuk mengabdikan dirinya pada kyai dan Pesantren, juga banyak dari
para orang tua mengirimkan anaknya ke Pesantren untuk diasuh, sebab mereka
percaya tidak mungkin kyai akan menyesatkannya, bahkan sebaliknya dengan berkah
kyai anak akan menjadi orang baik nantinya. Di samping itu juga banyak anak-anak
nakal yang memiliki perilaku menyimpang dikirimkan ke Pesantren oleh orang tuanya
dengan harapan anak tersebut akan sembuh dari kenakalannya. Sebagai lembaga
sosial, Pesantren ditandai dengan adanya kesibukan akan kedatangan para tamu dari
masyarakat, kedatangan mereka adalah untuk bersilaturohim, berkonsultasi, minta
nasihat, “doa” berobat, dan minta semacam jimat untuk menangkal gangguan. Mereka
datang dengan membawa berbagai macam masalah kahidupan seperti menjodohkan
anak, kelahiran, sekolah, mencari kerja, mengurus rumah tangga, kematian, warisan,
karir, jabatan, maupun masalah yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat dan
35
pelayanan kepentingan umum. Dari fungsi sosial itu pesantren nampak sebagai sumber
solusi, dan acuan dinamis masyarakat.juga sebagai lembaga inspirato (penggerak) bagi
kemajuan pembangunan masyarakat.
(c) Sebagai Lembaga Penyiaran Agama (Lembaga Dakwah)
Sebagaimana kita ketahui bahwa semenjak berdirinya Pesantren adalah
merupakan pusat penyebaran agama Islam baik dalam masalah aqidah atau sari‟ ah di
Indonesia. Fungsi Pesantren sebagai penyiaran agama (lembaga dakwah) terlihat dari
elemen pokok Pesantren itu sendiri yakni masjid Pesantren, yang dalam
operasionalnya juga berfungsi sebagai masjid umum, yaitu sebagai tempat belajar
agama dan ibadah masyarakat umum. Masjid Pesantren sering dipakai untuk
menyelenggarakan majlis ta‟ lim (pengajian) diskusi-diskusi keagamaan dan
sebagainya oleh masyarakat umum. Dalam hal ini masyarakat sekaligus menjadi
jamaah untuk menimba ilmu-ilmu agama dalam setiap kegiatannya mengikuti kegiatan
yang diselenggarakan masjid Pesantren, ini membuktikan bahwa keberadaan
Pesantren secara tidak langsung membwa perubuatan positif terhadap masyarakat,
sebab dari kegiatan yang, diselenggarakan Pesantren baik itu shalat jamaah, pengajian
dan sebagainya, menjadikan masyarakat dapat mengenal secara lebih dekat ajaran-
ajaran agama Islam untuk selanjutnya mereka pegang dan amalkan dalam kehidupan
sehari-hari.23
4. Peran kyai dalam pondok pesantren
23
Mastuhu, op.cit., hlm. 61
36
Menurut KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dikutip oleh Zulfi
Mubaraq bahwa istilah kyai / kiai / kiyai adalah dunia yang penuh dengan kerumitan,
apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda.Karenanya sangat sulit untuk
melakukan generalisasi atas kelompok ulama tradisional yang ada di masyarakat
bangsa kita ini.24
Menurut asal-usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai
untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda, yaitu :
a. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat,
misalnya “Kiai Garuda Kencana”, dipakai untuk kereta emas yang ada di
Keraton Yogyakarta.
b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang
memiliki atau menjadi pimpinan pondok pesantren dan mengajar kitab-kitab
Islam kepada para santrinya. Selain itu gelar kyai juga sering digunakan untuk
menyebut seseorang alim (orang yang dalam pengetahuan agama Islamnya).25
Gelar kyai, kiai atau kiyai semakin membudaya di Indonesia yang sangat
diidentikkan dengan agama Islam. Di tengah perkembangan masyarakat Indonesia,
pada umumnya dijumpai beberapa gelar atau sebutan yang diperuntukkan bagi ulama,
misalnya: di daerah Jawa Barat (Sunda) orang menyebutnya “Ajengan”, di wilayah
Sumatera Barat disebut “Buya”, di daerah Aceh dikenal dengan panggilan “Tengku”,
di Sulawesi Selatan dipanggil dengan nama “Tofanrita”, di daerah Madura disebut
24
Mubaraq , Zulfi, Konspirasi Politik Elit Tradisional di Era Reformasi, (Yogyakarta: Aditya
Media, 2006), hlm. 35. 25
Ibid, hlm 36
37
dengan “Nun” atau “Bindereh” yang disingkat “Ra”, dan di Lombok atau seputar
wilayah Nusa Tenggara orang memanggilnya dengan “Tuan Guru”.26
Keberadaan seorang kyai dalam sebuah pesantren adalah laksana jantung bagi
kehidupan manusia. Begitu urgen dan esensialnya kedudukan kyai, karena dialah
perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan terkadang juga pemilik tunggal
sebuah pesantren. Itulah sebabnya, banyak pesantren yang kemudian merosot
pamornya atau bahkan bubar, lantaran ditinggal wafat kyainya, sementara dia tidak
memiliki keturunan yang dapat meneruskan pondok pesantrennya atau jika pun ada
yang menggantikan namun tidak sepopuler kyai yang terdahulu.27
Kyai seringkali mempunyai kekuasaan yang mutlak atau absolut dalam sebuah
pesantren. Berjalan atau tidaknya kegiatan apapun disitu, tergantung pada izin dan restu
kyai. Untuk menjalankan kepemimpinannya, unsur kewibawaan memegang peranan
penting. Kyai adalah seorang tokoh berwibawa baik dihadapan para ustadz yang menjadi
pelaksana kebijakannya, dihadapan santri apalagi, bahkan juga sering dihadapan istri dan
anak-anaknya. Ketaatan mereka yang penuh dan tulus kepada kyai, sering bukan karena
paksaan, tetapi didasari oleh motivasi kesopanan, mengharapkan barokah, dan tentu saja
demi memenuhi ajaran Islam yang menyuruh hormat kepada guru dan orang tua pada
umumnya.
Seorang kyai biasanya dipandang sebagai sesepuh, figur yang dituakan.
Karenanya selain ia berperan sebagai pemberi nasehat dalam berbagai aspek dan
26
Dirdjosanjoto, Pradjarta, Memelihara Umat, Kyai Pesantren-Kyai Langgar Di Jawa,
(Yogyakarta: LKiS Yogya 1999), hlm. 29. 27
Imam Bawani, Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1990),
hlm. 90.
38
persoalan kehidupan, juga ada kalanya dikenal memiliki keahlian dalam hal pengobatan.
Kadangkala juga dikenal sebagai tokoh kunci yang kata-kata dan keputusannya dipegang
teguh kalangan tertentu, lebih dari kepatuhan mereka terhadap pemimpin formal
sekalipun.
Ciri khas lain, bisa dilihat dari kedudukan kyai sebagai pemimpin tunggal dan
pemegang otoritas tertinggi di lingkungan pesantren tradisional pada umumnya.
Kecenderungan semacam ini, orang menghubungkannya dengan tradisi raja-raja pada
masa lalu, yang ditangannyalah puncak kekuasaan, sekaligus pemilik kata akhir bagi
setiap kebijakan. Di lingkungan pesantren modern, yang telah mengembangkan
sistem kepemimpinan kolektif dengan perangkat organisasi dan manajemen mutakhir,
jelas tidak lagi ditemukan gambaran semacam itu.
Jika dicermati lebih lanjut, terlihat bahwa pengaruh utama kyai terhadap
kehidupan masyarakat terletak pada hubungan perorangan dengan menembus segala
hambatan sebagai akibat perbedaan strata di tengah-tengah masyarakat. Bagi anggota
masyarakat luar, pola kehidupan kyai dan pondok pesantrennya merupakan gambaran
ideal dan tidak mungkin dapat direalisasi dalam kehidupan masyarakat tersebut.28
Karena demikian besar kekuasaan dan pengaruh seorang kyai atas para santrinya,
maka santri akan merasa senantiasa ada keterkaitan yang mendalam terhadap kyai
dalam gerak langkahnya, yang secara berangsur akan menjadi sumber inspirasi dalam
kehidupan pribadinya. Secara umum kyai memiliki wewenang penuh di dalam
28
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami, Kyai & Pesantren, (Yogyakarta: ELSAQ Press, cet.
I, 2007), hlm. 199
39
membawa perjalanan pesantren untuk diarahkan kepada suatu tujuan yang telah
digariskan. Oleh sebab itu proses penyelenggaraan pondok pesantren pun sangat
tergantung kepada kyai untuk mengaturnya. Walaupun demikian, biasanya
operasional pondok pesantren tetap dilakukan oleh para guru atau para
pembantunya.29
C. Pemilihan umum
1. Pengertian pemilihan umum
Pemilu adalah salah satu ciri yang harus ada pada Negara demokrasi.30
Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam
kehidupan bernegara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya yang pada
gilirannya akan mengendalikan roda pemerintahan.Hasil pemilihan umum yang
diselengarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan
kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan cukup akurat mencerminkan
aspirasi dan partisipasi masyarakat.31
Menurut Harris G.Warren, yang dikutip oleh Ramlan Surbakti, pemilu adalah
kesempatan bagi para warga negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah dan
memutuskan apakah yang mereka inginkan untuk dikerjakan oleh pemerintah. Dan
dalam membuat keputusannya itu para warga negara menentukan apakah sebenarnya
yang mereka inginkan untuk dimiliki.32
29
Mubaraq Zulfi, Op.Cit, hlm. 46 30
Hasbi Umar, “Paradigma Baru Demokrasi di Indonesia: Pendekatan terhadap Pemilu
DPR/DPRD, Jurnal Innovatio Vol.VII, No.14 Edisi Juli-September 2008, hlm. 315 31
Miriam Budirjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008),
hlm. 461. 32
Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik. (Jakarta : PT.Grasindo, 1992), hlm. 15
40
Sedangkan menurut A.Sudiharto, pemilu adalah sarana demokrasi yang
penting dan merupakan perwujudan yang nyata untuk keikut sertaan rakyat dalam
kehidupan kenegaraan.33
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemilu
merupakan suatu cara menentukan wakil-wakil yang akan menjalankan roda
pemerintahan dimana pelaksanaan pemilu harus disertai dengan kebebasan dalam arti
tidak mendapat pengaruh maupun tekanan dari pihak manapun juga. Semakin tinggi
tingkat kebebasan dalam pelaksanaan pemilu maka semakin baik pula
penyelenggaraan pemilu. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah tingkat
kebebasan maka semakin buruk pula penyelenggaraan pemilu. Hal ini menimbulkan
anggapan yang menyatakan bahwa semakin banyak rakyat yang ikut pemilu maka
dapat dikatakan pula semakin tinggi kadar demokrasi yang terdapat dalam
menyelenggarakan pemilu.
2. Tujuan pemilihan umum
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, yang antara lain memberikan
amanat untuk penyelenggaraan pemilu yang didasarkan pada prinsip bahwa pemilu
merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka keikutsertaan
rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Pemilu bukan hanya bertujuan
untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dalam lembaga
33
Ibid
41
Permusyawaratan/perwakilan, melainkan juga merupakan suatu sarana untuk
mewujudkan penyusunan tata kehidupan negara yang dijiwai semangat Pancasila dan
UUD NRI 1945.
Pemilu di Indonesia menggunakan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil
a. Langsung artinya sebagai pemilih mempunyai hak memberikan suaranya
secara langsung dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara;
b. Umum artinya pemilu berlaku bagi semua warga negara;
c. Bebas artinya setiap hak pilih bebas menentukan siapapun yang akan dipilih
untuk mengemban aspirasinya tanpa ada paksaan, dan tekanan dari siapapun;
d. Rahasia artinya pemilih dijamin kerahasiaan pilihannya;
e. Jujur artinyasemua pihak yang terkait dengan pemilu harus bersikap dan
bertindak jujur sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;
f. Adil artinya dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilih dan peserta pemilu
mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.34
Secara umum tujuan pemilihan umum adalah:
a. Melaksanakan kedaulatan rakyat;
b. Sebagai perwujudan hak asas politik rakyat;
c. Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif serta
memilih Presiden dan wakil Presiden;
d. Melaksanakan pergantian personel pemerintahan secara aman, damai, dan
tertib;
e. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.35
Menurut Ramlan Surbakti, kegiatan pemilihan umum dalam Negara demokrasi
berkedudukan sebagai:
a. Mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin dan alternative kebijakan umum
34
Di akses melalui http://www.kpu.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39
(7 Januari 2018) 35
Ibid
42
b. Mekanisme untuk memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat ke
lembaga-lembaga perwakilan melalui wakil rakyat yang terpilih, sehingga
integrasi masyarakat tetap terjaga;
c. Sarana untuk memobilisasikan dukungan rakyat terhadap Negara dan
pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik;36
3. Kampanye dalam pemilihan umum
Menurut Rise and Paisley seperti dikutip oleh Antar Venus dalam buku
Manajemen Kampanye, kampanye adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi
opini individu dan publik, kepercayaan, tingkah laku, minat serta keinginan audiensi
dengan daya tarik komunikator yang sekaligus komunikatif.37
Sedangkan Dan
Nimmo mengartikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang
terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak
yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.38
Sedangkan menurut Budi Setiyono, Kampanye adalah sebuah tindakan doktet
bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh
peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian
suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga
dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian.39
36
Ramlan Surbakti, Op.Cit, hlm.21. 37
Antar Venus. Manajemen Kampanye.( Jakarta : PT Gramedia Utama, 2004), hlm.8 38
Ibid 39
Budi Setiyono dan RTS Masli, Iklan dan Politik: Menjaring Suara Dalam Pemilihan
Umum, (Jakarta : AdGoal Com, 2008), hlm. 56
43
Secara ringkas, kampanye khususnya yang dilakukan dengan tujuan
memenangkan pemilihan umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pasangan
calon dan atau tim kampanye/pelaksana kampanye/petugas kampanye untuk
meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan sebesar-besarnya,
dengan menawarkan visi, misi,dan program pasangan calon secara lisan atau tertulis
kepada masyarakat yang dilakukan dalam waktu yang telah ditetukan oleh komisi
pemilihan umum.
Kampanye berusaha untuk mendorong para pemberi suara menuju ke tempat
pemilihan untuk memberikan suara kepada sang calon. Kampanye dilakukan dalam
pemilihan umum agar suara yang diperoleh merupak suara seluruh masyarakat. Untuk
meraih sebanyak mungkin pemilih, kandidat perlu melakukan smart campaign atau
setidaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Model kampanye terbaik adalah sepanjang usia. Asumsinya adalah menjadi
orang baik, sehingga orang tersebut akan dipercaya ketika membutuhkan
dukungan.
2. Kampanye terbaik adalah mengemukakan citra sosial dan figur diri di depan
publik. Dengan demikian publik akan mengerti karakter orang tersebut dan
jika perlu sampai sedetil-detilnya (emotional feelings candidate image)
3. Praktik kampanye terbaik adalah jika melalui inducement atau bujukan yang
dapat ditempuh dengan menyampaikan gagasan dari orang ke orang atau dari
rumah ke rumah. Cara ini harus diimbangi dengan penguatan strategi serta
rasionalisasi.40
40
Ibid
44
BAB III
PROFIL PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA 06 DAN
PENERAPAN DEMOKRASI
A. Pondok Pesantren Miftahul Huda
1. Profil pondok pesantren
Pondok pesantren miftahul huda merupakan salah satu pondok pesantren
salafi yang ada di Indonesia. Sebagaimana pondok pesantren salafi yang lainnya,
pondok pesantren miftahul huda juga menjadikan kitab kuning atau kitab kuno
sebagai objek kajiannya.
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 yang beralamat di jl. Rahmat Syatori,
no. 92 desa Sukapura, kecamatan Sumberjaya kabupaten Lampung Barat dipimpin
oleh seorang kiyai yang bernama ky. Babussalam Asysya‟roni. Pondok pesantren
ini merupakan cabang dari pondok pesantren Miftahul Huda yang berada di desa
Manonjaya, kecamatan Tasikmalaya, Jawa Barat.
2. Sejarah singkat pondok pesantren
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 didirikan pada tanggal 1 muharam
1420 H yang bertepatan dengan tahun 1999 Masehi. Pada saat didirikan oleh Ky.
Babussalam Asysya‟roni, pondok pesantren ini hanya memiliki 50 orang santri
lokal yang berasal dari sekitar daerah Sukapura, daerah tempat pondok pesantren
Miftahul Huda 06 didirikan. Pendirian pondok pesantren ini difasilitasi dengan 12
“kobong” atau kamar yang menjadi tempat tinggal santri. 12 kobong tersebut ada
dalam dua gedung, dimana satu gedung merupakan tempat tinggal santri putra dan
gedung yang satu lagi merupakan kobong putri. 2 gedung tersebut diberi nama
45
asrama As-salam yang berisi 6 kobong (kamar) santri putri, dan asrama Ashabul
Kahfi yang berisi 6 kobong (kamar) santri putra.
Kemudian seiring bertambahnya santri yang mengaji di pondok pesantren
Miftahul Huda 06, pada tahun 2013 dilakukan penambahan kobong. Penambahan
tersebut menjadikan asrama As-salam memiliki 15 kobong, dan asrama Ashabul
Kahfi memiliki 10 kobong. Selain penambahan kobong, pada tahun tersebut juga
dilakukan penambahan asrama, yang menjadikan pondok pesantren miftahul huda
memiliki 4 asrama yaitu asrama As-salam dengan 15 kobong, asrama ashabul
kahfi dengan 10 kobong, asrama Alawiyatul Huda dengan 15 kobong dan asrama
Salman Alfarizi dengan dengan 12 kobong.1
Saat ini apondok pesantren Miftahul Huda 06 memiliki 397 santri yang
terdiri dari 253 santri perempuan144 santri laki-laki.2
3. Struktur kelembagaan pondok pesantren Miftahul Huda 06
Pimpinan pondok pesantren :Ky. Babussalam Asysya‟roni
Rois :M. zaini Dahlan
Sekretaris : Arif Rahman
Bendahara : Syarif Abdurrohman.
Koordinator pendidikan : M. Alki Hasan
Kordinator keamanan : A. rifai
Kordinator asrama As-Salam : Lili Aliyah
Kordinator asrama alawiyatul huda :Suciyati
Kordinator asrama Salman Al-Farizi : Sujana
1 Dokumen pondok pesantren Miftahul Huda 06, dicatat pada 4 februari 2018
2 Dokumen pondok pesantren Miftahul Huda 06, dicatat pada 4 februari 2018
46
Kordinator asrama Salman Ashabul Kahfi : Al Muqtadir3
4. Visi dan misi pondok pesantren miftahul huda 06
Visi :
menciptakan generasi yang bersikaf ta‟muruunabilma‟ruuf wa tanhauna
„anilmunkar.
Misi :
a. Mencetak 'Ulama'ul 'Amilin (Ulama yang mengamalkan Ilmu)
Ini merupakan tujuan puncak dan menjadi target dan harapan seluruh
pemangku Pesantren Miftahul Huda 06. Namun pondok pesantren menyadari
bahwa misi ini tidak mungkin terkabul oleh seluruh para santrinya, oleh
karenanya bila tujuan ini tidak kesampaian maka diharapkan misi yang kedua
dapat terkabulkan.
b. Mencetak Imamal Muttaqin (Sponsor manusia untuk bertaqwa)
Bahwa siapapun dapat menjadi sponsor yang aktif mendukung dalam
menciptakan manusia-manusia yang muttaqin, maka pondok pesantren miftahul
huda 06 mengharapka santrinya dapat menjadi pendorong masyarakat untuk
bertaqwa kepada Allah, karena tidak semua orang punya kemampuan memimpin
dan mengajak orang lain untuk bertaqwa, maka paling tidak lulusan Pesantren
Miftahul Huda dapat menghasilkan misi berikutnya.
3 Ibid
47
c. Mencetak pribadi yang Muttaqin.
Diharapkan lulusan Pesantren Miftahul Huda atau bahkan yang tidak lulus
pun dapat memiliki bekal ketaqwaan dalam pribadinya4
5. Fasilitas pondok pesantren
Fasilitas yang dimiliki oleh pondok pesantren Miftahul Huda 06 untuk
menunjang kegiatan belajar dan mengajar di pondok pesantren tersebut adalah
sebuah masjid yang bernama masjid Jami‟ Al-Khairiyah. Masjid ini berada
ditengah-tengah pondok pesantren Miftahul Huda 06. Masjid jami‟ Al-Khairiyah
selain digunakan sebagai tempat beribadah santri dan warga masyarakat disekitar
pondok pesantren, masjid Jami‟ Al-Khairiyah juga digunakan sebagai tempat
mengaji dan setoran hafalan oleh santri. Masjid Jami‟ Al-Khairiyah dilengkapi
dengan perangkat pendingin ruangan berupa kipas angin dan tempat wudhu serta
wc yang digunakan untuk bersuci sebelum memasuki Masjid.
Mobil pick up
Selain masjid, fasilitas yang dimiliki oleh pondok pesantren Miftahul Huda
06 adalah 1 unit mobil pick-up. Mobil ini digunakan sebagai sarana transportasi
untuk mengangkut bahan makanan yang akan dimasak dan dikonsumsi oleh
santriwan dan santriwati Miftahul Huda 06. Selain untuk kepentingan pokok
tersebut, mobil ini juga disewakan kepada masyarakat yang membutuhkan jasa
angkutan, dimana hasil sewa ini dimasukkan sebagai tambahan kas pondok
pesantren yang kelak akan digunakan sebagai dana operasional pondok pesantren.
4 Dokumen pondok pesantren Miftahul Huda 06.
48
Depot air minum isi ulang
Depot air minum juga menjadi salah satu fasilitas dan media penambah uang
kas pondok pesantren. Depot air minum ini digunakan sebagai sumber air minum
bagi para santri secara gratis, namun jika masyarakat sekitar yang menggunakan
akan dikenakan biaya sebesar 3000 rupiah setiap satu galon airnya. Menurut
pimpinan pondok pesantren Miftahul Huda, depot air minum ini didirikan dengan
dana kas pesantren. Depot air minum dijadikan sebagai pilihan pemanfaatan dana
pesantren karena memiliki peluang berkembang yang cukup bagus. Dimana
daerah Sukapura yang enjadi tempat berdirinya pondok pesantren Miftahul Huda
06 masih sangat jarang orang yang memiliki usaha depot air minum. Pada saat
didirikan depot air minum dipondok pesantren Miftahul Huda hingga saat penulis
melakukan penelitian, hanya terdapat 2 depot air minum. Sedangkan kebutuhan
air minum merupakan ebutuhan yang tidak pernah terhenti, sehingga pemanfaatan
dana kas pesantren kepada usaha depot air minum merupakan pemanfaatan usaha
yang cukup menjanjikan bagi pondok pesantren, selain bernilai ekonomi, depot air
minm juga dapat menunjang kebutuhan air minum bagi para santri di ponok
pesantren Miftahul Huda 06.
Koperasi santri
Para santri dan ustadz yang ada dipondok pesantren Miftahul Huda 06
adalah manusia biasa yang asih memerlukan kebutuhan ekonomi untuk kehidupan
mereka sehari-hari. Sebagai solusi perekonomian sehari-hari santri dan ustadz,
pondok pesantren Miftahul Huda 06 mendirikan sebuah koperasi yang anggotanya
khusus santri dan ustadz di pondok pesantren Miftahul Huda saja. Para santri yang
49
ikut tergabung dalam koperasi ini dapat menyimpan dan meminjam uang untuk
kebutuhan mereka sehari-hari.
Menurut ustadz hadi, salah seorang santri senior yang juga diperbantukan
untuk mengajar fiqih dipondok pesantren Miftahul Huda 06, keberadaan koperasi
ini sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan yang terkadang mendadak,
kebutuhan untuk pengobatan misalnya. Beliau mengemukakan bahwa:
”koperasi yang ada dipondok pesantren Miftahul Huda ini sangat membantu
sekali, terlebih pada saat-saat kita memiliki keperluan mendadak, seperti misalkan
saya sekitar bulan agustus 2017 mengalami kecelakaan, kaki kanan saya patah
waktu itu, maka saya mengajukan pinjaman ke koperasi untuk biaya pengobatan
dan juga biaya hidup selama saya belum bisa bekerja normal kembali.”5
Begitu ungkap ustadz hadi yang selain santri dan ustadz, beliau juga biasa
berprofesi sebagai tukang bangunan dan pekerja harian lepas.
Perpustakaan
Sebagaimana pondok pesantren salafi pada umumnya, pondok pesantren
Miftahul Huda 06 juga melarang para santri untuk membawa alat komunikasi
seperti handphone, baik handphone biasa ataupun ponsel pintar yang dikenal
dengan sebutan android. Hal ini dilakukan bukan dimaksudkan untuk melarang
santri mengenal teknologi ataupun keadaan terkini dunia. Tetapi larangan
membawa handphone dilakukan agar para santri lebih sering mengisi kegiatan
mereka dengan membaca kitab-kitab para ulama terdahulu dan al-qur‟an daripada
hanya menyibukkan diri dengan menggunakan ponsel. Sebagai sarana mendukung
kebiasaan membaca para santri, pondok pesantren Miftahul Huda 06 menyediakan
perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku dan kitab dari para ulama
5 Ustd Hadi, pengajar di pondok pesantren Miftahul Huda 06, wawancara tgl 4 februari
2018
50
terdahulu. Kitab yang ada di perpustakaan ini tidak hanya sebatas kitab-kitab
terjemahan, ada juga beberapa kitab berbahasa arab seperti Fathul Bari yang
ditulis oleh Al-hafidz Ibnu hajar Al-Asqalani. Perpustakaan ini dijaga oleh
seorang petugas perpustakaan bernama rizki hamid. Para santri dan ustadz dapat
meminjam dan membaca buku ataupun kitab diperpustakaan ini dengan
menggunakan kartu perpustakaan yang telah dibuat pada saat para santri
mendaftar dan diterima di pondok pesantren Miftahul Huda 06.
Klinik kesehatan
Kesehatan adalah satu aspek kehidupan yang sangat penting, bahkan ada
pepatah mengatakan bahwa uang tidak akan ada artinya jika pemiliknya mengidap
penyakit. Hal ini terjadi karena setiap orang akan rela mengeluarkan kekayaan
yang dimiliki hanya untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Yang menarik
adalah tidak ada seorangpun didunia yang sepanjang hidupnya tidak mengalami
sakit. Hal ini menjadikan fasilitas kesehatan sebagai sarana yang sangat penting
dalam sebuah kelompok masyarakat.
Pondok pesantren Miftahul Huda sebagai sebuah tempat yang didiami oleh
sekelompok santri dan ustadz, sangat menyadari akan pentingnya fasilitas
kesehatan tersebut. Karena itu, pada tahun 2010 pondok pesantren Miftahul Huda
06 membangun sebuah gedung yang difungsikan sebagai klinik kesehatan. Klinik
ini memiliki 1 orang tenaga medis yang merupakan alumni dari pondok pesantren
Miftahul Huda pusat yang berada di Manonjaya, Tasikmalaya.
Klinik kesehatan yang ada di Pondok Pesantren Miftahul Huda 06 dapat
digunakan oleh santri dan ustadz untuk pengobatan dengan membayar obatnya
51
saja, sedangkan jasa tenaga kesehatan dan konsultasi kesehatan dapat dinikmati
oleh santri dan ustadz pondok pesantren Miftahul Huda 06 secara gratis. 6
Klinik kesehatan Miftahul Huda 06 dapat digunakan oleh masyarakat sekitar
pondok pesantren Miftahul Huda 06, namun apabila yang menggunakan bukan
santri dan ustadz pondok pesantren Miftahul Huda 06, maka akan dikenakan biaya
administrasi sebagaimana mestinya.
6. Kegiatan rutin pondok pesantren
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 sebagai wadah pendidikan
keagamaan bagi santri memiliki beberapa kegiatan rutin, baik kegiatan yang
dilakukan oleh pondok pesantren untuk santri dan alumninya maupun kegiatan
yang dibuka umum sehingga warga sekitar dapat mengikuti kegiatan tersebut dan
merasakan manfaat dari kehadiran ponndok pesantren ditengah-tengah
masyarakat.
Kegiatan rutin yang ada dipondok pesantren Miftahul Huda 06 adalah
sebagai berikut:
a. Reuni akbar tahunan
Pondok pesantren adalah wadah untuk mencetak masyarakat yang mampu
menjadi pencerah dimana tempat dia berada dan mengabdi kelak. Sehingganya
walaupun mereka sudah menjadi alumni, mereka tetap diberikan pengingat bahwa
mereka adalah warga pondok pesantren dan harus berbuat sesuai dengan apa yang
dipelajari dipondok pesantren Miftahul Huda 06.
6 Miftahul Khairiyah, tenaga medis Pondok pesantren Miftahul Huda 06, wawancara 5
februari 2018
52
Reuni akbar dijadikan sebagai salah satu acara rutin setiap tahunnya
dengan rangkaian acara berupa penampilan solawat dari adik-adik santri yang
masih belajar di pondok pesantren Miftahul Huda 06, kemudian sambutan-
sambutan baik dari fihak pondok pesantren, aparat pemerintah setempat, maupun
sambutan dari perwakilan alumni, acara reuni akbar ini kemudian diisi juga
dengan tausiyah dari penceramah yang didatangkan dari daerah lain atau
terkadanag diisi oleh kiyai Babussalam Asysya‟roni selaku pimpinan pondok
pesantren Miftahul Huda 06 sendiri. reuini akbar ini diadakan dipondok pesantren
Miftahul Huda 06 setiap satu tahun sekali, dengan harapan para alumni tetap akan
terjaga rasa persaudaraan, rasa cinta terhadap pondok pesantren, serta tetap
menyadari bahwa dirinya adalah alumni pondok pesantren, sehingganya untuk
berbuat yang tidak sesuai dengan ketentuan agama merekapun merasa malu.
b. Pengajian mingguan
Sebagai Pondok pesantren yang hidup ditengah-tengah perumahan
penduduk, maka kegiatan keislaman bukan saja hanya diberikan kepada para
santri, tetapi juga kepada penduduk sekitar pondok pesantren Miftahul Huda 06,
kegiatan ini dilakukan agar masyarakat sekitar pondok pesantren juga ikut
merasakan manfaat dari berdirinya pondok pesantren Miftahul Huda 06 ditengah-
tengah mereka. Pengajian mingguan ini dilaksanakan di dua waktu, yaitu bakda
shalat jum‟at untuk pengajian bapak-bapak sedangkan ba‟da zuhur hari rabu untuk
pengajian ibu-ibu.
“kegiatan pengajian ini diadakan sebagai bentuk kepedulian pondok
pesantren kepada masyarakat sekitar pondok pesantren, jadi hadirnya pondok
pesantren ini dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar pondok
pesantren. Sebenarnya selain diwaktu pengajian, masyarakat banyak juga yang
53
hadir ke pondok pesantren Miftahul Huda 06 untuk meminta nasehat, pendapat,
menyampaikan ide, atau hanya sekedar bercerita mengeluarkan keluh kesahnya
saja”7
c. Pawai muharam
Awal tahun hijriah dijadikan sebuah momen yang diperingati oleh pondok
pesantren Miftahul Huda 06. Peringatan ini dilakukan oleh pondok pesantren
Miftahul Huda dengan cara melakukan pawai keliling dengan rute keliling desa
Sukapura. Peserta dari kegiatan pawai ini adalah santri dan anak-anak sekitar
pondok pesantren Miftahul Huda. Menurut M. Zaini Dahlan, ketua santri pondok
pesantren Miftahul Huda, acara pawai ini dimaksudkan agar terjadi silaturahmi
antara warga pondok pesantren dan warga masyarakat sekitar. 8
Acara pawai muharam ini dilakukan dengan cara mengenakan pakaian-
pakaian tradisional, baik pakaian ulama, pakaian pahlawan, atau pakaian
tradisional daerah. Setelah melakukan pawai keliling, sambil istirahat dilapangan,
peserta dan warga masyarakat akan disuguhi penampilan-penampilan dari para
santri pondok pesantren Miftahul Huda 06.
d. Pelatihan menjahit
Pondok pesantren merupakan wadah untuk menciptakan generasi penerus
bangsa yang memiliki iman dan takwa, lulusan yang dihasilkan dari proses
pendidikan di pondok pesantren merupakan orang-orang yang mampu menjadi
pencerah ditempat mereka tinggal kelak. Berbeda dari sekolah formal yang
menjanjikan ijazah dan pengetahuan untuk menambah daya saing didunia kerja,
7 Ky Babussalam Asysya‟roni, pengasuh ponpes Miftahul Huda, wawancara 5 februari
2018 8 M. Zaini Dahlan, Rois Ponpes Miftahul Huda 06, Wawancara 04 Februari 2018
54
pondok pesantren justru menjanjikan kemantapan ilmu dan jiwa yang dapat
bermanfaat bagi kebutuhan pencerahan ummat. Pemahaman inilah yang
menjadikan masyarakat umumnya memiliki pandangan bahwa pondok pesantren
hanya akan menghasilkan guru ngaji, pengurus masjid, pemimpin doa diwaktu
hajatan, pembaca talqin saat proses pemakaman dan pembaca khutbah saat sholat
jum‟at. Sedangkan untuk bekal kehidupan, alumni pondok pesantren hanya akan
mengharapkan dari kerja keras menjadi petani.
Menghadapi permasalahan tersebut, pondok pesantren Miftahul Huda
memberikan kegiatan yang dapat meningkatkan lifeskill para santri sehingga pada
saat mereka berada ditengah-tengah masyarakat, mereka sudah memiliki keahlian
yang diharapkan dapat membentu menopang kehidupan mereka sehari-hari.
Pelatihan menjahit merupakan kegiatan yang dipilih untuk menambah lifeskill para
santri. Para santri dilatih menjahit oleh M Rasyid salah seorang ustadz dipondok
pesantren Miftahul Huda yang juga berprofesi sebagai penjahit pakaian di desa
Sukapura, kecamatan Sumberjaya kabupaten Lampung Barat
Menjahit dipilih sebagai bekal keahlian santri karena menjahit merupakan
profesi yang tidak akan berhenti karena perubahan zaman, kebutuhan akan pakaian
akan selalu ada disetiap perkembangan zaman, sehingga menjahit tidak akan
kehilangan konsumen walaupun berada dizaman dan tempat yang berbeda. Selain
itu profesi sebagai penjahit adalah pekerjaan yang dapat dilakukan dirumah.
Dengan kata lain seseorang yang memiliki keahlian menjahit akan mampu
55
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Tanpa harus menjadi pelamar kerja
diberbagai perusahaan dan kemudian bekerja dibawah tekanan atasan.9
Pelatihan menjahit dilakukan setiap hari minggu pukul 09 pagi hingga
menjelang zuhur. Menurut Muhammad Rasyid, Pembina kegiatan belajar menjahit
dipondok pesantren Miftahul Huda 06, hari minggu dipilih sebagai waktu untuk
melaksanakan kegiatan belajar menjahit karena pada hari tersebut, santri yang
masih mengikuti pendidikan formal seperti SMP dan SMA memiliki waktu luang
sebab mereka libur sekolah, sehingga kegiatan belajar menjahit dapat dilakukan
tanpa mengganggu kegiatan belajar mereka di pendidikan formal. peserta pelatihan
menjahit adalah para santri yang berminat menekuni atau memiliki keahlian
menjahit. Pada saat ini, santri yang mengikuti pelatihan menjahit berjumlah 127
orang, yang terdiri dari 89 santriwati dan 38 orang santriwan atau santri laki-laki.10
B. Nilai-Nilai Demokrasi Di Pondok Pesantren Miftahul Huda 06
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 sebagai wadah mengelola santri
menjadi muslim yang berakhlak, yang siap menjadi pencerah dimanapun tempat
dia berada kelak, tentu memiliki nilai-nilai yang diterapkannya didalam pondok
pesantren Miftahul Huda 06. Nilai-nilai ini diterapkan dipondok pesantren
Miftahul Huda 06 agar proses pembelajaran yang ada di pondok pesantren ini
berjalan dengan lancar dan tidak menemui halangan yang berarti, sehingga apa
yang menjadi visi dan misi pondok pesantren Miftahul Huda 06 dapat benar-benar
terwujud.
9M. Zaini Dahlan, Rois Ponpes Miftahul Huda 06, Wawancara 04 Februari 2018
10M. Rasyid, pembina kegiatan menjahit dipondok pesantren Miftahul Huda 06,
wawancara 5 februari 2018
56
Nilai-nilai islam sudah pasti merupakan nilai yang sangat diperhatikan dan
diterapkan dipondok pesantren Miftahul Huda 06, disamping itu pondok pesantren
Miftahul Huda 06 juga menerapkan beberapa prinsip nilai demokrasi untuk
menunjang kemudahan program pembelajaran di pondok pesantren Miftahul Huda
06. Beberapa nilai demokrasi yang ada di pondok pesantren Miftahul Huda 06
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kebebasan kepada santri untuk memilih ustadz
Sebagaimana pondok pesantren salafi pada umumnya, pondok pesantren
Miftahul Huda 06 juga mengajarkan pendidikan kitab-kitab fiqih, ulumul quran
dsb. Namun pondok pesantren Miftahul Huda 06 memiliki perhatian khusus
kepada kenyamanan belajar santri. Pondok pesantren Miftahul Huda 06
menyediakan setidaknya 2 orang ustadz yang dapat dipilih salah satunya oleh para
santri untuk menjadi guru Pembina mereka dalam mata pelajaran tertentu. Ky.
Babussalam Asysya‟roni selaku pengasuh pondok pesantren Miftahul Huda 06
menjelaskan:
“Pondok pesantren Miftahul Huda merupakan tipe pesantren salaf. Namun
untuk kenyamanan dalam belajar, pondok pesantren memberikan pilihan ustadz
kepada para santri untuk mengajar mereka dalam mata pelajaran tertentu.
Setidaknya ada 2 orang ustadz dari setiap mata pelajaran yang dapat mereka pilih
untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar yang ada di pondok pesantren
Miftahul Huda”.11
11
Ky Babussalam Asysya‟roni, pengasuh ponpes Miftahul Huda, wawancara 5 februari
2018
57
Dilihat dari kebebasan memilih ustadz yang diberikan oleh pondok
pesantren Miftahul Huda ini, maka dapat dikatakan bahwa pondok pesantren
miftahul Huda menginginkan para santri untuk memiliki kenyamanan dalam
belajar, serta memiliki keberanian untuk mengekspresikan apa yang ada dalam
fikirannya, serta terciptanya komunikasi dua arah antara pondok pesantren-santri
dan santri-pondok pesantren.
2. Mewajibkan ustadz untuk memberikan kesempatan yang sama
kepada santri dalam hal kegiatan belajar mengajar
Pembelajaran yang ada di pondok pesantren Miftahul Huda 06 dibina oleh
satu orang ustadz/ustadzah disetiap kelasnya. Setiap ustadz yang mengajar benar-
benar diingatkan bahwa proses penanaman ilmu pengetahuan yang objeknya
adalah para santri. Sebagai objek, para santri harus benar-benar di prioritaskan. Ky
Babussalam Asysya‟roni menyadari bahwa keterpaksaan dan ketertekanan
bukanlah keadaan yang baik untuk menerima pengetahuan. Selain itu santri adalah
orang yang berasal dari keluarga yang berbeda, bahkan berasal dari daerah yang
berbeda-beda. Karena itu sangat pasti bahwa setiap santri memiliki kemampuan
belajar yang berbeda-beda.
Dari perbedaan tersebut, kegiatan belajar mengajar dapat menjadi ajang
perlombaan sehingga para santri mendapatkan dorongan semangat untuk lebih giat
belajar. Semangat yang sudah dimiliki oleh para santri ini harus benar-benar dijaga
oleh para ustadz, jangan sampai semangat tersebut justru berubah menjadi keputus
asa‟an yang berujung pada gagalnya proses belajar ilmu agama di pondok
pesantren Miftahul Huda 06. Sebagai upaya untuk menjaga semangat tersebut,
58
maka ustadz yang mengajar dipondok pesantren Miftahu Huda 06 ditekankan agar
selalu memberikan kesempatan yang sama kepada para santri dalam proses belajar
tersebut. Santri diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai apa yang mereka
belum fahami serta diberikan kesempatan untuk menyatakan apa pendapat mereka
berdasarkan apa yang sudah mereka fahami. Sebagai bentuk upaya ini, setiap mata
pelajaran akan diberikan satu kesempatan diskusi mengenai sebuah permasalahan
yang terkait dengan mata pelajaran tersebut. Dalam diskusi ini para santri diberikan
waktu untuk membahas sebuah permasalahan berdasarkan apa yang mereka sudah
fahami. Dari diskusi ini, selain diasah kemampuan mengekspresikan pendapat,
santri juga diajarkan untuk berfikir kreatif namun tetap berlandasan. Salah seorang
ustadz pondok pesantren Miftahul Huda 06, yakni H. M.Syukron Djazilan Badri
mengemukakan bahwa:
“pendidikan tidak dipandang sebagai proses pemaksaan dari seseorang
pendidik untukmenentukan setiap langkah yang harus diterima oleh peserta
didiknya secara individual” dengan demikian dalam proses pembelajaran harus
dilandasi oleh nilai–nilai demokrasi yaitu dengan penghargaan terhadap
kemampuan peserta didik, menerapkan persamaan kesempatan dan memperhatikan
keragaman peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan
diberi kesempatan untuk mengmbangkan kemampuannya tersebut. Dalam proses
pembelajaran harus dihindari suasana belajar yang kaku, penuh dengan
ketegangan, sarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik
menjadi pasif dan tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan. Sebab
59
semua itu pasti akan menghambat terserapnya ilmu pengetahan yang mereka
pelajari.”12
Dari pendapat ustadz tersebut, terlihat bahwa pondok pesantren Miftahul
Huda benar-benar menyadari bahwa Islam menyerukan adanya prinsip persamaan
dan peluang yang sama dalam belajar sehingga terbukalah kesadaran untuk belajar
bagi semua orang, tanpa adanya peerbedaan antara si kaya dan si miskin dan status
sosial ekonomi seorang peserta didik, serta tidak pula gender dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan dari pendidik
3. Berupaya memaksimalkan minat dan bakat santri
Dalam system pemerintahan demokrasi, yang menjadi objek dan tujuan
utama sebuah program adalah masyarakat. Hal ini senada dengan pengertian
demokrasi sebagai sebuah system yang berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat. Dalam pondok pesantren, yang menjadi pemerintah adalah pengelola
pondok pesantren beserta jajarannya, sedangkan yang menjadi rakyat adalah para
santri. Sehingga kegiatan dan program yang ada dipondok pesantren akan
menjadikan santri sebagai objek kemajuannya.
Kemajuan santri dapat dilihat dari terasahnya keahlian yang dimiliki oleh
santri sebagai penunjang kehidupan mereka sehari-hari, tentu saja hal ini tidak
dapat menggantikan posisi pengetahuan dan pengamalan agama sebagai pokok
ajaran, namun keahlian yang lain adalah sebuah pendukung dari pengetahuan
keagamaan tersebut.
12
H. M.Syukron Djazilan Badri, ustadz pondok pesantren Miftahul Huda 06, wawancara
5 februari 2018
60
Sebagai bentuk perhatiannya terhadap minat dan bakat para santri, pondok
pesantren Miftahul Huda 06 berupaya semaksimal mungkin untuk dapat
mengembangkan potensi dari para santri. Misalkan pada tahun 2017, menurut
pengakuan ky. Babussalam Asysya‟roni selaku pengasuh pondok pesantren
Miftahul Huda 06, ada salah seorang santri bernama Mustofa Hamidin yang
memiliki bakat dalam seni baca al-qur‟an, maka pondok pesantren mendaftarkan
santri tersebut untuk mengikuti MTQ tingkat kabupaten di kota liwa, yang
kemudian akan diteruskan ke ajang MTQ tingkat provinsi, namun walaupun
pelatihan dan dukungan dari pondok pesantren sudah sangat maksimal, Mustofa
Hamidin hanya mendapatkan posisi ke 23 kategori qiraat murotal remaja tingkat
kabupaten, sehingga Mustofa Hamidin tidak dapat melanjutkan ke perlombaan
MTQ tingkat provinsi.13
4. Menyediakan mading sebagai media penyalur aspirasi santri
Demokrasi adalah sebuah system pemerintahan yang menjunjung tinggi
hak-hak bagi masyarakat dibawah pemerintahannya. Pemerintahan demokrasi
sangat menghargai setiap pendapat atau aspirasi masyarakatnya. Masyarakat yang
berada dibawah naungan pemerintahan demokrasi tidak akan dikekang untuk
mengikuti keputusan pemerintah tanpa mendapatkan kesempatan mengeluarkan
pendapatnya.
Salah satu nilai demokrasi yang diterapkan dipondok peantren Miftahul
Huda 06 adalah nilai kebebasan berpendapat yang dapat dilihat dari tersedianya
majalah dinding (mading) sebagai sarana bagi para santri untuk mengeluarkan
13
Ky Babussalam Asysya‟roni, pengasuh ponpes Miftahul Huda, wawancara 5 februari
2018
61
aspirasinya, baik itu saran maupun kritik dan harapan kepada pengelola pondok
pesantren maupun para santri yang ada di pondok pesantren Miftahul Huda 06.
Majalah dinding ini diletakkan di masjid Jami‟ Al-Khairiyah yang merupakan
masjid ditengah-tengah pondok pesantren Miftahul Huda 06. Menurut M. Zaini
Dahlan, Rois pondok pesantre Miftahul Huda 06, diletakkannya madding dimasjid
ini karena masjid merupakan tempat yang pasti dikunjungi oleh setiap santri,
ustadz, maupun fihak pengelola pondok pesantren. Sehingga apabila ada seseorang
yang memasang tulisan di majalah dinding tersebut, pasti akan dapat dilihat oleh
semua orang yang ada di pondok pesantren Miftahul Huda.14
Majalah dinding yang ada dipondok pesantren Miftahul Huda ini dikelola
oleh sejumlah santri yang berada dibawah naungan rois, setiap orang yang ingin
memasang tulisannya di madding tersebut, harus menyerahkan tulisannya kepada
rois, yang kemudian di musyawarahkan oleh pengelola majalah dinding mengenai
kelayakan tulisan tersebut dimuat di majalah dinding pondok pesantren Miftahul
Huda 06.15
5. Menerapkan system pengelolaan pondok pesantren perwakilan kiyai.
Dalam sebuah demokrasi, persaingan merupakan suatu hal yang wajar
sebagai dampak dari perbedaan pendapat. Namun dari beberapa pendapat yang
berbeda tersebut, demokrasi menginginkan tujuan yang bias disikapi dengan
kerjasama yang baik dan berkualitas. Kompetisi menuju hal yang baik mutlak
diperlukan, namun disisi lain upaya untuk menuju kearah yang lebih baik tersebut
memerlukan kerjasama yang maksimal dari semua fihak yang bersangkutan.
14
M. Zaini Dahlan, Rois Ponpes Miftahul Huda 06, Wawancara 04 Februari 2018 15
M. Alqi Hasan, kordinator mading ponpes Miftahul Huda 06, Wawancara 04 Februari
2018
62
Kyai sebagai tokoh sentral pondok pesantren memiliki power dalam
mengatur dan menetapkan kebijakan pondok pesantren, namun ky. Babussalam
Asysya‟roni, menyadari bahwa kerjasama sangatlah diperlukan dalam mengelola
pondok pesantren tersebut, sebagai upaya dalam mewujudan kerjasama tersebut,
ky. Babussalam Asysya‟roni membentuk kepengurusan pondok pesantren yang
diberi tugas dan wewenang khusus dalam bidangnya masing-masing. Misalkan
dalam bidang keamanan, ky. Babussalam Asysya‟roni memiliki Ahmad Rifai
sebagai kordinator keamanan, koordinator keamanan ini bertugas untuk menjaga
keamanan para santri dan juga keamanan pondok pesantren Miftahul Huda dari
ancaman luar.16
Pembentukan struktur keorganisasian ini ditujukan agar terciptanya
kerjasama antar semua civitas pondok pesantren dalam memperlancar kegiatan
pondok pesantren guna tercapainya visi dan misi pondok pesantren Miftahul Huda.
Penentuan orang yang akan mengisi posisi-posisi sebagai wakil kiyai ini dilakukan
dengan pemilihan langsung oleh para santri. Mekanismenya adalah penunjukan
calon yang dilakukan langsung oleh ky. Babussalam Asysya‟roni, kemudian calon
tersebut dikenalkan kepada santri dan santri akan melakukan pemilihan langsung
sebagai penentu pemenang yang akan mengisi posisi tersebut. Cara pemilihan ini
telah berlangsung sejak dari pondok pesantren Miftahul Huda 06 berdiri.17
16
Ky Babussalam Asysya‟roni, pengasuh ponpes Miftahul Huda, wawancara 5 februari
2018 17
Ky Babussalam Asysya‟roni, pengasuh ponpes Miftahul Huda, wawancara 5 februari
2018
63
6. Menerapkan gotong royong dalam mengelola konsumsi.
Sebagai pondok pesantren salafi, maka konsumsi untuk santri dilakukan
secara bergotong royong dengan giliran piket, dimana santri laki-laki bertugas
untuk memasak nasi, sedangkan santri perempuan bertugas untuk memasak sayur.
Makanan yang telah selesai dimasak kemudian dikemas dan didistribusikan kepada
santri melalui kantin yang ada di pondok pesantren Miftahul Huda 06. Pada
pembeagia jadwal piket, rois tau ketua pondok akan membagi secara merata santri
dalam bagian yang seadil-adilnya. Santri yang masih kecil akan dibagi secara
merata disetiap kelompoknya agar tidak terjadi piket dalam satu hari hanya
dilakukan oleh santri-santri junior saja.
Dana untuk konsumsi santri sudah termasuk kedalam spp santri selama
satu tahun yaitu sebesar 3,5 juta rupiah, termasuk didalamnya, dana kobong, listrik
konsumsi, dsb.
C. Penerapan demokrasi pada pemilukada 2017 di pondok pesantren
Miftahul Huda 06
Pemilukada (Pemilihan Umum Kepala Daerah) merupakan salah satu
kegiatan rutin pada Negara yang menganut system pemerintahan demokrasi.
Pemilihan umum ini dilakukan secara langsung di tempat pemungutan suara atau
TPS. Pemberian suara oleh rakyat dilakukan dengan mepasanagan calon kepala
dareah yang akan memimpin mereka pada pemerintahan 5 tahun kedepan.
Tahun 2017 kabupaten Lampung Barat melaksanakan pesta demokrasi
atau pemilihan umum untuk menentukan pemimpin kabupaten (bupati) yang akan
memimpin Lampung Barat priode 2017-2022. Pada pemilu 2017 tersebut terdapat
64
2 pasang calon bupati yaitu pasangan H. Parosil Mabsus, S.Pd – Drs. H. Mad
Hasnurin, dan pasangan Dr. H. Edy Irawan Arief, S.E., M.Ec – H. Ulul Azmi
Soltiansyah, S.H.
Pesta demokrasi atau pemilihan umum memiliki sebuah kegiatan berupa
kampanye yang merupakan peluang bagi pasangan calon kepala daerah untuk
menyampaikan visi dan misinya apabila mereka terpilih menjadi kepala daerah.
Kampanye dapat dilakukan disemua tempat didaerah yang bersangkutan kecuali
tempat ibadah dan tempat pendidikan.18
Pondok pesantren Miftahul Huda 06, sebagai salah satu unsur masyarakat
Lampung Barat memiliki hak yang sama dengan masyarakat lainnya terkait
pemilihan kepala daerah yang akan memimpin Lampung Barat priode 2017-2022.
Sebagai sebuah tempat pendidikan bagi para santri, pondok pesantren Miftahul
Huda memang tidak disentuh oleh pasangan calon kepala daerah Lampung Barat
pada saat masa kampanye. Namun karena pentingnya pemimpin atau kepala
daerah, pondok pesantren Miftahul Huda 06 sangat memperhatikan
keberlangsungan pemilukada 2017 tersebut.19
Berikut beberapa upaya penerapan demokrasi di pondok pesantren
Miftahul Huda 06 pada pemilukada 2017 kabupaten Lampung Barat:
1. Mengingatkan kepada para santri bahwa pemberian suara bukan hal
yang sepele, namun akan menentukan laju kepemimpinan 5 tahun
kedepan
18
UUD no 10 tahun 2016 19
Ky Babussalam Asysya‟roni, pengasuh ponpes Miftahul Huda, wawancara 5 februari
2018
65
Pemberian suara secara langsung merupakan salah satu ciri pemerintahan
demokrasi dalam segi penentuan kepemimpinan. Pemberian suara ini merupakan
hak bagi seluruh rakyat Indonesia yang sudah berumur 17 tahun atau sudah
menikah, tanpa mempermasalahkan apa yang menjadi profesi mereka, petani,
pegawai negeri, pengangguran, pun begitu dengan ustadz atupun santri. Apabila
mereka sudah berumur 17 tahun atau sudah menikah, maka mereka berhak untuk
menyuarakan pilihan mereka pada acara pemilihan umum kepala daerah
(pemilukada). Ky. Babussalam Asysya‟roni selaku pengasuh pondok pesantren
Miftahul Huda 06 mengemukakan bahwa dalam mengahadapi pemilukada 2017,
beliau memberikan keleluasaan kepada seluruh santri untuk mengikuti pemilihan
umum tersebut. Namun dibalik kebebasan tersebut beliau tetap mengingatkan
bahwa satu suara yang diberikan pada pemilu akan menentukan kepemimpinan 5
tahun kedepan dan tentu akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT
sebab dengan memilih, berarti mereka sedang bersaksi bahwa pilihannya layak
untuk memimpin Lampung Barat pada tahun 2017 hingga tahun 2022.
“saya sendiri selalu menyampaikan dalam beberapa kesempatan menjelang
pemilu tahun 2017 bahwa para santri juga merupakan warga Negara Indonesia
yang memiliki hak untuk menyuarakan pilihannya pada acara pemilihan umum
tersebut, jadi mereka memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya. Namun
tetap saya pribadi mengingatkan bahwa pada saat mereka menentukan pilihan
waktu pencoblosan, maka mereka saat itu sedang bersaksi kepada Allah nahwa
pilihannya tersebut layak untuk menjadi pemimpin Lampung Barat 5 tahun
kedepan maka mereka perlu benar-benar berhati-hati dalam menentukan pilihan,
perhatikan baik-baik siapa yang akan mereka pilih tersebut.” Begitu ungkap ky.
Babussalam Asysya‟roni.20
2. Memberikan bantuan tenaga pada acara pemungutan suara
20
Ky Babussalam Asysya‟roni, pengasuh ponpes Miftahul Huda, wawancara 5 februari 2018
66
Acara pemungutan suara merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
proses pemilihan umum. Sebab pada kegiatan ini suara dari para pemilih akan
diperhitungkan dan hasilnya akan menentukan siapa yang akan memimpin
Lampung Barat. Banyak sekali peluang terjadinya kecurangan dalam melakukan
pemungutan suara, mulai dari penggandaan surat suara, hingga kepada pemalsuan
hasil perhitungan suara. Kecurangan-kecuranagn dalam proses pemungutan suara
tersebut tentulah sangat tidak diinginkan oleh masyarakat sebagai pemberi suara.
Begitu pentingnya acara pemungutan suara membuat diperlukannya para
pekerja yang bertugas menjaga keberlangsungan pemungutan suara agar berjalan
dengan sebagaimana mestinya, yaitu langsung, umum, bebas dan rahasia. Pondok
pesantren Miftahul Huda 06, sebagai salah satu unsure lapisan masyarakat tentu
sangat mendukung keberlangsungan proses pemungutan suara ini, bahkan ada 2
orang ustadz yang ikut berpartisipasi menjadi panitia pemungutan suara di tempat
pemungutan suara desa Sukapura, kecamatan Sumber Jaya, Lampung Barat, yaitu
ustadz Abdul Hadi Al-Ghifari yang pada saat pemilu bertugas sebagai pemberi
surat suara kepada para pemilih, dan ustadz Wawan Saefullah yang bertugas
menjaga tinta bukti pemilih telah memberikan suaranya.21
Berpartisipasinya
ustadz pondok pesantren Miftahul Huda 06 dalam kegiatan pemungutan suara ini
diharapkan dapat membantu memperlancar kegiatan pemungutan suara serta
mengurangi peluang terjadinya kecurangan pemungutan suara yang
menguntungkan satu fihak dan merugikan fihak lain.
21
Dokumen pemerintahan desa Sukapura, dicatat pada 6 februari 2018
67
3. Mengizinkan para santri dan ustadz untuk menghadiri pertemuan
kampanye pasangan calon bupati di desa Sukapura.
Kampanye merupakan waktu bagi para calon kepala daerah untuk
memperkenalkan diri serta visi dan misinya apabila terpilih menjadi pemimpin
pada pesta demokrasi yaitu pemilihan umum. Pada saat kampanye juga akan dinilai
oleh komisi pemilihan umum mengenai keseriusan dan ketaatan calon dalam
melakukan kampanye. Apabila pada saat kampanye ada calon kepala daerah yang
tidak mematuhi peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan pemilihan
umum, maka calon tersebut dapat dibatalkan pencalonannya oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU).
Sebagai waktu bagi para calon untuk memperkenalkan diri, masa
kampanye menjadi masa yang sangat menarik bagi masyarakat, mereka dapat
mengenal lebih dekat siapa calon pemimpin mereka, bahkan ada yang menjadikan
masa kampanye sebagai waktu penggalian dana bagi kepentingan umum, misalnya
meminta dibelikan bantuan alat-alat marawis untuk ibu-ibu PKK, meminta
dibelikan bola voli untuk pemuda, bantuan pembangunan masjid, dsb. Hal tersebut
sah-sah saja sepanjang dana yang dihasilkan memang dipergunakan untuk
kepentingan umum.
Disisi lain, masa kampanye menjadi masa untuk melakukan pelanggaran
aturan pemilihan umum, misalnya melakukan money politik dengan membagikan
uang perkepala dan membuat perjanjian bahwa akan memilih calon tertentu.
Pelanggaran ini memang sangat diterima oleh masyarakat yang belum memiliki
pengetahuan akan makna pemilihan umum. Mereka berfikir yang penting bias
68
mencukupi kebutuhan saat itu sudah cukup. Masalah bagaimana keberlangsungan
pemerintahan 5 tahun kedepan tidklah menjadi permasalahan.
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 memiliki santri dan ustadz yang
berhak mengikuti pemilihan umum di Lampung Barat sejumlah 209 orang ini
memberikan pengarahan kepada para santri dan ustadz tersebut untuk mengikuti
pertemuan kampanye didesa sukapura. Tujuannya adalah agar mereka mengenal
lebih dekat lagi siapa calon yang akan mereka pilih pada pemilukada 2017
tersebut.22
4. Memanfaatkan Mading sebagai media peringatan pemilu yang jujur
dan adil.
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 memiliki Mading sebagai sarana
penyalur aspirasi bagi para santri kepada pondok pesantren maupun kepada
jajaran kepengurusan pondok pesantren. Pada hari-hari biasanya, madding ini
dimanfaatkan sebagai sarana berekspresi diri, baik menempilkan hasil karya
tulisan berupa kritik dan saran, pengumuman, maupun hasil karya berupa sastra
ataupun karya tulis lain dari para santri Miftahul Huda 06.
Menjelang pemilu 2017, pengasuh pondok pesantren Miftahul Huda 06
sendiri ikut menulis dan memasang tulisannya pada madding tersebut. Tulisan
dari kiyai ini berisi tentang makna pemilihan umum, saran terhadap calon pemilih
dan peringatan akan hukum dari money politik atau pembelian suara dalam
pandangan islam. Ky Babussalam Asysya‟roni selaku pengasuh pondok pesantren
Miftahul Huda 06 mengharapkan bahwa tulisannya tersebut dapat berpengaruh
22
Ky Babussalam Asysya‟roni, pengasuh ponpes Miftahul Huda, wawancara 5 februari
2018
69
terhadap suksesnya pemilihan umum 2017 khususnya para pemilih yang berasal
dari pondok pesantren Miftahul Huda 06.23
23
Ky Babussalam Asysya‟roni, pengasuh ponpes Miftahul Huda, wawancara 5 februari
2018
69
BAB IV
IMPLEMENTASI DEMOKRASI DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL
HUDA 06 PADA PEMILUKADA TAHUN 2017 KABUPATEN
LAMPUNG BARAT
A. Implementasi demokrasi di pondok pesantren Miftahul Huda 06 pada pemilukada
tahun 2017 kabupaten Lampung Barat
Sebagai Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, Negara
Kesatuan Republik Indonesia secara berkala melakukan pergantian kepemimpinan
dengan cara melakukan pemilihan umum atau yang dikenal dengan pemilu.
Perganyian pemimpin secara berkala ini diharapkan dapat menjadikan pemerintahan
di Negara Republik Indonesia selalu memiliki semangat yang baru, sebab pemikiran
daan strategi kepemimpinan selalu diperbarui seiring dengan diperbaruinya orang-
orang yang menduduki kursi kepemimpinan dinegara Republik Indonesia. Pergantian
kepemimpinan secara berkala ini tidak hanya dilakukan pada kepemimpinan pusat
atau kepresidenan saja, namun juga dilakukan terhadap jajaran kepemerintahan
dibawah presiden, baik itu gubernur, bupati hingga pemerintah yang mengurus
kepemimpinan desa atau kelurahan yang dikenal dengan sebutan kepala desa atau
lurah.
Pondok pesantren merupakan lembaga sosial yang diharapkan dapat berperan
sebagai tempat yang menghadirkan solusi dari berbagai permasalahan sosial.
misalkan Pesantren atau orang yang mewakili, seperti kyai, ustadz, atau santri senior
yang disibukkan dengan adanya para tamu dari masyarakat, kedatangan mereka
70
adalah untuk bersilaturohim, berkonsultasi, minta nasihat, “doa” berobat, dan minta
semacam jimat untuk menangkal gangguan. Mereka datang dengan membawa
berbagai macam masalah kahidupan seperti menjodohkan anak, kelahiran, sekolah,
mencari kerja, mengurus rumah tangga, kematian, warisan, karir, jabatan, maupun
masalah yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat dan pelayanan kepentingan
umum. Dari fungsi sosial itu pesantren nampak menjadi sumber solusi, dan acuan
dinamis masyarakat.juga sebagai lembaga inspirato (penggerak) bagi kemajuan
pembangunan masyarakat. Sehingga keberadaan pondok pesantren dapat dikatakan
sebagai imam masyarakat, dimana beberapa permasalahan yang apabila telah
dianjurkan atau dilakukan sendiri oleh fihak pondok pesantren, maka lingkungan
masyarakat akan ikut beranggapan bahwa hal tersebut merupakan hal baik yang perlu
dan patut untuk dilakukan.
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 sangat menyadari akan fungsinya sebagai
lembaga sosial ini, bahkan pondok pesantren Miftahul Huda 06 telah meluangkan
waktu khusus untuk menjalankan fungsi ini dan melayani permasalahan masyarakat
sekitar pondok pesantren Miftahul Huda 06 dengan mengadakan pengajian mingguan
yang dibuka untuk umum, sehingga masyarakat sekitar pondok pesantren yang ingin
bersilaturahmi atau berdiskusi dengan fihak pondok pesantren dapat langsung
bertanya dan berdiskusi pada kegiatan pengajian ini.
Hal ini senada dengan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada
pimpinan pondok pesantren Miftahul Huda 06, ky. Babussalam Asysya’roni.
71
“kegiatan pengajian ini diadakan sebagai bentuk kepedulian pondok pesantren
kepada masyarakat sekitar pondok pesantren, jadi hadirnya pondok pesantren ini
dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar pondok pesantren. Sebenarnya
selain diwaktu pengajian, masyarakat banyak juga yang hadir ke pondok pesantren
Miftahul Huda 06 untuk meminta nasehat, pendapat, menyampaikan ide, atau hanya
sekedar bercerita mengeluarkan keluh kesahnya saja”
Berfungsinya pondok pesantren Miftahul Huda 06 sebagai lembaga sosial di
desa Sukapura kecamatan Sumber Jaya kabupaten Lampung Barat ini memiliki
dampak tersendiri terhadap peran pondok pesantren dalam berbagai bidang sosial di
masyarakat, mulai dari sosial keagamaan dengan perannya yang menjadi tolak ukur
permasalahan keagamaan masyarakat sekitar, sampai kepada peran sebagai lembaga
sosial politik yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan politik di desa
Sukapura kecamatan Sumber Jaya kabupaten Lampung Barat.
Sebagaimana telah dipaparkan diatas, bahwa pemerintahan yang menganut
system demokrasi akan selalu memperbarui orang-orang yang mengisi kepemimpinan
daerahnya secara berkala dengan menggunakan pemilihan umum sebagai penentunya.
Kabupaten Lampung Barat sebagai salah satu jajaran kepemerintahan yang ada di
Negara Demokrasi Republik Indonesia pada tahun 2017 juga mengadakan regenerasi
atau pembaruan kepemimpinan dengan mengikuti pemilihan kepala daerah serentak
yang diadakan oleh pemerintah Republik Indonesia. pada pemilu tahun 2017, ada dua
pasangan calon bupati yang mengikuti pemilihan umum tersebut. Dalam
melaksanakan peta demokrasi atau pemilu tersebut, pondok pesantren Miftahul Huda
06 yang berdiri didesa Sukapura kecamatan Sumber Jaya kabupaten Lampung Barat
ikut berpartisipasi dalam penerapan nilai demokrasi pada pemilukada 2017 tersebut,
baik partisipasinya dalam persiapan pemilihan umum pada saat masa kampanye,
72
maupu dalam pelaksanaan pemilihan umum pada saat pemungutan suara di TPS
(Tempat Pemungutan Suara).
Setelah melalui kajian teori dan penelitian lapangan, maka penerapan
demokrasi dipondok pesantren Miftahul Huda 06 pada pemilukada 2017 kabupaten
Lampung Barat dapat penulis analisis sebagai berikut:
1. Mengingatkan kepada para santri bahwa pemberian suara bukan hal yang
sepele, namun akan menentukan laju kepemimpinan 5 tahun kedepan
salah satu nilai yang terkandung dalam system pemerintahan demokrasi
adalah nilai ketaatan pada peraturan yang berlaku. Nilai ketaatan pada peraturan yang
berlaku ini akan menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang damai tanpa
mengalami gangguan keamanan sehingga akan terciptanya masyarakat yang
sejahtera, sebab dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, masayarakat akan berada
dalam keadaan yang tenang dan damai.
Masyarakat yang taat terhadap peraturan yang berlaku akan lebih mudah
untuk diarahkan kepada pembangunan masyarakat, baik pembangunan masyarakat
dalam bidang sosial budaya, sosial keagamaan maupun pembangunan pada bidang
sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena setiap program pembangunan masyarakat akan
mendapatkan dukungan dari masyarakat dengan cara mengikuti apa yang telah
menjadi strategi pembangunan oleh pemimpin dari masyarakat tersebut.
Pemilihan pemimpin yang tepat yang berdasarkan keyakinan bahwa
pemimpin tersebut pantas dan layak untuk menjadi seorang pemimpin akan sangat
membantu bagi masyarakat yang menganut nilai patuh dan taat terhadap peraturan
73
yang berlaku. Sebab pemimpin yang memang layak dan berkompeten dalam posisi
kepemimpinannya akan benar-benar menjalankan amanah yang diembannya sebagai
pemimpin ummat. Maka dari itu pemilihan pemimpin yang tepat merupakan salah
satu unsur yang sangat mendukung bagi kesejahteraan masyarakat demokrasi yang
memiliki nilai patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku.
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 sangat mengerti dan memahami akan
permasalahan ini. Hal ini terlihat dari upaya pondok pesantren Miftahul Huda 06
dalam mengajarkan kehati-hatian dalam memilih pemimpin pada pemilukada 2017 di
kabupaten Lampung Barat. pondok pesantren Miftahul Huda 06 menekankan kehati-
hatian ini dengan cara memberikan pemahaman kepada santri dan ustad dipondok
pesantren Miftahul Huda 06 khususnya bahwa pada saat melakukan pemberian suara
pada hari pemungutan suara pada saat itu juga merreka sedang bersaksi kepada Allah
SWT bahwa yang menjadi pilihannya tersebut adalah orang yang benar-benar
memiliki itegritas untuk menjadi pemimpin kabupaten Lampung Barat 5 tahun
kedepan.
Hal ini dipekuat dengan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada
pimpinan pondok pesantren Miftahul Huda 06, ky. Babussalam Asysya’roni pada
tanggal 5 februari 2018:
“saya sendiri selalu menyampaikan dalam beberapa kesempatan menjelang
pemilu tahun 2017 bahwa para santri juga merupakan warga Negara Indonesia yang
memiliki hak untuk menyuarakan pilihannya pada acara pemilihan umum tersebut,
jadi mereka memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya. Namun tetap saya
pribadi mengingatkan bahwa pada saat mereka menentukan pilihan waktu
74
pencoblosan, maka mereka saat itu sedang bersaksi kepada Allah nahwa pilihannya
tersebut layak untuk menjadi pemimpin Lampung Barat 5 tahun kedepan maka
mereka perlu benar-benar berhati-hati dalam menentukan pilihan, perhatikan baik-
baik siapa yang akan mereka pilih tersebut.”
Sebagai kalangan orang yang berpengetahuan agama, santri dan ustadz
pondok pesantren Miftahul Huda 06 tentu memahami bahwa kesaksian merupakan
sebuah pernyataan yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Sebab
mereka pasti memahami bahwa salah satu azab yang ada pada hari kiamat kelak
adalah azab yang akan diberikan kepada orang yang memberikan kesaksian palsu.
2. Memberikan bantuan tenaga pada acara pemungutan suara.
Proses pemungutan suara adalah sebuah proses yang sangat krusial dalam
pesta demokrasi atau pemilu, sebab kesalahan yang dilakukan pada proses
pemungutan suara akan berakibat pada dirugikannya salah satu fihak serta tidak akan
tersalurkannya suara dari masyarakat. Jika hal ini terjadi tentu penyaluran suara dari
rakyat yang diharapkan pada proses pemungutan suara tidak akan terjadi sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pemerintahan yang menganut system demokrasi
yaitu terciptanya pemerintahan yang berasal dari rakyat (pilihan mayoritas) dan untuk
rakyat (seluruh masyarakat tanpa memandang mayoritas dan minoritas). Hal ini
karena kemungkinan manipulasi suara yang memungkinkan calon dengan suara
rendah dapat dimanipulasi menjadi pemenang pemilihan umum atau pemilu.
Beberapa kecurangan yang mungkin saja terjadi pada kegiatan pemungutan
suara misalnya adalah panitia pemungutan suara merupakan relawan partai politik
tertentu sehingga panitia tersebut berupaya untuk memenangkan partai politik tersebut,
75
dipersulitnya warga masyarakat yang akan memilih jika diketahui warga masyarakat
tersebut bukan berasal dari golongan partisipan partai politik tertentu, melakukan
pembengkakan suara dengan cara memberikan kartu suara ganda kepada pemilih yang
merupakan relawan partai politik tertentu, melakukan kecurangan dengan merusak
surat suara menggunakan kuku tangan pada saat penghitungan suara (hal ini dilakukan
dengan melihat secara sepintas mengenai siapa yang dipilih dalam kartu suara
bersangkutan, jika dilihat bukan calon yag didukung oleh petugas penghitung suara,
maka surat suara tersebut akan dirusak menggunakan kuku tangan pada saat dia
membuka dan memperlihatkan kartu suara kepada para saksi. Dan kecurangan-
kecurangan lain yang mungkin dilakukan pada saat acara pemungutan suara.
Kecurangan-kecurangan yang dilakukan pada saat pemungutan suara tentu
akan sangat bertentangan dengan tujuan dari pemilihan umum tersebut, adapun tujuan
dari pemilihan umum adalah Sebagai perwujudan hak asas politik rakyat. Sehingga
jika pemungutan suara dilakukan dengan mengguanakan kecurangan, tentu
perwujudan hak poltik dari rakyat tersebut akan terhambat.
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 tidak menginginkan kecurangan terjadi
pada saat pemungutan suara tersebut. Hal inilah yang menyebabkan Pondok Pesantren
Miftahul Huda ikut melakukan control terhadap berlangsungnya proses pemilihan
Umum tersebut.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara kepada pimpinan pondok pesantren
Miftahul Huda 06 pada tanggal 5 februari 2018.:
76
“Pemungutan suara pada pemilukada 2017 tersebut sangat menetukan
bagaimana kepemimpinan kabupaten Lampung Barat 5 tahun kedepan, jadi tentu kami
sangat tidak menginginkan proses vital tersebut diwarnai oleh kecurangan-kecurangan,
makanya saya mengizinkan pada waktu ketua dusun (KADUS) meminta bantuan
tenaga kepada pondok pesantren untuk membantu mengawal berlangsungnya proses
pemungutan suara tersebut. Pada waktu itu ada dua orang ustadz kita yang ikut
berpartisipasai sebagai petugas pelaksana pemungutan suara di desa sukapura ini,
yaitu ustadz hadi, dan ustadz wawan. Saya rasa itu sudah cukup untuk menunjukkan
bahwa pondok pesantren Miftahul Huda sangat mendukung berlangsungnya pemilihan
umum yang lancar, jujur dan tidak terdapat kecurangan-kecurangan didalamnya.”
3. Mengizinkan para santri dan ustadz untuk menghadiri pertemuan
kampanye pasangan calon bupati di desa Sukapura.
Pesta demokrasi atau pemilihan umum sangat identik dengan kegiatan
kampanye. kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pasangan calon dan
atau tim kampanye/pelaksana kampanye/petugas kampanye untuk meyakinkan para
pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan sebesar-besarnya, dengan menawarkan
visi, misi, dan program pasangan calon secara lisan atau tertulis kepada masyarakat.
Adapun manfaat kampanye bagi masyarakat adalah sebagai sarana
pengenalan terhadap calon pemimpin. Pengenalan yang dimaksudkan disini adalah
pengenalan secara sepintas, baik mengenai kondisi fisik calon kepala daerah tersebut,
maupun pengenalan mengenai program atau visi misi dari calon yang bersangkutan.
Dikatakan pengenalan secara sepintas karena pada saat kampanye mustahil seorang
calon pemimpin akan dapat mengeluarkan jati diri yang sesungguhnya. Hal ini terjadi
karena terbatasnya waktu yang dimiliki oleh calon tersebut untuk mengenalkan
dirinya serta memang pada dasarnya kampanye bertujuan untuk menarik simpati
calon pemilih, sehingga sudah pasti calon pemimpin tersebut hanya akan berbicara
77
mengenai dirinya dalam sisi yang baik-baik saja. Baik dalam bidang prestasinya
terdahulu maupun tentang visi dan misinya kedepan. Untuk dapat mengenal lebih
jauh mengenai calon pemimpin tersebut, tentu rakyat sebagai calon pemilih harus
mencari informasi dari fihak ketiga mengenai kredibilitas dan prestasi dari calon
pemimpin tersebut.
Pondok pesantren Miftahul Huda 06, sangat menghendaki para pemilih
khususnya santri dan ustadz pondok pesantren Miftahul Huda 06 menjadi pemilih
yang cerdas, bahkan pondok pesantren Miftahul Huda menekankan bahwa pemberian
suara akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak, oleh sebab itu calon pemilih tentu
harus sangat yakin dengan pilihannya bahwa yang dipilih tersebut memang pantas
untuk menjadi pemimpin kabupaten Lampung Barat 5 tahun kedepan dari tahun
2017. Untuk dapat menentukan pilihan yang tepat tersebut, tentu mereka harus
mengenal siapa yang akan mereka pilih (calon kepala daerah) tersebut. Hal inilah
yang menurut penulis menjadi alasan bagi pondok pesantren Miftahul Huda 06
mengizinkan para santri dan ustadz pondok pesantren Miftahul Huda 06 untuk
menghadiri kampanye dari pasangan calon kepala daerah didesa Sukapura kecamatan
Sumber Jaya kabupaten Lampung Barat.
Analisis penulis mengenai hal ini diperkuat dengan jawaban dari pimpinan
pondok pesantren pada saat penulis melakukan wawancara dengan beliau. Pada saat
itu beliau mengatakan bahwa:
“Kampanye itu sebenarnya sebagai media bagi masyarakat untuk dapat
mengenal siapa calon pemimpinnya dan apa saja program kerja yang akan
dilakukannya apabila dia terpilih, bukan seperti fenomena saat ini yang justru
78
menjadikan kampanye sebagai waktu untuk mencari keuntungan ekonomi saja.
Terkait kampanye sebelum pemilukada 2017 kemarin, saya memang mengizinkan
ustadz dan santri untuk ikut hadir saat pasangan-pasangan calon bupati melakukan
pertemuan kampanye, namun saya tetap mengingatkan bahwa tujuan mereka
menghadiri acara tersebut adalah untuk mengenal calon bupatinya, apabila informasi
pada saat itu belum dirasa cukup, maka saya mengingatkan untuk mencari informasi
dari fihak ketiga mengenai bagaimana rekam jejak dari calon pemimpin tersebut.
Sehingga mereka dapat membandingkan yang mana dari dua pasang calon tersebut
yang pantas untuk menjadi pemimpin Lampung Barat 5 tahun kedepan. Tujuannya
supaya pada saat pemilihan umum mereka sudah dapat menentukan siapa yang akan
mereka pilih.”
4. Memanfaatkan Mading sebagai media peringatan pemilu yang jujur dan
adil.
Pemilihan umum atau pemilu merupakan ciri khas dari demokrasi. Dimana
dalam acara ini pemerintahan dalam priode yang dihadapi akan ditentukan mengenai
siapa yang akan menduduki posisinya. Karena vitalnya pemilihan umum terhadap
keberlangsungan pemerintahan, maka tentu proses pemilu juga harus dilakukan
dengan adil dan terbuka. pemilu harus menjunjung tinggi asas langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil. Sehingga dengan pemilu yang menjunjung 6 asas
tersebut pemerintahan akan dijalankan oleh orang yang memang menurut masyarakat
pantas untuk dijadikan pemimpin mereka. Selain itu pemilu yang berlandaskan pada
keenam asas tersebut akan menghasilkan pemimpin yang mengawali
kepemimpinannya dengan jujur. Bukan pemimpin yang mengawali kepemimpinan
dengan kecurangan dan ketidak adilan. Jika awal kepemimpinannya saja sudah
diwarnai dengan kecurangan, tentu akan sulit untuk mengharapkan pemerintahan
yang bersih dari kecurangan.
79
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 memiliki kesadaran yang tinggi terhadap
pemilihan umum yang jujur dan adil tersebut. bahwa pondok pesantren Miftahul
Huda 06 sangat ingin pemilu yang akan dilakukan pada tahun 2017 tersebut jauh dari
kecurangan dan ketidak adilan. Baik kecurangan yang terjadi pada proses kampanye,
proses pemungutan suara, maupun kecurangan yang mungkin dilakukan pada proses
penghitungan suara. Sebagai bentuk realisasi dari keinginannya tersebut, bahkan
pondok pesantren Miftahul Huda 06 memanfaatkan majalah dinding pondok
pesantren untuk mengkampanyekan pemilu yang jujur dan adil tersebut.
Analisis ini bersesuaian dengan apa yang dikatakan oleh pengelola madding
pondok pesantren Miftahul Huda 06. Beliau mengatakan bahwa:
“Madding ini dimanfaatkan untuk menyalurkan pendapat atau kritikan warga
pesantren atau juga bias menjadi wadah untuk para santri yang ingin mengasah
kemampuan menulis mereka, baik menulis artikel ataupun kaligrafi dan kalmia-
kalimat bijak dari para ulama islam terdahulu. Tentu para santri ataupun mereka yang
ingin memasang tulisan mereka di madding ini tidak dapat secara langsung
memasang tulisannya di madding, tetapi ada proses dan alur yang harus diikuti, yaiitu
pertama para santri akan menyerahkan hasil tulisannya kepada pengurus madding,
kemudian pengurus madding akan menyeleksi mana tulisan yang layak untuk
dipasang mana yang tidak, baru setelah selesai dari seleksi tersebut tulisan yang
dinyatakan layak pasang akan di pasang oleh pengurus madding. Tema karya tulis
yang dibuat biasanya musiman, sesuai dengan fenomena yang sedang hangat
ditengah-tengah masyarakat. Pada waktu menjelang pemilu 2017, banyak sekali
tulisan yang dikhususkan untuk menegakkan kejujuran, keadilan dan kepemimpinan.”
B. penerapan nilai demokrasi di pondok pesantren Miftahul Huda 06
Sebagai pondok pesantren salafi, pondok pesantren Miftahul Huda 06
menggunakan kitab-kitab klasik sebagai kitab rujukan pendidikan. Namun, walaupun
demikian, didalam proses pengajarannya pondok pesantren Miftahul Huda 06
bukanlah termasuk pondok pesantren yang kaku terhadap perkembangan berfikir para
80
santri. Banyak sekali strategi pembelajaran dan penyelenggaraan pondok pesantren
yang sistemnya diperbaharui sehingga lebih modern namun tetap memiliki ciri khas
sebagai pondok pesantren tradisional. Hal ini tentu merupakan salah satu bentuk dari
fungsi kyai yang merupakan tokoh sentral di pondok pesantren. Kyai yang memimpin
pondok pesantren Miftahul Huda 06 melakukan pembaharuan system yang bertujuan
untuk menjadikan pondok pesantren Miftahul Huda 06 sebagai tempat pembentukan
masyarakat yang berfikiran modern namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
agama islam.
bahwa system penyelenggaran pondok pesantren secara teoritis bukan system
penyelenggaraan yang berasaskan demokrasi. System penyelenggaraan dari pondok
pesantren lebih cenderung kepada pemerintahan kerajaan yang memiliki faham bahwa
kyai adalah tokoh utama yang memiliki kekuasaan mutlak terhadap pondok pesantren.
Hal ini mungkin saja terjadi karena memang pemerintahan demokrasi yang bukan
berasal dari ajaran agama islam, sehingga pondok pesantren yang secara alamiah
merupakan lembaga islam tentu akan memilih system pengelolaan yang islami. Dan
tentu saja demokrasi tidak akan menjadi pilihan dari para pengelola pondok pesantren.
meskipun menganut system penyelenggaraan yang berbasis kekuasaan kyai,
namun pondok pesantren Miftahul Huda 06 tetap menjalankan dan menerapkan
beberapa asas dari demokrasi dalam kegiatan operasionnalnya. Beberapa poin yang
menurut penulis merupakan sebuah penerapan asas demokrasi dari pondok pesantren
Miftahul Huda 06 adalah sebagai berikut:
1. Menjunjung kebebasan santri
81
Salah satu ciri-ciri dari sistem pemerintahan demokrasi adalah kebebasan
menentukan pilihan atau kebebasan berpendapat. dalam system pemerintahan
demokrasi, nilai yang berperan didalamnya adalah nilai kebebasan yang
bertanggungjawab. Kebebasan yang bertanggungjawab adalah kebebasan yang tetap
memperhatikan kebebasan orang lain yang juga memiliki kebebasan yang sama.
Jangan sampai terjadi jika kebebasan yang dilakukan akan menghambat atau bahka
menghilangkan kebebasan orang lain. Jika kebebasan yang dilakukan oleh seseorang
mengganggu kebebasan orang lain, maka yang akan timbul adalah konflik, karena
ada seseorang yang merasa kebebasannya tidak dihargai.
Kebebasan dalam kehidupan demokratis lebih ditekankan kepada kebebasan
menentukan pilihan, kebebasan berpendapat serta kebebasan mengekspresikan diri
atau aktualisasi diri, bukan kebebasan bertindak yang dapat mengganggu orang-orang
yang ada disekitar kita.
Didalam penyelenggaraan pondok pesantren, kyai Babussalam Asysya’roni
selaku pengasuh pondok pesantren Miftahul Huda 06 sangat mengutamakan akan
kebebasan para santrinya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan kyai Babussalam
Asysya’roni pada saat penulis melakukan wawancara:
“Pondok pesantren Miftahul Huda merupakan tipe pesantren salaf. Namun
untuk kenyamanan dalam belajar, pondok pesantren memberikan pilihan ustadz
kepada para santri untuk mengajar mereka dalam mata pelajaran tertentu. Setidaknya
ada 2 orang ustadz dari setiap mata pelajaran yang dapat mereka pilih untuk
menunjang proses kegiatan belajar mengajar yang ada di pondok pesantren Miftahul
Huda. Hal ini kami lakukan agar para santri memiliki kenyamanan dalam menimba
ilmu di pondok pesantren Miftahul Huda 06 ini. Sehingga ilmu yang dipelajari dapat
lebih mudah untuk diingat dan diamalkan oleh santri.”
82
2. Memberikan kesempatan yang sama kepada santri
Kesempatan merupakan hal yang sangat diperlukan oleh seseorang terutama
apabila seseorang tersebut masih dalam proses pembelajaran atau proses pendidikan.
Sebuah kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi misalnya,
merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi para pelajar yang sedang
menempuh pendidikan. Bahkan ada ungkapan-ungkapan yang mengatakan bahwa
bagi mereka yang sangat menginginkan pendidikan namun tidak memiliki
kesempatan untuk mewujudkannya maka kesedihan yang akan Nampak dari raut
mukanya. Ungkapan ini memberikan pemahaman bahwa kesempatan merupakan hal
yang sangat tinggi nilainya.
demokrasi adalah sebuah system pemerintahan yang menjamin persamaan hak
warga negaranya. Setiap warga Negara penganut system demokrasi memiliki hak
yang sama dalam mengatur kehidupannya, serta memiliki hak yang sama untuk
menikmati program dari pemerintahnya.
Kyai Babussalam Asysya’roni sebagai kyai pondok pesantren Miftahul Huda
06 membuat kebijakan persamaan hak ini dalam system pembelajaran yang dilakukan
dipondok pesantren Miftahul Huda 06. Bentuk persamaan hak ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh H. M.Syukron Djazilan Badri pada saat diwawancarai pada tanggal 5
februari 2018:
“pendidikan tidak dipandang sebagai proses pemaksaan dari seseorang
pendidik untukmenentukan setiap langkah yang harus diterima oleh peserta didiknya
secara individual” dengan demikian dalam proses pembelajaran harus dilandasi oleh
nilai–nilai demokrasi yaitu dengan penghargaan terhadap kemampuan peserta didik,
menerapkan persamaan kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta didik
83
sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk
mengmbangkan kemampuannya tersebut. Dalam proses pembelajaran harus dihindari
suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan, sarat dengan perintah dan
instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak bergairah, cepat bosan
dan mengalami kelelahan. Sebab semua itu pasti akan menghambat terserapnya ilmu
pengetahan yang mereka pelajari.”
3. Menyediakan media penyalur aspirasi santri
Kebebasan berpendapat merupakan satu nilai demokrasi yang sangat khas.
bahkan system pemerintahan selain demokrasi tidak memiliki nilai kebebasan
berpendapat ini. Kebebasan berpendapat tidak dijamin keberadaannya dalam system
pemerintahan selain demokrasi, tapi dalam Negara demokrasi, kebebasan
berpendapat menjadi satu hal yang sangat terjamin keberadaannya. Masyarakat dapat
dengan bebas menyatakan aspirasi dan pendapatnya, yang diatur hanyalah cara
penyampaian pendapat atau aspirasi tersebut. Dalam menyampaikan aspirasinya,
masyarakat tentu harus memperhatikan kode etik dan peraturan tentang kesopanan
(artinya jangan sampai aspirasi disampaikan dengan cara yang tidak layak atau tidak
sopan dilakukan), pencemaran nama baik (apabila aspirasi tersebut menyangkut
orang atau tokoh tertentu, maka harus diperhatikan konteksnya, jangan sampai
aspirasi tersebut hanyalah hoax yang dapat mencemarkan nama baik tokoh
bersangkutan), ketenangan umum (dalam menyampaikan aspirasi atau pendapat,
masyarakat sebagai warga Negara penganut system demokrasi tidak dibenarkan untuk
mengganggu ketenangan umum, misalnya mengganggu ketenangan peribadatan atau
mengganggu proses pendidikan.
84
Demokrasi harus didukung oleh kebebasan individu dalam mengekpresikan
gagasan dan kreativitasnya. Karena demokrasi menuntut kebebasan berpendapat,
maka tidak akan ada sensor terhadap pendapat seorang warga masyarakat.
Kebebasan berpendapat yang tidak tersensor dalam pernyataan tersebut berarti
masyarakat bebas menyatakan aspirasinya tanpa boleh dikekang atau ditutup-tutupi
oleh fihak-fihak tertentu.
Ky Babussalam Asysya’roni, selaku pengasuh pondok pesantren Miftahul
Huda 06 sangat mendukung akan adaya kebebasan berpendapat ini. Kebebasan
berpendapat ini bahkan difasilitasi oleh pondok pesantren Miftahul Huda 06 dengan
menyediakan madding (majalah dinding) sebagai wadah para santri dan ustadz yang
ingin menyampaikan aspirasi, pendapat tentang sebuah permasalahan, atau sekedar
mempublikasikan karya tulis yang mereka buat.
Pendapat diatas diperkuat dengan jawaban dari M. Zaini Dahlan saat penulis
mewawancarai beliau dipondok pesantren Miftahul Huda pada tanggal 5 februari 2018:
“Kebanyakan orang kan merasa canggung untuk menyampaikan aspirasinya
jika harus dilakukan secara langsung dalam sebuah musyawarah atau pertemuan
langsung, makanya kami selaku rois pondok pesantren Miftahul Huda menyediakan
madding sebagai media penyalur aspirasi para santri dan ustadz. Sehingga setiap
orang dapat menyampaikan aspirasinya melalui madding tersebut. Penempatannya di
masjid Karena masjid kan sebagai tempat yang akan dikunjungi oleh semua lapisan
pondok pesantren, baik kiyai, ustadz, santri, bahkan masyarakat sekitar pondok
pesantren. Jadi aspirasi yang disampaikan bias dilihat dan dibaca oleh semua lapisan
pondok pesantren. Makanya madding ini kami letakkan di masjid pondok pesantren
ini.”
Keberadaan madding di pondok pesantren Miftahul Huda 06 ini menjadi
bentuk upaya pondok pesantren dalam mewujudkan nilai-nilai demokrasi di pondok
pesantren Miftahul Huda 06.
85
4. Menerapkan pemilu untuk menentukan perwakilan kiyai.
System pemerintahan demokrasi adalah system pemerintahan yang
pemimpinnya ditentukan melalui pilihan mayoritas warga negaranya. Salah satu sisi
positif dari penentuan pemimpin dengan suara terbanyak ini adalah dihasilkannya
pemimpin yang sosoknya diinginkan oleh sebagan besar rakyatnya. Dengan demikian
peraturan atau kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemimpin tersebut
berkemungkinan besar untuk mudah diterima dan di jalankan oleh masyarakatnya.
Hal ini tentu didasari oleh pemikiran bahwa pemimpin tersebut terpilih karena
masyarakat yang menunjuk, maka kebijakannya harus pula masyarakat menerimanya.
Pemilihan umum merupakan kesempatan bagi para warga negara untuk
memilih pejabat-pejabat pemerintah dan memutuskan apakah yang mereka inginkan
untuk dikerjakan oleh pemerintah. Dan dalam membuat keputusannya itu para warga
negara menentukan apakah sebenarnya yang mereka inginkan untuk dimiliki.
Pondok pesantren Miftahul Huda 06 juga menggunakan system pemilihan
umum untuk menentukan pemimpin santri (ro’is). Pemilihan umum yang dilakukan
memang tidak berkala sebagaimana pemilihan kepala daerah, namun pemilihan yang
dilakukan untuk menentukan ro’is atau ketua pondok ini merupakan bentuk
perwujudan demokrasi di pondok pesantren Miftahul Huda 06.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh ky. Babussalam Asysya’roni pada saat
diwawancarai pada tanggal 5 februari 2018.:
“Penunjukkan rois dan perangkat penyelenggara pondok pesantren dilakukan
melalui pemilihan umum oleh santri, sehingga santri akan mengetahui dan mengenal
kepengurusan yang berjalan, namun mekanisme tidak seperti pemilihan umum yang
86
dilakukan oleh sekolah umum dalam menentukan pengurus OSIS nya, disini tidak
ada pendaftaran calon, artinya para santri tidak berhak untuk mencalonkan diri, tetapi
kyai lah yang berhak menunjuk siapa yang akan menjadi calon rois dan pengurusnya,
baru kemudian para santri diberikan kebebasan untuk memilih siapa yang akan
dijadikan rois, kalau dari segi mekanisme pemungutan suara sampai pada
penghitungan suara itu sama saja dengan pemilihan umum yang lainnya, dimana para
santri akan memberikan satu suara kepada calon rois, kemudian setelah semua suara
telah diberikan baru kemudian kita lakukan penghitungan suara, nanti yang memiliki
suara terbesar dia yang akan menjadi rois di pondok pesantren Miftahul Huda 06
dalam satu priode, yaitu selama 2,5 tahun atau jika rois tersebut melanggar peraturan
pondok pesantren”.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demokrasi adalah sebuah system pemerintahan dan pondok pesantren adalah
lembaga pendidikan berbasis Islam yang berada dibawah pemerintahan demokrasi.
Sebagai sebuah lembaga yang berada dibawah pemerintahan yang bersistem
demokrasi, maka pondok pesantren Miftahul Huda 06 turut berpartisipasi dalam
terwujudnya proses demokrasi di kabupaten Lampung Barat pada tahun 2017.
Sebagai partisipasi dalam kegiatan pesta demokrasi tahun 2017 di kabupaten
Lampung Barat, pondok pesantren Miftahul Huda 06 mengikuti berbagai rangkaian
kegiatan pesta demokrasi tersebut. Mulai dari masa kampanye, masa pemilihan
hingga masa perhitungan hasil pemilihan. Partisipasi tersebut merupakan upaya
pondrok pesantren Miftahul Huda 06 dalam menerapkan nilai-nilai demokrasi pada
pemilukada 2017 kabupaten Lampung Barat.
Sebagai bentuk penerapan nilai demokrasi di pondok pesantren Miftahul Huda
06, maka beberapa program kegiatan maupun fasilitas pondok pesantren dilakukan
dengan menerapkan nilai-nilai demokrasi didalamnya. Beberapa kegiatan pondok
pesantren yang merupakan bentuk penerapan nilai demokrasi diantaranya adalah
mengupayakan kebebasan santri menentukan ustadz Pembina pengajian, Memberikan
kesempatan yang sama kepada santri dalam kegiatan pengkajian ilmu, Menyediakan
media penyalur aspirasi santri, menerapkan pemilihan umum untuk menunjukkan
ro’is, menerapkan gotong royong dalam berbagai kegiatan.
89
B. Saran – Saran
sebelum menutup bab ini, kiranya perlu dikemukakan saran-saran terkait
dengan tema skripsi ini.
bahwasanya Islam adalah agama yang sempurna, setiap ajarannya adalah
ajaran yang mengandung kebaikan. Maka tidak ada kebaikan-kebaikan didunia yang
bertentangan dengan ajaran islam. demokrasi memang bukan system pemerintahan
yang berasal dari agama islam. namun nilai-nilai kebaikan yang ada dalam demokrasi
tentu tidak bertentangan dengan ajaran islam. nilai-nilai kebaikan yang tidak
bertentangan dengan Islam ini dapat menjadi peluang bagi aktifis Islam yang ingin
menjalankan syariat Islam dan tidak mengundang permsalahan dalam kegiatan
bernegara, sehingga terwujudlah Islam yang rahmatan lil ‘alamiin. Kepada pondok
pesantren Miftahul Huda 06, bahwa penyelenggaraan pesantren dengan
memperhatikan nilai-nilai demokrasi dapat menjadi penanaman pemahaman secara
tidak langsung kepada santri bahwa Islam dapat hidup berdampingan dengan semua
system dimuka bumi, termasuk demokrasi, maka penerapan nilai-nilai demokrasi
dipondok pesantren sangat perlu untuk dilakukan dengan lebih detail dan teliti agar
pondok pesantren benar-benar mencetak calon masyarakat yang menjadi pencerah
dalam kehidupan bermasyarakat.
Bagi fakultas Ushuluddin besar harapan penulis agar melakukan pengkajian
yang lebih luas tentang demokrasi dan Islam. agar pembahasan yang dilakukan dapat
lebih mendalam dan lebih luas kajiannya
90
Bagi mahasiswa fakultas Ushuluddin karena beragama tidak harus menjadi
penentang Negara, maka nilai-nilai bernegara yang tidak bertentangan dengan syariat
Islam perlu untuk didukung pelaksanaannya.
c. Penutup
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan Rahmat serta Hidayahnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan lancar dan tanpa hambatan yang
berarti, serta tidak lupa penulis haturkan shalawat serta salam kepada baginda Nabi
agung Muhammad SAW yang senantiasa dinanti-nantikan syafa’atnya dihari akhir
nanti. Atas segala saran serta kritik dari semua pembaca yang budiman, penulis
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga semoga Allah SWT dapat memberikan
ganjaran yang sesuai dengan amal ibadahnya.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu serta memberikan motivasi kepada penulis, semoga semua yang diberikan
kepada penulis menjadi amal shaleh disisi Allah SWT.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Sekretariat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin, UIN Raden Intan Lampung, KodePos 35131Telp (0721) 78088 / Fax 780422
RESUMEN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA (SENIN 5 FEBRUARI 2018, PUKUL
08:30 PAGI DI KANTOR PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA 06)
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : H. M.Syukron Djazilan Badri
Umur :42
Jabatan : Ustadz Pondok Pesantren Miftahul Huda 06.
Jenis kelamin :laki-laki
Alamat : desa Sukapura Kecamatan Sumberjaya Lampung Barat
II. HASIL WAWANCARA
Peneliti :Bagaimana pandangan bapak mengenai system pergantian pemimpin setiap lima
tahun yang ada pada pemerintahan demokrasi di Negara kita?
H. M. Syukron Djazilan Badri : penyelenggaraan pemerintahan itu memang harus dilakukan
dengan sangat cermat, mengingat penyelenggaraan itu adalah penentu
kesejahteraan mayarakat serta aspek social budaya dan agama yang ada
didalamnya. Dengan adanya pergantian pemimpin setiap lima tahun, maka aka
nada pembaruan ide dan sosok pemimpin untuk dapat membawa Negara ini
menjadi lebih maju lagi.
Peneliti : lalu menurut bapak apakah cara penentuan pemimpin dengan pemilihan umum
cukup efektif dalam menghasilkan pemimpin yang ideal?
H. M. Syukron Djazilan Badri: saya sangat setuju dengan pemilihan umum sebagai cara
menentukan pemimpin. Sebab dengan dipilihnya pemimpin secara langsung oleh
rakyat, maka kita akan melihat siapa pemimpin yang diinginkan oleh masyarakat,
sehingga pemerintahan atau kebijakan-kebijakan yang dibuat tentu akan dipatuhi
oleh rakyat, sebab mereka lah yang memilih pemimpin tersebut sebagai pemimpin
mereka. Namun memang sering kita temui kenyataan bahwa masyarakat kita
memilih pemimpin bukan karena kemampuan atau kepantasan calon tersebut
untuk menjadi pemimpin, tetapi mereka banyak yang memilih karena
mendapatkan bayaran, inilah yang membuat pemimpin yang dihasilkan dari
pemilu malah sering melakukan tindakan-tindakan yang merugikan rakyat.
Peneliti :dari fihak pondok pesantren apakah ada pengarahan untuk memilih kepada salah
satu calon saja pak?
H. M. Syukron Djazilan Badri: kalau pengarahan tidak ada, kita hanya diarahkan untuk
mendukung terciptanya pemilukada yang bersih saja. Kalau tentang pilihan
pribadi tidak ada pengarahan dari fihak pondok pesantren ataupun kiyai. Memang
kiyai pernah menyampaikan tentang pilihan, tapi bukan pengarahan kepada salah
satu calon. Kiyai hanya menunjukkan bagaimana cara menentukan pilihan yang
benar.
Peneliti : kalau dari kyai pondok pesantren sendiri apakah pernah melakukan pertemuan
dengan salah satu calon bupati pada saat itu pak?
H. M. Syukron Djazilan Badri: Setau saya kalau pertemuan pribadi seperti calon bupati yang
berkunjung ke kediaman kyai, itu tidak pernah.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Sekretariat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin, UIN Raden Intan Lampung, KodePos 35131Telp (0721) 78088 / Fax 780422
RESUMEN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA (SENIN 5 FEBRUARI 2018, PUKUL
08:30 PAGI DI KANTOR PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA 06)
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : H. M.Syukron Djazilan Badri
Umur :42
Jabatan : Ustadz Pondok Pesantren Miftahul Huda 06.
Jenis kelamin :laki-laki
Alamat : desa Sukapura Kecamatan Sumberjaya Lampung Barat
II. HASIL WAWANCARA
Peneliti :Bagaimana pandangan bapak mengenai system pergantian pemimpin setiap lima
tahun yang ada pada pemerintahan demokrasi di Negara kita?
H. M. Syukron Djazilan Badri : penyelenggaraan pemerintahan itu memang harus dilakukan
dengan sangat cermat, mengingat penyelenggaraan itu adalah penentu
kesejahteraan mayarakat serta aspek social budaya dan agama yang ada
didalamnya. Dengan adanya pergantian pemimpin setiap lima tahun, maka aka
nada pembaruan ide dan sosok pemimpin untuk dapat membawa Negara ini
menjadi lebih maju lagi.
Peneliti : lalu menurut bapak apakah cara penentuan pemimpin dengan pemilihan umum
cukup efektif dalam menghasilkan pemimpin yang ideal?
H. M. Syukron Djazilan Badri: saya sangat setuju dengan pemilihan umum sebagai cara
menentukan pemimpin. Sebab dengan dipilihnya pemimpin secara langsung oleh
rakyat, maka kita akan melihat siapa pemimpin yang diinginkan oleh masyarakat,
sehingga pemerintahan atau kebijakan-kebijakan yang dibuat tentu akan dipatuhi
oleh rakyat, sebab mereka lah yang memilih pemimpin tersebut sebagai pemimpin
mereka. Namun memang sering kita temui kenyataan bahwa masyarakat kita
memilih pemimpin bukan karena kemampuan atau kepantasan calon tersebut
untuk menjadi pemimpin, tetapi mereka banyak yang memilih karena
mendapatkan bayaran, inilah yang membuat pemimpin yang dihasilkan dari
pemilu malah sering melakukan tindakan-tindakan yang merugikan rakyat.
Peneliti :dari fihak pondok pesantren apakah ada pengarahan untuk memilih kepada salah
satu calon saja pak?
H. M. Syukron Djazilan Badri: kalau pengarahan tidak ada, kita hanya diarahkan untuk
mendukung terciptanya pemilukada yang bersih saja. Kalau tentang pilihan
pribadi tidak ada pengarahan dari fihak pondok pesantren ataupun kiyai. Memang
kiyai pernah menyampaikan tentang pilihan, tapi bukan pengarahan kepada salah
satu calon. Kiyai hanya menunjukkan bagaimana cara menentukan pilihan yang
benar.
Peneliti : kalau dari kyai pondok pesantren sendiri apakah pernah melakukan pertemuan
dengan salah satu calon bupati pada saat itu pak?
H. M. Syukron Djazilan Badri: Setau saya kalau pertemuan pribadi seperti calon bupati yang
berkunjung ke kediaman kyai, itu tidak pernah.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Sekretariat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin, UIN Raden Intan Lampung, Kode Pos 35131Telp (0721) 78088 / Fax 780422
RESUMEN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA (SELASA 6 FEBRUARI
2018, PUKUL 15:00 SORE DI KANTIN KEJUJURAN PONDOK PESANTREN
MIFTAHUL HUDA 06)
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Sabitta Izzati
Umur :23
Jabatan : -
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : dusun tuguratu kecamatan Suoh Lampung Barat
Pekerjaan :santri
II. HASIL WAWANCARA
Peneliti :sejak tahun berapa anda menjadi santri di pondok pesantren Miftahul
Huda 06?
Sabitta Izzati: saya menjadi santri di pondok pesantren Miftahul Huda 06 sejak tahun
2011
Peneliti : apakah anda sudah ikut memilih waktu pemilukada 2017 kemarin?
Sabitta Izzati : iya. Saya sudah ikut memilih waktu itu.
Peneliti : dimana anda memilih waktu itu?
Sabitta Izzati: saya memilih di kecamatan Suoh
Peneliti : lalu bagaimana dengan kegiatan mengaji anda kalau anda memilih di
kecamatan Balik Bukit?
Sabitta Izzati: kita diberikan libur 2 hari untuk memilih kalau yang jauh, jadi ya
nggak papa saya pulang dulu untuk memilih
Peneliti :adakah pengarahan dari kyai tentang pemilihan umum 2017 tersebut?
Sabitta Izzati: ada, waktu itu kyai mengarahkan bahwa pemilu ini penting untuk
kelangsungan kabupaten Lampung Barat, jadi kita nggak boleh main-
main dalam menentukan pilihan kita.
Peneliti : selain pengarahan itu, apa ada pengarahan lain, missal waktu
kampanye, atau waktu pemungutan suara?
Sabitta Izzati: untuk waktu kampanye kita diarahkan agar menghadiri pertemuan
kampanye.yang ada didesa Sukapura ini.
Peneliti : apa hal yang didapatkan waktu menghadiri pertemuan kampanye itu?
Sabitta Izzati: ya waktu kampanye itu calon bupati memperkenalkan diri, tentang
darimana asalnya, apa sukunya, apa jabatan sebelum mencalonkan diri,
apa program yang akan diberikan kalau jadi bupati, ya perkenalan
biasa aja.
Peneliti : kalau dari kyai pernah nggak ngasih saran untuk milih siapa diantara
dua calon itu?
Sabitta Izzati: saran yang diberikan kyai setau saya hanya cara yang bisa dilakukan
untuk menentukan pilihan saja. Kyai nggak pernah kalau mengarahkan
harus memilih pasangan tertentu dari dua pasangan calon itu.
Peneliti : pernah nggak kalau masa kampanye itu calon bupatinya datang
kepondok?
Sabitta Izzati: kalau calon bupati yang datang kepondok setau saya nggak pernah
Waktu kampanye itu santri yang laki-laki yang datang ketempat
petemuan. kalau calon bupatinya nggak ke pondok
Peneliti : waktu pertemuan kampanye itu kyai ikut hadir juga apa nggak?
Sabitta Izzati: nggak. Kyai nggak ikut hadir, kyai di pondok saja, santri laki-laki sama
ustadz yang hadir waktu itu
Peneliti : banyak yang hadir nggak santri dan ustadz waktu pertemuan kampanye
itu?
Sabitta Izzati: saya nggak tau. Kan saya nggak ikut pertemuan itu.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Sekretariat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin, UIN Raden Intan Lampung, Kode Pos 35131Telp (0721) 78088 / Fax 780422
RESUMEN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA (SELASA 6 FEBRUARI
2018, PUKUL 15:00 SORE DI KANTIN KEJUJURAN PONDOK PESANTREN
MIFTAHUL HUDA 06)
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Wawan Saefullah
Umur :24
Jabatan : -
Jenis kelamin :laki-laki
Alamat : dusun Muara Aman kecamatan Balik Bukit Lampung Barat
Pekerjaan :santri
II. HASIL WAWANCARA
Peneliti :sejak tahun berapa anda menjadi santri di pondok pesantren Miftahul
Huda 06?
Wawan Saefullah: saya menjadi santri di pondok pesantren Miftahul Huda 06 sejak
tahun 2010
Peneliti : apakah anda sudah ikut memilih waktu pemilukada 2017 kemarin?
Wawan Saefullah : iya. Saya sudah ikut memilih.
Peneliti : dimana anda memilih waktu itu?
Wawan Saefullah: saya memilih di balik bukit.
Peneliti : lalu bagaimana dengan kegiatan mengaji anda kalau anda memilih di
kecamatan Balik Bukit?
Wawan Saefullah: kita diberikan libur 2 hari untuk memilih kalau yang jauh, jadio ya
nggak papa saya pulang dulu untuk memilih
Peneliti :adakah pengarahan dari kyai tentang pemilihan umum 2017 tersebut?
Wawan Saefullah: ada, waktu itu kyai mengarahkan bahwa pemilu ini penting untuk
kelangsungan kabupaten Lampung Barat, jadi kita nggak boleh main-
main dalam menentukan pilihan kita.
Peneliti : selain pengarahan itu, apa ada pengarahan lain, missal waktu
kampanye, atau waktu pemungutan suara?
Wawan Saefullah: untuk waktu kampanye kita diarahkan agar menghadiri pertemuan
kampanye.yang ada didesa Sukapura ini.
Peneliti : apa hal yang didapatkan waktu menghadiri pertemuan kampanye itu?
Wawan Saefullah: ya waktu kampanye itu calon bupati memperkenalkan diri, tentang
darimana asalnya, apa sukunya, apa jabatan sebelum mencalonkan diri,
apa program yang akan diberikan kalau jadi bupati, ya perkenalan
biasa aja.
Peneliti : kalau dari kyai pernah nggak ngasih saran untuk milih siapa diantara
dua calon itu?
Wawan Saefullah: saran yang diberikan kyai setau saya hanya sebatas pada
bagaimana menentukan pilihan saja. Kyai nggak pernah kalau
mengarahkan harus memilih pasangan a atau b.
Peneliti : pernah nggak kalau masa kampanye itu calon bupatinya datang
kepondok?
Wawan Saefullah: kalau datang kepondok nggak pernah. Pertemuannya dirumah
warga, kita yang disuruh sama kyai kalau mau tau siapa calonnya ya
datang aja kata kyai.
Peneliti : waktu pertemuan kampanye itu kyai ikut hadir juga apa nggak?
Wawan Saefullah: nggak. Kyai nggak ikut hadir, kyai di pondok saja, kita santri sama
ustadz yang hadir waktu itu
Peneliti : banyak yang hadir nggak santri dan ustadz waktu pertemuan kampanye
itu?
Wawan Saefullah: ya banyak, hampir semua santri laki-laki yang sudah memiliki hak
pilih ikut hadir dalam pertemuan kampanye itu, cuman ada beberapa
yang nggak ikut hadir karena pertemuannya malam dan ada santri yang
baru sembuh, jadi dia tidak ikut. Kalau yang perrempuan memang
nggak ada yang ikut waktu itu karna pertemuannya malam
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Sekretariat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin, UIN Raden Intan Lampung, KodePos 35131Telp (0721) 78088 / Fax 780422
RESUMEN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA (SENIN 5 FEBRUARI 2018,
PUKUL 07:30 PAGI DI MASJID JAMI’ AL KHAIRIYAH PONDOK
PESANTREN MIFTAHUL HUDA 06)
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :kyai Babussalam Asysya’roni
Umur :52
Jabatan : pengasuh pondok pesantren Miftahul Huda.
Pekerjaan : da’i
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Pondok pesantren Miftahul Huda 06, jl Rahmat Syatori no
92, Sukapura, Sumberjaya, Lampung Barat.
II. HASIL WAWANCARA
Peneliti: bagaimana demokrasi menurut pandangan kyai?
Kyai Babussalam Asysya’roni: demokrasi itu sebuah cara menjalankan roda
pemerintahan. Ada pemerintahan yang didalam menjalankan negaranya
menggunakan sistem kerajaan, ada yang menggunakan sistem khilafah,
seperti pada masa khulafaurrasyidin, dan ada yang mengunakan sistem
pemerintahan demokrasi seperti di negara kita ini. Sistem pemerintahan
demokrasi kalau menurut saya pribadi merupakan sistem pemerintahan
yang cocok dilakukan pada masyarakat modern seperti sekarang ini. Sebab
masyarakat tidak hanya bertindak sebagai objek pemerintahan, namun juga
dapat menjadi pengisi posisi pemerintahan. Selain itu pada sistem
demokrasi, masyarakat dapat menentukan sendiri siapa yang akan menjadi
calon pemimpin mereka. Namun memang dibalik itu semua menurut
pandangan saya selaku orang islam, ada kekurangan pada sistem demokrasi
ini. Yaitu ada kesempatan bagi seorang yang tidak punya standar
kepemimpinan menurut islam untuk menjadi pemimpin. Terlebih jika
kesadaran masyarakat dalam menentukan pilihan yang kurang objektif atau
yang sering kita lihat adalah masyarakat memilih seorang yang pada masa
kampanye membagi-bagikan uang misalnya.
Peneliti: Bagaimana partisipasi pondok pesantren Miftahul Huda 06 dalam
pemilukada di lampung barat pada tahun 2017?
kyai Babussalam Asysya’roni: Sebagai wadah pendidikan, kita memang tidak
disentuh pada saat kampanye menjelang pemilukada 2017 kemarin, tetapi
karena kita menyadari bahwa keberlangsungan pemilu tersebut akan
mempengaruhi keberlangsungan kabupaten Lampung Barat, yang secara
tidak langsung tentu akan mempengaruhi kita sebagai salah satu lembaga
yang berdiri di wilayah pemerintahan kabupaten Lampung Barat. Makanya
kita sangat memperhatikan keberlangsungan pemilu tersebut. Kita ikut
mengawasi agar pemilu tersebut dapat berjalan dengan lancar, tidak
terdapat kecurangan, dan menghasilkan pemimpin yang berkwalitas bagi
Lampung Barat.
Peneliti: pengawasan yang seperti apa yang dilakukan oleh pondok pesantren
Miftahul Huda 06 pada pemilukada tersebut?
kyai Babussalam Asysya’roni: ya kita melakukan pengawasan dengan cara tidak
meninggalkan aktifitas politik terutama yang ada di desa Sukapura
ini.misal ini kan para ustadz kita banyak yang memiliki kegiatan luar
pondok seperti buruh bangunan, bertani, budidaya ikan dan lain
sebagainya, artinya ustadz kita memiliki waktu untuk berbaur dengan
masyarakat secara langsung. Jadi menjelang pemilu itu saya sendiri
memang sudah mengingatkan kepada para ustadz khususnya untuk
mencermati kegiatan-kegiatan politik yang ada di lapisan terbawah yaitu
masyarakat kecil. Jangan sampai terjadi kecurangan-kecurangan seperti
money politik atau yang sejenisnya.
Peneliti: untuk materi-materi dakwah sendiri apa para ustadz diarahkan secara khusus
untuk mengingatkan akan kejujuran berpolitik ini?
kyai Babussalam Asysya’roni: betul. Saya menganjurkan kepada para ustadz untuk
menyampaikan pandangan islam mengenai kejujuran juga mengenai
kecurangan. Ini kan kegiatan di desa ini ada yasinan bapak-bapak setiap
malam jumat di rumah penduduk secara bergiliran. Sebelum membaca
rangkaian yasin dan tahlil diadakan kultum, yang mengisi kultum itu
memang dari ustadz kita disini sering dimintai kesedian untuk mengisinya.
Nah pada kesempatan-kesempatan seperti itulah ustadz-ustadz kita ini
menyampaikan dakwah yang berisi tentang ancaman-ancaman bagi orang
yang berlaku curang, menyuap, atau yang lain sebagainya.
peneliti: Adakah upaya yang dilakukan pondok pesantren kepada para santri terkait
pemilihan umum tahun 2017?
kyai Babussalam Asysya’roni: saya sendiri selalu menyampaikan dalam beberapa
kesempatan menjelang pemilu tahun 2017 bahwa para santri juga
merupakan warga Negara Indonesia yang memiliki hak untuk menyuarakan
pilihannya pada acara pemilihan umum tersebut, jadi mereka memiliki
kebebasan untuk menentukan pilihannya. Namun tetap saya pribadi
mengingatkan bahwa pada saat mereka menentukan pilihan waktu
pencoblosan, maka mereka saat itu sedang bersaksi kepada Allah nahwa
pilihannya tersebut layak untuk menjadi pemimpin Lampung Barat 5 tahun
kedepan maka mereka perlu benar-benar berhati-hati dalam menentukan
pilihan, perhatikan baik-baik siapa yang akan mereka pilih tersebut
peneliti: apakah ada perbedaan hak antara santriwan dan santriwati dalam mengikuti
demokrasi pada tahun 2017 ?
kyai Babussalam Asysya’roni: didalam memberikan suara saya tidak membedakan
antara santri laki-laki dan santri perempuan. Semua sama saja, lagi pula
pemberian suara kan dilakukan pada siang hari, jadi yang perempuan tidak
akan bermasalah walaupun ikut datang ke tempat pemungutan suara.
kecuali pada pertemuan kampanye yang dilakukan malam hari, santriwati
memang tidak saya izinkan untuk mengikuti pertemuan.
Peneliti: apakah kyai memberikan pengarahan secara langsung untuk memilih salah
satu pasangan calon bupati?
Kyai Babussalam Asysya’roni: saya tidak pernah memberikan pengarahan kepada
para santri untuk memilih salah satu pasangan calon bupati.
Peneliti: Pada saat kegiatan pemungutan suara pada pemilukada tahun 2017 tersebut
apakah pondok pesantren MIftahul Huda 06 ikut berpartisipasi?
kyai Babussalam Asysya’roni: Pemungutan suara pada pemilukada 2017 tersebut
sangat menetukan bagaimana kepemimpinan kabupaten Lampung Barat 5
tahun kedepan, jadi tentu kami sangat tidak menginginkan proses vital
tersebut diwarnai oleh kecurangan-kecurangan, makanya saya mengizinkan
pada waktu ketua dusun (KADUS) meminta bantuan tenaga kepada
pondok pesantren untuk membantu mengawal berlangsungnya proses
pemungutan suara tersebut. Pada waktu itu ada dua orang ustadz kita yang
ikut berpartisipasai sebagai petugas pelaksana pemungutan suara di desa
sukapura ini, yaitu ustadz hadi, dan ustadz wawan. Saya rasa itu sudah
cukup untuk menunjukkan bahwa pondok pesantren Miftahul Huda sangat
mendukung berlangsungnya pemilihan umum yang lancar, jujur dan tidak
terdapat kecurangan-kecurangan didalamnya.
Peneliti: Apakah santri dan ustadz diberikan izin untuk mengikuti kegiatan kampanye
yang dilakukan sebelum pemilukada tersebut?
kyai Babussalam Asysya’roni :Kampanye itu sebenarnya sebagai media bagi
masyarakat untuk dapat mengenal siapa calon pemimpinnya dan apa saja
program kerja yang akan dilakukannya apabila dia terpilih, bukan seperti
fenomena saat ini yang justru menjadikan kampanye sebagai waktu untuk
mencari keuntungan ekonomi saja. Terkait kampanye sebelum pemilukada
2017 kemarin, saya memang mengizinkan ustadz dan santri untuk ikut
hadir saat pasangan-pasangan calon bupati melakukan pertemuan
kampanye, namun saya tetap mengingatkan bahwa tujuan mereka
menghadiri acara tersebut adalah untuk mengenal calon bupatinya, apabila
informasi pada saat itu belum dirasa cukup, maka saya mengingatkan untuk
mencari informasi dari fihak ketiga mengenai bagaimana rekam jejak dari
calon pemimpin tersebut. Sehingga mereka dapat membandingkan yang
mana dari dua pasang calon tersebut yang pantas untuk menjadi pemimpin
Lampung Barat 5 tahun kedepan. Tujuannya supaya pada saat pemilihan
umum mereka sudah dapat menentukan siapa yang akan mereka pilih.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Sekretariat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin, UIN Raden Intan Lampung, Kode Pos 35131Telp (0721) 78088 / Fax 780422
RESUMEN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA (SELASA 6 FEBRUARI 2018, PUKUL
10:00 PAGI DI KANTIN KEJUJURAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA 06)
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Muhammad Alki Hasan
Umur :30
Jabatan : Santri pengelola mading Pondok Pesantren Miftahul Huda 06.
Alamat : dusun Sidomukti kecamatan Bandar Negeri Suoh Lampung Barat
Pekerjaan :santri
II. HASIL WAWANCARA
Peneliti :apakah anda sudah berada di pondok pesantren ini saat pemilukada 2017 Lampung
Barat kemarin?
Muhammad Alki Hasan: iya saya sudah menjadi santri waktu itu.
Peneliti : apakah anda sudah ikut memilih waktu itu?
Muhammad Alki Hasan : iya. Saya sudah ikut memilih.
Peneliti : dimana anda memilih waktu itu?
Muhammad Alki Hasan: saya memilih ditempat asal saya, di dusun Sidomukti kecamatan
Bandar Negeri Suoh Lampung Barat.
Peneliti : lalu bagaimana dengan kegiatan mengaji anda kalau anda memilih di Bandar
negeri suoh?
Muhammad Alki Hasan: kita memang diberikan libur 2 hari kalau yang jauh, untuk dapat
mengikuti pemilihan umum 2017.
Peneliti :adakah pengarahan dari kyai tentang pemilihan umum 2017 tersebut?
Muhammad Alki Hasan: ada, kita diarahkan untuk tidak menjadi golput waktu pemilu. Kita
disuruh ikut memilih.
Peneliti : selain pengarahan untuk tidak menjadi golput, apa ada pengarahan lain, missal
waktu kampanye, atau waktu pemungutan suara?
Muhammad Alki Hasan: untuk waktu kampanye kita diarahkan agar menghadiri pertemuan
kampanye.yang ada didesa Sukapura ini.
Peneliti : apa hal yang didapatkan waktu menghadiri pertemuan kampanye itu?
Muhammad Alki Hasan: ya waktu kampanye itu calon bupati memperkenalkan diri, tentang
darimana asalnya, apa sukunya, apa jabatan sebelum mencalonkan diri, apa
program yang akan diberikan kalau jadi bupati, ya perkenalan biasa aja.
Peneliti : kalau dari kyai pernah nggak ngasih saran untuk milih siapa diantara dua calon
itu?
Muhammad Alki Hasan: kalau ngasih saran tentang siapa yang harus dipilih itu kyai tidak
pernah. Tapi yang disarankan kyai tentang pilihan adalah bagaimana menentukan
pilihan. Makanya kita disuruh untuk menghadiri pertemuan kampanye itu.
Padahal biasanya malam hari kita nggak dikasih izin keluar pondok. Tapi waktu
kampanye itu kita diizinkan keluar pondok. Kata kyai biar tau siapa calon
bupatinya, jadi nanti bisa nentukan pilihan sendiri. Siapa yang lebih pantas untuk
menjadi bupati lampung barat.
Peneliti : pernah nggak kalau masa kampanye itu calon bupatinya dating kepondok?
Muhammad Alki Hasan: kalau datang kepondok nggak pernah. Pertemuan kampanyenya
dirumah warga sini aja. Waktu itu juga kan diadakan turnamen bola voli putra,
sponsornya dari faisol (cawabup no 2-red), waktu itu dia hadir dilapangan. Tapi
nggak mampir ke pondok. Cuman lewat aja
Peneliti : waktu pertemuan kampanye itu kyai ikut hadir juga apa nggak?
Muhammad Alki Hasan: nggak. Kyai nggak ikut hadir, cuman nyuruh santri sama ustadz aja,
kalau ada yang mau ikut pertemuan disuruh ikut. Tapi kalau yang mau di pondok
aja ya nggak papa. Nggak wajib hadir semua
Peneliti : banyak yang hadir nggak santri dan ustadz waktu pertemuan kampanye itu?
Muhammad Alki Hasan: ya banyak, hampir semua santri yang sudah memiliki hak pilih ikut
hadir dalam pertemuan kampanye itu, cuman ada beberapa yang nggak ikut hadir
karena pertemuannya malam dan ada santri yang baru sembuh, jadi dia tidak ikut.
Peneliti : mengenai madding yang ada di masjid pondok ini, bagaimana pemanfaatannya
saat pemilukada 2017?
Muhammad Alki Hasan: santri kita ini kan hampir 400 orang jumlahnya, jadi dengan sekian
banyaknya santri, tentu daya fahamnya akan berbeda-beda, ada yang dengan
mendengar tausiyah atau ceramah dari ustadz dan kyai sudah langsung faham, ada
juga yang tidak langsung faham dengan apa yang disampaikan kyai saat ceramah,
makanya peringatan mengenai kejujuran saat memilih dan saat kampanye, serta
pesan kyai yang menganjurkan para santri dan ustadz untuk ikut menjadi
pengontrol keadaan agar tidak terdapat kecurangan-kecurangan, atau pesan kyai
mengenai cara menentukan pilihan yang tepat kita jadikan sebuah karya tulis atau
kata-kata bijak yang kemudian kita pasang di madding ini, sehingga semua santri
bisa membacanya, dan bagi yang lambat dalam pemahaman bisa membacanya
sampai berulang-ulang, sehingga makna yang terkandung dalam pesan itu dapat
benar-benar difahami oleh para santri maupun ustadz, atau bahkan masyarakat
sekitar, karena ini kan posisi maddingnya ada di masjid yang setiap waktu kita
pakai sebagai tempat sholat berjamaah, baik itu santri, ustadz, maupun masyarakat
sekitar.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Sekretariat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin, UIN Raden Intan Lampung, Kode Pos 35131Telp (0721) 78088 / Fax 780422
RESUMEN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA (SELASA 6 FEBRUARI 2018, PUKUL
13:00 SIANG DI MASJID JAMI’ ALKHAIRIYAH PONDOK PESANTREN MIFTAHUL
HUDA 06)
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Arif Rahman
Umur :27
Jabatan : Sekretaris Rois Pondok Pesantren Miftahul Huda 06.
Alamat : dusun Simpang Cempaka kecamatan Sekincau, Lampung Barat
Pekerjaan :santri
II. HASIL WAWANCARA
Peneliti :apakah anda sudah berada di pondok pesantren ini saat pemilukada 2017 Lampung
Barat kemarin?
Arif Rahman: iya saya sudah menjadi santri waktu itu.
Peneliti : apakah anda sudah ikut memilih waktu itu?
Arif Rahman : iya. Saya sudah ikut memilih.
Peneliti : dimana anda memilih waktu itu?
Arif Rahman: saya memilih di Sukapura saja, mengusulkan A5 ke fihak kelurahan. Soalnya saya
belum mau pulang ke sekincau waktu itu
Peneliti :adakah pengarahan dari kyai tentang pemilihan umum 2017 tersebut?
Arif Rahman: pengarahan yang diberikan kyai hanya pengarahan supaya bisa menentukan
pilihan dengan objektif dan berfokus demi kemajuan bersama,.
Peneliti : selain pengarahan untuk bisa menentukan pilihan dengan baik, apa ada
pengarahan lain, missal waktu kampanye, atau waktu pemungutan suara?
Arif Rahman: untuk waktu kampanye kita diarahkan agar menghadiri pertemuan kampanye.yang
ada didesa Sukapura ini. Kalau waktu mau pemungutan suara, saya sendiri bahkan
tidak bertemu kyai waktu itu, artinya kyai nggak ngasih pengarahan ke saya waktu
pemungutan suara.
Peneliti : apa hal yang didapatkan waktu menghadiri pertemuan kampanye itu?
Arif Rahman: ya waktu kampanye itu calon bupati memperkenalkan diri secara umum, tidak ada
yang pakai bagi-bagi uang atau sejenisnya..
Peneliti : kalau dari kyai pernah nggak ngasih saran untuk milih siapa diantara dua calon
itu?
Arif Rahman: kalau tentang siapa pasangan yang harus di pilih, kyai hanya memngarahkan untuk
memilih pasangan yang terbaik diantara dua pasang calon itu. Kyai tidak pernah
menyebut harus pasangan nomor 1 atau 2, kita diberi kebebasan untuk
menentukan pilihan kita dalam pemilu tersebut.
Peneliti : pernah nggak kalau masa kampanye itu calon bupatinya datang kepondok?
Arif Rahman: setau saya tidak pernah ada pasangan calon bupati yang berkunjung ke pondok ini
Peneliti : waktu pertemuan kampanye itu kyai ikut hadir juga apa nggak?
Arif Rahman: nggak. Kyai nggak ikut hadir, cuman santri sama ustadz aja yang hadir waktu itu
Peneliti : banyak yang hadir nggak santri dan ustadz waktu pertemuan kampanye itu?
Arif Rahman: ya banyak, santri yang tidak memiliki halangan untuk hadir rata-rata pada hadir
semua, kecuali yang perempuan, karena pertemuannya malam hari jadi nggak
ikut.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Sekretariat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin, UIN Raden Intan Lampung, Kode Pos 35131Telp (0721) 78088 / Fax 780422
RESUMEN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA (SENIN5 FEBRUARI 2018, PUKUL
09:00 PAGI DI KANTOR PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA 06)
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : Abdul Hadi Al-Ghifari
Umur :35
Jabatan : Ustadz Pondok Pesantren Miftahul Huda 06.
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : desa Sukapura, kecamatan Sumberjaya Lampung Barat
II. HASIL WAWANCARA
Peneliti : bagaimana pandangan bapak mengenai pemilukada 2017 Lampung Barat kemarin,
khususnya yang ada di desa Sukapura?
Abdul Hadi Al-Ghifari: dari pandangan saya pemilu yang dilakukan pada tahun 2017 kemarin
sudah berlangsung dengan cukup adil. Dari penyelenggaraan kampanye yang ada
di desa Sukapura ini saya tidak menemukan adanya kecurangan, dari pemungutan
suara sampai perhitungan suara juga tidak ada kecurangan yang terjadi.
Masyarakat desa Sukapura juga sudah memiliki pemahaman yang bagus tentang
pemilihan umum. Sebab kartu suara yang rusak karena kesalahan cara memilih
sudah sangat jarang ditemukan. Ya paling ada satu dua, mungkin itu milik pemilih
yang memang sudah berusia lanjut.
Peneliti : tadi kata bapak tidak ada ditemukan kecurangan baik dari masa kampanye ataupun
masa pemungutan suara, mengapa bapak bisa seyakin itu, apakah bapak tergabung
dalam panitia pemungutan suara atau bagaimana?
Abdul Hadi Al-Ghifari: iya. Saya memang termasuk dalam panitia penyelenggara pemungutan
suara, jadi saya tahu dengan pasti bahwa kecurangan waktu pemungutan suara itu
tidak terjadi. Kalau masa kampanye saya hanya mendengar dari apa yang tersebar
di masyarakat. Karena sehari-hari selain mengajar di pondok pesantren saya
bekerja sebagai buruh tani atau bangunan, jadi saya sangat membaur dengan
masyarakat desa Sukapura. Kalau memang ada isu-isu tentang money politik atau
sejenisnya, saya pasti sudah mendengar itu dari masyarakat. Buktinya saya tidak
mendengar ada berita tentang kecurangan itu, makanya tadi saya berani bilang
kalau kecurangan pada masa kampanye itu tidak terjadi di desa Sukapura.
Peneliti : apakah fihak pondok pesantren memberi saran khusus mengenai pengawasan
terhadap pemilukada tersebut pak?
Abdul Hadi Al-Ghifari: iya. Dari fihak pondok pesantren itu ada pengarahan atau saran. Kita
diberikan saran untuk membantu memberikan kesadaran kepada warga
masyarakat bahwa yang namanya melakukan kecurangan dalam pemilu itu
merupakan perbuatan yang sangat fatal. Sebab jika yang dihasilkan adalah
pemimpin yang tidak bertanggung jawab, maka seluruh masyarakat Lampung
Barat yang akan terzalimi jika dia melakukan tindakan pelanggaran diwaktu dia
memimpin. Artinya kita sudah membantu seseorang yang tidak bertanggungjawab
untuk menduduki jabatan sentral di kabupeten Lampung Barat.
Peneliti :kapan waktu untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tersebut pak?
Abdul Hadi Al-Ghifari: dimana saja ada kesempatan. Dalam posisi kita sebagai ustad itu banyak
sekali masyarakat yang bertanya mengenai berbagai permasalahan yangsedang
dihadapi. Baik saat kebetulan bersilaturahmi, atau sengaja datang untuk
menanyakan permasalahan mereka. Selain itu juga ada acara kultum sebelum
membaca surat yasin dan tahlil pada malam jum’at. Ya diwaktu-waktu seperti
itulah kita memberikan pesan-pesan kejujuran dan keadilan itu.
Peneliti : apakah kyai pernah memiliki pertemuan khusus dengan salah satu calon bupati
tahun itu pak?
Abdul Hadi Al-Ghifari: kalau pertemuan khusus setahu saya itu tidak ada. Kyai memang orang
yang tertutup terhadap politik-politik semacam itu. Beliau tidak pernah melakukan
pertemuan atau menjalin kerjasama dengan salah satu calon bupati pada saat itu.
Bukan karena beliau tidak kenal, parosil (cabup no 1-red) dan faisol (cawabup no
2-red) itu sangat kenal dengan kyai. Tapi pada saat pemilu saya tidak melihat
bahwa keduanya melakukan silaturahmi kepada kyai. Karena seperti yang saya
katakana tadi, sudah berapa kali pemilu, bauk kades atau legislative dan bupati,
kyai memang tertutup untuk melakukan pertemuan terhadap calon-calon
pemimpin tersebut.
Peneliti : bagaimana kyai memberikan saran untuk menentukan pilihan pada waktu
pemilukada 2017 itu pak?
Abdul Hadi Al-Ghifari: beliau memberikan pemahaman tentang apa makna pemungutan suara
yang sebenarnya. Kemudian karena besarnya efek yang dihasilkan oleh kegiatan
pemungutan suara itu, maka masyarakat, khususnya santri dan ustad perlu untuk
menentukan pilihan yang tepat. Kita disuruh untuk mengikuti beberapa pertemuan
kampanye, selain untuk mengenal calon pemimpin juga untuk mengawasi
kegiatan kampanye itu. Jika dirasa belum cukup pengenalan dari waktu pertemuan
itu, maka kita perlu mencari informasi mengenai siapa dan bagaimana kiprahnya
dalam mewakili atau memimpin rakyat.