network teori

17
2.4 Network Planning 2.4.1 Definisi Network planning atau jaringan kerja dapat didefinisikan sebagai salah satu model digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya berupa informasi mengenai keg kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan. Informasi yang dihasilkan mengenaisumberdaya yang dibutuhkan oleh kegiatan beserta jadwalpelaksanaannnya (T. Haedar Ali, 1986) . Network planning merupakan sebuah alat managemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek atau kegiatan Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel) yang digambarkan dalam network diagram . Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur, pekerjaan mana selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehing orang dapat digeser ke tempat lain demi effisiensi. 2.4.2 Tahap-tahap Aplikasi Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek memerlukan prasyarat yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan. Prasyarat tersebut yaitu ada tentang proyek yang harusdiselenggarakan atau dilaksanakan. Jikasudah ada ketetapan mengenai proyek yang harus diselenggarakan, maka selanjutnya perlu diikuti aplikasi network planning yang terdiri dari dari tiga bagian utama, yaitu : A. Pembuatan Tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model yan digunakan sebagai pedoman selama penyelenggaraan proyek, yaitu berupa berbagai kegiatan, baik kegiatan jadwal pelaksanaan maupun penyediaan dan pema sumberdaya. Proses pembuatan meliputi tahap-tahap sebagai berikut : A.1 Inventarisasi kegiatan Pada tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan atau menurunkan menjadi kegiatan-kegiatan. Inventarisasi umumnya berlaku untuk pro yang telah sering diselenggarakan. A.2 Hubungan antar kegiatan Pada tahapiniditentukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Hubungan yang menentukanadalah hubungan ketergantungan antar kegiatan yang secara logika yang menuntut ketergantungan tersebut. Sebab ketergantungan lainnya tidak turut diperhitungkan dalam tahapan ini. A.3 Menyusunnetwork diagram Dengan ditentukannya hubungan antar kegiatan, maka dapat dirangkai (disambung-sambungkan) berbagai kegiatan yang berkaitan sehingga keselur kegiatan menyusun network diagram yang mencerminkan proyek secara keseluruhan. A.4 Data kegiatan Setelah network diagram tersusun, maka dicari data kegiatan yang meliputi : l kegiatan, biaya, dan sumberdaya yang akan dikendalikan.

Upload: liyani-kus-aura

Post on 22-Jul-2015

101 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2.4 Network Planning 2.4.1 Definisi Network planning atau jaringan kerja dapat didefinisikan sebagai salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya berupa informasi mengenai kegiatankegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan. Informasi yang dihasilkan mengenai sumberdaya yang dibutuhkan oleh kegiatan beserta jadwal pelaksanaannnya (T. Haedar Ali, 1986). Network planning merupakan sebuah alat managemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek atau kegiatan kerja. Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel) yang digambarkan dalam network diagram. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur, pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan orang dapat digeser ke tempat lain demi effisiensi. 2.4.2 Tahap-tahap Aplikasi Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek memerlukan prasyarat yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan. Prasyarat tersebut yaitu adanya kepastian tentang proyek yang harus diselenggarakan atau dilaksanakan. Jika sudah ada ketetapan mengenai proyek yang harus diselenggarakan, maka selanjutnya perlu diikuti dengan tahap aplikasi network planning yang terdiri dari dari tiga bagian utama, yaitu : A. Pembuatan Tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model yang dapat digunakan sebagai pedoman selama penyelenggaraan proyek, yaitu berupa pelaksanaan berbagai kegiatan, baik kegiatan jadwal pelaksanaan maupun penyediaan dan pemakaian sumberdaya. Proses pembuatan meliputi tahap-tahap sebagai berikut : A.1 Inventarisasi kegiatan Pada tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan atau menurunkan proyek menjadi kegiatan-kegiatan. Inventarisasi umumnya berlaku untuk proyek-proyek yang telah sering diselenggarakan. A.2 Hubungan antar kegiatan Pada tahap ini ditentukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Hubungan yang menentukan adalah hubungan ketergantungan antar kegiatan yang secara logika yang menuntut ketergantungan tersebut. Sebab-sebab ketergantungan lainnya tidak turut diperhitungkan dalam tahapan ini. A.3 Menyusun network diagram Dengan ditentukannya hubungan antar kegiatan, maka dapat dirangkai (disambung-sambungkan) berbagai kegiatan yang berkaitan sehingga keseluruhan kegiatan menyusun network diagram yang mencerminkan proyek secara keseluruhan. A.4 Data kegiatan Setelah network diagram tersusun, maka dicari data kegiatan yang meliputi : lama kegiatan, biaya, dan sumberdaya yang akan dikendalikan.

Analisa waktu dan sumberdaya Tujuan analisa waktu adalah untuk mengetahui saat mulai dan saat selesai pelaksanaan setiap kegiatan, sehingga bila terjadi keterlambatan bisa diketahui bagaimana pengaruhnya dan selanjutnya ditetapkan tindakan apa yang harus diambil. Tujuan analisa sumberdaya adalah untuk mengetahui tingkat kebutuhan sumberdaya sehingga persiapan agar sumberdaya selalu dalam keadaan siap pakai bisa diselenggarakan setepat-tepatnya. Secara nyata, pada tahap ini dihitung atau ditentukan : saat mulai, saat selesai, tenggang waktu tiap kegiatan, tenggang waktu peristiwa, histogram dan kurva S sumber daya yang dikendalikan. A.6 Batasan Pada tahap ini diinventarisasikan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, baik mengenai waktu maupun distribusi penggunaan sumberdaya. A.7 Leveling Leveling adalah suatu hasil usaha pemecahan persoalan yang timbul akibat tidak sesuainya keadaan ideal (tahap A.1 sampai dengan A.5) dengan batasan-batasan yang berlaku (tahap A.6). B. Penggunaan Bila tahap pembuatan telah selesai, maka model yang telah jadi tersebut dipakai pada proses pelaksanaan proyek dengan cara melaporkan kemajuan proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang ada dalam dalam network diagram. Terdapat beberapa alternatif cara pelaporan berdasarkan kuantitas dalam bentuk satuan pekerjaan atau dalam bentuk presentase; dan berdasarkan jangka waktunya secara kumulatif atau periodik. C. Perbaikan Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang digunakan pada saat pembuatan yang disebabkan oleh berbagai alasan. Cara dan proses perbaikan hampir sama dengan cara dan proses pembuatan, perbedaannya hanya terdapat pada ruang lingkup masing-masing. Tahap perbaikan mempunyai ruang lingkup yang terbatas karena tidak seluruh kegiatan ditinjau. Kegiatan yang ditinjau hanya yang mempunyai kaitan dengan perubahan asumsi dan yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut. 2.5 Network Diagram 2.5.1 Umum Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan network planning. Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan urutan-urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek. Dengan network diagram dapat segera dilihat kaitan suatu kegiatan dengan kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga bila sebuah kegiatan terlambat maka dapat diketahui kegiatan apa saja yang dipengaruhi oleh keterlambatan tersebut dan berapa besar pengaruhnya. Juga dengan network diagram dapat diketahui kegiatan-kegiatan mana saja atau lintasan-lintasan mana saja yang kritis, sehingga dengan mengetahui tingkat kekritisannya dapat ditetapkan skala prioritas dalam menangani masalah-masalah yang timbul selama penyelenggaraan proyek dan melakukan usaha-usaha sedini mungkin untuk membuat peristiwa kritis tersebut terjadi pada saatnya.

A.5

2.5.2 Simbol Jumlah simbol yang digunakan dalam sebuah network diagram, minimum dua macam dan maksimum tiga macam. Ketiga macam simbol tersebut adalah : A. Anak Panah Anak panah melambangkan kegiatan. Kegiatan didefinisikan sebagai hal yang memerlukan jangka waktu tertentu dengan pemakaian sejumlah sumber daya (sumber tenaga, mesin, material dan biaya). Sebuah anak panah hanya melambangkan sebuah kegiatan demikian pula sebuah kegiatan hanya dilambangkan oleh sebuah anak panah. Pada umumnya nama kegiatan dicantumkan di atas anak panah dan lama kegiatan ditulis di bawah anak panah. Anak panah selalu digambarkan dengan ekor anak panah di sebelah kiri dan kepala anak panah di sebelah kanan. Ekor anak panah ditafsirkan sebagai kegiatan dimulai dan kepala anak panah ditafsirkan sebagai kegiatan selesai. Lama kegiatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah kegiatan, yaitu jarak waktu antara kegiatan dimulai dan kegiatan selesai. Satuan waktu dari lama kegiatan tergantung dari kebutuhan, bisa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan sebagainya. Untuk kebutuhan penyelenggaraan proyek biasanya digunakan hari sebagai satuan waktu. Ada enam alternatif cara menggambarkan anak panah yaitu : 1. Horizontal.

2. Miring ke atas.

3. Miring ke bawah.

4. Garis patah ke atas.

5. Garis patah ke bawah.

6. Garis lengkung. Panjang anak panah tidak melambangkan lama kegiatan yang bersangkutan. Pada time scale network diagram proyeksi horizontal anak panah proporsional dengan lama kegiatan dari kegiatan yang dilambangkannya. Berlainan dengan network diagram yang umum, panjang anak panah tidak proporsional atau tidak ada kaitannya dengan lama kegiatan yang bersangkutan. Supaya network diagram yang diperoleh memberikan gambaran yang jelas, diusahakan agar antara kegiatan tidak berpotongan satu sama lain. Perpotongan antara kegiatan-kegiatan hanya diperbolehkan bila tidak mungkin dihindari. Data kegiatan lain, selain nama dan lama kegiatan, yaitu sumberdaya yang berupa bahan, alat, manusia, atau biaya, jika diperlukan dapat ditulis di bawah anak panah yang bersangkutan di samping lama kegiatan.

B. Lingkaran Lingkaran melambangkan peristiwa atau kejadian (event). Kejadian di sini didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau lebih kegiatan-kegiatan. Lingkaran yang melambangkan peristiwa selalu digambar berupa lingkaran yang terbagi atas tiga ruangan yaitu : 1. Ruangan sebelah kiri. Merupakan tempat bilangan atau huruf yang menyatakan nomor peristiwa. Nomor peristiwa ini bisa pula dinyatakan berupa simbol (variabel) dengan huruf n, i, atau j. 2. Ruangan sebelah kanan atas. Merupakan tempat bilangan yang menyatakan nomor hari (untuk satuan waktu hari) yang merupakan saat paling awal peristiwa yang bersangkutan mungkin terjadi (SPA/EET). Nomor hari tersebut dapat diterjemahkan ke dalam bentuk tanggal hari yang bersangkutan. 3. Ruangan sebelah kanan bawah. Merupakan tempat bilangan yang menyatakan nomor hari (untuk satuan waktu hari) yang merupakan saat paling lambat peristiwa yang bersangkutan boleh terjadi (SPL/LET). Seperti halnya saat paling awal, nomor hari saat paling lambat ini bisa diterjemahkan dan dinyatakan dalam bentuk tanggal hari yang bersangkutan. C. Anak panah terputus-putus Anak panah terputus-putus menyatakan kegiatan semu atau dummy. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan-kegiatan. Sama halnya dengan anak panah yang melambangkan kegiatan, anak panah terputus-putus (dummy) digambarkan selalu dengan ekor di sebelah kiri dan kepala di sebelah kanan. Demikian pula cara menggambarkan anak panah terputus-putus sama dengan cara menggambarkan anak panah biasa. Berbeda dengan kegiatan yang membutuhkan waktu dan sumberdaya yang berupa : manusia, alat, bahan, biaya serta ruangan tempat kegiatan berlangsung, hubungan antar kegiatan dummy tidak membutuhkan waktu, sumberdaya dan ruangan. Oleh karena itu, hubungan antar peristiwa tidak perlu diperhitungkan dan karenanya tidak memiliki nama dalam perhitungan waktu, lamanya dihitung sama dengan nol. Barangkali yang paling tepat bila dummy didefinisikan sebagai pemberitahu, seolah-olah berpindahnya suatu kejadian menuju atau berimpit dengan kejadian (event) lain. Meskipun tidak perlu diperhitungkan, hubungan antar kegiatan harus ada (bila diperlukan) untuk menyatakan logika ketergantungan kegiatan yang patut diperhatikan. 2.5.3 Hubungan Antar Simbol Untuk dapat membaca network diagram sebuah proyek, perlu dijelaskan pengertian dasar hubungan antar simbol yang ada. Hubungan antar simbol hanya ada dua buah yaitu anak panah dengan lingkaran yang melambangkan hubungan kegiatan dan peristiwa, dan hubungan antara anak panah terputus-putus dengan lingkaran yang melambangkan hubungan antara dua peristiwa. Sedangkan hubungan antara anak panah dengan anak panah terputus-putus tidak pernah ada.

Gambar 2.2 berikut menunjukkan penggambaran simbol yang digunakan dalam network diagram dengan menggunakan notasi-notasi tersebut di atas :

Gambar 2.2. Notasi Hubungan Antar Simbol.

Notasi yang dipakai dalam penjelasan mengenai hubungan antar simbol ini adalah sebagai berikut : X = nama kegiatan. L = lama kegiatan. PAW = peristiwa awal. (peristiwa yang terletak pada ekor anak panah atau ekor anak panah terputus-putus). PAK = peristiwa akhir. (peristiwa yang terletak pada kepala anak panah atau kepala anak panah terputus-putus). i = nomor peristiwa awal. j = nomor peristiwa akhir. SPA = saat paling awal suatu peristiwa mungkin terjadi. SPL = saat paling lambat suatu peristiwa boleh terjadi. SPAi = saat paling awal peristiwa awal mungkin terjadi. SPLi = saat paling lambat peristiwa awal boleh terjadi. SPAj = saat paling awal peristiwa akhir mungkin terjadi. SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir boleh terjadi. MPA = saat mulai paling awal sebuah kegiatan, selalu sama dengan SPAi. MPL = saat mulai paling lambat sebuah kegiatan. (mungkin sama dengan SPLi tetapi umumnya belum tentu sama). FPA = saat selesai paling awal sebuah kegiatan. (mungkin sama dengan SPAj tetapi umumnya belum tentu sama). FPL = saat selesai paling lambat sebuah kegiatan, selalu sama dengan SPLj. 2.5.4 Hubungan Antar Kegiatan Untuk dapat menggambar sebuah network diagram yang dapat menyatakan logika ketergantungan antar kegiatan, perlu diketahui hubungan antar kegiatan yang mungkin ada dalam sebuah proyek. Hubungan antar kegiatan tersebut bisa dikategorikan menjadi dua macam, yaitu : A. Hubungan Seri Antara dua kegiatan terdapat hubungan seri bila sebuah kegiatan tidak dapat mulai dikerjakan bila kegiatan lainnya belum selesai dikerjakan, misalnya :

Gambar 2.3. Hubungan Seri Antar Kegiatan.

Dari gambar 2.3 di atas, kegiatan B tidak bisa dimulai, bila peristiwa 2 belum terjadi dan kegiatan A belum selesai. B. Hubungan Paralel Antara dua kegiatan terdapat hubungan paralel, bila untuk memulai dan atau menyelesaikan sebuah kegiatan tidak perlu menunggu kegiatan lainnya mulai dan atau kegiatan lainnya selesai. Berikut adalah beberapa contoh hubungan paralel yang terjadi dalam network diagram :

Contoh 1, Hubungan paralel yang memiliki satu peristiwa awal bersama :

Gambar 2.4. Hubungan Paralel Dengan Satu Peristiwa Awal Bersama

Dari gambar 2.4 dapat dijelaskan bahwa kegiatan D dan E baru dapat dimulai setelah peristiwa 5 terjadi dan kegiatan C selesai. Contoh 2, Hubungan paralel yang memiliki satu peristiwa akhir bersama :

Gambar 2.5. Hubungan Paralel Yang Memiliki Satu Peristiwa Akhir Bersama.

Sesuai gambar 2.5 di atas, kegiatan H baru dapat dimulai setelah peristiwa 10 terjadi dan kegiatan F, G selesai. Contoh 3, Hubungan paralel yang mempunyai lintasan dummy :

Gambar 2.6. Hubungan Paralel Yang Mempunyai Lintasan Dummy.

Berdasarkan gambar 2.6 di atas, maka kegiatan K baru dapat dimulai setelah peristiwa 14 terjadi dan kegiatan I selesai, dan kegiatan L baru dapat dimulai setelah peristiwa 14, 15 terjadi serta kegiatan I dan J selesai.

2.5.5 Nomor Peristiwa Nomor peristiwa adalah angka atau huruf atau kumpulan huruf yang ditulis pada ruang kiri sebuah lingkaran yang merupakan simbol peristiwa yang ada dalam network diagram. A. Tujuan Tujuan pemberian angka, huruf, atau kumpulan huruf pada ruang kiri sebuah simbol peristiwa adalah : 1. Sebagai pengenal atau identitas peristiwa yang bersangkutan untuk membedakan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya yang ada dalam sebuah network diagram yang sama. Dengan dikenalnya peristiwa-peristiwa tersebut maka dengan mudah dapat dinilai arah kemajuan proses pelaksanaan proyek. 2. Sebagai pengenal kegiatan atau dummy atau penghubung peristiwa. Dalam hal ini, kegiatan atau dummy tersebut dinyatakan atau diidentifikasikan menurut nomor peristiwa yang mengapitnya atau yang membatasinya pada awal dan pada akhir kegiatan atau dummy yang bersangkutan. 3. Dipakai sebagai urut-urutan proses penghitungan saat paling awal (SPA/EET) dan penghitungan saat paling lambat (SPL/LET) semua peristiwa yang ada dalam sebuah network diagram. SPA dan SPL tersebut masing-masing mengisi ruang kanan atas dan kanan bawah yang ada dalam lingkaran yang menyatakan peristiwa-peristiwa yang ada dalam sebuah network diagram tersebut. 4. Untuk mengetahui saat awal dan saat akhir semua kegiatan yang ada dalam sebuah proyek dan untuk mengetahui saat awal dan saat akhir proyek. B. Prosedur Pemberian Nomor Peristiwa Prosedur pemberian nomor peristiwa network diagram adalah sebagai berikut :

1. Peristiwa awal network diagram diberi nomor 1. peristiwa awal tersebut selalu terletak paling kiri dalam network diagram. 2. Selanjutnya bila sebuah peristiwa dianggap sebagai peristiwa akhir dari sebuah atau beberapa kegiatan atau dummy ; a. dan peristiwa-peristiwa awalnya sudah diberi nomor semua, maka peristiwa tersebut di atas diberi nomor berikutnya. b. dan peristiwa-peristiwa awalnya belum diberi nomor, maka peristiwa tersebut di atas tidak boleh diberi nomor. Beri nomor peristiwa awalnya terlebih dahulu. 2.6 Analisa Waktu 2.6.1 Umum Dalam penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek harus dilakukan analisa waktu sebab : 1. Analisa waktu merupakan langkah pertama sebelum melakukan analisa lebih lanjut yaitu analisa sumberdaya dan analisa biaya. 2. Untuk melakukan analisa waktu pada tahap perencanaan, data yang diperlukan relatif tidak terlalu sukar penyediaannya. 3. Untuk melakukan analisa waktu pada tahap pemakaian (operasi), pengumpulan dan pengolahan datanya relatif lebih mudah. Yang dimaksud dengan analisa waktu dalam penyelenggaraan proyek adalah mempelajari tingkah laku pelaksanaan kegiatan selama penyelenggaraan proyek. Dengan analisa waktu ini diharapkan bisa ditetapkan skala prioritas pada tiap tahap, dan bila terjadi perubahan waktu pelaksanaan kegiatan, segera dapat diperkirakan akibat-akibatnya sehingga keputusan yang diperlukan dapat segera diambil. Di samping itu, analisa waktu memungkinkan disesuaikannya umur perkiraan proyek (kegiatan) dengan umur proyek yang direncanakan (dikehendaki) dengan cara yang rasional, sepanjang masih memungkinkan. Bahkan umur rencana proyek dapat ditentukan lamanya sesuai dengan tingkat probabilitas yang dikehendaki. Tujuan analisa waktu ini adalah untuk menekan tingkat ketidakpastian dalam waktu pelaksanaan selama penyelenggaraan proyek. Dengan demikian diharapkan timing yang tepat bisa ditentukan. Dengan menentukan timing yang tepat, analisa sumberdaya dan analisa biaya segera dapat dilakukan. Manfaat lain dari analisa waktu ini adalah cara kerja yang efisien bisa diselenggarakan, sehingga waktu penyelenggaraan menjadi efisien pula. 2.6.2 Faktor Penentu Lama Kegiatan Yang dimaksud dengan lama kegiatan adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan, yaitu mulai dari saat awal pada saat kegiatan mulai dikerjakan sampai dengan saat akhir pada saat kegiatan selesai dikerjakan. Satuan untuk mengukur lama kegiatan tergantung dari macam kegiatannya, bisa dalam detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun. Pada umumnya satuan waktu untuk kegiatan-kegiatan dalam penyelenggaraan proyek digunakan hari. Ada dua faktor penentu lama kegiatan, yaitu : 1. Faktor teknis.

Yang termasuk faktor-faktor teknis adalah : volume pekerjaan, sumberdaya, ruangan, jam kerja per hari kerja (banyaknya giliran pekerja per hari kerja, jam kerja pergiliran pekerja). 2. Faktor non-teknis. Yang termasuk dalam faktor-faktor non-teknis adalah : banyak hari kerja per minggu, banyaknya hari-hari libur, banyaknya hari-hari hujan dan cuaca yang tidak memungkinkan menyelenggarakan pekerjaan dan sebagainya. Suatu kegiatan yang volumenya besar, membutuhkan waktu penyelesaian yang lebih lama daripada waktu penyelesaian kegiatan yang volumenya lebih kecil. Untuk mengerjakan kegiatan yang sama jenis maupun volumenya, dengan menggunakan sumberdaya yang relatif banyak akan lebih cepat selesai bila dibandingkan dengan menggunakan sumberdaya yang relatif sedikit. Demikian juga waktu penyelesaian dua buah kegiatan yang sama volume dan ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan, kegiatan yang diselenggarakan pada ruangan yang luas akan lebih cepat selesai dibandingkan dengan kegiatan yang diselenggarakan dalam ruangan yang sempit. Demikian juga jika dua kegiatan sama, kegiatan yang dikerjakan selama dua puluh empat jam sehari (jumlah giliran diperhitungkan) akan lebih cepat selesai dibandingkan dengan kegiatan yang dikerjakan selama kurang dari dua puluh empat jam seharinya. Adanya hari-hari tidak kerja karena berbagai faktor, yaitu : banyaknya hari kerja per minggu (umpamanya di Indonesia, standardnya enam hari kerja per minggu), hari-hari libur, hari-hari hujan, cuaca sangat buruk dan sebagainya akan memperlambat waktu penyelesaian kegiatan. 2.6.3 Saat Paling Awal (SPA) Saat paling awal (SPA) sering disebut juga dengan istilah earliest event time (EET). Saat paling awal (SPA) maksudnya adalah saat paling awal suatu peristiwa mungkin terjadi, dan tidak mungkin terjadi sebelumnya. Manfaat ditetapkannya saat paling awal (SPA) suatu peristiwa adalah untuk mengetahui saat paling awal mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan yang keluar dari peristiwa yang bersangkutan. A. Syarat Syarat yang harus dipenuhi supaya dapat menentukan atau menghitung saat paling awal semua peristiwa-peristiwa pada sebuah network diagram adalah : 1. Tersedianya network diagram yang tepat. Network diagram tepat bila jumlah kegiatan dan logika ketergantungan kegiatan tepat, jumlah peristiwa dan jumlah dummy cukup. 2. Nomor-nomor peristiwa ditetapkan menurut persyaratan yaitu peristiwa awal network diagram diberi nomor 1, peristiwa akhir network diagram diberi nomor maksimum n dari banyaknya peristiwa yang ada. Peristiwa-peristiwa lainnya diberi nomor sedemikian rupa sehingga nomor peristiwa awal selalu lebih kecil daripada nomor peristiwa akhir baik untuk kegiatan maupun untuk dummy. 3. Semua kegiatan yang ada dalam network diagram telah ditetapkan lama kegiatan perkiraannya (expected duration/time).

B. Rumus Jika hanya ada sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa, maka saat paling awal peristiwa tersebut adalah saat selesai paling awal kegiatan tersebut. Saat selesai paling awal sebuah kegiatan diperoleh dengan menjumlahkan saat mulai paling awal dan lama kegiatan yang bersangkutan. Jika terdapat lebih dari satu kegiatan yang menuju pada sebuah peristiwa maka saat paling awal peristiwa tersebut adalah sama dengan saat selesai paling awal dari kegiatan yang selesainya paling lambat. Secara formulatif, untuk menentukan saat paling awal suatu peristiwa adalah sebagai berikut : 1. Untuk sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa (Gambar 2.7).

Gambar 2.7. Notasi Simbol SPA Dari Sebuah Kegiatan Menuju Ke Sebuah Peristiwa.

SPAj X j i L SPAi SPAj

= SPAi + L = kegiatan = peristiwa akhir kegiatan X = peristiwa awal kegiatan X = lama kegiatan X yang diperkirakan = saat paling awal peristiwa awal = saat paling awal peristiwa akhir

2. Untuk beberapa kegiatan menuju ke sebuah peristiwa (Gambar 2.8).

Gambar 2.8. Notasi Simbol SPA Dari Beberapa Kegiatan Menuju Ke Sebuah Peristiwa.

SPAj n Xn j in Ln SPAin SPAj

= (SPAin + Ln) maksimum = nomor kegiatan (n = 1, 2, 3, .., z) = nama kegiatan ke-n = peristiwa akhir bersama dari semua kegiatan-kegiatan Xn = peristiwa awal kegiatan Xn = lama kegiatan Xn yang diperkirakan = saat paling awal peristiwa awal dari kegiatan Xn = saat paling awal peristiwa akhir bersama seluruh kegiatan Xn

C. Prosedur Menghitung Saat Paling Awal Prosedur atau cara yang diikuti dalam menghitung atau menentukan saat paling awal peristiwa-peristiwa dalam sebuah network diagram adalah sebagai berikut : 1. Hitung atau tentukan saat paling awal dari suatu peristiwa-peristiwa mulai dari nomor 1 berturut-turut sampai dengan nomor maksimal. 2. Saat paling awal peristiwa nomor 1 sama dengan nol. 3. Selanjutnya dapat dihitung saat paling awal peristiwa nomor 2, 3, 4 dan seterusnya dengan menggunakan salah satu dari dua formula yang telah dijelaskan sesuai dengan banyak kegiatan dan dummy yang menuju pada peristiwa yang bersangkutan. 2.6.4 Umur Proyek Umur proyek ditentukan oleh saat paling awal kegiatan yang paling awal mulai dikerjakan, yaitu SPA peristiwa awal network diagram, dan ditentukan oleh saat paling awal kegiatan akhir yang paling akhir selesai, yaitu SPA peristiwa akhir network diagram. Umur proyek sama dengan SPA peristiwa akhir network diagram dengan syarat SPA awal network diagram sama dengan nol (pada umumnya dibuat demikian). 2.6.5 Saat Paling Lambat (SPL) Saat paling lambat (SPL) sering disebut juga dengan istilah latest event time (LET). Saat paling lambat (SPL) maksudnya adalah saat paling lambat suatu peristiwa boleh terjadi, dan tidak boleh sesudahnya (meskipun itu mungkin) sehingga proyek mungkin selesai pada waktu yang telah direncanakan. Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka manfaat ditetapkannya SPL setiap peristiwa yang ada dalam network diagram adalah untuk mengetahui saat paling lambat selesainya semua kegiatan yang menuju peristiwa yang bersangkutan, agar proyek masih dapat selesai pada waktu yang direncanakan. A. Syarat Syarat yang harus dipenuhi supaya dapat menentukan atau menghitung saat paling lambat (SPL) semua peristiwa-peristiwa pada sebuah network diagram adalah sama dengan syarat untuk menentukan saat paling awal (SPA) hanya pada penentuan saat paling lambat (SPL) : saat paling awal (SPA) semua peristiwa yang ada dalam network diagram telah dihitung dan dinyatakan dalam network diagram pada ruang kanan atas setiap peristiwa. B. Rumus

Jika hanya ada sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa, maka saat paling lambat (SPL) peristiwa tersebut adalah saat paling lambat mulainya kegiatan tersebut. Saat mulai paling lambat sebuah kegiatan diperoleh dengan mengurangi saat paling lambat selesainya kegiatan yang bersangkutan dengan lama kegiatannya. Jika terdapat lebih dari satu kegiatan dan dummy (yang diperhitungkan sebagai kegiatan yang lama kegiatannya nol) yang keluar dari sebuah peristiwa, maka saat paling lambat (SPL) peristiwa tersebut adalah sama dengan saat paling lambat dari kegiatan yang mulainya paling lambat. Secara formulatif, untuk menentukan saat paling lambat suatu peristiwa adalah sebagai berikut : 1. Untuk sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa (Gambar 2.9).

Gambar 2.9. Notasi Simbol SPL Dari Sebuah Kegiatan Keluar Dari Sebuah Peristiwa.

SPLi = SPLj - L X = kegiatan j = peristiwa akhir kegiatan X i = peristiwa awal kegiatan X L = lama kegiatan X SPLi = saat paling lambat peristiwa awal SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir 2. Untuk beberapa kegiatan keluar dari sebuah peristiwa (Gambar 2.10).

Gambar 2.10. Notasi Simbol SPL Dari Beberapa Kegiatan Yang Keluar Dari Sebuah Peristiwa.

SPLi n Xn jn i Ln

= (SPLjn - Ln) minimum = nomor kegiatan (n = 1, 2, 3, .., z) = nama kegiatan ke-n = peristiwa akhir masing-masing kegiatan n = peristiwa awal bersama dari kegiatan-kegiatan n = lama kegiatan Xn yang diperkirakan

SPLjn = saat paling lambat peristiwa akhir dari kegiatan Xn SPLi = saat paling lambat peristiwa awal kegiatan Xn C. Prosedur Menghitung Saat Paling Lambat Prosedur yang harus diikuti dalam menghitung saat paling lambat (SPL) peristiwaperistiwa dalam sebuah network diagram adalah sebagai berikut : 1. Hitung atau tentukan saat paling lambat (SPL) peristiwa mulai nomor maksimal kemudian mundur berturut-turut sampai dengan peristiwa nomor 1. 2. Saat paling lambat (SPL) peristiwa nomor maksimal sama dengan saat paling awal (SPA) peristiwa nomor maksimal. 3. Selanjutnya dapat dihitung saat paling lambat (SPL) peristiwa nomor-nomor : maksimal, .., 4, 3, 2, 1 dengan menggunakan salah satu dari dua rumus di atas sesuai dengan banyak kegiatan dan dummy yang keluar dari peristiwa yang bersangkutan. 2.6.6 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis dan Lintasan Kritis Ada beberapa kegiatan mempunyai batasan toleransi keterlambatan, sehingga kegiatankegiatan yang keterlambatannya masih dalam batas toleransi tidak akan menyebabkan keterlambatan selesainya proyek. Tetapi ada kegiatan-kegiatan yang tidak mempunyai toleransi tersebut, sehingga bila terlambat satu hari, meskipun kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat, maka proyek akan selesai dengan keterlambatan satu hari. Kegiatan-kegiatan yang tidak memiliki toleransi keterlambatan ini disebut kegiatan-kegiatan kritis. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan kritis, perlu ditentukan dahulu peristiwa-peristiwa kritis. Untuk mengetahui dengan mudah kegiatan-kegiatan kritis dan peristiwa-peristiwa kritis pada sebuah network diagram, perlu digambarkan/ditunjukkan secara mencolok lintasan kritisnya atau lintasan-lintasan kritisnya yaitu lintasan yang dimulai dari peristiwa awal sampai peristiwa akhir network diagram. Lintasan kritis ini terdiri dari kegiatan kritis, peristiwa kritis, dan dummy (bila diperlukan). Dummy sendiri tidak pernah kritis, tetapi mungkin saja dilalui lintasan kritis. A. Peristiwa Kritis Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu atau saat paling awalnya (SPA) sama dengan saat paling lambatnya (SPL). Jadi untuk kegiatan kritis, SPL dikurangi SPA sama dengan nol. Peristiwa kritis ini, pada network diagram bisa dilihat dari bilangan pada ruang kanan atas sama dengan bilangan pada ruang kanan bawah dari peristiwa tersebut. B. Kegiatan Kritis Kegiatan kritis adalah kegiatan yang sangat sensitif terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja, sedang kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat, maka proyek akan mengalami keterlambatan selama satu hari. Sifat kritis ini disebabkan karena kegiatan tersebut harus dimulai pada satu saat (tidak ada mulai paling awal dan tidak ada mulai paling lambat) dan harus selesai pada satu saat (tidak ada selesai paling awal dan tidak ada selesai paling lambat). Dari penjelasan ini dapat disimpulkan, saat paling awal sama dengan saat paling lambat baik untuk peristiwa awal maupun untuk peristiwa akhir dari kegiatan yang bersangkutan, atau secara formulatif :

SPAi = SPLi SPAj = SPLj Karena kegiatan kritis harus dimulai pada satu saat awal saja dan harus selesai pada satu saat akhir saja dan tidak ada alternatif saat lainnya, maka berlaku rumus : SPAj = (SPAi + L) SPLj = (SPLi + L) L = lama kegiatan kritis SPAi = saat paling awal peristiwa awal SPAj = saat paling awal peristiwa akhir SPLi = saat paling lambat peristiwa awal SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir Kesimpulan : 1. Kegiatan kritis terletak di antara dua peristiwa kritis. 2. Antara dua peristiwa kritis belum tentu terdapat kegiatan kritis (mungkin kegiatan kritis mungkin pula bukan kegiatan kritis). 3. Antara dua peristiwa kritis terdapat kegiatan kritis bila dipenuhi rumus : SPAj = (SPAi + L) atau, SPLj = (SPLi + L) C. Lintasan Kritis Lintasan kritis dalam sebuah network diagram adalah lintasan yang terdiri dari kegiatankegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy. Dummy hanya ada dalam lintasan kritis bila diperlukan. Lintasan kritis ini dimulai dari peristiwa awal network diagram. Mungkin saja terdapat lebih dari sebuah lintasan kritis, dan bahkan mungkin saja semua lintasan yang ada dalam network diagram kritis semua. Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang tingkat kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan, sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan penyelenggaraan proyek, yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis dan hampir kritis. Lintasan kritis, selama jangka waktu penyelenggaraan proyek kemungkinan besar berubah-ubah. Hal ini disebabkan terjadinya keterlambatan pelaksanaan kegiatan atau beberapa kegiatan yang besar keterlambatannya melebihi batas-batas toleransi. Berdasarkan prosedur dan rumus untuk menghitung umur proyek dan lintasan kritis, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek. 2. Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksanaannya dari semua lintasan yang ada. 2.6.7 Tenggang Waktu Kegiatan Tenggang waktu kegiatan (activity float) adalah jangka waktu yang merupakan ukuran batas toleransi keterlambatan kegiatan. Dengan ukuran ini dapat diketahui karakteristik pengaruh keterlambatan terhadap penyelenggaraan proyek dan terhadap pola kebutuhan sumberdaya dan biaya. Ada tiga macam tenggang waktu kegiatan yaitu : Total Float, Free Float dan Independent Float. A. Syarat Menghitung Tenggang Waktu Kegiatan

Syarat yang harus dipenuhi agar dapat menghitung tenggang waktu seluruh kegiatan yang ada dalam sebuah network diagram adalah : 1. Telah ada network diagram yang tepat yaitu network diagram yang terdiri dari : kegiatan, peristiwa dan dummy (bila diperlukan) yang jumlahnya tepat, hubungan logika antar kegiatan memenuhi persyaratan, dan nomor-nomor peristiwanya memenuhi persyaratan. 2. Lama kegiatan perkiraan masing-masing kegiatan telah ditentukan. 3. Berdasar netwok diagram tersebut, telah dihitung saat paling awal (SPA) dan saat paling lambat (SPL) semua peristiwa. B. Definisi Total Float (TF) sebuah kegiatan adalah jangka waktu antara saat paling lambat peristiwa akhir (SPLj) kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling awal peristiwa awalnya (SPAi). Free Float (FF) sebuah kegiatan adalah jangka waktu antara saat paling awal peristiwa akhir (SPAj) kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling awal peristiwa awalnya (SPAi). Independent Float (IF) sebuah kegiatan adalah jangka waktu antara saat paling awal peristiwa akhir (SPAj) kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling lambat peristiwa awalnya (SPLi). C. Rumus Adapun rumus dari waktu tenggang sesuai yang telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut : TF = SPLj - L - SPAi FF = SPAj - L - SPAi IF = SPAj - L - SPLi Dimana : TF = Total Float FF = Free Float IF = Independent Float L = lama kegiatan perkiraan SPAi = saat paling awal peristiwa awal SPAj = saat paling awal peristiwa akhir SPLi = saat paling lambat peristiwa awal SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir 2.6.8 Crash Program Crash program dapat diartikan sebagai metode pemampatan waktu penyelesaian proyek agar menjadi lebih cepat. Proses pemampatan ini dilakukan berturut-turut sampai mendapatkan kondisi di mana durasi kegiatan tidak dapat dimampatkan lagi. Keadaan yang dihadapi di sini adalah adanya perbedaan antara umur perkiraan proyek dengan umur rencana proyek. Umur rencana proyek biasanya lebih pendek daripada umur perkiraan proyek. Seperti telah diuraikan terdahulu, umur perkiraan proyek ditentukan oleh lintasan kritis yang terlama waktu

pelaksanaannya, dan waktu pelaksanaan tersebut merupakan jumlah lama kegiatan perkiraan dari kegiatan-kegiatan kritis yang membentuk lintasan tersebut. Sedangkan umur rencana proyek ditentukan berdasarkan kebutuhan managemen dan atau sebab-sebab lain. Supaya proyek dapat diselesaikan sesuai dengan rencana, umur perkiraan proyek harus disamakan dengan umur rencana proyek. Caranya dengan mempercepat lama kegiatan perkiraan secara proporsional. A. Syarat Mempercepat Umur Proyek Syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat rencana dengan umur proyek yang lebih cepat daripada keadaan semula adalah : 1. Telah ada network diagram yang tepat. 2. Lama kegiatan perkiraan masing-masing kegiatan telah ditentukan. 3. Berdasarkan ketentuan di atas, dihitung saat paling awal (SPA) dan saat paling lambat (SPL) semua peristiwa. 4. Ditentukan pula umur rencana proyek (UREN). B. Prosedur Mempercepat Umur Proyek Prosedur yang harus diikuti agar dapat mempercepat umur proyek adalah sebagai berikut : 1. Membuat network diagram dengan nomor-nomor peristiwa sama seperti semula dengan lama kegiatan perkiraan baru untuk langkah ulangan, dan sama dengan semula untuk langkah siklus pertama. 2. Dengan dasar saat paling awal peristiwa awal, SPA1 = 0, dihitung saat peristiwa awal lainnya. Umur perkiraan proyek (UPER) = saat paling awal peristiwa akhir (SPAm, m adalah nomor peristiwa akhir network diagram atau nomor maksimal peristiwa). 3. Dengan dasar saat paling lambat peristiwa akhir network diagram (SPLm) = umur proyek yang direncanakan (UREN), dihitung saat paling lambat semua peristiwa. 4. Hitung Total Float (TF) semua kegiatan yang ada. Bila tidak ada Total Float (TF) yang berharga negatif, proses perhitungan selesai. Bila masih ada Total Float (TF) berharga negatif, lanjutkan ke langkah berikut : 5. Cari lintasan atau lintasan-lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang Total Float (TF) masing-masing besarnya : Total Float (TF) = UREN - UPER = SPLm - SPAm berharga negatif = SPL1 - SPA1 6. Lama kegiatan dari kegiatan tersebut di atas adalah Ln, n adalah nomor urut kegiatan tersebut dalam satu lintasan, n = 1, 2, 3, z. 7. Hitung lama kegiatan baru dari kegiatan tersebut di atas(langkah ke-5 dan 6) dengan menggunakan rumus : Ln (lama) Ln (baru) = Ln (lama) + x (UREN - UPER) Li Ln (baru) = lama kegiatan baru. Ln (lama) = lama kegiatan lama. Li = jumlah lama kegiatan-kegiatan pada satu lintasan yang harus dipercepat. UREN = umur rencana proyek (waktu perencanaan baru). UPER = umur perkiraan proyek (waktu perencanaan lama).

8. Kembali ke langkah 1.