neonatorum infeksi
TRANSCRIPT
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Pengertian
Infeksi Neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi
pada masa antenatal, perinatal, dan postpartum (Behrman, 1999)
Infeksi Neonatorum merupakan infeksi pada masa neonatal mungkin
diperoleh secara kongenital, perinatal, dan/atau nosokomial (Hawr, 2007).
Infeksi neonatorum adalah infeksi pada bayi baru lahir yang dapat terjadi
melalui infeksi antenatal, intranatal, post natal (Manuaba, 1998)
1.1.2 Etiologi
Menurut Blane (1961) infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara :
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Kuman
melewati batas plasenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena
umbilikus sampai ke janin. Kuman tersebut seperti :
a. Virus : rubella, poliomelitis, koksakie, variola, dan lain-lain.
b. Spirokaeta : sifilis.
c. Bakteri : jarang sekali kecuali E. Coli dan listeria.
2. Infeksi intranatal
a. Partus yang lama.
b. Pemeriksaan vagina yang terlalu sering.
3. Infeksi postpartum
a. Penggunaan alat-alat dan perawatan yang tidak steril.
b. Cross infection (infeksi yang telah ada di rumah sakit).
1.1.3 Klasifikasi
1. Infeksi berat (major infection)
a. Sifilis kongenital
Biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh
Treponema pallidum.
b. Sepsis neonatorum
Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal.
c. Meningitis
Biasanya didahului sepsis, penyebab utamanya adalah E.colli,
pneumokokus, stafilokokus, dan sebagainya.
d. Pneumonia kongenital
Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnion
yang septik.
e. Pneumonia aspirasi
Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian utama
pada bayi BBLR (berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat
pemberian makanan karena refleks menelan dan batuk yang belum
sempurna.
f. Pneumonia karena airborn infection
Infeksi terjadi karena berhubungan dengan orang dewasa yang
menderita infeksi saluran pernapasan.
g. Pneumonia stafilokokus
Biasanya terjai pada neonatus yang lahir di rumah sakit.
h. Diare epidemik
Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi,disebabkan oleh
E.colli yang bersifat patogen. Gastroenteritis E.colli dan Salmonelosis
i. Pielonefritis
Infeksi yang mengenai ginjal bayi.
j. Ostitis akut
Disebabakan oleh metastasis sarang infeksi stafilokokus.
k. Tetanus neonatorum
Disebabkan oleh clostridium yang bersifat anaerob dan
mengeluarkan eksotopin yang neurotropik.
2. Infeksi ringan
a. Pemfigus neonatorum
Gelombang jernih yang berisih nanah yang kemudian kemerahan
pada kulit disebabkan oleh stafilokokus.
b. Oftalmia neonatorum
Infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir.
c. Infeksi pusat
Disebabkan oleh stafilokokus aureus, sehingga menimbulkan nanah,
edema, dan kemerahan pada ujung pusat.
d. Moniliasis
Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi
yang dapat menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain.
1.1.4 Patofisiologi
Etiologi
Masuk ke dalam tubuh
Penurunan sistem imun
Infeksi/Kuman menyebar ke seluruh tubuh janin
Hipotalamus Organ hati Organ pernapasan Sistem gastrointestinal
Berespon mengha-silkan panas tubuh
Eritrosit banyak Ggn sirkulasi O2 dan CO2 Muntah, diare,
malas menghisap
Dilisis
Hipertermia
Fungsi tidak optimal
Ggn pengiriman O2 ke jaringan Kekurangan volume
cairan dan elektrolit tubuh
Hiperbilirubin
Kerusakan pertukaran gas
Jaundice (ikterus)
ke otak
Ensefalopati
kejang
Resiko cedera
Perubahan regulasi suhu
Risiko Penularan Infeksi
1.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada bayi tidak khas, adapun gejala yang perlu mendapat
perhatian yaitu :
a. Malas minum
b. Bayi tertidur
c. Tampak gelisah
d. Pernapasan cepat
e. Berat badan turun drastis
f. Terjadi muntah dan diare
g. Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam
batas normal
h. Pergerakan aktivitas bayi makin menurun
i. Terjadi edema
j. Sklerema
k. Pada pemeriksaan mungkin dijumpai bayi berwarna kuning,
pembesaran hepar, purpura (bercak darah dibawah kulit) dan kejang-
kejang.
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Yang terpenting adalah jumlah sel darah merah (WBC). septik neonatus
biasanya menunjukkan penurunan jumlah white blood cell (WBC), yaitu
kurang dari 500 mm. CRP meningkat
2. Platelet
Biasanya 150.000 sampai 300.000 mm pada keadaan sepsis platelet munurun,
kultur darah gram negatif atau positif, dan tes sensitivitas.
Hasil dari kultur harus tersedia dalam beberapa jam dan akan
mengindikasikan jumlah dan jenis bakteri. Kultur darah atau sensitivitas
membutuhkan waktu 24 – 48 jam untuk mengembangkan dan
mengidentifikasikan jenis patogen serta antibiotik yang sesuai.
3. Lumbal pungsi untuk kultur dan tes sensitivitas pada cairan serebrospinal.
Hal ini dilakukan jika ada indikasi infeksi neuron.
4. Kultur urine
Kultur permukaan (surface culture)
Untuk mengidentifikasi kolonisasi, tidak spesifik untuk infeksi bakteri.
1.1.7 Penatalaksanaan
1. Mempertahankan tubuh bayi tetap hangat
2. ASI tetap diberikan atau diberikan air gula
3. Injeksi antibiotik sesuai indikasi
1.1.8 Pencegahan
1 Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai dari periode antenatal
infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi umum, lekorea,
dan lain –lain. Di kamar bersalin harus ada pemisahan yang sempurna
antara bagian yang sepsis dengan aseptik. Pemisahan ini mencakup
ruangan, tenaga perawatan, serta alat kedokteran dan alat perawatan. Ibu
yang akan melahirkan sebelumnya masuk kamar bersalin. Pada kelahiran
bayi, pertolongan harus dilakukan secara aseptik. Suasana kamar bersalin
harus sama dengan kamar operasi. Alat yang digunakan harus steril.
2. Di kamar bayi yang baru lahir harus ada pemisahan yang sempurna untuk
bayi yang baru lahir dengan partus aseptik dan partus septik. Pemisahan
ini harus mencakup personalia, fasilitas perawatan, dan alat yang
digunakan. Selain itu juga dilakukan pemisahan terhadap bayi yang
menderita penyakit menular. Perawat harus mendapat pendidikan khusus
dan mutu perawatan harus baik, apalagi bila kamar perawatan bayi
merupakan suatu kamar perawatan yang khusus. Sebelum dan sesudah
memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan dengan menggunakan
sabun antiseptik atau sabun biasa asal cukup lama, dalam ruangan harus
memakai jubah steril, masker, dan sandal khusus. Dalam ruangan bayi,
kita tidak boleh banyak bicara, dan bila menderita sakit saluran
pernapasan atas, tidak boleh masuk kamar bayi.
3. Dapur susu harus bersih dan cara mencampur harus aspetik air susu ibu
yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi harus dipasteurisasi dulu.
Setiap bayi harus punya tempat pakaian tersendiri, begitu juga inkubator
harus sering dibersihkan dan lantai ruangan setiap hari harus dibersihkan
serta setiap minggu dicuci dengan menggunakan antiseptik.
1.1.9 Konsep Inkubator
Pengertian Inkubator
Inkubator adalah lemari logam yang berdiri di atas roda. Inkubator
dapat dimasuki dari dua arah yang dilengkapi dengan kipas angin sederhana,
sistem pemanas dan panel pengontrol. Dan juga dalam inkubator terdapat
beberapa lubang pintu yang dapat dilalui bayi sehingga tidak banyak
mengakibatkan hilangnya panas dan zat asam. Di sekitar pintu terdapat
lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai jalan masuk pipa, kabel, alat
pemantau di dalam inkubator (Barbara Glover dan Christine Hodson, 1995;
63).
Cara Menggunakan Inkubator
Melakukan perawatan bayi dalam inkubator merupakan cara
memberikan asuhan keperawatan. Bayi dimasukkan ke dalam alat yang
berfungsi membantu terciptanya suhu lingkungan yang cukup dengan suhu
normal. Dengan penatalaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua
cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.
1) Inkubator tertutup
(1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka, inkubator
usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen selalu tersedia
(2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
(3) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi
(4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
(5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi
(6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat, kira-kira
dengan suhu 27oC
2) Inkubator terbuka
(1) Pemberian inkubator terbuka dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan pada bayi
(2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu
normal dan kehangatan
(3) Membungkus dengan selimut hangat
(4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah
aliran udara
(5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui
kepala
(6) Pengaturan suhu tubuh inkubator disesuaikan dengan berat badan bayi
Pengaturan suhu inkubator
Berat badan lahir (gram)
0-24 jam(oC)
2-3 hari(oC)
4-7 hari(oC)
8 hari(oC)
1500 34 – 36 33 – 35 33 – 34 32 – 33
1501 – 2000 33 – 34 33 32 – 33 32
2001 – 2500 33 32 – 33 32 32
> 2500 32 – 33 32 31 – 32 32
Keterangan :Apabila suhu kamar 28-29oC, hendaknya diturunkan 1oC setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram, bayi boleh dirawat di luar inkubator dengan suhu 27oC.
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Biodata bayi
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Sistem saraf pusat
Fontanel yang menonjol, Letargi, Temperatur yang tidak stabil,
Hipotonia, Tremor yang kuat.
b. Sistem pencernaan
Hilangnya keinginan untuk menyusui, Penurunan intake melalui oral,
Muntah, Diare, Distensi abdomen.
c. Sistem integumen
Kuning, Adanya lesi, Ruam.
d. Sistem pernapasan
Apnea, Sianosis, Takipnea, Penurunan saturasi oksigen, Nasal memerah,
mendengkur, dan retraksi dinding dada.
e. Sistem kardiovaskular
Takikardi, Menurunnya denyut perifer, Pucat.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita sifilis.
4. Data psikologi
a. Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya.
b. Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya.
1.2.2 Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya
sekret di saluran napas.
2. Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan malas minum, diare, dan muntah.
4. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diare dan malas
menyusui.
5. Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.
1.2.3 Intervensi keperawatan
Diagnosis 1: tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan
meningkatnya sekret di saluran napas.
Data objektif :
1. bayi tampak sesak napas,
2. gelisah
3. frekuensi pernapasan meningkat, dan sekret berlebihan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan ketidakefektifan pernapasan
dapat diatasi.
Kriteria hasil :
1. bayi tidak sesak lagi,
2. bayi tenang,
3. frekuensi pernapasan menurun,
4. sekret di saluran napas tidak ada lagi.
Intervensi:
a. Tempatkan bayi pada posisi yang nyaman, kepala ditinggikan (misalnya
digendong)
Rasional : posisi yang baik dapat membantu melonggarkan jalan napas.
b. Berikan O2 dan bersihkan jalan napas dari sekret.
Rasional : O2 mengatasi kebutuhan tubuh akan oksigen dan membersihkan
jalan napas akan mengurangi sumbatan di saluran napas.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik.
Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi.
Diagnosis 2 : gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan malas
minum, diare, dan muntah.
Data objektif :
1. bayi malas minum atau menyusui,
2. muntah dan diare
3. berat badan menurun
4. gelisah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, gangguan pemenuhan
nutrisi dapat diatasi.
Kriteria hasil :
1. muntah dan diare berhenti
2. bayi mau disusui.
Intervensi :
a. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI.
Rasional : ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi yang dapat memberikan
imunitas.
b. Auskultasi bising usus.
Rasional : penurunan aliran darah dapat menurunkan peristaltik usus.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan
pemberian cairan.
Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi yang akan memperberat infeksi.
Diagnosis 3 : kurangnya volume cairan tubuh yang berhubungan dengan
diare, muntah, dan malas minum.
Data objektif:
1. Turgor buruk dan kulit kering.
2. Membran mukosa kering.
3. Hipertermi.
4. Masa menyusui.
5. Diare.
6. Muntah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan kembali
normal.
Kriteria hasil :
1. suhu normal
2. membran mukosa dan kulit tidak lagi kering.
Intervensi:
a. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI.
Rasional : ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi dapat memberikan
imunitas.
b. Awasi masukan dan pengeluaran, catat dan ukur frekuensi diare, dan
kehilangan cairan.
Rasional : perubahan pada kualitas susu sangat mempengaruhi kebutuhan
cairan dan peningkatan risiko dehidrasi
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan dan terapi cairan.
Rasional : terapi cairan dapat membantu mengurangi gangguan cairan tubuh.
Diagnosis 4 : perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh bayi kembali
normal.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda hipertermi
Intervensi :
a. Pantau suhu pasien (derajat dan pola ) ; perhatikan bunyi menggigil /
diaforesis.
Rasional : suhu 38,9 derajat sampai 41 derajat menunjukan proses penyakit
infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.
b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur, sesuai
indikasi.
Rasional : suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
c. Berikan kompres mandi hangat ; hindari penggunaan alkohol
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
d. Kolaborasi :
1. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol).
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
2. Berikan antibiotik
Rasional : antimikroba mengobati infeksi yang menjadi penyebab
penyakit.
Diagnosis 5 : Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan
infeksi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, bayi tidak rewel
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda nyeri,bayi nampak tenang.
Intervensi :
a. Menjelaskan proses terjadinya infeksi kepada keluarga pasien.
Rasional : agar tidak adda kekhawatiran saat terjadi sesuatu
b. Beri lingkungan tenang dan nyaman
Rasional : menurunkan reaksi terhadap terhadap stimulus dari luar agar dapat
meningkatkan istrahat atau relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Hawr. 2007. Asuhan Neonatus. Jakarta : EGC
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC