nenden indrayati a-paper uny-nenden indrayati a fmipa-unpad

19
Model Pembelajaran Biokimia Berbasis Inkuiri Sebagai Wahana Pendidikan Sain Keperawatan Nenden Indrayati Anggraeni* Ai Mardiyah** *Jurusan Kimia Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam UNPAD **Bagian Biokimia Fakultas Ilmu Keperawatan UNPAD Alamat: Jl.Raya Jatinangor Km 21 Jatinangor – Sumedang 45363 Email : [email protected] Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah untuk memperkenalkan dan mengetahui efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Biokimia Sebagai Wahana Pendidikan Sains yang cocok bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan agar meningkatkan konsep Biokimia, kemampuan berfikir kreatif, dan ketrampilan proses sain mahasiswa. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kelas, dan difokuskan pada pokok bahasan metabolisme karbohidrat. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran kepada mahasiswa strata satu tahun pertama dengan subjek sebanyak 52 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi model pembelajaran yang berorientasi permasalahan klinis, pedoman wawancara, pedoman observasi dan quisioner. Dalam model pembelajaran dikembangkan empat jenis konsep yaitu konsep kongkret, konsep yang menyatakan sifat, konsep yang melibatkan penggambaran simbol, dan konsep berdasarkan prinsip. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman konsep pada setiap kelompok kemampuan mahasiswa, mengembangkan kemampuan berfikir kreatif dengan hasil tertinggi pada aspek membangun aspek diatas pengetahuan yang telah ada pada diri mahasiswa dan terendah pada aspek memilih hal-hal yang mungkin tidak relevan, serta keterampilan proses sains. Kata kunci : inkuiri, biokimia, keperawatan

Upload: kasakjdin

Post on 23-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kkk

TRANSCRIPT

Page 1: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

Model Pembelajaran Biokimia Berbasis Inkuiri Sebagai Wahana Pendidikan Sain Keperawatan

Nenden Indrayati Anggraeni*Ai Mardiyah**

*Jurusan Kimia Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam UNPAD**Bagian Biokimia Fakultas Ilmu Keperawatan UNPAD

Alamat: Jl.Raya Jatinangor Km 21 Jatinangor – Sumedang 45363Email : [email protected]

Abstrak

Tujuan Penelitian ini adalah untuk memperkenalkan dan mengetahui efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Biokimia Sebagai Wahana Pendidikan Sains yang cocok bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan agar meningkatkan konsep Biokimia, kemampuan berfikir kreatif, dan ketrampilan proses sain mahasiswa. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kelas, dan difokuskan pada pokok bahasan metabolisme karbohidrat. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran kepada mahasiswa strata satu tahun pertama dengan subjek sebanyak 52 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi model pembelajaran yang berorientasi permasalahan klinis, pedoman wawancara, pedoman observasi dan quisioner. Dalam model pembelajaran dikembangkan empat jenis konsep yaitu konsep kongkret, konsep yang menyatakan sifat, konsep yang melibatkan penggambaran simbol, dan konsep berdasarkan prinsip. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman konsep pada setiap kelompok kemampuan mahasiswa, mengembangkan kemampuan berfikir kreatif dengan hasil tertinggi pada aspek membangun aspek diatas pengetahuan yang telah ada pada diri mahasiswa dan terendah pada aspek memilih hal-hal yang mungkin tidak relevan, serta keterampilan proses sains.

Kata kunci : inkuiri, biokimia, keperawatan

I .Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa S-1 program studi ilmu keperawatan umumnya berasal dari SMA ;IPA,

IPS, Bahasa dan SPK yang memiliki pengetahuan dasar mengenai biokimia cukup lemah.

Hal ini terbukti dari tanya jawab, angket dan quisioner di awal perkuliahan biokimia .

Metabolisme merupakan salah satu topik bahasan yang mempunyai beban muatan

materi berupa sub pokok bahasan cukup banyak, sedangkan waktu yang tersedia terbatas

dalam satu semester. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk dosen pengampu mata

kuliah untuk lebih kreatif menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan

menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 2: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Padjadjaran, dalam kegiatan pembelajaran belajar mengajar telah diterapkan dan dimulai

sejak tahun 2007. (Sari Fatimah 2010). Departemen Pendidikan Nasional sudah

memberikan rambu-rambu tentang KBK untuk kemudian dijalankan secara otonom oleh

tiap perguruan tinggi. (Sari Fatimah 2010).

Sudah menjadi rahasia umum, biokimia khususnya pokok bahasan metabolisme, di

ilmu keperawatan merupakan salah satu mata kuliah yang sulit dimengerti, karena

bersifat abstrak walaupun manfaat nyatanya banyak dan sangat berhubungan langsung

dengan aplikasi kehidupan sehari-hari dalam praktek di lapangan yang menunjang asuhan

keperawatan. Dengan sistem KBK diharapkan akan membuat mahasiswa lebih berhasil

dalam profesinya kelak. Sesuai dengan namanya, kurikulum ini harus menghasilkan

kompetensi tertentu sejak awal. Setelah selesai mata kuliah harusnya mahasiswa

menguasai kompetensi tertentu (Sari Fatimah 2010). Namun sayang, masih banyak

belum begitu paham tentang KBK dan bagaimana kurikulum tersebut harus dijalankan.

Selain itu apakah benar KBK itu lebih baik daripada kurikulum konvensional yang

sebelumnya telah lama dipergunakan secara lazim dari tahun ke tahun dalam aktivitas

perkuliahan? Hal ini masih perlu dikakukan penelitian. Inti dari perubahan metode

konvensional ke KBK adalah beralihnya dari pembelajaran berbasis Dosen “teacher

centered learning” ke pembelajaran berbasis mahasiswa “student centered learning”.

Ada banyak metode yang bisa diterapkan, di antaranya adalah diskusi kelompok kecil

“small group discussion”, studi kasus, inquiry, dsb. Pandangan terkini dari pendekatan

inkuri muncul dari National Science Education Standards – NSES (Dahar, R.W 1996).

Salah satu area dalam standar pengajaran sains dan standar pengembangan profesional

adalah pengembangan program pembelajaran berbasis inkuiri dan pembelajaran konten

sains melalui inkuiri. NSES mengesahkan kurikulum sains yang melibatkan siswa secara

aktif dalam sains menggunakan pendekatan inkuiri. Pendekatan ini telah mengubah fokus

pendidikan sains dari penghafalan konsep-konsep dan fakta-fakta dalam mata pelajaran

ke belajar berdasar inkuiri, selanjutnya siswa mencoba menjawab untuk memahami dan

juga memecahkan suatu masalah (Colburn, Alan 2000, dalam Arief Sidharta 2010). Ada

beberapa langkah yang harus dilalui mahasiswa untuk melewati pokok bahasan dalam

mata kuliah biokimia. Langkah –langkah yang harus dilakukan adalah sbb; diskusi

Page 3: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

berkelompok yang dilakukan oleh sebanyak 3 orang mahasiswa, dengan diberikan tugas

permasalahan klinis. Dilanjutkan berupa pencarian melalui internet, buku, atau pakar.

Kemudian langkah selanjutnya adalah presentasi tanpa buku. Begitu selesai, mahasiswa

sudah paham secara kognisi dan siap untuk presentasi untuk melatih keterampilan yang

diperlukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian adalah: “Apakah model pembelajaran biokimia berbasis inkuiri sebagai

wahana pendidikan sains yang dikembangkan ini dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kreatif dan keterampilan proses sains mahasiswa keperawatan?”.

Berdasarkan masalah di atas diindentifikasi beberapa fokus pertanyaan penelitian

meliputi:

a. Apakah model pembelajaran berorientasi permasalahan klinis yang disusun dapat

meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa?

b. Apakah model pembelajaran berorientasi permasalahan klinis yang disusun dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa?

c. Apakah model pembelajaran berorientasi permasalahan klinis yang disusun dapat

meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa?

d. Bagaimana pembelajaran metabolisme karbohidrat berorientasi permasalahan klinis

sebagai wahana pendidikan sains mahasiswa keperawatan?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

a. Mendapatkan karakteristik model pembelajaran yang cocok dikembangkan

bagi mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan konsep biokimia, keterampilan

berpikir kreatif dan keterampilan proses sebagai wahana pendidikan sains.

b. Mengetahui peningkatan penguasaan mahasiswa terhadap konsep pembelajaran

biokimia setelah implementasi model pembelajaran.

c. Mengetahui peningkatan penguasaan keterampilan berpikir kreatif setelah

implementasi model pembelajaran?

d. Mengetahui peningkatan penguasaan keterampilan proses sains mahasiswa

setelah implementasi model pembelajaran.

Page 4: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

e. Mengetahui pembelajaran metabolisme karbohidrat sebagai wahana pendidikan sains

mahasiswa keperawatan.

f. Mengetahui tanggapan Dosen lain dan mahasiswa mengenai model pembelajaran yang

diimplementasikan.

g. Mendeskripsikan keunggulan dan dan kelemahan model pembelajaran

Manfaat Penelitian

a. Bagi Dosen, hasil dari penelitian ini dapat memberikan suatu alternatif model

pembelajaran metabolisme karbohidrat untuk tingkat pertama mahasiswa disamping

dapat juga diadopsi oleh Dosen sains jenjang lainnya.

b. Bagi mahasiswa, model pembelajaran ini diharapkan dapat memotivasi belajar sains

secara umum, aspek biokimia secara khusus.

c. Bagi peneliti, hasil penelitian maupun beberapa keterbatasan yang dihadapi dapat

dijadikan salah satu rujukan untuk pengembangan model pembelajaran lebih lanjut.

d. Bagi pengembang kurikulum, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan

dalam pengembangan kurikulum dan model pembelajaran sains di Fakultas Ilmu

Keperawatan serta merekomendasikan beberapa faktor pendukung kepada pihak penentu

kebijakan dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional.

Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai

pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Sebagai Wahana Pendidikan Sain

Mahasiswa Ilmu Keperawatan serta dalam Pengembangan Kurikulum Sains Terintegrasi

Untuk Jenjang Mahasiswa Tahun Pertama.

II. Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri atas kajian teoritis dan studi eksperimen. Kajian teoritis berupa

studi literatur dan pengembangan model studi eksperimen. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas. Penelitian ini difokuskan pada

pengembangan model pembelajaran biokimia yang dapat meningkatkan penguasaan

konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains mahasiswa (Arief

Sisharta 2010).

Subyek dan Lokasi Penelitian

Page 5: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

Subyek dalam penelitian ini, ditetapkan mahasiswa Ilmu Keperawatan angkatan tahun

2010 tahun ajaran semester ganjil 2010-2011 tahun pertama. Kelas dikelompokkan

menjadi tiga kelompok yaitu kelompok yang mempunyai kemampuan tinggi, kemampuan

sedang dan kemampuan rendah. Kategori kemampuan tersebut didasarkan pada nilai rata-

rata kuis , angket, wawancara, harian mahasiswa pada mata pelajaran sains-biokimia.

Lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran di

Kota Bandung. Alasan pemilihan tersebut sebagai subyek penelitian, karena telah

melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi sejak tahun 2007, dan pada kurikulum itu

tercantum materi-materi biokimia yang menarik untuk dilakukan penelitian lingkup

ditinjau dari materi bahasan dan pembelajarannya.

Prosedur Penelitian

Penelitian dalam penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri sebagai wahana

pendidikan sain keperawatan dilaksanakan dengan beberapa tahapan, yaitu:

Tahap Persiapan

Pada tahap ini dimulai dengan merancang model pembelajaran, evaluasi dengan quis,

serta angket mahasiswa. Pembuatan model pembelajaran untuk meningkatkan

penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains dimulai

dengan mengkaji konsep-konsep sains-biokimia yang sesuai untuk mahasiswa ilmu

keperawatan. Selanjutnya menganalisis konsep untuk menentukan label konsep, definisi

konsep, jenis konsep, atribut konsep, dan hirarki konsep. Selanjutnya dibuat peta konsep

dari konsep-konsep yang ada, dan langkah terakhir pada tahap ini adalah membuat model

pembelajaran.

Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan penerapan model pembelajaran yang telah dibuat.

Dalam penerapan model pembelajaran tersebut dilakukan oleh Dosen,

sedangkan peneliti dibantu dua rekan sejawat bertindak sebagai observer yang

mengamati kegiatan-kegiatan Dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

Tehnik Analisis

Setelah implementasi model pembelajaran selesai, data yang telah terkumpul

dianalisis dan diolah secara statistik untuk data kuantitatif dan secara deskriptif untuk

Page 6: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

data kualitatif. Adapun data yang diperoleh berasal dari:

Soal tes-quis

Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif bentuk pilihan

ganda terdiri dari 50 butir soal. Sebelum tes ini digunakan sebagai alat pengumpul

data, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk pengujian terhadap daya pembeda

, taraf kemudahan , validitas, dan reliabilitas butir soal.

Angket : Quisioner

Angket digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggapan mahasiswa

terhadap model pembelajaran yang digunakan. Angket disusun dalam bentuk skala

Likert.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Lembar Tes Tertulis

Lembar tes tertulis berisi 50 butir soal yang bertujuan untuk mengukur

penguasaan konsep metabolisme karbohidrat, mengukur keterampilan berpikir kreatif dan

keterampilan proses sains, baik sebelum maupun sesudah pembelajaran.

Lembar Kegiatan Mahasiswa : Buku Jurnal

Lembar kegiatan mahasiswa digunakan untuk membekali pemahaman konsep,

keterampilan berpikir kreatif mahasiswa dan keterampilan proses sains.

Sebelum diimplementasikan, lembar kerja mahasiswa ini diujicobakan 2 kali pada

lingkungan terbatas.

Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan mahasiswa mengenai model

pembelajaran yang diimplementasikan, mengetahui pendapat mahasiswa terhadap

pembelajaran sains biokimia khususnya pokok bahasan metabolisme karbohidrat.

Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh tanggapan Dosen dan mahasiswa

terhadap model pembelajaran yang digunakan. Wawancara dilakukan terhadap Dosen

dan mahasiswa secara terpisah, dilakukan setelah pembelajaran.

Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk melihat Dosen menerapkan model

Page 7: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

pembelajaran yang dibuat oleh peneliti. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti

sebanyak tiga kali pertemuan pembelajaran.

Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan melalui:

Tes tertulis sebelum pembelajaran (Pre Tes)

Tes tertulis setelah pembelajaran (Pos Tes)

Angket Mahasiswa

Catatan lapangan, observasi dan wawancara.

Data hasil pengisian angket yang merupakan tanggapan mahasiswa terhadap

implementasi model pembelajaran ditabulasi dan dihitung dalam persentase.

Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif, yaitu data yang

diperoleh dari hasil pretes dan postes, dan data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari

tanggapan Dosen, hasil observasi pembelajaran dan hasil angket isian mahasiswa.

III. Hasil dan Pembahasan

Analisis Data, Temuan dan Pembahasan

Analisis dilakukan terhadap data sebelum penerapan model pembelajaran, pada saat

penerapan model pembelajaran dan sesudah penerapan model pembelajaran.

Penilaian ini dilakukan terhadap mahasiswa satu kelas 52 mahasiswa. Data terkumpul

secara lengkap yang meliputi data nilai rata-rata ulangan harian sains-biokimia, nilai Pre

Tes dan Pos Tes ada 52 mahasiswa.

Analisis Data

Penguasaan Konsep Siswa

Data yang dianalisis untuk memperoleh gambaran tentang penguasaan konsep mahasiswa

adalah hasil skor tes awal (Pre Tes) dan skor hasil tes akhir (Pos Tes).

Peningkatan penguasaan konsep yang dicapai mahasiswa menggambarkan peningkatan

pemahaman masing-masing mahasiswa tentang konsep yang telah dipelajari dengan rata-

rata skor sebesar 22,5 % dan skor rata-rata total 26%.

Peningkatan penguasaan konsep yang dicapai mahasiswa dalam Pre Tes dan Pos Tes

digambarkan pada grafik dalam lampiran 1.

Page 8: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

Berdasarkan data menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam peningkatan

penguasaan konsep yang dicapai mahasiswa. Berdasarkan hasil pengolahan data

diperoleh bahwa data hasil belajar Pre Tes, dan Pos Tes berdistribusi normal pada taraf

signifikan 0,05. Untuk melihat homogenitas pasangan kelompok nilai yang akan

dianalisis dalam hasil pengamatanan ini dilakukan pengujian homogenitas varians

menggunakan uji F, yaitu dengan cara membandingkan varians dari masing-masing

kelompok yang akan diuji. Hasil pengujian uji F diperoleh nilai Fhitung < Ftabel

sehingga dapat disimpulkan bahwa pasangan kelompok nilai yang akan dianalisis adalah

homogen.

Jumlah kelompok kemampuan ada tiga, kelompok tinggi ditempati oleh mahasiswa

yang memiliki nilai rata-rata quis harian antara 74,5 hingga 100,

kelompok sedang ditempati oleh siswa dengan nilai rata-rata ulangan harian < 74 hingga

64,5; sedangkan kelompok rendah dengan nilai rata-rata ulangan harian < 64,5.

Rata-rata skor untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah terlihat pada tabel.1 lampiran 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa ada peningkatan penguasaan konsep baik pada masing-

masing mahasiswa maupun pada kelompok siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.

Langkah selanjutnya adalah membandingkan rata-rata nilai hasil pembelajaran

berdasarkan tingkat kemampuan siswa sebelum (Pre Tes) dan sesudah (Pos Tes)

dilakukan dengan uji-t. Demikian juga data hasil pembelajaran siswa antar kelompok

berdasarkan tingkat kemampuan siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah diolah

dengan uji-t, terdapat pada tabel 2 lampiran 2.

Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui bahwa berdasarkan hasil uji-t, secara

keseluruhan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menunjukkan

perbedaan yang tidak signifikan p=0,05 diperoleh, yaitu thitung< tabel. Sedangkan hasil

belajar berdasarkan tingkat kemampuan kelompok mahasiswa: Kelompok Tinggi -

Kelompok Sedang thitung <ttabel; Kelompok Tinggi – Kelompok Rendah p = 0,05t

hitung < t tabel; dan Kelompok Sedang – Rendah (p= 0,05) sebelum dan sesudah

pembelajaran tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (pada p= 0,05) diperoleh

thitung < ttabel). Jadi model pembelajaran dapat diterima secara merata untuk semua

kelompok mahasiswa.

Page 9: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

Peningkatan penguasaan konsep siswa untuk setiap konsep diambil dari data Pre Tes dan

Pos Tes. Jumlah butir soal yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep

metabolisme ada 50 butir, sedangkan jumlah konsep yang dipelajari siswa ada 45 konsep.

Peningkatan penguasaan konsep dari data hasil Pre Tes dan Pos Tes tertera

pada Tabel 3 di lampiran 2.

Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa ada 6 konsep yang mengalami peningkatan.

Peningkatan tertinggi yaitu sebesar 31% diperoleh pada konsep Pengenalan jalur-jalur

metabolisme. Ada 1 konsep yang tidak mengalami peningkatan tetap, yaitu pada jalur

reaksi fosforilasi oksidatif dan Siklus Krebs.

Keterampilan Berpikir Kreatif

Butir-butir soal yang digunakan dalam penelitian ini selain digunakan untuk

mengukur penguasaan konsep mahasiswa, juga digunakan untuk mengukur peningkatan

keterampilan berpikir kreatif siswa. Indikator keterampilan berpikir kreatif yang diukur

disesuaikan dengan keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan dalam model

pembelajaran metabolisme. Indikator keterampilan berpikir kreatif ini meliputi:

membangkitkan keingintahuan dan hasrat untuk tahu, memandang informasi yang sama

dari sudut pandang yang berbeda, meramal dari informasi yang terbatas, memilih hal-hal

yang mungkin tidak relevan, dan membangun di atas pengetahuan yang telah ada pada

mahasiswa. Nilai Pre Tes dan Pos Tes untuk setiap indikator keterampilan berpikir kreatif

diolah untuk menentukan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa seperti tertera

pada tabel 4 di lampiran 3.

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh indikator keterampilan proses

berpikir kreatif meningkat. Peningkatan terbesar adalah membangun konsep di atas

pengetahuan yang sudah ada pada mahasiswa 33% sedangkan yang terendah adalah

keterampilan memilih hal-hal yang mungkin tidak relevan yaitu sebesar 0,07%.

Keterampilan Proses Sains

Beberapa butir soal dalam penelitian ini digunakan juga untuk mengukur peningkatan

keterampilan proses sains siswa. Indikator keterampilan proses sains yang diukur

disesuaikan dengan keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam model

pembelajaran metabolisme karbohidrat. Indikator keterampilan proses sains ini meliputi:

Page 10: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),

mengelompokkan (klasifikasi) dan menerapkan konsep atau prinsip.

Nilai Pre Tes dan Pos Tes untuk setiap indikator Keterampilan Proses Sains diolah untuk

menentukan peningkatan keterampilan proses sains siswa dan tertera pada tabel 5,

lampiran 3. Dari tabel 5 lampiran 3 menunjukkan bahwa seluruh indikator keterampilan

proses sains meningkat. Peningkatan terbesar ada dua, yaitu menafsirkan pengamatan

(interpretasi) dan menerapkan konsep atau prinsip sebesar 25,62%. Sedangkan yang

terendah adalah keterampilan mengelompokkan, yaitu sebesar 21%.

IV. Kesimpulan

1. Model pembelajaran berorientasi permasalahan klinis yang disusun dapat

meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa. Penguasaan konsep tertinggi yang

dicapai siswa adalah jalur-jalur Metabolisme, terendah adalah konsep Siklus

Krebs dan Fosforilasi oksidatif.

2. Model pembelajaran berorientasi permasalahan klinis yang disusun dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa.

3. Model pembelajaran berorientasi permasalahan klinis yang disusun dapat

meningkatkan keterampilan proses sains.

4. Model pembelajaran berorientasi permasalahan klinis yang disusun dapat

dijadikan wahana pendidikan sains untuk mengembangkan keterampilan berpikir

kreatif, bekerja keras, bekerja sama dan kejujuran mahasiswa.

5. Model pembelajaran berorientasi permasalahan klinis yang disusun mendapat

tanggapan positif dari mahasiswa karena kegiatan menyenangkan, menggunakan

alam sekitar, mahasiswa melakukan sendiri dan mengamati kegiatan-kegiatannya.

6. Model pembelajaran berorientasi permasalahan klinis yang disusun mendapat

tanggapan positif dari Dosen lain, karena menuntut mahasiswa berpikir dan

mengembangkan keterampilan proses sains mahasiswa.

7. Keunggulan model pembelajaran berorientasi permasalahan klinis yang

dikembangkan antara lain:

a.Pembelajaran berpusat pada mahasiswa.

b. Mahasiswa mempunyai konsep dasar yang baik

Page 11: Nenden Indrayati a-Paper UNY-Nenden Indrayati a FMIPA-UNPAD

DAFTAR PUSTAKA

Ai, Mahmudatussa’adah. (2010). Pendekatan Inkuiri-Kontekstual Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Mahasiswa. Invotec, volume III No.2, Agustus 2011: 115-130

Arief Sidharta. (2010). Model Pembelajaran Asam –Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sain Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Budaya.7April 2010.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Hodson. D. (1996). “Practical Work in School Science: Exploring Some Directions for Change”. International Journal of Science Education (11). 541 – 553

Hofstein. et al. (2005). Developing students ability to ask more and better question resulting inquiry type chemistry laboratories. Journal of Science Teaching. 42 (7), 791-806.

Holbork, J. (2005). Making Chemistry Teaching Relevant. Chemical Education International. 6 (1), 1-12.

Joyce, Bruce and Weil. (1992). Models of Teaching (Fourth Edition). Massachussets: Allyn and Bacon Publishing Company.

Liliasari (2005). Membangun Keterampilan Berfikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Pidato Pengukuhan Guru Besar (Makalah). UPI Bandung. 23 Nopember 2005.

M. Amin, (1987), Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) DenganMenggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Sari Fatimah. (2010). Lokakarya Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Pendidikan Ners Se-Jabar & Banten. Fakultas Ilmu keperawatan UNPAD.

Stebbens Derek (1972). Chemistry By Inquiry, Teachers’ Guide, Heinemann EducationalBooks Ltd, London.