negosiasi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah

8
NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang Kata Kunci Pelelangan umum, pelelangan terbatas, pelelangan sederhana, pemilihan langsung, seleksi umum, seleksi sederhana, penunjukan langsung, pengadaan langsung, harga perkiraan sendiri, negosiasi, gaji dasar, biaya personil, biaya non personil, unit biaya personil, dan spesifikasi teknis barang/jasa. Abstrak Pengadaan barang dan jasa pemerintah dilakukan melalui dua cara yaitu 1) cara swakelola dan 2) melalui penyedia barang/jasa. Pengadaan barang/jasa dengan cara swakelola adalah pengadaan barang/jasa yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri. Pengadaan melalui penyedia barang/jasa adalah pengadaan barang/jasa yang dikerjakan penyedia barang/jasa. Yang dimaksud penyedia barang/jasa adalah orang peseorangan atau badan usaha yang pekerjaannya menyediakan barang atau jasa. Dalam hal pengadaan barang/jasa dilakukan melalui penyedia barang/jasa, pihak pemerintah harus memilih dengan tepat penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk menjadi penyedia barang/jasa. Pertimbangan utama dalam memilih penyedia barang/jasa adalah nilai harga penawaran dan kualitas atau spesifikasi teknis barang yang ditawarkan. Pihak pemerintah sebagai pembeli tentu menginginkan barang/jasa dengan kualitas atau spesifikasi teknis yang terbaik yang harga penawarannya murah. Sedangkan pihak penyedia barang/jasa sebagai pengusaha yang menginginkan keuntungan akan berupaya untuk menawarkan barang/jasa pada tingkat harga yang setinggi mungkin untuk setiap spesifikasi atau kualitas barang. Untuk mencapai suatu kesepakatan dimana harga dan kualitas teknis barang/jasa sesuai dengan keinginan pihak pemerintah dan pihak penyedia barang/jasa dapat dilakukan negosiasi antara pemerintah dan penyedia barang/jasa. A. Tata Cara Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Dalam hal pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan melalui penyedia barang/jasa, pemilihan penyedia barang dan jasa harus dilaksanakan dengan cara yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Peraturan perundangan yang khusus dibuat sebagai acuan utama dalam pengadaan barang/jasa adalah Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 sebagaimana telah direvisi dengan Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012. Petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Presiden

Upload: fahrizalakhmad

Post on 12-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ccddc

TRANSCRIPT

  • NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

    Oleh Abu Sopian

    Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang

    Kata Kunci

    Pelelangan umum, pelelangan terbatas, pelelangan sederhana, pemilihan

    langsung, seleksi umum, seleksi sederhana, penunjukan langsung, pengadaan

    langsung, harga perkiraan sendiri, negosiasi, gaji dasar, biaya personil, biaya non

    personil, unit biaya personil, dan spesifikasi teknis barang/jasa.

    Abstrak

    Pengadaan barang dan jasa pemerintah dilakukan melalui dua cara yaitu 1) cara

    swakelola dan 2) melalui penyedia barang/jasa. Pengadaan barang/jasa dengan cara

    swakelola adalah pengadaan barang/jasa yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi

    sendiri. Pengadaan melalui penyedia barang/jasa adalah pengadaan barang/jasa yang

    dikerjakan penyedia barang/jasa. Yang dimaksud penyedia barang/jasa adalah orang

    peseorangan atau badan usaha yang pekerjaannya menyediakan barang atau jasa.

    Dalam hal pengadaan barang/jasa dilakukan melalui penyedia barang/jasa,

    pihak pemerintah harus memilih dengan tepat penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk

    menjadi penyedia barang/jasa. Pertimbangan utama dalam memilih penyedia

    barang/jasa adalah nilai harga penawaran dan kualitas atau spesifikasi teknis barang

    yang ditawarkan. Pihak pemerintah sebagai pembeli tentu menginginkan barang/jasa

    dengan kualitas atau spesifikasi teknis yang terbaik yang harga penawarannya murah.

    Sedangkan pihak penyedia barang/jasa sebagai pengusaha yang menginginkan

    keuntungan akan berupaya untuk menawarkan barang/jasa pada tingkat harga yang

    setinggi mungkin untuk setiap spesifikasi atau kualitas barang.

    Untuk mencapai suatu kesepakatan dimana harga dan kualitas teknis

    barang/jasa sesuai dengan keinginan pihak pemerintah dan pihak penyedia barang/jasa

    dapat dilakukan negosiasi antara pemerintah dan penyedia barang/jasa.

    A. Tata Cara Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

    Dalam hal pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan melalui penyedia

    barang/jasa, pemilihan penyedia barang dan jasa harus dilaksanakan dengan cara

    yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Peraturan perundangan

    yang khusus dibuat sebagai acuan utama dalam pengadaan barang/jasa adalah

    Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 sebagaimana telah direvisi dengan Peraturan

    Presiden nomor 70 tahun 2012. Petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Presiden

  • tersebut adalah Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

    Pemerintah (LKPP) nomor 14 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden

    Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54

    Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

    Pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara:

    1. Pelelangan (Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, Pelelangan Sederhana,

    dan Pemilihan Langsung);

    2. Seleksi (Seleksi Umum dan Seleksi Sederhana);

    3. Penunjukan Langsung;

    4. Pengadaan Langsung;

    5. Sayembara; dan

    6. Kontes.

    Dalam hal pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan dengan cara Seleksi,

    Penunjukan Langsung, dan Pengadaan Langsung, kesepakatan antara pemerintah dan

    penyedia tentang kualitas teknis dan harga barang/jasa harus dilakukan melalui proses

    negosiasi. Sedangkan pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan cara

    Pelelangan, Sayembara, dan Kontes tidak boleh dilakukan negosiasi.

    B. Dasar Hukum Negosiasi

    Ketentuan yang mewajibkan dilakukannya negosiasi untuk setiap metode

    pemilihan tersebut diatur di dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 sebagai

    berikut:

    1. Pasal 38 ayat (3) yang berbunyi Penunjukan langsung dilakukan dengan negosiasi

    baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga

    pasar yang berlaku dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

    2. Pasal 49 ayat (7) semua evaluasi penawaran Pekerjaan Jasa Konsultansi harus

    diikuti dengan klarifikasi dan negosiasi, dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. Harga satuan yang dapat dinegosiasikan yaitu biaya langsung non-personil

    yang dapat diganti (reimburseable cost) dan/atau biaya langsung personil yang

    dinilai tidak wajar.

    b. Aspek biaya yang perlu diklarifikasi atau dinegosiasi terutama:

    1) kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya;

    2) volume kegiatan dan jenis pengeluaran; dan

    3) biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku di pasar/kewajaran

    biaya;

    c. Klarifikasi dan negosiasi terhadap unit biaya langsung dilakukan berdasarkan

    daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor Pajak Penghasilan tenaga

    ahli konsultan yang bersangkutan;

  • d. Biaya satuan dari biaya langsung personil paling tinggi 4 (empat) kali gaji dasar

    yang diterima tenaga ahli tetap dan paling tinggi 2,5 (dua koma lima) kali

    penghasilan yang diterima tenaga ahli tidak tetap; dan

    e. Unit biaya langsung personil dihitung berdasarkan satuan waktu yang telah

    ditetapkan.

    C. Tujuan Negosiasi

    Negosiasi dilakukan bukan saja untuk mencapai kesepakatan tentang harga

    dan kualitas teknis barang/jasa tetapi untuk memperoleh harga yang sesuai dengan

    harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Materi

    pokok yang menjadi objek negosiasi adalah harga dan kualitas teknis barang/jasa. Dari

    sisi harga tentu saja semakin tinggi harga yang disepakati semakin besar keuntungan

    yang diperoleh penyedia. Dari sisi kualitas barang/jasa semakin tinggi kualitas

    barang/jasa semakin sulit mengerjakannya dan semakin banyak membutuhkan biaya

    untuk mewujudkan barang tersebut. Karena itu penyedia barang/jasa menginginkan

    harga yang tinggi dan/atau kualitas barang/jasa yang rendah. Sebaliknya bagi

    pemerintah sebagai pemilik anggaran dan penguna barang/jasa tentu menginginkan

    harga yang rendah dan/atau kualitas barang/jasa yang tinggi.

    Negosiasi dilakukan antara (Pokja ULP) Kelompok Kerja Unit Layanan

    Pengadaan mewakili pemerintah dengan pimpinan perusahaan Penyedia Barang/jasa

    yang telah terpilih (melalui proses seleksi atau melalui proses penunjukan langsung)

    yang akan ditunjuk sebagai penyedia barang/jasa. Dalam proses negosiasi Pokja

    ULP dan Pimpinan Perusahaan Penyedia Barang/Jasa mempunyai kedudukan yang

    sama dan masing-masing pihak memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak

    keinginan pihak lainnya. Keputusan yang disepakati sebagai hasil negosiasi akan

    dituangkan dalam Berita Acara Negosiasi yang akan ditindaklanjuti dengan

    penandatangan kontrak. Karena itu negosiasi harus dilakukan dengan iktikad baik

    dalam rangka mewujudkan akuntabilitas proses pengadaan barang/jasa pemerintah.

    Meskipun para pihak yang melaksanakan negosiasi memiliki kebebasan untuk

    menetapkan isi kesepakatan, termasuk bebas untuk tidak sepakat dengan apa yang

    dikehendaki salah satu pihak, namun setiap pihak harus taat dan tunduk pada

    ketentuan yang berlaku. Karena itu jika ada salah satu pihak memaksakan

    kehendaknya yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, maka hal itu

    tidak saja dapat berakibat kegagalan dalam negosiasi tetapi dapat menyebabkan

    munculnya permasalahan hukum lainnya. Pokja ULP dapat membatalkan penetapan

    pemenang jika pihak penyedia tetap mempertahankan harga yang terlalu tinggi. Pihak

    penyedia yang dibatalkan sebagai penyedia akibat dari kegagalan proses negosiasi

    tentu tidak akan menerima begitu saja kegagalan negosiasi tersebut. Jika terdapat

  • pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang merugikan penyedia hal itu

    dapat dijadikan alasan untuk melakukan gugatan melalui pengadilan.

    D. Proses Pengadaan Yang Harus Melalui Negosiasi

    Negosiasi hanya dilakukan dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa yang

    dilakukan dengan cara Seleksi, Penunjukan Langsung, dan Pengadaan Langsung.

    Sedangkan pada proses pemilihan penyedia barang/jasa yang dilaksanakan dengan

    metode pelelangan, sayembara, dan kontes tidak dibolehkan negosiasi. Hal tersebut

    secara eksplisit diatur dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 pasal 36 ayat

    (4) yang berbunyi dalam pelelangan umum tidak ada negosiasi teknis dan harga dan

    pasal 37 ayat (4) yang berbunyi dalam pelelangan sederhana tidak ada negosiasi

    teknis dan harga.

    Seleksi Umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk

    pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia jasa konsultansi yang memenuhi

    syarat. Seleksi Sederhana adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang

    bernilai paling tinggi Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Penunjukan langsung

    adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan cara menunjuk langsung 1

    (satu) penyedia barang/jasa. Pengadaan Langsung adalah pengadaan barang/jasa

    langsung kepada penyedia barang/jasa tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan

    langsung.

    Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan

    konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia

    barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi syarat. Pelelangan Terbatas

    adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi dengan jumlah

    penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang

    kompleks. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa

    lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,- (lima miliar

    rupiah). Sayembara adalah metode pemilihan penyedia jasa yang memperlombakan

    gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat

    ditetapkan berdasarkan harga satuan. Kontes adalah metode pemilihan penyedia

    barang yang memperlombakan barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga

    pasar dan yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.

    Pertanyaan yang sering ditanyakan terutama oleh para peserta Diklat

    Pengadaan Barang/Jasa dan Pokja ULP adalah, mengapa negosiasi hanya dilakukan

    pada proses Seleksi, Penunjukan Langsung, dan Pengadaan Langsung dan tidak

    boleh dilakukan dalam proses pelelangan. Menurut hemat penulis hal tersebut

    disebabkan karena dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan

    dengan cara pelelangan, kontes, dan sayembara, faktor utama yang dipersaingankan

  • dalam menentukan pemenang adalah harga. Sebaliknya dalam proses pemilihan

    penyedia yang dilaksanakan dengan cara seleksi faktor harga bukan merupakan faktor

    utama yang dipersaingankan. Uraian lebih lanjut tentang hal ini silahkan baca artikel

    yang ditulis oleh penulis dengan judul Larangan Negosiasi Dalam Proses Lelang.

    Selain dalam tahapan pemilihan penyedia barang/jasa, negosiasi dapat juga

    dilaksanakan pada masa pelaksanaan kontrak atau setelah kontrak ditandatangani.

    Negosiasi dimaksud adalah negosiasi antara PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)

    dengan penyedia barang/jasa yang dilakukan dalam rangka perubahan kontrak.

    Kemungkinan perubahan kontrak antara PPK dan penyedia dapat terjadi berdasarkan

    pasal 87 Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 apabila terdapat perbedaan yang

    signifikan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan Kerangka Acuan

    Kerja yang telah ditentukan dalam kontrak. Namun pelaksanaan pasal 87 tersebut

    dibatasi oleh ketentuan pasal 51 ayat (1) Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010

    yang tidak membolehkan adanya pekerjaan tambah kurang dalam kontrak lumpsum.

    Karena itu perubahan kontrak yang diatur dalam pasal 87 Perpres 70 tahun 2012 hanya

    untuk Kontrak Harga Satuan dan porsi harga satuan dalam Kontrak Gabungan (Lump

    sum dan Harga Satuan).

    Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat

    pelaksanaan dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditentukan dalam PPK

    bersama penyedia dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi antara lain:

    a) Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;

    b) Mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;

    c) Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan;

    d) Melaksanakan pekerjaan tambah/kurang yang belum tercantum dalam kontrak

    yang diperlukan untuk penyelesaian seluruh pekerjaan;

    Perubahan kontrak tersebut hanya untuk kontrak lumpsum dan forsi harga satuan

    dalam kontrak gabungan dengan ketentuan:

    a. Tidak menyebabkan nilai kontrak naik lebih dari 10% nilai kontrak awal

    b. Tersedia dana anggaran untuk pekerjaan tambah.

    Perintah perubahan dibuat oleh PPK secara tertulis kepada penyedia, ditindaklanjuti

    dengan negosiasi teknis dan biaya dengan tetap mengacu pada ketentuan yang

    tercantum dalam kontrak awal. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara

    sebagai dasar penyusunan addendum kontrak.

    E. Waktu Negosiasi

  • Berdasarkan pasal 58 ayat (1) dan (2) Perpres nomo 70 tahun 2012 dalam

    tahap pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan metode seleksi umum

    maupun seleksi sederhana, negosiasi dilakukan setelah selesai masa sanggah dan

    telah ada kepastian bahwa tidak ada peserta yang mengajukan sanggahan banding. Ini

    berarti penyedia yang melaksanakan negosiasi dengan Pokja ULP adalah penyedia

    yang telah ditetapkan dan telah diumumkan sebagai pemenang seleksi serta tidak

    disanggah oleh peserta seleksi lainnya atau sanggahan yang diajukan peserta seleksi

    telah dijawab oleh Pokja ULP dan atas jawaban sanggah tersebut tidak diajukan

    sanggahan banding.

    Jadwal waktu negosiasi yang diletakkan setelah habis masah sanggah

    menunjukkan bahwa dalam proses seleksi hasil negosiasi teknis dan harga tidak

    dijadikan dasar untuk menetapkan pemenang seleksi. Penetapan pemenang seleksi

    didasarkan pada persyaratan administrasi, teknis, dan harga sesuai dengan yang telah

    ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Namun demikian menjelang akhir proses

    pemilihan penyedia barang/jasa, Pokja ULP dan Penyedia yang telah menjadi

    pemenang seleksi harus memastikan bahwa harga penawaran dan kualitas teknis yang

    akan dijadikan dasar penyusunan kontrak adalah wajar dan dapat

    dipertanggungjawabkan. Karena itu perlu dilakukan negosiasi teknis dan harga.

    Apakah hasil negosiasi masih dapat dijadikan alasan untuk menggugurkan

    atau membatalkan pemenang seleksi. Atas pertanyaan tersebut jawabnya, hasil

    negosiasi dapat dijadikan dasar untuk untuk menggugurkan atau membatalkan

    pemenang seleksi. Untuk itu diciptakan ketentuan yang memungkinkan Pokja ULP

    dan Penyedia berada pada posisi tawar menawar yang seimbang. Di satu sisi, Pokja

    ULP tidak dapat seenaknya meminta agar penyedia menurunkan harga dan/atau

    menaikkan kualitas teknis penawarannya, di sisi lain, Penyedia tidak boleh bertahan

    pada harga penawaran yang tidak wajar dan kualitas teknis yang tidak dapat

    dipertanggungjawabkan.

    F. Tata Cara Negosiasi

    Negosiasi dilakukan oleh Pokja ULP terhadap penyedia yang telah ditetapkan

    sebagai pemenang seleksi dengan ketentuan sebagai berikut:

    1. Pihak penyedia adalah:

    a) Direktur utama/pimpinan perusahaan/pengurus koperasi;

    b) Penerima kuasa dari direktur utama/pimpinan perusahaan/pengurus koperasi

    yang namanya tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar;

    c) Pihak lain yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan mendapat surat kuasa

    atau pendelegasian wewenang yang sah dari direktur utama/pimpinan

    perusahaan/pengurus koperasi;

  • d) Kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan

    dengan dokumen otentik;

    e) Pejabat yang menurut perjanjian Kerja Sama Operasi (KSO) berhak mewakili

    kemitraan.

    2. Negosiasi memperhatikan kesesuaian antara bobot pekerjaan dengan tenaga ahli

    dan/atau tenaga pendukung yang ditugaskan, serta mempertimbangkan kebutuhan

    perangkat/fasilitas pendukung yang proporsional guna mencapai hasil kerja yang

    optimal;

    3. Negosiasi ditujukan untuk memperoleh kesepakatan biaya yang efisien dan efektif

    dengan mempertahankan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan penawaran teknis

    yang diajukan penyedia;

    4. Aspek biaya yang perlu diklarifikasi dan dinegosiasikan terutama:

    a. Kesesuaian rencana dengan jenis pengeluaran biaya;

    b. Volume kegiatan dan jenis pengeluaran;

    c. Biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku di pasaran.

    5. Klarifikasi dan negosiasi terhadap biaya personil dilakukan berdasarkan daftar gaji

    yang telah diaudit dan/atau bukti setor PPh tenaga ahli bersangkutan dengan

    ketentuan:

    a. Biaya satuan dari baya langsung personil maksimul 4 (empat) kali gaji dasar

    yang diterima oleh tenaga ahli tetap dan/atau 2,5 (dua koma lima) kali gaji dasar

    yang diterima oleh tenaga ahli tidak tetap.

    b. Unit biaya personil dihitung berdasarkan satuan waktu yang dihitung

    berdasarkan tingkat kehadiran dengan ketentuan:

    1 (satu) bulan dihitung minimal 22 (dua puluh dua) hari kerja;

    1 (satu) hari kerja dihitung minimal 8 (delapan) jam kerja.

    6. Negosiasi terhadap biaya tenaga pendukung (tenaga teknik dan

    penunjang/administrasi) dilakukan berdasarkan harga pasar tenaga pendukung

    tersebut;

    7. Harga satuan yang dapat dinegosiasikan yaitu biaya langsung non personil yang

    dapat diganti (direct reimbursable cost) dan/atau biaya langsung personil

    (remuneration) yang dinilai tidak wajar.

    G. Kesimpulan

    1. Negosiasi memiliki arti sangat penting dalam mencapai kesapakatan antara

    pemerintah sebagai pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa tentang

    harga dan kualitas teknis barang/jasa;

    2. Negosiasi hanya dibolehkan dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa yang

    dilakukan dengan cara seleksi, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung;

    3. Negosiasi dilakukan oleh pihak yang berwenang;

  • 4. Harga satuan yang dapat dinegosiasikan adalah biaya langsung non personil

    yang dapat diganti (direct reimbursable cost) dan/atau biaya langsung personil

    (remuneration) yang dinilai tidak wajar;

    5. Negosiasi terhadap biaya personil (reminiration) dilakukan berdasarkan gaji

    dasar yang telah diterima oleh tenaga ahli yang dibuktikan dengan hasil audit

    atau bukti setor PPh;

    c. Biaya satuan dari baya langsung personil maksimul 4 (empat) kali gaji dasar

    yang diterima oleh tenaga ahli tetap dan/atau 2,5 (dua koma lima) kali gaji dasar

    yang diterima oleh tenaga ahli tidak tetap.

    d. Unit biaya personil dihitung berdasarkan satuan waktu yang dihitung

    berdasarkan tingkat kehadiran dengan ketentuan:

    1 (satu) bulan dihitung minimal 22 (dua puluh dua) hari kerja;

    1 (satu) hari kerja dihitung minimal 8 (delapan) jam kerja.

    Daftar Pustaka:

    1. Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010

    2. Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012

    3. Peraturan Kepala LKPP nomor 14 tahun 2012

    4. Peraturan Kepala LKPP nomor

    5. Sopian, Abu. Dasar-Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta, In Media, 2014.

    6. Sopian, Abu. Tata Cara Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi, Jogjakarta, Pustaka Felicha,

    2012.

    7. Kuncoro. Agus. Begini Tender Yang Benar, Jogjakarta, Primaprint, 2013