naskah akademikrepo.apmd.ac.id/810/1/na & raperda kawasan tanpa rokok...naskah akademik...

65
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr. Widodo Triputro, M.M., M.Si. 2. Fatih Gama Abisono Nasution, S.IP., M.A. 3. RY. Gembong Rahmadi, S.H., M.Hum. KERJASAMA : PUSAT STUDI KEBIJAKAN PUBLIK DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PSKPPM) SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2018

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

24 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG

KAWASAN TANPA ROKOK

TIM PENYUSUN :

1. Dr. Widodo Triputro, M.M., M.Si.

2. Fatih Gama Abisono Nasution, S.IP., M.A.

3. RY. Gembong Rahmadi, S.H., M.Hum.

KERJASAMA :

PUSAT STUDI KEBIJAKAN PUBLIK DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PSKPPM)

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”YOGYAKARTA

DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN JOMBANG

TAHUN 2018

Page 2: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

NASKAH AKADEMIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG

TENTANG

KAWASAN TANPA ROKOK

TIM PENYUSUN:

1. Dr. R. Widodo Triputro, M.M., M.Si.

2. Fatih Gama Abisono Nst., S.IP., M.A.

3. RY. Gembong Rahmadi, S.H., M.Hum.

KERJASAMA :

PUSAT STUDI KEBIJAKAN PUBLIK DAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (PSKPPM)

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

DENGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN JOMBANG

TAHUN 2018

Page 3: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji bagi Alloh SWT Tuhan yang maha kuasa, sehingga dengan ridho-Nya kita bisa menyelesaikan tugas untuk menyusun Naskah Akademik sebagai landasan dalam penyusunan Rancangan Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Kawasan Tanpa Rokok, ini merupakan inisiatif dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jombang, dengan bekerjasama dengan pihak ketiga dalam hal ini Pusat Studi Kebijakan Publik dan Pemberdayaan Masyarakat (PSKPPM) Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

Dalam penyusunan Naskah Kajian dan Raperda tentang Kawasan Tanpa Rokok, ini sudah berusaha untuk mengacu ketentuan peraturan perundangan yang ada, khususnya Permendagri No. 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. Tim PSKPPM Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” mengakui bahwa naskah kajian dan Raperda ini masih belum sempurna, untuk itu masukan yang konstruktif guna untuk penyempurnaan naskah ini sangat diharapkan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang, khususnya DPRD Kabupaten Jombang yang telah memberikan kepercayaan untuk tugas ini. Demikian juga kepada segenap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait yang telah memberikan masukan dalam penyusunan naskah kajian dan Raperda, kepada segenap stakeholders Kabupaten Jombang terkait pemerintahan desa yang telah memberikan data dan informasinya, sehingga naskah ini bisa selesai dengan baik.

Penyusun

Tim PSKPPM

Page 4: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4

C. Tujuan dan Kegunaan ....................................................................... 4

D. Metode ................................................................................................ 5

E. Ruang Lingkup dan Sistematika Akademis ........................................ 5

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN EMPIRIS ......................................................... 6

A. Kajian Teoritis .................................................................................... 6

B. Kajian Terhadap Asas dan Prinsip ........................................................ 8

C. Kajian Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada serta Permasalahan di

Masyarakat, ..................................................................................... 12

D. Kajian Terhadap Amplikasi Penerapan dengan Sistem Baru ...............17

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT .......19

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS .......................34

A. Landasan Filosofis ...........................................................................34

B. Landasan Sosiologis .........................................................................37

C. Landasan Yuridis .............................................................................39

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI

MUATAN ...........................................................................................42

A. Ketentuan Umum ............................................................................43

B. Materi yang akan diatur ...................................................................43

C. Ketentuan dan Sanksi .....................................................................44

D. Ketentuan Penutup ..........................................................................44

BAB VI PENUTUP ...........................................................................................45

A. Simpulan .........................................................................................45

B. Saran ...............................................................................................46

Page 5: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

iv

LAMPIRAN:

− RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG

KAWASAN TANPA ROKOK

Page 6: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu kesejahteraan dan hak asasi

manusia yang wajib diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimandatkan Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Kesehatan

memiliki nilai sangat strategis dalam membangun sumber daya manusia

Indonesia yang berkualitas, meningkatkan ketahanan nasional, dan daya

saing bangsa dalam konteks pembangunan nasional. Pembangunan

kesehatan diorientasikan mencapai kesadaran, kemauan, dan kapasitas

untuk hidup sehat bagi setiap warga agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 (UU 36/2009) kesehatan bermakna kondisi sehat,

baik secara fisik, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Oleh karena itu, derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya merupakan tanggung jawab bersama

individu, masyarakat, pihak swasta, dan pemerintah. Bahkan urusan

kesehatan menjadi urusan bersama yang bersifat wajib yang ditangani baik

oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Status kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh determinan sosial

kesehatan, yang mencakup lingkungan tempat manusia dilahirkan, tumbuh,

hidup, bekerja, dan menjadi tua. Aspek lingkungan sosial maupun fisik serta

perilaku kesehatan masyarakat merupakan salah satu bagian yang penting

dalam determinan sosial kesehatan Lingkungan sosial dan fisik yang kurang

baik dapat menyebabkan berbagai kerentanan terhadap manusia berupa

meningkatnya masalah kesehatan sehingga menyebabkan menurunnya

produktivitas dan kualitas hidup manusia, yang pada akhirnya meningkatkan

angka kesakitan dan kematian. Oleh karena itu, diperlukan adanya sistem

untuk meningkatkan peran serta berbagai sektor baik sektor kesehatan

maupun di luar kesehatan. Karena faktor yang memberi pengaruh terhadap

Page 7: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

2

status kesehatan sebagian besar berada pada sektor-sektor lain di luar

kesehatan.

Salah satu lingkungan fisik yang perlu diperhatikan adalah udara yang

memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia maupun makhluk

hidup lainnya. Oleh karena itu diperlukan pengendalian terhadap kondisi yang

dapat memengaruhi kualitas udara. Perlindungan terhadap kualitas udara

dapat dilakukan dengan pengendalian terhadap hal-hal yang dapat

menyebabkan pencemaran udara serta pengendalian terhadap aktivitas yang

dapat memengaruhi kualitas udara. Salah satu jenis pencemaran udara

berasal dari polutan asap rokok. Rokok adalah zat adiktif mengandung ribuan

jenis material kimia beracun yang menimbulkan efek kecanduan dan

merupakan faktor risiko terhadap berbagai penyakit seperti penyakit jantung,

stroke, penyakit paru, impotensi, gangguan kehamilan dan janin, serta

berbagai jenis kanker terutama kanker paru dan mulut (Dhevy, 2014).

Oleh karena itu rokok membahayakan bagi perokok sendiri maupun

bukan perokok yang berada disekitarnya. Bahkan Rokok merupakan salah

satu penyebab kematian terbesar di dunia.Badan lembaga kesehatan dunia,

World Health Organization (WHO), memprediksi penyakit yang berkaitan

dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan dunia. Dari tiap 10 orang

dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan

asap rokok (Kemenkes RI, 2011: 5). Diperkirakan hingga menjelang 2030

kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta per tahunnya dan di

negara-negara berkembang diperkirakan tidak kurang 70% kematian yang

disebabkan oleh rokok (Kemenkes RI, 2011: 12).

Hingga saat ini, tantangan besar yang harus disikapi adalah

peningkatan prevalensi merokok penduduk Indonesia dari 27% (1995)

menjadi 36,3% (2013) (Riskesdas, 2013). Sekitar 67% laki-laki dewasa

Indonesia adalah perokok, sedangkan prevalensi merokok di antara

perempuan dewasa mengalami peningkatan pesat dari di bawah 2% di

tahun 1995 ke hampir 7% di tahun 2013. Bahkan perilaku merokok

juga diketahui sudah dimulai sejak usia muda. Prevalensi perokok di

antara anak usia sekolah di Indonesia cukup tinggi, yaitu 20%.

Sedangkan prevalensi penduduk umur 15 tahun ke atas yang artinya

Page 8: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

3

masuk usia produktif, merokok tiap hari secara nasional adalah 28,2

persen. Data hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa penduduk

prevalensi perokok terbesar dari penduduk miskin yang bekerja sebagai

petani/nelayan/buruh menunjukkan proporsi terbesar dalam presentase

perokok aktif setiap hari, yaitu sebesar 44,5%.

Selain bagi perokok, asap rokok juga menjadi risiko kesehatan bagi

mereka yang perokok pasif atau mereka yang bukan perokok. Merokok pasif

diketahui meningkatkan risiko terjadinya penyakit penyakit gangguan

pernapasan seperti asma dan bronkitis serta penyakit kardiovaskuler seperti

penyakit jantung koroner dan stroke. Di lain pihak, jumlah perokok pasif di

Indonesia juga semakin meningkat seiring dengan meningkatnya prevalensi

perokok aktif; sekitar 60% anak usia sekolah terpapar asap rokok, baik di

rumah maupun di tempat-tempat umum.

Untuk mengendalikan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan

peraturan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun

2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan yang diarahkan untuk

menurunkan jumlah perokok, baik aktif maupun pasif, untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat Indonesia secara berarti. Pada pasal 22

PP ini disebutkan bahwa tempat umum, sarana kesehatan, tempat

kerja, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat

ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok

(KTR). PP tersebut telah diperbaharui dengan PP No.109 Tahun 2012

yang pada Pasal 49 dengan tegas menyatakan bahwa Pemerintah dan

Pemerintah Daerah wajib mewujudkan KTR.

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah area yang dinyatakan

dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,

mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau (Kemenkes

RI, 2014: 14). KTR bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada

para perokok pasif dari bahaya asap rokok dan memberikan ruang dan

lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat serta melindungi

kesehatan masyarakat umum dari dampak buruk merokok baik

langsung maupun tidak langsung. Hingga tahun 2018 sudah 309

daerah kabupaten/kota di Indonesia yang menerapkan kebijakan KTR,

Page 9: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

4

termasuk di Kabupaten Jombang dengan ditetapkannya Peraturan

Bupati No. 18 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Oleh karena itu, diperlukan penguatan kerangka regulasi sebagai

salah satu upaya yang dapat ditempuh secara efektif dan sistematis

untuk melindungi masyarakat dari paparan terhadap asap rokok dan

terhadap produk tembakau. Bertolak dari hal tersebut, guna memperkuat

kerangka hukum terhadap regulasi yang sudah ada maka DPRD

Kabupaten Jombang berinisiatif mengajukan Rancangan Peraturan Daerah

tentang KTR. Namun demikian, pemberlakuan KTR memerlukan perlu

didukung oleh naskah akademik yang memadai dalam mewujudkan

peraturan daerah mengenai KTR.

B. Identifikasi Masalah

Dalam kaitannya dengan latar belakang di atas, masalah yang

perlu diidentifikasi adalah:

1. Bagaimana problematika KTR berkaitan dengan materi yang akan

diatur di Kabupaten Jombang?

2. Bagaimana muatan materi KTR yang dibutuhkan sesuai dengan

norma nasional dan kondisi lokal?

3. Bagaimana penegakan aturan KTR dapat diwujudkan di Kabupaten

Jombang?

4. Bagaimana harmonisasi dan sinkronisasi Perda KTR dengan Perda

lainnya di Kabupaten Jombang?

C. Tujuan dan Kegunaan

Naskah akademik ini disusun untuk :

1. Memberikan landasan akademik dan kerangka pemikiran bagi Rancangan

Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Jombang.

2. Melakukan sinkronisasi dan harmoniasi dengan peraturan perundang-

undangan terkait sehingga jelas kedudukan dan ketentuan yang diaturnya.

3. Memberikan bahan dan data untuk menjadi bahan pembanding antara

peraturan perundang-undangan terkait dalam merancang Rancangan

Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Jombang.

Page 10: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

5

4. Mengkaji dan meneliti pokok-pokok materi apa saja yang ada dan

harus ada dalam Rancangan Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Kabupaten Jombang.

D. Metode

Metode yang digunakan dalam penyusunan naskah akademik ini

adalah studi dokumen dalam bentuk undang-undang serta peraturan

lain yang berlaku, melakukan telaah dari hasil studi lainnya, serta

diperkuat dengan menggelar forum dengar pendapat dan focus group

discussion untuk mendapatkan pengayaan materi muatan.

E. Ruang Lingkup dan Sistematika Naskah Akademik

Sesuai dengan UU 12/2011, naskah akademik ini disusun dengan

sistematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, menggambarkan tentang latar belakang penyusunan

naskah akademik. Dalam bab ini juga dipaparkan mengenai tujuan dari

naskah akademik ini serta metodologi yang digunakan untuk mengembangkan

naskah akademik ini.

Bab II : Kajian Teoretis dan Praktik Empiris, yang memaparkan kajian

tentang pentingnya mengatur kawasan tanpa rokok di Kabupaten Jombang.

Bab III : Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundangan Terkait

Bab IV : Landasan Filosopis, Sosiologis dan Yuridis

Bab V : Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi

Muatan Substansi, yang memaparkan tentang pokok dan lingkup

materi apa yang ada dan harus ada dalam Perda KTR. Termasuk di

dalamnya adalah bahan-bahan petimbangan dan pengingat di latar

belakang, ringkasan dari ketentuan-ketentuan umum.

Page 11: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

6

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoretis

Landasan teoretik secara legal formal tentang penetapan KTR telah

cukup jelas yakni dengan adanya norma dasar sebagaimana diamanatkan UU

36/2009 tentang Kesehatan, sebagai bagian dari penjabaran amanat UUD 1945

pasal 28H. Dengan UU 36/2009 selanjutnya dijabarkan oleh PP 109/2012 yang

mengamanatkan pemerintah daerah menetapkan KTR dalam sebuah perda.

Oleh karena itu, kajian teoretis dalam bab ini bertujuan untuk memperkuat

kerangka hukum penyusunan perda KTR dengan melihat kesesuaian antara

kebutuhan pengaturan dengan kondisi yang ada, baik secara teoretis maupun

secara empiris berdasarkan temuan di Kabupaten Jombang.

Kandungan kimia serta dampak kesehatan dari produk tembakau

telah dikenal luas. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat

(USFDA) merilis daftar 93 zat kimia yang berbahaya atau memiliki potensi

bahaya bagi kesehatan yang terkandung di dalam rokok, dari lebih dari 5000

zat kimia yang telah dikenal terkandung di dalam tembakau. Nikotin

merupakan zat kimia kandungan utama tembakau yang memiliki efek adiksi

dan bersifat toksik terhadap organ reproduktif atau pertumbuhan janin.

Selain itu, terdapat tidak kurang dari 50 zat kimia yang memiliki potensi

memicu kanker (karsinogenik) seperti aseton, arsenik, kadmium, bahkan

uranium. Pembakaran rokok atau produk tembakau juga menghasilkan zat

kimia yang disebut tar yang bersifat sangat karsinogenik.

Merokok adalah penyebab utama kematian yang dapat dicegah paling

umum di dunia. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun

rokok menyebabkan lima juta kematian (10% dari seluruh kematian).

Perokok memiliki risiko untuk menderita kanker paru 25 kali lebih tinggi

dibandingkan bukan perokok, dan sebaliknya sekitar 90% dari kematian

akibat kanker paru adalah disebabkan oleh rokok. Risiko kejadian kanker

lain, seperti kanker di saluran pencernaan, kandung kemih, dan saluran

napas di luar paru-paru juga meningkat dengan merokok. Rokok juga

Page 12: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

7

diketahui meningkatkan risiko terjadinya gangguan jantung dan pembuluh

darah antara 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan kondisi normal, termasuk di

dalamnya risiko terserang stroke, dan risiko kejadian gangguan-gangguan

kesehatan lain seperti gangguan pada kehamilan dan pertumbuhan anak.

Selain risiko penyakit-penyakit tidak menular, rokok juga meningkatkan

risiko kejadian penyakit menular, terutama yang menyerang saluran

pernapasan seperti tuberkulosis (TB).

Selain dampak negatif terhadap kesehatan, rokok juga merugikan

secara ekonomi, baik secara langsung akibat penggunaan layanan

kesehatan, maupun secara tidak langsung seperti akibat dari hilangnya

produktivitas kerja. Secara global, kerugian ekonomi langsung akibat

rokok diperkirakan mencapai lebih dari 420 miliar dolar Amerika,

sedangkan kerugian ekonomi tidak langsung diperkirakan mencapai

lebih dari satu triliun dolar Amerika (Goodchild dkk, 2017). Kerugian

ekonomi ini secara disproporsional lebih banyak mempengaruhi golongan

ekonomi lemah yang dapat menggunakan lebih dari 70% penghasilannya

untuk membeli produk tembakau, di luar pengeluaran akibat gangguan

kesehatan dan hilangnya produktivitas. Kerugian ekonomi akibat rokok

negara, dan produk tembakau juga diperkirakan jauh melebihi

pendapatan dari penjualan rokok dan produk tembakau.

Di Indonesia, setiap tahun rokok dan produk tembakau diperkirakan

menyebabkan lebih dari 200 ribu kematian, atau hampir 20% dari seluruh

jumlah kematian, yang tidak luput disebabkan oleh besarnya jumlah

perokok di Indonesia. Tidak kurang 57% dari laki-laki dewasa Indonesia

adalah perokok, juga 40% dari anak laki-laki berusia di bawah 18 tahun.

Walaupun persentase perempuan Indonesia yang merokok relatif kecil

dibandingkan laki-laki, sekitar 3,5% dari perempuan dewasa, jumlah ini

setara dengan 3,1 juta orang.

Bukan hanya pada perokok, risiko kejadian penyakit juga meningkat

akibat paparan terhadap asap rokok sekunder. Paparan terhadap asap rokok

sekunder meningkatkan risiko kejadian kanker paru sebesar 30% dan

penyakit jantung koroner sebesar 25%. Setiap tahun, lebih dari 600 ribu

kematian di dunia diperkirakan disebabkan oleh paparan terhadap asap rokok

Page 13: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

8

sekunder pada perokok pasif. Walaupun dampak kesehatan tersebut biasa

timbul di usia dewasa, kebanyakan perokok sekunder berusia anak-anak, dan

termasuk juga di dalamnya janin dalam kandungan.

Memperhatikan dampak rokok terhadap kesehatan, khususnya

melalui paparan asap rokok sekunder, pembentukan wilayah bebas asap

rokok merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat yang dapat

mengurangi dampak tersebut. Di dalam kerangka kerja konvensi

pengendalian tembakau (the framework convention on tobacco control –

FCTC), WHO mengajurkan “perlindungan terhadap warga dari paparan

terhadap asap rokok di tempat kerja, kendaraan umum, dan tempat-

tempat umum yang tertutup” (FCTC pasal 8).

Sebanyak 32 negara, termasuk 26 negara berpenghasilan menengah

dan rendah, telah memiliki kebijakan larangan merokok menyeluruh, dan

melindungi sekitar 16% penduduk dunia dari paparan terhadap asap rokok. Di

Inggris dan Irlandia, kebijakan larangan merokok di tempat-tempat umum

telah didemonstrasikan berhasil menurunkan perilaku merokok di tempat-

tempat yang dilarang sampai 20 kali lebih rendah dibandingkan sebelum

diimplementasikannya kebijakan tersebut, dan sebaliknya meningkatkan

dukungan terhadap kebijakan serupa, bahkan mendorong perokok untuk

berhenti merokok (Fong dkk, 2006). Larangan merokok di tempat umum dapat

menurunkan kadar asap rokok sekunder sampai 90% (Blanco-Marquizo dkk,

2010) dan menurunkan gangguan pernapasan di antara pengunjung tempat-

tempat diberlakukannya larangan tersebut sampai 26% (Menzies dkk, 2006).

B. Kajian terhadap Asas dan Prinsip

Asap rokok tidak memberikan manfaat bagi tubuh manusia. Perilaku

merokok lebih banyak didorong oleh sifat adiktif dari zat yang ada di dalam

rokok. Bahkan ketika dalam kandungan, bayi pun sudah terpapar oleh asap

perokok aktif yang merokok di dalam rumah atau di tempat publik. Raperda

KTR bermanfaat untuk mencegah bayi, anak, remaja untuk terinisiasi

merokok, terpapar zat membahayakan dari asap rokok; mencegah perokok

pasif dari akibat bahaya asap rokok; mengurangi kebiasaan merokok dari

perokok aktif. Pada akhirnya harapannya adalah dapat mencegah terjadinya

Page 14: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

9

penyakit yang menurunkan produktivitas serta menyebabkan kerugian

ekonomi yang sangat besar. Berdasar hasil penelitian, trilyunan rupiah telah

dipakai untuk mengkonsumsi dan mengatasi gangguan dan penyakit akibat

rokok, puluhan kali lipat dari keuntungan cukai rokok yang diperoleh negara.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencegahan

penyakit akibat perilaku merokok sangat terfragmentasi. Untuk itu,

perlu dilakukan suatu upaya komprehensif meliputi upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pengendalian perilaku merokok

bukan saja masalah private goods, namun merupakan masalah public

goods, dimana pemerintah harus secara aktif melakukan berbagai upaya

promotif, preventif dan rehabilitatif terhadap kecanduan dan akibat yang

ditimbulkannya. Perilaku merokok dan dampak buruk merokok terjadi

pada berbagai kelompok. Oleh karena itu pengaturan seyogyanya

berlaku untuk semua golongan baik tingkat sosial, ekonomi, ras,

pendidikan, kedudukan sosial, hukum, politik dan gender. Pembiaran

kegiatan kelompok merokok yang mengganggu kelompok bukan perokok

merupakan bentuk diskriminasi terhadap kelompok bukan perokok.

Dengan demikian, asas-asas yang digunakan dalam naskah akademik

dan rancangan peraturan daerah yang diajukan adalah:

1. Asas Kepentingan umum

Yang dimaksud dengan asa kepentingan umum adalah upaya

pengendalian merokok dilaksanakan untuk memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi kepentingan kesehatan pribadi maupun umum. Di

samping itu pengendalian merokok ini juga diarahkan untuk tidak

merugikan kepentingan daerah, baik di pertanian/perkebunan, maupun di

industri minuman. Oleh sebab itu, didalam rancangan undang-undang ini,

salah satunya memperhatikan dengan sungguh-sungguh asas kepentingan

umum secara komprehensif. Sehingga asas kepentingan umum adalah

asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang

aspiratif, akomodatif, dan komprehensif.

2. Asas Akuntabilitas

Sedangkan yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah

asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari

Page 15: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

10

kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi

negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam

konteks KTR asas ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa setiap

tindakan penyelenggara negara benar-benar proporsional, terukur, dan

bekerja sesuai mandat peraturan perundangan sehingga memenuhi

pertanggungjawaban publik.

3. Asas Keadilan

Permasalahan utama dalam perilaku merokok adalah bahwa orang

menghisap udara atmosfir yang sama. Walaupun seorang perokok

memiliki hak untuk merokok dan menghembuskan asapnya ke udara, di

saat yang sama ada hak orang lain yang tidak merokok menjadi

terabaikan. Secara fisik ruangan dan lingkungan menjadi tidak nyaman,

berasap dan berbau. Secara kesehatan jelas mengancam kesehatan orang

sehat, apalagi yang menderita sakit. Apalagi kita ketahui kemudian,

mayoritas penduduk Kabupaten Jombang tidak merokok, maka mayoritas

penduduk tersebut harus mendapatkan keadilan dalam mendapatkan

udara yang sehat dan tidak mendapatkan dampak buruk dari produk

tembakau. Dari sudut pandang ini, penyelenggaraan KTR merupakan

praktik perwujudan asas keadilan secara merata ke semua lapisan

masyarakat. Oleh karena itu yang dimaksud dengan “asas keadilan”

adalah bahwa setiap tindakan dalam penyelenggaraan negara harus

mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.

4. Asas Partisipasi

Yang dimaksud dengan “asas partisipasi masyarakat” adalah

bahwa setiap penyusunan peraturan perundang-undangan harus

mempertimbangkan dan memenuhi hak atas partisipasi masyarakat.

Sebuah produk peraturan perundangan yang dibentuk tanpa pelibatan

masyarakat berdampak pada rendahnya derajat penerimaan masyarakat

terhadap produk hukum tersebut. Oleh karena itu rancangan Perda KTR

harus membuka ruang partisipasi publik sehingga mendapat dukungan

publik karena seluruh pemangku kepentingan dilibatkan yang akan

Page 16: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

11

menjamin efektivitas penegakkan rancangan perda yang ada saat

peraturan KTR diberlakukan.

5. Asas Dapat Dilaksanakan

Asas dapat dilaksanakan adalah adalah setiap Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas

Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara

filosofis, sosiologis, maupun yuridis. Produk peraturan perundangan yang

baik tentunya sesuai dengan kondisi obyektif di masyarakat, sehingga

tujuan dari peraturan perundangan yang ada dapat dilaksanakan.

6. Asas Kedayagunaan dan Kehasilgunaan

Yang dimaksud dengan “asas kedayagunaan dan kehasilgunaan”

adalah setiap Peraturan Perundangundangan dibuat karena memang

benar-benar mampu mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Oleh karena itu Peraturan yang hanya mengatur para perokok

(demands) saja tidak cukup efektif, pemerintah juga harus mengatur dari

aspek supplies. Pengaturan yang dibentuk harus meliputi produksi,

distribusi, pemasaran dan konsumsi rokok. Kawasan yang dibangun tidak

saja mengatur tempat dimana dilarang merokok, tetapi juga termasuk

didalamnya dilarang memasarkan (menjual dan promosi) rokok dalam

bentuk apapun. Pemasaran dan penjualan rokok dimana saja dapat

menginisiasi dan mendorong anak, remaja maupun dewasa untuk merokok.

7. Asas Perlindungan dan Pengayoman

Perilaku merokok yang dilakukan sebagian warga tak dapat ditolak

oleh warga lainnya karena ketidakberdayaan dan ketidakmampuan secara

hukum untuk mendapatkan haknya. Oleh karena itu raperda yang disusun

harus memperhatikan asas perlindungan yang menghormati hak asasi

manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk

Indonesia (asas perikemanusiaan) secara proporsional. Sebab Kegiatan

membahayakan orang lain dan mengancam kelangsungan hidup suatu

bangsa yang dilakukan dengan sengaja adalah bertentangan dengan

kemanusiaan. Sehingga warga tidak perokok dan kaum rentan seperti bayi,

balita, anak, remaja dan wanita hamil membutuhkan perlindungan dan

Page 17: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

12

kepastian hukum dalam mendapatkan hak-haknya seperti dimaksudkan

UUD 1945.

Pada beberapa kasus terjadi konflik dan gangguan ketentraman

yang disebabkan perilaku merokok oleh perokok atau kelompok perokok.

Polutan rokok menyebabkan ruangan atau tempat publik yang dipakai

para perokok menjadi gangguan bagi pihak lainnya. Pada dasarnya,

aktifitas merokok mengganggu ketertiban sehingga memunculkan konflik.

Mengingat tugas negara adalah mengayomi semua pihak, dibutuhkan

suatu kepastian hukum bahwa ruang publik maupun ruang privat yang

dipakai oleh dua pihak yang berbeda kepentingan, menjadi nyaman dan

tertib. sehingga terjadi ketentraman antara berbagai pihak. Oleh karena

itu, raperda KTR juga harus memperhatikan asas pengayoman, dimana

KTR berfungsi menciptakan ketentraman masyarakat.

C. Kajian Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada serta Permasalahan

di Masyarakat

UUD 1945 menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dalam kaitannya dengan penetapan

KTR, penetapan tersebut dapat dianggap sebagai upaya negara dalam

menjalankan amanat konstitusi seperti tersebut di atas, sekaligus bentuk

palaksanaan amanat FCTC pasal 8 yang dalam hal ini belum diratifikasi

oleh Indonesia, mengingat dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh

paparan terhadap asap rokok, baik bagi perokok maupun perokok pasif.

Secara spesifik, upaya perlindungan kesehatan akibat dampak rokok diatur

dalam UU 36/2009 pasal 115 yang mewajibkan pemerintah daerah untuk

menetapkan tujuh kawasan sebagai kawasan tanpa rokok di masing-masing

wilayahnya. Adapun ketujuh kawasan yang dimaksud adalah: 1) fasilitas

pelayanan kesehatan; 2) tempat belajar mengajar; 3) tempat anak bermain;

4) tempat ibadah; 5) angkutan umum; 6) tempat kerja; dan 7) tempat-

tempat lain yang ditetapkan oleh daerah. Kewajiban ini harus dituangkan

dalam bentuk peraturan daerah, sebagaimana diatur oleh PP 109/2012.

Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang pada praktiknya telah menetapkan

kawasan-kawasan tanpa asap rokok melalui Peraturan Bupati Jombang

Page 18: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

13

Nomor 18 Tahun 2012, Sebagai konsekuensi perkembangan pengetahuan

terkait rokok dan produk tembakau serta upaya penanggulangannya,

peraturan bupati tersebut di atas harus disesuaikan.

Kabupaten Jombang berpotensi memperoleh keuntungan dari

pemberlakuan kawasan tanpa rokok di wilayahnya, baik secara langsung

sebagai akibat berkurangnya dampak negatif terhadap kesehatan maupun

secara tidak langsung. Secara faktual, data penyakit terbesar di Kabupaten

Jombang Tahun 2014, menempatkan penyakit infeksi pernapasan dan

hipertensi sebagai penyakit nomor dua dan tiga terbesar yang juga dipicu

oleh kebiasaan merokok sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Data 10 Penyakit Terbesar di Kabupaten Jombang Tahun 2014

No. Jenis Penyakit Jumlah

Penderita Persentase Total

Penderita 1 Nasofaringitis akut (common cold) 93.177 20,17%

2 Infeksi akut pernafasan atas lainnya 78.780 17,06%

Hipertensi 45.099 9,76%

Penyakit oesophagus, lambung dan usus dua

belas jari

39.881 8,63%

Lain-lain 35.455 7,68%

Gangguan jaringan ikat, otot, sinovium, tendon 29.442 6,37%

Penyakit sendi 28.987 6,28%

Diabetes Mellitus 21.992 4,76%

Dermatitis dan eksem 16.798 3,64%

Diare dan Gastroenteritis lainnya yang diduga

karena infeksi

12.908 2,79%

Sumber : LB1 Data Kesakitan Puskesmas 2014

Dari tabel 2.1. dapat disimpulkan bahwa penyakit hypertensi

termasuk penyakit tidak menular (PTM) masuk dalam 3 besar sepuluh

penyakit terbanyak yang ditemukan dan dilayani di Puskesmas. Jika

disandingkan dengan data lain, pada tahun 2014 pengukuran angka tersebut

lebih besar. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang menunjukkan

pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada penduduk usia >15 tahun

terhadaop 233.477 penduduk atau sekitar 25,09% dari total populasi

ditemukan penderita hipertensi sebesar 37.604 atau sekitar 16,11%

penduduk (Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2014).

Page 19: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

14

Hal ini terjadi karena perilaku merokok telah menjadi kebiasaan. Hal

ini diperkuat dengan studi yang dilakukan Pawiono (2008) melakukan

penelitian tentang pengaruh nilai dan sikap terhadap perilaku merokok

pada pasien hipertensi di Poli Jantung Bapelkes Rumah Sakit Daerah

Kabupaten Jombang Jawa Timur. Hasil yang didapat adalah tidak terdapat

terdapat hubungan antara kepercayaan/keyakinan dan pengetahuan

terhadap perilaku merokok pasien hipertensi di Poli Jantung Bapelkes RSD

Jombang Jawa Timur. Tidak terdapat hubungan antara sikap dan nilai

dengan perilaku merokok pasien hipertensi di Poli Jantung Bapelkes RSD

Jombang Jawa Timur. Kesimpulan tersebut menunjukkan sekalipun perokok

mendapatkan pengetahuan nilai dan sikap tentang bahaya merokok tidak

berpengaruh terhadap kebiasaan merokok.

Studi tersebut memperkuat argumen bahwa kebiasaan merokok erat

kaitannya dengan capaian Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di di

Kabupaten Jombang. Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat

digunakan indikator PHBS menggunakan 10 indikator. Sebuah rumah

tangga dikatakan telah sehat atau ber PHBS apabila sudah melaksanakan

seluruh indikator perilaku tersebut. Sepuluh indikator PHBS tatanan

rumah tangga dimaksud adalah 1) Persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan; 2) Memberi bayi ASI eksklusif; 3) Menimbang balita setiap bulan;

4) Menggunakan air bersih; 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun;

6) Menggunakan jamban sehat; 7) Memberantas jentik di rumah seminggu

sekali; 8) Makan buah dan sayur setiap hari; 9) melakukan aktifitas fisik

setiap hari; dan 10) Tidak merokok dalam rumah.

Secara faktual, Indikator yang sulit dilakukan oleh anggota rumah

tangga di Kabupaten Jo.mbang adalah makan sayur dan buah setiap hari,

memberi bayi ASI eksklusif, dan tidak merokok di dalam rumah. Pada

tahun 2014 survei PHBS pada tatanan Rumah Tangga Sehat di Jombang

yang dilakukan terhadap 80.837 rumah tangga menunjukkan baru sebesar

sebesar 43.147 rumah tangga atau 53,4% Keluarga ber-PHBS. Jumlah ini

jauh dari target yang ditetapkan yakni 85 % pada tahun 2014 (Profil

Kesehatan Kabupaten Jombang, 2014). Cakupan rumah tangga ber-PHBS

belum bisa mencapai target. Hal ini disebabkan masih rendahnya angka

Page 20: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

15

capaian indikator tidak merokok di dalam rumah. Masih ditemukan 47.04%

masyarakat yang merokok di dalam rumah. Upaya-upaya yang dilakukan

untuk mencapai keluarga yang ber PHBS antara lain penyuluhan yang

berisi tentang bahaya perokok pasif juga terus digalakkan.

Gambaran akutnya perilaku merokok ini juga linier dengan hasil

Sitepu (2017) yang menunjukkan banyak daerah penghasil tembakau

yang mendapat Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT),

gagal mengatasi eksternalitas negatif yang timbul akibat konsumsi

rokok dan justru meningkat dalam waktu kurun waktu 9 tahun (2008-

2016). Dampaknya Prevalensi merokok menunjukkan tren yang

meningkat dalam periode 2007-2013 (Riskesdas, BPS). Sebagaimana

terlihat pada Gambar 1, prevalensi perokok pada tahun 2007, 2010, dan

2013 merupakan data gabungan dari perokok dan orang yang

mengunyah tembakau dalam kelompok usia 15 tahun ke atas.

Menurut Riskesdas 2007 proporsinya 34,2%, meningkat menjadi

34,7%pada tahun 2010 dan dan naik kembali menjadi36,3%pada tahun

2013. Selanjutnya, secara lebih detail persentase perokok muda dari tahun

ke tahun menunjukkan tren peningkatan. Masih berdasarkan data

Riskesdas, pada tahun 2007, persentase dari total populasi perokok

berusia 15-24 tahun adalah 24,6%. Jumlah ini meningkat menjadi 26,6%

pada tahun 2010. Selain itu, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap

oleh penduduk berumur lebih dari 10 tahun juga meningkat, dari 12

batang per hari di 2007 menjadi12,3 batang per hari pada 2013.

Sesunggunya tujuan dari ketentuan tersebut adalah untuk

memastikan bahwa DBH CHT digunakan sesuai dengan tujuan tersebut oleh

daerah penghasil tembakau, baik dalam rangka meningkatkan produksi

maupun untuk mengendalikan dampak sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 2007. Namun, sebagai daerah penghasil tembakau

yang menerima DBH CHT, Kabupaten Jombang, belum memaksimalkan

dana tersebut untuk penanggulangan eksternalitas negatif akibat merokok.

DBH CHT lebih cenderung digunakan untuk mendorong peningkatan

produktivitas produk tembakau dan hanya satu kegiatan yang terkait

langsung dengan upaya mengatasi eksternalitas negatif akibat merokok, yaitu

Page 21: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

16

pembinaan lingkungan sosial. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan awal dari

pengenaan pajak yaitu mengendalikan konsumsi.

Namun demikian dukungan terhadap pemberlakuan kawasan

tanpa rokok dari masyarakat Kabupaten Jombang cukup tinggi.

Dukungan terhadap penetapan KTR juga dinyatakan oleh berbagai

perwakilan perangkat daerah maupun kelompok masyarakat seperti

organisasi profesi kedokteran, dan organisasi kemasyarakatan. Upaya

untuk menjadikan kawasan-kawasan tertentu sebagai KTR juga sudah

dimulai di berbagai instansi. Sebagai contoh, dinas pendidikan

menyatakan kuatnya komitmen untuk menjadikan kawasan pendidikan

sebagai KTR yang disertai dukungan oleh pelaksana pendidikan di

lapangan. Walaupun belum terdapat konsensus yang menyeluruh,

anjuran untuk tidak merokok juga sudah dilakukan oleh organisasi

keagamaan, terutama Muhammadiyah yang telah mengeluarkan Fatwa

Nomor 6 Tahun 2010 yang pada dasarnya mengharamkan rokok untuk

dikonsumsi. Begitu pula kalangan Pesantren di Jombang, salah

satunya di Pesantren Tebu Ireng yang telah mendeklarasikan Kawasan

Tanpa Rokok yang berlaku bagi warga pesantren setempat.

Perhatian terbesar nampaknya terfokus kepada masalah implementasi

dari penetapan KTR nanti, yang didasari atas pengalaman implementasi

penetapan kawasan tanpa asap rokok melalui Peraturan Bupati

18/2012. Implementasi perbup tersebut belum efektif, sehingga

kawasan-kawasan yang ditetapkan sampai saat ini belum menjadi KTR

sepenuhnya. Peranan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) juga

dirasakan masih kurang. Untuk itu, informan menyatakan perlunya

kejelasan dalam pengaturan penegakkan KTR dalam perda yang

direncanakan, terutama perihal penguatan peranan Satpol PP dan juga

Penyidik Pegawa Negeri Sipil. Tidak kalah pentingnya, menurut para

informan, adalah memberikan perlindungan bagi masyarakat umum

(dalam upaya menegakkan KTR) sehingga partisipasi masyarakat dapat

ditingkatkan, sekaligus memperkuat sanksi sosial yang dianggap lebih

efektif daripada ancaman sanksi administratif atau pidana. Perda KTR

Page 22: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

17

dapat mengatur keberadaan tim penegakkan perda serta mengatur

sistem penegakkan yang berkelanjutan.

Ruang lingkup dan jangka waktu pengaturan KTR di dalam perda

juga dapat menjadi bahan perdebatan. Dalam hal ini, yang menjadi

perhatian adalah perlu atau tidaknya disediakan tempat khusus

merokok di dalam KTR dan, jika tidak, apakah ketentuan tersebut dapat

diimplementasikan dalam waktu singkat. Walaupun sebagian besar

informan memberikan dukungan yang kuat untuk meniadakan tempat

khusus untuk merokok di dalam KTR, terdapat kekhawatiran akan

terjadi kesulitan penegakkan aturan jika implementasi KTR dilakukan

secara menyeluruh dan dalam waktu yang singkat. Untuk menghindari

penolakan, pengaturan KTR diharapkan dapat memperhitungkan

budaya masyarakat setempat yang kebanyakan adalah perokok, dan

untuk itu diharapkan dapat didahului dengan waktu sosialisasi yang

mencukupi untuk meningkatkan literasi masyarakat dan pemahaman

masyarakat akan bahaya rokok. Sebagai jalan tengah, disediakan

Kawasan Terbatas Merokok sebagai tempat khusus perokok, berupa

tempat di ruang terbuka dan tidak menunjukkan perlakuan istimewa

bagi perokok yang keberadaannya akan dihilangkan secara bertahap.

Upaya lain yang diusulkan untuk mendukung penegakkan

aturan KTR adalah upaya proaktif untuk membantu perokok berhenti

merokok. Walaupun saat ini dinas kesehatan telah memulai klinik

berhenti merokok, upaya tersebut dapat diperluas dengan, misalnya,

memanfaatkan dana bersumber pajak dan/atau cukai rokok.

D. Kajian terhadap Implikasi Penerapan dengan Sistem Baru

Berdasarkan hasil telaah dan diskusi dengan pemegang kepentingan,

dapat disimpulkan bahwa penetapan KTR bukan merupakan suatu kondisi

yang benar-benar baru bagi berbagai pemegang kepentingan di Kabupaten

Jombang, sebagai konsekuensi dari penetapan Perbup 18/2012. Belajar dari

pengalaman implementasi perbup tersebut, penerapan perda KTR nantinya

berpotensi menemui masalah jika sistem implementasi tidak diperkuat.

Untuk itu, raperda KTR hendaknya mengatur dengan jelas masalah

Page 23: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

18

penegakkan di lapangan. Selain itu, raperda KTR juga hendaknya dapat

mengakomodasi perubahan yang bertahap untuk mengurangi resistensi dari

pemangku kepentingan, terutama masyarakat yang terbiasa dengan perilaku

merokok di mana saja.

Suatu isu yang sering ditiupkan industri rokok terhadap upaya-

upaya pengendalian dampak buruk tembakau adalah berkaitan dengan

aktivitas perekonomian. Upaya pengamanan bahaya rokok bagi kesehatan

seringkali dibenturkan dengan kepentingan petani tembakau, buruh pabrik,

pedagang rokok, dan pelaku usaha. Seperti kita ketahui bersama, demand

merokok diciptakan oleh industri itu sendiri melalui promosi dan iklan yang

gencar dan modal yang besar sehingga memperbesar supply. Hal ini telah

didokumentasikan, salah satunya, di Amerika Serikat ketika industri rokok

menyalurkan uang melalui industri hospitality untuk mendukung

penyediaan akomodasi kepada perokok dengan membangun ruang-ruang

khusus perokok. Padahal di lain pihak penetapan KTR telah dibuktikan

tidak mempengaruhi, bahkan dapat meningkatkan, pendapatan sektor

industri hospitality (Dearlove dkk, 2002).

Dalam konteks Kabupaten Jombang, pertanian tembakau dan buruh

pabrik rokok tidak menjadi suatu kendala ekonomi. Adapun distribusi dan

perdagangan rokok bukanlah satu-satunya pilihan dalam perniagaan. Masih

banyak bidang perniagaan lain yang dapat dikerjakan oleh warga Kabupaten

Jombang. Apalagi bila demand rokok sudah sangat jauh berkurang. Lebih

banyak kerugian akibat kesehatan daripada keuntungan ekonomi bila

mengandalkan industri dan perniagaan rokok. Tidak ada akibat ekonomi

yang merugikan warga Jawa Timur dengan penerapan KTR. Dengan

sendirinya, pedagang rokok dapat berpindah kepada jenis niaga lain selain

rokok sesuai demand masyarakat bila supply dibatasi.

Page 24: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

19

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG–UNDANGAN TERKAIT

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan

Perundangan menyatakan bahwa peraturan daerah kabupaten adalah peraturan

perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten dengan persetujuan bersama Bupati. Pasal 14 menyatakan bahwa

materi muatan peraturan daerah kabupaten berisi materi muatan dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung

kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil kajian terhadap peraturan perundangan yang ada,

maka Perda KTR merupakan perintah undang-undang dan merupakan

peraturan yang harus dijabarkan lebih lanjut di daerah. Namun demikian secara

umum, kesehatan adalah bidang yang didesentralisasikan dan merupakan hak

serta kewajiban pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah.

Berikut ini disampaikan analisis perundangan dan peraturan terkait yang

memerintahkan untuk penjabarannya dalam bentuk Peraturan Daerah. Setiap

orang berkewajiban atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (UU 36/2009

pasal 10, 11, 12, 13). Selain itu juga merupakan tanggung jawab pemerintah

(pasal 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20). Bentuk tanggung jawab tersebut adalah:

Merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi

penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

masyarakat.

Atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik

maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.

Atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan

merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.

Page 25: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

20

Atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas

pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya, dan

Atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu,

aman, efisien, dan terjangkau.

UU 36/2009 juga mengatur pelayanan kesehatan menjadi Pelayanan

Kesehatan Masyarakat (PKM) dan Pelayanan Kesehatan Perorangan (PKP).

Kesehatan masyarakat menggambarkan bagaimana determinan lingkungan (fisik,

biologi, kimia, sosial, budaya, politik, kebijakan, pendidikan), perilaku dan sistem

kesehatan mampu meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya. Pelayanan

Kesehatan Perorangan (PKP) menggambarkan bagaimana genetika, fenotip,

pengetahuan, cara hidup, latar belakang keluarga, pemantauan kesehatan, rekam

medik kesehatan, dan kelompok pelayanan kesehatan yang didukung oleh

keluarga, masyarakat, dan populasi (termasuk lingkungan dan kebijakan publik)

secara keseluruhan mampu meningkatkan derajat kesehatan seseorang. Kesehatan

perorangan tersebut secara kumulatif menjadi kesehatan keluarga dan masyarakat.

Dengan demikian untuk meningkatkan derajat kesehatan, individu perlu

dibentuk menjadi sehat dan lingkungan perlu dibentuk agar menjadikan individu

tersebut sehat, yang pada akhirnya membangun keluarga dan masyarakat sehat.

Pembentukan individu, keluarga dan masyarakat yang sehat adalah tugas

bersama warga negara dan pemerintah. Ketika ancaman terjadi, seperti halnya

adiksi zat tembakau dan lain-lainnya, tugas individu, keluarga dan

pemerintah/negara adalah melindungi dari ancaman tersebut. Kebijakan yang

diwujudkan adalah dalam bentuk instrumen kebijakan (yaitu: perda), harus

memperlihatkan bahwa perlindungan terhadap ancaman pembentukan individu,

keluarga dan masyarakat yang sehat dapat berjalan dengan baik.

UUD 1945 juga secara eksplisit menyatakan bahwa negara bertanggungjawab

atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang

layak (UUD 45; Pasal 34). Dengan adanya desentralisasi untuk urusan wajib

dimana kesehatan menjadi salah satunya, maka tanggung jawab pemerintah

untuk sektor kesehatan, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

Page 26: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

21

Selanjutnya, UU 23/2014 menyatakan bahwa kesehatan adalah urusan

wajib dari pemerintah daerah. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang

berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara yang penyelenggaraannya

diwajibkan oleh peraturan perundangundangan kepada daerah untuk perlindungan

hak konstitusional, kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat, serta

ketentraman dan ketertiban umum dalam rangka menjaga keutuhan negara

Kesatuan Republik Indonesia serta pemenuhan komitmen nasional yang

berhubungan dengan perjanjian dan konvensi Internasional.

UUD 45 Bab VI pasal 18 menyatakan bahwa “pemerintahan daerah

provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. Pemerintah

daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan

yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-

peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Namun

demikian, kewenangan dan urusan ini harus dilaksanakan secara konkuren,

harmonis dan serasi antara pusat, propinsi dan kabupaten/kota.

Pasal 49 dan 50 UU 36/2009 menyatakan bahwa pemerintah, pemerintah

daerah dan masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya

kesehatan serta meningkatkan dan mengembangkan upaya kesehatan. Upaya

kesehatan sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memenuhi kebutuhan

kesehatan dasar masyarakat dan didasarkan pada pengkajian serta penelitian.

Page 27: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

22

Tabel 2.1 Ringkasan Review Peraturan Perundangan Terkait KTR

No. Regulasi Catatan 1. UU 36/2009 Pasal 115 ayat (1) Kawasan tanpa rokok

antara lain: a. fasilitas pelayanan kesehatan; b. tempat proses belajar mengajar; c. tempat anak bermain; d. tempat ibadah; e. angkutan umum; f. tempat kerja; dan g. tempat umum dan tempat lain yang

ditetapkan.

Pada Pasal 115 ayat 1 ditetapkan secara nasional kawasan kawasan tersebut adalah kawasan- kawasan sebagaimana disebutkan dalam poin a sampai g. Untuk point g, yang secara eksplisit disebutkan sebagai “yang ditetapkan”. Dengan demikian, untuk jenis-jenis kawasan yang ditetapkan lainnya dapat diserahan kepada daerah. Melihat kemungkinan dinamisnya lokasi poin g, maka penetapan tersebut dapat juga dilakukan melalui peraturan bupati sesuai evaluasi secara periodik oleh OPD terkait

Pasal 115 ayat (2): Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok diwilayahnya

Daerah wajib membentuk peraturan tentang KTR

Pasal 113 ayat:

(1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

(2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.

(3) Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditetapkan

Pada pasal ini ditegaskan zat adiktif adalah tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya. Ayat 1 Pasal 113 sudah jelas, secara eksplisit, bermaksud melindungi tidak saja masyarakat secara umum dengan Kawasan Tanpa Rokok, kata “perseorangan dan keluarga” adalah merepresentasikan orang dan anggota keluarga di dalam rumah (house). Bagaimana melindungi perorangan (perokok pasif) dan anggota keluarga (terutama bayi, anak, balita dan remaja) di dalam rumah, tiada lain dengan memberlakukan larangan merokok di dalam rumah. Hal ini tentu saja menimbulkan kontroversi berkaitan dengan privasi, namun hal tersebut menjadi tidak

Page 28: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

23

bermakna manakala menyangkut kepentingan banak orang dan perlindungan warga lainnya dari perilaku buruk seseorang.

Pasal 116 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

Perda mengikuti PP yang ditetapkan, yaitu PP 109/ 2012

Pasal 131

(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.

(2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.

(3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah, dan pemerintah daerah

Kegiatan merokok di dalam rumah dan di tempat publik dimana terdapat ibu hamil, bayi, anak dan remaja bertentangan dengan upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak; untuk itu perlu ditetapkan pengaturan pelarangan kegiatan merokok. Berkaitan dengan anak sampai dengan usia 18 tahun, maka larangan merokok, penyertaan, penjualan, dan promosi diberlakukan untuk usia kurang 18 tahun. Upaya dalam bentuk pelarangan tersebut di atas menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah daerah. Pemerintah daerah melalui perda harus mampu memotong rantai distribusi produk tembakau sampai kepada anak- anak. Termasuk di dalamnya penjualan, iklan, display, sponsorship.

2. PP 109/2012

Pasal 2

Penyelenggaraan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat dan lingkungan.

Sekali lagi, pengamanan penggunaan zat adiktif yang kemudian menjadi tanggung jawab Pemda secara operasional di daerah, wajib mengamankan tidak saja di tempat umum, juga di dalam rumah yang merupakan tempat tinggal dari anggota keluarga. Larangan merokok di dalam rumah sangat masuk akal, apa lagi untuk kepentingan melindungi warga yang tidak

Page 29: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

24

mempunyai kemampuan menolak perilaku buruk seseorang, seperti bayi, anak-anak dan ibu hamil, Konsekuensinya, Pemda perlu menambahkan kawasan tanpa rokok di lingkungan tempat tinggal. Pilihan yang ditawarkan agar, dapat memberikan keadilan adalah rumah/ tempat tinggal dimana terdapat ibu hamil, bayi, balita, anak dan remaja sebagai KTR.

Pasal 3

Penyelenggaraan pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:

Menjadi tujuan perda KTR

a. Melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung karsinogen dan Zat Adiktif dalam Produk Tembakau yang dapat menyebabkan penyakit, kematian, dan menurunkan kualitas hidup;

Tempat umum seperti tersebut dalam KTR yang ditetapkan ditambah dengan rumah/ tempat tinggal.

b. Melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja, dan perempuan hamil dari dorongan lingkungan danpengaruh iklan dan promosi untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau

KTR (termasuk rumah tempat tinggal) dimana terdapat bayi, balita, anak, remaja dan ibu hamil serta terdapat penderita penyakit lain yang akan diperberat dengan asap rokok. Pemda perlu mengatur dan menegndalikan iklan dan promosi rokok dan produk tembakau lainnya.

c. Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok dan manfaat hidup tanpa rokok

Pemda melalui OPD mengusahakan promosi (pendidikan) kesehatan

d. Melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok orang lain.

Pemda melindungi warga Kabupaten Jombang dengan menetapkan KTR dengan menjauhkan perokok dari bukan perokok.

Tempat merokok harus ditetapkan jauh dari kontaminasi terhadap bukan perokok. Penetapan dan penyediaan ruang untuk merokok di dalam gedung yang sama, sangat tidak mendukung dan tidak menjamin kontaminasi terhadap bukan perokok. Oleh karena itu perlu ditetapkan tempat merokok

Page 30: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

25

adalah di ruangan terbuka, tidak di dalam ruangan/gedung, jauh dari bukan perokok

Pasal 6

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai Kewenangannya bertanggunjawab mengatur, menyelenggarakan, membina, mengawasi pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan.

Pengejawantahan aturan oleh Pemda sesuai kewenangannya, berarti sesuai dengan UU No. 23/ 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Secara Teknis, maka Pemda mengikuti Permenskes No. 40/ 2013.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan.

Menyediakan media informasi melalui media khusus atau yang telah ada; serta edukasi kesehatan melalui OPD terkait.

Pasal 7

Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan dalam rangka pengamanan bahan yang mengandung Zat adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan.

Pemda mendorong lembaga penelitian dan perguruan tinggi seta lembaga yang memiliki kapasitas penelitian untuk mendukung kebijakan ini.

Pasal 8

Penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan meliputi: a. Produksi dan impor; b. peredaran; c. perlindungan khusus bagi anak dan

perempuan hamil; dan d. Kawasan Tanpa Rokok.

Larangan merokok di dekat anak (termasuk bayi dan remaja) dan wanita hamil; termasuk di dalam rumah Penetapan kawasan tanpa rokok yang diperluas.

Pasall 14 – 24 berisi ketentuan tentang produksi dan pasal 27-31 tentang iklan

Membutuhkan pemantauan pemerintah daerah dan masyarakat: OPD terkait melakukan penapisan perijinan, perdagangan, peredaran, pengiklanan, promosi, pemantauan, pelaporan dan penegakkan aturan.

Pasal 25

Setiap orang dilarang menjual Produk Tembakau: a. menggunakan mesin layan diri; b. kepada anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun; dan c. kepada perempuan hamil

Implikasi pada aturan pemda: penjual harus menanyakan umur dan status kehamilan; penegasan kembali aturan ini umur

Page 31: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

26

Pasal 31

Iklan di media luar ruang harus memenuhi ketentuan: a. tidak diletakkan di Kawasan Tanpa

Rokok; b. tidak diletakkan di jalan utama atau

protokol; c. harus diletakkan sejajar dengan bahu

jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang; dan

d. tidak boleh melebihi ukuran 72 m2 (tujuh puluh dua meter persegi)

Bupati mengatur iklan produk tembakau dan bersifat dinamis. Dengan demikian cukup diatur dalam perbup namun minimal sesuai dengan ketentuan Pasal 31.

Pasal 34 Ketentuan lebih lanjut mengenai Iklan Produk Tembakau di media luar ruang diatur oleh Pemerintah Daerah.

Pemda wajib memuat aturannya,

Pasal 35

Ketentuan pengendalian Promosi Produk Tembakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebagai berikut:

a. tidak memberikan secara cuma-cuma, potongan harga, hadiah Produk Tembakau, atau produk lainnya yang dikaitkan dengan Produk Tembakau;

b. tidak menggunakan logo dan/atau merek Produk Tembakau pada produk atau barang bukan Produk Tembakau; dan

c. tidak menggunakan logo dan/atau merek Produk Tembakau pada suatu kegiatan lembaga dan/ atau perorangan.

Diatur dalam Perda

Pasal 36

1) Setiap orang yang memproduksi dan/ atau mengimpor Produk Tembakau yang mensponsori suatu kegiatan lembaga dan/atau perorangan hanya dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Tidak menggunakan nama merek

dagang dan logo Produk Tembakau termasuk brand image Produk Tembakau; dan

b. tidak bertujuan untuk mempromosikan Produk Tembakau.

2) Sponsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk kegiatan lembaga dan/ atau perorangan yang diliput media.

Diatur dalam Perda

Page 32: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

27

Pasal 38

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian Sponsor Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan Pasal 37 diatur oleh Pemerintah Daerah

Ada aturan pemda tentang tata cara pengendalian Sponsor Produk Tembakau yang memuat Penugasan kepada tim pemantau, Sistem pelaporan dan pengaduan oleh masayarakat, penegakan aturan oleh Satpol PP dan adanya sanksi

Pasal 47

(1) Setiap penyelenggaraan kegiatan yang disponsori oleh Produk Tembakau dan/ atau bertujuan untuk mempromosikan Produk Tembakau dilarang mengikutsertakan anak berusia di bawah 18 (delapan belas).

Ditetapkan kembali secara eksplisit dalam Perda serta ada ketentuan / mekanisme penyelenggaraan kegiatan dengan sponsor Produk Tembakau dan promosinya yang melakukan penapisan anak di bawah umur

(2) Setiap orang yang menyelenggarakan kegiatan yang disponsori Produk Tembakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengikutsertakan anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun dikenakan sanksi oleh pejabat Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

Ada Sanksi dalam Perda

Pasal 48

(1) Dalam rangka memberikan perlindungan kepada anak terhadap bahaya bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan posko pelayanan selama 24 (dua puluh empat) jam

Penyediaan pelayanan klinik berhenti merokok di Rumah Sakit dan Pusksesmas

(2) Posko pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (10 dapat berupa hotline service atau call center.

Penetapan penyelenggara hotline service

Pasal 49

Dalam rangka penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok

Penetapan KTR yang diperluas

Pasal 50

(1) Kawasan Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 antara lain: a. fasilitas pelayanan kesehatan;

KTR diperluas, termasuk di dalam rumah/tempat tinggal dimana terdapat bayi, anak,

Page 33: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

28

b. tempat proses belajar mengajar; c. tempat anak bermain; d. tempat ibadah; e. angkutan umum; f. tempat ibadah; dan g. tempat umum dan tempat lain yang

ditetapkan.

remaja dan ibu hamil.

(2) Larangan kegiatan menjual, mengiklankan, dan mempromosikan Produk Tembakau tidak berlaku bagi tempat yang digunakan untuk kegiatan penjualan Produk Tembakau di lingkungan Kawasan Tanpa Rokok.

Pengaturan oleh Bupati

(3) Larangan kegiatan memproduksi Produk Tembakau tidak berlaku bagi tempat yang digunakan untuk kegiatan produksi Produk Tembakau di lingkungan Kawasan Tanpa Rokok.

(4) Pimpinan atau penanggung jawab tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menerapkan Kawasan Tanpa Rokok

Pasal 52

Pemerintah Daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya dengan Peraturan Daerah

Ada Perda tentang KTR

Pasal 54

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dilaksanakan melalui: a. Pemikiran dan masukan berkenaan

dengan penentuan dan/atau kebijakan pelaksanaan program pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan;

b. Penyelenggaraan, pemberian bantuan, dan/atau kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan;

c. Pengadaan dan pemberian bantuan sarana dan prasarana bagi penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan;

d. Keikutsertaan dalam pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan informasi kepada masyarakat berkenaan dengan

Point a s.d e ditetapkan kembali dalam KTR.

Page 34: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

29

penyelenggaraan bahan pengamanan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan; dan

e. Kegiatan pengawasan dan pelaporan pelanggaran yang ditemukan dalam rangka penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

Pasal 56

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah bekerja sama dengan lembaga terkait lainnya untuk menyebarluaskan informasi dan edukasi penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

Kerjasama penyebarluasan informasi dan pendidikan penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan ditetapkan kembali dalam perda.

Pasal 57

Menteri, menteri terkait, Kepala Badan, dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan atas penyelenggaraan pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi kesehatan

Penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan ditetapkan kembali dalam perda.

Pasal 59

(1) Menteri, menteri terkait, Kepala Badan, dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas pelaksanaan upaya pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing;

(2) Dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri, menteri terkait, Kepala Badan, dan Pemerintah Daerah dapat mengambil tindakan administratif terhadap pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Ditetapkan kembali dalam perda

3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 40/2013

Pasal 2

Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan strategi berbagai program dan kegiatan di bidang kesehatan yang terkait dengan pengendalian dampak konsumsi rokok di Indonesia.

Pemda mengacu pada peta jalan tersebut dengan demikian, perda yang akan dibentuk dapat menggunakan muatan materi yang ada dalam peta jalan ini sebagaimana terdapat dalam lampiran peratyran menteri kesehatan tersebut.

Page 35: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

30

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No. 40/2013

D. Capaian

1. 2009 – 2014*: Dilahirkannya kebijakan publik dan regulasi meliputi: a. Ditetapkannya kebijakan yang

melindungi masyarakat dari ancaman bahaya rokok.

b. Indonesia menjadi anggota Conference of the Parties FCTC.

c. Pelaksanaan proses legislasi PERDA/ kebijakan KTR di seluruh wilayah.

Sedang dijalankan

2. 2015 - 2019: Dilaksanakannya berbagai kebijakan publik dan produk perundang-undangan disertai penerapan sanksi hukum, untuk mencapai: a. Penurunan prevalensi perokok sebesar

1% per tahun. b. Penurunan perokok pemula sebesar

1% per tahun.

Untuk mencapai hal itu maka:

Menjadi acuan program di OPD terkait

Semua kab/kota memiliki dan menerapkan Perda/kebijakan KTR dan melaksanakan law enforcement

Sedang dijalankan

Survey tahunan tingkat kepatuhan menerapkan KTR

Adanya program di OPD terkait

50 % dari seluruh fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan pemerintah daerah memberikan pelayanan berhenti merokok terintegrasi dengan penegndalian penyakit

Adanya Klinik berhenti merokok

Survey dan pemantauan berkala untuk mengidentifikasi tingkat kesakitan, disabilitas, dan kematian akibat konsumsi rokok

Adanya monitoring dan surveilance berkaitan dengan dampak merokok

3. 2020 – 2024: keberlanjutan kebijakan untuk mencapai:

a. Penurunan prevalensi perokok 10% pada tahun 2024 dibanding prevalensi perokok pada tahun 2013.

b. Perubahan norma sosial terhadap kebiasaan merokok

c. Penurunan prevalensi mortalitas 10% 4 penyakit tidak menular terbesar (Penyakit Jantung dan pembuluh Darah, Kanker, Diabetes dan Penyakit Paru Obstruksi Kronis

Untuk itu maka:

Menjadi acuan program di OPD terkait

Page 36: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

31

perilaku tidak merokok sudah melembaga dan menjadi norma sosial masyarakat

Perlu perda preskriptif, adanya promosi kesehatan

100 % dari seluruh fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan pemerintah daerah memberikan pelayanan berhenti merokok terintegrasi dengan penegndalian penyakit

Adanya Klinik dan layanan berhenti merokok

Terlaksanannya pelayanan berhenti merokok yang terintegrasi dengan sistem pelayanan kesehatan primer

Klinik dan layanan berhenti merokok di layanan primer

Surveilance penyakit tidak menular untuk mengidentifikasi tingkat kesakitan, disabilitas dan kematian akibat merokok

Adanya surveilans PTM oleh OPD terkait Pada dasarnya upaya yang dilakukan adalah untuk intervensi terhadap faktor risiko PTM yang saat ini sudah meningkat tajam dan akan makin meningkat di masa datang.

4 EKONOMI

1. Mendukung revisi Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai, khususnya mengenai cukai rokok, sehingga diharapkan tingkat cukai rokok minimal 70% dari harga jual eceran

Menjadi acuan program

2. Mendukung penyederhanaan sistim cukai untuk memperkecil kesenjangan harga rokok termahal dan termurah.

Menjadi acuan program

3. Mendukung penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) diarahkan untuk mengatasi dampak buruk rokok.

Menjadi acuan program

4. Mendukung pelaksanaan mekanisme biaya tambahan (surcharge) sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Menjadi acuan program

5. Mendukung implementasi pelaksanaan, pemonitoran dan evaluasi pemanfaatan alokasi pajak rokok daerah untuk kesehatan.

Menjadi acuan program

6. Mendukung pelindungan petani tembakau melalui: a. Pembatasan impor daun tembakau; b. pemberian dorongan upaya alih

tanaman; c. memperkuat posisi tawar petani; d. mendorong penggunaan daun tembakau

untuk non-rokok, melalui penelitian guna mencari kemungkinan pemanfaatan lain daun tembakau

Menjadi acuan program

Page 37: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

32

7. Mendukung industri rokok untuk mengekspor produknya.

Menjadi acuan program

5 PENDIDIKAN

1. Mendukung sosialisasi bahaya konsumsi rokok ke seluruh masyarakat khususnya peserta didik.

Adanya iklan bahaya konsumsi tembakau

2. Mendukung komunitas, keluarga, dan lembaga pendidikan mengambil bagian dalam proses KIE dalam lingkungan masing-masing

Adanya pemberdayaan masyarakat

3. Mendukung lembaga pendidikan melaksanakan KTR.

Adanya peraturan di lembaga penddikan

4. Mendukung lembaga pendidikan memasukkan bahaya konsumsi rokok dalam kurikulum pendidikan.

Adanya kurikulum tentang bahaya rokok dalam pendidikan

5. Mendukung lembaga pendidikan tidak menerima sponsorship dari industri rokok dan lembaga lain yang terkait rokok.

Larangan lembaga pendidikan menerima sponsorhip dari industri rokok

6 SOSIAL BUDAYA

1. Mendukung program penghentian merokok di semua fasilitas publik serta pengintegrasiannya dalam semua program pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial.

Perda KTR yang diperuas

2. Mendukung pelaksanaan berbagai riset di bidang sosiokultural dan behavioral terkait dengan budaya dan perilaku merokok serta konsumsi produk tembakau lain.

Keterlibatan lembaga peneliti, perguruan tinggi dalam penelitian terkait sosio kultural dan perilaku merokok

3. Mendukung dikembangkannya mekanisme pemantauan dan pelaporan masyarakat terhadap intervensi industri dalam hal regulasi

Penetapan mekanisme pemantauan dan pelaporan masyarakat terhadap intervensi industri

4. Mendukung dikembangkannya mekanisme dalam sistem pelaporan dan penyelesaian keluhan

Penetapan mekanisme dalam sistem pelaporan dan penyelesaian keluhan

5. Mendukung dikembangkannya strategi substitusi tanaman tembakau dan diversivikasi pemanfaatan tanaman tembakau.

Menjadi acuan program

6. Mendukung dikembangkannya kebijakan dalam peningkatan kesejahteraan petani tembakau dan buruh industri rokok melalui upaya substitusi dan diversifikasi produk tembakau

Menjadi acuan program

Page 38: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

33

7. Mendukung kebijakan dan peraturan perundang-udangan untuk mengurangi rokok ilegal

Menjadi acuan program

7 KEBIJAKAN PUBLIK

1. Mendukung ditetapkannya undang-undang yang komprehensif mengatur pengendalian dampak konsumsi rokok terhadap kesehatan.

Pemerintah Kabupaten membangun perda KTR yang komprehensif

2. Mendukung dan mendorong perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, khususnya mengenai pelarangan iklan rokok pada media penyiaran dan media massa, karena rokok merupakan zat adiktif yang tidak boleh diiklankan.

3. Mendukung dilakukannya uji materiil terhadap pasal-pasal yang terkait dengan iklan rokok dalam Undang-Undang tentang Penyiaran dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, sehingga terjadi harmonisasi dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Peraturan perundangan yang ada telah memperlihatkan adanya

kebutuhan untuk membentuk perda di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota

termasuk Kabupaten Jombang. Muatan materi dalam Perda yang akan dibangun

adalah penjabaran dari peratuan dan perundangan di atas diperkuat dengan UU

23/2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan demikian, tidak ada

pertentangan antara Perda yang akan dibangun dengan Peraturan Perundangan.

Page 39: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

34

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Keadaan sehat, baik secara fisik, mental maupun sosial, merupakan

keinginan setiap orang. Bahkan undang-undang kesehatan menambahkan

aspek spiritual dalam definisi sehat yang digunakannya. Dalam konteks

Negara Kesatuan Republik Indonesia, kesehatan merupakan salah satu

unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa

Indonesia seperti tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945.

Kesehatan adalah hak asasi seorang manusia di dalam

kehidupannya. Setiap orang berhak untuk hidup sehat, berada dalam

lingkungan yang sehat dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang

bermutu. Setiap warga negara diberikan kebebasaan untuk memenuhi

haknya. Namun ketika hal tersebut justru melanggar hak asasi warganegara

lainnya, maka hukum harus dapat ditegakkan dengan seadil-adilnya.

Untuk mencapai kesejahteraan diperlukan derajat kesehatan setinggi-

tingginya melalui pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan

diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan,

manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,

keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama (UU

36/2009 pasal 2). Dengan demikian, penerapan standar pelayanan minimal

bidang kesehatan di Kabupaten didasarkan pada asas-asas tersebut.

Manusia merupakan mahluk ciptaan tuhan yang terbaik dan tertinggi

martabatnya, berbeda dari mahluk-mahluk lainnya dikarenakan nilai-nilai

kemanusiaan yang dimilikinya. Pembangunan kesehatan memperhatikan

keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara fisik dan non fisik,

tidak hanya kuratif tapi juga promotif, preventif dan rehabilitatif.

Pembangunan kesehatan mengedepankan manfaat yang dapat diperoleh

sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat dan bangsa. Perbedaan

kondisi dan situasi masyarakat mengharuskan segala upaya diprioritaskan

kepada mereka yang rentan dan termarginalisasi secara adil dan merata,

Page 40: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

35

tidak membedakan antara mereka yang miskin dan kaya. Wanita atau pria

mendapatkan hak dan kesempatan yang sama. Selain mendapatkan hak,

perorangan dan masyarakat juga mempunyai kewajiban-kewajiban dalam

pembangunan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat dan bangsa.

Pembangunan kesehatan diarahkan terutama pada pencegahan

kesakitan dan bagaimana meningkatkan kesehatan individu maupun

kelompok. Paradigma sehat ini menjadi cara berpikir bangsa karena

lebih efisien dan lebih masuk akal. Namun demikian, paradigma ini juga

tidak meninggalkan kuratif, namun demikian pendekatannya adalah

secara komprehensif.

Kesehatan adalah investasi. Berinvestasi dalam kesehatan akan

melahirkan masyarakat yang produktif secara ekonomi dan sosial.

Masyarakat yang mampu bertumpu pada kemampuan dirinya dan mampu

mempertahankan kedaulatan negara. Pembangunan kesehatan bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Keberadaan negara dan pemerintahan pada dasarnya ditujukan

untuk kesejahteraan masyarakat. Strategi desentralisasi yang dianut negara

Indonesia saat ini juga dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat, dengan kesehatan sebagai bagian di dalamnya. Sebagaimana

disebutkan dalam UUD 1945, desentralisasi diselenggarakan dengan pemberian

otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah untuk mengurus sendiri urusan

pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Strategi ini

dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peranserta masyarakat.

Disadari atau tidak manusia merupakan sub-sistem yang

keberadaannya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan baik sosial

maupun alam sebagai satu kesatuan. Oleh sebab itu manusia dituntut

untuk berperilaku selaras dengan lingkungannya agar lingkungan tersebut

dapat bermanfaat bagi manusia agar bisa bertahan hidup.

Page 41: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

36

Pencemaran udara yang salah satunya ditimbulkan dari asap rokok

menjadi permasalahan serius ketika dipahami bahwa rokok tidak saja

berdampak buruk pada kesahatan perokok, tetapi juga mengkontaminasi

orang-orang disekelilingnya. Hasil dari berbagai penelitian tentang bahaya

yang ditimbulkan oleh asap rokok bagi kesehatan telah banyak diekspos

namun sejauh ini belum banyak direspon oleh masyarakat.

Pemerintah sendiri dihadapkan pada suatu dilema untuk

bersikap tegas berkaitan dengan pencegahan dampak rokok ini.

Melarang orang merokok akan berhadapan dengan hak asasi individual

sekaligus juga secara tidak langsung mematikan industri rokok yang

telah memberikan kontribusi baik sebagai sumber pendapatan negara

maupun dalam penciptaan lapangan kerja. Oleh sebab itu peran

pemerintah dalam upaya melarang penggunaan rokok sampai saat ini

sangatlah kecil dan hanya terbatas pada penyebaran informasi tentang

bahaya rokok bagi kesehatan dan himbauan untuk tidak merokok.

Raperda disusun untuk menjembatani kondisi tersebut, meminimalkan

dampak yang ditimbulkan asap rokok dengan tanpa memberikan larangan

yang bersifat mutlak, tapi membatasi pengaruh (buruk) asap rokok dan

promosi/iklan (keburukan) merokok oleh produsen rokok. Sehingga,

diharapkan dengan berjalannya waktu, perda yang nantinya diberlakukan

dapat memberikan proses pembelajaran bagi masyarakat dan menumbuhkan

kesadaran mengenai dampak rokok dan arti pentingnya kesehatan bagi

pembangunan keluarga, bangsa dan negara.

Suatu negara dalam memberikan ketenteraman, kesejahteraan

dan kesehatan, serta perlakuan hukum terhadap rakyatnya pada

umumnya selalu dilandasi filosofi negara yang bersangkutan. Filosofi

negara pada dasarnya berpangkal dari tatanan pemikiran yang

bersumber dari kebiasaan-kebiasaan atau keberadaban sosiologis suatu

bangsa. Bagi Negara Indonesia, dalam setiap pokok-pokok pemikiran

terkait pembentukan peraturan perundang-undangan maupun pelaksanaannya

selalu bersumber dari Pancasila dan UUD 1945. Perilaku buruk merokok yang

merugikan pihak lain menggambarkan absennya keberadaban, keadilan,

Page 42: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

37

dan kemanusiaan. Pengaturan KTR didasarkan pada landasan utama

kemanusiaan yang adil dan beradab.

B. Landasan Sosiologis

Penggunaan rokok semakin dirasakan bahayanya ketika fakta

menunjukan bahwa rokok justru membudaya dan menjadi kebutuhan

“pokok” bagi kelompok miskin dan anak-anak. Tidak terkendalinya

kebutuhan merokok dikalangan ini seringkali menjadi pemicu terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga atau kejahatan. Untuk dapat memenuhi

hasratnya merokok mereka tidak segan-segan melakukan kejahatan atau

kekerasan yang sasarannya tidak saja orang lain tetapi juga anggota

keluarganya. Keberadaan rokok pada akhirnya akan lebih dipahami dari

sisi negatifnya daripada manfaatnya setelah rokok juga dijadikan sebagai

inisiasi penggunaan obat-obatan terlarang dan zat adiktif lainnya.

Masyarakat perokok aktif dan perokok pasif seringkali tidak

menyadari akan bahaya penyakit dan kematian dini yang diakibatkan

oleh rokok, dimana timbulnya akibat buruk bisa terjadi antara 20

sampai 25 tahun kemudian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko

lebih tinggi terjadi pada perokok pasif.

Kebiasaan merokok itu sendiri bukan budaya asli bangsa Indonesia.

Kebiasaan merokok dibawa oleh bangsa asing dan menjadi kebiasaan

masyarakat. Kebiasaan yang buruk tidaklah harus dipertahankan.

Pembiasaan yang dilakukan oleh sebagian elit ini didasarkan karena upaya

yang dilakukan oleh industri rokok untuk mempertahankan pasarnya di

Indonesia. Sementara di seluruh dunia peredaran dan penggunaan produk

tembakau semakin dibatasi, maka industri tembakau sangat tergantung

pada negara-negara berpenduduk besar seperti Indonesia yang juga sangat

konsumtif terhadap produk tembakau.

Sejak puluhan tahun lalu industri tembakau telah menggunakan

berbagai cara dan strategi. Pembentukan persepsi menggunakan

berbagai media dan media massa telah merubah tatanan sosial

masyarakat. Persepsi buruk merokok telah diubah menjadi sesuatu

yang membanggakan, menyenangkan dan berbagai kesesatan pola pikir

Page 43: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

38

dalam kehidupan sosial memasyarakat. Banyak aspek sosial dalam

kehidupan sehari-hari selalu dilekatkan dengan kegiatan merokok.

Kegiatan pertemuan sosial antar warga, bahkan kegiatan keagamaan

seperti pengajian dalam masyarakat muslim, selalu disuguhi rokok.

Pertemuan antar teman, bahkan inisiasi pertemanan, dimulai dengan

penawaran rokok. Pemberian upah disebutkan sebagai uang rokok dan

banyak lagi contoh yang menggambarkan bahwa kehidupan sosial

masyarakat telah diubah tanpa disadari oleh masyarakat itu sendiri.

Pada dekade sebelumnya rokok merupakan sektor usaha yang

menjanjikan bagi negara maupun masyarakat seperti petani, distributor

dan pedagang. Kontribusi industri rokok sebagai pemasok pendapatan

negara dan juga perannya dalam penyediaan lapangan kerja merupakan

faktor yang dipertimbangkan pemerintah dalam melarang pembuatan,

peredaran dan penggunaan rokok. Namun pada kenyataannya, rokok

mendatangkan lebih banyak mudharat daripada manfaat dalam

kehidupan sosial masyarakat. Pada bagian lain dari naskah akademik

ini telah disampaikan bahwa mayoritas warganegara terganggu dalam

kehidupan sosialnya oleh perilaku minoritas perokok.

Masyarakat mayoritas yang terganggu oleh perilaku buruk merokok

tidak berdaya oleh karena rekayasa sosial yang sukses diciptakan industri

rokok. Fenomena sosial ini mengancam ketertiban sosial masyarakat yang

mulai bangkit menghadapi hegemoni kekuatan kapital industri rokok.

Oleh sebab itu melalui raperda ini diharapkan terwujud suatu

kebijakan yang menyeimbangkan antara pemenuhan kewajiban pemerintah

dalam rangka mengendalikan penggunaan rokok, agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal dan tanggungjawab pemerintah untuk

memberi kesempatan bagi dunia usaha untuk berperan serta memberikan

kontribusi terhadap pendapatan negara serta menyediakan lapangan kerja.

Keseimbangan tersebut tertuang melalui bentuk kebijakan yang tidak secara

mutlak melarang penggunaan rokok tetapi berupa pembatasan merokok

dikawasan-kawasan tertentu.

Page 44: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

39

Masyarakat banyak, termasuk yang terjebak dalam candu rokok,

menginginkan perubahan yang positif. Sebagian besar masyarakat

menginginkan kebaikan bagi dirinya, keluarga, masyarakat serta

bangsanya. Sebagian besar masyarakat sadar untuk membangun

bangsa dan negara ini kearah kebaikan dan kesejahteraan, salah

satunya adalah melalui pembangunan sosial kemasyarakatan. Hukum

adalah salah satu sarana untuk pembangunan tersebut.

C. Landasan Yuridis

Menjembatani berbagai kepentingan dan kebutuhan yang saling

bertentangan baik antar individu, maupun antar kelompok dan antara

individu dengan kelompok masyarakat haruslah melalui pembentukan

kebijakan publik yang memiliki daya ikat efektif. Hal ini diperlukan agar

dapat dihindari terjadinya konflik internal akibat benturan dalam upaya

merealisasikan kepentingan dan kebutuhannya masing-masing.

Kebutuhan akan rokok dari perokok dapat berhadapan dan

bertentangan dengan kebutuhan adanya udara bersih dan sehat. Oleh

sebab itu menjembatani dua kebutuhan ini tidak cukup hanya

diupayakan melalui himbauan ataupun ajakan (persuasif) yang hanya

menyandarkan pelaksanaannya pada itikad baik seseorang tetapi

diperlukan keberadaan satu norma/kaidah hukum yang mengandung

adanya pemaksaan dalam pentaatannya.

Hukum yang hidup adalah hukum yang keberlakuannya berakar

pada kesadaran hukum masyarakat. Berkaitan dengan kebutuhan yang

akan diakomodasikan, maka larangan merokok dikawasan tertentu

harus dituangkan kedalam suatu kebijakan yang dapat diterima dan

didukung oleh seluruh lapisan masyarakat hukum sehingga diharapkan

kebijakan yang bakal terbentuk bukan bersifat top down tetapi

merupakan kebijakan yang disuarakan dari masyarakat hukum;

Kebijakan dengan karakteristik inilah yang diharapkan terkandung

dalam Raperda ini melalui rumusan pasal-pasalnya.

Raperda KTR tidak semata-mata dimaksudkan sebagai suatu regulasi

dalam rangka menciptakan kepastian hukum tetapi juga dimaksudkan

Page 45: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

40

sebagai pembelajaran yang akan mengarahkan masyarakat untuk

berperilaku kooperatif dengan hukum yang adalah bentukannya sendiri.

Bahwa merupakan suatu tataran ideal apabila hukum dapat memberikan

kemanfaatan dalam kehidupan manusia baik secara pribadi maupun

sosialnya. Oleh sebab itu Raperda KTR dilatarbelakangi dengan maksud

untuk mengarahkan masyarakat dalam mengapresiasi keberadaannya

selaku pribadi yang sehat namun juga sekaligus sebagai pribadi yang tahu

menghormati akan hak orang/kelompok lainnya.

Pengendalian kegiatan merokok tidak akan efektif tanpa disertai

dengan adanya norma yang akan membebani sanksi atas perilaku yang

dipandang menyimpang. Oleh sebab itu mendasarkan pada ketentuan dalam

UU 12/2011 tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan maka

jenis produk hukum yang relevan adalah peraturan daerah. Salah satu alasan

pembentukan Perda adalah melaksanakan perintah undang-undang. PP

109/2012 pasal 52 menyatakan bahwa Pemerintah Daerah wajib menetapkan

Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya dengan Peraturan Daerah, disamping

Kabupaten Jombang telah mengatur Kawasan Tanpa Rokok melalui Peraturan

Bupati No. 18 tahun 2012. Dengan demikian, Pemerintahan Daerah wajib

melaksanakan perintah tersebut demi kepatuhan terhadap hukum dan selaras

dengan kebutuhan masyarakat saat ini dan akan datang.

Selain dari aspek sanksi, penuangan kebijakan pengendalian

kegiatan merokok kedalam peraturan daerah juga didasarkan pada

pertimbangan efektifitas pemberlakuannya secara sosiologis mengingat

pembentukan peraturan daerah dilakukan dengan melibatkan DPRD

sebagai wadah yang merepresentasikan kepentingan rakyat di daerah.

Pengendalian kegiatan merokok diharapkan akan efektif manakala ada

kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk memahami

bahaya yang ditimbulkan oleh asap rokok terutama dalam bingkai

keberlanjutan masa depan generasi penerus bangsa yang sehat dan

cerdas. Diperlukan adanya kearifan dan kesukarelaan dari berbagai

pihak ketika dalam rangka melaksanakan kewajibannya untuk

melindungi sebagian besar warga dari bahaya yang ditimbulkan oleh

Page 46: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

41

asap rokok, pemerintah harus membentuk kebijakan yang terkesan

mengesampingkan hak sebagian warga lainnya untuk menikmati rokok.

Oleh sebab itu agar kebijakan yang terbentuk berkaitan dengan

rokok nantinya dapat menjelma menjadi hukum yang integratif yang dapat

meminimalkan konflik dan tetap menjaga keharmonisan pergaulan sosial

maka mulai tahap perencanaan sampai dengan penetapan dan

pemberlakuannya perlu melibatkan seluruh komponen masyarakat.

Formulasi kebijakan Perda KTR ini telah melalui jalan panjang dan

melibatkan seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat.

Peraturan daerah merupakan jenis produk hukum yang ideal dan

paling efektif apabila dikaitkan dengan kebutuhan dalam tataran

penegakannya mengingat peraturan daerah merupakan produk hukum

daerah yang dapat mengatur penjatuhan sanksi pidana bagi pelanggarnya.

Perda yang dibangun sudah diselaraskan bahkan merupakan penjabaran dan

pengejawantahan peraturan di atasnya. Selain itu, dalam pembentukannya,

sudah dilakukan harmonisasi dengan peraturan di tingkat kabupaten.

Page 47: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

42

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP

MATERI MUATAN

Latar belakang gagasan pembentukan kebijakan KTR bertolak dari

pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Setiap orang

berhak mendapatkan dan menikmati udara bersih dan sehat dimana

pemenuhan hak tersebut tidak dapat dilepaskan dari tanggungjawab

negara. Sebab hak mendapatkan udara bersih dan sehat adalah hak asasi

yang implementasinya berhadapan dengan hak orang lain untuk menikmati

rokok. Sehingga pembatasan penggunaan dari kedua hak tersebut harus

dituangkan melalui suatu perumusan kebijakan yang proporsional.

Sasaran pengaturan KTR adalah setiap penduduk yang berada di

wilayah Kabupaten Jombang tanpa terkecuali. Oleh karena itu diperlukan

pengaturan yang komprehensif yang mana arah pengaturan tidak hanya fokus

terhadap sisi demand saja (kegiatan merokok) namun juga perlu mengendalikan

sisi supply (produksi,distribusi, pemasaran). Pengaturan komprehensif melingkupi

perilaku merokok yang tidak mengganggu dan membahayakan pihak lain, serta

pengendalian produksi, distribusi, penjualan, dan pemasaran produk tembakau.

Pengaturan meliputi berbagai lembaga milik pemerintah, swasta dan masyarakat,

tempat-tempat publik, dan juga tempat tinggal.

Dengan demikian, Perda KTR diarahkan pertama-tama sebagai instrumen

pengendalian sosial yakni mengendalikan masyarakat agar memiliki kepekaan dan

saling mengakui serta menghormati hak-hak mereka yang implementasinya

seringkali menimbulkan benturan; namun Perda ini juga dimaksudkan sebagai

sarana pembaruan sosial yang dapat menggerakkan kesadaran masyarakat dalam

memahami secara benar dan utuh mengenai hak asasi mereka. Dalam konteks

tersebut, hak harus dipahami secara berimbang dan utuh yakni selain

memberikan hak bagi dirinya juga memunculkan kewajiban mengakui dan

menghormati hak orang lain. Demikian pula pelaksanaan hak individual atau

kelompok tertentu janganlah merugikan pelaksanaan hak masyarakat secara

kolektif maupun sebaliknya. Walaupun merubah paradigma berkaitan dengan

Page 48: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

43

pola berpikir mengenai penerapan hak asasi mungkin terkesan sederhana akan

tetapi fakta menunjukkan banyaknya konflik yang terjadi akhir-akhir ini selalu

dilatar belakangi adanya pemahaman yang keliru mengenai penerapan hak asasi.

Agar penetapan Kawasan Tanpa Rokok dapat efektif dan dapat

dilaksanakan, regulasi penetapan Kawasan Tanpa Rokok tidak saja ditujukan

bagi pengguna rokok tetapi juga ditujukan bagi setiap orang yang melakukan

aktivitas berkaitan dengan rokok dikawasan tersebut. Hal ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa menetapkan kawasan tanpa rokok tidaklah akan

memberikan hasil maksimal manakala larangan untuk melakukan kegiatan

berkaitan dengan rokok tidak berlaku dikawasan tersebut. Seperti misalnya

apabila dikawasan tanpa rokok tersebut terdapat seseorang yang karena tidak

ada larangan, berkeliaran menjajakan rokok dikawasan tersebut maka hal ini

tentu akan menjadi pemicu terjadinya pelanggaran terhadap peraturan

larangan merokok dikawasan tersebut. Iklan rokok dalam berbagai bentuk

dilarang digunakan di tempat-tempat umum.

KTR diargumentasikan sebagai pengurangan hak seseorang dalam

mencari penghidupan yang juga merupakan salah satu hak asasi manusia.

Namun perdagangan dan penghidupan dari iklan rokok bukanlah satu

satunya pilihan untuk mendapatkan penghidupan. Perda yang dibentuk

saat ini mengatur perilaku buruk merokok yang membahayakan, dimana

hal-hal yang bersifat penting untuk diatur akan ditetapkan. Pada tahap

berikutnya, perlu diberikan pengaturan yang lebih ketat, termasuk

larangan pembelian rokok oleh warga di bawah umur 18 tahun dan

penjualan di tempat-tempat yang ditentukan oleh peraturan Bupati.

Berikut ini disampaikan materi muatan Rancangan Peraturan Daerah

tentang Kawasan Tanpa Rokok:

A. Ketentuan Umum

Bagian ini bersifat umum dan terdiri dari bab-bab yang meliputi ketentuan

umum. Bab ketentuan umum memuat batasan pengertian dan atau definisi

mengenai istilah-istilah dalam rancangan peraturan daerah.

B. Materi yang akan diatur

Bagian ini merupakan inti dari peraturan, berisi muatan materi yang

akan diatur dalam beberapa Bagian dan bab.

Page 49: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

44

− Bab dan bagian yang berisikan asas dan tujuan yang digunakan.

Asas penting disampaikan sebagai ruh dari peraturan. Sedangkan

tujuan dari peraturan menjadi dasar adanya rancangan perda ini.

− Bab dan bagian yang berisikan muatan materi diantaranya deskripsi

setiap KTR, dan Kawasan Terbatas Merokok

− Bab dan bagian tentang tanggung jawab dan kewajiban penyelenggara

KTR dan Kawasan Terbatas Merokok

− Bab dan bagian yang memuat pembinaan, dan pengawasan, peran

serta masyarakat.

− Bab dan bagian tentang larangan yang menjelaskan pengaturan penjualan,

promosi dan sponsorship produk tembakau; dan larangan lainnya.

C. Ketentuan Sanksi

Bagian ini berisikan bab-bab yang berkaitan dengan penyidikan dan

sanksi pidana pidana kurungan atau denda terhadap pelanggaran

yang dilakukan terhadap aturan di atas.

D. Ketentuan Penutup

Bagian ini berisikan ketentuan penutup dimana disampaikan saat

keberlakuan Perda.

Page 50: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

45

BAB VI

PENUTUP A. Simpulan

Dikaji dari aspek kesehatan, rokok menjadi penyebab kematian

dan kesakitan yang menimbulkan penurunan kualitas hidup serta

bertentangan dengan pembangunan manusia Indonesia. Sedangkan dari

segi sosial-ekonomi, konsumsi rokok menciderai HAM dan berdampak

pada pemiskinan masyarakat. Dalam perspektif legal, rokok merupakan

zat adiktif yang perlu diatur untuk keamanan baik dari sisi produksi,

distribusi maupun pemanfaatannya. Oleh karena itu, dibentuk draft

peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok yang bertujuan mengatur,

mengamankan dan mengendalikan zat adiktif tersebut.

Di Kabupaten Jombang, masyarakat setempat, termasuk mereka

sebagai perokok sekalipun memiliki kesamaan pandangan tentang pentingnya

pengaturan perilaku buruk merokok untuk mencegah dampak bahaya

terutama bagi generasi muda. Demikian pula, para pemangku kepentingan di

Kabupaten Jombang bersepakat untuk memberlakukan Kawasan Tanpa

Rokok yang diperluas sesuai kebutuhan Kabupaten Jombang dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah ini.

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan amanah undang-

undang yang harus diwujudkan oleh pemerintahan daerah, termasuk

Kabupaten Jombang. Perda yang akan dibentuk berdasarkan perintah

UU 36/2009 tentang Kesehatan dan PP 109/2012 tentang Pengamanan

Zat Adiktif dalam Bentuk Produk Tembakau. Disamping itu, perda yang

akan dibentuk juga memperhatikan kewenangan Pemerintah Daerah

sebagaimana diatur dalam UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah

sehingga pelaksanaan otonomi daerah berjalan sinkron dan harmonis

antara pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

Page 51: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

46

B. Saran

Peraturan Daerah merupakan instrumen agar pembangunan

yang diorientasikan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat

Jombang dapat diwujudkan dengan nyata. Namun demikian, efektifitas

perda sangat bergantung pada fase implementasi kebijakan atau pada

tahap penegakan aturan. Oleh karena itu, diperlukan komitmen dan

konsistensi seluruh pemangku kepentingan, baik unsur pemerintah

maupun masyarakat dalam implementasi perda agar efektifitasnya

dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Dalam konteks tersebut, penegakkan aturan membutuhkan

keberanian dan ketegasan dari aparatus pemerintah. Namun demikian,

mengingat zat adiktif sangat memengaruhi perilaku manusia, maka

dibutuhkan pembinaan yang mengedepankan edukasi kepada masayarakat

dalam upaya membangun kesadaran masayarakat. Selain itu juga

dibutuhkan kerjasama dan partisipasi masyarakat untuk menyelesaikan

permasalahan adiksi sebagai upaya mengelola konflik. Dampak perda juga

membutuhkan penguatan sistemik baik oleh sistem kesehatan, sistem

sosial budaya, sistem administrasi dan sistem administrasi. Dukungan

sumber daya dari pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam

mensukseskan implementasi kebijakan tersebut yang bersifat multi sektor.

Sehingga OPD terkait perlu menyusun strategi dan peta jalan agar tersusun

langkah-langkah operasional perda yang harmonis serta sinergis.

Page 52: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

1

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR …... TAHUN 2018

TENTANG

KAWASAN TANPA ROKOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JOMBANG,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) dan Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang pembentukan

daerah-daerah kabupaten/kota dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014; Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 92 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

Page 53: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

2

5. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5380).

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG

dan BUPATI JOMBANG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Jombang. 2. Bupati adalah Bupati Jombang. 3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jombang.

5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Jombang.

6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Jombang.

7. Masyarakat adalah semua pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai orang perseorangan, kelompok maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

8. Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau mempromosikan produk tembakau.

Page 54: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

3

9. Tempat Khusus Merokok adalah ruangan yang diperuntukkan khusus untuk kegiatan merokok yang berada di dalam KTR.

10. Rokok adalah salah satu produk tembakau atau tanaman jenis lainnya yang dimaksudkan untuk dikonsumsi dengan cara dibakar, dihisap, dihirup atau cara lain, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lain bersifat padat atau cair yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabacum, nicotina rustica dan spesies lain atau sintetisnya yang mengandung nikotin, tar dan bahan adiktif atau karsinogen lain, dengan atau tanpa bahan tambahan.

11. Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

12. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

13. Tempat proses belajar-mengajar adalah tempat yang dimanfaatkan untuk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/atau pelatihan baik formal maupun non formal.

14. Tempat anak bermain adalah tempat yang diperuntukkan untuk kegiatan anak-anak.

15. Tempat ibadah adalah tempat yang dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk agama dan aliran kepercayaan.

16. Angkutan umum adalah alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat secara bersama-sama baik menggunakan mesin maupun tidak bermesin.

17. Tempat umum adalah semua tempat yang dapat diakses oleh masyarakat atau tempat yang dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.

18. Tempat kerja adalah setiap tempat atau gedung tertutup atau terbuka yang bergerak dan/atau tidak bergerak yang digunakan untuk bekerja.

19. Pengelola atau penanggung jawab KTR adalah orang yang karena jabatannya mengelola dan/atau bertanggung jawab atas kegiatan di KTR.

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Peraturan Daerah ini didasarkan atas asas: a. kepentingan umum; b. akuntabilitas; c. perlindungan dan pengayoman d. keadilan; e. partisipasi masyarakat; f. dapat dilaksanakan; dan g. kedayagunaan dan kehasilgunaan.

Page 55: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

4

Pasal 3

Tujuan pembentukan Peraturan Daerah ini untuk: a. melindungi kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat dan

lingkungan dari bahaya bahan yang mengandung karsinogen dan zat adiktif dalam produk Rokok yang dapat menyebabkan penyakit, kematian dan menurunkan kualitas hidup;

b. melindungi penduduk usia produktif, anak, remaja dan perempuan hamil dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan dan promosi untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk Rokok;

c. meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok;

d. manfaat hidup tanpa merokok; dan e. melindungi kesehatan masyarakat dari asap Rokok orang lain. Peraturan

Daerah tentang penyelenggaraan pelayanan publik dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan perkuatan komitmen antara penyelenggara, organisasi penyelenggara, pelaksana dan masyarakat dalam kegiatan pelayanan publik sebagai wujud dari pelaksanaan reformasi birokrasi dan pemenuhan serta perlindungan hak-hak masyarakat.

BAB III PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)

Pasal 4

(1) Penetapan KTR meliputi:

a. fasilitas pelayanan kesehatan; b. tempat proses belajar-mengajar; c. tempat anak bermain; d. tempat ibadah; e. angkutan umum; f. tempat kerja; dan g. tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.

(2) KTR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan keputusan

Kepala Daerah. (3) Perangkat Daerah urusan bidang kesehatan bertanggungjawab untuk

melaksanakan penetapan KTR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 5

Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi: a. rumah sakit; b. klinik; c. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas);

Page 56: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

5

d. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu); e. tempat praktek kesehatan; f. apotek; dan g. toko obat.

Pasal 6

Tempat proses belajar mengajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b meliputi: a. sekolah; b. perguruan tinggi; c. balai pendidikan dan pelatihan; d. balai latihan kerja; e. tempat bimbingan belajar; f. tempat kursus; g. laboratorium dan musium; dan h. gedung dan kawasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Pasal 7

Tempat anak bermain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c meliputi: a. area bermain anak; dan b. tempat penitipan anak.

Pasal 8

Tempat ibadah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d meliputi: a. masjid; b. mushalla; c. langgar; d. gereja; e. kapel; f. pura; g. vihara; dan h. klenteng.

Pasal 9

Angkutan umum, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e antara lain: a. bus umum; b. taksi; c. kendaraan wisata; d. angkutan anak sekolah; dan e. angkutan karyawan.

Page 57: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

6

Pasal 10

Tempat kerja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f meliputi: a. kantor pemerintah; b. kantor milik pribadi/swasta; dan c. industri/pabrik.

Pasal 11

Kantor pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a meliputi kantor Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah Provinsi dan kantor Pemerintah Pusat di Daerah.

Pasal 12

Kantor milik pribadi/swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, dikecualikan sebagai KTR apabila: a. tidak melakukan pelayanan publik; dan/atau b. tidak terdapat orang lain yang merasa terganggu dengan adanya

aktifitas merokok.

Pasal 13

Industri/pabrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c, dikecualikan sebagai KTR adalah pabrik yang memproduksi rokok.

Pasal 14

Tempat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g antara lain: a. tempat wisata; b. tempat rekreasi dan hiburan; c. hotel; d. restoran; e. kantin; f. halte; g. terminal angkutan penumpang; h. stasiun kereta api; i. fasilitas olah raga dalam ruangan/gedung tertutup; dan j. pusat perbelanjaan.

Pasal 15

Tempat rekreasi dan hiburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b terdiri dari: a. arena permainan; b. bioskop; c. tempat seni pertunjukan; dan d. tempat kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk

pariwisata yang bersifat komersial.

Page 58: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

7

BAB IV KAWASAN TERBATAS MEROKOK

Pasal 16

(1) Kepala Daerah menetapkan tempat umum dan tempat kerja sebagai

Kawasan Terbatas Merokok.

(2) Setiap orang yang berada di Kawasan Terbatas Merokok dilarang merokok kecuali di tempat khusus yang disediakan untuk merokok.

(3) Kawasan Terbatas Merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

BAB V KEWAJIBAN PIMPINAN ATAU PENANGGUNG JAWAB KAWASAN

TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

Pasal 17

(1) Pimpinan atau penanggung jawab Kawasan tanpa Rokok berkewajiban untuk: a. membuat dan memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan

merokok; dan b. wajib memberikan teguran dan peringatan kepada setiap orang

yang melanggar ketentuan Pasal 16 ayat (2).

(2) Pimpinan atau penanggung jawab Kawasan Terbatas Merokok berkewajiban untuk: a. menyediakan tempat khusus untuk merokok; dan b. membuat dan memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan

merokok dan tanda/petunjuk ruangan boleh merokok.

(3) Tempat khusus untuk merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus memenuhi ketentuan: a. terpisah dari ruangan atau area yang dinyatakan sebagai tempat

dilarang merokok; b. dilengkapi dengan alat penghisap udara; dan c. memiliki sistem sirkulasi udara yang memadai.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembuatan dan pemasangan

tanda/petunjuk/peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf b diatur dengan Peraturan Bupati.

Page 59: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

8

BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Pembinaan

Pasal 18

(1) Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan melaksanakan pembinaan dengan cara: a. penyebarluasan informasi dan sosialisasi dalam rangka pengembangan

kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat; b. koordinasi dan bekerja sama dengan seluruh lembaga pemerintah,

nonpemerintah dan bersifat nonprofit; c. memberikan pedoman pelaksanaan KTR; dan d. menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi implementasi KTR.

(2) Setiap orang yang melanggar ketentuan KTR dilakukan pembinaan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian Kedua Pengawasan

Pasal 19

(1) Dalam melaksanakan pengawasan, perangkat daerah yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang kesehatan dapat berkoordinasi dengan perangkat daerah terkait.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada

Bupati melalui Sekretaris Daerah setiap 6 (enam) bulan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan KTR sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati

BAB VII PARTISIPASI MASYARAKAT

Pasal 20

Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk: a. memberi saran, pendapat dan pertimbangan berkenaan dengan

pemantauan dan pelaksanaan kebijakan KTR; b. memberi bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan informasi

tentang KTR;

Page 60: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

9

c. menetapkan lingkungan tanpa asap rokok di rumah dan lingkungan tempat tinggalnya;

d. mengingatkan setiap orang agar tidak melanggar larangan merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau mempromosikan rokok di KTR; dan

e. melaporkan setiap kejadian pelanggaran larangan merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau mempromosikan rokok di KTR kepada pengelola, pimpinan, penanggung jawab KTR dan Perangkat Daerah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam urusan ketertiban.

BAB VIII LARANGAN

Pasal 21

(1) Setiap orang, badan dan/atau pengelola/penanggung jawab KTR

dilarang merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau mempromosikan rokok di KTR.

(2) Larangan menjual rokok sebagaimana dimaksud ayat (1) dikecualikan terhadap penjualan rokok di pasar, terminal penumpang, stasiun kereta api, tempat wisata, kantin tempat kerja dan hotel.

(3) Larangan mempromosikan rokok sebagaimana dimaksud ayat (1) dikecualikan terhadap kegiatan promosi rokok di fasilitas olah raga dalam ruang/ gedung tertutup.

(4) Setiap orang dan/atau badan dilarang menjual rokok kepada anak dibawah usia 18 (delapan belas) tahun.

Pasal 22

Setiap orang dilarang merokok diluar KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 apabila terdapat ibu hamil dan anak-anak.

BAB IX SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 23

(1) Pimpinan, pengelola atau penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok

yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan/atau ayat (2), dapat dikenakan sanksi berupa: a. peringatan tertulis; b. dipublikasikan.

Page 61: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

10

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 24

(1) Penyidikan terhadap tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah

ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah.

(2) Penyidik dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai wewenang: a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai

adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah; b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian; c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi; g. mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk

dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berwenang melakukan penangkapan dan/atau penahanan.

(4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), membuat berita acara setiap tindakan dalam hal: a. pemeriksaan tersangka; b. memasuki tempat tertutup; c. penyitaan barang; d. pemeriksaan saksi; e. pemeriksaan di tempat kejadian; dan f. pengambilan sidik jari dan pemotretan.

Page 62: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

11

BAB X KETENTUAN PIDANA

Pasal 25

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 3 (Pasal 22 ayat (1)

dan ayat 4) dan atau Pasal 17 ayat (2), dikenakan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindak pidana pelanggaran.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan perundang undangan di Daerah yang berkaitan dengan kawasan tanpa rokok dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. Peraturan Daerah ini mulai berlaku setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jombang.

Ditetapkan …………… pada tanggal …………… BUPATI JOMBANG,

ttd ......................

Diundangkan di Jombang pada tanggal …………………….. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JOMBANG, ttd ………………………….. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN …….NOMOR ……. SERI ……..

Page 63: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

12

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR ….. TAHUN 2018

TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

I. UMUM

Rokok mengandung zat adiktif yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Zat adiktif adalah zat yang jika dikonsumsi manusia dapat menimbulkan adiksi atau ketagihan, dan dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, kanker mulut, impotensi, serta kelainan kehamilan dan janin. Data epidemi tembakau di dunia diperkirakan tembakau membunuh lebih dari 5 juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut terus maka diproyeksikan akan terjadi 10 juta kematian karena merokok pada tahun 2020, dengan 70% kematian terjadi di negara sedang berkembang. Indonesia merupakan negara terbesar ke-7 di dunia yang memproduksi tembakau. Dari segi jumlah perokok, Indonesia merupakan negara terbesar ke-3 di dunia setelah China dan India. Prevalensi merokok di kalangan orang dewasa (15 tahun ke atas) pada tahun 2007 sebesar 33,08%. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 melaporkan lebih dari 37,3% pelajar 13- 15 tahun mempunyai kebiasaan merokok. Asap rokok tidak hanya membahayakan perokok, tetapi juga orang lain yang berada di sekitar perokok (perokok pasif). Asap rokok terdiri dari asap rokok utama (main stream) yang mengandung 25% kadar bahan berbahaya dan asap rokok sampingan (side stream) yang mengandung 75% kadar berbahaya. Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 jenis senyawa kimia. Sekitar 400 jenis di antaranya merupakan zat beracun (berbahaya) dan 69 jenis tergolong zat penyebab kanker (karsinogenik). Asap rokok pasif merupakan zat sangat kompleks berisi campuran gas dan partikel halus yang dikeluarkan dari pembakaran rokok. Asap rokok orang lain sangat berbahaya bagi orang yang tidak merokok yang menghirup asap rokok yang dihisap orang lain. Perokok pasif menanggung risiko sama tingginya dengan orang yang merokok. Zat karsinogen Benzo (A) Pyrene 14 merupakan salah satu kandungan asap rokok, merupakan salah satu zat pencetus kanker. Zat ini banyak ditemukan pada orang bukan perokok aktif, tetapi kehidupan mereka berdekatan dengan perokok aktif. Bahaya asap orang lain juga dihadapi oleh bayi dalam kandungan ibu yang merokok dan orang-orang yang berada dalam ruangan yang terdapat asap rokok yang telah ditinggalkan perokok. Dampak langsung setelah terpapar asap rokok orang lain adalah batuk, bersin, atau pusing. Efek jangka panjang akan menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Dampak kesehatan asap rokok orang lain terhadap orang dewasa antara lain berpotensi menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker paru dan payudara, dan berbagai penyakit saluran pernafasan. Perempuan yang

Page 64: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

13

tinggal bersama orang yang merokok mempunyai risiko tinggi terkena kanker payudara. Asap rokok orang lain akan memicu serangan asma serta menyebabkan asma pada orang sehat. Ibu hamil yang merokok selama kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan bayi yang menyebabkan BBLR, kelahiran prematur, dan kematian. Bayi dan anak-anak para perokok yang terpapar asap rokok orang lain berpotensi menderita sudden infant death syndrome, infeksi saluran pernafasan bawah (ISPA), asma, bronkitis, dan infeksi telinga bagian tengah yang dapat berlanjut dengan hilangnya pendengaran. Mereka juga akan menderita terhambatnya pertumbuhan fungsi paru, yang akan menyebabkan berbagai penyakit paru ketika dewasa. Anak para perokok mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami kesulitan belajar, masalah perilaku seperti hiperaktif dan penurunan konsentrasi belajar dibanding dengan anak yang orang tuanya tidak merokok. Selain dampak kesehatan asap rokok orang lain juga akan berdampak terhadap ekonomi individu, keluarga, dan masyarakat akibat hilangnya pendapatan karena sakit dan tidak dapat bekerja, pengeluaran biaya obat dan biaya perawatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia setiap orang. Hak asasi masyarakat perokok maupun bukan perokok atas lingkungan hidup yang sehat, termasuk bersih dari cemaran dan risiko kesehatan dari asap rokok. Demikian juga dengan perokok aktif, perlu diberikan pemahaman bahwa merokok sangat berpotensi merusak kesehatan diri dan orang lain disekitarnya.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Huruf a kepentingan umum adalah kepentingan yang menyangkut urusan seluruh lapisan warga masyarakat;

Huruf b akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pemerintah yang menyangkut kebijakan yang dikeluarkan;

Huruf c perlindungan dan pengayoman adalah kondisi untuk memberikan perlindungan hak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat bagi warga yang tidak merokok.

Huruf d keadilan adalah sesuatu kondisi diberikan secara proporsional; Huruf e partisipasi masyarakat adalah keterlibatan warga masyarakat

dalam proses perencanaan kebijakan; Huruf f dapat dilaksanakan adalah bahwa semuan ketentuaan

yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik; dan Huruf g kedayagunaan dan kehasilgunaan adalah pengaturan

kawasan bebas merokok diharapkan mampu efektivitas dan efesiensi dan membatasi polusi rokok pada ruang publik. Pasal 3

Cukup jelas Pasal 4

Cukup jelas

Page 65: NASKAH AKADEMIKrepo.apmd.ac.id/810/1/NA & RAPERDA KAWASAN TANPA ROKOK...NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TIM PENYUSUN : 1. Dr

14

Pasal 5 Cukup jelas

Pasal 6 Cukup jelas

Pasal 7 Cukup jelas

Pasal 8 Cukup jelas.

Pasal 9 Cukup jelas.

Pasal 10 Cukup jelas.

Pasal 11 Cukup jelas.

Pasal 12 Cukup jelas.

Pasal 13 Cukup jelas.

Pasal 14 Cukup jelas.

Pasal 15 Cukup jelas.

Pasal 16 Cukup jelas.

Pasal 17 Cukup jelas.

Pasal 18 Cukup jelas.

Pasal 19 Cukup jelas.

Pasal 20 Cukup jelas.

Pasal 21 Cukup jelas.

Pasal 22 Cukup jelas.

Pasal 23 Cukup jelas.

Pasal 24 Cukup jelas.

Pasal 25 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR …........