narasi diorama pusaka mangupraja dari l e d 1 …
TRANSCRIPT
NARASI
DIORAMA PUSAKA MANGUPRAJA
DARI
L E D 1 SAMPAI DENGAN 6
KANTOR ARSIP DAERAH KABUPATEN
BADUNG
TAHUN 2015-2016
LED 1
UCAPAN SELAMAT DATANG
DENGAN TIGA BAHASA
- BALI
- INDONESIA
- INGGRIS
LED. 2
SEPINTAS TENTANG SEJARAH KERAJAAN BADUNG
Pada tahun 1343 Pulau Bali telah dikuasai oleh kerajaan Majapahit
yang membangun Keraton di Samprangan (Gianyar) dengan Rajanya bergelar
Sri Kresna Kepakisan. Sebelum raja majapahit berkuasa, Bali diperintah oleh
raja – raja keturunan Udayana dari dinasti Warmadewa.
Sekitar awal abad ke 16 pusat kerajaan dipindah ke puri swecapura di
Gelgel, sejak saat itu raja-raja yang memerintah bergelar “Dalem.” Salah satu
putra Mahkota keturunan raja Gelgel adalah Dalem Pemahyun yang
kemudian menurunkan Sire Arya Tegeh Kori. Menurut cerita rakyat Sira Arya
Tegeh Kori melakukan perjalanan panjang menuju Pura Ulun Danu Batur
dan memohon kepada Ida Betari Ulun Danu Batur untuk diberikan
Panugrahan agar kelak menjadi seseorang yang berwibawa dan dihargai oleh
Rakyatnya. Akhirnya Doa tersebut dikabulkan, dan Sire Arye Tegeh Kori
diminta agar pergi ke Barat Daya ( Gumi Badeng ) sebuah wilayah yang
ditempati oleh Ki Bendesa. Melalui musyawarah diputuskan bahwa Sire Arye
Tegeh Kori diangkat menjadi Penguasa di Daerah tersebut.
Setelah itu Ki Bendesa membangun Istana untuk Sira Arya Tegeh Kori
yang diberi nama Puri Benculuk dan menetapkan nama wilayah
kekuasaannya menjadi Badung yang berasal dari kata Badeng, sesuai
dengan titah Ida Bhatari Batur yakni“ Tonja yang Jakang Wana Badeng “.
Kemudian para Penguasa Badung sebagai bawahan dari kerajaan Gelgel juga
membangun Puri Ksatriya ( diperkirakan di Suci Denpasar ) dan Puri Tegal
Agung ( diperkirakan di sebelah selatan Setra Badung Denpasar )
Pada akhir abad ke 18, Kekuasaan Puri Ksatriya jatuh kepada Kyayi
Ngurah Made karena Puri Ksatriya telah rusak akibat perang perebutan
kekuasaan, maka Beliau memerintahkan untuk membuat Puri baru yang
terletak Tetaman Den – Pasar ( den – Pasar dalam Bahasa Bali berarti” Utara
Pasar “ ). Pada tahun 1788 Puri Agung Denpasar secara resmi digunakan
sebagai pusat Pemerintahan Kerajaan Badung.
Pada tahun 1904 sebuah kapal Cina berbendera Belanda bernama “ Sri
Komala “ kandas di Pantai Sanur. Pihak Pemerintah Belanda menuduh
masyarakat setempat, melucuti, merusak, dan merampas isi Kapal dan
menuntut kepada Raja atas segala kerusakan itu sebesar 3.000 dolar perak
dan menghukumnya. Penolakan Raja atas tuduhan dan pembayaran
kompensasi itu menyebabkan Pemerintah Belanda mempersiapkan Ekpedisi
meliternya ke Bali tanggal 20 September 1906 untuk menyerang raja
Badung
Setelah menyerang Badung Belanda menyerbu kota Denpasar tiba –
tiba mereka disambut oleh segerombolan orang – orang berpakaian serba
putih siap melakukan “Perang Puputan” ( Mati berperang sampai titik darah
terakhir). Hal itu dilakukan karena tujuan kesatria adalah mati dimedan
perang sehingga arwah dapat masuk langsung ke Surga dan Raja Badung
beserta laskarnya yang dengan gagah berani melakukan perang puputan
akhirnya gugur, demi mempertahankan kedaulatan dan kehormatan rakyat
Badung.
SEKILAS TENTANG SEJARAH PERANG PUPUTAN
BADUNG
Perang Puputan Badung tanggal 20 September 1906 merupakan
bentuk pembelaan masyarakat Badung dikomandai oleh Raja Puri Denpasar,
Puri Kesiman dan Puri Pemecutan atas agresi militer Belanda yang ingin
menguasai Badung. Latar belakang terjadinya perang tersebut karena rakyat
Sanur (wilayah Badung waktu itu) dituduh merampas barang-barang dalam
Kapal Sri Komala milik saudagar Cina yang terdampar di Pantai sanur pada
tanggal 27 Mei 1904. Kwee Tek Tjiang membuat laporan kepada Pemerintah
Belanda di Batavia bahwa rakyat Sanur mencuri 3.700 ringgit uang perak
dan 2.300 uang kepeng.
Karena raja tidak mempercayai laporan tersebut, pihak kolonial
Belanda mengeluarkan ultimatum yakni mendenda Raja Badung, I Gusti
Ngurah Denpasar ( Badung merupakan otoritas tiga kerajaan, yakni
Kesiman, Denpasar dan Pemecutan ) sebesar 3.000 ringgit ( 7.500 gulden ).
Meskipun telah diultimatum, Raja Badung saat itu, I Gusti Ngurah Denpasar,
tetap menolak tuduhan dan tuntutan sampai batas waktu pada tanggal 9
Januari 1905. Penolakan tegas Raja Badung mengakibatkan pemerintah
kolonial mengirim kapal angkatan laut ke perairan Badung untuk melakukan
blokade ekonomi.
Akhirnya ekspedisi militer V sampai di Selat Badung pada tanggal 12
September 1906. Kekuatan armadanya berjumlah 16 buah kapal, yaitu 9
buah kapal perang, dan 7 buah kapal pengangkut. Kapal – kapal perang
tersebut di antaranya “De Hortog Hendrik, Koningin Wilhelmena, Der
Nederlander”, dilengkapi dengan meriam berbagai kaliber. Seluruh personil
yang ikut dalam ekspedisi itu berjumlah 3053 0rang terdiri atas 2312 orang
personil militer dan 741 orang sipil termasuk wartawan perang.
Ancaman dari Gubernur Jendral di Batavia tidak sedikitpun mengubah
pendirian Raja Badung. Sekalipun Pemerintah tertinggi Hindia Belanda di
Batavia mengeluarkan surat perintah untuk mengadakan ekspedisi militer
pada tanggal 4 September 1906, Raja Badung telah siap menanggung resiko
demi membela kedaulatan kerajaan ( Nindihin Gumi Lan Swadharmaning
Negara ). Dengan didahului pernyataan sumpah menurut Agama Hindhu,
raja dan rakyat Badung lebih yakin untuk menolak ultimatum dan ancaman
Belanda.
Utusan dikirim pada sore harinya untuk menyampaikan ultimatum
kepada Raja Badung agar menyerah dalam tempo 2 x 24 jam. Ultimatum
ditolak tegas, sehingga pasukan Belanda mendarat di Pantai Sanur, pada
tanggal 14 September 1906. Pabean Sanur diduduki dan dijadikan benteng
pertahanan mereka untuk melakukan serangan ke arah Kesiman sebagai
benteng terdepan Raja Badung.
Pada Perang Puputan Badung diperkirakan korban yang gugur
mencapai 7.000 jiwa, termasuk para raja, kerabat istana serta para pahlawan
dari ketiga puri ( Kesiman, Denpasar dan Pemecutan). Raja Badung beserta
Laskarnya dengan gagah berani melakukan perang Puputan yang akhirnya
gugur mempertahankan kedaulatan dan kehormatan rakyat Badung.
Pasukan Belanda dibawah pimpinan Rost Van Toningen akhirnya berhasil
menduduki wilayah Badung.
LED. 3
PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG
DARI KOTA DENPASAR KE
WILAYAH KABUPATEN BADUNG DI SEMPIDI
Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung
dilatarbelakangi dengan proses pemekaran Kabupaten Badung menjadi 2
(dua) wilayah, yakni Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar pada tahun
1992. Pemekaran tersebut secara faktual telah menyebabkan Daerah
Administratif Kodya Denpasar saat itu terdapat 2 (dua) Pusat
Pemerintahan, yaitu Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Badung dan
Pemerintah Kota Madya Daerah Tk II Denpasar yang kini bernama Kota
Denpasar. Pusat Pemerintahan Kabupaten Tingkat II Badung saat itu
berlokasi di Niti Praja Lumintang, yang setelah pemisahan wilayah
Denpasar dari Badung, lokasi tersebut masuk ke dalam wilayah Kota
Denpasar.
Menyusul proses pemisahan wilayah tersebut, pada era Bupati I Gusti
Bagus Alit Putra di tahun 1996, mulai mengupayakan pendirian pusat
pemerintahan yang berada di dalam wilayah Kabupaten Badung.
Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung pertama kali
ditetapkan melalui keputusan Bupati Daerah Tingkat II Badung nomor 262
tahun 1996 tentang Pengaturan Peruntukan dan Penggunaan Tanah
Lokasi Rencana Pusat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Badung,
yang menetapkan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung terletak di jalan
jurusan Lukluk – Penarungan.
Dalam proses penetapan lokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten
Badung yang baru tersebut, terjadi tragedi pembumihangusan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Badung di Niti Praja Lumintang pada tanggal 21
Oktober 1999, gedung perkantoran dirusak, dibakar dan dijarah sampai
habis.
Pasca tragedi pembumihangusan Pusat Pemerintahan Kabupaten
Badung, kemudian untuk mengaktifkan kembali pelayanan publik, Bupati
Badung menyewa sementara gedung Universitas Hindu Indonesia di
Tembau, Desa Penatih Denpasar. Pelantikan Bupati terpilih periode tahun
2000 – 2005 Anak Agung Ngurah Ratmadi, SH dan Wakil Bupati Drs. I
Made Sumer, Apt dilaksanakan di kantor sementara tersebut.
Dinamika penetapan lokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung
dalam proses realisasi pembangunan pusat pemerintahan dilanjutkan
kembali setelah kantor Bupati Badung pindah ke gedung Diklat di
Sempidi. Kemudian DPRD Kabupaten Badung membentuk Pansus yang
melakukan kajian terhadap Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung dari
berbagai aspek kelayakan. Selanjutnya DPRD Kabupaten Badung juga
mengeluarkan surat Nomor 100/662/DPRD perihal rekomendasi
penetapan lokasi pusat pemerintahan tanggal 19 Oktober 2001 yang
menetapkan bahwa pusat pemerintahan Kabupaten Badung yang semula
berlokasi di kawasan Lumintang (Kota Denpasar) dipindahkan menuju ke
Kelurahan Sempidi, (sebelah Utara Balai Diklat Sempidi).
Bupati Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi,SH mengeluarkan Keputusan
Bupati Badung Nomor 1269 tahun 2002 tentang penetapan lokasi Pusat
Pemerintahan Kabupaten Badung tanggal 6 Nopember 2002, seluas
46,6673 ha. yang terletak di kawasan Desa Dalung dan Kelurahan Sempidi
mencakup Subak Gaji, Subak Sempidi dan Subak Saih. Dengan
dikeluarkannya keputusan tersebut, maka keputusan Bupati Badung
Nomor 262 tahun 1996 tentang pengaturan Peruntukan dan Penggunaan
Tanah lokasi rencana pusat pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II
Badung dinyatakan tidak berlaku lagi.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Badung menindak lanjuti
keputusan Bupati Badung tersebut dengan mengeluarkan surat Nomor
893.82/721/DPRD tanggal 18 Nopember 2002, perihal Rekomendasi
Penetapan Lahan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung. Pemerintah
menjawab surat DPRD Kabupaten Badung tersebut dengan Nomor surat
120/11948/Bappeda, perihal Rekomendasi DPRD tanggal 24 Desember
2002 yang menginstruksikan kepada sejumlah instansi terkait untuk
mengambil langkah-langkah guna mengamankan tanah di subak
anggungan yang pernah direncanakan sebagai lokasi pusat pemerintahan
Kabupaten Badung agar tetap berfungsi sebagai kawasan Budi daya lahan
basah.
Pada Era Pemerintahan Bupati Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi,SH
mulai melaksanakan Pembelian lahan tanah secara bertahap dan tahun
2005 dilanjutkan oleh Penjabat Bupati Badung I Wayan Subawa,
SH,M.Hum.
Selanjutnya pada saat kepemimpinan Bupati Anak Agung Gde Agung,
SH pada tanggal 5 Agustus 2005 mulai dimantapkan realisasi
pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung disamping
melanjutkan proses pembelian lahan, juga membentuk Tim koordinasi
Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung berdasarkan Keputusan Bupati
Badung Nomor 2211/01/HK/2006 tentang Pembentukan Tim Koordinasi
Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung pada tanggal 16
Oktober 2006. Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung Mengadopsi Nilai-
nilai Kearifan Lokal mengenai hirarki tata ruang yaitu filosofi Tri Mandala,
yang terdiri atas Utama Mandala, Madya Mandala dan Nista Mandala
(Hulu, Tengah, Teben).
Atas dasar konsep Tri Mandala tersebut, maka zona yang termasuk
utama Mandala hanya dialokasikan untuk kegiatan Keagamaan, sehingga
Bangunan di zona ini hanyalah Pura dan Bangunan-bangunan
pendukungnya (Wantilan), Gedung Kantor berada pada zona Madya
Mandala dan pengelolaan Limbah berada pada Nista Mandala, Disain Unit-
unit Gedung mengadopsi Tri Angga, sehingga setiap Unit bangunan terdiri
atas unsur Kepala Badan dan Kaki. Lahan sawah pada sisi kiri dan kanan
pintu masuk tetap dipertahankan, demikian pula Irigasi Subak yang
melintasi kawasan. Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung
hanya terbangun 60 % sedangkan sisanya 40 % menjadi ruang terbuka
hijau (Green Belt). Selain unit bangunan pada Pusat Pemerintahan
Kabupaten Badung juga memunculkan Nuansa Arsitektur Bali, merujuk
pada PERDA Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2005 tentang Persyaratan
Arsitektur Bangunan Gedung.
Seiring proses pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung,
maka awal tahun 2008 mulai proses penetapan wilayah Ibu Kota dan
Nama Ibu Kota Kabupaten Badung. Langkah tersebut diawali dengan
penyerapan Aspirasi masyarakat, pelaksanaan Semiloka yang diprakarsai
DPRD Badung, Proses pengusulan nama Ibu Kota di Sidang Istimewa
DPRD Badung, dan ditetapkanlah nama Mangupura sebagai Ibu Kota
Kabupaten Badung. Kini Badung telah memiliki Ibu Kota yakni
“Mangupura” yang memiliki arti Kota yang menawan hati, Tempat mencari
keindahan, kedamaian dan kebahagiaan yang mendatangkan
kesejahteraan serta menumbuhkan rasa aman bagi masyarakatnya. Ibu
kota Mangupura diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
H.Gamawan Fauzi, pada hari Jumat 12 Februari 2009.
Selain meresmikan nama Mangupura, Mendagri juga menyerahkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 67 tahun 2009 tentang Pemindahan Ibu
Kota Kabupaten Badung dari wilayah Kota Denpasar ke Wilayah
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung kepada Bupati Anak Agung Gde
Agung,SH yang disaksikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Ketua
DPRD Badung Drs. I Made Sumer, Apt. Acara peresmian tersebut
berlangsung di lapangan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung,
Mangupraja Mandala. Wilayah Ibu Kota Mangupura meliputi 9 (sembilan)
Desa/Kelurahan yaitu : Desa Mengwi, Desa Gulingan, Desa Mengwi Tani,
Desa Kekeran, Kelurahan Kapal, Kelurahan Abianbase, Kelurahan Lukluk,
Kelurahan Sading dan Kelurahan Sempidi.
Sejarah telah terukir untuk Pemerintahan dan masyarakat Kabupaten
Badung. Lambang Kabupaten Badung juga mengalami perubahan yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2010. Lambang
Kabupaten Badung yang baru berbentuk segi 5 (lima) sama sisi dengan
warna dasar biru laut dan garis pinggir hitam dengan motto “Cura Dharma
Raksaka” yang berarti berani membela kebenaran.
LED. 4
BIOGRAFI KEBIJAKAN DAN PRESTASI KEPALA DAERAH
KABUPATEN BADUNG
1. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung dipilih dalam Sidang Istimewa
DPRD Kabupaten Badung dalam masa kepemimpinan 2 periode 1990 –
2000 sebagai berikut :
1.1. Biodata :
I Gusti Bagus Alit Putra, SH. S.Sos. M.Si
lahir di Tabanan, Bali pada tanggal 14 Agustus 1948
- Dilantik dan diambil sumpah oleh Gubernur Bali pada 1990
sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 131.61-419
tanggal 15 Mei 1990
- Dilantik dan diambil sumpah oleh Gubernur Bali pada 1990
sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 131.61-078
tanggal 25 April 1995
1.2. Kebijakan dalam Pemerintahan ;
- Menetapkan Surat Keputusan Bupati Badung Nomor 262 tahun
1996 tentang Pengaturan Peruntukan dan Penggunaan tanah
lokasi rencana Pusat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II
Badung, terletak di jalan jurusan Lukluk – Penarungan, Badung
setelah pemekaran Kabupaten Tingkat II Badung dan Daerah
Kota Administratif (Kodya Denpasar) dan sebelum terjadi tragedi
pembakaran Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung di Niti Praja
Lumintang.
- Untuk mengaktifkan kembali Pelayanan Publik dari tragedi
kerusuhan masa maka Bupati menyewa gedung Universitas
Hindu Indonesia (UNHI) di Tembau Penatih Denpasar.
1.3. Prestasi Nasional dan Internasional :
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 1998 dari
Kementerian Perhubungan RI.
2. Bupati dan Wakil Bupati Badung terpilih dalam Pemilukada masa
kepemimpinan 1 periode 2000 – 2005 sebagai berikut :
2.1. Biodata :
A.A. Ngurah Oka Ratmadi, SH (Bupati)
lahir di Denpasar pada tanggal 2 Nopember 1945
- Dilantik dan diambil sumpah oleh Gubernur Bali pada tgl 9
Maret tahun 2000, sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri RI
Nomor 131.61-091 tanggal 7 Maret 2000.
Drs. I Made Sumer, Apt (Wakil )
Lahir di Kuta Tahun 1948
- Dilantik dan diambil sumpah oleh Gubernur Bali pada tgl 9
Maret tahun 2000, sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri RI
Nomor 131.61-092 tanggal 7 Maret 2000.
2.2. Kebijakan dalam Pemerintahan ;
- Membuat Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 2 tahun
2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
- Membuat Peraturan daerah kabupaten Badung Nomor 3 Tahun
2000 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan tata Kerja
Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Badung
- Membuat Peraturan daerah Kabupaten Badung Nomor 2 tahun
2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja dan Sekretariat Dewan
Perwakilan daerah Kabupaten Badung.
- Memindahkan kembali Sekretariat Daerah Kabupaten Badung
pada tahun 2001 yang semula berkantor di Gedung Universitas
Hindu Indonesia di Tembau ke Balai Diklat Sempidi Badung.
- Membuat Peraturan daerah Kabupaten Badung Nomor 6 tahun
2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Kelurahan
Kabupaten Badung
- Mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Badung Nomor 1269
tahun 2002 tanggal 6 Nopember 2002 tentang penetapan
lokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung seluas 46,6673
ha. di kawasan Desa Dalung dan Kelurahan Sempidi, mencakup
Subak Gaji, Subak Sempidi dan Subak Saih, serta membatalkan
Surat Keputusan Bupati Tingkat II Badung Nomor 262 tahun
1996.
- Membuat Peraturan Daerah kabupaten Badung Nomor 3 tahun
2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan tata Kerja
Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Badung
- Membuat Peraturan Daerah kabupaten Badung Nomor 1131
tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan tata Kerja Keluarga
Berencana dan Sejahtera Kabupaten Badung
- Pada Era kepemimpinan beliau dan atas persetujuan DPRD
Badung telah melaksanakan Pembelian Tanah untuk
Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung secara
bertahap.
- Rencana melaksanakan pembelian tanah tahap berikutnya
namun karena pada waktu itu terjadi juga tragedi kemanusiaan,
yaitu Bom Bali satu di Legian-
Kuta, sehingga semua kegiatan dipending karena keadaan
ekonomi maupun situasi dan kondisi belum memungkinkan
atau tidak stabil.
2.3. Prestasi Nasional dan Internasional :
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 2000 dari
Kementerian Perhubungan RI.
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 2001 dari
Kementerian Perhubungan RI.
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 2002 dari
Kementerian Perhubungan RI.
- Membangun Monumen Bom Bali I ( Grand Zero ) untuk
memperingati tragedi kemanusiaan terjadi pada bulan Oktober
tahun 2002 di Legian.
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 2003 dari
Kementerian Perhubungan RI.
- Menerima Piagam Green Paradise Kategori A (high distinition)
tahun 2003
- Menerima Piagam Medali Tri Hita Kirana Tourism Award Kategori
Gol Medal tahun 2004.
- Menerima Piagam dan Medali Tri Hita Kirana toursm Award
kategori Branze Medal tahun 2005.
3. Penjabat Bupati Badung dalam masa kepemimpinan tahun 2005
sebagai berikut :
3.1. Biodata :
I Wayan Subawa, SH. MH
lahir di Denpasar pada tanggal 21 Desember 1954
- Dilantik dan diambil sumpah oleh Gubernur Bali pada tahun
2005 sesuai Keputusan Menteri dalam Negeri RI Nomor
131.61.131 Tahun 2005
3.2. Kebijakan dalam Pemerintahan ;
- Melaksanakan amanah sesuai ketentuan dalam pembelian
kembali tanah untuk Pembanguan Pusat Pemerintahan
Kabupaten Badung secara bertahap.
4. Bupati dan Wakil Bupati Badung terpilih dalam Pemilukada masa
kepemimpinan 2 periode 2005 - 2015 sebagai berikut :
4.1. Biodata :
Anak Agung Gde Agung, SH ( Bupati )
lahir di Badung pada tanggal 25 Mei 1949
- Dilantik dan diambil sumpah oleh Gubernur Bali pada tanggal 5
Agustus 2005 sesuai Keputusan Menteri dalam Negeri RI Nomor
131.61-528 Tahun 2005 tanggal 19 Juli 2005
- Dilantik dan diambil Sumpah oleh Gubernur Bali pada tanggal 5
Agustus 2010 sesuai Keputusan Menteri dalam Negeri RI Nomor
131.51-307 Tahun 2010 tanggal 24 Juni 2010.
Drs. I Ketut Sudikerta (Wakil I.) periode 2005 – 2013
Lahir di Pecatu pada tanggal 29 Agustus 1967.
- Dilantik dan diambil sumpah oleh Gubernur Bali pada tanggal 5
Agustus 2005 sesuai Keputusan Menteri dalam Negeri RI Nomor
131.61-528 Tahun 2005 tanggal 19 Juli 2005
- Dilantik dan diambil Sumpah oleh Gubernur Bali pada tanggal 5
Agustus 2010 sesuai Keputusan Menteri dalam Negeri RI Nomor
131.51-308 Tahun 2010 tanggal 24 Juni 2010.
I Made Sudiana, SH. M.Si (Wakil II.) periode 2014 – 2015
Lahir di Badung pada tanggal 31 Desember 1962 dilantik dan
diambil Sumpah oleh Gubernur Bali pada tanggal 5 Agustus 2010
sesuai Keputusan Menteri dalam Negeri RI Nomor 132.51-3323
Tahun 2014 tanggal 13- Agustus Tahun 2014.
4.2. Kebijakan dalam Pemerintahan ;
- Melakukan penataan pembangunan Pusat Pemerintahan
Kabupaten Badung secara bertahap, sesuai konsep “Tri Hita
Karana” dengan Filosofi “Tri Mandala”.
- Membuat Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 tahun
2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Badung.
- Membuat Keputusan Bupati Badung Nomor 330/01/HK/2010
tentang Pembentukan Tim Penilai Hasil Pekerjaan Kegiatan
Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung.
- Membuat Keputusan Bupati Badung Nomor 301/01/HK/2010
tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pembangunan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Badung.
- Membuat Keputusan Bupati Badung Nomor 303/01/HK/2010
tentang Pembentukan Tim Pembina Jasa Konstruksi Kabupaten
Badung.
- Membuat Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 15 Tahun
2010 tentang Lambang Daerah Kabupaten Badung.
- Membuat Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 3 Tahun
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penaggulangan
Bencana Daerah.
- Membuat Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 4 Tahun
2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu.
- Membuat Keputusan Bupati Badung Nomor 39 Tahun 2015
tentang Penamaan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Mangusada.
4.3. Prestasi Nasional dan Internasional :
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 2005 dari
Kementerian Perhubungan RI.
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 2006 dari
Kementerian Perhubungan RI.
- Menerima Piagam dan Medali Tri Hita Kirana toursm Award
kategori Silver Medal tahun 2006
- Menerima Piagam Penghargaan dari Gubernur bali Kategori
Penyelamat lingkungan tahun 2006
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 2007 dari
Kementerian Perhubungan RI.
- Menerima Piagam dan medali tri hita karana tourism Award
kategori silver Medal 2007
- Piagam penghargaan Gubernur Bali terbaik II dalam evaluasi
pengembangan Desa sadar lingkungan hidup (Dsl) Tahun
2006/2007
- Menerima Piagam dan Medali Tri Hita Kirana toursm Award
kategori Silver Medal tahun 2008
- Juara II kelompok Sadar Wisata Tingkat I Bali tahun 2008
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 2008 dari
Kementerian Perhubungan RI.
- Menerima Piagam dan Tanda Penghargaan Manggala Karya
Kencana dari Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional RI. Tahun 2008
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 2009 dari
Kementerian Perhubungan RI.
- Menerima Piagam dan Medali Tri Hita Kirana toursm Award
kategori Gold Medal tahun 2009
- Menerima Penghargaan dari Menteri Kelautan dan Perikanan RI.
Atas Peran Aktifnya Dalam Pembinaan dan Pembangunan
Perikanan Budidaya, tahun 2009
- Menerima Piagam dan Medali Tri Hita Kirana toursm Award
kategori Gold Medal tahun 2010
- Menerima Trophy Wahana Tata Nugraha tahun 2010 dari
Kementerian Perhubungan RI.
- Menerima Piagam dan Medali dan Hadiah Uang dari Menteri
Kebudayaan dan Parawisata sebagai juara II Tingkat Nasional
Cipta Pesona Wisata (Cipta Award) tahun 2010
- Menerima Piagam dan Medali Tri Hita Kirana toursm Award Gol
Medal tahun 2011
- Menerima dan Medali Tri Hita Kirana toursm Award kategori
Emerald Medal tahun 2011
- Apec Summit Meeting di Nusa Dua tahun 2011;
- Menerima Penghargaan dari Menteri Kelautan dan Perikanan RI
sebagai Juara II Bidang Pesisir Kategori Pemerintah Daerah, Tahun
2011.
- Menerima Piagam dan Medali dari Bali Travel News Tri Hita
Kirana Nugraha tahun 2012
- Pembuatan Patung Dewi Saraswati di Washintong DC. Amerika
Serikat;
- Membuat Peraturan bersama tentang pengoprasian jalan Tol Nusa
Dua - Ngurah Rai;
- KTT Apec 23 – 24 Agustus 2015 dan
5. Penjabat Bupati Badung sejak tanggal 5 Agustus 2015 dalam masa
kepemimpinan sebagai berikut :
5.1. Biodata :
Ir. Nyoman Harry Yudha Saka,MM
lahir di Buleleng, Bali pada tanggal 9 Desember 1961
- Dilantik dan diambil sumpah oleh Gubernur Bali pada tanggal 5
Agustus 2015 sesuai Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor
131.31-4620 tahun 2015.
5.2. Kebijakan dalam Pemerintahan ;
- Mengawal Penyelenggarakan Pemilukada pasangan Bakal Calon
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta. S.Sos, Wakil Bupati
Badung Drs. I Ketut Suiasa, SH dan Pasangan Bakal calon
Bupati I Made Sudiana,SH.M.Si, Wakil Bupati Drs. I Nyoman
Sutrisno tanggal 9 Desember 2015.
- Mengawal Penyelenggarakan persiapan Pelantikan Bupati
Badung terpilih.
LED. 5
POTENSI ALAM DI WILAYAH KECAMATAN
KABUPATEN BADUNG
Sebagai sentra pariwisata utama di Provinsi Bali Badung terus
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Disesuaikan dengan
situasi dan kondisi dan potensi wilayah Kabupaten Badung dibagi
menjadi tiga wilayah pembangunan yaitu :
1. Badung Utara
Meliputi Kecamatan Petang dan Kecamatan Abiansemal dengan
pusat pengembangan di Blahkiuh dengan dominasi aktivitas
perkebunan dan tanaman pangan, wisata alam, peternakan, kerajinan
dan konservasi. Badung utara terdiri dari 2 bagian kecamatan yaitu
Kecamatan Petang dan Kecamatan Abiansemal.
- Kecamatan Petang
Luasnya adalah 115,00 Km2, Pada tahun 2013, penduduknya
berjumlah 30.850 jiwa. Kecamatan Petang terdiri dari 7 Desa yaitu
Desa Belok Sidan, Desa Pelaga, Desa Sulangai, Desa Petang, Desa
Pangsan, Desa Getasan dan Desa Carangsari.
- Kecamatan Abiansemal
Luasnya adalah 69,01 Km2. Pada tahun 2013, penduduknya
berjumlah 89.579 jiwa. Kecamatan Abiansemal terdiri dari 18
Desa yaitu Desa Sangeh, Desa Selat, Desa Taman, Desa Bongkasa,
Desa Bongkasa Pertiwi, Desa Punggul, Desa Blahkiuh, Desa
Ayunan, Desa Abiansemal, Desa Dauh Yeh Cani, Desa Mambal,
Desa Mekar Bhuana, Desa Sibang Kaja, Desa Sibang Gede, Desa
Sedang, Desa Angantaka, Desa Jagapati, dan Desa Darmasaba.
2. Badung Tengah
Meliputi Kecamatan Mengwi dengan pusat pengembangannya di
Mengwi dengan dominasi aktivitas pertanian, pariwisata budaya,
peternakan dan kerajinan.
- Kecamatan Mengwi
Luasnya adalah 82,00Km2. Pada Tahun 2013 penduduknya
berjumlah 117.287 jiwa. Kecamatan Mengwi terdiri dari 5
Kelurahan yaitu, Kelurahan Kapal, Kelurahan Lukluk, Kelurahan
Sempidi, Kelurahan Sading, Kelurahan Abianbase, dan 15 Desa
yaitu Desa Kuwum, Desa Sembung, Desa Werdi Bhuana, Desa
Mengwi, Desa Gulingan, Desa Penarungan, Desa Sobangan, Desa
Baha, Desa Mengwitani, Desa Kekeran, Desa Buduk, Desa Tumbak
Bayuh, Desa Munggu, Desa Cemagi, dan Desa Pererenan.
3. Badung Selatan
Meliputi Kecamatan Kuta Selatan, Kecamatan Kuta, Kecamatan
Kuta Utara dengan pusat pengembangannya di Kuta dengan dominasi
aktivitas pariwisata, perikanan, industri kecil, perdagangan dan jasa
serta pusat pendidikan.
- Kecamatan Kuta Utara
Luasnya adalah 33,86 Km2. Pada tahun 2013 penduduknya
berjumlah 73.350 jiwa. Kecamatan Kuta Utara terdiri dari 3
Kelurahan yaitu Kelurahan Kerobokan, Kelurahan Kerobokan Kaja,
Kelurahan Kerobokan Kelod, dan 3 Desa yaitu Desa Dalung, Desa
Canggu, dan Desa Tibubeneng.
- Kecamatan Kuta
Luasnya adalah 17,52 Km2. Pada tahun 2013 penduduknya
berjumlah 54.374 jiwa. Kecamatan Kuta terdiri dari 5 Kelurahan
yaitu Kelurahan Kedonganan, Kelurahan Tuban, Kelurahan Kuta,
Kelurahan Legian, dan Kelurahan Seminyak.
- Kecamatan Kuta Selatan
Luasnya adalah 101,13 Km2. Pada tahun 2013 penduduknya
berjumlah 118.883 Jiwa. Kecamatan Kuta Selatan terdiri dari 3
Kelurahan yaitu Kelurahan Tanjung Benoa, Kelurahan Benoa,
Kelurahan Jimbaran, dan 3 Desa yaitu Desa Pecatu, Desa
Ungasan, dan Desa Kutuh.
LED. 6
TRADISI DAN SENI BUDAYA
Kabupaten Badung memiliki 122 Desa Adat, yang memiliki Tradisi
dan seni Budaya masing - masing.
TRADISI MAKOTEKAN DI DESA ADAT MUNGGU
Tradisi Mekotekan atau sering disebut mekotek sebuah tradisi adat
yang dilaksanakan oleh Umat Hindhu di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi,
Kabupaten Badung yang masih tetap lestari sampai sekarang yang dirayakan
khusus di hari raya Kuningan. Prosesi Grebeg Mekotekan ini di ikuti oleh 15
Banjar setempat di Desa Munggu.
Tradisi Mekotekan adalah ritual yang memakai sarana Kayu biasanya
yang paling banyak dipakai dari jenis Pulet yang dimainkan secara bersama –
sama untuk merayakan kemenangan Dharma ( Kebaikan ) melawan Adharma
( kejahatan ). Ritual Mekotekan biasanya dilaksanakan di halaman Pura Desa
oleh remaja Desa atau Bapak – bapak. Masyarakat yang didominasi oleh Pria
tua dan Muda mengenakan Pakaian adat ringan semua membawa sebilah
kayu. Mendekati areal pura Desa mereka saling menyatukan tongkat yang
mereka genggam dengan cara memukul – mukul tongkatnya hingga
menyerupai bangunan segitiga yang menjulang kelangit. Penyatuan ini
menimbulkan suara yang sangat gaduh yang membuat para peserta semakin
bersemangat. Kemudian sambil berame – rame tongkat yang sudah menyatu
itupun mereka bawa berputar – putar hingga akhirnya kembali berpisah.
Tak jarang saat tongkat berpencar, beberapa warga terkena tongkat tersebut,
tapi tidak lantas membuat mereka kesal ataupun marah, malahan mereka
bangkit kembali dengan perasaan dan senyum puas.
TERADISI PERANG API ATAU MESIAT GENI DESA TUBAN KECAMATAN
KUTA
Tradisi perang api tiap tahunnya akan digelar pada Purnama kapat
sasih kapat ( Purnama ke empat di bulan ke empat ) Kalender adat
Bali. Jika dihitung menggunakan kalender Masehi, biasanya akan jatuh pada
bulan September atau Oktober. Ritual ini dilakukan di Pura Dalem Kuta.
Tradisi Mesiat Geni yang digelar setiap tahun ini dilakukan dengan
tujuan untuk melestarikan tradisi sekaligus memohon keselamatan dan
menolak bala. Sebelum Tradisi Perang Api itu mulai para Pemuda Desa Adat
Tuban melakukan persembahyangan di Pura yang terletak berdampingan
dengan bandara I Gusti Ngurah Rai yaitu Pura Dalem. Seusai melakukan
Persembahyangan, sejumlah seniman anak – anak menampilkan tarian
sakral yang secara rutin di tampilkan sebelum pelaksanaan tampil perang
Api.
Kemudian para Pemuda mulai berganti pakaian untuk melakukan Tradisi “
Mesiat Geni “. Sebelum para Pemuda melakukan perang Api, para Pemuda
mendapat Anugrah Air Suci ( tirta ) untuk memohon keselamatan
sehingga Tradisi itu berjalan dengan lancar. Para Pemuda tersebut dibagi
menjadi dua kelompok yang saling berhadapan membawa serabut kelapa
yang sudah dibakar yang saling beradu dengan kedua kelompok itu. Tradisi
tersebut dilakukan sekitar dua jam sehingga serabut kelapa itu habis
terbakar. Sementara itu, Tradisi ini menjadi pusat perhatian para
pengunjung di kawasan Kuta.
SEKAR JEPUN SEBAGAI MASKOT KABUPATEN BADUNG
Sekar Jepun merupakan salah satu jenis bunga yang juga digunakan
sebagai sarana persembahyangan umat Hindu, selain itu memiliki aroma
yang harum, sekar jepun juga memiliki warna yang beragam, mulai dari
putih, merah, ungu dan kuning. Sehingga tak jarang para wisatawan
menyelipkan di telinga mereka. Pertumbuhan bunga ini, tidak mengenal
musim, dan akan terus mekar sepanjang waktu. Pohon bunga jepun ini
dapat kita lihat di berbagai tempat salah satu di tempat – tempat suci. Pohon
bunga jepun ini sangat mudah kita temui di sepanjang jalan, saat pohon ini
berbunga akan tampak keindahan dan keasriannya, sehingga tak salah
bahwa Sekar Jepun ini dijadikan maskot di Kabupaten Badung. Karena
antara bunga dan sari menyatu yang menandakan bersatunya pemimpin
dengan rakyat.
Dari sinilah diciptakan Tarian untuk melengkapi keberadaan Sekar
Jepun sebagai maskot Kabupaten Badung yaitu Tari Sekar Jepun.Tari Sekar
Jepun merupakan Ikon dari Kabupaten Badung yang digagas oleh Nyonya
Ratna Gde Agung sedangkan penciptanya Ida Ayu Wimba Puspawati, Sst,
M.Sn, gambelannya diciptakan oleh I Wayan Widia, S.Skar. Tari Sekar Jepun
ini menceritakan tentang keindahan Bunga Jepun dengan berbagai corak
warna serta bentuknya.