nanas 2008.pdf

12
1 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN NENAS SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN BENGKALIS 1 Almasdi Syahza, Besri Nasrul, Mardiansyah, Henny Indrawati Tim Peneliti Lembaga Penelitian Universitas Riau Pekanbaru E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan industri pengolahan nenas dan merumuskan alternatif strategi pengembangan industri pengolahan nenas serta pola pengembangan yang tepat dalam upaya membangun industri pengolahan nenas yang tangguh, berbasis pada industri kecil dan berorientasi ekspor. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survai di daerah yang mempunyai produksi buah nenas yang paling tinggi dan potensial untuk pengembangan industri nenas di Kabupaten Bengkalis meliputi Kecamatan Bengkalis, Bantan dan Tebing Tinggi Barat. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Bedasarkan hasil analisis diperoleh bahwa faktor internal yang mempengaruhi pengembangan industri pengolahan nenas adalah letak geografis, visi dan kebijakan pembangunan, areal tanam, produk turunan dan keberadaan industri. Sedangkan faktor eksternal adalah sosial budaya dan ekonomi. Diagram SWOT menunjukkan posisi industri pada kuadran III. Implikasinya dapat dirumuskan alternatif strategi yaitu pengembangan sistem agribisnis nenas terpadu, berorientasi global, berorientasi pada pemberdayaan ekonomi rakyat dan berbasis pada industri kecil. Kata Kunci: strategi, percepatan, ekonomi pedesaan. ABSTRACT This research aimed to study the internal and external factors which influencing development pineapple processing industry and formulate the strategy alternative for development pineapple processing industry and also correct development pattern in the exert in strong developing pineapple processing industry, being based on small industry and export oriented. Research done by using survey approach in area which having highest pineapple production and potential for development pineapple industry in Bengkalis Regency involve in Bengkalis district, Bantan and Tebing Tinggi Barat. The data and information acquired by using SWOT analysis. Based on the result of analysis obtained that internal factors influencing development pineapple processing industry are geographical position, vision and development policy, plantation area, 1 Hasil penelitian: Studi Kelayakan Pengembangan Industri Nenas di Kabupaten Bengkalis, Kerjasama Bappeda Kabupaten Bengkalis dengan PT. Wastu Asrindoriau Pekanbaru

Upload: agus-didik

Post on 28-Oct-2015

234 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nanas 2008.pdf

1

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN NENAS SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN EKONOMI MASYARAKAT

PEDESAAN DI KABUPATEN BENGKALIS1

Almasdi Syahza, Besri Nasrul, Mardiansyah, Henny Indrawati Tim Peneliti Lembaga Penelitian Universitas Riau Pekanbaru

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan industri pengolahan nenas dan merumuskan alternatif strategi pengembangan industri pengolahan nenas serta pola pengembangan yang tepat dalam upaya membangun industri pengolahan nenas yang tangguh, berbasis pada industri kecil dan berorientasi ekspor. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survai di daerah yang mempunyai produksi buah nenas yang paling tinggi dan potensial untuk pengembangan industri nenas di Kabupaten Bengkalis meliputi Kecamatan Bengkalis, Bantan dan Tebing Tinggi Barat. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Bedasarkan hasil analisis diperoleh bahwa faktor internal yang mempengaruhi pengembangan industri pengolahan nenas adalah letak geografis, visi dan kebijakan pembangunan, areal tanam, produk turunan dan keberadaan industri. Sedangkan faktor eksternal adalah sosial budaya dan ekonomi. Diagram SWOT menunjukkan posisi industri pada kuadran III. Implikasinya dapat dirumuskan alternatif strategi yaitu pengembangan sistem agribisnis nenas terpadu, berorientasi global, berorientasi pada pemberdayaan ekonomi rakyat dan berbasis pada industri kecil. Kata Kunci: strategi, percepatan, ekonomi pedesaan.

ABSTRACT This research aimed to study the internal and external factors which influencing development pineapple processing industry and formulate the strategy alternative for development pineapple processing industry and also correct development pattern in the exert in strong developing pineapple processing industry, being based on small industry and export oriented. Research done by using survey approach in area which having highest pineapple production and potential for development pineapple industry in Bengkalis Regency involve in Bengkalis district, Bantan and Tebing Tinggi Barat. The data and information acquired by using SWOT analysis. Based on the result of analysis obtained that internal factors influencing development pineapple processing industry are geographical position, vision and development policy, plantation area,

1 Hasil penelitian: Studi Kelayakan Pengembangan Industri Nenas di Kabupaten Bengkalis,

Kerjasama Bappeda Kabupaten Bengkalis dengan PT. Wastu Asrindoriau Pekanbaru

Page 2: Nanas 2008.pdf

2

generation product and existence of industry. External factors are social culture and economic. SWOT diagram showed the position of industry in quadrant III. Its implication can be formulated by alternative strategy that is development united agribusiness pineapple system, global oriented, empowerment rural economic and base on small industry. Key words: strategy, acceleration, rural economic PENDAHULUAN

Program pemberdayaan ekonomi rakyat harus mampu menggerakkan dinamika ekonomi rakyat yang berbasis di pedesaan dan atau masyarakat lapisan bawah di daerah pinggiran perkotaan. Program tersebut harus terencana dengan baik serta jelas sasaran dan targetnya sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan dinamika ekonomi pedesaan, terutama ekonomi lapisan masyarakat bawah.

Pada era pasca pemerintahan reformasi pembangunan, ekonomi Indonesia masih harus diarahkan pada upaya-upaya perbaikan ekonomi dengan beberapa sasaran utama pada sektor riil yang harus segera dicapai yaitu: (1) meningkatkan pendapatan masyarakat terutama golongan ekonomi lemah melalui pemberdayaan kekuatan ekonomi rakyat; (2) meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor non migas; (3) menciptakan struktur industri yang kuat, yang mampu memanfaatkan keunggulan komparatif untuk mencapai keunggulan kompetitif menghadapi persaingan global; (4) menciptakan sektor agribisnis dan agroindustri yang tangguh sebagai landasan ekonomi Indonesia menuju era industrialisasi; (5) mencapai daya saing yang tinggi bagi produk domestik melalui peningkatan produktivitas (efektif dan efisien) dengan mempercepat inovasi dan diseminasi teknologi tepat guna yang mampu menghasilkan produk unggul mutu dan biaya; (6) mencapai standar mutu produk yang dapat diterima di pasar global dan (7) menciptakan pembangunan ekonomi rakyat yang berkelanjutan dan memenuhi kriteria ramah lingkungan (Intan, 2007).

Salah satu komoditas yang diidentifikasi memiliki potensi bisnis yang besar untuk mencapai sasaran tersebut adalah nenas. Luas panen di Indonesia ± 165.690 ha atau 25,24% dari sasaran panen buah-buahan nasional (657.000 ha). Beberapa tahun terakhir luas areal tanaman nenas menempati urutan pertama dari 13 jenis buah-buahan komersial yang dibudidayakan di Indonesia (PKBT, 2007). Sejalan dengan hal tersebut, permintaan pasar dalam negeri terhadap buah nenas cenderung terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, makin baiknya pendapatan masyarakat, makin tingginya kesadaran penduduk akan nilai gizi dari buah-buahan, dan makin bertambahnya permintaan bahan baku industri pengolahan buah-buahan. Buah nenas selain dikonsumsi segar juga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman, seperti nenas kaleng, selai, makanan kering, jus, spirit/ pelarut, fragan selai, sari buah, keripik, sirup, dodol, konsentrat, cocktail, dan lain-lain. Pemanfaatan buah nenas menjadi produk-produk industri yang mempunyai nilai tambah (value added) tersebut hanya sebagian kecil saja terealisasi dalam bentuk industri. Selain itu, limbah atau hasil ikutan (by product) kulit buah dan daun nenas belum banyak

Page 3: Nanas 2008.pdf

3

dimanfaatkan untuk industri-industri makanan, kertas, dan tekstil (Departemen Pertanian, 2007b).

Penyebaran nenas di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pengisi di lahan pekarangan, tetapi lambat laun meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Dari 27 propinsi di Indonesia, lima propinsi yang paling luas areal tanaman nenas adalah Jawa Timur, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat (Departemen Pertanian, 2007a).

Riau termasuk salah satu propinsi yang memiliki areal pertanaman nenas yang luas. Salah satu kabupaten yang ada di Riau yang telah mengusahakan pengembangan kebun nenas adalah Kabupaten Bengkalis. Kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkalis mengarah pada agroindustri yang mendukung kemajuan dan perkembangan sektor pertanian, terutama yang berada pada sektor hulu, industri hilir yang mengolah output sektor pertanian serta industri pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah yang maksimal bagi daerah dan petani pada khususnya (Pemda Bengkalis, 2007).

Sejalan dengan program pemerintah dalam pengembangan perkebunan dan industri nenas, maka industri pengolahan nenas cukup potensial sebagai salah satu sumber penyerap lapangan kerja serta dapat meningkatkan PAD. Menurut catatan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis, luas lahan kering untuk tanaman holtikultura terlihat hampir disetiap kecamatan dan masih berpotensi untuk ditingkatkan. Sampai akhir tahun 2006 telah diusahakan pengembangan kebun nenas sekitar 172,49 Ha dengan produksi mencapai 1.855,40 Ton, sehingga peluang untuk pengembangan industri pengolahan nenas cukup terbuka bagi Kabupaten Bengkalis (BPS Bengkalis, 2007).

Menimbang bahwa perkebunan nenas yang ada di Kabupaten Bengkalis berpotensi untuk ditingkatkan dan untuk diolah menjadi olahan-olahan yang bermutu maka dipandang perlu melakukan penelitian dalam memperkuat industri pengolahan nenas agar dapat berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi serta diharapkan nilai tambah dari komoditas dapat lebih banyak memberikan kontribusi bagi PAD dan mempercepat ekonomi masyarakat pedesaan. Dengan demikian strategi pengembangan industri pengolahan nenas perlu dikaji secara komprehensif.

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengkaji faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan industri pengolahan nenas serta implikasinya terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya; (2) merumuskan alternatif strategi pengembangan industri pengolahan nenas serta pola pengembangan yang tepat dalam upaya membangun industri pengolahan nenas yang tangguh, berbasis pada industri kecil dan berorientasi ekspor untuk mempercepat peningkatan ekonomi masyarakat pedesaan. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan pendekatan survei di daerah yang mempunyai produksi buah nenas yang paling tinggi dan potensial untuk pengembangan industri nenas di Kabupaten Bengkalis, meliputi Kecamatan

Page 4: Nanas 2008.pdf

4

Bengkalis, Bantan dan Tebing Tinggi Barat. Data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara dan diskusi serta melakukan pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua seperti kajian pustaka, internet dan beberapa instansi terkait yang dipandang relevan untuk mengungkapkan masalah yang akan diteliti.

Untuk menentukan strategi pengembangan industri pengolahan nenas digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan industri pengolahan nenas, dimana dalam analisis ini akan dikaji Strengths-kekuatan, Weeknesses-kelemahan, Opportunities-peluang, and Threaths-ancaman. Analisis SWOT dimulai dengan melakukan evaluasi diri sehingga diperoleh faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan industri pengolahan nenas. Peluang dan acaman diidentifikasi meliputi masukan, proses, dan keluaran sebagai akibat dari yang telah dimiliki (David, 2003). Dengan demikian akan dapat diupayakan strategi yang menggambarkan perpaduan terbaik antara faktor-faktor di atas. Analisis SWOT dilaksanakan berdasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang terjadi dalam pengembangan industri pengolahan nenas (Rangkuti, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananascomosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nenas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nenas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15 (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik. Di Kabupaten Bengkalis hampir semua kecamatan memiliki tanaman nenas (Tabel 1). Populasi tanaman terbanyak yang merupakan sentra produksi terdapat di Kecamatan Bengkalis (219,61 Ha), Bantan (14,68 Ha) dan Tebing Tinggi Barat (15,07 Ha). Rata-rata produksi untuk masing-masing kecamatan sebanyak 1.532,5 ton, 102 ton dan 104,50 ton. Dilihat dari potensi tanaman nenas di Kabupaten Bengkalis baik dari jumlah tanaman yang menghasilkan dan produksi nenas di semua kecamatan khususnya pada sentra-sentra produksi nenas, maka di Kabupaten Bengkalis sangat potensi untuk dikembangkan industri pengolahan nenas.

Untuk dapat merumuskan kebijakan strategis pengembangan industri pengolahan nenas di Kabupaten Bengkalis, di bawah ini disajikan faktor-faktor internal-eksternal yang akan menentukan dan mempengaruhi kebijakan strategis Kabupaten Bengkalis dalam pengembangan industri pengolahan nenas, yakni: faktor internal yang meliputi faktor kekuatan, yang dimiliki Kabupaten Bengkalis dalam pengembangan industri pengolahan nenas, dan

Page 5: Nanas 2008.pdf

5

faktor kelemahan, yang seharusnya ada dan diperlukan untuk pengembangan industri pengolahan nenas tetapi pada saat ini belum dimiliki.

Tabel 1 Keragaan Sentra Produksi Nenas di Kabupaten Bengkalis, 2007

No Kecamatan

Jumlah Tanaman Tahun

2004 (Ha)

Jumlah Penanama

n Baru Tahun 2005 (Ha)

Jumlah Tanaman Dibongkar Tahun

2005 (Ha)

Jumlah Pertanama

n Tahun 2005 (Ha)

Jumlah Tanaman

Yang Menghasilka

n Tahun 2005 (Ha)

Produksi (Ton)

1 Mandau 0,14 0,31 0,23 0,22 0,35 2,50

2 Pinggir 0,19 0,14 0,14 0,19 0,30 2,20

3 Bukit batu 2,26 13,48 1,83 13,91 3,85 27,00

4 Siak Kecil 15,86 20,06 0,03 35,89 3,00 21,00

5 Rupat 2,83 0,05 0,14 2,74 5,05 20,20

6 Rupat Utara 0,75 0,04 0,02 0,77 0,24 1,70

7 Bengkalis 94,19 0,92 1,64 93,47 219,61 1.532,50

8 Bantan 14,04 0,18 0,32 13,90 14,68 102,00

9 Merbau 2,96 - 0,26 2,70 1,11 7,70

10 Rangsang 0,58 - - 0,58 0,37 2,70

11 Rangsang Barat 0,64 - - 0,64 0,68 4,60

12 Tebing Tinggi 2,26 - - 2,26 4,85 26,80

13 Tebing Tinggi Barat 5,12 0,10 - 5,22 15,07 104,50

Jumlah 141,82 35,28 4,61 172,49 269,16 1.855,40

Sumber : Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Bengkalis, 2007.

Faktor eksternal meliputi peluang artinya apabila industri pengolahan nenas dilaksanakan di Kabupaten Bengkalis, maka Kabupaten Bengkalis akan memanfaatkan setiap peluang yang ada, sedangkan ancaman/tantangan adalah segala sesuatu yang akan dihadapi oleh Kabupaten Bengkalis sebagai akibat dari pengembangan industri pengolahan nenas. Ancaman/tantangan tersebut bisa terjadi sebelum, sedang, maupun setelah dilaksanakan pengembangan industri pengolahan nenas di Kabupaten Bengkalis.

1. Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Faktor Kekuatan a. Letak geografis Kabupaten Bengkalis sangat strategis, berjarak 132 km

dengan Ibukota Propinsi dan 70 km dengan negara tetangga (Malaysia). b. Kontribusi PDRB Kabupaten Bengkalis Tanpa Migas terbesar dari sektor

pertanian (31,71%). c. Visi Pembangunan Kabupaten Bengkalis yang hendak diwujudkan tahun

2025 mendatang adalah “Menjadi salah satu pusat perdagangan di Asia Tenggara, dengan dukungan industri yang kuat dan sumber daya manusia yang unggul, guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan makmur.

Page 6: Nanas 2008.pdf

6

d. Kebijakan Pembangunan industri Kabupaten Bengkalis diarahkan pada agroindustri yang mendukung kemajuan dan perkembangan sektor pertanian, terutama yang berada pada sektor hulu (up stream industry), industri hilir (down stream industry) yang mengolah out put sektor pertanian, serta industri pengolahan (processing industry) yang dapat memberikan nilai tambah yang maksimal bagi daerah dan petani khususnya.

e. Tanaman nenas telah dikenal lama oleh masyarakat sebagai tanaman rakytat, terdapat pada semua kecamatan di Kabupaten Bengkalis.

f. Luas areal tanaman nenas mencapai 269,16 ha dengan produksi 1.855,40 ton, atau rata-rata 7 ton/hektar/tahun. Lokasi potensial untuk pengembangan nenas ini mencapai 1.300 hektar tersebar di Kecamatan Bengkalis, Bantan dan Tebing Tinggi Barat.

g. Sebahagian kecil masyarakat telah menjadikan tanaman nenas sebagai salah satu mata pencaharian utama sebagai sumber pendapatannya.

h. Buah nenas selain dikonsumsi buah segar, buah nenas juga dapat diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman dalam skala industri rumah tangga maupun industri modern.

i. Tanaman nenas selain mengandung nutrisi yang sangat dibutuhkan bagi kesehatan tubuh manusia, juga memiliki nilai ekonomis yang sangat potensial.

j. Selama ini telah ada industri pengolahan nenas di Kecamatan Bengkalis, Bantan, dan Tebing Tinggi sekalipun dalam bentuk Industri Rumah Tangga.

Faktor Kelemahan a. Budidaya tanaman nenas yang dilakukan masyarakat masih bersifat

sederhana, menggunakan bibit lokal, tanpa melakukan pemupukan, serta tanpa pencegahan serangan hama dan penyakit, sehingga kualitas produknya juga belum terjamin.

b. Dikarenakan kegiatan usahatani tanaman nenas ini oleh petani dengan skala usaha yang kecil (small scale farming), dan belum dikelola secara intensif maka produksinya juga tidak optimal.

c. Produksi nenas bersifat musiman, sehingga kesinambungan produksinya untuk keperluan industri belum terjamin.

d. Kualitas SDM petani juga masih rendah, 55,78% penduduk Kabupaten Bengkalis ≤ SD, bahkan 26,23% diantaranya tidak punya ijazah atau tidak tamat SD. Kondisi ini belum mencukupi sebagai landasan pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy) dan penguasaan tekhnologi.

e. Rendahnya kualitas SDM juga berpengaruh terhadap pendapatannya, akibatnya petani tidak mempunyai cukup modal untuk mengembangkan kegiatan usahatani tanaman nenas.

2. Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman/Tantangan) Faktor Peluang a. Melalui pengembangan industri pengolahan nenas akan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, menambah peluang usaha dan lapangan kerja, serta mendukung program diversifikasi pangan bergizi bagi penduduk.

Page 7: Nanas 2008.pdf

7

b. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan nilai gizi dari buah-buahan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat pula permintaan pasar terhadap produk industri pengolahan nenas.

c. Semakin meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan asing ke Bengkalis maka juga melahirkan permintaan pasar untuk produk pengolahan industri nenas sebaga oleh-oleh dari Bengkalis.

d. Permintaan produk nenas dari negara-negara Eropa dan Asia cukup besar, sedang kemampuan pasokan relatif kecil karena nenas membutuhkan lahan yang luas dan iklim yang cocok.

Faktor Ancaman/Tantangan a. Tingginya ketidakpastian akan kesinambungan pasokan bahan baku dan

konsistensi mutu, ukuran serta tingkat kematangan buah yang dipasok kepada industri

b. Belum adanya budidaya perkebunan nenas skala komersial yang dapat memasok kebutuhan industri pengolahan nenas.

c. Rendahnya minat investasi di bidang budidaya dan industri pengolahan nenas.

d. Pengembangan industri pengolahan nenas perlu di tunjang oleh infrastruktur ekonomi yang memadai seperti teknologi, SDM, infrastruktur dan pasar.

e. Pengembangan industri pengolahan nenas sangat tergantung dari efektifitas hubungan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha (Public–Private partnership) dan keterkaitannya. Untuk mengefektifkan kerjasama dan koordinasi tersebut diperlukan adanya kelembagaan yang mendorong komunikasi secara rutin dan berkesinambungan.

Matriks SWOT Pengembangan Industri Pengolahan Nenas di Kabupaten Bengkalis

Alat yang lazim digunakan untuk merumuskan alternatif strategis untuk menyusun kebijakan dan program adalah Matrik SWOT (disajikan pada Lampiran 1). Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan tantangan eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Matrik ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu: 1. Strategi SO. Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu

dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. a. Menyusun database pertanian berbasis agribisnis dan Rencana

Strategis Pembangunan Industri Pengolahan Produk Pertanian 2007–2020.

b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengelola usahataninya melalui kegiatan penyuluhan pertanian dan bantuan modal.

c. Melakukan pembinaan pada industri nenas yang sudah ada melalui pemberian bantuan modal dan teknologi.

d. Menfasilitasi pembangunan industri pengolahan nenas baru melalui pendirian BUMD atau Investor.

Page 8: Nanas 2008.pdf

8

2. Strategi ST. Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi tantangan.

a. Membangun agroindustri yang berbasis ekonomi kerakyatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan ekonomi daerah.

b. Meningkatkan alokasi anggaran untuk sektor pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian.

3. Strategi WO. Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. a. Melakukan pembinaan secara intensif kepada petani nenas dalam

melakukakan budidaya nenas, mulai dari pembibitan, pengolahan media tanam, teknik penanaman, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen.

b. Mendorong investor untuk membuka lahan guna penaman nenas dengan pola mitra dengan masyarakat tempatan.

4. Strategi WT. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari tantangan. a. Meningkatkan kualitas infrastruktur ekonomi berupa teknologi, SDM,

infrastruktur jalan, dan pasar. b. Menciptakan iklim investasi yang kondusif. c. Menyusun program pengembangan industri pengolahan produk

pertanian (khusus nenas) jangka pendek, menengah, dan panjang berdasarkan kebutuhan dan skala priotitas sesuai dengan skema pohon industri nenas.

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan Faktor Internal (EFI) Pengembangan Industri Pengolahan Nenas di Kabupaten Bengkalis

Hasil identifikasi faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan tantangan, pembobotan dan rating dimasukkan dalam tabel Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) untuk diberi skor (disajikan pada Lampiran 2 dan 3). Pemberian peringkat dan penyusunan tabel EFE dan EFI ini mengacu kepada pendekatan yang digunakan David (2003). Hasil skoring (bobot dikalikan dengan peringkat/rating) baik pada tabel EFE dan tabel EFI dijumlah untuk menentukan apakah peluang lebih besar daripada tantangan atau sebaliknya serta apakah kekuatan lebih besar dari pada kelemahan atau sebaliknya. Karena jumlah bobot = 1 maka hasil penjumlahan skor (bobot x peringkat) akan berada pada kisaran 1 dan 2 atau rata-rata 1,00.

Hasil analisis pada tabel Matriks Evaluasi Faktor Eksternal dan Matriks Evaluasi Faktor Internal dipetakan pada Matriks Posisi Organisasi dengan cara sebagai berikut (Gambar 1): a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan tantangan. b. Posisi organisasi ditentukan pada diagram dengan analisis sebagai berikut. c. Jika peluang lebih besar daripada tantangan maka nilai y>0 dan sebaliknya

tantangan lebih besar dari pada peluang maka nilai y<0. d. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x>0 dan

sebaliknya kelemahan lebih besar dari pada kekuatan maka nilai x<0.

Page 9: Nanas 2008.pdf

9

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Matriks EFE dan EFI diketahui bahwa: a. Pada tabel EFE diperoleh penjumlahan skoring faktor-faktor kunci yang

merupakan peluang ternyata lebih besar dari pada penjumlahan skoring faktor-faktor kunci tantangan yaitu 0,96 > 0,88 hal ini berarti peluang untuk pengembangan industri pengolahan nenas di Kabupaten Bengkalis lebih besar dibandingkan dengan tantangan yang dihadapi.

b. Sedangkan pada tabel EFI diperoleh penjumlahan skoring faktor-faktor kunci yang merupakan kekuatan ternyata lebih kecil dari pada penjumlahan skoring faktor-faktor kunci kelemahan yaitu 0,71 < 0,89 hal ini berarti apabila Kabupaten Bengkalis akan mengembangkan industri pengolahan nenas, maka Pemerintah Kabupaten Bengkalis hendaknya lebih menfokuskan strateginya pada kegiatan-kegiatan yang meminimalkan kendala-kendala internal dan tidak pada hal-hal yang bersifat ekspansif.

Posisi Kabupaten Bengkalis bila digambarkan dengan Diagram Posisi Organisasi berada pada Kuadran III (Gambar 1) dengan karakteristik : a. Organisasi menghadapi peluang yang besar tetapi sumberdayanya lemah. b. Karena itu tidak dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal,

kecuali dapat meminimalkan kendala-kendala yang dihadapi. c. Fokus strategi organisasi pada posisi ini ialah mengatasi kelemahan-

kelemahan atau meminimalkan kendala-kendala internal.

Gambar 1. Diagram Posisi Organisasi

Alternatif Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Nenas

Berdasarkan analisis SWOT di atas serta posisi Kabupaten Bengkalis pada diagram, maka dapat dirumuskan alternatif strategi yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis yaitu:

Posisi Eksternal

Posisi In

ternal

(+)

Kuadran III

Mendukung Strategi turn-around

Kuadran IV Mendukung Strategi

defensif

Kuadran II Mendukung Strategi

diversifikasi

Kuadran I Mendukung Strategi

agresif

(-)

(-)

(+)

Page 10: Nanas 2008.pdf

10

1. Pengembangan wilayah pusat-pusat pengembangan industri yang didasarkan pada potensi yang dimiliki, harus memperhatikan kelayakan ekonomi dan tata ruang serta juga perlu ditingkatkan keterkaitan pengembangan industri antar daerah dalam rangka memperkokoh kesatuan ekonomi daerah,

2. Dalam melaksanakan pembangunan industri pengolahan nenas hendaklah dapat mencapai tujuan untuk meningkatkan nilai tambah (value added), menyediakan produk yang bermutu dengan nilai yang terjangkau oleh masyarakat, serta mampu bersaing baik di dalam negeri maupun di luar negeri, memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan ekspor. Untuk itu perlu mendayagunakan dengan seefisien mungkin sumber daya manusia, sumber daya alam, dan teknologi tepat guna dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

3. Dalam melaksanakan pembangunan industri pengolahan nenas, diusahakan agar terdapat keterkaitan yang erat baik antara industri hulu dengan industri hilir, maupun juga antara industri kecil, menengah dan besar.

4. Meningkatkan dan memperkuat program-program esensial yang telah ada untuk memberdayakan petani.

5. Memberikan peluang yang lebih besar kepada petani dan industri rumah tangga yang sudah ada untuk mengembangkan industri pengolahan nenas sesuai dengan potensi yang ada.

Berkaitan dengan strategi di atas, maka kebijakan Pemerintah Kabupaten Bengkalis dalam melaksanakan pembangunan pengembangan industri pengolahan nenas adalah: 1. Melengkapi infrastruktur ekonomi yang memadai sebagai faktor penunjang

pembangunan industri di Kabupaten Bengkalis. 2. Melanjutkan kegiatan pembangunan infrastruktur berupa jalan, jembatan,

listrik dan telekomunikasi sebagai faktor penunjang utama untuk akses pembangunan sektor pertanian dan industri nenas bagi masyarakat terutama di daerah terpencil dan pedalaman, terutama pada sentra-sentra produksi nenas.

3. Meningkatkan produktivitas dan performansi kerja petani nenas. 4. Mengembangkan SDM Pertanian Nenas Terpadu Berbasis Agribisnis 5. Mengembangkan kelembagaan Petani Nenas Berbasis Agribisnis 6. Menfasilitasi Investor untuk membuka lahan Nenas dan Industri Pengolahan

Nenas sesuai potensi dan kebutuhan pasar. Selanjutnya berdasarkan strategi dan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis di atas dalam mengembangkan industri pengolahan nenas, dapat diusulkan beberapa program kegiatan yang dapat dilakukan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang sebagai berikut: 1. Menyusun database pertanian berbasis agribisnis dan Rencana Strategis

Pembangunan Industri Pengolahan Produk Pertanian 2007–2020. 2. Melakukan pengkajian Produktivitas dan Performansi Kerja Petani Nenas

Berbasis Agribisnis. 3. Mengembangkan Kelembagaan Tani Nenas dalam Usaha Agribisnis. 4. Menyusun Model Pengembangan SDM Pertanian Terpadu Berwawasan

Agribisnis.

Page 11: Nanas 2008.pdf

11

5. Melakukan pembinaan pada industri pengolahan nenas yang sudah ada melalui pemberian bantuan modal dan teknologi tepat guna.

6. Membangun industri pengolahan nenas yang berbasis ekonomi kerakyatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan ekonomi daerah baik dengan pendirian BUMD maupun kerjasama (mitra) dengan investor.

7. Meningkatkan alokasi anggaran untuk sektor pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian.

SIMPULAN 1. Faktor internal yang mempengaruhi pengembangan industri pengolahan

nenas adalah letak geografis dan kontribusi pertanian pada PDRB, visi dan kebijakan pembangunan, areal tanam, produk turunan dan keberadaan industri. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan industri pengolahan nenas adalah variabel sosial budaya dan ekonomi.

2. Pemetaan pada diagram SWOT menunjukkan posisi industri berada pada kuadran III. Implikasi dari posisi tersebut dapat dirumuskan beberapa alternatif strategi yaitu (a) Pengembangan wilayah pusat-pusat pengembangan industri didasarkan pada potensi yang dimiliki, memperhatikan kelayakan ekonomi dan tata ruang, peningkatan keterkaitan pengembangan industri antar daerah; (b) Dalam melaksanakan pembangunan industri pengolahan nenas hendaklah dapat mencapai tujuan untuk meningkatkan nilai tambah (value added), menyediakan produk yang bermutu dengan nilai yang terjangkau oleh masyarakat, serta mampu bersaing baik di dalam negeri maupun di luar negeri, memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan ekspor. Untuk itu perlu mendayagunakan dengan seefisien mungkin sumber daya manusia, sumber daya alam, dan teknologi tepat guna dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; (c) Dalam melaksanakan pembangunan industri pengolahan nenas, diusahakan agar terdapat keterkaitan yang erat baik antara industri hulu dengan industri hilir, maupun juga antara industri kecil, menengah dan besar; (d) Meningkatkan dan memperkuat program-program esensial yang telah ada untuk memberdayakan petani; (e) Memberikan peluang yang lebih besar kepada petani dan industri rumah tangga yang sudah ada untuk mengembangkan industri pengolahan nenas sesuai dengan potensi yang ada.

DAFTAR PUSTAKA BPS Bengkalis, 2007. Bengkalis dalam Angka tahun 2006.

(http://www.bengkalis.go.id, diakses 8 Desember 2007). David, F.R, 2003, Strategic Management, 6th Ed, Prentice Hall Engelewood

Cliffs, New ersey, USA. Departemen Pertanian, 2007a, Budidaya Buah Unggulan,

(http://iptek.apjii.or.id/budidaya%20pertanian/BUAH/Nenas.html, diakses 7 Desember 2007).

Page 12: Nanas 2008.pdf

12

___________________, 2007b, Agribisnis Buah-Buahan, (http://agribisnis.deptan.go.id/index.php?files=Berita_Detail&id=308, diakses 7 Desember 2007).

Freddy Rangkuti, 2005, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Intan, Gumbira Said dan I.T. Saptono, 2007, Strategi Pengembangan Industri

Pengolahan Sabut Kelapa Nasional, Jurnal Manajemen & Agribisnis Volume 1 Nomor 1 April 2003, Lembaga Penelitian IPB, Bogor. (http://www.mma.ipb.ac.id/docs/jma_online_images/v1no1-42-54.pdf, diakses 19 Desember 2007).

Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan danTeknologi. 2007. Nenas ( Ananas comosus ). BPP Teknologi. (http://www.ristek.go.id, diakses 11Desember 2007).

Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT), 2007, Database Buah-Buahan

Tropika, (http://www.rusnas buah.or.id, diakses 15 Desember 2007). Pemda Bengkalis, 2007, Profil Bengkalis, (http://www.riau.go.id, diakses 8

Desember 2007).