nama

43
Nama : Andika Nursari Putri Stambuk : N 101 13 063 Learning Objective 1. Peran dokter sebagai tenaga profesional dan pusat regulasi dalam pelayanan kesehatan 2. Kebijakan kesehatan dan regulasi dalam Yankes 3. Prinsip Manajemen Yankes 4. Kualitas keamanan dan pelayanan pasien 5. Peran dokter sebagai dokter keluarga 6. Prinsip Pembiayaan kesehatan 7. Sistem rujukan dan kesinambungan Yankes 8. Perbedaan antara BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan 9. Peran doker keluarga dalam sistem perawatan kesehatan’ 10. Manfaat Asuransi kesehatan 11. Sebutkan Jenis pembiayaan kesehatan 12. Apa perbedaan antara sistem kesehatan (Asuransi kesehatan)

Upload: rahmah-thaha

Post on 09-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kSNkns

TRANSCRIPT

Nama : Andika Nursari PutriStambuk :N 101 13 063

Learning Objective

1. Peran dokter sebagai tenaga profesional dan pusat regulasi dalam pelayanan kesehatan2. Kebijakan kesehatan dan regulasi dalam Yankes3. Prinsip Manajemen Yankes4. Kualitas keamanan dan pelayanan pasien5. Peran dokter sebagai dokter keluarga6. Prinsip Pembiayaan kesehatan7. Sistem rujukan dan kesinambungan Yankes8. Perbedaan antara BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan9. Peran doker keluarga dalam sistem perawatan kesehatan10. Manfaat Asuransi kesehatan11. Sebutkan Jenis pembiayaan kesehatan12. Apa perbedaan antara sistem kesehatan (Asuransi kesehatan)

Jawaban1.profesionalisme merupakan kata kunci dalamUndang-Undang RI no. 29 tahun 2004 tentang PraktikKedokteran yang sempat membuat gerah kalangan dokter.Yang langsung tampak oleh para dokter, khususnya paraspesialis, adalah pembatasan gerak mereka dalam bentukpembatasan jumlah tempat praktik. Itu suatu reaksi yang alamidalam suatu upaya pembenahan, seperti halnya pembenahanpedagang K-5. Sebagai organisasi, Ikatan Dokter Indonesia(IDI) tentu tidak mungkin mengambil langkah reaktif. Haltersebut dibuktikan dalam muktamarnya tahun 2006 yangberhasil merumuskan visi dan misi organisasi. Visinyasungguh berat, tetapi tampaknya memang patut dituju, yaituterwujudnya dokter Indonesia dengan kompetensi globalyang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Untuk mencapaivisi itu dirancanglah 5 strategi utama (grand strategy) yaitu:11. Memperkuat infrastruktur organisasi di tingkat pusat,wilayah, dan cabang.2. Membina kompetensi dan etika dokter di Indonesiasesuai dengan standar kompetensi dan kode etikkedokteran Indonesia.3. Membangun sistem pembiayaan organisasi yangmandiri.4. Membangun sistem pelayanan kedokteran terpadu5. Membangun citra IDI sebagai organisasi profesi dokteryang aktif dalam pembangunan kesehatan.Profesionalisme bagiProfesi DokterZunilda Djanun SadikinBadan Pengembangan dan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB)Ikatan Dokter Indonesia95ETIKA KEDOKTERAN, PROFESIONALISME KEDOKTERAN, HAK ASASI MANUSIA DAN HUKUM Seperti yang akan terlihat dalam Bab I, etika telah menjadi bagianyang integral dalam pengobatan setidaknya sejak masa Hippocrates, seorang ahli pengobatan Yunani yang dianggap sebagai peloporetika kedokteran pada abad ke-5 SM,. Dari Hippocrates muncul konsep pengobatan sebagai profesi, dimana ahli pengobatan membuat janji di depan masyarakat bahwa mereka akan menempatkan kepentingan pasien mereka di atas kepentingan Belajar etika akan menyiapkan mahasiswa kedokteran untuk mengenali situasi-situasi yang sulit dan melaluinya dengan cara yang benar sesuai prinsip dan rasional Sangat sering, bahkan etika membuat standar perilaku yang lebih tinggi dibanding hukum, dan kadang etika memungkinkan dokter perlu untuk melanggar hukum yang menyuruh melakukan tindakan yang tidak etis. mereka sendiri (lihat Bab III untuk penjelasanlebih lanjut). Kedekatan hubungan antara etika dan profesionalisme akan jelas di dalam Buku Manual ini. Saat ini etika kedokteran telah banyak dipengaruhi oleh perkembangan dalam hak asasi manusia. Di dalam dunia yang multikultural dan pluralis, dengan berbagai tradisi moral yang berbeda, persetujuan hak asasi manusia internasional utama dapat memberikan dasar bagi etika kedokteran yang dapat diterima melampaui batas negara dan kultural. Lebih dari pada itu, dokter sering harus berhubungan dengan masalah-masalah medis karena pelanggaran hak asasi manusia, seperti migrasi paksa, penyiksaan, dan sangat dipengaruhi oleh perdebatan apakah pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia karena jawaban dari pertanyaan ini di beberapa negara tertentu akan menentukan siapakah yang memiliki hak untuk mendapatkan perawatan medis. Buku Manual ini akan memberikan pertimbangan yang sesuai terhadap masalah hak asasi manusia sebagimana hal itu akan mempengaruhi praktek pengobatan. Etika kedokteran juga sangatberhubungan dengan hukum. Hampir di semua negara ada hukum yang secara khusus mengatur bagaimana dokter harus bertindak berhubungan dengan masalah etika dalam perawatan pasien dan penelitian. Badan yang mengatur dan memberikan ijin praktek medis di setiap negara bisa dan memang menghukum dokter yang melanggar etika. Namun etika dan hukum tidaklah sama. Sangat sering, bahkan etika membuat standar perilaku yang lebih tinggi dibanding hukum, dan kadang etika memungkinkan dokter perlu untuk melanggar hukum yang menyuruh melakukan tindakan yang tidak etis. Hukum juga berbeda untuk tiap-tiap negara sedangkan etika dapat diterapkan tanpa melihat batas negara.

Belas kasih, memahami dan perhatian terhadap masalah orang lain, merupakan hal yang pokok dalam praktek pengobatan. Agar dapat mengatasi masalah pasien, dokter harus mengidentifikasi gejala yang dialami pasien dan penyebabyang mendasarinya dan harus bersedia membantu pasienmendapatkan pertolongan. Pasien akan merespon dengan lebih baik jika dia merasa bahwa dokternya menghargai masalah mereka dan tidak hanya sebatas melakukan pengobatan terhadap penyakit mereka. Kompetensi yang tinggi diharapkan dan harus dimiliki oleh dokter. Kurang kompeten dapat menyebabkan kematian atau morbiditas pasien yang serius. Dokter menjalani pelatihan yang lama agar tercapai kompetensinya, namun mengingat cepatnya perkembangan pengetahuan medis, merupakan suatu tantangan sendiri untuk dokter agarselalu menjaga kompetensinya. Terlebih lagi tidak hanya pengetahuan ilmiah dan ketrampilan teknis yang harus dijaga namun juga pengetahuan etis, ketrampilan, dan juga tingkah laku, karenamasalah etis baru muncul sejalan dengan perubahan dalam praktek kedokteran dan juga lingkungan sosial dan politik. Otonomi, atau penentuan sendiri, merupakan nilai inti dari pengobatan yang berubah dalam tahun-tahun terakhir ini. Dokter secara pribadi telah lama menikmati otonomi klinik yang tinggi dalam menetukan bagaimana menangani pasien mereka. Dokter secara kolektif (profesi kesehatan) bebas dalam menentukan standar pendidikan dokter dan praktek pengobatan. Sebagaimana akan tampak dalam Manual ini, kedua jalan melatih otonomi dokter ini telah dimodernkan di berbagai negaraoleh pemerintah dan penguasa melakukan kontrol terhadap dokter. Selain tantangan-tantangan ini, dokter masih menghargai otonomi profesional dan klinik mereka, dan mencoba untuk tetap menjaganya sebanyak mungkin. Pada saat yang sama, juga terjadi penerimaanoleh dokter di penjuru dunia untuk menerima otonomi dari pasien, yang berarti pasien seharusnya menjadi pembuat keputusan tertinggi dalam masalah yang menyangkut diri mereka sendiri. Manual ini akan memberikan contoh adanya konflik yang potensial terjadi antara otonomi dokter dan penghargaan terhadap otonomi pasein. Selain terikat dengan ketiga nilai inti tersebut, etika kedokteran berbeda dengan etika secara umum yang dapat diterapkan terhadap setiap orang karena adanya pernyataan di depan publik di bawah sumpahseperti World Medical AssociationDeclaration of Genevadan/atau kode. Sumpah dan kode beragam disetiap negara bahkan dalam satu negara, namun ada persamaan, termasuk janji bahwa dokter akan mempertimbangkan kepentingan pasien diatas kepentingannya sendiri, tidak akan melakukan deskriminasi terhadap pasien karena ras, agama, atau hak asasi menusia yang lain, akanmenjaga kerahasiaan informasi pasien , dan akan memberikan pertolongan darurat terhadap siapapun yang membutuhkan.

4. Kualitas pelayanan dan keamanan pasienPrinsip pelayan public : Kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggungjawab, kelengkapan sar-pras, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan, kenyamanan. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program, Tata kelola : memperkuat kebijakan. Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan: meningkatkan mutu pelayanan kesehatan berfokus pada pelayanan kesehatan primer. Sumber Daya Kesehatan: Menjamin ketersediaan sumber daya manusia dengan tingkat keterampilan yang memadai Aparatur merupakan kunci keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan Citra pengelolaan pelayanan terhadap masyarakat masih dinilai buruk Perlunya peningkatan kompe- tensi aparatur dalam pelayanan KESEHATAN bagi masyarakatPengalaman hasil survey kotak saran pengaduan masyarakat ada keluhan secara umum tentang obat (kekeliruan obat) untuk anak anak. Sebenarnya bukan kekurangn tapi disini tentang pelayana publik yang terkait dengan anggaran yang masyrakat tidak mengerti, masyarkat mau ada sesuatu yang gratis dengan pelayanan kesehatan. Kesalahan ada pada sosialisasi dan komunikasi ke masyarakat. Untuk pelayanan publik tentu ada peranan masyarakat, tidak semua keluhan masyarakat itu baik,Struktur birokrasi yang lamban, panjang, gemuk dan berbelit-belit, kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah, petugas pelayanan yang kurang ramah kewenangan keuangan1. Tuntutan aspirasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas.2. Memberikan pemahaman dan persepsi yang sama bagi penyelenggara, masyarakat, dan pihak terkait dalam penyusunan standar pelayanan.Perwakilan dari dinas kesehatan dan puskesmas pun memberikan informasi terkait dengan apa yang telah di lakukan di unitnya masing masing terkait pelayanan publik dan juga kendala yang di hadapi dalam melaksanakannya.Diperlukan adanya standar pelayanan di tiap unit pelayanan sebagai jaminan dan kepastian penyelenggaraan pelayanan, Dasar hukum standard pelayanan publik : UU No. 25 Th 2009 tentang Pelayanan Publik: Pasal 15 huruf (a) Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan. Pasal 20 1. Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan dengan memperhatikan kemampuan penyelenggara, kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan.2. Dalam menyusun dan menetapkan standar pelayanan, penyelenggara wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait.Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No. 25 Th 2009 tentang Pelayanan Publik: Pasal 22 (1) Setiap Penyelenggara wajib menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan.Pengertian Standar Pelayanan(Pasal 1 ayat (7) UU 25/2009) Tolok ukur yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, dan terjangkau, dan terukur Identifikasi kondisi penyelenggaraan pelayanan saat ini : Tujuannya adalah: untuk mengenali, mendata dan mengetahui sejauh mana kondisi, kapasitas, atau kemampuan dari unsur-unsur organisasi dan/atau fungsi manajemen yang terkait dengan komponen Standar Pelayanan yang akan disusun dalam penyelenggaraan pelayanan.Hal halyang perlu di identifikasi antara lain tugas, fungsi, kewenangan, dan dasar hukum kelembagaan; jenis pelayanan, produk pelayanan, masyarakat, dan pihak terkait; mekanisme dan prosedur, persyaratan, biaya, dan waktu; sarana prasarana dan anggaran; jumlah dan kompetensi SDM; pengawasan internal; penanganan pengaduan, saran, dan masukan; sistem jaminan pelayanan dan jaminan keamanan.Dilanjutkan pemaparan materi dari ibu dr.evita Mkes selaku kepala puskesmas moyudan slemas aktif, beliau memaparkan tentang Pengelolaan Pengaduan Masyarakat di Puskesmas MoyudanUU No.25 Tahun 2009 Organisasi penyelenggara berkewajiban menyelenggarakan pelayanan publik sesuai dengan tujuan pembentukannya. Sejarah Puskesmas 1951 : BKIA, BP, Sanitasi. 1956 : Integrasi, Komprehensif, WHO. 1969/1970 : Master *lan of Operation for Strenghtening National Health Service in Indonesia Tahun 1969http://manajemen-pelayanankesehatan.net/papua/reportase-pml-papua/1474-workshop-peningkatan-kualitas-pelayanan-kesehatan-melalui-partisipasi-masyarakat-kab-jayapura

6. Prinsip Pembiayaan KesehatanMenurut A. A. Gde Muninjaya dalam Manajemen Kesehatan (2004), ada empat sumber utama pembiayaan kesehatan :1. Pemerintah2. Swasta3. Masyarakat dalam bentuk pembayaran langsung (fee for servis) dan asuransi4. Sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman dari luar negeri.Pembiayaan yang bersumber dari asuransi kesehatan merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mengatasi mahalnya biaya pelayanan kesehatan. Alasannya antara lain:1. Pemerintah dapat mendiversifikasikan sumber-sumber pendappatkan dari sektor kesehatan.2. Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan peran kepada masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.3. Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan populasi yang lebih luas sehingga dapat mengurangi resiko secara individu.Pembiayaan pelayanan kesehatan di masa depan akan semakin mahal karena:1. Pertumbuhan nasional yang juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan mayarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.2. Perkembangan teknologi kedokteran dan perumbuhan industri kedokteran. Hampir semua teknologi kedokteran masih diimpor sehingga harganya relatif mahal karena nilai rupiah jatuh di banding dolar Amerika.3. Subsidi pemerintah semakin menurun akibat krisis ekonomi 1998.Salah satu upaya untuk melindungi dan mengatasi hal tersebut, mayarakat swasta dalam bentuk PMDN atau PMA sebaiknya berperan serta di dalam sistem pembiayaan kesehatan melalui asuransi kesehatan.Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok. Dengan cara tersebut, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.Unsur-unsur asuransi kesehatan :1. Ada perjanjian.2. Ada pembelian perlindungan.3. Ada pembayaran premi oleh masyarakat.Sacara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan yang berkembang di Indonesia :1. Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan social, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status social mayarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :1. Keikutsertaan bersifat wajib.2. Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya.3. Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan. Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNS.4. Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga kerja.5. Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resiko kelompok.6. Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal.7. Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruh.8. Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi kesehatan sosial di Indonesia. Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan.Di Indonesia, asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun dikelola oleh PT. Askes2. Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health Insurance)Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli preminya baik oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas.Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :1. Kepesetaannya bersifat perorangan dan sukarela.2. Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar jenis tanggungan yang dipilih.3. Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan.4. Dilkaukan pemeriksaan kesehatan awal.5. Santunan diberikan sesuai kontrak.6. Peranan pemerintah relatif kecil.Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI Life, Tugu mandiri dan sebagainya.3. Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary Health Insurance)1. Jenis ini merupakan alternatif lain. Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :2. Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok.3. Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut.4. Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok masyarakat.5. Santunan diberikan sesuai kontrak.6. Tidak diperlukan pemeriksaan awal.7. Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-undang.Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh PT. Askes.Kendala utama pengembangan bisnis asuransi kesehatan si Indonesia adalah :1. Kesadaran masyarakat untuk berasuransi rendah. Masyarakat kelas menenengah ke bawah masih mempunyai pandangan bahwa mereka tidak mau berasuransi sebelum jatuh sakit.2. Tingginya inflasi harga pelayanan kesehatan sampai 300 500 %.3. Digunanakan teknologi kedokteran yang baru yang hampir semua komponen masih diimpor sehingga menyebabkan beay pelayanan menjadi sangat mahal.Untuk mengelola perasuransian di Indonesia, pihak manajemen harus selalu memperhatikan tingkat kepuasan pelanggannya. Ada empat faktor yang mungkin akan mempengarugi kepuasan pelanggan asuransi :1. Assymmetri information. Informasi yang dimiliki oleh pelanggan jasa asuransi sangat terbatas sehingga pengetahuannya tidak seimbang. Merka hanya mengerti : Yang penting saya sembuh.2. Externality. Anggapan dan harapan jika sakitakan menjadi tanggungan keluarga besar sudah tidak relevan lagi karena sistem nilai masyarakat sudah indivudualistik. Misalnya, jika ada anggota kelluarga yang dirawat di RS, abanyak anggota yang menunggu di bangsal, tetapi jika diminta untuk mendonorkan darahnya banyak yang menolak alasan dengan alasan yang tidak masuk akal.3. Ignorance. Banyak asuransi kurang peduli dengan kesehatannya karena mereka kurang memahaminya. Jika sakit dan mendapatkan perawatan dokter sering erpikir yang penting sembuh sehingga jika diperiksa apa saja mau dan pasrah.4. Cost. Akibat dari ketiga faktor di atas, akhirnya beujung pada peningkatan biaya perawatan yang kadang-kadang di luar aturan asuransi. Akibatnya timbul keluhan dan menjadi sumber ketidak puasan pelanggan. Mungkin tindakan medis / perawatan yang diterima sudah benar tetapi karena pasiennya kurang peduli dengan aturan asuransi, pengguna jasa asuransi kurang puas.http://ad4805mr.wordpress.com/2010/02/18/pembiayaan-kesehatan/

7. Sistem Rujukan dan Kesinambungan Yankes

11. Jenis Pembiayaan KesehatanBerbagai Sistem Pembiayaan untuk Mencapai Equity dan Universal CoverageDr Sigit Riyarto M.KesPengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Jenis-jenis Pembiayaan Kesehatan dengan Metode Risk PoolingState funded systemsSocial Health InsuranceCommunity Health InsuranceVoluntary Health InsurancePengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011State-funded systems (biaya kesehatan ditanggung negara)Keuntungan dari sistem ini adalah biasanya mencakup lebih banyak orang (universal coverage), serta dapat mengandalkan pada banyak sumber pembiayaan, serta secara relatif mudah dikelola. Namun di sisi lain karena tergantung pada anggaran yang secara tahunan harus bersaing dengan dinas lain, maka sifatnya kurang stabil dan bahkan sering tidak memadai. PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011State-funded systems (biaya kesehatan ditanggung negara)..contdDi banyak negara sistem ini ternyata tidak efisien. Selain itu, state funded systemscenderung menguntungkan yang kaya daripada yang miskin. Oleh karena itu, untuk menjaga agar sistem ini berjalan baik di negara berpenghasilan rendah, harus ada kondisi yang mendukung misalnya pertumbuhan ekonomi yang baik, administrasi pajak yang profesional, dan institusi yang kompeten. Selain itu yang penting terdapat upaya khusus untuk membantu orang miskin, untuk mencegah a poor system for poor people (Mossialos and Dixon 2002).PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Social health insurance (SHI)Bentuk asuransi ini berupa iuran wajib dari setiap warga negara kepada lembaga asuransi yang terpisah dari lembaga pemerintah. Sistem ini bertujuan untuk mencakup sebanyak mungkin orang dengan sistem subsidi silang antara yang kaya dan yang miskin. Selain itu membuat sumber biaya kesehatan lebih stabil dan masyarakat lebih mandiri. Tapi tujuan ini hanya bisa dicapai lewat tahapan dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada karakteristik politik, sosial dan ekonomi di suatu negara. PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Social health insurance (SHI)Di banyak negara dengan pendapatan rendah, terutama yang ekonominya stagnan dan jumlah pekerja informal banyak, akan terdapat kendala besar bagi tercapainya tujuan ini . Oleh karena itu, sebelum mengimplementasikan sistem ini pemerintah harus mengkaji secara mendalam.PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Social health insurance (SHI)Pengkajian ini akan memutuskan apakah reformasi perlu segera dilakukan atau harus menunggu semua lingkungan kondusif. Pengalaman menunjukkan bahwa pada tahap awal implementasinya, SHI cenderung mengalihkan sumber daya dari segmen populasi yang miskin ke yang kaya. Sistem SHI juga harus didukung oleh upaya pengendalian biaya (cost containment)PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Community-based health insurance.Sistem ini memberikan proteksi finansial kepada mereka yang tidak mempunyai akses lain ke pelayanan kesehatan. Walaupun demikian, kebanyakan community based health insurance preminya dan benefitnya kecil dan seringkali tidak bisa bertahan. Asuransi ini juga sering tidak efektif dalam mencapai populasi yang termiskin. Asuransi semacam ini dapat dikembangkan bila banyak sektor informal serta tidak terdapat institusi yang memadai untuk mengelola asuransi. Tetapi syaratnya harus ada komitmen dan solidaritas tinggi diantara masyarakat. PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Community-based health insurance.Intervensi pemerintah seperti pemberian subsidi, bantuan teknis dan inisiatif untuk menghubungkan antara community based insurance dengan sistem pembiayaan kesehatan yang lebih formal adalah penting untuk meningkatkan efisiensi dan keberlangsungan sistem ini. Banyak literatur menganggap bahwa model ini lebih baik daripada tidak ada sama sekaliNamun demikian community based insurance harus dianggap sebagai pelengkap bukan pengganti dari yang sudah ada (Preker and others 2004). Tantangan yang paling besar adalah bagaimana merancang community based insurance agar berubah menjadi sistem pembiayaan yang lebih komprehensif dan canggih. PengembanganKapasitasKepalaDinasKesehatanProvinsidanKabupaten/ Kota DalamKebijakandanManajemenKesehatanPMPK FK UGM -BadanPSDM KemenkesRI 2011Asuransi Kesehatan SukarelaSistem ini memerlukan adanya perusahaan komersial yang kompeten. Sistem ini dapat mengambil untung dari (tetapi tidak tergantung dari) kapasitas pemerintah yang kuat. Tidak seperti asuransi sosial yang lebih sulit dikembangkan. Asuransi sukarela tidak tergantung pada solidaritas sosial atau nasional dan pasar formal yang stabil, walaupun kondisi semacam ini membantu. Namun demikian, sistem ini, kecuali disubsidi oleh pemerintah, hanya dapat mengandalkan pada kemampuan membayar masyarakat dan kalangan bisnis. Selain itu sistem ini rentan terhadap kegagalan pasar dan isu keadilan. (Tapay and Colombo 2004).Oleh karenanya harus dikembangkan secara hati-hati dan perlu ada peraturan pemerintah yang kuat. http://pusdiklat-aparaturkes.net/Downloads/Diklat%20Kepemimpinan/Pelatihan%20PKP%20Kepala%20Dinkes/MODUL.3%20PKP%20KADINKES/POKOK%20BAHASAN%20DAN%20ATAU%20SUB%20POKOK%20BAHASAN/Berbagai%20Sistem%20Pembiayaan%20Untuk%20Mencapai%20Equity%20dan%20Universal%20Coverage%20%203/Pokok%20Bahasan%203.pdf

5. Peran dokter sebagai dokter keluarga9. Sitem perawatan kesehatan

BAB I KEDOKTERAN KELUARGA DAN WAWASANNYA Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret [email protected] http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdfBatasan pelayanan dokter keluarga banyak macamnya. Dua di antaranya yang dipandang cukup penting adalah: 1.Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenispenyakit tertentu saja (The American Academy of Family Physician, 1969). 2.Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialisyang luas yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakitdalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa, yang secara keseluruhan membentuk kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku,biologi dan ilmu - ilmu klinik, dan karenanya mampu mempersiapkan dokter untuk mempunyai peranan yang unik dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan konseling, serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 5 yang mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan (The American Academy of Family Physician, 1969).Kedua batasan ini sekalipun dikemukakan oleh satu organisasi yang sama, yakni The American Academy of Family Physician, rumusannya tidaklah sama. Rumusan yang pertama, karenamenunjuk pada karakteristik pelayanan, lebih ditujukan untuk kepentingan penyelenggaraan pelayanan. Sedangkan rumusan yang kedua, karena lebih menunjuk pada penerapan disiplin ilmu, lebih ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan.Pelaksana pelayanan dokter keluarga adalah dokter keluarga (family doctor, family physician). Prinsip prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip prinsip ini dalam banyak terbitannya. Prinsip prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip prinsip pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan / mewujudkan : 1.Pelayanan yang holistik dan komprehensif 2.Pelayanan yang kontinu 3.Pelayanan yang mengutamakan pencegahan 4.Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif 5.Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya 6.Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya 7.Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum 8.Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan 9.Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan, maka disusun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk dapat disebut menjadi dokter keluarga.

Apa Itu BPJS Kesehatan?1. BPJS Kesehatan adalah pengganti layanan kesehatan dari PT. Askes dan juga PT. Jamsostek.2. BPJS Kesehatan adalah program SJSN yang dikhususkan untuk pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia yang menitikberatkan kepada pemerataan pelayanan kesehatan.3. BPJS Kesehatan adalah program untuk semua masyarakat tanpa terkecuali.4. BPJS Kesehatan memiliki 2 jenis, yaitu DPI dan non-DPI. Dimana anggota DPI iuran dibayarkan oleh pemerintah sedangkan non-DPI iuran membayar sendiriApa Itu BPJS Ketenagakerjaan?1. BPJS Ketenagakerjaan adalah pengganti PT Jamsostek.2. BPJS Ketenagakerjaan adalah program SJSN yang dikhususkan untuk pelayanan bagi tenaga kerja atau karyawan dalam bentuk jaminan asuransi untuk hari tua. Jadi intinya BPJS Ketenagakerjaan fokus untuk jaminan pensiunan bagi para karyawan.3. BPJS Ketenagakerjaan adalah program khusus untuk tenaga kerja dan pegawai, baik negeri maupun swasta.4. Untuk jenis serta nominal iurannya masih belum ditentukan karena baru akan diumumkan di awal tahun 2015.Nah, dengan pengertian diatas kita bisa menyimpulkan bahwa BPJS Ketenagakerjaan bisa dibilang Asuransi Hari Tua bagi Karyawan swasta / pemegang kartu jamsostek yg lama.- See more at: http://topikpedia.blogspot.com/2014/02/pengertian-perbedaan-bpjs-kesehatan-ketenagakerjaan.html#sthash.KhdHAgsu.dpufhttp://topikpedia.blogspot.com/2014/02/pengertian-perbedaan-bpjs-kesehatan-ketenagakerjaan.html

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi : a.Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup: 1. Administrasi pelayanan 2. Pelayanan promotif dan preventif 3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis 4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif 5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 6. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis 7. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama 8. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi b.Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup: 1. Rawat jalan, meliputi: a) Administrasi pelayanan b)Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai e) Pelayanan alat kesehatan implant f)Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis g) Rehabilitasi medis h) Pelayanan darah i) Peayanan kedokteran forensik j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan 2. Rawat Inap yang meliputi: a) Perawatan inap non intensif b) Perawatan inap di ruang intensif c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri PesertaDiposting tanggal: 08 Mei 2014Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi : 1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. 2.Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari : Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya a) Pegawai Negeri Sipil; b) Anggota TNI; c) Anggota Polri; d) Pejabat Negara; e) Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri; f) Pegawai Swasta; dan g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima Upah. TermasukWNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganyaa) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. Bukan pekerja dan anggota keluarganya a) Investor; b) Pemberi Kerja; c) Penerima Pensiun, terdiri dari : Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun; Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun; Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun; Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun; Penerima pensiun lain; dan Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang mendapat hak pensiun. d) Veteran; e) Perintis Kemerdekaan; f) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan; dan g) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu membayar iuran. ANGGOTA KELUARGA YANG DITANGGUNG 1. Pekerja Penerima Upah : Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat), sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang. Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, dengan kriteria: a.Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; b.Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal. 2.Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja : Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan (tidak terbatas). 3.Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua. 4.Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi kerabat lain seperti Saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.

http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-13-manfaat.html

ProgramSektor InformalSektor InformalSektor InformalPengertianTenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (LHK) adalah orang yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada usaha-usaha ekonomi informal.Tujuan Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko antara lain kecelakaan kerja, hari tua dan meninggal dunia. Memperluas cakupan kepesertaan program BPJS Ketenagakerjaan.Jenis Program& Manfaat (sesuai PP 14/1993): Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya rehabilitasi, penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), santunan cacat tetap sebagian, santunan cacat total tetap, santunan kematian (sesuai label), biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat total tetap Jaminan Kematian (JK), terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta hasil pengembangannyaKepesertaan Sukarela Usia maksimal 55 tahun Dapat mengikuti program Jamsostek secara bertahap dengan memilih program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta Dapat mendaftar sendiri langsung ke BPJS Ketenagakerjaanatau mendaftar melalui wadah/kelompok yang telah melakukan Ikatan Kerjasama (IKS) dengan BPJS KetenagakerjaanIuranIuran TK LHK ditetapkan berdasarkan nilai nominal tertentu berdasarkan upah sekurang-kurangnya setara dengan Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/KotaBesaran IuranJaminan Kecelakaan kerja: 1%Jaminan Hari tua : 2% (Minimal)Jaminan Kematian: 0.3%Ket: Iuran ditanggung sepenuhnya oleh pesertaCara Pembayaran Setiap bulan atau setiap tiga bulan dibayar di depan Dibayarkan langsung oleh peserta sendiri atau melalui Penanggung Jawab Wadah/Kelompok secara lunas Pembayaran iuran melalui Wadah/Kelompok dibayarkan pada tanggal 10 bulan berjalan disetorkan ke Wadah/Kelompok, dan tanggal 13 bulan berjalan Wadah/Kelompok setor ke BPJS Ketenagakerjaan Pembayaran iuran secara langsung oleh Peserta baik secara bulanan maupun secara tiga bulanan dan disetor paling lambat tanggal 15 bulan berjalan Dalam hal peserta menunggak iuran, masih diberikan grace periode selama 1 (satu) bulan untuk mendapatkan hak jaminan program yang diikuti Peserta yang telah kehilangan hak jaminan dapat memperoleh haknya kembali jika peserta kembali membayar iuran termasuk satu bulan iuran yang tertunggak dalam masa grace periodeJaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan kerja, Jaminan Kematian TK-LHK, Jasa KonstruksiProgram Jaminan Hari TuaProgram Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.Program Jaminan Hari TuaDefinisiProgram Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.Iuran Program Jaminan Hari Tua: Ditanggung Perusahaan = 3,7% Ditanggung Tenaga Kerja = 2%Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya.Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja: Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan masa tunggu 1 bulan. Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI Tata Cara Pengajuan Jaminan 1. Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan formulir 5 BPJS Ketenagakerjaan kepada kantor BPJS Ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan: a. Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli b. Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi) c. Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial d. Kartu Keluarga (KK)2.Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total dilampiri denganSurat Keterangan Dokter 3.Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan wilayah Republik Indonesia dilampiri dengan: a. Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia b. Photocopy Paspor c. Photocopy VISA4.Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum usia 55 thn dilampiri: a. Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/Kepolisian/Kelurahan b. Photocopy Kartu keluarga5.Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun telah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan: a. Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan b. Surat pernyataan belum bekerja lagic. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai Negeri Sipil/POLRI/ABRI Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut BPJS Ketenagakerjaan melakukan pembayaran JHT

Program Jaminan Kecelakaan KerjaPengertianKecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24%- 1,74% sesuai kelompok jenis usaha. Manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran.1. Biaya Transport (Maksimum) Darat/sungai/danau Rp 750.000,-Laut Rp 1.000.000,-Udara Rp 2.000.000,-2. Sementara tidak mampu bekerja Empat (4) bulan pertama, 100% x upah sebulanEmpat (4) bulan kedua, 75% x upah sebulanSeterusnya 50% x upah sebulan 3. Biaya Pengobatan/Perawatan Rp 20.000.000,- (maksimum) dan Pergantian Gigi tiruan Rp. 2.000.000,- (Maksimum)4. Santunan Cacat Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah Total-tetap:o Sekaligus: 70% x 80 bulan upaho Berkala (24 bulan) Rp 200.000,- per bulan*Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah5. Santunan Kematian o Sekaligus 60% x 80 bulan upaho Berkala (24 bulan) Rp. 200.000,- per bulan*o Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*6. Biaya Rehabilitasi diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi RS Umum Pemerintah dan ditambah 40% dari harga tersebut, serta biaya rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp 2.000.000,- o Prothese/alat penganti anggota badan o Alat bantu/orthose (kursi roda) 7. Penyakit akibat kerja, besarnya santunan dan biaya pengobatan/biaya perawatan sama dengan poin ke-2 dan ke-3. Iurano Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan; o Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan; o Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan; o Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan; o Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan; *) sesuai dengan PP Nomor84 tahun 2010Tata Cara Pengajuan Jaminan 1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form BPJS Ketenagakerjaan 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada BPJS Keteneagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada BPJS Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.3. Form BPJS Ketenagakerjaan 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan disertai bukti-bukti:1. Fotokopi kartu peserta (KPJ) 2. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form BPJS Ketenagakerjaan 3b atau 3c 3. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutanProgram Jaminan KematianProgram Jaminan KematianDefinisiJaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp14.200.000,- santunan kematian dan Rp2 jutabiaya pemakaman* dan santunan berkala .

Manfaat Program JK*Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti: 1. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,- 2. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,- 3. Santunan Berkala: Rp 200.000,-/ bulan (selama 24 bulan)*) sesuai dengan PP Nomor 53 Tahun 2012Tata Cara Pengajuan Jaminan Kematian Pengusaha/keluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form 4 kepada BPJS Ketenagakerjaan disertai bukti-bukti: 1. Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan (KPJ) Asli tenaga Kerja yang Bersangkutan 2. Surat keterangan kematian dari Rumah sakit/Kepolisian/Kelurahan 3. Salinan/Copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja bersangkutan yang masih berlaku 4. Identitas ahli waris (photo copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga) 5. Surat Keterangan Ahli Waris dari Lurah/Kepala Desa setempat 6. Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa (apabila pengambilan JKM ini dikuasakan)BPJS Ketenagakerjaan hanya akan membayar jaminan kepada yang berhakSektor InformalSektor InformalSektor InformalPengertianTenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (LHK) adalah orang yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada usaha-usaha ekonomi informal.Tujuan Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko antara lain kecelakaan kerja, hari tua dan meninggal dunia. Memperluas cakupan kepesertaan program BPJS Ketenagakerjaan.Jenis Program& Manfaat (sesuai PP 14/1993): Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya rehabilitasi, penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), santunan cacat tetap sebagian, santunan cacat total tetap, santunan kematian (sesuai label), biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat total tetap Jaminan Kematian (JK), terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta hasil pengembangannyaKepesertaan Sukarela Usia maksimal 55 tahun Dapat mengikuti program Jamsostek secara bertahap dengan memilih program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta Dapat mendaftar sendiri langsung ke BPJS Ketenagakerjaanatau mendaftar melalui wadah/kelompok yang telah melakukan Ikatan Kerjasama (IKS) dengan BPJS KetenagakerjaanIuranIuran TK LHK ditetapkan berdasarkan nilai nominal tertentu berdasarkan upah sekurang-kurangnya setara dengan Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/KotaBesaran IuranJaminan Kecelakaan kerja: 1%Jaminan Hari tua : 2% (Minimal)Jaminan Kematian: 0.3%Ket: Iuran ditanggung sepenuhnya oleh pesertaCara Pembayaran Setiap bulan atau setiap tiga bulan dibayar di depan Dibayarkan langsung oleh peserta sendiri atau melalui Penanggung Jawab Wadah/Kelompok secara lunas Pembayaran iuran melalui Wadah/Kelompok dibayarkan pada tanggal 10 bulan berjalan disetorkan ke Wadah/Kelompok, dan tanggal 13 bulan berjalan Wadah/Kelompok setor ke BPJS Ketenagakerjaan Pembayaran iuran secara langsung oleh Peserta baik secara bulanan maupun secara tiga bulanan dan disetor paling lambat tanggal 15 bulan berjalan Dalam hal peserta menunggak iuran, masih diberikan grace periode selama 1 (satu) bulan untuk mendapatkan hak jaminan program yang diikuti Peserta yang telah kehilangan hak jaminan dapat memperoleh haknya kembali jika peserta kembali membayar iuran termasuk satu bulan iuran yang tertunggak dalam masa grace periodeSektor KonstruksiAdalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196/MEN/1999 Tanggal 29 September 1999Tahap KepesertaanSetiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua tenaga kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada proyek tersebut kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)Adapun proyek- proyek tersebut meliputi : Proyek-proyek APBD Proyek-proyek atas Dana Internasional Proyek-proyek APBN Proyek-proyek swasta, dllCara Menjadi Peserta Pemborong bangunan (kontraktor) mengisi Formulir pendaftaran kepesertaan Jasa Konstruksi yang bisa diambil pada kantor BPJS Ketenagakerjaan setempat sekurang- kurangnya 1 (satu) minggu sebelum memulai pekerjaan Formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat Perintah Kerja (SPK) atau Surat Perjanjian Pemborong (SPP)Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung sepenuhnya oleh kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut:1. Pekerjaan Konstruksi sampai dengan Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) sebesar 0,24% dari nilai kontrak kerja konstruksi2. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebesar penetapanangka 1ditambah 0,19% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah)3. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sebesar penetapanangka 2ditambah 0,15% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)4. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai dengan Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar penetapanangka 3ditambah 0,12% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)5. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar penetapan huruf d ditambah 0,10% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah)Nilai Kontrak Kerja Konstruksi yang dipergunakan sebagai dasar perhitunganiuran tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%.Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, sbb:1. Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja2. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6 (enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima) , sedangkan yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu)3. Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan penetapan upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah sebulan dihitung dari upah rata- rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata- rata 12 (dua) belas bulan terakhir4. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu, penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam perjanjian kerjahttp://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/content/i.php?mid=3