nad.litbang.pertanian.go.idnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/20-laporan akhir...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETASUNGGUL BARU PADI TOLERAN GENANGAN AIR
DI LAHAN RAWA PROVINSI ACEH
IIrr.. MM.. NNaassiirr AAllii
BBAALLAAII PPEENNGGKKAAJJIIAANN TTEEKKNNOOLLOOGGII PPEERRTTAANNIIAANN ((BBPPTTPP)) AACCEEHHBBAADDAANN PPEENNEELLIITTIIAANN DDAANN PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPEERRTTAANNIIAANN
KKEEMMEENNTTEERRIIAANN PPEERRTTAANNIIAANN22001144
1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETASUNGGUL BARU PADI TOLERAN GENANGAN AIR
DI LAHAN RAWA PROVINSI ACEH
IIrr.. MM.. NNaassiirr AAllii
BBAALLAAII PPEENNGGKKAAJJIIAANN TTEEKKNNOOLLOOGGII PPEERRTTAANNIIAANN ((BBPPTTPP)) AACCEEHHBBAADDAANN PPEENNEELLIITTIIAANN DDAANN PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPEERRTTAANNIIAANN
KKEEMMEENNTTEERRIIAANN PPEERRTTAANNIIAANN22001144
1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETASUNGGUL BARU PADI TOLERAN GENANGAN AIR
DI LAHAN RAWA PROVINSI ACEH
IIrr.. MM.. NNaassiirr AAllii
BBAALLAAII PPEENNGGKKAAJJIIAANN TTEEKKNNOOLLOOGGII PPEERRTTAANNIIAANN ((BBPPTTPP)) AACCEEHHBBAADDAANN PPEENNEELLIITTIIAANN DDAANN PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPEERRTTAANNIIAANN
KKEEMMEENNTTEERRIIAANN PPEERRTTAANNIIAANN22001144
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul ROPP : Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul BaruPadi Toleran Genangan Air di Lahan RawaProvinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jl. Panglima Nyak Makam No. 27 Kotak Pos 41Lampineung Banda Aceh
4. Sumber Dana : DIPA BBP2TP5. Status Kegiatan (L/B) : Lanjutan6. Penanggung Jawab :
a. Nama : Ir. M. Nasir Alib. Pangkat/Golongan : Pembina, Gol. IV/ac. Lokasi : Kabupaten Aceh Jaya
7. Agroekosistem : Lahan Sawah Dataran Rendah8. Jangka Waktu : 2 (dua) tahun9. Tahun Mulai : 201410. Tahun Selesai : 201411. Output Tahunan : Teridentifikasi varietas padi toleran genangan di
lahan rawa dan terlaksananya uji beberapavarietas padi toleran genangan.
12. Output Akhir : Termanfaatkannya lahan rawa demi menunjangprogram nasional dan meningkatnyapendapatan petani.
13. Biaya : Rp. 100.300.000 ( seratus juta tiga ratus riburupiah )
Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan,
Ir. T. Iskandar, M.Si Ir.M. Nasir AliNIP. 19580121 198303 1 001 NIP. 19580808 197903 1 005
Kepala BPTP,
Ir. Basri A. Bakar, M.SiNIP. 19600811 198503 1 001
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya penyusunan
Laporan tengah tahunan Kegiatan Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi
Toleran Genangan air di Lahan Rawa di Provinsi Aceh tahun 2014 yang dilaksanakan di
Kabupaten Aceh Jaya.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif seluruh
Dinas/Instansi yang terkait terutama Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh
Jaya dan Badan Penyuluhan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Jaya, petani kooperator
dan penyuluh/peneliti yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam
pelaksanaan kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini
mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan
penyusunan laporan tengah tahun ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan ini
memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Desember 2014Penanggung Jawab,
Ir. M. Nasir Ali
NIP.19580808 197903 1 005
RINGKASAN
4
1. JUDUL RDHP :Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru PadiToleran Genangan Air di Lahan Rawa Provinsi Aceh
2. UNIT KERJA : Balai pengkajian teknologi pertanian aceh
3. LOKASI : Provinsi aceh
4. AGROEKOSISTEM : Lahan rawa
5. STATUS : Baru
6. TUJUAN :- Untuk menguji tingkat adaptasi beberapa varietaspadi terhadap genangan air di lahan rawa.
- Untuk dapat memberdayakan lahan rawa dengan
tanaman padi yang toleran genangan.
- Meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan
petani.
- Menghasilkan karya tulis ilmiah yang dapat
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional yang
diterbitkan Badan Litbang Pertanian atau
internasional yang terakreditasi dan atau dalam
seminar ilmiah.
7. Keluaran : - Teridentikasinya varietas padi toleran terhadap
genangan di lahan rawa
- Pemanfaatan lahan rawa untuk tanaman padi
dengan teknologi anjuran tepat guna
- Adanya peningkatan produktivitas padi dan
pendapatan petani
- Terpublikasinya hasil kegiatan
8. Hasil : - Terjadinya percepatan penerapan inovasi teknologiyang mampu meningkatkan produksi padi rawa 1,0ton/ha pada lokasi kegiatan
9. Prakiraan Manfaat : Pemanfaatan lahan rawa dengan penanaman beberapavarietas padi tahan genangan yang adaptif spesifiklokasi dan berkelanjutan.
5
10. Prakiraan Dampak : Meningkatnyaproduksi padi secara meluas akibatpemanfaatan lahan rawa dalam upaya meningkatkanpendapatan petani.
11. Prosedur : Upaya peningkatan produksi beras nasionaldihadapkan pada masalah cekaman biotik dan abiotikyang dapat mengganggu pertumbuhan dan hasiltanaman padi. Tanaman padi dapat beradaptasi padaberagam agroekosistem, antara lain lahan sawahirigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering (gogo),dan lahan rawa. Untuk lahan rawa khususnya rawalebak, cekaman rendaman air menjadi faktor pembatasutama terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi(Harahap dan Silitonga, 1998). Data dari DirektoratPerlindungan Tanaman (1996-2006) menunjukkanrata-rata area tanaman padi yang rusak setiap tahunakibat banjir mencapai 268.823 ha, dengan kerugianrata-rata mencapai 1,1 juta ton beras setiap tahun(Widiarta, 2008). Faktor utama penyebab kerusakantanaman padi akibat rendaman adalah terhambatnyapertukaran udara, baik berupa karbondioksida (CO2),maupun oksigen (O2) terhadap proses fotosintesisdan respirasi tanaman (Setter et.al. 1977). ProvinsiAceh, saat ini memiliki luas areal sawah mencapai408.000 ha tersebar di 23 kabupaten. Lahan rawabanyak dijumpai di Kabupaten Aceh Jaya dan AcehBarat, yang diperkirakan sekitar 4.000 ha. Lahan inibelum dimanfaatkan petani secara optimal karenakondisinya sering banjir dan tergenang, sehinggadibiarkan tanpa ditanami. BPTP Aceh memilikitanggung jawab memberdayakan lahan rawa melaluiuji beberapa varietas padi yang toleran terhadapgenangan seperti varietas Inpara-4, Inpara-5 danCiherang untuk diujiadaptasikan, sehingga petanidapat memanfaatkan lahan tersebut demi menunjangprogram nasional sekaligus meningkatkan pendapatan.
12. Jangka Waktu : 2 tahun
13. Biaya : Rp 103.300.000.000,-(seratus tiga juta tiaga ratus riburupiah)
6
KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI TOLERANGENANGAN AIR DI LAHAN RAWA PROVINSI ACEH
SUMMARY
M. Nasir Ali dkk.Upaya peningkatan produksi beras nasional dihadapkan padamasalah cekaman biotik dan abiotik yang dapat mengganggu pertumbuhan dan hasiltanaman padi. Tanaman padi dapat beradaptasi pada beragam agroekosistem, antara lainlahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering (gogo), dan lahan rawa.Untuk lahan rawa khususnya rawa lebak, cekaman rendaman air menjadi faktor pembatasutama terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Harahap dan Silitonga, 1998).Data dari Direktorat Perlindungan Tanaman (1996-2006) menunjukkan rata-rata areatanaman padi yang rusak setiap tahun akibat banjir mencapai 268.823 ha, dengankerugian rata-rata mencapai 1,1 juta ton beras setiap tahun (Widiarta, 2008). Faktorutama penyebab kerusakan tanaman padi akibat rendaman adalah terhambatnyapertukaran udara, baik berupa karbondioksida (CO2), maupun oksigen (O2) terhadapproses fotosintesis dan respirasi tanaman (Setter et.al. 1977). Provinsi Aceh, saat inimemiliki luas areal sawah mencapai 408.000 ha tersebar di 23 kabupaten. Lahan rawabanyak dijumpai di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat, yang diperkirakan sekitar 4.000ha. Lahan ini belum dimanfaatkan petani secara optimal karena kondisinya sering banjirdan tergenang, sehingga dibiarkan tanpa ditanami. BPTP Aceh memiliki tanggung jawabmemberdayakan lahan rawa melalui uji beberapa varietas padi yang toleran terhadapgenangan seperti varietas Inpara-4, Inpara-5 dan Ciherang untuk diujiadaptasikan,sehingga petani dapat memanfaatkan lahan tersebut demi menunjang program nasionalsekaligus meningkatkan pendapatan.
Kata kunci : Adaptasi varietas, padi, tahan genangan, lahan rawa, Aceh Jaya.
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... I
KATA PENGANTAR .................................................................................. II
RINGKASAN............................................................................................ III
DAFTAR ISI ........................................................................................... VI
DAFTAR TABEL ...................................................................................... VII
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. VIII
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 11.1 Latar Belakang............................................................................ 11.2 Dasar Pertimbangan.................................................................... 21.3 Tujuan ...................................................................................... 31.4Keluaran Yang Diharapkan ............................................................ 31.5 PerkiraanOutcome....................................................................... 31.6 Manfaat...................................................................................... 41.7 Dampak .................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 52.1. Potensi Lahan Rawa ................................................................... 52.2. Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa.................................... 6
2.3. Inpara (Inbrida Padi Rawa) ................................................ 6
III. METODOLOGI .................................................................................. 83.1. Kerangka Pemikiran................................................................... 83.2. Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................ 83.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan.................................... 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 114.1. Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan .............................................. 11
4.2. Hasli Pengamatan ...................................................................... 12
VI. KESIMPULAN ................................................................................... 20DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21
8
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal pelaksanaan kegiatan kajian AdaptasiBeberapa VUB Padi Toleran Genangan Air di lahanRawa Provinsi Aceh. .............................................................................. 12
2. Rata-rata umur 50% berbunga (dari 10 tanaman sampel)pada kegiatan Kajian Adaptasi Beberapa VUB PadiToleran Genangan di Lahan Rawa Provinsi Aceh ..................................... 13
3. Rata-rata tinggi tanaman 1 minggu sebelum panen(dari10 tanaman sampel) pada kegiatan KajianAdaptasi Beberapa VUB Padi Toleran Genangan di LahanRawa Provinsi Aceh.............................................................................. 14
4. Rata-rata jumlah malai per rumpun (dari 10 tanaman sampel)pada kegiatan Kajian Adaptasi Beberapa VUB Padi ToleranGenangan di Lahan Rawa Provinsi Aceh................................................. 14
5. Rata-rata panjang malai (dari 10 tanaman sampel) pada kegiatanKajian Adaptasi Beberapa VUB Padi Toleran Genangan di LahanRawa Provinsi Aceh.............................................................................. 15
6. Rata-rata Gabah Isi per malai (dari 10 tanaman sampel)pada kegiatan Kajian Adaptasi Beberapa VUB Padi ToleranGenangan di Lahan Rawa Provinsi Aceh................................................. 16
7. Rata-rata Hasil (Ubinan2,5 x 2,5 m) pada kegiatanKajian Adaptasi Beberapa VUB Padi Toleran Genangandi Lahan Rawa Provinsi Aceh ................................................................ 16
8. Hasil pengamatan hama dan penyakit tanaman dilapanganpada kegiatan Kajian Adaptasi Beberapa VUB PadiToleran Genangan di Lahan Rawa Provinsi Aceh ..................................... 17
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tinggi tanaman (menjelang panen) ........................................................ 23
2. Umur berbunga 50%............................................................................. 24
3. Jumlah malai per rumpun ...................................................................... 25
4. Panjang malai (cm) ............................................................................... 26
5. Jumlah Gabah Isi per malai .................................................................... 27
6. Hasil (kg/6.25 m2) ................................................................................ 28
7. Analisis Usahatani Padi MH : 2014 Padi Rawa .......................................... 29
8. Analisis Usahatani Padi MH : 2014 Padi Rawa .......................................... 30
9. Analisis Usahatani Padi MH : 2014 .......................................................... 31
10. Dokumentasi Kegiatan Lapang.............................................................. 32
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Upaya peningkatan produksi beras nasional dihadapkan pada masalah cekaman
biotik dan abiotik yang dapat mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman padi.
Tanaman padi dapat beradaptasi pada beragam agroekosistem, antara lain lahan sawah
irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering (gogo), dan lahan rawa. Untuk lahan rawa
khususnya rawa lebak, cekaman rendaman air menjadi faktor pembatas utama terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Harahap dan Silitonga, 1998).
Data dari Direktorat Perlindungan Tanaman (1996-2006) menunjukkan rata-rata
area tanaman padi yang rusak setiap tahun akibat banjir mencapai 268.823 ha, dengan
kerugian rata-rata mencapai 1,1 juta ton beras setiap tahun (Widiarta, 2008; dalam
Hairmansis, dkk. 2012). Faktor utama penyebab kerusakan tanaman padi akibat
rendaman adalah terhambatnya pertukaran udara, baik berupa karbondioksida (CO2),
10
maupun oksigen (O2) terhadap proses fotosintesis dan respirasi tanaman (Setteret.al.
1977; dalam Hairmansis, 2012). Provinsi Aceh, saat ini memiliki luas areal sawah
mencapai 408.000 ha tersebar di 23 kabupaten. Lahan rawa banyak dijumpai di
Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya, yang diperkirakan sekitar 4.000 ha. Lahan ini
belum dimanfaatkan petani secara optimal karena kondisinya sering banjir dan tergenang,
sehingga dibiarkan tanpa ditanami apa-apa.
Salah satu strategi adaptasi yang dapat digunakan untuk menekan kehilangan hasil
akibat banjir adalah dengan menanam varietas unggul padi yang toleran terhadap
rendaman (Zeigler, 2009; dalam Hairmansis, dkk, 2012). Pada tahun 2008 Badan Litbang
Pertanian melepas varietas unggul padi rawa Inpara-3 yang toleran terhadap rendaman
air penuh selama seminggu. Selanjutnya pada tahun 2009, dilepas lagi dua varietas
unggul baru toleran rendaman yang diberi nama Inpara 4 dan Inpara 5. Tingkat toleransi
rendaman kedua varietas tersebut lebih baik dari pada Inpara 3, yakni toleran terhadap
rendaman penuh sampai dua minggu.
Ditetapkannya Kabupaten Aceh Jaya sebagai lokasi pengkajian karena kabupaten ini
memiliki potensi lahan rawa dan gambut cukup luas. Luas lahan rawa di Kabupaten Aceh
Barat diperkirakan sekitar 3.500 ha menyebar di beberapa kecamatan. Selama ini lahan
rawa nyaris tidak dimanfaatkan oleh petani setempat karena sering banjir atau tergenang,
sehingga terbengkalai begitu saja. Kajian yang akan dilaksanakan di Kabupaten Aceh
Jaya, diharapkan dapat memanfaatkan lahan rawa dengan tanaman padi yang toleran
terhadap genangan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
petani.
Demikian pula, dengan kegiatan ini diharapkan adanya respon positif dari
Pemerintah Daerah Provinsi Aceh, sehingga memberi peluang besar bagi teradopsinya
kegiatan ini oleh stakeholder, Dinas/Instansi terkait, Pemerintah Daerah setempat dan
memberikan dampak terhadap kawasan lainnya di luar lokasi kajian.
1.2. Dasar Pertimbangan
Lahan rawa merupakan lahan marjinal yang memiliki potensi cukup besar untuk
pengembangan padi. Di Indonesia diperkirakan terdapat 33,4 juta ha lahan rawa, 9,5 juta
ha di antaranya berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian. Lahan yang sudah
direklamasi sekitar 5,4 juta ha terdiri dari 4,1 juta ha lahan pasang surut dan 1,3 juta ha
11
lahan lebak (Balittra, 2012). Pengembangan padi pada lahan rawa merupakan salah satu
alternatif untuk menunjang program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) dan
mengantisipasi penciutan lahan produktif yang terus berlangsung di sentra produksi padi
di Pulau Jawa. Program tersebut dikembangkan dengan melakukan intensifikasi melalui
peningkatan indeks pertanaman atau peningkatan produktivitas dan perluasan areal
tanam ke lahan-lahan sub-optimal termasuk ke lahan rawa.
Masalah utama peningkatan produksi padi di lahan rawa adalah kondisi biofisik
lahan (terutama masalah air dan kesuburan tanah), kondisi sosial ekonomi yang
berhubungan dengan sumber daya manusia (petani), keterbatasan sarana dan prasarana,
dan kebijakan yang belum berpihak pada optimasi pemanfaatan lahan marjinal. Padi
dapat tumbuh dengan baik di lahan rawa pasang surut dan lebak apabila lahannya
dikelola dengan baik. Pada lahan bukaan baru dengan tingkat kemasaman tanah sangat
masam (pH<4) dan kandungan Fe2+ cukup tinggi (300-400 ppm), penanaman padi
unggul di lokasi tersebut jarang berhasil, karena kondisi cekaman biofisik lahan sangat
berat.
Padi lokal terutama jenis siam cukup adaptif pada kondisi lahan tersebut, tetapi
umumnya hasilnya rendah. Petani padi di lahan pasang surut dominan menanam padi
lokal, karena kemampuan adaptasinya yang baik, input produksi yang diperlukan rendah,
sehingga biaya produksi dapat ditekan.
Lahan lebak belum banyak dimanfaatkan untuk tanaman padi karena banyak
kendala yang dihadapi baik biotik maupun abiotik. Kendala abiotik utama dalam
pengembangan usahtani di lahan lebak adalah banjir dan genangan air serta kekeringan
yang sulit diprediksi. (Suwarno dan Suhartini, 1993). Sedangkan kendala biotik yang ada
di lahan ini adalah hama tikus, wereng, penggerek batang, walangsangit, penyakit blas,
bercak daun coklat, hawar daun bakteri dan lepuh daun (Amir dan Hakam, 1990;
Santoso, 1998)
Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang
peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan
hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum optimal.
1.3. TUJUAN
12
- Untuk menguji tingkat adaptasi beberapa varietas padi terhadap genangan air di
lahan rawa.
- Untuk dapat memberdayakan lahan rawa dengan tanaman padi yang toleran
genangan.
- Meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani.
- Menghasilkan karya tulis ilmiah yang dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah
nasional yang diterbitkan Badan Litbang Pertanian atau internasional yang
terakreditasi dan atau dalam seminar ilmiah.
1.4. Keluaran Yang Diharapkan
- Teridentikasinya varietas padi toleran terhadap genangan di lahan rawa
- Pemanfaatan lahan rawa untuk tanaman padi dengan teknologi anjuran tepat guna
- Adanya peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani
- Terpublikasinya hasil kegiatan di jurnal nasional dan internasional
1.5. Perkiraan Outcome
Adanya kawasan lahan rawa yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman padi
varietas toleran genangan air.
1.6. Manfaat
Pemanfaatan lahan rawa dengan penanaman beberapa varietas padi tahan
genangan yang adaptif spesifik lokasi dan berkelanjutan.
1.7. Dampak
Meningkatnyaproduksi padi secara meluas akibat pemanfaatan lahan rawa dalam
upaya meningkatkan pendapatan petani.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Potensi Lahan Rawa
Lahan rawa merupakan lahan marjinal yang memiliki potensi cukup besar untuk
pengembangan padi. Di Indonesia diperkirakan terdapat 33,4 juta ha lahan rawa, 9,5 juta
ha di antaranya berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian. Lahan yang sudah
direklamasi sekitar 5,4 juta ha terdiri dari 4,1 juta ha lahan pasang surut dan 1,3 juta ha
lahan lebak (Balittra, 2012).Pengembangan padi pada lahan rawa merupakan salah satu
alternatif untuk menunjang program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) dan
mengantisipasi penciutan lahan produktif yang terus berlangsung di sentra produksi padi
di Pulau Jawa. Program tersebut dikembangkan dengan melakukan intensifikasi melalui
14
peningkatan indeks pertanaman atau peningkatan produktivitas dan perluasan areal
tanam ke lahan-lahan sub-optimal termasuk ke lahan rawa.
Masalah utama peningkatan produksi padi di lahan rawa adalah kondisi biofisik
lahan (terutama masalah air dan kesuburan tanah), kondisi sosial ekonomi yang
berhubungan dengan sumber daya manusia (petani), keterbatasan sarana dan prasarana,
dan kebijakan yang belum berpihak pada optimasi pemanfaatan lahan marjinal. Padi
dapat tumbuh dengan baik di lahan rawa pasang surut dan lebak apabila lahannya
dikelola dengan baik. Pada lahan bukaan baru dengan tingkat kemasaman tanah sangat
masam (pH<4) dan kandungan Fe2+ cukup tinggi (300-400 ppm), penanaman padi
unggul di lokasi tersebut jarang berhasil, karena kondisi cekaman biofisik lahan sangat
berat.
Padi lokal terutama jenis siam cukup adaptif pada kondisi lahan tersebut, tetapi
umumnya hasilnya rendah. Petani padi di lahan pasang surut dominan menanam padi
lokal, karena kemampuan adaptasinya yang baik, input produksi yang diperlukan rendah,
sehingga biaya produksi dapat ditekan.
Lahan lebak belum banyak dimanfaatkan untuk tanaman padi karena banyak
kendala yang dihadapi baik biotik maupun abiotik. Kendala abiotik utama dalam
pengembangan usahtani di lahan lebak adalah banjir dan genangan air serta kekeringan
yang sulit diprediksi. (Suwarno dan Suhartini, 1993). Sedangkan kendala biotik yang ada
di lahan ini adalah hama tikus, wereng, penggerek batang, walangsangit, penyakit blas,
bercak daun coklat, hawar daun bakteri dan lepuh daun (Amir dan Hakam, 1990;
Santoso, 1998)
Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang
peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan
hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum optimal.
2.2. Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa
Dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani di lahan rawa, baik lahan rawa
pasang surut maupun lahan lebak, perlu adanya inovasi teknologi pengelolaan lahan
rawa, sehingga lahan rawa dapat dimanfaatkan dengan lebih baik lagi. Kunci utama
pengelolaan lahan rawa adalah pengelolaan lahan, hara dan air yang tepat serta
penggunaan varietas yang adaptif. Bila keempat komponen teknologi tersebut dapat
15
saling bersinergi, maka akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi padi yang
optimum (Balittra, 2012). Perbaikan kondisi biofisik lahan melalui perbaikan sistem tata
air, ameliorasi, pemupukan organik maupun anorganik dan penggunaan varietas adaptif
dapat meningkatkan kualitas lahan rawa. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan pengelolaan air, ameliorasi dan pupuk dan penggunaan varietas adaptif, hasil
padi di lahan rawa dapat ditingkatkan.
2.3. Inpara (Inbrida Padi Rawa)
Inpara (inbrida padi rawa) merupakan varietas padi yang dilepas untuk adaptasi di
lahan rawa. Sejak tahun 2008, sistem pemberian nama padi unggul mengalami
perubahan, tidak lagi menggunakan nama sungai, tetapi berdasarkan agroekosistem.
Inpara untuk padi rawa, Inpari untuk padi irigasi, dan Inpago untuk padi gogo. Ada 6
varietas padi rawa yang telah dilepas oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, yaitu Inpara 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Umur padi rawa relatif lebih genjah
dibandingkan padi lokal yang berumur 7-9 bulan. Diantara varietas padi rawa, Inpara-5
tergolong berumur paling genjah, sedangkan Inpara-4 berumur paling dalam. Oleh
karena itu, umur panen perlu dipertimbangkan dalam penentuan varietas yang akan
ditanam. Selain umur panen, rasa nasi juga turut berperan dalam pengembangan varietas
di lahan rawa. Pada umumnya petani di lahan rawa (seperti di Kalimantan Selatan)
meyukai rasa nasi yang pera. Varietas dengan rasa nasi pera punya peluang untuk
dikembangkan di lahan rawa terutama lahan pasang surut. Inpara-1, Inpara-3 dan
Inpara-4 memiliki rasa nasi pera, Inpara-5 dan Inpara-6 rasa nasi sedang dan Inpara-2
rasa nasi pulen.
Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian melalui UPBS di Balai Penelitian
Pertanian Lahan Rawa (Balittra) melakukan terobosan dengan memproduksi benih padi
rawa dan sekaligus mendesiminasikan varietas Inpara agar lebih dikenal dan diadopsi
petani. Varietas Inpara berpeluang dikembangkan di lahan sub-optimal seperti di lahan
rawa.
Pada lahan lebak dengan kendala genangan air, ternyata varietas Inpara 3 mampu
tumbuh dan berproduksi cukup baik, dibandingkan varietas Ciherang yang tidak tahan
genangan. Pada lahan pasang surut dengan kendala kemasaman tanah dan keracunan
besi, ternyata varietas Inpara-3 dan Inpara-4 juga mampu tumbuh dan berproduksi lebih
baik dibandingkan dengan varietas Ciherang. Varietas Ciherang akan berproduksi baik
16
pada daerah dengan kondisi lahan yang baik, sedangkan pada daerah dengan kendala
kemasaman atau keracunan besi tinggi, varietas ini kurang adaptif.
III. METODOLOGI
3.1. Kerangka Pemikiran
Upaya untuk meningkatkan produksi padi di Propinsi Aceh terus dilakukan, namun
dalam pelaksanaannya di lapangan selalu mengalami kendala, baik fisik maupun teknis.
Pada lahan-lahan sawah irigasi baik teknis maupun semi teknis, teknik budidaya padi
mudah dilakukan meskipun berhadapan dengan tantangan iklim. Selama ini BPTP Aceh
telah banyak melakukan pengkajian uji adaptasi bermacam varietas unggul dengan
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hasil pengkajian menunjukkan adanya
peningkatan produktivitas yang signifikan dibandingkan hasil yang diperoleh dengan
teknologi sederhana oleh petani.
17
Adapun jenis lahan rawa yang saat ini banyak terdapat di beberapa daerah dalam
Provinsi Aceh belum dapat digunakan kecuali dibiarkan begitu saja. Lahan ini ditandai
dengan sering tergenang saat hujan, sehingga petani tidak mungkin menanam padi dan
palawija. Di lain pihak, jika lahan tersebut dapat dimanfaatkan, maka selain meningkatkan
produksi padi sekaligus memberi pendapatan bagi petani setempat. Teknologi yang perlu
diperkenalkan adalah varietas padi tahan genangan seperti Inpara-4, Inpara-5 dan
Ciherang yang mampu memberikan hasil meskipun tidak optimal seperti yang ditanam di
lahan irigasi.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan ini lebih mengarah kepada uji adapatasi varietas padi di lahan rawa,
sehingga lahan rawa yang selama ini belum dimanfaatkan oleh petani mampu
memberikan hasil dan pendapatan petani.
Ruang lingkup kegiatan meliputi: (1) survei diagnostik yang meliputi : inventarisasi
teknologi budidaya padi di lahan rawa, penentuan petani kooperator, dan karakteristik
lokasi pengkajian. (2) pengkajian adaptasi varietas tahan genangan taitu Inpara-4,
Inpara-5 dan Ciherang. Komponen teknologi yang diperkenalkan seperti penggunaan
varietas dan umur bibit. Kegiatan ini melibatkan kelompok tani/petani, penyuluh pertanian
kabupaten di bawah bimbingan peneliti dari BPTP Aceh.
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Bahan :
o Benih padi varietas Inpara-4 dan Inpara-5
o Pupuk NPK Phonska
o Pestisida (insektisida dan fungisida)
o Bahan pembantu lapang
o ATK dll
Metode Pelaksanaan
o Lokasi penelitian Kabupaten Aceh Jaya mulai tahun 2014
o Data sekunder (teknologi di tingkat petani, potensi, kendala dan peluang).
Metode pengumpulan data sekunder mengikuti kaidah PRA
o Data primer, didapat dari hasil pengkajian lapang, demplot di petak percobaan.
18
o Analisis data menggunakan rancangan acak kelompok factorial yaitu tiga varietas
dan umur bibit (20 HSS dan 30 HSS) dengan 3 ulangan.
Pengkajian ini akan ditempatkan pada lokasi yang memiliki lahan rawa. Petani
kooperator adalah petani pelaksana kegiatan pengkajian yang bisa melaksanakan
usahatani padi. Secara garis besar kegiatan yang dilakukan untuk mengkaji beberapa
varietas dan umut bibit. Luas lahan yang akan digunakan dalam pengkajian ini seluas 1
hektar dengan 4 petani kooperator.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 2
dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah :
a. Faktor varietas terdiri dari 3 jenis , yaitu :
V1 = Inpara-4,
V2 = Inpara-5
V3 = Ciherang.
b. Faktor umur bibit, terdiri dari 2 taraf, yaitu:
B1 = 20 HSS
B2 = 30 HSS
Dengan demikian terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga
diperoleh 18 unit percobaan.
Apabila hasil uji F memberi pengaruh yang nyata, maka analisis akan dilanjutkan
dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% (BNT0,05).
BNT 0,05 = t 0,05 (dba) √(2 KT galat)/r
dimana :
- BNT 0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%
- t 0,05 (dbA) = nilai baku t pada taraf 5% dan derajat bebas acak
- KT galat = Kuadrat Tengah Galat
- r = jumlah ulangan
a. Pendekatan
19
Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Jaya pada lahan rawa seluas 6 ha
pada dua lokasi. Beberapa pendekatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan:
a) Pendekatan partisipatif petani melalui penerapan inovasi teknologi adaptif,
persiapan lahan, penanaman sampai panen.
b) Peningkatan SDM melalui pelatihan, SL-PTT dan temu lapang.
Cakupan analisis meliputi :
a. Peningkatan produktivitas
b. Identifikasi tanah dan iklim
c. Identifikasi hama dan penyakit padi
d. Identifikasi masalah
e. Peningkatan adopsi inovasi oleh petani
f. Dampak penerapan teknologi kepada petani nonkooperator
g. Analisa peluang pasar
Untuk memantapkan pelaksanaan kajian ini, maka akan dilakukan persiapan
pelaksanaan kegiatan dengan berkoordinasi dengan stakeholders di daerah. Koordinasi
dilakukan dengan Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Tanaman pangan dan
BKPP Kabupaten Aceh jaya.
Dari koordinasi tersebut diharapkan komitmen dari Pemda Provinsi, Pemkab Aceh
Jaya untuk mendukung keberhasilan pencapaian target dari kegiatan ini antara lain
dengan akan diarahkannya beberapa program nasional lainnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan
Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Toleran Genangan Air di Lahan
Rawa di desa Cot Trap dan Desa Paya Baro kecamatan Teunom kabupaten Aceh Jaya
Provinsi Aceh dilakukan pada lahan rawa seluas 6,0 ha, melibatkan penyuluh, kelompok
tani dan petani kooperator. Kegiatan penelitian melibatkan 10 orang petani yang berada
pada dua lokasi, didahului dengan pelatihan, menerapkan komponen-komponen dasar
teknologi. Kepada petani di MT I diberikan bantuan dalam bentuk benih padi, pupuk,
20
pestisida dan pertemuan secara berkala. Analisis tanah dilakukan untuk penentuan
takaran pupuk P dan K dan unsur lain spesifik lokasi. Pada MT II hanya dilakukan
pembinaan dan pemantauan terhadap pelaksanaan di lapangan. Peubah yang diamati; 1)
tinggi tanaman, 2) jumlah anakan produktif, 3) umur tanaman berbunga 50%, 4) umur
tanaman saat dipanen, 5) jumlah gabah isi dan gabah hampa/malai, 6) hasil gabah kering
bersih/plot, 8) serangan hama penyakit di lapang, 9) data meteorologi selama
pelaksanaan percobaan. Jadwal Kegiatan adalah sebagai berikut (Tabel 1)
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan kegiatan kajian Adaptasi Beberapa VUB Padi Toleran
Genangan Air di lahan Rawa Provinsi Aceh.
Kegiatan Pelaksana keterangan
Persiapan lahan Tim & Petani
Tim Pengkaji dan PPL
Tim dan petani
Tim & Petani
Tim & Petani
2 kali
Plot kajian dan pendamping
Di lahan kering
Umur 20 dan 30 HSS
300 kg/ha
50 kg/ha
Ploting dan pemetakan
Persiapan Benih
Tanam
Pemupukan
- NPK
- Urea
21
Pemeliharaan
Tim & Petani
Tim Pengkaji
3-5 HST
Umur 10, 20,30,40,50, 60 HST dan
panen
51-61 HST
Hama dan penyakit
- Penyisipan
- Pengamatan
OPT
- Penyiangan Tim & Petani
Umur 50% berbunga Tim
Tim Pengkaji
Tim & Petani
Pengamatan
Panen dan
Pengolahan Hasil
4.2. Hasli Pengamatan
4.2.1.Umur 50% keluar bunga (hst)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rata-rata umur 50% berbunga pada
varietas unggul baru yang ditanam di lahan rawa tidak berbeda nyata terhadap tinggi
tanaman baik yang ditanam umur 20 hari setelah semai (hss) maupun yang ditanam pada
umur tanam 30 hari setelah semai.
Tabel 2. Rata-rata umur 50% berbunga (dari 10 tanaman sampel) pada kegiatan Kajian
Adaptasi Beberapa VUB Padi Toleran Genangan di Lahan Rawa Provinsi Aceh
No VarietasUlangan(hari)
Rata-rata(hari)I II III
1 Inpara 4 (20 hss) 52 51 50 51,00 b
2 Inpara 4 (30 hss) 52 54 50 52,00 b
3 Inpara 5 (20 hss) 52 53 54 54,00 b
4 Inpara 5 (30 hss) 52 53 51 52,00 b
5 Ciherang (20 hss) 61 62 60 61,00 a
22
6 Ciherang (30 hss) 62 60 58 60,00 a
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata umur berbunga tercepat pada varietas inpari
4 (51 hss) yang ditanam pada umur 20 hari setelah semai (hss) diikuti inpari 4 (52 hss)
dan inpari 5 (52 hss) dengan umur tanam 30 hari setelah semai dan umur keluar bunga
terlama pada varietas ciherang (61 hss) yang ditanam pada umur 20 hari setelah semai.
Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
(Balittra) melakukan terobosan dengan memproduksi benih padi rawa varietas Inpara
berumur genjah. Varietas Inpara berpeluang dikembangkan di lahan sub-optimal seperti
di lahan rawa (Balittra, 2013).
4.2.2. Tinggi tanaman 1 minggu sebelum panen (cm)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman yang diukur
satu minggu sebelum panen tidak berbeda nyata terhadap varietas unggul baru (VUB)
yang ditanam pada umur 20 hari setelah semai maupun yang ditanam umur 30 hari
setelah semai
Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman 1 minggu sebelum panen (dari10 tanaman sampel)
pada kegiatan Kajian Adaptasi Beberapa VUB Padi Toleran Genangan di Lahan
Rawa Provinsi Aceh
No VarietasUlangan(cm) Rata-
rata(cm)I II III
1 Inpara 4 (20 hss) 95,20 90,41 100,20 95,27 b
2 Inpara 4 (30 hss) 94,00 90,00 101,00 95,00 b
3 Inpara 5 (20 hss) 100,30 105,00 95,10 100,13 ab
4 Inpara 5 (30 hss) 100,00 104,00 95,00 99,66 ab
23
5 Ciherang (20 hss) 108,10100,20104,30104,20 a
6 Ciherang (30 hss) 107,00 100,00 102,00 103,00 a
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman padi rawa tertinggi padi
terdapat pada varietas ciherang (104,2 cm) dan yang ditanam umur 20 hari setelah semai
diikuti varietas ciherang (103,0 cm) dan inpari 5 (100,13 cm) dengan umur 20 hari
setelah semai dan varietas terendah terdapat pada varietas inpara 4 (95,00 cm) dengan
umur tanam 30 hari setelah semai (hss).
4.2.3. Jumlah malai per rumpun (malai)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rata-rata jumlah malai per rumpun
varietas unggul baru di lahan rawa tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman yang
ditanam umur 20 hari setelai semai maupun yang ditanam pada umur 30 hari setelah
semai terhadap semua varietas
Tabel 4. Rata-rata jumlah malai per rumpun (dari 10 tanaman sampel) pada kegiatan
Kajian Adaptasi Beberapa VUB Padi Toleran Genangan di Lahan Rawa Provinsi
Aceh
No VarietasUlangan(malai) Rata-
rata(malai)I II III
1 Inpara 4 (20 hss) 11,712,011,811,83 a
2 Inpara 4 (30 hss) 11,09,611,010,53 a
3 Inpara 5 (20 hss) 10,48,810,810,0 b
4 Inpara 5 (30 hss) 10,09,010,09,66 b
24
5 Ciherang (20 hss) 11,612,011,313,3 a
6 Ciherang (30 hss) 11,212,011,011,40 a
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah malai terbanyak terdapat pada varietas
inpari 4 (11,83 malai) dengan umur dipersemaian 20 hari , diikuti oleh varietas ciherang
(11,40 malai) dengan umur dipersemaian 30 hari dan varietas padi rawa dengan jumlah
malai terendah terdapat pada varietas inpari 5 (9,66 malai).
4.2.4. Panjang malai (cm)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rata-rata panjang malai padi tidak
berbeda nyata dengan tinggi tanaman antara umur 20 hari dengan umur 30 hari setelah
tanam terhadap semua varietas.
Tabel 5. Rata-rata panjang malai (dari 10 tanaman sampel) pada kegiatan Kajian Adaptasi
Beberapa VUB Padi Toleran Genangan di Lahan Rawa Provinsi Aceh
No VarietasUlangan(cm) Rata-
rata(cm)I II III
1 Inpara 4 (20 hss) 26,0025,0026,4025,46
2 Inpara 4 (30) hss) 23,5025,4026,0024,96
3 Inpara 5 (20 hss) 22,33 23,1724,39 23,30
4 Inpara 5 (30 hss) 22,3023,1024,0023,14
25
5 Ciherang (20 hss) 26,0025,2024,0025,06
6 Ciherang (30 hss) 26,0025,1023,3024,80
Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata malai terpanjang terdapat pada varietas
inpari 4 (25,46 cm) dengan umur dipersemaian 20 hari, diikuti oleh varietas ciherang
(25,00 cm) dengan umur dipersemaian 20 hari dan varietas dengan malai terpendek
terdapat pada varietas inpara 5 dengan umur persamaian 30 hari (23,13 cm).
4.2.5. Gabah Isi Per Malai (biji)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rata-rata gabah isi per malai pada
kegiatan kajian adaptasi beberapa varietas unggul baru padi toleran genangan di lahan
rawa tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman baik yang ditanam umur 20 hari
setelah semai atau yang ditanam umur 30 hari setelah semai terhadap semua varietas.
Tabel 6.Rata-rata Gabah Isi per malai (dari 10 tanaman sampel) pada kegiatan Kajian
Adaptasi Beberapa VUB Padi Toleran Genangan di Lahan Rawa Provinsi Aceh
No VarietasUlangan(biji) Rata-
rata(biji)I II III
1 Inpara 4 (20 hss) 112,00116,00 108,00112,00
2 Inpara 4 (30 hss) 110,00114,00106,00110,00
3 Inpara 5 (20 hss) 110,50112,50104,00 109,00
4 Inpara 5 (30 hss) 110,0098,00114,00107,33
26
5 Ciherang (20 hss) 111,00 115,00104,00110,00
6 Ciherang (30 hss) 111,00114,00103,00109,33
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata gabah isi per malai terbanyak terdapat pada
varietas inpari 4 (112,00 biji) dengan umur dipersemaian 20 hari, diikuti oleh varietas
inpari 4 dengan umur persemaian 30 hari dan varietas ciherang dengan umur persemaian
20 hari serta varietas paling sedikit malai terdapat pada varietas inpara 5 (107,33) dengan
persemaian 30 hari.
4.2.6. Hasil (Kg)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rata-rata hasil (ubinan 2,5 x 2,5 m)
pada kegiatan kajian padi rawa tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman antara umur
20 hari dengan umur 30 hari setelah tanam terhadap semua varietas.
Tabel 7.Rata-rata Hasil (Ubinan2,5 x 2,5 m) pada kegiatan Kajian Adaptasi Beberapa VUB
Padi Toleran Genangan di Lahan Rawa Provinsi Aceh
No VarietasUlangan(kg) Rata-
rata(kg)I II III
1 Inpara 4 (20 hss) 3,523,56 3,563,54 a
2 Inpara 4 (30 hss) 3,503,503,40 3,46 ab
27
3 Inpara 5 (20 hss) 3,463,423,383,42 b
4 Inpara 5 (30 hss) 3,403,303,303,33 b
5 Ciherang (20 hss) 3,483,503,523,50 ab
6 Ciherang (30 hss) 3,403,503,403,43 ab
Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata hasil ubinan terbanyak terdapat pada
varietas inpara 4 (3,54 kg) setara dengan 5.664 kg/ha dengan umur dipersemaian 20
hari, diikuti oleh varietas ciherang (3,55 kg) setara dengan 5.600 kg/ha dengan umur
persemaian 20 hari dan diikuti varietas inpara 4 (3,46 kg) setara dengan 5.536 kg/ha
dengan umur persemaian 30 hari serta varietas paling rendah hasil terdapat pada varietas
inpara 5 (3,33 kg) setara 5.328 kg/ha dengan umur dipersemaian 30 hari. Kunci utama
pengelolaan lahan rawa adalah pengelolaan lahan, hara dan air yang tepat serta
penggunaan varietas yang adaptif. Bila keempat komponen teknologi tersebut dapat
saling bersinergi, maka akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi padi yang
optimum (Balittra, 2012). Inpara-4 juga mampu tumbuh dan berproduksi lebih baik
dibandingkan dengan varietas Ciherang. Varietas Ciherang akan berproduksi baik pada
daerah dengan kondisi lahan yang baik, sedangkan pada daerah dengan kendala
kemasaman atau keracunan besi tinggi, varietas ini kurang adaptif.
4.2.7. Pengamatan hama dan penyakit tanaman selama pertumbuhan
Hasil pengamatan hama dan penyakit tanaman padi selama pertumbuhan pada
kegiatan kajian padi rawa tidak terserang hama yang berarti namun terdapat hama putih
palsu, kepinding tanah, walangsangit dan hama burung dan tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman baik yang ditanam pada umur bibit 20 hari atau yang ditanam
umur 30 hari pada semua varietas.
Tabel 8.Hasil pengamatan hama dan penyakit tanaman dilapangan pada kegiatan Kajian
Adaptasi Beberapa VUB Padi Toleran Genangan di Lahan Rawa Provinsi Aceh
No Varietas Jenis hama/penyakit Tingkat serangan
1 Inpara 4 Ulat putih palsu, kepinding
tanah dan walangsangit
Ringan
2 Inpara 5 Ringan
28
3 Ciherang Ringan
Tabel 8 menunjukkan bahwa kajian varietas unggul baru dilahan rawa dapat
dilaksanakan namun secara umum tingkat serangan hama dan penyakit relatif terkendali.
Pengendalian dilakukan preventif baik secara manual ataupun dengan menggunakan
bahan kimia terutama terhadap hama putih palsu, kepinding tanah dan walangsangit.
Menurut Amir dan Hakam (1998), bahwa Lahan rawa belum banyak dimanfaatkan
untuk tanaman padi karena banyak kendala yang dihadapi baik biotik maupun abiotik.
Kendala abiotik utama dalam pengembangan usahtani di lahan lebak adalah banjir dan
genangan air serta kekeringan yang sulit diprediksi. (Suwarno dan Suhartini, 1993).
Sedangkan kendala biotik yang ada di lahan ini adalah hama tikus, wereng, penggerek
batang, walangsangit, penyakit blas, bercak daun coklat, hawar daun bakteri dan lepuh
daun.
V. KESIMPULAN
1. Pelaksanaan kajian adaptasi beberpa varietas unggul baru padi toleran genangan air
dilahan rawa telah mampu mengidentifikasi varietas padi rawa di Kabupaten Jaya.
2. Telah terjadi peningkatan pemanfaatan lahan rawa untuk tanaman padi dengan
teknologi anjuran tepat guna.
3. Pelaksanaan kajian ini telah mampu meningkatkan produktivitas lahan rawa dari 3,6
ton/ha menjadi 5,66 ton/ha di lokasi penelitian.
4. Terpublikasinya hasil kajian padi rawa toleran genangan air.
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M dan Hakam S. 1990. Penyakit Tanaman Pangan Dan Pengendaliannya Di LahanPasang Surut.
Badan Litbang Pertanian, 2011. Panduan Umum Model Pengembangan PertanianPerdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI), Badan Litbang Departemen PertanianRepublik Indonesia.
Badan Litbang Pertanian, 2001. Inovasi Pertanian untuk Membangun Agribisnis.Rumusan Raker Badan Litbang Pertanian. Jakarta, 24 – 26 April 2001.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1998. Membangun Kelembagaan danJaringan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Dalam Inovasi TeknologiPertanian, Seperempat Abad Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1998 BukuI.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2004 a. Rancangan Dasar Prima Tani(Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian).Pasar Minggu. Jakarta.
Balittra, 2012. Pengelolaan Tanaman Terpdu (PTT) Padi Pasang Surut: PTT GenjotProduksi Rawa.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2009. Laporan Tahunan ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam.
Fagi, AM dan Kartaatmaja, S (2003). Teknologi Budidaya Padi, Perkembangan danPeluang. Ekonomi Padi da Beras Indonesia. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian, Kementerian Pertanian Jakarta.
Harahap, Z. T. S. Silitonga, 1989. Perbaikan Varietas padi dalam M. IsmunadjiMahyudin.Eds. Padi buku 2. Badan litbang Puslit-bangtan. Bogor.
Hairmansis, Aris. Supartopo. Kustiano, Bambang. Suwarno dan Pane, Hamdan. 2012.Perakitan dan pengembangan varietas unggul baru padi toleran rendaman airinpara 4 dan ipara 5 untuk daerah rawan banjir. Kebun percobaan padi muara,Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Bogor
Kasryno, F dan Pasandaran, E, 1996. Program Nasional Ristek Sektor Pertanian UntukMemacu Inovasi Teknologi Pertanian Memasuki Abad XXI Dalam Inovasi TeknologiPertanian Seperempat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan LitbangPertanian jakarta 1998. Pasar Minggu, Jakarta.
Kasryno, F dan P. Simatupang, 1997. Inovasi dan Rekayasa Teknologi Sebagai UpayaPeningkatan Produktivitas dan Pertumbuhan Sektor Pertanian. Dalam InovasiTeknologi Pertanian Seperempat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. BadanLitbang Pertanian Jakarta 1998. Pasar Minggu – Jakarta.
Makarim, A.K., U.S. Nugraha, dan U.G. Kartasasmita. 2000. Teknologi Produksi PadiSawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
31
Makarimetal. (Eds). Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. TonggakKemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Konsep dan StrategisPeningkatan Paroduksi Pangan. SimposiumPenelitian Tanaman Pangan IV. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Marwan, I dan Made Oka, 1991. Konsep Penelitian Sistem Usahatani dan PenelitianPengembangan. Hasil Perumusan Raker Badan Litbang, Jakarta 27 – 28 Februari1991, Jakarta
Setter, T.L., M. Ellis, E.V. Laureles, E.S. Ella, D, Senadhira, S.BMishira, S.SakarungandS.Datta. 1997. Physiologyandgenetics of subsmergencetolerantinrice.Ann. Bot. 79:67-77 dalam Hairmansis, Aris. Supartopo. Kustiano, Bambang.Suwarno dan Pane, Hamdan. 2012. Perakitan Dan Pengembangan VarietasUnggul Baru Padi Toleran Rendaman Air Inpara 4 dan Ipara 5 Untuk DaerahRawan Banjir. Kebun Percobaan Padi Muara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.Bogor
Sumarno, I.G. Ismail, dan S. Partohardjono. 2000. Konsep usahatani ramah lingkungan.Dalam.
Sumarno dan Suyamto. 1998. Agroekoteknologi untuk keberlanjutan usaha pertanian.RisalahSimposium Ketahanan Pangan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Suwarno dan Suhartini, T. 1993. Perbaikan varietas padi untuk menunjang usatani dilahan pasang surut dan lebak. Dlamprosiding simposium penelitian tanamanpangan III. Jakarta/Bogor, 23 -25 Agustus. Dalam.
Widiarta, I. N. 2008. Loss And RiskAssessment : IrigationInfrasruktur AndFloodAffectingAreas In Indonesia. ProgressReport Of Sub-MergenceTolerantRiceProject. Indonesia Center For Food Crops Research And Development. Bogor.
Zeigler, R.SandD.WPuckridge. 1995. Dalam Hairmansis, Aris. Supartopo. Kustiano,Bambang. Suwarno Dan Pane, Hamdan. 2012. Perakitan Dan PengembanganVarietas Unggul Baru Padi Toleran Rendaman Air Inpara 4 Dan Ipara 5 UntukDaerah Rawan Banjir. Kebun Percobaan Padi Muara, Balai Besar PenelitianTanaman Padi. Bogor
32
Lampiran 1
Tinggi tanaman ( menjelang panen )
Tabel kombinasi perlakuan
Varietas Umur bibit (hss) Ulangan Total Rata-rata1 2 3
Inpara-4 20 95,2 94,2 100,2 289,6 96,5330 94 90 100,9 284,9 94,97
Inpara-5 20 100,3 105 95,1 300,4 100,1330 100 104,3 95 299,3 99,77
Ciherang 20 108,1 100,2 103,9 312,2 104,0730 107 100,4 102 309,4 103,13
Total 604,6 594,1 597,1 1795,8 1795,8Rata-rata 100,77 99,02 99,52 99,77 99,77
Tabel dua arah
Varietas Umur bibit (hss) Total Rata-rata20 30
Inpara-4 289,5 284,9 574,5 95,75 b
Inpara-5 300,6 299,3 599,7 99,95 ab
Ciherang 312,2 309,4 621,6 103,6 a
Total 902,2 893,6 1795,8 99,77Rata-rata 100,24 a 99,29 a
Tabel sidik ragam
SK db JK KT Fhit P Ftabel0,05 0,01
Ulangan 2 9,7500 4,8750 0,22 ns 4,10 7,56Perlakuan 5 190,36 38,0720 1,74 ns 3,33 5,64Varietas 2 185,1700 92,5850 4,23 * 4,10 7,56
Umur bibit 1 4,1089 4,1089 0,19 ns 4,96 10,04BXP 2 1,0811 0,5406 0,02 ns 4,10 7,56Galat 10 219,0500 21,9050Total 17 419,1600
KK(%)
4,69
33
Lampiran 2
Umur berbunga 50%
Tabel kombinasi perlakuan
Varietas Umur bibit(hss)
Ulangan Total Rata-rata
1 2 3Inpara-4 20 52 51 50 153,0 51,00
30 52 54 50 156,0 52,00Inpara-5 20 55 53 54 162,0 54,00
30 51,8 53 51 155,6 51,93Ciherang 20 61 62 60 183,0 61,00
30 61,4 60 58 179,4 59,80Total 333,2 333 325 989,2Rata-rata 55,53 55,50 3,83 54,96
Tabel dua arah
Varietas Umur bibit (hss) Total Rata-rata20 30
Inpara-4 153 156 309,00 51,50 b
Inpara-5 162 155,6 317,80 52,97 b
Ciherang 183 179,4 362,40 60,40 a
Total 498 491,2 989,20Rata-rata 55,33 54,58 54,96
Tabel sidik ragam
SK db JK KT Fhit P Ftabel0,05 0,01
Ulangan 2 11,3378 5,6689 5,38 * 4,10 7,56Perlakuan 5 283,30 56,6596 53,81 ** 3,33 5,65Varietas 2 273,2311 136,6156 129,75 ** 4,10 7,56
Umur bibit 1 2,5689 2,5689 2,44 ns 4,96 10,04BXP 2 7,4978 3,7489 3,56 ns 4,10 7,56Galat 10 10,5289 1,0529Total 17 305,1644
KK(%)
1,87
34
Lampiran 3
Jumlah malai per rumpun
Tabel kombinasi perlakuan
Varietas Umur bibit(hss)
Ulangan Total Rata-rata
1 2 3Inpara-4 20 11,7 12 11,8 35,5 11,83
30 11 11,6 11 33,6 11,20
Inpara-5 20 10,4 8,8 10,8 30 10,00
30 10 9 10 29 9,67
Ciherang 20 11,6 12 11,3 34,9 11,63
30 11,3 12 11 34,3 11,43
Total 66 65,4 65,9 197,3
Rata-rata 11,00 10,90 10,98 10,96
Tabel dua arah
Varietas Umur bibit (hss) Total Rata-rata20 30
Inpara-4 35,5 33,6 69,10 11,52 a
Inpara-5 30 29 59,00 9,83 b
Ciherang 34,9 34,3 69,20 11,53 a
Total 100,4 96,9 197,30Rata-rata 11,16 10,77 10,96
Tabel sidik ragam
SK db JK KT Fhit P Ftabel0,05 0,01
Ulangan 2 0,0344 0,0172 0,04 ns 4,10 7,56Perlakuan 5 12,28 2,4552 6,24 ** 3,33 5,64Varietas 2 11,4478 5,7239 14,56 ** 4,10 7,56
Umur bibit 1 0,6806 0,6806 1,73 ns 4,96 10,04BXP 2 0,1478 0,0739 0,19 ns 4,10 7,56Galat 10 3,9322 0,3932Total 17 16,2428
KK(%)
5,72
35
Lampiran 4
Panjang malai
Varietas Umur bibit(hss)
Ulangan Total Rata-rata
1 2 3Inpara-4 20 26 25 26,4 77,4 25,80
30 23,5 25,4 26 74,9 24,97Inpara-5 20 22,4 23,67 24,59 70,66 23,55
30 22,3 23,1 24 69,4 23,13Ciherang 20 26 24,5 23,6 74,1 24,70
30 26 25,2 23 74,2 24,73Total 146,2 146,87 147,59 440,66Rata-rata 24,37 24,48 24,60 24,48
Tabel dua arah
Varietas Umur bibit (hss) Total Rata-rata20 30
Inpara-4 77,4 74,9 152,30 25,38Inpara-5 70,66 69,4 140,06 23,34Ciherang 74,1 74,2 148,30 24,72
Total 222,16 218,5 440,66Rata-rata 24,68 24,28 24,48
Tabel sidik ragam
SK db JK KT Fhit P Ftabel0,05 0,01
Ulangan 2 0,1611 0,0805 0,05 ns 4,10 7,56Perlakuan 5 14,29 2,8584 1,80 ns 3,33 5,64Varietas 2 12,9842 6,4921 4,08 ns 4,10 7,56
Umur bibit 1 0,7442 0,7442 0,47 ns 4,96 10,04BXP 2 0,5637 0,2819 0,18 ns 4,10 7,56Galat 10 15,9174 1,5917Total 17 30,3706
KK(%) 5,15
36
Lampiran 5
Jumlah gabah isi per malai
Tabel kombinasi perlakuan
Varietas Umur bibit(hss)
Ulangan Total Rata-rata
1 2 3Inpara-4 20 112 116 108 336 112,00
30 110 114 106 330 110,00Inpara-5 20 110,9 112,5 104 327,4 109,13
30 110,2 98,2 114,2 322,6 107,53Ciherang 20 110,8 112,5 104 327,3 109,10
30 111 114 103,1 328,1 109,37Total 664,9 667,2 639,3 1971,4Rata-rata 110,82 111,20 106,55 109,52
Tabel dua arah
Varietas Umur bibit (hss) Total Rata-rata20 30
Inpara-4 336 330 666,00 111,00Inpara-5 327,4 322,6 650,00 108,33Ciherang 327,3 328,1 655,40 109,23
Total 990,7 980,7 1.971,40Rata-rata 110,08 108,97 109,52
Tabel sidik ragam
SK db JK KT Fhit P Ftabel0,05 0,01
Ulangan 2 79,9478 39,9739 1,49 ns 4,10 7,56
Perlakuan 5 32,03 6,4062 0,24 ns 3,33 5,64
Varietas 2 22,0844 11,0422 0,41 ns 4,10 7,56
Umur bibit 1 5,5556 5,556 0,21 ns 4,96 10,04
BXP 2 4,3911 2,1956 0,08 ns 4,10 7,56
Galat 10 267,3922 26,7392
Total 17 379,3711
KK(%) 4,72
37
Lampiran 6
Hasil ( kg/6.25 m2 )
Table kombinasi perlakuan
Varietas Umur bibit(hss)
Ulangan Total Rata-rata
1 2 3Inpara-4 20 3,52 3,56 3,56 10,64 3,55
30 3,5 3,5 3,4 10,4 3,47Inpara-5 20 3,56 3,42 3,38 10,36 3,45
30 3,4 3,3 3,3 10 3,33Ciherang 20 3,48 3,5 3,52 10,5 3,50
30 3,4 3,5 3,4 10,3 3,43Total 20,86 20,78 20,56 62,2Rata-rata 3,48 3,46 3,43 3,46
Tabel dua arah
Varietas Umur bibit (hss) Total Rata-rata20 30
Inpara-4 10,64 10,4 21,04 3,51 a
Inpara-5 10,36 10 20,36 3,39 b
Ciherang 10,5 10,3 20,80 3,47 ab
Total 31,5 30,7 62,20
Rata-rata 3,50 a 3,41 b 3,46
Tabel sidik ragam
SK db JK KT Fhit P Ftabel0,05 0,01
Ulangan 2 0,0080 0,0040 1,27 ns 4,10 7,56Perlakuan 5 0,08 0,0155 4,89 * 3,33 5,64Varietas 2 0,0396 0,0198 6,26 * 4,10 7,56
Umur bibit 1 0,0356 0,0356 11,22 ** 4,96 10,04BXP 2 0,0023 0,0012 0,36 ns 4,10 7,56Galat 10 0,0317 0,0032Total 17 0,1172
KK(%) 1,63
38
Lampiran 7
Analisis usahatani padi MH : 2014 Padi Rawa
Luas : 1,0 ha. Varietas : Inpara 4
Luas Uraian Satuan Volume Harga NilaiRincian Biaya xxxxx xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxx
1 Benih Kg 25 8.000 200.0002 Pupuk An-Organik :
Urea Kg 150 2.000 300.000NPK Kg 250 4000 1.000.000Pupuk Organik : -Pupuk Kandang Kg 2.000 500 1.000.000
3 Pestisida Liter 2 150.000 300.0004 Tenaga Kerja : HOK - - -
a. Persemaian HOK 6 50.000 300.000b. Pengolahan Lahan M2 10.000 150 1.500.000c. Penanaman danpenyulaman HOK
30 50.000 1.500.000
d. Penyiangan HOK 5 50.000 250.000e. Pemupukan HOK 8 50.000 400.000f. PHT HOK 8 50.000 400.000g.Pengairan MT 1 200.000 200.000h. Panen HOK 20 50.000 1.000.000i. Pasca Panen (7 %hasil) Kg
506 4.200 2.125.200
j. Pengangkutan HOK 8 50.000 400.000Total Biaya Rp - - 10.875.200Produksi Kg 7.225 4.200 30.345.000Total Pendapatan Rp - - 19.469.800Keuntungan Rp - -R/C Rasio 1,79B/C Rasio 2,79
39
Lampiran 8
Analisis usahatani Padi MH : 2014 Padi Rawa
Luas : 1,0 ha. Varietas : Inpara 5
Luas Uraian Satuan Volume Harga NilaiRincian Biaya xxxxx xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxx
1 Benih Kg 25 8.000 200.0002 Pupuk An-Organik :
Urea Kg 300 2.000 600.000NPK Kg 40 2.400 96.000Pupuk Organik : -Pupuk Kandang Kg 2.000 500 1.000.000
3 Pestisida Liter 2 150.000 300.0004 Tenaga Kerja : HOK - - -
a. Persemaian HOK 6 50.000 300.000b. Pengolahan Lahan M2 10.000 150 1.500.000c. Penanaman danpenyulaman HOK
30 50.000 1.500.000
d. Penyiangan HOK 15 50.000 750.000e. Pemupukan HOK 8 50.000 400.000f. PHT HOK 8 50.000 400.000g.Pengairan MT 1 200.000 200.000h. Panen HOK 20 50.000 1.000.000i. Pasca Panen (7 %hasil) Kg
509 4.200 2.137.800
j. Pengangkutan HOK 8 50.000 400.000Total Biaya Rp - - 10.887.800Produksi Kg 7250 4.200 30.450.000Total Pendapatan Rp - - 19.562.200Keuntungan Rp - -R/C Rasio 1,79B/C Rasio 2,79
40
Lampiran 9
Analisis usahatani Padi MH : 2014 Padi Rawa
Luas : 1,0 ha. Varietas : Ciherang
Luas Uraian Satuan Volume Harga NilaiRincian Biaya xxxxx xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxx
1 Benih Kg 25 8.000 200.000
2 Pupuk An-Organik :
Urea Kg 150 2.000 300.000
NPK Kg 250 4.000 1.000.000
Pupuk Organik : -
Pupuk Kandang Kg 2.000 500 1.000.000
3 Pestisida Liter 2 150.000 300.000
4 Tenaga Kerja : HOK - - -
a. Persemaian HOK 6 50.000 300.000
b. Pengolahan Lahan M2 10.000 150 1.500.000
c. Penanaman danpenyulaman HOK
30 50.000 1.500.000
d. Penyiangan HOK 15 50.000 750.000
e. Pemupukan HOK 8 50.000 400.000
f. PHT HOK 8 50.000 400.000
g.Pengairan MT 1 200.000 200.000
h. Panen HOK 20 50.000 1.000.000
i. Pasca Panen (7 %hasil) Kg
441 4.200 1.852.200
j. Pengangkutan HOK 8 50.000 400.000
Total Biaya Rp - - 10.802.200
Produksi Kg 6.300 4.200 26.460.000
Total Pendapatan Rp - - 26.460.000
Keuntungan Rp - - 15.657.800
R/C Rasio 1,44
B/C Rasio 2,44
41
Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan Lapang.
Gambar Kegiatan : Pengamatan Perkembangan dan pertumbuhan tanaman padi.