musala, gereja penguatan pemahaman dan perilaku...

179

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
Page 2: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

MUSALA, GEREJA, DAN VIHARAPenguatan Pemahaman dan Perilaku Kerukunan

Antarumat Beragama Di Kota Salatiga dan Manado

Page 3: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Ketentuan Pidana

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

MUSALA, GEREJA, DAN VIHARAPenguatan Pemahaman dan Perilaku Kerukunan

Antarumat Beragama Di Kota Salatiga dan Manado

Mukti Ali, Benny Ridwan, Fatchurrohman

EditorMuhammad Irfan Helmy

Page 5: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

MUSALA, GEREJA, DAN VIHARAPenguatan Pemahaman dan Perilaku Kerukunan

Antarumat Beragama Di Kota Salatiga dan Manado

Mukti Ali, Benny Ridwan, Fatchurrohman

Editor: Muhammad Irfan HelmyPerancang Sampul: Wirastuti

Penata Aksara: I & N

ISBN: 978-602-5824-68-5Cetakan 1: Juni 2020

Maghza PustakaMargomulyo, RT 07 RW 04 Tayu-Pati 59155

Page 6: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

v

Abstrak

MUSALA, GEREJA, DAN VIHARA Penguatan Pemahaman dan Perilaku Kerukunan Antarumat Beragama Di Kota Salatiga dan Manado, Penulis:

Mukti Ali, Benny Ridwan, dan Fatchurrohman.

Adanya asumsi dasar bahwa nilai agama berperan dalam terciptanya kerukunan, menimbulkan pertanyaan baru yang akan dijawab melalui penelitian ini. Bagaimana pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius. Kerukunan tercipta karena adanya harmoni dalam interaksi antar kelompok yang terlibat. Wilayah di Indonesia yang berhasil mewujudkan kerukunan antar umat beragama dan menekan potensi konflik rasial adalah Salatiga dan Manado. Salatiga dipilih dengan pertimbangan bahwa masyarakatnya berpendidikan

Page 7: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

vi

dan memeluk agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, tapi kepercayaan mereka akan adanya kearifan lokal tetap berdampingan dengan keyakinan agama. Manado merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Utara, di mana mayoritas masyarakatnya memeluk agama Kristen dengan ras Minahasa tetapi dapat hidup damai dan berdampingan dengan masyarakat minoritas yang memeluk agama lain.

Pemuka agama di Salatiga dan Manado memiliki peran dalam lembaganya, baik gereja, masjid, vihara, dalam penyampaian khutbahnya menganjurkan untuk hidup berdampingan, menghargai agama lain, dan saling menghormati dalam menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Selain itu, para penganut agama juga melakukan kegiatan anjang sana ke tempat-tempat ibadah pemeluk agama lain. Saling menjaga tempat ibadah juga penting dilakukan agar pemeluk agama yang sedang merayakan hari besar dapat melakukannya dengan khusyu‘. Mimbar religi juga digunakan sebagai tempat menyemai kerukunan. Mimbar religi semakin perlu untuk difungsikan, diperluaskan jangkauan aktifitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan manajemen yang baik. Peningkatan kualitas ceramah di tempat ibadah perlu diperhatikan, karena dari sinilah firman Tuhan disampaikan oleh pendakwah kepada jamaah. Upaya penguatan pemahaman dan perilaku toleransi dilakukan juga melalui lembaga pendidikan. Masyarakat kelas bawah diajak mewujudkan perilaku toleran dalam kehidupan. Relasi intimistik di antara kelas-kelas sosial perlu diwujudkan, mulai dari kelas atas, menengah dan rakyat jelata. Relasi intimistik ini akan mampu mewujudkan keakraban dan saling jaga, saling bantu dan saling menghargai. Membuat public space untuk memfasilitasi relasi

Page 8: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

vii

intimistik antar seluruh elemen masyarakat. Penguatan toleransi bagi anak muda juga perlu dilakukan melalui kegiatan ormas keagamaan yang berbentuk dialog, festival, kegiatan bersama dan kunjungan tempat ibadah. Pendekatan kelembagaan dipandang lebih efektif untuk memfasilitasi komunikasi antara kelompok masyarakat, agama, atau etnis. Pendekatan kelembagaan dipandang efektif karena lebih mengedepankan rasionalitas dan kebijaksanaan. Toleransi dalam bentuk kepedulian juga dikembangkan dalam wujud layanan kesehatan.

Page 9: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

viii

Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam dan sumber segala pengetahuan atas bimbingan dan ridha-Nya, sehingga

penyusun dapat menyelesaikan buku yang berjudul MUSALA, GEREJA, DAN VIHARA Penguatan Pemahaman dan Perilaku Kerukunan Antarumat Beragama Di Kota Salatiga dan Kota Manado.

Penyusunan dalam bentuk buku ini dimaksudkan untuk mengembangkan pola pemikiran baru guna meningkatkan kesadaran manusia dalam hal ini masyarakat Kota Salatiga dan Kota Manado serta menimbulkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar khususunya permasalahan kerukunan, toleransi, pluralisme, dialog, dan kerja sama lintas agama.

Fakta bahwa adanya sebuah tatanan hidup yang plural bukanlah sebuah fenomena baru yang datang dari dunia lain pada abad

Page 10: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

ix

modern ini, melainkan sebuah warisan realitas sosial yang telah terjadi berabad-abad. Hidup dalam zaman pluralis memungkinkan setiap kita untuk bertemu ataupun berinteraksi langsung dengan ‘sesama’ kita yang beragam, termasuk keberagaman agama. Hal ini juga didukung dengan era-globalisasi yang memungkinkan bahwa setiap komunitas agama tersebut suka atau tidak, terima ataupun tidak, akan mengalami perjumpaan dengan komunitas agama yang lain. Perjumpaan-perjumpaan tersebut dengan sendirinya dapat membuka gerbang untuk terciptanya sebuah relasi atau hubungan yang unik di antara mereka.

Berbicara mengenai kerukunan umat beragama memang merupakan suatu persoalan yang bersifat kompleks. Hal ini dikarenakan persoalan-persoalan yang ada tidak hanya melibatkan satu dimensi saja melainkan lebih. Tentu saja timbulnya berbagai dimensi atau faktor yang mempengaruhi hubungan antar-agama disebabkan karena agama tidak saja berurusan dengan dirinya sendiri tetapi juga berkaitan atau berurusan dengan ranah lainnya. Persoalan agama selain terkait dengan faham atau keyakinan para pemeluknya tentang kebenaran mutlak ‘doktrin agama’ masing-masing sebagai bagian terdalam dari manusia, tetapi juga terkait dengan faktor-faktor sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.

Faktor agamawan memiliki peran yang kuat dalam menentukan pola hubungan atau relasi antar agama. Peran faktor agamawan biasanya yang berkaitan dengan hubungan antar agama adalah ajaran agama, pemahaman umat terhadap ajaran, penyebaran agama, pendirian rumah ibadah dan sikap mental dari umat sendiri. Sikap dan peran yang diambil oleh Pemerintah dalam memposisikan dirinya dalam kebhinekaan sangatlah penting.

Page 11: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

x

Dalam posisinya sebagai “penguasa”, pemerintah diharapkan dapat bertindak secara adil dan benar. Jika terdapat tindakan yang diskriminatif, maka dapat menciptakan kondisi yang disharmoni. Sehingga tindakan yang diambil pemerintah sangatlah menentukan relasi seperti apa yang akan tercipta. Sikap pemerintah sebagai fasilitator ini harus dipertahankan. Kerukunan yang terjalin sebagai warisan leluhur hendaknya terus dijaga dan dipelihara. Sikap bergotong royong, saling menghargai, saling mendukung dan saling terbuka hendaklah terus tertanam dalam kehidupan masing-masing, baik individu maupun bermasyarakat. Sehingga harta bersama yakni kehidupan rukun yang damai dan harmonis ini terus terpelihara dengan baik.

Kami sangat menyadari buku ini masih jauh dari kesempuranaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun kami sangat harapakan untuk kesempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga penelitian ini bisa bermanfaat. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami dalam penyusunan laporan ilmiah ini, terkhusus kepada: Rektor IAIN Salatiga; Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat(LP2M) IAIN Salatiga; Para Informan yang telah memfasilitasi penyelesaian penelitian ini dalam bentuk dukungan moril, bantuan teknis dan penghimpunan data penelitian khususnya.Semoga hasil kerja keras ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pemahaman kerukunan, kesadaran pluralisme, dialog, dan kerja sama lintas agama untuk kini dan masa yang akan datang; Pustakawan pustakawati IAIN Salatiga, dan pengelola Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Fakultas Dakwah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga; Sejawat IAIN Manado, Delmus Puneri Salim, Ph.D yang

Page 12: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

xi

memfasilitasi perjalanan Peneliti ke Manado. Begitu juga Ibu Dr. Hj. Salma, M.HI Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Manado

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan perhatian mereka kepada kami dan melimpah rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Salatiga, Juni 2020

Mukti Ali

Benny Ridwan

Fatchurrohman

Page 13: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

xii

Daftar Isi

ABSTRAK ..... vKATA PENGANTAR ..... viiiDAFTAR ISI ..... xiiBAB I PENDAHULUAN ..... 1

A. Latar Belakang Masalah ..... 1B. Rumusan Masalah ..... 5C. Signifikansi Penelitian ..... 5D. Kerangka Teori ..... 6E. Kajian Riset Sebelumnya.....8F. Metode Penelitian .....12

BAB II KERUKUNAN: DARI POTENSI, REGULASI SAMPAI INTERAKSI ..... 15A. Potensi Kerukunan Umat Beragama ..... 15

Page 14: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

xiii

B. Regulasi Tentang Kerukunan ..... 19C. Interaksi Antar Umat Beragama ..... 22

BAB III METODE PENELITIAN ..... 27A. Materi Penelitian ..... 27B. Cara/Alat Penelitian ..... 29C. Jalan Penelitian ..... 30 1. Tahap Pengumpulan Data ..... 30 2. Tahap Analisis Data ..... 32

BAB IV TOLERANSI SEBAGAI BEYOND UNDERSTANDING ..... 34A. Pemahaman Toleransi Keberagamaan

Masyarakat Kota Salatiga Dan Manado ..... 34B. Bentuk Perilaku Toleransi Keberagamaan

Masyarakat Kota Salatiga Dan Manado ..... 44

C. Proses Penguatan Pemahaman Dan Perilaku Toleransi Pada Masyarakat Kota Salatiga Dan Manado ..... 51

D. Makna Toleransi ..... 591. Pemahaman tentang makna toleransi

..... 602. Bentuk perilaku toleransi ..... 683. Upaya penguatan pemahaman dan

perilaku toleransi ..... 78BAB V SALATIGA DAN MANADO SEBUAH

KOMPARASI ..... 88A. Kota Salatiga ..... 88B. Kota Manado ..... 94

Page 15: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

xiv

C. Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Salatiga Dan Masyarakat Manado ..... 96

D. Rumah Ibadah dan Kerukunan Masyarakat Salatiga Dan Manado ..... 104

E. Pesan Damai dalam Perbedaan ..... 118BAB VI DARI MIMBAR RELIGI, KEARIFAN

LOKAL, DAN KERJASAMA ..... 126A. Kehadiran dan Partisipasi Lembaga

Keagamaan.....126B. Khutbah Kerukunan di Manado .....136C. Pentingnya Kerjasama .....146

BAB VII PENUTUP ..... 151A. Kesimpulan ..... 151B. Saran dan Rekomendasi .....153

DAFTAR PUSTAKA ..... 157BIOGRAFI PENULIS ..... 162

Page 16: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

1

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang MasalahPada sebuah diskusi bulanan Lintas Agama yang dilakukan di Sinode Gereja Kristen Jawa Salatiga—sekaligus peneliti aktif di dalamnya—dengan tema “Kerukunan dan Toleransi Beragama”, timbul beberapa pemaknaan tentang kerukunan dan toteransi sesuai dengan pemahaman keagamaan masing-masing diskusan. Suhartini pengikut Kristen yang taat, yang keluarganya terdiri dari beberapa pemeluk agama. Beliau memaknai kerukunan dan toleransi beragama adalah membiarkan, mengijinkan, dan tidak melarang. Ada juga yang memaknainya dengan menghargai dan memberi kesempatan umat beragama melakukan ibadah masing-masing sesuai agama dan keyakinan.

Kemudian dari sana timbul dalam pikiran bahwa akan lahir berbagai persepsi atas kemungkinan-kemungkinan yang terjadi

Page 17: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

2

dalam benak masyarakat tentang kerukunan dan toleransi umat beragama. Apakah memang sebuah kerukunan dan toleransi sudah selesai seperti yang terjadi pada pemahaman Suharti dan lainnya di atas? Atau mungkin kerukunan dan toleransi lebih sekadar membiarkan, mengijinkan, tidak terlarang, menghargai, dan memberi kesempatan. Atau yang lebih mungkin lagi adalah ketidakadaannya kerukunan antarumat beragama itu sendiri? Artinya, bahwa kerukunan harus memiliki pemaknaan yang berkonotasi pada pelbagai kelakuan sosial yang nyata, yang menekankan pada munculnya nilai kerukunan baru yang lahir dari pengalaman kebersamaan umat agama dalam tatanan ekonomi dan politik yang tidak adil. Nilai kerukunan baru ini kurang lebih berarti: Solidaritas pada orang miskin—bukan konformitas pada yang kuat—kerja sama (bukan sekadar tidak ada konflik), pro-eksistensi (bukan sekadar ko-eksistensi). Kemiskinan menimpa siapa saja tanpa pandang agamanya. Demikian juga kemiskinan menjadi tanggungjawab siapa saja tanpa pandang rumah ibadatnya (St. Sunardi, 2004:24-25).

Kerukunan umat beragama bukan saja terciptanya kedamaian yang semu, dalam arti bahwa kedamaian yang ditimbulkan bukan hanya sekadar ‟untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku‟ (QS Al-Kafirun: 6), secara scriptua (tekstual), yang berarti: sikap masa bodoh, acuh, dan terserah (pre[ko]-eksistensi) tetapi kerukunan harus diarahkan kepada pemaknaan dan pemahaman yang nyata, melalui keterlibatan dan rasa memiliki, peduli, dan saling (pro-eksistensi). Untuk sampai pada tahap penguatan pemaknaan dan pemahaman kerukunan umat beragama yang nyata tersebut, dapat direalisasikan melalui pelbagai macam cara, baik melalui dinamika pergaulan, interaksi sosial, kepemilikan, kepedulian, maupun

Page 18: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

3

keterlibatan secara aktif dalam masyarakat yang sangat plural. Selain itu, anggota masyarakat harus saling menguatkan, dengan diikat oleh sikap saling mengendalikan diri serta saling menghargai kebebasan dalam menjalankan aktivitas keagamaan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing.

Pluralitas adalah fenonema yang sangat lekat dengan Indonesia. Enam agama resmi negara (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Konghucu) dan lebih dari 150 aliran kepercayaan, cukup menjadi bukti bahwa Indonesia termasuk salah satu negara pluralis terbesar di dunia. Pluralitas bisa menjadi potensi, namun dapat pula menjadi problem. Dalam konteks inilah kerukunan diperlukan untuk mengelola keragaman itu.

Kegelisahan akademik dari penelitian ini adalah ancaman timbulnya kerawanan hubungan antar umat beragama itu yang disebabkan sifat dari masing- masing agama yang mengandung tugas dakwah/misi dari agamanya masing- masing, kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan pihak lain, kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan intoleransi dalam kehidupan masyarakat, kurang adanya komunikasi antar pemimpin masing-masing antar umat beragama, dan kecenderungan fanatisme yang berlebihan yang mendorong munculnya sikap kurang menghormati bahkan memandang rendah pihak lain. Belum lagi kurang optimalnya kerjasama antar tokoh muda lintas agama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan.

Agama mengajarkan kedamaian dan kerukunan di antara manusia dan sesama makhluk. Agama mengajarkan budi pekerti yang luhur, hidup tertib dan kepatuhan terhadap aturan yang

Page 19: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

4

berlaku dalam masyarakat. Ajaran yang disebutkan itu bersifat universal, selain itu terdapat ajaran agama yang juga bisa menimbulkan disintegrasi bila dipahami secara sempit dan kaku oleh pemeluk, terutama kaum muda sebagai penerusnya.

Kebebasan beragama dan tipologi multikultural yang terdapat dalam ajaran universal agama-agama senada dengan kondisi daerah dan masyarakat Salatiga. Semua agama dan pemeluknya yang ada di Salatiga sementara ini tidak menandakan adanya superioritas atau imperioritas, terhindar dari konflik, rukun, dan saling menghargai. Hal ini menandakan betapa toleran dan rukunnya agama di Salatiga.

Penelitian ini juga ingin membandingkan atau komparasi dengan pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat Kota Manado. Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Disamping itu juga untuk membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tentu. Penelitian komparasi antara Kota Salatiga dan Manado ini juga dalam rangka untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih.

Page 20: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

5

B. Rumusan MasalahApakah melalui penguatan pemahaman dan penguatan perilaku karukunan

Antarumat beragama di Kota Salatiga dan Manado dapat meredam dan meminimalisir terjadinya konflik yang bermuatan SARA sekaligus berupaya menguatkan NKRI, paling tidak semakin menjauhkan Salatiga dan Manado dari riak-riak yang menyebabkan konflik antaragama. Rumusan masalah tersebut dapat dikembangkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius?

2. Bagaimana perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius?

3. Bagaimana proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius dalam upaya penguatan NKRI?

C. Signifikansi PenelitianSecara teoritis penelitian ini akan memberikan kontribusi dan memperkaya kajian tentang pemahaman dan perilaku kerukunan antarumat beragama di Indonesia khususnya Salatiga dan Manado. Sementara secara praksis, penelitian ini akan menambah pemahaman dan semakin kuatnya bangunan kerukunan antarumat beragama sekaligus menjadi model aktualisasi kerukunan antarumat

Page 21: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

6

beragama di Indonesia. Selain itu penelitian ini memberikan informasi dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang meneliti tema pluralisme, dialog keagamaan, multikulturalisme, kearifan local, dan kerjasama antaragama. Penelitian ini juga dapat menjadi input yang positif bagi pengembangan penelitian “discovery” dan penelitian komparasi dalam upaya untuk melakukan penelitian yang tidak hanya membuktikan teori, melainkan menemukan suatu nilai-nilai universal. Lebih lanjut penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para tokoh agama dan tokoh masyarakat pada umumnya dan stake holders pemerintahan.

D. Kerangka TeoriKata kerukunan telah digunakan dalam konteks yang lebih luas, seperti kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar bangsa, dll. Penggunaan dan pemahaman dari kerukunan ini bahkan telah tertera dalam dasar negara Indonesia, yaitu pancasila. Sebagai negara pancasila, Indonesia memberikan tempat pada kebebasan beragama. Oleh karenanya, kerukunan hidup umat beragama menjadi suatu yang penting untuk diwujudkan, sebuah kerukunan yang dilandasi kesadaran bahwa walaupun terdapat perbedaan agama tetapi setiap orang mempunyai tanggung jawab yang sama untuk mengupayakan kesejahteraan bagi orang banyak, (Sairin, 2006).

Pemahaman religiusitas secara nyata dapat membawa pada pola kehidupan yang berkerukunan, karena agama—agama apapun bentuknya—jelas-jelas mengajarkan kepada manusia untuk berbuat baik, saling menolong, saling menghargai, dan saling berinteraksi tanpa memandang ras, suku, dan agama. Sesungguhnya Tuhan menciptakan kamu sekalian dari laki-laki dan perempuan, dan

Page 22: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

7

membuatnya bersuku dan berbangsa-bangsa untuk—li ta‘arafu—saling mengenal (QS Al-Hujurat:13). Melalui bangunan logika sederhana, bahwa term li ta‘arafu adalah untuk saling mengenal bukan saja seperti kenal dan tahu, melainkan memiliki makna kenal dan tahu serta saling mengerti dan memahami sehingga tidak terjadinya perselisihan yang berakibat pada konflik dan kehancuran.

Sebagai bukti dalam meningkatkan pemahaman religiusitas yang berimplikasi pada kerukunan umat beragama yang bersifat pro-eksistensi. Ada satu peristiwa yang dapat diteladani dari apa yang Rasulullah ajarkan bahwa betapa besar kerukunan yang dilakukan oleh Rasulullah. Adalah penerimaannya terhadap delegasi Kristen dari Najran. Mereka menganut agama Katolik yang dipimpin oleh Abdu ‘al-Masih al-Ayham dan Abu Haritsah bin ‘Alqama, salah seorang uskup. Mereka tinggal beberapa hari di Madinah dan ditampung di Masjid Nabawi dan di rumah-rumah sahabat Rasulullah. Selama beberapa hari terjalin dialog antaragama antara Rasulullah dengan mereka. Suatu ketika pimpinan delegasi itu mohon pamit kepada Rasulullah. Rasulullah menanyakan apa keperluan mereka sehingga harus meninggalkan masjid. Mereka menjawab bahwa mereka ingin melakukan kebaktian. Rasulullah mencegah mereka pergi ke luar masjid dan mempersilahkan mereka melakukan kebaktian di Masjid Nabawi. Peristiwa ini diceritakan oleh sejarawan Islam dalam buku Sirah Ibn Ishaq (85-151 H).

Kembali menuju fenomena tersebut, ada dua wilayah yang mengangkat dan mengagungkan nilai kerukunan. Pertama, sebagai pemeluk Kristen, Abd ‘I- Masih al-Ayham dan Abu Haritsah bin ‘Alqama beserta rombongannya menjaga dan menghormati perasaan

Page 23: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

8

Rasulullah dan umat muslim, sehingga mereka dengan rasa hormat memohon izin untuk melakukan kebaktian di lain tempat. Kedua, Rasulullah Muhammad pun menghormati rombongan tersebut untuk dengan memperbolehkan melakukan kebaktiannya di Masjid Nabawi. Nilai spiritual dan melakukan ritus keagamaan tidak dibatasi oleh tempat, karena hal tersebut hanyalah simbolisme-simbolisme yang diberikan oleh manusia.

Agama adalah sebagai sebuah pengejawantahan dari ekesistensi Tuhan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Dengan agama tersebut manusia tertolong dalam memecahkan berbagai dimensi misteri dan persoalan, baik dimensi misteri dan persoalan sosial maupun dimensi misteri dan persoalan ketuhanan itu sendiri. Agama juga diyakini oleh semua pemeluknya, sebagai ranah yang mampu membawa pada kerukunan, kedamaian, dan keselamatan.

E. Kajian Riset SebelumnyaIsu-isu yang menyangkut tentang kerukunan dan pluralisme agama serta konflik-konfik yang disinyalir disebabkan oleh keberbedaan agama banyak menarik perhatian peneliti; Tulisan Imam Tholkhah dalam Jurnal Harmoni (2004) yang berjudul Membangun Kualitas Kerukunan Umat Beragama, mengisyaratkan betapa pentingnya berbagai aspek guna mendorong terbangunnya kerukunan umat beragama, diantaranya; aspek ajaran agama yang universal tentang kasih, cinta, dan adil terhadap sesama; aspek soaial budaya yang bukan saja bermuara pada wilayah birokrasi akan tetapi juga pada akar rumput; aspek pembentukan organisasi lintas agama; aspek kearifan lokal; aspek historis; dan aspek hukum.

Page 24: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

9

Ibnu Hasan Muchtar (2004) dengan judul penelitian Kajian Tentang Kegiatan Kerukunan Hidup Umat Beragama di Provinsi Nusa Tenggara Timur, menyimpulkan bahwa kerukunan hidup umat beragama bertolak dari kebutuhan riil umat beragama NTT, yang menyadari keberadaannya sebagai masyarakat majemuk, multi etnis, suku, agama dan ragam budaya untuk hidup rukun, aman, damai di wilayah RI. Sekaligus meniptakan bingkai kerukunan hidup beragama di NTT, dengan melakukan pengkajian perumusan serta giat mensosialisasikan manajemen strategis kerukunan hidup beragama Nusa Tenggara Timur.

Penelitian berjudul “Umat Islam dalam Memaknai Isu Kristenisasi di Salatiga (Suatu Analisis Persepsi Berdasarkan Perspektif Teori Coordinated Management Of Meaning)” oleh Stefanie Theresia Permata, Royke Siahainenia, dan Sampoerno yang dimuat pada Jurnal Cakrawala UKSW mengangkat bahwa isu dominasi orang Kristen di Salatiga, tidak sedikit yang membenarkan bahwa terangkatnya image Salatiga sebagai ‘Kota Kristen‘ sangat besar dipengaruhi oleh kehadiran Universitas Kristen Satya Wacana sebagai universitas tertua dan bergengsi di kota tersebut. Menilik lebih dalam pada isu Kristenisasi tak sebatas pelekatan kesan kota Kristen maupun isu SARA yang menerpa UKSW. Pembangunan rumah ibadah juga menjadi indikasi isu lainnya. Munculnya bentuk-bentuk isu ini baiknya harus dicermati. Salah satu cara dalam mengamati adalah dengan melihat populasi agama dan tingkat pertumbuhan rumah ibadah dalam beberapa tahun belakangan atau berdasarkan sensus terakhir (Dapat dilihat pada laman http://ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/view/49 diakses pada bulan April 2018).

Page 25: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

10

Hidup menyatu dalam masyarakat plural perlu ada kesadaran bersama untuk membangun platform yang memberikan jaminan hidup bagi seluruh warga lintas agama untuk menikmati kesejahteraan secara material dan spiritual. Slogan “gotong royong” masyarakat Jawa sangat tepat untuk menggambarkan etos kerja sama dan bersama-sama menjaga harmonisasi dalam kehidupan plural. Masyarakat Indonesia perlu menghidupkan semangat kerja sama untuk menjaga dinamika sekaligus harmonisasi dalam kehidupan masyarakat plural. Pemberdayaan masyarakat perlu disosialisasikan sebagai bagian dari penggugah gairah warga untuk hidup bersamasama dalam lingkungan yang plural. Hal tersebut dapat dibaca lebih lanjut dalam penelitian Imam Sutomo yang diterbitkan pada jurnal INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 1, Juni 2014: 93-114 dengan judul Implementasi Nilai Religiusitas dan Toleransi dalam Pemberdayaan MasyarakatPada Jamaah Masjid Al-Hikmah Sidomukti Salatiga.

Sementara itu penelitian Wulan Purnama Sari dengan judul Studi Pertukaran Sosial Dan Peran Nilai Agama Dalam Menjaga Kerukunan Antar Kelompok Umat Beragama Di Manadoyang dimuat pada Jurnal Komunikasi Profetik Vol 11, No 1 (2018) menyebutkan bahwa Isu rasial memiliki potensi konflik yang sangat tinggi, khususnya di Indonesia yang memiliki keberagaman tinggi sehingga potensi akan konflik menjadi lebih tinggi. Keberagaman yang dimiliki Indonesia ini menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan kerukunan. Setiap agama bahkan mengajarkan tentang pentingnya kerukunan. Sedangkan dalam teori pertukaran sosial diketahui bahwa interaksi manusia dilandaskan pada prinsip pertukaran, dimana penghargaan dimaksimalkan dan biaya dihindari. Kemudian dalam hal menjaga kerukunan faktor peran

Page 26: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

11

nilai agama atau faktor pertukaran sosial yang lebih memiliki peran dalam kerukunan di Manado. Penelitian ini menggunakan konsep dasar teori kerukunan, nilai agama, dan pertukaran sosial.Hasil penelitian menunjukkan bawah kerukunan dapat tercipta di Manado karena faktor sejarah, pendidikan, peran orang tua yang mengajarkan nilai-nilai hidup orang Manado, nilai ajaran agama, serta peran dari para opinion leader yang turut menjaga kerukunan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa antara Suku Minahasa dengan suku pendatang yang berbeda agama terjadi pertukaran sosial, dimana suku Minahasa melakukan pertukaran ini dengan dasar keuntungan terciptanya lingkungan yang damai dan rukun serta menaati nilai dan ajaran agama.

Penelitian Frangky Suleman, Keberagaman Budaya dan Agama di Kota Manado, yang dimuat pada jurnal Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, E-ISSN : 2599-1078, tahun 2017menyebutkan bahwa Manado yang berpenduduk mayoritas beragama Kristen, sedangkan Islam merupakan agama yang di anut ke 2 terbesar selain dari agama-agama lain yang ada di kota manado, keberagaman dan kemajemukan yang ada pada masyarakatnya membuat kota manado kaya akan budaya. Masyarakat menunjukkan hubungan mendalam antar budaya berbagai macam masyarakat yang terjadi sebagai akibat adaptasi kultural dengan nilai budaya lokal. Dalam hal ini, masyarakat tempatan yaitu orang Minahasa yang dominan kuantitas memiliki nilai budaya ideal yang adaptif dan berkembang secara alamiah seiring proses interaksi serta diterima dengan baik oleh masyarakat pendatang (bukan orang Minahasa) sebagai culture dominant.

Page 27: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

12

F. Metode PenelitianUntuk mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan berbagai macam cara untuk mengumpulkan informasi dan data sebanyak-banyaknya untuk mewujudkan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2010), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain- lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Peneliti memilih penelitian studi kasus karena penelitian studi kasus berusaha menggambarkan kehidupan dan tindakan-tindakan manusia secara khusus pada lokasi tertentu dengan kasus tertentu.

Penelitian studi kasus menurut Basuki (2006) adalah kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami sesuatu hal. Dalam penelitian ini peneliti ingin berusaha mengungkapkan secara mendalam tentang bagaimana pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Kota Manado sebagai masyarakat yang multireligiusdalam perspektif tokoh-tokoh lintas agama.

Lokasi Salatiga terdiri dari 4 (empat) kecamatan, yaitu: Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Argomulyo, dan Kecamatan Sidomukti. Kota Salatiga adalah potret wilayah yang pluralistik, terlihat dari persentasi jumlah penduduk penganut

Page 28: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

13

agamanya hampir berimbang. Sehingga Salatiga harus mendapat prioritas untuk mendapatkan perhatian dalam persoalan motivasi kerukunan beragama, dan sebuah usaha preventif yang harus dilakukan agar tidak terjadi konflik antar agama.

Terlihat dalam jumlah penduduk agama kota Salatiga pada tahun 2012 sebagai berikut: Islam 144,695 (78%), Kristen 29,629 (16%), Katholik 9,879 (6.17%), Budha 1,288 (0,01%), dan Hindu 312 (0,002%)(Salatiga dalam Angka dan BPS, 2012:123-124). Sehingga Kota Salatiga dapat dikategorikan pada masyarakat yang multireligius dan pluralis. Sedangkan untuk tempat peribadatan menurut data tahun 2012 adalah sebagai berikut: Masjid 200, Musholla: 293, Gereja: 72, Vihara: 7. (Salatiga Dalam Angka)

Adapun yang akan dijadikan subjek teliti adalah penduduk penganut; pemuka agama (Kyai, Alim), Pendeta, Pastor, Guru Agama di sekolah dari tingkat SD (Sekolah Dasar), sampai SMU (Sekolah Menengah Umum), Akademisi, Organisasi keagamaan, Pemuka Masyarakat (Struktur Pemerintah Kota sampai tingkat Kelurahan), dan bagian dari anggota masyarakat yang berdomisili di Salatiga.

Sementara itu Kota Manado adalah ibu kota dari provinsiSulawesi Utara. Kota Manado seringkali disebut sebagai Menado. Manado terletak di Teluk Manado dan dikelilingi oleh daerah pegunungan. Kota ini memiliki 408.354 penduduk pada Sensus 2010, menjadikannya kota terbesar kedua di Sulawesi setelah Makassar. Jumlah penduduk di Manado diperkirakan (berdasarkan Januari 2014) adalah 430.790. Saat ini mayoritas penduduk kota Manado berasal dari suku Minahasa, karena wilayah Manado merupakan berada di tanah/daerah Minahasa. Suku bangsa lainnya yang ada di Manado

Page 29: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

14

saat ini yaitu Suku Sangir, Suku Gorontalo, Suku Mongondow, Suku Arab, Suku Babontehu, Suku Talaud, Suku Tionghoa, Suku Siau dan Kaum Borgo. Karena banyaknya komunitas peranakan Arab, maka keberadaan Kampung Arab yang berada dalam radius dekat Pasar ‘45 masih bertahan sampai sekarang dan menjadi salah satu tujuan wisata agama. Selain itu terdapat pula penduduk suku Jawa, suku Batak, dan suku Makassar. Agama yang dianut masyarakat Kota Manado adalah Kristen Protestan, Islam, Katolik, Hindu, Buddha dan agama Konghucu. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk yang beragama Kristen Protestan 62.10%, Katolik 5.02%, Muslim 31.30%, Buddha 0.55%, Hindu 0.17% dan Konghucu 0.10%. Meski begitu heterogennya, namun masyarakat Manado sangat menghargai sikap hidup toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia. Sewaktu Indonesia sedang rawan- rawannya disebabkan goncangan politik sekitar tahun 1999 dan berbagai kerusuhan melanda kota-kota di Indonesia. Kota Manado dapat dikatakan relatif aman. Hal itu tercermin dari semboyan masyarakat Manado yaitu Torang samua basudara yang artinya Kita semua bersaudara.

Output yang akan hasilkan dari penelitian ini adalah: 1) Buku Pedoman Toleransi yang akan dijadikan rujukan pengambilan kebijakan dalam bidang kerukunan umat beragama oleh Pemerintah, perguruan tinggi Keagamaan Islam dalam bidang pengabdian masyarakat dan pengembangan organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan; 2) Penyusunan role model kerukunan umat beragama di wilayah perkotaan, urban, dan padat penduduk.

Page 30: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

15

Bab II

Kerukunan: Dari Potensi, Regulasi

Sampai Interaksi

A. Potensi Kerukunan Umat BeragamaBagaimana pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius?Kerukunan kerap disandingkan dengan makna toleransi. Secara etimologis, toleransi berasal dari bahasa Inggris, tolerance, diindonesiakan menjadi toleransi, dalam bahasa Arab disebut altasamuh, yang berarti, antara lain, sikap rukun, kerukunan, tenggang rasa, teposelero, dan sikap membiarkan. Sedangkan secara terminologis, toleransi adalah sikap membiarkan orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan kepentingannya. Bila disebut toleransi antarumat beragama, maka artinya adalah bahwa masing-masing umat beragama membiarkan dan menjaga suasana kondusif bagi umat agama lain untuk melaksanakan ibadah dan ajaran agamanya tanpa dihalangi-halangi.

Page 31: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

16

Persoalan kerukunan bukan hanya ditujukan kepada masyarakat yang heterogen baik etnis maupun agama, akan tetapi juga terhadap masyarakat homogen karena masyarakat ini juga mengandung potensi konflik yang cenderung muncul sewaktu-waktu ke permukaan. Manakala kerukunan tidak terwujud, maka dengan sendirinya akan menghabiskan ongkos besar sebuah pembangunan karena akan menguras energi maupun dana yang akan terbuang percuma. Oleh karenanya, baik pemerintah maupun masyarakat hendaknya secara dini dapat membangun sistem ketahanan masyarakat (early warning system) sehingga pemerintah tidak dihadapkan kepada situasi dadakan. Institusi pemerintah mempersiapkan sarana dan fasilitas untuk mendukung pengembangan semangat kerukunan sementara masyarakat mengembangkan berbagai kearifan lokal sebagai hasil pengalaman pranata sosial dalam membakukan kerukunan itu. Hal ini disebabkan karena semangat membangun kerukunan hendaklah muncul dari pemuka masyarakat sehingga ia bersifat dinamis, kreatif dan inovatif dan menjadi milik masyarakat sendiri di bawah kepemimpinan wibawa para primus interpares.(Suryan A. Jamrah, Jurnal Ushuluddin Vol. 23 No. 2, Juli- Desember 2015)

Kerukunan, seperti telah dikemukakan di atas, adalah sikap tenggang rasa dan dengan lapang dada membiarkan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan. Kerukunan beragama, menurut Islam, adalah sebatas membiarkan umat agama lain untuk melaksanakan ibadah dan ajaran agamanya, sejauh aktivitas tersebut tidak mengganggu ketertiban dan ketenangan umum. Kalau Islam mengajarkan dan menekankan keniscayaan akhlak kerukunan dalam pergaulan antarumat beragama, maka tidak mungkin Islam merusak kerukunan tersebut atas nama agama

Page 32: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

17

pula. Namun, di lain pihak, dalam pergaulan antarumat beragama, Islam juga sangat ketat menjaga kemurnian akidah dan syariah Islamiah dari noda-noda yang datang dari luar. Maka bagi Islam kemurnian akidah dan syariah Islamiah tersebut tidak boleh dirusak atau ternoda oleh praktik kerukunan.

Secara teoretis dan logis, semua umat beragama mendambakan kehidupan damai tanpa konflik, termasuk konflik atas nama agama karena berbeda. Tidak ada agama yang menganjurkan kekerasan dan konflik. Namun kenyataannya, toleransi yang menjadi syarat kerukunan dan kedamaian sosial tersebut tidak mudah diwujudkan tanpa kendala. Masih ada kendala yang selalu muncul di sekitar upaya mewujudkan toleransi antarumat beragama. Moh. Rosyid (Jurnal Addin, Vol. 7, No. 1, 2013) menyebutkan bahwa tahun demi tahun tidak menggembirakan dalam soal kerukunan umat beragama, baik intern maupun antarumat beragama dan umat berkeyakinan di negeri ini. Masalah tersebut berakar pada banyak persoalan, dari dalam dan dari luar agama. Sebagian kelompok memperoleh pemahaman yang sempit tentang agama. Mereka juga kurang mengenal keragaman budaya alias kemajemukan. Faktor luar berasal dari banyak masalah yang membelit masyarakat, seperti kemiskinan, pengangguran, pendidikan, infrastruktur yang lemah atau masalah lingkungan. Pemerintah dinilai oleh masyarakat belum mampu membangunnegeri yang sumber daya alamnya melimpah. Penegakan hukum yang lemah, bahkan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) semakin subur. Tren kekerasan di Indonesia meningkat, toleransi beragama semakin terkikis dan radikalisasi agama kian menguat yang terlihat dari merosotnya toleransi terhadap kelompok atau agama lain. Penyebab intoleransi juga akibat tidak ada lagi tokoh masyarakat atau pemimpin yang

Page 33: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

18

dihormati. Dulu masyarakat kuat karena ada inisiatif pemimpin lokal, munculnya otoritas tradisional secara turun-temurun karena kharisma pemimpin dalam wujud tokoh adat yang berperan mendamaikan konflik.

Semangat kerukunan bukanlah sesuatu yang sudah demikian adanya. Hal ini disebabkan karena derasnya tantangan yang sedang dan akan dihadapi oleh masyarakat. Keterikatan masyarakat terhadap komitmen kesukuan dan agama akan mengalami fluktuasi seiring dengan terjadinya perubahan sosial. Oleh karena itu untuk menumbuh-suburkan semangat kerukunan tidak bisa hanya denganmengandalkan kepada pola-pola lama. Anak-anak muda yang telah bersinggungan dengan modernisasi tidak lagi memiliki ikatan emosional kepada agamamaupun budayanya seperti yang dialami oleh orangtua mereka. Oleh karena itu, apabila masyarakat tidak diberikan bekal pengetahuan terhadap kemajemukan itu maka masyarakat akan mengalami krisis identitas yaitu di satu sisi masyarakat telah meninggalkan nilai tradisi sementara nilai-nilai moderen belum mapan dalam kehidupan mereka (Hamidah, Jurnal Wardah: Vol. 17 No. 2/2016).

Problem kerukunan antarumat beragama tidak jarang mengganggu stabilitas bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Lebih daripada perbedaan sekte (aliran) keagamaan, perbedaan agama melibatkan massa yang lebih banyak, sehingga efek psikologis dan sosiologisnya lebih luas. Bentrokan antar umat beragama mampu rnenggerakkan simpati masing-masing umat beragama dihampir seluruh kawasan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pada tataran ini disharmoni antarumat beragama dapat dengan mudah rnempengaruhi stabilitas politik, terutama karena campur tangan lembaga-lembaga keagamaan berskala nasional

Page 34: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

19

dan intemasional. Keberadaan militansi dan kelompok-kelolnpok fundamentalis memperoleh apresiasi di masing-masing komunitas keagamaan. Selanjutnya, hal ini akan membangkitkan sentimen keagamaan yang meluap-luap yang berujung pada perasaan wajib turut berjuang- dengan jiwa dan raga - membela agama (Marzuki, Cakrawala Pendidikan, 2001, Th.XX, No.3).

Persoalannya sekarang, bagaimana mengatasi permasalahan agama yang sangat rumit ini. Berbagai upaya ditawarkan dan dilaksanakan seperti yang sudah disinggung di atas, yakni dengan pendekatan studi agama, seperti yang ditawarkan M. Amin Abdullah, dengan penerapan pola Tiga Kerukunan Umat Beragama seperti yang ditawarkan oleh Pemerintah Indonesia, dan juga dengan melakukan dialog yang melibatkan para pemimpin agama-agama yang bertikai. Tawaran pemecahan ini tampaknya sangat bagus, namun bersifat intelektual sehingga jangkauannya kurang massif. Untuk itu tawaran lain yang perlu diperhatikan adalah pendekatan sosiologis intelektual melalui pelaksanaan Pendidikan Agama di sekolah. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengisi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan beragama secara pluralistik di dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Regulasi Tentang KerukunanBahwa persoalan kerukunan umat beragama merupakan persoalan bangsa yang harus diprioritaskan dalam penangannya. Perlu ada upaya penguatan terhadap kerukunan umat beragama secara serius melalui regulasi. Regulasi tentang kerukunan umat beragama seperti itu merupakan suatu hal yang niscaya. Bahkan, supaya regulasi ini memiliki kekuatan hukum yang kuat maka

Page 35: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

20

sudah semestinya ia berbentuk undang-undang berdasar sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Keberadaan regulasi ini untuk melindungi keberlangsungan Tri Kerukunan Umat Beragama yang ada, yakni kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar umat beragama dan pemerintah. Terkait hal ini, peran pemerintah dalam menjaga kerukunan umat beragama seperti ini mutlak dibutuhkan. Peran yang dijalankan oleh pemerintah dalam hal ini adalah dengan menerbitkan regulasi dan juga memberikan fasilitas terhadap berbagai program kegiatan yang mengarah pada pemeliharaan kerukunan umat beragama. Dukungan fasilitas pemerintah seperti ini sangat berpengaruh bagi upaya peningkatan kerukunan hidup umat beragama.

Dasar persoalan pemikiran seperti di atas dapat dipahami, yakni dengan Pendidikan Agama peserta didik dari agama tertentu diarahkan untuk memahami dengan benar dan sebaik-baiknya ajaran agama yang dianutnya, selanjutnya diharapkan mampu melaksanakan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terbentuk insan-insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Inilah jalan pikiran yang dikembangkan oleh pemerintah saat ini terutama melalui Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional. Pendekatan semacam ini dikenal dengan pendekatan doktriner teologis-normatif. Pendekatan ini dilengkapi oleh Amin Abdullah dengan penekanannya pada studi agama yang menjadikan agama sebagai suatu bidang kajian ilmiah. Pendekatan kedua ini disebut pendekatan historis-empiris-kritis (Abdullah, 1999: 12). Hanya saja cara ini hanya dapat dinikmati oleh kalangan intelektual saja dan tidak merembes ke dalam keluarga yang bukan dari kalangan intelektual.

Page 36: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

21

Potensi kerukunan umat beragama berada dalam ranah sosial, di mana masing-masing umat yang berbeda agama melakukan interaksi dalam kehidupan sosial mereka. Dengan kata lain, mereka tidak dipertemukan dalam lintas iman, melainkan dalam lingkungan sosial. Ini artinya, kerukunan beragama tidak bisa dan memang tidak perlu menyentuh ranah teologis. Ranah sosial inilah yang harus dipelihara, dijaga sebagai bentuk ruang dialog. Secara umum, dari hasil penelitian di Salatiga dan Manado ditemukan ada faktor-faktor yang bisa menjadi sarana sosial terciptanya kerukunan yaitu, tradisi, budaya, tokoh agama, dan organisasi kelembagaan masyarakat/pemerintah yang mestinya dapat dikembangkan. Dari hasil analisa pengelompokan data berdasarkan wilayah, ditemukan adanya tipologi yang berbeda antarwilayah, sesuai ruang interaksi antar umat beragama.

Pemerintah melalui Kementerian Agama telah melakukan berbagai kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan kerukunan umat beragama di Indonesia, di antaranya kegiatan reharmonisasi dan antisipasi disharmonisasi kehidupan sosial keagamaan daerah pascakonflik atau rawan konflik; penguatan peran dan pemberdayaan nilai-nilai kearifan lokal; peningkatan pemahaman agama berwawasan multikultural; pengembangan budaya damai; Participatory Action Research (PAR) untuk pengembangan model kerukunan; pemberdayaan organisasi keagamaan; serta penguatan peran tokoh-tokoh agama dan pemuka agama. Selain itu juga peningkatan kerukunan umat beragama juga dilakukan melalui penerbitan, sosialisasi dan implementasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Page 37: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

22

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah.

Terlepas dari upaya pemerintah meningkatkan kualitas kerukunan beragama tersebut, di sisi lain masyarakat sendiri juga memiliki peran yang penting dalam menjaga kerukunan antar umat beragama. Bangsa Indonesia yang memiliki norma-norma kemasyarakatan yang di antaranya bersumber pada nilai-nilai agama mendukung terciptanya kerukunan di lingkungan mereka. Nilai-nilai agama mendorong umat penganutnya untuk cinta damai, membangun kerjasama, sikap toleransi dan menghormati agama lain. Ajaranajaran inilah yang sebenarnya menjadi landasan sikap dan perilaku masyarakat secara umum dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain yang menganut agama berbeda. Kerukunan merupakan nilai yang universal, yang dapat ditemukan dalam setiap ajaran agama. Setiap agama mengajarkan kepada umatnya untuk mengasihi sesama makhluk hidup dan bersikap positif terhadap alam. Semua agama pada hakikatnya mengajarkan umatnya untuk mawas diri, mengenal dirinya terlebih dahulu, mengenal segala musuh yang ada dalam dirinya serta kelobaan, iri hati, kemarahan dan lain sebagainya. Dengan senantiasa mawas diri, umat beragama akan tetap dapat menjaga saling pengertian dengan umat lain dan benar-benar dapat mengembangkan wawasan kebangsaan, menyadari diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar

C. Interaksi Antar Umat BeragamaPada dataran formal, hubungan umat beragama membutuhkan pola pengaturan yang dapat dipahami oleh semua agama. Peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Majelis Ulama Indonesia

Page 38: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

23

(MUI), Kementerian Agama, tokoh Adat, tokoh masyarakat dalam kegiatan sosial keagamaan menjadi sangat penting. FKUB misalnya sebagai wadah kerukunan umat beragama, menempati posisi sebagai penengah, pemberi informasi, dan membawa suasana kerukunan. Pada tingkatan formal hubungan kemasyarakatan, terutama pada perayaan hari-hari besar agama menuntut semua agama terlibat dalam bentuk penghormatan. Dialog Budaya dalam bentuk pelaksanaan tradisi lokal juga dapat membuka perasaan saling memiliki suasana sosial, keterbukaan sosial, menghilangkan rasa curiga, dan sikap fanatik yang berlebihan dalam beragama. Forum-forum pertemuan yang terwadahi dalam tradisi lokal bisa mengkontruksi kebersamaan, rasa saling memiliki hubungan persaudaraan, dan saling mengenal.

Bila dilihat dari kacamata konstitusi, secara tegas dan jelas disebutkan bahwa konstitusi negara ini serta sistem penyelenggaraan pemerintahan negara sangat mencita-citakan adanya tata kehidupan umat beragama yang berjalan dalam semangat persatuan dan kesatuan, di atas pedoman filosofis Bhinneka Tunggal Ika. Secara konstitusional hal ini tersirat dengan jelas dalam pasal 29 UUD 1945. Demikian pula dalam jiwa sila ketiga Pancasila, yang berbunyi Persatuan Indonesia, jelas terkandung nilai kerukunan. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, cita-cita kerukunan ditunjukkan dalam prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance). Dalam konsep good governance disebutkan bahwa salah satu ukuran kepemerintahan yang baik adalah adanya suatu masyarakat yang madani, yaitu masyarakat yang plural demokratis, saling menghargai, adanya peradaban masyarakat, menerima dan menghargai keberagaman, dan bersama membangun masyarakat maju dan sejahtera, serta

Page 39: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

24

adanya tata kehidupan masyarakat yang mencapai kesepakatan bersama guna mengatur kelompok-kelompok yang berbeda. Dengan adanya amanat seperti ini, maka dalam tataran implementasi praktis memerlukan adanya regulasi. Keberadaan regulasi memiliki arti penting, yakni sebagai pedoman atau aturan main (rule of game) yang bisa dijadikan sebagai acuan bersama untuk hidup berdampingan yang sehat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia; mekanisme pengelolaan terhadap konflik agama atau pengelolaan kerukunan beragama; sebagai kontrol sosial, alat rekayasa sosial, dan pengakuan kebhinekaan, keberagaman, dan hiterogenitas bangsa; upaya penguatan terhadap kerukunan umat beragama; untuk melindungi keberlangsungan Tri Kerukunan Umat Beragama; pedoman dan panduan untuk keabsahan campur tangan pemerintah dalam memediasi dan memecahkan masalah kerukunan umat beragama.

Oleh karena itulah, ketika arus globalisasi makin kencang berputar melaluikebaruan-kebaruan pada sistem teknologi, informasi, dan komunikasi dengan juga menggeliatnya beberapa penyimpangan sosial, justru kearifan lokal dari budaya yang luhur menjadi sangat penting: sebagai identitas yang memiliki kompleksitas dengan kelenturan yang dapat diterima oleh berbagai elemen. Adapun usaha untuk menggali nilai luhur budaya menjadi pekerjaan yang bijak, mengingat banyak orang yang sudah mulai mengabaikan budaya secara utuh dan terjerumus pada pergaulan yang keliru. Budaya itu sendiri, tidak akan pernah habis, walau zaman bergeser dalam konstruksi citra yang penuh gemerlap. Sumbangan pengetahuan tersebut menjadi sangat berharga kepada kita semua sebagai praktik maupun wacana berdasar pada ranah filosofis yang luhur.

Page 40: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

25

Kerukunan umat beragama dimungkinkan akan tumbuh ketika agama diberikan ruang untuk berdialog dalam ruang budaya tanpa ada unsur paksaan dari pihak lain. Dengan dialog, kerukunan beragama akan menjadi nyata melalui peningkatan pemahaman ajaran agama pada masing-masing umat beragama; menjunjung tinggi perbedaan dan keanekaragaman pemahaman keagamaan; mengesampingkan pikiran-pikiran yang menganggap pendekatan budaya tidak relevan. Lewat dialog itu pula akan tumbuh kedewasaan beragama, yakni kesanggupan untuk menghormati perbedaan keyakinan dalam beragama.

Dalam konteks Indonesia, ruang kerukunan hanya akan bisa dibentuk ketika budaya masyarakat mampu menciptakan sarana pertemuan diluar konteks agama. Pada posisi inilah dibutuhkan pelestarian arena interaksi umat dari berbagai agama secara alami. Ruang interaksi yang benar-benar tumbuh dari kesadaran umat beragama untuk berbaur dengan kelompok agama lain, bukan arena interaksi yang secara politis dipaksakan (Arifuddin Ismail, Jurnal Analisa Volume XVII, No. 02, 2010). Untuk mewujudkan kerukunan hidup beragama dan kerjasama antar umat beragama yang harmonis dan berkualitas, tampaknya harus didasarkan pada faktor dan unsur yang bersifat universal, yaitu faktor dan unsur kemanusiaan berdasarkan pandangan agama.

Bila unsur dan faktor yang universal itu dapat difungsikan secara efektif, maka untuk mewujudkan kerukunan hidup beragama dan kerjasama antarumat beragama tidak memerlukan unsur dan faktor eksternal, seperti negara dan pemerintah.

Masyarakat Indonesia secara umum mampu menunjukkan diri sebagai masyarakat yang memiliki toleransi terhadap umat agama

Page 41: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

26

lainnya. Selain itu, diperlukan pula kesadaran umat beragama dalam menumbuhkan sikap toleran dalam kehidupan beragama. Sikap toleran ini dapat menumbuhkan rasa saling menghargai dan saling menghormati antara satu dengan yang lain untuk mewujudkan ketenteraman dan perdamaian. Perwujudan sikap toleransi dalam beragama dapat dicirikan dengan beberapa indikasi. Indikator-indikator sikap toleransi tersebut adalah adanya penerimaan terhadap kelompok lain untuk hidup bersama, terciptanya ruang dialog antarumat beragama, dan saling menghargai terhadap aktivitas keberagamaan pemeluk agama lain.

Page 42: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

27

Bab III

Metode Penelitian

A. Materi PenelitianPenelitian ini adalah penelitian lapangan dan bersifat kualitatif. Oleh karena itu bahan-bahan penelitian primer diambil dari hasilobservasi, informasi hasil wawancara mendalam, refleksi, ungkapan, dan tindakan dari beberapa informan. Penelitian ini juga diperkuat dengan data sekunder berupa kajian buku, naskah-naskah, dokumen-dokumen, tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius, kerjasama antar agama yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik (ajaran agama masing-masing). Sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan

Page 43: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

28

hasil tanpa konflik asimilasi.Lokasi penelitian adalah Kota Salatiga dan Kota Manado serta sekitarnya. Pemilihan lokasi di Salatiga didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa masyarakatnya memeluk agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, tapi kepercayaan mereka akan adanya kearifan lokal tetap berdampingan dengan keyakinan agama. Kota Manado dipilih untuk mewakili kota besar, wilayah timur dan mayoritas penduduk beragama Krtisten. Kota Manado didiami oleh beberapa etnis besar dari Sulawesi Utara diantaranya Minahasa, Bolaang Mongondow dan Sangihe-Talaud.

Meskipun Kota Manado didiami oleh berbagai etnis dan berbagai golongan agama namun masyarakat Kota Manado selalu hidup rukun dan damai. Tak heran jika dikatakan bahwa Manado merupakan miniatur Indonesia. Oleh karena itu selain materi tersebut di atas juga dianggap sangat penting bahan-bahan yang bersumber pada informan, baik berupa wawancara, maupun dialog dengan para tokoh yang dianggap memiliki kredibilitas dalam kerjasama lintas iman atau lintas agama.

Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu informan internal dan informan eksternal. Informan internal adalah informan yang berasal dari para tokoh lintas agama di kota Salatiga dan Kota Manado serta Informan eksternal adalah informan yang berasal dari luar yaitu masyarakat plural yang berdomisili di kota Salatiga dan Kota Manado. Peneliti menganggap tepat beberapa pihak untuk dijadikan informan. Secara sederhana digambarkan oleh peneliti dalam gambar informan dibawah ini:

Page 44: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

29

B. Cara/Alat PenelitianSebagaimana dijelaskan di depan bahwa penelitian ini adalah peneltian lapangan bersifat kualitatif. Objek penelitian adalah tentang pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius, dialog, dan kerjasama lintas iman/agama. Cara penelitian dilakukan dengan peneliti langsung melakukan pengumpulan data, dan mengingat penelitian bersifat kualitatif maka teknik penelitian dilakukan dengan pengumpulan data pada sumber-sumber data, dan peneliti langsung melakukan analisis.

Informan

Informan Internal Informan External

Masyarakat PluralTokoh Lintas Agama

Page 45: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

30

C. Jalan Penelitian

1. Tahap Pengumpulan DataSebelum melakukan penelitian, peneliti merinci sumber-sumber data, serta menentukan lokasi pengumpulan data. Satu hal yang menjadi kesulitan yang bakal dihadapi dalam penelitian ini adalah tekanan dan kecurigaan sebagai konsekuensi penelitian keagamaan, oleh karena itu sumber data berupa kepustakaan menjadi sangat penting dalam penelitian untuk mendukung kelengkapannya.

Pengumpulan data juga dilakukan pada sumber-sumber data organisasi keagamaan antara lain:Kementerian Agama Kota Salatiga; Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Salatiga dan Kota Manado; Majelis Pimpinan Umat Beragama Salatiga (Majelis PUASA); LSM Percik; Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah; Forum Agamawan Muda Lintas Iman Kota Salatiga; Jamaah Gereja Katolik Santo Paulus Miki Salatiga; Akademisi STAB Syaelendra Kab Semarang; Parisadha Hindu Dharma Salatiga; Fatayat NU Salatiga; GKJ Sidomukti Salatiga; Sekolah dan Pendeta Seminari Manado; Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Manado; Agamawan Konghucu Manado; Agamawan Muslim Manado; Perwakilan Komunitas Syiah di Manado; serta lembaga-lembaga lainnya yang memiliki hubungan dengan pluralisme, dialog, dan kerjasama lintas iman/agama. Oleh karena penelitian ini pada tahap pengumpulan data, peneliti sekaligus melakukan analisis dengan metode verstehen, untuk memahami makna data. Adapun proses pengumpulan data dilakukan dengan (a) Mencatat data pada kartu data secara paraphrase, mencatat dan menangkap keseluruhan inti sari data kemudian mencatat pada kartu data, dengan menggunakan kalimat yang disusun oleh peneliti sendiri. (b) Mencatat data secara quotasi, yaitu mencatat data dari sumber secara langsung dan secara

Page 46: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

31

persis. (c) Mencatat data secara sinoptik, yaitu mencatat dari sumber data dengan membuat ikhtisar atau summary.

Setelah melakukan pengumpulan data kemudian dilakukan pengorganisasian dan pengolahan data melalui tahap-tahap sebagai berikut:

(1) Reduksi data, yaitu data dalam penelitian kualitatif berupa data-data verbal, dalam suatu uraian yang panjang dan lebar. Data yang berupa data verbal kemudian diseleksi dan direduksi tanpa mengubah esensi maknanya, serta ditentukan maknanya sesuai dengan ciri-ciri objek formalnya.

(2) Klasifikasi data, yaitu setelah dilakukan reduksi data kemudian dilakukan klasifikasi data. Klasifikasi data dilakukan dengan mengelompokkan berdasarkan objek formal penelitian, pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat.

(3) Display data, tahap berikutnya kemudian mengorganisasikan data-data penelitian tersebut sesuai dengan peta penelitian. Display data dapat juga dilakukan dengan membuat networks atau skematisasi yang berkaitan dengan konteks data tersebut. Tahap berikutnya adalah melakukan analisis data, (Sugiyono, 2007).

(4) Pengecekan data. Untuk menghindari tuduhan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak ilmiah, maka peneliti melakukan pengecekan keabsahan data dengan demikian apabila peneliti melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat, maka jelas bahwa hasil penelitian ini benar-benar dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi. J. Lexy Moelong (2010) dalam pengecekan

Page 47: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

32

keabsahan data diperlukan cara. Cara yang digunakan peneliti dalam pengecekan keabsahan data dengan menggunakan perpanjangan pengamatan. Peneliti melakukan perpanjangan pengamatan sehingga akan diketahui kebenaran yang sebenarnya. Perpanjangan pengamatan dilakukan dengan cara datang kembali ke lokasi penelitian, dan menanyakan informan yang telah diwawancarai kemudian dibandingkan jawabannya.

(5) Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka peneliti menggunakan dokumen pendukung. Dokumen pendukung ini diperoleh dari masyarakat yang berdomisili di Kota Salatiga dan Manado. Peneliti juga mengambil gambar dan merekam hasil pengamatan yang dilakukan.

2. Tahap Analisis DataSetelah melakukan pengolahan data, maka selanjutnya adalah membuat rancangan análisis data. Rancangan análisis data dibuat untuk membantu peneliti dalam menemukan hasil penelitian. Model análisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Metodedeskriptif, yaitu mendeskripsikan secara mendalam tentang pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius dalam perspektif tokoh-tokoh lintas agama.

b) Metode interpretasi, yaitu proses analisis dilakukan dengan melakukan interpretasi yaitu meliputi menerangkan, mengungkapkan maupun menerjemahkan. Penerapan metode interpretasi dilakukan dengan mengintrodusir faktor dari luar, artinya upaya untuk mengungkapkan makna objek

Page 48: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

33

dalam hubungannya dengan faktor-faktor dari luar objek. lnterpretasi menjadi penting manakala digunakan untuk memahami hakikat persoalan. Di dalam objek yang dikaji, dibaca, ditangkap arti, nilai, dan maksud yang jauh terkandung di dalamnya. Sesungguhnya interpretasi merupakan upaya yang sangat penting untuk menyingkap kebenaran, (L. R. Gay, 1996: 458-459; bandingkan dengan J. Lexy Moelong, 1998: 197-207).Peneliti melakukan interpretasi terhadap pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius.

c) Metode heuristika, yaitu metode untuk menemukan suatu pemikiran atau jalan baru, (Kaelan, 2005:95-96; Anton Bakker dan Ahmad Charris Zubair, 1994: 51-52). Penelitian ini tidak menentukan hal yang sangat praktis akan tetapi selalu mencari visi baru atau pemahaman baru untuk menempuh terjadinya pembaharuan ilmiah. Oleh sebab itu metode ini digunakan untuk meneliti sebaik mungkin sistem pembenaran yang menuju pada suatu reconstructed logic (idealisasi),sehingga penelitian harus kembali kepada asumsi-asumsi dasar dengan latar belakang ideologis, kerangka berfikir historis dan budaya. Dalam hubungan dengan penelitian tentang pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius, pluralisme, dialog, dan kerjasama lintas iman/agama, diterapkan metode heuristika dalam rangka untuk menemukan inovasi baru secara kritis, dari hasil penelitian tersebut.

Page 49: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

34

Bab IV

Toleransi Sebagai Beyond Understanding

A. Pemahaman Toleransi Keberagamaan Masyarakat Kota Salatiga Dan Manado

Menurut Bibit, salah seorang tokoh Hindu menyatakan dalam wawancaranya, 30 Mei 2018, bahwa toleransi adalah saling hormat menghormati, tidak terbatas oleh kelompok, agama, kepercayaan, malah justru toleransi itu mencakup semua makhluk. Ada sesanti yang berbunyi tat twam asi (aku adalah engkau). Jika diuraikan aku adalah engkau, aku menyayangi engkau berarti menyayangi diri sendiri, aku mengasihi berarti mengasihi diri sendiri karena engkau sama dengan aku. Jadi termasuk tumbuh-tumbuhan hewan juga begitu jadi tidak terbatas pada manusia saja. Dalam agama Hindu ada hari lingkungan hidup, hari raya untuk binatang, hari yang baik untuk tumbuhan.

Senada dengan Soesetijo, salah seorang tokoh agama Katolik, menuturkan dalam wawancara, 04 Juni 2018 bahwa toleransi adalah

Page 50: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

35

dari kata toleran, bagaimana kita bisa menghargai sesama, bukan hanya pesoalan agama, tapi juga persoalan hidup bermasyarakat, akhir-akhir ini kan kata toleransi dihubungkan dengan agama, karena perbedaan itu tidak hanya dalam hal agama, tetapi banyak hal. Dalam konteks toleransi yang lebih spesifik, yaitu toleransi beragama ia memberikan gambaran tentang keluarganya. “Di dalam kehidupan keluarganya saya tidak mempermasalahkan soal toleransi, karena dari ibu atau bapak bisa dibilang campuran, separo Katolik separo juga Muslim. Kalau dari ibu bisa diaktakan Muslim taat, karena saya dilahirkan dari keluarga Katolik. Oom saya itu trahnya adalah penjaga makam Kudus. Saya kalau liburan ke sana, ke tempat yang mestinya tidak boleh masuk, saya boleh masuk, trahnya dari Lasem. Katanya sih darah trahnya Raden Fatah. Saya sejak kecil kalau masalah puasa, natal, lebaran saya tidak ada batas perbedaan. Ya, kami saling menghormati saja. Kalau di Natal saya juga mendapat ucapan selamat Natal, kalau lebaran tradisi kami saya sungkem kepada yang lebih tua, tidak memandang agamanya. Ada yang mengatakan ada wilayah sosial dan ritual, mungkin lebih pada menghormati tadi, Saya juga dididik untuk saling menghormati, sejak kecil bersama dengan keluarga saya yang muslim. Saya juga tau kalau mau sholat harus wudhu dulu.”

Menurut Ranto, salah seorang tokoh Budha menjelaskan dalam wawancara, pada tanggal 5 Juni 2018 tentang toleransi, bahwa sebenarnya toleransi itu tidak hanya sebatas kata-kata. Tetapi toleransi harus dipahami sebagai beyond understanding, yang lebih luas, bahwa kalau bisa diwujudkan dalam aksi yang nyata. “Misalnya ada Vihara yang sedang kebhaktian, teman-teman Muslim memberi suasana yang baik atau menjaga keamanan atau juga sebaliknya, temen-temen Muslim sedang ada kegiatan, maka umat Budha

Page 51: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

36

umat Kristen bisa memberikan ruang, kalau bisa bantuan yang riil. Itu menurut saya, lebih baik dari pada sekedar ungkapan. Ya, sudah silahkan kebaktian. Memang secara keimanan memiliki jalan macem-macem, namun sebagai manusia bagian alam ini kita harus berkontribusi semua elemen.”

Nur Kholis, salah seorang tokoh Muslim, memaknai toleransi dangat simple dan sederhana. “Ya, saling menghormati, saling menghormati antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, menghormati, dan menghargai.” Wawancara dilakukan pada tanggal 31 Mei 2018.

Menurut Yulia, salah seorang tokoh wanita Muslimah, memaknainya dalam wawancara, 11 Juli 2018 bahwa toleransi; “Bukan saja toleransi dalam beragama, melainkan dalam berbagai macam unsur kehidupan. Toleransi agama adalah dua bagian yang saling beriringan antara perilaku dan perkataan. Perkataan adalah manifestasi dari sikap, habitual dan perilaku. Nilai kemanfaatan tidak harus berpihak. Kita melakukan kerja-kerja sosial bukan saja dilakukan guna membantu orang lain yang sekelompok kita, melainkan membantu manusia yang membutuhkannya tanpa memandang agama, suku, organisasi, maupun kelompok.”

Menurut Eben Haezer, salah seorang tokoh Protestan menjelaskan hakikat toleransi Ketika wawancara tanggal 13 Juli 2018: “Hakikat dari toleransi adalah persaudaraan sesama. Toleransi adalah menghargai yang suci, baik kesucian dalam keyakinan yang dimiliki oleh agama sendiri maupun kesucian yang dimiliki agama lain. Bahkan tidak cukup dengan menghargainya akan tetapi harus lebih dari sekedar itu. Dibutuhkan proses dialogis yang lebih intimistik terutama dalam wilayah dan yang bernilai positif.

Page 52: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

37

Akan lebih berarti toleransi jika terjadi intimistik tersebut, karena bukan sekedar masabodoh atau tidak mau tahu. Intimistik bisa dalam bentuk memahami kaidah ajaran agama orang lain setelah memahami kaidah ajaran agama orang lain. Sehingga toleransi lahir dari kesadaran dan pengetahuan, bukan sekedar berita atau wacana sederhana. Memang dalam proses itu terlihat sekaan masuk pada wilayah keagamaan agama lain. Akan tetapi akan berbeda hasilnya antara toleran yang sekedar masa bodo dengan toleran yang didasarkan pada pengetahun. Akarnya akan lebih kuat. Interaksi yang intim juga dapat dilakukan dengan menghayati. Coba saja kita menghayati tentang agama orang lain, secara sadar atau tidak akan ditemukan nilai-nilai yang tidak jauh berbeda dengan ajaran agama orang lain.”

Sofyan Jimmy Yosadi seorang tokoh Khonghucu memaparkan pendapatnya mengenai toleransi dalam sebuah kesempatan wawancara pada tanggal 25 September 2018: “Bagi kami di Sulawesi Utara, kerukunan itu sudah ratusan tahun berjalan alamiah, tidak ada sekat-sekat, dia sudah berjalan cukup lama. Dan sebelum FKUB ada kan sudah ada Kasu Ayam sejak tahun 1965. Toleransi itu bukan sekedar menghargai tetapi kita bekerja sama, jadi dalam setiap even apapun kita bekerja sama, dulu di sini dibangun benteng-benteng dan di belakang benteng ada pemukiman-pemukiman, agar penjajah gampang mengawasinya, ada golongan Tionghoa ada golongan Arab, makanya kampung Tionghoa dan kampung Arab hanya dibatasi jalan raya saja kan, di daerah sini ada enam atau tujuh klenteng, tapi bersebelahannya ada masjid besar.

Menurut Soesetijo yang biasa dipanggil Tiyo, tentang sumber toleransi dalam kitab suci: “Kalau dalam kitab suci banyak ayat-ayat ttg toleransi? saya kalau suruh menerangkan kurang tahu, saya

Page 53: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

38

termasuk yang tidak suka menghafal kitab suci, persoalan toleransi itu baru dimunculkan. Kami punya semacam Konsili Vatikan II tahun 1963, itu pemuka Katolik bertemu, sebelumnya ada keyakinan tidak keselamatan di luar Gereja, kemudian di konsili itu para pemuka Katolik menggodok betul persoalan toleransi. Sebenarnya idenya adalah, bahasa al Kitab itu kan universal, yang memiliki keterbatasan, di Konsili Vatikan itu dibuat semacam turunan agar Gereja itu menjadi lebih modern, Gereja dan dunia, persoalan toleransi itu ada di sana semua. Yang terakhir itu tentang eko sistem, lingkungan hidup, jadi gerja itu mau tidak mau harus mengikuti perkembangan jaman, kalau mengikuti al Kitab, eko sistem itu kan ndak ada di al Kitab maka perlu dirumuskan, komunikasi sosial. Kami itu baru terbuka setelah konsili Vatikan II, dengan berbagai dokumen gereja Istilah kerennya orang Katolik itu ajaran sosial gereja, bagaiman kami harus mensikapi perkembangan sosial, sementara bahasa al-Kitab masih universal.”

Tentang toleransi dalam ajaran agama, Ranto menuturkan: “Basiknya… Budha sendiri lahir dalam masyarakat yang kompleks ada China, ada Hindu, ada Brahmanisme. Saya kira Budha sangat arif sekali dalam menyampaikan kebenaran atau ajarannya kepada para muridnya. Di awal sekali, ketika Budha ingin memberikan ajarannya itu, yang ditekankan adalah jangan saja percaya pada apa yang saya sampaikan tetapi selidikilah apakah ajaran ini membawa kemajuan batin apa tidak pada diri masing-masing. Di situlah Budha sudah mencerminkan untuk memberikan ruang bahwa, di dunia ini banyak kebenaran, yang mungkin ada yang cocok ada yang tidak, dan Budha sendiri menyampaikan bahwa ajaran ini laksana obat dan dalam salah satu-sutanya (ajarannya) yang tekstual disebutkan bahwa di dunia ini banyak kebenaran, tetapi kebenaran yang

Page 54: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

39

dapat digunakan menyelesaikan persolan di dunia ini bebas dari penderitaan, keserakahan dan kebencian, dari kebodohan batin, itu sudah cukup dengan ajaran yang saya genggam untuk mencapai itu. seperti sebuah daun yang ada di hutan Sinsapa, ini kebenaran yang saya sampaikan hanya segenggam daun saja. Artinya di situ, Budha melihat banyak ruang untuk memahami tentang hakikat hidup dan kehidupan, Budha menjelaskan bahwa tujuan ajaran ini adalah untuk melenyapkan diri dari sifat keserakahan, kebodohan batin dan kebencian. Dengan begitu, saya rasa Budha mempunyai perspektif yang luas terhadap kebenaran dan agama-agama yang muncul, karena kelahiran Budha sendiri berada di tanah yang multikultur, tradisi yang cukup banyak di India itu, Samanisme, Brahmaisme, Hinduisme, Syiwa, Wisnu. Kalau memang ajaran ini cocok untuk menciptakan kemajuan dalam hidupmu maka terimalah, tetapi jangan begitu saja percaya dengan ajaran yang guru-gurumu ajarkan, selidikilah, ketahuilah dengan hati-hati dan cermat tentang ajaran ini. Hal itu, menurut saya sebagai landasan filosofi dalam melihat truth claim terhadap ajaran agama. Budha sendiri mengajar kita memahami kebenaran dari curiosity, Budha sangat terbuka dan memberi ruang lingkup untuk memahami kebenaran di alam ini.”

Bibit menuturkan: “Dalam kitab suci banyak mengajarkan tentang toleransi. Dalam agama Hindu, semua makhuk terdiri dari jiwa dan raga. Kalau raga itu berasal dari unsur materi, kemudian kalau jiwa atau sukma adalah unsur rohani. Rohani ini menurut ajaran Hindu adalah percikan dari Tuhan YME. Bukan diciptakan tetapi percikan. Misal, jiwa menurut Hindu (Jiwatman), sumbernya dari Parama Atman. Parama Atman Sang Hyang Widhi itu sendiri. Kalau bisa saya simpulkan, semua makhluk itu asalnya satu, berhubung asalnya satu, maka kita ini bersaudara.”

Page 55: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

40

Menurut Eben Haezer: “Jika di dalam Kristen, dan mau sedikit mempelajari, Bible study, akan menemukan inklusif trium. Sebuah tema yang mengajarkan tentang membangun jembatan dan bukan membangun benteg. Inklusif atau jembatan adalah manifestasi dari membangun interaksi yang intim, sementara trium adalah manifestasi dari ekslusivitas bertahan tanpa terbangun sikap yang terbuka. Gereja Kristen Jawa untuk melaksanakan amanat ajaran bible dalam event KESPEL -Kesaksian dan Pelayanan-, untuk selalu menekankan dalam pembangunan jembatan interaksi intim tersebut. Seperti kemaren yang sempat menjadi kondisi kurang baik di teman-teman IAIN. Ketika Misa kita mengundang teman-teman paduan suara IAIN untuk terlibat di dalamya. Kita memahami pasti ada pro dan kontra di sana. Tetapi itu dapat dijadikan sebagai bukti dan alasan kami melibatkan mereka. Agar terjadinya persaudaraan antara Islam dan Gereja.”

Cakupan toleransi bagi Bibit: “Meliputi semua makhluK, semua dimensi kehidupan, hanya mempunyai baju sendiri-sendiri, kalau hewan ya bajunya hewan, kalau tumbuhan ya tumbuhan kalau manusia bajunya manusia.”

Soesetijo menuturkan: “Dalam berbagai kesempatan di gereja kami sudah sering dilakukan, mulai dari koor, dulu pernah mengadakan dramanya itu diganti dengan hal itu, tetapi secara Katolik tegas Liturginya, memang secara tegas hanya boleh dijamah oleh Pastur dan ada yang boleh dijamah oleh umat, kalau jenengan ke gereja ada yang di atas altar itu batasannya di belakagn altar itu kan ada semcam kotak kecil (sakristi ada lampunya) itu melambangkan Tuhan itu hadir di sana, selama itu ada saya sebagai umat sebisa mungkin tidak menjangkau altar, tetapi kalau itu dipindahkan ke ruang sebelahnya, misalnya mau dibersihkan atau ada acara

Page 56: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

41

apa. Kemarin itu yang banyak anak dari SPPQT (mas Bahrudin) itu memberi pemahaman juga kepada mereka, itu wilayah iman (pastor).”

Menurut Ranto: “Saya setuju bahwa kita itu sama-sama manusia, secara pribadi untuk iman, itulah hak masing-masing. Jadi prinsip saya, memanusiakan manusia untuk membangun toleransi. Sebenarnya krisis kita ini kan krisis pemahaman. Banyak orang melihat Budhis misalnya, dulu di Percik (Lembaga Persemaian Cinta Kasih) itu kan ada gerakan Sobat Muda. Banyak orang denger Budha, tetapi bukan dari orang Budha itu sendiri. Ketika kita kumpul di sini, kita menyembah patung, kemudian kita jelaskan bahwa patung itu hanya simbolis belaka, mereka baru sadar. Jadi menurut saya lebih ke pemahaman, karena kita itu krisis pemahaman tentang toleransi itu sendiri dan terhadap agama lain, kalau beyond belief nya itu luas, ya itu tidak bisa diganggu gugat. Jadi pemahaman masing-masing itu sebagai batasan toleransi antarumat beragama.”

Menurut Nur Kholis, batasan toleransi adalah: “Yang bisa ditoleransi, yang muamalah, dimensi sosial, kalau ubudiyah I’tiqadiyah itu menurut saya tidak boleh, dalam arti orang lain ikut dalam ubudiyah dan itiqadiyah itu namanya mencampur adukkan ajaran agama.”

Yusuf, seorang tokoh Ahmadiyah Manado menjelaskan dalam wawancaranya mengenai pemahaman toloeransi: “Toleransi itu adalah memahami, memaklumi, keyakinan atau ekspresi keyakinan tersebut melalui ibadah dan lainnya, memaklumi ibadah-ibadah mereka, keyakinan-keyakinan mereka yang berbeda dengan keyakinan yang kita yakini, terlepas apakah mereka disimbolkan dengan symbol-simbol agama. Jadi toleransi menurut saya ada

Page 57: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

42

memaklumi dan memahami dan menghargai keyakinan serta ekspresi dari keyakinan tersebut.” Beliau melanjutkan tentang cakupan toleransi itu: “Contohnya kalau perayaan-perayaan hari besar ya kita harus memaklumi, cakupannya menurut saya kalau bapak sudah memahami Ahmadiyah saya kira sudah bisa digambarkan bahwa cakupan yang dipahami Ahmadiyah ya menyeluruh, apakah itu masalah keagamaan, apakah itu masalah adat dan sebagainya, hanya masalahnya adalah yang hanya kita maklumi adalah keyakinan mereka memiliki keyakinan dasar, keyakinan dasar setiap agama tidak bisa ditoleransikan kepada agama lain, jadi nilai-nilai dasar itulah yang setiap agama harus mempertahankan masing-masing. Kalau itu juga harus ditolerankan ya ndak ada lagi toleransi karena toleransi itu khan keragaman itu muncul ketika masing-masing agama itu memiliki nilai-nilai dasar keyakinan itu. Ketika setiap pemeluk agama itu dia atas nama toleransi kemudian mengkaburkan nilai-nilai dasar itu yang tidak bias ditoleransi, maka tidak akan ada lagi toleransi.

Tokoh agama Katolik lainnya Dany dalam wawancaranya tanggal 22 September 2018 di Wisma Lorenzo Manado menjelaskan tentang toleransi: “Saya pernah belajar Islam di Mesir, Kairo, ketika Indonesia sedang ramai dan menyangkut agama maka saya belajar tentang Islam, ketika Poso ramai saya diutus ke sana tahun 2004, saya ada di komisi HAK (Hubungan Antar agama dan Kepercayaan) di Keuskupan Menado, punya visi persaudaraan respek saling menghormati dengan mengangkat keunikan sebagai kekayaan. Perbedaan itu unik yang unik itu kalau diramu dengan baik maka menjadi kekayaan, maka yang unik itu tidak berarti jelek, yang lain itu tak berarti jelek, untuk menghindari bahwa mungkin segelintir orang, kalau lain berarti bukan kita, dasar kita adalah, kita itu manusia, manusia

Page 58: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

43

itu ada kutipan Quran bahwa kita itu manusia. Kalau bicara gereja mimbar itu, mimbar adalah tempat khotbah pengajaran, bagi saya bukan hanya sekedar kelengkapan, tapi sebenarnya adalah panggung pentas kebenaran barang itu kecil sekali terbuat dari kayu, ada mic tetapi sebenarnya itulah pintu masuk kebenaran, kalau dilihat dari mana firman itu disampaikan oleh Tuhan kepada pendiri agama Nabi Muhammad, Yesus, Sidharta Gautama, mereka menyampaikan ajaran itu lewat mimbar, nah mimbar ini harus dijaga maksudnya sebagai panggung, di mana kehendak yang Ilahi mau disampaikan kepada manusia, pengguna mimbar harus benar-benar menyadari.saya mau menyampaikan pikiran saya atau kehendak Tuhan, ini bukan sembarang tempat untuk dipakai seorang pengkhotbah menyampaikan firman al-Kitab atau al-Quran, ini bagi saya penting sehingga ini kan di Gereja atau tempat ibadah, maaf bukan politik, karena ini di rumah ibadah, kalau politik ada tempatnya, tetapi kalau rumah ibadah adalah tempat mengabdi, saya harus mengabdi, kita mengupas firman ini tempatnya dan menyampaikan firman itu kepada umat atau jemaat. Kemudian yang hadir itu bukan bodoh, mereka punya daya nalar mereka dapat karunia, yang saya ucapkan mereka bisa menilai benar apa tidak, shg evaluasi atas pengajaran itu ada di depan kita bukan nanti Tuhan yang nilai, maka di Menado, sebagai contoh, jemaat saya akan marah-marah kalau saya bawakan firman dengan marah-marah itu langsung bisa dinilai orang, sehinga keluar dari Gereja itu bukan membawa damai suka cita karena romo yang bawakan itu marah-marah, jangan bicara dulu soal agama lain, kok Romo itu marah-marah, memaki-maki ini bukan tempatnya, sehingga bagi saya masih banyak di Menado baik Romo atau Imam memakai mimbar itu betul-betul sebagai saluran firman, saluran ajakan kebaikan, tuhan kan tidak pernah menghendaki yang

Page 59: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

44

lain selain kebaikan persaudaraan. Jadi kalau Menado dikatakan begitu saya percaya ini, Pastor tau, Pendeta tau, di sini saya harus bicara tentang kebenaran itu yang kemudian dibawa oleh jemaat sehingga di pengalaman harian mereka kutip itu sesudah ibadah sesudah kebaktian, tadi Pastor bilang kamu tidak boleh mencuri nanti kalau mencuri tuhan marah masuk neraka, karena dengar dari mimbar pengalamn saya juga kadang-kadang ada keliru kata, dikritik dikoreksi oleh jemaat ketika jabat tangan, kalau saya bicara baik saya langsung di apresiasi, hebat, bagus, inspiratif. Sehingga barang kecil ini yang terbuat dari kayu ketika diberi sinar ilahi maka luar biasa, dan ini berlaku untuk siapa saja, kalau ustadznya salah-salah omong kan ada berapa yang memberi tanggapan, bilamana secara moral kata-katanya tidak dapat dipertanggungjawabkan pasti jamaah mengevaluasi. Jadi pengalaman saya saya sudah 22 tahun jadi Pastur. Salah satu kunci adalah mimbar benar-benar menjadi media penyampaian yang baik-baik.

B. Bentuk Perilaku Toleransi Keberagamaan Masyarakat Kota Salatiga Dan Manado

Menurut Bibit, menjelaskan bentuk toleransi: “Kalau kita sudah mendalami agama sendiri kan tidak perlu ikut campur dengan orang lain. Kita boleh saja ikut acara ritual agama lain, asal kita tidak mencampuri ibadah mereka. Saya dalam Natalan diundang, mereka melaksanakan ritual mereka, saya cukup diam saja, saya duduk diam menyaksikan, mendengarkan itu sebagai salah satu bentuk toleransi, itu ndak ada masalah, dan itu tidak mengganggu srada dalam agama kami. Tergantung manusianya sendiri, kuat atau tidak, saya pernah Natalan jam 04.00 pagi diundang di lapangan Pancasila, diminta nyalakan lilin, ya saya juga nyalakan lilin, setelah itu dia

Page 60: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

45

khotbah, melaksanakan kebhaktian, saya hanya duduk menyaksikan atau berdiri manyaksikan. Contoh lain orang tua saya meninggal atau mertua saya meninggal tetapi berlainan keyakinan, saya tetap menghormati bagi yang meninggal, saya berdoa menurut keyakinan saya, tetapi tidak perlu saya tunjukkan kepada orang lain. Saya duduk atau berdiri dengan tenang melaksanakan apa yang menjadi kepercayaan agama saya, saya tidak mempermasalahkan apakah yang meninggal itu agama Islam atau agama yang lain. Kewajiban saya adalah, sebagai manusia yang berasal dari Tuhan… Tuhan itu kan tidak beragama oleh karena itu saya melaksanakan sesuai dengan keyakinan agama saya. Jiwatman mereka bisa kembali kepada asalnya, Itu bentuk toleransi, saya tidak mengajak-ajak… Ya kalau kita, bagi yang membutuhkan bantuan ya kita bantu semampu kita, entah itu kegiatan sosial atau yang lain… ndak ada program kita, mengalir spotanitas, soalnya di dalam agama Hindu itu ada ajaran namanya hukum karma pala. Setiap saat kita melaksanakan, hukum karma pala itu hukum sebab akibat, siapa yang berbuat baik akan menerima akibatnya. Jadi kita tidak mengenal waktu, itu termasuk hukum yang tertinggi di dalam agama Hindu…”

Menurut Soesetijo: “Rangkaian ibadah Natal ada koor dari luar… itu kan dari BKGS itu ya (Badan Kerjasama Gereja Salatiga) yang biasanya mereka mengadakan di lapangan Pancasila itu. Kalau saya lebih ke perayaannya saja, karena ibadahnya itu kan ibadah Kristen. Menurut saya, ndak begitu masalah, karena di ibadahnya Katolik sendiri di tata urutan itu memang ada yang hanya boleh diikuti oleh pemeluknya, tetapi orang luar kalau mau melihatpun juga tidak apa-apa. Saya beberapa kali, misalnya secara Liturgi kita kan memang Gereja Katolik itu paling taat, lagunya harus ini-ini. Tetapi suatu saat misalnya kita mengadakan ibadah atau Misa untuk kaum

Page 61: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

46

muda kan kita ya agak menyesuaikan diri. Saya biasa mengundang teman-teman keroncong, ada juga tema keroncong yang bukan orang Katolik juga, orang Kristen, orang Muslim, atau khotbah yang sering dilakukan oleh temen-temen itu. Khotbah Romo diganti oleh visualisasi drama, sebenarnya kan tidak mengurangi esensinya. Nah, drama ini yang melakukan bukan hanya temen-temen Katolik, misalnya kita minta tolong teater Getar IAIN. Itu kan jelas mereka bukan Katolik, itu sering dilakukan. Tetapi bagi Katolik yang esensi di ibadah itu dari tata urutannya, setelah doa syukur Agung, hanya yang dibaptis Katolik yang boleh masuk, mengikuti dan menerima simbol tubuh dan darah Yesus yang kita biasa dikasih roti. Tetapi itu tidak mengurangi, karena nanti kalau sudah masuk do‘a Agung Pasturnya memberi pengumuman, yang boleh menerima roti adalah khusus yang beragama Katolik/Kristen, itu doa syukur Agung.” Tiyo melanjutkan: “Secara struktural itu ada bidang Liturgi, Pewartaan, Persekutuan Kemanusiaan, Diakonia, Litbang dan Sapasna. Biasanya teman-teman yang mendapat tugas di Diakonia dan Koinonia. -Diakonia itu pelayanan kemasyarakatan, Koinonia itu persekutuan- di bawah itu ada tim kerja misalnya pelayanan kemasyarakatan, kemudian poliklinik, kesehatan, biasanya jabatan satu tahun anggaran mereka yang membuat kegiatan-kegiatan itu. Kita bicara toleransinya luas. Yang sudah berjalan secara struktural secara garis besar geraja itu kan istilah kami harus memperhatikan KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difable). Jadi kami tidak mempersoalkan masalah agama tapi ini misi kemanusiaan, mulai dari beasiswa, poliklinik (mulai tahun 1998), kami sedang mengusahakan menjadi Balai Pengobatan, 70 % yang datang ke sini ini malah bukan orang Katolik, saya tidak mengatakan Muslim tetapi teman- teman Kristen juga banyak yang datang ke sini. Temanteman

Page 62: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

47

pendeta itu malah datangnya ke sini, ini subsidi penuh gereja karena pasien hanya bayar Rp.2.000,- sudah mendapat pelayanan dokter dan obatnya, yang melayani bukan hanya dokter Katolik saja, dokter muslim banyak juga di sini, yang dari pertama sampai sekarang dan saya menaruh hormat betul itu dr. Sudir Asnawi Banyuputih, kalau di bidang lain kami aktif di Majlis Puasa, BKGS dari tahun 2014 sejak kondisi politik mulai meningkat, kami mencoba membuat hal-hal yang kesannya sederhana tetapi mengena, misalnya kami membagi takjil itu sebenarnya kami juga ingin merangkul teman-teman yang lain. Kami juga mengajak teman-teman non-Kristen juga, misalnya teman-teman Budha, Hindu di family itu, yang kita butuhkan kan menurut kami, kita membutuhkan simbol-simbol tertentu untuk menunjukkan bahwa kita tidak pernah ada permasalahan dengan umat lain. Misalnya sholat Ied itu kan ada di Korem Salatiga, kami biasanya membuka tempat ini untuk parkir karena kami tahu kalau teman-teman Muslim kalau sholat Ied pasti kesulitan dalam parkir, dari pada di jalan, kita mengarahkan. Kalau takjil sasarannya umum, mulai tanggal satu sampai akhir, setiap sore dan itu semuanya dari umat kita, kita kan punya white board, misalnya saya punya uang Rp. 50.000,- ya saya kasih. Tapi itu sebenarnya simbol aja, artinya kadang yang dibutuhkan masyarakat kan simbol-simbol seperti itu, kalau secara struktural kami kerja sama dalam acara silaturahmi dan kegiatan yang masuk dalam program kerja.”

Ranto menuturkan: “Satu adalah komunikasi dengan teman-teman lintas iman, kalau di Salatiga kan ada Sobat Muda kerja sama dengan Percik juga, di sini ada seminar dari Percik misal mengadakan seminar lintas iman dan itu menyongsong perayaan Waisak, pembicaranya KH. Muhammad Adnan Ketua PWNU Jawa Tengah dan Romo Budi Utomo berbincang tentang keberagaman

Page 63: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

48

yang mewakili dari Budhis adalah Pak Bramantyo dan menawarkan kepada masyarakat bahwa kondisi riil kita memang majemuk, hadiah dari alam, karena tidak ada jaminan kalau semua Budhis apakah ada kedamaian, ketenangan semua belum tentu, saya kira tidak semua agama mampu menjamin bahwa ketika satu warna itu akan damai tenteram, itu tidak termasuk Budhisme di Thailand, tapi yang bisa menjamin adalah mutual understanding, pemahaman yang saling berimbang.” Tentang partisipasi toleransi yang masuk dalam ritual agama, menurut Ranto: “Saya lebih setuju, yang penting tidak mengganggu keimanan teman-teman muslim, dan di dalamnya itu kan melantunkan lagu-lagu yang bernilai universal dan didasari pemahaman tentang toleransi tadi ya ndak apa-apa. Malah justru kemarin ada ide juga bagaimana kalau temen-temen IAIN itu di kegiatan Budhis.”

Sofyan mengharap untuk lebih banyak mempraktikan nilai-nilai toleransi dalam berbagai perilaku yang berdekatan dengan kehidupan umat beragama sebagai masyarakat: “Kadang-kadang orang menganggap toleransis itu hanya mengundang tokoh agama, disuruh duduk bersama, doa bersama, simbol-simbol saja, saya pernah membuat festival keragaman tahun 2016 bertepatan dengan hari Hak Asasi Manusia 10 Desember 2016 itu pasca pilkada DKI yang luar biasa biadabnya itu, itu kan terbelah, ada NKRI ada yang macem-macem, saya mau ada acara tapi ndak punya uang, kebetulan teman saya ketua DPR Propinsi, dia Konghucu, dia teman baik saya sejak kecil, baru kali ini ada Ketua DPRD Kong Hu Cu, dia pengusaha juga, saya ketemu Habib Muhsin, saya ketemu dengan berbagai tokoh agama dan saya bilang, menghadapi situasi seperti ini kita harus mengadakan festival keragaman, festival itu adalah ekspresi diri melalui seni, akhirnya sepakat dan mereka datang

Page 64: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

49

semua, saya minta mereka mengenakan pakaian kebesarannya, acara jam 10 sampai jam 04 sore, semua khusu, datang 700 orang, ada teman Lesbumi nyanyi Sholawat Nabi dan nyanyi Gloria duet bersama pemuda Gereja. Kita deklarasi, membaca doa dan ini memberi pesan tidak hanya bagi orang Indonesia tetapi juga dunia internasional, di sinilah di Menado ini kita benar-benar damai dan ada kesetaraan diantara kita. Jaman kekinian media harus dimaksimalkan untuk memberi pesan-pesan, itu efektif sekali. Saya panggil media masa, baik cetak maupun elektronik, gambar ini sudah memberi pesan tidak perlu ayat banyak-banyak. Media sosial apalagi, dia viral, media memang penting untuk memberi pesan toleransi,tidak sekedar doa-doa Bersama. Di sini juga kita buat khotbah dalam bentuk buku untuk berbagai agama, misalnya korupsi dipandang dari berbagai agama, buku tentang pemansan global, buku tentang HIV dan AIDS, kita buat bersama tokoh agama. Hal yang cukup efektif bisa kita lakukan, penggagasnya ya kita bersama.

Sedangkan Nur Kholis: “Menurut saya, kalau melanggar telalu tinggi, itu terlalu berlebihan di dalam menerapkan toleransi. Menurut saya orang Nasrani beribadah Misa ya nyanyi-nyanyi itu, ketika kita masuk dalam ranah nyanyian, itu sudah berlebihan, karena kita sudah masuk ke ranah ibadah mereka.” Menurut Nur Kholis, bentuk toleransi beragama adalah: “Kalau pengertian dalam hal yang paling sederhana misalnya pada Bulan Ramadhan kita mengadakan buka bersama, itu kita undang hanya dalam lingkup sosialnya untuk saling berkomunikasi ikut merasakan, ikut makan, di dalam ibadahnya ndak, misalnya besok hari orang Nasrani kita minta untuk ikut berpuasa karena sorenya diadakan buka bersama, ndak mungkin itu karena wilayah ritual.” Beliau melanjutkan: “Ketika

Page 65: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

50

kita mengadakan peringatan Isra Mi‘raj mereka bantu-bantu, angkat-angkat kursi, mendukung kegiatan dalam lingkup kerja fisiknya, gotong royongnya, Isra‘ Mi‘raj, mauludan, mereka juga ikut mendengarkan… kalau kita misalnya membuka kegiatan acara mereka, workshop mereka, peningkatan kualitas guru-guru agama mereka, kita dijadikan moderator, kita sudah tidak membedakan lagi, pejabat ini beragama Islam atau bukan, kemudian ini tidak beragama Kristen, kemudian tidak diundang kan ndak, menjadi petugas dalam kegiatan-kegiatan tertentu.”

Menurut Bibit: “Karena setiap orang kan punya agama atau kepercayaan sendiri-sendiri, kita menghargai dan menghormati kepercayaan itu, untuk menghargai itu kita menggunakan istilah tat twam asi tadi…” Bentuk kegiatan yang terkordinir misalnya oleh FKUB, menurut Bibit: “Kita baik, gantian, kalau pertemuan ya ada anjangsana.”

Menurut Soesetijo: “Antara FKUB dan BKGS (Badan Kerja Gereja Salatiga) hanya formalitas, saya belum melihat peran adanya peran yang sungguh belum maksimal. Saya melihat teman-teman di FKUB dan BKGS itu (anggotanya banyak, sekitar 150-an termasuk Kristen dan Katolik), saya beberapa kali mengikuti acara mereka. Saya harus katakan bahwa ketika mereka bersentuhan dengan dunia politik mereka tidak objektif lagi.”

Reiner Tokoh Katolik ketika diwawancarai di Gereja Masehi Manado pada tanggal 26 September 2018 memaparkan: “Dulu saya anggota BKSUA dan FKUB di Propinsi, hal yang paling kentara adalah kita saling mengunjungi saat hari raya, agama apapun dan selain mengucapkan selamat, enam agama itu yang diakui pemerintah, kalau teman Muslim sholat Id maka teman Gereja mengamankan,

Page 66: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

51

kalau kami merayakan Natal maka pemuda masjid mengamankan, itu tidak diperintah tetapi selalu gerakan dari bawah, itu kerja sama yang sudah membudaya, itu bukan kerukunan tapi sudah menjadi gaya hidup di Menado ini dan itu dibuat oleh orang-orang muda, kalau di sini kan jalan besar jadi mengamankan lalu lintas, dan yang paling terakhir terjadi bom di Surabaya, di sini kita membuat gerakan moral untuk mendoakan dan tidak mengiyakan praktik tersebut sambil menjaga kerukunan bersama, kita tetap disatukan dalam semangat pesatuan dalam bingkai bhineka tunggal ika, baik yang diprakarsai oleh teman gereja, Muslim, maupun Protestan. Itu inisiatornya dari orang akar rumput, dan saya terlibat di sana waktu tanggal 12 kegiatan di Centrum dan juga halaman Mapolres kota Menado itu semua gerakan moral, teman Gusdurian dan ormas pemuda di Mapolres.”

C. Proses Penguatan Pemahaman Dan Perilaku Toleransi Pada Masyarakat Kota Salatiga Dan Manado.

Menurut Bibit, bahwa upaya untuk memperkuat pemahaman dan perilaku toleransi pada masyarakat adalah mendalami ajaran sendiri-sendiri, untuk memperkuat srada (Iman) sendiri, dan harus tahu keimanan orang lain: “Sehingga kita punya batasan-batasan mana yang baik dan mana yang tidak baik.” Sementara peran institusi dalam pendidikan toleransi, Wiku Bibit melihat bahwa pemahaman toleransi didapat dari semuanya, dari agama, sekolah, dan keluarga: “Sejak dulu saya itu bergelut dengan falsafah Jawa, waktu saya kecil belum ada nama Hindu. Saya kelahiran Banjarmasin, ibu dari Kediri dan ayah dari Suruh, nenek saya juga Haji, lha saya itu memang tertarik dengan keagungan orang Jawa, sejak kecil saya memang

Page 67: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

52

tertarik dengan orang Jawa dan bangga menjadi orang Jawa. Sebetulnya Jawa itu agamanya apa, jadi sejak kecil sudah punya cita-cita seperti itu, orang bilang orang Jawa itu beragama Hindu, ini yang sering salah dimengerti banyak orang” Sedangkan peran institusi di masyarakat, menurutnya: “Bagus sekali, sangat bagus, FKUB selalu menghimbau kepada seluruh agama untuk saling menghormati dan bercita-cita Salatiga harus aman dan tentram. Saya tidak senang kalau Salatiga itu seperti kota lain yang rusuh dan kacau.”

Pendidikan toleransi bagi anak muda, menurut Tiyo: “Penanaman toleransi melalui sekolah, anak muda. Banyak program, semacam silaturahmi yang baru saja dilaksanakan itu sebenarnya untuk menanamkan kepada mereka hal-hal yang seperti itu (toleransi). Sejak tahun 2017 kami punya materi Wawasan Kebangsaan, yang digagas semenjak politik di Indonesia memanas, yang menggagas itu sebenarnya temen-temen dari Gereja dari Jakarta. Idenya sebenarnya seperti silaturahmi, temen-temen kita kumpulkan lintas iman, mari kita lihat gereja, ini ada batas sucinya, terus kami ke masjid di pesantren Edi Mancoro milik Gus Hanif terus temen-temen Muslim di sana Sholat Jumat, temen-temen di luar Muslim kami melihat pelaksanaan sholat itu. Setelah itu kami ke Klenteng di Jalan Sukowati, ke Pura yang dekat SMA 2 Salatiga. Jadi kami mengunjungi, dan itu hari Jumat biar mereka tahu bahwa ini temen-temen Muslim ini lagi sholat Jumat. Kalau tahun kemarin kami ke Thekelan, itu yang khusus anak muda. jadi saya, pak Beni, Gus Hanif itu kan bentukan dari temen-temen Jogja untuk mendirikan lintas iman di Salatiga waktu itu bentuknya di Thekelan, karena Thekelan (daerah Kopeng), yang sempat viral kan ketika Waisak itu, temen-temen non-Hindu yang mengucapkan Selamat kepada teman-teman Hindu.” Tiyo melanjutkan: “Upaya

Page 68: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

53

yang harus kita lakukan untuk menguatkan pemahaman dan perilaku kerukunan umat beagama dikota Salatiga. Ketika saya menjadi pengurus BKGS saya sampaikan bahwa, tantangan kita yang terberat adalah menjaga kota Salatiga, kalau para pendeta-pendeta ini pada ribu-ribut sendiri, cari uang sendiri-sendiri ya susah, upaya kami ketemu dengan Pak Benny, Pak Bahrudin, Gus Hanif sebenarnya langkah saya untuk mewujudkan itu, dan kita semua harus menggelorakan semangat kerukunan itu, kami itu kan sangat minoritas, bukan hanya dengan muslim, tapi di Kristen, bayangkan dari 150 Gereja kami hanya satu, buka bersama itu yang menggagas kami dari 2014, pesertanya sekitar 50 orang.”

S. J. Yosadi banyak memberikan informasi tentang kehidupan keberagaman agama di Manado yang secara nyata memperlihatkan masyarakat toleran: “Iklim toleransi lebih kuat atau justru dari kelompok umat beragama, toleransi itu sudah ada di sini sejak ratusan tahun, ketika Negara hadir mencoba untuk menata kembali. Saya ingat pada waktu itu ketika menteri agamanya Mukti ali mencoba untuk melembagakan kerukunan umat beragama itu tahun 1968-1969. Pemerintah sebenarnya hanya mengadopsi apa yang sudah ada, jadi kerja sama ini sebenarnya sudah ada. Gubernur Sulawesi Utara kemudian mengumpulkan tokoh-tokoh agama maka lahirlah apa yang disebut Badan Kerja Sama Antar Umat Beragama (BKSAUA) di situ bukan hanya agama tetapi aliran kepercayaan juga. Jadi enam agama dan aliran kepercayaan, jadi bukan persoalan pengakuan Negara tetapi toleransi ini telah lahir sudah lama, pemerintah hanya mengadopsi saja. Saya kan masuk group-group tokoh agama nasional, jadi saya kadang harus memberi penjelasan kepada mereka, karena kadang-kadang sudah dan mudah terprovokasi, kadang saya juga heran kenapa tokoh agama juga gampang terprovokasi, ulama

Page 69: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

54

besar di MUI lho mereka gampang terprovokasi, kita akan jihad ke Menado, nah ini kan bahaya, mau tidak mau saya harus masuk untuk menjelaskan kepada mereka, makanya ada Peneliti pernah wawancara tahun 2016 kemudian keluar tahun 2017, Menado kota paling toleran seluruh Indonesia. Saya juga senang diwawancarai seperti ini, sehingga bisa menjelaskan dengan sebenarnya, saya sebagai pengacara juga senang membela kasus-kasus kemanusiaan, tahun kemarin kan Menado menjadi tempat peringatan hari pers nasional, kebetulan hari itu ada Wartawan Koran Metro yang dibunuh, itu Muslim. Mereka ndak punya kemampuan bayar pengacara akhirnya saya yang membela, dan dia mendapatkan haknya. Dengan cara seperti ini akhirnya orang bias menerima kan, ternyata toleransi itu tidak hanya sekedar doa bersama, dialog-dialog, tetapi bagaimana benar-benar bias kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti saya yang Konghucu, pernah ada kasus anak Musliam yang kena kasus dihukum 12 tahun, ada lagi pendeta yang saya bela karena berhadapan dengan kasus tambang, tidak dibayar juga, tapi saya bangga bisa membela dia karena dia dikriminalisasi. Sering saya tulis di Medsos, bahwa kita dari profesi apapun mewujudkan toleransi itu tidak hanya sekedar seremonial, tetapi betul-betul kita saling membantu, misalnya yang Tionghoa dalam menerima karyawan yang jangan membuat sekat-sekat dari golongan, agama, ras, suku atau yang lainnya. Kemudian jangan menahan-nahan hak mereka agar tidak menimbulkan gejolak, ini kan himbauan-himbauan yang melalui medsos bisa, demikian juga dalam khotbah-khotbah, kita itu hidup di masyarakat, kita tidak hanya hidup sendiri, hidup cuma satu kali, kalau kita sombong, angkuh atau apa, kita tiba-tiba dapat bencana, harta kita selesai, kalau kita menjaga jarak dengan orang lain, ketika terjadi kerusuhan.

Page 70: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

55

Kalau di sini sudah menjadi kebiasaan, misalnya terjadi kematian semua otomatis gotong-royong lah, semua seperti itu, itu yang disebut dengan budaya Mapalus (budaya gotong royong dengan sesama), jadi tidak ada sekat-sekatlah, misalnya di kampong itu ada orang Kristen meninggal, maka orang Islam juga mapalus ke situ, Konghucu juga, kita ada yang bawa kue, dirikan tenda. Saya Ketua Bidang Hukum Majlis Tinggi Agama Konghucu tingkat Nasional. Jadi kalau ada masalah-masalah Klenteng saya yang ngurusi.

Menurut Nur Kholis, bahwa program untuk penanaman toleransi: “Misalnya melalui sekolah atau ormas, ceramah masjid, khatib atau yang lainnya, banyak program di masing-masing sektor, misalnya di sekjen itu ada FKUB, di situ ada dana dari pemerintah pusat yang bisa direalisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pembinaan kerukunan pada seluruh umat beragama, dan tokoh-tokoh agama. Kemudian yang lewat sekolah misalnya di seksi pendidikan agama itu ada program yang namanya Islam rahmatan lil‘alamin, kegiatan-kegiatan yang merupakan langkah-langkah Kementerian Agama tadi untuk penanaman dan peningkatan pemahaman Islam rahmatan lil‘alamin yang mengajarkan kepada para siswa untuk bisa menerapkan Islam yang berkasih sayang terhadap, kemudian bimas Islam itu kita banyak menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, kita pernah melaksanakan pembinaan di hotel itu dua kali, pembinaan toleransi antar tokoh agama melalui umat masing-masing, penyelenggaranya ada yang dari Kesbanglinmas Propinsi, ada yang dari Kesbanglinmas Kota, ada yang kementerian agama, polres juga ada.” Tentang peran FKUB dalam penguatan toleransi, menurut beliau: “Bagus, karena itu mungkin cikal bakal FKUB secara nasional, jadi kronologi berdirinya FKUB secara nasional itu kan embrionya dari Salatiga lewat Majlis Puasa itu, dan menurut

Page 71: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

56

penilaian dari pusat, ahli ideologi, itu dipandang bagus…” Sementara tentang penguatan pemahaman toleransi di kalangan muda, Nur Kholis melanjutkan: “Di Sekjen itu ada kegiatan yang mengundang pemuda dan yang senior, beberapa kali, kemarin itu yang terakhir di Elang Sari, tokoh pemuda, tokoh gereja, PMII, HMI, IMM, dan banyak laginnya.” Terkait dengan upaya untuk menciptakan penguatan pemahaman dan perilaku toleransi beragama, menuturkan: “Yang harus dilakukan untuk memperkuat pemahaman dan perilaku kerukunan umat beragama adalah masing-masing harus memahami konsep kerukunan menurut agama masing-masing dengan baik dan benar; berusaha untuk mengamalkan konsep-konsep itu dalam kehidupan sehari-hari tanpa menyudutkan pihak lain, menyerang atau tidak menghargai orang lain, menghargai orang lain itu dalam posisinya, status agamanya, identitas mereka.”

Menurut Piyus, salah seorang tokoh Katolik menuturkan dalam wawancara, tanggal 12 Juli 2018).: “Mengenalkan anggota Gereja terutama bagi kaum muda pada masyarakat di luar agamanya, dengan membentuk kegiatan bersama, kunjungan ke pesantren, dan melakukan pengobatan pada masyarakat yang terdiri dari berbagai macam agama. Membangun karakter interfaith pada pemuda Gereja.”

Sedangkan, Eben Haezer menuturkan: “Kota Salatiga yang berposisi sebagai kota tertoleran, yang pastinya sudah dilihat dari variasi dan standarnya, mudah-mudahan bukan sekedar kulitnya yang kasat mata. Melainkan perlu diperkuat dari segi esensinya, lebih pada perilaku, dan sikapnya, dari kehidupan keseharian setiap umat manusianya, bukan dilihat dari data jumlah gereja, dan pengiutnya. Salatiga dari semua lapisan elemen masyarakatnya harus menguatkan melalui interaksi intim dan persaudaraannya. kelas

Page 72: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

57

akar rumput harus mulai dilibatkan dalam membangun interaksi intimistik persaudaraan tersebut. Di tataran akademik, elit, dan bahkan pemerintahan kota, toleransi hampir sudah final, akantetapi di akar rumput masih perlu diberikan pemahaman. Gereja Kristen Jawa Sidomukti berkomitmen untuk tidak membawanya pada wilayah politik,karena memang antara politik dan gereja berbeda peran. Gereja berperan untuk mengajak umat dalam hal kehidupan ilahiah dan etika, sementara politik lebih kental pada kepentingan. Walaupun menyadari bahwa keduanya bertujuan pada hal-hal kebaikan dan kesejahteraan. Pada hari ini terpaksa belum bisa terlibat dalam urusan perpolitikan, karena disadari politik belum mampu memberikan nilai peraudaraan yang universal. Politik masih berkepentingan parsial, kelas, kelompok, dan golongan. Gereja jelas sudah tidak melihat itu.”

Reiner memberikan beberapa contoh yang sudah ditampakkan dalam berbagai kegiatan yang dapat dilakukan di masyarakat Menado. Sebagai bukti dari usaha penguatan perilaku toleransi: “Kalau kegiatan macam anak sekolah ada ndak kegiatan yang mengarah pembentukan toleransi: kalau antar sekolah mereka bertemu sekolah Katolik, Protestan, Negeri tapi kan netral ndak ada misi khusus. Reiner menyebutkan anak-anak muda bisa menciptakan iklim toleransi, tapi kita juga melihat anak muda sekarang banyak menciptakan menggunakan media sosial, kalau kami di gerja Katolik ada komisi yang menangani ini (Komisi Komunikasi social ) yang bertugas mewartakan kabar baik melalui media sosial, kita juga diamanati untuk menjadikan media sosial sebagai lahan pewartaan bagi jamaah, kita punya kebijakan universal, itu dari Roma sampai gerja Paroki itu memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjadikan media-media sosial sebagai lahan pewartaan kabar baik,

Page 73: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

58

itu ada instruksi dari Vatikan. Itu kan kita setiap satu tahun ada satu hari minggu itu, hari minggu komunikasi sosial, dan itu tematis sejak tahun 2000 memang arah kita ke pemanfaatan kemajuan teknologi informasi, saya kebetulan dulu praktisi media, saya dulu direktur radio, milik gereja keuskupan, karena itu gereja Katolik ambil dalam kerasulan media, punya radio, koran, majalah, itu semua menjadi sarana pewartaan kabar baik, tentu kabar kerukunan kabar cinta, kabar kebenaran.

Dany menjelaskan kemungkinan terdapat Gerakan yang akan mengganggu keharmonisan umat beragama di Manadi: “Aromanya mulai ada, lima tahun belakangan dari penampilan lahiriyah, karena Menado itu you boleh datang siapa saja, tapi jangan ganggu kami, welcome, contoh begitu, kasus Tomohon, itu pusat Kristen, tiba-tiba muncul Islamic Centre di tengh-tengah Kristen, mereka tidak merusak tapi hanya ngedumel. Di Menado mulai muncul wanita bercadar, itu langsung dirasa sebagai alien, kalau jilbab biasa sudah biasa, kita ada kampung Arab, kampung Jawa, kalau Idul Fitri orang pada ke sana, tapi ketika muncul ungkapan Islamic yang baru, ada dua kemungkinan, mungkin mereka sudah masuk atau kita belum siap dengan perkembangan ini, itu dari pendatang, kita ada dua jenis Islam, Islam kampung Jawa dan sudah asimilasi (Islam ala Menado), Islam Gorontalo dan kita hidup aman tentram, kami butuh pedagang Islam Gorontalo, kami butuh orang Jawa dulu yang jual tahu tempe, Martabak Narto, Bebek Goreng itu sangat Menado banget, di sini banyak orang Jawa. Kalau Jumat terasa banget, kalau itu ndak masalah, cuma kalau mereka diboncengai kaum radilkal itu yang bahaya. Sejauh saya tahu sudah ada tindakan antisipasi, usaha dari pemerintah untuk mengantisipasi itu, usahanya tidak frontal, kita hanya waspada, intel bermain lagi mencari-cari data

Page 74: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

59

itu, kita juga tidak mau alergi dengan suatu perkembangan, jangan-jangan kita terlalu rigit padahal tidak, kita anggap enteng juga tidak, pergeseran penduduk sekarang kan tidak bisa dihindari, mencari kerja itu kan hajat hidup, orang China aja datang ke Menado, orang Jawa dia sudah suka tinggal di sini, katanya enak. Mereka bahkan sudah menganggapa bahwa mereka adalah orang Manado.

Gambar: Kegiatan Live in di Tekelan

D. Makna ToleransiAda banyak hal yang dipaparkan oleh para responden terkait dengan pengertian dan pemahaman toleransi. Para responden berasal dari beragam latar belakang pemeluk agama, ada yang berasal dari Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindhu, Konghucu. Responden muslimpun diambil dari pengikut Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Ahmadiyah.

Page 75: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

60

1. Pemahaman tentang makna toleransiPengertian tentang toleransi yang disampaikan para responden, baik dari Kota Salatiga maupun kota Manado mengandung unsur-unsur pemahaman sebagai berikut: Toleransi itu adalah saling menghormati dan menghargai kesucian agama orang lain; Toleransi itu berarti membantu sesama manusia dan semua makhluq dengan tanpa memandang suku, ras dan agama. Toleransi itu mencakup relasi manusia dengan semua makhluq Tuhan (manusia, hewan, tumbuhan) dalam segala dimensi kehidupannya; Toleransi itu adalah mengakui persaudaraan dengan sesama manusia; Toleransi itu adalah lahir dari kesadaran diri sendiri, tanpa ada rasa keterpaksaan dan dilandasi dengan pengetahuan yang luas akan keberadaan orang lain yang berbeda dengan dirinya sendiri; Toleransi itu didasari oleh kesadaran bahwa perbedaan adalah realitas mutlak alami yang berasal dari Tuhan; Toleransi itu ibarat membangun jembatan penghubung bukan membangun benteng pelindung; Toleransi bisa dilakukan dalam bentuk partisipasi relasi sosial antara umat beragama dan tidak masuk dalam ranah ibadah pemeluk agama lain. Ranah ibadah adalah ranah privasi individual bagi pemeluk beragama; Toleransi itu bersumber dari pikiran manusia dan ajaran Tuhan; Toleransi itu diwujudkan dalam perilaku nyata keseharian Masing-masing unsur dapat diuraikan sebagai berikut.

Toleransi itu adalah saling menghormati dan menghargai kesucian agama orang lain. Setiap umat beragama mesti menghargai apapun keyakinan dan kepercayaan manusia kepada Tuhan. Masing-masing individu memiliki pengalaman keagamaan yang berbeda, ada orang yang beragama karena mengikuti keyakinan

Page 76: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

61

orang tuanya, sementara ada orang yang menganut agama karena proses interaksi sosial dengan orang lain. Pengambilan keputusan seseorang akan pilihan agama telah mengalami proses yang panjang dan kesadaran diri yang mendalam akan adanya Tuhan. Dengan demikian, setiap manusia mesti menghargai apapun keputusan orang lain tentang pilihan Tuhan yang dianggap benar.

Menghargai agama orang lain tidak hanya sekedar karena pilihan bebas setiap manusia, melainkan terhadap kesucian agama itu sendiri. Setiap agama memiliki dimensi yang dianggap suci oleh para pemeluknya. Setiap pemeluk agama akan mensucikan Tuhannya dan Kitab Suci serta menjunjung tinggi pembawanya. Toleransi dalam beragama berarti pula menghormati keyakinan orang lain yang mensucikan dimensi-dimensi tersebut. Setiap manusia tidak boleh merendahkan terhadap hal-hal yang disucikan oleh para pemeluk agama karena dimensi-dimensi kesucian itulah yang membangun keyakinan para pemeluk beragama akan kebenaran agama yang diyakininya. Jika dimensi kesucian tersebut tidak dibangun olehpara pemeluk beragama, maka nilai sakral dalam agama tidak akan muncul dan beragama menjadi hambar.

Toleransi itu juga berarti membantu sesama manusia dan semua makhluq dengan tanpa memandang suku, ras dan agama. Dalam hal ini toleransi dimaknai saling menguatkan eksistensi sesama makhluk, baik sesame manusia, atau manusia dengan hewan dan tumbuhan. Setiap manusia harus memiliki kesadaran bahwa semua makhluq harus diberi kesempatan untuk eksis di muka bumi ini. Untuk menjamin eksistensi makhluq hidup di muka bumi ini maka manusia sebagai homo homini lupus harus mampu membantu makhluq lain dalam mewujudkan eksistensi dirinya.

Page 77: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

62

Manusia harus membantu manusia karena ada relasi interdependensi antar manusia, demikian juga dengan makhluq selain manusia baik tumbuhan maupun hewan. Manusia tidak bisa hidup tanpa keberadaan orang lain, keberagaman realitas manusia di muka bumi ini akan semakin mengukuhkan akan relasi interdependensi antar manusia. Keragaman profesi dan keahlian manusia harus dipahami sebagai realitas yang justru memperkuat eksistensi antara manusia yaitu adanya relasi komplimenter.

Relasi manusia dengan selain manusia juga harus salaing memperkuat eksistensinya. Manusia memiliki kewajiban menjaga dan memelihara tumbuhan karena manusia juga membutuhkan tumbuhan, baik untuk keperluan makan maupun kebutuhan akan O2. Tumbuhan membutuhkan manusia karena untuk proses fotosintesis, yaitu CO2. Manusia membutuhkan hewan karena dalam siklus kehidupan manusia tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, misalnya mengurai sisa-sia makanan dalam perut. Kesadaran akan relasi interdependensi ini pada gilirannya akan melahirkan sikap saling menolong antar sesama makhluq. Sikap saling menolong ini juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada makhluq lain untuk menikmati hidup di alam ini sebagai karunia Tuhan. Setiap makhluq tidak sebaiknya merampas hak hidup setiap makhluq hidup.

Dalam menolong sesama manusia, setiap individu harus menafikan atribut-atribut sosial kemanusiaan, seperti suku, agama, ras, dan lainnya. Atribut-atribut itu sifatnya tidak hakiki melainkan keberadannya terkadang bersifat tidak sengaja, kebetulan. Ada manusia dilahirkan dalam kelompok suku tertentu, ras tertentu atau agama tertentu, dimana hal tersebut dapat terjadi pada siapa saja. Dengan demikian, hal tersebut bersifat given (qodrati),

Page 78: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

63

dan terkadang manusia tidak bisa memilih dilahirkan pada ras, suku, agama tertentu. Setiap individu harus mau menerima keadaan tersebut, sementara orang lain mesti tetap menjaga relasi harmonis dengan siapapun dengan tidak perlu merendahkan dan meremehkan terhadap atribut tertentu tersebut.

Dalam bertoleransi, setiap manusia harus memiliki kesadaran bahwa setiap manusia itu adalah bersaudara dengan sesama manusia. Manusia di bumi ini berasal dari turunan yang sama yaitu Adam (dalam keyakinan Islam). Manusia dikarunia akal pikiran dan perasaan agar dipergunakan untuk menjalani hidup ini dengan penuh kebijakan. Manusia secara fitrah kejiwaan memiliki rasa empati dan simpati terhadap orang lain, di mana rasa empati dan simpati ini akan melahirkan sikap peduli dan saling membantu orang lain. Sikap saling membantu ini kemudian akan mampu menumbuhkan sikap saling bersaudara antara sesama manusia.

Sikap merasa bersaudara dengan sesama manusia ini sangat diperlukan untuk mewujudkan harmoni dalam hidup bersama. Sikap bersaudara juga akan memunculkan sikap-sikap lain yang mampu memperkuat eksistensi dan relasi antara sesama manusia, seperti tidak saling menyakiti, saling meringankan penderitaan orang lain, saling mudah memaafkan orang lain, saling mengalah dan sebagainya. Sikap-sikap turunan tersebut, sangat diperlukan dalam rangka mewujudkan hidup bersama yang aman dan damai.

Sikap toleransi yang sebenarnya itu lahir dari kesadaran diri sendiri, tanpa ada rasa keterpaksaan dan dilandasi dengan pengetahuan yang luas akan keberadaan orang lain yang berbeda dengan dirinya sendiri. Setiap individu harus membangun kesadaran diri akan pelunya menghormati dan menghargai keberadaan

Page 79: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

64

orang lain dengan segala atribut yang melingkupinya. Perbedaan-perbedaan yang ada pada setiap manusia harus dipahami sebagai pelangi kehidupan yang akan memperindah kebersamaan hidup. Setiap orang tidak perlu memaksakan kehendak kepada orang lain agar orang lain menyamai dirinya.

Individu akan mampu besikap demikian manakala dia memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang keragaman sebagai sunnatullah. Pemahaman ini sangat penting dan akan mendasari perilaku toleransi bagi individu yang bersangkutan. Manakala individu tidak memiliki pengetahuan atau wawasan yang luas, maka dia cenderung mengedepankan egoisnya, memaksakan kehendak pada orang lain, meremehkan orang lain, merasa dirinya paling benar, dan cenderung menganggap orang lain salah. Setiap individu harus memiliki kesadaran bahwa kebenaran sudut pandang itu bersifat subjektif, kebenaran mutlak itu hanya ada pada wahyu Tuhan, sementara perspektif manusia tentang Tuhan juga beragam. Keragaman perspektif tentang Tuhan ini berbeda karena adanya keragaman pada individu, dan keragaman invidu ini bersifat qodrati. Dengan demikian kesadaran akan adanya keragaman manusia di alam ini harus dimiliki setiap manusia, yang pada gilirannya diikuti dengan perilaku menghargai akan eksistensinya. Dengan kata lain, toleransi itu juga didasari oleh kesadaran bahwa perbedaan adalah realitas mutlak alami yang berasal dari Tuhan.

Toleransi itu ibarat membangun jembatan penghubung bukan membangun benteng pelindung. Dalam kehidupan dengan sesama makhluq, setiap manusia harus mengupayaan bagaiamana membangun relasi positif yang seluas-luasnya dengan sesama manusia dalam segala bidang. Setiap makhluq memiliki peran masing-masing dalam upaya saling melengkapi kehidupan makhluq

Page 80: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

65

lain. Peran-peran tersebut akan saling mengisi atas kekurangannya sehingga kehidupan menjadi lengkap. Dalam membangun relasi ini, manusia tidak perlu pilih-pilih karena apapun orang itu, dia memiliki sesuatu yang dibutuhkan orang lain. Semakin banyak seseorang membangun jembatan penghubung dengan orang lain, maka dia secara tidak langsung akan terpenuhi segala kebutuhannya.

Namun jika yang terjadi sebaliknya, yaitu seseorang cenderung membangun tembok dalam kehidupannya yang membatasi relasinya dengan orang lain, maka sesungguhnya dia membangun kesulitan dalam kehidupannya. Semakin banyak pembatasan diri yang dia lakukan, makan akan semakin sempit dunia kehidupa yang dapat dia perankan. Semakin sempit dunia peran yang dapat ia mainkan, maka semakin sulit dia menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Ketika seseorang cenderung hidup secara exclusive, maka secara tidak langsung dia tidak mengakui peran-peran orang lain dalam kehidupannya. Dia juga membangun over self convident, yang justru akan menjadikan kehidupannya semakin tidak harmoni dengan lingkungannya. Ia juga menutup diri dari bantuan dari orang lain. Dengan bahasa lain, toleransi berarti bersifat inclusive.

Dalam praktik partispasi toleransi, maka bisa dilakukan dalam bentuk partisipasi relasi sosial antara umat beragama dan tidak masuk dalam ranah ibadah pemeluk agama lain. Ranah ibadah adalah ranah privasi individual bagi pemeluk beragama. Setiap pemeluk beragama dapat saling menghargai dan terliba dalam kegiatan agama orang lain pada wilayah relasi horizontal, wilayah kemanusiaan. Kegiatan kemanusia yang dimaksud misalnya acara perkawinan, kematian, kerja bakti wilayah, gotong royong sosial, menjenguk orang sakit, dan lainnya. Dalam kegiatan ibadah, maka partisipasi antar umat beragama dilakukan dalam hal-hal yang

Page 81: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

66

tidak substanti, misalnya pengamanan lokasi, pengaturan lalu lintas, pengaturan parkir, pembagian konsumsi, persiapan tempat, dan sejenisnya. Dalam bahasa agama dapat dikatakan bahwa partisipasi toleransi dapat dikembangkan dalam relasi horizontal (muamalah) bukan pada wilayah vertical (ibadah).

Pembatasan wilayah partisipasi ini perlu dipahami oleh para pengikut beragama agar setiap umat beragama dapat memupuk keimanan dan keyakinan agamanya dan agama orang lain. Tidak memaksa seseorang masuk dalam kegiatan ibadah yang bukan agamanya, berarti kita menghargai keagamaan orang lain dan ikut menjaga keimanan dia agar tidak murtad. Kalau seseorang melibatkan pemeluk agama lain agar mengikuti atau berpartisipasi dalam kegiatan ibadahnya, berarti juga bahwa dia tidak menghormati keyakinan orang lain dan ingin meruntuhkan keimanan atas agama yang diyakininya. Perilaku demikian termasuk intoleran, dan harus dihindari.

Ranah ibadah adalah ranah invidu dan sangat privasi, sedangkan ranah muamalah adalah ranah sosial yang semua orang bisa masuk di dalamnya. Ranah ibadah adalah ranah di mana seseorang membangun relasi positif dengan Tuhannya, sedangkan ranah muamalah adalah ranah di mana seseorang membangun relasi yang positif dengan sesama makhluk Tuhan. Setiap pemeluk agama semestinya memberi kesempaan kepada pemeluk agama lainnya untuk membangun relasi yang sebaik-baiknya dengan Tuhannya.

Toleransi itu juga bersumber dari pikiran manusia dan ajaran Tuhan. Setiap manusia dengan secara kodrati memiliki kesadaran untuk menghargai, bekerja sama, dan saling membantu dengan makhluk lain. Hal ini dirasakan di Manado dan Tomohon bahwa

Page 82: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

67

tradisi bantu membantu dan saling menghargai antarpemeluk agama sudah lahir jauh hari sebelum pemerintah menganjurkan bertoleransi dan membentuk badan-badan yang mengurusi toleransi beragama. Setiap manusia secara kodrati ingin mewujudkan hidup yang damai dan harmoni. Setiap manusia secara qodrati saling membantu dalam mengatasi kesulitan.

Bentuk bantu membantu diwujudkan kerja sama untuk saling meringankan beban orang lain, misalnya pada acara perkawinan dan kematian, sedangkan bentuk saling menghargai diwujudkan dalam sajian hidangan, ada hidangan lokal dan hidangan nasional. Hidangan lokal diperuntukkan bagi penduduk setempat yang beragama Katolik, Protestan dan Konghucu, sedangkan hidangan nasional diperuntukkan bagi tamu yang beragama muslim. Tradisi masyarakat Tomohon dan Manado ini sudah ada sejak nenek moyang mereka sebelum agama-agama samawi datang ke daerah tersebut.

Selain muncul dari kemampuan pikir qodrati manusia, ajaran toleransi juga dituangkan dalam berbagai kitab suci agama-agama, baik Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindhu, dan Konghucu. Spirit toleransi yang bersumber dari kitab suci ini tentunya sangat kuat dalam menginspirasi para pengikutnya untuk mengembangkan kehidupan yang bertoleransi. Spirit toleransi yang bersumber dari kitab ini merupakan titik point bersama bagi para pemeluk agama untuk mengembangkan toleransi dalam hidup bersama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang atau kelompok orang bersama yang tidak mengembangkan sikap toleransi dalam kehidupan bersama, hakekatnya dia bukanlah pemeluk agama yang taat, dia bukanlah pengamal kitab suci yang baik, dia bukanlah penyembah Tuhan yang sebenarnya.

Page 83: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

68

Point yang terakhir dari unsur pemahaman toleransi masyarakat kota Salatiga dan Manado adalah bahwa toleransi itu diwujudkan dalam perilaku nyata keseharian, tidak hanya diperbincangkan dalam forum-forum. Point inilah yang amat utama, sehingga dampak toleransi kehidupan dapat dirasakan oleh semua makhluq hidup. Gagasan-gagasan besar tentang toleransi yang didialogkan dalam berbagai forum tidak akan berarti manakalah berhenti pada kesimpulan diskusi. Upaya untuk mewujudkan toleransi dalam kehidupan menjadi penting agar kehidupan menjadi harmoni. Semua pihak harus mengupayakan kehidupan bertoleransi dengan penuh kesadaran dan dilandasi dengan pengetahuan dan wawasan yang luas.

Sebaliknya, jika dirasakan ada masalah toleransi dalam kehidupan atau muncul perilaku yang intoleran, maka semua pihak harus bersama-sama secara sungguh-sungguh pula dalam mencari solusi yang bijak demi untuk mewujudkan harmoni kehidupan.

2. Bentuk perilaku toleransiBentuk perilaku toleransi masyarakat kota Salatiga dan Manado diwujudkan dalam berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tesebut adalah: a) kegiatan sosial bersama (pernikahan, kematian sosial, termasuk ibadah); b) Poliklinik kesehatan; c) Beasiswa kurang mampu; d) Membagi takjil; e) Buka bersama; f) Festival keragaman; g) Dialog, seminar; h) Saling kunjung pada hari besar; i) Memberi bingkisan hari besar; j) Menjaga gereja/masjid; k) Mengunjungi tempat ibadah; l) Saling mengisi kegiatan keagamaan (koor); m) Pertemuan anjangsana. Masing-masing bentuk dapat diuraikan sebagai berikut.

Page 84: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

69

Perilaku toleransi yang dikembangkan di Salatiga dan Manado berbentuk kegiatan sosial kemanusiaan bersama, seperti pernikahan, khitanan, dan kematian. Ketika salah satu peristiwa kemanusiaan tersebut melanda salah satu warga di Kota Salatiga dan Manado maka secara spontan warga yang lain berdatangan untuk meringankan beban kerjanya. Ada yang menata tempat, meminjam peralatan yang dibutuhkan, mendirikan tenda, mengatur dan melengkapi kebutuhan dapur, sehingga acara dapat terselenggara dengan sebaik-baiknya sesuai dengan keadaan.

Toleransi bentuk ini menunjukkan adanya saling membantu antar sesama manusia dengan tanpa melihat atribut-atribut yang melekat pada manusia tersebut, baik agama, suku, ras maupun etnis tertentu. Pola hidup saling membantu ini telah lahir bersamaan dengan lahirnya manusia di daerah tersebut karena para sesepuh di wilayah tersebut juga tidak mengetahui kapan lahirnya kesadaran saling membantu di antara warga tersebut. Mereka saling menikmati kebersamaan hidup dalam suasana perbedaan.

Di dalam acara tersebut, juga terdapat bentuk toleransi lain, yaitu dalam sajian makanan. Mereka saling menghargai dan menghormati syariat agama lain yang diwujudkan dengan pemisahan masakan lokal dan masakan nusantara, hal ini terjadi di Manado. Kaum Kristiani Manado menyadari bahwa ada perbedaan hukum makanan tertentu yang diperbolehkan dalam ajaran Kristen, namun diharamkan dalam ajaran Islam. Makanan yang dimaksud adalah babi dan anjing. Makanan lokal menyediakan hidangan babi dan anjing, sedangkan makanan nusantara yang diperuntukkan bagi tamu muslim yang sajiannya berupa makanan atau daging yang halal menurut ajaran Islam. Ini adalah bentuk kesadaran toleransi yang tinggi, di mana satu kelompok berlainan agama

Page 85: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

70

menyediakan kesempatan seluas-luasnya kepada pemeluk agama lain agar dapat melaksanakan ajaran agamanya dengan sebaik-baiknya. Perilaku ini dilandasi dengan penuh kesadaran, tidak ada paksaan dan saling memahami posisi masing-masing.

Toleransi dalam bentuk kepedulian dikembangkan dalam wujud layanan kesehatan. Bentuk ini dikembangkan di Gereja Kristen Jawa di kota Salaatiga. Badan Gereja mengelola unit kesehatan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas yang membutuhkan layanan kesehatan dengan biaya murah. Para pasien cukup membayar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah), mereka mendapatkan layanan kesehataan yang bagus. Badan Gereja bekerja sama dengan para dokter dari semua kalangan, baik Muslim maupun Kristen, untuk melakukan kegiatan setengah pengabdian kemanusiaan bagi masyarakat yang kurang mampu. Bentuk toleransi ini ternyata lebih mendatangkan manfaat langsung bagi masyarakat luas, dimana mereka tidak lagi merasa dibatasi dalam bersosial dengan kelompok tertentu, melainkan bisa berinteraksi dengan kelompok lain yang berasal dari berbagai agama, suku, maupun ras.

Badan Gereja Katolik Salatiga berencana untuk memperluas kegiatan layanan kesehatan bagi masyarakat, karena antusias masyarakat cukup tinggi. Para pasien tidak merasa takut lagi bergaul dengan orang yang berbeda, sekaligus menghilangkan prasangka-prasangka negatif terhadap orang yang berlainan dan merasakan akan adanya nilai kemanusiaan universal. Mereka juga menyadari bahwa setiap manusia harus menjunjung tinggi nilai universal kemanusiaan tersebut, perbedaan dalam agama, suku, dan ras tidak semestinya menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan universal tersebut. Agama justru harus semakin mengukuhkan eksistensi nilai-nilai kemanusiaan universal dalam pergaulan dengan sesama.

Page 86: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

71

Kegiatan kemanusiaan juga diwujudkan dalam bentuk santunan beasiwa kepada keluarga kurang mampu. Beasiswa ini juga diberikan kepada siapapun yang membutuhkan dengan tidak memandang agama yang dianutnya, asal suku maupun ras. Misi kemanusiaan melalui beasiswa ini dimaksudkan untuk membantu mereka kurang beruntung dalam kehidupan di dunia agar mampu memotong garis hidupnya menjadi lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu media untuk membentuk sumber daya manusia yang bermutu sehingga dia mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya.

Selama bulan puasa, ada dua bentuk kegiatan toleransi yang dikembangkan baik di Salatiga maupun Manado, yaitu buka bersama dan membagi takjil. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh kelompok muslim dan nonmuslim. Dalam kegiatan buka bersama, kaum nonmuslim diajak memahami dan merasakan secara langsung bagaimana kaum muslim melaksanakan ibadah puasa. Forum buka bersama memungkinkan terjadinya dialog sosial dan religius antara pemeluk umat beragama. Selain buka bersama, komunitas Gereja Katolik Salatiga juga membagi-bagi takjil kepada setiap muslim yang lewat di Jalan Diponegoro. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengapresiasi kaum Muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa, sekaligus member kesempatan kepada kaum muslim agar melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya.

Kegiatan pembagian takjil puasa oleh Badan Gereja Katolik Salatiga melibatkan partisipasi jamaah Gereja. Pengurus Gereja Katolik menyediakan list kesediaan bagi para jemaat yang akan berkontribusi dalam kegiatan pembagian takjil ramadhan. Setelah jemaat menulis kesediaan kontribusi takjil, kemudian Badan Gereja yang mengelola pembagian takjil tersebut. Dari kalangan Muslim, mereka sangat antusias dalam merespons keinginan baik

Page 87: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

72

kaum Kristiani yang membagi takjil pada bulan Ramadhan. Kegiatan semacam ini ternyata cukup efektif membangun rasa persaudaraan antar umat beragama.

Bentuk kegiatan toleransi yang lain adalah festival keragaman yang diselenggarakan di Kota Manado. Kegiatan ini dimaksudkan untuk member kesempatan kepada seluruh warga masyarakat dan para pemeluk agama yang beragam, untuk mengekspresikan dirinya melalui seni. Mereka diminta untuk mengekspresikan siapa dirinya, sukunya, rasnya, agamanya yang sesungguh-sungguhnya dengan tampilan jubah kebesaran mereka. Masing-masing agama dianjurkan mengerahkan sebanyak-banyaknya warga jemaahnya untuk menyaksikan pentas keragaman yang akbar itu. Festival keragaman ini diselenggarakan atas kerja sama antara pemerintah daerah, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, FKUB, BKAUSA dan seluruh elemen masyarakat yang ada. Festival keragaman ini juga menampilkan berbagai keragaman keunggulan lokal kepada masyarakat luas sehingga mampu menumbuhkan rasa bangga terhadap daerahnya. Masyarakat merasa terhibur dengan festival keragaman ini dan sekaligus mendapatkan pendidikan toleransi yang artistik.

Kegiatan berikutnya adalah dialog. Dialog meruapakan salah satu kegiatan yang dianggap mampu membangun toleransi, baik dalam pemahaman maupun perilaku umat beragama. Dalam dialog terjadi saling tukar pemahaman antar umat beragama tentang keragaman agama sekaligus klarifikasi berbagai hal terkait dengan dimensi keagamaan. Dialog mampu membangun pemahaman yang benar akan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama orang lain yang mampu menekan perilaku intoleran antar umat beragama. Melalui dialog seseorang akan tahu akan ‘kebenaran‘ ajaran agama

Page 88: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

73

orang lain. Melalui dialog orang beragama akan mengetahui bahwa setiap agama mengandung ‘kebenaran‘ dari sudut pandang masing-masing yang selanjutnya akan diwujudkan secara nyata dalam kehidupan oleh para pemeluknya.

Berbagai persoalan yang muncul dalam relasi beragama dapat diselesaikan melalui dialog yang sebenarnya, yaitu dialog yang berusaha untuk mencari kebenaran dan titik temu yang dilandasi dengan kesadaran hidup bahwa alam ini memiliki keberagaman yang dengannya alam ini akan harmoni. Maka, tugas setiap manusia adalah menjaga dan memelihara keberagaman di alam dan menghindari sikap pemaksaan untuk keseragaman.

Dalam dialog antarumat beragama, perlu melibatkan semua elemen masyarakat baik pejabat, tokoh masyarakat, tokoh, ormas, dan masyarakat jelata. Hal in diperlukan agar suara dalam dialog adalah suara masyarakat, bukan hanya suara pejabat atau tokoh agama. Masyarakat jelata adalah pelaku kehidupan praktis sementara pejabat atau tokoh masyarakat adalah pelaku kehidupan di aras atas yang terkadang kurang merasakan realitas kehidupan yang sebenarnya.

Di Manado, dialog antarelemen masyarakat salah satunya dilakukan di jalan Roda. Jalan roda adalah public space yang dapat dihadiri oleh siapa saja yang ingin saling sapa. Setiap oang yang datang dapat saling berdialog dan berinteraksi antar satu dan lainnya tanpa dibatasi skat-skat atribut sosial yang melekat, ras, agama, suku, jabatan dan lainnya. Forum-forum kecil dapat diciptakan oleh siapapun yang ingin berinteraksi dan berdialog dengan siapapun dalam suasana batin yang rileks dan penuh kedamaian. Forum di jalan roda ini ternyata mampu membangun masyarakat yang rukun, damai, dan saling menghormati.

Page 89: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

74

Kegiatan saling mengunjungi, bersilaturahmi antar umat beragama merupakan bentuk lain dari perwujudan perilaku toleransi antar umat beragama. Pada hari-hari besar keagamaan para penganut umat beragama saling mengunjungi dan memberi selamat kepada umat yang merayakannya. Mereka melakukan hal yang sama pada setiap peringatan hari besar keagamaan.

Perilaku saling mengunjungi dan memberi ucapan selamat dari pemeluk agama kepada pemeluk agama lain merupakan bentuk nyata dari pengakuan akan eksistensi agama dan pemeluknya. Pengakuan ini kemudian akan melahirkan perilaku menghargai, saling menghormati, dan saling mengakui akan eksistensinya. Pengakuan akan eksistensi pemeluk agama oleh pemeluk agama lain kemudian melahirkan sikap tenang, tentram dan damai dalam menjalani kehidupan bersama pemeluk agama lain.

Tradisi saling mengunjungi dan memberi ucapan ini dilakukan dengan kesadaran diri tanpa ada pihak yang saling mengundang. Ketika tiba hari besar keagamaan, maka otomatis muncul kesadaran dari dalam diri untuk memberikan ucapan kepada pemeluk agama yang menganutnya sebagai bentuk persaudaraan dan pengakuan eksistensi. Kegiatan ini dikembangkan di Manado dan Kota Salatiga.

Tidak hanya mengunjungi, mereka juga saling memberi bingkisan hadiah kepada yang merayakannya. Dalam perspektif psiko-sosial, pemberian bingkisan memiliki makna yang lebih dalam, di mana bingkisan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain merupakan pewujudan rasa pesaudaraan dan cinta kasih di antara mereka. Sedangkan dalam perspektif teologis, pemberian bingkisan kepada orang lain merupakan ajaran Tuhan dan tuhan berjanji akan membalasnya dengan pahala yang kebaikan serupa

Page 90: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

75

yang lebih banyak; dan semua agama memiliki ajaran yang demikian. Dengan demikian, titik temu antara perspektif psiko-sosial dan teologis ini mampu mempererat tali persaudaraan di antara mereka.

Mereka tidak hanya saling mengunjungi dan memberi bingkisan, namun mereka juga saling menjaga tempat ibadah agar pemeluk agama yang sedang merayakan hari besar dapat melakukannya dengan khusyu‘. Para pemuda Kristiani akan menjaga masjid ketika para kaum muslimin sedang melakukan Ibadah Sholat Id, para remaja muslim akan menjaga Gereja ketika kaum Kristiani sedang melakukan Ibadah Natal, para pemeluk Budha yang sedang merayakan Waisak Suci di Vihara akan dijaga pula oleh pemeluk agama lain agar dapat nyaman. Penjagaan tempat ibadah ini dilakukan dengan menciptakan suasana yang kondusif di sekitar tempat ibadah, pengaturan lalu lintas dan pengaturan parkir kendaraan.

Penjagaan tempat ibadah yang dilakukan saling bergantian tersebut juga bermanfaat untuk meminimalisir perilaku-perilaku intoleran yang selama ini muncul, yakni pengrusakan tempat ibadah oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kegiatan demikian ternyata juga sedikit membantu petugas keamanan yang sedang melakukan tugas penjagaan keamanan di tempat-tempat ibadah.

Selain hal itu, para penganut agama juga melakukan kegiatan anjang sana ke tempat-tempat ibadah pemeluk agama lain. Pemuda Gereja mengunjungi Masjid, Vihara, dan Klenteng; pemuda muslim mengunjungi Gereja, Vihara dan Klenteng; pemuda Budha megunjungi Masjid, Gereja, dan Klenteng. Mereka menguji tempat ibadah dimaksudkan agar lebih dekat dan memahami tentang agama orang lain.

Page 91: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

76

Setelah mengunjungi tempat ibadah dan menyaksikan pemeluk agama lain yang sedang melakukan ibadah, maka akan muncul rasa hormat terhadap umat bergama yang sedang berkomunikasi dengan Tuhannya. Alangkah naifnya seseorang yang mengganggu apalagi memberikan kematian kepada seseorang yang sedang melakukan ritual ibadah kepada Tuhannya. Hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa adalah hubungan yang sangat pribadi, dan tidak seorangpun boleh mengganggu, melarang bahkan meniadakan. Hak beragama adalah hak asasi manusia yang paling asasi.

Dalam kegiatan membangun toleransi, juga dilakukan melalui kegiatan tinggal bersama (live together) dengan pemeluk agama lain dalam camp. Mereka tinggal selama 1–2 minggu di suatu tempat yang khusus dengan dipandu oleh para tokoh agama. Selama dua minggu mereka mengikuti berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan pemahaman dan perilaku toleransi antar umat beragama. Pemahaman yang benar tentang agama akan mengantarkan pemeluknya beragama dengan baik dan benar, pemahaman terhadap agama orang lain akan mengantarkan pemahaman yang bernar terhadap orang lain dan mengantarkan pada perilaku menghargai pemeluk agama lain.

Selama melakukan live together, para peserta akan menjalani serangkaian kegiatan bersama pemeluk agama lain. Setiap pemeluk agama akan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing selama mengikuti camp bersama, sehingga setiap pemeluk agama juga dilatih untuk memberi kesempatan kepada pemeluk agama lain untuk menjalankan ajaran agamanya dan sekaligus menghargai orang yang beragama lain. Kegiatan ini ternyata memberi dampak yang positif bagi penguatan pemahaman dan toleransi beragama.

Page 92: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

77

Kegiatan ini dilaksanakan di daerah Thekelan Kabupaten Semarang dan Keuskupan Manado, di laksanakan di kompleks wisma Lorenzo.

Selain melalui dialog, penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan atau toleransi beragama juga dilakukan melalui seminar bersama antar umat beragama. Seminar bersama ini dilakukan untuk mengkaji toleransi dan kerukunan antar umat beragama secara akademik ilmiah dari para pakar. Seminar ini diikuti kebanyakan dari kalangan akadmisi dan kaum terpelajar, yang memiliki kemampuan kajian secara kritis. Kegiatan seminar ini dilakukan di kota Salatiga dan juga kota Manado dan dilakukan di tempat ibadah secara bergantian.

Kebersamaan untuk mewujudkan toleransi juga dilakukan melalui kegiatan saling mengisi acara keagamaan. Isian acara kegiatan ini dilakukan pada acara perayaan bukan pada ibadahnya, misalnya perayaan Natal, Waisak Suci, Halal bi Halal dan lainnya. Bentuk isiannya kebanyakan berupa pentas seni budaya nasional. Partisipasi tolerasi melalui isian seni budaya ini memiliki nilai strategis, karena seni dan budaya bersifat netral artinya dapat ada pada siapapun, pada etnis apapun dan pada pemeluk agama apapun. Dengan adanya pentas seni budaya dapat mempersatuan manusia sebagai insan kodrati yang memiliki rasa yang sama terhadap estetika.

Bentuk lain dari toleransi pada masyarakat kota Salatiga dan Manado adalah melakukan pertemuan secara anjang sana. Pertemuan anjang sana ini dimaksudkan agar masing-masing peserta dapat saling mengenal lebih dalam terhadap peserta yang lainnya. Anjang sana juga merupakan wujud dari persaudaraan yang sejati, persaudaraan yang sebenarnya, dan persaudaraan yang tanpa basa-basi. Dengan demikian melalui pertemuan anjang sana

Page 93: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

78

ini akan dapat menghilangkan prasangka-prasangka yang negatif kepada orang lain karena setiap peserta datang dengan perasaan ihlas dan kesadaran penuh.

3. Upaya penguatan pemahaman dan perilaku toleransi

Toleransi antar umat di kota Salatiga dan Manado selama ini telah berjalan dengan baik, kelaupun ada gangguan-gangguan itu sifatnya hanya letupan kecil dan mampu diredam secara bersama-sama. Gangguan toleransi yang muncul sebagian besar karena pengaruh dari luar, bukan muncul dari dalam. Namun demikian, suasana sejuk yang ada tidak boleh menjadikan masyarakat di kota Salatiga dan Manado terlena dan mengabaikan sikap waspada terhadap kemungkinan munculnya perilaku intoleran atau bahaya laten yang mungkin mencuat.

Ada banyak upaya yang harus dilakukan untuk mempertahankan situasi yang damai dan toleransi di Kota Salatiga dan Manado, yaitu: a) Pendalaman ajaran agama masing-masing; b) Mengoptimalkan lembaga terkait, misal FKUB, BKAUSA; c) Dukungan pemerintah; d) Penguatan toleransi melalui sekolah, anak muda, ormas-ormas; e) Meningkatkan kualitas ceramah di tempat ibadah; f) Membentuk kegiatan bersama; g) Memberikan pemahaman yang benar kepada setiap orang tentang konsep kerukunan dan mengamalkannya dalam kehidupan; h) Membangun interaksi intimistik pada semua lemen masyarakat. Masing-masing upaya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Proses penguatan kerukunan umat beragama dilakukan melalui pendalaman ajaran agama masing-masing. Pemeluk agama yang

Page 94: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

79

memahami ajaran agamanya secara baik dan mendalam akan menunjukkan perilaku yang mulia, baik dalam relasi vertikal kepada Tuhannya maupun relasi horisontal kepada sesama makhluk. Setiap ajaran agama pasti mengajarkan kepada pemeluknya agar berperilaku baik dalam segala relasi hidupnya. Agama lahir untuk memperbaiki tatanan kehidupan yang tidak selaras dengan nilai-nilai Ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai ketuhanan senantiasa selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Agama apapun di alam ini, baik agama samawi maupun agama ardhi pasti mengajarkan setiap manusia untuk menghargai manusia lain, tidak membuat kerusakan di alam, tidak menyakiti sesama manusia, tidak merendahkan orang lain, senantiasa mengasihi orang lain, saling tolong menolong dan banyak lagi ajaran kebaikan yang lainnya. Manusia beragama yang dapat mewujudkan berbagai perilaku kebaikan di atas, berarti dia telah memancarkan keimanan yang benar dalam wujud perilaku nyata. Inilah misi agama hadir di muka bumi.

Namun demikian, ada juga sebagian pemeluk beragama yang mengamalkan ajaran agamanya tetapi membuat orang lain merasa tidak nyaman dan terkadang bahkan mengancam keselamatan orang lain. Perilaku demikian tentu tidak bisa dikatakan sebagai pengamalan ajaran agama yang benar. Bukan ajaran agamanya yang salah, namun orang tersebut memahami ajaran agamanya kurang tepat. Kekurangtepatan pemahaman ajaran agama tersebut dipengaruhi banyak faktor, antara lain faktor politik, ekonomi, dan pendekatan yang dipakai.

Pemahaman agama yang diwarnai kepentingan politik akan menjadikan ajaran agama sebagai legitimasi formal guna

Page 95: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

80

mengarahkan pemahaman kaum awam pada dukungan kekuatan politik tertentu. Isu agama sangat menarik dan efektif untuk mempengaruhi opini orang, apalagi pada kaum yang masih awam emosional bukan awam rasional. Jika agama sudah masuk dalam wilayah politik, maka pemahaman ajaran agama yang ‘sebenarnya‘ sulit ditemukan, karena pemahaman yang dikembangkan kepada jamaah adalah agama dalam tanda petik, dimana terkadang pemahaman seperti ini melahirkan perilaku intoleran atas kelompok lain yang tidak sepahaman dengan kelompok mayoritas. Mereka saling truth claim atas kebenaran ajaran agama yang dianutnya.

Upaya untuk membangun dan memperkuat pemahaman dan perilaku toleransi adalah mengoptimalkan peran lembaga-lembaga yang berkaitan dengan persoalan toleransi beragama, yaitu FKUB maupun BKAUSA di Manado. Lembaga-lembaga tersebut diciptakan untuk memfasilitasi pertemuan dan interaksi antar umat beragama guna menciptakan pemahaman bersama akan pentingnya membangun kedamaian bersama.

Pendekatan kelembagaan dipandang lebih efektif untuk memfasilitasi komunikasi antara kelompok masyarakat, agama, atau etnis. Pendekatan kelembagaan dipandang efektif karena lebih mengedepankan rasionalitas dan kebijaksanaan. Berbeda dengan pendekatan individual, yang terkadang tertutup, subjektivitas tinggi, dan pendekatan emosional sering muncul.

Lembaga-lembaga tersebut terbukti telah mampu membangun masyarakat yang toleran dan damai. FKUB di kota Salatiga sangat beperan dalam memfasilitasi komunikasi dan interaksi antar umat beragama, demikian juga di Manado. Adapun upaya FKUB untuk mewujudkan toleransi adalah dengan menyelenggarakan forum-

Page 96: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

81

forum diskusi antara tokoh umat bersama untuk membahas hal-hal yang perlu dilakukan demi mewujudkan toleransi yang sesungguhnya.

FKUB dan BKAUSA akan dapat berperan dalam menciptakan kehidupan yang damai dan toleran manakala mendapat dukunga pemerintah setempat. Dalam hal ini, pemerintah kota Salatiga dan Manado sangat respek terhadap upaya menciptakan kerukunan umat beragama. Pemda menyadari bahwa masyarakatnya sangat majemuk dan berpotensi timbulnya konflik horisontal. Oleh karenanya perlu upaya-upaya yang sungguh-sungguh seluruh elemen pemerintahan dalam mewujudkan kehidupan yang damai dan toleran.

Upaya yang dilakukan pemerintah kota Salatiga untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama adalah selalu menyampaikan pesan kerukunan dan toleransi umat beragama di berbagai forum baik secara lisan maupun tertulis. Sambutan Wali Kota Salatiga dan wakil walikota Salatiga atau pejabat Pemda lainnya, selalu menyampaikan pesan tentang pentignya menjaga kerukunan umat beragama di kota Salatiga. Setiap warga kota Salatiga dihimbau agar senantiasa menjaga toleransi di kota Salatiga.

Himbauan pemerintah kota Salatiga tidak hanya secara lisan, tetapi juga tertulis pada spanduk-spanduk, baliho yang dipasang di berbagai sudut kota Salatiga. Himbauan ini ditujukan kepada seluruh masyarakat kota Salatiga khususnya, dan siapa saja yang berada di kota Salatiga untuk senantiasa menjaga kerukunan dengan orang lain. Himbauan tersebut dapat kita jumpai di tempat-tempat umum, seperti perempatan, pasar, lapangan pancasila, dan jalan raya.

Page 97: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

82

Himbauan atau pesan kerukunan dan toleransi antar umat beragama juga dijadikan tema dalam berbagai kegiatan. Tema kerukunan diangkat untuk senantiasa mengingatkan kepada seluruh masyarakat betapa pentingnya hal tersebut untuk dijaga. Misalnya tema bulan Ramadhan, tema kegiatan Nuzulul Quran, tema Halal bi Halal, tema Natal, perayaan Waisak Suci, tahun baru Imlek dan perayaan hari besar nasional seperti peringatan hari kemerdekaan, sumpah pemuda, hari kebangkitan nasional dan lainnya.

Pemerintah daerah juga menyelenggarakan beberapa kali forum yang membahas penguatan pemahaman dan perilaku toleransi di Kota Salatiga. Forum tersebut dikordinasikan oleh Kesbangpolinmas kota Salatiga bekerja sama dengan FKUB dan ormas-ormas yang ada di kota Salatiga. Kegiatan ini mendapat respond yang sangat positif dari masyarakat terbukti dengan hadirnya seluruh undangan dari pemkot Salatiga pada acara tersebut.

Demikian juga Pemkot Manado sangat sungguh-sungguh dalam upaya menciptakan kehidupan yang rukun dan toleran. Pemda banyak menfasilitasi kegiatan-kegiatan atau acara untuk penguatan kerukunan antar umat beragama, baik dalam bentuk seminar, dialog, festival, dan berbagai forum silaturahmi antar umat beragama. Dengan demikian, peran pemerintah setempat sangat besar dalam mewujudkan toleransi beragama karena mereka memiliki power dan pemangku kebijakan. Bahwa sinergi untuk menjaga kerukunan dan menerapkan nilai-nilai toleransi sampai pada tarap eksekutif dan legislatif. Pemerintah dengan aktif turut serta dalam menjaga kerukunan.

Walau, tidak tertutup kemungkinan adanya potensi untuk terjadi perpecahan tetapi hal tersebut dapat diredam dengan cepat

Page 98: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

83

dengan adanya kerjasama dari tingkat aparat pemerintahan. Hal ini membuktikan juga adanya peran dari opinion leader dalam menjaga kerukunan di Manado.

Upaya penguatan pemahaman dan perilaku toleransi dilakukan juga melalui lembaga pendidikan (sekolah), pada anak muda dan ormas-ormas. Elemen-elemen ini sangat penting karna di dalamnya terdapat anak-anak dan golongan kaum muda yang sangat mewarnai dinamika kehidupan dalam masyarakat. Dinamika dalam masyarakat sebagian besar diperankan oleh kaum muda, kaum tua hanya mengambil peran-peran yang tidak begitu tampak dalam dinamka sosial.

Penguatan di sekolah Islam dilakukan dengan mengembangkan jargon Islam rahmatan lil ‘alamin. Pelajaran Agama Islam, menampilkan materi wajah Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam inklusif bukan Islam ekslusif, Islam yang memberikan kedamaian bagi seluruh manusia, bukan Islam yang hanya memberikan kedamaian bagi sekelompok golongan, Islam wasthan bukan Islam ekstrim kanan atau kiri.

Islam rahmatan lil ‘alamin yang diajarkan di sekolah diharapkan mampu mewujudkan toleransi dalam kehidupan di masyarakat. Anak sedini mungkin dikenalkan dengan ajaran Islam yang menghargai eksistensi orang lain. Pemahaman Islam yang demikian dipandang sangat penting bagi anak yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang majemuk.

Penguatan toleransi bagi anak muda dilakukan melalui kegiatan ormas keagamaan yang berbentuk dialog, kegiatan bersama dan kunjungan tempat ibadah. Kegiatan dialog dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran agama dan

Page 99: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

84

kemajemukan kehidupan. Dalam dialog ini juga dibahas ajaran-ajaran yang krusial yang berpeluang menimbulkan multi tafsir dan mengarah pada pemahaman yang intoleran.

Kegiatan bersama dilakukan dalam rangka membuktikan bahwa kerukunan itu nyaman, toleransi itu nyaman dan kita tidak dapat hidup bahagia tanpa berdampingan dengan orang lain. Kegiatan bersama ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan sosial, pentas budaya, karnaval budaya, festival keragaman dan lainnya.

Upaya peningkatan pemahaman dan penguatan perilaku kerukunan juga dilakukan melalui peningkatan kualitas ceramah agama. Di Manado, upaya ini dilakukan dengan memberikan pengarahan kepada calon penceramah di mimbar dan membuat buku khotbah bersama. Pengarahan kepada calon penceramah di mimbar dilakukan melalui pendidikan khusus para calon Pendeta atau pastor di Wisma Lorenzo; sedangkan penyusunan khotbah bersama dilakukan oleh tim kerja yang terdiri dari berbagai pemeluk agama. Khotbah besama ini kemudian dikembangkan oleh masing-masing khatib dan dipedomani dalam khotbah-khotbah di tempat ibadah masing-masing.

Peningkatan kualitas ceramah di tempat ibadah ini perlu diperhatikan, karena dari sinilah firman Tuhan disampaikan oleh para pendakwah kepada para jamaah. Jika para mengkhotbah menyampaikan firman Tuhan secara benar, maka jamaah akan menerimba kebenaran firman Tuhan dan memberikan kedamaian dalam kehidupan mereka; namun jika yang terjadi sebaliknya, para pengkhotbah menyampaikan firman Tuhan tidak benar maka para jamaah juga akan mengamalkannya dalam kehidupan ketidakbenaran tersebut. Oleh karena itu peran pengkhotbah sangat penting.

Page 100: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

85

Dalam tradisi Katolik, para pengkhotbah agama di Gereja harus mengikuti garis-garis ajaran yang dibuat oleh Vatikan. Garis-garis ajaran tersebut harus dipedomani dan disampaikan kepada para jemaat agar mereka tidak sesat, jika pengkhotbah Katolik menyampaikan ajaran tidak sesuai dengan garis Katolik Vatikan maka yang bersangkutan akan diberhentikan dari tugasnya sebagai pengkhotbah karena dia berkhotbah bukan atas dasar kebenaran tetapi atas dasar pemikiran dan emosinya.

Memberikan pemahaman yang benar kepada setiap jemaat tentang konsep kerukunan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jemaat perlu diberikan pemahaman yang benar tentang agamanya, masyarakatnya dan keberadaan agama orang lain. Agama yang benar adalah agama yang mengajarkan kebenaran yang tidak bertentangan dengan realitas alam dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam. Realitas alam itu beragam dan keragaman itu adalah alami (sunnatullah), dan oleh karenanya setiap manusia memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan keragaman tersebut.

Tidak ada jaminan bahwa ketika di alam ini bertengger satu agama akan terwujud kedamaian hidup, tidak ada konflik dan tidak terjadi kerusakan di alam. Pembawaan manusia yang dikaruniai akal dan nafsu memberi peluang munculnya perilaku konflik karena keserakahan. Dalam keadaan demikian, maka setiap manusia harus mengakui eksistensi orang lain dan agama yang dipeluknya yang diyakini mampu membahagiakan kehidupannya.

Pemahaman yang benar akan perlunya upaya menjaga secara bersama- sama toleransi dalam kehiduan tersebut, harus diwujudkan dalam perilaku nyata tidak sebatas wacana belaka. Seringkali

Page 101: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

86

konsep yang baik telah dipahami namun tidak dilaksaksanakan dalam praktik kehidupan sehari-hari, maka cita ideal kehidupan yang diinginkan tidak pernah terwujud.

Perwujudkan konsep kehidupan yang toleran tersebut harus diwujudkan oleh berbagai elemen masyarakat, baik unsur pemerintahan, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda dan seluruh anggota masyarakat. Semua orang harus memiliki kesadaran untuk mewujudkan hidup yang damai dan toleran, serta menghidari dari perilaku intoleran yang dapat mengganggu harmoni kehidupan di masyarakat.

Masyarakat kelas bawah juga diajak mewujudkan perilaku toleran dalam kehidupan. Relasi intimistik di antara kelas-kelas sosial perlu diwujudkan, mulai dari kelas atas, menengah dan rakyat jelata. Relasi intimistik ini akan mampu mewujudkan keakraban dan saling jaga, saling bantu dan saling menghargai. Jalan roda merupakan salah satu public space yang memfasilitasi relasi intimistik ini antar seluruh elemen masyarakat. Relasi antar individu di jalan roda tidak lagi membedakan status social, agama, ras, kelas ekonomi, jabatan sosial, jabatan pemerintahan dan atribut sosial lainnya. Mereka menyatu dalam kebersamaan dan larut dalam pembicaraan tema-tema sosial kemanusiaan tanpa harus memandang siapa di depan siapa. Inilah salah satu contoh forum sosial yang sesungguhnya yang memberi kesempatan kepada setiap orang bisa menikmati kehidupan sosialnya tanpa harus saling merendahkan antar satu dan lainnya. Setiap orang merasa nyaman dalam perbincangan tanpa melihat atribut sosialnya.

Page 102: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

87

Gambar: Suasana di Jalan Roda Kota Manad

Page 103: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

88

Bab V

Salatiga Dan Manado

Sebuah Komparasi

A. Kota SalatigaBerbicara tentang Salatiga, seperti diungkapkan oleh Weilen salah seorang warga Kota Salatiga keturunan Tionghoa. Beliau adalah Waki l Ketua di Klenteng Hok Tiek Bio Salatiga bahwa kerukunan beragama di Kota Salatiga ini sangat baik, sangat nyaman dan merasa senang tinggal di Kota Salatiga. “Selama ini tidak ada diskriminasi terhadap warga kami Tionghoa”, ungkap Bapak yang berusia 49 ini. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Klenteng pun selalu berjalan hikmat serta tidak ada diskrimasi pada etnis mereka yang tinggal di Salatiga, seperti Kirab Ruwat Bumi dan lain-lain.

Kondisi dan gambaran ini juga dapat diperkuat melalui temuan penelitian Dialog Inklusivistik Membangun Rasa Kebersamaan dan Saling Pengertian Studi Kasus pada Majelis Pemuka Agama

Page 104: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

89

Salatiga (PUASA) dan FKUB Salatiga, M. Zulfa dalam (Harder dan Hidayati, Edt., 2017:174), kondisi kerukunan di masyarakat Kota Salatiga terwujud pada hubungan muamalah, kegiatan-kegiatan masyarakatan, saling bekerja sama dala setiap acara kegiatan di kampong, seperti pernikahan atau hajatan yang lain, kerja bakti, menjenguk tetangga yang sakit, kegiatan lelayu, bakti sosial, dan halal bi halal serta saling berinteraksi dan menyapa satu sama lainnya.

Gambar: Peneliti sedang berada di pintu gerbang kampus

Uiniversitas Sam Ratulangi

Page 105: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

90

Sehingga wajar jika Wakil Walikota Salatiga Muh Haris pada sebuah kegiatan sosialisasi pendidikan politik bagi pengurus RT dan RW se-Kota Salatiga di Ruang Kaloka Setda, Senin (12/3), yang digelar oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) sebagaimana diwartakan oleh Koran Wawasan (13 Maret 2018) dengan judul “Jangan Nodai Salatiga sebagai Kota Toleran‟, meminta semua pihak untuk menjaga iklim Salatiga agar tetap kondusif, selalu guyub dan rukun meskipun beda pendapat dan beda pilihan selama proses pilgub. Untuk itu dinamika politik jangan sampai menodai predikat Salatiga sebagai kota paling toleran se-Indonesia. Bukan tanpa alasan, mengenai permintaan orang nomor dua di Kota Salatiga ini, karena Kota Salatiga termasuk salah satu kota di Indonesia yang dikatagorikan sebagai kota tertoleran.

Hasil dan temuan indexing yang dilakukan oleh Setara Insitute dan UnitKerja Presiden-Pembinaan Ideologi PancasilaJakarta, 16 November 2017, mengenai Indeks Kota Toleran (IKT); 10 Kota Teratas dengan Skor Toleransi Tertinggi terdiri dari; Manado (5,90), Pematangsiantar (5,90), Salatiga (5,90), Singkawang (5,90), Tual (5,90), Binjai (5,80), Kotamobagu (5,80), Palu (5,80), Tebing Tinggi (5,80), dan Surakarta (5,72). Sementara 10 kota Terbawah dengan Skor Toleransi Terendah, terdiri dari; DKI Jakarta (2,30), Banda Aceh (2,90), Bogor (3,05), Cilegon (3,20), Depok (3,300), Yogyakarta (3,40), Banjarmasin (3,55), Makassar (3,65), Padang (3,75), dan Mataram (3,78).

Dalam konteks ke-Salatiga-an, kebhinnekaan itu telah berlangsung cukup lama. Kebhinnekaan itu tetap terawat dengan baik, sehingga harmoni dan kedamaian masih bisa dirasakan. Bahkan, sejak zaman pemerintah kolonial Belanda, Kota Salatiga Sebagai kota kecil yang sejuk dan nyaman, telah terbangun dan

Page 106: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

91

hingga sekarang berkembang dalam kemajemukan. Relatif tidak pernah ada gejolak yang dipicu semata-mata oleh perbedaan.

Paling tidak, (Rahmat Hariyadi, Salatiga Kota Bhinneka Tunggal Ika, Kebhinnekaan adalah Keniscayaan, Majalah Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017:10-11) terdapat tiga faktor yang mendukung persatuan dan harmoni dalam kebhinnekaan di Kota Salatiga yang harus dipertahankan oleh penduduknya. Pertama, masyarakat Kota Salatiga relatif berpendidikan, sehingga memiliki wawasan yang luas tentang hak azasi manusia serta memahami bagaimana seharusnya hidup bersama dalam perbedaan, damai, dan harmoni, sesuai dengan yang diamanatkan oleh konstitusi negara. Dalam hal pendidikan ini, terlebih lembaganya. Tak terkecuali lembaga pendidikan keagamaan juga memiliki cukup andil besar, dengan mengajarkan pendidikan keagamaan yang moderat dan mengedepankan konsep rahmatan li al-alamin. Hal ini penting untuk dipertahankan sekaligus untuk menangkal berkembangnya ideologi yang membawa bibit intoleransi dan konflik.

Kedua, kuatnya keteladanan para tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam merajut kebersamaan dan menciptakan kerukunan. Perilaku para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang menampilkan kebersamaan, dan kesejukan kiranya menjadi contoh dan panutan masyarakat. Hal ini perlu dipertahankan, baik kebersamaan antaragama dan intraagama, antargolongan dan intragolongan, antarkelompok dan intrakelompok, sehingga kerukunan dan harmoni itu benar-benar tercipta pada semua lini kehidupan.

Ketiga, masih kentalnya nilai-niai budaya lokal, local wisdom, budaya Jawa, tertanam kuat dalam keseharian, terutama dalam

Page 107: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

92

kehidupan sosial. Nilai-nilai yang secara ringkas termuat dalam saloka (ungkapan pendek yang sarat nilai sebagai rujukan dalam bersikap dan bertindak), antara lain, guyub-rukun, tepa- slira, rukun agawesantosa, gotong royong, dan menang tanpangasorake. Nilai- nilai kearifan yang terkandung dalam ungkapan tersebut bila dihayati dapat menghilangkan potensi konflik karena perbedaan.

Keluasan wawasan dalam pendidikan bisa saja diakibatkan terdapatnya lembaga pendidikan tinggi yang identik dengan institusi yang berperan besar untuk membentuk kultur dan karakter masyarakat. Keberadaan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), berdiri tahun 1956. Kini setelah memasuki usia 60 tahun UKSW memiliki 16.322 orang mahasiswa dari 34 suku bangsa yang ada di Indonesia baik berasal Pulau Jawa, Batak (Sumatera Utara), Kalimantan, Toraja (Sulawesi Selatan), Manado (Sulawesi Utara), Ambon (Maluku), Timor Sumba (NTT) dan etnis Tionghoa serta mahasiswa asing yang berasal dari Australia, Amerika Serikat, New Zealand, Belanda. Mereka tersebar di dalam 14 fakultas, 56 program studi (progdi); 3 progdi Diploma III, 1 progdi Diploma IV, 39 progdi S1, 10 progdi S2, 3 progdi S3. Kampus ini sekaligus menjadi cikal bakal Perguruan Tinggi ini memiliki identitas Indonesia Mini. Keberadaan demikian dengan IAIN Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang menampung sekitar 13.300 mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.

Page 108: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

93

Gambar; Kampus UKSW (atas) dan Kampus 3 IAIN Salatiga (bawah)

Ketenangan dan kesejukan Kota Salatiga menjadi kota pilihan bagi pendatang baik warga lokal maupun asing, walau hanya sekedar mampir, kuliner, istirahat, tinggal sementara/homestay bahkan berbagai aktivitas lainnya seperti bekerja dan sekolah tampaknya kota

Page 109: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

94

ini sangat representatif. Adalah Scoot Martin, pria berkebangsaan Amerika Serikat selaku pendiri dan Secondary Principal (Pemimpin Sekolah) of Mountainview International Christian School salah satu sekolah berstandar internasional yang memilih Kota Salatiga sebagai tempat untuk melakukan aktivitas pendidikan dari tingkat TK sampai SMA. Pelajar sekolah ini berasal dari berbagai negara seperti Amerika, Australia, Canada, Korea, Meksiko, Belanda, Singapore, Filipina Jerman, Inggris Jepang bahkan dari Indonesia.

B. Kota ManadoManado berdasarkan pemeluk keagamaan; Islam: 128.483, Kristen: 254.912, Katolik: 20.603, Hindu: 692, Budha: 2.244, Kong-Hucu/lainnya: 499. Tempat ibadah; Masjid: 192, Musalla: 5, gereja Protestan: 529, Gereja Katolik: 21, Pura: 3, Vihara: 20. Sementara lembaga cukup banyak dari, baik dari tingkat Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi, dari status pendidikana sekolah tinggi, institute, hingga universitas; universitas Sam Ratulangi, Universitas Negeri Manado, IAIN Manado, Universitas Klabat, Universitas Katolik De La Salle, Universitas Kristen Indonesia Tomohon. (https://manadokota.bps.go.id/subject/27/sosial-budaya.html#subjekViewTab3)

Sedikit berbeda dengan Kota Salatiga, selain ditetapkannya Kota Manado sebagai kota paling toleran peringkat pertama di Indonesia oleh sebuah lembaga peneliti nasional Setara Institute Jakarta. Kota Manado juga menerima penghargaan kota terbaik kategori toleransi dalam Sindo Weekly Government Award 2018. Penghargaan yang diterima ini merupakan apresiasi media masa atas kehidupan masyarakat Kota Manado yang rukun serta menerapkan sikap hidup toleran. Penghargaan yang diterima Kota Manado sebagai kota

Page 110: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

95

terbaik kategori toleransi menjadi motivasi bagi pemerintah dan seluruh masyarakat Kota Manado untuk terus mempertahankan sikap hidup toleran, menjaga dan mempertahankan sikap hidup yang rukun di antara sesama, dan sebagai wujud dari kebersamaan tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras dan antar-golongan. Jauh sebelumnya adalah penghargaan lain yang diberikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas-HAM) kepada Kota Manado adalah sebagai kota yang rukun dan damai karena bisa menjaga kerukunan antarumat beragama.

Walikota Manado G.S Vick Lumentut berharap, dengan adanya penetapan Kota Manado sebagai kota paling toleran di Indonesia, semangat untuk terus menjaga sikap hidup toleran di tengah masyarakat Kota Manado yang majemuk dan heterogen semakin kuat. Wadah besar instansi pendukung dan pemelihara kondisi kerukunan, misalnya Badan Kerja Sama Antar Umat Beragama atau (BKSAUA) dan didukung Forum Kerukunan Umat Beragama atau FKUB Kota Manado sekaligus memiliki peran yang sangat penting. Senada dengan apa yang disampaikan oleh Walikota Manado G.S Vick Lumentut dalam Misa Pembukaan Tahun Yubileum 150 tahun gereja Katolik bertumbuh kembali di Keuskupan Manado, yang dilaksanakan di kawasan Pohon Kasih Megamas Manado, Senin (30/04) malam. Dalam sambutannya, Walikota mengatakan bahwa selama ini umat Katolik di Kota Manado telah ikut serta secara aktif untuk memberikan kontribusi dan sumbangsih bagi pembangunan Kota Manado. Bentuk sumbangsih yang diberikan umat Katolik adalah terus menjaga Kota Manado dalam bingkai toleransi dan tetap hidup rukun di tengah perbedaan yang ada, dalam kondisi masyarakat yang majemuk dan berbeda suku, ras dan agama http://www.manadokota.go.id/search_detail/index/manado-raih-

Page 111: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

96

penghargaan-kota-terbaik-kategori-toleransi-dalam-sindo-weekly-government-award-2018.

Dalam waktu yang berbeda, Wakil Walikota juga menjelaskan tentang dukungan dan keikutsertaan agama atau umat lainnya dalam menjaga kondisi keberagamaan yang harmonis di Kota Manado. Dalam keterangannya Bastian mengatakan umat Buddha di Kota Manado telah ikut berperan menjadikan Kota Manado sebagai kota paling toleran di Indonesia. Dalam perayaan Hari Raya Waisak ini, Mor Dominus Bastian mengapresiasi terhadap Umat Budha Kota Manado yang peran besar dalam menciptakan suasana yang aman dan rukun sehingga Kota Manado ditetapkan sebagai Kota Paling Toleran di Indonesia.Dikatakan, untuk menjadikan Kota Manado kota paling toleran di Indonesia tidaklah mudah, karena butuh keterlibatan semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat termasuk umat beragama. “Saya yakin untuk meraih predikat sebagai kota paling toleran tidak mudah, butuh keterlibatan kita semua. Namun, tidaklah sulit untuk meraih predikat itu, yang paling sulit adalah mempertahankannya. Karena itu, sikap hidup kita sebagai masyarakat Kota Manado yang rukun dan saling hormat menghormati antarpemeluk agama, harus pula mendukung penuh Manado sebagai kota paling toleran di Indonesia”. http://www.manadokota.go.id/search_detail/index/wakil-walikota--umat-buddha-ikut-berperan-jadikan-manado-kota-paling-toleran-di-indonesia

C. Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Salatiga Dan Masyarakat Manado

Baik Kota Salatiga maupun Kota Manado sedikit banyak keduanya memiliki kemiripan latar belakang budaya dan karakter pada masyarakatnya, terlebih latar budaya keagamaan. Kota Manado

Page 112: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

97

dan Kota Salatiga memiliki dimensi keberagaman agama yang sangat kompleks. Hampir semua agama terdapat di dalammya dan memiliki nilai kuantitatif dari jumlah penduduk berdasarkan penganut keagamaan, jumlah rumah ibadah, dan lembaga yang berafiliasi pada organisasi keagamaan sangat kentara. Secara statistik eksistensi keagamaan dapat dilihat di kedua kota ini. Tidak susah kiranya, ketika menyusuri jalan-jalan di kedua kota tersebut menemukan bangunan tempat ibadah dan simbol keagamaan.baik di Kota Salatiga maupun Kota Manado dapat dilihat bangunan gereja-gereja yang besar, megah, dengan menara yang sangat tinggi, masjid dan vihara juga sama dapat dilihat di pinggiran jalan raya dengan kekhasan masing-masing.

Ruang-ruang publik tidak sepi dari banner-benner yang menyampaikan pesan-pesan keagamaan, baik dalam bentuk acara ibadah sebuah gereja, ucapan selamat dalam bahasa dan Thiong Hoa, atau hal-hal informativ lain yang bertalian dengan symbol kerukunan yang sangat sederhana. Dari terlihat banyaknnya symbol-simbol keagamaan tersebut, jika di lihat dari kacamata Ilmu Komunikasi, dapat ditarik benang merah atau hipotesa bahwa fenomena itu akan melahirkan berbagai macam proses komunikasi budaya (cultural communication) dan atau bahkan komunikasi antarbudaya (intercultural communication), dikarenakan terdapat berbagaimacam latar budaya di kedua kota tersebut.

Dalam konteks keilmuan, terlebih ilmu komunikasi, dan lebih khusus lagi komunikasi antarbudaya. Perbedaan secara nyata dilatarbelakangi oleh budaya itu sendiri, karena pada hakikatnya hampir dari semua budaya yang ada tersebut berbeda dalam proporsinya. Istilah komunikasi antarbudaya digunakan secara luas untuk semua bentuk komunikasi di antara orang-orang yang

Page 113: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

98

berasal dari kelompok yang berbeda, selain itu juga digunakan secara lebih sempit yang mencakup komunikasi antara kultur yang berbeda. (Heryadi, Silvana, 2013: 95-108). Sementara Alo Liliweri mendefinisikan bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antar suku bangsa, antar etnik, ras dan kelas sosial. (Liliweri, 2009:10.) Sementara W.M. Lustig, J. Koester (2006:46) mendefinisikan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses kontekstual, simbolis, transaksional, di mana orang-orang dari budaya yang berbeda menciptakan makna bersama. Seperti halnya (Samovar dan Porter, 1997:70) menegaskan bahwa komunikasi antarbudaya adalah studi tentang komunikasi antara orang-orang yang “persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda” untuk mengubah komunikasi mereka.

Apabila hal ini sudah menjadi kesadaran setiap individu, sikap toleransi, saling menghargai, dan menganggap pluralitas sebagai sebuah keharusan. Kita akan berada pada kondisi yang harmonis baik secara sosial maupun secara teologikal.

Dang Linh Chi (2016:4) menjelaskan bahwa studi komunikasi antarbudaya adalah untuk mempelajari dan memahami bagaimana orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda berkomunikasi satu sama lain. Tujuannya adalah untuk menghasilkan pedoman yang membantu orang untuk berkomunikasi dengan lebih baik. Studi dalam komunikasi antar budaya biasanya dimulai dari perbedaan antara kelompok budaya yang berbeda kemudian mempelajari interaksi antara kelompok-kelompok ini..

Lebih lanjut Chi menjelaskan bahwa ketika tingkat perbedaan antara budaya menjadi relatif besar, itu akan menyebabkan salah

Page 114: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

99

tafsir dan harapan yang berbeda tentang bagaimana berkomunikasi secara kompeten. Oleh karena itu, proses pertukaran informasi jauh lebih sulit dalam komunikasi antar budaya. Dengan kata lain, komunikasi antarbudaya adalah suatu proses di mana orang- orang dari latar belakang budaya yang berbeda mencoba untuk berinteraksi dan menciptakan pemahaman bersama sehingga mencapai tujuan pribadi mereka serta menciptakan hubungan dengan orang lain (Chi, 2016:9). Baik Kota Salatiga dan Kota Manado yang memiliki pendudukanya secara budaya memiliki kemajemukan dan keragaman dalam hal keagamaan dan keyakinan, dibutuhkan pemahaman bersama dalam membangun interaksi atau komunikasi yang lebih efekti untuk menciptakan situasi kehidupan yang lebih harmonis dan terhidar dari konflik horizontal atas nama perbedaan budaya keberagamaan.

Tidak jauh berbeda dengan apa yang dipetakan oleh Veronique Schoeffel (2007), bahwa kemampuan dalam hal pemahaman dalam penyampaian pesan (message), baik pengiriman (komunikator) dan penerima (komunikan) memenjadikan proses komunikasi antara orang-orang dengan budaya yang berbeda latar belakang akan meningkat sekonstruktif mungin. Dengan lebih luas pengalaman, perhatian, dan perhatian yang ditunjukkan tidak hanya akan menyuburkan komunikasi antarbudaya tetapi akan mendorong upaya komunikasi lebih bekelanjutan. karena komunikasi antarbudaya banyak dipengaruhi; pertama, oleh nilai-nilai, tradisi, hubungan sosial dan politik, dan pandangan dunia antara pengirim dan penerima; kedua, karena efeknya pada pesan verbal dan nonverbal; dan, ketiga, dengan pengaruh itu pada latar belakang sejarah, pengaturan relasional, dan posisi seseorang dalam komunitas pidato. Jika kita benar-benar ingin bernegosiasi berbagi

Page 115: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

100

makna lintas budaya, kita harus melepaskan gagasan bahwa apa kita anggap dapat disepakati oleh semua orang. Perihal penting dalam komunikasi antarbudaya bukan persepsi siapa yang benar, melainkan perbedaan tentang apa yang dilihat dan bagaimana yang dirasakannya, baik yang ada pada dirinya maupun yang ada pada orang lain, sehingga dapat berjalan dan sampai pada tujuan makna bersama.

Milton J. Bennett (1998) memberi penekanan yang begitu argumentatif factual tentang pentingnya studi tentang komunikasi antarbudaya telah mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana orang memahami yang satu dengan yang lainnya ketika mereka tidak berbagi pengalaman budaya yang sama. Hari ini, tinggal di masyarakat multikultural dalam desa global, kita semua menghadapi pertanyaan setiap hari. Kami sekarang menyadari masalah itu pemahaman antarbudaya tertanam dalam pertanyaan kompleks lainnya: Jenis komunikasi apa dibutuhkan oleh masyarakat majemuk untuk menjadi budaya yang beragam dan bersatu dalam tujuan bersama? Bagaimana komunikasi berkontribusi untuk menciptakan iklim penghormatan, bukan hanya toleransi, untuk keberagaman? Visi baru dan kompetensi inovatif yang kita bawa ke dunia yang berubah ini akan menentukan jawaban untuk pertanyaan lain tentang desa global yang diajukan oleh Dean Barnlund,apakah penduduknya akan menjadi tetangga yang mampu menghormati dan memanfaatkan perbedaan mereka atau kelompok orang asing yang tinggal di ghetto dan bersatu hanya dalam antipati mereka yang lain.

Lebih jauh, dalam tulisan lainnya sekaligus memberikan tekanan kuat, Bannett melihat bahwa antara budaya dan komunikasi adalah bagian yang tak terpisahkan. Galaksi-galaksi alam semesta dikendalikan oleh hukum yang sama. Tidak benar jikadunia budaya

Page 116: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

101

diciptakan oleh manusia, yang masing-masing beroperasi menurut dinamika internalnya sendiri, prinsipnya sendiri, dan hukumnya sendiri yang ditulis dan tidak tertulis. Bahkan waktu dan ruang unik untuk setiap budaya. Namun demikian, ada beberapa benang umum yang berjalan melalui semua budaya, karena kita semua berbagi akar dasar yang sama. Komunikasi mendasari segalanya. Meskipun kita cenderung menganggap bahasa sebagai saluran utama komunikasi, ada kesepakatan umum di antara para ahli di semiotika yang mana saja dari 80 hingga 90 persen dari informasi yang kami terima tidak hanya dikomunikasikan secara nonverbal tetapi terjadi di luar kesadaran kami (Bennett, 1998:53). Sementara bagi Hubert Knoblauch (2001) menekankan bahwa budaya komunikatiftergantung pada termediasinya dan keberlangsungantindakan dan bentuk-bentuk komunikatif yang dilakukan dalam suatu masyarakat. Sangat berhubungan dengan struktur sosial, budaya komunikatif tergantung pada distribusi sarana komunikasi; tetapi itu lebih bergantung pada perbedaan penggunaan tindakan komunikatif dan bentuk-bentuk komunikatif yang dibentuk dan disusun ke dalamsituasi komunikatif, milieus dan organisasi institusional.

Tidak diragukan lagi secara realistis, baik di Kota Salatiga Maupun di Kota Manado, bahkan di wilayah lain di Indonesia, yang memiliki tipologi masyarakat yang majemuk akan dihadapkan pada sikap adaptif dalam menjalankan kehidupan kesehariannya. Realitas pengalaman kemajemukan tersebut mengantarkan setiap individu untuk terbuka terhadap interaksi dengan dudaya di luar dirinya, walaupun kemampuan individu untuk berkomunikasi sesuai dengan norma dan nilai budaya yang melatarbelakanginya, akan tetapi pada dasarnya setiap individu akan melakukan adaptasi dengan budaya atau kebiasaan yang berbeda dengannya, untuk

Page 117: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

102

membuat dirinya nyaman. Hal tersebut terjadi karena adaptasi antarbudaya merupakan hal yang sudah dimiliki oleh individu secara alami dan universal.

Terdapat beberapa hal penting dalam melakukan adaptasi yaitu keterbukaan, kekuatan dan kemampuan berpikir positif dari pendatang maupun dari lingkungan budaya setempat(Utami, 2015:180-197). Zaenal Abidin (2015) menggarisbawahi bahwa secara teoritis adaptasi antarbudaya merupakan kolaborasi antara dua budaya yang berbeda dengan saling menerima budaya satu dengan budaya lainnya dengan kesamaan tujuan, sehingga terbagnun interaksi atau komunikasi yang efektif melalui sikap adaptif dari semua pihak yang berbedaya budaya. Komunikasi yang efektiflah yang akan mampu membangun proses komunikasi baik dan lancar antra komunikator dan komunikan. Pola komunikasi yang baik akan menunjang efektifitas komunikasi yang akan maupun yang sedang berlangsung. Pola komunikasi adalah model, format, atau bentuk komunikasi yang dapat terlihat melalui prose komunikator (baik individu maupun kelompok) mengkomunikasikan pesan-pesan komunikasi terhadap komunikan di dalam berintraksi.

Kota Salatiga dan Kota Manado jelas memiliki karakter nilai keagamaan yang sangat beragam dalam bentuknya, sesuai dari setiap individu masyarakatnya sebagai penganut agama-agama yang terdapat di wilayahnya. Masyarakat Kota Manado dan Kota Salatiga akan menjalankan kehidupannya berdasarkan pada pengalaman keagamaannya serta pengalaman sosialnya yang syarat dengan masyarakat majemuk, plural, dan beragam. Dan tidak dapat dimungkiri lagi bahwa sikap adaptip dengan saling menghargai perbedaan yang ada, akan melahirkan corak budaya baru, dalam proses komunikasinya.

Page 118: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

103

Tata nilai masyarakat menurut Abd. Rahman P., (2014) banyak terbentuk dari kepercayaan dan pengakuan umum tersebut, yang diperoleh dari pengetahuannya dan pengalamannya dalam mengamati, merasakan dan mengenali realitas hidupnya sehari-hari. Karena realitas yang dialami manusia dalam masyarakat ini terus mengalami perubahan-perubahan, maka hasil pengamatan, proses dan pengalamannya ikut mengalami perubahan, dan hal itu berakibat timbulnya kepercayaan dan pengakuan masyarakat terhadap beberapa hal yang dulunya mungkin belum dipercayai dan belum diakui.

Sementara untuk melihat sikap adaptif yang terjadi antara masyarakat Kota Salatiga dan Kota Manado yang memiliki latar belakang budaya keberagamaan yang beragam, Tubbs dan Moss menjelaskan tentang model-model komunikasi yang dibangun di masyarakat. Berdasarkan model komunikasi, Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam (Mulyana, 2010:78.) menjelaskan tiga model komunikasi yaitu: Model komunikasi linier yaitu komunikasi satu arah (one-way view communication). Komunikasi dua arah adalah komunikasi intraksional. Model komunikasi transaksional, komunikasi yang hanya dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pola komunikasi berdasarkan jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi yaitu: komunikasi intra pribadi, kominikasi diadik, komunikasi antar pribadi, komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan kominikasi masa.

Model-model komunikasi ini salah satu atau beberapa bagian model dapat terjadi pada masyarakat Kota Salatiga maupun masyarakat Kota Manado yang terdiri dari beragam budaya keagamaan.

Page 119: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

104

D. Rumah Ibadah dan Kerukunan Masyarakat Salatiga Dan Manado

Hampir seluruh kota di Indonesia memiliki potensi yang sama untuk memiliki sikap hidup saling bertoleransi, namun yang perlu diingat Kota Salatiga yang hanya memiliki luas 17,87 km ini memiliki kemajemukan yang luar biasa. Hampir seluruh etnis di Indonesia dapat dengan mudah ditemukan di kota kecil ini, bukan hanya etnis Indonesia saja namun beberapa etnis mancanegara juga cukup mudah untuk ditemui. Keberagaman yang luar biasa ini menjadi salah satu perbedaan dari kota-kota lain yang memiliki potensi yang sama untuk hidup saling bertoleransi. Selanjutnya, kota Salatiga juga merupakan kota yang sangat mudah untuk menjumpai rumah-rumah ibadah, seperti Gereja, Masjid, Pura, Vihara, dan Klenteng. Bahkan tidak jarang ditemui rumah ibadah yang berbeda berdiri secara berdampingan atau berhadapan, hal ini tidak cukup mudah ditemui di kota-kota lain (Hartika dan Kristiyani, 2017:063-084). Berikutnya peran pemerintah kota, dalam menanggapi perilaku masyarakat kota Salatiga dalam hidup berdampingan antarumat beragama. Pemerintah Kota Salatiga bersifat membina dan memaksimalkan manajemen komunikasi dengan pihak-pihak terkait. Eratnya komunikasi yang terjalin membantu kelancaran komunikasi ketika muncul isu-isu sensitif. Pada dasarnya masyarakat kota Salatiga yang sudah memiliki karakter hidup rukun berdampingan juga memiliki semangat untuk memotivasi diri sendiri agar terus membudayakan toleransi. Pemerintah Kota yang berperan untuk meraih prestasi toleransi Kota Salatiga dan pemuka agama yang berperan untuk membudayakan toleransi kota Salatiga pada nyatanya sama- sama telah berupaya untuk menciptakan perilaku masyarakat kota Salatiga untuk hidup rukun berdampingan antarumat beragama

Page 120: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

105

serta bertoleransi tinggi (Hartika dan Kristiyani, 2017:063-084).

Andriana Susi Yudhawati, Indonesia Mini, Ragam Budaya dan Etnis Ada di Satu Kota, Majalah Jiwaraga, Edisi II T ahun 2017:12-13 menerangkan bahwa salah satu bentuk toleransi yang jelas terlihat adalah penggunaan lapangan Pancasila sebagai lokasi kegiatan keagamaan. Pada bulan Desember, lapangan Pancasila ini menjadi tempat ibadah merayakan Natal bagi umat Kristiani se-Kota Salatiga, pada hari Raya Idul Fitri lapangan Pancasila juga digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan sholat Ied secara massal bagi umat Islam di Salatiga. Uniknya pada saat merayakan Natal, para pemuda Masjid Agung Darul Amal Kota Salatiga, yang berdekatan dengan lapangan pun turut membantu kelancaran ibadah Natal tersebut dengan mengatur masuknya kendaraan dan mengatur para warga yang akan mengikuti ibadah. Setelah itu para pemuda masjid akan menyalami dan mengucapkan hari Natal kepada para umat Kristiani.

Pada realitas dan konteks yang sama, walau berbeda narasi Darmastuti, Edi, dan Christianto, dalam penelitian menemukan data yang sama. Salatiga mempunyai ritual tahunan yang digelar di lapangan Pancasila. Ritual ini merupakan ritual yang dilakukan oleh umat Muslim dan umat Kristiani ketika merayakan hari besar agama mereka. Pada saat umat Kristiani mengadakan ibadah Natal maupun Paskah di lapangan Pancasila, umat muslim serta jamaah Masjid yang ada di sekitar lapangan Pancasila yang ikut membantu menjaga pengamanan dan menjaga kendaraan jemaat yang hadir. Kebaktian yang sudah dilakukan sejak tahun 1970 itu tidak pernah menimbulkan masalah. Padahal kebaktian ini diadakan di depan Masjid Raya Darul Amal yang terletak satu kompleks dengan IAIN. Begitu juga sebaliknya, pada saat umat Muslim mengadakan sholat

Page 121: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

106

Ied di lapangan Pancasila untuk memperingati hari raya Idhul Fitri serta hari raya Idhul Adha, umat Kristiani yang ikut menjaga keamanan jalannya ibadah dan menjaga kendaraan mereka (Darmastuti, Edi, Christianto, 2018:635-649).

Gambar; Masjid Darul Amal Salatiga berada di depan Lapangan Pancasila.

Sumber PT. PARTNER KEMENANGAN WordPress .com

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Eben Haezer, salah seorang pendeta di sebuah Gereja Kristen Jawa. Ia merindukan toleransi dalam bentuk interaksi intimistik; “Toleransi yang terjadi di Salatiga perlu dibuktikan melalui perilaku hubungan yang lebih. Apakah sudah saling mengenal terhadap saudaranya, bahkan terhadap ajaran agama yang dianut oleh saudaranya yang berada di luar agamanya sendiri. Jika hanya sebatas kota tertoleran, Itu akan menandakan kemiskinan dalam persaudaraan. Kita merindukan tolerasi Kota Salatiga yang inklusif terutama dalam interaksi intimistik persaudaraan. Ya kalo tetntang keyakinan

Page 122: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

107

itu sudah milik individu dan masih dapat didialogkan yang tidak menimbulkan ketersinggungan karena persaudaran sebagai akar sudah dimiliki.” (Wawancara dengan Pendeta Eben Haezer, tanggal 13 Juli 2018). Haezar lebih menekankan toleransi dengan bahasa persaudaraan sesama; “hakikat dari toleransi adalah persaudaraan sesama. Toleransi adalah menghargai yang suci, baik kesucian dalam keyakinan yang dimiliki oleh agama sendiri maupun kesucian yang dimiliki agama lain. Bahkan tidak cukup dengan menghargai saja, akan tetapi harus lebih dari sekedar itu. Dibutuhkan proses dialogis yang lebih intimistik terutama dalam wilayah dan yang bernilai positif. Akan lebih berarti toleransi jika terjadi intimistik tersebut, karena bukan sekedar masabodoh atau tidak mau tahu. Intimistik bisa dalam bentuk memahami kaidah ajaran agama orang lain setelah memahami kaidah ajaran agama orang lain. Sehingga toleransi lahir dari kesadaran dan pengetahuan, bukan sekedar berita/wacana sederhana.” (Wawancara dengan Pendeta Eben Haezer, tanggal 13 Juli 2018).

Sementara itu Kota Manado yang berpenduduk mayoritas beragama Kristen, sedangkan Islam merupakan agama yang di anut ke 2 terbesar selain dari agama-agama lain yang ada di Kota Manado. Keberagaman dan kemajemukan yang ada pada masyarakatnya membuat Kota Manado kaya akan budaya. Masyarakat menunjukkan hubungan mendalam antar budaya berbagai macam masyarakat yang terjadi sebagai akibat adaptasi kultural dengan nilai budaya lokal. (Suleman, 2017:58)

Masyarakat Kota Manado, menganggap tiap manusia sebagai saudara yang harus diakui keberadaannya serta tetap saling mendukung dalam kegiatan- kegiatan yang positif. Perbedaan agama dan segala bentuk identitas primordial tidak dijadikan penghalang

Page 123: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

108

untuk tumbuh berkembangnya slogan Torang Samua Bersudara ini menjadi kata-kata yang dihidupi masyarakat. Selain itu falsafah Sitou Timou Tumou Tou yang ditelorkan oleh Sam Ratulangi memiliki arti manusia hidup memanusiakan manusia lain. Bahkan harus lebih memiliki makna yang sangat luas. Keluasan makna itu dapat sampai pada realitas makna kehidupan bangsa bagi masyarakat Kota Manado yang toleran, saling membangun, akrab dengan sesama serta saling menghargai segala bentuk perbedaan yang melewati sekat sekat perbedaan kronis, dalam hal ini perbedaan agama sebagai penghambat. Dahulu, falsafah ini sangat nampak muncul pada proses adaptasi antara pengungsi “Perang Jawa” (1825-1830) yang beragama Islam dan masyarakat Tondano, Minahasa beragama Kristen. Orang Jawa yang ketika itu dipimpin Kyai Modjo, hingga kini telah hidup dengan harmonis dengan masyarakat setempat, bahkan beberapa putranya pernah menjadi Walikota Manado (Haji Abdi Buchari) dan wakil propinsi di MPR-RI (Ishak Pulukadang). Rasa saling terbuka dan menerima perbedaan membuat masyarakat Jawa yang tinggal dalam pembuangan tersebut, sekalipun beragama Islam melabeli diri mereka dengan sebutan Niyaku Toudano (aku orang Tondano). (Suleman, 2017:58-59) Masyarakat di Kota Manado, sekalipun heterogen dan dalam segi jumlah didominasi oleh yang beragama Kristen sejauh ini telah berhasil mengembangkan suatu model interaksi dan relasi antar umat beragama secara setara, toleran serta tidak eksklusif. (Suleman, 2017:61)

Toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian muamalah interaksi sosial. Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh

Page 124: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

109

dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya. (Aslati, :8. Toleransi Antarumat Beragama Dalam Perspektif Islam (Suatu Tinjauan Historis). Lebih rinci Aslati mengutip Syekh Salim bin Hilali bahwa toleransi atau as-samahah memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain; Pertama, kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan; Kedua, kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan; Ketiga, kelemahlembutan karena kemudahan; Keempat, muka yang ceria karena kegembiraan; Kelima, rendah diri di hadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan; Keenam, mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan dan kelalaian; Ketujuh, menggampangkan dalam berdakwah ke jalan Allah tanpa basa basi; Kedelapan, terikat dan tunduk kepada agama Allah tanpa ada rasa keberatan. (Aslati, :5).

Tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan dalam sebuah wawancara dengan Yulia selaku pengurus Fatayat Nahdhatul Ulama Kota Salatiga, sebagai manifestasi penganut Islam bahwa, “bukan saja toleransi dalam beragama, melainkan dalam berbagai macam unsur kehidupan”. Bagi pengurus salah satu sub-kultur dari organisasi keagamaan Islam di bidang kaum muda wanita ini, ―toleransi terlebih toleransi agama adalah terbentuk oleh dua bagian yang saling beriringan antara perilaku dan perkataan. Perkataan adalah manifestasi dari sikap dan habitual perilaku.(Wawancara dengan Yulia, pada tanggal 11 Juli 2018). Pemaknaan terhadap toleransi bagi Yulia dirasakan tidak jauh dengan pemaknaan toleransi bagi kebanyakan ulama yang berpatokan pada ajaran Islam. Begitu juga dengan yang diungkapkan Yusup sebagai pendakwah Ahmadiyah

Page 125: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

110

Kota Manado. Ustadz muda keturunan Jawa ini menjelaskan bahwa dalam ajaran toleransi sesuai dengan ajaran Ahmadiya; “toleransi itu adalah memahami, memaklumi, keyakinan atau ekspresi keyakinan tersebut melalui ibadah dan lainnya, memaklumi ibadah-ibadah mereka, keyakinan-keyakinan mereka yang berbeda dengan keyakinan yang kita yakini, terlepas apakah mereka disimbolkan dengan symbol-simbol agama. Jadi toleransi menurut saya ada memaklumi dan memahami dan menghargai keyakinan serta ekspresi dari keyakinan tersebut” (Wawancara dengan Yusuf, pada tanggal 25 September 2018).

Hanya saja, baik Bagi Yulia Maupun Yusuf, yang tidak boleh ditolelir pada persoalan ibadah atau ritual keagamaan yang indefenden dan nilai-nilai dasar keimanan. Toleransi itu dilakukan pada wilayah muamalah (sosial kemanusiaan). Ibadah ketuhanan atau nilai-nilai dasar itu tidak bisa lagi ditoleransikan. Artinya partisipasi kita tidak bisa melebur ke mereka, ketika kita harus melebur atas nama toleransi, maka akan hilang semangat toleransi itu. Toleransi itu pada sikap dan interaksi antarsosial, manusia dan manusianya, antarumat, hubungan kehidupan kemanusian. Seperti halnya toleransi sebagai sikap saling menghormati, saling menerima, saling menghargai di tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter manusia (Walzer, 1996:57). Semakna namun beda bahasa, toleransi adalah secara sukarela tidak mengambil tindakan terhadap sesuatu yang tidak dibenarkan, di mana ia membawa maksud kebenaran yang terbatas dan kebebasan bersyarat. Toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela dan kelembutan (Adeney, 1926). Perbedaan agama yang hidup di tengah-tengah masyarakat merupakan suatu hal yang potensial untuk terjadinya konflik. Akan tetapi dalam hal ini masyarakat beragama mampu membuktikan

Page 126: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

111

bahwa melalui komunikasi antarpribadi, sikap mengendalikan diri, menegakkan moral agama sebagai landasan dalam kehidupan beragama, serta menumbuhkan sikap tanggung jawab tentang pentingnya kerukunan hidup beragama, maka konflik-konflik dan kesalahpahaman antarumat berbeda agama dapat diminimalisasi dan dihindari.

Selain itu, masyarakat memanfaatkan local wisdom, yakni dengan mengumpulkan semua tokoh agama, termasuk kepala desa. Dari berbagai pikiran yang berasal dari banyak pihak bisa dijadikan kesimpulan dan diambil jalan keluarnya. (Ali, 2017:91-112)

Senada dengan apa yang disadari dan dipahami oleh Reene Picaso, seorang anggota divisi Pembina kaum muda di Gereja Paukus Mikki Salatiag bahwa; “antara toleransi dan keyakinan terdapat benang merah yang jelas. Keyakinan itu ada di dalam hati, bagi Katolik, hati yang didalamnya adalah Bait Allah. Gereja adalah manifestasi dari eksistensi Allah yang independen, yang mengajarkan kecintaan terhadap sesama, sehingga bagi pribadi yang di dalam hatinya bersemayam Allah, maka keluarannya akan mencintai sesama, inilah toleransi. Persoalan keyakinan adalah milik individu yang secara langsung bersinggungan dengan ilahi, mungkin ini juga sama dengan makna doktrin. Keyakinan dan doktrin syarat dimiliki oleh manusia beragama yang berujung pada fanatisme. Fanatisme terhadap keyakinan dan doktrin agama harus dimiliki oleh setiap pemeluk agama. Apapun agamanya. Akan tetapi fanatisme tidak boleh melanggar tentang hukum adat Tuhan dalam kehidupan kemanusiaan. Orang yang menganggap agama orang lain salah, boleh saja jika berada pada keyakinan dan dogma kepercayaan, tetapi tidak seharusnya menganggap kesalahan dalam

Page 127: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

112

setiap etika kehidupan keagamaan manusia” (Wawancara dengan Romo Reene Picaso, tanggal 12 Juli 2018).

Dalam sebuah penelitian M. Syafi‘ie (2011:27) yang berjudul Ambiguitas Hak Kebebasan Beragama di Indonesia dan Posisinya Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi, menyimpulkan bahwa terdapat ambiguitas dan benturan konsepsi regulasi terkait dengan perlindungan, penghormatan dan pemenuhan hak-hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia. Pertama, beberapa regulasi memberikan penegasan bahwa hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan merupakan hak yang tidak dapat dikurangi dalam kondisi apapun (non-derigable rights), non-diskriminasi dan negara bertanggungjawab dalam penghormatan, pemenuhan, dan perlindungannya. Kedua, terdapat regulasi yang membatasi, mengurangi, dan mencabut dari hak-hak kebebasan beragama dan berkeyakinan. Dimensi regulasi hukum HAM pertama bersifat universal dan non diskrminasi, sedangkan dimensi konsepsi hukum HAM pendapat kedua bersifat partikular dan diskriminasi.

Terdapat berbagai pandangan tentang pengertian kebebasan beragama dari yang berorientasi pada kebebasan sebagai hak itu sendiri, keterkaitannya pada hak individu lain dan masyarakat, perundangan yang harus membatasinya, serta akibatnya bagi kehidupan. Oleh karena luasnya argumentasi tentang kebebasan beragama tersebut maka keseluruhan unsur terkait harus dipertimbangkan ketika seseorang hendak mewacanakan atau bahkan mengimplementasikan kebebasan tersebut. Hal ini karena benturan-benturan yang mungkin terjadi akibat adanya perbedaan sudut pandang dan konsep tersebut. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang multikultur seperti Indonesia ini, sikap arifdan bijak dalam memahami kebebasan sebagai salah satu hak asasi

Page 128: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

113

manusia dan keberagamaan sebagai sesuatu yang sensitif. (Sartini, 2008:269). Siti Musdah Mulia (2007) dalam “Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Beragama” dalam web blognya membagi pelaksanaan hak atas kebebasan beragama ini dalam dua kategori, yaitu sebagai internal freedom (freedom to be) yang dibedakan dengan kebebasan eksternal yang termanifestasikan dalam tindakan (freedom to act). Pembatasan terhadap kebebasan beragama didasarkan atas lima elemen yaitu: keselamatan masyarakat (public safety), ketertiban masyarakat (public order), kesehatan masyarakat (public health), etik dan moral masyarakat (morals public), dan melindungi hak dan kebebasan mendasar orang lain (the fundamental rights and freedom of others). (Sartini, 2008:253)

Terdapat berbagai pandangan tentang pengertian kebebasan beragama dari yang berorientasi pada kebebasan sebagai hak itu sendiri, keterkaitannya pada hak individu lain dan masyarakat, perundangan yang harus membatasinya, serta akibatnya bagi kehidupan. Oleh karena luasnya argumentasi tentang kebebasan beragama tersebut maka keseluruhan unsur terkait harus dipertimbangkan ketika seseorang hendak mewacanakan atau bahkan mengimplementasikan kebebasan tersebut. (Mulia 2007, Rahardjo: 2005, An-Na‘im: 2007, Sartini, 2008:253)

Tarik-ulur antara tuntutan dakwah dengan praktik kehidupan sosial yang pluralistik sering menimbulkan dilemma bagi pemeluk yang concern terhadap situasi tatanan sosial yang dinamis dalam kedamaian. Ada kekuatan internal untuk membela agama dan tekanan eksternal yang menghendaki toleransi pada semua pemeluk berbagai agama. Kentalnya semangat keagamaan menumbuhkan kekuatan untuk mempertahankan keyakinannya, dan menimbulkan benturan konflik internal dengan kepentingan pemeluk agama lain. Dikotomi

Page 129: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

114

antara wawasan keagamaan dengan wawasan kemasyarakatan masih menggejala dalam masyarakat, bahkan dalam batas tertentu sering muncul kesan mendahulukan kepentingan apa pun atas nama agama. (Sutomo, 2014:93-114). Pengembangan nilai toleransi secara empirik muncul dalam keterbukaan menerima variasi ritual ibadah individu. Perbedaan cara ibadah (khilafiyah) tidak menghalangi para jamaah untuk memilih secara bebas cara ibadah yang sesuai dengan jalan pikirannya. (Sutomo, 2014: 93-114).

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing-masing dan berpotensi konfik. Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja karena keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antarumat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong. (Nazmudin, Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Journal of Government and Civil Society Vol. 1, No. 1, April 2017: 23-39). Karena pada dasarnya masyarakat kita menurut Ali, dalam tulisannya Di Beranda Rumah Kami Banyak Tuhan: Diskursus Komunikasi Keluarga Beda Agama Pada Etnik Jawa, dalam (Harder dan Hidayati, Edt., 2017:278) menjelaskan, agama memegang peranan penting, karena masyarakat meyakini agama adalah identitas atau harga yang paling utama dari identitas-identitas lainnya, karena agama begitu kuat mengajarkan

Page 130: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

115

keberpihakan primordial yang sangat kuat. Seseorang masih menerima kehilangan identitas apapun, tapi agama tidak boleh. Seseorang mungkin tidak terlalu taat menjalankan ajaran agama tetapi orang itu pasti akan mengorbankan hidup matinya jika agamanya dihina oleh orang lain. Agama masih kuat berada pada aras ideologis setiap individu masyarakat.

Kerukunan antarumat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi antarumat beragama. Dalam toleransi sendiri pada dasarnya mengharuskan masyarakat bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antarumat beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati dan tidak saling mengganggu antara umat satu terhadap umat lainnya terutama dalam hal beribadah. (Nazmudin, Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Journal of Government and Civil Society Vol. 1, No. 1, April 2017: 23-39).

Pemberitaan atau wacana tentang “kerukunan hidup beragama” di Indonesia terus menerus digulirkan baik oleh kalangan pemerintah ataupun tokoh agama bersama masyarakat. Hal itu dilakukan sebagai wujud pengamalan dari tri kerukunan (kerukunan internal umat beragama, kerukunan antarumat beragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah) hidup beragama demi menjaga harmonisasi kehidupan beragama antargenerasi di masa mendatang. (Farhan, 2017:17-30). Pemberitaan yang diberitakan oleh media massa online baik melalui you tube, media cetak online; metronews, antaranews, detik.com, republika, okezone.com dan lainnya memberikan kesamaan yang sinergitas dalam menjaga toleransi beragama, sekaligus menepis intoleransi di Indonesia. Wacana-wacana yang diangkat dalam

Page 131: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

116

semua pemberitaan tetap mengindikasikan kekuatan tri kerukunan hidup beragama di Indonesia di seluruh wilayah, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Tradisi gotong royong dan kerjasama antara masyarakat tetap terjalin dari masa ke masa. Bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk dengan beraneka suku, ras, etnis, dan agama bukan menjadi problema yang berat bagi pemerintah untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan antarpemeluk agama dengan pemerintah. Kinerja pemerintah terwujud dalam berbagai kegiatan yang berkesinambungan secara serius baik yang dilakukan langsung oleh pemerintahan pusat maupun oleh pemerintahan di daerah (Farhan, 2017:17-30).

Persepsi atau penilaian terhadap kelompok agama lain, baik mengenai gambaran umumnya, masyarakatnya, ataupun perilaku keagamannya. Konflik- konflik yang muncul antara pemeluk suatu agama dengan pemeluk agama lainnya bisa berasal dari adanya persepsi yang keliru atau pandangan buruk terhadap pemeluk dan agama lainnya. Persepsi muncul setelah mereka melihat dan memberikan penilaian terhadap kelompok agama lain tersebut yang dianggapnya merugikan agama atau kelompok mereka (Hermawati, 2016:105-124).

Di dalam praktik toleransi sering muncul perilaku berlebihan yang mengarah kepada nuansa sinkretisme, yang di Indonesia disebut toleransi kebablasan. Sinkretisme yang dimaksud di sini tentu saja tidak sama dengan fenomena sinkretisme yang terjadi antara Hindu dan Budha, melainkan dalam arti sikap kompromistis, mencampuradukkan akidah dan ibadah antaragama. Misalnya, seseorang umat agama tertentu ikut serta dalam pelaksanaan ibadah tertentu dari agama tertentu yang bukan agamanya (Jamrah, 2015:185-200).

Page 132: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

117

Kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara (Ismardi dan Arisman, 2014:200-222). Umat beragama dan pemerintah harus terus menerus bersinergi dalam melakukan pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat daerah, provinsi, maupun negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga negara beserta instansi pemerintah lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, mengkoordinasi kegiatan instnsi vertikal, menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah (Ismardi dan Arisman, 2014:200-222).

Banyak terjadi konflik yang didasarkan pada perbedaan agama, yang jika berpulang pada pengalaman konflik-konflik yang telah terjadi di beberapa daerah di wilayah Indonesia begitu sulit dan banyak membutuhkan pengorbanan untuk mencarikan solusinya. Resolusi konflik akan terus dilakukan, karena jika tidak terselesaikan akan berimbas ke wilayah-wilayah lainnya yang memiliki karakter sama. Dalam konteks hubungan antaragama, istilah rekonsiliasi paling tidak memberikan kesan atau pemahaman bahwa kehidupan beragama di Indonesia tidak harmonis dan sering menimbulkan konflik. Disebut ‘tidak harmonis‘ sebab kehidupan beragama yang selama ini damai, berdampingan, saling memahami, menghargai, dan menghormati satu sama lain terganggu oleh faktor-faktor tertentu, terutama oleh situasi kehidupan ekonomi, sosial, kultur, dan politik tempat agama-agama itu hidup dan berkembang. Adapun ‘konflik’ menunjukkan bahwa di mana pun agama-agama

Page 133: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

118

itu berada, sekalipun situasi kehidupan sosial-politik stabil, tetap terjadi pertentangan. Hal ini dimungkinkan karena akar sejarah dan kultural di antara agama-agama itu sangat berbeda dan selalu menunjukkan dominasi perjalanan dan perkembangan agama itu (Khotimah, 2011:216). Pendekatan kultur atau budaya adalah untuk melihat dan memahami karakteristik suatu masyarakat yang lebih menitikberatkan pada aspek tradisi yang berkembang dan mapan, yaitu agama dihormati sebagai sesuatu yang luhur dan sakral yang dimiliki oleh setiap manusia atau masyarakat (Khotimah, 2011:217).

Pendekatan kultur atau budaya tersebut di atas membutuhkan sikap Eklektisisme. Eklektisisme adalah suatu sikap keberagamaan yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk dirinya sehingga format akhir dari sebuah agama menjadi semacam mosaik yang bersifat eklektik. (Moran, 2012:17)

E. Pesan Damai dalam PerbedaanParadigma pluralisme atau paralelisme percaya bahwa setiap agama mempunyai jalan keselamatan sendiri. Karena itu, klaim Kristiani bahwa ia adalah satu-satunya jalan (eksklusif), atau yang melengkapi atau mengisi jalan yang lain (inklusif), harus ditolak demi alasan-alasan teologis dan fenomenologis (Flood, 2013:90). Bahkan secara epistemologis tanggapan Paul Elmen jauh mengkritisi sikap ekslusif. Bagi Paul, sikap ekslusif dapat menimbulkan kesukaran-kesukaran. Pertama, ia membawa bahaya yang nyata akan intoleransi, kesombongan, dan penghinaan terhadap yang lain. Kedua, sikap ini pun mengandung kelemahan intrinsik karena mengandaikan konsepsi kebenaran yang seolah logis secara murni dan sikap yang tidak kritis terhadap kenaifan epistimologis. (Elmen, 2012:56).

Page 134: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

119

Hal inilah yang harus dijadikan bahan pertimbangan bagi manusia yang beriman atas pesan ajaran-ajaran Tuhan. Karena klaim-klaim seperti itu tidak saja menjadikan nilai religiusitas keimanan bertambah, melainkan semakin memperkuat kecurigaan-kecurigaan yang sangat merugikan kadar keimanan, dan bahkan secara psikologis susah untuk melakukan interaksi, karena memang sikap egosentris hanyalah dapat mempertegas anggapan bahwa hanya kitalah yang memiliki kesucian teologis maupun kebenaran agama. Secara tidak disadari kita menumbuhkan penyakit yang menggerogoti sikap empati dan menyuburkan sikap keangkuhan yang ekslusif. Haruskah menganggap lebih baik dari orang lain dengan alasan yang memang tidak jelas. Tidak jelas, dalam artian bahwa belum tentu dianganggap buruk, jelek, dan salah adalah buruk, jelek, dan salah pula menurut Tuhan. Untuk mencapai kehidupan yang harmonis dan terbentuknya nilai-nilai keagamaan yang adiluhung dalam masyarakat, pluralisme memiliki kontribusi yang sangat kuat, karena dengan pluralisme akan lahir sebuah corak interaksi antar-pemeluk agama secara terbuka dan toleran. Terciptanya totalitas penghambaan bagi tiap-tiap pemeluk agama dapat diwujudkan melalui kehidupan sosial yang terbuka dan terbebasnya rasa kecurigaan atas orang lain. Dengan demikian akan ditemukan sebuah jawaban bahwa nilai totalitas pengabdian yang ilahiyah tidak terlepas dari totalitas kehidupan humanistik.

Mukti Ali dalam bukunya Harmonical Communication Sebuah Pesan Damai dalam Perbedaan, memandang bahwa perbedaan dalam keberagamaan bukan berarti memiliki tujuan untuk memerangi dan bukan sebuah alasan untuk mengutuk dan mencerca bagi yang lainnya. Perbedaan keberagamaan adalah median untuk tumbuhnya sikap saling melengkapisebagai sebuah alasan

Page 135: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

120

terjadinya pertukaran pemahaman sesuai dengan pengalaman religiusitas tiap-tiap pengimannya, tanpa harus mengorbankan pesan harmoni.

Dengan tertanamnya sikap pluralisme, baik yang tertanam dalam setiap idividu maupun institusi kelompok agama akan berimplikasi pada kenyamanan dan keleluasaan dalam menjalankan ritul-ritual keagamaannya. Tidak lagi merasa terisolir karena minoritas, tidak lagi merasa superioritas karena mayoritas, tidak ada lagi sikap kecurigaan dan ketakutan, tak ada lagi pertikaian dan konflik karena perbedaan keberagamaan,maka akan jelas, dengan demikian setiap pemeluk agama akan merasa totaldan lebih optimal dalam meraih nilai spiritual yang luhur.

Keshalihan keagamaan bukan dinilai dari kekuatan apologetik klaim kebenaran agama yang dianutnya. Bukan juga dilandaskan pada justifikasi tanpa rasionalitas dan objektifitas, akan tetapi kesalihan keagamaan adalah keharmonisan, ketenangan, dan keamanan yang dihasilkan dari pengakuan bahwa Tuhan menyebarkan pesan kebenaran terhadap keseluruhan alam, dan kebenaran yang Tuhan ajarkan pada manusia melaui doktrin-Nya yang sesuai dan menyesuaikan dengan latar belakang serta situasi yang ada dengan tidak menafikan nilai keharmonisan. Kebenaran Tuhan tercurah tidak untuk satu kelompok keagamaan saja, melainkan datang untuk semua agama-Nya. Terlebih dari itu, Tuhan pun berhak secara absolut ketika memberikan rahmat dan keselamatan pada ciptaan lainnya di luar manusia. Itu adalah sebuah kebenaran yang bagi siapapun harus menerimanya, karena semuanya diciptakan atas kehendak-Nya. Bahkan syetanpun berhak meminta pertanggungjawaban Tuhan atas kebenaran, padahal syetan adalah sosok yang tidak patuh pada Tuhan sebagai penciptanya. Apalagi

Page 136: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

121

Manusia yang selalu taat menjalankan perintah-Nya, walau berbeda cara sesuai dengan keyakinannya masing-masing (Ali, 2016:29).

Pada akhirnya, untuk meningkatkan keamanan universal dibutuhkan sebuah pemaham yang maksimal dari tiap-tiap penganut agama dalam memahai ajaran agama yang dianutnya, selain mencari pengetahuan secara perlahan memahami ajaran-ajaran agama lain. Penulis yakin, jika hal ini sudah menjadi kesadaran setiap individu, sikap toleransi, saling menghargai, dan menganggap pluralitas sebagai sebuah keharusan. Kita akan berada pada kondisi yang harmonis baik secara sosial maupun secara teologikal (Ali,2016: 61).

Bagi masyarakat dan maupun kalangan agama tidak harus merasa curiga dan terganggu dengan misionaris atau gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat propagandis,karena masyarakat akan dengan sendirinya menyadari dan dapat mengidentifikasi mana yang benar sesuai dengan standarisasi penilaian mereka dan mana yang salah sesuai dengan standarisasi penilaian mereka juga. Standar penilaian bukan saja pada pengakuan akan kebenaran agama semata, akan tetapi lebih sering, seseorang masuk ke dalam sebuah institusi keagamaan dikarenakan faktor-faktor lain, misalnya; dengan menyaksikan berbagai fenomena yang terlihat dalam kehidupan manusia. Ia tertarik dengan Islam, karena memang orang Islam selalu menolong tetangganya atau ia akan masuk Kristen karena umat kristiani sopan-sopan, begitupun orang masuk Budha, Hindu, Khong Hu Chu, karena sangat peduli akan alam sekitar (Ali,2016:79-80).

Kita tidak bisa begitu saja mengklaim dan menutup mata bahwa sering terjadinya konflik yang terjadi pada masyarakat ditimbulkan

Page 137: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

122

karena pesan yang bernada suku, agama, ras, dan gologan. Doktrinisasi kebenaran agama bagi pemeluknya memang harus dilakukan, akan tetapi harus juga diimbangi dengan pewacanaan pesan bahwa pemeluk agama lainpun memiliki doktrinisasi atas kebenaran agama yang diyakininya. Selain doktrinisasi dilakukan maka persoalan-persoalan kemanusiaan pun harus ditebarkan, karena tanpa melakukan pengimbangan menyebabkan penganut agama menjadi manusia tertutup dan mengingkari adanya berbagai macam eksistensi keberagaman yang menjadi sunatullah (Ali, 2016:81).

Fenomena keberagamaan, telah banyak memberikan pengalaman kepada kita semua. Konflik-konflik keagaman lebih sering muncul, ketimbang konflik-konflik lain di luar isu keagamaan. Wilayah agama adalah ranah yang sensitif dan memiliki potensi besar untuk terjadinya konflik. Dari fenomena tersebut, kita mesti sesering mungkin untuk merefleksikan diri agar terhindar dari marabahaya yang sulit dicarikan solusinya. Berbagai wilayah baik berskala nasional maupun skala internasional, konflik agama selalu mewarnai sejarah peradaban manusia dan memenuhi lembaran setiap isi kepala manusia. Dari konflik tentang pelecehan atas seorang penganut agama, perusakan tempat ibadah, dan hingga persoalan politik. Padahal dapat dikatakan bahwa hampir setiap konflik berawal dari hal-hal yang remah, akan tetapi persoalan yang remah tersebut akan menjadi ledakan yang maha dahsyat jika itu diselipi -bau-bau-agama (Ali,2016:87).

Realitas toleransi juga terus menjadi perhatian agama Khonghucu. Pada suatu kesempatan Sofyan Jimmy Yosadi, salah seorang tokoh agama tersebut yang sekaligus berprofesi sebagai Pengacara mengakui bahwa Khonghucu adalah agama yang mengajarkan dan

Page 138: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

123

menguatkan perilaku-perilaku toleransi. Implementasi dari ajaran agama Khonghucu dapat terlihat pada kehidupan masyarakat Manado. Yosadi menggambarkan bahwa salah satu interaksi yang terbesar di Manado adalah Jalan Roda. Di sini terdapat pertokoan orang Tionghoa, orang Bumbay, ada orang Minahasa, orang Arab, dan lain-lainnya. Memang, sudah membentuk semacam akulturasi budaya. Bahkan di dalam pemukiman itu mereka bukan hanya saling mengenal, tetapi mereka sudah saling kawin mengawin. Otomatis sudah terbentuk sikap toleransi, saling membantu dan kerja sama dan itu sudah membudaya. Masyarakat Minahasa ketika orang Tionghoa masuk daerah sini, mereka merasa keturunan Mongolia dan dengan sukarela menerima, tidak ada semacam paksaan. Jadi toleransi itu tidak hanya saling menghargai tapi kerja sama, harus lebih dalam dari itu.

Sikap optimis harus dibangun bahwa kehidupan yang harmonis dengsn penuh toleransi harus terus digelorakan dengan menggunakan segala potensi yang ada termasuk media, karena melalui media sosial dan media cetak, menyampaikan pesan-pesan perdamaian, termasuk mengajak tokoh-tokoh agama untuk mengupload hal-hal yang baik, tentang kerukunan, di media sosial dan bukan hanya di tempat ibadah saja, karena media sosial memiliki efek yang signifikan. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Khonghucu Manado sudah memulai penguatkan pemahaman dan kerukunan umat beragama melalui group-group whatsapp. Hampir setiap hari para tokoh mereka mengupload hal-hal yang baik. mereka mengenalkan apa itu toleransi dari versi Konghucu, karena ajaran Konghucu bersifat universal.

Padahal, siapapun kita, memiliki keyakinan dan pemahaman bahwa tidak semua yang berhubungan dengan perbedaan agama

Page 139: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

124

selalu menjurus kepada konflik atau permusuhan. Melainkanseringkali hubungan itu justru dapat menjadikan faktor utama kebersamaan yang saling menguntungkan dan dapat melancarkan poses yang mengarah kepada kehidupan bersama secara rukun dan serasi. Ada kalanya hubungan yang baik kini dapat mencapai taraf integrasi. Setiap kelompok tetap hidup atas identitasnya sendiri dan hubungan di antaranya tetap dilakukan dengan baik. Mereka saling mengisi dengan tidak mempermasalahkan perbedaan di antara mereka dan secara ideal mereka menganggap bahwa tarap integrasi saja tidak cukup (Ali,2016:95).

Peneliti pada kesempatan ini juga menggunakan paradigma kualitatif yang berbasis pada kajian interreligious and intercultural communication yang terjadi pada lapisan Masyarakat Salatiga. Seluruh lapisan masyarakat Salatiga, dalam konteks ini sebagai manifestasi dari masyarakat Jawa memiliki peran yang sangat besar dalam membangun citra masyarakat yang rukun, toleran, harmoni, imbas dari realitas perbedaan. Secara sosiologis, dari lapisan sosial yang terkecil hingga lapisan sosial yang terbesar, memiliki kontribusi dan berperan sesuai dengan kapasitas, isi pesan, media, dan metodenya masing-masing. Keluarga misalnya, sebagai lapisan sosial terkecil berperan dalam membangun sikap rukun dan toleran dalam bentuk pengajaran nilai–nilai dasar kesopanan tan tatakrama; Pemuka agama memiliki peran dalam lembaganya, baik gereja, masjid, vihara, dalam penyampaian khutbahnya menganjurkan untuk hidup berdampingan, menghargai agama lain, dan saling menghormati dalam menjalankan ajaran agamanya masing-masing; Lembaga pendidikan dan tokoh masyarakat, melalui pintu epistemologis terus mewacanakan diskursus interreligiousintercultural, wacana dialog antaragama, life in interfaith, interchanges student, dan tidak

Page 140: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

125

jarang diskusi azas negara; Pemerintah selaku struktur masyarakat yang besar, berperan sesuai dengan kapasitasnya, melalui media-media yang ada secara terus menerus dalam berbagai kesempatan, menginstruksikan untuk selalu bergotong royong, kerjasama, menjaga ketertiban wilayah pemerintahannya, guna memperkuat persatuan dan kesatuan sebagai amanat dari konstitusi Negara Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.

Nilai interreligious dan intercultural communication dengan sendirinya terbangun melalui kesadaran yang terus menerus disosialisasikan pada seluruh lapisan masyarakat. Pengalaman-pengalaman perbedaan terus dikonstruksi sehingga kesadaran-kesadaran tumbuh di dalam benak masyarakat. Dengan sendirinya kesadaran perbedaan itu terbangun hingga mengurat mengakar pada jati diri dan perilaku masyarakat dalam kehidupan keseharian. Bagi masyarakat Salatiga perbedaan agama dan perbedaan budaya bukan menjadi faktor terjadinya konflik, melainkan sebaliknya, perbedaan-perbedaan dapat melahirkan harmonisasi yang damai, memperkokoh kesatuan, bahkan perbedaan ketika disadari dapat menjadikan kekuatan super. melalui perbedaan, kerjasama dan gotong royong terbangun, melahirkan kesadaran untuk menahan diri dari sikap egosentris, intoleransi, terhindar dari sikap truth of claim akan dirinya sendiri sebagai bagian dari penyebab konflik, bahkan dari fenomena perbedaan itu masyarakat semakin yakin bahwa secara teologis bahwa perbedaan adalah bagian dari sekenario dan hokum dari Yang Maha Berkehendak. Terlebih dari itu semua, Kota Salatiga yang terakumulasi dari lapisan masyarakat dalam kurun waktu tertentu mendapat julukan The City of Harmony.

Page 141: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

126

Bab VI

Dari Mimbar Religi, Kearifan Lokal, Dan Kerjasama

A. Kehadiran dan Partisipasi Lembaga Keagamaan

Masyarakat Salatiga sangat plural baik secara etnis, agama, maupun budaya. Selain suku Jawa dan Tionghoa, masyarakat Kota Salatiga terdiri dari berbagai latar belakang suku dan etnis, seperti Batak, Minang, Dayak, Bugis, Ambon, Papua, dan sebagainya. Beberapa tradisi berkembang di kota ini dengan latar belakang agama Islam, Kristen, Tri Dharma, dan Hindu. Keragaman ini tetap mempelihatkan proses saling interaksi yang sangat terbuka dan dinamis. Boleh jadi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman di masa lalu, tatkala semangat pluralisme memang telah lama berkembang disini.

Kehidupan yang harmonis di tengah-tengah keragaman tradisi dan agama telah berlangsung sejak lama di Salatiga. Bukanlah hal baru kalau para ibu-ibu turut terlibat merawat jenazah yang berlainan agama; bukan hal baru juga bila anak-anak muslim terlibat aktif berkesenian barongsai selepas dari belajar di Taman Pendidikan Al

Page 142: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

127

Qur‘an (TPA); juga tidak mengherankan kalau pemuda gereja turut pula membantu penggalangan dana sebuah pembagunan masjid. Kesemuanya berlangsung secara alamiah dan terjadi bukan sebagai sesuatu yang dipaksakan.

Suasana yang dinamis di Kota Salatiga juga ditunjukkan dengan hadirnya lembaga-lembaga keagamaan. Lembaga-lembaga tersebut telah mampu mengembangkan kapasitasnya, bukan saja di bidang keagamaan melainkan juga bergerak di bidang lain, terutama pelayanan publik di bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang pemberdayaan masyarakat lainnya. Sebagai salah satu ukuran dari bukti perkembangannya adalah adanya respons dari masyarakat yang turut serta mengambil manfaat dari peranan lembaga-lembaga tersebut. Perkembangan ini tentu saja tetap dilihat sebagai bentuk relasi pragmatis antara lembaga keagamaan dengan publiknya. Relasi antara lembaga keagamaan dan masyarakat tidak lebih dari sekedar relasi yang bersifat transaksional dan profitable.

Senada dalam penelitian Singgih Nugroho tahun 2010 berjudul Menakar Kembali Tolerasi dan Intoleransi Agama di Jawa Tengah menyebutkan bahwa dukungan terhadap toleransi masih dimiliki oleh sebagian besar kalangan pemuka dan umat beragama. Tapi acapkali situasi itu tertutupi oleh gerakan intoleransi yang datang dari konstelasi politik identitas di aras lebih tinggi. Keberadaan forum-forum dialog agama baik yang diinisiasi oleh pemerintah (daerah) maupun masyarakat sipil yang ada diberbagai daerah Jawa Tengah seharusnya merupakan modal penting untuk mengelola potensi negatif dari kemajemukan agama. Penting juga organisasi masyarakat sipil bekerjasama secara kritis dengan aparat pemerintah mengawal proses pendewasaan beragama mereka

Page 143: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

128

dan masyarakat luas. Dengan cara ini diharapkan praktek kekerasan keagamaan ke depan akan terminimalisir. Jika penelitian Singgih lebih berfokus pada upaya menggali potensi kerjasama dan mendata akar masalah peluang konflik yang ada dalam dinamika agama di Jawa Tengah, sementara penelitian ini menemukan fokus pada sikap dan pandangan para tokoh agamawan dalam pemahaman, perilaku, dan proses penguatan pemahaman dan perilaku kerukunan, toleransi, serta dinamika lembaga keagamaan di Salatiga dan upaya penyelesaiannya dari kasus-kasus yang ada. Penelitian ini lebih spesifik dalam kawasan teritorial yang terbatas yakni Kota Salatiga, dan isu-isu lokalitas keagamaan.

Sementara itu hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa interaksi antar umat beragama di Salatiga merupakan warisan sejarah yang telah diturunkan dan dilestarikan dari generasi ke generasi. Terbentuknya relasi ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi antara lain kondisi geografis, sistem sosial, sistem mata pencaharian, kondisi perekonomian masyarakat, dan tingkat kesejahteraan yang relatif seimbang. Disamping itu, ternyata semua pihak seperti aparat desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan anggota masyarakat terlibat secara aktif bahu-membahu untuk senantiasa membangun, memperkuat, serta melestarikan interaksi yang telah terbangun bersama-sama. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi terbangunnya interaksi antar umat beragama di Salatiga yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi interaksi antar umat beragama di Salatiga antara lain ikatan emosional, ikatan budaya, ikatan kekeluargaan, dan faktor ajaran agama. Sedang faktor-faktor eksternal terdiri dari kontak dengan masyarakat luar serta mobilitas masyarakat. Masyarakat Salatiga melestarikan interaksi antar

Page 144: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

129

umat beragama tersebut melalui berbagai cara antara lain melalui kegiatan sosial, dialog, pembinaan pemerintah setempat, dan pembinaan keagamaan secara internal. Kegiatan sosial merupakan wahana yang paling dominan karena melalui kegiatan informal itu cakupan peserta dan bidang yang dibicarakan jauh lebih luas. Hal ini tidak akan diketemukan di dalam dialog, pembinaan pemerintah, dan pembinaan keagamaan secara internal. Dalam kegiatan sosial tersebut misalnya pertama: semua masyarakat terlibat, dan ini tentu sulit terpenuhi dalam dialog, pembinaan oleh pemerintah setempat, dan terlebih-lebih dalam pembinaan internal agama. Kedua, tidak ada sekat agama, mungkin situasi ini dapat terkondisikan dalam dialog dan pembinaan pemerintah setempat, tetapi sulit terpenuhi dalam pembinaan internal agama.

Penelitian ini juga mendapati hubungan antaragama, dimensi sosial agama para aras lokal, serta pola interaksi antarumat beragama yang dinamis, ditandai dengan potret organisasi dan aktifitas para tokoh agamanya. Disamping itu penelitian ini juga berhasil memberikan informasi tentang kerjasama kelembagaan agama di Salatiga. Walaupun penelitian ini dikerjaan secara kolektif oleh para peneliti yang berbeda latarbelakang akademisnya, namun diharapkan dengan perbedaan tersebut dapat memperkaya sudut pandang dalam analisis dan telaahnya

Begitu juga dengan kehidupan beragama, semua umat saling menjaga sikap yang sekiranya tidak baik dan membuat orang lain tidak suka. Acuan yang dipegang oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) berkaitan dengan realitas hubungan antar agama yaitu tetap menjaga adanya kerukunan antar umat beragama sehingga semua yang hidup bisa hidup lebih rukun.

Page 145: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

130

Sebagai contoh bahwa umat mempunyai pedoman yang selalu dipegang “saya adalah anda” mempunyai makna bahwa jika kita menghormati orang lain berarti kita juga menghormati diri kita sendiri tetapi jika kita tidak menghormati orang lain maka kita tidak menghormati diri kita sendiri. Intinya peranan PHDI senantiasa berusaha membangun dan menjaga hubungan yang harmonis dan keserasian hidup antar umat beragama serta alam semesta. Ketika ditanya mengapa? Pak Putu (Sekretaris PHDI Kota Salatiga) menjawab:

“..bahwa jelas sekali hal tersebut apa yang tertulis di dalam kitab suci Veda, dan saya yakin dalam kitab suci agama apapun menyatakan bahwa perbedaan bukan alasan untuk tidak hidup secara damai, dan selalu hormat-menghormati.”

Sama halnya Pak Putu, Saryati Purwanegara, sebagai seorang guru di SMK Muhammadiyah juga sebagai aktivis pimpinan daerah Nasyiatul Aisyiyah Muhammadiyah Kota Salatiga sebagai sekretaris umum, aktif juga di forum agamawan muda lintas iman Salatiga juga sebagai pegiat di Komunitas Kata Hawa, mengakui realitas keragaman keberagamaan dan budaya sebagai sebuah sunnatullah sesuatu diyakini sebagai suatu keniscayaan. Sunatullah adalah hukum alam, misalnya lahir dan mati. Dalam Islam terdapat hukum alam yang pasti misalnya matahari terbit dari timur, api membakar. Keberagaman tersebut dapat hidup eksis berdampingan secara damai dan tumbuh kembang di bumi Indonesia dengan acuan sumber primer ajaran Islam dan UUD ‘45. Peran yang dilakukan adalah selalu menampilkan gerakan Islam yang moderat, tidak memperlihatkan watak ekslusivitas yang mengarah pada sikap menegasikan kelompok yang berbeda, apalagi meremehkan orang

Page 146: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

131

lain. Kaitannya adalah multikutlural dan multireligi harus dipelihara sebagai aset dan diberi peluang untuk berkembang.

Menurutnya: “Toleransi beragama adalah saling menghargai, menghormati, tidak saling mengejek, saling meledek, faham lain dan ibadah umat lainnya, dan hidup dengan toleransi serta terbuka untuk memberikan ucapan selamat hari besar keagamaan. Itu sangat perlu karena realitas keberagaman kita, jika itu tidak dilakukan maka jangan harap kita tidak punya teman dan hidup tenang. Kita butuh lho hidup tenang.”

Terkait dengan relitas hubungan antar agama Saryati Purwanegara yang juga sebagai admin laman group Facebook Kabar Salatiga Menjumlah Bukan Memecah; dengan jumlah anggota 170.000an; menyatakan bahwa masyarakat Indonesia masih dalam proses demokrasi. Hubungan antaragama di Indonesia termasuk masalah sensistif, dan dapat mengarah pada konflik jika tidak disikapi secara santun. Dikotomi masyoritas vs minoritas masih menjadi alat untuk menghakimi pihak lain. Mayoritas sering dipojokkan sebagai tidak toleran, sedangkan minoritas selalu mengedepankan kebebasan dan hak asasi. Muhammadiyah dalam hal ini Nasyiatul Aisyiyah memposisikan sikap aktif dalam mempropagandakan Islam kepada warga Muhammadiyah sebagai agama yang cinta damai, agama yang moderat, agama yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Peran Muhammadiyah dalam dakwah selalu mengedepankan Islam sebagai agama penuh rahmat, agama pembawa kedamaian. Muhammadiyah mengajak warganya bersikap moderat, belajar hidup berdemokrasi dalam masyarakat plural. Semangat yang mendasarinya bahwa kehadiran Islam harus dapat menjadi contoh untuk menegakkan kebenaran, kejujuran,

Page 147: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

132

kebersamaan, dan kedamaian. Lebih lanjut Saryati menambahkan bahwa:

“Saya tinggal di Salatiga sejak tahun 2013. Saya dididik dari lingkungan yang intoleran. Saya sangat bersyukur dapat tinggal di Salatiga yang sangat toleran. Saya punya banyak teman dari berbagai macam etins, agama, dan golongan. Saya dan keluarga sangat toleran dalam pergaulan sehari-hari dan kehidupan sosial, namun tidak dalam beribadah. Saya dapat mengirim ucapan selamat Natal lewat pesan singkat SMS, atau WhatsApp (WA). Hal itu tidak mengganggu keimanan saya. Saya masih mengikuti sunah nabi, walaupun saya banyak bergaul dengan masyarakat yang berbeda agama dengan saya.”

Bahwa hubungan antaragama di Salatiga akan mengalami masa harmoni jika peran elit agama dapat memberikan ketenangan dan penjelasan secara teologis dan sosiologis kepada umatnya masing-masing secara terbuka dan dialogis. Namun hubungan antaragama dapat mengalami ketegangan jika terjadi ketimpangan sosial ekonomi, pendidikan, dan politik atas kelompok agama dan manajemen euphoria politik otonomi daerah yang tidak terkendali secara baik. Oleh sebab itu, masa depan hubungan antaragama di Salatiga memang tergantung pada gerakan keagamaan yang lebih santun dalam berwacana dan beretorika pada publik, dengan mengedepankan masalah-masalah yang riil dihadapi masyarakat ketimbang menghadirkan masalah-masalah yang tampak abstrak, tidak terjangkau sebab disitulah masyarakat agamaniah masih menghendaki agama yang mampu menjawab masalah riil di daerah.

Heterogenitas atau kemajemuan masyarakat di Salatiga dilihat dari latar belakang agama merupakan realitas yang tidak dapat dielakkan. Dengan kata lain, pluralitas adalah sebuah kenyataan

Page 148: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

133

yang tak bisa diingkari dan dilewati begitu saja. Mengingkari dan tidak mempertimbangkan pluralitas hanyalah akan membuat persoalan baru. Perbedaan agama, suku, ras, adat istiadat, dan aliran kepercayaan yang ada seharusnya kita syukuri sebagai suatu kekayaan bangsa, namun kemajemukan tersebut sering mengandung kerawanan-kerawanan yang dapat memunculkan potensi terjadinya konflik kepentingan antar individu maupun kelompok dalam kaitannya dengan hubungan antar pemeluk agama.

Kegelisahan akademik dari penelitian ini adalah ancaman timbulnya kerawanan hubungan antar umat beragama itu yang disebabkan sifat dari masing- masing agama yang mengandung tugas dakwah/misi dari agamanya masing-masing, kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan pihak lain, kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat, kurang adanya komunikasi antar pemimpin masing-masing antar umat beragama, dan kecenderungan fanatisme yang berlebihan yang mendorong munculnya sikap kurang menghormati bahkan memandang rendah pihak lain.

Lebih lanjut, penyebab konflik agama yang sering muncul adalah akibat reaksi dari tumbuhnya klaim kebenaran oleh masing-masing kelompok terhadap pemikirannya sendiri. Persoalan klaim kebenaran inilah yang juga dianggap sebagai pemicu lahirnya radikalisasi agama, perang dan penindasan atas nama agama. Selain itu, konflik yang selama ini terjadi karena hal-hal yang sepele yang berada di luar konteks agama bisa berkembang dan membesar menjadi konflik antar agama. Bahkan yang terjadi, agama justru dijadikan tameng sebagai pembenar terjadinya konflik. Klaim agama dianggap sebagai pembenar segala tindakan anarkisme.

Page 149: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

134

Konflik horisontal antar pemeluk agama hanya akan selesai jika masing-masing agama tidak menganggap bahwa ajaran agama meraka yang paling benar.

Itulah tujuan akhir dari gerakan pluralisme yaitu untuk menghilangkan keyakinan akan klaim kebenaran agama dan paham yang dianut. Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian seperti kebhinekaan dalam ikatan-ikatan peradaban. Plural yang berarti perbedaan menjadikan tantangan tersendiri. Bagaimana sesuatu yang berbeda menjadi suatu kebersamaan yang nantinya bisa menciptakan suatu keadaan yang damai demi terciptanya kerukunan antara umat beragama dan kerukunan antar umat seagama serta jauh dari pertentangan dan konflik. Suatu tatanan hidup yang rukun dan harmonis merupakan harapan seluruh umat manusia, dan setiap umat manusia terpanggil untuk menciptakannya. Cara hidup rukun yang terjalin antara warga merupakan suatu cara hidup yang selaras dengan panggilan iman. Dengan adannya dialog lintas iman, lintas agama dapat memberikan masukan akan gagasan kerukunan antar umat beragama, karena dengan dialog maka kita akan saling kenal, saling memahami dan menambah pengetahuan. Ini sangat penting, karena kasus-kasus kerusuhan dan kekurang harmonisan penganut agama tidak terlepas dari pimpinan antar agama yang kurang saling mengenal.

Sejumlah kerusuhan dan konflik sosial telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia beberapa tahun terakhir. Beberapa di antaranya berskala besar dan berlangsung lama, seperti kerusuhan di Ambon, (mulai 1998), Poso (mulai 1998), Maluku Utara (2000), Cikeusik (2011), Aceh Singkil (2012), Sampit, Madura dan beberapa tempat lainnya. Kajian-kajian yang telah dilakukan mengatakan bahwa konflik-konflik ini melibatkan sentimen keagamaan yang

Page 150: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

135

berkelit kelindan dengan kepentingan politik, ekonomi, sosial, hukum, dan budaya.

Agama pada dasarnya memiliki faktor integrasi dan disintegrasi. Faktor integrasi, antara lain, agama mengajarkan persaudaraan atas dasar iman, kebangsaan dan kemanusiaan. Agung Waskita seorang pegiat lintas agama menyebutkan bahwa:

“Salatiga merupakan kota/wilayah yang sangat plural, majemuk dan disebut sebagai Indonesia mini, karena dihuni oleh masyarakat, suku, adat, agama yang ada di Indonesia. Menjelang perayaan dan pelaksanaan Natal, banyak saya lihat Banser NU jogo gereja. Pada hari-hari menjelang imlek, tidak sedikit teman-teman saya yang katolik teribat dan aktif mengikuti dan bermain barongsai, liong, dan tarian naga. Ini menujukkan bahwa pemahaman masyarakat salatiga tentang arti penting kerukunan dan kerjasama lintas agama semakin baik.”

Lebih lanjut Agung menyebutkan bahwa prospek kerjasama antar agama semakin terbuka mengingat banyak agenda dan isu permasalahan Indonesia, khususnya Salatiga, memerlukan keterlibatan masyarakat agamawan, seperti kemiskinan, kebersihan lingkungan, penghematan air, penghijauan, penanggulangan HIV/ Aids, TBC, Narkoba, dan sebagainya.

Agama mengajarkan kedamaian dan kerukunan di antara manusia dan sesama makhluk. Agama mengajarkan budi pekerti yang luhur, hidup tertib dan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku dalam masyarakat. Ajaran yang disebutkan itu bersifat universal, selain itu terdapat ajaran agama yang juga bisa menimbulkan disintegrasi bila dipahami secara sempit dan kaku oleh pemeluknya. Beragama itu harus dilandasi dengan ilmu/akal, dan juga tidak hanya cukup dinikmati oleh diri sendiri, akan tetapi mesti juga punya implikasi

Page 151: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

136

terhadap realitas sosial masyarakat sekitar kita. Beragama misalnya, di samping punya tujuan intrinsik, tetapi juga punya tujuan di luar dari tujuan beragama itu sendiri, yang tidak kalah pentingnya yaitu menumbuhkan rasa solidaritas kepada sesama, dengan semangat anti penindasan, perusakan, penjajahan, menghilangkan kebodohan dan menegakkan keadilan. Model beragama tersebut itu lah yang disebut dengan beragama secara empiris, yang dalam konteks ini diperlukan kearifan dan ketawadluan untuk tidak menghakimi pihak-pihak yang berbeda dengan atas nama keyakinan dan persepsi yang kita anut. Terkait dengan peranan nilai agama dalam menjaga kerukunan dan toleransi, Agung Waskito menjelaskan bahwa ajaran agama memang memiliki peranan. Agama Kristen yang menekankan ajaran tentang kasih, dimana setiap umat yang percaya harus saling mengasihi satu sama lain. Ajaran tentang kasih ini menjadikan pemeluknya memiliki keharusan untuk bersikap toleran, karena itu termasuk ke dalam penerapan ajaran kasih dalam agama yang dianut.

B. Khutbah Kerukunan di ManadoDamianus Pongoh, salah seorang dosen STF Seminari Pineleng Manado menyebutkan betapa pentingnya mimbar sebagai tempat menyemai kerukunan. Dia menjelaskan bahwa;

“Mimbar merupakan panggung kecil untuk berkhotbah atau pidato keagamaan. Di mana semua para pemuka agama dan pengikutnya saling berinteraksi satu sama lain. Dalam mimbar, seorang pemuka agama menyampaikan nilai-nilai ajaran agama agar terdengar secara jelas oleh penganutnya. Ironinya, beberapa pemuka agama menyalahgunankan mimbar sebagai alat propaganda serta memecah persaudaraan. Pada masa sekarang mimbar semakin perlu untuk difungsikan,

Page 152: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

137

diperluaskan jangkaun aktifitas dan pelayanan nya serta ditangani dengan organisasi dan manajemen yang baik, tegasnya, perlu tindakan-tindakan mengaktualkan fungsi dan peran mimbar dengan memberi warna dan nafas kerukunan, toleransi, kerjasama agama, persauadaran, berlomba dalam kebaikan, dan seterusnya.”

Lebih jauh Romo Damianus Pongoh menengaskan bahwa mimbar merupakan bagian dari sarana ibadah. Dalam setiap aktivitas, ini menjadi sebuah bagian komunikasi yang terbangun dalam masing-masing rumah ibadah. Sekaligus juga kesempatan bagi penyuluh agama untuk secara terus menerus membangun interaksi dan hubungan dengan jamaah masing-masing. Sebuah program yang berkala dan juga terpantau dengan baik akan memberikan daya dukung pengembangan kapasitas jamaah. Untuk itu asing-masing pihak berupaya untuk menyelenggarakan aktivitas mimbar ini dengan terencana. Bagi umat Islam, mimbar jumat sangatlah penting, begitu juga mimbar bagi agama Katolik dan Protestan dapat menempatkan secara khusus bagi setiap gereja pator dan pendeta yang dapat melayani umat. Dari gambaran tersebut, mimbar merupakan kesadaran dalam lingkungan rumah ibadah masing-masing. Ketika sebuah rumah ibadah tidak memperhatikan mimbar dengan segala atribut yang mengikutinya, maka tidak menjadikan proses interaksi dengan jamaah secara terstruktur.

Page 153: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

138

Gambar: Para peneliti bersama Romo Damianus Pongoh di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado

Di sisi lain Perayaan Natal dan Idul Fitri menjadi bagian dari pertemuan keluarga besar. Perayaan hari besar keagamaan merupakan kesempatan berkumpul. Di saat itu pulalah mereka berbagi dan saling mengirimkan makanan atau bingkisan antar sesama. Kondisi-kondisi seperti ini menjadi bagian tradisi yang sudah berlangsung turun temurun, sehingga perbedaan agama tidaklah menjadi persoalan bagi setiap orang. Secara bebas, individu memeluk agamanya kemudian keterhubungannya dengan penduduk yang lain karena mereka adalah bagian wilayah yang harus turut bertanggungjawab memelihara kedamaian yang sudah diwariskan oleh pendahulu. Klaim kebenaran cukuplah dilakukan secara khusus di dalam rumah ibadah. Tetapi ketika berjumpa dengan orang lain, maka tidaklah perlu menjadikan agama sebagai bagian yang harus dijadikan sebagai pembeda justru itu dipergunakan untuk saling menghormati pilihan yang berbeda. Dalam beberapa kesempatan,

Page 154: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

139

pendirian masjid dan gereja justru didukung oleh masyarakat lingkungan sekitar yang berbeda agama. Sehinga tidak kesulitan membangun rumah ibadah, sekalipun itu di sekelilingnya terdapat masyarakat yang menganut agama berbeda. Bahkan dalam urusan tanah justru dihibahkan oleh pihak yang berbeda agama pula. Relasi keagamaan tercipta atas dasar harmoni dan saling pengertian. Lembaga-lembaga pendidikan dan institusi sosial lain tetap berjalan dan berkembang dengan adanya sikap saling memberi kesempatan dan peluang yang sama tanpa memandang status agama. Justru agama memperkuat lembaga secara positif. Kemudian dengan spirit itu hubungan kemanusiaan terbangun untuk kepentingan saling mencerdaskan dan memanusiakan.

Senada dengan Romo Damianus Pongoh, Pastor Rheiner dari Gereja St. Fransiskus Xaverius Pineleng Manado menyebutkan bahwa pesan filosofi pahlawan nasional dari Manado, Sam Ratulangi sangatlah penting bagi masyarakat Manado. Pesan filosofinya adalah “Si tou timou tumou tou” artinya “Manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia”. Lebih jauh Pastor Rheiner menjelaskan;

“Saya akan coba menggambarkan secara sederhana apa maksud dari kalimat pamungkas beliau itu. Kenapa manusia baru dapat disebut manusia manakala ia sudah dapat memanusiakan manusia lain? Titik tolak dari pendapat beliau tentulah didasari atas pemahaman bahwa apa yang kita miliki tidak akan berarti apa-apa kalau itu tidak memberi faedah bagi orang lain. Jujur saja, pendapat beliau bisa menjadi sebuah ‘kepastian universal‘. Dapat diakui dan diterima dimana saja. Artinya begini, sebagai seorang manusia yang adalah ciptaan Tuhan paling mulia, kebahagiaan utama kita adalah tatkala kita dapat menjadikan sesama manusia lebih terdidik,

Page 155: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

140

lebih bermartabat, lebih sukses, lebih pintar, dan lebih baik hidupnya. Di situlah baru seseorang benar-benar memperoleh ‘gelar kemanusiaannya‘.”

Lebih lanjut Pastor Rheiner menambahkan bahwa selama kepintaran, keterdidikan, kesuksesan, kekayaan, dan semua kelebihan yang kita miliki hanya untuk kepentingan dan kepuasan diri sendiri, berarti kita belum menjadi manusia utuh sebagaimana seharusnya kita. Tapi apabila manusia lain kita angkat derajatnya menjadi lebih baik lagi, di situlah kita sudah turut memanusiakan mereka.

Efek dari memanusiakan manusia itu dapat terlihat dalam banyak wujud dan penerapan. Salah satu wujud nilai pembelajaran tersebut adalah kebersamaan. Nah, di Minahasa sendiri kebersamaan atau juga “saling tolong menolong menanggung beban” yang cukup menonjol terlihat jelas pada aktivitas mapalus. Kegiatan yang mirip dengan gotong royong ini masih terus dilakukan warga pedesaan di berbagai daerah di Minahasa. Beberapa kelompok tani di banyak desa sering kali membangun rumah atau menggarap kebun secara bersama-sama dalam suatu sistem kerja yang disepakati bersama. Walaupun diterpa teriknya panas mentari, mereka bekerja dengan semangat tinggi dan tanpa pamrih. Pemilik rumah atau kebun cukup menyediakan air putih dan makan siang untuk mereka. Warga terlihat bahu-membahu mencari kayu, serta bahan bangunan lainnya seperti batu dan pasir untuk membuat rumah panggung contohnya. Mapalus adalah suatu sistem atau teknik kerjasama untuk kepentingan bersama dalam budaya Suku Minahasa. Pada awalnya mapalus dilakukan khusus pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang pertanian, mulai dari membuka lahan sampai memetik hasil atau panen. Tetapi seiring dengan

Page 156: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

141

perkembangannya Mapalus tidak hanya terbatas di bidang pertanian, melainkan juga diterapkan dalam setiap kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan, dan hampir di segala bidang kehidupan, seperti dalam kegiatan-kegiatan upacara adat, mendirikan rumah, membuat perahu, perkawinan, kematian, dan sebagainya.

Selain berpegang pada semboyan “Si tou timou tumou tou”, masyarakat Minahasa juga berpegang pada kredo kearifan lokal Torang Samua Basudara.

Gambar; Peneliti bersama Romo Rheiner

Masyarakat Sulawesi Utara umumnya dan secara khusus Kota Manado sangat menyadari dan memahami bahwa perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan, dan berbagai perbedaan lainnya bukan ancaman untuk hidup bersama. Masyarakat Sulut

Page 157: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

142

dan Manado sebagai ibukotanya memandang tidak ada untungnya jika mengancam dan merasa terancam dengan perbedaan. Di dunia manapun, tidak ada manusia yang sama, bahkan yang kembar sekali pun tetap berbeda, karena manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sejumlah perbedaan di dalam dirinya. Kredo Torang Samua Basudara bukan untuk menyatukan perbedaan atau untuk menyamakan keberagaman, tetapi untuk mengakui dan memahami bahwa perbedaan adalah hal yang indah dan mengandung nilai kehidupan.

Romo Rheiner menambahkan bahwa Torang Samua Basudara adalah kearifan lokal masyarakat Sulawesi Utara. Ciri yang paling menonjol di dalamnya adalah keterbukaan. Hal ini dapat dilihat dari sikap saling menghargai, tolong-menolong atau saling bantu-membantu. Torang samua basudara, kong baku-baku bae, dan baku-baku sayang (kita semua bersaudara, antara yang satu dengan yang lainnya, hiduplah dalam keadaan baik dan saling menyayangi) merupakan pesan moral yang sangat mulia untuk hidup rukun dan damai. Keterbukaan masyarakat Sulawesi Utara tercermin dalam sikap hidup suka bekerja sama dalam bidang apa saja, namun yang paling menonjol adalah kerja sama dalam bidang pertanian. Dalam kerja sama ini, tiap etnis memiliki nama yang berbeda, namun tujuannya sama, yaitu saling membantu atau tolong-menolong secara bergiliran untuk membuka lahan baru.

Pada awalnya, slogan yang sekarang berubah menjadi nilai budaya ini, ditelorkan oleh mantan Gubernur Sulawesi Utara Letjen (Purn) E.E. Mangindaan untuk jadi senjata perekat dalam menghindari konflik SARA (Suku, Agama, Ras, Antar Golongan) yang meluas di Indonesia bagian Timur (1998-1999), agar rasa persatuan dan kesatuan masyarakat tetap merekat. Sejak ditelorkan, slogan ini menjadi ikon hidup masyarakat Manado. Wujud nyatanya,

Page 158: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

143

dalam bidang pendidikan, umat Islam sering sekolah di yayasan pendidikan Kristen dan tetap mampu berinteraksi secara sehat tanpa menghilangkan ciri identitas agamanya. Masyarakat kota Manado, menganggap tiap manusia sebagai saudara yang harus diakui keberadaannya serta tetap saling mendukung dalam kegiatan positif. Perbedaan agama dan segala bentuk identitas primordial tidak menjadi penghalang untuk tumbuh berkembangnya slogan ini menjadi kata-kata yang dihidupi masyarakat, (Frangky Suleman, Keberagaman Budaya dan Agama di Kota Manado, Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 2017).

Masa depan Sulawesi Utara dan bangsa Indonesia yang damai, rukun dan sejahtera hanya dapat dicapai jika semua elemen masyarakat mengakui bahwa Torang Samua Basudara, menghargai perbedaan, dan memberi ruang untuk keberagaman berakar kuat. Dari bentuk kerja sama inilah mulai tercipta rasa saling menghargai, menyayangi dan saling mencitai dalam wujud hidup rukun intern kelompok. Selanjutnya dari hidup rukun intern kelompok berkembang sebagai cikal bakal hidup rukun antarkelompok, baik dengan kelompok masyarakat penduduk asli, atau yang sudah berasimilasi maupun dengan kelompok masyarakat pendatang baru. Nilai-nilai filosofi kearifan lokal tersebut telah menjadi satu dengan sejarah masyarakar di Tanah Minahasa yang pada akhirnya membentuk budaya masyarakar Minahasa. Budaya yang memiliki nilai toleransi tinggi sehingga kerukunan antar umat yang berbeda agama dan suku dapat terjalin. Kearifan lokal, atau dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijaksanaan setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat “local genious”, merupakan pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan

Page 159: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

144

berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Kearifan lokal di berbagai daerah di seluruh Nusantara merupakan kekayaan budaya yang perlu diangkat kepermukaan sebagai bentuk jati diri bangsa.

Kekayaan budaya juga ditemukan oleh peneliti di sebelah utara Danau Tondano, atau kurang lebih 35 KM dari Kota Manado, Sulawesi Utara, ada kampung yang sangat erat memiliki keterkaitan dengan masyarakat Jawa, baik secara historis maupun geneologis. Nama administratifnya adalah Desa Kampung Jawa Kecamatan Tondano Utara Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Di desa itu, hidup masyarakat keturunan Jawa yang bangga mengaku sebagai orang Minahasa. Kampung ini bukan merupakan wilayah transmigrasi. Kampung itu juga terkenal dengan sebutan Kampung Jaton (singkatan dari Jawa Tondano) yang merupakan saksi perjuangan masyarakat Jawa melawan kolonialisme. Lebih tepatnya, Jaton terbentuk dengan latar Perang Jawa 1825-1830 yang dikobarkan salah satunya oleh Pangeran Diponegoro. Pada 1828, Panglima Perang sekaligus Penasehat Agama Pangeran Dipanegoro, Kyai Modjo ditangkap Belanda dan diasingkan ke daerah terpencil. Mulanya, dari Jawa ia dibuang ke Batavia (Jakarta). Tak lama di Batavia, Kyai Modjo dan pengikutnya diasingkan Belanda sebagai tahanan politik ke Minahasa, Sulawesi Utara, (Ahmad Rajafi, dkk, 2018:122) Modjo dan pengikutnya tiba di Minahasa pada 1828. Dengan cepat meraka bersosialisasi dengan masyarakat setempat. Saking dekatnya, 63 pengikut Modjo yang tersisa menikahi wanita asli Minahasa untuk melanjutkan keturunan.

Kampung Jaton itu sendiri berdiri kurang lebih dua tahun setelah kedatangan Kyai Mojo, yaitu tahun 1831. Bersama Kyai

Page 160: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

145

Mojo datanglah 63 orang pasukan perang Jawa yang juga dibuang Belanda. Mereka semuanya adalah laki- laki dan menikah dengan wanita asli Minahasa sehingga perpaduan dua etnis inilah yang kemudian menghasilkan keturunan yang memiliki dua darah sekaligus, Jawa dan Minahasa. Di Kampung Jawa Tondano ini terdapat masjid tua (didirikan pada 1854) yang menjadi simbol kekhasan kampung tersebut. Masjid itu sempat beberapa kali direnovasi, yaitu pada tahun 1974, 1981, dan terakhir pada 1994. Masjid itu diberi nama Masjid Al-Falah Kiai Mojo (Pinontoan, 2010). Konon, saat membangun masjid itu, masyarakat sekitar Jaton seperti Tonsea yang mayoritas beragama Kristen juga turut serta membantu masyarakat Jaton. Saat datang di Minahasa, Kiai Mojo dan balatentaranya juga ikut memperkenalkan pertanian dan bercocok tanam kepada masyarakat Minahasa.

Gambar: Saat peneliti berkunjung ke kelurahan kampung Jawa Tondano

Page 161: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

146

Jaton kemudian menjelma menjadi sebuah kampung yang unik dengan identitasnya yang khas. Budaya masyarakat Jawa seperti lebaran ketupat, masih bisa kita temui di kampung ini. Seni terbangan dengan langgam Jawa, juga masih ada. Meski darah Jawa mengalir, mereka dengan tanpa ragu mengaku sebagai orang Minahasa tulen. Saat ini, masyarakat Jaton tidak hanya berdomisili di Kampung Jaton dan Tondano, tetapi sudah menyebar hingga Bolaang-Mongondow, Gorontalo, Menado dan kota lain di Sulawesi Utara. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi setiap harinya pun adalah bahasa Minahasa.

C. Pentingnya KerjasamaRomo Damianus Pongoh dan Pastor Rheiner menyebutkan bahwa dalam Gereja Katolik ada komisi Hubungan Antar Agama Dan Kepercayaan yang disingkat HAK. Komisi ini sesuai dengan namanya bertugas mengadakan dialog dan kerjasama dengan agama dan kepercayaan lain. Komisi ini ada dari tingkat Paus sampai Paroki. Gereja mengakui bahwa keselamatan dari Allah ditawarkan kepada seluruh manusia, tidak hanya kepada orang Katolik. Gereja menghormati siapapun tanpa membedakan agama.Dalam pertemuan mereka bersama para Kiai, Pendeta, Pastor, dan tokoh agama lain. Lewat pertemuan itu mereka menemukan persahabatan dan pencerahan. Suasana pertemuan sangat menyenangkan. Adapun beberapa pencerahan yang mereka peroleh adalah: Pertama, Tuhan itu: satu untuk semua orang. Semua orang berasal dari Tuhan yang satu dan sama dan akan kembali kepada Tuhan yang satu dan sama juga.Kedua, Di hadapan Tuhan kita itu setara. Semua dicintai Tuhan, juga kepada orang berdosa. Tuhan tidak membedakan siapapun.Ketiga, Agama sebagai jalan menuju Tuhan. Mungkin jalannya berbeda

Page 162: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

147

tapi tujuannya sama yaitu Tuhan.Keempat, Agama itu tuntunan ke arah kebaikan. Jadi agama hanya bisa untuk berbuat baik. Jika kita melakukan keburukan atas nama agama, itu bertentangan dengan agama.Kelima, dalam menghayati dan mengamalkan agama kita perlu rendah hati dan toleransi. Semakin seseorang beriman, semakin ia menyadari bahwa ia adalah pendosa yang dicintai Tuhan.

Lebih lanjut Pastor Rheiner menyebutkan bahwa pemerintah kota Manado mendorong organisasi BKSAUA (Badan Kerjasama Antar Umat Beragama) dan BAMAG (Badan Musyawarah Antar Umat Beragama) untuk bertugas membangun kerjasama serta membangun komunikasi dua arah antara pemimpin agama dengan umat. Kedua organisasi ini dibangun dengan komposisi keterwakilan dari seluruh latar belakang agama yang ada seperti. Dengan begitu, organisasi ini memiliki massa pendukung yang notabene berlainan agama dan tentu saja berlainan etnis. Organisasi masyarakat yang turut menjadi bagian dari usaha membangun komunikasi ini adalah GP Ansor, PMII, HMI, Brigade Manguni, Legium Christum, Paguyuban Kekeluargaan Tionghoa dan sebagainya. Hasilnya, timbul persepsi yang sama mengenai pentingnya hidup damai yang dibangun atas dasar toleransi. Aksi simpatik yang sering dilakukan oleh para pemeluk beda agama adalah saling menjaga keamanan dan kelancaran sekaligus membagikan bunga pada saat ibadah Natal di gereja dan pelaksanaan Sholat Ied ketika Idul Fitri. Pemandangan indah tersebut telah berlangsung sejak lama, sebelum konsep tentang multikulturalisme hangat dibicarakan di Indonesia dan kerusuhan yang membawa isu agama pecah di Indonesia. Terlebih, yang paling emosional, terjadi antara tahun 1998-2002, dimana konflik di Kalimantan dan Maluku sementara membara dan banyak warga dari daerah konfliktersebut yang mengungsi di Manado serta

Page 163: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

148

melaksanakan ibadah hari raya keagamaannya masing-masing di Kota Manado.

Masyarakat di Kota Manado, sekalipun heterogen dan dalam segi jumlah didominasi oleh yang beragama Kristen sejauh ini telah berhasil mengembangkan suatu model interaksi dan relasi antar umat beragama secara setara, toleran serta tidak eksklusif. Dalam hal ini, nilainilai budaya yang mendasari adalah falsafah hidup sitou timou tumou tou dan torang samua basudara, nilai budaya mapalus (kerjasama), nilai budaya demokrasi, nilai budaya anti diskriminasi dan nilai budaya silaturahmi. Lewat lima nilai budaya tersebut masyarakat kota Manado yang beragam religi, membangun dan menguatkan dirinya sebagai kota berwajah ramah dalam hal kebebasan antar umat beragama. Interaksi sehat tersebut justru muncul dari kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup rukun dan damai.

Lalu, bagaimana kerukunan dan kedamaian bisa tetap terpelihara di tengah heterogenitas masyarakatnya. Banyak hal yang dapat menjelaskannya. Dari kajian sebelumnya yang menggunakan pendekatan participatory action research, Ruhana (2014) mengemukan bahwa secara historis suasana kedamaian di Manado, Sulawesi Utara, sudah berlangsung lama dan karenanya cukup melembaga. Kondisi ini memberikan kontribusi yang sangat positif bagi terwujudnya budaya damai di daerah ini. Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat Manado yang pada umumnya relatif tinggi sehingga tidak mudah terprovokasi, juga berpengaruh.Masyarakat Manado juga telah belajar dari pengalaman buruk masyarakat di daerah lain yang mengalami konflik agama atau etnik. Kondisi tersebut menghadirkan suatu komitmen kuat untuk terus memelihara kedamaian. Kearifan lokal juga masih hidup dalam masyarakat. Hal yang juga berperan penting dalam mewujudkan

Page 164: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

149

Manado damai, yakni adanya berbagai kebijakan pemerintah dalam mengupayakan kerukunan serta fasilitasinya forum-forum antarumat beragama. Searah dengan itu, terjadi komunikasi dan kerjasama yang baik antara tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemerintah dalam upaya memelihara perdamaian. Posisi sentral tokoh agama yang menjadi panutan masyarakat cukup efektif dan strategis dalam upaya menyebarkan pandangan keagamaan yang moderat dan toleran.

Selanjutnya kemajemukan dipahami sebagai kumpulan berbagai elemen sosial yang menyatu dalam lingkungan yang sama, elemen tersebut berpeluang berbeda sehingga terjadi perbedaan. Perbedaan tidak untuk dijadikan modal konflik, tetapi untuk dipahami bahwa ketidaksamaan dalam berbagai lini adalah produk Ilahi untuk disadari dan disyukuri. Perbedaan sebagai cara memahami diri atas pihak lain sebagai modal sosial untuk membangun kehidupan kemasyarakatan. Sebagaimana realitas sosial bila terjadi musibah dan saling menolong. Pertolongan tersebut atas dasar sifat kemanusiaan murni, bukan atas dasar kesamaan atau perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan. Spontanitas menolong sesama tersebut pada dasarnya adalah esensi dari toleransi dan kemajemukan sebagai potensi alamiyah yang dimiliki setiap manusia, kapan pun dan di manapun.

Faktor pendukung kerukunan beragama terwujud karena: antar-pemeluk agama dan atau intern agama yang berbeda aliran terdapat hubungan persaudaraan (geneologis), terjadi simbiosis mutualisme di bidang perekonomian, pemahaman dalam batin antar-pemeluk agama dan atau intern agama yang berbeda aliran diwujudkan dalam kehidupan dengan mengedepankan persamaan kebutuhan dan menafikan konflik yang lazimnya dipicu oleh

Page 165: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

150

perbedaan keyakinan dan agama, pola pikir antar-pemeluk agama dan atau intern agama yang berbeda aliran terjauhkan dari sikap negatif.

Kemajemukan (pluralitas) adalah warna dasar yang menyangga basis kultur sosial bangsa Indonesia. Realitas pluralistik masyarakat Indonesia dengan detail keunikan yang dimilikinya merupakan aset dan kekuatan memperkaya khazanah kreativitas manusia memanfaatkan alam Indonesia nan indah, subur dan makmur untuk menjadi negara besar bermartabat. Pada sisi lain, pluralitas menyimpan kerawanan pertikaian antarwarga dalam berbagai bentuk dan sumber pemicunya. Pesona pascareformasi membangunkan kesadaran warga sipil berpesta-ria mendemonstrasikan kebebasan berdemokrasi, tetapi sering berakhir dengan konflik fisik. Kemajemukan sebagai khazanah kekayaan budaya bangsa kini dihadapkan pada ancaman disintegrasi karena kecenderungan menonjolkan sentimen agama, etnis, atau keunggulan primordial lainnya. Pluralitas sebagai kuasa Tuhan memberi makna imperatif kesediaan setiap individu menghormati kehadiran orang lain ikut berpartisipasi dalam menghuni bumi ini secara damai dalam rangka kompetisi untuk kreasi kebaikan. Makna beragama dalam kehidupan bersama harus dilandasi motivasi untuk saling toleransi, menghargai keyakinan orang lain yang berbeda agamanya. Tumbuh kembang nilai religiusitas dan nilai toleransi secara seimbang menjadi tuntutan untuk lahirnya komunitas yang rukun damai dan dinamis. Pandangan Sumartana (2007:168) “agama bisa memberikan suatu basis kekuatan moral yang efektif di masyarakat, karena agama tidak memiliki kepentingan lain selain membela tegaknya hak-hak asasi manusia, harkat serta martabatnya selaku makhluk ciptaan Tuhan.‘

Page 166: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

151

Bab VII

Penutup

A. KesimpulanBerdasar dari analisis data dalam penelitian ini dengan acuan fokus penelitian yang dituangkan dalam rumusan masalah, maka penelitian ini dapat disimpulkan dan sebagai jawaban dari rumusan masalah, yaitu bagaimana pemahaman kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius. Pemahaman kerukunan dan toleransi masyarakat kota Salatiga dan Manado adalah bahwa kerukunan dan toleransi itu diwujudkan dalam perilaku nyata keseharian, tidak hanya diperbincangkan dalam forum-forum. Point inilah yang amat utama, sehingga dampak kerukunan dan toleransi kehidupan dapat dirasakan oleh semua makhluq hidup. Gagasan-gagasan besar tentang kerukunan dan toleransi yang didialogkan dalam berbagai forum tidak akan berarti manakalah berhenti pada kesimpulan diskusi. Upaya untuk mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam kehidupan menjadi

Page 167: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

152

penting agar kehidupan menjadi harmoni. Semua pihak harus mengupayakan kehidupan bertoleransi dengan penuh kesadaran dan dilandasi dengan pengetahuan dan wawasan yang luas. Sebaliknya, jika dirasakan ada masalah toleransi dalam kehidupan atau muncul perilaku yang intoleran, maka semua pihak harus bersama-sama secara sungguh-sungguh pula dalam mencari solusi yang bijak demi untuk mewujudkan harmoni kehidupan.

Sementara itu bagaimana perilaku kerukunan beragama masyarakat Salatiga dan Manado sebagai masyarakat yang multireligius? Bentuk perilaku toleransi masyarakat kota Salatiga dan Manado diwujudkan dalam berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tesebut adalah: a) Kegiatan sosial bersama (pernikahan, kematian sosial, termasuk ibadah); b) Poliklinik kesehatan; c) Beasiswa kurang mampu; d) Membagi takjil; e) Buka bersama; f) Festival keragaman; g) Dialog, seminar; h) Saling kunjung pada hari besar; i) Memberi bingkisan hari besar; j) Menjaga gereja/masjid; k) Mengunjungi tempat ibadah; l) Saling mengisi kegiatan keagamaan (koor); m) Pertemuan anjangsana. Perilaku ini dilandasi dengan penuh kesadaran, tidak ada paksaan dan saling memahami posisi masing-masing.

Toleransi antar umat di kota Salatiga dan Manado selama ini telah berjalan dengan baik, kelaupun ada gangguan-gangguan itu sifatnya hanya letupan kecil dan mampu diredam secara bersama-sama. Gangguan toleransi yang muncul sebagian besar karena pengaruh dari luar, bukan muncul dari dalam. Namun demikian, suasana sejuk yang ada tidak boleh menjadikan masyarakat di kota Salatiga dan Manado terlena dan mengabaikan sikap waspada terhadap kemungkinan munculnya perilaku intoleran atau bahaya laten yang mungkin mencuat.

Page 168: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

153

Ada banyak upaya yang harus dilakukan untuk mempertahankan situasi yang damai dan toleransi di Kota Salatiga dan Manado, yaitu: a) Pendalaman ajaran agama masing-masing; b) Mengoptimalkan lembaga terkait, misal FKUB, BKAUSA; c) Dukungan pemerintah; d) Penguatan toleransi melalui sekolah, anak muda, ormas-ormas; e) Meningkatkan kualitas ceramah di tempat ibadah; f) Membentuk kegiatan bersama; g) Memberikan pemahaman yang benar kepada setiap orang tentang konsep kerukunan dan mengamalkannya dalam kehidupan; h) Membangun interaksi intimistik pada semua lemen masyarakat. Masing-masing upaya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Proses penguatan kerukunan umat beragama dilakukan melalui pendalaman ajaran agama masing-masing. Pemeluk agama yang memahami ajaran agamanya secara baik dan mendalam akan menunjukkan perilaku yang mulia, baik dalam relasi vertikal kepada Tuhannya maupun relasi horizontal kepada sesama makhluk. Setiap ajaran agama pasti mengajarkan kepada pemeluknya agar berperilaku baik dalam segala relasi hidupnya. Agama lahir untuk memperbaiki tatanan kehidupan yang tidak selaras dengan nilai-nilai Ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai ketuhanan senantiasa selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan.

B. Saran dan RekomendasiBerdasarkan simpulan yang telah diuraikan diatas, peneliti memiliki beberapa rekomendasi dari penelitian ini yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya. Pertama, dapat dilakukannya penelitian lanjutan terkait dengan temuan lain yang ditemukan dalam penelitian, menggali lebih mendalam tentang nilai dan ajaran

Page 169: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

154

agama yang toleran, yang dapat dikaitkan dengan kerjasama dan dialog antar dan intra umat beragama. Kedua, dilakukan penelitian di daerah lain, untuk mencari tahu apakah nilai kerukunan di Salatiga dan Manado dapat diterapkan di daerah lain, atau dibutuhkan sebuah model lain untuk dapat menciptakan kerukunan di Indonesia.

Penulis menyarankan kepada pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota untuk mewujudkan kerukunan, toleransi dan kerjasama antaragama.Indonesia adalah bangsa yang religious, bangsa yang agamis, bangsa yang beragama, bangsa yang percaya kepada Tuhan yang Maha Esa. Bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari agama-agama besar: Islam, Hindu, Budha, Katolik dan Kristen serta Konghuchu. Agama merupakan ketentuan-ketentuan Tuhan Yang Maha Esa mengandung nilai-nilai luhur, suci dan mulia yang dihayati dan diamalkan oleh para pemeluknya masing-masing merupakan factor yang berpengaruh dalam usaha bangsa Indonesia untuk mensukseskan pembangunan nasional. Banyak hal positif yang bisa didapat jika agama dan pemerintah mempunyai suatu bentuk toleransi karena keduanya sama- sama membawa kesejahteraan bagi warga Negara. Setiap agama membawa misi kedamaiaan, terutama Islam yang kita ketahui sebagai rahmatan lil alamin. Sebuah agama atau beberapa agama akan membentuk masyarakat idaman dalam sebuah Negara. Anggapan bahwa agama adalah penghambat kemajuan Negara sebenarnya sangat salah. Tidak ada aturan yang mengarah pada hal-hal yang buruk. Namun sebaliknya banyak sekali aturan Negara yang tidak memperhatikan konsep yang telah diatur oleh agama. Sehingga toleransi agama terhadap Negara tidak boleh luput dari pemahaman kita. Pengetahuan yang luas adalah cara agar toleransi

Page 170: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

155

agama dengan Negara tidak menjadi suatu hal yang hanya dianggap formalitas belaka. Tetapi harus diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

Penulis mendorong upaya menyusun aturan-aturan tentang kerukunan dan toleransi yang diperlukan untuk mengikat tujuan bersama kelompok-kelompok agama. Dengan banyaknya keperluan yang terus meningkat peraturan yang digunakan harus semakin kuat dan lebih mengikat. Disini kehadiran negara yang paling tepat. Negara membuat aturan yang mempermudah aktivitas manusia. Tidak hanya membuat peraturan-peraturan, negara jugamenyediakanfasilitas- fasilitas yang menunjangperkembangan kemajuan disemua bidang kehidupan.

Penulis menilai bahwa peran Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan daerah harus berwibawa karena sebagai pihak pendukung dan pembantu pemerintah daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama. Hal ini setidaknya ditunjukkan dengan sejumlah program terkait kerukunan umat beragama termasuk program yang dilakukan oleh Kementerian Agama pusat yang bertempat di provinsi dan daerah.Anggaran untuk pemeliharaan kerukunan umat beragama perlu ditingkatkan, sehingga upaya sosialisasi dan pembinaan dapat lebih luas dan merata dilakukan. Dalam hal ini, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri perlu mendorong dan mengawal proses pengalokasian kegiatan kerukunan yang lebih memadai tersebut.

Dari hasil kajian ini maka tidak ada jalan lain bagi kaum muslimin terutama di Indonesia sekarang ini untuk melangkah lebih progresif melakukan aktifitas-aktifitas yang mengarah pada terciptanya iklim kerukunan, toleransi, kampanye perdamaian,

Page 171: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

156

dan kerjasama lintas agama. Disamping itu juga perlu menciptakan iklim solidaritas sosial, memajukan ekonomi, berpraktik politik yang santun dan menjaga kebudayaan sebagai bentuk perwujudan dari pengabdiannya kepada Allah Tuhan YME. Kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan sejumlah krisis lain yang tengah menghimpit bangsa Indonesia tampaknya tidak cukup hanya diselesaikan dengan melakukan ibadah-ibadah individual, tetapi juga dengan perjuangan meningkatkan kecerdasan masyarakat, penegakan hukum dan keadilan, solidaritas sosial dan membebaskan penderitaan masyarakat.

Peneliti meyakini bahwa penelitian harus dapat dikoreksi. Koreksi diperlukan untuk menambah masukan-masukan baru yang belum dibahas agar lebih terinci dan lengkap. Disamping itu juga dapat mengganti bagian bahasan yang kurang baik dengan masukan yang lebih tepat atau lebih baik berdasarkan kritik dan saran yang diterima. Koreksi atas penelitian ini juga terbuka untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak tepat atau tidak perlu. Penulis meyakini bahwa koreksi bukan alat untuk menghakimi namun dapat memandu dalam melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap konteks kajian yang ada.

Page 172: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

157

Daftar Pustaka

Abd. Rahman P. Peranan Dakwah dan Komunikasi Antarbudaya dalam Masyarakat Plural. Jurnal Al-Munzir Vol. 7, No. 1. 2014

Ahmad Rajafi, dkk. Khazanah Islam, Perjumpaan Kajian dengan Ilmu Sosial. Yogyakarta: Deepublish. 2018

Alo Liliweri. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009

Andriana Susi Yudhawati. Indonesia Mini, Ragam Budaya dan Etnis Ada di Satu Kota. Majalah Jiwaraga. Edisi II. 2017

Anton Bakker. Achmad Charris Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta. Kanisius. 1994

Arifuddin Ismail. Pola Kerukunan Umat Beragama. Analisa Journal of Social Science and Religion Vol.17, No. 2. 2010.

Page 173: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

158

Aslati. Toleransi Antarumat Beragama Dalam Perspektif Islam (Suatu Tinjauan Historis). Jurnal Toleransi Vol. 4, No. 1 2012

Dang Linh Chi. Intercultural Communication Differences between Western and Asian Perspective. Thesis Centria University of Applied Sciences Business Management. 2016

Deddy Mulyana. Ilmu komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010

Dormort Moran. Introduction to Phenomenology. New York: The Westminster Press. 2012

Farhan. Pemberitaan Kerukunan Umat Beragama: Analisis Pesan Media. Jurnal Askopis Vol. 1, No. 1. 2017

Frangky Suleman. Keberagaman Budaya dan Agama di Kota Manado. Endogami Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi. 2017

Gavin Flood. Beyond Phenomenology: Rethinking the Study of Religion. London: Bloomsbury Academic. 2013

Hedi Heryadi. Hana Silvana. Komunikasi Antarbudaya Dalam Asyarakat Multikultur (Studi Tentang Adaptasi Masyarakat Migran Sunda di Desa Imigrasi Permu Kecamatan Kepahiang Provinsi Bengkulu). Jurnal Kajian Komunikasi, Vol. 1, No. 1. 2013

Imam Sutomo. Implementasi Nilai Religiusitas dan Toleransi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Inferensi Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 1. 2014

Ismardi. Arisman. Meredam Konflik dalam Upaya Harmonisasi Antar Umat Beragama. Jurnal Toleransi Media Komunikasi Umat Bergama Vol.6, No.2. 2014

Page 174: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

159

Khotimah. Dialog dan Kerukunan Antar Umat Beragama. Jurnal Ushuluddin Vol. XVII, No. 2. 2011

L.R. Gay. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. New Jersey: Merrill. 1996

Lusia Savitri Setyo Utami. Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya. Jurnal Komunikasi Vol. 7, No. 2. 2015

M. Amin Abdullah. Visi Keindonesiaan Pembaharuan Pemikiran Islam Hermeneutik. Jurnal Epistema. No. 02. 1999

M. Syafi’ie. Ambiguitas Hak Kebebasan Beragama di Indonesia dan Posisinya Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi. Jurnal Konstitusi Vol. 8, No. 5. 2011

Martania Hartika. Dian Novita Kristiyani. Peran Pemerintah Serta Pemuka Agama dalam Membentuk Perilaku Masyarakat Salatiga untuk Hidup Berdampingan Melalui Tagline “Kota Salatiga Hati Beriman”. Jurnal Pax Humana Jurnal Humaniora Yayasan Bina Darma Vol. IV, No.1. 2017

Milton J. Bennett (Ed.), Basic Concepts of Intercultural Communication: Selected Readings. Yarmouth, ME: Intercultural Press 1998

Moh. Rosyid. Harmoni Kehidupan Sosial Beda Agama dan Aliran di Kudus. Jurnal Addin Vol. 7, No. 1. 2013

Mukti Ali. Harmonical Communication Sebuah Pesan Damai dalam Perbedaan. Salatiga: LP2M Press. 2016

Nazmudin. Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Journal of Government and Civil Society Vol. 1, No. 1. 2017

Page 175: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

160

Nelly Van Dorm Harder dan Mega Hidayati, (Edt.) Kebebasan Beragama di Tingkat Akar Rumput. Yogyakarta: Institut DIAN/Interfidei dan Norwegian Center for Human Rights-University of Oslo. 2017

Ngainun Naim. Pluralisme sebagai Jalan Pencerahan Islam: Telaah Pemikiran M. Dawam Rahardjo. Salam Jurnal Studi Masyarakat Islam Vol. 15, No. 2. 2012

Paul Elmen. The Restoration of Meaning to Contemporary Life. New York: Garden City. 2012

Rahmat Hariyadi. Salatiga Kota Bhinneka Tunggal Ika, Kebhinnekaan adalah Keniscayaan. Majalah Jiwaraga, Edisi II. 2017

Rina Hermawati. Caroline Paskarina. Nunung Runiawati. Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Bandung. Jurnal Umbara Indonesian Journal of Anthropology Vol. 1, No. 2. 2016

Rini Darmastuti. Sri Winarso Martyas Edi. Erwien Christianto. Model Literasi Media Dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Salatiga. Jurnal Aspikom Vol. 3 No. 4. 2018

S.W. Littlejohn. K.A. Foss. Theories of Human Communication. California: Sage Publications. 2008.

Sartini. Etika Kebebasan Beragama. Jurnal Filsafat Vol.18, No. 3. 2008

Sugiono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. 2007

Sulistyo-Basuki. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. 2006

Page 176: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

161

Suryan A. Jamrah. Toleransi antar Umat Beragama: Perspektif Islam. Jurnal Ushuluddin Vol. 23 No. 2. 2015

Th. Sumartana. Theologia Religionum. Di dalam Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia. Tim Balitbang PGI (Eds.). Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2007

Veronica Schoeffel. Cinfo and Phyllis Thompson, consultant Graphic medialink Zürich cinfo 11/2007 Rue Centrale 12.

W.M. Lustig & J. Koester. Intercultural Competence: Interpersonal Communication Across Cultures. 5th edition. Pearson Education, Inc. 2006

William T. Cavanaugh. The Myth of Religious Violence: Secular Ideology and the Roots of Modern Conflict. New York: Oxford University Press. 2009

Yusuf Faisal Ali. Upaya Tokoh Agama Dalam Mengembangkan Sikap Toleransi Antaumat Beragama. Jurnal UCEJ Untirta Civic Education Journal Vol. 2, No. 1. 2017

Zaenal Abidin. Pluralisme Agama dan pola Komunikasi Antar Budaya di Indonesia. Jurnal Komunike Vol. 7, No. 2. 2015

Page 177: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

162

Biografi Penulis

Dr. Mukti Ali, M.Hum adalah Dosen sekaligus Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga, lahir di sebuah desa yang berada di Kecamatan Menes pada Tanggal 05 September 1975 dari pasangan Hadin Yusuf dan Syamsiyah. Pendidikan dasarnya ditempuh di SDN Menes 3 dan MTsN 2 Pandeglang, sementara tingkat menengah

atasnya ditempuh di Pondok Pesantren Daar el-Qolam Tangerang Banten. Sarjana Agama diperoleh dari Jurusan Perbandingan Agama UIN Jakarta, tahun 2000. Sebelum memperoleh gelar Doktor dari Sekolah Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNPAD Bandung pada tahun 2013, ia menyelesaikan Magister Humaniora dari UGM Yogyakarta, tahun 2007.

Di sela kesibukan selaku Dekan Fakultas Dakwah dan mengajar, suami dari Nurul Hidayati, M.Pd., dan ayah dari Embun Bening Di Moravia dan Dean Eriugena Ane Neeha, ia masih sempat melakukan aktivitas sosialnya sebagai pengurus Yayasan Dharma Insan Cita Salatiga; pengurus Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Salatiga; Pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Salatiga.

Page 178: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

163

Dr. Benny Ridwan, M.Hum, kelahiran Pangkalan Brandan Langkat Sumatera Utara pada tanggal 20 Mei 1973, adalah Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Salatiga periode 2015-2019, 2019-2023. Buku yang pernah diterbitkan dengan judul Moderasi Islam Mazhab Salatiga (Cetakan: November 2019 ISBN: 978-602-1271-44-5). Buku: Dampak Pembelajaran Unggul,

Persemaian Islam Indonesia, dan Kiprah Alumni IAIN Salatiga Di Luar Jawa (ISBN 978-602-5916-30-4). Editor Buku Proses Menjadi Indonesia, Negara, Kebebasan Beragama dan Pernikahan Beda Agama (Penerbit Pustaka Percik, ISBN 979-96603-5-6-3). Penulis memiliki ID Scopus 57211339686 dan ID Orcid 0000-0001-8243-0175.

Penulis selain aktif di Dewan Pendidikan Kota Salatiga, juga sebagai Pimpinan Kwartir Daerah Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Salatiga. Penulis pernah melakukan lawatan ke Asutralia, China, Thailand, Malaysia, Singapura. Penulis menyelesaikan Program Doktornya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2016. Alumni Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Kotobaru Padang Panjang Sumatera Barat ini mempersunting Tatik Nurhasanah, SE dan dikaruniai sepasang anak, Aristo Rayhan Ahmad (2004) dan Aulia Fadhila Salma (2005).

Buku yang diterbitkan; Pluralisme Agama di Persimpangan Menuju Makna (2006), Suatu Etnografi Suku Bajo (2010), dan Harmonical Communication Sebuah Pesan Damai Dalam Perbedaan (2016), Komunikasi Antarbudaya dalam Tradisi Agama Jawa (2017).

Page 179: MUSALA, GEREJA Penguatan Pemahaman dan Perilaku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9065/1/Buku... · sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,

164

Dr. Fatchurohman, S.Ag., M.Pd lahir di Grobogan, 09 Maret 1971. Pendidikan jenjang Sarjana ditempuh di Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1995), jenjang Magister ditempuh di Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (2005), dan jenjang Doktoral ditempuh di Jurusan Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (2016).

Selain mengajar di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, ia juga menulis buku dan meneliti. Beberapa buku yang telah diterbitkan antara lain Demokratisasi Pendidikan dalam Al Quran (2006), Kemitraan Pendidikan: Membangun relasi sinergi antara sekolah, keluarga dan masyarakat (2012), Strategi membangun sinergi guru dan orang tua siswa (2013) Pembelajaran Tematik Integratif: Konsep dasar dan aplikasinya (2014), Communicating and parenting: mengembangkan komunikasi dengan orang tua siswa dalam mengasuh anak (2016), Etika Profesi Keguruan (2018); sedangkan penelitian yang pernah dilakukan antara lain: Kemitraan antara sekolah, orang tua dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan di MAN Salatiga (2016), Model pendidikan entrepreneurship di pesantren: Studi Kasus di Pondok Pesantren Salaf Al Ittihad Poncol dan Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang (2017), Pendidikan Toleransi di Kota Salatiga dan Manado di era 4.0 (2018), Makna Pendidikan bagi kaum Dhu’afa: Studi kasus pada mahasiswa penerima Bidikmisi di IAIN Salatiga, IAIN Surakarta dan UIN Semarang Tahun (2019), Being Smart and Being Good in the Era 0f 4.0: Potret Pengembangan Intellectual Quotient, Spiritual Quotient dan Entrepreneurship Education di PTKN (2020).