multikultural

94
i PERAN AKTIF GURU PAI DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA ( STUDI KASUS DI SMA 8 SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1(S.1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Disusun oleh: ARIF BUDI MULYONO NIM : 3104079 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008

Upload: bandey-chatami

Post on 24-Nov-2015

130 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

pendidikan multikultural

TRANSCRIPT

  • i

    PERAN AKTIF GURU PAI DALAM MENANGGULANGI

    KENAKALAN SISWA

    ( STUDI KASUS DI SMA 8 SEMARANG)

    SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1(S.1)

    dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

    Disusun oleh:

    ARIF BUDI MULYONO

    NIM : 3104079

    FAKULTAS TARBIYAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2008

  • ii

    H. Mursid, M.Ag Ismail SM, M.Ag

    Jl. Stasiun Jrakah III 03/01 Jl. Karonsih Selatan IX/663

    Tambakharjo Semarang Ngaliyan Semarang

    PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks.

    Hal : Naskah Skripsi

    An. Sdr. Arif Budi Mulyono

    Assalamu alaikum Wr.Wb

    Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya. Bersama

    ini kami saya kirim naskah skripsi Saudara:

    Nama : Arif budi mulyono

    Nomor induk : 3104079

    Judul : Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi

    kenakalan siswa (Studi kasus di SMA 8

    Semarang)

    Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera

    dimunaqasyahkan.

    Demikian harap menjadikan maklum.

    Wassalamu alaikum Wr.Wb

    Semarang, 05 Januari 2009

    Pembimbing I Pembimbing II

    H. Mursid, M.Ag. Ismail SM, M.Ag.

    NIP. 150 318 583 NIP.150 282 135

  • iii

    DEKLARASI

    Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

    ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

    Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali

    informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

    Semarang, 05 Januari 2009

    Deklarator

    Arif Budi Mulyono NIM. 3104079

  • iv

    ABSTRAKSI

    Arif budi mulyono ( Nim : 3104079 ). Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang). Skripsi . Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. 2008 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang). Fokus penelitian ini mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa meliputi: (1) Tipe-tipe kenakalan yang terjadi di SMA 8 Semarang, (2) Peran aktif guru PAI dan upaya/solusi dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang. Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus (jenis penelitian kualitatif), yang mengambil lokasi di SMA 8 Semarang. Oleh karena itu, teknik cuplikan penelitian menggunakan purposive sampling, dengan memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah secara mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang mantap. Sedangkan sumber data diperoleh dari informan, peristiwa dan dokumen. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis model interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan serta verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; 1) Kenakalan yang ada dalam lingkungan sekolah terjadi karena berbagai faktor yang mendukung yang ada di dalam kehidupan siswa seperti faktor pribadi, keluarga, komunitas masyarakat dan lain sebagainya. Kenakalan yang terjadi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: (a) kenakalan berat. Contohnya adalah berkelahi dilingkungan sekolah, mencuri, minum minuman keras dan lain-lain. (b) kenakalan ringan. Seperti membuat gaduh di kelas, terlambat, tidak mengerjakan tugas dan lain sebaginya. 2) Guru PAI disamping mempunyai peran dalam pembelajaran PAI di dalam kelas juga mempunyai peran aktif dalam menanggulagi kenakalan siswa. Sebagai peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa ada beberapa peran aktif tersebut meliputi cara-cara penanggulangan kenakalan sebagi berikut; (a) Memberikan pemahaman dan pengertian tentang pendidikan agama yaitu dengan melalui pelajaran di dalam kelas. (b) Mengadakan kegiatan-kegiatan keberagamaan baik hari besar agama ataupun kegiatan keberagamaan siswa setiap harinya, seperti sholat dhuhur berjamaah dan sholat jumat bersama di masjid sekolah. (c) Bekerja sama dengan guru lain khususnya guru bimbingan konseling, wali kelas dan guru mata pelajaran. Dengan metode ini tidak hanya guru PAI yang berperan dalam menaggulangi kenakalan siswa akan tetapi guru yang lain juga mempunyai tugas dalam menanggulangi kenakalan siswa. (d) Mengadakan bimbingan khusus pada siswa yang sering melakukan kenakalan siswa pada jam-jam khusus yaitu pada istirahat atau diluar jam pelajaran, dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan keyakinan bahwa guru dalam memberikan pengarahan tidak hanya menggunkan metode lisan saja akan tetapi metode praktik dan perhatian menjadikan siswa akan memahami bagaimana seorang guru menjadi peran dalam menanggulangi kenakalan. (e) Berupaya menjunjung nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sekolah yaitu mendukung adanya program

  • v

    ekstra kulikuler islami seperti baca tulis al-Quran, rebana, pesantren kilat dan lain-lain.

    Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para guru PAI dan calon guru PAI serta semua pihak yang membutuhkan.

  • vi

    MOTTO

    Tidak akan sampai ilmu kepada seseorang ketika dalam pencarian

    ilmunya tidak menghormati apa yang dipelajari. 1

    1Ibrahim bin Ismail, Talim Wa Amutaalim, Pustaka Alawiyah, Semarang, hlm. 16.

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada mereka yang memberi arti dalam hidup-ku :

    Ayahanda dan Ibunda tercinta,

    yang selalu berjuang, berdoa dan memberikan restu. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita se-keluarga.

    Adik-adik tersayang (Andi wibowo & Futri herlina laili)

    yang selalu memberi isnpirasi untuk selalu belajar. Berbaktilah kalian pada kedua orang tua.

    Semua Guru-guru yang menyalurkan ilmunya walau harfan,

    khususnya kepada Romo KH. Sirodj Chudlori dan Bapak H. A. Izzuddin M.Ag,

    yang telah menuntun jiwa dan raga yang dhoif ini ke cahaya Illahiyah.

    Santriwan dan Santriwati Pon-Pes Daarun-Najaah mari kita wujudkan semboyan kita bersama: sukses, soleh, selamet

    sukses selalu buat kita semua. amin

    Para guru dan siswa-siswi SMA 8 Semarang yang menjadikan semangat dalam menyalurkan sedikit keilmuan di SMA 8

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (Studi kasus di SMA 8 Semarang), dengan baik tanpa banyak menemui kendala yang berarti.

    Shalawat dan Salam Allah SWT. semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan kepada Khotamu Anbiya wal Mursalin Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini.

    Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata hasil dari jerih payah penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

    2. Bapak Prof.Dr. H. Ibnu Hajar, M. Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-Pembantu Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar dari awal hingga akhir.

    3. H. Mursid, M.Ag. dan Drs. Ismail SM, M.Ag, selaku Pembimbing, terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.

    4. Ibu Dra. Nur Uhbiyati, selaku Dosen Wali yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan memberikan ilmunya kepada penulis.

    5. Bapak Ahmad Muthohar, M.Ag., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.

  • ix

    6. Kedua orang tua penulis yang tercinta (Bapak Harmono dan Ibu Ratmini), terima kasih atas segala doa, perhatian, dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata.

    7. Keluarga besar SMA 8 semarang yang telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini, khususnya bapak Drs. H. Zamhari, Ibu Dra. Hj. Faricha, dan seluruh bapak ibu guru serta karyawan SMA 8 semarang.

    8. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang, khususnya kepada KH. Sirodj Chudlori dan H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku pengasuh yang juga menjadi motivator penulis dan yang telah memberikan ilmu-ilmunya serta atas bimbingan dan arahannya.

    9. Semua teman-teman di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan semua teman-teman di Pondok Pesantren Daarun Najaah Jrakah Tugu Semarang

    10. Harapan dan doa penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima Allah SWT, serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

    yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca yang budiman demi sempurnanya skripsi ini

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

    Semarang, 05 Januari 2009

    Penulis

    Arif Budi Mulyono

  • x

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Tanggal Tanda Tangan H. Mursid,M.Ag. _________________ __________________ 150 318 583 Pembimbing I Ismail SM.,M.Ag. _________________ __________________ 150282 135 Pembimbing II

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................ii

    HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii

    HALAMAN DEKLARASI..............................................................................iv

    HALAMAN ABSTRAKSI ..............................................................................v

    HALAMAN MOTTO ......................................................................................vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................vii

    HALAMAN KATA PENGANTAR ...............................................................viii

    DAFTAR ISI.....................................................................................................ix

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1 B. Penegasan Istilah ..................................................................... 7 C. Perumusan Masalah ................................................................ 9 D. Tujuan dan Manfaat penelitian.............................................. 9 E. Kajian Pustaka ........................................................................ 10 F. Metodologi Penelitian ............................................................. 12 G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 14

    BAB II : GURU PAI DAN KENAKALAN SISWA

    A. Gambaran Umum Guru PAI ................................................. 16 1. Pengertian Guru PAI ...................................................... 17

    2. Kompetensi Guru PAI .................................................... 18

    3. Peran Dan Tugas Guru PAI ........................................... 20

    4. Tujuan PAI ...................................................................... 23

    5. Pelaksanaan PAI ............................................................. 25

    B. Kenakalan Siswa ..................................................................... 26 1. Pengertian Kenakalan .................................................... 27

  • xii

    2. Arti Pertumbuhan Dan Kenakalan ................................ 28 3. Faktor Penyebab Kenakalan siswa ................................ 25 4. Tipe-tipe Kenakalan Siswa ............................................. 30

    C. Peranan Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa 33

    1. Arti Penting PAI Di Sekolah ........................................... 36

    2. Peran Guru PAI Dalam Mensiasati Kekurangan Jam

    Pelajaran PAI Di Sekolah ................................................. 38

    BAB III: DRISKRIPSI HASIL PENELITIAN

    A. Kondisi Umum SMA 8 Semarang.......................................... 40 1. Latar Belakang Berdirinya ............................................. 40

    2. Data Sekolah ..................................................................... 41

    3. Keadaan Guru Dan Siswa ............................................... 43

    a. Guru ............................................................................ 43

    b. Siswa ............................................................................ 46

    4. Struktur Organisasi ......................................................... 47

    5. Sarana Dan Prasarana ...................................................... 47

    B. Jenis Kenakalan Siswa Yang Ada Di SMA 8 Semarang...... 56

    BAB IV: PELAKSANAAN GURU PAI DALAM

    MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA 8

    SEMARANG

    A. Peran Dan Fungsi PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa .. ....................................................... 58

    B. Peran Aktif Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMA 8 Semarang ...................................................... 61

    BAB V : SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

    A. Kesimpulan ....... 65 B. Saran-saran ....

    66

    C. Penutup . 68

  • xiii

  • xiv

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu-satunya institusi yang sangat potensial

    menyiapkan manusia agar memiliki tingkat SDM yang handal. Secara

    prinsipil pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

    untuk mencapai tujuan Pendidikan yang meliputi perkembangan intelektual

    dan ilmu pengetahuan. Sebagai seperangkat rencana dan kegiatan pendidikan

    harus dipandang sebagai suatu sistem. Dengan demikian, dalam praktiknya

    efektifitas kegiatan pendidikan tidak bisa terlepas dari beberapa komponen

    dasar yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya pendidikan. Komponen-

    komponen tersebut meliputi: tujuan, isi, metode, dan evaluasi.

    Pelaksanaan pendidikan dalam praktiknya sebenarnya mengalami

    berbagai macam problem, baik yang berkaitan langsung dengan siswa (faktor

    intern) maupun yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern).

    Peserta didik sebagai peserta pendidikan haruslah mempunyai

    berbagai bahan acuan sendiri, artinya ciri dari peserta didik harus seimbang

    dengan apa yang sedang dipelajari, apalagi perkembangan karakterisik pada

    peserta didik didalam tahapan pendidikan, tentunya mempunyai ciri tersendiri.

    Karena hal tersebut sangatlah dominan dimiliki masing-masing individu.

    Sedangkan perkembangan jiwa seseorang dimulai dari tahapan anak-anak,

    remaja dan dewasa. Perkembangan yang paling bisa dilihat pada peserta didik

    adalah pada masa perkembangan anak-anak menuju ke masa remaja, yang

    pada tahapan remaja peserta didik mulai merasakan perubahan-perubahan,

    dari tahapan tingkah laku sampai cara berbicara.

    Pada masa remaja ini sebagai masa storm and stress,1 karena selama

    masa remaja banyak masalah yang dihadapi, sebab pada masa remaja mereka

    1Storm and Stress adalah badai dan tekanan yaitu masa dimana ketegangan emosi mulai

    meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Lihat Skripsi Indri Kumala Nosution, Stress Pada Remaja, (Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara), 2007, www.USUrepository.co.id. hlm. 5, Kamis 29 Mei 2008 Pukul 10.30 WIB.

  • 2

    berupaya menemukan jati dirinnya (identitas kebutuhan aktualisasi diri).2

    Biasanya usaha penemuan jati diri pada jenjang masa remaja dilakukan

    dengan berbagai pendekatan, dan pendekatan yang seimbang sebagai cara

    pengaktualisasian diri secara baik.

    Sedangkan pada masa sekolah menginjak usia remaja merupakan

    puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pada usia

    remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan

    reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial,

    emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau

    mudah sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan

    emosinya.

    Menghadapi ketidaknyamanan emosional, tidak sedikit remaja yang

    mereaksikanya secara defensif, sebagai upaya untuk melindungi dirinya,

    reaksinya itu tampil dalam tingkah laku seperti: 1) agresif, seperti melawan,

    keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan mengganggu orang lain, dan 2)

    melarikan diri dari kenyataan, melamun, pendiam, senang menyendiri, dan

    minum-minuman keras.

    Peranan pendidikan agama Islam sangat berpengaruh bagi

    perkembangan anak, pendidikan agama harus dilakukan secara intensif dalam

    segala aspek, baik di keluarga, sekolah, masyarakat dan lain-lain. Agar tidak

    terjadi perilaku menyimpang pada anak remaja. Pendidikan agama dalam

    kurikulum sekolah harus diberikan secara maksimal untuk meminimalisir

    adanya perilaku menyimpang pada peserta didik. Peserta didik harus

    berpartisipasi dalam kegiatan di luar jam pelajaran seperti: kegiatan Peringatan

    Hari Besar Islam (PHBI), kegiatan pesantren kilat, tadarus al-Quran,

    pengajian, hari raya Idul adha, panitia zakat fitrah dan lain-lain. Serta kegiatan

    bakat minat siswa seperti: olah raga, pramuka, seni dan musik, drama

    keterampilan-keterampilan, dan rekreasi, jika kegiatan-kegiatan tersebut

    2Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik, (Jakarta: Asdi Mahasatya), 2006,

    hlm. 68.

  • 3

    diikuti oleh peserta didik maka kenakalan pada siswa akan dapat

    ditanggulangi.

    Siswa pada usia remaja biasanya dalam proses penyempurnaan

    penalaran berpikirnya selalu ingin mengekspresikan ide-idenya. Ide ide yang

    muncul disebabkan oleh pertumbuhan fisik yang pesat, yang tidak diimbangi

    dengan perkembangan psikis sebagai akibat dari masa transisi yang terjadi

    pada remaja terhadap dirinya sendiri. Terjadinya permasalahan pada remaja

    disebabkan oleh aspek psikologis yang tidak dapat dilepaskan dari aspek-

    aspek lain yang bersumber dari lingkungan sosial budayanya. Hubungan yang

    kurang harmonis dengan orang tua, guru, teman sebaya dan sebagainya dapat

    menghambat perkembangan kepribadian dan menghambat kesehatan mental.3

    Pendidikan agama adalah salah satu kurikulum yang diajarkan pada

    tahapan pendidikan tingkat menengah atas, yang memberikan pengaruh besar

    bagi tingkah laku peserta didik, baik dalam kehidupan di sekolah maupun di

    luar sekolah. Karena sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya,

    maka agama pada para remaja turut mempengaruhi perkembangan itu,

    maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak

    keagamaan yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor

    perkembangan tersebut.4

    Untuk itu peserta didik pada setiap masa harus senantiasa berinteraksi

    pada pendidikan secara maksimal, apalagi tingkat usia remaja, yang mulai

    intelegensi diukur dan digunakan, menuntut peserta didik yang cakap, yaitu

    pribadi yang mempunyai akhlak baik dan bersusila. Akan tetapi, peserta didik

    yang tidak bersusila merupakan kepribadian yang tidak seimbang dengan

    lingkunganya. Sebaliknya, peserta didik yang dewasa tetapi tidak cakap

    bukanlah pribadi peserta didik yang diharapkan, oleh karena itu peserta didik

    dewasa, bersusila, dan cakaplah yang ingin dicapai dalam pendidikan.5

    3Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta didik, (Malang: UMM), 2002,

    hlm. 135-136. 4Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2001, hlm. 74. 5Ibid, hlm. 30.

  • 4

    Dalam praktiknya, interaksi edukatif tidaklah bisa berjalan tanpa

    adanya pendidik, dalam hal ini guru sebagai figur manusia yang menjadi

    sumber dan menempati posisi penting dalam pendidikan. Secara sederhana,

    guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.

    Tanpa guru pendidikan tidak ada artinya dan tidak bisa menghapus kebodohan

    dalam diri manusia.

    Sedangkan guru mata pelajaran PAI adalah pendidik yang harus dapat

    memadukan unsur profan dan Immanen,6 kepada siswa dalam proses

    pembelajarannya. Hanya dengan pemaduan kedua unsur inilah akan dapat

    terwujud cita-cita dan tujuan pendidikan yaitu melahirkan anak saleh yang

    ditandai dengan sikap, mental, perilaku, tutur kata yang baik, serta, memiliki

    komitmen keilmuan yang kuat demi kepentingan keilmuan itu sendiri,

    individu, dan kemaslahatan masyarakat.7

    Jadi, guru PAI dalam wacana pendidikan memang mempunyai peran

    sangat penting dalam mewujudkan siswa yang memiliki kepribadian, moral,

    sikap, dan intelektual tinggi, artinya nilai-nilai yang ditanamkan pada isi

    pelajaran PAI harus didesain secara komprehensif yang mengarah pada watak

    kehidupan peserta didik dilingkup sekolah secara Islami, dan dilingkup luar

    sekolah, baik dalam keluarga maupun masyarakat secara umum.

    Transfer ilmu pada proses pendidikan tentunya mengalami berbagai

    kendala dalam proses pembelajaranya. Salah satu kendala atau kejanggalan

    dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah kesulitan guru dalam

    membangun komunikasi yang harmonis antara guru dengan peserta didik.

    Salah satu kendala adalah sikap siswa yang terkadang kurang menghargai

    terhadap kegiatan sekolah yang ada bahkan, diiringi dengan sikap yang kurang

    tepat dan mengganggu.

    Kondisi yang seperti itu menjadikan konsentrasi kelas menjadi buyar,

    dan guru dalam hal ini harus bisa menarik minat dan perhatian siswa, karena

    sabagai salah satu tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga

    6Kata Profan dan Imanen berarti mengikat dan lepas tentang kajian agama. Lihat Pius A Partanto & M. dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola), 1994.

    7Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Fifamas), 2003, hlm. 67.

  • 5

    ia mau melakukan belajar.8 Untuk itu hendaknya guru berusaha menciptakan

    kondisi yang mendukung kegiatan belajar semaksimal mungkin dengan

    berbagai cara.

    Kenakalan sebenarnya menunjuk pada perilaku yang berupa

    penyimpangan atau pelanggaran pada norma yang berlaku, dan ditinjau dari

    segi hukum kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum

    bisa dikenai hukum pidana sehubungan dengan usiannya. Perilaku

    menyimpang pada remaja pada umumnya merupakan kegagalan sistem

    kontrol diri.9 Karena kenakalan itu muncul pada jenjang sekolah dan integrasi

    yang paling bisa dirasakan adalah antara guru dengan murid.

    Problem tersebut sering kali terjadi dalam bentuk kesulitan dalam

    menghadapi pelajaran disekolah, baik dalam lisan, tulisan maupun

    penyelesaian tugas. Remaja yang mengalami problem disekolah pada

    umumnya mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap

    pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian

    timbul sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan seperti membolos,

    melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi dsb.10 Dan pekerjaan yang

    menunggu untuk para guru adalah dapat memilih dan menggunakan tehnik

    mengajar yang dapat meningkatkan peran serta (partisipasi) siswa dalam

    kelas. Terlebih guru mata pelajaran PAI yang dalam tugasnya bisa

    mengantarkan ke kompetensi pendidikan agama yaitu mengarah pada

    keilmuan dan tingkah laku tentunnya menjadikan tugas ganda sebagai seorang

    guru.

    Karena disamping sebagai pengajar guru juga sebagai pembimbing,

    khusus dalam masalah kenakalan aspek psikologis lebih diutamakan, karena

    uraian tentang psikologis, yaitu tentang tingkah laku, motif dan motifasi,

    pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugas-tugas perkembangan,

    8Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2000, hlm.

    29. 9Endang Poerwanti & Nur Widodo, Op.cit, hlm.139. 10Ibid, hlm. 135.

  • 6

    belajar dan penguatan, dan kepribadian.11 Jadi peranan guru dalam kenakalan

    sangat berarti, karena penanggulangan dalam berbagai kenakalan khususnya

    peserta didik harus ditanggulangi secara dini baik dalam lingkup keluarga

    maupun sekolah. Dalam kehidupan keluarga orang tua yang berperan

    sedangkan dalam sekolah guru sebagai peran utama dan sebagai peran penting

    dalam menanggulangi kenakalan siswa.

    Guru PAI dalam rangka menanggulagi kenakalan mempunyai peranan

    yang sangat berarti dalam membentuk karakter peserta didik, karena dalam

    keseharianya guru PAI langsung berinteraksi dengan siswa, baik dalam proses

    belajar mengajar ataupun diluar sekolah.

    Didalam lingkup SMA sendiri peran guru PAI juga menentukan

    berhasil atau tidaknya peserta didik dalam pengembangan keagamaan siswa,

    khusunya dalam praktik sehari-hari dalam lingkungan sekolah. Seperti

    penjelasan diatas bahwa masa peralihan ini sangatlah didominasi oleh

    berbagai problem kenakalan. Maka, guru PAI didalamnya ikut berperan aktif,

    khusunya dalam masalah kenakalan siswa.

    Sedangkan di SMA 8 Semarang sebagai objek penelitian ini, guru PAI

    sangat berperan aktif dalam menanggulagi kenakalan, khususnya dalam hal

    kenakalan yang menyangkut norma agama dan tingkah laku keberagaman.

    Guru PAI dituntut untuk bekerja aktif baik dalam kelas ataupun luar kelas

    sehingga peserta didik yang mengalami kasus dapat dilihat langsung oleh guru

    PAI dan ditangani langsung. Sebagai upaya penanggulangan kenakalan

    sekolah dan guru PAI bekerjasama untuk mengantisipasi kenakalan-kenakalan

    yang lebih, yaitu dengan mengadakan jamaah sholat Dhuhur bersama, sholat

    Jumat bersama, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain disamping

    pembelajaran didalam kelas yang sifatnya membimbing ke arah

    pengetahuan.12

    11Priyanto & Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan & Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta),

    1999, hlm. 135. 12Hasil wawancara dengan Drs. H. Zamhari guru PAI SMA N 8 Semarang, di rumah beliau,

    Tanggal 03, Mei 2008 Pukul 20.00 WIB.

  • 7

    Secara geografis SMA 8 Semarang adalah salah satu sekolah Negeri

    yang ada di kota Semarang, yang berlokasi tidak jauh dari jalan pantura

    tepatnya di Jalan raya Tugu Semarang, dan mempunyai guru dan karyawan

    sekitar 80 orang. Karakteristik pokok yang ditemukan di lambaga pendidikan

    tersebut adalah penggunaan dua kurikulum sekaligus, yaitu kurikulum KBK

    dan KTSP sesuai acuan pemerintah. Dalam praktiknya pelajaran PAI

    dilaksanakan dua kali satu pertemuan dalam satu minggu oleh guru PAI yang

    berjumlah dua orang guru. Berkaitan dengan masalah penanggulangan

    kenakalan guru PAI sangatlah berperan aktif yang konsep penataan

    dilaksanakan oleh bantuan guru BK.

    Bertolak dari asumsi di atas maka penulis merasa tertarik untuk

    mengangkat tema ini ke dalam skripsi dengan judul Peran aktif Guru PAI

    dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8

    Semarang).

    B. Penegasan Istilah Formulasi judul tersebut Peran aktif Guru PAI dalam

    Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang). Ini

    masih merupakan konsep abstrak yang perlu dijabarkan dalam definisi

    operasional sehingga dapat menghindari bias pengertian dan disinterpretasi

    yang merusak konsistensi topik, sebagai berikut:

    Peran : Perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang

    yang berkedudukan dalam masyarakat.13 artinya proses

    interaksi dalam kehidupan yang dianggap penting dan

    seseorang yang bertindak sebagai sesuatu.

    Aktif : Artinya giat.14 Yaitu mampu beraksi dalam menanggapi

    sesuatu.

    Guru : Merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan

    keahlian khusus sebagai pengajar.15 Atau pendidik

    13Dep.Dik.Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Cet. II, 1994, hlm. 751.

    14Dep.Dik.Bud., Op.cit, hlm. 19.

  • 8

    profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

    membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

    mengevaluasi, peserta didik pad pendidikan usia dini jalur

    pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

    menengah.16

    PAI : Adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan

    peserta didik untuk mengenal, memehami, menghayati,

    hingga mengimani, bertaqwa, dan berahklak mulia dalam

    mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya

    kitab suci Al-quran dan Hadist, melalui kegiatan

    bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan

    pengalaman.17

    Menanggulangi : Asal kata tanggulang-menaggulangi artinya mengahadapi

    dan mengatasi (bahaya, keamanan, kenakalan remaja)18

    Kenakalan : Sifat nakal atau tingkah laku yang menyimpang dari

    norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.19

    Siswa : Atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang

    berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

    pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

    pendidikan tertentu.20

    SMA 8 Semarang : Adalah salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang

    berada di daerah semarang barat dan lokasi SMA 8

    Semarang adalah di Jalan Raya Tugu Semarang barat

    50185 Telp. 024 8664553-8661798.

    15Moh. Uzer Usman, Op.cit, hlm. 5. 16UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Departemen Pendidikan

    Nasional), 2005, hlm. 3. 17Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusat

    kurikulum Depdiknas), 2003, hlm. 7. 18Dep.Dik.Bud., Op.cit, hlm.1005. 19Ibid, hlm. 681. 20UURI, No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Jakarta: Dep. Pend. Nas.

    RI.), hlm. 6.

  • 9

    Jadi judul skripsi Peran aktif Guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan

    siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang) adalah penelitian yang mengkaji

    tentang bagaimana peran guru PAI dalam menanggulangi kenakalan Siswa,

    dan sekaligus mencari teori solusi dalam menanggulangi kenakalan siswa

    sehingga siswa SMA 8 Semarang mempunyai jiwa agama yang kuat sesuai

    dengan kaidah dan tujuan dari PAI yang diajarkan.

    C. Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang pemilihan judul di atas maka beberapa

    pokok permasalahan yang menjadi bahan pokok kajian dalam penulisan ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah tingkat kenakalan siswa SMA 8 Semarang?

    2. Bagaimanakah peran guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa

    SMA 8 Semarang?

    D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Berkaitan dengan permasalan yang peneliti angkat sebagaimana

    tersebut di atas, maka tujuan yang hendak di capai dalam penulisan skripsi ini,

    yaitu mengetahui Peran aktif Guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan

    siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang).

    Pembahasan ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan

    dan memperjelas persoalan-persoalan yang ada, serta dapat menawarkan

    perspektif dan alternatif baru yang bermanfaat bagi kajian-kajian masalah

    pendidikan selanjutnya.

    E. Kajian Pustaka Untuk menghindari kesamaan dalam bahasan terhadap skripsi yang

    pernah diteliti sebelumnya maka perlu adanya tinjauan pustaka sebagai tolak

    ukur terhadap judul yang akan dibahas nantinya.

    Buku Guru dan peserta didik dalam Interaksi Edukatif, karangan

    Syaiful Bahri Djamarah, didalamnya diterangkan bahwa tugas guru dalam

  • 10

    pendidikan adalah sebagai pembimbing luar dan dalam, dan peranan guru

    kepada siswa adalah hal yang mutlak dan wajib dimiliki oleh guru.

    Menjadi Guru Profesional, Moh. Uzer Usman, bahwa peranan guru

    adalah terciptanya tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam

    situasi tertentu dan mempunyai hubungan dengan perubahan tingkah laku dan

    perkembangannya.

    Perkembangan Peserta Didik, Karya Endang Purwanti, yang berisi

    tentang masa-masa siswa berkembang dalam segi intelektual, tingkah laku dan

    lain sebagainya. Karya Sudarsono, yang berjudul Kenakalan Remaja dalam

    bukunya tersebut beliau mengungkapkan bahwa keberadaan proses pendidikan

    dalam usaha mencari jalan yang memadai untuk mencegah, menanggulangi,

    memperbaiki kembali, dan meresosialisasikan anak-anak delinkuen.

    Disamping menggunakan kajian pustaka buku-buku tersebut penulis

    juga menggunakan penelitian lain guna gambaran yang pasti tentang

    penelitian ini, yaitu skripsi Fitri Muasyiroh mahasiswa Fakultas Tarbiyah lulus

    tahun 2006 dengan judul Urgensi Pendidikan Agama Islam untuk

    Menanggulangi Kenakalan Remaja Kecamatan Kutowinangun Kebumen,

    yang bertujan untuk mengetahui bagaimana Urgensi Pendidikan Agama Islam

    untuk menanggulangi kenakalan remaja SMK Pembangunan I Kecamatan

    Kutowinangon Kabupaten Kebumen dan langkah-langkah untuk

    menanggulangi kenakalan remaja.

    Sedangkan kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah menunjukkan

    bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai arti sangat penting bagi remaja

    khususnya anak didik yaitu sebagai pondasi yang bertujuan meningkatkan

    keimanan dan ketakwaan dan pengamalan ajaran Islam dari pesarta didik.

    Metode yang dipakai oleh pengajar di SMK Pembangunan I antara lain :

    ceramah, diskusi, Tanya jawab, demontrasi dan resitasi. Pendidikan Agama

    Islam hendaknya mewarnai kepribadian siswa. Kenyataan sehari-hari

    menunjukan bahwa peserta didik yang melakukan kenakalan sebagian tidak

    mematuhi peraturan sekolah. Bentuk-bentuk kenakalan yang ada berbentuk

  • 11

    kenakalan yang bersifat pergrup seperti tawuran, kebut-kebutan, kelompok

    memalak dan sebagainya.

    Skripsi dengan judul Upaya guru PAI dalam penanggulangan

    kenakalan anak di SMP 30 Semarang, yang dibuat oleh Ahmad gufron pada

    tahun 2005 yang bertujuan untuk mengetahui : (1) Kenakalan anak didik di

    SMP 30 Semarang; (2) Pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang; (3) Upaya

    guru PAI dalam penanggulangan kenakalan anak didik di SMP 30 Semarang.

    Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukan bahwa. (1) Kenakalan

    anak didik di SMP 30 Semarang masih dalam batas kewajaran, misalnya tidak

    masuk tanpa ijin, berbicara saat pelajaran, membaca komik, membuat

    keributan atau bertengkar, jajan di warung tidak bayar, membawa VCD, porno

    dan senjata tajam. (2) Pelaksanaan pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang

    berjalan efektif dan efisien. Bahan materi yang diajarkan selalu disesuaikan

    dengan metode dan media yang mendukung dalam pengajaran. Terbukti siswa

    sangat antusias setiap pelajaran PAI baik ketika teori maupun praktik. (3)

    Upaya yang dilakukan guru PAI dalam penanggulangan kenakalan siswa di

    SMP 30 Semarang sangat bagus. Selain guru PAI melakukan tindakan

    prefentif, kuratif, dan represif. Kondisi sekolah juga turut membantu dalam

    mencegah kenakalan tersebut. Terbukti selama ini SMP 30 Semarang tidak

    pernah mengeluarkan anak didik karena kenakalan yang dilakukan dan

    prestasi yang diperoleh oleh anak didik cukup baik melalui kegiatan intra

    maupun ekstra sekolah, ditandai dengan tropi yang dipajang pada almari kaca

    ruang tunggu.

    Sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah bagaimana peran aktif

    guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang yang

    menekankan pada bagaimana jenis kenakalan yang ada di SMA 8 Semarang

    dan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam

    menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang. Maka daripada itu

    penulis tertarik untuk mengkaji skripsi dengan judul peran aktif guru PAI

    dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang).

  • 12

    F. Metode Penelitian Metode penelitian skripsi yang digunakan sebagai berikut:

    1. Fokus penelitian

    Fokus penelitian dilakukan dengan cara menentukan satu topik, hal

    ini dilakukan karena permasalahan yang ada biasanya sangat kompleks

    sehingga tidak mungkin diteliti hanya dari sudut disiplin ilmu saja dan

    tidak mungkin diteliti hanya dari semua segi secara serentak.21

    Karena fokus penelitian diartikan sebagai titik temu atau

    spesifikasi dari suatu masalah yang dikaji, sehingga dapat lebih fokus pada

    penelitian.

    2. Pendekatan Penelitian dan sumber data

    a. Pendekatan Penelitian.

    Pendekatan yang penulis gunakan yaitu pendekatan

    fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan yang

    didasari dari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia

    diperoleh melalui hasil interpretasi objek, orang, situasi, dan peristiwa-

    peristiwa, melainkan interpretasi mereka. Arti yang diberikan oleh

    seseorang terhadap pengalamannya dan proses interpretasi sangat

    penting dan itu bisa memberi arti khusus. Jadi pandangan peneliti

    sendiri merupakan suatu konstruksi penelitian (research construct).22

    penulis dituntut untuk dapat memberikan makna atau interpretasi

    terhadap fenomena yang ditemukan di lapangan baik berupa simbol-

    simbol maupun hasil interaksi yang telah dilakukan oleh penulis secara

    langsung.

    b. Sumber data.

    Data Primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung

    dari data individu-individu yang diselidiki dan Data Sekunder adalah

    data yang ada dalam pustaka-pustaka.23

    21Syaifuddin Azwar., Metode Penelitian, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2001 hlm. 126. 22Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 64-

    65. 23S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), 1997. hlm. 23.

  • 13

    3. Metode Pengumpulan Data.

    a. Metode Observasi

    Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan

    pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan

    menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

    keperluan tersebut.24

    b. Metode Dokumentasi

    Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

    catatan, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.25 Yang berhubungan

    dengan masalah penelitian.

    c. Metode Wawancara/Interview

    Adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

    dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau

    pewancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan

    alat yang dinamakan Interview guide (panduan wawancara).26

    4. Analisis data

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis non statistik

    atau dilakukan terhadap data kualitatif, dalam hal ini penelitian kualitatif

    mengajak seseorang untuk mempelajari suatu masalah yang ingin diteliti

    secara mendasar dan mendalam sampai keakar-akarnya.27 Dan penelitian

    penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif atau penelitian yang

    berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi

    pada saat sekarang.28 Pada analisis data ini membutuhkan beberapa

    metode:

    a. Metode Diskriptif

    Metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang

    diselidiki dengan membuat deskriptif gambaran atau lukisan secara

    24Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia), 2005, hlm. 175. 25Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), 2002, hlm. 206. 26Moh. Nazir, Op.cit hlm. 193. 27Margono, Op.cit, hlm. 190. 28Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru),

    1989, hlm. 64.

  • 14

    sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

    hubungan antara fenomena yang diselidiki. yaitu siswa, guru, proses

    belajar mengajar, di SMA 8 Semarang.

    b. Metode deduktif

    Metode deduktif adalah metode pembahasan dengan

    menggunakan pola pikir yang berangkat dari pengetahuan yang

    sifatnya umum, kepada penilaian yang bersifat khusus.29

    c. Metode Induktif

    Dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis dan

    obyektif melalui observasi, wawancara dan dokumentasi akan diolah

    dan dianalisis sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, yaitu

    secara induktif.30 Yaitu pengambilan keputusan dengan menggunakan

    pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus

    kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum.31

    29Saifudin Azwar, Op.cit., hlm. 7. 30Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 1998),

    hlm. 114. 31Saifudin Azwar , Op.cit., hlm. 7.

  • 15

  • 16

    G. Sistematika Penulisan Skripsi Sebelum penulis menguraikan dan menuangkan permasalahan sesuai

    dengan judul skripsi, maka terlebih dahulu penulis akan menguraikanya dalam

    sistematika pembahasan. Hal ini agar pembaca lebih mudah dalam memahami

    isi skripsi.

    Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis membagi dalam tiga

    bagian yaitu bagian muka yang berisi Halaman Sampul, Halaman Judul,

    Halaman Nota Pembimbing, Halaman Pengesahan dan Halaman Motto.

    Halaman Kata Pengantar Dan Daftar Isi, selanjutnya diikuti oleh Bab Pertama.

    Bab I : Pendahuluan

    Pada Bab ini dijelaskan mengenai Latar Belakang Masalah ,

    Penegasan Istilah, Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian,

    Telaah Pustaka, Metodologi Penelitian.

    Bab II : Tinjauan tentang guru PAI dan kenakalan siswa

    Pada Bab Kedua, diuraikan tentang Pengertian guru PAI, Peran dan

    tugas guru PAI, Tujuan PAI, dan Pelaksanaan PAI. Selanjutnya akan

    diuraikan tentang kenakalan siswa meliputi, Pengertian kenakalan siswa, arti

    pertumbuhan dan perkembangan, faktor penyebab kenakalan siswa, tipe-tipe

    kenakalan siswa. Kemudian adalah tentang peranan pendidikan agama islam

  • 17

    untuk menanggulangi kenakalan siswa meliputi, Arti penting Pendidikan

    Agama Islam disekolah, Peran guru PAI untuk mensiasati kekurangan jam

    pelajaran Agama Islam disekolah.

    Bab III : Laporan Hasil Penelitian

    Pada Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi

    gambaran umum mengenai SMA 8 Semarang dan yang kedua akan dibahas

    data khusus tentang perilaku-perilaku menyimpang di SMA 8 Semarang.

    Bab IV : Analisis Data

    Pada Bab ini diuraikan tentang data kualitatif sebagai data analisis

    tentang Peran aktif Guru PAI dalam menanggulagi kenakalan siswa dan

    langkah-langkah yang ditempuh dalam menanggulagi kenakalan siswa SMA 8

    Semarang.

    Bab V : Penutup

    Bab ini merupakan bab penutup skripsi yang meliputi : Kesimpulan,

    Saran dan Penutup .

  • 18

    DAFTAR PUSTAKA

    Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA,

    (Jakarta: Pusat kurikulum Depdiknas), 2003.

    Dep.Dik.Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Cet.

    II, 1994.

    Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta didik, (Malang:

    UMM), 2002.

    Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2001.

    Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda

    Karya, 1998).

    Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia), 2005.

    Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya), 2000.

    Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Fifamas), 2003.

    Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung :

    Sinar Baru), 1989.

    Pius A Partanto & M. dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:

    Arkola), 1994.

    Priyanto & Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan & Konseling, (Jakarta:

    Rineka Cipta), 1999.

    S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta),

    1997.

    Skripsi Indri Kumala Nosution, Stress Pada Remaja, (Medan: Fakultas

    Kedokteran Universitas Sumatra Utara), 2007.

    Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia,

    2002).

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), 2002.

    Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik, (Jakarta: Asdi

    Mahasatya), 2006.

    Syaifuddin Azwar.,Metode Penelitian,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2001.

  • 19

    UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Departemen

    Pendidikan Nasional), 2005.

    UURI, No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Jakarta:

    Dep. Pend. Nas. RI.).

  • 15

    BAB II

    GURU PAI DAN KENAKALAN SISWA

    A. Gambaran Umum guru PAI. Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk

    watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang

    diinginkan. Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang

    lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat

    Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam

    proses pembelajaran berkembang amat cepat.

    Kinerja guru pada dasarnya menyangkut seluruh aktifitas yang

    dilakukannya dalam mengemban amanat dan tanggung jawabnya dalam

    mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu siswa dalam

    mencapai tingkat kedewasaan atau kematangannya. Seorang pendidik yang

    profesional tentunya akan memiliki kebanggaan yang besar terhadap

    pekerjaan yang ia geluti dan kemampuan yang dimilikinya, yang mendasari

    keputusannya dalam pekerjaan profesionalnya tersebut.

    Profesionalitas seorang guru tentunya dituntut oleh beberapa pihak

    yang selalu mendukung keberadaan guru. Seorang pendidik atau guru agama

    yang profesional adalah pendidik yang memiliki suatu kemampuan dan

    keahlian dalam bidang kependidikan keagamaan sehingga mampu untuk

    melakukan tugas, peran, dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan

    yang maksimal.1

    Berarti guru dalam praktiknya dituntut untuk melaksanakan tugasnya

    secara maksimal sehingga profesionalitas seorang guru dapat tercapai, tidak

    lain figur guru PAI yang senantiasa menanamkan kepribadian peserta didik

    menuju kepribadian jiwa Islami haruslah menjadi guru yang profesional baik

    dalam rangka pembelajaran ataupun praktik keseharian di sekolah maupun

    luar sekolah.

    1Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan agama Islam, (Jakarta: CV misaka galiza),

    2003 hlm. 85-86.

  • 16

    1. Pengertian guru PAI.

    Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan.

    Ia merupakan ujung tombak, proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh

    bagaimana siswa memandang guru mereka.2 guru yang ideal dan

    bermutulah yang menjadi berhasil atau tidaknya proses belajar.

    Tentunya pelajaran atau kurikulum ditujukan untuk pemahaman siswa,

    begitu juga pada pelajaran PAI desain utama yang ditentukan juga tidak

    terlepas dari tujuan pendidikan yang mengarah pada pada ranah Afektif,

    kognitif, dan psikomotor. Karena PAI merupakan pelajaran yang wajib di

    ikuti oleh siswa maka tuntutan seorang guru dalam pelaksanaan

    pelajarannya adalah kompetensi yaitu mengarah pada tiga ranah

    pendidikan tesebut.

    Pengertian akan guru PAI secara singkat adalah pendidik yang

    mengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam. Pengertian di atas

    merupakan pengertian yang tidak lepas dari pengertian guru secara umum

    yang tertera pada undang-undang guru dan dosen yaitu:

    guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah.3

    Bagi guru PAI tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan

    merupakan amanat yang diterima oleh guru untuk memangku jabatan

    sebagai guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung

    jawab.4 Sesuai dengan isi ayat al-Quran yang menjelaskan bahwa

    kewajiban menyampaikan amanat seseorang guru terhadap murid atau

    seorang yang berhak menerima pelajaran. Hak tersebut dijelaskan dalam

    Surat al-Nisa: 4 : 58

    2Jamaludin, Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta: Depag. Pusat), 2002, hlm. 36. 3UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Departemen Pendidikan Nasional:

    Jakarta), 2005, hlm. 3. 4Ahmad Tafsir, Metodologi pengajaran Agama Islam, ( Bandung: Remaja Rosdarika),

    2003. hlm. 4.

  • 17

    Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

    menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menerapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat.5

    Jadi tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa segala

    tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas

    pertimbangan profesional (professional judgment) secara tepat.6

    Profesionalisme guru selalu menjadi tuntutan bagi setiap elemen yang

    berhubungan dengan guru tersebut, seperti sekolah, murid, orang tua dan

    masyarakat, karena guru profesional adalah guru yang mengenal tentang

    dirinya, yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi

    peserta didik untuk atau dalam belajar.7

    Berarti pengertian akan guru PAI merupakan satuan dari berbagai

    sumber yang mengarahkan pada sifat guru, tugas dan kewajiban guru

    sampai pada tingkat profesionalitas guru.

    2. Kompetensi guru PAI.

    Kompetensi atau kemampuan seorang guru dalam pengembangan

    pemahaman peserta didik harus dimiliki dan diketahui oleh setiap

    pendidik. Karena dengan kecakapan akan pemahaman bagaimana guru

    mengajarkan paham ilmu yang diajarkan maka, pembelajaran akan dapat

    dilaksanakan dengan maksimal. Sesuai dengan isi kandungan

    pembelajaran PAI, PAI dalam praktiknya menuntut guru untuk dapat

    mengerti betul tentang bagaimana seorang pendidik dalam

    mengaplikasikan mata pelajarannya.

    Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi

    Akademik dan kompetensi guru. Maka seorang pendidik mata pelajaran

    5Dep. Agama RI., Al-quran dan terjemah, (Jakarta: Dep. Agama RI), 2000, 88. 6Ahmad Tafsir, Op.Cit, hlm. 4. 7Kunandar, Menjadi guru professional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 2007, hlm. 48.

  • 18

    dan jenjang pendidikan apapun harus memiliki standar kualifikasi

    akademik dan kompetensi guru. Dalam hal ini guru PAI pada jenjang

    SMA harus mempunyai kualifikasi akademik pendidikan minimum

    diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) progam studi yang sesuai dengan

    mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi

    yang terakreditasi. Sedangkan kompetensi guru dikembangkan secara utuh

    dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,

    sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintergrasi dalam

    kinerja guru.8

    Dalam peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan

    kompetensi guru juga disebutkan bahwa kompetensi guru mata pelajaran

    agama Islam adalah:

    1. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu

    yang relevan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam.

    2. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang

    relevan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam.9

    Berarti kompetensi seorang guru tidak hanya dimiliki guru yang

    notabene pengajar pelajaran selain agama Islam, namun guru PAI harus

    memiliki kompetensi yang mendasar sebagai bahan acuan dan rujukan

    bahwa guru PAI dalam interaksi belajarnya mampu memberikan

    pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan tentang agama Islam.

    Tentunya kompetensi tersebut haruslah bersumber dari empat kompetensi

    utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

    Yang langsung dipraktikkan dalam proses belajar mengajar oleh guru PAI.

    3. Peran dan Tugas guru PAI.

    Unsur inti yang sangat esensial dalam pendidikan adalah pendidik

    (guru) dan peserta didik (siswa) yang paling berinteraksi dalam situasi

    pedagogis untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kedua unsur itu yaitu

    8Lihat peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru,

    hlm. 3-5 dwonload dari http://www.puskur.net/inc/si/42Permen_16_2007_Stdr-Guru.pdf, Rabu, 11 Juni 2008 pukul 15.30. WIB

    9http://www.puskur.net/inc/si/42Permen_16_2007_Stdr-Guru.pdf, Ibid, hlm. 23.

  • 19

    guru dan siswa tidak ada yang namanya pendidikan guru berperilaku

    mengajar dan siswa berperilaku belajar melalui interaksi edukatif dalam

    suasana pendidikan. guru yang berilaku mengajar secara professional dan

    efektif akan menghasilkan perilaku belajar yang efektif dan pada giliranya

    akan menghasilkan keluaran (hasil belajar) yang bermutu.10

    Tentunya untuk menghasilkan peserta didik yang bermutu peran guru

    dalam penanaman, pemahaman, dan pelaksanaan ilmu pengetahuan

    sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini, guru mata pelajaran PAI juga

    mempunyai beberapa peran yang signifikan tentunya, baik dalam lingkup

    sekolah maupun luar sekolah, karena pembentukan karakter siswa salah

    satunya adalah guru dan peran guru didalamnya turut membangun agar

    tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan kualitas pendidikan

    semaksimal mungkin.

    Secara umum peran serta guru dalam kaitan dengan mutu pendidikan

    sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat dimensi yaitu guru sebagai

    pribadi, guru sebagai unsur keluarga, guru sebagai unsur pendidikan, guru

    sebagai unsur masyarakat.11

    Guru sebagai pribadi, kinerja peran guru dalam kaitan dengan mutu

    pendidikan tentunya harus dimulai dari dirinya sendiri. Sebagai pribadi,

    guru mempunyai perwujudan diri dengan dengan seluruh karakteristik

    yang dimiliki oleh guru sebagai pendidik. Karena kepribadian merupakan

    landasan utama bagi guru. Hal ini mengandung makna bahwa seorang

    guru harus mampu mewujudkan pribadi yang efektif untuk dapat

    melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai guru. Dan guru PAI

    dalam praktiknya harus bisa menjadi suri tauladan yang baik. Apalagi

    dalam kehidupan kesehariannya guru PAI harus berfungsi sebagai pribadi

    yang bisa memberikan keteladanan khususnya interaksi dalam sekolah.

    Karena, perkataan atau ucapan akan tidak ada artinya jika tidak

    10Mohamad Surya, Percikan Perjuangan Guru, (Bandung: Pustaka Bani Quraysi), 2006,

    hlm. 23. 11Ibid, hlm. 45.

  • 20

    diaplikasikan dalam bentuk tingkah laku, karena yang ditangkap anak

    didik adalah seluruh kepribadianya.12

    Peran guru dikeluarga, dalam kaitan dengan keluarga, guru merupakan

    unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau istri), sebagai anak, dan

    sebagai pendidik dalam keluarga. Hal ini mengandung makna bahwa guru

    sebagai unsur keluarga berperan untuk membangun keluarga yang kokoh

    sehingga menjadi fondasi bagi kinerjanya dalam melaksanakan fungsi

    guru sebagai unsur pendidikan, khususnya dalam keluarga.

    Peran guru disekolah, dalam keseluruhan kegiatan pendidikan

    ditingkat operasional. Peran guru dalam sekolah menjadi acuan penentu

    keberhasilan pendidikan. PAI yang merupakan kurikulum keberagamaan

    di sekolah sudah menjadi kewajiban baginya untuk membentuk

    kompetensi siswa, dalam hal ini peranan guru PAI dilingkungan sekolah

    harus mempunyai acuan peran guru sebagai mana mestinya. Yaitu, guru

    sebagai sumber belajar, sebagai fasilitator, pengelola, pembimbing, dan

    motifator.

    1. Sebagai sumber belajar, guru sebagai sumber belajar berkaitan erat

    dengan penguasaan materi pelajaran, dikatakan guru yang baik

    manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga

    benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya.

    2. Guru sebagai fasilitator, guru dalam hal ini berperan dalam

    memberikan pelayanan uantuk memudahakan siswa dalam kegiatan

    pembelajaran.

    3. Guru sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim

    belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.

    Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar

    tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.

    4. Guru sebagai Demonstator, bahwa guru dalam hal ini mempunyai

    peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat

    12Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2004, hlm. 187.

  • 21

    membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang

    disampaikan.

    5. Guru sebagai Pembimbing, guru dituntut untuk menjaga,

    mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang

    sesuai dengan potensi, minat, dan bakatnya.

    6. Guru sebagai Motivator, dalam proses pembelajaran motivasi

    merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Jadi, guru

    diharuskan untuk memberikan dorongan yang bersifat positif.

    7. Guru sebagai Evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau

    informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.13

    Beberapa peran guru diatas adalah cara pengoptimalan peran guru

    terhadap proses pembelajaran, tentunya guru PAI dalam proses

    pembelajaran memiliki peran yang sama. Namun demikian, perbedaan

    materi dan kajian yang sedikit membedakan karena kompetensi yang

    dituju PAI adalah kompetensi keberagamaan peserta didik.

    Peran guru di masyarakat, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

    dan bernegara secara keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai

    anggota, agen, dan pendidik masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru

    berperan sebagai teladan bagi masyarakat disekitarnya baik kehidupan

    pribadinya maupun kehidupan keluarganya.14 Melihat fenomena tersebut

    guru PAI dalam kehidupan bermasyarakat akan lebih berperan. Karena

    pribadi yang mengarah pada jiwa beragama dituntut menjadi guru pribadi

    dan kelompoknya, peran serta penanaman keberagamaan Islami akan

    menjadi hal yang konkrit sebagai kewajiban guru PAI dalam interaksi

    kehidupan dimasyarakat.

    Selain mempunyai beberapa peran tersebut guru PAI juga mempunyai

    tugas yang harus dilakukan untuk pengembangan mutu pendidikan peserta

    didik. Dalam segala aspek guru digolongkan mempunyai tiga komponen

    13Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta; Kencana Prenada media group), 2007,

    hlm. 21-32. 14Mohamad Surya, Op.Cit, hlm. 46-47.

  • 22

    penting. Yakni, tugas dalam profesi, tugas dalam kemanusiaan, dan tugas

    dalam bidang kemasyarakatan.

    Tugas guru dalam profesi, meliputi mendidik, megajar, dan melatih.

    Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.

    Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

    teknologi. Sedangkan, melatih berarti mengembangkan ketrampilan-

    ketrampilan pada siswa.

    Tugas guru dalam bidang kemanusiaan, di sekolah harus dapat

    menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua, ia harus mampu menarik

    simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang

    diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.

    Tugas dalam masyarakat, masyarakat menempatkan guru pada tempat

    yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru

    diharapkan masyrakat dapat menimba ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa

    guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia

    Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.15

    Peran dan tugas guru tidak hanya terbatas dalam masyarakat saja akan

    tetapi pada hakikatnya guru merupakan komponen strategis yang memiliki

    peran penting dalam menentukan kemajuan bangsa. Terlebih, guru PAI

    penanaman keberagamaan sesuai dengan nilai-nilai luhur Al-quran

    senantiasa menjadi peran dan tugas guru PAI untuk mengaplikasikan baik

    dari pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.

    4. Tujuan PAI.

    PAI merupakan nama yang diberikan pada salah satu subjek pelajaran

    yang harus dipelajari oleh siswa muslim. Ia merupakan bagian tak

    terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan alat untuk

    mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan. Karena itu,

    subjek ini diharapkan dapat memberikan keseimbangan dalam kehidupan

    anak kelak, yakni manusia yang memiliki kualifikasi tertentu, tetapi tidak

    terlepas dari nilai-nilai agama. Dengan kata lain, ia merupakan salah satu

    15Moh. Uzer Usman, Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2006, hlm. 6-7.

  • 23

    subjek pelajaran yang bersama-sama dengan subjek studi yang lain,

    dimaksudkan untuk memnbentuk manusia yang utuh. Dengan demikian,

    tujuan utama dari PAI adalah untuk memberikan corak Islam pada sosok

    lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tujuan tersebut dapat

    dicapai dengan memberikan materi atau pengalaman yang berisi ajaran

    agama Islam, yang umumnya sudah tersusun secara sistematis dalam ilmu-

    ilmu keIslaman.16

    Pengertian akan PAI pada sekolah umum bertujuan meningkatkan

    keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap

    ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa

    kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan PAI ini mendukung dan

    menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan

    oleh pasal 3 bab II Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tantang Sistem

    Pendidikan Nasional. Tujuan umum PAI ini tereabolasi untuk masing-

    masing satuan pendidikan dan jenjangnya, dan kemudian dijabarkan

    menjadi kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.17

    Sedangkan tujuan PAI dalam lingkup SMA yang sesuai dengan

    peraturan pemerintah tentang Standar kompetensi dan kompetensi dasar

    tingkat SMA merupakan pelajaran agama yang mempunyai tujuan: 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

    pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

    serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi

    manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

    kepada Allah SWT.

    2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak

    mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,

    produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga

    16Muntholiah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati), 2002,

    hlm. XII-XIV. 17Departemen Agama, Pedoman Pendidikan Agama Islam untuk sekolah umum, (Jakarta:

    Departemen Agama), 2004, hlm. 4.

  • 24

    keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya

    agama dalam komunitas sekolah.18

    Disebutkan juga dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA

    & MA, bahwa tujuan PAI SMA adalah untuk menumbuhkan dan

    meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

    penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama

    Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam

    hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia

    dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta

    untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.19

    5. Pelaksanaan PAI.

    PAI adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama islam,

    yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya

    setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan

    mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara

    menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu

    pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia

    maupun di akhirat kelak.20

    Pelaksanaan PAI sendiri dilaksanakan pada lembaga sekolah negeri

    maupun swasta dari tingkatan sekolah dasar hingga sekolah menengah

    atas.

    Menurut sejarah perkembangannya pelaksanaan PAI pada sekolah

    adalah pada saat pemerintahan Indonesia mulai membentuk tatanan

    pendidikan Negara, dan pelaksanaannya yaitu sebagai tindak lanjut dari

    peraturan bersama menteri PP&K dan menteri agama, pada tanggal 16 Juli

    1961 dibentuk panitia perancana PAI disekolah-sekolah Negeri yang

    berkedudukan di Yogyakarta dalam rangka menyusun rencana pelajaran

    18Lihat Standar kompetensi dasar tingkat SMA, hlm. 2, dwonload

    http://yplhc.org/download/PP_19_THN_2005_SPN.pdf, Rabu, 11 Juni 2008 pukul 15.30. WIB 19Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusat

    kurikulum Depdiknas), 2003, hlm. 8. 20Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 2000, hlm. 86.

  • 25

    Agama Islam di SR kurikulum pelajaran Agama Islam (Sekolah Rakyat).

    Dan pada akhir Juli 1951 panitia berhasil menyusun pedoman minimum

    PAI di SR Negeri. Menurut pedoman tersebut pembagian pelajaran untuk

    berbagai kelas dalam satu tahun adalah 160 jam (40 x 4 jam). Dan

    dilaksanakan dimasing-masing sekolah sesuai jadwal pelaksanaan

    pelajaran pendidikan agama Islam.21

    B. Kenakalan siswa. Pembelajaran didalam kelas merupakan proses belajar mengajar yang

    dilakukan oleh guru dan peserta didik. Interaksi edukatif senantiasa dikemas

    secara rapi oleh pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan, dan hasil dari

    belajar tersebut bisa langsung diamati bahwa pendidikan yang dilaksanakan

    berhasil atau tidak.

    Peserta didik atau siswa memiliki karakter berbeda-beda hal ini

    muncul karena mereka berasal dari lingkungan yang berbeda-beda.

    Lingkungan itulah yang membentuk pribadi siswa itu sendiri. Perilaku siswa

    dapat dinilai dan diamati dalam hubungan dengan teman, guru, dan lain

    sebagainya, dikatakan menyimpang apabila siswa melakukan hal-hal yang

    tidak sesuai dengan peraturan yaitu peraturan sekolah. Dan, dikatakan baik

    apabila siswa melaksanakan peraturan sebagaimana mestinya. Untuk menjadi

    siswa yang baik peran guru sebagai pengajar dan pendidik sangatlah

    dibutuhkan. Jadi pedoman awal bagi para guru adalah bagaimana membentuk

    pribadi siswa yang baik dan tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam

    bentuk apapun didalam ataupun luar sekolah.

    1. Pengertian kenakalan

    Kenakalan berasal dari kata nakal yang berarti kurang baik (tidak

    menurut, mengganggu dan sebagainya) terutama pada anak-anak.22

    Menurut Sudarsono sebagaimana mengutip pendapat Bimo Walgito

    memberikan pengertian tentang kenakalan anak sebagai berikut :Tiap

    21Ibid, hlm. 19. 22Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka), 2002 edisi III cet. 2

    hlm. 971.

  • 26

    perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka

    perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang

    melawan hukum, yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja.23

    Yaitu kenakalan anak adalah suatu contoh perilaku yang ditunjukan oleh

    remaja di bawah usia 18 tahun dan perbuatan tersebut melanggar aturan,

    yang dianggap berlebihan dan berlawanan dengan norma masyarakat.

    Maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan merupakan perilaku yang

    berupa penyimpangan atau pelanggaran pada norma yang berlaku. Ditinjau

    dari segi hukum kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang

    belum bisa dikenali hukum pidana sehubungan dengan usianya.24

    Kenakalan siswa pada usia remaja dapat diidentifikasi lewat pelanggaran-

    pelanggaran yang dilakukan yang secara alami. Pada masa perkembangan

    menuju dewasa inilah siswa remaja mempunyai daya kuat untuk

    melakukan perlawanan-perlawanan terhadap peraturan yang ada.

    Membahas perilaku menyimpang sebenarnya tidak dapat melepaskan

    diri dari perilaku yang dianggap normal dan sempurna yang dapat diterima

    oleh masyarakat umum sesuai dengan pola kelompok masyarakat setempat

    dan cocok dengan norma sosial yang berlaku pada saat dan di tempat

    tertentu. Sehingga permasalahan perilaku menyimpang berbatas waktu dan

    tempat.

    Sedang predikat pribadi yang normal yaitu menampilkan diri secara

    sempurna, ideal, berada dalam skor rata-rata secara statistik, tanpa adanya

    sindrom-sindrom medis adekuat (serasi dan tepat). Sehingga secara umum

    bisa diterima oleh kelompok sosial yang berlaku. Pribadi normal

    mempunyai ciri: relatif dekat dengan integrasi jasmani dan rohani yang

    ideal. Kehidupan psikisnya relatif stabil, tidak banyak memendam konflik

    batin dan tidak berkonflik dengan lingkungan. Batinya tenang seimbang,

    badanya selalu merasa kuat serta sehat. Sedangkan predikat Abnormal

    diterjemahkan dalam pengertian sosiologis yang dapat dijelaskan sebagai

    23Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta), 2004, cet. 4 hlm. 11. 24Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: Universitas

    Muhammadiyah Malang), 2002, hlm. 139.

  • 27

    berikut: Sosiopatik, yaitu perilaku menyimpang secara sosial, tidak

    mampu menyesuaikan diri, tingkah lakunya tidak dapat diterima oleh

    umum, dan tidak sesuai norma-norma sosial yang berlaku.25

    Kenakalan juga mempunyai arti semacam "seruan pemberontakan"

    terhadap gaya belajar tertentu yang dipaksakan. Karena peserta didik

    menganggap gaya belajar yang diterapkan kepadanya tidak sesuai dengan

    gaya belajar alamiah mereka.26 Artinya, sistem yang disajikan oleh

    peraturan yang ada dalam lingkup sekolah tidak mampu memberikan

    kenyamanan dalam interaksi dalam kehidupan kesehariannya di sekolah.

    Dari beberapa pengertian diatas dapat sedikit penulis simpulkan bahwa

    kenakalan adalah pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik dan

    mengarah pada penyimpangan perilaku sewajarnya baik dalam kelas

    ataupun luar kelas, dan pelanggaran tersebut adalah pelanggaran pada

    peraturan yang sudah ada.

    2. Arti Pertumbuhan dan perkembangan.

    Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu,

    yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah

    pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses ini

    berlangsung secara interdepensi, artinya saling bergantung satu sama lain.

    Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara

    pilah berdiri sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih

    memperjelas penggunaanya.

    Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang

    menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan

    adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan

    fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat,

    dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan

    sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan

    jasmaniah) yang herediter dalam bentuk aktif secara berkesinambungan.

    25Ibid, hlm. 140. 26www.sumardiono.com/index.php, Kamis, 29 Mei 2008 Pukul 10.30 WIB.

  • 28

    Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran

    kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatanya. Begitu pula

    pertumbuhan akar mencakup perubahan yang makin sempurna tentang

    sistem jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya.

    Dengan demikian, pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses

    perubahan dan proses pematangan fisik.27

    Perkembangan merupakan proses perubahan yang dialami anak untuk

    mencapai kedewasaan yang diharapkan, perkembangan pada anak akan

    mengalami tahapan-tahapan tertentu, dan setiap tahapan selalu memiliki

    ciri yang khusus dan berbeda dengan tahapan lainnya, sehingga

    pemahaman terhadap tahapan perkembangan yang dialami siswa dengan

    berbagai sifat-sifatnya yang unik tersebut akan memberikan bekal kepada

    guru sebagai pengajar uantuk menyesuaikan cara mengajar, pemilihan

    materi, pemilihan sumber belajar, ataupun pemilihan metode pembelajaran

    yang tepat.28

    3. Faktor penyebab kenakalan siswa.

    Problem yang muncul pada kehidupan remaja dalam lingkungan

    sekolah seringkali termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam

    menghadapi pelajaran di sekolah, baik dalam tulisan maupun penyelesaian

    tugas. Kesulitan semacam ini bukan timbul semata-mata karena reaksi

    spontan terhadap suatu keadaan, tetapi biasanya merupakan akibat dari

    satu rangkaian peristiwa yang sudah berlangsung lama atau berlarut-larut.

    Remaja yang mengalami problem disekolah pada umumnya

    mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran

    dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian timbul

    sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan seperti membolos,

    melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi, dan sebagainya. Hal ini

    dapat dilihat dari berbagai dimensi penyenebab yaitu faktor-faktor

    diantaranya adalah:

    27Sunarto & B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya), 2006, hlm. 34-35.

    28Endang Poerwanti & Nur Widodo, Opcit, hlm. 17.

  • 29

    Kurang adanya kematangan fisik, mental dan emosi sesuai dengan teman

    sebaya dan harapan sosial.

    1) Adanya hambatan fisik atau kelainan organisme, baik pendengaran,

    penglihatan, cacat tubuh dan sebagainya.

    2) Kemauan yang kurang atau justru terlalu tinggi.

    3) Adanya hambatan atau gangguan emosi akibat tekanan dari orang

    dewasa khususnya guru sebagai pendidik di sekolah.29

    Sedangkan menurut Zakiah darajat penyebab terjadinya kemorosotan

    moral (akhlak) yang nantinya akan berakibat pada kenakalan siswa. adalah

    sebagai berikut;

    1) Kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap orang dalam masyarakat.

    2) Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi

    maupun sosial politik.

    3) Pendidikan moral yang tidak terlaksana menuurt semestinya, baik di

    sekolah, keluarga, maupun dalam masyarakat luas.

    4) Suasana rumah tangga siswa yang kurang baik adan harmonis.

    5) Diperkenankanya secara popular obat-obatan dan alat anti hamil secara

    lebih luas dan terbuka.

    6) Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-

    kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar, dan tuntutan moral

    yang seimbang dengan pembentukan karakter siswa.

    7) Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu terluang dengan cara

    yang lebih baik dan membawa kepada pembinaan moral.

    8) Tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan

    bagi siswa dalam mendukung terwujudnya peningkatan moral siswa.30

    Dari keterangan diatas berarti penyebab munculnya kenakalan

    bersumber dari berbagai faktor yang berhubungan dengan peserta didik

    baik berasal dari faktor dalam ataupun luar siswa.

    29Ibid, hlm. 134. 30Mukhtar, Op.Cit, hlm. 74.

  • 30

    4. Tipe-tipe kenakalan siswa.

    Pelanggaran pada peraturan sekolah adalah dalam rangka penolakan

    atau rasa tidak nyaman siswa karena berbagai sebab dari bosan, tidak suka,

    bahkan benci akan peraturan tersebut menjadiakan tindakan pelanggaran

    itu dilakukan oleh siswa. Kenakalan-kenakalan tersebut tentunya

    mempunyai beberapa tipe. Kenakalan pada usia remaja tidak pernah

    berlangsung dalam isolasi sosial dan tidak berproses pada ruangan fakum.

    Tetapi, selalu langsung dalam kontak antar personal dan dalam konteks

    sosio kultural, karena itu perilaku menyimpang dapat bersifat fisiologis

    atau dapat pula psikis interpersonal, antar personal dan kultural, sehingga

    perilaku menyimpang atau kenakalan remaja dapat dibagi menjadi empat

    kelompok besar yaitu:

    1. Delikuensi Individual adalah perilaku menyimpang yang berupa

    tingkah laku kriminal yang merupakan ciri khas jahat yang

    disebabkan oleh prodisposisi dan kecenderungan penyimpangan

    tingkah laku psikopat, neorotis, dan anti sosial. Penyimpangan perilaku

    ini dapat diperhebat dengan stimuli sosial yang buruk, teman bergaul

    yang tidak tepat dan kondisi kultural yang kurang menguntungkan.

    Perilaku menyimpang pada tipe ini seringkali bersifat simptomatik

    karena muncul dengan disertai banyaknya konflik-konflik intra psikis

    yang bersifat kronis dan disintegrasi.

    2. Delikuensi Situasional adalah bentuk penyimpangan perilaku tipe ini

    pada umumnya dilakukan oleh anak-anak dalam klasifikasi normal

    yang banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik

    situasi yang berupa stimuli sosial maupun kekuatan tekanan

    lingkungan teman sebaya yang semuanya memberikan pengaruh yang

    menekan dan memaksa pada pembentukan perilaku menyimpang.

    Penyimpangan perilaku dalam bentuk ini seringkali muncul sebagi

    akibat transformasi kondisi psikologis dan reaksi terhadap pengaruh

    eksternal yang bersifat memaksa.

  • 31

    3. Delikuensi Sistematik yaitu perbuatan menyimpang dan kriminal pada

    anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku menyimpang

    yang disistematisir, dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya

    yang berperilaku seragam yaitu dalam melakukan kenakanalan atau

    penyimpangan. Dorongan berperilaku pada kelompok remaja terutama

    muncul pada saat kelompok remaja ini dalam kondisi tidak sadar atau

    setengah sadar, karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang

    tidak terawasi oleh kontrol diri dan kontrol sosial.

    4. Delinkuensi Komulatif pada hakikatnya bentuk delikuensi ini

    merupakan produk dari konflik budaya yang merupakan hasil dari

    banyak konflik kultural yang kontroversial dalam iklim yang penuh

    konflik. Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri utama yaitu:

    a) Mengandung banyak demensi keteganan syaraf, kegelisahan batin,

    dan keresahan hati pada remaja, yang kemudian disalurkan dan

    dikompensasikan secara negatif pada tindak kejahatan dan agresif

    tak terkendali.

    b) Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan

    dan kewibawaan orang dewasa yang dirasa berlebihan. Untuk

    dapat menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar

    norma sosial dan hukum. c) Diketemukan adanya bahaya penyimpangan seksual yang disebab

    oleh penundaan usia perkawinan, jauh sesudah kematangan

    biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontrol diri yang kuat, hal

    ini bisa terjadi karena sulitnya lapangan ataupun sebab-sebab yang

    lain.31

    Beberapa pengertian diatas adalah bentuk kenakalan yang selalu

    melingkupi dalam kenakalan siswa. Pada usia menuju dewasa inilah

    (remaja) siswa mulai merasa mampu untuk memberontak pada peraturan

    yang mengikat mereka terutama di lingkungan sekolah. Dan melakukan

    penyimpangan perilaku.

    31Endang Poerwanti & Nur Widodo, Op.Cit, hlm.141-143.

  • 32

    C. Peranan guru PAI dalam menanggulagi kenakalan siswa. Secara histories, filosofis maupun konstitusi status PAI di

    Indonesia sangat mapan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem

    pendidikan nasional. Dilihat secara khusus dari tujuan, yang merupakan

    penentu arah dan gerak operasionalnya, maka jelas bahwa tujuan PAI adalah

    mengkonkritkan yang masih abstrak karena memang abstraksi dari iman

    dan taqwa menurut agama yang diakui di Indosesia.

    Dengan demikian semakin jelas bahwa PAI merupakan sub sistem

    pendidikan nasional, yang konsekuensinya adalah bahwa tanpa sistem PAI,

    maka sistem pendidikan nasional belum lengkap, karena merupakan wadah

    tumpuan utama bagi mayoritas warga negara.32

    Melihat kenyataan bahwa PAI pada sekolah umum bertujuan

    meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta

    didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman

    dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam pribadi dan

    masyarakat, berbangsa dan bernegara.33 Guru PAI harus mempunyai

    kompetensi yang seimbang atas apa yang diajarkannya. Karena peranan guru

    PAI dalam praktiknya tidak hanya memberikan pemahaman terhadap peserta

    didik saja. Akan tetapi, pembentukan perilaku yang baik menjadi salah tujuan

    kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.

    Disamping itu guru agama sebagai pengemban amanah pembelajaran

    PAI haruslah orang yang memiliki pribadi yang soleh. Hal ini merupakan

    kosekuensi logis karena dialah yang akan mencetak anak didiknya menjadi

    anak saleh. Menurut Al-Ghazali, seorang guru agama sebagai penyampai

    ilmu, semestinya dapat menggetarkan jiwa atau hati murid-muridnya sehingga

    semakin dekat kepada Allah SWT dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah

    dibumi ini. Semua itu tercermin melalui peranannya dalam sebuah proses

    pembelajaran.34

    32Muntholiah, Op.Cit, hlm. 15. 33Ibid, hlm. 19. 34Mukhtar, Op.Cit. hlm. 93.

  • 33

    Peranan guru PAI dalam pembentukan akhlak merupakan kewajiban

    sebagai seorang guru agama, oleh karena itu agar tidak terjadi pelanggaran

    yang akan terjadi dan berakibat munculnya kenakalan siswa, guru PAI

    haruslah mempunyai jiwa Pembimbing, model (uswah), dan penasihat.

    Peran pendidik sebagai pembimbing, peran ini sangat berkaitan

    dengan praktik keseharian. Artinya perlakuan pendidik terhadap siswanya

    sama dengan perlakuan yang diberikan orang tua di rumah terhadap anak-

    anaknya, yaitu harus respek, kasih sayang dan perlindungan. Tidak boleh ada

    seorang siswa pun yang merasa dendam, iri, benci, terpaksa, tersinggung,

    marah, dipermalukan, atau sejenisnya yang disebabkab perlakuan

    pendidiknya. Dengan demikian, siswa merasa senang dan familiar untuk

    sama-sama menerima pelajaran dari pendidiknya tanpa ada paksaan, tekanan,

    dan sejenisnya.

    Peranan pendidik sebagai model (uswah), Dalam aktivitas dan proses

    pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam, proses

    pembelajaran yang berlangsung dikelas ataupun diluar kelas memberikan

    kesan segalanya berbicara terhadap siswa. Dengan demikian, tutur kata, sikap,

    cara berpakaina, penampilan, alat peraga, cara mengajar, dan gerik-gerik

    pendidik selalu diperhatikan oleh siswa. Tindak-tanduk, perilaku, bahkan gaya

    pendidik dalam mengajar pun akan sulit dihilangkan dalam ingatan setiap

    siswa.

    Karakteristik pendidik selalu diteropong dan sekaligus dijadikan

    cermin oleh siswa-siswanya. Pada intinya, pendidik yang memiliki kedekatan

    dengan lingkungan siswa di sekolah akan dijadikan contoh oleh siswanya.

    Karakter pendidik yang baik seperti kedisiplinan, kejujuran, keadilan,

    kebersihan, kesopanan, ketulusan, ketekunan, kehati-hatian, akan selalu

    direkam dalam pikiran siswa dan dalam batas waktu tertentu akan diikuti

    mereka.

    Demikian pula sebaliknya, semua kejelekan pendidik juga akan

    direkam oleh siswa dan biasanya akan lebih mudah dan cepat diikuti mereka.

    Semua karakter pendidikan akan menjadi contoh bagi siswa. Meskipun kita

  • 34

    tahu bahwa kebaikan pendidik akan menjadi contoh, namun dalam praktiknya

    tetap saja sulit diwujudkan. Padahal, kejelekan pribadi pendidik dengan

    mudahnya akan menjadi contoh bagi siswa.

    Ada sebuah pepatah yang mengatakan, guru kencing berdiri, siswa

    kencing berlari. Jika ada pendidik yang memiliki perilaku yang sangat jelek,

    maka siswa secara spontanitas akan meniru atau mencontoh perilaku jelek

    tersebut dengan mudah, bahkan cenderung lebih menyimpang lagi. Secara

    formal, siswa memang tidak pernah diajarkan hal seperti itu. Namun, masalah

    ini tetap muncul berkaitan dengan perilaku guru didepan siswanya. Disinilah

    pentingnya peran seorang pendidik sebagai suri tauladan. Hal ini hanya dapat

    muncul dari orang yang memiliki mentalitas dan keterpanggilan hati nurani

    untuk menjadi pendidik dalam arti yang sebenarnya, yaitu sebagai profesiny