multikultural
DESCRIPTION
pendidikan multikulturalTRANSCRIPT
-
i
PERAN AKTIF GURU PAI DALAM MENANGGULANGI
KENAKALAN SISWA
( STUDI KASUS DI SMA 8 SEMARANG)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1(S.1)
dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun oleh:
ARIF BUDI MULYONO
NIM : 3104079
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
-
ii
H. Mursid, M.Ag Ismail SM, M.Ag
Jl. Stasiun Jrakah III 03/01 Jl. Karonsih Selatan IX/663
Tambakharjo Semarang Ngaliyan Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks.
Hal : Naskah Skripsi
An. Sdr. Arif Budi Mulyono
Assalamu alaikum Wr.Wb
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya. Bersama
ini kami saya kirim naskah skripsi Saudara:
Nama : Arif budi mulyono
Nomor induk : 3104079
Judul : Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi
kenakalan siswa (Studi kasus di SMA 8
Semarang)
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera
dimunaqasyahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu alaikum Wr.Wb
Semarang, 05 Januari 2009
Pembimbing I Pembimbing II
H. Mursid, M.Ag. Ismail SM, M.Ag.
NIP. 150 318 583 NIP.150 282 135
-
iii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 05 Januari 2009
Deklarator
Arif Budi Mulyono NIM. 3104079
-
iv
ABSTRAKSI
Arif budi mulyono ( Nim : 3104079 ). Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang). Skripsi . Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. 2008 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang). Fokus penelitian ini mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa meliputi: (1) Tipe-tipe kenakalan yang terjadi di SMA 8 Semarang, (2) Peran aktif guru PAI dan upaya/solusi dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang. Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus (jenis penelitian kualitatif), yang mengambil lokasi di SMA 8 Semarang. Oleh karena itu, teknik cuplikan penelitian menggunakan purposive sampling, dengan memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah secara mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang mantap. Sedangkan sumber data diperoleh dari informan, peristiwa dan dokumen. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis model interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan serta verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; 1) Kenakalan yang ada dalam lingkungan sekolah terjadi karena berbagai faktor yang mendukung yang ada di dalam kehidupan siswa seperti faktor pribadi, keluarga, komunitas masyarakat dan lain sebagainya. Kenakalan yang terjadi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: (a) kenakalan berat. Contohnya adalah berkelahi dilingkungan sekolah, mencuri, minum minuman keras dan lain-lain. (b) kenakalan ringan. Seperti membuat gaduh di kelas, terlambat, tidak mengerjakan tugas dan lain sebaginya. 2) Guru PAI disamping mempunyai peran dalam pembelajaran PAI di dalam kelas juga mempunyai peran aktif dalam menanggulagi kenakalan siswa. Sebagai peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa ada beberapa peran aktif tersebut meliputi cara-cara penanggulangan kenakalan sebagi berikut; (a) Memberikan pemahaman dan pengertian tentang pendidikan agama yaitu dengan melalui pelajaran di dalam kelas. (b) Mengadakan kegiatan-kegiatan keberagamaan baik hari besar agama ataupun kegiatan keberagamaan siswa setiap harinya, seperti sholat dhuhur berjamaah dan sholat jumat bersama di masjid sekolah. (c) Bekerja sama dengan guru lain khususnya guru bimbingan konseling, wali kelas dan guru mata pelajaran. Dengan metode ini tidak hanya guru PAI yang berperan dalam menaggulangi kenakalan siswa akan tetapi guru yang lain juga mempunyai tugas dalam menanggulangi kenakalan siswa. (d) Mengadakan bimbingan khusus pada siswa yang sering melakukan kenakalan siswa pada jam-jam khusus yaitu pada istirahat atau diluar jam pelajaran, dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan keyakinan bahwa guru dalam memberikan pengarahan tidak hanya menggunkan metode lisan saja akan tetapi metode praktik dan perhatian menjadikan siswa akan memahami bagaimana seorang guru menjadi peran dalam menanggulangi kenakalan. (e) Berupaya menjunjung nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sekolah yaitu mendukung adanya program
-
v
ekstra kulikuler islami seperti baca tulis al-Quran, rebana, pesantren kilat dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para guru PAI dan calon guru PAI serta semua pihak yang membutuhkan.
-
vi
MOTTO
Tidak akan sampai ilmu kepada seseorang ketika dalam pencarian
ilmunya tidak menghormati apa yang dipelajari. 1
1Ibrahim bin Ismail, Talim Wa Amutaalim, Pustaka Alawiyah, Semarang, hlm. 16.
-
vii
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada mereka yang memberi arti dalam hidup-ku :
Ayahanda dan Ibunda tercinta,
yang selalu berjuang, berdoa dan memberikan restu. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita se-keluarga.
Adik-adik tersayang (Andi wibowo & Futri herlina laili)
yang selalu memberi isnpirasi untuk selalu belajar. Berbaktilah kalian pada kedua orang tua.
Semua Guru-guru yang menyalurkan ilmunya walau harfan,
khususnya kepada Romo KH. Sirodj Chudlori dan Bapak H. A. Izzuddin M.Ag,
yang telah menuntun jiwa dan raga yang dhoif ini ke cahaya Illahiyah.
Santriwan dan Santriwati Pon-Pes Daarun-Najaah mari kita wujudkan semboyan kita bersama: sukses, soleh, selamet
sukses selalu buat kita semua. amin
Para guru dan siswa-siswi SMA 8 Semarang yang menjadikan semangat dalam menyalurkan sedikit keilmuan di SMA 8
-
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (Studi kasus di SMA 8 Semarang), dengan baik tanpa banyak menemui kendala yang berarti.
Shalawat dan Salam Allah SWT. semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan kepada Khotamu Anbiya wal Mursalin Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata hasil dari jerih payah penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Bapak Prof.Dr. H. Ibnu Hajar, M. Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-Pembantu Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar dari awal hingga akhir.
3. H. Mursid, M.Ag. dan Drs. Ismail SM, M.Ag, selaku Pembimbing, terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.
4. Ibu Dra. Nur Uhbiyati, selaku Dosen Wali yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Bapak Ahmad Muthohar, M.Ag., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.
-
ix
6. Kedua orang tua penulis yang tercinta (Bapak Harmono dan Ibu Ratmini), terima kasih atas segala doa, perhatian, dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata.
7. Keluarga besar SMA 8 semarang yang telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini, khususnya bapak Drs. H. Zamhari, Ibu Dra. Hj. Faricha, dan seluruh bapak ibu guru serta karyawan SMA 8 semarang.
8. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang, khususnya kepada KH. Sirodj Chudlori dan H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku pengasuh yang juga menjadi motivator penulis dan yang telah memberikan ilmu-ilmunya serta atas bimbingan dan arahannya.
9. Semua teman-teman di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan semua teman-teman di Pondok Pesantren Daarun Najaah Jrakah Tugu Semarang
10. Harapan dan doa penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima Allah SWT, serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca yang budiman demi sempurnanya skripsi ini
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Semarang, 05 Januari 2009
Penulis
Arif Budi Mulyono
-
x
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal Tanda Tangan H. Mursid,M.Ag. _________________ __________________ 150 318 583 Pembimbing I Ismail SM.,M.Ag. _________________ __________________ 150282 135 Pembimbing II
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
HALAMAN DEKLARASI..............................................................................iv
HALAMAN ABSTRAKSI ..............................................................................v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ...............................................................viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1 B. Penegasan Istilah ..................................................................... 7 C. Perumusan Masalah ................................................................ 9 D. Tujuan dan Manfaat penelitian.............................................. 9 E. Kajian Pustaka ........................................................................ 10 F. Metodologi Penelitian ............................................................. 12 G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 14
BAB II : GURU PAI DAN KENAKALAN SISWA
A. Gambaran Umum Guru PAI ................................................. 16 1. Pengertian Guru PAI ...................................................... 17
2. Kompetensi Guru PAI .................................................... 18
3. Peran Dan Tugas Guru PAI ........................................... 20
4. Tujuan PAI ...................................................................... 23
5. Pelaksanaan PAI ............................................................. 25
B. Kenakalan Siswa ..................................................................... 26 1. Pengertian Kenakalan .................................................... 27
-
xii
2. Arti Pertumbuhan Dan Kenakalan ................................ 28 3. Faktor Penyebab Kenakalan siswa ................................ 25 4. Tipe-tipe Kenakalan Siswa ............................................. 30
C. Peranan Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa 33
1. Arti Penting PAI Di Sekolah ........................................... 36
2. Peran Guru PAI Dalam Mensiasati Kekurangan Jam
Pelajaran PAI Di Sekolah ................................................. 38
BAB III: DRISKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum SMA 8 Semarang.......................................... 40 1. Latar Belakang Berdirinya ............................................. 40
2. Data Sekolah ..................................................................... 41
3. Keadaan Guru Dan Siswa ............................................... 43
a. Guru ............................................................................ 43
b. Siswa ............................................................................ 46
4. Struktur Organisasi ......................................................... 47
5. Sarana Dan Prasarana ...................................................... 47
B. Jenis Kenakalan Siswa Yang Ada Di SMA 8 Semarang...... 56
BAB IV: PELAKSANAAN GURU PAI DALAM
MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA 8
SEMARANG
A. Peran Dan Fungsi PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa .. ....................................................... 58
B. Peran Aktif Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMA 8 Semarang ...................................................... 61
BAB V : SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan ....... 65 B. Saran-saran ....
66
C. Penutup . 68
-
xiii
-
xiv
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu-satunya institusi yang sangat potensial
menyiapkan manusia agar memiliki tingkat SDM yang handal. Secara
prinsipil pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana
untuk mencapai tujuan Pendidikan yang meliputi perkembangan intelektual
dan ilmu pengetahuan. Sebagai seperangkat rencana dan kegiatan pendidikan
harus dipandang sebagai suatu sistem. Dengan demikian, dalam praktiknya
efektifitas kegiatan pendidikan tidak bisa terlepas dari beberapa komponen
dasar yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya pendidikan. Komponen-
komponen tersebut meliputi: tujuan, isi, metode, dan evaluasi.
Pelaksanaan pendidikan dalam praktiknya sebenarnya mengalami
berbagai macam problem, baik yang berkaitan langsung dengan siswa (faktor
intern) maupun yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern).
Peserta didik sebagai peserta pendidikan haruslah mempunyai
berbagai bahan acuan sendiri, artinya ciri dari peserta didik harus seimbang
dengan apa yang sedang dipelajari, apalagi perkembangan karakterisik pada
peserta didik didalam tahapan pendidikan, tentunya mempunyai ciri tersendiri.
Karena hal tersebut sangatlah dominan dimiliki masing-masing individu.
Sedangkan perkembangan jiwa seseorang dimulai dari tahapan anak-anak,
remaja dan dewasa. Perkembangan yang paling bisa dilihat pada peserta didik
adalah pada masa perkembangan anak-anak menuju ke masa remaja, yang
pada tahapan remaja peserta didik mulai merasakan perubahan-perubahan,
dari tahapan tingkah laku sampai cara berbicara.
Pada masa remaja ini sebagai masa storm and stress,1 karena selama
masa remaja banyak masalah yang dihadapi, sebab pada masa remaja mereka
1Storm and Stress adalah badai dan tekanan yaitu masa dimana ketegangan emosi mulai
meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Lihat Skripsi Indri Kumala Nosution, Stress Pada Remaja, (Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara), 2007, www.USUrepository.co.id. hlm. 5, Kamis 29 Mei 2008 Pukul 10.30 WIB.
-
2
berupaya menemukan jati dirinnya (identitas kebutuhan aktualisasi diri).2
Biasanya usaha penemuan jati diri pada jenjang masa remaja dilakukan
dengan berbagai pendekatan, dan pendekatan yang seimbang sebagai cara
pengaktualisasian diri secara baik.
Sedangkan pada masa sekolah menginjak usia remaja merupakan
puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pada usia
remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan
reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial,
emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau
mudah sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan
emosinya.
Menghadapi ketidaknyamanan emosional, tidak sedikit remaja yang
mereaksikanya secara defensif, sebagai upaya untuk melindungi dirinya,
reaksinya itu tampil dalam tingkah laku seperti: 1) agresif, seperti melawan,
keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan mengganggu orang lain, dan 2)
melarikan diri dari kenyataan, melamun, pendiam, senang menyendiri, dan
minum-minuman keras.
Peranan pendidikan agama Islam sangat berpengaruh bagi
perkembangan anak, pendidikan agama harus dilakukan secara intensif dalam
segala aspek, baik di keluarga, sekolah, masyarakat dan lain-lain. Agar tidak
terjadi perilaku menyimpang pada anak remaja. Pendidikan agama dalam
kurikulum sekolah harus diberikan secara maksimal untuk meminimalisir
adanya perilaku menyimpang pada peserta didik. Peserta didik harus
berpartisipasi dalam kegiatan di luar jam pelajaran seperti: kegiatan Peringatan
Hari Besar Islam (PHBI), kegiatan pesantren kilat, tadarus al-Quran,
pengajian, hari raya Idul adha, panitia zakat fitrah dan lain-lain. Serta kegiatan
bakat minat siswa seperti: olah raga, pramuka, seni dan musik, drama
keterampilan-keterampilan, dan rekreasi, jika kegiatan-kegiatan tersebut
2Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik, (Jakarta: Asdi Mahasatya), 2006,
hlm. 68.
-
3
diikuti oleh peserta didik maka kenakalan pada siswa akan dapat
ditanggulangi.
Siswa pada usia remaja biasanya dalam proses penyempurnaan
penalaran berpikirnya selalu ingin mengekspresikan ide-idenya. Ide ide yang
muncul disebabkan oleh pertumbuhan fisik yang pesat, yang tidak diimbangi
dengan perkembangan psikis sebagai akibat dari masa transisi yang terjadi
pada remaja terhadap dirinya sendiri. Terjadinya permasalahan pada remaja
disebabkan oleh aspek psikologis yang tidak dapat dilepaskan dari aspek-
aspek lain yang bersumber dari lingkungan sosial budayanya. Hubungan yang
kurang harmonis dengan orang tua, guru, teman sebaya dan sebagainya dapat
menghambat perkembangan kepribadian dan menghambat kesehatan mental.3
Pendidikan agama adalah salah satu kurikulum yang diajarkan pada
tahapan pendidikan tingkat menengah atas, yang memberikan pengaruh besar
bagi tingkah laku peserta didik, baik dalam kehidupan di sekolah maupun di
luar sekolah. Karena sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya,
maka agama pada para remaja turut mempengaruhi perkembangan itu,
maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak
keagamaan yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor
perkembangan tersebut.4
Untuk itu peserta didik pada setiap masa harus senantiasa berinteraksi
pada pendidikan secara maksimal, apalagi tingkat usia remaja, yang mulai
intelegensi diukur dan digunakan, menuntut peserta didik yang cakap, yaitu
pribadi yang mempunyai akhlak baik dan bersusila. Akan tetapi, peserta didik
yang tidak bersusila merupakan kepribadian yang tidak seimbang dengan
lingkunganya. Sebaliknya, peserta didik yang dewasa tetapi tidak cakap
bukanlah pribadi peserta didik yang diharapkan, oleh karena itu peserta didik
dewasa, bersusila, dan cakaplah yang ingin dicapai dalam pendidikan.5
3Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta didik, (Malang: UMM), 2002,
hlm. 135-136. 4Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2001, hlm. 74. 5Ibid, hlm. 30.
-
4
Dalam praktiknya, interaksi edukatif tidaklah bisa berjalan tanpa
adanya pendidik, dalam hal ini guru sebagai figur manusia yang menjadi
sumber dan menempati posisi penting dalam pendidikan. Secara sederhana,
guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
Tanpa guru pendidikan tidak ada artinya dan tidak bisa menghapus kebodohan
dalam diri manusia.
Sedangkan guru mata pelajaran PAI adalah pendidik yang harus dapat
memadukan unsur profan dan Immanen,6 kepada siswa dalam proses
pembelajarannya. Hanya dengan pemaduan kedua unsur inilah akan dapat
terwujud cita-cita dan tujuan pendidikan yaitu melahirkan anak saleh yang
ditandai dengan sikap, mental, perilaku, tutur kata yang baik, serta, memiliki
komitmen keilmuan yang kuat demi kepentingan keilmuan itu sendiri,
individu, dan kemaslahatan masyarakat.7
Jadi, guru PAI dalam wacana pendidikan memang mempunyai peran
sangat penting dalam mewujudkan siswa yang memiliki kepribadian, moral,
sikap, dan intelektual tinggi, artinya nilai-nilai yang ditanamkan pada isi
pelajaran PAI harus didesain secara komprehensif yang mengarah pada watak
kehidupan peserta didik dilingkup sekolah secara Islami, dan dilingkup luar
sekolah, baik dalam keluarga maupun masyarakat secara umum.
Transfer ilmu pada proses pendidikan tentunya mengalami berbagai
kendala dalam proses pembelajaranya. Salah satu kendala atau kejanggalan
dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah kesulitan guru dalam
membangun komunikasi yang harmonis antara guru dengan peserta didik.
Salah satu kendala adalah sikap siswa yang terkadang kurang menghargai
terhadap kegiatan sekolah yang ada bahkan, diiringi dengan sikap yang kurang
tepat dan mengganggu.
Kondisi yang seperti itu menjadikan konsentrasi kelas menjadi buyar,
dan guru dalam hal ini harus bisa menarik minat dan perhatian siswa, karena
sabagai salah satu tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga
6Kata Profan dan Imanen berarti mengikat dan lepas tentang kajian agama. Lihat Pius A Partanto & M. dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola), 1994.
7Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Fifamas), 2003, hlm. 67.
-
5
ia mau melakukan belajar.8 Untuk itu hendaknya guru berusaha menciptakan
kondisi yang mendukung kegiatan belajar semaksimal mungkin dengan
berbagai cara.
Kenakalan sebenarnya menunjuk pada perilaku yang berupa
penyimpangan atau pelanggaran pada norma yang berlaku, dan ditinjau dari
segi hukum kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum
bisa dikenai hukum pidana sehubungan dengan usiannya. Perilaku
menyimpang pada remaja pada umumnya merupakan kegagalan sistem
kontrol diri.9 Karena kenakalan itu muncul pada jenjang sekolah dan integrasi
yang paling bisa dirasakan adalah antara guru dengan murid.
Problem tersebut sering kali terjadi dalam bentuk kesulitan dalam
menghadapi pelajaran disekolah, baik dalam lisan, tulisan maupun
penyelesaian tugas. Remaja yang mengalami problem disekolah pada
umumnya mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap
pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian
timbul sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan seperti membolos,
melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi dsb.10 Dan pekerjaan yang
menunggu untuk para guru adalah dapat memilih dan menggunakan tehnik
mengajar yang dapat meningkatkan peran serta (partisipasi) siswa dalam
kelas. Terlebih guru mata pelajaran PAI yang dalam tugasnya bisa
mengantarkan ke kompetensi pendidikan agama yaitu mengarah pada
keilmuan dan tingkah laku tentunnya menjadikan tugas ganda sebagai seorang
guru.
Karena disamping sebagai pengajar guru juga sebagai pembimbing,
khusus dalam masalah kenakalan aspek psikologis lebih diutamakan, karena
uraian tentang psikologis, yaitu tentang tingkah laku, motif dan motifasi,
pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugas-tugas perkembangan,
8Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2000, hlm.
29. 9Endang Poerwanti & Nur Widodo, Op.cit, hlm.139. 10Ibid, hlm. 135.
-
6
belajar dan penguatan, dan kepribadian.11 Jadi peranan guru dalam kenakalan
sangat berarti, karena penanggulangan dalam berbagai kenakalan khususnya
peserta didik harus ditanggulangi secara dini baik dalam lingkup keluarga
maupun sekolah. Dalam kehidupan keluarga orang tua yang berperan
sedangkan dalam sekolah guru sebagai peran utama dan sebagai peran penting
dalam menanggulangi kenakalan siswa.
Guru PAI dalam rangka menanggulagi kenakalan mempunyai peranan
yang sangat berarti dalam membentuk karakter peserta didik, karena dalam
keseharianya guru PAI langsung berinteraksi dengan siswa, baik dalam proses
belajar mengajar ataupun diluar sekolah.
Didalam lingkup SMA sendiri peran guru PAI juga menentukan
berhasil atau tidaknya peserta didik dalam pengembangan keagamaan siswa,
khusunya dalam praktik sehari-hari dalam lingkungan sekolah. Seperti
penjelasan diatas bahwa masa peralihan ini sangatlah didominasi oleh
berbagai problem kenakalan. Maka, guru PAI didalamnya ikut berperan aktif,
khusunya dalam masalah kenakalan siswa.
Sedangkan di SMA 8 Semarang sebagai objek penelitian ini, guru PAI
sangat berperan aktif dalam menanggulagi kenakalan, khususnya dalam hal
kenakalan yang menyangkut norma agama dan tingkah laku keberagaman.
Guru PAI dituntut untuk bekerja aktif baik dalam kelas ataupun luar kelas
sehingga peserta didik yang mengalami kasus dapat dilihat langsung oleh guru
PAI dan ditangani langsung. Sebagai upaya penanggulangan kenakalan
sekolah dan guru PAI bekerjasama untuk mengantisipasi kenakalan-kenakalan
yang lebih, yaitu dengan mengadakan jamaah sholat Dhuhur bersama, sholat
Jumat bersama, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain disamping
pembelajaran didalam kelas yang sifatnya membimbing ke arah
pengetahuan.12
11Priyanto & Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan & Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta),
1999, hlm. 135. 12Hasil wawancara dengan Drs. H. Zamhari guru PAI SMA N 8 Semarang, di rumah beliau,
Tanggal 03, Mei 2008 Pukul 20.00 WIB.
-
7
Secara geografis SMA 8 Semarang adalah salah satu sekolah Negeri
yang ada di kota Semarang, yang berlokasi tidak jauh dari jalan pantura
tepatnya di Jalan raya Tugu Semarang, dan mempunyai guru dan karyawan
sekitar 80 orang. Karakteristik pokok yang ditemukan di lambaga pendidikan
tersebut adalah penggunaan dua kurikulum sekaligus, yaitu kurikulum KBK
dan KTSP sesuai acuan pemerintah. Dalam praktiknya pelajaran PAI
dilaksanakan dua kali satu pertemuan dalam satu minggu oleh guru PAI yang
berjumlah dua orang guru. Berkaitan dengan masalah penanggulangan
kenakalan guru PAI sangatlah berperan aktif yang konsep penataan
dilaksanakan oleh bantuan guru BK.
Bertolak dari asumsi di atas maka penulis merasa tertarik untuk
mengangkat tema ini ke dalam skripsi dengan judul Peran aktif Guru PAI
dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8
Semarang).
B. Penegasan Istilah Formulasi judul tersebut Peran aktif Guru PAI dalam
Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang). Ini
masih merupakan konsep abstrak yang perlu dijabarkan dalam definisi
operasional sehingga dapat menghindari bias pengertian dan disinterpretasi
yang merusak konsistensi topik, sebagai berikut:
Peran : Perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang
yang berkedudukan dalam masyarakat.13 artinya proses
interaksi dalam kehidupan yang dianggap penting dan
seseorang yang bertindak sebagai sesuatu.
Aktif : Artinya giat.14 Yaitu mampu beraksi dalam menanggapi
sesuatu.
Guru : Merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan
keahlian khusus sebagai pengajar.15 Atau pendidik
13Dep.Dik.Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Cet. II, 1994, hlm. 751.
14Dep.Dik.Bud., Op.cit, hlm. 19.
-
8
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi, peserta didik pad pendidikan usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.16
PAI : Adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memehami, menghayati,
hingga mengimani, bertaqwa, dan berahklak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
kitab suci Al-quran dan Hadist, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman.17
Menanggulangi : Asal kata tanggulang-menaggulangi artinya mengahadapi
dan mengatasi (bahaya, keamanan, kenakalan remaja)18
Kenakalan : Sifat nakal atau tingkah laku yang menyimpang dari
norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.19
Siswa : Atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu.20
SMA 8 Semarang : Adalah salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang
berada di daerah semarang barat dan lokasi SMA 8
Semarang adalah di Jalan Raya Tugu Semarang barat
50185 Telp. 024 8664553-8661798.
15Moh. Uzer Usman, Op.cit, hlm. 5. 16UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional), 2005, hlm. 3. 17Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusat
kurikulum Depdiknas), 2003, hlm. 7. 18Dep.Dik.Bud., Op.cit, hlm.1005. 19Ibid, hlm. 681. 20UURI, No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Jakarta: Dep. Pend. Nas.
RI.), hlm. 6.
-
9
Jadi judul skripsi Peran aktif Guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan
siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang) adalah penelitian yang mengkaji
tentang bagaimana peran guru PAI dalam menanggulangi kenakalan Siswa,
dan sekaligus mencari teori solusi dalam menanggulangi kenakalan siswa
sehingga siswa SMA 8 Semarang mempunyai jiwa agama yang kuat sesuai
dengan kaidah dan tujuan dari PAI yang diajarkan.
C. Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang pemilihan judul di atas maka beberapa
pokok permasalahan yang menjadi bahan pokok kajian dalam penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kenakalan siswa SMA 8 Semarang?
2. Bagaimanakah peran guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa
SMA 8 Semarang?
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Berkaitan dengan permasalan yang peneliti angkat sebagaimana
tersebut di atas, maka tujuan yang hendak di capai dalam penulisan skripsi ini,
yaitu mengetahui Peran aktif Guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan
siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang).
Pembahasan ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan
dan memperjelas persoalan-persoalan yang ada, serta dapat menawarkan
perspektif dan alternatif baru yang bermanfaat bagi kajian-kajian masalah
pendidikan selanjutnya.
E. Kajian Pustaka Untuk menghindari kesamaan dalam bahasan terhadap skripsi yang
pernah diteliti sebelumnya maka perlu adanya tinjauan pustaka sebagai tolak
ukur terhadap judul yang akan dibahas nantinya.
Buku Guru dan peserta didik dalam Interaksi Edukatif, karangan
Syaiful Bahri Djamarah, didalamnya diterangkan bahwa tugas guru dalam
-
10
pendidikan adalah sebagai pembimbing luar dan dalam, dan peranan guru
kepada siswa adalah hal yang mutlak dan wajib dimiliki oleh guru.
Menjadi Guru Profesional, Moh. Uzer Usman, bahwa peranan guru
adalah terciptanya tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam
situasi tertentu dan mempunyai hubungan dengan perubahan tingkah laku dan
perkembangannya.
Perkembangan Peserta Didik, Karya Endang Purwanti, yang berisi
tentang masa-masa siswa berkembang dalam segi intelektual, tingkah laku dan
lain sebagainya. Karya Sudarsono, yang berjudul Kenakalan Remaja dalam
bukunya tersebut beliau mengungkapkan bahwa keberadaan proses pendidikan
dalam usaha mencari jalan yang memadai untuk mencegah, menanggulangi,
memperbaiki kembali, dan meresosialisasikan anak-anak delinkuen.
Disamping menggunakan kajian pustaka buku-buku tersebut penulis
juga menggunakan penelitian lain guna gambaran yang pasti tentang
penelitian ini, yaitu skripsi Fitri Muasyiroh mahasiswa Fakultas Tarbiyah lulus
tahun 2006 dengan judul Urgensi Pendidikan Agama Islam untuk
Menanggulangi Kenakalan Remaja Kecamatan Kutowinangun Kebumen,
yang bertujan untuk mengetahui bagaimana Urgensi Pendidikan Agama Islam
untuk menanggulangi kenakalan remaja SMK Pembangunan I Kecamatan
Kutowinangon Kabupaten Kebumen dan langkah-langkah untuk
menanggulangi kenakalan remaja.
Sedangkan kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah menunjukkan
bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai arti sangat penting bagi remaja
khususnya anak didik yaitu sebagai pondasi yang bertujuan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan dan pengamalan ajaran Islam dari pesarta didik.
Metode yang dipakai oleh pengajar di SMK Pembangunan I antara lain :
ceramah, diskusi, Tanya jawab, demontrasi dan resitasi. Pendidikan Agama
Islam hendaknya mewarnai kepribadian siswa. Kenyataan sehari-hari
menunjukan bahwa peserta didik yang melakukan kenakalan sebagian tidak
mematuhi peraturan sekolah. Bentuk-bentuk kenakalan yang ada berbentuk
-
11
kenakalan yang bersifat pergrup seperti tawuran, kebut-kebutan, kelompok
memalak dan sebagainya.
Skripsi dengan judul Upaya guru PAI dalam penanggulangan
kenakalan anak di SMP 30 Semarang, yang dibuat oleh Ahmad gufron pada
tahun 2005 yang bertujuan untuk mengetahui : (1) Kenakalan anak didik di
SMP 30 Semarang; (2) Pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang; (3) Upaya
guru PAI dalam penanggulangan kenakalan anak didik di SMP 30 Semarang.
Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukan bahwa. (1) Kenakalan
anak didik di SMP 30 Semarang masih dalam batas kewajaran, misalnya tidak
masuk tanpa ijin, berbicara saat pelajaran, membaca komik, membuat
keributan atau bertengkar, jajan di warung tidak bayar, membawa VCD, porno
dan senjata tajam. (2) Pelaksanaan pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang
berjalan efektif dan efisien. Bahan materi yang diajarkan selalu disesuaikan
dengan metode dan media yang mendukung dalam pengajaran. Terbukti siswa
sangat antusias setiap pelajaran PAI baik ketika teori maupun praktik. (3)
Upaya yang dilakukan guru PAI dalam penanggulangan kenakalan siswa di
SMP 30 Semarang sangat bagus. Selain guru PAI melakukan tindakan
prefentif, kuratif, dan represif. Kondisi sekolah juga turut membantu dalam
mencegah kenakalan tersebut. Terbukti selama ini SMP 30 Semarang tidak
pernah mengeluarkan anak didik karena kenakalan yang dilakukan dan
prestasi yang diperoleh oleh anak didik cukup baik melalui kegiatan intra
maupun ekstra sekolah, ditandai dengan tropi yang dipajang pada almari kaca
ruang tunggu.
Sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah bagaimana peran aktif
guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang yang
menekankan pada bagaimana jenis kenakalan yang ada di SMA 8 Semarang
dan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam
menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang. Maka daripada itu
penulis tertarik untuk mengkaji skripsi dengan judul peran aktif guru PAI
dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang).
-
12
F. Metode Penelitian Metode penelitian skripsi yang digunakan sebagai berikut:
1. Fokus penelitian
Fokus penelitian dilakukan dengan cara menentukan satu topik, hal
ini dilakukan karena permasalahan yang ada biasanya sangat kompleks
sehingga tidak mungkin diteliti hanya dari sudut disiplin ilmu saja dan
tidak mungkin diteliti hanya dari semua segi secara serentak.21
Karena fokus penelitian diartikan sebagai titik temu atau
spesifikasi dari suatu masalah yang dikaji, sehingga dapat lebih fokus pada
penelitian.
2. Pendekatan Penelitian dan sumber data
a. Pendekatan Penelitian.
Pendekatan yang penulis gunakan yaitu pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan yang
didasari dari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia
diperoleh melalui hasil interpretasi objek, orang, situasi, dan peristiwa-
peristiwa, melainkan interpretasi mereka. Arti yang diberikan oleh
seseorang terhadap pengalamannya dan proses interpretasi sangat
penting dan itu bisa memberi arti khusus. Jadi pandangan peneliti
sendiri merupakan suatu konstruksi penelitian (research construct).22
penulis dituntut untuk dapat memberikan makna atau interpretasi
terhadap fenomena yang ditemukan di lapangan baik berupa simbol-
simbol maupun hasil interaksi yang telah dilakukan oleh penulis secara
langsung.
b. Sumber data.
Data Primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung
dari data individu-individu yang diselidiki dan Data Sekunder adalah
data yang ada dalam pustaka-pustaka.23
21Syaifuddin Azwar., Metode Penelitian, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2001 hlm. 126. 22Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 64-
65. 23S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), 1997. hlm. 23.
-
13
3. Metode Pengumpulan Data.
a. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut.24
b. Metode Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.25 Yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
c. Metode Wawancara/Interview
Adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan Interview guide (panduan wawancara).26
4. Analisis data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis non statistik
atau dilakukan terhadap data kualitatif, dalam hal ini penelitian kualitatif
mengajak seseorang untuk mempelajari suatu masalah yang ingin diteliti
secara mendasar dan mendalam sampai keakar-akarnya.27 Dan penelitian
penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif atau penelitian yang
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi
pada saat sekarang.28 Pada analisis data ini membutuhkan beberapa
metode:
a. Metode Diskriptif
Metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan membuat deskriptif gambaran atau lukisan secara
24Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia), 2005, hlm. 175. 25Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), 2002, hlm. 206. 26Moh. Nazir, Op.cit hlm. 193. 27Margono, Op.cit, hlm. 190. 28Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru),
1989, hlm. 64.
-
14
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki. yaitu siswa, guru, proses
belajar mengajar, di SMA 8 Semarang.
b. Metode deduktif
Metode deduktif adalah metode pembahasan dengan
menggunakan pola pikir yang berangkat dari pengetahuan yang
sifatnya umum, kepada penilaian yang bersifat khusus.29
c. Metode Induktif
Dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis dan
obyektif melalui observasi, wawancara dan dokumentasi akan diolah
dan dianalisis sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, yaitu
secara induktif.30 Yaitu pengambilan keputusan dengan menggunakan
pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus
kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum.31
29Saifudin Azwar, Op.cit., hlm. 7. 30Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 1998),
hlm. 114. 31Saifudin Azwar , Op.cit., hlm. 7.
-
15
-
16
G. Sistematika Penulisan Skripsi Sebelum penulis menguraikan dan menuangkan permasalahan sesuai
dengan judul skripsi, maka terlebih dahulu penulis akan menguraikanya dalam
sistematika pembahasan. Hal ini agar pembaca lebih mudah dalam memahami
isi skripsi.
Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis membagi dalam tiga
bagian yaitu bagian muka yang berisi Halaman Sampul, Halaman Judul,
Halaman Nota Pembimbing, Halaman Pengesahan dan Halaman Motto.
Halaman Kata Pengantar Dan Daftar Isi, selanjutnya diikuti oleh Bab Pertama.
Bab I : Pendahuluan
Pada Bab ini dijelaskan mengenai Latar Belakang Masalah ,
Penegasan Istilah, Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian,
Telaah Pustaka, Metodologi Penelitian.
Bab II : Tinjauan tentang guru PAI dan kenakalan siswa
Pada Bab Kedua, diuraikan tentang Pengertian guru PAI, Peran dan
tugas guru PAI, Tujuan PAI, dan Pelaksanaan PAI. Selanjutnya akan
diuraikan tentang kenakalan siswa meliputi, Pengertian kenakalan siswa, arti
pertumbuhan dan perkembangan, faktor penyebab kenakalan siswa, tipe-tipe
kenakalan siswa. Kemudian adalah tentang peranan pendidikan agama islam
-
17
untuk menanggulangi kenakalan siswa meliputi, Arti penting Pendidikan
Agama Islam disekolah, Peran guru PAI untuk mensiasati kekurangan jam
pelajaran Agama Islam disekolah.
Bab III : Laporan Hasil Penelitian
Pada Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi
gambaran umum mengenai SMA 8 Semarang dan yang kedua akan dibahas
data khusus tentang perilaku-perilaku menyimpang di SMA 8 Semarang.
Bab IV : Analisis Data
Pada Bab ini diuraikan tentang data kualitatif sebagai data analisis
tentang Peran aktif Guru PAI dalam menanggulagi kenakalan siswa dan
langkah-langkah yang ditempuh dalam menanggulagi kenakalan siswa SMA 8
Semarang.
Bab V : Penutup
Bab ini merupakan bab penutup skripsi yang meliputi : Kesimpulan,
Saran dan Penutup .
-
18
DAFTAR PUSTAKA
Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA,
(Jakarta: Pusat kurikulum Depdiknas), 2003.
Dep.Dik.Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Cet.
II, 1994.
Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta didik, (Malang:
UMM), 2002.
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2001.
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda
Karya, 1998).
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia), 2005.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), 2000.
Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Fifamas), 2003.
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung :
Sinar Baru), 1989.
Pius A Partanto & M. dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:
Arkola), 1994.
Priyanto & Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan & Konseling, (Jakarta:
Rineka Cipta), 1999.
S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta),
1997.
Skripsi Indri Kumala Nosution, Stress Pada Remaja, (Medan: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara), 2007.
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia,
2002).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), 2002.
Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik, (Jakarta: Asdi
Mahasatya), 2006.
Syaifuddin Azwar.,Metode Penelitian,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2001.
-
19
UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional), 2005.
UURI, No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Jakarta:
Dep. Pend. Nas. RI.).
-
15
BAB II
GURU PAI DAN KENAKALAN SISWA
A. Gambaran Umum guru PAI. Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk
watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang
diinginkan. Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang
lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat
Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran berkembang amat cepat.
Kinerja guru pada dasarnya menyangkut seluruh aktifitas yang
dilakukannya dalam mengemban amanat dan tanggung jawabnya dalam
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu siswa dalam
mencapai tingkat kedewasaan atau kematangannya. Seorang pendidik yang
profesional tentunya akan memiliki kebanggaan yang besar terhadap
pekerjaan yang ia geluti dan kemampuan yang dimilikinya, yang mendasari
keputusannya dalam pekerjaan profesionalnya tersebut.
Profesionalitas seorang guru tentunya dituntut oleh beberapa pihak
yang selalu mendukung keberadaan guru. Seorang pendidik atau guru agama
yang profesional adalah pendidik yang memiliki suatu kemampuan dan
keahlian dalam bidang kependidikan keagamaan sehingga mampu untuk
melakukan tugas, peran, dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan
yang maksimal.1
Berarti guru dalam praktiknya dituntut untuk melaksanakan tugasnya
secara maksimal sehingga profesionalitas seorang guru dapat tercapai, tidak
lain figur guru PAI yang senantiasa menanamkan kepribadian peserta didik
menuju kepribadian jiwa Islami haruslah menjadi guru yang profesional baik
dalam rangka pembelajaran ataupun praktik keseharian di sekolah maupun
luar sekolah.
1Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan agama Islam, (Jakarta: CV misaka galiza),
2003 hlm. 85-86.
-
16
1. Pengertian guru PAI.
Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan.
Ia merupakan ujung tombak, proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh
bagaimana siswa memandang guru mereka.2 guru yang ideal dan
bermutulah yang menjadi berhasil atau tidaknya proses belajar.
Tentunya pelajaran atau kurikulum ditujukan untuk pemahaman siswa,
begitu juga pada pelajaran PAI desain utama yang ditentukan juga tidak
terlepas dari tujuan pendidikan yang mengarah pada pada ranah Afektif,
kognitif, dan psikomotor. Karena PAI merupakan pelajaran yang wajib di
ikuti oleh siswa maka tuntutan seorang guru dalam pelaksanaan
pelajarannya adalah kompetensi yaitu mengarah pada tiga ranah
pendidikan tesebut.
Pengertian akan guru PAI secara singkat adalah pendidik yang
mengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam. Pengertian di atas
merupakan pengertian yang tidak lepas dari pengertian guru secara umum
yang tertera pada undang-undang guru dan dosen yaitu:
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah.3
Bagi guru PAI tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan
merupakan amanat yang diterima oleh guru untuk memangku jabatan
sebagai guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab.4 Sesuai dengan isi ayat al-Quran yang menjelaskan bahwa
kewajiban menyampaikan amanat seseorang guru terhadap murid atau
seorang yang berhak menerima pelajaran. Hak tersebut dijelaskan dalam
Surat al-Nisa: 4 : 58
2Jamaludin, Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta: Depag. Pusat), 2002, hlm. 36. 3UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Departemen Pendidikan Nasional:
Jakarta), 2005, hlm. 3. 4Ahmad Tafsir, Metodologi pengajaran Agama Islam, ( Bandung: Remaja Rosdarika),
2003. hlm. 4.
-
17
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menerapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat.5
Jadi tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa segala
tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas
pertimbangan profesional (professional judgment) secara tepat.6
Profesionalisme guru selalu menjadi tuntutan bagi setiap elemen yang
berhubungan dengan guru tersebut, seperti sekolah, murid, orang tua dan
masyarakat, karena guru profesional adalah guru yang mengenal tentang
dirinya, yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi
peserta didik untuk atau dalam belajar.7
Berarti pengertian akan guru PAI merupakan satuan dari berbagai
sumber yang mengarahkan pada sifat guru, tugas dan kewajiban guru
sampai pada tingkat profesionalitas guru.
2. Kompetensi guru PAI.
Kompetensi atau kemampuan seorang guru dalam pengembangan
pemahaman peserta didik harus dimiliki dan diketahui oleh setiap
pendidik. Karena dengan kecakapan akan pemahaman bagaimana guru
mengajarkan paham ilmu yang diajarkan maka, pembelajaran akan dapat
dilaksanakan dengan maksimal. Sesuai dengan isi kandungan
pembelajaran PAI, PAI dalam praktiknya menuntut guru untuk dapat
mengerti betul tentang bagaimana seorang pendidik dalam
mengaplikasikan mata pelajarannya.
Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi
Akademik dan kompetensi guru. Maka seorang pendidik mata pelajaran
5Dep. Agama RI., Al-quran dan terjemah, (Jakarta: Dep. Agama RI), 2000, 88. 6Ahmad Tafsir, Op.Cit, hlm. 4. 7Kunandar, Menjadi guru professional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 2007, hlm. 48.
-
18
dan jenjang pendidikan apapun harus memiliki standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru. Dalam hal ini guru PAI pada jenjang
SMA harus mempunyai kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) progam studi yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi. Sedangkan kompetensi guru dikembangkan secara utuh
dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintergrasi dalam
kinerja guru.8
Dalam peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan
kompetensi guru juga disebutkan bahwa kompetensi guru mata pelajaran
agama Islam adalah:
1. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu
yang relevan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam.
2. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang
relevan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam.9
Berarti kompetensi seorang guru tidak hanya dimiliki guru yang
notabene pengajar pelajaran selain agama Islam, namun guru PAI harus
memiliki kompetensi yang mendasar sebagai bahan acuan dan rujukan
bahwa guru PAI dalam interaksi belajarnya mampu memberikan
pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan tentang agama Islam.
Tentunya kompetensi tersebut haruslah bersumber dari empat kompetensi
utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Yang langsung dipraktikkan dalam proses belajar mengajar oleh guru PAI.
3. Peran dan Tugas guru PAI.
Unsur inti yang sangat esensial dalam pendidikan adalah pendidik
(guru) dan peserta didik (siswa) yang paling berinteraksi dalam situasi
pedagogis untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kedua unsur itu yaitu
8Lihat peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru,
hlm. 3-5 dwonload dari http://www.puskur.net/inc/si/42Permen_16_2007_Stdr-Guru.pdf, Rabu, 11 Juni 2008 pukul 15.30. WIB
9http://www.puskur.net/inc/si/42Permen_16_2007_Stdr-Guru.pdf, Ibid, hlm. 23.
-
19
guru dan siswa tidak ada yang namanya pendidikan guru berperilaku
mengajar dan siswa berperilaku belajar melalui interaksi edukatif dalam
suasana pendidikan. guru yang berilaku mengajar secara professional dan
efektif akan menghasilkan perilaku belajar yang efektif dan pada giliranya
akan menghasilkan keluaran (hasil belajar) yang bermutu.10
Tentunya untuk menghasilkan peserta didik yang bermutu peran guru
dalam penanaman, pemahaman, dan pelaksanaan ilmu pengetahuan
sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini, guru mata pelajaran PAI juga
mempunyai beberapa peran yang signifikan tentunya, baik dalam lingkup
sekolah maupun luar sekolah, karena pembentukan karakter siswa salah
satunya adalah guru dan peran guru didalamnya turut membangun agar
tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan kualitas pendidikan
semaksimal mungkin.
Secara umum peran serta guru dalam kaitan dengan mutu pendidikan
sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat dimensi yaitu guru sebagai
pribadi, guru sebagai unsur keluarga, guru sebagai unsur pendidikan, guru
sebagai unsur masyarakat.11
Guru sebagai pribadi, kinerja peran guru dalam kaitan dengan mutu
pendidikan tentunya harus dimulai dari dirinya sendiri. Sebagai pribadi,
guru mempunyai perwujudan diri dengan dengan seluruh karakteristik
yang dimiliki oleh guru sebagai pendidik. Karena kepribadian merupakan
landasan utama bagi guru. Hal ini mengandung makna bahwa seorang
guru harus mampu mewujudkan pribadi yang efektif untuk dapat
melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai guru. Dan guru PAI
dalam praktiknya harus bisa menjadi suri tauladan yang baik. Apalagi
dalam kehidupan kesehariannya guru PAI harus berfungsi sebagai pribadi
yang bisa memberikan keteladanan khususnya interaksi dalam sekolah.
Karena, perkataan atau ucapan akan tidak ada artinya jika tidak
10Mohamad Surya, Percikan Perjuangan Guru, (Bandung: Pustaka Bani Quraysi), 2006,
hlm. 23. 11Ibid, hlm. 45.
-
20
diaplikasikan dalam bentuk tingkah laku, karena yang ditangkap anak
didik adalah seluruh kepribadianya.12
Peran guru dikeluarga, dalam kaitan dengan keluarga, guru merupakan
unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau istri), sebagai anak, dan
sebagai pendidik dalam keluarga. Hal ini mengandung makna bahwa guru
sebagai unsur keluarga berperan untuk membangun keluarga yang kokoh
sehingga menjadi fondasi bagi kinerjanya dalam melaksanakan fungsi
guru sebagai unsur pendidikan, khususnya dalam keluarga.
Peran guru disekolah, dalam keseluruhan kegiatan pendidikan
ditingkat operasional. Peran guru dalam sekolah menjadi acuan penentu
keberhasilan pendidikan. PAI yang merupakan kurikulum keberagamaan
di sekolah sudah menjadi kewajiban baginya untuk membentuk
kompetensi siswa, dalam hal ini peranan guru PAI dilingkungan sekolah
harus mempunyai acuan peran guru sebagai mana mestinya. Yaitu, guru
sebagai sumber belajar, sebagai fasilitator, pengelola, pembimbing, dan
motifator.
1. Sebagai sumber belajar, guru sebagai sumber belajar berkaitan erat
dengan penguasaan materi pelajaran, dikatakan guru yang baik
manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga
benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya.
2. Guru sebagai fasilitator, guru dalam hal ini berperan dalam
memberikan pelayanan uantuk memudahakan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Guru sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim
belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.
Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar
tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
4. Guru sebagai Demonstator, bahwa guru dalam hal ini mempunyai
peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat
12Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2004, hlm. 187.
-
21
membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang
disampaikan.
5. Guru sebagai Pembimbing, guru dituntut untuk menjaga,
mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang
sesuai dengan potensi, minat, dan bakatnya.
6. Guru sebagai Motivator, dalam proses pembelajaran motivasi
merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Jadi, guru
diharuskan untuk memberikan dorongan yang bersifat positif.
7. Guru sebagai Evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.13
Beberapa peran guru diatas adalah cara pengoptimalan peran guru
terhadap proses pembelajaran, tentunya guru PAI dalam proses
pembelajaran memiliki peran yang sama. Namun demikian, perbedaan
materi dan kajian yang sedikit membedakan karena kompetensi yang
dituju PAI adalah kompetensi keberagamaan peserta didik.
Peran guru di masyarakat, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara secara keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai
anggota, agen, dan pendidik masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru
berperan sebagai teladan bagi masyarakat disekitarnya baik kehidupan
pribadinya maupun kehidupan keluarganya.14 Melihat fenomena tersebut
guru PAI dalam kehidupan bermasyarakat akan lebih berperan. Karena
pribadi yang mengarah pada jiwa beragama dituntut menjadi guru pribadi
dan kelompoknya, peran serta penanaman keberagamaan Islami akan
menjadi hal yang konkrit sebagai kewajiban guru PAI dalam interaksi
kehidupan dimasyarakat.
Selain mempunyai beberapa peran tersebut guru PAI juga mempunyai
tugas yang harus dilakukan untuk pengembangan mutu pendidikan peserta
didik. Dalam segala aspek guru digolongkan mempunyai tiga komponen
13Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta; Kencana Prenada media group), 2007,
hlm. 21-32. 14Mohamad Surya, Op.Cit, hlm. 46-47.
-
22
penting. Yakni, tugas dalam profesi, tugas dalam kemanusiaan, dan tugas
dalam bidang kemasyarakatan.
Tugas guru dalam profesi, meliputi mendidik, megajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan, melatih berarti mengembangkan ketrampilan-
ketrampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan, di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua, ia harus mampu menarik
simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang
diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.
Tugas dalam masyarakat, masyarakat menempatkan guru pada tempat
yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru
diharapkan masyrakat dapat menimba ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa
guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.15
Peran dan tugas guru tidak hanya terbatas dalam masyarakat saja akan
tetapi pada hakikatnya guru merupakan komponen strategis yang memiliki
peran penting dalam menentukan kemajuan bangsa. Terlebih, guru PAI
penanaman keberagamaan sesuai dengan nilai-nilai luhur Al-quran
senantiasa menjadi peran dan tugas guru PAI untuk mengaplikasikan baik
dari pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.
4. Tujuan PAI.
PAI merupakan nama yang diberikan pada salah satu subjek pelajaran
yang harus dipelajari oleh siswa muslim. Ia merupakan bagian tak
terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan alat untuk
mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan. Karena itu,
subjek ini diharapkan dapat memberikan keseimbangan dalam kehidupan
anak kelak, yakni manusia yang memiliki kualifikasi tertentu, tetapi tidak
terlepas dari nilai-nilai agama. Dengan kata lain, ia merupakan salah satu
15Moh. Uzer Usman, Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2006, hlm. 6-7.
-
23
subjek pelajaran yang bersama-sama dengan subjek studi yang lain,
dimaksudkan untuk memnbentuk manusia yang utuh. Dengan demikian,
tujuan utama dari PAI adalah untuk memberikan corak Islam pada sosok
lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tujuan tersebut dapat
dicapai dengan memberikan materi atau pengalaman yang berisi ajaran
agama Islam, yang umumnya sudah tersusun secara sistematis dalam ilmu-
ilmu keIslaman.16
Pengertian akan PAI pada sekolah umum bertujuan meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap
ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan PAI ini mendukung dan
menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan
oleh pasal 3 bab II Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tantang Sistem
Pendidikan Nasional. Tujuan umum PAI ini tereabolasi untuk masing-
masing satuan pendidikan dan jenjangnya, dan kemudian dijabarkan
menjadi kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.17
Sedangkan tujuan PAI dalam lingkup SMA yang sesuai dengan
peraturan pemerintah tentang Standar kompetensi dan kompetensi dasar
tingkat SMA merupakan pelajaran agama yang mempunyai tujuan: 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT.
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga
16Muntholiah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati), 2002,
hlm. XII-XIV. 17Departemen Agama, Pedoman Pendidikan Agama Islam untuk sekolah umum, (Jakarta:
Departemen Agama), 2004, hlm. 4.
-
24
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
agama dalam komunitas sekolah.18
Disebutkan juga dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA
& MA, bahwa tujuan PAI SMA adalah untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam
hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.19
5. Pelaksanaan PAI.
PAI adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama islam,
yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia
maupun di akhirat kelak.20
Pelaksanaan PAI sendiri dilaksanakan pada lembaga sekolah negeri
maupun swasta dari tingkatan sekolah dasar hingga sekolah menengah
atas.
Menurut sejarah perkembangannya pelaksanaan PAI pada sekolah
adalah pada saat pemerintahan Indonesia mulai membentuk tatanan
pendidikan Negara, dan pelaksanaannya yaitu sebagai tindak lanjut dari
peraturan bersama menteri PP&K dan menteri agama, pada tanggal 16 Juli
1961 dibentuk panitia perancana PAI disekolah-sekolah Negeri yang
berkedudukan di Yogyakarta dalam rangka menyusun rencana pelajaran
18Lihat Standar kompetensi dasar tingkat SMA, hlm. 2, dwonload
http://yplhc.org/download/PP_19_THN_2005_SPN.pdf, Rabu, 11 Juni 2008 pukul 15.30. WIB 19Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusat
kurikulum Depdiknas), 2003, hlm. 8. 20Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 2000, hlm. 86.
-
25
Agama Islam di SR kurikulum pelajaran Agama Islam (Sekolah Rakyat).
Dan pada akhir Juli 1951 panitia berhasil menyusun pedoman minimum
PAI di SR Negeri. Menurut pedoman tersebut pembagian pelajaran untuk
berbagai kelas dalam satu tahun adalah 160 jam (40 x 4 jam). Dan
dilaksanakan dimasing-masing sekolah sesuai jadwal pelaksanaan
pelajaran pendidikan agama Islam.21
B. Kenakalan siswa. Pembelajaran didalam kelas merupakan proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik. Interaksi edukatif senantiasa dikemas
secara rapi oleh pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan, dan hasil dari
belajar tersebut bisa langsung diamati bahwa pendidikan yang dilaksanakan
berhasil atau tidak.
Peserta didik atau siswa memiliki karakter berbeda-beda hal ini
muncul karena mereka berasal dari lingkungan yang berbeda-beda.
Lingkungan itulah yang membentuk pribadi siswa itu sendiri. Perilaku siswa
dapat dinilai dan diamati dalam hubungan dengan teman, guru, dan lain
sebagainya, dikatakan menyimpang apabila siswa melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan peraturan yaitu peraturan sekolah. Dan, dikatakan baik
apabila siswa melaksanakan peraturan sebagaimana mestinya. Untuk menjadi
siswa yang baik peran guru sebagai pengajar dan pendidik sangatlah
dibutuhkan. Jadi pedoman awal bagi para guru adalah bagaimana membentuk
pribadi siswa yang baik dan tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam
bentuk apapun didalam ataupun luar sekolah.
1. Pengertian kenakalan
Kenakalan berasal dari kata nakal yang berarti kurang baik (tidak
menurut, mengganggu dan sebagainya) terutama pada anak-anak.22
Menurut Sudarsono sebagaimana mengutip pendapat Bimo Walgito
memberikan pengertian tentang kenakalan anak sebagai berikut :Tiap
21Ibid, hlm. 19. 22Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka), 2002 edisi III cet. 2
hlm. 971.
-
26
perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka
perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang
melawan hukum, yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja.23
Yaitu kenakalan anak adalah suatu contoh perilaku yang ditunjukan oleh
remaja di bawah usia 18 tahun dan perbuatan tersebut melanggar aturan,
yang dianggap berlebihan dan berlawanan dengan norma masyarakat.
Maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan merupakan perilaku yang
berupa penyimpangan atau pelanggaran pada norma yang berlaku. Ditinjau
dari segi hukum kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang
belum bisa dikenali hukum pidana sehubungan dengan usianya.24
Kenakalan siswa pada usia remaja dapat diidentifikasi lewat pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan yang secara alami. Pada masa perkembangan
menuju dewasa inilah siswa remaja mempunyai daya kuat untuk
melakukan perlawanan-perlawanan terhadap peraturan yang ada.
Membahas perilaku menyimpang sebenarnya tidak dapat melepaskan
diri dari perilaku yang dianggap normal dan sempurna yang dapat diterima
oleh masyarakat umum sesuai dengan pola kelompok masyarakat setempat
dan cocok dengan norma sosial yang berlaku pada saat dan di tempat
tertentu. Sehingga permasalahan perilaku menyimpang berbatas waktu dan
tempat.
Sedang predikat pribadi yang normal yaitu menampilkan diri secara
sempurna, ideal, berada dalam skor rata-rata secara statistik, tanpa adanya
sindrom-sindrom medis adekuat (serasi dan tepat). Sehingga secara umum
bisa diterima oleh kelompok sosial yang berlaku. Pribadi normal
mempunyai ciri: relatif dekat dengan integrasi jasmani dan rohani yang
ideal. Kehidupan psikisnya relatif stabil, tidak banyak memendam konflik
batin dan tidak berkonflik dengan lingkungan. Batinya tenang seimbang,
badanya selalu merasa kuat serta sehat. Sedangkan predikat Abnormal
diterjemahkan dalam pengertian sosiologis yang dapat dijelaskan sebagai
23Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta), 2004, cet. 4 hlm. 11. 24Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang), 2002, hlm. 139.
-
27
berikut: Sosiopatik, yaitu perilaku menyimpang secara sosial, tidak
mampu menyesuaikan diri, tingkah lakunya tidak dapat diterima oleh
umum, dan tidak sesuai norma-norma sosial yang berlaku.25
Kenakalan juga mempunyai arti semacam "seruan pemberontakan"
terhadap gaya belajar tertentu yang dipaksakan. Karena peserta didik
menganggap gaya belajar yang diterapkan kepadanya tidak sesuai dengan
gaya belajar alamiah mereka.26 Artinya, sistem yang disajikan oleh
peraturan yang ada dalam lingkup sekolah tidak mampu memberikan
kenyamanan dalam interaksi dalam kehidupan kesehariannya di sekolah.
Dari beberapa pengertian diatas dapat sedikit penulis simpulkan bahwa
kenakalan adalah pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik dan
mengarah pada penyimpangan perilaku sewajarnya baik dalam kelas
ataupun luar kelas, dan pelanggaran tersebut adalah pelanggaran pada
peraturan yang sudah ada.
2. Arti Pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah
pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses ini
berlangsung secara interdepensi, artinya saling bergantung satu sama lain.
Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara
pilah berdiri sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaanya.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang
menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat,
dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan
jasmaniah) yang herediter dalam bentuk aktif secara berkesinambungan.
25Ibid, hlm. 140. 26www.sumardiono.com/index.php, Kamis, 29 Mei 2008 Pukul 10.30 WIB.
-
28
Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran
kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatanya. Begitu pula
pertumbuhan akar mencakup perubahan yang makin sempurna tentang
sistem jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya.
Dengan demikian, pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses
perubahan dan proses pematangan fisik.27
Perkembangan merupakan proses perubahan yang dialami anak untuk
mencapai kedewasaan yang diharapkan, perkembangan pada anak akan
mengalami tahapan-tahapan tertentu, dan setiap tahapan selalu memiliki
ciri yang khusus dan berbeda dengan tahapan lainnya, sehingga
pemahaman terhadap tahapan perkembangan yang dialami siswa dengan
berbagai sifat-sifatnya yang unik tersebut akan memberikan bekal kepada
guru sebagai pengajar uantuk menyesuaikan cara mengajar, pemilihan
materi, pemilihan sumber belajar, ataupun pemilihan metode pembelajaran
yang tepat.28
3. Faktor penyebab kenakalan siswa.
Problem yang muncul pada kehidupan remaja dalam lingkungan
sekolah seringkali termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam
menghadapi pelajaran di sekolah, baik dalam tulisan maupun penyelesaian
tugas. Kesulitan semacam ini bukan timbul semata-mata karena reaksi
spontan terhadap suatu keadaan, tetapi biasanya merupakan akibat dari
satu rangkaian peristiwa yang sudah berlangsung lama atau berlarut-larut.
Remaja yang mengalami problem disekolah pada umumnya
mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran
dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian timbul
sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan seperti membolos,
melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi, dan sebagainya. Hal ini
dapat dilihat dari berbagai dimensi penyenebab yaitu faktor-faktor
diantaranya adalah:
27Sunarto & B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya), 2006, hlm. 34-35.
28Endang Poerwanti & Nur Widodo, Opcit, hlm. 17.
-
29
Kurang adanya kematangan fisik, mental dan emosi sesuai dengan teman
sebaya dan harapan sosial.
1) Adanya hambatan fisik atau kelainan organisme, baik pendengaran,
penglihatan, cacat tubuh dan sebagainya.
2) Kemauan yang kurang atau justru terlalu tinggi.
3) Adanya hambatan atau gangguan emosi akibat tekanan dari orang
dewasa khususnya guru sebagai pendidik di sekolah.29
Sedangkan menurut Zakiah darajat penyebab terjadinya kemorosotan
moral (akhlak) yang nantinya akan berakibat pada kenakalan siswa. adalah
sebagai berikut;
1) Kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap orang dalam masyarakat.
2) Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi
maupun sosial politik.
3) Pendidikan moral yang tidak terlaksana menuurt semestinya, baik di
sekolah, keluarga, maupun dalam masyarakat luas.
4) Suasana rumah tangga siswa yang kurang baik adan harmonis.
5) Diperkenankanya secara popular obat-obatan dan alat anti hamil secara
lebih luas dan terbuka.
6) Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-
kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar, dan tuntutan moral
yang seimbang dengan pembentukan karakter siswa.
7) Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu terluang dengan cara
yang lebih baik dan membawa kepada pembinaan moral.
8) Tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan
bagi siswa dalam mendukung terwujudnya peningkatan moral siswa.30
Dari keterangan diatas berarti penyebab munculnya kenakalan
bersumber dari berbagai faktor yang berhubungan dengan peserta didik
baik berasal dari faktor dalam ataupun luar siswa.
29Ibid, hlm. 134. 30Mukhtar, Op.Cit, hlm. 74.
-
30
4. Tipe-tipe kenakalan siswa.
Pelanggaran pada peraturan sekolah adalah dalam rangka penolakan
atau rasa tidak nyaman siswa karena berbagai sebab dari bosan, tidak suka,
bahkan benci akan peraturan tersebut menjadiakan tindakan pelanggaran
itu dilakukan oleh siswa. Kenakalan-kenakalan tersebut tentunya
mempunyai beberapa tipe. Kenakalan pada usia remaja tidak pernah
berlangsung dalam isolasi sosial dan tidak berproses pada ruangan fakum.
Tetapi, selalu langsung dalam kontak antar personal dan dalam konteks
sosio kultural, karena itu perilaku menyimpang dapat bersifat fisiologis
atau dapat pula psikis interpersonal, antar personal dan kultural, sehingga
perilaku menyimpang atau kenakalan remaja dapat dibagi menjadi empat
kelompok besar yaitu:
1. Delikuensi Individual adalah perilaku menyimpang yang berupa
tingkah laku kriminal yang merupakan ciri khas jahat yang
disebabkan oleh prodisposisi dan kecenderungan penyimpangan
tingkah laku psikopat, neorotis, dan anti sosial. Penyimpangan perilaku
ini dapat diperhebat dengan stimuli sosial yang buruk, teman bergaul
yang tidak tepat dan kondisi kultural yang kurang menguntungkan.
Perilaku menyimpang pada tipe ini seringkali bersifat simptomatik
karena muncul dengan disertai banyaknya konflik-konflik intra psikis
yang bersifat kronis dan disintegrasi.
2. Delikuensi Situasional adalah bentuk penyimpangan perilaku tipe ini
pada umumnya dilakukan oleh anak-anak dalam klasifikasi normal
yang banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik
situasi yang berupa stimuli sosial maupun kekuatan tekanan
lingkungan teman sebaya yang semuanya memberikan pengaruh yang
menekan dan memaksa pada pembentukan perilaku menyimpang.
Penyimpangan perilaku dalam bentuk ini seringkali muncul sebagi
akibat transformasi kondisi psikologis dan reaksi terhadap pengaruh
eksternal yang bersifat memaksa.
-
31
3. Delikuensi Sistematik yaitu perbuatan menyimpang dan kriminal pada
anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku menyimpang
yang disistematisir, dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya
yang berperilaku seragam yaitu dalam melakukan kenakanalan atau
penyimpangan. Dorongan berperilaku pada kelompok remaja terutama
muncul pada saat kelompok remaja ini dalam kondisi tidak sadar atau
setengah sadar, karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang
tidak terawasi oleh kontrol diri dan kontrol sosial.
4. Delinkuensi Komulatif pada hakikatnya bentuk delikuensi ini
merupakan produk dari konflik budaya yang merupakan hasil dari
banyak konflik kultural yang kontroversial dalam iklim yang penuh
konflik. Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri utama yaitu:
a) Mengandung banyak demensi keteganan syaraf, kegelisahan batin,
dan keresahan hati pada remaja, yang kemudian disalurkan dan
dikompensasikan secara negatif pada tindak kejahatan dan agresif
tak terkendali.
b) Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan
dan kewibawaan orang dewasa yang dirasa berlebihan. Untuk
dapat menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar
norma sosial dan hukum. c) Diketemukan adanya bahaya penyimpangan seksual yang disebab
oleh penundaan usia perkawinan, jauh sesudah kematangan
biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontrol diri yang kuat, hal
ini bisa terjadi karena sulitnya lapangan ataupun sebab-sebab yang
lain.31
Beberapa pengertian diatas adalah bentuk kenakalan yang selalu
melingkupi dalam kenakalan siswa. Pada usia menuju dewasa inilah
(remaja) siswa mulai merasa mampu untuk memberontak pada peraturan
yang mengikat mereka terutama di lingkungan sekolah. Dan melakukan
penyimpangan perilaku.
31Endang Poerwanti & Nur Widodo, Op.Cit, hlm.141-143.
-
32
C. Peranan guru PAI dalam menanggulagi kenakalan siswa. Secara histories, filosofis maupun konstitusi status PAI di
Indonesia sangat mapan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem
pendidikan nasional. Dilihat secara khusus dari tujuan, yang merupakan
penentu arah dan gerak operasionalnya, maka jelas bahwa tujuan PAI adalah
mengkonkritkan yang masih abstrak karena memang abstraksi dari iman
dan taqwa menurut agama yang diakui di Indosesia.
Dengan demikian semakin jelas bahwa PAI merupakan sub sistem
pendidikan nasional, yang konsekuensinya adalah bahwa tanpa sistem PAI,
maka sistem pendidikan nasional belum lengkap, karena merupakan wadah
tumpuan utama bagi mayoritas warga negara.32
Melihat kenyataan bahwa PAI pada sekolah umum bertujuan
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta
didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam pribadi dan
masyarakat, berbangsa dan bernegara.33 Guru PAI harus mempunyai
kompetensi yang seimbang atas apa yang diajarkannya. Karena peranan guru
PAI dalam praktiknya tidak hanya memberikan pemahaman terhadap peserta
didik saja. Akan tetapi, pembentukan perilaku yang baik menjadi salah tujuan
kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Disamping itu guru agama sebagai pengemban amanah pembelajaran
PAI haruslah orang yang memiliki pribadi yang soleh. Hal ini merupakan
kosekuensi logis karena dialah yang akan mencetak anak didiknya menjadi
anak saleh. Menurut Al-Ghazali, seorang guru agama sebagai penyampai
ilmu, semestinya dapat menggetarkan jiwa atau hati murid-muridnya sehingga
semakin dekat kepada Allah SWT dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah
dibumi ini. Semua itu tercermin melalui peranannya dalam sebuah proses
pembelajaran.34
32Muntholiah, Op.Cit, hlm. 15. 33Ibid, hlm. 19. 34Mukhtar, Op.Cit. hlm. 93.
-
33
Peranan guru PAI dalam pembentukan akhlak merupakan kewajiban
sebagai seorang guru agama, oleh karena itu agar tidak terjadi pelanggaran
yang akan terjadi dan berakibat munculnya kenakalan siswa, guru PAI
haruslah mempunyai jiwa Pembimbing, model (uswah), dan penasihat.
Peran pendidik sebagai pembimbing, peran ini sangat berkaitan
dengan praktik keseharian. Artinya perlakuan pendidik terhadap siswanya
sama dengan perlakuan yang diberikan orang tua di rumah terhadap anak-
anaknya, yaitu harus respek, kasih sayang dan perlindungan. Tidak boleh ada
seorang siswa pun yang merasa dendam, iri, benci, terpaksa, tersinggung,
marah, dipermalukan, atau sejenisnya yang disebabkab perlakuan
pendidiknya. Dengan demikian, siswa merasa senang dan familiar untuk
sama-sama menerima pelajaran dari pendidiknya tanpa ada paksaan, tekanan,
dan sejenisnya.
Peranan pendidik sebagai model (uswah), Dalam aktivitas dan proses
pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam, proses
pembelajaran yang berlangsung dikelas ataupun diluar kelas memberikan
kesan segalanya berbicara terhadap siswa. Dengan demikian, tutur kata, sikap,
cara berpakaina, penampilan, alat peraga, cara mengajar, dan gerik-gerik
pendidik selalu diperhatikan oleh siswa. Tindak-tanduk, perilaku, bahkan gaya
pendidik dalam mengajar pun akan sulit dihilangkan dalam ingatan setiap
siswa.
Karakteristik pendidik selalu diteropong dan sekaligus dijadikan
cermin oleh siswa-siswanya. Pada intinya, pendidik yang memiliki kedekatan
dengan lingkungan siswa di sekolah akan dijadikan contoh oleh siswanya.
Karakter pendidik yang baik seperti kedisiplinan, kejujuran, keadilan,
kebersihan, kesopanan, ketulusan, ketekunan, kehati-hatian, akan selalu
direkam dalam pikiran siswa dan dalam batas waktu tertentu akan diikuti
mereka.
Demikian pula sebaliknya, semua kejelekan pendidik juga akan
direkam oleh siswa dan biasanya akan lebih mudah dan cepat diikuti mereka.
Semua karakter pendidikan akan menjadi contoh bagi siswa. Meskipun kita
-
34
tahu bahwa kebaikan pendidik akan menjadi contoh, namun dalam praktiknya
tetap saja sulit diwujudkan. Padahal, kejelekan pribadi pendidik dengan
mudahnya akan menjadi contoh bagi siswa.
Ada sebuah pepatah yang mengatakan, guru kencing berdiri, siswa
kencing berlari. Jika ada pendidik yang memiliki perilaku yang sangat jelek,
maka siswa secara spontanitas akan meniru atau mencontoh perilaku jelek
tersebut dengan mudah, bahkan cenderung lebih menyimpang lagi. Secara
formal, siswa memang tidak pernah diajarkan hal seperti itu. Namun, masalah
ini tetap muncul berkaitan dengan perilaku guru didepan siswanya. Disinilah
pentingnya peran seorang pendidik sebagai suri tauladan. Hal ini hanya dapat
muncul dari orang yang memiliki mentalitas dan keterpanggilan hati nurani
untuk menjadi pendidik dalam arti yang sebenarnya, yaitu sebagai profesiny