mudarabah

19
BAB I PENDAHULUAN 1) LATAR BELAKANG Mudharabah atau yang disebut qiradh secara mudah dapat diartikan bahwa dua pihak saling melakukan akad, satu pihak memberikan modal, sedang satu pihak yang lain menjalankan modal untuk berbisnis agar tercipta keuntungan bagi kedua belah pihak. Kemudian keuntungan tersebut dibagi sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang berlaku. Sebagai makhluk sosial, kebutuhan akan kerja sama antara satu pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup, atau keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di antara sebagian manusia memiliki modal, tetapi tidak bisa menjalankan usaha-usaha produktif, atau memiliki modal besar dan bisa berusaha produktif, tetapi berkeinginan membantu orang lain yang kurang mampu dengan jalan mengalihkan sebagian modal kepada pihak yang memerlukan. Disisi lain,tidak jarang pula ditemui orang-orang yang memiliki kemampuan dan keahlian berusaha secara produktif, tetapi tidak memiliki atau kekurangan modal usaha. Berdasar kenyataan itulah, sangat diperlukan adanya 1 [email protected]

Upload: nanda

Post on 26-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengertian dan landasan syar’i mudharabah,rukun mudharabah, syarat sah mudharabah,hukum mudharabah Fasid dan Shahih, membatalan mudharabah

TRANSCRIPT

Page 1: mudarabah

BAB I

PENDAHULUAN

1) LATAR BELAKANG

Mudharabah atau yang disebut qiradh secara mudah dapat diartikan

bahwa dua pihak saling melakukan akad, satu pihak memberikan modal,

sedang satu pihak yang lain menjalankan modal untuk berbisnis agar

tercipta keuntungan bagi kedua belah pihak. Kemudian keuntungan tersebut

dibagi sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang berlaku.

Sebagai makhluk sosial, kebutuhan akan kerja sama antara satu

pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan

kebutuhan hidup, atau keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan.

Kenyataan menunjukkan bahwa di antara sebagian manusia memiliki

modal, tetapi tidak bisa menjalankan usaha-usaha produktif, atau memiliki

modal besar dan bisa berusaha produktif, tetapi berkeinginan membantu

orang lain yang kurang mampu dengan jalan mengalihkan sebagian modal

kepada pihak yang memerlukan. Disisi lain,tidak jarang pula ditemui orang-

orang yang memiliki kemampuan dan keahlian berusaha secara produktif,

tetapi tidak memiliki atau kekurangan modal usaha. Berdasar kenyataan

itulah, sangat diperlukan adanya kerja sama pemilik modal dengan orang-

orang yang tidak mempunyai atau kekurangan modal. Pada bentuk kerja

sama seperti ini, pihak miskin yang kekurangan modal itu akan sangat

terbantu, dan para pemilik modal pun tidak pula dirugikan karena

pemindahan modalnya kepada pihak lain tersebut.

Para pemilki modal yang tidak mempunyai keahlian berusaha dalam

bentuk yang produktif akan terpelihara harta yang dimilikinya itu serta akan

menerima sebagian keuntungan dsebabkan investasi yang diberikannya.

Bagi pemilik modalyang sanggup menjalankan usaha produktif, langkah

pemberian modalyang dilakukannya  kepada pihak lain akan mendapatkan

keuntungan pula karena investasi yang dia tanamkan dalam usaha dan

keuntungan  itu juga merupakan sebagai imbalan atas inflasi nilai mata uang

1 [email protected]

Page 2: mudarabah

yang selalu terjadi. Di sisi lain, bagi orang yang miskin yang tidak

mempunyai  modal, ia sangat terbantu dalam berusaha. Ia bisa berusaha

dalam lapangan ekonomi serta terhindar dari pengangguran. Tidak jarang

terjadi, karena adanya bantuan modal dari pihak lain itu, orang bisa

mengenmbangkan bakatnya dalam lapangan ekonomi, dan bahkan ada

diantara mereka akhirnya sampai mencapai tingkat kehidupan sebagai

pemilik modal besar.

Dan diantara kepentingan sistem qiradh selain untuk  menghilangkan

pengangguran, ialah walaupun qiradh itu mengandung perjanjian bahwa

keuntungan (laba) untuk kedua-belah pihak entah masing-masing

separuhnya atau dengan prosentase yang ditentukan akan tetapi bila terjadi

kerugian yang menjalankan modal, dia tetap berhak mendapatkan upah yang

wajar yang disebut: ujratul mitsli. Jadi dia (pelaksana) itu tidak ikut rugi,

melainkan tetap mendapat keuntungan sebagai upah.

Hukumnya boleh.

Sabda Nabi SAW:

“Tiga macam, padanya mempunyai berkah, ialah:

1) Menjual sesuatu barang yang ditangguhkan membyarnya kepada

waktu tertentu. (suatu  sistim dagang yang mengandung sosial bagi

pembeli yang miskin);

2) Bagi untung; (karena mengandung manfaat bagi orang yang tidak

punya modal);

3) Mencampurkan biji sawi dengan gandum untuk dimakan supaya

menjadi kekuatan (seperti denganbubur)”.(H.R Ibnu Majah)

2) RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan landasan syar’i mudharabah?

2. Apa yang termasuk rukun mudharabah?

3. Apa saja yang termasuk syarat sah mudharabah?

4. Apa yang dimaksud dengan hukum mudharabah Fasid dan Shahih?

5. Apa saja yang dapat membatalan mudharabah

2 [email protected]

Page 3: mudarabah

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Mudharabah

Mudharabah merupakan istilah yang digunakan oleh orang Irak,

sedankan orang Hijaz menyebutnya dengan istilah qiradh. Dengan

demikian, mudharabah dan qiradh adalah dua istilah untuk maksud yang

sama.

Orang Irak menyebutnya, dengan istilah mudharabah ,(مضرابه)

sebab “setiap melakukan akad memiliki bagian dari laba”.

Sedangkan orang Hijaz menyebutnya qiradh (قراض) diambil dari

kata قرض yang berarti potongan, sebab pemilik memberikan potongan dari

hartanya untuk diberikan kepada pengusaha agar mengusahakan harta

tersebut untuk berdagang, dan pengusaha akan memberikan potongan dari

laba yamg diperoleh dari perdagangan.

Mudharabah adalah salah satu bentuk kerja sama antara pemilik

modal (shahib al-mal) dan pedagang/pengusaha/orang yang mempunyai

keahlian melakukan sebuah usaha bersama.

Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pengusaha /

pedagang untuk usaha tertentu. Jika dari usaha tersebut mendapatkan

keuntugan , maka keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.

Namun jika terjadi kerugian dalam usaha , kerugian tersebut ditanggung

pemilik modal dan pengusaha tidak berhak atas upah usahanya.

2. Landasan Hukum

Para ulama fiqih sepakat bahwa mudharabah disyariatkan dalam

islam berdasarkan Al-Quran, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas

a. Al-Quran

3 [email protected]

Page 4: mudarabah

(Al-Muzzammil [73]: 20)

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri

(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua

malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari

orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran

malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak

dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia

memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang

mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada

di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang

berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan

orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah

apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah

sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada

Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu

perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di

sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar

pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Kata yang menjadi wajhud-dilalah atau argument dari ayat di atas

adalah yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang

berarti melakukan suatu perjalanan usaha.

[Al-Baqarah (2): 198]

4 [email protected]

Page 5: mudarabah

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari

'Arafat (selesai wuquf), berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril

Haram dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang

ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu

benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”.

b. Dalil Hadist

ة ب م ضار �مال ال دفع �ذا إ �م طل�ب� ال �د� عب �ن ب !اس �عب ال ا �د ن ي س ان �ه� ك ب صاح� على ط ر ت �ش� ا

ا ح�ر. ب �ه� ب ل ك س� ي ال ن� ة6، أ ط�ب ر �د6 ب ك ذات !ة. داب �ه� ب ر�ي ت ش� ي وال .ا، واد�ي �ه� ب �ز�ل ن ي وال �ن� ، فإ

ه از ج فأ !م ل وس �ه� وآل �ه� ي عل الله صل!ى الله� و�ل س ر ط ه ر� ش غ ل فب ، ضم�ن ذل�ك فعل

( عباس( ابن عن األوسط فى الطبراني رواه .

”Adalah Abbas bin Abdul Muththalib, apabila ia menyerahkan sejumlah

harta dalam investasi mudharabah, maka ia membuat syarat kepada

mudharib, agar harta itu tidak dibawa melewati lautan, tidak menuruni

lembah dan tidak dibelikan kepada binatang, Jika mudharib melanggar

syarat2 tersebut, maka ia bertanggung jawab menanggung risiko. Syarat-

syarat yang diajukan Abbas tersebut sampai kepada Rasulullah Saw, lalu

Rasul membenarkannya”.(HR ath_Thabrani). Hadist ini menjelaskan

praktek mudharabah muqayyadah.

ال : للبيت باالشعير البر وخلط اجل الى والبيع المقارضة البركة فيهن ثالثة

( ماجه( ابن للبيع

“Tiga macam mendapat barakah: muqaradhah/ mudharabah, jual beli

secara tangguh, mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah

bukan untuk dijual”. (HR.Ibnu Majah).

c. Ijma

5 [email protected]

Page 6: mudarabah

Diantara ijma dalam mudharabah, adanya riwayat yang menyatakan bahwa

jemaah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah.

Perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.

أألشعري موسى أبو لقيا أنهما عمر ابني الله عبيد و الله عبد عن

منه وابتاعا ماال منه فتسلفا نهاوند غزوة من منصرفهما باالبصرة

رأس أخذ عمر أراد و فيه ربحا و فباعاه المدينة به قدما و متاعا

يكون ال فكيف علينا ضمنه كان تلف كان لو فقاال كله الربح المال

جعلته لو المؤمنين أمير يا رجل فقال لنا قد قراضا الربح فقال

مالك ( ) أخرجه الربح نصف منهما وأخذ قراضا جعلته

Dari Abdullah dan ‘Ubaidullah, keduanya anak Umar, bahwa

keduanya bertemu dengan Abu Musa Al-Asy’ary di Basrah, setelah pulang

dari perang Nahawand. Keduanya menerima harta dari Abu Musa untuk

dibawa ke Madinah (ibu kota). Di perjalanan keduanya membeli harta benda

perhiasan, lalu menjualnya di Madinah, sehingga keduanya mendapat

keuntungan. Umar memutuskan untuk mengambil modal dan keuntungan

semuanya. Tetapi kedua anaknya berkata,”Jika harta itu binasa, bukankah

kami yang bertanggung jawab menggantinya. Bagaimana mungkin tak ada

keuntungan untuk kami?”. Maka berkata seseorang kepada Umar,“Wahai

Amirul Mukminin, alangkah baiknya jika engkau jadikan harta itu sebagai

qiradh”. Umar pun menerima usulan itu. Umar berkata,”Aku menjadikannya

qiradh”. Umar mengambil separoh dari keuntungan (50 % untuk Baitul Mal

dan 50% untuk kedua anaknya).

Mudharabah menurut Ibn Hajar telah ada sejak zaman Rasulullah, beliau

mengetahui dan mengakuinya. Bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul,

Muhammad telah melakukan Qiradh/ mudharabah. Muhammad

mengadakan perjalanan ke Syam untuk menjual barang-barang milik

Khadijah r.a yang kemudian menjadi istri beliau.

d. Qiyas

6 [email protected]

Page 7: mudarabah

Mudharabah diqiyaskan kepada Al Musyaqah (menyuruh seseorang untuk

mengelola kebun). Selain diantara manusia, ada yang miskin dan ada pula

yang kaya. Disatu sisi, banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan

hartanya. Disisi lain tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi

tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan

antara lain untuk memenuhi kedua golonagn diatas, yakni untuk

kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.

3. Rukun Mudharabah

Rukun Mudharabah adalah hal – hal yang harus dipenuhi untuk dapat

terlaksananya akad mudharabah. Ia adalah pilar bagi terwujudnya akad. Jika

salah satu tidak terpenuhi, maka akan mudharabah tidak bias terjadi.

Munurut Jumhur Ulama rukun akad mudharabah :

1) A’qidain (Ada dua orang yang berakad, ialah shahib al mal (yang

memberi modal) dan mudharib (yang melaksanakan modal) ).

2) Al- mal ( modal ), sejumlha dana yang dikelola

3) Al –A’mal ( usaha ) dari mudharib.

4) Al-Ribh (keuntungan) laba yang di dapatkan untuk dibagi bersama

sesuai kesepakatan.

5) Shighat ( ucapan serah terima)

Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah , rukun mudharabah hanya satu

yaitu Ijab (ungkapan penyerahan modal ) dan qabul ( ungkapan menerima

modal dan ungkapan persetujuan kedua pihak) 1

4. Syarat Sah Mudharabah

Syarat-syarat sah mudharabah berkaitan dengan aqidaini (dua orang

yang akan akad), modal, dan laba.

1 M. Yazid Afandi, M.Ag “ Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syariah”, hlm.106

7 [email protected]

Page 8: mudarabah

  1.      Syarat Aqidaini

Disyaratkan bagi orang yang akan melakakan akad, yakni pemilik

modal dan pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil ,

sebab mudharib mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil.

Namun demikian, tidak disyaratkan harus muslim, Mudharabah dibolehkan

dengan orang kafir dzimmi atau orang kafir yang dilindungi di negara islam.

Adapun ulama Malikiyah memakruhkan mudharabah dengan kafir

dzimmi jika mereka melakukan riba.

   2.      Syarat Modal

a) Berbentuk uang

Modal harus berupa uang, maka jika modal berbentuk barang ,

menurut ulama tidak diperbolehkan sebab sulit menentukan

keuangan.2

b) Jelas jumlah dan jenisnya

Jumlah modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan

antara modal yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan

dari perdagangan tersebut yang akan dibagikan kepada dua belah

pihak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

c) Tunai

Modal bukan merupakan pinjaman hutang, modal yang berupa

pinjaman secara hakiki bukan merupakan harta dari shabil a’mal

d) Modal diserahkan sepenuhnya kepada pengelola secara langsung

Apabila tidak diserahkan kepada mudharib secara langsung dan

tidak diserahkan sepenuhnya (berangsur-angsur) dikhawatirkan akan

terjadi kerusakan pada modal, yaitu penundaan yang dapat

mengganggu waktu mulai bekerja dan akibat yang lebih jauh

mengurangi kerjanya secara maksimal.

2 M. Yazid Afandi, M.Ag “ Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syariah”, hlm.107

8 [email protected]

Page 9: mudarabah

3. Syarat-Syarat Laba

a. Proporsi jelas. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola

dan pemilik modal harus jelas persentasenya, seperti 60% : 40%,

50% : 50% dan sebagainya menurut kesepakatan bersama.

b. Keuntungan harus dibagi untuk kedua belah pihak, yaitu

pemilik modal dan pengelola (mudharib).

c. shahib al-mal siap mengambil resiko rugi dari modal yang

dikelola, sebaliknya mundharib mengambil resiko tidak

mendapat apa – apa dari usahanya,seandainya perniagaan tidak

dapat merealisasikan keuntungan . Sharing kerugian dalam akad

mudharabah diwujudkan dengan bentuk shahib al- mal rugi

secara materil dan mudharib rugi secara non materil ( tenaga dan

fikiran)

d. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan.Pembagian

keuntungan dapat dilakukan dengan dua cara , yaitu sistem

revenue sharing dan profit sharing. Revenue sharing adalah

pembagian keuntungan yang dilakukan sebelum dipotong biaya

operasional, sehingga bagi hasil dihitung dari keuntungan kotor/

pendapatan. Sedangkan profit sharing adalah pembagian

keuntungan dilakukan setelah dipotong biaya operasional,

sehingga bagi hasil dihitung dari keuntungan bersih.

5. Hukum Mudharabah

Hukum Mudharabah terbagi dua, yaitu mudharabah sahih dan

mudharabah fasid. Kedua jenis miudharabah ini akan menjelaskan di bawah

ini.

1) Hukum Mudharabah Fasid

Salah satu contoh mudharabah fasid adalah mengatakan, “Berburulah

dengan jarng saya dan hasil buruannya dibagi di antara kita”. Hasil yang

diperoleh pengusaha atau pemburu diserahkan kepada pemilik harta

(modal), sedangkan pemburu tidak memiliki hak sebab akadnya fasid. Tentu

9 [email protected]

Page 10: mudarabah

saja, kerugian yang ada pun ditanggung sendiri oleh pemilik modal. Namun,

jika modal rusak atau hilang, yang diterima adalah ucapan pengusaha

dengan sumpahnya. Beberapa hal lain dalam mudharabah fasid yang

mengharuskan pemilik modal memberikan upah kepada pengusaha, antara

lain:

a.       Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha dalam membeli,

menjual, memberi, atau mengambil barang.

b.      Pemilik modal mengharuskan pengusaha untuk bermusywarah sehingga

pengusaha tidak bekerja, kecuali atas seizinnya.

c.       Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha agar mencampurkan

harta modal tersebut dengan harta orang lain atau barang lain miliknya.

2) Hukum Mudharabah Shahih

Hukum mudharabah shahih yang tergolong sahih sudah conthnya: 

Tanggung Jawab Pengusaha.

Ulama fiqih telah sepakat bahwa pengusaha bertanggung jawab

atas modal yang ada ditangannya, yakni sebagai titipan. Hal ini karena

kepemilikkan modal tersebut atas seizin pemiliknya. Apabila pengusaha

beruntung, ia memiliki hak atas laba secara bersama-sama dengan pemilik

modal.

Jika mudharabah rusak karena adanya beberapa sebab yang

menjadikannya rusak, pengusaha menjadi pedagang sehingga iapun

memiliki hak untuk mendapatkan upah. Jika harta rusak tanpa disengaja, ia

tidak bertanggung jawab atas rusaknya modal tersebut. Jika mengalami

kerugian pun, ditanggung oleh pengusaha saja.

6. Perkara yang Membatalkan Mudharabah

Mudharabah dianggap batal pada hal berikut.

  1.   Pembatalan, Larangan Berusaha, dan Pemecatan

10 [email protected]

Page 11: mudarabah

Mudaharabah menjadi batal dengan adanya pembatalan mudharabah,

larangan untuk mengusahakan (tasharruf), dan pemecatan. Semua ini jika

memenuhi syarat pembatalan dan larangan, yakni orang yang melakukan

akad mengetahui pembatalan dan pemecatan tersebut, serta modal telah

diserahkan ketika pembatalan atau larangan. Akan tetapi, jika pengusaha

tidak mengetahui bahwa mudharabah telah dibatalkan, pengusaha

(mudharib) dibolehkan untuk tetap mengusahakannya.

  2.  Salah Seorang Aqid Meninggal Dunia

Jumhur ulama berpendapat bahwa mudharabah batal, jika salah seorang

aqid meninggal dunia, baik pemilik modal maupun pengusaha. Hal ini

karena mudharabah berhubungan dengan perwakilan yang akan batal

dengan meninggalnya wakil atau yang mewakilkan. Pembatalan tersebut

dipandang sempurna dan sah, baik diketahui salah seorang yang melakukan

akad atau tidak.

            Ulama Malikiyyah berpendapat bahwa mudharabah tidak batal

dengan meninggalnya salah seorang yang melakukan akad, tetapi dapat

diserahkan kepada ahli warisnya, jika dapat dipercaya.

  3.   Salah Seorang Aqid Gila

Jumhur ulama bahwa gila membatalkan mudharabah sebab gila atau

sejenisnya membatalkan keahlian dalam mudharabah.

  4.   Pemilik Modal Murtad

Apabila pemilik modal murtad (keluar dari islam) atau terbunuh dalam

keadaan murtad, atau bergabung dengan msusuh serta diputuskan oleh

hakim atas pembelotannya, menurut Imam Abu Hanifah, hal itu

membatalkan mudharabah sebab bergabung dengan musuh sama saja

dengan mati. Hal itu menghilangkan keahlian dalam kepemilikan harta,

dengan dalil bahwa harta orang murtad dibagikan diantara para ahli

warisnya.

 

 5. Modal Rusak di Tangan Pengusaha

11 [email protected]

Page 12: mudarabah

Jika harta rusak sebelum dibelanjakan, mudhrabah menjadi batal. Hal ini

karena modal harus dipegang oleh pengusaha. Jika modal rusak,

mudharabah batal.

            Begitu pula, mudharabah dianggap rusak jika modal diberikan

kepada orang lain atau dihabiskan sehingga tidak tersisa untuk diusahakan.

12 [email protected]

Page 13: mudarabah

BAB III

KESIMPUULAN

Mudharabah atau yang disebut qiradh secara mudah dapat diartikan

bahwa dua pihak saling melakukan akad, satu pihak memberikan modal

(Shahib al-mal ) , sedang satu pihak yang lain menjalankan

modal( mundharib) untuk berbisnis agar tercipta keuntungan bagi kedua

belah pihak. Kemudian keuntungan tersebut dibagi sesuai dengan perjanjian

atau kesepakatan yang berlaku. Namun jika terjadi kerugian dalam usaha ,

kerugian tersebut ditanggung pemilik modal dan pengusaha tidak berhak

atas upah usahanya.

Rukun akad mudharabah :

1) A’qidain (Ada dua orang yang berakad, ialah shahib al mal (yang

memberi modal) dan mudharib (yang melaksanakan modal) ).

2) Shighat ( ucapan serah terima)

3) Al- mal ( modal ), sejumlha dana yang dikelola

4) Al –A’mal ( usaha ) dari mudharib

5) Al-Ribh (keuntungan) laba yang di dapatkan untuk dibagi bersama

sesuai kesepakatan.

13 [email protected]