mpph

13
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM TUGAS METODOLOGI PENELITIAN DAN PENULISAN HUKUM KELAS D USULAN PENELITIAN SKRIPSI DISUSUN OLEH : NAMA : ELVINA LUHULIMA NIM : 12/328647/HK/19099 YOGYAKARTA 2014

Upload: elvina-luhulima

Post on 11-Aug-2015

36 views

Category:

Law


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MPPH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS HUKUM

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN DAN PENULISAN HUKUM KELAS D

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ELVINA LUHULIMA

NIM : 12/328647/HK/19099

YOGYAKARTA

2014

Page 2: MPPH

A. JUDUL

“KEDUDUKAN WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN

PRESIDENSIAL DI INDONESIA”

B. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia merupakan Negara Hukum sebagaimana yang dimuat dalam Pasal 1

ayat (3) UUD 1945 : “Negara Indonesia adalah Negara Hukum” bukan Negara

Kekuasaan. Hal ini berarti adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan

konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut system

konstitusional yang diatur dalam Undang-undang Dasar, adanya jaminan-jaminan hak

asasi manusia dalam Undang-undang Dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas dan

tidak memihak yang menjamin persamaan setiap warga Negara dalam hokum, serta

menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh

pihak yang berkuasa.

Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat (demokrasi).

Pemilik kekuasaan tertinggi dalam Negara adalah rakyat. Kekuasaan sesungguhnya

adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kedaulatan rakyat Indonesia itu

diselenggarakan secara langsung dan melalui system perwakilan. Secara langsung,

kedaulatan rakyat itu diwujudkan dalam tiga lembaga negara yaitu Dewan Perwakilan

Rakyat dan Dewan Perwakilan daerah (Legislatif) ; Presiden dan Wakil Presiden

(Eksekutif) ; dan Kekuasaan Kehakiman yang terdiri atas Mahkamah Konstitusi dan

Mahkamah Agung (Yudikatif). Kekuasaan pemerintahan Negara oleh Presiden diatur dan

ditentukan dalam Bab III UUD 1945 yang diberi judul Kekuasaan Pemerintahan Negara.

Bab III UUD 1945 ini berisi 17 pasal yang mengatur berbagai aspek mengenai presiden

dan lembaga kepresidenan, termasuk rincian kewenangan yang dimiliki dalam memegang

kekuasaan pemerintah. Dapat diakatakan bahwa Bab inilah yang paling banyak materi

yang diatur didalamnya, yaitu mulai dari Pasal 4 sampai pasal 16. Bahkan sampai dengan

ketentuan Bab V tentang Kementrian Negara yang terdiri dari Pasal 17, sebenarnya sama-

sama memuat ketentuan mengenai pemerintahan Negara dibawah Presiden dan Wakil

Presiden. Selanjutnya Bab VI tentang Pemerintah Daerah yang berisi Pasal 18, Pasal

18A, dan Pasal 18B, dapat pula disebut termasuk domain pemerintahan eksekutif.

Page 3: MPPH

Sehubungan dengan uraian diatas maka dalam system Pemerintahan Presidensial

kekuasaan tertinggi ada pada eksekutif dalam hal ini Presiden dan Wakil Presiden

dibawah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pada hakikatnya,

Presiden dan Wakil Presiden merupakan satu institusi kekuasaan eksekutif yang tidak

terpisahkan karena mereka berdua dipilih dalam satu paket pemilihan secara langsung

oleh rakyat.

Jika kita kembali melihat dalam Batang Tubuh Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945, khususnya dalam Bab III mengenai Kekuasaan Pemerintahan

Negara sangat jelas memuat mengenai kedudukan dan kewenangan Presiden sedangkan

mengenai kedudukan dan kewenangan Wakil Presiden tidak dimuat secara tegas dan

jelas. Padahal dalam system pemerintahan presidensial di Indonesia, kekuasaan eksekutif

dipegang oleh Presiden dan Wakil Presiden dimana dalam stuktur ketatanegaraan

Indonesia kedudukannya sejajar, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Dengan

demikian penulis berpandangan bahwa ketidakjelasan sejauh mana kedudukan dan

kewenangan Wakil Presiden dalam system pemerintahan presidensial berdasarkan

Undang-undang Dasar perlu dikaji dan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah kedudukan dan kewenangan Wakil Presiden dalam hubungannya

dengan Presiden menurut Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dan

peraturan perundang-undangan?

2. Bagaimanakah pertanggungjawaban Wakil Presiden dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya dalam system Pemerintahan Presidensial di Indonesia berdasarkan

Konstitusi?

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai tujuan obyektif dan subjektif sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

Tujuan obyektif dari penelitian ini adalah :

a. Untuk memahami kedudukan dan kewenangan Wakil Presiden dalam

hubungannya dengan Presiden jika ditinjau berdasarkan Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan Perundangan lainnya.

Page 4: MPPH

b. Untuk mengetahui tentang pertanggungjawaban Wakil Presiden dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya dalam system Pemerintahan Presidensial di

Indonesia berdasarkan Konstitusi.

2. Tujuan Subyektif

Tujuan subyektif dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data-data yang

diperlukan sebagai bahan untuk penulisan hokum sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum universitas Gadjah Mada.

E. MANFAAT PENELITIAN

a. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan yang berharga untuk mengetaui penerapan

pengetahuan teoritis dalam bidang hukum, khususnya hukum tata Negara ke dalam

dunia nyata mengenai Penerapan konstitusi dalam system pemerintahan Presidensial

di Indonesia.

b. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan pengembangan ilmu hukum pada khususnya.

c. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran guna mengetahui

penerapan konstitusi, terutama yang menyangkut hubungan antar lembaga eksekutif,

dalam hal ini Presiden dan Wakil Presiden, sehingga di harapkan akan menimbulkan

hubungan yang positif demi kelancaran jalannya pemerintahan.

F. KEASLIAN PENELITIAN

Berdasarkan penelusuran kepustakaan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Gadjah Mada, ditemukan penelitian yang berjudul “Kedudukan dan Kewenangan

Wakil Presiden Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia” oleh Hiroanto Allifriadi

tahun 2010 dengan perumusan masalah :

1. Bagaimanakah kedudukan dan kewenangan Wakil Presiden dalam Undang-undang

Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945?

2. Apakah Wakil Presiden dapat menerbitkan produk hukum?

Page 5: MPPH

3. Bagaimanakah konsekuensi yuridis jika seorang Wakil Presiden menerbitkan suatu

produk hukum yang bersifat pengaturan (regelling) dan penetapan (beschikking)?

Dengan adanya penelitian diatas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut

dengan judul penelitian “Kedudukan Wakil Presiden dalam Sistem Pemerintahan

Presidensial di Indonesia” perumusan masalah yang berbeda yaitu :

1) Bagaimanakah kedudukan dan kewenangan Wakil Presiden dalam hubungannya

dengan Presiden menurut Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945

dan peraturan perundang-undangan?

2) Bagaimanakah pertanggungjawaban Wakil Presiden dalam menjalankan tugas

dan wewenangnya dalam system Pemerintahan Presidensial di Indonesia

berdasarkan Konstitusi?

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua penelitian ini adalah berbeda.

G. TINJAUAN PUSTAKA

System pemerintahan Indonesia setelah amandemen keempat Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia adalah Sistem Presidensial. Dalam Sistem Presidensial ini

ada 5 (lima) hal penting yang perlu diperhatikan :

(1) Presiden dan Wakil Presiden merupakan satu institusi penyelenggara kekuasaan

eksekutif negara yang tertinggi di bawah Undang-Undang Dasar. Dalam menjalankan

pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggungjawab politik berada ditangan Presiden

(concentration of power and responsibility upon the President).

(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung dan karena itu secara

politik tidak bertanggungjawab kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat atau lembaga

parlemen, melainkan bertanggungjawab langsung kepada rakyat yang memilihnya.

(3) Presiden dan / atau Wakil Presiden dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara

hukum apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum

konstitusi.

(4) Para Menteri adalah pembantu Presiden, Menteri diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden dan karena bertanggung-jawab kepada Presiden, bukan dan tidak

bertanggungjawab kepada parlemen.

Page 6: MPPH

(5) Untuk membatasi kekuasaan Presiden yang kedudukannya dalam system presidentil

sangat kuat sesuai dengan kebutuhan untuk menjamin stabilitas pemerintahan, ditentukan

pula bahwa masa jabatan Presiden lima tahunan tidak boleh dijabat oleh orang yang sama

lebih dari dua masa jabatan. Di samping itu, beberapa badan atau lembaga negara dalam

lingkungan cabang kekuasaan eksekutif ditentukan pula independensinya dalam

menjalankan tugas utamanya.

Indonesia pada dasarnya merupakan Negara yang menganut system pemerintahan

Presidensial. Namun dalam sejarah perjalanan bangsa, Indonesia pernah juga

menggunakan system parlementer, seperti yang terjadi pada era Orde Lama. Tidak hanya

itu, ketika era Orde Baru berkuasa, Indonesia kemudian menerapkan system

pemerintahan yang dapat dikatakan semi presidensial dan semi parlementer. Mengapa

demikian? Dalam satu sisi, negara ini pada era Orde Baru memberikan kewenangan yang

luas bagi Presiden dalam hal kekuasaan, eksekutif, hingga yudikatif. Namun, di satu sisi

lainnya Presiden juga harus mempertanggung jawabkan jabatannya kepada Majelis

Permusyawaratan Rakyat, yang hingga di anggap merupakan penjelmaan dari lembaga

parlemen.

Dalam system Presidensial murni, tidak perlu lagi dipersoalkan mengenai pembedaan

atau pemisahan antara fungsi kepala Negara dan kepala pemerintahan. Pembedaan dan

pemisahan itu hanya dapat dikaitkan dengan system pemerintahan parlementer yang

memang mempunyai dua jabatan terpisah. Sedangkan system pemerintahan presidensial

cukup memilki Presiden danWakil Presiden saja tanpa mempersoalkan kapan ia sebagai

kepala Negara atau kepala pemerintahan.

Sebagai hukum dasar tertulis Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia hanya

mengatur hal-hal yang bersifat pokok atau garis-garis besar saja mengenai kedudukan,

mekanisme kerja atau hubungan tata kerja antara lembaga-lembaga Negara. Selain

Presiden, dalam pasal 4 ayat (2), Pasal 6 ayat (2), dan Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, juga diatur tentang satu

orang Wakil Presiden. Pasal 4 ayat (2) menegaskan “Dalam melakukan kewajibannya,

Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”. Dalam Pasal 6A ayat (1) ditentukan

bahwa “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh

rakyat”. Ketentuan mengenai satu pasangan ini menunjukan bahwa jabatan Presiden dan

Page 7: MPPH

Wakil Presiden itu adalah satu kesatuan pasangan Presiden dan Wakil Presiden.

Keduanya adalah dwi-tunggal atau satu kesatuan lembaga kepresidenan. Akan tetapi,

meskipun merupakan satu kesatuan institusi kepresidenan, keduanya adalah dua jabatan

konstitusional yang terpisah. Oleh karena itu, meskipun di satu segi keduanya merupakan

satu kesatuan tapi di segi lain, keduanya memang merupakan dua organ yang berbeda

satu sama lain, yaitu dua organ yang tak terpisahkan tetapi dapat dan harus dibedakan

satu dengan yang lainnya.

Kedudukan menurut Hasan Zaini Zaenal yaitu kedudukan lembaga Negara sebagai

tempat suatu lembaga Negara dalam hubungannya dengan dengan lembaga-lembaga

lainnya secara keseluruhan. Bila dianalogikan, maka yang dimaksud dengan kedudukan

Wakil Presiden dalam hubungannya dengan lembaga-lembaga Negara liannya, terutama

dengan jabatan Presiden dan MPR. Apabila dihubungkan dengan lembaga MPR, jelas

tergambar bahwa kedudukan Wakil Presiden beradah dibawah Majelis. Tetapi dalam

kaitannya dengan Presiden, maka nampaknya ada dua kemungkinan mengenai

kedudukan Wakil Presiden :

1. Pertama, kedudukan sederajat dengan Presiden

2. Kedua, kududukannya beradah dibawah Presiden (tidak sederajat)

Mengenai kedudukan wakil Presiden dalam hubungannya dengan Presiden,bahwa

kedudukan Wakil Presiden sederajat dengan Presiden (menurut kemungkinan pertama),

dapat diketahui dengan pendekatan yuridis terhadap Pasal 6 ayat (2), Pasal 7, Pasal 8, dan

Pasal 9 UUD NRI 1945 jo. Pasal 2 ayat (1) dan (2) Ketetapan MPR No. II/MPR/1973.

Dengan demikian, antara Presiden dan Wakil Presiden tidak ada hierarki hubungan atasan

dan bawahan. Adapun yang nampak, hanya pembagian prioritas dalam melaksanakan

kekuasaan pemerintahab, dimana Presiden adalam pemegang prioritas (the first man),

sedangkan Wakil Presiden prioritas kedua (the second man). Selain itu menurut

kemungkinan pertama, Wakil Presiden bukan semata-mata pembantu Presiden. Wakil

Presiden adalah unsure pimpinan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga

dengan demikian, pimpinan pemerintahan dijalankan bersama (kolegial)oleh Presiden

dan Wakil Presiden. Tindakan Presiden adalah juga tindakan Wakil Presiden, dan

sebaliknya tindakan Wakil Presiden adalah tindakan Presiden juga. Konsekuensinya,

tindakan Wakil Presiden adalah tindakan Pemerintah, oleh karena menurut system UUD

Page 8: MPPH

1945, Presiden merupakan Pemerintah (Pasal 4 ayat (1)). Sebaliknya atas dasar

kemungkinan kedua, bahwa kedudukan Wakil Presiden berada dibawah Presiden (tidak

sederajat), dapat dilihat dalam Pasal 4 ayat (2) dihubungkan dnegan Pasal 5 UUD NRI

tahun 1945 serta penjelasannya. Ternyata Presiden adalah satu-satunya penyelenggara

pemerintahan Negara yang tertinggi, berada ditangan Presiden. Dengan kata lain,

pengertian “dibantu” pada Pasal 4 ayat (2) merupakan pencerminan dari keduduakan

Presiden berada diatas Wakil Presiden. Artinya Wakil Presiden tidak dapat bertindak

sendiri, karena semata-mata merupakan “pembantu” Presiden yang tugas dan

kewajibannya tergantung pada Presiden, meskipun berbeda dengan Menteri.

Konsekuensinya, dalam kedudukannya sebagai Pembantu Presiden, tugas dan wewenang

Wakil Presiden tergantung pada adanya Pemberian dan atau Pelimpahan kekuasaan dari

Presiden. Dalam hal pemeberian kekuasaan, Wakil Presiden bertindak atas namanya

sendiri (sebagai Wakil Presiden) , sedangkan dalam pelimpahan kekuasaan, Wakil

Presiden bertindak atas nama Presiden.

H. METODE/CARA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) jenis yaitu penelitian kepustakan guna

memperoleh data sekunder dan selanjutnya penelitian lapangan guna memperoleh data

primer.

1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian Kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan

data yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, buku-buku, tulisan ilmiah dan

literatur yang berhubungan dengan obyek yang akan diteliti untuk mendapatkan data

sekunder. Penelitian kepustakaan meliputi :

A. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang sifatnya mengikat. Bahan hukum primer

terdiri dari :

1. Norma/ kaidah dasar : Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945

2. Peraturan Dasar :

- Batang Tubuh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

- Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR)

Page 9: MPPH

3. Peraturan Perundang-undangan :

UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

4. Bahan hokum yang tidak dikodifikasikan

5. Yurisprudensi

6. Traktat

7. Bahan hokum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku

B. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang member penjelasan lebih lanjut

mengenai hal-hal yang telah dikaji oleh bahan-bahan hukum primer, yang bertujuan

memberikan kepada peneliti semacam petunjuk kea rah mana peneliti melangkah. Bahan

hukum sekunder terdiri dari buku-buku dan bahan-bahan pustaka tentang :

1. Buku-buku tentang Konstitusi dan Teori-teori Konstitusi

2. Buku-buku tentang Hukum Tata Negara di Indonesia

3. Buku-buku tentang Lembaga Kepresidenan

4. Buku-buku tentang Sistem Ketatanegaraan Indonesia

5. Buku-buku tentang Masalah-masalah Hukum Tata Negara Indonesia

6. Buku-buku tentang Kekuasaan Eksekutif Indonesia

7. Buku-buku tentang Lembaga-lembaga Negara di Indonesia

C. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang meliputi kamus, penulisan-

penulisan hokum, makalah-makalah, karya tulis, pendapat para ahli, bahan-bahan dari

internet dan lainnya.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian

lapangan dengan tujuan untuk memperoleh data primer maupun data sekunder yang

diperlukan, yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti

a. Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di wilayah Jakarta, dengan pertimbangan penelitian

dilakukan di Kementrian Sekretariat Negara, Perpustakaan MPR/DPR, dan Biro

Hukum Kementrian Dalam Negeri untuk dijadikan lokasi penelitian. Berdasarkan hal

tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian atau kajian secara mendalam di

Page 10: MPPH

lokasi tersebut dikarenakan akan memperoleh data yang lebih akurat dan spesifik

berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

b. Subjek Penelitian

Narasumber

Narasumber dalam penelitian ini adalah pakar dalam bidang hukum, khususnya

hukum tata Negara, yaitu:

i. Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie

ii. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H, M.Hum.

iii. Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, S.H., LL.M.

c. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul Data yang digunakan adalah pedoman wawancara yang berstruktur,

yang berisi daftar pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan berurutan yang akan

dikembangkan selama wawancara berlangsung. Daftar pertanyaan tersebut

berdasarkan penelitian kepustakaan yang disesuaikan dengan yang dihadapi dan

diketahui oleh narasumber.

d. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian menggunakan teknik wawancara yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan

secara langsung kepada narasumber yang berkompeten berdasarkan pedoman

wawancara. Wawancara dilakukan dengan beberapa pakar hukum, khususnya hukum

tata Negara. Peneliti menggunakan metode wawancara, karena selama ini metode

wawancara dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam pengumpulan data

primer di lapangan.

e. Metode Analisis Data

Deskriptif kualitatif, data-data yang diperoleh dari penelitian dikelompokkan dan

diseleksi menurut kualitas dan kebenarannya yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan serta pemecahan masalah.

I. JADWAL PENELITIAN

a. Tahapan Penyusunan Proposal : 20 hari

b. Pengumpulan Data : 25 hari

c. Analisis Data : 25 hari

Page 11: MPPH

d. Penyusunan Laporan Sementara : 20 hari

e. Review dan Perbaikan : 15 hari

f. Penyusunan Laporan Akhir : 25 hari

g. Perbanyakan Laporan : 10 hari

h. Total : 150 hari

J. DAFTAR PUSTAKA

A. BAHAN BACAAN :

Assiddiqie, Jimly. 2006. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:

Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Assiddiqie, Jimly. 2010. Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi. Jakarta: Sinar Grafika.

Huda, Ni’matul. 2008. UUD 1945 & Gagasan Amandemen Ulang. Jakarta:

Rajawali Press.

Indra, Muhammad Ridhwan.1987. Kedudukan Lembaga-lembaga dan Hak

Menguji Menurut Undang-undang Dasar 1945.

Mahzumar. 2010. Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum

dan Sesudah Amandemen. Bandung: Nusa Media.

Manan, Bagir dan Magnar, Kuntana. 1993. Beberapa Masalah Hukum Tata

Negara Indonesia. Bandung: Alumni.

Manan, Bagir. 2006. Lembaga Kepresidenan.Yogyakarta: FH UII PRESS.

Maschab,Mashuri.1983. Kekuasaan Eksekutif di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Thaib, Dahlan. 1998. Implementasi Sistem Ketatanegaraan menurut UUD 1945.

Yogyakarta: Liberty.

Zainal, Hasan Aini. 1971. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung:

Alumni.

B. PERATURAN DASAR

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1973

Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/1973

Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1983

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan

Wakil Presiden

Page 12: MPPH

Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

D. BAHAN HUKUM LAINNYA

Makalah Struktur Kenegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945

oleh Prof. Dr. Jimly Assiddiqie,S.H. dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional di

Denpasar, 14-18 Juli 2003

Pidato Kenegaraan Presiden R.I Di depan Sidang DPR 16 Agustus 1978, Departemen

Penerangan R.I, 1978, P.54

Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2000 tentang Penugasan Wakil Presiden untuk

melaksanakan Tugas Presiden dalam hal Presiden berada di Luar Negeri.

Keputusan Presiden Nomor 121 Tahun 2000 tentang Penugasan Presiden Kepada Wakil

Presiden Untuk Melaksanakan Tugas Teknis Pemerintahan Sehari-hari.

http://elisa1.ugm.ac.id/files/andi.sandi/uZVkF7Bj/Lembaga-

lembaga%20Negara%20dalam%20Mekanisme%20Checks%20and%20Balances.doc.

Page 13: MPPH

K. LAMPIRAN

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Pemerintahan Presidensial?

2. Apakah perbedaan Sistem Pemerintahan Presidensial dan Sistem Pemerintahan

Parlementer?

3. Sistem hukum apakah yang dianut oleh Republik Indonesia saat ini?

4. Apakah system yang berlaku di Indonesia saat ini sudah sesuai? Jika belum

sesuai, bagaimanakah semestinya?

5. Bagaimanakah kedudukan Wakil Presiden berdasarkan Konstitusi?

6. Apakah kedudukan Presiden sudah diatur secara jelas? Jika belum, apakah saran

Anda?

7. Bagaimanakah kedudukan Wakil Presiden dalam hal membantu Presiden?

8. Apakah perbedaan tugas membantu Presiden oleh Wakil Presiden dan Menteri-

menteri?

9. Bagaimanakah pertanggungjawaban Wakil Presiden dalam menjalankan tugas

dan fungsinya dalam lembaga kepresidenan?

10. Jika Wakil Presiden melakukan tindak pidana, apakah Presiden dapat dimintai

pertanggung jawaban dalam kewenangannya untuk membantu Presiden?

11. Jika kembali melihat ke Undang-undang Dasar yang mengatur mengenai

kedudukan Wakil Presiden belum secara eksplisit, Apakah UUD NRI tahun 1945

perlu di Amandemenkan untuk Kelima kalinya?