molusca
TRANSCRIPT
A. Tujuan
Dalam praktikum kali ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur Taman
Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
2. Untuk mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis Mollusca
di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
3. Untuk mengetahui pola distribusi jenis Mollusca di kawasan Pantai Pancur
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
4. Untuk mengetahui jenis Mollusca apa sajakah yang dominan pada tiap zona di
kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
B. Dasar Teori
Adanya pasang surut air laut akan sangat mempengaruhi bentuk populasi
dan komunitasnya, kerapatan populasi pada daerah ini pun berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan frekuensi dan besarnya pasang surut air laut serta
kondisi geologis pada daerah pasang surut tersebut.
Menurut (Kastawi, 2001) ciri-ciri umum yang dimiliki anggota Mollusca adalah :
1. Tubuh bersimetri bilateral, tidak bersegmen, kecuali pada Monoplacophora.
2. Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus.
3. Coelom mereduksi, dinding tubuh tebal dan berotot.
4. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot dan secara umum
digunakan untuk bergerak.
5. Dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi satu atau sepasang lipatan yaitu
mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresi cangkang dan
melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang.
6. Lubang anus dan ekskretori umumnya membuka ke dalam rongga mantel.
7. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya
mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan
perkembangan dari stomodium yang umumnya merupakan daerah khusus
untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran
pencernaan terdapat ventrikulus atau lambung dan sepasang kelenjar
pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri
atas usus panjang yang berakhir dengan anus.
8. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel
dan ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah namun darah biasanya
mengalami sirkulasi melalui ruang terbuka. Darah mengandung hemosianin,
merupakan pigmen respirasi.
9. Organ sekresi berupa ginjal yang berjumlah sepasang atau terkadang hanya
berjumlah satu buah. Ginjal berhubungan dengan rongga perikardium, tempat
jantung berada.
10. Memiliki sebuah cincin saraf yang berhubungan dengan dua pasang tali saraf.
Satu pasang tali saraf menuju ke kaki dan sepasang lainnya menuju ke organ
viseral dan mantel. Memiliki ganglion saraf yang biasanya berhubungan
dengan cincin saraf dan tali saraf.
11. Ovum berukuran kecil dan mengandung sedikit kuning telur.
Filum Mollusca dibagi menjadi tujuh atau delapan kelas, berdasarkan atas
kaki dan cangkang. Menurut Harris (1992) dalam Kastawi (2001) filum Mollusca
dibedakan menjadi tujuh kelas yaitu :
1. Kelas Aplacophora
Tidak memiliki cangkang, tubuh memiliki sisik kalkareus dan spikula
sebagai pengganti cangkang. Sebagian besar hewan ini berjalan perlahan di dasar
laut dan juga ditemukan melilit pada hydroid atau karang lunak (filum Cnidaria)
yang merupakan makanannya. Anggota kelas ini ada yang memiliki radula ada
juga yang tidak. Umumnya Aplacophora (neomeniomorf) adalah hermafrodit dan
saluran gonad meluas ke rongga mantel, bahkan salah satunya langsung dari
gonad lainnya biasanya dari rongga perikardial.
2. Kelas Monoplacophora
Memiliki sebuah cangkang dan bersifat bilateral simetri. Cangkang
Monoplacophora memiliki 3 sampai 8 pasang. Cangkang berbentuk perisai, kaki
pipih berguna untuk bergerak perlahan, sedikitnya sefalisasi, insang dan otot
retraktor yang jumlahnya berlipat, memiliki radula dan perut berbentuk kerucut
menyebabkan para ahli Mollusca berpendapat bahwa Monoplacophora merupakan
ancestor untuk gastropoda, bivalvia dan cephalopoda. Sistem pencernaannya
termasuk juga sebuah radula dan sebuah organ subradular terdapat di dalam
rongga bukal. Perut mengandung sebuah style sac dan crystalline style. Usus
berkelok-kelok bermuara pada anus. Sistem saraf Monoplacophora terdiri atas
sepasang ganglia serebra dan cincin saraf sirkum oral yang berhubungan dengan
sepasang tali saraf menuju organ viseral.
3. Kelas Polyplacophora
Tubuhnya dilindungi oleh delapan keping cangkang yang tersusun
tumpang tindih seperti genting. Tepi setiap keping cangkang ditutup oleh jaringan
mantel dan luas sempitnya penutupan tersebut berbeda antara satu spesies dengan
spesies lainnya. Cangkangnya hanya terdiri atas dua lapisan. Kakinya terletak di
permukaan ventral tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak.
Biasanya bersifat fototaksis negatif, sehingga memiliki kecenderungan untuk
hidup di bawah batu karang. Alat respirasinya adalah insang bipectinate (ktenidia)
yang terletak di dalam lekuk mantel yaitu ruang yang terletak antara kaki dan
ruang mantel. Sistem pencernaannya tersusun atas: mulut yang terletak di daerah
pusat kepala, kemudian berlanjut pada faring yang mengandung jajaran gigi keras
(radula). Sistem sirkulasinya terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Alat
ekskresinya terdiri atas nefridium yang berjumlah sepasang, bermuara pada lekuk
mantel. Sistem sarafnya terdiri atas cincin sirkum-esofangeal dan dua pasang tali
saraf longitudinal. Sistem reproduksinya terdiri atas sebuah gonad yang terdapat
di anterior rongga perikardium di bawah keping cangkang bagian pertengahan.
4. Kelas Scaphopoda
Dikenal sebagai siput gading atau Mollusca bercangkang gigi, kepala dan
kaki terdapat pada daerah terbesar dari cangkang yaitu daerah interior. Cangkang
sedikit melengkung, daerah konkaf cangkang merupakan daerah dorsal.
Umumnya Scaphopoda memiliki kebiasaan membenamkan diri di pasir pada
kedalaman air lebih dari 6 meter. Ujung posterior tubuh merupakan tempat
penghisapan dan pengeluaran air. Sistem sirkulasi mereduksi dan kemungkinan
tidak memiliki jantung namun hanya sebuah sistem sinus darah. Scaphopoda
bersifat diosius.
5. Kelas Gastropoda
Memiliki ciri-ciri Mollusca yaitu adanya cangkang, mantel, kaki, organ
viseral, radula, dan biasanya memiliki sebuah atau beberapa insang. Cangkang
berbentuk spiral melindungi masa jerohan yang terdiri atas bagian-bagian dari
saluran pencernaan, alat peredaran, alat respirasi dan alat reproduksi. Alat
sirkulasi dan respirasi: Darah bekicot terdiri atas sel-sel darah dan plasma darah
yang tidak berwarna. Alat ekskresi, terdiri atas ginjal yang terletak dekat jantung.
Sistem saraf, sebagian besar jaringan saraf berpusat di belakang masa bukal dan
membentuk cincin di sekitar esofagus. Inderanya terdapat di daerah kaki dan
tentakel. Reproduksi beberapa Gastropoda bersifat dioecius, sedangkan yang lain
bersifat monocioeus.
6. Kelas Pelecypoda
Disebut juga dengan Bivalvia dan Lamellibrankhiata. Kaki berbentuk
kapak, cangkang berfungsi atau melindungi tubuh. Pada Bivalvia insang biasanya
berukuran sangat besar dan pada sebagian besar spesies dianggap memiliki fungsi
tambahan yaitu pengumpul makanan, disamping berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas. Kepala tidak berkembang namun sepasang palpus labial mengapit
mulutnya. Tubuh bilateral simetris dan memiliki kebiasaan menggali liang pada
pasir dan lumpur yang merupakan substrat hidupnya dengan menggunakan
kakinya. Biasanya bersifat diosius.
7. Kelas Cephalopoda
Kepala digunakan untuk alat gerak. Organ respirasi terdiri atas sepasang
insang berbentuk bulu yang terdapat di rongga mantel. Sistem sirkulasi
berkembang baik dan sirkulasi darah melalui sistem pembuluh darah tertutup.
Biasanya memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih
yang berfungsi menapis cairan dari ruang perikardium dan membuangnya ke
dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus. Organ pencernaan
dimulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari zat
khitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Sistem saraf terdiri atas ganglion
dan saraf dan biasanya bersifat diosius. Cephalopoda memiliki ukuran tubuh
terbesar dibandingkan hewan Avertebrata lainnya.
Penyebaran hewan Mollusca sangat luas dan umumnya memiliki
kesamaan pola dasar tubuh. Mollusca adalah salah satu jenis organisme yang
memiliki rentangan habitat yang cukup lebar mulai dari dasar laut sampai garis
pasang surut tertinggi. Selain itu ada yang hidup di air tawar bahkan terkadang
ditemukan di habitat terestrial, khususnya yang memiliki kelembaban tinggi. Sifat
hidup Mollusca bervariasi, ada yang hidup bebas namun beberapa spesies lainnya
bersifat parasit pada organisme lain.
Mollusca memiliki kapasitas adaptasi yang tinggi sehingga penyebarannya
sangat luas, baik di darat maupun di perairan, mulai dari perairan yang dangkal
termasuk pantai, estuaria adalah perairan tawar sampai kedalaman laut yang tidak
dapat ditembus cahaya matahari. Keberadaan hewan Mollusca ini tergantung pada
variasi faktor lingkungan habitatnya (Suin dalam Asiyah, 1999). Lingkungan
pantai selalu berubah–ubah karena pasang surut sehingga banyak ditemukan
variasi kehidupan dalam jumlah spesies maupun organismenya (Nontji, 1987).
Mollusca ini banyak terdapat di lumpur, pasir, dan di danau. Dimana pada
lumpur, pasir, dan danau ini banyak mengakumulasi bahan organik yang dapat
dijadikan sebagai bahan makanan. Mollusca ini biasanya menguburkan diri dan
pada saat tertentu mereka pindah dari satu tempat ke tempat lain, hal ini berkaitan
dengan adaptasi untuk mendapatkan makanan guna melangsungkan hidupnya dan
juga untuk menghindari diri dari predator (Yasin, 1992). Mollusca ini dapat hidup
pada suhu yang berkisar antara 0-40 karena pada suhu itu hewan mampu hidup
aktif, sedangkan untuk pH 4.5-5, dan untuk kelembaban serta salinitas hewan ini
dapat hidup pada kondisi yang normal (Asiyah, 1999).
Faktor Abiotik Yang Mempengaruhi Keberagaman Organisme Di Zona
Intertidal yaitu suhu, substrat, salinitas, pH, kelembaban, aksi ombak dan arus.
Sedangakan Faktor Biotik Yang Mempengaruhi Keberagaman Organisme
Di Zona Intertidal :
1. Potensial biotik pada fase-fase tertentu selalu akan mengalami hambatan oleh
berbagai macam persaingan yang antara lain berupa persaingan (kompetisi),
predasi, penyakit, sumber daya makanan (Heddy, 1989 dalam Asiyah, 1999).
2. Adanya interaksi yang bersifat persaingan sering melibatkan ruangan, unsur
hara, bahan-bahan buangan atau sisa penyakit dan sebagainya dan banyak tipe
interaksi timbal balik bersama (Odum, 1993).
3. Dominansi hewan pantai yang menguasai ruang tertentu, suatu saat akan
diambil alih oleh spesies yang lain karena adanya predator hewan, dominan
yang pertama. Sehingga secara efektif predator akan mencegah dan
mengurangi, mendominasikan pertama yang menempati seluruh ruang (Odum,
1993).
Pembahasan
A. Keanekaragaman
Berdasarkan hasil analisi data di atas menunjukkan bahwa
keanekaragaman jenis Mollusca yang terdapat di Pantai Pancur Taman Nasional
Alas Purwo Banyuwangi berbeda antara zona yang satu dengan yang lain.
Keanekaragaman dipengaruhi oleh adanya kemerataan dan kekayaan. Indek
keanekaragaman atau diversitas pada masing-masing zona yang tertinggi terdapat
pada zona batu berpasir dengan nilai sebesar 2,29 dan yang terendah terdapat pada
zona batu kecil dengan nilai sebesar 0,99. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai keanekaragamannya (H’) semakin besar diversitas spesies dalam
komunitas dan kemungkinan ada cacah spesies yang besar.
Tingginya kenekaragaman jenis Mollusca pada zona batu kecil didukung
oleh adanya kondisi lingkungan abiotik terukur seperti salinitas, pH, suhu, dan
kedalaman substrat yang reletif normal pada zona ini. Kondisi ini tentunya akan
lebih cocok atau sesuai bagi kehidupan Mollusaca yang ada di dalamnya.
Menurut Margalef (1968) dalam Odum (1993) komunitas lingkungan yang
mantap mempunyai keanekaragaman yang lebih tinggi daripada komunitas yang
dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia
dan alam. Hal ini menunjukkan bahwa zona berlamun memiliki komunitas
Mollusca yang lebih stabil dibanding zona yang lain.
C. Kemerataan
Berdasarkan pada hasil analisis data tentang kemerataan Mollusca, nilai
kemerataan tertinggi adalah 0,85 pada zona pasir berlamun. Tingginya nilai
kemerataan pada zona tersebut menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dikatakan
heterogen.
Adanya perbedaan kemerataan antar semua zona berarti setiap jenis
Mollusca yang ditemukan memiliki kesesuaian yang berbeda terhadap kondisi
lingkungan yang ditempatinya. Seperti yang dijelaskan oleh Mubarok (1987)
dalam Saniri (1991) dalam Nurhadi (1999) bahwa perbedaan kepadatan jenis
Mollusca antar lokasi menggambarkan kesesuaian jenis Mollusca terhadap
kondisi fisik, kimia pada masing-masing lokasi. Zona dengan kemerataan jenis
tertinggi menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di setiap zona-zona tersebut
merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan jenis Mollusca yang bersangkutan.
D. Kekayaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekayaan jenis Mollusca yang
terdapat di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi berbeda
antara satu dengan yang lain. Kekayaan merupakan bagian dari adanya
keanekaragaman. Indek kekayaan pada masing-masing zona yang tertinggi
terdapat pada zona batu berpasir dengan nilai sebesar 2,7846971 kekayaan yang
terendah terdapat pada zona batu besar yaitu sebesar 1,098692.
Tingginya kekayaan jenis Mollusca pada zona batu berpasir didukung oleh
adanya kondisi lingkungan abiotik terukur seperti salinitas, pH, suhu, dan
kedalaman substrat yang relatif normal pada zona ini. Kondisi ini tentunya akan
lebih cocok atau sesuai bagi kehidupan Mollusca yang ada di dalamnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mubarok (1978) dalam Nazlim (1999) bahwa kondisi
lingkungan yang cocok atau tidak bagi kehidupan Mollusca akan terlihat dalam
bentuk akhir yaitu mengenai kelimpahan organisme ini dalam hal kekayaan pada
lokasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa zona batu besar memiliki komunitas
Mollusca yang lebih stabil dibanding zona yang lain.
E. Pola Penyebaran
Berdasarkan data dan analisis data dia atas pola penyebaran Berdasarkan
data dan analisis data pola penyebaran Molusca pada semua zona menunjukkan
bahwa pola penyebarannya sebagian besar mengelompok, yaitu pada spesies
Thais hippocotus, TiIschnochiton circumuallatus, Crassotrea sp., Nerita costata,
Patella barbara, Patella carallina, Nosella karquelensia (E.A.Smith), Chiton,
Taron dbius, Gutturnium muncinum, Nasarius sp, Nosella Karquelensis, Ompina
grossularia, Barbatia fusca, Pateila carallina, Thais hippocostanum, Mytra sp,
Xymene plebeios, Strombus mutabilis, Babylonia sp, Turbo cinereus, Patella
caralina, Cypreae nareta Linn, Neruta albicilla, Dmpnia grossularia, Masarius
variegatus, Collumbella sp., Patella carallina, Nassarius albescens albescens,
Turbo cinereus, Nasarius sp, Crassotrea sp, Nerita theliostyla picea, Nerita
albicilla, Nasarium sp, Turbo cinereus, Nassarius variegatus, Cypraea muneta
Linne, Barbatia sp, Nassarius perpinguis (Hinds), Dmpina grossularia,
Columbella sp., Bartia fusca, Xymene plebeius, Columbena sp., Patena caranina,
Dmpina grossulania, Barbatia fusca, Nassarius variegatus. Hal ini menunjukkan
bahwa individu-individu tersebut cenderung untuk berkelompok dengan yang lain
dan mengimplikasikannya keheterogenan lingkungan.
Sedangkan yang pola penyebarannya merata dari semua zona yaitu pada
spesies, Nerita costata, Turbo cinereus, Patella barbara. Berarti hal ini
menunjukkan bahwa individu berada secara teratur dalam ruang dan menunjukkan
bahwa lingkungan tersebut heterogen (Odum, 1993). Adanya pola
pengelompokkan ini secara keseluruhan disebabkan oleh faktor abiotik. Misalnya:
faktor vektorial (angin, arus air, intensitas cahaya), faktor sosial (tingkah laku),
dan faktor reproduksi (Odum, 1993). Sedangkan pola acak ditemukan pada 6
spesies saja, yaitu Fasciolaria sp, Patella carallina, Neruta albicilla, Codakia sp.,
Turbo cinereus, Turbo cannalisculatus. Hal ini mengimplikasikan
homogenitasnya lingkungan dan adanya pola-pola tingkah laku yang non selektif
(Odum, 1993).
F. Jenis spesies yang Dominan
Dari semua zona yang ada spesies yang paling dominan adalah Nasarius
sp. Menurut Margalef (1968) dalam Odum (1993) dalam Nazlim (1999)
komunitas lingkungan yang mantap mempunyai keanekaragaman yang lebih
tinggi dari pada komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman
atau secara periodik oleh manusia dan alam. Hal ini menunjukkan bahwa pada
spesies yang ternyata memiliki jumlah yang tinggi memiliki komunitas Mollusca
yang lebih stabil dibanding spesies yang lain.
G. Pengaruh Faktor Lingkungan Abiotik Terukur
Kondisi lingkungan (faktor abiotik) memegang peranan penting dalam laju
pertumbuhan populasi yang nantinya akan mempengaruhi keanekaragaman,
kemerataan dan kekayaan spesies dalam suatu komunitas tertentu. Pada daerah
pasang surut ini, pasang surut air laut akan sangat berpengaruh terhadap populasi
spesies itu. Dalam keadaan ekstrim saat surut, suatu organisme pada daerah garis
pasang naik pasti sanggup menahan kekeringan dan perubahan temperatur, karena
hanya sebentar saja tersiram atau tertutup air, sebaliknya pada kawasan bawah
pasang surut (subtidal) organisme selalu tertutup air (Odum, 1993) dalam Asiyah
(1999). Keadaan ini akan sangat berpengaruh pada kondisi lingkungan yang
dialami oleh organisme tersebut, seperti perbedaan konsentrasi zat hara, suhu dan
salinitas.
H. KESIMPULAN
1. Jenis-jenis Mollusca yang ditemukan di Pantai Pancur Taman Nasional Alas
Purwo, Banyuwangi ialah Thais hippocotus, TiIschnochiton circumuallatus,
Crassotrea sp., Nerita costata, Patella barbara, Patella carallina, Nosella
karquelensia (E.A.Smith), Chiton, Taron dbius, Gutturnium muncinum,
Nasarius sp, Nosella Karquelensis, Ompina grossularia, Barbatia fusca,
Pateila carallina, Thais hippocostanum, Mytra sp, Xymene plebeios, Strombus
mutabilis, Babylonia sp, Turbo cinereus, Patella caralina, Cypreae nareta
Linn, Neruta albicilla, Dmpnia grossularia, Masarius variegatus, Collumbella
sp., Patella carallina, Nassarius albescens albescens, Turbo cinereus,
Nasarius sp, Crassotrea sp, Nerita theliostyla picea, Nerita albicilla, Nasarium
sp, Turbo cinereus, Nassarius variegatus, Cypraea muneta Linne, Barbatia sp,
Nassarius perpinguis (Hinds), Dmpina grossularia, Columbella sp., Bartia
fusca, Xymene plebeius, Columbena sp., Patena caranina, Dmpina
grossulania, Barbatia fusca, Nassarius variegatus, Nerita costata, Turbo
cinereus, Patella barbara, Fasciolaria sp, Patella carallina, Neruta albicilla,
Codakia sp., Turbo cinereus, Turbo cannalisculatus.
2. Indek keanekaragaman atau diversitas yang tertinggi terdapat pada zona batu
berpasir dengan nilai sebesar 2,29 dan yang terendah terdapat pada zona batu
kecil dengan nilai sebesar 0,99. Nilai kemerataan tertinggi adalah 0,85 pada
zona pasir berlamun. Indek kekayaan pada masing-masing zona yang tertinggi
terdapat pada zona batu berpasir dengan nilai sebesar 2,7846971 kekayaan
yang terendah terdapat pada zona batu besar yaitu sebesar 1,098692.
3. Pola penyebaran Molusca pada semua zona menunjukkan bahwa pola
penyebarannya sebagian besar merata zona yaitu pada spesies, Nerita costata,
Turbo cinereus, Patella barbara. besar mengelompok, yaitu pada spesies Thais
hippocotus, TiIschnochiton circumuallatus, Crassotrea sp., Nerita costata,
Patella barbara, Patella carallina, Nosella karquelensia (E.A.Smith), Chiton,
Taron dbius, Gutturnium muncinum, Nasarius sp, Nosella Karquelensis,
Ompina grossularia, Barbatia fusca, Pateila carallina, Thais hippocostanum,
Mytra sp, Xymene plebeios, Strombus mutabilis, Babylonia sp, Turbo cinereus,
Patella caralina, Cypreae nareta Linn, Neruta albicilla, Dmpnia grossularia,
Masarius variegatus, Collumbella sp., Patella carallina, Nassarius albescens
albescens, Turbo cinereus, Nasarius sp, Crassotrea sp, Nerita theliostyla
picea, Nerita albicilla, Nasarium sp, Turbo cinereus, Nassarius variegatus,
Cypraea muneta Linne, Barbatia sp, Nassarius perpinguis (Hinds), Dmpina
grossularia, Columbella sp., Bartia fusca, Xymene plebeius, Columbena sp.,
Patena caranina, Dmpina grossulania, Barbatia fusca, Nassarius
variegatus .Sedangkan pola acak ditemukan pada 2 spesies saja,yaitu
Fasciolaria sp, Patella carallina, Neruta albicilla, Codakia sp., Turbo
cinereus, Turbo cannalisculatus. Sedangkan yang pola penyebarannya merata
dari semua zona yaitu pada spesies, Nerita costata, Turbo cinereus, Patella
barbara.
4. Dari semua zona yang ada spesies yang paling dominan adalah Nasarius sp.
DAFTAR RUJUKAN
Asiyah. 1999. Keanekaragaman Mollusca Di Laguna Segara Anak Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang
Dharmawan, Agus, dkk. 2004. Ekologi Hewan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang
Kastawi, Yusuf. 2001. Zoologi Avertebrata. Malang : Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UM Malang
Nazlim, Furaidana Dewi. 1999. Keanekaragaman Dan Distribusi Mollusca (Gastropoda dan Bivalvia) Di Perairan Pasang Surut Pantai Sawah Mulya Kecamatan Sangkapura Bawean Gresik Jatim. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang
Nurhadi. 1999. Keanekargaman Jenis Mollusca Di Pantai Wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang
Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
LAPORAN KKL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
EKOLOGI HEWAN
MOLLUSCA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Ekologi Hewan yang
dibina oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si
Oleh :
Kelompok 10/ GG
1. Ana Syarifatun Nisa (408342413168)
2. Novita Sari (408342413173)
3. Kholil Rohmanto (408342413178)
4. Yessi Lukita Sari (408342417755)
5. Vitri Unisari (407342406042)
6. Nyimas Sri Rohana (408342417764)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April, 2010