molusca

20
A. Tujuan Dalam praktikum kali ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui jenis-jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 2. Untuk mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis Mollusca di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 3. Untuk mengetahui pola distribusi jenis Mollusca di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 4. Untuk mengetahui jenis Mollusca apa sajakah yang dominan pada tiap zona di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. B. Dasar Teori Adanya pasang surut air laut akan sangat mempengaruhi bentuk populasi dan komunitasnya, kerapatan populasi pada daerah ini pun berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan frekuensi dan besarnya pasang surut air laut serta kondisi geologis pada daerah pasang surut tersebut. Menurut (Kastawi, 2001) ciri-ciri umum yang dimiliki anggota Mollusca adalah : 1. Tubuh bersimetri bilateral, tidak bersegmen, kecuali pada Monoplacophora. 2. Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus.

Upload: mucha-ridho

Post on 25-Jul-2015

299 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Molusca

A. Tujuan

Dalam praktikum kali ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui jenis-jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur Taman

Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

2. Untuk mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis Mollusca

di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

3. Untuk mengetahui pola distribusi jenis Mollusca di kawasan Pantai Pancur

Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

4. Untuk mengetahui jenis Mollusca apa sajakah yang dominan pada tiap zona di

kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

B. Dasar Teori

Adanya pasang surut air laut akan sangat mempengaruhi bentuk populasi

dan komunitasnya, kerapatan populasi pada daerah ini pun berbeda-beda. Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan frekuensi dan besarnya pasang surut air laut serta

kondisi geologis pada daerah pasang surut tersebut.

Menurut (Kastawi, 2001) ciri-ciri umum yang dimiliki anggota Mollusca adalah :

1. Tubuh bersimetri bilateral, tidak bersegmen, kecuali pada Monoplacophora.

2. Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus.

3. Coelom mereduksi, dinding tubuh tebal dan berotot.

4. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot dan secara umum

digunakan untuk bergerak.

5. Dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi satu atau sepasang lipatan yaitu

mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresi cangkang dan

melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang.

6. Lubang anus dan ekskretori umumnya membuka ke dalam rongga mantel.

7. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya

mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan

perkembangan dari stomodium yang umumnya merupakan daerah khusus

untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran

pencernaan terdapat ventrikulus atau lambung dan sepasang kelenjar

Page 2: Molusca

pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri

atas usus panjang yang berakhir dengan anus.

8. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel

dan ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah namun darah biasanya

mengalami sirkulasi melalui ruang terbuka. Darah mengandung hemosianin,

merupakan pigmen respirasi.

9. Organ sekresi berupa ginjal yang berjumlah sepasang atau terkadang hanya

berjumlah satu buah. Ginjal berhubungan dengan rongga perikardium, tempat

jantung berada.

10. Memiliki sebuah cincin saraf yang berhubungan dengan dua pasang tali saraf.

Satu pasang tali saraf menuju ke kaki dan sepasang lainnya menuju ke organ

viseral dan mantel. Memiliki ganglion saraf yang biasanya berhubungan

dengan cincin saraf dan tali saraf.

11. Ovum berukuran kecil dan mengandung sedikit kuning telur.

Filum Mollusca dibagi menjadi tujuh atau delapan kelas, berdasarkan atas

kaki dan cangkang. Menurut Harris (1992) dalam Kastawi (2001) filum Mollusca

dibedakan menjadi tujuh kelas yaitu :

1. Kelas Aplacophora

Tidak memiliki cangkang, tubuh memiliki sisik kalkareus dan spikula

sebagai pengganti cangkang. Sebagian besar hewan ini berjalan perlahan di dasar

laut dan juga ditemukan melilit pada hydroid atau karang lunak (filum Cnidaria)

yang merupakan makanannya. Anggota kelas ini ada yang memiliki radula ada

juga yang tidak. Umumnya Aplacophora (neomeniomorf) adalah hermafrodit dan

saluran gonad meluas ke rongga mantel, bahkan salah satunya langsung dari

gonad lainnya biasanya dari rongga perikardial.

2. Kelas Monoplacophora

Memiliki sebuah cangkang dan bersifat bilateral simetri. Cangkang

Monoplacophora memiliki 3 sampai 8 pasang. Cangkang berbentuk perisai, kaki

pipih berguna untuk bergerak perlahan, sedikitnya sefalisasi, insang dan otot

retraktor yang jumlahnya berlipat, memiliki radula dan perut berbentuk kerucut

menyebabkan para ahli Mollusca berpendapat bahwa Monoplacophora merupakan

Page 3: Molusca

ancestor untuk gastropoda, bivalvia dan cephalopoda. Sistem pencernaannya

termasuk juga sebuah radula dan sebuah organ subradular terdapat di dalam

rongga bukal. Perut mengandung sebuah style sac dan crystalline style. Usus

berkelok-kelok bermuara pada anus. Sistem saraf Monoplacophora terdiri atas

sepasang ganglia serebra dan cincin saraf sirkum oral yang berhubungan dengan

sepasang tali saraf menuju organ viseral.

3. Kelas Polyplacophora

Tubuhnya dilindungi oleh delapan keping cangkang yang tersusun

tumpang tindih seperti genting. Tepi setiap keping cangkang ditutup oleh jaringan

mantel dan luas sempitnya penutupan tersebut berbeda antara satu spesies dengan

spesies lainnya. Cangkangnya hanya terdiri atas dua lapisan. Kakinya terletak di

permukaan ventral tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak.

Biasanya bersifat fototaksis negatif, sehingga memiliki kecenderungan untuk

hidup di bawah batu karang. Alat respirasinya adalah insang bipectinate (ktenidia)

yang terletak di dalam lekuk mantel yaitu ruang yang terletak antara kaki dan

ruang mantel. Sistem pencernaannya tersusun atas: mulut yang terletak di daerah

pusat kepala, kemudian berlanjut pada faring yang mengandung jajaran gigi keras

(radula). Sistem sirkulasinya terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Alat

ekskresinya terdiri atas nefridium yang berjumlah sepasang, bermuara pada lekuk

mantel. Sistem sarafnya terdiri atas cincin sirkum-esofangeal dan dua pasang tali

saraf longitudinal. Sistem reproduksinya terdiri atas sebuah gonad yang terdapat

di anterior rongga perikardium di bawah keping cangkang bagian pertengahan.

4. Kelas Scaphopoda

Dikenal sebagai siput gading atau Mollusca bercangkang gigi, kepala dan

kaki terdapat pada daerah terbesar dari cangkang yaitu daerah interior. Cangkang

sedikit melengkung, daerah konkaf cangkang merupakan daerah dorsal.

Umumnya Scaphopoda memiliki kebiasaan membenamkan diri di pasir pada

kedalaman air lebih dari 6 meter. Ujung posterior tubuh merupakan tempat

penghisapan dan pengeluaran air. Sistem sirkulasi mereduksi dan kemungkinan

tidak memiliki jantung namun hanya sebuah sistem sinus darah. Scaphopoda

bersifat diosius.

5. Kelas Gastropoda

Page 4: Molusca

Memiliki ciri-ciri Mollusca yaitu adanya cangkang, mantel, kaki, organ

viseral, radula, dan biasanya memiliki sebuah atau beberapa insang. Cangkang

berbentuk spiral melindungi masa jerohan yang terdiri atas bagian-bagian dari

saluran pencernaan, alat peredaran, alat respirasi dan alat reproduksi. Alat

sirkulasi dan respirasi: Darah bekicot terdiri atas sel-sel darah dan plasma darah

yang tidak berwarna. Alat ekskresi, terdiri atas ginjal yang terletak dekat jantung.

Sistem saraf, sebagian besar jaringan saraf berpusat di belakang masa bukal dan

membentuk cincin di sekitar esofagus. Inderanya terdapat di daerah kaki dan

tentakel. Reproduksi beberapa Gastropoda bersifat dioecius, sedangkan yang lain

bersifat monocioeus.

6. Kelas Pelecypoda

Disebut juga dengan Bivalvia dan Lamellibrankhiata. Kaki berbentuk

kapak, cangkang berfungsi atau melindungi tubuh. Pada Bivalvia insang biasanya

berukuran sangat besar dan pada sebagian besar spesies dianggap memiliki fungsi

tambahan yaitu pengumpul makanan, disamping berfungsi sebagai tempat

pertukaran gas. Kepala tidak berkembang namun sepasang palpus labial mengapit

mulutnya. Tubuh bilateral simetris dan memiliki kebiasaan menggali liang pada

pasir dan lumpur yang merupakan substrat hidupnya dengan menggunakan

kakinya. Biasanya bersifat diosius.

7. Kelas Cephalopoda

Kepala digunakan untuk alat gerak. Organ respirasi terdiri atas sepasang

insang berbentuk bulu yang terdapat di rongga mantel. Sistem sirkulasi

berkembang baik dan sirkulasi darah melalui sistem pembuluh darah tertutup.

Biasanya memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih

yang berfungsi menapis cairan dari ruang perikardium dan membuangnya ke

dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus. Organ pencernaan

dimulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari zat

khitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Sistem saraf terdiri atas ganglion

dan saraf dan biasanya bersifat diosius. Cephalopoda memiliki ukuran tubuh

terbesar dibandingkan hewan Avertebrata lainnya.

Page 5: Molusca

Penyebaran hewan Mollusca sangat luas dan umumnya memiliki

kesamaan pola dasar tubuh. Mollusca adalah salah satu jenis organisme yang

memiliki rentangan habitat yang cukup lebar mulai dari dasar laut sampai garis

pasang surut tertinggi. Selain itu ada yang hidup di air tawar bahkan terkadang

ditemukan di habitat terestrial, khususnya yang memiliki kelembaban tinggi. Sifat

hidup Mollusca bervariasi, ada yang hidup bebas namun beberapa spesies lainnya

bersifat parasit pada organisme lain.

Mollusca memiliki kapasitas adaptasi yang tinggi sehingga penyebarannya

sangat luas, baik di darat maupun di perairan, mulai dari perairan yang dangkal

termasuk pantai, estuaria adalah perairan tawar sampai kedalaman laut yang tidak

dapat ditembus cahaya matahari. Keberadaan hewan Mollusca ini tergantung pada

variasi faktor lingkungan habitatnya (Suin dalam Asiyah, 1999). Lingkungan

pantai selalu berubah–ubah karena pasang surut sehingga banyak ditemukan

variasi kehidupan dalam jumlah spesies maupun organismenya (Nontji, 1987).

Mollusca ini banyak terdapat di lumpur, pasir, dan di danau. Dimana pada

lumpur, pasir, dan danau ini banyak mengakumulasi bahan organik yang dapat

dijadikan sebagai bahan makanan. Mollusca ini biasanya menguburkan diri dan

pada saat tertentu mereka pindah dari satu tempat ke tempat lain, hal ini berkaitan

dengan adaptasi untuk mendapatkan makanan guna melangsungkan hidupnya dan

juga untuk menghindari diri dari predator (Yasin, 1992). Mollusca ini dapat hidup

pada suhu yang berkisar antara 0-40 karena pada suhu itu hewan mampu hidup

aktif, sedangkan untuk pH 4.5-5, dan untuk kelembaban serta salinitas hewan ini

dapat hidup pada kondisi yang normal (Asiyah, 1999).

Faktor Abiotik Yang Mempengaruhi Keberagaman Organisme Di Zona

Intertidal yaitu suhu, substrat, salinitas, pH, kelembaban, aksi ombak dan arus.

Sedangakan Faktor Biotik Yang Mempengaruhi Keberagaman Organisme

Di Zona Intertidal :

1. Potensial biotik pada fase-fase tertentu selalu akan mengalami hambatan oleh

berbagai macam persaingan yang antara lain berupa persaingan (kompetisi),

predasi, penyakit, sumber daya makanan (Heddy, 1989 dalam Asiyah, 1999).

Page 6: Molusca

2. Adanya interaksi yang bersifat persaingan sering melibatkan ruangan, unsur

hara, bahan-bahan buangan atau sisa penyakit dan sebagainya dan banyak tipe

interaksi timbal balik bersama (Odum, 1993).

3. Dominansi hewan pantai yang menguasai ruang tertentu, suatu saat akan

diambil alih oleh spesies yang lain karena adanya predator hewan, dominan

yang pertama. Sehingga secara efektif predator akan mencegah dan

mengurangi, mendominasikan pertama yang menempati seluruh ruang (Odum,

1993).

Pembahasan

A. Keanekaragaman

Berdasarkan hasil analisi data di atas menunjukkan bahwa

keanekaragaman jenis Mollusca yang terdapat di Pantai Pancur Taman Nasional

Alas Purwo Banyuwangi berbeda antara zona yang satu dengan yang lain.

Keanekaragaman dipengaruhi oleh adanya kemerataan dan kekayaan. Indek

keanekaragaman atau diversitas pada masing-masing zona yang tertinggi terdapat

pada zona batu berpasir dengan nilai sebesar 2,29 dan yang terendah terdapat pada

zona batu kecil dengan nilai sebesar 0,99. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi nilai keanekaragamannya (H’) semakin besar diversitas spesies dalam

komunitas dan kemungkinan ada cacah spesies yang besar.

Tingginya kenekaragaman jenis Mollusca pada zona batu kecil didukung

oleh adanya kondisi lingkungan abiotik terukur seperti salinitas, pH, suhu, dan

kedalaman substrat yang reletif normal pada zona ini. Kondisi ini tentunya akan

lebih cocok atau sesuai bagi kehidupan Mollusaca yang ada di dalamnya.

Menurut Margalef (1968) dalam Odum (1993) komunitas lingkungan yang

mantap mempunyai keanekaragaman yang lebih tinggi daripada komunitas yang

dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia

dan alam. Hal ini menunjukkan bahwa zona berlamun memiliki komunitas

Mollusca yang lebih stabil dibanding zona yang lain.

Page 7: Molusca

C. Kemerataan

Berdasarkan pada hasil analisis data tentang kemerataan Mollusca, nilai

kemerataan tertinggi adalah 0,85 pada zona pasir berlamun. Tingginya nilai

kemerataan pada zona tersebut menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dikatakan

heterogen.

Adanya perbedaan kemerataan antar semua zona berarti setiap jenis

Mollusca yang ditemukan memiliki kesesuaian yang berbeda terhadap kondisi

lingkungan yang ditempatinya. Seperti yang dijelaskan oleh Mubarok (1987)

dalam Saniri (1991) dalam Nurhadi (1999) bahwa perbedaan kepadatan jenis

Mollusca antar lokasi menggambarkan kesesuaian jenis Mollusca terhadap

kondisi fisik, kimia pada masing-masing lokasi. Zona dengan kemerataan jenis

tertinggi menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di setiap zona-zona tersebut

merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan jenis Mollusca yang bersangkutan.

D. Kekayaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekayaan jenis Mollusca yang

terdapat di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi berbeda

antara satu dengan yang lain. Kekayaan merupakan bagian dari adanya

keanekaragaman. Indek kekayaan pada masing-masing zona yang tertinggi

terdapat pada zona batu berpasir dengan nilai sebesar 2,7846971 kekayaan yang

terendah terdapat pada zona batu besar yaitu sebesar 1,098692.

Tingginya kekayaan jenis Mollusca pada zona batu berpasir didukung oleh

adanya kondisi lingkungan abiotik terukur seperti salinitas, pH, suhu, dan

kedalaman substrat yang relatif normal pada zona ini. Kondisi ini tentunya akan

lebih cocok atau sesuai bagi kehidupan Mollusca yang ada di dalamnya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Mubarok (1978) dalam Nazlim (1999) bahwa kondisi

lingkungan yang cocok atau tidak bagi kehidupan Mollusca akan terlihat dalam

bentuk akhir yaitu mengenai kelimpahan organisme ini dalam hal kekayaan pada

lokasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa zona batu besar memiliki komunitas

Mollusca yang lebih stabil dibanding zona yang lain.

Page 8: Molusca

E. Pola Penyebaran

Berdasarkan data dan analisis data dia atas pola penyebaran Berdasarkan

data dan analisis data pola penyebaran Molusca pada semua zona menunjukkan

bahwa pola penyebarannya sebagian besar mengelompok, yaitu pada spesies

Thais hippocotus, TiIschnochiton circumuallatus, Crassotrea sp., Nerita costata,

Patella barbara, Patella carallina, Nosella karquelensia (E.A.Smith), Chiton,

Taron dbius, Gutturnium muncinum, Nasarius sp, Nosella Karquelensis, Ompina

grossularia, Barbatia fusca, Pateila carallina, Thais hippocostanum, Mytra sp,

Xymene plebeios, Strombus mutabilis, Babylonia sp, Turbo cinereus, Patella

caralina, Cypreae nareta Linn, Neruta albicilla, Dmpnia grossularia, Masarius

variegatus, Collumbella sp., Patella carallina, Nassarius albescens albescens,

Turbo cinereus, Nasarius sp, Crassotrea sp, Nerita theliostyla picea, Nerita

albicilla, Nasarium sp, Turbo cinereus, Nassarius variegatus, Cypraea muneta

Linne, Barbatia sp, Nassarius perpinguis (Hinds), Dmpina grossularia,

Columbella sp., Bartia fusca, Xymene plebeius, Columbena sp., Patena caranina,

Dmpina grossulania, Barbatia fusca, Nassarius variegatus. Hal ini menunjukkan

bahwa individu-individu tersebut cenderung untuk berkelompok dengan yang lain

dan mengimplikasikannya keheterogenan lingkungan.

Sedangkan yang pola penyebarannya merata dari semua zona yaitu pada

spesies, Nerita costata, Turbo cinereus, Patella barbara. Berarti hal ini

menunjukkan bahwa individu berada secara teratur dalam ruang dan menunjukkan

bahwa lingkungan tersebut heterogen (Odum, 1993). Adanya pola

pengelompokkan ini secara keseluruhan disebabkan oleh faktor abiotik. Misalnya:

faktor vektorial (angin, arus air, intensitas cahaya), faktor sosial (tingkah laku),

dan faktor reproduksi (Odum, 1993). Sedangkan pola acak ditemukan pada 6

spesies saja, yaitu Fasciolaria sp, Patella carallina, Neruta albicilla, Codakia sp.,

Turbo cinereus, Turbo cannalisculatus. Hal ini mengimplikasikan

homogenitasnya lingkungan dan adanya pola-pola tingkah laku yang non selektif

(Odum, 1993).

F. Jenis spesies yang Dominan

Page 9: Molusca

Dari semua zona yang ada spesies yang paling dominan adalah Nasarius

sp. Menurut Margalef (1968) dalam Odum (1993) dalam Nazlim (1999)

komunitas lingkungan yang mantap mempunyai keanekaragaman yang lebih

tinggi dari pada komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman

atau secara periodik oleh manusia dan alam. Hal ini menunjukkan bahwa pada

spesies yang ternyata memiliki jumlah yang tinggi memiliki komunitas Mollusca

yang lebih stabil dibanding spesies yang lain.

G. Pengaruh Faktor Lingkungan Abiotik Terukur

Kondisi lingkungan (faktor abiotik) memegang peranan penting dalam laju

pertumbuhan populasi yang nantinya akan mempengaruhi keanekaragaman,

kemerataan dan kekayaan spesies dalam suatu komunitas tertentu. Pada daerah

pasang surut ini, pasang surut air laut akan sangat berpengaruh terhadap populasi

spesies itu. Dalam keadaan ekstrim saat surut, suatu organisme pada daerah garis

pasang naik pasti sanggup menahan kekeringan dan perubahan temperatur, karena

hanya sebentar saja tersiram atau tertutup air, sebaliknya pada kawasan bawah

pasang surut (subtidal) organisme selalu tertutup air (Odum, 1993) dalam Asiyah

(1999). Keadaan ini akan sangat berpengaruh pada kondisi lingkungan yang

dialami oleh organisme tersebut, seperti perbedaan konsentrasi zat hara, suhu dan

salinitas.

Page 10: Molusca

H. KESIMPULAN

1. Jenis-jenis Mollusca yang ditemukan di Pantai Pancur Taman Nasional Alas

Purwo, Banyuwangi ialah Thais hippocotus, TiIschnochiton circumuallatus,

Crassotrea sp., Nerita costata, Patella barbara, Patella carallina, Nosella

karquelensia (E.A.Smith), Chiton, Taron dbius, Gutturnium muncinum,

Nasarius sp, Nosella Karquelensis, Ompina grossularia, Barbatia fusca,

Pateila carallina, Thais hippocostanum, Mytra sp, Xymene plebeios, Strombus

mutabilis, Babylonia sp, Turbo cinereus, Patella caralina, Cypreae nareta

Linn, Neruta albicilla, Dmpnia grossularia, Masarius variegatus, Collumbella

sp., Patella carallina, Nassarius albescens albescens, Turbo cinereus,

Nasarius sp, Crassotrea sp, Nerita theliostyla picea, Nerita albicilla, Nasarium

sp, Turbo cinereus, Nassarius variegatus, Cypraea muneta Linne, Barbatia sp,

Nassarius perpinguis (Hinds), Dmpina grossularia, Columbella sp., Bartia

fusca, Xymene plebeius, Columbena sp., Patena caranina, Dmpina

grossulania, Barbatia fusca, Nassarius variegatus, Nerita costata, Turbo

cinereus, Patella barbara, Fasciolaria sp, Patella carallina, Neruta albicilla,

Codakia sp., Turbo cinereus, Turbo cannalisculatus.

2. Indek keanekaragaman atau diversitas yang tertinggi terdapat pada zona batu

berpasir dengan nilai sebesar 2,29 dan yang terendah terdapat pada zona batu

kecil dengan nilai sebesar 0,99. Nilai kemerataan tertinggi adalah 0,85 pada

zona pasir berlamun. Indek kekayaan pada masing-masing zona yang tertinggi

terdapat pada zona batu berpasir dengan nilai sebesar 2,7846971 kekayaan

yang terendah terdapat pada zona batu besar yaitu sebesar 1,098692.

3. Pola penyebaran Molusca pada semua zona menunjukkan bahwa pola

penyebarannya sebagian besar merata zona yaitu pada spesies, Nerita costata,

Turbo cinereus, Patella barbara. besar mengelompok, yaitu pada spesies Thais

hippocotus, TiIschnochiton circumuallatus, Crassotrea sp., Nerita costata,

Patella barbara, Patella carallina, Nosella karquelensia (E.A.Smith), Chiton,

Taron dbius, Gutturnium muncinum, Nasarius sp, Nosella Karquelensis,

Page 11: Molusca

Ompina grossularia, Barbatia fusca, Pateila carallina, Thais hippocostanum,

Mytra sp, Xymene plebeios, Strombus mutabilis, Babylonia sp, Turbo cinereus,

Patella caralina, Cypreae nareta Linn, Neruta albicilla, Dmpnia grossularia,

Masarius variegatus, Collumbella sp., Patella carallina, Nassarius albescens

albescens, Turbo cinereus, Nasarius sp, Crassotrea sp, Nerita theliostyla

picea, Nerita albicilla, Nasarium sp, Turbo cinereus, Nassarius variegatus,

Cypraea muneta Linne, Barbatia sp, Nassarius perpinguis (Hinds), Dmpina

grossularia, Columbella sp., Bartia fusca, Xymene plebeius, Columbena sp.,

Patena caranina, Dmpina grossulania, Barbatia fusca, Nassarius

variegatus .Sedangkan pola acak ditemukan pada 2 spesies saja,yaitu

Fasciolaria sp, Patella carallina, Neruta albicilla, Codakia sp., Turbo

cinereus, Turbo cannalisculatus. Sedangkan yang pola penyebarannya merata

dari semua zona yaitu pada spesies, Nerita costata, Turbo cinereus, Patella

barbara.

4. Dari semua zona yang ada spesies yang paling dominan adalah Nasarius sp.

Page 12: Molusca

DAFTAR RUJUKAN

Asiyah. 1999. Keanekaragaman Mollusca Di Laguna Segara Anak Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang

Dharmawan, Agus, dkk. 2004. Ekologi Hewan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang

Kastawi, Yusuf. 2001. Zoologi Avertebrata. Malang : Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UM Malang

Nazlim, Furaidana Dewi. 1999. Keanekaragaman Dan Distribusi Mollusca (Gastropoda dan Bivalvia) Di Perairan Pasang Surut Pantai Sawah Mulya Kecamatan Sangkapura Bawean Gresik Jatim. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang

Nurhadi. 1999. Keanekargaman Jenis Mollusca Di Pantai Wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Page 13: Molusca

LAPORAN KKL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

EKOLOGI HEWAN

MOLLUSCA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Ekologi Hewan yang

dibina oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si

Oleh :

Kelompok 10/ GG

1. Ana Syarifatun Nisa (408342413168)

2. Novita Sari (408342413173)

3. Kholil Rohmanto (408342413178)

4. Yessi Lukita Sari (408342417755)

5. Vitri Unisari (407342406042)

6. Nyimas Sri Rohana (408342417764)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Page 14: Molusca

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

April, 2010