modul2

29
MODUL 2 Perencanaan Kependudukan KEGIATAN BELAJAR 1 Pola dan Tren Kependudukan Dunia dan Indonesia Permasalahan kependudukan adalah masalah sumberdaya manusia yang penting untuk kita cermati. Apabila kita melihat kembali jauh ke belakang, maka fase perkembangan penduduk dunia sebenarnya berjalan sangatlah lambat. Sejak periode munculnya manusia sampai masa permulaan sejarah pada abad pertama, tingkat perkembangan penduduk dunia hanya sebesar 0,002% per tahun atau meningkat 20 juta per tahun, dimana dalam hal ini memerlukan waktu sekitar 35.000 tahun agar jumlah penduduk dapat menjadi dua kali lipatnya. Ledakan penduduk justru terjadi pada abad 20, di zaman modern ini, seiring dengan perkembangan sistem pertanian, perdagangan, revolusi teknologi, kesehatan dan perkembangan kehidupan perkotaan. Apabila pada permulaan tahun masehi penduduk dunia diperkirakan hanya sekitar 250 juta, dan pada tahun 1650 sekitar 500 juta, maka pada tahun 1975 sudah mencapai sekitar 4 milyar penduduk. Sejak tahun 1985, diprediksi hanya membutuhkan waktu sekitar 40-50 tahun saja agar jumlah penduduk menjadi 2 kali lipat. Tabel 2.1 Perkembangan Penduduk Dunia dari Periode ke Periode Periode Proyeksi Tingkat Perkembangan Penduduk Waktu yang diperlukan bagi kelipatan dua jumlah penduduk (tahun) % pertahun per juta per tahun Munculnya manusia hingga masa permulaan sejarah 0.002 20 35000 1650-1780 0.3 3600 240 1850-1900 0.6 6000 115 1930-1940 1.0 10000 70 1970-1975 2.0 20000 35 1985 1.7 17000 41 2010 1.2 12000 58 Sumber: Rusli (2012)

Upload: zie-claser

Post on 24-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • MODUL 2

    Perencanaan Kependudukan

    KEGIATAN BELAJAR 1

    Pola dan Tren Kependudukan Dunia dan Indonesia Permasalahan kependudukan adalah masalah sumberdaya manusia yang penting untuk kita cermati. Apabila kita melihat kembali jauh ke belakang, maka fase perkembangan penduduk dunia sebenarnya berjalan sangatlah lambat. Sejak periode munculnya manusia sampai masa permulaan sejarah pada abad pertama, tingkat perkembangan penduduk dunia hanya sebesar 0,002% per tahun atau meningkat 20 juta per tahun, dimana dalam hal ini memerlukan waktu sekitar 35.000 tahun agar jumlah penduduk dapat menjadi dua kali lipatnya. Ledakan penduduk justru terjadi pada abad 20, di zaman modern ini, seiring dengan perkembangan sistem pertanian, perdagangan, revolusi teknologi, kesehatan dan perkembangan kehidupan

    perkotaan. Apabila pada permulaan tahun masehi penduduk dunia diperkirakan hanya sekitar 250 juta, dan pada tahun 1650 sekitar 500 juta, maka pada tahun 1975 sudah mencapai sekitar 4 milyar penduduk. Sejak tahun 1985, diprediksi hanya membutuhkan waktu sekitar 40-50 tahun saja agar jumlah penduduk menjadi 2 kali lipat.

    Tabel 2.1 Perkembangan Penduduk Dunia dari Periode ke Periode

    Periode Proyeksi Tingkat

    Perkembangan Penduduk Waktu yang diperlukan

    bagi kelipatan dua jumlah penduduk (tahun) % pertahun per juta per

    tahun Munculnya manusia

    hingga masa permulaan sejarah 0.002 20 35000

    1650-1780 0.3 3600 240

    1850-1900 0.6 6000 115

    1930-1940 1.0 10000 70 1970-1975 2.0 20000 35

    1985 1.7 17000 41

    2010 1.2 12000 58 Sumber: Rusli (2012)

  • Sampai saat ini, di tahun 2012, jumlah penduduk di dunia ini bahkan sudah mencapai lebih dari 7 milyar penduduk. Perkembangan penduduk yang cepat banyak ditemui di negara yang

    sedang berkembang. Seperti yang kita ketahui, sekitar 70% penduduk dunia bertempat tinggal di negara sedang berkembang, seperti di negara-negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Di kawasan ini juga banyak ditemui negara-negara raksasa ditinjau dari segi penduduknya, seperti China (1300 juta jiwa), India (1103 juta jiwa), Indonesia (221 juta jiwa), Brazil (184 juta jiwa), Pakistan (162 juta jiwa), Bangladesh (144 juta jiwa), Nigeria (131 juta jiwa) dan Meksiko (107 juta jiwa). Kondisi ini bertolak belakang dengan minimnya jumlah penduduk di negara negara maju di benua Eropa (kecuali Rusia) seperti Prancis (28 juta jiwa), Jerman (17 juta jiwa), dan Inggris (19 juta jiwa). Benua Asia adalah merupakan benua terpadat di dunia dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 60% penduduk dunia. China dan India merupakan dua negara di Asia dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia dengan masing-masing negara memiliki lebih dari 1 milyar penduduk atau sekitar 37% penduduk dunia.

    Secara umum pertumbuhan penduduk dunia pada kenyataannya cukup berfluktuasi dengan

    rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 1,8% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 1963 sebesar 2,2%, namun dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan sampai mencapai 1,1% pada tahun 2011. Seperti yang terlihat pada gambar 2.1, pertumbuhan penduduk dunia (population growth) mengalami penurunan dan diprediksi akan terus menurun terutama diakibatkan oleh terjadinya penurunan pertumbuhan kelahiran penduduk (total fertility) secara global. Lebih lanjut Gambar 2.1 menggambarkan tiga skenario kecenderungan peramalan atau proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk dengan pertumbuhan kelahiran penduduk yaitu tinggi (high), menengah (medium) dan rendah (low).

    Apabila kita memang menginginkan mencapai pertumbuhan penduduk yang relatif rendah

    maka tentunya diperlukan perencanaan-perencanaan kependudukan yang tepat terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Adapun faktor-faktor yang

    mempengaruhi pertumbuhan penduduk meliputi tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan tingkat perpindahan penduduk (migrasi). Apabila kita tidak berhasil melakukan perencanaan kependudukan yang baik maka pertumbuhan penduduk akan cenderung akan masuk ke kategori yang tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tentu saja akan menjadi masalah bagi suatu negara atau daerah karena berarti negara memerlukan anggaran yang cukup tinggi misalnya bagi penyelenggaraan fasilitas pendidikan dan kesehatan, selain juga memerlukan

  • penyediaan lapangan pekerjaan yang banyak ketika mereka masuk sebagai penduduk usia kerja.

    Gambar 2.1 Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Tingkat Kelahiran Dunia

    Sumber: World Population to 2300 (2004)

    Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Apabila dilihat kebelakang mulai dari Sensus Penduduk 1971 maka jumlah penduduk Indonesia selalu bertambah dari tahun ke tahun. Hasil Sensus Penduduk 1971 misalnya menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 119,2 juta jiwa dan mulai tahun 1990 menjadi diatas 200 juta jiwa (205,1 juta jiwa), dan menjadi 237,6 juta jiwa menurut hasil Sensus Penduduk 2010. Meskipun demikian, sejalan dengan pertumbuhan penduduk dunia, maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia justru mengalami penurunan dalam setiap periodenya. Pada periode tahun 1971-1980 misalnya, laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,30% per tahun, kemudian menjadi 1,97% per tahun pada periode 1980-1990 dan menjadi 1,49% per tahun pada periode 1990-2000. Laju pertumbuhan ini mengalami stagnasi dimana laju pertumbuhan penduduk Indonesia tetap sebesar 1,49% per tahun pada periode 2000-2010. Meskipun mengalami penurunan dari tahun ke tahun, pertumbuhan penduduk Indonesia masih sedikit berada di atas pertumbuhan penduduk dunia yang sebesar 1,1%. Tentunya masih diperlukan kerja keras dari pemerintah Indonesia untuk menurunkan pertumbuhan penduduk Indonesia agar paling tidak sama dengan pertumbuhan

  • penduduk dunia. Secara detail jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel 2.2.

    Tabel 2.2 Penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Indonesia, 1971-2010

    Tahun Penduduk (jiwa) Pertumbuhan Penduduk (% per tahun)

    1971 119.208.229 1980 147.490.298 Periode 1971-1980: 2,30 1990 179.378.946 Periode 1980-1990: 1,97 2000 205.132.458 Periode 1990-2000: 1,49 2010 237.556.363 Periode 2000-2010: 1,49

    Sumber: FEUI (2011)

    Apabila kita membandingkan laju pertumbuhan penduduk antar pulau di Indonesia, dewasa ini akan terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Pulau Jawa justru lebih rendah dibandingkan dengan pulau-pulau besar yang lain. Hal ini bisa dipahami mengingat Pulau

    Jawa memiliki kepadatan sudah sekitar 2 kali lipat dibandingkan dengan pulau besar yang lain seperti Sumatera, sehingga laju pertumbuhannya menjadi cenderung rendah. Sebagai contoh, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk Pulau Sumatera adalah sebesar 2.3% per tahun pada periode 2000-2010, sedangkan Pulau Jawa

    hanya sebesar 1,5% per tahun.

    Apabila kita melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka pertumbuhan penduduk ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu (1) tingkat kelahiran (fertilitas); (2) tingkat kematian (mortalitas); dan (3) tingkat perpindahan penduduk (migrasi). Tingkat kelahiran terbukti menjadi komponen yang paling utama sebagai pendorong turunnya laju pertumbuhan penduduk baik di Indonesia maupun di dunia. Tingkat kelahiran di Indonesia secara signifikan menurun dari sebesar 5,61 anak per ibu sesuai hasil Sensus Penduduk 1970 menjadi hanya 2,34 anak per ibu sesuai hasil Sensus Penduduk 2000. Keberhasilan kebijakan pemerintah terhadap kependudukan melalui program Keluarga Berencana (KB) memiliki andil yang cukup besar dalam mengendalikan jumlah penduduk pada periode tahun 1970-2000. Selain itu kemajuan dalam pembangunan, modernisasi, dan pencapaian perempuan dalam dunia pendidikan juga telah berdampak positif pada penurunan tingkat kelahiran. Modernisasi di kalangan masyarakat menyebabkan telah banyak ditinggalkannya falsafah

  • banyak anak banyak rejeki yang terutama banyak dijumpai di kalangan masyarakat perdesaan. Selain itu, dengan pencapaian perempuan dalam hal pendidikan telah menjadikan kecenderungan perilaku menikah di usia muda menjadi menurun.

    Tingkat kematian (mortalitas) menjadi komponen kedua yang dapat mempengaruhi baik jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk. Tingkat kematian memiliki sifat pengurang terhadap jumlah penduduk. Untuk kasus Indonesia, tingkat kematian sepertinya bukanlah merupakan faktor yang mendorong turunnya pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan

    pada kenyataanya cenderung menurunnya tingkat kematian di Indonesia akibat perbaikan-perbaikan yang signifikan dalam bidang kesehatan, seperti ditemukannya vaksin-vaksin baru dan penyediaan infrastruktur kesehatan sampai di tingkat perdesaan. Apabila dilihat lebih lanjut, tingkat kematian di Indonesia relatif sangat tinggi pada periode tahun 1960an yaitu sebesar 19 kematian per 1000 penduduk yang lebih dikarenakan belum cukup baiknya perkembangan di bidang kesehatan. Tetapi ini menurun tajam menjadi 7 kematian per 1000 penduduk pada periode tahun 2000an dikarenakan perbaikan-perbaikan di bidang kesehatan tersebut. Indikator kesehatan yang lain yaitu angka kematian bayi yang juga mengalami perbaikan yang signifikan yaitu dari sebesar 145 bayi yang meninggal per 1000 bayi yang hidup pada tahun 1960an menjadi hanya 41 bayi yang meninggal per 1000 bayi yang hidup pada tahun 2000an.

    Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu migrasi atau perpindahan penduduk. Dalam hal ini migrasi dapat bersifat menambah jumlah penduduk apabila jumlah penduduk yang masuk ke suatu daerah lebih besar dibandingkan jumlah penduduk yang keluar dari daerah tersebut. Selain itu, migrasi juga dapat bersifat mengurangi jumlah penduduk apabila jumlah penduduk yang keluar dari suatu daerah lebih besar dibandingkan jumlah penduduk yang masuk ke daerah tersebut. Secara umum migrasi juga tidak dianggap secara signikan menyebabkan perubahan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Indonesia karena jumlah penduduk yang masuk ke Indonesia dan jumlah penduduk yang keluar dari Indonesia relatif seimbang. Migrasi menjadi faktor yang penting di Indonesia ketika kita berbicara tentang pertumbuhan penduduk antar daerah atau antar provinsi karena kepadatan dan persebaran penduduk Indonesia antar daerah yang tidak merata. Dalam hal ini Pulau Jawa atau DKI Jakarta masih menjadi primadona bagi penduduk dari daerah lain untuk melakukan migrasi. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingat adanya kepadatan dan distribusi penduduk yang

  • tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan menarik bagi orang-orang untuk melakukan migrasi, adanya desentralisasi dalam pembangunan, serta di lain pihak semakin

    lancarnya komunikasi dan transportasi.

    Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia, 2010

    Sumber : BPS, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, April 2012

    Apabila dilihat dari struktur penduduk, maka penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk usia muda (0-14 tahun). Hal ini dapat dilihat dari piramida penduduk yang berciri ekspansif dimana terdapat dasar piramida yang lebar menunjukkan persentase penduduk usia muda (gambar 2.2). Pada bagian tengah piramida cembung dan bagian atas cenderung meruncing. Meskipun demikian keberhasilan penurunan tingkat kelahiran di Indonesia membawa kecenderungan piramida penduduk untuk berubah menjadi bercirikan konstriktif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk usia 0-4 tahun yang sudah lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk usia 5-9 dan 10-14 tahun. Apabila kecenderungan ini terus berlanjut maka struktur umur Indonesia akan banyak didominasi oleh penduduk usia kerja (15-64 tahun) atau penduduk usia produktif. Dengan kata lain bentuk piramida penduduk akan memiliki dasar

    yang lebih pendek dan cembung di tengah-tengah. Berdasarkan indikator-indikator umur dari struktur umur yang ada maka penduduk Indonesia dapat dikatakan pada saat ini adalah

    berstruktur umur intermediate. Perubahan atau kecenderungan ini akan terus berlanjut

  • sampai ketika penduduk usia kerja adalah lebih tinggi lebih tinggi daripada penduduk usia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun. Ketika kondisi ini terjadi maka akan mengakibatkan menurunnya rasio beban tanggungan dan memberikan demographic dividend atau bonus demografi. Bonus demografi ini adalah keuntungan ekonomi yang diperoleh akibat menurunnya rasio beban tanggungan.

    Kepadatan dan Persebaran Penduduk Indonesia

    Seperti yang telah disinggung diatas, masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia pada tingkah daerah adalah masalah ketidak merataan kepadatan penduduk antar daerah (provinsi). Pulau Jawa masih merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk yang terbesar di Indonesia terutama dikarenakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang masih terpusat di Pulau Jawa. Propinsi Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia dengan jumlah lebih dari 43 juta penduduk pada tahun 2010, sedangkan provinsi-provinsi baru seperti Papua Barat, Gorontalo, dan Maluku Utara memiliki jumlah penduduk terkecil di Indonesia dengan hanya lebih dari 1 juta penduduk. Apabila diperbandingkan kondisi penduduk antar pulau dan antar waktu maka sebenarnya telah terjadi redistribusi jumlah penduduk antar pulau di Indonesia walaupun berjalan secara lambat. Redistribusi ini menjadi sinyal mulai berkembangnya pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi di pulau-pulau lain, seperti Sumatera dan Kalimantan yang juga dipicu oleh kebijakan otonomi daerah di tingkat kota dan kabupaten yang mulai berlangsung pada awal tahun 2000an. Di satu sisi, persentase jumlah penduduk yang bermukim di Pulau Jawa menurun dari 63,9% pada tahun 1971 menjadi 57,5% pada tahun 2010. Sementara itu, persentase penduduk yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan meningkat, masing-masing dari 17,6% menjadi 21,3% dan dari 4,3% menjadi 5,8% pada periode yang sama. Tabel 2.3 menggambarkan kondisi persebaran penduduk Indonesia antar provinsi dan antar waktu tahun 1971-2010.

    Tabel 2.3 Penduduk menurut Provinsi : Indonesia 1971-2010

    Provinsi Penduduk

    1971 1980 1990 1995 2000 2010*)

    Aceh 2.008.595 2.611.271 3.416.156 3.847.583 3.930.905 4.494.410

    Sumatera Utara 6.621.831 8.360.894 10.256.027 11.114.667 11.649.655 12.982.204

    Sumatera Barat 2.793.196 3.406.816 4.000.207 4.323.170 4.248.931 4.846.909

  • R i a u 1.641.545 2.168.535 3.303.976 3.900.534 4.957.627 5.538.367

    J a m b i 1.006.084 1.445.994 2.020.568 2.369.959 2.413.846 3.092.265

    Sumatera Selatan 3.440.573 4.629.801 6.313.074 7.207.545 6.899.675 7.450.394

    B e n g k u l u 519.316 768.064 1.179.122 1.409.117 1.567.432 1.715.518

    L a m p u n g 2.777.008 4.624.785 6.017.573 6.657.759 6.741.439 7.608.405

    Kep. Bangka Belitung - - - - 900.197 1.223.296

    Kepulauan Riau - - - - - 1.679.163

    DKI Jakarta 4.579.303 6.503.449 8.259.266 9.112.652 8.389.443 9.607.787

    Jawa Barat 21.623.529 27453525 35.384.352 39.206.787 35.729.537 43.053.732

    Jawa Tengah 21.877.136 25372889 28.520.643 29.653.266 31.228.940 32.382.657

    DI Yogyakarta 2.489.360 2.750.813 2.913.054 2.916.779 3.122.268 3.457.491

    Jawa Timur 25.516.999 29188852 32.503.991 33.844.002 34.783.640 37.476.757

    Banten - - - - 8.098.780 10.632.166

    B a l i 2.120.322 2.469.930 2.777.811 2.895.649 3.151.162 3.890.757

    Nusa Tenggara Barat 2.203.465 2.724.664 3.369.649 3.645.713 4.009.261 4.500.212

    Nusa Tenggara Timur 2.295.287 2.737.166 3.268.644 3.577.472 3.952.279 4.683.827

    Kalimantan Barat 2.019.936 2.486.068 3.229.153 3.635.730 4.034.198 4.395.983

    Kalimantan Tengah 701.936 954.353 1.396.486 1.627.453 1.857.000 2.212.089

    Kalimantan Selatan 1.699.105 2.064.649 2.597.572 2.893.477 2.985.240 3.626.616

    Kalimantan Timur 733.797 1.218.016 1.876.663 2.314.183 2.455.120 3.553.143

    Sulawesi Utara 1.718.543 2.115.384 2.478.119 2.649.093 2.012.098 2.270.596

    Sulawesi Tengah 913.662 1.289.635 1.711.327 1.938.071 2.218.435 2.635.009

    Sulawesi Selatan 5.180.576 6.062.212 6.981.646 7.558.368 8.059.627 8.034.776

    Sulawesi Tenggara 714120 942.302 1.349.619 1.586.917 1.821.284 2.232.586

    Gorontalo - - - - 835.044 1.040.164

    Sulawesi Barat - - - - - 1.158.651

    M a l u k u 1.089.565 1.411.006 1.857.790 2.086.516 1.205.539 1.533.506

    Maluku Utara - - - - 785.059 1.038.087

    Papua Barat - - - - - 760.422

    Papua 923440 1.173.875 1.648.708 1.942.627 2.220.934 2.833.381

    INDONESIA 119.208.229 147.490.298 179.378.946 194.754.808 206.264.595 237.641.326

    Sumber: BPS

  • Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk antar propinsi maka angkanya adalah cukup bervariasi. Provinsi Jawa Tengah adalah merupakan provinsi dengan laju pertumbuhan penduduk terendah di Indonesia dengan laju pertumbuhan sebesar 0,37% per tahun pada periode 2000-2010. Rendahnya laju pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah dipicu oleh relatif rendahnya angka kelahiran di Jawa Tengah yaitu hanya sebesar 2,06 jiwa pada tahun 2000 dan juga dipengaruhi besarnya migrasi keluar daripada migrasi masuk ke propinsi ini. Berdasarkan data SUPAS 2005, hanya 2% penduduk Jawa Tengah yang merupakan migran semasa hidup (orang-orang yang tinggal di provinsi yang berbeda dari provinsi kelahirannya), menandakan Jawa Tengah bukan merupakan tujuan utama migran antar provinsi di Indonesia. Di sisi lain, provinsi Papua adalah provinsi dengan angka pertumbuhan tertinggi di Indonesia dengan laju pertumbuhan sebesar 5,46% per tahun pada periode 2000-2010. Adapun angka kelahiran di Papua relatif tinggi yaitu 3,28 jiwa pada tahun 2000, selain itu dipicu juga besarnya migran seumur hidup yang datang ke Papua yang mencapai 18% dari seluruh penduduk. Secara lebih detail, pada periode tahun 2000-2010, laju pertumbuhan penduduk meningkat di 14 dari 33 provinsi di Indonesia (Tabel 2.4). Peningkatan angka pertumbuhan yang signifikan ditemukan di Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, DKI

    Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua; sedangkan angka pertumbuhan yang rendah ditemukan di Jawa Timur. Peningkatan angka pertumbuhan penduduk yang signifikan sepertinya adalah hal yang wajar di provinsi-provinsi baru, seperti Bangka Belitung, Gorontalo dan Maluku Utara.

    Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan penduduk menurut provinsi: Indonesia 1971-2010

    Provinsi 1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010 Nanggroe Aceh Darussalam 2,93 2,72 1,46 1,35 Sumatera Utara 2,60 2,06 1,32 1,11 Sumatera Barat 2,21 1,62 0,63 1,34 Riau 3,11 4,22 4,35 3,59 Jambi 4,07 3,39 1,84 2,55 Sumatera Selatan 3,32 3,15 2,39 1,85 Bengkulu 4,39 4,38 2,97 1,66 Lampung 5,77 2,67 1,17 1,23 Bangka Belitung - - 0,97 3,14 Kepulauan Riau - - - 4,99 DKI Jakarta 3,93 2,38 0,17 1,39 Jawa Barat 2,26 2,57 2,03 1,89 Jawa Tengah 1,64 1,17 0,94 0,37 DI Yogyakarta 1,10 0,57 0,72 1,02 Jawa Timur 1,49 1,08 0,70 0,76 Banten - - 3,21 2,79

  • Bali 1,69 1,18 1,31 2,15 Nusa Tenggara Barat 2,36 2,14 1,82 1,17 Nusa Tenggara Timur 1,95 1,79 1,64 2,06 Kalimantan Barat 2,31 2,65 2,29 0,91 Kalimantan Tengah 3,43 3,88 2,99 1,74 Kalimantan Selatan 2,16 2,32 1,45 1,98 Kalimantan Timur 5,73 4,41 2,81 3,80 Sulawesi Utara 2,31 1,60 1,33 1,26 Sulawesi Tengah 3,86 2,82 2,57 1,94 Sulawesi Selatan 1,74 1,42 1,49 1,17 Sulawesi Tenggara 3,09 3,66 3,15 2,07 Gorontalo - - 1,59 2,24 Sulawesi Barat - - - 2,67 Maluku 2,88 2,76 0,08 2,78 Maluku Utara - - 0,48 2,44 Papua Barat - - - 3,72 Papua 2,67 3,34 3,22 5,46

    INDONESIA 2,30 1,97 1,49 1,49

    Sumber: FEUI (2011)

    Latihan Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut!

    1. Jelaskan hal-hal apakah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk ? 2. Bagaimana kondisi persebaran penduduk di Indonesia?

    Petunjuk Jawaban Latihan 1. Ada tiga hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk yang terdiri dari (1)

    tingkat kelahiran (fertilitas); (2) tingkat kematian (mortalitas); dan (3) tingkat perpindahan penduduk (migrasi). Lihat dan baca uraiannya, kemudian jelaskan bagaimana sifat-sifat mereka dalam mempengaruhi pertumbuhan penduduk

    2. Persebaran penduduk di Indonesia masih menunjukkan kondisi ketidakmerataan antar daerah atau antar propinsi. Jelaskan secara terperinci alasan ketidakmerataan yang terjadi dan tunjukkan beberapa contoh daerah atau propinsi yang menyebabkan ketidakmerataan persebaran penduduk

    Rangkuman Perencanaan kependudukan adalah penting untuk dilakukan karena akan terkait dengan

    penyelenggaraan fasilitas pendidikan dan kesehatan, dan juga terkait penyediaan lapangan pekerjaan ketika sudah masuk sebagai penduduk usia kerja. Pertumbuhan penduduk dunia cenderung untuk menurun yang disebabkan oleh penurunan tingkat pertumbuhan kelahiran

  • penduduk secara global. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dunia, maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia juga mengalami penurunan dalam setiap periodenya, meskipun masih berada di atas pertumbuhan penduduk dunia. Keberhasilan kebijakan pemerintah terhadap kependudukan melalui program Keluarga Berencana memiliki andil yang cukup besar dalam mengendalikan jumlah penduduk pada periode tahun 1970-2000.

    Apabila dilihat dari struktur penduduknya, maka penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk usia muda (0-14 tahun). Hal ini dapat dilihat dari piramida penduduk yang berciri ekspansif. Masalah lain kependudukan yang dihadapi Indonesia pada tingkah daerah adalah masalah ketidak merataan kepadatan penduduk antar daerah (provinsi) di Indonesia. Pulau Jawa masih merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk yang terbesar di Indonesia terutama dikarenakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang masih terpusat di Pulau Jawa. Apabila diperbandingkan antar pulau dan antar waktu maka telah terjadi redistribusi jumlah penduduk antarpulau di Indonesia walaupun berjalan secara lambat. Redistribusi ini menjadi tanda mulai berkembangnya pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi di pulau-pulau lain yang juga dipicu oleh kebijakan otonomi daerah yang mulai berlangsung pada awal tahun 2000an.

    TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

    1) Penurunan laju pertumbuhan penduduk dapat disebbkan oleh bebrapa hal, kecuali .... A. tingkat perpindahan penduduk (migrasi) B. tingkat kelahiran (natalitas) C. tingkat modernisasi D. tingkat kematian (mortalitas)

    2) Faktor kebudayaan dan teknologi meripakan salah satu faktor dalam mempengaruhi .... A. penyebaran dan kepadatan penduduk B. laju pertumbuhan penduduk C. komposisi penduduk D. masalah kependudukan

    3) Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat adalah .... A. kesempatan kerja B. tenaga kerja C. angkatan kerja D. pasar tenaga kerja

  • 4) Angka yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk pada setiap km2 pada suatu wilayah negara disebut .... A. distribusi penduduk B. kepadatan penduduk C. pertumbuhan penduduk D. kondisi penduduk

    5) Dibawah ini yang tidak termasuk bagian kepadatan penduduk di suatu wilayah yaitu .... A. kepadatan penduduk ekonomi B. kepadatan penduduk fisiologis C. kepadatan penduduk agraris D. kepadatan penduduk sosial

    Cocokkan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

    Arti tingkat penguasaan : 90 - 100% = baik sekali 80 - 90% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

    Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

  • KEGIATAN BELAJAR 2

    Proyeksi Penduduk

    Apabila kita membuat sebuah kebijakan terhadap masalah kependudukan, tentunya tidak hanya diarahkan untuk mengatasi permasalahan kependudukan pada saat ini, tetapi juga dilakukan dalam rangka mengantisipasi keadaan dan permasalahan kependudukan pada masa yang akan datang. Pengetahuan tentang kondisi kependudukan di masa yang akan datang ini juga memiliki banyak kegunaan termasuk didalamnya dalam rangka penyusunan rencana pembangunan sosial ekonomi negara atau daerah yang bersangkutan. Oleh karenanya diperlukan perkiraan terhadap keadaan penduduk pada masa yang akan datang, yang dapat diperoleh melalui proyeksi atau peramalan penduduk. Proyeksi penduduk (population projections) dan peramalan penduduk (population forecast) sering dipergunakan sebagai dua istilah yang sering dipertukarkan. Proyeksi penduduk adalah prediksi yang didasarkan pada asumsi rasional tertentu yang dibangun untuk kecenderungan masa yang akan datang dengan

    menggunakan pendekatan statistik atau matematika, sedangkan peramalan penduduk bisa saja dilakukan dengan atau tanpa asumsi dan atau kalkulasi. Dalam hal ini yang akan dibahas dalam kegiatan belajar ini adalah proyeksi penduduk dengan berbagai asumsi dan kalkulasi

    Usaha-usaha untuk melakukan proyeksi penduduk telah coba dilakukan oleh beberapa peneliti atau instansi yang memiliki perhatian akan jumlah penduduk di masa yang akan datang. Dalam melakukan proyeksi penduduk diperlukan perhitungan akan kecenderungan perkembangan komponen kependudukan yang terdiri dari fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan penduduk). Berkenaan dengan perkembangan komponen kependudukan ini, biasanya digunakan asumsi-asumsi berdasarkan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. Asumsi yang digunakan misalnya adalah migrasi dianggap konstan, fertilitas atau mortalitas diperkirakan turun 25 persen (karena adanya program Keluarga Berencana dan peningkatan harapan hidup saat lahir). Asumsi migrasi internal untuk kasus Indonesia biasanya memang dianggap konstan, dalam artian orang yang

    masuk daerah kurang lebih sama dengan orang yang keluar daerah, sedangkan migrasi internasional juga relatif kecil. Walaupun demikian, penting juga untuk mempertimbangkan migrasi ketika kita melakukan proyeksi penduduk antar pulau, mengingat Jawa masih merupakan daya tarik penduduk yang berada di luar Jawa.

  • Tabel 2.5 menunjukkan contoh proyeksi penduduk yang dilakukan oleh Bank Dunia terhadap sepuluh negara terpadat di dunia. China sampai saat ini adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, namun proyeksi dari Bank Dunia menunjukkan bahwa India pada tahun 2050 akan melewati China sebagai negara terpadat di dunia dikarenakan pertumbuhan penduduk di India yang jauh lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk di China. Indonesia sampai saat ini masih tercatat sebagai negara terpadat keempat

    di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat, namun diprediksi bahwa pada tahun 2050 Indonesia akan dilewati oleh Pakistan yang sampai saat ini masih dililit masalah pertumbuhan

    penduduknya yang sangat besar. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, meskipun Indonesia memiliki jumlah penduduk yang paling besar namun laju pertumbuhan penduduknya berada dibawah Vietnam dan Philipina.

    Tabel 2.4. Proyeksi penduduk versi Bank Dunia (dalam juta), 1995-2050

    % peningkatan 1995 2000 2025 2050 1995-2050

    Sepuluh negara terpadat di Dunia

    China 1199 1255 1471 1556 30 India 934 1016 1370 1623 74 USA 263 276 323 335 27 Indonesia 193 206 265 304 58 Brazil 161 172 224 254 57 Rusia 149 150 153 152 2 Pakistan 130 148 243 316 144 Jepang 125 127 124 115 -8 Bangladesh 121 132 182 218 80 Nigeria 111 128 217 288 159

    Negara-negara ASEAN padat lainnya

    Vietnam 74 82 117 142 92 Philipina 69 77 115 143 107 Thailand 61 65 81 91 51

    Sumber : McNicoll, 2008

    Sedangkan proyeksi penduduk di Indonesia juga telah dilakukan oleh berbagai pihak. Tabel 2.5 merupakan contoh hasil proyeksi penduduk Indonesia sampai tahun 2025 yang dilakukan oleh Bappenas, BPS, dan UNDP. Terlihat bahwa meskipun jumlah penduduk Indonesia

  • diproyeksikan akan meningkat terus, namun tingkat perkembangan (laju pertumbuhan penduduk) antar tahun hasil proyeksi cenderung mengalami penurunan, yang terutama didorong oleh kecenderungan turunnya angka fertilitas dan mortalitas. Dalam tahun 2025, diproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah berjumlah 273 juta jiwa.

    Tabel 2.5 Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 menurut Bappenas, BPS, dan UNDP, 2005

    Tahun Jumlah Penduduk Tingkat Perkembangan Tahunan antara tahun yang berurutan (% per tahun)

    2000 205.132,0 1,34 2005 219.204,7 1,27 2010 233.477,4 1,18 2015 247.572,4 1,06 2020 261.005,0 0,92 2025 273.219,2

    Sumber : Rusli (2012)

    Untuk melakukan proyeksi penduduk maka diperlukan penghitungan terhadap laju pertumbuhan penduduk. Ada beberapa cara sederhana untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk, yaitu antara lain:

    1. Persamaan Berimbang (The Balancing Equation) Metode persamaan ini digunakan untuk menghitung perubahan penduduk dari tahun ke tahun, dengan rumus :

    dimana : Pt = banyaknya penduduk pada tahun akhir Po = banyaknya penduduk pada tahun awal B = banyaknya kelahiran D = banyaknya kematian IM = banyaknya migrasi masuk OM = banyaknya migrasi keluar (B - D) = pertumbuhan penduduk alamiah (IM - OM) = migrasi neto

    Contoh :

    Pada tahun 2010 jumlah penduduk suatu negara adalah sebesar 200 juta jiwa; dengan jumlah kelahiran sebesar 3 juta jiwa dan jumlah kematian sebesar 2 juta jiwa. Pada tahun itu jumlah

    Pt = Po + (B - D) + (IM - OM)

  • migrasi masuk sebesar 1 juta jiwa dan migrasi keluar jumlahnya juga sebesar 1 juta jiwa. Jumlah penduduk negara tersebut pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: :

    Pt = Po+ (B - D) + (IM - OM) = 200 juta + (3 juta 2 juta) + (1 juta 1 juta) = 201 juta jiwa Jadi jumlah penduduk negara tersebut pada tahun 2011 adalah sebesar 201 juta jiwa. Terlihat disini bahwa besar kecilnya laju pertumbuhan penduduk di suatu negara sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya komponen pertumbuhan penduduk yang meliputi besarnya kelahiran,

    kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar. Apabila data untuk kelahiran, kematian, dan migrasi tercatat dengan cukup lengkap dan reliabel maka perkiraan jumlah penduduk pada periode setelah sensus akan dengan mudah untuk dihitung. Namun apabila data untuk kelahiran, kematian, dan migrasi tidak tersedia dengan cukup lengkap maka tidak memungkinkan diterapkan persamaan berimbang ini.

    2. Laju Pertumbuhan Penduduk Geometris (Geometric Growth) Sebagai alternatif, apabila data kelahiran, kematian dan migrasi tidak tersedia dengan cukup

    lengkap maka proyeksi penduduk dapat dihitung dengan laju pertumbuhan penduduk geometris. Tingkat pertumbuhan penduduk geometris adalah tingkat pertumbuhan penduduk secara bertahap, yaitu dengan cara memperhitungkan pertumbuhan penduduk hanya pada akhir tahun dari suatu periode. Dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan penduduk geometris ini, proyeksi penduduk dapat dilakukan hanya dengan mengetahui jumlah penduduk total, sehingga pendekatan ini memang lebih sederhana dibandingkan pendekatan

    persamaan berimbang.

    Sebagai contoh pada tahun 2010 di suatu negara, jumlah penduduknya sebesar Po dan rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun sebesar r persen, selanjutnya : Pada tahun 2011 (setelah 1 tahun) jumlah penduduknya menjadi P1 atau P1 = Po + Po.r = Po (1 + r)

    Pada tahun 2012 (setelah 2 tahun) jumlah penduduknya menjadi P2 atau P2 = P1 + P1. r = P1 (1 + r) Po (1 + r) (1 + r)

  • = Po (1+ r)2 Setelah 3 tahun yaitu pada tahun 2013 jumlah penduduknya menjadi P3 atau P3 = P2 + P2.r = P2 (1 + r) Po (1 + r)2 . (1 + r) = Po (1 + r)3 Setelah t tahun maka jumlah penduduknya menjadi :

    Dimana : Pt = banyaknya penduduk pada tahun akhir Po = banyaknya penduduk pada tahun awal r = angka pertumbuhan penduduk t = adalah jangka waktu (dalam banyaknya tahun)

    Contoh : Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1961 sebesar 2.163.000, dan pada tahun 1971 meningkat menjadi 2.490.000 orang, hitunglah besarnya laju pertumbuhan penduduk per tahun pada periode tahun 1961-1971. Jawab : Pt = Po (1 + r)t 2.490.000 = 2.163.000 (1 + r)10 (1 + r)10 =

    = 1.151.179 10 log(1 + r) = log 1.157.179 = 0,0611429 (antilog) (1 + r) = 1,014178 r = 0,014178 atau 1,42 %

    Jadi laju pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1,42% pada periode tahun 1961-1971.

    3. Laju Pertumbuhan Penduduk Eksponensial (LPPE) (Exponential Growth) Alternatif yang ketiga adalah proyeksi penduduk dengan menghitung laju pertumbuhan penduduk eksponensial. Pertumbuhan penduduk eksponensial adalah pertumbuhan penduduk

    yang berlangsung secara terus-menerus (continuous). Dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan penduduk eksponensial ini, proyeksi penduduk juga dapat dilakukan hanya dengan mengetahui jumlah penduduk total.

    Pt = Po (1 + r)t

  • Rumus :

    Dimana :

    Pt = Banyaknya penduduk pada tahun akhir Po = Banyaknya penduduk pada tahun awal r = Angka pertumbuhan penduduk m = Jangka waktu e = Angka eksponensial (2,71828)

    Contoh :

    Penduduk Indonesia pada tahun 1961 adalah 97.019.000 orang dan pada tahun 1971 sebanyak 119.232.000 orang. Maka pertumbuhan geometris, r = 0,0208 atau 2,08 persen per tahun, sedang pertumbuhan eksponensial, r = 0,020617 atau 2,06 persen per tahun.

    Proyeksi terhadap Komponen Pertumbuhan Penduduk 1. Fertilitas

    Secara sederhana sebenarnya rumus laju pertumbuhan penduduk geometris maupun eksponensial juga dapat digunakan untuk memproyeksikan perkembangan tingkat kelahiran atau fertilitas di suatu daerah atau negara. Menurut istilah kependudukan, fertilitas diartikan

    sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Adapun proyeksi atau

    perhitungan terhadap fertilitas adalah penting untuk dilakukan karena tingkat rendahnya perkembangan tingkat fertilitas dapat menggambarkan kecepatan pertumbuhan penduduk suatu daerah atau suatu negara. Tingkat kelahiran (fertilitas) ini juga telah terbukti menjadi komponen utama sebagai pendorong turunnya laju pertumbuhan penduduk baik di Indonesia maupun di dunia

    Adapun untuk mengukur atau memprediksi tingkat kelahiran terdapat beberapa indikator-indikator penting yaitu :

    Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) yaitu angka yang menggambarkan banyaknya bayi yang lahir pada tahun tertentu untuk tiap seribu penduduk dengan rumus sebagai berikut.

    Pt = Po . em

  • Di mana : B = banyaknya kelahiran selama 1 tahun

    P = banyaknya penduduk pada pertengahan tahun dari tahun yang sama

    K = bilangan konstan, biasanya angka 1000

    TABEL 2.6 CBR dan Perkiraan CBR di Indonesia

    Tahun CBR Periode Perkiraan CBR 1995 23,64 1995 2000 22,10

    1996 23,27 2000 2005 19,50

    1997 22,90 2005 2010 19,50

    1998 22,79 2010 2015 16,20

    1999 22,41 2015 2020 14,60

    Sumber : BPS (2000) dan IDHS (1991) dalam Mulyadi (2008)

    Pada Tabel 2.6. di atas terlihat bahwa angka kelahiran kasar (CBR) pada tahun 1995 sebesar 23,64 dan pada saat krisis ekonomi (1998) menurun menjadi sebesar 22,79, kemudian pada tahun1999 kembali sedikit menurun menjadi sebesar 22,41. IDHS (1991) memproyeksikan bahwa angka CBR Indonesia pada periode 2000-2005 sebesar 19,50 dan sepuluh tahun kemudian (periode 2010-2015) diperkirakan akan menurun menjadi rata-rata sebesar 16,20.

    Angka kelahiran menurut umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka yang menggambarkan banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu dengan rumus sebagai berikut

    Di mana : bi = banyaknya kelahiran di dalam kelompok umur i selama 1 tahun

    = banyaknya wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun

    K = bilangan konstan, biasanya 1000

  • Dengan kata lain, ASFR merupakan penghitungan secara spesifik per kelompok umur dari CBR. Pengukuran menggunakan angka kelahiran menurut kelompok umur ini lebih baik

    daripada menggunakan pengukuran angka kelahiran kasar, karena dalam angka kelahiran menurut kelompok umur pengukuran dapat dilakukan terbatas, misalnya pada wanita usia remaja (15-19 tahun) atau usia dewasa (20-34 tahun).

    Penghitungan dan proyeksi terhadap tingkat kelahiran ini misalnya berguna untuk perbaikan terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Bayi yang baru lahir tentunya memerlukan

    imunisasi dasar, seperti BCG, polio, DPT, hepatitis B, dan campak. Persediaan terhadap kebutuhan akan imunisasi sekaligus akses terhadapnya mutlak diperlukan. Selain itu, seperti kita ketahui bersama bahwa permasalahan gizi anak usia balita masih merupakan permasalahan serius di Indonesia. Dengan adanya informasi mengenai tingkat kelahiran maka akan dapat dilakukan perencanaan terhadap permasalahan gizi buruk atau kurang pada suatu daerah tertentu. Tingginya tingkat kelahiran di suatu daerah atau suatu negara juga dapat mencerminkan keberhasilan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk Keluarga Berencana (KB), dimana wanita yang ikut berKB lebih berpeluang untuk berpartisipasi dalam peningkatan kesejahteraan keluarganya dan dalam pembangunan.

    2. Mortalitas Komponen kedua yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah mortalitas

    (kematian). Apabila kita kembali ke masa lampau, maka kematian, demikian juga kelahiran, dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak perlu dikontrol karena berada di luar kemampuan

    manusia. Hal ini berubah sampai akhirnya Jenner pada abad 18 yang menemukan imunisasi terhadap penyakit cacar yang dapat mengurangi kematian manusia akibat penyakit cacar. Sejak meluasnya revolusi industri di Eropa, maka berkembang pulalah usaha-usaha pengendalian penyakit yang dapat mempengaruhi angka-angka kematian.

    Ukuran angka kematian menunjukkan suatu angka atau indeks yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian penduduk di suatu daerah. Ukuran-ukuran mortalitas yang seringkali digunakan antara lain angka kematian kasar (Crude Death Rate/CDR), angka kematian menurut umur (Age Specific Death Rate/ASDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR).

  • Angka kematian kasar (CDR) adalah jumlah kematian yang terjadi selama satu tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut

    di mana : D = banyaknya orang mati selama setahun atau pada suatu tahun tertentu

    P = banyaknya penduduk pertengahan tahun dari tahun yang sama K = bilangan konstan, biasanya adalah angka 1000

    Dari Tabel 2.7. di bawah ini terlihat bahwa angka kematian kasar (CDR) pada tahun 1995 sebesar 7,69 dan pada saat krisis ekonomi (1998) relatif tetap (sebesar 7,69), kemudian pada tahun 1999 menurun menjadi sebesar 7,51. Berdasarkan angka estimasi IDS (1991), angka CDR Indonesia pada periode 2000-2005 sebesar, 7,60 dan sepuluh tahun kemudian (periode 2010-2015) diperkirakan akan sedikit meningkat menjadi rata-rata sebesar 7,70.

    TABEL 2.6 CBR dan Perkiraan CBR di Indonesia

    Sumber: Mulyadi (2008)

    Menurunnya angka kematian (mortalitas) penduduk di Indonesia menunjukkan telah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Upaya-upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan dilakukan misalnya dengan memberikan penyuluhan terutama dalam hal kesehatan

    agar keluarga berperilaku hidup sehat dan penyediaan berbagai fasilitas seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan air bersih.

    Apabila angka kematian kasar memberikan gambaran mengenai angka kematian secara

    keseluruhan, maka angka kematian menurut umur (ASDR) dapat memberikan gambaran

    Tahun CBR Periode Perkiraan CBR

    1995 23,64 1995 2000 22,10

    1996 23,27 2000 2005 19,50

    1997 22,90 2005 2010 19,50

    1998 22,79 2010 2015 16,20

    1999 22,41 2015 2020 14,60

  • mengenai besar kecilnya resiko kematian yang diderita oleh penduduk pada kelompok umur tertentu. ASDR juga sangat berguna untuk membuat proyeksi penduduk.

    dimana : Di = banyaknya kematian penduduk pada umur tertentu pada tahun tertentu

    pi = banyaknya penduduk pada umur yang sama pada tahun yang sama K = bilangan konstan, biasanya 1000

    Rumus angka kematian menurut umur ini juga dapat digunakan untuk mengitung angka kematian menurut karakteristik tertentu yang lain seperti jenis kelamin, lapangan pekerjaan, etnis dan lain sebagainya.

    Indikator penting lain yang seringkali dipakai sebagai indikator dalam menentukan tingkat

    kematian penduduk adalah angka kematian bayi (Infant Mortality Rate). Menurunnya angka kematian suatu negara secara keseluruhan banyak dipengaruhi oleh menurunnya angka kematian bayi. Angka kematian bayi adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi sebelum usia satu tahun per 1000 kelahiran hidup yang terjadi pada tahun yang bersangkutan. Adapun cara perhitungan dari angka kematian bayi adalah sebagai berikut

    dimana : Do = jumlah kematian bayi pada suatu tahun Bo = jumlah kelahiran bayi pada tahun yang sama K = bilangan konstan, biasanya 1000

    Angka kematian bayi (IMR) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat sekaligus mencerminkan keadaan sosial-ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan

    kesejahteraan.

    Sejauh ini angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan hasil yang selalu menurun dari tahun ke tahun. Hal ini tentu saja sangat menggembirakan karena menggambarkan tingkat kesehatan masyarakat yang semakin membaik. Pada tahun 1991, angka kematian bayi di Indonesia adalag sebesar 68 dan terus menurun, diperkirakan pada tahun 2015 hanya sebesar

  • 23. Meskipun demikian hal yang masih menjadi masalah adalah tingkat ketimpangan antar provinsi dari angka kematian bayi yang masih cukup lebar, yang menunjukkan masih belum meratanya kondisi kesehatan masyarakat antar provinsi. Sebagai contoh angka kematian bayi di provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebesar 85 dan yang terbesar di Indonesia, dibandingkan dengan DKI Jakarta dan D.I. Yogyakarta yang hanya sebesar 24 dan 25.

    Sumber: BPS

    Sejalan dengan angka kematian bayi, maka angka kematian Balita (Anak Dibawah Usia Lima Tahun) yang disingkat sebagai AKBA juga mengalami penurunan. Diantara Balita yang ada, maka kelompok yang paling rentan terkena penyakit jika didasarkan pada usia adalah balita berumur 1 tahun sebab balita umur 1 tahun belum memiliki daya tahan tubuh yang sempurna.

    Angka Kematian Balita (AKBA) dengann Angka Harapan Hidup memiliki hubungan erat dan terbalik karena Angka Kematian Bayi (AKB) termasuk didalam AKBA. Secara umum Gambar XXX yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki harapan untuk mewujudkan salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) dalam bidang kesehatan pada tahun 2015. Penurunan AKBA membuktikan bahwa semakin meningkat kesadaran masyarakat untuk bersalin dengan bantuan tenaga medis.

    Meskipun demikian, terdapat persoalan lain yang harus diperhatikan oleh pembuat kebijakan, yaitu Angka Kematian Bayi dan Angka kematian Balita di Indonesia masih tergolong tinggi

    ditingkat ASEAN. .Upaya pembuat kebijakan untuk menekan AKBA masih kalah jauh

  • misalnya dengan negara tetangga, yakni Malaysia dan Singapura. Seperti terlihat pada Gambar XXX, angka kematian bayi di Singapura pada tahun 2007 hanya sebesar 2,7 dan

    Malaysia sebesar 9 dibandingkan Indonesia yang masih diatas 30.

    Sumber: Kementerian Kesehatan

    3. Migrasi Migrasi adalah suatu bentuk perpindahan tempat tinggal secara permanen dengan menempuh jarak minimal tertentu atau pindah dari satu unit geografis ke unit geografis lainnya. Orang yang melakukan migrasi disebut juga dengan migran. Secara umum migrasi dapat dibagi menjadi dua yaitu migrasi internal dan migrasi internasional. Migrasi internal yaitu perpindahan penduduk antar unit geografis dalam suatu negara, sedangkan migrasi internasional yaitu perpindahan penduduk yang terjadi antar negara. Migrasi internasional juga dapat dibagi menjadi dua yaitu emigrasi dimana migrasi internasional dipandang dari negara asal dan imigrasi dimana migrasi internasional dilihat dari negara tujuan.

    Ukuran perpindahan penduduk antar unit geografis ini dapat dihitung dengan

    memperhitungkan tingkat migrasi sebagai berikut:

    Hal 152 Said Rusli

    Dalam kenyataannya, angka-angka jumlah migran (migrasi) sebagai hasil pencatatan cukup sulit untuk dicari di Indonesia, karena membutuhkan biaya pengumpulan data yang tidak sedikit.

  • Salah satu bentuk kebijakan pengaturan kepadatan penduduk melalui migrasi internal yang terkenal di Indonesia terutama pada masa Orde Baru adalah transmigrasi. Transmigrasi merupakan migrasi yang direncanakan melalui kebijakan pemerintah yang biasanya dicirikan dengan perpindahan tempat tinggal secara permanen dari Pulau Jawa yang sudah sangat padat ke luar Jawa. Kebanyakan para transmigran berasal dari desa-desa di Jawa dengan tujuan untuk membuka atau memanfaatkan lahan-lahan agraris di luar Jawa. Sumatera merupakan daerah tujuan utama pada awal program transmigrasi yaitu sekitar tahun 196-1971. Setelah itu, pada periode 1985-1995, sekitar 50% transmigran menuju Indonesia Bagian Timur.

    Program Transmigrasi ini diperkirakan telah mengurangi 20% pertambahan penduduk di Pulau Jawa selama periode 1979-1984. Daerah-daerah penerimaan seperti Provinsi Lampung sangat merasakan pengaruh demografisnya dimana perkembangan jumlah penduduknya berlangsung dengan sangat cepat. Antara tahun 1961-1980, tingkat perkembangan penduduk tahunan di Lampung diperkirakan berada diatas 5%, dan ini sebagian besar merupakan dampak dari program transmigrasi.

    Tabel 2.7 Jumlah Transmigrasi menurut daerah tujuan, periode 1952-1975 dan 1985-1995

    Daerah Tujuan 1951-1975 1985-1995 Jiwa % Jiwa %

    Sumatera 459.097 75.6 1.850.672 50.1

    Nusa Tenggara 654 0.1 50.896 1.9

    Kalimantan 67.606 11.1 994.996 27.0

    Sulawesi 70.843 11.7 403.980 11.0

    Maluku 2.764 0.5 97.739 2.6

    Irian Jaya 1.500 0.2 279.156 8.0

    Lain-lain 5.067 0.8 - -

    Jumlah 607.531 100.0 3.695.436 100

    Keterangan: Semua yang dipindahkan pada periode ini adalah 923.859 kk. Sumber: Rusli (2012)

  • Latihan

    Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut! 1. Apabila jumlah penduduk Jawa Timur adalah 20 juta jiwa pada tahun 2010, jumlah

    kelahiran adalah 2 juta jiwa dan jumlah kematian sebesar 1,5 juta jiwa. Pada tahun itu jumlah migrasi masuk sebesar 2 juta jiwa dan migrasi keluar jumlahnya juga sebesar 3 juta jiwa. Hitunglah jumlah penduduk Jawa Timur pada tahun 2011 dengan metode persamaan berimbang .

    2. Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2000 sebesar 15.500.000 jiwa, dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 17.000.000 jiwa. Hitunglah besarnya laju pertumbuhan penduduk per tahun pada periode tahun 2000-2005 dengan laju pertumbuhan penduduk geometris.

    3. Apakah yang dimaksud dengan angka kelahiran kasar? Apa perbedaan angka kelahiran kasar dan angka kelahiran menurut umur?

    Petunjuk Jawaban Latihan 1. Hitunglah dengan rumus persamaan berimbang. Perhatikan contoh yang ada pada

    kegiatan belajar. 2. Hitunglah dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan penduduk geometris.

    Perhatikan contoh yang ada pada kegiatan belajar. Perhatikan jarak tahun yang dipergunakan dalam menghitung laju pertumbuhan.

    3. Jelaskan definisinya, kemudian jelaskan perbedaannya berdasarkan spesifikasi informasi yang akan didapat.

    Rangkuman

    Perumusan perencanaan kependudukan atau perencanaan terhadap keadaan penduduk pada masa yang akan datang dapat diperoleh melalui proyeksi atau peramalan penduduk. Proyeksi penduduk adalah prediksi yang didasarkan pada asumsi rasional tertentu yang dibangun untuk kecenderungan masa yang akan datang dengan menggunakan pendekatan statistik atau

    matematika.

    Untuk melakukan proyeksi penduduk maka diperlukan penghitungan terhadap laju pertumbuhan penduduk. Ada beberapa cara untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk, yaitu menggunakan persamaan berimbang, laju pertumbuhan penduduk geometris, dan laju pertumbuhan penduduk eksponensial. Sedangkan untuk melihat komponen pertumbuhan

  • penduduk antara lain dapat dilakukan dengan melalui pendekatan dan perhitungan angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) angka kelahiran menurut umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR), angka kematian kasar (Crude Death Rate/CDR), angka kematian menurut umur (Age Specific Death Rate/ASDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR).

    TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

    1) Perumusan perencanaan kependudukan pada masa yang akan datang dapat diperoleh dengan cara .... A. perhitungan perencanaan kependudukan B. perhitungan laju pertumbuhan penduduk C. peramalan kepadatan penduduk D. proyeksi penduduk

    2) Berikut ini merupakan beberapa komponen yang dapat digunakan untuk menghitung perubahan penduduk dari tahun ke tahun, kecuali ....

    1. banyaknya migrasi keluar 5. pertumbuhan penduduk alamiah 2. banyaknya penduduk pada tahun awal 6. pertumbuhan penduduk buatan 3. banyaknya kelahiran 7. banyaknya migrasi masuk 4. banyaknya transmigrasi 8. banyaknya kematian

    A. 1, 3, 4 dan 6 B. 1, 2, 3 dan 5 C. 2, 3, 5 dan 7 D. 1, 2, 5 dan 7

    3) Tingkat pertumbuhan penduduk secara bertahap (discreate), yaitu dengan cara memperhitungkan pertumbuhan penduduk hanya pada akhir tahun dari suatu periode disebut .... A. laju pertumbuhan penduduk sosial B. laju pertumbuhan penduduk eksponensial C. laju pertumbuhan penduduk geometris D. laju pertumbuhan penduduk akhir tahun

    4) Laju pertumbuhan penduduk untuk wilayah perkotaan dipengaruhi oleh .... A. migrasi neto B. kelahiran (natalitas) C. pertumbuhan total penduduk perkotaan D. reklasifikasi

  • 5) Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate) adalah angka yang menggambarkan banyaknya bayi yang lahir pada tahun tertentu untuk tiap seribu penduduk. Rumus untuk menghitung CBR yaitu ....

    A. C.

    B. D.

    Cocokkan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

    Arti tingkat penguasaan : 90 - 100% = baik sekali 80 - 90% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

    Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

    Kunci Jawaban Tes Formatif

    Tes Formatif 1 Tes Formatif 2 1) C 1) D 2) A 2) A 3) B 3) C 4) B 4) D 5) D 5) B

    Daftar Pustaka

  • Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (2011), Indonesia Economic Outlook 2011, Lembaga Penerbit FE UI Jakarta

    McNicoll, G (2008), Indonesia's Population Growth and Distribution in the 21st Century: Projections and Speculations

    Mulyadi (2008), Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, PT Raja Grafindo Persada

    Rusli, Said (2012), Pengantar Ilmu Kependudukan, Edisi Revisi, LP3ES