modul1

14
Praktikum Hidrogeologi Umum Laboratorium Hidrogeologi I-1 MODUL I ANALISA GEOMETRI AKIFER SASARAN : 1. Memahami beberapa definisi yang berkaitan dengan hidrogeologi 2. Memahami akifer dan jenis media akifer 3. Memahami konsep tipologi dan geometri akifer 4. Mengetahui berbagai metoda eksplorasi airtanah 5. Mampu membaca peta geologi untuk interpretasi akifer 6. Mampu membuat simulasi fisik geometri akifer (pada akhir praktikum) I.1 Ilmu Bidang Sumberdaya Air dan Aplikasinya Definisi dari beberapa bidang kajian ilmu yang berkaitan dengan sumber daya air (water resources) adalah : Hidrometeorologi : ilmu yang mempelajari keterdapatan dan sifat fisik air atmosfer Hidrologi : ilmu yang mempelajari keterdapatan dan sifat fisik – hidrolik air permukaan Hidrogeologi : ilmu yang mempelajari keterdapatan, sifat fisik – hidrolik, dan perilaku airtanah (air pada zona jenuh) Kajian sumberdaya air memerlukan integrasi studi air atmosfer, air permukaan, dan airtanah. Untuk itu diperlukan kerjasama antara ketiga bidang keahlian tersebut. Dalam perkembangannya ilmu hidrogeologi sering digunakan untuk memecahkan berbagai masalah. Beberapa contoh bidang kajian dan contoh kajiannya disajikan dalam Tabel 1 berikut ini. Tabel I.1 Berbagai bidang kajian dan contoh kajian bidang hidrogeologi No Bidang Contoh Kajian 1 Penyediaan air bersih Eksplorasi airtanah untuk penyediaan air bersih di daerah kritis air 2 Perencanaan wilayah Survei potensi airtanah untuk penyediaan air bersih di kawasan binaan 3 Pencemaran airtanah Pencemaran limbah industri, limbah pertanian, pencemaran alamiah 4 Masalah geologi teknik (bencana alam geologi) Tanah longsor, penurunan permukaan tanah 5 Eksplorasi hidrokarbon Studi hidrodinamika airtanah untuk melacak migrasi minyak 6 Eksplorasi endapan mineral Alterasi Hidrotermal 7 Energi panas bumi Studi sistem aliran airtanah di kawasan lapangan panas bumi 8 Intrusi air laut Survei salinitas dalam airtanah di kota-kota pesisir

Upload: andi-firdaus

Post on 30-Nov-2015

144 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-1

MODUL I

ANALISA GEOMETRI AKIFER

SASARAN :

1. Memahami beberapa definisi yang berkaitan dengan hidrogeologi

2. Memahami akifer dan jenis media akifer

3. Memahami konsep tipologi dan geometri akifer

4. Mengetahui berbagai metoda eksplorasi airtanah

5. Mampu membaca peta geologi untuk interpretasi akifer

6. Mampu membuat simulasi fisik geometri akifer (pada akhir praktikum)

I.1 Ilmu Bidang Sumberdaya Air dan Aplikasinya

Definisi dari beberapa bidang kajian ilmu yang berkaitan dengan sumber daya air (water

resources) adalah :

Hidrometeorologi : ilmu yang mempelajari keterdapatan dan sifat fisik air atmosfer

Hidrologi : ilmu yang mempelajari keterdapatan dan sifat fisik – hidrolik air

permukaan

Hidrogeologi : ilmu yang mempelajari keterdapatan, sifat fisik – hidrolik, dan perilaku

airtanah (air pada zona jenuh)

Kajian sumberdaya air memerlukan integrasi studi air atmosfer, air permukaan, dan

airtanah. Untuk itu diperlukan kerjasama antara ketiga bidang keahlian tersebut. Dalam

perkembangannya ilmu hidrogeologi sering digunakan untuk memecahkan berbagai masalah.

Beberapa contoh bidang kajian dan contoh kajiannya disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel I.1 Berbagai bidang kajian dan contoh kajian bidang hidrogeologi

No Bidang Contoh Kajian 1 Penyediaan air bersih Eksplorasi airtanah untuk penyediaan air bersih

di daerah kritis air 2 Perencanaan wilayah Survei potensi airtanah untuk penyediaan air

bersih di kawasan binaan 3 Pencemaran airtanah Pencemaran limbah industri, limbah pertanian,

pencemaran alamiah 4 Masalah geologi teknik

(bencana alam geologi) Tanah longsor, penurunan permukaan tanah

5 Eksplorasi hidrokarbon Studi hidrodinamika airtanah untuk melacak migrasi minyak

6 Eksplorasi endapan mineral Alterasi Hidrotermal 7 Energi panas bumi Studi sistem aliran airtanah di kawasan

lapangan panas bumi 8 Intrusi air laut Survei salinitas dalam airtanah di kota-kota

pesisir

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-2

I.2 Jenis-Jenis Air

Berdasarkan White (1957), terdapat 5 jenis air di alam, yaitu:

1. Air Juvenil : air yang berasal dari hasil proses pembekuan larutan magma dan

bukan merupakan bagian dari hidrosfir (siklus hidrologi).

2. Air Meteorik : air yang berada dalam siklus hidrologi (air hujan)

3. Air Konat : air yang terperangkap oleh proses-proses geologi seperti

pembentukan formasi dalam cekungan sedimentasi, penurunan muka

airlaut, proses pengangkatan dan proses lainnya. Jenis air ini tidak

lagi mempunyai hubungan dengan siklus hidrologi.

4. Air Metamorfik : salah satu bagian dari air konat, terjadi akibat proses rekristalisasi

mineral yang mengandung air selama proses pembentukan batuan

metamorf.

5. Air Magmatik : air yang berasal dari hasil pembekuan larutan magma dan bercampur

dengan air meteorik.

I.3 Terminologi Airtanah dan Air Bawah Tanah

Terdapat dua terminologi yang sering digunakan. Terminologi airtanah berasal dari kata

“groundwater”, yaitu air di bawah permukaan tanah yang termasuk dalam zona jenuh air

(saturated zone). Zona jenuh dibatasi oleh muka airtanah di bagian atasnya. Sedangkan air

bawah tanah secara umum adalah seluruh air yang terdapat di bawah permukaan tanah,

termasuk di dalamnya adalah air pori yang terdapat pada zona tidak jenuh (non saturated

zone). Skema keterdapatan air bawah tanah dan airtanah disajikan pada Gambar 1.

I.4 Siklus Hidrologi

Siklus hidrogeologi atau siklus airtanah erat hubungannya dengan siklus air meteorik.

Siklus ini dapat berlangsung akibat panas dari radiasi sinar matahari. Kedua siklus ini

merupakan bagian dari siklus hidrologi di permukaan bumi (Gambar 2). Proses-proses utama

yang berlangsung dalam siklus hidrologi meliputi proses evaporasi, evapotranspirasi, dan

presipitasi. Proses evaporasi adalah proses penguapan air ke atmosfer dari tubuh-tubuh air

yang ada di bumi baik dari laut, sungai atau danau. Sedangkan evapotranspirasi adalah

gabungan dari proses penguapan air yang terkandung di tanah yaitu soil moisture dari zona

perakaran dan aktivitas vegetasi (transpirasi) dengan proses evaporasi.

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-3

Gambar 1. Skema distribusi air di bawah permukaan

Selanjutnya proses presipitasi (hujan) akan mengembalikan air tersebut dari atmosfer ke

daratan dan lautan. Sebagian air hujan tertampung di danau/rawa (depression storage),

sebagian mengalir di darat (overland flow), membentuk aliran permukaan (surface runoff/direct

run off), sebagai bagian dari aliran sungai (stream flow) dan sebagian lagi terserap (infiltrasi) di

daerah recharge menjadi airtanah. Lebih jelas mengenai siklus hidrologi dan kesetimbangannya

akan dijelaskan dalam modul II.

Gambar 2. Gambaran skematik siklus hidrologi (J. Bier, 1978)

-

Permukaan tanah

Batuan kedap air(impermeabel)

Zona Kapiler

Air baw

ah tanah (subsurface

water)

Zona Tak Jenuh (U

nsaturated zone)

muka airtanah

Air pori

Air vadose

Airtanah (Groundwater)

Zona Jenuh (S

aturated zone)

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-4

I.5 Akifer, Media Penyusun Akifer, dan Jenis Mataair

I.5.1 Terminologi Lapisan Akifer dan Bukan Akifer

Berdasarkan kemampuan batuan/tanah pelapukan untuk menyimpan dan mengalirkan

air terdapat 4 jenis batuan, yaitu:

Akifer (Aquifer) adalah lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam

jumlah yang ekonomis. Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping rekahan.

Akiklud (Aquiclud) adalah lapisan yang mampu menyimpan air, tetapi tidak dapat

mengalirkan dalam jumlah yang berarti. Contoh : lempung, serpih, tuf halus, lanau.

Akifug (Aquifug) adalah lapisan batuan yang kedap air, tidak dapat menyimpan dan

mengalirkan air. Contoh : batuan kristalin, metamorf kompak.

Akitar (Aquitard) adalah lapisan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan dalam

jumlah yang terbatas. Contoh : lempung pasiran (sandy clay).

I.5.2 Media Penyusun Akifer

Berdasarkan sifat fisik batuan, secara garis besar ada 2 jenis media penyusun akifer,

yaitu sistem media pori dan sistem media rekahan. Kedua sistem ini memiliki karakter airtanah

yang berbeda satu sama lain. Pada sistem media berpori, airtanah mengalir melalui rongga

antar butir yang terdapat dalam suatu batuan misalnya batupasir dan batuan aluvial. Sistem

media rekahan, air mengalir melalui rekahan-rekahan yang terdapat pada batuan yang terkena

tektonik kuat, pada batugamping, batuan metamorf, dan lava. Rekahan terjadi selain akibat

proses tektonik, juga akibat proses pelarutan (Gambar 3). Pada praktikum hidrogeologi ini,

hanya akan dibahas sistem media berpori saja. Sistem akifer media rekahan, dipelajari secara

khusus pada matakuliah hidrogeologi media rekahan (GL-5221).

Gambar 3. Model akifer media pori ruang antar butir dan media rekahan

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-5

I.5.3 Jenis-jenis mataair

Pengamatan karakteristik airtanah dapat dilakukan berdasarkan pengamatan pada lokasi

kemunculannya di permukaan. Secara alami kemunculannya di permukaan berupa suatu

mataair. Pengamatan lainnya dapat dilakukan berdasarkan pengamatan muka airtanah di

sumur/lubang bor. Jenis mataair dapat dibagi menjadi 4 jenis (Bryan, 1919 op.cit Todd 1980)

yaitu:

a. Depression spring (Mataair depresi)

Mataair yang disebabkan karena permukaan tanah memotong muka airtanah

b. Contact springs (Mataair kontak)

Mataair akibat kontak antara lapisan akifer dengan lapisan impermeabel pada

bagian bawahnya

c. Fracture artesian springs (Mataair rekahan)

Mataair yang dihasilkan oleh akifer tertekan yang terpotong oleh struktur

impermeabel

d. Solution tubular springs (Mataair Pelarutan)

Mataair yang terjadi akibat pelarutan batuan oleh airtanah.

Sketsa bermacam geometri mataair di atas disajikan pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Jenis-jenis mataair (Bryan,1919 op.cit Todd 1980)

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-6

I.6 Tipologi Sistem Akifer

Pengertian mengenai geometri keterdapatan airtanah di bawah permukaan, merupakan

hal yang mutlak diketahui. Dengan memahami geometri akifer, maka permasalahan mengenai

karakteristrik dan sifat airtanah akan lebih mudah untuk dijelaskan. Pendekatan yang digunakan

meliputi berbagai aspek kimia fisika di alam.

Kondisi dan distribusi sistem akifer dalam sistem geologi dikontrol oleh faktor litologi,

stratigrafi dan struktur dari endapan-endapan geologi. Litologi adalah penyusun secara fisik

meliputi komposisi mineral, ukuran butir dan kemas dari endapan-endapan atau batuan yang

membentuk sistem geologi. Stratigrafi menggambarkan kondisi geometri dan hubungan umur

antar lapisan atau satuan batuan dalam sistem geologi. Sedangkan struktur geologi merupakan

bentuk/sifat geometri dari sistem geologi yang diakibatkan deformasi yang terjadi setelah

batuan terbentuk. Pada sedimen yang belum terkonsolidasi/kompak, kontrol yang berperan

adalah litologi dan stratigrafi. Pengetahuan akan ketiga faktor di atas memberikan arahan

kepada pemahaman karakteristik dan distribusi sistem akifer (Freeze dan Cherry, 1979).

Kesamaan iklim dan kondisi geologi di suatu daerah akan memberikan kesamaan sistem

airtanah. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap karakter fisika dan kimia serta kualitas airtanah

dalam sistem tersebut. Berdasarkan karakter tersebut, serta mengacu pada klasifikasi Mendel

(1981) dan kondisi geografis serta morfologis keberadaan dan penyebaran airtanah di

Indonesia, maka Puradimadja (1993) mengajukan 5 Tipologi Sistem Akifer untuk wilayah

Indonesia, yaitu:

1. Tipologi Sistem Akifer Endapan Gunungapi

2. Tipologi Sistem Akifer Endapan Aluvial:

3. Tipologi Sistem Akifer Batuan Sedimen:

4. Tipologi Sistem Akifer Batuan Kristalin dan Metamorf.

5. Tipologi Sistem Akifer Endapan Glasial

I.6.1 Tipologi Sistem Akifer Endapan Gunungapi

Secara morfologi, gunungapi (muda) terbagi atas 3 bagian. Sebagaimana terlihat pada

Gambar 5, yaitu daerah puncak dan kawah, daerah tubuh gunungapi dan kaki gunungapi.

Pada masing-masing bagian ini, pembentukan dan penyebaran airtanah mempunyai sifat dan

karakteristik tertentu.

Keberadaan airtanah di daerah ini umumnya pada batuan yang sangat berpori dan tidak

kompak, berselang-seling dengan lapisan-lapisan aliran lava yang umumnya kedap air. Hal ini

menyebabkan terakumulasinya airtanah yang cukup besar dan muncul sebagai mataair-mataair

dengan debit bervariasi.

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-7

Selain sistem media pori, potensi airtanah pada daerah ini dijumpai pula pada akifer-

akifer dengan sistem media rekahan yang banyak dijumpai pada lava. Rekahan tersebut

terbentuk oleh kekar-kekar yang terjadi akibat proses pada saat pembekuannya ataupun akibat

tektonik/volkanisme. Di beberapa daerah mataair dengan sistem rekahan ini menunjukkan debit

yang sangat besar.

Gambar 5. Tipologi Sistem Akifer Endapan Gunungapi (Mandel, 1981)

I.6.2 Tipologi Sistem Akifer Endapan Aluvial

Secara geologi, batuan penyusun sistem akifer tersebut umumnya berupa lempung,

pasir dan kerikil hasil dari erosi, transportasi dari batuan di bagian hulunya. Dengan melihat

keadaan ini umumnya batuan di endapan aluvial bersifat tidak kompak sehingga potensi

airtanahnya cukup baik.

Sistem akifer ini secara umum dapat di bagi ke dalam tiga kelompok besar yaitu:

a. Sistem akifer endapan fluvial

b. Sistem akifer endapan aluvial pantai

c. Sistem akifer endapan delta atau rawa

A. Sistem Akifer Endapan Fluvial.

Sistem akifer ini terbentuk akibat proses transportasi dan sedimentasi yang terjadi di

sepanjang aliran sungai. Umumnya berkembang pada sungai besar yang bermeander dan

sungai teranyam (braided stream) seperti pada contoh Gambar 6. Sistem akifer ini dapat

dibagi lagi, menjadi:

Sistem akifer dataran aluvial

Sistem akifer lembah aluvial

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-8

Sistem akifer kipas aluvial

Sistem akifer dataran non aluvial

Gambar 6. Contoh Tipologi Sistem Akifer Endapan Fluvial (Freeze & Cherry, 1979)

B. Sistem Akifer Endapan Aluvial Pantai (Akifer Pantai)

Akifer pantai mempunyai potensi airtanah cukup baik. Endapan aluvial pantai di

Indonesia cukup besar mengingat garis pantai Indonesia yang cukup panjang. Morfologi di

daerah aluvial pantai umumnya datar sampai sedikit bergelombang, memanjang sejajar dengan

garis pantai.

Dari segi kuantitas, airtanah di daerah akifer pantai dapat menjadi sumber airtanah yang

baik terutama pada daerah pematang pantai/gosong pantai atau pada lensa-lensa batupasir

lepas. Namun demikian, dari segi kualitas airtanah pada akifer aluvial pantai tergolong buruk,

ditandai dengan bau, warna kuning, keruh, tingginya kandungan garam, dan kandungan besi

(Fe dan Mn) yang untuk daerah pantai rawa (pantai pasang surut). Akan tetapi kualitas

airtanah yang baik umumnya dapat di akifer aluvial pantai berupa akifer tertekan. Kondisi

airtanah di dataran pantai banyak ditentukan kondisi geologi di hulunya. Endapan aluvial ini

dapat menjadi tebal jika cekungan yang membatasi terus menurun karena beban endapannya,

misalnya dibatasi oleh sesar/patahan turun sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 7.

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-9

C. Sistem Akifer Endapan Rawa atau Delta

Sistem akifer ini memiliki potensi airtanah dangkal yang relatif rendah/kecil, dengan

kualitas buruk yang dicirikan dengan warna keruh, berbau serta rasa yang masam atau payau

dan tingginya kadar garam, Fe, dan Mn. Lapisan pelapukan umumnya tebal dan bersifat

impermeabel (kedap air). Karakteristik akifer di daerah ini adalah media pori dengan ketebalan

akifer yang relatif tipis pada lapisan yang berukuran butir pasir. Berdasarkan posisinya secara

geografis dan karakteristiknya dapat dibagi lagi menjadi sistem akifer rawa pasang-surut,

sistem akifer rawa gambut dan payau, dan sistem akifer rawa musiman

I.6.3 Tipologi Sistem Akifer Batuan Sedimen

A. Sistem Akifer Batupasir-Batuserpih/batulempung terlipat

Sistem akifer batupasir-batuserpih/batulempung pada dasarnya mirip dengan sistem

akifer endapan aluvial atau delta yang terdiri atas perselingan pasir dan lempung. Hanya pada

sistem ini mempunyai umur yang lebih tua dan telah mengalami proses diagenesa yang

menyebabkan terjadinya kompaksi, sementasi, dan lithifikasi. Proses diagenesa ini selanjutnya

menyebabkan terjadinya reduksi porositas dan permeabilitas pada batupasir.

Sistem akifer ini dapat terbentuk dalam beberapa variasi kondisi geologi. Sebagai contoh

dalam kerangka kontinental sedimen-sedimen mengisi depresi berbentuk cekungan dalam skala

regional yang luas menghasilkan formasi-formasi geologi dengan batupasir yang kemudian

dijumpai sebagai akifer-akifer tertekan seperti digambarkan pada Gambar 8.

Gambar 7. Tipologi Sistem akifer Endapan Aluvial Pantai (Boonstra & Ridder, 1990)

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-10

Gambar 8. Contoh Tipologi Sistem Akifer Batupasir-Batulempung

B. Sistem Akifer Sedimen Terlipat dan/atau Terpatahkan

Berdasarkan posisinya, Indonesia yang terletak di sepanjang jalur-jalur pertemuan

lempeng menyebabkan wilayahnya mengalami kondisi tektonik yang sangat kuat. Kondisi

tektonik tersebut memberikan deformasi terhadap satuan-satuan geologi yang terendapkan

dalam berbagai cekungan-cekungan sedimen yang ada. Deformasi yang diakibatkannya

menyebabkan batuan terlipat dan/atau terpatahkan (Gambar 9).

Potensi airtanah di daerah ini umumnya kecil mengingat batuan penyusunnya berupa

serpih, napal atau lempung yang bersifat kedap air. Batupasir jika ada umumnya berupa sisipan

dan sangat kompak karena berumur tua dan telah mengalami proses tektonik kuat, sehingga

sedikit kemungkinan lapisan batupasir tua ini dapat bertindak sebagai akifer yang baik. Begitu

pula dengan breksi sedimen. Batugamping, sekalipun sangat umum dijumpai pada daerah

lipatan, apabila penyebarannya cukup luas, dipisahkan menjadi sistem akifer tersendiri

mengingat karakter hidrogeologinya yang spesifik.

Gambar 9. Tipologi Sistem Akifer Sedimen Terlipat (Puradimaja, 1993)

Batugamping

Batulempung

NapalBatupasir (lapisan Akifer)

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-11

C. Sistem Akifer Batuan Karbonat/Batugamping (Akifer Karstik)

Selain kedua sistem akifer di atas, di Indonesia dapat dijumpai sistem akifer batuan

karbonat/batugamping. Daerah pegunungan yang batuannya terdiri dari batugamping dan

memperlihatkan morfologi yang khas berupa kumpulan bukit-bukit membulat serta kehadiran

sungai-sungai bawah tanah disebut perbukitan karst. Pada dasarnya, karena merupakan batuan

yang kompak, batugamping bersifat impermeabel. Adanya sistem rekahan atau rongga-rongga

pelarutan di dalamnya, menyebabkan batugamping dapat bertindak sebagai akifer yang cukup

baik tetapi tinjauan hidrogeologinya berlainan dengan daerah airtanah pada media porous.

Seperti terlihat pada Gambar 10, batugamping mempunyai sifat yang khas yaitu dapat

melarut dalam air sehingga dengan adanya sifat ini porositas pada batugamping berupa

porositas sekunder atau rekahan. Dengan adanya kondisi ini, penyaluran bawah permukaan

umumnya lebih menonjol dibandingkan penyaluran air permukaan. Maka, jarang sekali

ditemukan sungai yang berair terus sepanjang tahun, karena air lebih banyak mengalir sebagai

aliran bawah permukaan melalui sistem rongga-rongga pelarut yang bercabang-cabang dan

bertingkat-tingkat sesuai dengan sejarah pelarutan batugamping yang akhirnya dapat

membentuk suatu jaringan sistem aliran sungai bawah tanah.

Gambar 10. Sistem akifer media rekahan pada batugamping (Imam Sadisun dalam Puradimaja, 1993)

I.6.5 Tipologi Sistem Akifer Batuan Kristalin dan Metamorf

Pegunungan dengan batuan kristalin berupa batuan beku dan metamorf berumur Pra

Tersier tersingkap di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku dan

Irian Jaya. Di Pulau Jawa penyebarannya sangat terbatas, hanya dijumpai di Karangsambung-

Kebumen, Jawa Tengah dan di Ciletuh-Sukabumi, Jawa Barat. Di Jawa pada umumnya terdiri

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-12

dari batuan metamorfosa dan kristalin seperti filit dan sekis, dan batuan beku kristalin. Melihat

jenis batuannya, potensi air di daerah ini sangatlah kecil karena sifat batuannya yang umumnya

kompak, padat dan keras sehingga kurang meneruskan air (impermeabel).

Morfologi pegunungan Pra-Tersier umumnya berbukit cukup terjal, sehingga kecil sekali

kesempatan airtanah untuk berakumulasi, dan dengan demikian kecil sekali kemungkinan

munculnya mataair, ataupun jika ada hanya berupa rembasan dengan debit kecil. Airtanah

dalam jumlah terbatas, berupa airtanah dangkal dapat dijumpai di pegunungan Pra-Tersier

pada endapan-endapan kipas lerengnya, atau pada soil hasil pelapukannya (Gambar 11).

Dapat pula pada batuan padatnya dengan dikontrol oleh sistem retakan dan rekahan intensif.

Sistem keterdapatan airtanah dalam batuan padat yang dikontrol oleh sistem retakan

dan rekahan intensif, dapat kita kategorikan sebagai sistem akifer batuan beku untuk zona

batuan padat dengan beku sebagai penyusunnya dan zona akifer batuan metamorf untuk zona

batuan padat dengan batuan metamorf sebagai batuan penyusunnya.

Karakteristik tipologi ini dapat pula dijumpai pada batuan kristalin yang berumur muda.

Contoh karakteristik ini pada batuan kristalin muda adalah pada daerah-daerah intrusi.

Gambar 11. Sistem Akifer Batuan Beku/Metamorf

I.6.6 Tipologi Sistem Akifer Endapan Glasial

Kemungkinan keterdapatan endapan glasial di Indonesia, dapat dijumpai di puncak

pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya. Penelitian endapan glasial di wilayah ini masih belum

banyak dilakukan. Endapan ini umum dijumpai di daerah dengan iklim beriklim subtropis-dingin.

I.7 Teknologi Eksplorasi Airtanah (permukaan dan bawah permukaan)

I.7.1 Metoda Geologi

Pemetaan geologi yang dilakukan untuk pemetaan airtanah mencakup :

Remote Sensing

Penggunaan foto udara dan citra landsat sangat membantu dalam menafsirkan dan

mengidentifikasi daerah-daerah recharge dan discharge airtanah. penafsiran dari foto udara

Soil hasil lapukan (lapisan akifer tak tertekan/bebas)

Batu beku /batu metamorf

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-13

dilakukan melalui kunci-kunci penafsiran, misalnya dari jenis rona/tona sedangkan pada

citra landsat didasarkan pada kunci-kunci interpretasi warna citra.

Geomorfologi dan analisa daerah aliran sungai (DAS)

Bertujuan untuk penentuan awal daerah isian (recharge area), daerah luahan (discharge

area), dan perkiraan tipologi akifer .

Pemetaan penyebaran satuan batuan

Pemetaan bertujuan untuk mengidentifikasi tipologi sistem akifer, penyebaran baik secara

lateral maupun vertikal yang nantinya berguna untuk mengidentifikasi karakteristik sistem

akifer di daerah penelitian.

Pemetaan struktur dan batas akifer daerah tersebut.

Penentuan zonasi struktur untuk mengetahui apakah struktur tersebut merupakan zona

impermeabel (boundary condition) atau merupakan zona hancuran yang justru

meningkatkan nilai permeabilitas lapisan batuan (conduit).

Pembuatan peta isofreatik dan isopach

Bertujuan untuk mengetahui hidrodinamika airtanah

Pembuatan diagram blok dan penampang

Sebagai tahapan pemvisualisasian kondisi hidrogeologi dalam bentuk 3 dimensi.

I.7.2 Metoda Geofisika

Pemetaan geofisika adalah pemetaan yang didasarkan anomali fisika dari material di

bawah permukaan. Pemetaan geofisika merupakan data pendukung terhadap pemetaan geologi

permukaan, sehingga sebelum diadakan penelitian geofisika, sebaiknya didahului oleh

pengamatan kondisi geologi daerah penelitian.

Pemetaan geofisika dilakukan berdasarkan beberapa metode pengukuran. Metode yang

populer digunakan dalam eksplorasi geofisika untuk airtanah adalah :

Pengukuran geofisika dari permukaan (non-destructive test)

Metode ini bersifat tidak langsung (indirect method). Jenis-jenis dari metode ini adalah :

Geolistrik:

Yang umum digunakan adalah metode geolistrik (resistivity). Metode ini digunakan

untuk memperkirakan letak serta ketebalan akifer.

Seismik Refraksi:

Digunakan untuk mengetahui ketebalan soil dan kedalaman basement.

Gravity & Magnetik:

Digunakan untuk mengetahui konfigurasi basement (dasar) suatu cekungan airtanah

dan sungai-sungai purba (paleochannel)

Georadar :

Praktikum Hidrogeologi Umum

Laboratorium Hidrogeologi I-14

Digunakan untuk mengetahui muka airtanah dan letak akifer.

Pengukuran geofisika pada lubang pemboran (destructive test)

Metode pengukuran bersifat langsung. Metode yang umum digunakan adalah : electrical

resistivity log, self potensial (SP), dan Gamma Ray Log.

I.8 Metoda Hidrokimia

Penelitian hidrogeologi dengan metoda geokimia, umumnya ditujukan untuk mengetahui

kualitas dan fasies airtanah, sebagai dasar untuk memprediksi proses sirkulasi airtanah, jenis

akifer secara umum, dan untuk melacak sistem aliran airtanah pada akifer media rekahan.

Daftar Pustaka

1. Boonstra & Ridder, 1990, Numerical Modelling of Groundwater Basins, ILRI

Publication 29, Netherlands

2. Brassington, R , 1993, Field Hydrogeology, John Wiley & Sons, New York USA.

3. Davis S.N & De Wiest, 1966, Hydrogeology, John Wiley & Sons, United States of America

4. Puradimaja, DJ & Rachmat F Lubis, 1998, Pemilihan Konfigurasi dan Jenis Pendugaan

Geolistrik Berdasarkan Pemahaman Tipologi Sistem Akifer Airtanah Daerah

Survey Eksplorasi Hidrogeologi, Proceeding Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) XXVII,

Yogyakarta

5. Puradimaja DJ, 1993, Penyusunan Tipologi Paket Penelitian Sumber Daya Air, LAPI

ITB- Departemen Transmigrasi, Bandung

6. Domenico & Schwarts, 1990, Physical & Chemical Hydrogeology, John Wiley & Sons,

Toronto Canada

7. Fetter, C.W, 1980, Applied Hydrogeology, Third Edition, Merrill Pubs.co. Colombus Ohio

United States of America

8. Freeze R.A. & Cherry, 1979, Groundwater, Prentice Hall, Inc. United State of America

9. Heath, 1983, Basic Groundwater Hydrogeology, USGS Paper, United States of America

10. J. Bier, 1978, Hydraulics of Groundwater, Mc Graw & Hill, United States of America

11. Mandel & Shiftan, 1981, Groundwater Resources: Investigation and Development,

Academic Press Inc, USA.

12. Todd, DK., 1984, Groudwater Hydrology, 2nd ed, John Willey & Sons, New York USA