modul pelatihan sertifikasi kompetensi s1 – teknik …

135
Universitas Gunadarma MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK ELEKTRO Skema Sertifikasi : RT-014/1/LSP-UG/II/2017 PERANCANGAN INSTALASI KETENAGALISTRIKAN BANGUNAN Penyusun : Yulisdin Mukhlis Erma Triawati Christina Wahyu Kusuma Raharja Tri Nur Arifin Editor : Sandy Prayoga Bayu Kumoro Yakti 2017 UNIVERSITAS GUNADARMA

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Universitas Gunadarma MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK ELEKTRO Skema Sertifikasi : RT-014/1/LSP-UG/II/2017 PERANCANGAN INSTALASI KETENAGALISTRIKAN BANGUNAN Penyusun : Yulisdin Mukhlis Erma Triawati Christina Wahyu Kusuma Raharja Tri Nur Arifin Editor : Sandy Prayoga Bayu Kumoro Yakti 2017 UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 2: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Skema Sertifikasi : RT-014/1/LSP-UG/II/2017 Perancangan Instalasi Ketenagalistrikan Bangunan Unit Kompetensi : KTL.IR02.301.01 Merancang Instalasi Listrik Bangunan Sederhana (RumahTinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah). KTL.IR02.302.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Rendah Bangunan Kampus, Gedung Olahraga dan Kantor. KTL.IR02.303.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Menengah Dan Rendah Untuk Bangunan Kampus, Gedung Olahraga Dan Kantor. KTL.IR02.304.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Rendah Bangunan Industri (kecil dan menengah). KTL.IR02.305.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Menengah dan Rendah untuk Bangunan Industri (besar). KTL.IR02.306.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Rendah Bangunan Pasar Swalayan. KTL.IR02.307.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Menengah dan Rendah untuk Bangunan Pasar Swalayan. KTL.IR02.308.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Rendah Bangunan Hotel dan Apartment. KTL.IR02.309.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Menengah dan Rendah untuk Bangunan Hotel dan Apartment. KTL.IR02.310.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Rendah Bangunan Rumah Sakit. KTL.IR02.311.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Menengah Dan Rendah Untuk Bangunan Rumah Sakit. KTL.IR02.312.01 Merancang Instalasi Sistem Otomisasi Bangunan. Penyusun : Yulisdin Mukhlis Erma Triawati Christina Wahyu Kusuma Raharja Tri Nur Arifin Depok, 2017 MODUL UTAMA PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK ELEKTRO

Page 3: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

SKEMA SERTIFIKASI PERANCANGAN INSTALASI KETENAGALISTRIKAN BANGUNAN Jurusan : TeknikElektro Fakultas : Teknologi Industri Universitas : Gunadarma Tahun : 2017/2018 Dasar acuan : SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 170 Tahun 2007 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Listrik Sub Sektor Ketenagalistrikan Bidang Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik tahun 2007. Tujuan sertifikasi : 1. Memastikan dan memelihara kompetensi perancangan instalasi ketenagalistrikan tegangan rendah dan menengah untuk bangunan sederhana, bangunan bertingkat, dan bangunan khusus seperti rumah sakit, pasar swalayan dan gedung olah raga. 2. Sebagai acuan untuk memastikan bahwa proses sertifikasi dilakukan dengan menggunakan SKKNI (Standar kompetensi kerja nasional Indonesia). 3. Sebagai acuan dalam melaksanakan asesmen oleh LSP Universitas Gunadarma dan asesor kompetensi. Kemasan / Paket Kompetensi : • Jenis Kemasan : SKKNI • Nama Kemasan: Perancangan Instalasi Ketenagalistrikan Bangunan • Rincian Unit Kompetensi : NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI 1. KTL.IR02.301.01 Merancang Instalasi Listrik Bangunan Sederhana (RumahTinggal, Sekolah, dan Rumah Ibadah). 2. KTL.IR02.302.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Rendah Bangunan Kampus, Gedung Olahraga, dan Kantor.

Page 4: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI 3. KTL.IR02.303.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Menengah Dan Rendah Untuk Bangunan Kampus, Gedung Olahraga, Dan Kantor. 4. KTL.IR02.304.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Rendah Bangunan Industri (kecil dan menengah). 5. KTL.IR02.305.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Menengah dan Rendah untuk Bangunan Industri (besar). 6. KTL.IR02.306.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Rendah Bangunan Pasar Swalayan. 7. KTL.IR02.307.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Menengah dan Rendah untuk Bangunan Pasar Swalayan. 8. KTL.IR02.308.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Rendah Bangunan Hotel dan Apartment. 9. KTL.IR02.309.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Menengah dan Rendah untuk Bangunan Hotel dan Apartment. 10. KTL.IR02.310.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Rendah Bangunan Rumah Sakit. 11. KTL.IR02.311.01 Merancang Instalasi Listrik Tegangan Menengah Dan Rendah Untuk Bangunan Rumah Sakit. 12. KTL.IR02.312.01 Merancang Instalasi Sistem Otomisasi Bangunan. Persyaratan Dasar Pemohon Sertifikasi : 1. Pemohon sertfikasi tercatat sebagai mahasiswa aktif pada program studi Teknik Elektro di jenjang S1 atau anggota lembaga yang menjadi jejaring dari Universitas Gunadarma yang mengikuti pelatihan atau pembekalan di Universitas Gunadarma, atau 2. Untuk Mahasiswa aktif : Pemohon sertifikasi telah lulus mata kuliah yang relevan dengan unit kompetensinya dengan persyaratan mata kuliah disajikan pada tabel ini.

Page 5: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Kode Unit Mata Kuliah yang dipersyaratkan KTL.IR02.301.01 Menggambar Teknik, Rangkaian Elektrik 1, Rangkaian Elektrik 2, Dasar Elektronika, Pengetahuan Bahan Elektrik, Instalasi Elektrik. KTL.IR02.302.01 Dasar Konversi Energi Elektrik KTL.IR02.303.01 Dasar Tenaga Elektrik KTL.IR02.304.01 Dasar Tenaga Elektrik KTL.IR02.305.01 Dasar Tenaga Elektrik KTL.IR02.306.01 Dasar Tenaga Elektrik KTL.IR02.307.01 Dasar Tenaga Elektrik KTL.IR02.308.01 Dasar Tenaga Elektrik KTL.IR02.309.01 Dasar Tenaga Elektrik KTL.IR02.310.01 Dasar Tenaga Elektrik KTL.IR02.311.01 Dasar Tenaga Elektrik KTL.IR02.312.01 Dasar Tenaga Elektrik , atau 3. Tenaga kerja pada jabatan/klaster Instalasi Listrik dari industri mitra Universitas Gunadarma yang telah berpengalaman kerja minimal 3 tahun dan telah mendapatkan pembekalan dari Universitas Gunadarma. Kurikulum Teknik Elektro : Mata kuliah sebagai persyaratan uji kompetensi pada skema sertifikasi Teknik Elektro seperti disajikan pada tabel di atas terdistribusi pada Kurikulum Teknik Elektro 2016 sebagai berikut : Kode Unit Mata Kuliah Semester KTL.IR02.301.01 Menggambar Teknik 1 Rangkaian Elektrik 1 1 Rangkaian Elektrik 2 2 Dasar Elektronika 3 Instalasi Elektrik 3 Pengetahuan Bahan Elektrik 4 KTL.IR02.302.01 Dasar Konversi Energi Elektrik 3 KTL.IR02.303.01 Dasar Tenaga Elektrik 4 KTL.IR02.304.01 Dasar Tenaga Elektrik 4 KTL.IR02.305.01 Dasar Tenaga Elektrik 4 KTL.IR02.306.01 Dasar Tenaga Elektrik 4 KTL.IR02.307.01 Dasar Tenaga Elektrik 4 KTL.IR02.308.01 Dasar Tenaga Elektrik 4 KTL.IR02.309.01 Dasar Tenaga Elektrik 4 KTL.IR02.310.01 Dasar Tenaga Elektrik 4

Page 6: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

KTL.IR02.311.01 Dasar Tenaga Elektrik 4 KTL.IR02.312.01 Dasar Tenaga Elektrik 4 Pendistribusian Pelatihan dan Uji Kompetensi tiap Unit Kompetensi : Berdasarkan penyajian mata kuliah prasyarat uji kompetensi pada tabel di atas maka pemeberian pelatihan dalam mempersiapkan pelaksanaan uji kompetensi dan pelaksanaan uji kompetensinya terdistribusi seperti tabel di bawah ini. No Kode Unit Pelatihan Pelaksanaan Uji Kompetensi 1 KTL.IR02.301.01 Semester 1 akhir Semester 4 awal 2 KTL.IR02.302.01 Semester 2 akhir Semester 4 awal 3 KTL.IR02.303.01 Semester 2 akhir Semester 4 awal 4 KTL.IR02.304.01 Semester 3 akhir Semester 5 awal 5 KTL.IR02.305.01 Semester 3 akhir Semester 5 awal 6 KTL.IR02.306.01 Semester 4 akhir Semester 6 awal 7 KTL.IR02.307.01 Semester 4 akhir Semester 6 awal 8 KTL.IR02.308.01 Semester 5 akhir Semester 6 pertengahan 9 KTL.IR02.309.01 Semester 5 akhir Semester 6 pertengahan 10 KTL.IR02.310.01 Semester 6 akhir Semester 7 awal 11 KTL.IR02.311.01 Semester 6 akhir Semester 7 awal 12 KTL.IR02.312.01 Semester 7 akhir Semester 8 awal

Page 7: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

KATA PENGANTAR odul dengan judul “Instalasi Listrik Bangunan Sederhana” merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan pelatihan sertifikasi profesi tingkat Bidang Keahlian Perancangan Instalasi Ketenagalistrikan Bangunan. ada modul ini terdiri dari 4 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 tentang persyaratan instalasi listrik dan komponen-komponen dasar yang digunakan dalam instalasi listrik, Kegiatan Belajar 2 tentang rangkaian luar tembok (outbow), Kegiatan Belajar 3 tentang pemasangan dalam tembok (inbow), dan Kegiatan Belajar 4 tentang perawatan dan perbaikan instalasi beserta unsur-unsur disekitarnya. enggunaan modul ini mempunyai keterkaitan erat dengan modul lain, terutama modul-modul yang membahas rangkaian listrik, pengukuran listrik, gambar teknik listrik dan dasar elektronika. Modul yang disusun erat kaitannya dengan modul utama, yaitu modul Simulasi Instalasi Listrik. Setelah selesai menggunakan modul ini, peserta didik memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memasang instalasi penerangan listrik bangunan sederhana. odul ini digunakan untuk pembelajaran tingkat awal. Modul ini adalah bagian dari salah satu dari 12 modul pada kompetensi Kejuruan program keahlian teknik instalasi tenaga lsitrik. Jakarta, Desember 2017 Penyusun, Team Sertifikasi Teknik Instalasi Listrik Universitas Gunadarma

M P P M

Page 8: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

DAFTAR ISI Halaman

o HALAMAN JUDUL ......................................................................... 1 o KATA PENGANTAR ........................................................................ 2 o DAFTAR ISI ................................................................................ 3 BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 5 A. Deskripsi ................................................................................ 5 B. Prasyarat ................................................................................. 5 C. Petunjuk penggunaan Modul .................................................... 5 D. Tujuan akhir ........................................................................... 7 E. Kompetensi .............................................................................. 7 F. Cek Kemampuan ...................................................................... 8 BAB II PEMELAJARAN ................................................................... 9

A. Kegiatan Belajar 1 ............................................................... 9 1. Tujuan Kegiatan Pemelajaran ............................................... 9 2. Uraian materi 1 .................................................................... 9 3. Uraian materi 2 .................................................................... 11 4. Rangkuman ......................................................................... 26 5. Tugas ................................................................................. 26 6. Tes Formatif ........................................................................ 26 7. Kunci jawaban ..................................................................... 26 8. Lembar kerja ....................................................................... 28 B. Kegiatan Belajar 2 ............................................................... 30 1. Tujuan Kegiatan Pemelajaran ............................................... 30 2. Uraian materi ...................................................................... 30 3. Rangkuman ......................................................................... 32 4. Tugas ................................................................................. 32 5. Tes Formatif ........................................................................ 32 6. Kunci jawaban ..................................................................... 33 7. Lembar kerja ....................................................................... 33 C. Kegiatan Belajar 3 ............................................................... 36 1. Tujuan Kegiatan Pemelajaran ............................................... 36 2. Uraian materi ...................................................................... 36 3. Rangkuman ......................................................................... 37 4. Tugas ................................................................................. 37 5. Tes Formatif ........................................................................ 37 6. Kunci jawaban ..................................................................... 38 7. Lembar kerja ....................................................................... 38

Page 9: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

D. Kegiatan Belajar 4 ............................................................... 41 1. Tujuan Kegiatan Pemelajaran ............................................... 41 2. Uraian materi ...................................................................... 41 3. Rangkuman ......................................................................... 46 4. Tugas ................................................................................. 46 5. Tes Formatif ........................................................................ 46 6. Kunci jawaban ..................................................................... 47 7. Lembar kerja ....................................................................... 48 BAB III EVALUASI ......................................................................... 50

A. PERTANYAAN ........................................................................ 50 B. KUNCI JAWABAN EVALUASI ................................................. 50

o DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 52

Page 10: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI Pengetahuan dasar instalasi listrik ini berisi tentang materi komponen-komponen pokok instalasi listrik dan dasar-dasar pemasangan serta perawatan instalasi listrik. Modul ini membahas tentang komponen-komponen pokok dalam instalasi listrik hingga perawatan dan perbaikan dalam ruang lingkup instalasi listrik. Modul ini terdiri dari 4 (empat) kegiatan belajar, yaitu : 1. Kegiatan belajar I (satu) berisi persyaratan instalasi listrik dan komponen-komponen dasar yang digunakan dalam instalasi listrik. 2. Kegiatan belajar II (dua) berisi tentang rangkaian luar tembok (outbow). 3. Kegiatan belajar III (tiga) berisi tentang pemasangan dalam tembok (inbow). 4. Kegiatan belajar IV (empat) berisi tentang perawatan dan perbaikan instalasi beserta unsur-unsur disekitarnya. Dengan menguasai modul ini peserta diklat mampu memasang instalasi listrik luar tembok (outbow) dan pemasangan instalasi dalam tembok (inbow). Selain itu peserta diklat mampu merawat dan memperbaiki instalasi listrik. B. PRASYARAT Untuk mengambil modul Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) peserta diklat diharapkan telah memahami : Dasar Elektronika Analog dan Digital. Dasar Rangkaian Listrik. Alat Ukur dan Teknik Pengukuran. Dasar Gambar Listrik. C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Petunjuk bagi Peserta Didik Peserta didik diharapkan dapat berperan aktif dan berinteraksi dengan sumber belajar yang dapat digunakan, karena itu harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Page 11: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

a. Langkah-langkah belajar yang ditempuh 1. Persiapkan alat dan bahan. 2. Bacalah dengan seksama uraian materi pada setiap kegiatan belajar. 3. Cermatilah langkah-langkah kerja pada setiap kegiatan belajar sebelum mengerjakan, bila belum jelas tanyakan pada instruktur. 4. Perhatikan keselamatan pekerjaan. 5. Jangan menghubungkan alat ke sumber tegangan secara langsung sebelum disetujui oleh instruktur. 6. Kembalikan semua peralatan praktik yang digunakan b. Perlengkapan yang harus dipersiapkan Guna menunjang keselamatan dan kelancaran tugas/pekerjaan yang harus dilakukan, maka persiapkanlah seluruh perlengkapan yang diperlukan. Beberapa perlengkapan yang harus dipersiapkan adalah : 1. Pakaian kerja (wearpack). 2. Testpen. 3. Tang pengupas kabel (cutter). 2. Peran Pengajar Pengajar yang akan mengajarkan modul ini hendaknya mempersiapkan diri sebaik-baiknya yaitu mencakup aspek strategi pembelajaran, penguasaan materi, pemilihan metode, alat bantu media pembelajaran dan perangkat evaluasi. Pengajar harus menyiapkan rancangan strategi pembelajaran yang mampu mewujudkan peserta diklat terlibat aktif dalam proses pencapaian/penguasaan kompetensi yang telah diprogramkan. Penyusunan rancangan strategi pembelajaran mengacu pada kriteria unjuk kerja pada setiap sub kompetensi yang ada dalam kurikulum. D. TUJUAN AKHIR Setelah anda mempelajari modul ini dan dilakukan evaluasi penilaian hasil belajar berpengetahuan, keterampilan dan sikap anda diharapkan dapat dan kompeten dalam : 1. Mengetahui keselamatan kerja sebelum melakukan praktikum. 2. Menggunakan syarat-syarat instalasi listrik dalam Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL).

Page 12: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3. Mengetahui bentuk, fungsi dan kegunaan dari komponen-komponen pokok yang digunakan dalam instalasi lstrik.. 4. Memasang instalasi dalam rumah dan perkantoran baik instalasi luar tembok (outbow) dan instalasi dalam tembok (inbow). 5. Melakukan perawatan dan perbaikan instalasi beserta unsur-unsur disekitarnya. E. KOMPETENSI Modul ini adalah salah satu modul dari kompetensi Dasar-dasar Instalasi Listrik dengan Kriteria Kinerja sebagai berikut : 1. Kompetensi : Menguasai instalasi listrik sederhana sesuai peraturan dan keselamatan kerja. 2. Sub Kompetensi : a. Menguasai dasar-dasar peraturan umum dan keselamatan kerja. b. Memasang Instalasi listrik sederhana. 3. Kriteria kinerja : a. Memahami peraturan instalasi listrik. b. Memahami Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). c. Memahami teknik merangkai. d. Melakukan P3K untuk bahaya listrik. e. Menggambar rangkaian dasar instalasi. f. Merangkai rangkaian dasar instalasi.

Page 13: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

F. CEK KEMAMPUAN Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki, maka isilah cek list (√) seperti pada tabel di bawah ini dengan sikap jujur dan dapat dipertanggung jawabkan. Sub Kompetensi Pernyataan Saya dapat melakukan pekerjaan ini dengan Kompeten Bila jawaban ”Ya”, Kerjakan Ya Tidak Menguasai Instalasi Kabel/Rumah 1. Memahami komponen-komponen pokok yang diperlukan dalam pemasangan instalasi listrik sesuai PUIL Tes Formatif 1 2. Memasang instalasi di luar tembok (outbow) Tes Formatif 2 3. Memasang instalasi di dalam tembok (inbow) Tes Formatif 3 4. Merawat dan memperbaiki perlengkapan instalasi listrik. Tes Formatif 4 Apabila anda menjawab TIDAK pada salah satu pernyataan di atas, maka pelajarilah modul ini.

Page 14: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

BAB II PEMBELAJARAN A. KEGIATAN BELAJAR I (SATU) : Instalasi listrik 1 (satu) fase. 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar tentang instalasi listrik I (satu) fasa peserta diklat mampu menjelaskan fungsi dan kegunaan komponen-komponen pokok yang digunakan dalam instalasi listrik. Selain itu peserta diklat dapat memilih komponen yang sesuai dengan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). 2. Uraian Materi 1 a. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) ini adalah untuk terselenggaranya dengan baik instalasi listrik. Peraturan ini lebih diutamakan pada keselamatan manusia terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus, keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya dan keamanan gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat listrik. Persyaratan ini berlaku untuk semua instalasi arus kuat, baik mengenai perencanaan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasannya. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) ini tidak berlaku untuk :

Bagian dari instalasi listrik dengan tegangan rendah yang hanya digunakan untuk menyalurkan berita dan isyarat. Bagian dari instalasi listrik yang digunakan untuk keperluan telekomunikasi dan pelayanan kereta rel listrik. Instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan kendaraan lain yang digerakkan secara mekanik. Instalasi listrik dibawah tanah dalam tambang. Instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak melebihi 25 volt dan dayanya tidak melebihi 100 watt.

Page 15: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

b. Ketentuan yang Terkait Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) ini, harus pula diperhatikan ketentuan yang terkait dengan dokumen berikut : Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-Undang No.15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan. Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah RI No.10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi, Sertifikasi dan Akreditasi dalam Lingkungan Pertambangan dan Energi.

c. Syarat-Syarat Instalasi Listrik Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) dan peraturan mengenai kelistrikan yang berlaku, harus diperhatikan pula syarat-syarat dalam pemasangan instalasi listrik, antara lain : Syarat ekonomis Instalasi listik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga keseluruhan dari instalasi itu mulai dari perencanaan, pemasangan dan pemeliharaannya semurah mungkin, kerugian daya listrik harus sekecil mungkin. Syarat keamanan Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa, sehingga kemungkinan timbul kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya peralatan dan benda-benda disekitarnya dari kerusakan akibat dari adanya gangguan seperti gangguan hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih dan sebagainya.

Page 16: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Syarat keandalan (kelangsungan kerja) Kelangsungan pengaliran arus listrik kepada konsumen harus terjamin secara baik. Jadi instalasi listrik harus direncanakan sedemikian rupa sehingga kemungkinan terputusnya atau terhentinya aliran listrik adalah sangat kecil. 3. Uraian Materi 2 Komponen Pokok Instalasi Listrik Komponen pokok instalasi listrik adalah perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian listrik. Komponen yang digunakan dalam pemasangan instalasi listrik banyak macam dan ragamnya. Namun, pada dasarnya komponen instalasi listrik dapat dikelompokan sebagai berikut : Bahan penghantar listrik. Bahan Isolasi (Isolator Rol). Pipa Instalasi. Kotak Sambung. Sakelar Fitting.

Sekering Stop Kontak Kotak Pembagi Daya (PHB) Rating Pengaman Perlengkapan Bantu

Page 17: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

1. Penghantar Listrik Penghantar atau kabel yang sering digunakan untuk instalasi listrik penerangan umumnya terbuat dari tembaga. Penghantar tembaga setengah keras (BCC ½ H = Bare Copper Conductor Half Hard) memiliki nilai tahanan jenis 0,0185 ohm mm²/m dengan tegangan tarik putus kurang dari 41 kg/mm². sedangkan penghantar tambaga keras (BCCH = Bare Copper Conductor Hard), kekuatan tegangan tariknya 41 kg/mm². Pemakaian tembaga sebagai penghantar adalah dengan pertimbangan bahwa tembaga merupakan suatu bahan yang mempunyai daya hantar yang baik setelah perak. Penghantar yang dibuat oleh pabrik terdapat beraneka ragamnya. Berdasarkan konstruksinya, penghantar diklasifikasikan sebagai berikut : Penghantar pejal (solid) yaitu penghantar yang berbentuk kawat pejal yang berukuran sampai 10 mm². Tidak dibuat lebih besar lagi dengan maksud untuk memudahkan penggulungan maupun pemasangannya. Gambar 1. Penghantar Pejal Penghantar berlilit (stranded) penghantarnya terdiri dari beberapa urat kawat yang berlilit dengan ukuran 1 mm² - 500 mm². Gambar 2. Penghantar Stranded Penghantar serabut (fleksibel) banyak digunakan untuk tempat-tempat yang sulit dan sempit, alat-alat portabel, alat-alat ukur listrik dan pada kendaraan bermotor. Ukuran kabel ini antara 0,5 mm² - 400 mm². Gambar 3. Penghantar Serabut

Page 18: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Penghantar persegi (busbar) penampang penghantar ini berbentuk persegi empat yang biasanya digunakan pada PHB (Papan Hubung Bagi) sebagai rel-rel pembagi atau rel penghubung. Penghantar ini tidak berisolasi. Gambar 4. Pengantar Persegi Adapun bila ditinjau dari jumlah penghantar dalam satu kabel, penghantar dapat diklasifikasikan menjadi : Penghantar simplex, yaitu kabel yang dapat berfungsi untuk satu macam penghantar saja (misal: untuk fasa atau netral saja). Contoh penghantar simplex ini antara lain NYA 1,5 mm²; NYAF 2,5 mm² dan sebagainya. Penghantar duplex, yaitu kabel yang dapat menghantarkan dua aliran (dua fasa yang berbeda atau fasa dengan netral). Setiap penghantarnya diisolasi kemudian diikat menjadi satu menggunakan selubung. Penghantar jenis ini contohnya NYM 2x2,5 mm², NYY 2x2,5mm². Gambar 5. Kabel NYM Penghantar triplex; yaitu kabel dengan tiga pengantar yang dapat menghantarkan aliran 3 fasa (R, S dan T) atau fasa, netral dan arde. Contoh kabel jenis ini: NYM 3x2,5 mm², NYY 3x2,5 mm² dan sebagainya. Penghantar quadruplex; kabel dengan empat penghantar untuk mengalirkan arus 3 fasa dan netral atau 3 fasa dan pentanahan. Susunan hantarannya ada yang pejal, berlilit ataupun serabut. Contoh penghantar quadruplex misalnya NYM 4x2,5 mm², NYMHY 4x2,5mm² dan sebagainya. Jenis penghantar yang paling banyak digunakan pada instalasi rumah tinggal yang dibangun permanen saat ini adalah kabel rumah NYA dan kabel NYM.

Page 19: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

2. Bahan Isolasi (Isolator Rol) Bahan isolasi atau isolator dibuat dari porselen atau bahan lain yang sederajat. Misalnya PVC, dengan diameter yang besar ¾”. Pemasangan isolator ini harus kuat sehingga tidak ada gaya mekanis lebih pada hantaran yang ditunjang. Untuk instalasi dalam gedung, bahan ini sering disebut dengan rol isolator yang dipasang pada langit-langit bagian atas. Pemasangan rol isolator ini harus diatur sehingga jarak bebas antara hantaran-hantaran yang berlainan fasa tidak kurang dari tiga sentimeter, dan jarak antara titik-titik tumpunya tidak lebih dari 1 meter. Gambar 6a. Rol isolator. Gambar 6b. Pemasangan rol isolator 3. Pipa Instalasi Pipa instalasi berfungsi sebagai pelindung hantaran dan sekaligus perapi instalasi. Pipa instalasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pipa baja yang dicat meni (sering disebut pipa union); pipa PVC; pipa fleksibel. Dipasaran, pipa-pipa instalasi terdapat dalam potongan empat meter dengan diameter yang bervariasi. Syarat umum pipa instalasi ialah harus cukup tahan terhadap tekanan mekanis, tahan panas, dan lembab serta tidak menjalarkan api. Selain itu, permukaan luar maupun dalam pipa harus licin dan rata. Pemakaian pipa baja yang berada dalam jangkauan tangan dan dipasang terbuka harus ditanahkan dengan sempurna, kecuali pipa tersebut digunakan untuk menyelubungi kabel bersiolasi ganda, misal NYM. Tindakan ini dimaksudkan sebagai tindakan pengamanan terhadap kemungkinan kegagalan isolasi pada hantaran dalam pipa. Pada ujung bebas, pipa baja harus diberi selubung masuk (tule). Penggunaan pipa PVC memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

Daya isolasi baik, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan tanah.

Page 20: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Tahan terhadap hamoir semua bahan kimia, jadi tidak perlu di cat. Tidak menjalarkan nyala api. Mudah penggunaannya. Kelemahan pipa PVC adalah tidak dapat digunakan pada suhu kerja normal 60°C. Selain itu, di tempat-tempat yang diperlukan, pipa PVC harus dilindungi dari kerusakan mekanis, misalnya pada tempat-tempat penembusan lantai. Pipa yang tidak ditanam dalam dinding harus ditanam dengan baik mengunakan klem yang sesuai dengan jarak antar klem tidak lebih dari satu meter untuk pemasangan lurus.

4. Kotak Sambung Penyambungan atau pencabangan hantaran listrik pada instalasi dengan pipa harus dilakukan dalam kotak sambung. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi sambungan atau percabangan hantaran dari gangguan yang membahayakan. Pada umumnya bentuk sambungan yang digunakan pada kotak sambung ialah sambungan ekor babi (pig tail), kemudian setiap sambungan ditutup dengan las dop setelah diisolasi. Selain itu, pada hantaran lurus memanjang perlu dikotak sambung lurus (kotak tarik) setiap panjang tertentu penarik kabel untuk memudahkan penarikan hantaran. Pada kotak tarik ini apabila tidak terpaksa, hantaran tidak boleh dipotong kemudian disambung lagi. Macam-macam kotak sambung antara lain seperti terlihat pada gambar 7. Kotak ujung sering disebut pula dos tanam biasanya digunakan sebagai tempat sambungan dan pemasangan saklelar atau stop kontak/kotak kontak. Kotak tarik digunakan pada pemasangan pipa lurus memanjang (setiap 20 m) yang fungsinya untuk memudahkan penarikan hantaran ataupun tempat penyambungan. Kotak sudut sama seperti kotak tarik, hanya penempatannya berbeda yaitu dipasang pada sudut-sudut ruang. Kotak garpu dipakai untuk percabangan sejajar. Kotak T atas pemasangannnya disesuaikan dengan penempatannya. Kotak T kiri pemasangannnya disesuaikan dengan penempatannya. Kotak T kanan pemasangannnya disesuaikan dengan penempatannya. Kotak T terbalik pemasangannnya disesuaikan dengan penempatannya. Kotak silang disebut juga cross dos (x dos) untuk empat percabangan.

Page 21: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Kotak cabang lima digunakan untuk lima percabangan dengan empat cabang sejajar. Gambar 7. Macam-macam kotak sambung

5. Sakelar Fungsi sakelar adalah untuk menghubungkan atau memutuskan arus listrik dari sumber ke pemakai/beban. Sakelar terdiri dari banyak jenis tergantung dari cara pemasangan, sistem kerja, dan bentuknya. Berdasarkan sistem kerjanya sakelar dibagi menjadi tujuh, yaitu : 1. Sakelar tunggal Fungsi sakelar tunggal adalah untuk menyalakan dan mematikan lampu. Pada sakelar ini terdapat dua titik kontak yang menghubungkan hantaran fasa dengan lampu atau alat yang lain.

Page 22: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 8. Bentuk Sakelar 2. Sakelar kutub ganda (dwi kutub) Titik hubung dwi kutub ada empat, biasanya digunakan untuk memutus atau menghubungkan hantaran fasa dan nol secara bersama-sama. Sakelar ini biasanya digunakan pada boks sekering satu fasa. 3. Sakelar kutub tiga (tri kutub) Sakelar mempunyai enam titik hubung untuk menghubungkan atau memutuskan hantara fasa (R, S, dan T) secara bersama-sama pada sumber listrik 3 fasa. 4. Sakelar kelompok Kegunaan sakelar kelompok adalah untuk menghubungkan atau memutuskan dua lampu atau dua golongan lampu secara bergantian, tetapi kedua golongan tidak dapat menyala bersamaan. 5. Sakelar seri Sakelar seri adalah sebuah sakelar yang dapat menghubungkan dan memutuskan dua lampu, atau dua golongan lampu baik secara bergantian maupun bersama-sama. Sakelar seri sering disebut pula sakelar deret. 6. Sakelar tukar Sakelar tukar sering disebut dengan sakelar hotel karena banyak dipakai dipakai di hotel-hotel untuk menyalakan dan memadamkan dua lampu atau dua golongan lampu secara bergantian. Selain itu, sakelar dapat pula digunakan untuk menyalakan dan memadamkan satu lampu atau satu golongan lampu dari dua tempat dengan menggunakan dua sakelar tukar.

Page 23: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

7. Sakelar silang Untuk melayai satu lampu atau satu golongan lampu agar dapat dinyalakan dan dimatikan lebih dari dua tempat dapat dilakukan dengan mengkombinasikan antara sakelar tunggal dan sakelar silang. Yang harus diingat, sakelar pertama dan terakhir adalah sakelar tukar sedangkan sakelar di antaranya adalah sakelar silang. Gambar 9. Macam-macam Sakelar, Lambang, Konstruksi, dan Pengawatannya Berdasarkan cara pemasangannya, sakelar dibedakan atas dua jenis, yaitu sakelar yang dipasang di luar tembok (inbow) dan sakelar yang dipasang di dalam tembok (outbow). Pemasangan sakelar di luar tembok (out bow) dilengkapi dengan roset sebagai tempat dudukan. Pemasangan sakelar di dalam tembok (inbow) memerlukan mangkuk

Page 24: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

sakelar (dos tanam) baik yang terbuat dari plat besi maupun plastik (PVC), sebagai dudukan sakelar. Berdasarkan cara kerjanya, sakelar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Sakelar tarik Biasanya terdapat pada fitting lampu dan untuk mengoperasikan digunakan seutas tali. 2. Tombol tekan Bila ditekan maka kontak terhubung dan begitu dilepas maka kontak akan terputus kembali. Tombol biasanya dipakai untuk bel listrik, tetapi ada pula tombol yang dalam keadaan normal terhubung dan saat ditekan terputus. Misalnya tombol yang terpasang pada pintu almari es untuk penyalaan lampunya. 3. Sakelar jungkit Saat ini lebih banyak digunakan untuk menggantikan sakelar putar karena pengoperasiannya mudah. 4. Sakelar putar Sudah jarang digunakan karena sudah ada penggantinya yaitu sakelar jungkit. Pemakaiannya hanya pada tempat tertentu, misalnya, box sekering. 6. Fitting Fitting adalah suatu komponen listrik tempat menghubungkan lampu dengan kawat-kawat hantaran. Ada bermacam-macam fitting, diantaranya fitting duduk, fitting gantung, fitting bayonet, dan fitting kombinasi stop kontak seperti tampak pada gambar 10. Gambar 10.Aneka Jenis Fiting

Page 25: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Fitting duduk dipasang pada dinding ataupun langit-langit. Bila pemasangannya tidak dapat dilakukan secara langsung, perlu dipasang roset, yaitu kayu maupun plastik sebagai tempat dudukannya. Pemasangan fitting gantung tergantung pada langit-langit dengan menggunakan kabel snoer atau penguat tali rami. Tali rami berfungsi sebagai penahan agar kabel tidak menanggung beban. Bila ditinjau dari konstruksinya, fitting dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Fitting ulir Cara memasang lampu pada fitting dilakukan dengan memutar lampu pada fitting. Fitting semacam ini juga sering disebut Fitting Edison, yang tersedia dalam berbagai macam ukuran disesuaikan dengan lampunya. 2. Fitting tusuk Cara memasang lampunya dengan jalan menusukkan ke fitting. Fitting jenis ini terdapat dua macam, yaitu fitting yang kaki- kaki lampunya langsung dijepit atau disebut fitting bayonet dan jenis lain ialah fitting tusuk putar, yaitu fitting yang setelah kaki lampu ditusukkan kemudian diputar seperempat lingkaran atau disebut Fitting Goliath Fitting jenis Bayonet dan Goliath biasanya hanya digunakan pada kendaraan, misal kapal laut, motor, dan mobil. 7. Sekering Sekering merupakan alat pengaman dari gangguan arus lebih ataupun hubung singkat. Di dalam beberapa sekering dipasang kawat perak sebagai sambungan sekering yang akan meleleh jika terjadi gangguan arus lebih atau arus hubung singkat. Ukuran sekering harus menurut aturan yang ditetapkan dalam PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik) yaitu maksimal sebesar 2,5 kali arus nominalnya. Beberapa bentuk sekering pada gambar 11. Gambar 11. Beberapa Bentuk Sekering 1.Sekering patrun; 2.Sekering sumbat; 3.Sekering tabung; 4.Sekering gagang; 5.Sekering pita; 6.Sekering bebas letupan.

Page 26: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Sekering sumbat banyak digunakan dalam instalasi penerangan dan tenaga untuk arus listrik di bawah 60 ampere. Bagian-bagian sekering sumbat diperlihatkan pada gambar 12. Gambar 12. Bagian-bagian sekering 1.Tempat sekering; 2.Sekerup; 3.Tubuh sekering; 4.Tutup kontak; 5.Sambungan sekering; 6.Kawat penunjuk; 7.Pegas penunjuk; 8.Tutup penunjuk. 8. Stop Kontak Stop kontak atau kotak kontak merupakan kotak tempat sumber arus listrik yang siap pakai. Berdasarkan bentuknya stop kontak dibedakan menjadi stop kontak biasa, stop kontak dengan hubungan tanah dan stop kontak tahan air. Sedangkan berdasarkan pemasangannya stop kontak dibedakan menjadi stop kontak yang ditanam dalam dinding dan stop kontak yang ditanam di permukaan dinding. Bagian-bagian dari stop kontak diperlihatkan pada gambar 13. Gambar 13. Bagian-bagian Stop Kontak 9. Kotak Pembagi Daya Listrik (PHB)/Distribusi Panel (DP) Panel bagi di dalam instalasi listrik rumah/gedung merupakan peralatan yang berfungsi sebagai tempat membagi dan menyalurkan tenaga listrik ke beban yang memerlukan agar merata dan seimbang. Di dalam panel bagi terdapat komponen antara lain rel (busbar), sakelar utama, pengaman, pengaman, alat-alat ukur dan lampu indikator.

Page 27: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

10. Rating Pengaman Rating pengaman yang dipakai menurut PUIL harus sama dengan atau lebih besar dari arus nominal beban (I pengaman > I nominal). Pengaman yang digunakan dalam instalasi listrik adalah pemutus rangkaian (MCB) untuk pengaman tiap kelompok beban dan pemutus rangkaian pusat (MCCB) untuk pengaman seluruh kelompok beban. Besarnya rating arus MCB maupun MCB diperhitungkan arus beban yang dipikul atau dipasang di dalam instalasi agar memenuhi syarat keamanan. 11. Perlengkapan Bantu Untuk memasang peralatan-peralatan seperti dibahas diatas, diperlukan beberapa perlengkapan bantu seperti :

1. Klem (sengkang) Klem digunakan untuk menahan pipa agar dapat dipasang pada dinding atau langit-langit. Klem dapat terbuat dari besi maupun bahan PVC. Ukurannya disesuaikan dengan ukuran pipa. Klem dipasang menggunakan sekrup atau paku dengan jarak antara satu dengan lainnya tidak lebih dari satu meter untuk pemasangan pipa lurus memanjang. Adapun jarak klem dengan kotak sambung, sakelar, stop kontak atau komponen lainnya maksimum 10 cm. Untuk meninggikan pemasangan pipa dipakai klem dengan pelana. Gambar 14. Bentuk Klem dan Pelana 2. Lengkungan siku (elbow) Untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan pemasangan instalasi, pabrik pipa juga menyediakan penyambung siku untuk jalan pipa yang berbelok siku-siku. Penggunaan lengkungan siku lebih mudah dari pada harus membengkokkan pipanya.

Page 28: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 15. Lengkungan 3. Sambungan pipa (sock) Pemasangan pipa instalasi tidak selamannya menggunakan pipa utuh. Untuk menghemat bahan, seringkali diperlukan penyambungan pipa. Penyambungan pipa ini dapat dilakukan dengan memasang penyambung pipa (sock) yang pengerjaannya sangat praktis Gambar 16. Sambungan Pipa (Sock) 4. Las dop Setelah sambungan-sambungan yang terdapat pada kotak sambung dipilin dengan baik dan kuat dengan benang kasur. Sebaiknya sambungan itu ditutup dengan las dop. Ini dimaksudkan agar antara masing-masing sambungan tidak bersinggungan sehingga tidak membahayakan kita. Las dop dibuat dari bahan isolasi porselen atau plastik. Gambar 17. Las Dop

Page 29: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

4. Rangkuman Mengetahui keunaan komponen-kompenen yang digunakan dalam instalasi listrik sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan maupun pemasangan instalasi listrik. Selain itu dibutuhkan kemampuan untuk memilih komponen-kompenen yang tepat untuk dipasang pada suatu rangkaian instalasi listrik. Selain akan lebih menghemat biaya dan waktu pemasangan, pemilihan komponen listrik yang tepat akan dapat memberikan tingkat keselamatan yang lebih tinggi. 5. Tugas 1. Pelajari materi tentang komponen-komponen pokok instalasi listrik! 2. Amati sakelar dwi kutub yang digunakan dalam kotak sekring! Gambarkan konstruksinya dan tuliskan cara kerjanya! 6. Tes Formatif 1. Sebutkan dan jelaskan jenis penghantar menurut kosntruksinya! 2. Sebutkan fungsi dan jenis pipa instalasi listrik! 3. Jelaskan apa yang dimaksud sakelar kutub dwi ganda beserta kegunaannya! 4. Gambarkan lambang sakelar, konstruksi, pelaksanaan dan pandangan secara bagan menggunakan kertas A ! 7. Lembar Kerja A. Alat dan Bahan 1. Kabel NYA 2,5mm² secukupnya 2. Kabel NYM 2 x 2,5mm² secukupnya 3. Sakelar tunggal 1 buah 4. Sakelar seri 1 buah 5. Sakelar tukar 1 buah 6. Sakelar dua kutub 1 buah 7. Pipa instalasi 1 buah 8. Fitting 1 buah 9. Multimeter 1 buah 10. Jangka sorong 1 buah B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Gunakan pakaian praktek! 2. Bacalah dan pahami petunjuk praktikum pada setiap lembar kegiatan belajar!

Page 30: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3. Hati-hati dalam melakukan praktek! 4. Gunakan alat sesuai dengan batas ukurnya masing-masing! C. Langkah Kerja 1. Sediakan bahan dan alat yang dibutuhkan! 2. Ambil bahan praktek kabel NYA 2,5 mm² dan kabel NYM 2 x 2,5mm²! 3. Amati tulisan yang ada pada isolasi kabel! 4. Ukurlah inti kabel menggunakan jangka sorong untuk mengetahui diameter kabel! 5. Ambil bahan praktek sakelar tunggal, sakelar seri, sakelar tukar, sakelar dua kutub! 6. Dengan menghubungkan probe multimeter pada ujung kontak-kontak sakelar, amati bagaimana sakelar bekerja! 7. Ambil bahan praktek fitting dan pipa instalasi! 8. Amati beberapa tulisan yang ada di di fitting dan pipa instalasi! D. Hasil Kerja No. Nama obyek bahan Jumlah inti Jenis inti Diameter inti (mm) 1 Kabel NYA 2.5 mm2 2 Kabel NYM 2 x 2.5 mm2 No. Nama obyek bahan Jenis (out/inbow) Arus maksimum (A) 1 Sakelar tunggal 2 Sakelar seri 3 Sakelar tukar 4 Sakelar dua kutub No. Nama obyek bahan Bahan pembuatan Arus maksimum (A) 1 Fitting 2 Pipa instalasi

Page 31: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

B. KEGIATAN BELAJAR II (DUA) 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar II (dua) ini, peserta diklat dapat menggambarkan instalasi sederhana. Selain itu, peserta diklat mampu memasang instalasi luar tembok (outbow) menggunakan pipa PVC. 2. Uraian Materi 1. Instalasi satu lampu pijar dengan satu sakelar tunggal Rangkaian instalasi seperti gambar 18 merupakan instalasi paling sederhana. Biasanya rangkaian instalasi separti inilah yang sering dipasang pada rumah-rumah maupun gedung. Rangkaian instalasi ini terdiri dari komponen-komponen seperti satu sakelar tunggal, satu lampu, satu T - dos, dan penghantar. Lampu pijar sebanyak satu buah dilayani oleh satu sakelar. Saat sakelar OFF maka lampu pijar akan mati. Begitu pula jika sakelar ON maka lampu pijar juga akan menyala. Gambar 18. Bagan Satu Garis Instalasi Satu Lampu Satu Sakelar Tunggal 2. Instalasi dua lampu pijar dengan satu sakelar seri (deret) Instalasi ini terdiri dari dua buah lampu yang dapat dihidupkan maupun dimatikan dari satu sakelar. Sakelar yang digunakan adalah sakelar seri atau deret. Pada sakelar tersebut terdapat dua tuas sakelar yang dapat dikendalikan sendiri-sendiri. Instalasi seperti gambar 19 penggunaanya sering di jumpai di bagian rumah atau gedung yang terdiri dari dua ruangan yang dikendalikan dari satu tempat. Dua buah lampu yang terpasang, satu lampu dilayani sakelar seri tuas A dan satu satu lampu lainnya dilayani sakelar seri tuas B. Gambar 19. Bagan Satu Garis Instalasi Dua Lampu Satu Sakelar Seri (Deret)

Page 32: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3. Instalasi satu lampu pijar dengan dua sakelar tukar Instalasi ini terdiri dari satu lampu pijar yang dapat dihidupkan dan dimatikan dari dua sakelar. Sakelar yang digunakan adalah sakelar tukar atau sering disebut sakelar hotel. Rangkaian instalasi ini sering dijumpai pada lorong yang terdapat dua pintu. Ditengah-tengah ruangan terdapat lampu. Lampu tersebut dapat dihidupkan dan dimatikan dari dua sakelar yang berada di dua pintu. Gambar 20. Gambar bagan satu garis instalasi satu lampu pijar dengan dua sakelar tukar 4. Instalasi satu lampu pijar dengan satu sakelar tunggal dan satu stop kontak

dilengkapi dengan kotak sekering satu fasa Instalasi ini terdiri dari gabungan instalasi satu lampu dan satu sakelar tunggal dengan instalasi satu stop kontak. Pada instalasi ini diawali dengan sebuah kotak sekering satu fasa yang berfungsi sebagai pengaman instalasi dari bahaya hubung pendek (konslet). Pemasangan stop kontak tidak tergantung kepada sakelar tapi berdiri sendiri. Jika sakelar tunggal dinyalakan maka lampu akan menyala. Gambar 21. Gambar bagan satu garis Instalasi satu lampu pijar dengan satu sakelar tunggal dan satu stop kontak dilengkapi dengan kotak sekering satu fasa

Page 33: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3. Rangkuman Mengetahui dan dapat menerapkan pengetahuan untuk membuat perancanaan listrik sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu rangkaian instalasi yang aman, ekonomis, dan rapi. Selain dari itu dibutuhkan juga kemampuan untuk dapat menganalisa situasi tempat atau ruangan yang akan dipasang instalasi. 4. Tugas 1. Pelajarilah uraian tentang rangkaian instalasi sederhana dan pemasangan instalasi luar tembok (outbow). 2. Amatilah instalasi dalam rumah kalian pada bagian sekring, kemudian gambarkan instalasi tersebut dalam bentuk gambar, dan sebutkan komponen-komponen yang terpasang! 5. Tes Formatif 1. Jelaskan prinsip kerja rangkaian instalasi dua lampu pijar dengan satu sakelar seri (deret)! 2. Apa yang akan terjadi pada gambar 21 apabila sekering putus, mengapa? 3. Dimanakah penerapan rangkaian instlasi satu lampu pijar dengan dua sakelar tukar sering dijumpai, kenapa? 4. Gambarkan rangkaian instalasi sederhana yang dibahas pada uraian menggunakan kertas A ! 6. Lembar Kerja a. Alat dan Bahan 1. Sakelar seri luar tembok (outbow) 1 buah 2. Lampu pijar 40 W/220V 2 buah 3. Stop kontak luar tembok (outbow) 1 buah 4. Roset 4 buah 5. Tule 5 buah 6. T Dos 3 buah 7. L – Bow 2 buah 8. Fitting 2 buah 9. Klem secukupnya 10. Kabel NYA Ф 1,5 mm2 secukupnya

Page 34: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

11. Pipa PVC 5/8” secukupnya 12. Klem PVC 5/8” secukupnya 13. Sekrup secukupnya 14. Lasdop secukupnya 15. Tool set 1 unit b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Gunakanlah pakaian praktek ! 2. Bacalah dan pahami petunjuk praktikum pada setiap lembar kegiatan belajar ! 3. Janganlah memberikan tegangan pada rangkaian melebihi batas yang ditentukan ! 4. Hati-hati dalam melakukan praktek ! c. Langkah Kerja 1. Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan! 2. Periksalah alat dan bahan sebelum digunakan dan pastikan semua alat dan bahan dalam keadaan baik! 3. Tuliskan jumlah penghantar yang ada disetiap pipa PVC pada gambar 22! 4. Rangkailah skema Gambar 23, sakelar putar pada kotak sekering dalam keadaan terbuka! 5. Lakukanlah pemasangan pipa PVC, sakelar seri, kotak kontak dan lampu sesuai dengan rancangan letak penempatan komponen-komponen tersebut sesuai Gambar 23! 6. Setelah selesai lakukanlah pemasangan pengawatan! 7. Lakukanlah pengisolasian pada setiap sambungan dan pemeriksalah setiap sambungan dengan multimeter! 8. Pasanglah pengaman dan lampu pijar 25 watt ! 9. Hubungkanlah kotak sekering dengan sumber tegangan satu fasa dan lakukanlah uji coba rangkaian ! 10. Lakukanlah tes tahanan isolasi penghantar dengan Megger! 11. Setelah selesai pengukuran dan pengujian matikanlah sumber tegangan satu fasa ! 12. Lepaskanlah dan kembalikanlah semua alat dan bahan praktikum ketempat semula, kemudian buat kesimpulan dari kegiatan belajar ini!

Page 35: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 22. Diagram 1 garis penerangan 1 fasa Gambar 23. Instalasi Luar Tembok (Outbow) Penerangan 1 Fasa C. KEGIATAN BELAJAR III (TIGA) 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar III (tiga) ini peserta diklat mampu memasang instalasi 1 fasa untuk penerangan di dalam tembok (inbow). 2. Uraian Materi Dalam pelaksanaan pemasangan instalasi listrik mengacu pada ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti : a. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) b. Peraturan/persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja setempat. c. Ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik yang membuat peralatan, mesin dan material yang dipakai. d. Peraturan PLN setempat. Dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan di atas, pekerjaan listrik yang meliputi pengadaan, pemasangan instalasi listrik penerangan satu fasa satu group untuk bangunan,

Page 36: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

pemeriksaan dan pengujian serta pengesahan dari semua peralatan/material akan bekerja dengan baik. Berbeda dengan instalasi di luar tembok (outbow), pemasangan instalasi dalam tembok ini (inbow) harus membuat ruangan dalam tembok. Tujuan pembuatan ini adalah untuk memberikan tempat bagi bahan-bahan listrik yang akan dipasang. Selain itu untuk menempatkan komponen-komponen instalasi dibutuhkan sebuah dos. Jika pemasangan instalasi di luar tembok menggunakan klem maka untuk pemasangan instalasi dalam tembok menggunakan paku. Fungsi paku adalah untuk menahan agar pipa dan dos yang terpasang tidak goyah sebelum dilapisi semen. Gambar 24 memperlihatkan pemasangan pipa dan dos dalam instalasi dalam tembok. Gambar 24. Instalasi Satu Sakelar Seri Dua Lampu dan Satu Stop Kontak dalam Tembok 3. Rangkuman Pemasangan instalasi di dalam tembok (inbow) menjadi kegiatan pokok dalam proses instalasi listrik. Maka dari itu penguasaan instalasi sangat dibutuhkan dalam pemasangan ini. Kegiatan ini dimaksudkan agar peserta diklat memahami dan terampil dalam pemasangan instalasi listrik. 4. Tugas 1. Pelajari uraian materi pemasangan instlasi dalam tembok! 2. Amati contoh pemasangan intalasi dalam tembok di sekitar lingkungan kalian dan buatlah kesimpulan!

Page 37: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

5. Tes Formatif 1. Pemasangan instalasi dalam tembok ini mengacu pada ketentuan apa saja? 2. Sebutkan perbedaan antara pemasangan dalam tembok dan luar tembok! 3. Gambarkan dengan skala 1:5 gambar instalasi dalam tembok satu sakelar seri dua lampu dan 1 stop kontak dalam kertas gambar ukuran A4! 6. Lembar Kerja a. Alat dan Bahan 1. Sakelar seri inbow 1 buah 2. Lampu pijar 40 W/220V 2 buah 3. Stop kontak inbow 1 buah 4. Dos 4 buah 5. T Dos 3 buah 6. L – Bow 2 buah 7. Fitting 2 buah 8. Palu 1 buah 9. Betel 1 buah 10. Paku secukupnya 11. Kabel NYA Ф 1,5 mm2 secukupnya 12. Pipa PVC 5/8” secukupnya 13. Klem PVC 5/8” secukupnya 14. Lasdop secukupnya 15. Tool set 1 unit b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Gunakanlah pakaian praktik! 2. Bacalah dan pahami petunjuk praktikum pada setiap lembar kegiatan belajar! 3. Janganlah memberikan tegangan pada rangkaian melebihi batas yang ditentukan! 4. Hati-hati dalam melakukan praktik! c. Langkah Kerja 1. Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan! 2. Periksalah alat dan bahan sebelum digunakan dan pastikan semua alat dan bahan dalam keadaan baik! 3. Tuliskan jumlah penghantar yang ada disetiap pipa PVC pada gambar 25! 4. Rangkailah skema Gambar 26, sakelar putar pada kotak sekering dalam keadaan terbuka! 5. Lakukanlah pelobangan tembok yang akan dipasangi peralatan listrik.

Page 38: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

6. Lakukanlah pemasangan pipa PVC, sakelar seri, kotak kontak dan lampu sesuai dengan rancangan letak penempatan komponen-komponen tersebut sesuai Gambar 26! 7. Jepit pipa PVC menggunakan paku! 8. Setelah selesai lakukanlah pemasangan pengawatan 9. Lakukanlah pengisolasian pada setiap sambungan dan pemeriksalah setiap sambungan dengan multimeter! 10. Pasanglah pengaman dan lampu pijar 25 watt! 11. Hubungkanlah kotak sekering dengan sumber tegangan satu fasa dan lakukanlah uji coba rangkaian! 12. Lakukanlah tes tahanan isolasi penghantar dengan Megger! 13. Timbunlah pipa PVC yang terpasang menggunakan semen! 14. Setelah selesai pengukuran dan pengujian matikanlah sumber tegangan satu fasa ! 15. Lepaskanlah dan kembalikanlah semua alat dan bahan praktikum ketempat semula, kemudian buat kesimpulan dari kegiatan belajar ini! Gambar 25. Diagram 1 Garis Penerangan 1 Fasa Gambar 26. Instalasi dalam Tembok (Inbow) Penerangan 1 Fasa

Page 39: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

D. KEGIATAN BELAJAR IV (EMPAT) 1. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar IV (empat) ini peserta diklat mampu merawat dan memperbaiki komponen-komponen listrik yang terpasang. Selain itu peserta diklat. Selain itu peserta diklat mampu merawat dan memperbaiki bangunan instalasi listrik. 2. Uraian Materi Pemeliharaan instalasi listrik meliputi program pemeriksaan, perawatan, perbaikan, dan uji ulang berdasarkan petunjuk pemeliharaan yang sudah ditentukan, agar keadaan instalasi selalu baik dan bersih, serta aman bila digunakan. Selain itu agar gangguan serta kerusakan mudah diketahui, dicegah atau diperkecil. Hal tersebut bertujuan agar pengoperasian instalasi listrik dapat berjalan lancar. Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan saja, tetapi juga pengaman, sambungan kabel, pelindung, dan perlengkapannya seperti papan pengenal dan rambu peringatan, serta bangunannya harus terpelihara dengan baik. Karena apabila instalasi listrik mengalami aus, penuaan atau kerusakan tentu akan mengganggu instalasi, maka secara berkala instalasi harus diperiksa dan diperbaiki, serta bagian yang aus, rusak atau mengalami penuaan harus segera diganti. Peralatan tertentu seperti relai yang bagiannya lebih cepat terganggu sistem kerjanya karena mengalami aus, penuaan atau kerusakaan, harus secara berkala diperiksa dan dicoba, baik segi mekanis maupun listriknya. 1. Perawatan dan Perbaikan Perlengkapan Instalasi Listrik Pekerjaan-pekerjaan perawatan dan perbaikan perlengkapan instalasi listrik meliputi : 1. Membersihkan kotoran dan debu-debu yang menempel pada perlengkapan instalasi listrik, misalnya lampu, fitting, sakelar, kotak kontak, PHB, dan sebagainya. Sebelum melakukan pembersihan, sakelar pemutus daya PHB dibuka dan bila perlu pengaman lebur (sekering) dilepaskan agar lebih aman. 2. Memeriksa dan memperbaiki keadaan perlengkapan instalasi listrik lainnya, apabila ada yang kendor, maka sekrupnya dikencangkan lagi. 3. Menjauhkan perlengkapan insalasi listrik dari sumber yang membahayakan, misalnya sumber api, sumber air dan sebagainya.

Page 40: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

4. Memeriksa dan memperbaiki keadaan fisik perlengkapan instalasi listrik yang meliputi : a. Sekering Sekering sumbat banyak digunakan dalam instalasi penerangan dan tenaga untuk arus listrik di bawah 60 ampere. b. Sakelar-sakelar Sakelar merupakan alat untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik, penempatan sakelar sebaiknya di tempat yang mudah dicapai, seperti di dekat pintu masuk ruangan. Penyambungan sakelar dengan penghantar fasa jaringan listrik adalah secara seri. Cara memeriksa dan merawat sakelar adalah dengan memeriksa tutup sakelar, bila ada yang pecah maka harus diganti. Kemudian bukalah tutup sakelar dengan melepaskan sekrup-sekrupnya. Bila kontaknya kotor harus dibersihkan dengan ampelas halus. Bila kontaknya sudah aus, maka sakelar harus diganti. Sebelum melakukan perbaikan ini, aliran arus listrik dibuka atau diputuskan terlebih dahulu. Selanjutnya pemeriksaan pada kontak sakelar, masih berfungsi dengan baik atau tidak. c. Stop Kontak Cara merawat dan memperbaiki stop kontak yaitu dengan memeriksa hubungan antara tusuk kontak dengan stop kontaknya. Bila kedudukan tusuk kontak goyah (kendor) akan terdengar suara gemerisik loncatan loncatan bunga api yang berarti hubungannya tidak baik, hal ini dapat diperbaiki dengan jalan membuka stop kontak tersebut dan mengatur lubang stop kontaknya dengan obeng atau tang kecil agar tepat besarnya bila dimasuki tusuk kontak, apabila sudah tidak bisa lagi maka harus diganti dengan yang baru. d. Fitting Fitting merupakan alat untuk menghubungkan lampu dengan jaringan listrik secara aman. Dalam menyambung penghantar dengan kontak fitting, harus diperhatikan bahwa kontak sebelah dalam fitting dihubungkan dengan penghantar fasa, sedangkan kontak sebelah luar fitting yang berulir dihubungkan dengan penghantar nol dari jaringan listrik. Bentuk dan bagian-bagian dari fitting diperlihatkan oleh gambar 27 di bawah ini.

Page 41: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 27. Bentuk dan bagian-bagian fitting (1) Bagian dalam fitting, (2) Tutup fitting, (3) Terminal kontak 2. Perawatan dan Perbaikan Hubungan Kelistrikan Instalasi Listrik Sebelum melaksanakan perawatan dan perbaikan hubungan kelistrikan instalasi listrik, sakelar pemutus daya dan MCB harus dibuka terlebih dahulu serta sekering dilepaskan. Pekerjaan-pekerjaan dalam perawatan dan perbaikan hubungan kelistrikan instalasi listrik meliputi :

1. Kotak sekering / PHB Langkah-langkah yang harus dikerjakan dalam pemeliharaan dan perawatan adalah sebagai berikut : a. Kotak sekering dibuka tutupnya dengan obeng, tetapi sebelumnya sakelar pemutus daya dilepaskan dahulu. Sambungan kawat pada terminal-terminal dilepaskan dengan membuka sekerup-sekerup terminal menggunakan obeng. Karena panas dan lambat pada terminal-terminal tersebut sering terbentuk kotoran atau kerak-kerak yang dapat menghambat aliran arus listrik, maka harus dibersihkan dengan menggunakan amplas (kertas gosok) yang halus dengan cara menggosoknya sampai bersih. Setelah bersih pasang kembali ujung-ujung kawat pada terminal-terminalnya, agar tidak terjadi kesalahan dalam penyambungan, maka sebelum melepaskan terminal jika perlu diberi tanda. b. Sakelar-sakelar dibuka tutupnya, sambungan-sambungan kawat pada terminal dilepaskan dan dibersihkan dari kotoran, setelah itu dipasang kembali dengan kuat. Jika kontak geser pada sakelar sudah rusak atau aus, sakelar tersebut harus diganti. c. Tutup kotak kontak-kotak kontak dibuka, sambungan pada terminal dibuka dan dibersihkan, setelah bersih dipasang kembali dengan kuat, lubang-lubang kontak pada kotak kontak dibersihkan. d. Kabel-kabel di atas plafon bila ada yang rusak misalnya digigit tikus, bila memungkinkan kabel tersebut diganti, bila tidak memungkinkan bagian yang rusak isolasinya dibungkus dengan isolasi yang baik. Sambungan-sambungan kawat pada

Page 42: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

kotak sambung dibersihkan dari kotoran, bila ada yang kendor dikuatkan kembali dengan dipuntir menggunakan tang. Bila tutup sambungan (las dop) ada yang kendor atau lepas dan tutup kotak sambungan ada yang lepas, maka dipasang kembali dengan kuat. e. Tahanan isolasi antara fase dan nol, fase dan fase, fase dan bumi (ground), nol dan bumi diukur. Bila hasilnya lebih kecil dari 1000 W tiap volt maka diadakan pemeriksaan bagian instalasi yang mengalami kerusakan isolasi dan harus diganti kabelnya. 2. Sambungan kawat Instalasi Merawat dan memperbaiki sambungan-sambungan kawat yang ada di dalam kotak-kotak sambung yaitu dengan cara menggunakan tangga menuju ke atas plafon, kemudian tutup kotak-kotak sambung dibuka dan sambungan-sambungan kawatnya dibersihkan dan dikuatkan lagi menggunakan tang kombinasi. Pada umumnya bentuk sambungan kawat yang digunakan jenis ekor babi, setiap sambungan harus diisolasi menggunakan benang las dop dengan kuat, sehingga logam kabel tidak kelihatan. Pada umumnya kotak sambung terbuat dari plastik berbentuk lingkaran, ada juga yang berbentuk soket penyambung dari porselin atau plastik, tetapi jarang digunakan. Sambungan ekor babi diperlihatkan pada gambar 28 di bawah ini. Gambar 28. Sambungan Ekor Babi Keterangan gambar : 1. Membuat sambungan ekor babi dengan tang kombinasi. 2. Bagian ujung sambungan harus dipotong. 3. Bagian ujung sambungan ditutup dengan lasdop.

Page 43: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3. Perawatan dan Perbaikan Bangunan Instalasi Listrik Lama kelamaan gedung tempat instalasi dipasang akan mengalami proses penuaan yang jika dibiarkan dapat mengganggu perlengkapan instalasi listrik yang bersangkutan. Perawatan dan perbaikan gedung instalasi listrik meliputi : 1. Pembersihan bagian-bagian gedung seperti lantai, dinding, dan plafon dari debu dan kotoran. 2. Bila cat pada bagian-bagian gedung banyak yang sudah rusak, maka perlu dicat lagi, karena cat selain untuk keindahan juga untuk menjaga keawetannya. 3. Atap yang bocor perlu segera diperbaiki, karena bila hujan, air yang masuk ke gedung dapat mengenai perlengkapan instalasi listrik sehingga dapat menimbulkan gangguan dan kerusakan. 4. Plafon atau langit-langit yang berlubang perlu segera diperbaiki, karena selain mengganggu keindahan juga dapat dipakai sebagai jalan masuk tikus yang sering menggigit kabel atau perlengkapan instalasi listrik lainnya. 5. Bagian-bagian yang sudah kropos perlu segera diganti atau diperbaiki. 6. Penataan kembali barang-barang atau perlengkapan lain seperti meja, kursi, almari, rak dan sebagainya yang dapat mengganggu pelayanan, pemeliharaan dan perawatan instalasi listrik. 3. Rangkuman Kualitas perlengkapan listrik tidak dapat selalu dipertahankan. Oleh sebab itu, kemampuan melakukan perawatan terhadap perlengkapan listrik sangat diperlukan untuk mengantisipasi kejadian yang membahayakan seperti konsleting maupun kebakaran. Selain instalasi, bangunan juga perlu diperhatikan. Karena dapat membahayakan terhadap penghuni bangunannya sendiri. Selain itu, kerusakan pada bangunan dapat membahayakan instalasi listrik yang terpasang. Maka dari itu perlu dilakukan tindakan pencegahan seperti merawat dan memperbaiki bangunan instalasinya. 4. Tugas 1. Pelajari kegiatan belajar perawatan dan perbaikan instalasi listrik! 2. Amati instalasi di sekitar lingkungan kalian, carilah sakelar yang sudah lama digunakan. Lakukan proses perawatan pada sakelar tersebut! 3. Gambar bagan satu garis dari instalasi yang sudah ada di sekitar lingkungan kalian!

Page 44: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

5. Tes Formatif 1. Apakah tujuan diadakannya kegiatan perawatan instalasi listrik? 2. Apa saja yang perlu dilakukan dalam proses perawatan dan perbaikan perlengkapan instalasi listrik? 3. Apa saja yang perlu dilakukan dalam proses perawatan dan perbaikan bangunan instalasi listrik? 4. Gambarkan dalam skala 1:5 bagian-bagian dari stop kontak dan sekering sumbat! 6. Kunci Jawaban Formatif 1. Tujuan diadakannya perawatan instalasi listrik adalah agar keadaan instalasi selalu baik dan bersih, serta aman bila digunakan. Selain itu agar gangguan serta kerusakan mudah diketahui, dicegah atau diperkecil. Hal tersebut bertujuan agar pengoperasian instalasi listrik dapat berjalan lancar. 2. Pekerjaan-pekerjaan perawatan dan perbaikan perlengkapan instalasi listrik meliputi : a. Membersihkan kotoran dan debu-debu yang menempel pada perlengkapan instalasi listrik, misalnya lampu, fiting, sakelar, kotak kontak, PHB, dan sebagainya. Sebelum melakukan pembersihan, sakelar pemutus daya PHB dibuka dan bila perlu pengaman lebur (sekering) dilepaskan agar lebih aman. b. Memeriksa dan memperbaiki keadaan perlengkapan instalasi listrik lainnya, apabila ada yang kendor, maka sekrupnya dikencangkan lagi. c. Menjauhkan perlengkapan insalasi listrik dari sumber yang membahayakan, misalnya sumber api, sumber air dan sebagainya. d. Memeriksa dan memperbaiki keadaan fisik perlengkapan instalasi listrik 3. Perawatan dan perbaikan gedung instalasi listrik meliputi : a. Pembersihan bagian-bagian gedung seperti lantai, dinding, dan plafon dari debu dan kotoran. b. Bila cat pada bagian-bagian gedung banyak yang sudah rusak, maka perlu dicat lagi, karena cat selain untuk keindahan juga untuk menjaga keawetannya. c. Atap yang bocor perlu segera diperbaiki, karena bila hujan, air yang masuk ke gedung dapat mengenai perlengkapan instalasi listrik sehingga dapat menimbulkan gangguan dan kerusakan. d. Plafon atau langit-langit yang berlubang perlu segera diperbaiki, karena selain mengganggu keindahan juga dapat dipakai sebagai jalan masuk tikus yang sering menggigit kabel atau perlengkapan instalasi listrik lainnya. e. Bagian-bagian yang sudah kropos perlu segera diganti atau diperbaiki.

Page 45: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

f. Penataan kembali barang-barang atau perlengkapan lain seperti meja, kursi, almari, rak dan sebagainya yang dapat mengganggu pelayanan, pemeliharaan dan perawatan instalasi listrik. 4. Gambar 13, 12. 7. Lembar Kerja a. Alat dan Bahan 1. Sebuah instalasi listrik penerangan dan tenaga. 2. Test pen 1 buah 3. Multimeter 1 buah 4. Tang kombinasi. 1 buah 5. Obeng kembang 1 buah 6. Obeng pipih 1 buah 7. Tangga 1 buah 8. Kertas gosok secukupnya 9. Kain lap 1 buah b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Sebelum merawat dan memperbaiki perlengkapan instalasi listrik, pastikan lebih dahulu bahwa instalasi tersebut sudah bebas dari tegangan listrik! 2. Hati-hati dalam menaiki tangga ke atas plafon, jangan sampai jatuh atau menginjak eternit! 3. Gunakan pakaian praktik serta perlengkapan pengaman lainnya! c. Langkah Kerja 1. Siapkanlah alat dan bahan yang diperlukan! 2. Lepaskanlah sakelar pemisah daya dan sekeringnya! 3. Bersihkanlah lampu-lampu dan perlengkapan listrik lainnya dari kotoran dan debu menggunakan kain lap! 4. Bukalah tutup PHB dan bersihkanlah kotoran pada terminal-terminal sambungannya, bila perlu dapat menggunakan kertas gosok! 5. Bukalah tutup kotak kontak-kotak kontak dan bersihkanlah kotoran pada terminal-terminal sambungannya, bila ada yang sudah aus maka gantilah dengan yang baru! 6. Pasanglah kembali sambungan-sambungan pada terminal dengan kuat dan pasang kembali tutup PHB dengan kuat! 7. Lakukanlah seperti pada langkah nomor 5 dan 6 untuk sakelar-sakelar!

Page 46: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

8. Lakukanlah seperti pada langkah nomor 5 dan 6 untuk fiting-fiting! 9. Lakukanlah seperti pada langkah nomor 5 dan 6 untuk perlengkapan instalasi listrik lainnya! 10. Naiklah keatas plafon dan bukalah kotak-kotak sambungan! 11. Bukalah penutup sambungan (lasdop) dan benang pembalutnya, kemudian bersihkan kotoran pada sambungan kawat dan kuatkan sambungannya perlahan-lahan dengan dipuntir menggunakan tang kombinasi! 12. Balutlah sambungan kawat dengan benang dan tutuplah dengan lasdop dengan kuat, kemudian tutup kembali kotak sambungannya! 13. Periksalah keadaan isolator rol dan kabel penghantarnya, bila ada yang kendor segera kuatkan kembali! 14. Turunlah dari atas plafon dan kembalikanlah semua alat dan bahan yang digunakan, kemudian buat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan!

Page 47: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Bab III. Teori Tenaga Listrik Untuk pemasangan instalasi listrik penerangan dan tenaga untuk rumah/gedung terlebih dahulu harus melihat gambar-gambar rencana instalasi yang sudah dibuat oleh perencana berdasarkan denah rumah/bangunan dimana instalasinya akan dipasang. Selain itu juga spesifikasi dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari pemilik bangunan/rumah, dan syarat tersebut tidak terlepas dari peraturan yang harus dipenuhi dari yang berwajib ialah yang mengeluarkan peraturan yaitu PLN setempat 1. Intensitas Cahaya dan Flux Cahaya Intensitas cahaya adalah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Flux cahaya yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya adalah sejumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Intensitas cahaya dinyatakan dalam satuan candela(cd) dengan lambang I. Sedangkan flux cahaya ,mempunyai satuan lumen dengan lambang Φ. Dari uraian di atas diperoleh persamaan: Intensitas cahaya adalah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Flux cahaya yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya adalah sejumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Intensitas cahaya dinyatakan dalam satuan candela(cd) dengan lambang I. Sedangkan flux cahaya ,mempunyai satuan lumen dengan lambang Φ. Dari uraian di atas diperoleh persamaan: 2. Intensitas Penerangan/ Iluminasi (E) Intensitas penerangan (E) adalah flux cahaya Φ yang jatuh pada 1m2 dari bidang itu (1 lux=1m/m2). Sedangkan iluminasi penerangan rata-rata (E rata-rata) adalah jumlah flux Φ yang dipancarkan (lumen) persatuan luas A (m2). E = Intensitas penerangan (candela). Φ = Flux cahaya (lumen) Ω = Luas area (m2) I = Intensitas Cahaya (candela) Φ = Flux cahaya (lumen) Ω = satuan sudut ruang (steradian

Page 48: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

L = Luminasi (9cd/cm2) I = Kepadatan cahaya (candela) A = Luas semi permukaan (m2) 3. Kepadatan Cahaya/ luminasi (L) Luminasi adalah satu ukuran untuk terang suatu benda. Luminasi suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya adalah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semua permukaan/ bidang yang diterangi. Untuk mendapatkan pencahayaan yang baik maka dalam merencanakan instalasi pencahayaan ada 5 kriteria yang perlu diperhatikan Kelima kriteria tersebut adalah: a. Iluminasi / Tingkat kuat penerangan b. Luminasi / distribusi kepadatan cahaya. c. Pembatasan agar cahaya tidk menyilaukan mata. d. Arah pencahayaan dan pembentukan bayangannya. e. Warna cahaya dan refleksi warnanya. Selain tergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri,penyebaran cahaya dari sumber cahaya juga tergantung pada konstruksi armaturnya. Hal-hal yang menentukan konstruksi armature adalah: a. Cara pemasangan armatur (pada dinding atau plafon) b. Cara pemasangan fitting atau fitting-fitting dalam armature. c. Perlindungan sumber cahaya. d. Penyebaran cahaya. 4. Sistem Pencahayaan Sistem penerangan dibedakan menjadai 5 tipe, yaitu: a. Sistem iluminasi langsung(Direct Lighting) Sistem ini paling afektif dalam menyediakan penerangan karena 90%-100% cahaya diarahkan langsung kepermukaan yang perlu diterangi. Tetapi kelemahan system ini adalah timbulnya bayangan-bayangan yang menganggu serta memungkinkan kesilauan baik karena penyinaran langsung maupun Karena pemantulan sinar lampu. Untuk mengatasi hal itu maka langit- langit perlu diberi warna-warna cerah supaya tampak menyegarkan. b. Sistem iluminasi semi langsung (Semi direct lighting) Sistem ini mengarahkan 60%-90% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi, selebihnya menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding.

Page 49: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

c. Sistem iluminasi difus dan langsung tak langsung (General Diffuse and Direct -Indirect Lighting) Sistem ini mengarahkan 40%-60% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi, sisanya menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding. Masalah bayangan dan kesilauan masih terdapat pada system ini. d. Sistem iluminasi semi tidak langsung (Semi Indirect Lighting) Sistem ini mengarahkan cahaya 60-90% ke langit-langit dan dinding bagian atas, selebihnya ke bawah. Bayangan secara praktis tidak ada dan kesilauan dapat dikurangi. e. Sistem iluminasi tidak langsung (Indirect Lighting) Sistem ini mengarahkan cahaya 90-100% ke langit-langit dan dinding bagian atas ruangan untuk dipantulkan yang kemudian menerangi seluruh ruangan berupa cahaya difus. 4. Perencanaan Penerangan Buatan Perencanaan penerangan buatan adalah kombinasi dari seni dan ilmu sains yang diaplikasikan. Sewaktu memulai rancangan instalasi penerangan, perlu diperhatikan efek penerangan buatan dalam ruangan Didalam perencanaan penerangan pada gedung, ada beberapa kebijakan yang harus dilakukan secara bersamaan antara devisi arsitektur, struktur dan mekanikal-elektrikal pada tahap- tahap awal proses pembangunan gedung. Data yang diperlukan untuk penerangan suatu instalasi penerangan adalah: a. Gambar ruangan, dimensi ruangan, dan rencana tata letak lampu. b. Detail konstruksi langit-langit. c. Warna dan pantulan dari : langit-langit, dinding,lantai dan meja kursi. d. Peruntukan ruangan (pekerjaan visual yang akan dilakukan didalam ruangan tersebut). e. Perlengkapan mesin atau peralatan didalam ruangan.Kondisi ruangan seperti ; temperature, kelembaban dan debu. 5. Estimasi Penerangan Buatan a. Intensitas penerangan. Sebelum menentukan intensitas peneranganyang dibutuhkan terlebih dahulu harus diketahui jenis pekerjaanapa yang harus dilakukan diruangan tersebut. Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat dimana pekerjaan itu akan dilakukan. Intensitas

Page 50: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

penerangan E dengan satuan lux sama dengan jumlah lumen Φ per meter persegi. Jadi jumlah fluks cahaya yang diperlukan untuk bidang kerja seluas A m2 adalah ; φ = ExA Namun fluks cahaya yang dipancarkan lampu tidak semuannya mencapai bidang kerja. Sebagian akan dipancarkan ke dinding dan langit-langit. Karena itu untuk menentukan fluks cahaya harus diperhitungkan efisiensi dan rendemennya η = φg φο Dimana : Φg = Fluks cahaya yang mencapai bidang kerja,langsung maupun tidak langsung setelah dipantulkan dinding dan langit-langit. Φo = Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya yang ada dalam ruangan. b. Efisiensi Penerangan Dari dua persamaan di atas,maka diperoleh rumus fluks cahaya : φo = ExA η Dimana : A = luas bidang kerja (m2) E= Intensitas penerangan yang dibutuhkan di bidang kerja (lux) c. Efisiensi Armatur Efisiensi /randemen armature (v) v = θ armatur θ sb cahaya Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksi dan bahan yang digunakan. Dalam efisiensi penerangan selalu sudah ditentukan efisiensi armaturnya. d. Faktor-faktor Refleksi Bagian fluks cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh factor refleksi r suatu permukaan. Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti bahwa 60% dari fluks cahaya yang mengenai permukaan dipantulkan. r = θ cahaya yg dipantulkan θ cahaya yg mengenaipermukaan Faktor refleksi tergantung dari warna dan finishing. Pemantulan ini tidak penting dalam sistem penerangan langsung. Langit-langit dan warna dinding terang

Page 51: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

memantulkan 50-70%. Sedangkan untuk warna gelap 10-20%. Untuk lebih detailnya ,warna putih dan warna sangat muda memiliki refleksi 0,7. Warna sedang 0,3. Warna gelap 0,1 e. Indeks Ruangan / Indeks Bentuk Indeks ruangan /indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuran- ukuran utama suatu rusnngan berbentuk bujur sangkar. Dimana : p = panjang ruangan (meter) k = pxl L = lebar ruangan (meter)

h( p + l) H = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (meter) f. Faktor Depresiasi/Penyusutan Faktor depresiasi / penyusutan adalah intensitas penerangan dalam keadaan dipakai. Faktor depresiasi ini dibagi atas 3 golongan utama: • Pengotoran Ringan Pengotoran ini terjadi didaerah-daerah yang hampir tidak berdebu. Misalnya di toko, kantor,sekolah, dan lain-lain. • Pengotoran Berat Pengotoran ini terjadi di ruangan-ruangan yang banyak debu. Misalnya di perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dsb. • Pengotoran biasa Pengotoran ini terjadi diperusahaan selain yang disebutkan diatas. Bila tingkat pengotoran tidak diketahui,maka digunakan faktor depresiasi 0.8 g. Jumlah Lampu/ Armatur (n) Jumlah armatur / lampu dapat ditentukan dengan persamaan dibawah ini: n = E x A θ lampu xη x d h. Pengaruh Armatur Lampu Cahaya yang dikeluarkan, direfleksikan , dan diserap oleh Armatur Lampu Gelas

Page 52: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Tabel I. Armatur Lampu Jenis Gelas Jenis Gelas Tebal Lampu Mm Daya Transmisi % Daya Refleksi % Daya Penyerapan Bola kaca bening permukaan rata Gelas prisma Gelas yang memakai ornamen Gelas warna susu Acrylic putih susu 1-4 3-6 3-6 2-3 2-3 92-90 90-70 90-60 88-82 60-40 6-8 5-20 7-20 7-88 20-40 2-4 5-10 3-20 5-10 10-20

Page 53: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Tabel. II Standar Kuat Penerangan dalam Ruangan

Page 54: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Lanjutan Tabel Standar Kuat Penerangan dalam Ruangan

Page 55: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

6. Lembar Kerja 1 Alat dan bahan Komputer dan printer (mampu cetak dengan kertasA3) yang sudah berisi program AutoCAD bagi yang dapat melaksanakan atau peralatan gambar (pensil 2B, penghapus, rapido 0,2, 0,4, dan 0.8, kertas gambar manila/kalkir A3, meja gambar, mal simbol-simbol elektroteknik) di samping itu diperlukan katalog fixture lampu, katalog kabel standar PLN atau SII, dan katalog MCB, katalog saklar dan katalog lampu Philips atau merk lain. Langkah Kerja Para mahasiswa diharapkan dapat membaca gambar denah seperti contoh, selanjutnya menghitung perkiraan kebutuhan daya penerangan secara keseluruhan, menentukan tipe lampu yang digunakan, menghitung jumlah lampu. Gambar 29. Denah Sebuah Kantor (Gambar Kerja) 7. Lembar Latihan 1 Buatlah gambar denah ruang kantor sederhana (denah bebas), meliputi: Gambar denah dan fungsional ruang. Hitunglah perkiraan kebutuhan daya penerangan secara secara keseluruhan! Tentukan tipe lemapu yang digunakan! Hitung jumlah lampu

Page 56: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

8. Lembar Evaluasi 1 Hitunglah perkiraan kebutuhan daya penerangan secara keseluruhan! Tentukan tipe lemapu yang digunakan! Hitung jumlah lampu dan buat gambar diagram satu garis instalasi penerangan listrik! Dari gambar di bawah ini. Gambar 30. Denah Kantor Bank (Gambar Evaluasi)

Page 57: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Universitas Gunadarma MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK ELEKTRO Skema Sertifikasi : RT-014/1/LSP-UG/II/2017 PERANCANGAN INSTALASI KETENAGALISTRIKAN BANGUNAN MODUL KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) Penyusun : Erma Triawati Christina 2017 UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 58: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Keselamatan dan Kesehatan Kerja I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Listrik adalah salah satu bentuk sumber daya atau energi potensial yang sanggup untuk melakukan usaha atau kerja yang dapat memberikan banyak manfaat untuk menunjang aktifitas di berbagai sektor kegiatan. Daya listrik sangat ideal dan praktis dapat dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak mekanik, pemanas, pencahayaan, dan lain sebagainya. Disisi lain listrik dapat menimbulkan bahaya atau bahkan bencana yang merugikan, apabila perancangan, pemasangan, pemanfaatan sistem tenaga listrik tidak mengikuti kaidah-kaidah teknik kelistrikan. Data kecelakaan dari sumber Buku Seabat Keterbitan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, di sektor listrik (PLN) dari tahun 1995- 1999, tercatat 1.458 kasus kecelakaan yang mengakibatkan korban tewas 818 orang, terdiri dari karyawan PLN 183 orang dan masyarakat 635 orang. Kasus kebakaran sebanyak 741 kali, gangguan teknis 2720 kasus. Akibat dari kasus-kasus tersebut PLN menderita kerugian sebesar Rp. 25.5 milyar. Data dari sumber Puslabfor Mabes Polri mengindikasikan listrik sebagai pemicu kebakaran kurang lebih 30 %. Setiap peralatan dan pesawat yang digerakkan dengan tenaga listrik, diperlukan pengamanan yang memadai guna melindungi peralatan itu sendiri dan pengamanan bagi operatornya atau yang menggunakannya. Salah satu contoh, lift adalah alat transportasi vertikal digerakkan dengan tenaga listrik yang dirancang bekerja secara otomatik- tanpa operator, dikontrol dengan sistem elektronik. Kegagalan fungsi control mungkin saja dapat terjadi, dan karena itu dapat beresiko menimbulkan kecelakaan fatal. Petir, guruh, kilat atau halilintar adalah fenomena muatan listrik yang terjadi dari alamiah. Sampai saat sekarang, petir walaupun memiliki tegangan dan arus yang sangat besar belum dapat dimanfaatkan energinya. Arus dan tegangan petir yang sangat besar itu sangat berbahaya. Karena itu obyek-obyek yang rawan bahaya sambaran petir harus dilindungi dengan instalasi penyalur petir dan perlatan listrik yang rawan terhadap pengaruh fluktuasi tegangan yang tinggi harus diproteksi. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, dalam konsideran menimbang, tidak hanya ditujukan untuk keselamatan tenaga kerja saja, akan tetapi mencakup demi kelancaran dan kelangsungan proses produksi.

Page 59: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Peraturan dan standard K3 dibidang listrik, termasuk lift dan proteksi bahaya sambaran petir adalah berbasis pada ilmu keteknikan (engineering), karena itu pembahasan dalam modul ini diperlukan pemahaman pengetahuan dasar teknik kelistrikan. Salah satu tugas seorang pegawai pengawas adalah menjalankan pengawasan terhadap peraturan dan standard K3 listrik, termasuk lift dan instalasi penyalur petir, mulai tahapan perancangan, pemasangan dan dalam pemanfaatannya sesuai dengan mekanisme dan ketentuan peraturan perundangan dan standard yang berlaku. B. TUJUAN PEMBELAJARAN Melalui program pembelajaran ini diharapkan akan dapat memahami ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan dengan K3 bidang listrik dan dapat menjelaskan tentang : a. Pengertian pengawasan K3 listrik, b. Dasar hukum K3 listrik, c. Ruang lingkup K3 listrik, d. Sumber bahaya listrik, e. Sistem proteksi petir, f. Sistem pengamanan listrik, g.Sistem pengawasan K3 listrik.

Page 60: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

II. POKOK BAHASAN A. PENGERTIAN Beberapa pengertian teknik yang terkait dengan K3 listrik berikut ini, antara lain : 1. Instalasi listrik adalah jaringan yang tersusun secara terkoordinasi mulai dari sumber pembangkit atau titik sambungan suplai daya listrik sampai titik beban akhir sesuai maksud dan tujuan penggunaannya. Gambar 1 menunjukkan sistem jaringan tenaga listrik milik dan tanggung jawab PLN, yaitu mulai dari pembangkitan sampai titik meter sambungan pelanggan. Sedangkan dari titik meter ke dalam adalah instalasi listrik milik dan menjadi tanggung jawab pelanggan. Gambar 1. Sistem Jaringan Instalasi Listrik PLN PLN ditunjuk oleh pemerintah selaku pemegang kuasa usaha penyelenggara dan pemasok tenaga listrik kepada masyarakat luas. 2. Perlengkapan listrik adalah sarana yang diperlukan dalam rangkaian instalasi listrik, misalnya pengendali, fiting, sakelar, dan sejenisnya. 3. Peralatan listrik adalah semua jenis alat, pesawat, mesin, dan sejenisnya yang digerakkan dengan tenaga listrik atau sebagai pengguna listrik. Contoh : Lift, escalator, mesin las, lemari es, seterika, dan sejenisnya adalah termasuk peralatan listrik.

Page 61: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

4. Besaran listrik Besaran-besaran listrik yang harus dipahami adalah antara lain : tegangan (Volt), arus (Ampere), frequensi ( Hertz), daya (Watt), resistensi (Ohm). a. Sistem klasifikasi tegangan • Tegangan Ekstra Tinggi (TET) > 500 kV • Tegangan Tinggi (TT) >35 kV • Tegangan Menengah (TM) >1 kV- 35 kV • Tegangan Rendah (TR) <1000 Volt • Tegangan ekstra rendah < 50 Volt b. Tegangan domistik : adalah tegangan suplai kepada pelanggan 220/380 Volt, yang artinya adalah nilai tegangan antara fase dengan netral 220 Volt dan antara fase dengan fase 380 Volt, seperti pada gambar 2. Gambar 2. Skema Jaringan Instalasi Pelanggan R-S = 380 V; R-T = 380 V; S-T = 380 V R-N = 220 V; S-N =220 V; T-N = 220 V

Page 62: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

c. Suplai daya kepada pelanggan Setiap pelanggan dicatu dengan jumlah daya tertentu dengan dipasang pembatas arus (Circuit Breaker) yang tidak dapat dilampaui. Contoh : Pelanggan listrik dengan daya 450 VA, oleh PLN dipasang pembatas arus 2 Ampere. Apabila pemakaian lebih dari 2 Ampere, maka pembatas arus akan otomatik jatuh. Pelanggan diharuskan membayar pemakaian listrik- (berapa Ampere jam)- yang tercatat pada alat meter pencatat otomatik. Gambar 32 di atas adalah contoh skema instalasi listrik pelanggan satu fase dan tiga fase. d. Cara perhitungan arus kerja Perhatikan pada contoh gambar 2 di atas, sebagai berikut : - Nomor 1 : lampu 100 Watt, 220 Volt - Nomor 2 : pompa listrik satu fase 450 Watt, 220 Volt - Nomor 3 : mesin pendingin tiga fase 2 kW, 380 Volt, Cos ϕ 0,9. 1) Menghitung arus listrik yang dibutuhkan untuk lampu 100 W, satu fase Dimana W : Daya lampu 100 Watt E : Tegangan 220 Volt I : Arus listrik ( Ampere) I = W/E = 100/220 Ampere = ~1/2 Ampere 2) Menghitung arus listrik yang dibutuhkan untuk pompa listrik, satu fase 220 V, 450 W 450 W = 220 V x I I = 450/220 Ampere = 2 Ampere

Page 63: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3) Menghitung arus listrik yang dibutuhkan untuk mesin pendingin, tiga fase, 220/380 V, 1,5 kW, Cos ϕ 0,9 I = 1500/1,76 x380 x 0,9 Ampere = 2,49 Ampere 5. Bahaya sentuhan listrik adalah sentuhan yang dapat membahayakan manusia. Nilai tegangan dan arus listrik yang dapat mengakibatkan kematian adalah sebagai berikut : t (detik) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,3 0,2 E ( Volt) 90 100 110 125 140 200 I (mA) 180 200 250 280 330 400 6. Bahaya sentuh langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif yang secara normal bertegangan 7. Bahaya sentuh tidak langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif yang secara normal tidak bertegangan, menjadi bertegangan karena adanya kebocoran isolasi ; Gambar 3. Bodi lemari es yang bisa nyetrum Bodi Lemari Es ini dalam keadaan normal tidak nyetrum. Akan tetapi pada suatu saat bisa nyetrum, apabila ada arus bocor ke bodi lemari es. 8. Bahaya Sambaran Petir adalah bahaya pada manusia, binatang, bangunan, atau peralatan karena dilalui oleh arus petir baik langsung maupun tidak langsung;

Page 64: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gsmbsr 4. Petir B. DASAR HUKUM Listrik maupun petir adalah merupakan bentuk dari sumber bahaya yang perlu dikendalikan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 1 th 1970. Pasal-pasal dalam Undang undang No. 1 tahun 1970 yang berkaitan dengan batasan ruang lingkup, tujuan, metode pengawasan masalah K3 listrik perlu dipahami secara baik. Dari ketentuan-ketentuan dasar tersebut diatas, lebih lanjut ditetapkan pengaturan secara teknis mengacu sesuai perkembangan teknologi. Standard teknik perencanaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan pemeriksaan/pengujian instalasi listrik, adalah mengikuti perkembangan penerbitan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). Edisi PUIL yang terbaru adalah “PUIL 2011” sebagai generasi ke lima. Sejarah PUIL berawal dari sejak jaman Belanda bernama AVE 1938 sebagai peraturan instalasi listrik yang pertama kali digunakan sebagai pedoman beberapa instansi yang berkaitan dengan instalasi listrik adalah AVE (Algemeene Voorschriffen voor Electrische sterkstroom instalaties) yang diterbitkan sebagai Norma N 2004 oleh Dewan Normalisasi Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian AVE N 2004 ini diterjemahkan ke dalam bahasa lndonesia dan diterbitkan pada tahun 1964 sebagai Norma lndonesia N16 yang kemudian dikenal sebagai Peraturan Umum lnstalasi Listrik 1964 disingkat PUlL 1964, yang merupakan penerbitan pertama, dan PUlL 1977, 1987 dan 2000 adalah penerbitan PUlLyang kedua, ketiga dan keempat yang merupakan hasil penyempurnaan atau revisi PUlL sebelumnya. Jika dalam penerbitan PUlL 1964. 1977 dan 1987 nama buku ini adalah Peraturan Umum lnstalasi Listrik, maka pada penerbitan tahun 2000, namanya menjadi Persyaratan Umum lnstalasi Listrik dengan tetap mempertahankan singkatannya yang sama yaitu PUIL. Penggantian "Peraturan" menjadi "Persyaratan" dianggap lebih tepat karena pada perkataan "peraturan" terkait pengertian adanya kewajiban untuk mematuhi ketentuannya dan jika tidak maka berlaku suatu sanksi. Sebagaimana diketahui sejak AVE sampai PUlL 1987 pengertian tersebut di atas tidak diberlakukan

Page 65: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

sebab isinya selain mengandung ha1 ha1 yang dapat dijadikan peraturan juga mengandung anjuran, rekomendasi ataupun keterangan atau persyaratan teknis yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik. Sejak dilakukannya penyempurnaan PUlL 1964 (sejak PUlL 1977), publikasi atau terbitan standar IEC (International Electmtechnical Commision) khususnya IEC 60364 menjadi salah satu acuan utama, di samping standar lnternasional lainnya. Dalam terbitan PUlL 2011, usaha untuk lebih mengacu IEC ke dalam PUlL terus dilakukan. Bahkan PUlL 2011 telah mengadopsi IEC 60364 termasuk cara penomorannya dengan beberapa modifikasi untuk menyesuaikan dengan kemanfaatan atau kecocokan dengan keadaan di lndonesia, walaupun masih ada beberapa Bagian PUlL 2011 yang mengacu pada PUlL 2000. PUlL 2011 merupakan hasil revisi dari PUlL 2000 dan Amandemennya, yang dilaksanakan oleh Panitia Teknis lnstalasi dan Keandalan Ketenagalistrikan (PTIK), yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 321KEPIBSN1112006 dan Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor OIIPJKDITTEK11112009. Anggota Panitia Teknis tersebut merupakan wakil dari pemangku kepentingan instalasi ketenagalistrikan. PUlL 2011 berlaku untuk instalasi listrik dalam bangunan dan sekitarnya untuk voltase rendah sampai 1000 volt a.b dan 1500 volt a.s.. PUlL 2011 dilengkapi pula dengan indeks dan lampiran lainnya pada akhir buku, yang umumnya mengacu pada PUlL 2000. Untuk memudahkan identifikasi, maka ayat, subayat, tabel, catatan atau lampiran yang merupakan modifikasi diberi tanda MOD. Selain itu untuk memudahkan penelusuran, maka nomor ayat atau subayat PUlL 2000 disertakan dalam tanda kurung. Pada PUlL 2011 banyak istilah baru yang digunakan, terutama agar makna yang spesifik dari suatu istilah tidak akan menimbulkan kebingungan atau mempunyai arti ganda. Istilah baru diusahakan mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan termutakhir. Untuk rnenarnpung perkernbangan di bidang instalasi listrik rnisalnya karena adanya ketentuan baru dalarn IEC yang dipandang penting untuk dirnasukkan dalarn PUIL, atau karena adanya saran, tanggapan dari rnasyarakat pengguna PUIL, rnaka dikandung rnaksud untuk sewaktu- waktu rnenerbitkan Arnandernen PUIL 2011, seperti yang dilakukan pada penerbitan Arnandernen 1 PUIL 2000. Untuk rnenangani ha1 tersebut rnaka sernua usulan untuk rnengubah, rnenarnbah danlatau rnenyernpurnakan PUIL 201 1 dapat diajukan kepada instansi yang berwenang. lnstansi yang berwenang saat ini adalah Departernen Energi dan Surnber Daya Mineral, Direktorat Jendral Listrik dan Pernanfaatan Energi.

Page 66: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

C. RUANG LINGKUP PENGAWASAN K3 LISTRIK 1. Ruang lingkup obyek pengawasan K3 listrik tersirat dalam Bab II Pasal 2 ayat (2) huruf q UU 1/70, yaitu tertulis : di setiap tempat dimana dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air. Dari ketentuan tersebut dapat digambarkan ruang lingkup K3 listrik, yaitu mulai dari pembangkitan, jaringan transmisi Tegangan Ekstra Tinggi (TET), Tegangan Tinggi (TT), Tegangan Menengah (TM), dan jaringan distribusi Tegangan Rendah (TR) sampai dengan setiap tempat pemanfaatannya, khususnya tempat kerja. Gambar 5 2. Memperhatikan Pasal 3 ayat (1) huruf q UU 1/70 tertulis : Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat K3 untuk mencegah terkena aliran listrik berbahaya 3. Menurut ketentuan PUIL 2011 listrik yang berbahaya adalah listrik yang memiliki tegangan lebih dari 25 Volt di tempat lembab atau 50 Volt ditempat yang normal. 4. Ruang lingkup obyek pengawasan sistem proteksi petir sesuai permenaker No Per-02/Men/1989 adalah yang dipasang disetiap tempat kerja, hanya untuk konvensional dan sistem elektro statik dan hanya mengatur perlindungan sambaran langsung.

Page 67: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 6. Bahaya Sambaran Petir Sambaran langsung seperti ilustrasi gambar 6 adalah pelepasan muatan listrik dari awan ke bumi melalui obyek yang tertinggi. Obyek yang dilalui arus petir tadi adalah tersambar petir secara langsung selanjutnya akan menyebar ke bumi ke segala arah hingga netral. Obyek yang tersambar dan dialiri arus dan tegangan petir akan merasakan pengaruh secara langsung yaitu suhu yang sangat tinggi bisa mencapai 30.000oC, tegangan dan kuat arus yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan secara fisik. Penyebaran arus dan tegangan petir di dalam bumi akan menyebar ke berbagai penjuru. Kemungkinan dari itu dapat dirasakan oleh grounding instalasi listrik pada bangunan itu sehingga penghantar bumi bertegangan petir yang akibatnya terjadi beda potensial pada jaringan instalasi listrik R, S, T bertegangan 220 V sedangkan Penghantar pengaman dan penghantar Netral bertegangan petir. Ini yang disebut dengan sambaran tidak langsung yang dapat merusak peralatan listrik dan peralatan elektronik yang ada di dalam bangunan itu. D. POTENSI BAHAYA LISTRIK Akibat sentuh langsung maupun sentuh tidak langsung dapat mengakibatkan kecelakaan serta kerugian. Kecelakaan akibat listrik dapat mengakibatkan : 1. Kecelakaan pada manusia. Arus listrik antara 15-30 mA sudah dapat mengakibatkan kematian. Pengaruh-pengaruh lain dari arus listrik yang mengalir melalui tusuk ialah panas yang ditimbulkan dalam tubuh dan pengaruh elektronika. Tegangan yang dianggap aman juga ada kaitannya dengan tahanan kulit manusia. Untuk kulit kering, tahanan ini berkisar antara 100- 500 Kohm. Tetapi kulit basah, misalnya karena keringat

Page 68: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

dapat memiliki tahan sampai serendah 1 Kohm. Juga luas permukaan yang menyentuh ikut mempengaruhi. Kalau benda bertegangan dipegang penuh dengan tangan, pada arus kurang lebih 15 mA saja sudah akan sulit sekali untuk melepaskannya. 2. Kerusakan instalasi serta perlengkapannya. Jaringan instalasi listrik harus diamankan dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku. Gangguan listrik akan dapat mengakibatkan : • Kerusakan instalasi beserta perlengkapannya (kabel terbakar, panel terbakar, kerusakan isolasi, kerusakan peralatan). • Terjadinya kebakaran bangunan beserta isinya. 3. Kerugian. Kerugian akibat kecelakaan listrik dapat berupa : • Kerugian materi (dalam rupiah) akibat rusaknya instalasi, bangunan beserta isinya. • Terhentinya proses produksi • Mengurangi kenyamanan, misalnya lampu padam, AC mati, suplai air terganggu dan lain-lain. Pada dasarnya bahaya listrik yang dapat menimpa manusia disebabkan oleh : 1. Bahaya Sentuh Langsung Yang disebut dengan sentuh langsung adalah sentuh langsung pada bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik. Bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang merupakan bagian dari sirkit listriknya yang dalam keadaan pelayanan normal, umumnya bertegangan dan atau dialiri arus listrik. Bahaya sentuh langsung dapat diatasi dengan cara : a. Proteksi dengan isolasi bagian aktif. - Bagian aktif harus seluruhnya tertutup dengan isolasi yang dapat dilepas dengan merusaknya - Untuk perlengkapan buatan pabrik isolasi harus sesuai dengan standard yang relevan untuk perlengkapan listrik tersebut. - Untuk perlengkapan lainnya, proteksi harus dilengkapi dengan isolasi yang mampu menahan stress yang mungkin mengenainya dalam pelayanan, seperti pengaruh mekanik, kimia, listrik dan termal.

Page 69: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

- Jika tempat kabel masuk ke dalam perlengkapan listrik berada dalam jangkauan maka lapisan isolasi dan selubang kabel harus masuk ke dalam kotak hubung, atau dalam hal tanpa kotak lubang ke dalam perlengkapan tersebut. Lapisan logam pelindung kabel tidak boleh dimasukkan ke dalam kotak hubung, tetapi boleh ke dalam mof ujung kabel atau mof sambungan kabel. b. Proteksi dengan penghalang atau selungkup. Proteksi yang diberikan oleh selungkup terhadap sentuh langsung ke bagian berbahaya adalah proteksi manusia terhadap : - Sentuh dengan bagian aktif tegangan rendah yang berbahaya. - Sentuh dengan bagian mekanik yang berbahaya. - Mendekati bagian aktif tegangan tinggi yang berbahaya di bawah jarak bebas yang memadai di dalam selungkup. Proteksi dapat diberikan : - Oleh selungkup itu sendiri - Oleh penghalang sebagai bagian dari selungkup atau oleh jarak di dalam selungkup. Bagian aktif harus berada di dalam selungkup atau di belakang penghalang yang memberi tingkat proteksi paling rendah IP 2x. Penghalang atau selungkup harus terpasang dengan kokoh ditempatkannya dan mempunyai kestabilan dan daya tahan yang memadai untuk mempertahankan tingkat proteksi yang dipersyaratkan. Jika diperlukan untuk melepas penghalag atau membuka selungkup atau untuk melepas bagian selungkup, maka hal ini hanya mungkin : - Dengan menggunakan kunci atau perkakas atau - Sesudah pemutusan suplai ke bagian aktif yang diberi proteksi oleh penghalang atau selungkup tersebut, dan pengembalian suplai hanya mungkin sesudah pemasangan kembali atau penutupan kembali penghalang atau selungkup. c. Proteksi dengan rintangan Yang dimaksud rintangan disini adalah untuk mencegah sentuh tidak sengaja dengan bagian aktif tetapi tidak mencegah sentuh sengaja dengan cara menghindari rintangan secara sengaja. Rintangan harus dapat mencegah : - Mendekatnya badan dengan tidak sengaja ke bagian aktif atau

Page 70: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

- Sentuh tidak sengaja dengan bagian aktif selama operasi dari perlengkapan aktif dalam pelayanan normal. Rintangan dapat dilepas tanpa menggunakan kunci atau perkakas, tetapi harus aman sehingga tercegah lepasnya rintangan secara tidak sengaja. d. Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan. Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan hanya dimaksudkan untuk mencegah sentuh yang tidak sengaja dengan bagian aktif. Bagian berbeda potensial yang dapat terjangkau secara simultan harus berada di luar jangkauan tangan. (Dua bagian dapat terjangkau secara simultan jika berjarak tidak lebih dari 2,5 meter terhadap lainnya). e. Proteksi tambahan dengan Gawai Pengaman Arus Sisa (GPAS) GPAS ialah gawai yang menggunakan pemutus yang peka terhadap arus sisa, yang dapat memutus sirkit termasuk penghantar netralnya secara otomatis dalam waktu tertentu, apabila arus sisa yang timbul karena terjadinya kegagalan isolasi melebihi nilai tertentu, sehingga tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi. Penggunaan GPAS di sini hanya dimaksudkan untuk menambah tindakan proteksi lain terhadap kejut listrik dalam pelayanan normal. Penggunaan GPAS dengan arus operasi sisa pengenal tidak lebih dari 30 mA, dikenal sebagai proteksi tambahan dari kejut listrik dalam pelayanan normal, dalam hal ini kegagalan tindakan proteksi lainnya atau karena kecerobohan pemakai. Penggunaan gawai demikian bukanlah merupakan satu-satunya cara proteksi dan tidak meniadakan perlunya penerapan salah satu tindakan proteksi yang tidak ditentukan dalam : - Proteksi dengan isolasi bagian aktif. - Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan. 2. Bahaya Sentuh Tidak Langsung Yang dimaksud dengan sentuh tidak langsung adalah sentuh pada BKT perlengkapan atau instalasi listrik yang menjadi bertegangan akibat kegagalan isolasi. BKT perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktid yang tidak merupakan bagian dari sirkit listriknya yang dalam pelayanan normal tidak bertegangan, tetapi dapat menjadi bertegangan. Kegagalan isolasi seperti tersebut di atas harus dicegah terutama dengan cara : - Perlengkapan listrik harus dirancang dan dibuat dengan baik. - Bagian aktif harus diisolasi dengan bahan yang tepat. - Instalasi listrik harus dipasang dengan baik.

Page 71: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Tindakan proteksi harus dilakukan sebaik-baiknya agar tegangan sentuh yang terlalu tinggi (> 50 V a.b.) karena kegagalan isolasi tidak dapat terjadi atau tidak dapat bertahan. Khususnya pada tempat-tempat lembab atau basah misalnya ruang kerja dalam industri pertanian, tegangan sentuh yang terlalu tinggi adalah tegangan sentuh yang > 25 V a.c. efektif. Proteksi dari sentuh tidak langsung (dalam kondisi gangguan) dapat dengan cara : a. Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis. b. Proteksi dengan penggunaan perlengkapan kelas II atau dengan isolasi ekivalen. c. Proteksi dengan lokasi tidak konduktif. d. Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas bumi. e. Proteksi dengan separasi listrik. Penjelasan singkat dari masing-masing proteksi dari sentuh tak langsung adalah sebagai berikut : a. Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis. Pemutusan suplai secara otomatis dipersyaratkan jika dapat terjadi resiko efek patofisiologis yang berbahaya dalam tubuh manusia ketika terjadi gangguan, karena nilai dan durasi tegangan sentuh. Tindakan proteksi ini memerlukan koordinasi jenis pembumian sistem dan karakteristik penghantar proteksi serta gawai proteksi. Tindakan konvensional yang dapat diambil adalah : • Pemasangan gawai proteksi yang secara otomatis harus memutus suplai ke sirkit atau perlengkapan yang diberi proteksi oleh gawai tersebut dari sentuh tak langsung. • Pembumian. • Sistem Pembumian Pengaman. • Membumikan titik netral sistem listrik di sumbernya dan • Membumikan BKT perlengkapan dan BKT instalasi listrik sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi pada BKT tersebut karena terjadinya pemutusan suplai secara otomatis dengan diberinya gawai proteksi.

Page 72: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

b. Proteksi dengan menggunakan perlengkapan kelas II atau dengan isolasi ekivalen. Tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya tegangan berbahaya pada bagian perlengkapan listrik yang dapat terjangkau melalui gangguan pada isolasi dasarnya. Penjelasan tentang Kelas Perlengkapan. 1. Perlengkapan kelas O Yaitu perlengkapan yang proteksinya dari kejut listrik mengandalkan isolasi dasar, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada sarana untuk hubungan bagian konduktif yang dapat terjangkau (jika ada) ke penghantar proteksi pada pengawatan pasangan tetap instalasi, sehingga keandalan saat terjadi kegagalan pada isolasi dasarnya dipercayakan pada lingkungan. 2. Perlengkapan kelas I Yaitu perlengkapan yang proteksinya dari kejut listrik tidak hanya mengandalkan isolasi dasarnya, tetapi juga mencakup tindakan pencegahan keselamatan tambahan dengan cara menyediakan sarana untuk hubungan bagian konduktif yang dapat terjangkau ke penghantar proteksi (pembumian) pada pengawatan pasangan tetap dari instalasi, sedemikian sehingga bagian konduktif yang dapat terjangkau tersebut tidak dapat menjadi aktif (bertegangan) pada saat terjadinya kegagalan isolasi dasarnya. 3. Perlengkapan kelas II Yaitu perlengkapan yang poteksinya dari kejut listrik tidak hanya mengandalkan isolasi dasarnya, tetapi juga diberikan tindakan pencegahan keselamatan tambahan seperti isolasi ganda atau isolasi diperkuat, maka tidak ada ketentuan untuk pembumian proteksi atau ketergantungan dengan kondisi instalasi. 4. Perlengkapan kelas III Yaitu perlengkapan yang proteksinya dari kejut listrik mengandalkan pada suplai tegangan ekstra rendah (SELV) dan tegangan yang lebih tinggi dari SELV tidak dibangkitkan. Persyaratan dari proteksi dengan menggunakan perlengkapan kelas II atau isolasi ekivalen harus dilengkapi : • Perlengkapan listrik yang mempunyai isolasi ganda atau diperkuat (perlengkapan kelas II). • Rakitan perlengkapan listrik buatan pabrik yang mempunyai isolasi total dengan lambang ®(IEC 439).

Page 73: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

c. Proteksi dengan lokasi tidak konduktif. Yaitu tindakan proteksi untuk mencegah sentuh secara simultan dengan bagian yang dapat berbeda potensial karena kegagalan isolasi dasar bagian aktif. Penggunaan perlengkapan kelas O diizinkan jika semua kondisi berikut dipenuhi. BKT harus disusun sedemikian sehingga dalam keadaan biasa tidak akan terjadi sentuh secara simultan antara orang dengan dua BKT atau sebuah BKT dan aktif BKE, jika bagian ini berbeda potensial karena kegagalan isolasi dasar dari bagian aktif. Dalam kondisi yang tidak konduktif tidak boleh ada penghantar proteksi. Hal ini dapat dipenuhi jika lokasi mempunyai lantai dan dinding isolasi dan diterapkan satu atau lebih susunan sebagai berikut : 1. Jarak relatif antara BKT dan BKE sama dengan jarak antar BKT. Jarak ini cukup jika jarak antara dua bagian tersebut tidak kurang dari 2 m, jarak ini dapat dikurangi menjadi 1,25 m di luar zona jangkauan tangan. 2. Penyisipan rintangan efektif antara BKT dan BKE dari bahan isolasi mempunyai kuat mekanik yang cukup dan mampu menahan tegangan uji sekurang-kurangnya 2000 Volt. d. Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas bumi. Ikatan penyama potensial lokal bebas bumi dimaksudkan untuk mencegah timbulnya suatu tegangan untuk yang berbahaya. Pengantar ikatan penyama potensial harus menginterkoneksi semua BKT dan BKE yang dapat terjangkau secara simultan. Sistem ikatan penyama potensial lokal tidak boleh sentuh listrik secara langsung dengan bumi melalui BKT atau melalui BKE. e. Proteksi dengan separasi listrik Proteksi dengan separasi listrik adalah suatu tindakan proteksi dengan memisahkan sirkit perlengkapan listrik dari jaringan sumber dengan menggunakan transformator, pemisah atau motor generator. Dengan demikian tercegahlah timbulnya tegangan sentuh yang terlalu tinggi pada BKT perlengkapan yang diproteksikan, bila terjadi kegagalan isolasi dalam perlengkapan tersebut. Proteksi dengan separasi listrik ini hanya akan efektif selama dalam sirkit sekunder tidak terjadi gangguan bumi. Yang dimaksud dengan sirkit sekunder dalam hal ini adalah sirkit sekunder dari transformator pemisah atau sirkit generator dari motor generator. Proteksi dengan separasi listrik hanya diperkenalkan pada tegangan jaringan sumber maksimum 500 Volt. Direkomendasikan agar hasil kali tegangan nominal sirkit dalam Volt dengan panjang sistem pengawatan dalam meter tidak boleh

Page 74: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

melebihi 100.000; dan panjang sistem pengawatan tidak boleh lebih dari 500 meter. Kotak fleksibel dan kabel semu harus dapat terlihat semua bagian panjangnya yang dapat terkena kerusakan mekanis, dan harus dari jenis tertentu. E. SISTEM PENGAMANAN LISTRIK 1. Prinsip pengamanan instalasi listrik antara lain : a. Pengamanan kejut listrik baik langsung maupun tidak langsung, pada prinsipnya : • Mencegah mengalirnya arus listrik melalui tubuh manusia • Membatasi nilai arus listrik dibawah arus kejut dan • Memutuskan arus listrik pada saat terjadi gangguan b. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran (efek termal) c. Pengamanan terhadap induksi medan magnet dan medan listrik 2. Sistem pengamanan isolasi listrik antara lain : a. Sistem isolasi pengaman terhadap bagian yang bertegangan, sehingga tidak mungkin orang tersentuh dengan tidak sengaja ; Metoda isolasi dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengisolasi isolasi bagian aktif dengan isolator 2. Memberi penghalang atau selungkup 3. Memasang rintangan 4. Memberi jarak aman atau diluar jangkauan b. Sistem isolasi lantai kerja dan dinding. Metoda ini diperlukan ditempat tertentu dimana sewaktu-waktu petugas harus melakukan pelayanan, pemeliharaan dalam keadaan bertegangan. Dengan memasang isolasi lantai kerja yang aman, maka akan terhindar adanya aliran arus listrik ke bumi melalui tubuh manusia, seperti pada gambar 7.

Page 75: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 7. Isolasi Lantai Kerja Isolasi lantai kerja harus memenuhi syarat nilai tertentu dengan melakukan pengukuran. Alat ukur yang diperlukan Voltmeter yang memiliki resisten dalam Rd 3000 Ohm. Teknik pengukuran resisten isolasi lantai kerja sbb: Letakkan kain basah ukuran 27x27 Cm, diatasnya diletakkan pelat logam ukuran 25x25x0,2 Cm, kemudian letakkan kayu untuk metatakan dan kemudian diberi pemberat 75 kg dan siapkan elektroda Bantu ditancapkan ketanah. Lakukan pengukuran terutama terhadap elektroda Bantu (VI) dan catat nilai V1. Lakukan pengukuran yang kedua terhadap pelat logam (V2) dan catat nilai V2. Nilai resisten isolasi lantai kerja adalah R1 dihitung dengan rumus : R1 min. 50 kilo Ohm c. Sistem pembumian pengaman (PP) atas Sistem TT Tujuan pembumian : Bila terjadi arus bocor atau hubung singkat, arus akan tersalur ke bumi yang akan menyebabkan meningkatnya arus sehingga pengaman (sekering) akan terputus otomatik.

Page 76: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 8. Sistem pembumian pengaman (PP) atas Sistem TT tanpa pembumian Pada gambar 8 kulkas dapat bekerja normal. Akan tetapi tidak menjamin keselamatan orang apabila terjadi arus bocor ke bodi. Gambar 9. Sistem pembumian pengaman (PP) atas Sistem TT dengan pembumian Pada gambar 9, bodi kulkas dihubungkan dengan pembumian, apabila terjadi arus bocor ke bodi, maka arus akan meningkat tak terhingga. d. Sistem hantaran pengaman (HP);

Page 77: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 10. Instalasi Satu Fasa Sistem Hantaran Pengaman Gambar 40 adalah instalasi satu Fasa sistem hantaran pengaman, terdiri dari tiga kawat yaitu kawat Aktif, Netral, dan Pengaman, apabila terjadi hubung singkat pada instalasi listrik, maka arus akan mengalir tak terhingga sehingga sekering akan putus. a. b. Gambar 11.a. Model tusuk kontak dengan tiga kawat b. Model tusuk kontak dengan dua kawat e. Sistem pembumian netral pengaman (PNP) atau (TN); Hantaran Netral dan hantaran pengaman digabung/dikopel seperti pada gambar 42.

Page 78: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 12. Hantaran Netral dan hantaran pengaman digabung/dikopel f. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran (efek termal) Gambar 13. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran (efek termal) Pada gambar 13, setiap rangkaian peralatan listrik yang dayanya lebih dari 1,5 kW harus diproteksi terhadap efek thermal untuk menjaga motor terbakar karena terlampau panas. Kabel apabila dibebani melebihi kemampuannya juga akan terjadi panas. Sesuai dengan ketentuan, kabel harus mempunyai kemampuan hantar arus minimal 1,25% dari pembebanan yang dilayaninya, dan harus dilengkapi proteksi thermal maksimum 200% dari arus beban penuh yang diharapkan akan segera membuka otomatik, sehingga tidak terjadi panas yang berlebihan.

Page 79: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Pada rangkain itu pula harus diamankan dengan pengaman hubung singkat yang dapat membuka otomatik apabila terjadi gangguan. Nilai pengaman seperti pada gambar 14 dan tabel setelan pengaman maksimum sesuai jenis motor. Gambar 14. Nilai Pengaman Tabel 5. Setelan Pengaman Maksimum Sesuai Jenis Motor g. Pengamanan Efek busur listrik Kotak kontak, sakelar pada saat dibuka maupun pada saat dihubungkan seperti misalnya pada saat menghidupkan dan mematikan lampu atau peralatan listrik lainnya akan terjadi letikan bunga api. Efek busur listrik ini dapat memicu kebakaran apabila di sekitarnya terdapat uap, gas atau debu yang mudah terbakar.

Page 80: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Pada ruangan yang dalam proses normal terdapat uap, gas, atau debu yang melayang di udara, maka jenis perlengkapan dan peralatan listrik yang digunakan harus yang memiliki proteksi kedap gas, atau kedap debu. F. KETENTUAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK UNTUK PERALATAN DAN RUANGAN KHUSUS 1. Distribusi suplai daya listrik untuk lift dan proteksi kebakaran Lift dan motor pompa hydran dan springkler atau sistem pengaman lainnya harus dapat mendapat suplai listrik pada saat suplai power utama terganggu. Karena itu sistem distribusi daya listrik ditentukan seperti pada gambar 15, yaitu harus ditarik dari sisi suplai (incoming) sebelum sakelar utama. 2. Distribusi suplai daya listrik di rumah sakit Klasifikasi Utilitas di Rumah Sakit seperti pada gambar 16 : Kelompok 1 : instalasi untuk Utilitas bangunan, bila terputus tidak berpengaruh langsung terhadap pasien. Kelompok 1E: instalasi listrik untuk instalasi medik, yang berfungsi langsung dengan penderita, bila terputus dari dalam tempo kurang 10 detik harus segera mendapat catu daya pengganti khusus (CDPK). Kelompok 2E: instalasi listrik untuk instalasi medik berfungsi langsung dengan penderita, bila terputus harus langsung mendapat catu daya pengganti khusus (CDKP).

Page 81: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 15. Sistem distribusi daya listrik di Rumah Sakit yang ditarik dari sisi suplai (incoming) sebelum saklar utama Gambar 16. Klasifikasi Utilitas di Rumah Sakit

Page 82: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

G. BAHAYA SAMBARAN PETIR Petir adalah pelepasan muatan listrik dari awan ke awan atau dari awan ke bumi, seperti pada gambar 17. Gambar 17. Fenomena Petir Sasaran sambaran petir adalah obyek yang paling tinggi. Obyek yang tersambar petir akan merasakan adanya arus petir sebesar 5000-10.000 Ampere dan panas mencapai 30.000 ‘ C. Sehingga dampak yang terjadi pada obyek yang tersambar petir akan terjadi kerusakan mekanis, terbakar, atau kerusakan karena fluktuasi arus dan tegangan petir. Proses Terjadinya Kilat Awan terjadi dari udara lembab yang terkena panas yang mulai naik dari bumi kurang lebih 10 menit sampai 1 jam. Udara tersebut berkembang (volume makin besar) dan akan menjadi dingin (temperatur akan semakin rendah). Semakin udara tersebut naik (karena penurunan tekanan lebih kecil dibanding dengan pembesaran volume). Karena laju penurunan tekanan udara lebih kecil dibandingkan laju pembesaran volume, maka temperatur udara itu akan semakin rendah (P.V.t = konstan). Sehingga titik-titik uap itu akan terkondensasi dan disebut awan. Di puncak awan temperaturnya turun sampai -30’C dan sebagian titik-titik uap akan menjadi dingin sekali, dan kembali jadi es. Pada tahap itu terjadilah medan listrik yang sangat kuat di udara sekitarnya, menandakan berlangsungnya pemisahan muatan, beda potensial antara muatan-muatan yang terkonsentrasi itu akan semakin tinggi. Bila sudah dicapai keadaan jenuh, maka pelepasan muatan,

Page 83: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

sudah dapat dimulai dengan semakin tingginya beda potensial maka muncul saluran perintis (leader channel) yang kemudian diikuti oleh perpindahan arus dari muatan yang satu ke yang lainnya. Konsentrasi muatan di bumi yang semakin besar itu dapat menyebabkan loncatan bunga api yang mengalir ke atas dan bertemu dengan ujung perintis (dari awan). Besar konsentrasi muatan itu tergantung pada besarnya medan listrik yang terjadi di dalam awan. Titik dimana kedua saluran (channel) itu bertemu titik sambaran, dan dari titik itu juga mulainya “sambaran kembali” (return stroke). Perintis kilat membutuhkan waktu 20 msec untuk dapat mencapai bumi dengan jarak ± 3 km (awan-bumi). Return stroke makan waktu 100 msec untuk kembali ke awan. Return stroke inilah yang mempunyai efek merusakkan, sehingga harus diperhatikan untuk cara pengamanannya. Arus return stroke ini dapat menaikkan temperatur pada bagian yang dilaluinya mencapai 15.000-20.000’C. sehingga udara di situ berpendar dan meledak (halilintar). Karena letak titik sambaran di bumi tergantung pada besarnya gradien tegangan di daerah bawah saluran perintis dan letak distribusi muatan ruang di atmosfer. Sehingga yang menerima sambaran kilat tidak hanya objek-objek yang tinggi (gedung, cerobong asap, pohon dan sebagainya) tapi mungkin juga dataran-dataran rendah, lembah-lembah dan sebagainya. Bahaya yang terbesar bagi manusia dan binatang kebanyakan ditimbulkan oleh sambaran kilat tidak langsung. 1. Kilat yang menyambar gedung atau pohon dapat mengambil jalan parallel melalui orang yang berdiri dekat dengan objek yang tersambar. 2. Kuat medan listrik dari sambaran kilat yang dekat dengan seseorang dapat menginduksikan arus di dalam badannya yang dapat menyebabkan kematiannya. 3. Kilat yang sedang berhubungan dengan tanah dapat menimbulkan gradien potensial pada seluruh permukaan tanah disekitarnya dengan arah melalui titik sambaran, kalau ada orang yang berdiri dengan kedua kaki yang terpisah (dengan arah radial) maka orang tersebut akan merasakan beda potensial yang dapat membahayakan. Tegangan langkah bisa dihitung bila L= kedalaman (elektroda pembumian) tiang pacang diketahui.

Page 84: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

a. b. Gambar 18. a. Elektroda Batang, b. Arus Gangguan sekitar Elektroda Batang Besarnya tegangan langkah Suatu elektroda batang dengan Ø d= 2a; panjang L=L. Tahanan jenis tanah dianggap homogen = ρ. Arus gangguan yang mengalir di sekitar batang elektroda akan berbentuk radial homogen, sehingga bidang-bidang ekipotensial disekitarnya akan berbentuk silinder-silinder yang konsentris dengan poros batang elektroda. Tanah yang berada di antara dua silinder dengan beda radius akan menyumbang tahanan sebesar: Beda tegangan antara kedua silinder tersebut akibat mengalirnya arus sebesar

Page 85: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

memperkecil I (arus yang melewati elektroda), arus gangguan atau arus discharge kilat yang cukup besar dapat dipecah menjadi beberapa arus cabang dengan memparalel beberapa batang elektroda seperti gambar 19. Jadi arus yang melewati satu batang elektroda bisa diperkecil sesuai dengan yang diperkenankan. Gambar 19. Batang Elektroda yang diparalel Teori : 1/R Total = 1/R1 + 1/R2 + … + 1/Rn

Page 86: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

H. SISTEM PROTEKSI BAHAYA PETIR 1) Sistem proteksi eksternal adalah sistem proteksi terhadap sambaran langsung dengan cara memasang konduktor di bagian atas obyek yang dilindungi disebut dengan instalasi penyalur petir. Pada gambar 50 adalah instalasi penyalur petir Sistem Franklin Rod. Sistem instalasi bekerja atas dasar menerima, menyalurkan dan membuang menetralkan kebumi. Gambar 20. Instalasi Penyalur Petir Sistem Franklin Rod Sistem ini harus dirancang dengan persyaratan tertentu antara lain : • Elektroda harus dibuat runcing, dengan ketinggian dan jarak tertentu sehingga masing-masing elektroda penerima melindungi bangunan dengan sudut perlindungan 112’. • Hantaran penurunan dan elektroda pembumian minimal 2 buah pada setiap bangunan dan harus dipasang sejauh mungkin dari pintu bangunan. • Resistens pembumian minimal 5 Ohm. Bila dari hasil pengukuran resisten pembumian tidak memenuhi syarat akan dapat mengundang bahaya, yang disebut tegangan langkah seperti diuraikan diatas, seperti pada gambar 51.

Page 87: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 21. Tegangan Langkah Sistem instalasi proteksi petir dapat memanfaatkan kolom-kolom gedung bertingkat tinggi. Sedangkan pembumiannya menggunakan tiang pancang pada kolom-kolom tersebut. Tentu saja sambungan-sambungan antar kolom besi betonnya harus berhubungan secara elektrik. Ini sudah digunakan di Negeri Belanda. Metoda sistem proteksi bahaya petir semacam ini yang disebut dengan sistem sangkar (Farady Cage seperti pada gambar 22). Gambar 22. Instalasi Petir Sistem Sangkar Faraday 2) Sistem proteksi internal adalah sistem proteksi terhadap sambaran petir secara tidak langsung, misalnya imbas melalui grounding listrik, menyambar jaringan listrik sehingga jaringan listrik bertegangan petir. Metoda pengamanan terhadap sambaran tidak langsung dengan prinsip memotong arus dan menyamakan tegang dengan memasang arester. Penempatan arester pada saluran udara dilaksanakan sebagai berikut : a. Arester sedapat mungkin dipasang pada titik percabangan, dan pada ujung-ujung saluran yang panjang, baik saluran utama maupun saluran cabang. Jarak antara arester yang satu dan yang lain tidak boleh melebihi 1000 meter dan di daerah banyak petir, jaraknya tidak boleh lebih dari 500 meter (lihat Gambar 53).

Page 88: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 23. Penempatan Arester b. Pada jaringan dengan sistem TN, arester dipasang pada ketiga penghantar fase. Penghantar bumi arester dihubungkan dengan penghantar netral dan kemudian dibumikan. c. Pada jaringan yang menggunakan sistem TT, selain arester seperti yang disebutkan dalam butir b di atas, harus dipasang pula arester tambahan yang menghubungkan penghantar netral pada tempat pemasangan arester tersebut dibumikan, maka arester pada penghantar netral tidak diperlukan, tetapi penghantar buminya harus diisolasi seperti pada gambar 24. Gambar 24. Pemasangan Arester yang Dibumikan Untuk mendapatkan efek proteksi yang baik dari arester, maka arester tersebut harus dibumikan melalui penghantar pembumi yang sependek-pendeknya, dan dengan resistens pembumian sekecil mungkin. Elektroda bumi yang sudah ada, misalnya instalasi penangkal petir dan jaringan pipa air dari logam yang ditanam yang masih digunakan dan memenuhi syarat, dapat dipakai untuk pembumian arester.

Page 89: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Arester yang dipasang pada saluran udara tegangan rendah digunakan untuk membatasi tegangan lebih, dan pada prinsipnya terdiri atas rangkaian seri celah proteksi, tahan tidak linear dan elemen proteksi. Dengan pemasangan arester maka tegangan lebih impuls akibat petir secara aman akan disalurkan ke bumi. Karakteristik arester yang biasa digunakan pada saluran udara tegangan rendah. Penempatan arester pada instalasi konsumen dilaksanakan sebagai berikut : 1) Arester sedapat mungkin dipasang didekat titik masuk instalasi rumah dan sedapat mungkin ditempatkan bersama di dalam PHB utama. Arester harus dibumikan dengan penghantar pembumian yang sependek mungkin dan pembumian arester harus disatukan dengan pembumian instalasi listrik. Penyatuan pembumian ini dianjurkan dengan menggunakan ikatan penyama potensial (IPP) yang dibumikan. Arester harus dipasang ditempat yang tidak akan menjadi elemen pemicu kebakaran. 2) Berbagai kemungkinan penempatan arester untuk sitem TN, TT dan berlaku prinsip yang disampaikan pada Gambar 54 memperlihatkan contoh penempatan arester pada instalasi konsumen yang dipadukan dengan gawai proteksi arus lebih (GPAL) dan memperlihatkan contoh penempatan arester yang dipadukan dengan gawai proteksi arus sisa (GPAS). 3) Penempatan arester pada instalasi sistem informasi dilaksanakan sebagai berikut : Aparat elektronik pada instalasi sistem informasi seperti aparat instrumentasi, komputer dan komunikasi sangat peka terhadap pembebanan tegangan lebih dan memerlukan proteksi dari tegangan lebih dengan menggunakan arester khusus. Arester tersebut dapat berupa arester isi gas, varistor, zener diode atau gabungannya. Prinsip proteksi bahaya sambaran petir sistem internal adalah semua bagian konduktif RSTNG dipasang Arester dibonding, sehingga apabila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik semua kawat RSTN tegangannya sama tidak ada beda potensial seperti pada gambar 25.

Page 90: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar 25. Prinsip proteksi bahaya sambaran petir sistem internal (semua bagian konduktif RSTNG dipasang Arester dibonding) I. PENGAWASAN INSTALASI LISTRIK Berdasar UU 1/70 dan PUIL 2011 Gambar 26. Pola Pengawasan K3 Instalasi Listrik Pola pengawasan K3 sesuai pasar pasal 4 Undang-undang No 1 Tahun 1970 seperti pada gambar 26 diatas. Gambar rencana instalasi listrik harus mendapatkan persetujuan sebelum dipasang. Pegawai pengawas melakukan analisis gambar rencana tersebut dengan berpedoman sesuai persyaratan PUIL 2011. Dokumen perencanaan instalasi listrik meliputi : 1. Peta lokasi 2. Gambar instalasi - Lay out perlengkapan dan peralatan listrik - Rangkaian peralatan dan pengendaliannya

Page 91: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3. Diagram garis tunggal 4. Gambar rinci 5. Perhitungan beban 6. Tabel bahan 7. Ukuran teknis - Spesifikasi & cara pasang - Cara menguji - Jadwal waktu Mekanisme pelaksanaan evaluasi gambar rencana seperti pada gambar 27 berikut. Gambar 27. Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Gambar Pegawai pengawas memeriksa dan menghitung ulang, apabila terdapat ketidak sesuaian terhadap PUIL 2011, maka dibuat pembetulan sebagaimana mestinya koreksi langsung pada gambar rencana dengan warna merah. Koreksi atau rekomendasi pegawai pengawas bersifat mengikat wajib dilaksanakan, karena itu harus seteliti mungkin. Test dan commissioning, adalah pemeriksaan dan pengujian setelah pekerjaan pemasangan instalasi listrik selesai dilaksanakan sebelum diserah terimakan kepada pemberi kerja. Langkah-langkah pelaksanaan test Comissioning secara administratif meliputi :

Page 92: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Pemeriksaan kelengkapan dokumen terutama gambar purna bangun apakah ada penyimpangan dari gambar yang telah disyahkan. Bila ya, lakukan pemeriksaan visual kesesuaian dokumen dengan pelaksanaannya (verifikasi terhadap spesifikasi perlengkapan listrik) Pemeriksaan visual meliputi cara pemasangan, penandaan sirkit, polaritas, kesesuaian tipe perlengkapan listrik dan lain-lain. Pengukuran resisten pembumian Pengukuran resisten isolasi Pengukuran resisten isolasi lantai kerja Pengukuran susut tegangan dan susut arus Percobaan pembebanan Semua hasil pemeriksaan dan pengujian dicatat dan dianalisis, sehingga dapat disimpulkan memenuhi syarat atau tidak. Terutama hal-hal yang menyimpang harus disyaratkan dan dituangkan secara tertulis. Kontraktor bertanggung jawab atas semua syarat dan hal-hal yang harus diperbaiki. Apabila terjadi gangguan atau kerusakan, kontraktor bertanggung jawab selama satu tahun.

Page 93: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

EVALUASI PEMAHAMAN MODUL 1. Undang-undang yang mengatur tentang ketenaga listrikan adalah ? 2. Pemberlakuan SNI No. 04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik di tempat kerja dengan memakai dasar? 3. Standard Nasional Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional bersifat ? 4. Listrik mengandung potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan. - Apa potensi bahaya listrik? - Kecelakaan seperti apa saja akibat dari listrik? 5. Perhatikan gambar 2 dari modul - Berapa Pase pelanggan (A) - Berapa Pase pelanggan (B) - Orang tersntuh tegangan listrik 220 V dapat mati, apabila...... 6. Pada UU No. 1/1970, jelaskan : - Tujuan umum K3- Konsideran dan penjelasannya; - Ruang lingkup obyek K3 listrik- Pasal 2 ayat (1) huruf q; - Sasaran khusus K3 listrik- Pasal 3 ayat (1) huruf q; - Pola tahapan penerapan K3- Pasal 4; - Sistem pengawasannya-Pasal 5 UU 1 th 1970 7. Obyek pengawasan instalasi listrik adalah mencakup Semua Jenis Pusat pembangkit listrik. Semua gardu listrik dan setiap kerja yang menggunakan listrik. Menurut Undang-undang No 1 tahun 1970, siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan K3 di PLN mulai dari Pusat Pembangkit sampai pada setiap gardu distribusi? 8. Pada gambar 9 pada modul kulkas dapat bekerja normal. Akan tetapi tidak menjamin keselamatan orang apabila terjadi arus bocor ke bodi. Mengapa? Apakah sekering pasti jatuh? Mengapa? 9. Pada gambar 10 pada modul, bodi kulkas dihubungkan dengan pembumian, apabila terjadi arus bocor ke bodi, maka arus akan meningkat tak terhingga. Apa yang akan terjadi? 10. Pada modul ambar 11a adalah model tusuk kontak dengan tiga kawat, dan gambar 11b adalah model tusuk kontak dua kawat Model mana yang anda rekomendasikan, dan apa alasannya?

Page 94: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

11. Apa pendapat anda apabila pengawas dalam membuat rekomendasi kurang teliti sehingga masih terdapat penyimpangan dari ketentuan yang berlaku?

Page 95: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Universitas Gunadarma MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK ELEKTRO Skema Sertifikasi : RT-014/1/LSP-UG/II/2017 PERANCANGAN INSTALASI KETENAGALISTRIKAN BANGUNAN MODUL LAPORAN PROYEK INSTALASI LISTRIK BANGUNAN Penyusun : Wahyu Kusuma Raharja 2017 UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 96: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

LAPORAN PERENCANAAN INSTALASI SISTEM INSTALASI LISTRIK

PROYEK : LSP Gunadarma Jl. Tb. Simatupang Jakarta Desember 2017 DAFTAR ISI HAL 1.0. DAFTAR ISI EL - 1 2.0. DATA BANGUNAN EL - 3 2.1. Perhitungan Beban Daya Listrik 3.0 INSTALASI SISTEM LISTRIK 3.1 PENDAHULUAN EL - 6 3.2 LINGKUP PEKRJAAN SARANA KELISTRIKAN EL - 6 3.3 DASAR DAN STANDAR PERENCANAAN EL - 6 3.4 SUMBER DAYA LISTRIK EL - 7 1. Transformator 2. Generator Set 3.5. KOORDINASI SISTEM OPERASI PLN DAN GENERATOR SET EL - 8 3.5.1. Keadaan Normal 3.5.2. Keadaan PLN Padam / Emergency 3.5.3. Keadaan Kondisi Kebakaran ( Darurat ) 3.5.4. Cara Kerja Panel Distribusi Tegangan Rendah & Panel Tegangan Menengah Sistem Interlock 3.6. BEBAN – BEBAN LISTRIK EL - 9 3.6.1. Beban Normal 3.6.2. Beban Emergensi 3.6.3. Beban Prioritas (Beban Saat Kebakaran) 3.7. SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK EL - 10 3.7.1. Umum 3.7.2. Sistem Instalasi Tegangan Menengah 3.7.3. Sistem Instalasi Tegangan Rendah 3.8. KABEL FEEDER EL - 11 3.9. PANEL LISTRIK DAN PERALATANNYA EL - 12 3.10. PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT EL - 12

Page 97: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3.11. SISTEM PENERANGAN EL - 13 3.11.1. Umum 3.11.2. Standar Intensitas Penerangan 3.11.3. Jenis-jenis Lampu Penerangan 3.11.4. Contoh Perhitungan Intensitas Penerangan 3.11.5. Saklar-saklar Lampu Penerangan 3.11.6. Pengabelan Saklar Lampu 3.11.7. Proteksi dari Miniature Circuit Breaker untuk Lampu Penerangan 3.12. SISTEM INSTALASI STOP KONTAK EL - 15 3.12.1. Stop Kontak pada Kolom / Dinding 3.12.2. Pengabelan Instalasi Stop Kontak 3.12.3. Proteksi Instalasi Stop Kontak 3.13. SISTEM INSTALASI HUBUNGAN PENTANAHAN EL - 15 3.13.1. Standar dan Peraturan Instalasi 3.13.2. Hubungan Pentanahan Sumber-sumber Listrik 3.13.3. Hubungan Pentanahan antar Panel 3.13.4. Bak Kontrol / Pentanahan 3.14. PERBAIKAN FAKTOR DAYA COS φ EL - 16 3.15. SISTEM INSTALASI PENYALUR PETIR EL - 16 4.0. LAMPIRAN – LAMPIRAN : 4.1. Lampiran Perhitungan Tingkat Penerangan EL - 18 4.2. Lampiran Perhitungan Arus Hubung Singkat EL - 21 4.3. Lampiran Manual Kalkulasi Voltage Drop EL - 23 4.4. Lampiran Perhitungan Capasitor Bank EL - 24 4.5. Lampiran Gambar Diagram Satu Garis Panel Utama Tegangan Rendah EL - 25 4.6. Lampiran Faktor Utilitas Armature Lampu EL - 26 4.7. Lampiran Brosure Kabel Tipe NYY EL - 28 4.8. Lampiran Gambar Brosure Penangkal Petir dan Elektro Geometri EL - 29

Page 98: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

2.0. DATA BANGUNAN 2.1. Nama proyek : KANTOR DAN HUNIAN 2.2. Jenis Bangunan : Bangunan Kantor dan Hunian 2.3. Lokasi : Jalan Menteng Raya, Jakarta 2.4. Data Bangunan : Bangunan terdiri dari : Basement 2 lantai Bangunan Kantor 9 lantai. No. Lantai Fungsi Luas Kotor ( m² ) Luas Bersih ( m² ) Elevasi Kepadatan Hunian 1. Lt. Basement 2 Bangunan Parkir dan - Parkir, Toilet ± 714 ± 285 - 6,000 5 UtIlitas - R. Pompa 2. Lt. Basement 1 Bangunan Parkir dan Utilitas - Parkir, Toilet - R. Genset - R. Trafo, Panel TM, PUTR ± 714 ± 285 - 3,000 5 3. Lt. 1 (satu) Bangunan Kantor - Kantor ± 351 ± 210 0,000 5 - Lobby Lift, Toilet - Parkir - Bangunan Gardu PLN 4. Lt. 2 (dua) Bangunan Kantor - Kantor ± 589 ± 354 +6,000 59 - Corridor, Lobby Lift, Toilet - Gudang 5. Lt. 3 (tiga) Bangunan Kantor - Kantor - Lobby Lift, Toilet - R. Arsip ± 572 ± 286 +10,200 47 - Gudang, 6. Lt. 4 (empat) Bangunan Kantor - Kantor - Lobby Lift - Gudang, Toilet ± 572 ± 343 +14,400 57 7. Lt. 5 (lima) Bangunan Kantor - Kantor - Lobby Lift ± 304 ± 182 +18,600 30 - Corridor, Toilet - Taman Atas 8. Lt. 6 (enam) Bangunan Kantor dan Hunian - Kantor dan Hunian - Taman, Lobby lift - Corridor, Toilet ± 304 ± 182 +22,800 25

Page 99: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

No. Lantai Fungsi Luas Kotor ( m² ) Luas Bersih ( m² ) Elevasi Kepadatan Hunian 9. Lt. 7 (tujuh) Bangunan Kantor dan Hunian - Kantor dan Hunian - Taman - Lobby Lift, Corridor, Toilet ± 304 ± 182 +27,000 25 10 Lt. 8 (delapan) Bangunan Kantor dan Hunian - Kantor dan Hunian - Taman - Lobby Lift, Corridor, Toilet ± 304 ± 182 +31,200 25 11 Lt. 9 (sembilan) Bangunan Kantor dan Hunian - Kantor dan Hunian - Taman - Lobby Lift, Corridor, Toilet ± 304 ± 182 +35,400 25 12 Lt. Atap - R. Mesin Lift - Tangga ± 304 ± 19 ± 44.5 +39,600

Page 100: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

2.1. PERHITUNGAN BEBAN DAYA LISTRIK SCHDULE BEBAN ISTRIK BEBAN TERSAMBUNG FAKTOR BEBAN TERPAKAI No LOKASI KLASIFIKASI ( kVA) PEMAKAIAN ( kVA) (LANTAI) BEBAN NP P SP DF (%) NP P SP 1 LANTAI ATAP P.FIRE LT.ATAP - PRESS.FAN 9.300 30 2.790 - P.LIFT 14.100 100 14.100 PD.ATAP - FRESH.FAN AC 6.525 100 6.525 - EXHAUST FAN 3.750 100 3.750 - MOTOR GOND. 3.750 30 1.125 - P.CHILLER 1 95.100 100 95.100 - P.CHILLER 2 114.975 100 114.975 - PP.RF 3.950 80 3.160 2 LANTAI 9 PP.9 9.685 80 7.748 3 LANTAI 8 PP.8 9.685 80 7.748 4 LANTAI 7 PP.7 9.685 80 7.748 5 LANTAI 6 PP.6 9.685 80 7.748 6 LANTAI 5 PP.5 28.860 80 23.088 P.SERVER 33.000 100 33.000 7 LANTAI 4 PP.4 12.595 80 10.076 8 LANTAI 3 PP.3 19.765 80 15.812 9 LANTAI 2 PP.2 23.245 80 18.596 10 LANTAI 1 PP.1 6.870 80 5.496 11 BASEMENT 1 PP.BS 1 6.370 80 5.096 P.FAN1 3.150 100 3.150 12 BASEMENT 2 PP.BS 2 6.945 80 5.556 P.PAB 6.900 80 5.520 P.FAN2 2.550 100 2.550 P.HYD 126.98 30 38.100 P.STP 4.425 100 4.425 TOTAL BEBAN 154.240 261.525 156.075 123.392 258.900 60.690 571.84 kVA 442.982 kVA Beban tersambung : 572 kVA

Page 101: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Beban terpakai : 443 kVA Sambungan Daya PLN (TM 20 kV) : 555 kVA Transformator Kapasitas : 630 kVA (20 kV/400 V-240 V, 50 Hz) 3.0 INSTALASI SISTEM LISTRIK 3.1 PENDAHULUAN Sebagai gambaran untuk sistem listrik, proyek ini direncanakan dengan sistem yang mampu mengatasi segala kemungkinan terputusnya suplai listrik ke distribusi beban. Pada sistem listrik ini akan dijelaskan gambaran secara garis besar mengenai instalasi listrik serta besarnya beban listrik, suplai listrik, distribusi listrik dan sistem proteksi yang digunakan. 3.2. LINGKUP PEKERJAAN SARANA KELISTRIKAN Lingkup sarana listrik arus kuat adalah : a. Sistem instalasi Tegangan Menengah dan transformator penurun tegangan. b. Sistem instalasi tegangan rendah c. Sistem instalasi penerangan dan stop kontak. d. Sistem instalasi sumber daya listrik cadangan (Diesel Genset). e. Sistem instalasi Pentanahan. f. Sistem instalasi penangkal petir. 3.3. DASAR DAN STANDAR PERENCANAAN

Dasar dan standar serta peraturan adalah berdasarkan : 1. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara nasional : UU No. 18/1999 tentang “Jasa Kontruksi” serta PP terkait. UU No. 28/2002 tentang “ Bagunan Gedung” serta PP terkait. 2. Peraturan Daerah DKI Jakarta, dan peraturan serta Surat Keputusan lainnya yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI yang terkait. 3. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 7 tahun 1991, atau edisi terakhir. 4. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 8 tahun 2008, atau edisi terkhir. 5. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara nasional - Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/KPTS/1998 tanggal 10 November 1998, tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung - Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 Tanggal 1 Maret 2000, tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. 6. Standard Nasional Indonesia, pedoman Teknik, dan ketentuan dari instasi yang berwenang mengenai jenis Instalasi yang dirancang. 7. SNI No.04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listril (PUIL). 8. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku dan yang berkaitan dengan tenaga listrik. 9. SNI No.03-0713 tahun 2004Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung. 10. SNI No.03-6197 tahun 2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan pada angunan Gedung. 11. Paduan Pencahayaan Sisi Luar Bangunan Tinggi dan Penting di Wilayah DKI Jakarta tahun 1999, atau edisi terakhir. 12. Standar IEC dan Standar Internasional dibagai hal-hal yang belum diatur dalam standar/peraturan diatas.

Page 102: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3.4. SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : − Perusahaan umum Listrik Negara (PLN) − Diesel Generator set, PLN merupakan sumber daya listrik utama yang akan mensuplai seluruh kebutuhan beban pada bangunan ini. Sistem suplai daya listrik yang direncanakan adalah dengan berlangganan tegangan menengah 20 kV, 3 phasa, 50 Hertz. Sumber daya listrik PLN tersebut dihubungkan dengan Panel Distribusi Tegangan Menengah (PTM.) yang berada diruang utilitas Listrik pada Lantai Atap Parkir (lantai 1). kemudian di-hubungkan ke Transformator penurun tegangan 20 kV/ 0.4 kV untuk distribusi daya ke-bangunan. Daya listrik tegangan rendah pada bangunan ini di-distribusikan secara radial melalui Panel Distribusi Utama Tegangan Rendah ( PUTR), kemudian di-distribusikan ke-panel-panel pembagi pada tiap-tiap lantai. Untuk mengatasi segala kemungkinan terputusnya suplai daya listrik dari sumber daya listrik utama, maka di-siapkan unit Diesel Generator Set, sebagai sumber daya listrik cadangan, yang berada diruang utilitas Listrik pada Lantai 1. Sumber Daya listrik dari Diesel Generator set pada bangunan ini di-hubungkan ke Panel PUTR. Untuk menghindari suplai daya listrik yang bersamaan antara Sumber Daya Listrik Utama (PLN) dengan Suplai Daya Listrik Cadangan (Diesel Generator Set) maka di-pasang sistem interlock di-sisi incoming circuit breaker dari kedua sumber di-dalam Panel Sub Distribusi Tegangan Rendah. Berdasarkan perhitungan beban listrik pada Bangunan ini, kapasitas Transformator dan Diesel Generator Set yang di-rencanakan adalah : 1. Transformator Dari hasil perhitungan beban dan sistem distribusi daya maka didapat : Transformator • Kapasitas : 630 kVA ( Transformator Oil Type) • Tegangan primer : 20 kV • Tegangan sekunder : 400 / 220 Volt • Phasa : 3 • Frekwensi : 50 Hz • Hubungan : Dyn 5 • Sistem Pendinginan : Oil Onan 2. Generator set : • Kapasitas : 520 KW / 650 kVA • Tegangan : 380 / 220 Volt. • Putaran : 1500 rpm • Phasa : 3 • Frekwensi : 50 Hz

Page 103: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3.5. KOORDINASI SISTEM OPERASI PLN DAN GENERATOR SET Pengaturan sistem kerja dari PLN dan diesel generator set dikelompokkan dalam tiga keadaan yaitu : Keadaan dimana PLN dapat mensuplai daya listrik dalam keadaan normal tanpa gangguan baik kapasitas, tegangan, phasa, frekwensi selanjutnya disebut Keadaan Normal. Keadaan dimana sumber daya PLN mengalami gangguan sehingga PLN tidak dapat mensuplai daya listrik, selanjutnya disebut Keadaan PLN Padam (emergency). Keadaan dimana terjadi kebakaran yang menyangkut keselamatan harta dan jiwa manusia, selanjutnya keadaan ini disebut Keadaan Kebakaran. 3.5.1. Keadaan Normal Pada keadaan normal sumber daya listrik diperoleh dari PLN dengan tegangan menengah 20 KV. Selanjutnya sumber daya listrik tersebut didistribusikan ke PUTR melalui 1 unit transformator penurun tegangan 20 kV/400 V. Sumber daya listrik PLN tersebut mensuplai seluruh jenis beban yang ada di dalam gedung. 3.5.2. Keadaan PLN Padam (Emergency) Pada keadaan PLN padam, maka digunakan daya listrik cadangan dari generator yang akan Start secara otomatis. Dengan adanya distribusi sumber daya cadangan dari generator, maka pemutus beban yang meneruskan energi listrik dari transformator ke beban akan membuka secara otomatis. Hal ini karena adanya interlocking otomatis sistem antara pemutus beban dari PLN dan genset. Kemudian untuk pemutus beban yang terhubung dengan generator akan menutup dan sumber daya listrik cadangan dari generator akan mencatu daya ke seluruh jenis beban yang ada di dalam /diluar gedung. Proses penggantian sumber daya listrik dari PLN ke generator set direncanakan maksimal kurang lebih 15 detik, dan pembagian beban generator set maksimal kurang dari 60 detik. 3.5.3. Keadaan Kondisi Kebakaran ( Darurat) Pada keadaan ini sumber daya listrik dapat diperoleh dari PLN (jika PLN tidak dipadamkan). Jika PLN dipadamkan, sumber daya listrik diperoleh dari diesel generator set. Proses pengaturan kerja generator apabila PLN dipadamkan sama seperti pada keadaan PLN padam. Pada saat kebakaran ini, beban-beban yang tidak mendukung bagi penanggulangan kebakaran (beban-beban non prioritas) harus dipadamkan sedangkan beban-beban prioritas lain yang berfungsi untuk usaha pemadaman kebakaran ataupun untuk usaha penyelamatan jiwa manusia harus tetap disuplai. Hal diatas diperoleh dari perencanaan sistem distribusi beban di-Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR) yang mana pengelompokan beban-beban prioritas dipisahkan dengan beban-beban lainnya.

Page 104: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3.5.4. Cara kerja Panel Distribusi Tegangan Rendah dan Panel Tegangan Menengah Sistem Interlock • Pada saat PLN mensuplai daya listrik (keadaan normal) MCCB A, akan tertutup (ON) secara otomatis dan MCCB B akan terbuka (OFF) secara otomatis pula. • Apabila mendapat daya listrik cadangan dari Diesel generator (keadaan PLN Padam), maka MCCB B akan tertutup (ON) secara otomatis dan MCCB A akan terbuka (OFF) secara otomatis pula. Pada prinsipnya MCCB yang disuplai oleh transformator dan generator set akan bekerja secara interlock, sedangkan MCCB C akan selalu tetap pada posisi tertutup (ON). • Pada saat emergensi (keadaan kondisi kebakaran/darurat) MCCB A , akan terbuka (OFF) secara otomatis (hal ini jika PLN dipadamkan) dan MCCB B akan tertutup (ON). Jika PLN tidak dipadamkan, maka MCCB A akan tertutup (ON), sedangkan MCCB C secara otomatis terbuka (OFF) dengan input Signal dari Sistem Fire Alarm Catatan : Lihat Lampiran gambar EL – 04 3.6. BEBAN-BEBAN LISTRIK Beban-beban listrik pada bangunan gedung ini direncanakan meliputi penerangan, stop kontak, peralatan elektronik, sistem tata udara, pompa distribusi air bersih, pompa hidran & sprinkler, sistem telepon, sistem tata suara, system Fire Alarm (pengindera kebakaran), dan juga beban-beban peralatan kontrol dan lain-lain. Menurut derajat pentingnya beban, seluruh beban listrik dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok beban sebagai berikut : 3.6.1. Beban Normal Beban normal adalah seluruh beban – beban listrik yang tersambung didalam/diluar gedung hanya dilayani oleh sumber daya listrik utama PLN. 3.6.2. Beban Emergensi Merupakan beban-beban listrik tersambung yang dapat dilayani sumber daya listrik PLN atau sumber daya listrik cadangan diesel genset. Untuk bangunan ini beban-beban lampu, stop kontak, Air Conditioner, fan, dan motor-motor masuk dalam beban emergency. 3.6.3. Beban Prioritas (Beban Saat Kebakaran) Merupakan sebagian dari beban normal yang harus (mutlak) tetap dilayani, baik oleh sistem pelayanan PLN maupun sistem pembangkit tenaga listrik cadangan (diesel generator set). Beban-beban listrik ini digunakan untuk upaya penyelamatan jiwa serta upaya penanggulangan bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan baik. Beban-beban listrik yang mutlak tetap dilayani saat terjadinya kebakaran antara lain adalah :

Pompa hidran kebakaran/ Sprinkler. Peralatan Evakuasi/ sistem paging. Sistem pengindera kebakaran. Lampu-lampu emergensi. Lift kebakaran Presurized Fan.

Page 105: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3.7. SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK 3.7.1. Umum Sistem distribusi listrik digunakan sistem radial yang terdiri dari : Sistem Distribusi Tegangan Menegah. Sistem Distribusi Tegangan Rendah. 3.7.2. Sistem Distribusi Tegangan Menengah . Tegangan Menengah 20 KV dari PLN diterima pada incoming Panel Distribusi Tegangan Menegah (PTM) dan distribusikan ke-Transformator / Trafo yang merubah tegangan 20 KV menjadi tegangan rendah 400 / 220V , Panel PTM ini berada di-ruang utilitas Listrik pada Lantai Atap. ♦ Panel Distribusi Tegangan Menengah ( PTM ) 20 kV ∗ Standard : IEC 298/VDE 0670 ∗ Rated Current : 630 A ∗ Type Protection : Circuit Breaker (Type LBS) ∗ Rated Voltage : 24 kV ∗ Frekwensi : 50 Hz ∗ Breaking capacity : 16 kA. ♦ Incoming Cable dari PLN 20 KV. ∗ Jenis Kabel : XLPE insulated ∗ Type : N2XSY ∗ Ukuran kabel : 1 x 1C x 50 mm². ∗ Conductor : Tembaga ( CU ). ♦ Outgoing cable dari PTM ke Transformator / Trafo. ∗ Jenis Kabel : XLPE insulated. ∗ Type : N2XSY. ∗ Ukuran kabel : 3 x 1C x 50 mm². ∗ Conductor : Tembaga ( CU ) 3.7.3. Sistem Instalasi Tegangan Rendah a. Distribusi Daya listrik dari Transformator / Trafo ke Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR) melalui penghantar kabel. ♦ Dari Transformator / Trafo ke panel PUTR. ∗ Tegangan nominal : 600 – 1000 Volt. ∗ Sistem konfigurasi : 4 pole / 4 wire ∗ Ukuran kabel : NYY 3(3 x 1C x 240 mm²) +2(1C x 240 mm²). ∗ Conduktor : Tembaga ( CU ). b. Distribusi Daya listrik dari Diesel Generator Set ke Panel Kontrol Genset (PKG) melalui penghantar kabel : ♦ PKG ∗ Tegangan nominal : 600 – 1000 Volt. ∗ Sistem konfigurasi : 4 pole / 4 wire ∗ Ukuran kabel : NYY 3 (3 x 1C x 240 mm²) + 2(1C x 240 mm²). ∗ Conduktor : Tembaga ( CU ).

Page 106: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

c. Distribusi Daya listrik dari Panel Kontrol Genset ke Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR ) melalui penghantar kabel : ♦ Dari PKG ke panel PUTR. ∗ Tegangan nominal : 600 – 1000 Volt. ∗ Sistem konfigurasi : 3 phase ∗ Ukuran kabel : NYY 3(3 x 1C x 240 mm²) + 2(1C x 240 mm²). ∗ Conduktor : Tembaga ( CU ). Melalui Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR), daya listrik didistribusikan secara radial ke panel-panel listrik ditiap-tiap lantai, antara lain : Penerangan & Stopkontak Fire Alarm & Tata suara. Tata udara (AC). Pompa Air Bersih & Pompa Pemadam Kebakaran. Lift dan lain-lain. 3.8. KABEL FEEDER ♦ Tipe dan Diameter Kabel Feeder Tipe kabel yang dipakai adalah kabel daya baik yang berinti tunggal maupun yang berinti banyak, ukuran kabel disesuaikan dengan beban yang ada. ♦ Rugi-rugi Tegangan (Voltage Drop) Untuk instalasi, diameter kabel dipilih sesuai dengan beban yang ada dan memberikan maksimal jatuh tegangan pada ujung beban tidak lebih dari 2,5 % untuk penerangan dan 5 % untuk motor-motor. ♦ Cara Pemasangan Kabel Pemasangan kabel-kabel daya dari panel utama ataupun dari sub-sub panel menggunakan rak kabel yang dipasang secara horizontal maupun vertikal. ♦ Contoh Perhitungan Jatuh Tegangan * Referensi Siemens - General cataloque volume 1, Insulated Wires and cables, Power cables, cable fitting, cable distribution cabinet, 1971/1972. * Dasar Perhitungan : a. Jatuh Tegangan ( Tiga phasa ) ( )ϕϕ SinXCosR

ULIU LLn

LL ...10 ..3 += Dimana : a. UL = Drop Voltage sepanjang kabel penghantar dalam ( % ) a. I = Arus (Ampere) b. Cos ϕ = Faktor daya aktif c. Sin ϕ = Faktor daya reaktif d. Panjang Kabel (lL) = Panjang kabel (Meter) e. RL = Resistansi Konduktor Tembaga (Ohm/km)

Page 107: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

f. XL = Induktif Impedansi Konduktor Tembaga (Ohm/km) g. Un = Tegangan Beban Nol di sisi Sekunder Transformator (Volt). Catatan : lihat halaman EL – 23. 3.9. PANEL LISTRIK DAN PERALATANNYA ♦ Pengaman Rangkaian Listrik Pengaman dari panel listrik dipergunakan jenis Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) dan Miniature Circuit Breaker (MCB) ♦ Tebal plat kabinet panel listrik Ketebalan plat panel listrik untuk dipsang pada dinding/wall mounted minimum 1,6 mm dan untuk yang berdiri di-lantai / free standing adalah 2 mm. ♦ Pembuatan Panel Cara pembuatan dan ukuran dari panel disesuaikan dengan standard yang ada. ♦ Sistem Proteksi Sistem proteksi direncanakan dengan sistem proteksi bertingkat pada panel-panel penerangan, panel daya dan panel sub-distribusi serta panel distribusi utama. Jenis proteksi yang dipergunakan : 1. Sistem proteksi terhadap gangguan hubung singkat (short circuit). 2. Sistem proteksi terhadap arus lebih (Over Current). 3. Sistem proteksi terhadap gangguan tanah (Ground Fault Current). 4. Sistem proteksi terhadap tegangan lebih (Over Voltage) 5. Sistem proteksi terhadap tegangan turun (Under Voltage) Dengan adanya sistem proteksi diatas, apabila terjadi gangguan seperti hubung singkat, arus lebih dan lain-lain, circuit breaker secara otomatis akan membuka (Trip) sehingga gangguan tersebut tidak akan merusak komponen listrik lainnya. Seluruh batasan ( rating ) dan tingkat kemampuan dan kepekaan dari komponen proteksi dipilih sedemikian rupa, sehingga karakteristik proteksinya mempunyai selektivitas pengaman yang diinginkan dan akan memback-up sistem lainnya. 3.10. PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT Dibawah ini diberikan rumus untuk perhitungan arus hubung singkat pada panel distribusi utama tegangan rendah. Detail Perhitungan lihat halaman 21. Sebagai basis perhitungan diambil kapasitas trafo : 630 kVA.. Rumus perhitungan arus hubung singkat adalah sebagai berikut : V Arus hubung singkat Isc = ----------------------------- kA √3 √ ( RT2 + XT2 )

Page 108: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Dimana : Isc = Arus Hubung Singkat (Kilo Ampere). V = Tegangan Phasa ke Phasa (Volt). RT = Resistansi (m Ω) XT = Reaktansi (m Ω)

Page 109: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3.11. SISTEM PENERANGAN 3.11.1. U m u m Tingkat intensitas penerangan untuk ruangan disesuaikan dengan kefungsian dari pada ruangan tersebut, sehingga didapat level intensitas penerangan yang cukup dan sesuai dengan pekerjaan tertentu. 3.11.2. Standar Intensitas Penerangan Standar intensitas penerangan yang direncanakan menggunakan standar penerangan bangunan di Indonesia. Ruangan Intensitas Penerangan (Lux) Kantor 300 – 500 Korridor 150 – 200 Toilet 100 –150 Lobby, Hall 150 – 200 Power House Tangga 200 – 300 100 – 150 R. control 300 – 400 Taman 50 – 100 Parkir 50 – 100 3.11.3. Jenis-jenis Lampu Penerangan Jenis lampu penerangan yang digunakan secara umum : ♦ Kantor Lampu yang digunakan adalah lampu 3xTL5-14 Watt Armature/rumah Lampu Inbow (pemasangan di dalam plafont) ♦ Toilet Untuk ruangan ini dipergunakan lampu down light, sehingga memberikan kesan estetika dari segi Arsitektur. ♦ Tangga Untuk ruangan ini dipergunakan type lampu TL yang dilengkapidengan battery dan lampu exit dengan battery sebagai back up power supply. ♦ Korridor Untuk korridor ini di-rencanakan menggunakan lampu down light yang di lengkapi juga dengan Lampu Emergency + Nicad Battery yang di pasang ke-arah Tangga darurat. ♦ Luar Gedung Untuk penerangan luar gedung dipakai lampu taman jenis SL 18 Watt satu tiang lampu dengan dan type Armature disesuaikan dengan Exterior.

Page 110: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3.11.4. Contoh Perhitungan Intensitas Penerangan untuk area R.Kantor dapat dilihat pada halaman EL- 18 s/d EL- 20. F . N . M . U Rumus E = ---------------------- A A Rr = ---------------------- ( Tl – Tk ) (P + L) Dimana : E = Tingkat penerangan (Lux). F = Luminasi lampu (Lumen). N = Jumlah titik lampu (buah) M = Faktor pemeliharaan. U = Faktor Utilitas. A = Luas Ruangan (m2) Rr = Room Ratio (Indeks ruang) Tl = Tinggi langit-langit (m). Tk = Tinggi bidang kerja (m). P = Panjang Ruangan (m). L = Lebar Ruangan (m). Faktor - faktor Reflektansi : Langit-langit (Rc) : 50 % Dinding (Rw) : 50 % Lantai (Rf) : 20 % - 30 % 3.11.5. Saklar-saklar Lampu Penerangan ♦ Ruang Peralatan, pantri, koridor, toilet, gudang, ruang mesin dan ruang sejenis. Untuk ruangan-ruangan ini dipergunakan saklar yang dipasang setempat untuk memudahkan operasinya. ♦ Tangga Darurat Untuk ruangan tangga darurat lampu-lampu penerangan tangga direncanakan sistem penyalaannya menggunakan sakelar hotel dan lampu-lampu tersebut dilengkapi dengan batere nicad. ♦ Luar Gedung Untuk penerangan luar gedung dipergunakan Timer Switch, sehingga lampu dapat menyala dan padam sesuai waktu yang telah diprogram secara otomatis. ♦ Ketinggian Saklar Lampu Saklar lampu dipasang pada ketinggian 150 cm dari lantai.

Page 111: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3.11.6. Pengabelan Saklar Lampu Jenis kabel yang dipakai untuk instalasi penerangan dalam gedung adalah NYM dengan diameter 2,5 mm² dengan conduit PVC. Pemasangan instalasi kabel diatas ceiling di klem pada slab pada setiap jarak 1,5 m. Semua body dari lampu dihubung-tanahkan dengan kabel yang dihubungkan ke terminal grounding dari panel. Untuk instalasi penerangan luar gedung dipakai kabel NYFGBY yaitu kabel yang dilindungi dengan metal shealded yang digunakan untuk menahan benturan benda keras dan benda tajam. Untuk daerah yang melalui daerah jalan mobil pemasangannya dilindungi dengan GIP (Galvanis Iron Pipe ) ditanam sedalam 80 cm dari permukaan tanah. 3.11.7. Proteksi dari Miniature Circuit Breaker untuk Lampu Penerangan Banyaknya lampu-lampu per group (per-circuit) diatur, sehingga dapat di proteksi dengan Miniature Circuit Breaker. 3.12. SISTEM INSTALASI STOP KONTAK (GENERAL POWER OUTLETS) 3.12.1. Stop Kontak pada Kolom/Dinding Untuk seluruh lantai dan ruang-ruang mekanikal, toilet, gudang dan ruang sejenisnya, dipasang stop kontak pada kolom atau dinding bata dengan ketinggian 30 cm dari lantai dan khusus ruang pantry dan ruang sejenisnya dipasang dengan ketinggian sesuai dengan penempatan peralatan - peralatan pantri. 3.12.2. Pengabelan Instalasi Stop Kontak Pengabelan instalasi stop kontak dengan kabel NYM 3 x 2.5 mm2, dengan conduit PVC semua stop kontak dihubung-tanahkan melalui kabel yang dihubungkan ke grounding pada panel untuk stop kontak. Khusus untuk Stopkontak diarea Basah contoh area Pantri di pasang ELCB. 3.12.3. Proteksi Instalasi Stop Kontak Banyaknya stop kontak per group diatur sedemikian rupa,sehingga dapat diproteksi dengan Miniature Circuit Breaker dengan kapasitas 10 ampere. 3.13. SISTEM INSTALASI HUBUNGAN PENTANAHAN Sistem pentanahan yang direncanakan adalah dengan sistem PEMBUMI PENGAMAN (PP), yaitu semua motor listrik, stop kontak, panel listrik, lampu-lampu dan bagian instalasinya yang didalam keadaan kerja normal tidak bertegangan dihubung tanahkan ke sistem pentanahan (Grounding System) dan menghubung tanahkan titik netral dari sumber listrik genset dan transformator. 3.13.1. Standar dan Peraturan Instalasi Luas penampang hantaran pengaman untuk sistem pentanahan dan cara instalasinya keseluruhan disesuaikan dengan peraturan yang ada pada PUIL 2000.

Page 112: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3.13.2. Hubungan Pentanahan Sumber-sumber listrik Sumber-sumber listrik yaitu transformator 20 KV-400/220V dan genset 380/220V titik netralnya diketanahkan secara terpisah. Selain itu casing / housingnya yang pada keadaan normal tidak bertegangan di ketanahkan pula secara terpisah. 3.13.3. Hubungan Pentanahan Antar Panel Sistem pentanahan ditarik satu kawat utama(feeder/riser),kemudian pada tiap-tiap lantai diberikan satu terminal box dan untuk selanjutnya didistribusikan ke tiap panel dan peralatan-peralatan listrik lainnya. 3.13.4. Bak kontrol/pentanahan Untuk sistem pentanahan dari genset, transformator ( baik body maupun titik netral harus dibuat pada lokasi titik pentanahan yang terpisah. 3.14. PERBAIKAN FAKTOR DAYA COS φ Pada suatu instalasi daya listrik gedung bertingkat dimana banyak terdapat beban-beban induktip antara lain, motor-motor, lampu flourescent / TL dan lainnya. Dimana beban-beban induktif ini akan menyebabkan arus terbelakang (lagging) terhadap sudut phasa yang besar, sehingga nilai cos φ menjadi kecil, dan selanjutnya akan menyebabkan besarnya daya KVAR yang merugikan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor : 023-PRT-1978, tentang Peraturan Instalasi Listrik pasal 9 ayat 1, bahwa bagi suatu instalasi yang menggunakan listriknya mengakibatkan turunnya faktor kerja sehingga kurang dari 0.8 harus menggunakan capasitor, sehingga faktor kerja mencapai sekurang - kurangnya 0.8. Untuk memperbaiki faktor daya cos φ direncanakan menggunakan capasitor bank. Kapasitor-kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki faktor daya ini menyebabkan sudut pergeseran fasa antara arus dan tegangan pada fasa -fasa beban menjadi lebih kecil sehingga faktor daya cos φ menjadi lebih besar. Untuk menghindari terjadinya BEBAN KAPASITIF dari Capasitor Bank diatas, direncanakan sedemikian rupa : 1. Pemilihan nilai komponen-komponen kapasitor diambil dari yang kecil sampai dengan yang besar, sehingga apabila beban yang bekerja tidak besar hal diatas dapat dihindari. 2. Kerja Capasitor Bank direncanakan secara otomatis dengan menggunakan AUTOMATIC POWER FACTOR REGULATOR. 3.15 SISTEM INSTALASI PENYALUR PETIR Sistem penyalur petir untuk bangunan Gedung ini direncanakan menggunakan sistem eletrostatic type non radioaktif. Pada “ air terminal ” mengeluarkan muatan positip dan akan menangkap muatan negatip dari awan , sehingga akan mengundang terjadinya petir untuk menyambar titik terminal atau biasa disebut spitzen. Dengan demikian sambaran petir pada gedung tersebut dapat dikontrol/ dikendalikan, sehingga tidak merusak baik gedung ataupun peralatan yang terdapat pada gedung tersebut.

Page 113: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

3.15.1. Standar dan Peraturan Instalasi NFPA 780 & BS 6651. Prevectron 2 Millenium ( Lihat Lampiran ) 3.15.2. Besarnya Tahanan Sistem Proteksi Petir. Besar tahanan dari sistem Proteksi Petir ini adalah maksimum 2 Ohm. Jakarta, 14 Desember 2017 Prof. Dr. Any Kurniawati Yapie Asesor Kompeten No :……

Page 114: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

4.0. LAMPIRAN-LAMPIRAN. 4.1. LAMPIRAN PERHITUNGAN TINGKAT PENERANGAN LT. 2 (Dua) KANTOR. Referensi No. Gambar EL-15 . Gambar R. Personalia Luas ruangan Personalia Lantai 2 = 4,82x 10,9 = 52,538 m2

• Tipe lampu : 3xTL5 14 W dengan Type Armature FC2 (Facette Glossy M2) Reflector.

Page 115: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

a). Indeks Ruangan (Rr) Untuk mendapatkan faktor utilitas, dihitung dulu indek ruangannya. P x L

Rr = Tb (P + L)

Tb = (Tl – Tk) Dimana : a. Tl = Tinggi langit-langit/plat dak (m) b. Tk = Tinggi bidang kerja (m) c. Tb = Tinggi berguna (m) d. P = Panjang ruangan (m) e. L = Lebar ruangan (m) )82,49,10(05.2 82,49,10 +=x

xRr 63,1=Rr Setelah mendapatkan nilainya, baru menetukan Reflextansi : • Plafon /langit-langit (PCC) = 70% • Dinding (PW) = 50% • Lantai (PFC) = 20% Setelah mendapatkan data tersebut diatas, baru mendapatkan Faktor Utilitas seperti perhitungan terlampir : b). Faktor Utilitas (U) Setelah Indek ruangan (Rr) diketahui yaitu 1,1 maka faktor utilitas (u) dapat diketahui dengan menggunakan table Referensi lihat lampiran : Dari hasil Interpolasi - 1 0.60 Referensi lihat lampiran : (dari Lampiran Tabel Coefficeents of Utillzation) Menggunakan Lampu diffuser alumunium Reflector. 1,63 X 2 0.66 Referensi lihat lampiran : ( dari Lampiran Tabel Coefficeents of Utillzation) Menggunkan Lampu diffuse alumunium Reflector. - 0.66 – 0.60 = 0.06

Page 116: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

- X = (1.63-1)x0.06 1 = 0,0378 Jadi U = 0.66 – 0.0378 = 0.62 Setelah dilakukan interpolasi maka faktor utilitasnya adalah 0,62 c). Metode Rata - rata (Avarage Methode)

AFxNxMxUE =

Sehingga, jumlah Lampu yang terpasang (N)

FxMxUExAN =

Dimana :

o N = Jumlah Lampu yang terpasang o E = Tingkat penerangan rata – rata = 300 Lux untuk Kantor o F = Luminasi lampu (Lumen) = 4050 / lampu o U = Faktor utilitas = 0.62 o M = Faktor pemeliharaan = 0.8 o A = Luas (m2) = 52,54 m2

Sehingga : 62.08.04050 54.52300xx

xN = N = 7,846 ~ N = 8 Buah Dengan Lampu terpasang 8 Buah menghasilkan tingkat penerangan rata-rata sebesar : A

FxNxMxUE = 54.52 62.08.084050 xxxE = E = 305.87 Lux

Page 117: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

4.2. LAMPIRAN PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT DIAGRAM

BAGIAN DARI INSTALASI

RESISTANSI

( m Ω )

REAKTANSI

( m Ω )

Jaringan Sisi Atas (Sisi Tegangan Menengah) Psc= 500 MVA (daya dasar hubung singkat) 500 1015,0400 321 −= xxR 048.01 =R 500 1098,0400 321 −= xxX 31,01 =X

Transformator S = 630 kVA Usc = 4% U = 400 V Wc = 6500 W

2 322 630 104006500 −= xxR 62.22 =R 2222 )62.2(6304001004 −= xX 82,92 =X

Koneksi Kabel dari Transformator ke Pemutus Daya kabel 3x(1x240mm2)/phase L = 5 m 2403 125,223x

xR = 375,03 =R X3 = 0,12 x 12/3 X3 = 0.48

Pemutus Daya Cepat R4 = 0 X4 = 0

Koneksi Rel Pemutus Batang – batang(CU) 3x5x80 mm2 Per Phase L= 5 m 800 55,225 xR = 14,05 =R X5 = 0,15x5 X5 = 0.75 Pemutus Circuit Cepat R6 = 0 X6 = 0

Koneksi Kabel Panel Utama Ke Panel Sekunder (PD.Fire) 1x1x120 mm2 Per Phase L= 46 m 120465,227 xR = 625,87 =R X7 = 0,12x46 X7 = 5.52

Page 118: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT (kA)

RESISTANSI ( m Ω ) 1. REAKTANSI

( m Ω )

Isc (kA)

Pada ISC1 RT1 = R1 + R2 + R3 + R4 RT1 =0.048+2.62+0.375+0 RT1 = 3.043 XT1 = X1 + X2 + X3 + X 4 XT1 = 0,31+9.82+0.48+0 XT1 = 10.61 =+ )61.10043.3(3 400 22 20.9 kA Pada ISC2 RT2 = RT1 + R4 + R5 RT2 =3.043+0+0,14 RT2 = 3.183 XT2 = XT1 + X4 + X5 XT2 = 10.61 + 0 + 0,75 XT2 = 11.36 =+ )36.11183.3(3 400 22 19.6 kA

Pada ISC3 RT3 = RT2 + R6 + R7 RT3 =3.183+0+8.625 RT3 = 11.808 XT3 = XT2 + X6 + X7 XT3 = 11.36 + 0 + 5.52 XT3 = 16.88 =+ 22 88.16808.11(3 400 11.21

kA

PENENTUAN RESITENSI DAN REAKTANSI PADA SETIAP BAGIAN

BAGIAN DARI INSTALASI

RESISTANSI ( m Ω )

REAKTANSI ( m Ω )

Jaringan Sisi Atas (Sisi Tegangan Menengah) R1 = Z1 Cos ϕ 10-3 Cos ϕ = 0,15 Z1 = P

U 20 P = Daya hubung pendek pada jaringan sisi atas dalam MVA (500 MVA) X1 = Z1 Sin ϕ 10-3 X1 = 0,98

Transformator

R2 = 2 320 10S

xxUWc− S = Daya terpasang Transformator (KVA) WC = Rugi-rugi tembaga Uo = Tegangan kerja 22222 RZX −= Z2 = 100Usc

SU 20 Usc = Tegangan Hubung Pendek Transformator (%)

Kabel(1) Lihat Table kabel X3 = 0,08 L (kabel tiga phase) X3 = 0,12 L(3) (kabel satu phase)

Page 119: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Rel SLR ρ=3 L = Panjang rel dalam (m) 1. = 56 (cu) atau 32 (AI) S = Luas penampang rel (mm²) X3 = 0,15 L L = Panjang Rel Dalam (m)

4.3. LAMPIRAN MANUAL KALKULKASI VOLTAGE DROP Kabel Power untuk ke Panel Lantai Atap (susut tegangan dari PUTR ke PP.Atap) Total Beban Terpakai : 232.790 VA Tegangan kerja : 400 V Arus Maksimum ( I ) 3.400VA= 3.400790.232= = 336 A

Kabel : NYY 4 x 240 mm² Arus I : 336 A Cos ϕ : 0,90 Sin ϕ : 0,435 Panjang Kabel (lL) : 53 meter RL : 0.0754 Resistansi Konduktor Tembaga. XL : 0.07 Induktif Impedansi Konduktor Tembaga. Un : 400 V(Tegangan BebanNol disisi Sekunder Transformator) UL : Drop Voltage sepanjang kabel penghantar dalam ( % ) ( )ϕϕ SinXCosR

ULIU LLn

LL ...10 ..3 += ( )43.007,09,00754,040010 5333673,1 xx

xxx += ( )03,0068,0400030808 += 098,0400018299 x= = 0.75 %

Page 120: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

4.4. LAMPIRAN PERHITUNGAN CAPASITOR BANK Daya Transformator 500 KVA Besar beban setelah difersity factor : 414 KVA (Cos 0,6 = 248.4 KW) Cos ϕ = 0,6 (dari beban) Cos ϕ’ = 0,91 (diperbaiki) Q = P Tag ϕ Q’ = P Tag ϕ’ Qc = Q – Q’ Cos ϕ = 0,60 ϕ = 59 Tag ϕ = 1,33 Cos ϕ = 0,91 ϕ’ = 24 Tag ϕ’ = 0,45 QC = P (Tag ϕ - Tag ϕ’) = P (1,33 – 0,45) = P (0.88) berdasarkan Tabel Koreksi Faktor daya (cos ϕ) = 248.4 KW . (0.88) = 218.6 KVAR ~ 250 KVAR ϕ = Sudut Awal ϕ’ = Sudut yang diperbaiki Q = Daya reaktif sebelum diperbaiki Q’ = Dara reaktif yang sudah diperbaiki S = Daya semusebelum diperbaiki S’ = Daya semu sesudah diperbaiki Daya Semu (VA) Qc Q’ Q Daya Reaktif (VAR) S S’ ϕ ϕ’ P (Daya Aktif)(W) = 248.4 KW

Page 121: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

4.5. LAMPIRAN GAMBAR DIAGRAM SATU GARIS PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH.

Page 122: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

4.6. LAMPIRAN FAKTOR UTILITAS ARMATUR LAMPU

Page 123: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

4.7. LAMPIRAN BROSURE KABEL TIPE NYY

Page 124: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …
Page 125: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

4.8. LAMPIRAN GAMBAR BROSURE PENANGKAL PETIR DAN MODEL ELEKTRO GEOMETRI

Page 126: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …
Page 127: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …
Page 128: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …
Page 129: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …
Page 130: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …
Page 131: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …
Page 132: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …
Page 133: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …
Page 134: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar Model Elektro Geometri-1

Page 135: MODUL PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI S1 – TEKNIK …

Gambar Model Elektro Geometri-2