modul mekanisme transfer dan aklap

Upload: ahmad-abdul-haq

Post on 04-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    1/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daera dan Aklap 1

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    2/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 2

    TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

    Setelah mengikuti materi ini peserta diharapkan memperoleh

    pemahaman mengenai mekanisme penyaluran Anggaran Transfer ke

    Daerah serta aspek-aspeknya.

    TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

    Setelah mengikuti materi ini peserta diharapkan memiliki pengetahuan

    mengenai:

    1. Ruang lingkup Anggaran Transfer ke Daerah.

    2. Dasar Hukum Penyaluran Transfer ke Daerah.

    3. Pejabat Pengelola Transfer ke Daerah.

    4. Definisi Atas Jenis-Jenis Dokumen Transfer ke Daerah.

    5. Definisi Atas Jenis-Jenis Transfer ke Daerah.

    6. Pola Penyaluran tiap Jenis Anggaran Transfer ke Daerah.

    7. Akuntansi dan Pelaporan Anggaran Transfer ke Daerah.

    RUANG LINGKUP MATERI

    1. Dasar Hukum

    2. Definisi Belanja dan Transfer.

    3. Pejabat Pengelola Transfer ke Daerah.

    4. Definisi Dokumen Transfer ke Daerah.

    5. Jenis-Jenis Transfer ke Daerah.

    6. Pola Penyaluran.

    7. Akuntansi dan Pelaporan.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    3/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 3

    MODUL MEKANISME TRANSFER DANA KE DAERAH DAN AKUNTANSI

    PELAPORANNYA

    I. DASAR HUKUM TRANSFER

    1. Dasar Hukum Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah

    a. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 ttg Perimbangan

    Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

    b. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 ttg Dana

    Perimbangan;

    c. Undang-Undang APBN/P tahun berjalan.

    d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90 tahun 2010 tentang

    Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

    Negara/Lembaga;

    e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165 tahun 2012 tentang

    Mekanisme Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah;

    f. Peraturan Presiden/Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur

    rincian alokasi Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan

    Dana Penyesuaian tahun berjalan;

    2. Dasar Hukum Penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah

    a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 ttg Keuangan Negara;

    b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ttg Perbendaharaan

    Negara;

    c. Peraturan Presiden/Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur

    rincian alokasi Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan

    Dana Penyesuaian tahun berjalan;

    d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.07/2012 ttg

    Pelaksanaan dan Pertangungjawaban Anggaran Transfer ke

    Daerah.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    4/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 4

    e. Permenkeu/Perdirjen Perbendaharaan/Surat Edaran

    Perbendaharaan yang mengatur ketentuan khusus terkait

    mekanisme perbendaharaan.

    II. DEFINISI DAN PERBEDAAN ANTARA TRANSFER DAN BELANJA

    Definisi Belanja

    Menurut UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, belanja

    daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang

    nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

    Sedangkan menurut Abdul Halim (2002:73) mengemukakan bahwa :

    Belanja daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi

    selama periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau

    deplesi asset, atau terjadinya utang yang mengakibatkan

    berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan

    distribusi kepada peserta ekuitas dana.

    Dan menurut Permendagri No.59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas

    Permendagri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

    Daerah diungkapkan pengertian belanja daerah, yaitu:

    belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui

    sebagai pengurang nilai kekayaan bersih

    Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belanja daerah

    adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode

    anggaran yang berupa arus kas aktiva keluar, deplesi aktiva atau

    timbulnya utang yang bukan disebabkan oleh pembagian kepada milik

    ekuitas dana (rakyat).

    Definisi Transfer

    Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka

    mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan,

    dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    5/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 5

    Definisi dalam Standar Akuntansi Pemerintah Transfer adalah Pos untuk

    mencatat semua pengeluaran pemerintah pusat yang dialokasikan

    kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka

    pelaksanaan desentralisasi serta otonomi dan dana penyesuaian.

    Transfer yang dimaksud di sini adalah transfer keluar, yaitu pengeluaran

    uang dari suatu entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain, seperti

    pengeluaran dana perimbangan, dana otonomi khusus dan dana

    penyesuaian. Contoh: bagi pemerintah pusat terdapat transfer Dana

    Perimbangan ke Propinsi/Kabupaten/Kota, bagi pemerintah provinsi

    terdapat bagi hasil ke kabupaten/kota, bagi pemerintah kabupaten

    terdapat bagi hasil ke desa.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    6/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 6

    III. PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAN DOKUMEN ANGGARAN

    TRANSFER KE DAERAH

    Pejabat Pengelola Keuangan Anggaran Transfer ke Daerah

    Dalam Pasal 6 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

    diatur bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan adalah pemegang

    kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan

    pemerintahan. Selanjutnya kekuasaan tersebut dikuasakan kepada

    Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam

    kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, dikuasakan kepada

    menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

    kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Sedangkan di lingkup

    Pemerintahan Propinsi/Kabupaten/Kota kekuasaan Presiden tersebut

    diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala

    pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili

    pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

    Kemudian dalam Pasal 22 ayat(1) disebutkan bahwa Pemerintah Pusat

    mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemerintah Daerah

    berdasarkan undang-undang yang mengatur perimbangan keuangan

    pusat dan daerah.

    Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah

    mempunyai kewenangan atas pelaksanaan anggaran Transfer ke Daerah.

    Untuk melaksanakan kewenangan dimaksud, Menteri Keuangan

    menunjuk Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan sebagai Kuasa

    Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah.

    Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

    a. menyusun DIPA Transfer ke Daerah sebagai dokumen pelaksanaan

    anggaran Transfer ke Daerah;

    b. menerbitkan SKP-RTD atas beban DIPA Transfer ke Daerah;

    c. menetapkan pejabat yang bertanggungjawab untuk menerbitkan SPP

    atas beban DIPA Transfer ke Daerah;

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    7/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 7

    d. menetapkan pejabat yang bertanggungjawab untuk melakukan

    pengujian SPP dan menandatangani SPM atas beban DIPA Transfer ke

    Daerah; dan

    e. menyusun laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban anggaran

    Transfer ke Daerah.

    Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dapat melimpahkan

    kewenangan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah

    kepada pejabat eselon II yang ditunjuk.

    Untuk memperlancar pelaksanaan penyaluran anggaran transfer ke

    daerah Dirjen Perimbangan Keuangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran

    Transfer ke Daerah menunjuk dan mentapkan pejabat yang

    bertanggungjawab untuk menerbitkan SPP atas beban DIPA Transfer ke

    Daerah dan juga menetapkan pejabat yang bertanggungjawab untuk

    melakukan pengujian SPP dan menandatangani SPM atas beban DIPA

    Transfer ke Daerah.

    Dokumen Anggaran Transfer ke Daerah

    Definisi dan jenis dokumen anggaran transfer ke daerah adalah sebagai

    berikut:

    1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) merupakan dokumen

    pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga

    serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama

    Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan

    tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan

    dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi

    pemerintah.

    2. Surat Keputusan Penetapan Rincian Transfer ke Daerah (SKP-RTD)

    adalah surat keputusan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

    anggaran yang memuat rincian jumlah transfer per daerah untuk

    setiap jenis transfer dalam periode tertentu.

    3. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) adalah dokumen yang

    diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    8/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 8

    transfer dan disampaikan kepada pejabat penguji SPP/penandatangan

    Surat Perintah Membayar.

    4. Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang diterbitkan

    oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain

    yang ditunjuk untuk mencairkan alokasi dana yang bersumber dari

    DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan.

    5. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah surat perintah yang

    diterbitkan oleh Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan

    pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.

    6. Lembar Konfirmasi Transfer (LKT), merupakan bukti penerimaan

    bagi daerah atas penyaluran anggaran Transfer ke Daerah berisi

    rekapitulasi transfer tiap bulan dari Rekening Kas Negara ke Rekening

    Kas Umum Daerah.

    Alur Penerbitan Dokumen Transfer ke Daerah

    Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah menyusun DIPA Transfer

    ke Daerah berdasarkan Peraturan Presiden dan/atau Peraturan Menteri

    Keuangan mengenai alokasi anggaran Transfer ke Daerah. DIPA Transfer

    ke Daerah tersebut tidak memuat rincian alokasi Transfer ke Daerah per

    provinsi dan kabupaten/kota, kecuali DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan

    Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah. DIPA Transfer ke Daerah

    ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah,

    selanjutnya disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke

    Daerah kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk mendapatkan

    pengesahan.

    Kemudian berdasar DIPA yang telah ditetapkan dan disahkan Kuasa

    Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah menerbitkan SKP-RTD.

    Berdasarkan SKP-RTD dimaksud pejabat penerbit SPP yang telah

    ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah digunakan

    sebagai dasar penerbitan SPP. Selanjutnya SPP tersebut digunakan oleh

    pejabat penguji dan penandatangan SPM yang telah ditetapkan oleh

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    9/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 9

    Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah sebagai dasar penerbitan

    SPM.

    SPM yang dilampiri Daftar Penerima Dana, Surat Pernyataan Tanggung

    Jawab Belanja/Transfer (SPTBT) dan Arsip Data Komputer (ADK)

    selanjutnya disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke

    Daerah kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara sebagai

    dasar penerbitan SP2D.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    10/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 10

    IV. MEKANISME TRANSFER DANA BAGI HASIL

    DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah

    Penyaluran DBH PBB Bagian Pemerintah yang dibagikan secara merata

    kepada seluruh kabupaten/kota dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap,

    yaitu:

    a. tahap I pada bulan April;

    b. tahap II pada bulan Agustus; dan

    c. tahap III pada bulan November.

    Penyaluran DBH PBB Bagian Pemerintah dilaksanakan dengan rincian

    sebagai berikut penyaluran tahap I dan tahap II masing-masing sebesar

    25% (dua puluh lima persen) dan 50% (lima puluh persen) dari pagu

    alokasi sementara; dan penyaluran tahap III didasarkan pada selisih

    antara pagu alokasi definitif dengan jumlah dana yang telah disalurkan

    pada tahap I dan tahap II.

    Apabila sampai dengan akhir bulan November, alokasi definitif belum

    ditetapkan, maka penyaluran tahap III adalah sebesar sisa pagu alokasi

    sementara.

    Penyaluran DBH PBB Bagian Pemerintah yang dibagikan sebagai insentif

    kepada kabupaten/kota yang realisasi penerimaan PBB sektor pedesaan

    dan sektor perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya

    mencapai/melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan,

    dilaksanakan pada bulan November berdasarkan realisasi penerimaan

    PBB tahun anggaran berjalan.

    Penyaluran DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian

    Daerah dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan PBB tahun

    anggaran berjalan dan dilaksanakan secara mingguan. Penyaluran DBH

    PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah

    dilaksanakan oleh Kuasa Bendahara Umum Negara dengan menerbitkan

    SP2D atas beban Bank Operasional III.

    Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan penyaluran DBH

    PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah diatur

    dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    11/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 11

    DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB sektor Pertambangan Minyak

    Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi Bagian Daerah

    Penyaluran DBH PBB sektor Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi

    serta Panas Bumi Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB sektor

    Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi Bagian

    Daerah dilaksanakan oleh Kuasa Bendahara Umum Negara dengan

    menerbitkan SP2D atas beban Bank Operasional I.Penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB sektor pertambangan

    Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi dilaksanakan secara

    triwulanan, yaitu:

    a. triwulan I paling lambat pada bulan Maret;

    b. triwulan II paling lambat pada bulan Juni;

    c. triwulan III paling lambat pada bulan September; dan

    d. triwulan IV paling lambat pada bulan Desember.

    Proses yang terjadi di Dirjen Perbendaharaan1. Pada setiap awal tahun anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah

    menunjuk Pejabat di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dengan Surat Kuasa,yaitu:a. Kepala Seksi Bank/Giro Pos atau Kepala Seksi Bendahara Umum sebagai Verifikator

    dan Penandatangan SPP, Surat Ketetapan Pembagian (SKP) dan Surat PermohonanTransfer DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah; dan

    b. Kepala Seksi Bank/Giro Pos atau Kepala Seksi Bendahara Umum sebagai Verifikatordan Penandatangan SPP, Surat Ketetapan Pembagian (SKP) dan Surat Permohonan

    Transfer DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah; danc. Kepala Subbagian Umum sebagai Verifikator dan Penandatangan SPM, SKP dan

    Surat Permohonan Transfer DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBBBagian Daerah.

    2. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara menyampaikan SPM dan SP2D atasrealisasi penyaluran DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB BagianDaerah beserta rekapitulasi SPM dan SP2D dalam bentuk hardcopy dan ADK melaluisistem jaringan komunikasi data kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan c.q.Direktur Dana Perimbangan dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat

    Jenderal Perbendaharaan.3. Penyampaian SPM dan SP2D tersebut dilaksanakan secara triwulanan paling lambat 10

    (sepuluh) hari kerja setelah triwulan berkenaan berakhir.4. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan SPM dan SP2D

    tersebut menyampaikan Laporan Realisasi Pagu DIPA DBH PBB Bagian Daerah danBiaya Pemungutan PBB Bagian Daerah kepada Direktur Jenderal PerimbanganKeuangan c.q. Direktur Dana Perimbangan secara triwulanan paling lambat tanggal 15bulan berikutnya setelah triwulan berkenaan berakhir.

    5. Laporan Realisasi Pagu DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBBBagian Daerah dirinci menurut sektor.

    6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian SPM dan SP2D, dan laporanrealisasi pagu DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB BagianDaerah diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    12/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 12

    Penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB sektor pertambangan

    Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi dilaksanakan dengan

    rincian sebagai berikut:

    a. penyaluran triwulan I, triwulan II, dan triwulan III masing-masing

    sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pagu alokasi sementara;

    dan

    b. penyaluran triwulan IV didasarkan pada selisih antara pagu alokasi

    definitif dengan jumlah dana yang telah disalurkan pada triwulan I,

    triwulan II, dan triwulan III.

    Apabila sampai dengan 5 (lima) hari kerja sebelum berakhirnya tahun

    anggaran berjalan belum ditetapkan alokasi definitif, penyaluran triwulan

    IV adalah sebesar sisa pagu alokasi sementara.

    Apabila terjadi kelebihan penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan

    PBB sektor pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas

    Bumi, maka kelebihan penyaluran tersebut diperhitungkan terhadap

    penyaluran pada triwulan berikutnya dan/atau pada tahun anggaran

    berikutnya.

    Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat

    diperhitungkan dalam penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB

    sektor pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi

    tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat

    diperhitungkan terhadap penyaluran DBH Pajak lainnya.

    Apabila perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat

    diperhitungkan dalam penyaluran DBH PBB dan DBH Pajak lainnya

    tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat

    diperhitungkan terhadap penyaluran DBH SDA.

    Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat

    diperhitungkan dalam penyaluran DBH PBB, DBH pajak lainnya dan

    DBH SDA tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran

    tersebut dapat diperhitungkan terhadap penyaluran DAU.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    13/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 13

    Perhitungan kelebihan penyaluran dimaksud tidak dapat dilakukan

    untuk DBH SDA 0,5% (nol koma lima persen) Minyak Bumi dan Gas

    Bumi dan DBH SDA Kehutanan Dana Reboisasi.

    Kelebihan penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB sektor

    pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi meliputi:

    a. kelebihan penyaluran karena realisasi penyaluran DBH PBB sektor

    pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi

    triwulan I sampai dengan triwulan III yang didasarkan atas alokasi

    sementara lebih besar daripada alokasi definitif; dan/atau

    b. kelebihan penyaluran akibat kelebihan pembayaran PBB sektor

    pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi.

    Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan

    Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan rekonsiliasi data

    realisasi penerimaan PBB serta penyaluran DBH PBB Bagian Daerah dan

    Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah. Rekonsiliasi data dimaksud

    dilakukan setiap triwulan paling lambat pada minggu ketiga setelah

    triwulan berkenaan berakhir.

    DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21

    Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 dilaksanakan

    secara triwulanan, yaitu:

    a. triwulan I pada bulan Maret;

    b. triwulan II pada bulan Juni;

    c. triwulan III pada bulan September; dan

    d. triwulan IV pada bulan Desember.

    Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 dilaksanakan

    dengan rincian sebagai berikut:

    a. penyaluran triwulan I, triwulan II, dan triwulan III masing-masing

    sebesar 20% (dua puluh persen) dari pagu alokasi sementara; dan

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    14/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 14

    b. penyaluran triwulan IV didasarkan pada selisih antara pagu alokasi

    definitif dengan jumlah dana yang telah disalurkan pada triwulan I,

    triwulan II, dan triwulan III.

    Dalam hal sampai dengan 5 (lima) hari kerja sebelum berakhirnya tahun

    anggaran berjalan belum ditetapkan alokasi definitif, penyaluran triwulan

    IV adalah sebesar sisa pagu alokasi sementara.

    Dalam hal terjadi kelebihan penyaluran karena penyaluran DBH PPh

    WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 pada triwulan I sampai dengan triwulan

    III yang didasarkan atas alokasi sementara lebih besar daripada alokasi

    definitif, maka kelebihan penyaluran tersebut diperhitungkan terhadap

    penyaluran tahun anggaran berikutnya.

    Apabila perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat

    diperhitungkan dalam penyaluran DBH PPh WPOPDN dan/atau DBH PPh

    Pasal 21 tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran

    tersebut dapat diperhitungkan terhadap penyaluran DBH Pajak lainnya.

    Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat

    diperhitungkan dalam penyaluran DBH PPh dan DBH Pajak lainnya

    tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat

    diperhitungkan terhadap penyaluran DBH SDA.

    Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat

    diperhitungkan dalam penyaluran DBH PPh, DBH Pajak lainnya dan DBH

    SDA tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut

    dapat diperhitungkan terhadap penyaluran DAU.

    Perhitungan kelebihan penyaluran tidak dapat dilakukan untuk DBH

    SDA 0,5% (nol koma lima persen) Minyak Bumi dan Gas Bumi dan DBH

    SDA Kehutanan Dana Reboisasi.

    Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau

    Penyaluran DBH CHT dilaksanakan secara triwulanan, yaitu:

    a. triwulan I pada bulan Maret;

    b. triwulan II pada bulan Juni;

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    15/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 15

    c. triwulan III pada bulan September; dan

    d. triwulan IV pada bulan Desember.

    Penyaluran DBH CHT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

    dengan rincian sebagai berikut:

    a. penyaluran triwulan I sebesar 20% (dua puluh persen) dari pagu

    alokasi sementara;

    b. penyaluran triwulan II dan triwulan III masing-masing sebesar 30%

    (tiga puluh persen) dari pagu alokasi sementara; dan

    c. penyaluran triwulan IV didasarkan pada selisih antara pagu alokasi

    definitif dengan jumlah dana yang telah disalurkan pada triwulan I,

    triwulan II, dan triwulan III.

    Dalam hal sampai dengan 5 (lima) hari kerja sebelum berakhirnya tahun

    anggaran berjalan alokasi definitif belum ditetapkan, penyaluran triwulan

    IV adalah sebesar sisa pagu alokasi sementara.

    Penyaluran DBH CHT triwulan IV dilakukan setelah Direktorat Jenderal

    Perimbangan Keuangan menerima laporan konsolidasi penggunaan dana

    atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT semester I tahun anggaran berjalan

    dari Gubernur.

    Dalam hal laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan

    kegiatan DBH CHT tidak menunjukkan adanya realisasi penggunaan

    dana, penyaluran DBH CHT triwulan IV ditunda sampai dengan

    disampaikannya laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan

    kegiatan DBH CHT yang menunjukkan adanya realisasi penggunaan

    dana.

    DBH CHT yang ditunda dapat disalurkan kembali setelah

    disampaikannya laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan

    DBH CHT sepanjang tidak melampaui tahun anggaran berjalan.

    Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam

    Penyaluran DBH SDA dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan

    SDA tahun anggaran berjalan. Apabila DBH SDA yang dihitung

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    16/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 16

    berdasarkan realisasi penerimaan SDA melebihi pagu yang ditetapkan

    dalam APBN atau APBN Perubahan, maka dapat dilakukan penyaluran

    sesuai dengan realisasi penerimaan SDA setelah mendapat persetujuan

    Menteri Keuangan.

    Penyaluran DBH SDA dilaksanakan secara triwulanan, yaitu:

    a. triwulan I pada bulan Maret;

    b. triwulan II pada bulan Juni;

    c. triwulan III pada bulan September; dan

    d. triwulan IV pada bulan Desember.

    Penyaluran DBH SDA Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi

    triwulan I dan triwulan II dilaksanakan masing-masing sebesar 20% (dua

    puluh persen) dari pagu perkiraan alokasi. Penyaluran DBH SDA

    Pertambangan Umum triwulan I dilaksanakan sebesar 20% (dua puluh

    persen) dari pagu perkiraan alokasi dan triwulan II dilaksanakan sebesar

    15% (lima belas persen) dari pagu perkiraan alokasi. Penyaluran DBH

    SDA Kehutanan dan DBH SDA Perikanan triwulan I dan triwulan II

    dilaksanakan masing-masing sebesar 15% (lima belas persen) dari pagu

    perkiraan alokasi.

    Penyaluran DBH SDA triwulan III didasarkan pada selisih antara realisasi

    penerimaan SDA sampai dengan triwulan III dengan realisasi penyaluran

    DBH SDA triwulan I dan triwulan II. Sedangkan penyaluran DBH SDA

    triwulan IV didasarkan pada selisih antara realisasi penerimaan SDA

    sampai dengan triwulan IV dengan realisasi penyaluran DBH SDA

    triwulan I, triwulan II, dan triwulan III.

    Penyaluran DBH SDA dilaksanakan berdasarkan perhitungan melalui

    mekanisme rekonsiliasi data antara pemerintah pusat dengan daerah

    penghasil, kecuali penyaluran DBH SDA Perikanan.

    Rekonsiliasi data antara pemerintah pusat dengan daerah penghasil yang

    digunakan sebagai dasar penyaluran triwulan III dilaksanakan paling

    lambat minggu pertama bulan September dan yang digunakan sebagai

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    17/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 17

    dasar penyaluran triwulan IV dilaksanakan paling lambat akhir bulan

    November tahun anggaran berjalan.

    Apabila terdapat kelebihan penyaluran DBH SDA jenis tertentu, maka

    kelebihan penyaluran tersebut diperhitungkan terhadap penyaluran DBH

    SDA jenis yang sama pada triwulan berikutnya dan/atau tahun anggaran

    berikutnya.

    Perhitungan kelebihan penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilakukan dengan memperhitungkan penyaluran DBH SDA pada triwulan

    berikutnya sebesar jumlah kelebihan penyaluran dimaksud.

    Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat

    diperhitungkan dalam penyaluran DBH SDA jenis yang sama tahun

    anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat

    diperhitungkan terhadap penyaluran DBH SDA jenis lainnya.

    Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat

    diperhitungkan dalam penyaluran DBH SDA jenis lainnya tahun

    anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat

    diperhitungkan terhadap penyaluran DBH Pajak.

    Apabila perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat

    diperhitungkan dalam penyaluran DBH SDA jenis lainnya dan DBH Pajak

    tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat

    diperhitungkan terhadap penyaluran DAU.

    Perhitungan kelebihan penyaluran tidak dapat dilakukan untuk DBH

    SDA 0,5% (nol koma lima persen) Minyak Bumi dan Gas Bumi dan DBH

    SDA Kehutanan Dana Reboisasi.

    Kelebihan penyaluran DBH SDA jenis tertentu meliputi:

    a. kelebihan penyaluran karena realisasi penyaluran DBH SDA

    triwulan I dan triwulan II yang didasarkan atas pagu perkiraan

    alokasi lebih besar dari pada realisasi penerimaan SDA; dan/atau

    b. kelebihan penyaluran akibat kekurangan pembayaran PBB sektor

    Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    18/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 18

    V. MEKANISME TRANSFER DANA ALOKASI UMUM DAN ALOKASI

    KHUSUS

    Dana Alokasi Umum

    Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12

    (satu per dua belas) dari besaran alokasi masing-masing daerah.

    Penyaluran dilaksanakan pada awal hari kerja untuk bulan Januari dan

    1 (satu) hari kerja sebelum awal hari kerja bulan berikutnya untuk bulan

    Februari sampai dengan bulan Desember.

    Dana Alokasi Khusus

    Penyaluran DAK dilaksanakan secara bertahap, dengan rincian sebagai

    berikut:

    a. tahap I paling cepat pada bulan Februari, setelah Direktur Jenderal

    Perimbangan Keuangan menerima Peraturan Daerah mengenai

    APBD tahun anggaran berjalan, Laporan Penyerapan Penggunaan

    DAK tahun anggaran sebelumnya, Laporan Realisasi Penyerapan

    DAK Tahap III tahun anggaran sebelumnya, dan Surat Pernyataan

    Penyediaan Dana Pendamping yang disampaikan oleh Kepala

    Daerah penerima DAK;

    b. tahap II paling lambat 15 (lima belas) hari kerja, setelah Direktur

    Jenderal Perimbangan Keuangan menerima Laporan Realisasi

    Penyerapan DAK tahap I tahun anggaran berjalan yang

    disampaikan oleh Kepala Daerah penerima DAK; dan

    c. tahap III paling lambat 15 (lima belas) hari kerja, setelah Direktur

    Jenderal Perimbangan Keuangan menerima Laporan Realisasi

    Penyerapan DAK tahap II tahun anggaran berjalan yang

    disampaikan oleh Kepala Daerah penerima DAK.

    Penyaluran DAK dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:

    a. penyaluran tahap I sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pagu

    alokasi DAK;

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    19/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 19

    b. penyaluran tahap II sebesar 45% (empat puluh lima persen) dari

    pagu alokasi DAK; dan

    c. penyaluran tahap III sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari

    pagu alokasi DAK.

    Penyaluran secara bertahap dimaksud berarti tidak dapat dilaksanakan

    secara sekaligus dan tidak melampaui tahun anggaran berjalan.

    Laporan Realisasi Penyerapan DAK tahap I atau tahap II disampaikan

    oleh Kepala Daerah penerima DAK kepada Direktur Jenderal

    Perimbangan Keuangan setelah penggunaan DAK telah mencapai 90%

    (sembilan puluh persen) dari penerimaan DAK sampai dengan tahap

    sebelumnya.

    Laporan Realisasi Penyerapan DAK tahap I atau tahap II diterima oleh

    Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat 7 (tujuh) hari

    kerja sebelum tahun anggaran berjalan berakhir.

    Dalam menyampaikan laporan realisasi penyerapan maupun penggunaan

    DAk telah ditetapkan format Laporan Realisasi Penyerapan DAK tahap I,

    tahap II, atau tahap III sebagaimana tercantum dalam lampiran

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.07/2012 tentang

    Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah.

    Demikian halnya dengan format Surat Pernyataan Penyediaan Dana

    Pendamping dan format rekapitulasi SP2D atas penggunaan DAK. Selain

    itu dalam persyaratan penyaluran tahap berikutnya daerah diwajibkan

    menyampaikan softcopy data Rekapitulasi SP2D dalam format Excel.

    Setelah tahun anggaran berakhir, daerah penerima DAK wajib

    menyampaikan laporan yaitu:

    a. Laporan Realisasi Penyerapan DAK Tahap III; dan

    b. Laporan Penyerapan Penggunaan DAK.

    Laporan Realisasi Penyerapan DAK Tahap III merupakan laporan realisasi

    atas penyerapan DAK Tahap III yang dilakukan sampai dengan tanggal

    31 Desember tahun anggaran sebelumnya.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    20/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 20

    Laporan Penyerapan Penggunaan DAK merupakan laporan kumulatif

    penyerapan DAK yang telah dilakukan dari penyerapan tahap I sampai

    dengan tahap III berdasarkan SP2D yang terbit sampai dengan tanggal 31

    Desember tahun anggaran sebelumnya.

    Daerah penerima DAK dapat melakukan optimalisasi penggunaan DAK

    dengan merencanakan dan menganggarkan kembali kegiatan DAK dalam

    APBD Perubahan tahun anggaran berjalan apabila akumulasi nilai

    kontrak pada suatu bidang DAK lebih kecil dari pagu bidang DAK

    tersebut. Optimalisasi penggunaan DAK dimaksud dilakukan untuk

    kegiatan-kegiatan pada bidang DAK yang sama dan sesuai dengan

    petunjuk teknis yang ditetapkan.

    Apabila terdapat sisa DAK pada kas daerah saat tahun anggaran

    berakhir, daerah dapat menggunakan sisa DAK tersebut untuk mendanai

    kegiatan DAK pada bidang yang sama tahun anggaran berikutnya sesuai

    dengan petunjuk teknis tahun anggaran sebelumnya dan/atau tahun

    anggaran berjalan. Namun demikian sisa DAK tidak dapat digunakan

    sebagai dana pendamping DAK.

    Kepala Daerah menyampaikan Laporan Penggunaan Sisa DAK kepada

    Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan c.q. Direktur Dana

    Perimbangan setelah kegiatan yang didanai dari sisa DAK selesai.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    21/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 21

    VI. MEKANISME TRANSFER DANA OTONOMI KHUSUS DAN DANA

    PENYESUAIAN

    Dana Otonomi Khusus

    Dana Otnomi Khusus (Dana Otsus) adalah dana otonomi yang khusus

    diberikan untuk percepatan pembangunan di daerah. Pada awalnya

    Otsus hanya diberikan untuk Provinsi Papua dengan landasan hukum

    Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi

    Provinsi Papua. Pada tahun 2008 dengan diubahnya Undang-Undang

    tersebut, sebagaimana perubahan terakhir dalam Undang-Undang Nomor

    35 Tahun 2008 tentang Penetapan PP Pengganti Undang-Undang Nomor

    1 tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 tahun

    2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, ditetapkan bahwa

    Dana Otsus dan dana tambahan infrastruktur dalam rangka Otsus juga

    diberikan untuk Provinsi Papua Barat.

    Alokasi Dana Otsus ditetapkan sebesar 2% (dua persen) dari plafon DAU

    Nasional per-tahunnya dan berlaku selama 20 (dua puluh) tahun. Dari

    Alokasi tersebut, ditetapkan bahwa Provinsi Papua mendapatkan proporsi

    70% (tujuh puluh persen) dan sisanya untuk Provinsi Papua Barat. Selain

    Dana Otsus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat juga di

    berikan Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus.

    Selain Provinsi Papua dan Papua Barat, Dana Otsus juga dialokasikan

    untuk Provinsi Aceh sesuai dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2006

    tentang Pemerintahan Aceh. Dana Otsus ini juga berlaku untuk jangka

    waktu 20 (dua puluh) tahun, dengan rincian untuk tahun pertama

    sampai dengan tahun ke-15 besarnya setara dengan 2 % (dua persen)

    plafon DAU Nasional dan untuk tahun ke-16 sampai dengan tahun ke-20

    besarnya setara dengan 1 % (satu persen) plafon DAU Nasional.

    Penyaluran Dana Otsus tersebut dilaksanakan setelah mendapatkan

    pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri. Penyaluran Dana Otonomi

    Khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Dana Otonomi Khusus

    Provinsi Aceh serta Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    22/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 22

    Khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dilaksanakan secara

    bertahap dan tidak dapat dilakukan sekaligus, yaitu:

    Tahap I : 30 % dari alokasi (Maret)

    Tahap II : 45 % dari alokasi (Juli)

    Tahap III : 25 % dari alokasi (Oktober)

    Dana Penyesuaian

    Dana Penyesuaian, adalah jenis dana yang bersifat adhoc. Pada dasarnya

    dana penyesuaian ini bertujuan untuk menampung program-program

    tertentu. Pada Tahun 2013 terdapat 4(ematT) jenis Dana Penyesuaian,

    yaitu :

    1. Dana Insentif Daerah (DID)

    Tujuan utama dialokasikannya DID adalah untuk mendorong agar

    daerah berupaya untuk mengelola keuangannya dengan lebih baik

    yang ditunjukkan dari perolehan opini Badan Pemeriksa Keuangan

    atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, dan berfungsi membantu

    daerah dalam rangka melaksanakan program pendidikan sebagaikebijakan Pemerintah Pusat.

    Kriteria Penilaian

    DID dialokasikan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota dengan

    mempertimbangkan kriteria daerah yang berprestasi yang memenuhi

    3 (tiga) kriteria tertentu, yaitu Kriteria Utama, Kriteria Kinerja, dan

    Batas Minimum Kelulusan Kinerja.

    a. Kriteria Utama meliputi sekurang-kurangnya mendapatkan opini

    Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari Badan Pemeriksa Keuangan

    (BPK) atas laporan keuangan dan penetapan APBD yang tepat

    waktu.

    b. Kriteria Kinerja terdiri dari Kriteria Kinerja Keuangan, Kriteria

    Kinerja Pendidikan, dan Kriteria Kinerja Ekonomi dan

    Kesejahteraan.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    23/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 23

    i. Kriteria Kinerja Keuangan meliputi daerah yang mampu

    meningkatkan dan empertahankan kualitas Laporan

    Keuangannya untuk memperoleh opini Wajar Tanpa

    Pengecualian (WTP) atau WDP dari BPK, daerah yang

    menetapkan Peraturan Daerah tentang APBD secara tepat

    waktu, dan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di atas rata-

    rata Nasional.

    ii. Kriteria Kinerja Pendidikan meliputi daerah yang mampu

    mencapai Angka Partisipasi Kasar Sekolah Dasar dan

    sederajatnya di atas rata-rata nasional dan/atau daerah yang

    mampu mencapai Angka Partisipasi Kasar Sekolah Menengah

    Pertama dan sederajatnya di atas rata-rata nasional, dan daerah

    yang mampu mengurangi jarak indeks Pembangunan Manusia

    (IPM) terhadap IPM ideal (100) di atas rata-rata nasional.

    iii. Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan meliputi daerah

    yang mampu mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi di atas

    rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, daerah yang

    mampu mengurangi tingkat kemiskinan di atas rata-rata

    pengurangan tingkat kemiskinan nasional, daerah yang mampu

    mengurangi tingkat penganguran di atas rata-rata tingkat

    pengangguran nasional, dan daerah yang memiliki Kemampuan

    Fiskal Daerah terhadap IPM-nya di atas atau di bawah rata-rata

    nasional.

    Batas Minimum Kelulusan Kinerja adalah nilai minimum tertentu atashasil pembobotan terhadap masing-masing unsur penilaian dan

    Kriteria Kinerja Keuangan, Kriteria Kinerja Pendidikan, serta Kriteria

    Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan.

    Alokasi Minimum

    Dalam alokasi DID Tahun Anggaran 2013 juga dikenal adanya alokasi

    minimum yang diberikan kepada daerah yang telah memenuhi

    minimal persyaratan penilaian atas kriteria utama diberikan alokasi

    minimal sebesar Rp2.000.000.000,- sedangkan bagi daerah yang

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    24/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 24

    menyampaikan LKTD ke BPK tepat waktu mendapatkan insentif

    tambahan sebesar Rp3.000.000.000,-.

    Penggunaan DIDDID dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka

    melaksankan fungsi pendidikan sebagai kebijakan pemerintah pusat.

    Pengalokasian fungsi belanja pendidikan dalam APBD menjadi

    kewenangan/urusan daerah untuk membiayai penyelenggaraan

    pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

    Penggunaan DID diutamakan untuk kegiatan penuntasan rehabilitasi

    ruang kelas SD dan SMP yang rusak. Selain itu dapat juga untukkegiatan-kegiatan lain dalam rangka pelaksanaan fungsi kendidikan

    dengan jenis belanja modal, barang, pegawai, bantuan keuangan dan

    hibah.

    Kegiatan yang tidak dapat dibiayai dari DID meliputi pendanaan

    untuk dana pendamping DAK, kegiatan yang dibiayai dari DAK, BOS,

    pendidikan kedinasan dan hibah kepada perusahaan daerah.

    Penyaluran

    Penyaluran DID dilakukan secara sekaligus melalui transfer dari

    Rekening Kas Umum Negara kepada Rekening Kas Umum Daerah

    setelah daerah penerima menyampaikan Perda APBD tahun berjalan,

    Surat Pernyataan pencantuman DID dalam APBD/APBD-P, dan

    Rencana Penggunaan DID kepada Dirjen Perimbangan Keuangan.

    2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

    Dasar Hukum

    Pelaksanaan program BOS diatur dengan 3 peraturan menteri yaitu:

    1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.07/2011 tentang

    Pedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Operasional Sekolah

    Tahun Anggaran 2012. Peraturan Menteri ini antara lain mengatur

    mekanisme penyaluran dana BOS dari Kas Umum Negara ke Kas

    Umum Daerah serta pelaporannya.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    25/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 25

    2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 26/PMK.07/2012 tentang

    Pedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Operasional untuk

    Sekolah di Daerah Terpencil Tahun Anggaran 2012.

    3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2011 tentang

    Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

    Peraturan Menteri ini antara lain mengatur mekanisme pengelolaan

    dana BOS di daerah dan mekanisme penyaluran dari Kas Umum

    Daerah Propinsi ke Sekolah dengan hibah.

    4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 51 tahun

    2011 tentang Petunjuk Teknis tentang Penggunaan Dana Bantuan

    Operasional Sekolah (BOS) dan Laporan Keuangan BOS tahun

    anggaran 2012. Peraturan Menteri ini antara lain mengatur

    mekanisme pengalokasian dana BOS dan penggunaan dana BOS di

    Sekolah.

    Definisi dan Komponen BOS

    Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Dana BOS merupakandana yang dialokasikan kepada daerah kabupaten dan kota untuk

    meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan

    dalam rangka wajib belajar 9 (Sembilan) tahun yang bermutu.

    Adapun sekolah penerima BOS adalah Sekolah Dasar/Sekola Dasar

    Luar Biasa (SD/SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama/Sekolah

    Menengah Pertama Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Terbuka

    (SMP/SMPLB/SMPT) baik Negeri maupun swasta, termasuk SD-SMPSatu Atap (SATAP) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang

    diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di

    seluruh provinsi di Indonesia.

    Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah dana yang digunakan

    terutama untuk biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar

    sebagai pelaksana program wajib belajar dan dapat dimungkinkan

    untuk mendanai beberapa kegiatan lain sesuai pertunjuk teknis

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    26/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 26

    Sejak tahun 2011 penyaluran BOS dilakukan melalui transfer

    langsung dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum

    Daerah, menggantikan mekanisme sebelumnya dimana dana BOS

    disalurkan melalui DIPA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    sebagaimana konsep dekonsentrasi. Untuk tahun 2011 dana BOS

    disalurkan langsung kepada Pemerintah Kabupaten/Kota,

    dilaksanakan secara triwulanan masing-masing sebesar (satu

    perempat) dari pagu alokasi kepada pemerintah. Selanjutnya

    pemerintah daerah wajib menyalurkan BOS kepada masing-masing

    sekolah paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima di Rekening

    KUD.

    Penyaluran BOS Tahun Anggaran 2012

    Mekanisme penyaluran dana BOS 2012 dilakukan melalui transfer

    dana dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas

    Umum Daerah Provinsi, untuk selanjutnya diteruskan oleh Propinsi

    secara langsung ke satuan pendidikan dasar dalam bentuk hibah.

    Penyaluran BOS dilakukan secara triwulanan (tiga bulanan) masing-

    masing sebesar (satu perempat) dari alokasi BOS yaitu:

    o Triwulan Pertama (bulan Januari sampai dengan bulan Maret)

    dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja pada awal

    bulan Januari 2012;

    o Triwulan Kedua (bulan April sampai dengan bulan Juni)

    dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja pada awal bulan April

    2012;

    o Triwulan Ketiga (bulan Juli sampai dengan bulan September)

    dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja pada awal pada bulan

    Juli 2012; dan

    o Triwulan Keempat (bulan Oktober sampai dengan bulan

    Desember) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja pada awal

    bulan Oktober 2012.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    27/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 27

    Pemerintah Provinsi wajib menyalurkan BOS kepada masing-masing

    sekolah paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima di Rekening

    Kas Umum Daerah Provinsi setiap triwulannya. Penyaluran BOS

    tersebut mengacu kepada rincian alokasi BOS masing-masing sekolah

    per kabupaten/kota yang dihitung/ditetapkan berdasarkan data nama

    sekolah dan jumlah siswa serta ditetapkan oleh Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan dalam Petunjuk Teknis Penggunaan

    Dana BOS.

    Mulai tahun 2012 dana BOS disalurkan melalui Pemerintah Propinsi

    secara triwulanan masing-masing sebesar (satu perempat) dari pagualokasi, selanjutnya Pemerintah Propinsi menyalurkan langsung

    kepada sekolah dengan mekanisme hibah kepada masing-masing

    sekolah paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima di Rekening

    KUD Propinsi.

    Dana BOS 2012 membedakan antara penyaluran daerah non terpencil

    dan terpencil, untuk daerah terpencil penyaluran dilakukan secara

    semesteran. Pada Semester I, DJPK menyalurkan BOS utk daerah

    terpencil ke Pemda Provinsi paling lambat 14 hari setelah PMK alokasi

    diundangkan. Besaran penyaluran sebesar 50% dari alokasi untuk

    tiap semester-nya. Pemda Propinsi menyalurkan ke masing-masing

    sekolah paling lambat 7 hari kerja setelah dana diterima di RKUD.

    Untuk tahun angaran 2012 alokasi untuk SD dan SMP per siswa per

    tahun diberikan sebesar:

    SD/SDLB di kabupaten dan kota sebesar Rp.580.000,00 per

    siswa per tahun;

    SMP/SMPLB/SMPT di Kabupaten dan kota sebesar

    Rp.710.000,00 per siswa per tahun.

    Total alokasi BOS TA 2012 adalah sebesar Rp.23.594.800.000.000,00

    (dua puluh tiga triliun lima ratus sembilan puluh empat miliar

    delapan ratus juta rupiah) disediakan untuk daerah dengan rincian

    sebagai berikut:

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    28/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 28

    BOS yang dialokasikan ke kabupaten/kota melalui propinsi

    sebesar Rp.22.441.115.420.000 untuk 36.579.003 siswa yang

    terdiri dari 27.153.667 siswa SD dan 9.425.336 siswa SMP;

    dan

    Dana Cadangan BOS (Buffer fund) sebesar

    Rp.1.153.684.580.000,00 yang dipergunakan untuk

    mengantisipasi jumlah siswa yang belum terhitung atau

    bertambahnya jumlah siswa dari perkiraan semula per

    triwulannya pada tahun anggaran berjalan.

    Pelaporan dan Pertanggunjawaban

    Pemerintah Daerah Provinsi wajib membuat dan menyampaikan:

    o Laporan Realisasi Penyaluran BOS kepada Menteri Keuangan

    c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat pada

    setiap akhir triwulan yang bersangkutan. Laporan dimaksud

    dilengkapi dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab dan Daftar

    Surat Perintah Pencairan Dana Yang Diterbitkan Untuk

    Penyaluran; dan

    o Laporan Realisasi Penyerapan BOS kepada Menteri Pendidikan

    dan Kebudayaan c.q. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.

    Laporan dimaksud sekurangnya memuat kurang salur dan lebih

    salur pembayaran BOS masing-masing sekolah pada triwulan

    yang bersangkutan.

    Pencairan Dana Cadangan (Buffer Fund) dan Perlakuan atas Lebih

    Salur

    Dana cadangan BOS (Buffer fund) pencairannya dilakukan setelah

    mendapatkan rekomendasi kurang salur BOS dari Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan ketersediaan dan

    perkembangan data jumlah siswa per triwulan dalam tahun anggaran

    berjalan.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    29/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 29

    Informasi terkait kurang salur BOS selanjutnya ditindaklanjuti dengan

    penyampaian rekomendasi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    kepada Menteri Keuangan untuk menjadi dasar pencairan dana

    cadangan BOS yang selanjutnya akan disalurkan ke provinsi.

    Apabila terdapat lebih salur, maka lebih salur tersebut akan

    diperhitungkan sebagai pengurang dalam penyaluran alokasi BOS

    triwulan berikutnya. Untuk lebih salur pada Triwulan Keempat akan

    diperhitungkan sebagai pengurang dalam penyaluran Triwulan

    Pertama tahun anggaran berikutnya setelah memperhatikan

    rekomendasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

    3. Dana Tunjangan Profesi Guru (TP Guru)

    Dana Tunjangan Profesi Guru (TP Guru), Alokasi dana ini diberikan

    kepada Guru pegawai Negeri Sipil Daerah yang telah memiliki

    sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan. Tunjangan Profesi Guru-

    PNSD diberikan sebesar maksimal 1 kali gaji pokok PNS yang

    bersangkutan.

    Penyaluran TP-Guru PNSD dilaksanakan dengan cara

    pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD secara triwulanan pada akhir

    triwulan yang bersangkutan, masing-masing triwulan sebesar 25%

    pagu alokasi per daerah. Penyaluran Triwulan II dilakukan setelah

    Laporan Realisasi Semester II Dana TP-Guru PNSD TA 2011 diterima

    oleh Dirjen Perimbangan Keuangan.

    TP-Guru PNSD merupakan obyek Pajak Penghasilan Pasal 21

    4. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD (DTP Guru), Alokasi dana

    ini diperuntukkan bagi guru yang belum mendapatkan tunjangan

    profesi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dengan

    tujuan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan guru PNSD.

    Disalurkan secara triwulanan pada akhir triwulan yang bersangkutan,

    masing-masing triwulan sebesar 25% pagu alokasi per daerah.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    30/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 30

    Penyaluran Triwulan II dilakukan setelah Laporan Realisasi Semester

    II Dana TPG PNSD TA sebelumnya diterima oleh Dirjen Perimbangan

    Keuangan.

    Mulai tahun 2009, DTP Guru PNSD merupakan komponen Anggaran

    Transfer ke Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    Dalam hal DTP Guru PNSD yang telah disalurkan oleh Pemerintah

    Pusat kepada Pemerintah Daerah tidak mencukupi kebutuhan

    pembayaran DTP Guru PNSD, Pemerintah Daerah dapat

    melaksanakan optimalisasi penyerapan DTP Guru PNSD yang tersalur

    dengan cara melaksanakan pembayaran DTP Guru PNSD kepada

    Guru PNSD berdasarkan jumlah bulan.

    Apabila masih terdapat selisih anatra pagu yang ditrasnfer dengan

    realisasinya akan diperhitungkan dengan alokasi DTP Guru PNSD

    Tahun Anggaran berikutnya.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    31/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 31

    Pola Penyaluran Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian

    Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

    A. Dana Otonomi Khususdan Dana TambahanInfrastruktur

    Penyaluran dilaksanakan setelah mendapatpertimbangan dari Mendagri - Tahap I(Maret) : 15%; Tahap II (Juni) : 30%; TahapIII (Sept) : 40%; Tahap IV (Nov) : 15%

    B. Dana BantuanOperasional Sekolah

    Penyaluran dilaksanakan secara Triwulananuntuk daerah non-terpencil masing-masing25% sedangkan untuk daerah terpencilsecara semesteran (50%).

    C. Dana Tambahan

    Penghasilan Bagi GuruPNSD

    Penyaluran dilaksanakan secara Triwulanan

    masing-masing 25%

    D. Dana Tunjangan ProfesiGuru PNSD

    Penyaluran dilaksanakan secara Triwulananmasing-masing 25%

    E. Dana Insentif DaerahPenyaluran dilaksanakan jika Daerah telahmenyampaikan Perda APBD 2010 dan SuratPernyataan dan disalurkan secara sekaligus

    F. Dana Penyesuaianlainnya

    Diatur sesuai dengan ketentuan peraturanperundangan yang berlaku

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    32/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 32

    VII. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN

    TRANSFER KE DAERAH

    Pelaporan dana transfer adalah tahap krusial yang akan memperlihatkan

    kinerja DJPK dalam melaksanakan penyaluran dana transfer. Untuk

    menyusun laporan dana transfer yang baik, diperlukan dokumen sumber

    yang memadai.

    Dokumen transfer yang dimiliki DJPK menjadi dokumen sumber dalam

    pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran transfer ke daerah.

    Dokumen-dokumen tersebut berupa:

    1) Perpres/PMK Alokasi;

    2) DIPA;

    3) SPAT/SKP-RTD;

    4) SPP;

    5) SPM;

    6) SP2D; dan

    7) LKT.

    Dokumen-dokumen di atas menjadi dokumen sumber dalam penyusunan

    Laporan Keuangan Transfer ke Daerah (LKTD). Selanjutnya LKTD

    menjadi bagian dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang

    disusun dan dikompilasi oleh DJPB. LKPP ini menjadi asersi pemerintah

    atas penggunaan uang Negara selama periode tahun anggaran.

    Selanjutnya, LKPP diaudit oleh BPK sebagai proses akuntabilitas. Dalam

    melakukan audit, BPK menggunakan beberapa criteria, yakni:

    1. Memeriksa kesesuaian laporan keuangan dengan Standar

    Akuntansi Pemerintahan.

    2. Memeriksa kepatuhan dengan peraturan hokum dan perundangan-undangan yang berlaku.

    3. Kecukupan pengungkapan informasi keuangan negara.

    4. Keefektifan system pengendalian internal pemerintah.

    LKPP yang sudah diaudit, termasuk LKTD di dalamnya, digunakan

    sebagai bahan kebijakan alokasi Anggaran Transfer Tahun Anggaran

    berikutnya. Rekomendasi-rekomendasi BPK terkait dana transfer

    ditindaklanjuti oleh Kementerian Keuangan sesuai peraturan yang

    berlaku.

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    33/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 33

    VIII. PENUTUP

    Mekanisme penyaluran Dana Transfer tergantung pada jenisnya. Danatransfer yang bersifat block grant (hibah umum), tidak memerlukan

    persyaratan dalam pencairannya, sedangkan dana transfer yang bersifat

    specific grant memerlukan adanya persyaratan pencairan.

    Mekanisme penyaluran dana transfer dilaksanakan sesuai ketentuan

    yang berlaku. Ketentuan berupa PMK terus mengalami perbaikan yang

    dimaksudkan untuk menepati prinsip penyaluran, yaitu:1. Penyaluran Transfer Ke Daerah secara tepat waktu, tepat jumlah,

    tepat sasaran

    2. Mendorong percepatan penyelesaian penetapan Perda APBD

    3. Mendorong percepatan penyerapan dana dari Kas Daerah kepada

    masyarakat untuk mendanai kegiatan daerah

    4. Mendukung upaya pencapaian laporan keuangan yang berkualitas

    Dokumen-dokumen yang diperlukan selama penyaluran dana transferadalah:

    1. DIPA

    2. SPM

    3. SP2D

    4. LKT

    Selanjutnya, hasil pelaksanaan penyaluran dana transfer dilaporkanmelalui Laporan Keuangan Transfer ke Daerah (LKTD). LKTD yang telahdiaudit menjadi dasar bagi kebijakan alokasi dana transfer tahunberikutnya.

    ................. &&&&& ...................

  • 7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap

    34/34

    Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 34

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

    2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

    Negara;

    3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

    Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2004 tentang Dana

    Perimbangan;

    5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.07/2012 tentang

    Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah;

    6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165/PMK.07/2012 tentang

    Mekanisme Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah;

    7. Peraturan Presiden/Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur

    alokasi Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan Dana

    Penyesuaian tahun berjalan.