modul mekanisme transfer dan aklap
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
1/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daera dan Aklap 1
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
2/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 2
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti materi ini peserta diharapkan memperoleh
pemahaman mengenai mekanisme penyaluran Anggaran Transfer ke
Daerah serta aspek-aspeknya.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti materi ini peserta diharapkan memiliki pengetahuan
mengenai:
1. Ruang lingkup Anggaran Transfer ke Daerah.
2. Dasar Hukum Penyaluran Transfer ke Daerah.
3. Pejabat Pengelola Transfer ke Daerah.
4. Definisi Atas Jenis-Jenis Dokumen Transfer ke Daerah.
5. Definisi Atas Jenis-Jenis Transfer ke Daerah.
6. Pola Penyaluran tiap Jenis Anggaran Transfer ke Daerah.
7. Akuntansi dan Pelaporan Anggaran Transfer ke Daerah.
RUANG LINGKUP MATERI
1. Dasar Hukum
2. Definisi Belanja dan Transfer.
3. Pejabat Pengelola Transfer ke Daerah.
4. Definisi Dokumen Transfer ke Daerah.
5. Jenis-Jenis Transfer ke Daerah.
6. Pola Penyaluran.
7. Akuntansi dan Pelaporan.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
3/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 3
MODUL MEKANISME TRANSFER DANA KE DAERAH DAN AKUNTANSI
PELAPORANNYA
I. DASAR HUKUM TRANSFER
1. Dasar Hukum Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah
a. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 ttg Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 ttg Dana
Perimbangan;
c. Undang-Undang APBN/P tahun berjalan.
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90 tahun 2010 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga;
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165 tahun 2012 tentang
Mekanisme Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah;
f. Peraturan Presiden/Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
rincian alokasi Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan
Dana Penyesuaian tahun berjalan;
2. Dasar Hukum Penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 ttg Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ttg Perbendaharaan
Negara;
c. Peraturan Presiden/Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
rincian alokasi Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan
Dana Penyesuaian tahun berjalan;
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.07/2012 ttg
Pelaksanaan dan Pertangungjawaban Anggaran Transfer ke
Daerah.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
4/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 4
e. Permenkeu/Perdirjen Perbendaharaan/Surat Edaran
Perbendaharaan yang mengatur ketentuan khusus terkait
mekanisme perbendaharaan.
II. DEFINISI DAN PERBEDAAN ANTARA TRANSFER DAN BELANJA
Definisi Belanja
Menurut UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, belanja
daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Abdul Halim (2002:73) mengemukakan bahwa :
Belanja daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi
selama periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau
deplesi asset, atau terjadinya utang yang mengakibatkan
berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan
distribusi kepada peserta ekuitas dana.
Dan menurut Permendagri No.59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Permendagri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah diungkapkan pengertian belanja daerah, yaitu:
belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belanja daerah
adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode
anggaran yang berupa arus kas aktiva keluar, deplesi aktiva atau
timbulnya utang yang bukan disebabkan oleh pembagian kepada milik
ekuitas dana (rakyat).
Definisi Transfer
Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka
mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan,
dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
5/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 5
Definisi dalam Standar Akuntansi Pemerintah Transfer adalah Pos untuk
mencatat semua pengeluaran pemerintah pusat yang dialokasikan
kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi serta otonomi dan dana penyesuaian.
Transfer yang dimaksud di sini adalah transfer keluar, yaitu pengeluaran
uang dari suatu entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain, seperti
pengeluaran dana perimbangan, dana otonomi khusus dan dana
penyesuaian. Contoh: bagi pemerintah pusat terdapat transfer Dana
Perimbangan ke Propinsi/Kabupaten/Kota, bagi pemerintah provinsi
terdapat bagi hasil ke kabupaten/kota, bagi pemerintah kabupaten
terdapat bagi hasil ke desa.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
6/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 6
III. PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAN DOKUMEN ANGGARAN
TRANSFER KE DAERAH
Pejabat Pengelola Keuangan Anggaran Transfer ke Daerah
Dalam Pasal 6 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
diatur bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan. Selanjutnya kekuasaan tersebut dikuasakan kepada
Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, dikuasakan kepada
menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Sedangkan di lingkup
Pemerintahan Propinsi/Kabupaten/Kota kekuasaan Presiden tersebut
diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Kemudian dalam Pasal 22 ayat(1) disebutkan bahwa Pemerintah Pusat
mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemerintah Daerah
berdasarkan undang-undang yang mengatur perimbangan keuangan
pusat dan daerah.
Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah
mempunyai kewenangan atas pelaksanaan anggaran Transfer ke Daerah.
Untuk melaksanakan kewenangan dimaksud, Menteri Keuangan
menunjuk Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah.
Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. menyusun DIPA Transfer ke Daerah sebagai dokumen pelaksanaan
anggaran Transfer ke Daerah;
b. menerbitkan SKP-RTD atas beban DIPA Transfer ke Daerah;
c. menetapkan pejabat yang bertanggungjawab untuk menerbitkan SPP
atas beban DIPA Transfer ke Daerah;
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
7/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 7
d. menetapkan pejabat yang bertanggungjawab untuk melakukan
pengujian SPP dan menandatangani SPM atas beban DIPA Transfer ke
Daerah; dan
e. menyusun laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban anggaran
Transfer ke Daerah.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dapat melimpahkan
kewenangan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah
kepada pejabat eselon II yang ditunjuk.
Untuk memperlancar pelaksanaan penyaluran anggaran transfer ke
daerah Dirjen Perimbangan Keuangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran
Transfer ke Daerah menunjuk dan mentapkan pejabat yang
bertanggungjawab untuk menerbitkan SPP atas beban DIPA Transfer ke
Daerah dan juga menetapkan pejabat yang bertanggungjawab untuk
melakukan pengujian SPP dan menandatangani SPM atas beban DIPA
Transfer ke Daerah.
Dokumen Anggaran Transfer ke Daerah
Definisi dan jenis dokumen anggaran transfer ke daerah adalah sebagai
berikut:
1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) merupakan dokumen
pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga
serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama
Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan
dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi
pemerintah.
2. Surat Keputusan Penetapan Rincian Transfer ke Daerah (SKP-RTD)
adalah surat keputusan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran yang memuat rincian jumlah transfer per daerah untuk
setiap jenis transfer dalam periode tertentu.
3. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
8/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 8
transfer dan disampaikan kepada pejabat penguji SPP/penandatangan
Surat Perintah Membayar.
4. Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang diterbitkan
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain
yang ditunjuk untuk mencairkan alokasi dana yang bersumber dari
DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan.
5. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah surat perintah yang
diterbitkan oleh Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan
pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
6. Lembar Konfirmasi Transfer (LKT), merupakan bukti penerimaan
bagi daerah atas penyaluran anggaran Transfer ke Daerah berisi
rekapitulasi transfer tiap bulan dari Rekening Kas Negara ke Rekening
Kas Umum Daerah.
Alur Penerbitan Dokumen Transfer ke Daerah
Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah menyusun DIPA Transfer
ke Daerah berdasarkan Peraturan Presiden dan/atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai alokasi anggaran Transfer ke Daerah. DIPA Transfer
ke Daerah tersebut tidak memuat rincian alokasi Transfer ke Daerah per
provinsi dan kabupaten/kota, kecuali DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan
Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah. DIPA Transfer ke Daerah
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah,
selanjutnya disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke
Daerah kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk mendapatkan
pengesahan.
Kemudian berdasar DIPA yang telah ditetapkan dan disahkan Kuasa
Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah menerbitkan SKP-RTD.
Berdasarkan SKP-RTD dimaksud pejabat penerbit SPP yang telah
ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah digunakan
sebagai dasar penerbitan SPP. Selanjutnya SPP tersebut digunakan oleh
pejabat penguji dan penandatangan SPM yang telah ditetapkan oleh
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
9/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 9
Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah sebagai dasar penerbitan
SPM.
SPM yang dilampiri Daftar Penerima Dana, Surat Pernyataan Tanggung
Jawab Belanja/Transfer (SPTBT) dan Arsip Data Komputer (ADK)
selanjutnya disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke
Daerah kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara sebagai
dasar penerbitan SP2D.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
10/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 10
IV. MEKANISME TRANSFER DANA BAGI HASIL
DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah
Penyaluran DBH PBB Bagian Pemerintah yang dibagikan secara merata
kepada seluruh kabupaten/kota dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap,
yaitu:
a. tahap I pada bulan April;
b. tahap II pada bulan Agustus; dan
c. tahap III pada bulan November.
Penyaluran DBH PBB Bagian Pemerintah dilaksanakan dengan rincian
sebagai berikut penyaluran tahap I dan tahap II masing-masing sebesar
25% (dua puluh lima persen) dan 50% (lima puluh persen) dari pagu
alokasi sementara; dan penyaluran tahap III didasarkan pada selisih
antara pagu alokasi definitif dengan jumlah dana yang telah disalurkan
pada tahap I dan tahap II.
Apabila sampai dengan akhir bulan November, alokasi definitif belum
ditetapkan, maka penyaluran tahap III adalah sebesar sisa pagu alokasi
sementara.
Penyaluran DBH PBB Bagian Pemerintah yang dibagikan sebagai insentif
kepada kabupaten/kota yang realisasi penerimaan PBB sektor pedesaan
dan sektor perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya
mencapai/melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan,
dilaksanakan pada bulan November berdasarkan realisasi penerimaan
PBB tahun anggaran berjalan.
Penyaluran DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian
Daerah dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan PBB tahun
anggaran berjalan dan dilaksanakan secara mingguan. Penyaluran DBH
PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah
dilaksanakan oleh Kuasa Bendahara Umum Negara dengan menerbitkan
SP2D atas beban Bank Operasional III.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan penyaluran DBH
PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah diatur
dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
11/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 11
DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB sektor Pertambangan Minyak
Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi Bagian Daerah
Penyaluran DBH PBB sektor Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi
serta Panas Bumi Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB sektor
Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi Bagian
Daerah dilaksanakan oleh Kuasa Bendahara Umum Negara dengan
menerbitkan SP2D atas beban Bank Operasional I.Penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB sektor pertambangan
Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi dilaksanakan secara
triwulanan, yaitu:
a. triwulan I paling lambat pada bulan Maret;
b. triwulan II paling lambat pada bulan Juni;
c. triwulan III paling lambat pada bulan September; dan
d. triwulan IV paling lambat pada bulan Desember.
Proses yang terjadi di Dirjen Perbendaharaan1. Pada setiap awal tahun anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah
menunjuk Pejabat di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dengan Surat Kuasa,yaitu:a. Kepala Seksi Bank/Giro Pos atau Kepala Seksi Bendahara Umum sebagai Verifikator
dan Penandatangan SPP, Surat Ketetapan Pembagian (SKP) dan Surat PermohonanTransfer DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah; dan
b. Kepala Seksi Bank/Giro Pos atau Kepala Seksi Bendahara Umum sebagai Verifikatordan Penandatangan SPP, Surat Ketetapan Pembagian (SKP) dan Surat Permohonan
Transfer DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah; danc. Kepala Subbagian Umum sebagai Verifikator dan Penandatangan SPM, SKP dan
Surat Permohonan Transfer DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBBBagian Daerah.
2. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara menyampaikan SPM dan SP2D atasrealisasi penyaluran DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB BagianDaerah beserta rekapitulasi SPM dan SP2D dalam bentuk hardcopy dan ADK melaluisistem jaringan komunikasi data kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan c.q.Direktur Dana Perimbangan dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.3. Penyampaian SPM dan SP2D tersebut dilaksanakan secara triwulanan paling lambat 10
(sepuluh) hari kerja setelah triwulan berkenaan berakhir.4. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan SPM dan SP2D
tersebut menyampaikan Laporan Realisasi Pagu DIPA DBH PBB Bagian Daerah danBiaya Pemungutan PBB Bagian Daerah kepada Direktur Jenderal PerimbanganKeuangan c.q. Direktur Dana Perimbangan secara triwulanan paling lambat tanggal 15bulan berikutnya setelah triwulan berkenaan berakhir.
5. Laporan Realisasi Pagu DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBBBagian Daerah dirinci menurut sektor.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian SPM dan SP2D, dan laporanrealisasi pagu DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB BagianDaerah diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
12/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 12
Penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB sektor pertambangan
Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi dilaksanakan dengan
rincian sebagai berikut:
a. penyaluran triwulan I, triwulan II, dan triwulan III masing-masing
sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pagu alokasi sementara;
dan
b. penyaluran triwulan IV didasarkan pada selisih antara pagu alokasi
definitif dengan jumlah dana yang telah disalurkan pada triwulan I,
triwulan II, dan triwulan III.
Apabila sampai dengan 5 (lima) hari kerja sebelum berakhirnya tahun
anggaran berjalan belum ditetapkan alokasi definitif, penyaluran triwulan
IV adalah sebesar sisa pagu alokasi sementara.
Apabila terjadi kelebihan penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan
PBB sektor pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas
Bumi, maka kelebihan penyaluran tersebut diperhitungkan terhadap
penyaluran pada triwulan berikutnya dan/atau pada tahun anggaran
berikutnya.
Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat
diperhitungkan dalam penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB
sektor pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi
tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat
diperhitungkan terhadap penyaluran DBH Pajak lainnya.
Apabila perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat
diperhitungkan dalam penyaluran DBH PBB dan DBH Pajak lainnya
tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat
diperhitungkan terhadap penyaluran DBH SDA.
Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat
diperhitungkan dalam penyaluran DBH PBB, DBH pajak lainnya dan
DBH SDA tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran
tersebut dapat diperhitungkan terhadap penyaluran DAU.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
13/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 13
Perhitungan kelebihan penyaluran dimaksud tidak dapat dilakukan
untuk DBH SDA 0,5% (nol koma lima persen) Minyak Bumi dan Gas
Bumi dan DBH SDA Kehutanan Dana Reboisasi.
Kelebihan penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB sektor
pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi meliputi:
a. kelebihan penyaluran karena realisasi penyaluran DBH PBB sektor
pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi
triwulan I sampai dengan triwulan III yang didasarkan atas alokasi
sementara lebih besar daripada alokasi definitif; dan/atau
b. kelebihan penyaluran akibat kelebihan pembayaran PBB sektor
pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi.
Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan rekonsiliasi data
realisasi penerimaan PBB serta penyaluran DBH PBB Bagian Daerah dan
Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah. Rekonsiliasi data dimaksud
dilakukan setiap triwulan paling lambat pada minggu ketiga setelah
triwulan berkenaan berakhir.
DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21
Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 dilaksanakan
secara triwulanan, yaitu:
a. triwulan I pada bulan Maret;
b. triwulan II pada bulan Juni;
c. triwulan III pada bulan September; dan
d. triwulan IV pada bulan Desember.
Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 dilaksanakan
dengan rincian sebagai berikut:
a. penyaluran triwulan I, triwulan II, dan triwulan III masing-masing
sebesar 20% (dua puluh persen) dari pagu alokasi sementara; dan
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
14/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 14
b. penyaluran triwulan IV didasarkan pada selisih antara pagu alokasi
definitif dengan jumlah dana yang telah disalurkan pada triwulan I,
triwulan II, dan triwulan III.
Dalam hal sampai dengan 5 (lima) hari kerja sebelum berakhirnya tahun
anggaran berjalan belum ditetapkan alokasi definitif, penyaluran triwulan
IV adalah sebesar sisa pagu alokasi sementara.
Dalam hal terjadi kelebihan penyaluran karena penyaluran DBH PPh
WPOPDN dan DBH PPh Pasal 21 pada triwulan I sampai dengan triwulan
III yang didasarkan atas alokasi sementara lebih besar daripada alokasi
definitif, maka kelebihan penyaluran tersebut diperhitungkan terhadap
penyaluran tahun anggaran berikutnya.
Apabila perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat
diperhitungkan dalam penyaluran DBH PPh WPOPDN dan/atau DBH PPh
Pasal 21 tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran
tersebut dapat diperhitungkan terhadap penyaluran DBH Pajak lainnya.
Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat
diperhitungkan dalam penyaluran DBH PPh dan DBH Pajak lainnya
tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat
diperhitungkan terhadap penyaluran DBH SDA.
Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat
diperhitungkan dalam penyaluran DBH PPh, DBH Pajak lainnya dan DBH
SDA tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut
dapat diperhitungkan terhadap penyaluran DAU.
Perhitungan kelebihan penyaluran tidak dapat dilakukan untuk DBH
SDA 0,5% (nol koma lima persen) Minyak Bumi dan Gas Bumi dan DBH
SDA Kehutanan Dana Reboisasi.
Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
Penyaluran DBH CHT dilaksanakan secara triwulanan, yaitu:
a. triwulan I pada bulan Maret;
b. triwulan II pada bulan Juni;
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
15/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 15
c. triwulan III pada bulan September; dan
d. triwulan IV pada bulan Desember.
Penyaluran DBH CHT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan rincian sebagai berikut:
a. penyaluran triwulan I sebesar 20% (dua puluh persen) dari pagu
alokasi sementara;
b. penyaluran triwulan II dan triwulan III masing-masing sebesar 30%
(tiga puluh persen) dari pagu alokasi sementara; dan
c. penyaluran triwulan IV didasarkan pada selisih antara pagu alokasi
definitif dengan jumlah dana yang telah disalurkan pada triwulan I,
triwulan II, dan triwulan III.
Dalam hal sampai dengan 5 (lima) hari kerja sebelum berakhirnya tahun
anggaran berjalan alokasi definitif belum ditetapkan, penyaluran triwulan
IV adalah sebesar sisa pagu alokasi sementara.
Penyaluran DBH CHT triwulan IV dilakukan setelah Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan menerima laporan konsolidasi penggunaan dana
atas pelaksanaan kegiatan DBH CHT semester I tahun anggaran berjalan
dari Gubernur.
Dalam hal laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan
kegiatan DBH CHT tidak menunjukkan adanya realisasi penggunaan
dana, penyaluran DBH CHT triwulan IV ditunda sampai dengan
disampaikannya laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan
kegiatan DBH CHT yang menunjukkan adanya realisasi penggunaan
dana.
DBH CHT yang ditunda dapat disalurkan kembali setelah
disampaikannya laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan
DBH CHT sepanjang tidak melampaui tahun anggaran berjalan.
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Penyaluran DBH SDA dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan
SDA tahun anggaran berjalan. Apabila DBH SDA yang dihitung
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
16/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 16
berdasarkan realisasi penerimaan SDA melebihi pagu yang ditetapkan
dalam APBN atau APBN Perubahan, maka dapat dilakukan penyaluran
sesuai dengan realisasi penerimaan SDA setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan.
Penyaluran DBH SDA dilaksanakan secara triwulanan, yaitu:
a. triwulan I pada bulan Maret;
b. triwulan II pada bulan Juni;
c. triwulan III pada bulan September; dan
d. triwulan IV pada bulan Desember.
Penyaluran DBH SDA Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi
triwulan I dan triwulan II dilaksanakan masing-masing sebesar 20% (dua
puluh persen) dari pagu perkiraan alokasi. Penyaluran DBH SDA
Pertambangan Umum triwulan I dilaksanakan sebesar 20% (dua puluh
persen) dari pagu perkiraan alokasi dan triwulan II dilaksanakan sebesar
15% (lima belas persen) dari pagu perkiraan alokasi. Penyaluran DBH
SDA Kehutanan dan DBH SDA Perikanan triwulan I dan triwulan II
dilaksanakan masing-masing sebesar 15% (lima belas persen) dari pagu
perkiraan alokasi.
Penyaluran DBH SDA triwulan III didasarkan pada selisih antara realisasi
penerimaan SDA sampai dengan triwulan III dengan realisasi penyaluran
DBH SDA triwulan I dan triwulan II. Sedangkan penyaluran DBH SDA
triwulan IV didasarkan pada selisih antara realisasi penerimaan SDA
sampai dengan triwulan IV dengan realisasi penyaluran DBH SDA
triwulan I, triwulan II, dan triwulan III.
Penyaluran DBH SDA dilaksanakan berdasarkan perhitungan melalui
mekanisme rekonsiliasi data antara pemerintah pusat dengan daerah
penghasil, kecuali penyaluran DBH SDA Perikanan.
Rekonsiliasi data antara pemerintah pusat dengan daerah penghasil yang
digunakan sebagai dasar penyaluran triwulan III dilaksanakan paling
lambat minggu pertama bulan September dan yang digunakan sebagai
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
17/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 17
dasar penyaluran triwulan IV dilaksanakan paling lambat akhir bulan
November tahun anggaran berjalan.
Apabila terdapat kelebihan penyaluran DBH SDA jenis tertentu, maka
kelebihan penyaluran tersebut diperhitungkan terhadap penyaluran DBH
SDA jenis yang sama pada triwulan berikutnya dan/atau tahun anggaran
berikutnya.
Perhitungan kelebihan penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhitungkan penyaluran DBH SDA pada triwulan
berikutnya sebesar jumlah kelebihan penyaluran dimaksud.
Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat
diperhitungkan dalam penyaluran DBH SDA jenis yang sama tahun
anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat
diperhitungkan terhadap penyaluran DBH SDA jenis lainnya.
Dalam hal perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat
diperhitungkan dalam penyaluran DBH SDA jenis lainnya tahun
anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat
diperhitungkan terhadap penyaluran DBH Pajak.
Apabila perhitungan kelebihan penyaluran diperkirakan tidak dapat
diperhitungkan dalam penyaluran DBH SDA jenis lainnya dan DBH Pajak
tahun anggaran berikutnya, maka kelebihan penyaluran tersebut dapat
diperhitungkan terhadap penyaluran DAU.
Perhitungan kelebihan penyaluran tidak dapat dilakukan untuk DBH
SDA 0,5% (nol koma lima persen) Minyak Bumi dan Gas Bumi dan DBH
SDA Kehutanan Dana Reboisasi.
Kelebihan penyaluran DBH SDA jenis tertentu meliputi:
a. kelebihan penyaluran karena realisasi penyaluran DBH SDA
triwulan I dan triwulan II yang didasarkan atas pagu perkiraan
alokasi lebih besar dari pada realisasi penerimaan SDA; dan/atau
b. kelebihan penyaluran akibat kekurangan pembayaran PBB sektor
Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi serta Panas Bumi.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
18/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 18
V. MEKANISME TRANSFER DANA ALOKASI UMUM DAN ALOKASI
KHUSUS
Dana Alokasi Umum
Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar 1/12
(satu per dua belas) dari besaran alokasi masing-masing daerah.
Penyaluran dilaksanakan pada awal hari kerja untuk bulan Januari dan
1 (satu) hari kerja sebelum awal hari kerja bulan berikutnya untuk bulan
Februari sampai dengan bulan Desember.
Dana Alokasi Khusus
Penyaluran DAK dilaksanakan secara bertahap, dengan rincian sebagai
berikut:
a. tahap I paling cepat pada bulan Februari, setelah Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan menerima Peraturan Daerah mengenai
APBD tahun anggaran berjalan, Laporan Penyerapan Penggunaan
DAK tahun anggaran sebelumnya, Laporan Realisasi Penyerapan
DAK Tahap III tahun anggaran sebelumnya, dan Surat Pernyataan
Penyediaan Dana Pendamping yang disampaikan oleh Kepala
Daerah penerima DAK;
b. tahap II paling lambat 15 (lima belas) hari kerja, setelah Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan menerima Laporan Realisasi
Penyerapan DAK tahap I tahun anggaran berjalan yang
disampaikan oleh Kepala Daerah penerima DAK; dan
c. tahap III paling lambat 15 (lima belas) hari kerja, setelah Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan menerima Laporan Realisasi
Penyerapan DAK tahap II tahun anggaran berjalan yang
disampaikan oleh Kepala Daerah penerima DAK.
Penyaluran DAK dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
a. penyaluran tahap I sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pagu
alokasi DAK;
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
19/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 19
b. penyaluran tahap II sebesar 45% (empat puluh lima persen) dari
pagu alokasi DAK; dan
c. penyaluran tahap III sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari
pagu alokasi DAK.
Penyaluran secara bertahap dimaksud berarti tidak dapat dilaksanakan
secara sekaligus dan tidak melampaui tahun anggaran berjalan.
Laporan Realisasi Penyerapan DAK tahap I atau tahap II disampaikan
oleh Kepala Daerah penerima DAK kepada Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan setelah penggunaan DAK telah mencapai 90%
(sembilan puluh persen) dari penerimaan DAK sampai dengan tahap
sebelumnya.
Laporan Realisasi Penyerapan DAK tahap I atau tahap II diterima oleh
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja sebelum tahun anggaran berjalan berakhir.
Dalam menyampaikan laporan realisasi penyerapan maupun penggunaan
DAk telah ditetapkan format Laporan Realisasi Penyerapan DAK tahap I,
tahap II, atau tahap III sebagaimana tercantum dalam lampiran
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.07/2012 tentang
Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah.
Demikian halnya dengan format Surat Pernyataan Penyediaan Dana
Pendamping dan format rekapitulasi SP2D atas penggunaan DAK. Selain
itu dalam persyaratan penyaluran tahap berikutnya daerah diwajibkan
menyampaikan softcopy data Rekapitulasi SP2D dalam format Excel.
Setelah tahun anggaran berakhir, daerah penerima DAK wajib
menyampaikan laporan yaitu:
a. Laporan Realisasi Penyerapan DAK Tahap III; dan
b. Laporan Penyerapan Penggunaan DAK.
Laporan Realisasi Penyerapan DAK Tahap III merupakan laporan realisasi
atas penyerapan DAK Tahap III yang dilakukan sampai dengan tanggal
31 Desember tahun anggaran sebelumnya.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
20/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 20
Laporan Penyerapan Penggunaan DAK merupakan laporan kumulatif
penyerapan DAK yang telah dilakukan dari penyerapan tahap I sampai
dengan tahap III berdasarkan SP2D yang terbit sampai dengan tanggal 31
Desember tahun anggaran sebelumnya.
Daerah penerima DAK dapat melakukan optimalisasi penggunaan DAK
dengan merencanakan dan menganggarkan kembali kegiatan DAK dalam
APBD Perubahan tahun anggaran berjalan apabila akumulasi nilai
kontrak pada suatu bidang DAK lebih kecil dari pagu bidang DAK
tersebut. Optimalisasi penggunaan DAK dimaksud dilakukan untuk
kegiatan-kegiatan pada bidang DAK yang sama dan sesuai dengan
petunjuk teknis yang ditetapkan.
Apabila terdapat sisa DAK pada kas daerah saat tahun anggaran
berakhir, daerah dapat menggunakan sisa DAK tersebut untuk mendanai
kegiatan DAK pada bidang yang sama tahun anggaran berikutnya sesuai
dengan petunjuk teknis tahun anggaran sebelumnya dan/atau tahun
anggaran berjalan. Namun demikian sisa DAK tidak dapat digunakan
sebagai dana pendamping DAK.
Kepala Daerah menyampaikan Laporan Penggunaan Sisa DAK kepada
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan c.q. Direktur Dana
Perimbangan setelah kegiatan yang didanai dari sisa DAK selesai.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
21/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 21
VI. MEKANISME TRANSFER DANA OTONOMI KHUSUS DAN DANA
PENYESUAIAN
Dana Otonomi Khusus
Dana Otnomi Khusus (Dana Otsus) adalah dana otonomi yang khusus
diberikan untuk percepatan pembangunan di daerah. Pada awalnya
Otsus hanya diberikan untuk Provinsi Papua dengan landasan hukum
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi
Provinsi Papua. Pada tahun 2008 dengan diubahnya Undang-Undang
tersebut, sebagaimana perubahan terakhir dalam Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2008 tentang Penetapan PP Pengganti Undang-Undang Nomor
1 tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 tahun
2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, ditetapkan bahwa
Dana Otsus dan dana tambahan infrastruktur dalam rangka Otsus juga
diberikan untuk Provinsi Papua Barat.
Alokasi Dana Otsus ditetapkan sebesar 2% (dua persen) dari plafon DAU
Nasional per-tahunnya dan berlaku selama 20 (dua puluh) tahun. Dari
Alokasi tersebut, ditetapkan bahwa Provinsi Papua mendapatkan proporsi
70% (tujuh puluh persen) dan sisanya untuk Provinsi Papua Barat. Selain
Dana Otsus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat juga di
berikan Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus.
Selain Provinsi Papua dan Papua Barat, Dana Otsus juga dialokasikan
untuk Provinsi Aceh sesuai dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh. Dana Otsus ini juga berlaku untuk jangka
waktu 20 (dua puluh) tahun, dengan rincian untuk tahun pertama
sampai dengan tahun ke-15 besarnya setara dengan 2 % (dua persen)
plafon DAU Nasional dan untuk tahun ke-16 sampai dengan tahun ke-20
besarnya setara dengan 1 % (satu persen) plafon DAU Nasional.
Penyaluran Dana Otsus tersebut dilaksanakan setelah mendapatkan
pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri. Penyaluran Dana Otonomi
Khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Dana Otonomi Khusus
Provinsi Aceh serta Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
22/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 22
Khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dilaksanakan secara
bertahap dan tidak dapat dilakukan sekaligus, yaitu:
Tahap I : 30 % dari alokasi (Maret)
Tahap II : 45 % dari alokasi (Juli)
Tahap III : 25 % dari alokasi (Oktober)
Dana Penyesuaian
Dana Penyesuaian, adalah jenis dana yang bersifat adhoc. Pada dasarnya
dana penyesuaian ini bertujuan untuk menampung program-program
tertentu. Pada Tahun 2013 terdapat 4(ematT) jenis Dana Penyesuaian,
yaitu :
1. Dana Insentif Daerah (DID)
Tujuan utama dialokasikannya DID adalah untuk mendorong agar
daerah berupaya untuk mengelola keuangannya dengan lebih baik
yang ditunjukkan dari perolehan opini Badan Pemeriksa Keuangan
atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, dan berfungsi membantu
daerah dalam rangka melaksanakan program pendidikan sebagaikebijakan Pemerintah Pusat.
Kriteria Penilaian
DID dialokasikan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota dengan
mempertimbangkan kriteria daerah yang berprestasi yang memenuhi
3 (tiga) kriteria tertentu, yaitu Kriteria Utama, Kriteria Kinerja, dan
Batas Minimum Kelulusan Kinerja.
a. Kriteria Utama meliputi sekurang-kurangnya mendapatkan opini
Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) atas laporan keuangan dan penetapan APBD yang tepat
waktu.
b. Kriteria Kinerja terdiri dari Kriteria Kinerja Keuangan, Kriteria
Kinerja Pendidikan, dan Kriteria Kinerja Ekonomi dan
Kesejahteraan.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
23/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 23
i. Kriteria Kinerja Keuangan meliputi daerah yang mampu
meningkatkan dan empertahankan kualitas Laporan
Keuangannya untuk memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) atau WDP dari BPK, daerah yang
menetapkan Peraturan Daerah tentang APBD secara tepat
waktu, dan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di atas rata-
rata Nasional.
ii. Kriteria Kinerja Pendidikan meliputi daerah yang mampu
mencapai Angka Partisipasi Kasar Sekolah Dasar dan
sederajatnya di atas rata-rata nasional dan/atau daerah yang
mampu mencapai Angka Partisipasi Kasar Sekolah Menengah
Pertama dan sederajatnya di atas rata-rata nasional, dan daerah
yang mampu mengurangi jarak indeks Pembangunan Manusia
(IPM) terhadap IPM ideal (100) di atas rata-rata nasional.
iii. Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan meliputi daerah
yang mampu mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi di atas
rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, daerah yang
mampu mengurangi tingkat kemiskinan di atas rata-rata
pengurangan tingkat kemiskinan nasional, daerah yang mampu
mengurangi tingkat penganguran di atas rata-rata tingkat
pengangguran nasional, dan daerah yang memiliki Kemampuan
Fiskal Daerah terhadap IPM-nya di atas atau di bawah rata-rata
nasional.
Batas Minimum Kelulusan Kinerja adalah nilai minimum tertentu atashasil pembobotan terhadap masing-masing unsur penilaian dan
Kriteria Kinerja Keuangan, Kriteria Kinerja Pendidikan, serta Kriteria
Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan.
Alokasi Minimum
Dalam alokasi DID Tahun Anggaran 2013 juga dikenal adanya alokasi
minimum yang diberikan kepada daerah yang telah memenuhi
minimal persyaratan penilaian atas kriteria utama diberikan alokasi
minimal sebesar Rp2.000.000.000,- sedangkan bagi daerah yang
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
24/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 24
menyampaikan LKTD ke BPK tepat waktu mendapatkan insentif
tambahan sebesar Rp3.000.000.000,-.
Penggunaan DIDDID dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka
melaksankan fungsi pendidikan sebagai kebijakan pemerintah pusat.
Pengalokasian fungsi belanja pendidikan dalam APBD menjadi
kewenangan/urusan daerah untuk membiayai penyelenggaraan
pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Penggunaan DID diutamakan untuk kegiatan penuntasan rehabilitasi
ruang kelas SD dan SMP yang rusak. Selain itu dapat juga untukkegiatan-kegiatan lain dalam rangka pelaksanaan fungsi kendidikan
dengan jenis belanja modal, barang, pegawai, bantuan keuangan dan
hibah.
Kegiatan yang tidak dapat dibiayai dari DID meliputi pendanaan
untuk dana pendamping DAK, kegiatan yang dibiayai dari DAK, BOS,
pendidikan kedinasan dan hibah kepada perusahaan daerah.
Penyaluran
Penyaluran DID dilakukan secara sekaligus melalui transfer dari
Rekening Kas Umum Negara kepada Rekening Kas Umum Daerah
setelah daerah penerima menyampaikan Perda APBD tahun berjalan,
Surat Pernyataan pencantuman DID dalam APBD/APBD-P, dan
Rencana Penggunaan DID kepada Dirjen Perimbangan Keuangan.
2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Dasar Hukum
Pelaksanaan program BOS diatur dengan 3 peraturan menteri yaitu:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.07/2011 tentang
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Operasional Sekolah
Tahun Anggaran 2012. Peraturan Menteri ini antara lain mengatur
mekanisme penyaluran dana BOS dari Kas Umum Negara ke Kas
Umum Daerah serta pelaporannya.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
25/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 25
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 26/PMK.07/2012 tentang
Pedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Operasional untuk
Sekolah di Daerah Terpencil Tahun Anggaran 2012.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Peraturan Menteri ini antara lain mengatur mekanisme pengelolaan
dana BOS di daerah dan mekanisme penyaluran dari Kas Umum
Daerah Propinsi ke Sekolah dengan hibah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 51 tahun
2011 tentang Petunjuk Teknis tentang Penggunaan Dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dan Laporan Keuangan BOS tahun
anggaran 2012. Peraturan Menteri ini antara lain mengatur
mekanisme pengalokasian dana BOS dan penggunaan dana BOS di
Sekolah.
Definisi dan Komponen BOS
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Dana BOS merupakandana yang dialokasikan kepada daerah kabupaten dan kota untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan
dalam rangka wajib belajar 9 (Sembilan) tahun yang bermutu.
Adapun sekolah penerima BOS adalah Sekolah Dasar/Sekola Dasar
Luar Biasa (SD/SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama/Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Terbuka
(SMP/SMPLB/SMPT) baik Negeri maupun swasta, termasuk SD-SMPSatu Atap (SATAP) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang
diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di
seluruh provinsi di Indonesia.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah dana yang digunakan
terutama untuk biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar
sebagai pelaksana program wajib belajar dan dapat dimungkinkan
untuk mendanai beberapa kegiatan lain sesuai pertunjuk teknis
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
26/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 26
Sejak tahun 2011 penyaluran BOS dilakukan melalui transfer
langsung dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum
Daerah, menggantikan mekanisme sebelumnya dimana dana BOS
disalurkan melalui DIPA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebagaimana konsep dekonsentrasi. Untuk tahun 2011 dana BOS
disalurkan langsung kepada Pemerintah Kabupaten/Kota,
dilaksanakan secara triwulanan masing-masing sebesar (satu
perempat) dari pagu alokasi kepada pemerintah. Selanjutnya
pemerintah daerah wajib menyalurkan BOS kepada masing-masing
sekolah paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima di Rekening
KUD.
Penyaluran BOS Tahun Anggaran 2012
Mekanisme penyaluran dana BOS 2012 dilakukan melalui transfer
dana dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas
Umum Daerah Provinsi, untuk selanjutnya diteruskan oleh Propinsi
secara langsung ke satuan pendidikan dasar dalam bentuk hibah.
Penyaluran BOS dilakukan secara triwulanan (tiga bulanan) masing-
masing sebesar (satu perempat) dari alokasi BOS yaitu:
o Triwulan Pertama (bulan Januari sampai dengan bulan Maret)
dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja pada awal
bulan Januari 2012;
o Triwulan Kedua (bulan April sampai dengan bulan Juni)
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja pada awal bulan April
2012;
o Triwulan Ketiga (bulan Juli sampai dengan bulan September)
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja pada awal pada bulan
Juli 2012; dan
o Triwulan Keempat (bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja pada awal
bulan Oktober 2012.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
27/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 27
Pemerintah Provinsi wajib menyalurkan BOS kepada masing-masing
sekolah paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima di Rekening
Kas Umum Daerah Provinsi setiap triwulannya. Penyaluran BOS
tersebut mengacu kepada rincian alokasi BOS masing-masing sekolah
per kabupaten/kota yang dihitung/ditetapkan berdasarkan data nama
sekolah dan jumlah siswa serta ditetapkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dalam Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana BOS.
Mulai tahun 2012 dana BOS disalurkan melalui Pemerintah Propinsi
secara triwulanan masing-masing sebesar (satu perempat) dari pagualokasi, selanjutnya Pemerintah Propinsi menyalurkan langsung
kepada sekolah dengan mekanisme hibah kepada masing-masing
sekolah paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima di Rekening
KUD Propinsi.
Dana BOS 2012 membedakan antara penyaluran daerah non terpencil
dan terpencil, untuk daerah terpencil penyaluran dilakukan secara
semesteran. Pada Semester I, DJPK menyalurkan BOS utk daerah
terpencil ke Pemda Provinsi paling lambat 14 hari setelah PMK alokasi
diundangkan. Besaran penyaluran sebesar 50% dari alokasi untuk
tiap semester-nya. Pemda Propinsi menyalurkan ke masing-masing
sekolah paling lambat 7 hari kerja setelah dana diterima di RKUD.
Untuk tahun angaran 2012 alokasi untuk SD dan SMP per siswa per
tahun diberikan sebesar:
SD/SDLB di kabupaten dan kota sebesar Rp.580.000,00 per
siswa per tahun;
SMP/SMPLB/SMPT di Kabupaten dan kota sebesar
Rp.710.000,00 per siswa per tahun.
Total alokasi BOS TA 2012 adalah sebesar Rp.23.594.800.000.000,00
(dua puluh tiga triliun lima ratus sembilan puluh empat miliar
delapan ratus juta rupiah) disediakan untuk daerah dengan rincian
sebagai berikut:
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
28/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 28
BOS yang dialokasikan ke kabupaten/kota melalui propinsi
sebesar Rp.22.441.115.420.000 untuk 36.579.003 siswa yang
terdiri dari 27.153.667 siswa SD dan 9.425.336 siswa SMP;
dan
Dana Cadangan BOS (Buffer fund) sebesar
Rp.1.153.684.580.000,00 yang dipergunakan untuk
mengantisipasi jumlah siswa yang belum terhitung atau
bertambahnya jumlah siswa dari perkiraan semula per
triwulannya pada tahun anggaran berjalan.
Pelaporan dan Pertanggunjawaban
Pemerintah Daerah Provinsi wajib membuat dan menyampaikan:
o Laporan Realisasi Penyaluran BOS kepada Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat pada
setiap akhir triwulan yang bersangkutan. Laporan dimaksud
dilengkapi dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab dan Daftar
Surat Perintah Pencairan Dana Yang Diterbitkan Untuk
Penyaluran; dan
o Laporan Realisasi Penyerapan BOS kepada Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan c.q. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
Laporan dimaksud sekurangnya memuat kurang salur dan lebih
salur pembayaran BOS masing-masing sekolah pada triwulan
yang bersangkutan.
Pencairan Dana Cadangan (Buffer Fund) dan Perlakuan atas Lebih
Salur
Dana cadangan BOS (Buffer fund) pencairannya dilakukan setelah
mendapatkan rekomendasi kurang salur BOS dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan ketersediaan dan
perkembangan data jumlah siswa per triwulan dalam tahun anggaran
berjalan.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
29/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 29
Informasi terkait kurang salur BOS selanjutnya ditindaklanjuti dengan
penyampaian rekomendasi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
kepada Menteri Keuangan untuk menjadi dasar pencairan dana
cadangan BOS yang selanjutnya akan disalurkan ke provinsi.
Apabila terdapat lebih salur, maka lebih salur tersebut akan
diperhitungkan sebagai pengurang dalam penyaluran alokasi BOS
triwulan berikutnya. Untuk lebih salur pada Triwulan Keempat akan
diperhitungkan sebagai pengurang dalam penyaluran Triwulan
Pertama tahun anggaran berikutnya setelah memperhatikan
rekomendasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Dana Tunjangan Profesi Guru (TP Guru)
Dana Tunjangan Profesi Guru (TP Guru), Alokasi dana ini diberikan
kepada Guru pegawai Negeri Sipil Daerah yang telah memiliki
sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Tunjangan Profesi Guru-
PNSD diberikan sebesar maksimal 1 kali gaji pokok PNS yang
bersangkutan.
Penyaluran TP-Guru PNSD dilaksanakan dengan cara
pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD secara triwulanan pada akhir
triwulan yang bersangkutan, masing-masing triwulan sebesar 25%
pagu alokasi per daerah. Penyaluran Triwulan II dilakukan setelah
Laporan Realisasi Semester II Dana TP-Guru PNSD TA 2011 diterima
oleh Dirjen Perimbangan Keuangan.
TP-Guru PNSD merupakan obyek Pajak Penghasilan Pasal 21
4. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD (DTP Guru), Alokasi dana
ini diperuntukkan bagi guru yang belum mendapatkan tunjangan
profesi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dengan
tujuan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan guru PNSD.
Disalurkan secara triwulanan pada akhir triwulan yang bersangkutan,
masing-masing triwulan sebesar 25% pagu alokasi per daerah.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
30/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 30
Penyaluran Triwulan II dilakukan setelah Laporan Realisasi Semester
II Dana TPG PNSD TA sebelumnya diterima oleh Dirjen Perimbangan
Keuangan.
Mulai tahun 2009, DTP Guru PNSD merupakan komponen Anggaran
Transfer ke Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Dalam hal DTP Guru PNSD yang telah disalurkan oleh Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah tidak mencukupi kebutuhan
pembayaran DTP Guru PNSD, Pemerintah Daerah dapat
melaksanakan optimalisasi penyerapan DTP Guru PNSD yang tersalur
dengan cara melaksanakan pembayaran DTP Guru PNSD kepada
Guru PNSD berdasarkan jumlah bulan.
Apabila masih terdapat selisih anatra pagu yang ditrasnfer dengan
realisasinya akan diperhitungkan dengan alokasi DTP Guru PNSD
Tahun Anggaran berikutnya.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
31/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 31
Pola Penyaluran Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
A. Dana Otonomi Khususdan Dana TambahanInfrastruktur
Penyaluran dilaksanakan setelah mendapatpertimbangan dari Mendagri - Tahap I(Maret) : 15%; Tahap II (Juni) : 30%; TahapIII (Sept) : 40%; Tahap IV (Nov) : 15%
B. Dana BantuanOperasional Sekolah
Penyaluran dilaksanakan secara Triwulananuntuk daerah non-terpencil masing-masing25% sedangkan untuk daerah terpencilsecara semesteran (50%).
C. Dana Tambahan
Penghasilan Bagi GuruPNSD
Penyaluran dilaksanakan secara Triwulanan
masing-masing 25%
D. Dana Tunjangan ProfesiGuru PNSD
Penyaluran dilaksanakan secara Triwulananmasing-masing 25%
E. Dana Insentif DaerahPenyaluran dilaksanakan jika Daerah telahmenyampaikan Perda APBD 2010 dan SuratPernyataan dan disalurkan secara sekaligus
F. Dana Penyesuaianlainnya
Diatur sesuai dengan ketentuan peraturanperundangan yang berlaku
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
32/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 32
VII. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN
TRANSFER KE DAERAH
Pelaporan dana transfer adalah tahap krusial yang akan memperlihatkan
kinerja DJPK dalam melaksanakan penyaluran dana transfer. Untuk
menyusun laporan dana transfer yang baik, diperlukan dokumen sumber
yang memadai.
Dokumen transfer yang dimiliki DJPK menjadi dokumen sumber dalam
pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran transfer ke daerah.
Dokumen-dokumen tersebut berupa:
1) Perpres/PMK Alokasi;
2) DIPA;
3) SPAT/SKP-RTD;
4) SPP;
5) SPM;
6) SP2D; dan
7) LKT.
Dokumen-dokumen di atas menjadi dokumen sumber dalam penyusunan
Laporan Keuangan Transfer ke Daerah (LKTD). Selanjutnya LKTD
menjadi bagian dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang
disusun dan dikompilasi oleh DJPB. LKPP ini menjadi asersi pemerintah
atas penggunaan uang Negara selama periode tahun anggaran.
Selanjutnya, LKPP diaudit oleh BPK sebagai proses akuntabilitas. Dalam
melakukan audit, BPK menggunakan beberapa criteria, yakni:
1. Memeriksa kesesuaian laporan keuangan dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
2. Memeriksa kepatuhan dengan peraturan hokum dan perundangan-undangan yang berlaku.
3. Kecukupan pengungkapan informasi keuangan negara.
4. Keefektifan system pengendalian internal pemerintah.
LKPP yang sudah diaudit, termasuk LKTD di dalamnya, digunakan
sebagai bahan kebijakan alokasi Anggaran Transfer Tahun Anggaran
berikutnya. Rekomendasi-rekomendasi BPK terkait dana transfer
ditindaklanjuti oleh Kementerian Keuangan sesuai peraturan yang
berlaku.
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
33/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 33
VIII. PENUTUP
Mekanisme penyaluran Dana Transfer tergantung pada jenisnya. Danatransfer yang bersifat block grant (hibah umum), tidak memerlukan
persyaratan dalam pencairannya, sedangkan dana transfer yang bersifat
specific grant memerlukan adanya persyaratan pencairan.
Mekanisme penyaluran dana transfer dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku. Ketentuan berupa PMK terus mengalami perbaikan yang
dimaksudkan untuk menepati prinsip penyaluran, yaitu:1. Penyaluran Transfer Ke Daerah secara tepat waktu, tepat jumlah,
tepat sasaran
2. Mendorong percepatan penyelesaian penetapan Perda APBD
3. Mendorong percepatan penyerapan dana dari Kas Daerah kepada
masyarakat untuk mendanai kegiatan daerah
4. Mendukung upaya pencapaian laporan keuangan yang berkualitas
Dokumen-dokumen yang diperlukan selama penyaluran dana transferadalah:
1. DIPA
2. SPM
3. SP2D
4. LKT
Selanjutnya, hasil pelaksanaan penyaluran dana transfer dilaporkanmelalui Laporan Keuangan Transfer ke Daerah (LKTD). LKTD yang telahdiaudit menjadi dasar bagi kebijakan alokasi dana transfer tahunberikutnya.
................. &&&&& ...................
-
7/29/2019 Modul Mekanisme Transfer Dan Aklap
34/34
Modul : Mekanisme Transfer ke Daerah dan Aklap 34
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2004 tentang Dana
Perimbangan;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.07/2012 tentang
Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165/PMK.07/2012 tentang
Mekanisme Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah;
7. Peraturan Presiden/Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
alokasi Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan Dana
Penyesuaian tahun berjalan.