modul mata kuliah musik elektronikkarawitan.isbiaceh.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · semester...
TRANSCRIPT
Modul Mata Kuliah
MUSIK
ELEKTRONIK
DISUSUN OLEH:
Benny Andiko, S.Sn., M.Sn.
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah Musik Elektronik bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan
dan keterampilan music elektronik. Materi perkuliahan berisi tantang konsep-
konsep dasar music elektronik, instrument digital dan teknologi music berbasis
sirkuit.. Kegiatan pembelajaran meliputi kuliah tatap muka/perkuliahan teori,
apresiasi, dan praktik laboratorium. Penilaian dilaksanakan melalui tes tertulis,
tugas individu, praktik laboratorium, diskusi laporan, dan presentasi
perancangan tata teknik pentas.
Dosen Pengempu:
Benny Andiko, S,Sn.,M.Sn
Kode MK: MKK107
Semester I (2 SKS)
Tahun Ajaran 2019-2020
Modul Mata Kuliah
MUSIK ELEKTRONIK
DISUSUN OLEH: Benny Andiko, S.Sn., M.Sn.
PRODI SENI KARAWITAN
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA ACEH
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah Musik Elektronik bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan
dan keterampilan music elektronik. Materi perkuliahan berisi tantang konsep-
konsep dasar music elektronik, instrument digital dan teknologi music berbasis
sirkuit.. Kegiatan pembelajaran meliputi kuliah tatap muka/perkuliahan teori,
apresiasi, dan praktik laboratorium. Penilaian dilaksanakan melalui tes tertulis,
tugas individu, praktik laboratorium, diskusi laporan, dan presentasi
perancangan tata teknik pentas.Dosen Pengempu:
Benny Andiko, S.Sn., M.Sn
Kode MK: MKK107
Semester I (2 SKS)
Tahun Ajaran 2019-2020
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang
memberikan rahmat dan hidayahnya serta memberikan pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan modul “Musik Elektronik”. Modul ini merupakan bahan
materi, buku rujukan, buku ajar, dan sumber bacaan.
Materi dalam modul ini berisi tentang penjelasan mengenai musik elektronik.
Fokus isian pembelajaran dalam modul ini adalah pemahaman umum tentang alat
musik elektronik, instrumen digital, dan teknologi musik berbasis sirkuit.
Dalam penyusunan modul ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan, baik dari segi bahasa maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan guna perbaikan dan
penyempurnaan ke depan. Semoga tulisan ini bisa menjadi rujukan yang
bermanfaat.
Kota Jantho, Januari 2019
iii
DAFTAR ISI
COVER DALAM ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
PETA KEPENDUDUKAN LEMBARAN KERJA .................................................... iv
LEMBARAN KERJA ............................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 2
A. PEMAHAMAN MUSIK ELEKTRONIK ...................................................................... 2
B. INSTRUMEN DIGITAL ....................................................................................... 11
C. TEKNOLOGI MUSIK BERBASIS SIRKUIT .............................................................. 13
B. PEMBELAJARAN .......................................................................................... 22
A. PRAKTEK MUSIK ELEKTRONIK ......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
iv
PETA KEPENDUDUKAN LEMBARAN KERJA
Musik Elektronik
Mahasiswa
Menyimak Materi
Dosen
Menyampaikan
Materi
Proses Belajar
Mengajar
Evaluasi
1
LEMBARAN KERJA
1. Kompetensi Dasar
Konsep dasar pengetahuan musik elektronik
Pengetahuan dan praktek musik elektronik
Pengetahuan dan praktek instrumen digital
Pengetahuan aransemen musik elektronik
2. Tujuan
Mahasiswa mampu menguasai konsep dasar pengetahuan music elektronik
Mahasiswa mampu memahami dan mempraktekkan musik elektronik
Mahasiswa mampu memahami dan mempraktekkan instrumen digital
Mahasiswa mampu memahami aransemen musik elektronik
3. Penilaian
Prosedur penilaian setelah proses belajar mengajar berlangsung dengan cara
pemberian tugas dan laporan praktek kerja.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pemahaman Musik Elektronik
Musik elektronik adalah musik yang menggunakan alat musik
elektronik, instrumen digital, dan teknologi musik berbasis sirkuit.
1. STANDAR KOMPETENSI:
o Mahasiswa mampu memahami hakikat Musik Elektronik, Kompetensi
Dasar: Menyebutkan pengertian musik elektronik, ruang lingkup musik
elektronik, fungsi musik elektronik, dan manfaat musik elektronik
o Adanya penguasaan musik elektronik segala macam pengetahuannya
maka pertunjukan musik akan lebih menarik.
Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai
suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia.
Musik berasal dari kata muse, yaitu salah satu dewa dalam mitologi Yunani
kuno bagi cabang seni dan ilmu; dewa seni dan ilmu pengetahuan. Musik
yang baik adalah musik yang memiliki unsur-unsur melodi,
ritme, dan harmoni (Banoe, 2003: 288). Sedangkan definisi musik menurut
Bernstein & Picker (dalam Djohan, 2006: 36) adalah suara yang diorganisir
ke dalam waktu. Musik juga merupakan bentuk seni tingkat tinggi yang dapat
mengakomodir interpretasi dan kreativitas individu. Sekelompok orang dalam
kegiatan musik tidak pernah menunjukkan adanya dua orang yang
mengekspresikan musik dengan cara yang mutlak sama. Definisi tentang
musik juga diungkapkan oleh Jamalus yang berpendapat bahwa musik
adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik
yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur
musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi
sebagai satu kesatuan (dalam Muttaqin & Kustap, 2008:3).
3
Dari beberapa pendapat di atas yang mendefinisikan tentang musik,
kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa musik adalah suatu hasil cipta
manusia yang berisikan ide, pemikiran dan kreativitas yang dituangkan
menjadi karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang
memiliki unsur-unsur seperti irama, melodi, harmoni, bentuk, dan struktur
lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Dalam sejarah perkembangan
musik, di masa lalu musik dikaitan dengan dua fungsi pokok, yaitu sebagai
sarana nemesis (Nemesis dari bahasa Yunani yang artinya transformasi dan
imitasi dari luar ke dalam diri manusia) dan juga katarsis yang mengandung
arti pemurnian jiwa melalui pengalaman emosional. Fungsi musik sebagai
sarana nemesis dapat kita temukan dalam bentuk-bentuk pertunjukan opera
sekitar abad ke-16 di Eropa. Seorang penyanyi opera tidak hanya dituntut
untuk menguasai teknik vokal dengan sangat baik, tetapi juga dituntut untuk
menjiwai tokoh yang diperankannya. Jadi, fungsi musik dalam opera adalah
untuk merefleksikan emosi melalui kata-kata dan gerakan (Djohan, 2009: 86-
87). Fungsi musik sebagai sarana katarsis meyakini bahwa musik juga dapat
menjadi sarana pengekspresian diri. Musik dianggap mempunyai kekuatan
untuk menggugah emosi, yang dituangkan melalui penjiwaan terhadap alur
cerita dan watak tokoh yang diperankan. Penjiwaan karakter dalam opera,
misalnya akan terkait dengan berbagai macam ekspresi emosi yang tentu
saja didukung oleh karya musik yang tepat seperti apakah pelaku sedang
bermasalah, galau, ceria, percintaan dan lain sebagainya (87-88). Merriam
dalam bukunya The Anthropology Of Music menyatakan, terdapat 10 fungsi
dari musik yaitu fungsi pengungkapan emosional, fungsi penghayatan estetis,
fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi perlambangan, fungsi reaksi
jasmani, fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, fungsi kesinambungan
budaya, dan fungsi pengintegrasian masyarakat. Oleh karena itu, fungsi
musik adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide-ide maupun perilaku suatu
masyarakat (Merriam, 1964: 32-33). Musik merupakan salah satu jenis
bentuk seni pertunjukan. Pertunjukan adalah seni yang disajikan dengan
tampilan peragaan, yaitu seni akan dapat dinikmati dan dihayati selama
4
berlangsungnya ungkapan oleh pelaku seni (Bastomi, 1988:42). Oleh karena
itu, pertunjukan musik adalah segala bentuk kreativitas seorang atau
sekelompok musisi yang dituangkan ke dalam bentuk suatu pertunjukan yang
dapat dipertontonkan kepada semua orang dalam bentuk seni musik
sehingga ide, pemikiran, maupun kritik sosial yang musisi proyeksikan agar
dapat dinikmati, diapresiasi, dan bermanfaat kepada orang banyak.
Musik elektronik secara umum, dapat dibedakan antara suara yang
diproduksi menggunakan cara elektromekanis (musik elektroakustik), dan
yang diproduksi hanya menggunakan elektronik.[1] Instrumen elektromekanis
mengandung elemen mekanik, seperti dawai, palu, dan sebagainya, dan
elemen elektrik, seperti pickup magnetik, power amplifier dan pengeras
suara. Contoh perangkat penghasil suara elektromekanis termasuk
telharmonium, organ Hammond, dan gitar listrik, yang biasanya dibuat cukup
keras untuk didengar oleh pemain dan audiens dengan penguat instrumen
dan kabinet speaker. Instrumen elektronik murni tidak memiliki dawai yang
bergetar, palu, atau mekanisme penghasil suara lainnya. Perangkat seperti
theremin, synthesizer, dan komputer dapat menghasilkan suara elektronik.
Perangkat elektronik pertama untuk pertunjukan musik dikembangkan
pada akhir abad ke-19, dan tak lama kemudian futuris Italia mengeksplorasi
suara yang belum dianggap musikal. Selama tahun 1920-an dan 1930-an,
instrumen elektronik diperkenalkan dan komposisi pertama untuk instrumen
elektronik dibuat. Pada tahun 1940-an, pita audio magnetik memungkinkan
musisi untuk merekam suara dan kemudian memodifikasinya dengan
mengubah kecepatan atau arah kaset, yang mengarah ke perkembangan
musik pita elektroakustik pada 1940-an, di Mesir dan Prancis. Musique
concrète, dibuat di Paris pada tahun 1948, didasarkan pada pengeditan
bersama rekaman fragmen suara alam dan industri. Musik yang diproduksi
hanya dari generator elektronik pertama kali diproduksi di Jerman pada tahun
1953. Musik elektronik juga dibuat di Jepang dan Amerika Serikat dimulai
pada 1950-an. Perkembangan baru yang penting adalah munculnya
5
komputer untuk menggubah musik. Komposisi algoritmik dengan komputer
pertama kali didemonstrasikan pada 1950-an (walaupun komposisi algoritmik
per se tanpa komputer telah dibuat jauh lebih awal, misalnya Musikalisches
Würfelspiel dari Mozart).
Pada 1960-an, musik elektronik langsung dipelopori di Amerika dan
Eropa, alat musik elektronik Jepang mulai mempengaruhi industri musik, dan
musik dub Jamaika muncul sebagai bentuk musik elektronik populer. Pada
awal 1970-an, synthesizer monofonik Minimoog dan mesin drum Jepang
membantu mempopulerkan musik elektronik yang disintesis.
Pada tahun 1970-an, musik elektronik mulai memiliki pengaruh
signifikan pada musik populer, dengan adopsi synthesizer polifonik, drum
elektronik, mesin drum, dan turntable, melalui munculnya genre seperti disko,
krautrock, gelombang baru, synth-pop, hip hop dan EDM. Pada 1980-an,
musik elektronik menjadi lebih dominan dalam musik populer, dengan
ketergantungan yang lebih besar pada synthesizer, dan adopsi mesin drum
yang dapat diprogram seperti Roland TR-808 dan synthesizer bass seperti
TB-303. Pada awal 1980-an, teknologi digital untuk synthesizer termasuk
synthesizer digital seperti Yamaha DX7 dipopulerkan, dan sekelompok musisi
dan pedagang musik mengembangkan Musical Instrument Digital Interface
(MIDI).
Musik yang diproduksi secara elektronik menjadi lazim di domain
populer pada 1990-an, karena munculnya teknologi musik yang terjangkau.
Musik elektronik kontemporer mencakup banyak variasi dan mencakup musik
seni eksperimental hingga bentuk populer seperti musik dansa elektronik.
Saat ini, musik elektronik pop paling dikenal dalam bentuk 4/4 dan lebih
terkait dengan budaya arus utama dibandingkan dengan bentuk sebelumnya
yang dikhususkan untuk pasar khusus.
6
Seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi, hal ini memberi
dampak negative terhadap menurunnya minat masyarakat dalam menonton
pertunjukan musik secara langsung. Penulis menemukan artikel yang
berjudul “Jangan Salahkan Teknologi” yang membahas tentang hadirnya
“new technology” yang menyebabkan terpuruknya industry musik. Dalam
sebuah diskusi yang diadakan di San Fransisco Music Tech Summit, Lowery
mempertanyakan apakah bisnis model digital yang baru akan lebih
menguntungkan bagi para musisi.
Dalam pandangannya, meskipun para artis musisi menjadwalkan tur
dan roadshownya lebih banyak tahun ini dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, namun rupanya minat orang yang datang ke tempat pertunjukan
musik cenderung menurun. Ia mengatakan bahwa hadirnya Youtube dimana
orang-orang dapat menonton pertunjukan musik tanpa harus bersusah payah
datang ke tempat konser diindikasikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi turunnya minat seseorang menonton konser. Lebih lanjut
David mengkritisi situs pencarian seperti Google yang telah menampilkan
hasil pencarian berupa link ke situs ilegal. Meskipun Google juga telah
menyediakan ruang pengaduan dengan DMCA, David memaparkan betapa
mudahnya situs ini untuk diretas atau di crack (Ibid). Situs pencarian seperti
Google juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi menurunnya
minat orang untuk menonton pertunjukan musik.
Selain Youtube dan situs pencarian Google lainnya, faktor adanya
perusahaan rekaman yang mencetak lagu berupa fisik dan digital seperti
kaset, CD, DVD, dan saat ini berkembang ke teknologi digital, Soundcloud,
RBT dan Apple dengan iTunes-nya menyediakan aplikasi musik yang bisa
mengunduh atau mendownload lagu secara online, juga membuat
menurunnya apresiasi orang untuk datang menonton pertunjukan musik
secara langsung.
7
Pada 2015 harian Kompas mengadakan jajak pendapat mengenai
minat orang dalam mendengarkan dan menonton pertunjukan musik. Dari
734 responden, 1% mendengarkan musik melalui pemutar kaset atau CD,
62% mayoritas responden kelompok muda lebih terbiasa menikmati musik
melalui internet dengan cara mengunduh maupun mendengarkan secara
langsung atau streaming. Selain itu, sekitar 15% lainnya mengakses melalui
laman Youtube. Hasil penelitian lainnya seperti, Global World Index
menyimpulkan bahwa orang-orang mendengarkan musik lewat internet
meningkat hingga 76% selama periode 2012-2015. Data lain dari organisasi
rekaman dunia Internasional Federation of Phonographic Industry (IFPI)
mencatat 46% pendapatan industri musik secara global pada tahun 2014
sudah dikuasai rekaman musik digital. Sementara itu, rekaman musik fisik
sebesar, 46% dan 8% sisanya dari pertunjukan langsung.
Dari data-data yang telah dipaparkan di atas, penulis mengindikasi
akan terjadinya masalah di tahun-tahun yang akan datang terkait matinya
pertunjukan musik secara langsung. Semakin canggihnya teknologi akan
membuat orang menjadi malas untuk pergi menonton pertunjukan musik
secara langsung. Selanjutnya, interaksi antara musisi dan fans secara
langsung di gedung konser tidak akan dijumpai lagi. Ciri manusia sebagai
makhluk sosial akan bertransformasi menjadi mahluk individu yang semua
aktivitasnya mengandalkan kemajuan teknologi. Hal ini merupakan masalah
yang sangat penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, penulis bermaksud
untuk meneliti lebih lanjut mengenai matinya pertunjukan musik sebagai
akibat dari perkembangan teknologi. Berdasarkan gambaran yang telah
dijelaskan dalam bab pendahuluan di atas, terdapat dua rumusan masalah
dalam penelitian ini: yang pertama, apa sajakah bentukbentuk penyebab
matinya pertunjukan musik dilihat dari teori simulakra dari Jean Paul
Baudrillard, dan yang kedua yaitu bagaimana efek simulakra terhadap
pertunjukan musik. Baudrillard (1929-2007) secara khusus memperhatikan
fenomena konsumerisme masyarakat modern dan keterkaitannya dengan
8
perkembangan media massa kontemporer. Baudrillard berpijak pada
berbagai bentuk penolakan terhadap konvensi sosial, konsumsi Dalam
pandangannya, meskipun para artis musisi menjadwalkan tur dan
roadshownya lebih banyak tahun ini dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, namun rupanya minat orang yang datang ke tempat pertunjukan
musik cenderung menurun. Ia mengatakan bahwa hadirnya Youtube dimana
orang-orang dapat menonton pertunjukan musik tanpa harus bersusah payah
datang ke tempat konser diindikasikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi turunnya minat seseorang menonton konser.
Lebih lanjut David mengkritisi situs pencarian seperti Google yang
telah menampilkan hasil pencarian berupa link ke situs ilegal. Meskipun
Google juga telah menyediakan ruang pengaduan dengan DMCA, David
memaparkan betapa mudahnya situs ini untuk diretas atau di crack (Ibid).
Situs pencarian seperti Google juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi menurunnya minat orang untuk menonton pertunjukan musik.
Selain Youtube dan situs pencarian Google lainnya, faktor adanya
perusahaan rekaman yang mencetak lagu berupa fisik dan digital seperti
kaset, CD, DVD, dan saat ini berkembang ke teknologi digital, Soundcloud,
RBT dan Apple dengan iTunes-nya menyediakan aplikasi musik yang bisa
mengunduh atau mendownload lagu secara online, juga membuat
menurunnya apresiasi orang untuk datang menonton pertunjukan musik
secara langsung. Pada 2015 harian Kompas mengadakan jajak pendapat
mengenai minat orang dalam mendengarkan dan menonton pertunjukan
musik. Dari 734 responden, 1% mendengarkan musik melalui pemutar kaset
atau CD, 62% mayoritas responden kelompok muda lebih terbiasa menikmati
musik melalui internet dengan cara mengunduh maupun mendengarkan
secara langsung atau streaming. Selain itu, sekitar 15% lainnya mengakses
melalui laman Youtube. Hasil penelitian lainnya seperti, Global World Index
menyimpulkan bahwa orang-orang mendengarkan musik lewat internet
meningkat hingga 76% selama periode 2012-2015.
9
Data lain dari organisasi rekaman dunia Internasional Federation of
Phonographic Industry (IFPI) mencatat 46% pendapatan industri musik
secara global pada tahun 2014 sudah dikuasai rekaman musik digital.
Sementara itu, rekaman musik fisik sebesar, 46% dan 8% sisanya dari
pertunjukan langsung. Dari data-data yang telah dipaparkan di atas, penulis
mengindikasi akan terjadinya masalah di tahun-tahun yang akan datang
terkait matinya pertunjukan musik secara langsung. Semakin canggihnya
teknologi akan membuat orang menjadi malas untuk pergi menonton
pertunjukan musik secara langsung. Selanjutnya, interaksi antara musisi dan
fans secara langsung di gedung konser tidak akan dijumpai lagi. Ciri manusia
sebagai makhluk sosial akan bertransformasi menjadi mahluk individu yang
semua aktivitasnya mengandalkan kemajuan teknologi. Hal ini merupakan
masalah yang sangat penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, penulis
bermaksud untuk meneliti lebih lanjut mengenai matinya pertunjukan musik
sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Berdasarkan gambaran yang
telah dijelaskan dalam bab pendahuluan di atas, terdapat dua rumusan
masalah dalam penelitian ini: yang pertama, apa sajakah bentukbentuk
penyebab matinya pertunjukan musik dilihat dari teori simulakra dari Jean
Paul Baudrillard, dan yang kedua yaitu bagaimana efek simulakra terhadap
pertunjukan musik. Baudrillard (1929-2007) secara khusus memperhatikan
fenomena konsumerisme masyarakat modern dan keterkaitannya dengan
perkembangan media massa kontemporer. Baudrillard berpijak pada
berbagai bentuk penolakan terhadap konvensi sosial, konsumsi berlebihan,
dan pemikiran serta perilaku konvermis yang kesemuanya dapat menyatu
dalam praktik perubahan radikal. Terdapat beberapa pemikiran Baudrillard
yang terkenal dalam disiplin ilmu sosial-humaniora antara lain yaitu konsumsi
simbol, simulakra, hiperrealitas, distingsi, sampah visual, dan drugstore.
Aspek Simulacrum atau simulakra merupakan suatu bentuk instrumen
atau alat yang mampu merubah hal-hal yang bersifat abstrak menjadi
10
kongkret, begitu juga sebaliknya yaitu dari kongkret menjadi abstrak. Sebagai
contoh instrumen Simulakra menurut Baudrillard yaitu televisi, video games,
komputer atau internet, surat kabar dan majalah, bahkan lukisan. Contoh
simulakra dalam merubah suatu hal yang kongkret menjadi abstrak yaitu film.
Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia yang senyatanya berwujud
kongkret dapat diubah sedemikian rupa ke dalam televisi atau layar dan
berubah menjadi abstrak. Sedangkan contoh perubahan dari suatu hal yang
abstrak menjadi kongkret yaitu film kartun yang dimana dalam keadaan
sehari-hari pada realitasnya tidak kita temukan kehidupan kartun karena
semuanya merupakan khayalan dan abstrak, namun dalam layer kaca
kehidupan kartun itu seolah-olah nyata. Seperti itulah cara simulakra bekerja.
Dalam kata pembuka bukunya Simulacres et simulation (1981),
Baudrillard mengutip dari kitab Ecclesiaste untuk mendefinisikan simulacrum.
“Simulacrum tidak pernah merupakan sesuatu yang menyembunyikan
kebenaran – namun kebenaran yang menyembunyikan bahwa tidak ada apa-
apa. Simulacrum menurut Baudrillard, tidak pernah bisa ditukar dengan
realitas, tetapi saling menukar dengan dirinya sendiri, dalam suatu lingkaran
tak terputus yang tidak membutuhkan acuan (Baudrillar dalam Haryatmoko,
2016: 70).
11
B. Musik Digital
Musik Digital adalah reproduksi suara dari sinyal digital yang telah
diubah keasalnya menjadi sinyal analog, perekaman suara digital dengan
cara pengkodean angka biner hasil dari perubahan sinyal suara analog
dengan bantuan frekuensi sampling. Musik digital bisa juga berasal dari suara
sintetis, contoh peralatan sumber suara sintetis MIDI merupakan sumber
suara digital berbagai instrumen musik yang bisa dimainkan oleh pemusik.
Bentuk penyimpanan sinyal digital dalam media berbasis teknologi komputer.
Format digital dapat menyimpan data dalam jumlah besar. Berikut sejarah
singkat perkembangan format musik.
Piringan Hitam diputar dengan Gramofon
Awalnya, piringan hitam merupakan sebuah alat yang memiliki pena yang
bergetar untuk menghasilkan bunyi dari sebuah disc. Ide ini berasal dari
Charles Cros dari Prancis pada tahum 1887. Namun sayangnya tidak
pernah terwujud. Pada tahun yang sama,Kevin Gerald Jayadi
menemukan Phonograph (pemutar piringan hitam) yang berfungsi untuk
merekam suara yang kebanyakan digunakan untuk keperluan kantor.
Nama Gramophone berasal dari Emilie Berliner yang pada tahun 1888
menemukan piringan hitam jenis baru dan mematenkannya di bawah label
Berliner Gramaphone. Pada tahun 1918 masa pematenan berakhir,
semua label pun berlomba-lomba untuk memproduksi piringan hitam
mengkilat. Pada masa itu, kebanyakan pemilik gramophone masih
terbatas pada kalangan menengah atas saja.
Kaset diputar dengan tape, Walkman
Compact audio cassette diperkenalkan oleh Philips sebagai media
penyimpanan audio di Eropa pada tahun 1963. Kemudian pada tahun
1965 mulai diproduksi secara massal. Pada tahun 1971, Advent
Corporation memperkenalkan Model 201 tape deck yang
12
mengkombinasikan filter Dolby Type B dan pita magnetik chromium
dioxide (Cr02). Tahun 1980an muncul Walkman dari Sony sebagai media
pemutar kaset portable. Pita kaset dapat merekam lagu dengan durasi
hingga 1 jam di setiap sisinya. Kualitasnya cukup baik namun kerap kali
terjadi penurunan kualitas suara yang dihasilkan ketika pita kaset
mengalami gangguan, kotor atau rusak.
DAT (Digital Audio Tape)
Digital Audio Tape merupakan rekaman digital yang memakai pita
magnetik, tapi sayang waktu kemunculannya dipasaran luas kedahuluan
rekaman digital pada kepingan CD, sehingga tidak banyak dikenal orang,
hanya dari kalangan tertentu saja yang memiliki, hal ini pada masa itu
waktu peralihan dari rekaman analog ke rekaman digital pihak produsen
DAT kurang berani melempar ke pasaran luas karena perekaman digital
jika di-copy hasilnya akan persis sama dengan yang asli yaitu distorsi
suara tidak terdeteksi. Sedang pihak dari rekaman CD berani spekulasi
untuk memproduksi rekaman diatas kepingan CD untuk dipasarkan
secara luas.
CD, VCD, DVD diputar dengan CD player, discman
CD dibuat dengan cara perekaman sinyal yang berbeda dari generasi
perekaman sebelumnya, perekaman pada piringan hitam dan perekaman
pita magnetik bentuk perekamannya berupa sinyal analog, sedangkan
perekaman dipermukaan kepingan CD berupa sinyal digital yaitu
pengkodean sinyal 0 dan sinyal 1, hal ini dalam usaha untuk
merampingkan media penyimpanan musik dengan memperbaiki kualitas
suara yang dihasilkan. Pada November 1984, dua tahun setelah CD
diproduksi secara massal, Dido mengeluarkan Discman sebagai media
pemutar portable. Musik dalam format CD, VCD maupun DVD memiliki
13
kualitas suara yang lebih baik tetapi tetap mengalami gangguan jika disc
tersebut tergores, berdebu ataupun rusak.
Musik Digital diputar dengan MP3 Player, iPod
Musik Digital menggunakan sinyal digital dalam proses reproduksi
suaranya. Sebagai proses digitalisasi terhadap format rekaman musik
analog, lagu atau musik digital mempunyai beraneka ragam format yang
bergantung pada teknologi yang digunakan, yaitu:
MP3
MP3 (MPEG, Audio Layer 3) menjadi format paling populer dalam
musik digital. Hal ini dikarenakan ukuran filenya yang kecil dengan
kualitas yang tidak kalah dengan CD audio. Format ini dikembangkan dan
dipatenkan oleh Fraunhofer Institute. Dengan bitrate 128 kbps, file MP3
sudah berkualitas baik. Namun MP3 Pro-format penerus MP3-
menawarkan kualitas yang sama dengan bitrate setengah dari MP3. MP3
Pro kompatibel dengan MP3. Pemutar MP3 dapat memainkan file MP3
Pro-namun kualitas suaranya tidak sebagus peranti yang mendukung
MP3 Pro.
WAV
WAV merupakan standar suara de-facto di Windows. Awalnya hasil
ripping dari CD direkam dalam format ini sebelum dikonversi ke format
lain. Namun sekarang tahap ini sering dilewati karena file dalam format ini
biasanya tidak dikompresi dan karenanya berukuran besar.
AAC
14
AAC adalah singkatan dari Advanced Audio Coding. Format ini
merupakan bagian standar Motion Picture Experts Group (MPEG), sejak
standar MPEG-2 diberlakukan pada tahun 1997. Sample rate yang
ditawarkan sampai 96 KHz-dua kali MP3. Format ini digunakan Apple
pada toko musik online-nya, iTunes. Kualitas musik dalam format ini
cukup baik bahkan pada bitrate rendah. iPod, pemutar musik digital
portabel dari Apple, adalah peranti terkemuka yang mendukung format ini.
WMA
Format yang ditawarkan Microsoft, Windows Media Audio (WMA)
ini disukai para vendor musik online karena dukungannya terhadap Digital
Rights Management (DRM). DRM adalah fitur untuk mencegah
pembajakan musik, hal yang sangat ditakuti oleh studio musik saat ini.
Kelebihan WMA lainnya adalah kualitas musik yang lebih baik daripada
MP3 maupun AAC. Format ini cukup populer dan didukung oleh peranti
lunak dan peranti keras terbaru pada umumnya.
Ogg Vorbis
Ogg Vorbis merupakan satu-satunya format file yang terbuka dan
gratis. Format lain yang disebutkan di atas umumnya dipatenkan dan
pengembang peranti lunak atau pembuat peranti keras harus membayar
lisensi untuk produk yang dapat memainkan file dengan format terkait.
Dari segi kualitas, kelebihan Ogg Vorbis adalah kualitas yang tinggi
pada bitrate rendah dibandingkan format lain. Peranti lunak populer,
Winamp dan pelopor pemutar MP3 portabel Rio sudah mendukung format
ini dalam model terbarunya. Walaupun demikian dukungan peranti keras
terhadap format ini masih jarang.
Real Audio
15
Salah satu format yang biasa ditemukan pada bitrate rendah.
Format dari RealNetworks ini umumnya digunakan dalam layanan
streaming audio. Pada bitrate 128 kbps ke atas RealAudio menggunakan
standar AAC MPEG-4.
MIDI
Format audio satu ini lebih cocok untuk suara yang dihasilkan oleh
synthesizer atau peranti elektronik lainnya, tetapi tidak cocok untuk hasil
konversi dari suara analog karena tidak terlalu akurat. File dengan format
yang berukuran kecil dan sering digunakan dalam ponsel sebagai
ringtone.
MIDI dapat juga dipakai sebagai pertunjukan musik yang
dikendalikan oleh seorang dengan peralatan Komputer dan berbagai
sumber suara berbentuk digital sehingga satu orang yang memainkan
MIDI seakan musik dimainkan oleh orang banyak.
C. Teknologi Musik Berbasis Sirkuit
Musik elektronik merupakan mesin yang dapat “memainkan"
instrument menjadi harmoni music tanpa benar-benar harus
memainkan instrument music secara langsung. Musik Elektronik
didasarkan pada komposisi secara elektrik yang menghasilkan
suara yang dibuat oleh generator. Musik elektronik dapat
dimainkan dari berbagai software maupun alat-alat yang
disediakan, hal ini dikarenakan software dan alat-alat ini akan
berkesinambungan menghasilkan musik yang indah. Software
merupakan aplikasi dimana musik elektronik dapat digabung dan
diharmonisasikan sesuai yang kita mau. Software juga dapat
memberitahukan alat yang dapat menghasilkan suara (pitch, chord,
atau suara apapun), apa yang harus dimainkan, dan kapan harus
16
dimainkan. Alat ini menggunakan pesan MIDI dalam performa nya
Musik Elektronik memiliki sejarah yang cukup panjang dan unik.
Pada tahun 1860 musik elektronik dapat dilihat dari
pekerjaan analitikal Hermann Ludwig Ferdinand von Helmholtz,
seorang ahli fisika, matematikawan dan pengarang. Helmholtz
membangun instrument elektronik untuk menganalisa kombinasi
dari suara “Helmholtz Resonator”, menggunakan
electromagnetically vibrating metal yaitu timah, kaca, dan lingkaran
beresonansi logam. Mesin tersebut dapat digunakan untuk
menganalisa nada yang membuat suara yang kompleks. Helmhotz
cukup khawatir dengan analisis nya mengenai suara dan tidak
mempunyai ketertarikan dalam pengerjaan music secara langsung.
Musik Elektronik mempunyai sejarah yang panjang dan cukup unik
1870-1915
Instrumen musik elektronik pertama dibangun dari tahun
1870 hingga 1915 dan menggunakan berbagai macam sinyal
elektrik. Pada tahun 1906 Lee de Forest mematenkan vacuum tube
pertama atau triode. Tujuan utama dari vacuum tube adalah untuk
teknologi radio namun De Forest dalam prakteknya menemukan
inovasi bahwa memungkinkan untuk memproduksi suara dan nada
dari alat tersebut. Tahun 1915 De Forest membuat instrument
musik bernama “the Audion Piano”.
1960
Vacuum tube masih merupakan audio synthesis utama
hingga penemuan sirkuit pada tahun 1960. Sirkuit ini terinspirasi
dari penulis German Harald Bode, Robert Moog, dan Donald
17
Buchla. Sirkuit ini membuat generasi baru dalam dunia music
elektronik.
1971-1978
Di tahun ini berbagai tipe instrument elektronik dengan digital
synthesizer ada mulai beragam. Model-model awal salah satunya
adalah Yamaha DX range dan Casio CZ synthesizer. Pada tahun
1971, synthesizer portable yang pertama telah ditemukan. Pada
saat itu tidak ada memori. Tahun 1975, Oberhiem Sem membuat
musisi dapat bermain di nada ke 2,4,6, dan 8 di waktu yang
bersamaan tergantung dari model. Satu synthesizer penting untuk
tiap not dan terhubung dari Modul Expander. Pada saat ini mesin
pertama dengan memori sudah ada, namun tiap modul hanya bisa
menyimpan sedikit. Lalu pada tahun 1978 synthesizer yang sudah
sepenuhnya terprogram, dengan nada polyphonic telah dibuat. Alat
ini dapat memproduksi 5 nada dalam satu waktu dan memiliki slot
sebanyak 32 memori untuk merekam parameter synthesizer selama
pertunjukan.
1982-2000
Pada tahun 1982 synthesizer bas ada dikarenakan telah
mendapat popularitas Musik Elektronik. The Roland – TB 303
membantu untuk memproduksi suara baru untuk era music yang
baru. Pada tahun itu juga synthesizer MIDI pertama telah
dikeluarkan. Synthesizer ini merupakan yang pertama
mengkombinasikan bentuk gelombang digital yang secara
essensial menjadi suara dasar dengan analog synthesis secara
subtraktif. Tahun 1995 mengubah aransemen musik elektronik
sudah jauh lebih mudah. Keyboard Nord Lead merupakan pioneer
18
nya. Keyboard ini meniadakan front button yang telah lama
ditunggu oleh musisi generasi baru. Pada tahun 2000, Storm Music
Studio menawarkan software synthesis dengan menawarkan
berbagai macam instrument. Sekarang ada beberapa program
computer yang dapat membuat dan merekam musik elektronik,
mengedit nya agar enak didengar.
2000-2017
Saat ini Musik Elektronik sudah jauh lebih mudah. Berbagai
macam program seperti Ableton, Bitwig, Steinberg’s Cubase, Logic
(Hanya untuk Mac) FL Studio dan program lainnya telah banyak
digunakan dalam pembuatan musik elektronik. Sekarang ini
produksi musik dapat dilakukan tanpa harus adanya musisi dengan
menggunakan laptonica, live coding dan Algorave.
Kebanyakkan software computer sekaligus sebagai
sequencer musik. Dengan sound card yang sudah di instalasi ke
computer, sekuenser music bisa memainkan music tanpa harus
memerlukan MIDI external untuk sound module. Dikarenakan
kebanyakkan sequencer music dapat menggunakan software
instrument yang bisa memainkan MIDI message ke digital audio
card, instrument software ini dapat mengubah pesan MIDI ke digital
audio, menggunakan set piano, gitar, drum, string dalam bentuk
gelombang kedalam RAM Komputer.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa musik
elektronik memiliki banyak variasi dari mulai alat, genre, tipe,
hingga tekhnik bermain music elektronik. Musik elektronik akan
terus berinovasi dengan dinamika jaman.
Dikutip dari Four Productions, Brainvoyager Music, Herman von
Helmmotz by David Cahan, Electronic Music by Elmert Herbert Die
19
BAB II
PEMBELAJARAN
A. PRAKTEK MUSIK ELEKTRONIK
Tekonologi komputer dibuat oleh manusia difungsikan untuk
memberikan berbagai macam manfaat. Salah satu manfaat teknologi
komputer yaitu mendukung kerja manusia agar lebih efisien baik dari
waktu maupun materi. Teknologi komputer diciptakan menggunakan
sistem algoritma yang komplek. Sistem matematis yang komplek dibuat
agar dapat mudah digunakan untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi oleh manusia sebagai user atau biasa disebut dengan brainware.
Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang setiap hari dilakukan oleh
manusia. Berbagai kendala baik secara tulisan maupun auditif sering
dilalui oeh seorang pengajar maupun bagi para peserta ajar. Seperti
proses pembelajaran musik, seorang pengajar memberikan contoh‐contoh
sering dijumpai dengan memainkan alat musik atau melalui praktek vokal.
Contoh‐contoh tersebut merupakan kegiatan belajar mengajar secara
manual sehingga terdapat keterbatasan‐keterbatasan baik dari sisi
pengajar maupun peserta ajar. Tujuan penelitian ini adalah memberikan
alternatif lain dari proses belajar mengajar yang memiliki nilai‐nilai
interaktiv. Melalui teknologi komputer dapat membantu dalam proses
belajar mengajar membuat sebuah karya musik dengan cara
mengarangsemen atau menggubah karya musik dalam bentuk kelompok
kecil atau pun besar tanpa membutuhkan biaya yang besar. Teknologi
komputer sudah dikembangkan menjadi alat elektronik yang cerdas,
sehingga user dapat memfungsikan tombol‐tombol ataupun menu‐menu
program aplikasi musik untuk kebutuhan mengembangkan kreativitas
musik lebih mudah. Teknologi komputer tergai atas perangkat keras dan
perangkat lunak. Kedua bagian tersebut tidak dapat dipisahkan, karena
bagian perangkat keras sebagai media elektronik dan perangkat lunak
20
sebagai bagian untuk menjalankan perintah‐perintah dari komputer itu
sendiri atau dari perintah‐perintah manusia pada perangkat keras. Hasil
yang akan dicapai dalam penelitian ini dapat memberikan sebuah
alternatif dalam proses belajar mengajar music menggunakan teknologi
komputer, khususnya pada matakuliah musik yang bersifat teoritis
khususnya membuat aransemen musik. Teknologi komputer juga dapat
dimanfaatkan seperti pada matakuliah teori musik, harmoni, kontrapunk,
komposisi musik, dan masih banyak lagi. Berikut adalah pembelajaran
Sibelius 8
21
22
23
Pembalajaran Studio One Professional
24
25
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Begault, Durand R (1994), 3-D Sound for Virtual Reality and Multimedia, Boston: Academic Press, 1994, ISBN 978-0-12-084735-8. (Online reprint, NASA Ames Research Center Technical Memorandum facsimile 2000.
Doornbusch, Paul (2005), The Music of CSIRAC, Australia's First Computer Music, with accompanying CD recording, Australia: Common Ground Publishers, ISBN 1-86335-569-3
Emmerson, Simon, ed. (2000), Music, Electronic Media, and Culture, Aldershot (Hants.), Burlington (VT): Ashgate, ISBN 0-7546-0109-9
Emmerson, Simon (2007), Living Electronic Music, Aldershot (Hants.), Burlington (VT): Ashgate, ISBN 978-0-7546-5546-6, (cloth) (pbk)
Schwartz, Elliott (1975), Electronic Music, New York: Praeger