modul krismin2011
TRANSCRIPT
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
BAB IKRISTALOGRAFI
I. CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL REGULER1. Hexahedron
Langkah 1
Langkah 2
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
Buatlah sumbu kristalografi sesuai
dengan ukuran perbandingan yaitu
1:3:3 dan besar sudut yaitu 30o
Beri tanda/titik pada ukuran
perbandingan 1:3:3 pada sumbu
kristalografi.
Tarik garis sejajar pada 2 titik di
sumbu b dan sumbu c dengan ukuran
yang sama dengan sumbu a yang
telah diberi tanda.
Buat garis sejajar dengan panjang
sumbu b pada 2 tanda/titik pada sumbu a
dan di sumbu c
Buat/tarik garis sejajar terhadap
dengan panjang sumbu c pada 2
titik pada sumbu b dan sumbu a
1
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 3
Langkah 4
Keterangan :
- Bidang yang terlihat dari depan maka garis dibuat tegas sedangkan bidang yang tidak tampak dari
pandangan depan maka garis dibuat putus-putus. ( Berlaku untuk semua penggambaran sistem
kristal )
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
Pada setiap garis sejajar yang
berpotongan (Contohnya pada garis
sejajar b dengan garis sejajar a) di
tarik garis yang sejajar pula dengan
garis c (Lihat kotak kecil).
Pada setiap perpotongan garis yang
telah anda buat silahkan anda
hubungkan (Lihat kotak kecil).
2
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
2. Pentagonal Dodecahedron
Langkah 1
Langkah 2
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
Untuk langkah awal buatlah sumbu
kristalogafi sistem regular dengan
posisi/sudut antar sumbu a+ dengan b-
adalah 30o.
Beri tanda/titik pada ketiga sumbu
dengan perbandingan ukuran 1:3:3
dan beri juga titik pada kelipatan
perbandingan tersebut 2:6:6.
Tarik garis dari titik a yang beukuran
1 (ukuran pada sumbu ini 1) dengan
titik pada sumbu b yang berukuran
dengan 6 (ukuran ini adalah kelipatan
dari 3 yang merupakan ukuran yang
sebenarnya)
Tarik garis dari sumbu a pada titik
yang berukuran 2 (ukuran sebenarnya
adalah 1) dengan titik pada sumbu b
yang berukuran 3 (ini adalah ukuran
yang sebenarnya)
3
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 3
Langkah 4
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
Buat garis yang sejajar dengan sumbu c
berukuran 6 terhadap sumbu a pada
titik yang berukuran 2
Buat garis pada sumbu c pada titik
yang berukuran 3 sejajar dengan
sumbu b (ukurannya adalah 6)
Buatlah garis sejajar dengan sumbu a
(ukuran 1) pada titik yang berukuran
3 pada sumbu b, dan buat juga pada
sumbu c pada titik yang berukuran 6.
Buat garis sejajar dengan sumbu c
yang berukuran 6 pada sumbu a
4
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 5
Langkah 6
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
Lalu tarik garis dari garis yang sejajar
sumbu a di sumbu c dengan garis yang
sejajar a di sumbu b.
Lalu hubungkan perpotongan yang
dibuat oleh garis itu (pada kotak jajaran
genjang).
Tarik garis dari garis sejajar terhadap
sumbu b di sumbu c ke titik
perpotongan antara garis sejajar sumbu
c di sumbu a dengan garis miring yang
menghubungkan sumbu a dan sumbu c
(lihat pola yang ada pada kotak kecil)
5
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TETRAGONAL
1. Tetragonal Prisma Orde I
Langkah 1
Langkah 2
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Membuat perbandingan panjang sumbu
a:b:c = 1:3:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis–garisnya
seperti tanda a+, a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat proyeksi garis yang merupakan
pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian ketiga dari sumbu b+
- Menuju bagian ketiga dari sumbu b-
- Memperhatikan gambar di sebelah
- Membuat proyeksi bidang dari horizontal
seperti langkah kedua tadi
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c+
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c-
- Melengkapi garis seperti gambar disebelah.
6
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
2.Tetragonal Bipyramid Orde I
Langkah 1
Langkah 2
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Membuat perbandingan panjang sumbu
a:b:c = 1:3:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis –
n garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-
- Perhatikan gambar disebelah
- Membuat garis dengan menghubungkan
3 bagian dari b+ dengan 1 bagian a-
lanjutkan dengan 3 bagian b- lalu ke 1
bagian a +
- Perhatikan gambar disebelah
- Membuat proyeksi bidang dari horizontal
seperti langkah kedua tadi
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c+
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c-
- Melengkapi garis seperti gambar
disebelah.
7
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
SISTEM HEXAGONAL
A. Hexagonal Prisma Orde I dan Hexagonal Bipyramid Orde I
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Buat sumbu a, b, c dan d dengan
ketentuan :
< a+ / b- = 17°
< b + / d- = 39°
b : d : c = 3 : 1 : 6
- Dimana 1 satuan berukuran 1 cm
- Buat garis sejajar dengan sumbu b
melalui titik berukuran 1 pada sumbu
d hingga memotong sumbu a
Buat garis yg sejajar dengan sumbu a
yang melalui sumbu b pada ukuran 3
dan sumbu d yang berukuran 1
8
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 4
Langkah 5:
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
Hubungkan setiap titik-titik pada
garis tersebut sehingga membentuk
bidang alas dan atap berbentuk segi
enam pada bangun tersebut.
Tarik garis sejajar dengan sumbu c
pada setiap titik-titik sudut dari
bidang segi enam
9
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
B. Hexagonal Prisma Orde II dan Hexagonal Bipyramid Orde II
Langkah 1
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
Untuk membuat kristal hexagonal
bipyramid orde I kita dapat memodifikasi
dari gambar hexagonal prisma orde I
yaitu dengan menghubungkan titik-titik
sudut dari bidang segi enam pada bagian
tengah kristal ke titik pusat bidang alas
dan atap.
Beri warna setiap bidang simetri,
gunakan komposisi warna yang
proporsi dan cocok.
Beri simbol pada setiap bidang
simetri.
10
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
langkah 2
Langkah 3
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
Dari hasil penghubungan titik-
titik tersebut didapat bidang
berbentuk segienam
Tarik garis sejajar dengan
sumbu c pada setiap titik-titik
sudut dari bidang segi enam
- Buat sumbu a, b, c dan d dengan
ketentuan :
< a+ / b- = 17°
< b + / d- = 39°
b : d : c = 3 : 1 : 6
- Dimana 1 satuan berukuran 1 cm
- Buat garis yg saling
menghubungkan antara titik pada
sumbu b dan d seperti pada gambar
disamping
11
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 4
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TRIGONAL1. Trigonal Bipyramid Orde I
Langkah 1 Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
Hubungkan setiap titik-titik pada garis
tersebut sehingga membentuk bidang
alas dan atap berbentuk segi enam pada
bangun tersebut
Beri warna setiap bidang
simetri, gunakan komposisi
warna yang proporsi dan cocok.
Beri simbol pada setiap bidang
simetri, dengan ketentuan:
= jika bernilai 6
= jika bernilai 2
Untuk membuat kristal hexagonal
bipyramid orde II kita dapat
memodifikasi dari gambar
hexagonal prisma orde II yaitu
dengan menghubungkan titik-titik
sudut dari bidang segi enam pada
bagian tengah kristal ke titik pusat
bidang alas dan atap.
Beri warna setiap bidang simetri,
gunakan komposisi warna yang
proporsi dan cocok.
Beri simbol pada setiap bidang
simetri, dengan ketentuan
= jika bernilai 6
= jika bernilai 2
12
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 2
Langkah 3
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Tarik garis pada setiap
ujung-ujung garis pada
pengerjaan langkah
sebelumnya.
- Lihat gambar disamping.
- Membuat garis sejajar
dengan sumbu d pada 3
bagian sumbu b+ sehingga
menampakan bentuk bidang
segitiga.
- Menarik garis lurus yang
sejajar dengan sumbu c di
setiap titik-titik perpotongan
sepanjang 6 bagian.
- Lihat gambar disamping.
- Membuat perbandingan panjang
sumbu b:d:c = 3:1:6
- Membuat garis a- /b+=170
- Membuat garis b+/d- =390
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-,c+,c-,d+ dan d-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat garis sejajar dengan
sumbu a pada 3 bagian sumbu b-.
- Membuat garis sejajar dengan
sumbu b pada 1 bagian sumbu d-.
- Lihat gambar disamping.
13
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 4
2. Trigonal Prisma Orde II dan Trigonal Bypiramid Orde II
Langkah 1
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Membuat perbandingan panjang sumbu
b:d:c = 3:1:6
- Membuat garis a- /b+=170
- Membuat garis b+/d- =390
- Memberi keterangan pada garis
– garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-,c+,c-,d+ dan d-
- Untuk membuat kristal trigonal
bipyramid orde I kita dapat
memodifikasi dari gambar trigonal
prisma orde I. Tarik garis pada
setiap sudut dari bidang segitiga di
bagian tengah dengan 6 bagian dari
sumbu c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping
14
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 2
Langkah 4
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Menarik garis lurus yang sejajar
dengan sumbu c di setiap titik-titik
perpotongan sepanjang 6 bagian.
- Lihat gambar disamping.
- Membuat garis memotong pada 1
bagian sumbu b- dan 3 bagian
sumbu d+ kemudian potongkan
dengan garis sebelumnya.
- Hubungkan kedua garis tersebut
sehingga terbentuk segitiga
- Lihat gambar di samping.
- Membuat perbandingan panjang sumbu
b:d:c = 3:1:6
- Membuat garis a- /b+=170
- Membuat garis b+/d- =390
- Memberi keterangan pada garis
– garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-,c+,c-,d+ dan d-
15
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 5
Langkah 6
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Untuk membuat kristal hexagonal
bipyramid orde II kita dapat
memodifikasi dari gambar Tarik
garis pada setiap sudut dari bidang
segitiga di bagian tengah dengan 6
bagian dari sumbu c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping.
- Tarik garis pada setiap ujung-ujung
garis pada pengerjaan langkah
sebelumnya.
- Lihat gambar disamping.
- Menarik garis lurus yang sejajar
dengan sumbu c di setiap titik-titik
perpotongan sepanjang 6 bagian.
- Lihat gambar disamping.
16
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIC1. Kombinasi Orthorombic Brachy, Makro, Basalt Pinacoid
Langkah 1
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Untuk membuat kristal hexagonal
bipyramid orde II kita dapat
memodifikasi dari gambar Tarik
garis pada setiap sudut dari bidang
segitiga di bagian tengah dengan 6
bagian dari sumbu c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping.
- Membuat perbandingan panjang sumbu
a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis –
garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-
- Memperhatikan gambar disebelah
17
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 2
2. Orthorombic Brachy Dome, Makro, Basalt Pinacoid
Langkah 1
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Membuat perbandingan panjang sumbu
a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis –
garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat proyeksi garis yang merupakan
pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian keempat dari sumbu b+
dan b-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Menuju bagian keenam dari sumbu c-
- Tarik garis sejajar dengan sumbu b+ dan
b- pada pencerminan 1 bagian a+ dan a-.
- Memperhatikan gambar disebelah
- Hubungkan ujung-ujung pada garis
yang memotong sumbu
a+,a-,b+,b-,c+dan c-.
- Lihat gambar disamping
- Membuat perbandingan panjang sumbu
a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis
– garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-
- Memperhatikan gambar disebelah.
- Membuat proyeksi garis yang
merupakan pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian keempat dari sumbu b+
dan b-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
18
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 2
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL MONOKLIN1. Kombinasi Monoklin Clino, Ortho, Basal Pinacoid
Langkah 1
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Membuat perbandingan panjang
sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =450
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat proyeksi garis yang
merupakan pencerminan 1 bagian
a+,a-
- Membuat perbandingan panjang sumbu
a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis
– garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-
- Memperhatikan gambar disebelah.
- Membuat proyeksi garis yang
merupakan pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian keempat dari sumbu b+
dan b-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Hubungkan ujung-ujung
pada garis yang memotong
sumbu a+,a-,b+,b-,c+danc-.
- Lihat gambar disamping.
19
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 2
2. Monoklin Hemibipyramid
Langkah 1
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Membuat perbandingan panjang
sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =450
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat proyeksi garis yang
merupakan pencerminan 1 bagian
a+,a-
- Membuat garis memotong sumbu
b+ sejajar sumbu c sepanjang 6
bagian
- Membuat garis memotong sumbu
b- sejajar sumbu c sepanjang 6
bagian
- Kemudian hubungkan garis garis
tersebut menjadi sebuah bentuk
kristal
- Perhatiakan gambar di samping
- Membuat perbandingan panjang
sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =450
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
-
- Hubungkan titik-titik pada bagian
a-,b-,a+,dan b+ menjadi sebuah bidang.
- Lihat gambar disamping
20
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 2
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TRIKLIN1. Triklin Hemibipyramid
Langkah 1
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Membuat perbandingan panjang
sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =450
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
-
- Hubungkan titik-titik pada bagian
a-,b-,a+,dan b+ menjadi sebuah bidang.
- Lihat gambar disamping
- Tarik garis dari pojok bidang
tersebut menuju titik pada 6
bagian c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping.
- Membuat perbandingan panjang
sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a+ /c-=450
- Membuat garis b+/c -=800
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Hubungkan titik-titik pada bagian
a-,b-,a+,dan b+ menjadi sebuah bidang.
- Lihat gambar disamping
21
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 2
2. Kombinasi Triklin Brachy, Makro, Basalt Pinacoid
Langkah 1
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Membuat perbandingan panjang
sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a+ /c-=450
- Membuat garis b+/c -=800
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Hubungkan titik-titik pada bagian
a-,b-,a+,dan b+ menjadi sebuah bidang.
- Lihat gambar disamping
- Tarik garis dari pojok bidang
tersebut menuju titik pada 6
bagian c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping.
- Membuat perbandingan panjang sumbu
a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a+ /c-=450
- Membuat garis b+/c -=800
- Memberi keterangan pada garis –
garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
22
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Langkah 2
BAB II
MINERALOGI
II.1 BATASAN-BATASAN DEFINISI MINERAL:
1. Suatu bahan alam2. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap3. Pada umumnya anorganik 4. Homogen
Mineralogi dibagi menjadi 2 Macam :1. Mineralogi fisik2. Mineralogi kimiawi
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
- Membuat proyeksi garis yang merupakan
pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian keempat dari sumbu b+
- Menujui bagian keempat dari sumbu b-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Menuju bagian keenam dari sumbu c-
- Memperhatikan gambar disebelah,
Hubungkan garis-tersebut hingga
menampakan bentuk kristal.
- Lihat gambar disamping
23
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
II.2 PENDESKRIPSIAN MINERAL
II.2.1 Sifat-sifat fisik yang Diselidiki
1. WARNA
Faktor yang dapat mempengaruhi warna : komposisi kimia struktur kristal dan ikatan atom pengotor dari mineral
2. PERAWAKAN KRISTAL
Perawakan kristal dibagi menjadi 3 golongan ( Richard Pearl, 1975) yaitu :A. Elongated habitsB. Flattened habitsC. Rounded habits
3. KILAP
Macam-macam kilap :
Kilap Logam dan Non Logam
4.KEKERASAN
Skala kekerasan relative mineral dari mohs :1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. gypsum CaSO22H2O3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F6. Orthoclas K(AlSi3O8)7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(FOH)2
9. Corondum Al2O3
10. Diamond C
5. GORES ( STREAK )
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral ditumbuk sampai halus.
6. BELAHAN
1. sempurna (perfect)2. baik (good)3. jelas (distinct)4. tidak jelas (indistinct)5. tidak sempurna (imperfect)
7. PECAHAN ( FRACTURE )
1. Choncoidal2. hacly
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
24
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
3 Even 4 .Uneven 5. Splintery 6 . Earthy
8. DAYA TAHAN TERHADAP PUKULAN (TENACITY)
1. Brittle 2. Sectile 3. Malleable 4. Ductile 5. Flexible 6. Elastic
9. BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)
BJ =
10. RASA DAN BAU (TASTE AN ODOUR)
a. Rasa Astringet Sweetist Astringet Alkaline Bitter Cooling Sour
b. Bau
Alliaceous Horse Radish Odour Sulphurous Bitominous Fetid Argiilaceous
11. SIFAT KEMAGNETAN
Paramagnetit (magnetit) Diamagnetit (non-magnetit)
12. DERAJAT KETRANSPARAN
Opaque mineral Transparant mineral Translucent mineral Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non-transparant)
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
Berat mineral
Volume mineral
25
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
BAB III
MINERALOGI KIMIAWI
II.3 Mineralogi Kimiawi
Mineralogi Kimiawi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat kimiawi dari mineral. Meliputi perubahan yang terjadi bila dipanasi oleh api oksidasi maupun api reduksi mengenai perubahan warna, sublimasi, pengembunan, penggarangan dan lain-lain, serta mempelajari sistematika mineral kedalam golongan-golongan atas dasar senyawa kimianya.
A. Maksud dan tujuan
1. Mengetahui sifat-sifat kimia yang penting dari setiap mineral dengan metode yang sesuai.2. Melengkapi data yang diperoleh dari penyelidikan secara fisis.
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
26
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
B. Alat-alat yang dipergunakan
1. Pipa tiup2. Lampu spirtus3. Kawat platina4. Jarum preparat5. Gelas arloji6. Keping gips7. Bor tangan8. Buluh tertutup9. Magnet
C. Nyala Api
a. Struktur nyala api.
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
27
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
D. Pembagian Penyidikan
a. Penyelidikan basah dengan regensia
1. Mutiara boraxAlat-alat : - lampu spirtus
- pipa tiup- kawat platina- jarum preparat- gelas arloji
Regensia : - HCl encer- Soda- tepung borax Na2B4O7
Bahan : - pyrolusite (MnO2)- prusi (CuSO4)- Magnetit (Fe3O4)- Kalium bichromat
Cara Penyelidikan
1. Bersihkan kawat platina dengan jalan memasukkannya ke dalam lampu spirtus, supaya cepat bersih, masukkan ke dalam HCl encer, kemudian dipanaskan. Begitu berulang-ulang sampai bersih (berwarna putih).
2. Masukkan kawat platina ke dalam tepung borax3. Panaskan ke dalam api oksidasi sampai terbentuk manik-manik (mutiara borax) yang berwarna jernih
tanpa noda sedikitpun.4. Masukkan mutiara borax (dalam keadaan panas) ke dalam bubuk mineral yang akan diselidiki.5. Panaskan dengan api oksidasi.6. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada waktu dingin.7. Buatla mutiara borax lagi dan masukkan ke dalam tepung mineral yang akan diselidiki.8. Panasi dengan api reduksi.9. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada waktu dingin.10. Cocokkan dengan tabel Bead Corolation Kranss, maka dapat diketahui unsur yang diselidiki.
Tabel Bead Coloration Kranss
No Oksidasi
dari
Borax Bead
Nyala api oksidsi Nyala api reduksi
1. Mn Violet kemerahan Tak berwarna
2. Co Biru Biru
3. Cu Biru hijau Merah Opaq
4. Ni Coklat kemerahan Abu-abu Opaq
5. Fe Kuning Hijau pucat
6. Cr Hijau kekuningan Hijau pucat
7. U Kuning Hijau pucat tak berwarna
8. V Hijau kekuningan Hijau cerah
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
28
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
9. Ti Tak berwarna Violet Kecoklatan
10
.
Mo Tak berwarna Coklat
11
.
W Tak berwarna Kuning-Coklat kemerahan
12
.
Si Tak berwarna Tak berwarna
BAB IV
ROCK FORMING MINERAL
( MINERAL PEMBENTUK BATUAN )
IV.1 Reaksi Bowen
Mineral-mineral yang penting dalam pembentukan kulit bumi adalah pada seri
Reaksi Bowen.
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
29
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Gambar.III.1
DAFTAR PUSTAKA
Berry L.G and Mason B., 1989, Mineralogy, Freeman W. and Co San Francisco
Flint. V.L., Essentials Of Crystalography, Peace Publisher Moscow.
Dana ES., 1960, A Textbook of Mineralogy, John Willey and Sons Inc. New York
Danisworo C. Ir., 1980, Mineralogi (Buku Petunjuk Praktikum), Fakultas Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta.
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
30
Modul Kristalografi dan Mineralogi 2009
Denned Williams H., 1960, Principle of Mineralogy, The Ronald Press Company, New York.
Escher BG., 1949, Algemene Mineralogie en Krystallografie, Oogsqust.
Kraus E., Hunt WF. and Ramsdell LS., 1959, Mineralogy, Mc Graw Hill Book Company Inc. New York.
Laboratorium Kristalografi-MineralogiJurusan Teknik GeologiFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta2009
31