modul kimia dasar€¦ · struktur atom 20 5. sistem periodik 24 6. struktur molekul 26 7. wujud...
TRANSCRIPT
MODUL
KIMIA DASAR
OLEH:
DEVITA CAHYANI NUGRAHENY
PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA
JAKARTA
2
DAFTAR ISI
Halaman
1. Pengenalan Dasar-Dasar Kimia 3
2. Stoikiometri 7
3. Energitika 14
4. Struktur Atom 20
5. Sistem Periodik 24
6. Struktur Molekul 26
7. Wujud Zat 34
8. Kesetimbangan Kimia 40
3
PENGENALAN DASAR-DASAR KIMIA
Penggolongan Materi
Materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa, dan kimia
adalah ilmu tentang materi dan perubahannya. Pada prinsipnya semua materi dapat berada
dalam tiga wujud yaitu padat, gas, dan cair. Ilmuan juga mengolongkan materi berdasarkan
susunan dan sifatnya. Materi dapat digolongkan menjadi zat, campuran, unsur, dan senyawa.
Zat adalah materi yang memiliki susunan tertentu dan sifat tertentu pula. Contohnya
adalah air, perak, etanol, dan karbon dioksida. Zat yang satu berbeda dengan zat yang lain
dan dapat diidentifikasi dari penampilannya, bau, rasanya, dan sifat-sifat yang lain.
Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat dimana dalam penggabungan
ini zat-zat tersebut mempertahankan identitas masing-masing. Campuran bisa homogen atau
heterogen. Ketika gula dilarutkan ke dalam air, setelah pengadukan yang cukup lama,
susunan campurannya diseluruh bagian akan sama. Larutan inilah yang disebut campuran
homogen. Namun jika pasir dicampur dengan serbuk besi, butir pasir dan serbuk besi akan
tetap terlihat terpisah. Jenis campuran ini, di mana susunannya tidak seragam disebut
campuran heterogen. Penambahan minyak ke dalam air juga menghasilkan campuran
heterogen karena cairannya tidak memiliki susunan yang konstan.
Suatu zat dapat berupa unsur dan senyawa. Unsur (element) adalah suatu zat yang
tidak dapat dipisahkan lagi menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Kimiawan mengunakan
lambang-lambang abjad untuk mewakili nama-nama unsur. Huruf pertama lambang unsur
selalu huruf besar, tetapi yang kedua tidak pernah ditulis dengan huruf besar. Sebagai contoh
Co adalah lambang kobalt, sedangkan CO adalah rumus karbon monoksida, yang tersusun
atas unsur karbon dan oksigen.
Kebanyakan unsur dapat bereaksi dengan satu atau lebih unsur yang lain untuk
membentuk senyawa. Senyawa (compound) sebagai suatu zat yang tersusun atas atom-atom
dari dua unsur atau lebih yang terikat secara kimia dengan perbandingan tetap. Sebagai
contoh , gas hidrogen terbakar dalam gas oksigen membentuk air, suatu senyawa yang sifat-
sifatnya berbeda dengan sifat dari unsur-unsur pembentuknya.
Sifat Materi
Semua sifat materi yang dapat diukur dibagi dalam dua golongan yaitu sifat intensif
dan ekstensif. Nilai sifat ekstensif yang terukur bergantung pada seberapa banyak materi
yang diukur. Massa, panjang, dan volume adalah sifat-sifat ekstensif. Semakin banyak materi,
4
semakin besar massanya. Nilai terukur dari sifat intensif tidak tergantung pada jumlah materi
yang diukur. Suhu adalah sifat intensif. Dua gelas yang berisi air dengan suhu yang sama.
Ketika air dalam dua gelas tersebut kita campur, maka suhu air tersebut akan tetap sama.
Pengukuran
Satuan pengukuran yang digunakan mengacu pada Satuan Sistem Internasional (SI).
Tujuh satuan dasar SI dapat dilihat pada tabel 1. Satuan pengukuran SI yang lain dapat
diturunkan dari satuan-satuan dasar tersebut. Pengukuran yang sering digunakan dalam ilmu
kimia adalah pengukuran waktu, suhu, massa, volume dan kerapatan.
Tabel 1. Satuan Dasar SI
Besaran Dasar Nama Satuan Lambang
Panjang Meter m
Massa Kilogram kg
Waktu Detik s
Arus listrik Ampere A
Suhu Kelvin K
Jumlah zat Mol mol
Intensitas cahaya Candela cd
Massa dan Berat
Massa adalah suatu ukuran yang menunjukkan kuantitas dari materi di dalam suatu
benda. Istilah berat dan massa sering tertukar pengguanaannya, walau keduanya merujuk
pada besaran yang berbeda. Dalam istilah ilmiah, berat adalah gaya yang diberikan oleh
gravitasi pada suatu benda. Sebuah apel yang jatuh dari pohon ditarik ke bawah oleh gravitasi
bumi. Massa apel tetap tidak tergantung pada letaknya tetapi beratnya bergantung pada
letaknya.
Notasi Ilmiah
Dalam perhitungan kimia sering berhubungan dengan bilangan-bilangan yang sangat
besar atau sangat kecil. Untuk menangani penulisan bilangan yang sangat besar dan sangat
kecil, kita mengunakan suatu sisten yang disebut notasi ilmiah. Berapapun nilainya, semua
bilangan dapat dinyatakan dalam bentuk
N x 10n
5
dimana N adalah bilangan antara 1 sampai 10 dan n adalah suatu pangkat yang dapat berupa
bilangan bulat positif atau bilangan bulat negatif.
Contoh: nyatakan a) 568,762 dan b) 0,000000776 dalam notasi ilmiah
Jawab : a) 5,68762 x 102 dan b)7,76 x 10-7
Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap
Ahli kimia Jerman Becher dan Stal pertama kali menyimpulkan eksperimennya
bahwa pembakaran zat disebabkan oleh sesuatu yang disebut flogiston. Tetapi Antoni
lavoiser ahli kimia Perancis membantah kesimpulan tersebut dam melalui peragaan
menyatakan bahwa pembakaran terjadi dari reaksi zat dengan oksigen. Dia juga
menunjukkan, melalui pengukuran yang sangat hati-hati, bahwa bila reaksi dilakukan diruang
tertutup, sehingga tidak ada hasil reaksi yang hilang, jumlah total massa semua zat yang ada
setelah reaksi sama dengan sebelum reaksi. Hasil pengamatannya ini dikenal dengan hukum
kekekalan massa yang menyatakan bahwa dalam reaksi kimia, massa bersifat kekal tidak
dapat diciptakan maupun dimusnahkan.
Hasil eksperimen Lavoiser, mendorong ahli kimia lain untuk menyelidiki aspek
kuantitatif dari raksi kimia. Penyelidiakan lainnya akhirnya mendapatkan hukum
perbandingan tetap. Hukum perbandingan tetap menyatakan bahwa dalam suatu zat murni,
unsur-unsur penyusunnya selalu mempunyai perbandingan massa tetap.
Teori Atom Dalton
Jonh Dalton, seorang ahli kimia dari Inggris mengusulkan teori yang dikenal dengan
teori atom dalton dan dipublikasikan secara lengkap dalma buku A New System in Chemical
Philosophy. Isi teori dalton dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Materi terdiri atas pertikel-partikel kecil yang tidak dapat dibagi lagi yang disebut atom.
2. Atom-atom suatu unsur mempunyai sifat yang sama (seperti: ukuran, bentuk, dan
massa), yang berbeda dengan atom unsur yang lain.
3. Suatu reaksi kimia hanya merupakan penggabungan, pemisahan, dan pertukaran atom-
atom. Atom-atom itu sendiri dalam reaksi kimia tetap ada.
Kelompok atom-atom yang terikat menjadi satu kesatuan secara kuat sehungga
membentuk jati dirinya sebagai partikel tunggal, disebut molekul
Teori atom Dalton dapat menjelaskan adanya hukum perbendingan berganda.
Hukum ini menyatakan bahwa bila ada dua senyawa yang berbeda dibentuk oleh dua unsur
yang sama, maka bila massa salah satu unsur dalam kedua senyawa sama, maka unsur
6
lainnya dalam kedua senyawa itu akan mempunyai perbandingan massa sebagai bilangan
bulat dan sederhana.
Latihan Soal:
1. Apa yang dimaksud dengan materi?
2. Sebutkan perbedaan antara:
a. Zat dan campuran
b. Campuran homogen dan campuran heterogen
c. Unsur dan senyawa
d. Atom dan molekul
3. Sebutkan perbedaan antara sifat ektensif dan sifat intensif dan berikan contohnya!
4. Sebutkan satuan SI untuk besaran berikut:
a. Panjang
b. Luas
c. Volume
d. Massa
e. Waktu
f. Suhu
5. Mengapa massa digunakan untuk menyatakan jumlah materi di dalam suatu objek, bukan
mengunakan berat?
6. Nyatakan bilangan-bilangan berikut dengan notasi ilmiah:
a. 0,000000028
b. 356
c. 0,096
7. Nyatakan dengan kata-kata sendiri:
a. Hukum kekekalan massa
b. Hukum perbandingan tetap
c. Hukum perbandingan berganda
7
STOIKIOMETRI
Massa atom relatif dan Massa Molekul relatif
1. Massa Atom Relatif
Massa atom relatif (Ar) merupakan perbandingan massa satu atom terhadap 1
12 massa
satu atom karbon 12C.
Arx =massa satu atom x
1
12massa satu atom C12
2. Massa Molekul Relatif
Massa molekul relatif (Mr) merupakan perbandingan massa satu molekul terhadap 1
12
massa satu atom karbon 12C.
Mry =massa satu molekul y1
12massa satu atom C12
Karena molekul merupakan gabungan dari beberapa atom maka:
Mr senyawa = jumlah Ar penyusunnya
Contoh:
Tentukan Mr dari senyawa C4H10 (Ar C = 12 dan Ar H = 1)
Penyelesaian:
Mr C4H10 = (4 x Ar C) + (10 x Ar H)
= (4 x 12) + (10 x 1) = 48 + 10 = 58
Rumus kimia
1. Rumus Empiris
Rumus kimia yang menyatakan jumlah atom-atom unsur yang menyusun senyawa.
Merupakan rumus paling sederhana penyusun molekul.
2. Rumus Molekul
Rumus kimia yang menyatakan jumlah sesungguhnya tiap jenis atom yang dijumpai
dalam molekul tersebut.
Contoh rumus empiris dan molekul:
Rumus Empiris Massa Molekul (sma) Rumus Molekul
CH2 (Mr CH2 = 14) 42 (42/14 =3) (CH2)3 = C3H6
CH3O (Mr CH3O = 31) 62 (62/31 = 2) (CH3O)2 = C2H6O2
3. Rumus Struktur
Rumus yang menunjukkan bagaimana atom-atom terikat atau tergabung membentuk
molekul
8
Contoh : rumus truktur C2H4
Persamaan Reaksi
Hal-hal yang ada dalam persamaan reaksi kimia:
1. Zat-zat yang bereaksi di sebelah kiri tanda anak panah (reaktan), sedangkan hasil reaksi
di sebelah kanan anak panah (produk).
2. Jumlah atom sebelah kiri tanda anak panah sama dengan jumlah atom yang ada disebelah
kanan anak panah. Hal ini diatur dengan koefisien persamaan reaksi.
3. Perbandingan koefisien sama dengan perbandingan mol zat-zat dalam reaksi
4. Perbandingan koefisien sama dengan perbandingan volume dalam reaksi
Menyetarakan reaksi Kimia:
1. Identifikasi semua reaktan dan produk kemudian tulis rumus molekul yang benar
masing-masinf pada sisi kanan dan kiri dari persamaan.
2. Setarakan persamaan tersebut dengan mencoba berbagai koefisien yang berbeda jumlah
atom dari tiap unsur sama pada kedua sisi persamaan.
3. Carilah unsur yang muncul hanya sekali pada setiap sisi persamaan dengan jumlah atom
yang sama pada tiap sisi. Rumus molekul yang mengandung unsur-unsur ini pasti
mempunyai koefisien yang sama. Kemudian carilan unsur yang muncul sekali pada tiap
sisi namun mempunyai jumlah atom yang berbeda. Unsur-unsur tersebut harus
disetarakan. Akhirnya setarakan unsur-unsur yang muncul dua atau lebih pada kedua sisi.
Contoh:
Setarakan persamaan berikut:
C2H6 + O2 → CO2 + H2O
Penyelesaian:
- Jumlah atom dari unsur (C,H, dan O) tidak sama pada kedua sisi
- Atom C dan H hanya muncul sekali pada tiap sisi persamaan dan O muncul dua senyawa
di sisi kanan.
- Untuk menyetarakan atom C, kita tempatkan angka 2 di depan CO2
C2H6 + O2 → 2CO2 + H2O
9
- Untuk menyetarakan atom H, kita tempatkan angka 3 di depan H2O
C2H6 + O2 → CO2 + 3H2O
- Menyetarakan atom O, pada sisi kanan terdapat 7 atom O maka di sebelah kiri dapat di
tuliskan koefisien 7/2
C2H6 + 7
2 O2 → CO2 + 3H2O
Hukum Dasar Ilmu Kimia
1. Hukum Kekekalan massa (Lavoisier)
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama
2. Hukum Perbandingan tetap (Proust)
Perbandingan massa unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa selalu tetap
Massa A = 𝑦 𝑥 𝐴𝑟 𝐴
𝑀𝑟 𝐴𝑦𝐵𝑧 x massa AyBz
Massa B = 𝑧 𝑥 𝐴𝑟 𝐵
𝑀𝑟 𝐴𝑦𝐵𝑧 x massa AyBz
%A = 𝑦 𝑥 𝐴𝑟 𝐴
𝑀𝑟 𝐴𝑦𝐵𝑧 x 100%
%B = 𝑧 𝑥 𝐴𝑟 𝐵
𝑀𝑟 𝐴𝑦𝐵𝑧 x 100%
Contoh soal :
a. Hitung massa Al dalam 100 biji bauksit murni Al2O3 . (Ar Al = 27 ; O = 16 )
Penyelesaian :
Mr Al2O3 = (2 x Ar Al ) + ( 3 x Ar C ) = (2 x 27 ) + (3 x 16 ) = 102
Massa Al = 2 𝑥 27
102 x 100 Kg = 52,94 Kg
b. hitunglah persen berat besi dalam Fe2O3 (Ar Fe =56; O = 16 ) !
Penyelesaian :
Mr Fe2O3 = ( 2 x Ar Fe ) + ( 3 x Ar O ) = (2 x 56) + (3 x 16 ) =160
% Fe = 2 𝑥 56
160 x 100% = 70 %
3. Hukum Kelipatan Perbandingan ( Dalton)
Perbandingan massa unsur-unsur dalam sejumlah senyawa merupakan bilangan bulat
dan sederhana.
Contoh :
Perhatikan table dari macam – macam senyawa yang dibentuk oleh unsur nitrogen
dan oksigen berikut !
10
Senyawa Massa nitrogen (g) Massa Oksigen (g) Perbandingan
NO 14 16 7 : 8
N2O3 28 48 7 : 12
N2O² 28 64 7 : 16
Perbandingan massa oksigen dalam tiga jenis senyawa tersebut adalah 8 : 12 : 16 = 2 :
3 : 4 merupakan perbandingan bilangan yang bulat dan sederhana sesuai hukum
Dalton.
4. Hukum Perbandingan Volume ( Gay Lussac )
Pada suhu dan tekanan yang sama , volume gas-gas sebanding dengan koefesien
masing-masing gas
Volume A
Volume B =
koefesien A
koefesien B
Contoh Soal :
tiga liter gas propana (C3H8) dibakar sempurna menghasilkan gas CO2 dan uap air.
Hitunglah volume masing-masing gas!
Penyelesaian :
C3H8 + 5 O2 → 3CO2 + 4 H2O
Volume O2 = 5
1 x 3 L = 15 L
Volume CO2 = 3
1 x 3 L = 9 L
Volume H2O = 4
1 x 3 L = 12 L
5. Hipotesis Avogadro
Hipotesis ini dikemukakan untuk menjelaskan Hukum Perbandingan Volume.
Pada Suhu dan Tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama mengandung
jumlah partikel yang sama pula.
Konsep Mol
Dalam ilmu kimia, satuan jumlah zat yang digunakan adalah mol. Satu mol adalah sejumlah
zat yang mengandung 6,02 x 1023 butir partikel. Bilangan 6,02 x 1023 disebut bilangan
avogadro (L). Hubungan mol, jumlah partikel, dan volume gas dapat digambarkan dalam
persamaan berikut:
Mol = gram
Ar atau Mr
Mol = jumlah partikel
6,02 ×1023
Mol = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠
22,4
11
Konsep Mol
Contoh soal:
1. Diketahui reaksi: 𝐶𝑎𝐶𝑁2(𝑠) + 𝐻2𝑂(𝑙) → 𝐶𝑎𝐶𝑂3(𝑠) + 𝑁𝐻3(𝑔)
Berapa massa CaCN2 (Mr = 80) dan H2O (Mr =18) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 448
mL gas amoniak (NH3) pada STP berturut-turut?
Pnyelesaian:
Setarakan reaksi: 𝐶𝑎𝐶𝑁2(𝑠) + 3𝐻2𝑂(𝑙) → 𝐶𝑎𝐶𝑂3(𝑠) + 2𝑁𝐻3(𝑔)
CaCN2 (Mr = 80)
H2O (Mr =18)
Menghasilkan 448 mL gas amoniak (NH3)
Mol NH3 = 448/22,4 = 20 mmol
Mol CaCN2 = ½ x 20 mmol = 10 mol
Massa CaCN2 = 10 mmol x 80 = 800 mg = 0,8 g
Mol H2O = 3/2 x 20 mmol = 30 mmol
Massa H2O = 30 mmol x 18 = 540 mg = 0,54 g
2. Thymine adalah komponen dari doexyribonucleic acid (DNA) dengan massa molekul
molekul relatif 126 sma dan persentase penyusunnya adalah 47,6% C, 4,76% H,
22,2%N, dan 25,4% O. Bagaimana rumus molekul thymine itu? (Ar C = 12, H = 1, N =
14, O = 16)
Penyelesaian:
Jumlah atom C = 47,6 % x 126 = 60 sma, 60/12 = 5
Jumlah atom H = 4,76 % x 126 = 6 sma, 6/1 = 6
Jumlah atom N = 22,2 % x 126 = 30 sma, 30/14 = 2,14
12
Jumlah atom O = 25,4 % x 126 = 32 sma, 32/16 = 2
Jadi rumus molekul thymine adalah C5H6N2O2
Jenis Satuan Konsentrasi
1. Molaritas (M)
Jumlah mol zat terlaut di dalam satu liter larutan yang mengandung zat terlarut
molaritas (M) =jumlah mol zat terlarut
volume larutan (liter)
2. Molalitas (m)
Banyaknya mol zat terlarut di dalam satu kilo gram pelarut
molalitas (m) =jumlah mol zat terlarut
massa pelarut (kg)
3. Persen
Bagian zat terlarut dalam 100 persen bagian campuran zat.
persen = massa zat terlarut
massa larutan (pelarut + terlarut)× 100%
4. Part per million (ppm) atau bagian per sejuta (bpj)
Untuk menyatakan sampel yang sangat kecil.
ppm = berat zat
berat sampel× 106
Latihan Soal:
1. Ubahlah rumus tersederhana berikut menjadi rumus molekul
Rumus Sederhana Massa Molekul (sma) Rumus Molekul
CH2 42
CH3O 62
C3H8O 60
NaS2O3 270
NH4SO4 228
2. Analisis 930 gram cuplikan menghasilkan 115 gram natrium (Ar Na =23), 495 gram
technetium (Ar Tc = 99), dan sisanya adalah oksigen (Ar O = 16). Tentukan rumus
empiris senyawa dari cuplikan tersebut!
3. Kalsium karbida (karbit) digunakan untuk menghasilkan asetilena untuk pengelasan.
Dibuat dengan reaksi antara batu kapur dengan karbon pada suhu tinggi:
13
𝐶𝑎𝑂(𝑠) + 𝐶(𝑠) → 𝐶𝑂(𝑔) + 𝐶𝑎𝐶2(𝑠)
Berapa kg karbit dapat terjadi dari 1 kg CaO?
4. a. Berapa mol masing-masing senyawa berikut terdapat dalam: 2 L HCl 3M dan 250 ml
H3PO4 1M?
b. berapa ml volume larutan H2SO4 1,5M yang mengandung 0,8 mol H2SO4; 0,05 mol
H2SO4?
5. Batu kapur bereaksi dengan asam seperti HCl, menurut persamaan reaksi:
𝐶𝑎𝐶𝑂3(𝑠)+ 𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) → 𝐶𝑎𝐶𝑙2(𝑎𝑞) + 𝐶𝑂2(𝑔)
+ 𝐻2𝑂(𝑙)
Berapa mL larutan HCL 1,5 M diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan 10 g
CaCO3?
14
ENERGITIKA
Energitika kimia atau termodinamika kimia menyangkut perubahan energi yang
menyertai proses proses kimia dan proses fisika. Beberapa istilah penting yang sering
digunakan dalam membahas termodinamika kimia adalah sistem (system) dan lingkungan
(surrounding). Sistem adalah bagian alam semesta yang menjadi perhatian kita. Bagian
lainnya di luar sistem disebut lingkungan. Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi
pertukaran energi dan massa atau materi. Berdasarkan pertukarannya ini ada tiga jenis sitem
yaitu:
1. Sistem terbuka (open system) adalah suatu sistem yang dapat mempertukarkan energi
dan massa ke lingkungannya
2. Sistem tertutup (close system) adalah sistem yang hanya mempertukarkan energi dengan
lingkungannya
3. Sistem terisolasi (isolated system) adalah suatu sistem yang tidak dapat mempertukarkan
baik energi maupun massa dengan lingkungannya. Misalnya zat dalam botol termos
yang ideal.
Perubahan dapat terjadi di dalam sistem . untuk mengetahui adanya perubahan,
harus diketahui dengan tepat sifat dari sebelum dan sesudah perubahan terjadi. Keadaan
sistem adalah kondisi sistem yang terdiri dari tekanan (P), suhu (T), jumlah mol tiap
komponen (n), dan bentuk fisiknya (contoh: gas, cairan, padatan, atau kristal). Besaran P,V,
dan T disebut sebagai fungsi keadaan (state function). Hubungan antara fungsi keadaan
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan yang terkenal dengan persamaan keadaan
(equation of state). Seperti persamaan keadaan gas ideal PV = nRT.
Mengubah keadaan sistem dari keadaan 1 ke keadaan 2 dapat dengan berbagai cara. Cara-
cara ini disebut proses. Beberapa proses penting dalamm ilmu kimia adalah:
1. Proses isoterm yaitu proses yang berlanggsung pada suhu tetap
2. Proses adiabatik yaitu proses di mana tidak terjadi pertukaran kalor antara sistem dan
lingkungan
3. Proses isobar adalah proses yang berlangsung pada tekanan tetap.
4. Proses isokhor adalah proses pada volume tetap.
Hukum Termodinamika I
Hukum termodinamika I menyangkut hukum kekalan energi yang dinyatakan
dalam persamaan:
15
ΔU= q + w.
Keterangan:
U = energi dalam (internal energy)
ΔU = perbedaan energi dalam dari sistem akhir dengan sistem awal
q = jumlah panas (kalor) yang diterima sistem
w = kerja yang diberikan pada sistem
Energi dalam (U) adalah energi total sistem yang terdiri dari energi kinetik atom-
atomnya, ion-ionnya, atau molekul-molekulnya dan energi potensial yang terjadi dari kakas
atau daya ikat antara pertikel yang membangun sistem. Panas (kalor) didefinisikan sebagai
energi yang dipindahkan melalui batas-batas sistem sebagai akibat perbedaan suhu antara
sistem dengan lingkungan (Hukum Termodinamika Ke Nol). Jumlah panas yang
dipertukarkan antar sistem dan lingkungan bergantung pada jalannya pertukaran itu
(proses). Jadi panas (q) bukan merupakan fungsi keadaan. Sebagai perjanjian q diberi nilai
positif (q > 0) jika panas masuk ke dalam sistem dan q bernilai negatif (q ˂ 0) jika panas
keluar dari sistem. Kerja (w) didefinisikan sebagai bentuk energi yang bukan panas, yang
dipertukarkan antara sistem dan lingkungan dalam suatu proses. Kerja merupakan cara
transfer energi. Jika lingkungan melakukan kerja terhadap sistem, w positif (w > 0). Jika
sistem yang melakukan kerja, w negatif (w ˂ 0).
Kebanyakan proses/reaksi kimia berbentuk kerja diperlukan adalah kerja yang
berkaitan dengan perubahan volume sistem yang disebut kerja volum. Disini yang
melakukan kerja adalah sistem jadi w ˂ 0 (negatif). Dengan adanya kerja-volum yang
dilakuakan sistem persamaan Termodinamika 1 dapat ditulis sebagai berikut:
∆𝐔 = 𝐪 − 𝐏∆𝐕
Keterangan: P = tekanan
Entalpi
Reaksi kimia tidak selalu terjadi perubahan volume atau belum tentu terjadi kerja volume
misalnya pada reaksi kimia dalam larutan. Untuk menghindari keterkaitan terhadap kerja
volum tersebut bila panas reaksi diukur pada tekanan tetap, maka didefinisikan fungsi
keadaan baru yang disebut isi panas atau entalpi (H). Perubahan entalpi pada tekanan tetap
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
∆𝑯 = ∆𝑼 + 𝑷∆𝑽
Pada beberapa hal perbedaan ΔH dan ΔU sangat kecil khususnya pada reaksi kimia dimana
reaktan dan produk berupa cairan atau padatan. Pada kondisi ini ΔV sangat kecil, demikian
16
pula PΔV, sehingga ΔH = ΔU. Bagi reaksi yang menyangkut gas tidak dapat diabaikan.
Apabila dianggap gas ideal sehingga memenuhi persamaan PV = nRT maka pada suhu yang
sama:
P∆V = (∆n gas)RT
∆𝐇 = ∆𝐔 + (∆𝐧 𝐠𝐚𝐬)𝐑𝐓
Keterangan:
Δngas =selisih mol gas hasil reaksi dan mol gas pereaksi
R = tetapan gas (8,314 joule mol-1K-1)
T = dinyatakan dalam kelvin (K)
Contoh soal:
Ahli kimia mendapatkan bahwa pada pembakaran sempurna etana pada kalorimeter bomb
melapaskan energi sebesar 1554 kj mol-1 pada 25 oC. Hitung perubahan entalpi pembakaran
etana itu!
Persamaan reaksi pembakaran atana:
C2H6(g) + 7/2 O2 → 2CO2(g) + 3H2O(l)
Δn = mol gas hasil – mol gas pereaksi = 2 – 4,5 = -2,5 mol
ΔH = ΔU + (Δn gas)RT
= (-1554 x 103 J mol-1) + (-2,5 mol)(8,31 mol-1 K-1)(298K)
= -1560 x 103 J mol-1 atau -1560 J mol-1
Hukum Hess
Menurut Hess, ΔH tidak tergantung pada bagaimana reaksi tersebut berlangsung, tetapi
tergantung pada keadaan awal dan akhir. Hukum Hess digunakan untuk menghitung ΔH
yang tidak dapat ditentukan secara langsung melalui eksperimen.
Contoh soal:
Hitung perubahan entalpi untuk reaksi: 2Al(s) + Fe2O3(s) → 2 Fe(s) + Al2O3(s)
Entalpi pembakaran Al dan Fe:
2Al(s) +3
2O2(g) → Al2O3(s) ∆H = −1669,8 kJ
2Fe(s) +3
2O2(g) → Fe2O3(s) ∆H = −824,2 kJ
Penyelesaian:
2Al(s) +3
2O2(g) → Al2O3(s) ∆H = −1669,8 kJ
Fe2O3(s) → 2Fe(s) +3
2O2(g) ∆H = +824,2 kJ
2Al(s) + Fe2O3(s) → 2Fe(s) + Al2O3(s) ∆H = −845,6 kJ
17
Panas Pembentukan Standar (standard Heat of Foundation)
Semua zat berada dalam keadaan standar 298 K, 1 atm dan dinyatakan dengan ΔHfo. Besar
ΔH reaksi dapat ditentukan dengan:
∆Horeaksi = jumlah ∆Hf o
produk − jumlah ∆Hf oreaktan
Contoh Soal:
Hitunglah ΔHo untuk reaksi: C2H4(g) + H2(g) → C2H6(g)
ΔHreaksi = (1 mol C2H6 x ∆Hfo
C2H6) – (1 mol C2H4 x ∆Hf
oC2H4
) + (1 mol H2 x ∆Hfo
H2)
= (1 mol C2H6 x – 84,5 kJ mol-1) – (1 mol C2H4 x 51,9 kJ mol-1) + 0
= - 136,4 kJ mol-1
Energi Ikatan dan Energi Ikatan Rata-rata
Energi potensial yang berupa energi ikat antara atom-atom dalam senyawa, turut
menentukan besarnya ΔH. Energi potensial ini dapat diubah menjadi panas reaksi dengan
pemutusan atau pembentukan ikatan kimia. Energi ini sebenarnya adalah ΔU, namun karena
pada reaksi kimia PΔV yang turut menentukan ΔH relatif kecil, maka dapat mengunakan
ΔH sebagai pengganti ΔU, dengan sebutan entalpi ikatan atau energi ikatan.
Energi ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutus suatu ikatan yang
menghasilkan pecahan-pesahan yang netral, energi yang dierlukan untuk mengubah
molekul-molekul gas menjadi atom-atom gas netral disebut energi atomisasi (atomization
energy) yaitu jumlah semua energi ikatan dalam molekul.
∆H = ∑ ∆HD(ikatan putus) − ∑ ∆HD(ikatan terbentuk)
Contoh Soal:
Diketahui energi ikat rata-rata:
Cl-Cl = 244 kJ/mol
H-Cl = 432 kJ/mol
O-H = 464 kJ/mol
O=O = 498 kJ/mol
Perubahan entalpi untuk reaksi: 2𝐶𝑙2(𝑔) + 2𝐻2𝑂(𝑔) → 4𝐻𝐶𝑙(𝑔) + 𝑂2(𝑔) adalah
2Cl2(g) + 2H2O(g) → 4HCl(g) + O2(g)
ΔH = (2Cl-Cl + 4H-O) – (4H-Cl + O=O)
= [2(244) + 4(464)] – [4(432) + 498)
= + 118 kJ
18
Termodinamika II
Satu pernyataan dari hukum termodinamika kedua adalah bahwa pada setiap proses spontan
selalu ada penembahan entropi alam semesta (Δstotal > 0). Entropi (S) merupakan derajat
ketidakteraturan sistem. Kenaikan entropi ini karena perubahan sistem dan lingkungan.
ΔS total = ΔS sistem + ΔS lingkungan
Perubahan entropi yang terjadi dalam lingkungan adalah karena panas yang ditambahkan ke
lingkungan dibagi suhu ketika panas itu ditransfer.
∆𝑆lingkungan =𝑞𝑟𝑒𝑣
𝑇
Untuk panas pada P dan T tetap, panas yang ditambahkan ke lingkungan sama dengan negatif
dari panas yang ditambahkan ke dalam sistem, yang dinyatakan dalam ΔHsistem. Jadi,
qlingkungan = - ΔHsistem
Perubahan entropi lingkungan dengan demikian adalah
∆Slingkungan =− ∆Hsistem
T
dan perubahan entropi total alam semesta menjadi:
∆Stotal = ∆Ssistem − − ∆Hsistem
T
∆Stotal =T∆Ssistem − ∆Hsistem
T
T∆Stotal = − (∆Hsistem − T∆Ssistem)
∆Hsistem − T∆Ssistem pada P dan T tetap merupakan fungsi termodinamika yang disebut
perubahan energi bebas Gibbs (ΔG) yang dapat dituliskan:
ΔG = ΔH - TΔS
Contoh Soal:
Hitunglah perubahan energi bebas standar pembentukan CO2 (g) dari unsur-unsurnya. Hasil
reaksi dan pereaksi diukur pada keadaan standar.
C(s, grafit) + O2(g) → CO2(g)
∆Sfo = So
CO2− (So
C + SoO2
)
= 213,6 – (5,7 + 205,0) J mol-1 K-1
= + 2,9 J mol-1 K-1
∆Gfo = ∆Hf
o − T∆Sfo
Pada 298 K, ΔGof = -394 kJ mol-1 – (298 K)(2,9 J mol-1 K-1)
= -394 kJ mol-1 – 860 J mol-1
= -394 kJ mol-1 – 0, 860 kJ mol-1 = - 395 kJ mol-1
19
Latihan Soal:
1. Jika sebuah kapur tohor dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air, maka tabung
reaksi tersebut akan terasa panas. Reaksi yang terjadi dapat digolongkan ke dalam
reaksi?
2. Ahli kimia mendapatkan bahwa pada pembakaran sempurna etana pada kalorimeter
bomb melapaskan energi sebesar 1994 kj mol-1 pada 25 oC. Hitung perubahan entalpi
pembakaran etana itu!
Persamaan reaksi pembakaran atana:
C2H6(g) + O2 → CO2(g) + H2O(l)
3. Hitung perubahan entalpi pembentukan CS2 jika diketahui:
CS2 + 3O2 → CO2 + 2SO2 ∆H = −1.110 kJ
CO2 → C + O2 ∆H = +394 kJ
SO2 → S + O2 ∆H = +297 kJ
4. Diketahui energi ikat rata-rata:
H-H = 436 kJ/mol
N-H = 391 kJ/mol
N ≡ N = 941 kJ/mol
Perubahan entalpi untuk reaksi: 𝑁𝐻3 → 𝑁2 + 𝐻2 adalah
5. Diketahui:
∆HofH2O(l) = −285,5 kJ/mol
∆HofCO2(g) = −393,5 kJ/mol
∆HofC3H8(g) = −103,0 kJ/mol
Hitunglah ΔHo untuk reaksi: C3H8(g) + O2(g) → 𝐶𝑂2(g) + H2O(l)
20
STRUKTUR ATOM
Struktur Atom
Struktur Atom menggambarkan partikel-partikel dasar tersusun dalam atom. Partikel dasar
penyusun atom adalah proton, neutron dan elektron. Adapun penulisan atom tunggal dan inti
atom secara umum adalah
XzA
Keterangan:
X = lambang Unsur
Z = nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron
A = massa Atom
Contoh:
Inti atom natrium mempunyai nomor atom 11 dan nomor massa 23. Tentukan jumlah proton,
elektron, dan neutron.
Penyelesaian:
𝑁𝑎1123
Proton = 11
Elektron = 11
Neutron = A-Z = 23 – 11 = 12
Berdasarkan jumlah pertikel dasar penyusun atom dikenal istilah:
a. Isotop
Isotop merupakan unsur-unsur sejenis dengan nomor atom sama dan nomor massa
bebeda atau atom-atom unsur sejenis yang jumlah protonnya sama.
Contoh: isotop klor, Cl1735 dan Cl17
37
b. Isobar
Unsur-unsur yang jenisnya berbeda dengan nomor massa sama dan nomor atom berbeda
atau atom-atom yang jumlah nukleon (proton +neutron) sama.
Contoh: C614 , N7
14 , O814
c. Isoton
Atom-atom yang jumlah netronnya sama.
Contoh: H13 , Δn = 3-1 = 2
He24 , Δn = 4-2 = 2
21
Bilangan Kuantum
Mengetahui posisi atau kedudukan suatu elektron dalam atom, maka setiap elektron diberikan
empat buah bilangan kuantum.
1. Bilangan kuantum utama (n)
Bilangan kuantum ini menyatakan:
a. Nomor kulit yang ditempati elektron
b. Tingkat energi suatu elektron
c. Ukuran orbital
Harga n = 1, 2, 3, dst atau kulit K, L, M, dst
2. Bilangan kuantum azimuth (l)
Bilangan kuanum ini menyatakan:
a. Sub kulit yang ditempati elektron
b. Sub tingkat energi
c. Bentuk orbital
Harga l = 0, 1, 2, ..., (n-1)
Untuk n =1 (kulit K) mempunyai l= 0 (sub kulit s)
n = 2 (kulit L) mempunyai l = 0 dan 1 (sub kulit p)
3. Bilangan kuantum magnetik (m)
Bilangan kuantum ini menyatakan:
a. Jumlah orbital suatu sub kulit
b. Arah orbital
c. Harga m = -l sampai dengan +l
Untuk l = 0, maka m = 0, artinya sub kulit s mempunyai satu orbital
l = 1, maka m = -1, 0, +1, artinya sub kulit p mempunyai tiga orbital
22
4. Bilangan kuantum spin (s)
Bilangan kuantum ini menyatakan arah rotasi elektron dalam orbital. Dua buah elektron
yang menghuni satu orbital masing-masing memiliki s = +1
2 dan s = -
1
2
Konfugurasi Elektron
Susunan elektron yang menempati kulit-kulit elektron disebut juga konfigurasi elektron.
Berdasarkan model aton Bohr lintasan elektron disebut orbit. Sedangkan berdasarkan model
atom moderen digunakan istilah orbital, yaitu daerah yang ruang atom dimana kemungkinan
besar ditemukan elektron. Kulit terluar atom disebut kulit valensi, sedangkan elektron yang
menempati kulit terluar disebut elektron valensi. Pengisian elektron dalam orbital mengikuti
satu asas, satu aturan, dan satu larangan.
1. Asas Aufbau
Elektron-elektron dalam satu atom akan mengisi mulai dari tingkat energi yang paling
rendah, kemudian ke tingkat energi yang lebih tinggi. Salah satu cara memudahkan
pengisian berdasarkan tingkat energi, perhatikan bagan berikut:
Contoh: Sc2145
Konfigurasi elektron: 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p6, 4s2, 3d1 atau
1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p6, 3d1, 4s2
2. Aturan Hund
Pada pengisian elektron dalam orbital-orbital yang tingkat energinya sama, elektronya
tidak boleh berpasangan sebelum masing-masing orbital terisi oleh satu elektron.
Contoh: 2p3
↑↓ ↑
↑ ↑ ↑
salah
benar
23
3. Larangan Pauli
Elektron–elektron dalam suatu atom tidak boleh mempunyai ke empat bilangan kuantum
sama (paling tidak berbeda satu)
↑↓
1𝑠2 ↑↓
2𝑠2 ↑↓
↑↓
2𝑝6 ↑↓
↑↓
3𝑠2
Elektron ke 11 (3s1) n = 3, l = 0, m = 0, dan s =+ ½
Elektron ke 12 (3s2) n = 3, l = 0, m = 0, dan s = - ½
Catatan:
1. Untuk menyingkat penulisan konfigurasi elektron mnggunakan gas-gas mulia (2He, 10Ne,
18Ar, 36Kr, 54Xe, dan 86Rn)
2. Unsur-unsur tertentu elektronnya terakhir masuk pada sub kulit. Cenderung stabil pada
keadaan penuh atau setengah penuh.
Contoh: 29Cu konfigurasi elektronnya:
(18Ar) 4s1 3d10 stabil
(18Ar) 4s2 3d9 tidak stabil
24
SISTEM PERIODIK
Perkembangan Klasifikasi Unsur
1. Lavoisier (1789)
Mengelompokkan unsur menjadi logam dan non logam
2. Dobereiner (1829) Aturan Tride
“dalam tiga unsur yang mempunyai persamaan sifat kimia, maka massa atom unsur yang
di tengah, sama atau hampir sama dengan rata-rata massa atom dua unsur yang lain”
3. Newlands (1865) Hukum Oktaf
“ jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom, maka sifat kimianya akan
berulang pada unsur ke 8”
4. Mendeleyev (1869) Sistem Periodik Bentuk Pendek
“ jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom, maka sifat-sifat unsur atom
akan berulang secara periodik”
Keunggulannya:
a. Merupakan sistem periodik atau klasifikasi unsur yang pertama kali disusun dalam
bentuk tabel.
b. Disediakan tempat-tempat kosong untuk unsur-unsur yang ada tetapi belum
ditemukan pada saat itu.
5. Henry Mosly (1914)
Memperbaiki sistem periodik yang disusun oleh Mendeleyev, yaitu dengan menyusun
sesuai kenaikan nomor atomnya bukan berdasarkan nomor massa. Sehingga terbentuklah
sistem periodik moderen (bentuk panjang)
Sistem Periodik Moderen
1. Hukum periodik moderen: “sifat unsur-unsur merupakan fungsi periodik dari nomor
atom.
2. Terdiri dari:
Lajur horisontal yang disebut perioda
Lajur vertikal yang disebut golongan
3. Berdasarkan konfigurasi elektronnya dikenal:
Unsur blok s (golongan I A dan II A)
Unsur blok p (golongan III A – VIII A)
Unsur blok d (golongan I B – VIII B)
25
Unsur blok f (lantanida dan aktinida)
Catatan:
a. Jika konfigurasi elektron berakhir pada sub kulit s atau p maka unsur tersebut
termasuk golongan A
b. Jika konfigurasi elektron berakhir pada sub kulit d maka unsur tersebut termasuk
golongan B
c. Untuk menentukan golongan suatu unsur dapat dilihat elektron valensinya.
d. Nomor perioda sama dengan jumlah kulit. Nomor perioda ini dapat dilihat nomor
kulit yang paling besar atau bilangan kuantum utama yang paling tinggi.
Contoh: Na1123 = 1s2, 2s2, 2p6, 3s1
Dari konfigurasi atom Na, dapat diperoleh informasi Na termasuk golongan I A, dan
periode 3.
Sifat-sifat Periodik Unsur
Sifat periodik unsurmerupakan sifat-sifat yang berubah secara periodik dengan kenaikan
nomor atomnya. Sifat-sifat tersebut antara lain:
1. Jari-jari atom
Jari-jari atom diukur dari inti sampai dengan kulit terluar
2. Energi ionisasi
Energi yang diperlukan atom untuk melepas elektron
3. Afinitas elektron
Energi yang dilepas bila atom dalam bentuk gas menengkap elektron dan berubah
menjadi ion negatif.
4. Elektronegatifitas
Kemampuan tarikan relatif atom terhadap elektron ikatan .
Sifat-sifat periodik tersebut dalam sistem periodik unsur mempunyai kecenderungan
sebagai berikut:
1. Energi ionisasi, afinitas elektron, elektronegatifitas dalam satu golongan semakin kecil.
2. Energi ionisasi, afinitas elektron, elektronegatifitas dalam satu perioda semakin besar.
3. Jari-jari atom dalam satu golongan semakin besar
4. Jari-jari atom dalam satu perioda semakin kecil
26
STRUKTUR MOLEKUL
1. Ikatan kimia
Atom-atom tidak ditemukan dalam keadaan bebas kecuali pada temperatur tinggi.
Atom-atom yang telah membentuk molekul, mempunyai sifat yang berbeda dengan atom-
atonya dalam keadaan terpisah dan pada tiap molekul terdapat gaya tarik menarik antar
atom yang disebut ikatan kimia. Atom-atom yang membentuk ikatan, hanya bagian
luarnya saja yang berperan. Jumlah elektron terluar disebut juga elektron valensi suatu
atom. Elektron valensi dapat digambarkan dengan notasi tertentu yang disebut lambang
lewis.penyusunan lambang Lewis suatu unsur dilakukan dengan menuliskanlambang atom
dikelilingi olah sejumlah titik atau bulatan, dsb, yang menunjukkan jumlah elektron terluar
suatu atom.
Atom-atom dikatan stabil apabila konfigurasi elektronnya sama dengan konfigurasi
gas mulia (struktur duplet dan okted). Untuk mencapai keadaan tersebut, maka atom dapat
melakukan: (a) serah terima elektron valensi dan (b) pengunaan bersama pasangan elektron.
Jenis ikatan kimia
A. Ikatan ion
Ikatan ion terjadi bila satu atau lebih elektron ditransver dari kulit valensi atom ke
kulit valensi atom yang lain. Atom yang kehilangan elektron menjadi ion positif (kation),
sedangkan atom yang memperoleh elektron menjadi bermuatan negatif (anion). Jadi ikatan
ion terjadi dari gaya tarik antara ion-ion yang bermuatan berlawanan, ikatan ion juga dapat
terjadi antara atom-atom logam golongan A dengan atom-atom non logam, dan atom-atom
yang potensial ionisasinya kecil dengan atom-atom afinitas elektron besar (perbedaan
elektronegatifitas besar). Senyawa ion memiliki sifat-sifat berikut:
a) Mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi
b) Larutan dan leburannya dapat menghantarkan listrik
c) Larut dalam dalam pelarut polar (seperti: air, HF, dll)
d) Tidak larut dalam pelarut non polar (eter, benzena, CCl4, dll)
e) Padatannya berbentuk kristal dan tidak menghantarkan listrik.
27
B. Ikatan kovalen
Ikatan kovalen terjadi karena adanya pemekaian pasangan elektron secara bersama-sama
oleh dua atom. Ikatan ini dapat terjadi antara atom-atom non logam yang perbedaan
elektronegatifitasnya kecil. Pembagian ikatan kovalen sebagai berikut:
a) Berdasarkan pasangan elektron yang digunakan:
1) ikatan kovalen tunggal
terdapat satu pasang elektron yang digunakan untuk berikatan bersama-sama.
2) ikatan kovalen ganda
terdapat dua pasang elektron yang digunakan untuk berikatan bersama-sama.
3) ikatan kovalen rangkap tiga
terdapat tiga pasang elektron yang digunakan untuk berikatan bersama-sama.
Contoh:
b) Berdasarkan kepolaran
1) Ikatan kovalen non polar
Ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang dipakai bersama tertarik sama
kuat ke semua atom, sehingga tidak terjadi polarisasi (pengkatupan muatan) pada
masing-masing atom dan mempunyai PEB (pasangan elektron bebas). Hal ini terjadi jika
molekulnya mengendung jenis atom yang sama (contoh: O2, O3, Cl2, N2) atau molekul
yang berbentuk simetri (contoh: CaCl2, CH4, CCl4, C6H6, CO2, BF3)
Ikatan Kovalen Non Polar pada CaCl2
28
2) Ikatan kovalen polar
Ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang digunakan bersama tertarik lebih
kuat ke aton yang elektronegatifitas lebih besar sehingga terjadi polarisasi muatan. Ikatan
kovalen polar memiliki PEB dan bentuknya tidak simetri. Contoh: H2O, HCl, NH3,
CHCl3.
Ikatan kovalen polar pada HCL
3) Ikatan kovalen semipolar
Ikatan dimana pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah
satu atom. Jadi ikatn kovalen ini syaratnya ada molekul yang atom pusatnya memiliki
pasangan elektron bebas dan atom yang tidak punya pasangan elektron bebas.
Sifat-sifat senyawa kovalen antara lain:
a) Titik lebur dan titik didihnya relatif rendah.
b) senyawa polar larut dalam pelarut polar dan larutannya dapat menghantarkan listrik
c) senyawa non polar larut dalam pelarut non polar, dan larutannya tidak dapat
menghantarkan listrik
Perbedaan antara ikatan ionik , kovalen dan kovalen koordinasi
Perbedaan Ionik Kovalen Kovalen Koordinasi
Proses Pembentukkan Serah terima elektron
antar atom
Penggunaan bersama
pasangan elektron
dimana tiap atom
menyumbang elektron
X. + .Y à X:Y
Penggunaan bersama
pasangan elektron
yang hanya berasal
dari salah satu atom
X: + Y à X:Y
Atom yang terlibat Logam + Nonlogam Nonlogam +
Nonlogam
Nonlogam +
Nonlogam
Titik leleh & Titik
Didih
Tinggi Rendah ( kecuali pada
padatan kovalen
seperti intan )
Rendah
29
Kealrutan Larut dalam air namun
sukar larut dalam
pelarut organik seperti
aseton, alcohol,eter
dan Benzena
Sukar larut dalam air
namun larut dalam
pelarut organik
Sukar larut dalam air
namun larut dalam
pelarut organic
Daya Hantar Listrik Lelehan dan
larutannya
menghantarkan listrik
Tidak dapat
menghantarkan listrik
(namun ada beberapa
larutannya yg
menghantarkan listrik)
Tidak dapat
menghantarkan listrik
(namun ada beberapa
larutannya yg
menghantarkan listrik)
Contoh NaCl , LiF, CaO,
CaBr2 , AlCl3
HF, H2O, PCl3 , BCl3 ,
CO2
NH4+ , SO4
-2 , POCl3,
H3NBF3 , SO3
2. ikatan kimia yang lain
a. ikatan hidrogen
suatu ikatan antar molekul yang disebabkan gaya tarik menarik oleh atom yang
elektronegatifitasnya besar (F, O, dan N) terhadap atom H dalam molekul lain.
Adanya ikatan hidrogen menyebabkan titik didih tinggi. Senyawa yang mempunyai
ikatan hidrogen antra lain: air (H2O), amoniak (NH3), HF, alkohol (C2H5OH), asam
alkanoad (CH3COOH). Berikut ini contoh ikatan hidrogen yang ada pada air.
b. ikatan logam
ikatan antar atom dalam unsur logam. Hal ini terjadi karena rapatnya susunan atom-
atom logam, sehingga elektron pada kulit terluarnya dapat bergerak bebas. Gerakan
elektron valensi inilah menyebabkan logam sebagai penghantar listrik yang baik.
c. gaya Van Der Waals
gaya antara molekul dalam senyawa kovalen;
1) gaya tarik dipol-dipol yaitu gaya tarik antara molekul polar.
2) Gaya tarik dipol permanen-dipol terimbas yaitu gaya tarik antar molekul yang
disebabkan oleh molekul polar menginduksi molekul non polar sehingga
membentuk dipol terimbas. Molekul polar membetuk dipol permanen, molekul
non polar membentuk dipol terimbas.
30
3) Gaya tarik dipol sesaat (gaya london) gaya tarik untuk molekul non polar
disebabkan dipersi elektron tidak merata.
3. Bentuk molekul
Bentuk giometri molekul dapat ditinjau dari teori tolakan elektron pasangan
elektron valensi (VSEPR = Valence Shell Electron Pair Repulsion) dan hibridisasi.
Menurut teori VSEPR bangun suatu molekul ditentukan oleh pasangan elektron yang
terdapat dalam kulit valensi atom pusat. Pasangan-pasangan elektron akan saling
menjauh agar tolak menolak antara pasangan-pasangan elektron seminimal mungkin.
Menurut teori VSEPR, bentuk molekul dapat diramalkan dari jumlah pasangan elektron
valensi atom pusat dan apakah dari pasangan elektron tersebut terdapat pasangan
elektron bebas. Bila terdapat pasangan elektron bebas, maka akan berlaku bahwa energi
tolakan elektron bebas-elektron bebas > energi tolakan bebas-elektron ikatan > energi
tolakan elektron ikatan-elektron ikatan. Tokalan tersebut sedemikian sehingga akhirnya
terjadi suatu bangun dimana tolakan terjadi menjadi minimal. Berdasarkan besarnya
energi tolakan ini, dapat diketahui bahwa elektron bebas, ingin mendapatkan ruang yang
lebih besar dari keseluruhan bangun ruang molekul yang bersangkutan.
PEI PEB Rumus Bentuk Molekul Contoh Sudut Ikatan
2 0 AX2 Linear CS2 180o
3 0 AX3 Segitiga sama sisi SO3 120o
4 0 AX4 Tetrahedral SiCl4 109,5o
3 1 AX3E Piramida trigonal PF3 109,5o
2 2 AX2E2 Bentuk V H2O 109,5o
5 0 AX5 Bipiiramida trigonal PF5 120o, 90o
4 1 AX4E Tetrahedral asimetri SF4 109,5o
3 2 AX3E2 Bentuk T ClF3 90o
2 3 AX2E3 linear BCl3 180o
6 0 AX6 Oktahedral SF6 90o
5 1 AX5E Bipiramida bujur sangkar BrF5 90o
4 2 AX4E2 Segiempat datar XeF4 90o
A = Atom Pusat
X = PEI (pasangan elektron ikatan)
E = PEB (pasangan elektron bebas)
31
Analisis Perkiraan Bentuk Molekul Senyawa
Bentuk molekul akan sama dengan susunan ruang elektron yang ada pada atom
pusat jika tidak pasangan elektron bebas. Perhatikan gambar berbagai bentuk molekul
berikut ini:
Contoh soal:
Meramalkan bentuk molekul BrF3 (diketahui: 35Br dan 9F).
Penyelesaian:
35Br = (Ar) 3d10, 4s2, 5p5
9F = 1s2, 2s2, 2p5
Atom pusat Br memiliki 7 elektron valensi, eletron valensi tersebut digunakan 3 elektron
untuk berikatan dengan atom F, sehingga tersisa 4 elektron (2 pasang) . dari data tersebut
32
dapat ditulis PEI = 3 dan PEB =2 jadi rumusnya AX3E2. Jadi bentuk molekul BrF3 adalah
bentuk T.
Hibridisasi
Hibridisasi merupkan peristiwa bergabungnya beberapa orbital menjadi satu
orbital yang tingkat energinya sama. Proses hibridisasi dapat dinyatakan dengan melihat
pasangan elektron dalam atom pusat dan tahapan hibridisasinya sebagai berikut:
1. Mula-mula terjadi keadaan tereksitasi yang menyangkut yang tidak berpasangan,
disusul dengan promosi elektron ke orbital yang lebih tinggi. Dalam beberapa hal
terjadi promosi dan hibridisasi antara orbital dengan bilangan kuantum utama yang
berbeda tetapi perbedaan energinya tidak besar.
2. Orbital-orbital dalam atom yang tereksitasi bercampur atau berhibridisasi membentuk
orbital-orbital yang ekivalen. Bentuk dan jenis orbital hidrida ditentukan oleh jumlah
orbital hidrida yang terjadi pada molekul.
Tabel 1. Susunan ruang pasangan-pasangan elektron pada kulit terluar atom pusat
Orbital
Hibrida
Jumlah Pasangan
Elektron Susunan Ruang Bentuk Molekul
Sudut
Ikatan
sp 2 Linear 180°
sp2 3
Trigonal 120°
sp3
dsp2 4
Tetrahedron
Bujursangkar
109,5°
90o
sp3d 5
Bipiramidal
Trigonal
90°
120°
33
d2sp3
sp3d2 6
Oktahedron 90°
Contoh Soal:
Prediksi bentuk molekul BF3 (diketahui: 5Br dan 9F).
Penyelesaian:
5B = 1s2, 2s2, 2p1
9F = 1s2, 2s2, 2p5
E E E
↑
2𝑝
↑ ↑
2𝑝
2𝑝
↑↓
2𝑠
↑
2𝑠
↑↓
𝑠𝑝2
↑↓
𝑠𝑝2
↑↓
𝑠𝑝2
↑↓
1𝑠
↑↓
1𝑠
↑↓
1𝑠
Keadaan Dasar Eksitasi Hibridissasi sp2
34
WUJUD ZAT
1. Zat-zat yang berwujud gas
Kita hidup di dasar lautan udara yang komposisi volumenya secara kasar adalah
78% N2, 21% O2, dan 1% gas lainnya termasuk CO2. Kimia tentang campuran gas
penting menjadi perhatian besar, disebabkanoleh efek kerusakan karena polusi pada
lingkungan. Disini secara umum kita akan memusatkan perhatian pada perilaku zat-zat
yang berwujud gas di bawah kondisi atmosfer normal, yang didefinisikan pada suhu
25oC dan tekanan 1 atm.
Sifat gas yang dapat diukur adalah volume, suhu, tekanan, dan massa. Volume
gas gas selalu sama dengan volume tempatnnya. Satuan volume gas adalah liter (L) atau
mililiter (mL), sedangkan satuan SI dari volume adalah m3. Massa gas satuannya gram
(g) atau miligram (mg). Suhu memiliki satuan kelvin (K).dalam perhitungan, satuan gas
yang lain harus diubah ke satuan kelvin. Satuan tekanan adalah atmosfer. Satu atmosfer
standar adalah tekanan yang diakibatkan kolom raksa setinggi 760 mmHg pada 0oC.
Satuan tekanan udara yang lebih kecil dari 1 atm adalah torr. 1 torr =1
760 atm atau 1
atm = 760 torr.
Sifat fisis yang khas dari semua gas: (a) gas mempunyai volume dan bentuk, (b)
gas merupakan wujud materi yang paling mudah di mampatkan, (c) gas-gas akan segera
bercampur secara merata dan sempurna jika ditempatkan dalam wadah yang sama, (d)
gas memiliki kerapatan yang jauh lebih rendah dibanding dengan cairan dan padatan.
2. Hukum-Hukum Gas
a. Hubungan tekanan (P) - volume (V): Hukum Boyle
Hubungan timbal balik antara tekanan dan volum gas disebut hukum Boyle.
Hukum ini menyatakan bahwa, “ pada suhu tetap volum sejumlah tertentu gas
berbanding terbalik dengan tekanan “
P1 V1 = C , dengan ketentuan jumlah mol (n) dan Suhu (T) tetap.
Di sini C = tetapan perbandingan dan indek 1 adalah keadaan gas sebelum berubah.
Setelah tekanan dan volum berubah menjadi P2 dan V2 pada suhu tetap dan jumlah gas
sama, harga C harus masih tetap sama.
P2 V2 = C , sehingga P1 V1 = P2 V2
Di sini, V1 = volume gas pada tekanan P1 dan V2 = volume gas pada tekanan P2.
35
Contoh soal:
Berapakah volum 360 ml sampel gas pada tekanan 625 torr bila tekanan diubah
menjadi 750 torr, pada suhu tetap ?
Penyelesaian :
P1 V1 = P2 V2
625 torr . 360 ml = 750 torr . V2
625 torr .360 ml
750 torr = V2
V2 = 300 ml.
b. Hukum Dalton (tekanan parsial gas)
Eksperimen yang dilakukan oleh Jonh Dalton menghasilkan hukum tekanan
parsial yang dikenal dengan hukum Dalton. Hukum tersebut menyatakan banwa tekanan
total gas sama dengan jumlah tekanan parsial tiap gas dalam campuran.
Ptotal = Pa + Pb + Pc +.....
Pa, Pb, Pc, ... merupakan tekanan parsial dari komponen a, b, c, .... Simbol a, b, c, ...
dapat pula diganti dengan rumus kimia gas, seperti PCO, PCO2, dsb.
Contoh soal:
Oksigen di laboratorium dibuat dari pembakaran kalium klorat dengan dengan katalisator
MnO2 dan dikumpulkan di atas air. Gas yang terkumpul di atas air volumenya 370 mL
pada 25oC dan 760 torr. Berapakah volume oksigen kering pada suhu dan tekanan
standar (STP) yang dihasilkan pada pembuatan itu?
Penyelesaian:
Pada 25oC tekanan uap air adalah 23,765 mmHg = 23,765 torr (dari tabel data tekanan
uap sebagai fungsi suhu)
PO2 = P total – P uap air
= 756 – 23,765 = 732,235 torr
VO2(pada STP) = 350 mL ×
732,235 torr
760 torr×
273 K
298 K= 326,577 Ml
c. Hubungan Suhu - Volume Gas: Hukum Charles dan Gay Lussac
Hukum Charles dan Gay lussac menyatakan bahwa volume gas pada tekanan
konstan berbanding lurus dengan suhu mutlak gas itu. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
V1
V2=
T1
T2 (pada n, P tetap)
36
𝑃1
𝑃2=
𝑇1
𝑇2 (pada n, V tetap)
Contoh Soal:
Gas anaestetik (gas patirasa) diberikan kepada pasien, pada suhu kamar 20° C dan suhu
tubuh pasien 37° C. Bila 1,6 L gas diberikan kepada pasien, bagaimanakah pengaruh
suhu tubuhnya terhadap volume gas tersebut?
Penyelesaian :
V1
T1 =
V2
T2 atau 𝑉2 =
𝑉1×𝑇2
𝑇1
V2 = 1, 60 L x 310 K
293 K = 1,69 L
d. Hukum Avogrado
Hukum Avogadro menyatakan bahwa pada tekanan dan suhu konstan, volume
suatu gas berbanding langsung dengan jumlah mol yang ada
V
n= K
Dimana :
V : volume gas
n : jumlah zat dalam satuan mol
k : konstanta yang sama dengan RT/P, dengan R adalah konstanta gas universal, T adalah
suhu dalam Kelvin dan P adalah Tekanan. Sebagai suhu dan tekanan yang konstan, RT/P
juga konstan dan disebut sebagai k.
e. Persamaan gas ideal
Gas Ideal adalah gas yang mematuhi persamaan gas umum dari :
PV = nRT.
Dengan :
P : Tekanan absolut gas (atm)
V : volum spesifik gas (liter)
R : konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314j/kmol
T : suhu temperatur absolut gas (k)
n : jumlah mol gas
37
Contoh soal:
Belerang heksaflouida (SF6) merupakan gas tak berwarna, tak berbau, dan sangat reaktif.
Hitunglah tekanan (dalam atm) yang dilakukan oleh 1,82 mol gas ini dalam bejana baja
dengan volume 5,43 L pada suhu 69,5 oC.
Penyelesaian:
𝑃 =𝑛𝑅𝑇
𝑉
𝑃 =(1,82 mol)(0,082
L atmK )(69,5 + 273 K)
5,43 L= 9,42 atm
3. Kerapatan dan Massa Molar zat berwujud Gas
Kerapatan gas merupakan massa persatuan volum
𝑑 =𝑚
𝑉
Karapatan gas akan berubah apabila terjadi perubahan suhu dan tekanan. Perubahan
kerapatan gas ini lebih besar jika dibandingkan dengan kerapatan cairan atau padatan.
Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui kondisi suhu dan tekanan saat
mengukur kerapatan gas. Gas mempunyai kerapatan sangat rendah, oleh karena itu
satuan yang biasa digunakan adalah gram per liter.
Massa molar gas adalah massa satu mol gas dan ini sama dengan massa molekul
gas dalam gram. Dengan demikian massa molekul gas, juga berarti penentuan massa
molar gas atau sebaliknya. Massa molar gas dapat dituliskan dengan persamaan:
𝑀 =𝑚𝑅𝑇
𝑃𝑉
Dari persamaan keadaan gas ideal, diperoleh:
𝑃𝑉 = 𝑔
𝑀 𝑅𝑇
𝑔
𝑉=
𝑃𝑀
𝑅𝑇 → 𝑑 =
𝑃𝑀
𝑅𝑇
M : Massa molar (g/mol)
Contoh Soal:
Hitung kerapatan gas SO2 (anggap gas ideal) pada 57oC dan 65 cmHg !
Penyelesaian:
𝑑 = 𝑃𝑀
𝑅𝑇=
(6576
) (64)
(0,082)(330)= 2,02 𝑔/𝐿
38
4. Teori Kinetik Gas
Energi kinetik adalah jenis energiyang ditimbulkan oleh suatu objek bergerak,
atau energi gerakan. Temuan Maxwell, Boltzman, dan hasil lainnya dalam sejumlah
generalisasi perilaku gas dikenal dengan teori kinetik molekul gas, atau cukup dengan
teori kinetik gas. Postulat-postulat teori kinetik gas adalah sebagai berikut:
a. Gas terdiri dari molekul-molekul yang satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh
jarak yang besar dibanding dengan ukuran gas itu sendiri. Molekul-molekul dianggap
merupakan titik-titik yang memiliki massa, namun memiliki volum yang dapat
diabaikan.
b. Molekul-molekul gas senantiasa bergerak secara tetap dengan arah yang acak, dan
sering bertumbukan satu dengan yang lainnya. Tumbukan diantara molekul-molekul
bersifat elastis sempurna. Dengan kata lain, akibat tumbukan energi dapat
dipindahkan dari satu molekul ke molekul lainnya. Walau demikian, energi total dari
semua molekul dalam sisten tetap sama.
c. Molekul-molekul gas tidak mengalami baik gaya tarik menarik maupun gaya tolak
menolak antar satu dengan yang lainnya.
d. Energi kinetik rata-rata molekul sebanding dengan suhu gas dalm kelvin. Dua gas
apa pun pada suhu yang sama memiliki energi kinetik rata-rata yang sama. Energi
kinetik rata-rata suatu molekul diberikan oleh persamaan: EK̅̅̅̅ =1
2 m v2̅̅ ̅
Dimana m adalah massa molekul, dan v adalah kecepatan partikel gas. Tanda garis
mendatar menyatakan nilai rata-rata. Besaran v2̅̅ ̅ disebut laju rata-rata kuadrat yang
merupakan rata-rata dari kuadrat laju semua molekul:
𝑣2̅̅ ̅ = 𝑣1
2+𝑣22+⋯+𝑣𝑁
2
𝑁 dimana N adalah jumlah molekul.
Berdasarkan toeri kinetik gas, tekanan gas merupakanhasil dari tumbukan antara
molekul-molekul dan dinding wadahnya. Tekanan ini bergantung pada frekuensi
tumbukan per satuan luas dan pada seberapa keras molekul membenturan dinding.
Teori ini juga menberikan interpretasi molekul dan suhu. Semakin tinggi suhu, maka
semakin tinggi kecepatan malekul.
Soal Latihan:
1. Kerapatan suatu senyawa organik yang berwujud gas adalah 3,38 g/L pada suhu 40oC
dan tekanan 1,97 atm. Berapa massa molarnya?
39
2. Hitung volume (dalam liter) yang ditempati oleh 2,12 mol oksida nitrat (NO) pada
tekanan 6,54 atm pada suhu 76 oC.
3. Suatu massa neon mengisi 200cm3 pada 100oC. Tentukan volume neon pada 0oC dan
tekanan tetap.
4. Suatu tangki berisi karbon dioksida pada 27oC dan pada tekanan 12 atm, tentukan
tekanan gas di dalam tangki bila dipanaskan hingga 100 oC.
5. Oksigen 100 cm3 tepat, dikumpulkan di atas permukaan air pada 23oC dan 800 torr.
Hitung volume baku oksigen kering. Tekanan uap air pada 23oC ialah 21,1 torr.
40
KESETIMBANGAN KIMIA
1. Pengertian Kesentimbangan Kimia
Kebanyakan reaksi kimia merupakan reaksi reversibel. Pada awal proses
reversibel, reaksi berlangsung maju ke arah pembentukan produk. Segera setelah
beberapa molekul produk terbentuk,proses balik mulai berlangsung yaitu pembentukan
molekul reaktan dari molekul produk. Bila laju reaksi maju dan reaksi balik sama besar
dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu, maka
tercapailah kesetimbangan kimia (chemical equilibium).
Reaksi kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat yang berbeda untuk reaktan dan
produknya. Kesetimbangan dua fasa dari zat yang sama dinamakan kesetimbangan fisis
(physical equilibuium) karena perubahan yang terjadi hanyalah proses fisis. Penguapapan
air dalam wadah tertutup pada suhu tretentu merupakan contoh kesetimbangan fisis.
Dalam kasus ini, molekul H2O yang meninggalkan dan yang kembali ke fasa cair sama
banyak.
𝐻2𝑂(𝑙) ←→ 𝐻2𝑂(𝑔)
2. Konstanta Kesetimbangan
Reaksi reversibel dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑎𝐴 + 𝑏𝐵 ←→ 𝑐𝐶 + 𝑑𝐷
dimana a, b, c, dan d adalah koefisien stoikiometri untuk spesi-spesi yng bereaksi A, B,
C, dan D. Konstanta kesetimbangan untuk reaksi dan suhu tertentu ialah:
𝐾 =[𝐶]𝑐[𝐷]𝑑
[𝐴]𝑎[𝐵]𝑏
Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari hukum aksi massa.
Persamaan tersebut menghubungkan konsentrasi reaktan dan produk pada kesetimbangan
dinyatakan dalam suatu kuantitas yang disebut konstanta kesetimbangan.
3. Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan homogen (homogeneous equilibium) berlaku untuk reaksi yang
semua spesi bereaksinya berada pada fasa yang sama. Contoh dari kesetimbangan fasa
gas homogen adalah penguraian N2O4. Reaksinya sebagai berikut: 𝑁2𝑂4(𝑔)←→ 2𝑁𝑂2(𝑔)
Konstanta kesetimbangannya:
41
𝐾𝑐 = [𝑁𝑂2]2
[𝑁2𝑂4]
Perhatikan bahwa subskrip dalam Kc menyatakan bahwa konsentrasi spesi yang
bereaksi dinyatakan dalam mol per liter. Konsentrasi reaktan produk dalam reaksi gas
juga dapat dinyatakan dalam tekanan parsialnya. Pada suhu yang tetap, tekanan P dari
suatu gas berbanding lurus dengan konsentrasi dalam mol per liter gas tersebut jadi P =
(n/V)RT. Untuk proses kesetimbangan dapat ditulis:
𝐾𝑝 =𝑃𝑁𝑂2
2
𝑃𝑁2𝑂4
dimana 𝑃𝑁𝑂2 dan 𝑃𝑁2𝑂4
adalah tekanan parsial kesetimbangan masing-masing untuk NO2
dan N2O4. Subskrip pada Kp menyatakan bahwa konsentrasi kesetimbangan dinyatakan
dalam tekanan.
Kc tidak sama dengan Kp karena tekanan parsial reaktan dan produk tidak sama
dengan konsentrasinya jika dinyatakan dalam mol per liter. Satu hubungan sederhana
antara Kc dan Kp dapat dituliskan pada persamaan berikut:
𝐾𝑝 = 𝐾𝑐(𝑅𝑇)∆𝑛
dimana Δn = mol produk gas – mol reaktan gas
4. Kesetimbangan Heterogen
Reaksi reversibel yang melibatkan reaktan dan produk yang fasanya berbeda
menghasilkan kesetimbangan heterogen (heterogeneous equilibrium). Sebagai contoh,
ketika kalsium karbonat dipanaskan dalam wadah tertutup, kesetimbangan berikut
tercapai:
𝐶𝑎𝐶𝑂3(𝑠) 𝐶𝑎𝑆(𝑠) + 𝐶𝑂2(𝑔)←→
Pada kesetimbangan, kita dapat menuliskan konstanta kesetimbangan sebagai berikut:
𝐾𝑐 = [𝐶𝑂2]
Konsentrasi suatu padatan, seperti halnya kerapatan merupakan sifat intensif
dan tidak bergantung pada banyaknya zat yang ada. Perhatikan bahwa satuan konsentrasi
(mol per liter) dapat diubah menjadi satuan kerapatan (gram perm cm3) dan sebaliknya.
Berdasarkan alasan ini, suku [𝐶𝑎𝐶𝑂3] dan [𝐶𝑎𝑂] dengan sendirinya adalah konstanta
sehingga kita dapat menghilangkannya dari konstanta kesetimbangan. Cara lainnya, kita
dapat menyatakan konstanta kesetimbangan sebagai:
𝐾𝑝 = 𝑃𝐶𝑂2
42
Informasi yang telah kita peroleh tentang padatan juga berlaku untuk cairan.
Jika reaktan dan produk berupa cairan, kita dapat memperlakukan konsentrasinya
sebagai konstanta dan kita dapat menghilangkannya dari persamaan konstanta
kesetimbangan.
5. Menghitung Konstanta Kesetimbangan Dan Konsentrasi Kesetimbangan
Contoh 1:
Tentukan persamaan untuk Kc dan Kp. Jika mungkin, untuk reaksi reversibel pada
kesetimbangan: 2𝑁𝑂(𝑔) + 𝑂2(𝑔) 2𝑁𝑂2(𝑔)←→
Penyelesaian:
Semua spesi yang bereaksi dalam wujud gas sehingga kita dapat menentukan persamaan
Kc dan Kp untuk reaksi ini
𝐾𝑐 =[𝑁𝑂2]2
[𝑁𝑂]2[𝑂2] dan 𝐾𝑝 =
𝑃𝑁𝑂22
𝑃𝑁𝑂2 𝑃𝑂2
Contoh 2:
Konstanta kesetimbangan Kp untuk penguraian forfor pentaklorida menjadi fosfor
triklorida dan molekul klorin: 𝑃𝐶𝑙5(𝑔) 𝑃𝐶𝑙3(𝑔) + 𝐶𝑙2(𝑔)←→ diketahui sebesar 1,05 pada
suhu 250oC. Jika tekanan kesetimbangan PCl5 dan PCl3 berturut-turut adalah 0,875 atm
dan 0,463 atm. Berapa tekanan parsial kesetimbangan Cl2 pada suhu 250oC?
Penyelesaian:
Kita tulis Kp dalam tekanan parsial setiap spesi yang bereaksi:
𝐾𝑝 = 𝑃𝑃𝐶𝑙3
𝑃𝐶𝑙2
𝑃𝑃𝐶𝑙5
Karena kita sudah mengetahui tekanan-tekanan parsialnya, kita tuliskan:
1,05 = (0,463)(𝑃𝐶𝑙2)
(0.875) atau 𝑃𝐶𝑙2
= (1.05)(0.875)
(0,463) = 1,98 atm
Contoh 3:
Untuk reaksi 𝑁2(𝑔) + 3𝐻2(𝑔) 2𝑁𝐻3(𝑔)←→ , Kp ialah 4,3 x 10-4 pada 375 oC. Hitunglah
Kc untuk reaksi ini
Penyelesaian:
𝐾𝑐 =𝐾𝑝
(𝑅𝑇)∆𝑛
Karena T = 375oC+273= 648K, dan Δn = 2-4= -2 maka:
43
𝐾𝑐 =4,3 × 10−4
(0,082)(648)−2 = 1,2
Contoh 4:
Perhatikan kesetimbangan heterogen berikut: 𝐶𝑎𝐶𝑂3(𝑠) 𝐶𝑎𝑂(𝑠) + 𝐶𝑂2(𝑔)←→
Pada 800oC, tekanan CO2 adalah 0,236 atm. Hitunglah (a) Kp dan (b)Kc untuk reaksi
tersebut pada suhu ini.
Penyelesaian:
(a) Karena konsentrasi padatan tidak muncul dalam persamaan konstanta
kesetimbangan, maka persamaan kesetimbangan yang kita peroleh:
Kp = PCO2= 0,236
(b) Dari soal diketahui T = 800 + 273 =1073K dan Δn = 1, kemudian kita subsitusikan
pada persamaan berikut:
𝐾𝑝 = 𝐾𝑐(𝑅𝑇)∆𝑛
0,236 = 𝐾𝑐(0,082 × 1073)1
Kc = 2,68 x 10-3
Contoh 5:
Campuran 0,500 mol H2 dan 0,500 mol I2 dimasukkan ke dalam labu baja anti karat 1 L
pada suhu 430oC. Konstanta kesetimbangan Kc untuk reaksi 𝐻2(𝑔) + 𝐼2(𝑔) 2𝐻𝐼 (𝑔) ←→
Adalah 54,3 pada suhu ini. Hitunglah konsentrasi H2, I2, dan HI pada keadaan
kesetimbangan
Penyelesaian:
Tahap 1: stoikiometri reaksi adalah 1 mol H2 bereaksi dengan 1 mol I2 menghasilkan 2
mol HI. Misalkan x adalah pengurangan konsentrasi (mol/L) H2 dan I2 pada
kesetimbangan. Jadi konsenrasi kesetimbangan HI haruslah 2x perubahan konsentrasi
diringkas sebagai berikut:
𝐻2 + 𝐼2 2𝐻𝐼←→
Awal (M) 0,500 0,500 0,000
Bereaksi (M) -x -x +2x
Kesetimbangan (M) (0,500-x) (0,500-x) 2x
Tahap 2: konstanta kesetimbangan adalah
𝐾𝑐 =[𝐻𝐼]2
[𝐻2][𝐼2]
44
Dengan subsitusi kita peroleh:
54,3 =(2𝑥)2
(0,500 − 𝑥)(0,500 − 𝑥)
Dengan menghitung akar pada kedua sisi, diperoleh:
7,37 =2𝑥
0,500 − 𝑥
x =0,393 M
Tahap 3: pada saat kesetimbangan adalah
[H2] = (0,500 – 0,393) M = 0,107 M
[I2] = (0,500 – 0,393) M = 0,107 M
[HI] = 2 x 0,393 M = 0,786 M
6. Prinsip Le Chatelier dan kesetembangan kimia
Posisi kesetimbangan kimia dapat berubah jika diberikan aksi. Aksi itu dapat
berupa perubahan konsentrasi pereaksi atau konsentrasi produk, perubahan tekanan atau
volume gas, dan perubahan gas. Pengaruh aksi tersebut pada posisi kesetimbangan dapat
dijelaskan dengan asas Le Chatelier yang menyatakan bahwa apabila pada suatu sistem
dalam keadaan kesetimbangan diberikan suatu tegangan (perubahan suhu, tekanan, atau
konsentrasi), maka akan terjadi reaksi yang memindahkan kesetimbangan ke arah yang
mengurangi tegangan itu.
a. Perubahan konsentrasi pereaksi atau konsentrasi produk
Andaikan jumlah salah satu pereaksi atau hasil pereaksi ditambah, maka
kesetimbangan akan bergeser sehingga penambahan tadi akan berkurang. Dan sebaliknya
apabila salah satu pereaksi atau hasil reaksi dikurangi, maka kesetimbangan akan
bergeser sehingga sehingga konsentrasi zat yang dikurangi bertambah.
Pergeseran sistem kesetimbangan karena pengaruh perunahan konsentrasi
pereaksi dapat dijelaskan dengan ungkapan hukum aksi massa pada sistem
kesetimbangan:
𝐻2(𝑔) + 𝐼2(𝑔) 2𝐻𝐼(𝑔)←→
Ungkapan hukum aksi massa: 𝐾𝑐 =[𝐻𝐼]2
[𝐻2][𝐼2]
Penambahan H2 pada sistem kesetimbangan menyebabkan penyebut pada
hukum aksi massa bertambah dan nilai fraksi aksi massa menjadi lebih kecil dari pada
nilai Kc. Pada keadaan ini sistem kesetimbagan terganggu. Sistem yang terdiri dari tiga
45
campuran H2, I2, dan HI berusaha mengembalikan kesetimbangan dengan memperbesar
nilai fraksi aksi massa sampai sama dengan Kc yaitu dengan memperbesar pembilang
dan memperkecil penyebut melalui pembentukan HI menjadi lebih banyak dengan
bereaksinya sebagian penambahan H2 dan I2. Jadi penambahan H2 pada sistem
kesetimbangan itu menyebabkan sistem kesetimbangan begeser ke kanan sampai nilai
fraksi aksi massa sama dengan nilai Kc.
b. Pengaruh perubahan tekanan dan volume pada kesetembangan
Hukum yang dirumuskan oleh Robert Boyle menyatakan bahwa pada suhu tetap
tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas. Oleh karena itu perubahan tekanan
gas bearti pula mengubah sistem kesetimbangan pereaksi dan hasil reaksi yang berupa
gas. Perubahan tekanan tidak mempengaruhi kesetimbangan yang pereaksi dan hasil
reaksi berupa cairan atau padatan. Hal ini karena fasa cair dan padat tidak dapat di
mampatkan.
Perhatikan sistem kesetimbangan reaksi pembentukan gas NH3 dalam suatu wadah
sebagai berikut:
𝑁2(𝑔) + 3𝐻2(𝑔) 2𝑁𝐻3(𝑔)←→
Apabila volume wadah tiba-tiba dikecilkan, maka tekanan akan bertambah. Berdasarkan
prinsip Le Chatelier, sistem akan bereaksi terhadap penembahan tekanan itu dengan
mengurangi tekanan.
Tekanan gas disebabkan oleh tabrakan molekul-molekul gas dengan dinding
wadah. Pada suhu tertentu semakian besar jumlah molekul per cm3. Semakin besar
tekanan gas itu. Pada sistem kesetimbangan pembentukan NH3 di atas, jumla molekul
gas akan berkurang pada saat reaksi berlangsung dari kiri ke kanan yaitu 4 molekul
pereaksi menghasilkan 2 molekul hasil reaksi. Hal ini berarti bahwa tekanan yang
disebabkan oleh gas di dalam sistem dapat diturunkan jika posisi kesetimbangan bergeser
ke kanan. Jadi penurunan volume campuran gas yang ada pada sistem kesetimbangan
akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah gas yang jumlah molekulnya lebih
sedikit.
Apabila jumlah molekul gas pereaksi dan hasil reaksi pada ke dua sisi
persamaan reaksi sama seterti reaksi antara H2 dan I2 berikut ini: 𝐻2(𝑔) +
𝐼2(𝑔) 2𝐻𝐼(𝑔)←→ maka perubahan tekanan akibat perubahan volum tidak akan
mempengaruhijumlah zat yang ada pada sistem kesetimbangan atau tidak akan
mempengaruhi posisi sistem kesetimbangan.
46
c. Pengaruh perubahan suhu
Tetapan kesetimbangan untuk suatu reaksi bernilai tetap pada suhu tetap.
Apabila suhu reaksi berubah terhadap posisi sistem kesetimbangan, perhatikan lah reaksi
aksotermis dari H2 dan N2 membentuk NH3 berikut ini:
𝑁2(𝑔) + 3𝐻2(𝑔) 2𝑁𝐻3(𝑔)←→ ∆𝐻 = −92𝑘𝐽
Suhu suatu sistem kesetimbangan ini dapat dinaikkan dengan menambahkan
panas ke dalamnya dari lingkungan. Berdasarkan prinsip Le Chatelier, jika panas
ditambahkan ke dalamnnya, maka posisi sistem kesetimbangan akan berubah sedemikian
rupa sehungga pengaruh penambahan panas itu terkurangi atau dengan kata lain, sistem
kesetimbangan akan merubah posisi yang menerima panas. Oleh karena reaksi
pembuatan NH3 tersebut eksotermis, maka reaksi penguraiannya adalah endotermis. Oleh
karena itu menaikkan suhu sistem kesetimbangan akan menyebabkab posisi
kesetimbangan bergeser ke kiri sampai jumlah N2 dan H2 bertambah dan NH3 berkurang.
Secara umum kenaikan suhu menyebabkan posisi kesetimbangan reaksi eksotermin
bergeser ke kiri, sementara itu untuk reaksi endotermis akan bergeser ke kanan.
Dihubungkan dengan ungkapan kasi massa, dapat diketehui bahwa nilai
ungkapan aksi massa kesetimbangan pembentukan NH3 pada suhu tinggi yaitu [𝑁𝐻3]2
[𝑁2][𝐻2]3
akan berkurang. Jadi reaksi eksotermis, nilai K (konstanta) berkurang dengan naiknya
suhu. Sedangkan untuk reaksi endotermis, nilai K bertambah dengan naiknya suhu.
Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah nilai konstanta kesetimbangan suatu reaksi.
d. Penambahan Gas Inert
Penambahan gas inet (gas yang tidak bereaksi) ke dalam wadah yang berisi gas
lain yang ada dalam keadaan kesetimbangan, akan menyebabkan naiknya tekanan total
gas dalam wadah. Tetapi naiknya tekanan ini tidak berpengaruh pada posisi
kesetimbangan gas yang ada pada wadah karena tekanan itu tidak mengubah tekanan
parsial atau konsentrasi dari zat yang sudah ada.
e. Pengaruh Katalis pada Posisi Kesetimbangan
Katalis mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. Tatapi ia tidak mempengaruhi
panas reaksi (ΔH0), selama terjadinya perubahan entropi (ΔS0), yang menentukan
besarnya nilai ΔGo yang pada gilirannya memantapkan posisi kesetimbangan pada setiap
suhu. Suatu katalis hanya akan mempercepat tercapainya kesetimbangan yang ditentukan
oleh ΔGo.
47
Latihan Soal
1. Tentukan Kc dan Kp untuk reaksi: 2𝑁2𝑂5(𝑔) 4𝑁𝑂2(𝑔) + 𝑂2(𝑔)←→
2. Konstanta untuk kesetimbangan Kp untuk reaksi 2𝑁𝑂2(𝑔) 2𝑁𝑂(𝑔) + 𝑂2(𝑔)←→ adalah
158 pada 1000 K. Hitunglah 𝑃𝑂2. Jika 𝑃𝑁𝑂2
= 0,400 atm dan 𝑃𝑁𝑂 = 0,270 atm.
3. Konstanta kesetimbangan Kc untuk reaksi 𝑁2𝑂4(𝑔) 2𝑁𝑂2(𝑔)←→ adalah 4,64 x 10-3
pada 25oC. Berapa nilai Kp pada suhu ini?
4. Konstanta kesetimbangan Kc pada reaksi 𝐻2(𝑔) + 𝐼2(𝑔) 2𝐻𝐼(𝑔)←→ adalah 54,3 pada
suhu 430oC. Dengan konsentrasi awal 0,040 M untuk HI. Hitunglah konsentrasi HI, H2,
dan I2 pada kesetimbangan.
5. Pada 1280oC konstanta kesetimbangan Kc untuk reaksi 𝐵𝑟2(𝑔) 2𝐵𝑟(𝑔)←→ adalah 1,1 x
10-3. Jika konsentrasi awal [Br2] = 6,3 x 10-2 M dan [Br] = 1,2 x 10-2 M. Hitunglah
konsentrasi kedua spesi tersebut pada kesetimbangan.
48
LAMPIRAN
TABEL ENTROPI STANDAR
Di bawah ini ada bebrapa data entropi senyawa yang di ukur pada STP,yaitu 25°C dan 101,3
kPa.
Senyawa
Sm /J K-1 MOL-
1 Senyawa
Sm /J K-1 MOL-
1
Padat Gas Diatomik
C ( intan ) 2,377 H2 130,7
C (grafis ) 5,74 D2 145
Si 18,8 HCI 186,9
Ge 31,1 HBr 198,7
Sn ( abu – abu 44,1 HI 206,6
Pb 64,8 N2 191,6
Li 29,1 O2 205,1
Na 51,2 F2 202,8
K 64,2 CI2 223,1
Rb 69,5 Br2 245,5
Cs 85,2 I2 260,7
NaF 51,5 CO 197,7
MgO 26,9
AIN 20,2 Gas Triatomik
NaCI 72,1 H2O 188,8
KCI 82,6 NO2 240,1
Mg 32,7 H2S 205,8
Ag 42,6 CO2 213,7
I2 116,1 SO2 248,2
MgH2 31,1 N2O 219,9
AgN3 99,2 H2O 188,8
Cairan
Hg 76
Br2 152,2
H2O 69,9
H2O2 109,6
CH3OH 126,8
C2H5OH 160,7
C6H6 172,8
BCI3 206,3
Gas Monoatomik
He 126
Ne 146,2
Ar 154,8
Kr 164
Xe 169,6
49