modul fpfd teknik klasifikasi barang

61
DIKLAT FUNGSIONAL PEJABAT FUNGSIONAL PEMERIKSA DOKUMEN MODUL TEKNIK KLASIFIKASI BARANG OLEH : TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2008

Upload: qwaterindo

Post on 18-Jun-2015

1.126 views

Category:

Documents


56 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

DIKLAT FUNGSIONAL PEJABAT FUNGSIONAL PEMERIKSA DOKUMEN

MODUL

TEKNIK KLASIFIKASI BARANG

OLEH : TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA

2008

Page 2: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

i

KATA PENGANTAR

Page 3: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai ……………………………… i

Daftar Isi ………………………………………………………………………… ii

TEKNIK KLASIFIKASI BARANG

1. Pendahuluan ………………………………………………………………... 1

1.1 Deskripsi Singkat ……………………………………………………... 1

1.2 Tujuan Instruksioan Umum …………………………………………... 1

1.3 Tujuan Instruksional Khusus ………………………………………… 1

2. Kegiatan Belajar (KB) 1

HARMONIZED SYSTEM

2.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……………………………………... 2

2.1.1. Identifikasi dan Klasifikasi Barang ……………………………. 2

2.1.2. Klasifikasi Barang ……………………………………………... 3

2.1.3. Mengapa HS …………………………………………………… 4

2.1.4. Tujuan Harmonized System ………………………………….. 4

2.1.5. Publikasi Pelengkap HS ……………………………………….. 6

2.2 Latihan 1 ……………………………………………………………… 7

2.3 Rangkuman …………………………………………………………… 8

3. Kegiatan Belajar (KB) 2

BUKU TARIF BEA MASUK INDONESIA

3.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……………………………………. 9

3.1.1. Penentuan Klasifikasi Barang

…………………………………..

9

3.1.2. Isi BTBMI

………………………………………………………

10

3.2 Latihan 2 ……………………………………………………………… 14

3.3 Rangkuman …………………………………………………………… 15

4. Kegiatan Belajar (KB) 3

KETENTUAN UMUM UNTUK MENGINTERPRETASI HARMONIZED

SYSTEM DAN JENIS CATATAN

4.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh …………………………………… 16

Page 4: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

iii

4.1.1. Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

(KUM HS)

16

4.1.2. Jenis Catatan Pada BTBMI ………………………………. 24

4.1.2.1. Catatan Definitif ……………………………………. 24

4.1.2.2. Catatan Eksklusif …………………………………… 25

4.1.2.3. Catatan Ilustratif ………………………………….... 25

4.1.2.4. Catatan Lain-lain ……………………………………. 25

4.2 Latihan 3 ……………………………………………………………… 27

4.3 Rangkuman …………………………………………………………… 28

5. Kegiatan Belajar (KB) 4

TEKNIK KLASIFIKASI BARANG

5.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ...…………………………………… 29

5.1.1. Tahapan Mengklasifikasi Barang …………………………. 29

5.1.2. Membuat Nota Penelitian Klasifikasi Barang ……………. 31

5.1.3. Contoh Nota Penelitian Klasifikasi Barang ………………. 32

5.1.4. Pembuatan Nota Penelitian Klasifikasi Barang ………….. 33

5.2 Latihan 4 ……………………………………………..…………………… 35

5.3 Rangkuman …………………………………………………….………… 35

6. Kegiatan Belajar (KB) 5

KASUS KLASIFIKASI BARANG

6.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh …………………………………….. 36

6.2 Latihan 6 ……………………………………………………………… 45

6.3 Rangkuman …………………………………………………………… 45

7. Test Formatif ……………………………………………………………….. 46

8. Kunci Jawaban Test Formatif ……………………………………………… 52

9. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………… 56

10. Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 57

Page 5: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

1

MODUL

TEKNIK KLASIFIKASI BARANG

1. PENDAHULUAN

1.1. Deskripri Singkat

Untuk menetapkan bea masuk dan pajak dalam rangka impor atas suatu barang

maka seorang petugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus mengetahui jenis, jumlah

dan nilai pabean atas barang yang tersebut. Setelah mengetahui jenisnya barulah

diklasifikasikan dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia dengan benar sesuai ketentuan

umum untuk menginterpretasi Harmonized System. Seorang yang melakukan klasifikasi

atau seorang klasifikator harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi dan

mengklasifikasi barang karena akan menentukan ketepatan jumlah bea masuk dan

pungutan pajak dalam rangka impor yang harus dibayar oleh importir atau pengguna jasa

kepabeanan. Dalam modul ini akan dijelaskan tentang Harmonized System, Buku tarif

Bea Masuk Indonesia, Ketentuan Umum Untuk mengklasifikasi Barang dan membuat

Nota Penelitian Klasifiaksi Barang serta disajikan beberapa kasus dalam mengklasifikasi

Barang

1.2. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mempelajari modul ini, para Siswa diharapkan mampu memahami sistem

dan tehnik dalam mengklasifikasi barang sesuai Buku Tarif Bea Masuk Indonesia.

1.3. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari modul para siswa diharapkan dapat menjelaskan :

1. Harmonized System (HS)

2. Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI ) 2007.

3. Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized System dan Jenis Catatan

4. Teknik Klasifikasi Barang

5. Kasus Klasisifkasi Barang

Page 6: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

2

2. Kegiatan Belajar (KB) 1.

HARMONIZED SYSTEM

2.1. Uraian Contoh dan Non Contoh

2.1.1. Identifikasi dan Klasifikasi Barang

Langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk dapat mengklasifikasi suatu

barang dengan benar? Biasanya klasifikasi tersebut dilakukan dengan mencari langsung

pos tarif yang dianggap sesuai. Cara seperti ini tidak akurat dan sering menyebabkan

terjadinya kesalahan klasifikasi yang mengakibatkan negara dirugikan.

Langkah pertama dinamakan Identifikasi barang.

Keakuratan mengklasifikasi tergantung dari keakuratan dalam mengidentifikasi

barang. Seorang klasifikator tidak mungkin dapat mengklasifikasikan suatu barang

dengan benar bila ia tidak tahu spesifikasi barang tersebut.

Identifikasi barang diperlukan untuk menjawab setidak-tidaknya empat pertanyaan

dasar di bawah ini:

Barang apa yang diimpor?

⇒ bahan baku, setengah jadi, atau barang jadi? produk pertanian, kimia, elektronik,

mesin?

Dibuat dari apa barang tersebut?

⇒ komposisi, campuran, bahan yang dominan?

Digunakan untuk apa?

⇒ kegunaan tertentu, bagian dari barang lain, aksesoris, lebh dari satu macam kegunaan?

Bagaimana saat diimpor?

⇒ kemasan? belum lengkap? terurai? dalam bentuk set?

Langkah kedua yaitu Klasifikasi barang.

Page 7: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

3

Perlu diingat bahwa setelah melakukan tahap klasifikasi, baru diketahui bahwa

informasi yang ada belum lengkap sehingga kita harus kembali melakukan identifikasi

barang untuk memperoleh informasi yang diperlukan tersebut.

Darimana kita dapat memperoleh informasi yang kita perlukan untuk

mengklasifikasi suatu barang ? Mari menjawab pertanyaan tesebut dengan

memperhatikan bagan di bawah ini:

Untuk mengetahui spesifikasi barang yang akan kita klasifikasikan, banyak sumber

informasi yang dapat kita gunakan. Fisik barang itu sendiri sudah memberikan beberapa

informasi yang kita butuhkan, misalnya apakah bentuknya cair atau padat, butiran atau

bongkahan, bagaimana pengemasnya, dan sebagainya. Informasi lain dapat kita peroleh

dari berbagai sumber di atas. Semakin banyak informasi yang kita miliki tentang barang

tersebut, semakin akurat kita mengklasifikasikannya.

Pertanyaan di atas harus dijawab sebelum kita memulai tahap klasifikasi. Apabila

kita sudah mempunyai jawaban, barulah kita berusaha mencari pos yang tepat.

2.1.2. Klasifikasi barang

Klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara

sistematis dengan tujuan untuk mempermudah pentarifan transaksi perdagangan,

pengangkutan dan statistik. Berdasarkan pasal 14 ayat 2 Undang-undang Kepabenan

Indonesia Nomor 17 tahun 2006 dan Nomor 10 tahun 1995, penetapan klasifikasi barang

diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. Pada saat ini sistem pengklasifikasian barang

di Indonesia didasarkan pada Harmonized System dan dituangkan dalam bentuk suatu

daftar tarif yang kita kenal dengan sebutan Buku Tarif Bea Masuk Indonesia.

Sistem Harmonisasi (Harmonized System).

Sistem ini diterapkan di Indonesia berdasarkan PP No. 26 tahun 1988 dan

diwujudkan dalam bentuk Buku Tarif Bea Masuk Indonesia 1989 dan dinyatakan berlaku

mulai tanggal 1 Januari 1989. Saat ini Indonesia menggunakan Buku Tarif Bea Masuk

Indonesia tahun 2007 dengan Harmonized System Versi 2007.

Page 8: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

4

2.1.3. Mengapa HS ?

Sejak tahun 1970, Customs Cooperation Council (CCC) yang sekarang dikenal

dengan nama World Customs Organisation (Organisasi Pabean Dunia) telah membentuk

suatu kelompok studi yang berusaha untuk menciptakan suatu nomenklatur klasifikasi

barang yang tidak semata-mata untuk keperluan pabean, tetapi juga digunakan untuk

kepentingan lain seperti statistik, pengangkutan, dan negosiasi perdagangan.

Pada akhir tahun 1986, kelompok studi yang berusaha untuk menciptakan suatu

nomenklatur klasifikasi barang yang tidak semata-mata untuk keperluan pabean, tetapi

juga digunakan untuk kepentingan lain seperti statistik, pengangkutan, dan negosiasi

perdagangan, berhasil menyusun suatu nomenklatur (daftar klasifikasi barang berdasarkan

kelompok-kelompok) yang dinamakan Harmonized Commodity Description and Coding

System atau lebih dikenal dengan sebutan Harmonized System (HS). Untuk memberikan

kekuatan hukum yang pasti, nomenklatur tersebut disahkan dalam suatu konvensi yang

dikenal dengan nama Konvensi HS.

Pada awalnya, konvensi HS ditandatangani oleh 70 negara yang sebagian besar

adalah negara Eropa. Namun sekarang hampir seluruh negara di dunia telah meratifikasi

konvensi ini, termasuk Indonesia yang telah meratifikasi konvensi HS dengan Keppres

Nomor 35 tahun 1993. Meskipun baru meratifikasi pada tahun 1993, sebenarnya

Indonesia telah menggunakan BTBMI berdasarkan HS sejak tanggal 1 Januari 1989.

2.1.4. Tujuan Harmonized System

Adanya perbedaan sistem klasifikasi tarif antara negara di dunia, mengakibatkan

timbulnya kesulitan dalam mengantisipasi kemajuan teknologi, perkembangan masyarakat

industri dan pola perdagangan Internasional. Menyadari hal yang demikian WCO pada

tanggal 14 Juni 1983 meluncurkan HS yang mulai berlaku secara internasional pada

tanggal 1 Januari 1988, dengan tujuan :

• Memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang dibuat secara

sistematis, untuk penetapan Tarif Pabean secara mendunia.

Page 9: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

5

• Memudahkan pengumpulan, pembuatan dan analisis Statistik perdagangan dunia, dan

• Memberikan Sistem Internasional yang resmi untuk pemberian Kode, Pen jelasan dan

penggolongan barang untuk tujuan perdagangan seperti tarif pengangkutan, keperluan

pengangkutan, dokumentasi dan sebagainya.

• Memperbaharui sistem klasifikasi barang sebelumnya, untuk memberikan perhatian

kepada perkembangan teknologi dan masyarakat industri serta pola perdagangan

Internasional.

Mengapa HS dijadikan dasar klasifikasi secara internasional ? Ada beberapa

keuntungan yang didapat setiap negara yang mengadopsi HS sebagai pedoman klasifikasi

barang, yaitu:

1. HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang yang

diperdagangkan secara internasional.

2. HS menggunakan dasar yang seragam untuk keperluan pentarifan secara

internasional.

3. Menggunakan “bahasa pabean” sehingga dapat dengan mudah dimengerti oleh

importir, eksportir, produsen, pengangkut, dan aparat bea dan cukai.

4. Sederhana dan memberikan kepastian dalam hal aplikasi dan interpretasi yang benar

dan sama untuk keperluan negosiasi.

5. Merupakan kumpulan data yang seragam secara internasional sehingga dapat

digunakan untuk mendukung analisis dan statistik perdagangan internasional.

HS telah dibuat sedemikian rupa sehingga standard klasifikasi barang dan sistem

kode penomoran barang dapat dijadikan acuan untuk berbagai kebutuhan oleh berbagai

lembaga internasional yang berkaitan dengan perdagangan, misalnya:

a. World Customs Organization (WCO).

b. The International Chamber or Shipping (ICS).

c. The International Air Transport Association (IATA).

d. The International Union Railway (IUR).

e. The Standard International Trade Classificatioan (SITC)

Page 10: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

6

2.1.5. Publikasi Pelengkap HS

Harmonized System mempunyai beberapa publikasi pelengkap yang digunakan

untuk lebih mempermudah klasifikasi barang. Publikasi-publikasi tersebut juga

diterbitkan oleh WCO. Publikasi dimaksud adalah:

1. The Explanatory Notes to the Harmonized System (EN)

Explanatory Notes bukan merupakan bagian yang integral dari HS, namun

sebagaimana disetujui WCO, explanatory notes merupakan interpretasi resmi

(official interpretation) dari HS pada level internasional dan merupakan pelengkap

yang sangat penting dari HS.

Explanatory Notes adalah referensi yang sangat diperlukan untuk mendapatkan

interpretasi yang benar dari HS. Karena pentingnya Explanatory Notes ini, sebagian

negara anggota WCO mensahkannya sebagai dokumen yang berkekuatan hukum

Seiring perkembangan teknologi, Explanatory Notes juga mengalami perubahan

(amandemen) untuk menyesuaikan isinya dengan struktur HS. Untuk itu membaca

Explanatory Notes harus selalu disesuaikan dengan konteksnya dalam

HS.Explanatory Notes yang digunakan saat ini adalah edisi tahun 2007

2. The Alphabetical Index. Untuk mempermudah mengklasifikasikan suatu barang pada

pos-pos atau sub-sub pos dalam nomenklatur HS atau Explanatory Notes, WCO juga

menerbitkan buku indeks yang dikenal dengan nama the Alphabetical Index.

Alphabetical Index terdiri atas dua volume, yaitu Volume I (A - L) dan Volume II (M

- Z).

3. Publikasi lain yang merupakan pelengkap HS adalah the Compendium of

Classification Opinions, the Harmonized System Commodity Data Base (dalam

bentuk CD-ROM), Dispute Settled Classification Opinion, the Training Modules, dan

Correlation Tables.

Seperti telah disinggung sebelumnya, Harmonized System mempunyai tiga bagian utama

atau integral, yaitu:

Page 11: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

7

a. Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized System (General Rules for the

Interpretation of the HS). Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System

(KUM HS) merupakan bagian terpenting yang harus dipahami sebelum melangkah

lebih jauh untuk mengklasifikasikan barang menggunakan HS. KUM HS berisi enam

prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam mengklasifikasi barang. Mengingat

pentingnya memahami KUM HS, bagian ini akan dibahas tersendiri.

b. Catatan Bagian, Catatan Bab, dan Catatan Sub-Pos.

c. Pos (4-digit) dan Sub-pos (6-digit) yang disusun dengan sistematik, kemudian sub pos

AHTN 8 digit dan pos tarif 10 digit.

2.2. Latihan Kegiatan 1

Jawaban

1. Mana yang lebih dahulu, identifikasi atau

klasifikasi ? Mengapa demikian ?

1.

2. Bila akan diimpor sebuah Televisi berwarna,

data apa yang diperlukan mengenai Televisi

tersebut ?

2.

3. Sebutkan langkah-langkah dalam

mengklasifikasi barang ?

3.

4. Nama lengkap HS sebenarnya adalah..........

4.

5. Apa tujuan Harmnoized System ?

5.

Page 12: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

8

6. Sebutkan tiga bagian utama Harmonized

System ?

6.

2.3. Rangkuman

Agar hasil pengklasifikasian akurat maka tahap pertama dalam mengklasifikasi barang

harus melakukan identifikasi barang yang akan kita klasifikasi kemudian mengetahui

spesifikasi barang, selanjutnya memilih bab-bab yang lebih spesifik. Bila sudah kita

tentukan, baca dan perhatikan baik-baik catatan bagian dan catatan bab yang berkaitan

dengan pilihan bab atau bab-bab sebelumya. Explanatory Notes bukan merupakan bagian

yang integral dari HS, namun sebagaimana disetujui WCO, explanatory notes merupakan

interpretasi resmi (official interpretation) dari HS pada level internasional dan merupakan

pelengkap yang sangat penting dari HS. HS yang mempunyai 6 digit penggolongan,

dirancang tidak hanya untuk keperluan kepabeanan, namun juga dipergunakan secara

internasional dalam bidang lain. Untuk keperluan nasional, Indonesia menggunakan

sistem penomoran 10 digit dalam BTBMI yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari

sub-sub pos dalam HS. .

Page 13: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

9

3. Kegiatan Belajar (KB) 2.

BUKU TARIF BEA MASUK INDONESIA

3.1. Uraian Contoh dan Non Contoh

3.1.1 Penetuan klasifikasi barang

Pengaturan lebih lanjut penentuan klasifikasi barang dilakukan dengan

memperhatikan:

a. Upaya peningkatan daya saing produk Indonesia dipasar Internasional.

b. Perlindungan terhadap konsumen dalam negeri.

c. Pengurangan hambatan dalam perdagangan Internasional guna mendukung

terciptanya perdagangan bebas.

d. Pemenuhan perjanjian serta kesepakatan Internasional.

Atas dasar pertimbangan di atas, Pemerintah menerbitkan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor : 440/KMK.05/1996 tanggal 21 Juni 1996 tentang

Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor.

Dalam Pasal 1 Keputusan ini disebutkan “Untuk penetapan tarif Bea Masuk, barang

barang dikelompokkan berdasarkan sistem klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1993 tentang Pengesahan

International Convention The Harmonized Commodity Description and Coding System

beserta protocol-nya”.

Indonesia telah menjadi anggota World Customs Organization, yang sebelumnya

dikenal dengan nama Customs Cooperation Council sejak tanggal 30 April 1957. Sebagai

anggota WCO, Indonesia telah menunjukkan peran serta yang aktif dalam kegiatan WCO

dan telah banyak menarik manfaat dari organisasi ini. Berbagai bantuan teknis dalam

rangka menunjang kelancaran pelaksanaan sistem dan prosedur kepabeanan Internasional,

telah diterima oleh Indonesia.

Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 35 tahun 1993,

Page 14: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

10

Indonesia telah menjadi Contracting Party dari “International Convention on the

Harmonized Commodity Description and Coding Sistem”. Sebagai tindak lanjutnya ,

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 81/KMK.05/1994 tanggal 16 Maret

1994 telah ditetapkan bahwa terhitung sejak 1 April 1994 , struktur Klasifikasi barang

dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) mengacu kepada sistem klasifikasi dari

HS Convention.

Berdasarkan Artikel XVI HS Convention, World Customs Organization telah

mengesahkan amandemen lampiran konvensi, yang semula mempergunakan HS versi

1992, menjadi “HS versi 1996”.

Menindaklanjuti adanya amandemen HS 1996 tersebut, Pemerintah pada tanggal 29

Desember 1995 telah mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 639/KMK.

01/1995 yang merupakan:

1. Dasar penggunaan sistem klasifikasi barang berdasarkan HS versi 1996.

2. Dasar penetapan besarnya tarif bea masuk (bea masuk tambahan dilebur bersama bea

masuk) untuk barang bersangkutan.

3. Penyempurnan Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 26 Tahun 1988 tentang Perubahan dan Tambahan atas Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pembebasan atas Impor dan

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1986

tentang Bea Masuk Tambahan Atas Barang Impor.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 639/KMK.01/1995 di atas selanjutnya

dijabarkan dalam bentuk penerbitan BTBMI edisi tahun 1996. Hingga saat ini BTBMI

1996 dimaksud telah beberapa kali diubah atau direvisi sesuai dengan perkembangan

kebijaksanaan nasional, terakhir adalah HS versi 2007 yang dimulai tangga 1 Januari

tahun 2007

3.1.2. Isi BTBMI

Pada bab terdahulu kita telah mempelajari gambaran umum tentang Harmonized

System. Sekarang kta akan mempelajari tentang BTBMI. BTBMI adalah buku tarif bea

Page 15: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

11

masuk yang digunakan di Indonesia semenjak 1989 yaitu, beberapa tahun sebelum

Indonesia meratifikasi HS Convention dan saat ini yang berlaku adalah BTBMI 2007.

BTBMI tidak lain adalah HS yang

dimodifikasi atau dijabarkan lebih

lanjut untuk digunakan dalam

pentarifan dan penanganan barang

impor ke Indonesia. BTBMI

mempunyai struktur sebagai berikut:

Materi pokok yang tertuang dalam BTBMI 2007 terdiri atas :

1. Sistem klasifikasi barang impor sebagaimana ditetapkan berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 110/PMK.010/2006 tanggal 15

Nopember 2006, yang terdiri dari hal-hal berikut :

1) Pos/Subpos/Pos Tarif yang dituangkan dalam kolom pertama BTBMI

2007 dengan ketentuan sebagai berikut :

• 4 (empat) dan 6 (enam) digit pertama berasal HS;

• 8 (delapan) digit berasal dari AHTN;

• 10 (sepuluh) digit berasal dari uraian pos nasional, kecuali:

− yang 2 digit terakhirnya ”00” (misalnya 0101.90.30.00) berasal dari

AHTN;

− yang 4 digit terakhirnya ”00.00” (misalnya 1209.10.00.00) berasal dari

HS.

2) Uraian barang dalam Bahasa Indonesia yang dituangkan dalam kolom kedua

BTBMI 2007 dengan ketentuan sebagai berikut :

• Uraian barang pada pos (4 digit) dan subpos (6 digit) merupakan

terjemahan dari teks HS;

• Uraian barang pada subpos ASEAN (8 digit) yang digit ke 7 dan 8 bukan

angka 00 merupakan terjemahan dari teks AHTN (mis. 0101.90.30);

Page 16: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

12

• Uraian barang pada pos tarif nasional (10 digit) merupakan teks berasal

dari uraian barang dalam bahasa Indonesia, kecuali :

− yang 2 digit terakhirnya “00” (misalnya 0101.90.30.00) berasal dari teks

AHTN;

− yang 4 digit terakhirnya “00.00” (misalnya 1209.10.00.00) berasal dari

teks HS.

• Sedangkan uraian barang pada Bab 98 seluruhnya merupakan uraian yang

berasal dari Bahasa Indonesia.

2. BTBMI 2007 juga dilengkapi kolom untuk uraian barang dalam bahasa Inggris

(Description of Goods) yaitu kolom ketiga dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Uraian barang pos (4 digit) dan subpos (6 digit) merupakan teks asli HS-WCO

dalam bahasa Inggris;

b. Uraian barang pada subpos ASEAN (8 digit) merupakan teks asli AHTN dalam

bahasa Inggris;

c. Uraian barang pada pos tarif nasional (10 digit) merupakan terjemahan dari

teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, kecuali :

• yang 2 digit terakhirnya “00” (misalnya 0101.90.30.00) berasal dari teks

AHTN;

• yang 4 digit terakhirnya “00.00” (misalnya 1209.10.00.00) berasal dari teks

HS.

3. Pembebanan tarif bea masuk barang impor yang berlaku umum sebagaimana

ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

110/PMK.010/2006 tanggal 15 Nopember 2006 dan dituangkan dalam kolom

keempat BTBMI 2007 yang terdiri dari dua jenis bea masuk yaitu bea masuk

advalorum (persentase) dan bea masuk adnaturam (spesifik; berdasarkan ukuran

tertentu, mis. Rp 790/kg);

4. Pembebanan tarif bea masuk atas barang yang diimpor dari negara-negara

ASEAN dalam rangka skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT)

ASEAN FTA yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 125/PMK.010/2006 tanggal 15 Desember 2006.

Page 17: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

13

5. Besarnya pembebanan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang ditetapkan

berdasarkan Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan

Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang

Nomor 18 tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3986) dan dituangkan dalam kolom

keenam BTBMI 2007;

6. Pembebanan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

569/KMK.04/2000 dan Nomor 570/KMK.04/2000 sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 39/KMK.03/2003 tanggal 28 Januari 2003 dan Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 620/PMK.03/2004 tanggal 31 Desember

2004; dan dituangkan dalam kolom ketujuh BTBMI 2007;

7. Ketentuan larangan/pembatasan impor barang tertentu yang antara lain ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

230/MPP/KEP/7/1997 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 751/MPP/KEP/11/2002

dan tata niaga impor dan peredaran bahan berbahaya tertentu ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

418/MPP/KEP/6/2003 tanggal 17 Juni 2003 serta peraturan instansi teknis lainnya.

Hal ini dituangkan dalam kolom kedelapan pada BTBMI 2007;

8. Adanya kolom tambahan yaitu kolom kesembilan untuk disediakan untuk

mencantumkan keterangan tambahan yang dianggap perlu dan ketentuan lain yang

belum ditampung pada kolom-kolom sebelumnya.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam BTBMI 2007 :

⇒ Pencantuman tanda strip (-) pada kolom pembebanan tarif ditujukan untuk hal-hal

sebagai berikut :

a. Tanda strip (-) pada kolom Bea Masuk CEPT berarti komoditi pada pos tarif

bersangkutan tidak termasuk dalam skema CEPT;

Page 18: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

14

b. Tanda strip (-) pada kolom PPN atau PPnBM berarti komoditi pada pos tarif

bersangkutan tidak dikenakan pembebanan PPN atau PPnBM

Pencantuman tanda asterisk (*) pada kolom pembebanan tarif ditujukan untuk hal-

hal sebagai berikut :

b. Pencantuman tanda satu asterisk (*) pada kolom “Bea Masuk Umum” berarti

pembebanan impornya mengikuti tarif barang jadinya pada pos tarif 87.01

sampai dengan 87.05;

c. Pencantuman tanda satu asterisk (*) pada kolom “PPN”, “PPnBM” dan

“Larangan/Pembatasan” berarti pengenaan PPN, PPnBM dan pemberlakuan

ketentuan larangan/pembatasan berlaku hanya terhadap sebagian jenis barang

atau sebagian kelompok barang dalam pos tarif bersangkutan;

Catatan Penjelasan Tambahan (SEN) merupakan pedoman yang digunakan

sebagai pelengkap dalam menginterpretasikan pengertian maupun istilah

teknis barang yang tercantum dalam subpos atau pos tarif tertentu.

Nomor Pos tarif (10-digit) dan uraiannya, besarnya BM, PPN, dan PPnBM ditetapkan

oleh Menteri Keuangan. PTNI (Peraturan Tata Niaga Impor) ditetapkan oleh Menteri

Perindustrian dan Perdagangan.

3.2. Latihan Kegiatan 2

Pertanyaan Jawaban

1. Pasal berapa dalam Undang-undang no. 17

tahun 2006 dan no. 10 tahun 1995 tentang

kepabeanan yang berkaitan dengan

klasifikasi barang ?

1.

2. Apa sebenarnya Buku Tarif Bea Masuk

Indonesia itu dan versi HS yang keberapa

saat ini ?

2.

3. Bagaimana sistem pentakikan dalam

3.

Page 19: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

15

penomoran HS ?

4. Mengapa dalam BTBMI ada “Lain-lain” ?

serta jelskan cara membaca lain-lain

tersebut

4.

3.3. Rangkuman

Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang no. 17 tahun 2007 dan Undang-undang no. 10 tahun

1995 menyebutkan bahwa “Untuk penetapan tarif Bea Masuk dan bea keluar, barang

dikelompokkan berdasarkan sistem klasifikasi barang”. Selanjutnya berdasarkan pasal

14 ayat 2 Undang-undang tersebut, penetapan klasifikasi barang ditentukan oleh

Menteri Keuangan. Sistem penomoran klasifikasi dalam BTBMI menggunakan 10-

digit dengan susunan 6 digit pertama mengacu pada konvensi HS dan 4 digit terakhir

adalah pecahan pos tarif nasional.

Kolom dalam BTBMI ada 9 yang berisi tentang : pos, subpos dan pos tariff, uraian

barang, pembenbanan bea masuk, PPN, PPh, kolom ke delapan berkaitan dengan

tataniaga impor atas barang serta kolom ke-sembilan adalah keterangan tamabahan.

Dalam BTBMI terdapat catatan penjelasan tambahan atau SEN merupakan pedoman

yang digunakan sebagai pelengkap dalam menginterpretasikan pengertian maupun

istilah teknis barang yang tercantum pada digit 7 dan 8 atau ASEAN.

Page 20: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

16

4. Kegiatan Belajar (KB) 3.

KETENTUAN UMUM

UNTUK MENGINTERPRETASI HARMONIZED SYSTEM

DAN JENIS CATATAN

4.1. Uraian Contoh dan Non Contoh

4.1.1. Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System (KUM HS)

Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System (KUM HS) merupakan

pintu gerbang untuk memasuki klasifikasi barang. Mengingat begitu kompleksnya teknik

klasifikasi barang, KUM HS mutlak diperlukan sebagai pedoman dasar yang tidak boleh

ditinggalkan. Setiap kali melakukan kegiatan klasifikasi barang, sadar atau tidak, salah

satu ketentuan dalam KUM HS harus dipergunakan. Untuk itu, marilah kita pelajari satu-

persatu enam butir KUM HS tersebut.

KUM HS 1 :

Judul Bagian, Bab dan Sub-bab hanya dimaksudkan untuk memudahkan referensi

saja; untuk tujuan hukum, klasifikasi harus ditentukan menurut uraian yang

terdapat dalam pos dan berbagai Catatan Bagian atau Bab yang berkaitan serta

menurut ketentuan-ketentuan berikut ini, asalkan pos atau Catatan tersebut tidak

menentukan lain :

Penjelasan:

HS adalah nomenklatur yang bersifat sistematik. Namun mengingat banyaknya

jenis barang, tidak mungkin semua jenis barang dapat dicakup dengan persis pada

setiap bab. Contohnya, sutera adalah produk hewani, tetapi karena sifatnya yang

khusus dalam HS tidak diklasifikasikan pada bab 5 (produk hewani tidak dirinci atau

termasuk dalam pos lainnya), tetapi diklasifikasikan khusus pada bab 50.

Uraian pada bab hanya untuk referensi saja, tidak mempunyai kekuatan hukum.

Karena itu perlu diingat agar selalu mempertimbangkan semua bab atau pos yang

Page 21: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

17

mungkin mencakup suatu barang. Yang mempunyai kekuatan hukum adalah pos

(heading), catatan bagian, catatan bab, dan catatan sub-pos. Uraian pos dan catatan-

catatan tersebut merupakan pertimbangan utama. Apabila pos dan catatan-catatan

tersebut tidak menentukan lain, dalam hal KUM HS 1 tidak bisa digunakan barulah

digunakan KUM HS 2, 3, 4, dan 5. Contohnya, catatan 2 Bab 31 menjelaskan pos

31.02 hanya untuk produk tertentu. Batasan ini tidak boleh diperluas dengan

menggunakan KUM HS 2(b).

KUM HS 2 a :

Setiap referensi untuk suatu barang dalam suatu pos harus dianggap meliputi juga

referensi barang tersebut dalam keadaan tidak lengkap atau belum rampung,

asalkan pada saat diajukan, barang yang tidak lengkap atau belum rampung

tersebut memiliki karakter utama dari barang itu dalam keadaan lengkap atau

rampung. Referensi ini harus dianggap juga meliputi refensi untuk barang tersebut

dalam keadaan lengkap atau rampung (atau yang berdasarkan ketentuan ini dapat

digolongkan sebagai lengkap atau rampung) yang diajukan dalam keadaan belum

dirakit atau terbongkar.

Penjelasan:

Barang tidak lengkap atau tidak rampung dianggap sebagai barang lengkap atau

rampung, asalkan pada saat diimpor sudah mempunyai sifat utama sebagai barang

lengkap atau rampung Sebagai contoh beberapa set sepeda yang diimpor dalam

keadaan terurai, dan tiap setnya tidak ada sadel dan ban dalamnya. Namun tetap

dianggap set sepeda karena sifat utamanya sebagai sepeda telah dimiliki.

Bagaimana kalau sepeda ini tidak ada

sadelnya ?

Bagaimana kalau sepeda ini terurai ?

KUM HS 2 b :

Page 22: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

18

Setiap referensi untuk suatu bahan atau zat dalam pos, harus dianggap juga

meliputi referensi untuk campuran atau kombinasi dari bahan atau zat itu dengan

bahan atau zat lain. Setiap referensi untuk barang dari bahan atau zat tertentu

harus dianggap juga meliputi referensi untuk barang yang sebagian atau

seluruhnya terdiri dari bahan atau zat tersebut. Barang yang terdiri lebih dari satu

jenis bahan atau zat harus diklasifikasikan sesuai prinsip dari Ketentuan 3.

Penjelasan:

Campuran atau kombinasi dua atau lebih bahan atau zat diklasifikasikan

berdasarkan KUM HS 1. Ingat, ketentuan ini hanya berlaku apabila pos atau catatan

bagian atau catatan bab tidak menentukan lain. Contoh, pos 15.03 (-lard oil, ...tidak

diemulsi atau dicampur...); karena uraian posnya sudah menyebutkan bahwa produk

dalam pos tersebut tidak dicampur, maka KUM HS 2(b) tidak berlaku.

Apabila tambahan atau campuran bahan atau zat menghilangkan sifat barang

seperti diuraikan pada pos, KUM HS 2(b) tidak dapat digunakan (harus digunakan

KUM HS 3).

KUM HS 3 :

Apabila dengan menerapkan Ketentuan 2 (b) atau untuk berbgaia alasan lain,

barang yang dengan pertimbangan awal dapat diklasifikasikan dalam dua pos atau

lebih, maka klasifikasiannya harus diberlakukan sebagai berikut :

Penjelasan:

KUM HS 3 hanya dipergunakan bila KUM HS 2 tidak bisa dipergunakan.

Penggunaan KUM HS 3 harus urut dari KUM HS 3(a), KUM HS 3(b), baru kemudian

KUM HS 3(c). Sekali lagi diingatkan, KUM HS 3 baru dipergunakan apabila uraian

pos, catatan bagian, atau catatan bab tidak menentukan lain. Contoh, catatan 4(b) bab

97 menentukan bahwa barang yang dirinci pada pos 97.01 sampai dengan 97.05 dan

juga dirinci pada pos 97.06, harus diklasifikasikan pada pos terdahulu awal (berarti

bertentangan dengan KUM HS 3c ).

KUM HS 3 a :

Page 23: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

19

Pos yang memberikan uraian yang paling spesifik, harus lebih diutamakan dari pos

yang memberikan uraian yang lebih umum. Namun demikian, apabila dua pos atau

lebih yang masing-masing pos hanya merujuk kepada bagian dari bahan atau zat

yang terkandung dalam barang campuran atau barang komposisi,atau hanya

merujuk kepada bagian dari bahan atau zat terkandung dalam campuran atau

barang komposisi atau hanya merujuk kepada bagian dari barang dalam set yang

disiapkan untuk penjualan eceran, maka pos-pos tersebut harus dianggap setara

sepanjang berkaitan dengan barang tersebut, walaupun salah satu dari pos tersebut

memberikan uraian yang lebih lengkap atau lebih tepat.

Penjelasan:

Pos dengan uraian lebih spesifik lebih diutamakan dari pos dengan uraian yang

lebih umum. Pos yang menyebutkan nama barang lebih diutamakan dari pos yang

menyebutkan kelompok barang. Contoh shavers/hair clippers diklasifikasikan pada

pos 85.10, bukan pada pos 85.09 (self-contained motor).

Pos yang menyebutkan barang yang disebutkan secara rinci lebih diutamakan

dari pos yang menyebutkan bagian suatu barang. Contoh, tufted textile for motor cars

diklasifikasikan pada pos 57.03, bukan pada pos 87.08.

Apabila dua atau lebih pos menguraikan hanya bagian dari bahan atau zat yang

terkandung dalam suatu barang campuran atau komposit, atau bagian dari item dalam

satu set barang untuk penjualan eceran, maka KUM HS 3(a) tidak berlaku dan

digunakan KUM HS 3(b) atau 3(c), meskipun salah satu pos lebih rinci dari pos

lainnya.

Apabila dua atau lebih pos menguraikan hanya bagian dari bahan atau zat yang

terkandung dalam suatu barang campuran atau komposit, atau bagian dari item dalam

satu set barang untuk penjualan eceran, maka KUM HS 3(a) tidak berlaku dan

digunakan KUM HS 3(b) atau 3(c), meskipun salah satu pos lebih rinci dari pos

lainnya.

KUM HS 3 b :

Page 24: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

20

Barang campuran dan barang komposisi yang terdiri dari bahan yang berbeda atau

yang dibuat dari komponen yang berbeda, serta barang yang disiapkan dalam set

untuk penjualan eceran, yang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan referensi 3

(a), harus diklasifikasikan berdasarkan bahan atau komponen yang memberikan

karakter utama barang tersebut, sepanjang kriteria ini dapat diterapkan.

Penjelasan:

KUM HS 3(b) hanya berlaku untuk campuran, barang komposit yang terdiri dari

bahan yang berbeda, barang komposit yang terdiri dari komponen yang berbeda, dan

barang yang dikemas dalam bentuk set untuk penjualan eceran, dan bila KUM HS 3(a)

tidak bisa digunakan.

Yang dimaksud dengan karakter utama (Essential character) pada KUM HS

ini mengacu pada bahan atau komponen, kemasan, jumlah, berat atau nilai, dan bahan

utama yang berkaitan dengan penggunaan barang.

KUM HS 3(b) berlaku juga untuk komponen yang terpisah, asalkan satu sama

lain adapted to the other, mutually complementary, dan bersama-sama membentuk

barang jadi yang secara normal tidak diperdagangkan terpisah. Contoh, rak bumbu

dengan beberapa botol tempat bumbu kosong.

Yang dimaksud dengan barang dikemas dalam bentuk set untuk penjualan

eceran yaitu:

1. Paling sedikit dua produk yang berbeda pos (sembilan sendok bukan set).

2. Beberapa produk/barang bersama-sama untuk keperluan/kegiatan tertentu.

3. Bisa langsung dijual tanpa perlu dibungkus/dikemas kembali (contoh, ready-to-

eat-meal).

Contoh set: hairdressing set yang terdiri dari electric hair clipper (85.10), sisir

(96.15), gunting (82.13), sikat (96.03), dan handuk dari tekstil (63.02), dikemas dalam

tas kulit (42.02) � diklasifikasikan pada pos 85.10 (berdasarkan komponen yang

memberikan sifat utama).

KUM HS 3(b) tidak berlaku untuk barang yang terdiri dari beberapa bagian yang

dikemas terpisah (baik kemasan yang biasa digunakan maupun tidak), dalam proporsi

Page 25: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

21

tertentu untuk keperluan industri (contoh, minuman).

KUM HS 3 c:

Apabila barang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan referensi 3 (a) atau 3(b),

maka barang tersebut harus diklasifikasikan dalam pos tarif terakhir berdasarkan

urutan penomorannya di antara pos tarif yang mempunyai pertimbangan yang

setara.

Penjelasan:

Bila KUM HS 3(a) dan 3(b) tidak dapat digunakan, barang diklasifikasikan pada

pos terakhir. Contohnya, suatu bingkai berbentuk bujur sangkar yang 2 sisi terbuat dari

kayu dan dua sisi lainnya terbuat dari logam. Bingkai ini ditinjau dari bahan baku

memiliki bahan yang sama dan seimbang antara pos 44.14 dan pos 83.06, namun

karena menurut KUM HS 3c, maka bingkai tersebut harus diklasifikasikan pada pos

terakhir, yaitu pos 83.06.

KUM HS 4:

Barang yang tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan referensi diatas, harus

diklasifikasikan ke dalam pos yang sesuai untuk barang yang paling menyerupai.

Penjelasan:

KUM HS 4 baru digunakan apabila KUM HS 1 sampai dengan KUM HS 3 tidak

dapat digunakan. Berdasarkan KUM HS 4, klasifikasi berdasarkan barang yang

sifatnya paling sesuai (misalnya uraian barangnya, sifatnya, tujuannya).

Ketentuan ini mengenai barang-barang yang tidak dapat diklasifikasikan ke

dalam salah satu pos dalam HS, karena tidak ada uraian yang sesuai (misalnya yang

baru muncul di pasaran dunia). Ketentuan ini menetapkan bahwa barang-barang

tersebut harus digolongkan kedalam pos atas barang yang memiliki persamaan

terbanyak.

Pada waktu menerapkan ketentuan No.4, barang yang akan diklasifikasikan harus

Page 26: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

22

diperbandingkan dengan uraian barang dalam beberapa pos HS yang memiliki

kesamaan jenis atau karakternya. Hal tersebut dilakukan untuk meneliti pada pos mana

yang memiliki unsur kesamaan terbanyak.

Persamaan dapat tergantung dari beberapa faktor seperti nama, sifat,

penggunaan, dan seterusnya.

Perlu diingatkan, KUM HS 4 baru digunakan apabila benar-benar tidak ada lagi

data atau informasi yang dapat diperoleh untuk mengidentifikasi barang dimaksud.

Untuk itu, sebelum memutuskan menggunakan KUM HS 4, sangat disarankan untuk

mencari lebih dulu informasi tentang barang dimaksud dari berbagai sumber yang ada,

seperti literatur, data teknis, internet, dan sebagainya.

KUM HS 5 :

Sebagai tambahan dari aturan di atas, Ketentuan berikut ini harus diberlakukan

terhadap barangnya dengan kemasan seperti tersebut dibawah ini :

Tas kamera, tas instrumen musik, koper senapan, tas instrumen gambar, kotak kalung

dan kemasan semacam itu, dibentuk secara khusus atau pas untuk menyimpan barang

atau perangkat barang tertentu, cocok untuk penggunaan jangka panjang dan

diajukan bersama barangnya, harus diklasifikasikan menurut barangnya, apabila

kemasan tersebut memang biasa dijual dengan barang tersebut. Namun demikian,

ketentuan ini tidak berlaku untuk kemasan yang memberikan seluruh karakter

utamanya;

Penjelasan:

KUM HS 5(a) berlaku untuk Peti (cases), kotak (boxes), dan tempat semacam itu yang:

• khusus dibuat untuk barang tertentu.

• digunakan untuk jangka waktu lama.

• dimasukkan bersama barangnya (bila dimasukkan terpisah diklasifikasikan pada

pos tersendiri).

• biasa dijual bersama dengan barangnya.

• tidak memberikan sifat utama.

Page 27: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

23

Contoh: tempat perhiasan, tempat teleskop, tempat alat musik, tempat senjata, dan

sebagainya.

KUM HS 5 b :

Berdasarkan aturan dari ketentuan nomor 5 (a) di atas, bahan pembungkus dan

kemasan pembungkus yang diajukan bersama dengan barangnya harus

diklasifikasikan menurut barangnya, apabila bahan atau kemasan pembungkus

tersebut memang biasa untuk membungkus barang tersebut. Namun demikian

ketentuan ini tidak mengikat apabila bahan atau kemasan pembungkus tersebut

secara nyata cocok untuk dipakai berulangulang.

Penjelasan:

Mengacu pada KUM HS 5(a), pembungkus/tempat simpan diklasifikasikan

dengan barangnya bila biasa dipakai untuk barang tersebut.

Ketentuan ini tidak berlaku untuk pembungkus/tempat simpan yang digunakan

berulang-ulang (repetitive use), contohnya gas yang diimpor bersama pengemasnya

(tabung gas di bawah tekanan), maka gasnya diklasifikasikan pada pos tarif gas,

sedangkan pengemasnya diklasifikasikan pada pos tarif tabung gas.

Ketentuan ini tidak berlaku untuk tempat simpan yang nilainya jauh lebih tinggi

dari barang yang disimpan di dalamnya. Tempat semacam itu harus diklasifikasikan

tersendiri Sebagai contoh, tempat teh dari perak dan tempat permen dari porselin

berdekorasi China

KUM HS 6 :

Untuk tujuan hukum klasifikasi barang dalam sub pos dari suatu pos harus

ditentukan berdasarkan uraian dari subpos tersebut dan catatan subpos

bersangkutan, serta ketentuan ini di atas dengan penyesuaian seperlunya, dengan

pengertian bahwa hanya subpos yang setara yang dapat diperbandingkan. Kecuali

apabila konteksnya menentukan lain, untuk keperluan ketentuan ini diberlakukan

juga catatan Bagian dan catatan Bab.

Page 28: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

24

Penjelasan:

KUM HS 1 sampai dengan KUM HS 5 berlaku mutatis mutandis (secara

langsung) untuk subsub pos pada satu pos yang sama (perbandingan pada takik yang

sama).

KUM HS 6 berlaku sepanjang konteksnya tidak menentukan lain. Artinya,

catatan bagian, catatan bab, atau catatan subpos harus tetap menjadi pertimbangan

utama. Contohnya, Platinum pada catatan 4(b) Bab 71 tidak sama dengan

Platinum pada catatan subpos 2 (khusus untuk sub-pos 7110.11 dan 7110.19).

4.1.2. Jenis Catatan Pada BTBMI

Disamping KUM HS, catatan-catatan dalam HS merupakan bagian integral yang

harus diperhatikan benar-benar. Catatan-catatan tersebut mempunyai kekuatan hukum

sama seperti uraian pos atau sub-pos. HS mempunyai Catatan Bagian, Catatan Bab, dan

Catatan Sub-pos. Catatan-catatan tersebut dapat dibagi berdasarkan jenisnya, yaitu:

4.1.2.1. Catatan Definitif

Catatan yang menjelaskan pengklasifikasian suatu barang pada pos atau sekumpulan

pos tertentu.

Contoh: Catatan 4 Bab 30:

Pos no. 30.04 hanya berlaku untuk hal berikut ini, yang harus diklasifikasikan dalam pos

tersebut dan tidak dalam pos lainnya dari Nomenklatur ini:

a. Catgut bedah steril, bahan jahit bedah steril yang semacam itu dan perekat kertas

steril untuk penutup luka bedah;

b. Laminaria steril dan laminaria steril yang dapat menggembung;

c. Hemostatik bedah atau gigi steril yang dapat menyerap;

d. …

e. …

f. …

g. Preparat kontrasepsi kimia dengan bahan dasar hormon atau pembunuh sperma.

Page 29: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

25

4.1.2.2. Catatan Eksklusif

Catatan yang mengeluarkan barang tertentu dari suatu pos atau sub-pos dan

memasukkannya dalam pos atau sub-pos tertentu lainnya.

Contoh: Catatan 1 Bab 2:

Bab ini tidak meliputi:

a. Produk dari jenis yang diuraikan dalam pos No. 02.01 sampai dengan 02.08, atau

02.10, yang tidak layak atau tidak sesuai untuk konsumsi manusia;

b. Usus, kandung kemih atau perut dari binatang (pos No. 05.04) atau darah binatang

(pos No. 05.11 atau 30.02); atau

c. Lemak hewani, selain produk dari pos No. 02.09 (Bab 15).

4.1.2.3. Catatan Ilustratif

Catatan yang memberikan gambaran terhadap pengertian atau istilah yang perlu

dijabarkan lebih lanjut.

Contoh : Catatan 3 Bab 42:

Untuk keperluan pos no. 42.03, istilah “barang pakaian dan perlengkapan pakaian”

berlaku, antara lain, untuk sarung tangan (termasuk sarung tangan olah raga), apron

dan pakaian pelindung lainnya, tali penahan celana, ikat pinggang, tali sandang dan

semua jenis gelang, tetapi tidak termasuk arloji tangan (pos no. 91.13).

4.1.2.4 Catatan Lain-lain

Catatan yang menguraikan pengertian-pengertian yang bersifat teknis.Contoh:

1. Catatan 2 Bab 3:

Dalam Bab ini pengertian “pellet” adalah produk-produk yang telah

diaglomerasi baik secara langsung dengan cara dikompresi atau dengan

penambahan sejumlah kecil bahan pengikat.

Page 30: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

26

2. Catatan 1 Bab 9:

Campuran dari produk dimaksud dalam pos no. 09.04 sampai dengan 09.10 harus

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Campuran dua produk atau lebih dari pos yang sama harus digolongkan

dalam pos itu;

b. Campuran dua produk atau lebih dari pos yang berlainan harus digolongkan

dalam pos no. 09.10.

Tambahan dari bahan lainnya ke dalam produk dari pos no. 09.04 sampai

dengan 09.10 (atau campuran seperti yang dimaksud dalam (a) atau (b) di

atas) tidak mempengaruhi penggolongannya asalkan…..

3. Catatan 2 Bagian XV:

Dalam seluruh Nomenklatur, istilah “bagian untuk pemakaian umum” berarti:

a. Barang dari pos no. 73.07, 73.12, 73.15, 73.17 atau 73.18 dan barang

semacam itu dari logam tidak mulia lainnya;

b. Pegas dan lembaran untuk pegas, dari logam tidak mulia, selain pegas untuk

lonceng atau arloji (pos no. 91.14); dan

c. Barang dari pos no. 83.01, 83.02, 83.08, 83.10 dan bingkai serta kaca dari

logam tidak mulia, dari pos no. 83.06.

Dalam Bab 73 sampai dengan 76 dan 78 sampai dengan 82 (tetapi bukan dalam

pos no. 73.15) apa yang disebut bagian dari barang tidaklah termasuk uraian

tentang bagian untuk pemakaian umum seperti diuraikan di atas. Dengan

memperhatikan ketentuan dalam ayat di atas dan Catatan 1 Bab 83, barang dari

Bab 82 atau 83 tidak termasuk dari Bab 72 sampai dengan 76 Bab 78 sampai

dengan 81.

Page 31: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

27

4.2. Latihan Kegiatan 3

Pertanyaan Jawaban

1. Dalam mengklasifikasi barang spagheti

ditambah saus, kecap, bumbu dan minyak

harus menggunakan KUM HS nomor berapa

?

1.

2. Sebutkan contoh KUM HS nomor 2a selain

yang telah disebutkan contoh diatas

2.

3. Bagaimana menurut pendapat Saudara

mengenai penggunaan KUM HS nomor 4

dalam prakteknya ?

3.

4. Sebutkan contoh catatan definitif pada Bab

28 ?

4.

5. Sebutkan contoh catatan ekslusif pada Bab

85 ?

5.

6. Sebutkan catatan ilustratif pada pada Bagian

III ?

6.

Page 32: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

28

4.3. Rangkuman

Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System (KUM HS) merupakan

pintu gerbang untuk memasuki klasifikasi barang. Mengingat begitu kompleksnya

teknik klasifikasi barang, KUM HS mutlak diperlukan sebagai pedoman dasar yang

tidak boleh ditinggalkan. Setiap kali melakukan kegiatan klasifikasi barang, sadar atau

tidak, salah satu ketentuan dalam KUM HS harus dipergunakan. KUM HS 1 sampai

dengan KUM HS 5 berlaku mutatis mutandis (secara langsung) untuk sub-sub pos

pada satu pos yang sama (perbandingan pada takik yang sama).

KUM HS 6 berlaku sepanjang konteksnya tidak menentukan lain. Artinya,

catatan bagian, catatan bab, atau catatan sub-pos harus tetap menjadi pertimbangan

utama. Contohnya, Platinum pada catatan 4(b) Bab 71 tidak sama dengan Platinum

pada catatan sub-pos 2 (khusus untuk sub-pos 7110.11 dan 7110.19).

Disamping KUM HS, catatan-catatan dalam HS merupakan bagian integral yang

harus diperhatikan benar-benar. Catatan-catatan tersebut mempunyai kekuatan hukum

sama seperti uraian pos atau sub-pos. HS mempunyai Catatan Bagian, Catatan Bab,

dan Catatan Sub-pos. Catatan-catatan tersebut dapat dibagi berdasarkan jenisnya,

yaitu: catatan definitif, exclusive, illustratif dan catatn lanilla. Membaca dengan teliti

dan memahami catatan-catatan di atas, termasuk KUM HS, Explanatory Notes, dan

uraian pada pos, sub-pos, dan pos tarif yang berkaitan dengan barang yang akan

diklasifikasikan merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan agar klasifikasi yang

dilakukan benar-benar akurat.

Page 33: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

29

5. Kegiatan Belajar (KB) 5.

TEKNIK KLASIFIKASI BARANG

5.1. Uraian Contoh dan Non Contoh

5.1.1. Tahapan Mengklasifikasi Barang

Prosedur Umum Klasifikasi

Dalam mengklasifikasi barang menggunakan BTBMI, prosedur yang digunakan adalah

sebagai berikut :

a. identifikasi barang yang akan diklasifikasikan;

b. mempelajari jenis, fungsi, bahan baku dan semua informasi mengenai barang;

c. merumuskan identitas atau deskripsi barang tersebut;

d. melihat buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI);

e. menentukan klasifikasi barang ke dalam BTBMI (dapat dimulai baik dari segi bahan

baku-barang jadi, proses sederhana-proses canggih/kompleks, pertanian- mineral-

kimia-mesin, dan seterusnya).

Langkah Mengklasifikasi Barang

Secara lebih rinci, langkah-langkah berikut ini dapat digunakan untuk mengklasifikasi

barang:

1. Kita identifikasi dulu barang yang akan kita klasifikasi. Dengan mengetahui

spesifikasi barang, misalnya barang tersebut produk pertanian, barang kimia, atau

mesin, kita bisa memilih bab-bab yang lebih spesifik.

2. Pilih bab atau bab-bab yang berkaitan dengan spesifikasi barang tersebut. Bila

sudah kita tentukan, baca dan perhatikan baik-baik catatan Bagian dan catatan Bab

yang berkaitan dengan pilihan bab atau bab-bab pada butir 1.

3. Perhatikan penjelasan-penjelasan dalam catatan Bagian maupun catatan Bab yang

berkaitan dengan barang yang akan kita klasifikasi. Apabila ada catatan yang

Page 34: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

30

mengeluarkan barang tersebut dari Bab atau Bagian yang kita pilih, perhatikan

pada Bagian, Bab, atau pos mana barang tersebut diklasifikasikan.

4. Baca dan cermati catatan Bagian atau Bab (atau catatan Sub-pos dalam hal

tertentu) yang ditunjuk oleh penjelasan pada butir 3. Kita ulangi proses

pengklasifikasian pada butir 3. Pada tahap ini, biasanya kita sudah mempunyai

gambaran umum apakah barang tersebut diklasifikasikan di bab tersebut atau di

bab lainnya.

5. Setelah menemukan satu bab yang paling sesuai berdasarkan kajian di atas, maka

kita mulai menelusuri pos-pos yang mungkin mencakup barang yang akan kita

klasifikasikan dalam bab tersebut. Pada tahap ini kadang-kadang kita sudah dapat

menemukan pos yang mencakup barang tersebut dengan rinci. Bila sudah kita

temukan satu pos yang tepat, maka langkah selanjutnya tinggal menentukan sub-

pos (6-digit), sub-pos AHTN (8-digit) dan pos tarif (10-digit) yang sesuai. Ingat,

dalam penentuan sub-pos dan pos tarif pun kadang timbul permasalahan klasifikasi

yang sama dengan penentuan pos (4-digit). Sampai tahap ini sebenarnya kita

sedang menggunakan KUM HS 1.

6. Apabila sepintas lalu ada beberapa pos yang sesuai dengan spesifikasi barang, kita

mulai menggunakan KUM HS 2. Ingat, kita baru dapat menggunakan KUM HS 2

apabila KUM HS 1 benar-benar tidak dapat digunakan. Cara untuk meyakinkan

bahwa KUM HS 1 gugur adalah dengan berusaha membuktikan bahwa hanya ada

satu pos yang sesuai untuk barang tersebut. Dalam hal KUM HS 1 tidak bisa

diterapkan karena informasi atau data spesifikasi barang kurang lengkap, maka

yang harus dikerjakan adalah mencari informasi atau data tersebut lebih dulu.

Jangan terburu-buru menggunakan KUM HS 2 sebelum kita benar-benar yakin

KUM HS 1 tidak dapat digunakan.

7. Dalam hal menggunakan KUM HS 3 (b), perlu diperhatikan bahwa yang dimaksud

dengan sifat utama (essential character) meliputi berbagai aspek. Beberapa aspek

yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan sifat utama adalah fungsi/kegunaan,

nilai (value), dan bentuk fisik (appearance). Usahakan paling tidak selalu

Page 35: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

31

mempertimbangkan ketiga aspek tersebut sebelum menentukan sifat utama suatu

barang campuran.

8. Dalam membandingkan pos-pos, sub-sub pos, atau pos-pos tarif, harus selalu

diingat bahwa yang dibandingkan adalah pos-pos , sub-sub pos, atau pos-pos

tarif yang setara (perhatikan takiknya). Ingat, dalam mengklasifikasi,

perbandingan dimaksud tidak berdasarkan pembebanan impornya!.

9. Apabila sudah dipilih satu pos tarif yang benar-benar sesuai dengan uraian barang,

langkah selanjutnya adalah melihat pembebanannya (BM, PPN, PPnBM, atau

cukai) dan ada atau tidak peraturan tata niaganya (IT, IP, Pertamina, dan lain-lain.).

Karena pembebanan tersebut sering berubah, jangan lupa selalu menggunakan

pembebanan yang up to date berdasarkan ketentuan yang terbaru.

5.1.2. Membuat Nota Penelitian Klasifikasi Barang

Berkaitan dengan klasifikasi barang, setidaknya ada dua fihak yang

berkepentingan yaitu aparat DJBC dan importir/PPJK. Sebagaimana selama ini telah

berjalan, dalam rangka pengimporan importir/PPJK memberitahukan sendiri jenis barang,

klasifikasi, dan pembebanan impornya. Selanjutnya DJBC akan meneliti dan menetapkan

klasifikasi barang tersebut.

Dalam mekanisme ini tidak jarang timbul perbedaan pendapat mengenai

klasifikasi barang antara importir/PPJK dan aparat DJBC. Dalam mempertahankan

pendapatnya, aparat DJBC diharuskan membuat uraian rinci yang menjelaskan dasar

klasifikasi barang dimaksud. Sementara ini importir/PPJK nampaknya belum terbiasa

menyampaikan argumentasinya berdasarkan ketentuan mengklasifikasi yang benar.

Untuk itu dalam modul ini disajikan juga cara membuat uraian rinci klasifikasi barang

tersebut.

Untuk memudahkan, uraian rinci klasifikasi barang dimaksud kita sebut saja Nota

Penelitian Klasifikasi Barang. Kerangka nota penelitian klasifikasi barang sebenarnya

tidak baku, bisa singkat atau memerlukan uraian yang cukup panjang tergantung pada

permasalahan yang dihadapi. Namun dalam modul ini pembuatan nota penelitian

klasifikasi barang tersebut diarahkan untuk mengikuti ketentuan-ketentuan dasar

Page 36: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

32

mengklasifikasi barang sesuai HS/BTBMI.

Pada bagian akhir diktat ini disajikan juga contoh soal klasifikasi barang

menggunakan nota penelitian klasifikasi barang. Soal tersebut dapat dijawab

menggunakan contoh format nota penelitian klasifikasi barang di bawah ini:

5.1.3. Contoh Nota Penelitian Klasifikasi Barang

Contoh 1.

⇒ 1. Nama dan Jenis Barang

⇒ 2. Alasan Klasifikasi

- Catatan …Bag/Bab …”…isi..”

⇒ 3. Uraian klasifikasi

∼ Bab ……. 2 digit

∼ Pos …….. 4 digit

∼ -Subpos…. 6 digit WCO

∼ -Subpos…. 8 digit AHTN

∼ -Pos tarif…10 digit

⇒Kesimpulan

Contoh 2.

⇒ Nama Barang/Uraian Jenis Barang

⇒ Spesifikasi Barang

(Komposisi, kapasitas, kemasan,bentuk, kegunaan, dll.)

⇒ Pos (pos-pos) Yang Mungkin

(Bisa satu atau lebih kemungkinan pos tarif)

⇒Dasar Klasifikasi

Page 37: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

33

Catatan : Bagian, Bab dan Sub pos

Uraian pos, Explanatory Notes, BTBMI, dan informasi atau referensi

lainnya

Tentukan satu pos yang paling sesuai

Tentukan sub-pos yang paling sesuai

Tentukan pos tarif yang paling sesuai

⇒Kesimpulan Klasifikasi Barang

Barang dimaksud dimaksud diklasifikasikan pada

Tarif xxxx.xx.xx.xx BM x% PPN x%.

5.1.4. Pembuatan Nota Penelitian Klasifikasi Barang:

1. Nama dan Jenis barang :

Bahan plastik jenis polivinil klorida dalam bentuk bubuk yang mengandung filler

10 % dan bahan plastisasi 10 % digunakan untuk pembuatan pipa pralon

Alasan Klasifikasi :

- Bahan plastik dan karet masuk bagian VII

- Bahan dan produk plastik masuk bab 39

- Lihat catatan 5 bab 39 ..Bahan plastik dalam bentuk mula-mula yaitu cair, serpih

..

Uraian klasifikasi :

- Bab 39..polimer

- Pos 3904 plimer vinil klorida

- Subpos 3904.20 polivinil klorida lainnya

- Pos tarif 3904.22.00.00 diplastisasi

Kesimpulan :

Polivinil klorida tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 3904.22.00.00

2. Nama dan Jenis barang :

Benang gintir disusun dari campuran serat kapas 40 %, serat stapel akrilik 33 %

dan serat rayon (tiruan) filamen 27 % digunakan untuk menyulam, serta disiapkan

dalam bentuk penjual eceran.

Page 38: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

34

Alasan Klasifikasi :

- Kain termasuk produk tekstil masuk Bagian XI.

- Lihat catatan 2A Bagian XI serat diklasifikasi kepada yang dominan, bab 54 dan

55 dijadikan satu;

- serat bab 54 dan bab 55 dominan; serat stapel akrilik dominan

- Serat stapel masuk Bab 55

Uraian klasifikasi :

- Bab 55 serat stapel …

- Subpos tarif 5511 bukan benang jahit dari stapel buatan,..........

- Pos tarif 5511.20.00.00 serat stapel sintetik

Kesimpulan :

Serat tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 5511.20.00.00

3. Nama dan Jenis barang :

Mesin pengolah data dengan berat 4 Kg (laptop) diajukan bersama dengan printer

dan pengeras suara yang lazim untuk digunakan pada laptop

Alasan Klasifikasi :

- Mesin dan barang elektronik masuk bagian XVI

- mesin pengolah data masuk bab 84….

- Cat 4D Bab 84 laptop diajukan dengan printer dan speaker....

Uraian klasifikasi :

- Bab 84 ..mesin mekanik…

- Pos 8471.. mesin pengolah data

- Sub pos 8471.30...mesin pengolah data berat kurang dari 10 kg

- Pos tarif 8471.30.20.00 laptop

Kesimpulan :

Laptop tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 8471.30.20.00

5.2. Latihan 4

Page 39: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

35

1. Insektisida (obat anti serangga) jenis eldrin yang telah diolah, dalam kemasan

aerosol 500 ml

2. Lembaran tipis aluminium (aluminium foil) tebal 0,15 mm tidak diberi alas, satu

sisi dilapisi lacquer dan sisi lainnya dikerjakan lebih lanjut, ukuran lebar 60 cm,

panjang 5 m dalam gulungan

3. Flash disc (USB) dengan kapasitas memory 2 GB

4. Microwave oven, merk : Tokai kekuatan listrik 3000 watt 220 volt buatan Taiwan

5. Timbangan elektronik dengan kepekaan 4 cg digunakan untuk menimbang emas

5.3. Rangkuman

Dalam mengklasifikasi barang, terlebih dahulu harus memahami dan mendapatkan

informasi mengenai barang itu secara akurat. Kemudian memahami aturan-aturan yang

dikehendaki oleh Harmonized System. Harmonized System itu sendiri dalam

perkembangannya memerlukan pemahaman dan perhatian yang serius, karena bersifat

dinamis. Pemahaman ketentuan umum untuk menginterpretasi Harmonized System

sangat membantu dalam menyelesaikan soal yang sulit. Disarankan untuk mempelajari

pemngetahuan berbagai jenis barang sesuai yang ada dalam explanatory notes versi

2007, bila menghadapi hal yang memerlukan informasi lebih lanjut dalam

mengklasifikasi suatu barang..

Page 40: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

36

6. Kegiatan Belajar (KB) 5.

KASUS KLASIFIKASI BARANG

6.1. Uraian Contoh dan Non Contoh

Kasus 1.

Butterfat mixture in the form of a water-in-oil emulsion and used in the food

industry, consisting of 70.4 % or 72.5 % milkfat (97.8 % or 98.8 % fat – dry

matter), 1.06 % or 0.996 % protein (1.5 % or 1.4 % protein – dry matter) and 1.3 %

or 1.4 % lactose, and having a moisture content of 28.0 % or 26.6 %. This product

is also referred to as "High fat cream cheese"

Kasus 2.

Mixed grease product suitable for human consumption, consisting of :

- 80 to 90 % rendered pork fat (lard) and

- 10 to 20 % beef tallow

Kasus 3.

Gambar. 01. sandwiches with potato chips

Micro-ready sandwiches with potato chips (French fries), consisting of a hamburger

(with bun), a cheeseburger (with bun) or a roast beef sandwich (with bun), each

with more than 20 % by weight of meat, packaged for retail sale with potato

chips (French fries).

Page 41: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

37

Kasus 4

Vitamin C preparation (500 mg per tablet) put up for retail sale in a container

holding 130 tablets, containing

1) ascorbic acid 2) corn starch 3) cross-linked carboxymethyl cellulose sodium

Cellulose 4) rose hips 5) stearic acid 6) lemon bioflavonoid complex

magnesium stearate and 7) acerola.

According to the label, the product is not intended to diagnose, treat, cure or prevent

any disease.

Kasus 5.

Ginseng tablets, in the form of rectangular caramels (side length about 22 mm,

thickness about 7 mm), containing standardized highly-concentrated ginseng extract

(approximately 50 mg per tablet), sucrose (47 % by weight) vegetable oil, gelatin,

emulsifying agent (gum arabic); citric acid, ascorbic acid, essential oil of orange and

colouring agent.

Kasus 6.

Gambar. 02. Throat pastilles or cough drops

Throat pastilles or cough drops consisting essentially of sugars and flavouring

agents, e.g., menthol, eucalyptol or peppermint oil, (without other active

ingredients).

Page 42: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

38

Kasus 7

Gambar. 03. Uncooked frozen pizza consisting of a pizza base and a topping

Uncooked frozen pizza consisting of a pizza base and a topping. The pizza is put up

in a retail packing of net weight 580 g. The ingredients are wheat flour (33 %),

water (30.8 %), cheese (9.2 %), margarine cheese (4.6 %), white mushrooms (5.2

%), beef (4.7 %), onion (3.2 %), tomato puree (2.8 %), vegetable (olive) oil (1.4 %),

yeast (1.1 %), salt (0.9 %), sugar (0.9 %), rising agent (0.5 %), malt extract (0.4 %),

partly hydrogenated vegetable oil (0.3 %), modified starch (0.2 %), garlic (0.2 %)

and spices (0.1 %). Before consumption, the pizza has to be cooked for 15 to 20

minutes (hot oven) or 20 to 25 minutes (cold oven)

Kasus 8

Flexible reinforcement grid in rolls, made of high-strength polyester fibres (or

yarns) woven and covered on all sides with a protective layer of poly(vinyl chloride)

visible to the naked eye, used to reinforce earth fill structures.

Gambar. 04. Flexible reinforcement grid in rolls

Page 43: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

39

Kasus 09

Gambar. 05. Semi-automatic goods-vending machine

Semi-automatic goods-vending machine, presented without a payment-collecting

device. The machine as presented is able to dispense, free of charge, canned

beverages and beverages made by mixing various soluble preparations with water,

the mixing process being performed by a device inside the machine which also

incorporates a heating system. The dispensing mechanism is controlled by a

microprocessor designed to manage all the functions which the machine is capable

of performing. The subsequent incorporation of a payment-collecting mechanism

would enable this machine to be used for goods-vending in the strict sense of the

term. Adapting the machine for this purpose is simply a matter of changing the

operating parameters on a control panel.

Kasus 10

Appliances for cleaning carpets in situ, equipped with a built-in 0.75 KW electric

motor and pump for injecting a liquid cleaning solution into the carpet, the

solution then being extracted by suction. The appliances weigh 18.1 kg and have a

solution tank capacity of 41.6 l; they are designed and marketed for use in

establishments (other than domestic premises) such as hotels, motels, hospitals,

offices, restaurants and schools.

Page 44: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

40

Gambar. 6. cleaning carpets, equipped with a built-in

0.75 KW electric motor and pump

Kasus 11

CD-ROM drives, being storage units for automatic data processing machines which

consist of drive-units designed for retrieving signals from CD-ROMs, audio CDs

and photo CDs. They are equipped with a jack for earphones, a volume-control

button and start/stop button

Gambar. 7. CD-ROM drives

Kasus 12

Multimedia personal computer (“PCTV”) consisting of 3 separately housed units :

- a 14’’ (35 cm) colour television receiver (display) with a digital

processing unit

- a keyboard (input unit)

- an infra-red remote control device

Page 45: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

41

The first unit comprises a processor, a memory (4Mb RAM), a

hard disk (350Mb), a CD-ROM drive, a colour monitor television

receiver, non-interlaced in PC mode and interlaced in TV mode,

and stereophonic loudspeakers. The system also plays audio

and software CDs and records digital audio files.

.

Gambar. 8. Multimedia personal computer (“PCTV”) consisting of 3 separately

housed units :

Kasus 13

Gambar. 9. Uninterruptible power supply apparatus

Uninterruptible power supply apparatus which supplies a range of electronic

Page 46: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

42

equipment with stable alternating current (AC) by rectification and conversion of an

electric current. In the case of failure or serious disruption of the mains electricity

supply, the apparatus ensures a continuous supply of stabilized alternating current

for ten minutes; it includes the following components forming a single unit : (I) A

rectifier (AC to DC inverter); (ii) A battery charger; (iii) A sealed lead acid battery,

maintenance free; (iv) An inverter from DC to AC; (v) A static by-pass switch; (vi)

An anti-noise filter; (vii) Digital display for input volt/ampere, output volt/ampere,

battery volt and output frequency

Kasus 14

Microwave Oven Model Pro/NE 1757

The Pro/NE 1757 is ideal for restaurants, convenience stores,

supermarket deli, office coffee service, vending and fast food.

The oven is identified as a commercial microwave oven which

meets or exceeds all safety performance and sanitation standards

set for commercial food service microwave ovens." It weighs

approximately 27 kg, has a power of 1,700 watts and its internal

dimensions are 32.5 x 30 x 16cm.

This oven is designed to heat or cook food using dry heat or steam.

Gambar. 10. Microwave Oven

Page 47: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

43

Kasus 15

Gambar. 11. multi-purpose portable apparatus

The Tomcat, a multi-purpose portable apparatus consisting of

the following components:

• an AM/FM radio receiver;

• tape recorder

• two fluorescent lights;

• a search light;

• a red signal light;

• an amber blinker;

• a sonic alarm;

• an integrated circuit which generates a verbal warning when

• the battery needs recharging;

• a built-in rechargeable battery with AC220V and DC12V charger.

Page 48: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

44

Kasus 16

”AQUASPA” hydromassage apparatus consisting of :

1. a bathtub made of acrylic plastics and fitted with a number of adjustable nozzles;

2. a hydromassage device which creates a whirlpool effect and comprises, inter alia, a

pump used to project jets of water or a blend of air and water under pressure, and a

turbine or air blower to project air under pressure; the direction and intensity of the

jets are adjustable, allowing massage of all or parts of the body;

3. an electronic control box;

4. an electric water heating system;

5. a skin filter to filter the water and remove the foam;

6. an electric lighting system;

7. a security device to prevent electrocution;

8. a system of ducts.

Gambar. 12. hydromassage apparatus paratusapparatus

Page 49: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

45

6.2. Latihan Kegiatan 5

Stabilizer otomatis (Automatic voltage regulator) 220 Vlt, 1500 watt. Untuk menstabilkan

tegangan listrik secara otomatis

6.3. Rangkuman

Sebelum mengklasifiksi barang diperlukan mengenai nama, jenis dan spesifikasi

barang secara detil. Setelah baru melihat bagian, bab dan catatan yang terkait. Bila

telah dipelajari semuanya secara komprehensif berulah menentukan pos tarifnya.

Kesalahan menggambarkan suatu barang akan mengakibatkan salah mengklasifikasi

oleh karena itu pelajari jenis dan spesifikasi barang secara menyeluruh, barulah

membuka BTBMI

Gambar. 13. Stabilizer Otomatis

Page 50: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

46

7. Test Formatif

7.1. Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari huruf

yang terdapat di depan jawaban tersebut a, b, c, atau d )

1. Pasal 14 ayat (1) UU no. 17 tahun 2006 dan no. 10 tahun 1995 tentang

Kepabeanan menjelaskan tentang :

a. sistem harga

b. sistem klasifikasi barang

c. barang tertentu

d. besarnya bea masuk

2. The Harmonized Commodity Description and Coding System atau HS, diterbitkan

tahun 1988 oleh..

a. WTO

b. WCO

c. CCC

d. CTI

3. BTBMI 2007 selain digunakan untuk keperluan klasifikasi dan pembebanan tariff

bea masuk atas barang impor, dapat digunakan juga untuk …..

a. klasifikasi barang ekspor

b. pungutan yang berkaitan dengan ekspor

c. statistik dan perdagangan

d. pernyataan a, b dan c benar

4. Untuk penetapan tarif bea masuk, saat ini Indonesia menggunakan Harmonized

System berdasarkan Harmonized System versi 2007 dan ....

a. Convensi Tariff Nomenclature

b. Asean tariff commodity

c. Internasional Tariff Nomenclature

d. Asean Harmonized Tariff Nomenclature

Page 51: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

47

5. Lajur yang menunjukan besarnya tarif Bea Masuk pada BTBMI ada 2, lajur

CEPT digunakan bagi barang yang memiliki form D dan berasal dari :

a. benua Amerika

b. negara ASEAN

c. negara Asia

d. negara Eropa

6. Dalam Bab 39 catatan 1 tercantum bahwa sadel dari plastik diklasifikasikan pada

pos 4201. Jenis catatan tersebut termasuk jenis catatan …

a. definitif

b. eksklusif

c. illustratif

d. pengertian

7. Kode nomor untuk kepentingan nasional dalam sistem penomoran BTBMI

tercantum pada :

a. digit ketiga dan keempat

b. digit kelima dan keenam

c. digit ketujuh dan kedelapan

d. digit ke sembilan dan kesepuluh

8. Jenis catatan yang merupakan penjelasan mengklasifikasi dari suatu pos tertentu

dalam Harmonized System disebut catatan :

a. definitif

b. eksklusif

c. illustratif

d. petunjuk

9. Jumlah Ketentuan Umum Untuk menginterpretasi Harmonized System (KUM HS)

pada Buku Tarif Bea Masuk Indonesia saat ini terdiri dari :

a. 6 internasional

b. 7 internasional

Page 52: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

48

c. 8 internasional

d. 9 internasional

10. Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi HS. Nomor satu mengandung arti :

a. judul bagian mengikat

b. Judul bab mengikat

c. uraian barang mengikat

d. pernyataan a, b dan c benar semua

11. Pencantuman tanda satu asterik (*) pada kolom ”PPN”, ”PPnBM” dan

”Larangan/Pembatasan” berarti pengenaan PPN, PPnBM dan pemberlakuan

ketetentuan larangan/pembatasan dalam pos tarif tersebut berlaku :

a. seluruh jenis barang

b. seluruh kelompok barang

c. sebagian jenis barang atau seluruh kelompok barang

d. sebagian jenis barang atau sebagian kelompok barang

12. Penerapan Ketentuan Umum untuk Menginterpretasi HS nomor 3a dapat dilakukan

terhadap pengklasifikasian barang dibawah ini ….

a. saringan oli mobil tidak pada pos 8409

b. gigi kuda nil dianggap sebagai gading

c. van belt ada lapisan plastik dan karet yang sama tebal

d. barang dengan kemasan yang dapat diisi ulang

13. Susu yang telah dibubuhi dengan vitamin atau mineral tetap diklasifikasikan

sebagai susu menurut prinsip Ketentuan Umum untuk Menginterpretasi

Harmonized System nomor ..............

a. nomor 2 a

b. nomor 2 b

c. nomor 3 a

d. nomor 3 b

Page 53: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

49

14. Sebuah sepeda impor walaupun belum di cat dan tidak memiliki sadel dan masih

dalam keadaan tidak terpasang tetap diklasifikasikan sebagai sepeda menurut

prinsip Ketentuan Umum untuk Menginterpretasi Harmonized System nomor

..............

a. nomor 2 a

b. nomor 2 b

c. nomor 3 a

d. nomor 3 b

15. Suatu barang yang pengklasifikasiannya dapat diselesaikan dengan Ketentuan

Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized System nomor 3 a yaitu terhadap

kasus dibawah ini :

a. karpet mobil pada bab 87

b. karpet mobil pada bab 57

c. sepeda ada variasinya

d. sepeda hanya bannya

16. Satu set spagheti yang terdiri : mie, saus tomat, saus cabe dan kecap harus

diklasifikasikan pada suatu komponen yang paling dominan yaitu mie dengan pos

19.02 menurut Ketentuan Umum untuk Menginterpretasi Harmonized System

nomor ….

a. nomor 2a

b. nomor 2b

c. nomor 3a

d. nomor 3b

17. Tabung gas oksigen yang dapat diisi ulang berisi gas oksigen, harus

diklasifikasikan

a. pada satu pos tarif

b. pada dua pos tarif

c. sesuai KUM HS no. 5a

d. pernyataan a, b dan c salah

Page 54: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

50

18. Kaca mata beserta wadahnya yang dajukan bersama harus diklasifikasikan dalam

...

a. satu pos tarif sesuai wadah

b. satu pos tarif sesuai kacamata

c. dua pos tarif wadah dan kacamata

d. diklasifikasikan sesuai kaidah dalam KUM HS 5b

19. Bila terjadi perubahan beberapa pos tarif pada BTBMI 2007 di masa mendatang

maka Direktorat Jenderal Bea dan Cukai akan menerbitkan ....

a. BTBMI 2007 yang baru

b. lembaran lepas surat keputusan Dirjen

c. brosur atau surat edaran perubahan

d. halaman pengganti berupa lembaran lepas

20. Apabila terdapat keragu-raguan dalam menginterpretasi istilah teknis suatu barang

berkaitan dengan uraian barang pada 10 digit BTBMI 2008 yang empat digit

terakhirnya 00.00 (misal : 9401.10.00.00 maka yang mengikat adalah ……

a. Uraian barang dalam bahasa Indonesia

b. Uraian barang dalam bahasa Inggris

c. Uraian barang dalam bahasa Indonesia dan Inggris

d. Uraian barang sesuai teks asli

7.2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan lengkap

Jawaban dibuat sesuai Nota Penelitian Klasifikasi Barang, yang memuat :

1) nama/jenis barang,

2) alasan klasifikasi atau catatan,

3) tahapan klasifikasi dari Bab sampai dengan pos tarif serta ;

4) kesimpulan.

Page 55: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

51

1. Olahan makanan terbuat dari leci dan lengkeng dikupas serta ditambah bahan

pengawet dan larutan gula. Disimpan dalam kemasan kedap udara kaleng kapasitas

500 ml

2. Larutan asam cuka (acetic acid) dengan kadar 8 %

3. Ubin vinil untuk lantai, ukuran 30 x 30 cm dibuat dari bahan polivinil klorida

4. Karung dari serat jute dalam keadaan baru untuk pembungkus arang dengan

ukuran 30 x 6 cm diimpor dari Pakistan

5. Sekrup berulir tidak menakik sendiri, dari baja digunakan untuk memasang interior

plafon logam mobil diameter ukuran 0,6 cm

6. Kompresor untuk alat pendingin yang memilki kapasitas 22 kW per jam dan

kemampuan memindahkan 230 cc setiap putaran bisa digunakan untuk kendaraan

bermotor

7. Safety airbag digunakan sebagai pelindung pengemudi dalam mengendarai

kendaraan apabila tabrakan, menggunakan balon udara sistem inflater untuk jenis

sedan

Page 56: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

52

8. Kunci Jawaban test formatif

8.1. Pilihan berganda

No. Jawaban No. Jawaban No. Jawaban No. Jawaban

1 b 6 b 11 d 16 d

2 c 7 d 12 a 17 b

3 d 8 d 13 b 18 b

4 d 9 a 14 b 19 d

5 a 10 c 15 a 20 b

8.2. Jawaban Nota penelitian Klasifikasi barang

1. Nama dan jenis barang :

Olahan makanan terbuat dari leci dan lengkeng dikupas serta ditambah bahan

pengawet dan larutan gula. Disimpan dalam kemasan kedap udara kaleng kapasitas

500 ml

Alasan Klasifikasi :

• Olahan makanan masuk bagian IV

• Olahan makanan terbuat dari sayur atau buah masuk Bab 20

Uraian klasifikasi :

• Bab 20 Olahan dari sayur atau buah

• Pos 2008 buah diolah ditambah gula..

• - Subpos 2008.90 lain-lain termasuk campuran, bukan dari subpos 2008.19

- Subpos 2008.92 campuran

• Pos tarif 2008.92.20.00 lain, mengandung tambahan gula

Kesimpulan :

Olahan makanan dari leci dan lengkeng diklasifikasikan pada pos tarif

2008.92.20.00

2. Nama dan Jenis barang :

Larutan asam cuka (acetic acid) dengan kadar 8 %

Page 57: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

53

Alasan Klasifikasi :

• Produk minuman, cuka masuk Bagian IV

• Asam asetat (cuka) masuk Bab 22

• Lihat Bab 22 cat 1 (d) asam cuka kadar kurang dari 10 % masuk bab 22

Uraian klasifikasi :

• Bab 22 ..minuman, cuka...

• Pos tarif 2209.00.00.00 Cuka

Kesimpulan :

Larutan asam cuka tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 2209.00.00.00

3. Nama dan Jenis barang :

Ubin vinil untuk penutup lantai, ukuran 30 x 30 cm dibuat dari bahan polivinil

klorida

Alasan Klasifikasi :

• Plastik masuk Bagian VII

• Lembaran plastik masuk Bab 39

Uraian klasifikasi :

• Bab 39..barang plastik

• Pos 3918 penutup lantai...

• Subpos 3918.10 dari polimer vinil klorida

• Subpos 3918.10.10 Penutup lantai

• Pos tarif 3918.10.11.00 Ubin

Kesimpulan :

Ubin tersebut diklasifikasikan pd pos tarif 3918.10.11.00

4. .Nama dan Jenis barang :

Karung dari serat jute dalam keadaan baru untuk pembungkus arang dengan

ukuran 30 x 6 cm diimpor dari Pakistan

Alasan Klasifikasi :

• Produk tekstil masuk Bagian XI

• Karung termasuk produk lainnya Bab 63

Uraian klasifikasi :

Page 58: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

54

• Bab 63 produk tekstil lainnya

• Pos 6305 karung.

• Subpos 6305.10 dari serat jute

• Subpos 6305.10.10 baru

• Pos tarif 6305.10.11.00..dari serat jute

Kesimpulan :

Karung tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 6305.10.11.00

5. Nama dan Jenis barang :

Sekrup berulir tidak menakik sendiri, dari baja digunakan untuk memasang interior

plafon dari logam mobil diameter ukuran 0,6 cm

Alasan Klasifikasi :

• Logam tidak mulia..... masuk Bagian XV

• Lihat catatan 2 bagian XV ..sekrup termasuk bagian untuk pemakaian

umum

• Sekrup dari baja masuk bab 73

Uraian klasifikasi :

• Bab 73..barang dari baja…

• Pos 7318 Sekrup ..baut..

• Sub pos 7318.10 barang berulir...

• Sub pos 7318.15 Sekrup tidak menakik ...

• Sub pos 7318.15.10 diameter tidak lebih dari 16 mm

• Pos tarif 7318.15.11.00 untuk logam

Kesimpulan :

Sekrup tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 7318.15.11.00

6. Nama dan Jenis barang :

Kompresor untuk alat pendingin yang memilki kapasitas 22 kW per jam dan

kemampuan memindahkan 230 cc setiap putaran bisa digunakan untuk kendaraan

bermotor

Alasan Klasifikasi :

• Mesin dan barang elektronik masuk bagian XVI

Page 59: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

55

• Mesin masuk bab 84….

Uraian klasifikasi :

• Bab 84 ..mesin mekanik…

• Pos 8414 pompa udara...kompresor.....

• Sub pos 8414.30 kompresor mesin pendingin

• Pos tarif 8414.30.10.00. Kapasitas 22 kW

Kesimpulan :

Kompresor tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 8414.30.10.00

7. Nama dan Jenis barang :

Safety airbag digunakan sebagai pelindung pengemudi dalam mengendarai

kendaraan apabila tabrakan, menggunakan balon udara sistem inflater untuk jenis

sedan

Alasan Klasifikasi :

• Kendaran masuk Bagian XVII

• Kendaraan yang bergerak di jalan darat masuk Bab87

.Uraian klasifikasi :

• Bab 87 Kendaraan selain diatas rel

• Pos 8708 bagian untuk kendaraan bermotor..

• Sub pos 8708.90 lain….

• Sub pos 8708.95 safety bag ….

• Pos tarif 8708.95.10.00….sistem inflater

Kesimpulan :

Safety air bag tersebut diklasifikasikan pada pos tarif 8708.95.10.00

Page 60: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

56

9. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Bandingkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang ada

di belakang modul ini . Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar atau sejauh mana

Anda menguasai mata pelajaran tersebut. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk

mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap terhadap materi kegiatan belajar

Rumus Tingkat Penguasaan

Jumlah Jawaban Anda yang benar kelompok A.

dibagi 20 kemudian dikali 100 % = ............

Jumlah Jawaban Anda yang benar kelompok B

dibagi 7 kemudian dikali 100 % = ............

Arti tingkat penguasaan :

* 90 % - 100 % = Baik sekali

* 80 % - 89 % = Baik

* 70 % - 79 % = Cukup

* 69 % = Kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan

kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat

penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca Modul

kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai

Page 61: Modul FPFD Teknik Klasifikasi Barang

57

10. Daftar Kepustakaan

1. Harmonized System, Word Customs Organization, 2007 version

2. Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (2007).

3. Departemen Keuangan RI, Jakarta

4. Explanatory Notes, World Customs Organization, 2007

5. Pengantar Klasifikasi Barang. (1995)

6. Pusdiklat Bea dan Cukai. Jakarta

***