modul biomekanika.pdf

Upload: danii-esek-esek

Post on 04-Jun-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    1/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1

    ANALISIS PENGUKURAN

    BIOMEKANIKA

    RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

    DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

    A. TUJUAN PRAKTIKUM

    1. Mampu merancang metode kerja didasarkan pada prinsipprinsip

    biomekanika.

    2. Mampu melakukan analisa terhadap beban kerja yang terjadi dalam suatu

    sistem kerja dengan metode biomekanika

    3. Mengetahui postur kerja yang baik menurut prinsip REBA dan RULA.

    4. Melakukan perhitungan portur kerja dengan metode REBA dan RULA.

    5. Mampu mengaplikasikan metode REBA dan RULA untuk mengurangi resiko

    kerja.

    6. Mampu memahami keterbatasan manusia dari beban kerja yang

    dibebankan pada anggota tubuh manusia.

    B. Manfaat

    1. Praktikan mampu memahami dan melakukan perbaikan terhadap beban kerja

    yang dikenakan pada anggota tubuh pekerja.

    2. Praktikan mampu mengaplikasikan metode-metode yang terdapat dalam

    prinsip mekanika khususnyaMaximum Permissible Limit(MPL).

    3. Praktikan dapat melakukan penghitungan postur kerja dengan menggunakan

    metode REBA dan RULA.

    4. Praktikan mampu menganalisis postur kerja yang dilakukan oleh operator.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    2/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2

    C. LANDASAN TEORI

    2.1. Analisis Pengukuran Mekanika Tubuh Manusia dengan Metode Biomekanika

    Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian

    informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia

    yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan

    mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar

    sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja

    tersebut.

    Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan

    berkaitan untuk dapat menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu

    ini tidak terlepas dari kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik

    ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan (gambar 2.1) di bawah ini:

    Gambar 2.1. Diagram Ilmu Biomekanika (Contini & Drill, 1966)

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    3/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 3

    2.2. Konsep Biomekanika

    Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:1. General Biomechanics

    Adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai Hukum-

    hukum dan konsepkonsep dasar yang mempengaruhi tubuh organik

    manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak.

    Dibagi menjadi 2, yaitu:

    a. Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya

    menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus

    dengan kecepatan seragam (uniform).

    b. Biodinamics adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan

    dengan gambaran gerakangerakan tubuh tanpa mempertimbangkan

    gaya yang terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang

    bekerja dalam tubuh (kinetik).

    2. Occupational Biomechanics

    Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang

    mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan

    peralatan dengan tujuan untuk meminimalisasi keluhan pada sistem

    kerangka otot agar produktivitas kerja dapat meningkat.

    Setelah melihat klasifikasi di atas, maka dalam praktikum kita ini

    dapat kita kategorikan dalam biomekanik Occupational Biomechanics.

    Untuk lebih jelasnya, di sini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang

    menjadi dasar perhitungan dan penganalisaan biomekanik.

    2.3. ANALISIS MEKANIK

    2.3.1. Maximum Permissible Limit(MPL)

    Merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari

    kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh

    NIOSH (National Instiute of Occupational Safety and Health) tahun

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    4/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 4

    1981. Besar gaya tekannya adalah di bawah 6500 N pada L5/S1.

    Sedangkan batasan gaya angkatan normal (the Action Limit) sebesar

    3500 pada L5/S1. Sehingga, apabila Fc < AL (aman), AL < Fc < MPL

    (perlu hati-hati) dan apabila Fc > MPL (berbahaya). Batasan gaya

    angkat maksimum yang diijinkan , yang direkomendasikan NIOSH

    (1991) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 N pd L5/S1 ,

    namun hanya 1% wanita dan 25% pria yang diperkirakan mampu

    melewati batasan angkat ini.

    Perlu diperhatikan bahwa nilai dari analisa biomekanika adalah

    rentang postur atau posisi aktifitas kerja, ukuran beban, dan ukuran

    manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah

    berdasar pada beban tekan (compression load) pada intebral disk

    antara Lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). Untuk

    mengetahui lebih jelas lagi L5/S1 dapat dilihat pada gambar dibawah

    ini

    Gambar 2.2 Klasifikasi dan kodifikasi pada vertebrae (Nurmianto, 1996)

    Analisa dari berbagai macam pekerjaan yang menunjukkan

    rasa nyeri (ngilu) berhubungan erat dengan beban kompresi (tekan)

    yang terjadi pada (L5/S1), demikian kata Chaffin and Park (1973).

    Telah ditemukan pula bahwa 85-95% dari penyakit hernia pada disk

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    5/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 5

    terjadi dengan relative frekuensi pada L4/L5 dan L5/S1. Kebanyakan

    penyakit-penyakit tulang belakang adalah merupakan hernia pada

    intervertebral disk yaitu keluarnya inti intervertebral (pulpy nucleus)

    yang disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus intervertebral

    disk.

    Evan dan Lissner (1962) dan Sonoda (1962) melakukan

    penelitian dengan uji tekan pada spine (tulang belakang). Mereka

    menemukan bahwa tulang belakang yang sehat tidak mudah terkena

    hernia, akan tetapi lebih mudah rusak/retak jika disebabkan oleh

    beban yang ditanggung oleh segmen tulang belakang (spinal) dan

    yang terjadi dengan diawali oleh rusaknya bagian atas/ bawah segmen

    tulang belakang(the castilage end-plates in the vertebrae). Retak kecil

    yang terjadi pada vertebral akan menyebabkan keluarnya cairan dari

    dalamvertebrae menuju kedalam intervetrebae disc dan selanjutnya

    mengakibatkan degenerasi (kerusakan) pada disk. Dari kejadian ini

    dapat ditarik kesimpulan bahwa degenerasi adalah merupakan

    prasyarat untuk terjadinya hernia padaintervertebral disc yang pada

    gilirannya akan menjadi penyebab umum timbulnya rasa nyeri pada

    bagian punggung bawah(low-back pain).

    Dalam gerakan pada sistem kerangka otot, otot bereaksi

    terhadap tulang untuk mengendalikan gerak rotasi di sekitar

    sambungan tulang, beberapa sistem pengungkit menjelaskan hal

    tersebut. Dalam sistem ini otot bertindak sebagai sistem mekanis yang

    berfungsi untuk suplai energi kinetik dan gerakan angular.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    6/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 6

    Pada Gambar digambarkan sistem pengungkit yang terdapat

    pada anggota tubuh manusia yang melakukan aktivitas kerja.

    Gambar 2.3 sistem pengungkit

    a. Sistem pengungkit I :

    Contoh sistem pengungkit I :

    a. Otot Triceps menarik ulna untuk menggerakkan siku

    b. Otot Quadriceps menarik tibia melalui patella untuk

    menggerakkan lutut

    b. Sistem pengungkit II :

    Contoh sistem pengungkit II :

    a. Otot Biceps menarik radius untuk mengangkat siku

    b. Otot Brachialis menarik ulna untuk mengangkat siku

    c. Otot Deltoid menarik humerus untuk mengangkat bahu

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    7/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 7

    Perlu kita ketahui bahwa seorang operator bekerja tidak hanya

    lengan saja yang mengeluarkan tenaga, tetapi bagian tubuh yang lain

    seperti punggung, paha, betis dll.

    Dalam biomekanik perhitungan guna mencari moment dan gaya

    dapat dilakukan dengan cara menghitung gaya dan mement secara

    parsial atau menghitung tiap segmen yang menyusun tubuh manusia.

    Berat dari masing masing segmen dibawah ini didapat dari besarnya

    prosentase dikali dengan gaya berat dari orang tersebut.

    2

    ,8% 1,7%0,

    6%

    6,2%

    10,0% 8,4%

    4,3%

    2,2%

    50,0%

    1,4%

    Gambar 2.4 Persentase Persegmen tubuh (Tayyari, 1997)

    Oleh karena itu, di bawah ini merupakan perhitungan

    (secara manual) dalam praktikum ini, yaitu dihitung tiap segmen

    yang mempengaruhi tulang belakang dalam melakukan aktivitas

    pengangkatan, kecuali segmen kaki:

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    8/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 8

    1. Telapak tangan

    Fyw

    Fxw

    1

    Mw SL 1

    Fy = 0

    Fx = 0 -- tidak ada gaya horisontal.

    M = 0

    WH = 0,6% x Wbadan Fyw = Wo/2 + WHMw = (Wo/2 + WH) x SL1 x cos 1

    WH

    WO

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    9/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 9

    NB = Gaya pada lengan atas dikalikan dua

    Moment dikali dua agar benda utuh satu

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    10/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 10

    Dengan menggunakan teknik perhitungan keseimbangan

    gaya pada tiap segmen tubuh manusia, maka didapat moment

    resultan pada L5/S1. Kemudian untuk mencapai keseimbangan

    tubuh pada aktivitas pengangkatan, moment pada L5/S1 tersebut

    diimbangi gaya otot pada spinal erector (FM) yang cukup besar

    dan juga gaya perut (FA) sebagai pengaruh tekanan perut (PA)

    atau Abdominal Pressure yang berfungsi untuk membantu

    kestabilan badan karena pengaruh momen dan gaya yang ada

    seperti model pada gambar 2.5 dibawah ini.

    Gambar 2.5 pengaruh momen dan gaya

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    11/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 11

    Gambar 2.8 Model sederhana dari punggung bawah ( low

    back) yang diteliti oleh chaffin untuk analisis terhadap aktifitas

    angkat Koplanar Statis. (Chaffin, 1984)

    Gaya otot pada spinal erector dirumuskan sebagai berikut:

    = gaya otot pada spinal erector ( newton )

    E =Panjang Lengan momen otot spinal erector dari

    L5/S1 (estimasi 0,05 m sumber: Nurmianto ; 1996)

    = MT = moment resultan pada L5/S1

    FA = gaya perut (newton)

    D = jarak dari gaya perut ke L5/S1

    (estimasi 0,11 m sumber: Nurmianto ; 1996)

    Untuk mencari Gaya Perut (FA), maka perlu dicari Tekanan

    Perut (PA) dengan persamaan:

    (N/Cm2)

    (newton)

    Wtot= Wo +2 WH + 2 WLA+ 2 WUA + Wt

    Keterangan:

    PA = Tekanan Perut

    AA = Luas Diafragma (465cm2)

    H = Sudut inklinasi perut

    T = Sudut inklinasi kaki

    Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    12/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 12

    Kemudian gaya tekan/kompresi pada L5/S1 dirumuskan sbb:

    FC= Wtot. cos4 FA+ Fm (newton)

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    13/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 13

    1.3.2. Recommended Weight Limit (RWL)

    Recommended Weight Limitmerupakan rekomendasi batasbeban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan

    cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitive

    dan dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL ini ditetapkan oleh

    NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat.

    Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan :

    a. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada

    penambahan ataupun pengurangan beban di tengah tengah

    pekerjaan.

    b. Beban diangkat dengan kedua tangan.

    c. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu

    maksimal 8 jam.

    d. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan

    saat duduk atau berlutut.

    e. Tempat kerja tidak sempit.

    Berdasarkan sikap dan kondisi sistem kerja pengangkatan

    beban dalam proses pemuatan barang yang dilakukan oleh

    pekerja dalam eksperimen, penulis melakukan pengukuran

    terhadap faktor faktor yang mempengaruhi dalam

    pengangkatan beban dengan acuan ketetapan NIOSH (1991).

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    14/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 14

    Gambar 2.6 Recommended Weight Limit

    Persamaan untuk menentukan beban yangdirekomendasikan untuk diangkat seorang pekerja dalam

    kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sbb:

    RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

    Keterangan:

    LC = konstanta pembebanan = 23 kg

    HM = faktor pengali horizontal = 25 / H

    FM = faktor pengali frekuensi (Frequency Multiplier) *lihat tabel

    CM = faktor pengali kopling (handle) * lihat tabel

    VM = Faktor pengali vertikal

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    15/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 15

    DM = Faktor pengali perpindahan

    AM = Faktor pengali asimetrik

    Catatan (lihat gambar )

    Keterangan:

    H = jarak beban terhadap titik pusat tubuh

    V = jarak beban terhadap lantai

    D =jarak perpindahan beban secara vertical

    A = sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh

    Untuk Frekuensi Pengali ditentukan dengan menggunakan

    tabel FM dibawah ini dengan mengetahui frekuensi angkatan tiap

    menitnya dan juga nilai V dalam inchi.

    Dari persamaan yang ditetapkan NIOSH tersebut, terdapat

    perbedaan faktor pengali jarak vertikal untuk pekerja Indonesia,

    sehingga perlu penyesuaian terhadap nilai perkiraan berat beban

    yang direkomendasikan untuk diangkat. Adanya perbedaan ini

    karena faktor pengali vertikal sangat bergantung pada

    antropometri ketinggian knuckle (jarak vertikal dari lantai ke

    ujung jari tangan dengan posisi lurus ke bawah). Perumusan

    faktor pengali vertikal yang dihasilkan oleh NIOSH adalah :

    Sedangakan dari hasil penelitian di dapat bahwa

    untuk pekerja industri Indonesia faktor pengali jarak :

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    16/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 16

    Setelah nilaiRWL diketahui, selanjutnya perhitunganLifting

    Index, untuk mengetahui index pengangkatan yang tidak

    mengandung resiko cidera tulang belakang, dengan persamaan :

    LI =Load Weight

    =L

    Recommende d Weight Limit RWL

    Keterangan:

    Jika LI 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko

    cidera tulang belakang. Jika LI > 1, maka aktivitas tersebut

    mengandung resiko cidera tulang belakang

    Dalam tubuh manusia terdapat tiga jenis gaya (Winter, 1979):

    1. Gaya Gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap

    segmen tubuh manusia dengan arah kebawah. Besar gayanya

    adalah massa dikali percepatan gravitasi (F = m g)

    2. Gaya Reaksi, yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen

    tubuh atau berat segmen tubuh itu sendiri.

    3. Gaya otot, yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat

    gesekan sendi atau akibatgaya pada otot yang melekat

    pada sendi. Gaya ini menggambarkan besarnya momen otot.

    Tubuh manusia terdiri dari 6 link (Chaffin & Anderson, 1984), yaitu:

    1. Link lengan bawah, dibatasijointtelapak tangan dan siku.

    2. Link lengan atas, dibatasijointsiku dan bahu.

    3. Link punggung, dibatasijointbahu dan pinggul.

    4. Link paha, dibatasijointpinggul dan lutut.

    5. Link betis, dibatasijointlutut dan mata kaki.

    6. Link kaki, dibatasijointmata kaki dan telapak kaki.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    17/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 17

    Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan

    organ tubuh saat bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerjameliputi: flexion, extension, abduction, adduction, rotation,

    pronation dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut

    antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan

    merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut

    antara dua tulang. Abduction adalah pergerakan menyamping

    menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh.

    Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh (the

    median plane).Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas

    lengan atau kaki depan. Pronation adalah perputaran bagian

    tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. Supination adalah

    perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh.

    Cumulative trauma disorders (dapat juga disebut sebagai

    Repetitive Motion Injuries atau Musculoskeletal Disorders) adalah

    cidera pada sistem kerangka otot yang semakin bertambah secara

    bertahap sebagai akibat dari trauma kecil yang terus-menerus

    yang disebabkan oleh desain yang buruk yaitu desain alat/sistem

    kerja yang membutuhkan gerakan tubuh dalam posisi yang tidak

    normal serta penggunaan perkakas/handtools atau alat lainnya

    yang terlalu sering. Empat faktor penyebab timbulnya CTD:

    1. Penggunaan gaya yang berlebihan selama gerakan normal.

    2. Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak berada pada posisi normal.

    Misalnya, bahu yang terlalu terangkat, lutut yang terlalu

    naik, punggung terlalu membungkuk dan lain-lain.

    3. Perulangan gerakan yang sama secara terus-menerus.

    4. Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan trauma

    sendi.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    18/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 18

    Gejala yang berhubungan dengan CTD antara lain adalah

    terasa sakit atau nyeri pada otot, gerakan sendi yang terbatasdan terjadi pembengkakan. Jika gejala ini dibiarkan maka akan

    menimbulkan kerusakan permanen.

    a. Rapid Entire Body Assessment (REBA)

    Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode

    yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat

    digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur

    leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang

    operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor

    coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta

    aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak

    membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan melakukan

    scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan

    perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja

    operator (McAtamney,2000).

    Penilaian menggunakan metode REBA yang telah

    dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney

    melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

    Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan

    menggunakan bantuan video atau foto.

    Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari

    leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki

    secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret

    postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti

    mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid),

    sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan

    dataakurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    19/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 19

    Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.

    Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuhdari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing-

    masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang

    tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan

    dan kaki. Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut

    dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A

    meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara

    grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan

    tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing

    grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut

    digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B

    untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing-masing tabel.

    Tabel 2.3 skor pergerakan punggung ( batang tubuh )

    Gambar 2.7 Range pergerakan punggung (a) postur alamiah, (b) postur 0 - 2

    flexion, (c) postur 20 - 60flexion, (d) postur 60flextion atau lebih.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    20/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 20

    Tabel 2.4 Skor pergerakan leher

    Gambar 2.8 Range pergerakan leher (a) postur 20 atau lebihflexion, (b)extension.

    Tabel 2.5 skor posisi kaki

    Gambar 2.9 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata, (b)

    kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    21/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 21

    Tabel 2.6 skor pergerakan lengan atas

    Gambar 2.10 Range pergerakan lengan atas (a) postur 20 flexion danextension,

    (b) postur 20 atau lebihextension dan postur 20 - 45flexion, (c)

    postur 45-90flexion, (d) postur 90 atau lebihflexion.

    Tabel 2.7 Skor pergerakan lengan bawah

    Gambar 2.11 Range pergerakan lengan bawah (a) postur 60 100flexion. (b)

    postur 60 atau kurangflexion dan 100 atau lebihflexion

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    22/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 22

    Tabel 2.8 skor pergerakan pergelangan tangan

    Gambar 2.12 Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur alamiah,

    postur 0-15flexion maupunextension, (c) postur 15 atau lebih

    flexion, (d) postur 15 atau lebihextension.

    Tabel 2.9 Tabel A

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    23/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 23

    Tabel 2.10 Tabel B

    Hasil skor yang diperoleh dari tabel A dan tabel B

    digunakan untuk melihat tabel C sehingga didapatkan skor dari

    tabel C.

    Tabel 2.11 Tabel C

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    24/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 24

    Tahap 3 : Penentuan berat benda yang diangkat,

    coupling dan aktivitas pekerja.Selain skoring pada masing-masing segmen tubuh,

    faktor lain yang perlu disertakan adalah berat beban yang

    diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya. Masing-masing

    faktor tersebut juga mempunya kategori skor.

    Tabel 2.12 skor berat beban yang diangkat

    Tabel 2.13 Tabelcoupling

    Tabel 2.14Activity score

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    25/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 25

    Tahap 4 : Perhitungan nilai REBA untuk postur yang

    bersangkutan.Setelah didapatkan skor dari tabel A kemudian

    dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat

    sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel

    B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga

    didapatkan nilai bagian B. Dari nilai bagian A dan bagian B

    dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari tabel C yang

    ada.

    Nilai REBAdidapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian

    C dengannilai aktivitas pekerja. Dari nilai REBA tersebut dapat

    diketahui level resiko padamuscolusceletal dan tindakan yang

    perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja.

    Untuk lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan

    metode REBA serta level resiko yang terjadi dapat dilihat pada

    gambar 2.13 dan tabel 2.15

    Gambar 2.13 langkah langkah perhitungan metode REBA

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    26/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 26

    Tabel 2.15 Tabel Level Resiko dan Tindakan

    Dari tabel resiko di atas dapat diketahui dengan nilai

    REBA yang didapatkan dari asil perhitungan sebelumnya dapat

    diketahui level resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya

    tindakan dilakukan untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang

    mungkin dilakukan antara lain berupa perancangan ulang

    peralatan kerja berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi.

    b. Definisi RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

    RULA atau Rapid Upper Limb Assessment dikembangkan

    oleh Dr.Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang

    merupakan ergonom dari universitas di Nottingham

    (University of Nottinghams Institute of Occupational

    Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal

    aplikasi ergonomi pada tahun 1993(Lueder, 1996).

    Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang

    dikembangkan dalam bidang ergonomi yang menginvestigasi

    dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian

    atas. Peralatan ini tidak memerlukan piranti khusus dalam

    memberikan suatu pengukuran postur leher, punggung dan

    tubuh bagian atas, sejalan dengan fungsi otot dan beban

    eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan

    menggunakan RULA membutuhkan waktu sedikit untuk

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    27/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 27

    melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar

    aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya penguranganresiko yang diakibatkan penggangkatan fisik yang dilakukan

    operator. RULA diperuntukkan dipakai pada bidang ergonomi

    dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).

    Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi posture

    (sikap), kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan

    cidera akibat aktivitas berulang (repetitive strain injuries).

    Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan

    yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang

    mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan

    resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam

    bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan

    menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic

    hazards. Oleh sebab itu RULA dikembangkan untuk

    mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan

    perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996).

    c. Perkembangan RULA

    RULA dikembangkan untuk memenuhi tujuan sebagai

    berikut:

    1. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja

    secara cepat, terutama pemeriksaan paparan (exposure)

    terhadap resiko gangguan bagian tubuh atas yang

    disebabkan karena bekerja.

    2. Menentukan penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan

    dengan Postur kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan

    kerja statis dan repetitive yang mengakibatkan kelelahan

    otot.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    28/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 28

    3. Memberikan hasil yang dapat digunakan padap emeriksaan

    atau pengukuran ergonomi yang mencakup faktor-faktorfisik, epidemiologis, mental, lingkungan dan faktor

    organisional dan khususnya mencegah terjadi gangguan

    pada tubuh bagian atas akibat kerja.

    RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti

    khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam

    melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya

    peralatan tambahan. Pemeriksaan RULA dapat dilakukan di

    tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja.

    Pengembangan RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap

    pertama adalah pengembangan untuk perekaman atau

    pencatatan postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan

    system penskoran (scoring) dan ketiga adalah pengembangan

    skala level tindakan yang memberikan suatu panduan terhadap

    level resiko dan kebutuhan akan tindakan untuk melakukan

    pengukuran yang lebih terperinci.

    Penilaian menggunakan RULA merupakan metode yang

    telah dilakukan oleh McAtamey dan Corlett (1993). Tahap-

    tahap menggunakan metode RULA adalah sebagai berikut:

    Tahap 1: Pengembangan metode untuk pencatatan postur

    bekerja Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat

    digunakan, tubuh dibagi menjadi dua bagian yang membentuk

    dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi lengan atas

    dan lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup

    B meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa

    seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan dan

    leher yang terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    29/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 29

    bagian atas dapat masuk dalam pemeriksaan.

    Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagimenjadi bagian-bagian menurut kriteria yang berasal dari

    interpretasi literatur yang relevan. Bagian- bagian ini diberi

    angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan atau

    postur bekerja dimana resiko faktor merupakan terkecil

    atau minimal. Sementara angka angka yang lebih tinggi

    diberikan pada bagian-bagian kisaran gerakan dengan postur

    yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya faktor resiko

    yang meningkat yang menghasilkan beban pada struktur

    bagian tubuh.

    Sistem penyekoran (scoring) pada setiap postur bagian

    tubuh ini menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah

    untuk diingat. Agar memudahkan identifikasi kisaran postur dari

    gambar setiap bagian tubuh disajikan dalam bidang sagital.

    Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan

    mengamati operator selama beberapa siklus kerja untuk

    menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan mungkin

    dilakukan pada postur dengan siklus kerja terlama dimana

    beban terbesar terjadi. Karena RULA dapat dilakukan

    dengan cepat, maka pengukuran dapat dilakukan pada setiap

    postur pada siklus kerja.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    30/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 30

    Tabel 2.16 Skor pergerakan lengan atas

    Gambar 2.14 Range pergerakan lengan atas (a) postur alamiah, (b) postur

    extension danflexion, (c) postur lengan atasflexion.

    Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari

    penelitian Grandjean dan Tichauer. Skor tersebut adalah:

    Tabel 2.17 skor pergerakan lengan bawah

    Gamabar 2.15 Range pergerakan lengan bawah (a) postur flexsion 60-100, (b)

    postur alamiah dan (c) posturflexion 100 +

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    31/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 31

    Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari

    penelitian Health and Safety Executive, digunakan untukmenghasilkan skor postur Sebagai berikut:

    Tabel 2.18 Skor pergerakan pergelangan tangan

    Gambar 2.16 Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur alamiah, (b) postur

    flexion 15 +, (c)postur 0-15 flexion maupunextension, (d) postur

    extension

    Putaran pergelangan tangan (pronation dan

    supination) yang dikeluarkan olehHealth and Safety Executive

    pada postur netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut

    adalah:

    +1 jika pergelangan tangan berada pada rentang

    menengah putaran

    +2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada

    akhir rentang putaran.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    32/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 32

    Gambar 2.17 standart rula putaran pergelangan tangan (a) postur alamiah dan

    (b) postur putaran pergelangan tangan.

    Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada

    studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan

    kisaran tersebut adalah:

    Tabel 2.19 skor rentang postur untuk leher

    Gambar 2.18 Range pergerakan pergelangan leher (a) postur alamiah, (b) postur

    10-20 flexion, (c) postur 20 atau lebih flexion, (d) postur

    extension.

    Apabila leher diputar atau dibengkokkan

    Keterangan:

    +1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan

    atau kiri.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    33/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 33

    Gambar 2.19 range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan (a)

    postur alamiah, (b) postur leher diputar, (c) postur leher

    dibengkokkan.

    Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Drury,

    Grandjean danGrandjean etal.:

    Tabel 2.20 skor pergerakan untuk punggung.

    Gambar 2.20 Range pergerakan punggung (a) postur 20-60 flexion, (b) postur

    alamiah, (c) postur 0 - 20flexion, (d) postur 60flexion atau lebih

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    34/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 34

    Punggung Diputar atau Dibengkokkan

    Keterangan:+1 jika tubuh diputar

    +1 jika tubuh miring ke samping

    Gambar 2.21 Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan (a)

    postur alamiah, (b) postur punggung diputar, (c) postur punggung

    dibengkokkan.

    Kisaran untuk postur kaki dengan skor postur kaki

    ditetapkan sebagai berikut:

    +1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.

    +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki,

    dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.

    +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar

    merata.

    Gambar 2.22 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata, (b)

    kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    35/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 35

    Tahap 2 : Perkembangan sistem untuk pengelompokan

    skor postur bagian tubuh.

    Rekaman video yang dihasilkan dari postur kelompok A

    yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan

    dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor

    untuk masing -masing postur. Kemudian skor tersebut

    dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A

    Tabel 2.21 skor postur kelompok A

    Rekaman video yang dihasilkan dari postur kelompok B

    yaitu leher, punggung (badan) dan kaki diamati dan

    ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor

    tersebut dimasukkan ke dalam tabel B untuk memperoleh skor

    B.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    36/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 36

    Tabel 2.22 skor postur kelompok A

    Sistem penskoran dilanjutkan dengan melibatkan

    otot dan tenaga yang digunakan. Penggunaan yang melibatkan

    otot dikembangkan berdasarkan penelitianDrury, yaitu sbb:

    1. Skor untuk penggunaan otot:

    +1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit)

    atau penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali

    dalam 1 menit.

    2. Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan

    penelitian Putz - Anderson dan Stevenson dan Baida, yaitu

    sbb:

    0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 20 Kg

    dan ditahan.

    1 jika beban sesekali 20 10 Kg.

    2 jika beban 2 10 Kg bersifat statis atau berulang-ulang.

    2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 Kg.

    3 jika beban (tenaga) lebih dari 10 Kg dialami secara statis

    atau berulang.

    4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan

    sentakan cepat.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    37/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 37

    skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok

    tubuh bagian A dan B diukur dan dicatat dalam kotak-kotakyang tersedia kemudian ditambahkan dengan skor yang berasal

    dari tabel A dan B, yaitu sbb:

    Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban)

    untuk kelompok A = skor C Skor B + skor penggunaan otot + skor

    tenaga (beban) untuk kelompok B = skor D

    + + =

    + + =

    Gambar 2.22 perhitungan RULA

    Tahap 3 : Pengembangan Grand Skor dan Daftar Tindakan

    Setiap kombinasi skor C dan D diberikan rating yang

    disebut grand skor, yang nilainya 1 sampai 7. Nilaigrand skor

    diperoleh dari tabel berikut ini:

    Lengan atas

    Lengan bawah

    Pergelangan

    putaran

    Leher

    Punggung

    kaki

    Grand

    tenag

    tenag

    Otot

    Otot

    Tabel Skor

    SkorTabel

    Group

    Group

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    38/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 38

    Tabel 2.23 Tabelgrand score

    Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 hingga

    7 menunjukkan level tindakan (action level) sebagai berikut:

    Action level 1

    Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini bias

    diterima jika tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam

    periode yang lama.

    Action level 2

    Skor 3 atau 4 yang menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan

    lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan.

    Action level 3

    Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaan dan perubahan

    perlu segera dilakukan.

    Action level 4

    Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka

    pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera atau saat

    itu juga (Tim Asisten,2013).

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    39/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 39

    PROSEDUR PRAKTIKUM

    1. Praktikan yang terdiri dari 5 orang, 1 orang sebagai operator dan

    yang lain sebagai pengukur dan pencatat data. Untuk mendapatkan

    data yang akan diperlukan dalam perhitungan maka yang akan diukur

    (data awal):

    1. Berat beban.

    2. Berat tubuh operator

    3. Panjang anggota badan

    a. Telapak tangan

    b. Panjang lengan bawah

    c. Panjang lengan atas

    d. Panjang punggung

    4. Sudut link pada joint anggota tubuh.

    a. Lengan bawah dengan telapak tangan

    b. Lengan bawah dengan lengan atas

    c. Lengan atas dengan punggung

    d. Punggung dengan pangkal paha

    Semua data ditulis pada lembar pengamatan yang telah tersedia.

    2. Setelah data awal diperoleh maka praktikan yang sebagai operator

    akan engangkat benda dengan posisi pengangkatan benda:

    a. Usulan dari praktikan

    b. Ditentukan oleh asisten

    3. Sudut-sudut yang akan kita tentukan adalah sudut yang terbentuk

    dari join- join pada tubuh:

    a. Pada posisi ini operator akan diukur sudut yang membentuk join-

    join yang akan kita amati.

    b. Sudut yang membentuk lenganbawah dengan telapak tangan

    menyesuaikan

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    40/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 40

    c. Sudut yang membentuk lengan bawah dengan lengan atas

    menyesuaikan.

    d. Sudut yang membentuk lengan atas dengan punggung

    menyesuaikan.

    e. Sudut yang membentuk punggung dengan pangkal paha

    menyesuaikan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:

    4. Menggunakan RULA, yaitu menganalisis tubuh pada posisi diam atau

    bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform), pada

    keadaan yang ekstrim.

  • 8/14/2019 modul biomekanika.pdf

    41/41

    Modul Praktikum Analisis Perancangan kerja

    5. Asumsi-asumsi yang berlaku pada praktikum:

    a. Segmen kaki tidak diperhitungkan dalam pengukuran

    b. Perhitungan segmen otot tidak diperhitungkan

    c. Ruas jari dijadikan satu segmen perhitungan

    d. Ruas punggung dijadikan satu segmen perhitungan.

    e. Kegiatan yang dilakukan praktikan merupakan contoh real dalam

    dunia kerja.