modul 8_ta

43
MODUL PERKULIAHAN ECONOMIC CONSEQUENCES AND POSITIVE ACCOUNTING THEORY Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi Dan Bisnis Magister Akuntansi 08 Dr. Istianingsih Abstract Kompetensi Motivasi kinerja manajer yang bertanggung jawab, yaitu menyediakan informasi untuk mengevaluasi kepengurusan manajer, Konsekuensi ekonomi menyulitkan pengaturan standar akuntansi, yang memerlukan

Upload: jara-takuzawa

Post on 10-Jul-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 8_TA

MODUL PERKULIAHAN

ECONOMIC CONSEQUENCES AND

POSITIVE ACCOUNTING THEORY

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ekonomi Dan Bisnis Magister Akuntansi 08 Dr. Istianingsih

Abstract Kompetensi

Motivasi kinerja manajer yang bertanggung jawab, yaitu menyediakan informasi untuk mengevaluasi kepengurusan manajer, adalah sama pentingnya dengan peran akuntansi keuangan sebagai penyediaan informasi yang berguna untuk investor. Dengan demikian, bahwa akuntan memahami dan menghargai kepentingan manajemen dalam pelaporan

Konsekuensi ekonomi menyulitkan pengaturan standar akuntansi, yang memerlukan keseimbangan halus pertimbangan akuntansi dan politik. Badan pengaturan standar telah merespon dengan membawa konstituen yang berbeda dengan mengeluarkan

Page 2: Modul 8_TA

keuangan, mengingat interaksi yang luas antara manajer, akuntan, dan auditor

draft paparan yang memberikan semua pihak berkepentingan untuk mengomentari standar yang diusulkan

ECONOMIC CONSEQUENCES AND POSITIVE ACCOUNTING THEORY

ORGANISASI DIGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT :

8.1. PENDAHULUANMotivasi kinerja manajer yang bertanggung jawab, yaitu menyediakan informasi

untuk mengevaluasi kepengurusan manajer, adalah sama pentingnya dengan peran

akuntansi keuangan sebagai penyediaan informasi yang berguna untuk investor. Dengan

demikian, bahwa akuntan memahami dan menghargai kepentingan manajemen dalam

pelaporan keuangan, mengingat interaksi yang luas antara manajer, akuntan, dan auditor.

Namun demikian, manajemen adalah konstituen akuntansi, dan mampu membela

kepentingan sendiri. Tapi karena perannya dalam pelaporan keuangan, sebagian besar, "di

luar" kerangka konseptual, kepentingan harus dimasukkan ke dalam standar akuntansi

melalui proses hukum atau melalui proses resolusi konflik. Dalam bab ini, dipelajari

bagaimana konflik itu berhasil, yang disebut sebagai peran kepengurusan pelaporan

keuangan. Peran pengawasan pelaporan keuangan melibatkan pemikiran baru yang

berbeda dari keputusan investor berbasis pasar efisien.

‘13 2 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: Modul 8_TA

Dalam bab ini dibahas tentang konsep konsekuensi ekonomi sebagai akibat

pemilihan dari kebijakan akuntansi yang tentunya akan mempengaruhi nilai perusahaan

terlepas dari implikasi teori pasar efisien.

8.2. MUNCULNYA KONSEKUENSI EKONOMI (THE RISE OF ECONOMIC CONSEQUENCES)

Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menegaskan bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi/memberi dampak pada nilai perubahan.

Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan kebijakan akuntansi

penting karena:

1. Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-kejadian menarik

dalam penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi.

2. Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan pengalaman

akuntan. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi dan argumen tentang

kebijakan akuntansi mana yang harus dipakai dalam kondisi yang berbeda. Konsep

konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman dunia nyata.

3. Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang mengapa mereka ada.

Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh perusahaan, khususnya kontrak

kompensasi eksekutif dan kontrak hutang. Dengan melihat bahwa masalah kebijakan

akuntansi, kebijakan tertentu yang digunakan oleh perusahaan, waktu dan sifat

perubahan dalam pada kebijakan tersebut dapat menjadi sumber informasi penting bagi

investor meskipun implikasi pasar efisien.

Salah satu akun yang paling persuasif dari konsekuensi ekonomi ada dalam artikel

Stepen Zeff (1978) dengan judul "The Rise of Economic Consequences". Pertanyaan dasar

yang muncul masih relevan hingga kini. Zef mendefinisikan konsekuensi ekononomi sebagai

"dampak laporan akuntansi pada perilaku pembuatan keputusan pada bisnis, pemerintah

dan kreditor". Esensi dari definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat

mempengaruhi keputusan riil yang dibuat oleh manajer (atau pihak lain), daripada secara

sederhana mencerminkan hasil dari keputusan tersebut. Zeff mendokumentasikan beberapa

contoh di mana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi

atau telah mempengaruhi standar akuntansi yang dibuat oleh Accounting Principle Board

(pendahulu FASB) dan pendahulunya The Committee on Accounting Procedure.

"Intervensi pihak ketiga" ini, seperti yang disebut oleh Zeff, memperumit penyusunan

standar akuntansi. Jika kebijakan akuntansi tidak penting, pemilihan kebijakan tersebut akan

‘13 3 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: Modul 8_TA

dilakukan secara ketat antara badan pembuat standar akuntansi, dan auditor yang tugasnya

mengimplementasikan standar, karena mereka adalah bagian utama yang terlibat dalam

pemilihan kebijakan akuntansi. Jika hanya bagian ini yang terlibat, model akuntansi yang

sederhana, berdasarkan konsep yang diketahui seperti pencocokan biaya dan pendapatan,

realisasi, dan konservatisme, dapat diterapkan dengan tak ada satupun, selain bagian yang

terlibat, akan peduli kebijakan spesifik apa yang digunakan. Dengan kata lain, pilihan

kebijakan akuntansi akan netral pada dampaknya.

Sebagai contoh argumen konsekuensi ekonomi, Zeff membahas upaya perusahaan-

perusahaan AS untuk mengimplementasikan akuntansi pengganti biaya selama 1947-1948,

periode inflasi tinggi. Di sini, konstituen pihak ketiga yang melakukan intervensi adalah

manajemen, seperti skeptisisme tentang akuntansi nilai wajar, berpendapat dalam

mendukung amortisasi biaya penggantian untuk meningkatkan argumen pajak yang lebih

rendah dan kenaikan upah yang lebih rendah, dan untuk melawan persepsi publik tentang

profitabilitas yang berlebihan. Argumen pasar yang efisien akan intervensi tidak perlu karena

pasar akan melihat melalui laba bersih tinggi yang dilaporkan dengan amortisasi biaya

historis selama inflasi. Jika demikian, seharusnya tidak perlu untuk mengingatkan pengguna

mengadopsi amortisasi biaya penggantian. Sangat menarik untuk dicatat bahwa CAP

merebut posisinya pada tahun 1948 dan menegaskan kembali akuntansi biaya historis.

Zeff menguraikan respon dari lembaga yang menetapkan standar tersebut sebagai

intervensi. Salah satu respon untuk memperluas representasi di lembaga yang menetapkan

standar sendiri, misalnya, Yayasan Akuntansi Keuangan (organisasi yang mengawasi

FASB) tidak hanya mencakup akuntan profesional tetapi juga anggota dari manajemen,

industri sekuritas, dan akademisi. Juga, penggunaan draft eksposur standar baru yang

diusulkan sebagai perangkat untuk memungkinkan berbagai konstituen mengomentari

perubahan kebijakan akuntansi yang diusulkan.

Zeff mengatakan bahwa lembaga yang menetapkan standar menghadapi dilema.

Untuk mempertahankan kredibilitas dengan akuntan, mereka perlu menetapkan kebijakan

akuntansi yang sesuai dengan model akuntansi keuangan dan konsep tradisional

pencocokan dan realisasi (ingat bahwa Zeff menggambarkan praktek sebelum penekanan

meningkat pada perspektif pengukuran). Namun, seperti dilihat di Bagian 2.5, seperti biaya

berbasis konsep jarang menyebabkan pilihan kebijakan akuntansi yang unik. Karena laba

bersih tidak ada sebagai konstruksi ekonomi di bawah kondisi non-ideal, tidak ada teori yang

jelas mengatur kebijakan akuntansi yang harus digunakan, selain persyaratan jelas bahwa

beberapa trade-off antara relevansi dan keandalan diperlukan. Singkatnya, lembaga yang

menetapkan standar harus beroperasi tidak hanya dalam domain akuntansi teori, tetapi juga

dalam ranah politik. Zeff menjelaskan, tanpa teori untuk memandu pilihan kebijakan

akuntansi perlu "tindakan penyeimbangan halus.", Dimana harus ditemukan beberapa cara

‘13 4 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: Modul 8_TA

untuk mencapai konsensus tentang kebijakan akuntansi. Dalam pengaturan demokratis,

berarti keterlibatan dalam ranah politik.

Meskipun implikasi teori pasar yang efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan

akuntansi yang memiliki konsekuensi ekonomi bagi konstituen berbagai pengguna laporan

keuangan, bahkan jika kebijakan ini tidak secara langsung mempengaruhi arus kas

perusahaan. Selain itu, konstituen yang berbeda dapat memilih kebijakan akuntansi yang

berbeda. Secara khusus, kebijakan yang disukai manajemen mungkin bertentangan dengan

pihak yang memberikan informasi kepada investor.

Konsekuensi ekonomi menyulitkan pengaturan standar akuntansi, yang memerlukan

keseimbangan halus pertimbangan akuntansi dan politik. Badan pengaturan standar telah

merespon dengan membawa konstituen yang berbeda dengan mengeluarkan draft paparan

yang memberikan semua pihak berkepentingan untuk mengomentari standar yang

diusulkan.

8.3. OPSI SAHAM KARYAWAN (EMPLOYEE STOCK OPTIONS / ESOs)Dua bidang di mana konsekuensi ekonomi sangat jelas, yaitu :

1. Akuntansi untuk opsi saham yang diberikan kepada manajemen dan, dalam beberapa

kasus, kepada karyawan lainnya, memberi mereka hak untuk membeli saham

perusahaan selama beberapa periode waktu (Employee Stock Options).

2. Eksplorasi minyak dan gas

Akuntansi untuk ESO di Amerika Serikat didasarkan pada Opini 25 Accounting

Principles Board (APB 25) tahun 1972. Standar ini mengharuskan perusahaan

mengeluarkan ESO yang dicatat sebesar biaya yaitu selisih antara nilai pasar saham pada

tanggal opsi dihibahkan kepada karyawan (tanggal hibah) dan harga exercise atau strike.

Perbedaan ini disebut nilai instrinsik opsi. Sebagian besar perusahaan memberikan ESO

dengan menentukan harga exercise sama dengan nilai pasar tanggal pemberian

kompensasi, sehingga nilai intrinsik adalah nol. Akibatnya, tidak ada beban kompensasi

ESO perlu dicatat. Sebagai contoh, jika saham tersebut memiliki nilai pasar sebesar $10

pada tanggal pemberian kompensasi, penetapan harga pelaksanaan (exercise price) $10

memicu adanya pengakuan beban, sedangkan penetapan harga pelaksanaan $8

menimbulkan beban sebesar $ 2 per ESO.

Penerbitan APB 25 diakui secara luas sebagai dasar akuntansi yang memadai. Jika

tidak ada nilai intrinsik, pilihan penggunaan nilai wajar pada tanggal pemberian, karena

harga saham tersebut dapat meningkat selama jangka waktu berakhir (tanggal

kadaluwarsa) dari opsi. Jadi kegagalan untuk mencatat beban lebih rendah dari biaya

‘13 5 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: Modul 8_TA

kompensasi perusahaan dan laba bersih terlalu tinggi. Selain itu, kurangnya komparabilitas

laba di seluruh hasil perusahaan, karena perusahaan-perusahaan yang berbeda memiliki

proporsi yang berbeda pilihan dalam paket total kompensasi. Masalah-masalah ini

memburuk sebagai akibat dari peningkatan dramatis dalam penggunaan kompensasi ESO

sejak 1972, terutama untuk usaha kecil, start-up dan perusahaan berteknologi tinggi. Juga

selama periode ini, kompensasi eksekutif berada di bawah pengawasan politik, karena

jumlah kompensasi yang tinggi diterima eksekutif puncak. Perusahaan termotivasi atas

penghargaan jumlah kompensasi ESO yang berlebihan sejak kompensasi tersebut "bebas".

Penggunaan nilai wajar ESO ke beban membantu investor untuk melihat biaya nyata

perusahaan dari komponen kompensasi. Pada bulan Februari 1992, tagihan diperkenalkan

ke Kongres AS membutuhkan ESO harus dihargai dan dibebankan.

Salah satu alasan mengapa APB tidak memerlukan akuntansi nilai wajar untuk ESO

karena sulitnya menetapkan nilai tersebut. Situasi ini agak berubah dengan munculnya

formula Black/Scholes harga opsi (lihat bagian 7.3.3). Namun, aspek- aspek beberapa ESO

tidak ditangkap oleh Black/Scholes. Contoh, diasumsikan bahwa pilihan dapat

diperdagangkan secara bebas, sedangkan ESO cenderung tidak dapat dialihkan dan tidak

dapat dilaksanakan sampai tanggal vesting, biasanya satu tahun atau lebih setelah mereka

diberikan. Jika karyawan meninggalkan perusahaan sebelum vesting, opsi dibatalkan atau,

jika diexercise, mungkin ada pembatasan pada karyawan, kemampuan untuk menjual

saham yang diperoleh. Selain itu, Black/Scholes mengasumsikan bahwa opsi tidak dapat

dieksekusi sebelum berakhir (pilihan Eropa), sedangkan ESO pilihan Amerika (dapat

dilaksanakan sebelum kadaluwarsa). Namun demikian, hal itu memberikan dasar yang

memadai bagi Black/Scholes untuk mengestimasi nilai wajar ESO.

Akibatnya, pada bulan Juni 1993, FASB mengeluarkan draf eksposur standar baru

yang diusulkan. Paparan draft tersebut mengusulkan agar perusahaan mencatat beban

kompensasi berdasarkan nilai wajar yang dapat ditentukan oleh Black/Scholes atau formula

harga opsi lainnya, dengan menyesuaikan kemungkinan pensiun karyawan sebelum vesting

dan kemungkinan exercise awal.

Serangkaian pertanyaan terkait dengan kemampuan Black/Scholes secara akurat

dan terpercaya mengukur nilai ESO adil. Untuk melihat masalah ini, pertama-tama perlu

dipertimbangkan biaya perusahaan dari ESO karena, tidak seperti sebagian besar biaya,

ESO tidak memerlukan uang tunai dan biaya ditanggung oleh pemegang saham

perusahaan. Dengan demikian, jika suatu ESO dilaksanakan dengan harga, $ 10 ketika

nilai pasar saham adalah $ 30, biaya ex post untuk perusahaan dan pemegang sahamnya

adalah $ 20. Nilai $20 disebut biaya ex post setelah ESO dilaksanakan. Bahwa $ 20

sebagai biaya kesempatan karena, dengan mengakui kepemilikan baru $10, perusahaan

‘13 6 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: Modul 8_TA

memiliki kesempatan untuk mengeluarkan saham tersebut pada harga pasar $ 30. Artinya,

kesempatan $ 20 mengukur dilusi dari kepentingan para pemegang saham yang ada.

Nilai wajar dari ESO pada tanggal pemberian, maka biaya ex ante perusahaan,

adalah nilai sekarang yang diharapkan dari biaya ex post. Relevansi beban meningkat,

karena dividen per saham di masa depan akan dikurangi dengan dividen yang dicairkan

atas sejumlah besar saham. Penurunan pendapatan dari pembebanan ESO untuk

mengantisipasi dividen yang lebih rendah, sehingga membantu investor untuk lebih

memprediksi arus kas masa depan dari investasi mereka.

Beban ESO sangat sulit diukur secara andal. Seperti disebutkan, karyawan dapat

melaksanakan opsi setelah vesting sampai kadaluwarsa. Biaya ex post perusahaan

tergantung pada perbedaan antara nilai pasar saham dan harga pelaksanaan pada waktu

itu. Dibutuhkan strategi yang optimal bagi karyawan untuk mengetahui nilai wajar ESO.

Strategi ini dimodelkan oleh Huddart (1994). Huddart menunjukkan bahwa strategi

karyawan membutuhkan pengetahuan tentang proses menghasilkan saham masa depan,

kekayaan karyawan dan fungsi utilitas (khususnya tingkat keengganan rsiko), apakah

karyawan akan menjual saham yang diakuisisi dan jika dijual, alternatif investasi apa yang

tersedia.

Dengan membuat beberapa asumsi penyederhanaan (termasuk tidak ada dividen, tidak ada

motivasi), Huddart menunjukkan bahwa Black/ Scholes formula, dengan asumsi Eso

diadakan untuk tanggal kadaluwarsa, tidak melebihkan nilai wajar ESO pada tanggal

pemberian kompensasi. Ada tiga karakteristik pilihan:

1. Return yang diharapkan (expected return) dari pemegang opsi melebihi hasil yang

diharapkan dari saham tersebut. Hal ini karena opsi tidak bisa bernilai kurang dari nol,

tetapi harga saham bisa jatuh di bawah harga exercise opsi tersebut. Akibatnya,

seorang karyawan risiko-netral biasanya tidak meng-exercise ESO sebelum jatuh tempo.

2. The 'potential upside "dari opsi Amerika (kecenderungan untuk meningkatkan nilai)

meningkat pada saat jatuh tempo waktu. Semakin lama waktu, semakin besar

kemungkinan bahwa selama interval harga saham tersebut akan take off, membuat opsi

lebih berharga. Exercise awal mengorbankan beberapa potensi upside

3. Jika opsi adalah 'deep-in-money, "yaitu, nilai saham tersebut melebihi harga

pelaksanaan, himpunan hadiah dari memegang opsi dan probabilitas mirip dengan

hadiah dan probabilitas dari memegang saham tersebut. Hal ini karena untuk deep-in-

the-money opsi harga saham jatuh di bawah harga pelaksanaan yang rendah.

Kemudian, setiap realisasi harga saham menginduksi realisasi serupa nilai opsi.

Akibatnya, jika karyawan diharuskan untuk memegang saham yang diperoleh, mungkin

juga memegang opsi hingga jatuh tempo. Payoffs adalah sama karena nilai waktu dari

‘13 7 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: Modul 8_TA

uang, membayar harga pelaksanaan pada saat kadaluwarsa mendominasi pembayaran

segera.

Pertanyaannya kemudian, apakah ada situasi di mana karyawan akan melaksanakan

opsi awal? Huddart mengidentifikasikan dua hal:

1. Jika ESO hanya sedikit membutuhkan uang (resiko besar hadiah nol), waktu jatuh tempo

pendek (pengorbanan sedikit potensi upside), dan karyawan diharuskan untuk

memegang saham yang diperoleh, menghindari risiko bisa memicu exercise awal.

Karena ada risiko besar dari nol kembali, karyawan risk averse merasa bahwa

pengurangan risiko melaksanakan opsi sekarang daripada terus menahannya

melampaui pengembalian yang diharapkan lebih rendah dari memegang saham.

2. Keadaan kedua terjadi ketika ESO tersebut tidak membutuhkan uang, waktu untuk

kadaluwarsa pendek, dan karyawan dapat memegang saham yang diperoleh atau

menjualnya dan menginvestasikan dana di aset tanpa risiko. Jika karyawan tersebut

cukup menolak risiko, aset tanpa risiko banyak diminati karena pilihan tersebut

memberikan hadiah dan probabilitas yang serupa dengan ESO.

Penelitian selanjutnya cenderung untuk mengkonfirmasi kecenderungan Black /Scholes

ke posting yang melebihkan biaya ex post ESO. Hall dan Murphy (2002), dengan

menggunakan pendekatan yang berbeda dari Huddart, juga menunjukkan kemungkinan

besar exercise awal, dan menunjukkan bahwa secara signifikan mengurangi biaya ESO

perusahaan di bawah Black / Scholes. Analisis mereka juga menunjukkan variabilitas yang

cukup besar dalam keputusan karyawan.

Huddart menunjukkan, penggunaan waktu yang diharapkan untuk exercise yang

berlebihan mengurangi biaya ESO, tapi tidak menghapuskan biaya tersebut, seperti juga

ditunjukkan oleh Hemmer, Matsunaga, dan Shelvin (1994) (HMS). Dalam metode studi

empiris, Marquardt (2002) meneliti akurasi Black / Scholes formula berdasarkan waktu yang

diharapkan untuk meng-exercise.

Pada Desember 1994, FASB mengumumkan bahwa ia mengdrop draf eksposur,

dengan alasan bahwa hal itu tidak memiliki dukungan yang cukup. Sebaliknya, FASB

merubah menjadi tambahan disclosure. Dalam PSAK 123 yang dikeluarkan pada tahun

1995, mendesak perusahaan untuk menggunakan pendekatan nilai wajar yang disarankan

dalam draf eksposur, tetapi membiarkan APB 25 menggunakan pendekatan nilai intrinsik

yang disediakan perusahaan memberikan pengungkapan tambahan beban ESO. Hal ini

ditentukan oleh amortisasi selama periode vesting nilai wajar Eso yang diberikan

berdasarkan waktu diharapkan untuk exercise.

‘13 8 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: Modul 8_TA

Pada awal 2000-an, skandal pelaporan keuangan seperti Enron dan WorldCom

menyebabkan tekanan baru untuk biaya ESO. Dalam retrospeksi, tampaknya bahwa

manipulasi harga saham oleh perusahaan ini dan lainnya sering didorong oleh taktik

eksekutif senior untuk meningkatkan nilai-nilai ESO mereka. Salah satu taktik adalah pompa

dan dump, dimana manajer akan mengambil tindakan untuk meningkatkan nilai saham

sesaat sebelum exercise opsi, kemudian menjual saham sebelum harga saham jatuh

kembali (terkadang dengan cara menyamarkan transaksi) dan hasil investasi sekuritas

kurang berisiko.

Efek gabungan dari pelanggaran yang diuraikan di atas, ditambah peningkatan

kemampuan Akuntan kepada kompleksitas model seperti exercise awal, memungkinkan

pembuat standar untuk mengatasi oposisi. PSAK 123R, efektif pada tahun 2005 (sekarang

ASC 718-10-30), membutuhkan pembebanan dari ex ante biaya ESO, seperti halnya IFRS 2

dari IASB. Standar ini diterapkan meskipun peningkatan oleh banyak manajer membawa

konsekuensi ekonomi dan kekhawatiran kehandalan mirip dengan yang diungkapkan pada

draf eksposur 1993.

Suatu konsekuensi ekonomi dari pembebanan ESO telah mengurangi penggunaan

ESO sebagai alat kompensasi. Misalnya, Ahli Ekonomi (2006) mengutip perkiraan seorang

bankir investasi dengan nilai wajar opsi yang diberikan oleh 500 perusahaan top AS turun

dari $ 104 milyar pada 2000 menjadi $30 milyar pada tahun 2005. Sedangkan, dalam kasus

ini, pembuat standar akhirnya "memenangkan" dan menyimpulkan bahwa akuntansi untuk

ESO merupakan ilustrasi utama argumen Zeff dimana campur tangan pihak ketiga sangat

mempersulit pengaturan standar akuntansi. Intensitas argumen konsekuensi ekonomi

manajemen sangat penting mengingat bahwa pembebanan ESO tidak langsung

mempengaruhi arus kas operasi.

Theory in Practice 8.1Pada tanggal 20 Juli 2006, SEC mengumumkan dakwaan pidana dan perdata untuk

penipuan sekuritas yang terhutang dengan mantan CEO, wakil presiden Sumber Daya

Manusia, dan CFO Brocade Communications Systems, Inc, sebuah pengembang California

berbasis produk penyimpanan jaringan data.

Ini adalah tuduhan pertama yang dihasilkan dari penyelidikan SEC dari berbagai

perusahaan untuk waktu keterlambatan penghargaan ESO. Para terdakwa, diduga,

memperlambat penghargaan ESO karyawan pada waktu ketika harga saham perusahaan

lebih rendah dari tanggal nyata dari penghargaan, sehingga berunding manfaat langsung

pada penerima dengan menurunkan harga pelaksanaan. Akibatnya, ESO diterbitkan tunai.

Dalam APB 25, yang berlaku pada saat itu, beban harus dicatat dalam opsi uang, tapi ini

disamarkan dengan backdating.

‘13 9 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: Modul 8_TA

Pada tahun 2005, untuk mengantisipasi tuduhan SEC yang akan datang, Brocade

mengeluarkan laporan keuangan direvisi untuk 1999-2004 inklusif untuk mengoreksi laba

APB 25 yang terlalu dilaporkan lebih. Ini meningkatkan biaya kompensasi dan penurunan

laba yang dilaporkan dengan total $285 juta. Pada bulan Juli 2006 perusahaan

mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan bahwa eksekutif yang terlibat tidak lagi

dengan perusahaan dan provisi pelaporan sebesar $7 juta untuk penyelesaian kewajiban

sendiri akibat dari tindakan mantan eksekutif. Pada bulan Mei 2007 media keuangan

melaporkan bahwa Brocade setuju untuk membayar $ 7 juta penalti untuk menyelesaikan

tuduhan SEC.

Pada bulan Agustus 2007, Brocade mantan CEO dinyatakan bersalah oleh juri di

San Francisco atas tuduhan konspirasi dan penipuan bagi investor menyesatkan. Dia

dijatuhi hukuman 21 bulan penjara dan diperintahkan untuk membayar denda sebesar $ 15

juta. Namun, vonis itu kemudian dibuang di banding, dengan alasan bahwa jaksa telah salah

mengatakan kepada juri bahwa departemen keuangan Brocade tidak menyadari backdating

tersebut. Pengadilan mencatat, bagaimanapun, bahwa kasus penuntutan itu "relatif kuat"

dan memerintahkan sidang baru.

Bartov dan Mohanram (2004) menguji sampel dari 1.218 perusahaan di AS dengan

exercise ESO yang besar oleh eksekutif senior, selama 1992-2001. Mereka menemukan

penurunan yang signifikan dalam harga saham rata-rata abnormal dan pendapatan dalam

dua tahun setelah exercise tersebut, relatif terhadap sampel kontrol perusahaan serupa

tanpa exercise ESO yang besar. Mereka juga menunjukkan bukti pendapatan abnormal

besar meningkatkan akrual dalam dua tahun sebelum exercise. Para peneliti menyimpulkan

bahwa manajer senior dalam sampel uji mereka menyadari profitabilitas memburuk, dan

dipompa dengan pendapatan dan harga saham untuk menunda kesadaran pasar atas

kemerosotan tersebut. Mereka kemudian melaksanakan ESO dan membuang saham yang

diperoleh segera untuk memaksimalkan penerimaan kas mereka. Pendapatan yang lebih

rendah dan harga saham dalam dua tahun setelah exercise didorong oleh pembalikan

akrual sebelum kesadaran pasar terlambat terhadap profitabilitas yang menurun.

Program Opsi Saham dari Sisi Teori Keagenan

Inti teori keagenan adalah adanya konflik kepentingan antara agen dan prinsipal dan

biaya keagenan yang muncul akibat konflik tersebut dapat menurunkan nilai perusahaan.

Konflik keagenan muncul dari perbedaan kepentingan antara dua pihak yang terlibat kontrak

dalam organisasi, yaitu antara prinsipal dengan agen. Program kompensasi eksekutif

‘13 10 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: Modul 8_TA

merupakan salah satu bentuk kontrak keagenan antara perusahaan dengan para

eksekutifnya sebagai usaha penyejajaran kepentingan masing-masing. Ide penyejajaran

kepentingan ini muncul untuk mempersempit konflik yang muncul dalam hubungan

keagenan. Kontrak kompensasi yang dimaksud yaitu unsur-unsur kontrak menekankan

pada arah kontrak yang efisien sehingga mempengaruhi hubungan antara agen prinsipal

dengan asumsi sebagai berikut.

a. Kontrak berhubungan dengan orang, yaitu kepentingan pribadi (self interest),

rasionalitas terbatas manusia (bounded rationality), dan enggan risiko (risk averse).

b. Kontrak berhubungan dengan organisasi, yaitu adanya konflik kepentingan di antara

anggota organisasi (goal conflict among members).

c. Kontrak berhubungan dengan informasi. Informasi merupakan suatu komoditas.

Konflik keagenan dapat dikendalikan melalui pengupahan manajerial dengan struktur

kontrak kompensasi yang menyajikan insentif untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Struktur kompensasi terdiri atas empat bentuk, yaitu gaji pokok, bonus kinerja berlandaskan

ukuran akuntansi, skema program opsi saham (ESOP), dan program insentif jangka

panjang. Penggunaan program kompensasi berbasis ekuitas seperti ESOP muncul sebagai

sarana terbaik yang mendorong manajer untuk membuat keputusan yang memaksimalkan

nilai perusahaan. ESOP menjadikan eksekutif perusahaan sebagai pemilik sekaligus

pengelola. Secara psikologis sebagai pemilik-pengelola, eksekutif perusahaan akan

termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dengan melakukan kegiatan operasional yang

efektif dan efisien.

Program Opsi Saham dan Manajemen Laba

Sebagai suatu bentuk inovasi bisnis dan diaplikasi sebagai suatu kebijakan dalam

rangka menciptakan nilai perusahaan (firm values) program opsi saham memberikan

harapan. Alasannya adalah baik opsi saham maupun saham perusahaan yang dimiliki oleh

para eksekutif, memberikan insentif kepada mereka untuk menjalankan fungsi internal

monitoring. Namun, dalam pelaksanaannya khususnya pada perusahaan publik harga pasar

saham mendorong eksekutif berperilaku oportunistik melalui manajemen laba karena

mereka menyadari bahwa para investor menggunakan informasi laba sebagai salah satu

indikator untuk menilai perusahaan dalam hubungannya dengan prediksi harga pasar

saham. Ball dan Brown (1968) secara empiris membuktikan bahwa informasi laba

perusahaan ternyata ditanggapi positif oleh para investor di New York Stock Exchange.

‘13 11 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: Modul 8_TA

Program ESOP menyerap waktu yang relatif panjang. Terdapat tiga tahapan aktivitas

yang berpotensi manajemen laba dalam pelaksanaan ESOP, yaitu tahap sebelum

pengumuman opsi saham, tahap menjelang hibah opsi saham, dan tahap menjelang opsi

jatuh tempo (realisasi saham). Ketiga tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berkut.

Dalam menyukseskan program ESOP, eksekutif perusahaan dihadapkan pada dua pilihan,

yaitu menerima opsi saham dengan harga pengambilan hak atas saham perusahaan yang

menguntungkan atau sebaliknya merugikan. Realitas menunjukkan bahwa orang

mengharapkan keuntungan, bukan kerugian. Oleh sebab itu, para eksekutif perusahaan

akan menempatkan pilihannya pada pilihan yang pertama, yaitu menerima opsi saham

dengan harga pengambilan hak atas saham perusahaan yang menguntungkan. Untuk

merealisasikan harapan tersebut, para eksekutif perusahaan mempengaruhi harga pasar

saham melalui informasi dengan melaporkan kinerja perusahaan yang menurun dari periode

sebelumnya menjelang pengumuman ESOP.

Bagi pasar modal, penurunan kinerja perusahaan merupakan bentuk berita buruk

dan sangat berpengaruh pada jumlah permintaan dan penawaran terhadap saham

perusahaan yang mengarah pada kelebihan penawaran dibandingkan dengan permintaan.

Kondisi tersebut akan menurunkan harga pasar saham perusahaan seperti yang diharapkan

oleh para eksekutif perusahaan. Pada saat harga saham perusahaan rendah itulah kontrak

ESOP disepakati. Dalam realitasnya program opsi saham melibatkan negosiasi khususnya

negosiasi yang terkait dengan harga yang harus dibayar pemegang opsi pada saat

pengambilan hak atas saham perusahaan dilakukan. Pada tahap menjelang hibah opsi

terdapat fenomena bahwa eksekutif perusahaan melakukan kembali manajemen laba

dengan cara menurunkan jumlah laba akuntansi yang dilaporkan. Tindakan tersebut mereka

ambil karena menjelang hibah terdapat fenomena bahwa perusahaan mengumumkan

tambahan jumlah opsi yang akan dihibahkan kepada para eksekutif perusahaan (tambahan

opsi) dengan harga yang berbeda dari harga yang telah disepakati sebelumnya.

Di Indonesia telah dilakukan investigasi mengenai fenomena tersebut dan hasilnya

menunjukkan bahwa eksekutif perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara

menurunkan jumlah laba akuntansi yang dilaporkan menjelang hibah opsi saham walau

kondisi tersebut akan merugikan prinsipal. Pada tahap setelah pengumuman maupun tahap

setelah hibah, terdapat fenomena bahwa eksekutif perusahaan melakukan manajemen laba

dengan cara meningkatkan jumlah laba akuntansi yang dilaporkan. Tujuannya adalah

meningkatkan harga pasar saham perusahaan yang berdampak pada peningkatan potensi

kepemilikannya atau peningkatan nilai intrinsik opsi saham.

‘13 12 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: Modul 8_TA

Tersedianya waktu yang relatif panjang dalam pelaksanaan ESOP menunjukkan

bahwa prinsipal telah mengikat para eksekutifnya untuk meningkatkan kinerjanya dalam

waktu yang relatif lebih panjang dibandingkan dengan program kepemilikan saham

perusahaan lainnya, seperti bonus saham. Dalam program bonus saham jumlah saham

yang diterima oleh para eksekutif perusahaan akan dipegang dalam waktu yang relatif

pendek karena mereka memiliki insentif untuk segera menjualnya. Gambaran tersebut

menunjukkan bahwa jika akan digunakan sebagai alat motivasi untuk meningkatkan kinerja,

kepemilikan saham perusahaan oleh para eksekutif melalui program bonus saham tidak

sebaik ESOP. Tahapan-tahapan yang terdapat dalam ESOP memberikan peluang kepada

para eksekutif perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya dalam jangka waktu yang relatif

lebih lama dengan alasan kepemilikan.

Kepemilikan saham oleh para pelaksana perusahaan atau pemilik pelaksana akan

menyejajarkan kepentingannya dengan kepentingan para pemegang saham atau outside

equity holder. Kinerja perusahaan berhubungan dengan persentase modal para eksekutif

serta persentase kompensasinya yang berbasis ekuitas. Manfaat riil yang dinikmati para

eksekutif perusahaan, yaitu mereka dapat membeli/menguasai saham perusahaan dengan

harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar saham tersebut pada saat

opsi jatuh tempo.

Program Opsi Saham dan Teori Akuntansi Positif

Investigasi manajemen laba yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan

menjelang pengambilan hak atas saham perusahaan (opsi jatuh tempo) di samping

dipayungi oleh teori keagenan juga dapat dijelaskan melalui teori akuntansi positif (Watt dan

Zimmerman, 1986) khususnya hipotesis program bonus yang sudah didukung oleh banyak

hasil penelitian, seperti Healy (1985) dan Holthousen et al. (1995). Dalam pelaksanaan

program opsi saham, para eksekutif perusahaan yang memiliki program meningkatkan nilai

kepemilikan lebih cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba

periode mendatang ke periode berjalan. Pemilihan tersebut dilakukan karena alasan

peningkatan nilai kepemilikan.

Manajemen laba yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan dengan cara

menaikkan jumlah laba akuntansi yang dilaporkan menjelang opsi jatuh tempo belum

memberikan dampak finansial secara langsung yang dapat dinikmati oleh para eksekutif

perusahaan. Namun, jika manajemen laba tersebut direspons oleh pasar modal yang

ditandai dengan adanya peningkatan harga pasar saham perusahaan di atas harga kontrak

yang tertera dalam opsi saham setelah informasi diumumkan, maka itu berarti bahwa para

eksekutif perusahaan memiliki ekspektasi keuntungan sebesar perbedaan positif antara

‘13 13 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: Modul 8_TA

harga pasar saham setelah saham perusahaan dimiliki dengan harga yang disepakati dalam

kontrak opsi. Peningkatan nilai kepemilikan inilah yang menjadi fokus manajemen laba

menjelang opsi saham jatuh tempo dalam pelaksanaan program ESOP.

Dalam pelaksanaan program opsi saham, para eksekutif perusahaan yang memiliki

program untuk mendapatkan harga beli saham perusahaan yang relatif rendah lebih

cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba periode berjalan ke

periode mendatang. Pemilihan tersebut dilakukan karena para eksekutif perusahaan

memiliki insentif untuk mempengaruhi harga pasar saham perusahaan agar menurun, baik

menjelang peristiwa pengumuman ESOP maupun menjelang peristiwa hibah opsi saham.

Manajemen laba yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan dengan cara menurunkan

jumlah laba akuntansi yang dilaporkan menjelang peristiwa pengumuman dan menjelang

peristiwa hibah opsi saham memiliki tujuan untuk mendapatkan harga kontrak saham

perusahaan yang relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata harga saham perusahaan

yang bersangkutan pada saat opsi jatuh tempo. Kedua bentuk hipotesis yang sama pada

kedua peristiwa tersebut melengkapi hipotesis-hipotesis manajemen laba dalam hubungan

keagenan seperti yang telah dipaparkan oleh Watt dan Zimmerman (1986).

8.4. REAKSI BURSA SAHAM TERHADAP METODE AKUNTANSI SUCCESSFUL-EFFORTS DALAM INDUSTRI MINYAK DAN GAS

Dua contoh sebelumnya berfokus pada reaksi pemerintah dan manajemen pada

kebijakan akuntansi. Di sini akan dilihat reaksi investor. Dalam teori pasar efisien yang

dibahas dalam bab 4, seharusnya tak ada pengaruh pada harga saham perusahaan yang

timbul dari perubahan kebijakan akuntansi jika perubahan kebijakan akuntansi tidak

mempengaruhi arus kas. Konsekuensinya, jika harga saham yang diobservasi mengikuti

perubahan dalam kebijakan akuntansi yang tidak memiliki pengaruh pada arus kas,

observasi seperti itu akan menimbulkan pertanyaan tentang teori pasar efisien atau

menguatkan argumen konsekuensi ekonomi. Hal tersebut sama sekali tidak dapat menjamin

bahwa reaksi harga saham akan diobservasi.

Ulasan ini berdasarkan pada artikel Lev, "The Impact of Accounting Regulation on

the Stock Market; The Case of Oil and Gas Companies 1979). Penelitian Lev berkonsentrasi

pada SFAS 19 yang dikeluarkan pada tahun 1977. Laporan tersebut meminta bahwa semua

perusahaan oli dan gas US menghitung biaya explorasinya dengan menggunakan metode

Successful-Efforts (SE). Artikel Lev masih relevan hingga saat ini karena hal ini

meninggalkan salah satu dari sedikit penelitian untuk mendokumentasikan respon pasar

pada perubahan kebijakan akuntansi yang tidak memiliki dampak pada arus kas.

‘13 14 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: Modul 8_TA

Seperti yang dibahas oleh Lev, salah satu kemungkinannya adalah karena inefisiensi

pasar sekuritas. Namun, dalam pandangan banyak penelitian empiris, yang hasilnya

konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas, penjelasan ini agaknya tidak mungkin. Alasan

lain yang dapat disarankan adalah bahwa manajer perusahan yang menggunakan metode

Full Costing dapat menghadapi kesulitan meningkatkan modal atau dapat mengurangi

aktivitas explorasinya, sesekali mereka dipaksa untuk menggunakan SE. Selain itu,

pengurangan dalam pendapatan bersih yang dilaporkan dan ekuitas pemegang saham yang

mengikuti hubungan pada penggantian SE dapat mempengaruhi bonus-bonus manajemen

dan rasio perjanjian hutang. Pasar dapat bereaksi pada respon manajer disfungsional yang

mungkin terjadi pada masalah seperti ini. Namun demikian, sementara kita tidak mengetahui

alasannya, hasil penelitian Lev menyarankan bahwa pasar bereaksi pada kejadian

akuntansi yang tidak memiliki implikasi arus kas. Hal ini adalah fakta bahwa perubahan

kebijakan akuntansi yang dimandatkan dapat memiliki dampak harga sekuritas, menguatkan

argumen konsekuensi ekonomi.

8.5. HUBUNGAN ANTARA TEORI PASAR EFISIEN DAN KONSEKUENSI EKONOMIPada poin ini, kita akan melihat anomali lain. Teori pasar efisien memprediksi tak ada

reaksi harga sekuritas pada perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi

profitabilitas yang mendasari dan arus kas. Jika tidak ada reaksi harga sekuritas

(implikasikan tak ada perubahan dalam biaya modal perusahaan), hal ini tidak jelas

mengapa manajemen dan pemerintah harus memperhatikan secara khusus tentang

kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Dengan kata lain, teori pasar efisien

mengimplikasikan pentingnya pengungkapan penuh termasuk pengungkapan kebijakan

akuntansi. Namun, sekali pengungkapan penuh atas kebijakan akuntansi dibuat, pasar akan

menginterpretasikan nilai sekuritas perusahaan yang berhubungan dengan kebijakan yang

digunakan dan tidak akan dipermainkan oleh beragam pendapatan bersih yang dilaporkan

yang timbul dari kabijakan akuntansi yang berbeda.

Dalam dua bidang pilihan kebijakan akuntansi diatas, kita telah melihat bahwa tiga

anggota dari pengguna laporan keuangan - manajemen, pemerintah dan investor - memang

bereaksi pada perubahan dokumen dalam kebijakan akuntansi. Keunggulan reaksi

manajemen agaknya mengejutkan meskipun melibatkan permohonan pada otoritas

pemerintahan untuk mengintervensi kepentingannya. Berbagai reaksi ini diringkas dalam

konsep konsekuensi ekonomi yaitu pilihan kebijakan akuntansi dapat menjadi masalah

meskipun tidak berdampak pada arus kas. Jadi kebijakan akuntansi memiliki potensi untuk

mempengaruhi keputusan riil manajemen termasuk keputusan untuk mengintervensi baik

untuk mengikuti ataupun menentang standar akuntansi yang diusulkan. Aspek "kibasan ekor

‘13 15 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 16: Modul 8_TA

anjing" pada konsekuensi ekonomi ini lebih mengejutkan karena banyak fakta mengajurkan

bahwa perubahan utama sekuritas digambarkan dengan oleh teori pasar sekuritas efisien.

8.6. POSITIVE ACCOUNTING THEORY (TEORI AKUNTANSI POSITIF) & CREATIVE ACCOUNTINGMengapa konsekuensi ekonomi itu ada, bisa dijelaskan dengan teori akuntansi positif.

Istilah “positif” mengacu pada suatu teori yang dapat membuat prediksi yang baik dari

kejadian-kejadian dunia nyata.

Teori akuntansi positif adalah berhubungan dengan prediksi yaitu suatu tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan bagaimana perusahaan akan merespon untuk mengajukan standar akuntansi yang baru.

Sebagai contoh penerapan dari teori akuntansi positif adalah dapatkah kita

memprediksi perusahaan minyak dan gas itu akan menggunakan metode akuntansi

Successful Efforts untuk biaya eksplorasi atau menggunakan metode akuntansi Full Cost.

Teori akuntansi positif memberikan pandangan bagaimana perusahaan mengorganisasi

perusahaannya dengan efisien juga untuk memaksimalkan prospek kelangsungan hidup

perusahaan mereka. Banyak bentuk efisiensi organisasi untuk suatu perusahaan pada

umumnya tergantung pada faktor-faktor seperti lingkungan, hukum dan institusi, teknologi,

dan tingkat persaingan dalam industrinya.

Perusahaan dipandang sebagai suatu kontrak antara pegawai termasuk manajernya,

supplier, penyedia modal yang merupakan pusat dari operasi perusahaan. Perusahaan akan

meminimalkan bermacam-macam biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak seperti

biaya negosiasi, monitoring kinerja kontrak, renegosiasi kembali dan biaya yang diharapkan

dari kebangkrutan dan kegagalan lainnya. Banyak kontrak-kontrak ini melibatkan variabel-

variabel akuntansi.

Teori akuntansi positif menjelaskan mengapa perusahaan memilih kebijakan akuntansi

sebagai bagian dari permasalahan yang mendalam dari meminimalkan biaya kontrak dan

untuk mencapai efisiensi corporate governance. Sebagai contoh, Mian dan Smith (1990)

mempelajari pilihan kebijakan akuntansi apakah akan bergabung dengan perusahaan anak.

Jika ada ketergantungan antara perusahaan induk dan anak dan lebih efisien, maka lebih

baik digabung laporan keuangannya (disiapkan laporan keuangan konsolidasinya). Akan

lebih efisien jika kinerja manajer menggunakan pengukuran laporan keuangan konsolidasi

daripada laporan perusahaan anak karena adanya ketergantungan yang tinggi. Biaya untuk

menyiapkan laporan keuangan konsolidasi lebih rendah untuk tujuan monitoring intern dan

‘13 16 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 17: Modul 8_TA

juga untuk pelaporan ekstern. Mian dan Smith memberikan kejadian empiris yang konsisten

dengan prediksi ini.

Pemberian fleksibilitas manajemen dalam memilih suatu kumpulan kebijakan

akuntansi dengan membuka kemungkinan perilaku oportunistik. Manajer akan memilih

kebijakan akuntansi yang sesuai dengan tujuan mereka. Teori akuntansi positif menganggap

bahwa manajer secara rasional (seperti investor) akan memilih kebijakan akuntansi yang

menurut mereka baik. Manajer perusahaan yang aktif melakukan eksplorasi minyak akan

memilih metode Full Cost daripada Successful Effort untuk meratakan laba dan

meningkatkan present value aliran bonus mereka meskipun laba yang tinggi akan

berdampak pada pajak yang tinggi.

Teori normative adalah apa yang seharusnya terjadi. Apakah teori normative akan

mempunyai daya prediksi yang baik tergantung pada sejauhmana individu secara nyata

membuat keputusan sesuai dengan teori yang digambarkan. Tidak seperti teori positif, teori

normative tidak mengharuskan kriteria mempunyai kemampuan prediksi. Kedua pendekatan

tersebut saling melengkapi satu sama lain.

Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan

kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan

akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori

akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah

untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi. Teori akuntansi positif

merupakan studi lanjut dari teori akuntansi normatif karena kegagalan normatif dalam

menjelaskan fenomena praktik yang terjadi secara nyata. Teori akuntansi positif mempunyai

peranan dangat penting dalam perkembangan teori akuntansi. Teori akuntansi positif dapat

memberikan pedoman bagi para pembuat kebijakan akuntansi dalam menentukan

konsekuensi dari kebijakan tersebut. Teori akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan

untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik akuntansi yang ada dalam masyarakat

sedangkan akuntansi normatif lebih menjelaskan praktik akuntansi yang seharusnya

berlaku.

Pendekatan positif melihat pada “mengapa” praktik akuntansi dan/atau teori

akuntansi berkembang sebagaimana adanya dengan tujuan untuk menjelaskan dan/atau

meramalkan peristiwa akuntansi. Karenanya, pendekatan positif berusaha untuk

menentukan berbagai faktor yang mungkin memengaruhi faktor rasional dalam bidang

akuntansi. Pada dasarnya ia berusaha untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan

fenomena yang diamati.

Teori yang dikemukakan Friedman (1953) ini merupakan sekumpulan proposisi

(penjelasan sifat dan realita) yang terdiri dari konstruk yang didifinisikan secara luas dan

‘13 17 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 18: Modul 8_TA

menghubungkan berbagai unsur yang terdapat dalam proposisi tersebut. Teori ekonomi

positif, menurut Friedman (1953) pada hakekatnya terbebas dari ikatan pelbagai aspek etika

—sebagaimana dikemukakan Keynes. Dia lebih mengacu ke istilah “apa adanya” (what it is)

daripada ke istilah “seharusnya demikian” (it should be). Dengan demIkian, fungsinya harus

dinilai berdasarkan ketepatan (precision), bidang kajian (scope), dan kesesuaian peramalan

berdasarkan pada pengalaman.

Organisasi bisnis merupakan sebuah pertemuan dari berbagai macam kontrak

kepentingan (nexus of contract) sehingga di dalam proses akuntansi ada dimensi politis

yang terlibat didalamnya. Dimensi politis tersebut adalah sebuah kenyataan bahwa ada

pihak-pihak yang berkepentingan dan cukup mempunyai kekuatan untuk menggunakan

pengaruhnya ke dalam organisasi tersebut. Sehingga dalam pemahaman mengenai

‘creative accounting’ ini bukan berarti akuntan yang memanfaatkan pemahaman akuntansi

tersebut, tetapi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan kekuatan untuk

menggunakan ‘creative accounting’ tersebut, seperti manajer, akuntan, pemerintah, asosiasi

industri dan sebagainya.

Teori Akuntansi Positif berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan

memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat seperti yang

dikatakan oleh Watts dan Zimmerman [1986] dibandingkan dengan akuntansi normatif yang

lebih menjelaskan praktek-praktek akuntansi yang seharusnya (should be) berlaku. Dalam

pemilihan kebijakan akuntansi misalnya akan membawa dampak ekonomi terhadap

pemilihan kebijakan akuntansi tersebut kepada penggunanya yang sering disebut oleh Zeff

[1978] sebagai economic consequences.

Dalam mengisi ruang teori akuntansi positif maka ‘creative accounting’ sebagai salah

satu tema menarik yang juga perlu diperhatikan oleh akuntan (dan juga penyusun standar

akuntansi). Creative accounting menurut Amat, Blake dan Dowd [1999] adalah sebuah

proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan

akuntansi (termasuk didalamnya standar, teknik dsb.) dan menggunakannya untuk

memanipulasi pelaporan keuangan. Manajer dalam bereaksi terhadap pelaporan keuangan

menurut Watt dan Zimmerman [1986] digolongkan menjadi tiga buah hipotesis, yaitu bonus-

plan hyphotesis, debt-covenant hyphotesis dan political cost hyphotesis.

Creative accounting bukan merupakan suatu hal baru, dan untuk melakukannya

membutuhkan biaya yang relative mahal. Creative accounting ini dipicu oleh adanya

tekanan bahwa badan usaha merasa harus berada dalam posisi profit untuk menarik

investor dan sumber daya. Tetapi hal ini lebih mengarah pada penipuan atau kecurangan

‘13 18 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 19: Modul 8_TA

pada praktik akuntansi. Apakah ini berarti bahwa creative accounting merupakan hal ilegal

atau dapat dibenarkan.

‘Creative accounting’ dapat dikatakan sebagai sebuah praktek akuntansi yang buruk,

karena cenderung mereduksi reliabilitas informasi keuangan. Karena manajer memiliki

asimetri informasi, yang bagi pihak di luar perusahaan sangat sulit diketahui, maka

memaksimalkan keuntungan dengan ‘creative accounting’ akan selalu ada. Masalah

sebenarnya adalah tidak diberikannya pengungkapan yang transparan secara menyeluruh

tentang proses pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan kebijakan akuntansi

(accounting policy). Akibatnya, laporan keuangan dianggap masih memiliki keterbatasan

mendasar sehingga belum memadai untuk digunbakan dalam proses pengambilan

keputusan.

Merujuk agency theory, laporan keuangan dipersiapkan oleh manajemen sebagai

pertanggungjawaban mereka kepada principal. Karena manajemen terlibat secara langsung

dalam kegiatan usaha perusahaan maka manajemen memilikiasimetri informasi dengan

melaporkan segala sesuatu yang memaksimumkan utilitasnya. ‘Creative accounting’ sangat

mungkin dilakukan oleh manajemen, karena manajemen dengan asimetri informasi yang

dimilikinya akan leluasa untuk memilih alternatif metode akuntansi. Manajemen akan

memilih metode akuntansi tertentu jika terdapat insentif dan motivasi untuk melakukannya.

Cara yang paling sering digunakan adalah dengan merekayasa laba (earning management),

karena laba seringkali menjadi fokus perhatian para pihak eksternal yang berkepentingan.

Berbagai macam pola yang dilakukan dalam rangka ‘creative accounting’ menurut

Scott [1997] sebagai berikut:

1. Taking Bath, atau disebut juga ‘big bath’. Pola ini dapat terjadi selama ada tekanan

organisasional pada saat pergantian manajemen baru yaitu dengan mengakui

adanya kegagalan atau defisit dikarenakan manajemen lama dan manajemen baru

ingin menghindari kegagalan tersebut. Teknik ini juga dapat mengakui adanya biaya-

biaya pada periode mendatang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan buruk

yang tidak menguntungkan yang tidak bisa dihindari pada periode berjalan.

Konsekuensinya, manajemen melakukan ‘pembersihan diri’ dengan membebankan

perkiraan-perkiraan biaya mendatang dan melakukan ‘clear the decks’. Akibatnya

laba periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.

2. Income minimization. Cara ini mirip dengan ‘taking bath’ tetapi kurang ekstrem. Pola

ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar

tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek political-

cost). Kebijakan yang diambil dapat berupa write-off atas barang modal dan aktiva

tak berwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, metode

‘13 19 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 20: Modul 8_TA

successfull-efforts untuk perusahaan minyak bumi dan sebagainya. Penghapusan

tersebut dilakukan bila dengan teknik yang lain masih menunjukkan hasil operasi

yang kelihatan masih menarik minat pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari

penghapusan ini adalah untuk mencapai suatu tingkat return on assets yang

dikehendaki.

3. Income maximization. Maksimalisasi laba dimaksudkan untuk memperoleh bonus

yang lebih besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas yang

ditetapkan.

4. Income smoothing. Perataan laba merupakan cara yang paling populer dan sering

dilakukan. Perusahaan-perusahaan melakukannya untuk mengurangi volatilitas laba

bersih. Perusahaan mungkin juga meratakan laba bersihnya untuk pelaporan

eksternal dengan maksud sebagai penyampaian informasi internal perusahaan

kepada pasar dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan.

5. Timing revenue and expense recognition. Teknik ini dapat dilakukan dengan

membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan saat atau timing suatu transaksi

seperti adanya pengakuan yang prematus atas penjualan.

8.7. CREATIVE ACCOUNTING DAN ETIKA‘Creative accounting’ mempunyai banyak konsekuensi. Dalam perspektif ekonomi,

‘creative accounting’ dipengaruhi oleh kerangka ekonomi yang bertujuan untuk self-interset.

Hal ini mungkin sah-sah saja dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

akuntansi berterima umum. Namun pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah ‘creative

accounting’ memang sesuatu yang benar untuk dilakukan? Apakah maksud dan tujuan

‘creative accounting’ sehingga moral judgment-nya tergantung kepada tujuan ‘creative

accounting’ itu sendiri. Persepsi ini harus diluruskan agar tidak menjadikan bahwa ‘creative

accounting’ menjadi hal yang pro dan kontra.

Dalam pandangan orang awam ‘creative accounting’ dianggap tidak etis, bahkan

merupakan bentuk dari manipulasi informasi sehingga menyesatkan perhatiannya. Tetapi

dalam pandangan teori akuntansi positif, sepanjang ‘creative accounting’ tidak bertentangan

dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum, tidak ada masalah yang harus

dipersoalkan. Asalkan tidak ada asimetri informasi antara pelaku ‘creative accounting’ dan

pengguna informasi keuangan. Perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour)

para manajer terjadi akibat adanya asimetri informasi dalam penyajian laporan keuangan

tidak terlepas dari pertimbangan konsekuensi ekonomi. Perhatian kita mungkin diarahkan

‘13 20 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 21: Modul 8_TA

bagaimana mendorong keterbukaan informasi secara lebih luas sehingga inside information

bukanlah sesuatu yang ‘tabu’ untuk diumumkan kepada khalayak.

Dalam kerangka keterbukaan yang menyeluruh sebenarnya ‘creative accounting’

tidak akan berpengaruh kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap organisasi

sebab semua pihak akan mempunyai informasi yang sama dan tidak ada asimetri informasi

lagi. Sekali lagi, pentingnya mendorong keterbukaan dalam rangka good governance akan

membawa dampak kepada ketersediaannya informasi sehingga akan mengeliminasi dan

mengurangi dampak ‘creative accounting’. Untuk itu keputusan pelaksanaan “creative

accunting” dalam mengelola laporan keuangan perusahaan tentu harus benar-benar

dipikirkan dengan mendalam, karena tentu akan berpengaruh terhadap kredibititas

perusahaan itu sendiri.

Bagaimana kita bisa mengetahui dan mencegah terjadinya creative accounting

tersebut? Dibawah ini ada beberapa metode dan cara untuk kita bisa mengetahui adanya

creative accounting dan cara mencegahnya. Fraudulent financial reporting di suatu

perusahaan merupakan hal yang akan berpengaruh besar terhadap semua pihak yang

mendasarkan keputusannya atas informasi dalam laporan keuangan  (financial statement)

tersebut. Oleh karena  itu akuntan publik harus bisa menccegah dan mendeteksi lebih dini

agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui adanya fraud, biasanya ditunjukkan oleh

timbulnya gejala-gejala (symptoms) berupa red flag (fraud indicators), misalnya perilaku

tidak etis manajemen. Red  flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan

(fraud) yang terjadi.

Hasil penelitian Wilopo (2006) membuktikan serta mendukung hipotesis yang

menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan

akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan kefektifan pengendalian internal, ketaatan

aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Hasil

penelitian Wilopo tersebut juga  menunjukkan bahwa  dalam upaya menghilangkan perilaku

tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang

menyeluruh, tidak secara partial. Menurut Wilopo, upaya menghilangkan perilaku tidak etis

manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi, antara lain:

1. Mengefektifkan pengendalian internal, termasuk penegakan hukum

2. Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian

3. Pelaksanaan good governance

4. Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan

mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara dan masyarakat.

‘13 21 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 22: Modul 8_TA

The National Commission On Fraudulent Financial Reporting (The Treadway Commission)

merekomendasikan 4 (empat) tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

fraudulent financial reporting, yaitu :

1. Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi terhadap integritas

proses pelaporan keuangan(financial reporting)

2. Mengidentifikasi dan memahami faktor- faktor yang mengarah ke fraudulent financial

reporting

3. Menilai resiko fraudulent financial reporting di dalam perusahaan

4. Mendisain dan mengimplementasikan internal control yang memadaiuntuk financial

reporting.

Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya risiko terdapat  fraudulent

financial reporting di perusahaan, antara lain:

1. Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control).

2. Perusahaan tidak memiliki komite audit.

3. Terdapat hubungan kekeluargaan (family relationship) antara manajemen  (Director)

dengan karyawan perusahaan.

Klasifikasi dari Creative Accounting Practices menurut Mulfrod & Comiskey, terdiri dari:

1. Pengakuan pendapatan fiktif (recognizing Premature or Ficticious Revenue).

2. Kapitalisasi yang agresif dan Kebijakan amortisasi yang terlalu lebar (Aggressive

Capitalization & Extended Amortization Policies).

3. Pelaporan keliru atas Aktiva & Utang (Misreported Assets and Liabilities).

4. Perekayasaan Laporan Laba Rugi (Creative with the Income Statement).

5. Timbul masalah atas pelaporan Arus Kas (Problems with Cash-flow Reporting).

8.8. TIGA HIPOTESIS DARI TEORI AKUNTANSI POSITIFDengan formula dari Watts dan Zimmerman (1986) ada 3 hipotesis dalam teori

akuntansi positif :

1. Bonus Plan HyphotesisHealy [1985] dalam Scott [1997] menyatakan bahwa manajer seringkali berperilaku

seiring dengan bonus yang akan diberikan. Jika bonus yang diberikan tergantung pada laba

yang akan dihasilkan, maka manajer akan melakukan ‘creative accounting’ dengan

menaikkan laba atau mengurangi laba yang akan dilaporkan. Pemilik biasanya menetapkan

batas bawah laba yang paling minim agar mendapatkan bonus. Dari pola bonus ini manajer

akan menaikkan labanya hingga ke atas batas minimal tadi. Tetapi jika pemilik perusahaan

membuat batas atas untuk mendapatkan bonus, maka manajer akan berusaha

‘13 22 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 23: Modul 8_TA

mengurangkan laba sampai batas atas tadi dan mentransfer laba saat ini ke periode yang

akan datang. Hal ini dia lakukan karena jika laba melewati batas atas tersebut manajer

sudah tidak mendapatkan insentif tambahan atas upayanya memperoleh laba di atas batas

yang ditetapkan oleh pemilik perusahaan. Formula bonus yang digunakan Healy didasarkan

pada asumsi bahwa perusahaan terdiri atas manajer yang menghindari resiko (risk averse)

sehingga manajer akan memilih discretionary accrual untuk:

1. menurunkan earning ketika earning sebelum keputusan accrual lebih kecil dari bogey

(batas bawah) atau melebihi cap (batas atas)

2. menaikkan earning ketika earning sebelum keputusan accrual melebihi bogey tetapi

tidak melebihi cap.

Implikasi yang dikemukakan oleh Healy adalah bahwa manajer akan berperilaku oportunistik

menghadapi intertemporal choice. Jadi jika perusahaan merencanakan bonus berdasarkan

net income, maka perusahaan tersebut akan memilih prosedur akuntansi yang menggeser

pelaporan earnings masa datang ke periode sekarang.

2. Debt-covenant hyphotesisPenelitian dalam bidang teori akuntansi positif juga menjelaskan praktek akuntansi

mengenai bagaimana manajer menyikapi perjanjian hutang. Manajer dalam menyikapi

adanya pelanggaran atas perjanjian hutang yang telah jatuh tempo, akan berupaya

menghindarinya dengan memilih kebijakan-kebijakan akuntansi yang menguntungkan

dirinya. Fields, Lys dan Vincent [2001] mengemukakan ada dua kejadian dalam pemilihan

kebijakan akuntansi, yaitu pada saat diadakannya perjanjian hutang dan pada saat jatuh

temponya hutang. Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan perjanjian

untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan

kreditur, seperti pembagian deviden yang berlebihan, atau membiarkan ekuitas berada di

bawah tingkat yang telah ditentukan.

Semakin cenderung suatu perusahaan untuk melanggar perjanjian hutang maka

manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat mentransfer laba periode

mendatang ke periode berjalan karena hal tersebut dapat mengurangi resiko ‘default’.

Sweeney [1994] dalam Scott [1997] menyatakan perilaku ‘memindahkan’ laba tersebut

dilakukan oleh perusahaan bermasalah yang terancam kebangkrutan dan ini merupakan

strategi untuk bertahan hidup. Jadi perusahaan cenderung untuk menurunkan rasio

utang/ekuitas dengan cara meningkatkan laba sekarang dengan menggeser dari laba-laba

periode berikutnya. Motivasi perusahaan melakukan ini adalah untuk menghindari

kedekatan terhadap kovenan utang dan untuk mendapatkan suku bunga pinjaman yang

‘13 23 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 24: Modul 8_TA

lebih rendah, karena semakin rendah rasio/ekuitas semakin rendah risiko kebangkrutan

perusahaan.

3. Political-cost hyphotesisDalam pandangan teori agensi (agency theory), perusahaan besar akan

mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar

melakukannya sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Perusahaan

besar menghadapi biaya politis yang lebih besar karena merupakan entitas yang banyak

disorot oleh publik secara umum. Para karyawan berkepentingan melihat kenaikan laba

sebagai acuan untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui kenaikan gaji. Pemerintah

melihat kenaikan laba perusahaan sebagai obyek pajak yang akan ditagihkan. Sehingga

pilihan yang dihadapi oleh organisasi adalah dengan cara bagaimana lewat proses

akuntansi agar laba dapat ditampilkan lebih rendah. Hal ini yang seringkali disebut dengan

political cost hyphoyesis [Watts dan Zimmerman: 1986].

Jadi perusahaan cenderung untuk menurunkan laba sekarang dengan menggeser ke

laba-laba periode berikutnya. Motivasi perusahaan melakukan ini misalnya untuk

menghindari tekanan politik seperti tuduhan monopoli dengan menunjukkan laba

perusahaan tidak berlebihan seperti yang dicurigai, melobi ke konggres untuk melindungi

industri dari barang impor yang menyebabkan keuntungan industri merosot, menghindari

tuntutan serikat kerja dengan menunjukkan bahwa laba perusahaan menurun dan lain

sebagainya. Perusahaan dapat menurunkan laba dengan merubah metode atau prosedur

akuntansi.

Tiga hipotesis di atas akan memberikan arah pengujian empiris suatu prediksi.

Manajer dengan bonus plan diperkirakan akan memilih kebijakan akuntansi yang kurang

konservatif kalau dibandingkan dengan manajer tanpa bonus plan. Manajer tersebut akan

menolak standar akuntansi yang mengakibatkan pelaporan earnings perusahaannya yang

lebih rendah, karena akan mengakibatkan bonus yang diterima juga rendah. Untuk hipotesis

kovenan utang, juga akan terjadi jika manajer dihadapkan pada rasio utang/modal yang

tinggi akan memilih kebijakan akuntansi yang kurang konservatif karena resiko

kebangkrutannya juga tinggi. Pada political cost hypothesis, manajer perusahaan besar

lebih suaka memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif dibanding manajer

perusahaan kecil. Perusahaan besar juga cenderung tidak menolak standar baru yang

melaporkan income yang lebih rendah. Hipotesis ini juga ditafsirkan dalam pandangan

efisiensi kontrak. Manajer cenderung menolak kebijakan akuntansi yang dapat

meningkatkan volatilitas earning.

‘13 24 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 25: Modul 8_TA

8.9. PENELITIAN EMPIRIS TEORI AKUNTANSI POSITIF

Berikut adalah penelitian-penelitian empiris yang berkaitan dengan teori akuntansi positif

:

1. Dalam penelitian Lev (1979) sama sekali tidak merekomendasikan bagaimana

perusahaan dan investor harus bereaksi terhadap SFAS 19, tetapi memberi gambaran

bagaimana kemungkinan reaksi manajer dan investor terhadap perubahan kebijakan

akuntansi dari Full Cost ke Successful Efforts. Penelitian tersebut dapat membantu

memberikan gambaran tentang mengapa perusahaan memilih standar yang berbeda,

mengapa manajer menolak perubahan standar dan mengapa investor bereaksi dengan

adanya perubahan standar yang mengakibatkan perubahan net income.

2. Penelitian Healy (1985) yang menemukan bukti bahwa manajer dengan bonus plan akan

cenderung memilih kebijakan accrual untuk memaksimalkan bonus yang dia terima.

3. Penelitian Sweeney (1994) melaporkan pengujian hipotesis kovenan utang. Dia

mempelajari 130 perusahaan manufaktur di Amerika Serikat yang melakukan

pelanggaran pertama kali terhadap kovenan utang selama periode 1980 – 1939, dan

sebagai sampel kontrol sebanyak 130 perusahaan yang mempunyai ukuran dan jenis

industri yang sama yang tidak melakukan pelanggaran kovenan utang. Hasil penelitian

tersebut antara lain adalah:

a. Pelanggaran sering terjadi bersangkutan dengan maintenance of working capital dan

pemegang saham dan untuk utang/modal dan rasio interest coverage jarang terjadi,

banyak perusahaan yang mengungkapkan biaya yang ditanggung karena

pelanggaran kovenan yaitu kenaikan security, pembatasan pinjaman, dan tingginya

tingkat suku bunga,

b. Dalam periode 8 tahun pertama, mulai tahun kelima sebelum pelanggaran perjanjian

perusahaan lebih sering melakukan perubahan kebijakan akuntansi dibandingkan

dengan perusahaan yang tidak melakukan pelanggaran sebagai sampel kontrolnya.

Sebagai contoh, perubahan peningkatan income termasuk perubahan dalam asumsi

rencana pensiun, batas pensiun, adopsi metode persediaan dari LIFO, dan likuidasi

dengan metode LIFO inventory layers,

c. Perusahaan bisa melakukan manipulasi net income yang dilaporkan pada waktu

adopsi standar akuntansi yang baru. Dia menemukan terdapat kecenderungan untuk

perusahaan yang menerapkan lebih awal standar yang mengakibatkan kenaikan

income dan akan menunda standar yang mengakibatkan penurunan income.

Perusahaan yang dijadikan sampel kontrol tidak berperilaku demikian.

‘13 25 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 26: Modul 8_TA

d. Dari 130 sampel perusahaan yang melakukan pelanggaran, hanya 53 perusahaan

secara nyata mengubah kebijakan akuntansi selama periode 8 tahun tersebut.

Sisanya sebanyak 77 perusahaan tidak melakukan perubahan meningkatkan

income. Hal ini bisa memberikan suatu pertanyaan untuk generalisasi bentuk

oportunistik dari hipotesis kovenan utang,

e. Untuk menyelidiki mengapa ada perusahaan yang melakukan perubahan dan yang

sebagian tidak, maka Sweeney mengidentifikasi perusahaan yang mempunyai

fleksibilitas akuntansi dan biaya default yang rendah dan ternyata perusahaan

tersebut cenderung tidak melakukan perubahan kebijakan akuntansi.

4. Penelitian Jones (1991) menemukan kejadian dari perilaku yang diprediksi. Studi ini

meneliti perusahaan yang melaporkan net income yang lebih rendah selama

penyelidikan import relief. Pemberian keringanan bagi perusahaan merupakan bagian

dari keputusan politis. Manajer akan cenderung memilih kebijakan akuntansi yang

melaporkan income lebih kecil dan cenderung memilih kebijakan akuntansi yang bersifat

accrual yang dikenal discretionary accrual. Jones memeriksa apakah perusahaan yang

menggunakan discretionary accruals untuk melaporkan earningsnya lebih rendah. Dia

mengumpulkan sampel sebanyak 23 perusahaan dari 5 industri yang termasuk

didalamnya 6 penyelidikan import relief dengan International Trade Commission (ITC)

selama periode 1980 – 1985.

8.10. PEMISAHAN OPORTUNISTIK DAN EFISIENSI KONTRAK VERSI TEORI AKUNTANSI POSITIF

Tiga hipotesis yang dinyatakan diatas adalah suatu bentuk oportunistik, mereka

mengasumsikan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan

harapan mereka. Hipotesis ini juga dinyatakan sebagai suatu bentuk efisiensi, yang

mengasumsikan bahwa sistem pengendalian internal termasuk monitoring direktur utama,

keterbatasan kesempatan, dan motivasi manajer untuk memilih kebijakan akuntansi yang

meminimalkan biaya kontrak. Konsekuensinya, sulit untuk memberitahu apakah perusahaan

dalam memilih kebijakan akuntansinya mempertimbangkan oportunistik atau efisiensi.

Hasil penelitian Sweeney mendukung kedua versi teori akuntansi positif tetapi

gambaran secara detail analisis khusus perusahaan diperlukan untuk bagian dari dua versi

tersebut. Penelitiannya Dechow (1994) berhubungan dengan dua versi teori akuntansi

positif. Dia menemukan bahwa net income berhubungan signifikan dengan return daripada

aliran kas. Ketika accrual secara relatif luas, maka net income seharusnya berhubungan

‘13 26 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 27: Modul 8_TA

signifikan dengan return saham, secara relativ aliran kas lalu ketika perusahaan dalam

keadaan steady state (aliran kas dan net income akan sama). Temuan empirisnya

menambah dukungan untuk efisiensi kontrak.

Studi oleh Subramanyam (1996) juga mendukung efisiensi kontrak. Manajer yang

memilih discretionary accruals akan mempunyai kemampuan meningkatkan earnings untuk

memprediksi kinerja perusahaan di masa yang akan datang dan akan meningkatkan

persistensi earnings. Dia juga menemukan bahwa harga saham merespon secara positif

earnings manajemen dari sifat ini.

8.11. TEORI AKUNTANSI NORMATIF VS TEORI AKUNTANSI POSITIF

Teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subjektif, sehingga tidak

dapat diterima begitu saja dan harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori

yang kuat. Dalam praktik, para profesional dalam bidang akuntansi telah menyadari

sepenuhnya bahwa teori akuntansi positif lebih cendrung diterapkan dibanding teori

akuntansi normatif. Teori akuntansi positif memiliki ciri pemecahan masalah yang

disesuaikan dengan realitas praktek akuntansi. Pendekatan yang digunakan dalam teori

akuntansi positif adalah pendekatan ekonomi dan perilaku.

Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan

memprediksi praktik akuntansi. Salah satu contoh dalam penggunaan teori positif adalah

hipotesa mengenai program pemberian bonus. Hipotesa ini menunjukkan bahwa

manajemen yang remunerasinya didasarkan pada bonus, akan berusaha memaksimalisasi

bonusnya melalui penggunaan metode akuntansi yang dapat menaikkan laba dan pada

akhirnya memperbesar bonus. Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku

manajemen dalam hal program pemberian bonus. Pandangan sains akan menghasilkan

teori akuntansi positif dan pandangan tekhnologi akan menghsilkan teori akuntansi

normative. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda-beda yang ingin dicapai atau

dihasilkan oleh teori akuntansi.

Penjelasan positif berisi pernyataan tentang sesuatu (kejadian, tindakan atau

perbuatan) seperti apa adanya sesuai dengan fakta atau apa yang terjadi atas dasar

pengamatan empiris. Penjelasan positif diarahkan untuk memberikan jawaban apakah

sesuatu pernyataan itu benar atau salah atas dasar kriteria ilmiah. Penjelasan normativ

berisi pernyataan dan penalaran untuk menilai apakah sesuatu itu baik atau buruk atau

relevan atau tak relevan dalam kaitannya dengan kebijakan ekonomi atau sosial tertentu.

Penjelasan normativ diarahkan untuk mendukung atau menghasilkan kebijakan politik

sehingga bersifat pembuatan kebijakan.

‘13 27 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 28: Modul 8_TA

Sasaran teori akuntansi positif adalah menghasilkan penjelasan tentang apa

nyatanya terjadi secara objektif tanpa dilandasi oleh pertimbangan nilai. Teori akuntansi

positif mengajukan proposisi atau hipotesis bahwa perusahaan manufakturan FIFO

sedangkan perusahaan perdagangan cendrung memilih LIFO. Teori akuntansi positif

berusaha menentukan apakah hipotesis tersebut benar atau salah dengan menggunakan

metode ilmiah atas dasar pengamatan data yang nyatanya terjadi. Bila hipotesis terbukti,

penjelasan dijelaskan dalam bentuk pernyataan misalnya bahwa perusahaan yang memilih

FIFO adalah perusahaan manufakturan. Karena tujuan teori positif adalah untuk

mendeskripsi (membuat pertimbangan nilai) apakah metode FIFO lebih baik atau lebih

bermanfaat dari metode LIFO.

Di lain pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah menjelaskan penjelasan atau

penalaran mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik tau lebih efektif dari pada

perlakuan akuntansi alternative karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai. Hasil akhir

teori akuntansi normative adalah suatu pernyataan atau proposal yang menganjurkan

tindakan tertentu. Misalnya, teori akuntansi akan menghasilkan pernyataan yang berbunyi

bahwa asset tetap harus dinilai dan dicantumkan dalam neraca atas dasar kos historis. Teori

akuntansi positif dan normative timbul karena perbedaan sasaran teori dan bidang masalah

yang menjadi perhatian masing-masing teori. Bila dikaitkan dengan dikotomi sains dan

tekhnologi, teori akuntansi positif lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai sains

sedangkan teori akuntansi normative lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai

teknologi.

8.12. KESIMPULAN

Teori akuntansi positif berusaha untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan

akuntansi perusahaan. Berdasar perspektif teori akuntansi positif, tidak sulit untuk

mengetahui mengapa kebijakan akuntansi dapat mempunyai konsekuensi ekonomis. Dari

perspektif efisiensi, seperangkat kebijakan yang tersedia mempengaruhi fleksibilitas

perusahaan. Dari perspektif opportunistics, kemampuan manajemen untuk memilih

kebijakan akuntansi untuk keuntungan diri sendiri dapar terpengaruh. Perubahan dalam

seperangkat kebijakan yang tersedia akan bermasalah bagi manajer. Sehingga, kita

mengharapkan manajemen untuk bereaksi dan banyak kebijakan baru yang berpengaruh

dengan keberadaan kontrak dan/atau mengurangi pilihan kebijakan akuntansi.

Teori positif berkembang karena ketidakpuasan terhadap teori normatif yaitu:

1. Ketidakmampuan normatif untuk menguji secara empiris,

‘13 28 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 29: Modul 8_TA

2. Normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individu dari

pada kemakmuran secara luas,

3. Normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya

ekonomi secara optimal di pasar modal.

Teori positif mulai berkembang sekitar tahun 1960-an yang dipelopori oleh Watt &

Zimmerman menitik beratkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku dengan munculnya

hipotesis pasar efisien dan teori agensi. Hipotesa yang digunakan oleh Watt & Zimmerman

ada 3, yaitu :

1. Perencanaan bonus

2. Perjanjian hutang  

3. Biaya proses politik.

Teori positif lebih mengacu pada penelitian empiris yang memaksimalkan keuntungan (baik

investor, manajer maupun masyarakat luas) dalam memilih metode akuntansi yang ada.

Teori Positif dikritik oleh beberapa peneliti yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok,

yaitu :

a. Kritik terhadap filosofi, positif menganut bahwa peneliti berada di luar area penelitian

serta memakasimalkan utilitynya. Hal ini tidak mungkin terjadi karena peneliti selalu

berada pada area yang ditelitinya dan maksimalitas utility tidak mungkin dicapai

hanya sebatas pada kepuasan (Hebert Simons).

b. Kritik terhadap metodologi, teori positif menganut pendekatan bahwa maksimalisasi

keuntungan dapat diperoleh melalui harga keseimbangan pasar. Hal ini tidak

mungkin karena penelitian dengan harga keseimbangan pasar sangat sedikit

pengaruhnya terhadap kontribusi penelitian akuntansi.

c. Kritik terhadap penelitian dengan pendekatan ekonomi, yaitu pemaksimalisasi

individu yang tidak mungkin atau tidak mudah untuk menghitungnya.

‘13 29 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id

Page 30: Modul 8_TA

Daftar PustakaSuwardjono. 2006. Teori akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi 3.

Yogyakarta: BPFE._ SWD2. Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory. 4th. Edition. Prentice Hall. _SCOTTTambahan: 1. Financial Accounting Standards Board (FASB): Satement of Financial

Accounting Concept. Meliputi SFAC No. 1, 2, 3, 6,dan 7.

‘13 30 Teori Akuntansi

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id